biografi kh a. ghazaly

5
Oleh. Utsman BN A. Riwayat Pendidikan KH. A. Ghazaly Cikal bakal ulama besar Persatuan Islam ini lahir di Cianjur, tepatnya di Bojong Herang pada tahun 1935. Ayahnya bernama Didi, ibunya bernama Maemunah. Saudaranya berjumlah 11 orang. Beliau merupakan putra yang ketiga. Ali Ghazaly, akrab dipangil Ustad Ali atau Ustad Ghazaly, lahir dikeluarga yang agamis serta taat beribadah. Ali Ghazaly sejak kecil telah memulai hidupnya dengan mandiri. Beliau mulai menekuni perdagangan sejak masih kecil, yaitu dengan berjualan tauco milik ayahnya. Kendati ayahnya adalah seorang pengusaha besar tauco, tetapi dia tidak mau menyandarkan namanya kepada nama besar ayahnya yang populer sebagai pengusaha tauco waktu itu. Menginjak usianya yang ketujuh tahun, tepatnya pada tahun 1942 Ghazaly mulai memasuki jenjang pendidikan Sekolah Rakyat (setingkat SD) di Bojong Herang sampai tahun 1947. Merasa tidak puas di Sekolah Rakyat, Ghazaly kecil mulai berminat belajar ilmu agama di Madrasah Mu’awanah Cianjur. Disekolah ini beliau berkenalan dengan berbagai pengetahuan agama. Tahun 1950-1952, Ghazaly menimba ilmu di Madrasah Ibtidaiyyah al-I’anah Cianjur. Kemudian beliau melanjutkan ke Tajhijiyyah pada tahun 1952-1953. Setamat Tajhijiyyah, beliau merantau ke Bandung, melanjutkan ke Tsanawiyah pada tahun 1953-1957 di Pesantren Persis Pajagalan. Dan pada tahun 1957-1959 melanjutkan ke Mu’alimien di Pesantren yang sama. Belajarnya Ali Ghazaly di Pesanteren Persis Pajagalan merupakan langkah strategis perjuangan pada waktu itu. Karena selain di Cianjur memerlukan seorang kader yang faqih terhadap agama, juga tantangan yang dihadapi jauh lebih berat. Oleh karena itu tak heran jika keberangkatan beliau ke Pesantren Persis Pajagalan adalah hasil musyawarah ayahnya dengan sejumlah tokoh Persis Cianjur dan di bawah tangung jawab E. Abdurahman. Selama A. Ghazaly belajar disana, beliau tinggal di rumah KH. E. Abdurahman. Disanalah beliau lebih luas lagi mendalami ilmu agama dan disana pulalah beliau menemukan jati dirinya Selama tinggal di Rumah E. Abdurahman, beliau di amanahi untuk menjaga dan merawat perpustakan KH. E. Abdurahman. Oleh karena itu beliau tahu persis kitab apa saja yang sering jadi kajian para santri, juga kitab-kitab yang kerap kali digunakan gurunya. Dan dengan demikian beliaupun sering mengkaji ulang kitab-kitab tesebut.

Upload: rasyid-al-ghazaly

Post on 20-Aug-2015

91 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Biografi kh a. ghazaly

Oleh. Utsman BN

A. Riwayat Pendidikan KH. A. GhazalyCikal bakal ulama besar Persatuan Islam ini lahir di Cianjur, tepatnya di Bojong Herang pada tahun 1935. Ayahnya bernama Didi, ibunya bernama Maemunah. Saudaranya berjumlah 11 orang. Beliau merupakan putra yang ketiga.

Ali Ghazaly, akrab dipangil Ustad Ali atau Ustad Ghazaly, lahir dikeluarga yang agamis serta taat beribadah. Ali Ghazaly sejak kecil telah memulai hidupnya dengan mandiri. Beliau mulai menekuni perdagangan sejak masih kecil, yaitu dengan berjualan tauco milik ayahnya. Kendati ayahnya adalah seorang pengusaha besar tauco, tetapi dia tidak mau menyandarkan namanya kepada nama besar ayahnya yang populer sebagai pengusaha tauco waktu itu.

