behavior change determinants
DESCRIPTION
Ringkasan faktor-faktor penentu perubahan perilaku dan bagaimana model-model perubahannnya menurut beberapa teori perilaku.TRANSCRIPT
Model-‐Model dan Faktor Penentu Perubahan Perilaku untuk Memperkuat Perilaku Penggunaan Kondom Secara Konsisten
08 Fall
Behavior Change Determinants
Erlian Rista Aditya [Aan]
2 Beha
Behavior Change Determinants
Definisi dan Konsep Dasar Determinan Arti kamus dari determinant adalah: a factor that decisively (producing a definite result) affects the nature or outcome of something. Secara bebas diartikan sebagai faktor yang secara cepat dan efektif memproduksi/menentukan hasil yang diinginkan. Dalam istilah pendek sering disebut faktor penentu/penyebab utama. Materi ini berusaha mengupas faktor-‐faktor penentu perubahan perilaku khususnya dalam hal perilaku penggunaan kondom secara konsisten. Perilaku dan Perilaku Kesehatan Secara umum perilaku adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka pemenuhan keinginan, kehendak, kebutuhan, nafsu, dan sebagainya. Jika perilaku ini dikaitkan dengan kesehatan, dalam disiplin public health dikenal dengan istilah ‘perilaku kesehatan’. Perilaku kesehatan pada dasarnya merupakan respon seseorang terhadap stimulus (segala sesuatu yang terkait dengan): Sakit dan penyakit Makanan dan minuman Lingkungan (fisik dan non fisik) Fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan Secara lebih spesifik perilaku kesehatan didefinisikan sebagai kegiatan seseorang yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan meliputi ranah pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Sementara peningkatan kesehatan meliputi ranah peningkatan derajat hidup dan kesejahteraan manusia yang terkait dengan masalah kesehatan yang tidak saja jasmani tetapi juga rohani, sosial dan ekonomi.
Behavior Change Determinants 3
Perubahan Perilaku Perubahan perilaku dimaknai sebagai semua proses yang memungkinkan transformasi atau modifikasi perilaku seseorang/sekelompok orang atau populasi, dari perilaku lama ke perilaku baru yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, perubahan perilaku mepunyai 3 dimensi: • Pengembangan (development), dari perilaku sederhana ke perilaku yang lebih banyak/kompleks, lebih signifikan, lebih tinggi tingkatannya
• Pemeliharaan (maintenance), menjaga perilaku baru agar tetap terjadi/dipraktekkan.
• Perubahan itu sendiri (change), tidak mempraktekkan perilaku tertentu menjadi mempraktekkan perilaku tertentu.
Pendekatan Perubahan Perilaku Ada beragam pendekatan mempengaruhi perubahan perilaku. Namun tidak ada pendekatan tunggal yang pernah benar-‐benar berhasil. Perubahan perilaku selalu melibatkan kombinasi berbagai pendekatan, oleh berbagai pihak dan dalam kurun waktu yang berbeda-‐beda. Perubahan perilaku dikatakan berhasil jika diadopsi dan menjadi perilaku baru yang menetap (terinternalisasi). Secara umum ada 3 pendekatan dasar untuk melakukan perubahan perilaku, yakni:
Pendekatan enforcement menggunakan pendekatan “paksaan”. Paksaan di sini bisa berarti paksaan langsung oleh subyek yang bisa diidentifikasi secara jelas (orang tua, majikan, petugas dll) maupun paksaan tidak langsung oleh situasi (senioritas, norma kelompok, budaya dll). Strategi paksaan dapat menghasilkan perubahan perilaku secara cepat meskipun instan.
