buku a5 erma

109
TUGAS AKHIR PENGENDALIAN OPTIMAL PADA PENANGANAN TUBERKULOSIS DUA STRAIN Oleh : Erma Wahyuni NRP. 1205 100 012 Dosen Pembimbing : 1. Dra. Mardlijah, MT 2. Drs. Lukman Hanafi, M.Si JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2009

Upload: risza-nuril-samsiyah

Post on 13-Apr-2016

53 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

study

TRANSCRIPT

TUGAS AKHIR PENGENDALIAN OPTIMAL PADA PENANGANAN TUBERKULOSIS DUA STRAIN Oleh : Erma Wahyuni NRP. 1205 100 012 Dosen Pembimbing : 1. Dra. Mardlijah, MT 2. Drs. Lukman Hanafi, M.Si JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2009

iv

Pengendalian Optimal Pada Penanganan Tuberkulosis Dua

Strain

Nama : ERMA WAHYUNI NRP : 1205 100 012 Jurusan : Matematika ITS Pembimbing : 1. Dra. Mardlijah, MT 2. Drs. Lukman Hanafi, MSc Abstrak

Pengendalian tuberkulosis (TB) dua strain merupakan salah satu aplikasi dari teori pengendalian optimal. Tujuan dari pengendalian ini adalah mengurangi jumlah grup tuberkulosis yang kebal / tahan terhadap obat. Salah satu penanganan yang dapat dilakukan agar jumlah grup strain tersebut berkurang adalah dengan menggunakan kemoterapi. Namun penderita tuberkulosis merasa hal ini cukup memakan waktu dan biaya tinggi. Pengurangan kasus TB yang sensitif pada obat-obatan bisa diperoleh dengan case holding, yang menunjuk pada aktivitas dan teknik yang dipakai untuk memastikan keteraturan pemakaian obat dengan waktu yang cukup agar bisa sembuh, atau dengan case finding, yang menunjuk pada identifikasi individu yang secara laten terinfeksi dengan TB sensitif yang beresiko tinggi mengembangkan penyakit dan yang mendapatkan kemajuan dengan adanya intervensi pencegahan. Pada Tugas Akhir ini akan dibahas penanganan tuberkulosis yang optimal pada model tersebut dengan kontrol yang digunakan adalah yang mewakili dua tipe penanganan (case finding dan case holding) dengan mempertimbangkan strategi kontrol optimal yang dipengaruhi waktu dan akan dipecahkan secara numerik dengan menggunakan skema Beda Hingga. Kata kunci : Tuberkulosis, Pengendalian Optimal, dan Beda

Hingga

v

Optimal Control of Treatment In A Two-Strain Tuberculosis Name : ERMA WAHYUNI NRP : 1205 100 012 Departement : Mathematics ITS Supervisor : 1. Dra. Mardlijah, MT 2. Drs. Lukman Hanafi, MSc abstract

A two-strain tuberculosis (TB) control is one from many optimal control theory applications.The purpose from this control is to reduce the number of tuberculosis groups which immune / endure the drugs.one treatment that can work to reduce the strain groups number is using chemotherapy.but the tuberculosis sufferer feel that this method is very time consuming and need an expensive cost. the reduce of TB cases that sensitive to a drugs can be acquired by a case holding, which is pointing to the activity and technique that is used to ensuring the regularity of the drug using in an exact time for recover, or by case finding, which pointing to an individual identification that latently infected with a sensitive TB which have a high risk developing the disease and which have the progression because of the preventing intervention. in this final project, we will discuss about tuberculosis treatment which is optimal for the model, and for the control, we used the one which representing two types of treatment (case holding and case finding) with considering the optimal control strategy which affected with the time and will resolved as a numeric using finite different scheme. keywords : Tuberculosis,optimal control, and finite different

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Pengendalian Optimal Pada Penanganan Tuberkulosis Dua Strain” yang merupakan salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program S1-jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya. Banyak pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. DR. Basuki Widodo, MSc selaku Ketua Jurusan

Matematika ITS. 2. Ibu Dra. Mardlijah, MT dan Bapak Drs. Lukman Hanafi, MSc

selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktumya untuk memberi bimbingan dengan sabar.

3. Ibu Dra. Rinurwati, MSi selaku koordinator Tugas Akhir. 4. Drs. Chairil Imron, MIkom selaku Dosen Wali 5. Dosen Tim Penguji Tugas Akhir, Dr. Erna Apriliani, MSi dan

Drs. M. Setijo Winarko, MSi, yang telah memberikan pengarahan yang sangat berguna.

6. Bapak ibu dosen, serta staf Tata Usaha Jurusan Matematika ITS.

7. Keluarga tersayang yang telah memberikan dorongan moral, materi dan do’anya.

8. Mas Slamet Riyadi, mas Akhmad, mas Ade, mas Kodir dan teman-teman jurusan atas supportnya.

9. Teman-teman kos C9 yang selalu memberikan keceriaan. Penulis yakin bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, akan tetapi penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun laporan ini. Oleh karena itu penulis meminta saran dan kritik dari pembaca laporan ini.

Surabaya, Februari 2009

Penulis

vii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

ABSTRAK………………… ………………………………….. iv

KATA PENGANTAR…………………………………..………vi

DAFTAR ISI…………………...……………………………....vii

DAFTAR LAMBANG………………………………………......x

DAFTAR GAMBAR…………………………………………....xi

DAFTAR TABEL………………………………………………xii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………...xiii

BAB I PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang………………..……………………. 1

1.2 Rumusan Masalah……………………..…………….2

1.3 Tujuan Penelitian…………….………………….......5

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………..5

1.5 Batasan Masalah…………………………………….5

1.6 Sistematika Penulisan……………………………….6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model TB Dua Strain……………………..................7

2.2 Teori Dasar Pendukung Penyelesaian Permasalahan

2.2.1 Himpunan Tertutup dan Himpunan Terbuka

di dalam ℜ

.....................................................10

2.2.2 Fungsi Terbatas……………………………...11

viii

2.2.3 Fungsi Lipschitz………………………….......11

2.2.4 Konveks………………………………….......12

2.2.5 Fungsi Konkav…………………………...….13

2.3 Model Sistem dan Performance Index

2.3.1 Model Sistem………………………………...14

2.3.2 Performance Index……………………….......21

2.4 Masalah Optimal Control………………………......23

2.5 Pontryagin Maximum Principle dengan Kontrol

Terbatas....................................................................24

2.6 Metode Beda Hingga………………………………29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Studi Literatur……………………………………...35

3.2 Analisis Eksistensi Optimal Control…………….....35

3.3 Penyelesaian Optimal Control……………………..35

3.4 Analisis Ketunggalan Optimal Control……...…….36

3.5 Simulasi Numerik………………………………….36

3.6 Penarikan Kesimpulan……………………………..36

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Analisis Eksistensi optimal control……...............…37

4.2 Penyelesaian Optimal Control……………………..46

4.3 Analisis Ketunggalan optimal control……………..51

4.4 Simulasi Numerik………………………………….72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……………………………………...…81

ix

5.2 Saran……………………………………………….82

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..83

LAMPIRAN……………………………………………………85

x

DAFTAR LAMBANG

Lambang Makna

∈ Elemen

∆ Sebanding

δ Variation

*x Solusi x yang optimal

*u Solusi u yang optimal

)(xVε Persekitaran-ε dari x

⊆ Himpunan Bagian

∉ Bukan elemen

∩ Irisan

u Vektor u

ℜ Himpunan bilangan real

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kompartemen……………………………….9

Gambar 2.2.4.1 Himpunan Convex…………….…...............12

Gambar 2.2.4.2 Himpunan Nonconvex…………..………....12

Gambar 2.4 Skema Kontrol…………………….…….….24

Gambar 4.1 Kontrol 1u dan 2u ………………….……....78

Gambar 4.2. Perbandingan Populasi Dengan Kontrol dan Tanpa Kontrol………….……………….……79

xii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Parameter dan Nilai......................................77 Tabel 4.2 Parameter Komputasi...................................78

xiii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 M-file..................................................................85 Lampiran 2 GUI.....................................................................88

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini program kontrol Tubekulosis (TB) telah difokuskan pada kemoterapi karena kurangnya vaksin efektif. Penanganan antibiotik pada pasien TB aktif memerlukan waktu yang jauh lebih lama dan biaya yang lebih tinggi daripada pada mereka yang terinfeksi dengan TB sensitif tetapi belum berkembang menjadi penyakit. Kurangnya kesesuaian dalam penanganan tidak hanya mengakibatkan kekambuhan tetapi juga perkembangan TB yang kebal terhadap antibiotik. Pengurangan kasus TB yang sensitif pada obat-obatan bisa diperoleh dengan case holding, yang menunjuk pada aktivitas dan teknik yang dipakai untuk memastikan keteraturan pemakaian obat dengan waktu yang cukup agar bisa sembuh, atau dengan case finding, yang menunjuk pada identifikasi individu yang secara laten terinfeksi dengan TB sensitif yang beresiko tinggi mengembangkan penyakit dan yang mendapatkan kemajuan dengan adanya intervensi pencegahan. Penanganan pencegahan ini akan mengurangi insiden TB yang sensitif pada obat-obatan dan dengan demikian secara tidak langsung mengurangi insiden TB yang tahan pada obat-obatan.

Biaya dalam memfasilitasi case finding dan case holding berbeda-beda tergantung banyak faktor. Misalnya pada case holding bisa sangat menantang karena adanya fakta bahwa kemoterapi harus dilakukan selama beberapa bulan untuk memastikan adanya kesembuhan yang permanen, namun pasien biasanya sudah merasa sembuh hanya setelah beberapa pekan penanganan dan seringkali berhenti mengkonsumsi obat. Selain penanganan dengan menggunakan kemoterapi, terdapat juga di beberapa daerah yang menggunakan DOTS ( strategi terapi terobservasi langsung ) dimana perawat kesehatan masyarakat, sukarelawan, dan yang lainnya melakukan sebagian besar tanggung jawab untuk mengawasi pasien selama masa

penanganan melalui kunjungan ke rumah dan administrasi. Meskipun program ini memerlukan waktu penanganan yang relatif pendek, hanya sedikit pasien yang menggunakan program ini. Pada case finding, diutamakan pencegahan perkembangan penyakit dengan terapi pencegahan pada orang yang secara laten terinfeksi dengan TB sensitif. Terdapat beberapa metode case finding. Case finding aktif, yang menunjuk pada metode identifikasi kasus TB dimana kontak pasien/penyedia inisiatif pertama dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan, sedangkan case finding pasif, yang menunjuk pada metode identifikasi kasus TB dimana kontak pasien/penyedia inisiatif pertama dilakukan oleh pasien.

Pada tugas akhir ini akan dibahas tentang strategi kontrol optimal yang dipengaruhi waktu dengan case holding dan case finding pada model TB dua strain yang dikembangkan didalamnya. Usaha case finding digabungkan dengan menambahkan syarat kontol yang mengidentifikasi dan menyembuhkan satu fraksi individu laten sehingga jumlah individu yang penyakitnya berkembang bisa berkurang. Usaha penanganan kasus digabungkan dengan menambahkan syarat kontrol yang bisa mengurangi jumlah kegagalan perawatan individu dengan TB sensitif aktif sehingga insiden adanya TB yang tahan pada obat-obatan bisa dikurangi.

1.2 Rumusan Masalah

Diberikan model TB dua strain sebagai berikut [Jung,2002]:

SNI

SNI

SS µββ −−−Λ= ∗ 211

&

NIL

NITIprtuLrtuLk

NISL 2

11

2122111111

11 ))(1()()( ∗−+−+−+−= ββµβ&

IrIdLkI 211111 )( −+−= µ& …(1.1)

NI

TLSLkIqrtuL 21221222 )()())(1( ++++−−= ∗βµ&

TNI

TNI

TIrqptuLrtuT

IdLkI

µββ

µ

−−−+−−+=

+−=

∗ 212122111

22222

))))((1(1()(

)(

&

&

Meminimalkan performance index berikut :

dttuB

tuB

tItLuuJft

])(2

)(2

)()([),(0

22

221

12221 ∫ +++= ...(1.2)

Atau bisa ditulis memaksimalkan

dttuBtuBtItLuuJft

])(2

)(2

)()([),(0

22

221

12221 ∫ +++−= . ...(1.3)

Dimana : S : populasi rentan terkena TB

1L : populasi laten yaitu populasi terinfeksi dengan TB strain 1, tetapi belum menularkan

I1 : populasi yang terinfeksi TB strain 1 L2 : populasi laten yaitu terinfeksi dengan TB strain 2 yang

tahan obat tetapi belum menularkan I2 : populasi yang terinfeksi TB strain 2 yang tahan pada

obat T : populasi yang dirawat (dengan efektif) N : S + L1 + I1 + L2 + I2 + T Λ : laju kelahiran dan imigrasi β1 : laju individu yang rentan tertular β2 : laju individu yang dirawat menjadi terinfeksi oleh

individu yang TB-nya menular β* : laju individu yang tidak terinfeksi menjadi terinfeksi

oleh satu TB tahan obat yang menular. µ : laju kematian alami per kapita. d1 : laju kematian per kapita yang disebabkan oleh penyakit

pada TB strain 1 d2 : laju kematian per kapita yang disebabkan oleh penyakit

pada TB strain 2 yang tahan obat. k1 : laju individu yang meninggalkan kasus TB strain 1 k2 : laju individu yang terjangkit TB strain 2

r1 : laju perawatan individu yang menderita TB strain 1 yang menular

r2 : laju perawatan individu yang menderita TB strain 2 yang menular

u1(t) : mewakili fraksi TB strain 1 pada individu yang teridentifikasi dan yang akan diberikan perawatan.

1-u2(t) : usaha yang mencegah kegagalan perawatan pada penderita TB strain 2 yang menular

p + q : proporsi mereka yang dirawat karena menderita TB tersebut dan tidak menyempurnakan perawatan (p + q ≤ 1).

B1 , B2 : faktor penyeimbang biaya. Dengan bentuk model pada Persamaan (1.1), (1.2) dan (1.3), permasalahan dalam tugas akhir ini terbagi atas dua yaitu:

1. Bagaimana menerapkan kontrol optimal pada permasalahan TB dua strain

2. Bagaimana perhitungan numerik Beda Hingga pada permasalahan TB dua strain

1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk

mengoptimalkan penanganan TB agar mengurangi jumlah grup strain yang tahan pada obat.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah memberi pengetahuan kepada pihak / badan kesehatan tentang cara penanganan TB dua strain yang optimal. 1.5 Batasan Masalah

Batasan yang digunakan dalam permasalahan di atas adalah sebagai berikut :

1. Kontrol yang dapat diterima (admissble control) disimbolkan dengan u dalam keadaan terbatas dan kontinu pada 2,1,10 =<≤≤≤ ibua iii .

2. State yang dipengaruhi oleh waktu )(t dalam keadaan kontinu.

3. Sistem dalam keadaan terkontrol dan lama perawatan pada interval waktu tertentu.

1.6 Sistematika Penulisan Sistematika dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai

berikut : BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang gambaran umum dari penulisan Tugas Akhir ini yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang materi-materi yang mendukung Tugas Akhir ini, antara lain Prinsip Maksimum Pontryagin dan Metode Beda Hingga.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas tentang metode yang digunakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang pendiskritan model tuberkulosis, penerapan Prinsip Maksimum Pontryagin pada state, co-state, fungsional dan hamilton untuk mencari kontrol optimal dan mengaplikasikan metode Beda Hingga untuk mencari

simulasi numerik dari strategi penanganan tuberkulosis dua strain.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan masalah sebelumnya serta saran yang diberikan untuk pengembangan selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai tinjauan model TB dua strain yang menjadi objek penelitian, model sistem (plant) dan performance index sebagai inspirasi dalam melakukan analisis optimal control. Tentunya, dibahas juga masalah optimal control dan metode penyelesaiannya (Pontryagin Maximum Principle) sebagai pembahasan utama dalam tugas akhir ini. Selain itu, akan dibahas tentang simulasi numerik dari permasalahan optimal pada beberapa skenario. Sebelum membahas mengenai tinjauan model sistem dan performance index, akan dibahas duhulu tinjauan tentang teori dasar yang mendukung pembahasan masalah meliputi: teori dasar yang berhubungan dengan pengendalian optimal pada penanganan TB dua strain. 2. 1 Model TB Dua Strain

Sistem TB dua strain adalah enam sistem persamaan diferensial biasa berikut [Jung, 2002] :

SNI

SNI

SS µββ −−−Λ= ∗ 211

&

NIL

NITIprtuLrtuLk

NISL 2

11

2122111111

11 ))(1()()( ∗−+−+−+−= ββµβ&

1211111 )( IrIdLkI −+−= µ&

NITLSLkIqrtuL 2

1221222 )()())(1( ++++−−= ∗βµ&

22222 )( IdLkI +−= µ&

TNIT

NITIrqptuLrtuT µββ −−−+−−+= ∗ 21

2122111 ))))((1(1()(&

Dimana : S : populasi rentan terkena TB

1L : populasi laten yaitu populasi terinfeksi dengan TB strain 1, tetapi belum menularkan

I1 : populasi yang terinfeksi TB strain 1 L2 : populasi laten yaitu terinfeksi dengan TB strain 2 yang

tahan obat tetapi belum menularkan I2 : populasi yang terinfeksi TB strain 2 yang tahan pada

obat T : populasi yang dirawat (dengan efektif) N : S + L1 + I1 + L2 + I2 + T Λ : laju kelahiran dan imigrasi β1 : laju individu yang rentan tertular β2 : laju individu yang dirawat menjadi terinfeksi oleh

individu yang TB-nya menular β* : laju individu yang tidak terinfeksi menjadi terinfeksi

oleh satu TB tahan obat yang menular. µ : laju kematian alami per kapita. d1 : laju kematian per kapita yang disebabkan oleh penyakit

pada TB strain 1 d2 : laju kematian per kapita yang disebabkan oleh penyakit

pada TB strain 2 yang tahan obat. k1 : laju individu yang meninggalkan kasus TB strain 1 k2 : laju individu yang terjangkit TB strain 2 r1 : laju perawatan individu yang menderita TB strain 1

yang menular r2 : laju perawatan individu yang menderita TB strain 2

yang menular u1(t) : mewakili fraksi TB strain 1 pada individu yang

teridentifikasi dan yang akan diberikan perawatan. 1-u2(t) : usaha yang mencegah kegagalan perawatan pada

penderita TB strain 2 yang menular p + q : proporsi mereka yang dirawat karena menderita TB

tersebut dan tidak menyempurnakan perawatan (p + q ≤ 1).

