burning

112
PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP LOCUS OF CONTROL (PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN SEKOLAH KELAS VIII SMP NEGERI 10 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S1) Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau OLEH : INA YATRI MESRA 0805132529 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: bluestandar

Post on 30-Nov-2015

63 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Burning

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP LOCUS

OF CONTROL (PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG

MELANGGAR DISIPLIN SEKOLAH KELAS VIII SMP NEGERI

10 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

OLEH :

INA YATRI MESRA 0805132529

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2012

Page 2: Burning

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas

rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar

Sarjana Pendidikan pada Program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Pekanbaru dengan judul “PENGARUH

BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP LOCUS OF CONTROL

(PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN SEKOLAH

KELAS VIII SMP NEGERI 10 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012”.

Dengan penuh kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan ini masih

jauh dari kesempurnaan disebabkan oleh keterbatasan pengalaman dan ilmu

pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang positif amat

penulis harapkan agar skripsi ini lebih baik.

Penulisan skripsi ini bisa terwujud tidaklah lepas dari bantuan dan dorongan

moril serta bimbingan yang tidak ternilai harganya. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis mengaturkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dekan FKIP UR selaku pimpinan Fakultas.

2. Bapak Drs. Abu Asyari, Kons sebagai pembimbing I yang telah banyak

memberikan bantuan dan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini.

3. Bapak Drs. H. Sardi Yusuf, Kons sebagai pembimbing II yang berkenan

membantu penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi dan Bimbingan Konseling FKIP UR.

5. Bapak Ir. Irmansyah selaku Kepala Sekolah SMPN 10 Pekanbaru beserta

wakil-wakil, tata usaha dan staff-staff yang telah bersedia memberikan

kesempatan dan masukan kepada penulis.

Page 3: Burning

6. Kepada Ayahanda dan Ibunda, kakakku Indrya Mesra abang iparku Fandi

Ahmad, adik-adikku Indra Mahendra dan Inna Rahmadhani Mesra

beserta seluruh keluarga besar yang di Pekanbaru maupun dikampung yang

telah memberikan doa dan dukungan serta semangat yang tak terhingga untuk

menyelesaikan program Sarjana ini.

7. Sohib-sohibku Dewana Rovianty, Rita Mulyati, Fetty Rulisa, Megasari

Aw dan Mella Zizki Amelia yang telah memberikan motivasi-motivasi dan

semangat 45 kepadaku, cahooo terus sohib-sohibku.

8. Rekan-rekan BK yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Penulis senantiasa bermohon agar segala bantuan yang telah diberikan kepada

penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penulis

mengucapkan Alhamdulillah. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca.

Pekanbaru, 2012

Wassalam,

INA YATRI MESRA

NIM. 0805132529

Page 4: Burning

DAFTAR ISI

HAL

JUDUL SKRIPSI ..…………………………………………………………….. i

LEMBARAN PERSETUJUAN SKRIPSI ……..……………………………… ii

LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI …………………………………..… iii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iv

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… v

ABSTRAK …………………………………………………………………….. vi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………… 4

D. Keterkaitan Variabel …………………………………………… 5

E. Definisi Operasional …………………………………………… 6

1. Locus Of Control ……………………………………………6

2. Layanan Bimbingan Kelompok ……………………………. 7

BAB II : LANDASAN TEORI/TINJAUAN KEPESTAKAAN

A. Bimbingan Kelompok ………………………………………….. 9

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ………………………….. 9

2. Tujuan Kelompok ………………………………………….. 11

3. Komponen Bimbingan Kelompok ………………………… 13

Page 5: Burning

4. Tahap Penyelenggaraan …………………………………… 13

5. Teknik Dalam Kegiatan Bimbingan Kelompok …………… 17

B. Locus Of Control ……………………………………………… 18

1. Pengertian Locus Of Control ……………………………… 18

2. Aspek-aspek Kontrol Diri ………………………………… 19

3. Cara-cara Mengembangkan Kemampuan Kontrol Diri ….. 20

BAB III : PROSEDUR PENELITIAN

A. Asumsi dan Hipotesis ………………………………………… 24

1. Asumsi …………………………………………………….. 24

2. Hipotesis …………………………………………………... 24

B. Populasi dan Sampel …………………………………………... 24

a. Populasi …………………………………………………..... 24

b. Sampel …………………………………………………….. 25

C. Metode Penelitian ……………………………………………... 28

D. Data dan Alat Pengumpulan Data ……………………………... 28

E. Teknik Analisa Data ………………………………………….... 29

BAB IV : PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

A. Persiapan Pengumpulan Data …………………………………. 32

B. Pelaksanaan Pengumpulan Data ……………………………… 32

C. Seleksi Data …………………………………………………… 34

D. Pengolahan dan Hasil Analisa Data …………...……………… 34

1. Pengolahan Data …………………………………………... 34

2. Hasil Analisa Data ………………………………………… 36

BAB V : PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Pembahasan ………………………………………………….. 44

B. Kesimpulan …………………………………………………… 45

C. Rekomendasi …………………………………………………. 46

Page 6: Burning

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

HAL

1. Tabel. I Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………… 26

2. Tabel. II Jadwal Kegiatan BKp dan Materi yang dibahas pada BKp …. 27

3. Tabel. III Kisi-Kisi Instrument Inventory Locus Of Control …………. 29

4. Tabel. IV Analisis Skor Locus Of Control (Pengendalian Diri) Siswa

Yang Melanggar Disiplin Sekolah Sebelum Dan Sesudah Diberikan

Layanan Bimbingan Kelompok …. ………………………………...…. 35

5. Tabel. V Tolak Ukur Kategori LOC Siswa Sebelum BKp …………..... 38

6. Tabel. VI Tolak Ukur Kategori LOC Siswa Sesudah BKp …………… 39

7. Tabel. VIII Interpretasi Nilai r ………………………………………… 41

Page 7: Burning

ABSTRAK

Judul skripsi “PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP LOCUS OF CONTROL (PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN SEKOLAH KELAS VIII SMP N 10 PEKANBARU T. A. 2011 / 2012”. Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui gambaran Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang melanggar disiplin sebelum dilaksankan bimbingan kelompok siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011. 2) Untuk mengetahui gambaran Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang melanggar disiplin sesudah dilaksanakan bimbingan kelompok siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011. 3) Untuk mengetahui perbedaan Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang melanggar disiplin sebelum dan sesudah dilaksnakan bimbingan kelompok siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011. 4) Untuk mengetahui kontribusi Bkp terhadap Locus Of Control siswa kelas VIII di SMPN 10 Pekanbaru. Asumsi dan Hipotesis : Asumsi : 1) Data LOC dapat diperoleh melalui skala kecendrungan kepribadian. 2) Locus Of Control (Pengendalian Diri) dapat diukur dan diidentifikasi indikator-indikatornya. 3) LOC siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru bervariasi. Hipotesis : Terdapat perbedaan Locus Of Control siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru yang melanggar disiplin sebelum dan sesudah BKp dilaksanakan tahun ajaran 2011/2012. Hasil penelitian: 1) Temuan penelitian menunjukkan, bahwa Locus Of Control siswa yang tergolong sedang sebanyak 17 orang (56,7%), yang tergolong tinggi sebanyak 6 orang (20%) dan yang tergolong katagori rendah sebanyak 7 orang (23,3%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Locus Of Control siswa yang lemah di SMP N 10 Pekanbaru sebelum bimbingan kelompok berkategori sedang. 2) Temuan penelitian menunjukkan bahwa Locus Of Control siswa sesudah diberikan layanan BKp tergolong sedang sebanyak 0 orang (0%) yang tergolong tinggi sebanyak 0 orang (0%) dan yang tergolong katagori rendah sebanyak 30 orang (100%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Locus Of Control siswa di SMP

Page 8: Burning

N 10 Pekanbaru sesudah bimbingan kelompok berkategori rendah. 3) Terdapat pengaruh yang signifikan antara Locus Of Control siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok. Berdasarkan hasil uji t dimana dapat dilihat harga thitung lebih besar dari ttable yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi determinan diperoleh nilai R2 = 0,44 yang berarti terdapat 44% sumbangan layanan bimbingan kelompok terhadap peningkatan skor Locus Of Control siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru. 4) Kontribusi bimbingan kelompok terhadap Locus Of Control (pengendalian diri) siswa yang melanggar disiplin sekolah kelas VIII sebesar 44 %.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah berperan dalam mempersiapkan siswa untuk dapat memecahakan

masalah kehidupan masa kini dan masa datang dengan memaksimalkan potensi-

potensi yang ada dalam dirinya. Pengembangan potensi diri siswa perlu

diperhatikan agar mereka dapat berkembang secara baik akan memperhatikan

tingkah laku dan sikap yang baik, sebaliknya anak yang tidak berkembang dengan

baik akan memperlihatkan tingkah laku yang kurang positif seperti : tidak percaya

diri, suka menyendiri, tidak berani mengeluarkan pendapat, mudah menyerah,

larangan orang tua, berbuat rusuh dan sebagainya.

Bimbingan dan konseling sebagai profesi berfungsi untuk membantu

individu dalam melakukan pembenahan diri, mencegah dan mengentaskan

Page 9: Burning

masalah, pemeliharaan dan pengembangan potensi diri serta melakukan fungsi

advokasi bagi individu ataupun kelompok yang memerlukan pembelaan diri bila

harkat dan martabat kemanusiaan terabaikan.

Layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan

bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna

mencapai suatu tujuan tertentu. Layanan yang diberikan dalam suasana kelompok

selain itu juga bisa dijadikan media penyampaian informasi sekaligus juga bisa

membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan yang tepat

sehingga diharapkan akan berdampak positif bagi siswa untuk pengendalian diri

yang positif. Selain itu apabila dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik

maka anggota kelompok saling menolong, menerima dan berempati dengan tulus.

Bimbingan kelompok merupakan lingkungan yang kondusif yang

memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menambah penerimaan diri dan

orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan alternatif pemecahan

masalah dan mengambil keputusan yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku

baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri.

Berdasarkan observasi yang diperoleh di SMPN 10 Pekanbaru yaitu

adanya siswa yang memiliki perasaan rendah diri dan adanya siswa yang

mempunyai perasaan tidak mampu melaksanakan tugas. Seseorang bisa mencapai

pengendalian diri atas hal-hal besar hanya melalui pengendalian diri atas hal-hal

yang kecil. Ia harus mempelajari dirinya sendiri untuk menemukan bagian mana

Page 10: Burning

dari dirinya yang lemah, elemen apa dalam dirinya yang menghalanginya dari

kesuksesan.

Berdasarkan prasurvey gejala-gejala yang muncul dilapangan pada siswa

kelas VIII di SMP N 10 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012 bahwa:

a. Dari 30 orang, terdapat 15 orang (50%) siswa yang bertingkah laku lambat

mengerjakan soal-soal ujian dan menyontek jawaban dari teman-temannya.

b. Dari 30 orang, terdapat 20 orang (67%) siswa yang bertingkah laku sering

melanggar peraturan sekolah seperti perpakaian tidak rapi.

c. Dari 30 orang, terdapat 6 orang (20%) siswa yang bertingkah laku sering

berkelahi di sekolah.

d. Dari 30 orang, terdapat 20 orang (67%) siswa yang bertingkah laku sering

absen atau cabut dari sekolah.

Diharapkan bimbingan kelompok dijadikan wahana pemahaman nilai-nilai

positif bagi siswa, khususnya sikap pengendalian diri positif yang tidak hanya

dengan pendekatan personal namun dengan pendekatan kelompok seperti

bimbingan kelompok yang akan lebih optimal karena para siswa tidak akan

merasa terhakimi oleh keadaan sendiri, mereka juga akan merasa mendapat

pembinaan dan informasi yang positif untuk mengendalikan diri yang positif.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk mencoba menyusun program

eksperiment melalui layanan bimbingan kelompok dengan judul “Pengaruh

Bimbingan Kelompok Terhadap Locus Of Control (Pengendalian Diri)

Page 11: Burning

Siswa Yang Melanggar Disiplin Sekolah Kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru

Tahun Ajaran 2011/2012“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang

dikemukakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang

melanggar disiplin sebelum dilaksanakan bimbingan kelompok siswa kelas

VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011 ?

2. Bagaimana gambaran Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang

melanggar disiplin sesudah dilaksnakan bimbingan kelompok siswa kelas VIII

SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011 ?

3. Apakah ada pengaruh Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang

melanggar disiplin sebelum dan sesudah dilaksnakan bimbingan kelompok

siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011 ?

4. Seberapa besarkah kontribusi Bkp terhadap Locus Of Control siswa kelas VIII

SMPN 10 Pekanbaru?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan:

Page 12: Burning

a. Untuk mengetahui gambaran Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa

yang melanggar disiplin sebelum dilaksankan bimbingan kelompok siswa

kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011.

b. Untuk mengetahui gambaran Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa

yang melanggar disiplin sesudah dilaksanakan bimbingan kelompok siswa

kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011.

c. Untuk mengetahui pengaruh Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa

yang melanggar disiplin sebelum dan sesudah dilaksnakan bimbingan

kelompok siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru tahun 2011.

d. Untuk mengetahui kontribusi Bkp terhadap Locus Of Control siswa kelas VIII

di SMPN 10 Pekanbaru.

2) Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk melatih penulis melakukan penelitian secara ilmiah sebagai syarat

untuk menyelesaikan studi sarjana pendidikan bimbingan konseling pada

FKIP UR.

b. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan memperluas cakrawala

berpikir bagi penulis tentang Locus Of Control (pengendalian diri).

c. Sebagai masukan bagi instansi terkait yang terlibat dalam bidang pendidikan

terutama dalam memperlihatkan perkembangan dan kemajuan siswa.

d. Untuk menjadi bahan penelitian lebih lanjut bagi pihak terkait dimasa yang

akan datang.

Page 13: Burning

D. Keterkaitan Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel yakni locus of control

(pengendalian diri) sebelum BKp (variabel X1) dan locus of control

(pengendalian diri) sesudah BKp (variabel X2) SMPN 10 Pekanbaru. Untuk lebih

jelas dapat dilihat keterkaitan variabel dalam penelitian pada skema berikut:

E. Definisi Operasional

1. Locus Of Control

Rotter (1966) yang dikutip dalam Prasetyo (2002) menyatakan bahwa

Locus of Control merupakan “generalized belief that a person can or cannot

control his own destiny” atau cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa

Locus Of Control (Pengendalian Diri)

sebelum BKp (X1)

Locus Of Control (Pengendalian Diri)

Sesudah BKp (X2)

Dibedakan

Page 14: Burning

apakah dia merasa dapat atau tidak mengendalikan perilaku yang terjadi padanya.

Konsep locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter berdasarkan

pendekatan Social Learning Theory (Wolman,1977;443). Menurut Pervin (dalam

Smet,1994;181) konsep locus of control adalah bagian dari Social Learning

Theory yang menyangkut kepribadian dan mewakili harapan umum mengenai

masalah faktor – faktor yang menentukan keberhasilan pujian dan hukuman

terhadap kehidupan seseorang. Locus Of Control (pengendalian diri), yang

merupakan keyakinan secara pribadi kebenarannya, tidak menggantungkan pada

faktor nasib.

Locus of Control sebagai instrument yang mengukur keyakinan seseorang

terhadap peristiwa yang terjadi pada dirinya atau diluar dirinya. Ada dua macam

Locus of Control yaitu kecenderungan seseorang internal atau external.

Karakteristik individu yang locus of controlnya mempunyai skor dibawah 13

kecenderungan internal. Ini menunjukkan individu tersebut mempunyai

keyakinan bahwa diri sendirilah yang bertanggung jawab atas kesuksesan atau

kegagalan yang dialaminya. Begitu juga sebaliknya, karakteristik individu yang

locus of controlnya diatas 11,5 cenderung external. Hal itu menunjukkan bahwa

individu mempunyai keyakinan bahwa keberhasilan dan kegagalan yang terjadi

pada dirinya lebih disebabkan karena nasib, keberuntungan atau kesempatan, serta

kekuasaan orang lain dan bukan merupkan tanggung jawab diri sendiri.

2. Layanan Bimbingan Kelompok

Page 15: Burning

Layanan Bimbingan kelompok merupakan bentuk usaha pemberian

bantuan kepada orang-orang yang memerlukan. Suasana kelompok yaitu

hubungan dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat merupakan

wahana dimana masing-masing anggota kelompok itu ( secara perorangan ) dapat

memanfaatkan semua informasi, tanggapan dan berbagai reaksi dari anggota

kelompok lainnya untuk kepentingan dirinya yang bersangkut paut dengan

pengembangan diri angota kelompok yang bersangkutan ( Prayitno, 1995:23 ).

Dalam suatu kelompok dikenal adanya anggota kelompok dan pemimpin

kelompok. Lima hal yang perlu diperhatikan dalam menilai apakah kehidupan

sebuah kelompok baik atau kurang baik,yaitu (Prayitno, 1995:27):

1. Saling hubungan yang dinamis antar anggota

2. Tujuan bersama

3. Hubungan antara besarnya kelompok dan sifat kegiatan kelompok

4. Itikad dan sikap terhadap orang lain

5. Kemampuan mandiri.

Page 16: Burning

BAB II

LANDASAN TEORI / TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Untuk memperoleh pemahaman tentang bimbingan, akan dikemukakan

beberapa definisi-definisi bimbingan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

Menurut Tohirin (2007: 170) menyebutkan bahwa definisi bimbingan

kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu (siswa) melalui

kegiatan kelompok. Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk

menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat

Page 17: Burning

mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri (dalam

Winkel & Sri Hastuti, 2004: 565).

Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008: 64) layanan bimbingan yang

memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh

berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor)

yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun

pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam

pengambilan keputusan.

Menurut Prayitno (1995:65) Bimbingan dan konseling kelompok

bermaksud memanfaatkan dinamika kelompok sebagai media dalam upaya

membimbing individu-individu yang memerlukan. Media dinamika kelompok ini

adalah unik dan hanya dapat ditemukan dalam suatu kelompok yang benar-benar

hidup”. Dalam kegiatan bimbingan kelompok, dinamika kelompok sengaja

diciptakan dan ditumbuhkan dan dimanfatkan untuk mencapai tujuan bimbingan

dan konseling.

Dari ketiga definisi di atas dapat penulis berkesimpulan bahwa bimbingan

merupakan suatu proses untuk memberi bantuan kepada individu agar individu itu

dapat mengenal dirinya dan dapat memecahkan masalah-masalah hidupnya

sendiri sehingga ia dapat menikmati hidup dengan bahagia. B imbingan kelompok

adalah salah satu teknik dalam bimbingan kelompok untuk memberikan bantuan

kepada peserta didik/siswa yang dilakukan oleh seorang pembimbing/konselor

Page 18: Burning

melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya

masalah-masalah yang dihadapi anak.

Layanan bimbingan kelompok memungkinkan sejumlah peserta secara

bersama-sama memperoleh bahan, kesempatan, baik dari pembimbing maupun

dari semua teman anggota membahas berbagai topik yang sangat berguna untuk

pertimbangan pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini yang digunakan dan

yang akan diteliti ialah pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap locus of

control (pengendalian diri) siswa.

http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/01/14/pengertian-bimbingan-kelompok/

2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Tujuan menurut para ahli sebagai berikut:

a. Menurut Amti (1992:108), tujuan dari kegiatan bimbingan kelompok adalah:

1. Tujuan umum layanan bimbingan kelompok secara umum, bimbingan

kelompok bertujuan untuk membantu murid-murid yang mengalami masalah

melalui prosedur kelompok. Suasana kelompok yang berkembang dapat

merupakan tempat bagi siswa untuk memanfaatkan semua informasi,

tanggapan dan berbagai reaksi teman-temannya untuk kepentingan pemecahan

masalah.

2. Tujuan Khusus Layanan Bimbingan Kelompok. Secara khusus bimbingan

kelompok bertujuan:

Page 19: Burning

a. Melatih murid-murid untuk berani mengemukakan pendapat dihadapan

teman-temannya, yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk ruang

lingkup yang lebih besar seperti berbicara di hadapan orang banyak, di

forum-forum resmi dan sebagainya.

b. Melatih murid-murid untuk dapat bersikap terbuka di dalam kelompok:

1) Melatih murid-murid untuk dapat membina keakraban bersama teman-

teman dalam kelompok khususnya, dan dengan teman-teman lain di luar

kelompok pada umumnya.

2) Melatih murid-murid untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan

kelompok.

3) Melatih murid-murid untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang

lain.

4) Melatih murid-murid untuk memperoleh keterampilan sosial.

5) Membantu murid-murid mengenali dan memahami dirinya dalam

berhubungan dengan orang lain.

b. Menurut Prayitno, tujuan bimbingan kelompok adalah:

1) Memberikan informasi kepada peserta kelompok;

2) Menyusun rencana dan membuat keputusan;

3) Saling menelaah antar peserta kelompok.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

bimbingan kelompok adalah:

a. Pengembangan pribadi;

Page 20: Burning

b. Membahas masalah-masalah yang ada dalam kelompok untuk saling

menelaah dan memberi pemahaman bahwa masalah tidak khusus untuk

individu tetapi peserta lain ikut mengambil bagian dalam rangka mengambil

keputusan penyelesaian masalah;

c. Memberi kesempatan kepada semua peserta untuk mengungkapkan perasaan

diri sendiri;

d. Membantu peserta belajar memahami perasaan peserta lain dalam mengatasi

masalahnya.

3. Komponen Bimbingan Kelompok

Dalam bimbingan kelompok yang menjadi eksperiment dalam penelitian ini

memiliki dua komponen utama, yaitu:

1. Pimpinan kelompok

Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang

menyelenggarakan praktik konseling professional yang memiliki sertifikasi

dan lisensi.

2. Peserta atau anggota kelompok

Jumlah anggota dalam kegiatan bimbingan kelompok relative sifatnya, namun

bila jumlahnya terlalu kecil (2-3) orang atau terlalu besar (melebihi 10) orang

keefektifan kegiatan kelompok akan kurang. Seyogyanya jumlah peserta

antara 7 sampai 10 orang sehingga pembahasannya lebih luas dan dalam,

partisipasi aktif individual dalam dinamika kelompok lebih intensif,

Page 21: Burning

kesempatan berbicara dan memberikan/menerima “sentuhan” dalam

kelompok cukup tinggi.

4. Tahap Penyelenggaraan

Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40)

ada empat tahapan, yaitu:

Tahap I Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap

memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada

umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan

tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing,

sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan

kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan

kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta

menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini.

Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana

cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh

anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.

Tahap II Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada

kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota

Page 22: Burning

kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan

dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah,

artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang

sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok,

dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti

jembatan itu dengan selamat.

Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) Menjelaskan kegiatan

yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; 2) menawarkan atau mengamati

apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3)

membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan kemampuan keikutsertaan

anggota; 5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu:

1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka

2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih

kekuasaannya.

3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.

4. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati.

Tahap III Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang

menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut

perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa

Page 23: Burning

yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur

proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan

memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.

Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:

1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik

bahasan.

2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.

3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.

4. Kegiatan selingan.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya

masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota

kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara

mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis

dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun

perasaan.

Tahap IV Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama

bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang

telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil

yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan

Page 24: Burning

sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang

menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan

kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang

dilakukan pada tahap ini, yaitu:

1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil

kegiatan.

3. Membahas kegiatan lanjutan.

4. Mengemukakan pesan dan harapan.

5. Teknik dalam Kegiatan Bimbingan Kelompok

Teknik umum untuk pengembangan dinamika kelompok meliputi:

1. Komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka

2. Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan

diskusi, analisis, pengembangan argumentasi

3. Dorongan minimal untuk memantapkan respondan aktifitas anggota

kelompok

4. Penjelasan, pendalaman dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan

analisis, argumentasi dan pembahasan

5. Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku (baru) yang dikehendaki.

Page 25: Burning

B. Locus Of Control (Pengendalian diri)

1. Pengertian Locus Of Control

Hurlock (1990) mengatakan kontrol diri berkaitan dengan bagaimana

individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya.

Kendali/kontrol diri (self-control) adalah pengaruh atau regulasi seseorang

terhadap fisik, perilaku, dan proses-proses psikologisnya (Calhoun & Acocella,

1990). Ini merupakan hal yang sangat penting dalam hidup seseorang. Pertama,

kontrol diri berperan dalam hubungan seseorang dengan orang lain. Hal ini tidak

lepas dari kenyataan bahwa kita tidak hidup sendirian, melainkan di dalam

kelompok, di dalam masyarakat. Padahal, kita memiliki kebutuhan pribadi seperti

makanan, minuman, kehangatan, dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan

tersebut kita perlu mengendalikan diri sedemikian rupa, supaya tidak

mengganggu orang lain. Kedua, kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan

pribadi. Setiap orang, dari budaya mana pun, selalu berharap mencapai tujuan

tertentu dalam hidupnya. Contohnya, tujuan untuk memiliki kompetensi tertentu,

mencapai kematangan pribadi, dan sebagainya, sesuai dengan standar yang ada

dalam masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut kita perlu belajar dan

berusaha terus-menerus, dan mengendalikan diri dengan menunda pemuasan

kebutuhan-kebutuhan sesaat demi mencapai tujuan jangka panjang.

Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sebaik-baiknya,

kita akan menjadi pribadi yang efektif, sehingga dapat secara konsisten merasa

Page 26: Burning

bahagia, bebas dari rasa bersalah, hidup lebih konstruktif, dapat menerima diri

sendiri, dan juga diterima oleh masyarakat.

2. Aspek-Aspek Kontrol Diri

Averill berpendapat (dalam Latipah, 2002) terdapat tiga aspek kontrol

diri, yaitu: pertama kontrol perilaku (behavioral control), mengontrol kognisi

(cognitive control), dan mengontrol keputusan (decisional control).

a. Kontrol perilaku (behavioral Control) adalah kemampuan untuk memodifikasi

suatu keadaan yang tidak menyenangkan, kemampuan ini terdiri dari:

1) Kemampuan mengontrol perilaku yaitu kemampuan untuk menentukan

siapa yang mengendalikan situasi. Individu yang dirinya baik akan mampu

mengontrol perilaku, akan mampu mengontrol perilaku dengan

kemampuan dirinya, bila tidak mampu maka individu akan menggunakan

sumber eksternal untuk mengatasinya.

2) Kemampuan mengontrol stimulus yakni kemampuan untuk menghadapi

stimulus yang tidak diinginkan dengan cara mencegah atau menjauhi

sebagian dari stimulus, menempatkan tenggang waktu diantara rangkaian

stimulus yang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum berakhir dan

membatasi intensitas stimulus.

b. Kontrol kognitif (cognitive control) yaitu kemampuan individu untuk

mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasikan,

menilai, atau memadukan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif

Page 27: Burning

sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan. Kemampuan ini

meliputi:

(1) Kemampuan mengantisipasi peristiwa atau keadaan melalui berbagai

pertimbangan secara relatif-objektif dan ini didukung oleh informasi yang

dimilikinya.

(2) Kemampuan menafsirkan peristiwa atau keadaan dengan cara

memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.

c. Kontrol dalam mengambil keputusan (decisional control) adalah kemampuan

untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakini atau disetujui.

Kontrol pribadi dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya

suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk

memilih beberapa hal yang sama memberatkan.

Dengan demikian, maka aspek-aspek dalam kemampuan mengontrol

diri yang akan diukur adalah kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan

mengontrol stimulus, kemampuan mengatisipasi suatu peristiwa, kemampuan

menafsirkan suatu peristiwa dan kemampuan mengambil keputusan.

3. Cara-Cara Mengembangkan Kemampuan Kontrol Diri

Kontrol diri menggambarkan kemampuan individu untuk mengontrol

lingkungan pribadi sebagai kebutuhan instrinsik. Selain dapat mereduksi efek

psikologis yang negatif yang bersumber dari atressor lingkungan, control diri juga

dapat digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat pencegahan. Secara

Page 28: Burning

umum, strategi untuk memaksimalkan control diri dapat digolongkan dalam tiga

kategori (Wandersman, dalam Syamsul Bachri Thaib, 2010: 112), yaitu:

a. Memodifikasi lingkungan menjadi responsif atau menunjang tujuan-tujuan

yang dicapai oleh individu. Pada prinsipnya arah ini menempatkan subjek

(lingkungan) sebagai sentral atau pusat pengembangan.

b. Memperbanyak informasi dan kesempatan untuk menghadapi atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Subjek atau individu menjadi fokus

atau sentral pengembangan.

c. Menggunakan secara lebih efektif kebebasan memilih dalam pengaturan

lingkungan.

Bimo Walgito, (2010:145), menjelaskan, “disiplin terhadap diri sendiri

(self-dicipline) harus ditanamkan dan dimiliki oleh tiap-tiap individu. Walaupun

mempunyai rencana belajar yang baik, namun hal itu akan tetap tinggal rencana

kalau tidak ada disiplin diri”.

http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2205556-pengertian-kontrol

diri//#ixzz1ZhYVp500

Locus of control sebagai instrument yang mengukur keyakinan

seseorang terhadap peristiwa yang terjadi pada dirinya atau diluar dirinya. Ada

dua macam LOC yaitu kecenderungan seseorang internal atau eksternal.

BAGAIMANA KEYAKINAN SESEORANG BERKENAAN

Page 29: Burning

DENGAN PERISTIWA-PERISTIWA YANG DIALAMINYA

Peristiwa

EXTERNAL LOCUS OF INTERNAL LOCUS CONTROL OF CONTROL

Kontrol Internal dan Eksternal

Kontrol perilaku yang bersumber dari dalam diri biasanya disebut

sebagai kontrol internal, dan yang bersumber dari luar diri disebut kontrol

eksternal. Dalam kontrol diri (internal), individu mengatur perilaku dan standar

NASIB

KEBETULAN

KEBERUNTUNGAN

RETAK TANGAN

Orang Lain

KEKUATAN MAGIS

HUKUM ALAM

KEPALA KERAS

DISIPLIN

RENCANA MATANG

KECAKAPAN

Sikap

KECELAKAAN PROMOSI JABATAN

TIDAK LULUS MENANG BERTANDING

LAMARAN DITOLAK JUARA KELAS

BERCERAI PERUSAHAN BERUNTUNG

BANJIR LINGKUNGAN

Page 30: Burning

kinerjanya sendiri; memberi ganjaran bagi dirinya sendiri bila berhasil mencapai

tujuan; dan menghukum dirinya sendiri bila tidak berhasil mencapai tujuan.

Di sisi lain, dalam kontrol eksternal, individu menempatkan orang lain

sebagai penentu (yang menjadi penyebab) perilaku, standar kinerja, dan ganjaran-

ganjaran yang diperolehnya. Dari dua jenis kontrol perilaku tersebut, kontrol

pribadi (internal) dinilai lebih berharga. Sepanjang kita menggantungkan diri pada

kontrol eksternal, kehidupan kita sebagian besar ditentukan oleh orang lain.

Sebaliknya, dengan mengembangkan kontrol diri (internal) berarti kita

mengendalikan dua hal: diri sendiri dan dunia sekitar kita.

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Asumsi dan Hipotesis

1. Asumsi

a. Data LOC dapat diperoleh melalui skala kecendrungan kepribadian.

Page 31: Burning

b. Locus Of Control (Pengendalian Diri) dapat diidentifikasi dan diukur

indikator-indikatornya dengan menggunakan alat ukur yang dikembangkan

oleh Rotter.

c. LOC siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru bervariasi.

2. Hipotesis

Terdapat perbedaan Locus Of Control siswa kelas VIII SMPN 10

Pekanbaru yang melanggar disiplin sebelum dan sesudah BKp dilaksanakan

tahun ajaran 2011/2012.

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan seluruh subyek penelitian (Iskandar, 2008:68).

Menurut Nawawi (Iskandar, 2008:68) populasi adalah keseluruhan subyek

penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan,

gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang

memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VIII yang terdaftar di SMP N 10 Pekanbaru tahun ajaran 2011/2012 dan telah

memperoleh layanan bimbingan dan konseling.

b. Sampel

Page 32: Burning

Teknik pengambilan sample menggunakan purposive sampling yaitu

pengambilan sampel berdasarkan penilaian subjektif peneliti berdasarkan pada

karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan

karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya dengan pertimbangan

tertentu (Iskandar, 2008:74). Berdasarkan hal tersebut maka sampel

penelitian ini merupakan siswa kelas VIII yang memiliki permasalahan dalam

Locus Of Control. Untuk lebih jelasnya anggota sampel pada penelitian ini

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel. I. Populasi dan Sampel Penelitian

NO KELAS SAMPEL

1 VIII1 35 3

Page 33: Burning

2 VIII2 35 2

3 VIII3 35 3

4 VIII4 36 2

5 VIII5 35 1

6 VIII6 35 5

7 VIII7 35 4

8 VIII8 35 6

9 VIII9 35 4

Jumlah 316 30

(Sumber : SMPN 10 Pekanbaru, 2011/2012)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan rancangan ini adalah

sebagai berikut:

1. Memilih tiga kelompok yang anggotanya memiliki Locus Of Control

(pengendalian diri) yang lemah.

2. Melaksanakan pre test pada ketiga kelompok itu

3. Memberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok pada setiap

kelompok.

4. Setelah selesai memberikan perlakuan kepada setiap kelompok, berikan

post test kepada setiap kelompok.

Page 34: Burning

5. Mencari perbedaan sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan

kelompok dengan menggunakan rumus statistik.

Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan tiga kelompok yang diberikan layanan bimbingan kelompok

dengan topik tugas yaitu Locus Of Control (pengendalian diri) siswa.

Pemberian layanan dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali pertemuan yang

masing-masing berlangsung sekitar 90 menit dilaksanakan 2 kali dalam

seminggu. Untuk setiap kali kegiatan diimplementasikan keempat tahapan

layanan bimbingan kelompok, yaitu tahap pembentukan, peralihan, kegiatan,

dan pengakhiran dengan topik tugas yang berkelanjutan. Kemudian pada

tahap akhir dilaksanakan post test pada ketiga kelompok untuk menguji

hipotesis penelitian.

Topik – topik yang digunakan dalam setiap pertemuan bimbingan kelompok

adalah sebagai berikut:

Tabel. II. Jadwal kegiatan BKp dan materi yang dibahas pada BKp

No. Pertemuan Materi Waktu Tempat

1 Pertemuan I Membolos 12-01-2012 Perpustakaan

2 Pertemuan II Tawuran 17-01-2012 Ruang BK

3 Pertemuan III Menyontek 25-01-2012 Ruang BK

Page 35: Burning

C. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini dilakukan dengan eksperimental pola One

group. Menurut R. Arlizon (2007) dalam antini (2010:19) bahwa metode one grup

eksperiment menggunakan hanya satu kelompok dan dapat diterapkan dalam

beberapa bentuk, antara lain : One group pre-test dan pos-test desingn. Dengan

“Pola sebelum dan sesudah” dengan struktur.

Keterangan :

O1 : Tes sebelum Bimbingan kelompok / sebelum treatment di berikan

O2 : Tes sesudah Bimbingan kelompok /sesudah treatment di berikan

X : Treatment yang diberikan untuk melihat pengaruhnya dalam eksperiment

D. Data dan Alat Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan angket

tentang Locus of control (pengendalian diri). Untuk keperluan pengelolah data

kita perlu membuat penskoring terhadap jawaban responden terdiri dari pilihan A

dan B yang diyakini dalam diri siswa. Dengan total skor maksimal 23 dari 29

item.

O1 X O2

Page 36: Burning

Instrument atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

berupa skala yang dikembangkan oleh Rotter (1966) yang terdiri dari 29 item

pernyataan, dengan alternatif jawaban item positif yang diberi skor 1 pada

jawabanya A dan skor 0 pada jawaban B. Sebaliknya untuk item Negatif diberi

Skor 0 Pada jawaban A dan Skor 1 pada jawaban B. Adapun indikator yang akan

diteliti dapat dilihat dalam kisi-kisi berikut ini:

Tabel. III

Kisi-Kisi Instrument Inventory Locus Of Control

No Variabel Indikator Nomor Item Jumlah

1. Locus Of

Control

1. Internal 2,6,7,9,16,17,18,20,21,23,25,29 12

2. Externa

l

3,4,5,10,11,12,13,15,22,26,28 11

3. Filler 1,8,14,19,24,27 6

(Sumber : Rotter’s locus of control scale)

E. Teknik Analisa Data

Teknik Analisa data yang dipakai dalam penelitian ini ada tiga jenis yaitu :

1. Untuk mengetahui pengendalian diri siswa, maka dalam penelitian ini teknik

yang digunakan untuk mencari persentase pengendalian diri siswa adalah

dengan Rumus (Anas Sudijono, 2004 : 4) sebagai berikut:

P = fN

x 100%

Page 37: Burning

Keterangan :

P : Persentase

F : Frekuensi data Penelitian

N : Jumlah Responden

100% : Bilangan Tetap

2. Untuk mengelompokkan kepercayaan diri siswa atas 3 kategori, dipakai rumus Kurva Normal dengan patokan sebagai berikut:

Kategori tinggi

M + 1 SD

Kategori sedang

M – 1 SD

Kategori Rendah

(Anas Sudijono, 2001:16)

3. Untuk menguji hipotesa sebagai upaya penarikan kesimpulan dari penelitian

ini, maka digunakan uji tes (t-tes) dalam Sugiyono ( 2010:122 ) dengan

rumusan sebagi berikut:

t=x1−x2

√ s12

n1

+s2

2

n2

−2 r ( s1

√n1)( s2

√n2)

Page 38: Burning

Keterangan :

x1=rata−rata sampel1

x2=rata−rata sampel2

s1=Simpangan bukusampel 1

s2=Simpangan bukusampel 2

s12=Varians sampel1

s22=Varians sampel2

r = Korelasi antar dua sampel

BAB IV

PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

A. Persiapan pengumpulan data

Persiapan yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan alat pengumpul data yang relevan dengan judul penelitian

yaitu tentang pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap Locus Of

Control (pengendalian diri) siswa yang melanggar disiplin sekolah kelas

VIII SMPN 10 Pekanbaru TA. 2011/2012.

2. Mengajukan permohonan izin turun penelitian melalui surat atas nama

Dekan FKIP-UNRI dan Izin Kepala sekolah SMPN 10 PEKANBARU.

Page 39: Burning

3. Setelah disetujui, maka peneliti langsung kelapangan menjumpai Kepala

sekolah SMPN 10 PEKANBARU, dan selanjutnya diadakan kesepakatan

tentang penjadwalan pengumpulan data tersebut.

B. Pelaksanaan Pengumpulan data

Dalam proses pelaksanaan pengumpulan data, langkah-langkah yang akan

ditempuh antara lain:

1. Memberikan penjelasan kepada pihak sekolah, dalam hal ini adalah kepada

kepala sekolah dan terutama kepada guru BK SMPN 10 Pekanbaru tentang

tujuan penelitian ini dan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok.

2. Memberikan informasi kepada responden tentang maksud dan tujuan

dilakukan penyebaran instrumen.

3. Pengumpulan data dilakukan pada jam pelajaran pengembangan diri.

4. Pengumpulan data dilaksanakan dikelas VIII SMPN 10 Pekanbaru

5. Pelaksanaan pengisian instrumen diawali dengan petunjuk yang diberikan

langsung oleh peneliti dan memberikan penjelasan tentang beberapa item

yang mungkin kurang dipahami siswa.

6. Pengisian instrument penelitian pertama kali diberikan sebelum

dilaksanakanya bimbingan kelompok.

7. Melaksanakan layanan bimbingan kelompok kepada siswa yang memiliki

Locus Of Control (pengendalian diri) yang lemah.

Page 40: Burning

8. Pengisian instrumen penelitian kembali diberikan setelah dilaksanakan

bimbingan kelompok.

