bentuk jurnal penelitian

15
1 HUBUNGAN FAKTOR FISIOLOGIS DENGAN KUALITAS TIDUR PADA BAYI 0-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG R. Nety Rustikayanti, S.Kp.,M.Kep 1 Ikeu Nurhidayah, M.Kep.,Sp.Kep.An 2 Fitri Indriani Darmawan, S.Kep 3 1,2,3 Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung,Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung ABSTRAK Kualitas tidur bayi sangat berpengaruh terhadap faktor fisiologis diantaranya (berat badan, jenis kelamin dan kondisi sakit). Berdasarkan data Puskesmas Ibrahim Adjie didapatkan dari hasil wawancara yang diketahui 10 dari 8 ibu bayi tentang kualitas tidur bayi mereka kurang, keadaan tersebut dipengaruhi oleh faktor kualitas tidurnya diantaranya faktor penyakit, aktifitas fisik dan kelelahan, stres psikologis, obat, kebiasaan konsumsi, umur, lingkungan dan pencahayaan. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor fisiologis dengan kualitas tidur pada bayi 0-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ibrahim Adjie tahun 2016. Jenis penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 53 orang dengan teknik Total sampling. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner dan kartu KMS. Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan faktor fisiologis bayi dilihat dari berat badan sebanyak 36 orang (67,9%), jenis kelamin perempuan yaitu 39 orang (73,6%), dan keadaan kondisi bayi sakit sebanyak 30 orang (56,6%). Kualitas tidur cukup sebanyak 27 orang (50,9%). Terdapat hubungan faktor fisiologis berat badan (p-value=0,002) dan kondisi sakit (p-value=0,000) dengan kualitas tidur. Sedangkan untuk faktor fisiologis jenis kelamin tidak terdapat hubungan yang signifikan (p-value=0,394). Kata Kunci : Bayi, Faktor Fisiologis, Kualitas Tidur

Upload: nrukmana-rukmana

Post on 23-Jan-2018

343 views

Category:

Health & Medicine


2 download

TRANSCRIPT

1

HUBUNGAN FAKTOR FISIOLOGIS DENGAN KUALITAS TIDUR

PADA BAYI 0-12 BULAN DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE

KOTA BANDUNG

R. Nety Rustikayanti, S.Kp.,M.Kep1 Ikeu Nurhidayah, M.Kep.,Sp.Kep.An2

Fitri Indriani Darmawan, S.Kep3 1,2,3Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

STIKes Dharma Husada Bandung,Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung

ABSTRAK

Kualitas tidur bayi sangat berpengaruh terhadap faktor fisiologis diantaranya (berat

badan, jenis kelamin dan kondisi sakit). Berdasarkan data Puskesmas Ibrahim Adjie

didapatkan dari hasil wawancara yang diketahui 10 dari 8 ibu bayi tentang kualitas tidur

bayi mereka kurang, keadaan tersebut dipengaruhi oleh faktor kualitas tidurnya

diantaranya faktor penyakit, aktifitas fisik dan kelelahan, stres psikologis, obat,

kebiasaan konsumsi, umur, lingkungan dan pencahayaan. Tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui hubungan antara faktor fisiologis dengan kualitas tidur pada bayi 0-12 bulan

di Wilayah Kerja Puskesmas Ibrahim Adjie tahun 2016. Jenis penelitian menggunakan

deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan

sebanyak 53 orang dengan teknik Total sampling. Pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu kuesioner dan kartu KMS. Analisis yang digunakan pada

penelitian ini yaitu univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian

menunjukan faktor fisiologis bayi dilihat dari berat badan sebanyak 36 orang (67,9%),

jenis kelamin perempuan yaitu 39 orang (73,6%), dan keadaan kondisi bayi sakit

sebanyak 30 orang (56,6%). Kualitas tidur cukup sebanyak 27 orang (50,9%). Terdapat

hubungan faktor fisiologis berat badan (p-value=0,002) dan kondisi sakit (p-value=0,000)

dengan kualitas tidur. Sedangkan untuk faktor fisiologis jenis kelamin tidak terdapat

hubungan yang signifikan (p-value=0,394).

Kata Kunci : Bayi, Faktor Fisiologis, Kualitas Tidur

2

PENDAHULUAN

Tumbuh kembang mencakup dua

peristiwa yang sifatnya berbeda namun

saling berkaitan dan sulit dipisahkan.

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan

masalah perubahan dalam besar, jumlah,

ukuran atau dimensi tingkat sel, organ

maupun individu, yang bisa diukur

dengan ukuran berat (gram, kilogram),

ukuran panjang (cm, meter), umur

tulang dan keseimbangan metabolik.

Sedangkan perkembangan

(development) adalah bertambahnya

kemampuan (skill) dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola tidur yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan (Field, 2014).

Pematangan tersebut dipengaruhi

oleh pertumbuhan dan perkembangan

yang pada dasarnya mengalami

peningkatan yang pesat pada usia dini,

yaitu dari 0 sampai 12 bulan. Masa ini

sering juga disebut sebagai fase

kematangan yang merupakan masa yang

sangat penting untuk memperhatikan

tumbuh kembang bayi secara cermat

agar sedini mungkin dapat terdeteksi

apabila terjadi kelainan. Selain itu,

penanganan kelainan yang sesuai pada

masa kematangan dapat meminimalisir

kelainan pertumbuhan dan

perkembangan bayi sehingga kelaianan

yang bersifat permanen dapat dicegah.

Perkembangan otak akan memengaruhi

kecerdasan bayi di kemudian hari.

Selain itu juga kita harus

memperhatikan pola tidur bayi, pola

tidur yang berkualitas juga akan

mempengaruhi masa keemasan

perkembangan otak bayi (Nutrisiani,

2010).

Pertumbuhan pada bayi dipengaruhi

oleh berbagai macam faktor, meliputi

faktor-faktor prakonsepsi, prenatal,

natal, dan pascanatal. Faktor pascanatal

salah satunya adalah faktor kelainan

hormonal. Kelainan hormonal bisa

dikarenakan oleh gangguan tidur yang

dapat mengganggu sintesis dan fungsi

hormon pertumbuhan. Selain itu kualitas

tidur bayi dipengaruhi oleh kondisi

global, meliputi lingkungan makro yang

berupa kebijakan pemerintah, kondisi

eksternal, meliputi lingkungan tempat

tinggal, pendidikan orang tua, kondisi

interpersonal, meliputi hubungan sosial

dalam keluarga, kondisi personal,

meliputi dimensi fisik, mental dan

spiritual pada diri bayi yang dapat

menggangu dalam tidurnya (Sunarti,

2013).

