burning
TRANSCRIPT
PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP LOCUS
OF CONTROL (PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG
MELANGGAR DISIPLIN SEKOLAH KELAS VIII SMP NEGERI
10 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
OLEH :
INA YATRI MESRA 0805132529
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas
rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar
Sarjana Pendidikan pada Program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Pekanbaru dengan judul “PENGARUH
BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP LOCUS OF CONTROL
(PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN SEKOLAH
KELAS VIII SMP NEGERI 10 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012”.
Dengan penuh kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan ini masih
jauh dari kesempurnaan disebabkan oleh keterbatasan pengalaman dan ilmu
pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang positif amat
penulis harapkan agar skripsi ini lebih baik.
Penulisan skripsi ini bisa terwujud tidaklah lepas dari bantuan dan dorongan
moril serta bimbingan yang tidak ternilai harganya. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengaturkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dekan FKIP UR selaku pimpinan Fakultas.
2. Bapak Drs. Abu Asyari, Kons sebagai pembimbing I yang telah banyak
memberikan bantuan dan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini.
3. Bapak Drs. H. Sardi Yusuf, Kons sebagai pembimbing II yang berkenan
membantu penulis.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi dan Bimbingan Konseling FKIP UR.
5. Bapak Ir. Irmansyah selaku Kepala Sekolah SMPN 10 Pekanbaru beserta
wakil-wakil, tata usaha dan staff-staff yang telah bersedia memberikan
kesempatan dan masukan kepada penulis.
6. Kepada Ayahanda dan Ibunda, kakakku Indrya Mesra abang iparku Fandi
Ahmad, adik-adikku Indra Mahendra dan Inna Rahmadhani Mesra
beserta seluruh keluarga besar yang di Pekanbaru maupun dikampung yang
telah memberikan doa dan dukungan serta semangat yang tak terhingga untuk
menyelesaikan program Sarjana ini.
7. Sohib-sohibku Dewana Rovianty, Rita Mulyati, Fetty Rulisa, Megasari
Aw dan Mella Zizki Amelia yang telah memberikan motivasi-motivasi dan
semangat 45 kepadaku, cahooo terus sohib-sohibku.
8. Rekan-rekan BK yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis senantiasa bermohon agar segala bantuan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengucapkan Alhamdulillah. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Pekanbaru, 2012
Wassalam,
INA YATRI MESRA
NIM. 0805132529
DAFTAR ISI
HAL
JUDUL SKRIPSI ..…………………………………………………………….. i
LEMBARAN PERSETUJUAN SKRIPSI ……..……………………………… ii
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI …………………………………..… iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… v
ABSTRAK …………………………………………………………………….. vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………… 4
D. Keterkaitan Variabel …………………………………………… 5
E. Definisi Operasional …………………………………………… 6
1. Locus Of Control ……………………………………………6
2. Layanan Bimbingan Kelompok ……………………………. 7
BAB II : LANDASAN TEORI/TINJAUAN KEPESTAKAAN
A. Bimbingan Kelompok ………………………………………….. 9
1. Pengertian Bimbingan Kelompok ………………………….. 9
2. Tujuan Kelompok ………………………………………….. 11
3. Komponen Bimbingan Kelompok ………………………… 13
4. Tahap Penyelenggaraan …………………………………… 13
5. Teknik Dalam Kegiatan Bimbingan Kelompok …………… 17
B. Locus Of Control ……………………………………………… 18
1. Pengertian Locus Of Control ……………………………… 18
2. Aspek-aspek Kontrol Diri ………………………………… 19
3. Cara-cara Mengembangkan Kemampuan Kontrol Diri ….. 20
BAB III : PROSEDUR PENELITIAN
A. Asumsi dan Hipotesis ………………………………………… 24
1. Asumsi …………………………………………………….. 24
2. Hipotesis …………………………………………………... 24
B. Populasi dan Sampel …………………………………………... 24
a. Populasi …………………………………………………..... 24
b. Sampel …………………………………………………….. 25
C. Metode Penelitian ……………………………………………... 28
D. Data dan Alat Pengumpulan Data ……………………………... 28
E. Teknik Analisa Data ………………………………………….... 29
BAB IV : PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
A. Persiapan Pengumpulan Data …………………………………. 32
B. Pelaksanaan Pengumpulan Data ……………………………… 32
C. Seleksi Data …………………………………………………… 34
D. Pengolahan dan Hasil Analisa Data …………...……………… 34
1. Pengolahan Data …………………………………………... 34
2. Hasil Analisa Data ………………………………………… 36
BAB V : PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Pembahasan ………………………………………………….. 44
B. Kesimpulan …………………………………………………… 45
C. Rekomendasi …………………………………………………. 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
HAL
1. Tabel. I Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………… 26
2. Tabel. II Jadwal Kegiatan BKp dan Materi yang dibahas pada BKp …. 27
3. Tabel. III Kisi-Kisi Instrument Inventory Locus Of Control …………. 29
4. Tabel. IV Analisis Skor Locus Of Control (Pengendalian Diri) Siswa
Yang Melanggar Disiplin Sekolah Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Layanan Bimbingan Kelompok …. ………………………………...…. 35
5. Tabel. V Tolak Ukur Kategori LOC Siswa Sebelum BKp …………..... 38
6. Tabel. VI Tolak Ukur Kategori LOC Siswa Sesudah BKp …………… 39
7. Tabel. VIII Interpretasi Nilai r ………………………………………… 41
ABSTRAK
Judul skripsi “PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP LOCUS OF CONTROL (PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN SEKOLAH KELAS VIII SMP N 10 PEKANBARU T. A. 2011 / 2012”. Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui gambaran Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang melanggar disiplin sebelum dilaksankan bimbingan kelompok siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011. 2) Untuk mengetahui gambaran Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang melanggar disiplin sesudah dilaksanakan bimbingan kelompok siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011. 3) Untuk mengetahui perbedaan Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang melanggar disiplin sebelum dan sesudah dilaksnakan bimbingan kelompok siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011. 4) Untuk mengetahui kontribusi Bkp terhadap Locus Of Control siswa kelas VIII di SMPN 10 Pekanbaru. Asumsi dan Hipotesis : Asumsi : 1) Data LOC dapat diperoleh melalui skala kecendrungan kepribadian. 2) Locus Of Control (Pengendalian Diri) dapat diukur dan diidentifikasi indikator-indikatornya. 3) LOC siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru bervariasi. Hipotesis : Terdapat perbedaan Locus Of Control siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru yang melanggar disiplin sebelum dan sesudah BKp dilaksanakan tahun ajaran 2011/2012. Hasil penelitian: 1) Temuan penelitian menunjukkan, bahwa Locus Of Control siswa yang tergolong sedang sebanyak 17 orang (56,7%), yang tergolong tinggi sebanyak 6 orang (20%) dan yang tergolong katagori rendah sebanyak 7 orang (23,3%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Locus Of Control siswa yang lemah di SMP N 10 Pekanbaru sebelum bimbingan kelompok berkategori sedang. 2) Temuan penelitian menunjukkan bahwa Locus Of Control siswa sesudah diberikan layanan BKp tergolong sedang sebanyak 0 orang (0%) yang tergolong tinggi sebanyak 0 orang (0%) dan yang tergolong katagori rendah sebanyak 30 orang (100%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Locus Of Control siswa di SMP
N 10 Pekanbaru sesudah bimbingan kelompok berkategori rendah. 3) Terdapat pengaruh yang signifikan antara Locus Of Control siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok. Berdasarkan hasil uji t dimana dapat dilihat harga thitung lebih besar dari ttable yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi determinan diperoleh nilai R2 = 0,44 yang berarti terdapat 44% sumbangan layanan bimbingan kelompok terhadap peningkatan skor Locus Of Control siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru. 4) Kontribusi bimbingan kelompok terhadap Locus Of Control (pengendalian diri) siswa yang melanggar disiplin sekolah kelas VIII sebesar 44 %.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah berperan dalam mempersiapkan siswa untuk dapat memecahakan
masalah kehidupan masa kini dan masa datang dengan memaksimalkan potensi-
potensi yang ada dalam dirinya. Pengembangan potensi diri siswa perlu
diperhatikan agar mereka dapat berkembang secara baik akan memperhatikan
tingkah laku dan sikap yang baik, sebaliknya anak yang tidak berkembang dengan
baik akan memperlihatkan tingkah laku yang kurang positif seperti : tidak percaya
diri, suka menyendiri, tidak berani mengeluarkan pendapat, mudah menyerah,
larangan orang tua, berbuat rusuh dan sebagainya.
Bimbingan dan konseling sebagai profesi berfungsi untuk membantu
individu dalam melakukan pembenahan diri, mencegah dan mengentaskan
masalah, pemeliharaan dan pengembangan potensi diri serta melakukan fungsi
advokasi bagi individu ataupun kelompok yang memerlukan pembelaan diri bila
harkat dan martabat kemanusiaan terabaikan.
Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan
bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna
mencapai suatu tujuan tertentu. Layanan yang diberikan dalam suasana kelompok
selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa
membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat
sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa untuk pengendalian diri
yang positif. Selain itu apabila dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik
maka anggota kelompok saling menolong, menerima dan berempati dengan tulus.
Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif yang
memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan
orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan
masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku
baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri.
Berdasarkan observasi yang diperoleh di SMPN 10 Pekanbaru yaitu
adanya siswa yang memiliki perasaan rendah diri dan adanya siswa yang
mempunyai perasaan tidak mampu melaksanakan tugas. Seseorang bisa mencapai
pengendalian diri atas hal-hal besar hanya melalui pengendalian diri atas hal-hal
yang kecil. Ia harus mempelajari dirinya sendiri untuk menemukan bagian mana
dari dirinya yang lemah, elemen apa dalam dirinya yang menghalanginya dari
kesuksesan.
