bulan,bintang & lintang

36
Nur Wulan Bulan,Bintang & Lintang 1 Bulan, Bintang & Lintang Nama: Nur Wulan Kelas : D PGSD Regular 2009 1. Dalam kehidupan di dunia biasanya orang sering terbius akan nikmat kesehatan dan waktu luang hingga lalai dalam bersyukur dan terbuai dengan kegiatan yang sia- sia. 2. Tidak perlu menjadikan diri sendiri sebagai ukuran bagi orang lain, namun jadikanlah orang lain sebagai cermin untuk perbaikan diri karna langit yang tinggi masih ada lagi langit yang lebih tinggi lagi. 3. Busssit…..! dengan kesempatan pertama dan dua bahkan kesempatan ke tiga, karna kesempatan selalu ada saat usaha dan do’a masih berkolaborasi seiring sejalan dalam meraih sebuah mimpi jadi nyata. 4. Jagalah lisan agar tak salah berucap Page 1

Upload: alex-setiawan

Post on 27-Mar-2016

278 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Cerita pendek ini mengisahkan tentang soorang cewek yang mempunyai cowok tetapi dia memiliki sebuah perasaan sayang bukan hanya dengan cowoknya tersebut tetapi sama cowok lain juga

TRANSCRIPT

Page 1: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

1

Bulan, Bintang & Lintang

Nama: Nur WulanKelas : DPGSD Regular 2009

1. Dalam kehidupan di dunia biasanya orang sering terbius akan nikmat kesehatan dan waktu luang hingga lalai dalam bersyukur dan terbuai dengan kegiatan yang sia-sia.

2. Tidak perlu menjadikan diri sendiri sebagai ukuran bagi orang lain, namun jadikanlah orang lain sebagai cermin untuk perbaikan diri karna langit yang tinggi masih ada lagi langit yang lebih tinggi lagi.

3. Busssit…..! dengan kesempatan pertama dan dua bahkan kesempatan ke tiga, karna kesempatan selalu ada saat usaha dan do’a masih berkolaborasi seiring sejalan dalam meraih sebuah mimpi jadi nyata.

4. Jagalah lisan agar tak salah berucap seperti menjaga kehormatan badan. Agar tak terukir penyesalan di dalamhati sanubari, tak akan pernah ada obat penyembuh untuk keduanya setelah terkontaminasi setitik noda.

Page 1

Page 2: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

2

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah aku ucapkan kepada Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan Rahmadnya kepada kita semua, sehingga saya berkesempatan untuk mengapresiasikan segala apa yang saya ingin bagikan kepada pemirsa semuanya kedalam untaian-untaian kalimat yang akhirnya bisa rampung pada tahun ini. Demikin pemirsa juga berkenan meluangkan sedikit waktu untuk menyimak sejenak hasil karya saya yang masih jauh dari sempurna.

Sholawat serta salam tak lupa saya panjatkan untuk Nabi junjungan kita, Nabi Muhammad SAW sebagai tombak kesejahteraan umat islam di bumi. “Limpahkanlah Rahmadmu untuk Nabi Muhammad Ya Allah,,,,,,,,,,,, amin”.

Ucapan terima kasih aku persembahkan kepada semua pihak yang senantiasa berbesar jiwa turut membantu dalam penyelesaian tulisan ini ( ALEX SETIAWAN. REMBANG,28 DES 1990. Intan F.P. Blora, 24 Feb.1989, S. ningsih Rembang, 04 Ags. 1987, Retno M. Klaten, 21 Sep. 1991, P. Astuti Rembang, 13 Des. 1988 ) “ Terimakasih semuanya, semoga amal ibadah kalian di terima oleh Allah, amin…”

Buat para nyamuk yang sering mengganggu konsentrasiku dalam penggarapan tulisan ini. “Thank juga” Tadinya nyamuknya cuma satu, tapi lama kelamaan ibunya, bapaknya, kakaknya, adiknya, suaminya, mertuanya, pak dhe dan buyutnya turut serta di bawanya. Jadilah aku

terpaksa menghadiri acara reunian keluarga nyamuk AIDES AIGEPTI dengan menyumbangkan sedikit darahku untuk memeriahkan keberlangsungan acara tersebut. Karna seperempat dari harta kita ada hak orang lain. Yah…. Karna saya belum berharta maka aku menyumbangkan yang sekiranya sangat di butuhkan oleh para nyamuk-nyamuk yang terhormat. Para nyamuk-nyamuk sekalian, terimakasih undangannya. Hikz…hiks…

Page 2

Page 3: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

3

RESENSI

Tulisan ini menggambarkan tentang segala sesuatu yang pernah hadir dalam setiap langkah kehidupan. Mengambil tema sosial tentang apresiasi rasa gembira, sedih, dan bimbang dalam kejolak persahabatan, cinta dan sebuah harapan. Dimana dalam pencapaian suatu tujuan akan membutuhkan suatu usaha yang tak kenal putus asa walau gambaran semu pada titik final selalu ada. Potensi Bulan yang gemar telat masuk kuliah, perjuangan Bintang untuk sebuah rasa yang ada dan getir-getir rasa iri dan dengki bagi sesama di kampus UNIROW. Semua orang pun telah banyak yang mengalami semua hal tentang itu, tinggal bagaimana tiap-tiap orang mengemas segala yang terjadi sebagai “GURU BESAR” dalam detak nadi kehidupannya. Tentunya hanya orang-orang tertentu yang mampu melakukan itu. Sebagaian orang hanya melestrikan moment yang menurutnya indah, yang selalu di kenang sebagai harta warisan untuk anak cucunya kelak, ada juga seseorang yang mau dan mampu membingkai dengan cantik pengalaman manisnya bahkan pengalaman buruk sebagai kenangan yang indah. Pengalaman yang mungkin tidak dapat kita alami untuk yang kesekian kali. (Tak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna kecuali SANG PENCIPTA, tak ada suatu pengalaman yang kita alami luput dari kehendaknya. Sesuatu yang indah belum tentu yang terindah dan sesuatu yang buruk belum tentu yang

terburuk, tak ada yang abadi (kata ariel peterpan), semuanya tinggal menunggu perputaran roda kehidupan. Yang di atas akan menuju bawah demikian juga sebaliknya. Jangan pernah menyerah untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan)

Terimakasih untuk sebelumnya..Kritik buat saya dan saran juga buat saya dari teman-teman moga dapat lebih menyempurnakan tulisan ini. Semoga tulisan ini mampu memberi suatu pengalan yang baik (amin) baik dalam kondisi kesehatan, keuangan, hubungan asmara dan yang baik lagi adalah juga mampu memperbaiki kondisi kejiwaan pemirsa yang membacanya, he,,,he,, just kidding.

THANK YOU……THANK YOU……ThANk YOU…..

Thank you Very Much……

Page 3

Page 4: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

4

Ada rasa…Keadaan kampus UNIROW

mulai hening di tinggal para mahasiswa dari segala aktifitasnya. Hanya terlihat beberapa mahasiswa yang masih sliweran dengan kesibukannya berkeliaran kesana-kemari seperti dancer film india. Senja mulai menyapa menyambut malam akan segera tiba dengan iringan bulan dan bintang. Bulan, mbak Ning dan mbak Ujik yang sedang hijrah dari kelas menuju tempat parkir kampus, tanpa aba-aba, pendahuluan, atau sejenisnya, mbak Ning ujug-ujug, jebul-jebul (tiba-tiba bahasa bekennya) memberiku pertanyaan kepadaku yang jawabannya susah-susah sekali untuk dijawabnya.”Lan….. wajah cowok itu mirip kamu ya….? Tanya mbak Ning dengan sedikit mengarahkan jari telunjuknya kearah satu-satunya cowok yang burusan keluar dari mushola (aku dan mbak Ujik jadi saksinya). Alis Bulan bergandengan merajut tali kasih. Bulan kurang berminat menjawabnya.Bulan berinisiatif melihat expresi Mbak Ujik yang ada di sampingnya persis. “Apa yang tergambar dari wajah mbak Ujik para pemirsa sekalian ?” Ternyata mbak Ujik sedang tersenyum lebar tiga jari ( jari jempol, telunjuk, dan jari kelingking membelah ke dua bibirnya bak para roker mania). Dalam hati Bulan kecewa berat dengan expresi mbak Ujik yang sedemikian rupa. Contoh pertanyaan yang di buat mbak Ning barusan merupakan efek samping dari apa yang terlihat dihadapannya, (em,,, lebih tepatnya di hadapan mereka bertiga). Seorang cowok imut-cute berkarisma ganteng

manis mempesona keluar dari mushola kampus UNIROW sungguh sangat memikat pandangan mata siapapun yang mamandangnya, bahkan semut-semut merah yang manjat pohon mangga di samping kiri moshola juga tau itu.“hem….???? Apa mbak ? mbak tadi ngomong apa?!” Bulan malah balik nanya karna nggak tau jawaban atas pertanyaan mbak Ning barusan ( Karena belum sempat membuat contekan ).“ Iyo Lan hampir mirip tenan are….” Mbak Ujik menjadi pendukung setia mbak Ning lengkap dengan logat medok jawanya.“ Bentar-bentar mbak….!!???” Sanggah Bulan semangat empat lima ,empat enam, empat tujuh, empat delapan, empat Sembilan, dan empat sepuluh.“Emang apanya yang mirip mbak ?? dia cowok.. trus jelas-jelas di KTP jenis kelamin aku cewek mbak... Emang tampang aku sebegitu pasarannya ya mbak??” Lanjut Bulan nggak mau nyerah, justru malah ikut-ikutan membuat beberapa pertanyaan yang harus di jawab mbak Ning. “mbak Ujik kalau mau ikut menjawab pertanyaanku juga boleh tapi nek salah harus remidi, He..he..he..” Bulan ngomong sekenanya menahan GR (Gegeden Rumongso) di lubuk hatinya yang sedang berkembang-kembang harum mewangi.“Ya…maksudnya agak-agak mirip gitu Lan….!” tambah lagi mbak Ning penuh expresi dengan jari-jemarinya yang seperti jari irfan bachdim saat mencetak gol dengan kolaborasi mengatupkan sedikit matanya ( sungguh exsotik ). Bulan, mbak Ning dan Mbak Ujik sejenak tampil diam membisu, bukannya saling kalah argument tapi memang keadaan yang tidak memungkinkan perdebatan tersebut diteruskan. Cowok yang menjadi buah

