buletin pillar grii no.43 februari 2007

16
Pillar 43 Daftar Isi The Battle of the Ages: The Importance of the Word .... 1 Meja Redaksi ................................... 2 Biblical Aesthetics ....................... 4 TKB .....................................................9 Wahai Kata Siapa Gerangan Engkau .............................................10 Intepretasi: Kemampuan atau Fungsi? ............................................ 12 Q & A .............................................. 13 Sersan ............................................... 14 Pokok Doa ..................................... 14 Liputan NREC 2006 ..................15 Resensi: Bulls, Bears, and Golden Calves ............................. 16 Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia Februari 2007 Pemimpin Redaksi: Ev. Edward Oei Wakil Pemimpin Redaksi: Ev. Diana Ruth Redaksi Pelaksana: Adhya Kumara Heruarto Salim Desain: Heryanto Tjandra Jacqueline Fondia Salim Redaksi Bahasa: Adi Kurniawan Mildred Sebastian Redaksi Umum: Budiman Thia Dharmawan Tjokro Erwan Juliwati Cokromulio Rosdiana Sutanto Yesaya Ishak GRII Lippo Bank Cab. Pintu Air Jakarta Acc. 745-30-707000 Sekretariat GRII Jl. Tanah Abang III No.1 Jakarta Pusat Tel. +62 21 3810912 www.buletinpillar.org [email protected] Redaksi: P enasihat: Pdt. Amin Tjung Pdt. Benyamin F. Intan Pdt. Sutjipto Subeno Ev. Alwi Sjaaf Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong The Battle of the Ages Part 2: The Importance of the Word Berita Seputar GRII Kini begitu banyak lulusan sekolah theology, penginjil, bahkan kaum awam yang ingin cepat berkhotbah di mimbar, ingin cepat terkenal, dengan pengertian yang sangat dangkal. Orang-orang seperti ini sangat ingin menonjolkan diri. Kita melihat bagaimana Yudas tergeser dan terbuang. Tuhan Yesus tidak pernah membuang atau menghentikan rekan kerja- Nya, tetapi mereka akan pergi dan membuang diri mereka sendiri. Teguran terakhir Yesus adalah, “Dengan ciuman engkau menjual Aku?” Kalimat ini akan menghantui Yudas selama-lamanya, karena ia telah menjual Yesus di dalam dan mencium Yesus di luar. Inilah teguran untuk pengkhianat yang diingat selama-lamanya. Ketika kita bermain-main dengan iman dan mempermainkan kerohanian, kita tidak menyadari bahwa kita sedang berada dalam peperangan serius. Martin Luther mengajarkan kepada orang Kristen tentang Theologi Salib. Ia mengajarkan dua aspek: 1) The Glorious Christ (Kristus yang Mulia), dan 2) The Suffering Christ (Kristus yang Sengsara). Alkitab menyatakan jika kita tidak melihat Kristus yang tersalib, kita tidak akan melihat Kristus yang mulia. Keduanya tak terpisahkan. Saat ini banyak gereja mau jalan pintas, ingin kemuliaan tanpa salib. Kita perlu mengalami rekonstruksi pikiran kita, untuk dikembalikan kepada Firman Tuhan, kembali kepada apa yang Kristus telah katakan, yang dicerahkan dan diingatkan oleh Roh Kudus. Firman yang kekal adalah dasar peperangan. Firman itu telah selesai ditulis, tetapi pengertian Firman tetap membutuhkan pergumulan riil, yang menjadi kesulitan bagi orang-orang yang membaca kitab suci. Banyak orang belajar theologi hanya untuk mendapatkan nilai dan gelar, tetapi tanpa mempunyai iman yang baik. Mereka hanya mempunyai catatan sejarah bahwa mereka pernah belajar, pernah baca buku, pernah ikut ujian, dan pernah lulus. Orang yang lulus ujian di atas kertas tidak tentu lulus ujian dalam peperangan rohani. Kita perlu menyadari bahwa sebagian dari orang- orang yang masuk dalam neraka adalah orang- orang yang pernah belajar theologia sampai tingkat yang tinggi. Hegel, Darwin, Kierkegaard, dan Karl Marx adalah filsuf-filsuf besar yang pernah belajar theologia. Dari mereka semua, hanya Kierkegaard yang masih punya perasaan takut kepada Tuhan, sedangkan yang lain melecehkan kekristenan. Iman penuh pergumulan. Pergumulan itu memungkinkan kita mengetahui bagaimana berperang selanjutnya dan bagaimana hasilnya. Agama Kristen adalah agama yang percaya kepada “dunia di atas,” tetapi terjun dalam peperangan “dunia di bawah.” Kita mendapatkan wahyu dari Tuhan dan wahyu itu diberikan kepada kita dengan menurunkan fakta sejarah. Fakta kelahiran Kristus, kemenangan Kristus, kematian Kristus, kebangkitan Program Ekstensi Institut Reformed akan dimulai di Singapura. Kebaktian Pembukaan diadakan tanggal 30 Januari 2007, dipimpin oleh Pdt. Benyamin Intan, Ph.D. Dua mata kuliah reguler yang akan segera dimulai adalah Prolegomena Theologi dan Bibliologi dan Hermeneutika Alkitab. Untuk informasi lebih lanjut atau pendaftaran, hubungi Pdt. Amin Tjung (telp. +65 96805723 atau [email protected]).

Upload: christanto-pranata

Post on 10-Jun-2015

755 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar43Daftar Isi

The Battle of the Ages:The Importance of the Word .... 1

Meja Redaksi ...................................2

Biblical Aesthetics .......................4

TKB .....................................................9

Wahai Kata Siapa GeranganEngkau .............................................10

Intepretasi: Kemampuan atauFungsi? ............................................12

Q & A ..............................................13

Sersan ...............................................14

Pokok Doa .....................................14

Liputan NREC 2006 ..................15

Resensi: Bulls, Bears, andGolden Calves .............................16

Buletin Pemuda Gereja Reformed Injili Indonesia

Februari 2007

Pemimpin Redaksi:Ev. Edward Oei

Wakil Pemimpin Redaksi:Ev. Diana Ruth

Redaksi Pelaksana:Adhya KumaraHeruarto Salim

Desain:Heryanto TjandraJacqueline Fondia Salim

Redaksi Bahasa:Adi KurniawanMildred Sebastian

Redaksi Umum:Budiman ThiaDharmawan TjokroErwanJuliwati CokromulioRosdiana SutantoYesaya Ishak

GRIILippo BankCab. Pintu Air JakartaAcc. 745-30-707000

Sekretariat GRIIJl. Tanah Abang III No.1Jakarta PusatTel. +62 21 3810912

[email protected]

Redaksi:

Penasihat:Pdt. Amin TjungPdt. Benyamin F. IntanPdt. Sutjipto SubenoEv. Alwi Sjaaf

Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong

The Battle of the AgesPart 2: The Importance of the Word

Berita Seputar GRII

Kini begitu banyak lulusan sekolah theology, penginjil,bahkan kaum awam yang ingin cepat berkhotbahdi mimbar, ingin cepat terkenal, dengan pengertianyang sangat dangkal. Orang-orang seperti ini sangatingin menonjolkan diri. Kita melihat bagaimanaYudas tergeser dan terbuang. Tuhan Yesus tidakpernah membuang atau menghentikan rekan kerja-Nya, tetapi mereka akan pergi dan membuang dirimereka sendiri. Teguran terakhir Yesus adalah,“Dengan ciuman engkau menjual Aku?” Kalimatini akan menghantui Yudas selama-lamanya, karenaia telah menjual Yesus di dalam dan mencium Yesusdi luar. Inilah teguran untuk pengkhianat yang diingatselama-lamanya. Ketika kita bermain-main denganiman dan mempermainkan kerohanian, kita tidakmenyadari bahwa kita sedang berada dalampeperangan serius. Martin Luther mengajarkankepada orang Kristen tentang Theologi Salib. Iamengajarkan dua aspek: 1) The Glorious Christ(Kristus yang Mulia), dan 2) The Suffering Christ (Kristusyang Sengsara). Alkitab menyatakan jika kita tidakmelihat Kristus yang tersalib, kita tidak akan melihatKristus yang mulia. Keduanya tak terpisahkan. Saatini banyak gereja mau jalan pintas, ingin kemuliaantanpa salib. Kita perlu mengalami rekonstruksipikiran kita, untuk dikembalikan kepada FirmanTuhan, kembali kepada apa yang Kristus telahkatakan, yang dicerahkan dan diingatkan oleh RohKudus.

Firman yang kekal adalah dasar peperangan.Firman itu telah selesai ditulis, tetapi pengertianFirman tetap membutuhkan pergumulan riil, yangmenjadi kesulitan bagi orang-orang yangmembaca kitab suci. Banyak orang belajar theologihanya untuk mendapatkan nilai dan gelar, tetapitanpa mempunyai iman yang baik. Mereka hanyamempunyai catatan sejarah bahwa mereka pernahbelajar, pernah baca buku, pernah ikut ujian, danpernah lulus. Orang yang lulus ujian di atas kertastidak tentu lulus ujian dalam peperangan rohani.Kita perlu menyadari bahwa sebagian dari orang-orang yang masuk dalam neraka adalah orang-orang yang pernah belajar theologia sampai tingkatyang tinggi. Hegel, Darwin, Kierkegaard, dan KarlMarx adalah filsuf-filsuf besar yang pernah belajartheologia. Dari mereka semua, hanya Kierkegaardyang masih punya perasaan takut kepada Tuhan,sedangkan yang lain melecehkan kekristenan.

Iman penuh pergumulan. Pergumulan itumemungkinkan kita mengetahui bagaimanaberperang selanjutnya dan bagaimana hasilnya.Agama Kristen adalah agama yang percaya kepada“dunia di atas,” tetapi terjun dalam peperangan“dunia di bawah.” Kita mendapatkan wahyu dariTuhan dan wahyu itu diberikan kepada kita denganmenurunkan fakta sejarah. Fakta kelahiran Kristus,kemenangan Kristus, kematian Kristus, kebangkitan

Program Ekstensi Institut Reformed akan dimulai di Singapura. Kebaktian Pembukaan diadakan tanggal 30Januari 2007, dipimpin oleh Pdt. Benyamin Intan, Ph.D. Dua mata kuliah reguler yang akan segera dimulaiadalah Prolegomena Theologi dan Bibliologi dan Hermeneutika Alkitab. Untuk informasi lebih lanjut ataupendaftaran, hubungi Pdt. Amin Tjung (telp. +65 96805723 atau [email protected]).

Page 2: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/072

Dari Meja RedaksiDari Meja RedaksiDari Meja RedaksiDari Meja RedaksiDari Meja Redaksi

Kekristenan bukan berperang karena semangatketakutan, sifat paranoid, atau ambisi-ambisi manusia.

Kekristenan berperang karena memang antara Kristus dansetan terjadi peperangan laten, di mana

kita berada di dalamnya.

Kristus, kenaikan Kristus, dan turunnyaKristus kembali pada waktu hari kiamatini merupakan fakta sejarah yangmerangkai iman Kristen. Di sinilah gerejayang sejati harus membangun diri. Gerejasejati, pertama-tama, harus kembalikepada iman para Rasul. Gereja yang sejatiadalah gereja yang setia kepada pengajaranpara Rasul. Sekitar tahun 1991-1995merebak ajaran Kharismatik. Di dalamgereja ini sebenarnya banyak orang yangcinta Tuhan, tetapi merekamengacaukan antara“apostolic faith” dengan“apostolic ministries.” Apostolicfaith (Iman Rasuli) adalah credo,ajaran yang dipegang olehpara Rasul. Ini yang harus terusdipertahankan. Gereja haruskembali kepada ajaran Rasuli.Apostolic ministries (Pelayanan Rasul) adalahfenomena-fenomena yang dilakukan olehpara Rasul. Orang Kharismatikmenganggap bahwa apostolic faith adalahmujizat, karunia lidah, kesembuhan, danlain-lain. Itu adalah apostolic ministries.Akibatnya, mereka justru menyepelekandan mengabaikan doktrin, mengabaikanapostolic faith yang sesungguhnya.

Di dalam menyikapi apostolic ministries, kitaperlu teliti melihat bahwa tidak semuaRasul melakukan semua yang digolongkandalam apostolic ministries. Tidak semua Rasulmelakukan mujizat, tidak semua Rasulmenyembuhkan, tidak semua Rasul digigitular dan tidak mati, dan tidak semua Rasulberbahasa lidah. Tanda-tanda yang disebutdalam Markus 16:17-18 seringkalidianggap sebagai tanda orang yangdiselamatkan. Kita perlu mengetahuibahwa bagian ayat ini tidak mutlak ada,

karena tidak ada pada manuskrip-manuskrip Alkitab yang paling tua. Di siniinti penyelewengan itu, yaitu fenomenapelayanan dianggap sebagai imankepercayaan. Yesus pernah mengatakan,“Jangan beranggapan bahwa semua orangyang mengusir setan, melakukan mujizat,bernubuat dalam nama Yesus, akan masuksorga. Sesungguhnya dia yang melakukankehendak Bapa yang masuk kerajaansorga.” Tuhan Yesus berkata, “Aku tidak

pernah mengenal kamu. Enyahlah engkausekalian pembuat kejahatan.”1 Jadi yangmenjadi titik pusat bukan gejala pelayanan,melainkan iman kepercayaan sesuai denganapa yang dikatakan Kristus dandikonfirmasikan oleh Roh Kudus, yangadalah Roh Kebenaran.

