bidang unggulan : teknologi kelautan fakultas/jurusan ......2017/07/17 · 1 bidang unggulan :...
TRANSCRIPT
1
Bidang Unggulan : Teknologi Kelautan
Fakultas/Jurusan : Perikanan dan Ilmu
Kelautan/Ilmu Kelautan
USULAN
RISET UNGGULAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
(RUU)
KAJIAN EKOSISTEM PESISIR DAN SEBARAN SPASIAL
KOMUNITAS MOLLUSCA DI SEPANJANG PANTAI REKLAMASI
TELUK MANADO - SULAWESI UTARA
2
RINGKASAN
Ekosistem pesisir saat ini mendapat perhatian yang cukup besar dalam berbagai
kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan Indonesia, yang dilandasi oleh undang-undang
No. 24 Tahun 1992 tentang pemanfaatan ruang pengelolaan pesisir dan laut, termasuk
reklamasi di dalamnya. Area riset dilakukan pada pantai reklamasi karena belum pernah
dilakukan penelitian secara aktual dan nyata, untuk menjawab problematis yang belum nyata
saat ini, karena itu berbagai kalangan mahasiswa LSM dan aktivis lingkungan mencoba
memprotes dan unjuk rasa, menuntut penghentian perluasan wilayah reklamasi pantai.
Suksesi primer adalah habitat awal, yang terdiri atas substrat yang sama sekali baru,
sehingga organisme yang ada pada awal tahap itu berasal dari larva atau benih yang datang
dari luar. Suksesi sekunder pada dasarnya larva atau benih bukan saja datang dari luar tapi
dalam habitat itu sendiri.
Dasar pengelolaan suatu ekosistem adalah pengetahuan tentang susunan, komponennya
dan interaksi antar komponen-komponen itu sendiri, dalam arti ekosistem pesisir merupakan
suatu himpunan integral dari komponen-komponen abiotik (fisika kimia) dan biotik
(organisme hidup) yang berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu
unit fungsional.
Kajian komponen abiotik dan biotik merupakan informasi penting yang dapat dijadikan
dasar pengkajian kondisi suatu perairan untuk melihat kecenderungan suatu perubahan ke
arah positif atau negatif. Perubahan ke arah positif bertujuan komponen abiotik dan biotik
dapat saling berinteraksi membentuk satu kesatuan unit fungsional menuju homeostasis
(keseimbangan lingkungan dengan makhluk hidup) yang dapat meningkatkan produktivitas
sumberdaya perairan, sedangkan perubahan ke arah negatif, dapat menurunkan produktivitas
perairan seperti kandungan hara, pola arus, pH, dan temperatur. Tekanan terhadap wilayah ini
akan menjadi lebih luas karena proyek reklamasi pantai yang akan menempati sepertiga garis
pantainya. Sekarang ini telah menjadi pusat perdagangan kawasan Sulawesi Utara.
Kegiatan reklamasi mempunyai peranan besar dalam pengembangan daerah pesisir
pantai. Reklamasi umumnya melibatkan reklamasi laut untuk pembangunan sarana pelabuhan
seperti Ujung Pandang atau untuk pusat perbelanjaan seperti pembangunan yang sedang
dilakukan di pantai di bagian depan Kota Manado, suatu daerah yang menghadapi hantaman
gelombang besar yang terjadi secara musiman. Pada kedua proyek tersebut di atas sejumlah
besar batu karang diambil dan penimbunan dilakukan untuk membuang air laut dalam upaya
membuat fondasi bagi pembangunan gedung.
3
Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) mempelajari karakteristik komponen fisika
kimia dari air, substrat kawasan reklamasi; (2) mempelajari struktur komunitas mollusca di
kawasan reklamasi; (3) mempelajari struktur komunitas mollusca yakni keterkaitan antara
karakteristik lingkungan (abiotik) dengan struktur komunitas (biotik).
Kegunaan hasil riset ini ialah membangun kesamaan persepsi dan komitmen seluruh
pihak terkait (stakeholder) dalam upaya bersama melaksanakan pelestarian dan pengendalian
kerusakan bioekologi pantai Manado, metodologi yang digunakan untuk membeda riset ini
menyangkut pengambilan data primer dan sekunder.
4
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekosistem pesisir saat ini mendapat perhatian yang cukup besar dalam berbagai
kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan Indonesia, yang dilandasi oleh undang-undang
No. 24 Tahun 1992 tentang pemanfaatan ruang pengelolaan pesisir dan laut (Djojobroto,
1998). Hal ini dapat dimengerti karena perairan pesisir merupakan tempat penampungan
berbagai limbah yang potensial dari berbagai kegiatan manusia baik di daratan maupun di
laut, sehingga ekosistem ini dapat dijadikan indikator dalam pantauan dan penilaian kondisi
sumber daya alam dan lingkungan hidup (Bengen et al. 1995; Reid, 1996; Knowles &
Davies, 1998).
Dasar pengelolaan suatu ekosistem adalah pengetahuan tentang susunan, komponennya
dan interaksi antar komponen-komponen itu sendiri, dalam arti ekosistem pesisir merupakan
suatu himpunan integral dari komponen-komponen abiotik (fisika-kimia) dan biotik
(organisme hidup) yang berhubungan satu sama lain dan saling berinterakasi membentuk
suatu unit fungsional.
Kajian komponen abiotik dan biotik merupakan informasi penting yang dapat dijadikan
dasar pengkajian kondisi suatu perairan untuk melihat kecenderungan suatu perubahan ke
arah positif atau negatif. Tekanan terhadap wilayah ini akan menjadi lebih luas karena proyek
reklamasi pantai yang akan menempati sepertiga garis pantainya. Sekarang ini telah menjadi
pusat perdagangan kawasan Sulawesi Utara.