Page 4

Page 5: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

5

bibir mereka bertiga sedang berjalan berlawanan dengan mereka. Dengan senang hati mereka terpaksa harus berpapasan dengan cowok manis blessteran imut-cute sedap di pandang mata itu yang entah sedang mau ngapain.Bulan yang merasa menjadi kambimg congek hanya bisa menundukkan kapalanya hingga titik tunduk maximal.“Kira-kira tadi dia dengar nggak ya wajahnya di mirip-miripin sama aku??? Waduhhh……………………… gimana kalau dia denger??” Gerutu Bulan dalam hati dan tidak mungkin dia langcang menanyakannya kepada cowok yang barusan berjalan berlawanan dengan dirinya barusan. Karna tadi mbak Ning nggak kira-kira dulu jarak yang tepat kalau inggin menghina seseorang (em…lebih tepatnya memujinya mirip Bulan…………he….).Dan…!! untuk….!!! Memastikan…!! bahwa si cowok imut itu nggak mendengar apa yang di omongin mbak Ning tadi, Bulan menyempatkan diri untuk menengok ke belakang kearah cowok tersebut.“OMG……. Tambah imut sekali kalau lagi senyum gitu…….” Dengan pelan puji Bulan hanya untuk si cowok imut-cute mempesona itu. Hati Bulan berdesir hebat bak desiran ombak di Taman Kartini Dampo Awang. Ternyata cowok itu juga berbalik memandang Bulan, pada jam, menit, detik, hari, tanggal dan tahun yang sama lebih tepatnya. Senyuman itu terlampau jelas mengisyaratkan kalau dia mengetahui ada tiga cewek pemalu (bukan), malu-malu (juga bukan), tak tau malu (bukan lagi) yang sesungguhnya adalah malu-maluin (setuju) sedang memperbincangkannya. Bulan salah tingkah namun dia segera mengarahkan pandangannya kejalan yang benar, takut jikalau dirinya

menabrak sesuatu di depannya hingga membuatnya jatuh (pake adegan sulapan segala) tak terselamatkan oleh mbak Ning dan mbak Ujik yang tepat mendampinginnya seperti petugas parade pengibar bendera sang merah putih waktu tujuh belasan.“ Ehhem… ehem…. Curi-curi pandang nggak ajak kita-kita…!” celetuk mbak Ning melihat gelagat Bulan yang masih betah dengan senyum geli menyebarkan aroma kegirangan membabi buta.“Apaan sich mbak?? Kalau mau ikut liat ya liatin aja, gratis owk mbak, tadi aku nggak di suruh bayar,,ha,,,,ha,,,” Masih dengan senyuman mengembang kamana-mana.“ Hallah uwes to….. orangnya juga sudah ndak ada. Kapan-kapan aja kita bahas lagi nek ada orange” mbak Ujik mencoba memberi saran yang sedikit emang nyeleneh bin ngawuri.“Emm..” jawaban singkat Bulan dan mbak Ning untuk menghargai jerih payah mbak Ujik telah usul saran. Masih dengan perbincangan yang kurang bermutu mereka melanjutkan perjalananya. Lima menit telah berlalu meraka bertiga sampai di tempat parkir juga, meraka menuju ke tempat masing-masing mereka memarkir sepeda motornya dan menyibukkan diri dengan mengenakan perlengkapan mengendarai sepeda motor masing-masing. Setelah jam lima sore ini mereka sudah tidak jadwal kuliah lagi.Mbak Ning yang telah siap dengan perlengkapan mengendaranya siap melaju.“Sampai ketemu besok ya….” Pamit mbak Ning pada Bulan dan mbak Ujik yang masih bersibuk ria dengan perlengkapan mengendara mereka.“Iya hati-hati” jawab Bulan dan mbak Ning kompak Be Ge Te .“Lan aku duluan lo ya..? mbak Ujik turut berpamitan.

Page 5

Page 6: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

6

“ Iya mbak hati-hati ya……”Bulan yang hampir kelar dengan segala pernak-pernik perlengkapan pengerdaranya yang to’at pada peraturan lalu lintas, terutama memekai kaos tangannya yang di beri nama Selamet (kiri) dan Gembira (kanan) yang filosofinya kalau Selamet nggak ada berarti nggak gembira dan jika Gembira nggak ada berarti nggak Selamet ( Malsudnya nggak selamet di pakai he..). Maka kedua kaos tangannya harus selalu ada menyertai Bulan kemanapun. Bulan akhirnya melaju meninggalkan tempat parkir dengan motor meticnya yang berwarna biru marun dengan stiker yang baru di tempeinya kemarin “ IJO LUMUT” ikatan jomblo lucu dan imut ( nggak nyambung neng).

****

Tak disangka tak dinyana, ternyata adegan berpandangan ria sejak saat berpapasan dengan cowox imut-cute itu masih anlimited hingga saat ini. Menimbulkan penasaran yang aneh dalam di hati Bulan, Penasaran untuk tau lebih lagi tentang cowox itu. Hingga membuat Bulan secara reflex menyambut dengan mata berbinar-binar saat bertemu pandang dengan cowok yang masih belum tau nama dan nomer hp nya. Yang agak parah Bulan semakin tidak enak hati jika tak memandangnya saat sang waktu tak memberi kesempatan untuk itu, hal itu terlihat jelas dari mimik wajahnya yang kurang memancarkan aura kemanisannya seperti biasa yang sering ia pamerkan setiap saat dan setiap harinya.

“Dia masuk kuliyah nggak ya hari ini??” Bulan mencoba bertanya pada hatinya namun tak ada jawaban pasti.“Ok…!! Kalaupun nanti aku ketemu dengannya trus berpapasan dengannya, aku harus gimana yaw…?Apakah aku harus pura-pura tidak tau!! atau,, dengan muka sok cute ku, aku bilang kalau aku kangen sama dia?? Oh nO……….. nggak banget!!Setcara aku cewek gitu lhoo.. amit-amit!!” Bulan mulai pusing dengan segala sesuatu yang dia ucapkan barusan hingga tak menyadari beberapa pasang mata menatap dengan penuh makna keanehan. Nggak tahu kenapa dia ingin sekali melihatnya walau hanya sekedipan matanya. Bulan yang dari tadi mondar-mandir sendirian di koridor kampus, menunggu seseorang namun tak kunjung muncul mulai berputus asa. Berpuluh-puluh cowok yang dia jumpai tak ada satupun yang sedang di cari-cari olehnya. Bulan berhenti sejenak lalu bertanya pada diri sendiri.“ Kenapa juga aku mondar-mandir disini seperti orang punya gangguan jiwa???menunggu orang yang tidak jelas kapan datangnya??benar-benar sakit nich gue..!!!” Dari pada dia keburu gila beneran, Bulan memutuskan segera bergegas menuju ruang kelasnya. Seperti biasa, teman-temannya yang masuk duluan tidak sama sekali berkenan duduk di bangku paling depan dekat bangku dosen. Mungkin saja, mereka semua mengantisipasi adanya polusi gelegar dahsyatnya suara bapak dosen. Karna hari ini ada kuliyah Media dan Sumber Pembelajaran di SD yang di ampu oleh dosen Bapak Drs.Santoso M. pd. yang di kenal dengan sistem pengajaran dorpraise Tembang MOCOPAT, katanya sich, sebagai bentuk pelestarian budaya bangsa. Tapi masalahnya bukan karna nyanyi lagu

Page 6

Page 7: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

7

MOCOPATnya yang bikin BISING MINTA AMPUN tapiii……(tolong di baca yang jelas pemirsa yang budiman) saat menerangkan materi kuliyah suaranya seperti petir meyambar pohon Maoni (Beegh…) kalau bahasa Bahasa Jawanya sich BUUUUUANTER BANGET TITIK ORA ELON-ELON. Konon katanya… Beliu pada jaman dulue, saat masih kuliah pernah juga menjabat sebagai pemain ketoprak atau ludruk yang mengharuskan beliau berbicara keras agar gelombang suaranya dapat tertangkap mikropon yang di guntung di atap panggung dan mampu di dengar oleh para penonton yang berada di bawah panggung. Bulan yang tadinya gemar duduk paling depan sekarang mulai berancang-ancang ingin pindah haluan duduk di pojok paling belakang ( kalau bisa…?), nggak mungkin banget setelah perkuliahan Pak Santoso harus priksa ke Dokter KGT ( keselamatan gendang telinga ) demi keselamatan Gendang telinganya yang mumpung masih berfungsi dengan baik “Alhamdulillah ya allah,,,,”(Kembali kepada Bulan pemirsa….)“Semoga saja nanti aku bisa bertemu dengan dia…….. amin” Do’a Bulan dalam hati nan khusyuk. Bulan pasrah dengan menyandarkan punggungnya di bangku tempat duduknya. Memperhatikan binder yang di ketuk-ketuknya dengan bolpoint dan diam membisu beribu-ribu bahasa cina (maklum nggak bisa bahasa cina…), sambil menunggu Pak Santoso yang tak kunjung hadir. “Lan sudah ngerjain tugas Pengantar Pendidikan belum?!!!” Mbak Ning yang tak terdeteksi kedatangannya oleh Bulan, tanpa basa-basi mengajukan pertanyaan dan segala uneg-uneg di hatinya kepada Bulan yang sedang ritual melamun. Bulan menyudahi lamunannya.

