bali travel newspapers indonesia vol. i no. 13

8
Publisher : Wisnu Wardana; Address : Jl. Mela 43 Denpasar, Bali-Indonesia ; Phone/fax (0361) 227610 Email : [email protected] ; Licence/SIUPK : 0094 / 22-09 / PK / I / 2011; TDP : 22.09.5.52.00072 WHO’S WHO WISATA KULINER Vol. I Vol. I No. 13 No. 13 25 Juli - 10 agustus 2011 25 Juli - 10 agustus 2011 Halaman 3 Halaman 4 Halaman 5 P ERHELATAN kesenian tahunan terbesar di Bali usai sudah dan ditutup Gubernur Bali Made Mangku Paska di Panggung Terbuka Ardha Candra Art Center Denpasar, Sabtu (9 Juli). Sebagai ajang pembinaan seni, baik itu seni daerah maupun kontemporer, PKB memiliki per- anan penng di ha seap seniman Bali dan Indonesia. Oleh sebab itu, menurut Gubernur, mari kita jaga bersama dan terus saling evaluasi seap tahunnya. “PKB merupakan milik masyarakat Bali dan Interna- sional, oleh sebab itu mari dijaga sebagai pondasi untuk ketahanan budaya Bali”, ungkap Gubernur. Selengkapnya Baca Halaman 8 Masalah Warisan Budaya Dunia (WBD) di Bali, saat ini kembali menjadi isu publik. Dinas Kebudayaan Provinsi Bali bersama dengan tenaga ahlinya, terus berkeliling untuk mengadakan sosialisasi. Khususnya guna mempersiapkan kedatangan utusan Unesco yang akan ke Bali bulan September, untuk melakukan visitasi. Subak: Warisan Budaya Dunia yang Paling Rapuh Urusan info tentang Discovery Karka Plaza Hotel tanpa Dan Yuliandari, bagai makan nasi tanpa lauk. Itulah yang tercermin dari pertemuan dengan Dan, sapaan akrabnya keka berbincang di restaurant pinggir pantai di hotel bintang lima kawasan Jl. Karka Plaza Kuta. RUMAH makan yang menjadi incaran para wisatawan di Sanur ini memiliki beragam menu khas yang disajikan dengan apik dan laik. Beberapa masakan khas Indonesia, lokal Bali, dan masakan Barat (Western) tersedia dan menjadi andalan menu Rumah Makan “Cafe Batu Jimbar” ini.

Upload: bali-travel-newspaper

Post on 29-Feb-2016

246 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Bali Travel Newspapers Vol. I No. 13 koran resmi Yayasan Tri Hita Karana Bali

TRANSCRIPT

Page 1: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 13

Publisher : Wisnu Wardana; Address : Jl. Melati 43 Denpasar, Bali-Indonesia ; Phone/fax (0361) 227610 Email : [email protected] ; Licence/SIUPK : 0094 / 22-09 / PK / I / 2011; TDP : 22.09.5.52.00072

WHO’S WHO

WISATA KULINER

Vol. I Vol. I No. 13 No. 13 25 Juli - 10 agustus 2011 25 Juli - 10 agustus 2011

Halaman 3

Halaman 4

Halaman 5

PERHELATAN kesenian tahunan terbesar di Bali usai sudah dan ditutup Gubernur Bali Made Mangku Pastika di

Panggung Terbuka Ardha Candra Art Center Denpasar, Sabtu (9 Juli).

Sebagai ajang pembinaan seni, baik itu seni daerah maupun kontemporer, PKB memiliki per-anan penting di hati setiap seniman Bali dan Indonesia. Oleh sebab itu, menurut Gubernur, mari kita jaga bersama dan terus saling evaluasi setiap tahunnya. “PKB merupakan milik masyarakat Bali dan Interna-sional, oleh sebab itu mari dijaga sebagai pondasi untuk ketahanan budaya Bali”, ungkap Gubernur.

Selengkapnya

Baca Halaman 8

Masalah Warisan Budaya Dunia (WBD) di Bali, saat ini kembali menjadi isu publik. Dinas Kebudayaan Provinsi Bali bersama dengan tenaga ahlinya, terus berkeliling untuk mengadakan sosialisasi. Khususnya guna mempersiapkan kedatangan utusan Unesco yang akan ke Bali bulan September, untuk melakukan visitasi.

