buku diabetes militus
DESCRIPTION
bukuTRANSCRIPT
1
DIABETES MILITUS
DIABETES MILITUS
NURSINTA TAHAKU
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTSLO
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PRESS
2
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penyusunan buku
yang membahas tentang Diabetes Melitus ini dapat penulis
selesaikan tepat pada waktunya. Salam dan Shalawat kepada
Junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW sebagai pendidik
terbaik yang pernah ada di muka bumi ini.
Meskipun demikian, saya menyadari sepenuhnya
bahwa penyusunan buku ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun kalimatnya.
Olehnya itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan buku ini semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT. AMIN.
Gorontalo, Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. PENGERTIAN DIABETES MILITUS
BAB III. TYPE – TYPE DIABETES MILITUS
3.1 Diabetes mellitus tipe 1
3.2 Diabetes mellitus tipe 2
3.3 Diabetes mellitus tipe 3
BAB IV TANDA DAN GEJALA DIABETES MILITUS
4.1 Faktor Penyebab Diabetes Militus
4.2 Patofisiologi
4.3 Komplikasi
4.4 Cara pengobatan dan Penanganan Diabetes Militus
4.5 Perawatan Preventif
BAB V HUBUNGAN DIABETES MILITUS DENGAN ANGGOTA TUBUH
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat
menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu,
tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada
survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk
pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok
umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat
ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati
skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun
diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar
antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis,
hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh peningkatan kadar gula dalam darah
(hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut
maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali
sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit
tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam
pancreas. Ada 2 macam type DM :
DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada
insulin. DM ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam
darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas.
Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing
(terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian
besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus.
Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin
seumur hidup.
DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada
insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat
4
bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau
bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk
metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa
dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75%
dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat
kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun.
DM tipe 3 atau disebut Diabetes mellitus gestasional
(bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin-resistant type 1
diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has
progressed to require injected insulin, latent autoimmune
diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA)
atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan
pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan
protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya.[29] GDM
mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar
20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup
BAB II
PENGERTIAN DIABETES MILITUS
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν,
diabaínein, tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus,
rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah
penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang
disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa
5
hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein, sebagai akibat dari:
defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau
keduanya
defisiensi transporter glukosa.
atau keduanya.
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh
diabetes mellitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia,
sindrom Down, penyakit Huntington, kelainan mitokondria,
distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi,
sindrom Werner, sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia,
hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme, dan lain-lain.
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan
pankreas untuk mensekresi insulin (hormon yang responsibel
terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat. Akibat yang
umum adalah terjadinya hiperglikemia.
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin
yang tidak adekuat (Brunner & Suddart).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula
darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya
berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah
biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan
atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat
lainnya.
6
BAB III
TYPE – TYPE DIABETES MILITUS
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan
bentuk diabetes mellitus berdasarkan perawatan dan simtoma:
1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis
hingga rusaknya sel beta di dalam pankreas yang
disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan
bersifat idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis
jelas, seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria,
tidak termasuk pada penggolongan ini.
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi
insulin, seringkali disertai dengan sindrom resistansi
insulin
3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational
impaired glucose tolerance, dan menurut tahap klinis
tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
· Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus
defisiensi peptida-C.
Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini,
sekresi insulin endogenus tidak cukup untuk mencapai
gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan
tambahan hormon dari luar tubuh.
Not insulin requiring diabetes.
3.1 Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa
Inggris: childhood-onset diabetes, juvenile diabetes, insulin-
dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang
terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah
akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak
maupun orang dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak
dapat disembuhkan, bahkan dengan diet maupun olah raga.
7
Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan
berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya.
Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin
umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama
pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada
diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang
menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas
tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan
menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap
tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah.
Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling
awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin,
ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma
bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga
diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga).
Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga
dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang
memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam
sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga
dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang
dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk
pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus.
Perawatan tidak akan memengaruhi aktivitas-aktivitas normal
apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan
kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan.
Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus
sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l.
Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5
mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang
lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events".Angka di
atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak
8
nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga
menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l)
biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat
mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah,
yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan
kesadaran.