1. Tantangan PolitikPara murid mulai bergumul berhadapandengan tantangan pertama yang datangdari politik dan kerajaan Romawi. KetikaOktavianus menjadi kaisar, Romawiberubah dari republik menjadi kekaisaran,dan itu disertai dengan semangat ekspansiyang begitu kuat. Semangat ekspansi inikarena ketakutan adanya ancaman.Kekristenan bukan berperang karenasemangat ketakutan, sifat paranoid, atauambisi-ambisi manusia. Kekristenanberperang karena memang antara Kristusdan setan terjadi peperangan laten, di mana

kita berada di dalamnya. KekaisaranRomawi memberikan toleransi kepadaorang Yahudi untuk tidak melihat kaisarsebagai Tuhan, tetapi boleh menyembahYehowah. Namun, kini ada satu lagi yangmengaku sebagai Tuhan, yaitu Yesus.Maka, pengikut Tuhan yang baru ini perludianiaya. Di sinilah mulai terjadi serangandan penganiayaan terhadap orang Kristen.Tuhan Yesus baru saja bangkit dan RohKudus baru saja turun. Gereja baru saja

tumbuh dan berkembang.Dan saat itu penganiayaantelah datang untuk berusahamenumpas kekristenan.Ribuan orang, karena imankepada Kristus, dibunuh.Inilah peperangan yang mulaimeletus. Sampai empat abadpenganiayaan para kaisar

Romawi terhadap orang Kristenmembinasakan ratusan ribu orang yangpercaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Itusebabnya, Paulus mengatakan di dalamkonteks penganiayaan seperti ini, bahwaorang yang percaya Yesus adalah Tuhan,pasti diselamatkan (Rom. 10:10).Tantangan pertama muncul justru daripolitik Kerajaan Romawi. Tantangan seriusterhadap kekristenan muncul dari kekuatanpolitik yang tidak menghendaki orangpercaya bahwa Yesus adalah Tuhan.Tantangan politik ini terus terjadi disepanjang sejarah hingga kini dan menjaditekanan bagi iman Kristen danpenganiayaan bagi orang yang percayaYesus adalah Tuhan.

2. Tantangan FilsafatTantangan kedua muncul dari filsafatGerika. Filsafat Gerika mencampurberbagai pikiran yang sangat dalam dengan

The Battle of the Ages: The Importance of the Word

Salam, Pembaca Pillar yang setia. Edisi Pillar Februari-April mengajak kita merenungkan tema Imago Dei (image ofGod). Calvin menjelaskannya dari sisi Kristologi di mana manusia sebagai imago Dei mempunyai tiga fungsi yaitusebagai nabi, raja, dan imam. Edisi Februari ini Pillar akan membahas fungsi manusia sebagai nabi yang menjadi wadahkebenaran Allah untuk menginterpretasi diri dan alam sesuai true knowledge dari Allah. Setelah kejatuhan, imago Deimenjadi rusak sehingga walaupun manusia masih terus melakukan interpretasi tetapi seluruh interpretasi manusiaseringkali meleset dari kebenaran yang Allah sudah tanamkan dalam dunia ciptaan ini. Kecuali kembali menginterpretasidiri dan dunia ini sesuai kebenaran Firman Tuhan, manusia tidak pernah dapat mengatakan interpretasinya pastibenar adanya walaupun kemungkinan itu tetap ada (wahyu umum Allah).

Kiranya pembahasan doktrin manusia dalam konteks kehidupan kita sehari-hari sungguh dapat memperlengkapi kitamenjadi manusia yang semakin sesuai dengan panggilan kita sebagai manusia Allah di dunia berdosa ini. To God be theglory!

Redaksi PILLAR

Page 3: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/07 3

istilah yang bermutu sangat tinggi,membuat orang menyangka pikiran inibertingkat akademis tinggi. Ada asumsibahwa yang berakademis tinggi adalahorang pandai, dan kalau pandai pasti tidaksalah. Filsafat Gerika menakut-nakutiorang dengan keindahan sastra dan pikiranyang begitu tinggi, sehingga membiusmereka dan membuat mereka tidakmengetahui kelemahan yang ada dalamfilsafat tersebut. Sebelum Sokrates, filsafatGerika tidak mempunyai arah yang jelas,namun kemudian Sokrates mementingkanantropologi, dan bukan theologi.Akibatnya, filsafat Gerikamengembangkan studiantropologi yang mendalam.Sokrates menekankan “kenallahdirimu” (gnoti seauton). Sebelummengenal yang lain, kenallah dirikita sendiri terlebih dahulu,karena dari situ kita baru bisamengenal segala sesuatu. Alkitabmengatakan bahwa kita harus“mengenal Allah” terlebihdahulu. Pengenalan akan Allahadalah awal dari bijaksana.Sokrates hanya mengenal“pengenalan diri sebagai awalpengetahuan.” Sokrates menolaksemua mitos-mitos dancenderung percaya adanya Allahyang esa. Tetapi konsepnya tidak jelas danterpengaruh oleh konsep reinkarnasi.Filsafat metafisika yang percaya adanyasatu Allah inilah yang membuat Sokratesdihukum mati. Orang menuduh Sokratesatheis karena telah meninggalkan dewa-dewa Yunani.

Lalu apa beda filsafat dan theologi?Keduanya berbicara tentang Allah;keduanya berbicara tentang arti hidup;keduanya berbicara tentang etika; keduanyaberbicara tentang politik dan hukum. Sayamerangkum dengan satu kalimat: “Filsafatselalu mempertanyakan setiap jawaban,sedangkan theologi menjawab setiappertanyaan.” (Theology keeps answering thequestions and philosophy keeps questioning theanswers). Alkitab telah memberikanjawaban-jawaban yang tuntas bagipertanyaan-pertanyaan yang paling pentingdalam kehidupan manusia. Hanyaseringkali banyak orang Kristen tidakmelihat dan tidak menjelajah ke dalampertanyaan filsafat dan melihat jawabannyadi dalam Alkitab. Beberapa waktu yanglalu saya mengadakan seminar “Kritikterhadap Da Vinci Code.” Seminar gratisini dilakukan karena manusia

membutuhkan jawaban. Orang di duniabutuh jawaban atas pertanyaan-pertanyaanyang paling krusial tentang hidup.Kekristenan tidak butuh dikasihani.Sebaliknya, kekristenan sangat kasihankepada manusia yang sedang binasa, yangmembutuhkan jawaban bagi hidupnya.

Ada seorang murid saya di Bandung yangmeminta saya menjenguk dan menginjiliseorang pemilik bank yang sakit keras. Sayapergi ke rumah sakit dan mendoakannya.Saya menjelaskan kepadanya bahwa TuhanYesus mencintai dia. Sesudah saya

mendoakannya, ia mengatakan bahwananti kalau sembuh dia harus membantugereja yang mana, karena begitu banyakpendeta yang mendoakannya. Sayamenjawab, “Tuhan tidak membutuhkanpertolonganmu. Memang engkau pemilikbank yang kaya, tetapi maafkan, tolonglahdirimu sendiri. Karena yang perlu ditolongadalah jiwamu, yang kalau mati akanmasuk neraka. Kristus datang mati bagimu.Engkau tidak perlu memberipersembahan, karena dari kalimatmu sayatahu bahwa engkau belum Kristen danengkau belum mengerti apa itupersembahan. Khususnya gereja saya tidakakan memberikan alamat, karena engkautidak berhak menolong kami. Engkaulahyang paling kasihan, yang memerlukanpertolongan Kristus. Itu sebabnya sayadatang berdoa bagimu.” Dia sangatterkejut, dan saya juga sedikit terkejutmelihat dia terkejut. Sekarang berapabanyak orang selalu beranggapan bahwaTuhan butuh diberi makan olehkekayaannya, agar Tuhan tidak kelaparan.

Jika kita berkesempatan mendengarkankhotbah, itu adalah anugerah. Tidak adayang kebetulan di dunia ini. Kita harus

bersyukur kepada Tuhan, karena dari sinikita mengerti apa arti peperangan rohani.Orang Kristen diserang oleh berbagaifilsafat dan terjepit di tengah berbagaiajaran sesat. Mereka dirayu oleh dunia,diajar dengan berbagai tafsiran yangsembarangan dan serong. Jangan ikutsembarang gereja, yang akhirnyamenyesatkan dan membinasakan engkau.Ikut sembarang gereja sama sepertimenikahi sembarang wanita. Kita haruskembali kepada Tuhan yang sejati, kepadakebenaran Firman yang sejati dengantafsiran dan ajaran yang betul-betul setia.

Kita tidak boleh menyamakanTuhan dan hantu. Celaka jika kitatidak bisa membedakan manaTuhan, mana hantu. Peperanganini tidak main-main.

Maka, kalau saya simpulkan, ditengah penganiayaan politik,tipuan dari berbagai filsafat duniayang menyesatkan, dan tekanandari berbagai bidat-bidat denganajaran-ajaran yang membawakepada kebinasaan, kita perlulebih peka. Gereja harus peka,harus bangun, dan harus bersiapuntuk berperang. Peperanganorang Kristen awal berlangsungsengit di abad kedua dan ketiga.

Sampai pada abad keempat Tuhanmembangkitkan Agustinus yangmenetapkan banyak dasar pengajaranpenting gereja, sehingga gereja menjadikokoh. Namun, peperangan ini belumberhenti di situ. Peperangan ini terus terjadidi sepanjang zaman. Berbagai bentuk barumuncul, namun esensi yang ada tetap sama.Maka kini kita terpanggil masuk ke dalampeperangan rohani, di mana kebenaranTuhan perlu kembali ditegakkan,pengajaran Firman perludikumandangkan, credo yang benardinyatakan di tengah dunia, dan cinta kasihTuhan diberitakan. Soli Deo Gloria.

Endnote

1 Parafrase dari Mat. 7:21-23.

The Battle of the Ages: The Importance of the Word

Kaisar Agustus Socrates

Page 4: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/074

Pengantar“Wanita itu adalah seorang yang sangatcantik. Tidak pernah kulihat makhluk yanglebih cantik dari dia, seumur hidupku!”Jika kamu mencoba membayangkan wanitaitu, sosok seperti apa yang akan munculdi benakmu? Sesosok tubuh langsing,berkulit putih bersih (atau kecoklatan?),hidung mancung, sorot mata yang jernihdan ramah, bibir yang tipis kemerahan,anatomi tubuh seperti dewi Yunani?Seperti apa kelihatannya wanita yangpaling cantik yang pernah lahir jika kamumembayangkannya?

Jawaban yang muncul akan sangatberagam, tergantung siapa yang menjawab.Jika kamu seorang bule (atau kamu seringmengkonsumsi media populer) mungkinsosok seperti Claudia Schiffer-lah yang akanmuncul. Jika kamu seorang Dayak, kamumungkin bergidik jijik melihat daun telingaClaudia yang tidak panjang keleweranseperti milik nenek kamu di hutan Borneosana. Jika kamu berasal dari ras yang palingbanyak jumlahnya di planet ini, mungkinsosok seperti Gong Li-lah yang menjadiidaman kamu.

Jawaban yang sama beragamnya akanmuncul pula jika kamu bertanya tentangkeindahan sebuah lukisan, patung, musik,puisi, landscape, dan objek seni lainnya.Jadi, apakah indah itu? Adakah kriteriamutlak bagi keindahan? Dapatkah seorangwanita tertentu dinobatkan sebagai mahlukpaling cantik sejagat? Jika suatu ketikakamu kagum melihat sebuah lukisan, dankali berikutnya kamu muak melihat lukisanyang sama, dapatkah lukisan itu dikatakan“indah?” Keindahan itu bersifat subjektifatau objektif? Dapatkah kita mengalamiperasaan/pengalaman “keindahan” tanpaobjek? Jika kita mengingat-ingat sebuahlagu, dan kita menikmati lagu itu “di dalamkepala”, dapatkah hal ini disebut“menikmati keindahan?” Kita seringkali‘takjub’ dengan hasil karya para perupamodern, “Sebenarnya, benda apa ini?”Saya pribadi sulit melihat perbedaan antara

lukisan modern dengan corat-coretkeponakan saya yang masih TK.

Bagaimana pandangan Alkitab atas konsepini? Konsep keindahan seperti apa yangTuhan inginkan untuk kita pegang danterapkan dalam hidup kita?

MetodologiDalam merumuskan dan mendeskripsikankonsep keindahan yang benar dankontekstual (yaitu mampu mengarahkanzaman kembali kepada kebenaran Tuhan),kita harus mampu menggali keluarkebenaran yang sudah diwahyukan Allahlewat sejarah keselamatan dan Alkitab, lalumelakukan kontekstualisasi terhadapperkembangan konsep keindahan yangsudah terjadi sepanjang abad.

Pertama-tama kita akan membahasperkembangan konsep keindahan yangada. Ini perlu untuk dapat memahamipergumulan hati manusia sepanjang zamantentang konsep keindahan ini. Tentu sajakita memahami hal ini dalam kerangka pikiradanya general revelation dan ‘sisakebaikan’ pada hidup manusia.