B1 , B2 : faktor penyeimbang biaya.

Dari persamaan sistem diatas, dapat dibuat gambar kompartemennya sebagai berikut :   4 

                                            3                                          8    

 

1 7 10 11 

           2                     5                     6       9 11                          

               12       13        14      15         16                 18             19        

                 

             17 

Gambar 2.1 Kompartemen

Keterangan :

)(1 2d+= µ NI1

15 β=

19 k=

22 k= NI1

16 β=

210 r=

NI 2*3 β=

)(7 1k+= µ µ=11

NI

S 2*4 β= N

I128 β=

122 ))(1(12 Iqrtu−=

1L  S   1I2L2I T

)(13 2k+= µ 11 )(17 rtu=

Λ=14 )(18 2d+= µ µ=15

122 ))))((1(1(19 Irqptu +−−=

122 ))(1(16 Iprtu−=

2.2 Teori Dasar Pendukung Penyelesaian Permasalahan

Pada bagian ini, dijelaskan mengenai teori-teori pendukung yang berhubungan dengan identifikasi terhadap eksistensi dan ketunggalan optimal control. Teori-teorinya yaitu himpunan tertutup dan himpunan terbuka di dalam ℜ , fungsi terbatas, fungsi Lipschitz, konveks, dan fungsi konkav.

2.2.1 Himpunan Tertutup dan Himpunan Terbuka di dalam ℜ Definisi 2.2.1.1 (Bartle, 1994) Persekitaran titik ℜ∈x adalah sebarang himpunan V yang memuat persekitaran-ε dari x ,

{ }εε <−=ℜ∈= yxyxdyxV ),(:)( untuk suatu 0>ε Definisi 2.2.1.2 (Bartle, 1994) 1. ℜ⊆G dikatakan terbuka dalam ℜ , jika untuk setiap

Gx∈ , terdapat persekitaran V dari x sehingga GV ⊆ . Jadi, untuk menunjukkan himpunan ℜ⊆G terbuka, cukup ditunjukkan bahwa setiap titik di dalam G mempunyai suatu persekitaran-ε yang masih termuat di dalam G , atau

ℜ⊆G terbuka jika dan hanya jika untuk setiap Gx∈ terdapat 0>xε sehingga GxV ⊆)(ε .

2. ℜ⊆F dikatakan tertutup dalam ℜ , jika komplemen dari F , FF C \ℜ= terbuka di dalam ℜ . Jadi, untuk menunjukkan ℜ⊆F tertutup, cukup ditunjukkan bahwa setiap titik di dalam CF (artinya Fy ∉ ),

terdapat persekitaran-ε dari y sehingga FyV \)( ℜ⊆ε , atau ℜ⊆F tertutup jika dan hanya jika untuk setiap Fy ∈terdapat 0>yε sehingga φε =∩ )( yVF

Contoh 2.2.1.1 ]1,0[:=G tetutup sebab sebarang titik Gy∉ , maka 0<y atau

1>y . Jika 0<y , ambil yy =ε , maka φε =∩ )(yVG . Jika

1>y , ambil 1−= yyε , maka φε =∩ )(yVG . 2.2.2 Fungsi terbatas Definisi 2.2.2.1 (Bartle, 1994) Misalkan, ℜ⊆A dan ℜ→Af : dikatakan terbatas pada A jika terdapat bilangan positif M , sedemikian hingga berlaku

Mxf ≤)( , untuk semua Ax∈ Contoh 2.2.2.1 Fungsi trigonometri xxf sin)( = pada ]2,0[ π=A , f terbatas sebab terdapat suatu bilangan positif yaitu 1=M sedemikian hingga 1sin)( ≤= xxf , untuk semua Ax∈ . 2.2.3 Fungsi Lipschitz Definisi 2.2.3.1 (Bartle, 1994)

Misalkan, ℜ⊆A dan ℜ→Af : jika terdapat bilangan postif L sedemikian hingga

uxLufxf −≤− )()( untuk setiap Aux ∈, , maka f dikatakan fungsi Lipschitz (memenuhi kondisi Lipschitz) pada A . Contoh 2.2.3.1 Fungsi 2)( xxf = pada ],0[ bA = , 0>b , f memenuhi kondisi Lipschitz sebab

22)()( uxufxf −=−

))(( uxux −+=

uxux −+= uxb −≤ 2 untuk setiap Aux ∈, Dengan mengambil bL 2= , maka uxLufxf −=− )()( . 2.2.4 Konveks Definisi 2.2.4.1 (Boyd, 2003) Himpunan nC ℜ⊂ dikatakan konveks, jika setiap

Cyx ∈, maka yxz )1( εε −+= , untuk setiap ]1,0[∈ε adalah anggota C . Secara geometri, C konveks untuk semua titik pada segmen garis yang terhubung dengan dua titik pada C harus terletak pada C . Berikut ini, disajikan contoh gambar himpunan konveks dan himpunan non-konveks

Gambar 2.2.4.1

Himpunan konveks Gambar 2.2.4.2

Himpunan non-konveks Gambar 2.2.4.1 menunjukkan contoh himpunan konveks. Terlihat bahwa, segmen garis yang menghubungkan x dan y berada pada C . Sedangkan, Gambar 2.2.4.2 menunjukkan contoh himpunan

non-konveks. Terlihat bahwa, tidak semua titik pada segmen garis yang menghubungkan x dan y berada pada D . Contoh 2.2.4.1 Himpunan { }0,0; 21

2 ≥≥ℜ∈= xxxC adalah konveks Bukti: Ambil sebarang 2, ℜ∈yx maka ( )21, xxx = dengan

0,0 21 ≥≥ xx dan ( )21, yyy = dengan 0,0 21 ≥≥ yy , sedemikian hingga

yxz )1( εε −+= , untuk sebarang 10 ≤≤ ε

( ) ( )

( ) ( )( )2211

2121

2121

)1(,)1()1(,)1(,

,)1(,

yxyxyyxx

yyxx

εεεεεεεε

εε

−+−+=−−+=

−+=

Padahal 0,0,0,0)1(,0 121 ≥≥≥≥−≥ yxxεε dan 02 ≥y yang mengakibatkan 0)1(,0)1( 2211 ≥−+≥−+ yxyx εεεε . Oleh karena itu, 2ℜ∈z berarti himpunan C adalah konveks. 2.2.5 Fungsi Konkav Definisi 2.2.5.1 (Boyd, 2003)

Fungsi )(xf dikatakan konkav pada interval bxa ≤≤ , jika untuk semua 10 ≤≤ ε dan bxxa ≤≤≤ 21 berlaku

))1(()()1()( 2121 xxfxfxf εεεε −+≤−+ Contoh 2.2.5.1 Fungsi 2)( xxf −= konkav pada ℜ Bukti: Ambil sebarang ℜ∈21, xx dengan 21 xx ≤ dan 10 ≤≤ ε akan dibuktikan bahwa ))1(()()1()( 2121 xxfxfxf εεεε −+≤−+ .

Untuk 22

2121 )1()()1()( xxxfxf εεεε −−−=−+

22

22

21 xxx −+−= εε

Untuk ( )22121 )1())1(( xxxxf εεεε −+−=−+

22

222

2221

21

2 2)1(2 xxxxxx εεεεε −+−−−−= Berarti akan ditunjukkan bahwa

22

222

2221

21

222

22

21 2)1(2 xxxxxxxxx εεεεεεε −+−−−−≤−+−

atau 0)1(2 2

222

2212

122

1 ≤+−−++− xxxxxx εεεεεε ...(2.6) Dilain pihak

22

22221

21

221 )1(2 xxxxxx εεεεεε +−−++− ( )2

222

2212

122

1 )1(2 xxxxxx εεεεεε −+−−−−=

( )221 )1()1( εεεε −−−−= xx

Karena ( ) 0)1()1(2

21 ≥−−− εεεε xx , maka Persamaan (2.6) dapat terpenuhi. 2.3 Model Sistem dan Performance Index Pada bagian ini, akan dibahas mengenai model sistem (dalam hal ini adalah plant), dan performance index secara umum dengan tujuan agar dapat dipahami keterkaitannya. 2.3.1 Model Sistem Sistem adalah bagian dari realita. Realita di sekitar sistem dinamakan “sekitar sistem”. Interaksi di antara sistem dan di sekitar sistem direalisasikan lewat besaran, sangat sering merupakan fungsi dari waktu yang dinamakan masukan (input) dan keluaran (output). Sistem dipengaruhi sekitar melalui masukan dan sistem mempunyai pengaruh pada sekitar melalui keluaran. Penekanan dari makna sistem yang dikaji adalah prilaku dinamik dari fenomena, yaitu bagaimana karakteristik keadaan mendatang (seperti masukan dan keluaran) berubah sesuai dengan berubahnya waktu dan apa hubungannya yang juga sebagai fungsi

waktu (Oldser, 1994). Sistem biasanya disajikan dalam bentuk persamaan differensial linear maupun taklinear. Untuk persamaan differensial taklinear sering kali muncul pada terapan ilmu fisika, biologi maupun lainnya dalam bentuk model matematika. Pada umumnya, penyelesaian sistem taklinear sangat sulit, sehingga penelitian seringkali ditujukkan pada sifat-sifat penyelesaian. Berikut ini, akan dipahami mengenai eksistensi dan ketunggalan solusi persamaan differensial taklinear yang menjadi pola dasar berfikir untuk melakukan analisis ketunggalan optimal control pada permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini. Diberikan suatu persamaan differensial taklinear

))(()( txftx =& ; 00 )( xtx = , [ ]10 , ttt ∈ ...(2.7) Dengan asumsi: i. )(xf fungsi kontinu pada x untuk setiap nx ℜ∈ ii. )(xf fungsi terbatas maka terdapat bilangan positif M

sedemikian hingga untuk semua nilai x berlaku Mxf ≤)(

iii. )(xf memenuhi kondisi Lipschitz maka terdapat bilangan postif L sedemikian hingga untuk nxx ℜ∈21 , berlaku

2121 )()( xxLxfxf −≤− Maka untuk mencari eksistensi dari solusi persamaan differensial adalah sebagai berikut :

Persamaan (2.7) kedua ruas diintegralkan dari 0t sampai t

∫ ∫=t

t

t

t

dtfdx0 0

))(()( ττττ&

atau

∫+=t

t

dxfxtx0

))(()( 0 ττ

Ditentukan eksistensi fungsi )(tφ sehingga

∫+=t

t

dfxt0

))(()( 0 ττφφ

Misalkan, didefinisikan barisan fungsi ),...(),( 10 tt φφ sedemikian hingga

⎪⎪⎪⎪⎪⎪⎪⎪

⎪⎪⎪⎪⎪⎪⎪⎪

+∆

+∆

+∆

+

t

tjij

t

t

t

t

dfx

dfxt

dfxt

xt

0

0

0

))((

.

.

.

,))(()(

,))(()(

,)(

0

102

001

00

ττφφ

ττφφ

ττφφ

φ

...(2.8)

Akan ditunjukkan )(lim tjjφ

∞→ ada dan dengan limit fungsinya

adalah )(tφ . Padahal )(tjφ dapat dituliskan sebagi berikut:

)()()(...)()()()()( 111100 tttttttt jjjj φφφφφφφφ +−++−+−= −−

atau

[ ]∑−

=+ −+=

1

010 )()()()(

j

iiij tttt φφφφ

Jadi, jika )(tjφ konvergen maka akan ditunjukkan

[ ]∑−

=+∞→

−1

01 )()(lim

j

iiij

tt φφ konvergen. Dengan menggunakan

Persamaan (2.8) dapat diperoleh

∫=−t

t

dftt0

))(()()( 001 ττφφφ

Oleh karena itu,

∫=−t

t

dftt0

))(()()( 001 ττφφφ ∫≤t

t

df0

))(( 0 ττφ

Padahal f fungsi terbatas maka

∫≤−t

t

Mdtt0

)()( 01 τφφ )( 0ttM −≤

Dengan cara yang sama

( )∫ −=−t

t

dfftt0

))(())(()()( 1212 ττφτφφφ

Diperoleh

( )∫ −=−t

t

dfftt0

))(())(()()( 0112 ττφτφφφ

∫ −≤t

t

dff0

))(())(( 01 ττφτφ

Karena f memenuhi kondisi Lipschitz maka

∫ −=−t

t

dLtt0

)()()()( 0112 ττφτφφφ ∫ −≤t

t

dtLM0

)( 0 ττ

20 )(

!21 ttLM −≤

Secara umum, dapat dituliskan jj

jj ttMLj

tt )(!

1)()( 01

1 −≤− −−φφ

atau jj

jj ttLjL

Mtt )(!

1)()( 01 −≤− −φφ

sehingga 1

01

1 )()!1(

1)()( +++ −

+≤− jj

jj ttLjL

Mtt φφ

Jika kedua ruas dilakukan penjumlahan dari 0 hingga j dan kemudian dilimitkan ∞→j maka diperoleh

∑∑−

=

++

∞→

=+∞→

−+

≤−1

0

10

11

01 )(

)!1(1lim)()(lim

j

i

ii

j

j

iiij

ttLiL

Mtt φφ

Mengingat bahwa 1)()!1(

1lim )(1

0

10

1 0 −=−+

−−

=

++

∞→ ∑ ttLj

i

ii

jettL

i,

berarti persamaan ruas kanan konvergen seragam untuk semua

nilai 0tt − , dengan kata lain [ ]∑−

=+∞→

−1

01 )()(lim

j

iiij

tt φφ konvergen

seragam. Jadi, fungsi )(tjφ konvergen seragam pada )(tφ pada

interval waktu 0tt − sehingga pada Persamaan (2.8) dapat diperoleh

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+= ∫∞→+∞→

t

tjjjj

tfxt0

))((lim)(lim 01 φφ

Oleh karena itu,

∫+=t

t

dfxt0

))(()( 0 ττφφ

Dan untuk mencari ketunggalan solusi dari persamaan differensial adalah sebagai berikut : Misalkan, )(tφ merupakan penyelesaian dari Persamaan (2.8). Untuk menganalisis ketunggalan dari penyelesaian tersebut, dengan kontradiksi misalkan penyelesaian yang lain yaitu )(tψ .

