buletin methoda edisi 38

12
METHODA EDISI 38 / OKTOBER 2009 Edisi 38 / Oktober 2009 METHODA Buletin Buletin Mahasiswa STAIN Cirebon Menggali Potensi Kritis Mahasiswa Kutipan____ B anyak dosen pembimbing PPL yang tidak pernah mengunjungi maha- siswa bimbingannya. Menurut mer- eka yang tidak pernah dikunjungi dosen pembimbing merasa bahwa dosen itu hanya sekedar menitipkan mahasiswa di sekolah yang menjadi tempat praktek mengajar. “Di sekolah yang saya tempati, dosen pembimbing tidak pernah menengok atau sekedar menitipkan ditempat saya PPL,” ungkap Ade yang dibenarkan Aat, Maha- siswi Prodi Tdris Bahasa Inggris. Sama halnya Apid, Mahasiswa Jurusan Syariah yang menuturkan, “Saat pem- berangkatan PPL kami tidak diantar dosen pembinbing, kami hanya membawa surat pengantar saja. Bahkan sampai dengan selesai pun dosen pembimbing tidak men- gontrol.” Keluhan tersebut diungkap sebagian besar peserta praktek pengalaman la- pangan STAIN Cirebon yang jumlah kes- eluruha mencapai 971 orang dari semua jurusan dan ditempatkan di Kabupaten dan Kota Cirebon. Masing-masing adalah di SMP dan SMA untuk Jurusan Tarbiyah. Bank, Koperasi, dan Pengadilan Agama untuk Jurusan Syariah, Jurusan Dakwah ditempatkan di Media Informasi (Peny- iaran dan Surat Kabar). [Bersambung ke Hal. 10] Dosen Pembimbing Tak Kunjung Datang “Demokrasi itu merupakan bentuk pemerintahan yang paling buruk, tetapi masalahnya adalah bentuk lainnya tidak lebih baik dari demokrasi” -Winston Churchil Sebagian Mahasiswa Belum Kenal Hotspot S aat ditanya, beberapa Maha- siswa yang online di Area Kam- pus STAIN ternyata belum tahu apa itu hotspot. Yang mereka ketahui tentang hotspot adalah tempat ber- internet gratis. Umumnya mereka menggunakan sarana hotspot ini un- tuk mencari bahan tugas kuliah. Na- mun banyak dari mereka mengaku sering menggunakan sarana hotspot ini untuk online di situs facebook. “FB (Facebook) mah cuma buat sampingan” ujar Tasriah, Mahasiswi Prodi TPBI angkatan 2008. Berbeda dengan Syamsul Ridwan, “Biasanya saya Hotspotan buat download lagu ma Facebook-an, Tugas mah nomer 5” ucapnya santai. [F.Taufik Hidayat.] Melanggar, sejumlah mahasiswa tidak menghiraukan himbauan batas suci Jendela Foto : Reza NF Pengumuman hasil Tes Masuk LPM FatsOeN [Baca Hal 11] Mahasiswa Tarbiyah Kekurangan Kelas Seperti dikemukaan Redha Mahasiswa Matematika angkatan 2007, menurutnya “Ketidakpastian ruang kelas ini mengganggu proses perkuliahan”. Tidak hanya itu, Redha bersama teman seke- lasnya pernah diusir oleh Mahasiswa Dakwah saat perkuliahan ber- langsung. ... [Baca Hal 5]

Upload: lpm-fatsoen

Post on 29-Mar-2016

245 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

adalah edisi ke 38 dari penerbitan buletin methoda oleh LPM FatsOeN IAIN Syekh Nurjati Cirebon

TRANSCRIPT

METHODAEDISI 38 / OKTOBER 2009 �

Edisi 38 / Oktober 2009

METHODABuletin

Buletin Mahasiswa STAIN Cirebon

Menggali Potensi Kritis Mahasiswa

Kutipan____

Banyak dosen pembimbing PPL yang tidak pernah mengunjungi maha-siswa bimbingannya. Menurut mer-

eka yang tidak pernah dikunjungi dosen pembimbing merasa bahwa dosen itu hanya sekedar menitipkan mahasiswa di sekolah yang menjadi tempat praktek mengajar.

“Di sekolah yang saya tempati, dosen pembimbing tidak pernah menengok atau sekedar menitipkan ditempat saya PPL,” ungkap Ade yang dibenarkan Aat, Maha-siswi Prodi Tdris Bahasa Inggris.

Sama halnya Apid, Mahasiswa Jurusan Syariah yang menuturkan, “Saat pem-berangkatan PPL kami tidak diantar dosen

pembinbing, kami hanya membawa surat pengantar saja. Bahkan sampai dengan selesai pun dosen pembimbing tidak men-gontrol.”

Keluhan tersebut diungkap sebagian besar peserta praktek pengalaman la-pangan STAIN Cirebon yang jumlah kes-eluruha mencapai 971 orang dari semua jurusan dan ditempatkan di Kabupaten dan Kota Cirebon. Masing-masing adalah di SMP dan SMA untuk Jurusan Tarbiyah. Bank, Koperasi, dan Pengadilan Agama untuk Jurusan Syariah, Jurusan Dakwah ditempatkan di Media Informasi (Peny-iaran dan Surat Kabar). [Bersambung ke Hal. 10]

Dosen Pembimbing Tak Kunjung Datang

“Demokrasi itu merupakan bentuk pemerintahan yang

paling buruk, tetapi masalahnya adalah

bentuk lainnya tidak lebih baik dari

demokrasi”

-Winston Churchil

Sebagian Mahasiswa Belum Kenal Hotspot

Saat ditanya, beberapa Maha-siswa yang online di Area Kam-pus STAIN ternyata belum tahu

apa itu hotspot. Yang mereka ketahui tentang hotspot adalah tempat ber-internet gratis. Umumnya mereka menggunakan sarana hotspot ini un-tuk mencari bahan tugas kuliah. Na-mun banyak dari mereka mengaku sering menggunakan sarana hotspot ini untuk online di situs facebook.

“FB (Facebook) mah cuma buat sampingan” ujar Tasriah, Mahasiswi Prodi TPBI angkatan 2008. Berbeda dengan Syamsul Ridwan, “Biasanya saya Hotspotan buat download lagu ma Facebook-an, Tugas mah nomer 5” ucapnya santai.

[F.Taufik Hidayat.]

Melanggar, sejumlah mahasiswa tidak menghiraukan himbauan batas suci

Jendela

Foto : Reza NF

Pengumuman hasil Tes Masuk LPM FatsOeN[Baca Hal 11]

Mahasiswa Tarbiyah Kekurangan Kelas

Seperti dikemukaan Redha Mahasiswa Matematika angkatan 2007, menurutnya “Ketidakpastian ruang kelas ini mengganggu proses perkuliahan”. Tidak hanya itu, Redha bersama teman seke-lasnya pernah diusir oleh Mahasiswa Dakwah saat perkuliahan ber-langsung. ... [Baca Hal 5]

METHODAEDISI 38 / OKTOBER 2009 �

Redaksi METHODAmenyediakan ruang khusus bagi para Pembaca untuk berinteraksi melalui pesan singkat (SMS) ke nomor :

085 233 862 391Isi pesan bisa berupa kritik, saran, tanggapan, atau seke-

dar uneg-uneg mengenai segala permasalahan yang ada di sekitar kampus STAIN Cirebon. Jangan lupa cantumkan

NAMA/PRODI/SEMESTER. Terima kasih

(Redaksi)

Kerabat KerjaPenanggung Jawab Aldie Ramdhani (PU LPM FatsOeN) Pemimpin Redaksi Eka Setiawan. Sekretaris Redaksi Try Lestari Redaktur Pelaksana M Umar Editor Maemunah, Subhan, Yuyun YK, . Reporter M. Syahri Romdhon, Chusnul, Vina R, Aulia urrahman, Qomaruzzaman, Nina A, Juju, Purikhatun, Laetun, M. Umar, Rendi M, Fitri H, Apip , Lina, Ida, Ika Y, Rima, A Hadi [non aktif] Fotografer Reza NF. Sirkulasi dan Iklan Indra Y, M Jariyah. Desain gtafis dan Layout Fihk Taufihk Hidayat.