Enforcement*
Regula0on*Educa0on*
4 Beha
Behavior Change Determinants
Pendekatan regulation mengandalkan penggunaan kekuatan hukum positif, peraturan perundang-‐undangan atau kebijakan tertulis dari pemegang kekuasaan untuk memaksa konstituennya berperilaku seperti yang diatur dalam kebijakan tersebut, misalnya UU atau Perda atau bentuk-‐bentuk kebijakan komunitas lainnya. Ciri umum strategi regulasi adalah adanya sanksi bagi pelanggarnya dan adanya petugas penegak pelaksanaan aturan tersebut. Strategi ini mengadopsi strategi paksaan yang pertama namun memperoleh legitimasi legal berdasarkan kewenangan atau kesepakatan. Salah satu contoh sederhana strategi regulasi adalah UU lalu lintas mewajibkan semua pengendara kendaraan bermotor selalu menggunakan helm atau sabuk pengaman. Ada sanksi hukum bagi pelanggaran ini. Strategi yang ketiga adalah pendekatan education. Prosesnya lebih lama dari 2 strategi sebelumnya namun dapat menghasilkan perubahan perilaku yang lebih menetap dan berdasarkan kerelaan. Individu atau populasi mendapat pendidikan untuk memunculkan pemahaman dan kesadaran mengapa suatu perilaku perlu dipraktekkan. Strategi ini lebih audience centered, dalam arti disesuaikan dengan kebutuhan, aspirasi dan kendala audiens. Model-‐Model Perubahan Perilaku Model-‐model perubahan perilaku diadopsi dari teori-‐teori terbentuknya atau terjadinya sebuah perilaku. Dengan adanya bermacam-‐macam model dari beragam teori perilaku ini akan mengarahkan intervensi kita dalam bentuk yang sesuai dengan penyebab perilaku tersebut. Secara garis besar, model-‐model perubahan perilaku ini bisa dikategorikan dalam 3 level: • Model untuk perubahan perilaku individual/intrapersonal • Model untuk perubahan perilaku kelompok/interpersonal • Model untuk perubahan perilaku kumunitas
Behavior Change Determinants 5
Model-‐Model Perubahan Perilaku Individual Beberapa model utama dalam perubahan perilaku tingkat individual adalah: • Model keyakinan kesehatan • Model tahapan perubahan perilaku Berikut penjelasan kedua model tersebut: 1. Model Keyakinan Kesehatan/MKK Model paling klasik yang masih umum digunakan adalah Model Keyakinan Kesehatan/MKK (health believe model) yang mengandaikan adanya tarik-‐menarik antara besarnya harapan dan ancaman yang akan mempengaruhi perilaku seseorang. Model ini juga melihat pentingnya isyarat dari media sebagai trigger perubahan perilaku. Kerangka konsep model keyakinan kesehatan adalah sbb:
Model ini berargumen bahwa individu akan siap bertindak jika: • Yakin dirinya rentan terhadap suatu kondisi (persepsi kerentanan)
6 Beha
Behavior Change Determinants
• Yakin kondisi yang ada mempunyai konsekuensi yang serius (persepsi terhadap keseriusan kondisi/akibat)
• Yakin tindakannya akan mengurangi kerentanan terhadap kondisi yang mengancam/kesengsaraan (persepsi terhadap untung-‐rugi tindakan)
• Yakin biaya untuk bertindak (persepsi terhadap hambatan) lebih rendah dari keuntungannya.
• Individu terpapar faktor-‐faktor yang mendorong tindakan, misalnya: TV atau nasehat dari dokter dll (isyarat tindakan)
• Percaya diri atas kemampuannya untuk berhasil melakukan tindakan (persepsi terhadap kepercayaan dan keyakinan diri)
Strategi Potensial Perubahan Perilaku Berdasarkan MKK
Konsep Definisi Strategi Potensial Persepsi terhadap kerentanan
Keyakinan dirinya rentan/terkena dampak
• Segmentasi populasi berdasarkan level risiko
• Sesuaikan informasi risiko berdasarkan karakteristik/perilaku individu
• Bantu individu mengembangkan persepsi yang akurat atas risiko dirinya
Persepsi terhadap keseriusan kondisi/akibat
Keyakinan terhadap tingkat keseriusan masalah dan akibatnya
• Spesifikkan konsekuensi atas kondisi yang dihadapi/akan dihadapinya dan rekomendasi-‐kan tindakan nyata yang bisa dilakukan
Persepsi terhadap untung-‐rugi tindakan
Keyakinan terhadap keuntungan dan efektivitas tindakan untuk mengurangi risiko/akibat
• Jelaskan bagaimana, dimana dan kapan tindakan perlu diambil dan apa hasil potensial yang akan diperoleh dari tindakan tersebut
Persepsi terhadap hambatan
Keyakinan terhadap biaya material dan psikologis untuk melakukan tindakan
• Tawarkan kepastian, insentif, asistensi dan koreksi misinformasi yang ada
Isyarat tindakan Faktor yang mengaktikan “kesiapan
• Sediakan informasi “how to”, promosikan kesadaran dan
Behavior Change Determinants 7
bertindak” tetapkan sistem peringatan dini risiko
Kepercayaan dan keyakinan diri
Perasaan mampu dan PD serta kemampuan aktual/yang sebenarnya untuk melakukan tindakan
• Sediakan training dan petunjuk cara melakukan suatu tindakan
• Gunakan pengaturan tindakan berbasis hasil
• Berikan penguatan positif verbal
• Contohkan perilaku yang seharusnya dipraktekkan
2. Model Tahapan Perubahan Perilaku/MTPP Model tahapan perubahan perilaku (MTPP) atau stages of behavior change model adalah model perubahan perilaku pada level individual kedua yang paling umum digunakan. MTP mengikuti logika sebagai berikut:
Premis dasar MTPP adalah bahwa perilaku adalah proses atau kontinum bukan event/kejadian. Meskipun tahapan yang akan dilalui sama, namun
8 Beha
Behavior Change Determinants
kecepatan melalui satu tahapan ke tahapan berikut bisa berbeda antar individu. Jika individu akan melakukan perubahan perilaku maka dia akan melalui 5 tahapan ini: • Prakesadaran/precontemplation, tidak menyadari adanya masalah, merasa tidak bermasalah.