Karena )(tψ merupakan penyelesaian sehingga

ττψψ dfxtt

t∫+=0

)(()( 0 ...(2.9)

Dari Persamaan (2.8) dan (2.9) didapatkan

∫=−t

t

dftt0

))(()()( 0 ττψφψ

atau

∫=−t

t

dftt0

))(()()( 0 ττψφψ

sehingga dapat dituliskan sebagai

ττψφψ dfttt

t∫≤−0

)(()()( 0

Karena f fungsi terbatas maka

∫≤−t

t

Mdtt0

)()( 0 τφψ )( 0ttM −≤

Dengan cara yang sama

( )∫ −=−t

t

dfftt0

))(())(()()( 1 ττφτψφψ

Diperoleh

( )∫ −=−t

t

dfftt0

))(())(()()( 01 ττφτψφψ

atau

∫ −≤−t

t

dfftt0

))(())(()()( 01 ττφτψφψ

Karena f memenuhi kondisi Lipschitz, maka

∫∫ −≤−=−t

t

t

t

dtLMdLtt00

)()()()()( 001 ττττφτψφψ

20 )(

!21 ttLM −≤

Dengan demikian, secara umum dapat dituliskan 1

0 )()!1(

1)()( +−+

≤− jjj ttML

jtt φψ

Bila kedua ruas dilimitkan dengan ∞→j diperoleh ijj

jjjttML

jtt +

∞→∞→−

+≤− )(

)!1(1lim)()(lim 0φψ ...(2.10)

Persamaan ruas kanan pada Persamaan (2.10) bernilai nol maka diperoleh 0)()( ≤− tt φψ . Padahal harga mutlak selalu bernilai lebih besar atau sama dengan nol sehingga )()( tt φψ = berarti kontradiksi dengan pernyataan sebelumnya yaitu penyelesaian

)(tφ berbeda dengan )(tψ . Dengan demikian, seharusnya )()( tt φψ = artinya solusi persamaan differensial (2.8) adalah

tunggal. Satu gambaran dari prilaku dinamik adalah bila mencoba untuk mendesain sistem kontrol sedemikian hingga suatu prilaku yang diharapkan bisa dicapai sesuai dengan tujuan. Sistem dalam hal ini, adalah plant yang dinyatakan dalam sistem persamaan differensial yaitu

)),(),(()( ttutxftx ii =& ni ,...,2,1= Bila secara eksplisit tidak bergantung pada waktu ( t ) disebut sistem autonomous dan sebaliknya bergantung pada waktu disebut sistem non-autonomous. Suatu fungsi yang disimbolkan dengan )(tu pada interval ],[ 10 tt dengan range di

mℜ dikatakan suatu kontrol jika terdapat absolut fungsi kontinu )(tx pada interval ],[ 10 tt dengan range di nℜ sedemikian hingga

penyelesaian dari sistem persamaan differensial

dengan kondisi awal 0)0( xx = menggambarkan ketunggalan suatu kontrol (Gopal, 1987). 2.3.2 Performance Index Berdasarkan kebutuhan yang dinyatakan dalam bentuk plant dapat dirancang kreteria performance matematis atau performance index, selanjutnya diupayakan untuk menentukan solusi yang mengoptimalkan performance index ini. Dalam kasus tertentu, perumasan masalah dapat dengan jelas menunjukkan apa yang dipilih dalam performance index. Sementara dalam masalah lain, pemilihannya merupakan hal yang subjektif. Sebagai contoh, “transfer sistem dari keadaan 0x ke keadaan 1x secepat mungkin” dengan jelas menunjukkan bahwa waktu yang digunakan adalah ukuran performance yang akan dijadikan minimum. Pada sisi lain “ menjaga keadaan x dari sistem tetap dekat dengan nol dengan sebuah pengeluaran energi kontrol yang terkecil “ tidak dapat menyelesaikan secara langsung suatu performance index yang unik. Dalam kasus demikian dapat dicoba beberapa ukuran sebelum dipilih salah satunya yang dapat menghasilkan performance optimal dari apa yang telah dipertimbangkan (Gopal, 1997). Dalam teori kontrol modern, persoalan optimal control adalah untuk mendapatkan kontrol pada sistem dinamik yang sesuai dengan target atau variabel keadaan dan pada waktu yang sama dapat dilakukan optimasi maksimum/minimum pada performance index. Beberapa bentuk performance index (Naidu, 2002) : a. Performance Index for time Optimal Control Sistem

Untuk melakukan transfer sistem yang dinyatakan dari keadaan awal sebarang )( 0tx ke keadaan akhir pada waktu minimum, maka performance index adalah

)),(),(()( ttutxftx =&

∫ =−==jt

tj tttdtJ

0

*0

b. Performance Index for Fuel Optimal Control Sistem Misalkan )(tu adalah thrust dari suatu rocket engine dan diasumsikan bahwa besarnya thurust adalah proposional pada tingkatan konsumsi fuel. Performance index adalah

∫=jt

t

dttuJ0

)(

untuk beberapa kontrol, dapat ditulis :

∫∑=

=jt

t

m

iii dttuRJ

01

)(

dimana R=faktor pemberat c. Performance Index for Minimum Energy Control Sistem

)(tui adalah rangkaian dalam jaringan elektrik pada loop ke-i,

maka ∑=

m

iii rtu

1

2 )( , ir = resistensi dari loop ke-I adalah total

power atau rata-rata total dari energi pada jaringan. Untuk meminumkan total energi kreteria performance adalah :

∫∑=

=jt

t

m

iii dtrtuJ

01

2 )(

atau secara umum dapat ditulis

dimana R= matriks definit positif dengan cara sama, dapat diminimalkan dari integral error kuadrat tracking sistem maka

∫=jt

t

dttRutuJ0

)()(&

∫=jt

t

dttQxtxJ0

)()(&

)()()( txtxtx da −= →)(txd deseried value →)(txa netral value Q = matriks pemberat yang berbentuk semi definit positif d. Performance Index for General Optimal Control Sistem Didefinisikan sebagai berikut : Bentuk kuadratik linear

∫ ++=ft

tff dttRututQxtxtFxtxJ

0

))()()()(()()( &&&

R = Matriks definit positif Q dan F = Matriks semi definit positif Bentuk taklinear :

∫+=ft

tff dtttutxVttxSJ

0

)),(),(()),((

2. 4 Masalah Optimal Control

Pada prinsipnya, tujuan dari optimal control adalah menentukan signal yang akan diproses dalam plant dan memenuhi konstrain fisik. Kemudian, pada waktu yang sama dapat ditentukan ekstrim (maksimum/minimum) yang sesuai dengan kreteria performance index.

Pada gambar 2.4 optimal control adalah mendapatkan optimal control ( *u ), tanda * menyatakan kondisi optimal yang akan mendorong dan mengatur plant C dari keadaan awal sampai keadaan akhir dengan beberapa konstrain pada kontrol dengan keadaan dan waktu yang sama dapat ditentukan ekstrim berdasarkan performance index yang diberikan.

Gambar 2.4 Skema Kontrol

Berarti secara umum, formulasi yang dapat diberikan pada permasalahan optimal control (Naidu, 2002): 1. Mendiskripsikan secara matematik artinya diperoleh metode matematika dari proses terjadinya pengendalian (secara umum dalam bentuk variabel keadaan). 2. Spesifikasi dari performance index. 3. Menentukan kondisi batas dan konstrain fisik pada keadaan (state) dan atau kontrol. 2. 5 Pontryagin Maximum Principle Dengan Kontrol Terbatas

Maximum Principle merupakan suatu kondisi sehingga dapat diperoleh penyelesaian optimal control yang sesuai dengan tujuan (memaksimalkan performance index). Hal ini, telah dikembangkan pada tahun 1950 oleh L. S. Pontryagin dan rekan kerjanya, yang diaplikasikan untuk semua masalah kalkulus variasi.

Berikut ini, akan dibahas contoh kasus yang menjadi ide dasar untuk membantu mendapatkan penyelesaian optimal control pada suatu model. Diberikan permasalahan dengan suatu kontrol yang terbatas sebagai berikut:

∫1

0

),,(maxt

t

dttuxf ...(2.11)

kendala ),,( tuxgx =& , 00 )( xtx = ... (2.12)

bua ≤≤ ... (2.13)

Untuk ),,( tuxgx =& dapat ditulis 0),,( =− xtuxg & sedemikian hingga dapat diperoleh

( ) xtuxgtuxfxtuxgtuxfL && λλλ −+=−+= ),,(),,(),,(),,( . Misalkan, J adalah integral dari 0t sampai 1t untuk L .

( )∫ −+=1

0

),,(),,(t

t

dtxtuxgtuxfJ &λλ

Padahal

dtxtxtdtxt

t

t

t

t

t∫∫ +−=−1

0

1

0

1

0

)()( λλλ &&

dtxtxttxtt

t∫++−=1

0

)()()()( 0011 λλλ &

sehingga diperoleh

( ) )()()()(),,(),,( 0011

1

0

txttxtdtxtuxgtuxfJt

t

λλλλ +−++= ∫ & …(2.14)

Berarti untuk J bernilai maksimum

( ) )()(),,(),,( 1*

1******

1

0

txtdtxtuxgtuxfJt

t

λλλ −++= ∫ &

)()( 0*

0 txtλ+ …(2.15) Dengan menggunakan Persamaan (2.14) dan (2.15) dapat diperoleh

( ) −+−++=− ∫ )()()()(),,(),,( 0011*

1

0

txttxtdtxtuxgtuxfJJt

t

λλλλ &

( ) )()()()(),,(),,( 0*

01*

1*****

1

0

txttxtdtxtuxgtuxft

t

λλλλ +−++∫ &

( ) +−+−+−= ∫1

0

)()),,(),,((),,(),,( *****t

t

dtxxtuxgtuxgtuxftuxf λλ &

( ) ( ))()()()()()( 0*

001*

11 txtxttxtxt −+− λλ

Karena )(tx mempunyai nilai awal maka 00*

0 )()( xtxtx ==

( )

( )∫

−−

−−+−=−

ft

t

t

t

txtxt

dtxxtuxgtuxgtuxftuxfJJ

0

1

0

)()()(

)(),,(),,((),,(),,(

1*

11

******

λ

λλ &

Kemudian, dilakukan ekspansi deret Taylor terhadap persamaan )),,(),,((),,(),,( **** tuxgtuxgtuxftuxf −+− λ , sedemikian hingga

menjadi

( )( ) ( )( ) ( )

+

−−−++−++=−

1

0

1

0

..

)()()( 1*

11***

t

t

t

tuuxx

toh

txtxtdtuugfxxgfJJ λλλλ &

untuk ugg

xgg

uff

xff uxux ∂

∂=

∂∂

=∂∂

=∂∂

= ,,,

Asumsikan bahwa *** ,, uuuxxxJJJ −=−=−= δδδ , sehingga dapat ditulis kembali

( ) ( )∫ −++++=1

0

)()( 22

t

tuuxx txtudtgfxgfJ δλδλδλλδ & …(2.16)

Dengan memilih λ& yang memenuhi ( ) 0)(, 1 =+−= tgf xx λλλ& …(2.17)

sehingga Persamaan (2.16) dapat direduksi menjadi

( )∫ +=1

0

t

tuu udtgfJ δλδ

Sedemikian hingga untuk λ,,ux merupakan solusi yang optimal maka

( ) 01

0

≤+= ∫t

tuu udtgfJ δλδ ...(2.18)

Untuk itu, dibutuhkan suatu kemungkinan untuk memodifikasi

uδ yang memenuhi Persamaan (2.18). Jika optimal control adalah pada batas bawah a untuk t maka modifikasi kontrol

ua δ+ yang tidak bisa kurang dari a , jadi dibutuhkan 0≥uδ . Dengan cara yang sama, jika optimal control adalah pada batas atas maka bentuk modifikasi kontrol ub δ+ yang tidak bisa lebih dari b , jadi dibutuhkan 0≤uδ . Kesimpulannya

terlarangtakuuu

=≤≥

δδδ

00

buajika

bujikaaujika

<<==

Supaya Persamaan (2.17) konsisten untuk semua uδ , karena itu dipilih

btubtua

atu

=<<

=

)()(

)(

⎪⎭

⎪⎬

≥+=+≤+

tpadagfjikahanyadanjikatpadagfjikahanyadanjikatpadagfjikahanyadanjika

uu

uu

uu

000

λλλ

...(2.19)

atau ekivalen dengan

000

>+=+<+

uu

uu

uu

gfgfgf

λλλ

btudenganbtuadengan

atudengan

=≤≤

=

)()(

)(

Berarti, jika **,ux penyelesaian Persamaan (2.11) – (2.13) maka

harus tedapat fungsi λ sedemikian hingga λ,, ** ux memenuhi Persamaan (2.12), (2.13), (2.17), dan (2.19). Syarat–syarat kondisi tersebut dapat digeneralisasi/diperluas dengan persamaan Hamiltonian adalah

` ),,(),,( tuxgtuxfH λ+= Supaya optimal jika memenuhi persamaan

0≤∂∂

uH jika au =

0=∂∂

uH jika bua ≤≤

0≥∂∂

uH jika bu =

dengan Persamaan keadaan (State dan Co-State)

λ∂∂

=Hx&

xH∂∂

−=λ&

00 )( xtx = dan 0)( 1 =tλ Untuk kondisi pada persamaan Hamiltonian tersebut digenerelisasi dengan memaksimalkan kendala (2.11) yang dapat dinyatakan sebagai berikut: Maks ),,(),,( tuxgtuxfH λ+= ...(2.20) Kendala bua ≤≤ ...(2.21) Supaya optimal jika memenuhi persamaan 1. Kondisi stasioner

0),,(),,( 21 =+−+=∂∂ wwtuxgtuxf

uL

uu λ …(2.22)

2. Persamaan keadaan

λ∂∂

=Lx&

xL∂∂

−=λ&

dengan 00 )( xtx = dan 0)( 1 =tλ Dari Persamaan (2.22) dapat diperoleh bentuk optimal control

)( *u . 2.6 Metode Beda Hingga

Jika )(xuu = maka turunan pertama dari u terhadap x didefinisikan

h

hxuhxu

hhxuxu

hxuhxu

dxdu

hhh

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ +

=−−

=−+

=→→→

22lim)()(lim)()(lim000

Jika )(xuu = diekspansikan menurut deret taylor

1. ...)(!2

)(!1

)()( 2

22

+++=+ xdx

udhxdx

hduxuhxu ...(2.23)

)()()()( hoxdx

hduxuhxu +=−+

dxdu

hxuhxu

≈−+ )()(

...(2.24)

Persamaan ini disebut persamaan beda hingga maju.

2. ...)(!2

)(!1

)()( 2

22

++−=− xdx

udhxdx

hduxuhxu

...(2.25)

)()()()( hoxdx

hduhxuxu +=−−

dxdu

hhxuxu

≈−− )()( …(2.26)

Persamaan ini disebut persamaan beda hingga mundur.

Jika persamaan (2.23)-(2.25), maka

3. ...2)()( +=−−+dxduhhxuhxu …(2.27)

)(2)()( 2hodxduhhxuhxu +=−−+

dxdu

hhxuhxu

≈−−+

2)()(

…(2.28)

Persamaan ini disebut persamaan beda hingga tengah. 4. Jika persamaan (2.23)+(2.25), maka

...)(2)()( 2

22 ++=−++

dxudhxuhxuhxu

…(2.29)

)()()(2)( 22

22 ho

dxudhhxuxuhxu +=−+−+

2

2

2

)()(2)(dx

udh

hxuxuhxu≈

−+−+ …(2.30)

syarat batas ada 3 tipe:

1. Syarat batas Diriclet, contoh : 100)0( =u

2. Syarat batas Neumann, contoh : 0)1( =dxdu

3. Syarat batas Robbins, contoh : 3)0()0( =+dxduu

iuihxuxu === )()(

0 1 NN‐12 3

h

i=0 

huu

dxdu ii −

= +1 adalah beda maju

huu

dxdu ii 1−−

= adalah beda mundur

huu

dxdu ii

211 −+ −

= adalah beda tengah

211

2

2 2h

uuudx

ud iii −+ +−=

Contoh 1 :

Misalkan xdx

ud=− 2

2

pada (0,1) dengan syarat batas diriclet

0)0( =u dan 0)1( =u dan 41

=h

Jawab :

ihh

uuu iii =+−

− −+2

11 2 dengan 0)0( =u dan 0)4( =u untuk

3,2,1=i 3

11 2 ihuuu iii =−+− −+ Untuk i=1, maka

6412 210 =−+− uuu

6412 21 =− uu

Untuk i=2, maka

3212 321 =−+− uuu

Untuk i=3, maka

6432 432 =−+− uuu

6432 32 =+− uu

Dari pembahasan diatas maka dapat dibentuk matrik sebagai berikut :

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎛=

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

⎟⎟⎟

⎜⎜⎜

−−−

64/332/164/1

210121012

3

2

1

uuu

Contoh 2 :

Misalkan xdx

ud=− 2

2

pada (0,1) dengan syarat batas Neumann

0)0( =u dan 0)1( =dxdu

dan 41

=h

Jawab :

ihh

uuu iii =+−

− −+2

11 2 dengan 0)0( =u dan 0)1( =

dxdu

untuk

4,3,2,1=i 3

11 2 ihuuu iii =−+− −+ Untuk i=1, maka

6412 210 =−+− uuu

6412 21 =− uu

Untuk i=2, maka

3212 321 =−+− uuu

Untuk i=3, maka

6432 432 =−+− uuu

6432 32 =+− uu

Untuk i=4, maka

1612 543 =−+− uuu

16122 43 =+− uu

Dari pembahasan diatas maka dapat dibentuk matrik sebagai berikut :

Contoh 3 :

Misalkan xdx

ud=− 2

2

pada (0,1) dengan syarat batas Robbin

0)0( =u dan 0)1()1( =+dxduu dan

41

=h

Jawab :

ihh

uuu iii =+−

− −+2

11 2 dengan 0)0( =u dan 0)1()1( =+

dxduu

untuk 4,3,2,1=i 3

11 2 ihuuu iii =−+− −+ Untuk i=1, maka

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

=

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

−−−

−−−

16/3364/332/164/1

22001210

01210012

4

3

2

1

uuuu

6412 210 =−+− uuu

6412 21 =− uu

Untuk i=2, maka

3212 321 =−+− uuu

Untuk i=3, maka

6432 432 =−+− uuu

6432 32 =+− uu

Untuk i=4, maka

1612 543 =−+− uuu

161

252 43 =+− uu

Dari pembahasan diatas maka dapat dibentuk matrik sebagai berikut :

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

=

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜

−−

−−−

16/164/332/164/1

2/52001210

01210012

4

3

2

1

uuuu

Sebelum melakukan penyelesaian optimal control pada suatu model, maka seharusnya dilakukan identifikasi terlebih dahulu mengenai eksistensi optimal control. Jika plant dalam keadaan kontinu dan terbatas, kemudian fungsi pada integral performance index harus konkav dan terbatas maka eksistensi optimal control dapat diidentifikasi. Kontrol yang dapat diterima ( )u harus dalam keadaan konveks dan tertutup (Kamien, 1991)

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan untuk memecahkan

permasalahan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

3.1 Studi Literatur Studi Literatur mengenai model TB dua strain untuk

dilakukan analisis dan simulasi terhadap optimal control yang akan menjadi objek penelitian. Pemahaman terhadap model sistem dan performance index sebagai ide untuk melakukan pembahasan masalah. Tentunya, juga pemahaman masalah optimal control sangat membantu dalam penyelesaian model tersebut dalam mencari bentuk optimal control. Selain itu, teori dasar yang mendukung pembahasan meliputi: Pontryagin Maximum Principle, metode Beda Hingga, dan teori-teori yang berhubungan dengan eksistensi , penyelesaian dan ketunggalan optimal control.

