budaya indonesia

33
Budaya Indonesia Tari tradisional, bagian dari budaya daerah yang menyusun kebudayaan nasional Indonesia Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni: Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagi Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199

Upload: dana-chan

Post on 04-Jul-2015

297 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Budaya Indonesia

Budaya Indonesia

Tari tradisional, bagian dari budaya daerah yang menyusun kebudayaan nasional Indonesia

Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.

Kebudayaan nasional

Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:

“Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagi Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199

”Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggal ikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”

Page 2: Budaya Indonesia

Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.

Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan bangsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.

Wujud kebudayaan daerah di Indonesia

Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.

Rumah adat

Rumah gadang, rumah adat sumatera barat

Aceh: Rumoh Aceh Sumatera Barat: Rumah Gadang Sumatera Selatan: Rumah Limas Jawa: Joglo Papua: Honai Sulawesi Selatan: Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa

(Makassar Gowa) Sulawesi Tenggara: Istana buton Sulawesi Utara: Rumah Panggung Kalimantan Barat: Rumah Betang Nusa Tenggara Timur: Lopo Maluku: Balieu (dari bahasa Portugis)

Page 3: Budaya Indonesia

Tarian

Tarian Pakarena di pulau Selayar di masa Hindia Belanda

Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog Bali: Kecak, Barong/ Barongan, Pendet Maluku: Cakalele, Orlapei, Katreji Aceh: Saman, Seudati Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin Betawi: Yapong Sunda: Jaipong, Tari Topeng

Tari jaipong, Tarian daerah Jawa Barat

Timor NTT: Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda, Caci Batak Toba & Suku Simalungun: Tortor Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis Sulawesi Tengah: Dero Gorontalo : Tari Saronde , Tari Elengge ,Tari Dana-Dana ,Tari Polopalo ,Tari Pore-

Pore Pesisir Sibolga/Tapteng: Tari Sapu Tangan , Tari Adok , Tari Anak , Tari Pahlawan ,

Tari Lagu Duo , Tari Perak , Tari Payung Riau: Persembahan, Zapin, Rentak Bulian, Serampang Dua Belas Lampung: Bedana, Sembah, Tayuhan, Sigegh, Labu Kayu Irian Jaya: ( Musyoh, Selamat Datang ) Nias: Famaena

Lagu

Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung, Keroncong Kemayoran, Surilang, Terang Bulan

Maluku: Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Tantina, Goro-Gorone, Huhatee, Kole-Kole, Mande-Mande, Ole Sioh, O Ulate, Sarinande, Tanase

Melayu: Tanjung Katung Aceh: Bungong Jeumpa, Lembah Alas, Piso Surit Kalimantan Selatan: Ampar-Ampar Pisang, Paris Barantai, Saputangan Bapuncu

Ampat

Page 4: Budaya Indonesia

Nusa Tenggara Timur: Anak Kambing Saya, Oras Loro Malirin, Sonbilo, Tebe Onana, Ofalangga, Do Hawu, Bolelebo, Lewo Ro Piring Sina, Bengu Re Le Kaju, Aku Retang, Gaila Ruma Radha, Desaku, Flobamora, Potong Bebek Angsa

Sulawesi Selatan: Angin Mamiri, Pakarena, Sulawesi Parasanganta, Ma Rencong Sumatera Utara: Anju Ahu, Bungo Bangso, Cikala Le Pongpong, Bungo Bangso,

Butet, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Dohita Nadua, Rambadia, Sengko-Sengko, Siboga Tacinto, Sinanggar Tulo, Sing Sing So, Tapian Nauli

Papua/Irian Barat: Apuse, Yamko Rambe Yamko Sumatera Barat: Ayam Den Lapeh, Barek Solok, Dayung Palinggam, Kambanglah

Bungo, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Ka Parak Tingga, Malam Baiko, Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang, Rang Talu

Jambi: Batanghari, Soleram Jawa Barat: Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan, Manuk

Dadali, Panon Hideung, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, Tokecang Kalimantan Barat: Cik-Cik Periuk Sumatera Selatan: Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, Kabile-bile, Tari

Tanggai Banten: Dayung Sampan Sulawesi Utara: Esa Mokan, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Sitara Tillo Jawa Tengah: Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran, Bapak

