belajar mengenal kata serapan dalam bahasa indonesia

5
Panduan Praktis Berbahasa 1 http://babang‐juwanto.blogspot.com/2010/07/belajar‐mengenal‐ kata‐serapan‐dalam.html 1 Belajar Mengenal Kata Serapan dalam bahasa Indonesia Cobalah perhatikan artikel di bawah ini. Saya ambil dari rubrik Bahasa, majalah Tempo daring , dengan datum 9 November 2005, ditulis oleh Eko Endarmoko, berjudul Kacau Huruf. Kacau Huruf Praktikal atau praktis? Praktek atau praktik? Standar atau standard? Rasanya kita mendapati makin banyak saja kata yang ditulis berbeda-beda. Ingat jugalah pemakaian kata-kata "kritikal" dan "teknikal", seperti "praktikal", yang agak sering kita temukan. Konon ketiga kata ini diserap dari bahasa Inggris critical, technical, dan practical. Kalau dikatakan bentuk yang baku adalah "kritis", "teknis", dan "praktis", pertimbangannya bukan semata karena ketiganya bisa juga dianggap serapan dari bahasa Belanda kritisch, technisch, dan praktisch, melainkan lebih karena akhiran -ical Inggris, dan -isch Belanda, dalam kaidah bahasa Indonesia menjelma -is-, seperti pada "ekonomis", "hipotetis-", atau "logis". Sementara itu, Pusat Bahasa butuh waktu lama untuk menetapkan bentuk kata yang mesti dipakai adalah "praktik", bukan "praktek". Mulanya mungkin kita terkaget-kaget, tapi tampaknya itu terjadi karena kita belum terbiasa. Bukankah juga ada kata "praktikum", "praktis", dan "praktisi"? Dan berdasar

Upload: babang-juwanto

Post on 20-Jun-2015

944 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Belajar Mengenal kata Serapan Dalam Bahasa Indonesia, Belajar Bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia, Bahasa, Indonesia, Kata Serapan, Kata, Serapan, Rubrik Bahasa Majalah Tempo Daring, Majalah Tempo Daring, Rubrik Bahasa, Eko Endarmoko, Kacau Huruf, Laman Pusat Bahasa, Polisi EYD, http://babang-juwanto.blogspot.com/2010/07/belajar-mengenal-kata-serapan-dalam.html,

TRANSCRIPT

PanduanPraktisBerbahasa 1

http://babang‐juwanto.blogspot.com/2010/07/belajar‐mengenal‐kata‐serapan‐dalam.html1

Belajar Mengenal Kata Serapan dalam bahasa Indonesia

Cobalah perhatikan artikel di bawah ini. Saya ambil dari rubrik

Bahasa, majalah Tempo daring, dengan datum 9 November 2005,

ditulis oleh Eko Endarmoko, berjudul Kacau Huruf.

Kacau Huruf

Praktikal atau praktis? Praktek atau praktik? Standar atau

standard? Rasanya kita mendapati makin banyak saja kata yang

ditulis berbeda-beda.

Ingat jugalah pemakaian kata-kata "kritikal" dan "teknikal",

seperti "praktikal", yang agak sering kita temukan. Konon ketiga

kata ini diserap dari bahasa Inggris critical, technical, dan

practical. Kalau dikatakan bentuk yang baku adalah "kritis",

"teknis", dan "praktis", pertimbangannya bukan semata karena

ketiganya bisa juga dianggap serapan dari bahasa Belanda

kritisch, technisch, dan praktisch, melainkan lebih karena akhiran

-ical Inggris, dan -isch Belanda, dalam kaidah bahasa Indonesia

menjelma -is-, seperti pada "ekonomis", "hipotetis-", atau "logis".

Sementara itu, Pusat Bahasa butuh waktu lama untuk

menetapkan bentuk kata yang mesti dipakai adalah "praktik",

bukan "praktek". Mulanya mungkin kita terkaget-kaget, tapi

tampaknya itu terjadi karena kita belum terbiasa. Bukankah juga

ada kata "praktikum", "praktis", dan "praktisi"? Dan berdasar

nalar yang sama, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) mes-

tinya menulis bukan "populer", melainkan "popular", bukan

"reguler", melainkan "regular", pun bukan "sekuler", melainkan

"sekular".

