biografi k.h. abbas bin abdul djamil dan...
TRANSCRIPT
BIOGRAFI
K.H. ABBAS BIN ABDUL DJAMIL DAN PERJUANGANNYA
(1919-1946 M)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
Muhamad Rizki Tadarus
NIM.: 11120027
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
v
MOTTO
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya;
hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan
batu, tetapi dibalas dengan buah.
(Abu Bakar Sibli )
Tiga sifat manusia yang merusak adalah, kikir yang
dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat
mengagumi diri sendiri yang berlebihan.
vi
PERSEMBAHAN
Untuk:
Almamaterku Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga
Ayah Muhammad Zainudin Fanani, Ibu Nur Rahmi Rasidah
dan Adik-adik tercinta yang sedang mencari ilmu
vii
ABSTRAK
K.H Abbas bin Abdul Djamil lahir Jumat 24 Dzulhujjah 1300 H tahun
1879 M di Pekalangan, Cirebon, Jawa Barat. Kiai Abbas membuat suatu struktur
organisasi dan pengajaran di Pondok Buntet Pesantren Cirebon yang selama ini
belum ada. Kiai Abbas berperan terhadap berdirinya pondok Lirboyo dan
peristiwa 10 November 1945 di Surabaya bersama Bung Tomo. Kiai Abbas
pernah menjabat sebagai ketua bagian hukum atau Syuriah di Organisasi Sarekat
Islam. Kiai Abbas juga memimpin pasukan Sabilillah untuk melawan dan
mengusir penjajah. Kiai Abbas juga seorang Mursyid tarekat Syattariyah dan
tarekat Tijaniyah di Cirebon. Hal itu menarik untuk diteliti. Peneliti tertarik untuk
mengangkatnya sebagai objek penelitian dalam sebuah Skripsi. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai K.H Abbas bin Abdul Djamil dan
menjelaskan perjuangannya dalam bidang keagamaan dan sosial budaya tahun
1919-1946 M. Maka penelitian ini memiliki rumusan masalah yaitu bagaimana
biografi Kiai Abbas, bagaimana perjuangan Kiai Abbas dalam keagamaan dan
bagaimana perjuangan Kiai Abbas dalam sosial budaya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biografis.
Pendekatan biografis memberikan pengertian subjek dan menjelaskan pengaruh,
sifat dan karakter subjek terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori peranan sosial yang dikenalkan
oleh Peter Burke dan teori kepemimpinan tipe otoritas kharismatik yang
dikemukakan oleh Max Webber. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode sejarah yaitu rekontruksi tentang masa lalu berdasarkan data yang
ada. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah : pengumpulan sumber
(heuristik), kritik sumber (verifikasi), analisis data (interpretasi), dan penulisan
narasi sejarah (historiografi).
Hasil penelitian ini bahwa K.H Abbas bin Abdul Djamil telah berhasil
dalam mengembangkan sistem pembelajaran, perpaduan antara sistem pendidikan
tradisional dan sistem modern. K.H Abbas bin Abdul Djamil merupakan seorang
pemimpin Pesantren yang perjuangannya banyak baik dalam keagamaan maupun
sosial budaya. Kiai Abbas pula berperan terhadap perjuangan Kemerdekaan
Indonesia yaitu salah satunya dalam peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
Kiai Abbas pula mengajarkan bela diri terhadap para santri maupun masyarakat
guna melawan para penjajah, dan menjalankan tradisi haul almarhumin warga
Buntet Pesantren. Kiai Abbas pula berdakwah ke berbagai daerah dengan
mengajak masyarakat untuk mendalami agama Islam dan melawan para penjajah.
Kata Kunci : Biografi, Perjuangan, Buntet Pesantren, Cirebon.
viii
PEDOMAN TRASLITERASI ARAB-LATIN1
1. Konsonan
Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Nama
Alif Tid dilambangkan Tidak dilambangkan ا
Ba B Be ب
Ta T Te ت
Tsa Ts Te dan es ث
Jim J Je ج
ẖa ẖ Ha (dengan garis bawah) ح
Kha Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
Dzal Dz De dan zet ذ
Ra R Er ر
Za Z Zet ز
Sin S Es ش
Syin Sy Es dan ye ش
Shad Sh Es dan ha ص
Dlad Dl De dan el ض
Tha Th Te dan ha ط
Dha Dh De dan ha ظ
ain ‘ Koma terbalik di atas‘ ع
Ghain Gh Ge dan ha غ
Fa F Ef ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
1Pedoman Akademik dan Penulisan Skripsi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
(Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, 2010), hlm. 44-47.
ix
Ha H Ha ه
lam alif La El dan a ال
Hamzah ’ Apostrop ء
Ya Y Ye ى
2. Vokal
a. Vokal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
fatẖah A A
Kasrah I I
Dlammah U U
b. Vokal Rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ي fatẖah dan
ya
Ai a dan i
و fatẖah dan
wau
Au a dan u
Contoh:
ẖusain : حسين
ẖauli : حول
3. Maddah
Tanda Nama Huruf Latin Nama
ا Fatẖah dan س
alif
 a dengan caping di
atas
ي Kasrah dan ya Î i dengan caping di س
atas
و Dlammah dan س
wau
Û u dengan caping di
atas
x
4. Ta Marbuthah
a. Ta Marbuthah yang dipakai di sini dimatikan atau diberik harakat sukun,
dan transliterasinya adalah / h /.
b. Kalau kata yang diakhiri dengan ta marbuthah diikuti oleh kata yang
bersandang / al /, maka kedua kata itu dipisah dan ta marbuthah
ditransliterasi dengan / h /.
Contoh:
Fâthimah : فا طمة
Makkah al-Mukkaramah : مكة المكرمة
5. Syaddah
Syaddah/tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan
huruf yang bersaddah itu.
Contoh:
rabbanâ : ربنا
nazzala : نسل
6. Kata Sandang
Kata Sandang “ ال “ dilambangkan dengan “ al “, baik yang diikuti dengan
huruf syamsiyah maupun yang diikuti dengan huruf qamariyah.
Contoh:
al-syamsiyah : الشمش
al-ẖikmah : الحكمة
xi
KATA PENGANTAR
بسم ا هلل الرحمن الرحيم
دنا محمد وعلي اله الحمد هلل رب العا لمين والصال ة والسالم علي سي
وصحبه اجمعين
Segala puji hanya milik Allah SWT., Tuhan Pencipta dan Pemelihara
alam semesta. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda
Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “ BIOGRAFI K.H ABBAS BIN ABDUL
DJAMIL DAN PERJUANGANNYA tahun 1919-1946 M “ ini merupakan
upaya penulis untuk memahami perjuangan yang dilakukan K.H ABBAS BIN
ABDUL DJAMIL. Dalam kenyataan, proses penulisan skripsi ini ternyata tidak
semudah yang dibayangkan. Banyak kendala menghadang selama penulis
melakukan penelitian. Oleh karena itu, jika skripsi ini (dapat dikatakan) selesai,
maka hal tersebut bukan semata-mata karena usaha penulis, melainkan atas
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun tidak lupa menghaturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Dudung Abdurahman, M. Hum., selaku Dosen Pembimbing
Skripsi. Ditengah-tengah kesibukannya yang cukup tinggi, ia selalu
menyediakan waktu, pikiran, dan tenaga untuk mengarahkan dan memberi
petunjuk kepada penulis. Oleh karena itu, tidak ada kata yang lebih indah
xii
untuk disampaikan kepada beliau selain ucapan terima kasih sedalam-
dalamnya.
2. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya.
4. Ketua, dan Sekretaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam.
5. Dr. Hj. Siti Maryam, M. Ag., selaku Dosen Penasehat Akademik (DPA).
6. Kepada orang tua saya tercinta yaitu Muhammad Zainudin Fanani dan Nur
Rahmi Rasidah dan adik-adik tersayang yaitu Muhammad Naufal Zakaria,
Ummu Fatimah Az Zahra, Muhammad Aunur Rofiq.
7. Kepada Salis Yuliansari yang selalu menyadarkan saya untuk bisa lebih
sabar dan lebih disiplin, terimakasih telah banyak membantu selama ini.
8. Seluruh Dosen Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, dan segenap Tata
Usaha Fakultas Adab dan Ilmu Budaya.
9. Keluarga Besar Para Kyai, Ustadz maupun santri Pondok Buntet
Pesantren Cirebon yang telah banyak memberikan banyak informasi untuk
melengkapi data skripsi penulis.
10. Kepada keluarga besar Asrama Nadwatul Banin wal Banat Pondok Buntet
Pesantren yang di pimpin oleh K.H. Drs. ANIS MANSYUR ARSYAD.
11. Kepada keluarga besar K.H HASAN BUSYRO KARIM Asrama AL
Firdaus Pondok Buntet Pesantren Cirebon.
12. Seluruh keluarga besar MADINTA PAMABA (Madrasah Diniyah
Takmiliyah Pengajian Anak Masjid Baitul Amin) di Mundu, Caturtunggal,
Sleman.
xiii
13. Sahabat-sahabat terbaik yang baik Afdol Faris, Wahyu Kurnia dan Seluruh
teman-teman Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam angkatan 2011yang
senantiasa selalu memberikan dukungan kepada penulis skripsi ini.
14. Sahabat-sahabat di Masjid Baitul Amin kang Mul,kang Jumianto, kang
Anton, kang Udin, kang Khaiman, kang Anam, kang Rosid, kang Faisal.
Mereka sudah banyak membantu dalam berbagai hal.
