budi m-tugas1-resume capacity-building- heri widiyantoro 1a q100110202
TRANSCRIPT
RESUME
Capacity-Building for ICT Integration in Education
(Wai-Kong Ng, Fengchun Miao, dan Molly Lee)
TUGAS MATA KULIAH
STATISTIK PENDIDIKAN DAN KOMPUTERYang diampu oleh Prof. Dr. Budi Murtiyasa
OlehHERI WIDIYANTORO
NIM.: Q.100.110.202Kelas : IA
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTAMei 2012
PENGEMBANGAN ICT (TIK) TERPADUDALAM PENDIDIKAN
Penggunaan TIK di dunia pendidikan dalam dekade terakhir ini mulai diadopsi dan di
promosikan secara besar-besaran oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Pengembangan
TIK dalam dunia pendidikan dimaksudkan untuk memberikan layanan terbaik terkait masalah
pendidikan atau pembelajaran. Sehingga pengembangan TIK terpadu yang dimaksud adalah
pengintegrasian antara teknologi komputer dengan layanan internet. Diharapkan dengan
pengembangan TIK dalam dunia pendidikan, dapat meningkatkan layanan pendidikan, baik itu
terkait proses menejemen pendidikan atau terkait proses pembelajaran itu sendiri, karena TIK
tidak mengenal jangkauan area dalam aksesnya.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait Pengintegrasian TIK dalam dunia pendidikan
yaitu membangun kapasitas pembuat kebijakan dan membangun kapasitas guru, walaupun ada
sektor lain yang berpengaruh dalam pengintegrasian tersebut. Namun pembuat kebijakan dan
guru memiliki peran penting dalam integrasi TIK.
Pada tahun 2003, UNESCO Bangkok melakukan survey di Asia Pasifik tentang
penggunaan TIK dalam pendidikan. Survey tersebut menemukan banyak perbedaan tingkatan
integrasi teknologi, mulai dari perencanaan pembuat kebijakan TIK sampai pada pemanfataan
TIK dalam pendidikan. Perbedaan ini tidak hanya disebabkan sektor keuangan dan sumber daya
manusia, tetapi juga dari perbedaan kebijakan TIK dalam pendidikan. Kelemahan dalam
pembuatan kebijakan sering kali menyebabkan kesalahan pengalokasian sumber daya.
Dalam merencanakan pengintegrasian TIK di dunia pendidikan, para pembuat kebijakan
harus menentukan tujuan terlebih dahulu. Ini berarti klarifikasi kebijakan pendidikan secara
keseluruhan menjadi dasar untuk integrasi teknologi. Setelah tujuan pendidikan diklarifikasi,
pembuat kebijakan harus memutuskan pendekatan apa yang akan dipakai dalam pengintegrasian
TIK. Farrell dan Wachholz (2003) menemukan 3 pendekatan yang digunakan di negara-negara
Asia Pasifik:
1. Mengajar TIK sebagai mata pelajaran untuk mengembangkan tenaga kerja dengan
ketrampilan TIK.
2. Mengintegrasikan TIK dalam kurikulum untuk meningkatkan proses KBM.
3. Menggunakan TIK untuk menumbuhkan minat belajar di mana saja dan kapan saja
untuk membangun masyarakat melek TIK.
Masing-masing pendekatan memiliki prasyarat infrastruktur, personel, dan manajemen yang
berbeda. Ada beberapa kunci utama dalam kebijakan pengintegrasian TIK antara lain:
1. Biaya pengadaan TIK di sekolah menjadi fokus perhatian utama dalam perencanaan
kebijakan, tetapi biaya pengadaan hanya satu aspek saja. Pembuat kebijakan juga perlu
memperhatikan biaya pemeliharaan.
2. Pertimbangan memilih infrastruktur dan hardware adalah kesesuaian dan efektifitas
biaya.