• Kesadaran/contemplation, sadar akan adanya masalah dan sadar akan perubahan perilaku yang seharusnya dilakukan.
• Persiapan/preparation, punya niat untuk melakukan tindakan. • Tindakan/action, berlatih untuk mempraktekkan perubahan perilaku yang diinginkan.
• Pemeliharaan perilaku baru/maintenance, menjaga perubahan perilaku yang sudah terjadi agar langgeng.
Premis lainnya dari MTPP adalah bahwa individu pada setiap tahap mempunyai kebutuhan informasi dan dukungan yang berbeda dengan individu pada tahap lainnya. Seseorang juga bisa berbeda titik start perubahan perilakunya. Mungkin saja beberapa individu bisa mulai dari tahapan persiapan daripada mulai dari tahap pra kesadaran. Hal ini tergantung dari situasi kesadaran individu atas perilaku lamanya. Model ini pada kenyataannya adalah sirkular bukan linear (gambar di atas hanya untuk mempermudah staging/penjelasan pentahapan). Dengan kata lain, orang bisa berubah perilaku tidak tahap per tahap secara gradual, tetapi bisa meloncat tidak linear. Bisa mulai dari tahap manapun, lalu meningkat ke tahap manapun dan bisa juga relapse/kembali ke perilaku awal atau tahap sebelumnya kemudian memulai kembali. Mungkin juga akan berputar-‐putar/bolak-‐balik antara satu tahap ke tahap berikutnya. Strategi Potensial Perubahan Perilaku Berdasarkan MTPP
Konsep Definisi Strategi Potensial Prakesadaran Belum menyadari
masalah, belum berpikir untuk berubah
Meningkatkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah, sesuaikan info mengenai risiko & manfaatnya dengan kebutuhan personal
Behavior Change Determinants 9
Kesadaran Mulai berpikir tentang perubahan dalam waktu dekat
Memotivasi & mendorong untuk membuat perencanaan khusus
Persiapan Membuat perencanaan untuk berubah, menyusun target bertahap
Membantu mengembangkan tindakan nyata
Tindakan Menerapkan rencana tindakan yang spesifik
Membantu memberikan umpan balik, pemecahan masalah, dukungan sosial, penguatan
Pemeliharaan Keberlanjutan tindakan yang diinginkan, atau mengulang setiap tahapan secara periodik
Membantu dalam mengatasi masalah, mengingatkan, menemukan alternatif, menghindari relapse (yang diterapkan)
Model Perubahan Perilaku Kelompok Model perubahan perilaku kelompok yang akan diperkenalkan disini adalah: • Model teori kognisi sosial • Model perilaku kelompok Berikut penjelasan kedua model tersebut: 1. Model Teori Kognisi Sosial/MTKS Model Teori Kognisi Sosial (MTKS) atau model of social cognitive theory menggambarkan dinamika dan proses berkelanjutan dimana faktor-‐faktor personal, faktor-‐faktor lingkungan dan perilaku manusia saling mempengaruhi satu sama lain. Menurut model MTKS ini, 3 faktor utama mempengaruhi kemungkinan seseorang akan mengubah perilaku kesehatannya: 1. Kepercayaan dan kemampuan diri/self-‐efficacy
10 Behavior Change Determinants
2. Tujuan perubahan perilaku/goal 3. Harapan atas hasil perubahan perilaku/outcome expectancies
Jika individu mempunyai kepercayaan dan kemampuan diri, dia dapat mengubah perilakunya meskipun menghadapi
hambatan. Jika individu tidak merasa mempunyai kontrol atas perubahan perilaku yang akan dilakukannya, dia tidak akan termotivasi untuk bertindak, atau untuk tetap konsisten
melalui berbagai hambatan yang ada. Jika seseorang mengadopsi perilaku baru, hal ini akan menyebabkan perubahan baik pada lingkungan maupun di dalam diri orang tersebut. Perilaku bukan sekedar produk lingkungan dan manusia. Sebaliknya lingkungan bukan sekedar produk manusia dan perilakunya. Strategi Potensial Berdasarkan Model MTKS
Konssep Definisi Strategi Potensial Determinisme resiprokal
Dinamika interaksi manusia, perilaku dan lingkungan dimana perilaku dilakukan
Pertimbangkan cara yang beragam untuk mempromosikan perubahan perilaku, termasuk membuat penyesuaian pada lingkungan atau mempengaruhi sikap personal
Kapasitas perilaku
Pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan suatu perilaku
Tingkatkan keahlian melalui pelatihan keterampilan
Harapan hasil Hasil yang diharapkan terjadi atas suatu perilaku
Tunjukkan hasil-‐hasil positif suatu perilaku sehat, berikan contoh
Kepercayaan dan kemam-‐puan diri
Rasa percaya diri bahwa dirinya mampu melakukan suatu tindakan dan mengatasi masalah
Lakukan perubahan perilaku dalam langkah-‐langkah kecil untuk memastikan adanya keberhasilan, lakukan pada perilaku yang sespesifik mungkin
Pembelajaran Akuisisi perilaku yang Tawarkan role model yang kredibel yang
Behavior Change
Kepercayaan dan
kemampuan diri
Tujuan perubahan perilaku
Hasil yg diharapkan
Behavior Change Determinants 11
observasional (modeling)
muncul dengan melihat tindakan dan hasil tindakan yang diperoleh orang lain ketika mempraktekkan suatu perilaku
melakukan perubahan perilaku yang sama
Penguatan dan pemanta-‐pan
Respon kepada perilaku seseorang yang meningkatkan atau menurunkan kemungkinan perilaku tersebut muncuk kembali
Promosikan reward dan insentif mandiri dari diri orang tersebut dan dari orang lain
2. Model Perilaku Kelompok/MPK Dalam konteksi ini kelompok didefinisikan sebagai ‘dua atau lebih orang yang bergabung, berinteraksi dan saling bergantung satu dengan yang lainnya’. Perilaku kelompok adalah: • Perilaku individu-‐indivdu dalam kelompok • Perilaku dalam kelompok adalah lebih dari jumlah perilaku individu dalam kelompok tersebut.
• Perilaku individu di dalam kelompok dapat berbeda dengan perilaku di luar keompok.
• Perilaku kelompok akan berpengaruh pada cara pandang dan perilaku individu. Dalam dunia kerja akan berpengaruh pada kinerja.
Untuk mempengaruhi perubahan perilaku kelompok, program perlu mengenali karakteristik kelompok tersebut. Beberapa karakteristik kelompok yang dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi perubahan perilaku kelompok adalah: 1. Sifat kelompok
12 Behavior Change Determinants
• Formal, yang didefinisikan oleh struktur organisasi, disertai dengan pembagian hirarki dan tugas.
• Informal, tidak terstruktur secara formal di dalam organisasi, dan tidak ada pembagian hirarki tugas yang jelas.
2. Situasi tahapan perkembangan kelompok • Pembentukan (forming):
o Tidak adnya ketidakpastian tentang maksud dan tujuan o Masing-‐masing anggota membawa tipe atau pola perilaku
masing-‐masing • Keributan (storming):
o Terjadinya konflik dalam kelompok karena masing-‐masing anggota ingin mempertahankan eksistensinya.
• Penormaan (norming): o Mulai terbentuknya identitas dan nilai atau norma
kelompok • Pelaksanaan (performing):
o Adanya pemahaman bersama serta dimulainya kegiatan untuk mencapai tujuan bersama kelompok
3. Arti penting kelompok bagi individu • Keamanan: lebih menjamin keamanan diri (safety need), lebih aman, lebih kuat, lebih percaya diri.
• Status: lebih memberikan rasa pengakuan orang lain terhadap dirinya. • Harga diri: kelompok dapat meningkatkan harga diri bagi anggota-‐anggotanya.
• Pertalian: kelompok dapat memperkuat pertalian sosial sebagai kebutuhan sosial seseorang (social needs).
• Kekuasaan: kelompok dapat menjadi media pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri, yang tidak mungkin dapat dicapai secara individual.
• Prestasi: kelompok sering diperlukan seseorang untuk mencapai prestasinya.
4. Kohesifitas kelompok Adalah derajat sejauh mana anggota kelompok tertarik satu kepada yang lainnya dan termotivasi untuk tetap tinggal dalam kelompok. Kohesifitas adalah merupakan kunci untuk mewujudkan kelompok (kerja) yang
Behavior Change Determinants 13
efektif. Kelompok (kerja) yang efektif merupakan kondisi yang sangat diperlukan untuk mencapai kinerja anggota kelompok. Kohesifitas kelompok ditentukan oleh: • Waktu yang dihabiskan bersama: makin lama keberadaan suatu kelompok maka kelompok tersebut makin kohesif.