3.2 Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset
diabetes, obesity-related diabetes, non-insulin-dependent
diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus
yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam
sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme
yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang
mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon
insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh
disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang
menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang
peka terhadap insulinserta RBP4 yang menekan penyerapan
glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah
oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19
yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada
manusia.
Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi,
rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju
metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati,
penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi
esterifikasi pada hati.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah
berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai
dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang
dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau
mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah
penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi
9
dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang
menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya
resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor
predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan
dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok
hormon) itu merusak toleransi glukosaObesitas ditemukan di
kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis
dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi mengeram
dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah
terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan
anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum
hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati
dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet
(umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat
pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali
kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban
adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai
15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal
yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan
dengan lisan [antidiabetic drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab]
produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak
terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng
tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin (
e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak
sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan
hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan
pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g.,
thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon
insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau
dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang
tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam
banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika
mengambil kebanyakan pengobatan.
10
Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang
disebut sitagliptin, baru-baru ini diperkenankan untuk
digunakan sebagai pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Seperti
zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain, sitagliptin
akan membuka peluang bagi perkembangan sel tumor maupun
kanker.
Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM
pada manusia adalah defisiensi metabolisme oksidatif di dalam
mitokondria pada otot lurik. Sebaliknya, hormon tri-
iodotironina menginduksi biogenesis di dalam mitokondria dan
meningkatkan sintesis ATP sintase pada kompleks V,
meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks IV,
menurunkan spesi oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif,
sedang hormon melatonin akan meningkatkan produksi ATP di
dalam mitokondria serta meningkatkan aktivitas respiratory
chain, terutama pada kompleks I, III dan IV. Bersama dengan
insulin, ketiga hormon ini membentuk siklus yang mengatur
fosforilasi oksidatif mitokondria di dalam otot lurik. Di sisi
lain, metalotionein yang menghambat aktivitas GSK-3beta
akan mengurangi risiko defisiensi otot jantung pada penderita
diabetes.
Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang
dengan dramatis, diikuti dengan pengurangan berat tubuh,
setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal ini diketahui sebagai
akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para
ahli belum dapat menentukan apakah metoda ini dapat
memberikan kesembuhan bagi NIDDM dengan perubahan
homeostasis glukosa.
Pada terapi tradisional, flavonoid yang mengandung
senyawa hesperidin dan naringin, diketahui menyebabkan
peningkatan mRNA glukokinase,
peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan
peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom
11
peningkatan rasio plasma hormon insulin, protein C dan
leptin
penurunan ekspresi GLUT2 pada hati
penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar
trigliserida pada hati
penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam
hati, antara lain dengan menekan 3-hydroxy-3-
methylglutaryl-coenzyme reductase, asil-KoA,
kolesterol asiltransferase
penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan
aktivitas karnitina palmitoil, antara lain dengan
mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase dehidrogenase
dan fosfatidat fosfohidrolase
meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau
menurunkan laju lintasan glukoneogenesis
sedang naringin sendiri, menurunkan transkripsi mRNA
fosfoenolpiruvat karboksikinase dan glukosa-6 fosfatase di
dalam hati.
Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak
ditemukan pada buah jenis jeruk, sedang naringin banyak
ditemukan pada buah jenis anggur.
3.3 Diabetes mellitus tipe 3
Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris:
gestational diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double
diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require
injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5"
diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang
terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan,
dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada
lintasan patogenesisnya.[29] GDM mungkin dapat merusak
kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita
penderita GDM bertahan hidup.
12
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–
5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat
meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM
dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis
yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani
dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin maupun
sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi
makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit
jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot
rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat
produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan
pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan
sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum
kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari
perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi
kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi
plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda
bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang
berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
13
BAB IV
TANDA DAN GEJALA DIABETES MILITUS
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang
menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari
efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar
gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni
(urine) penderita kencing manis yang mengandung gula
(glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti
semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda
dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh
penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan &
kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
4.1 Faktor Penyebab Diabetes Militus
Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor
pemicu,diantaranya:
Ø Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar
kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya
diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan dan tidak
diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai
dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan
pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.