Menurut Lanywati (2011) Kondisi

bayi yang mengalami gangguan sulit

tidur akan berkurang kuantitas dan

kualitas tidurnya. Gejala tersebut

disebabkan oleh adanya gangguan

emosi/ketegangan atau gangguan dan

faktor fisiologis, yang dapat diakibatkan

oleh banyak faktor, misalnya seperti

stres, ketegangan, depresi, dan penyebab

lainnya yang berkaitan dengan kondisi-

kondisi yang spesifik seperti bayi 0-12

bulan

Waktu tidur yang dibutuhkan

manusia di setiap tahapan umur

berbeda-beda. Pada mulanya bayi yang

baru lahir akan menghabiskan waktunya

untuk tidur dan hanya akan terbangun

bila merasa lapar, ngompol, ataupun

kedinginan. Namun, seiring

bertambahnya usia kebutuhan waktu

untuk tidur akan. Lama waktu tidur yang

dibutuhkan orang dewasa normal

bervariasi antara 4-10 jam sehari dan

rata-rata berkisar antara 7-10 jam sehari.

Makin muda usia, waktu tidur yang

dibutuhkan makin banyak dan makin

berkurang pada lanjut usia. Bayi tidur

sepanjang 16-18 jam sehari.

Bastaman (2006) mengungkapkan

kualitas tidur bayi yang baik tidak hanya

berpengaruh pada tumbuh kembangnya,

tapi juga sikap bayi pada pagi hari. Bayi

yang tidurnya cukup tanpa sering

terbangun akan lebih bugar dan tidak

gampang rewel. Banyak manfaatnya

juga dan bisa dirasakan orangtua.

Kualitas tidur orang tua bisa lebih baik

3

jika bayi bisa tidur pulas sepanjang

malam tanpa tergangu

Tidur ringan adalah kondisi tidur

dengan ciri, napas tidak teratur, tubuh

cenderung tegang, dan bola mata

bergerak-gerak di bawah kelopak mata

bayi. Dalam kondisi ini, bayi mudah

terbangun dari tidurnya. Tidur jenis ini

dialami bayi sejak berusia 6-7 bulan

dalam kandungan. Sebagian besar bayi

normal tidur dalam keadaan tidur ringan.

Kebalikannya, tidur nyenyak bisa dilihat

dengan keadaan sangat santai, relaks,

berbaring tenang dengan detak jantung

dan tarikan napas yang teratur, dan

hampir tidak ber-mimpi. Agak sulit

membangunkan bayi dalam pola tidur

ini.

Penelitian Rini (2006) dengan judul

Gangguan Tidur pada Bayi Usia Bawah

Tiga Tahun di Lima Kota di Indonesia.

Hasil penelitianya menyatakan bahwa

prevalensi gangguan tidur ditemukan

pada 44,2%. Rata-rata usia bayi 12

bulan dan terdapat hubungan bermakna

antara tertidur ketika disusui dengan

gangguan tidur. Ditemukan pula

hubungan bermakna antara jumlah

waktu tidur siang dan waktu mulai tidur

malam dengan gangguan tidur.

Sedangkan faktor sosiodemografi tidak

berhubungan bermakna dengan

gangguan tidur. Meskipun demikian

42,3% orangtua beranggapan bahwa

gangguan tidur pada bayi bukan

merupakan suatu masalah.

Menurut Santrock (2010) Para ahli

psikologi pada umumnya membatasi

periode masa bayi itu dalam kurang 1

tahun pertama setelah masa

pertumbuhan. Periode ini disebut juga

periode vital, karena psikologis bayi

merupakan fondasi yang kokoh bagi

perkembangan dan pertumbuhan

selanjutnya. Bayi 0-12 bulan biasanya

belum mengenal rasa takut dan

preferensi untuk melakukan kontak

dengan orang-orang. Penelitian

membuktikan bahwa dalam beberapa

bulan pertama kehidupannya, bayi

hanya mengalami perasaan bahagia,

sedih, dan marah. Sebuah senyum

pertama bayi biasanya terjadi saat ia

berusia antara 6-10 minggu. Senyum ini,

dilihat dari ilmu psikologi bayi, biasa

disebut dengan senyum sosial karena

umumnya terjadi saat interaksi sosial.

Semua aktivitas bayi masih berjalan

secara naluriah atau refleks. Meskipun

bayi dapat melihat, mendengar,

membau, meraba, dan merasa, dia belum

mengerti maknanya. Keterampilan

komunikasi pertama yang dipelajarinya

adalah menangis. Itulah satu-satunya

bentuk komunikasinya dengan dunia

luar. Berhubung permasalahan -

permasalahan terkait dengan keadaan

bayi tersebut maka kami akan meninjau

lebih mengenai gambaran serta

pemaparan yang melihat dari pada

perkembangan fisik, kognitif serta

psikososial mengenai bayi usia 0- 12

bulan. Bayi akan merasa terganggu jika

adanya beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas tidurnya yaitu

terjadi dengan kualitas berkurang

diantaranya faktor penyakit, aktifitas

fisik dan kelelahan, stres psikologis,

obat, kebiasaan konsumsi, umur,

lingkungan dan pencahayaan

Studi pendahuluan yang dilakukan

pada tanggal 31 Maret 2016 di Beberapa

Puskesmas Wilayah Kota Bandung

terkait tentang kasus pola tidur pada

bayi atau kualitas tidur pada bayi usia 0-

12 bulan, puskesmas yang dimaksud

diantaranya Puskesmas Ibrahim Adjie

(53 orang) Puskesmas Puter (7 orang),

dari dua puskesmas yang dibandingkan

ternyata Ibrahim Adjie merupakan kasus

terbanyak yaitu masalah kualitas tidur

pada bayi. Berdasarkan hasil wawancara

kepada 8 dari 10 ibu bayi yang

menyatakan bahwa kualitas tidur pada

bayi mereka kurang, kondisi tersebut

dipengaruhi oleh sakit dan jenis

kelamin yang berbeda, menurut ibu

keadaan tersebut kurang peka terhadap

kondisi ketika bayi menagis dan

membiarkannya sampai ia berhenti

4

menagis, padahal bila mana ditelaah

secara lebih dalam, kondisi bayi tersebut

keadaan sedang sakit, selain itu ia selalu

rewel sehingga tidur menjadi lebih

sedikit, waktu tidur di malam hari

maupun di siang hari, faktor yang jadi

pemicu kondisi tersebut diantaranya

kelelahan. Hal demikian dengan

kurangnya kualitas tidur pada bayi

berdampak pada kelelahan yang cukup

optimal yang dirasakan para orang tua.

Selain itu orangtua juga beranggapan

bahwa gangguan tidur pada bayi bukan

merupakan suatu masalah, mereka

hanya mengaggap bayi menagis

terbangun karena ia ingin menyusu.

Sedangkan 2 orang ibu lainya

menyatakan bahwa kualitas tidur bayi

yang cukup.

Berdasarkan dari fenomena dan latar

belakang diatas yang menjadi faktor

pemicu dari kualitas tidur bayi yang

menyatakan bawa faktor fisiologis

dapat mempengaruhinya, oleh karena itu

dari paparan diatas peneliti ingin

meneliti lebih jauh tentang judul

Hubungan Faktor Fisiologis dengan

Kualitas Tidur Pada Bayi 0-12 Bulan.

Rumusan Masalah dalam penelitian ini

yaitu hubungan antara faktor fisiologis

dengan kualitas tidur pada bayi 0-12

bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Ibrahim Adjie tahun 2016.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif korelatif, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk menemukan ada

tidaknya hubungan (Sugiyono, 2014).

Metode korelatif yang bertujuan untuk

mengetahui tingkat hubungan antara

dua variabel atau lebih. Tanpa

melakukan perubahan, tambahan atau

manipulasi terhadap data yang memang

sudah ada (Sugiyono, 2014). Pada

penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara faktor

fisiologis dan kualitas tidur bayi 0-12

bulan di Puskesmas Ibrahim Adjie

Pendekatan waktu dalam pengumpulan

data menggunakan pendekatan cross

sectional, yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara

faktor-faktor resiko dengan efek, dengan

cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat (point time approach)

(Notoatmodjo, 2010).

Ada dua macam variabel, yaitu variabel

independen dan variabel dependen.

Adapun variabel dalam penelitian ini

yaitu Variabel Independen Faktor

fisiologis (Berat Badan, Jenis Kelamin,

Sakit), sedangkan Variabel Dependen

yaitu Kualitas Tidur bayi

Populasi dan sampel Populasi yang menjadi sasaran dalam

penelitian ini adalah jumlah ibu bayi 0-

12 bulan yang berada di Puskesmas

Ibrahim Adjie sebanyak 53 orang.

Jumlah sampel sebanyak 53 orang

dengan teknik total sampling.

Instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan oleh peneliti untuk

mengobservasi, mengukur atau menilai

suatu fenomena (Hidayat, 2012). Data

yang diperoleh dari suatu pengukuran

kemudian dianalisis dan dijadikan

sebagai bukti (evidence) dari suatu

penelitian. Kuisioner adalah suatu

bentuk atau dokumen yang berisi

beberapa item pertanyaan atau

pernyataan yang dibuat berdasarkan

indikator-indikator. Pada penelitian ini

instrumen yang akan digunakan yaitu

berupa bentuk kuesioner yang beriisikan

item pertanyaan. Pada penelitian ini

terdapat 2 variabel dengan kuesioner

yang berbeda yaitu :

1. Faktor fisiologis

Pada kuesioner faktor fisiologis ini

dilakukan dengan menggunakan lembar

pernyataan menggunakan lembar

observasi yang dilihat berdasarkan data

1 bulan terakhir dengan kartu KMS yang

meliputi berat badan, jenis kelamin dan

sakit .

5

2. Kualitas Tidur bayi

Pada variabel kualitas tidur peneliti

menggunakan kuesioner Brief Infant

Sleep Questionnaire (BISQ) yang dilihat

berdasarkan Avi (2004) terdiri dari 5

item pertanyaan jumlah tertidur pada

bayi dan 3 pernyataan dengan proses

tertidur pada bayi dengan hasil uji

validitas sebesar (0,82). Kemudian

untuk kualitas tidur bayi dibedakan

berdasarkan hasil uji normalitas dengan

nilai mean rata-rata, jika menunjukan

>69,00 untuk kategori baik dan untuk

<69,00 kategori cukup. Sedangkan

untuk pernyataan dari soal no 6-8

dipaparkan secara terpisah dari hasil

sebaran jawaban responden dengan hasil

proses bayi tertidur, persepsi dan

masalah ibu bayi dan perasaan ibu

tentang tidur bayi.

Metode pengumpulan data merupakan

suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karaterisktik

subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam 2014). Pada

pengumpulan data dalam penelitian ini

yaitu terdapat dua metode diantaranya :

a. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari

responden terhadap pertanyaan meliputi

kualitas tidur pada bayi.

b. Data sekunder

Data yang sudah ada yaitu data yang

dilihat berdasarkan data 1 bulan terakhir

menggunakan KMS. Data yang

dimaksud adalag meliputi berat badan,

jenis kelamin dan sakit.

Setelah diberikan izin kemudian

peneliti membagikan lembar informed

consent kepada responden atas

persetujuan responden, setelah mengisi

dan menyetujui informed consent

tesebut responden berhak mengisi

pernyataan dengan didampingi oleh

peneliti tujuannya apabila pertanyaan

tidak dimengerti, peneliti memberikan

penjelasan. Setelah selesai pengisian

kuesioner kemudian peneliti

mengumpulkan kembali untuk

dianalisis.

Teknik Pengolahan Data Pada pengolahan data ini peneliti

melakukan analisis data terlebih dahulu

data harus diolah dengan tujuan

mengubah data menjadi informasi.

Dalam statistik, informasi yang

diperoleh dipergunakan untuk peroses

pengambilan keputusan yang akan

diambil berdasarkan data variabel

independen. Dalam proses pengolahan

data terdapat langkah-langkah yang

harus ditempuh, diantaranya : Editing

data, Coding data, Entry data, Cleaning

data

Analisis Data

Analisa data univariat

Analisis yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah analisis univariat

yaitu untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian yaitu faktor fisiologis

(berat badan, jenis kelamin dan sakit).

Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2010). Adapun analisis

dalam penelitian ini yaitu menggunakan

rumus persentase frekuensi sebagai

berikut:

𝑃 =𝑓

𝑁 100%

Setelah dilakukan penelitian ini hasil

univariat yang diinterperstasikan yaitu

faktor fisiologis yang meliputi berat

badan dengan kategori 1.Terdapat

Peningkatan 2. Tidak Terdapat

Peningkatan, jenis kelamin dengan

kategori 1.Laki-Laki, 2. Perempuan dan

sakit diberi kategori 1.Sakit, 2.Tidak

Sakit, sedangkan untuk kategori kualitas

tidur diinterprestasikan berdasarkan

kategori 1.kualitas tidur baik dan 2.

kualitas tidur cukup. Kemudian dari

hasil kategori tersebut ditentukan

masing-masing dari hasil distribusi data

6

yang menunjukan berdistribusi tidak

normal.

Analisa Bivariat

Penelitian ini mengungkapan hubungan

pada kedua variabel yaitu hubungan

antara faktor fisiologis dengan kualitas

tidur yang dilakukan dengan memakai

uji Chi Square dengan syarat nilai cell

2x2, <20% atau 5% yaitu berbentuk

numerik maka akan dilakukan uji Chi

Square dengan kategori (Nominal) dan

nominal, ordinal dan nominal

(Sugiyono, 2014) dengan penyajian data

dalam bentuk tabel silang. Rumus Uji

Chi-Square sebagai berikut :

𝑥2 =∑(𝑓0 − 𝑓ℎ)2

𝑓ℎ

Hasil akhir uji statistik adalah untuk

mengetahui apakah keputusan uji Ho

ditolak atau Ho diterima. Digunakan

tingkat kepercayaan 95%. Ketentuan

pengujian dengan Chi Square adalah

jika p value ≤ alpha (0,05) maka ada

hubungan yang signifikan antara kedua

variabel, tetapi jika p value > alpha

(0,05) maka tidak ada hubungan yang

signifikan antara keduanya

(Notoatmodjo, 2012).

