broker asuransi dalam perspektif islam
DESCRIPTION
asuransi menurut islamTRANSCRIPT
BROKER ASURANSI
Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko keuangan, dengan cara
pengumpulan unit-unit exposure (yang tidak cukup mendapatkan perlindungan) dalam
jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan.
Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung
(Mark dan Cammack, Jurnal Asuransi). Asuransi sebagai suatu mekanisme pengalihan resiko,
dimana individu atau pengusaha dapat memindahkan ketidakpastian yang dialami kepada
pihak lain dengan imbalan yang disebut premi (biasanya dalam jumlah relatif lebih kecil bila
dibandingkan dengan potensi kerugiannya), dan biaya atas kerugian itu dialihkan kepada
pihak tertanggung.
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa banyak sekali manfaat yang didapat terutama bagi
pelaku usaha dengan berasuransi. Ironisnya kesadaran dan atau pengetahuan masyarakat
akan pentingnya berasuaransi masih minim, kalaupun memang ada sebagian kecil
masyarakat yang menyadari akan pentingnya berasuransi tetapi mereka masih kebingungan
untuk mendapatkan produk dan perusahaan asuransi yang sesuai dengan profil resiko yang
dihadapi. Karena itulah dibutuhkan seseorang atau sebuah badan perantara yang berfungsi
sebagai penghubung antara calon tertanggung/masyarakat dengan perusahaan asuransi.
Jasa perantara ini juga berfungsi sebagai penasihat yang akan selalu berusaha
mengakomodir kebutuhan kliennya dengan memberikan masukan-masukan dan atau
penawaran-penawaran akan asuransi yang paling tepat guna meminimalkan resiko-resiko
dari kepentingan kliennya (si calon tertanggung). Dalam dunia asuransi, jasa perantara ini
dikenal dengan sebutan Broker Asuransi.
Broker asuransi bukan hanya menjadi penghubung antara tertanggung dengan perusahaan
asuransi, tetapi sekaligus memberi jasa konsultasi bagi calon tertanggung. Sebab bisa saja
calon tertanggung masih kebingungan memilih perusahaan asuransi yang tepat sesuai profil
resikonya, apalagi industri asuransi kini makin kompetitif dengan jumlah perusahaan
asuransi yang kian bertambah banyak. Broker asuransi inilah yang akan memilihkan
perusahaan asuransi yang aman bagi tertanggung. Tertanggung akan mendapatkan
konsultasi perasuransian, produk asuransi yang kompetitif dan premi yang wajar. Bukan
hanya itu saja, broker asuransi jugalah yang akan mengurusi penyelesain ganti rugi (klaim)
apabila dikemudian hari terjadi klaim pembayaran ganti rugi. Perusahaan asuransi, juga
sangat terbantu dengan kehadiran jasa broker asuransi ini. Selain menawarkan jasa
pemasaran, mereka juga melakukan penagihan premi ke tertanggung. Dengan
menggunakan jasa broker, perusahaan asuransi bisa menghemat sumberdaya manusia dan
bisa dioptimalkan untuk pengembangan bisnis utama, termasuk pengembangan produk.
PENGERTIAN BROKER ASURANSI
Broker Asuransi adalah suatu badan hukum yang dibentuk dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat akan suatu badan yang dapat membantu mereka dalam membeli
produk asuransi dan mendampingi pada saat terjadi klaim, dimana masyarakat tertanggung
sangat awam dengan kondisi dan persyaratan polis asuransi dan disisi lain pihak Perusahaan
Asuransi sangatlah paham.
Sehingga Pemerintah merasa perlu untuk membentuk Broker melalui peraturan yaitu
Undang-undang Asuransi No. 2 tahun 1992, dengan tujuan melindungi kepentingan
masyarakat luas. Fungsi dan peranan Broker di belahan dunia lain sudah sangat berkembang
dan hampir seluruh transaksi asuransi melalui Broker.
Broker Asuransi atau Pialang, dibentuk dalam badan Hukum dan harus memiliki ijin dari
Departemen Keuangan dengan Persyaratan cukup ketat dan diatur secara jelas dalam UU
No. 2 tahun 1992, Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1992 dan Keputusan Menteri
Keuangan R.I. No.226/KMK.0171993.
KEWAJIBAN serta HAK DAN WEWENANG
- Kewajiban Broker Asuransi
1. Membuat program asuransi secara menyeluruh dan lengkap serta memberikan
saran-saran baik yang diminta maupun tidak diminta oleh tertanggung yang
diwakilinya berdasar surat penunjukan (letter of appointment).
2. Membuat laporan survey dan mencatat segala keterangan yang penting bagi
tertanggung dalam rangka penempatan risiko kepada pihak asuransi maupun
reasuransi.