Pucung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Stasiun Balapan Nusa Tenggara Barat: Helele U Ala De Teang, Moree, Orlen-Orlen, Pai Mura Rame,

Tebe Onana, Tutu Koda Kalimantan Timur: Indung-Indung Jambi: Injit-Injit Semut, Pinang Muda, Selendang Mayang Kalimantan Tengah: Kalayar Jawa Timur: Keraban Sape, Tanduk Majeng Bengkulu: Lalan Belek Bali: Mejangeran, Ratu Anom Sulawesi Tenggara: Peia Tawa-Tawa Yogyakarta: Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah Sulawesi Tengah: Tondok Kadadingku, Tope Gugu Sulawesi Barat: Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk Gorontalo: Hulondalo li Pu'u , Bulalo Lo Limutu , Wanu Mamo Leleyangi

Musik

Jakarta: Keroncong Tugu. Maluku: Melayu: Hadrah, Makyong, Ronggeng Minangkabau: Aceh: Makassar: Gandrang Bulo, Sinrilik Pesisir Sibolga/Tapteng: Sikambang

Page 5: Budaya Indonesia

Alat musik

Gamelan

Jawa: Gamelan, Kendang Jawa. Nusa Tenggara Timur: Sasando, Gong dan Tambur, Juk Dawan, Gitar Lio. Gendang Bali Gendang Simalungun Gendang Melayu Gandang Tabuik Sasando Talempong Tifa Saluang Rebana Bende Kenong Keroncong Serunai Jidor Suling Lembang Suling Sunda Dermenan Saron Kecapi Bonang Angklung Calung Kulintang Gong Kemada Gong Lambus Rebab Tanggetong Gondang Batak Kecapi Kesok-Kesok

Gambar

Jawa: Wayang.

Page 6: Budaya Indonesia

Tortor: Batak

Patung

Jawa: Patung Buto, patung Budha. Bali: Garuda. Irian Jaya: Asmat.

Pakaian

Jawa: Batik. Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong. Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro & Marapule. Sumatra Barat/ Melayu: Sumatra SelatanSongket Lampung: Tapis Sasiringan Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu Papua Timur : Manawou Papua Barat : Ewer NTT:

Suara

Jawa: Sinden. Sumatra: Tukang cerita. Talibun: (Sibolga, Sumatera Utara) Gorontalo: (Dikili)

Sastra/tulisan

Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito. Bali: karya tulis di atas Lontar. Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara Timor Ai Babelen, Ai Kanoik

Makanan

Timor: Jagung Bose, Daging Se'i, Ubi Tumis. Sumatera bagian Barat: Sate Padang Sumatera bagian Selatan: Pempek Palembang Jogjakarta: Gado-Gado Gorontalo: Binde Biluhuta

Kebudayaan Modern Khas Indonesia

Musik Dangdut: Elvie Sukaesih, Rhoma Irama.

Page 7: Budaya Indonesia

Film Indonesia: "Daun di Atas Bantal" (1998) yang mendapat penghargaan Film terbaik di "Asia Pacific Film Festival" di Taipei.

Sastra: Pujangga Baru.

Daftar danau di IndonesiaBerikut ini adalah daftar danau di Indonesia:

