blended learning dalam meningkatkan kemampuan … · pembelajaran online dan tatap muka dalam...
TRANSCRIPT
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 111
BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN HOTS
MAHASISWA PGMI STAIPANA
Mutik Nur Fadhilah
STAI Pancawahana Bangil
Abstract: The existence of a co-19 pandemic that requires social
distancing. Because the spread of this disease is very fast to move, and
disrupt the human respiratory system. With the existence of this pandemic,
the government is taking the policy in the field of education to carry out the
process of learning from home. But it certainly does not reduce the ability
of HOTS (high order thinking skills) of students to attend lectures during
this pandemic. In the implementation process using learning based on
blending learning. This is used to facilitate the integration of learning
activities from face-to-face and online activities. The focus of this
discussion emphasizes the description of blending learning itself. Then
discuss the ability of HOTS (high order thinking skills), according to their
cognitive level. As well as knowing the application of learning based on
blending learning in improving the ability of HOTS (high order thinking
skills) of PGMI STAIPANA students. The steps to improve HOTS (high
order thinking skill) capabilities through blended learning are as follows:
direct activities, independent learning, applications, tutorials,
collaboration, evaluation and other supporting materials. In accordance
with the level of cognitive abilities in high-level thinking (HOTS), namely:
the ability to remember, the ability to understand, the ability to apply, the
ability to evaluate and the ability to create. Certainly in accordance with
the problems or topics provided by educators. In accordance with Qs.
Fushsilat verse 25, Qs. Al Hasyr paragraph 2 and Ministerial Regulation
No. 44 of 2015.
Keyword: Blended Learning and The Ability of HOTS (High Order
Thinking Skill).
PENDAHULUAN
Sekarang kita mengalami pandemi covid-19, yang mengharuskan kita untuk
social distancing. Pemerintah pun mengambil kebijakan pendidikan harus melalui
pembelajaran daring. Padahal kampus kami telah melakukan perkuliahan tatap muka
sebanyak 3x perkuliahan dan sisa pertemuannya dilakukan secara daring sampai nanti
keadaan mulai membaik. Dengan adanya kewajiban unuk menyelesaikan perkuliahan
tersebut, diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep perkuliahan yang
disampaikan oleh tenaga pendidikan.
Blended Learning merupakan pembelajaran yang menggabungankan
pembelajaran online dan tatap muka dalam kegiatan perkuliahannya. Mahasiswa PGMI
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 112
pun dalam perkuliahan ini dapat mengikuti prosesnya sesuai dengan instruksi tenaga
pendidikan. Diharapkan nantinya mampu meningkatkan kemampuan HOTS (Higher
Order Thinking Skills) dimana proses berpikir mahasiswa dalam level kognitif yang
lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan
taksonomi pembelajaran materi perkuliahannya.
PEMBAHASAN
Blended Learning
Blended learning merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri
dari dua suku kata, blended dan learning. Blended artinya campuran atau kombinasi
yang baik. Sedangkan learning adalah pembelajaran atau sebuah proses belajar untuk
mendapatlam ilmu pengetahuan. Blended Learning adalah sebuah konsep yang relatif
baru dalam pembelajaran dimana pengajaran yang disampaikan melalui gabungan
pembelajaran online dan tatap muka dalam pelaksanaannya. Tatap muka merupakan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara langsung. Begitu pula pembelajaran
online dilakukan melalui sebuah website atau jaringan online.
Adapun tujuan blended learning apabila dilaksanakan dalam proses pembelajaran
dalam perkuliahan, yaitu:
1. Memudahkan proses pembelajaran dalam kondisi apapun.
2. Memudahkan menyesuaikan materi sesuai jadwal tanpa melihat jarak masing-masing
mahasiswa.
3. Memudahkan menyamakan waktu dalam proses pembelajaran.
4. Dalam proses pembelajaran tatap muka, mahasiswa belajar cara berinteraksi dan
menyampaikan pendapat.
5. Sedangkan blended learning, mahasiswa dituntut untuk mandiri, mengenal berbagai
macam aplikasi online dan tanggung jawab dalam proses penyelesaian tugas
perkuliahan.
