bimbingan agama dalam meningkatkan regulasi...
TRANSCRIPT
BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN REGULASI EMOSI ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK USIA REMAJA DI MAJELIS TAKLIM MASJID JAMI AL-MARHAMAH DESA
TONJONG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Siti Romlah NIM: 1113052000028
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
i
BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN REGULASI EMOSI ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK USIA REMAJA DI MAJELIS TAKLIM MASJID JAMI AL-MARHAMAH DESA
TONJONG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Siti Romlah NIM: 1113052000028
Pembimbing
Artiarini Puspita Arwan M. Psi
NIP. 19861109 201101 2 016
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
ii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Siti Romlah
NIM : 1113052000028
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN
REGULASI EMOSI ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK
USIA REMAJA DI MAJELIS TAKLIM MASJID JAMI AL-
MARHAMAH DESA TONJONG adalah benar merupakan karya
asli saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan
karya tulis ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam
skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi
ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang
lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya
Jakarta, 15 Juli 2020
Siti Romlah
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul BIMBINGAN AGAMA DALAM
MENINGKATKAN REGULASI EMOSI ORANG TUA
YANG MEMILIKI ANAK USIA REMAJA DIMAJELIS
TA’LIM MASJID JAMI’ AL-MARHAMAH DESA
TONJONG. telah diujikan munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal .......... Juni 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 13 Juli 2020
Sidang Muinaqasyah
Ketua Sidang
Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si NIP. 19650301 199903 1 001
Sekretaris Sidang Artiarini Puspita Arwan, M.Psi
NIP. 19861109 201101 2 016
Penguji I M. Jufri Halim, M.Si. NIP.19730726201411 1 002
Penguji II Abdul Rahman, M.Si. NIP. 19830711 200701 1 001=
Pembimbing
Artiarini Puspita Arwan, M.Psi
NIP. 19861109 201101 2 016
iv
ABSTRAK
Siti Romlah (1113052000028) Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Regulasi Emosi Orang Tua yang Memiliki Anak Usia Remaja di Majelis Taklim Masjid Jami Al-Marhamah Desa Tonjong dibawah bimbingan Artiarini Puspita Arwan M. Psi. Bimbingan agama merupakan suatu upaya untuk memberikan pertolongan kepada seseorang dalam memecahkan segala persoalan, dengan dilandasi nilai-nilai agama untuk memberikan ketenangan batin, agar seseorang dapat hidup sesuai dengan apa yang telah ditetapkan Allah SWT. Secara bahasa majelis ta’lim adalah tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam. Seseorang yang memiliki regulasi emosi dapat mempertahankan atau meningkatkan emosi yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu, seseorang juga dapat mengurangi emosinya baik positif maupun negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan agama dalam meningkatkan regulasi emosi Orang tua yang memiliki anak usia remaja (Studi di Majelis Taklim Masjid Jami Al-Marhamah). Data diperoleh dengan cara pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini diketahui bahwa peran bimbingan agama dengan Regulasi yang terjadi pada orang tua yang memiliki anak usia remaja yang aktif mengikuti bimbingan agama di majelis taklim, dapat disajikan dalam bentuk diagram hubungan sebelum mendapatkan bimbingan agama dan setelah mendapatkan bimbingan agama. Kata Kunci : Bimbingan Agama, Majelis Taklim, Regulasi emosi, orang tua.
v
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحیم
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan nikmat dan karunia yang tiada terhingga kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial.
Shalawat serta salam semoga selalu tetap tercurah limpahkan
kepada junjungan alam Baginda Rasulullah SAW karena
berkatnyalah kita semua dapat menjalani kehidupan yang lebih
baik dalam dunia yang sangat penuh dengan Ilmu pengetahuan.
Kepada keluarganya, para sahabatnya. Tabi‟ tabiin, dan kepada
kita semua selaku umatnya yang semoga mendapatkan syafaatnya
di yaumul qiyyamah nanti.
Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Regulasi
Emosi Orang Tua yang Memiliki Anak Usia Remaja di Majelis
Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah Desa Tonjong”. Merupakan
sebuah kebahagiaan serta anugerah yang dirasakan oleh penulis
pada akhirnya karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik pada
waktunya.
Tentunya bukan perkara mudah untuk menyelesaikan skripsi
ini tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu
penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih terkhusus kepada
orang tua atas nama Ibu Ida Farida dan Bapak Ust Subki
vi
Abdurrahman. Dan kepada sauadara-saudari penulis sendiri yang
selalu menyemangati. Selain itu, penulis juga mengucapkan
rasaterimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto,
M.Ed, Ph.D, Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, MSW,
Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. Sihabudin Noor, MA, serta
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiwaan Drs. Cecep
Castrawijaya, MA.
2. Artiarini Puspita Arwan, M. Psi selaku dosen pembimbing.
3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. Artiarini Puspita Arwan, M. Psi. selaku Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
5. Drs. M. Luthfi, MA, sebagai dosen Pembimbing Akademik
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2013.
6. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap Pengurus dan Informan Majelis Taklim Masjid Jami
Al-Marhamah yang telah meluangkan waktunya dan
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian pada skripsi
ini.
8. Terkhusus kepada suami tercinta Kakanda Dery Abdullah yang
selalu mendampingi, menyemangati dan membantu dengan
sabar sampai terselesaikannya skripsi ini.
vii
9. Seluruh Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2020
Siti Romlah
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................... i
PERNYATAAN ..........................................................................ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................... iii
ABSTRAK ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...............................................................v
DAFTAR ISI ............................................................................viii
DAFTAR TABEL ..................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1
B. Identifikasi Masalahan Masalah .............................. 5
C. Batasan Masalah ...................................................... 5
D. Rumusan Masalah .................................................. 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................... 6
F. Tinjauan Kajian Terdahulu....................................... 6
G. Metodologi Penelitian ............................................ 8
H. Sistematika Penulisan ............................................. 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................... 20
A. Landasan Teori ...................................................... 20
1. Pengertian Bimbingan ................................. 20
2. Pengertian Pengajian ................................... 21
ix
3. Pengertian Agama ......................................... 22
4. Bimbingan Agama ....................................... 24
5. Majelis Taklim ............................................ 29
6. Regulasi Emosi ………………………....... 42
7. Implementasi Agama terhadap
Regulasi Emosi Orang Tua …………...…....... 48
8. Pengasuhan Pada Anak Usia Remaja ......... 50
B. Kerangka Befikir ................................................... 53
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ... 55
A. Majelis Taklim Masjid Jami Al-Marhamah ........... 55
1. Sejarah Berdiri ............................................ 55
2. Program Kerja ............................................. 56
B. Peranan Majelis Taklim Al-Marhamah .................. 57
C. Data dan Agenda Majelis Taklim Al-Marhamah ... 58
1. Data Penceramah ........................................ 58
2. Agenda Pengajian & Bimbingan Agama .... 59
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................ 60
A. Persiapan & Pelaksanaan Penelitian ...................... 60
1. Persiapan Data Partisipan ......................... 60
2. Pelaksanaan Penelitian .............................. 60
3. Data Partisipan .......................................... 61
B. Temuan Penelitian .................................................. 62
x
BAB V PEMBAHASAN ....................................................... 71
A. Analisis Data Penelitian ......................................... 71
B. Analisis Inter Subject ............................................. 76
C. Analisis Peran Bimbingan Agama dalam
meningkatkan Regulasi Emosi Orang
tua yang memiliki anak usia remaja
di Majelis Taklim Al-Marhamah ..................... 79
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................. 81
A. Kesimpulan ............................................................ 81
B. Saran ....................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 84
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Matrix Analisis Partisipan
Lampiran 2 Dokumentasi
Lampiran 3 Pertanyaan umum
Lampiran A Surat Pernyataan Kesediaan Wawancara
Lampiran B Pedoman Wawancara
Lampiran C Pedoman Observasi
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Waktu & tempat penelitian ………………………… 61
Tabel 2. Data Partisipan ……………………………………….61
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Masjid Jami Al-Marhamah ………...…………… 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Intelektualitas dan moralitas seorang anak akan mudah
dipengaruhi oleh lingkungan terdekatnya yakni dari sebuah
keluarga. Orang tua memiliki peran dan tanggung jawab yang
sangat dominan dalam mendidik anak remaja sebab di tangan
orang tuanyalah baik dan buruknya akhlak remaja. Pendidikan
dan pembinaan akhlak merupakan hal paling penting dan sangat
mendesak untuk dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas
hidup.
Penerapan pendidikan akhlak pada anak sebaiknya dilakukan
sedini mungkin agar kualitas remaja yang berakhlak mulia
sebagai bekal khusus bagi dirinya, umumnya bagi keluarga,
masyarakat, bangsa dan agama. Persoalan remaja bukanlah
merupakan masalah yang baru, namun hingga kini masih aktual.
Kemajuan kebudayaan melalui pengembangan IPTEK oleh
manusia yang tidak seimbang dengan kemajuan moral akhlak,
telah memunculkan gejala baru berupa krisis akhlak terutama
terjadi dikalangan remaja yang memiliki kondisi jiwa yang labil,
penuh gejolak dan gelombang serta emosi yang meledak-ledak ini
cenderung mengalami peningkatan karena mudah dipengaruhi.
Gejala akhlak remaja yang cenderung kurang hormat terhadap
orang tua, melawan orang tua, terjerumus dalam perilaku sex
bebas, kurang disiplin dalam beribadah, mudah terpengaruh
aliran sesat, pendendam, menjadi pemakai obat-obatan, berkata
2
tidak sopan, pendusta, tidak bertanggung jawab dan perilaku
lainnya yang menyimpang telah melanda sebagian besar kalangan
remaja.
Oleh karena itu peranan orang tua sebagai pendidik pertama
dan utama dalam menanamkan nilai-nilai akhlak karimah
terhadap para remaja yang bersumberkan ajaran agama Islam
sangat penting dilakukan agar para remaja dapat menghiasi
hidupnya dengan akhlak yang baik sehingga para remaja dapat
melaksanakan fungsi sosialnya sesuai dengan norma agama,
norma hukum dan norma kesusilaan.
Fenomena dan penelitian empirik yang terjadi di kehidupan
keluarga menunjukan ibu memiliki peran penting untuk
mewujudkan keluarga yang diidamkan. Keberadaan seorang Ibu
dalam sebuah rumah tangga sangat berpengaruh dalam hal
pendidikan anak di mana tugas seorang Ibu tidak selesai setelah
mengandung dan melahirkan anaknya. Karena seorang Ibu adalah
madrasah pertama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu seorang
ulama mengatakan “Seorang Ibu adalah madrasah (sekolah)
pertama bagi anaknya, jika engkau menyiapkannya niscaya
sekolah tersebut akan bercabang dan penuh kebaikan dan
kemuliaan.1 Didalam Al-quran surat Al-Ahqaf (46) : 15-18 juga
diterangkan bagaimana peran Ibu sebagai sosok pendidik nilai-
nilai pendidikan Islam bagi anak.
Salah satu cara yang dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan psikologis ibu dalam mendidik anak adalah melalui
1 Mustafa bin Idrus Al-Khirid, Aku mulia menjadi wanita (Batu : Ponpes
Anwarut Taufiq, 2017),hlm 206
3
bimbingan dan pengajian keagamaan. Alasannya adalah orientasi
keagaamaan diharapkan mampu mengatasi persoalan-persoalan
kehidupan dengan cara yang positif berdasarkan keyakinan dan
pengetahuan terhadap aspek religi.
Saat ini telah berkembang bimbingan keagamaan baik dalam
setting pendidikan maupun dalam setting kemasyarakatan. Dalam
setting kemasyarakatan salah satunya dalam bentuk lembaga
dakwah. Majelis ta’lim adalah salah satu lembaga dakwah yang
berdiri di tengah-tengah masyarakat Indonesia saat ini disamping
lembaga-lembaga dakwah lainnya. Majelis ta’lim adalah
organisasi pendidikan luar sekolah (non formal) yang bercirikan
keagamaan Islam.2 Salah satu hal yang menjadi tujuan Majelis
ta’lim adalah menambah ilmu dan keyakinan agama,yang akan
mendorong pengamalan ajaran agama yang diwujudkan dengan
melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, kontak sosial yakni
silaturrahmi, dan meningkatkan kesadaran dalam kesejahteraan
rumah tangga dan lingkungannya.3 Kegiatan ini biasanya diatur
dan dibina lansung oleh pemuka agama setempat yang bekerja
sama dengan takmir masjid dan masyarakat sekitar. Kemudian
kegiatan ini di sebarluaskan kepada masyarakat dan dilakukan
rutin setiap minggunya. Kegiatan ini antara lain pembacaan
Sholawat Nabi (diba’an), yasinan, tahlilan, jamiyah hadrah, dan
istighosah yang mana di lakukan secara bergilir tiap minggu.
2 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet.
ke-2 h. 76 3 Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim,
(Bandung: Mizan,1997), h. 78
4
Keberadaan Majelis ta’lim tidak hanya terbatas sebagai
tempat pengajian saja, tetapi menjadi lebih maju lagi menjadi
lembaga yang menyelenggarakan pengajaran atau pengajian
agama Islam. Oleh karena itu Majelis ta’lim menjadi sarana
dakwah pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam
sesuai tuntutan ajaran agama.
Salah satu sasaran kegiatan Majelis ta’lim adalah perempuan
sebagai orang tua. Salah satu tujuan para orang tua melakukan
kajian di Majelis ta’lim, yaitu mendapatkan bimbingan agama di
mana diharapkan dapat mengatur emosi dalam menghadapi anak
atau yang sering disebut regulasi emosi.
Regulasi emosi ini penting untuk dilakukan karena
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi
dengan orang-orang disekitarnya. Regulasi emosi ini berkaitan
dengan kemampuan individu untuk mengeluarkan emosi yang
tepat dan pada saat yang tepat pula.
Dari uraian di atas, Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah yang berlokasi di Kp Duri Desa Tonjong kecamatan
Tajur Halang menjadikan peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian di Majelis ta’lim tersebut. Penelitian ini ditujukan
untuk mengetahui Bimbingan agama di Majelis ta’lim dalam
meningkatkan Regulasi Emosi orang tua yang memiliki anak
dengan usia remaja. Karena yang sering kita ketahui, bimbingan
agama dalam Majelis ta’lim hanya berdampak pada
meningkatnya ilmu kegamaan para Orang Tua, maka dari itu,
perlu di kaji kembali apakah ada keterkaitannya peran bimbingan
5
agama dalam meningkatkan regulasi emosi para orang tua yang
memiliki anak usia remaja.
Peneliti ingin membahas penelitian tersebut dengan judul
“Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Regulasi Emosi
Orang Tua yang Memiliki Anak Usia Remaja di Majelis
Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah Desa Tonjong”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di
atas maka amat menarik bagi peneliti untuk dijadikan bahan
penelitian dengan identifikasi masalah bagaimana Bimbingan
Agama di Majelis ta’lim dalam meningkatkan Regulasi Emosi
orang tua yang memiliki anak usia remaja.
C. Batasan Masalah
Agar pembatasan skripsi ini lebih terarah dan mempermudah
penelitian maka peneliti membatasi penelitian skripsi ini hanya
difokuskan pada :
a. Bimbingan Agama di Majelis ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah.
b. Penelitian hanya difokuskan pada orang tua yang
memiliki anak usia remaja dan mengikuti bimbingan
agama di Majelis ta’lim.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah
penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan Bimbingan Agama
6
di Majelis ta’lim dalam dalam meningkatkan regulasi emosi
orang tua sehingga dapat mendidik dan mengarahkan anaknya
yang masih berusia remaja.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui pelaksanaan Bimbingan Agama
dalam Meningkatkan Regulasi Emosi Orang Tua yang
Memiliki Anak Usia Remaja (Studi di Majelis Ta’lim Masjid
Jami Al-Marhamah).
2. Maanfat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan
sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang meliputi
ilmu bimbingan penyuluhan islam dan keagamaan.
b. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi
positif bagi pengembangan keilmuan dan kurikulum
jurusan bimbingan penyuluhan islam fakultas ilmu
dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
c. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi kontribusi
besar bagi pembimbing agama di Majelis ta’lim
dalam melihat sejauh mana bimbingan agama tersebut
dalam meningkatkan regulasi emosi jamaahnya yaitu
orang tua yang memiliki anak usia remaja .
7
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Tinjauan pustaka ini merupakan informasi dasar rujukan
yang peneliti gunakan dalam penelitian ini. Setelah peneliti
melakukan survey kepustakaan, peneliti menemukan beberapa
hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan judul yang
peneliti kemukakan, di mana membantu peneliti
mengembangkan pikiran dan bahan untuk menyusun skripsi ini ,
antara lain :
1. Bimbingan Agama dalam meningkatkan regulasi diri
Narapidana di Rumah Tahanan Negara (RUTAN)
kelas II B Menggala Kabupaten Tulang Bawang.
Disusun oleh Melsani, Mahasiswi Jurusan Bimbingan
dan Konseling Islam tahun 2018. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pelaksanaan Bimbingan Agama dalam
meningkatkan regulasi diri narapidana di rumah tahanan
negara (rutan) kelas ii b menggala kabupaten tulang
bawang.
2. Peran Majlis Ta’lim Nurul Iman Dalam
Pembentukan Sikap Keagamaan Masyarakat Di Rt
10/02 Kelurahan Pagar Dewa Kec Selebar Bengkulu.
Disusun oleh Maryam, Mahasiswi IAIN Bengkulu 2018.
Jurnal penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran
Majlis Ta’lim Nurul Iman Dalam Pembentukan Sikap
Keagamaan Masyarakat.
3. Pengaruh Regulasi Emosi terhadap Agresivitas pada
Atlet Sepak Bola Usia Remaja . Disusun oleh Yasinta
Tiwi Carysa, Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas
8
Sanata Dharma tahun 2019. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh regulasi emosi terhadap
agresivitas pada atlet sepak bola usia remaja.