Danau Letak provinsi

Danau Airhitam Sumatera Selatan

Danau Aneuklaot Aceh

Danau Anggi Giji Papua

Danau Anggi Gita Papua

Danau Bambenan Kalimantan Tengah

Danau Bangkau Kalimantan Selatan

Danau Batu Bali

Danau Batu Jai Nusa Tenggara Barat

Danau Bekuan Kalimantan Barat

Danau Belida Kalimantan Barat

Danau Biru Papua

Danau Bitin Kalimantan Selatan

Danau Beratan Bali

Danau Buyan Bali

Danau Cembulu Kalimantan Tengah

Danau Danau Sulawesi Utara

Danau Dendam Tak Sudah Bengkulu

Danau Diatas Sumatera Barat

Danau Dibawah Sumatera Barat

Danau Dipacampat Jambi

Page 8: Budaya Indonesia

Danau Emas Bengkulu

Danau Ganting Kalimantan Tengah

Danau Gatel Kalimantan Tengah

Danau Genali Kalimantan Barat

Danau Jembawan Sumatera Selatan

Danau Jempang Kalimantan Timur

Danau Jepara Lampung

Danau Kalimutu Telaga Tiga Warna Nusa Tenggara Timur

Danau Kawah Ijen Jawa Timur

Danau Kawah Kelut Jawa Timur

Danau Kenamfui Kalimantan Tengah

Danau Kerinci Sumatera Barat

Danau Laut Realoih Aceh

Danau Laut Tawar Aceh

Danau Limboto Gorontalo

Danau Limut Kalimantan Tengah

Danau Lindu Sulawesi Tengah

Danau Linouw Sulawesi Utara

Danau Lubuk Deling Sumatera Selatan

Danau Mahalona Sulawesi Selatan

Danau Maninjau Sumatera Barat

Danau Matana Sulawesi Selatan

Danau Matur Kalimantan Tengah

Danau Melintang Kalimantan Timur

Danau Mepara Kaflmantan Tengah

Danau Moat Sulawesi Utara

Page 9: Budaya Indonesia

Danau Pacai Jawa Timur

Danau Pangkalan Jawa Barat

Danau Paninai Papua

Danau Poso Sulawesi Tengah

Danau Ranau batas provinsi Lampung dan Sumatera Selatan

Danau Rawa Dano Jawa Barat

Danau Rawa Kelindingan Jawa Timur

Danau Rawa Pening Jawa Tengah

Danau Raya Kalimantan Tengah

Danau Rombebai Papua

Danau Segara Anak NTB

Danau Semayang Kalimantan Timur

Danau Sembuluh Kalimantan Tengah

Danau Sentani Papua

Danau Sentarum Kalimantan Barat

Danau Sidenreng Sulawesi Selatan

Danau Singkarak Sumatera Barat

Danau Sipin Jambi

Danau Situ Bagendit Jawa Barat

Danau Situ Cileunca Jawa Barat

Danau Situ Langkung Jawa Barat

Danau Situ Lengkong Jawa Barat

Danau Situ Sipanunjang Jawa Barat

Danau Tage Papua

Danau Tambara Nusa Tenggara Barat

Danau Tamblingan Bali

Page 10: Budaya Indonesia

Danau Tang Kalimantan Barat

Danau Telaga Menjer Jawa Tengah

Danau Telaga Patenggang Jawa Barat

Danau Telaga Sarangan Jawa Timur

Danau Teloko Sumatera Selatan

Danau Tempe Sulawesi Selatan

Danau Terusan Kalimantan Tengah

Danau Tes Bengkulu

Danau Tete Kalimantan Tengah

Danau Ti Bi Papua

Danau Toba Sumatera Utara

Danau Tondano Sulawesi Utara

Danau Tonjidat Papua

Danau Wanayasa Jawa Barat

Danau Towuti Sulawesi Selatan

Danau Yamur Papua

Danau Yawasi Papua

Danau Ranu Pakis Jawa Timur

Danau Ranu Klakah Jawa Timur

Danau Ranu Bedali Jawa Timur

Danau Ranu Gumbolo Jawa Timur

Topik Indonesia Sejarah Nusantara

Prasejarah · Kerajaan Hindu-Buddha · Kerajaan Islam · Era Portugis · Era VOC · Era Belanda · Era Jepang · Era Kemerdekaan

Sejarah Indonesia

Sejarah nama Indonesia · Proklamasi · Masa transisi · Era Orde Lama (Dekrit Presiden · Demokrasi Terpimpin · Gerakan 30 September) · Era Orde Baru (Supersemar · Integrasi Timor Timur · Gerakan 1998) · Era reformasi

Geografi Bendungan & Waduk · Danau · Fauna · Flora · Gunung · Gunung berapi · Pegunungan · Pulau · Selat · Sungai · Taman nasional · Terumbu karang ·

Page 11: Budaya Indonesia

Titik-titik garis pangkal

Politik dan pemerintahan

Pemerintah · Presiden · Kementerian · MPR · DPR · DPD · MA · MK · BPK · Perwakilan di luar negeri · Kepolisian · Militer · Lembaga pemerintahan · Administratif · Provinsi · Kabupaten/Kota · Hubungan luar negeri · Hukum · Undang-Undang · Pemilu · Partai politik · Kewarganegaraan Indonesia