3.2 Analisis Eksistensi Optimal Control

Pada tahap ini, akan dilakukan analisis mengenai eksistensi suatu optimal control. Untuk mengujinya dibentuk suatu teorema yang dapat mengidentifikasi eksistensi optimal control pada model TB dua strain.

3.3 Penyelesaian Optimal Control

Optimal control diselesaikan menggunakan Pontryagin Maximum Principle dengan kontrol terbatas. Langkah-langkahnya adalah membentuk persamaan Hamiltonian. Dari persamaan Hamiltonian tersebut, dapat diperoleh kondisi stasioner (prinsip maksimal). Selanjutnya, dapat diperoleh optimal control dari model TB dua strain.

3.4 Analisis Ketunggalan Optimal Control Untuk menganalisis ketunggalan optimal control yang

dipresentasikan dalam bentuk dependen, akan dilakukan analisis ketunggalan penyelesaian pada sistem Hamiltonian yang terbentuk.

3.5 Simulasi Numerik

Optimal control diselesaikan dengan menggunakan metode Beda hingga. Langkah-langkahnya adalah menyelesaikan model sistem dengan menggunakan metode Beda hingga maju, dan fungsi adjoin yang diperoleh diselesaikan dengan menggunakan metode Beda hingga mundur karena adanya kondisi transversal. Selanjutnya, dapat diperoleh penyelesaian model sistem secara numerik.

3.6 Penarikan Kesimpulan

Pada tahap ini, dilakukan penarikan kesimpulan mengenai pengendalian optimal pada penanganan tuberkulosis dua strain.

BAB IV PEMBAHASAN

Model TB dua strain mempunyai bentuk sistem model berupa persamaan differensial taklinear. Oleh karena itu, penyelesaian optimal control berbentuk dependen maka dikaji mengenai sifat-sifat penyelesaian dari optimal control tersebut. Diharapkan bisa memberi informasi, bahwa penyelesaian optimal control yang didapatkan adalah tepat. 4.1 Analisis Eksistensi Optimal Control Pada bagian ini, akan dilakukan identifikasi terhadap eksistensi optimal control pada model TB dua strain. Teorema 4.1[Jung, 2002] :

Permasalahan pada Persamaan (1.1) dan (1.3), yang memenuhi i. Kontrol Uuuu ∈= ),( 21 tidak kosong . ii. Kontrol Uuuu ∈= ),( 21 konveks dan tertutup. iii. Persamaan ruas kanan pada state sistem yang kontinu adalah

terbatas pada state dan kontrol, kemudian dapat dituliskan sebagai fungsi linear pada variabel kontrol dengan koefisien yang bergantung pada waktu dan state.

iv. Integrand pada performance index konkav pada U . v. Integrand pada performance index terbatas. maka terdapat optimal control Uuuu ∈= ),( *

2*1

* sedemikian hingga ),(),( *

2*121),( 21

uuJuuJmaksUuu

=∈

dengan

( ){ }2,1,10|, 21 =<≤≤≤= iuntukbuauuU iii . Maka akan ditunjukkan permasalahan (1.1) dan (1.3) memenuhi teorema 4.1. Bukti :

Berdasarkan, asumsi permasalahan bahwa lama perawatan pada interval waktu tertentu maka TILILS ,,,,, 2211 adalah terbatas, sedemikian hingga

maksmaks

maksmaksmaksmaks

TTIILLIILLSS

≤≤

≤≤≤≤

;;;;;

22

221111

i. Kontrol Uuuu ∈= ),( 21 Tidak Kosong.

Secara umum, sistem yang didesain dengan adanya suatu kontrol supaya dapat mencapai tujuan yang diinginkan (performance index). Akan tetapi, jika kontrol tersebut kosong maka tidak ada tindakan pada sistem tersebut. Berarti, sulit dicapai tujuan yang diinginkan.

Dengan kontrakdiksi, andaikan

dttuBtuBtItLuuJft

Uuu])(

2)(

2)()([),(min

0

22

221

12221),( 21

∫ +++−=∈

berarti

menggambarkan tujuan dari plant yaitu memaksimalkan atau memperbesar jumlah grup strain yang tahan obat. Tujuan seperti ini, tentunya dapat memperbanyak grup TB. Berarti tidak perlu adanya tindakan untuk memperbanyak grup TB, artinya kontrol harus kosong. Hal ini, kontradiksi karena pada interval waktu

],0[ ft terdapat tindakan. Dengan demikian terbukti, seharusnya fungsi kontrol tidak kosong sedemikian hingga

dttuB

tuB

tItLuuJft

Uuu])(

2)(

2)()([),(min

0

22

221

12221),( 21

∫ +++−=∈

yang menggambarkan tujuan dari plant tersebut yaitu mengurangi jumlah grup TB yang tahan obat. ii. Kontrol Uuuu ∈= ),( 21 Konveks dan Tertutup

Akibat (i) maka dapat dijamin bahwa kontrol pada model TB dua strain tidak kosong maka dapat dilakukan analisis mengenai sifat dari kontrol tersebut yaitu konveks dan tertutup.

a. Kontrol Uuuu ∈= ),( 21 konveks Ambil sebarang Uuuu ∈= ),( 21 dan

Uuuu ∈= ),( 2'

1'' , berdasarkan Definisi akan dibuktikan

Uuuz ∈−+= ')1( εε , untuk semua ]1,0[∈ε . Berarti, Uuuz ∈−+= ')1( εε

))1(,)1((

))1(,)1((),(

),)(1(),(

'22

'11

'2

'121

'2

'121

uuuu

uuuu

uuuu

εεεε

εεεε

εε

−+−+=

−−+=

−+=

karena 2,1,10 =<≤≤≤ ibua iii sedemikian hingga

11'

1 )1( buu ≤−+ εε dan 22'

2 )1( buu ≤−+ εε maka ],[)1( 111

'1 bauu ∈−+ εε dan ],[)1( 222

'2 bauu ∈−+ εε .

Jadi, dapat ditunjukkan bahwa Uz∈ .

b. Kontrol Uuuu ∈= ),( 21 tertutup

111 bua ≤≤ dengan 10 111 <≤≤≤ bua tertutup sebab berdasarkan Definisi sebarang titik

],[ 111 bau ∉ , maka 11 au < dan 12 bu > . Jika 11 au < , ambil

111auu −=ε maka φε =∩ )(],[ 111 uVba . Jika 12 bu > ,

ambil 111buu −=ε maka φε =∩ )(],[ 111 uVba . Dengan

cara yang sama, dapat ditunjukkan bahwa 222 bua ≤≤ dengan 10 222 <≤≤≤ bua tertutup.

Berdasarkan (a) dan (b) maka Uuuu ∈= ),( 21 konveks dan tertutup.

iii. Persamaan Ruas Kanan Pada State Sistem Yang Kontinu Adalah Terbatas pada State dan Kontrol, Kemudian Dapat Dituliskan Sebagai Fungsi Linear Pada Variabel Kontrol Dengan Koefisien Yang Bergantung Pada Waktu Dan State.

Bukti: Untuk laju populasi yang berpotensi terkena TB

SNI

SNI

SS µββ −−−Λ= ∗ 211

& maka SS µ−Λ≤& .

Berarti batas atas dari laju populasi yang berpotensi terkena TB adalah maksSµ−Λ Untuk laju populasi yang terinfeksi TB strain 1 tetapi belum menularkan.

NI

L

NI

TIprtuLrtuLkNI

SL

21

1212211111

111 ))(1()()(

∗−

+−+−+−=

β

βµβ&

maka

NI

TIprNI

SL 1212

111 ββ ++≤&

Berarti batas atas laju populasi yang terinfeksi dengan TB strain 1 tetapi belum menularkan adalah

NI

TIprN

IS maks

maksmaksmaks

maks1

2121

1 ββ ++

Untuk laju populasi yang terinfeksi dengan TB strain 1.

1211111 )( IrIdLkI −+−= µ& maka 111 LkI ≤& Berarti batas atas laju populasi yangf terinfeksi dengan TB strain 1 adalah maksLk 11

Untuk laju populasi yang terinfeksi dengan TB strain 2 yang tahan obat tetapi belum menularkan

NITLSLkIqrtuL 2

1221222 )()())(1( ++++−−= ∗βµ& maka

NITLSIqrL 2

1122 )( +++≤ ∗β&

Berarti batas atas laju populasi yang terinfeksi dengan TB strain 2 yang tahan obat tetapi belum menularkan adalah

NI

TLSIqr maksmaksmaksmaksmaks

2112 )( +++ ∗β

Untuk laju populasi yang terinfeksi TB strain 2 yang tahan obat

22222 )( IdLkI +−= µ& maka 222 LkI ≤& Berarti batas atas laju populasi yang terinfeksi TB strain 2 dengan sifat tahan obat adalah maksLk 22 Untuk laju populasi yang dirawat (dengan efektif)

TNIT

NITIrqptuLrtuT µββ −−−+−−+= ∗ 21

2122111 ))))((1(1()(&

maka 122111 ))))((1(1()( IrqptuLrtuT +−−+≤&

Berarti batas atas laju populasi yang dirawat (dengan efektif) adalah maksmaks IrqptuLrtu 122111 ))))((1(1()( +−−+ . Kemudian, berdasarkan asumsi bahwa fungsi kontrol dalam keadaan terbatas maka terdapat bilangan positif 1M dan 2M sedemikian hingga 11 Mu ≤ dan 22 Mu ≤ Dengan demikian,

maksmaks IrqpMLrMT 122111 )))(1(1( +−−+≤& Jika diambil 0>ε dan

⎪⎪⎪

⎪⎪⎪

⎪⎪⎪

⎪⎪⎪

+−−+

+++

++−Λ

=∗

maksmaks

maksmaksmaksmaksmaks

maksmaks

maksmaksmaks

maksmaksmaks

IrqpMLrMN

ITLSIqr

LkLkN

ITIpr

NI

SS

maksM

122111

2112

2211

1212

11

)))(1(1(

,)(

,,

,,

β

ββµ

Jadi, mudah dipahami bahwa solusi persamaan dari sistem adalah terbatas. Kemudian, pada sistem persamaan (1.1) dapat dibentuk menjadi

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( ))()()()(),(),(),(),(),()(

)()()()(),(),(),(),(),()(

)()()()(),(),(),(),(),()(

)()()()(),(),(),(),(),()(

)()()()(),(),(),(),(),()(

)()()()(),(),(),(),(),()(

12112211

121122112

121122112

121122111

121122111

12112211

tIztutLwutTtItLtItLtSvdt

tdT

tIttutLsutTtItLtItLtSrdt

tdI

tIqtutLputTtItLtItLtSodt

tdL

tIntutLmutTtItLtItLtSldt

tdI

tIktutLjutTtItLtItLtSidt

tdL

tIhtutLgutTtItLtItLtSfdt

tdS

++=

++=

++=

++=

++=

++=

Dengan

( )

( )

( ) 1211112211

11

212111

12211

2112211

)()(),(),(),(),(),(

)()(),(),(),(),(),(

)(),(),(),(),(),(

IrIdLktTtItLtItLtSl

LNITIprLk

NIStTtItLtItLtSi

SNIS

NIStTtItLtItLtSf

−+−=

−+++−=

−−−Λ=

µ

ββµβ

µββ

 

( )NITLSLkIqrtTtItLtItLtSo 2

122122211 )()()(),(),(),(),(),( ++++−= ∗βµ

 

( )

( )

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )( )( ) ( )( )( ) )()()(

)()()()()(

)()(0)()()()()()()(

)(),(),(),(),(),(

)()(),(),(),(),(),(

121

111

1211

111

1111111

2122211

22222211

tIrqptIztLrtLw

tIprtIqtIktLrtLj

tIttLstLptIntLmtIhtLg

TNIT

NITtTtItLtItLtSv

IdLktTtItLtItLtSr

+==

−==−=

=======

−−−=

+−=

∗ µββ

µ

Berarti sistem berbentuk linear pada 1u dan 2u dengan koefisien yang bergantung pada waktu dan state. iv. Integrand Pada Performance Index Konkav Pada U

Ambil sebarang [ ]1111 ,, bavu ∈ dan [ ]2222 ,, bavu ∈ untuk setiap 10 ≤≤ε dengan

)(2

)(2

)()(),( 22

221

12221 tuBtuBtItLuuJ −−−−= .

Berdasarkan definisi 2.2.6.1 akan ditunjukkan bahwa : ( ) ( )( ) ( ) ( ) ( )21212211 ,,11,1 vvJuuJvuvuJ εεεεεε +−≥+−+− .

Untuk

( ) ( )

( )2222

211

1221211

)1(2

)1(2

)1(,)1(

vuB

vuBILvuvuJ

εε

εεεεεε

+−−

+−−−−=+−+−

Untuk

( ) ( )

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−−−+

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−−−−=+−

)(2

)(2

)()(

)(2

)(2

)()()1(,,)1(

22

221

122

22

221

1222121

tvBtvBtItL

tuBtuBtItLvvJuuJ

ε

εεε

Dengan menjabarkan kuadratnya sehingga :

( ) ( )

( ) ( ) ( )2222

22111

122

2

21

1221211

)()1(22

)()1(22

)1(2

)1(2

)()()1(,)1(

vvuBvvuBuB

uBtItLvuvuJ

εεεεεεε

εεεεε

+−−+−−−−

−−−−=+−+−

( ) ( )

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−−−+

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−+=+−

)(2

)(2

)()(

)(2

)(2

)(2

)(2

,,)1(

22

221

122

22

221

122

221

12121

tvBtvBtItL

tvBtvBtuBtuBvvJuuJ εεε

Berarti untuk menunjukkan bahwa J konkav pada U maka harus dibuktikan

( ) ( )22222

111

22

22

221

122

22

221

122

)1(2

)1(2

)(2

)(2

)()()(2

)(2

)()()1(

vuBvuBIL

tvBtvBtItLtuBtuBtItL

εεεε

εε

+−−+−−−−≤

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−−−+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ −−−−−

atau

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−−−+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ −−−−− )(

2)(

2)()()(

2)(

2)()()1( 2

222

11

2222

221

122 tvBtvBtItLtuBtuBtItL εε

( ) ( ) 0)1(2

)1(2

222

2211

122 ≤⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ +−−+−−−−− vu

Bvu

BIL εεεε

… (4.1)

Dilain pihak

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−−−+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ −−−−− )(

2)(

2)()()(

2)(

2)()()1( 2

222

11

2222

221

122 tvBtvBtItLtuBtuBtItL εε

( ) ( ) =⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ +−−+−−−−− 2

2222

111

22 )1(2

)1(2

vuB

vuB

IL εεεε

( )2111

21

1 )1()1(2)1(2

vvuuBεεεεεε −+−−−−

( )2222

22

2 )1()1(2)1(2

vvuuB

εεεεεε −+−−−− …(4.2)

atau bisa ditulis untuk persamaan ruas kanan (4.1) pada diatas dan karena 0, 21 >BB maka

( ) ( )( ) ( ) ( )( ) 0112

112

2

2222

111 ≤−−−−−−−− vuBvuB

εεεεεεεε

Jadi, Persamaan diatas dapat terpenuhi, artinya integrand pada performance index konveks.

v. Integrand Pada Performance Index Terbatas.

Misalnya terdapat 01 >c , 02 >c , 03 >c dan

mengingat TILILS ,,,,, 2211 terbatas pada ],0[ ft sedemikian hingga

maksmaks

maksmaksmaksmaks

TTIILLIILLSS

≤≤

≤≤≤≤

;;;;;

22

221111

dan pilih 2

,2

213

BBc ≥ , berarti

⎥⎦⎤

⎢⎣⎡ +++−=−−−− )(

2)(

2)()()(

2)(

2)()( 2

222

11

2222

221

122 tu

Btu

BtItLtu

Btu

BtItL

( ))()( 2

2321322 tuctucIL maksmaks +++−≥

)()()(2

)(2

)()( 223

21322

22

221

122 tuctucILtu

Btu

BtItL maksmaks +++≤+++

( ))()( 22

21321 tutuccc +++=

Akibat fungsi kontrol yang terletak pada interval iii bua ≤≤≤0

, untuk i=1,2 maka 22ii uu = . Berarti dapat diperoleh

( )22

21321

22

221

122 )()()(

2)(

2)()( tutuccctuBtuBtItL +++≤+++ Jadi,

dengan menganggap ( ))()( 22

21321 tutucccM +++= maka

terdapat suatu konstanta M sedemikian hingga

MtuBtuBtItL ≤+++ )(2

)(2

)()( 22

221

122 . Artinya integrand pada

performance index adalah terbatas . Berdasarkan teorema di atas, terlihat bahwa optimal control pada model TB dua strain dapat dijamin karena terdapat optimal control yang dapat memaksimalkan performance index yang diinginkan.