3. Selaku wakil tertanggung berdasarkan apa yang tersurat dan tersirat dalam
Hukum Asuransi, broker asuransi / reasuransi wajib mengungkapkan segala data
yang diperlukan yang lazimnya dituangkan dalam slip (Placing Slip dan atau
Reinsurance Slip).
- Hak dan Wewenang Broker Asuransi
1. Berhak menagih premi untuk kepentingan penanggung / reasuransi.
2. Berhak/berwenang memberikan saran-saran baik diminta atau tidak.
3. Berhak menuntut pihak ketiga untuk dan atas nama tertanggung
berdasar surat penunjukan/kuasa
4. Berhak menyarankan penyelesaian ganti rugi yang ditolak dan sekaligus
mendampingi pengacara tertanggung bila harus diselesaikan melalui
pengadilan/saluran hukum.
5. Berdasarkan persetujuan pihak Penangung dari jumlah klaim yang disetujui,
Broker Asuransi dapat melakukan pembayaran klaim terlebih dahulu kepada
pihak Tertanggung
Tugas Broker Asuransi tidak selesai pada saat penutupan suatu kontrak Asuransi telah
dilakukan antara Tertanggung dan Penanggung, tetapi Broker Asuransi akan terus
menjalankan tugasnya selama kontrak Asuransi berjalan dan bahkan setelah kontrak
Asuransi berakhir dalam hal timbul klaim yang belum selesai. Hal tersebut dapat terlihat dari
tugas-tugas badan tersebut terhadap Tertanggung yang antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan indentifikasi risiko dan usaha–usaha pengurangan, penghilangan dan
penghindaraan risiko.
2. Membuat desain kontrak Asuransi yang paling cocok dan paling competitive sesuai
dengan kebutuhan Tertanggung,
3. Pemilihan Penanggung yang aman.
4. Melakukan negosiasi tingkat premi Asuransi dengan Tertanggung.
5. Melakukan claim management service, administrasi program dan risk inspection
selama polis berjalan.
6. Melakukan negosiasi klaim atas nama tertanggung.
7. Penelitian dan administrasi Asuransi
8. Memberikan advice risk Management dan risk prevention (sebagai pilihan yang
umumnya dengan mengenakan biaya)
Broker Asuransi tidak mengenakan biaya atas jasanya tetapi memperoleh pendapatan
brokerage atau komisi dari Penanggung yang menerima risiko yang ditempatkannya.
KEUNTUNGAN PENGGUNAAN JASA BROKER ASURANSI
1. Tertanggung dapat menghemat waktu dan berkonsentrasi pada pengembangan
usaha dan kelanjutan kegiatan usaha, karena telah mendapat paket pelayanan dari
Broker Asuransi secara cuma-cuma.
2. Tertanggung cukup memberikan informasi atas keterangan-keterangan yang
diperlukan tanpa mengisi Application form, karena Placing Slip dipersiapkan oleh
broker berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survey.
3. Tertanggung dapat memperoleh pelayanan cuma-cuma (gratis) dalam hal sebagai
seperti : analisa resiko, pencegahan kerugian, pembuatan proposal tentang program
asuransi yg sesuai, pemeriksaan polis dan lain lain.
TUNTUNAN ISLAM BROKER ASURANSI
Asuransi dalam perspektif Islam
Dalam bahasa arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min. At-ta’min diambil dari amana yang artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut seperti yang tersebut dalam Firman Allah :
“Yang Telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Quraisy: 10)
Pengertian dari at-ta’min adalah seseorang membayar/menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang.
Didalam al-Qur’an dan al-Hadits tidak ada satupun ketentuan-ketentuan yang mengatur
secara eksplisit tentang asuransi. Oleh karena itu masalah asuransi dalam islam termasuk
“ijtihadiah” artinya untuk menentukan hukumnya asuransi ini halal atau haram masih
diperlukan peranan akal pikiran para ulama ahli fiqh melalui ijtihad.
Sehingga karena tidak ada satu kata pun di dalam Al-Qur’an atau As-Sunnah yang menyebut
kata 'asuransi', maka para ulama mulai membedah hakikat asuransi. Maka munculah
pendapat-pendapat di kalangan ulama tentang hakikat praktek asuransi.
Di antara pendapat itu adalah:
Pendapat Yang Mengharamkan
1. Asuransi Sama Dengan Judi
Akad asuransi adalah salah satu bentuk perjudian, dikarenakan padanya terdapat unsur
untung-untungan dalam hal tukar-menukar harta benda, dan terdapat kerugian tanpa ada
kesalahan atau tindakan apapun, dan padanya juga terdapat keuntungan tanpa ada imbal
baliknya atau dengan imbal balik yang tidak seimbang. Karena nasabah kadang kala baru
membayarkan beberapa setoran asuransinya, kemudian terjadilah kecelakaan, sehingga
perusahaan asuransi menanggung seluruh biaya yang menjadi klaimnya. Dan bisa saja tidak
terjadi kecelakaan, sehingga saat itu perusahaan berhasil mengeruk seluruh setoran
nasabah tanpa ada imbalan sedikitpun. Dan bila pada suatu akad unsur ketidakjelasan
benar-benar nyata, maka akad itu termasuk perjudian.