4. Regulasi Emosi Pada Ibu Bekerja Yang Mengalami
Konflik Peran Ganda. Disusun oleh Angela Bintang
Maharani, Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun
2017. Penelitian ini menjelaskan gambaran regulasi
emosi yang dilakukan Ibu bekerja dalam menangani
emosi negatif yang muncul akibat dari konflik peran
ganda yang dialaminya.
5. Dukungan Sosial dan kemampuan penyesuaian diri
remaja suku baduyluar yang bersekolah di luar
Baduy. Jurnal disusun Oleh Sofwatillah Amin,
Mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dukungan social seperti
apa yang didapat remaja suku badui dan penyesuaian diri
bagaimana ketika bersekolah di luar lebak banten.
Pada penelitian ini, perbedaan peneliti lebih focus pada
Bimbingan Agama Majelis ta’lim dalam meningkatkan
Regulasi Emosi orang tua yang memiliki anak dengan usia
remaja.
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
9
Metodologi penelitian adalah salah satu kerja untuk
memahami objek penelitian dalam rangka menemukan,
menguji terhadap suatu kebenaran atau pengetahuan. Dalam
hal ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana yang dikutip oleh
Lexi J Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati4.
Sedangkan Penelitian kualitatif menurut John A Cress
Well adalah penelitian yang dimulai dengan asumsi dan
penggunaan kerangka penafsiran / teoritis yang membentuk
atau mempengaruhi studi tentang permasalahan riset yang
terkait dengan makna yang dikenakan oleh individu atau
kelompok pada suatu permasalahan sosial atau manusia.5
Rata-rata penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu
menggambarkan, mengungkap, dan menjelaskan peristiwa,
sehingga data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau
gambar, dan tidak menekankan pada angka. Data-data
tersebut bisa berasal dari wawancara, catatan lapangan, foto,
videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan
4 Lexy J Meloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT
Remaja Rokdakarya), h.4. 5 Jhon W. Cresswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 59.
10
dokumen resmi lainnya.6 Pada penelitian agama, penelitian
deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala keagamaan.
Ciri-ciri penelitian kualitatif menurut John W. Creswell
adalah:7
a. Lingkungan alamiah
Para peneliti kualitatif seringkali mengumpulkan
data di lapangan di mana para partisipan mengalami
masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian tersebut.
b. Peneliti sebagai instrument penting
Para peneliti kualitatif mengumpulkan data sendiri
dengan mempelajari dokumen-dokumen, mengamati
perilaku, dan wawancara para partisipan.
c. Beragam metode
Para peneliti kualitiatif biasanya mengumpulkan
beragam bentuk data, misalnya wawancara, pengamatan,
dan dokumen, dari pada bersandar pada suatu sumber
data tunggal.
d. Pemikiran yang kompleks melalui logika induktif
dan deduktif.
e. Pemaknaan para partisipan.
Sepanjang proses penelitian kualitatif, para peneliti
menjaga fokusnya pada bagaimana mempelajari
pemaknaan dari para partisipan terhadap permasalahan
atau isu tertentu, bukan pemaknaan yang dibawa oleh
6 Lexy J Meloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT
Remaja Rokdakarya), h.5. 7 Jhon W. Cresswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 104.
11
para peneliti ke dalam riset tersebut atau yang dibawa
oleh para peneliti lain.
f. Desain baru dan dinamis.
Proses penelitian kualitatif selalu bersifat baru dan
dinamis. Hal ini berarti bahwa perencanaan awal dari
riset tidak dapat ditetapkan secara pasti, dan bahwa
semua tahap dari proses tersebut dapat sewaktu- waktu
berubah atau bergeser setelah peneliti memasuki
lapangan dan mulai mengumpulkan data.
g. Refleksifitas
Para peneliti mengambil suatu posisi dalam studi
kualitatif, melalui penafsiran mereka terhadap informasi
penelitian dan kesimpulan atau hasil apa yang mereka
peroleh dari penelitian tersebut.
h. Pembahasan holistik
Para peneliti kualitatif mencoba mengembangkan
gambaran lengkap tentang permasalahan dalam studi.
Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan
pendekatan studi fenomenologis yakni mendeskripsikan
pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap
berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan
konsep atau fenomena. Tujuan utama dari fenomenologi
adalah untuk mereduksi pengalaman individu pada
fenomena menjadi deskripsi tentang sebuah esensi.8
8 Jhon W. Cresswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 105.
12
Adapun alasan peneliti menggunakan pendekatan
fenomenologi adalah hal yang akan diteliti merupakan
sebuah pengalaman individu yang banyak dialami oleh
sebagian besar orang.
2. Subjek dan Objek Penelitian.
a. Subjek Penelitian
Subjek peneliti dalam penelitian ini adalah Ibu usia
dewasa madya yang memiliki anak usia remaja dan aktif
mengikuti kajian Majelis ta’lim.
Pada penelitian fenomenologi, pengumpulan data
akan diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap
individu yang telah mengalami fenomena tersebut.
Selain itu juga melibatkan beragam sumber data lain
seperti pengamatan dan dokumentasi.9 Oleh karenanya,
menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan
informan yang sesuai atau berdasarkan kriteria.
Wawancara akan dilakukan kepada beberapa
informan yang menjadi subjek penelitian, di mana akan
dikelompokkan menjadi dua jenis informan yakni key-
informan dan informan pendukung untuk memudahkan
peneliti dalam mengelompokkan informan kepada
masing-masing latar belakang dan pengalaman
informan.
b. Objek Penelitian
9 Jhon W. Cresswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 109.
13
Objek peneliti dalam penelitian ini adalah regulasi
emosi Ibu muda yang memiliki anak dan aktif mengikuti
kajian Majelis ta’lim.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Majelis ta’lim Al-
Marhamah Bogor, Observasi awal dilakukan pada 10
Februari 2020 – 19 Februari 2020 dengan mendatangi lokasi
penelitian. Sedangkan dari segi waktu penelitian ini
dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2020.
4. Sumber Data
Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam
penelitian. Kesalahan dalam menggunakan sumber data,
maka diperoleh juga meleset dari yang diharapkan. Oleh
karena itu, peneliti harus mampu memahami sumber data
mana yang mesti digunakan dalam penelitiannya itu. Ada
dua jenis sumber data yang biasanya digunakan dalam
penelitian sosial, yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder.
a. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari
sumber data pertama.10 Objek penelitian ini yaitu
Ibu muda yang memiliki anak dan aktif mengikuti
kajian Majelis Ta’lim Al-Marhamah Bogor.
b. Data Sekunder yaitu adalah sumber data kedua
sesudah sumber data primer. Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data-data
10 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1987), h.
93.
14
yang diperoleh dari literature yang berhubungan
dengan tulisan ini.11
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah studi yang disengaja dan
sistematis tentangfenomena sosial dan gejala-gejala
psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan.12 Pada
tahap pengumpulan ini peneliti mengumpulkan data dari
beberapa kategori, yaitu data yang berupa verbal, visual
dan teks. Pada tahap ini juga peneliti peneliti
memungkinkan merasakan apa yang subjek penelitian
rasakan. Dalam tahap ini peneliti juga menggunakan
observasi/pengamatan dengan konsep keterlibatan pasif,
yaitu peneliti dalam kegiatan pengamatannya tidak
terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku
yang diamatinya dan dia juga tidak melakukan sesuatu
bentuk interaksi sosial dengan pelaku.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatau kegiatan tanya jawab
dengan tatap muka (Face to face) antara Pewawancara
(Interviewer) dan yang diwawancarai (Interviewee)
tentang masalah yang diteliti. Dalam tahap ini peneliti
menggunakan metode wawancara mendalam. Dalam
wawancara mendalam berlangsung diskusi terarah antara
11 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta:
Kencana, 2013). h. 129. 12 Iman Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), h.143.
15
peneliti dan informan menyangkut masalah yang diteliti,
oleh karena itu masalah yang dipertanyakan adalah
pertanyaan terbuka yang memungkinkan peneliti
mendapatkan informasi yang lebih banyak dan informan
diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan
secara lebih luas.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk yang berbentuk tulisan misalnya catatan
harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi,
peraturan dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-
lain13.
6. Proses Pengumpulan Data
Setelah pedoman wawancara dibuat, maka proses
pengumpulan data yang dilakukan peneliti sebagai
berikut:
1. Menentukan partisipan yang sesuai dengan kriteria
penelitian
2. Peneliti menjelaskan kepada setiap calon partisipan
secara personal mengenai topic & tujuan peneliatian.
13 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014),
h. 82.
16
3. Peneliti bertanya kepada pastisipan mengenai kesediaan
untuk menjadi partisipan dalam penelitian & memberikan
data yang dibutuhkan oleh peneliti.
4. Peneliti menanyakan kesediaan waktu partisipan untuk
tatap muka selanjutnya & melaksanakan wawancara
5. Ketika wawancara berlangsung, peneliti meminta ijin
kepada partisipan untuk merekam semua jawaban
menggunakan handphone agar mempermudah peneliti
dalam membuat resume.
6. Setelah membuat resume, peneliti lalu mulai
menganalisis data yang ada. Apabila masih terasa kurang,
peneliti akan melakukan wawancara tambahan dengan
partisipan.
7. Hasil analisa yang sudah dibuat oleh peneliti, diberikan
ke pembimbing untuk memperoleh kredibilitas penelitian.
7. Teknis Analisis Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis
deskriptif yaitu suatu analisis yang bertujuan untuk
menggambarkan fakta yang ada di lapangan. Selanjutnya
peneliti menggunakan pola pikir induktif, yakni berangkat
dari satuan analisis yang sempit (seperti pernyataan-
pernyataan penting dari para informan) menuju satuan
yang lebih luas, kemudian menuju deskripsi yang detail
yang merangkum dua unsur, apa yang dialami oleh para
informan, dan bagaimana mereka mengalaminya.
17
Langkah analisis data fenomenologis secara umum
sama dengan fenomenologi psikologis, maka untuk
menganalisisnya datanya digunakan analisis logika.
Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Inventarisasi data, yaitu penggabungan seluruh data,
baik yang di peroleh dari lapangan atau
kepustakaan, yang berhubungan dengan penyuluhan
agama. Berdasarkan pada data dari pertanyaan riset.
Menyoroti “penyataan penting” dari setiap informan
yang mengalami fenomenna tersebut. Hal tersebut
menurut Moustakas merupakan langkah
Horizonalisasi.
b. Klasifikasi data, data yang di dapat dari hasil
wawancara berupa pernyataan penting ini kemudian
digunakan untuk menulis deskripsi tentang hal yang
dialami oleh para informan. Hal tersebut digunakan
untuk menulis deskripsi tentang hal yang
mempengaruhi informan dalam fenomena tersebut.
Dari deskripsi tersebut, akan dapat ditemui “esensi”
dari fenomena tersebut, mengenai penyuluhan
agama, karena ciri dari pendekatan fenomenologi
adalah esensi dari sebuah fenomena.
c. Display data (penyajian data), yaitu runtutan data
yang telah dikumpulkan dan di klasifikasikan untuk
mempermudah penarikan kesimpulan, dari data-data
yang berupa tabel, lampiran dan lain-lain mengenai
penyuluhan agama.
18
d. Penarikan kesimpulan dapat berupa desktiptif
sebagai laporan dalam penelitian. Dalam penelitian
kualitatif, penarikan kesimpulan diharapkan dapat
menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan
sejak awal dan mendukung temuan dalam
penelitian.14
H. Sistematika Penelitian
Teknik penelitian skripsi ini, mengacu kepada buku pedoman
akademik Uin Syarif Hidayatullah, Pedoman Penelitian Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis), CEQDA UIN Jakarta, 2013.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi Penelitian,
Tinjauan Kajian terdahulu.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini pembahasan didalamnya adalah tentang
pengertian kajian Majelis ta’lim, kegiatan Majelis
ta’lim, pengertian bimbingan agama, pengertian
regulasi emosi, aspek-aspek regulasi emosi.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Bab ini berisi tentang Gambaran Umum Majelis
ta’lim, data-data di lapangan,
14 Jhon W. Cresswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 145.
19
BAB IV DATA DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang hasil temuan dan
analisa data penelitian, dengan pengurainnya
tentang : Sejauh mana Bimbingan Agama dalam
konsep Majelis ta’lim berperan terhadap regulasi
emosi Ibu-Ibu sehingga dapat mendidik &
mengarahkan anaknya yang masih berusia remaja
dengan Partisispan berupa Ibu-Ibu yang memiliki
anak usia remaja.
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri atas kesimpulan, implikasi dan
saran terhadap pembahasan bab-bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Bimbingan
Secara etimologi, kata bimbingan merupakan terjemahan
dari bahasa inggris yaitu “guidance” yang berarti menunjukan,
memberi jalan, menuntun, membimbing, membantu,
mengarahkan, pedoman dan petunjuk. Kata dasar atau kata kerja
dari “guidance” adalah “to guide”, yang artinya menunjukan,
menuntun, memberi pedoman, menjadi petunjuk jalan, dan
mengemudikan. 1 Dan arti dari bimbingan, yang paling umum
digunakan adalah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan.
Secara terminologi, bimbingan adalah suatu usaha
membantu orang lain dengan mengungkapkan dan
membangkitkan potensi yang dimilikinya sehingga dengan
potensi itu seseorang akan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan
cara memahami dirinya maupun mengambil keputusan untuk
hidupnya. Maka dengan itu ia akan dapat mewujudkan
kehidupan yang baik, berguna dan bermanfaat untuk masa kini
dan masa yang akan datang.2
1 H. M. Arifin, M. Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, (Jakarta : Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke 1, h. 1. 2 M. Lutfi, MA, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan
(Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 6.
21
Jadi secara singkat bimbingan adalah suatu proses bantuan
kepada seseorang maupun kelompok agar individu memahami
dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan
lingkungannya dan dapat memperbaiki tingkah lakunya pada
masa yang akan datang.
2. Pengertian Pengajian
Secara bahasa kata pengajian berasal dari kata dasar “ kaji”
yang berarti pelajaran (terutama dalam hal agama), selanjutnya
pengajian adalah: (1) ajaran dan pengajaran, (2) pembaca Al-
Qur’an. Kata pengajian itu terbentuk dengan adanya awalan “
pe” dan akhiran “ an” yang memiliki dua pengertian: pertama
sebagai kata kerja yang berarti pengajaran yakni pengajaran
ilmu-ilmu agama Islam, dan kedua sebagai kata benda yang
menyatakan tempat yaitu tempat untuk melaksanakan pengajaran
agama Islam yang dalam pemakaiannya banyak istilah yang
digunaan, seperti pada masyarakat sekarang di kenal dengan
Majelis ta’lim.3
Sedangkan menurut istilah pengajian adalah
penyelenggaraan atau kegiatan belajar agama Islam yang
berlangsung dalam kehidupan masyarakat yang di bimbing atau
diberikan oleh seorang guru ngaji (da’i) terhadap beberapa
orang.4 Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
3 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, ( Jakarta:
Ichtiar Baru Van Hoeven, 1997), h.120
4 Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohani Manusia, ( Yogyakarta: Bulan
22
pengajian adalah tempat belajar ilmu atau agama Islam yang di
sampaikan oleh guru atau ustad.
Pengajian menurut para ahli berbeda pendapat dalam
mendefinisikan pengajian ini, diantara pendapat-pendapat
mereka adalah:
a. Menurut Muhzakir mengatakan bahwa pengajian adalah
istilah umum yang digunakan untuk menyebut berbagai
kegiatan belajar dan mengajar agama.5
b. Menurut Sudjoko Prasodjo mengatakan bahwa pengajian
adalah kegiatan yang bersifat pendidikan kepada umum,
adapun pengajian sebagai pengajaran kyai terhadap santri.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengajian
adalah kegiatan belajar agama Islam yang di ajarkan oleh
Kyai atau Ustadz.
Pengajian merupakan salah satu bentuk dakwah dengan
kata lain bila dilihat dari segi metodenya yang efektif guna
menyebarkan agama Islam, maka pengajian merupakan salah
satu metode dakwah. Di samping itu pengajian juga merupakan
unsur pokok dalam syi’ar dan pengembangan agama Islam.
3. Pengertian Agama
Pengertian agama adalah wahyu yang diturunkan
Tuhan untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah
BIntang, 1997), h. 67
5 Pradjarta Dirdjosanjoto, Memilihara Umat ( Kyai Pesantren-Kiai Langgar Jawa), ( Yogyakarta: LKIS, 1999), H.3.
23
memberikan orientasi, motivasi, dan membantu manusia
untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral.6
Adapun Agama menurut para ahli sebagai berikut :7
1. Menurut Harun Nasution, agama adalah suatu
system kepercayaan dan tingkah laku yang berasal
dari suatu kekuatan yang ghaib.
2. Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan
dan kepatuhan yang terkadang biasa diartikan
sebagai pembalasan dan perhitungan (amal
perbuatan diakhirat).
3. Menurut Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama
adalah hubungan yang tetap antara diri manusia
dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan
supernatur, dan yang bersifat berada dengan
sendirinya dan mempunyai kekuasaan absolute yang
disebut Tuhan.
Sedangkan pengertian bimbingan agama adalah proses
pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga
dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. 8
Bimbingan agama dilaksanakan dalam upaya memberikan
kecerahan batin kepada seseorang dalam menghadapi segala
6 Mastuhu, 2006, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta : Grafindo
Persada), h.1. 7 Jalaludin, Psikologi Agama, 1998, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada), Cet, Ke 3, h. 13. 8 Aunur Rahim Faqih, 2001, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press), Cet, ke-2, Hal, 4.
24
macam persoalan, dan bimbingan agama yang dilakukan
sesuai dengan ajaran Agama individu.9
Dengan demikian, bimbingan agama merupakan suatu
upaya untuk memberikan pertolongan kepada seseorang
dalam memecahkan segala persoalan, dengan dilandasi nilai-
nilai agama untuk memberikan ketenangan batin, agar
seseorang dapat hidup sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan Allah SWT.