Pengkajian kualitas perairan baik karakteristik fisik kimi air dan substratnya serta
kareakteristik biologi perairannya. Kajian karakteristik biologi berperan penting karena
fungsi akumulatifnya yang dapat mengantisipasi perubahan lingkungan. Karakteristik biologi
yang representatif sebagai fauna kajian adalah fillum Mollusca yang tersebar pada kelas
Bivalvia dan kelas Gastropoda, dengan pertimbangan respons dan adaptasi fauna ini. Cukup
sensitif terhadap perubahan lingkungan. Respons tersebut bertujuan agar dapat
mempertahankan eksistensinya dengan berhasil dalam suatu lingkungan.
Respons fauna terhadap kondisi lingkungan dapat nampak terutama dari perubahan-
perubahan bentuk tubuh bagi fauna sesil dan perubahan tingkah laku dari fauna yang
bergerak bebas. Selanjutnya respons fauna terhadap berbagai faktor dan kondisi lingkungan
dapat melalui tiga cara pokok yang pada dasarnya berkaitan satu dengan yang lainnya yaitu :
adaptasi struktural, pengaturan fisiologis, dan pola tingkah laku.
5
Respons yang paling awal terhadap perubahan lingkungan bersifat fisiologi karena
merupakan respons internal terhadap faktor-faktor lingkungan organisme. Perubahan tingkah
laku akan didahului oleh respons fisiologis karena : Suatu gerakan, aktifitas, atau tingkah
laku lainnya dari suatu fauna akan didahului dengan diterimanya rangsangan lingkungan oleh
reseptor-reseptor dan terjadinya perubahan-perubahan dalam reseptor serta saraf. Demikian
pula pertumbuhan morphologis, responsif terhadap pengaruh lingkungan, tampang tubuh
pada organisme sebagai akibat pengaruh lingkungan pada waktu proses pertumbuhan
berlangsung, merupakan adaptasi-adaptasi untuk hidup pada suatu habitat tertentu.
Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan
jika terjadi perubahan pada salah satu komponen maka akan mempengaruhi komponen
lainnya. Sebagai asumsi bahwa pengelolaan suatu ekosistem adalah pengetahuan tentang
susunan komponennya dan interaksi antara komponen-komponen itu sendiri dan sebagai
tujuan umum adalah memperoleh informasi tentang kondisi bioekologis dari kawasan pantai
reklamasi yang nota bene pasang surutnya tinggal beberapa meter saja.
Urgensi Penelitian
Penelitian ini memiliki kepentingan dan manfaat utama dalam :
(1) Menyediakan data otentik yang dapat digunakan untuk menjawab problematis yang
belum nyata menjadi nyata dalam hal menepis anggapan-anggapan yang terlalu
ekstrimis
(2) Terciptanya kesamaan persepsi dan komitmen seluruh stakeholder dalam upaya
melaksanakan pelestarian dan mempertahankan keseimbangan bioekologis wilayah
pesisir teluk Manado.
(3) Menyusun dan menata program pelestarian menurut fungsi ekosistem pesisir pantai
Manado secara terpadu.
(4) Terkendalinya sistem pembuangan limbah industri rumah tangga dan limbah cair
lainnya dari mesin-mesin pembangkit listrik serta mesin otomotif.
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pembuatan pantai reklamasi telah merubah lingkungan pesisir secara alami, yang
dahulunya pantai landai dan pasang surutnya cukup luas paparannya dan beraneka ragam
biotanya yang menempati subsrat batu, pasir, lumpur dan karang serta batu bercampur pasir,
batu berlumpur dan pasir berlumpur. Biota yang menempati areal pesisir yang landai terjebak
dan ditimbun musnah karena sifatnya menempel dan membenamkan diri pada substrat serta
tidak mempunyai kemampuan berpindah dengan cepat. Hal ini terlibat pada komunitas
Gastropod hasil penelitian tahun 1998 sebelum reklamasi menemukan 36 genera serta 63
spesies Gastropoda. Selanjutnya tahun 2001 ditemukan 7 spesies mollusca di dermaga beton
kawasan reklamasi pantai Manado.
Hal-hal pengembangan lain yang perlu dikaji menyangkut kondisi dan informasi pantai
reklamasi adalah :
(1) Belum adanya profil pengelolaan pembuangan limbah diketahui secara umum
(2) Belum dikaji setiap pengelolaan mall dalam hal konstruksi pembuangan limbah yang
layak diterima secara umum dalam konservasi lingkungan.
(3) Belum tersedia data parameter fisika kimia air secara akurat di pantai reklamasi
Manado
(4) Belum dikaji secara mendalam biota-biota apa yang menempati pantai reklamasi
(5) Belum diinformasikan keragaman spesies mollusca yang terdapat pada pantai reklamasi
(6) Belum diketahui batu cadas diletakkan berapa lama terbenam air laut dan ditempati
mollusca
(7) Belum juga diketahui berapa lama batu itu tersedia makanan untuk biota seperti
mollusca
(8) Tingkat pencemaran secara biologis kimia dan fisik di seluruh bagian pantai reklamasi
belum ditetapkan
(9) Belum ada lembaga yang diberi wewenang bertanggungjawab dalam pengelolaan
ekosistem pesisir pantai reklamasi.
(10) Belum diketahui seltasi penyusutan tanah timbun di pantai reklamasi
(11) Belum tersedia informasi akurat tentang pencemaran sedimen pada polip-polip karang
7
Pantai reklamasi belum banyak dijamah para peneliti, bila adapun masih dibatasi
kulitnya saja. Oleh dan sebab itu pantaslah dimulai menggali misteri pada pantai reklamasi,
untuk menjawab problematis yang belum diketahui.