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Gambaran faktor fisiologis

usia, faktor jenis kelamin, dan sakit

pada bayi 0-12 bulan Di Wilayah

Kerja Puskesmas Ibrahim Adjie

(n=53)

Faktor Fisiologis f %

Berat Badan

Terdapat peningkatan BB

17

32,1

Tidak terdapat peningkatan

BB

36 67,9

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

14

39

26,4

73,6

Sakit

Sakit

Tidak sakit

30

23

56,6

43,3

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan

dari jumlah total 53 responden tentang

gambaran fisiologis bayi yang dilihat

dari berat badan, sebagian besar

menunjukan tidak terdapat peningkatan

berat badan sebanyak 36 orang (67,9%),

jenis kelamin didapatkan paling banyak

perempuan yaitu 39 orang (73,6%) dan

didapatkan bayi sakit sebanyak 30 orang

(56,6%).

Tabel 4.2 Gambaran Kualitas Tidur

pada Bayi Usia Pada Bayi 0-12 Bulan

Di Wilayah Kerja Puskesmas Ibrahim

Adjie (n=53)

Kualitas

Tidur

f %

Baik 26 49,1

Cukup 27 50,9

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan

dari jumlah total responden 53 orang

tentang gambaran kualitas tidur pada

bayi usia 0-12 bulan, diketahui kualitas

tidur baik sebanyak 26 orang (49,1%),

sedangkan kualitas tidur cukup sebanyak

27 orang (50,9%). Hasil uji statistik

menunjukan bahwa sebagian besar

memiliki kualitas tidur cukup

Tabel 4.3 Hubungan Faktor Fisiologis

berat badan Dengan Kualitas Tidur

Pada Bayi 0-12 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Ibrahim Adjie

(n=53)

Faktor

Fisiologis

(BB)

Kualitas tidur Total

OR

(CI

95%)

Nilai

P

Baik Cukup

f % f % f %

Terdapat Peningkatan BB

14 53,8 3 11,1 17 32,1

9,33 0,002 Tidak terdapat

peningkatan BB 12 46,2 24 88,9 36 67,9

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan

bahwa faktor fisiologis berat badan bayi

menunjukan tidak terdapat peningkatan

BB dengan kualitas tidur cukup. Hasil p-

value menunjukan α<0,05 yang berarti

terdapat hubungan yang signifikan (p-

7

value=0,002) dan nilai OR sebesar 9,33

artinya faktor fisiologis dengan berat

badan pada bayi yang tidak mengalami

peningkatan BB akan berpengaruh 9,33

lebih besar berisiko dari kualitas tidur

yang cukup dibandingkan pada bayi

yang mengalami peningkatan BB akan

mempunyai kualitas tidur baik.

Tabel 4.4 Hubungan Faktor Fisiologis

jenis kelamin Dengan Kualitas Tidur

Pada Bayi 0-12 Bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Ibrahim Adjie

(n=53)

Faktor

Fisiologis

(Jenis

Kelamin)

Kualitas tidur Total

OR

(CI

95%)

Nilai

P

Baik Cukup

f % f % f %

Laki-laki 5 19,2 9 33,3 14 26,4 0,47 0,394

Perempuan 21 80,8 18 66,7 39 73,6

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan

bahwa faktor fisiologis jenis kelamin

bayi menunjukan perempuan dengan

kualitas tidur cukup. Hasil p-value

menunjukan α>0,05 yang berarti tidak

terdapat hubungan yang signifikan (p-

value=0,394) dan nilai OR sebesar 0,47

artinya faktor fisiologis jenis kelamin

perempuan akan berpengaruh 0,47 lebih

besar berisiko dari kualitas tidur yang

cukup dibandingkan pada bayi laki-laki

dan mempunyai kualitas tidur baik.

Tabel 4.5 Hubungan faktor fisiologis

sakit dengan kualitas tidur pada bayi

0-12 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Ibrahim Adjie (n=53)

Faktor

Fisiologis

(sakit )

Kualitas

tidur Total

OR

(CI 95%)

Nilai

P

Baik Cukup

f % f % f %

Sakit 7 26,9 23 85,2 30 56,6

0,06 0,000 Tidak sakit

19 73,1 4 14,8 23 43,4

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan

bahwa faktor fisiologis pada kondisi

bayi sakit dengan kualitas tidur cukup.

Hasil p-value menunjukan α<0,05 yang

berarti terdapat hubungan yang

signifikan (p-value=0,000) dan nilai OR

sebesar 0,06 artinya faktor fisiologis

pada kondisi bayi sakit akan berpeluang

0,06 lebih besar berisiko terhadap

kualitas tidur cukup dibandingkan pada

kondisi bayi tidak sakit akan

mempunyai kualitas tidur baik.

Tabel 4.6 Mengetahui teknik bayi

tertidur dan masalah bayi tertidur

(n=53)

Pernyataan Kuesioner f %

Proses Bayi Tertidur

Tertidur ketika disusui Tertidur ketika sendirian di

tempat tidur

Tertidur ketika diayun Tertidur didekat orang tua

Tertidur di gendongan

17 7

2 18

10

32,08 20,00

3,77 51,43

18,87

Persepsi ibu bayi (masalah ibu

bayi)

Masalah yang sangat serius

18

51,43

Masalah kecil

Bukan suatu masalah

31

6

58,9

16,98

Perasaan ibu tentang tidur bayi

Sangat bahagia

Agak senang

Tidak bahagia dan rewel Rewel

Sangat rewel

8

6

- 26

10

15,9

11,32

49,06

18,87

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui

sebaran cara bayi tertidur paling banyak

didapatkan yaitu dengan cara bayi

tertidur didekat orang tua sebanyak 18

orang (51,43%). Persepsi dan masalah

ibu bayi yang menyatakan masalah kecil

didapatkan 31 orang (58,9%) dan

diketahui perasaan ibu tentang bayi

tertidur paling banyak didapatkan bayi

rewel sebanyak 26 orang (49,06%).