• Sulitnya memasuki kelompok: makin sulit anggota kelompok memasuki kelompok tersebut, maka semakin kohesif kelompok tersebut.
• Jenis kelamin anggota: biasanya kelompok yang terdiri dari jenis kelamin wanita pada umumnya lebih kohesif dibandingkan dengan kelompok pria. Kelompok dengan unsur yang sangat spesifik cenderung lebih kohesif (misalnya, sama-‐sama pekerja seks).
• Ancaman luar: semakin kuat tantanngan atau anacaman dari luar kelompok, maka biasnya justru akan memperkuat kekohesifan kelompok.
• Sukses sebelumnya: apabila suatu kelompok telah mencapai keberhasilan atau prestasi, maka akan memperkuat kekohesifan kelompok tersebut.
5. Perilaku kelompok Perilaku kelompok merupakan faktor langsung yang mampu mempengaruhi perilaku individu dan kolektif anggota-‐anggota kelompok tersebut. Perilaku kelompok ditentukan oleh: • Proses seleksi personil: proses seleksi yang dilakukan oleh suatu kelompok akan ikut menentukan perilaku kelompok.
• Budaya kelompok: budaya kelompok (group culture) merupakan acuan perilaku individu anggotanya dalam melaksanakan tugasnya.
• Karakteristik kepribadian: kepribadian anggota-‐anggota kelompok akan berpengaruh kepada perilaku kelompok.
• Kepemimpinan: kepemimpinan kelompok akan mewarnai perilaku kelompok.
• Sistem imbalan (reward system): sistem imbalan atau pemberian kompensasi kelompok besar pengaruhnya terhadap perilaku kelompok kerja.
14 Behavior Change Determinants
Strategi potensial MKK Dalam kaitannya dengan pemanfaatan situasi kelompok sebagai agen perubahan perilaku, 5 situasi di atas harus dipetakan. Hasil pemetaan digunakan untuk mengubah, menambahkan, mengurangi, mempercepat, memperlambat unsur-‐unsur spesifik pada 5 situasi di atas. Strategi potensialnya adalah:
Konsep Definisi Strategi Potensial Sifat kelompok Formal dan informal • Pada kelompok formal:
pengaruhi pimpinan kelompok, sesuaikan perubahan dengan hirarki dan pembagian tugas dalam kelompok, buat rincian perubahan perilaku yang ditawarkan dan sepakati siapa melakukan apa.
• Pada kelompok informal: manfaatkan kekuatan individu tokoh kelompok, manfaat fleksibilitas kelompok untuk mengagendakan perubahan perilaku, suntikkan aturan formal dalam kelompok
Tahapan perkembangan kelompok
Forming-‐storming-‐norming-‐performing
• Masukkan tujuan perubahan perilaku sebagai ciri unik kelompok (forming)
• Bantu kelompok menyelesaikan konflik dan masukkan agenda-‐agenda terkait perubahan perilaku dalam resolusi konflik yang ada (storming)
• Perkenalkan safer sex sebagai salah satu identitas
Behavior Change Determinants 15
dan nilai kelompok • Alihkan beberapa kegiatan program terkait perubahan perilaku untuk dikelola kelompok
Arti kelompok bagi individu
Keamanan, status, harga diri, pertalian, kekuasaan, prestasi
Integrasikan pesan-‐pesan perubahan perilaku sesuai arti penting kelompok bagi masing-‐masing segmen anggotanya
Kohesifitas kelompok Waktu yang dihabiskan bersama, sulitnya memasuki kelompok, jenis kelamin anggota/unsur spesifik lain, ancaman luar, sukses sebelumnya
Berikan tantang baru terkait perubahan perilaku yang semakin tinggi sesuai tingkat kohesifitas kelompok
Perilaku kelompok Proses seleksi personil, budaya kelompok, karakteristik kepribadian, kepemimpinan, sistem imbalan
• Jadikan kelompok dengan perilaku aman sebagai role model bagi kelompok lain
• Perkenalkan kompetisi sehat antar kelompok
• Manfaatkan situasi kepemimpinan dan sistem imbalan yang ada untuk mendorong dan memantapkan perubahan perilaku
Model-‐Model Perubahan Perilaku Komunitas Terdapat 2 model perubahan perilaku komunitas yang akan diperkenalkan, yakni: 1. Model sosio ekologis
16 Behavior Change Determinants
2. Model difusi inovasi Berikut penjelasan ringkas kedua model tersebut: 1. Model Sosio Ekologis/MSE Model sosioekologis menyediakan satu set prinsip-‐prinsip metodologis dan konseptual, yang sebagian besar ditarik dari teori sistem, untuk mengorganisir program komprehensif promosi kesehatan berbasis komunitas. Model sosioekologis khusus untuk promosi kesehatan melingkupi berbagai aspek, tahapan dan menyasar perubahan lingkungan, perilaku dan kebijakan sosial yang membantu individu membuat pilihan-‐pilihan sehat dalam kehidupan sehari-‐hari mereka. Aspek paling membedakan dari model sosioekologis adalah bahwa ia memperhitungkan lingkungan fisik dan hubungannya dengan manusia pada level individual, interpersonal, organisasional, komunitas dan sosietal atau kebijakan publik. Model sosioekologis mempunyai beberapa asumsi dasar, yakni: • Manusia membentuk dan dibentuk oleh lingkungan mereka. Dengan kata lain, interaksi antara invidu-‐individu dan lingkungan mereka adalah resiprokal.