Ø Obesitas (kegemukan)
14
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg
cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit
diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk
berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
Ø Faktor genetis
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua
kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh
anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan
gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun
resikonya sangat kecil.
Ø Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang
menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan
mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi
dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
Ø Penyakit dan infeksi pada pancreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga
dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan
menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk
insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia
dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
Ø Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab
diabetes mellitus. Jika orang malas berolah raga memiliki
resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes mellitus
karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang
berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam
tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus
selain disfungsi pankreas. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik
hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. “Dalam 10 tahun
15
belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam,
berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih
memilih naik motor dibanding bersepeda,” kata Dr Gauden
Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak Menular di
Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka yang sedikit
aktivitas fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding
mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainnya.
Ø Teh manis
Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula
menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi. Belum risiko
kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-
300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita
dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung
aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200
kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk.
Patut diduga kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya:
obesitas dan diabetes.
Ø Gorengan
Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat
kita. Padahal gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi
pemicu penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes
melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit kardiovaskular
(PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner,
dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia.
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol
jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol
baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di
masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai
makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.
Ø Suka ngemil
Kita mengira dengan membatasi makan siang atau
malam bisa menghindarkan diri dari obesitas dan diabetes.
Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua
16
potong camilan seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal,
biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya
mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan
yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam
makanan dengan glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula
dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan
dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
Ø Kurang tidur.
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi
terganggu. Hasil riset para ahli dari University of Chicago
mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari mengakibatkan
kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis.
Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat
merangsang sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu
makan. Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur terpicu
menyantap makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula
darah naik.
Ø Sering stress
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak
terjadi banjir besar. Saat stres datang, tubuh akan
meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol
supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk
beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa
untuk maksud yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu
tinggi karena stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama
saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
Ø Kecanduan rokok
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572
relawan pria dan wanita menemukan bahwa risiko perokok
aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula
bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi
kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan
dan olahraga.
17
Ø Menggunakan pil kontrasepsi
Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi
hormon estrogen dan progestin, atau progestin saja. Pil
kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah.
Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik
Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi
berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan,
pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi
insulin. Jika terlalu lama dibiarkan, pankreas menjadi letih dan
tidak berfungsi dengan baik.
Ø Keranjingan soda
Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses’ Health Study
II terhadap 51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa
peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat berat badan
dan risiko diabetes melambung tinggi. Para peneliti
mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan
pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan
kalori cair tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong
untuk minum lebih banyak.
4.2 Patofisiologi
Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai
macam kelainan hormonal, seperti hormon sekresi kelenjar
adrenal, hipofisis dan tiroid merupakan studi pengamatan yang
sedang laik daun saat ini. Sebagai contoh, timbulnya IGT dan
diabetes mellitus sering disebut terkait oleh akromegali dan
hiperkortisolisme atau sindrom Cushing.
Hipersekresi hormon GH pada akromegali dan sindrom
Cushing sering berakibat pada resistansi insulin, baik pada hati
dan organ lain, dengan simtoma hiperinsulinemia dan
hiperglisemia, yang berdampak pada penyakit kardiovaskular
dan berakibat kematian.
GH memang memiliki peran penting dalam
metabolisme glukosa dengan menstimulasi glukogenesis dan
lipolisis, dan meningkatkan kadar glukosa darah dan asam
18
lemak. Sebaliknya, insulin-like growth factor 1 (IGF-I)
meningkatkan kepekaan terhadap insulin, terutama pada otot
lurik. Walaupun demikian, pada akromegali, peningkatan rasio
IGF-I tidak dapat menurunkan resistansi insulin, oleh karena
berlebihnya GH.
Terapi dengan somatostatin dapat meredam kelebihan
GH pada sebagian banyak orang, tetapi karena juga
menghambat sekresi insulin dari pankreas, terapi ini akan
memicu komplikasi pada toleransi glukosa.
Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada
hiperkortisolisme yang menjadi penyebab obesitas viseral,
resistansi insulin, dan dislipidemia, mengarah pada
hiperglisemia dan turunnya toleransi glukosa, terjadinya
resistansi insulin, stimulasi glukoneogenesis dan
glikogenolisis. Saat bersinergis dengan kofaktor hipertensi,
hiperkoagulasi, dapat meningkatkan risiko kardiovaskular.
Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid
berupa tri-iodotironina dengan hipertiroidisme yang
menyebabkan abnormalnya toleransi glukosa.
Pada penderita tumor neuroendokrin, terjadi perubahan
toleransi glukosa yang disebabkan oleh hiposekresi insulin,
seperti yang terjadi pada pasien bedah pankreas,
feokromositoma, glukagonoma dan somatostatinoma.
Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi
diabetes tipe lain, yaitu tipe 1. Sinergi hormon berbentuk
sitokina, interferon-gamma dan TNF-α, dijumpai membawa
sinyal apoptosis bagi sel beta, baik in vitro maupun in vivo.
Apoptosis sel beta juga terjadi akibat mekanisme Fas-FasL,
dan/atau hipersekresi molekul sitotoksik, seperti granzim dan
perforin; selain hiperaktivitas sel T CD8- dan CD4-.
4.3 Komplikasi
Komplikasi jangka lama termasuk penyakit
kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal
19
(penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat
menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat
menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi.
Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar
gula darah buruk.
Komplikasi jangka panjang dari diabetes
Organ/jaringan
yg terkenaYg terjadi Komplikasi
Pembuluh
darah
Plak aterosklerotik
terbentuk &
menyumbat arteri
berukuran besar
atau sedang di
jantung, otak,
tungkai & penis.
Dinding pembuluh
Sirkulasi yg jelek
menyebabkan
penyembuhan luka yg
jelek & bisa
menyebabkan penyakit
jantung, stroke, gangren
kaki & tangan, impoten
& infeksi
darah kecil
mengalami
kerusakan sehingga
pembuluh tidak
dapat mentransfer
oksigen secara
normal &
mengalami
kebocoran
Mata
Terjadi kerusakan
pada pembuluh
darah kecil retina
Gangguan penglihatan
& pada akhirnya bisa
terjadi kebutaan
Ginjal · Penebalan
pembuluh darah
ginjal
· Protein bocor ke
Fungsi ginjal yg buruk
Gagal ginjal
20
dalam air kemih
· Darah tidak
disaring secara
normal
Saraf
Kerusakan saraf
karena glukosa
tidak dimetabolisir
secara normal &
karena aliran darah
berkurang
· Kelemahan tungkai
yg terjadi secara tiba-
tiba atau secara
perlahan
· Berkurangnya rasa,
kesemutan & nyeri di
tangan & kaki
· Kerusakan saraf
menahun
Sistem saraf
otonom
Kerusakan pada
saraf yg
mengendalikan
Tekanan darah yg naik-
turun
· Kesulitan menelan &
tekanan darah &
saluran pencernaan
perubahan fungsi
pencernaan disertai
serangan diare
Kulit
Berkurangnya
aliran darah ke kulit
& hilangnya rasa yg
menyebabkan
cedera berulang
· Luka, infeksi dalam
(ulkus diabetikum)
· Penyembuhan luka yg
jelek
DarahGangguan fungsi
sel darah putih
Mudah terkena infeksi,
terutama infeksi saluran
kemih & kulit
Jaringan ikat Gluka tidak
dimetabolisir secara
normal sehingga
jaringan menebal
· Sindroma terowongan
karpal Kontraktur
Dupuytren
21
atau berkontraksi
4.4 Cara Pengobatan Dan Penanganan Diabetes Militus
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani
pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog,
Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu
adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan
pengontrolan menu makanan (diet).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan
pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan
aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah
adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan
mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini
tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat
tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin
turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar
gula darah.