Untuk mengembangkan Blended Learning, terdapat lima kunci pembelajaran ini
adalah sebagai berikut:1
1. Live-Event yakni pembelajaran tatap muka sinkron dalam waktu dan tempat yang
sama ataupun waktu sama tapi tempat berbeda.
2. Self-Paced Learning, mengombinasikan pembelajaran konvensional dengan
pembelajaran mandiri menggunakan teks maupun multimedia daring lainnya.
3. Collaboration, mengombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun
kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya bisa bersifat lintas
sekolah/kampus.
4. Assessment, cara untuk mengukur keberhasilan belajar (teknik asessment). Dalam
Blended Learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis asesmen baik
yang bersifat tes maupun nontes, atau tes yang lebih bersifat otentik dalam bentuk
proyek, produk dan lain sebagainya. Di samping itu, bentuk-bentuk asesmen online
1Husamah, Pembelajaran Bauran (Blended Learning), (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014), hlm. 227.
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 113
dan asesmen offline perlu dipertimbangkan agar memberikan kemudahan dan
fleksibilitas kepada para mahasiswa.
5. Performance Support Materials, mengombinasikan pembelajaran tatap muka dalam
kelas dan tatap muka virtual, pastikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut
telah dipersiapkan. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan
belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline maupun secara
online (via website tertentu).
Akan tetapi ada beberapa pendapat tentang unsur pengembangan blended learing
yang terdiri dari enam unsur, yaitu:
1. Tatap muka, adanya kegiatan pembelajaran langsung memudahkan tenaga pendidik
memahami sifat atau karakteristik mahasiswa. Serta mampu memudahkan
menyampaikan materi perkuliahan dari hati ke hati sehingga pengetahuan yang
disampaikan bisa secara utuh.
2. Belajar mandiri, pembelajaran ini mampu meningkatkan tanggung jawab para
mahasiswa dalam proses pembelajarannya. Apabila ada kondisi yang tidak
memungkinkan tentunya para mahasiswa mampu belajar sesuai dengan RPS
(rencana pembelajaran semester) yang telah disampaikan oleh tenaga pendidik.
3. Aplikasi, merupakan sebuah sistem ataupun media yang memudahkan proses
pembelajaran. Baik melalui pembelajran secara tatap muka maupun secara daring.
Apabila dilakukan secara tatap muka, tentunya aplikasi yang digunakan tidak
menggunakan paket data atau jaringan online yang begitu banyak. Dikarenakan
adanya dukungan pihak kampus telah memberikan jaringan wifi didalam
perkuliahan. Berbeda halnya ketika pembelajaran online, mahasiswa memerlukan
jaringan daring yang stabil sehingga memerlukan paket data yang menunjang
terjadinya proses perkuliahan. Serta harus didukung dengan kemampuan tenaga
pendidik yang mumpuni dalam penggunaan aplikasi yang tidak membebankan
mahasiswanya, namun disesuaiakan dengan tujuan perkuliahan. Pembelajaran
berbasis blended learning bisa melalui PBM (pembelajaran berbasis masalah),
dimana mahasiswa diberikan sebuah topik atau materi untuk didiskusikan sesuai
dengan kemampuannya dalam menyampaikan sebuah pendapat dengan didasari
dasar pemikiran.
4. Tutorial, sering digunakan dalam pembejaran daring untuk memudahkan
pembelajaran jarak jauh. Hal ini merupakan salah satu upaya tenaga pendidik untuk
selalu melakukan kegiatan pembelajaran. Meskipun kegiatan tutorial ini kadang tidak
memerlukan tenaga pendidik dalam prosesnya, namun tenaga pendidik masih
diperlukan dalam proses membimbing mahasiswanya dalam cara penggunaan dan
menjawab pertanyaan mahasiswa dalam penyedia jasa ilmu pengetahuan.
5. Kerja sama, merupakan interaksi antara tripusat pendidikan (lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat dan lingkungan rumah). Keterlibatan ketiganya berperan
penting dalam membentuk karakter mahasiswa dan keberhasilan dalam belajar.