Kaidah pembentukan kata serapan di situ cukup jelas dan

logis, namun ironisnya dilanggar sendiri oleh lembaga yang

merumuskannya, Pusat Bahasa. Ini contoh lain. Kita diminta

menulis "standar", bukan "standard", meski ada kata

"standardisasi". Padahal, menurut kaidah berbahasa yang baik

dan benar, gugus konsonan /rd/ di akhir kata serapan tetap

dipertahankan sebagaimana kita menulis "absurd" dan "fyord".

Ingatlah pula pada huruf /t/ di akhir kata yang kini banyak

disunat: "ekspor", "impor", "ekstrover", "introver", "transpor".

Pernah juga kita diminta menulis "subyek" dan "obyek", tapi

sekarang diganti "subjek" dan "objek". Barangkali karena setelah

diperiksa asal-usulnya, kedua kata itu, baik dalam bahasa Belanda

maupun Inggris, dua bahasa yang termasuk paling banyak

menyumbang kosakata buat kita, ditulis subject dan object.

Baiklah. Lalu, bagaimana dengan bentuk "proyek"? Tidakkah

bahasa Belanda dan Inggris sama-sama menuliskan keduanya

project?

Lihatlah, dalam soal yang "sepele" saja, yakni bagaimana

menulis kata, lembaga yang melulu mengurusi bahasa sudah

repot. Ia tidak hanya mengabaikan kaidah, tapi juga seperti tidak

yakin pada alasan-alasan yang mendasari kaidah itu. Apakah

PanduanPraktisBerbahasa 3

http://babang‐juwanto.blogspot.com/2010/07/belajar‐mengenal‐kata‐serapan‐dalam.html3

sebetulnya yang menjadi kriteria di dalam menyerap kata asing:

ejaan, bunyi, ataukah bahasa asalnya?

Yang kemudian mengundang cemas, bahasa Indonesia jadi

seakan tak punya aturan dan terkesan tak siap menjalankan fungsi

kecendekiaan. Tidak bisa tidak, kita membutuhkan kaidah yang

jelas sambil tak lupa bahwa bahasa cenderung mengelak

diringkus oleh kaidah yang cerewet dan kaku. Dirumuskan

terbalik, selama kaidah meneropong bahasa sebagai barang mati

maka selama itu pula bahasa Indonesia akan terus awut-awutan

seperti sekarang. Atau setelah buta huruf, kita perlu melewati fase

kacau huruf dulu sebelum betul-betul melek huruf?

Nah, masih butuh waktu berapa lama lagi bagi Pusat Bahasa,

tentu juga kita semua, untuk menimbang kembali soal-soal

tersebut?

(Dikutip dari Majalah Tempo Daring, datum 09 November 2005)

Setelah membaca artikel di atas, saya langsung menangkap

maksud dari gagasan penulis di atas adalah membahas kata

serapan. Saya pun bergegas membuka laman Google, mesin

pencari di Internet. Saya mendapatkan ada 238,000 laman yang

memuat kata kunci ‘kata serapan’ tersebut. Tidak puas dengan

hasil temuan mesin pencari tadi, saya pun memutuskan untuk

mencari di laman Polisi EYD dan Pusat Bahasa. Toh, saya kira,

laman tersebut lebih dapat dipercaya daripada laman-laman blog

yang lain. Ternyata benar, perkiraan saya tidak meleset. Saya

mendapatkan banyak penjelasan mengenai kata serapan tadi.

Berikut adalah tautan-tautan mengenai kata serapan:

– Kata Serapan – Pusat Bahasa

Laman Pusat Bahasa

1. Adzan Maghrib

2. Dirgahayu Republik Indonesia

3. Mengapa Realestat dan Estat?

4. Apakah makna debirokratisasi dan deregulasi?

5. Otonomi, Otoriter, dan Rekonsiliasi

6. Kurban dan Korban

Kata Pungut – Wikipedia bahasa Indonesia

Daftar kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam bahasa

Indonesia

Polisi EYD—

1. Kreatif dan Kreativitas

2. Maaf Lahir Bathin atau Batin

3. Unsur Serapan

Dilema Menulis Kata Serapan

Penulisan Kata Serapan Yang Tepat

Semoga setelah membaca penjelasan tautan-tautan di atas, saya

menjadi lebih bisa mengurangi kesalahan berbahasa saya. Toh,

PanduanPraktisBerbahasa 5

http://babang‐juwanto.blogspot.com/2010/07/belajar‐mengenal‐kata‐serapan‐dalam.html5

saya kira tidak ada kata terlambat untuk belajar. Semoga Allah

selalu membukakan cakrawala ilmu-Nya kepada saya. Amin