Berdasarkan prasurvey gejala-gejala yang muncul dilapangan pada siswa
kelas VIII di SMP N 10 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012 bahwa:
a. Dari 30 orang, terdapat 15 orang (50%) siswa yang bertingkah laku lambat
mengerjakan soal-soal ujian dan menyontek jawaban dari teman-temannya.
b. Dari 30 orang, terdapat 20 orang (67%) siswa yang bertingkah laku sering
melanggar peraturan sekolah seperti perpakaian tidak rapi.
c. Dari 30 orang, terdapat 6 orang (20%) siswa yang bertingkah laku sering
berkelahi di sekolah.
d. Dari 30 orang, terdapat 20 orang (67%) siswa yang bertingkah laku sering
absen atau cabut dari sekolah.
Diharapkan bimbingan kelompok dijadikan wahana pemahaman nilai-nilai
positif bagi siswa, khususnya sikap pengendalian diri positif yang tidak hanya
dengan pendekatan personal namun dengan pendekatan kelompok seperti
bimbingan kelompok yang akan lebih optimal karena para siswa tidak akan
merasa terhakimi oleh keadaan sendiri, mereka juga akan merasa mendapat
pembinaan dan informasi yang positif untuk mengendalikan diri yang positif.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk mencoba menyusun program
eksperiment melalui layanan bimbingan kelompok dengan judul “Pengaruh
Bimbingan Kelompok Terhadap Locus Of Control (Pengendalian Diri)
Siswa Yang Melanggar Disiplin Sekolah Kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru
Tahun Ajaran 2011/2012“.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang
melanggar disiplin sebelum dilaksanakan bimbingan kelompok siswa kelas
VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011 ?
2. Bagaimana gambaran Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang
melanggar disiplin sesudah dilaksnakan bimbingan kelompok siswa kelas VIII
SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011 ?
3. Apakah ada pengaruh Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang
melanggar disiplin sebelum dan sesudah dilaksnakan bimbingan kelompok
siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011 ?
4. Seberapa besarkah kontribusi Bkp terhadap Locus Of Control siswa kelas VIII
SMPN 10 Pekanbaru?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan:
a. Untuk mengetahui gambaran Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa
yang melanggar disiplin sebelum dilaksankan bimbingan kelompok siswa
kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011.
b. Untuk mengetahui gambaran Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa
yang melanggar disiplin sesudah dilaksanakan bimbingan kelompok siswa
kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011.
c. Untuk mengetahui pengaruh Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa
yang melanggar disiplin sebelum dan sesudah dilaksnakan bimbingan
kelompok siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011.
d. Untuk mengetahui kontribusi Bkp terhadap Locus Of Control siswa kelas VIII
di SMPN 10 Pekanbaru.
2) Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk melatih penulis melakukan penelitian secara ilmiah sebagai syarat
untuk menyelesaikan studi sarjana pendidikan bimbingan konseling pada
FKIP UR.
b. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan memperluas cakrawala
berpikir bagi penulis tentang Locus Of Control (pengendalian diri).
c. Sebagai masukan bagi instansi terkait yang terlibat dalam bidang pendidikan
terutama dalam memperlihatkan perkembangan dan kemajuan siswa.
d. Untuk menjadi bahan penelitian lebih lanjut bagi pihak terkait dimasa yang
akan datang.
D. Keterkaitan Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel yakni locus of control
(pengendalian diri) sebelum BKp (variabel X1) dan locus of control
(pengendalian diri) sesudah BKp (variabel X2) SMPN 10 Pekanbaru. Untuk lebih
jelas dapat dilihat keterkaitan variabel dalam penelitian pada skema berikut:
E. Definisi Operasional
1. Locus Of Control
Rotter (1966) yang dikutip dalam Prasetyo (2002) menyatakan bahwa
Locus of Control merupakan “generalized belief that a person can or cannot
control his own destiny” atau cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa
Locus Of Control (Pengendalian Diri)
sebelum BKp (X1)
Locus Of Control (Pengendalian Diri)
Sesudah BKp (X2)
Dibedakan
apakah dia merasa dapat atau tidak mengendalikan perilaku yang terjadi padanya.
Konsep locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter berdasarkan
pendekatan Social Learning Theory (Wolman,1977;443). Menurut Pervin (dalam
Smet,1994;181) konsep locus of control adalah bagian dari Social Learning
Theory yang menyangkut kepribadian dan mewakili harapan umum mengenai
masalah faktor – faktor yang menentukan keberhasilan pujian dan hukuman
terhadap kehidupan seseorang. Locus Of Control (pengendalian diri), yang
merupakan keyakinan secara pribadi kebenarannya, tidak menggantungkan pada
faktor nasib.
Locus of Control sebagai instrument yang mengukur keyakinan seseorang
terhadap peristiwa yang terjadi pada dirinya atau diluar dirinya. Ada dua macam
Locus of Control yaitu kecenderungan seseorang internal atau external.
Karakteristik individu yang locus of controlnya mempunyai skor dibawah 13
kecenderungan internal. Ini menunjukkan individu tersebut mempunyai
keyakinan bahwa diri sendirilah yang bertanggung jawab atas kesuksesan atau
kegagalan yang dialaminya. Begitu juga sebaliknya, karakteristik individu yang
locus of controlnya diatas 11,5 cenderung external. Hal itu menunjukkan bahwa
individu mempunyai keyakinan bahwa keberhasilan dan kegagalan yang terjadi
pada dirinya lebih disebabkan karena nasib, keberuntungan atau kesempatan, serta
kekuasaan orang lain dan bukan merupkan tanggung jawab diri sendiri.
2. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan Bimbingan kelompok merupakan bentuk usaha pemberian
bantuan kepada orang-orang yang memerlukan. Suasana kelompok yaitu
hubungan dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat merupakan
wahana dimana masing-masing anggota kelompok itu ( secara perorangan ) dapat
memanfaatkan semua informasi, tanggapan dan berbagai reaksi dari anggota
kelompok lainnya untuk kepentingan dirinya yang bersangkut paut dengan
pengembangan diri angota kelompok yang bersangkutan ( Prayitno, 1995:23 ).
Dalam suatu kelompok dikenal adanya anggota kelompok dan pemimpin
kelompok. Lima hal yang perlu diperhatikan dalam menilai apakah kehidupan
sebuah kelompok baik atau kurang baik,yaitu (Prayitno, 1995:27):
1. Saling hubungan yang dinamis antar anggota
2. Tujuan bersama
3. Hubungan antara besarnya kelompok dan sifat kegiatan kelompok
4. Itikad dan sikap terhadap orang lain
5. Kemampuan mandiri.
BAB II
LANDASAN TEORI / TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Bimbingan Kelompok
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Untuk memperoleh pemahaman tentang bimbingan, akan dikemukakan
beberapa definisi-definisi bimbingan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
Menurut Tohirin (2007: 170) menyebutkan bahwa definisi bimbingan
kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu (siswa) melalui
kegiatan kelompok. Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk
menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat
mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri (dalam
Winkel & Sri Hastuti, 2004: 565).
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008: 64) layanan bimbingan yang
memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh
berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor)
yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun
pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
Menurut Prayitno (1995:65) Bimbingan dan konseling kelompok
bermaksud memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya
membimbing individu-individu yang memerlukan. Media dinamika kelompok ini
adalah unik dan hanya dapat ditemukan dalam suatu kelompok yang benar-benar
hidup”. Dalam kegiatan bimbingan kelompok, dinamika kelompok sengaja
diciptakan dan ditumbuhkan dan dimanfatkan untuk mencapai tujuan bimbingan
dan konseling.
Dari ketiga definisi di atas dapat penulis berkesimpulan bahwa bimbingan
merupakan suatu proses untuk memberi bantuan kepada individu agar individu itu
dapat mengenal dirinya dan dapat memecahkan masalah-masalah hidupnya
sendiri sehingga ia dapat menikmati hidup dengan bahagia. B imbingan kelompok
adalah salah satu teknik dalam bimbingan kelompok untuk memberikan bantuan
kepada peserta didik/siswa yang dilakukan oleh seorang pembimbing/konselor
melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya
masalah-masalah yang dihadapi anak.
Layanan bimbingan kelompok memungkinkan sejumlah peserta secara
bersama-sama memperoleh bahan, kesempatan, baik dari pembimbing maupun
dari semua teman anggota membahas berbagai topik yang sangat berguna untuk
pertimbangan pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini yang digunakan dan
yang akan diteliti ialah pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap locus of
control (pengendalian diri) siswa.
http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/01/14/pengertian-bimbingan-kelompok/
2. Tujuan Bimbingan Kelompok
Tujuan menurut para ahli sebagai berikut:
a. Menurut Amti (1992:108), tujuan dari kegiatan bimbingan kelompok adalah:
1. Tujuan umum layanan bimbingan kelompok secara umum, bimbingan
kelompok bertujuan untuk membantu murid-murid yang mengalami masalah
melalui prosedur kelompok. Suasana kelompok yang berkembang dapat
merupakan tempat bagi siswa untuk memanfaatkan semua informasi,
tanggapan dan berbagai reaksi teman-temannya untuk kepentingan pemecahan
masalah.
2. Tujuan Khusus Layanan Bimbingan Kelompok. Secara khusus bimbingan
kelompok bertujuan:
a. Melatih murid-murid untuk berani mengemukakan pendapat dihadapan
teman-temannya, yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk ruang
lingkup yang lebih besar seperti berbicara di hadapan orang banyak, di
forum-forum resmi dan sebagainya.
b. Melatih murid-murid untuk dapat bersikap terbuka di dalam kelompok:
1) Melatih murid-murid untuk dapat membina keakraban bersama teman-
teman dalam kelompok khususnya, dan dengan teman-teman lain di luar
kelompok pada umumnya.
