banking islamic prospect and problem
TRANSCRIPT
1
BANKING ISLAMIC: PROSPECT AND PROBLEM
Mr. Saleh Kamel
Hasil Critical Review oleh Mahasiswa s2 PPS UNHAS
A. PENDAHULUAN
Dewasa ini masih terdapat anggapan bahwa Islam menghambat kemajuan. Orang
Islam menjadi suatu lambang kesengsaraan, penyakit dan kelaparan. Ini merupakan suatu
tantangan yang sangat besar bagi kita untuk menyerukan bank Islam sebagai suatu titik
temu komitmen mereka dalam hal peran ekonomi sosial yang efektif. Beberapa kalangan
mencurigai Islam sebagai faktor penghambat pembangunan.
Percobaan dan aktivitas didalam mencirikan tentang suatu institusi bank Islam terus
dikembangkan melalui seminar dan kajian-kajian ilmiah. Aplikasi, konsep asli dan tugas
dasar dari bank Islam akan tumbuh dan berkembang didunia ini, yang akan mengurangi
pengangguran dan peningkatan bagi yang miskin.
B. TEORI
Prinsip Pembiayaan Bank Syariah
Sebagaimana bank pada umumnya, bank syariah mempunyai produk-produk
keuangan. Salah satu produk bank syariah adalah pembiayaan yang dalam terminologi
umum disebut kredit. Pembiayaan merupakan penyaluran dana kepada pihak yang
membutuhkan. Prinsip penyaluran dana dalam bank syariah terbagi menjadi empat akad
(perjanjian), yaitu:
1. Akad jual beli (bai’)
a. Murabahah adalah transaksi jual beli di mana bank syariah menyebutkan
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual dan nasabah bertindak
sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank ditambah keuntungan.
b. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum
ada sehingga barang diserahkan secara tangguh dan pembayaran dilakukan
secara tunai.
2
c. Istishna adalah trasaksi jual beli yang mirip salam tetapi pembayarannya dapat
dilakukan dalam beberapa kali (termin) pembayaran.
2. Akad sewa (ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada prinsipnya, ijarah
sama dengan prinsip jual beli, perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Jika
pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah adalah jasa.
3. Akad bagi hasil (syirkah)
a. Musyarakah merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil. Transaksi
musyarakah dilandasi keinginan para pihak yang bekerja sama untuk
meningkatkan nilai aset secara bersama-sama.
b. Mudharabah adalah bentuk spesifik dari musyarakah dalam produk perbankan
syariah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di
mana pemilik modal (shahibul mal) mempercayakan sejumlah uang kepada
pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
4. Akad pelengkap
a. Hiwalah (alih utang piutang), bertujuan untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank
mendapatkan ganti biaya atas jasa pemindahan piutang.
b. Rahan (gadai), bertujuan untuk memberikan jaminan pembayaran kembali
kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang akan digadaikan
harus mempunyai kriteria, yaitu: milik nasabah sendiri, jenis ukuran, sifat, dan
nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar, dan dapat dikuasai tetapi tidak
boleh dimanfaatkan oleh bank.
c. Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam Perbankan Syariah
biasanya dalam hal: pinjaman talangan haji, pinjaman tunai dari produk kartu
kredit syariah, pinjaman kepada pengusaha kecil, dan sebagai pinjaman
kepada pengurus bank.
d. Wakalah (perwakilan), aplikasi yang terjadi apabila nasabah melakukan kuasa
kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu,
seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer.
3
Gambar 1. Pemetaan Akad-akad Bank Syariah
Sumber : Adiwarman A.K. (2004). Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan.
