belajar dari pribadi dan alam sekitar

5

Click here to load reader

Upload: imade-juliadi-supadi

Post on 22-Jun-2015

1.288 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Belajar dari pengalaman

TRANSCRIPT

Page 1: Belajar dari  pribadi dan alam sekitar

KREATIVITAS LAHIR DARI IDE-IDE

BARU, GABUNGAN DARIDISIPLIN

TINGGI, SEMANGATTINGGI DAN

KESABARANDALAM

MEJALANIKEHIDUPAN MENUMBUH

KEMBANGKAN KARAKTER DAN

PRIBADI

Diri pribadi adalah diri sendiri, karena itu perlu adanya mawas diri atau mengenal diri

pribadi. Berkaitan itu, keadaan diri pribadi itu bukan saja menyangkut badan jasmani tapi juga

badan rohani. Sebab itu setiap orang harus mengenal dan mengenal serta mengerti tentang

keadaan badan jasmani maupun rohani.

Dengan mawas diri atau mengenal diri pribadi itu dimaksudkan agar setiap orang

mengenal dan mengerti lebih dalam lagi bagaimana hubungan antara hubungan jasmani dengan

badan rohani demikian pula tentang aktivitas serta pahala dari gerak atau karmanya sendiri.

Setelah seseorang bisa memahami dan mengenalnya

lebih jauh, mereka terbatas pada usaha

untuk memelihara, merawat dan

mengiasi badan jasmaninya agar

sehat, tampak cantik serta

tanpan.

Setiap orang

sebenarnya wajib untuk mengenal

bahkan mengerti keadaan pribadinya

guna mengetahui gerak atau karma yang

berhubungan dengan hidupnya di dunia ini. Badan

jasmani mampu bergerak bukan karena kekuatannya sendiri. Badan jasmani itu dapat bergerak

karena ada yang menggerakkan dan dia mampu idup karena ada yang memeberi tenaga hidup

yaitu badan rohaninya. Dengan demikian maka badan jasmani tidak lebih merupakan alat belaka

untuk melaksanakan gerak dari badan rohani.

Gerak atau karma dari badan jasmani akibatnya dapat menimbulkan kegelisahan, senang

atau bahagia tetapi juga dapat juga membawa kesedihan bahkan kesengsaraan. Keadaan sperti

itu tidak hanya dirasakan sendiri namun juga dirasakan oleh orang lain. Jadi jelas bahwa gerak

atau karma dari pribadi seseorang adalah membuat atau menciptakan keadaan. Sebab itulah

setiap orang harus mampu membendung atau mengontrol pribadinya agar tidak merugikan diri

BELAJAR DARI PRIBADI DAN ALAM SEKITAR

Oleh: I Made Juliadi Supadi,S.Pd

Page 2: Belajar dari  pribadi dan alam sekitar

sendiri dan orang lain.

Dalam kitab kantha Upanisad (III.6) mengungkapkan: “ orang yang bijaksana yng selalu

mempergunakan pikiran dan rasa serta indrianya terkendalikan maka tak ubahnya sebagai kuda

baik kepunyaan seorang kusir”.

Sebab itulah pikiran dan rasa perlu dikendalikan, karena pikiran dan rasa terus bergerak

tiada henti dimana gerak atau karmanya adalah bertujuan untuk memperoleh kenikmatan dan

kepuasan yang dikenal dengan keinginan atau indrya. Adapun sumber kepuasan dari keinginan

atau indrya ini disebut dengan Wisaya, dimana wisaya merupakan segala sesuatu yang berasal

dari alam semesta dan wujudnya ada yang konkrit dan ada pula yang abstrak.

Secara umum dapat kita lihat pemahaman manusia tentang diri pribadinya alayak sebagai

sang pujangga, mengabdi pada keindahan, mengabdi pada kesunyian, mengabdi pada kebenaran

dan mengabdi pada sastra itu sendiri dalam menumbuh kembangkan kepribadiannya hingga ia

mampu mejadi seseorang pengurai ke indahan alam semesta lewat rangkain kata demi kata,

lewat prosa, drama bahkan gema puisi yang membahana. Seakan-akan pesona alam mengiasi

inspirasi sang pujangga ketika ia tenggelam dalam kepribadiannya, mungkin dapat kita urai

dengan sebuah kalimat ” Bila alam mulai bersemi maka hatipun akan bersemi, segala yang

disaksikan sangat indah dihati, pengarang terpesona menyaksikan bulan bersinar redup,matahari

bercahaya cerah, kumbang mengoyak kembang, laut dan langit mengarau biru, terpaan angin

meraksuk sukma. Suara gemuruh ombak berderai dan aliran air yang gemercik terdengar sangat

indah dimata pengarang.