2) Melatih murid-murid untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan
kelompok.
3) Melatih murid-murid untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang
lain.
4) Melatih murid-murid untuk memperoleh keterampilan sosial.
5) Membantu murid-murid mengenali dan memahami dirinya dalam
berhubungan dengan orang lain.
b. Menurut Prayitno, tujuan bimbingan kelompok adalah:
1) Memberikan informasi kepada peserta kelompok;
2) Menyusun rencana dan membuat keputusan;
3) Saling menelaah antar peserta kelompok.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
bimbingan kelompok adalah:
a. Pengembangan pribadi;
b. Membahas masalah-masalah yang ada dalam kelompok untuk saling
menelaah dan memberi pemahaman bahwa masalah tidak khusus untuk
individu tetapi peserta lain ikut mengambil bagian dalam rangka mengambil
keputusan penyelesaian masalah;
c. Memberi kesempatan kepada semua peserta untuk mengungkapkan perasaan
diri sendiri;
d. Membantu peserta belajar memahami perasaan peserta lain dalam mengatasi
masalahnya.
3. Komponen Bimbingan Kelompok
Dalam bimbingan kelompok yang menjadi eksperiment dalam penelitian ini
memiliki dua komponen utama, yaitu:
1. Pimpinan kelompok
Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang
menyelenggarakan praktik konseling professional yang memiliki sertifikasi
dan lisensi.
2. Peserta atau anggota kelompok
Jumlah anggota dalam kegiatan bimbingan kelompok relative sifatnya, namun
bila jumlahnya terlalu kecil (2-3) orang atau terlalu besar (melebihi 10) orang
keefektifan kegiatan kelompok akan kurang. Seyogyanya jumlah peserta
antara 7 sampai 10 orang sehingga pembahasannya lebih luas dan dalam,
partisipasi aktif individual dalam dinamika kelompok lebih intensif,
kesempatan berbicara dan memberikan/menerima “sentuhan” dalam
kelompok cukup tinggi.
4. Tahap Penyelenggaraan
Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40)
ada empat tahapan, yaitu:
Tahap I Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap
memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada
umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan
tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing,
sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan
kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan
kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta
menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini.
Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana
cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh
anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.
Tahap II Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada
kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota
kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan
dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah,
artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang
sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok,
dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti
jembatan itu dengan selamat.
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) Menjelaskan kegiatan
yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; 2) menawarkan atau mengamati
apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3)
membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan kemampuan keikutsertaan
anggota; 5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu:
1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka
2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih
kekuasaannya.
3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
4. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati.
Tahap III Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang
menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut
perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa
yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur
proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan
memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:
1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik
bahasan.
2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.
3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.
4. Kegiatan selingan.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya
masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota
kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara
mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis
dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun
perasaan.
Tahap IV Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama
bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang
telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil
yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan
sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang
menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan
kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang
dilakukan pada tahap ini, yaitu:
1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil
kegiatan.
3. Membahas kegiatan lanjutan.
4. Mengemukakan pesan dan harapan.
5. Teknik dalam Kegiatan Bimbingan Kelompok
Teknik umum untuk pengembangan dinamika kelompok meliputi:
1. Komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka
2. Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan
diskusi, analisis, pengembangan argumentasi
3. Dorongan minimal untuk memantapkan respondan aktifitas anggota
kelompok
4. Penjelasan, pendalaman dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan
analisis, argumentasi dan pembahasan
5. Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku (baru) yang dikehendaki.
B. Locus Of Control (Pengendalian diri)
1. Pengertian Locus Of Control
Hurlock (1990) mengatakan kontrol diri berkaitan dengan bagaimana
individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya.
Kendali/kontrol diri (self-control) adalah pengaruh atau regulasi seseorang
terhadap fisik, perilaku, dan proses-proses psikologisnya (Calhoun & Acocella,
1990). Ini merupakan hal yang sangat penting dalam hidup seseorang. Pertama,
kontrol diri berperan dalam hubungan seseorang dengan orang lain. Hal ini tidak
lepas dari kenyataan bahwa kita tidak hidup sendirian, melainkan di dalam
kelompok, di dalam masyarakat. Padahal, kita memiliki kebutuhan pribadi seperti
makanan, minuman, kehangatan, dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut kita perlu mengendalikan diri sedemikian rupa, supaya tidak
mengganggu orang lain. Kedua, kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan
pribadi. Setiap orang, dari budaya mana pun, selalu berharap mencapai tujuan
tertentu dalam hidupnya. Contohnya, tujuan untuk memiliki kompetensi tertentu,
mencapai kematangan pribadi, dan sebagainya, sesuai dengan standar yang ada
dalam masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut kita perlu belajar dan
berusaha terus-menerus, dan mengendalikan diri dengan menunda pemuasan
kebutuhan-kebutuhan sesaat demi mencapai tujuan jangka panjang.
Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sebaik-baiknya,
kita akan menjadi pribadi yang efektif, sehingga dapat secara konsisten merasa
bahagia, bebas dari rasa bersalah, hidup lebih konstruktif, dapat menerima diri
sendiri, dan juga diterima oleh masyarakat.
2. Aspek-Aspek Kontrol Diri
Averill berpendapat (dalam Latipah, 2002) terdapat tiga aspek kontrol
diri, yaitu: pertama kontrol perilaku (behavioral control), mengontrol kognisi
(cognitive control), dan mengontrol keputusan (decisional control).
a. Kontrol perilaku (behavioral Control) adalah kemampuan untuk memodifikasi
suatu keadaan yang tidak menyenangkan, kemampuan ini terdiri dari:
1) Kemampuan mengontrol perilaku yaitu kemampuan untuk menentukan
siapa yang mengendalikan situasi. Individu yang dirinya baik akan mampu
mengontrol perilaku, akan mampu mengontrol perilaku dengan
kemampuan dirinya, bila tidak mampu maka individu akan menggunakan
sumber eksternal untuk mengatasinya.
2) Kemampuan mengontrol stimulus yakni kemampuan untuk menghadapi
stimulus yang tidak diinginkan dengan cara mencegah atau menjauhi
sebagian dari stimulus, menempatkan tenggang waktu diantara rangkaian
stimulus yang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum berakhir dan
membatasi intensitas stimulus.
b. Kontrol kognitif (cognitive control) yaitu kemampuan individu untuk
mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasikan,
menilai, atau memadukan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif
sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Kemampuan ini
meliputi:
(1) Kemampuan mengantisipasi peristiwa atau keadaan melalui berbagai
pertimbangan secara relatif-objektif dan ini didukung oleh informasi yang
dimilikinya.
(2) Kemampuan menafsirkan peristiwa atau keadaan dengan cara
memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.
c. Kontrol dalam mengambil keputusan (decisional control) adalah kemampuan
untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakini atau disetujui.
Kontrol pribadi dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya
suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk
memilih beberapa hal yang sama memberatkan.
Dengan demikian, maka aspek-aspek dalam kemampuan mengontrol
diri yang akan diukur adalah kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan
mengontrol stimulus, kemampuan mengatisipasi suatu peristiwa, kemampuan
menafsirkan suatu peristiwa dan kemampuan mengambil keputusan.
3. Cara-Cara Mengembangkan Kemampuan Kontrol Diri
Kontrol diri menggambarkan kemampuan individu untuk mengontrol
lingkungan pribadi sebagai kebutuhan instrinsik. Selain dapat mereduksi efek
psikologis yang negatif yang bersumber dari atressor lingkungan, control diri juga
dapat digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat pencegahan. Secara
umum, strategi untuk memaksimalkan control diri dapat digolongkan dalam tiga
kategori (Wandersman, dalam Syamsul Bachri Thaib, 2010: 112), yaitu:
a. Memodifikasi lingkungan menjadi responsif atau menunjang tujuan-tujuan
yang dicapai oleh individu. Pada prinsipnya arah ini menempatkan subjek
(lingkungan) sebagai sentral atau pusat pengembangan.
b. Memperbanyak informasi dan kesempatan untuk menghadapi atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Subjek atau individu menjadi fokus
atau sentral pengembangan.
c. Menggunakan secara lebih efektif kebebasan memilih dalam pengaturan
lingkungan.
Bimo Walgito, (2010:145), menjelaskan, “disiplin terhadap diri sendiri
(self-dicipline) harus ditanamkan dan dimiliki oleh tiap-tiap individu. Walaupun
mempunyai rencana belajar yang baik, namun hal itu akan tetap tinggal rencana
kalau tidak ada disiplin diri”.
http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2205556-pengertian-kontrol
diri//#ixzz1ZhYVp500
Locus of control sebagai instrument yang mengukur keyakinan
seseorang terhadap peristiwa yang terjadi pada dirinya atau diluar dirinya. Ada
dua macam LOC yaitu kecenderungan seseorang internal atau eksternal.
BAGAIMANA KEYAKINAN SESEORANG BERKENAAN
DENGAN PERISTIWA-PERISTIWA YANG DIALAMINYA
Peristiwa
EXTERNAL LOCUS OF INTERNAL LOCUS CONTROL OF CONTROL
Kontrol Internal dan Eksternal
Kontrol perilaku yang bersumber dari dalam diri biasanya disebut
sebagai kontrol internal, dan yang bersumber dari luar diri disebut kontrol
eksternal. Dalam kontrol diri (internal), individu mengatur perilaku dan standar
NASIB
KEBETULAN
KEBERUNTUNGAN
RETAK TANGAN
Orang Lain
KEKUATAN MAGIS
HUKUM ALAM
KEPALA KERAS
DISIPLIN
RENCANA MATANG
KECAKAPAN
Sikap
KECELAKAAN PROMOSI JABATAN
TIDAK LULUS MENANG BERTANDING
LAMARAN DITOLAK JUARA KELAS
BERCERAI PERUSAHAN BERUNTUNG
BANJIR LINGKUNGAN
kinerjanya sendiri; memberi ganjaran bagi dirinya sendiri bila berhasil mencapai
tujuan; dan menghukum dirinya sendiri bila tidak berhasil mencapai tujuan.