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang

didapatkan dari jumlah total 53 orang

bayi 0-12 bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Ibrahim Adjie menunjukan

sebagian besar tidak terdapat

peningkatan berat badan sebanyak 36

orang (67,9%). Hal tersebut akan

berpengaruh terhadap kualitas tidur pada

8

8.42 8.127.23 5.64

-8

2

12

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52

Berat Badan

Laki-laki Perempuan

bayi. Perkembangan merupakan

bertambahnya kemampuan dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola tidur yang teratur

dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari

proses pematangan. Pematangan

tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan

dan perkembangan yang pada dasarnya

mengalami peningkatan berat badan

yang pesat pada usia dini, yaitu dari 0

sampai 12 bulan. Pada penelitian untuk

berat badan bayi dapat terlihat dalam

diagram sebagai berikut :

Diagram 4.1 Berat badan bayi dilihat

berdasarkan jenis kelamin

Rata-rata kenaikan berat badan

bayi hasil penelitian ini pada jenis

kelamin laki-laki yaitu 8,42-8,12,

sedangkan pada bayi perempuan sebesar

7,23-5,63. Menurut Jahari et al (2013)

menyebutkan rata-rata kenaikan

berat badan bayi Indonesia umumnya

pada 6 bulan pertama 7.40 kg dan

5.80 kg dengan berat badan ideal 80%.

Kenaikan berat badan yang pesat dari

0 hingga 6 bulan disebabkan oleh

peningkatan jaringan lemak yang

besar dari ASI dan kualitas tidur yang

baik (Sinclair, 2014).

Rata-rata kenaikan berat badan

hasil penelitian Susanti (2012)

menunjukkan bayi laki-laki sejak lahir

hingga usia 6 bulan pertama lebih besar

dibandingkan daripada bayi perempuan

pada kisaran usia yang sama, dan

mengalami penurunan setelah 6 bulan

kedua. Setelah penambahan

probandus rata-rata kenaikan berat

badan tersebut tidak berubah. Rata-

rata kenaikan berat badan

probandus bayi laki-laki tetap lebih

besar dibandingkan dengan bayi

perempuan pada 6 bulan pertama

dan menurun setelahnya. Laju

pertumbuhan berat badan bayi laki-laki

lebih besar daripada bayi perempuan.

Hal ini disebabkan anak laki-laki

memiliki massa otot, massa tubuh

dan laju metabolisme lebih besar dari

anak perempuan (Lowrey 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilihat dari faktor fisiologis bayi dengan

jenis kelamin paling banyak didapatkan

adalah perempuan 39 orang (73,6%).

Hal tersebut perempuan berpengaruh

lebih besar dibandingkan laki-laki. Hal

senada dengan hasil penelitian Fuad

(2016) di Mojokerto yang menyatakan

bahwa perbedaan kualitas tidur pada

bayi laki-laki dan bayi wanita memiliki

kualitas tidur yang lebih tinggi

dibanding bayi laki-laki, Hal tersebut

dipengaruhi oleh kondisi yang buruk

yang dialami oleh bayi yaitu kepuasan

tidur kurang.

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilihat dari sakit pada bayi paling

banyak yaitu 30 orang (56,6%). Hal

tersebut pada bayi yang sedang sakit

akan mempengaruhi kualitas pada bayi

yang sering terbangun dimalam hari dan

tidurnya akan lebih sedikit pada bayi

yang sakit dibandingkan pada bayi

dengan kondisi bayi tidak sakit akan

mengalami peningkatan terhadap tidur

dan lebih panjang (Lanywati, 2001).

Berdasarkan hasil penelitian yang

didapatkan dari jumlah total 53 bayi

menunjukan sebagian besar kualitas

tidur cukup sebanyak 27 orang (50,9%).

Hal tersebut bayi yang cukup akan

mempengaruhi dari faktor fisiologis

yaitu berat badan, jenis kelamin dan

sakit .

Menurut Soedjatmiko, (2009)

tidur yang tidak adekuat dan kualitas

tidur yang buruk dapat mengakibatkan

gangguan keseimbangan fisiologi seperti

berat badan yang kurang, jenis kelamin

dan sakit . Dampak dari bayi keadaan

9

bayi sakit akan mempengaruhi

penurunan aktivitas sehari-hari, rasa

capai, lemah, koordinasi neuromuskular

buruk, proses penyembuhan lambat dan

daya tahan tubuh menurun. Sedangkan

dampak psikologinya meliputi emosi

lebih labil, cemas, tidak konsentrasi,

kemampuan kognitif dan

menggabungkan pengalamannya lebih

rendah. Namun, kelebihan waktu tidur

(terutama tidur tenang) menyebabkan

terjadi penyimpanan energi berlebihan.

Bayipun kurang aktif bermain, sehingga

kurang berinteraksi menyebabkan

perkembangan emosi dan kognitifnya

kurang optimal.

Senada dengan hasil penelitian

Antarini (2011) yang menyatakan bahwa

pencapaian fase tidur yang baik akan

mempengaruhi kondisi fisik dan

pertumbuhan bayi pada saat usia 0-12

bulan, dan kondisi tidur yang tidak

tenang akan dapat mempengaruhi berat

badan pada bayi menurun dengan

dengan nilai rata-rata sebesar 9,92%.

Menurut pandangan peneliti dan

hasil kuesioner diketahui melalui kartu

KMS 1 bulan terakhir didapatkan bahwa

sebagian bayi dengan berat badan

menurun, hal tersebut seiring dengan

pernyataan pada ibu bayi bahwa kondisi

tersebut dikendalikan dengan kualitas

tidur pada bayi. Menurut Yusuf, (2012)

kualitas tidur dapat mempengaruhi

Perkembangan Psikomotorik merupakan

seluruh kemampuan pokok dalam

memfungsikan keterampilan motorik.

Dalam perkembangan psikomotorik

terbagi menjadi tiga bagian yaitu,

pertumbuhan dan perkembangan

motorik dan pengembangan persepsi

motorik serta kesegaran jasmani

Pola tidur bayi pada usia enam

bulan mulai tampak mirip dengan orang

dewasa. Setelah mengatur periode yang

umumnya memakan waktu 10 sampai

20 menit, tidur bayi berubah tahapnya

yaitu dari tahap 1 non-REM menuju

tahap 3 atau 4. Bayi mungkin kembali

ke tahap 1 dan berputar kembali. Setelah

satu atau dua putaran tidur NREM,

REM mulai timbul setelah 60 sampai 90

menit. Siklus tidur yang lebih sering

muncul pada bayi adalah tahap REM

dan menghasilkan tidur yang lebih

pendek, sekitar 30% dari waktu tidur

dihabiskan dalam siklus REM (Perry et

all, 2012).

Pandangan peneliti diketahui dari

hasil kuesioner rata-rata bayi tertidur

selama 25 menit perhari, cara tertidur

bayi dengan cara berada didekapan

orang tua.

Hubungan Faktor Fisiologis berat

badan Dengan Kualitas Tidur Pada

Bayi 0-12 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Ibrahim Adjie Berdasarkan hasil penelitian

menunjukan p-value menunjukan

α<0,05 yang berarti terdapat hubungan

yang signifikan (p-value=0,002) dan

nilai OR sebesar 9,33 artinya faktor

fisiologis dengan berat badan pada bayi

yang tidak mengalami peningkatan BB

akan berpengaruh 9,33 lebih besar

berisiko dari kualitas tidur yang cukup

dibandingkan pada bayi yang

mengalami peningkatan BB akan

mempunyai kualitas tidur baik.

Senada dengan hasil penelitian

Dhimas (2015) yang menunjukan hasil

bahwa hubungan fisiologis dengan

kualitas tidur degan p-value 0,11 yang

artinya terdapat hubungan yang

signifikan, dari hasil penelitian tersebut

diketahui juga bahwa sebanyak 3

responden (6%) mengalami kelelahan

dengan kondisi fisik yang kurang baik

yang tidak mengganggu dan kualitas

tidur yang sangat baik juga.

Menurut Bastaman (2006)

menytakan bahwa kualitas tidur bayi

yang baik tidak hanya berpengaruh pada

pertumbuhan berat badan bayi, akan

tetapi sikap pada bayi juga dapat

berpengaruh ditunjukan bahagia pada

pagi hari. Bayi yang tidurnya cukup

tanpa sering terbangun akan lebih bugar

dan tidak gampang rewel. Banyak

10

manfaatnya juga dan bisa dirasakan

orangtua. Kualitas tidur orang tua bisa

lebih baik jika bayi bisa tidur pulas

sepanjang malam tanpa tergangu .

Aktivitas tidur merupakan salah satu

stimulus bagi proses tumbuh kembang

otak, karena 75 persen hormon

pertumbuhan dikeluarkan saat bayi

tidur. Hormon pertumbuhan ini yang

bertugas merangsang pertumbuhan

tulang dan jaringan. Selain itu, hormon

pertumbuhan juga memungkinkan tubuh

memperbaiki dan memperbarui seluruh

sel yang ada di tubuh, dari sel kulit, sel

darah sampai sel saraf otak. Proses

pembaruan sel ini akan berlangsung

lebih cepat bila si bayi sering terlelap

sesuai dengan kebutuhan tidur bayi.

Selain itu, tidur juga membantu

perkembangan psikis emosi, kognitif,

konsolidasi pengalaman dan kecerdasan.

Oleh karena itu kebutuhan tidur pada

bayi sesuai usianya perlu mendapat

perhatian dari keluarga agar nantinya

bayi dapat mencapai pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal

(Soedjatmiko, 2009).

Pandangan peneliti bahwa ternyata

faktor fisiologis dengan peningkatan

berat badan bayi yang kurang akan

pengaruh besar dari kualitas tidur yang

cukup dibandingkan pada bayi yang

memiliki kualitas tidur baik akan

memiliki peningkatan berat badan baik

pula.

Hubungan Faktor Fisiologis yang

dilihat dari jenis kelamin Dengan

Kualitas Tidur Pada Bayi 0-12 Bulan

di Wilayah Kerja Puskesmas Ibrahim

Adjie Hasil penelitian yang didapatkan

dari faktor fisiologis jenis kelamin bayi

menunjukan perempuan dengan kualitas

tidur cukup. Hasil p-value menunjukan

α>0,05 yang berarti tidak terdapat

hubungan yang signifikan (p-

value=0,394) dan nilai OR sebesar 0,47

artinya faktor fisiologis jenis kelamin

perempuan akan berpengaruh 0,47 lebih

besar berisiko dari kualitas tidur yang

cukup dibandingkan pada bayi laki-laki

dan mempunyai kualitas tidur baik.

Hal senada yang diungkapkan oleh

Riandy (2015) dengan hasil penelitianya

menunjukkan bahwa terdapat kualitas

Rata-rata peningkatan pada laki-laki

sebesar 1,5 cm dan perempuan 1,6 cm.

Melalui uji t didapatkan bahwa terdapat

perbedaan signifikan antara tinggi badan

sebelum tidur dan setelah bangun pagi

dengan nilai p<0,01.

Sedangkan menurut WHO (2013)

mengungkapkan kualitas tidur seringkali

gangguan tidur pada bayi tidak

terdeteksi oleh orangtua baik laki-laki

maupun oleh orang tua, karena pada

dasarnya kualitas pada laki-laki dan

perempuan memiliki tingkat kualitur

yang sama. Keluhan yang biasanya

disampaikan oleh orangtua antara lain

adalah kebiasaan tidur yang tidak

teratur, kurangnya atau berlebihannya

waktu tidur, terbangun pada malam hari,

dan mengantuk pada siang hari. Bayi

usia 0-12 bulan yang mempunyai

kesulitan tidur pada malam hari secara

teratur dapat menunjukkan gejala

kegelisahan seperti perubahan emosi dan

tingkah laku.

Pada dasarnya bayi yang memiliki

jenis kelamin perempuan akan

berpengaruh 0,47 lebih besar berisiko

dari kualitas tidur yang cukup

dibandingkan pada bayi laki-laki dan

mempunyai kualitas tidur baik.

Hubungan Faktor Fisiologis sakit

Dengan Kualitas Tidur Pada Bayi 0-

12 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Ibrahim Adjie Berdasarkan hasil penelitian yang

didapatkan dari p-value menunjukan

α<0,05 yang berarti terdapat hubungan

yang signifikan (p-value=0,000) dan

nilai OR sebesar 0,06 artinya faktor

fisiologis pada kondisi bayi sakit akan

berpeluang 0,06 lebih besar berisiko

terhadap kualitas tidur cukup

dibandingkan pada kondisi bayi tidak

11

sakit akan mempunyai kualitas tidur

baik. Hal senada yang diungkapankan

oleh Haryono (2010) hasil penelitianya

menyatakan prevalensi gangguan tidur

pada bayi usia 12-15 tahun adalah

62,9%. Gangguan tidur bayi

dipengaruhi berbagai faktor, faktor

medis antara lain, gangguan

neuropsikiatri, penyakit kronis, seperti

ISPA, faktor non-medis antara lain,

kebiasaan tidur, status sosioekonomi,

keadaan keluarga, gaya hidup, dan

lingkungan (Haryanto, 2010).

Sakit adalah sebagai suatu keadaan

yang tidak menyenangkan yang

menimpa seseorang (bayi) sehingga bayi

menimbulkan gangguan aktivitas sehari-

hari baik gangguan tidur maupun itu

dalam aktivitas sehari-hari cenderung

bayi sakit menunjukan sikap pendiam.

Menurut Perkins Sakit sebagai suatu

keadaan dari badan atau sebagian dari

organ badan dimana fungsinya

terganggu atau menyimpang (Pemons,

2009)

Pada dasarnya bayi akan merasa

terganggu jika adanya beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi kualitas

tidurnya yaitu terjadi dengan kualitas

berkurang diantaranya faktor penyakit,

Aktifitas Fisik dan Kelelahan, Stres

Psikologis, Obat, Kebiasaan Konsumsi,

Umur, Lingkungan dan Pencahayaan.