“Ada tugas ya mbak?” memandang mbak Ning. Selalu saja bigitu.Tiap di tanyain sesuatu pasti malah balik nanya dengan expresi nan datar pula. Itulah salah satu sisi karakter Bulan yang kadang-kadang bikin jengkel orang yang menanyainya.“ Udah dehh…… nggak usah pake acara balik nanya! Genting nih………… belum ngerjain tugas aku.” Mbak Ning sok Protes nampang di depan Bulan.“He,,,he,,, Belum ngerjain tugas ya mbak?? Waduh… gimana ya mbak, aku udah ngerjain tapi di pinjem mbak Jihan tadi waktu kepapasan di koridor depan” Bulan memberi keterangan sejelas-jelasnya sambil ngliatin mbak Ning yang terlihat panik-sepanik-paniknya orang panik.” Ya iyalah,, tuh tugas kan harus binti wajibi di kumpulkan hari ini” Bulan membatin dalam hati.“Halllahh pelit. Bilang aja aku nggak boleh pinjem..! Ya kan?!!” Mbak Ning pura-pura jual tampang sok ngembek.Namun Bulan hanya membeli jualan mbak Ning dengan senyum manisnya.“ Hala mbak.. emang biasanya juga gimana ???? Tuh… Mbak Jihan di belakang mojok, samperin aja! ikut ngerjain bareng aja…. Gitu aja kok repot!” Saran yang kucup baik untuk memperbaiki kondisi kejiwaan mbak Ning yang terkoyak-koyak karena belum mengerjakan tugas buat jam kuliah selanjutnya.“ BaaaiklahH……… saran kamyu kali ini saya terima dengan baik.Terima kasih…” Ujar mbak Ning kemayu dan meninggalkan Bulan sediri di bangku paling depan, bangku kesayangan Bulan, namun tidak untuk hari ini. Dimana dia nggak dapat banggku paling belakang khusus kuliah pak Santoso seperti rencana awalnya di tambah pula dia tak dapat melihat cowok yang ingin dia pandangi.Pukul delapan tepat perkuliyahan di mulai, Pak San ( panggilan akrab pak

Page 7

Page 8: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

8

Santoso) akhirnya singgah ke kelas Bulan cs. Mahasiswa jurusan PGSD (s1) memenuhi ruangan kuliah ,di antaranya juga Bulan. Dosen pengampu kuliyah Media dan Sumber Pembelajaran di SD alias Pak Santoso sudah siap dengan segala sesuatu yang akan di sampaikan hari ini. Sejenak ruang kelas hening, semua terlihat anteng di tempat duduk masing-masing. Perkuliyahan di mulai… “Hufs…………” keluh Bulan, dengan acara sesekali tutup telinga tak mampu dia tinggalkan. Teman-temannya juga kompak melakukan gerakan yang sama. Bulan mulai bosen dengan perkuliyahan kali ini, suara petir pak Santoso tak mampu mengalihkan perhatiannya terhadap orang yang ingin di pandangnya. Masih ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya dan sangat mengganggu konsentrasinya dalam perkuliyahan. Wajahnya terlihat lesu seperti tidak makan dan mimum satu minggu tujuh hari.

****

Dalam keheningan malam, di dalam kamar, pandangan Bulan terpaku pada laptop di depannya. Tangannya aktif bergerak di atas tombol-tombol keybord dan sesekali meng-klik tombol mouse. Entah apa yang sedang dia kerjakan, sepertinya Bulan lagi sibuk-sibuknya mengerjakan tugas kuliyahnya yang sepekan ini menumpuk. Setelah lelah dengan apa yang ia kerjakan, dia merebahkan tubuhnya di kasur tempat tidurnya yang empuk. Pikirannya menerawang jauh.

“ Sepertinya…. sudah dua pekan ini aku nggak melihatnya” Perasan itu hadir kembali dalam benak Bulan.“Aneh…!!!!! Kenapa aku harus memikirkan dia, emang dia siapa aku???kenal………….. enggakteman………….. enggaksahabat…………. Juga enggak Kekasih…………. Apa lagi, ya jelas enggak lah……..!!!!!!!!!!!!!!! Trusssssssssssssss kenapa aku kepikiran dia terus???!!!!!!!!!!!!Sungguh malang diriku ini. Ampuni aku ya allah, bantulah diriku untuk tidak memikirkannya ya allah…………..amin” Membasuh mukanya dengan ke dua tangannya.Bulan mulai di perdaya oleh suatu hal yang menurutnya merupakan sesutu yang tidak bisa di pertanggung jawabkan sebab akibatnya. Bagaimana dia bisa memikirkan sesuatu yang belum jelas ujung pangkal permasalahannya, bahkan kenapa harus di sebut suatu masalah baginya jika sumber masalahnya saja dia tidak tau (bukan tidak tahu tapi masih meragukan). Bulan bersusah payah memejamkan kelopak matanya namun gagal, gagal, dan juga gagal. Dia beranjak dari tempat tidurnya, mengambil Hpnya dan keluar kamar untuk menenangkan pikirannya yang mulai susah di kendalikan, kepalanya mulai nyut-nyutan hatinya juga cenat-cenut. “ Agrh…………..” keluh Bulan kebingungan sendiri. Bulan keluar rumah menuju gazebo yang ada di samping depan rumahnya. Baginya gazebo itu tempat yang paling nyaman untuk dirinya di saat sedang di rundung masalah. Dia ambil PW yang paling nyaman dan merentangkan kedua kakinya menyandarkan tubuhnya di tiang gazebo. Bulan mengaktifkan Hpnya, jam menunjukkan pukul 21.00.Tangannya mulai sibuk dengan

Page 8

Page 9: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

9

Hp kesayangannya. Bulan tidak menelpon seseorang, juga tidak kirim sms untuk siapapun. Dia hanya ingin menulis apa yang dia rasakan saat ini dalam Draf Hpnya supaya mengurangi beban mental di hatinya. Tulisannya singkat“ Malam ini aku sedih, lagi kangen, sama dia atau dia yang satunya ya..? ”Wajah Bulan menengadah pada langit malam. Di lihatnya Ribuan juta bintang memenuhi langit malam ini, bulan sabit turut ambil bagian memeriahkan suasana malam dengan senyum memgembang menunjukkan KeEsaan Allah SWT. Seperti malam-malam sebelumnya, perasaan Bulan akan lebih tenang jika dia telah puas menikmati malam di temani bulan dan bintang.Tara adik Bulan yang tak sengaja melihat mbaknya yang sedang sendirian di gazobo berniat untuk menghiburnya.“ Mbak kok belum tidur? Lagi mikirin mas Lintang ya……….???” Suara Tara sedikit membuat Bulan kaget. Tapi Bulan nggak mau ambil pusing. Pandangannya berubah haluan pada sumber suara.“Tara..?!!! Enggak…..! mbak lagi pengen liat bulan dan bintang aja. Kamu napa belum bobok? Besok kan masuk sekolah” respon Bulan sebagai kakak yang baek dan perhatian.Tara nyelonong ambil posisi di samping Bulan tanpa amit-amit (permisi kalau bahasa artisnya).“ Aku belum ngantuk mbak…. Aku juga mau liat bulan dan bintang kayak mbak…. Waaah……………… banyak banget ya mbak bintangnya,, bulannya juga. Kayak tersenyum, manis sekali kayak aku” Tara mulai menunjukkan jati dirinya sebagai seorang adek berumur sepuluh tahun yang identik dengan kebawelannya. Bulan yang

mendengarnya hanya nyengir ( maklum pemirsa, mbak sama adik sama aja kebanyakan nonto sinetron, jadi lebay,,)“ Iya.. Tapi kamu cepet masuk! Ntar di marahin Ibu loo…” Masih getol pengen adeknya cepet masuk rumah dan segera bobok ( maksudnya sich biar nggak ada yang ganggu ).Tara malah sok nggak dengar saking hebohnya terbawa suasana kedasyatan malam di temani bulan dan bintang. (wiiis,,,,,,,,,,lebah ngiyuung….ngiyung…. tenan). Bulan sekali lagi hanya nyengir kuda karna adik semata wayangnya mengabaikan perintahnya.“ Tara,,,,,,,,,!! Ayo masuk…! Besok kalau telat bangun ibu nggak mau bangunin” Panggil ibunda tara ( ibunda Bulan juga).Tara mulai panik dan segera bergegas ke dalam rumah. Akhirnya panggilan dari seorang ibu yang mampu menggoyahkan pendirian Tara yang dari tadi susah untuk di suruh masuk ke dalam rumah agar cepet bobok.“Iya ibu……………. Bentar…! Jawab Tara sedikit berteriak.“ Tara masuk dulu ya mbak…?” Pamit Tara sambil nyelonong masuk rumah meninggalkan Bulan sendirian lagi.“ He’emm…….” Jawab Bulan kurang bersemangat.Bulan menghela nafas panjang kemudian mengikuti jejak Tara. Sebelumnya, dia sempatkan dulu untuk memandang bulan dan bintang yang masih betah menghiasi langit malam ini.“ Good night Bulan bintang”

****

Page 9

Page 10: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

10

Setelah kelar mengumpulkan tugasnya, Bulan bermaksud menunaikan sholat asyar di mushola kumpus, padahal, biasanya dia lebih suka sholat di masjid Agung dekat alun-alun kota Rembang. Selain kamar mandinya yang bersih, tepat wudunya juga lebih tertutup, sangat cocok bagi kaum hawa yang mengenakan jilbab seperti Bulan dan mayoritas teman perempuan Bulan yang mengenakan jilbab.Entah apa penyebab pastinya, sekarang mayoritas para kaum hawa gemar mengenakan jilbab.“Apakah semua itu hanya untuk mengikuti Trend semata??” Cuma pertanyaan itu yang dia lafalkan dalam hati jika melihat komunitas orang-orang berjilbab seperti dirinya. Ingin sekali Bulan mengadakan survey untuk menemukan jawaban pasti atas fenomena yang terjadi pada kaum perempuan yang sekarang gemar memakai jilbab. Karna bukan hanya mayoritas teman-temannya yang terserang demam jilbab, tapi seantero Republik Indonesia Raya Merdeka pun juga terserang wabah tersebut. Itu terbukti dari banyaknya toko-toko jilbab yang berdiri, menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan. Hampir setiap hari di toko-toko jilbab bahkan di pasar tradisional yang kiosnya menjual jilbab tidak pernah sepi pembeli. Dari segala profesi bagi kaum hawa sekarang juga kebanyakan mengenakan jilbab. Dari ibu-ibu tani tumpuan bangsa, penjual jajanan sebagai tulang punggung keluarga, guru pencerdas generasi bangsa, karyawati, bahkan para Anggota DPR/DPRD wanita negeri ini pun banyak sekali yang mengenakan jilbab ( jangan-jangan Para koruptor sekang juga memakai jilbab ).” Astagfirulloh hal adzim” Bulan nyebut dalam hati.Selesai sholat ashar Bulan sengaja duduk di serambi mushola, mengunggu yang dia tunggu sambil

memperhatikan lalu lalang teman-temannya yang ingin sejenak menjalankan kuwajiban sebagai umut muslim. Menghadap sejenak pada Sang pencipta di tengah padatnya rutinitas.Penelusuran jilbab oleh Bulan dalam hati harus tertunda, karna cowok yang hari-hari ini membuat hati Bulan resah gelisah sudah dalam jangkauan indra penglihatannya. “ ya Rohman ya Rokhim apa yang harus aku lakukan..?? apakah aku harus menyapanya? kenapa aku harus menyapanya? bagainama aku menyapanya? Bagaimana juga kalau dia nggak nge_bales sapaan aku? Aku pasti nggak nafsu makan, susah tidur dan glosotan tiap hari selama sebulan penuh di kamar”.( Bulan mulai pusing kepala dan mual-mual prihatin dengan segala pertanyaan di kepalanya)Bulan yang tadinya terlihat tenang mulai terlihat pucat pasi. Dia tidak tau lagi harus melakukan apa dan bagaimana dia melakukan apa-apa. Otaknya mulai tidak mau berfungsi dengan baik. Bulan yang tadinya sudah matang dengan strategi perencanaannya jika bertemu dengan seseorang yang ingin di pandangnya malah terserang penyakit amnesia dadakan. Seandainya ada lalat yang hinggap di tubuhnya ataupun ada seekor semut yang tak sengaja menyenggolnya pasti Bulan akan langsung pingsan seketika. Bulan mati gaya seiring mulai mendekatnya cowok pembuat kalang kabut hatinya ( Bukan hal yang aneh jika Bulan bertemu dengan yang ingin di pandangnya karna memang cowok itu selalu ada di mushola pada jam-jam waktu sholat asyar ) “Hey….” Sapa seseorang yang wajahnya sudah tak asing bagi Bulan.“Hey juga……. Mau sholat ya…??” Basa-basi Bulan bikin rumput-rumput