Redaksi METHODA menerima tulisan berupa Artikel/ Opini, Cerpen, Surat dari Pembaca. Kirimkan ke alamat Redaksi : Tepi Barat Graha Mahasiswa STAIN Cirebon Jl. Perjuangan By Pass Cirebon 45132. e-mail: [email protected]. DITERBITKAN OLEH LEMBAGA PERS MAHASISWA

FATSOEN STAIN CIREBON

______ .: DARI REDAKSI

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Salam Pers Mahasiswa…

Syukur alhamdulillah kami ucapkan atas terbitnya Buletin Methoda edisi XXXVIII/Oktober di bawah kepengurusan FatsOeN X. Solawat serta salam selalu teruntuk Nabi kita Muhammad SAW. Semoga keteguhannya selalu menjadi inspirasi di setiap penerbitan kami.

Hingar bingar panggung politik Negara kita saat ini, ternyata tidak kalah penting dengan isu yang beredar di kampus kita – perubahan staus STAIN menjadi IAIN. Yang konon akan terrealisasi pasca pelantikan Presiden periode 2009-2014. Mengapa, sudah hampir lima tahun terakhir ini isu itu berkembang dan akhirnya bisa diperhitungkan keseriusannya sekarang.

Satu yang disayangkan adalah minimnya kepekaan mahasiswa terhadap isu-isu besar seperti disebutkan di atas. Ini sungguh memprihatinkan, baik dari segi fungsi mahasiswa sebagai agent of control maupun sebagai civitas akademika yang berhak mendapatkan hak-hak intelektualitasnya. Percaya atau tidak, organisasi-organisasi intra maupun ekstra yang merupakan lumbung pergerakan mahasiswa akhir-akhir ini minim pergerakan, baik dalam dunia opini tulis menulis atau aksi-aksi kritis.

Ini jelas kungkungan, dimana kebanyakan kawan-kawan mahasiswa kita lebih mementingkan hal lain yang menguntungkan secara personal dari pada secara komunitas – sebagai mahasiswa.

Agaknya dari semua persoalan di atas, perlu diingatkan kembali mengenai fungsi mahasiswa sebagai agent of change, agent of control, dan agent of social. Hal ini penting karena jalannya demokrasi kurang lebih disebabkan sikap kristis dan skeptis mahasiswa terhadap kebijakan.

Demikian kiranya obsesi kami bertindak sebagai Lembaga Pers Mahasiswa. Merubah opini berkenaan dengan eksistensi STAIN Cirebon minimal dari kawan-kawan mahasiswa demi suksesi yang representative terhadap kemajuan kualitas kampus kita. Lanjutkan perjuangan, kawan!

SMS Pembaca

Kmpus smkin OK.. Mhsswa smkin bxk... Tp kmi gk kbgian kls!…08567782xxxx

Knp c DPM slaLu ksOng?? Krjax pA c Om? Kcian ma Mhsiswa Yg mO ngaSih aSpirasi!!08522410xxxx

Mas DPM, drpd MUBAZIR… 2 sekre mending dikontrakin z..

atw dbikin rental Pe eS lah…0898800xxxx

Alhmdulillh.. kuliah stngh maen trus. Diusir krn bkan klas qt.. gmn neh STAIN??!08522467xxxx

Pa SATPAM. Tgasin mHsswA N dOseN yG paRkirnYa baNdel….!!!08191412xxxx

STAIN Cirebon krg asri, smpah msh dmn2. Mn ktegasnx.08522431xxxx

Nepangkeun...

Mahasiswa dan Ruh yang hilang

METHODAEDISI 38 / OKTOBER 2009 �KAMPUSIANA

Tempat Wudhu Baru, Di Selatan Masjid

Foto : Indra

Banyak yang mengeluhkan sarana dan prasarana Masjid STAIN Ci-rebon. Terutama kamar mandi

dan tempat wudhu yang kurang nyaman, ditambah dengan pintu masuk dan keluar menuju tempat wudhu yang sama untuk laki-laki dan perempuan.

Susi mahasiswi PBI angkatan 2009 mengungkapkan “Saya dan teman-teman merasa tidak nyaman bersuci di masjid. Kadang airnya kurang, Belum lagi jalan menuju kamar mandi hanya satu pintu, pernah ia dan teman-teman batal dan harus berwudhu lagi karena bersentuhan

dengan lawan jenis”.Hal serupa diungkap Kasyful maha-

siswa IPA-Biologi angkatan 2009, ia men-gatakan “Tampak dari luar masjid Al-Ja-miah memang bagus, tapi fasilitas yang ada seperti kamar mandi sangat kurang, seharusnya jalan menuju tempat wudhu itu disekat agar mahasiswa merasa nya-man atau membuat tempat wudhu baru” tandas Kasyful.

Sementara itu pihak Dewean Kemak-muran Masjid (DKM) Fahmi mahasiswa KPI angkatan 2006, menyadari selalu kurang ketika memberikan fasilitas ke-pada jamaah, “Maka dari itu, sekarang kami sedang membangun tempat wudhu baru di selatan masjid, pembangunan ini adalah hibah langsung dari lembaga, dan diperkirakan akan berakhir pembangunan-nya jelang Idul Adha”.

Masih menurut Fahmi, pihaknya belum ada bayangan apakah jamaah lelaki atau perempuan yang akan menempati tempat bersuci sebelah selatan masjid. Sepertinya lebih cepat lebih baik karena mahasiswa sudah mengantri. [Eka & Umar]

PPL II (Praktek Pengalaman Lapangan II) STAIN Cirebon terancam tidak akan diterima lagi di SMP 16 Kota

Cirebon. Ida mahsasiwa PBI yang PPL di SMP 16 menjelaskan bahwa salah satu staf pengajar di SMP memberikan teguran agar pihak STAIN khususnya dosen pem-bimbing untuk memperhatikan mahasiswa bimbingannya.

Ida pun menceritakan bahwa, “Waktu saya mau ujian PPL, pihak sekolah memin-ta agar dosen pembimbingnya datang. Ka-lau tidak, mungkin tahun depan PPL STAIN Cirebon tidak akan diterima disini. Karena sudah dua tahun berturut-turut dosen pembimbingnya tidak pernah datang”.

Setelah mendapat teguran ini, Ida langsung menghubungi dosen pembimb-

PPL II STAIN CirebonTerancam Ditolak Sekolah

ing. Ternyata dosen pembimbing tidak bisa hadir, “Waktu itu saya bingung, kare-na dosen pembimbing tidak bisa hadir, katanya beliau ada kuliah. Akhirnya saya menghubungi Ketua Pusat Pengembangan Praktikum (P3), Alhamdulilah ada yang menggantikan,” tambahnya.

Drs. Zuardi Bahar, SH, M.Pd, ketua P3 menjelaskan bahwa pihaknya sudah mendapatkan informasi tersebut. “Iya, sekolah itu birokrasinya ketat jadi waktu itu saya yang datang untuk mengganti-kan. Sebenarnya kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan PPL II ini. Selanjutnya dosen-dosen yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, tidak akan kami ikutsertakan di PPL tahun depan,” tegasnya. [Yuyun]

Program Studi Tadris IPA Biologi membutuhkan tambahan daya listrik untuk melaksanakan kegiatan prakti-

kum di Laboratorium IPA. Ida, Laboran IPA STAIN Cirebon mengungkapkan, pihaknya menginginkan lembaga untuk tidak han-ya memfasilitasi peralatan laboratorium sementara tidak ditambah dengan daya listrik untuk menjalankan alat tersebut.

Daya Listrik Lab. Biologi Lemah

“Jangan hanya peralatannya saja yang tiap tahun dikasih. Peralatan yang mem-butuhkan listrik besar juga butuh daya tinggi. Karena jika daya-nya kecil, maka peralatannya jadi tidak terpakai,” tutur Ida, Jumat (23/10) kemarin.

Ia mengharapkan pihak lembaga seg-era memberi tambahan daya listrik. “ Ka-lau alat-alat praktikum dipakai pun, maka

lampunya padam,” tambah Ida yang men-gaku kejadian serupa baru saja terjadi be-berapa waktu sebelum diwawancara.