4.5 Perawatan Preventif
1. Identifikasi
Penderita membawa keterangan tentang : jenis DM,
komplikasi, regimen Pengobatan
2. Vaksinasi
Merupakan tindakan yang baik terutama terhadap
pnemokokus dan influensa
3. Tidak merokok
4. Deteksi dan Penatalaksanaan hipertensi dan hiperlipidemia
5. Perawatan kaki
BAB V
22
HUBUNGAN DIABETES MILITUS DENGAN
ANGGOTA TUBUH
a. Hubungan Kesehatan Gigi dan Diabetes Melitus
Kebanyakan orang mempunyai kebiasaan suka makan
malas sikat gigi. Tapi itu juga tidak semua. Apalagi bila orang
tersebut tahu benar dengan menjaga kesehatan gigi dapat
menghindarkan tubuh dari penyakit lainnya. Salah satu
penyakit yang dapat dihindari adalah penyakit diabetes melitus.
Karena menurut studi penelitian di Amerika menunjukkan
bahwa penderita kerusakan gigi kronis bisa jadi orang tersebut
pengidap penyakit diabetes melitus tipe 2.
Pada kerusakan gigi yang parah, bakteri dapat masuk ke
aliran darah dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Sel
sistem kekebalan tubuh yang rusak melepaskan sejenis protein
yang disebut cytokines. Cytokines inilah penyebab kerusakan
sel pankreas penghasil insulin, hormon yang memicu diabetes.
Jika ini terjadi sekali saja, walaupun orang itu sebelumnya
dalam keadaan sehat maka orang tersebut berpeluang
menderita diabetes tipe 2.
Selain itu tingginya kandungan kolesterol dari glukosa
yang dibutuhkan tubuh merupakan faktor utama pemicu risiko
diabetes bagi orang yang mengalami kerusakan gigi. Dan
kolesterol rendah dapat menolong orang sehat untuk tidak
terserang problem gangguan gigi yang mampu memicu
diabetes. Untuk itu, penderita diabetes sebaiknya mengikuti
diet rendah kalori, rajin mengonsumsi obat pengatur hormon
23
insulin dan menjaga kesehatan gigi. Dan alangkah baiknya jika
orang sehat juga ikut menjaga kesehatan giginya agar tidak
berisiko terkena diabetes.
Radang gusi adalah jenis penyakit gigi yang paling
ringan, disebabkan oleh bakteri dalam plak. Penyakit ini masih
bisa disembuhkan, tapi jika disepelekan tanpa perawatan lebih
lanjut bisa berkembang menjadi penyakit gigi yang parah juga.
Plak yang menempel pada rongga antara gusi dan gigi mampu
menimpulkan infeksi dan menyebabkan kasus serius. Bahkan
pada stadium tertentu, gigi harus dicabut.
Diabetes merupakan kondisi di mana tubuh tidak
mampu meregulasi kandungan glukosa. Artinya, tekanan darah
bisa menjadi sangat tinggi. Pengobatan dengan insulin bisa
membantu tubuh mengontrol jumlah glukosa pada aliran darah.
Pada diabetes tipe 2, insulin diproduksi sangat sedikit
sehingga tidak cukup jumlahnya untuk keperluan tubuh
manusia. Biasanya hal ini sangat berpengaruh pada orang
berusia di atas 40 tahun. Untuk mengatasinya dibutuhkan diet
teratur dan mengonsumsi pil atau suntikan reguler.
b. Diabetes dan Kesehatan Mata
Diabetes adalah penyakit kompleks yang merupakan
hasil dari ketidakmampuan tubuh untuk menghasilakn insulin,
hormon yang mengatur kadar gula dalam darah, membawa
24
gula berlebih untuk disimpan di dalam sel dan kemudian akan
digunakan jika diperlukan.
Tanpa insulin yang memadai, gula di dalam darah akan
menjadi berlebih. Analoginya seperti mobil yang penuh
bensin tetapi tidak ada kuncinya; Anda mempunyai energi
untuk menggerakkan mobil, tersebut tetapi tidak bisa
menggunakannya dengan maksimal.
Diabetes dialami oleh lebih dari 16 juta warga Amerika.
Sebagian besar kasus yang dialami adalah diabetes onset
dewasa, yang biasanya mengenai individu berusia lebih dari 40
tahun. Salah satu faktor risiko termasuk riwayat keluarga yang
menderita diabetes dan kelompok etnis tertentu. Keturunan
Afrika, Amerika asli, Jepang, Latin ataupun Polinesia lebih
tinggi risikonya.