Kegiatan reklamasi berarti membongkar atau menimbun sesuatu lingkungan seperti
daerah penambangan atau daerah pantai dengan tujuan tertentu. Reklamasi pantai dilakukan
di teluk Manado dengan tujuan perluasan pembangunan Kota Manado. Oleh karena itu
kegiatan reklamasi mempunyai peranan besar dalam pengembangan daerah pesisir pantai
(Departemen Pekerjaan Umum – R.T., 1998).
Dengan adanya reklamasi pantai, struktur pantai berubah, yang dahulunya landai
sekarang menjadi curam dan struktur substrat pun berubah menjadi pantai bebatuan sheingga
keanekaragaman biota pun musnah tertutup pantai reklamasi. Pantai bebatuan umumnya
ditempati oleh biota penempel seperti Filum Mollusca sebagai biota penempel pada instalasi
buatam manusia seperti pantai reklamasi.
Perubahan struktur pantai sebelum dan sesudah reklamasi dapat diprediksi bahwa
penempatan dan keanekaragaman, populasi telah terjadi perubahan dipandang dari hasil
penelitian yang dilakukan Manginsela (1998) sebelum direklamasi, menemukan 36 negara
serta serta 63 spesies Gastropoda. Selanjutnya dalam penelitian Montolalu (2001) di dermaga
beton kawasan reklamasi menemukan 7 spesies Mollusca yang menempel di dermaga beton.
Perairan pesisir terdiri dari beberapa zona yakni supratidal, intertidal dan subtidal
(Sumertha dan Soedarma, 1979). Khusus zona intertidal atau daerah pasang-surut dikenal
pula pembagiannya yaitu daerah permukaan pasang tinggi dan daerah pasang terendah. Di
atas daerah permukaan pasang tertinggi adalah zona supratidal (lingkungan darat) dan di
bawah daerah permukaan pasang terendah adalah zona subtidal (lingkungan air). Pasang-
surut terjadi dua kali sehari atau 1 x 24 jam sehingga organisme yang hidup di daerah pasang-
surut akan mendapat air pasang sebanyak 2 x 24 jam dan organisme-organisme yang hidup
pada "intertidal zona" akan mengalami masa ekstrim (peralihan tempat) yang diperkirakan 50
% berada di lingkungan laut dan lingkungan darat. Mollusca yang mendiami daerah pasang-
surut mempunyai adaptasi khusus untuk menghindar dari tekanan suhu ekstrim (Ruppert dan
Barnes, 1991; Ritter, 2000); hal yang berhubungan disampaikan oleh Shimek (1997) dan
Wood (2003) menguatkan bahwa Mollusca intertidal beradaptasi dengan kondisi lingkungan
dengan menghindari atau mengurangi tekanan yang timbul akibat lingkungan terendah.
Dalam penelitian Kaligis (2001) menyatakan bahwa Littorina Littorea dapat berpindah ke
atas dan ke bawah pesisir selama musim berkembang biak, pernyataan ini didukung Kaligis
8
(200) yang mengatakan bahwa Littorina Littorea mampu bertahan dalam beragam suhu tapi
menyukai suhu sekitar 18oC dan gerakannya terhenti pada 8
oC di musim dingin.
Penyebaran komunitas Mollusca di daerah pasang-surut ke suatu zona tertentu dibatasi
oleh adanya tekanan-tekanan lingkungan sehingga Mollusca tersebut berada dalam batas-
batas toleransi fisiologis. Daerah permukaan pasang terendah didominasi oleh Mollusca-
Mollusca yang lebih kecil sedangkan di daerah permukaan tertinggi didiami oleh spesies
Mollusca yang lebih besar (Montolalu, 2001). Hal ini disebabkan oleh toleransi fisiologis dari
Mollusca yang lebih besar terhadap tekanan kekeringan lebih besar daripada yang kecil
(Sigwrt, 2002; Shimek dalam Manembu, 2001).
Mollusca yang mendiami daerah permukaan pasang tertinggi memperlihatkan berbagai
mekanisme struktural dan tingkah laku dalam menahan tekanan-tekanan yang berkaitan
dengan suhu dan kehilangan air akibat kekeringan Lumuindong (2006). Umumnya Mollusca
dalam daerah pasang-surut, mampu mendiami permukaan batu karang yang dapat mengalami
kekeringan dan juga memiliki kemampuan menghindari dari lingkungan selama tahapan-
tahapan tidak menguntungkan (Lumuindong, 1987) karena adanya pergantian pasang-surut;
selanjutnya beberapa Gastropoda seperti limpet yang mempunyai kulit tebal dan memiliki
operkulum yang dapat menutup erat lapisan bawah untuk mencegah kehilangan air dalam
tubuh.
Menurut Newell, (1976) dalam Lumuindong (1987), pertukaran energi antara fauna dan
lingkungan luarnya tergantung pada suatu keseimbangan antara dua komponen utama yakni :
Terdapat, panas yang diperoleh dari lingkungan oleh radiasi matahari yang diserap oleh
permukaan tubuh fauna, oleh kondisi dari lapisan dasar ditambah panas endogen dari proses-
proses metabolik.
Dapat kehilangan panas oleh penguapan, konveksi, kelembaban, kecepatan angin,
perbedaan suhu badan organisme dan dari lingkungan, sehingga dapat dirumuskan dalam
bentuk persamaam umum sebagai berikut :
Rd + Kd + PM = Kv + Pg + Pl atau
(Perolehan Panas) = (kehilangan panas)
Dimana Rd = Radiasi, Kd = Konduksi, PM = Panas Metabolik,
Kv = Konveksi, Pg = Penguapan, Pl = Pengeluaran
Kelompok Mollusca merupakan organisme yang hidup di daerah intertidal dan subtidal,
dan mempunyai toleransi terhadap dinamika alam yang terjadi di daerah ini, serta memiliki
kemampuan menempel yang kuat. Nybakken (199) mengatakan bahwa biota apapun yang
9
mendiami zona ini (pasang-surut) harus dapat beradaptasi terhadap keadaan lingkungan yang
berfluktuasi.
