bispol

2
 Indonesia memiliki tata kelola hutan yang terbilang sangat buruk. Kesalahan cenderung terletak kepada sikap pemerintah yang tidak tegas dan terlena akan suatu keuntungan individu atau kelompok tertentu saja hingga menghalalkan berbagai cara termasuk mencuri lahan hutan milik masyarakat setempat demi terjalinnya kerjasama antar  pemerintah dengan korporasi tertentu. Defortasi merupakan suatu akibat utama yang disebabkan oleh semakin banyaknya pembalakan liar. Di Indonesia hal ini yaitu pembalakan kayu secara ilegal tercatat hingga mencapai angka 80% dari total tebangan kayu. 1  Pemerintah dimulai dari sejak tahun 2004- 2005 melakukan upaya untuk mengurangi kegiatan tersebut dengan Operasi Penegakan Hukum di Lapangan (OHL) yang bergerak di wilayah seperti Kalimantan, Papua dan Riau. Dalam hal ini yang terjadi di Provinsi Riau khususnya di Pelalawan, upaya tersebut tidak menampakan suatu perbaikan sistem penanganan atau  perlindungan hutan yang si gnifikan, dan dalam hal ini, para petinggi daera h yang seharusnya melanjutkan kegiatan perlindungan hutan justru ikut campur tangan dengan pembalakan liar tersebut seperti yang telah dilakukan oleh gubernur Pelalawan , Tengku Azmun Jaafar dimana ia mengizinkan kegiatan pembalakan hutan tersebut yang diberikan kepada 15  perusahaan di daerah tersebut. Dapat dikatakan pula bahwa lemahnya sistem perlindungan kehutanan ini disebabkan pula oleh adanya satu undang- undang UU No. 41 Tahun 1999 yang mengatur suatu kasus kejahatan illegal logging/ rent-seeking tersebut. Peraturan dimana surat izin menjadi sebuah kekuatan untuk menghindari kesalahan dimata hukum. Krisis ekonomi, perubahan tatanan politik hingga lemahnya koordinasi penegak hukum dan  perbandingan harga kayu merupakan beberapa faktor yang mendorong sering terjadinya  bisnis ilegal tersebut. Bisnis yang dilakukan oleh pemerintah Pelalawan dengan korporasi ini mengakibatkan dampak yang sangat besar bagi masyarakat setempat di Pelalawan. Perekonomian seakan menjadi menurun seiring dengan penurunan tingkat produksi pertanian yang disebabkan perubahan musim dan banyaknya hama juga kebakaran yang sering menganggu kesehatan masyarakat sekitar. Hingga sampai akhir tahun 2013 lalu menurut catatan Jaringan Kerja Penyelamat Hitan Riau (JIKALAHARI), penebangan liar masih terus dilakukan oleh ekskavator dengan total kehancuran hutan mencapai 252.172 hektar. Tidak hanya berhenti dengan penebangan saja, Riau juga mengalami kebakaran hutan yang mencapai 15.059 titik kebakaran di sepanjang tahun 2013 yang disebabkan oleh eksploitasi 1  http://jikalahari.or.id

Upload: firmansyah-alam-akbar

Post on 13-Oct-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

AL

TRANSCRIPT

  • 5/23/2018 BISPOL

    1/3

    Indonesia memiliki tata kelola hutan yang terbilang sangat buruk. Kesalahan

    cenderung terletak kepada sikap pemerintah yang tidak tegas dan terlena akan suatu

    keuntungan individu atau kelompok tertentu saja hingga menghalalkan berbagai cara

    termasuk mencuri lahan hutan milik masyarakat setempat demi terjalinnya kerjasama antar

    pemerintah dengan korporasi tertentu. Defortasi merupakan suatu akibat utama yang

    disebabkan oleh semakin banyaknya pembalakan liar. Di Indonesia hal ini yaitu pembalakan

    kayu secara ilegal tercatat hingga mencapai angka 80% dari total tebangan kayu.1Pemerintah

    dimulai dari sejak tahun 2004- 2005 melakukan upaya untuk mengurangi kegiatan tersebut

    dengan Operasi Penegakan Hukum di Lapangan (OHL) yang bergerak di wilayah seperti

    Kalimantan, Papua dan Riau. Dalam hal ini yang terjadi di Provinsi Riau khususnya di

    Pelalawan, upaya tersebut tidak menampakan suatu perbaikan sistem penanganan atau

    perlindungan hutan yang signifikan, dan dalam hal ini, para petinggi daerah yang seharusnya

    melanjutkan kegiatan perlindungan hutan justru ikut campur tangan dengan pembalakan liar

    tersebut seperti yang telah dilakukan oleh gubernur Pelalawan , Tengku Azmun Jaafar

    dimana ia mengizinkan kegiatan pembalakan hutan tersebut yang diberikan kepada 15

    perusahaan di daerah tersebut. Dapat dikatakan pula bahwa lemahnya sistem perlindungan

    kehutanan ini disebabkan pula oleh adanya satu undang- undang UU No. 41 Tahun 1999

    yang mengatur suatu kasus kejahatan illegal logging/ rent-seeking tersebut. Peraturan dimana

    surat izin menjadi sebuah kekuatan untuk menghindari kesalahan dimata hukum. Krisis

    ekonomi, perubahan tatanan politik hingga lemahnya koordinasi penegak hukum dan

    perbandingan harga kayu merupakan beberapa faktor yang mendorong sering terjadinya

    bisnis ilegal tersebut.

    Bisnis yang dilakukan oleh pemerintah Pelalawan dengan korporasi ini

    mengakibatkan dampak yang sangat besar bagi masyarakat setempat di Pelalawan.

    Perekonomian seakan menjadi menurun seiring dengan penurunan tingkat produksi pertanian

    yang disebabkan perubahan musim dan banyaknya hama juga kebakaran yang sering

    menganggu kesehatan masyarakat sekitar. Hingga sampai akhir tahun 2013 lalu menurut

    catatan Jaringan Kerja Penyelamat Hitan Riau (JIKALAHARI), penebangan liar masih terus

    dilakukan oleh ekskavator dengan total kehancuran hutan mencapai 252.172 hektar. Tidak

    hanya berhenti dengan penebangan saja, Riau juga mengalami kebakaran hutan yang

    mencapai 15.059 titik kebakaran di sepanjang tahun 2013 yang disebabkan oleh eksploitasi

    1http://jikalahari.or.id

  • 5/23/2018 BISPOL

    2/3

    mafia- kehutanan dimana eksploitasi ini juga tidak memiliki kontribusi apapun terhadap

    perkembangan ekonomi dan pembangunan di Riau.2

    2http://www.mongabay.co.id

  • 5/23/2018 BISPOL

    3/3