Page 10

Page 11: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

11

yang mendengarnya jadi layu tak berdaya.“Ya iya lah…..!!!!!!!!!!! mau sholat,emang mau loe?! Idiiiiiiiiiiiiiiiiiiih.. emang siapa loe!!!” hujatan para rumput-rumput liar yang bergoyang di terpa angin senja menyadarkan Bulan jika basa-basinya kurang Ok untuk kalangan seorang mahasiswa. “Iya… kamu uda sholat??” melepas sepatu dan duduk di sebelah Bulan.“ Aku sudah sholat tadi, kamu baru kelar kulaih, kok tumben baru sholat asyar biasanya………………..” kondisi kejiwaan Bulan semakin tak tertolong lagi, dia sadar kalau omongannya ngelantur. Bulan mengeratkan kedua telapak tangannya yang nggak tau kapan berubah menjadi terasa sangat dingin dan tak melanjutkan lagi kata-katanya.“ Biasanya kenapa?” memperhatikan Bulan karna ingin tau apa kelanjutan kata-kata Bulan yang belum selesai.“ Emmm…... gak pa-pa,emm… maksudku…. maksudku kan biasanya kamu uda ada disini kalau aku lewat mau ke tempat parkir,,,gitu maksudku,,,he…he…” Bulan berusaha mati-matian memberi alasan yang paling tetap di antara alasan-alasan yang muncul di benaknya, kemudian mengalihkan pandangannya pada daun-daun mangga yang kebetulan jatuh karna sudah menguning.“Berarti kamu sering merhatiin aku ya? Sampai kamu tau jadwal sholat asharku, sampai-sampai kamu sempat perhatiin aku dulu kalau mau ke tempat parkir” Temen ( ? ) baru Bulan sok tau.“Hehm, apa?!” jantung Bulan berdegug lebih keras dari sebelumnya, rona pipinya seperti tomat mau busuk, mulutnya tak mampu berkata-kata lagi. Dia menatap orang yang ada di sampingnya dengan hati deg-deg

serrrrrrrrr, tapi tak berlangsung lama, Bulan berusaha mengendalika emosi jiwanya. Dia ingin sekali manjat pohon mangga, mengucap kata-kata terakhir dan kemudian turun lagi takut jatuh jika kelamaan diatas pohon. Namun dia urungkan niatin itu.“Kamu sering perhatiin aku yaw……..???” orang yang ada di samping Bulan benar ingin tau juwaban Bulan.“He,,,,, menurutmu begitu yaw..? jawab Bulan dapat wangsit dari nenek moyangnya (mungkin).“Iya” singkat, padat, dan sangat jelas.“ Emangnya kamu tau dari mana?” sambil melirik lagi orang yang ada di sampingnya penuh keheranan.“ Dari kamu” jelasnya singkat lagi“ Dari aku? kapan aku ngomongnnya?perasaan baru kali ini aku ngomong sama kamu” Alis bulan berkerut, mencoba sekuat tenaga menyembunyikan fakta yang sebenarnya telah terungkap.“ Ya………. Maksud aku feeling aku mengatakan seperti itu” mencoba kasih penjelasan pada Bulan.“ Emang feeling siapa kamu?” Bulan mulai ganti topik melaluai karakter sok lemotnya hasil fermentasi dari rasa tertekannya.“ Hem,,,,,,,,,,,,,? Ya…. feeling itu perasaan aku” berexpresi sedikit kaget atas karakter lemot dadakan cewek di sampingnya,“ Siapa lagi perasaan?feeling sepupuan sama perasaan ya?” tetap bertahan dengan kelemotannya.“ Enggak, tapi saudara kembar,ya…. terserah apa kata kamu lah.Kamu ini orangnya lucu juga he..” mengomentari kelemotan Bulan yang memang di sengaja. “ He…he…Aku nggak lucu kali… kalau manis dengan senang hati aku mengakuinya” muncul lagi karakter baru dalam diri Bulan yang kepedean.

Page 11

Page 12: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

12

“ Iyahh… kamu memang manis” pujian buat Bulan tulus.“ Matur thankyu..oya kamu belum ashar kan?kamu cepetan ashar, ntar keburu waktunya habis o…aku mau balik dulu ya..” Bulan berpamitan pada Bintang karna hari sudah mulai gelap, takut kalau kemalaman sampai rumah.“ Iyaaku mau ashar dulukamu hati-hati di jalan jangan mikirin aku terus” ucap Bintang dengan melempar senyuman perpisahan buat Bulan.“Ho’o……” Jawab Bulan singkat sambil tersipu malu mendengar kata-kata terakhir Bintang. Bulan melenggang dengan santainya seperti ngak mikir hutang puasa ramadhan.Bulan berjalan menuju parkir di iringi senyum yang tak mau kunjung pergi dari bibirnya. Tergambar jelas dia sangat senang sekali, akhirnya apa yang dia dambakan akhirnya kesampain juga, jadi dia gak bakal di hantui pertanyaan-pertanyaan si pembuat galau hati Bulan selama ini.

****Jujur, semenjak Bulan dapat

menjalin hubungan komunikasa dengan Bintang ( seoarang cowok yang dulu kata mbak Ning mukanya hampir mirip dengannya dan baru kenalan beberapa hari yang lalu saat di mushola), membuat Bulan jadi tambah semangat menggebu-gebu untuk berkuliah ria. Bukan hanya itu, Bulan juga rajin membantu orang tuanya resik-resik rumah, yang slama ini susah banget dia lakoni sebelum kena damprat ibunya tercinta. Jadi rajin mandi tiap hari, dandan tiap hari, luluran tiap hari, bobok dan makan juga tiap hari.

“ Hu..hu..ha..ha he…he…” Bulan juga jadi sering unjuk gigi (ngguya-ngguyu kalau bahasa Rembange)Tiap malam-malamnya dia sering habiskan di gazebo menyapa bulan bintang yang selalu setia menyapa para penggemarnya, salah satunya adalah Bulan. Kecuali saat mendung menyelimuti langit malam,Bulan lebih sering menghabiskan waktunya untuk bercanda ria dengan Tara. Mengajari Tara mengerjakan PR, (biasanya sih PR Matematika yang nggak pernah ketinggalan).

Senja mulai menyapa, malam akan datang. Bulan sudah mandi dan berdandan untuk menjalani aktifitas nonton TV. Nonton flim korea kesayangannya, namun sayangnya dia dihampiri seseoarang yang tak asing baginya, Tara.“Mbak ajarin aku PR Matematika ya…” Tara menyodorkan Buku Paket Matematika lengkap dengan buku tulis dan pensilnya.Bulan menghela nafas panjang sekali lalu mematikan TV yang menayangkan actor korea kasukaannya.“ Buku coretannya mana?” mengambil buku yang di sodorkan Tara. Tara mengambil buku coretan di tempatnya tadi ia belajar.“Nich..”“Ada upahnya nggak nich?!..” Bulan sok mau jadi guru Les, pakek acara minta honor segala.“ Yah….. embak, masak sama aku perhitungan,? Protes tara, agak jengkel.Bulan beranjak dari sofa tv dan pindah ke ruang tengah di ikuti Tara sambil masih bernegosiasi.“ Ya dong adekku sayang…, kamu kan susah buanget kalau di ajari soal Matematika” Belum juga adeknya di ajari Bulan sudah ngomel-ngomel nggak karuan. (kebiasaan pemirsa)“ Aku bilang ibuk lo, kalau mbak nggak mau ngajarin aku” Tara mulia sedikit

Page 12

Page 13: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

13

menawarkan ancaman sambil jari telunjuknya di arahkan pada Bulan, embaknya sek manes-manes dewe.“ Aduh adek pipi bakpauwku, siapa yang gajarin ngancam mbaknya sendiri?” Bulan mencubit pipi bakpaow Tara dengan tampang gemes tingkat tinggi.“ ya embak lah…” jawab Tara penuh kejujuran sambil meng elus-elus pipinya ya kemerahan karena di cubit Bulan.Bulan berhenti membolak-balik Buku paket, memperhatikan Tara lebih dekat lagi.“ Kok jadi mbak yang di salahin? kapan mbak ngajarin Tara kayak gitu..?“ Ya biasanya kalau mbak minta tolong aku membelikan sesuatu ,trus aku nggak mau, pasti mbak ngancam aku, nggak bakalan mau ngajarin aku PR lagi. Ya kan?” argument Tara polos tak mengandung fitnah sedikitpun.“ Emang iya?” Bulan merasa tak terhormat di depan adeknya. Dia cuma bisa mlongo dalam hati, dan mempertahankan kewibawaanya yang mulai menciut tersobek-sobek oleh argument Tara.( tolong nggak usah di tiru ya pemirsa…. perbuatan Bulan yang tak berperi keadi’an)“ Iya… mba!”“Owh…..” Bulan hanya bisa manggut-manggut. “Aku bilangin ibuk lo nek gitu…” Tara memperkokoh ancamannya.“ Iya,iya sayang… “ Bulan nyerah untuk jadi guru les Tara yang tidak dapat uang pesangon seperti guru les pada umumnya. (hiks,,,hiks,,,)“Gitu dong…. Kalau gitukan mbak Bulanku yang baik banget he,,he,,,” ujar Tara mringis.“Yawdah soalnya di tulis dulu ntar baru aku ajari cara menjawabnya” Bulan mulai mengarahkan Tara mengerjakan PR layaknya guru Propessional,he…_

Bulan mempunyai harapan besar untuk jadi seorang guru yang professional dan bertanggung jawab sesuai dengan apa yang di harapkannya. Dari keturunan keluarga besarnya, Bulan adalah satu-satunya keturunan yang dadakan ingin menjadi seorang guru. Dulunya Bulan bercita-cita menjadi seorang pramugari, biar bisa terbang mengelilingi dunia plus dapat bayaran lumayan. Tapi karna tinggi badannya Cuma 152 cm akhirnya dia merelakan cita-citanya hanya sebagai kenangan terindah yang tak mampu tergapai. Namun masih ada harapan yang juga tak kalah indah, yaitu harapan menjadi seorang guru. Guru yang memikul tanggung jawab besar mencerdasankan generasi anak bangsa. Kata ayah Bulan, sewaktu Bulan memutuskan ingin kulaih pendidikan guru, ayahnya berpesan agar apapun yang menjadi keputasan Bulan harus benar-benar di jalani dengan penuh rasa tanggung jawab, agar sesuatu yang sudah di tempuh dapat mempunyai manfaat yang baik bagi diri sendiri dan orang lain. Nasehat ayahandanya selalu menjadi motivasi yang ampuh saat Bulan mulai jenuh dengan kegiatan kuliah. Menurut ayahnya segala Profesi itu baik asalkan tidak merugikan orang lain dan tidak bertentangan dengan ketentuan agama. Jadi apapun profesi kita, semua tak luput dari campur tangan Tuhan yang sudah menentukan garis nasip kita, mahkluknya. Tinggal kita yang menjalani apa yang telah ada sebagai bentuk syukur kita atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan.