Pekerjaan menggali keluar pandanganAlkitabiah mengenai keindahan bukanlahhal yang sederhana. Tidak ada cukuptempat dalam makalah yang pendek iniuntuk membicarakan keseluruhanpandangan Alkitab mengenai keindahan.Saya hanya akan mencoba untukmenelusuri pemakaian kata “Beauty”,“Beautiful”, dan “Art(istic)” dalam Alkitab(NIV). Mengingat orang Ibrani tidakmengenal konsep “Beauty” secara abstrak1

seperti pengertian bangsa Yunani,penelusuran ketiga kata ini saja tidak akanmeliputi keseluruhan konsep keindahandalam Alkitab. Konsep keindahan Ibranimeliputi penggunaan kata Goodness, Glory,Grandeur, Majestic, Dignity, Splendour,Pleasant, dan ‘To be Treasured’.2

Sejarah Konsep KeindahanDari Plato sampai Thomas AquinasKonsep teoritis tentang keindahan mungkinpertama kali muncul di masa Yunani kuno.Sampai Abad Pertengahan ada beberapapersamaan dalam kriteria keindahanmereka. Yang indah itu haruslah:3

1. Seimbang, teratur, proposional: Plato,Phytagoras, Thomas Aquinas.

2. Dapat dijadikan sarana untukmembawa penikmatnya menujukontemplasi, melepaskan diri dariketerkungkungan subjek, untukmencapai keindahan yang ada ‘diseberang sana’: Plato, Plotinus,Agustinus.

3. Menentramkan jiwa, mengingatkanpada logos, keteraturan dan simetri:Stoa/Epikurus.

4. Sesuatu yang terjadi dalam diri sisubjek pada pengalamannyaberinteraksi dengan objek keindahan:Aristoteles, Thomas Aquinas.

Plato memiliki konsep bahwa realita materiyang dapat kita indera secara empirikadalah imitasi (mimesis) dari keindahansempurna yang hanya ada di alam idea. Jikaalam semesta beserta segala keindahannyahanyalah tiruan (tak sempurna) darikesempurnaan alam idea, maka keindahanyang dihasilkan oleh kesenian adalah tiruan(tak sempurna) dari tiruan (tak sempurna)atau mimesis memeseos. Kesenian yangbaik (yang indah) adalah kesenian yangdapat mengimitasi (copying) keindahanalam dengan semirip mungkin. Tidak adatempat bagi subjektivisme dalam seni rupa.Inilah yang menyebabkan kesenian Yunanisangat bersifat naturalistik. Merekamembuat patung dewa-dewi merekadengan proporsi anatomi yang sempurna.Bahkan mereka mengusahakan untukmembuat patung yang lebih indah darimanusia kebanyakan, mereka membuatsosok anatomi manusia ideal. Hingga kini,mungkin pandangan keindahan sepertiinilah yang paling populer. Tanpapengertian seni yang memadai, hampirsemua orang akan lebih menyukai seni rupa

Page 5: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/07 5

Biblical Aestheticsnaturalistik ketimbang kubistik (yang lebihmirip corat-coret saja).

Aristoteles, walaupun masih menganggapkesenian sebagai imitasi alam, berpendapatbehwa kesenian memiliki nilai pentingdalam hidup manusia. Melalui kesenian,khususnya drama-drama tragedi yangdikembangkannya, jiwa manusia dapatdisucikan/dibersihkan (Katharsis). Drama-drama Aristoteles memiliki ciri-ciri audiensdibawa melewati alur cerita yang disusunsecara logis dan teratur menuju suatuakhir cerita yang mengejutkan, di manasegala sesuatunya menjadi jelas, segalamisteri terpecahkan, dan ada hubunganantara semua adegan-adegan terpisah yangmulanya tak terlihat berkaitan. Saat endingini tercapai, manusia seolah-olah mengalamisuatu pencerahan/pembersihan jiwa.Berbeda dengan Plato, sedikit banyakAristoteles mengembangkan konsepkeindahan yang melibatkan pengalaman sisubjek. Hal ini akan dikembangkan lebihjauh oleh Thomas Aquinas.

Thomas Aquinas merangkum semua gagasantentang keindahan yang ada sebelumnya.Sumbangan orisinil Thomas Aquinas adalahpada peranannya mengarahkan perhatiankesenian dan pengalaman keindahan padaperanan rasa si subjek dalam prosespenciptaan karya seni. Beberapa rumusanThomas Aquinas mengenai keindahanadalah:

§ Keindahan berkaitan denganpengetahuan dan yang indah ituharuslah menyenangkan si pengamat.

§ Keindahan haruslah mencakup tigakualitas: integritas, proporsi yangbenar, dan kecemerlangan.

§ Keindahan itu sangat berkaitan jugadengan aspek rasional. Keindahandialami jika si subjek mengarahkandirinya lewat kontemplasi atau lewatpengetahuan empiris. Itu sebabnyaThomas Aquinas berpendapat bahwaindera-indera yang palingberhubungan dengan pengetahuan-lah yang paling berperan dalampengalaman keindahan. Maka inderayang paling penting dalam estetikaadalah mata dan telinga, dan seniyang paling penting adalah yangmelibatkan kedua indera ini, sepertiseni rupa, musik, puisi, atau opera.

Pandangan Thomas Aquinas ini menjadisalah satu titik balik dalam perkembangankesenian. Jika sebelumnya orang kurangmenekankan peranan subjek dalampenciptaan seni, kini peran subjek mulaidiperhatikan. Dalam seni lukis, jikasebelumnya wajah-wajah manusia danmalaikat dilukiskan seragam dan tanpaekspresi, kini mulai dilukis secara personal

dan diberi ekspresi yang diambil dari modelyang berpose di depan si pelukis.4

Dari da Vinci sampai SchwarzkoglerSetelah abad pertengahan, adakecenderungan perkembangan keseniandan konsep keindahan dari yang konkret(seperti Monalisa) menuju kesenian yangsemakin abstrak (misalnya Who’s Afraid ofRed, Yellow and Blue III).5 Hal ini sesuaihirarki kesenian menurut Hegel danSchopenhauer, yang bergerak dari ekspresiyang konkret ke tingkat abstraksi yang lebihtinggi. Makin tinggi suatu kesenian dalamhirarki itu, makin sedikit kandunganmateri/bentuk-nya.

Pada masa awal Renaissance, MarsilioFicino,6 seorang anggota Akademi yangmempelajari filsafat Plato di Italia,mengajukan pandangannya bahwapenciptaan karya seni harus diawalidengan “konsentrasi yang mengarah padainti batin” si seniman; ini mirip denganmetode rekoleksi Plato ditambah dengandualisme mirip rasionalisme, yang belummuncul saat itu. Penyelidikan mengenaiasas-asas keindahan yang harus dipenuhisuatu karya seni baik pada proses maupunproduknya akhirnya melahirkan pandangan-pandangan seperti Alberti, Michelangelo,Raphael, da Vinci, dan Dürer. Leonardo daVinci melakukan studi mengenai hukum-hukum perspektif dan anatomi manusia; iaberpendapat hukum-hukum ini harusdikuasai sepenuhnya agar si seniman dapatmenghasilkan karya seni tingkat tinggi.Mereka mempunyai pandangan: makin taatseorang seniman kepada hukum-hukum ini,semakin bebas dia menghasilkan karyanya.Masa ini menghasilkan karya seni yangmengagumkan, mereka membuatnyadengan penuh ketelitian, hingga hal-halyang paling detil sekalipun. Ekspresisubjektif diungkapkan melalui karya-karyayang sangat realistis, namun bukan sekedarcopy dari alam.

Masa ini diikuti oleh dominasirasionalisme-empirisme padakebudayaan Eropa. Keseniancenderung menjadi keringterhadap ekspresi emosionalsi seniman, karya-karya yangindah itu nyaris matematismurni. Hal ini memicupemberontakan terhadaptradisi rasionalisme, pendulumcenderung berayun ke ekstrimlain yang sangat menekankansubjektifitas emosi. Albert Camuspernah mengatakan bahwapemberontakan adalah kreatif.Menjadi kreatif berartimemberontak terhadap belenggustatus quo dengan mencari alternatif.

Pemberontakan ini terutama melandakonsep keindahan yang dibangun olehThomas Aquinas, da Vinci, Michelangelo,dan rekan-rekannya. Yang indah itu tidakharus proporsional dan natural. “Tidak adaseorang pun seniman yang dapat menerimakenyataan,” kata Nietzsche.7 Lebih spesifiklagi, Van Gogh8 berpendapat bahwa “Duniaadalah hasil lukisan Tuhan yang gagal.”Seniman adalah seorang yang berkreasimelalui bidang seni dengan logika tersendiriyang berbeda dengan logika bidang-bidangyang lain.9 Pandangan yang berkembang diakhir abad ke-19 ini telah menggeser fokuskeindahan secara radikal. Orang tidak lagimengejar proporsi dan perspektif yangbenar dalam berseni, tetapi beranimelanggar patokan-patokan yangsebelumnya dianggap tabu demimengekspresikan sebebas mungkin impresikeindahan yang ada dalam diri mereka. Seniadalah ekspresi dari impresi, demikian katamereka yang akhirnya melahirkan aliranimpresionisme dan ekspresionisme.

Dalam abad ke-20 pandangan iniberkembang lebih lanjut dan melahirkangerakan Simbolisme/Jugendstil, Fauvisme/Surealisme, Kubisme dan seni Abstrak.Tema-tema yang mendasari gerakan iniadalah pembebasan ekspresi keindahandari belenggu penampakan empiris, bentuk,rasionalisme, dan norma-norma yangberlaku umum. Jika ekspresionisme masihberangkat dari pengamatan, Simbolismemenganggap hasil karya seni hanya sebagai‘alasan’/simbol untuk menggambarkan intiilham sang seniman. Karena itu jelas karyaseni tidak harus ‘mirip dengan aslinya’dengan mematuhi hukum-hukum perspektifdan proporsi. Hal ini dilanjutkan olehgerakan Fauvisme yang dengan sengajamendistorsi perspektif warna. Karenapengaruh psikologi Freud, orang mulaimemperhatikan dan mengeksplorasi dunia

sub-concious yang dianggap dapatmembebaskan manusia dari belenggurasionalisme. Ini dipakai oleh Ensor,Schwitters, Tanguy, dan Dali untukmelahirkan aliran Surealisme yangmengeksploitasi keindahan darid u n i a sub-concious. Tema

pembebasan ini jugaberkembang untukm e n g u n g k a p k a nimpresi lewatpencarian bentuk-bentuk dasarrealitas. Inimelahirkan gerakanKubisme yangdipelopori olehPicasso, Braque, dan

Cézanne. Merekamewujudkannya dalam

lukisan yang memakaibentuk-bentuk yang

Page 6: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/076

nyaris geometris untuk menggambarkanmanusia, dan warna-warna yang dipakaiadalah warna-warna dasar yang salingberdampingan. Berbagai sudut perspektifdilukiskan sekaligus. Ini melahirkan lukisanyang berkesan ‘jelek’ seperti corat-coretyang kekanak-kanakan. Usaha untukmelepaskan diri dari keterbatasan ekspresiini dilakukan secara ekstrim oleh aliranAbstrak. Mereka mencoba untukmelahirkan karya seni yang tidakberbentuk, tanpa obyek luar, absolut, dannon-representatif, walaupun karya-karyamereka tetap saja tak dapat melepaskandiri dari bentuk. Walaupun sudah berusahauntuk melepaskan diri dari realitas luar,lukisan-lukisan abstrak masih mengingatkankita pada bentuk-bentuk yang palingprimitif. Dalam musik ini diwakili olehperkembangan musik-musik atonal dariSchönberg.

Excess negatif dari kecenderunganpemberontakan ini adalah merekamelahirkan pemberontakan demipemberontakan itu sendiri. Ini menjadinyata dalam gerakan Dadaisme dan Neo-Dadaisme yang lahir pada abad ke-20.Mereka cenderung bersikap nihilistik, danseringkali malah destruktif. Hal inidiperparah oleh sikap masyarakat yangcenderung semakin permisif, toleran, danhampir-hampir dapat menerimapenyimpangan apapun juga. Seniman Neo-dadais menjadi menderita karena tak adalagi yang dapat diprotes. Tidak ada lagipelanggaran norma yang dianggap serius,maka mereka mulai mengarahkan kesenianmereka pada tubuh mereka sendiri.Kesenian berkembang ke arah masokismeyang sadistis. Barbara Rose menulis:

Gambaran-gambaran masokisme,mutilasi diri, dan perusakan diribertimbun, selagi seniman yangdirampas kesempatannya untukprotes, menjadikan dirinya korban.Perasaan impotensi sang seniman itusebagian berasal dari perasaannyabahwa masyarakat tidak lagimemberinya kemungkinan untukbertindak dengan bertanggungjawab.10

Contoh yang paling ekstrim adalah senimanJerman, Rudolf Schwarzkogler, yang

m e n y a y a tkemaluannyas e d i k i td e m is e d i k i t

sampai akhirnya ia tewas kehabisan darah.Proses ini difoto dan dipamerkan dalamDocumentia 5 di Jerman Barat. Praktek-praktek seperti ini sudah begitu maraksehingga sudah merupakan repetisi yangsecara tragis membosankan.

Hingga kini usaha untuk menikmati danmenciptakan keindahan sudah melahirkanhal-hal yang buruk seperti ini. Ke mana lagiperjalanan sejarah keindahan ini akanmembawa kita selanjutnya? Bagaimanapendapat Tuhan? Seperti apakah konsepkeindahan menurut Alkitab?

