bioedukasi issn 1693 265x 2 nomor 2 agustus 2005 …

7
BIOEDUKASI Volume 2, Nomor 2 Halaman 42- 48 ISSN: 1693 -265X Agustus 2005 SUMBER BELAJAR EKOLOGI : POLA KONSUMSI TIKUS SAWAH ( Rattus argentiventer Rob. & KJoss) PADA PERSAWAHAN TANAM TIDAK SEREMPAK ECOLOGICAL LEARNING MATERIAL: (THE DIET OF RICE- FIELD RATS ( Rattus argentiventer Rob. & KIoss) TOWARD UNSYNCHRONIZED PLANTING SYSTEM OF PADDY FIELD) PUGUH KARYANTO Pendidikan Biologi FKIP UNS, J1 Sutami 36 a Surakarta Diterima : 9 November 2005. Disetujui 21 November 2005 Abstract This is the research about the diet of rice - field rats lived in unsynchronized planting system of paddy field, a condition when paddy field are heterogenous in term of stages. At that kind of field, carbohydrate supplies, in a form of booting to harvesting of paddy are available at all the time. That condition gives benefit to the rats, since those stages supply the most preference diet and also supply a lot food that act as the main factor support its reproduction . The preference of that best supporting- food for reproduction were proved by the presence of it and the prevalence of reproduction respectively . The results of this research can be use as an ecological learning material for he who wants to study about eco - physiology. This research was carried out at all stages of rice plant toward unsynchronized planting system of paddy field of Sukoharjo . Some systematic steps of this research were catching the rat by using the linear trap barrier system (LTBS) and by using the fumigation, determine its reproductive state which was according to Allen (1920), identify the diet by ventriculus analysis and then give analyze to the data . Ventriculus analysis showed that rice-field rat prefers to consume the energy- rich food in a form of booting to harvesting paddy stages in every stage of rice. That pattern of food consumption will trigger its reproduction respectively, thus, the reproduction occur continuously . At that case, carbohydrate can be guess as proximate and ultimate limiting factors that lead the reproduction to occur . That eco-physiology phenomenon showed the effect of environment toward the physiology and behavior of organism. That ' s the ecological material to learn. Key words: Rice-field rats, diet , unsynchronized ' planting system, ecological learning material PENDAHULUAN Tikus sawah ( Rattus argentiventer ) merupakan salah satu hama penting padi di Indonesia yang relatif sulit dikendalikan. Hama tersebut menyerang persawahan maupun perkebunan dengan luas dan intensitas serangan tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan dan kerugian yang tinggi. Tingkat kesulitan yang tinggi tersebut berhubungan dengan banyak faktor , salah satunya adalah dengan sifat konsumsinya yang mampu beradaptasi terhadap setiap jenis pakan yang dijumpai. Secara umum tikus sawah tersebut merupakan binatang omnivora . I Sebagai mamalia omnivora , tikus sawah tetap selektif dalam memilih pakan yang dikonsumsi. Gizi yang seimbang dengan komposisi material hewani dan nabati selalu dikonsumsi untuk mempertahankan status gizi yang baik. Material hewani dan nabati tersebut dipilih secara selektif dan selalu waspada terhadap sumber pakan yang baru dikenal (sifat neophobia) . Berkaitan dengan sifat dalam memilih makanan, tikus sawah mempunyai preferensi tinggi terhadap tanaman padi , terutama padi stadia bunting sampai matang susu yang berkarbohidrat tinggi. Preferensi terhadap padi stadia tersebut ditunjukkan oleh tingginya konsumsi

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BIOEDUKASI ISSN 1693 265X 2 Nomor 2 Agustus 2005 …

BIOEDUKASIVolume 2, Nomor 2Halaman 42-48

ISSN: 1693-265XAgustus 2005

SUMBER BELAJAR EKOLOGI :POLA KONSUMSI TIKUS SAWAH ( Rattus argentiventer Rob. & KJoss)

PADA PERSAWAHAN TANAM TIDAK SEREMPAK

ECOLOGICAL LEARNING MATERIAL: (THE DIET OF RICE-FIELD RATS ( Rattusargentiventer Rob. & KIoss) TOWARD UNSYNCHRONIZED PLANTING SYSTEM OF

PADDY FIELD)

PUGUH KARYANTOPendidikan Biologi FKIP UNS, J1 Sutami 36 a Surakarta

Diterima: 9 November 2005. Disetujui 21 November 2005

Abstract

This is the research about the diet of rice-field rats lived in unsynchronized planting system ofpaddy field, a condition when paddy field are heterogenous in term of stages. At that kind of field,carbohydrate supplies, in a form of booting to harvesting of paddy are available at all the time. Thatcondition gives benefit to the rats, since those stages supply the most preference diet and also supply alot food that act as the main factor support its reproduction . The preference of that best supporting-food for reproduction were proved by the presence of it and the prevalence of reproductionrespectively. The results of this research can be use as an ecological learning material for he whowants to study about eco-physiology.

This research was carried out at all stages of rice plant toward unsynchronized plantingsystem of paddy field of Sukoharjo. Some systematic steps of this research were catching the rat byusing the linear trap barrier system (LTBS)and by using the fumigation, determine its reproductivestate which was according to Allen (1920), identify the diet by ventriculus analysis and then giveanalyze to the data .

Ventriculus analysis showed that rice-field rat prefers to consume the energy-rich food in aform of booting to harvesting paddy stages in every stage of rice. That pattern of food consumptionwill trigger its reproduction respectively, thus, the reproduction occur continuously. At that case,carbohydrate can be guess as proximate and ultimate limiting factors that lead the reproduction tooccur. That eco-physiology phenomenon showed the effect of environment toward the physiology andbehavior of organism. That's the ecological material to learn.

Key words: Rice-field rats, diet, unsynchronized'planting system, ecological learning material

PENDAHULUANTikus sawah ( Rattus argentiventer )

merupakan salah satu hama penting padi diIndonesia yang relatif sulit dikendalikan.Hama tersebut menyerang persawahan maupunperkebunan dengan luas dan intensitasserangan tinggi, sehingga menimbulkankerusakan dan kerugian yang tinggi. Tingkatkesulitan yang tinggi tersebut berhubungandengan banyak faktor, salah satunya adalahdengan sifat konsumsinya yang mampuberadaptasi terhadap setiap jenis pakan yangdijumpai. Secara umum tikus sawah tersebutmerupakan binatang omnivora.

I

Sebagai mamalia omnivora, tikussawah tetap selektif dalam memilih pakanyang dikonsumsi. Gizi yang seimbang dengankomposisi material hewani dan nabati selaludikonsumsi untuk mempertahankan status giziyang baik. Material hewani dan nabati tersebutdipilih secara selektif dan selalu waspadaterhadap sumber pakan yang baru dikenal(sifat neophobia). Berkaitan dengan sifatdalam memilih makanan, tikus sawahmempunyai preferensi tinggi terhadap tanamanpadi, terutama padi stadia bunting sampaimatang susu yang berkarbohidrat tinggi.Preferensi terhadap padi stadia tersebutditunjukkan oleh tingginya konsumsi

Page 2: BIOEDUKASI ISSN 1693 265X 2 Nomor 2 Agustus 2005 …

43 Puguh Karyanto-Materi Ekofisiologi Hewan : Pola konsumsi Tikus Sawah

karbohidrat saat tanaman padi mencapai stadiatersebut (Munajat, 1997).

Tingginya karbohidrat pada padibunting sampai panen secara fisiologismerupakan faktor yang dapat memicu tikussawah untuk bereproduksi. Hal tersebutmenjadikan reproduksi hanya teijadi pada'saattersebut (Fieldler & Fall, 1993; Muarakami,1992). Strategi tikus sawah memilih padistadia bunting sampai panen merupakan usahameningkatkan kesuksesan reproduksinya.Strategi tersebut merupakan usaha untuksinkronisasi antara anakan dengan pakan yangmelimpah menjelang akhir umur padi.

Fenomena konsumsi dan preferensipakan tersebut dapat berbeda antara 2 tipepersawahan, yaitu persawahan dengan polatanam relatif serempak, dan persawahandengan pola tanam tidak serempak. Padapersawahan tanam serempak dijumpai kondisidimana padi stadia bunting sampai panendijumpai secara melimpah. Pada kondisi yanglain, padi stadia tersebut tidak dijumpai (bera).Hal berbeda pada sawah tanam tidakserempak. Pada persawahan tersebut stadiapadi bunting sampai panen dapat selalutersedia di sawah. Perbedaan kondisi tersebutdapat menimbulkan perubahan perilakukonsumsi. Sinambungnya suplai padi buntingsampai panen dapat menyebabkan tikus sawahselalu dapat mengkonsumsinya. Asumsitersebut belum tentu benar jika dihubungkandengan keterbatasan aksesibilitas pakan karenafaktor keterbatasan daya jelajah yang berkisarantara 200 meter (Singleton et al, 1998).

Hasil studi berupa jenis pakan yangdikonsumsi yang terdeteksi melalui analisislambung dapat ditriangulasi dengan datasekunder berupa reproduksi tikus sawah yangada (Karyanto, 2005) serta literatur yangrelevan. Hasil studi tersebut dapat memperjelaspola hubungan faktor ekstemal organisme(faktor lingkungan) dengan tampilanfisiologisnya. Hasil tersebut merupakansumber ilustrasi dan pembelajaran dalamekologi hewan bab ekofisiologi reproduksi.

METODE PENELITIANPenelitian dilakukan tahun 2004 pada

persawahan tanam tidak serempak diSukohaijo. Pengambilan tikus sawah dilakukandengan sistem jebakan berpenghalang lineardan pengemposan. Penangkapan dilakukan

atas sawah yang dipantau tingkatperkembangan stadianya dan pada sembarangpetak sawah di areal kajian. Penangkapandilakukan pada setiap stadia tanaman padidimulai ketika tanam sampai sawah diberakan.

Tikus sawah yang tertangkapdipisahkan antara jantan dan betina, danditentukan umur kasamya menurut kriteriaSanchez et al (1971), ditentukan statusreproduksinya dengan menggunakan metodeapus vagina, dan ditentukan jenis pakan yangdikonsumsi dengan metode analisis lambung.Kriteria Sanchez dimodifikasi sebagai berikut :

1. Tikus betina dengan vagina belummengalami perforasi, puting susubelum berkembang, ukuran relatifkecil, panjang ekor kurang dari115 mm sebagai tikus juvenil.

2. Tikus betina dengan vaginaperforasi, puting susu tampak,belum terdapat placental scar padauterus sebagai tikus pradewasa.

3. Tikus betina dengan placental scardan lubang vagina relatif besarsebagai tikus dewasa.

4. Tikus jantan ditentukanberdasarkan panjang ekor, ukurantubuh, dan kekerasan tulangtengkorak.

Status reproduksi tikus sawah jantanditentukan dengan melihat morfologi skrotum,abdominal atau skrotal. Skrotum dengan posisimencapai skrotal mengindikasikan statusseksual aktif. Status reproduksi tikus sawahbetina dilakukan dengan metode apus vaginadan melihat status reproduksinya menurutskema Allen (1920) dalam Cohenn (1977)sebagai berikut :

user
Placed Image
Page 3: BIOEDUKASI ISSN 1693 265X 2 Nomor 2 Agustus 2005 …

BIOEDUKASI Vol. 2, No. 2, hal. 42-48 44

Gambar I . Skema apus vagina dan siklisitasreproduksi

HASIL DAN PEMBAHASANPola Konsumsi Pakan

Saat sawah bera, pakan tikus sawahdijumpai terbatas. Pakan yang dapat dimakandapat berupa sisa gabah, singgang padi,rumput teki, dan serangga. Hasil analisis

lambung menunjukkan 7 jenis pakandikonsumsi tikus sawah yaitu gabah, daunpadi, batang padi, teki, serangga, substansitidak teridentifikasi dan nematoda. Nematodayang dijumpai diduga parasit pada lambung.Hasil analisis lambung tersebut dapat disajikandalam bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 2. Grafik Komposisi Pakan Lambung Tikus pada Sawah Stadia Bera. Gabah (52%), Daun Padi (28%),Batang Padi (17%), teki (0%), Serangga(0%), Nematoda (0%), dan tak terdefinisi (3%).

Sawah tanam merupakan sawah yang Hasil analisis lambung tersebut, dapattermasuk dalam kategori stadia vegetatif.. disajikan dalam bentuk diagram sebagaiAnalisis lambung tikus sawah saat sawah berikut:tanam menunjukkan 5 jenis pakan yangdikonsumsi yaitu gabah, daun padi, batangpadi, teki, dan substansi yang tidak terdefinisi.

Gambar 3. Grafik Komposisi Pakan pada Lambung Tikus Stadia Tanam. Gabah (50%), Daun padi (30%),Batang padi (16%), Teki (2%), dan bagian tak terdefinisi (2%).

Saat padi bunting adalah padi saatakan berbunga. Pada saat tersebut sawahmenyediakan pakan bagi tikus sawah dalamjumlah yang relatif banyak, bemutrisi tinggidan disukai. Hasil analisis lambung pada stadiabunting menunjukkan 9 jenis pakan yang

dikonsumsi oleh tikus sawah, yaitu gabah,daun padi, batang padi, pelepah pisang, talas,teki, serangga dan substansi yang tidakteridentifikasi serta Nematoda. Hasil analisislambung tersebut, dapat disajikan dalambentuk diagram sebagai berikut:

I

user
Placed Image
user
Placed Image
Page 4: BIOEDUKASI ISSN 1693 265X 2 Nomor 2 Agustus 2005 …

45 Puguh Karyanto- Materi Ekofisiologi Hewan : Pola Konsumsi Tikus Sawah

Gambar 4. Grafik Komposisi Pakan dalam Lambung Tikus Sawah Stadia Bunting. Gabah (61%), Daun Padi( 16%), Batang Padi ( 10%), Pelepah Pisang (9%), Talas ( 1%), Teki (0%), Serangga (0%), Nematoda(2%), Tak Terdefinisi ( 1%).

Stadia panen merupakan saat dimanapakan yang paling disukai tikus banyaktersedia. Pada saat sawah dalam stadiatersebut, nutrisi yang dibutuhkan tikus sawahterutama karbohidrat pada padi tersedia secaramelimpah. Hasil analisis lambungmenunjukkan terdapat 8 jenis pakan yang

dikonsumsi tikus sawah yaitu gabah, daunpadi, batang padi, pelepah pisang, talas, teki,serangga dan bagian yang tak terdefinisi. Hasilanalisis tersebut disajikan dalam bentukdiagram sebagai berikut:

Gambar 5. Komposisi Pakan pada Lambung Tikus Sawah Stadia panen. Gabah (78%), Daun Padi (13%),Batang Padi (4%), Pelepah Pisang (3%), Talas ( 1%), Teki ( 1%), Serangga (0%), Tak Terdefinisi(0%).

Dari hasil analisis lambung tikussawah yang disajikan (Gambar 2-5)menunjukkan bahwa pada sawah tanam tidakserempak padi stadia bunting sampai panenselalu dijumpai. Padi stadia tersebut selaludikonsumsi. Hal tersebut ditunjukkan olehprosentase isi lambung pada setiap stadia yangselalu lebih dari 50% dari total pangan yangdikonsumsi. Secara umum dapat dikatakanbahwa pakan yang paling disukai yaitu padibunting sampai panen selalu dikonsumsi dan

tetap mempertahankan keseimbangan gizidengan mengkonsumsi jenis pakan yang lain.

Fenomena menarik dijumpai padatikus sawah berada pada sawah tanam tidakserempak terkait dengan perilaku mencarimakan. Fenomena tersebut dijumpai padapetak sawah yang dipantau tingkatperkembangan stadianya, saat padi berada diluar stadia bunting sampai panen. Pada sawahtersebut padi bunting sampai panen dijumpaidalam lambung tikus. Hal tersebutmengindikasikan bahwa keterbatsan akses

Page 5: BIOEDUKASI ISSN 1693 265X 2 Nomor 2 Agustus 2005 …

BIOEDUKASI Vol. 2, No. 2, hal. 42-48

pakan dan daya jelajah telah hilang. Tikussawah menunjukkan perilaku mencarimakanan yang disukai melebihi batas teritoridan home range. Perilaku tersebut bersifattidak migratif (menetap untuk waktu yanglama), melainkan bersifat sementara. Haltersebut ditunjukkan oleh ditangkapnya tikussawah pada habitatnya semula.

Masing-masing stadia mempunyaikandungan nutrisi yang berbeda-beda.Kandungan karbohidrat akan bertambahseiring dengan bertambahnya usia padi. Haltersebut disebabkan oleh kontribusi bulirberkarbohidrat terhadap kandungankarbohidrat total yang semakin meningkat.Karbohidrat padi stadia bunting sampai panenmerupakan pakan sumber energi reproduksisekaligus faktor pembatas bagi terjadinyareproduksi (Murakami et al, 1990; Louw1993). Stadia padi yang memicu terjadinyareproduksi berikut perilakunya tersebut beraksisebagai faktor proksimatik sekaligusmerupakan faktor ultimatik yang terbentuksecara evolusioner (Gordon, 1972).

Triangulasi data hasil analisis lambungdengan pustaka relevan (Murakami et al , 1990;Louw 1993 ; Gordon, 1977) dan penelitianmengenai pola reproduksi tikus pada sawahtanam tidak serempak (Karyanto, 2005)menunjukkan hal yang berhubungan.Aksesibilitas pakan sumber karbohidrat danaksi karbohidrat sebagai faktor pembatasterlihat pada dijumpainya status seks aktiftikus sawah, dijumpainya prevalensireproduksi dan tumpang tindih generasi tikusyang ada pada'sawah tanam tidak serempak.Secara umum dikatakan bahwa reproduksitikus sawah pada sawah tanam tidak serempakdapat berlangsung secara sinambung karenaselalu tersedia pakan yang mendukung untukreproduksi, yaitu berupa padi stadia buntingsampai panen.Sumber belajar eko-fisologi hewan

Hasil peelitian yang didapatkan dapatdijadikan ilustrasi dan sumber pengkayaanmateri bagi pembelajaran dalam mata kuliahekologi hewan perihal ekofisiologi hewan.Serangkaian pemahaman konsep perludikemukaakan terlebih dahulu untuk lebihmemahamkan siswa pada materi. Pemahamankonsep tersebut dapat dipetakan dalam sebuahpeta konsep sebagai berikut:

46

Gambar 6. Alur pemahaman konsep ekofisiologireproduksi.

Secara umum, penelitian di atasmengkomparasikan pola konsumsi pakanhubungannnya dengan reproduksi tikus sawahantara sawah tanam serempak dan tidakserempak. Penelitian tersebut merupakancontoh kasus dalam pembelajaran ekofisiologi.Kedua pola reproduksi pada masing-masingtipe sawah (Murakami et al, 1990 ; Wood,1993) dapat diilustrasikan sebagai berikut :

I

user
Placed Image
Page 6: BIOEDUKASI ISSN 1693 265X 2 Nomor 2 Agustus 2005 …

47 Puguh Karyanto- Materi Ekofisiologi Hewan : Pola Konsumsi Tikus Sawah

SEMAI

REPRODUKSIABSENANAKAN

ANAKANMAKSIMAL

[NISIASIBUNTING

REPRODUKSIMATANG AKTIF

' SUSU

MASAK

BERA REPRODUKSIBERHENTI

A

SEMAI REPRODUKSIAKTIF

ANAKAN

ANAKANREPRODUKSI

AKTIFBUNTING

MATANG

MASAK REPRODUKSIAKTIF

BERA

B

Gambar 7. Ilustrasi pengaruh faktor Ingkunganberupa pakan beberapa stadia paditerhadap reproduksi tikus pada sawahtanam serempak (A) dan sawahtanam tidak serempak (B).

Dari contoh kasus di atas, pemahamantentang kontrol hormonal reproduksi danpengaruh lingkungan dapat diberikan.Pemahaman tersebut dapat dibuat dalamformat charta, misalnya sebagai berikut :

A_Hipothalamus

Gn RH \

Faktor lingkungan :ProksimatUltimat

Pituitari anterior

-FSH, LH

Hormon seks

Organ seks target

±Respon perilaku seksual

Gambar 6. Contoh charta yang menggambarkankontrol hormonal dan pengaruhfaktor lingkungan terhadapreproduksi.