“ Bulan…… Sini sayang, bantuin ibuk masak buat makan malam” panggil ibuk Bulan dengan masih sibuk masak oseng-oseng kangkung kolaborasi sosis, masakan kesukaan Bulan.

Page 13

Page 14: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

14

“Iya buk…. Bentar,,” jawab Bulan beranjak dari duduknya yang sibuk mengajari Tara PR matematika.“Ayo sini cepat,,, keburu ayah pulang ntar” Ibu memanggil Bulan lagi yang tak kunjung datang.Bulan segera berlari menuju dapur, meninggalkan Tara mengerjakan PRnya sesuai yang dia ajarkan.“ Iya bu…Ibu lagi masak apa?” Bulan merangkul bahu ibunya dari belakang, mencium aroma masakan ibunya dan menanyakan tugas yang haraus di kerjakan untuk meringankan kesibukan ibunya.“ Apa yang bisa aku bantu ibuku sayang,,,”“ Kamu bantu potong-potong bawang merah sama cabenya itu lo..” jawab Ibu Bulan dengan kesibukan mencicipi oseng-osengnya.“ Oce bos” expresi Bulan semangat. Memberi hormat pada ibunya sebagai tanda kesepakatannya, kemudian dengan cekatan mulai merajang bawang merah dan cabe sesuai dengan keinginan ibunya. Meskipun dengan di iringi uraian air mata saat memotong bawang merah, Bulan tetap bersemangat mengerjakannya.

****

Sesemangat matahari menyinari bumi, sesemangat itu pula Bulan menapaki harinya, senyum manisnya selalu dia obral gratis untuk teman sekelasnya, sahabat, bapak-bapak ,ibu-ibu, tukang parkir kampus, pokoknya semua orang dan seluruh makluk hidup yang dia lewati menuju kampus (termasuk pemirsa sekalian) kecuali teman sekelasnya yang mempunyai sindikat tidak baik terhadap Bulan.

Ya namanya juga manusia biasa yang tak luput dari dosa nestapa, ada yang suka ada yang enggak ,ada yang baek ada pula yang kurang baek (KURANG BAEK pemirsa sekalian…. Jangan salah sangka dulu Ok).Pekan ini, ada gossip beredar kalau Bulan orangnya songong ,tapi cuma di lingkungan khusus kelas Bulan.“ Eh Lan, kata salah satu teman sekelas kita kamu songong banget! Katanya kamu nggak mau membalas senyuman salah satu teman kelas kita saat berpapasan di tangga lantai dua, Emang iya-ya,,,,?” Mbak Ning memberi awalan dengan kalimat Tanya dengan gaya sok tahu segalanya. “ Iya mbak…??” Bulan lagi-lagi selalLu begitcu, sok heran padahal Bulan juga sedikit resah dengan gossip tersebut.“ Pegel dech…!!!” sahut mbak Ujik melirik Bulan. “ He..he.. iya ma’ap” Bulan menyadari kesalahannya yang sudah mendarah daging (lagi-lagi malah balik nanya jika di tanya). Bulan agak bingung menjawabnya. ( Gimana enggak coba? Masak cuma gara-gara senyuman bisa juga di jadikan bahan gossip. Parah!! ).“ Iya mbak katanya gitu mbak, mbak di kirain sombong” Mbak Mawar tumben-tumben mau angkat bicara. Karna mbak Mawar identik dengan predikat orang yang kalem dan agak pendiam. Tapi khusus gossip yang beredar kali ini dia menyempatkan diri untuk terjun langsung ikut mengusut gossip yang sedang hangat-hangat tai ayam.“ He..he..,itu semua bukan gossip mbak-mbak sekalian yang cuantik-cuantik, tapi bener-benar 1000% fakta adanya” Bulan to the point.Semua terlihat keheran, Bulan yang di kenal selama ini periang tanpa dosa, apa lagi hari-hari ini dia selalu tebar senyuman ke semua orang dan ruang-ruang bahkan kolong-kolong semut pun tak ketinggalan dia tebari

Page 14

Page 15: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

15

senyuman pula, kenapa bisa ada gosip seperti itu dan Bulan meng IYA kan gossip tersebut.“ Memangnya kenapa Lan, Kenapa kamu nggak kasih liat senyuman mematikanmu aja kan beres, dari pada dikira sombong kan?” Mbak Anis juga usul pendapat.Bulan menahan tawa dalam hati, sampai delem banget, tapi karena nggak mau merusak suasana yang telah tercipta, Bulan cuma bisa mengikuti alur yang telah ada. Dari pada bengong sendiri nunggu Dosen yang tak kunjung menanpakkan diri. ” Bener-bener tuh orang kayak nggak ada kerjaan? Menjiwai banget saking nggak sukanya sama ike, sampai masalah senyum aja bikin ribet, bales Cms jadi no.2 dech kalau gini! Yang penting bales senyuman aja pemirsa. Senyum adalah ibadah. Asal nggak di jadikan topeng kemunafikan he… (jijik ciinnnn….. lihat orangya, biar senyumnya lebar banget kayak senyum onta juga ogah banget balesnya) .” Bulan ngedumel dalan hati.“ Ya gimana mbak? Kan aku tahu banget kalau tuh orang pada dasarnya nggak suka sama aku mbak.Tuh orang ma teman-teman seperguruan dan sepadepokannya juga terang-terangan nggak suka sama aku, kalau aku bales senyumannya berarti aku sama dengan dia dong mbak, MUNAPEK!!!” Bulan memberi penjelasan sesuai dengan hatinya, sambil manyun-manyun mendalami karakter sebagai terdakwa.(halah alay.. alay…)Sebenarnya Bulan juga nggak begitu paham kenapa dirinya tak berkenan pada hati teman kelompok satu geng Risa, yang tak lain adalah orang-orang yang haus akan senyuman Bulan. He.. “ Owwwww…. Ngono to. Nek kuwi kata Band Raja ki BENCI BILANG CINTA” coment Mbak Ujik sambil manggut-manggut.

“ Yah kalau gitu masalahnya ya pain-pain aja kalau senyumannya nggak kamu bales” mbak Ning menambahi.Mbak Anis dan mbak Mawar juga ikut manggut-manggut. Bulan yang nggak mau di bilang ANUTAN ambil inisiatip untuk tidak melakoni adegan manggut-manggut tapi cuma geleng-geleng doang. kelima cewek seperjuangan itu terdiam sejenak, tapi karena kalau di pahami, gossip yang menjadi topik perbingcangan mengandung unsur nyeleneh, terciptalah expresi yang sama dari kelima cewek-cewek MaCan tersebut, “Whuakakaka……………… “ mereka berlima ketawa agak sadis tapi kompak (nggak deng.. mbak Mawar gak ikut ketawa sampai segitunya tapi cuma senyum manis sekali saolnya terlalu mendalami karakter, he..).Orang yang menjadi bahan obrolan dan segenap rekan-rekannya bereaksi sama dengan teman sekelas mereka lainnya, menajamkan pandangan kearah Bulan dan kawan-kawan. Mendengar tawa mereka yang renyah seperti kripik telo di deplok, ada yang ikut-ikutan ketawa, dan ada juga yang sinis memandang mereka berlima dangan pandangan seolah ingin melempari sepatu. Seperti itulah kehidupan, nggak selamanya hidup itu sesuai dengan yang kita kehendaki. Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani (gak matching babar blas… ). Sebagai calon guru SD yang baik, system among Ki Hajar Dewantoro itulah yang dapat di jadikan panutan sebagai seorang guru. Bulan hanya berusa menikmati segala sesuatu yang dia alami sebagai pewarna dalam kehidupannya. Karena akhir suatu masalah adalah kesabaran dan sebaik-baiknya perbuatan adalah mema’afkan.

Page 15

Page 16: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

16

****

Dalam keadaan masih mengumpulkan nyawa yang sebagian masih ada dalam dunia mimpi, Bulan dengan semangat kancil mencuri ketimun berlari-lari kecil kesana-kemari, ambil ini-itu, beginininini,,, begitutututu,,,, begini-begitu di dalam kamarnya. Jam dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 07.25 WIB, membuat dirinya tambah gusar-segusarnya. Hari ini dia ada kuliyah pagi jam delapan dan dia masih dalam keadaan mengenakan baju piama kesayangannya yang bolong dikit bagian bokong semoknya. Ingin sekali dia keluarkan jurus seribu bayangan oleh-oleh kegemarannya nonton Animasi NARUTO agar apa yang dia kerjakan cepat selesai, tapi apalah daya, sudah sekitar 10 sampai 11 kali Bulan menirukan gaya Naruto mengeluarkan jurus seribu bayangan, tetap saja hanya satu bayangan yang mampu dia keluarkan “uhf,,,, pada kemana tuh bayangan gue!” Bulan mencari-cari bayangnnya yang lain yang tak kunjung datang membantunya.(biasa cewek ciinnnn… Buanyak BUanget githcu tetek mbengeknya,,,,,)_

“ Ibukkk, ayah……. aku pamit kuliyah dulu ya…” Bulan cium tangan ibu dan ayahandanya yang sedang sarapan pagi bersama Tara. Kemudian ambil ancang-ancang untuk berlari munuju garasi untuk menyetel motor matiknya. tapi sebelumnya, dia sempatkan dulu mencubit pipi Tara yang tembem seperti pipi Baim cilik, itu salah satu bentuk kasih sayang dan kegemessanya terhadap Tara adik tercintanya.“ Hati-hati mbak…! Jangan ngebut-ngebut..!” Saran ayahanda Bulan.

