baru rikke

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) hingga saat ini masih menjadi problem utama di Indonesia. Sekalipun angka kematian DBD dapat ditekan hingga di bawah 1 per 100 orang penderita, namun jumlah dan sebaran kasusnya semakin meningkat. Tahun 2013 jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dengan area penyebaran hingga 498 Kabupaten/Kota. Peran serta masyarakat merupakan komponen utama dalam pengendalian DBD, mengingat vektor DBD nyamuk Aedes aegypti jentiknya ada di sekitar permukiman dan tempat istirahat nyamuk dewasa sebagian besar ada di dalam rumah. Peran serta masyarakat dalam hal ini adalah peran serta dalam pelaksanaan PSN secara rutin seminggu sekali. PSN secara rutin dapat membantu menurunkan kepadatan vektor, berdampak pada menurunnya kontak antara manusia dengan vektor, akhirnya terjadinya penurunan kasus DBD. Hingga saat ini peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PSN belum optimal, masih banyak masyarakat yang belum melakukan PSN secara rutin. Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya peran masyarakat dalam PSN, di antaranya adalah kurang kampanye PSN.

Upload: hasan282

Post on 17-Sep-2015

244 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

rikke

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenyakit demam berdarah dengue (DBD) hingga saat ini masih menjadi problem utama di Indonesia. Sekalipun angka kematian DBD dapat ditekan hingga di bawah 1 per 100 orang penderita, namun jumlah dan sebaran kasusnya semakin meningkat. Tahun 2013 jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dengan area penyebaran hingga 498 Kabupaten/Kota.Peran serta masyarakat merupakan komponen utama dalam pengendalian DBD, mengingat vektor DBD nyamuk Aedes aegypti jentiknya ada di sekitar permukiman dan tempat istirahat nyamuk dewasa sebagian besar ada di dalam rumah. Peran serta masyarakat dalam hal ini adalah peran serta dalam pelaksanaan PSN secara rutin seminggu sekali. PSN secara rutin dapat membantu menurunkan kepadatan vektor, berdampak pada menurunnya kontak antara manusia dengan vektor, akhirnya terjadinya penurunan kasus DBD. Hingga saat ini peran serta masyarakat dalam pelaksanaan PSN belum optimal, masih banyak masyarakat yang belum melakukan PSN secara rutin. Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya peran masyarakat dalam PSN, di antaranya adalah kurang kampanye PSN. Kelompok anak sekolah merupakan bagian kelompok masyarakat yang dapat berperan strategis, mengingat jumlahnya sangat banyak sekitar 20% dari jumlah penduduk Indonesia adalah anak sekolah SD, SLTP dan SLTA. Anak sekolah tersebar di semua wilayah Indonesia, baik daerah perkotaan maupun pedesaan. Pemahaman PSN bagi anak sekolah berperan untuk menanamkan perilaku PSN pada usia sedini mungkin, yang akan digunakan sebagai dasar pemikiran dan perilakunya dimasa yang akan datang. Selain itu, menggerakan anak sekolah lebih mudah dibandingkan dengan orang dewasa dalam pelaksanaan PSN.Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan suatu usaha untuk mengatasi masalah tersebut dalam bentuk mini project, diharapkan dengan adanya program dari puskesmas pondok kelapa dengan mengoptimalkan anak sekolah dasar di wilayah rw.02 dapat meningkatkan angka bebas jentik di lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah.

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan UmumMeningkatkan peran serta siswa anak sekolah dasar dalam memutus mata rantai penyebaran DBD di lingkungan sekolah dan lingkungan rumah dengan berperan sebagai Jumantik dalam pelaksanaan PSN disekolah. 1.2.2 Tujuan khusus1.2.1.1 Meningkatkan pengetahuan siswa terhadap penyakit DBD. 1.2.1.2 Meningkatkan pengetahuan siswa terhadap lingkungan kaitannya dengan daur hidup nyamuk penyebab DBD.1.2.1.3 Terciptanya peran serta anak sekolah sebagai Jumantik dalam pelaksanaan PSN secara berkesinambungan.1.2.1.4 Meningkatkan salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak usia dini.1.2.1.5 Meningkatkan kesadaran siswa terhadap pemeberantasan DBD tidak hanya di sekolah namun juga di lingkungan rumah.1.2.1.6 Terbentuknya program PSN sekolah yang aktif dan berjalan continue disekolah dengan penuh pengawasan dari puskesmas1.2.1.7 Terbentuknya jumantik pelajar yang edukatif dan persuasif bagi warga sekolah dan lingkungan sekitar.1.2.1.8 Mendukung upaya penurunan kasus DBD di sekolah, lingkungan tempat tinggal dan di Indonesia