Faktor proksimat dapat dijelaskansebagai faktor yang ketika ditarapkan ataubersinggungan dengan organisme dapatberaksi dan berpengaruh secara langsungterhadap reproduksi. Bermacam-macam faktorproksimat lain seperti cahaya, gelombangsuara, bau dapat ditambahkan sebagai contohlain. Faktor ultimatik selanjutnya dapatdijelaskan sebagai faktor yang dapatberpengaruh reproduksi organisme karenatelah lama berinteraksi dengan organisme, dantelah membentuk karakter adaptif dan evolutif.Berdasarkan tersebut, karbohidrat padimerupakan faktor ultimatik. Karbohidrat selainpadi tidak dapat memberikan pengaruhterhadap reproduksi tikus sawah.KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwatikus sawah pada sawah tanam tidak serempakdapat selalu mengkonsumsi padi stadia buntingsampai panen dalam proporsi yang tinggi.Konsumsi atas pakan tersebut menjadikanreproduks tikus sawah selalu dijumpai setiapsaat.

Page 7: BIOEDUKASI ISSN 1693 265X 2 Nomor 2 Agustus 2005 …

BIOEDUKASI Vol. 2, No. 2, hal. 42-48 48

DAFTAR PUSTAKA

Allen, 1920 dalam Cohen, J., 1977.Reproduction, Buttleworth Co. Ltd.London.

Gordon, Malcolm., George Bartholomeo, AlanGrinnel, Barker Jorgensen, Fred, N.White., 1972, Animal PhysiologyPrinciple and Adaptation, third edition,Me Millan Publishing Co. Ltd. NewYork.

Karyanto, Puguh., 2004, The ReproductivePattern of Rice-field Rats (Rattusargentiventer Robinson and KlossToward Unsynchronized PlantingSystem. Presiding Seminar Nasional danKonggres Biologi PBI di Yogyakarta,16-17 September 2005. Yogyakarta.

Louw, Gideon., 1993, Physiological AnimalEcology, Longmann Group UK Ltd,New York.

Me Donald, D.W., and M.G.P. Fenn., 1993,The Natural Flistory of Rodent,Preadaptation to PestiHence, compiledby Buckle and R.H. Smith., 1993.Rodent Pest and Their Control,Cambridge University Press.

Munajat, Achmad., 1997, Komposisi GiziVentriculus dan Status ReproduksiTikus sawah Pada Tingkatan StadiumPertanaman Padi, Thesis S2, tidakdipublikasikan.

Murakami, Okimasa., Joko Priyono, danHarsiwi Tristiani., 1990, PopulationManagement of the Ricefield Rats inIndonesia, Jurnal Rodents and Research,1RR1 edisi 1990.

Murakami, Okimasa, 1992, Tulisan llmiahTikus Sawah, Keijasama teknisIndonesia-Jepang, Bidang PerlindunganTanaman Pangan (ATA-162), DirektoratBina Perlindungan Tanaman Pangan,Direktorat Jenderal Pertanian TanamanPangan.

Nalbandov, A.V., 1990, Fisiologi ReproduksiMammalia dan Unggas, Edisi

terjemahan, diterjemahkan oleh SunaryoKeman, UI Press, Jakarta.

Rochman., 1986, Biologi dan Ekologi TikusKhususnya Pada Tanaman Pangan diIndonesia, Makalah SeminarPenggunaan Klerat di Jakarta.

Sanchez, Fernando., Jesus Sumangil, NelsonSwink, Garry C. Atwell, Agapito de laPazz. Micheal W. Fall, Justiniano M.Libay, Danila L. Sanchez, Dellio C.Tolentino, Richard R. West, Nelson W.Luvemo., 1971, Comparative Study ofPopulation of Rattus mindanensis onRainfield and Irigated Ricefield ofLuzon Philippines, Journal RodentResearch Center, Annual ProgessReport.

Singleton, Grant., Sudarmaji, SadeliSuriapermana., 1998. An ExperimentalField Study to Evaluate a Trap-barrierSystem and fumigation for Controllingthe Rice Field Rat, Rattus argentiventer,in Rice Crops in West Java. CropProtectin Vol 17 pp 55-64 1998.