“ Iya yah,,,,,,,,,,,,,,,” Teriak Bulan dari garasi sambil sibuk ngaca di sepion motornya. Menata jilbabnya yang terlihat sedikit agak miring karna proses penataan yang kurang optimal dan terburu-buru. Untuk menyempurnakan penampilaannya dia pertahankan senyumannya yang manis mempesona sepanjang masa dalam perjalanan menuju kampus. Walaupun, hari ini dia divonis telat masuk kuliah menurut perkiraannya sendiri.“ semoga nggak kena damprat bapak Drs. Sudipjo ya allah, Amiiiiiinnnnn” Bulan menunggangi kuda metiknya menuju kampus dengan rona wajah senyum Vs panik. “ Huh,,,,huh,,,huhffffffffffffffffffff……….” Keluh Bulan setelah sampai di depan kelasnya di lantai tiga. Dadanya kembang kempis bersajak ab-ab. Keringatnya bercucuran seperti air terjun pengatin seperti pilm-pilm yang ditontonya yang bintangi oleh artis idolanya Tamara Blezinki. Akibat dari usaha maratonnya lari dari tempat parkir menuju gedung FIKP kemudian menaiki tangga hingga lantai tiga untuk menuju kelasnya.“Tok tok tok…” Pintu ruang kelas di ketuk Bulan dengan penuh keragu-raguan. Di pastika semua penghuni kelas mengalihkan pandangannya pada pintu yang berbunyi nyaring melambai-lambai itu.“assalamu’alaikum” suara Bulan agak bergetar merintih-rintih ingin mewek alias nangis. ( Tau enggak? Telat merupakan hoby Bulan yang susah di tinggalkan, tiap jadwal kuliah masuk pagi Bulan selalu kena damprat para dosen tak berperi kemanusiaan ). Seluruh anggota kelaspun hafal kebiasaan Bulan yang sudah sekian lama dia geluti selama kuliah perdana di mulai. Sebelum masuk kelas, Bulan berdo’a terlebih dahulu, tarik napas

Page 16

Page 17: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

17

dalam-dalam, menampakan wajah se_ cute mungkin, dan kemudian setelah itu, Bulan membuka pintu kelasnya dengan masih mempertahankan senyum dari rumahnya tadi ( Baguuuusss…)“ Pagi pak….” Bulan basa-basi basi banget.“ Pagi” jawab pak Sudipjo agak jengkel dan males. Expresi wajah pak Sudipjo sinonim dengan expresi teman-teman sekelas Bulan. Menunjukkan tontonan yang tersaji merupakan hal yang biasa dan tidak patut di jadikan contoh apalagi di tiru dalam dunia nyata. (tolong jangan di tiru pemirsa…..)“ Silahkan duduk Bulan, pertahankan prestasimu ya,,!!” tambah pak Sudipjo terkesan lebih menghina dari pada memuji bakat terpendam Bulan. “ Iya pak ma’af” sambil menundukkan pandangannya sebagai rasa hormat dan rasa bersalahnya kepada pak Dipjo yang terhormad. Bola mata Bulan berputar 360 derajat berkeliling mencari-cari bangku kosong untuk dia singgahi. Dia temukan bangku tersebut meskipun berada pada posisi paling belakang. Bulan segera menghampiri bangku kosong itu, mendudukinya dan mengeluarkan keperluannya kuliah untuk mengikuti perkuliah Bapak Drs.Sujidjo S,pd sebagai mahasiswa yang baik dan calon guru SD yang baik pula.“Ampuni aku ya allah…… sungguh berikan aku mukzizatMu supaya aku dapat menghargai nikmat waktu yang Engkau berikan untukku ” pinta Bulan dengan sungguh-sungguh dalam hati ingin tobat. Bulan mulai bergelut dengan dunia perkuliahanya, dia berusaha mengejar ketertinggalanya. Dia ingin memenuhi kewajibannya sebagai mahasiswa yang baik dan bagi orang tuanya yang sudah mengeluarkan banyak biaya untuk keperluan kuliahnya. Bulan tak ingin membuat kecewa orang-orang yang

menyayanginya terutama pihak orang tuanya.

**** Bintang, cowok imut-cute manise seligit gula jawa, tinggi badan kira-kira 165, barambut ikal, berkulit putih dan mempunyai senyum yang mempesona para kaum hawa (dan rumput-rumput liar serta para pohon penjaga kampus UNIROW) sedang asyik berjalan menuju tempat parkir sambil memutar-mutar kunci sepeda motor di jari telunjuknya. Karna pada dasarnya memang jodoh,( jodoh bertemu maksude), Bulan kebetulan memang tepat persis berada nangkring di atas pohon kamboja (mirip kuntilanak ), hallah,,,, maksudte diatas sepeda motor kesayangannya sambil teng-teng crit yang artinya tengok-tengok cerita ( Dulu kata temen SMA Bulan) dengan mbak Mawar yang rencananya mau sowan bertamu dan bertanya-tanya kepada mbah google untuk meminta bantuan mengerjakan tugas. Bulan agak deg-deg jantungnya ketika Bintang datang menghampirinya.“ Bintang?” kata hati Bulan. Melihat kearah Bintang dengan mata berbinar-binar sebening embun pagi.“ Hay Bulan…..” sapa Bintang.“ Hay…” balik menyapa Bintang dengan menambahkan sedikit senyum manisnya.Bintang cari posisi wenak untuk ngobrol lebih lanjut dengan Bulan.( kegiatan sapa menyapa telah usai, sekian Terima Kasih……)Sampai akhirnya Bulan mulai sadar jika masih ada pihak ketiga di antara mereka yakni dan tak jauh-jauh adalah mbak Mawar yang dari tadi merasa terabaikan oleh Bulan karena kedatangan Bintang.

Page 17

Page 18: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

18

“ Da apa, kangen ma aku ya? Pa mau pulang ?” Tanya Bulan seperti wartawan acara gossip.“ Enggak, pengen nyamperin kamu aja…Kenapa? Lagi sibuk ya….?” Menjelaska maksud dan tujuannya.“ what!?Emang ada apa?? Aku punya utang sama kamu ya..? apa emang bener kalau kamu kangen berat sama aku, ya kan?” Bulan tambah nyeleneh.Bintang dan mbak Mawar kompak dengan mimic wajah pengen ketawa tapi sengaja di tahan-tahan.“ he… enggak! Ya pengen ngomong sesuatu aja sama kamu” tambah Bintang daengan senyum menggoda.“he,, Begitu yaa….?Oh iya ini kenalin… mbak Mawar.Teman sekelasku…Mbak Mawar ini Bintang Bintang ini mbak Mawar”. Bulan memperkenalkan mereka berdua dan mempersilahkan Bintang dan mbak Mawar berjabat tangan untuk saling memperkenalkan diri. Bintang mengalihkan pandangannya pada Mawar, mereka berdua berjabat tangan dengan menyebutkan nama masing-masing.“Bintang”“aku Mawar temannya mbak Bulan” mbak Mawar mulai angkat bicara.Mereka bertiga saling melempar senyum untuk menciptakan suasana keakraban.“ Kalian mau kemana?” Tanya Bintang“ kami mau ke Warnet, mau cari bahan untuk tugas..kenapa?mau ikut?” Ajak Bulan kali aja Bintang mau ikut.“ Enggak, aku ntar ada acara keluarga, jadi aku harus cepet pulang,ma’af nggak bisa nemenin” Bintang cari alasan untuk menolak ajakan Bulan, dia mengurungkan niat

terselubungnya untuk berbicara sesuatu sama Bulan karna sikonnya kurang mendukung .“ Katanya tadi mau ngomong sesuatu ma aku,? Bulan menagih apa yang tadi mau di omongkan oleh Bintang.“ ya… kayanya kamu mau ke warnet ngerjain tugas, jadi besok aja aku ngomongnya, nggak pa-pa kan manis?” Bintang semangat cari alasan untuk menunda apa yang ingin dia omongkan pada bulan. “Yawdah kalau gitu aku ma mbak Mawar mau ke warnet dulu kamu hati-hati nek pulang, Ok,,Ok!” Bulan pamit pada Bintang yang nggak mau di ajak kewarnet.“ Aku pamit dulu ya…?” Mbak Mawar juga berpamitan pada Bintang.“ Iya mbak Mawar, hati-hati” Bintang merelakan Bulan pergi sebelum mengatakan apa yang ingin dia sampaikan pada Bulan. Bulan memboncengkan mbak Mawar lalu melaju meninggalkan Bintang, terselip rasa penasaran di hati Bulan, tapi Bintang janji besok dia akan mengatakan sesuatu padanya, Bulan harus sabar menunggu.“ Tadi itu cowok kamu ya mbak?” Dalam perjalanan mbak Mawar menanyakan status Bintang bagi Bulan.“ Menurutmu mbak?” Bulan tidak mau salah menjawab pertanyaan mbak Mawar.“Ya nggak tau mbak ! kalau aku tau nggak usah nanya embak,..” “He..he…” gitu yaa mbak” Bulan hanya cengar-cengir.“ Kalian pacaran ya mbak” mbak Mawar asal tebak.“ Hem?!!Liat aja ntar mbak,,,” Bulan masih nggak mau kasih jawaban pasti pada mbak Mawar.“ kenapa lihat entar mbak? Di lihat sekarang nggak boleh ya mbak??he…

Page 18

Page 19: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

19

nggak usah malu mbak sama aku..” mbak Mawar nggak mau nyerah untuk mengobrak-abrik pertahanan Bulan.“ He… ya kapan-kapan tak kasaih tau poko’e mbak, StW” masih kokoh walau di gempur berjuta-juta tanya dari mbak Mawar.“ Ya mbak, aku nggak maksa mbakmungkin lain kali mbak bisa lebih terbuka sama aku” mbak Mawar yang akhirnya menyerah dalam menggempur pertahanan Bulan “ BERHASIL BERHASIL BERHASIL HOREE….!!!! “ Sorak gembira Bulan dalam hati atas berakhirnya introgasi mak Mawar.