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, perjudian, berkurban untuk
berhala, mengundi nasib adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan, maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (Qs. Al
Maidah : 90)
Padahal Allah SWT dalam Al-Quran telah mengharamkan perjudian, sebagaimana
yang disebutkan di dalam ayat berikut:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, "Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa'at bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfa'atnya." (QS. Al-Baqarah: 219)
Karena menurut sebagian ulama bahwa pada prakteknya asuransi itu tidak lain
merupakan judi, maka mereka pun mengharamkannya. Karena yang namanya judi
itu memang telah diharamkan di dalam Al-Quran.
2. Asuransi Mengandung Unsur Riba
Akad asuransi mengandung unsur riba fadhl (riba perniagaan) dan riba nasi'ah
(penundaan), karena perusahaan asuransi bila ia membayar ke nasabahnya atau ke
ahli warisnya atau kepada orang yang berhak memanfaatkan suatu klaim yang lebih
besar dari uang setoran (iuran) yang ia terima, maka itu adalah riba fadhl, sedangkan
perusahaan asuransi akan membayar klaim tersebut kepada nasabahnya setelah
berlalu tenggang waktu dari saat terjadi akad, maka itu adalah riba nasi'ah. Dan bila
perusahaan membayar klaim nasabah sebesar uang setoran yang pernah ia setorkan
ke perusahaan, maka itu adalah riba nasi'ah saja, dan keduanya diharamkan menurt
dalil dan ijma' (kesepakatan ulama).
Padahal yang namanya riba telah diharamkan Allah SWT di dalam Al-Quran,
sebagaimana yang bisa kita baca di ayat berikut ini :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (QS. Al-Baqarah:
278-279)
3. Asuransi Mengandung Unsur Pemerasan
Para ulama juga menyimpulkan bahwa para peserta asuransi atau para pemegang
polis, bila tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang
sudah dibayar atau dikurangi. Inilah yang dikatakan sebagai pemerasan.
Dan Al-Quran pastilah mengharamkan pemerasan atau pengambilan uang dengan
cara yang tidak benar.
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesama kamu
dengan cara-cara yang bathil, kecuali dengan cara perniagan dengan asas suka
sama suka di antara kamu." (Qs. an-Nisa': 29).
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan kamu membawa harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan dosa,
padahal kamu mengetahui.”(QS. Al-Baqarah: 188)
4. Hidup dan Mati Manusia Mendahului Takdir Allah.
Meski alasan ini pada akhirnya menjadi kurang populer lagi, namun harus diakui
bahwa ada sedikit perasaan yang menghantui para peserta untuk mendahului takdir
Allah. Misalnya asuransi kematian atau kecelakaan, di mana seharusnya seorang
yang telah melakukan kehati-hatian atau telah memenuhi semua prosedur, tinggal
bertawakkal kepada Allah. Tidak perlu lagi menggantungkan diri kepada
pembayaran klaim dari perusahaan asuransi.
Padahal takdir setiap orang telah ditentukan oleh Allah SWT sebagaimana yang
disebutkan di dalam Al-Quran.
“Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya
ketentuan masa yang telah ditetapkan.” (QS. Al-Hijr: 4)
5. Asuransi mengandung sisi ketidakjelasan
Asuransi adalah salah satu bentuk akad tukar-menukar barang yang berdasarkan
pada asas untung-untungan, sehingga sisi ketidakjelasannya / gharar besar, karena
nasabah pada saat akad tidak dapat mengetahui jumlah uang yang harus ia setorkan
dan jumlah klaim yang akan ia terima. Bisa saja ia menyetor sekali atau dua kali
setoran, kemudian terjadi kecelakaan, sehingga ia berhak mengajukan klaim yang
menjadi komitmen perusahaan asuransi. Dan mungkin juga sama sekali tidak
pernah terjadi kecelakaan, sehingga nasabah membayar seluruh setoran, tanpa
mendapatkan apapun. Demikian juga, perusahaan asuransi tidak dapat menentukan
jumlah klaim yang harus ia bayarkan dan jumlah setoran yang akan ia terima, bila
dicermati dari setiap akad secara terpisah. Padahal, telah dinyatakan dalam hadits
yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam larangan dari jual beli gharar
(yang tidak jelas).