15. Buat keluarga Besar yang ada di Lampung, Kebumen, Cirebon terima
kasih buat semua ilmu dan didikannya.
Penulis sadar akan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh
karena itu, atas kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada penulisan skripsi
ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa-masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat dijadikan acuan bagi
penulis selanjutnya dan dapat memberikan manfaat bagi semua insan. Amiin.
Yogyakarta, 21 Januari 2016
Penyusun
Muhamad Rizki Tadarus
NIM 11120027
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ ii
HALAMAN NOTA DINAS.........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. xi
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 5
D. Kajian Pustaka ........................................................................... 5
E. Kerangka Teori.......................................................................... 8
F. Metode Penelitian.................................................................... 11
G. Sistematika Pembahasan ......................................................... 14
BAB II: GAMBARAN UMUM BIOGRAFI KIAI ABBAS BIN
ABDUL DJAMIL ....................................................................... 16
A. Latar Belakang Keluarga Kiai Abbas .................................... 16
B. Pendidikan Kiai Abbas ........................................................... 20
C. Kepribadian Kiai Abbas ......................................................... 22
D. Kepemimpinan Buntet Pesantren Masa Kiai Abbas .............. 25
BAB III: PERJUANGAN KIAI ABBAS BIN ABDUL DJAMIL DALAM
KEAGAMAAN ............................................................................ 33
A. Bidang Dakwah ...................................................................... 33
B. Bidang Pendidikan ................................................................. 39
C. Pengaruh Perjuangan Kiai Abbas........................................... 48
BAB IV: PERJUANGAN KIAI ABBAS BIN ABDUL DJAMIL
DALAM SOSIAL - BUDAYA .................................................. 51
xv
A. Bidang Sosial .......................................................................... 51
B. Bidang Politik ......................................................................... 54
C. Bidang Budaya ...................................................................... 63
1. Pencak Silat ...................................................................... 63
2. Haul Buntet Pesantren Cirebon ......................................... 66
BAB V: PENUTUP .................................................................................... 69
A. Kesimpulan ............................................................................. 69
B. Saran ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................................................................77
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ 113
xvi
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar Kiai Abbas .......................................................................... 77
2. Dokumen Komplek Pesantren Buntet .............................................. 78
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumen Komplek Pesantren Buntet dan Kiai Abbas ............ 77
Lampiran 2 Silsilah Kepemimpinan Buntet Pesantren Cirebon .................. 86
Lampiran 3 Pedoman wawancara ................................................................ 87
Lampiran 4 Asrama-asrama di Buntet Pesantren Cirebon ........................... 88
Lampiran 5 Silsilah Spiritual Tarekat Syattariyyah di Buntet ..................... 91
Lampiran 6 Kepemimpinan Kiai Abbas di Buntet Pesantren Cirebon ........ 95
Lampiran 7 Silsilah Kiai Abbas dari Ayah dan Ibu ................................... 100
Lampiran 8 Foto para Informan ................................................................. 103
Lampiran 9 Surat Pengantar Izin yang dikeluarkan oleh Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ..................... 106
Lampiran 10 Surat Rekomendasi Izin Penelitian yang dikeluarkan oleh
(BADAN KESBANGLINMAS) Yogyakarta ........................ 107
Lampiran 11 Surat keterangan Rekomendasi yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Barat ( BADAN KESATUAN
BANGSA DAN POLITIK ) Bandung ................................... 108
Lampiran 12 Surat keterangan izin penelitian yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Kabupaten Cirebon ( Badan Kesatuan dan
Perlindungan Masyarakat ) Kabupaten Cirebon .................... 109
Lampiran 13 Sistem Pendidikan Madrasah................................................ 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kiai Abbas adalah seorang yang mempunyai ilmu agama yang tinggi dan
pejuang yang hebat. Kiai Abbas merupakan salah satu tokoh sentral NU dan juga
pengasuh Pondok Buntet Pesantren Cirebon. Pesantren tersebut. Kualitas
pengajian dan kharisma seorang kiai merupakan daya tarik utama dalam sistem
pendidikan pesantren Salaf, ini tetap dipertahankan dalam sistem pendidikan
Buntet Pesantren sebagai pesantren salaf yang tidak pernah kehilangan pesona dan
peran dalam dunia modern.
Kepemimpinan Kiai Abbas dalam memimpin Buntet Pesantren Cirebon
sangat mirip dengan gaya kepemimpinan ayahnya.1 Pada Tahun 1928 bertepatan
dengan adanya Sumpah Pemuda, Kiai Abbas membuat inovasi baru di dunia
Pesantren, yaitu dengan mendirikan Madrasah Abnaul Wathan Ibtidaiyah yang di
dalamnya mengajarkan pendidikan umum.2
Perjuangan yang dilakukan oleh Kiai Abbas dalam mempertahankan
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dengan melakukan peperangan
melawan penjajah,namun bukan hanya terlibat dalam peperangan di wilayah
Cirebon saja, melainkan di beberapa wilayah lainnya seperti: Bekasi, Cianjur,
Jakarta dan Surabaya. Perjuangan yang dilakukan masyarakat Pesantren
1Wawancara dengan Nyai Asiyah Fitriyati cucu K.H. Abbas Bin Abdul Djamil Pondok
Buntet Pesantren Cirebon pada tanggal 10 November 2015. 2Wawancara dengan K.H Hasanuddin Busyol Karim sesepuh Pondok Buntet Pesantren
Cirebon pada tanggal 10 November 2015.
2
mewujudkan jihad fi Sabilillah3 sebagai ide mereka dalam kerangka revolusi
menegakkan dan mempertahankan agama, bangsa dan Negara.
Ketika perjuangan masyarakat Indonesia menuju puncaknya untuk meraih
kemerdekaan, maka ilmu kanuragan dirasa lebih mendesak untuk diajarkan
kepada para santri-santri Buntet Pesantren. Sehingga Kiai Abbas lebih banyak
memusatkan kegiatan di Buntet Pesantren dengan mengajarkan ilmu-ilmu
kesaktian atau ilmu bela diri, sebagai bekal melawan penjajah dan membuat
Buntet Pesantren menjadi markas pertahanan organisasi Sabilillah4 dan Laskar
Hizbullah.5 Organisasi Sabilillah ini di Buntet Pesantren, diketuai Kiai Abbas dan
Adiknya Kiai Anas, serta dibantu oleh ulama lain seperti Kiai Murtadlo, Kiai
Soleh dan Kiai Mujahid.6 Dengan bermodal ilmu pengetahuan yang diperoleh dari
berbagai Pesantren di Jawa,7 kemudian ditambah belajar ilmu di Makkah, serta
berupaya mengikuti perkembangan pemikiran Islam di Timur Tengah. Saat itu,
Kiai Abbas tinggal dikediaman Syaikh Zabidi dan berguru pada salah satu ulama
asal Indonesia yang mengajar di Makkah yaitu Kiai Mahfudz dari Termas Jawa
3Jihad fi sabilillah (Bahasa Arab: جهاد في سبيل للا) ditakrifkan sebagai pengerahan kekuatan
untuk memerangi musuh dalam rangka meninggikan kalimat Allah; dengan peperangan terus di
medan pertempuran ataupun memberikan bantuan logistik, bahkan pandangan dalam strategi dan
taktik memenangkan pertempuran, termasuk memberikan pidato yang membakar semangat para
mujahidin agar siap menyongsong kemenangan atau mati syahid.
https://ms.wikipedia.org/wiki/Jihad_fi_sabilillah diakses pada tanggal 12 November 2015 pukul
09.30 WIB. 4Organisasi perjuangan umat Islam yang didirikan sebagai reaksi spontan terhadap
imperialis. Sabilillah yang merupakan barisan orang-orang tua yang cukup militan dan disegani
lawan. Mohammad Hisyam Mansyur dkk, Sekilas Lintas Buntet Pesantren Mertapada Kulon
Cirebon (Cirebon: Buntet Pesantren, 1973), hlm. 28. 5Laskar perjuangan umat Islam pada saat revolusi fisik sebagai wadah menampung
kekuatan angkatan muda Islam melawan Belanda. Mohammad Hisyam Mansyur dkk, Sekilas
Lintas Buntet Pesantren Mertapada Kulon Cirebon (Cirebon: Buntet Pesantren, 1973), hlm. 28. 6Mahpudin, “Peran Pesantren Buntet Pada Masa Revolusi Fisik tahun 1945-1949”
Skripsi. (Yogyakarta: UIN-SUKA 2004) tidak dipublikasikan, hlm. 33-34. 7Diantaranya Pesantren di Jawa tempat Kiai Abbas belajar yaitu Pesantren Sukanasari
Plered Cirebon bersama Kiai Nasuha, selain itu dengan Kiai Ubaidah Tegal dan di Tebuireng
denganKiaiHasyimAsy’ari.
3
Timur. Beberapa rekan Kiai Abbas asal Jawa diantaranya yaitu Kiai Bakir dari
Yogyakarta, Kiai Wahab Hasbullah dan Kiai Abdillah dari Surabaya.8
Di tengah gigihnya perlawanan rakyat terhadap penjajah, misi diplomasi
juga dijalankan, semuanya itu tidak terlepas dari perhatian para ulama. Karena itu
betapa kecewanya para pejuang, termasuk para ulama yang memimpin perang itu,
ketika sikap para diplomat kita sangat lemah, banyak mengalah pada keinginan
Belanda dalam Perjanjian Linggar Jati tahun 1946 itu.9 Mendengar hasil
perjanjian itu Kiai Abbas sangat terpukul, merasa perjuangannya dikhianati,
karena perjuangannya selama ini menjadi sia-sia, hal tersebut membuat Kiai
Abbas jatuh sakit hingga wafat.10
Menurut Kiai Hasanuddin Busyrol Karim, Kiai Abbas sepantasnya
mendapat gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah Indonesia, tetapi dari pihak
keluarga besar Kiai Abbas tidak ingin mengajukan Kiai Abbas menjadi Pahlawan
Nasional, karena hal itu seperti mengemis terhadap pemerintah dan akan
mengurangi makna perjuangan Kiai Abbas. Seharusnya pemerintah yang
memiliki kesadaran terhadap para jasa pahlawan terdahulu yang memberikan
apresiasi terhadap perjuangan-perjuangan Kiai Abbas.