1.3ManfaatHasil penelitian ini akan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti institusi pendidikan, pelajar/siswa, pihak masyarakat dan petugas kesehatan.1.3.1 Institusi Pendidikan1.3.1.1 Meningkatkan kesadaran warga sekolah, baik siswa, guru, ataupun warga sekolah lainya tentang perilaku dan gaya hidup sehat, serta pentingnya menciptakan suatu kondisi yang sehat dan bebas jentik nyamuk.1.3.1.2 Jumantik anak sekolah berperan dalam kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS) dalam rangka menciptakan Sekolah Bebas Jentik.1.3.1.3 Menurunkan angka kejadian DBD di lingkungan sekolah maupun tempat tinggal.1.3.1.4 Meningkatkan produktifitas siswa dalam belajar

1.3.2 Puskesmas1.3.2.1 Menjadi salah satu program unggulan puskesmas dalam pemberantasan DBD.1.3.2.2 Mendapatkan data hasil rekapitulasi tiap minggu dari sekoalah yang bersangkutan1.3.2.3 Menurunkan angka kejadian DBD di daerah tempat sekolah tersebut berada.

1.3.3 MasyarakatMini project ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang bermakna positif di lingkungan masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam memberantas jentik sehingga angka DBD dilingkungan pondok kelapa dapat menurun.1.3.4 Peneliti1.3.4.1 Berperan serta dalam pembentukan Jumantik disekolah setingkat SD.1.3.4.2 Membantu menurunkan angka kejadian DBD khususnya di lingkungan sekolah.1.3.4.3 Melatih menemukan masalah, identifikasi, perencanaan, serta mengatasi dan mengevaluasi masalah yang ditemukan dilapangan.1.3.4.4 Dapat melengkapi salah satu tugas dokter internship.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)2.1.1. DefinisiPenyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.2.1.2. Agent InfeksiusPenyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae, yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Masingmasing saling berkaitan sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita banyak yang meninggal.

2.1.3 Vektor PenularNyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektorpenularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitannya. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan daerah pedesaan (daerah rural) kedua spesies nyamuk tersebut berperan dalam penularan.2.2. PENULARAN VIRUS DENGUE2.2.1. Mekanisme PenularanDemam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne diseases. Virus dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk. Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius. Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang. Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.2.2.2. Tempat Potensial Bagi Penularan Penyakit DBDPenularan penyakit DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah :1. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis)1. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar. Tempat-tempat umum itu antara lain :1. SekolahAnak murid sekolah berasal dari berbagai wilayah, merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD.1. Rumah Sakit/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya :Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD, demam dengue atau carier virus dengue.1. Tempat umum lainnya seperti :Hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat-tempat ibadah dan lain-lain.1. Pemukiman baru di pinggiran kotaKarena di lokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi awal.

2.3 PENGENALAN NYAMUK PENULAR (VEKTOR) DBD2.3.1 Siklus Hidup Nyamuk AedesNyamuk Aedes memiliki siklus hidup (tahapan kehidupan) secara sempurna, antara lain telur, jentik, kepompong dan nyamuk dewasa. Masa pertumbuhan dari telur, jentik, kepompong hingga menjadi nyamuk sekitar 8-12 hari, tergantung dari suhu dan kelembaban. Semakin tinggi suhu dan kelembaban semakin cepat masa pertumbuhan nyamuk.

Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes2.3.2 Ciri-ciri Nyamuk Aedes TelurTelur diletakkan satu persatu di atas permukaan air, biasanya pada dinding bagian dalam kontainer di permukaan air. Jumlah telur nyamuk untuk sekali bertelur dapat mencapai 300 butir dengan ukuran 5 mm. Telurnya berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Pada kondisi yang buruk (dalam kondisi musim kering yang lama), telur dapat bertahan hingga lebih dari satu tahun. Telur akan menetas menjadi jentik setelah 1-3 hari terendam air.