****Hari berganti hari, hari ini

Bulan datang lebih awal dari biasanya. Baru kali ini dia menanggalkan prestasinya telat mengikuti kuliah. “ Alhamdulillah ya Allah, Engkau kabulkan do’aku slama ini…. Amien..” Puji syukur Bulan Yang telah memecahkan rekor muri hadir sebelum teman-temannya bahkan tukang parker apalagi dosen (Begh dosen mah ..lewat,,,,!) . Dia tapaki tangga gedung FKIP satu persatu untuk menuju ruang kelasnya di lantai tiga, dia menikmati tiap jengkal langkahnya, begitu terdengar merdu suara langkah sepatunya. “Sesuatu yang tak pernah di lakoni memang selalu lebih berkesan ” pikir Bulan. Bulan memasuki ruang kelasnya yang masih hening tak berpenghuni makluk sejenisnya, ( sepertinya makluk halus pun masih pada reunian ). Jam tangan Bulan menunjukkan pukul 06.30 tepat, artinya masih ada waktu satu jam setengah lagi perkuliahan baru di mulai. Belum juga Bulan menduduki bangku kesayangannya, dia mulai

dengan keanehan lainnya, dia menghampiri jendela kelasnya yang masih terlihat buram karena embun pagi. Dia perhatikan kaca itu baik-baik, ternyata di kaca tersebut terdapat tulisan jawanya “ WONG MANES”, she is so verry-very shocked.“ BUUUUUzzzzzzeeeeeeeeeeeeeeeeeet..!!!!!Ternyata jendala ruang kelas gue pun mengakui kalau gue orangnya manis” Bulan merasa amat tersanjung dengan implementasi tampang mlongo sedikit tak percaya di sertai dengan geleng-geleng kepala.“ok semua orang juga tau itu” gumamnya dalam hati. Kemudain dia melihat lajutan tulisan bolpoin yang ada di bawahnya yang berbunyi “ KOYO WELUT”.“WHAT…..!!! masak orang manis kayak belut ?!!Wah bener-bener nich kaca !!, dosa besar nich kaca !!, fitnah orang sembarangan!!” Bulan sewot sendirian penuh expresi tampang BT. Dia mencari tipe_x di tasnya namun tak kunjung ketemu.( rencananya sich mau nge tipe_x tuh tulisa, kasihan orang yang ngebacanya, termasuk juga dia harus mengasihani dirinya sendiri untuk saat ini)“ ngajak berantem juga nich kaca..! emang sich, Belut warnanya kayak gula jawa tapi yang jelaskan manisan gue jauh kaliiiii dari pada belut!!” Bulan masih betah ngedumel sambil getok-getok kaca jendela di hadapannya dengan pelan, takut juga kalau kacanya pecah, bisa berabe. Untungnya hanya makluk halus yang tahu, jadi dia tak perlu tutup telinga di ketawain buah dari ke GR annya. Bulan tak mau peduli lagi dengan tulisan tak bermutu tersebut, ada yang lebih penting baginya, dia menerawang jauh keluar jendela yang mengarah persis ke tempat parkir kampus UNIROW, sepertinya ada

Page 19

Page 20: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

20

sesuatu yang sedang di mata-matai olehnya.“ Kenapa tu orang belum datang ?!” Bulan sedang ngobrol serius sama jendela kaca di hadapannya, melupakan kejadian yang barusan berlalu.“ Jangan-jangan semalam aku cuma mimpi,!Kalau dia SMS aku dan ngajak ketemuan disini” Bulan masih betah ngobrol dengan jendela kelasnya. Dia kembali memperhatikan jam tangannya, kali ini menunjukkan pukul 07.00. Orang yang tadi malam ngajak ketemuan diruang kelasnya jam tujuh tepat telah ingkar janji kepadanya. Wajahnya sepet tak enak di pandang, Bulan prustasi berat.“ Awas saja kalau nanti aku ketemu tuh orang!!!Ogah gue sapa dia ichH…………….. males banget!!!” Bulan sukses prihatin dalam hati sambil duduk di bangku kesayangannya, lengkap dengan bibirnya yang manyun-manyun seperti Donald bebek meri.“ Kenapa sich dia harus ingkar janji ma aku?Kalaupun nggak bisa datang ngapa nggak kabarin aku?!SMS atau telfon kan bisa…Aku kan jadi nggak usah repot pagi-pagi buta datang ke kampus, sampai tak belain nggak sarapan dulu, mana aku lapar banget lagi!!!”Bulan ngomong sendiri dengan sedikit acting marah-marah ( action.!!)“ Jangan-jangan Bintang emang pengen ngerjain aku?!Jahat banget!!” Semakin dia ngedumel semakin pula emosi jiwanya menjadi-jadi. Sesekali masih juga dia perhatikan jam tangannya yang tak munggkin dapat mengembalikannya saat adegan dimana dia masih dirumah, dan tidak buru-buru datang ke kampus, dan

mengabaikan SMS Bintang semalam sebelum dia bobok.

Jauh di seberang sana, Bintang yang masih bimbang dengan apa yang ingin dia utarakan kepada Bulan malah masih sibuk dengan kasur dan bantalnya. Dia sadar akan konsekuensi yang akan dia terima atas ingkar janjinya pada Bulan. Entah mengapa, tadi malam dia kerasukan roh dari mana hingga dia bikin janji dengan Bulan untuk ketemuan. Urat nyalinya hampir saja putus, dalam pembaringannya dia masih belum dapat memulihkan daya nyalinya untuk segera menemui Bulan untuk memenuhi janjinya.“ Ma’afkan aku Bulan, aku sudah mengecewakanmu” Hanya seuntai kalimat itu yang mampu dia kirimkan pada Bulan, pun hanya lewat via SMS.“ Em” Balasan dari Bulan super kilat tapi cukup mewakili perasaannya. Perasaan Bintang semakin kacau, sadar akan kesalahannya. Setelah dengan berbagai pertimbangan yang cukup menguras kondisi batinnya, Bintang memutuskan untuk segera memperbaiki kesalahannya. Dia bergegas berkemas diri untuk pergi ke kampus.

Bulan yang tau bahwa ada unsur kesengajaan yang di lakukan Bintang yaitu sengaja inggkar janji kepadanya, hanya mampu menelan bulat-bulat kekecewaan. Bulan memutar otak untuk menutupi kekecewaannya pada Bintang, dia memutuskan untuk bergegas menuju salah salah satu kantin kampus langganannya, dia ingin melampiaskan nafsunya yang tadi pagi belum sempat sarapan di tambah dengan kekecewaannya sama dengan lesu banget atau dengan kata lain yakni Lapar Be Ge Te.

Perjuangan Bintang yang tak kenal lelah dalam rangka menepati janji, bak

Page 20

Page 21: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

21

TIMNAS INDONESIA saat melawan Tim kesebelasan Malaysia dalam ajang kompetisi PIALA AFF 2010 dalam putaran final. Dimana M. Ridwan dan M. nasuha mengerahkan segala usaha untuk menciptakan gol-gol kemenangan untuk TIMNAS INDONESIA. Walaupun dibayangi kecurangan-kecurangan yang di lakukan oleh supporter Malasyia ( saat bertanding di Malaysia ) yang kurang paham tentang nilai-nilai sportifitas ( HARUSKAH supporter bawa petasan….?????!!!!! Kenapa nggak bawa rudal sekalian??? Betul,betul,betul…!!! Aduuuu bee em PARAH ngik..!! ). TIMNAS INDONESIA unggul 2-1 . TIMNAS INDONESIA MENANG. Namun TIMNAS INDONESIA belum jadi juara, walaupun begitu seluruh Dunia pun tau dan bangga dengan TIMNAS INDONESIA yang pantang menyerah dengan menyugukan pertandingan yang terbaik tanpa di bayangi dengan Supporter yang kampungan ditambah katrok seperti sporter Malasyia. Walaupun Bintang sudah terlanjur ingkar janji tapi selama masih ada kesempatan untuk memenuhi janjinya itu ,dia ingin berusaha agar tak akan ada kekecewaan di kemudian hari.Pukul 10.00 tepat Bintang sudah ada di parkiran kampus. Dia bergegas mencari keberadaan Bulan. Dalam hati dia berdo’a“ Semoga Bulan belum pulang… amin”Bintang bergegas menuju ruang kelas Bulan dengan harapan Bulan masih menunggunya disana, dia berlari sekuat tenaga menyibak kerumunan mahasiswa lainnya yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Dia pun tak menyadari banyak sekali para mahasiswa yang menatapnya penuh heran, ingin tau hal apa yang telah terjadi padanya hingga dia harus berlari menaiki tangga dengan sangat tergesa-gesa.

“ kenapa tuh orang? Atlet maraton ya?Tanya salah satu mahasiswa pada temannya dan masih memperhatikan polah Bintang.“iya kali. Udalah kita nggak usah ngurusin hal begituan. Ya nggak….?Kita urusin yang penting-penting aja, ya nggak bro,,?” jawab temannya yang gak mau pusing dengan urusan orang laen.“ Ok_ ““Gimana? Ntar malam kita jadi latihan Ngeband dong..?”“Ow ya jadi dong”Bintang tak peduli dengan semua itu, yang membungkus otaknya saat ini adalah Bulan, Bulan, dan kesalahan yang dia telah lakukan pada Bulan. Lima menit berlalu tak terasa dia sampai di depan kelas Bulan, dengan napas seperti kuli bangunan , dia mengintip ke dalam ruang kelas Bulan melalui jendela kaca dekat pintu. Bintang mencari Bulan di antara teman- teman Bulan yang sedang melaksanakan perkulian yang di ampu oleh pak Drs. Suhartono, tidak terlihat Bulan di ruangan itu. Beban di hati Bintang semakin mencekam, rasa bersalahnya cukup membuat fikirannya tak dapat sejenak berhenti memikirkan Bulan.