Berdasarkan penelitian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
tentang Kiai Abbas atas perjuangannya. Di tengah berkecamuknya peperangan
dan kebencian para penjajah terhadap pesantren, namun pesantren masih bisa
8 Muhaimin Ag, Islam dalam bingkai budaya lokal, (Ciputat: Logos, 2001), hlm. 321.
9 Mohammad Hisyam Mansyur dkk, Sekilas Lintas Buntet Pesantren Mertapada Kulon
Cirebon (Cirebon: Buntet Pesantren, 1973), hlm. 26. 10
Wawancara dengan Gus Munib Rowandi Amsal Hadi penulis buku Kisah-kisah dari
Buntet Pesantren. Pada tanggal 10 November 2015 pukul 15.30 wib dikediaman Gus Munib
Rowandi Amsal Hadi di Pesantren Buntet.
4
bertahan dan tetap kuat berdiri. Salah satu alasan mengapa penulis ingin
melakukan penelitian mengenai Kiai Abbas karena selama ini kurangnya
informasi dan pembahasan mengenai Kiai Abbas yang sebenarnya memiliki andil
besar dalam kemerdekaan Indonesia. Banyak para ulama yang juga seorang
pejuang, namun kurang dikenal oleh masyarakat karena kurangnya informasi
tertulis dan hanya informasi dari lisan saja.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian ini, “K.H. Abbas Bin Abdul Djamil Dan
Perjuangannya tahun 1919-1946M”,makadiperlukanpembatasanruanglingkup
kajian agar pembahasan lebih terarah. Kiai Abbas yang dimaksud dalam kajian ini
adalah mendeskripsikan biografi Kiai Abbas dan memaparkan perjuangan-
perjuangannya dalam keagamaan dan sosial budaya.
Penelitian ini dimulai pada tahun 1919 M hingga 1946 M. Tahun 1919 M
merupakan awal kepemimpinan Kiai Abbas pada Buntet Pesantren Cirebon
menggantikan ayahnya yang wafat pada tahun tersebut dan tahun 1946 M
merupakan wafatnya Kiai Abbas.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan
yang diteliti, maka pertanyaan - pertanyaan pokok penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana biografi K.H. Abbas bin Abdul Djamil?
2. Bagaimana perjuangan K.H. Abbas bin Abdul Djamil dalam keagamaan?
3. Bagaimana perjuangan K.H. Abbas bin Abdul Djamil dalam sosial
budaya?
5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan biografi K.H. Abbas bin Abdul Djamil.
2. Memaparkan perjuangan K.H. Abbas bin Abdul Djamil dalam keagamaan.
3. Menjelaskan tentang perjuangan K.H. Abbas bin Abdul Djamil dalam
sosial budaya.
Kajian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis, kalangan intelektual
maupun masyarakat luas, sehingga mencapai kegunaan antara lain:
1. Memberikan sumbangan serta wawasan keilmuan sejarah, khususnya
dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
2. Memberikan pengetahuan tentang tokoh yang berpartisipasi dalam
kemerdekaan Indonesia
3. Sebagai informasi bagi penelitian atau penulisan lebih lanjut, serta
pelengkap bagi peneliti-peneliti terdahulu yang berkaitan dengan K.H
Abbas bin Abdul Djamil.
D. Kajian Pustaka
Penelitian ini membutuhkan referensi untuk menambah kekayaan kajian
tentang sejarah khususnya tentang Kiai Abbas. Sumber-sumber kepustakaan yang
digunakan dalam kajian ini bersifat primer, sekunder maupun tersier. Tidak
banyak buku yang menceritakan tentang Kiai Abbas, namun masih ada beberapa
yang bisa menjadi tinjauan pustaka dalam penelitian ini, di antaranya yaitu:
6
Karya Munib Rowandi Amsal Hadi, “Kisah-kisah dari Buntet Pesantren”,
diterbitkan di Cirebon oleh penerbit Kalam tahun 2012. Buku ini sedikit
menceritakan tentang kisah-kisah dari Buntet Pesantren maupun dari segi
perjuangan selain Kiai Abbas dan santri-santri Buntet Pesantren . Buku ini
mempunyai keterkaitan dengan penelitian penulis dalam menjelaskan perjuangan
Kiai Abbas di Buntet Pesantren, karena buku cukup singkat dalam menjelaskan
tentang Kiai Abbas, sehingga buku ini memberikan peluang bagi penulis untuk
mengembangkan lebih dalam lagi tentang Kiai Abbas. Perbedaan penelitian
penulis dengan buku tersebut ialah lebih menekankan perjuangan Kiai Abbas dan
kiprahnya Kiai Abbas terhadap Buntet Pesantren.
Karya Mohammad Hisyam Mansyur, “Sekilas Lintas Buntet Pesantren
Mertapada Kulon Cirebon”. diterbitkan di Cirebon penerbit Buntet Pesantren
1973. Buku ini menceritakan tentang sejarah Buntet Pesantren, profil-profil para
pemimpinnya yang salah satunya ialah Kiai Abbas. Buku ini memiliki keterkaitan
dengan penelitian ini dalam menjelaskan kepemimpinan Kiai Abbas di Buntet
Pesantren. Perbedaan dengan buku tersebut ialah penelitian ini lebih memperinci
kepemimpinan Kiai Abbas baik terhadap pendidikan maupun perlawanan
terhadap penjajah.
Skripsi Yuli Yulianti, “KH Abbas dan Perkembangan Tarekat di Cirebon
1919-1946 M”, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014. Skripsi
ini membahas tentang perkembangan tarekat di Cirebon yang dibawa oleh Kiai
Abbas. Skripsi ini dijadikan referensi penulis dalam menjelaskan Kiai Abbas di
7
bidang sosial politik. Perbedaan penelitian penulis dengan skripsi ini ialah penulis
menjelaskan Kiai Abbas perjuangan Kiai Abbas dalam berbagai bidang.
Mohammad Fathi Royyani dan Farid Wajdi, “Buntet Pesantren Melintas
Sejarah”, diterbitkan di Cirebon penerbit An-Nur Press tahun 2004. Buku ini
membahas mengenai kepemimpinan Pondok Buntet Pesantren dari Mbah
Muqayyim sampai Kiai Abdullah Abbas yang termasuk salah satu anak Kiai
Abbas. Buku ini memiliki keterkaitan dengan penelitian penulis yaitu Kiai Abbas
yang ikut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perbedaan
penelitian ini dengan buku tersebut ialah lebih menjelaskan secara menyeluruh
tentang Kiai Abbas saja, sedangkan buku ini menjelaskan kepemimpinan para
Kiai-kiai secara singkat.
Tesis AkhmadRofahan,“Jaringan Ulama dan Pesantren Cirebon Abad ke
18-20 M (Buntet, Babakan dan Gedongan)”, mahasiswa Pasca Sarjana STAINU
Jakarta tahun 2015. Tesis ini mendeskripsikan hubungan para ulama-ulama di
Cirebon, baik dalam kekeluargaan, keilmuan dan hubungan dengan Keraton
Cirebon. Tesis ini dijadikan bahan referensi penulis dalam menjelaskan Kiai
Abbas mencari ilmu maupun hubungan kekeluargaan dengan Ulama lain.
Perbedaan dengan penelitian penulis dengan Tesis ini ialah penulis menjelaskan
secara khusus tentang Kiai Abbas dan perjuangannya.
Skripsi Mahpudin, “Peran Buntet Pesantren Pada Masa Revolusi Fisik
(1945-1949)”. Skripsi ini membahas tentang Peran Buntet Pesantren terhadap
masa kemerdekaan Indonesia. Skripsi ini dijadikan referensi penulis dalam
8
menjelaskan peran Buntet Pesantren. Perbedaan skripsi ini terhadap penelitian
yang dilakukan penulis ialah penulis bukan hanya menjelaskan peran Buntet
Pesantren saja, namun Perjuangan Kiai Abbas.
E. Kerangka Teori
Sejarah ialah ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial,11
dengan sejarah juga seseorang dapat mengetahui peristiwa-peristiwa masa
lampau. Sejarah bukan semata rentetan peristiwa, lebih dari itu merupakan
kumpulan gambar yang menyingkap rangkaian prestasi dan kegagalan,
kecemerlangan dan kemalangan, serta kejayaan dan kehancuran. Penelitian ini
mengangkat Sejarah Perjuangan Ulama sebagai objek kajian, dengan fokus kajian
K.H Abbas Bin Abdul Djamil dan Perjuangannya 1919-1946 M.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Biografis. Pendekatan Biografis adalah catatan tentang hidup seseorang tokoh
mulai dari lahir hingga wafat, meliputi latar belakang kehidupan tokoh,
lingkungan sosial, politik, aktivitas dan perannya.12
Pendekatan Biografis
digunakan untuk menjelaskan tentang latar belakang kehidupan, dan pendidikan
Kiai Abbas, yang kemudian ikut berperan terhadap Kemerdekaan Indonesia.