Menginjak usianya yang ketujuh tahun, tepatnya pada tahun 1942 Ghazaly mulai memasuki jenjang pendidikan Sekolah Rakyat (setingkat SD) di Bojong Herang sampai tahun 1947. Merasa tidak puas di Sekolah Rakyat, Ghazaly kecil mulai berminat belajar ilmu agama di Madrasah Mu’awanah Cianjur. Disekolah ini beliau berkenalan dengan berbagai pengetahuan agama.

Tahun 1950-1952, Ghazaly menimba ilmu di Madrasah Ibtidaiyyah al-I’anah Cianjur. Kemudian beliau melanjutkan ke Tajhijiyyah pada tahun 1952-1953. Setamat Tajhijiyyah, beliau merantau ke Bandung, melanjutkan ke Tsanawiyah pada tahun 1953-1957 di Pesantren Persis Pajagalan. Dan pada tahun 1957-1959 melanjutkan ke Mu’alimien di Pesantren yang sama.

Belajarnya Ali Ghazaly di Pesanteren Persis Pajagalan merupakan langkah strategis perjuangan pada waktu itu. Karena selain di Cianjur memerlukan seorang kader yang faqih terhadap agama, juga tantangan yang dihadapi jauh lebih berat. Oleh karena itu tak heran jika keberangkatan beliau ke Pesantren Persis Pajagalan adalah hasil musyawarah ayahnya dengan sejumlah tokoh Persis Cianjur dan di bawah tangung jawab E. Abdurahman.

Selama A. Ghazaly belajar disana, beliau tinggal di rumah KH. E. Abdurahman. Disanalah beliau lebih luas lagi mendalami ilmu agama dan disana pulalah beliau menemukan jati dirinyaSelama tinggal di Rumah E. Abdurahman, beliau di amanahi untuk menjaga dan merawat perpustakan KH. E. Abdurahman. Oleh karena itu beliau tahu persis kitab apa saja yang sering jadi kajian para santri, juga kitab-kitab yang kerap kali digunakan gurunya. Dan dengan demikian beliaupun sering mengkaji ulang kitab-kitab tesebut.

Salah satu kajian yang ia minati adalah kajian ilmu Hisab. Beliau tekun mempelajarinya. Hingga pada suatu saat gurunya, KH. E. Abdurahman menemukan catatan kecil beliau yang terselip dalam sebuah kitab. Dengan kejadian itu, E. Abdurahman berkesimpulan bahwa muridnya yang satu ini mempunyai potensi untuk mengembangkan Ilmu Hisab.

Melihat potensi ini E. Abdurahman tidak menyia-nyiakannya. Secara khusus beliau memberikan materi ke hisaban, serta memberikan mandat kepada A. Ghazaly untuk berguru kepada ulama propesional dalam bidang hisab di Cibarusah, Bogor. Atas biaya gurunya, A. Ghazaly berangkat dan belajar ilmu Hisab disana. Sepulangnya dari sana, beliau berupaya mengembangkan ilmu hisab, khususnya di lingkungan Persis.

B. Karir A. GhazalyKH. A. Ghazaly adalah sosok ulama yang kharismatik dan mempunyai suluk yang Zuhud. Suatu saat beliau menemukan kelas yang kotor dan tidak tertata rapi. Tanpa rasa gengsi, bahwa beliau seorang Pimpinan Pesantren Cianjur, beliau membersihkannya dengan tenang tanpa beban.

Page 2: Biografi kh a. ghazaly

Setamat Mu’alimein A. Ghazaly terjun dan mengabdikan diri di masyarakat. Ibtidaiyah dan Diniyah, inilah tempat mengabdi beliau yang pertama.

Tahun 1999 beliau pernah memberikan kuliahan di STAI al- ‘Ianah di Cianjur namun hal itu tak berlangsung lama, karena kesibukan beliau.