Pendapatan yang membolehkan :
1. Pada dasarnya Al Qur’an sama sekali tidak menyebut-nyebut hukum asuransi.
Sehingga hukumnya tidak bisa diharamkan begitu saja. Karena semua perkara
muamalat punya hukum dasar yang membolehkan, kecuali bila ada hal-hal yang
dianggap bertentangan. Seandainya sebuah transaksi asuransi bisa disterilkan
dari unsur perjudian, unsur riba, pemerasan, ketidakjelasan, dan sikap
mendahului takdir Allah, maka seharusnya tidak ada larangan untuk menjalankan
praktek asuransi. Apalagi bila kedua belah pihak telah sepakat.
2. Karena pada kenyataannya sistem asuransi dianggap dapat menanggulangi
kepentingan umum, sebab premi-premi yang terkumpul dapat di investasikan
untuk proyek-proyek yang produktif dan pembangunan.
3. Asuransi telah nyata menyantuni korban kecelakaan atau kematian dalam
banyak kasus, termasuk juga pada kerusakan atau kehilangan harta benda,
sehingga secara darurat asuransi memang dibutuhkan.
Kriteria Asuransi Yang Halal
Asuransi sistem syariah pada intinya memang punya perbedaan mendasar dengan yang
konvensional, antara lain:
1. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong-menolong). Di mana nasabah
yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami kesulitan. Sedangkan
akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual-beli antara nasabah dengan
perusahaan).
2. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi)
diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah).
Sedangkan pada asuransi konvensional, investasi dana dilakukan pada sembarang
sektor dengan sistem bunga.
3. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan
hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan pada asuransi
konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaan-lah yang memiliki
otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.
4. Bila ada peserta yang terkena musibah, untuk pembayaran klaim nasabah dana
diambilkan dari rekening tabarru (dana sosial) seluruh peserta yang sudah
diikhlaskan untuk keperluan tolong-menolong. Sedangkan dalam asuransi
konvensional, dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan.
5. Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan
perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi
konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tak ada klaim,
nasabah tak memperoleh apa-apa.
6. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang
merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen,
produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam.
Adapun dalam asuransi konvensional, maka hal itu tidak mendapat perhatian.
Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah
Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi syari’ah ada sembilan macam, yaitu : tauhid, keadilan,
tolong-menolong, kerja sama, amanah, kerelaan, larangan riba, larangan judi, dan larangan
gharar.
1. Tauhid (Unity)
Prinsip tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk tabungan yang ada dalam
syari’ah islam. Setiap bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan
pada nilai-nilai ketuhanan.
Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya
menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntun oleh nilai-nilai
ketuhanan paling tidak dalam setiap melakukan aktivitas berasuransi ada semacam
keyakinan dalam hati bahwa Allah SWT selalu mengawasi seluruh gerak langkah kita
dan selalu berada bersama kita.
2. Keadilan (Justice)
Prinsip kedua dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara
pihak-pihak yang terkait dengan akad asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami
sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban anatara peserta asuransi
dan perusahaan asuransi.
Di sisi lain keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dari hasil investasi dana
nasabah harus dibagai sesuai dengan akad yang disepakati sejak awal. Jika nisbah
yang disepakati antara kedua belah pihak 40:60, maka realita pembagian
keuntungan juga harus mengacu pada keuntungan tersebut.
3. Tolong menolong (Ta’awun)
Prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan perasuransi harus didasari
dengan adanya rasa tolong menolong antara anggota. Praktik tolong menolong
dalam asuransi adalah unsur utama pembentuk (DNA-Chromosom) bisnis transaksi.
4. Kerja sama (Cooperation)
Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam literatur
ekonomi islami. Kerja sama dalam bisnis asuransi dapat berwujud dalam bentuk
akad yang dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara
peserta asuransi dan perusahan asuransi. Dalam operasionalnya, akad yang dipakai
dalam bisnis asuransi dapat memakai konsep mudharabah atau musyarakah. Konsep
mudharabah dan musyarakah adalah dua buah konsep dasar dalam kajian
ekonomika dan mempunyai nilai historis dalam perkembangan keilmuan.
5. Amanah (Trustworthy / al-Amanah)
Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam nilai-nilai
akuntabilitas perusahaan melalui penyajian laporan keuangan tiap periode. Dalam
hal ini perusahaan asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi nasabah
untuk mengakses laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang
dikeluarkan oleh perusahaan asuransi harus mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan
keadilan dalam bermuamalah dan melalui auditor publik. Prinsip amanah juga harus
berlaku pada diri peserta asuransi. Seseorang yang menjadi peserta asuransi
berkewajiban menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan pembayaran
dana iuran dan tidak memanipulasi kerugian yang menimpa dirinya.
6. Kerelaan ( al-Ridha )
Dalam bisnis asuransi, kerelaan (al-ridha) dapat diterapkan pada setiap peserta
asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi)
yang disetorkan ke perusahan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial
(tabarru’). Dana sosial (tabarru’) memang betul-betul digunakan untuk tujuan
membantu anggota asuransi yang lain jika mengalami bencana kerugian.