Untuk menjelaskan peran tokoh dalam masyarakat, penulis menggunakan
teori Peter Burke yaitu teori peranan sosial. Menurutnya peranan seseorang yang
menduduki posisi tertentu di dalam struktur masyarakat dengan arti seseorang
11
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta:Benteng Budaya, 1995), hlm. 15. 12
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2003), hlm. 203.
9
tersebut memiliki kedudukan dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.13
Peranan yang dilakukan oleh seseorang dapat dikatakan berhasil apabila
memenuhi unsur-unsur yang meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi seseorang dalam masyarakat, konsep tentang apa yang dilakukan individu
dalam masyarakat sebagai organisasi, dan dapat dikatakan sebagai individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.14
Teori tersebut dapat digunakan penulis
dalam mengungkapkan peranan yang dilakukan oleh Kiai Abbas sebagai tokoh
agama yang memimpin gerakan Hizbullah dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia serta peranan dalam bidang-bidang lainnya.
Kepemimpinan Kiai Abbas terhadap Buntet Pesantren akan dijelaskan
dengan teori kepemimpinan, sebagaimana dikemukakan Max Weber yang
mengatakan kepemimpinan dibedakan menjadi tiga macam menurut jenis
otoritas15
yang disandangnya16
yaitu:
1. Otoritas kharismatik, yaitu kepemimpinan berdasarkan pengaruh dan
kewibawaan pribadi.
2. Otoritas tradisional, yaitu kepemimpinan berdasarkan pewarisan dan turun
temurun.
13
Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, terj. Mestika Zed dan Zulfami (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2001), hlm. 69. 14
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2010), hlm. 213. 15
Otoritas/oto·ri·tas/ n 1 kekuasaan yang sah yang diberikan kepada lembaga dalam
masyarakat yang memungkinkan para pejabatnya menjalankan fungsinya; 2 hak untuk bertindak; 3
kekuasaan; wewenang; 4 hak melakukan tindakan atau hak membuat peraturan untuk memerintah
orang lain. http://kbbi.web.id/otoritas di akses pada 12 November 2015 pukul 13.00 wib. 16
Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer: Suatu Pengantar
(Jakarta: Inti Idayu Press, 1984), hlm. 147.
10
3. Otoritas legal rasional, yaitu kepemimpinan yang dimiliki berdasarkan
jabatan serta kemampuannya.
Kepemimpimpinan Kiai Abbas diasumsikan sebagai tipe otoritas
kharismatik. Sebagaimana dijelaskan Max Weber menyatakan bahwa titik berat
dari kharismatik terletak bukan pada siapa yang memimpin, tetapi bagaimana dia
ditanggapi oleh mereka yang dalam kekuasaannya. Kharisma juga terletak pada
penilaian-penilaian rakyat yang dipimpinnya.17
Dalam konteks perjuangan seorang tokoh adalah upaya untuk
membebaskan diri dari cengkraman kezaliman kesewenang-wenangan dan
penindasan penjajahan bangsa lain. Jarahan hasil bumi, ekspoitasi manusia dalam
bentuk kerja paksa (rodi), tuntutan upeti atau pajak dari rakyat yang diluar
kemampuan, monopoli perdagangan. Adalah contoh mengapa leluhur bangsa ini
berjuang. Berjuang dari sebuah kesadaran bahwa ada hak dalam hidup ini yang
diambil paksa oleh orang lain, demi meraih kembali hak itu tidak ada pilihan
kecuali berjuang.
Teori dan pendekatan yang digunakan di atas, memiliki relevansi atau
hubungan dengan peran dan apa yang dilakukan oleh Kiai Abbas. Dengan
diterapkan teori tersebut dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberi
informasi tentang kepemimpinan maupun perjuangan Kiai Abbas terhadap
kemerdekaan Indonesia dan Buntet Pesantren yang komprehensif dan seobjektif
mungkin.
17
Sartono Kartodirjo, Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial (Jakarta: LP3ES, 1984), hlm.
167.
11
F. Metode Penelitian
Penelitian ini penelitian sejarah yaitu rekontruksi tentang masa lampau
yang terikat pada prosedur ilmiah.18
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode sejarah, yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis
rekaman dan peninggalan masa lampau guna menemukan data yang otentik dan
dapat dipercaya, serta melakukan sintesis agar menjadi data yang dapat dipercaya.
Pengertian lain metode sejarah yaitu seperangkat aturan atau prinsip-
prinsip dasar yang sistematis, yang digunakan dalam proses pengumpulan data
atau tulisan sejarah. Metode ini mempunyai empat langkah yaitu : 1. Heuristik; 2.
Verifikasi; 3. Interpretasi; dan 4. Historiografi.19
1. Heuristik, pengumpulan data atau bukti-bukti sejarah yang relevan dengan
penelitian. Data tersebut diperoleh melalui:
a. Studi perpustakaan, untuk mencari sumber tertulis yang berbentuk
buku, arsip maupun dokumen dalam rangka memperoleh data
mengenai KH. Abbas bin Abdul Djamil seperti: buku Buntet
Pesantren Melintas Sejarah dan buku Sekilas Lintas Buntet Pesantren
Mertapada Kulon Cirebon. Untuk menelusuri lebih lanjut, maka
peneliti mencari sumber yang berkaitan dengan Kiai Abbas dengan
berkunjung ke beberapa Perpustakaan seperti: Perpustakaan UIN
Sunan Kalijaga, Perpustakaan IAIN Syekh Nur Jati Cirebon,
18
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Benteng Budaya, 1995), hlm. 12. 19
Basri MS, Metodologi Penelitian Sejarah (Jakarta: Restu Agung, 2006), hlm. 35.
12
Perpustakaan Daerah Cirebon dan Perpustakaan Buntet Pesantren
Cirebon untuk mencari sumber tertulis yang lain.
b. Observasi, penelitian lapangan unuk memperoleh data tentang
berbagai peninggalan dari aktivitas keagamaan dan sosial budaya yang
pernah dilakukan oleh K.H Abbas bin Abdul Djamil semasa hidupnya,
peninggalan tersebut ada yang berbentuk lembaga pendidikan, masjid,
dan juga para muridnya yang sudah banyak mengabdi dalam bidang
keagamaan di tengah masyarakat.
c. Wawancara, kepada keluarga K.H Abbas bin Abdul Djamil di Buntet
Pesantren Cirebon, dan masyarakat sekitar Cirebon khususnya di desa
Buntet, untuk memperoleh data tentang K.H Abbas bin Abdul Djamil
dan pengaruhnya terhadap perkembangan Islam. Seperti wawancara
terhadap cucu dan anak-anak Kiai Abbas dan juga orang-orang yang
menjadi saksi hidup Kiai Abbas. Untuk memperlancar jalannya
wawancara, maka disusun terlebih dahulu pedoman wawancara
sebagai panduan agar wawancara dapat berjalan sesuai dengan tujuan
penelitian.20
2. Verifikasi
Pada tahap ini, dilakukan kriik terhadap sumber. Kritik tersebut meliputi
kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern bertujuan untuk mencari
keotentikan sumber dengan menguji bagian-bagian fisik seperti gaya tulis,
bahasa, kalimat, ungkapan, dan semua aspek luarnya. Adapun untuk
20
Sutrisno Hadi, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm.
129.
13
menguji kebenaran sumber, peneliti melakukan kritik intern, dengan
menelaah isi tulisan dan membandingkan dengan tulisan yang lain, agar
mendapatkan data yang kredibel dan akurat. Dalam tahap ini peneliti
melakukan kritik intern yaitu dengan menelaah isi dari sumber yang
didapat dan membandingkan dengan tulisan lainnya yang berkaitan
dengan tema yang dibahas.
3. Interpretasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan penafsiran terhadap fakta-fakta
mengenai K.H Abbas bin Abdul Djamil dan perjuangannya tahun 1919-
1946 M, dengan menganalis dan mensintesiskan, kemudian disusun
menjadi fakta-fakta sejarah sesuai dengan tema yang akan dibahas yaitu
Perjuangan K.H Abbas bin Abdul Djamil dalam berbagai bidang.
Menganalisis berarti, menguraikan data atau sumber-sumber yang telah
didapat, sedangkan sintesis yaitu menyatukan. Dalam tahap ini, peneliti
menguraikan sumber-sumber yang telah didapat terkait dengan tema
pembahasan, setelah itu peneliti menyatukan sumber yang telah didapat
secara sistematis.
4. Historiografi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian. Historiografi di sini
berarti penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang
telah dilakukan. Pada tahap ini, aspek kronologis sangat penting. Oleh
karena itu, peneliti berusaha menyajikan tulisan secara sistematis, agar
14
sebab akibat dari peristiwa tersebut disajikan dengan jelas dan mudah
dipahami.21
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini terdiri dari lima bab yang berusaha
menjelaskan sebuah kronologi sejarah. Adapun pengklarifikasiannya sebagai
berikut:
Bab pertama merupakan Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,
landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab ini digunakan
sebagai gambaran keseluruhan dari penelitian. Bab ini diharapkan dapat
memberikan gambaran umum mengenai keseluruhan rangkaian penulisan hasil
penelitian sebagai dasar pembahasan selanjutnya.
Bab kedua merupakan gambaran umum mengenai Biografi Kiai Abbas.
Sub bab meliputi pembahasan tentang latar belakang keluarga, pendidikan
maupun kepribadian Kiai Abbas dan kepemimpinan Kiai Abbas. Uraian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang fokus subjek kajian dan
memberikan informasi tentang obyek yang akan di teliti.