Mungkin memang sering terjadi hanya 2 interaksi (mahasiswa dan tenaga pendidik)
tetapi nyatanya hal ini masih ada faktor x (lingkungan rumah atau masyarakat).
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 114
Pembelajaran tatap muka langsung tentunya memerlukan perhatian yang lebih dari
seorang tenaga pendidikan. Akan tetapi, pembelajaran berbasis blended learning
memerlukan kemadirian belajar seorang mahasiswa dalam berkolaborasi mencapai
tujuan pembelajaran.
6. Evaluasi, merupakan salah satu hasil penilaian kinerja mahasiswa. Terdapat
perbedaan antara evaluasi tatap muka dengan evaluasi blended learning. Penilaian
tatap muka didasarkan pada kegiatan langsung dan interaksinya dalam proses
pembelajaran dikelas. Sedangkan penilaian blended learning terdiri dari beberapa
evaluasi yaitu:
a. Face-to-Face Driver, bisa dilakukan secara tatap muka langsung atau
menggunakan aplikasi online.
b. Rotation, merupakan hasil kolaborasi dari pembelajaran daring melalui kegiatan
bertatap langsung dengan tenaga pendidikan.
c. Flex, merupakan kegiatan diskusi melalui media daring.
d. Online Lab, merupakan kegiatan yang bisa dilakukan di lab computer atau media
daring lainnya, dimana interaksinya dibantu oleh sebuah alat dalam proses
pembelajarannya.
e. Self Blend, merupakan sebuah kelas daring khusus yang bisa dilakukan dimana
pun.
f. Online Driver, merupakan kelas daring yang materi atau proses pembelajarannya
menggunakan media internet. Dimana mahasiswa mendownload suatu aplikasi
dalam belajar mandiri secara jarak jauh. Tentunya waktunya sesuai dengan hasil
kesepakatan kelas tersebut.
Kemampuan HOTS
Higher Order Thinking Skills merupakan suatu proses berpikir peserta didik
dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan
metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving,
taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian.2
Pembelajaran menuntut kemampuan berpikir mahasiswa mencakup menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Mahasiswa mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari dalam menyelesaikan suatu masalah menggunakan pengetahuannya ke
dalam situasi baru. Tujuan utama dari higher order thinking skills adalah meningkatkan
kemampuan berpikir mahasiswa pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan
dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis
informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan
pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang
kompleks.
2Saputra Alanindra, Analisis Keterampilan Proses Sains (KPS) Dasar Mahasiswa Calon Guru
Biologi Pada Mata Kuliah Anatomi Tumbuhan (Studi Kasus Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP
UMS Tahun Ajaran 2015/2016), (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016).
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 115
Pada hakekatnya kemampuan HOTS pada dimensi kognitif terdiri dari beberapa
tingkatan, yaitu:3
1. Mengingat (C1), merupakan salah satu kemampuan berfikir tingkat awal dimana
seseorang mampu mengenali dan mengingat kembali pengetahuan yang dimilikinya.
2. Memahami (C2), merupakan kemampuan berfikir yang mampu menafsirkan dan
mencontohkan suatu pengetahuan yang didapatkannya.
3. Mengaplikasikan (C3), merupakan kemampuan berfikir seseorang dalam
mengeksekusi dan mengimplementasikan suatu pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Menganalisis (C4), merupakan kemampuan berfikir dengan tingkatan tinggi. Dimana
seseorang harus mampu membedakan, mengorganisasi dan mengatribusikan
pengetahuan yang dimilikinya.
5. Mengevaluasi (C5), merupakan kemampuan seseorang dalam memeriksa dan
mengkritik suatu pengetahuan.
6. Mencipta (C6), merupakan kemampuan seseorang dalam merumuskan,
merencanakan dan memproduksi suatu pengetahuan.
Kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS) memberikan kemudahan bagi
penggunannya dalam memecahkan suatu permasalahan. Sehingga seseorang bisa
berfikir secara kritis sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Secara umum langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:4
1. Mengidentifikasi masalah, apabila mahasiswa dihadapkan pada sebuah topik
permasalahan. Maka mahasiswa tersebut harus mampu mencari persamaan atau
perbedaan dari akar masalah tersebut.