Di sisi lain, dalam kontrol eksternal, individu menempatkan orang lain
sebagai penentu (yang menjadi penyebab) perilaku, standar kinerja, dan ganjaran-
ganjaran yang diperolehnya. Dari dua jenis kontrol perilaku tersebut, kontrol
pribadi (internal) dinilai lebih berharga. Sepanjang kita menggantungkan diri pada
kontrol eksternal, kehidupan kita sebagian besar ditentukan oleh orang lain.
Sebaliknya, dengan mengembangkan kontrol diri (internal) berarti kita
mengendalikan dua hal: diri sendiri dan dunia sekitar kita.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Asumsi dan Hipotesis
1. Asumsi
a. Data LOC dapat diperoleh melalui skala kecendrungan kepribadian.
b. Locus Of Control (Pengendalian Diri) dapat diidentifikasi dan diukur
indikator-indikatornya dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan
oleh Rotter.
c. LOC siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru bervariasi.
2. Hipotesis
Terdapat perbedaan Locus Of Control siswa kelas VIII SMPN 10
Pekanbaru yang melanggar disiplin sebelum dan sesudah BKp dilaksanakan
tahun ajaran 2011/2012.
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan seluruh subyek penelitian (Iskandar, 2008:68).
Menurut Nawawi (Iskandar, 2008:68) populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan,
gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian.
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII yang terdaftar di SMP N 10 Pekanbaru tahun ajaran 2011/2012 dan telah
memperoleh layanan bimbingan dan konseling.
b. Sampel
Teknik pengambilan sample menggunakan purposive sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan penilaian subjektif peneliti berdasarkan pada
karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan
karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya dengan pertimbangan
tertentu (Iskandar, 2008:74). Berdasarkan hal tersebut maka sampel
penelitian ini merupakan siswa kelas VIII yang memiliki permasalahan dalam
Locus Of Control. Untuk lebih jelasnya anggota sampel pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. I. Populasi dan Sampel Penelitian
NO KELAS SAMPEL
1 VIII1 35 3
2 VIII2 35 2
3 VIII3 35 3
4 VIII4 36 2
5 VIII5 35 1
6 VIII6 35 5
7 VIII7 35 4
8 VIII8 35 6
9 VIII9 35 4
Jumlah 316 30
(Sumber : SMPN 10 Pekanbaru, 2011/2012)
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan rancangan ini adalah
sebagai berikut:
1. Memilih tiga kelompok yang anggotanya memiliki Locus Of Control
(pengendalian diri) yang lemah.
2. Melaksanakan pre test pada ketiga kelompok itu
3. Memberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok pada setiap
kelompok.
4. Setelah selesai memberikan perlakuan kepada setiap kelompok, berikan
post test kepada setiap kelompok.
5. Mencari perbedaan sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan
kelompok dengan menggunakan rumus statistik.
Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan tiga kelompok yang diberikan layanan bimbingan kelompok
dengan topik tugas yaitu Locus Of Control (pengendalian diri) siswa.
Pemberian layanan dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali pertemuan yang
masing-masing berlangsung sekitar 90 menit dilaksanakan 2 kali dalam
seminggu. Untuk setiap kali kegiatan diimplementasikan keempat tahapan
layanan bimbingan kelompok, yaitu tahap pembentukan, peralihan, kegiatan,
dan pengakhiran dengan topik tugas yang berkelanjutan. Kemudian pada
tahap akhir dilaksanakan post test pada ketiga kelompok untuk menguji
hipotesis penelitian.
Topik – topik yang digunakan dalam setiap pertemuan bimbingan kelompok
adalah sebagai berikut:
Tabel. II. Jadwal kegiatan BKp dan materi yang dibahas pada BKp
No. Pertemuan Materi Waktu Tempat
1 Pertemuan I Membolos 12-01-2012 Perpustakaan
2 Pertemuan II Tawuran 17-01-2012 Ruang BK
3 Pertemuan III Menyontek 25-01-2012 Ruang BK
C. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini dilakukan dengan eksperimental pola One
group. Menurut R. Arlizon (2007) dalam antini (2010:19) bahwa metode one grup
eksperiment menggunakan hanya satu kelompok dan dapat diterapkan dalam
beberapa bentuk, antara lain : One group pre-test dan pos-test desingn. Dengan
“Pola sebelum dan sesudah” dengan struktur.
Keterangan :
O1 : Tes sebelum Bimbingan kelompok / sebelum treatment di berikan
O2 : Tes sesudah Bimbingan kelompok /sesudah treatment di berikan
X : Treatment yang diberikan untuk melihat pengaruhnya dalam eksperiment
D. Data dan Alat Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket
tentang Locus of control (pengendalian diri). Untuk keperluan pengelolah data
kita perlu membuat penskoring terhadap jawaban responden terdiri dari pilihan A
dan B yang diyakini dalam diri siswa. Dengan total skor maksimal 23 dari 29
item.
O1 X O2
Instrument atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
berupa skala yang dikembangkan oleh Rotter (1966) yang terdiri dari 29 item
pernyataan, dengan alternatif jawaban item positif yang diberi skor 1 pada
jawabanya A dan skor 0 pada jawaban B. Sebaliknya untuk item Negatif diberi
Skor 0 Pada jawaban A dan Skor 1 pada jawaban B. Adapun indikator yang akan
diteliti dapat dilihat dalam kisi-kisi berikut ini:
Tabel. III
Kisi-Kisi Instrument Inventory Locus Of Control
No Variabel Indikator Nomor Item Jumlah
1. Locus Of
Control
1. Internal 2,6,7,9,16,17,18,20,21,23,25,29 12
2. Externa
l
3,4,5,10,11,12,13,15,22,26,28 11
3. Filler 1,8,14,19,24,27 6
(Sumber : Rotter’s locus of control scale)
E. Teknik Analisa Data
Teknik Analisa data yang dipakai dalam penelitian ini ada tiga jenis yaitu :
1. Untuk mengetahui pengendalian diri siswa, maka dalam penelitian ini teknik
yang digunakan untuk mencari persentase pengendalian diri siswa adalah
dengan Rumus (Anas Sudijono, 2004 : 4) sebagai berikut:
P = fN
x 100%
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekuensi data Penelitian
N : Jumlah Responden
100% : Bilangan Tetap
2. Untuk mengelompokkan kepercayaan diri siswa atas 3 kategori, dipakai rumus Kurva Normal dengan patokan sebagai berikut:
Kategori tinggi
M + 1 SD
Kategori sedang
M – 1 SD
Kategori Rendah
(Anas Sudijono, 2001:16)
3. Untuk menguji hipotesa sebagai upaya penarikan kesimpulan dari penelitian
ini, maka digunakan uji tes (t-tes) dalam Sugiyono ( 2010:122 ) dengan
rumusan sebagi berikut:
t=x1−x2
√ s12
n1
+s2
2
n2
−2 r ( s1
√n1)( s2
√n2)
Keterangan :
x1=rata−rata sampel1
x2=rata−rata sampel2
s1=Simpangan bukusampel 1
s2=Simpangan bukusampel 2
s12=Varians sampel1
s22=Varians sampel2
r = Korelasi antar dua sampel
BAB IV
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
A. Persiapan pengumpulan data
Persiapan yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan alat pengumpul data yang relevan dengan judul penelitian
yaitu tentang pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap Locus Of
Control (pengendalian diri) siswa yang melanggar disiplin sekolah kelas
VIII SMPN 10 Pekanbaru TA. 2011/2012.
2. Mengajukan permohonan izin turun penelitian melalui surat atas nama
Dekan FKIP-UNRI dan Izin Kepala sekolah SMPN 10 PEKANBARU.
3. Setelah disetujui, maka peneliti langsung kelapangan menjumpai Kepala
sekolah SMPN 10 PEKANBARU, dan selanjutnya diadakan kesepakatan
tentang penjadwalan pengumpulan data tersebut.
B. Pelaksanaan Pengumpulan data
Dalam proses pelaksanaan pengumpulan data, langkah-langkah yang akan
ditempuh antara lain:
1. Memberikan penjelasan kepada pihak sekolah, dalam hal ini adalah kepada
kepala sekolah dan terutama kepada guru BK SMPN 10 Pekanbaru tentang
tujuan penelitian ini dan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok.
2. Memberikan informasi kepada responden tentang maksud dan tujuan
dilakukan penyebaran instrumen.
3. Pengumpulan data dilakukan pada jam pelajaran pengembangan diri.
4. Pengumpulan data dilaksanakan dikelas VIII SMPN 10 Pekanbaru
5. Pelaksanaan pengisian instrumen diawali dengan petunjuk yang diberikan
langsung oleh peneliti dan memberikan penjelasan tentang beberapa item
yang mungkin kurang dipahami siswa.
6. Pengisian instrument penelitian pertama kali diberikan sebelum
dilaksanakanya bimbingan kelompok.
7. Melaksanakan layanan bimbingan kelompok kepada siswa yang memiliki
Locus Of Control (pengendalian diri) yang lemah.
8. Pengisian instrumen penelitian kembali diberikan setelah dilaksanakan
bimbingan kelompok.
9. Setelah selesai proses pengumpulan data, maka dari setiap siswa yang
dijadikan responden dalam penelitian ini, yakni terdiri dari 30 orang siswa,
terkumpulkanlah data tentang Locus Of Control (pengendalian diri) siswa.