Teritip (barnakel) merupakan organisme yang mampu dan berhasil beradaptasi di
daerah pasang-surut. Nybakken (1992) melaporkan bahwa teritip adalah spesies yang utama
menempati zona intertidal di seluruh dunia. Mereka hidup di bagian teratas zona pasang-surut
dan mudah terlihat pada daerah berbatu bahkan sampai pada zona (daerah) percikan ombak di
atasnya (Nontji; 1987; Levinton, 1995). Selain itu teritip bisa juga ditemukan pada lunas
kapal atau perahu dan tiang-tiang dermaga pelabuhan (Mansaleo, 2004). Selanjutnya
dilaporkan, mereka memiliki kecepatan menempel yang tinggi pada lempengan pipa paralon
dan berbagai bahan seperti batu, semen, dan baja (Montolalu, 2001). Mereka pula memiliki
cara untuk melindungi tubuh terhadap kekeringan dengan menutup vulva atau cangkang. Hal
ini membuat mereka bisa bertahan lama hidup di daerah yang terendah.
Beberapa kelompok Mollusca yang dikategorikan sebagai organisme pengotor, spesies
dari klas Bivalvia adalah famili Mytilidea, Pterridea, Spondylidae, fknomiidae, Ostreidae dan
Chamidae (Knudsen, 1977; Cedhagen, 1996; Sigwar, 2002). Masuknya Bivalvia dalam
kelompok organisme pengontrol ini dimungkinkan karena sifat dari beberapa bivalvia yang
mampu untuk menempel dan hidup menetap pada substrat keras. Knudsen (1997)
menegaskan bahwa beberapa spesies dari bivalvia bergerak dengan merayap di atas dasar,
menggali lubang dalam kayu dan batu serta banyak yang menetap pada substrat keras.
Suksesi primer adalah habitat awal, yang terdiri atas substrat yang sama sekali baru,
sehingga organisme yang ada pada awal tahap itu berasal dari larva atau benih yang datang
dari luar. Organisme yang pertama kali menghuni substrat tersebut tergolong jenis-jenis
pioner yang biasanya memiliki toleransi yang luas terhadap berbagai faktor lingkungan
(Vassey, 1992; Shimek, 1997; Ritter, 2000) substrat yang baru ini pada umumnya merupakan
habitat yang ekstrim.
Suksesi sekunder pada dasarnya larva atau benih bukan saja datang dari luar tapi dalam
habitat itu sendiri (Caver dkk, 2002). Komunitas di suatu substrat mungkin dapat terganggu
tetapi habitat mungkin tidak kalaupun mengalami perubahan atau kerusakan tidak terlalu
besar, sehingga disitu masih tersisa larva atau benih lain (Resosoedarmo, dkk, 1993). Dengan
demikian perbedaan suksesi dan suksesi primer terletak pada kondisi habitat yang baru.
10
Kegiatan Penelitian yang Telah Dilakukan
Lumoindong, F., Marsoedi, Soemarno, Risjani, Y. ICBS Bio. UGM. 2009. Seminar
International Conference on Biological Science. Mullusk Density at Reclamation Area
in the Gulf of Manado.
Lumoindong, F. Seminar Nasional Biologi ITS Surabaya. Struktur dan Distribusi Vertikal
Moluska pada Pantai Reklamasi zona Intertidal Pantai Manado.
Lumoindong, F. 2010. Inventarisasi Organisme Pembentuk Terumbu Karang. Anggota Dikti.
11
BAB III. METODE PENELITIAN
Data yang akan diambil dalam penelitian ini menyangkut data primer dan sekunder.
Data primer meliputi (1) pengambilan contoh mollusca untuk keperluan identifikasi,
pengukuran cangkang mollusca dan sebagai hewan uji laboratorium dalam wadah aquarium;
(2) pengukuran kualitas air pantai reklamasi meliputi parameter fisika, kimia dan biologi; (3)
percakapan langsung dengan stakeholder baik di lapangan maupun dalam pertemuan
seminar-seminar.
Data sekunder terdiri dari (1) data dari instansi pemerintah seperti : Bapedalda, Dinas
Perikanan, Dinas Pengairan, Dinas Pertambangan, Dinas Perhubungan dan Dinas Pariwisata
serta lembaga lain yang trekait dengan pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem pesisir dalam
wilayah perkotaan, diantaranya lembaga penelitian dan pengembangan dari instansi
pemerintah, lembaga penelitian Universitas di Manado.
Teknik Pengumpulan Data
Pengamatan dan pengambilan contoh di setiap stasiun dilakukan secara random dengan
teknik transek berukuran 1 m x 1 m2 diletakkan sejajar garis pantai, mengikuti pasang surut
tertinggi, menengah dan terendah. Masing-masing bagian ini diletakkan kuadrat secara
berulang-ulang sebanyak 10 kali sehingga jumlah keseluruhan menjadi 3 x 10 = 30 petak per
stasiun pengamatan. Dengan demikian telah memenuhi syarat rekomendasi Routledge dalam
Krebs (1989) yang menyatakan bahwa pengambilan contoh yang rendah (< 30 petak) dalam
perhitungan indeks simpson dapat menyebabkan bias, terutama pada perhitungan < 10 petak.
Pengamatan aktifitas Mollusca yang pasif dan aktif dilakukan dalam tutupan kuadrat,
yang aktif diberi tanda cat pada cangkangnya dan substrat tempat ia menempel pada awal
ditentukan diberi tanda lingkaran cat agar dapat diketahui apabila dia bergerak meninggalkan
tempat awal dan berpindah kearah horizontal atau kearah vertikal. Besar kecilnya Mollusca
dikur dengan menggunakan jangka sorong (geser).