Bab ketiga memaparkan tentang perjuangan Kiai Abbas yaitu dalam
keagamaan. Sub bab meliputi bidang dakwah, bidang pendidikan dan pengaruh
perjuangan Kiai Abbas. Pembahasan bab ini sekaligus bertujuan memberikan
pengantar dan latar perjuangan Kiai Abbas yang dibahas pada bab keempat.
21
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Benteng Budaya, 1995), hlm. 89.
15
Bab keempat membahas tentang perjuangan Kiai Abbas yaitu dalam sosial
budaya. Sub bab meliputi bidang sosial dan bidang budaya. Pembahasan ini
bertujuan untuk mengetahui perjuangan Kiai Abbas dalam bidang sosial, politik
maupun budaya.
Bab kelima, berisi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini ditarik beberapa
kesimpulan dari hasil pembahasan guna menjelaskan dan menjawab berbagai
pertanyaan dari rumusan masalah yang ada. Dalam bab ini juga berisi tentang
saran kepada penulis.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
Maulana Sayyid Asy-Syaikh Al-Arif Billah Muhammad Abbas bin Abdul
Djamil atau lebih dikenal Kiai Abbas merupakan putra sulung dari delapan
bersaudara. Kiai Abbas lahir pada hari Jum’at 24 Dzulhijah 1300 H atau 1879 M
dari pasangan Kiai Abdul Djamil dengan Nyai Qari’ah di Desa Pekalangan
Cirebon. Ayah Kiai Abbas yaitu Kiai Abdul Djamil. Abbas memulai belajar
kepada ayahnya, yaitu Kiai Abdul Djamil, lalu dilanjutkan belajar ke berbagai
ulama seperti Kiai Nasuha Pleret Cirebon, Kiai Hasan di Jatisari, Kiai Ubaidah di
Tegal. Salah satu sifat Kiai Abbas ialah selalu gembira dan tersenyum di segala
keadaan, ramah kepada semua orang, menghormati setiap tamu yang datang, tidak
pernah su’udzon terhadap orang lain, cinta dan hormat kepada Habaib serta
pemaaf. Kepemimpinan Kiai Abbas di Buntet Pesantren ialah ia memobilisasi
para keluarganya untuk ikut andil terhadap kemajuan pesantren dengan membantu
mengajar sesuai kemampuannya masing-masing. Kiai Abbas juga berpesan
kepada keluarganya untuk melayani para santri yang ingin belajar agama di
Buntet Pesantren.
Kiai Abbas melakukan Dakwah ke berbagai daerah di wilayah Pulau Jawa,
bahkan sampai ke Sumatera salah satunya yaitu Propinsi Lampung. Setiap Kiai
70
Abbas mengisi ceramah, materi yang disampaikan yaitu tentang pengetahuan
agama lalu mengajak pula para masyarakat untuk melawan para penjajah yang
ingin menguasai Indonesia. Pada tahun 1928 bertepatan dengan adanya Sumpah
Pemuda, Kiai Abbas membuat tingkatan dan sistem kelas di dunia pesantren,
yaitu dengan mendirikan Madrasah Abnaul Wathan Ibtidaiyah yang di dalamnya
mengajarkan Pendidikan umum. Selain itu pengaruh perjuangan Kiai Abbas yaitu
bukan hanya santri yang ada di lingkungan Buntet Pesantren saja yang dapat
belajar ilmu agama, namun masyarakat yang di luar Buntet Pesantren
diperbolehkan
Dalam berbagai kegiatan sosial di Buntet Pesantren, Kiai Abbas lakukan
bertujuan untuk mengajarkan bagaimana membuat peluang bekerja yang baik dan
benar, seperti mengajarkan membatik, mengajarkan bertani, berkebun yang baik
maupun yang lainnya. Kiai Abbas membuat dapur umum bagi masyarakat yang
kurang mampu dan membutuhkan makanan, Kiai Abbas selalu menyediakan
makanan untuk masyarakat yang membutuhkan. Semua itu Kiai Abbas lakukan
dengan hati yang senang. Kiai Abbas ikut berjuang melawan penjajah baik di
wilayah Cirebon maupun luar Cirebon seperti di Surabaya. Kiai Abbas dan Bung
Tomo saling membantu melawan para penjajah, perlawanan itu dilakukan pada 10
November 1945 dan hingga saat ini diperingati dengan hari Pahlawan Nasional.
Selain mengajarkan keilmuan agama Islam dan ilmu Umum, Kiai Abbas juga
mengajarkan pencak silat kepada warga masyarakat dan santri Buntet Pesantren.
Pada saat itu pencak silat diajarkan hanya untuk melawan penjajah, bukan untuk
memamerkan hal-hal negatif. Tidak ada yang tahu Kiai Abbas mendapatkan ilmu
71
pencak silat yang diajarkan kepada masyarat dan santri dari mana. Haul Buntet,
atau yang nama lengkapnya adalah Haul Almarhumin Sesepuh dan warga Pondok
Buntet Pesantren. Haul ini merupakan suatu tradisi yang merentang dalam waktu
yang sangat panjang. Haul Buntet Pesantren sudah diadakan pada masa
kepemimpinan Ayah Kiai Abbas yaitu Kiai Abdul Djamil. Haul Buntet Pesantren
dilaksanakan minggu pertama pada bulan April setiap tahun.
B. Saran
Kepada para pemuda Cirebon agar dapat menteladani perjuangan Kiai
Abbas dan dapat mengambil pelajarannya dari sejarah Kiai Abbas. Lalu kepada
para santri Buntet Pesantren Cirebon untuk selalu belajar dari sejarah Kiai Abbas
dan mengetahui para pejuang terdahulu di Buntet Pesantren Cirebon.
Kepada keluarga besar Pondok Buntet Pesantren Cirebon untuk
melestarikan sejarah Kiai Abbas maupun tokoh-tokoh terdahulu di Buntet
Pesantren baik yang berbentuk fisik seperti bangunan madrasah dan masjid Jami’
maupun yang non fisik seperti sistem pembelajaran madrasah, sekolah dan
nasehat-nasehat Kiai Abbas.
Kepada seluruh masyarakat Indonesia perlu diketahui bahwa Pondok
Buntet Pesantren Cirebon adalah salah satu pesantren tertua di Indonesia yang
berbasis pesantren salaf dan modern.
72
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Abdurahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak,
2011.
Ag, Muhaimin. Islam dalam Bingkai Budaya Local. Ciputat: Logos, 2001.
Anidjaja Rosad, dkk. Pola Kehidupan Santri Buntet Pesantren Desa Mertapada
Kulon Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderl Kebudayaan,
1985.
Burke, Peter. Sejarah dan Teori Sosial. terj. Mestika Zed dan Zulfami, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2001.
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,
Jakarta: LP3ES, 1980.
Gottschalk, Louis, Understanding History, terj. Nugroho Notosusanto, Mengerti
Sejarah, Jakarta: UI Press, 1986.
Hadi, Sutrisno, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1987.
Hernowo, Kharisma Ulama, Bandung: Mizan, 1998.
Hisyam Mansyur, Mohammad dkk., Sekilas Lintas Buntet Pesantren Mertapada
Kulon Cirebon, Cirebon: Buntet Pesantren, 1973.
Kartodirjo, Sartono, Ungkapan-ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan Timur,
Penjelasan Berdasarkan Kesadaran Sejarah, Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum, 1990.
_____________, Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial, Jakarta: LP3ES, 1984.
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta:Benteng Budaya, 1995.
_____________, Metodologi Sejarah, Yogyakarta : Tiara Wacana, 2003.
Mulyati, Sri, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia,
Jakarta: Kencana, 2004.
73
Ma’sum, Saifullah, Kharisma Ulama Kehidupan Ringkas 26 Tokoh NU, Bandung:
Mizan, 1998.
MS, Basri, Metodologi Penelitian Sejarah Jakarta: Restu Agung, 2006.
Notosusanto, Nugroho, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer: Suatu
Pengantar, Jakarta: Inti Idayu Press, 1984.
Patoni, Ahmad, Peran Kiai Pesantren dan Parta Politik, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007.
Steenbrink, Karel A. Pesantren Madrasah Sekolah, Yogyakarta: IAIN Sunan
Kalijaga, 1985.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2010.
Wajdi, Farid dkk., Buntet Pesantren Melintas Sejarah, Cirebon: Pustaka Annur,
2004.
Zaini Hasan, Ahmad, Perlawanan dari Tanah Pengasingan, Kyai Abbas, Buntet
Pesantren dan Bela Negara, Yogyakarta: LkiS, 2014.
B. Skripsi
Mahpudin, Peran Buntet Pesantren Pada Masa Revolusi Fisik tahun 1945-1949,
Yogyakarta: UIN-SUKA 2004.
C. Tesis
Rofahan, Akhmad, Jaringan Ulama dan Pesantren Cirebon Abad ke 18-20 M
(Buntet, Babakan, dan Gedongan), Tesis Program Studi Sejarah Peradaban
Islam Pasca Sarjana STAINU Jakarta 2015 tidak dipublikasikan.
D. Sumber Internet :
“Jihad fi sabilillah”. https://ms.wikipedia.org/wiki/Jihad_fi_sabilillah diakses
pada tanggal 12 November 2015 pukul 09.30 wib.
“Kamus besar bahasa indonesia”. http://kbbi.web.id/otoritas di akses pada 12
November 2015 pukul 13.00 wib.