7. Larangan riba
Secara bahasa riba adalah tambahan. Sedangkan menurut syari’at menambah
sesuatu yang khusus. Jadi riba adanya unsur penambahan nilai. Ada beberapa bagian
dalam al-Qur’an yang melarang pengayaan diri dengan cara yang tidak dibenarkan.
Islam menghalalkan perniagaan dan melarang riba. Halalnya jual beli dengan pola
berfikir selama manuasia saling membutuhkan satu sama lain, karena tidak bisa
mencapai ke semua keinginan kecuali denga jual beli merupakan permasalahan bagi
mereka.
8. Larangan judi (Maisir)
Allah SWT telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan aktivitas
ekonomi yang memepunyai unsur maisir (judi). Maisir dari kata yusr artinya mudah.
Karena orang memeperoleh uang tanpa susah payah, atau berasal dari kata yasar
yang berarti kaya, karena perjudian diharapkan untung yang bermakna mudah.
Maysir merupakan unsur obyek yang diartikan sebagai tempat untuk memudahkan
sesuatu.
9. Larangan gharar
Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-khida’ yaitu suatu tindakan yang di
dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Secara konvensional kata Syafi’I
kontrak dalam asuransi jiwa dapat dikategorikan sebagai aqd tabaduli atau akad
pertukaran, yaitu pertukaran pembayaran premi dan dengan uang pertanggungan.
Secara syari’ah dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang harus diterima.
Keadaan ini akan menjadi rancu karena kita tahu berapa yang akan diterima
(sejumlah uang pertanggungan), tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan
(jumlah seluruh premi) karena hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan men
meninggal.
Broker Asuransi dalam Perspektif Islam
Samsaroh adalah kosakata bahasa Persia yang telah diadopsi menjadi bahasa Arab yang
berarti sebuah profesi dalam menengahi dua kepentingan atau pihak yang berbeda dengan
kompensasi, baik berupa upah (ujroh) atau bonus, komisi (ji’âlah) dalam menyelesaikan
suatu transaksi. Adapun Simsar adalah sebutan untuk orang yang bekerja untuk orang lain
sebagai penengah dengan kompensasi (upah atau bonus), baik untuk menjual maupun
membeli.
Secara umum, hukum samsaroh adalah boleh berdasarkan hadits Qays bin Abi Ghurzah al-
Kinani, yang menyatakan:
“Kami biasa membeli beberapa wasaq di Madinah, dan biasa menyebut diri kami
dengan samasirah (bentuk plural dari simsâr, makelar), kemudian Rasulullah SAW. Keluar
menghampiri kami, dan menyebut kami dengan nama yang lebih baik daripada sebutan
kami. Beliau menyatakan: Wahai para tujjâr (bentuk plural dari tâjir, pedagang),
sesungguhnya jual-beli ini selalu dihinggapi sesumpah dan kelalaian (kebohongan), maka
bersihkan dengan sedekah.”
Secara praktis, pemakelaran terealisasi dalam bentuk transaksi dengan kompensasi
upah ‘aqdu ijâroh atau atau dengan komisi ‘aqdu ji’âlah. Maka syarat-syarat dalam
pemakelaran mengacu pada syarat-syarat umum ‘aqad atau transaksi menurut aturan fikih
islam.
Seorang makelar berhak mendapatkan kompensasi berupa upah jika telah menyelesaikan
pekerjaan yang dibebankan padanya dan ‘aqd ijâroh yang telah disepakati sah menurut
hukum, sedang pihak yang menggunakan jasa makelar harus memberikan imbalannya,
karena upah atau imbalan pekerja dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja yang
bersangkutan.
Jika terjadi cacat pada akad yang berakibat pada batalnya akad tersebut, apabila makelar
mengetahuinya maka dia tidak berhak mendapatkan kompensasi, tapi apabila dia tidak
mengetahuinya maka dia berhak mendapatkan kompensasi sesuai dengan ketentuan. Dan
jika makelar menjual dengan harga melebihi harga yang ditentukan maka uang lebih
menjadi hak pemilik harta atau pihak pertama dan si makelar tidak mendapatkan apa-apa
kecuali upah yang telah ditentukan.
Jumlah imbalan yang harus diberikan kepada makelar adalah menurut perjanjian yang telah
ditentukan, sebagaimana Al Qur’an surat Al Maidah ayat 1
Allah Swt berfirman :
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang
ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”(Qs. Al-Maidah :1)
Etika dan Sikap menurut Tuntan Islam :
1. Jujur
Syari’at Islam mengajarkan untuk selalu berbuat jujur dalam segala keadaan.
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan
kaum kerabatmu, jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.
Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS.