Subak: Warisan Budaya Dunia yang Paling Rapuh

Urusan info tentang Discovery Kartika Plaza Hotel tanpa Danti Yuliandari, bagai makan nasi tanpa lauk. Itulah yang tercermin dari pertemuan dengan Danti, sapaan akrabnya ketika berbincang di restaurant pinggir pantai di hotel bintang lima

kawasan Jl. Kartika Plaza Kuta.

RUMAH makan yang menjadi incaran para wisatawan di Sanur ini memiliki beragam menu khas yang disajikan dengan apik dan laik. Beberapa masakan khas Indonesia, lokal Bali, dan masakan Barat (Western) tersedia dan menjadi andalan menu Rumah Makan “Cafe Batu Jimbar” ini.

Page 2: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 13

2 No. 13 25 Juli - 10 Agustus 2011 Info Wisata

Australian ConsulateJl.Tantular 32 Renon, DenpasarWebsite: http://www.dfat.gov.au/bali Consular hours: Monday to Friday 8:00am-12:00pm - 12.30pm-4:00pm Visa hours: Monday to Friday 8.30am-12:00pmEmergency: (0361) 241118 and follow the menu to connect direct to the 24hr Consular Operations Centre in Canberra

Honorary Consulate of Brazil - BaliAddress: C/- By The Sea Store, Jl Raya Legian No.186, Kuta 80361Phone: (0361) 757 775, Fax: (0361) 751 005Email: [email protected] Office hours: Monday to Friday 10.00am-6:00pmEmergency: 081344928

British Honorary Consulate - Bali/LombokJl. Tirta Nadi 20, Sanur, Denpasar 80238Email: [email protected] Phone: (0361) 270 601Office hours Monday to Friday 8:30am-12:30pmEmergency: 0811802435. Jakarta Duty Officer or 08123838844Bali Honorary Consul 08123838844

Cosulate of Chile - Bali/LombokJl. Pengembak Gg 1 No. 3, Sanur, Denpasar 80827Office hours: Monday to Friday 9:00am-5:00pmEmergency: 0811394045

Consulate of Czech RepublicJl. Pengembak 17, Sanur Office hours: Monday to Friday 8:30am-4:30pmEmergency: 08123970129

Consulate of FranceJl. Mertasari Gg. II No. 08, Sanur Office hours: Monday to Friday 9:00am-12:00pm

Emergency: 08123800124

Consulat of GermanyJl. Pantai Karang No. 17, Sanur email: [email protected] Office hours: Monday to Friday 8:00am-12:00pmEmergency: 08123913938

Consulate of HungaryAddress: C/- Marintur Jl. Bypass Ngurah Rai No. 219 SanurEmail: [email protected] Phone: (0361) 287701; Fax: (0361) 735232Office Hours: Monday to Friday 10:00am-12:00pmEmergency: 0811389680 or 0816790046

Consulate of ItalyC/- Lotus Enterprise Building, Jl. Bypass Ngurah Rai, Jimbaran Website: http://www.italconsbali.org Public hours: Monday to Friday 10:00am-1:00pmOffice hours: Monday to Friday 10:00am-4:00pmPhone: (0361) 701 005Emergency: 08123904471

Consulate of JapanJl. Raya Puputan 170, Renon, Denpasar 80235Office hours: Monday to Friday 8:30am-12:30pm – 1:30pm-4:00pmEmergency: 08123801941

Consulate of MalaysiaAddress: Alam Kulkul Boutique ResortJl Pantai Kuta, Legian Bali 80030Phone: (0361) 752 520; Fax: (0361) 752 519Email: [email protected]

Cunsulate of MexicoPuri Astina Putra Building, Jl. Prof. Moh. Yamin

No. 1A, Renon, Denpasar email: [email protected] Office hours: Monday to Friday 9:00am-3:00pmEmergency: (0361) 288 218 or 0811399929Consualte of the NetherlandsJl. Raya Kuta 127, Kuta 80361website: www.netherlandsembassy.or.id Office hours: Monday to Friday 8:30am-12:30pm – 1:30pm-4:00pmVisa hours: 8:30am-12:30pm onlyEmergency: +62 818789444

Danish/Denmark & Norway ConsulateWebsite: http://www.mimpi.com Office hours: Monday to Friday 9:00am-2:00pmPhone: (0361) 701070 ext 32; Fax : (0361) 701 073/4Emergency: 08123802104 or 08123930809

Consulate of The Russian Federation Jl. By Pass Ngurah Rai No.118A JimbaranEmail: [email protected] Office hours: Monday – Friday 8.30am – 4.00pmEmergency: 081 657 1018