Sama halnya Agus, Mahasiswa TIPA Biologi angkatan 2008 berharap kondisi laboratorium di STAIN bisa lebih diperha-tikan lagi. [Qomaruzzaman]

Belum rampung, tempat wudhu baru masih dalam proses pembangunan

METHODAEDISI 38 / OKTOBER 2009 �KAMPUSIANA

Tiap tahun jumlah kendaraan yang datang dan parkir di kampus STAIN Cirebon kian bertambah. Namun

penggunanya belum semuanya tertib dan mematuhi aturan parkir. Terlihat dengan padat dan semrawutnya kendaran yang

parkir di area parkir kampus tiap harinya.Lalu lintas kampus mempunyai banyak

aturan, salah satunya jalur masuk dan ke-luar yang sudah diberikan lajur tersendiri. Ini berbeda dengan tahun sebelumnya, bi-asanya kendaraan yang keluar-masuk STAIN

Cirebon hanya melewati satu jalur, yaitu pada pintu utama.

Guse, salah satu petugas keamanan STAIN Cirebon mengatakan, “Sejak di-bukanya jalur dua arah untuk kendaraan, pengguna kendaraan dapat masuk dan keluar kampus melalui jalan yang berbe-da, tetapi seringkali banyak yang belum tahu dan tidak dipatuhi, meski sudah di-beri rambu peringatan”.

Sumarjo yang seprofesi dengan Guse mengatakan, “Pelanggaran itu bukan hanya dilakukan mahasiswa, namun dari kalangan dosen juga banyak yang me-langgar. Tapi, sekarang sudah mulai ra-pih meski masih ada saja mahasiswa dan dosen yang belum”.

Sosialisasi penertiban sudah dilakukan dilapangan. Namun, pemberian sanksi untuk mahasiswa dan dosen yang salah parkir sampai sekarang belum diberlaku-kan. mungkin nanti akan diberlakukan seperti diminta Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), teguran, dan kalaupun sampai ti-dak sama sekali mengikutinya maka akan bertindak lebih keras lagi. [Aulia, Umar & Nina]

Lalu lintas KampusButuh Sosialisasi

Sarana hotspot di Area Kampus STAIN Cirebon lamban. Hal ini dipacu oleh banyaknya dosen dan mahasiswa

pengguna laptop yang mengakses situs internet di dalam jaringan hotspot atau disekitar area kampus STAIN dan tidak diimbangi dengan kapasitas Bandwith. Meskipun lambat, mereka tetap online di beberapa spot area hotspot karena gratis.

Sarana teknologi yang dibangun se-jak 18 Juni 1998 ini, awalnya hanya di-fungsikan untuk melayani administrasi

akademik, namun kini sudah dapat di-gunakan juga secara umum oleh seluruh warga STAIN Cirebon.

Adib Purnama, Petugas Pengelola hotspot mengungkapkan, bertambah-nya mahasiswa pengguna internet da-pat mempengaruhi akses kerja internet yang kapasitasnya terbatas. “Kami sudah berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. September lalu kami memasang pemancar ke dua. Pertama ditempatkan di depan gedung rektorat. Kedua, di depan gedung PPTQ (Pusat Pengembangan Tila-

watil Quran)” katanya. Kembali Adib menjelaskan, area per-

tama meliputi wilayah timur kampus dan bagian barat untuk area kedua. Keluhan penggunaan hotspot area dialami Anjil, Mahasiswa Bahasa Arab yang menga-takan, ”Semakin hari akses internet se-makin lamban.”

Pihak lembaga sebagai penyedia sarana hotspot di kampus hendaknya lebih memperhatikan keamanan dalam hotspot. Karena security merupakan salah satu fitur paling penting saat menggunakan jaringan wireless. Sejauh pantauan Methoda yang berhasil dihimpun, semua jaringan hotspot di kampus STAIN tidak di lindungi dengan level-level security, semuanya unsecured dan automatic. Artinya semua orang bisa masuk dengan bebas ke jaringan walau-pun orang tersebut bukan mahasiswa STAIN atau yang tidak berkepentingan,.

Sehingga hal ini berbeda dengan yang di lakukan di beberapa kampus atau tempat lain yang mengharuskan meng-gunakan password agar bisa masuk ke jaringan. Penggunaan password ini dirasa bermanfaat untuk lebih menertibkan penggunaan layanan hotspot di kampus [F.Taufik Hidayat & M. Syahri R.]

Jaringan Hotspot STAIN Melambat

Foto : Reza NF

Sepi, spot yang biasanya ramai oleh pengguna hotspot terlihat sepi karena panasnya terik matahari.

Foto : Reza NF

Lengang, pemilik kendaraan lebih memilih tempat teduh untuk parkir

METHODAEDISI 38 / OKTOBER 2009 �KAMPUSIANA

Akreditasi Pasca Sarjana STAIN Cire-bon diundur. Padahal rencana ini di-upayakan sejak pertengahan 2008.

Prof. Dr.H Abdus Salam, MM, Asisten Direktur II Pasca menjelaskan bahwa, “Awalnya Pasca akan diakreditasi pada Juni-Juli 2009, ternyata diundur dan Insya Allah akan dilaksanakan awal November tahun ini berbarengan dengan pergantian status STAIN Cirebon menjadi IAIN Syek Nurjati,” ujarnya

Salam pun menambahkan bahwa rencana tersebut telah disosialisasikan pada mahasiswa S-II. “Mudah-mudahan hasil akreditasinya keluar sekitar bulan Desember. Jika nilai akreditasi minimal B, Pasca STAIN Cirebon rencananya akan membuka program S3 program Islamic Study pada tahun 2010”.

Sementara itu menurut salah satu mahasiswa Pasca Sarjana jurusan

Management Pendidikan Islam semester awal yang tidak mau disebutkan namanya mengungkapkan “Saya tidak tahu tentang rencana tersebut Saya hanya berharap semoga dengan terakreditasinya Pasca Sarjana STAIN Cirebon, maka mutu pembelajarannya pun meningkat,” ujarnya. [Indra]

Akreditasi Pasca Sarjana Diundur

Kekurangan ruang kelas di kampus STAIN Cirebon membuat sebagian mahasiswa Tarbiyah mengeluh. Ser-

ing kali mereka harus pindah tempat saat perkuliahan berlangsung, karena kelas akan dipakai. Seperti yang dialami Maha-siswa Matematika angkatan 2007, mereka harus pindah kelas saat perkuliahan dis-alah satu kelas Jurusan Dakwah.

Seperti dikemukaan Redha Mahasiswa Matematika angkatan 2007, menurutnya

“Ketidakpastian ruang kelas ini meng-ganggu proses perkuliahan”. Tidak hanya itu, Redha bersama teman sekelasnya pernah diusir oleh Mahasiswa Dakwah saat perkuliahan berlangsung. “Seharus-nya ada konfirmasi dahulu antar jurusan, sehingga tidak bentrok” tutur Redha.

Sementara Holis Mahasiswa Dakwah angkatan 2007, menuturkan bahwa “Kami berhak atas hak kami, karena itu ketika ruangan yang seharusnya kami tempati

digunakan jurusan lain, dengan terpaksa kami menegur,” tandasnya.

Drs. Muzaki, M.Ag, Ketua Jurusan Dakwah menjelaskan bahwa pihaknya telah mengingatkan mengenai penggu-nan ruang Dakwah. “Sebenarnya boleh saja selain mahasiswa Dakwah memakai gedung kami, asal jangan dari jam 07.30 sampai 12.30, dan jika tidak diindahkani kami berhak menegur untuk pindah kelas” ungkapnya.

Rupanya permasalahan bentrok ini tid-ak saja terjadi dengan Jurusan Dakwah. Mahasiswa Tarbiyah kerap kali diminta pindah kelas saat perkuliahan berlangsung disalah satu ruangan Jurusan Ushuludin dan Adab. Subhan, mahasiswa SPI ang-katan 2008 menuturkan bahwa “Ruang kuliah kami biasa dipakai oleh Mahasiswa Tarbiyah, sampai-sampai jadwal kuliah kami jadi molor,” ungkapnya.