2. Mendefinisikan masalah, mampu mendeskripsikan maksud topik permasalahan
secara khusus maupun secara umum.
3. Menetapkan masalah, mampu membuat point atau inti permasalahan sesuai topik.
4. Mengeksplorasi strategi, mencari beberapa alternatif penyelesaian melalui berbagai
teori dan pengalaman yang dimiliki.
5. Menerapkan strategi, setelah menemukan strategi yang sesuai dengan penyelesaian
permasalahan. Barulah strategi yang sesuai tersebut diterapkan sebagai solusi untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Penerapan Blended Learning dalam Meningkatkan Kemampuan HOTS
Mahasiswa PGMI STAIPANA
Sebelum kita membahas lebih mendalam, penulis akan mendeskripsikan tentang
mahasiswa PGMI STAIPANA. PGMI STAIPANA merupakan salah satu prodi baru
yang masih menggunakan SK Operasional dalam pelaksanaannya. Memiliki 3 tingkatan
semester dalam pelaksanannya. Meskipun termasuk prodi baru, namun semangat
3Anderson dan Krathwohl, A Taxonomy for Learning, Teaching and Asesing, (New York: Addison
Wesley Longman, 2001). 4Susan Brookhart, How to Asses Higher-Order Thinking Skill In Your Classroom, (United States
of Amerika: ASCD Member Book, 2010).
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 116
mahasiswa lumayan tinggi dalam proses perkuliahan. Hal ini dibuktikan dengan
antusias mahasiswa dalam interaksi dengan tenaga pendidik yaitu:
1. Tingkatan mahasiswa PGMI semester VI pada mata kuliah ICT.
2. Tingkatan mahasiswa PGMI semester IV pada mata kuliah IPU II (Ilmu Pengetahuan
Umum II).
3. Tingkatan mahasiswa PGMI semester II pada mata kuliah IPU I (Ilmu Pengetahuan
Umum I).
Dimana visi prodi PGMI ini adalah mewujudkan Perguruan Tinggi yang mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan Islam dan teknologi serta melahirkan Sarjana yang
berakhlaqul karimah, profesional dan mampu menjadi penggerak pembangunan. Serta
terdapat misi prodi PGMI adalah:
1. Mendidik mahasiswa menjadi masyarakat yang bermoral, memiliki kemantapan
akidah dan kedalaman spiritual, keluasan ilmu dan kematangan profesional.
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni melalui pengkajian dan
penelitian ilmiah.
3. Melaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat.
4. Meningkatkan kegiatan kemahasiswaan.
5. Melaksanakan pembinaan civitas akademika dan saling berhubungan dengan
lingkungan.
Sesuai dengan tujuan Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) adalah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan mahasiswa agar menjadi anggota masyarakat yang beriman, dan
bertaqwa kepada Allah SWT, jujur, berakhlaqul karimah, berkepribadian utuh,
mandiri, cerdas, memiliki kemampuan akademik, profesional dan kemampuan untuk
menerapkanya, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi,
budaya dan seni yang islami serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan
keagamaan yang tinggi.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan
seni yang Islami serta mengupayakan pengenalan, pengalaman dan pemanfaatanya
untuk meningkatkan tarap kehidupan masyarakat dan kemaslahatan umat.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa PGMI pada
hakekatnya memiliki visi, misi dan tujuan dalam proses pendidikannya. Akan tetapi
proses pendidikan saat ini, tidak bisa dilakukan secara langsung. Dikarenakan ada
pandemi covid-19 atau dikenal dengan korona. Penyakit ini merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh sidrom pernafasan akut.5 Penularan penyakit ini
sangatlah cepat dan tidak bisa dideteksi dengan mudah. Sehingga memerlukan alat
dalam mengidentifikasi penyakit ini, serta alatnya pun masih terbatas. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Fushsilat ayat 25 yaitu:
5Google, Corona, diakses melalui https://en.wikipedia.org/wiki/Coronavirus_disease_2019, pada
tanggal 28 April 2020 pukul 11.57.