4.2 Penyelesaian Optimal Control

Untuk mendapatkan penyelesaian optimal control dari Persamaan (1.1), (1.2), digunakan Pontryagin Maximum Principle. Metode ini merupakan pengembangan dari masalah kalkulus variasi. Hamiltonian yang terbentuk adalah :

∑=

++++=6

1

22

221

122 )(

2)(

2)()(

iii gtu

Btu

BtItLH λ …(4.3)

Dimana g merupakan persamaan diferensial sebelah kanan dari variable keadaan ke-i, sehingga bisa ditulis :

)()(2

)(2

)()( 2111

22

221

122 S

NI

SNI

StuB

tuB

tItLH µββλ −−−Λ++++= ∗

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −+−+−+−+ ∗

NIL

NITIprtuLrtuLk

NIS 2

11

2122111111

12 ))(1()()( ββµβλ

( ) ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ++++−−+−+−+ ∗

NITLSLkIqrtuIrIdLk 2

12212241211113 )()())(1()( βµλµλ

( ) ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−−+−−+++−+ ∗ T

NI

TNI

TIrqptuLrtuIdLk µββλµλ 212122111622225 ))))((1(1()()(

Persamaan co-state dapat diperoleh dari :

λ∂∂

=Hx&

xH∂∂

−=λ&

Sehingga

SH

dtd

∂∂

−=1λ , 0)(1 =ftλ

.

.

TH

dtd

∂∂

−=6λ , 0)(6 =ftλ

State variables :

SNI

SNI

SHS µββλ

−−−Λ=∂∂

= ∗ 211

1

&

NIL

NITIprtuLrtuLk

NISHL

21

1212211111

11

21 ))(1()()(

∗−

+−+−+−=∂∂

=

β

βµβλ

&

1211113

1 )( IrIdLkHI −+−=∂∂

= µλ

&

NI

TLSLkIqrtuHL 2122122

42 )()())(1( ++++−−=

∂∂

= ∗βµλ

&

22225

2 )( IdLkHI +−=∂∂

= µλ

&

TNI

T

NI

TIrqptuLrtuHT

µβ

βλ

−−

−+−−+=∂∂

=

∗ 2

12122111

6

))))((1(1()(&

Co-state variables nya :

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛++=

∂∂

−= ∗

NI

NI

NI

NI

SH *

2*4

*1

12

*2

*1

111 βλβλµββλλ&

( )

( )1*

16

*2

413

*2

11121

2

)(

)((

rtu

NIk

NIrtuk

LH

−+

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+−+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛+++=

∂∂

−= ∗∗

λ

βλλβµλλ&

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−−−+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛=

∂∂

−=NTprtu

NS

NS

IH *

22*

2

*

12

*

111

3 ))(1( ββλβλλ&

( ) ( )

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++−−−+

−++++

NTrqptu

qrturd*

22*

26

2*

24213

))))((1(1(

))(1((

βλ

λµλ

( ) ( )25242

4 1 kkLH

−+++−=∂∂

−= λµλλ&

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ +++⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−=

∂∂

−= ∗∗∗

NTLS

NL

NS

IH **

1*

4

*1

2

*

12

5 1 βλβλβλλ&

 

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++ ∗

NTd

*

625 βλµλ

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−=

∂∂

−= µββλβλβλλNI

NI

NI

NI

TH *

22

*1

26

*2

24

*1

226&

Berdasarkan prinsip optimal didapat :

01

=∂∂uH dan 0

2

=∂∂uH , Sehingga diperoleh :

1. Untuk optimal control *1u

011611211

1

=+−=∂∂ LrLruBuH λλ

11611211 LrLruB λλ −=

*1162

1

*1 )(1)( Lr

Btu λλ −= …(4.4)

Karena 1*11 bua ≤≤ , maka dapat ditulis

)),)(1,(min()( 1*1162

11

*1 bLr

Bamakstu λλ −=

…(4.5)

2. Untuk optimal control *

2u

0)( 61241221222

2

=++−−=∂∂ λλλ IrqpIqrIpruBuH

61241221222 )( λλλ IrqpIqrIpruB +−+=

( ) *

126422

*2 )(1)( Irqpqp

Btu λλλ +−+= …(4.6)

Karena 2*22 bua ≤≤ , maka dapat ditulis

),,(min()( 22*

2 bzamakstu = …(4.7)

Dengan ( ) ))(1 *12642

2

IrqpqpB

z λλλ +−+=

Kemudian Optimal control yang fisibel disubstitusikan ke dalam persamaan keadaan. maka dapat diperoleh sistem persamaan differensial sebagai berikut:

SNI

SNI

SS µββ −−−Λ= ∗ 211

&

111*1162

1111

111 ),)(1,(min()( LrbLr

BamaksLk

NI

SL ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−+−= λλµβ&

( )

NIL

NIT

IprbIrqpqpB

amaks

21

12

122*

126422

2 )),)(1,(min(1

∗−+

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−+−+

ββ

λλλ

1211111 )( IrIdLkI −+−= µ&

( ) 122*

126422

22 )),)(1,(min(1 IqrbIrqpqpB

amaksL ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−+−= λλλ&

      NI

TLSLk 2122 )()( ++++− ∗βµ  

22222 )( IdLkI +−= µ&

111*1162

11 ),)(1,(min( LrbLr

BamaksT ⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−= λλ&

( ) 122*

126422

2 ))()),)(1,(min(11 IrqpbIrqpqpB

amaks +⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−+−−+ λλλ

TNI

TNI

T µββ −−− ∗ 212

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛++= ∗

NI

NI

NI

NI *

2*4

*1

12

*2

*1

111 βλβλµββλλ&

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−++= ∗

NIrbLr

Bamaksk

*2

11*1162

11122 ),)(1,(min(( βλλµλλ&

 

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−+−+ ∗

11*1162

116

*2

413 ),)(1,(min( rbLrB

amaksNIk λλλβλλ

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−+−−−=

NTprbIrqpqp

Bamaks

NS *

222*

126422

2

*

123 )),)(1,((min1 βλλλβλλ&

( ) ( )⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−+−++++⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛22

*12642

224213

*

11 )),)(1,(min(1( qrbIrqpqpB

amaksrdNS

λλλλµλβλ

( )⎠

⎜⎜

⎛++

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−+−−−+

NTrqpbIrqpqp

Bamaks

*

222*

126422

26 ))()),)(1,((min11 βλλλλ

( ) ( )25244 1 kk −+++−= λµλλ&

( )25

**1

*

4

*1

2

*

15 1 dN

TLSNL

NS

++⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ +++⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−= ∗∗∗ µλβλβλβλλ&

          ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+ ∗

NT *

6 βλ

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−= µββλβλβλλ

NI

NI

NI

NI *

22

*1

26

*2

24

*1

226&

dengan 0222211110 )0(,)0(,)0(,)0(,)0(,)0(

0000TTIILLIILLSS ======

dan 0)()()()()()( 654321 ====== ffffff tttttt λλλλλλ ..(4.8)

4.3 Analisis Ketunggalan Optimal Control

Analisis ketunggalan optimal control dilakukan dengan memastikan ketunggalan dari solusi Hamiltonian pada persamaan differensial (1.1) karena optimal control yang didapatkan bergantung pada state sistem tersebut. Untuk mengkajinya, dengan memisalkan dua solusi yang berbeda dari Hamilton, kemudian akan ditunjukkan, ternyata solusi tersebut sama.

Untuk memudahkan dalam pengerjaannya, terlebih dahulu akan dilakukan analisis bahwa optimal control (4.5) dan (4.7) memenuhi kondisi Lipschitz. Penyelesaian optimal control dapat dituliskan secara umum ( )( )bcamakscu ,,min)( = , dengan

ba < , untuk ba, adalah konstanta positif. Teorema 4.3 [Jung, 2002] : Fungsi ( )( )bcamakscu ,,min)( = memenuhi kondisi Lipschitz pada c dengan ba < , untuk ba, adalah konstanta positif Bukti: Misalkan 21,cc bilangan real sedemikian hingga

( )( )bcamakscu ,,min)( 11 = ( )( )bcamakscu ,,min)( 22 =

Untuk kemungkinan yang terjadi

1. ( )( ) ( )( )21

2121

0

,,min,,min;,

ccbb

bcamaksbcamakscbacba

−≤=−=

−≤≤≤≤

2. ( )( ) ( )( )212

2121 ,,min,,min;,

cccb

bcamaksbcamaksbcacba

−≤−=

−≤≤≤≤

3. ( )( ) ( )( )

21

2121 ,,min,,min;,

ccab

bcamaksbcamaksbaccba

−≤−=

−≤≤≤≤

4. ( )( ) ( )( )211

2121 ,,min,,min;,

ccbc

bcamaksbcamakscbabca

−≤−=

−≤≤≤≤

5. ( )( ) ( )( )21

2121 ,,min,,min;,

cc

bcamaksbcamaksbcabca

−=

−≤≤≤≤

6. ( )( ) ( )( )211

2121 ,,min,,min;,

ccac

bcamaksbcamaksbacbca

−≤−=

−≤≤≤≤

7. ( )( ) ( )( )

21

2121 ,,min,,min;,

ccba

bcamaksbcamakscbabac

−≤−=

−≤≤≤≤

8. ( )( ) ( )( )212

2121 ,,min,,min;,

ccca

bcamaksbcamaksbcabac

−≤−=

−≤≤≤≤

9. ( )( ) ( )( )21

2121 ,,min,,min;,

ccaa

bcamaksbcamaksbacbac

−≤−=

−≤≤≤≤

Berarti, ( )( )bcamakscu ,,min)( = memenuhi kondisi Lipshitz artinya bentuk optimal control yang didapatkan memenuhi kondisi Lipschitz.

Analisis Ketunggalan Solusi Sistem Persamaan Diferensial

Andaikan ( )6543212211 ,,,,,,,,,,, λλλλλλTILILS dan

( )6543212211 ,,,,,,,,,,, λλλλλλTILILS adalah dua solusi yang berbeda dari sistem persamaan diferensial (4.8) dengan

nemelekejehe

geTfeIdeLceIbeLaeStttttt

tttttt

λλλλλλ

λλλλλλ

λλλλλλ −−−−−− ======

======

654321

2211

,,,,,

,,,,,,

dan

nemelekejehe

geTfeIdeLceIbeLaeStttttt

tttttt

λλλλλλ

λλλλλλ

λλλλλλ −−−−−− ======

======

654321

2211

,,,,,

,,,,,,

untuk 0>λ . Berarti dapat diperoleh bentuk optimal control yang baru.

)),)(1,(min()( 111

11 bbrnjB

amakstu −= ;

( ) )),)(1,(min()( 222

22 bbrnqpqlpjB

amakstu +−+=

Dan

)),)(1,(min()( 111

11 bbrnjB

amakstu −= ;

( ) )),)(1,(min()( 222

22 bbrnqplqjpB

amakstu +−+=

Dengan menggunakan teorema Lipschitz sedemikian hingga dapat diperoleh :

=− )()( 11 tutu

)),)(1,(min()),)(1,(min( 111

1111

1 bbrnjB

amaksbbrnjB

amaks −−−

Atau dapat ditulis

brnjB

brnjB

tutu 11

11

11 )(1)(1)()( −−−≤−

brnjbrnjB 11

1

)()(1−−−= …(4.9)

Dan )),,(min()),,(min()()( 222222 bzamaksbzamakstutu −=−

dengan ( ) crnqpqlpjB

z 22

)(1+−+= dan

( ) crnqplqjpB

z 22

)(1+−+=

atau dapat ditulis

( ) ( ) ))(1))(1)()( 22

22

22 crnqplqjpB

crnqpqlpjB

tutu +−+−+−+≤−

( ) ( ) ))())(122

2

crnqplqjpcrnqpqlpjB

+−+−+−+=

...(4.10)

Kemudian dua solusi tersebut disubstitusikan ke dalam sistem persamaan (1.1). Untuk ( )6543212211 ,,,,,,,,,,, λλλλλλTILILS

aeN

feaeN

ceaedt

ade tt

tt

tt

λλ

λλ

λλ

µββ −−−Λ= ∗1

Sehingga dapat diperoleh :

aeN

feaeN

ceaedt

deadtdae t

tt

tt

tt λ

λλ

λλ

λλ µββ −−−Λ=+ ∗

1

Dengan dtdaa =& dapat ditulis

( ) aeN

feaeN

ceaeaae tt

tt

tt λλ

λλ

λλ µββλ −−−Λ=+ ∗1&

Kedua ruas dibagi dengan teλ sehingga dapat diperoleh

( ) aN

feaN

ceaeaatt

t µββλλλ

λ −−−Λ=+ ∗−1& …(4.11)

Dengan cara sama diperoleh

( ) ( ) cprtubrubkN

ceabbt

221111 )(1)( −+−+−=+ µβλλ

&

Nfeb

Nceg

tt λλ

ββ ∗−+ 2 …(4.12)

( ) crcdbkcc 211 )( −+−=+ µλ& …(4.13)

( ) ( )N

fegbadkcqrtuddtλ

βµλ )()()(1 222 ++++−−=+ ∗& …(4.14)

( ) fddkff )( 22 +−=+ µλ& …(4.15)

( ) ( )[ ]N

cegcrqptubrtuggtλ

βλ 22111 )()(11)( −+−−+=+&

         g

Nfeg

t

µβλ

−− ∗

…(4.16)

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛++−=+− ∗

Ncej

Nfe

Ncehhh

ttt λλλ

βµββλ 11&

                   ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−

Nfel

β *                                                   …(4.17)

( ) ( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−−−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛+++−=+− ∗∗

Nfelkk

Nfertukjjj

tt λλ

ββµλ 1111 )((&

                 

( )11 )( rtun −−

…(4.18)

                 

( ) ( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−−−−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−=+−

Ngeprtu

Naej

Naehkk

ttt λλλ

βββλ 22211 )(1&

( ) ( )2221 ))(1(( qrtudrdk −−−++− µ

( )[ ] ⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛++−−−−

Ngerqptun

β 222 ))()(11

…(4.19)

( ) ( ) ( )22 kmklell t −−+−=+− µλ λ& …(4.20)

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ ++−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−=+− ∗∗∗

Ngebeael

Nbej

Naehemm

tttttt

λλλλλλ βββλ&

( ) ⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−+− ∗

Ngendm

βµ 2

…(4.21)

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−=+− µβββλ

λλλ

Nfe

Ncen

Nfelnn

ttt

222&

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−

Ncej

β2 …(4.22)

Untuk ( )6543212211 ,,,,,,,,,,, λλλλλλTILILS

( ) aN

feaN

ceaeaatt

t µββλλλ

λ −−−Λ=+ ∗−1

&

…(4.23)

( ) ( ) cprtubrtubkN

ceabbt

221111 )(1)()( −+−+−=+ µβλλ

&

Nfeb

Nceg

tt λλ

ββ ∗−+ 2 …(4.24)

( ) crcdbkcc 211 )( −+−=+ µλ& …(4.25)

( ) ( ) dkcqrtudd )()(1 222 +−−=+ µλ&

               

Nfegba

β )( +++ ∗

…(4.26)

( ) fddkff )( 22 +−=+ µλ& …(4.27)

( ) ( )[ ]

Ncegcrqptubrtugg

βλ 22111 )()(11)( −+−−+=+&

g

Nfeg

t

µβλ

−− ∗

…(4.28)

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛++−=+− ∗

Ncej

Nfe

Ncehhh

ttt λλλ

βµββλ 11&

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−

Nfel

β *

…(4.29)

( ) ( )1111 )(( kkN

fertukjjjt

−−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++−=+− ∗

λ

βµλ&

( )11 )( rtun

Nfel

t

−−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−− ∗

λ

β …(4.30)

( ) ( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−−−−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−=+−

Ngeprtu

Naej

Naehkk

ttt λλλ

βββλ 22211 )(1&

  ( ) ( )2221 ))(1(( qrtudrdk −−−++− µ

( )[ ] ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++−−−−

Ngerqptun

β222 ))()(11

…(4.31)

( ) ( ) ( )22 kmklell t −−+−=+− µλ λ& …(4.32)

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ ++−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−=+− ∗∗∗

Ngbael

Nbej

Naehemm t

ttt βββλ λ

λλλ&

( ) ⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−+− ∗

Ngendm

βµ 2 …(4.33)

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−=+− µβββλ

λλλ

Nfe

Ncen

Nfelnn

ttt

222&

               ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−

Ncej

β 2 …(4.34)

Kemudian dilakukan estimasi/pengurangan pada persamaan (4.11) dan (4.23)

( ) ( ) aN

feaN

ceaeaaaatt

t µββλλλλ

λ −−−Λ=+−+ ∗−1

&&

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−−Λ− ∗− a

Nfea

Nceae

ttt µββ

λλλ

1

Atau

( ) ( ) aaaaaa µµλ +−=−+− &&

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++−−+ ∗∗

Nfea

Ncea

Nfea

Ncea

tttt λλλλ

ββββ 11

Kedua ruas dikalikan dengan ( )aa − sehingga menjadi ( )( ) ( ) ( ) ( )aaaaaaaaaaaa −+−−=−+−− µµλ 2&&

