buku

10
 Perkembangan Teknologi TRO VOL. XVI, No. 1, 2004 17 PLASMA NUTFAH TANAMAN ATSIRI Hobir dan Yang Nuryani Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ABSTRAK Plasma nutfah merupakan varian genetik dalam suatu spesies tanaman sebagai bahan pemuliaan. Plasma nutfah tanaman atsiri yang ada pada koleksi Balittro terdiri atas tanaman atsiri Indonesia asli dan tanaman introduksi dengan jumlah aksesi yang sangat terbatas untuk masing-masing jenis. Pengayaan  pla sma n utf ah di tem puh mela lui eks plo ras i dan introduksi. Eksplorasi baru dilakukan pada tanaman serai wangi, akar wangi, dan nilam sedang introduksi dilakukan untuk tanaman mentha, lavender, geranium, dan jenis-jenis melaleuka. Karakterisasi baru dilakukan pada tanaman nilam, serai wangi, mentha, serai dapur klausena dan ylang-ylang. Dari karakterisasi plasma nutfah serai wangi, nilam dan yla ng-ylang, telah dihasilkan 3 variet as (dilepas) dan 3 nomor harapan serai wangi, 4 nomor harapan nilam, 3 nomor harapan  Men th a a rve nsi s. PENDAHULUAN Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri meliputi sekitar 200 spesies (Ketaren, 1985), 40 spesies diantaranya terdapat di Indonesia (Rusli dan Hobir, 1990). Jenis minyak atsiri yang telah diproduksi dan beredar di  pas ar dunia saat ini men cap ai 70 – 80 macam, 15 macam diantaranya berasal dari Indonesia (NAFED, 1993). Minyak atsiri digunakan dalam  ber bag ai ind ust ri par fum , kos met ik, makanan, minuman dan obat-obatan. Produk dari industri tersebut jenisnya sangat banyak, tetapi kuantitas minyak atsiri bagi setiap produk relatif sangat kecil. Perkembangan industri minyak atsiri Indonesia sangat lambat. Jenis-  jen is m iny ak at sir i ya ng di eks por sej ak zaman penjajahan adalah serai wangi, kenanga, akar wangi dan nilam. Sampai tahun 1970 jenis minyak atsiri yang diekspor masih terbatas pada komoditas tersebut. Sejak tahun 1975  jen is m iny ak at si ri y ang d iek spo r mulai  ber tam bah den gan mi nya k dau n cengkeh, minyak cendana, jahe, pala, lada dan pala (Tjiptadi, 1985), kemudian minyak masoi dari Irian Jaya  pad a tah un 1990- an. Pada tahun 1993 ,  jen is- jen is min yak ats iri yan g tel ah di ekspor berjumlah 15 jenis (NAFED, 1993). Akhir-akhir ini mulai dikembangkan minyak ylang-ylang dan klausena oleh perusahaan swasta. Minyak atsiri hampir seluruhnya diekspor. Pada tahun 2002, volume ekspor mencapai 4.091 ton dengan nilai US $ 51,028 juta. Untuk minyak nilam, cengkeh, serai wangi dan pala, Indonesia merupakan pemasok terbesar ke pasar dunia. Tanaman atsiri dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu 1) tanaman atsiri utama, yaitu tanaman yang hanya menghasilkan minyak atsiri, 2) tanaman atsiri alternatif, yaitu tanaman yang menghasilkan produk lain disamping minyak atsiri serta 3) limbah (hasil samping), dimana minyak atsiri