Sakit memiliki pengrauh besar terhadap

kualitas tidur pada bayi yang dibuktikan

dengan nilai OR sebesar 0,06 artinya

faktor fisiologis pada kondisi bayi sakit

akan berpeluang 0,06 lebih besar

berisiko terhadap kualitas tidur cukup

dibandingkan pada kondisi bayi tidak

sakit akan mempunyai kualitas tidur

baik.

Hasil sebaran kuesioner yang dilihat

pada tabel 4.6 melihat bagaimana proses

bayi tertidur, persepsi ibu bayi dan

masalah ibu bayi, serta perasaan ibu

tentang tidur bayi dapat dilihat hasil

diagram sebagai berikut :

Diagram 4.2 Proses Bayi Tertidur

Berdasarkan hasil kategori dari

sebaran pernyataan pada diagram 4.2

yang menyatakan bahwa cara bayi

tertidur paling banyak didapatkan yaitu

bayi tertidur didekat orang tua sebanyak

18 orang (51,43%). Pada proses bayi

tertidur sebagian bayi yang akan tidur

cukup lama selama tidurnya Ia hanya

bangun sebentar dan mungkin kurang

menarik untuk tertidur ketika disusui,

dibandingkan pada bayi dengan cara

tertidur ketika sendirian di tempat tidur,

akan lebih cepat terbangun dengan

kebiasaan orangtua yang selalu

menemani tidur di siang hari. Sedangkan

untuk bayi tertidur dengan cara diayun,

bayi pun tidak merasa nyaman karena

kebiasaan ibu yang selalu menidurkan

bayi didekat oleh orang tua, sehingga

besar kemungkinan pada usia dewasa

anak akan cenderung tidak mandiri.

Hasil sebaran persepsi ibu bayi dan

masalah ibu bayi terhadap kualitas tidur

pada bayi dapat dilihat berdasarkan

diagram sebagai berikut :

Diagram 4.3 Persepsi ibu bayi dan

masalah ibu bayi

32.08

20

3.77

51.43

18.87

0102030405060

Tertidur

ketika

disusui

Tertidur

ketika

sendirian

ditempat

tidur

Tertidur

ketika

diayun

Tertidur

didekat

orang tua

Tertidur

ketika

digendong

Proses Bayi Tertidur

51.4358.9

16.98

0

20

40

60

Masalah yang

sangat serius

Masalah Kecil Bukan suatu

masalah

Persepsi ibu bayi dan masalah ibu

bayi

12

Hasil sebaran kuesioner yang dilihat

dari diagram 4.2 tentang persepsi dan

masalah ibu bayi didapatkan sebagian

orang menyatakan masalah kecil yaitu

31 orang (58,9%). Hal ini keyakinan

orangtua bahwa bayi yang mengalami

gangguan tidur dan merasa gangguan

tidur tersebut merupakan bukan masalah

yang sangat serius.

Pandangan tersebut sesuai dengan

hasil sebaran kuesioner yang

mendapatkan sebanyak 18 orang

(51,43%) dan hanya terdapat 6 orang

(16,98%) orangtua yang memiliki

perhatian terhadap masalah ganguan

tidur bukanlah suatu masalah pada ibu

dengan tertidur pada bayi. Penyebab

rendahnya pelaporan gangguan tidur

pada bayi karena orangtua kurang

mengerti dampak gangguan tidur pada

anak seperti penurunan berat badan pada

bayi, gangguan fisiologis ketika keadaan

bayi sakit dan dapat dilihat berdasarkan

hasil diagram sebagai berikut:

Diagram 4.4 Perasaan Ibu tentang

tidur bayi

Bayi cukup tidur, yaitu, ia akan

dapat jatuh tertidur dengan mudah di

malam hari, bugar saat bangun tidur,

tidak rewel, dan tidak memerlukan tidur

siang yang melebihi kebutuhan sesuai

dengan perkembangannya dan

meningkatnya berat badan pada bayi.

Senada dengan ungkapan Kaplan dan

Sadock (2014) ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi kualitas tidur pada

bayi diantaranya yaitu faktor fisiologis

yang sangat berpengaruh terhadap

kualitas tidur bayi. Bayi yang ada dalam

keadaan segar jasmaninya akan

berlainan kualitas tidur dari orang yang

ada dalam keadaan lelah. Faktor

lingkungan ternyata dapat

mempengaruhi terhadap kualitas tidur

yang dapat membantu atau mengganggu

tidur seseorang, lingkungan yang dapat

membantu tidur adalah lingkungan

rumah sendiri, karena individu sudah

terbiasa dengan situasi di sekitarnya.

Keakraban dengan lingkungan

merupakan faktor yang penting

khususnya dalam mempertimbangkan

kebiasaan tidur, kemudian dilanjutkan

dengan faktor lain, seperti obat-obatan

yang sering dikonsumsi pada bayi,

kebutuhan nutrisi.

Pandangan peneliti yang dilihat dari

sebaran kuesioner proses bayi tertidur

didapatkan paling banyak dengan bayi

tertidur didekat orang tua, besar

kemungkinan kelak pada usia anak akan

cenderung ingin selalu didekat orang tua

terus dan tidak mandiri, dibandingkan

pada ibu yang membiasakan bayi

tertidur ketika sendirian di tempat tidur

cenderung akan lebih mudah mandiri

dan tidak rewel ketika terbangun dari

tidurnya. Rata-rata bayi tertidur

sebanyak 69,00 menit terbangun ingin

menyusu. Hal tersebut didapatkan hasil

uji normalitas menunjukan data tidak

normal dan nilai rata-rata median

sebesar 69,00 dan minimum bayi

tertidur sebanyak 60 menit sampai

dengan 91 menit dan sudah sesuai

menurut Perry (2012) dengan kategori

tidur REM (Rapid Eye Movement ) atau

biasa disebut tidur aktif yaitu REM

mulai timbul setelah 60 sampai 90

menit. Siklus tidur yang lebih sering

muncul pada bayi adalah tahap REM

dan menghasilkan tidur yang lebih

pendek, sekitar 30% dari waktu tidur

dihabiskan dalam siklus REM.

SIMPULAN 1. Faktor fisiologis bayi (berat badan,

jenis kelamin, sakit ) didapatkan

pada bayi sebagian besar

15.9 11.320

49.06

18.87

0

20

40

60

SangatBahagia

Agaksenang

Tidakbahagia

dan rewel

Rewel SangatRewel

Perasaan Ibu tentang tidur bayi

13

menunjukan tidak terdapat

peningkatan berat badan sebanyak

36 orang (67,9%) dengan jenis

kelamin perempuan yaitu 39 orang

(73,6%) pada keadaan sakit

sebanyak 30 orang (56,6%).

2. Kualitas tidur cukup yang

didapatkan dari sebagian bayi yaitu

sebanyak 27 orang (50,9%).