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 117
ا بين أيديهم وما خلفهم وحق عليهم فى أمم لقول ٱوقيضنا لهم قرناء فزينوا لهم م
ن نس ٱو لجن ٱقد خلت من قبلهم م رين ل انوا خ نهم
Artinya: “Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka
memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka dan
tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat-umat yang terdahulu
sebelum mereka dari jinn dan manusia, Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang merugi.”
Dapat kita ketahui, bahwa pandemi ini bukanlah pertama kali terjadi di muka
bumi ini. Umat terdahulu pernah melalui wabah ini dan tentunya ada hikmah di balik
musibah yang kita alami saat ini. Untuk itu, kita perlu mempelajari apa yang dilakukan
umat terdahulu dengan mematuhi ulil amri atau pemerintah. Kita mematuhi segala
peraturan yang berlaku untuk memutus rantai penyebaran virus ini. Salah satunya dalam
bidang pendidikan, diberlakukannya proses pembelajaran daring.
Proses pembelajaran daring yang dilakukan di kampus staipana prodi PGMI,
khususnya mata kuliah IPU (Ilmu Pengetahuan Umum) 1, IPU (Ilmu Pengetahuan
Umum) II dan ICT (Information Communication and Technology) atau TIK
(Tekhnologi Informasi dan Komunikasi). Menggunakan pembelajaran berbasis blended
learning untuk meningkatkan kemampuan HOTS (Higher Order Thinking Skill) atau
kemampuan berfikir tingkat tinggi. Hal ini digunakan untuk mempermudah proses
perkuliahan yang tersisa untuk meningkatkan keilmuan mahasiswa itu sendiri.
Meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga pendidik dan
mahasiswa.
Mahasiswa PGMI STAIPANA merupakan kalangan ekonomi menengah begitu
pun dengan tenaga pendidikannya. Untuk mempermudah proses perkuliahan jarak jauh,
dibutuhkan sedikit bantuan dari jaringan internet. Tentunya disesuaikan dengan jadwal
perkuliahan mahasiswa dengan meminimalisir tugasnya. Agar tidak memperberat beban
mahasiswa ketika belajar dari rumah. Mahasiswa kami bukan 100% hanya sebagai
peserta perkuliahan saja, namun sebagai tenaga pendidik di tingkat dasar atau pekerjaan
halal lainnya. Tujuan para mahasiswa kami adalah mengubah nasib mereka kearah yang
lebih baik dan mampu membanggakan keluarganya. Dengan tekad inilah, kami sebagai
tenaga pendidik harus mampu mewadahi keinginan mereka dalam belajar di tengah
pandemi untuk mencapai tujuan yang sama.
Dengan demikian, penerapan blended learning dalam meningkatkan kemampuan
HOTS mahasiswa PGMI Staipana terdiri dari beberapa hal antara lain:
1. Kegiatan langsung, dilakukan sesuai dengan waktu studi yang dilakukan selama tatap
muka langsung atau sesuai jadwal semester yang ditentukan pihak kampus. Ketika
melakukan pembelajaran daring waktunya sama hanya tempatnya tidak di kampus
dan dilakukan di rumah masing-masing.
2. Belajar mandiri, pembelajaran awalnya melalui tatapan muka menggunakan silabus
dan RPS. Tenaga pendidik melakukan penjelasan materi langsung kepada mahasiswa
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 118
sesuai dengan materi perkuliahannya sesuai jadwal. Ketika dilakukan pembelajaran
daring, menggunakan google classroom proses perkuliahan pun dilakukan dengan
online. Adanya slide atau ppt yang diunggah tenaga pendidik pada platform tersebut
sesuai RPS. Tentunya harus ditunjang dengan meningkatkan kemampuan menganalis
mahasiswa terhadap materi yang telah disampaikan.