Upload: uyakyokushinkai

Post on 05-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

atsiri

TRANSCRIPT

  • Perkembangan Teknologi TRO VOL. XVI, No. 1, 2004

    17

    PLASMA NUTFAH TANAMAN ATSIRI Hobir dan Yang Nuryani

    Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat

    ABSTRAK Plasma nutfah merupakan varian

    genetik dalam suatu spesies tanaman sebagai bahan pemuliaan. Plasma nutfah tanaman atsiri yang ada pada koleksi Balittro terdiri atas tanaman atsiri Indonesia asli dan tanaman introduksi dengan jumlah aksesi yang sangat terbatas untuk masing-masing jenis. Pengayaan plasma nutfah ditempuh melalui eksplorasi dan introduksi. Eksplorasi baru dilakukan pada tanaman serai wangi, akar wangi, dan nilam sedang introduksi dilakukan untuk tanaman mentha, lavender, geranium, dan jenis-jenis melaleuka. Karakterisasi baru dilakukan pada tanaman nilam, serai wangi, mentha, serai dapur klausena dan ylang-ylang. Dari karakterisasi plasma nutfah serai wangi, nilam dan ylang-ylang, telah dihasilkan 3 varietas (dilepas) dan 3 nomor harapan serai wangi, 4 nomor harapan nilam, 3 nomor harapan Mentha arvensis.

    PENDAHULUAN Tanaman yang menghasilkan

    minyak atsiri meliputi sekitar 200 spesies (Ketaren, 1985), 40 spesies diantaranya terdapat di Indonesia (Rusli dan Hobir, 1990). Jenis minyak atsiri yang telah diproduksi dan beredar di pasar dunia saat ini mencapai 70 80 macam, 15 macam diantaranya berasal dari Indonesia (NAFED, 1993).

    Minyak atsiri digunakan dalam berbagai industri parfum, kosmetik, makanan, minuman dan obat-obatan. Produk dari industri tersebut jenisnya sangat banyak, tetapi kuantitas minyak

    atsiri bagi setiap produk relatif sangat kecil.

    Perkembangan industri minyak atsiri Indonesia sangat lambat. Jenis-jenis minyak atsiri yang di ekspor sejak zaman penjajahan adalah serai wangi, kenanga, akar wangi dan nilam. Sampai tahun 1970 jenis minyak atsiri yang diekspor masih terbatas pada komoditas tersebut. Sejak tahun 1975 jenis minyak atsiri yang diekspor mulai bertambah dengan minyak daun cengkeh, minyak cendana, jahe, pala, lada dan pala (Tjiptadi, 1985), kemudian minyak masoi dari Irian Jaya pada tahun 1990-an. Pada tahun 1993, jenis-jenis minyak atsiri yang telah di ekspor berjumlah 15 jenis (NAFED, 1993). Akhir-akhir ini mulai dikembangkan minyak ylang-ylang dan klausena oleh perusahaan swasta.

    Minyak atsiri hampir seluruhnya diekspor. Pada tahun 2002, volume ekspor mencapai 4.091 ton dengan nilai US $ 51,028 juta. Untuk minyak nilam, cengkeh, serai wangi dan pala, Indonesia merupakan pemasok terbesar ke pasar dunia.

    Tanaman atsiri dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu 1) tanaman atsiri utama, yaitu tanaman yang hanya menghasilkan minyak atsiri, 2) tanaman atsiri alternatif, yaitu tanaman yang menghasilkan produk lain disamping minyak atsiri serta 3) limbah (hasil samping), dimana minyak atsiri

  • Perkembangan Teknologi TRO VOL. XVI, No. 1, 2004

    18

    dapat diproduksi sebagai hasil samping. Yang dibahas dalam makalah ini terbatas pada tanaman atsiri utama.

    Plasma nutfah merupakan varian genetik dalam setiap spesies tanaman, sebagai bahan pemuliaan tanaman (Soemarno, 2004). Istilah lain yang sering digunakan sebagai satuan unit plasma nutfah antara lain aksesi dan genotipe. Pada saat ini tanaman atsiri yang ada di Balittro baru meliputi 27 jenis, terdiri atas tanaman atsiri asal Indonesia (40%) dan introduksi (60%). Plasma nutfah dari masing jenis tanaman atsiri umumnya sangat terbatas, dengan demikian usaha-usaha pemuliaan untuk peningkatan produk-tivitas dan mutu minyak peluangnya akan terbatas pula.