Pengambilan Contoh Mollusca
Contoh Mollusca diambil berdasarkan kepentingan identifikasi dan analisis
laboratorium (hewan kontrol). Semua spesies Mollusca yang ditemukan diidentifikasi
berdasarkan buku acuan yang tersedia antara lain Dharma (1988 dan 1992), Abbot (1990) dan
Abbot, et al. (1988); Gabbi (1999); Oliver (2004).
12
Hewan contoh yang diambil dipelihara dalam akuarium yang sudah disediakan terlebih
dahulu, dengan memakai metode pasang surut dan substrat batu. Hewan yang pasif (tidak
mempunyai kemampuan gerak) dipindahkan dengan cara membetel/memecahkan
substratnya, sedangkan yang aktif, memindahkannya pada saat ia berjalan yaitu jalan yang
akan dilewatinya ditempeli lakban, dan bila ia sudah naik ke lakban, baru diangkat,
dipindahkan di substrat yang ada dalam akuarium.
Pengukuran Parameter Air dan Substrat Batu
Pengukuran parameter fisika-kimia dan substrat dilakukan pada saat air berlangsung
surut dan air pasang. Pengukuran air dilakukan pada kuadrat yang terpilih yang mewakili
kuadrat lain di setiap stasiun penelitian, demikian pula dengan substrat. Substrat batu dibor
dengan bor besi, menggunakan tenaga listrik. Lubang yang dibor mencapai 5-10 cm dan
dipasangkan pipa paralon agar air tidak masuk ke dalam lubang pada saat pasang naik,
selanjutnya pengukuran temperatur batu dapat dilakukan, serbuk batu yang dibor
dikumpulkan untuk keperluan pemeriksaan pH batu.
Pengukuran parameter fisika-kimia air secara lengkap dilakukan di laboratorium,
sampel air, diambil pada saat air surut dan air pasang naik di setiap stasiun penelitian. Air
dimasukkan dalam jerigen lima liter untuk keperluan pengukuran suhu, salinitas, pH air,
amoniak, nitrat dan orotofosfat.
Teknik Analisa Data
Kelimpahan
Kelimpahan dapat diukur dengan dua cara yaitu dengan menghitung kepadatan dan
kepadatan relatif (Krebs 1989). Kepadatan menurut Odum (1994) adalah besarnya populasi
dalam suatu unit ruang yang dinyatakan dalam jumlah individu atau biomassa dari populasi
dalam setiap unit luas dan volume. Sedangkan kepadatan relatif adalah proporsi jumlah
individu suatu spesies dalam komunitas. Rumus yang digunakan untuk menghitung
kepadatan dan kepadatan relatif adalah sebagai berikut :
13
Pola Penyebaran
Pola penyebaran ditentukan melalui perbandingan ragam contoh dengan jumlah rata-rata
individu per m2 dengan rumus :
Dimana : I = Indeks penyebaran
S2 = Ragam contoh
m = Rata-rata hilang
f = frekuensi pemunculan individu dalam satuan contoh
x = jumlah individu dari satu spesies dalam satuan contoh
n = jumlah satuan contoh
Kesamaan Komunitas
Untuk mengevaluasi kemiripan kualitatif komunitas antar stasiun contoh dipergunakan
indeks Sorensen (So) (Brower dkk, 1990):
Dimana : C = Jumlah jenis yang ditentukan pada kedua tempat yang dibandingkan
Si + Sj = Jumlah jenis yang ditemukan pada i dan j
Panjang cangkang
Rata-rata dan sebaran panjang cangkang dianalisa dengan menggunakan rumus :
Rata-rata panjang cangkang =
Standar deviasi =
Dimana : x = Panjang cangkang
n = jumlah contoh
14
Teknik Pengumpulan Data
Tahap I : a.
b. Pengukuran Kualitas Air :
- Parameter Fisika Lingkungan Perairan
- Parameter Kimia Air
- dan Parameter Biologi
c. Wawancara Langsung dengan Stakeholder di Lapangan
Tahap 2. Data sekunder dari instansi pemerintah :
- Bapedalda
- Dinas Perikanan
- Dinas Pengairan
- Dinas Pertambangan
- Dinas Perhubungan
- Dan Dinas Pariwisata
- Lembaga Penelitian Dan Pengembangan Dari Instansi Pemerintah
- Lembaga Penelitian Universitas Di Manado
Data Primer Pengambilan Contoh Moluska
pada kuadrat 1 x 1 m2
Proses Identifikasi
Pengukuran Cangkang Moluska
Pengamatan Aktivitas Moluska di Lapangan
Pengamatan Hewan Uji di Laboratorium
dalam Akuarium
15
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Ringkasan Anggaran Biaya
Biaya yang dibutuhkan sebesar Rp. 30.000.000 dan jangka waktu 1 tahun dengan
rincian pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Yang Diajukan
Setiap Tahun
No Jenis Pengeluaran Biaya Yang diusulkan (Rp)
Tahun I
1. Peralatan Penunjang (5-15%) 10.850.000
2. Bahan Habis Pakai (20-30%) 10.650.000
3. Perjalanan (15-25%) 3.000.000
4. Administrasi : publikasi, Seminar dan
Laporan (max 15%)
5.500.000
Jumlah 30.000.000
16
4.2. Jadwal Kegiatan
Tahun Pertama
No. Kegiatan Bulan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
1. Survei
Penetapan
Lokasi
Pengambilan
Sampel
*
a
2. Persiapan
Bahan dan
Alat
*
3. Pengambilan
Sampel/
Penanganan
Sampel
* * *
4. Proses
Identifikasi
* *
5. Pengukuran
Parameter
Fisika-Kimia
Air
* * *
6. Pengukuran
Fisika-Kimia
Substrat Batu
* *