3. Aplikasi, untuk mendukung kegiatan belajar mandiri dibutuhkan media dalam proses
interaksinya. Salah satunya kami menggunakan wa sebagai media mempermudah
menjawab pertanyaan mahasiswa ke aplikasi proses perkuliahan. Media yang kedua
kami menggunakan alamat email tentunya menggunakan gmail. Gmail harus dibuat
secara individu oleh para mahasiswa sesuai dengan nama asli mereka. Setelah
mereka memiliki email, barulah tenaga pendidik mengundang para mahasiswanya
untuk masuk ke google classroom atau aplikasi zoom. Google classroom merupakan
sebuah aplikasi dari google untuk mempermudah interaksi pengajar dan mahasiswa
dalam proses perkuliahan secara daring. Tenaga pendidik dapat menyiapkan sebuah
intro awal dalam kelas awal perkuliahan, disusul dengan materi. Materinya bisa
melalui file yang sudah dibuat dahulu, atau langsung membuat dengan aplikasi yang
sudah tersedia didalamnya. Begitu pun dengan kegiatan evaluasinya bisa disesuaikan
dengan macam-macam model pertanyaan yang tersedia di aplikasi tersebut. Bisa
menggunakan pilihan ganda, uraian singkat, uraian deskripsi, angket, skale, dan lain
sebagainya sesuai dengan kretifitas tenaga pendidikan. Berbeda halnya dalam
kegiatan diskusi secara tatap muka melalui kegiatan daring menggunakan aplikasi
zoom atau video call. Video call terbatas dalam jumlah mahasiswanya, dikarenakan
mengggunakan aplikasi wa. Sedangkan menggunakan aplikasi zoom dapat memuat
semua mahasiswa dalam kegiatan presentasi dan diskusi materinya. Tentunya harus
menggunakan jaringan internet yang stabil dalam penggunaannya.
4. Tutorial merupakan kegiatan yang dilakukan dalam proses perkuliahan ini secara
mandiri. Tentunya disesuaikan dengan aplikasi yang dipakai dengan instruksi yang
telah diberikan di awal oleh tenaga pendidik. Para mahasiswa melakukan instruksi
dalam pelaksanaannya.
5. Kolaborasi atau kerja sama, tentunya proses perkuliahan ini terjadi interaksi antara
tenaga pendidikan dan mahasiswa dalam pelaksanaannya. Pada perkuliahan daring
pun dilakukan interaksi ini, namun bisa mengundang narasumber lain melalui online.
Sesuai dengan materi yang akan dilakukan pada kelas perkuliahan tersebut.
Mahasiswa diharapakan mampu mensintesis hasil interaksi tersebut dengan
pengetahuan yang udah dimilikinya.
6. Evaluasi, dalam pembelajaran tatap muka langsung menggunakan asessmen offlline
menggunakan tes lisan bahkan tes berbentuk proyek setelah proses perkuliahan
selesai. Pembelajaran daring tentunya menggunakan asessmen online menggunakan
google form yang disesuaiakan waktu pengerjaan dan pengumpulannya. Tentunya
tetap disesuaikan dengan fleksibilitas dan kemampuan mahasiswa tersebut. Hal ini
ditunjang dengan adanya japri (jaringan pribadi) antar personal mahasiswa dengan
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 119
tenaga pendidikan. Sehingga proses evaluasi ini menghasilkan suatu produk ataupun
pengetahuan yang baru bagi para mahasiswa sesuai dengan mata kuliahnya.
7. Bahan pendukung kinerja, didukung dengan adanya silabus dan RPS sebagai pijakan
dalam proses pembelajaran. Materi yang diberikan pendidik secara langsung dapat
dilihat dari proses penjelasan tenaga pendidik pada mahasiswa. Serta asessmen
offline yang telah dipersiapkan untuk meningkatkan kemampuan HOTS mahasiswa.
Begitu pula dengan asessmen online tentunya dengan menyiapkan platform yang
disesuaikan dengan materi dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
menganalisis, sintesis dan mengevaluasi suatu topik yang diberikan pendidik.
Hasil pemaparan di atas, telah membuktikan terjadinya peningkatan kemampuan
berfikir tingkat tinggi para mahasiswa PGMI. Untuk membuktikan tersebut, tenaga
pendidik menggunakan analisis kognitif sesuai tingkatan HOTS, sebagai berikut:
1. Kemampuan awal mahasiswa adalah C1 atau mengingat dapat diketahui pada
kegiatan langsung dan kegiatan daring. Kedua proses tersebut tentunya
membutuhkan kemampuan mahasiswa dalam mengenali dan mengingat kembali
pengetahuan atau pengalamannya sesuai dengan topik perkuliahan. Hal tersebut
dapat mengkorelasikan antara pengetahuan awal dengan teori yang baru didapatnya,
sehingga menjadi pengetahuan baru utuh.