74
Muhammad Husni Ginting. “Pejuang dan pendakwah islam”
http://allangkati.blogspot.co.id/2012/07/al-hafizh-muhammad-murtadha-az-
zabidi.html di akses pada 14 November 2015 pukul 16.00 wib.
Sya'roni As-Samfuriy. “Biografi ulama dan para habaib”
http://biografiulamahabaib.blogspot.co.id/2012/10/syekh-mahfudz-at-
termasi.html di akses pada 14 November 2015 pukul 16.05 wib.
“Abdul Karim”.http://id.m.wikipedia.org/wiki/Abdul_Karim di akses pada 14
November 2015 pukul 16.20 wib.
“Buruk sangka”. http://alquranmulia.wordpress.com/2013/02/25/suuzon-buruk-
sangka/. di akses pada 14 November 2015 pukul 16.20 wib.
“Ahlul bait”. https://id.wikipedia.org/wiki/Ahlul_Bait di akses pada 14 November
2015 07.20 wib.
“Pesantren”. https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren di akses pada 14 November
2015 pukul 19.03 wib.
“Pesantren daQu”. “Makna Riyadhah” ”http://daqu.sch.id/makna-riyadhoh/ di
akses pada 13 November 2015 pukul 08.30 wib.
“Pusat tenaga kerja”. http://id.mwikipedia.org/wiki/Pusat_Tenaga_Rakyat. di
akses pada 13 November 2015 pukul 08.40 wib.
“KNIP”. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Komite_Nasional_Indonesia_Pusat. di
akses pada 13 November 2015 pukul 09.00 wib.
“Sufisme”. https://id.wikipedia.org/wiki/Sufisme di akses 17 November 2015
pukul 08.30 wib.
“Tarekat”. https://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat di akses 17 November 2015
pukul 08.35 wib.
“Ushul Fiqh”. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Ushul_Fiqh di akses 17 November
2015 pukul 08.35 wib.
Ketua PSW IIQ. “Profil pendiri institute ilmu al qur’an”. http://iiq-
psw.blogspot.co.id/2005/10/profil-pendiri-institut-ilmu-alquran.html. Blog
milik Kampus IIQ Jakarta di akses 17 November 2015pukul 08.55 wib.
“Kamus besar bahasa indonesia”. http://kbbi.web.id/pragmatis di akses 17
November 2015 pukul 09.00 wib.
75
“Sedekah”. https://id.wikipedia.org/wiki/Sedekah di akses 17 November 2015
pukul 09.00 wib.
“Hadiah”. https://id.wikipedia.org/wiki/Hadiah di akses 17 November 2015 pukul
10.40 wib.
Tarekat Attijaniyyah. “Pengertian Mursyid”.
http://attijaniyahwalhamdulillah.weebly.com/pengertian-mursyid.html di
akses pada tanggal 17 November 2015 pukul 10.20 wib.
Siti Fatihatul Ulfa. “Tafsir al jawahir”
http://syeevaulfa.blogspot.co.id/2015/02/tafsir-al-jawahir.html diakses pada
tanggal 17 Januari 2016 pukul 05.00 wib.
“Nahdlatul ulama”. https://id.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_'Ulama di akses 17
November 2015 pukul 10.50 wib.
“Syarh”. https://id.wikipedia.org/wiki/Syarh di akses 18 November 2015 pukul
08.40 wib.
“Sistematis”. https://id.wikipedia.org/wiki/Sistematis di akses 18 November 2015
pukul 09.10 wib.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Paceklik” .http://kbbi.web.id/paceklik di akses
pada tanggal 17 November 2015 pukul 10.17 wib.
Munib Rowandi Amsal. “Bakiak Kiai Abbas Rontokkan Pesawat-2 Sekutu”
http://www.sarkub.com/2011/bakiak-kiai-abbas-rontokkan-pesawat-2-sekutu/
di akses pada pukul 14.00 wib tanggal 11 Desember 2015.
“Nahdlatul Ulama”. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul_%27Ulama di akses
pukul 12 Februari 2016 pukul 13.20 wib.
“Perundingan Linggar jati”https://id.wikipedia.org/wiki/Perundingan_Linggarjati
di akses pukul 14.30 wib 11 Desember 2015.
“Pengertian haul”.http://www.nuruliman.or.id/haul-sejarah-dan-pengertian-bagi-
bersambung . diakses pada 17 Februari 2016 pukul 11.00 wib.
Pondok Pesantren Al Anwariyah Cirebon. “Organisasi”
http://pondokpesantrenalanwariyah.wordpress.com/organisasi/ Pondok
Pesantren Al Anwariyah Cirewbon, diakses pada 17 Februari 2016 pukul
11.00 wib.
76
Sumber Wawancara :
Nyai Asiyah Fitriyati cucu K.H. Abbas Bin Abdul Djamil Pondok Buntet
Pesantren Cirebon pada tanggal 10 November 2015 di kediaman Kiai Anis
Mansyur Arsyad Asrama Nadwatul Banin Wal Banat.
K.H Hasanuddin Busyol Karim sesepuh Pondok Buntet Pesantren Cirebon pada
tanggal 10 November 2015 di kediaman Kiai Hasanuddin Busyrol Karim
Asrama Al Firdaus Pesantren Buntet.
Gus Munib Rowandi Amsal Hadi penulis buku Kisah-kisah dari Buntet
Pesantren. Pada tanggal 10 November 2015 pukul 15.30 wib di kediaman
Gus Munib Rowandi Amsal Hadi di Pesantren Buntet.
Kiai Anis Mansyur Arsyad Kiai Pondok Buntet Pesantren Cirebon Asrama
Nadwatul Banin (cucu menantu Kiai Abbas) pada tanggal 11 November
2015 di kediaman Kiai Anis Mansyur Arsyad Asrama Nadwatul Banin Wal
Banat.
Anas Nasiruddin Pendekar Silat Buntet Pesantren pada tanggal 12 November
2015 dikediaman Anas Nasiruddin di Pesantren Buntet.
77
Lampiran 1
Kiai Abbas bin Abdul Djamil
Situs Makam Mbah Muqoyyim dan Kiai Mutta’ad
78
Para sesepuh Kiai Buntet Pesantren Cirebon 1973
Masjid Jami’ Pesantren Buntet Cirebon
79
Tempat Pendidikan di Pesantren Buntet dalam Naungan Yayasan Lembaga
Pendidikan Islam Buntet Cirebon.
80
81
Akademi Perawat Buntet Pesantren Cirebon
82
Para Santri Pesantren Buntet sedang melakukan Ziarah
ke Makan Kiai Abbas bin Abdul Djamil memperingati Peristiwa 10
November (Hari Pahlawan)
Foto diambil tanggal 10 November 2015
83
84
Peringatan Hari Santri Nasional
(Kirab Santri Nasional berziarah ke Makam Kiai Abbas bin Abdul Djamil)
85
Santri Pesantren Buntet kumpul bersama di depan Masjid Jami’ Buntet
untuk berziarah ke Makam Kiai Abbas
Foto di Ambil malam sebelum Hari Santri dilaksanakan
86
Lampiran 2 : Silsilah Kepemimpinan Pondok Pesantren Buntet
Cirebon
1. Mbah Muqayyim
(Pendiri Pesantren Buntet)
2. Kiai Mutta’ad
(Cucu Menantu Mbah Muqayyim)
3. Kiai Abdul Djamil
(Anak ke 8 Kiai Mutta’ad)
4. Kiai Abbas
( Anak Pertama Kiai Abdul
Djamil dengan Istri ke 2 yaitu
Nyai Qariah)
5. Kiai Mustahdi Abbas
( Anak Pertama Kiai Abbas
dengan istri ke 1 yaitu Nyai
Hafidzhoh)
6. Kiai Mustamid Abbas ( Anak
Ketiga Kiai Abbas dengan istri
ke 1 yaitu Nyai Hafidzhoh)
7. Kiai Abdullah Abbas
( Anak Pertama Kiai Abbas
dengan istri ke 2 yaitu Nyai
I’anah )
8. Kiai Nahduddin Abbas
( Anak Kelima Kiai Abbas dengan istri ke 2 yaitu
Nyai I’anah )
Pemimpin Pesantren Buntet 2008- Sekarang
87
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
1. Siapa pendiri Pondok Buntet Pesantren Cirebon ?
2. Siapa saja yang memimpin Pesantren Buntet ?
3. Bagaimana riwayat hidup Kiai Abbas bin Abdul Djamil ?
4. Bagaimana latar belakang keluarga Kiai Abbas bin Abdul Djamil ?
5. Sejak kapan Kiai Abbas bin Abdul Djamil memimpin Pesantren
Buntet ?
6. Peran apa saja yang dilakukan Kiai Abbas bin Abdul Djamil dalam
memimpin Pesantren Buntet ?
7. Apa kontribusi Kiai Abbas bin Abdul Djamil terhadap pendidikan
maupun kemerdekaan Indonesia ?
8. Bagaimana kepribadian Kiai Abbas bin Abdul Djamil?
9. Ada hubungan apa Kiai Abbas dengan Kiai Hasyim Asy’ari ?
10. Jabatan apa saja yang pernah didapat Kiai Abbas baik dalam Pesantren
Buntet maupun diluar Pesantren Buntet ?
11. Pencak silat apa yang ada di Pesantren Buntet dan siapa saja yag ikut
berperan terhadap pencak silat di Pesantren Buntet !
12. Bagaimana peran Kiai Abbas bin Abdul Djamil terhadap tarekat di
Pesantren Buntet ?