7. Pengukuran
Fisika-Kimia
Moluska
* *
8. Pengamatan
Aktivitas
Moluska di
Lapangan
*
9. Pengamatan
Aktivitas di
Akuarium
*
10. Pengolahan
Data
* *
11. Penulisan
Laporan
* *
12. Seminar * *
17
Tahap I Persiapan/pengaturan perangkat pengamatan di lapangan menyangkut data primer
dan sekunder yaitu :
a. Pengambilan sampel Mollusca untuk keperluan identifikasi
b. Pengukuran parameter fisika-kimia air
c. Pengukuran parameter fisika-kimia substrat batu dengan cara dibor dengan bor
listrik kemudian dipasangkan pipa paralon setelah itu diukur temperatur batu,
hasil buangan bor dikumpulkan (serbuk batu) untuk diukur pHnya
d. Pengukuran parameter fisika-kimia Mollusca dengan cara memasukkan alat
ukur (termometer tubuh) ke dalam rongga Mollusca saat ia merangkak,
demikian pula pHnya diukur bersamaan
e. Pengamatan aktifitas Mollusca di saat tertutup air dan saat terdedah dimana
respons dan adaptasinya sangat berperan dalam menentukan hidup dan
matinya
Tahap II Pengumpulan data sekunder meliputi data dari instansi pemerintah seperti :
Bapedalda, Dinas Perikanan, Dinas Pengairan, Dinas Pertambangan, Dinas
Perhubungan dan Pariwisata serta lembaga lain yang berkaitan dengan
pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem pesisir dalam wilayah perkotaan,
diantaranya lembaga penelitian dan pengembangan diri instansi pemerintah,
lembaga penelitian Universitas di Manado.
Tahap III Penelitian Lab
Penelitian lab adalah penelitian yang dilakukan sebagai uji kontrol penelitian
lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi data penelitian di lapangan
yang terabaikan karena faktor kesulitan seperti cuaca buruk, gelombang pasang-
surut, kedalaman air saat pasang.
Penelitian ini dirancang dalam satu wadah akuarium yang dilengkapi dengan
substrat batu dan airnya mengikuti air pasang dan air surut sesuai waktu di
lapangan.
Tahap IV Analisis Data
a. Menghitung kepadatan Mollusca penempel
b. Menganalisis keberadaan Mollusca dengan indeks-indeks biologi
18
c. Determinasi sebara karakteristik fisika-kimia air, substrat dan Mollusca antar
level atas, tengah dan level bawah pasang-surut serta antar stasiun
d. Menganalisis tingkat pencemaran pantai berdasarkan indeks biotik
e. Merangkum semua data sekunder untuk membuat program pengendalian
kerusakan ekosistem pantai.
Tahap V a. Penyusunan / Penulisan Laporan
b. Penulisan laporan hasil penelitian
c. Seminar hasil penelitian
19
DAFTAR PUSTAKA
Abbot, R.T and S.P. Dance. 1988, Compendium of Seashells. E.P. Dutton. Inc. 411p.
Abbot R.T. 1990. Compendium of Seashells. A Full Color Guide to More than 4200 of
Whorl's marine Shells. American Malacologist Inc. Melbourne. 210p.
Bengen, D.G., R. Widodo dan S. Haryadi, 1995, Tipologi Fungsional Komunitas
Makrobenthas sebagai Indikator Kualitas Perairan Pesisir Muara Jaya, Bekasi, Fakultas
Perikanan IPB, Bogor. 45p.
Brower, J. J. Zar dan C. Fon Ende. 1990. General Ecology Field and Laboratory Method.
Brown Company Publ. Dubugue - IOWA. 237 hal.
Callaw, M.E.,1985. A World-Wild Survey of Slime Formation In Antifouling Paints in algae
Biofouling. Editid by L.V. Evans and K.D. Hoagland. Elseivier Science Publishers
B.V. Amsterdam, Nederlands. Hal 1-20
Cadhagen, T., 1996. Some Marine Biological Methods. M.Sc. Program in Marine Sciences.
University of Aarhus.
Charmaine, dkk., 2000. Coral Reef Creatures. www.singapore Zoological Gardens - Docent:
htm,
Caver, dkk., 2002. Picture Mollusc. www.invertebrates.htm
Departemen Pekerjaan Umum R.I., 1998. Aneka Pemanfaatan Zona Pesisir, hal. 26
Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia. PT. Sarana Graha. Jakarta, 107p
Dharma, B. 1992. Siput dan Kerang Indonesia. Verlag Christa Graha Hemmen. Germany.
110p.
Djojobroto H.S., 1998. Perencanaan dalam Konteks Indonesia; Departemen Dalam Negeri
R.I. 281p.
Gabbi G. 1999. Swan Hill Press an Inprint of Airlife Publishing Ltd. 101 Longden Road,
Shrewsbury Sy3 GEB, England Email: [email protected]. Website:
www.airlifebooks.com.
Kaligis G.J.F., 2000. Distribusi in relation to environment of ht marine snail, Littorina littorea
(Gastroposa: prosobranchia) at Helgoland (Noth-Sea). Phuket marine biological Center
Special Publications. Hydrobiologia 178: 237-239
Kaligis G.J.F., 2001. Eco-physiological of the Marine Snail. Littorina Littorea (Gastropoda:
Prosobrancia at Helgoland (North-Sea) Dissertation faculty of biology of the university
of Hamburg. 11p.
20
Knudsen, 1997. Catalogue of Main Marine Fouling Organism. Vol. 8. Zoological Museum
University of Copenhagen Universistetspaken 15 DK2 ICO. Copenhagen Denmark.