2. C2 atau dikenal dengan kemampuan memahami, dapat diketahui dari proses interaksi
tenaga pendidik dan mahasiswa. Masing-masing dapat memahami karakter individu
atau memahami karakter mata kuliah yang akan dipelajarinya secara umum. Ketika
secara umum mahasiswa sudah memahami, maka perkuliahan pun akan dilaksanakan
sesuai materi atau topik yang akan dipelajari setiap minggunya. Dalam kegiatan ini
para mahasiswa akan mampu menafsirkan beberapa konsep baru keilmuan. Serta
mampu mencontohkan beberapa hal yang ada di lingkungan sekitarnya. Kemudian
mampu mengklasifikasikan materi yang ada dalam kajiannya secara umum. Secara
khusus dapat merangkum materi tersebut dalam sebuah peta konsep. Sehingga
mampu menyimpulkan inti materi yang dipelajarinya menjadi sebuah pendapat.
Pendapat murni mahasiswa sesuai dengan konsep yang dipahami masing-masing
individu.
3. Kemampuan mengaplikasikan (C3) dapat dilihat dari kegiatan spontan dalam
kegiatan tanya jawab. Dimana mahasiswa mampu mengeksekusi aplikasi yang
diberikan tenaga pendidikan secara daring. Serta mengimplementasikannya dalam
sebuah kegiatan daring dalam memecahkan masalah yang telah diberikan tenaga
pendidikan kepada para mahasiswa.
4. Tahapan ini mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan berfikir tingkat tinggi
menganalisis atau C4. Dalam kegiatan ini, mahasiswa mampu membedakan antara
kegiatan tatap muka dengan kegiatan secara daring. Serta mampu membedakan
materi yang diberikan tenaga pendidik sesuai dengan topiknya. Setelah itu,
mahasiswa mampu mengorganisasi materi tersebut secara utuh sesuai dengan
pemahamannya. Sehingga para mahasiswa mampu mengatribusikannya dalam
bentuk jawaban baik dalam penilaian online maupun penilaian offline.
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 120
5. Tingkatan kemampuan C5 atau dikenal dengan kemampuan mengevaluasi.
Merupakan kemampuan mahasiswa dalam memeriksa hasil jawaban diskusi maupun
penilaian online melalui aplikasi sesuai dengan tugas yang diberikan. Serta
mahasiswa mampu mengkritik hasil diskusi dan secara bersamaan mengkonfirmasi
hasil diskusi yang tepat sesuai topik pembahasan.
6. Kemampuan berfikir tingkat tinggi selanjutnya adalah mencipta atau C6. Dimana
mahasiswa mampu merumuskan suatu akar permasalahan dari sebuah topik dalam
sebuah karya ilmiah. Serta mampu merencanakan strategi dalam menyelesaikan
masalah. Sehingga mampu memproduksi solusi dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi mereka sesuai dengan teori yang ada.
Kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
berfikir tingkat tinggi melalui pembelajaran blending learning sesuai dengan firman
Allah. Firman Allah ini termaktub dalam Qs. Al Hasyr ayat 2, yaitu:
ب ٱفروا من أهل لذين ٱأخرج لذى ٱهو ت ل ل رهم لو ننتم أن لحشر ٱمن دي ما
ن انعتهم حصونهم م نوا أنهم م هم لل ٱيخرجوا و ٱفأتى من حيث لم لل
بوا وقذ عب ٱفى قلوبهم ف يحت يخربون بيوتهم بأيديهم وأيدى لر
أولى عتبروا ٱف لمؤمنين ٱ ر ٱي لبص Artinya: “Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari
kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. kamu tidak
menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-
benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah
mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka
sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka
memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan
tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi
pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan.”
Berdasarkan hal tersebut, kita dapat mengetahui bahwa Allah telah menyuruh kita
untuk selalu berfikir. Berfikir diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki akal budi,
untuk mengambil hikmah dari segala peristiwa yang telah terjadi. Serta mampu
memberikan manfaat bagi orang-orang sekitarnya.