                 ( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++−−−+ ∗∗

Nfea

Ncea

Nfea

Nceaaa

tttt λλλλ

ββββ 11

Setelah itu, kedua ruas diintegralkan dari 0 sampai ft

( )( ) ( )( ) ( )( ) ( )∫∫ ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−−+−+−=−+−−

ff t ttt

Ncea

Nceaaaaaaadtaaaaaa

011

0

2λλ

ββµµλ&&

( ) dtN

feaN

feaaatt

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−−+ ∗∗

λλ

ββ  

Dilain pihak  

( )( ) ( )∫ ∫ +−−=−−f ft t

dtaaaaaaaadtaaaa0 0

&&&&&&

Dengan teknik integral parsial , ∫ ∫−= vduuvudv dapat

diperoleh ( )( ) ( ) ( )( )∫ ∫ −−−+−=−−

f ft tf dtaaaa

taaaadtaaaa

0 0

22

02 &&&&

Kedua ruas ditambahkan dengan ( )( )∫ −−ft

dtaaaa0

&&& menjadi

( )( ) ( )∫ −=−−ft

ftaadtaaaa

0

2

02 &&&

atau bisa dinyatakan dengan

( )( ) ( )∫ −=−−ft

ftaadtaaaa

0

2

021

&&&

Namun, 0)0()0( SSS == maka dapat diperoleh )0()0( aa = . Jadi,

( )( ) ( )∫ −−=−−ft

ftaadtaaaa0

2 0)(21

&&&

( ) )(21 2

ftaa −=

Dengan demikian,

( ) ( ) ( )( )∫∫ −−=−+−ff tt

f aaaadtaataa00

22 )(21 µµλ

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−−+

Ncea

Nceaaa

tt λλ

ββ 11

( ) dtN

feaN

feaaatt

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−−+ ∗∗

λλ

ββ

Mengingat lama perawatan dibatasi pada selang waktu tertentu maka solusi yang dihasilkan pada sistem Hamiltonian adalah

terbatas, berarti terdapat suatu konstanta positif iw sedemikian hingga

( )( ) ∫∫ −≤−−ff tt

dtaawdtaaaa0

21

0

)(µµ

( ) ( )∫∫ −+−≤−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−

f

f

f tt

t tt

dtccaaewdtaaN

ceaN

cea0

222

011 )()(λ

λλ

ββ

( ) ( )∫∫ −+−≤−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+− ∗∗

f

f

f tt

t tt

dtffaaewdtaaN

feaN

fea0

223

0

)()(λλλ

ββ

sehingga diperoleh :

( ) ( ) ∫∫ −≤−+−ff tt

f dtaawdtaataa0

21

0

22 )()(21 λ

( )∫ −+−+f

f

tt dtccaaew

0

222 )()(λ

( )∫ −+−+f

f

tt dtffaaew

0

223 )()(λ

∫∫ −++−≤f

f

f tt

t

dtaaewwdtaaw0

232

0

21 )()()( λ

∫∫ −+−+f

f

f

f

tt

tt dtffewdtccew

0

23

0

22 )()( λλ

sehingga terdapat suatu konstanta positif 1z

( ) ( ) ∫∫ −≤−+−ff tt

f dtaawdtaataa0

21

0

22 )()(21 λ

( )∫ −+−+−+f

f

tt dtffccaaez

0

2221 )()()(λ

Demikian juga pada pengurangan yang lain, yaitu :

( ) ( ) dtbbN

ceaN

ceadtbbtbbff t ttt

f ∫∫ −⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−=−+−

011

0

22)()(

21 λλ

ββλ

( )

−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+

−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+

−+−++

∗∗f

f

f

t tt

t tt

t

dtbbN

febN

feb

dtbbN

cegN

ceg

dtbbbkbk

0

022

011

)(

)(

)()()(

λλ

λλ

ββ

ββ

µµ

( ) ( )( )

( )∫

−−+

−−−−+

f

f

t

t

dtbbbrtubrtu

dtbbcprtucprtu

01111

02222

)()()(

)()(1)(1

Untuk ( )∫ −−ft

dtbbbrtubrtu0

1111 )()()( dan

( ) ( )( )∫ −−−−ft

dtbbcprtucprtu0

2222 )()(1)(1 digunakan sifat pada

Persamaan (4.2.8) dan (4.2.9) diperoleh

( ) ( )( )

( )∫

−+−+−+−+−≤

−−−−

f

f

t

t

dtnnlljjccbbw

dtbbcprtucprtu

0

222228

02222

)()()()()(

)()(1)(1

( ) ( )∫∫ −+−+−≤−−ff tt

dtnnjjbbwdtbbbrtubrtu0

2229

01111 )()()()()()(

Sehingga diperoleh :

( ) ( ) ( )∫∫ −+−+−≤−+−f

f

f tt

t

f dtccbbaaewdtbbtbb0

2224

0

22)()()()(

21 λλ

( )∫∫ −+−+−+−+

f

f

f tt

t

dtggccbbewdtbbw0

2226

0

25 )()()()( λ

( )

)dtnnlljjcc

bbwdtffbbewff

f

ttt

22220

28

0

227

)()()()(

)(()()(

−+−+−+−+

−+−+−+ ∫∫λ

( )∫ −+−+−+

ft

dtnnjjbbw0

2229 )()()(

(∫ −+−++−+−++≤ft

llwjjwwccwbbwww0

28

298

28

2985 )())(()())((

)dtnnww 2

98 ))(( −++

(∫ −+−++−+++−+f

f

tt ffwccwwbbwwwaawe

0

27

264

2764

24 )())(())(()(λ

)dtggw 26 )( −+

Sehingga terdapat suatu konstanta positif 2z , 3z

( ) ( ) ( )∫∫ −+−+−+−+−≤−+−ff tt

f dtnnlljjccbbzdtbbtbb0

222222

0

22 )()()()()()(21 λ

( )dtggffccbbaaezf

f

tt ∫ −+−+−+−+−+

0

222223 )()()()()(λ

( ) ( ) ∫∫∫ −−+++−−=−+−fff ttt

f dtccccrddtccbbkdtcctcc0

210

110

22 ))()(())(()(21 µλ

( ) ∫∫ −+−+−≤ff tt

dtccwdtccbbw0

211

0

22110 )()()(

Sehingga terdapat suatu konstanta positif 4z

( ) ( ) ( )∫∫ −+−≤−+−ff tt

f dtccbbzdtcctcc0

2214

0

22 )()()(21 λ

( ) ( ) ( ) ( )( )∫∫ −−−−=−+−ff tt

f dtddcqrtucqrtudtddtdd0

22220

22 )()(1)(1)(21 λ

∫ −−++ft

dtddddk0

2 ))()((µ

∫ −⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛++−+++ ∗∗

ft tt

dtddN

fegbaN

fegba0

)()()(λλ

ββ

( )∫ −+−+−+−+−≤ft

dtnnlljjddccw0

2222212 )()()()()(

∫ −+ft

dtddw0

213 )(

( )∫ −+−+−+−+−+f

f

tt dtggffddbbaaew

0

2222214 )()()()()(λ

( )∫ −+−+−+−++−≤ft

dtnnwllwjjwddwwccw0

212

212

212

21312

212 )()()())(()(

( )∫ −+−+−+−+−+f

f

tt dtggffddbbaaew

0

2222214 )()()()()(λ

Sehingga terdapat suatu konstanta positif 5z

( ) ( ) ( )∫∫ −+−+−+−+−≤−+−ff tt

f dtnnlljjddcczdtddtdd0

222225

0

22 )()()()()()(21 λ

( )∫ −+−+−+−+−+f

f

tt dtggffddbbaaew

0

2222214 )()()()()(λ

( ) ( ) ∫∫∫ −−++−−=−+−fff ttt

f dtffffddtffddkdtfftff0

20

20

22 ))()(())(()(21 µλ

( ) ∫∫ −+−+−≤ff tt

dtffwdtffddw0

216

0

2215 )()()(

( )∫ −++−≤ft

dtffwwddw0

21615

215 ))(()(

Sehingga terdapat suatu konstanta positif 6z

( ) ( ) ( )∫∫ −+−≤−+−ff tt

f dtffddzdtfftff0

226

0

22 )()()(21 λ

 

( ) ( ) ( )∫∫ −−=−+−ff tt

f dtggbrtubrtudtggtgg0

11110

22 )()()()(21 λ

( ) ( )( )∫ −+−++ft

dtggcrqptucrqptu0

2121 )())()())()(

∫ −⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+

ft tt

dtggN

cegN

ceg0

22 )(λλ

ββ

∫∫ −−+−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+ ∗∗

ff tt tt

dtggggdtggN

fegN

feg00

))(()( µββλλ

( )∫ −+−+−+−≤ft

dtnnjjggbbw0

222217 )()()()(

( )∫ −+−+−+−+−+ft

dtnnjjggccbbw0

2222218 )()()()()(

( )∫ −+−+f

f

tt dtggccew

0

2219 )()(λ

( ) ∫∫ −+−+−+ff

f

ttt dtggwdtggffew

0

221

0

2220 )()()(λ

(∫ −+++−+−+≤ft

ggwwwccwbbww0

2211817

218

21817 ))(()())((

)dtnnwwjjww 21817

21817 ))(())(( −++−++

( )∫ −++−+−+f

f

tt dtggwwffwccwe

0

22019

220

219 ))(()()(λ

Sehingga terdapat suatu konstanta positif 87 , zz

( ) ( ) ( )∫∫ −+−+−+−+−≤−+−ff tt

f dtnnjjggccbbzdtggtgg0

222227

0

22 )()()()()()(21 λ

( )∫ −+−+−+f

f

tt dtggffccez

0

2228 )()()(λ

Kemudian, untuk 0)()()()()()( 654321 ====== ffffff tttttt λλλλλλ

maka

0)()()()(

)()()()()()()()(

=====

=======

ffff

ffffffff

tntntmtm

tltltktktjtjthth

sehingga pengurangan untuk persamaan adjoin diperoleh :

( ) ( ) ∫∫ −⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛++=−+− ∗∗

ff t ttttt

dthhNfe

Nceh

Nfe

Ncehdthhhh

011

0

22 )()0(21 µββµββλ

λλλλ

dthh

Ncej

Ncej

ft tt

)(0

11 −⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−+ ∫

λλ

ββ

∫ −

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−+

ft tt

dthhN

felN

fel0

** )(λλ

ββ

( )

( )∫

−+−+−+

−+−+−≤

f

f

f

tt

t

dtjjhhccew

dthhffccw

0

22223

0

22222

)()()(

)()()(

λ

( )∫ −+−+−+

f

f

tt dtllhhffew

0

22224 )()()(λ

( ) (∫∫ −+−+−+−+−≤f

f

f tt

t

ffwccwedthhffccw0

223

223

0

22222 )()()()()( λ

223

22423 )())(( jjwhhww −+−++ )dtllw 2

24 )( −+ Sehingga terdapat suatu konstanta positif 9z

( ) ( ) ( )

( )∫

∫∫

−+−+−+−+−+

−+−+−≤−+−

f

f

ff

tt

tt

dtlljjhhffccez

dthhffccwdthhhh

0

222229

0

22222

0

22

)()()()()(

)()()()0(21

λ

λ

( ) ( )

( ) ( )( ) dtjjN

felN

feldtjjkkkk

dtjjN

fertukjN

fertukj

dtjjjj

ff

f

f

t ttt

t tt

t

∫∫

−⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−+−−−−+

−⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛+++=

−+−

∗∗

∗∗

0011

0111111

0

22

)()(

)()(()((

)0(21

λλ

λλ

ββ

βµβµ

λ

( ) ( )( )∫ −−−−+ft

dtjjrtunrtun0

1111 )()()(

( ) ( )∫∫ −+−+−+−+−+−+ff

f

ttt dtnnjjbbwdtlljjffew

0

22228

0

22227 )()()()()()(λ

(∫ −+−++−+−+≤ft

kkwjjwwffwbbww0

226

22825

225

22825 )())(()())((

) ( )∫ −+−+−+−++f

f

tt dtlljjffewdtnnww

0

22227

22825 )()()())(( λ

Sehingga terdapat suatu konstanta positif 10z

( ) ( ) ( )∫∫ −+−+−+−+−≤−+−ff tt

dtnnkkjjffbbzdtjjjj0

2222210

0

22 )()()()()()0(21 λ

( )∫ −+−+−+f

f

tt dtlljjffew

0

22227 )()()(λ

( ) ( ) ∫∫ −⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=−+−

ff t ttt

dtkkN

aehN

aehdtkkkk0

110

22 )()0(21 λλ

ββλ

( ) ( )∫ −⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−−−−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛+−−−+

ft tttt

dtkkNgeprtu

Naej

Ngeprtu

Naej

022212221 )()(1)(1

λλλλ

ββββ

( ) ( )( )

( ) ( )( )∫

−−−−−−+

−++−+++

f

f

t

t

dtkkqrtulqrtul

dtkkrdkrdk

02222

02121

)())(1())(1(

)((( µµ

( )[ ] ( )[ ]∫ −⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++−−−−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛++−−−+

ft tt

dtkkNgerqptun

Ngerqptun

0222222 )())()(11))()(11

λλ

ββ

( ) (∫∫ −+−+−+−+−+−≤ff

f

ttt ggbbaawdtkkhhaaew

0

22229

0

22228 )()()()()()(λ

) (∫∫ −+−+−+−+−+−+ff tt

bbwdtkkwdtnnllkkjj0

231

0

230

2222 )()()()()()(

) (∫ −+−+−+−+−+−+−+ft

jjggbbwdtnnllkkjj0

22232

2222 )()()()()()()(

)dtnnllkk 222 )()()( −+−+−+

( ) (∫∫ −+−+−+−+−≤ff

f

ttt bbwaawdtkkhhaaew

0

229

229

0

22228 )()()()()(λ

2323129

23229

23231 ))(())(())(( jjwwwggwwbbww −+++−++−+

2323129

232313029 ))(())(( llwwwkkwwww −+++−++++

)dtnnwww 2323129 ))(( −+++  

Sehingga terdapat suatu konstanta positif 11z

( ) ( ) ( )∫∫ −+−+−≤−+−f

f

f tt

t

dtkkhhaaewdtkkkk0

22229

0

22 )()()()0(21 λλ

( )dtnnllkkjjggbbaazft

∫ −+−+−+−+−+−+−+0

222222211 )()()()()()()(

( ) ( ) ( ) ( )( )∫∫ −+−+=−+−ff tt

dtllklkldtllll0

220

22 )()0(21 µµλ

( ) ( )( )∫ −−−−+ft

dtllkmkm0

22 )(

( )∫∫ −+−+−≤ff tt

dtmmllwllw0

2234

0

233 )()()(

( )∫ −+−+≤ft

dtmmwllww0

234

23433 )())((

Sehingga terdapat suatu konstanta positif 12z

( ) ( ) ( )∫∫ −+−≤−+−ff tt

dtmmllzdtllll0

2212

0

22 )()()0(21 λ

( ) ( ) ∫∫ −⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=−+− ∗∗

t ttt

dtmmN

aehN

aehdtmmmmf

00

22 )()0(21 λλ

ββλ

−⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ++

−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ +++

−⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

∗∗

∗∗

f

f

ttt

t tt

dtmmN

gbaleN

gbael

dtmmN

bejN

bej

0

0

)(

)(

ββ

ββ

λλ

λλ

( ) ( )( )

−⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛+

−+−++

∗∗f

f

t tt

t

dtmmN

genN

gen

dtmmdmdm

0

022

)(

)(

λλ

ββ

µµ

( ) ( )∫∫ −+−+−+−+−+−≤f

f

f

f

tt

tt dtmmjjbbewdtmmhhaaew

0

22236

0

22235 )()()()()()( λλ

( )