• Lingkungan berisi berbagai macam setting/tatanan yang dapat dilihat sebagai suatu “sangkar struktur” (nested structures).
• Pendekatan pada asesmen dan intervensi yang memperhatikan baik individual maupun faktor-‐faktor kontekstual adalah lebih efektif daripada pendekatan yang hanya berfokus pada satu level saja.
Lima Level Pengaruh Pada Model Sosio Ekologis
Behavior Change Determinants 17
Level Individual Level ini memperhitungkan aspek-‐aspek pada diri individu seperti pengetahuan, sikap, nilai, keterampilan, konsep diri dan kepercayaan diri atas perilaku. Strategi untuk intervensi pada level ini termasuk pendidikan kesehatan, kampanye media massa, pemasaran sosial dan pengembangan keterampilan individual. Level Interpersonal Level interpersonal termasuk aspek-‐aspek pada diri individu terkait dengan hubungannya dengan orang lain seperti jaringan sosial, dukungan sosial, keluarga, kelompok kerja, teman sebaya atau tetangga. Strategi intervensi pada level ini mencakup pengayaan jaringan sosial dan dukungan sosial, mengubah norma-‐norma kelompok dan meningkatkan akses. Ahli lain mengatakan bahwa faktor-‐faktor yang termasuk ke dalam pengaruh level interpersonal adalah orang dalam lingkaran sosial terdekat: teman sebaya, pasangan dan anggota keluarga. Orang-‐orang ini
18 Behavior Change Determinants
dianggap mempunyai banyak pengalaman dan berpotensi membentuk perilaku individu. Level Organisasional Level organisasional termasuk norma-‐norma, insentif, budaya organisasi dan jaringan komunikasi. Strategi intervensi pada level ini termasuk program insentif, konsultasi proses, pengembangan koalisi dan link dengan organisasi lain. Level Komunitas Level komunitas termasuk sumber-‐sumber, lingkungan organisasi, layanan kesehatan dan sosial, hubungan organisasional, praktek-‐praktek masyarakat, struktur pemerintahan dan praktek-‐praktek kepemimpinan formal dan informal. Strategi intervensi pada level ini termasuk community development (CD) atau pengembangan masyarakat, koalisi komunitas, pemberdayaan, resolusi konflik dan kampanye media massa. Sumber lain menyatakan bahwa level komunitas adalah faktor-‐faktor yang meningkatkan risiko berbasis lingkungan sosial dan komunitas dimana individu mempunyai pengalaman dan relasi seperti sekolah, tempat kerja, gereja, RT atau kelompok-‐kelompok sosial dan profesi. Level Kebijakan Publik Level kebijakan publik termasuk proses-‐proses legislasi, kebijakan, pajak, dan lembaga-‐lembaga pengatur. Strategi intervensi pada level ini adalah kampanye media massa, analisis kebijakan, perubahan politis dan lobi-‐lobi. Level kebijakan publik adalah level terbesar dalam model sosioekologis. Level ini mewadahi faktor-‐faktor makro yang mempengaruhi perilaku individu seperti sistem keyakinan agama dan budaya, norma masyarakat, ekonomi atau kebijakan-‐kebijakan publik/sosial yang menciptakan atau melanggengkan gap dan tekanan diantara kelompok-‐kelompok individu. Model sosioekologis tidak menyasar langsung individu yang membuat keputusan kesehatan. Sebaliknya, sebagai cara alternatif mempromosikan perilaku sehat, model sosioekologis melibatkan proses-‐proses sosial dan kelembagaan yang mempunyai pengaruh utama pada
Behavior Change Determinants 19
perilaku sehat. Tujuan akhirnya adalah untuk memantapkan health-‐promoting environment di dalam ruang sosial di mana individu membuat keputusan atau mempraktekkan perilaku sehatnya. Strategi Potensial MSE FHI mulai menerapkan model ini untuk IPP ada LSL, pekerja seks laki-‐laki dan waria. Namun demikian karena tujuan perubahan perilaku yang sama untuk populasi kunci lain (pekerja seks perempuan dan HRM), model ini bisa diadopsi dengan beberapa penyesuaian konteks. Strategi potensial penerapan MSE untuk LSL, pekerja seks laki-‐laki dan waria adalah sbb:
20 Behavior Change Determinants
2. Model Difusi Inovasi Difusi inovasi adalah proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu pada kurun waktu tertentu kepada anggota suatu sistem sosial. Model ini, sesuai namanya, berasal dari teori difusi. Teori difusi telah digunakan secara luas untuk mempelajari adopsi berbagai perilaku kesehatan dalam masyarakat. Beberapa terminologi kunci dalam model ini adalah:
Konsep Definisi
Inovasi Suatu ide, barang, perilaku yang dianggap sebagai baru oleh individu, kelompok atau komunitas.