Gambar 2.2. Telur Nyamuk Aedes

JentikSetelah telur terendam 2-3 hari, selanjutnya menetas menjadi jentik. Jentik mengalami 4 tingkatan atau stadium yang disebut instar, yaitu instar I, II, III dan IV. Waktu pertumbuhan dari masing-masing stadium adalah jentik instar I selama 1 hari, jentik instar II selama 1-2 hari, jentik instar III selama 2 hari, jentik instar IV selama 2-3 hari. Jentik Aedes di dalam air dapat dikenali dengan ciriciri berukuran 0,51 cm dan selalu bergerak aktif dalam air. Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air untuk bernapas (mendapatkan oksigen). Selanjutnya jentik berkembang menjadi kepompong.

Gambar 2.3. Jentik Nyamuk Aedes KepompongKepompong adalah periode puasa, membutuhkan waktu 1-2 hari. Kepompong berbentukseperti koma dan lebih pendek dibandingkan jentik, aktif bergerak dalam air terutama bila terganggu. Pada tingkat kepompong ini tidak memerlukan makan, tetapi perlu udara. Dalam waktu 1-2 hari perkembangan kepompong sudah sempurna, maka kulit kepompong pecah dan nyamuk dewasa muda segera keluar dan terbang. Pada umumnya nyamuk jantan menetas lebih dahulu dari nyamuk betina.

Gambar 2.4. Kepompong Aedes Periode DewasaSecara umum nyamuk Aedes terdiri tiga bagian, yaitu kepala, thorax dan abdomen, mempunyai dua pasang sayap dan tiga pasang kaki. Nyamuk Aedes dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam bercak putih. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan bercak putih. Ae.aegypti di bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan berwarna putih, sedangkan Ae.albopictus di bagian punggung tubuhnya tampak satu garis lurus tebal berwarna putih. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter maksimal 100 meter, namun secara pasif karena faktor angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah sekitar 1.000 meter dari permukaan laut, di atas ketinggian 1.000 meter dengan suhu udara terlalu rendah nyamuk tidak dapat berkembang biak, sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk.

Gambar 2.5. Nyamuk Aedes

2.3.3. Tempat Perkembangbiakan Jentik Aedes BuatanTempat perkembangbiakan jentik buatan adalah segala sesuatu yang dibuat oleh manusia dapat berfungsi menampung air dan jernih, yang kemudian digunakan oleh nyamuk Aedes untuk tempat berkembangbiak, seperti bak mandi, ember, dispenser, kulkas, ban bekas, pot/vas bunga, kaleng, plastik, dan lain-lain. Tempat penampungan air tersebut berada di sekitar pemukiman penduduk. Tempat nyamuk berkembangbiak yang dibuat/disediakan oleh manusia, seperti tempat penampungan air bersih (bak mandi, ember, dispenser, kulkas, dan lain-lain), maupun tempat-tempat penampungan air lainnya yang ada disekitar pemukiman penduduk.

Gambar 2.6. Tempat perkembangbiakan buatan. AlamiahTempat perkembangbiakan jentik alamiah adalah segala suatu yang telah tersedia di lingkungan pemukiman berupa tanaman yang dapat menampung air jernih sebagai tempat perindukan nyamuk pada tempat alami, seperti , ketiak daun, tempurung kelapa, lubang bambu, ataupun pada pelepah daun.

Gambar 2.7. Tempat perkembangbiakan alamiah2.3.4 Perilaku Nyamuk Aedes Perilaku menghisap darahNyamuk Aedes betina mengisap darah manusia pada waktu siang hari, dengan puncak kepadatan nyamuk pada jam 08.00-10.00 dan jam 15.00-17.00. Nyamuk betina menghisap darah yang dipergunakan untuk pematangan telur. Untuk mengenyangkan perutnya, nyamuk Aedes dapat menghisap darah beberapa kali dari 1 orang atau lebih, sehingga potensi untuk menularkan penyakit demam berdarah semakin banyak. Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak menghisap darah manusia di dalam rumah, sedangkan nyamuk Aedes albopictus lebih banyak mengisap darah di luar rumah.

Perilaku istirahatNyamuk Aedes setelah mengisap darah akan beristirahat untuk proses pematangan telur, setelah bertelur nyamuk beristirahat untuk kemudian menghisap darah kembali. Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tempat tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk kolong tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur. Selain itu juga bersembunyi pada benda-benda yang digantungkan seperti baju, tirai dan dinding. Walaupun jarang, bisa ditemukan di luar rumah, di tanaman atau tempat terlindung lainnya. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus jarang ditemukan beristirahat di dalam rumah. Kebiasaan istirahat nyamuk Aedes albopictus beristirahat dirumah seperti di tanaman kering, rerumputan dan lain lain.

2.4 JUMANTIK ANAK SEKOLAH2.4.1 StrukturJumantik Anak Sekolah adalah anak sekolah dari berbagai jenjang pendidikan dasar dan menengah yang telah dibina dan dilatih sebagai juru pemantau jentik (Jumantik) di sekolahnya. Pembentukan dan pelaksanaan Jumantik-PSN Anak Sekolah dimaksudkan untuk ikut serta mendukung program pemerintah dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) penular demam berdarah dengue dan chikungunya serta sebagai salah satu upaya pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak usia dini. Mekanisme pembentukan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatannya menjadi hak dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota dengan mempertimbangkan kebijakan, peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Adapun susunan organisasinya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.8. Bagan Struktur Pembina Jumantik/ PSN Anak Sekolah Tingkat Kabupaten/ KotaDari bagan diatas menunjukan bahwa Bupati/ Walikota melalui sekretaris darahmerupakan koordinator utama yang membangun kerjasama di antara instansi terkait antara lain dinas kesehatan, dinas pendidikan dan kantor kementerian agama kabupaten/kota. Daerah yang telah memiliki wadah kelompok kerja operasional (Pokjanal) DBD maka Pokja PSN anak sekolah dapat dimasukan sebagai bagian dari Pokjanal DBD yang sudah ada. Bupati/Walikota berwenang dan bertanggungjawab dalam mengeluarkan ketetapan pembentukan Pokja Jumantik-PSN Anak Sekolah di wilayahnya melalui sebuah surat keputusan.Peran dan tanggungjawab Pokja Jumantik-PSN Anak Sekolah antara lain yaitu:1. Membentuk kegiatan PSN/ Jumantik anak sekolah di tiap-tiap sekolah di wilayahnya.1. Memberikan dukungan operasional dalam rangka pelaksanaan PSN anak sekolah.1. Menjalin koordinasi antara puskesmas, sekolah, madrasah dan pondok pesantren dalam upaya pembentukan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan PSN anak sekolah di wilayahnya.1. Memastikan bahwa pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan PSN/ Jumantik anak sekolah di wilayahnya berjalan dengan baik dalam rangka mencapai usaha kesehatan sekolah (UKS) yang optimal dan mewujudkan Sekolah Bebas Jentik.1. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan PSN anak sekolah di wilayahnya.1. Memberikan penghargaan terhadap sekolah, madrasah dan pondok pesantren yang memiliki kinerja dan prestasi yang baik dalam pelaksanaan PSN anak sekolah dan berhasil mewujudkan Sekolah Bebas Jentik.1. Memberikan laporan pelaksanaan PSN anak sekolah kepada Pokjanal DBD tingkat provinsi (jika Pokjanal DBD tingkat provinsi belum terbentuk, maka laporan ditujukan kepada Gubernur dengan tembusan kepada kepala dinas kesehatan provinsi).2.4.2 Tata Kerja/Koordinasi Di LapanganTata kerja/koordinasi Jumantik-PSN Anak Sekolah di lapangan adalah sebagai berikut:1. Tata kerja PSN/Jumantik anak sekolah mengacu pada petunjuk teknis PSN-Jumantik Anak Sekolah dan ketentuan-ketentuan lainnya yang berlaku di wilayah setempat.1. Jumantik anak sekolah berperan dalam kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS) dalam rangka menciptakan Sekolah Bebas Jentik.1. Puskesmas berkewajiban melaksanakan pembinaan/ penyuluhan teknis kepada para guru dan para kader jumantik anak sekolah secara berkala.1. Kepala sekolah bersama dengan para guru dan petugas puskesmas memantau dan menilai pelaksanaan PSN di sekolahnya.1. Kepala sekolah melalui guru penanggungjawab PSN sekolah memberikan laporan rutin perbulan kepada puskesmas berdasarkan hasil rekap pelaksanaan PSN/Jumantik Anak sekolah setiap minggunya.2.4.3 Kriteria Dan Perekrutan Jumantik Anak Sekolah dan Guru Penanggung