Pemaparan di atas, sesuai dengan Peraturan Menteri No. 44 Tahun 2015 tentang
pembelajaran perguruan tinggi.6 Dimana kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS) berbasis blending learning. Telah sesuai
dengan standar sarana dan prasarana pembelajaran, dimana terdapat kriteria minimal
tentang kebutuhan isi dan proses pembelajaran dalam rangka pemenuhan capaian
pembelajaran.
6 Sutrisno dan Suyadi, Desain Kurikulum Perguruan Tinggi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015), hlm.218.
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 121
Penerapan pembelajaran berbasis blending learning dalam meningkatkan
kemampuan HOTS mahasiswa PGMI STAIPANA memiliki beberapa kelebihan, antara
lain:
1. Meningkatkan kreatifitas tenaga pendidikan dalam proses pelaksanaannya.
2. Meningkatkan kegiatan ICT sesuai dengan era digital 4.0 dan society 5.0.
3. Mampu meningkatkan inovasi tenaga pendidikan dalam bidang tekhnologi internet.
4. Mampu meningkatkan konten-konten positif yang menunjang proses pembelajaran.
5. Bagi mahasiswa mampu meningkatkan daya juangnya dalam menghadapi era
digital 4.0 dan society 5.0.
6. Bagi mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan penggunaan ICT.
7. Mahasiswa mampu berfikir secara terstruktur dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan.
8. Mahasiswa mampu menciptakan sebuah produk yang bermanfaat bagi lingkungan
sekitar tempat tinggalnya.
9. Mahasiswa mampu mengambil hikmah dari setiap pembelajaran hidupnya.
10. Mahasiswa mampu mengubah paradigma negatif menjadi hal positif.
Akan tetapi pembelajaran berbasis blending learning dalam meningkatkan
kemampuan HOTS mahasiswa PGMI STAIPANA memiliki beberapa kekurangan,
yaitu:
1. Minimnya fasilitas yang dimiliki masing-masing individu.
2. Terbatasnya kuota yang dimiliki.
3. Diperlukan SDM (sumber daya manusia) yang maju dalam penggunaannya.
PENUTUP
Blended learning merupakan salah satu jawaban dalam proses pendidikan saat ini.
Dikarenakan adanya pandemi sehingga menyebabkan harus melakukan social
distancing dan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Dengan adanya
pembelajaran ini, diharapkan kemampuan high over thinking skill mahasiswa lebih
meningkat. Khususnya dalam kemampuan kognitifnya dari C1 sampai C6. Tentunya
dengan beberapa tahapan dalam meningkatkan kemampuan HOTS mahasiswa PGMI
melalui blending learning ini, antara lain: kegiatan langsung, belajar mandiri, aplikasi,
tutorial, kolaborasi, evaluasi dan bahan pendukung lainnya. Sesuai dengan Qs. Al Hasyr
ayat 2 dan Peraturan Menteri No. 44 Tahun 2015.
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 122
DAFTAR PUSTAKA
Alanindra, Saputra. Analisis Keterampilan Proses Sains (KPS) Dasar Mahasiswa Calon
Guru Biologi Pada Mata Kuliah Anatomi Tumbuhan (Studi Kasus Mahasiswa
Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMS Tahun Ajaran 2015/2016). Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2016.
Anderson dan Krathwohl. A Taxonomy for Learning, Teaching and Asesing. New York:
Addison Wesley Longman 2001.
Brookhart, Susan. How to Asses Higher-Order Thinking Skill In Your Classroom.
United States of Amerika: ASCD Member Book. 2010.
Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Google. Corona. Diakses melalui
https://en.wikipedia.org/wiki/Coronavirus_disease_2019, pada tanggal 28 April
2020 pukul 11.57.
Husamah. Pembelajaran Bauran (Blended Learning). Jakarta: Prestasi Pustaka. 2014.
Sutrisno dan Suyadi. Desain Kurikulum Perguruan Tinggi. Bandung: Remaja
Rojsdakarya.2015.
Suyono, Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
2012.
Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.