Knowles A.J. & M.S. Davies., 1998. A Novel method to assess the cercariae emission
intensity of littorinid population. Hudrobiologia 378: 237-239pp.
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publisher. New York. 654 hal.
Levinton, 1995. Marine biology. Function, biodiversity, ecology 4, The chemical and
physical environment. Oxford University Press. 67-86pp.
Lumuindong, 2006., Respons dan Adaptasi Fauna Air (Mollusca di pantai reklamasi Manado
Sulawesi Utara). Diseminarkan sebagai Bahan Kualifikasi di Program Pascasarjana
Universitas Brawijaya Malang, 37 hal.
Lumuindong, 1987., Respons dan Adaptasi Hewan air Dalam Daerah Pasang-Surut Makalah
Dalam Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
UNSRAT Manado. 17 hal.
Manembu, I.S., 2001. Distribusi dan Kelimpahan Cacing Bercangkang Genus Dendropoma
(Mollusca Gastropoda) di Terumbu karang Bagian Selatan Pulau Bunaken Kota
Manado. Skripsi FPIK UNSRAT. Manado. 34 hal.
Manginsela, F. B., 1998. Ekostruktur dan Sebaran Spasial Komunitas Gastropoda di Kawasan
Pasang-Surut Teluk Manado, Sulawesi Utara. Tesis Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Mansaleo, Y.F., 2004. Distribusi Fauna Pengebor pada karang Scleractinia. Skripsi, FPIK
UNSRAT. Manado. 48 hal.
Montolalu, J.R. 2001. Distribusi Biota pengotor pada dermaga Beton di Teluk Manado dan
Amurang. Skripsi dalam bidang Biologi Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut (Suatu Pendekatan ekologis). PT. Gramedia. Jakarta.
Odum E. F., 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Samingan T. Dan Srigando B. Gajah
Mada University Press, Yogyakarta. 230 hal.
Oliver A. P.H. 2004. Guide to See Shelss of the World. First Published in 2004 by Philips in
20024 by Philips, a division of octopus Publishing Group Ltd, 2-4 Heron Quays
London E14 4 JP.
Resosoedarmo, R.S.; Kartahinata, K; dan A. Sugieto. 1993
Ritter, S., 2000. Animals diversity. www.Sepioteuthis-Sipioidea information,
21
Ried G.R., 1996. Systematic and evolution of Littorina - The Ray Society. London. p 92-120
Ruppert dan Barnes, 1991. Invertebrate Zoology. Sixth Edition. Saunders College Publishing
USA. Hal 365-486
Santhakumari, V dan Nair, N.B., 1975. Ecology of Marine Wood Boring and Fouling
organisms from Estuarine Regions of Karala. Bull. Dept. Mar. Univ. Cochin, VII(4):
827-844
Shimek, R., 1997. Vermited Snails in Marine Aquaria.
Sigwart, J.D., 2002. Mollusk Species Lists. Worms that ain't
www.amnh.org/Aquarium_net.htm
Sumerhta, LN dan D. Soedarma, 1979, Biota Laut dan Lingkungannya Fakultas Perikanan.
Institut Pertanian Bogor. 35 hal.
Vassey, Danie. 1992. An Ecological Histrory of Agriculture. Iowa State University Press.
Iowa.
Wood, J.B., 2003. The Cephalopod Page. www.Thecephalopodepage: Octopuses, Squid,
Cuttlefish, and Nautilus. htm
22
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Dukungan Sarana dan Prasarana yang Menunjang Penelitian
NO FASILITAS FUNGSI
1. Ruang Laboratorium Biologi Kelautan UNSRAT Tempat melakukan
penelitian
2. Refraktometer Pengukur salinitas
3. Horiba Pengukur salinitas, DO, pH,
BOD
4. Kuplat Tempat memasak/merebus
5. Kuadran Alat ukur tutupan sampel
6. Kamera Pendokumentasian
7. Komputer Analisis data dan pembuatan
laporan
8. Printer Komputer Mencetak laporan
9. Lub Memperjelas pengamatan
thallus berbintil
10. Perpustakaan dan Web Ketersediaan dan kemudahan
untuk mengakses literatur
11. Staf Biologi Kelautan dan Pengolahan Hasil Tempat konsultasi bila
mengalami kendala
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas
No Nama / NIDN Instansi
Asal
Bidang
Ilmu
Alokasi
Waktu Uraian Tugas
1 Frans Lumuindong /
0017056005
UNSRAT Biologi
Lingkungan
Pesisir
Lautan
7 Jam /
minggu
- Penanggung
jawab penelitian
- Pengambilan
sampel
- Proses identifikasi
moluska
- Parameter fisika
kimia dan biologi
- Pengamatan
aktivitas moluska
di lapangan
- Pengamatan di
laboratorium
- Analisis data
- Pelaporan
- Foto dokumentasi
23
Lampiran 3. Biodata Ketua dan Anggaran Tim Pengusul
Biodata Ketua Tim Pengusul
Nama Lengkap (dengan gelar) : Dr.Ir.Frans Lumuindong, MSi Jenis Kelamin : Laki - Laki (L)
Jabatan Fungsional : Lektor NIP/NIK/Identitas lainnya : 196005171992031002 NIDN : 001756005 Tempat dan Tanggal Lahir : Lembean, 17 Mei 1960 Alamat Rumah : Kalasey I jaga 5, Kec.Pineleng, Kab. Minahasa Nomor Telepon/Faks/HP : 0431-831526 / 082196416017 (HP) Alamat Kantor : Jl. Kampus Unsrat Bahu Manado Nomor Telepon/Faks : - Alamat e-mail : [email protected] Lulusan yang telah dihasilkan S-1= 10 orang, S-2= 6 orang, S-3= - orang Mata Kuliah yang diampu 1. Ekologi Laut