Konsep AlkitabiahSurvey AlkitabAda lebih dari seratus ayat referensi hanyauntuk kata “Beauty”, “Beautiful”, dan“Art(istic)” saja. Maka saya akan melakukanpengelompokan ayat-ayat yangmembicarakan konsep yang sama danmelakukan eksegese kecil-kecilan padabeberapa ayat yang representatif saja.Tentu saja tugas pengelompokan ayat-ayatini sudah melibatkan penafsiran, jadisebenarnya ‘data-data’ dalam bab ini tidakbersifat objektif murni. Karena itu sayajuga akan memberikan argumentasi untukpengelompokan ayat yang dipakai.

1. Keagungan TuhanDaud dalam Mazmurnya menyebut Taurat,Titah, dan Takut akan Tuhan itu lebih indahdari emas (Mzm. 19:10-11). Para penulisPerjanjian Lama juga memakai akar katayang sama untuk menyebutkan keagungan,perasaan gentar, dan takjub akankehadiran Tuhan.

2. Kecantikan WanitaKecantikan fisik seorang wanita mendapatbanyak tempat pada konsep keindahandalam Alkitab dan budaya Israel. Ada 42 darisekitar 100 ayat yang ditelusuri memakaikata “Beauty”, “Beautiful”, dan“Art(istic)” untuk menyebutkankecantikan seorang wanita. Kecantikanfeminin seringkali digambarkan denganmelakukan analogi terhadap keindahanalam, hal ini sangat kental mewarnai puisi-puisi dalam Kidung Agung.

3. Keindahan Alam Ciptaan TuhanMeliputi perasaan keindahan yang munculsaat memandang kecantikan seekor rusa(Kej. 49:21), Tanah Perjanjian (Yer. 3:19),atau Rasi Bintang (Ayb. 38:31). Bahkanperasaan puas dalam diri Tuhan saat melihatciptaan-Nya mula-mula (mis. Kej. 1:10, 12).

4. Keindahan Seni Buatan ManusiaTermasuk dalam bagian ini adalah ungkapankekaguman pada kemegahan arsitektur11

(bangsa lain, mis. Yeh. 27:4), fashion (Kej.41:42), musik (Yeh. 33:32), dan peralatanibadah dalam Tabernacle.

5. Keindahan AbstrakHanya muncul sekali dalam Perjanjian Baru,ketika Yesus memuji tindakan wanita yangmengurapi kepalanya dengan minyakNarwastu. Sebuah tindakan (yang tentusaja formless) disebut “beautiful”.

Inti KeindahanBerbeda dengan bangsa-bangsa lain, orangIbrani memiliki Allah YHWH yang transendenatas manusia danc i p taan . Konsepkeindahan dankesenian yangdihasilkannya sangatberbeda dengank e s e n i a n -kesenian budayakafir yangb e r s i f a tantroposentr is .Von Radberpendapat bahwapuncak pengalaman keindahan orangIbrani adalah di dalam lingkup religius.12

Pengalaman keindahan mereka bersumberdari realisasi kekaguman, kegentaran, danrasa cinta yang mendalam pada YHWH.Perasaan keindahan itu terjadi ketikamereka menyadari kehadiran YHWH,kebijaksanaan-Nya dan pekerjaan-pekerjaan-Nya yang ajaib. Clowneymenulis:13

The wonder of aesthetic experience echoesthe awe found in the presence of God, whois not only One but Three, not only Judgebut Saviour, not Only Lord but Saviour.

Transendensi Allah, misteri Ilahi yangmenggentarkan inilah yang menjadi inti dansumber pengalaman dan pengungkapankeindahan orang Ibrani. Lebih lanjut, VonRad menyimpulkan empat ciri konsepkeindahan Ibrani, yaitu:1. Keindahan itu tidak pernah menjadi

sesuatu yang absolut, yang ada padadirinya sendiri. Keindahan selaluberupa sesuatu yang tak henti-hentinya dilimpahkan ke dalam duniaoleh Tuhan.

2. Maka, keindahan berkaitan langsungdengan iman.

3. Proses menikmati keindahan Tuhan initerutama berbentuk Mazmur danterutama Nubuatan (prophecy).Prophecy is perception in faith, andfaith perceived.

4. Israel juga menikmati keagungan Ilahidalam ketidakhadiran dan sisi misteriusYHWH. Bukan hanya pengetahuanorang Israel tentang Allah yangmenyebabkannya mengalamikeindahan, tetapi juga hal-halmisterius yang tak diketahuinyatentang Allah, yang membuatnyatunduk dengan gentar padakedahsyatan transendensi YHWH.

Biblical Aesthetics

Page 7: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/07 7

Dominasi Theosentrisme dalam budayaIbrani membuat semua produk kesenianIbrani bersifat Theosentris. MenikmatiTuhan dalam segala kelimpahan dankemuliaan-Nya adalah cita-cita tertinggi,keinginan terbesar dari setiap orang Ibraniyang takut akan Tuhan. Kesenian merekaadalah wujud ekspresi pengalamankeindahan yang dialami bersama YHWH.Ekstase inilah sumber ekspresi seni Ibrani.Hal ini paling banyak diekspresikan lewatmedia bahasa, sastra, dan musik.

Kesenian Ibrani dan MedianyaSejarah mencatat, bangsa Israel tidakmenghasilkan seni rupa yang tinggi. Tidakada arsitektur megah seperti yang dapatdijumpai pada reruntuhan kota-kotapeninggalan bangsa Sumeria, Mesir, Yunani,atau Romawi. Tidak ada artefak-artefakindah seperti yang dapat ditemukan dipiramida-piramida Mesir atau di istanakaisar-kaisar Cina. Ada dua alasan mengapahal ini terjadi. Pertama adalah karenaselama berabad-abad bangsa Ibrani salahmenafsirkan hukum kedua dari Taurat:Jangan membuat bagimu patung yangmenyerupai apapun yang ada di langit diatas, atau yang ada di bumi di bawah, atauyang ada di dalam air di bawah bumi. Jangansujud menyembah kepadanya atauberibadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN,

Allahmu adalah Allah yangcemburu, yang membalaskan

kesalahan bapa kepadaanak-anaknya, kepadaketurunan ketiga, dankeempat dari orang-orang yang membenci

Aku, tetapi Akumenunjukkan kasihsetia kepada

beribu-ribu orang,yaitu mereka yang

mengasihi Aku dan yangberpegang pada perintah-perintah-Ku.

Mereka menafsirkan hukum ini sebagailarangan bagi mereka untuk membuatpatung atau rupa apapun yang menyerupaibentuk ciptaan Tuhan. Padahal yang Tuhanmaksudkan adalah mereka tidak bolehmembuat patung atau wujud apapun untukdisembah. Hal ini dijelaskan pada kalimat“Aku ... adalah Allah yang cemburu ....”14

Lagipula Allah sendiri di waktu-waktukemudian memerintahkan Musa untukmembuat tutup perdamaian pada TabutPerjanjian yang dilengkapi dengan sepasangpatung Kerub yang terbuat dari emas. Inimenunjukkan bahwa YHWH tidak pernahmelarang orang Israel untuk membuatpatung, asalkan patung itu tidak dijadikanberhala. Salah tafsir ini sudah terjadi secaraberabad-abad dan telah menjauhkan senirupa tinggi dari kebudayaan Israel (kecualipada masa Bezaleel dan Aholiab, Tuhan

mengurapi mereka khusus untuk membuatartefak-artefak religius bagi keperluanibadah di Tabernacle).

Alasan kedua adalah karena bahasa/sastrayaitu media yang bersifat audible memilikikeunggulan dalam mengakomodasi ekspresikeindahan bangsa Ibrani, sebagai bangsayang mengikat janji dengan Allah YHWH,yang tidak terdapat pada bangsa-bangsalain. Walau kurang menonjol dalam bidangseni rupa, bangsa Ibrani sangat ungguldalam bidang sastra. Alkitab PL adalah karyasastra yang tak ada bandingannya, bahkansampai saat ini.

Bangsa Ibrani menuangkan ekspresikeindahannya dalam media-media audible/bahasa seperti musik (Kel. 15, 1 Sam. 18:6-7, 10), puisi (Ayub, Mazmur, Kidung Agung,kitab nabi-nabi), dan narasi (Sebagianbesar PL terdiri dari narasi kelas tinggi).Kelihatannya media-media seperti ini lebihmampu untuk mengakomodasi ekspresikeindahan personal secara akurat. Iniberkaitan langsung dengan sifat-sifatalamiah media audio-visual.

Secara umum dapat dikatakan bahwapendengaran adalah pengalaman yangpaling meresap dalam hidup kita.15 Inderapendengaran kita bersifat pasif; tak sepertipenglihatan, kita tidak dapat memilihsecara aktif hal-hal yang ingin kita dengar.Karena tak memiliki ‘kelopak telinga’, kitatak dapat tidak, pasti mendengar apa-apayang ada di sekeliling kita; kita hanya dapatmemilah-milah informasi terdengar ini didalam. Suara juga tak dapat diraba danpada zaman pra-modern tak dapatdisimpan. Pengalaman bunyi bersifat unik,personal, dan eksistensial; tidak pernah adapengalaman bunyi yang dapat diulang lagisekehendak pendengar. Hal ini membuatpengalaman bunyi lebih aman terhadapgodaan untuk disembah (melalui rangsangberulang-ulang yang dilakukan atas pilihanpendengar).16 Tuhan Yesus berbicaratentang “mencongkel biji mata” untukmeminimalkan godaan dan tak pernahberbicara tentang “menulikan telinga”untuk menghindari cobaan. Rasul Paulusberbicara tentang “Iman yang timbul daripendengaran.”

Media audio juga dapat mengekspresikanperasaan dan pikiran dengan lebih akurat(ikon-ikon visual bersifat lebih ambigu,memberikan banyak ruang bagi penafsiranyang beragam). Dalam bidang bahasa, halini dapat dilihat dalam perkembanganbahasa purba yang mengarah pada simbol-simbol yang lebih literal. Sejarah mencatatperkembangan bahasa dari ikon-ikon visualhieroglif Mesir menuju abjad-abjad semitikyang lebih literal. Selain itu, media bahasamemiliki daya penetrasi yang lebih kuat pada

peradaban purba; karena ada mediapenyimpananan (bahasa, tulisan, papirus)media audio dapat melintasi waktu. Semuahal ini membuat peran media bahasa/audiosangat besar dalam era Reformasi Gereja.Protestanisme di awal kemunculannyasangat alergi dengan ikon, dan sangatmenekankan penggunaan media bahasa.Tuhan kita mewahyukan diri-Nya dalammedia bahasa literal, Ia memperdengarkansuara-Nya pada bangsa Israel, Nabi-nabi danRasul tetapi tidak pernah menampakkanwujud-Nya.

Seniman Sebagai Citra AllahSetelah mengetahui konsep keindahanyang telah Allah komunikasikan kepadamanusia melalui Alkitab dan sejarah bangsaIsrael, kita akan menyelidiki seni sepertiapa yang Tuhan kehendaki dilakukan olehseniman-seniman yang takut akan Tuhan.Ekspresi kesenian orang Israel diawalidengan pengalaman keindahan dalammenikmati Tuhan. Mengenai hal ini,Jonathan Edwards pernah mengatakan,“Beauty of the divine nature does primarilyconsist in God’s holiness … the beauty ofHis moral attributes.”17 Inti dari keindahanitu ada dalam kekudusan Tuhan sendiri,sehingga konsep keindahan yang benarhanya dapat diketahui dengan mengenalAllah dan kekudusan-Nya. Allah telahmenciptakan seluruh realita tempat kitahidup dan mengalami segala kelimpahan-Nya, termasuk pengalaman keindahan.Karena itu, wajar saja jika kita mencobauntuk meneladani prinsip-prinsip moral danetika Allah dalam menciptakan alamsemesta. Ini dapat kita lakukan karena Allahmenciptakan kita sebagai imago Dei yangmewakili-Nya dalam dunia ciptaan ini.Tentu saja kita juga harus mengingatperbedaan kualitatif yang ada antara kitadan Allah sehingga kita tidak membuatasumsi yang salah dalam menerapkanprinsip-prinsip menciptakan karya seni.Pertama-tama kita harus ingat bahwa Allahmenciptakan dari ketiadaan (creatio exnihilo), sedangkan kita menciptakan darisesuatu yang ada sebelumnya. Bahan-bahan baku penciptaan ini dapat berupabahan-bahan fisik, seperti material untukmembuat lukisan, patung, atau arsitektur,atau berupa software yaitu ide-ide yangtelah ada terlebih dahulu dan segalakemampuan mencipta (ataumengkomposisi) yang Tuhan berikan padakita. Beethoven tidak menciptakanmusiknya dari ketiadaan; ia menciptakanSymphony No. 9-nya dengan sistem tangganada dan hukum-hukum harmoni yang telahdiciptakan terlebih dahulu oleh sederetjenius di belakangnya. Setiap kita selalustanding on a giant’s shoulder. Selain itu,seorang Beethoven dapat mencipta karenaTuhan telah menciptakan alam semestadengan segala hukum-hukum fisika dan

Biblical Aesthetics

Page 8: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/078

fisiologis yang memungkinkan manusiamengalami keindahan dalam harmonisebuah komposisi. Harold M. Best pernahmengajukan sebuah hipotesis yang bagussekali yang diturunkan dari asumsi bahwaTuhan ingin kita meneladani-Nya juga dalamjejak penciptaan-Nya, tentu saja sebataskemampuan seorang manusia. Hipotesisnyaberbunyi:18

1. Tuhan adalah I AM THAT I AM yangtidak menciptakan untuk membuktikandiri-Nya. Ia self-sufficient sehingga Iabertindak dalam kebebasan danbijaksana pilihan-Nya sendiri. Kitasebagai ciptaan Tuhan seharusnya jugatidak menciptakan untuk membuktikandiri karena kita sesungguhnya sudahmemiliki jati diri yang stabil dan taktergantung pada sesuatu yang taktetap seperti pencapaian dalam seni.Kita diciptakan sebagai citra Allah. Kitadiciptakan dengan identitas daneksistensi yang sepenuhnyabergantung kepada sesuatu yang kekaldan tetap, yaitu Allah Sang PenciptaMutlak. Allah menciptakan untukmengungkapkan/menyatakan diri-Nya;kita menciptakan untuk menyatakanrespon kita atas kasih Allah.