Pihak Tarbiyah memang menyesalkan kurangnya ruang kelas sejalan meningkat-nya jumlah mahasiswa tiap tahun. Zuhdi Esha, SE, salah satu staf jurusan tarbi-yah mengungkapkan bahwa “Kami sudah berusaha untuk memfasilitasi mahasiswa, namun sulit untuk sekarang ini karena kami kekurangan ruang kelas, jika ingin aman harus ditambah sekitar 7 lokal untuk menampung 14 kelas yang ditempatkan di jurusan lain” ujarnya. [Chusnul, Vina, Umar]

Mahasiswa Tarbiyah Kekurangan Kelas

Foto : Reza NF

Lesehan, mahasiswa yang tidak mendapat ruang kelas belajar seadanya di masjidFoto : Reza NF

Diundur, akreditasi Pasca Sarjana menunggu pergantian stastus STAIN menjadi IAIN

METHODAEDISI 38 / OKTOBER 2009 �WACANA

BeRSAMA WuJuDKAN HARAPANOleh : Eka Setiawan*

Rakyat Indonesia mempunyai harapan baru, berkenaan dilantiknya Presiden dan Wakil Presiden terpilih

2009, yang kemudian disusul dengan kabinet- kabinetnya, Indonesia Bersatu jilid II. Walau banyak pro dan kontrak dari kalangan mahasiswa dan pemerhati politik baik menyoal pelantikan Presiden dan Wakil Presiden yang disinyalir akan mengadopsi kepemimpinan liberal, memihak pasar, dan konservatif. Ada juga yang menyayangkan terkait pemilihan menteri dalam kabinet karena dianggap tidak kompeten di bidangnya, kabinet neo liberal, politik balas jasa, dan masih banyak lagi. Namun, bagi masyarakat miskin atau menengah ke bawah adalah harapan besar akan perubahan. Perubahan nasib mereka, ke arah yang lebih baik.

Di antara yang banyak disoroti adalah apa yang disebutkan Bapak Presiden SBY dalam pidato pelantikannya, terkait kebijakan dalam negeri yang diantaranya; peningkatan kesejahteraan rakyat, penguatan demokrasi, penegakan keadilan. Kemudian kebijakan luar negeri antara lain; menjalankan politik bebas aktif demi keadilan dan perdamaian dunia; bekerjasama dengan siapa pun yang memiliki tujuan membangun dunia yang damai, adil, demokrsi, dan sejahtera; serta pelestarian alam; dan mewujudkan kawasan ASEAN damai dan sejahtera. Terlebih ucapan-ucapan SBY yang meyakinkan seperti; jangan menyerah dan patah semangat; tentang menjaga persatuan dan kebersamaan; menjaga jati diri dan keindonesiaan; pekerjaan kita masih belum selesai, dan lain-lain yang sedikit banyaknya menumbuh kembangkan optimisme dalam benak seluruh Warga Indonesia bahwa harapan-harapan mereka itu bisa tercapai.

Keluar dari pada berita pelantikan dengan segala sisinya, keadaan masyarakat Indonesiapun harus dilihat secara objektif. Tidak semuanya lantas mempercayai apa-apa yang dijanjikan, terlebih karena bukan SBY sendiri yang akan mengurusi pemerintahan. Elemen kabinet pun turut serta membangun opini masyarakat akan seperti apa pemerintahan ke depan. Apalagi melihat sejumlah nama baru yang baru saja berkiprah dalam dunia politik dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Terutama bagi masyarakat yang bersikap apatis – tidak ingin tau mengenai pemerintah. Bagi mereka yang penting memikirkan diri mereka masing-masing.

Sikap acuh tak acuh seperti ini akan

menjadi batu sandungan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Apalagi jika pemerintahan bersikap tidak sportif dan tidak terbuka, maka yang timbul adalah jalannya roda pemerintahan tanpa peran serta masyarakatnya. Pemerintahan tetap menjalankan tugasnya dan rakyat tak peduli pada tugas-tugasnya.

Kecuali jika pemerintah cepat tanggap dan solutif dalam memecahkan permasalahan yang tengah berkembang di permukaan, khususnya permasalahan menyagkut orang banyak, di antara contoh kongkretnya seperti; tragedi lumpur Lapindo, gempa bumi Jogjakarta, birokrasi daerah yang berbelit-belit sehingga merugikan rakyat kecil dan lain-lain termasuk di dalamnya soal pendidikan, kemiskinan, pengangguran, kesehatan, gender dan lain-lain.Seperti Sopir

Jika ingin diibaratkan, pemerintah dan masyarakatnya adalah seperti sopir dan penumpangnya dalam bus, dengan pemerintah sebagai sopir dan masyarakat sebagai penumpangnya. Tugas seorang sopir jelas mengemudikan kendaraan ke arah yang jelas dan sampai pada tujuan. Melihat perannya, pemerintah laiknya seorang pelayan bagi penumpang-penumpangnya. Artinya semua aparatur negara adalah pelayan masyarakat.

Selanjutnya mengenai keberagaman dalam masyarakat merupakan tantangan besar bagi pemerintah dan aparatnya. Maka dari itu ketika ada sejumlah kebijakan atau penyelewengan terhadap rute yang telah ditentukan, dan itu dikritik oleh penumpangnya, maka wajiblah sebagai aparatur pemerintah yang baik, memberi tahu penumpangnya. Juga sebagai aparat yang baik, wajiblah untuk tidak sok tahu, minimal dengan mendengar keluhan dan kritik masyarakat terhadap kinerja pelayan publik tersebut (sopir). Peran Mahasiswa

Di antara yang selalu gencar menyuarakan aspirasi masyarakat adalah mahasiswa, menyangkut perannya sebagai Agent of Control, Agent of Change, dan Agent of Social dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada juga yang menyebutkan beberapa peran mahasiswa yang mesti dipikul, antara lain; peran moral, peran sosial, peran akademik, dan peran politik. Peranan-peranan ini yang seyogyanya menjadi landasan berpikir dan bertindak kawan-kawan mahasiswa dimanapun dan kapanpun. Artinya bukan hanya di kelas mereka berkiprah,

hal ini merujuk pula kepada Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat).

Memang sulit menempatkan dimana sebenarnya posisi mahasiswa, proletarkah, borjuiskah atau priaikah, abangankah. Namun sebagai bagian dari masyarakat, mahasiswa harus mampu menciptkan suasana yang mengajak para petinggi atau aparatur negara berfikir dan bertindak yang memihak masyarakat kecil. Terutama bagaimana caranya agar pemerintah tidak molor dan lalai dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan rakyatnya. Jadi intinya mahasiswa itu tetap kritis dan skeptis terhdap kebijakan apapun itu. Sebagai contoh penggulingan rezim orde baru tidak luput dari peran akrif mahasiswa, artinya mahasiswa jangan menjadi peliharaan sistem birokrasi yang cukup diberi makan lalu mereka bungkam.

Tentunya bukan hal yang mudah bagi mahasiswa saat ini, dimana setiap orang bebas berekspresi dengan segala yang ia kehendaki, dimana idealisme mahasiswa dengan segala perannannya banyak dilupakan dan dimainkan.

Apalagi melihat pergerakan mahasiswa yang seperti terpecah saat ini, alasannya bermacam-macam, ada yang mementingkan akademik, ada yang mementingkan golongan, ada yang cari aman, dan lain-lain. Yang akhirnya menyisakan sedikit mahasiswa yang peka terhadap lingkungan sekitar dan menyuarakan aspirasi hak mahasiswa. Ironinya, sering terjadi perang ideologi antara mahasiswa, walau itu bias, namun bisa dilihat, bahwa biasanya kaum idealis mahasiswa ini bertindak sendiri tanpa dukungan massa mahasiswa yang seirama dengan mereka.

Maka menjadi pekerjan hidup kita semua selaku Warga Negara Indonesia (WNI), untuk memperhatikan apa yang ada di sekitar kita, jangan sampai kita hanya mementingkan golongan dan keluarga. Rupanya dengan kinerja baru Presiden kita diharapkan akan memberi warna selaras dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Apalagi yang kita tunggu sebuah perubahan – perubahan ke arah yang lebih baik – tangan, mulut, otak kita sudah kita miliki.