Ekonomi Perusahaan · Pariwisata · Transportasi · Pasar modal · Bank · BUMN · BEI

Demografi Suku · Bahasa · Agama · Nama Indonesia

BudayaArsitektur · Seni · Film · Masakan · Tari · Mitologi · Pendidikan · Sastra · Media · Musik · Hari penting · Olahraga · Busana daerah · Lagu

Simbol Sang Saka Merah Putih · Garuda Pancasila · Ibu Pertiwi

LainnyaBandar udara · Tokoh · Telekomunikasi · Bunga · Tanda kehormatan · Kode telepon · Pembangkit listrik · Televisi nasional · Telev

Suku BetawiBetawiJumlah populasi3 juta (sensus 2000)Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikanJakarta: 2.3 jutaBahasaBetawi, IndonesiaAgamaIslam dan Kristen (minoritas)Kelompok etnis terdekatBanten, Jawa, Sunda, Melayu

Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antar etnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.

Istilah Betawi

Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata "Batavia," yaitu nama kuno Jakarta yang diberikan oleh Belanda.

Sejarah

Page 12: Budaya Indonesia

Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India.

Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, Lance Castle. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi.

Rumah Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah Kota. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Jawa dan Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda, dan orang Melayu.

Suku Betawi

Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu.

Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr Parsudi Suparlan menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong.

Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.

Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.

Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.

Setelah kemerdekaan

Page 13: Budaya Indonesia

Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi dalam arti apapun juga tinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Walaupun sebetulnya, ’suku’ Betawi tidaklah pernah tergusur atau digusur dari Jakarta, karena proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah ’suku’ Betawi hadir di bumi Nusantara.

Seni dan kebudayaan

Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.

Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.

Bahasa

Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.

Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.

Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[1] yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.

Page 14: Budaya Indonesia

Musik

Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong.

Tari

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. contohnya tari japong, Cokek dan lain-lain.Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Jaipong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.

Cerita rakyat

Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. creita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.

Senjata tradisional

Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan terbuat dari kayu.

Kepercayaan

Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

Profesi

Di Jakarta, orang Betawi sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Semisal di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan

Page 15: Budaya Indonesia

pendidik semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.

Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal Ji'ih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.

Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu Ganefonya Bung Karno menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang ini. Karena asal-muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara pandang bentukan etnis dan bauran etnis dasar masing-masing.

Perilaku dan sifat

Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur Jakarta saat ini .

Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.

Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri (baca : Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi tersebut.

Tokoh Betawi

Page 16: Budaya Indonesia

Benyamin Sueb, seniman Betawi legendaris.

Muhammad Husni Thamrin - pahlawan nasional Ismail Marzuki - pahlawan nasional, seniman Ridwan Saidi - budayawan, politisi Bokir - seniman lenong Nasir - seniman lenong Benyamin Sueb - artis Nazar Ali - artis Mandra - artis Omaswati - artis Mastur - artis Mat Solar - artis Fauzi Bowo - Gubernur DKI Jakarta (2007 - 2012) K.H. Noerali - pahlawan nasional, ulama SM Ardan - sastrawan Mahbub Djunaidi - sastrawan Firman Muntaco - sastrawan K.H. Abdullah Syafe'i - ulama K.H. Abdul Rasyid Abdullah Syafe'i - ulama Tutty Alawiyah A.S. - mubalighat, tokoh pendidik, mantan menteri K.H. Zainuddin M.Z. - ulama Deddy Mizwar - aktor, sutradara, tokoh perfilman Nawi Ismail - sutradara, tokoh perfilman Hasan Wirayuda - mantan menteri luar negeri Ichsanuddin Noorsy - pengamat sosial-ekonomi, mantan anggota DPR/MPR Helmy Adam - sutradara Zen Hae - sastrawan, Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta Zaidin Wahab - pengarang, wartawan Surya Saputra - aktor, penyanyi Abdullah Ali - mantan Dirut BCA Alya Rohali - artis, mantan Putri Indonesia Abdul Chaer - pakar linguistik, dosen UNJ J.J. Rizal - sejarawan, penulis, pelaku penerbitan Wahidin Halim - Walikota Tangerang Ussy Sulistyowati - artis Urip Arfan - aktor, penyanyi Akrie Patrio - komedian Yahya Andy Saputra - pengarang Balyanur Marga Dewa - pengarang [[Bundari A.M.] - arsitek, penulis Suryadharma Ali - Menteri Agama