Karakteristik Prinsip Pembiayaan
Prinsip pembiayaan dalam bank syariah terbagi menjadi empat, yaitu prinsip jual
beli/bai’, prinsip sewa/ijarah, prinsip bagi hasil/syirkah, dan prinsip pelengkap (Karim,
2003: 86-101). Prinsip jual beli dan sewa memiliki karakteristik natural certainty
contract, yang berarti bawa kontrak dilakukan dengan menentukan secara pasti nilai
nominal dari keuntungan di awal kontrak perjanjian. Prinsip jual beli didasarkan pada
transaksi riil (pembelian barang atau jasa dilakukan oleh bank syariah kemudian nasabah
4
mengangsur kepada bank syariah). Nasabah tidak akan secara langsung mendapatkan
uang tunai dari bank syariah. Produk pembiayaan yang menggunakan prinsip jual beli
adalah murabahah, salam, dan istishna.
Prinsip bagi hasil memiliki karakteristik natural uncertainty contract, yang berarti
kontrak dilakukan tidak dengan menyepakati nominal keuntungan yang akan diterima
melainkan menyepakati nisbah bagi hasil yang akan diterima sehingga tidak ada
kepastian nilai nominal yang akan diterima karena tergantung pada keuntungan usaha.
Prinsip ini mengharuskan pemanfaatan dana pada bank syariah menggunakan dana yang
dimohon untuk usaha produktif. Produk pembiayaan yang menggunakan prinsip bagi
hasil adalah musyarakah dan mudharabah.
Prinsip pelengkap dalam bank syariah pada dasarnya adalah prinsip tabaru’
(kebaikan). Jadi, tidak ada keuntungan yang disepakati pada kontrak perjanjian.
Transaksi tidak bermotifkan keuntungan, tetapi diperbolehkan mengenakan biaya
administrasi.
C. PEMBAHASAN
Bank Islam menghadirkan prestasi ekonomi Islam yang paling penting dan paling
utama dalam kaitan dengan tiga pertimbangan utama, yaitu:
1. Bank dengan sendirinya merupakan nyawa/kehidupan dari kegiatan ekonomi
diseluruh dunia, mengendalikan trend dan orientasi mereka.
2. Bank Islam hampir satu-satunya pola antar rumusan ekonomi Islam yang
diimplementasikan dan menikmati beberapa pengenalan yang telah
memungkinkannya untuk memastikan kesinambungan dan keberadaannya.
3. Bank Islam sudah berhasil, dengan Rahmat Allah SWT, dalam menjadi suatu
contoh yang baik bagi ekonomi lokal dan suatu indikator bunga, yang mungkin
dicapai jika komponen ekonomi Islam lainnya diterapkan.
Ada beberapa karakter dan ciri utama bank Islam, diantaranya.
1. Berdimensi keadilan dan pemerataan melalui sistem bagi hasil.
Dengan sistem bagi hasil, pihak pemberi modal dan peminjam menanggung
bersama resiko laba ataupun rugi. Hal ini membuat kekayaan tidak hanya beredar
5
pada satu golongan. Terjadi proses penyebaran modal yang juga berarti
penyebaran kesempatan berusaha. Dan ini pada akhirnya membuat pemerataan
dapat terlaksana. Berbeda dengan bank konvensional, yang ada hanyalah
penumpukan modal pada pemilik modal. Akan selalu tercipta jurang antara si
kaya dan si miskin.
2. Jaminan
Bank Islam menjadikan proyek yang sedang dikerjakan sebagai jaminan,
sementara bank konvensional (dengan bunga) menjadikan kekayaan si peminjam
sebagai jaminannya.
3. Menciptakan rasa kebersamaan
Bank Islam menciptakan suasana kebersamaan antara pemilik modal dengan
peminjam. Keduanya berusaha untuk menghadapi resiko secara adil. Dan rasa
kebersamaan ini mampu membuat seorang peminjam merasa tenang sehingga
dapat mengerjakan proyeknya dengan baik.
4. Bersifat Mandiri
Bank Islam bersifat mandiri dan tidak terpengaruh secara langsung oleh gejolak
moneter, baik dalam negeri maupun internasional, karena kegiatan operasi bank
ini tidak menggunakan perangkat bunga. Karena itu bank sistem ini tidak
berdampak inflasi, mendorong investasi, mendorong pembukaan lapangan kerja
baru dan pemerataan pendapatan.
5. Persaingan Sehat
Persaingan diantara Bank Islam tidak saling mematikan tetapi saling menghidupi.