Komplikasi umum penderita diabetes adalah penyakit
mata akibat diabetes. Salah satunya adalah glaukoma.
Komplikasi lainnya termasuk retinopati dan katarak. Retinopati
diabetik adalah penyakit yang merusak pembuluh darah kecil
pada retina (jaringan yang peka cahaya yang berjajar di
belakang mata) yang sering dijumpai pada penderita diabetes.
Selama masa hidup mereka, sekitar 16 juta penderita diabetes
akan mengalami berbagai tingkatan retinopati diabetik dan
setidaknya 25.000 menjadi buta tiap tahunnya. Katarak adalah
pengaburan lensa mata yang mengakibatkan pudarnya
penglihatan normal. Penderita diabetes mempunyai risiko
hampir dua kali mengalami katarak dibandingkan yang lainnya.
Katarak juga mempunyai kecenderungan terjadi pada
usia yang lebih muda. Hubungan antara diabetes dengan
glaukoma sudut-terbuka (tipe glaukoma yang paling umum)
telah membangkitkan minat para peniliti selama bertahun-
tahun. Penderita diabetes mempunyai risiko dua kali terkena
glaukoma daripada individu non-diabetes, meskipun beberapa
penelitian baru-baru ini telah mempertanyakan hal ini. Yang
lebih menarik lagi, kemungkinan seseorang yang mempunyai
25
glaukoma sudut terbuka kemudian menderita diabetes ternyata
lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak mempunyai
penyakit mata. Glaukoma neovaskuler, tipe glaukoma yang
jarang selalu dikaitkan dengan abnormalitas yang lain, diabetes
adalah yang paling sering. Pada beberapa kasus retinopati
diabetes, pembuluh darah pada retina menjadi rusak. Retina
kemudian memproduksi pembuluh darah baru yang abnormal.
Glaukoma neovaskuler dapat terjadi jika pembuluh
darah yang baru tumbuh pada iris (bagian berwarna pada
mata), menutup cairan pada mata dan meningkatkan tekanan
pada mata. Glaukoma neovaskuler adalah penyakit yang sulit
untuk diobati. Salah satu pilihan adalah bedah laser untuk
mengurangi pembuluh darah abnormal pada permukaan iris
dan retina.
Komplikasi pada mata adalah hal yang umum terjadi
pada penderita diabetes, penting bagi penderita diabetes untuk
memeriksakan kesehatan mata mereka secara rutin. Institusi
Mata Nasional (National Eye Institute) merekomendasikan
penderita diabetes untuk memeriksakan mata mereka setahun
sekali.
c. Diabetes dan luka pada bagian kaki
Ulkus atau luka kaki dapat menjadi masalah yang
sangat serius bagi penderita diabetes. Penting untuk
menyembuhkan ulkus secepatnya. Kerusakan saraf pada
diabetes dapat mengurangi nyeri sehingga ulkus kaki kadang
tidak menimbulkan rasa nyeri jadi sering diabaikan. Sejalan
26
dengan waktu ulkus kaki atau gejala-gejala penyakit dapat
merusak kaki secara serius.
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau
selaput lendir. Ulkus bisa dikatakan kematian jaringan yang
luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer. Ulkus kaki diabetes
(UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan
morbiditas akibat diabetes mellitus.
DAFTAR PUSTAKA.
Agustina, Tri ,2009.Gambaran Sikap Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam Rsud Dr.Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultasi Gizi. KTI D3. Fakultas Ilmu
Isniati, 2003, Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Militus Dengan Keterkendalian Gula Darah Di Poliklinik Rs Perjan Dr. M. Djamil Padang Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, I (2).
Mohjuarno.2009. Makalah Kontenporer Konsentrasi Epidemiologi Pasca Sarjana: Penanggulangan Diabetes Melitus. Makassar :Universitas Hasanuddin.
Nadesul, Hendrawan. 2002. 428 Jawaban untuk 25 Penyakit Manajer dan Keluhan-keluhan Orang Mapan. Kompas.
Waspadji, Sarwono dkk., 2009. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI.