bioetanol dari kulit pisang kepok dengan proses fermentasi distilasi

15
PROPOSAL PENELITIAN BIOETANOL DARI KULIT PISANG KEPOK DENGAN PROSES FERMENTASI DISTILASI Diajukan oleh NAMA : DWI HARTONO NIM : 090140039 JURUSAN TEKNIK KIMIA – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH REULET 2013

Upload: dwie-hartono

Post on 25-Oct-2015

570 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Proposal Penelitian

TRANSCRIPT

Page 1: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

PROPOSAL PENELITIAN

BIOETANOL DARI KULIT PISANG KEPOK DENGAN

PROSES FERMENTASI DISTILASI

Diajukan oleh

NAMA : DWI HARTONO

NIM : 090140039

JURUSAN TEKNIK KIMIA – FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

REULET

2013

Page 2: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

dunia dengan tingkat kebutuhan energi yang besar. Semakin bertambahnya jumlah

populasi di dunia dan meningkatnya jenis kebutuhan manusia seiring dengan

berkembangnya zaman, mengakibatkan kebutuhan akan energi semakin

meningkat sehingga persediaan energi khususnya energi yang tidak dapat

diperbarui (Unrenewable Energy) semakin berkurang kuantitasnya, bahkan lama-

kelamaan akan habis. Produksi minyak Indonesia tahun 2006 sebanyak 322,2 juta

barel, dan pada tahun 2009 menurun menjadi 301,8 juta barel. Pada tahun 2012

produksi minyak Indonesia kembali mengalami penurunan menjadi 279,4 juta

barel, hal ini menunjukan bahwa teori di atas adalah benar. Indonesia sendiri

merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia namun sejak tahun

2003 sampai saat ini masih mengimpor bahan bakar minyak (BBM) untuk

mencukupi kebutuhan nasional (Yuhals 2013).

Untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi konvensional

bahan bakar fosil (minyak/gas bumi dan batu bara) sebagai sumber energi yang

tidak terbarukan dengan segala permasalahannya, terutama kenaikan harganya

(price escalation) secara global setiap terjadinya krisis energi sebagai akibat dari

faktor-faktor seperti cadangan yang berkurang sesuai dengan umur eksploitasinya,

permintaan yang meningkat, jaminan pasokan (supply security) yang terbatas dan

pembatasan produksi serta penilaian dampak lingkungan yang ketat terhadap

pemanasan global (global warming), yang semuanya dikaitkan dengan

kepentingan politik maka negara-negara pengguna bahan bakar fosil manapun

termasuk Indonesia, tentu akan melihat kepada sumber-sumber energi lainnya

sebagai bahan bakar alternatif atau pengganti asalkan potensi sumber dayanya

mudah diperoleh secara lokal supaya harganya lebih murah dan terjangkau.

Page 3: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan,

dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18 %.

Menurut Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) ada 3 kelompok tanaman sumber

bioetanol: tanaman yang mengandung pati (seperti singkong, kelapa sawit,

tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak, malapari, dan

nyamplung), bergula (seperti tetes tebu atau molase, nira aren, nira tebu, dan nira

surgum manis) dan serat selulosa (seperti batang sorgum, batang pisang, jerami,

kayu, dan bagas). Seluruh bahan baku itu semuanya ada di Indonesia. Bahan yang

mengandung pati, glukosa, dan serat selulosa ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan

bakar. Kulit pisang merupakan limbah yang banyak mengandung serat selulosa

sehingga lebih efisien digunakan dari pada buahnya yang memiliki nilai jual yang

tinggi. Dari hal tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk berusaha

mencoba pengadaan sumber energi alternatif yang ramah terhadap lingkungan.

1.2 Perumusan Masalah

Kulit pisang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

pembuatan bioetanol karena banyak mengandung selulosa. Selulosa yang terdapat

pada kulit pisang jika difermentasikan dengan bakteri Saccharomyces akan

menghasilkan etanol. Proses ini dilakukan dengan variabel waktu dan suhu

pemasakan, konsistensi atau perbandingan antara kulit pisang dan larutan yang di

tambahkan dalam proses pemasakan, konsentrasi asam pada proses fermentasi.

Perlakuan ini dimaksudkan untuk memanfaatkan kondisi operasi yang optimal

sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Karena pembentukan bioetanol ini

dipengaruhi oleh waktu peleburan dan juga dipengaruhi oleh konsentrasi glukosa,

maka dari itu peneliti akan memvariasikan waktu fermentasi selulosa tersebut.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini pernah dilakukan sebelumnya dengan cara dan metode yang

berbeda, sehingga penelitian ini hanya menitik beratkan pada hasil bioetanol yang

dihasilkan dengan memvariasikan waktu fermentasi dan yeast yang digunakan.

Page 4: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Memanfaatkan bioetanol dari kulit pisang kepok sehingga dapat

dijadikan alternatif bahan bakar premium.

2. Mengetahui berapa persen bioetanol yang dihasilkan dari dari bahan

baku kulit pisang kepok.

3. Menguji bioetanol yang dihasilkan menggunakan kendaraan bermotor.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

potensi kulit pisang kepok sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan masyarakat agar

mengembangkan bioetanol dari kulit pisang kepok sebagai salah satu

sumber energi alternatif untuk mengantisipasi mahalnya minyak premium

di pasaran.

3. Sebagai bahan referensi dan informasi pada penulis lainnya yang tertarik

untuk mengkaji dan meneliti proses pembuatan bioetanol yang ramah

lingkungan.

Page 5: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioetanol

Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan,

dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18 %. Ada 3

kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman yang mengandung pati (seperti

singkong, kelapa sawit, tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak,

malapari, dan nyamplung), bergula (seperti tetes tebu atau molase, nira aren, nira

tebu, dan nira surgum manis) dan serat selulosa (seperti batang sorgum, batang

pisang, jerami, kayu, dan bagas) (M. Arif 2011). Bahan yang mengandung pati,

glukosa, dan serat selulosa ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Tidak ada perbedaan antara etanol biasa dengan bioetanol yang

membedakannya hanyalah bahan baku pembuatan dan proses pembuatannya.

Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,

dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman

beralkohol dan termometer modern. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai

tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan

isomer konstitusional dari dimetil eter.

Gambar. Struktur molekul etanol.

Bahan bakar etanol adalah etanol (etil alkohol) dengan jenis yang sama

dengan yang ditemukan pada minuman beralkohol dengan penggunaan sebagai

bahan bakar. Etanol seringkali dijadikan bahan tambahan bensin sehingga menjadi

biofuel. Produksi etanol dunia untuk bahan bakar transportasi meningkat 3 kali

lipat dalam kurun waktu 7 tahun, dari 17 miliar liter pada tahun 2000 menjadi 52

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioetanol

Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan,

dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18 %. Ada 3

kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman yang mengandung pati (seperti

singkong, kelapa sawit, tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak,

malapari, dan nyamplung), bergula (seperti tetes tebu atau molase, nira aren, nira

tebu, dan nira surgum manis) dan serat selulosa (seperti batang sorgum, batang

pisang, jerami, kayu, dan bagas) (M. Arif 2011). Bahan yang mengandung pati,

glukosa, dan serat selulosa ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Tidak ada perbedaan antara etanol biasa dengan bioetanol yang

membedakannya hanyalah bahan baku pembuatan dan proses pembuatannya.

Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,

dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman

beralkohol dan termometer modern. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai

tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan

isomer konstitusional dari dimetil eter.

Gambar. Struktur molekul etanol.

Bahan bakar etanol adalah etanol (etil alkohol) dengan jenis yang sama

dengan yang ditemukan pada minuman beralkohol dengan penggunaan sebagai

bahan bakar. Etanol seringkali dijadikan bahan tambahan bensin sehingga menjadi

biofuel. Produksi etanol dunia untuk bahan bakar transportasi meningkat 3 kali

lipat dalam kurun waktu 7 tahun, dari 17 miliar liter pada tahun 2000 menjadi 52

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioetanol

Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan,

dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18 %. Ada 3

kelompok tanaman sumber bioetanol: tanaman yang mengandung pati (seperti

singkong, kelapa sawit, tengkawang, kelapa, kapuk, jarak pagar, rambutan, sirsak,

malapari, dan nyamplung), bergula (seperti tetes tebu atau molase, nira aren, nira

tebu, dan nira surgum manis) dan serat selulosa (seperti batang sorgum, batang

pisang, jerami, kayu, dan bagas) (M. Arif 2011). Bahan yang mengandung pati,

glukosa, dan serat selulosa ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Tidak ada perbedaan antara etanol biasa dengan bioetanol yang

membedakannya hanyalah bahan baku pembuatan dan proses pembuatannya.

Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,

dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman

beralkohol dan termometer modern. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai

tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan

isomer konstitusional dari dimetil eter.

Gambar. Struktur molekul etanol.

Bahan bakar etanol adalah etanol (etil alkohol) dengan jenis yang sama

dengan yang ditemukan pada minuman beralkohol dengan penggunaan sebagai

bahan bakar. Etanol seringkali dijadikan bahan tambahan bensin sehingga menjadi

biofuel. Produksi etanol dunia untuk bahan bakar transportasi meningkat 3 kali

lipat dalam kurun waktu 7 tahun, dari 17 miliar liter pada tahun 2000 menjadi 52

Page 6: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

miliar liter pada tahun 2007. Dari tahun 2007 ke 2008, komposisi etanol pada

bahan bakar bensin di dunia telah meningkat dari 3.7% menjadi 5.4%. Pada tahun

2010, produksi etanol dunia mencapai angka 22,95 miliar galon (86,9 miliar liter),

dengan Amerika Serikat sendiri memproduksi 13,2 miliar galon, atau 57,5% dari

total produksi dunia (Industry Statistics: 2010 World Fuel Ethanol Production).

2.2 Pisang

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di

Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman pisang merupakan tanaman asli

daerah Asia Tenggara dengan pusat keanekaragaman utama wilayah Indo-Malaya.

Pisang merupakan buah yang berasal dari taksonomi:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotiledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Species : Musa paradisiaca

Famili Musaceae dari ordo Scitaminae dan terdiri dari dua genus, yaitu

genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi dalam empat golongan, yaitu

Rhodochlamys, Callimusa, Australimusa dan Eumusa. Golongan Australimusa

dan Eumusa merupakan jenis pisang yang dapat dikonsumsi, baik segar maupun

olahan. Buah pisang yang dimakan segar sebagian besar berasal dari golongan

Emusa, yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana (Rizal 2013).

Tanaman pisang termasuk dalam golongan tanaman monokotil tahunan

berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan

tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman

bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu

buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut

Page 7: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

bonggol. Pucuk lateral muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya

tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat

partenokarpi. Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada

berbagai macam topografi tanah, baik tanah datar ataupun tanah miring.

Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada

tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan

keasaman tanah pada pH 4.5-7.5. Suhu harian berkisar antara 250 C-270 C dengan

curah hujan 2000-3000 mm/tahun (Rizal 2013).

Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati.

Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bongol)

yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman

baru. Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun

yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan 20-50 cm.

Daun yang paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman, keluarnya

menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara progersif membuka.

Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar

30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang

daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip berwarna hijau.

2.3 Kandungan Kimia Dalam Kulit Pisang

Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun

kulitnya. Pisang mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam

metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan

masuknya glukosa ke dalam sel-sel. Kekurangan khrom dalam tubuh dapat

menyebabkan gangguan toleransi glukosa (Kusnoputranto 1996). Umumnya

masyarakat hanya memakan buahnya saja dan membuang kulit pisang begitu saja.

Di dalam kulit pisang ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium,

protein, dan juga lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa

komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 % dan karbohidrat

sebesar 18,50 %. Hasil penelitian tim Universitas Kedokteran Taichung Chung

Shan, Taiwan, memperlihatkan bahwa ekstrak kulit pisang ternyata berpotensi

Page 8: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

mengurangi gejala depresi dan menjaga kesehatan retina mata. Selain kaya

vitamin B6, kulit pisang banyak mengandung serotonin yang sangat vital untuk

menyeimbangkan mood. Selain itu, ditemukan pula manfaat ekstrak pisang untuk

menjaga retina dari kerusakan cahaya akibat regenerasi retina. Dalam studi klinis

yang dilakukan, para peneliti membandingkan efek ekstrak kulit pisang bagi

retina mata pada dua kelompok. Pertama adalah kelompok kontrol dan kelompok

kedua adalah responden yang diberi ekstrak kulit pisang dan mereka dipapari

cahaya selama enam jam dalam dua hari. Hasilnya, yang tidak mendapat ekstrak

kulit pisang sel retinanya menjadi mati, sedangkan kelompok lainnya retinanya

tidak mengalami kerusakan. Sementara itu untuk mengatasi depresi, para peneliti

menyarankan untuk meminum air rebusan kulit pisang atau membuatnya dalam

bentuk jus segar selama beberapa kali dalam seminggu karena dalam kulit pisang

terdapat sumber vitamin B6 yang dibutuhkan untuk membuat serotonin dalam

otak. Serotonin berfungsi mengurangi rasa sakit, menekan nafsu makan,

menimbulkan relaks, dan mengurangi ketegangan. Salah satu contoh gambar kulit

pisang yang tidak dimanfaatkan lagi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kulit Pisang

Kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan juga lemak,

serta karbohidrat yang cukup (Sulffahri 2008). Komposisi lain kulit pisang dapat

dilihat pada Tabel 2.1

Page 9: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

Tabel 2.1 komposisi kimia dari beberapa kulit pisang

AnalisisKulit pisang

nangka (%)

Kulit pisang

kepok (%)

Kulit pisang raja

(%)

Kadar air 11,07 11,09 11,46

Kadar abu 5,54 4,82 5,74

Kadar lemak 11,58 16,47 19,20

Kadar protein 9,87 5,92 7,29

Kadar serat kasar 14,61 20,96 19,49

Kadar karbohidrat 47,33 40,74 36,82

Total 100 100 100

Kadar selulosa 17,36 14,04 13,53

Kadar lignin 20,90 33,79 32,24

Sumber : Direktorat Gizi Dept. Kesehatan RI, 1981

Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom karbon,

hidrogen dan oksigen yang berfungsi sebagai asupan energi utama, dimana tiap

gramnya menghasilkan 4 kalori (17 kilojoule) energi pangan per gram. Pada

umumnya unsur hidrogen dan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di

dalam tubuh, karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian

dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan

makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makanan yang

berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Karbohidrat atau Hidrat Arang yang dikandung oleh kulit pisang adalah

amilum. Amilum atau pati ialah jenis polisakarida karbohidrat (karbohidrat

kompleks). Amilum (pati) tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan

tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk

Page 10: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka

panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang

penting. Amilum merupakan sumber energi utama bagi orang dewasa di seluruh

penduduk dunia, terutama di negara berkembang oleh karena dikonsumsi sebagai

bahan makanan pokok. Disamping bahan pangan kaya akan amilum juga

mengandung protein, vitamin, serat dan beberapa zat gizi penting lainnya.

Amilum (Pati) tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan

amilopektin dalam komposisi yang berbeda-beda yaitu 10-20% amilosa dan 80-

90% amilopektin. Amilosa tersusun dari molekul-molekul α-glukosa dengan

ikatan glikosida α-(1-4) membentuk rantai linier. Sedangkan amilopektin terdiri

dari rantai-rantai amilosa (ikatan α(1-4)) yang saling terikat membentuk cabang

dengan ikatan glikosida α-(1-6). Amilosa memberikan sifat keras (pera)

sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna

ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi. Penjelasan untuk

gejala ini belum pernah bisa tuntas dijelaskan. Amilopektin dapat memiliki

jumlah molekul glukosa mulai dari ratusan sampai puluhan ribu.Sementara

amilosa rata-rata terdiri dari 1000 molekul glukosa. Stuktur kimia amilum (pati)

secara pasti belum diketahui namun diduga bahwa bagian luar dari butiran

amilum sebagai amilosa sedangkan bagian dalam butirannya sebagai amilopektin

(Johari, Rachmati, 2006)

Amilum adalah jenis polisakarida (karbohidrat komplek). Polisakarida

merupakan senyawa karbohidrat kompleks, dapat mengandung lebih dari 60.000

molekul monosakarida yang tersusun membentuk rantai lurus ataupun bercabang.

Polisakarida rasanya tawar (tidak manis), tidak seperti monosakarida dan

disakarida. Pemecahan karbohidrat (misalnya pati) menghasilkan mono- dan

disakarida, terutama glukosa.

Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa-monosakarida

yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung

gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut

"cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin

ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom

Page 11: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk

suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan

bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0,0026% pada pH 7. Glukosa dan

fruktosa diikat secara kimiawi menjadi sukrosa. Pati, selulosa, dan glikogen

merupakan polimer glukosa umum polisakarida.

Glukosa sangat penting dalam produksi protein dan dalam metabolisme

lipid. Karena pada sistem saraf pusat tidak ada metabolisme lipid, jaringan ini

sangat tergantung pada glukosa. Glukosa diserap ke dalam peredaran darah

melalui saluran pencernaan. Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi

bahan bakar sel otak, sedangkan yang lainnya menuju hati dan otot, yang

menyimpannya sebagai glikogen ("pati hewan") dan sel lemak, yang

menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber energi cadangan

yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak

energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi cadangan,

lemak tak pernah secara langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan

galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, langsung

diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa.

2.4 Ragi roti (Saccharomyces cerevisiae)

Saccharomyces adalah genus dalam kerajaan jamur yang mencakup

banyak jenis ragi. Saccharomyces berasal dari bahasa Latin yang berarti gula

jamur. Banyak anggota dari genus ini dianggap sangat penting dalam produksi

makanan. Salah satu contoh adalah Saccharomyces cerevisiae, yang digunakan

dalam pembuatan anggur, roti, dan bir. Anggota lain dari genus ini termasuk

Saccharomyces bayanus, digunakan dalam pembuatan anggur, dan

Saccharomyces boulardii, digunakan dalam obat-obatan. Koloni dari

Saccharomyces tumbuh pesat dan jatuh tempo dalam 3 hari. Mereka rata, mulus,

basah, glistening atau kuyu, dan cream untuk cream tannish dalam warna. Ketidak

mampuan untuk memanfaatkan nitrat dan kemampuan untuk berbagai

memfermentasi karbohidrat adalah karakteristik khas dari Saccharomyces.

Page 12: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

Kingdom : Fungi

Subkingdom : Dikarya

Phylum : Ascomycota

Subphylum : Saccharomycotina

Class : Saccharomycetes

Order : Saccharomycetales

Family : Saccharomycetaceae

Genus : Saccharomyces

Species : Saccharomyces cerevisiae

Saccharomyces cereviciae yang penting dalam pembuatan roti memiliki

sifat dapat memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast),

memperbaiki sifat osmotolesance (sweet dough yeast), rapid fermentation

kinetics, freeze dan thaw tolerance, dan memiliki kemampuan memetabolisme

substrat. Pemakaian ragi dalam adonan sangat berguna untuk mengembangkan

adonan karena terjadi proses peragian terhadap gula, memberi aroma (alkohol).

Saccharomyces cerevisiae juga telah digunakan dalam beberapa industri lainnya,

seperti industri roti (bakery), industri flavour, (menggunakan ektrak ragi/yeast

extracts), industri pembuatan alcohol (farmasi) dan industri pakan ternak

(Aguskrisno 2011).

2.5 Fermentasi

Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga

dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam

fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh bakteri yang digunakan

dalam fermentasi adalah Acetobacter xylinum pada pembuatan nata decoco,

Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi

adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol sedang contoh

kapang adalah Rhizopus sp pada pembuatan tempe, Monascus purpureus pada

pembuatan angkak dan sebagainya. Fermentasi dapat dilakukan menggunakan

kultur murni ataupun alami serta dengan kultur tunggal ataupun kultur campuran.

Page 13: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya dilakukan pada proses

fermentasi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme yang ada di

lingkungan. Salah satu contoh produk pangan yang dihasilkan dengan fermentasi

alami adalah gatot dan growol yang dibuat dari singkong. Tape merupakan produk

fermentasi tradisional yang diinokulasi dengan kultur campuran dengan jumlah

dan jenis yang tidak diketahui sehingga hasilnya sering tidak stabil. Ragi tape

yang bagus harus dikembangkan dari kultur murni.

Kultur murni adalah mikroorganisme yang akan digunakan dalam

fermentasi dengan sifat dan karaktersitik yang diketahui dengan pasti sehingga

produk yang dihasilkan memiliki stabilitas kualitas yang jelas. Dalam proses

fermentasi kultur murni dapat digunakan secara tunggal ataupun secara campuran.

Contoh penggunaan kultur murni tunggal pada fermentasi kecap, yang

menggunakan Aspergillus oryzae pada saat fermentasi kapang dan saat fermentasi

garam digunakan bakteri Pediococcus sp dan khamir Saccharomyces rouxii

(Aguskrisno 2011).

Page 14: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bahan Yang Digunakan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Kulit pisang kepok

2. Air

3. Ragi roti

4. Gula

5. Urea

6. NPK

7. CaO

3.2 Variabel Terikat

Kondisi yang ditetapkan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. volume 1 kg/liter

2. suhu perebusan 1000C

3. suhu fermentasi 300C

4. PH 5-6

3.3 Variabel Bebas

Sedangkan kondisi yang diubah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Yeast yang digunakan :

100 ml, 300 ml, dan 500 ml.

2. Waktu fermentasi :

1 hari, 3 hari, dan 5 hari.

Page 15: Bioetanol Dari Kulit Pisang Kepok Dengan Proses Fermentasi Distilasi

3.4 Proses Penumbuhan Starter (Yeast)

3.5 Proses Pembuatan Bioetanol

Gula 450 gr

NPK 10 gr

Urea 10 grAir 2550 ml

Ragi Roti 100 grStarter

Kulit Pisang Pengecilan ukuranmenjadi 2 cm

Penambahan Air1 liter Perebusan

Penambahanyeast

Fermentasi selama1,3, dan 5 hari

pada suhu 300C

Distilasi I padasuhu 80C

Penambahan CaO

Distilasi II padasuhu 80C

Filtrat Iair dan ampas

Filtrat IICaO dan Air

Bioetanol 99,9%

Bioetanol 90%