An-Nisa’: 135)
�ا ر� ي ار م�ع�ش� ج� �وا الت اب �ج� ت ول ف�اس� س� ر� �ه ل �ه� ص�ل�ى الل �ه الل �ي �م� ع�ل ل و�س�
ف�ع�وا �اق�ه�م� و�ر� ع�ن� ه�م� أ �ص�ار� �ب �ه و�أ �ي ل ن� ف�ق�ال� إ ار� إ ج� �ون� الت �ع�ث �ب �و�م� ي ي
�ام�ة �قي ا ال ار, ال� ف�ج� �ق�ى م�ن� إ �ه� ات �ر� الل و�ص�د�ق� و�ب
“Wahai para pedagang!” Spontan mereka menegakkan leher dan pandangan guna
memperhatikan seruan Rasulullah وسلم عليه الله Lalu صلي beliau bersabda,
“Sesungguhnya para pedagang kelak pada hari kiamat akan dibangkitkan sebagai orang-
orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertaqwa kepada Allah, berbuat baik, dan
berlaku jujur.”
2. Hindarilah khianat terselubung
Berkhianat adalah tindakan tercela dan bertentangan dengan sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Tidak boleh melakukan tindakan yang dapat menimbulkan kerugian
pada orang lain, juga tidak dibenarkan membalas dengan yang melebihi perbuatan.
Barang siapa yang melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, niscaya Allah
timpakan kerugian kepadanya. Barang siapa yang melakukan perbuatan yang
menyusahkan orang lain, niscaya Allah menimpakan kesusahan kepadanya.” (HR. Al-
Hakim dan Al-Baihaqi)
Sikap seperti ini tentu bertentangan dengan Firman Allah ta’ala :
�ا ه�ا ي ي� �ذين� أ � ال �وا � آم�ن � ال �وا �ل �ك �أ �م� ت �ك م�و�ال
� �م� أ �ك �ن �ي �اطل ب �ب ال � ب ال �ن إ �ون� أ �ك ت
ة, ار� ج� اض; ع�ن ت �ر� م<نك� ت
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka-sama-suka
di antara kamu.”(QS. An-Nisa: 29)
3. Ketulusan Niat
Niat adalah dasar dan pembangkit segala bentuk ucapan dan tindakan. Dengan niat
tulus dan luhur, niscaya ketulusan niat tersebut terpancar dalam ucapan dan tindakan
pula.
ا �ن�م� ال� إ ا ب�الن�ي�ة�، األ�عم� �ن�م� إ ر�ئ� و� ا إل�م ن�و�ى م�
Dari Umar bin al Khaththab, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan
setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan”. (HSR. Bukhary-Muslim
dari ‘Umar bin Khoththob radhiallahu ‘anhu)
4. Tangguh dan Pantang Menyerah
Di antara kepribadian pedagang muslim yang membedakannya dari selainnya ialah
ketangguhan mental dan jiwanya. Berbagai aral yang melintang di jalan hidupnya tidak
menjadikan semangatnya luntur. Kegagalan dan tantangan, yang kadang menghiasi
perjuangannya, tidak menjadikannya lemah dan kendur semangat. Dia akan selalu
optimis dan menatap masa depan dengan penuh kepercayaan. Semboyannya hanya
satu, “Selama hayat di kandung badan, maka keberhasilan dan rezekinya pastilah
mengalir.” Semboyan ini bukanlah diperoleh dari sesuatu yang hampa, melainkan
diperoleh dari janji Allah dan Rasul-Nya.
ك�م و�م�ا <ع�م�ة; م<ن ب Aه ف�من� ن الل
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah (datangnya).” (QS. An-
Nahl [16]: 53)
5. Tawakal
Keimanan kepada Allah tidak menjadikan seseorang bertopang dagu dan pasrah dengan
setiap kenyataan. Keimanan terus mendorong untuk berusaha tanpa kenal lelah. Walau
demikian tetap menyerahkan hasil dari usaha keras kepada kehendak dan karunia Allah.
�ح�ن� �ا ن م�ن �ه�م ق�س� �ن �ي �ه�م� ب ت �اة في م�عيش� ي �ح� �ا ال �ي �ا الد ن ف�ع�ن �ع�ض�ه�م� و�ر� ب
�ع�ض; ف�و�ق� ج�ات; ب ذ� د�ر� �خ �ت ي �ع�ض�ه�م ل , ب �ع�ضا , ب Aا خ�ري س�
“Kamilah yang menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian lainnya beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian lainnya.” (QS. Az-
Zukhruf: 32)
Betapa indah gambaran Rasulullah وسلم عليه الله صلي tentang tawakal berikut ini:
�و� �م� ل �ك ن� �ون� أ �ل �و�ك �ت �ه ع�ل�ى ت ه ح�ق� الل ل �و�ك �م� ت ق�ك ز� �ر� �م�ا ل ق� ك ز� �ر� ي
�ر� �غ�د�و الط�ي وح� خم�اص,ا ت �ر� ,ا و�ت ط�ان ب
“Andai engkau bertawakal kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya Allah memberimu
rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung yang di pagi hari
meninggalkan sarangnya dan ketika senja hari tiba, ia telah kenyang.” (HR. Ahmad:
1/30)
Tawakal yang benar tidak menjadikan manusia pemalas. Akan tetapi, tawakal
menjadikan seseorang dapat menatap hari esok dengan penuh percaya diri tanpa ada
kekhawatiran sedikit pun.
6. Berniaga Namun Tidak Lalai dari Mengingat Allah
Di antara karakter seorang muslim yang sangat indah dan membedakan dari yang lain
ialah senantiasa ingat kepada Allah Ta’ala. Dengan demikian, tetap senantiasa
menjalankan kewajiban ibadah kepada Allah tanpa terganggu oleh berbagai aktivitas
perniagaan.
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari
mengingat Allah dan dari mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Mereka takut
kepada suatu hari yang padanya hati dan penglihatan bergoncang.” (QS. An-Nur: 37)
Setiap orang harus senantiasa sadar bahwa Allah Ta’ala mengetahui setiap perbuatan
dan ucapan yang dilakukan. Percaya setiap ucapan dan perbuatan Anda pastilah
mendapat balasannya yang setimpal. Kesadaran ini menjadikan diri untuk waspada dan
tidak menghalalkan segala macam cara dalam mencari keuntungan niaga.
�وا ال� �طئ �ب ت �س� ق� ت ز� �ه� , الر< ن م� ف�إ ـ� �ن� ل �ك �دT ي م�و�ت� ع�ب ـ� �غ�ه� ح�ت�ى ي �ل �ب ر� ي آخ
ق; �ه� رز� �ق�وا , ه�و�ل �وا الله� ف�ات �ج�مل ل من� الط�ل�ب في و�أ ح�ال� ـ� ك ال �ر� و�ت
ام ح�ر� ـ� ال
“Jangan pernah engkau merasa rezekimu telat datang, karena sesungguhnya tiada pun
hamba yang mati, hingga telah datang kepadanya rezeki terakhir yang ditentukan
untuknya. Maka bertakwalah engkau kepada Alloh dan tempuhlah jalan yang baik
dalam mencari rezeki. Tempuhlah yang halal dan tinggalkan yang haram.”
Berlaku santun dalam menjalankan perniagaan, karena harta kekayaan dunia bukanlah
standar keberhasilan, baik di dunia atau akhirat. Harta kekayaan hanyalah titipan dan
bahkan ujian untuk melihat apakah kita bersyukur atau sebaliknya, kufur.
“Dan ketahuilah bahwa harta benda dan anak keturunanmu hanyalah cobaan, dan
sesungguhnya Alloh, di sisi-Nya terdapat pahala yang agung. (QS. al-Anfal: 28)
7. Senantiasa Memudahkan Orang Lain
Perniagaan dan keuntungan bukanlah cita-cita akhir dari berniaga. Keuntungan
hanyalah sarana untuk memudahkan urusan dunia dan akhirat. Seorang muslim yang
baik adalah yang selalu bersikap ringan tangan dan rendah hati pada setiap urusan
termasuk ketika sedang berniaga.
Dari sahabat Jabir bin Abdillah عنه الله رضي , bahwa Rasulullah وسلم عليه الله صلي
bersabda:
حم� �ه� ر� ج�ال, الل ا ر� م�ح, ذ�ا س� �اع� إ ذ�ا ب �ر�ى و�إ ت ذ�ا اش� �ض�ى و�إ اق�ت
“Semoga Allah senantiasa merahmati seseorang yang senantiasa berbuat mudah
ketika ia menjual, ketika membeli, dan ketika menagih.”
Kehidupan dunia ini hanyalah sesaat, dan selanjutnya cepat atau lambat pasti
berpindah ke alam akhirat. Karenanya, kita harus tak kenal lelah untuk terus-menerus
menabur benih-benih kehidupan akhirat semasa hidup di dunia fana ini.
Pada suatu hari Rasulullah وسلم عليه الله صلي bercerita, “(Pada hari kiamat kelak)
Allah mendatangkan salah seorang hamba-Nya yang pernah Dia beri harta kekayaan,
kemudian Allah bertanya kepadanya, ‘Apa yang engkau lakukan ketika di dunia?’ (Dan
mereka tidak dapat menyembunyikan dari Allah suatu kejadian). Sang hamba
menjawab, ‘Wahai Tuhanku, Engkau telah mengaruniakan kepadaku harta kekayaan,
dan aku berjual beli dengan orang lain, dan kebiasaanku (akhlaqku) adalah senantiasa
memudahkan, aku meringankan (tagihan) orang yang mampu dan menunda (tagihan
kepada) orang yang tidak mampu.’ Kemudian Allah berfirman, ‘Aku lebih berhak untuk
melakukan ini daripada engkau, mudahkanlah hamba-Ku ini.’”