3. Kebutuhan akan tenaga terlatih yang akan menerapkan TIK di sekolah.
Semua komponen tersebut perlu diintegrasikan dalam satu rencana yang selaras. Rencana
harus diimplementasikan dalam plot project sebelum diterapkan secara luas. Pengalaman dan
perilaku guru dan peserta didik dalam belajar menggunakan TIK dapat dipetakan ke dalam
empat tahap.
1. Tahap emerging
2. Tahap penerapan
3. Tahap infusing
4. Tahap transformasi
Kemajuan tiap tahap membutuhkan waktu. Guru perlu belajar tentang teknologi, sebagai alat
untuk mengajar. Guru juga perlu melihat hubungan langsung antara teknologi dan kurikulum.
Dengan demikian, pelatihan guru dalam pengintegrasian TIK membutuhkan ketrampilan aplikasi
dalam pengoperasiannya. Ini berarti guru memerlukan akses ke sumber daya teknologi,
dukungan dari manajer teknologi, dan dukungan rekan kerja serta administrator sekolah.
Lingkungan yang kondusif bagi pengembangan TIK sangat dibutuhkan. Banyak guru yang
merasa enggan untuk meningkatkan profesionalitasnya melalui TIK. Mereka butuh motivasi,
peluang, dan intensif. Pelatihan yang dilakukan perlu ada kontinuitas dan selalui di-upgrade
dengan teknologi terkini.
Ada tiga pendekatan dalam meningkatkan kompetensi guru dalam TIK.
1. Untuk meningkatkan masyarakat melek teknologi.
2. Untuk mengembangkan pekerja yang berpengetahuan atau individu yang dapat
menerapkan teknologi.
3. Untuk mengembangkan inovasi baru.
Penggunaan TIK dalam dunia pendidikan akan dapat meningkatkan proses belajar mengajar, dan
dapat meningkatkan pengelolaan manajemen pendidikan melalui proses administrasi yang baik
dan efisien. Selain itu peranan guru menjadi sangat penting dalam pengintegrasian TIK di dunia
pendidikan. Untuk itu, perlu adanya pengembangan guru profesional melalui pelatihan atau
kursus-kursus. Guru yang yang terlatih TIK akan dapat memanfaatkannya untuk menunjang
proses belajar mengajar sehingga guru dapat menjadi pemimpin inovasi pendidikan.
Tanggapan kami :
Menurut pendapat saya artikel ini sangat bermanfaat karena memberikan wawasan dan
pemahaman akan pentingnya TIK dalam dunia pendidikan. Dengan demikian guru akan
senantiasa termotivasi untuk mempelajarai bahkan menguasai pemanfaatan TIK dalam proses
pembelajaran. Sehingga layanan informasi pendidikan dapat diakses secara lebih luas dan lebih
detail, karena layanan akses TIK yang tak terbatas.
Disisi lain, pembuat kebijakan tentang pengembangan TIK dalam dunia pendidikan
seharusnya lebih memahami kondisi pelayan pendidikan (guru) khususnya bagi mereka yang
berda di daerah. Pembuat kebijakan seharusnya telah menyiapkan sarana terlebih dahulu sebelum
kebijakan itu dikeluarkan. Layanan penggunaan TIK di negri ini belum merata. Sehingga
perbedaan kwalitas antara guru daerah dengan guru di daerah perkotaan terlihat mencolok. Guru
daerah cenderung lebih tertinggal daripada guru kota.
Terkait hal tersebut, maka kami (guru daerah) menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Pembuat kebijakan terlebih dahulu menyiapakan sarana yang memadai sebelum membuat
kebijakan.
2. Dalam membuat kebijikan, hendaknya survey yang dilakukan bukan pada kalangan atas,
tetapi kalangan bawah.
3. Pembuat kebijakan menyediakan layanan pelatihan terkait pengembangan TIK di dunia
pendidikan.
4. Pastikan layanan internet (bagian TIK) dapat dinikmati oleh masyarakat di seluruh
penjuru negeri ini.