9. Setelah selesai proses pengumpulan data, maka dari setiap siswa yang

dijadikan responden dalam penelitian ini, yakni terdiri dari 30 orang siswa,

terkumpulkanlah data tentang Locus Of Control (pengendalian diri) siswa.

C. Seleksi data

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya

adalah dilakukan penentuan data yang layak atau tidak layak serta memenuhi

syarat untuk diolah lebih lanjut dalam penelitian ini. Proses seleksi data yang

berupa skor atau nilai yang didapatkan setiap siswa, yaitu dengan cara melihat

kelengkapan skor atas penilaian masing-masing indikator yang dinilai. Apabila

terdapat blangko atau lembar skor/ nilai yang kurang lengkap atau tidak lengkap,

dalam salah satu indikator yang dinilai, maka hasil jawabannya dianggap kurang

memenuhi syarat danP dikeluarkan serta tidak diikutkan dalam analisis data pada

penelitian ini.

D. Pengolahan Dan Hasil Analisa Data

1. Pengolahan Data

Page 41: Burning

Pengolahan dan analisis data dapat di lihat pada tabel berikut ini:

TABEL. IVANALISIS SKOR LOCUS OF CONTROL

(PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN SEKOLAH

SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

NO SEBELUM SESUDAH X1 X2 X12 X2

2 X1 .X2

1 19 7 -0,7 -3,7 0,49 13,69 2,6

2 21 12 1,3 1,3 1,69 1,69 1,7

3 19 13 -0,7 2,3 0,49 5,29 -1,6

4 20 13 0,3 2,3 0,09 5,29 0,7

5 21 12 1,3 1,3 1,69 1,69 1,7

Page 42: Burning

6 22 12 2,3 1,3 5,29 1,69 3,0

7 18 7 -1,7 -3,7 2,89 13,69 6,3

8 19 11 -0,7 0,3 0,49 0,09 -0,2

9 15 8 -4,7 -2,7 22,09 7,29 12,7

10 17 9 -2,7 -1,7 7,29 2,89 4,6

11 17 8 -2,7 -2,7 7,29 7,29 7,3

12 21 8 1,3 -2,7 1,69 7,29 -3,5

13 22 9 2,3 -1,7 5,29 2,89 -3,9

14 19 8 -0,7 -2,7 0,49 7,29 1,9

15 19 8 -0,7 -2,7 0,49 7,29 1,9

16 19 7 -0,7 -3,7 0,49 13,69 2,6

17 21 11 1,3 0,3 1,69 0,09 0,4

18 22 14 2,3 3,3 5,29 10,89 7,6

19 21 15 1,3 4,3 1,69 18,49 5,6

20 19 8 -0,7 -2,7 0,49 7,29 1,9

21 17 12 -2,7 1,3 7,29 1,69 -3,5

22 19 9 -0,7 -1,7 0,49 2,89 1,2

23 23 16 3,3 5,3 10,89 28,09 17,5

24 19 8 -0,7 -2,7 0,49 7,29 1,9

25 21 13 1,3 2,3 1,69 5,29 3,0

26 22 16 2,3 5,3 5,29 28,09 12,2

27 23 16 3,3 5,3 10,89 28,09 17,5

28 20 14 0,3 3,3 0,09 10,89 1,0

29 17 8 -2,7 -2,7 7,29 7,29 7,3

Page 43: Burning

30 18 8 -1,7 -2,7 2,89 7,29 4,6

590 320 -1 -1 114,7 262,7 115,7

∑= 590

X = 19,7

∑=320

X= 10,7∑X1= -1 ∑X2= -1

∑ = 114,7

S1 = 1,95

S12 = 3,80

∑ = 262,7

S2 = 2,96

S22 = 8,76

∑ = 115,7

Sumber : data olahan penelitian (2012)

2. Hasil analisa data

Berdasarkan tabel diperoleh data LOC siswa yang melanggar disiplin

sekolah sebagai berikut:

Page 44: Burning

a. Gambaran Locus Of Control (pengendalian diri) siswa yang melanggar

disiplin sekolah kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru TA. 2011/2012 sebelum

diberikan layanan bimbingan kelompok.

Sebelum

1. ×1 = 19,7

2. ∑X2 = -1

3. S1 = 1,95

4. S12 = 3,80

Maka untuk menentukan tiga katagori (tinggi, sedang, rendah) Locus Of

Control siswa digunakan rumus kurva normal yang dikembangkan oleh Anas

Sudijono (2001 :16, dalam Zubainar, 25) yakni sebagai berikut:

M = rata-rata = 19,7

SD = 1,95

1. Kategori tinggi = skor lebih besar dari M + 1 SD

= 19,7 + 1 (1,95)

= 19,7 + 1,95

= 21.65

= 22

2. Kategori sedang = M - 1 SD sampai dengan M + 1SD

= 19,7 – 1 ( 1,95) sampai dengan 19,7 + 1 (1,95)

= 19,7 – 1,95 sampai dengan 19,7 + 1,95

= 17,75 sampai dengan 21,65

Page 45: Burning

= 18 sampai dengan 22

3. Kategori rendah = skor lebih kecil dari M – 1 SD

= 19,7 – 1 (1,95)

= 19,7 – 1,95

= 17,75

= 18

Berdasarkan ketentuan diatas, maka dapat ditentukan tentang skor kategori

tinggi, sedang, dan rendah yakni :

Katagori tinggi = > 22

Katagori sedang = 18 - 22

Katagori rendah = < 18

Berdasarkan tolak ukur tingkat Locus Of Control siswa sebelum

bimbingan kelompok, maka dapat ditentukan tingkat Locus Of Control siswa

sebelum bimbingan kelompok seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel. V

Tolak ukur kategori LOC siswa sebelum bimbingan kelompok

No Kategori Rentang Skor F Persentase1 Tinggi > 22 6 202 Sedang 18 – 22 17 56,73 Rendah < 18 7 23,3

Jumlah 30 100 Sumber : data olahan penelitian

Page 46: Burning

Berdasarkan tabel di atas, dapat di ketahui tingkat Locus Of Control siswa

sebelum bimbingan kelompok sebagian besar termasuk kategori lemah, karena

semakin tinggi skor siswa semakin lemahlah Locus Of Control siswa tersebut dan

semakin rendah skor siswa maka semakin kuatlah Locus Of Control siswa

tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil pre test Locus Of Control siswa yang

tergolong sedang sebanyak 17 orang (56,7%), yang tergolong tinggi sebanyak 6

orang (20%) dan yang tergolong katagori rendah sebanyak 7 orang (23,3%).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Locus Of Control siswa yang lemah

di SMP N 10 Pekanbaru sebelum bimbingan kelompok berkategori sedang.

b. Gambaran Locus Of Control (pengendalian diri) siswa yang melanggar

disiplin sekolah sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok

Sesudah

1. ×2 = 10,7

2. ∑X2 = -1

3. S2 = 2,96

4. S22 = 8,76

Page 47: Burning

Tabel. VI

Tolak ukur kategori kepercayaan diri siswa sesudah bimbingan kelompok

No Kategori Rentang Skor F Persentase1 Tinggi > 22 0 02 Sedang 18 – 22 0 03 Rendah < 18 30 100

Jumlah 30 100 Sumber : data olahan penelitian

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tingkat Locus Of Control siswa

sesudah bimbingan kelompok sebagian besar termasuk kategori sedang, karna

semakin sedang skor siswa semakin sedanglah Locus Of Control siswa tersebut

dan semakin rendah skor siswa maka semakin kuatlah Locus Of Control siswa

tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil post test Locus Of Control siswa yang

tergolong sedang sebanyak 0 orang (0%) yang tergolong tinggi sebanyak 0 orang

(0%) dan yang tergolong katagori rendah sebanyak 30 orang (100%). Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Locus Of Control siswa di SMP N 10

Pekanbaru sesudah bimbingan kelompok berkategori rendah.

c. Pengaruh LOC sebelum dan sesudah dilaksanakan BKp siswa kelas VIII

SMPN 10 Pekanbaru

Kemudian dilanjutkan mencari nilai koefisien determinan yaitu untuk

mengetahui seberapa besar sumbangan layanan bimbingan kelompok terhadap

Page 48: Burning

Locus Of Control (Pengendalian Diri) siswa yang melanggar disiplin sekolah

dengan rumus sebagai berikut :

Korelasi Product Momen:

R ×1×2=n . ∑×1 ×2−(׿¿1)(׿¿2)√¿¿¿ ¿¿

R ×1×2=30 .115 ,7−(−1 )(−1)

√¿¿¿

R ×1×2=3471−1√¿¿¿

R ×1×2=3470

√(3440 ) (7880 )

R ×1×2=3470

√27107200

R ×1×2=3470

5206 ,46

R ×1×2=0 ,67

R2 = 0,44

R = 44%

Berdasarkan hasil perhitungan diatas bahwa koefisien korelasi antara X1

dengan X2 adalah sebesar 0,44. Interpretasi koefisien korelasi terhadap hasil

perhitungan diatas berdasarkan tabel interpretasi nilai r (Sugiyono,: 231)

dikategorikan SEDANG.

Page 49: Burning

Tabel VII. Interpretasi Nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi

Antara 0,00 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah

Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Rendah

Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Sedang

Antara 0,60 sampai dengan 0,799 Kuat

Antara 0,80 sampai dengan 1,000 Sangat Kuat

Maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai t hitung,

t=x1−x2

√ s12

n1

+s2

2

n2

−2 r ( s1

√n1)( s2

√n2)

t= 19 , 7−10 , 7

√ 3 , 8030

+ 8 , 7630

−2(0 ,67)( 1 , 95√30 )( 2 , 96

√30 )t= 9

√0 ,127+0 ,292−2(0 , 67) (0 ,356 ) (0 ,540 )

t= 9

√0 , 419−0 , 258

t= 9

√0 ,161

Page 50: Burning

t= 90 , 40

t = 22,5

Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel, yaitu

dari hasil perhitungan test “t”, terlihat bahwa hasil thitung sebesar 22,5. dengan df

yaitu:

dk = (n1 + n2 -2)

= (30 + 30 – 2)

= 58

Dengan dk = 58 dan bila taraf kesalahan di tetapkan sebesar 5% = 2,000 dan pada

taraf 1% = 2,660.