Page 17: Budaya Indonesia

Chairil Gibran Ramadhan - sastrawan Warta Kusuma - mantan pesepak bola nasional Mohammad Robby - pesepak bola nasional Suryani Motik - tokoh IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Edy Marzuki Nalapraya - mantan Wagub DKI, tokoh IPSI (Ikatan Pencak Silat

Indonesia) [[Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH. - guru besar Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia

Sulawesi Tengah

Sulawesi Tengah—  Provinsi  —

Lambang

Peta lokasi Sulawesi Tengah

Negara  IndonesiaHari jadi 13 April 1964 (hari jadi)Dasar hukum UU No. 13/1964

Page 18: Budaya Indonesia

Ibu kota Palu

Koordinat3º 30' LS - 1º 50' LU119º 0' - 124º 20' BT

Pemerintahan

 - GubernurMayjen TNI (Purn). H. Bandjela Paliudju

 - Wakil Gubernur

H. Achmad Yahya, S.E., M.B.A.

 - Sekretaris Daerah

Drs. Rais Lamangkona, MT

Luas - Total 68.089,83 km2

Populasi (2010)[1]

 - Total 2.633.420 - Kepadatan 38,7/km²Demografi - Suku bangsa Kaili (20%), Bugis (14%)

 - AgamaIslam (76.6%), Protestan (17.3%), Katolik (3.2%), Hindu (2.7%), Budha (0.16%)

 - BahasaBahasa Indonesia, Pamona, Mori, Kaili dan lain-lain

Zona waktu WITAKabupaten 9Kota 1Kecamatan 79Desa/kelurahan 1.423

Lagu daerahTananggu Kaili, Tondok Kadadingku, Rano Poso, Wita Mori

Situs web www.sulteng.go.id

Sulawesi Tengah adalah sebuah provinsi di Indonesia yang beribukotakan Palu.

Sejarah

Wilayah provinsi Sulawesi Tengah sebelum jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda merupakan sebuah Pemerintahan Kerajaan yang terdiri atas 15 kerajaan di bawah kepemimpinan para raja yang selanjutnya dalam sejarah Sulawesi Tengah dikenal dengan julukan Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat.

Semenjak tahun 1905, wilayah Sulawesi Tengah seluruhnya jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, dari Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat, kemudian oleh Pemerintah Hindia Belanda dijadikan Landschap-landschap atau Pusat-pusat Pemerintahan Hindia Belanda yang meliputi, antara lain:

1. Poso Lage di Poso2. Lore di Wianga

Page 19: Budaya Indonesia

3. Tojo di Ampana4. Pulau Una-una di Una-una5. Bungku di Bungku6. Mori di Kolonodale7. Banggai di Luwuk8. Parigi di Parigi9. Moutong di Tinombo10. Tawaeli di Tawaeli11. Banawa di Donggala12. Palu di Palu13. Sigi/Dolo di Biromaru14. Kulawi di Kulawi15. Tolitoli di Tolitoli

Dalam perkembangannya, ketika Pemerintahan Hindia Belanda jatuh dan sudah tidak berkuasa lagi di Sulawesi Tengah serta seluruh Indonesia, Pemerintah Pusat kemudian membagi wilayah Sulawesi Tengah menjadi 3 (tiga) bagian, yakni:

1. Sulawesi Tengah bagian Barat, meliputi wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Pembagian wilayah ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi.

2. Sulawesi Tengah bagian Tengah (Teluk Tomini), masuk Wilayah Karesidenan Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1919, seluruh Wilayah Sulawesi Tengah masuk Wilayah Karesidenen Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1940, Sulawesi Tengah dibagi menjadi 2 Afdeeling yaitu Afdeeling Donggala yang meliputi Tujuh Onder Afdeeling dan Lima Belas Swapraja.