Consulate of The Slovak RepublikJl. Gunung Agung no. 93, Denpasar 80118Email: [email protected] Office hours: Monday – Friday 8.00am – 4.00pm, Saturday 8.00am – 2.00pmEmergency: 081 1810 680

Consulate of SpainKompleks Istana Kuta Galeria, Blok Vallet 2, No. 11, Jl. Patih Jelantik, KutaOffice hours: Monday to Friday 9:00am-12:00pm – 1:00pm-4:00pmEmergency: (0361) 975 736 or 08123840801

Consulate of Sweden & FinlandJl. Segara Ayu, Sanur, PO Box 3091 Denpasar 80030Email: [email protected] Office hours: Tuesday & Thursday 9:00am-12:00pm

Emergency: 08179723658, 081 1380 367 (private)

Swiss Consulate and Austrian Representave for Consular AffairsKompleks Istana Kuta Galeria (former Central Parking), Blok Valet 2 No. 12, Jl. Patih Jelantik, Kuta Email: [email protected]/[email protected]/[email protected] Office hours Monday to Friday 9:00am-1:00pmEmergency: (0361) 754 719; (0361) 730 149 or 08123948861 or 0818566392

The Royal Thai ConsulateEmail: [email protected] Address: Jl Puputan Raya No. 81, Renon Denpasar 80235Office hours Monday to Friday 9:00am-12:00pm – 1:00pm-4:00pmVisa hours Monday to Friday 9:00am-12:00pm – 1:30pm-4:00pmEmergency: 08164724466Phone: (0361) 263 310; Fax: (0361) 238 044

Consulate General Democratic of Timor LesteJalan Prof. Yamin No. 4, Renon Denpasar Email: [email protected] Office hours: Monday – Friday 08.30am – 4.40pmEmergency: 081353 243522, 081 557 02399, 081 236 55988

Consulate of United States of AmericaJl. Hayam Wuruk No. 310, Denpasar 80235Email : [email protected] hours: Monday to Friday 8:00am-12:00pm – 1:00pm – 4:30pmEmergency: Duty officer in Surabaya 081 133 4183

Indian Cultural Centre (Embassy of India, Jakarta) in Bali Jln. Raya Puputan Renon No. 42-44 Denpasar - BaliPhone : (0361) 241 978, Fax. (0361) 241 980

Consulates and Representatives di Bali:

IN COMMEMORATION of World Environment Day which is held every year on 5th June, and welcomed Galungan for Hindus, the management team of Furama Villas & Spa, Bali, worshiped to-gether, followed by a community

service and tree planting in Pura Panataran Agung Puncak Mangu that located in Banjar Tinggan, Pelaga district, Badung regency.

This event was a part of the Tri Hita Karana (Parahyangan, Palemahan, and Pawongan) which

MELIÁ Bali con-tinues to lead Bali’s Hospitality industry in social sustainability. The resort maintained this important position as the first hotel in Asia to be given the dis-tinction of EarthCheck Platinum and one of only five hotels in the world.

T h i s tim e t h e resort gave a dona-tion for Benoa Village which located nearby. Donation is given for Indonesia Indepen-dent day celebration at Benoa Village. The

donations acknowledged by Mr. Muka, the representative from Benoa Village in Meliá Bali.

The resort also gave a donation to commemorate the traditional cer-emony called “Mecaru” at Geger Temple - Nusa Dua, Bali. Mecaru ceremony serves to inculcate values and spiritual message to human in order to always maintain the harmony of nature, the environment and its contents. The donation acknowledged by Mr. Meme Bukit at the Meliá Bali.

As a leading resort committed to supporting community involvement programs, Meliá Bali is proud to lead by example supporting corporate social responsibility at all levels. The resort’s philosophies continue to support and grow with its communities and social services. Meliá Bali’s also commited to community initiatives stems from the Balinese spiritual philosophy of ‘Tri Hita Karana’ as included in their environmental and social sustainabil-ity policy. This philosophy emphasizes the importance of the balance and harmonious relationship between humans and God, humans and humans, and humans and nature. BTNewspaper/PR

A LEADER in Bali’s hospitality industry in environmental and social sustainability, Meliã Bali has en-hanced its reputation and increased its environmental performance. In addition, travelers are also choos-ing their destination based on the operator’s environmental impact. This must be one of the reasons why some of ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) countries chose Meliã Bali as one of official hotel for 44th ASEAN Ministerial Meeting (AMM) / Post Ministerial Conferences (PMC) / 18th ASEAN Regional Forum (ARF) Conference.