2. Allah tidak pernah menciptakan duakristal salju yang identik. Ia jugamemenuhi dunia dengan flora-faunayang sangat beragam. Berarti seni non-representasionalistis, seperti seniabstrak yang tidak menggambarkanapapun juga di alam adalah sah. Tetapimemang hal ini tak dapat dilakukan

secara sempurna,sekeras-kerasnya sangseniman mencobauntuk tidak

menggambarkana p a p u n ,tetap saja iam e l a k u k a nrepresentasi

dalam seninya,karena memangmanusia tidakdapat melakukancreatio ex nihilo.

3. Ciptaan Allah penuh denganrepresentasi. Seorang anak miripdengan orang tuanya. Sebuah keluargabiasanya memiliki kesamaan-kesamaanbawaan tertentu. Dan dalam skalabesar, mahluk yang satu spesies memilikiciri-ciri khas tertentu, demikian jugadengan unsur-unsur kimia. Jadi senirepresentasi adalah sah juga; orangboleh-boleh saja menghasilkan karyaseni yang menggambarkan sesuatusecara sangat realistis selama ia tidakkehilangan sentuhan subjektifnya.

4. Seperti dikatakan dalam poin ke-2,Tuhan tidak pernah melakukanpenggandaan identik. Tiap karya seni

pasti memiliki ciri personal yang khas.Jadi hasil karya yang identik-replikatifseperti peng-copy-an karya seni oranglain tak dapat dikatakan sebuah karyaseni. Saat kita memainkan sebuahkomposisi musik, pastilah kitamemberikan satu sentuhan pribadipada musik yang terdengar. Usahauntuk meniru sepersis mungkin gayapermainan dan sentuhan pribadi oranglain dalam seni tak dapat dikatakansebagai seni lagi. Ia hanya seorangtukang main musik, bukan musisi.

5. Ciptaan Tuhan membeberkan variasimaha ragam, tetapi tetapmencerminkan satu style penciptaanyang khusus. Kita dapat sajamembubuhkan (biasanya secara taksadar) suatu gaya pribadi dalammenciptakan aneka ragam karya seni.

6. Ciptaan Tuhan menyatukan Keindahandan Fungsi. Ini mengakhiri perdebatanantara “yang indah” dan yang“fungsional”. Pandangan l’art pour l’artyang telah mengebiri segi fungsionaldari suatu karya seni dan memandangrendah karya seni yang memiliki suatufungsi tidak dapat dibenarkan. Jugapandangan kaum pragmatis yang kurangmempedulikan faktor estetis tidaksesuai dengan etika penciptaan Tuhan.Tuhan menciptakan tubuh manusiayang sangat-sangat estetis tetapisekaligus sangat fungsional. Tak adadesain buatan manusia yang melampauikeindahan tangan manusia, tetapi jugatak ada desain buatan manusia yangmelebihi keserbagunaan, kekuatan,keandalan, dan efisiensi tanganmanusia. Desain ajaib Tuhan ini dapatdipakai untuk menghasilkan lukisanyang indah, musik yang menakjubkan,tetapi juga sekaligus dapat dipakaiuntuk mengangkat beban berat ataumelakukan operasi bedah saraf yangmenuntut tingkat presisi tinggi.

7. Alam ciptaan tidak mencerminkanadanya hirarki keindahan. Tuhanmenciptakan kecoak dengan sangatindah (walaupun banyak yang jijik) -tidak kalah indah dibandingkan dengansekuntum anggrek. Bahkan kadang-kadang faeces manusia pun dapatmengambil rupa yang sangat artistik.Tuhan menciptakan galaksi maha besarseindah Ia menciptakan sel-selmikroba.

Saya pribadi mengusulkan bahwa dayakreasi kita seharusnya dipakai untukmengekspresikan rasa takjub dan syukurkita atas segala pekerjaan Allah yang besardan melimpah dengan anugerah. Seorangseniman Kristen seharusnya tidakmenciptakan sesuatu demi mencipta itusendiri, tidak melakukan pemberontakanatas pola lama demi pemberontakan itu

sendiri, tidak memuja keindahan alam,keindahan karya seni, maupun kejeniusanseniman demi hal-hal itu sendiri, tetapihendaknya itu dilakukan sebagai respon kitaatas anugerah Allah yang tak layak kitaterima, dan sebagai respon penyembahankita atas kemahadahsyatan Allah.

Apresiasi keindahan bersumber dariketakjuban kita atas keindahan Tuhan,kesadaran kita akan kemahaagungan dankebesaran kasih-Nya, sedangkan kreasi seniadalah ekspresi atas ketakjuban,kegentaran, dan cinta kita pada Tuhan.

Kesimpulan§ Persepsi kita tentang keindahan, yang

akan sangat mempengaruhi hidup kita,sangat ditentukan oleh konsepkeindahan yang kita pegang. Konsepkeindahan ini sangat menentukanbentuk dan perkembangan karya seniyang dihasilkan.

§ Sepanjang sejarah, konsep tentangkeindahan berubah sesuai denganperkembangan dunia filsafat padamasanya. Perkembangan filsafat sangatmenentukan konsep keindahan padasuatu zaman, dan akhirnya sangatmenentukan ciri karya seni pada zamantersebut.

§ Perkembangan konsep keindahan,yang diikuti juga oleh hasil karyaseninya, bergerak dari sesuatu yangkonkret menuju hasil karya seni yangsemakin abstrak (non-representatif).Ini sesuai dengan konsep Hegel yangbercita-cita mencapai Roh Absolut .

§ Perkembangan kesenian ke arah yangsemakin abstrak ini akhirnya jatuhpada konsep keindahan yang absurd.Kreativitas didefinisikan sebagai usahamanusia untuk memberontak terhadaptatanan baku yang sudah ada.Pemberontakan demi pemberontakanitu sendiri berakar dari keinginanmanusia untuk menjadi “seperti Allah”dan re-creating the creation.Ketidakpuasan manusia akan ciptaanmungkin bersumber juga dariketidakmengertian manusia akankenyataan kejatuhan manusia yangtelah menyeret seluruh ciptaan. Duniayang seperti “lukisan Tuhan yanggagal” menurut pengamatan Van Goghadalah dunia setelah kejatuhanmanusia. Usaha manusia untukmenciptakan kembali dunia yang lebihbaik dalam kanvas, tanpa dibarengipengertian bahwa hanya Tuhan sendiriyang dapat menebus ciptaan darikejatuhannya, akhirnya harus berakhirtragis dengan munculnya aliran-aliranyang bersifat nihilis dan self-destructive seperti Dadaisme dan Neo-Dadaisme.

Biblical Aesthetics

Page 9: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/07 9

§ K o n s e pk e i n d a h a nIbrani ternyata

sangat berbedadengan konsep

keindahan yang dihasilkanoleh bangsa-bangsa kafir.

Orang-orang Ibrani memangtidak mengenal konsep

keindahan secara abstrak sepertibangsa Yunani. Keindahan bagi orangIbrani adalah cerminan perasaankeindahannya bersama Tuhan.Pengalaman keindahan orang Ibraniyang tertinggi ada pada lingkuppengalaman religiusnya.

§ Karena media sastra lebih akuratdalam mengekspresikan pengalamanreligius bangsa Ibrani, dan adanyabahaya media visual yang ambigu untukmenimbulkan penyembahan berhala,media visual kurang berkembang dalamsejarah budaya Ibrani.

§ Kesenian Kristen yang baik haruslahmempertimbangkan kebenaran-kebenaran Tuhan dalam menciptakankeseniannya. Jika kita melihat prosespenciptaan alam semesta, kita akanmelihat solusi dari berbagai dilemayang dialami oleh para filsuf sepanjangzaman. Misalnya, Tuhan tidak menciptauntuk membuktikan diri, tapimenyatakan diri. Tuhan tidak pernahmembuat ciptaan yang identik, jadiseni non-representatif itu sah, tetapisekedar meniru karya orang lain tidaksah. Ciptaan penuh denganrepresentasi, yaitu hal-hal yangmemiliki kemiripan, misalnya ayah-anak,sehingga seni representatif yangkonservatif itu tidak dapat dikatakankurang kreatif. Ciptaan yang beragamitu tetap mencerminkan satu styleyang unik dari Tuhan, jadi subjektifitasdalam seni penting juga. Tuhan tidakpernah memisahkan fungsi dariestetika; Ia menciptakan tubuhmanusia superior baik secarafungsional maupun estetis. Terakhir,Tuhan tidak membuat hirarki seni;

semua ciptaan sama-sama diciptakandengan ketelitian tinggi. Dari lalatsampai gajah, dari atom sampai galaksiTuhan ciptakan dengan nilai estetisdan fungsional yang tinggi.

Ev. Yadi S. LimaPembina Pemuda GRII Pondok Indah

Daftar Pustaka1. Bromiley, Geoffrey W. ed., International

Standard Bible Encyclopedia Vol.1(Michigan: Eerdmans, 1979).

2. Camus, Albert, Seni dan Pemberontakan(Yogyakarta: Bentang Budaya, 1998).

3. Carson, D. A. & John D. Woodbridge, ed., Godand Culture(Michigan: Eerdmans, 1993).

4. Sherlock, Charles, The Doctrine of Humanity(Illinois: IVP, 1996).

5. Sutrisno, FX. Mudji & Prof. Dr. Christ Verhaak,S. J., Estetika Filsafat Keindahan(Yogyakarta: Kanisius, 1993).

6. Heie, H. & D. L. Wolfe, ed., Reality of ChristianLearning(Minnesota: Christian University Press, 1987)

7. Von Rad, Gerhard, OT Theology Vol.1(London: SCM Press, 1975).

Endnotes1 Gerhard Von Rad, OT Theology Vol.1

(London: SCM Press, 1975) 365.2 R. K. Harrison in International StAndard Bible

Encyclopedia Vol.1, Geoffrey W. Bromiley, ed.,(Michigan: Eerdmans, 1979) 444-445.

3 Dr. FX. Mudji Sutrisno, S. J. & Prof. Dr. ChristVerhaak, S. J., Estetika Filsafat Keindahan(Yogyakarta: Kanisius, 1993) 34.

4 Dr. FX. Mudji Sutrisno, S. J. & Prof. Dr. ChristVerhaak, S. J., Estetika Filsafat Keindahan(Yogyakarta: Kanisius, 1993) 40.

5 Sebuah karya abstrak Barnett Newman sehargaUS$ 3,1 Juta, di Amsterdam’s Stedelijk Museum.Lukisan modern ini hanyalah sebidang kanvasraksasa yang dicat merah terang dengan garisbatas biru tipis pada pinggiran sebelah kirinya.

6 Dr. FX. Mudji Sutrisno, S. J. & Prof. Dr. ChristVerhaak, S. J., Estetika Filsafat Keindahan(Yogyakarta: Kanisius, 1993) 43.

7 Albert Camus, dll., Seni dan Pemberontakan(Yogyakarta: Bentang Budaya, 1998) 1.

8 Ibid xv.9 Ibid.10 Sebuah artikel yang ditulis Barbara Rose dalam:

Albert Camus, dll., Seni dan Pemberontakan(Yogyakarta: Bentang Budaya, 1998) 115-116.

11 Sayang sekali, bangsa Israel tidakmengembangkan seni arsitektur. Salomo sampaiharus mengimpor tenaga ahli dari Raja Hiramuntuk membangun bait suci (2 Taw. 2:7).

12 Gerhard Von Rad, OT Theology Vol.1(London: SCM Press, 1975) 366.

13 Edmund P. Clowney, “Living Art: ChristianExperience and The Arts”, in God and Culture,D. A. Carson & John D. Woodbridge(Michigan: Eerdmans, 1993) 250.

14 Penyembahan berhala selalu dikaitkan denganperzinahan, Tuhan mengakomodasi sikap-Nya ataspenyembahan berhala dengan istilah “cemburu”yang dipakai untuk menunjukkan kemarahan dansakit hati seorang suami yang istrinyamenyeleweng.