3. Sulawesi Tengah bagian Timur (Teluk Tolo) masuk Wilayah Karesedenan Sulawesi Timur Bau-bau.

Tahun 1964 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang meliputi empat kabupaten yaitu Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Selanjutnya Pemerintah Pusat menetapkan Propinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan selanjutnya tanggal pembentukan tersebut diperingati sebagai Hari Lahirnya Provinsi Sulawesi Tengah.

Dengan perkembangan Sistem Pemerintahan dan tutunan Masyarakat dalam era Reformasi yang menginginkan adanya pemekaran Wilayah menjadi Kabupaten, maka Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan melalui Undang-undang Nomor 11 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan. Kemudian melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2002 oleh Pemerintah Pusat terbentuk lagi 2 Kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tengah yakni Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Tojo Una-Una. Kini berdasarkan pemekaran wilayah kabupaten, provinsi ini terbagi menjadi 10 daerah, yaitu 9 kabupaten dan 1 kota.

Page 20: Budaya Indonesia

Sulawesi Tengah juga memiliki beberapa sungai, diantaranya sungai Lariang yang terkenal sebagai arena arung jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang menjadi obyek wisata terkenal yakni Danau Poso dan Danau Lindu.

Sulawesi Tengah memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam, suaka margasatwa dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna yang sekaligus menjadi obyek penelitian bagi para ilmuwan dan naturalis.

Ibukota Sulawesi Tengah adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut.

Pemerintahan

Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/Kota Ibu kota1 Kabupaten Banggai Luwuk2 Kabupaten Banggai Kepulauan Banggai3 Kabupaten Buol Buol4 Kabupaten Donggala Donggala5 Kabupaten Morowali Bungku6 Kabupaten Parigi Moutong Parigi7 Kabupaten Poso Poso8 Kabupaten Tojo Una-Una Ampana9 Kabupaten Toli-Toli Toli-Toli10 Kabupaten Sigi Sigi Biromaru11 Kota Palu -

Daftar gubernur

No. Foto Nama Dari Sampai Keterangan

Page 21: Budaya Indonesia

1.Anwar Gelar Datuk Madjo Basa Nan Kuning

13 April 1964 13 April 1968  

2. Kol. Mohammad Yasin 13 April 1968 April 1973  

3.Brigjen Albertus Maruli Tambunan

April 197328 September 1978

 

4. Brigjen Moenafri, SH28 September 1978

22 Oktober 1979

 

5.Kol. R. H. Eddy Djadjang Djajaatmadja

22 Oktober 1979

22 Oktober 1980

 

6. Mayjen H. Eddy SabaraNovember 1980

Februari 1981Pejabat Gubernur

7. Drs. H. Ghalib Lasahido19 Desember 1981

Februari 1986  

8. Abdul Aziz Lamadjido, SH Februari 198616 Februari 1996

 

9.Mayjen TNI (Purn). H. Bandjela Paliudju

16 Februari 1996

20 Februari 2001

periode pertama

Page 22: Budaya Indonesia

10.Prof. (Em) Drs. H. Aminuddin Ponulele, M.S.

20 Februari 2001

2006  

11. Gumyadi 200624 Maret 2006

Penjabat Gubernur

12.Mayjen TNI (Purn). H. Bandjela Paliudju

24 Maret 2006

sekarang periode kedua

Perwakilan di Jakarta

Anggota DPR dari Provinsi Sulawesi Tengah

1. Syarifuddin Sudding, SH. MH. dari Partai Hati Nurani Rakyat2. Ir. H. Rendy Lamadjido dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan3. Akbar Zulfakar Sipanawa dari Partai Keadilan Sejahtera4. Murad U. Nasir dari Partai Golongan Karya5. Muhidin M. Said, SE. MBA. dari Partai Golongan Karya6. Verna Gladies Merry Inkiriwang dari Partai Demokrat

Anggota DPD dari Provinsi Sulawesi Tengah

Nurmawati Dewi Bantilan, SE. H. Sudarto, SH. Ahmad Syaifullah Malonda, SH. Shaleh Muhammad Aljufri, MA.