88
Lampiran 4 : Asrama Pondok Buntet Pesantren Cirebon
NAMA-NAMA ASRAMA DI PONDOK PESANTREN BUNTET CIREBON
No. Nama Asrama Pengasuh
1 AL-ISTIQOMAH I KH. Muhammad bin Abdullah Abbas
2 FALAHIYAH FUTUHIYAH KH. Hamid Anas
3 AL-INAYAH KH. Anas Azas
4 ASSAKIROH KH. Hasanuddin Kriyani
5 AL-HIKMAH KH. Majduddin
6 AL-ISLAH KH. Soleh Zuhdi
7 AL-HIKMAH SEBRANG KH. Ahmad Mursyidin
8 AL-FALAH Ny. Hj. Nafilah
9 AL-FIRDAUS KH. Hasanuddin Busyol Karim
10 SYUBANIYAH ISLAMIYAH KH. Baedlowi Yusuf
11 NADWATUL BANIN KH. Anis Mansyur Arsyad
12 AL-HIDAYAH KH. Zaelani Imam
13 ANNUR KH. Turmudzi Noor
14 AL-KHOIR KH. Ali Maufur
15 DARUL HIJROH Ny. Hj. Faizah Chawi
16 AL-MA’MUN K. Hanief Ma’mun
17 NURUSSOBAH KH. Rofii Cholil
18 HIDAYATUL MUBTADIIN KH. Amiruddin
89
19 AL-MUAFI KH. Abdul Matin
20 AL-INAROH KH. Adib Rofiuddin
21 NURUL ARWANI KH. Wawan Arwani
22 NADWATUL UMMAH KH. Abbas Billy Yachsi
23 AL-ISTIQOMAH II KH. Mufid Dahlan
24 ANNAJAH KH. Subkhi Mutta’ad
25 DARUSSALAM KH. TB Ahmad Rifqi Chowas
26 AL-IKHLAS Ny. Hj. Murhayati
27 AL-MUTTABA Ust. Fikri Mubarok
28 AL-FATIH Ust. Kholid Al-Batol
29 DARUL AMANAH KH. Imanuddin
30 AL-ANWAR AZZAHIDIYYAH Ny. Hj. Qurrotul Aini
31 HABBIL ILMI KH. Habbil Ghomam
32 AL-ANWAR KH. Jachus Santoso
33 AL-MURTADLO KH. Fahad Ahmad Syadad
34 AL-ARIFAH KH. Faris Elt Haque
35 AL-KHIYAROH K.H Farid Nasiruddin
36 AL-MUSTAHDIYAH KH. Ismeturrohman
37 AL-HIKMAH K.H FUAD ZEN KH. Salman Al Farisi
38 RIYADUSSOLIHIN KH. Jawahir Juha
39 AL-AMIN KH. Amin Muzammil
40 AL-KAUTSAR KH. Asep Saefuddin Nu’man Zen
90
41 AT-TA’AWUN KH. Mamnun Dasubik
42 ARRAUDHOH KH. Jirjis
43 DARUL AKHLAM KH. Sunaryo
44 AN NADA KH. Tajuddin Zen
45 DAARUL ILYAS KH. Soleh
46 HA’HAD ALY Ny. Hj. Ummi Hanni
47 UMMU AIMAN KH. Asep
48 AL-ANDALUCIA KH. Ade Naskhul Umam
49 AL-ANWAR KH. Jachus Santoso
91
Lampiran 5 : Silsilah Spiritual Tarekat Syattariyyah di Buntet
Silsilah Spiritual Tarekat Syattariyyah di Buntet1 :
Nabi Muhammad SAW
Ali bin Abi Thalib
Husein
Zain Al ‘Abidin
Al Baqir
Ja’far Shadiq
Abi Yasin Al Busthomi
1 Farid Wajdi dkk, Pesantren Buntet Melintas Sejarah (Cirebon: Pustaka Annur, 2004), hlm.
24-25.
92
Muhammad Maghribi
Abi Yazid Al Ashaq
Al Mudhafar Turki At Tusi
Hasan Khirqani
Hadaqly
Muhammad ‘Asyiq
‘Arif
Andillah Syattary
Qadhi Syattary
Hidayatillah Sarmat
Hudhari
93
Al Ghawth
Sibghatillah
Ahmad Qasyasyi
Malla Ibrahim Al Mu’alla
Thahir
Ibrahim
Thahir Madani
Muhammad Sayid Madani
Kyai Asy’ari
Muhammad Anwaruddin Kriyani (Ki Buyut Kriyan)
Di Pesantren Buntet, Kiai Kriyan sebagai pembawa Tarekat
Syattariyah diberi wewenang untuk menjadi Musyid oleh Kiai As’ari dari
Kaliwungu (Jawa Tengah). Pemberian wewenang tersebut dapat ditelusuri
94
melalui silsilah spriritual Kiai Kriyan. Dengan demikian Kiai Kriyan
merupakan yang ke 29 dalam mata rantai silsilah yang mengaitkannya secara
spiritual ke Nabi Muhammad SAW. Kiai Kriyan lalu menyerahkan
Kepemimpinan Tarekat Syattariyyah kepada Kiai Muhammad Zamzami
(Pendiri Pesantren Benda Kerep), kemudian Kiai Zamzami menunjuk
saudaranya dari Buntet yaitu Kiai Abdul Djamil untuk menggantikannya. Dari
sini Kiai Abbas mulai diperkenalkan pertama kali dengan tarekat oleh
ayahnya Kiai Abdul Djamil yaitu tarekat Syattariyyah.2
2 Ibid., hlm. 23
95
Lampiran 6 : Kepemimpinan Kiai Abbas di Buntet Pesantren
Pada masa Kiai Abbas, Buntet Pesantren dipimpin oleh suatu majelis
kepemimpinan yang melambangkan kesatuan dan persatuan antara sesepuh dan
angkatan mudanya yang tersusun sebagai berikut:
a. Pimpinan Umum : Kiai Abbas
b. Majelis Sesepuh : Kiai Abbas, Kiai Anas, Kiai Ilas, Kiai Akyas
c. Majelis Guru
Al Qur’anul Karim : Kiai Murtadhlo, Kiai Zein, Kiai Yusuf, Kiai
Hasyim
Ilmu Falaq : Kiai Imam
Ilmu Fiqih : Ahmad Zaid, Kiai Nuruddin, Kiai Abdul Karim
Ilmu Tauhid : Kiai Husein
Ilmu Nahwu/ Shorof : Kiai Arsyad, Kiai Asnawi, Kiai Chawi, Kiai
Hafidz
Ilmu Tafsir : Kiai Abbas, Kiai Anas, Kiai Ilyas, Kiai Mustahdi
Abbas
d. Seksi-Seksi
Pendidikan Pesantren : Kiai Abbas
Pendidikan Madrasah : Kiai Imam, Kiai Mustahdi, Kiai Chawi
Administrasi : Kiai Mujahid
Kerohanian : Kiai Sholeh, Kiai Hamim
Kepemudaan : Kiai Mustahdi Abbas
96
e. Pembantu Umum : Para santri yang cakap diantaranya, Kiai Wahib
Wahab, Kiai Tb. Manshur Maksum, Mahbub Bajuri, H. Amin Iskandar,
dan lain-lain.1
Setelah masa Kiai Abbas, struktur organisasi Buntet Pesantren dibagi
dua, yaitu:
a. Majelis Sesepuh (Syuriah) yang berfungsi sebagai majelis tertinggi di
dalam organisasi yang menentukan garis-gris besar pola dasar kebijakan
umum., pengarahan dan penentuan sasaran di bidanng agama maupun
sosial / pendidikan. Majelis ini terdiri atas:
Sesepuh : Kiai Mustahdi Abbas
Pengasuh : Kiai Mustahdi Abbas
Anggota : Kiai Akyas, Kiai Zahid, Kiai Murtadhlo, Kiai Zein, Kiai
Chawi, Kiai Busyrol Karim, Nyai HJ. I’anah Abbas.
b. Majelis Pelaksana Utama (Tanfidziyah). Majelis ini berfungsi sebagai
pelaksana utama seluruh kebijaksanaan umum mejelis sesepuh terutama di
bidang Teknik Administrasi dan Teknik Edukasi. Berbeda dengan majelis
Syuriah maka majelis ini dipilih untuk masa jabatan tiap-tiap 5 tahun
sekali, untuk bisa memberi kesempatan bagi tenaga-tenaga muda
mengambangkan kreasinya dan darma baktinya terhadap Buntet Pesantren
khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.
1). Ketua umum Majelis Tanfidziyah : Kiai Abdullah Abbas,
2). Ketua I : Moh. Hisyam Manshur,
1 Mohammad Hisyam Mansyur dkk, Sekilas Lintas Buntet Pesantren Mertapada Kulon
Cirebon (Cirebon: Buntet Pesantren, 1973), hlm. 37.
97
3). Ketua II : AIPTU Sholeh Anas,
4). ketua III : Kiai Hasyim Anwar, dengan
5). Sekretaris : Kiai Chowas Nuruddin, Kiai Hasanudin B.A. dan Imam
Mujahid,
6). Bendahara : Kiai Junaidi Anas.