JawabPSN1. Kriteria Jumantik Anak SekolahKader Jumantik adalah siswa-siswi sekolah dari tiap-tiap kelas, dengan kriteria sebagai berikut:1. Mampu membaca dan menulis1. Mampu dan mau melaksanakan tugas dan bertanggung jawab1. Mampu dan mau menjadi motivator bagi rekan-rekan siswa-siswi yang lain.1. Mampu dan mau bekerjasama dengan petugas puskesmas, guru dan petugas kebersihan sekolah lainnya.1. Kriteria Guru Penanggung Jawab Jumantik-PSN sekolahPenunjukan Guru Penanggung Jawab Jumatik-PSN Sekolah menjadi kewenangan kepala sekolah yang bersangkutan, dengan kriteria antara lain:1. Sudah mengabdi sebagai guru di sekolah bersangkutan minimal selama 1 tahun.1. Mampu dan mau melaksanakan tugas dan bertanggungjawab1. Mampu dan mau menjadi motivator bagi rekan-rekan guru dan kader jumantik anak sekolah yang menjadi binaannya.1. Mampu dan mau bekerjasama/ berkoordinasi yang baik dengan petugas puskesmas, tim Pokja Jumantik-PSN Anak Sekolah dan masyarakat.0. PerekrutanPerekrutan kader jumantik anak sekolah dan penunjukan guru penanggungjawab dilaksanakan sesuai dengan tata cara yang telah diatur oleh masing-masing sekolah. Semakin banyak anak sekolah yang dilibatkan akan semakin baik, bila perlu seluruh anak sekolah dilibatkan sebagai Jumantik-PSN Anak Sekolah.0. Peran Dan Tanggung JawabPeran dan tanggung jawab pelaksanaan Jumantik-PSN disesuaikan dengan fungsi masing masing, yaitu:1. Jumantik Anak Sekolah1. Melakukan kegiatan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan sekolah secara rutin seminggu sekali.1. Melakukan kegiatan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan tempat tinggalnya secara rutin seminggu sekali.1. Membuat catatan/laporan hasil pemantauan jentik dan PSN di sekolah dan tempat tinggalnya.1. Melaporkan hasil pemantauan jentik kepada Guru Penanggung Jawab Jumantik-PSN sekolah seminggu sekali menggunakan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Rumah/Tempat Tinggal dan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Sekolah1. Melakukan sosialisasi PSN 3M dan pengenalan DBD kepada rekan-rekan siswa-siswi lainnya.1. Berperan sebagai penggerak dan motivator siswa-siswi lainnya agar mau melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama di lingkungan sekolah dan tempat tinggalnya.1. Berperan sebagai penggerak dan motivator bagi keluarga dan masyarakat agar mau melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk terutama di lingkungan tempat tinggalnya.1. Guru Penanggung Jawab PSN anak sekolah1. Membuat rekapitulasi laporan mingguan hasil Jumantik-PSN di masing-masing rumah siswa dan sekolahnya yang telah disahkan/ ditandatangani oleh kepala sekolah untuk diserahkan kepada kepala puskesmas setempat selaku pembina UKS wilayahnya.1. Memeriksa dan mengarahkan kegiatan Jumantik anak sekolah.1. Mengawasi/memberikan bimbingan teknis kepada Jumantik anak sekolah.1. Kepala Puskesmas1. Membina dan memantau pelaksanaan kegiatan PSN anak sekolah serta melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat (Pokja PSN Anak Sekolah).1. Memberikan pembinaan teknis kepada guru-guru dan Jumantik anak sekolah.1. Menganalisa laporan hasil pemantauan jentik oleh Jumantik anak sekolah.1. Melaporkan rekapitulasi hasil pemantauan jentik oleh Jumantik anak sekolah di wilayah kerjanya kepada Pokja PSN Anak Sekolah melalui kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.1. Pokjanal DBD tingkat Provinsi1. Melalui instansi atau SKPD terkait melakukan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan PSN Anak Sekolah di masing-masing kabupaten/kota di wilayahnya.1. Menganalisa dan membuat laporan rekapitulasi hasil kegiatan PSN anak sekolah dari wilayah kabupaten/kota kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL), Kementerian Kesehatan RI.1. Memberikan dukungan operasional kepada Pokja tingkat Kabupaten/Kota.0. Dukungan OperasionalAgar Jumantik-PSN Anak Sekolah dapat bertugas dan berfungsi sebagaimana yang diharapkan maka diperlukan dukungan biaya operasional. Dukungan dana tersebut dapat berasal dari beberapa sumber misalnya APBD, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dan lain sebagainya. Adapun komponen pembiayaan yang diperlukan antara lain adalah:1. Transport/insentif bagi petugas pembina teknis di lapangan.1. Penyediaan PSN kit berupa topi, rompi, tas kerja, formulir hasil pemeriksaan jentik, alat tulis, senter, pipet dan plastik tempat jentik dan larvasida.