Saluran komunikasi Alat untuk mentransmisikan ide-‐ide baru dari satu individu, kelompok atau komunitas ke yang lain.
Sistem sosial Kumpulan individu yang bersama-‐sama mengadopsi inovasi.
Waktu Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengadopsi inovasi
Tahapan Perubahan Perilaku Menurut Model Difusi Inovasi Komunitas dan anggotanya yang akan mengadopsi ide, barang atau perilaku baru akan melewati beberapa tahap yakni:
Behavior Change Determinants 21
Menurut model difusi inovasi, komunitas akan mengadopsi ide/perilaku baru jika: • Relative adventages: ada kentungan relatif inovasi dibandingkan perilaku yang akan digantikan
• Compatibility: ada kecocokannya dengan karakteristik dan kebutuhan audiens
• Complexity: kompleksitas pelaksanaannya lebih rendah dibandingkan dengan kemudahan untuk menjalankan inovasi tersebut.
• Trialability: dapat tidaknya inovasi dicoba • Observability: apakah inovasi akan menghasilkan hasil nyata (tangible) dan apakah inovasi bisa diamati/dirasakan perkembangannya atau prakteknya pada orang lain.
Penge-‐tahuan Persuasi Keputusan
Implemen-‐tasi Konfirmasi
22 Behavior Change Determinants
Namun demikian hal-‐hal di atas dapat dipengaruhi oleh situasi kondisi-‐kondisi sebelumnya, seperti: • Bagaimana situasi perilaku sebelumnya • Besar-‐kecilnya kebutuhan/masalah yang dirasakan • Keinovatifan ide/perilaku baru yang diperkenalkan • Norma dari sistem sosial/komunitas itu sendiri Pada ranah pengetahuan terutama terkait pengambilan keputusan apakah akan mengadopsi inovasi baru atau tidak, hal ini akan dipengaruhi oleh: • Karakteristik sosioekonomik • Variabel-‐variabel kepribadian • Perilaku komunikasi dalam komunitas Semua campuran faktor-‐faktor diatas akan mempengaruhi komunitas apakah akan mengadopsi inovasi/perilaku baru atau tidak. Menurut model difusi inovasi, pada akhirnya hanya sedikit anggota komunitas
Communication Channels PRIOR CONDITIONS 1. Previous practice 2. Felt needs/problems 3. Innovativeness 4. Norms of the social systems
Perceived Characteristics of the Innovation 1. Relative Advantage 2. Commpatibility 3. Complexity 4. Trialability 5. Observability Characteristics of the Decision-Making Unit: 1. Socioeconomic characteristics 2. Personality variables 3. Communication behavior
Behavior Change Determinants 23
yang tidak mengadopsi inovasi baru sama sekali. Yang berbeda adalah kecepatan mengadopsinya. Berdasarkan kecepatan perilaku mengadopsinya, adopter akan terbagi ke dalam 5 kategori: 1. Inovator, penemu inovasi, biasanya hanya beberapa orang. 2. Adopter awal, pengadopsi paling dini, masih dalam jumlah terbatas,
biasanya adalah orang-‐orang di sekitar inovator. 3. Mayoritas adopter awal, massa mayoritas anggota komunitas yang
mengadopsi inovasi pada tahap awal inovasi 4. Mayoritas adopter akhir, massa mayoritas anggota komunitas yang
mengadopsi inovasi pada tahap lebih akhir 5. Laggard, anggota komunitas yang sulit/tidak mau mengadopsi inivasi
baru. Dengan mengidentifikasi karakteristik 5 kategori adopter di atas, pelaksana program dapat merancang inovasi baru sesuai dengan kebutuhan komunitas. Faktor Determinan Perubahan Perilaku Model-‐model perubahan perilaku di atas dapat memberikan gambaran tentang apa sesungguhnya faktor determinan perubahan perilaku dan bagaimana proses kemunculan perilaku baru dapat terjadi baik pada level individu, kelompok maupun komunitas. Berdasarkan pengalaman program yang ada, satu atau kombinasi beberapa model di atas dapat diterapkan sebagai basis perencanaan dan implementasi program intervensi perubahan perilaku. Namun untuk tujuan penyederhanaan dan kemudahan meresponnya, faktor determinan di bawah ini bisa dianggap sebagai sintesis semua model di atas:
24 Behavior Change Determinants
Pilihan Positif (Perubahan Perilaku)
Persepsi Risiko
Dukungan dari teman sebaya, masyarakat, Hukum, dsb.