C. Seleksi data
Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya
adalah dilakukan penentuan data yang layak atau tidak layak serta memenuhi
syarat untuk diolah lebih lanjut dalam penelitian ini. Proses seleksi data yang
berupa skor atau nilai yang didapatkan setiap siswa, yaitu dengan cara melihat
kelengkapan skor atas penilaian masing-masing indikator yang dinilai. Apabila
terdapat blangko atau lembar skor/ nilai yang kurang lengkap atau tidak lengkap,
dalam salah satu indikator yang dinilai, maka hasil jawabannya dianggap kurang
memenuhi syarat danP dikeluarkan serta tidak diikutkan dalam analisis data pada
penelitian ini.
D. Pengolahan Dan Hasil Analisa Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data dapat di lihat pada tabel berikut ini:
TABEL. IVANALISIS SKOR LOCUS OF CONTROL
(PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN SEKOLAH
SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
NO SEBELUM SESUDAH X1 X2 X12 X2
2 X1 .X2
1 19 7 -0,7 -3,7 0,49 13,69 2,6
2 21 12 1,3 1,3 1,69 1,69 1,7
3 19 13 -0,7 2,3 0,49 5,29 -1,6
4 20 13 0,3 2,3 0,09 5,29 0,7
5 21 12 1,3 1,3 1,69 1,69 1,7
6 22 12 2,3 1,3 5,29 1,69 3,0
7 18 7 -1,7 -3,7 2,89 13,69 6,3
8 19 11 -0,7 0,3 0,49 0,09 -0,2
9 15 8 -4,7 -2,7 22,09 7,29 12,7
10 17 9 -2,7 -1,7 7,29 2,89 4,6
11 17 8 -2,7 -2,7 7,29 7,29 7,3
12 21 8 1,3 -2,7 1,69 7,29 -3,5
13 22 9 2,3 -1,7 5,29 2,89 -3,9
14 19 8 -0,7 -2,7 0,49 7,29 1,9
15 19 8 -0,7 -2,7 0,49 7,29 1,9
16 19 7 -0,7 -3,7 0,49 13,69 2,6
17 21 11 1,3 0,3 1,69 0,09 0,4
18 22 14 2,3 3,3 5,29 10,89 7,6
19 21 15 1,3 4,3 1,69 18,49 5,6
20 19 8 -0,7 -2,7 0,49 7,29 1,9
21 17 12 -2,7 1,3 7,29 1,69 -3,5
22 19 9 -0,7 -1,7 0,49 2,89 1,2
23 23 16 3,3 5,3 10,89 28,09 17,5
24 19 8 -0,7 -2,7 0,49 7,29 1,9
25 21 13 1,3 2,3 1,69 5,29 3,0
26 22 16 2,3 5,3 5,29 28,09 12,2
27 23 16 3,3 5,3 10,89 28,09 17,5
28 20 14 0,3 3,3 0,09 10,89 1,0
29 17 8 -2,7 -2,7 7,29 7,29 7,3
30 18 8 -1,7 -2,7 2,89 7,29 4,6
590 320 -1 -1 114,7 262,7 115,7
∑= 590
X = 19,7
∑=320
X= 10,7∑X1= -1 ∑X2= -1
∑ = 114,7
S1 = 1,95
S12 = 3,80
∑ = 262,7
S2 = 2,96
S22 = 8,76
∑ = 115,7
Sumber : data olahan penelitian (2012)
2. Hasil analisa data
Berdasarkan tabel diperoleh data LOC siswa yang melanggar disiplin
sekolah sebagai berikut:
a. Gambaran Locus Of Control (pengendalian diri) siswa yang melanggar
disiplin sekolah kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru TA. 2011/2012 sebelum
diberikan layanan bimbingan kelompok.
Sebelum
1. ×1 = 19,7
2. ∑X2 = -1
3. S1 = 1,95
4. S12 = 3,80
Maka untuk menentukan tiga katagori (tinggi, sedang, rendah) Locus Of
Control siswa digunakan rumus kurva normal yang dikembangkan oleh Anas
Sudijono (2001 :16, dalam Zubainar, 25) yakni sebagai berikut:
M = rata-rata = 19,7
SD = 1,95
1. Kategori tinggi = skor lebih besar dari M + 1 SD
= 19,7 + 1 (1,95)
= 19,7 + 1,95
= 21.65
= 22
2. Kategori sedang = M - 1 SD sampai dengan M + 1SD
= 19,7 – 1 ( 1,95) sampai dengan 19,7 + 1 (1,95)
= 19,7 – 1,95 sampai dengan 19,7 + 1,95
= 17,75 sampai dengan 21,65
= 18 sampai dengan 22
3. Kategori rendah = skor lebih kecil dari M – 1 SD
= 19,7 – 1 (1,95)
= 19,7 – 1,95
= 17,75
= 18
Berdasarkan ketentuan diatas, maka dapat ditentukan tentang skor kategori
tinggi, sedang, dan rendah yakni :
Katagori tinggi = > 22
Katagori sedang = 18 - 22
Katagori rendah = < 18
Berdasarkan tolak ukur tingkat Locus Of Control siswa sebelum
bimbingan kelompok, maka dapat ditentukan tingkat Locus Of Control siswa
sebelum bimbingan kelompok seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel. V
Tolak ukur kategori LOC siswa sebelum bimbingan kelompok
No Kategori Rentang Skor F Persentase1 Tinggi > 22 6 202 Sedang 18 – 22 17 56,73 Rendah < 18 7 23,3
Jumlah 30 100 Sumber : data olahan penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat di ketahui tingkat Locus Of Control siswa
sebelum bimbingan kelompok sebagian besar termasuk kategori lemah, karena
semakin tinggi skor siswa semakin lemahlah Locus Of Control siswa tersebut dan
semakin rendah skor siswa maka semakin kuatlah Locus Of Control siswa
tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil pre test Locus Of Control siswa yang
tergolong sedang sebanyak 17 orang (56,7%), yang tergolong tinggi sebanyak 6
orang (20%) dan yang tergolong katagori rendah sebanyak 7 orang (23,3%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Locus Of Control siswa yang lemah
di SMP N 10 Pekanbaru sebelum bimbingan kelompok berkategori sedang.
b. Gambaran Locus Of Control (pengendalian diri) siswa yang melanggar
disiplin sekolah sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok
Sesudah
1. ×2 = 10,7
2. ∑X2 = -1
3. S2 = 2,96
4. S22 = 8,76
Tabel. VI
Tolak ukur kategori kepercayaan diri siswa sesudah bimbingan kelompok
No Kategori Rentang Skor F Persentase1 Tinggi > 22 0 02 Sedang 18 – 22 0 03 Rendah < 18 30 100
Jumlah 30 100 Sumber : data olahan penelitian
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tingkat Locus Of Control siswa
sesudah bimbingan kelompok sebagian besar termasuk kategori sedang, karna
semakin sedang skor siswa semakin sedanglah Locus Of Control siswa tersebut
dan semakin rendah skor siswa maka semakin kuatlah Locus Of Control siswa
tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil post test Locus Of Control siswa yang
tergolong sedang sebanyak 0 orang (0%) yang tergolong tinggi sebanyak 0 orang
(0%) dan yang tergolong katagori rendah sebanyak 30 orang (100%). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Locus Of Control siswa di SMP N 10
Pekanbaru sesudah bimbingan kelompok berkategori rendah.
c. Pengaruh LOC sebelum dan sesudah dilaksanakan BKp siswa kelas VIII
SMPN 10 Pekanbaru
Kemudian dilanjutkan mencari nilai koefisien determinan yaitu untuk
mengetahui seberapa besar sumbangan layanan bimbingan kelompok terhadap
Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang melanggar disiplin sekolah
dengan rumus sebagai berikut :
Korelasi Product Momen:
R ×1×2=n . ∑×1 ×2−(׿¿1)(׿¿2)√¿¿¿ ¿¿
R ×1×2=30 .115 ,7−(−1 )(−1)
√¿¿¿
R ×1×2=3471−1√¿¿¿
R ×1×2=3470
√(3440 ) (7880 )
R ×1×2=3470
√27107200
R ×1×2=3470
5206 ,46
R ×1×2=0 ,67
R2 = 0,44
R = 44%
Berdasarkan hasil perhitungan diatas bahwa koefisien korelasi antara X1
dengan X2 adalah sebesar 0,44. Interpretasi koefisien korelasi terhadap hasil
perhitungan diatas berdasarkan tabel interpretasi nilai r (Sugiyono,: 231)
dikategorikan SEDANG.
Tabel VII. Interpretasi Nilai r
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0,00 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah
Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Rendah
Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Sedang
Antara 0,60 sampai dengan 0,799 Kuat
Antara 0,80 sampai dengan 1,000 Sangat Kuat
Maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai t hitung,
t=x1−x2
√ s12
n1
+s2
2
n2
−2 r ( s1
√n1)( s2
√n2)
t= 19 , 7−10 , 7
√ 3 , 8030
+ 8 , 7630
−2(0 ,67)( 1 , 95√30 )( 2 , 96
√30 )t= 9
√0 ,127+0 ,292−2(0 , 67) (0 ,356 ) (0 ,540 )
t= 9
√0 , 419−0 , 258
t= 9
√0 ,161
t= 90 , 40
t = 22,5
Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel, yaitu
dari hasil perhitungan test “t”, terlihat bahwa hasil thitung sebesar 22,5. dengan df
yaitu:
dk = (n1 + n2 -2)
= (30 + 30 – 2)
= 58
Dengan dk = 58 dan bila taraf kesalahan di tetapkan sebesar 5% = 2,000 dan pada
taraf 1% = 2,660.