Gambar 2.9. Contoh PSN kit1. Penyediaan alat lainnya misalnya media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) seperti leaflet, stiker, lembar balik (flipchart), buku saku, juknis/juklak dll.1. Biaya pelatihan/pembinaan guru-guru sekolah/ guru penanggung jawab PSN anak sekolah oleh Pokja PSN anak sekolah. 1. Biaya pelatihan bagi jumantik anak sekolah oleh puskesmas/ dinas kesehatan/ Pokja PSN anak sekolah.1. Biaya monitoring dan evaluasi.

0. PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) ANAK SEKOLAH1. Mekanisme PelaksanaanMekanisme pelaksanaan Jumantik-PSN anak sekolah sebagai berikut : Dinas Kesehatan bersama Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dalam wadah Pokja PSN anak sekolah memberikan pembinaan/pelatihan Jumantik-PSN anak sekolah kepada guru-guru di sekolah. Kepala Sekolah membuat tim pelaksana Jumantik-PSN anak sekolah dan menunjuk seorang guru penanggung jawab PSN anak sekolah. Guru penanggungjawab PSN anak sekolah menyusun program kerja/kegiatan Jumantik- PSN anak sekolah. Guru yg sudah dilatih mengajarkan Jumantik-PSN kepada anak sekolah Setiap minggu siswa melakukan pemantauan jentik dan PSN di sekolah dan rumah/tempat tinggalnya masing-masing dan melakukan pencatatan hari dan tanggal pelaksanaan, jenis tempat perkembangbiakan nyamuk, ada tidaknya jentik dan kegiatan PSN 3M yang dilakukan Formulir pencatatan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Rumah/Tempat Tinggal dan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Sekolah dilaporkan setiap minggu ke guru penanggung jawab dan diparaf oleh guru penanggung jawab. Guru penanggungjawab memeriksa formulir tersebut, apabila laporan ditemukan jentik maka guru wajib memberikan arahan kepada siswa untuk meningkatkan kegiatan PSN 3M, serta membuat rekap laporan ke Puskesmas terdekat untuk ditindaklanjuti. Dinas Kesehatan/ Pokja PSN anak sekolah melalui Puskesmas setempat melakukan pembinaan ke sekolah dalam rangka keberlangsungan kegiatan Jumantik-PSN anak sekolah.1. Pemantauan JentikPengamatan jentik dapat dilakukan sebagai berikut : Mencari semua tempat perkembangbiakan jentik nyamuk yang ada di dalam maupun di lingkungan rumah. Setelah didapatkan, maka dilakukan penyenteran untuk mengetahui ada tidaknya jentik Mencatat ada tidaknya jentik dan jenis kontainer yang diperiksa pada Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Rumah/Tempat Tinggal dan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Sekolah