( )∫∫

−+−+−+−+

−+−+−+−+−+

f

f

f

f

f

tt

t

tt

dtnnmmggewdtmmw

dtmmllggbbaaew

0

22239

0

238

0

2222237

)()()()(

)()()()()(

λ

λ

( )∫ −+−+−+f

f

tt dtnnmmggew

0

22239 )()()(λ

(∫∫ −++−++−≤f

f

f tt

t

bbwwaawwedtmmw0

23735

23735

0

238 ))(())(()( λ

237

236

235

23937 )()()())(( llwjjwhhwggww −+−+−+−++

)dtnnwmmwww 239

2383736 )())(( −+−+++

Sehingga terdapat suatu konstanta positif 13z

( ) ( ) (∫∫∫ −+−≤−+−f

f

ff tt

tt

aaezdtmmwdtmmmm0

213

0

238

0

22 )()()0(21 λλ

)dtnnmmlljjhhggbb 2222222 )()()()()()()( −+−+−+−+−+−+−+

( ) ( ) ∫∫ −⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−=−+−

ff t ttt

dtnnN

cejN

cejdtnnnn0

220

22 )()0(21 λλ

ββλ

−⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛+++

−⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

f

f

t tttt

t tt

dtnnN

feN

cenN

feN

cen

dtnnN

felN

fel

02222

022

)(

)(

µββµββ

ββ

λλλλ

λλ

( ) ( )∫∫ −+−+−+−+−+−≤f

f

f

f

tt

tt dtnnllffewdtnnjjccew

0

22241

0

22240 )()()()()()( λλ

( )∫ −+−+−+ft

dtnnffccw0

22242 )()()(

( )∫ −++−+−+−+−≤f

f

tt dtnnwwllwjjwffwccwe

0

24140

241

240

241

240 ))(()()()()(λ

( )∫ −+−+−+ft

dtnnffccw0

22242 )()()(

Sehingga terdapat suatu konstanta positif 14z

( ) ( ) ( )∫∫ −+−+−+≤−+−ff tt

dtnnffccwdtnnnn0

22242

0

22 )()()()0(21

λ

( )∫ −+−+−+−+−f

f

tt dtnnlljjffccez

0

2222214 )()()()()(λ

Dengan mengkombinasikan hasil pengurangan diatas maka dapat diperoleh

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) )(21)(

21)(

21)(

21)(

21 22222

fffff tfftddtcctbbtaa −+−+−+−+−

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) )0(21)0(

21)0(

21)0(

21)(

21 22222 llkkjjhhtgg f −+−+−+−+−+

( ) ( ) ( ) ( ) ( )⎢⎢⎣

⎡−+−+−+−+−+ ∫∫∫

fff ttt

ccbbaannmm0

2

0

2

0

222 )0(21)0(

21 λ

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )∫∫∫∫∫∫ −+−+−+−+−+−+ffffff tttttt

kkjjhhggffdd0

2

0

2

0

2

0

2

0

2

0

2

( ) ( ) ( ) dtnnmmllfff ttt

⎥⎥⎦

⎤−+−+−+ ∫∫∫

0

2

0

2

0

2

(∫ −+−+−+−+−+−⎟⎠⎞⎜

⎝⎛ +≤

f

f

tt ggffddccbbaaezz

0

22222221 )()()()()()(λ

)dtnnmmllkkjjhh 222222 )()()()()()( −+−+−+−+−+−+

Sehingga

( ) (∫ −+−+−+−+−+−−−f

f

tt ggffddccbbaaezz

0

22222221 )()()()()()(λλ

) 0)()()()()()( 222222 ≤−+−+−+−+−+−+ dtnnmmllkkjjhh Berarti

021 <−− ftezz λλ . Jika dipilih 21 zz +>λ maka

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −<

2

11z

zt fλ

λ. Oleh karena itu, haruslah

,0,0,0,0,0,0,0,0,0 =−=−=−=−=−=−=−=−=− kkjjhhggffddccbbaa0,0,0 =−=−=− nnmmll , sehingga didapatkan

,,,,,,,,,,, mmllkkjjhhggffddccbbaa ===========nn = . Jadi , solusi dari sistem adalah tunggal pada interval

kecil. 4.4 Simulasi Numerik

Strategi penanganan optimal diperoleh dengan memecahkan sistem optimalitas, terdiri atas 12 ODE dari persamaan keadaan dan adjoin. Metode iterasi dipakai untuk memecahkan sistem optimalitas. Dimulai dengan memecahkan model sistem dengan memperkirakan kontrol pada waktu yang disimulasikan dengan menggunakan skema beda hingga maju. Karena adanya kondisi

transversalitas, persamaan adjoin dipecahkan dengan skema beda hingga mundur dengan menggunakan solusi iterasi arus persamaan keadaan. Solusi pada model sistem dengan menggunakan skema Beda Hingga adalah sebagai berikut :

Persamaan state diselesaikan dengan menggunakan metode beda hingga maju.

12

11

111

++∗

++ −−−Λ=−

i

i

i

i

iii S

NIS

NIS

hSS

µββ

iiiiii

i

ii

IprtuLrtuLkNIS

hLL

1221

1111

111

111

11 ))(1()()( −+−+−=− ++

+

+

µβ

NIL

NIT

ii

i

i21

11

2+∗−+ ββ

112

111

111

11

1 )( ++++

−+−=− iii

ii

IrIdLkh

IIµ

NI

TLSLkIqrtuh

LL i

ii

iiii

ii21

111

221

1222

12 )()())(1( ++++−−=

− ++

∗+++

βµ

122

122

21

2 )( +++

+−=− ii

ii

IdLkh

IIµ

NITIrqptuLrtu

hTT i

iiiiiii

11

121

1221

1111 ))))((1(1()(

+

++++ −+−−+=

−β

1

12

1 +

+

+∗ −− i

i

i TN

IT µβ

Persamaan adjoin diselesaikan dengan menggunakan metode beda hingga mundur.

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛++=

− +−

+∗

+−−

−−−

NI

NI

NI

h

iin

iiin

inin 11

12

12

11

11

1

111 βλµββλλλ

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+

+−

NI i

in1

2*4 βλ

( )13

12

1111

2

122 )(( k

NIrtuk

hin

iiin

inin

−+⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++=

− −+

∗−−−−−

λβµλλλ

( )116

12

4 )( rtuN

I iini

in −+⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+ −

+∗− λβλ

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−−−+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛=

− ++−−+−−−−−

NT

prtuN

SN

Sh

iiiiniininin

1222

11

12

11

11

133 ))(1( ββλβλλλ

( ) ( )22421

13 ))(1(( qrturd iinin −−++++ −−− λµλ

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ ++−−−+ +−

NTrqptu iiin 1

2226 ))))((1(1( βλ

( ) ( )2521

4

144 1 kk

hinin

inin

−+++−=− −−−

−−−

λµλλλ

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ ++−+⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+−=

− +++∗−−

+∗−−+∗−−

−−−

NTLS

NL

NS

h

iiiin

iiniin

inin 111

11

4

111

211

1

155 1 βλβλβλλλ

( ) ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+++ +∗−−−

NT

d iinin 162

15 βλµλ

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−=

− ++−−

+−−

+−−

−−−

µββλβλβλλλ

NI

NI

NI

NI

h

iiin

iin

iin

inin 12

2

11

21

6

12

21

4

11

21

2

166

Algoritma pada program Langkah 1 : For i=1,…,N-1, tulis S(0)=76/120*N;L1(0)=36/120*N;I1(0)=4/120*N;L2(0)=2/120*; I2(0)=1/120*N ;T(0)=1/120*N;

6,...,10)( == it fiλ Langkah 2 : For i=1,…,N-1, do

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++

Λ+=

∗+

µββNI

NI

h

hSS

iii

i21

1

1

1

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++++

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+−++

=+

+

NI

rtukh

NI

TIprtuNI

ShLL

ii

i

iii

i

ii

i

2*111

12122

1111

11

)()(1

))(1(

βµ

ββ

( )21

11111

1 1 rdhLhkII

iii

++++

=+

+

µ

( )2

2111

11222

12 1

)())(1(

khNI

TLSIqrtuhLL

i

ii

iiii

i

++

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++−+

=

++

∗+

+

µ

β

( )( )2

12221

2 1 dhLkhII

iii

+++

=+

+

µ ( )

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++

+−−++=

+∗

+

++

+

µββN

IN

Ih

IrqptuLrtuhTT

ii

iiiii

i 12

11

2

1122

1111

1

1

))))((1(1()(

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛+

=+

∗+

+−

+−−

−−

µββ

βλβλλ

λ

NI

NI

h

NI

NI

h

ii

iin

iinin

in1

21

11

12*

4

11

1211

1

1

( ) ( )

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++++

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛++

=+

−+

∗−−−

−−

NIrtukh

rtuN

Ikh

ii

iini

ininin

in1

2111

116

12

4132

12

)((1

)(

βµ

λβλλλ

λ

( )21

1222

11

12

11

113

13 1

))(1(

rdhN

Tprtu

NS

NS

h iiiiniinin

in

+++

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ +−++⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛−+

=

++−−+−−−

−−

µ

ββλβλλλ

( )( )21

12226224

1

))))((1(1())(1(

rdhN

Trqptuqrtu iiiniin

+++

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −+−−+−+ +−−

µ

βλλ

( )( )( )2

25414 1

1kh

kh ininin

++++

=−−

−−

µλλ

λ

( )2

111

11

4

111

211

15

15 1

1

dh

NTLS

NL

NS

hiii

ini

iniinin

in

++

⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ +++⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛−++

=

+++∗−−

+∗−−+∗−−−

−−

µ

βλβλβλλ

λ

( )2

16

1 dhN

Tiin

++

⎟⎟⎠

⎞⎟⎠⎞

⎜⎝⎛−+ +∗−

µ

βλ

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+++

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+

=++

+−−

+−−−

−−

µββ

βλβλλ

λ

NI

NI

h

NI

NIh

ii

iin

iinin

in1

22

11

2

12

21

4

11

21

26

16

1

)),)(1,(min( 111

16

12

1

11 bLr

Bamaksu iinini +−−−−+ −= λλ

( ) )),)(1,(min( 112

16

14

12

2

12 bIrqpqp

Bamaksu iininini +−−−−−−+ +−+= λλλ

Langkah 3 For i=1,…,N-1, tulis S*(ti)=Si ; L1*(ti)=L1i;I1 (ti)=I1i ; L2*(ti)=L2i;I2 (ti)=I2i ; T*(ti)=Ti u*(ti)=ui ; end for

Dari gambar yang diberikan, diasumsikan bahwa faktor penyeimbang 2B yang diasosiasikan dengan control 2u lebih besar atau sama dengan faktor penyeimbang 1B yang diasosiasikan dengan control 1u . Anggapan ini berdasarkan fakta bahwa biaya yang diasosiasikan dengan control 1u akan mengikutsertakan biaya program pemilahan dan penanganan, dan biaya yang diasosiasikan dengan 2u akan mengikutsertakan biaya penanganan pasien di rumah sakit atau mengirim orang untuk mengawasi pasien agar melengkapi masa perawatannya. Pada gambar, faktor bobot, B1 = 50 dan B2 = 200, dipilih untuk menggambarkan strategi penanganan optimal. Parameter lain diberikan pada tabel dibawah ini [Jung, 2002].

Tabel 4.1 Parameter dan Nilai

Parameter Nilai β1 13 β2 13 β* 0.029 Mu 0.0143 d1 0 d2 0 k1 0.5 k2 1 r1 2 r2 1 P 0.4 Q 0.1 N 30000 Λ µN S(0) (76/120)N L1(0) (36/120)N I1(0) (4/120)N

L2(0) (2/120)N I2(0) (1/120)N T(0) (1/120)N

Tabel 4.2 Parameter Komputasi

Parameter Komputasi Symbol Waktu akhir

ft 5 tahun

Durasi waktu dt 0.1 tahun Batas atas control 0.95 Batas bawah control 0.05 Faktor berat yang diasosiasikan dengan 1u 1B 50

Faktor berat yang diasosiasikan dengan 2u 2B 200

Gambar 4.1 Kontrol 1u dan 2u

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Times (years)

Con

trols

u(t)

u1(t)u2(t)

Gambar 4.2 Perbandingan Populasi Dengan Kontrol dan Tanpa

Kontrol

Pada gambar diatas menunjukkan stategi penanganan optimal untuk kasus TB dua strain. Pada Gambar 4.1, control 1u (warna merah) dan control 2u (warna biru) diplot sebagai fungsi waktu. Pada Gambar 4.2, fraksi individu yang terinfeksi TB tahan obat, NIL /)( 22 + , dengan control (warna biru) dan tanpa control (warna merah) diplot. Pada gambar ini N = 30000 dan *β=0.029 yang dipilih. Parameter lainnya terdapat pada table 4.1 dan 4.2. Untuk meminimalkan jumlah keseluruhan individu laten dan terinfeksi dengan TB tahan obat, 22 IL + , control optimal

2u berada pada batas atas hampir selama 4,3 tahun dan kemudian u2 menurun ke batas bawah, sedangkan nilai u1 yang menurun secara tetap diterapkan pada sebagian besar waktu simulasi, 5 tahun. Jumlah total individu, L2 + I2 yang terinfeksi TB yang tahan pada obat-obatan pada waktu akhir tf = 5 (tahun) adalah 1010 dalam kasus dengan kontrol didalamnya dan 4074 pada kasus tanpa kontrol di dalamnya, dan kasus total TB tahan obat dicegah pada akhir program kontrol adalah 3064 (= 4074 – 1010).

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 50.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

Times (years)

(L2(

t)+I2

(t))/N

With controlWithout control

( Halaman ini sengaja dikosongkan )

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, akan diberikan kesimpulan dari hasil yang

telah didapat setelah melakukan analisis mengenai optimal control dan simulasi numeriknya. Selain itu, memberikan saran pada pembahasan yang telah dilakukan untuk dikaji dengan lebih mendalam.

5.1 Kesimpulan Dari analisis yang dilakukan pada model TB dua strain, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada analisis control optimal dapat diketahui bahwa : a. Eksistensi optimal control pada model TB dua strain

dapat ditunjukkan, sedemikian hingga dapat dicari optimal control yang meminimalkan performance index yang ingin dicapai.

b. Kontrol TB dua strain adalah

)),)(1,(min()( 1*1162

11

*1 bLr

Bamakstu λλ −=

( ) )),)(1,(min()( 2*

126422

2*

2 bIrqpqpB

amakstu λλλ +−+=

Dimana : u1(t) : mewakili fraksi TB strain 1 pada individu

yang teridentifikasi dan yang akan diberikan perawatan.

1-u2(t): usaha yang mencegah kegagalan perawatan pada penderita TB strain 2 yang menular

p+q : proporsi mereka yang dirawat karena menderita TB tersebut dan tidak menyempurnakan perawatan (p + q ≤ 1).

B1 , B2 : faktor penyeimbang biaya.

1L : populasi laten yaitu populasi terinfeksi dengan TB strain 1, tetapi belum menularkan.

I1 : populasi yang terinfeksi TB strain 1 2,1,10 =<≤≤≤ ibua iii

c. Optimal control yang diperoleh pada model TB dua strain mempunyai bentuk yang tunggal pada interval waktu yang kecil.

2. Hasil perhitungan numerik menunjukkan keefektifan kontrol yang ada bisa mengurangi jumlah penderita TB dua strain.

5.2 Saran Adapun saran dari Tugas Akhir ini adalah dapat dicari kontrol untuk penyakit yang lain, sehingga juga dapat meminimalkan atau mengurangi jumlah penderita penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Centre for Disease Control. 1991. Division of Tuberculosis Eliminitio. CDC, Unpublished data.

Chaulet, P. 1983. Treatment of Tuberculosis: Case holding Until Cure. WHO/TB/83. Word Healt Organization, Geneva, 141.

Chavez, C., and Z. Feng. 1997. To Treat Or Not To Treat : The Case of Tuberculosis. J. Mathematical Biology, 35, 629-659.

Fleming, W.H., and Rishel, R.W. 1975. Deterministic And Stochastic Optimal Control. Springer, Verlag, New York.

Jung, E., Lenhart, S., and Feng, Z. 2002. Optimal Control Of Treatment In A Two-Strain Tuberculosis Model. Discrete And Continuous Dynamical Sistems Series B Volume 2 number 4”., pp. 473-482.

Lewis, F. 1986. Optimal Control. Georgia : School Of Enginering Georgia Institute of Technology Atlanta.

Pontryagin, L.S , Boltyanskii, V. G, Gamkrelidze, R. V, and Mishchenko, E.F. 1962. The Mathematical Theory Of Optimal Processe. Wiley, New York.

