bispol
DESCRIPTION
ALTRANSCRIPT
-
5/23/2018 BISPOL
1/3
Indonesia memiliki tata kelola hutan yang terbilang sangat buruk. Kesalahan
cenderung terletak kepada sikap pemerintah yang tidak tegas dan terlena akan suatu
keuntungan individu atau kelompok tertentu saja hingga menghalalkan berbagai cara
termasuk mencuri lahan hutan milik masyarakat setempat demi terjalinnya kerjasama antar
pemerintah dengan korporasi tertentu. Defortasi merupakan suatu akibat utama yang
disebabkan oleh semakin banyaknya pembalakan liar. Di Indonesia hal ini yaitu pembalakan
kayu secara ilegal tercatat hingga mencapai angka 80% dari total tebangan kayu.1Pemerintah
dimulai dari sejak tahun 2004- 2005 melakukan upaya untuk mengurangi kegiatan tersebut
dengan Operasi Penegakan Hukum di Lapangan (OHL) yang bergerak di wilayah seperti
Kalimantan, Papua dan Riau. Dalam hal ini yang terjadi di Provinsi Riau khususnya di
Pelalawan, upaya tersebut tidak menampakan suatu perbaikan sistem penanganan atau
perlindungan hutan yang signifikan, dan dalam hal ini, para petinggi daerah yang seharusnya
melanjutkan kegiatan perlindungan hutan justru ikut campur tangan dengan pembalakan liar
tersebut seperti yang telah dilakukan oleh gubernur Pelalawan , Tengku Azmun Jaafar
dimana ia mengizinkan kegiatan pembalakan hutan tersebut yang diberikan kepada 15
perusahaan di daerah tersebut. Dapat dikatakan pula bahwa lemahnya sistem perlindungan
kehutanan ini disebabkan pula oleh adanya satu undang- undang UU No. 41 Tahun 1999
yang mengatur suatu kasus kejahatan illegal logging/ rent-seeking tersebut. Peraturan dimana
surat izin menjadi sebuah kekuatan untuk menghindari kesalahan dimata hukum. Krisis
ekonomi, perubahan tatanan politik hingga lemahnya koordinasi penegak hukum dan
perbandingan harga kayu merupakan beberapa faktor yang mendorong sering terjadinya
bisnis ilegal tersebut.
Bisnis yang dilakukan oleh pemerintah Pelalawan dengan korporasi ini
mengakibatkan dampak yang sangat besar bagi masyarakat setempat di Pelalawan.
Perekonomian seakan menjadi menurun seiring dengan penurunan tingkat produksi pertanian
yang disebabkan perubahan musim dan banyaknya hama juga kebakaran yang sering
menganggu kesehatan masyarakat sekitar. Hingga sampai akhir tahun 2013 lalu menurut
catatan Jaringan Kerja Penyelamat Hitan Riau (JIKALAHARI), penebangan liar masih terus
dilakukan oleh ekskavator dengan total kehancuran hutan mencapai 252.172 hektar. Tidak
hanya berhenti dengan penebangan saja, Riau juga mengalami kebakaran hutan yang
mencapai 15.059 titik kebakaran di sepanjang tahun 2013 yang disebabkan oleh eksploitasi
1http://jikalahari.or.id
-
5/23/2018 BISPOL
2/3
mafia- kehutanan dimana eksploitasi ini juga tidak memiliki kontribusi apapun terhadap
perkembangan ekonomi dan pembangunan di Riau.2
2http://www.mongabay.co.id
-
5/23/2018 BISPOL
3/3