Aktivitas yang lainnya, beliau menjadi anggota tim Thaifah Mutafaqihin fiddin (TMD) pada tahun 1987, tim yang terdiri dari para ulama mumpuni yang menangani persoalan dan pertanyaan-pertanyaan agama dalam Majalah Risalah.

Selain itu, beliau juga aktif sebagai Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam.

Kemampuan dibidang hisab yang beliau miliki, menempatkannya juga di Dewan Hisab PP. Persatuan Islam. Banyak prestasinya di bidang ini yang secara langsung dirasakan oleh umat. Al-Manak Islam yang selain memuat tanggal-tanggal hijriyah yang jadi acuan buat penetapan awal-awal bulan seperti awal bulan Ramadhan, Syawwal dann Dzulhijjah, juga memuat waktu-waktu shalat, waktu Syurq (terbit matahari), dan kejadian gerhana, adalah salah-satu buah tangannya.

Karena kepiawaiannya di bidang hisab, beliau pernah diberi penghormatan oleh pihak Institut Teknologi Bandung (ITB), serta oleh Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII). Dan dengan kepiawaiannya beliau sering diundang oleh Universitas-universitas ternama. Sebut saja Universitas Ibnu Khaldun Fakultas Agama Islam Bogor, pernah mengundang beliau dalam acara seminar ilmiah dengan tema: “Rukyat dan Hisab dalam tinjauan Astronomi dan Fuqaha”, yang dilaksanakan pada tanggal 28 November 1999.

Dan karena kepiawayaannya juga beliau pernah di undang oleh lembaga-lembaga yang memiliki popularitas tinggi, seperti Boscha, NASA, Planetarium, LIPI, Badan Geofisika TNI AU, dll.

Selain itu, beliau juga tercatat sebagai anggota Badan Hisab Rukyat (BHR) Departemen Agama RI.

C. Karya-karyanyaTulisan A. Ghazly kebanyakan tersebar dalam artikel-artikel yang dimuat dalam majalah Islamyah, Risalah, serta dalam diktat-diktat yang belum dicetak, diantaranya:

Diktat Ilmu Hisab Seri Mabadi (untuk tingkat Dasar) Diktat Ilmu Hisab seri A, Tabel Astronomical of the Sun, Moon and Planets. Diktat Ilmu Hisab seri C, Menurut Sistem Khulashatul Wafiyah Diktat Ilmu Hisab, Panduan Hisab Ijtimak menurut Sistem Nurul Anwar Diktat Ilmu Hisab, mengenai gerhana Matahari dan bulan, Menurut Sistem Nurul Anwar Diktat Ilmu Hisab seri NC, menurut Sistem New Comb Waspada dari tiga bahaya, meteri Khutbah pada hari Ahad Iedul Fithri 1417 H/9

Pebruari 1997 Siapa orang-orang yang benar itu?, materi khutbah, Rabu 27 Desember 2000/1421 Mendambakan sebuah negri yang baik dan diampuni tuhan, materi khutbah Iedul Fithri

1419 H Penetapan satu syawal, tanpa tahun. Fitnah kaum Sabaiyyah, Risalah No. II Th. XXII 1405/Pebruari 1985 Gumma, hisab dan Rukyat, Risalah No. II Th. XXII Dzulhijjah 1405 Mulut berbisa Yahudi, Risalah No. 7 Th XIII Muharam 1406 Bulan Sabit, Risalah No. 7 Th XIII, Shafar 1406 Betapapun hebatnya, manusia adalah makhluk lemah, Risalah No. 10 Th XIII, Rabiut

Tsani/XII 1985.