*Penulis adalah Mahasiswa Prodi Bahasa Arab angkatan 2007 yang juga pemimpin redaksi buletin METHODA.

METHODAEDISI 38 / OKTOBER 2009 �REFLEKSI

Pada saat pengambilan KPPS (Kartu Pengambilan Program Studi), sa-lah satu teman Jurusan Tarbiyah

Prodi Tadris Bahasa Inggris semester lima mengambil mata kuliah semester tujuh, ”English for Children” yang menurutnya penting untuk bekal mengajar di sekolah.

Sabtu siang sekitar jam 10.50 WIB, adalah kali pertama ia mengikuti mata ku-liah tersebut yang seharusnya pertemuan ini menjadi pertemuan ke dua, karena pertemuan yang pertama mahasiswa itu tidak bisa masuk.

Usai perkuliahan, dia dipanggil dosen mata kuliah tersebut, tiba-tiba berkata, ”Untuk semester lima disarankan agar ti-dak loncat-loncat semester atas, kalau ing-in loncat ambil saja semester yang umum (berbahasa Indonesia), jangan loncat mata kuliah yang babon (berbahasa Ingg-ris),” kata dia menirukan perkataan dosen bersangkutan.

Hal yang sama, pernah penulis dan teman-teman kelas alami, yakni sebuah Perhatian besar dari dosen mata kuliah ”Translation2”. Setelah lima kali berturut-turut dosen tersebut tidak masuk kelas, pada pertemuan ke-enam dia masuk. Walaupun sepuluh mahasiswa yang baru hadir di kelas, dosen tersebut tetap me-mulai pelajaran. Pertemuan pertama ialah membahas kontrak bejalar atau sedikit materi permulaan, tapi uniknya, dosen tersebut langsung memberikan tumpukan tugas.

Ketika hal itu dipertanyakan oleh mahasiswanya, dosen tersebut hanya menjawab,”Saya tidak merasa mempunyai jadwal mengajar di kelas kalian.” Masa sih?. Rasa penasaran, tepatnya (16/10) lalu, kami pun menghadap untuk kla-rifikasi jadwal yang ditetapkan jurusan dan dosen. Kami pun mendapat jawaban melalui selembar kertas yang bertuliskan ”Surat tugas nomor: Sti/PP.009/KT/4094/2009”.

Setelah beberapa menit, dosen ter-sebut malah berkata, “Kalian saja yang malas, kenapa waktu bulan puasa kalian

tidak pernah mencari bapak?”. Penarasan lagi, penulis menanyakan

pada kosma kelas, ”Apa benar kamu dan sebagian teman sekelas tidak pernah mencarii dosen itu?”. Kosma menjawab, “Bukan hanya bulan puasa saja saya dan teman kelas mencari informasi keberada-an bapak, bahkan di setiap jadwal mata kuliah bapak kami cari terus. Sesekali kami pernah melihat dosen itu mengajar di kelas lain tetapi pada kelas kita tidak masuk, akhirnya usaha kita tidak pernah ada hasilnya”.

Perhatian besar dari dosen itu adalah tugas handswritting (tulis tangan) yang seharusnya kami selesaikan selama lima sampai enam kali pertemuan, wajib diker-jakan dalam durasi satu kali pertemuan.

Awalnya dosen tersebut menanyakan kesanggupan teman-teman sekelas, tetapi karena image killer yang melekat pada do-sen tersebut, teman-teman sekelas diam tak berkutik. Akhirnya dia berkata, ”Siapa yang tidak mengerjakan, tidak lulus!”. Pe-nulis coba beranikan untuk negosiasi ten-tang keputusan waktu mengerjakan tugas, ternyata tidak ada toleransi darinya.

Cara pandang mahasiswa terhadap pendidikan masih menggunakan cara pandang lama, mereka menganggap do-sen sebagai sumber kebenaran, dosen subjek dan mahasiwa objek sasaran, do-sen bicara, mahasiswa mendengarkan dan melaksanakan tugas. Inilah yang penulis maksud dengan pendekatan pedagogi yang biasa di gunakan dalam pendidikan anak-anak.

Proses pendekatan belajar seperti itu dikritik oleh Paulo Freire seorang Psikolog asal Brazil. Menurutnya pendidikan yang menggunakan pendekatan seperti itu menghambat kesadaran kritis dan akan berpengaruh terhadap kemunduran da-lam bidang pendidikan. Pendidikan yang seharusnya mampu mencetak manusia yang baru (memiliki kesadaran), malah sebaliknya akan mencetak manusia robot dengan keterasingan dari realitas.

Kalau pola pendekatan terus-menerus

memakai pendekatan pedagogi, wajar apabila melahirkan mahasiswa-mahasiswa ”impoten”. Takut terhadap dosen yang di-anggap lebih pintar dan tak pernah salah. Lebih tepat sekiranya pendekatan bagi mahasiswa menggunakan cara pandang Andragogi. Dalam pandangan andragogi dosen tidak lain sebagai partner dalam berdiskusi, menjadi fasilitator bagi mun-culnya dialektika intelektual dan bukan menjadi sumber kebenaran.

Begitu pula berhubungan dengan poin-poin Tri Darma Perguruan Tinggi, kedudu-kan mahasiswa sangatlah berbeda dengan mereka yang hanya menjadi objek sasa-ran dari subjek. Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian. Seluruh poin tri darma per-guruan tinggi membuktikan bahwa maha-siswa pun berhak sebagai subjek dan ber-sama-sama melaksanakan proses predikat yakni melakukan proses pendidikan.

Melihat keterkaitan di atas, maka di si-nilah mahasiswa seharusnya ikut berperan untuk menghidupkan dinamika kampus yang pada saat ini sedang mati suri. Sikap kritis mahasiswa harus tetap dilestarikan karena memang tidak ada sistem yang sempurna. Sebuah sistem akan mende-kati kesempurnaan ketika sistem tersebut membuka peluang terhadap kritik yang datang. So what should we do now? Apa yang harus kita lakukan sekarang?

Sebagai mahasiswa maka hendaknya lakukan hal yang sederhana, seperti ke-mauan kita untuk mempertanyakan se-suatu dan berani berkata tidak pada kesewenang-wenangan. Bertanya bukan-lah suatu dosa. Mencari kebenaran suatu keharusan. Bahkan malaikat pun bertanya pada Tuhan. Bukankah lahirnya ilmu filsa-fat itu berawal dari sebuah pertanyaan? Maka bertanyalah dan lakukanlah proses perbaikan!.

*penulis adalah mahasiswa Prodi Bahasa Inggris angkatan 2007 yang juga menjabat sebagai Litbang Divisi Riset dan Data LPM Fat-sOeN

AndragogiOleh Muhammad Syahri Ramdhan*

Scripta Manent, Verba Volant... Yang Tertulis akan mengabadi,

yang terucap akan berlalu bersama angin ...

METHODAEDISI 38 / OKTOBER 2009 �RESENSI

“Saya tahu beberapa orang mengatakan, saya telah bicara terlalu kasar soal tanggung jawab. Namun, saya tidak akan cuti bicara soal itu. Pada akhirnya tidak ada masalah se-berapa banyak uang yang kita buang untuk komunitas kita, atau berapa banyak strategi yang diluncurkan. Namun, tak akan ada satupun dari semua strategi itu yang akan berhasil jika kita tidak mengambil jawab kita sendiri,” (Barrack Hussein Obama).

Kutipan di atas adalah sebagian pi-dato yang Barrack Hussein Obama atau (Obama) saat kampanye di

depan mayarakat kulit hitam. Berbagai masalah dalam buku ini terkuak. Mulai dari kondisi keluarga Obama, karirnya di bidang politik, bahkan detik-detik yang sangat mendebarkan menuju kepemimpi-nannya menjadi Calon Presiden Amerika Serikat 2009-2014.

Kita tahu bahwa Obama merupakan so-sok yang berasal dari keluarga sederhana, semasa kecil, Obama sudah dihadapkan dengan berbagai persoalan yang cukup pelik seperti keluarga yang tidak harmonis misalnya. Obama yang dulu kala memiliki kebiasaan mabuk sehingga ia harus men-galami kecelakaan yang cukup tragis.