3. Terdapat hubungan yang signifikan

antara faktor fisiologis berat badan

(p-value=0,002) dan sakit (p-

value=0,000) dengan kualitas tidur.

Sedangkan untuk faktor fisiologis

jenis kelamin tidak terdapat

hubungan yang signifikan (p-

value=0,394)

Saran

Bagi Ibu Bayi

Diharapkan agar ibu bayi dapat

meningkatkan kualitas tidur pada bayi

tanpa membiasakan tidur pada bayinya

ketika didekat orantua dan ibu juga

dapat memperhatikan sakit yang

dirasakan oleh bayinya dengan cara

lebih peka memahami pada bayinya

yang cenderung rewel.

Bagi Tenaga Kesehatan

Perlu diberikan pemahaman terhadap

ibu bayi tentang bagaimana cara

mengantarkan tidur bayi yang baik,

seperti pemberian intervensi diantaranya

bayi tertidur ketika diayun, disusui dan

berada didekatan orang tua, sehingga

dari pemberian informasi tersebut, berat

badan bayi kurang dapat berpegaruh dari

kualitas tidur bayi yang kurang.

Peneliti selanjutnya

Diharapkan agar meneliti lebih

mendalam terkait kualtas tidur pada

bayi, sehingga menemukan fenomena

yang lain seperti faktor sakit pada bayi,

faktor nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric

Association, 2011

Arikunto, 2006. Prosedur

Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta

: Rineka Cipta.

___ , 2010. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik.

Edisi Revisi Jakarta :

Rineka Cipta.

___ , 2014. Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta : PT Bumi

Aksara.

Bastaman, 2006. Logoterapi

:Psikologi Untuk

Menemukan Makna Hidup

dan Meraih Hidup

Bermakna, Jakarta: PT.

Raja Grafindo

Buckely dan Schatzberg, 2005.

Review On the Interaction

Of the HPA Axis and

Sleep: Normal HPA Axis

and Circadian Rhythm,

Exemplary Sleep Disorders.

Endocrine society

Candra, 2012. Pengantar

Kesehatan Lingkungan.

Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran

Currie dan Keith, 2006.

Rutinitas Dan Suhu Dalam

Ruangan Untuk Tidur.

Jakarta. EGC

___ , 2012. Rutinitas Dan Suhu

Dalam Ruangan Untuk

Tidur. Edisi II Vol. 2.

Jakarta. EGC

Dopp dan Philips, 2010. Buku

Ajar Ilmu Bahan

Kedokteran Gigi tentang

Obat, alih bahasa: johan

arif budiman dan susi

purwoko, EGC, Jakarta.

Field, 2014. Relation of Peer

and Media Influences to the

Development of Purging

Behaviors Among

Preadolescent and

Adolescent Girls Harvard

Health Publication.

14

Haryono, 2010. Jurnal tentang

Prevalensi Gangguan Tidur

pada Remaja Usia 12 15

Tahun di Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama. Diunduh

dari

http://saripediatri.idai.or.id/

pdfile/11-3-1.pdf. Diakses

pada tanggal 10 April 2016.

(Jurnal Tersedia Online)

Haslam, 2013. Biological

Indicators of Freshwater

Pollution and

Enviromental.

Management. London:

Elsevier Applied Science

Publisher.

Hidayat, 2012. Metode

Penelitian Keperawatan dan

Tekhnik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Kaplan dan Sadock, 2014.

Sinopsis Psikiatri: Ilmu

Pengetahuan Psikiatri

Klinis. (Jilid 1). Jakarta:

Bina Rupa Aksara.

Lanywati, 2011. Gangguan

Tidur dan tumbuh kembang

pada bayi. Jakarta. Bumi

Akara

Lumbantobing, 2013. Perbedaan

fisik dalam gangguan tidur

pada anak balita.Jakarta

EGC.

Mochamad Sajoto, 2011.

Peningkatan dan

Pembinaan Kekuatan

kondisi fisik. Semarang.

Effhar dan Dahara Prize.

Notoatmodjo, 2007. Metodologi

penelitian kesehatan.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

___ , 2010. Pendidikan dan

perilaku kesehatan. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

___ , 2012. Metodologi

penelitian kesehatan.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nursalam, 2013. Pendekatan

Praktis Metodologi Riset

Keperawatan. Jakarta: CV

Sagung Seto.

Nutrisiani, 2010. Jurnal tentang

Hubungan Pemberian

Makanan Pendamping ASI

(MP ASI) pada anak usia 0-

24 bulan dengan kejadian

diare di Wilayah Kerja

Puskesmas Purwodadi

Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan.

Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Surakarta. Diunduh dari

http://eprints.ums.ac.id/927

0/2/J410050001.pdf.

Diakses pada tanggal 10

April 2016 (Jurnal Tersedia

Online)

Potter dan Perry, 2014. Buku

Ajar Fundamental

Keperawatan : Konsep,.

Proses, dan Praktik.Edisi

4.Volume 2.Alih Bahasa.

Price, 2001. Patofisiologi

Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Alih

Bahasa: dr. Brahm U.

Penerbit. Jakarta: EGC

Rahayu, 2006. Penyakit Pada

Anak Batuk, Influensa dan

Demam. Jakarta. EGC

Rini, 2006. Jurnal tentang

Gangguan Tidur pada Anak

Usia Bawah Tiga Tahun di

Lima Kota di Indonesia.

Diunduh dari

http://saripediatri.idai.or.id/

pdfile/7-4-3.pdf. Diakses

pada tanggal 10 April 2016

(Jurnal Tersedia Online)

Roper, 2011. Prinsip-prinsip

keperawatan. Yogyakarta:

Yayasan Essentia Medica.

Santrock, 2010. Life-Span

Development:

Perkembangan Masa Hidup

15

(edisi kelima). (Penerj.

Achmad Chusairi, Juda

Damanik; Ed. Herman

Sinaga, Yati Sumiharti).

Jakarta: Erlangga.

Soedjatmiko, 2009. Penanganan

Demam Pada Anak Secara

Profesional. Dalam:

Tumbelaka, et al, Editor.

Pendidikan Kedokteran

Berkelanjutan Ilmu

Kesehatan Anak

XLVII.Cetakan pertama.

Jakarta: FKUI-RSCM

Sugiyono, 2014.

MetodePenelitian

Kuantitatif Kualitatif &

RND. Bandung. Alfabeta.

Sunarti, 2013. Fungsi Hormon

pertumbuhan pada bayi.

Edisi tiga volume II.

Jakarta. EGC

Wahyuni, 2014. Statistika

Kedokteran yang

berhubungan dengan

kualitas tidur. Jakarta:

Bamboedoea

Communication

WHO, 2013. Data Gangguan

Tidur Pada Bayi

Yusuf, 2012. Psikologi

Perkembangan Anak

dan Remaja. Jakarta

Bumi Aksara.

Zainal, 2012. slip Sleep

Foundation for Baby.

Jakarta: Bamboedoea

Communication