Maka dapat dilihat harga thitung lebih besar dari ttabel pada taraf 5% maupun
1% (22,5 > 2,000) atau (22,5 > 2,660). Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti penelitian Terdapat perbedaan yang signifikan antara
pengendalian diri siswa yang melanggar disiplin sekolah sebelum dan sesudah
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dikelas VIII SMP N 10 Pekambaru.
d. Kontribusi BKp terhadap LOC siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru
Dari hasil keputusan diatas dapat diinterpretasikan bahwa setelah diberi
layanan bimbingan kelompok terdapat perbedaan Locus Of Control siswa dengan
sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok. Hal ini dapat dilihat dari
perbedaan rata-rata dari skor Locus Of Control siswa sesudah diberikan layanan
bimbingan kelompok yaitu sebesar 320 ternyata lebih kecil dari rata-rata skor
Locus Of Control siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok yaitu
sebesar 590 dan berdasarkan hasil penghitungan koefisien determinan diperoleh
nilai R2 = 0,44 yang berarti terdapat 44% sumbangan layanan bimbingan
kelompok terhadap peningkatan skor Locus Of Control siswa kelas VIII SMPN
10 Pekanbaru.
BAB V
PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Pembahasan
Pada bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai hasil analisis data
dalam penelitian ini, yakni tentang pengaruh layanan bimbingan kelompok
terhadap Locus Of Control (pengendalian diri) siswa yang melanggar disiplin
sekolah Kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru. Sebelum ditarik kesimpulan, yang mana
pembahasan akan berkenaan dengan kecenderungan – kecenderungan hasil
analisa data sebagaimana yang tampak dalam diskripsi temuan yang ditelaah
dalam penelitian ini. Dari jawaban yang dikemukakan responden, melalui
pendekatan kuantitatif Locus Of Control siswa sebelum bimbingan kelompok dan
sesudah bimbingan kelompok di kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru diketahui dari
katagori tinggi, sedang dan rendah.
Layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan Locus Of
Control (penegndalian diri) siswa, selain itu ditemukan juga bahwa
perkembangan siswa dalam Locus Of Control (pengendalian diri) cukup baik. Hal
ini dibuktikan dengan kemampuan berani mengemukakan pendapat, keuletan,
menunjukkan bakat dan minat, senang bekerja mandiri maupun kelompok
semakin meningkat dibandingkan sebelum mengikuti layanan bimbingan
kelompok. Sesuai dengan ciri khas bimbingan kelompok yang bersifat dinamis,
bebas, terbuka, meluas dan mendalam yang memungkinkan berkembangnya
dinamika kejiwaan yang sehat. Dengan spontanitas, perasaan senang, gembira,
santai, nikmat, puas, bangga, dan katarsis dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sosial serta keterampilan belajar siswa SMP. Pada akhirnya
diperoleh Locus Of Control (pengendalian diri) siswa yang tinggi berdampak
positif terhadap hasil belajar siswa sesuai dengan standar sekolah.
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji t dan teknik persentase
sebagaimana dipaparkan pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan dari
penelitian ini yaitu:
1. Temuan penelitian menunjukkan, bahwa Locus Of Control siswa yang
tergolong sedang sebanyak 17 orang (56,7%), yang tergolong tinggi
sebanyak 6 orang (20%) dan yang tergolong katagori rendah sebanyak 7
orang (23,3%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Locus Of
Control siswa yang lemah di SMP N 10 Pekanbaru sebelum bimbingan
kelompok berkategori sedang.
2. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Locus Of Control siswa sesudah
diberikan layanan BKp tergolong sedang sebanyak 0 orang (0%) yang
tergolong tinggi sebanyak 0 orang (0%) dan yang tergolong katagori
rendah sebanyak 30 orang (100%). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Locus Of Control siswa di SMP N 10 Pekanbaru sesudah
bimbingan kelompok berkategori rendah.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Locus Of Control siswa
sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok.
Berdasarkan hasil uji t dimana dapat dilihat harga thitung lebih besar dari ttable
yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan berdasarkan hasil perhitungan
koefisien korelasi determinan diperoleh nilai R2 = 0,44 yang berarti
terdapat 44% sumbangan layanan bimbingan kelompok terhadap
peningkatan skor Locus Of Control siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru.
4. Kontribusi bimbingan kelompok terhadap Locus Of Control
(pengendalian diri) siswa yang melanggar disiplin sekolah kelas VIII
sebesar 44 %.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan temuan penelitian dan
kesimpulan penelitian ini maka dapat dikemukakan rekomendasi sebagai berikut:
1. Kepada guru BK SMPN 10 Pekanbaru hendaknya dapat terus melaksanakan
dan meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan bimbingan kelompok agar
menjadi primadona dari layanan bimbingan dan konseling serta siswa dapat
meningkatkan rasa Locus Of Control (pengendalian diri) siswa.
2. Kepada siswa hendaknya dapat menjalin hubungan yang lebih baik terhadap
guru BK dan dapat memanfaatkan layanan BK yang ada di sekolah untuk
memecahkan atau meningkatkan pemahaman terhadap kehidupan sekolah,
kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, masyarakat sehingga diharapkan
dapat meningkatkan prestasi yang optimal.
3. Bagi dinas pendidikan, prodi bimbingan dan konseling bekerjasama dengan
organisasi profesi (ABKIN) mengagendakan kegiatan workshop bimbingan
kelompok antar sekolah di kota Pekanbaru
4. Bagi peneliti selanjutnya agar meneliti pengaruh layanan bimbingan
kelompok yang lain. Penelitian ini dilakukan dengan sampel penelitian yang
terbatas, untuk itu disarankan kepada peneliti lain untuk menggunakan sampel
penelitian yang lebih besar dan topik bahasan yang lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono, (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Dewa, Ketut S. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.
Jakarta: Rineka Cipta.
http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2205556-pengertian-kontrol
diri//#ixzz1ZhYVp500
Iskandar (2008), Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: GP Press
Prayitno dan Erman Amti, (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Depdikbud
Prayitno, (1995). Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok. Penerbit Ghalia
Indonesia. Padang
Raja Arlizon, (2007). Metode Penelitian.
Sugiyono, (2010). Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Syamsul Bacri Thalib, (2010). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis. Empiris
Aplikatif, Kencana Prenada Media Group, Cetakan Ke I. Jakarta.
W. S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Gambaran Locus Of Control (pengendalian diri) siswa yang melanggar disiplin sekolah sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan
kelompok
NO SEBELUM
NO SESUDAH
1 19 1 7
2 21 2 12
3 19 3 13
4 20 4 13
5 21 5 12
6 22 6 12
7 18 7 7
8 19 8 11
9 15 9 8
10 17 10 9
11 17 11 8
12 21 12 8
13 22 13 9
14 19 14 8
15 19 15 8
16 19 16 7
17 21 17 11
18 22 18 14
19 21 19 15
20 19 20 8
21 17 21 12
22 19 22 9
23 23 23 16
24 19 24 8
25 21 25 13
26 22 26 16
27 23 27 16
28 20 28 14
29 17 29 8
30 18 30 8 Sumber : data olahan penelitian
LOCUS OF CONTROL (PENGENDALIAN DIRI)
Nama : Umur :
Kelas : Hari/Tanggal :
Angket ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masyarakat dapat mempengaruhi seseorang. Setiap butir angket ini berisi sepasang kemungkinan jawaban, yang dinyatakan dalam huruf ‘A’ dan ‘B’. Silahkan Anda pilih salah satu jawaban yang Anda yakini kebenarannya dan memang demikian adanya. Pastikan untuk memilih satu dari kedua pilihan itu, yang Anda yakini kebenarannya. Angket ini adalah suatu ukuran terhadap keyakinan yang bersifat pribadi, dan tentu saja tidak ada yang salah atau benar dalam setiap jawaban Anda. Pastikan Anda memberikan jawaban untuk setiap nomor dengan memberikan tanda ceklist ( ) pada setiap nomor pernyataan. Jawablah setiap lembar permasalahan dengan hati-hati. Walaupun demikian Anda tidak perlu menggunakan waktu Anda terlalu banyak untuk satu nomor permasalahan tertentu.
Dalam beberapa hal Anda dapat saja merasa ragu-ragu atau dua kemungkinan jawaban pada nomor-nomor tertentu, keduanya benar, atau tidak ada satupun yang benar. Untuk hal seperti itu Anda tetap diminta untuk memilih salah satu diantaranya, yaitu yang paling Anda percayai memang demikian adanya. Usahakanlah bahwa jawaban yang Anda berikan untuk setiap nomor yang terdahulu jangan sampai mempengaruhi untuk nomor berikutnya. Sekali lagi, pilihlah kemungkinan jawaban yang secara pribadi Anda benar.
Selamat bekerja dan terima kasih atas kerja sama dan perhatiannya.
NO SAYA YAKIN BAHWA1. a. Anak-anak mendapat masalah karena orang tua terlalu sering menghukum mereka.
b. Persoalan yang dialami anak-anak sekarang adalah sebagai akibat orang tua mereka terlalu longgar.
2. a. Banyak dari ketidakbahagiaan hidup manusia dikarenakan oleh nasib buruk.b. Ketidak beruntungan yang dialami manusia adalah akibat dari kesalahan-kesalahan
yang mereka lakukan.3. a. Salah satu alasan utama mengapa terjadi peperangan adalah karena masyarakat kurang
berminat dalam bidang politik.b. Selalu saja akan ada perang, tidak peduli bagaimana gigihnya manusia berupaya untuk
mencegahnya.4. a. Lama-kelamaan orang akan mendapatkan penghargaan yang memang menjadi hak
mereka di dunia ini.b. Sayangnya, kebaikan seseorang sering kali tidak tampak atau diakui meskipun betapa
susahnya dia berjuang.5. a. Gagasan atau pikiran bahwa guru tidak adil, adalah sama sekali tidak benar.
b. Kebanyakan siswa tidak menyadari bahwa nilai-nilai yang mereka peroleh dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang terjadi secara kebetulan.