4. Bimbingan Agama
a. Definisi Bimbingan Agama
Bimbingan agama adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat
mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. 10
Bimbingan agama dilaksanakan dalam upaya memberikan
kecerahan batin kepada seseorang dalam menghadapi segala
macam persoalan, dan bimbingan agama yang dilakukan
sesuai dengan ajaran Agama individu.11
Dengan demikian, bimbingan agama merupakan suatu
upaya untuk memberikan pertolongan kepada seseorang
dalam memecahkan segala persoalan, dengan dilandasi nilai-
nilai agama untuk memberikan ketenangan batin, agar
99 H. M. Arifin, 1976, Pokok-Pokok Tentang Bimbingan Penyuluhan
Agama, (Jakarta: Bulan Bintang), Hal, 25. 10 Aunur Rahim Faqih, 2001, Bimbingan dan Konseling Dalam
Islam, (Yogyakarta: UII Press), Cet, ke-2, Hal, 4. 11 11 H. M. Arifin, 1976, Pokok-Pokok Tentang Bimbingan
Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang), Hal, 25.
25
seseorang dapat hidup sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan Allah SWT.
b. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama
1. Tujuan Bimbingan Agama
Tujuan Bimbingan Agama adalah agar individu
mewujudkan jati diri dan pribadinya sebagai manusia
seutuhnya, agar dapat terwujudnya kebahagian hidup di
dunia dan akhirat.
Secara umum dan luas, program bimbingan
dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:12
a. Membantu individu dalam mencapai
kebahagian hidup pribadi.
b. Membantu individu dalam mencapai kehidupan
yang efektif dan produktif dalam masyarakat.
c. Membantu individu dalam mencapai hidup
bersama dengan individu-individu yang lain.
d. Membantu individu dalam mencapai harmoni
antara cita-cita dan kemampuan yang
dimilikinya.
Dengan memperhatikan dan memahami tujuan
diatas, diharapkan bimbingan agama yang telah
direncanakan dan dilaksankan akan dapat membantu
individu dalam memecahkan dan menyelesaikan
dinamika permasalahannya dengan kemampuan serta
potensi yang ada dalam dirinya.
12 Samsul Munir Amin, 2010, Bimbingan dan Konseling Islam,
(Jakarta: Amzah), cet ke-1, hal, 39.
26
b. Fungsi Bimbingan Agama
Dengan menerapkan bimbingan kepada seorang
individu, bimbingan itu dimaksudkan bukan seorang
konselor yang memberikan pemecahan masalahnya,
akan tetapi memberikan gambaran serta beberapa pilihan
dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah tersebut,
serta memberikan berbagai arahan dan alternatif
pemecahan masalah (Problem solver) agar seseorang
dapat memilih jalan penentuannya untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
Adapun fungsi agama menurut Ainur Rahim Faqih,
dapat dirumuskan sebagai berikut:13
a. Fungsi Preventif, yaitu membantu individu
menjaga atau mencegah timbulnya masalah
bagi dirinya.
b. Fungsi Kuratif atau korektif, yaitu membantu
individu memecahkan masalah yang sedang
dihadapi atau dialami.
c. Fungsi Preservatif, yaitu membantu individu
agar situasi yang semula tidak baik, menjadi
lebih baik, dan kebaikan itu bertahan lama.
d. Fungsi Development atau pengembangan, yaitu
membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang baik,
13 Aunur Rahim Faqih, 2002, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
(Yogyakarta: VII Press), Hal,36.
27
sehingga tidak memungkinkannya menjadi
sebab masalah baginya.
Berdasarkan beberapa fungsi yang telah dipaparkan,
dapat di pahami bahwa fungsi Bimbingan Agama
berfungsi mengarahkan individu dan menuntun agar
dapat terhindar dari berbagai dinamika masalah serta
berusaha untuk memulihkan kondisi dan keadaan agar
menjadi lebih baik dari sebelumnya.
c. Metode Bimbingan Agama
Ada beberapa metode yang digunakan dalam bimbingan
agama, maka dalam upaya mengadakan bimbingan agama
menurut Arifin, M. Ed., dapat menggunakan metode-metode
sebagai berikut:14
1. Metode Kelompok
Metode ini menghendaki agar setiap anak bimbing
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan
sekitarnya baik interaksi dengan teman maupun berbaur
dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi
peningkatan individu masing-masing.
2. Metode Individu
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya
secara perorangan. Metode perorangan atau personal
approach, sangat efektif digunakan dalam penyuluhan
14 M. Arifin, 1998, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.Golden Trayon Press), hal, 44-47.
28
karena sasaran dapat secara langsung memecahkan
masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh.
3. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan suatu teknik atau
metode dialam bimbingan dengan cara penyajian atau
penyampaian informasi melalui penerangan dan
penuturan secara lisan oleh pembimbing terhadap anak
yang di bimbing, pembimbing juga sering menggunakan
alat bantu seperti: gambar, kitab, dan alat lainnya.
metode pembinaan ini dilakukan secara berkelompok
dan pembimbing melakukan komunikasi secara
langsung.
4. Metode Cerita
Metode cerita adalah suatu cara penyampaian dalam
bentuk cerita. Cerita merupakan media yang efektif
untuk menanamkan nilai-nilai akhlak yang baik.
5. Metode keteladanan
Metode keteladanan merupakan bagian dari
sejumlah metode yang paling ampuh dan efektif dalam
mempersiapkan dan membentuk individual secara
norma, spiritual, dan sosial. Sebab seorang pembimbing
merupakan contoh ideal dalam pandangan seseorang,
yang tingkah lakunya akan di tiru, di sadari atau tidak di
sadari.
6. Metode wawancara
Metode wawancara merupakan salah satu cara
memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan
29
bahan pemetaan tentang bagaimana sebenernya hidup
dan kejiwaan seseorang yang di bimbing pada saat
tertentu yang memerlukan bimbingan.
7. Metode pencerahan (metode edukatif)
Metode pencerahan yaitu cara mengungkapkan
tekanan perasaan yang menghambat perkembangan
belajar dengan mengorek sampai tuntas perasaan atau
sumber ketegangan dengan cara “client centered” yang
diperdalam dengan permintaan atau pertanyaan yang
menyakinkan untuk mengingat-ingat serta mendorong
agar berani mengungkapkan perasaan tertekan, sehingga
pada akhirnya pembimbing memberikan petunjuk
tentang usaha apa saja yang baik bagi yang dibimbing
dengan cara yang tidak bernada wajib, akan tetapi
berupa anjuran yang tidak mengikat.
5. Majelis ta’lim
a. Pengertian Majelis ta’lim
Secara etimologis, perkataan Majelis ta’lim berasal dari
bahasa arab yang terdiri dari dua kata yaitu “Majelis dan
Ta’lim”, majelis artinya tempat duduk, tempat sidang
dewan. Dan ta’lim yang diartikan dengan pengajaran. 15
Dengan demikian secara bahasa Majelis ta’lim adalah
tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian
agama islam.
15 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h. 138
30
Sedangkan secara terminologi, sebagaimana
dirumuskan pada musyawarah Majelis ta’lim se DKI
Jakarta Tahun 1980, Majelis ta’lim adalah lembaga
pendidikan Islam yang memiliki kurikulum tersendiri,
diselenggarakan secara barkala dan teratur, dan diikuti oleh
jamaah yang relatif banyak, bertujuan untuk membina dan
mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara
manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan
sesamanya, serta antara manusia dengan lingkungannya
dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada
Allah SWT.16
Struktur organisasi Majelis ta’lim merupakan sebuah
organisasi pendidikan luar sekolah (non formal) atau satu
lembaga pendidikan Islam yang bersifat non formal yang
senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia,
meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
keterampilan jamaahnya, saat memberantas kebodohan
umat islam agar dapat memperoleh kehidupan yang bahagia
dan sejahtera serta di ridhoi oleh Allah SWT.17
Dari pengertian tersebut di atas, tampak bahwa Majelis
ta’lim diselenggarakan berbeda dengan lembaga pendidikan
Islam lainnya, seperti pesantren dan madrasah, baik
menyangkut sistem, materi maupun tujuannya. Pada
16 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,1996), h. 95 17 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,1996), h. 96
31
Majelis ta’lim terdapat hal-hal yang cukup membedakan
dengan yang lain, diantaranya :
a. Majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non
formal Islam.
b. Waktu belajarnya berkala tapi teratur, tidak setiap
hari sebagaimana halnya sekolah atau madrasah.
c. Pengikut atau pesertanya disebut jamaah (orang
banyak), bukan pelajar atau santri. Hal ini
didasarkan kepada kehadiran di Majelis ta’lim
bukan merupakan kewajiban sebagaimana dengan
kewajiban murid menghadiri sekolah atau madrasah.
d. Tujuannya yaitu memasyarakatkan ajaran Islam.18
Pada penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa Majelis
ta’lim adalah salah satu pendidikan Islam non formal yang
ada di Indonesia yang sifatnya tidak terlalu mengikat
dengan aturan yang ketat dan tetap, yang efektif dan efisien,
cepat menghasilkan, dan sangat baik untuk
mengembangkan tenaga kerja atau potensi umat, dan
bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya ajaran Islam.
b. Keadaan Majelis ta’lim (Jama’ah)
Salah satu keistimewaan dalam cara pendidikan di
dalam Islam adalah sifatnya yang mudah dan elastis, tidak
terikat pada suatu tempat atau keadaan tertentu, dan
18 Ani Susilowati, Pengaruh Pengajian Rutin Majelis Ta’lim Al-
Mua’wwanah Terhadap Akhlak Ibu-Ibu RT Muslim Benowo Surabaya, Skripsi, ( Surabaya: Perpus IAIN Sunan Ampel, 2002), h. 24
32
penyebaran kebudayaan serta pengajaran dilakukan dalam
kelompok-kelompok ilmiah, di rumah-rumah para ulama,
para kholifah, dimana hadir masyarakat dan mahasiswa
yang haus akan ilmu pengetahuan, apakah kehadiran
mereka sekedar mendengar atau mencatat apa yang
diuraikan muballigh atau ustadz, ataupun ikut andil diskusi
dan tanya jawab dalam sebuah forum.19
Pengelolaan atau keadaan dalam Majelis ta’lim
dibedakan menjadi beberapa bagian antara lain:20
a. Menurut lingkungan jamaah, maka Majelis ta’lim
dapat di klasifikasikan sebagai:
1) Majelis ta’lim daerah pinggiran
2) Majelis ta’lim daerah gedongan
3) Majelis ta’lim daerah komplek perumahan
4) Majelis ta’lim perkantoran dan sebagainya
b. Menurut tempat penyelenggaraan, klasifikasinya
sebagai berikut :
1) Di masjid atau musholla
2) Di madrasah atau ruang khusus semacam itu
3) Di rumah secara tetap atau berpindah-pindah
4) Di ruang atau di aula kantor
c. Menurut organisasi jamaah, maka klasifikasi
Majelis ta’lim antara lain:
19 M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h. 71 20 Tutty Alawiyah As, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis
Ta’lim,(Bandung: Mizan, 1997), h. 77
33
1) Majelis ta’lim yang dibuka, dipimpin, dan
bertempat khusus yang dibuat oleh pengurus
sendiri atau guru
2) Majelis ta’lim yang didirikan, dikelola, dan
ditempati bersama, mereka mempunyai
pengurus yang dapat diganti kepengurusannya
(di pemukiman atau dikantor)
3) Majelis ta’lim yang mempunyai organisasi
induk seperti Aisyah, muslimat, Al-hidayah,
dan sebagainya.
c. Materi (Isi) dalam Majelis ta’lim
Seperti yang telah terjadi di lapangan, materi (isi)
dari Majelis ta’lim merupakan pelajaran atau ilmu yang
diajarkan dan disampaikan pada saat pengajian itu
dilakukan, dan materi-materi tersebut tidak jauh berbeda
dengan pendidikan agama yang ada disekolah-sekolah
atau madrasah-madrasah, dengan lain kata materi atau isi
tetap mengacu pada ajaran agama Islam.21
Adapun pengklasifikasian materi pada Majelis
ta’lim yang diajarkannya antara lain adalah:
a. Majelis ta’lim yang tidak mengajarkan sesuatu
secara rutin, tetapi hanya sebagai tempat
berkumpul membaca sholawat bersama atau
surat yasin, atau membaca Maulid Nabi dan
21 Harlin, Metode dan Pendekatan Dakwah Majelis Ta’lim Al-
Hidayah Pada Masyarakat Kalijaten, Skripsi, ( Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel, 2008), h.10
34
sholat sunnah berjamaah dan sebulan sekali
pengurus Majelis ta’lim mengundang seorang
guru untuk berceramah, dan ceramah inilah
yang merupakan isi ta’lim.
b. Majelis ta’lim yang mengajarkan pengetahuan
dan keterampilan dasar ajaran agama, seperti
belajar membaca al-qur’an atau penerangan
fiqih.
c. Majelis ta’lim yang mengajarkan pengetahuan
agama tentang fiqih, tauhid, atau akhlak yang
diberikan dalam pidato-pidato mubaligh
kadang-kadang dilengkapi juga dengan tanya
jawab.
d. Majelis ta’lim seperti butir ke tiga dengan
menggunakan kitab tertentu sebagai pegangan
di tambah dengan pidato-pidato atau ceramah.
e. Majelis ta’lim dengan pidato-pidato dan bahan
pelajaran pokok yang diberikan teks tertulis.
materi pelajaran disesuaikan dengan situasi
yang hangat berdasarkan ajaran Islam.22
Materi yang dipakai adalah semua yang terkandung
dalam Al-Qur’an yaitu sebagai berikut:
a. Aqidah
Aqidah menurut bahasa berasal dari kata aqada,
ya’qidu, aqdan atau aqidatan yang artinya mengikatkan.
22 Tutty Alawiyah As, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis
Ta’lim,(Bandung: Mizan, 1997), h. 77
35
Bentuk jama’ dari aqidah adalah aqaid yang berarti
simpulan atau ikatan iman. Dari kata itu muncul pula
kata I’tiqad yang berarti kepercayaan. Sedangkan aqidah
secara etimologis berarti ikatan atau sangkutan. Secara
praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan, atau
iman.23
Aqidah menurut Zuhairi adalah bersifat I’tikad
batin, berfungsi mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa
sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur, dan
meniadakan ala mini. 24 Aqidah dalam Islam adalah
bersifat i’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-
masalah yang erat hubungannya dengan iman kepada:
1. Iman kepada Allah
Kata “iman” berasal dari bahasa Arab yang artinya
percaya. Sedangkan percaya berarti pengakuan
terhadap adanya sesuatu yang bersifat ghaib, atau
sesuatu itu benar. Iman kepada Alah berarti
menyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tempat
mengabdi, menghambakan diri, serta mengadu
(tauhid al-ibadah), dan Allah sebagai satu-satunya
pembuat peraturan yang sempurna (tauhid al-tasyri).
2. Iman kepada Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat adalah meyakini malaikat
adalah makhluk Allah yang diciptakan dari nur
23 E. Hassan Saleh, Study Islam Diperguruan Tinggi Pembinaan
IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, (Jakarta: ISTN, 2000), h. 55 24 Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), h. 50
36
(cahaya) dan bahwa malaikat adalah makhluk yang
paling taat dan tidak sekalipun berbuat maksiat.
3. Iman kepada Kitab-KitabNya
Pengertian kepada kitab-kitab Allah adalah
meyakini bahwa kitab Allah itu benar datang dari
Allah SWT kepada para nabi atau rasul yang berisi
wahyu Allah untuk disampaikan kepada seluruh
umat manusia. Salah satu kitab Allah adalah Al-
Qur’an, dengan membaca dan memahami isi Al-
Qur’an, maka manusia akan merasa dekat dengan
Allah dan tenang dalam menghadapi segala hal.
4. Iman kepada Rasul-RasulNya
Iman kepada Rasul adalah percaya dengan
sepenuh hati bahwa Rasul adalah orang-orang yang
telah dipilih oleh Allah SWT untuk menerima
wahyu dari-Nya untuk disampaikan kepada seluruh
umat manusia agar menjadi pedoman hidup demi
memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
5. Iman kepada Hari Akhir
Hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh
hati bahwa Allah telah menetapkan hari akhir
sebagai tanda akhir dari kehidupan di dunia dan
awal dari kehidupan di akhirat. Karena itu, manusia
janganlah lengah, lupa diri ataupun terpesona
dengan kehidupan di dunia yang sifatnya hanya
sementara.
6. Iman kepada Qadha dan Qadhar
37
Iman kepada Qadha dan Qadhar artinya
percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa
Allah SWT telah menentukan segala sesuatu bagi
semua makhluk hidup.25
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aqidah
merupakan keimanan seseorang baik dalam sikap,
ucapan maupun tindakannya.
b. Syari’ah
Secara bahasa syari’ah adalah jalan (ke sumber mata
air) yang harus ditempuh (oleh setiap umat Islam).
Sedangkan menurut istilah makna syari’ah adalah sistem
norma (kaidah) yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia
dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan
benda dan alam lingkungan hidupnya.26 Syari’ah terdiri
dari beberapa aspek yaitu:
1. Ibadah
Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah,
shalat, zakat, puasa, haji bila mampu. Ibadah
tersebut hukumnya wajib. Ibadah secara umum
memiliki arti mengikuti segala hal yang di cintai
Allah dan di ridhoi-Nya, baik perkataan maupun
perbuatan lahir dan batin.
2. Muamalah
25 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:
Al-Ikhlas, 1983), h. 60 26 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000), h. 134
38
Kata muamalah berasal dari fiil madhi
amala yang berarti bergaul dengannya, berurusan
(dagang). Sedangkan muamalah adalah ketetapan
Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya, dan dengan lingkungannya (alam
sekitar) nya. Muamalah berarti aturan-aturan
(hukum) Allah yang mengatur hubungan manusia
dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.