Reichman, L.B., and Hershfield, E.S. 2000. Tuberculosis A Comprehensive International Appoarch. Dekker, New York

Subiono. 2008. Modul Ajar Matematika Sistem. Matematika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

WHO. 2000. Tuberculosis Strategy and Operation, < www.who.int/gtb/dots >

( Halaman ini sengaja dikosongkan )

LAMPIRAN Lampiran 1 M-file clc;close all;clear all; N=30000; mu=.0143; bstr=0.029; b1=13;b2=13;k1=.5;k2=1;d1=0;d2=0; r1=2;r2=1;p=.4;q=.1; n=51; h=.1; A=mu*N; % data Untuk kontrol lamda1(n)=0;lamda2(n)=0;lamda3(n)=0;lamda4(n)=0;lamda5(n)=0;lamda6(n)=0;B1=50;B2=200; S(1)=76/120*N;L1(1)=36/120*N;I1(1)=4/120*N;L2(1)=2/120*N; I2(1)=1/120*N ;T(1)=1/120*N; % data untuk tanpa kontrol Sa(1)=76/120*N;L1a(1)=36/120*N;I1a(1)=4/120*N;L2a(1)=2/120*N;I2a(1)=1/120*N ;Ta(1)=1/120*N; % estimasi data tanpa kontrol; for i=1:n-1; Sa(i+1)=(Sa(i)+h*A)/(1+h*(mu+1/N*(b1*I1a(i)+bstr*I2a(i)))); L1a(i+1)=(L1a(i)+h*(b1*Sa(i+1)*I1a(i)/N+p*r2*I1a(i)+b2*Ta(i)*I1a(i)/N))/(1+h*(mu+k1+bstr*I2a(i)/N)); I1a(i+1)=(I1a(i)+h*k1*L1a(i+1))/(1+h*(mu+d1+r2)); L2a(i+1)=(L2a(i)+h*(q*r2*I1a(i+1)+bstr*(Sa(i+1)+L1a(i+1)+Ta(i))*I2a(i)/N))/(1+h*(mu+k2)); I2a(i+1)=(I2a(i)+h*k2*L2a(i+1))/(1+h*(mu+d2)); Ta(i+1)=(Ta(i)+h*((1-(p+q))*r2*I1a(i+1)))/(1+h*(mu+1/N*(b2*I1a(i+1)+bstr*I2a(i+1))));end

% estimasi data terkontrol u1(n)=0.05;u2(n)=0.05; for i=1:n-1; S(i+1)=(S(i)+h*A)/(1+h*(mu+1/N*(b1*I1(i)+bstr*I2(i)))); L1(i+1)=(L1(i)+h*(b1*S(i+1)*I1(i)/N+(1-u2(n-i+1))*p*r2*I1(i)+b2*T(i)*I1(i)/N))/(1+h*(mu+k1+u1(n-i+1)*r1+bstr*I2(i)/N)); I1(i+1)=(I1(i)+h*k1*L1(i+1))/(1+h*(mu+d1+r2)); L2(i+1)=(L2(i)+h*((1-u2(n-i+1))*q*r2*I1(i+1)+bstr*(S(i+1)+L1(i+1)+T(i))*I2(i)/N))/(1+h*(mu+k2)); I2(i+1)=(I2(i)+h*k2*L2(i+1))/(1+h*(mu+d2)); T(i+1)=(T(i)+h*(u1(n-i+1)*r1*L1(i+1)+(1-(1-u2(n-i+1))*(p+q))*r2*I1(i+1)))/(1+h*(mu+1/N*(b2*I1(i+1)+bstr*I2(i+1)))); lamda1(n-i)=(lamda1(n-i+1)+h/N*(lamda2(n-i+1)*b1*I1(i+1)+lamda4(n-i+1)*bstr*I2(i+1)))/(1+h*(mu+1/N*(b1*I1(i+1)+bstr*I2(i+1)))); lamda2(n-i)=(lamda2(n-i+1)+h*(k1*lamda3(n-i+1)*+lamda4(n-i+1)*bstr*I2(i+1)/N+lamda6(n-i+1)*u1(n-i+1)*r1))/ (1+h*(mu+k1+u1(n-i+1)*r1+bstr*I2(i+1)/N)); lamda3(n-i)=(lamda3(n-i+1)+h*(-lamda1(n-i)*b1*S(i+1)/N-lamda2(n-i)*(-b1*S(i+1)/N-(1-u2(n-i+1))*p*r2-b2*T(i+1)/N)-... lamda4(n-i+1)*(-(1-u2(n-i+1))*q*r2)-lamda6(n-i+1)*(-(1-(1-u2(n-i+1))*(p+q))*r2+b2*T(i+1)/N)))/(1+h*(mu+d1+r2)); lamda4(n-i)=(lamda4(n-i+1)+h*(1+lamda5(n-i+1)*k2))/(1+h*(mu+k2)); lamda5(n-i)=(lamda5(n-i+1)+h*(1+lamda4(n-i)*bstr*(S(i+1)+L1(i+1)+T(i+1))/N-(lamda1(n-i)*S(i+1)+lamda2(n-i)*L1(i+1)+... lamda6(n-i+1)*T(i+1))*bstr/N))/(1+h*(mu+d2)); lamda6(n-i)=(lamda6(n-i+1)+h*(lamda2(n-

i)*b2*I1(i+1)/N+lamda4(n-i)*bstr*I2(i+1)/N))/(1+h*(mu+1/N*(b2*I1(i+1)+bstr*I2(i+1)))); u1(n-i)=min(0.95,max(1/B1*(lamda2(n-i)-lamda6(n-i))*r1*L1(i+1),0.05)); u2(n-i)=min(0.95,max(1/B2*(lamda2(n-i)*p+q*lamda4(n-i)-lamda6(n-i)*(p+q))*r2*I1(i+1),0.05)); end for i=1:n; t(i)=(i-1)*h; end % plot kontrol figure(1); plot(t,u1,'-k','LineWidth',1.5) axis([0 max(t) min(u1)-.01 max(u1)+.01]); hold on plot(t,u2,'-b','LineWidth',1.5) axis([0 max(t) min(u2)-.01 max(u2)+.01]); grid on; legend ('u1(t)','u2(t)') xlabel 'Times (years)' ylabel 'Controls u(t)' total1=Sa+Ta+L1a+L2a+I1a+I2a; total2=S+T+L1+L2+I1+I2; TBTanpakontrol=(I2a(n)+L2a(n)) TBdgkontrol=(I2(n)+L2(n)) Terminimalkan=TBTanpakontrol-TBdgkontrol figure(2); % perbedaan dengan kontrol dan tanpa kontrol plot(t,(I2+L2)/N,'-k','LineWidth',1.5) hold on; plot(t,(I2a+L2a)/N,'-r','LineWidth',1.5) legend ('With control','Without control') grid on; xlabel 'Times (years)' ylabel '(L2(t)+I2(t))/N'

Lampiran 2 GUI function varargout = Tuberculosis_Control(varargin) % TUBERCULOSIS_CONTROL M-file for Tuberculosis_Control.fig % TUBERCULOSIS_CONTROL, by itself, creates a new TUBERCULOSIS_CONTROL or raises the existing % singleton*. % % H = TUBERCULOSIS_CONTROL returns the handle to a new TUBERCULOSIS_CONTROL or the handle to % the existing singleton*. % % TUBERCULOSIS_CONTROL('CALLBACK',hObject,eventData,handles,...) calls the local % function named CALLBACK in TUBERCULOSIS_CONTROL.M with the given input arguments. % % TUBERCULOSIS_CONTROL('Property','Value',...) creates a new TUBERCULOSIS_CONTROL or raises the % existing singleton*. Starting from the left, property value pairs are % applied to the GUI before Tuberculosis_Control_OpeningFunction gets called. An % unrecognized property name or invalid value makes property application % stop. All inputs are passed to Tuberculosis_Control_OpeningFcn via varargin. % % *See GUI Options on GUIDE's Tools menu. Choose "GUI allows only one % instance to run (singleton)". %

% See also: GUIDE, GUIDATA, GUIHANDLES % Edit the above text to modify the response to help Tuberculosis_Control % Last Modified by GUIDE v2.5 11-Jan-2009 17:21:07 % Begin initialization code - DO NOT EDIT gui_Singleton = 1; gui_State = struct('gui_Name', mfilename, ... 'gui_Singleton', gui_Singleton, ... 'gui_OpeningFcn', @Tuberculosis_Control_OpeningFcn, ... 'gui_OutputFcn', @Tuberculosis_Control_OutputFcn, ... 'gui_LayoutFcn', [] , ... 'gui_Callback', []); if nargin && ischar(varargin{1}) gui_State.gui_Callback = str2func(varargin{1}); end if nargout [varargout{1:nargout}] = gui_mainfcn(gui_State, varargin{:}); else gui_mainfcn(gui_State, varargin{:}); end % End initialization code - DO NOT EDIT % --- Executes just before Tuberculosis_Control is made visible. function Tuberculosis_Control_OpeningFcn(hObject, eventdata, handles, varargin) % This function has no output args, see OutputFcn. % hObject handle to figure

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % varargin command line arguments to Tuberculosis_Control (see VARARGIN) % Choose default command line output for Tuberculosis_Control handles.output = hObject; % Update handles structure guidata(hObject, handles); % UIWAIT makes Tuberculosis_Control wait for user response (see UIRESUME) % uiwait(handles.figure1); % --- Outputs from this function are returned to the command line. function varargout = Tuberculosis_Control_OutputFcn(hObject, eventdata, handles) % varargout cell array for returning output args (see VARARGOUT); % hObject handle to figure % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % Get default command line output from handles structure varargout{1} = handles.output; function inputN_Callback(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to inputN (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB

% handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % Hints: get(hObject,'String') returns contents of inputN as text % str2double(get(hObject,'String')) returns contents of inputN as a double N=str2double(get(handles.inputN,'String')); handles.N=N; guidata(hObject,handles); % --- Executes during object creation, after setting all properties. function inputN_CreateFcn(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to inputN (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles empty - handles not created until after all CreateFcns called % Hint: edit controls usually have a white background on Windows. % See ISPC and COMPUTER. if ispc && isequal(get(hObject,'BackgroundColor'), get(0,'defaultUicontrolBackgroundColor')) set(hObject,'BackgroundColor','white'); end function inputB1_Callback(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to inputB1 (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % Hints: get(hObject,'String') returns contents of inputB1 as text % str2double(get(hObject,'String')) returns contents of inputB1 as a double B1=str2double(get(handles.inputB1,'String'));

handles.B1=B1; guidata(hObject,handles); % --- Executes during object creation, after setting all properties. function inputB1_CreateFcn(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to inputB1 (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles empty - handles not created until after all CreateFcns called % Hint: edit controls usually have a white background on Windows. % See ISPC and COMPUTER. if ispc && isequal(get(hObject,'BackgroundColor'), get(0,'defaultUicontrolBackgroundColor')) set(hObject,'BackgroundColor','white'); end function inputB2_Callback(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to inputB2 (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % Hints: get(hObject,'String') returns contents of inputB2 as text % str2double(get(hObject,'String')) returns contents of inputB2 as a double B2=str2double(get(handles.inputB2,'String')); handles.B2=B2; guidata(hObject,handles); % --- Executes during object creation, after setting all properties. function inputB2_CreateFcn(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to inputB2 (see GCBO)

% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles empty - handles not created until after all CreateFcns called % Hint: edit controls usually have a white background on Windows. % See ISPC and COMPUTER. if ispc && isequal(get(hObject,'BackgroundColor'), get(0,'defaultUicontrolBackgroundColor')) set(hObject,'BackgroundColor','white'); end function inputMax_Callback(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to inputMax (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % Hints: get(hObject,'String') returns contents of inputMax as text % str2double(get(hObject,'String')) returns contents of inputMax as a double Max=str2double(get(handles.inputMax,'String')); handles.Max=Max; guidata(hObject,handles); % --- Executes during object creation, after setting all properties. function inputMax_CreateFcn(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to inputMax (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles empty - handles not created until after all CreateFcns called

% Hint: edit controls usually have a white background on Windows. % See ISPC and COMPUTER. if ispc && isequal(get(hObject,'BackgroundColor'), get(0,'defaultUicontrolBackgroundColor')) set(hObject,'BackgroundColor','white'); end function inputMin_Callback(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to inputMin (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) % Hints: get(hObject,'String') returns contents of inputMin as text % str2double(get(hObject,'String')) returns contents of inputMin as a double Min=str2double(get(handles.inputMin,'String')); handles.Min=Min; guidata(hObject,handles); % --- Executes during object creation, after setting all properties. function inputMin_CreateFcn(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to inputMin (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles empty - handles not created until after all CreateFcns called % Hint: edit controls usually have a white background on Windows. % See ISPC and COMPUTER. if ispc && isequal(get(hObject,'BackgroundColor'), get(0,'defaultUicontrolBackgroundColor')) set(hObject,'BackgroundColor','white');

end % --- Executes on button press in Proses. function Proses_Callback(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to Proses (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) Max=handles.Max; Min=handles.Min; B1=handles.B1; B2=handles.B2; N=handles.N; mu=.0143; bstr=0.029; b1=13;b2=13;k1=.5;k2=1;d1=0;d2=0; r1=2; r2=1; p=.4;q=.1; h=.1; t=0:h:5; n=numel(t); A=mu*N; % data Untuk kontrol lamda1(n)=0;lamda2(n)=0;lamda3(n)=0;lamda4(n)=0;lamda5(n)=0;lamda6(n)=0; S(1)=76/120*N;L1(1)=36/120*N;I1(1)=4/120*N;L2(1)=2/120*N; I2(1)=1/120*N ;T(1)=1/120*N; % data untuk tanpa kontrol Sa(1)=76/120*N;L1a(1)=36/120*N;I1a(1)=4/120*N;L2a(1)=2/120*N;I2a(1)=1/120*N ;Ta(1)=1/120*N; % estimasi data tanpa kontrol;

for i=1:n-1; Sa(i+1)=(Sa(i)+h*A)/(1+h*(mu+1/N*(b1*I1a(i)+bstr*I2a(i)))); L1a(i+1)=(L1a(i)+h*(b1*Sa(i+1)*I1a(i)/N+p*r2*I1a(i)+b2*Ta(i)*I1a(i)/N))/(1+h*(mu+k1+bstr*I2a(i)/N)); I1a(i+1)=(I1a(i)+h*k1*L1a(i+1))/(1+h*(mu+d1+r2)); L2a(i+1)=(L2a(i)+h*(q*r2*I1a(i+1)+bstr*(Sa(i+1)+L1a(i+1)+Ta(i))*I2a(i)/N))/(1+h*(mu+k2)); I2a(i+1)=(I2a(i)+h*k2*L2a(i+1))/(1+h*(mu+d2)); Ta(i+1)=(Ta(i)+h*((1-(p+q))*r2*I1a(i+1)))/(1+h*(mu+1/N*(b2*I1a(i+1)+bstr*I2a(i+1)))); end % estimasi data terkontrol u1(n)=Min;u2(n)=Min; for i=1:n-1; S(i+1)=(S(i)+h*A)/(1+h*(mu+1/N*(b1*I1(i)+bstr*I2(i)))); L1(i+1)=(L1(i)+h*(b1*S(i+1)*I1(i)/N+(1-u2(n-i+1))*p*r2*I1(i)+b2*T(i)*I1(i)/N))/(1+h*(mu+k1+u1(n-i+1)*r1+bstr*I2(i)/N)); I1(i+1)=(I1(i)+h*k1*L1(i+1))/(1+h*(mu+d1+r2)); L2(i+1)=(L2(i)+h*((1-u2(n-i+1))*q*r2*I1(i+1)+bstr*(S(i+1)+L1(i+1)+T(i))*I2(i)/N))/(1+h*(mu+k2)); I2(i+1)=(I2(i)+h*k2*L2(i+1))/(1+h*(mu+d2)); T(i+1)=(T(i)+h*(u1(n-i+1)*r1*L1(i+1)+(1-(1-u2(n-i+1))*(p+q))*r2*I1(i+1)))/(1+h*(mu+1/N*(b2*I1(i+1)+bstr*I2(i+1)))); lamda1(n-i)=(lamda1(n-i+1)+h/N*(lamda2(n-i+1)*b1*I1(i+1)+lamda4(n-i+1)*bstr*I2(i+1)))/(1+h*(mu+1/N*(b1*I1(i+1)+bstr*I2(i+1))));

lamda2(n-i)=(lamda2(n-i+1)+h*(k1*lamda3(n-i+1)*+lamda4(n-i+1)*bstr*I2(i+1)/N+lamda6(n-i+1)*u1(n-i+1)*r1))/... (1+h*(mu+k1+u1(n-i+1)*r1+bstr*I2(i+1)/N)); lamda3(n-i)=(lamda3(n-i+1)+h*(-lamda1(n-i)*b1*S(i+1)/N-lamda2(n-i)*(-b1*S(i+1)/N-(1-u2(n-i+1))*p*r2-b2*T(i+1)/N)-... lamda4(n-i+1)*(-(1-u2(n-i+1))*q*r2)-lamda6(n-i+1)*(-(1-(1-u2(n-i+1))*(p+q))*r2+b2*T(i+1)/N)))/(1+h*(mu+d1+r2)); lamda4(n-i)=(lamda4(n-i+1)+h*(1+lamda5(n-i+1)*k2))/(1+h*(mu+k2)); lamda5(n-i)=(lamda5(n-i+1)+h*(1+lamda4(n-i)*bstr*(S(i+1)+L1(i+1)+T(i+1))/N-(lamda1(n-i)*S(i+1)+lamda2(n-i)*L1(i+1)+... lamda6(n-i+1)*T(i+1))*bstr/N))/(1+h*(mu+d2)); lamda6(n-i)=(lamda6(n-i+1)+h*(lamda2(n-i)*b2*I1(i+1)/N+lamda4(n-i)*bstr*I2(i+1)/N))/(1+h*(mu+1/N*(b2*I1(i+1)+bstr*I2(i+1)))); u1(n-i)=min(Max,max(1/B1*(lamda2(n-i)-lamda6(n-i))*r1*L1(i+1),Min)); u2(n-i)=min(Max,max(1/B2*(lamda2(n-i)*p+q*lamda4(n-i)-lamda6(n-i)*(p+q))*r2*I1(i+1),Min)); end withkontrol=L2(n)+I2(n) withoutkontrol=L2a(n)+I2a(n) TBmin=withoutkontrol-withkontrol axes(handles.Kontrol); plot(t,u1,'-k','LineWidth',1.5) axis([0 max(t) min(u1)-.01 max(u1)+.01]); hold on plot(t,u2,'-b','LineWidth',1.5) axis([0 max(t) min(u2)-.01 max(u2)+.01]); grid on; legend ('u1(t)','u2(t)') xlabel 'Times (years)' ylabel 'Controls u(t)'

axes(handles.HasilTB) plot(t,(I2+L2)/N,'-k','LineWidth',1.5) hold on; plot(t,(I2a+L2a)/N,'-r','LineWidth',1.5) legend ('With control','Without control') grid on; xlabel 'Times (years)' ylabel '(L2(t)+I2(t))/N' % --- Executes on button press in Tutup. function Tutup_Callback(hObject, eventdata, handles) % hObject handle to Tutup (see GCBO) % eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB % handles structure with handles and user data (see GUIDATA) delete(handles.figure1)