6. a. Tanpa nasib baik, seseorang tidak akan dapat menjadi pemimpin yang berhasil.b. Orang-orang yang mampu tapi gagal menjadi pemimpin adalah karena mereka tidak ditakdirkan.
7. a. Bagaimana kerasnya Anda berupaya, sebagian orang lain akan tetap saja tidak menyukai Anda.b. Orang-orang yang tidak berhasil membuat orang lain menyukai mereka adalah mereka yang tidak mau tahu bagaimana cara bergaul.
8. a. Faktor keturunan memegang peranan amat penting dalam pembentukan kepribadian seseorang.b. Pengalaman seseorang dalam hidupnyalah yang menentukan akan menjadi siapa.
9. a. Saya sering menemukan bahwa apa yang akan terjadi, memang bakal terjadi.b. Dalam kehidupan, saya memutuskan untuk mengambil suatu tindakan lebih baik daripada percaya dan hanya menyerah pada nasib.
10. a. Bagi siswa yang betul-betul mempersiapkan diri, jarang sekali ada dugaan pada mereka bahwa ada tes yang tidak adil.b. Setiap kali pertanyaan dalam ujian tidak berhubungan sama sekali dengan materi.
11. a. Mencapai suatu kesuksesan adalah melalui kerja keras, nasib atau keberuntungan hanya sedikit atau tidak ada sama sekali hubungannya.b. Mendapatkan suatu pekerjaan yang bagus terutama sesekali bergantung pada nasib.
12. a. Masyarakat biasa dapat memberikan pengaruh terhadap keputusan-keputusan pemerintah.b. Dunia ini dikelola oleh sejumlah manusia yang memiliki kekuasaan, sehingga tidak banyak yang dilakukan rakyat kecil untuk hal-hal seperti itu.
13. a. Kalau saya membuat rencana, saya hampir dapat memastikan bahwa rencana tersebut akan dapat terlaksana.b. Tidak selalu bijaksana merencanakan sesuatu terlalu jauh, karena bagaimanapun juga banyak hal yang terpulang pada nasib baik atau buruk.
14. a. Ada sejumlah orang tertentu yang pada dasarnya memang tidak baik.b. Ada sesuatu yang baik dalam diri setiap orang.
15. a. Bila saya berhasil mendapatkan apa yang saya ingikan, hal itu sedikit saja atau tidak ada hubungannya sama sekali dengan keberuntungan.b. Untuk dapat melakukan pekerjaan yang tepat tergantung pada kemampuan atau kecakapan, nasib baik hanya sedikit atau tidak sama sekali pengaruhnya terhadap hal tersebut.
16. a. Siapa yang dapat menjadi bos seringkali bergantung pada siapa yang cukup beruntung untuk samapi pada posisi yang tepat pertama kali.b. Untuk dapat melakukan pekerjaan yang tepat tergantung pada kemampuan atau kecakapan, nasib baik hanya sedikit atau tidak sama sekali pengaruhnya terhadap hal tersebut.
17. a. Berkenaan dengan masalah-masalah dunia, kebanyakan kita adalah berbagai kekuatan yang tidak dapat kita pahami atau kendalikan.b. Dengan berperan aktif dalam urusan sosial dan politik, orang-orang mengendalikan peristiwa-peristiwa dunia.
18. a. Umumnya manusia tidak menyadari sejauh mana hidup mereka ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang bersifat kebetulan.b. Sebenarnya tidak ada yang disebut dengan ‘nasib baik’ itu.
19. a. Seseorang mestinya senantiasa mau mengakui kesalahan-kesalahannya.b. Umumnya lebih baik menutupi kesalahan-kesalahan sendiri.
20. a. Adalah sukar untuk mengetahui apakah seseorang adalah benar-benar menyukai Anda atau tidak.b. Beberapa banyak teman akrab Anda beruntung pada seberapa jauh Anda memiliki pribadi yang menyenangkan.
21. a. Lama-kelamaan hal-hal yang jelek yang menimpa kita akan diimbangi oleh hal-hal yang menyenangkan.b. Kemalangan atau ketidakberuntungan kebanyakan sebagai akibat kurang kemampuan,
ketidaktahuan, kemalasan, atau kombinasi ketiganya.22. a. Kadang-kadang masyarakat tidak perlu tahu tentang politik.
b. Adalah sukar bagi masyarakat untuk banyak mengawasi segala sesuatu yang dilakukan para politisi.
23. a. Kadang-kadang saja tidak bisa mengerti bagaimana guru menetapkan nilai/angka.b. Ada hubungan langsung antara kerja keras dalam belajar dengan nilai yang saya peroleh.
24. a. Pemimpin yang baik mengharapkan orang-orang yang dipimpinnya dapat memutuskan sendiri apa yang mesti mereka lakukan.b. Pemimpin yang baik mampu menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan masing-. masing orang
25. a. Sering kali saya merasa bahwa kerja keras hanya sedikit berperan terhadap hal-hal yang terjadi pada diri saya.b. Adalah tidak mungkin bagi saya, untuk percaya bahwa keberuntungan memainkan peranan penting dalam kehidupan saya.
26. a. Orang merasa kesepian karena merasa tidak berusaha untuk bersikap akrab/ramah.b. Tidak banyak gunanya berusaha keras menyenangkan orang lain, karena jika mereka. menyukai Anda, mereka akan menyukai Anda
27. a. Pelajaran olahraga merupakan cara yang amat baik untuk membangun kepribadian.b. Pembentukan tim olahraga merupakan cara yang amat baik untuk membangun kepribadian.
28. a. Apa yang terjadi pada diri saya adalah karena usaha saya sendiri.b. Kadang-kadang saya merasa bahwa saya tidak punya cukup kemampuan untuk mengontrol hidup saya.
29. a. Pada umumnya saya tidak mengerti mengapa politisi berperilaku sebagaimana yang mereka lakukan.b. Dalam jangka panjang rakyat akan bertanggung jawab terhadap kejelekan pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
Skor mentah sebelum BKP
skor SKOR
siswa1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1
2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
3 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1
4 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 15 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
6 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
7 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1
8 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1
9 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1
10 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1
11 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
12 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1
13 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
14 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0
15 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0
16 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
17 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
18 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
19 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
20 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0
21 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1
22 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
23 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
24 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1
25 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0
26 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
27 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
28 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
29 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1
30 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
Skor mentah sesudah BKP
skor SKOR
siswa1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0
2 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0
3 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0
4 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 15 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1
6 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
7 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1
8 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0
9 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1
10 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1
11 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
13 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0
14 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0
15 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0
16 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0
17 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0
18 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1
19 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1
20 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
21 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1
22 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0
23 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0
24 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
25 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1
26 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1
27 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1
28 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1
29 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0
30 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
A. DESKRIPSI UMUM
Layanan bimbingan konseling dapat diselenggarakan baik secara
perorangan maupun kelompok. Layanan bimbingan kelompok dan konseling
kelompok (BKp dan KKp), kedua layanan ini mengikut sertakan sejumlah
peserta dalam jumlah kelompok dengan satu orang pemimpin kelompok.
BKp dan KKp mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas
berbagai hal yangbberguna bagi pengembangan pribadi dan pemecahan
masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok. Dalam BKp
dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota
kelompok, sedangkan KKp dibahas masalah pribadi yang dialami oleh
masing-masing anggota kelompok. Baik topik umum maupun masalah pribadi
itu dibahas melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif,
diikuti oleh semua anggota dibawah pemimpin kelompok.
Layanan BKp dan KKp dapat diselenggarakan dimana saja, didalam
ruangan konseling ataupun diluar ruangan konseling, di sekolah ataupun
diluar sekolah. Dimanapun kedua layanan konseling itu dilaksanakan, harus
terjamin bahwa dinamika kelompok dapat berkembang dengan sebaik-baiknya
untuk mencapai tujuan layanan (Prayitno,2004:1).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan Layanan BKp dan KKp adalah berkembangnya
kemampuan bersosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi
peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa
kemampuan bersosialisasi atau berkomunikasi seseorang sering terganggu
oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif,
sempit dan terkadang kurang tidak efektif. Melalui layanan BKp dan KKp,
hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaandapat diungkapkan,
digolongkan, diringankan melalui berbagai cara. Pikiran yang suntuk,
buntu, atau beku dicairkan dan didinamikakan melalui berbagai masukan
dan tanggapan baru, persepsi dan wawasan yang menyimpang atau sempit
diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, penyadaran dan
penjelasan. Sikap yang tidak objektif dan tidak terkendali serta tidak
efektif digugat dan didobrak, Kalau perlu diganti baru yang lebih efektif.
Melalui kondisi dan proses berperasaan, berfikir, beresepsi dan
berwawasan yang terarah, luwes serta dinamis kemampuan
berkomunikasi, bersosialisasi dapat dikembangkan. Khususnya untuk
layanan KKp selain bertujuan sebagaimana BKp, juga bermaksud
mengentaskan masalahklien dengan memanfaatkan dinamika kelompok
(Prayitno, 2004).
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus BKp dan KKp pada kegiatan ini adalah untuk
membahas topik-topik yang berkenaan dengan LOC (pengendalian diri)
siswa yang melanggar disiplin sekolah yang terinspirasi dari buku
Bimbingan dan Konseling SMP untuk kelas VIII (Suzy Yulia Charlotte
dan Yulita Rintyastini) yang sangat inovatif dalam pembelajaran BK di
SMP. Siswa-siswi lebih merasa senang dan menemukan kreasi-kreasi
dalam hal menumbuhkan, membangkitkan dan mengembangkan rasa
pengendalian dalam dirinya sendiri.