Bentuk persaingan antara Bank Islam adalah berlomba-lomba untuk lebih tinggi
dari yang lain dalam mamberikan porsi bagi hasil kepada nasabah. Sehingga
mereka yang mampu membina peminjam dengan baik akan berhasil. Dan
kesempatan ini terbuka untuk semua Bank Islam. Berbeda dengan bank-bank
konvensional, Persaingan antara bank-bank mereka saling mematikan. Bank-bank
besar dengan mudah memberikan bunga besar kepada nasabahnya. Sementara
yang kecil hanya melihat dengan kesedihan. Dan kesemuanya dipertegas dengan
komitmen Bank Islam untuk mengangkat kaum dhu’afa. Karena itu , ujung
tombak bank Islam adalah bank perkreditan rakyat (BPR).
6
Sebagai sebuah lembaga bisnis, bank Islam, seperti bank-bank lainnya harus memiliki
daya tarik ekonomi. Namun pertimbangan ekonomi bukan merupakan pertimbangan
dasar, ada hal lain yang lebih penting, yaitu moral. Karena itu produk-produk yang
diberikan Bank Islam tidak pernah lepas dari aturan syariah. Selalu ada pertimbangan
yang bersifat ukhrawi, yaitu pertimbangan halal dan haram.
Tabel 1.
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
No Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional
1 Falsafah Tidak berdasarkan bunga, spekulasi,
dan ketidakjelasan
Berdasarkan bunga
2 Operasionalisasi • Dana masyarakat berupa titipan dan
investasi yang baru akan
mendapatkan hasil jika ’diusahakan’
terlebih dahulu.
• Penyaluran pada usaha yang halal
dan menguntungkan.
• Dana masyarakat berupa
simpanan yang harus dibayar
bunganya pada saat jatuh tempo.
• Penyaluran pada sektor yang
menguntungkan, aspek halal
tidak menjadi pertimbangan
utama.
3 Aspek Sosial Dinyatakan secara eksplisit dan tegas
yang tertuang dalam misi dan visi
organisasi
Tidak diketahui secara tegas
4 Organisasi Harus memiliki Dewan Pengawas
Syariah
Tidak memiliki Dewan
Pengawas Syariah
Sumber: dikutip dari Sudarsono, H., 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
Deskripsi dan Ilustrasi, Penerbit Ekonisia: Yogyakarta.
konsep partnership dan risksharing serta keikutsertaan dalam inti produktif operasi
dan prestasi keseluruhan kebutuhan bank. Lebih dari itu, pengembangan dari instrumen
keuangan baru, penciptaan suatu pasar sekunder aktif dan pengaktifan peran dana
investasi adalah sebagian dari aktivitas yang mana bank Islam secara efisien berusaha
untuk kembangkan.
Oleh karenanya standar akuntansi pun menjadi kunci sukses bank Islam dalam
melayani masyarakat di sekitarnya sehingga, seperti lazim-nya, harus dapat menyajikan
informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi para penggunanya, namun tetap
dalam konteks syariah Islam. Penyajian informasi semacam itu penting bagi proses
pembuatan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berhubungan dengan bank Islam.
7
Lebih dari itu, akan memiliki dampak positif terhadap distribusi sumber-sumber ekonomi
untuk kepentingan masyarakat. Hal ini karena prinsip-prinsip syariah Islam memberikan
keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat.
Sejak didirikan, organisasi ini terus mengembangkan standar keuangan melalui
pertemuan periodik Komite Pelaksana untuk Perencanaan dan Tindak Lanjut.
I. Pendekatan dan Fungsi
1) Pendekatan yang digunakan:
(a) Mengidentifikasi konsep akuntansi yang telah dikembang-kan sebelumnya
dengan prinsip Islam tentang ketepatan dan keadilan. Sangat dimungkinkan
seseorang akan menentang penerapan konsep-konsep itu, misalnya yang
berkaitan dengan definisi karakteristik informasi akuntansi yang bermanfaat
seperti relevansi dan realibilitas.