    Kegiatan pengelolaan plasma nutfah tanaman atsiri pada dasarnya meliputi 3 kegiatan, yaitu eksplorasi, karakterisasi dan pelestarian.

    EKSPLORASI Pengumpulan plasma nutfah

    dalam 10 - 20 tahun terakhir ini sangat terbatas. Pengumpulan plasma nutfah dilakukan dari berbagai daerah produksi dalam negeri atau introduksi dari berbagai negara produsen minyak atsiri.

    Pengumpulan plasma nutfah tanaman atsiri dari daerah produksi baru dilakukan terhadap serai wangi, nilam Aceh dan akar wangi. Plasma nutfah serai wangi telah dikumpulkan dari berbagai daerah produksi di Jawa Barat dan telah terkumpul sebanyak 44 aksesi (Mansur dan Laksmanahardja, 1987).

    Plasma nutfah nilam telah diekplorasi sejak tahun 1987 di daerah Aceh dan Sumatera Utara dengan bekerjasama dengan PT. Pupuk Iskandar Muda (Rusli dan Hobir, 1990) dan selanjutnya dilakukan secara rutin dan sampai 1997 plasma nutfah nilam telah mencapai 28 aksesi (Nuryani et al., 1997).

    Akar wangi penyebarannya terbatas di Kabupaten Garut. Ekplorasi telah dilakukan tahun 1992. Dari daerah tersebut telah terkumpul sebanyak 45 aksesi.

    Introduksi tanaman atsiri telah dilakukan sejak jaman kolonial. Tanaman-tanaman yang telah di introduksikan antara lain ylang-ylang (dari Filipina), berbagai spesies mentha dari Inggris, Amerika dan New Zealand (Rusli dan Hobir, 1990), Lavender dan Geranium dari Perancis serta Melaleuca spp., Beckhleusia Citriodora dari Australia.

    Eksplorasi tanaman atsiri pada umumnya lebih banyak ditujukan pada pengayaan jenis (spesies), sementara untuk kepentingan pemuliaan diperlukan ragam genetik yang cukup tinggi pada setiap jenis. Kegiatan eksplorasi tanaman atsiri dalam 10 - 20 tahun terakhir belum banyak dilakukan mengingat terbatasnya sumber daya yang dialokasikan prioritas tanaman ini lebih rendah dibandingkan dengan tanaman lainnya yang merupakan mandat Balittro.

  • Perkembangan Teknologi TRO VOL. XVI, No. 1, 2004

    19

    KARAKTERISASI Karakterisasi minyak atsiri

    diawali dengan menguji sifat-sifat minyak. Bila suatu spesies tanaman sifat-sifat minyaknya memenuhi standar perdagangan, karakterisasi dilanjutkan pada sifat-sifat lainnya, seperti karakteristik komponen pertumbuhan dan komponen produksi.

    Karakteristik minyak atsiri baru dilakukan pada tanaman serai wangi, serai dapur, nilam, mentha, klausena, dan ylang-ylang. Karakteristik sifat-sifat pertumbuhan terutama sifat-sifat morfologi telah dilakukan pada tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus), nilam (Pogostemon cablin), mentha (Mentha arvensis) dan ylang-ylang.

    Serai wangi Sebanyak 123 aksesi telah

    dipelajari sifat-sifat minyak serta sifat-sifat morfologinya (Mansur dan Laksmanahardja, 1987). Serai wangi yang ada diberbagai daerah terdiri atas 2 tipe, yaitu tipe Lena Batu (Andropogon nardus ceylon atau Cymbopogon nardus) serta tipe Mahapengiri (Andropogon nardus, var. geninus atau Cymbopogon winterianus atau Andropogon nardus Java).

    Hasil pengujian minyak dari 123 aksesi serai wangi di KP. Cimanggu ternyata bahwa kadar minyak bervariasi antara 0,49 1,9%. Bentuk-bentuk morfologi dalam masing-masing tipe susah dibedakan secara visual, sedang sifat-sifat morfologis

    Tabel 1. Karakteristik tanaman serai wangi

    Karakteristik Tipe Mahapengiri Lena Batu Bentuk rumpun Tinggi dan kecil Tinggi besar Tinggi rumpun 40 - 70 cm 100 - 200 cm Belang semu (pelepah) warna

    Kuning kehijauan bercampur dengan warna merah keunguan

    Hijau

    Pangkal batang Membesar Ramping Daun : Warna Hijau Hijau muda Tekstur Lemas, sulit patah Kaku mudah patah Bentuk Pendek, lebar Lebih panjang, lebih

    sempit Rendemen minyak 0,8 1,6 0,4 0,6 Kadar geraniol 80 - 97 55 - 65 Kadar citronelal 30 - 45 15

  • Perkembangan Teknologi TRO VOL. XVI, No. 1, 2004

    20

    antara kedua tipe yang ada dapat dibedakan baik secara kualitatif (visual) maupun secara kuantitatif. Sifat-sifat kedua tipe serai wangi yang ada diberbagai daerah produksi tertera pada Tabel 1 Dari aksesi tersebut telah diperoleh 3 varietas unggul (G1, G2, G3) dan 3 nomor harapan (Mansur dan Laksmanaharja 1987).

    Nilam Nilam yang ada di Balittro

    meliputi 2 spesies yaitu nilam Jawa (Pogostemon heyneanus) dan nilam Aceh (Pogostemon cablin). Karak-teristik telah dilakukan terhadap 8 aksesi nilam Aceh dan 1 aksesi nilam Jawa. Variasi morfologis antara nilam Aceh tidak banyak berbeda kecuali kadar minyak dan kadar patchouli alkohol, sedangkan antara nilam Aceh dan nilam Jawa mudah dibedakan terutama habitus, bentuk dan serta kadar dan mutu minyak (Tabel 2). Didasarkan atas karakterisasi tersebut kini telah diuji lebih lanjut 4 nomor harapan, yaitu Cisaroni, Lhokseumawe, Tapak Tuan dan Sidikalang.

    Mentha Mentha (Mentha spp) semuanya

    merupakan tanaman introduksi. Dalam perdagangan dikenal 3 jenis minyak mentha, yaitu minyak permen (peppermint oil) dari Mentha piperita, minyak menthol (cornmint oil ) dari M. arvensis, dan minyak spearmint (spearmint oil) dari M. spicata

    Karakterisasi diawali dengan menguji sifat-sifat minyak dari berbagai varietas M. piperita, dan M. arvensis. Hasil pengujian ternyata bahwa mutu minyak dari varietas-varietas M. piperita tidak memenuhi standar mutu perdagangan (kadar mentol terlalu rendah, sedang kadar mentofuran terlalu tinggi (Tabel 3). Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhannya. Spesies ini harus dipanen pada saat berbunga sehingga kadar mentolnya tinggi dan kadar mentofurannya rendah. Untuk berbunga diperlukan hari panjang (> 12 jam/hari). Dengan demikian M. piperita tidak layak untuk dikembangkan secara komenrsial di Indonesia.

    Untuk M. arvensis, dari 6 varietas yang diuji ternyata hanya 4 varietas yang sesuai dengan sifat-sifat minyak M. arvensis, yaitu Tempaku, Jombang, Taiwan dan Ryokubi, satu varietas menyerupai sifat-sifat M. spicata (J-3) dan satu varietas menyerupai minyak dari M. piperita (J-4). Mutu minyak dari 4 varietas M. arvensis umumnya memenuhi standar perdagangan. Dari pengamatan pertumbuhan, produktivitas terna dan kadar minyak, terdapat 3 varietas yang potensial untuk dikembangkan, yaitu Jombang, Taiwan dan Ryokubi, karena prodiktivitasnya cukup tinggi (Tabel 4). Ketiga varietas tersebut setelah diuji multi lokasi dapat dilepas sebagai varietas unggul mentha.

  • Perkembangan Teknologi TRO VOL. XVI, No. 1, 2004

    21

    Tabel 3. Karakteristi minyak Mentha spp.

    Jenis/ spesies*) Varietas/asal

    Mentol bebas (%)

    Mentil asetat (%)

    Mentofuran(%)

    Karvon (%)

    Mentha piperita

    Black Micham(Inggris) New Zealand Oregon (AS) Arizona (AS) Idaho (AS) Manoko (Ind) Standar (EOA)

    5 16 - 44 16 - 38 20 - 38 17 - 34 52 - 69 45 - 50

    2 - 6 16 - 36 36 - 59 37 - 45 38 - 60 14 - 18 3 - 5

    - 15 - 34 4 - 9 6 - 13 3 - 13 6 - 9

    6

    34 - 50 **) - - - - - -

    Mentha arvensis

    J-3 (Jepang) J-4 (Jepang) Tempaku (Jepang) Jombang (Jatim) Taiwan (Manoko) Standar (EOA)

    1 - 3 15 - 23 43 - 83 53 - 55 43 - 56 45 - 57

    52

    0 - 1 28 - 40 2 - 8 8 - 20 12 - 24 12 - 22 5 - 20

    - 3 - 23***)

    - - - - -

    39**)

    Keterangan : *) Informasi deskriptor ; **) M. spicata ; ***) M. piperita

    Tabel 2. Karakterisasi morfologi nilam Aceh di KP. Citayam

    No.

    Tipe Tinggi tanaman

    (cm)

    Jumlah cabang

    Panjang cabang (cm)

    Jumlah daun/

    cabang

    Panjang daun (cm)

    Lebar daun (cm)

    Tebal daun (cm)

    Kadar minyak

    1 2 3 4 5 6 7 8

    Cisaroni Kultur jaringan Lhokseumawe 2 Cirateun Aceh Merah Sidikalang Meulaboh Tapak Tuan

    64,25 71,15 55,95 64,25 46,30 59,85 62,25 66,20 79,40 55,10

    12,80 15,60 14,20 12,80 9,04 12,75 19,65 22,25 20,00 14,65

    38,20 38,20 28,50 38,20 28,10 36,60 32,60 31,70 32,20 24,40

    18,65 16,75 20,70 18,65 15,45 16,65 24,80 22,05 22,75 21,25

    6,12 9,59 7,65 6,12 7,14 6,41 7,13 7,64 7,78 6,78

    5,28 5,93 6,18 5,28 5,82 5,43 6,05 6,25 6,70 5,33

    0,197 0,143 0,130 0,097 0,156 0,149 0,128 0,157 0,143 0,100

    0,92 - 4,22 0,99 - 3,87 1,08 - 3,59 1,01 - 2,65 1,05 - 2,31 2,62 - 3,39 2,05 - 2,91

    3,30

    62,41 15,86 32,63 20,30 7,27 5,83 0,130

    Tabel 4. Karakterisasi tanaman mentha arvensis

    Produksi terna (g/btg) Varietas Tinggi (cm)

    Diameterbatang (cm)

    Jumlah cabang

    Panjang daun (cm)

    Lebar daun (cm)

    Segar Kering Kadar

    minyak (%)

    Kadar mentol

    Jombang Taiwan Ryokubi Tempaku

    85 -115 86 -111 92 -112 51-79

    2,90-7,15 3,85-6,65 3,35-6,75 3,00-5,14

    278-590 397-499 389-655 161-190

    2,9-5,6 2,9-5,9 3,8-6,9 2,5-4,1

    1,7-2,9 1,6-2,9 1,9-3,5 1,8-3,4

    410-456 345-395 418-465 245-272

    122-139 89-120 129-155 55-68

    1,55-2,03 2,02-2,45 2,19-2,64 0,25-0,65

    51,42-54,14 54,14-54,73 46,71-48,20 68,77-72,96

    Sumber : Hadipoentyanti et al., 1992.

  • Perkembangan Teknologi TRO VOL. XVI, No. 1, 2004

    22

    Serai dapur Di pasaran terdapat 2 tipe

    minyak serai dapur, yaitu tipe East Indian dan tipe West Indian. Tipe East Indian dikenal juga sebagai minyak serai, berasal dari Cymbopogon flexousus. Komponen utama minyak serai adalah sitral; banyak digunakan dalam industri deodoran, detergent, pembersih lantai dan farmasi (sumber vitamin A). Negara penghasil utama minyak ini adalah RRC, Sri Lanka, dan Brazil.

    Tipe West Indian dikenal dengan

    nama serai dapur (Cymbopogon citratus), terdapat hampir di seluruh Indonesia, biasanya ditanam di pekarangan. Dibandingkan dengan C. flexousus, baik produksi maupun kadar minyaknya lebih rendah.

    Kebutuhan lingkungan dari kedua jenis tersebut tidak berbeda. Sifat-sifat minyak dari minyak serai yang ditanam di Indonesia sesuai dengan standar perdagangan. Sifat- sifat kimia fisika miyak serai tertera pada Tabel 5.

    Tabel 5. Sifat-sifat minyak atsiri lain

    Jenis/Spesies Prd. daun segar

    (to/ha/th) Kadar minyak

    (%) Komponen

    utama Kandungan

    (%) Bobot jenis

    Indeks bias Putaran

    optik

    Serai (C. flexousus) 65 0,4 Sitral 80,2 0,8902 1,4870 0,25 Serai dapur (C. citrates) 45 0,3 Sitral 76,1 0,8731 1,4587 0,20

    Sumber: Rusli dan Hobir, 2002

  • Perkembangan Teknologi TRO VOL. XVI, No. 1, 2004

    23

    Klausena Klausena (Clausena anisata)

    menghasilkan minyak anis dengan komponen utama anetol, dalam perdagangan dikenal dengan nama minyak anis. Di Balittro terdapat 2 jenis klausena, yaitu C. anisata (introduksi) dan C. excavata. Jenis yang terakhir ini tidak mengandung minyak, namun baik untuk disambung dengan C. anisata sebagai batang bawah. Minyak anis dari C. anisata yang dihasilkan di KP Laing (Solok) mengandung 90,1% anetol, sedikit lebih tinggi dari pada anetol dari Ilicium verum (star anis) yang diproduksi RRC. Produktivitas tanaman belum banyak diteliti. Hasil penelitian di KP. Laing pada umur 3 tahun menghasilkan minyak 172 kg/ha/tahun. Karakteristik minyak klausena tertera pada Tabel 6.

    Tabel 6. Sifat-sifat kimia fisika minyak klausena

    Karakteristik Nilai Bobot jenis 0,9945 Indeks bias 1,5596 Putaran optik (derajat ) -0,7 Kelarutan dalam alkohol 70%

    1:8

    Kadar anetol (%) 91,6

    Ylang-ylang Ylang-ylang (Canagium

    odoratum F. genuinea) merupakan tanaman sejenis kenanga (Canagium odoratum) yang menghasilkan minyak ylang-ylang. Minyak ylang-ylang mutunya jauh lebih baik dan harganya lebih tinggi (2 - 3 kali harga minyak kenanga). Koleksi ylang-ylang yang

    ada di Balittro diintroduksikan dari Filipina (Koolhaas, 1939). Pada tahun 1984 tanaman tersebut di perbanyak (dari 2 pohon) dan ditanam di Cimanggu sehingga terbentuk suatu populasi sebanyak 150 tanaman.

    Dari pertanaman tersebut ditanam di Sukamulya (Balittro), Subang (Disbun Jabar), Kuningan (Perkebunan Swasta), Malingping (Perhutani) dan Natar (BPTP Lampung). Mutu minyak dari lokasi-lokasi tersebut di atas memenuhi standar perdagangan, namun produk-tivitasnya masih rendah (Tabel 7).

    Karakterisasi sifat-sifat pertum-buhan telah dilakukan di KP Sukamulya pada populasi seluas 1 ha (150 tanaman). Hasil pengamatan ternyata penampilannya sangat bervariasi, walaupun benih yang ditanam hanya berasal dar 2 - 3 pohon induk (Tabel 8).

    Dari karakterisasi yang disusul dengan evaluasi produksi beberapa jenis tanaman atsiri telah diperoleh 3 varietas unggul dan 3 nomor harapan serai wangi, 4 nomor harapan nilam dan 3 nomor harapan mentha. Nomor-nomor harapan tersebut dapat dikembangkan menjadi varietas unggul.

    KONSERVASI Tanaman atsiri sebagian besar dikoleksikan di KP Manoko. Jumlah koleksi masih sangat terbatas, baik jenis maupun plasma nutfah dari tiap jenis. Keadaan koleksi pada akhir 2003 tertera pada Tabel 9.

  • Perkembangan Teknologi TRO VOL. XVI, No. 1, 2004

    24

    Dibandingkan dengan keadaan koleksi plasma nutfah tahun 1987 banyak tanaman koleksi yang musmah. Sebagai contoh, koleksi serai wangi yang sebelumnya mencapai 123 aksesi (Mansur dan Laksmanahardja, 1987), kini tinggal 7 aksesi. Musnahnya koleksi terutama karena lahannya terdesak oleh pembangunan fisik.

    Koleksi nilam pada tahun 1987 baru 6 aksesi (Hamid, 1987), pada tahun 1997 telah mencapai 28 aksesi (Nuryani et al., 1997) kini tinggal 16 aksesi. Musnahnya tanaman nilam disebabkan oleh terbatasnya dana.

    Mengingat pengumpulan plasma nutfah memerlukan biaya dan tenaga yang cukup banyak, dalam waktu yang cukup lama disarankan pemeliharaan plasma nutfah didanai secara rutin.

    Tabel 7. Sifat-sifat kimia minyak Ylang-ylang

    Fraksi Bobot jenis

    Putaran optik

    Indeks bias

    Bilangan penyabunan

    Lama penyulingan

    Rendemen (%)

    Ekstra I II III

    0,9495 0,9379 0,9335 0,9326

    -36,51 -64,35 -64,12 45,48

    1,5001 1,0485 1,5070 1,5101

    141,19 99,47 73,99 67,56

    2 6

    12 20

    0,35 0,35 0,35 0,30

    Tabel 8. Pertumbuhan tanaman ylang-ylang di Sukamulya 2000-2002

    Lilit batang (cm) Jumlah cabang Nomor pohon 2000 2001 2002 2000 2001 2002 1/142 2/143 3/144 4/121 5/119 6/95 7/48 8/06 9/18 10/31 11/41 12/64 13/91 14/113 15/16

    99 93 100 98 86 85 105 113 107 93 74 53 78 78 85

    113 105 107 107 96 96 108 121 113 103 82 96 80 94 108

    124 115 138 132 105 113 128 132 139 117 108 108 105 113 118

    24 18 32 24 28 26 20 36 31 25 21 27 42 29 27

    33 21 21 24 23 25 13 29 19 27 19 10 12 31 37

    34 24 28 27 26 29 20 34 23 30 24 19 16 18 37

    Rata-rata 39,40 101,93 119 27,33 25,13 25,93 KK (%) 28,47 10,71 9,52 21,91 28,41 23,25

    Sumber : Hobir et al., 2002

  • Perkembangan Teknologi TRO VOL. XVI, No. 1, 2004

    25

    KESIMPULAN DAN SARAN Plasma nutfah tanaman atsiri

    yang ada pada koleksi Balittro terdiri atas tanaman atsiri Indonesia asli dan tanaman introduksi dengan jumlah aksesi yang sangat terbatas untuk masing-masing jenis.

