buku sebagai alat terapi emosi sosial
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Buku sebagai Alat Terapi Emosi Sosial
Buku sebagai Alat Terapi Emosi Sosial
Teknik bibliotherapy adalah teknik terapi yang menggunakan buku sebagai alat terapi
untuk membantu kasus-kasus gangguan sosial emosional anak.
Dalam psikologi, teknik bibliotherapy ini mulai sering digunakan.
Lewat identifikasi dengan tokoh-tokoh dalam cerita, anak belajar menghadapi emosinya
dan mengatasi masalah-masalahnya.
Anak yang takut pada ular, belajar menghadapi ketakutannya secara bertahap
dengan membaca buku tentang ular.
Anak yang khawatir akan kematian anggota keluarga mencoba lebih terbuka setelah membaca
tentang anak lain yang menceritakan tentang kakeknya yang telah tiada.
Secara tidak disadari, sebagian orangtua mungkin telah menggunakan teknik ini
dalam berbagai kesempatan dengan anak.
Pendekatan ini lebih efektif bila buku digunakan untuk mengantisipasi masalah dalam jangka waktu
yang masih cukup lama.
Anak akan mendapatkan waktu untuk mengeksplorasi emosinya dan membuka
‘pintu’ komunikasi dengan orangtua.
Buku tentang sekolah baru, adik baru, atau toilet training memberi kesempatan anak berlatih
dan bersiap-siap melalui contoh.
Tentu saja, dalam situasi tertentu, buku juga bisa tetap efektif
untuk mengatasi masalah yang telah terjadi.
Misalnya, pada anak yang tidak percaya diri atau menghadapi perceraian orangtua.
Lewat buku, anak merasa bahwa ia bukan satu-satunya yang mengalami hal ini dan yang ia rasakan
adalah wajar dan valid.
Hal ini sangat membantu anak untuk merasa aman dan mengekspresikan kekhawatiran
dengan cara yang tepat.
Bila orangtua mempunyai masalah berkomunikasi, buku adalah sahabat yang baik
untuk memperkenalkan topik-topik sulit atau yang dianggap tabu, seperti seks.
Buku juga bisa jadi alat untuk menghindari konfrontasi langsung dengan anak. Misalnya, dengan tanpa menuduh,
membahas topik kebohongan pada bacaan anak.
Penting untuk disadari, bacaan adalah alat untuk belajar.
Peran orangtua dalam menggunakan alat ini adalah faktor paling penting
karena interaksi orangtua-anak tetap terjadi, bukan dengan buku semata.