Maka dapat dilihat harga thitung lebih besar dari ttabel pada taraf 5% maupun

1% (22,5 > 2,000) atau (22,5 > 2,660). Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha

diterima yang berarti penelitian Terdapat perbedaan yang signifikan antara

pengendalian diri siswa yang melanggar disiplin sekolah sebelum dan sesudah

pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dikelas VIII SMP N 10 Pekambaru.

d. Kontribusi BKp terhadap LOC siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru

Dari hasil keputusan diatas dapat diinterpretasikan bahwa setelah diberi

layanan bimbingan kelompok terdapat perbedaan Locus Of Control siswa dengan

sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok. Hal ini dapat dilihat dari

Page 51: Burning

perbedaan rata-rata dari skor Locus Of Control siswa sesudah diberikan layanan

bimbingan kelompok yaitu sebesar 320 ternyata lebih kecil dari rata-rata skor

Locus Of Control siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok yaitu

sebesar 590 dan berdasarkan hasil penghitungan koefisien determinan diperoleh

nilai R2 = 0,44 yang berarti terdapat 44% sumbangan layanan bimbingan

kelompok terhadap peningkatan skor Locus Of Control siswa kelas VIII SMPN

10 Pekanbaru.

Page 52: Burning

BAB V

PEMBAHASAN, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Pembahasan

Pada bab ini akan dilakukan pembahasan mengenai hasil analisis data

dalam penelitian ini, yakni tentang pengaruh layanan bimbingan kelompok

terhadap Locus Of Control (pengendalian diri) siswa yang melanggar disiplin

sekolah Kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru. Sebelum ditarik kesimpulan, yang mana

pembahasan akan berkenaan dengan kecenderungan – kecenderungan hasil

analisa data sebagaimana yang tampak dalam diskripsi temuan yang ditelaah

dalam penelitian ini. Dari jawaban yang dikemukakan responden, melalui

pendekatan kuantitatif Locus Of Control siswa sebelum bimbingan kelompok dan

sesudah bimbingan kelompok di kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru diketahui dari

katagori tinggi, sedang dan rendah.

Layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan Locus Of

Control (penegndalian diri) siswa, selain itu ditemukan juga bahwa

Page 53: Burning

perkembangan siswa dalam Locus Of Control (pengendalian diri) cukup baik. Hal

ini dibuktikan dengan kemampuan berani mengemukakan pendapat, keuletan,

menunjukkan bakat dan minat, senang bekerja mandiri maupun kelompok

semakin meningkat dibandingkan sebelum mengikuti layanan bimbingan

kelompok. Sesuai dengan ciri khas bimbingan kelompok yang bersifat dinamis,

bebas, terbuka, meluas dan mendalam yang memungkinkan berkembangnya

dinamika kejiwaan yang sehat. Dengan spontanitas, perasaan senang, gembira,

santai, nikmat, puas, bangga, dan katarsis dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan sosial serta keterampilan belajar siswa SMP. Pada akhirnya

diperoleh Locus Of Control (pengendalian diri) siswa yang tinggi berdampak

positif terhadap hasil belajar siswa sesuai dengan standar sekolah.

B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji t dan teknik persentase

sebagaimana dipaparkan pada pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan dari

penelitian ini yaitu:

1. Temuan penelitian menunjukkan, bahwa Locus Of Control siswa yang

tergolong sedang sebanyak 17 orang (56,7%), yang tergolong tinggi

sebanyak 6 orang (20%) dan yang tergolong katagori rendah sebanyak 7

orang (23,3%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Locus Of

Page 54: Burning

Control siswa yang lemah di SMP N 10 Pekanbaru sebelum bimbingan

kelompok berkategori sedang.

2. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Locus Of Control siswa sesudah

diberikan layanan BKp tergolong sedang sebanyak 0 orang (0%) yang

tergolong tinggi sebanyak 0 orang (0%) dan yang tergolong katagori

rendah sebanyak 30 orang (100%). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa Locus Of Control siswa di SMP N 10 Pekanbaru sesudah

bimbingan kelompok berkategori rendah.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Locus Of Control siswa

sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok.

Berdasarkan hasil uji t dimana dapat dilihat harga thitung lebih besar dari ttable

yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan berdasarkan hasil perhitungan

koefisien korelasi determinan diperoleh nilai R2 = 0,44 yang berarti

terdapat 44% sumbangan layanan bimbingan kelompok terhadap

peningkatan skor Locus Of Control siswa kelas VIII SMPN 10 Pekanbaru.

4. Kontribusi bimbingan kelompok terhadap Locus Of Control

(pengendalian diri) siswa yang melanggar disiplin sekolah kelas VIII

sebesar 44 %.

C. Rekomendasi

Page 55: Burning

Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan temuan penelitian dan

kesimpulan penelitian ini maka dapat dikemukakan rekomendasi sebagai berikut:

1. Kepada guru BK SMPN 10 Pekanbaru hendaknya dapat terus melaksanakan

dan meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan bimbingan kelompok agar

menjadi primadona dari layanan bimbingan dan konseling serta siswa dapat

meningkatkan rasa Locus Of Control (pengendalian diri) siswa.

2. Kepada siswa hendaknya dapat menjalin hubungan yang lebih baik terhadap

guru BK dan dapat memanfaatkan layanan BK yang ada di sekolah untuk

memecahkan atau meningkatkan pemahaman terhadap kehidupan sekolah,

kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, masyarakat sehingga diharapkan

dapat meningkatkan prestasi yang optimal.

3. Bagi dinas pendidikan, prodi bimbingan dan konseling bekerjasama dengan

organisasi profesi (ABKIN) mengagendakan kegiatan workshop bimbingan

kelompok antar sekolah di kota Pekanbaru

4. Bagi peneliti selanjutnya agar meneliti pengaruh layanan bimbingan

kelompok yang lain. Penelitian ini dilakukan dengan sampel penelitian yang

terbatas, untuk itu disarankan kepada peneliti lain untuk menggunakan sampel

penelitian yang lebih besar dan topik bahasan yang lebih bervariasi.

Page 56: Burning

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono, (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Dewa, Ketut S. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.

Jakarta: Rineka Cipta.

http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2205556-pengertian-kontrol

diri//#ixzz1ZhYVp500

Iskandar (2008), Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: GP Press

Prayitno dan Erman Amti, (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:

Depdikbud

Page 57: Burning

Prayitno, (1995). Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok. Penerbit Ghalia

Indonesia. Padang

Raja Arlizon, (2007). Metode Penelitian.

Sugiyono, (2010). Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Syamsul Bacri Thalib, (2010). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis. Empiris

Aplikatif, Kencana Prenada Media Group, Cetakan Ke I. Jakarta.

W. S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi

Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Gambaran Locus Of Control (pengendalian diri) siswa yang melanggar disiplin sekolah sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan

kelompok

NO SEBELUM

NO SESUDAH

1 19 1 7

2 21 2 12

3 19 3 13

4 20 4 13

5 21 5 12

6 22 6 12

7 18 7 7

8 19 8 11

9 15 9 8

10 17 10 9

11 17 11 8

Page 58: Burning

12 21 12 8

13 22 13 9

14 19 14 8

15 19 15 8

16 19 16 7

17 21 17 11

18 22 18 14

19 21 19 15

20 19 20 8

21 17 21 12

22 19 22 9

23 23 23 16

24 19 24 8

25 21 25 13

26 22 26 16

27 23 27 16

28 20 28 14

29 17 29 8

30 18 30 8 Sumber : data olahan penelitian

LOCUS OF CONTROL (PENGENDALIAN DIRI)

Nama : Umur :

Kelas : Hari/Tanggal :

Angket ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masyarakat dapat mempengaruhi seseorang. Setiap butir angket ini berisi sepasang kemungkinan jawaban, yang dinyatakan dalam huruf ‘A’ dan ‘B’. Silahkan Anda pilih salah satu jawaban yang Anda yakini kebenarannya dan memang demikian adanya. Pastikan untuk memilih satu dari kedua pilihan itu, yang Anda yakini kebenarannya. Angket ini adalah suatu ukuran terhadap keyakinan yang bersifat pribadi, dan tentu saja tidak ada yang salah atau benar dalam setiap jawaban Anda. Pastikan Anda memberikan jawaban untuk setiap nomor dengan memberikan tanda ceklist ( ) pada setiap nomor pernyataan. Jawablah setiap lembar permasalahan dengan hati-hati. Walaupun demikian Anda tidak perlu menggunakan waktu Anda terlalu banyak untuk satu nomor permasalahan tertentu.

Page 59: Burning

Dalam beberapa hal Anda dapat saja merasa ragu-ragu atau dua kemungkinan jawaban pada nomor-nomor tertentu, keduanya benar, atau tidak ada satupun yang benar. Untuk hal seperti itu Anda tetap diminta untuk memilih salah satu diantaranya, yaitu yang paling Anda percayai memang demikian adanya. Usahakanlah bahwa jawaban yang Anda berikan untuk setiap nomor yang terdahulu jangan sampai mempengaruhi untuk nomor berikutnya. Sekali lagi, pilihlah kemungkinan jawaban yang secara pribadi Anda benar.

Selamat bekerja dan terima kasih atas kerja sama dan perhatiannya.

NO SAYA YAKIN BAHWA1. a. Anak-anak mendapat masalah karena orang tua terlalu sering menghukum mereka.

b. Persoalan yang dialami anak-anak sekarang adalah sebagai akibat orang tua mereka terlalu longgar.

2. a. Banyak dari ketidakbahagiaan hidup manusia dikarenakan oleh nasib buruk.b. Ketidak beruntungan yang dialami manusia adalah akibat dari kesalahan-kesalahan

yang mereka lakukan.3. a. Salah satu alasan utama mengapa terjadi peperangan adalah karena masyarakat kurang

berminat dalam bidang politik.b. Selalu saja akan ada perang, tidak peduli bagaimana gigihnya manusia berupaya untuk

mencegahnya.4. a. Lama-kelamaan orang akan mendapatkan penghargaan yang memang menjadi hak

mereka di dunia ini.b. Sayangnya, kebaikan seseorang sering kali tidak tampak atau diakui meskipun betapa

susahnya dia berjuang.5. a. Gagasan atau pikiran bahwa guru tidak adil, adalah sama sekali tidak benar.

b. Kebanyakan siswa tidak menyadari bahwa nilai-nilai yang mereka peroleh dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang terjadi secara kebetulan.