    Karakterisasi telah dilakukan

    antara lain dilakukan pada tanaman nilam, serai wangi, mentha, serai dapur, klausena dan ylang-ylang.

    Pemanfaatan plasma nutfah baru pada tanaman serai wangi, nilam dan ylang-ylang, dimana telah dilepas 3 varietas dan 3 nomor harapan serai wangi, 4 nomor harapan nilam, 3 nomor harapan Mentha arvensis.

    Tabel 9. Plasma Nutfah Tanaman Atsiri

    No Spesies Aksesi 1 Nilam Aceh (Pogestemon cablin) 16 2 Nilam jawa (Pogestemon hortensis) 3 3 Serai wangi (Cymbopogon nardus) 7 4 Akarwangi (Vetivera zizanioides) 41 5 Gandapura (Gaultheria procumbens) 2 6 Kenanga (Canangium odoratum f.macrophyla 1 (pop) 7 Si Cere (Clausena exavata) 1 8 Klausena (Clausena anisata) 9 Jaringao (Calamus sp) 1 10 Ketumbar (Coriandrum sativum) 6 11 Kemangi (Ocimum citratum) - 12 Serai dapur (Cymbogon flexuosus) 1 13 Serai dapur (Cymbopogon citrates) 1 14 Ylang-ylang (Canangium odoratum f. genuinea) 1 (pop) 15 Klausena (Clausena exavata) 1 16 Mentha arvensis 6 17 Mentha piperita 7 18 Mentha canadensis 1 19 Mentha spicata 1 20 Menta crispa 2 21 Mentha viridis 1 22 Beckhausia citriodora 1 23 Melaluca alternifolia 1 24 Eucalyptus citriodora 1 25 Eucalyptus sp 1 26 Palmarosa (Acarus calamus) 1 27 Selasih (Ocimum gratissimum) 1

  • Perkembangan Teknologi TRO VOL. XVI, No. 1, 2004

    26

    DAFTAR PUSTAKA Hobir, E. Hadipoentyanti, S. Rusli dan

    I. Darwati, 1994. Evaluasi mutu dan produktivitas beberapa varietas Mentha spp. Prosiding Simposium II. Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Puslitbang Tanaman Industri. 31 - 40.

    Ketaren S., 1985. Pengantar teknologi minyak atsiri Balai Pustaka : 1991 - 202.

    Koolhaas, D.R., 1939. Cananga en ylang-ylang olie uit the bloemen van Cananga odoratum Bail. (Landbouw. 15 : 587 - 597).

    Mansur, M. dan M.P. Laksma-nahardja, 1987. Plasma nutfah serai wangi. Edisi Khusus Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Vol 3 (1) : 38 - 46.

    NAFED, 1993. Buyers guide to Indonesia Essential Oils. Depatement of Coners, RI.

    Nuryani, Y., Hobir, C. Syukur dan I. Mariska, 1997. Peningkatan produktivitas dan mutu minyak nilam melalui perbaikan varietas. Simposium Nasional dan Kongres Peripi Bandung 1997.

    Rusli S., dan Hobir, 2002. Perkem-bangan minyak atsiri Indonesia berikut alat pengolahannya. Diskusi minyak atsiri Deptan. 20 Mei 2002. Jakarta. 24 p.

    Rusli, S dan Hobir. 1990. Hasil penelitian dan pengembangan tanaman minyak atsiri. Simposium I. Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Puslitbang Tanaman Industri Bogor.

    Soemarno, 2004. Pengelolaan plasma nutfah untuk pengembangan industri perbenihan. Pertemuan Masyarakat Benih dan Bibit Indonesia 2004. Jakarta, 2004.

    Tjiptadi, CH. B., 1985. Pengembangan usaha minyak atsiri. Edisi Khusus Litro : (2) : 40 - 45.