(b) Mengidentifikasi konsep yang digunakan dalam akuntansi keuangan
konvensional tetapi tidak sesuai dengan syariah Islam. Konsep semacam itu
ditolak atau dimodifikasi secukupnya untuk mematuhi syariah supaya
membuatnya bermanfaat. Contoh dari konsep ini adalah nilai waktu dari uang
(time value of money) sebagai sifat pengukuran.
(c) Mengembangkan konsep-konsep yang mendefinisikan aspek-aspek tertentu dari
akuntansi untuk bank Islam yang tersendiri (unik) kepada cara bertransaksi
bisnis yang Islami. Contohnya, konsep yang dikembangkan berdasarkan
hukum-hukum yang mendefinisikan risiko dan balasan yang dikaitkan dengan
transaksi bisnis, serta terjadinya biaya dan perolehan keuntungan.
2) Fungsi Bank-bank Islam
Bank-bank Islam dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan
pemisahan antara hal yang temporal (keduniaan) dan keagamaan. Prinsip ini
mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek
kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi transaksi bisnis
pun harus sesuai dengan ajaran syariah.
Sebagai konsekuensi dari prinsip ini maka bank Islam dioperasikan atas dasar konsep
bagi untung dan bagi risiko yang sesuai dengan salah satu kaidah Islam, yaitu
“keuntungan adalah bagi pihak yang menanggung risiko.” Bank Islam menolak bunga
8
sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat investasi. Dalam
melaksanakan investasinya, bank Islam memberi keyakinan bahwa dana mereka sendiri
(equity), serta dana lain yang tersedia untuk investasi, mendatangkan pendapatan yang
sesuai dengan syariah dan bermanfaat bagi masyarakat.
Bank Islam menerima dana berdasarkan kontrak mudharabah, yaitu salah satu bentuk
kesepakatan antara penyedia dana (pemegang rekening investasi) dan penyedia usaha
(bank). Dalam melaksanakan usaha berdasarkan mudharabah, bank menyatakan
kemauannya menerima dana untuk diinvestasikan atas nama pemiliknya, membagi
keuntungan berdasarkan per-sentase yang disepakati sebelumnya, serta memberitahukan
bahwa kerugian akan ditanggung sepenuhnya oleh penyedia dana selama kerugian
tersebut bukan diakibatkan oleh kelalaian atau pelanggaran kontrak.
Dalam paradigma akuntansi Islam, bank syariah memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Manajemen_Investasi
Bank-bank Islam dapat melaksanakan fungsi ini berdasarkan kontrak mudharabah
atau kontrak perwakilan. Menurut kontrak mudharabah, bank (dalam kapasitasnya
sebagai mudharib, yaitu pihak yang melaksanakan investasi dana dari pihak lain)
menerima persentase keuntungan hanya dalam kasus untung. Dalam hal terjadi
kerugian, sepenuhnya menjadi risiko penyedia dana (shahibul maal), sementara
bank tidak ikut menanggungnya.
2. Investasi
Bank-bank Islam menginvestasikan dana yang ditempatkan pada dunia usaha
(baik dana modal maupun dana rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat
investasi yang konsisten dengan syariah. Di antara contohnya adalah kontrak al
murabahah, al mudharabah, al musyarakah, bai’ as salam, bai’ al ishtisna’, al
ijarah, dan lain-lain. Rekening investasi dapat dibagi menjadi tidak terba-tas
(unrestricted mudharabah) atau terbatas (restricted mudharabah).
3. Jasa-Jasa_Keuangan
Bank Islam dapat juga menawarkan berbagai jasa keuangan lainnya berdasarkan
upah (fee based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan. Contohnya
garansi, transfer kawat, L/C, dan sebagainya.
9
4. Jasa_Sosial
Konsep perbankan Islam mengharuskan bank Islam melaksanakan jasa sosial,
bisa melalui dana qardh (pinjaman kebajikan), zakat, atau dana sosial yang sesuai
dengan ajaran Islam. Lebih jauh lagi, konsep perbankan Islam juga mengharuskan
bank Islam memainkan peran dalam pengembangan sumber daya insani dan
menyumbang dana bagi pemeliharaan serta pengembangan lingkungan hidup.