Gambar 3.1. Pemantauan jentik

Gambar 2.10. Tempat-tempat potensial perkembangbiakan nyamuk di dalam rumah

Gambar 2.11. Tempat-tempat potensial perkembangbiakan nyamuk di luar rumah1. MengurasMenguras tempat penampungan air secara rutin dan terus menerus. Menguras harus dilakukan setiap minggu dengan pertimbangan nyamuk harus dibunuh sebelum menjadi nyamuk dewasa, karena periode pertumbuhan telur, jentik dan kepompong selama 8-12 hari, sehingga sebelum 8 hari harus sudah dikuras supaya mati sebelum menjadi nyamuk dewasa.1. MenutupMenutup adalah kegiatan menutup semua tempat penyimpanan air yang diperkirakan air akan disimpan dalam waktu lama (lebih dari satu minggu). Namun apabila tetap ditemukan jentik, maka air harus dikuras dan dapat diisi kembali kemudian ditutup rapat.1. Memanfaatkan Kembali Barang Bekas yang Bernilai EkonomisBanyak barang-barang bekas yang dapat digunakan kembali dan benilai ekonomis, dengan cara mengolah kembali bahan-bahan media penampungan air menjadi produk atau barangbarang yang telah diperbaharui menjadi bernilai ekonomis.1. Pencatatan dan PelaporanKegiatan pencatatan dan pelaporan berfungsi untuk menilai keberhasilan PSN 3M oleh anak sekolah, serta sebagai informasi penting dalam rangka menghadapi terjadi serangan DBD. Pencatatan dan pelaporan PSN anak sekolah dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : Pencatatan dilakukan sesuai dengan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Rumah/Tempat Tinggal dan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Sekolah. Seminggu sekali siswa melakukan pemantauan jentik dan PSN di rumahnya masingmasing melakukan pencatatan hasil pemantauan jentik, jenis tempat perkembangbiakan nyamuk/ penampungan air (kontainer), ada tidaknya jentik dan kegiatan PSN 3M yang dilakukan dengan menggunakan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Rumah/Tempat Tinggal. Seminggu sekali siswa juga melakukan pemantauan jentik dan PSN di lingkungan sekolahnya, melakukan pencatatan hasil pemantauan jentik, jenis ruangan yang dipantau, jenis tempat perkembangbiakan nyamuk/ penampungan air (kontainer), ada tidaknya jentik dan kegiatan PSN 3M yang dilakukan Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan di Sekolah. Formulir Hasil Pemantauan Jentik Mingguan Anak Sekolah dilaporkan setiap minggu ke guru penanggung jawab dan diparaf oleh guru penanggung jawab. Guru penanggungjawab memeriksa Formulir Hasil Pemantauan Jentik dan PSN Sekolah dan Formulir Hasil Pemantauan Jentik dan PSN Rumah, apabila laporan ditemukan jentik maka guru wajib memberikan arahan kepada siwa untuk meningkatkan kegiatan PSN 3M, serta diharapkan dapat melaporkan ke Puskesmas setempat untuk mendapatkan pengendalian lebih lanjut. Guru Penanggung jawab merekap hasil pemantauan siswa di rumah dan di sekolah ke dalam form Rekapitulasi Laporan Mingguan Jumantik-PSN Anak Sekolah kepada kepala puskesmas setempat selaku pembina UKS wilayahnya.BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 KERANGKA KONSEPKerangka konsep dalam mini project ini dapat dirumuskan (Gambar 3.2)Variabel BebasSiswa pemantau JentikVariabel TerikatPenurunan angka kasus DBD di RW.02 kelurahan pondok kelapa.