Syukurnya, Obama bukanlah seorang yang berjiwa kerdil. Ia tidak menjadikan persoalan hidup yang menghimpit mem-buatnya lemah, sehingga apapun yang ia lakukan demi mendapat pendidikan yang layak. Terbukti ia terus melakukan advo-kasi terhadap masyarakat kulit hitam yang tertindas meski masih mengenyam pendi-dikan di bidang Hukum.

Ia mendapat kesempatan kuliah di Harvard University New York City. Setelah selesai mengenyam pendidikan kembali-lah Obama sebagai aktivis juga penulis. Dengan bekal gelar doktor dan lulus den-gan predikat magnacumlaude, dan berkarir sebagai dosen di University of Chicago. Nasib memang berpihak pada pribadi Obama, ia terpilih sebagai ketua sena-tor di Illionis Fakultas Hukum, dan semua mahasiswa di kampus tersebut menyadari akan kepintaran dari Obama. Bahkan ada yang mengatakan Obama adalah sosok yang memiliki kepribadian unik.

Koran Amerika Serikat “The American Dream” yang selalu menceritakan kisah seorang sukses dengan latar belakang yang miskin dan terlantar (hal. 97). Dari situlah karir politik Obama mulai terlihat, media-media pun mulai mengambil berita

tentang Obama. Saat itulah karir politik Obama mulai

diterapkan juga ilmu hukum yang ia dapat semasa kuliah, sehingga mampu men-dongkrak namanya sebagai salah satu kandidat yang diperhitungkan di partai tersebut untuk maju sebagai calon Pres-iden dari lawan-lawanya yang sudah me-miliki pengalaman, salah satunya Hillary Clinton.

Meski satu partai tapi persaingan ked-uanya cukup ketat, contohnya Hillary yang mengambil isu untuk menjatuhkan Obama, seperti permasalahan rasisme, juga ten-tang latar belakang Obama. Namun, hal tersebut tidak menjadikan Obama me-nyerah akan tetapi dianggapnya sebagai tantangan.

Bahkan dari persaingan politik yang ia hadapi, ada yang mengkampanyekan nama Obama yakni bertujuan untuk men-jatuhkan nama baiknya, ia disebut-sebut sebagai salah satu penghancur agama kristen, tapi hal itu justru tidak dibenar-kan meskipun memang keluarga Obama ada yang memiliki agama Islam, dan lebih kerasnya lagi Obama adalah teroris Arab. Akan tetapi pernyataan itu dibantah oleh pendeta yang sewaktu menjadi penasehat Bush justru Obama lebih kristen.

Detik-detik sangat mendebarkan menuju kemenangan Obama, sepanjang Oktober 2008, tidak ada satupun jajak pendapat yang memperlihatkan John Mc-Cain unggul dari Barack Obama. Bahkan jarak selisih suara makin melebar antara yang memilih Obama dan McCain pada hari-hari terakhir menuju pmilu 4 Novem-ber. David Gergen dari Harverd University sudah yakin meyakinkan Obama akan menang dan tidak akan lagi keraguan (hal.123).

Walaupun saat itu banyak hal yang

meragukan akan kemenangan Obama na-mun banyak orang yang mengatakan se-bebenarnya yang menjadi permasalahan sekarang adalah rasial, dan kuota orang kulit putih dengan kulit hitam yang per-bandingannya sangat sedikit.

Kemudian, saat menggetarkan pun tiba pada pukul 11.00 WIB., yaitu pengumu-man kemenangan Barack Hussein Obama. Obama terpilih menjadi orang pertama di Negaranya.

Berikut pidato yang disampaikan Mc-Cain, saat Obama dinyatakan sebagai pem-anang, “Senator Obama dan saya memiliki perbedaan, namun ternyata dia menang. Tidak diragukan lagi, perbedaan itu akan tetap ada. Kini kita dalam keadaan sulit, tetapi saya menawarkan padanya malam ini segala kemampuan saya membantu dia memimpin kita menghadapi tantangan be-sar yang kita hadapi.

Saya meminta semua warga pendu-kung saya untuk bergabung dengan saya, tidak saja memberi ucapan selamat, tetapi juga menawarkan presiden kita berikut-nya keinginan tulus untuk menemukan jalan bersama, mencari kompromi demi menjembatani perbedaan besar kita dan membantu pemulihan kemakmuran kita, dan cucu kita (lihat sampul depan buku ini).

Amerika salah satu negara yang su-dah memakai sistem demokrasi matang ketimbang negeri kita, tapi dengan fenom-ena yang sudah ada di negara itu semes-tinya jadi cermin para intelektualitas di negara kita dalam mengemban amanah, tentunya yang kalah harus bisa menerima dan bisa memberikan selamat terhadap pesaingnya demi kepentingan bangsa ini.

Oleh Muhammad Umar

Judu

l Buk

u :

Ket

eku

nan

dan

Hat

i Pu

tih

Bar

ack

Oba

ma

Penu

lis

: Si

mon

Sire

gar

Pene

rbit

: PT

Kom

pas

Med

ia N

usan

tara

Ta

hun

: Ja

kart

a, 2

009

Teba

l :

374

Hal

aman

Cita-cita Obama

METHODAEDISI 38 / OKTOBER 2009 �

PPL 2 (Praktek Pengalaman Lapangan 2) Jurusan Tarbiyah, mestinya berakhir pada 3 Oktober lalu. Namun

karena beberapa hal, sejumlah mahasiswa praktikan tidak berakhir tepat waktu. Selain itu banyak ketidak-sesuaian terjadi pada pelaksanaan PPL kali ini. Menanggapi hal itu, berikut Tim METHODA sajikan kutipan wawancara bersama Drs. Zuardi Bahar, SH, M.Pd, selaku Ketua P3 (Pusat Pengembangan Praktikum), pada kamis (22/10).

Apa perbedaan PPL 2 Tarbiyah tahun ini dengan tahun sebelumnya?

Pada dasarnya sama, tapi tahun sekarang setiap mahasiswa mendapatkan pembimbing sesuai dengan prodinya. Misalkan jika mahasiswa itu Prodi Matematika, maka dosen pembimbingnya Dosen Matematika juga.

Apa tujuannya penyesuaian dosen pembimbing sesuai prodi?

Sebenarnya ini sebagai evaluasi dari tahun sebelumnya. Dulu dosen pembimbing itu borongan, satu sekolah satu dosen pembimbing. Ternyata itu kurang maksimal, karena tidak semua dosen menguasai semua disiplin ilmu. Jadi, dengan pertimbangan itu, diharapkan ketika mahasiswa mendapatkan dosen pembimbing sesuai prodi dapat mendapatkan pelayanan bimbingan yang maksimal.

Pada prakteknya banyak mahasiswa mengeluh karena kesulitan menemui dosen pembimbing. Bagaimana P3 menanggapinya?

Wajar, karena dosen-kan tidak hanya mengurusi masalah PPL saja. Ya, hal itu pinter-pinter mahasiswanya saja.

Sebenarnya berapa kali dosen pembimbing wajib mengunjungi mahasiswanya?

Hanya empat kali. Itupun dilihat dulu, setiap dosen-kan mempunyai 8 sampai 10 mahasiswa bimbingan yang tersebar di 4 sampai 5 sekolah. Jadi dari empat kali tersebut, masing-masing sekolah cukup satu kali.

Apa tindakan P3 pada dosen yang sama sekali tidak melakukan kunjungan, bahkan tidak memberikan bimbingan pada mahasiswanya?

Kami akan menegurnya. Yang pasti dosen tersebut tidak akan diikutsertakan pada PPL selanjutnya.

Kapan PPL 2 ini berakhir?Sebenarnya PPL 2 dilaksankan mulai

tanggal 3 Agustus sampai 3 Oktober 2009. Namun karena terpotong oleh libur Ramadhan dan Idul Fitri, maka sifat fleksibel. Artinya banyak sekolah yang meminta perpanjangan waktu PPL sampai pertengahan Oktober. Itu tidak masalah.

Lantas, kapan batas akhir yang ditetapkan P3 sendiri?