Demografi

Page 23: Budaya Indonesia

Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 15 kelompok etnis atau suku, yaitu:

1. Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala dan kota Palu2. Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Donggala3. Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso4. Etnis Pamona berdiam di kabupaten Poso5. Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali6. Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali7. Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai8. Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai9. Etnis Mamasa berdiam di kabupaten Banggai10. Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai11. Etnis Bare'e berdiam di kabupaten Touna12. Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan13. Etnis Buol mendiami kabupaten Buol14. Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli15. Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong16. Etnis Dampal berdiam di Dampal, kabupaten Tolitoli17. Etnis Dondo berdiam di Dondo, kabupaten Tolitoli18. Etnis Pendau berdiam di kabupaten Tolitoli19. Etnis Dampelas berdiam di kabupaten Donggala

Disamping 13 kelompok etnis, ada beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea dan Suku Ta' di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.

Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Suku pendatang yang juga banyak mendiami wilayah Sulawesi Tengah adalah Bugis, Makasar dan Toraja serta etnis lainnya di Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur. Jumlah penduduk di daerah ini sekitar 2.128.000 jiwa yang mayoritas beragama Islam, lainnya Kristen, Hindu dan Budha. Tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.

Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao dan cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan andalan Sulawesi Tengah.

Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat disamping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur serta tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.

Budaya

Page 24: Budaya Indonesia

Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama.

Karena banyak kelompok etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan.

Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan.

Sementara masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, adat, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti contohnya ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang dan hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri.

Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat.

Kesenian

Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrumen seperti suling, gong dan gendang. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian ritual keagamaan. Di wilayah beretnis Kaili sekitar pantai barat - waino - musik tradisional - ditampilkan ketika ada upacara kematian. Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan ditampilkan ketika festival.

Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari masyarakat Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi, kabupaten Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah salah satu tarian dimana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian ini bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama pendudukan jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II.

Page 25: Budaya Indonesia

Agama

Penduduk Sulawesi Tengah sebagian besar memeluk agama Islam. Tercatat 72.36% penduduknya memeluk agama Islam, 24.51% memeluk agama Kristen dan 3.13% memeluk agama Hindu serta Budha. Islam disebarkan di Sulawesi Tengah oleh Datuk Karamah, seorang ulama dari Sumatera Barat dan diteruskan oleh Al Alimul Allamah Al-Habib As Sayyed Idrus bin Salim Al Djufri, seorang guru pada sekolah Alkhairaat dan juga diusulkan sebagai Pahlawan nasional. Salah seorang cucunya yang bernama Salim Assegaf Al Jufri menduduki jabatan sebagai Menteri Sosial saat ini.

Agama Kristen pertama kali disebarkan di kabupaten Poso dan bagian selatan Donggala oleh missioner Belanda, A.C Cruyt dan Adrian.

lklim

Garis khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara di Sulawesi Tengah membuat iklim daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali serta sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan September sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga Maret. Rata-rata curah hujan berkisar antara 800 sampai 3.000 milimeter per tahun yang termasuk curah hujan terendah di Indonesia.

Temperatur berkisar antara 25 sampai 31° Celsius untuk dataran dan pantai dengan tingkat kelembaban antara 71 sampai 76%. Di daerah pegunungan suhu dapat mencapai 16 sampai 22' Celsius.

Flora dan Fauna

Sulawesi merupakan zona perbatasan unik di wilayah Asia Oceania, dimana flora dan faunanya berbeda jauh dengan flora dan fauna Asia yang terbentang di Asia dengan batas Kalimantan, juga berbeda dengan flora dan fauna Oceania yang berada di Australia hingga Papua dan Pulau Timor. Garis maya yang membatasi zona ini disebut Wallace Line, sementara kekhasan flora dan faunanya disebut Wallacea, karena teori ini dikemukakan oleh Wallace seorang peneliti Inggris yang turut menemukan teori evolusi bersama Darwin. Sulawesi memiliki flora dan fauna tersendiri. Binatang khas pulau ini adalah anoa yang mirip kerbau, babirusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi, kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas binatang berkantung serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.

Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu agatis yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi oleh pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi flora dan fauna merupakan obyek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna, telah ditetapkan taman nasional dan suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam Tanjung Api dan terakhir adalah Suaka Margasatwa di Bangkiriang.

Senjata Tradisional

Page 26: Budaya Indonesia

Senjata tradisional masyarakat Sulawesi Tengah adalah Parang (Guma).