(bersambung)
Untuk mengaplikasikan dari prinsip Islam didalam perbankan, kita mengasumsikan
tanggung jawab dari kepercayaan oleh kebutuhan. Dalam hal ini, penting untuk
menunjukkan dengan jelas perbedaan antara meperoleh hasil dari pengaplikasian sistem
perbankan Islam dan apa hasil dari aktivitas dengan dasar riba.
D. KESIMPULAN
1. SIMPULAN
Bank Islam untuk memanfaatkan sumberdaya dimana Allah telah memberkati alam
semesta ini dengan gaya investasi yang efektif. Diantara aspek positif tersebut yang dapat
dikembangkan dalam aktivitas keuangan Islam adalah dengan meningkatkan sekuritas
investasi dan konversi likuiditas mereka, disamping lebih fokus pada jumlah tabungan
yang lebih kecil dan memberikan kesempatan kepada sektor utama kepada orang-orang
instrumen keuangan islamic untuk investasi, dengan begitu menyiratkan ketersediaan
uang tabungan ditingkatkan dan dicocokan kearah investasi.
Bank Islam kini berhadapan dengan nasabah dengan dana mencapai ratusan juta
hingga miliaran, sedangkan dana pemegang saham menghadirkan hanya sejumlah
proporsi kecil dari jumlah tersebut. Materi yang mengenai komposisi dari suatu
organisasi atau badan berusaha untuk melindungi minat dan dana dan mengendalikannya
sepanjang aktivitas itu melayani sasaran kedua-duanya pemegang saham dan pemilik dari
sumber daya eksternal, dengan menghadirkan dalam berbagai hal pengawasan dan
kontrol.
Kepercayaan akan terguncang jika modifikasi dan perubahan dibuat tanpa melibatkan
penyimpan dan mitra dalam proses tersebut. Dan ketiadaan penekanan, dari aspek
10
teoritis, atas aturan yang tidak ada keuntungan tanpa resiko, kelalaian itu secara total
didalam kebanyakan operasi bank Islam dan memperluas penggunaan dari pola prinsip
dan pengembalian memberikan kebingungan didalam masyarakat.
Dampak implementasi ekonomi islam atas ummah akan menjadi pencerminan dalam
perpindahan gerakan pembangunan ekonomi, menciptakan faktor nilai tambah,
peningkatan ekspor, lebih sedikit impor, penciptaan lapangan kerja, rehabilitasi dan
pelatihan.
2. SARAN
Ada beberapa hal negatif yang utama dalam permasalahan bank Islam muncul dalam
kaitannya dengan suatu ketiadaan sistem yang melukiskan prosedur yang dihubungkan
dengan penetapan bank Islam, aturan kendali, penyelidikan dan tingkatan kredit
maksimun, permasalahan berhubungan dengan likuiditas dan cadangan, ketiadaan suatu
mekanisme sha’riah sehingga memungkinkan pusat bank untuk memberikan mereka
bagian dalam menyediakan bantuan likuiditas, mencegah bank Islam dari aktivitas
komersil, pemilikan dan pengambilan – walaupun ini bentuk bagian dari aktivitas bank
Islam- pembebanan pajak tinggi pada laba dan pengembalian modal dan bunga dari bank
konvensional. Melalui proses prinsip dan suatu perluasan dasar bank Islam ini kita akan
menantikan suatu campuran bentuk mapan dari perbankan yang mengalami konsep Islam
mulia, maka kita harus mengembangkan teknik, gaya investasi, dan tingkatan jasa yang
kita sediakan untuk para konsumen kita. Isu lain yang sangat penting berhubungan
dengan usaha bank Islam adalah perlu menggunakan dan melengkapi kerangka sah
tentang undang-undang, melindungi dan mengkordinir antar diri mereka sampai kesetiaan
tegas yang utama, priinsip dan tidak memiliki keraguan tentang itu.