Batas maksimalnya adalah sampai akhir semester 7. Kalau memang pihak sekolah menyatakan bahwa mahasiswa praktikan itu belum layak untuk ujian, dan waktu PPL telah berakhir. Maka terpaksa mahasiswa tersebut dinyatakan tidak lulus. Berarti dia harus mengikuti mata kuliah PPL tahun depan. Tapi kasus seperti ini jarang terjadi.

Bagaimana dengan batas akhir penyerahan laporan?

Dalam buku panduan tertera tujuh hari setelah masa PPL berakhir. Karena masa berakhirnya berbeda-beda, maka laporannya pun fleksibel. Yang pasti mahasiswa wajib menyerahkan laporannya usai tugas PPL-nya berakhir.

[Yuyun YK]

WAWANCARA

PPL Berakhir Tidak Tepat Waktu

Bersatulah Pemuda Indonesia!!!untuk indonesia yang lebih baik

Memperingatihari Sumpah Pemuda

28 Oktober

Drs. Zuardi Bahar, SH, M.Pd

Ketua P3 (Pusat Pengembangan Praktikum)

METHODAEDISI 38 / OKTOBER 2009 �0

Taufiq, Kepala Umum Mapala STIKOM Cirebon bersama teman-teman mahasiswanya adakan aksi solidaritas

untuk galakan dana bagi korban bencana gempa di Sumbar (Sumatera Barat) yang terjadi pada Rabu sore, (30/ 09) lalu. Aksi tersebut dilakukan di depan kampus jalan Pantura By Pass.

Aksi yang mendapat dukungan dari lembaga kampus dan juga Kapolresta Cirebon mengatakan aksi yang sejak Selasa (06/10) ini dilakukan dari pagi hingga sore. Dari usaha yang mereka lakukan hingga hari akhir terkumpul dana sebesar Rp 3.500.000. “Mengenai teknis pengiriman kita serahkan pada pihak

Mahasiswa Galang Dana Sumbar

LINTAS KAMPUS

Foto: doc STIKOM

Radar Cirebon,” kata Taufiq.Mahasiswa Kampus UMC (Universitas

Muhammadiyah Cirebon) yang terkumpul dalam organisasi pun adakan aksi yang sama di depan Kampus UMC. Kegiatan tersebut dimulai Sabtu hingga Senin (05/ 10) mendapat dukungan lembaga dan Polsek Kedawung. Fajrin menuturkan pendapatan yang berhasil terkumpul sebesar Rp 1.850.000.

Lain halnya Kampus Unswagati Cirebon, mereka tidakj melakukan penggalangan dana di lingkungan lembaga.”Kami tidak mengadakan aksi di kampus tapi di luar, seperti di lampu merah Jalan Pemuda, Plered, Sumber, Palimanan, dan pasar-pasar yang terletak di jalan Pantura,” ujar Iwan Junaedi, Mahasiswa Unswagati. Terhitung sejak Kamis hingga Sabtu (16/ 10), mereka berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 1.600.000 yang akan di salurkan melalui Peduli Kasih BCA. [M. Syahri R.]

Sementara di Jurusan Ushuluddin sendiri ditempatkan di tempat bersejarah seperti Gunung Jati Cirebon, dll. Menurut Apid, P3 (Pusat Pengembangan Praktikum) dalam menentukan dosen pembimbing ha-rus lebih selektif dan memenuhi kualifikasi, “Jangan hanya karena dosen pembimbing adalah orang yang punya pengaruh di-kampus lantas tidak memenuhi kualifikasi sebagai pembimbing,” katanya lagi.

Drs. Hadi Pramono, M. Pd., Dosen Fisi-ka STAIN Cirebon sekaligus Guru di SMAN 7 Cirebon menilai bahwa mahasiswa yang PPL di sekolah SMAN 7 menjalankan tugas

PPL cukup baik, namun bagi pihak dosen pembimbing sendiri hal itu harus lebih di-perhatikan. “Dari mahasiswa STAIN yang PPL di sini saya rasa cukup, tapi untuk dosen pembimbing perlu dimaksimalkan dalam hal memantau mahasiswanya.”

Setelah Methoda konfirmasi hal itu ke-pada panitia P3, Drs. H. Farihin, M. Pd., Sekretaris P3 juga Ketua Pelaksana PPL 2009 menjelaskan, “Dosen pembimbing wajib hadir ke sekolah minimal empat kali dalam dua bulan, dan kewajiban dosen itu mengantar, menjemput, memantau, serta memberikan pembekalan PPL pada maha-

siswanya.” Farihin menegaskan, agar mahasiswa

yang tidak memperoleh bimbingan dari dosennya untuk segera melaporkannya kepada panitia. “Jika dilapangan ternyata terjadi berbagai keluhan mengenai dosen pembimbing, dari P3 akan menindak dosen yang bersangkutan. Asalkan aduan mahasiswa tersebut terbukti dengan bukti fisik berupa cap stempel dan tandangan kepala sekolah yang bersangkutan,” kat-anya. [Try]

Sambungan dari Hal 1

Bersemagat, saat menggalang dana di sejumlah jalan untuk korban gempa sumbar.

RALAT

Ralat untuk METHODA edisi XXXVII; Judul: Placement Test sebagai Program

Wajib PPB (Placement Test sebagai Program Wajib PBB seharusnya

Placement Test sebagai Program Wajib PPB)

METHODAEDISI 38 / OKTOBER 2009 ��

Penawaran MenarikUntuk Promosi Produk dan Usaha Anda

METHODA Pilihan Cerdas Untuk Beriklanuntuk pemasangan iklanHubungi : 085 2233 68990 [Indra] 085 224 422 687 [Jery]

* Tabel harga pemasangan iklan METHODA

. : : A b d u l M a j i d | R e p o r t e r : : A s e p A n d r i | R e p o r t e r : :BagusArief|Fotograferr::EndangSulistian|Reporter::Fadhilah|Layouter::I b n u A b a s | R e p o e t e r : : J u w a r i y a h | R e p o r t e r : :M a r t o n o | R e p o r t e r : : M a s r u r o t u n M i l a d i y a h | R e p o r t e r : : M a u l a n a H a s a n | R e p o r t e r : : M u h a m m a d F a r i z A l b a n a | R e p o r t e r: : N e f i D w i | R e p o r t e r : : N i a K u r n i a w a t i F | R e p o r t e r : : N u r D z i k r i n a | R e p o r t e r : : N u r L a e l i | F o t o g r a f e r : :N u r a e n u n N A | R e p o r t e r : : R e n i F i t r i a n i | R e p o r t e r : : S a v i t r i R a h m a w a t i | R e p o r t e r : : V a l e n t i n a F a t i m a h F D j | R e p o r t e r : : .

CongratulationKepada kawan-kawan yang lolos test masuk LPM FatsOeN pada hari minggu 18

Oktober 2009, Mereka adalah:

Semoga mampu mengemban amanat Pers Mahasiswa

IKLAN ANDA

Selamat dan suksesAtas di Wisudanya

SubhanMahasiswa Prodi Matematika

Pimp. Umum LPM FatsOeN 2008-2009

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) FatsOeNSTAIN CIREBON

Mengucapkan

Semoga menjadi Sarjana STAIN CirebonYang Mampu Mencerahkan Nusa, Bangsa dan Agama

PelatihanJurnalistikTingkatDasarLPMFatsOeN�00�

LPM FatsOeN | Radar Cirebon05-07Nov’09

Be Prepare!

For more infomation come to FatsOeN Office

METHODAEDISI 38 / OKTOBER 2009 ��CERPEN

Sore itu aku menelusui setiap belokan yang berliku. Mengikuti setiap arus ke-hidupan yang membawaku kesebuah

tempat yang bising dengan suara jeritan-jeritan mesin dari setiap kendaraan yang melewatiku begitu saja. Ku tawarkan koran-koran yang ada di tanganku. “ Koran…koran…koran…”, begitu teriakku di jalanan.

Tapi tak satupun yang terjual. Aku bekerja bukan hanya untuk diri sendiri melainkan un-tuk Om Jhon, bos dari anak jalanan. Dia bisa kapan saja menyiksaku atau anak jalanan lain yang senasib denganku, jika tuntutannya tidak terpenuhi.