2. Konservasi Laut
3. Biologi Sumberdaya Laut
4. Reproduksi Biota Laut
A. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama
Perguruan
Tinggi
Universitas Sam
Ratulangi Manado
Universitas Sam
Ratulangi Manado
Universitas Brawijaya
Malang
Bidang Ilmu Manajemen
Sumberdaya
Perairan
Ilmu Perairan Lingkungan Pesisir dan
Lautan
Tahun Lulus 1988 2003 2009
Judul
Skripsi/Tesis/
Disertasi
Telaahan Komunitas
Rumput Laut
Ekonomis Penting
Eksistensi Gametofit
dan Sporofit
Kandungan Agar
dan kekuatan gel
grasilaria edulis
silva
Kajian Ekosistem pesisir
dalam wilayah intertidal
respons dan adaptasi
moluska disepanjang pantai
reklamasi teluk manado
Nama
Pembimbing
/Promotor
Dr.Ir.Gybert
Mamuaya, DAA
Prof.Dr.Ir. Bambang
Soeroto,MSc
Prof.Ir. Marsoedi, PhD
Prof.Dr.Ir. Soemarno, MS
Prof.Ir.Yenny Risjani, PhD
24
B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2009 Struktur dan Distribusi Vertikal Moluska
di pantai reklamasi zona intertidal
Mandiri
2 2010 Inventarisasi Organisme Pembentuk
Terumbu Karang
DIKTI
*Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber lainnya
C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir :
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml (Juta Rp)
1 2011 Pemilihan dan Penentuan Lokasi Budidaya
Rumput Laut (Alga), Bakorlu Provinsi
SULUT
2 2012 Konservasi dan Rehabilitasi Ekosistem
Pesisir dan Laut di Desa Tongkaina
Kecamatan Bunaken
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI
maupun dari sumber lainnya
D. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun
1
2
3
E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1 ICBS BIO-UGM 2009 International
Conference on Biological Science.
Mollusk Density At
Reclamation Area In
The Gulf Of Manado
Fakultas Biologi
UGM, 16 - 17
Oktober 2009
2 Seminar Nasional Biologi VII ITS Struktur dan
Distribusi Vertikal
Moluska Pada Pantai
Reklamasi Zona
Intertidal Pantai
Manado
Jurusan Biologi ITS
Surabaya, 7
November 2009
25
F. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan Tahun
1 Satya Lencana Penghargaan 10 Tahun
Masa Kerja UNSRAT 2011
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
pengajuan Hibah Bersaing.
Manado, November 2016
Ketua Pengusul,
Dr.Ir.Frans Lumuindong,MSi
26
Biodata Anggota Tim Pengusul
IDENTITAS DIRI
Nama : Ir. Esry Tommy Opa, MSi
Nomor Peserta : 0015066610
NIP/NIK :19660615 1990101001
Tempat dan Tanggal Lahir : Manado /15 Juni 1966
Jenis Kelamin :Laki-Laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama :Kristen
Golongan / Pangkat :Penata/ IIIb
Jabatan Akademik :Asisten Ahli
Perguruan Tinggi :Universitas Sam Ratulangi
Alamat :Kampus Unsrat Bahu, Manado
Telp./Faks. :0431-868027
Alamat Rumah : Jln. Lumimuut 4 No 24 Tikala Kumaraka
Kecamatan Manado, Manado, 95124
Telp./Faks. :-
HP Aktif : 081 340 514 098
Alamat email : [email protected]
27
RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI
Tahun
Lulus
Program Pendidikan(diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor) PerguruanTinggi
Jurusan/
Program Studi
1989 Sarjana Perikanan UNSRAT
Manajemen
Sumberdaya
Perairan
2010 Magister Sain UNSRAT Ilmu
Perairan
PENGALAMAN PENELITIAN
Tahun JudulPenelitian
Ketua/ Anggota
Tim
Sumber Dana
1989 Studi Morfometri Kepiting Bakau (Scilla cerata) di Desa Minanga Kecamatan Belang
Ketua Mandiri (Skripsi S1)
1994 Interpretasi Foto Udara Daerah Pantai Pulau Nain
Ketua Mandiri
1996 Morfografik Taman Nasional
Bunaken Bagian Selatan
Ketua Mandiri
1997 Analisis Bentang Lahan Pesisir Di
Sekitar Teluk Manado
Ketua Mandiri
1999 Karakter Fisik Sedimen Lahan
Bakau Pantai Di Wilayah Pesisir
Semenanjung Minahasa
Ketua Dana DIK Dikbud T.A.
1998/1999 N0.
075/23/1988
2009 Perubahan Garis Pantai Desa
Bentenan Kecamatan Pusomaen
Kabupaten Minahasa Tenggara
Ketua Mandiri
2010 Evaluasi Spasial Sumberdaya
Mangrove di Kabupaten Pohuwato
Provinsi Gorontalo
Ketua Mandiri (Tesis S2)
28
KARYA ILMIAH
A. Buku/BabBuku/Jurnal
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2010 Analisis Perubahan Luas Lahan Mangrove di
Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo
dengan mengunakan Citra Landsat,
Jurnal Perikanan & Kelautan Vol. VI Nomor 2, Agustus 2010, ISSN1411-9234 Hal. 79-82
2011 Perubahan garis pantai Desa Bentenan Kec.
Pusomaen, Minahasa Tenggara
e-Jurnal Perikanan
dan Kelautan Tropis
Vol. VII-2 Desember
2011 Hal. 109-114
2011 Kondisi Ekosistem Mangrove di Kabupaten
Pohuwato Propinsi Gorontalo
Jurnal Pasific Vol.II
Nomor 6 April 2011
Hal. 1084-1088
Manado, November 2016
Yang menyatakan,
Ir. Esry Tommy Opa, MSi
NIP.196606151990101001