15 Charles Sherlock, The Doctrine of Humanity(Illinois: IVP, 1996) 223

16 Repetisi rangsang atas pilihan pelihat dilakukanmisalnya dengan memfokuskan perhatian padasuatu obyek visual, seperti patung (berhala).Pada zaman pra-modern, suara tak dapatdirekam dan dimainkan kembali, sehingga kitatak dapat terus-menerus mengulang suara yangidentik. Musik yang dimainkan berulang-ulangpun tidak pernah terdengar persis sama,sehingga memang media audio relatif lebih‘aman’ dari potensi menjadi mediapenyembahan berhala.

17 Edmund P. Clowney, “Living Art: ChristianExperience and the Arts” in God and Culture, D.A. Carson, ed.,

18 Harold M. Best, “God as Creator” in Reality ofChristian Learning: H. Heie & D. L. Wolfe, ed.,(Minnesota: Christian University Press, 1987)247.

Biblical Aesthetics

Prediksi yang meleset:

1. Dr. Dionysius Lardner (1793-1859), orang Irlandia, tidak percaya bahwa kereta api akan menjadisalah satu alat transportasi berkecepatan tinggi. Menurutnya, traveling di atas rel dengankecepatan tinggi tidak memungkinkan, sebab penumpang akan mati dikarenakan oleh sesaknapas.

2. Pada tahun 1943, Thomas Watson, ketua perusahaan IBM, memprediksi bahwa tidak akan adalebih dari 5 komputer di pasaran dunia.

3. Setelah adanya penemuan transistor pada tahun 1947, beberapa perusahaan elektronikAmerika menolak ide tentang radio portabel. Pada awalnya tidak ada seorang pun yangpernah berpikir akan mengantongi radio ke mana-mana. Namun pada tahun 1954, Sony mulaimemperkenalkan radio transistor.

(Diambil dari www.didyouknow.org)

Page 10: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/0710

Jika boleh dikatakan dan dituliskan,salah satu hadiah terbesar dalam hidupadalah karunia untuk dapat berkata-

kata, baik itu dalam bentuk perkataan,pendengaran, tulisan, maupun pembacaan.Kata telah membawa dampak yang tidakbisa disepelekan di tiap perjalanan manusia.Kata memampukan manusia “melihat”suatu kejadian tanpa perlu ada di sanaataupun melihat sesuatu melampauikekasatmataan, “mendengar” gemuruhnyaombak yang sedang menerjang maupunlebatnya hujan badai yang menerpa,“merasakan” panasnya padang gurunseperti juga dinginnya salju yang melimpahturun, “menghirup” wewangian yangdipancarkan oleh bunga-bunga maupunmenusuknya bau busuk yang menyeruakmasuk ke seluruh sistem penciuman kita,“membicarakan” segala kegundahan dankebahagiaan dalam hidup dalam suatukesunyian diri dengan keramaian kata-katayang dituangkan dalam suatu kertas putih.

Namun siapakah dia hingga digunakansedemikian rupa hampir didalam segala aspek hidupmanusia? Siapakah diahingga mampumemaparkan danmempertontonkan berjutawarna-warni kehidupan?Siapakah dia yang mampudiolah para pujanggamenjadi buah pena yangmenawan? Siapakah dia yang mampumempersatukan selayaknya juga mampumenghancurkan dalam satu seruan?Siapakah dia yang mampu membawamanusia pada masa-masa silam dan sejarah-sejarah; menyingkapkan segala kebodohandan kegemilangan? Siapakah gerangan dia?

Sederetan kata-kata dapat tidak berartiapapun selayaknya kata-kata dapat sangatberarti, dengan jalinan kata-kata yangmemukau, menakjubkan, dan jugamemabukkan baik dalam bentuk puisi yangsingkat ataupun dalam bentuk sonata yangpanjang. “Letter to the World”1, demikiansebut sang pujangga Emily Dickinson (1830-1886) atas puisi-puisi yang ditulisnya.

Bahwasanya kata-kata dapat mempunyaidaya pikat yang luar biasa, menjelaskanberbagai misteri dalam hidup denganbertanya, bercermin, dan bertutur melaluikata-kata yang terus membisik dalambenak.

A word is deadWhen it is said,

Some say.I say it just

Begins to liveThat day.2

Terlepas dalam segala kedahsyatan dankehebatan kata-kata, dunia sempatmewartakan suatu bentuk penggugatannyaatas penggunaan kata-kata yangberhamburan yang berujung pada tragedinyata manusia, suatu bentukpemberontakan atas tradisi yang sudahmemfosil dalam kazanah sastra drama yanglazim didengungkan. Samuel Beckett, didalam banyak karyanya (seperti “WaitingFor Godot”, “Krapp’s Last Tape”, dan

sebagainya), menampilkan suatu bentukdrama dengan plot yang tidak beraturan,bukan suatu plot drama yang apik layaknyaHenry Ibsen ataupun George Bernard Shaw.Di samping plot, hal yang menonjol lainnyaadalah minimnya kata-kata, bahwa katahanya menjadi suatu aspek dalampelanggengan suatu tragedi dalam hidupmanusia; kesalahpahaman karena kata yangdipergunakan, ketidaksinambungan antarakata yang terucap dan perbuatan yang tanpaarti, konyol, dan tanpa guna, sertakegelisahan karena hilangnya tujuan.

Menghidupkan sebuah “tragedi”, yaknitragedi bahasa yang menekankan padaketidaksatuan tekstual (textual disunity),

ketidakpastian arti sebuah kata (meaning isliquid), dan kebenaran itu sendiri tekstual(reality itself is textual)3, santer dipergunakan,ditonjolkan, dan dipertontonkan oleh parapelaku “Theatre of Absurd”, sebuah gerakansastra drama yang meminimalkan plotdalam suatu drama dan memekarkan unsureksposisinya. Ini adalah sebuah kekecewaanatas tragedi yang menimpa sejarah umatmanusia sehingga melepaskan diri daritradisi drama yang telah lama tumbuh didunia Eropa dengan dominasi tradisirealistik/naturalistik, yang menempatkanteater sebagai basis bagi diksi-diksieksplanatif dan berlandaskan pada visiobjektif tentang kehidupan (yang berporospada aksioma-aksioma Cartesian, ataumodel elaborasi Kantian)4.

Tak luput pula, sejarah mencatat bahwaberagam slogan/platform/semangatidealisme dalam sebaris kata singkat danuntaian yang ringkas mampu membawa,memberi warna baru bagi suatu peradabanataupun suatu masa yang pernah dihidupi

manusia. Sebut saja “God,Glory, and Gospel”, sebuahsemangat yang menjaditolak dasar manusia padamasa tersebut untuksanggup mengarungisamudera yang begitu ganasuntuk mencari dunia baru,meski tidak dapatdipungkiri praktek-praktek

yang berjalan hanya membawa penindasandan bentuk awal kolonialisme yangsemakin mengakar dan mengental seiringwaktu. Juga “Carpe Diem” yang membawamanusia keluar dari suatu masa yangdisebut abad kegelapan yang merundungiEropa, meski membawa dampak yang tidakterhindarkan yaitu menjurus padahedonisme.

Siapa gerangan kata itu? Serta siapa yangmampu memahami kata? Dalam bahasaIndonesia yang selalu dibanggakan(?),makna secara denotatif menyebutkanbahwa kata adalah unsur bahasa yangdiucapkan atau dituliskan yang merupakanperwujudan kesatuan perasaan dan pikiran

Kata memampukan manusia “melihat” suatu kejadiantanpa perlu ada di sana ... “mendengar” gemuruhnya ombak

... “merasakan” panasnya padang gurun ... “menghirup”wewangian ... "membicarakan" segala kegundahan dan

kebahagiaan dalam hidup ...

Page 11: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/07 11

Wahai Kata Siapakah Gerangan Engkau?

yang dapat digunakan dalam bahasa, ujar,atau bicara. Sedangkan dalam bahasaInggris yang jauh lebih dibanggakan, kata(word) berarti pengutaraan sesuatu (briefutterance; remark), janji (assurance; promise),suatu tanda (signal; password), dan perintah(command; order). Lebih ultimat lagi Wordadalah firman Allah (the Bible; Scripture;divine intelligence incarnate in Christ)5.

Jadi, siapa gerangan kata itu? Mengapa diaada bersama-sama dengan manusia?Mengapa dia begitu berkuasanya sehinggadapat menyatakan sesuatu mewakilimanusia dan pengalaman manusia? Lebihlanjut, baik sadar maupun tidak disadari,manusialah sang pelaku sekaligus jugamenjadi sasaran yang dituju atas segalamacam kata-kata yang hilir mudik danberseliweran kian kemari. Demikian juga,hanya manusia yang secara fisiologismempunyai organ-organ istimewa yangmampu untuk memproduksi suara/bunyi-bunyian yang kemudian diberi danmemberi arti, membentuk kata, merangkaikalimat, dan menyusun seluruh gagasanyang bipolar/parsial ataupun utuhmengenai sekitarnya, dirinya, ataupun ide-ide yang berkecamuk di benaknya untukdiutarakan dalam bentuk kata-kata.Manusia yang telah dibekali akal budiberkemampuan untuk berkarya dan terusberinovasi, menemukan dan terus menggalikarena dibekali dengan suatu anugerahyang tidak dimiliki mahkluk ciptaanlainnya, sehingga memampukannya untukmembentuk kebudayaan. Manusia yangdibentuk dari debu dan tanah, namun iadicipta begitu agung dan menempati tempattertinggi dalam seluruh karya penciptaan,semata-mata karena ia dicipta seturutdengan gambar dan rupa Allah.

Siapa gerangan kata itu sehingga hanya adapada manusia yang dicipta seturut gambardan rupa Allah? Inikah kunci dari semuapertanyaan tentang siapakah gerangan kataitu? Ternyata kata diberikan kepadamanusia hanya karena manusia diciptaseturut gambar dan rupa Allah. Allahsendiri yang juga berkata (baca: berfirman)untuk menyatakan Diri-Nya. Kata (baca:Firman) yang ultimat dari Allah yangadalah Allah sendiri, the personal Word,Dialah yang menciptakan dunia ini. Tidakmengherankan jika demikian bahwa kataitu begitu berkuasanya, mampumenyatakan siapakah manusia yangberkata-kata, mampu menjelaskan duniaini, mampu membangun danmenghancurkan sesuatu, karena kata-katamanusia juga merupakan bagian darikeberadaan manusia sebagai gambar dan

rupa Allah, yang tentu saja terbatas adanya.Wahai kata, ternyata engkau bukan sekedarsuara yang keluar dari satu mahkluk didunia ini. Betapa tak terduganyakeberadaanmu. Engkau bukan sekedarsuara, engkau adalah penyataan dari suatumakhluk ciptaan yang dicipta menurutgambar dan rupa Sang Pencipta langit danbumi beserta isinya. Tak mengherankan jikaengkau mampu melakukan semuanya itu!

Siapa gerangan kata itu kalau begitu,sehingga dia mampu menyatakan dirimanusia dan alam dengan benar? Denganbenar? Bukankah Sang Kata (baca: Firman)dan Sang Kebenaran itu adalah Kristus,Anak Allah yang Maha Tinggi? Dialah Kata(baca: Firman) dan Kebenaran yang turundari surga untuk membawa manusia

kembali kepada Penciptanya. Dialah yangmengembalikan manusia sesuai fungsinyaketika dia diciptakan sebagai gambar danrupa Allah sehingga mampu bukan hanyasekedar berkata-kata melainkan berkata-kata dalam kebenaran karena untuk itulahkita diciptakan. Wahai kata, ternyata engkaubegitu agung, bukan saja mampumenyatakan sesuatu tetapi menyatakannyadengan benar karena engkau terikat dalamdiri manusia yang harus kembali kepadaSang Kebenaran.

Siapa gerangan kata itu? Semua yang di atasmasih belum menjawab satu pertanyaan,mengapa kata tidak ada habis-habisnya didalam dunia ini bahkan seakan-akan dialahpencetus ide yang tak habis-habisnya baikdiucapkan, dituliskan, atau juga dalam

pemikiran? Kata (baca: Firman) bukansekedar teks, tulisan, barisan kata-kata, ataukumpulan tulisan. Dialah Sang Hidup itusendiri, pernah hidup di atas dunia ini danakan terus hidup. Dialah Hidup yang kekalitu. Itulah Firman yang hidup danmenghidupkan; menjadi inspirasi parapujangga untuk berkarya, menjadi penentudalam tiap perjalanan sejarah, dan menjadiSumber Hidup yang sejati bagi paramanusia yang berdosa.

Siapa gerangan kata itu? Pertanyaan ini bisaditeruskan sampai ... distop Redaksi(?) Akhirkata, membaca dan mendengar kata-katayang indah dari buah pena para pujanggaadalah suatu kenikmatan untuk melihatkeindahan ciptaan budi dan kemampuanmanusia untuk memahami diri dan duniaini. Melihat kata-kata menjadi suatu senjatamaupun suatu semangat dalam suatu zamanadalah suatu cara untuk melihat sejarah danperjalanan waktu dunia ini. Menuliskansegala ide-ide dan pemikiran yang kadangterngiang dalam benak manusia danmerasakan lembutnya atau kerasnya suatuide yang dilontarkan adalah untuk melihatkeunikan, keberagaman, serta kemampuanyang telah ditanamkan dalam wujudciptaan-Nya yang tertinggi. Serta yangpaling utama, kata menjadi cara Allah untukmanusia agar dapat mengenal Penciptanya,mengenal dirinya dan alam yang diciptakanbaginya, dalam relasi dengan Sang Kata(baca: Firman) sehingga kata harus dipakaidi dalam menggenapkan fungsi dan tujuanini. Kata dari manusia, baik yangdiucapkan, dituliskan, atau dipikirkan, tidakboleh lepas dari Kata yang ultimat yakniKristus, Anak Allah yang Hidup, karenamanusia dicipta seturut gambar dan rupaAllah.