Bintang sejenak duduk di bangku yang ada di depan ruang kelas Bulan, wayahnya lesu, dia tundukkan kepalanya, menyangga sikunya dengan lututnya, dia pegang kepala yang terasa pening.“ Ma’afkan aku Bulan. Aku benar-benar minta ma’af atas keselahanku” Bintang berbicara seolah ada Bulan di hadapannya. Sejenak kemudian, terdengar suara langgkah kerumunan kaki bergemeruyuk, Bintang mengangkat kepalanya, dia lihatnya teman-teman Bulan keluar dari ruang

Page 21

Page 22: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

22

kelas. Bergegas Bintang beranjak dari tempat dudukkya dan menyambut salah satu teman Bulan yang dia kenal, dia adalah mbak Mawar, teman yang dulu pernah dikenalkan Bulan saat di parkiran.“ Mbak Mawar..?” Panggil Bintang dengan sedikit melambaikan tangannya.“ yah, saya..Ada apa ya mas?” jawab mbak Mawar agak kaget pula.“ Mbak Mawar temannya Bulan kan?masih ingat sama aku nggak mbak?aku juga temannya Bulan yang dulu pernah dikenalin sama mbakEmmm……………. Tepatnya kita kenalan ditempat parker mbak Mbak masih ingat?” Bintang mencoba memgingatkan mbak Mawar yang nampaknya masih belum begitu jelas mengenalnya .“ O, iya aku ingat, kamu Bintang kan?tumben, ada apa ?mau cari Bulan ya?” “ iya mbak , sepertinya hari ini Bulan nggak masuk ya mbak?” tebak bintang asal.mbak Mawar tersenyum manis.“ Iya, hari ini Bulan nggak masuk, soalnya nggak terdengar gurauannnya dari tadi.Biasanya juga kalau ada dia, pasti paling rame ngocehnya” Mbak Mawar agak bergurau.“ kalau Boleh tau, mbak Mawar tau nggak kenapa Bulan nggak masuk hari ini?”“ nggak tau ya, soalnya dia juga nggak ijin, trus juga nggak biasanya dia nggak masuk kuliah walaupun datang sering telat” mbak Mawar memberi penjelasan pada Bintang yang diliatnya terlihat gusar sedikit panik.“ gitu ya mbak? Ya udah mbak, makasih informasinya.Aku duluan ya mbak, permisi..” Bintang berpamitan.“ iya, sama-sama” balas mbak Mawar dengan senyum santunnya.

Bintang meninggalkan mbk Mawar, melanjutkan perjalanannya mencari Bulan yang tak kunjung dia temukan.

****Bintang memutuskan untuk

kembali ke tempat parkir, dia memperhatikan barisan sepeda motor yang berderet rapi, mencari-cari keberadaan sepeda motor metik berwarna biru marus dengan stiker bertuliskan ‘Ijo Lumut’ . Setelah beberapa kali celingukan akhirnya yang dicarinya akhirnya ketemu. Sepeda motor Bulan masih terparkir manis di tempatnya, berarti Bulan masih ada di kampus. Lama pencarian yang dilakukan Bintang membuat dia memutuskan untuk singgah ke salah satu kantin kampus, dia memesan teh botol dingin untuk mengobati dahaganya setelah lelah mencari keberadaan Bulan yang tak kunjung dia temukan. Dengan menikmati teh botol dingin dia memperhatikan sekelilingnya untuk sekedar cuci mata , alangkah terkejut dirinya hingga tersedak setelah mendapati seseorang yang mempunyai ciri-ciri seperti Bulan yang di carinya kesana-kemari sekarang berada di hadapannya tepat di bangku depannya agak sebelah kiri sedang memunggungiya. Dia beranjak dari tempat duduknya kemudian menghampiri Bulan yang terlihat sibuk dengan laptop di hadapannya.

“ Bu..lan..” dia memanggil Bulan dengan penuh keragu-raguan. “ ya…” menengok ke arah orang yang memanggilnya. Bulan pun kaget

Page 22

Page 23: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

23

ternyata yang memanggilnya adalah Bintang yang sudah berdiri persis di sampingnya.“ Kamu dari tadi disini..?? aku boleh duduk disini…?” “ Iya silakan” Bulan mempersilahkan Bintang duduk. Karna sepertinya tidak ada jawaban yang lebih tepat dari pada itu.“ kamu dari tadi disini..?” Bintang bertanya kembali untuk memastikan keberadaan Bulan yang susah di cari.“ Em” jawaban Bulan singkat masih menahan kesal dengan makluk di hadapannya.“ Kamu marah ya sama aku..? aku minta ma’af sudah membuat kamu kesal” Bintang meminta ma’af atas kesalahannya.“ Em, nggak apa-apa” Bulan masih memerhatikan laptop dihadapannya dan enggan menatap wajah dihadapannya.“Aku tadi mencari kamu di kelas kamu, aku juga mencari kamu dimana-mana tapi aku nggak nemuin kamu”“ Iya aku tahu”“ Kamu tahu dari mana ?”“ Tadi mbak Mawar SMS aku, katanya kamu cari aku”“ Trus…?”“Apanya yang terus ??!” sambil sedikit melirik Bintang di hadapannya.“ Ya maksudnya kenapa kamu nggak SMS aku kalau kamu ada di sini”“Kamu kan nggak SMS aku ada dimana, aku juga lagi sibuk, jadi nggak sempet.!” jawabannya masih ketus. “ Owh…” Bintang terdiam, memaklumi sikap Bulan. Untuk mengobati ketegangannya dia seruput teh botolnya.“ Masih sibuk?” tanya Bintang.“ Enggak, kenapa?”“ Boleh aku ngomong sesuatu sama kamu?”“ Boleh, ngomong aja” sembari menyudahi aktifitasnya bersama

laptopnya, membereskannya, kemudian memperhatikan Bintang yang katanya ingin bicara dengannya.“ Em… aku.. sekali lagi, aku mau minta ma’af sama kamu karna aku udah ingkar janji sama kamu. Tadi aku tidak penuhi janjiku karna aku belum siap untuk bertemu dengan kamu.” Menarik napas dalam-dalam dan melanjutkan apa yang ingin dia katakana pada Bulan.“ Trus… aku juga belu siap untuk apa yang ingin aku omongkan sama kamu. Sebenarnya dari kemaren aku mau ngomong kalau aku…. Kalau aku suka sama kamu..” Bintang terdiam dan memperhatikan reaksi Bulan. Bulan terserang gejala penyakit Deman, dari ujung kaki hingga tangannya seperti di masukkan kedalam freser, kepalanya terasa cekat-cekot. Dia tak menyangka Bintang lebih memilih mengungkapkan perasaannya di kantin kampus dari pada di tempat lain yang lebih layak nan romantis. ( so sweet,,,,,,) Bulan masih membatin dalam hati. Setelah sama-sama terdiam beberapa saat akhirnya Bulan angkat senyuman, Bintang ikut tersenyum untuk membuat rilex batinnya.“ Kenapa kamu suka sama aku? ““ Karna sudah lama aku memperhatikanmu, lebih tepatnya sejak aku mendengar kamu dan teman-temanmu mengataiku jika wajahku mirip dengan kamu…Ya tentunya masih ada beberapa hal yang membuat aku suka sama kamu “Sontak Bulan tersenyum agak lebar, dia tak menyangka jika Bintang benar-benar mendengar apa yang di katakana mbak Ning dulu.“ Kenapa tertawa..? ada yang lucu…?!” Bintang agak bingung dengan expresi Bulan yang menertawakannya.“ Enggak….enggak,, aku cuma nggak nyangka ternyata kamu mendengar

Page 23

Page 24: Bulan,Bintang & Lintang

Nur WulanBulan,Bintang & Lintang

24

apa yang dulu kita omongin tentang kamu. Aku minta ma’ap yaw…uda ngomongin kamu. Atas nama pribadi dan teman-teman aku sungguh minta ma’af.” Pinta Bulan sedikit menahan malu.“ Kalau masalah itu nggak apa-apa, yang penting kamu nggak tersinggung kalau wajah kita di sama-samain he..he..” komentar Bintang.“ justru aku takut jika kamu yang tersinggung “ sergah Bulan.“ Trus…?. Gimana kalau kita jadian, gimana menurutmu????”Ucapan Bintang sungguh menohok perasaan Bulan.“ Sebenarnya.. kalau masalah itu aku lebih dulu ingin menjelaskan sesuatu kepadamu, kalau aku sudah punya seseoarang yang telah mengisi hatiku, ya… walaupun wajahnya nggak sedikitpun ada kemiripan denganku.” Menjelaskan apa yang memang harus di ketahui oleh Bintang. “ Owh…” Terbesit raut kekecewaan pada wajah Bintang.“ Ma’af “ Ucap Bulan.“ Iya nggak apa-apa “ Timpal Bintang.“ Ma’ap sudah mengecewakanmu. Cuma itu yang bisa aku ungkapkan ke kamu karna tidak mungkin aku menduakannya dan menduakanmu.” Bulan berbicara sesuai apa kata hatinya.Mereka termenung sejenak kembali, memahi segala yang terjadi.“ Ok kalau gitu.., sebagai permintaan ma’afku.. dan perminta ma’afanmu…, aku ingin mengajakmu nonton besok.., mau…..?” Ajak Bintang sekaligus untuk mengobati luka hatinya.Walau dengan ucapan agak ragu tapi mimik wajah Bintang cukup serius mengungkapkan tawarannya untuk mengajak Bulan nonton.Bulan tersenyum manis, menandakan hatinya sudah terlepas dari kegalauan dan tak di selimuti kekecewaannya kepada Bintang. Bintang pun

menyambutnya dengan senyuman pula.“ Tapi…. aku nggak bisa nonton sama kamu besok.Soalnya besok Lintang libur kuliah jadi dia mudik ke Rembang dan aku besok mau jalan bareng sama dia.ma’af yaw..” Bulan menolak ajakan Bintang karna harus jalan bareng sama cowoknya yang baru pulang dari Semarang. Sudah satu bulan ini Bulan dan Lintang belum sempat ketemuan karna sama-sama sibuk dengan kegiatan kuliah masing-masing.“owh.. gitu,ya ngak apa-apamungkin lain kali kamu bisa penuhi tawaranku tadi…” tetap berusaha setenang mungkin dengan menyeruput teh botolnya yang sudah hampir habis, dengan tujuan untuk menyembunyikan kekecewaannya atas penolakan yang bertubi-tubi oleh Bulan.“ Iya, Insyaallahlain aku tagih tawaranmu,aku mau pulang dulumau persiapa buat kencan besokhe..he..da..da..” Bulan beranjak dari tempat duduknya dan berpamitan pada Bintang yang enggan beranjak dari tempat duduknya karna menahan rasa kecewa. “ ok da..da..jugahave fun yaw….” Bintang melambaikan tangannya dan sebuah senyuman (walau dengan sedikit terpaksa ) untuk Bulan yang berjalan pergi meninggalkannya, Bulan membalas lambaian tangan Bintang. Bulan menutup adegan perpisahaannya dengan memalingkan muka sejenak untuk Bintang beserta persembahan senyuman yang paling manis, semanis senyuman yang dia tunjukkan pada Bintang saat pertama dia berjumpa pada dengannya.

Page 24