Page 3: Biografi kh a. ghazaly

Raj’ah pengaruh Yahudi pada Syi’ah, Risalah No. 3 Th. XIV, Ramadhan-Syawal 1416/1986

Awas Rayuan Harta, Risalah No. 10 Th. XXIV, Rabiut Tsani-Jumadil Ula 1416/XII 1987. Sering-seringlah dalam, mengingat maut, Risalah No. 12 Th XXIV Dzumadit Tsaniyah-

Rajab 1407/II 1987 Akibat barang-barang haram, Risalah No. 1 Th. XXV, Rajab-Sya’ban 1407/III 1987 Bahaya Cinta Dunia, Risalah No. 3 Th. XXV 1987 Hijab mengangkat harkat wanita, Risalah No. 5 Th XXV /1987 Busana Libasut Taqwa, Risalah No. 9 Th. XXV/1988 Awas tiruan, kaji maknanya, Risalah No. 10 Th. XXV/1988 Banyaklah bersyukur, Risalah No. 1 Th.XXVI/1988 Urwatul Islam Urwatul Wutsqa, Risalah No. 2 Th XXVI 1988 Kebaikan harus dari Usaha yang baik, Risalah No. 3 Th. XXVI/1988 Mambaca fatihah pada awal fatihah, Risalah No. 3 Th. XXVI/1988 Istri yang shalehah dan rumah tangganya, Risalah No. 4 th. XXVI/1988 Ulama panutan Umat, Risalah No. 5 Th. XXVI/1988 Harta sarana ibadah, Risalah No. 6 Th. XXVI/1988 Agama, akal, dan akhlak, Risalah No. 7 Th XXVI/1988 Kitab Allah pegangan Hidup, Risalah No. 8 Th. XXVI/1988 Al-Maisir, Risalah No. 10 Th. XXVII, Maret Th XXVI, Maret 1989 Nikah Istibdha, Risalah No. 2 Th. XXVI April 1989 Akan ada perusak al-Qur’an, Risalah No. 3 Th. XXVII Mei 1989 Awas Isue, Risalah No. 12 Th XXVII, Rajab 1410/Pebruari 1990 Dibalik Hayatut Dunya, Risalah No. 7 Th. XXVIII, Pebruari 1991 Tinggalkan Riba, Risalah No. 11 Th. XXVIII, Pebruari 1991 Hari Arafah hari Jum’at, Risalah No. 6 Th XXIX/Oktober 1991 Dll, seperi yang dimuat dalam buku ini.

a. 1942-1947 : Sekolah Rakyat (SR) Bojongherang.b. 1947-1950 : Madrasah Ibtidaiyyah (MI) al-Muawwanah, Cianjur.c. 1950-1952 : Madrasah Ibtidaiyyah (MI) al-‘Ianah, Cianjur.d. 1947-1952 : Madrasah Diniyyah Persatuan Islam 4 Cianjur.e. 1952-1953 : Tajhiziyyah Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung.f. 1953-1957 : Tsanawiyyah Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung.g. 1957-1959 : Mu’allimien Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung.

Selama menjadi santri Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung, ia tinggal di rumah K.H. E. Abdurrahman selaku ketua umum PP Persatuan Islam (PERSIS), juga selaku pimpinan pesantren Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung yang tentu saja banyak memiliki kesempatan untuk langsung belajar dengan beliau secara privat, termasuk mempelajari ilmu hisab.

a. 1953-1956 : Anggota Pemuda PERSIS Bandung juga anggota RG Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung.

b. 1959-1960 : Asatidz Pesantren Persatuan Islam 1 Bandung, disamping ditugaskan sebagai asatidz Pesantren Persatuan Islam 4 Cianjur.

c. 1960-2003 : Mudirul ‘Am Pesantren Persatuan Islam 4 Cianjur.d. 1983-2003 : Anggota dewan Hisab dan Rukyat Departemen Agama Republik

Indonesia.d. 1989-1992 : Ketua Pimpinan Daerah PERSIS se-wilayah II Bogor.e. 1990-2003 : Anggota Dewan Hisbah PP PERSIS.f. 1992-2003 : Anggota TMD (Thaaifah Mutafaqqihiina Fiddien) Risalahg. 1992-2003 : Wakil ketua PD PERSIS Kab. Cianjur.h. 1993-2003 : Ketua Dewan Hisab dan Rukyat PP PERSIS

Page 4: Biografi kh a. ghazaly