Gita MargaretaPemudi GRII Pusat

Endnotes1 Debra Fried. 1993. Selected Poems of Emily

Dickinson.2 ibid3 Peter Barry. 1995. Beginning Theory; An

Introduction to Literary and CulturalTheory.

4 Benny Yohannes. 2006. Samuel Beckettdan Warisan Absurditas.

5 Macmillan Contemporary Dictionary, 1979.

St.MatthewCarravagio

Page 12: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/0712

Seorang teman membaca buku ViktorFrankl, “Man’s Search for Meaning,” danmemberitahu saya sebuah pernyataan dari

Frankl yang sampai sekarang saya tidak lupa, “...everything can be taken from a man but one thing: thelast of the human freedoms—to choose one’s attitudein any given set of circumstances, to choose one’s ownway.” Melalui pengalamannya di kampkonsentrasi, Frankl melihat dua macam manusiayang berespon secara berbeda. Lalu mengapadua manusia di tempat, situasi, dan kondisiyang persis sama—menderita, didera,menghadapi kematian—bisa mempunyairespon yang berbeda? Jawaban saya denganbahasa yang paling membumi adalah perspektifhidup yang berbeda. Dua manusia melihatmakanan yang tergeletak di depan mereka,belum tentu mempunyai perspektif yang samatentang makanan tersebut.Hal ini merujuk kepada satukeunikan manusia, yang bisamembuat Anda dan sayaberbeda dalam melihat segalasesuatu, yakni: interpretasi.Fakta yang sama denganinterpretasi yang berbeda akanmenerjemahkan arti (meaning) yang berbeda juga.Dari kamus, ada satu definisi dari katainterpretasi yang menarik perhatian saya, yaitu:“an explanation of the meaning of another artisticor creative works.” Manusia bisa melakukan halini—menjelaskan arti (meaning) dari sebuahkarya.

Coba kita mengambil contoh misalnya tentanggerakan feminisme. Feminisme menurutWikipedia “... is a collection of social theories, politi-cal movements, and moral philosophies largely moti-vated by or concerned with the liberation of women. Alarge portion of feminist are especially concerned withwhat they perceived to be the social, political, and eco-nomic inequality between the sexes which favors themale gender; some have argued that gendered and sexedidentities, such as “man” and “woman” are sociallyconstructed. Role observed in society are due to condi-tioning.” Argumen, teori, ilmu pengetahuan,filsafat, sampai pada berbagai gerakan politik,

semua hal ini dilakukan oleh manusia di dalamfungsi menginterpretasi. Tidak ada binatangyang bisa mengadakan demo karena berbedapendapat. Tidak ada binatang yangmendefinisikan bahwa perbedaan antarabinatang adalah “socially constructed” ketimbang‘memang sudah demikian sejak duniadiciptakan.’ Tidak ada binatang yang dapatmengamati satu binatang makan binatang ini,lalu binatang ini makan binatang itu, danakhirnya menyimpulkan adanya rantai makanandalam alam semesta ini.

Sebetulnya apa yang terjadi ketika manusiaberbeda pendapat (baca: menginterpretasi)padahal mereka membicarakan objek yang sama?Dalam film “Holywoodland” (tentangkehidupan aktor pertama yang memainkan Su-

perman, ketika televisi masih hitam putih diAmerika) diceritakan bagaimana seorang inves-tigator mencari kebenaran di balik matinya sangaktor. Oleh surat kabar diumumkan bahwakematiannya adalah karena bunuh diri. Lalu diamencari bukti-bukti (facts) dari cerita orang laintentang aktor ini dan juga dari objek-objek yangditinggalkan oleh sang aktor. Menariknya filmitu menggambarkan bagaimana pikiran sanginvestigator sedang menginterpretasi sebetulnyaapa yang terjadi, lewat bukti dan fakta (object)yang dia peroleh, apa cerita (story) sebetulnya dibalik matinya aktor ini. Interpretasi mencobamenemukan apa cerita yang sebenarnya. Didalam film ini diceritakan kemudian bagaimanaanak-anak menjadi sangat kecewa dan tidakmempunyai gairah hidup karena menurutinterpretasi kepolisian, superhero mereka bunuhdiri. Konsep ini tidak cocok dengan anggapan(intepretasi) mereka terhadap Superman. Mereka

baru mengetahui, Superman dalam hidupsebenarnya bisa mati juga karena peluru.

Dunia ini penuh dengan fakta, bukti, danobjek, dan dari sana, manusia punyakemampuan menginterpretasi cerita sebenarnya(true story) dunia ini. Seperti sang investigatortadi, manusia bisa punya berjuta-juta interpretasiterhadap apa yang dilihatnya, diamatinya,didengarnya, dan diperhatikannya.Pertanyaannya adalah interpretasi manakah yangbenar-benar mewakili yang sebenarnya? Otoritasdari manakah yang dapat membenarkaninterpretasi tersebut?Alkitab menyatakan bahwa kemampuan iniadalah salah satu fungsi manusia yang diciptakanoleh Allah sebagai image of God. Di dalam buku“Mengetahui Kehendak Allah,” Pdt. Stephen

Tong menjelaskan bagaimana fungsiinilah yang memungkinkan adanyailmu pengetahuan (kata science berasaldari bahasa Grika scio, yang berarti akutahu).

Calvin, dalam bukunya, “Institutesof the Christian Religion,”

menjelaskan adanya tiga fungsi dalam diriKristus (mewakili umat pilihan-Nya) yangdikembalikan melalui penebusan-Nya, yaitufungsi sebagai nabi, raja, dan imam. Nabi-nabiPerjanjian Lama berfungsi sebagai penyambunglidah Allah untuk bersuara kepada umat-Nyadan manusia. Menurut Calvin, Allahmenyediakan barisan nabi-nabi-Nya adalahuntuk memberitahukan tentang kebenarantetapi pada akhirnya kepenuhan iluminasikebenaran digenapi oleh Sang Mesias: “Setelahpada zaman dahulu Allah berulang kali dalam pelbagaicara berbicara kepada nenek moyang kita denganperantara nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Iatelah berbicara kepada kita dengan perantara Anak-Nya, yang Ia telah tetapkan sebagai yang berhakmenerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telahmenjadikan alam semesta” (Ibr. 1:1-2). KemudianCalvin menjelaskan bahwa kita lebih bisamelihat apa hubungan Mesias dengankebenaran yang ultimat dalam surat-surat Rasul

Pertanyaannya adalah interpretasi manakah yangbenar-benar mewakili yang sebenarnya? Otoritas dari

manakah yang dapat membenarkan interpretasi tersebut?

Page 13: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/07 13

Paulus yang mengatakan, “He was given to us asour wisdom” (1 Cor. 1:30) dan, “In Him are hid allthe treasures of knowledge and understanding” (Col.2:3). Dengan kata lain, menurut Calvin, “He(Paul) has a slightly different meaning. That is, out-side Christ there is nothing worth knowing, and allwho by faith perceive what he is like have grasped thewhole immensity of heavenly benefits.”

Di dalam Kristus, ketiga fungsi manusiaterpenuhi. Sungguh unik, jika melihat apa yangdikatakan Alkitab, kepenuhan iluminasikebenaran digenapi oleh Seorang Pribadi;Kristus sebagai pribadi adalah Sumber Hikmat.Sumber hikmat bukan buku filsafat atautulisan-tulisan filsuf dunia terkenal, bukan padateks-teks yang tidak bernyawa tetapi terletakpada Seorang Pribadi yang hidup. Orang mod-ern mencari kebenaran secara objektif, orangpostmodern muak dengan kebenaran objektif,maunya kebenaran subjektif. Kekristenanmenjawab dengan tuntas. Manusia yang per-sonal dalam menemukan interpretasi yangsesungguhnya (kebenaran) terhadap diri danalam semesta harus melalui kebenaran yangberpribadi pula. From Personal to personal. Dalamhal ini, kekristenan konsisten dalamkeseluruhan konsepnya. Yang berpribadi (per-sonal) lebih besar dari yang tidak-berpribadi (im-personal) sehingga manusia yang berpribadiharus dipimpin dan dikuasai oleh Kebenaranyang berpribadi yaitu Kristus sendiri. DialahSang Kebenaran itu sendiri (Yoh. 14:6).

Demikianlah fungsi nabi dari seorang manusiadalam menginterpretasi diri dan alam baru dapatdipertanggungjawabkan, dapat mewakili faktayang sebenarnya, ketika manusia melakukaninterpretasinya dipimpin oleh dan di dalamKebenaran yang berpribadi yang juga adalah SangPencipta manusia dan alam ini. Hanya inilah yangdapat membuat seluruh interpretasi manusiabenar adanya, baik interpretasi manusia terhadapdiri seperti psikologi, maupun interpretasimanusia terhadap alam dalam ilmu pengetahuanataupun interpretasi manusia terhadap kejadiandan peristiwa di sekitarnya. Semuanya harusdikembalikan dan dikerjakan hanya dalampimpinan Sang Kebenaran yang menyatakanDiri-Nya dua ribu tahun yang lalu dalam sejarahdan dalam Firman-Nya, yakni Alkitab.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, pernahkah kitamemperhatikan payung kita masing-masing?Kenapa bisa ditemukan payung? Hampir semuamanusia dan binatang, jika hujan, pasti berteduh.Tetapi hanya manusia yang akhirnya menemukandan menciptakan payung. Mungkin memangidenya bisa diinspirasikan oleh daun pisang, tapikemudian, bawa-bawa daun pisang ke mana-mana repot juga dan lagipula bisa busuk. Sayatidak tahu bagaimana sampai kemudianditemukan payung, tetapi yang pasti itu berasaldari kemampuan manusia untukmenginterpretasi, baik dalam fungsi maupunrancangan struktur payung sehingga bisa dilipatdan ringkes dibawa ke mana-mana.

Mengapa harus cape-cape menginterpretasikansegala sesuatu dengan benar? Bukankah kadangkebenaran lebih menyakitkan daripadakebohongan atau kesalahan? Yang pasti,kebenaran tidak pernah menghancurkanmanusia; kebohongan dan kesalahanlah yangmenghancurkan manusia beserta dunia ini,bahkan menghancurkan manusia secara abadi,selama-lamanya. Paling sedikit, kemampuaninterpretasi manusia yang sudah rusak saja,karena dosa, bisa menemukan sebuah tudunganyang bisa dilipat dan kemudian dibawa ke mana-mana untuk melindungi dari basah ketika sedanghujan. Bagaimana interpretasi yang sudahditebus Kristus, kebaikan sebesar apakah yangdapat dihasilkannya? Marilah kita sebagaipemuda Kristen, penerus zaman, laskar Kristus,berani menundukkan seluruh kemampuaninterpretasi kita kembali kepada fungsi semula,yaitu menginterpretasi diri dan alam ini di dalamKebenaran yang sejati agar kita boleh dipakaiAllah di tangan-Nya sebagai alat kemuliaan yangmenggenapkan rencana kekal Allah di dunia ini,di zaman ini. Soli Deo Gloria.

Yenty Rahardjo ApandiPemudi GRII Singapura

interpretasi: kemampuan atau fungsi ?

Agama SejatiQ: Teman saya pernah berkata bahwa agama itu buatan manusia, jadi agama itu tidak bisamembawa manusia ke sorga. Apakah benar pernyataan dari teman saya itu?

Okto Saragi

A: Memang ada dua pandangan dan realita agama. Agama yang palsu adalah seperti apa yangdiungkap secara implisit oleh Ludwig Feuerbach, yaitu, “Allah adalah ciptaan manusia yangdicipta menurut gambar dan rupa manusia.” Itu berarti agama merupakan produk budaya danpikiran manusia, yang membutuhkan pemuasan terhadap sensus divinitatis, setelah kejatuhan.Sensus divinitatis adalah suatu kesadaran ilahi yang ada di dalam diri manusia, yang telah ditanam

oleh Allah sendiri, sehingga pada dasarnya manusia menyadari, di dalam lubuk hatinya, bahwa ada “Allah” yang mencipta danmenguasai alam semesta ini. Tetapi hanya kembali kepada Firman, yang berinkarnasi yaitu Yesus, dan yang tertulis yaitu Alkitab,barulah manusia mendapatkan jawaban pengenalan akan Allah yang sejati. Jadi, manusia baru bisa mengenal Allah dan sorgaapabila ia kembali kepada pencerahan yang Allah lakukan, bukan upaya dirinya sendiri melalui perjuangan agama-agama humanistik.Agama humanistik adalah agama yang melihat segala sesuatu dari kepentingan manusia, sehingga berslogan: “Sebab segalasesuatu adalah dari saya dan oleh saya dan kepada saya. Bagi saya kemuliaan sampai selama-lamanya.” Pemikiran agama iniberpusat pada kepentingan dan usaha perjuangan manusia, sehingga Allah hanyalah merupakan simbol dari pengharapanmanusia. Allah itu hanya suatu ilusi proyeksi dari obsesi manusia itu sendiri, tetapi bukan penyangkalan diri, kerendahan danpengakuan kegagalan diri, dan ketaatan kembali kepada Allah yang hidup, yang akan mengatur hidupnya. Agama seperti yangdisebut terakhir ini saja yang bisa membawa manusia kembali kepada Allah dan sorga, karena segala sesuatu memang harusdengan slogan: “Sebab segala sesuatu berasal dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya” (Rom. 11:36).