Efektivitas Penyelesaian
Masalah
Kemampuan dan Keyakinan Diri·∙
·∙ PRI ·∙ PRK
·∙ Outreach·∙ Pendidikan Sebaya
Produk dan Layanan
·∙ Outreach·∙ Pendidikan Sebaya
OutreachPendidikan sebaya
KDS, Mobilisasi KomunitasPemasaran Sosial Kondom
Pemasaran Sosial KondomMengembangkan jejaring rujukan
Model ini menegaskan bahwa perubahan perilaku, baik pada level individu, kelompok maupun komunitas akan terjadi jika program mampu mengubah/mempertinggi: 1. Persepsi risiko 2. Penyelesaian masalah kesehatan yang efektif 3. Kemampuan dan keyakinan diri melakukan perilaku baru yang
diharapkan 4. Ketersediaan dan aksesabilitas produk dan layanan (dalam hal ini
kondom, pelicin dan layanan kesehatan terkait HIV) 5. Dukungan teman sebaya, masyarakat, hukum dan lainnya. Pada tataran implementasi kegiatan, semua faktor di atas dihadirkan ke lapangan melalui berbagai kegiatan yang cocok dan berbeda-‐beda. Sintesis lain dari beragam model di atas adalah rekomendasi dari para ahli perilaku di AS. Pada 1993, terdapat konsensus dari para ahli sosial dan perilaku bahwa orang akan mempraktekkan perubahan perilaku jika salah satu atau lebih dari 8 kondisi berikut terpenuhi:
Behavior Change Determinants 25
1. Adanya niat positif yang kuat/komitmen 2. Tidak ada hambatan lingkungan untuk mempraktekkan perilaku
tersebut 3. Adanya keterampilan yang diperlukan 4. Perilaku baru diyakini lebih menguntungkan 5. Adanya tekanan sosial yang lebih tinggi untuk mempraktekkan
perilaku baru 6. Perilaku baru dirasakan cocok dengan self image, tidak merusak
standar personalnya 7. Praktek perilaku baru diperkuat oleh reaksi emosional yang positif 8. Yakin bisa melakukan perilaku baru tersebut Tiga kondisi yang pertama (niat, hambatan lingkungan dan kemampuan diri) dipandang sebagai kondisi yang “diperlukan dan harus cukup” untuk suksesnya perubahan perilaku. Dengan kata lain, seseorang harus mempunyai: • Komitmen positif yang kuat atau niat untuk melakukan perilaku • Keterampilan yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan perilaku • Berada di lingkungan yang kondusif bagi muncul dan berjalannya perilaku
Sementara 5 kondisi terakhir (kondisi 4-‐8) dipandang sebagai mempengaruhi kekuatan atau intensitas dan arah dari niat/komitmen.
26 Behavior Change Determinants
Referensi AIDSCAP. Behavior Change-‐A Summary Four Behavioral Theories. FHI, 1993. UNAIDS. Sexual Behavioral Change for HIV: Where Have Theories Taken Us? UNAIDS, 2004. Parnell, Bruce., Kim Benton. Facilitating Sustainable Behavior Change. A Guidebook for Designing HIV Programs. US Department of Health and Human Services. National Institutue of Health. Theory At A Glance. A Guide for Health Promotion Practice. National Cancer Institute, 2005. Schiavo, Renata. Health Communication from Theory to Action. Jossey-‐ Bass, 2003. Zarcadoolas, Christina., Andres Pleasant, David Greer. Advancing Health Literacy, A Framewokr for Understanding and Action. Jossey-‐Bass, 2006.