Kaitannya dengan hubungan antar sesama manusia,
maka dalam muamalah ini mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan masalah ekonomi, politik, sosial,
hukum, dan kebudayaan.27
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
syari’ah merupakan hukum Allah guna mengatur
hubungan antara manusia dengan Allah dan manusia
dengan manusia lainnya.
c. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim
mashdar dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai
dengan timbangan tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan
yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah
(kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan,
kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-
din (agama).28
27 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1992), h. 1 28 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 1
39
Terdapat beberapa pengertian akhlak menurut para
ahli, yaitu:
1. Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
2. Menurut Imam Al-Ghazali yang dikenal sebagai
Hujjatul Islam (Pembela Islam) karena
kepiawaianya dalam membela Islam dari
berbagai faham yang dianggap menyesatkan, Ia
mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.29
3. Menurut Zuhairi, akhlak adalah suatu amalan
yang bersifat pelengkap penyempurna bagi
kedua amal yaitu akidah dan syari’ah dan
mengajarkan tentang cara pergaulan hidup
manusia.30
Dengan demikian, akhlak merupakan sifat jiwa yang
berhubungan dengan niat baik dan buruk yang berada
didalam jiwa manusia tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan sehingga melahirkan suatu perbuatan yang
tanpa di sengaja dan tanpa di buat-buat. Maka dari itu
29 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 2 30 Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), h. 60
40
dalam pembinaan agama Islam sangat perlu diadakan
pembinaan akhlak, dimana akan mengarahkan manusia
kearah tujuan hidup yang bahagia dunia dan akhirat.
Macam-macam akhlak menurut Mohammad Ardani
yaitu, sebagai berikut:31
a. Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat
amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan
manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia,
akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia
memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu,
yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan
menjangkau hakekatnya.
2. Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat
diartikan menghargai, menghormati, menyayangi
dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya,
karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan
amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan
dengan sebaik-baiknya.
3. Akhlak terhadap sesama manusia
31 Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya
Utama, 2005), Cet ke-2, h. 49
41
Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan
eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak
bergantung pada orang lain, untuk itu ia perlu
bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan
orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik
kepada saudara, karena ia berjasa dalam ikut serta
mendewasakan kita, dan merupakan orang yang
paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan
dengan memuliakannya, memberikan bantuan,
pertolongan dan menghargainya.
b. Akhlak Al-Mazmumah
Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah
sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik
seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap
membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar
dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-
cara menjauhinya.32
Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai
berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:
1. Berbohong ialah memberikan atau
menyampaikan informasi yang tidak sesuai
dengan yang sebenarnya.
2. Takabur atau sombong ialah merasa atau
mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi
32 Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya
Utama, 2005), Cet ke-2, h. 49
42
orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih
hebat.
3. Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas
kenikmatan yang diperoleh orang lain.
Bakhil atau kikir ialah sukar baginya mengurangi
sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang
lain.33
6. Regulasi Emosi
a. Definisi Regulasi Emosi
Menurut Santrock, emosi merupakan perasaan, afek,
yang terjadi ketika seseorang berada dalam sebuah
kondisi atau sebuah interaksi yang penting baginya,
khususnya bagi kesejahteraannya. Emosi ditandai oleh
perilaku yang merefleksikan (mengekspresikan) kondisi
senang atau tidak senang seseorang atau transaksi yang
sedang dialami. emosi juga dapat bersifat lebih spesifik,
tergantung pada bagaimana transaksi mempengaruhi
orang tersebut. Emosi dapat bervariasi dalam
intensitasnya.34
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan
bahwa, emosi merupakan luapan dari perasaan yang
berkembang dan surut dalam waktu singkat. Emosi juga
dapat dikatakan sebagai reaksi atas stimulus yang
33 Ibid., h. 56 34 J Santrock W, Remaja, edisi kesebelas. (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2007), h. 53
43
menyebabkan perubahan pada diri individu, seperti
wajah, penilaian kognitif, perasaan subjektif dan
perilaku. Emosi ditandai oleh perilaku yang
merefleksikan kondisi senang atau tidak senang
seseorang atas interaksi yang sedang dialami.
Seseorang dengan emosi yang berlebihan cenderung
kurang dapat menguasai diri dan tidak memperhatikan
keadaan serta norma sekitar. Menurut Albin, setiap
emosi yang muncul dari dalam diri seseorang mampu
mempengaruhi lingkungan sekitar, sehingga perlu
dikelola sebagai mana mestinya.35
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat
diketahui bahwa emosi merupakan perasaan atau
keadaan individu yang muncul karena adanya stimulus
dari situasi yang dialami.
Regulasi sendiri adalah suatu cara yang digunakan
untuk mengendalikan individu dengan aturan tertentu.
Gross menyatakan regulasi emosi ialah strategi yang
dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk
mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu
atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman
emosi dan perilaku. Seseorang yang memiliki regulasi
emosi dapat mempertahankan atau meningkatkan emosi
yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain
35 R. S. Albin, Emosi bagaimana mengenal, menerima, dan.
Mengarahkannya. (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h. 74
44
itu, seseorang juga dapat mengurangi emosinya baik
positif maupun negatif.36
Aspek penting dalam regulasi emosi ialah kapasitas
untuk memulihkan kembali keseimbangan emosi
meskipun pada awalnya seseorang kehilangan kontrol
atas emosi yang dirasakannya. Selain itu, seseorang
dalam waktu singkat merasakan emosi yang berlebihan
dan cepat menetralkan kembali pikiran, tingkah laku,
respon fisiologis dan dapat menghindari efek negatif
akibat emosi yang berlebihan.
b. Aspek-Aspek Regulasi Emosi
Menurut Gross, aspek- aspek regulasi emosi dibagi
menjadi empat yaitu :37
1. Strategies to emotion regulation (strategies)
Adalah keyakinan individu untuk dapat
mengatasi suatu masalah, memiliki kemampuan
untuk menemukan suatu cara yang dapat
mengurangi emosi negatif, dapat dengan cepat
menenangkan diri kembali setelah merasakan emosi
yaang berlebihan.
2. Engaging in goal directed behavior (goals)
Adalah kemampuan individu untuk tidak
terpengaruh oleh emosi negarif yang dirasakannya
36 J. J. Gross, Handbook of emotion regulation, (New York: The
Guildford Press. 2007), h. 211 37 Ibid., h. 214
45
sehingga dapat berfikir dan melakukan sesuatu
dengan baik.
3. Control emotional responses (impulse)
Adalah kemampuan individu untuk dapat
mengontrol emosi yang dirasakan serta respon
emosi yang ditampilkan (respon fisiologis, tingkah
laku dan nada suara), sehingga individu tidak akan
merasakan emosi yang berlebihan dan menunjukkan
emosi yang tepat.
4. Acceptance of emotional response (acceptance)
Adalah kemampuan individu untuk menerima
suatu peristiwa yang menimbulkan emosi negatif
dan tidak merasa malu merasakan emosi tersebut.
c. Ciri-Ciri Regulasi Emosi
Individu dikatakan mampu melakukan regulasi
emosi jika memiliki kendali yang cukup baik terhadap
respon yang muncul. Kemampuan regulasi emosi dapat
dilihat dalam lima kecakapan yang dikemukakan oleh
Goleman, yaitu :
1. Kendali diri, dalam arti mampu mengelola
emosi dan impuls yang merusak dengan efektif.
2. Memiliki hubungan interpersonal yang baik
dengan orang lain.
3. Memiliki sikap hati-hati.
4. Memiliki adaptibilitas, yang artinya luwes
dalam menangani perubahan dan tantangan.
5. Toleransi yang lebih tinggi terhadap frustasi.
46
6. Memiliki pandangan yang positif terhadap diri
dan lingkungannya.
d. Proses Regulasi Emosi
Menurut Gross, regulasi emosi dapat terjadi baik
saat stimulus itu muncul ataupun setelah stimulus itu
muncul yang meliputi lima hal pokok, yaitu :38
1. Pemilihan Situasi
Kita dapat mendekati atau menghindari orang,
tempat atau objek. Tipe regulasi emosi ini
melibatkan mengambil tindakan yang memperbesar
atau memperkecil kemungkinan bahwa kita akan
sampai pada sebuah situasi perkiraan akan
memunculkan emosi yang diharapkan maupun yang
tidak diharapkan.
2. Perubahan situasi
Perubahan situasi merupakan usaha yang secara
langsung dilakukan untuk memodifikasi situasi agar
efek emosinya teralihkan. Situasi-situasi tersebut
adalah situasi yang berpotensi membangkitkan
emosi. Modifikasi situasi ini dapat dilakukan oleh
pihak eksternal maupun internal. Dari pihak internal
yaitu usaha yang dilakukan oleh diri sendiri,
sedangkan dari pihak eksternal yaitu usaha dari
orang lain untuk menurunkan tekanan emosi. Upaya
38 J. J. Gross, Handbook of emotion regulation, (New York: The
Guildford Press. 2007), h. 220
47
untuk mengubah situasi secara langsung untuk
mengurangi dampak emosionalnya merupakan salah
satu bentuk regulasi emosi yang kuat.
3. Pengalihan perhatian
Pengalihan perhatian merupakan cara individu
mengarahkan perhatiannya di dalam sebuah situasi
untuk mengatur emosinya. Terdapat dua strategi
pengalihan perhatian yaitu distraksi dan konsentrasi.
Distraksi merupakan cara pengalihan perhatian
dengan memindahkan fokus intrenal dari satu situasi
ke situasi lain. Sedangkan konsentrasi cara
pengalihan perhatian dengan memfokuskan diri
pada ancaman atau kemungkinan terburuk yang
akan terjadi dari sebuah situasi, dengan kata lain
seseorang akan lebih fokus pada rencana untuk
memecahkan masalah.
4. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif merupakan cara individu
dalam menilai situasi ketika berada dalam situasi
yang bermasalah untuk mengubah tekanan
emosinya. Perubahan kognitif mengacu pada cara
kita menilai situasi dimana kita terlibat di dalamnya,
dengan mengubah bagaimana kita memikirkan
tentang situasi atau kapasitas menangani resiko dari
emosi tersebut.
5. Perubahan respon
48
Ini terjadi pada bagian akhir, termasuk disini
penggunaan obat, alkohol, terapi, makanan atau
tekanan. Modifikasi respon mempengaruhi
fisiologis dan pengalaman. Upaya untuk
meregulasi aspek fisologis dan pengalaman emosi
adalah hal yang lazim dilakukan. Obat digunakan
mentarget respon fisiologis, olahraga dan relaksasi
juga digunakan untuk mengurangi aspek fisiologis
dan pengalaman emosi negatif.
7. Implementasi Agama terhadap Regulasi Emosi Orang
Tua
Kesejahteraan psikologis ibu yang rendah dapat
mempengaruhi perannya di dalam keluarga.
Kesejahteraan psikologis yang rendah menurut Ryff
(1989:25) dapat menjadikan seseorang merasa tidak puas
terhadap diri sendiri, kurang percaya terhadap hubungan
dengan orang lain tidak mampu bekerjasama,
kekhawatiran terhadap harapan dan evaluasi dari orang
lain, merasa tidak mampu untuk mengubah dan
meningkatkan situasi karena tidak peduli dengan
kesempatan di lingkungan sekitar karena tidak meyakini
bahwa hidup ini berarti, kurang memiliki keinginan untuk
berkembang dan tumbuh.
Fenomena dan penelitian empirik yang terjadi di
kehidupan keluarga menunjukkan ibu memiliki peran
penting untuk mewujudkan keluarga yang diidamkan.
49
Salah satu cara yang dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan psikologis Ibu adalah melalui bimbingan
dan konseling keagamaan alasannya adalah orientasi
keagamaan diharapkan mampu mengatasi persoalan-
persoalan kehidupannya dengan cara yang positif
berdasarkan keyakinan dan pengetahuan terhadap aspek
religi.
Agama, menurut Oneder (2008:13), memainkan
peran penting dalam kehidupan banyak orang. Bukti
empiris menunjukkan bahwa keyakinan beragama telah
berkontribusi secara positif terhadap kesehatan mental.
Pada saat ini, menurut Carlson, Kikpatrick, hecker &
Killmer (Onedera, 2008:18) menunjukkan peningkatan
dalam literatur terkait dengan pernikahan dan keluarga.
Selanjutnya, Greenfield, Vailland dan Marks
(2009:196) mengemukakan bahwa terdapat beberapa
alasan mengapa keagamaan mungkin akan lebih utama
bagi perempuan daripada pria. Hubungan sosial yang
lebih kuat mempengaruhi kesehatan mental perempuan
daripada laki-laki, pada perempuan aspek relasional
sosial berbeda dengan laki-laki. Hood, Hill Spilka,
Bernard (2009) menjelaskan bahwa Sepanjang Abad 20
perempuan telah menunjukkan perlawanannya disetiap
terkait dengan ikatan psikososialnya. Namun perubahan
besar tersebut menunjukkan bahwa perempuan mulai
mengalami perubahan terhadap kontrol laki-laki di
hampir semua aspek kehidupan mereka peran klasik
50
perempuan dalam kaitannya dengan agama juga mulai
berubah secara radikal pada 1960-an. Perempuan mulai
mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai arah
mereka sendiri. Mereka juga mengambil tanggung jawab
lebih untuk memberikan dukungan sosial dan
mempertahankan hubungan dalam keluarga dan
kelompok sosial lainnya. Levin (Greenvfield, Vailland
dan Mark, 2009:196) menyatakan perempuan lebih kuat
menginternalisasikan sifat-sifat dan perilaku yang lebih
kongruen dengan nilai-nilai agama. Dari hasil penelitian
dari para ahli tersebut, maka peneliti mencoba mencari
tahu implementasi agama dikegiatan Majelis ta’lim
dalam meningkatkan regulasi emosi orangtua khususnya
ibu-ibu yang mengikuti kegiatan Majelis ta’lim tersebut.
8. Pengasuhan Pada Anak Usia Remaja
a. Masa Remaja
Usia remaja merupakan masa transisi dari masa
awal anak-anak hingga masa dewasa. Masa remaja
merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat, masa remaja berlangsung kira-kira dari
usia 13-16 tahun dan akhir masa remaja berlangsung
kira-kira dari usia 17-18 tahun. Masa remaja
merupakan masa yang tumpah tindih dengan masa
pubertas, dimana remaja mengalami ketidaksetabilan
dalam dirinya atas perubahan biologis yang di alami
anak remaja tersebut, usia remaja sering kali mudah
51
marah,mudah di rasang dan emosinya cenderung
meledak-ledak, serta tidak bisa mengendalikan
perasanya
b. Pola Pengasuhan Anak Usia Remaja
Pola asuh anak usia remaja merupakan proses
membesarkan dan mendukung perkembangan fisik
dan mental yang juga meliputi emosional, social dan
spiritual. Dimana tujuan utama pada pola asuh disini
seharusnya orang tua lebih mendekat atau face to
face pada anak dengan memenuhi segala yang
mereka mau dalam hal positif dan mendukung segala
hal prestasi yang dia harapkan. Orang tua juga perlu
memperhatikan perkembangan fisik yang dihadapi
remaja atau biasa disebut puberitas. Orang tua
sebaiknya tidak terlalu membiarkan kehidupan anak
dalam usia remaja tanpa sepengetahuan kedua orang
tua dan harus lebih intensif dan perhatian tapi dalam
artian tidak perhatian yang berlebihan.
Menjelang masa remaja awal (13- 16 tahun), anak-
anak akan mengalami kondisi di mana kehidupan
terasa bebas, rasa penasaran yang tinggi terhadap
hal-hal baru, meningkatnya fungsi seksualitas dan
dorongan emosi yang tidak stabil. Terhadap hal
tersebut, peran orang tua menjadi sangat penting
terutama sebagai agent of control bagi perilaku
mereka.
52
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh
orang tua untuk menyikapi anak yang menjelang
masa remaja awal, yaitu:
1. Menjalin komunikasi dua arah
Sebagai orang tua, kita tidak selamanya tahu apa
yang anak inginkan dan lakukan pada pergaulannya.
Apalagi sebagai remaja awal (adolescence) yang
memiliki banyak keinginan. Namun kita tidak usah
hawatir tentang hal tersebut, menjalin komunikasi
dua arah adalah solusi terbaik untuk mengetahui
sebagian besar hal tentang mereka. Berilah
kesempatan buat mereka untuk bercerita dan
mencurahkan isi hatinya, karena remaja cenderung
suka bercerita dibanding mendengarkan. Setelah
mereka bercerita, kita sebagai pendengar bisa
sedikit demi sedikit memberikan masukan dengan
nada bercerita pula. Hal itu agar mereka tidak
merasa seperti dihakimi atau dinasihati.
2. Bekerja sama dengan guru
Bagi orang tua yang mempunyai sedikit waktu
untuk bisa berkomunikasi intensif dengan anak,
guru di sekolahan menjadi solusi. Artinya orang
tua bisa memberikan otoritas kepada sekolah
untuk bisa mendidik dan mengarahkan anaknya
dengan kesepakatan tertentu. Dengan adanya
kesepakatan antara orang tua dan guru, maka pihak
53
sekolah atau guru akan lebih leluasa untuk mengatur
dan mengontrol perilaku si anak remaja
3. Memperkenalkan anak pada ajaran, norma dan
nilai agama
Memperkenalkan norma dan nilai agama menjadi
hal penting dalam membentengi remaja dari
pergaulan yang melampaui batas. Sebab dalam
agama, ada batasan-batasan yang mengatur
bagaimana etika bergaul dan bersosialisasi dengan
orang lain, terutama lawan jenis. Memperkenalkan
anak pada ajaran agama dapat memberikan
kesibukan positif bagi mereka seperti rajin salat,
mengaji dan berorganisasi sosial keagamaan.
Sedangkan memperkenalkan mereka pada norma dan
nilai agama dapat membatasi mereka dalam
berperilaku.