Pdt. Sutjipto Subeno

Page 14: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/0714

Halo pembaca! Kita ketemu lagi di kuis SerSan. NREC 2006 baru saja lewat, Harusnya masih fresh dong di pikiran kita??Nah kali ini SerSan ingin menguji pikiran teman-teman. Apakah teman-teman masih ingat siapa saja nama pembicaradi foto-foto di bawah ini??

Kalau teman-teman masih ingat, cara jawabnya gampang, tinggal menjodohkan nama-nama pembicara NREC 2006 dibawah ini dengan foto di atas. Tapi hati-hati, nama-nama di bawah ini mungkin saja tidak ada fotonya.

Juga jangan lupa untuk mengirimkan jawabannya melalui SMS (cantumkan nama lengkap dan cabang GRII/MRII/PRII)ke nomor +6281364354472 (untuk Indonesia) atau nomor +6598489285 (untuk luar Indonesia) sebelum 20 Februari2007. Untuk sementara, SerSan hanya dapat diikuti oleh jemaat GRII/MRII/PRII di Indonesia, Singapura, Hong Kong,dan Taiwan. Contoh Jawaban: Adhya Kumara,GRII Pusat,1B,2A,3C,4D,5G,6Z.

Pemenang SerSan Januari 2007:- Esther Loh, GRII Pusat, +62217110XXXX- Meliana S, GRII Pusat, +62815185XXXXSelamat yah!

Jawaban Sersan Januari 2007: 1C, 2A, 3B

A. Pdt. Andi HalimB. Ev. Agus MarjantoC. Pdt. AiterD. Pdt. Billy KristantoE. Pdt. Benyamin F. IntanF. Pdt. Effendi SusantoG. Ev. Eunice LiauwH. Ev. Hendra WijayaI. Ev. Ivan KristionoJ. Ev. Inawaty Teddy

K. Pdt. Johannes Lilik S.L. Ev. Maria MazoM. Pdt. Michael DensmoorN. Pdt. Michael HsuO. Pdt. Nico OngP. Pdt. Rudie GunawanQ. Pdt. Dr. Stephen TongR. Pdt. Sutjipto SubenoS. Pdt. Tumpal HutahaeanT. Ev. Jadi S. Lima

1 2 3 4 5 6

POKOK DOAPOKOK DOAPOKOK DOAPOKOK DOAPOKOK DOA1 . Doakan pelayanan KKR Pdt. Dr. Stephen Tong di Amerika selama bulan Februari 2007. Mari kita doakan

persiapan KKR dan juga jiwa-jiwa yang akan menerima Injil agar kiranya Tuhan mempersiapkan hatimereka. Doakan juga Pdt. Dr. Stephen Tong untuk kekuatan dan kuasa dalam memberitakan Firman Tuhan.

2 . Doakan persiapan KKR Regional 2007 di beberapa kota di Indonesia pada bulan Maret – Mei 2007 yangakan menjangkau kira-kira 30.000 jiwa. Doakan untuk persiapan teknis dan kesiapan hati baik panitiamaupun hamba Tuhan yang akan melayani dalam rangkaian KKR ini. Doakan juga para jemaat yangterbeban untuk turut bersama-sama melayani di dalam rangkaian KKR ini.

3 . Berdoa untuk proses pembangunan Graha Reformed Millenium dan kebutuhan dana yang masih diperlukan.Berdoa untuk rencana diadakannya Kebaktian Paskah 2007 di lapangan pembangunan gedung gerejatersebut.

Page 15: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/07 15

NREC (National ReformedEvangelical Convention) telahdiadakan sejak tahun 2004

dengan tema “Iman, Pengetahuan, danPelayanan”. NREC 2006 diadakan ditempat yang sama seperti pada tahun-tahun yang lalu, yaitu di Wisma Kinasih(Bogor) pada tanggal 27–30 Desember2006. NREC kali ini diikuti olehsekitar 1.200 peserta yangdibagi menjadi Youth (18-30tahun) dan Workers (30 tahunke atas). NREC 2006 diikutioleh peserta dari berbagaidenominasi dan berbagaidaerah baik di dalam maupundi luar Indonesia.

“Pelayanan tanpa iman adalahhanya sibuk-sibuk saja tanpa adatujuan yang jelas, karena ituiman, pengetahuan, danpelayanan harus berjalan bersamasebab kita tahu, siapa yang kita percayai dansiapa yang akan memimpin kita dalampelayanan, yaitu Yesus Kristus.”

Kalimat tersebut merupakan bagian darikalimat pengantar Pdt. Dr. Stephen Tongdalam pembukaan NREC 2006. Kalimatintroduksi yang sangat tajam inimembuka pikiran dan memberikandorongan kepada semua peserta NRECuntuk belajar lebih dalam akan Firmandan mempersiapkan diri untukmengikuti retreat ini. Pdt. Stephen Tong

menjelaskan bahwa iman Kristen yangberbeda dengan agama lain bukanlahiman yang satu di antara banyakpemahaman iman yang ada. Beliau jugamemaparkan penjelasan tentang imanyang timpang yang telah menjadikankekristenan rusak setelah 100 tahunMartin Luther melakukan Reformasi.

“The right faith is to know the right Godthrough His right revelation,” Pdt. StephenTong membawa seluruh NREC 2006 inikepada pertanggungjawabankekristenan untuk terus-menerusmembangun iman yang sejati di ataskebenaran yang sejati yang telahdikerjakan dalam sejarah oleh parareformator. Di akhir dari acara NRECtahun ini Pdt. Stephen Tong kembalimembawa setiap peserta untuk melihaturgensi dari gerakan Reformed Injiliyang melandaskan diri pada theologia

Reformed dan semangat api pemberitaanInjil.

Di dalam NREC 2006 ini Pdt. Dr. StephenTong bersama beberapa rekan pembicaratelah melakukan bagian mereka dalammembagikan apa yang menjadi visi danmisi Gerakan Reformed Injili. Bukanlah

hal yang mudah untukmentransfer visi. Salah satu halyang bisa dilakukan adalahmendengarkan dan melihatsecara langsung akanperjuangan itu sendiri. Sungguhbersyukur bahwa pada akhirtahun 2006, Tuhan telahmenganugerahkan berkat yangbegitu besar bagi banyak orang- yang goyah imannya,dikuatkan; yang bimbang,mendapat kepastian; yanghilang semangat, dibakarkembali; dan yang sudah lupa

akan komitmennya, diingatkan kembali.NREC 2006 ini sungguh-sungguh telahmenjadi sebuah pesta rohani yang luarbiasa bagi setiap orang yangmengikutinya. Mari kita beresponkepada Tuhan dengan memberikansegala sesuatu yang terbaik bagi Tuhandan mengembalikan segala kemuliaanbagi-Nya.

PatriciaPemudi GRII Singapura

Hamba Tuhan GRII sedang memberkati calon hamba Tuhan Foto Bersama di NREC 2006

Sesi pleno yang dipimpin oleh Pdt. Stephen Tong

Page 16: Buletin Pillar GRII No.43 Februari 2007

Pillar No.43/Februari/0716

Orang Kristen boleh gesek kartu kredit gak yah? Atau apakahalasan sosial (misalnya perlu dana untuk membangun sekolahdan rumah sederhana) dapat dijadikan alasan yang alkitabiah

dalam memutuskan untuk memberi izin pembukaan kasino ataupenjualan lotere? Bagaimana seharusnya kita sebagai orang Kristenmengambil sikap terhadap para imigran gelap? Sebenarnya sosialismeatau kapitalisme yang lebih dekat dengan Alkitab? Apakah teori‘invisible hand’ Bapak Ekonomi, Adam Smith, yang mengatakanbahwa semua orang yang mengejar kepentingan pribadi akan jugamenguntungkan masyarakat umumnya tanpa kesadaran ataukesengajaan berlawanan dengan prinsip Alkitab?

Tidak banyak buku dengan penulis yang begitu fasih dalammemaparkan hubungan antara dunia kekristenan dan dunia ekonomidan memberikan prinsip-prinsip penting dalam penerapannya dalambahasa yang sederhana.

Orang Kristen awam, yang seringkali adalah pelaku ekonomi, seringtidak mengerti bagaimana mengaplikasikan pengertian tentangkekristenan di dalam pekerjaannya sehari-hari. Lebih parah lagi,jangan-jangan orang Kristenlah yang menjadi batu sandungan bagiorang lain dalam dunia ekonomi! Makanya, marilah kita mengenalilimitasi diri sebagai orang berdosa dan belajar dengan rendah hatidalam dunia yang berdosa ini.

Berapa banyak dari kita yang pernah mempertanyakan asumsi dasardari teori ekonomi yang kita pelajari di sekolah dan tidak tahujawabannya? Asumsi dasar ekonomi seperti ‘tujuan akhir dariperusahaan adalah untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya’atau ‘resources yang bisa dipakai untuk memuaskan demand adalahterbatas’ sepertinya kurang tepat, tapi gak gitu ngerti kenapasalah? Saya adalah salah satunya. Saya bersyukur sekali waktumenemukan buku dari John E. Stapleford yang adalah seorangprofesor dalam bidang Economic Development di Eastern College.

Salah satu prinsip penting yang saya dapatkan dari buku ini adalahbahwa “since the Fall ... human work now involves an element ofstruggle and denomination. As a result we should look for andexpect sin in economic relationship” (hal. 19). Dengan kata lain,orang Kristen jangan naif dengan berpikir bahwa pekerjaan kitadapat terlepas dari kutukan dosa. Kita tidak perlu kaget kalauperusahaan-perusahaan terkenal menolak untuk menjual vaksinmereka dengan harga terjangkau kepada orang-orang miskin dibenua Afrika. Di sini, penulis memberikan suatu panduan dalammenghadapi masalah etika ekonomi, “Wise Christians will seek tostructure their lives and their institutions in ways that recognizeand minimize the impact of that sin” (hal. 19).

Dalam pembukaan buku ini, penulis menjelaskan dengan begitusederhana konsep dasar tentang pekerjaan dan ekonomi dariperspektif Alkitab. Penulis membawa pembaca menelusuri bagaimanaAdam yang pada permulaan zaman diberikan pekerjaan oleh Tuhansendiri untuk mengelola bumi dan segenap isinya. Di sini jugaditambahkan konsep bahwa karena seluruh dunia ini dan isinyaadalah mutlak milik Tuhan, maka usaha pengelolaan bumi harus

dilandasi dengan sikap sebagaimana layaknya seorang manager yangharus bertanggung jawab kepada pemiliknya, bukan seorang pemilikmutlak yang bebas mempertahankan otoritasnya.

Berdasarkan pengertian dasar ini, Stapleford menarik suatu in-sight yang menggugah sekaligus menjadi renungan bagi kita semua.Mengambil ilustrasi dari kitab Kejadian di mana dikisahkan bahwaTuhan Allah adalah Tuhan yang bekerja, penulis mengatakan, “Madein his image, men and women find that it is natural and reward-ing, in many cases dignifying, to be engaged in productive work.As a consequence, to deny or deprive others of work is an offenseagainst the image of God in them” (hal. 22). Pengertian akan prinsipini menuntut bahwa kesempatan kerja seseorang tidak bolehdilimitasi dengan diskriminasi (warna kulit, jenis kelamin, statussosial, etnis, dan sebagainya), nepotisme, dan suasana kompetisiyang tidak adil (mungkin akibat dari lobby serikat kerja).

Dalam bukunya, Stapleford juga memaparkan beberapa topik yangsering dijumpai dalam buku-buku Introductory Economics, sepertiketidakmerataan distribusi pendapatan, usaha memaksimalkanefisiensi, membayar pajak, hak milik, penghapusan hutang negara-negara miskin, dan kewajiban pelestarian alam. Dalampemaparannya, penulis membenturkan realita kehidupanberekonomi dengan prinsip-prinsip Alkitab. Dari sana, timbulkesadaran bahwa kompleksitas kehidupan berekonomi manusia tidakakan pernah beres kalau manusia tidak kembali ke Alkitab. Poininilah yang disampaikan penulis berkali-kali.

Memang dalam diskusi tentang etika Kristen, tidak akan ada bukuyang pernah atau akan membahas semua topik dengan begitutelitinya, tetapi bagi yang serius untuk menggumulkan panggilanbermandat budaya dan menjadi terang di dunia ekonomi, buku inibisa menjadi suatu permulaan dan stimulus. Kiranya pada waktuwawasan kita dibukakan, kita bisa lebih mengerti lagi panggilankita untuk bekerja dengan benar di hadapan Allah di dalam hidupini. Soli Deo Gloria!

SelvianaPemudi GRII Singapura

Judul : Bulls, Bears and Golden CalvesSub judul : Applying Christian Ethics in EconomicsPenulis : John E. StaplefordPenerbit : InterVarsity PressTerbit : 2002Tebal : 224 halaman

BULLS, BEARS AND GOLDEN CALVES Applying Christian Ethics in Economics