6. a. Tanpa nasib baik, seseorang tidak akan dapat menjadi pemimpin yang berhasil.b. Orang-orang yang mampu tapi gagal menjadi pemimpin adalah karena mereka tidak ditakdirkan.

7. a. Bagaimana kerasnya Anda berupaya, sebagian orang lain akan tetap saja tidak menyukai Anda.b. Orang-orang yang tidak berhasil membuat orang lain menyukai mereka adalah mereka yang tidak mau tahu bagaimana cara bergaul.

8. a. Faktor keturunan memegang peranan amat penting dalam pembentukan kepribadian seseorang.b. Pengalaman seseorang dalam hidupnyalah yang menentukan akan menjadi siapa.

9. a. Saya sering menemukan bahwa apa yang akan terjadi, memang bakal terjadi.b. Dalam kehidupan, saya memutuskan untuk mengambil suatu tindakan lebih baik daripada percaya dan hanya menyerah pada nasib.

Page 60: Burning

10. a. Bagi siswa yang betul-betul mempersiapkan diri, jarang sekali ada dugaan pada mereka bahwa ada tes yang tidak adil.b. Setiap kali pertanyaan dalam ujian tidak berhubungan sama sekali dengan materi.

11. a. Mencapai suatu kesuksesan adalah melalui kerja keras, nasib atau keberuntungan hanya sedikit atau tidak ada sama sekali hubungannya.b. Mendapatkan suatu pekerjaan yang bagus terutama sesekali bergantung pada nasib.

12. a. Masyarakat biasa dapat memberikan pengaruh terhadap keputusan-keputusan pemerintah.b. Dunia ini dikelola oleh sejumlah manusia yang memiliki kekuasaan, sehingga tidak banyak yang dilakukan rakyat kecil untuk hal-hal seperti itu.

13. a. Kalau saya membuat rencana, saya hampir dapat memastikan bahwa rencana tersebut akan dapat terlaksana.b. Tidak selalu bijaksana merencanakan sesuatu terlalu jauh, karena bagaimanapun juga banyak hal yang terpulang pada nasib baik atau buruk.

14. a. Ada sejumlah orang tertentu yang pada dasarnya memang tidak baik.b. Ada sesuatu yang baik dalam diri setiap orang.

15. a. Bila saya berhasil mendapatkan apa yang saya ingikan, hal itu sedikit saja atau tidak ada hubungannya sama sekali dengan keberuntungan.b. Untuk dapat melakukan pekerjaan yang tepat tergantung pada kemampuan atau kecakapan, nasib baik hanya sedikit atau tidak sama sekali pengaruhnya terhadap hal tersebut.

16. a. Siapa yang dapat menjadi bos seringkali bergantung pada siapa yang cukup beruntung untuk samapi pada posisi yang tepat pertama kali.b. Untuk dapat melakukan pekerjaan yang tepat tergantung pada kemampuan atau kecakapan, nasib baik hanya sedikit atau tidak sama sekali pengaruhnya terhadap hal tersebut.

17. a. Berkenaan dengan masalah-masalah dunia, kebanyakan kita adalah berbagai kekuatan yang tidak dapat kita pahami atau kendalikan.b. Dengan berperan aktif dalam urusan sosial dan politik, orang-orang mengendalikan peristiwa-peristiwa dunia.

18. a. Umumnya manusia tidak menyadari sejauh mana hidup mereka ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang bersifat kebetulan.b. Sebenarnya tidak ada yang disebut dengan ‘nasib baik’ itu.

19. a. Seseorang mestinya senantiasa mau mengakui kesalahan-kesalahannya.b. Umumnya lebih baik menutupi kesalahan-kesalahan sendiri.

20. a. Adalah sukar untuk mengetahui apakah seseorang adalah benar-benar menyukai Anda atau tidak.b. Beberapa banyak teman akrab Anda beruntung pada seberapa jauh Anda memiliki pribadi yang menyenangkan.

21. a. Lama-kelamaan hal-hal yang jelek yang menimpa kita akan diimbangi oleh hal-hal yang menyenangkan.b. Kemalangan atau ketidakberuntungan kebanyakan sebagai akibat kurang kemampuan,

Page 61: Burning

ketidaktahuan, kemalasan, atau kombinasi ketiganya.22. a. Kadang-kadang masyarakat tidak perlu tahu tentang politik.

b. Adalah sukar bagi masyarakat untuk banyak mengawasi segala sesuatu yang dilakukan para politisi.

23. a. Kadang-kadang saja tidak bisa mengerti bagaimana guru menetapkan nilai/angka.b. Ada hubungan langsung antara kerja keras dalam belajar dengan nilai yang saya peroleh.

24. a. Pemimpin yang baik mengharapkan orang-orang yang dipimpinnya dapat memutuskan sendiri apa yang mesti mereka lakukan.b. Pemimpin yang baik mampu menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan masing-. masing orang

25. a. Sering kali saya merasa bahwa kerja keras hanya sedikit berperan terhadap hal-hal yang terjadi pada diri saya.b. Adalah tidak mungkin bagi saya, untuk percaya bahwa keberuntungan memainkan peranan penting dalam kehidupan saya.

26. a. Orang merasa kesepian karena merasa tidak berusaha untuk bersikap akrab/ramah.b. Tidak banyak gunanya berusaha keras menyenangkan orang lain, karena jika mereka. menyukai Anda, mereka akan menyukai Anda

27. a. Pelajaran olahraga merupakan cara yang amat baik untuk membangun kepribadian.b. Pembentukan tim olahraga merupakan cara yang amat baik untuk membangun kepribadian.

28. a. Apa yang terjadi pada diri saya adalah karena usaha saya sendiri.b. Kadang-kadang saya merasa bahwa saya tidak punya cukup kemampuan untuk mengontrol hidup saya.

29. a. Pada umumnya saya tidak mengerti mengapa politisi berperilaku sebagaimana yang mereka lakukan.b. Dalam jangka panjang rakyat akan bertanggung jawab terhadap kejelekan pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

Skor mentah sebelum BKP

skor SKOR

siswa1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1

2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

3 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1

4 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 15 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

Page 62: Burning

6 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

7 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1

8 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1

9 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1

10 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1

11 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0

12 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1

13 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

14 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0

15 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0

16 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

17 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

18 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

19 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

20 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0

21 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1

22 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

23 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

24 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1

25 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0

26 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

27 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

28 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

29 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1

30 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0

Skor mentah sesudah BKP

skor SKOR

siswa1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0

2 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0

Page 63: Burning

3 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0

4 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 15 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1

6 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

7 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1

8 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0

9 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1

10 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1

11 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0

12 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0

13 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0

14 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0

15 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0

16 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0

17 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0

18 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1

19 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1

20 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0

21 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1

22 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0

23 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0

24 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

25 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1

26 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1

27 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1

28 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1

29 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0

30 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

A. DESKRIPSI UMUM

Page 64: Burning

Layanan bimbingan konseling dapat diselenggarakan baik secara

perorangan maupun kelompok. Layanan bimbingan kelompok dan konseling

kelompok (BKp dan KKp), kedua layanan ini mengikut sertakan sejumlah

peserta dalam jumlah kelompok dengan satu orang pemimpin kelompok.

BKp dan KKp mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas

berbagai hal yangbberguna bagi pengembangan pribadi dan pemecahan

masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok. Dalam BKp

dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota

kelompok, sedangkan KKp dibahas masalah pribadi yang dialami oleh

masing-masing anggota kelompok. Baik topik umum maupun masalah pribadi

itu dibahas melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif,

diikuti oleh semua anggota dibawah pemimpin kelompok.

Layanan BKp dan KKp dapat diselenggarakan dimana saja, didalam

ruangan konseling ataupun diluar ruangan konseling, di sekolah ataupun

diluar sekolah. Dimanapun kedua layanan konseling itu dilaksanakan, harus

terjamin bahwa dinamika kelompok dapat berkembang dengan sebaik-baiknya

untuk mencapai tujuan layanan (Prayitno,2004:1).

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Tujuan Layanan BKp dan KKp adalah berkembangnya

kemampuan bersosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi

peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa

kemampuan bersosialisasi atau berkomunikasi seseorang sering terganggu

Page 65: Burning

oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif,

sempit dan terkadang kurang tidak efektif. Melalui layanan BKp dan KKp,

hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaandapat diungkapkan,

digolongkan, diringankan melalui berbagai cara. Pikiran yang suntuk,

buntu, atau beku dicairkan dan didinamikakan melalui berbagai masukan

dan tanggapan baru, persepsi dan wawasan yang menyimpang atau sempit

diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, penyadaran dan

penjelasan. Sikap yang tidak objektif dan tidak terkendali serta tidak

efektif digugat dan didobrak, Kalau perlu diganti baru yang lebih efektif.

Melalui kondisi dan proses berperasaan, berfikir, beresepsi dan

berwawasan yang terarah, luwes serta dinamis kemampuan

berkomunikasi, bersosialisasi dapat dikembangkan. Khususnya untuk

layanan KKp selain bertujuan sebagaimana BKp, juga bermaksud

mengentaskan masalahklien dengan memanfaatkan dinamika kelompok

(Prayitno, 2004).

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus BKp dan KKp pada kegiatan ini adalah untuk

membahas topik-topik yang berkenaan dengan LOC (pengendalian diri)

siswa yang melanggar disiplin sekolah yang terinspirasi dari buku

Bimbingan dan Konseling SMP untuk kelas VIII (Suzy Yulia Charlotte

dan Yulita Rintyastini) yang sangat inovatif dalam pembelajaran BK di

SMP. Siswa-siswi lebih merasa senang dan menemukan kreasi-kreasi

dalam hal menumbuhkan, membangkitkan dan mengembangkan rasa

pengendalian dalam dirinya sendiri.