Aku berkata dalam hati “Aku harus menjaw-ab apa, jika Om Jhon minta setoran hari ini...!”. kegundahan terus mampir di tiap langkah yang sengaja sesekali aku kecilkan.

Seharian penuh ku keliling mengikuti tapak jalan, tapi apa yang aku dapatakan selama itu, tak ada yang membuat diriku senang. Hanya setetes pilu yang ku dapat dan tumpukan koran yang masih tersusun rapi di tangan.

Matahari kian meredup membawaku ke-tengah-tengah kegelapan, hingga akhirnya aku merasa sendiri dalam kegelapan itu. Le-lah, payah, lesu, dan pegal aku rasakan semua setelah seharian berkeliling. Aku sandarkan diri untuk sejenak di kardus-kardus tak beguna dekat onggokan sampah, walau bau busuk, tetap berusaha memejamkan mata untuk me-lepas lelah di badanku, sejenak aku terlelap tiba-tiba Izet mengejutkan aku “Tania...!!! Tania…cepat bangun!!! Bang Jhon marah, nyariin lo, katanya hari ini lo belum setor ya…!”, teriaknya padaku. Sambil terus mengguncngkan badan yang membuatku risi, hingga akhirnya bangun terkejut karena menyebut Bang Jhon.

“Iya, Zet…! Aduh… Bang Jhon pasti marah besar ni sama aku, Zet gimana ini… hari ini ko-ran-koranku tidak ada yang terjual!”, “Tak satu-pun?” Izet langsung memotong, “Iya..’ Jawab-ku. “Ya udahlah… kita kesana dulu Yuk.. entar lo jujur aja sama Abang” Saran Izet itu sedikit membuatku tenang, namun tetap dengan per-asaan takut.

* * *

Dengan hati berdebar kulangkahkan kakiku menelusuri setiap belokan ke-cil, melewati rumah-rumah kardus,

bersampingkan selokan yang mampet dengan airnya yang menggenang. Tak sedikitpun aku pikirkan kenyamanan itu. Aku hanya pasrah bercampur takut atas semuanya.

Akhirnya aku sampai ke tempat yang se-benarnya menyeramkan bagiku, tempat yang tiap saat menyiksa batinku. Sempat aku ber-pikir kenapa aku berada di tempat ini, 12 ta-hun sudah aku begini sejak umurku enam ta-hun. Yang aku tahu hanya bagaimana caranya mencari uang. Kadang aku berpikir dimanakah orang tuaku? Kenapa mereka menitipkan aku di sini?. Aku selalu berpindah dari kesedihan yang

satu ke yang lainnya.Dalam keheningan pikiranku itu, tiba-tiba

dari belakang ada menarik rambutku yang pan-jang dan lusuh dengan keras sampai aku ter-jungkur ke belakang. Aku tahu itu Bang Jhon “Aduh… Bang, kepalaku sakit…!” Tak berani aku menatapnya dan Bang Jhon malah memainkan cengkeramannya sambil berkata “Mana duit-nya…!!!” Bang Jhon membentak, lalu melem-parku ke atas lantai berbau tak jelas.

Seperti kata Izet aku pun menjelaskan apa yang terjadi, namun Bang Jhon malah merai-hku kemudian menamparku, dua kali, dan yang ke tiga itu yang aku rasakan paling keras. Aku dengar teman yang lain yang menyaksikan-pun merintih, dan menjerit, bahkan ada yang menangis. Lebam dan kaku yang ku rasakan setelah tamparan itu. Ternyata Bang Jhon tak sedikitpun iba lalu dengan kasarnya dia me-nyeretku ke sebuah tempat yang lebih meny-eramkan dari pelataran rumah kardus yang aku lihat di jalanan tadi, ya itulah tempat aku bersama anak-anak jalanan lainnya meratap dan beristirahat. Bahkan tempat kami saksikan sendiri kematian teman kami. Aku masih ingat kala itu teman kami demam tinggi dan kamar tak diberi atap, sepertinya air hujan dan demam tinggi telah jadi jalan kematiannya.

Sejenak aku di kamar yang sekarang beratap karena kematian teman kami, lalu aku dipanggil lagi untuk segera ke Bang Jhon. Aku tak tahu pasti apa lagi yang akan dilakukan dia, namun batinku selalu bertanya semua yang diberikan-nya tak lebih dari sebuah olok-olok keadaanku yang terpaksa menerima nasib yang pahit. Lalu Izet datang, aku hampir pergi, “Mau kemana Tan… makan dulu, ini ada sepotong roti!” Tawar Izet. “Dipanggil Abang!” jawabku. “Apa lagi… Tan, mukamu agak memar, kamu di sini dulu, aku yang ke bang Jhon!” pintanya, aku lagsung melarang. “Jangan Iz, aku gak mau kamu ter-libat. Rotinya kasih ke Wiwid aja ya”. “Memang dari tadi Wiwid memandangi roti itu terus, dan benar ia manggut-manggut mau. Wiwid masih empat tahun dan harus mengalami nasib ini. “Ya sudah, kamu hati-hati ya, Tan…” Tanya Izet, “Iya, sudah biasa, kan..” jawabku ringan.

* * *

Aku tiba di Bang Jhon, aku tertunduk, takut dan khawatir. Tapi tak lihat Bang Jhon ingin menghukumku lagi. Dia tak

seperti biasanya. Dan tak lama kemudian ada seorang tante keluar dari kamar bang Jhon, bajunya seksi, warnanya merah menyala, ny-entrik menggelikan, sambil menghisap rokok ia menghampiriku. Bang Jhon hanya tersenyum

“Bagaimana, Tante Ros? Cocok!” kata Bang Jhon. Aku kurang faham maksudnya, hanya wanita nyentrik itu Tante Rosm tapi apa maksud kata ‘cocok’ itu. “Tante, ini cewe yang gua jan-jiin, kemaren, gimana?” sambil nyengir Bang Jhon bajingan sok tepat janji, “Berapa kamu minta? Dia perawan, kan!” jawab tante itu. ‘Hah,’ aku faham, kaget bukan kepalang. Dalam pikirku, aku akan dijual, ‘Oh, Tuhan tolong…’. Ternyata Si Jhon sudah merencanakan jauh-jauh hari untuk menjualku ke tempat pelacuar-an. Kemudian Tante jalang itu menatapku dan mengelilingiku, memperhatikan setiap detailku dari ujung kaki sampai ujung kepala.

“Oke Jhon… cwe yang ini lumayan, ini uangnya!” Si Tante ternyata menyatakan setuju. Jadilah aku dijual. Aku menangis dalam batinku, ‘kenapa aku tak diberi kuasa untuk melawan, Tuhan... Kenapa…!’ lirihku dalam kepatunganku waktu itu.

* * *

Sejak saat itu hari demi hari, detik demi detik seakan menjadi pesakitan un-tukku. Waktu pun terus berjalan, satu

minggu terlewati dan aku masih meratapi nasi-bku yang naas, aku hamper gila kalau saja Izet tak memperhatikanku lagi seperti dulu.

Seorang sudah mengajakku kencan, tapi aku enggan diajak kumpul kebo, untungnya yang mengajakku itu mau melepasku walau dia sudah bayar tunai pada tante Ros. Rupanya dia iba, karena mendengar kisah kelamku, aku juga bertanya padanya “Bagaimana rasanya kalu anak Om berada pada posisi seperti saya?” Dia pun menyuruhku pulang. Pulang kembali ke-pada satu kesedihan dari kesedihan yang lain. Sebenarnya aku ingin pergi jauh. Namun, tak sanggup rasanya harus berurusan lagi dengan mereka yana pasti akan mengejarku. Sedang-kan aku tengah letih dalam hidup.

Aku kembali ke tempat Tante Ros, dan kem-bali menghadapi tinju-tinju yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku tak pernah merasa bahagia, aku tak pernah nyaman, aku tak pernah merasa hidupku adalah untukku. Satu yang aku rasa, hanya pahit saja. Batinku hanya bisa berharap, kapan aku akan terlepas dari kehinaan ini. Kepada siapa lagi akau akan berharap, Tuhan? Tuhan, tunukkan jalan kelau-rnya untukku?

Hidup yang MatiLina Marlina Mahasiswa PBI Angkatan 2007