8. Membelanjakan Harta di Jalan yang Benar
Manisnya kekayaan, mungkin saja menjadikan diri lalai dan lupa daratan. Betapa tidak,
segala yang diinginkan dapat terwujud dengan mudah berkat kekayaan yang melimpah.
Betapa seringnya orang yang bisa menahan diri dan bersikap bersahaja tatkala kantong
cekak, namun hal itu begitu berat dilakukan bila kantong tebal.
Keimanan dan keluhuran jiwa dirilah yang dapat menahan dari sikap angkuh dan
melampaui batas ketika berhasil mencapai kekayaan. Yang demikian itu karena sadar
bahwa suatu saat nanti kekayaan itu harus dipertanggungjawabkan, dari mana
memperolehnya dan ke mana membelanjakannya.
ول� ال� �ز� �د; ق�د�م�ا ت �و�م� ع�ب �ام�ة ي �قي �ل� ح�ت�ى ال أ �س� �اه� فيم�ا ع�م�ره ع�ن� ي ف�ن� أ
�مه و�ع�ن� ل ه و�ع�ن� ف�ع�ل� فيم� ع �ن� من� م�ال ي� �ه� أ ب �س� �ت �ف�ق�ه� و�فيم� اك ن
� أ
مه و�ع�ن� ه� فيم� جس� �ال� ب� أ
“Kelak pada hari kiamat, tidaklah kedua kaki seorang hamba dapat bergeser hingga ia
ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan; tentang ilmunya, apa yang ia perbuat
dengannya; tentang hartanya, dari mana dan ke mana ia belanjakan; dan tentang
badannya, untuk apa ia gunakan.”
Larangan Broker Asuransi
1. Menerima Suap
Suap, disebut juga dengan sogok atau memberi uang pelicin. Adapun dalam bahasa
syariat disebut dengan risywah. Secara istilah disebut “memberi uang dan sebagainya
kepada petugas (pegawai), dengan harapan mendapatkan kemudahan dalam suatu
urusan”.
Di dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian lain di antara kamu
dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 188)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka
bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan. Mereka itulah orang-orang yang
dilaknati Allah don ditulikanNya telinga mereka dan dibutakanNya penglihatan
mereka.” (QS. Muhammad : 22-23)
Dalam ayat diatas, membuat kerusakan di muka bumi salah satu contohnya yakni
dengan melakukan suap maupun sogokan. Sehingga akan terdapat pihak-pihak yang
dirugikan. Perbuatan tersebut akan akan membawanya kepada kekufuran.
Dalam sebuah hadits :
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu , ia berkata : “Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam melaknat yang memberi suap dan yang menerima suap.” [HR At-Tirmidzi,
1/250; Ibnu Majah, 2313 dan Hakim, 4/1 02-103; dan Ahmad 2/164,190. Syaikh Al-
Albani berkata,”Shahih.” Lihat Irwa’ Ghalil 8/244].
Dalam riwayat Tsauban, terdapat tambahan hadits: “Arroisy” (...dan perantara transaksi
suap)”. [HR Ahmad, 5/279 dalam sanadnya ada Laits bin Abi Salim, hafalannya
bercampur, dan Syaikhnya, Abul Khattab majhul].
Hadits ini menunjukkan, bahwa suap termasuk dosa besar, karena ancamannya adalah
Laknat. Yaitu terjauhkan dari rahmat Allah. Sedangkan menurut Ijma’, telah tenjadi
kesepakatan umat tentang haramnya suap secara global.
2. Melakukan penipuan
Al-Qadhi ‘Iyadh الله رحمه berkata, “Kebiasaan para pedagang adalah menipu dalam
perniagaan dan berambisi untuk menjual barang dagangannya dengan segala cara
yang dapat mereka lakukan. Tanpa terkecuali, dengan sumpah palsu dan yang serupa.
Karenanya, Nabi وسلم عليه الله صلي memvonis mereka sebagai orang-orang jahat
(fajir). Beliau hanya mengecualikan dari vonis ini para pedagang yang senantiasa
menghindari hal-hal yang diharamkan, senantiasa memenuhi sumpah, dan jujur dalam
setiap ucapannya.” (Dinukil oleh al-Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwadzi:
4/336)
Kejujuran adalah kepribadian yang seyogianya mendasari setiap aktivitas seorang
muslim. Sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas berkata, “Seorang muslim itu bisa saja memiliki
tabiat pengkhianat dan pendusta.” (HR. Al-Baihaqi).
3. Memberikan informasi yang menyesatkan
Memberikan informasi yang menyesatkan untuk memperoleh keuntungan transaksi
yang dilarang. Hal ini berkaitan dengan penipuan, adapun dalil yang berkaitan dengan
masalah ini adalah :
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan
kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan
ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari
dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian
yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS. An-
Nur : 11)