B. Kerangka Berfikir
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti merancang kerangka
befikir untuk hubungan antara bimbingan agama dengan regulasi
emosi seperti diagram dibawah ini :
54
Kondisi emosi Kondisi Emosi
Sebelum
mendapat
bimbingan
agama
Regulasi Emosi
Bimbingan
Agama &
Majelis Taklim
Setelah
mendapatkan
bimbingan
agama
Isi, Materi,
Penceramah,
bimbingan
55
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah
1. Sejarah Berdiri
Gambar 1. Masjid Jami Al-Marhamah
Di Kampung Duri, Desa Tonjong RT 03 RW 02
kecamatan Tajurhalang, Kab. Bogor berdiri sebuah Masjid yang
bernama Masjid Jami Al-Marhamah yang di dalam organisasi
masjid itu terdapat Majelis ta’lim. Saat ini antusias masyarakat
untuk datang ke masjid tinggi begitu juga pada masyarakat Di
Kampung Duri, Desa Tonjong RT 03 RW 02. Masjid Jami Al-
Marhamah menjadi Masjid RW 02 yang dibangun sekitar tahun
1989 atas tanah wakaf dari Bapak Nairan (Alm) yang sebagai
sesepuh Desa Tonjong dan bangunannya atas subsidi pemerintah
yang dikerjakan oleh anggota TNI Angkatan Darat dari pusat
Jakarta.
Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah, ide dan
gagasan mendirikan Majelis ta’lim tersebut didasari atas
56
kebutuhan masyarakat terhadap ilmu agama Islam serta pada
kondisi bangsa Indonesia yang dianggap mulai meninggalkan
tradisi dan nilai-nilai keagamaan serta merosotkan moralitas
bangsa akibat pengaruh budaya bangsa barat.
Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah terbentuk
sekitar tahun 1990 pada awal berdirinya sampai sekarang
dibawah Kepengurusan Keluarga Besar Alm. Bapak Nairan,
dimana saat ini sebagai kepala pengurus Majelis ta’lim nya
adalah Ibu Ustadzah Hj. Cana (putri bapak Nairan alm.). Pada
awalnya jumlah dari Majelis ta’lim itu sangat sedikit dan
khususnya bagi kalangan dewasa dan orang tua. Dan seiring
dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat, maka Majelis
ta’lim tersebut sudah memiliki jamaah kurang lebih 120 orang
yang terdiri dari kaum ibu-ibu muda maupun yang sudah tua
dimana berasal dari beberapa RT dilingkungan Kampung Duri,
Desa Tonjong.
2. Program Kerja
Kepengurusan juga memiliki program kerja sebagai
pedoman kegiatan selanjutnya. Adapun program kerja tersebut
meliputi :
1. Melaksanakan kegiatan pengajian mingguan setiap hari
Selasa dan bulanan setiap minggu pertama di awal bulan.
2. Belajar membaca Al-Qur’an dan mengkaji Isi Al-
Qur’an di pengajian mingguan.
3. Mengundang Ustadz /ustadzah setiap minggunya.
4. Melaksanakan kegiatan acara pada hari besar Islam.
57
5. Melaksanakan kegiatan wisata religi.
6. Pada bulan puasa memberi ta;zil di Masjid Jami Al-
Marhamah.
7. Pada bulan ramadhan melakukan tadarussan setiap
malam.
8. Berkunjung ke rumah anggota ketika ada musibah.
9. Belajar dan berlatih rebana.
B. Peranan Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah
Peranan Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah,
antara lain:
1. Memberikan wawasan keagamaan yang luas
kepada para jama'ah. Peran Majelis Ta’lim Masjid Jami
Al-Marhamah dalam pengembangan wawasan keagamaan
para jama ’ahnya, terlihat dari kegiatan- kegiatan yang
dilaksanakan. Dari berbagai kegiatan - kegiatan tersebut
secara langsung para jama ’ah majelis ta’lim tersebut
dapat mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang
wawasan agama Islam dan akhirnya menambah
pengetahuan mereka tentang Islam sebagai agama yang
mereka yakini serta mereka jadikan sebagai landasan
hidup sehari - hari.
2. Mempererat tali silaturrahim antar sesama muslim
Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan Majelis Ta’lim
Masjid Jami Al-Marhamah, tidak hanya untuk menambah
wawasan keagamaan Islam saja tetapi juga menjadi ajang
untuk mempererat tali silaturrahmi sesama jama ’ah.
58
3. Menciptakan masyarakat yang bertaqwa serta
memiliki akhlaqul karimah. Peran Majelis Ta’lim Masjid
Jami Al-Marhamah dalam menciptakan masyarakat yang
bertaqwa serta berakhlaqul karimah , dilakukan dengan
cara memberikan pemahaman tentang pentingnya
pengamalan agama dalam kehidupan sehari - hari. Hal ini
yang akan menjadikan benteng pertahanan untuk
menghadapi kemajuan tekhnologi dan perkembangan
jaman.
4. Melahirkan pribadi- pribadi yang bertanggung
jawab, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, serta
bangsa dan negara. Dengan kegiatan- kegiatan dan
pemahaman tentang agama yang diberikan di Majelis
Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah diharapkan para jama
’ah mampu menerapkan dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara serta menjadi pribadi yang
bertanggung jawab di berbagai aspek kehidupan.
C. Data dan Agenda Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah
1. Daftar Penceramah
a. Penceramah : Ustad Subki Abdurrahman
Kajian : Ilmu fiqih
Usia : 54 tahun
Profesi : Ketua MUI Desa Tonjong Kec.
Tajurhalang
59
b. Penceramah : Ustad Abu Abdillah
Kajian : Tafsir Al-Quran dan Hadist
Usia : 49 tahun
Profesi : Ketua MUI Desa Nanggela, Kec.
Tajurhalang
c. Penceramah : Ustadzah Cana
Kajian : Ilmu Tajwid dan Sejarah Pengetahuan
Islam
Usia : 69 tahun
Profesi : Ketua Pengajian Ibu – Ibu Desa Tonjong
2. Agenda Pengajian & Bimbingan Agama
a. Pengajian Mingguan setiap hari Selasa pagi
b. Pengajian Bulanan setiap minggu pertama di awal
bulan
c. Pengajian Anak-anak ba’da Magrib.
60
BAB IV
DATA & TEMUAN PENELITIAN
A. Persiapan & Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Data Partisipan
Penelitian ini menggunakan partisipan Ibu-Ibu yang
aktif mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim Masjid Jami
Al-Marhamah dengan Kriteria Partisipan umur sekitar 30
– 45 Tahun dan memiliki anak usia remaja umur sekitar
12 – 18 tahun. Peneliti melakukan pengamatan terhadap
para jamaah Majelis ta’lim ketika diadakan pengajian
Mingguan di hari Selasa.
Setelah menemukan partisipan yang sesuai dengan
kriteria tersebut maka peneliti melakukan komunikasi
awal dengan menghubungi via telepon atau menemui
langsung setelah acara pengajian selesai untuk
menanyakan kesediaan partisipan dalam penelitian. Jika
bersedia, maka peneliti akan mengatur jadwal pertemuan
untuk wawancara. Panduan wawancara yang di buat
mengacu pada teori yang digunakan peneliti pada
panduan pertanyaan umum.
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian melakukan pengambilan data dengan
metode wawancara. Wawancara dilakukan terhadap
sampel 3 orang partisipan.
61
Berikut ini merupakan waktu & tempat pengambilan data
:
Tabel 1. Waktu & tempat penelitian
No Keterangan Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3
1 Wawancara Jumat, 5
Juni 2020 di
Rumah
partisipan
Sabtu, 6 Juni
2020 di
Rumah
partisipan
Minggu, 7
Juni 2020 di
Rumah
partisipan
3. Data Partisipan
Tabel 2. Data Partisipan
No Keterangan Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3
1 Nama Inisial Enah Sidik
(ES)
Siti Aisyah
(SA)
Dede Fildah
(DF)
2 Usia 42 42 40
3 Pendidikan
terakhir
SD SMA SD
4 Pekerjaan Kader
Posyandu
Guru PAUD Ibu RT dan
usaha
rumahan
5 Jumlah anak 2 3 3
6 Umur Anak 17 tahun &
23 tahun
14 tahun, 11
tahun dan 5
tahun
22 tahun, 17
tahun dan
11 tahun
62
B. Temuan Penelitian
Adapun gambaran dari ketiga partisipan tersebut
sebagai berikut:
a. Partisipan 1
ES adalah seorang ibu yang memiliki 2 orang anak
usia 17 tahun & 23 tahun di mana ES sebagai ibu
rumah tangga juga aktif sebagai Kader di Posyandu
RW 02 Desa Tonjong. ES adalah seorang ibu
yang Di kenal ramah di lingkungannya. Ketika
peneliti datang ke rumahnya disambutnya dengan
sangat ramah dan bersedia untuk menjadi salah satu
partisipan dalam penelitian ini. Ketika peneliti
melakukan proses wawancara di rumah ES, Peneliti
juga berjumpa dengan dua anak remajanya, dan saat
Peneliti berkunjung suaminya sedang bekerja.
ES selalu aktif & bisa di bilang tidak pernah absen
mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim Masjid Jami
Al-Marhamah. ES sudah mengikuti Majelis ta’lim
selama lebih dari 25 tahun. Sehari-harinya ES
Menjalankan semua aktivitasnya termasuk mengurus
rumah tangga dan usaha juga keaktifannya menjadi
kader posyandu. Itu semua tidak mengurangi
kegiatannya dalam pengajian mingguan ataupun
bulanan di Masjid Jami Al-Marhamah.Dan di dalam
kegiatan pengajian juga sering memberanikan diri
untuk menampilkan kemampuannya seperti menjadi
63
MC di saat pengajian bulanan di Masjid Jami Al
Marhamah dan ES juga aktif bertanya kepada
penceramah Ustaz maupun ustadzah mengenai ilmu
agama yang tidak dipahaminya nya baik itu tentang
fiqih Tafsir Alquran dan hadis terutama tentang cara
mendidik anak-anak agar menjadi anak-anak yang
saleh dan Salehah.
Hasil wawancara dengan ES, Pendidikan
terakhirnya di jenjang Sekolah Dasar (SD) sungguh
sangat minim akan ilmu-ilmu agama. Bimbingan
Agama di Majelis Ta’lim Al-Marhamah memberikan
pengetahuan & materi yang berhubungan dengan
peran sebagai orang tua.
Di samping itu, support dari suami sebagai kepala
keluarga yang baik & mendukung ES untuk selalu
mengikuti pengajian di Majelis ta’lim, membuat ES
sangat aktif mengikuti pengajian. ES juga
mengungkapkan kepada peneliti bahwa kadang-
kadang hasil atau materi yang didapakat di Majelis
ta’lim langsung disampaikan kepada suami dan
menjadi bahan diskusi di keluarga.
Adapun pengaruhnya dalam regulasi emosi
terhadap ibu ES dalam mendidik anak-anaknya atau
mengatasi kenakalan kenakalan yang terjadi kepada
anaknya itu sangat berpengaruh sekali ajaran ataupun
bimbingan agama yang didapatnya di masjid Ta’lim
Al Marhamah seperti halnya contoh anak pertamanya
64
yang usia 23 tahun terkadang anak gadis sering lebih
suka berdiam di kamar, tidur larut malam karena
bermain handphone yang mengakibatkan shalat
subuhnya telat. pada saat itu yang pada awalnya ES
suka marah-marah ketika memberitahu anak
gadisnya, sekarang tidak lagi karena ES mengingat
saran ataupun bimbingan agama yang diberikan oleh
penceramah Ustad ataupun Ustadzah di Majelis
Ta’lim Al-Marhamah, salah satunya nya tata cara
yang lemah lembut dalam memberitahu anak
gadisnya agar tidak begadang bermain handphone
supaya tidak telat shalat subuhnya dan bisa membantu
pekerjaan ES salah satunya menjaga toko kuenya
ataupun membantu membersihkan rumah. Dengan
begitu anak gadisnya pun menerima bahwa
perbuatannya itu tidak baik dan tidak benar dan segera
mengikuti saran atas perintah dari ES sebagai
ibunya. Dengan komunikasi & informasi ajaran agama
tersebut maka anak akan nyaman untuk berkomunikasi
dengan orang tua & melaksanakan perintah dari orang
tua. Mengikuti pengajian di Majelis ta’lim Masjid
Jami Al-Marhamah membuat regulasi emosi ES
kearah positif dan merasakan kenyamanan &
ketenangan
b. Partisipan 2
SA adalah seorang Ibu yang memiliki 3 orang
anak usia 14 tahun, 11 Tahun & 5 tahun dimana SA
65
sebagai Ibu Rumah Tangga yang memiliki profesi
sebagai guru PAUD. Ibu SA menjadi tulang
punggung dalam rumah tangganya dikarenakan
suaminya tidak bekerja bukan karena sakit ataupun
keterbatasan fisik tetapi karena kebiasaan mertuanya
yang sudah memanjakan suaminya sejak kecil. maka
dari itu dalam menjalankan rumah tangga Ibu SA lah
yang berposisi mencari nafkah sekaligus menjadi ibu
rumah tangga, sedangkan suaminya hanya membantu
ibu SA dalam mengurus pekerjaan rumah tangga dan
mengantar jemput ibu SA pulang pergi mengajar di
PAUD SA tergolong aktif dalam mengikuti pengajian
di Majelis ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah. Ibu SA
yang sudah mengikuti Majelis ta’lim selama lebih
dari 25 tahun..
Pengajian mingguan yang dilaksanakan setiap hari
selasa pagi, tidak mengganggu aktifitas SA sebagai
Ibu rumah tangga. Terhadap bimbingan agama yang
berkaitan dengan Pengasuhan anak usia remaja, kajian
di pengajian Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah sangat bervariasi seperti kisah-kisah para
Nabi dalam mengajarkan anak, pola pengasuhan anak
di masa jaman sekarang dengan metode bimbingan
agama dan pedoman-pedoman lainnya yang berkaitan
dengan pengasuhan anak di dalam agama Islam
Bagi Ibu SA, Peran dari Majelis Ta’lim Masjid
Jami Al-Marhamah dalam membina sikap keagamaan
66
para jamaahnya dalam segi ibadah sangatlah
bermanfaat. Berdasarkan ilmu yang mereka dapatkan
dari penceramah dan juga pada awalnya para jamaah
atau anggota belum mengetahui pelaksanaan ibadah
madhah ataupun ibadah ghairo madhah maka dengan
pergi ke majelis ta’lim mereka dapat mengetahui
pentingnya ibadah itu.
Mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim Masjid
Jami Al-Marhamah membuat regulasi emosi Ibu SA
kearah positif dan merasakan kenyamanan dan
ketenangan.
Kedatangan peneliti ke rumah Ibu SA disambut
dengan baik namun sangatlah terlihat lelah di wajah
Ibu SA dikarenakan kan memiliki peran ganda.
Ketika peneliti mulai bertanya kepada ibu SA dalam
mengatasi kenakalan anak remajanya dan mendidik
anak remajanya sesuai bimbingan agama
yang dipelajari di Majelis Ta'lim Al Marhamah
sangatlah berpengaruh dalam regulasi emosi Ibu
SA. Seperti contoh ketika anak remajanya yang
berusia 14 tahun seringkali telat pulang sekolah
dikarenakan bermain PS di rumah temannya sebelum
tiba di rumah, itu sangatlah membuat ibu SA sangat
cemas dan khawatir memikirkan anak sulungnya dan
berniat ingin memarahi anaknya ketika tiba di
rumah. Namun ibu SA Teringat Bimbingan agama
Dari para ustadz dan ustadzah di Majelis ta’lim Al-
67
Marhamah dengan begitu ibu SA segera sadar dan
membatalkan niatnya untuk memarahi anak sulungnya
dan segera menasehati anaknya dengan bimbingan
agama yang didapatnya di Masjid Jami Al-Marhamah.
Adapun Ibu SA dalam mengatasi dan mendidik
anaknya yang berusia 5 tahun. Terkadang ketika ibu
SA baru tiba di rumah setelah pulang mengajar di
PAUD anaknya yang berusia 5 tahun merengek ingin
bermain dengan ibu SA dalam kondisi lelah setelah
pulang mengajar di PAUD sangatlah menguras emosi
namun kembali ibu SA mengingat bimbingan agama
yang dimiliki ibu SA di Masjid Ta'lim Al Marhamah
sehingga Ibu SA tidak marah ataupun merasa kesal
tetapi ibu SA segera membujuk anaknya yang berusia
5 tahun untuk mengerti kondisinya dan mengalihkan
keinginan anaknya dengan memberikan sebuah
makanan ringan, permen, mainan edukasi anak usia
dini seperti buku gambar beserta pensil warna dengan
begitu sang anak bungsu merasa senang tidak lagi
merengek .Dan juga menurut Ibu SA ,ketika
penyampaian bimbingan agama oleh Ibu SA diterima
atau tidak oleh anaknya, SA tetap menjaga ketenangan
& menahan amarah karena sesuai bimbingan agama di
Majelis, sabar menjadi kunci Utama dalam
pengasuhan anak.
68
c. Partisipan 3
DF adalah seorang Ibu yang memiliki 3 orang
anak usia 22 tahun, 17 Tahun & 11 tahun dimana DF
sebagai Ibu Rumah Tangga memiliki uasaha jualan
sembako di warung milik sendiri di depan rumahnya.
Ibu DF tergolong aktif dalam mengikuti pengajian di
Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah dan sudah
mengikuti Majelis ta’lim selama lebih dari 20 tahun.
Pengajian mingguan yang dilaksanakan setiap hari
selasa pagi, tidak mengganggu aktifitas DF sebagai
Ibu rumah tangga dan mengelola warung sembako
miliknya.
Ketika peneliti datang berkunjung kerumah ibu
DF untuk mengajukan pertanyaan mengenai perihal
bimbingan agama yang berpengaruh dalam regulasi
emosi ibu DF dalam mendidik dan mengatasi kendala
atas kenakalan anak remajanya ibu DF sangatlah
antusias menerima dan menjawab pertanyaan peneliti,
adapun pekerjaan suami ibu DF yakni bekerja di
restaurant chines food di jakarta yang pulangnya
seminggu sekali itu sangatlah berpengaruh dalam
kondisi ibu DF dalam mendidik anak-anaknya
sehingga sangatlah berperan bimbingan agama di
Masjid Al- Marhamah yang dimiliki ibu DF.
Bagi Ibu DF, Peran dari Majelis Ta’lim Masjid
Jami Al-Marhamah dalam membina sikap keagamaan
para jamaahnya dalam segi ibadah sangatlah
69
berpengaruh. Berdasarkan ilmu yang mereka dapatkan
dari penceramah dan juga pada awalnya para jamaah
atau anggota belum mengetahui pelaksanaan ibadah
madhah ataupun ibadah ghairo madhah maka dengan
pergi ke Majelis ta’lim mereka dapat mengetahui
pentingnya ibadah itu. Terhadap bimbingan agama
yang berkaitan dengan Pengasuhan anak usia remaja,
kajian di pengajian Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah sangat bervariasi seperti kisah-kisah para
Nabi dalam mengajarkan anak, pola pengasuhan anak
di masa jaman sekarang dengan metode bimbingan
agama dan pedoman-pedoman lainnya yang berkaitan
dengan pengasuhan anak di dalam agama Islam
Mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim Masjid Jami
Al-Marhamah membuat regulasi emosi Ibu DF kearah
positif dan merasakan kenyamanan dan ketenangan.
Bimbingan agama seperti dalam bidang
pengasuhan anak sangat bermanfaat bagi DF dimana
memiliki anak laki-laki usia 17 tahun & 11 tahun. Dua
anak dalam kondisi remaja sangat membutuhkan
pengawasan bagi DF. Ketika penyampaian bimbingan
agama oleh DF diterima atau tidak oleh anaknya, DF
tetap menjaga ketenangan & menahan amarah karena
sesuai bimbingan agama Di Majelis, sabar menjadi
kunci Utama dalam pengasuhan anak. Untuk anak
perempuan, DF mencoba mengajak mereka untuk ikut
ke pengajian dimana DF menjelaskan manfaat
70
mengikuti majelis ta’lim. Pengajian mingguan yang
dilaksanakan setiap hari selasa pagi, tidak
mengganggu aktifitas DF sebagai Ibu rumah tangga.
71
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Data Penelitian
1. Analisis Partisipan 1
1.1. Bimbingan Agama Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah
ES yang sudah mengikuti Majelis ta’lim selama
lebih dari 25 tahun. Pengajian mingguan yang
dilaksanakan setiap hari selasa pagi, tidak mengganggu
aktifitas ES sebagai Ibu rumah tangga dan juga aktif di
Kader Posyandu.
Bagi ES, Peran dari Majelist Ta’lim Masjid Jami
Al-Marhamah dalam membina sikap keagamaan para
jamaahnya dalam segi ibadah sangatlah berpengaruh
sekali terutama terhadap ibadah yang ES laksanakan
sehari hari misalkan pada awalnya para jamaah atau
anggota anti atau enggan untuk datang ke masjid pada
akhirnya rajin pergi ke masjid untuk melaksanakan
kegiatan baik berupa kegiatan shalat berjamaah terutama
shalat lima waktu, membaca Al-Qur’an, di bulan
ramadhan setiap malam mengadakan tadarusan,
bagaimana cara mendidik anak dengan baik, menjadi istri
yang baik sesuai tuntunan agama Islam, mengetahui
hukum waris itu dikarenakan adanya pemahaman mereka
tentang pentingnya ke masjid berdasarkan ilmu yang
72
mereka dapatkan dari penceramah dan juga pada awalnya
para jamaah atau anggota belum mengetahui
pelaksanaan ibadah madhah ataupun ibadah ghairo
madhah maka dengan pergi ke majelis ta’lim mereka
dapat mengetahui pentingnya ibadah itu.
Terhadap bimbingan agama yang berkaitan
dengan Pengasuhan anak usia remaja, kajian di pengajian
Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-marhamah sangat
bervariasi seperti kisah-kisah para Nabi dalam
mengajarkan anak, pola pengasuhan anak di masa jaman
sekarang dengan metode bimbingan agama dan
pedoman-pedoman lainnya yang berkaitan dengan
pengasuhan anak di dalam agama Islam.
1.2. Regulasi Emosi
Mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim Masjid
Jami Al-Marhamah membuat regulasi emosi ES kearah
positif dan merasakan kenyamanandan ketenangan.
Bimbingan agama seperti dalam bidang pengasuhan anak
sangat bermanfaat untuk di terapkan oleh ES dimana
memiliki anak gadis usia 17 tahun. Seperti contoh dalam
cara menyuruh anak untuk melaksanakan shalat dengan
pola komunikasi dua arah antara Ibu dan anak. Anak
dapat disuruh dengan cara yang halusdan tidak kasar.
Diingatkan akan kewajiban mereka karena telah baliqdan
tanggung jawab amalandan dosa di dapan Allah SWT.
Dengan komunikasidan informasi ajaran agama
tersebut maka anak akan nyaman untuk berkomunikasi
73
dengan orang tua dan melaksanakan perintah dari orang
tua.
2. Analisis Partisipan 2
2.1. Bimbingan Agama Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah
SA yang sudah mengikuti Majelis ta’lim selama
lebih dari 25 tahun. Pengajian mingguan yang
dilaksanakan setiap hari selasa pagi, tidak mengganggu
aktifitas ES sebagai Ibu rumah tangga.
Bagi SA, Peran dari Majelis Ta’lim Masjid Jami
Al-Marhamah dalam membina sikap keagamaan para
jamaahnya dalam segi ibadah sangatlah bermanfaat.
Berdasarkan ilmu yang mereka dapatkan dari
penceramah dan juga pada awalnya para jamaah atau
anggota belum mengetahui pelaksanaan ibadah madhah
ataupun ibadah ghairo madhah maka dengan pergi ke
majlis ta’lim mereka dapat mengetahui pentingnya
ibadah itu.
Terhadap bimbingan agama yang berkaitan
dengan Pengasuhan anak usia remaja, kajian di pengajian
Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-marhamah sangat
bervariasi seperti kisah-kisah para Nabi dalam
mengajarkan anak, pola pengasuhan anak di masa jaman
sekarang dengan metode bimbingan agama dan
pedoman-pedoman lainnya yang berkaitan dengan
pengasuhan anak di dalam agama Islam.
74
2.2. Regulasi Emosi
Mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim Masjid
Jami Al-Marhamah membuat regulasi emosi ES kearah
positif dan merasakan kenyamanan dan ketenangan.
Bimbingan agama seperti dalam bidang pengasuhan anak
sangat bermanfaat bagi SA dimana memiliki anak laki-
laki usia 14 tahun. Pengasuhan anak laki-laki memang
berbeda dengan perempuan karena pengaruh dunia luar
sangat cepat membawa perubahan kepada sifatdan
emosional anak. Ketika penyampaian bimbingan agama
oleh SA diterima atau tidak oleh anaknya, SA tetap
menjaga ketenangandan menahan amarah karena sesuai
bimbingan agama di Majelis, sabar menjadi kunci Utama
dalam pengasuhan anak.
3. Analisis Partisipan 3
3.1. Bimbingan Agama Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah
DF yang sudah mengikuti Majelis ta’lim selama
lebih dari 20 tahun. Pengajian mingguan yang
dilaksanakan setiap hari selasa pagi, tidak mengganggu
aktifitas DF sebagai Ibu rumah tangga.
Bagi DF, Peran dari Majelis Ta’lim Masjid Jami
Al-Marhamah dalam membina sikap keagamaan para
jamaahnya dalam segi ibadah sangatlah berpengaruh.
75
Berdasarkan ilmu yang mereka dapatkan dari
penceramah dan juga pada awalnya para jamaah atau
anggota belum mengetahui pelaksanaan ibadah madhah
ataupun ibadah ghairo madhah maka dengan pergi ke
majlis ta’lim mereka dapat mengetahui pentingnya
ibadah itu.
Terhadap bimbingan agama yang berkaitan
dengan Pengasuhan anak usia remaja, kajian di pengajian
Majelis ta’lim Masjid Jami Al-marhamah sangat
bervariasi seperti kisah-kisah para Nabi dalam
mengajarkan anak, pola pengasuhan anak di masa jaman
sekarang dengan metode bimbingan agama dan
pedoman-pedoman lainnya yang berkaitan dengan
pengasuhan anak di dalam agama Islam.
3.2. Regulasi Emosi
Mengikuti pengajian di Majelis Ta’lim Masjid
Jami Al-Marhamah membuat regulasi emosi ES kearah
positif dan merasakan kenyamanandan ketenangan.
Bimbingan agama seperti dalam bidang
pengasuhan anak sangat bermanfaat bagi SA dimana
memiliki anak laki-laki usia 17 tahundan 11 tahun. Dua
anak dalam kondisi remaja sangat membutuhkan
pengawasan bagi DF. Ketika penyampaian bimbingan
agama oleh DF diterima atau tidak oleh anaknya, DF
tetap menjaga ketenangandan menahan amarah karena
sesuai bimbingan agama di Majelis, sabar menjadi kunci
Utama dalam pengasuhan anak. Untuk anak perempuan,
76
DF mencoba mengajak mereka untuk ikut ke pengajian
dimana DF menjelaskan manfaat mengikuti Majelis
ta’lim.
B. Analisis Inter Subject
1. Bimbingan Agama Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah
Bimbingan agama adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai
kebahagian hidup di dunia dan akhirat.1 Bimbingan agama
dilaksanakan dalam upaya memberikan kecerahan batin
kepada seseorang dalam menghadapi segala macam
persoalan, dan bimbingan agama yang dilakukan sesuai
dengan ajaran Agama individu.2
Secara etimologis, perkataan Majelis ta’lim berasal dari
bahasa arab yang terdiri dari dua kata yaitu “Majelis dan
Ta’lim”, majelis artinya tempat duduk, tempat sidang dewan.
Dan ta’lim yang diartikan dengan pengajaran.3 Dengan
demikian secara bahasa Majelis ta’lim adalah tempat untuk
melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.
1 Aunur Rahim Faqih, 2001, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press), Cet, ke-2, Hal, 4. 2 H. M. Arifin, 1976, Pokok-Pokok Tentang Bimbingan Penyuluhan
Agama, (Jakarta: Bulan Bintang), Hal, 25. 3 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h. 138
77
Dengan Demikian menurut peneliti, Majelis ta’lim
Masjid Jami Al-Marhamah berarti sebagai tempat
melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.
Bimbingan agama di Majelis ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah di artikan sebagai proses pemberian bantuan
terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai
kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
Keberadaan Majelis ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah
sangat berperan bagi masyarakat seperti yang di ungkapkan
oleh Ibu ES Partisipan 1 :
“Peran dari Majelist ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah
dalam membina sikap keagamaan para jamaahnya dalam
segi ibadah sangatlah berpengaruh sekali terutama terhadap
ibadah yang ES laksanakan sehari hari misalkan pada
awalnya para jamaah atau anggota anti atau enggan untuk
datang ke masjid pada akhirnya rajin pergi ke masjid untuk
melaksanakan kegiatan baik berupa kegiatan shalat
berjamaah terutama shalat lima waktu dan kegiatan
lainnya”.
Demikian pula yang disampaikan oleh Ibu SA Partisipan
2 :
“Dalam membina sikap keagamaan para jamaahnya dalam
segi ibadah sangatlah bermanfaat. Berdasarkan ilmu yang
mereka dapatkan dari penceramah dan juga pada awalnya
para jamaaah atau anggota belum mengetahui pelaksanaan
ibadah madhah ataupun ibadah ghairo madhah maka dengan
78
pergi ke majelis ta’lim mereka dapat mengetahui pentingnya
ibadah itu”.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Ibu DF
Partisipan 3 :
“Berdasarkan ilmu yang mereka dapatkan dari penceramah
dan juga pada awalnya para jamaaah atau anggota belum
mengetahui pelaksanaan ibadah madhah ataupun ibadah
ghairo madhah maka dengan pergi ke majlis ta’lim mereka
dapat mengetahui pentingnya ibadah itu”.
Dari kutipan – kutipan di atas memberikan pengertian
kepada peneliti bahwa Majelis ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah memberikan peran sebagai tempat pengajarandan
bimbingan agama terlihat dari pengaruhnya terhadap Jemaah
sikap keagaam para jemaahnyadan ilmu ibadah yang di
dapatkan.
2. Regulasi Emosi
Dari ketiga partisipan yang menjadi sumber data peneliti
menemukan bahwa mengikuti pengajian di Majelis ta’lim
Masjid Jami Al-Marhamah membuat regulasi emosi
partisipan kearah positif dan merasakan kenyamanandan
ketenangan.
Regulasi emosi dalam yang terjadi setelah mengikuti
bimbingan agama di Majelis ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah terlihat ketika Ibu E.S Partisipan 1 yang memiliki
anak usia remaja : dalam cara menyuruh anak untuk
melaksanakan shalat dengan pola komunikasi dua arah
79
antara Ibudan anak. Anak dapat disuruh dengan cara yang
halusdan tidak kasar. Diingatkan akan kewajiban mereka
karena telah baliqdan tanggung jawab amalandan dosa di
dapan Allah SWT”.
Demikian pula bagi Ibu S.A Partisipan 2 dimana
memiliki anak laki-laki usia 14 tahun. “Pengasuhan anak
laki-laki memang berbeda dengan perempuan karena
pengaruh dunia luar sangat cepat membawa perubahan
kepada sifatdan emosional anak. Ketika penyampaian
bimbingan agama oleh SA diterima atau tidak oleh anaknya,
SA tetap menjaga ketenangandan menahan amarah karena
sesuai bimbingan agama di Majelis, sabar menjadi kunci
Utama dalam pengasuhan anak”.
Bagi Ibu D.F Partisipan 3, regulasi emosi pun di alami
setelah mengikuti bimbingan agama di Majelis ta’lim Masjid
Jami Al-Marhamah. “Ketika penyampaian bimbingan agama
diterima atau tidak oleh anak, tetap jaga ketenangandan
menahan amarah karena sesuai bimbingan agama di Majelis,
sabar menjadi kunci utama dalam pengasuhan anak. Untuk
anak perempuan, cobalah mengajak mereka untuk ikut ke
pengajian dan jelaskan manfaat mengikuti majelis ta’lim.
C. Analisis Peran Bimbingan Agama dalam Meningkatkan
Regulasi Emosi Orang Tua yang Memiliki Anak Usia
Remaja di Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah
Dari analisis terhadap Bimbingan agama Majelis Ta’lim
Masjid Jami Al-Marhamah dan analisis Regulasi yang terjadi
80
pada orang tua yang memiliki anak usia remaja yang aktif
mengikuti bimbingan agama di Majelis ta’lim, maka peneliti
menyajikan Analisis keterkaitan berdasarkan data-data dari
partisipan yang peneliti jadikan sumber data seperti diagram
berikut :
Regulasi Emosi
Sebelum mendapat bimbingan
agama
Bimbingan Agama Majelis
Taklim
Setelah mendapatkan
bimbingan agama
1. Belum bisa mengatur emosi (mudah marah, kecewa)
2. Terkadang masih malas mengikuti kegiatan keagamaan
3. Sering pasrah dengan tingkah laku anak
4. Tidak melibatkan anggota keluarga lain dalam mendukung pendidikan anak
1. materi bimbingan agama kepada anak
2. Ustad Ustadzah pemberi materi
3. Contoh-contoh bimbingan langsung
4. Kewajiban orang tua
terhadap anak
1. Pengaturan emosi lebih terkontrol
2. Rajin mengikuti kegiatan keagamaan untuk bekal diri
3. Sabar & tenang mendidik anak
4. Berdiskusi dengan anggota keluarga untuk cara bimbingan agama kepada anak yang
lebih baik
81
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah sebagai sebuah
lembaga pendidikan non-formal banyak mempunyai peranan
dalam pembentukan sikap, antara lain: meningkatkan pengamalan
ibadah bagi masyarakat atau anggota, memberikan pedoman dan
bimbingan hidup dalam berumah tangga, suami dengan istri,
bapak dengan anak dan ibu dengan anak. Menumbuhkan rasa
sosial yang tinggi. Memberikan wawasan keberagamaan yang
luas. Mempererat tali silaturahim antar sesama muslim.
Menciptakan masyarakat yang bertaqwa serta memiliki akhlaqul
karimah. Membentuk pribadi-pribadi yang bertanggung jawab,
baik di lingkungan keluarga, masyarakat, serta bangsa dan
negara.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan aktif mengikuti
pengajian di Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah, regulasi
emosi positif yang dihasilkan dari bimbingan agama yang didapat
di Majelis ta’lim sangat berperan bagi ibu-ibu yang memiliki
anak usia remaja dalam pengaturan emosional mereka
membimbing anak dan mengarahkan anak. Penyampaian
bimbingan agama dari ustadz dan ustadzah setiap minggunya
membuat pribadi mereka siap untuk mengajarkan anak mereka
yang sudah di usia remaja.
Hal ini terlihat dari tanggapan 3 simpatisan yang peneliti
wawancarai. Ibu-Ibu yang menjadi simpatisan tersebut merasa
82
emosional mereka lebih tenang dan lebih terarah ketika
menghadapi tingkah laku anaknya. Ibu-Ibu tersebut lebih sabar
dan tidak mudah emosi walaupun beberapa tanggapan dari anak
mereka yang kadang kala yang kurang mengikuti suruhan dan
arahan dari orang tua.
B. Saran
1. Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-Marhamah
Pada bagian pengorganisasian, agar dibuat struktur
oranisasi yang memudahkan pembagian tugas di Majelis Ta’lim
Masjid Jami Al-Marhamah disesuaikan dengan kemampuan
pengurus. Dalam pembagian tugas dan tanggung jawab
disesuaikan dengan dengan jabatan masing-masing dalam
struktur organisasi.
Pada bagian kegiatan Majelis Ta’lim Masjid Jami Al-
Marhamah, kegiatan yang rutin dilaksanakan adalah pengajian
rutinan setiap hari Selasa pagi dan pengajian bulanan setiap
minggu pertama awal bulan. Acara pengajian tersebut diisi
dengan shalawatan dan penyampaian ceramah. Kegiatan tersebut
sudah cukup baik karena konsistensi diselerenggarakan dan
dihadiri banyak jemaah dari kalangan ibu-ibu. Terjadi perbedaan
jumlah peserta ketika pengajian rutin dengan peringatan PHBI
dimana ketika PHBI memang diikuti pula oleh jemaah bapak-
bapak sehingga jamaah ibu-ibunya mulai berkurang. Butuh
pembinaan dari pengurus kepada jemaah agar sama-sama
mengikuti setiap kegiatan keagaaman baik pengajian rutin dan
peringatan PHBI.
83
2. Ibu-ibu yang memiliki anak usia remaja
Emosional ibu-ibu yang memiliki anak usia remaja
memang sangat diuji ketika pola pikir anak dan orang tua berbeda
ketika seorang anak memiliki tujuan / keinginan tertentu. Di
sarankan bagi Ibu-ibu ketika mengikuti pengajian di Majelis
ta’lim agar banyak berinteraksi atau tanya jawab dengan
penceramah / ustadz-ustadzah mengenai kondisi-kondisi yang
terjadi dirumah agar didapatkan solusi dalam bimbingan pola
asuh anak dalam ajaran Islam.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Peneliti menyadari adanya kelemahan dalam penelitian ini
yang disebabkan keterbatasan jumlah partisipan. Keterbatasan
jumlah partisipan terjadi karena kriteria dari peneliti yaitu jumlah
Ibu-ibu yang rutin mengikuti pengajian Majelis ta’lim dan juga
yang memiliki anak usia remaja Desa Tonjong RT 03 RW 02
kecamatan TajurHalang, Kab. Bogor. Peneliti selanjutnya
diharapkan dapat mencari Masjid yang memiliki Majelis ta’lim
yang lebih besar, jumlah warga lebih banyak untuk kalangan Ibu-
Ibu yang memiliki anak usia remaja.
84
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Faqih Ainur Rahim, Bimbingan dan Konseling Dalam
Islam, Yogyakarta: UII Press, 2001.
As Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1992.
Syukir Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam,
Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.
Prasetyo Bambang, Jannah Lina Miftahul, Metode
Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006.
Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif,
Jakarta: Kencana, 2010,
Saleh E. Hassan, Study Islam Diperguruan Tinggi
Pembinaan IMTAQ dan Pengembangan Wawasan, Jakarta: ISTN,
2000.
Perwandari E. Kristi, Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku
Manusia, Depok: LPSP3-UI, 2011.
Arifin H.M., Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1985.
A Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum
Teaching, 2005.
Ghozali Imam, Aplikasi Analisis Multivarians dengan
Program SPSS, Semarang: UNDIP, 2003.
85
Farid Imam Sayuti, Pokok-pokok Bahasan tentang
Bimbingan Penyuluhan Agama sebagai Tenik Dakwah, Jakarta:
Bulan Bintang, 2007.
W J Santrock, Remaja, edisi kesebelas, Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2007.
Gross J. J, Handbook of emotion regulation, New York:
The Guildford Press. 2007.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007.
Arifin M, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan
Penyuluhan Agama Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1982.
Arifin M, Pokok-pokok Pikiran Bimbingan dan
Penyuluhan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Lutfi M, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008.
Ardani Mohammad, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Mitra
Cahaya Utama, 2005.
Mallo Monasse, Metode Penelitian Sosial, Jakarta:
Karunika, 1986.
Nazir Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1983.
Ali Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2000.
Sukmadinata Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses
Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
86
K Nottingham Elizabeth, Agama dan Masyarakat, Suatu
Pengantar Sosiologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997.
Albin R S, Emosi bagaimana mengenal, menerima, dan.
Mengarahkannya, Yogyakarta: Kanisius, 1986.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Kalam Mulia, 2005
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2009.
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta,
2012.
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Salam Syamsir, dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian
Sosial, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006.
Umar, Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV.
Pustaka Setia, 1998.
Gerungan W A, Psikologi Sosial, Bandung: PT Refika
Aditama, 2004.
Darajat Zakiah, Pendidikan Agama dan Pembinaan
Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam,
Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
87
Sumber Jurnal
Melsani, 2018, Bimbingan Agama dalam meningkatkan regulasi
diri Narapidana di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas II B
Menggala Kabupaten Tulang Bawang, Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Raden Intan, Bandung.
Maryam, 2018, Peran Majlis Ta’lim Nurul Iman Dalam
Pembentukan Sikap Keagamaan Masyarakat Di Rt 10/02
Kelurahan Pagar Dewa Kec Selebar Bengkulu. Jurnal Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat Volume 3, Nomor 2, 2018
Yasinta Tiwi Carysa, 2019, Pengaruh Regulasi Emosi terhadap
Agresivitas pada Atlet Sepak Bola Usia Remaja. Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Angela Bintang Maharani, 2017, Regulasi Emosi Pada Ibu Bekerja
Yang Mengalami Konflik Peran Ganda. Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sofwatillah Amin, 2016, Dukungan Sosial dan kemampuan
penyesuaian diri remaja suku baduyluar yang bersekolah di luar
Baduy. Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
88
Sumber Website
https://www.kompasiana.com/nikmatul/5840072f309373f106c78
bed/pengasuhan-anak-usia-remaja di akses pada hari Senin, 22
Juni 2020.
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpos
t/xview&id=3554 peran orang tua dalam pendampingan remaja, di
akses pada hari Senin, 22 Juni 2020.
Lampiran 1
22
TABEL HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA DENGAN REGULASI EMOSI PARTISIPAN
Bimbingan Agama Majelis Taklim Masjid Jami Al-Marhamah
Partisipan 1
Ibu Enah Sidik (ES)
Partisipan 2
Ibu Siti Aisyah (SA)
Partisipan 3
Ibu Dede Fildah (DF)
Usia dan jumlah anak usia
remaja
Usia Ibu ES 42 tahun
memiliki 2 anak usia
remaja yaitu umur
17 tahun dan 23 tahun
Usia Ibu SA 42 tahun
memiliki 1 anak usia
remaja yaitu umur 14
tahun
Usia Ibu DF 40 tahun
memiliki 1 anak usia
remaja yaitu umur 17
tahun
Keaktifan mengikuti Majelis
Taklim Masjid Jami Al-
Marhamah
ES aktif mengikuti
kegiatan majelis
taklim sekitar 25 tahun
SA aktif mengikuti
kegiatan majelis
taklim sekitar 25 tahun
DF aktif mengikuti
kegiatan majelis
taklim sekitar 20 tahun
kendala dalam mengikuti
Majelis Taklim di hari yang
ES merasa tidak ada
kendala dalam
SA merasa tidak ada
kendala dalam
DF merasa tidak ada
kendala dalam
23
sudah ditentukan pengurus
Majelis
mengikuti kegiatan
setiap hari selasa pagi
mengikuti kegiatan
setiap hari selasa pag
mengikuti kegiatan
setiap hari selasa pag
perasaan mengikuti kegiatan
Majelis Taklim
ES mendapatkan
pengetahuan & materi
yang berhubungan
dengan peran sebagai
orang tua
Majelis Taklim Masjid
Jami Al-Marhamah
dalam membina sikap
keagamaan para
jamaahnya dalam segi
ibadah sangatlah
bermanfaat.
Majelis Taklim Al-
Marhamah dalam
membina sikap
keagamaan para
jamaahnya dalam segi
ibadah sangatlah
berpengaruh. Awalnya
para jamaaah atau
anggota belum
mengetahui
pelaksanaan ibadah
madhah ataupun
ibadah ghairo madhah
24
maka dengan pergi ke
majlis ta’lim mereka
dapat mengetahui
pentingnya ibadah itu.
materi bimbingan agama
yang diberikan di Majelis
Taklim yang berhubungan
dengan remaja
bagaimana cara
mendidik anak dengan
baik yang beliau
dapatkan dari
penceramah
pola pengasuhan anak
di masa jaman
sekarang dengan
metode bimbingan
agama dan pedoman-
pedoman lainnya yang
berkaitan dengan
pengasuhan anak di
dalam agama Islam
pengajian Majelis
Taklim Al-Marhamah
sangat bervariasi
seperti kisah-kisah
para Nabi dalam
mengajarkan anak,
pola pengasuhan anak
di masa jaman
sekarang dengan
metode bimbingan
agama dan pedoman-
25
pedoman lainnya yang
berkaitan dengan
pengasuhan anak di
dalam agama Islam
Manfaat Bimbingan agama
yang diberikan terhadap
kondisi Ibu yang memiliki
anak usia remaja
Bimbingan agama
yang berkaitan dengan
Pengasuhan anak usia
remaja, kajian di
pengajian Majelis
Taklim Masjid Jami
Almarhamah sangat
bervariasi seperti
kisah-kisah para Nabi
dalam mengajarkan
anak, pola pengasuhan
kajian di pengajian
Majelis Taklim Masjid
Jami Almarhamah
sangat bervariasi
seperti kisah-kisah
para Nabi dalam
mengajarkan anak,
pola pengasuhan anak
di masa jaman
sekarang dengan
metode bimbingan
pengajian Majelis
Taklim Al-Marhamah
sangat bervariasi
seperti kisah-kisah
para Nabi dalam
mengajarkan anak,
pola pengasuhan anak
di masa jaman
sekarang dengan
metode bimbingan
agama dan pedoman-
26
anak di masa jaman
sekarang dengan
metode bimbingan
agama dan pedoman-
pedoman lainnya yang
berkaitan dengan
pengasuhan anak di
dalam agama Islam
agama dan pedoman-
pedoman lainnya yang
berkaitan dengan
pengasuhan anak di
dalam agama Islam
pedoman lainnya yang
berkaitan dengan
pengasuhan anak di
dalam agama Islam
Regulasi Emosi
Partisipan 1
Ibu Enah Sidik (ES)
Partisipan 2
Ibu Siti Aisyah (SA)
Partisipan 3
Ibu Dede Fildah (DF)
Perasaan setelah mengikuti
kegiatan Majelis Taklim
membuat regulasi
emosi Ibu ES kearah
positif dan merasakan
Mengikuti pengajian
di Majelis Taklim
Masjid Jami Al-
pengajian di Majelis
Taklim Masjid Jami
Al-Marhamah
27
kenyamanan &
ketenangan
Marhamah membuat
regulasi emosi Ibu SA
kearah positif dan
merasakan
kenyamanan dan
ketenangan
membuat regulasi
emosi P1 kearah
positif dan merasakan
kenyamanan dan
ketenangan
bimbingan Agama di
Majelis taklim yang bisa
diterapkan untuk
pengasuhan anak drumah
cara menyuruh anak
untuk melaksanakan
shalat dengan pola
komunikasi dua arah
antara Ibu & anak.
Anak dapat disuruh
dengan cara yang
halus & tidak kasar.
Diingatkan akan
Bimbingan agama
seperti dalam bidang
pengasuhan anak
sangat bermanfaat
bagi Ibu SA dimana
memiliki anak laki-
laki usia 14 tahun.
Bimbingan agama
seperti dalam bidang
pengasuhan anak
sangat bermanfaat
bagi Ibu DF dimana
memiliki anak laki-
laki usia 17 tahun & 11
tahun. Dua anak dalam
kondisi remaja sangat
28
kewajiban mereka
karena telah baliq &
tanggung jawab
amalan & dosa di
dapan Allah SWT
membutuhkan
pengawasan bagi P3
Bentuk penerimaan anak
ketika diberikan penjelasan
mengenai agama
Dengan komunikasi &
informasi ajaran
agama tersebut maka
anak akan nyaman
untuk berkomunikasi
dengan orang tua &
melaksanakan perintah
dari orang tua
Ibu SA dimana
memiliki anak laki-
laki usia 14 tahun.
Pengasuhan anak laki-
laki memang berbeda
dengan perempuan
karena pengaruh dunia
luar sangat cepat
membawa perubahan
Ketika penyampaian
bimbingan agama oleh
Ibu DF diterima atau
tidak oleh anaknya,
Ibu DF tetap menjaga
ketenangan &
menahan amarah
karena sesuai
bimbingan agama di
Majelis
29
kepada sifat dan
emosional anak.
Perasaan ketika anak
menerima atau tidak tentang
pengajaran agama yang
diberikan.
Sabar dan tenang
mendidik anak,
berdiskusi dengan
anggota keluarga
untuk cara bimbingan
agama kepada anak
yang lebih baik.
Ketika penyampaian
bimbingan agama oleh
Ibu SA diterima atau
tidak oleh anaknya,
Ibu SA tetap menjaga
ketenangan dan
menahan amarah
karena sesuai
bimbingan agama di
Majelis, sabar menjadi
kunci Utama dalam
pengasuhan anak
sabar menjadi kunci
utama dalam
pengasuhan anak.
Untuk anak
perempuan, Ibu DF
mencoba mengajak
mereka untuk ikut ke
pengajian dimana Ibu
DF menjelaskan
manfaat mengikuti
majelis taklim
Lampiran 2
DOKUMENTASI FOTO
Gambar 1. Masjid Jami Al-Marhamah Desa Tonjong
Gambar 2. Foto kegiatan Majelis Taklim setiap hari selasa
pagi di Masjid Jami Al-Marhamah Desa Tonjong
Gambar 3. Peneliti dengan Partisipan 1 Ibu E.S
Gambar 4. Peneliti dengan Partisipan 2 Ibu S.A
Gambar 5. Peneliti dengan Partisipan 3 Ibu D.F
Lampiran 3
Penulis membuat panduan pertanyaan Umum untuk
menjadikan kerangka berfikir sbb :
Peran Majelis Taklim Masjid Jami Al-Marhamah
1. Sudah berapa lama ibu mengikuti Majelis Taklim Masjid Jami
Al-Marhamah?
2. Berapa usia Ibu & apakah memiliki anak usia remaja?
3. Adakah kendala Ibu dalam mengikuti Majelis Taklim di hari
yang sudah ditentukan pengurus Majelis?
4. Bagaimana perasaan Ibu mengikuti kegiatan Majelis Taklim?
5. Apa saja materi bimbingan agama yang diberikan di Majelis
Taklim yang berhubungan dengan remaja?
6. Apakah Ibu merasa bermanfaat dengan Bimbingan agama
yang diberikan terhadap kondisi Ibu yang memiliki anak usia
remaja?
Regulasi Emosi
7. Apakah Ibu merasa tenang & nyaman mengikuti kegiatan
Majelis Taklim ?
8. Apakah bimbingan Agama di Majelis taklim bisa Ibu terapkan
untuk pengasuhan anak ibu drumah?
9. Bagaimana penerimaan anak ibu ketika ibu berikan
penjelasan mengenai agama?
10. Bagaimana perasaan Ibu ketika anak ibu menerima atau
tidak tentang pengajaran agama yang ibu berikan?
LAMPIRAN B
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan Penelitian :
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan agama dalam
meningkatkan regulasi emosi Orang tua yang memiliki anak usia
remaja di Majelis taklim Masjid jami Al-Marhamah.
Wawancara dengan Partisipan 1 Ibu Enah Sidik
a. Peran Bimbingan Agama majelis taklim
Sudah berapa lama ibu mengikuti Majelis Taklim Masjid Jami
Al-Marhamah? Berapa usia Ibu & apakah memiliki anak usia
remaja?
ES adalah seorang Ibu yang memiliki 2 orang anak
usia 17 tahun & 23 tahun dimana ES sebagai ibu rumah
tangga juga aktif sebagai Kader di Posyandu RW 02
Desa Tonjong. ES selalu aktif & bisa di bilang tidak
pernah absen mengikuti pengajian di Majelis Taklim
Masjid Jami Al-Marhamah. P1 sudah mengikuti
Majelis Taklim selama lebih dari 25 tahun.
Adakah kendala Ibu dalam mengikuti Majelis Taklim di hari
yang sudah ditentukan pengurus Majelis?
Pengajian mingguan yang dilaksanakan setiap hari
selasa pagi, tidak mengganggu aktifitas P1 sebagai Ibu
rumah tangga dan juga aktif di Kader Posyandu.
Apa saja materi bimbingan agama yang diberikan di Majelis
Taklim yang berhubungan dengan remaja? Apakah Ibu
merasa bermanfaat dengan Bimbingan agama yang diberikan
terhadap kondisi Ibu yang memiliki anak usia remaja?
Hasil wawancara dengan P1, Pendidikan
terakhirnya di jenjang Sekolah Dasar (SD) sungguh
sangat minim akan ilmu-ilmu agama. Bimbingan
Agama di Majelis Taklim Al-Marhamah memberikan
pengetahuan & materi yang berhubungan dengan peran
sebagai orang tua yaitu bagaimana cara mendidik anak
dengan baik, menjadi istri yang baik sesuai tuntunan
agama Islam, mengetahui hukum waris itu dikarenakan
adanya pemahaman beliau tentang pentingnya ke
masjid berdasarkan ilmu yang beliau dapatkan dari
penceramah. Bimbingan agama yang berkaitan dengan
Pengasuhan anak usia remaja, kajian di pengajian
Majelis Taklim Masjid Jami Almarhamah sangat
bervariasi seperti kisah-kisah para Nabi dalam
mengajarkan anak, pola pengasuhan anak di masa
jaman sekarang dengan metode bimbingan agama dan
pedoman-pedoman lainnya yang berkaitan dengan
pengasuhan anak di dalam agama Islam.
Di samping itu, support dari suami sebagai kepala
keluarga yang baik & mendukung P1 untuk selalu
mengikuti pengajian di Majelis Taklim, membuat P1
sangat aktif mengikuti pengajian. P1 juga
mengungkapkan kepada peneliti bahwa kadang-kadang
hasil atau materi yang didapakat di Majelis Taklim
langsung disampaikan kepada suami dan menjadi
bahan diskusi di keluarga.
b. Regulasi Emosi
Apakah Ibu merasa tenang & nyaman mengikuti kegiatan
Majelis Taklim ?
Mengikuti pengajian di Majelis Taklim Masjid Jami
Al-Marhamah membuat regulasi emosi P1 kearah
positif dan merasakan kenyamanan & ketenangan
Apakah bimbingan Agama di Majelis taklim bisa Ibu terapkan
untuk pengasuhan anak ibu drumah? Bagaimana perasaan Ibu
ketika anak ibu menerima atau tidak tentang pengajaran
agama yang ibu berikan?
pengaruhnya dalam regulasi emosi terhadap ibu
ES dalam mendidik anak-anaknya atau mengatasi
kenakalan kenakalan yang terjadi kepada anaknya itu
sangat berpengaruh sekali ajaran ataupun bimbingan
agama yang didapatnya di masjid Taklim Al Marhamah
seperti halnya contoh anak pertamanya yang usia 23
tahun terkadang anak gadis sering lebih suka berdiam
di kamar, tidur larut malam karena bermain handphone
yang mengakibatkan shalat subuhnya telat. pada saat itu
yang pada awalnya ES suka marah-marah ketika
memberitahu anak gadisnya, sekarang tidak lagi karena
ES mengingat saran ataupun bimbingan agama yang
diberikan oleh penceramah Ustad ataupun Ustadzah di
Majelis Taklim Al-Marhamah, salah satunya nya tata
cara yang lemah lembut dalam memberitahu anak
gadisnya agar tidak begadang bermain handphone
supaya tidak telat shalat subuhnya dan bisa membantu
pekerjaan ES salah satunya menjaga toko kuenya
ataupun membantu membersihkan rumah. Dengan
begitu anak gadisnya pun menerima bahwa
perbuatannya itu tidak baik dan tidak benar dan segera
mengikuti saran atas perintah dari ES sebagai
ibunya. Dengan komunikasi & informasi ajaran agama
tersebut maka anak akan nyaman untuk berkomunikasi
dengan orang tua & melaksanakan perintah dari orang
tua. Mengikuti pengajian di Majelis Taklim Masjid
Jami Al-Marhamah membuat regulasi emosi ES kearah
positif dan merasakan kenyamanan & ketenangan
LAMPIRAN C
PEDOMAN OBSERVASI
Hari, Tanggal : 5 Juni 2020
Jam : 12.00 WIB
Tempat : Rumah Ibu Enak Sidik RT 03 RW 02
Catatan Lapangan :
1. Kondisi wawnacara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain).
Hari Jumat yang cuaca sangat mendukung. hawa panas
karena menemui partisipan di rumah ketika orang melakukan salat
Jumat. suara percakapan kami cukup jelas dan peneliti bisa
memberikan pertanyaan kepada partisipan. hari ini partisipan tidak
kegiatan posyandu karena kondisi lingkungan masih pandemi
COVID 2019 dan baru dua minggu setelah lebaran Idul Fitri.
Bebetulan di rumah partisipan ada dua orang anak beliau namun
mereka k tidak ikut dalam wawancara dan ada di dalam
kamarnya. Suami beliau bekerja sebagai driver di sebuah
perusahaan swasta di bogor. Wawancara dilakukan di ruang tamu
dan berlangsung singkat.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :
Ibu enah sidik bertubuh tinggi berkulit sawo matang beliau
mengenakan jilbab dan memang terlihat seperti ibu-ibu kader. Saat
wawancara beliau menggunakan jilbab warna pink dan baju blus
berwarna merah lengan panjang.
3. Ringkasan sifat informan selama jalannya wawancara
Ibu enah sidik Adalah orang yang senang menerima
tamu. beliau sangat santai ketika diwawancarai apalagi beliau tahu
bahwasanya peneliti adalah anak dari ustadzah Pembimbing
agama di majelis taklim. Menurut peneliti Beliau tipe orang yang
antusias dan suka mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang haus
akan ilmu dan senang mendapat bimbingan.
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara
Ibu enah Selekali meninggalkan peneliti karena dipanggil
oleh orang tuanya yang rumahnya hanya berjarak 2 meter saja dari
rumah Ibu Enah.
5. Catatan khusus selama wawancara
Berusaha untuk tidak ada yang mendengar selain partisipan
dan keluarganya karena partisipan sudah bersedia mau tanda
tangan Surat pernyataan kesediaan wawancara
Latar belakang pendidikan sangat berpengaruh dalam am
dan penjabaran kalimat atas pertanyaan yang diberikan
peneliti. jawaban bersifat umum dan dibantu oleh peneliti
mengarahkannya.
LAMPIRAN B
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan Penelitian :
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan agama dalam
meningkatkan regulasi emosi Orang tua yang memiliki anak usia
remaja di Majelis taklim Masjid jami Al-Marhamah.
Wawancara dengan Partisipan 2 Ibu Siti Aisyah
a. Peran Bimbingan Agama majelis taklim
Sudah berapa lama ibu mengikuti Majelis Taklim Masjid Jami
Al-Marhamah? Berapa usia Ibu & apakah memiliki anak usia
remaja?
SA adalah seorang Ibu yang memiliki 3 orang anak
usia 14 tahun, 11 Tahun & 5 tahun dimana SA sebagai
Ibu Rumah Tangga. SA tergolong aktif dalam
mengikuti pengajian di Majelis Taklim Masjid Jami Al-
Marhamah. P2 yang sudah mengikuti Majelis Taklim
selama lebih dari 25 tahun..
Adakah kendala Ibu dalam mengikuti Majelis Taklim di hari
yang sudah ditentukan pengurus Majelis?
Pengajian mingguan yang dilaksanakan setiap hari
selasa pagi, tidak mengganggu aktifitas P1 sebagai Ibu
rumah tangga.
Apa saja materi bimbingan agama yang diberikan di Majelis
Taklim yang berhubungan dengan remaja? Apakah Ibu
merasa bermanfaat dengan Bimbingan agama yang diberikan
terhadap kondisi Ibu yang memiliki anak usia remaja?
Terhadap bimbingan agama yang berkaitan dengan
Pengasuhan anak usia remaja, kajian di pengajian
Majelis Taklim Masjid Jami Almarhamah sangat
bervariasi seperti kisah-kisah para Nabi dalam
mengajarkan anak, pola pengasuhan anak di masa
jaman sekarang dengan metode bimbingan agama dan
pedoman-pedoman lainnya yang berkaitan dengan
pengasuhan anak di dalam agama Islam
Bagi P2, Peran dari Majelis Taklim Masjid Jami Al-
Marhamah dalam membina sikap keagamaan para
jamaahnya dalam segi ibadah sangatlah bermanfaat.
Berdasarkan ilmu yang mereka dapatkan dari
penceramah dan juga pada awalnya para jamaaah atau
anggota belum mengetahui pelaksanaan ibadah madhah
ataupun ibadah ghairo madhah maka dengan pergi ke
majlis ta’lim mereka dapat mengetahui pentingnya
ibadah itu.
b. Regulasi Emosi
Apakah Ibu merasa tenang & nyaman mengikuti kegiatan
Majelis Taklim ?
Mengikuti pengajian di Majelis Taklim Masjid
Jami Al-Marhamah membuat regulasi emosi P2 kearah
positif dan merasakan kenyamanan dan ketenangan.
Apakah bimbingan Agama di Majelis taklim bisa Ibu terapkan
untuk pengasuhan anak ibu drumah? Bagaimana perasaan Ibu
ketika anak ibu menerima atau tidak tentang pengajaran
agama yang ibu berikan?
Kedatangan peneliti ke rumah Ibu
SA disambut dengan baik namun sangatlah terlihat
lelah di wajah Ibu SA dikarenakan kan memiliki
peran ganda. Ketika peneliti mulai bertanya kepada
ibu SA dalam mengatasi kenakalan anak
remajanya dan mendidik anak remajanya
sesuai bimbingan agama yang dipelajari di masjid
Ta'lim Al Marhamah sangatlah berpengaruh dalam
regulasi emosi Ibu SA. Seperti contoh ketika anak
remajanya yang berusia 14 tahun seringkali telat
pulang sekolah dikarenakan bermain PS di rumah
temannya sebelum tiba di rumah, itu sangatlah
membuat ibu SA sangat cemas dan khawatir
memikirkan anak sulungnya dan berniat ingin
memarahi anaknya ketika tiba di rumah. Namun
ibu SA Teringat Bimbingan agama Dari para ustadz
dan ustadzah di Majelis Taklim Al-
Marhamah dengan begitu ibu SA segera sadar dan
membatalkan niatnya untuk memarahi anak
sulungnya dan segera menasehati anaknya dengan
bimbingan agama yang didapatnya di Masjid Jami
Al-Marhamah. Adapun Ibu SA dalam mengatasi
dan mendidik anaknya yang berusia 5 tahun.
Terkadang ketika ibu SA baru tiba di rumah setelah
pulang mengajar di PAUD anaknya yang berusia 5
tahun merengek ingin bermain dengan ibu SA
dalam kondisi lelah setelah pulang mengajar di
PAUD sangatlah menguras emosi namun kembali
ibu SA mengingat bimbingan agama yang dimiliki
ibu SA di Masjid Ta'lim Al Marhamah sehingga Ibu
SA tidak marah ataupun merasa kesal tetapi ibu SA
segera membujuk anaknya yang berusia 5
tahun untuk mengerti kondisinya dan mengalihkan
keinginan anaknya dengan memberikan sebuah
makanan ringan, permen, mainan edukasi anak usia
dini seperti buku gambar beserta pensil warna
dengan begitu sang anak bungsu merasa senang
tidak lagi merengek .Dan juga menurut Ibu SA
,ketika penyampaian bimbingan agama oleh Ibu SA
diterima atau tidak oleh anaknya, SA tetap menjaga
ketenangan & menahan amarah karena sesuai
bimbingan agama di Majelis, sabar menjadi kunci
Utama dalam pengasuhan anak.
LAMPIRAN C
PEDOMAN OBSERVASI
Hari, Tanggal : 6 Juni 2020
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Rumah Ibu Siti Aisyah RT 03 RW 02
Catatan Lapangan :
1. Kondisi wawnacara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain).
Hari Sabtu pagi cuaca verah berawan. Peneliti menemui
Ibu Siti Aisyah di rumah beliau karena karena kondisi COVID
sehingga tidak ada kegiatan PAUD. Suara percakapan kami cukup
jelas dan peneliti bisa memberikan pertanyaan kepada partisipan.
Kedatangan peneliti ke rumah Ibu SA disambut dengan baik
namun sangatlah terlihat lelah di wajah Ibu SA dikarenakan kan
memiliki peran ganda.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :
Ibu SA bertubuh sedang berkulit putih menggunakan
kacamata sekitar minus 5. Beliau mengenakan jilbab dan memang
baju gamis hitam bercorak.
3. Ringkasan sifat informan selama jalannya wawancara
Ibu SA terlihat santai ketika diwawancarai namun nada
bicara agak pelan karena Ibu Aisyah beserta anak & suami tinggal
di rumah orang tua suaminya.. Pertnyaan dari peneliti dijawab
dengan tenang & bahasa umum tanpa detail.
Mungkin perang ganda yang dijalani Ibu SA
menggambarkan keadaan lelah di wajahnya. Cerita dari beliau,
terkadang ketika ibu SA baru tiba di rumah setelah pulang
mengajar di PAUD anaknya yang berusia 5 tahun merengek ingin
bermain dengan ibu SA dalam kondisi lelah setelah pulang
mengajar di PAUD sangatlah menguras emosi
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara
Anak bungsu dari Ibu SA yang tidak mau lepas dari
pangkuan Ibunya ketika peneliti melakukan wawancara sehingga
sesekali Ibu SA tidak fokus dalam menjawab pertanyaan karena
anaknya yang mengajak bicara.
5. Catatan khusus selama wawancara
Ibu SA sering kali bercerita keadaan ekonomi keluarganya
namun peneliti hanya bisa menjadi pendengar yang baik dan tidak
menanggapi secara dalam karena fokus peneliti mewancarai
partsipan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan peneliti.
LAMPIRAN B
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan Penelitian :
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan agama dalam
meningkatkan regulasi emosi Orang tua yang memiliki anak usia
remaja di Majelis taklim Masjid jami Al-Marhamah.
Wawancara dengan Partisipan 3 Ibu Dede Fildah
a. Peran Bimbingan Agama majelis taklim
Sudah berapa lama ibu mengikuti Majelis Taklim Masjid Jami
Al-Marhamah? Berapa usia Ibu & apakah memiliki anak usia
remaja?
DF adalah seorang Ibu yang memiliki 3 orang anak
usia 22 tahun, 17 Tahun & 11 tahun dimana DF sebagai
Ibu Rumah Tangga. SA tergolong aktif dalam
mengikuti pengajian di Majelis Taklim Masjid Jami Al-
Marhamah. P3 yang sudah mengikuti Majelis Taklim
selama lebih dari 20 tahun.
Adakah kendala Ibu dalam mengikuti Majelis Taklim di hari
yang sudah ditentukan pengurus Majelis?
Pengajian mingguan yang dilaksanakan setiap hari
selasa pagi, tidak mengganggu aktifitas P3 sebagai Ibu
rumah tangga.
Apa saja materi bimbingan agama yang diberikan di Majelis
Taklim yang berhubungan dengan remaja? Apakah Ibu
merasa bermanfaat dengan Bimbingan agama yang diberikan
terhadap kondisi Ibu yang memiliki anak usia remaja?
Bagi P3, Peran dari Majelist Taklim Masjid
Jami Al-Marhamah dalam membina sikap keagamaan
para jamaahnya dalam segi ibadah sangatlah
berpengaruh . Berdasarkan ilmu yang mereka dapatkan
dari penceramah dan juga pada awalnya para jamaaah
atau anggota belum mengetahui pelaksanaan ibadah
madhah ataupun ibadah ghairo madhah maka dengan
pergi ke majlis ta’lim mereka dapat mengetahui
pentingnya ibadah itu. Terhadap bimbingan agama
yang berkaitan dengan Pengasuhan anak usia remaja,
kajian di pengajian Majelis Taklim Masjid Jami Al-
Marhamah sangat bervariasi seperti kisah-kisah para
Nabi dalam mengajarkan anak, pola pengasuhan anak
di masa jaman sekarang dengan metode bimbingan
agama dan pedoman-pedoman lainnya yang berkaitan
dengan pengasuhan anak di dalam agama Islam
b. Regulasi Emosi
Apakah Ibu merasa tenang & nyaman mengikuti kegiatan
Majelis Taklim ?
Mengikuti pengajian di Majelis Taklim Masjid Jami
Al-Marhamah membuat regulasi emosi P1 kearah
positif dan merasakan kenyamanan dan ketenangan.
Apakah bimbingan Agama di Majelis taklim bisa Ibu terapkan
untuk pengasuhan anak ibu drumah? Bagaimana perasaan Ibu
ketika anak ibu menerima atau tidak tentang pengajaran
agama yang ibu berikan?
Bimbingan agama seperti dalam bidang
pengasuhan anak sangat bermanfaat bagi P3 dimana
memiliki anak laki-laki usia 17 tahun & 11 tahun. Dua
anak dalam kondisi remaja sangat membutuhkan
pengawasan bagi P3. Ketika penyampaian bimbingan
agama oleh P3 diterima atau tidak oleh anaknya, P3
tetap menjaga ketenangan & menahan amarah karena
sesuai bimbingan agama di Majelis, sabar menjadi
kunci Utama dalam pengasuhan anak. Untuk anak
perempuan, P3 mencoba mengajak mereka untuk ikut
ke pengajian dimana P3 menjelaskan manfaat
mengikuti majelis taklim. Pengajian mingguan yang
dilaksanakan setiap hari selasa pagi, tidak mengganggu
aktifitas P3 sebagai Ibu rumah tangga.
LAMPIRAN C
PEDOMAN OBSERVASI
Hari, Tanggal : Minggu, 7 Juni 2020
Jam : 14.00 WIB
Tempat : Rumah Ibu Enak Dede Fildah RT 03 RW 02
Catatan Lapangan :
1. Kondisi wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain).
Hari Minggu cuaca sangat mendukung. hawa panas karena
menemui partisipan di rumah pada siang hari. Suara percakapan
kami cukup jelas dan peneliti bisa memberikan pertanyaan kepada
partisipan. Wawancara dilakukan di ruang tamu dan berlangsung
singkat.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :
Ibu Dede Fildah bertubuh agak gemuk berkulit putih beliau
mengenakan jilbab. Saat wawancara beliau menggunakan jilbab
warna pink dan baju gamis lengan panjang.
3. Ringkasan sifat informan selama jalannya wawancara
Ibu Dede Fildah adalah orang yang ceria. Beliau sangat
santai ketika diwawancarai. Ibu Fildah juga tipe orang yang
antusias dan suka mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan.
Adapun pekerjaan suami ibu DF yakni bekerja di restaurant chines
food di jakarta yang pulangnya seminggu sekali
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara
Sesekali wawancara berhenti karena aktifitas partisipan
yang memiliki warung di rumahnya..
5. Catatan khusus selama wawancara
Berusaha untuk tidak ada yang mendengar selain partisipan
dan keluarganya karena partisipan sudah bersedia mau tanda
tangan Surat pernyataan kesediaan wawancara
Latar belakang pendidikan sangat berpengaruh dalam am dan
penjabaran kalimat atas pertanyaan yang diberikan
peneliti. jawaban bersifat umum dan dibantu oleh peneliti
mengarahkannya.
SURAT PERIJINAN
&
SURAT KETERANGAN
DEWAN KEMAKMURAN MASJID (DKM)
MASJID JAMI AL-MARHAMAH Jl. H. Murhidi Kp. Duri RT 03 RT 02 Desa Tonjong Kec. Tajurhalang, Kab. Bogor, 16320 Telp : 0251 – 5566781
MASJID JAMI AL-MARHAMAH
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ust. Subki Abdurrahman
Jabatan : Ketua DKM Masjid Jami Al-Marhamah
Dengan ini menerangkan bahwa :
No NIM NAMA
1. 1113052000028 Siti Romlah
Telah melaksanakan penelitian di Mesjid Jami Al-Marhamah Tonjong,
mulai dari bulan Februari 2020 sampai Juni 2020. Selama melaksanakan penelitian
tersebut, yang bersangkutan telah menunjukan sikap yang baik.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Tonjong, 15 Juli 2020
Kepala DKM
Masjid Jami Al-marhamah
Ust. Subki Abdurrahman