Pujangga luluh dalam keindahan untuk memohon aanugrah Sang Pencipta dan telah

menjadi kenyataan bahwa keindahan yang dicari sang pujangga dalam penggambarannya

merupakan keadaan awal dalam proses menemukan diri pribadi serta melawan godaan untuk

memasuki alam ketuhanan.

Berkaitan dengan hal tersebut, pengarang disini adalah menumbuhkan pancaran yang

terbesar dari tenaga pengendalian diri sendiri, dimana pengendalian diri sendiri merupakan

pancaran tenaga yang lebih besar dari pada melepas. Memang mengendalikan diri memerlukan

tenaga yang lebih besar dari melepaskannya. Misalnya ada kereta dengan kudanya meluncur

sepat menuruni bukitdan si kusir berusaha menahan kuda tersebut. Manakah yang lebih besar

memerlukan tenaga, membiarkan kuda itu lari atau menahannya? Atau ada peluru meriam

meluncur diudara dan jatuh dikejauhan. Yang lain terhalang jalannya karena membentur tembok

Page 3: Belajar dari  pribadi dan alam sekitar

dan tubrukan itu mengeluarkan panas yang luar biasa. Semua tenaga yang dilepas dengan diikuti

oleh pemikiran pada diri sendiriadalah terbang percuma. Ia akan tidak mengembalikan tenaga

pada diri kita, tapi ia ditahan sebagai peluru dengan tembok itu, ia akan menyebabkan

bertambahnya tenaga kita. Pengendalian diri inilah akan menimbulkan jiwa agung, alayaknya

pula prilaku yang dipunyaoleh para maha Rsi. Orang biasa tidak tau rahasia ini. Walaupun

demikian mereka mau mau mengusai kemanusiaan. Orang bodoh sekalipun akan mampu

menguasai seluruh dunia bila bekerja dan sabar menanti.

Kebanyakan dari kita tidak dapat memikirkan dibalik tahun-tahun yang akan datang itu,

sama seperti binatang yang tidak mampu melihat dalam jarak beberapa langkah, sebagai bulatan

kecil itulah dunia kita. Kita tak punya kesabaran dan keberanian untuk melihat jauh dank arena

itulah kita menjadi krisis akhlak dan jahat bahkan keji, demikian pula dengan keadaan badan

rohaninya yaitu pikiran atau perasaan maupun hawa nafsu.

Pengakuan sebuah pribadi atau jati diri dalam proses perjuangan yang menghidupkan dan

membahagiakan orang lain memang menjadi sebuah tantangan yang unik, dimana hidup ini perlu

menjadi lentera, jendela dan garam. SEbagai lentera tidak perlu ditepatkan di atas gunung supaya

sinar lentera bisa dilihat banyak orang. Sebab yang paling penting lentera mampu menerangi

kegelapan terkini dan sekarang. Sebagai jendela, dapat berperan sebagai ventelasi bagi

kehidupan-kehidupan yang lain, peretas liang gelap keangkuhan yang mungkin terselimut awan

pekat dan medan perang kompetisi di alam bebas. Sebagai garam, cicipan didici vivere tetap

menyatu dengan menu-menu keseharian (situasi dan kondisi) disekitar arus kehidupan seseorang

manusia yang hidup. Garam hanya baru menjadi garam (rasa asin) kalau sudah mencair bersama

aneka hidangankehidupan yang terekam dalam cara dan sikap hidup setiap orang.

Sebagai suatu kesimpulan maka dengan adanya kesadaran untuk mawas diri dan

mengenal diri pribadi mapun seluk beluk kehidupan manusia, maka akan mudahlah seseorang

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Maka dari itu, mari kita

menempa diriagar mampu memanusiakan diri sebagai manusia yang memiliki kepribadian budi

yang terajut dalam pikiran dan kegigihan yang berbasis pada prinsip-prinsip hidup yaitu kreatif

dan kritis pada keadaan pribadi serta alam sekitar.

Page 4: Belajar dari  pribadi dan alam sekitar