Variabel Pengganggu (Confounding)1. Pengetahuan siswa jumantik.2. Sikap siswa jumantik

Keterangan : = diteliti= tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.5 DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABELVariabelDefinisi Operasional VariabelCara MengukurKategoriSkala

Variabel terikat: Siswa Pemantau JentikAdalah anak sekolah dari berbagai jenjang pendidikan dasar dan menengah yang telah dibina dan dilatih sebagai juru pemantau jentik (Jumantik) di sekolahnyaObservasi1. Memantau 2. Tidak memantauOrdinal

Variabel bebas: Penurunan angka kasus DBD

Adalah upaya pengendalian penyakit DBD dengan penyuluhan kesehatan.Observasi1. Menurun 2. Tidak menurunOrdinal

Hipotesa PenelitianHo: Adanya pengaruh hubungan antara siswa pemantau jentik dengan penurunan jumlah kasus DBD di RW.02 Kelurahan Pondok Kelapa.3.7Desain PenelitianDesain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Dimana deskriptif adalah menggambarkan suatu fenomena atau karakteristik individual, situasi atau kelompok tertentu secara akurat. Dan crosectional adalah mengetahui hubungan antar variable yaitu variable dependent dan independent dimana dalam hal ini peneliti ingin melihat mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SD mengenai jumantik sekolah sebagai pencegahan terhadap penurunan angka DBD dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.3.8 Populasi Pengumpulan DataPopulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2007). Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah Murid SD dari 6 sekolah yaitu SDN (05,07,09 pagi dan 11, 12 petang) dan SDS Tiara school3.9Sampel Pengumpulan DataSampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi sebagai perangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari ( Sugiyono, 2007). Ada pula yang menuliskan, untuk penelitian deskriptif , sampelnya 10 15 % dari populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi, penelitian perbandingan kausal, 30 elemen perkelompok, dan untuk penelitian eksperimen 15 elemen perkelompok, (Gay dan Diehl, 1992). Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah 10% dari populasi murid SD dari 6 sekolah yaitu SDN (05,07,09 pagi dan 11, 12 petang) dan SDS Tiara school.3.10Tempat PenelitianPenelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan bahwa sampel yang diambil dengan jumlah pasien terbanyak dan terdekat di wilayah kerja Puskemas.

3.11Waktu PenelitianPengumpulan data dilaksanakan dari bulan Januari sampai Februari 2015. Proses penelitian, dimulai dari pembuatan proposal sampai penyusunan laporan penelitian berlangsung selama 1 bulan.

3.13Penentuan Instrumen Pengumpulan DataInstrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah. Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti lembar check list, buku catatan, proyektor, materi power point, pedoman observasi, kamera foto dan sebagainya.

3.14 Pengumpulan dataPengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-langkah penelitian. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini lembar check list, buku catatan, camera foto yang berhubungan dengan variabel independen. Sumber data dari data primer dan sekunder. Data primer berasal dari Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Peneliti menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari puskesmas.

3.15Metode DokumentasiMetode dokumentasi adalah sekumpulan berkas berupa catatan, transkrip, buku, notulen, agenda dan sebagainya. Data yang diperoleh dapat berupa data primer, sekunder dan tersier. Data primer didapatkan dari observasi dan wawancara dari guru Pembina Unit Kesehatann Sekolah (UKS), data sekunder diperoleh dari data Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa, sedangkan data tersier diperoleh dari penelusuran tinjauan pustaka.Pengumpulan data dilakukan di Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Pengumpulan data ini dilakukan dari tanggal 12 Januari 20 Februari 2015.

Jadwal Kegiatan Pengumpulan DataWAKTUKEGIATAN

Senin, Januari 2015Sosialisasi Jumantik Sekolah kepada Kepala Sekolah dan guru UKS di 3 sekolah

Jumat, Januari 2015Presentasi Jumantik Sekolah di SDN 05,07,09 pagi dan 11, 12 petang

Senin, Januari 2015Presentasi Jumantik Sekolah di SDS Tiara School

Jumat, Januari 2015Melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di SDN 11, 12 Petang.

Jumat , Januari 2015Melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di SDN 07,09 Pagi

Jumat, Februari 2015

Melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di SDS Tiara School.

3.15Pengolahan Data dan Analisa DataUntuk pengolahan data tentang Hubungan antara Juru Pemantau Jentik (Jumantik) Sekolah pada siswa SMP dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.Pada penelitian mini project yang dibuat, variabel yang diukur adalah :1. Faktor Siswa terdiri dari Pengetahuan, sumber dan penyuluhan tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk, Jumantik Sekolah serta DBD yang diketahui oleh siswa.1. Mengetahui persepsi siswa tentang PSN yang dapat menurunkan angka kejadian DBD.