7). Pembantu umum:
i. Bidang Sekretariat:
Ketua : Chowas Nuruddin
Anggota : Hasanuddin BA
ii. Bidang Persekolahan:
1. Perguruan tinggi atau Akademi : M. Misyam Mansyur
2. Lanjutan Atas : Izzuddin
3. Kejurusan atau Kursus : Chowas Nuruddin
4. Lanjutan Pertama : Hasanuddin BA
5. Ibtidaiyah : Hasiruddin
6. Pengajian : Fachruddin Mulyono
7. Pengajian Al Qur’an : A. Fuad Zein, Nyai
Zainab Abdullah
8. Kulliyah Ramadhan : M. A. Fuad Hasyim.
iii. Pimpinan Sekolah:
1. Universitas Islam Ckra Buana : M. Misyam Mansyur
2. Madrasah Aliyah : Kiai Abdullah Abbas
3. Madrasah Tsanawiyah : Hasanuddin BA
98
4. Madrasah Ibtidaiyah Putra : Abd. Hamid Anas
5. Madrasah Ibtidaiyah Putri : Sa’adah Muzayyin
6. P.G.A 6 th. Putra : Chowas Nuruddin
7. P.G.A 6 th. Putri : Iim Imroah
8. Roudlotul Athfal Putra : M. Abu Nashor
9. Roudlotul Athfal Putri : Farhah Ibrahim
10. Kursus-kursus Lanjutan : Moh. Thola Anas
iv. Biro Penelitian dan Pengembangan:
Berfungsi sebagai peneliti dan perencana pengembangan di
bidang pembangunan, biro ini langsung di bawah taktis dan
administratif Ketua Majlis Tanfidziyah
v. Ikatan Keluarga Buntet Pesantren (IKPB)
IKPB ialah ikatan alumni Buntet Pesantren yang didirikan
pada musyawarah besar I alumni tahun 1967 dengan
susunan pengurus:
1. Pelindung : Sesepuh Buntet Pesantren
2. Penasehat : Kiai M. Wahib Wahab, Kiai
TB. Mansyur Makmun, Kiai
Ayatullah Saleh
3. Pengurus Harian
a. Ketua Umum : Kiai Abdullah Abbas
i. Ketua I :Sulaiman Kurdi
ii. Ketua II : Moh. Faqihuddin
99
b. Sekretaris Umum : Moh. Hisyam
Mansyur
i. Sekretaris I : Moh. Taryadi SA
ii. Sekretaris II : Moh. Ma’shum
Saleh
c. Bendahara
i. Bendahara I : U.J Marjono
ii. Bendahara II : A.L. Effendi
100
Lampiran 7 : Silsilah Kiai Abbas
Silsilah Keturunan Kiai Abbas Buntet Pesantren dari ayah :
Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung jati)
Pangeran Pasarean
Pangeran Dipati
Pangeran Panembahan (Ratu Cirebon kang Awal)
Pangeran Dipati
Pangeran Ratu kang seda ing Girilaya
Pangeran Sutajaya kang seda ing Tambak
Pangeran Sutajaya kang seda ing Grogol
Dalem Kebon ing Gebang
101
Dalem Anom atau Sultan Senapati
Pangeran Sutajaya Ing Gebang (Kocap Sultan Matangaji)
Raden Bagus
Raden Punjul
Raden Ali
Raden Muhammad Nuruddin
Kiai Mutta’ad
Kiai Abdul Djamil
Kiai Abbas1
Silsilah keturunan Kiai Abbas dari ibu :
Kiai Abdul Qahar
1 Mohammad Hisyam Mansyur dkk, Op Cit., hlm. 83.
102
Kiai Kelan
Kiai Burhan
Kiai Nurkatim
Kiai Syatori (Penghulu Landrat)
Nyai Qariah
Kiai Abbas
Silsilah dari Ayah dan Ibu sama-sama sampai kepada Sunan Gunung Jati,
namun dari beberapa sumber yang penulis wawancarai tidak hafal sampai ke
Sunan Gunung Jati dari jalur ibu. Kiai Abdul Qahar sendiri dimakamkan di
Gunung Sembung dekat wilayah makam Sunan Gunung Jati.
103
Lampiran 8
Foto Informan
KH. Hasanuddin Busyrol Karim
104
Gus H. Munib Rowandi
Anas Nasiruddin (Mang Nanas)
105
Nyai Hj Asiyah Fitria
KH. Drs. Anis Mansyur Arsyad
110
Lampiran 13 : Sistem Pendidikan Madrasah
A. Tingkat Awwaliyah (Pemula):
a. Memberikan pengajian setingkat dengan Madrasah Ibtidaiyah dengan
lama belajar tiga tahun.
b. Kitab-kitab yang diberikan yaitu:
Tahun Pertama setingkat kelas IV Madrasah Ibtidaiyah.
Kitab-kitabnya yaitu: 1. Fiqih : Safinatunnajah
2. Tauhid : Qotrulghits
3. Akhlak : Nashoihul Ibad
4. Nahwu : Al-Jurumiyah
5. Shorof : Kailani
Tahun kedua setingkat kelas V Madrasah Ibitidaiyah.
Kitab-kitabnya yaitu: 1. Fiqih : Minhajul Qowim
2. Tauhid : Ibrahim Bajuri
3. Akhlak : Bidayatul Hidayah
4. Nahwu : Sarah Amriti
5. Shorof : Lamiyatul Af-al.
B. Tingkat Wushtho (Madya)
a. Memberikan pengajian setingkat dengan Madrasah Tsanawiyah dan
Aliyah dengan lama belajar dua tahun sesudah Awwaliyah atau
Pemula.
b. Kitab-kitab yang diberikan yaitu:
Tahun Pertama setingkat Madrasah Tsanawiyah
111
Kitab-kitabnya yaitu: 1. Fiqih : Kifayatul Ahyar
2. Ushul Fiqih : Waraqat
3. Tauhid : Taftazani
4. Akhlak : Nashoihuddiniyah
5. Nahwu : Mutammimah
6. Shorof : Tasrif Loghowy atau
Istilahy
7. Tafsir : At-taisir
8. Hadits : Muhtarul Al Hadits
Annabawiyah
9. Mustholah : Minhattul Mughist.
Tahun kedua setingkat Madrasah Aliyah
Kitab-kitabnya yaitu: 1. Fiqih : Mawahibussomad
2. Ushul Fiqih : Al Luma’
3. Tauhid : Kifayatul Awam
4. Akhlak : Al Hikam
5. Hadits : Bulughularrom atau
Riyadussolihin
6. Mushtholah : Alfiyah Assuyuthi
7. Shorof : Dahlan Alfiyah
8. Tafsir : Al-Jalalain
9. Balaghoh : Sarah Al Jauhari
Makmun
112
10. Mantiq : Idlohulmubham
C. Tingkat Ulya (Dewasa)
a. Memberikan pengajian setingkat dengan pendidikan tinggi atau
akademik dengan lama belajar dua tahun sesudah kelas
Wustho.
b. Kitab-kita yang diberikan yaitu:
Tahun Pertama yaitu kitab-kitabnya
1. Fiqih : Fathulmuin
2. Ushul Fiqih : Al Mustasyfa
3. Tauhid : Ummulbarohim
4. Akhlak : Syirotuththolibin
5. Hadits : Bukhori Muslim
6. Mushtholah:Minhajudzawinnadzar
Syarah Alfiyah Syuti
7. Nahwu
Shorof : Al-Asymuni
8. Tafsir : Al-Baidlowi
9. Balaghoh : Uquduljuman
10. Mantiq : Mi’yarul ‘ilmi
11. Muqarangtul
Madzahib : Rohmatulummah.
Tahun Kedua yaitu kitab-kitabnya
1. Fiqih : Kalyuby wa
113
Amirah
2. Ushul :Nihayatussaul
Fiqih
3. Tauhid : Kifayatul Awam
4. Akhlak : Ihya ‘Ulumuddin
5. Hadits : Bukhori Muslim
6. Mush
Tholah:Minhajudzawinnadzar
7. Nahwu
Shorof : Miroh
8. Tafsir : Ibnu Kasir
9. Balaghoh : Ibrozulma’ani
10. Mantiq :
11. Muqoronatul Madzahib
: Al Mizanqubro.
114
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Muhamad Rizki Tadarus
Tempat/tgl. Lahir : Trimodadi/ 12 November 1993
Nama Ayah : Muhammad Zainudin Fanani
Nama Ibu : Nur Rahmi Rasidah
Asal Sekolah : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Alamat Kos : Mundu Rt 07 Rw 02 Caturtunggal Sleman
Yogyakarta
Alamat Rumah : Trimodadi Pasar Baru, Abung Selatan, Lampung
Utara, Lampung
E-mail : [email protected]
No. HP : 08972368767
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. TK Widya Pratama Lampung tahun lulus 1998
115
b. SDN 1 Trimodadi Lampung tahun lulus 2005
c. MTS NU PUTRA 2 Buntet Cirebon tahun lulus 2008
d. MAN I KEBUMEN tahun lulus 2011
2. Pendidikan Non-Formal
a. Pondok Buntet Pesantren Cirebon tahun 2005 s/d 2008
b. Pondok Pesantren Al Huda Kebumen tahun 2008 s/d 2010
C. Forum Ilmiah/Diskusi/ Seminar
1. Sosialisasi OJK ( Otoritas Jasa Keuangan ) Tentrem Hotel
Yogyakarta
2. Seminar Nasional “Jogja Of Tolerance” yang diadakan Pasca
Sarjana UII Yogyakarta di Gedung Kuliah Umum UII
Yogyayakarta.
3. Diskusi MGMP Madrasah Diniyah Takmiliyah Se Kabupaten
Sleman.
D. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Arena UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2011.
2. Wakabid Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah PAMABA.
Periode 2013- 2016
3. Rohis MAN 1 Kebumen tahun 2009.
Yogyakarta, 02 Februari 2016
MUHAMAD RIZKI TADARUS
11120027