Page 66: Burning

C. AZAS-AZAS BIMBINGAN KELOMPOK

Adapun azas-azas dalam bimbingan kelompok ada 5, yaitu : (Prayitno,

2004:116)

1. Azas kerahasiaan

Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok segala sesuatu yang dibicarakan

anggota kelompok kepada pemimpin kelompok harus dijaga

kerahasiaannya. Azas kerahasiaan ini adalah kunci dalam pelaksanaan

bimbingan kelompok sehingga mendapatkan kepercayaan dari semua

pihak.

2. Azas keterbukaan

Dalam pelaksanaa bimbingan kelompok diperlukan suasana keterbukaan,

baik dari konselor (PK), maupun dari pihak anggota kelompok. Kedua

belah pihak diharapkan bersedia membuka diri untuk kepentingan

memecahkan masalah dan kelancaran pelaksanaan bimbingan kelompok.

3. Azas kegiatan

Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, pemimpin kelompok hendaknya

dapat bekerja giat bersama anggota kelompok sehingga kegiatan

terlaksana dengan baik dan aktif.

4. Azas kenormatifan

Pada azas ini tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku,

norma agama, norma adat, norma hukum, dan kebiasaan sehari-hari.

Dalam kegiatan bimbingan kelompok seluruhisi layanan, prosedur, teknik

tidak boleh menyimpang dari norma-norma yang dimaksud.

Page 67: Burning

5. Azas kesukarelaan

Pelaksanaan bimbingan kelompok, baik dari pihak anggota kelompok

maupun pemimpin kelompok (PK) diharapkan secara suka dan rela tanpa

ragu-ragu ataupun terpaksa menyampaikan masalah yang dihadapi, serta

mengungkap fakta, data dan seluk beluk berkenaan dengan masalahnya

kepada konselor atau PK dan konselor hendaknya memberikan bantuan

dengan ikhlas.

D. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN

Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, melalui beberapa tahap yaitu,

1. Tahap pembukaan

2. Tahap peralihan

3. Tahap kegiatan

4. Tahap pengakhiran

Diakhir bimbingan kelompok peserta menyanyikan salah satu lagu, gelang

sepatu gelang atau sayonara.

Page 68: Burning

PERTEMUAN I

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK LOC

(PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN

SEKOLAH (TOPIK TUGAS)

Kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan layanan bimbingan

kelompok

A. Sebelum bimbingan kelompok

1. Menyebarkan skala kepada setiap anggota bimbingan kelompok

2. Menerangkan aspek-aspek LOC (pengendalian diri) yang perlu

dimiliki siswa

B. Kegiatan bimbingan kelompok

1. Tahap Pembukaan

1.1 Menerima secara terbuka dan mengucapkan terima kasih

1.2 Berdo’a (agar kegiatan bimbingan kelompok berjalan lancar)

1.3 Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok

1.4 Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok

1.5 Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok topik LOC

(pengendalian diri)

1.6 Menjelaskan azas-azas bimbingan kelompok

1.7 Perkenalan dilanjutkan dengan rangkaian nama

2. Tahap Peralihan

2.1 Menjelaskan kembali kegiatan kelompok

Page 69: Burning

2.2 Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut

2.3 Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan atau

sebagian belum siap untuk masuk ketahap berikutnya dan

mengatasi usaha tersebut

2.4 Memberi contoh topik bahasan yang dikemukakan dan dibahas

dalam kelompok

2.5 Menanyakan kepada siswa fenomena apa yang mereka lihat

sehubungan dengan topik yang akan dibahas

3. Tahap Kegiatan

3.1 Pemimpin kelompok menjelaskan topik LOC (pengendalian diri)

yang akan dibahas dalam bimbingan kelompok

3.2 Masing-masing anggota kelompok menanggapi tentang topik

bahasan yang akan dibahas dalam kelompok

3.3 Masing-masing anggota menjelaskan pentingnya topik tersebut

dibahas dalam kelompok

3.4 Membicarakan urutan topik yang akan dibahas dalam bimbingan

kelompok

3.5 Pembahasan topik tersebut secara tuntas

Tugas pemimpin kelompok adalah mempertajam dan memperjelas

dan sebagai pengatur lalu lintas

3.6 Peneguhan atau pengayaan materi dari guru pembimbing

Pelaksanaan permainan untuk meningkatkan dinamika kelompok

3.7 Menegaskan komitmen para anggota kelompok (apa yang segera

dilakukan berkenaan dengan topik yang dibahas)

4. Tahap Pengakhiran

4.1 Menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan diakhiri

Page 70: Burning

4.2 Anggota kelompok mengemukakan kesan dan pesan serta menilai

kemajuan yang dicapai masing-masing anggota

4.3 Pembahasan kegiatan lanjutan

4.4 Ucapan terima kasih

4.5 Berdo’a

4.6 Menyanyikan lagu perpisahan

4.7 Perpisahan

Page 71: Burning

PERTEMUAN II

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK LOC

(PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN

SEKOLAH (TOPIK TUGAS)

Kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok

(Topik lanjutan)

1. Tahap Pembukaan

1.1 Menerima secara terbuka dan mengucapkan terima kasih

1.2 Berdo’a (agar kegiatan bimbingan kelompok berjalan lancar)

1.3 Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok

1.4 Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok

1.5 Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok topik

LOC/pengendalian diri (topik lanjutan)

1.6 Menjelaskan azas-azas bimbingan kelompok

1.7 Permainan pengakraban (jika dianggap perlu)

2. Tahap Peralihan

2.1 Menjelaskan kembali kegiatan kelompok

Page 72: Burning

2.2 Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut

2.3 Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan atau

sebagian belum siap untuk masuk ketahap berikutnya dan

mengatasi usaha tersebut

2.4 Memberi contoh topik bahasan yang dikemukakan dan dibahas di

dalam kelompok

2.5 Menanyakan kepada siswa fenomena apa yang mereka lihat

sehubungan dengan topik yang akan dibahas

3. Tahap Kegiatan

3.1 Pemimpin kelompok menjelaskan topik LOC/pengendalian diri

(topik lanjutan) yang akan dibahas dalam bimbingan kelompok

3.2 Masing-masing anggota kelompok menanggapi tentang topik

bahasan yang akan dibahas dalam kelompok

3.3 Tanya jawab tentang topik yang dikemukakan pemimpin

kelompok, menanyakan fenomena apa yang dilihat siswa

berhubungan dengan topik yang akan dibahas

3.4 Pembahasan topik tersebut secara tuntas

Tugas pemimpin kelompok adalah mempertajam dan memperjelas

dan sebagai pengatur lalu lintas

3.5 Selingan

Pelaksanaan permainan dilakukan untuk meningkatkan dinamika

kelompok dan latihan keterampilan yang dilaksanakan untuk

menimbulkan LOC (pengendalian diri) bagi siswa (mind map)

3.6 Peneguhan atau pengayaan materi dari guru pembimbing

Pelaksanaan permainan untuk meningkatkan dinamika kelompok

3.7 Menegaskan komitmen para anggota kelompok (apa yang segera

dilakukan berkenaan dengan topik yang dibahas)

Page 73: Burning

4. Tahap Pengakhiran

4.1 Menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan diakhiri

4.2 Anggota kelompok mengemukakan kesan dan pesan serta menilai

kemajuan yang dicapai masing-masing anggota

4.3 Pembahasan kegiatan lanjutan

4.4 Ucapan terima kasih

4.5 Berdo’a

4.6 Menyanyikan lagu perpisahan

4.7 Perpisahan

Page 74: Burning

PERTEMUAN III

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK LOC

(PENGENDALIAN DIRI) SISWA YANG MELANGGAR DISIPLIN

SEKOLAH (TOPIK TUGAS)

Kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok

(Topik lanjutan)

1. Tahap Pembukaan

1.1 Menerima secara terbuka dan mengucapkan terima kasih

1.2 Berdo’a (agar kegiatan bimbingan kelompok berjalan lancar)

1.3 Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok

1.4 Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok

1.5 Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok topik

LOC/pengendalian diri (topik lanjutan)

1.6 Menjelaskan azas-azas bimbingan kelompok

1.7 Permainan pengakraban (jika dianggap perlu)

Page 75: Burning

2 Tahap Peralihan

2.1 Menjelaskan kembali kegiatan kelompok

2.2 Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih

lanjut

2.3 Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan atau

sebagian belum siap untuk masuk ketahap berikutnya dan

mengatasi usaha tersebut

2.4 Memberi contoh topik bahasan yang dikemukakan dan dibahas

di dalam kelompok

2.5 Menanyakan kepada siswa fenomena apa yang mereka lihat

sehubungan dengan topik yang akan dibahas

3 Tahap Kegiatan

3.1 Pemimpin kelompok menjelaskan topik kepercayaan

diriLOC/pengendalian diri (topik lanjutan) yang akan dibahas

dalam bimbingan kelompok

3.2 Masing-masing anggota kelompok menanggapi tentang topik

bahasan yang akan dibahas dalam kelompok

3.3 Tanya jawab tentang topik yang dikemukakan pemimpin

kelompok, menanyakan fenomena apa yang dilihat siswa

berhubungan dengan topik yang akan dibahas

3.4 Pembahasan topik tersebut secara tuntas

Tugas pemimpin kelompok adalah mempertajam dan

memperjelas dan sebagai pengatur lalu lintas

3.5 Selingan

Pelaksanaan permainan dilakukan untuk meningkatkan

dinamika kelompok dan latihan keterampilan yang

Page 76: Burning

dilaksanakan untuk menimbulkan LOC/pengendalian diri bagi

siswa (mind map)

Peneguhan atau pengayaan materi dari guru pembimbing

3.6 Pelaksanaan permainan untuk meningkatkan dinamika

kelompok

3.7 Menegaskan komitmen para anggota kelompok (apa yang

segera dilakukan berkenaan dengan topik yang dibahas)

4 Tahap Pengakhiran

4.1 Menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan

diakhiri

4.2 Anggota kelompok mengemukakan kesan dan pesan serta

menilai kemajuan yang dicapai masing-masing anggota

4.3 Pembahasan kegiatan lanjutan

4.4 Ucapan terima kasih

4.5 Berdo’a

4.6 Menyanyikan lagu perpisahan

4.7 Perpisahan

5. Menyebarkan skala kepada anggota bimbingan kelompok setelah

bimbingan kelompok selesai dilaksanakan.