C. AZAS-AZAS BIMBINGAN KELOMPOK
Adapun azas-azas dalam bimbingan kelompok ada 5, yaitu : (Prayitno,
2004:116)
1. Azas kerahasiaan
Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok segala sesuatu yang dibicarakan
anggota kelompok kepada pemimpin kelompok harus dijaga
kerahasiaannya. Azas kerahasiaan ini adalah kunci dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok sehingga mendapatkan kepercayaan dari semua
pihak.
2. Azas keterbukaan
Dalam pelaksanaa bimbingan kelompok diperlukan suasana keterbukaan,
baik dari konselor (PK), maupun dari pihak anggota kelompok. Kedua
belah pihak diharapkan bersedia membuka diri untuk kepentingan
memecahkan masalah dan kelancaran pelaksanaan bimbingan kelompok.
3. Azas kegiatan
Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, pemimpin kelompok hendaknya
dapat bekerja giat bersama anggota kelompok sehingga kegiatan
terlaksana dengan baik dan aktif.
4. Azas kenormatifan
Pada azas ini tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku,
norma agama, norma adat, norma hukum, dan kebiasaan sehari-hari.
Dalam kegiatan bimbingan kelompok seluruhisi layanan, prosedur, teknik
tidak boleh menyimpang dari norma-norma yang dimaksud.
5. Azas kesukarelaan
Pelaksanaan bimbingan kelompok, baik dari pihak anggota kelompok
maupun pemimpin kelompok (PK) diharapkan secara suka dan rela tanpa
ragu-ragu ataupun terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapi, serta
mengungkap fakta, data dan seluk beluk berkenaan dengan masalahnya
kepada konselor atau PK dan konselor hendaknya memberikan bantuan
dengan ikhlas.
D. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN
Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, melalui beberapa tahap yaitu,
1. Tahap pembukaan
2. Tahap peralihan
3. Tahap kegiatan
4. Tahap pengakhiran
Diakhir bimbingan kelompok peserta menyanyikan salah satu lagu, gelang
sepatu gelang atau sayonara.
PERTEMUAN I
PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK LOC
(PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN
SEKOLAH (TOPIK TUGAS)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok
A. Sebelum bimbingan kelompok
1. Menyebarkan skala kepada setiap anggota bimbingan kelompok
2. Menerangkan aspek-aspek LOC (pengendalian diri) yang perlu
dimiliki siswa
B. Kegiatan bimbingan kelompok
1. Tahap Pembukaan
1.1 Menerima secara terbuka dan mengucapkan terima kasih
1.2 Berdo’a (agar kegiatan bimbingan kelompok berjalan lancar)
1.3 Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok
1.4 Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok
1.5 Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok topik LOC
(pengendalian diri)
1.6 Menjelaskan azas-azas bimbingan kelompok
1.7 Perkenalan dilanjutkan dengan rangkaian nama
2. Tahap Peralihan
2.1 Menjelaskan kembali kegiatan kelompok
2.2 Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut
2.3 Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan atau
sebagian belum siap untuk masuk ketahap berikutnya dan
mengatasi usaha tersebut
2.4 Memberi contoh topik bahasan yang dikemukakan dan dibahas
dalam kelompok
2.5 Menanyakan kepada siswa fenomena apa yang mereka lihat
sehubungan dengan topik yang akan dibahas
3. Tahap Kegiatan
3.1 Pemimpin kelompok menjelaskan topik LOC (pengendalian diri)
yang akan dibahas dalam bimbingan kelompok
3.2 Masing-masing anggota kelompok menanggapi tentang topik
bahasan yang akan dibahas dalam kelompok
3.3 Masing-masing anggota menjelaskan pentingnya topik tersebut
dibahas dalam kelompok
3.4 Membicarakan urutan topik yang akan dibahas dalam bimbingan
kelompok
3.5 Pembahasan topik tersebut secara tuntas
Tugas pemimpin kelompok adalah mempertajam dan memperjelas
dan sebagai pengatur lalu lintas
3.6 Peneguhan atau pengayaan materi dari guru pembimbing
Pelaksanaan permainan untuk meningkatkan dinamika kelompok
3.7 Menegaskan komitmen para anggota kelompok (apa yang segera
dilakukan berkenaan dengan topik yang dibahas)
4. Tahap Pengakhiran
4.1 Menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan diakhiri
4.2 Anggota kelompok mengemukakan kesan dan pesan serta menilai
kemajuan yang dicapai masing-masing anggota
4.3 Pembahasan kegiatan lanjutan
4.4 Ucapan terima kasih
4.5 Berdo’a
4.6 Menyanyikan lagu perpisahan
4.7 Perpisahan
PERTEMUAN II
PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK LOC
(PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN
SEKOLAH (TOPIK TUGAS)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
(Topik lanjutan)
1. Tahap Pembukaan
1.1 Menerima secara terbuka dan mengucapkan terima kasih
1.2 Berdo’a (agar kegiatan bimbingan kelompok berjalan lancar)
1.3 Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok
1.4 Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok
1.5 Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok topik
LOC/pengendalian diri (topik lanjutan)
1.6 Menjelaskan azas-azas bimbingan kelompok
1.7 Permainan pengakraban (jika dianggap perlu)
2. Tahap Peralihan
2.1 Menjelaskan kembali kegiatan kelompok
2.2 Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut
2.3 Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan atau
sebagian belum siap untuk masuk ketahap berikutnya dan
mengatasi usaha tersebut
2.4 Memberi contoh topik bahasan yang dikemukakan dan dibahas di
dalam kelompok
2.5 Menanyakan kepada siswa fenomena apa yang mereka lihat
sehubungan dengan topik yang akan dibahas
3. Tahap Kegiatan
3.1 Pemimpin kelompok menjelaskan topik LOC/pengendalian diri
(topik lanjutan) yang akan dibahas dalam bimbingan kelompok
3.2 Masing-masing anggota kelompok menanggapi tentang topik
bahasan yang akan dibahas dalam kelompok
3.3 Tanya jawab tentang topik yang dikemukakan pemimpin
kelompok, menanyakan fenomena apa yang dilihat siswa
berhubungan dengan topik yang akan dibahas
3.4 Pembahasan topik tersebut secara tuntas
Tugas pemimpin kelompok adalah mempertajam dan memperjelas
dan sebagai pengatur lalu lintas
3.5 Selingan
Pelaksanaan permainan dilakukan untuk meningkatkan dinamika
kelompok dan latihan keterampilan yang dilaksanakan untuk
menimbulkan LOC (pengendalian diri) bagi siswa (mind map)
3.6 Peneguhan atau pengayaan materi dari guru pembimbing
Pelaksanaan permainan untuk meningkatkan dinamika kelompok
3.7 Menegaskan komitmen para anggota kelompok (apa yang segera
dilakukan berkenaan dengan topik yang dibahas)
4. Tahap Pengakhiran
4.1 Menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan diakhiri
4.2 Anggota kelompok mengemukakan kesan dan pesan serta menilai
kemajuan yang dicapai masing-masing anggota
4.3 Pembahasan kegiatan lanjutan
4.4 Ucapan terima kasih
4.5 Berdo’a
4.6 Menyanyikan lagu perpisahan
4.7 Perpisahan
PERTEMUAN III
PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK LOC
(PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN
SEKOLAH (TOPIK TUGAS)
Kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
(Topik lanjutan)
1. Tahap Pembukaan
1.1 Menerima secara terbuka dan mengucapkan terima kasih
1.2 Berdo’a (agar kegiatan bimbingan kelompok berjalan lancar)
1.3 Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok
1.4 Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok
1.5 Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok topik
LOC/pengendalian diri (topik lanjutan)
1.6 Menjelaskan azas-azas bimbingan kelompok
1.7 Permainan pengakraban (jika dianggap perlu)
2 Tahap Peralihan
2.1 Menjelaskan kembali kegiatan kelompok
2.2 Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih
lanjut
2.3 Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan atau
sebagian belum siap untuk masuk ketahap berikutnya dan
mengatasi usaha tersebut
2.4 Memberi contoh topik bahasan yang dikemukakan dan dibahas
di dalam kelompok
2.5 Menanyakan kepada siswa fenomena apa yang mereka lihat
sehubungan dengan topik yang akan dibahas
3 Tahap Kegiatan
3.1 Pemimpin kelompok menjelaskan topik kepercayaan
diriLOC/pengendalian diri (topik lanjutan) yang akan dibahas
dalam bimbingan kelompok
3.2 Masing-masing anggota kelompok menanggapi tentang topik
bahasan yang akan dibahas dalam kelompok
3.3 Tanya jawab tentang topik yang dikemukakan pemimpin
kelompok, menanyakan fenomena apa yang dilihat siswa
berhubungan dengan topik yang akan dibahas
3.4 Pembahasan topik tersebut secara tuntas
Tugas pemimpin kelompok adalah mempertajam dan
memperjelas dan sebagai pengatur lalu lintas
3.5 Selingan
Pelaksanaan permainan dilakukan untuk meningkatkan
dinamika kelompok dan latihan keterampilan yang
dilaksanakan untuk menimbulkan LOC/pengendalian diri bagi
siswa (mind map)
Peneguhan atau pengayaan materi dari guru pembimbing
3.6 Pelaksanaan permainan untuk meningkatkan dinamika
kelompok
3.7 Menegaskan komitmen para anggota kelompok (apa yang
segera dilakukan berkenaan dengan topik yang dibahas)
4 Tahap Pengakhiran
4.1 Menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan
diakhiri
4.2 Anggota kelompok mengemukakan kesan dan pesan serta
menilai kemajuan yang dicapai masing-masing anggota
4.3 Pembahasan kegiatan lanjutan
4.4 Ucapan terima kasih
4.5 Berdo’a
4.6 Menyanyikan lagu perpisahan
4.7 Perpisahan
5. Menyebarkan skala kepada anggota bimbingan kelompok setelah
bimbingan kelompok selesai dilaksanakan.