Some of country delegations stayed at Meliã Bali to attend the

MELIÃ BALI :Community Involvement Program for Local Citizen

44th ASEAN Ministerial Meeting

conference which held at Bali Inter-national Convention Center from 16 until 23 July 2011. The conference was attend by 38 ASEAN countries and partners with total members

reach 2000 delegates including press. The resort took the advantage to display its environment and social achievement during their stay at the resort. BTNewspaper/PR

Environment Care Activities

is the management reference to maintain a balance and liv-ing in harmony with the sur-rounds. Also as a manifestation of management’s concern for the environment, especially in the Badung regency. This was to en-courage the public in maintaining the environment in Bali.

To ensure that the actions of planting provides more tangible benefits, selected species that has a value of ritual for Hindus in Bali was chosen to plant on this area, White champaca and Naga Sari trees. Furama Villas & Spa, Bali will also continue to campaign independently of other environmental activities on a permanent basis. BTNews-paper/PR

Page 3: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 13

3No. 13 25 Juli - 10 Agustus 2011

Tips Cerdas untuk Sehat

SEPERTI telah diketahui publik, bahwa Warisan Budaya Dunia (WBD) yang diusulkan dari Bali meliputi ele-men kawasan hutan, danau, pura, desa adat, dan subak. Semua elemen itu berada dalam suatu ekosistem kawasan, yang disebut dengan Cul-tural Landscape. Ekosistem kawasan yang diusulkan, terletak di kawasan Catur Angga Batukaru, kawasan Batur, kawasan Tukad Pekerisan, dan Pura Taman Ayun. Dari semua elemen WBD itu, maka sistem subak adalah merupakan elemen yang paling rapuh. Karena tidak ada lembaga yang secara khusus memiliki tugas untuk memper-hatikan dan mengayom lembaga subak tersebut.

Kalau Pura, maka sudah jelas pengayomnya adalah desa adat. Kalau hutan dan danau, pengayomnya adalah Dinas Kehutanan. Kalau desa adat, pengayomnya langsung adalah Pemda, karena desa adat memiliki power politik yang kuat. Bagaimana dengan subak? Tidak ada lembaga/dinas di Bali yang secara khusus mengayomi subak.

Demikianlah, kalau ada hama dan penyakit, maka subak harus ber-hubungan dengan Dinas Pertanian. Kalau air-irigasinya macet, diambil PDAM, rafting, atau hotel, maka subak harus berhubungan dengan PU. Kalau ada lomba subak, maka mereka harus berhubungan dengan Dinas Kebuday-aan. Kalau ada banyak sampah plastik masuk sawah, maka subak tidak tahu harus berhubungan dengan lembaga

yang mana. Dengan demikian, dapat di-katakan bahwa subak saat ini bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya.

Sedahan Agung Dahulu, induknya adalah Seda-

han Agung. Apapun yang terjadi pada subak, maka mereka memiliki satu pintu untuk melapor, yakni Sedahan Agung. Namun sekarang lembaga Se-dahan Agung sudah mengalami dis-

fungsi, dan menjadi sub-ordinat dari dinas tertentu. Dalam kondisi seperti itu, maka lembaga Sedahan Agung su-dah tidak memiliki kemampuan seb-agai pengayom subak. Oleh karenanya, kalau usulan WBD telah disetujui oleh Unesco, maka lembaga dan kawasan subak memerlukan perhatian khusus. Harus ada lembaga tertentu yang mampu menampung keluhan subak,

kalau subak mengalami intervensi, yang bisa merugikan eksistensinya. Harus ada lembaga tertentu, ke mana subak harus memperjuangkan hak-haknya. Subak jangan dipingpong, kalau mereka terpaksa harus mengadu.

Sejatinya, PP 20 tahun 2006 ten-tang Irigasi, telah meminta Pemda untuk membangun lembaga Komisi Iri-gasi, di tempat mana, subak bisa mem-perjuangkan hak-haknya, khususnya

hak atas air. Namun tidak ada Pemda yang tertarik untuk menolong subak, dengan membangun Komisi Irigasi.

Dengan kondisi seperti itu, maka ada secuil kekhawatiran, bahwa subak di Bali akan hancur dan musnah. Kalau hal itu terjadi, maka Unesco akan me-narik dan membatalkan penghargaan-nya. Itu semua akan sangat memalukan Bali, dan bahkan bangsa Indonesia

di mata dunia. Kecuali terbentuknya eksistensi Komisi Irigasi, maka Pemda juga sangat perlu memberikan apresia-si kepada subak dalam bentuk subsidi. Misalnya, subsidi bagi pembebasan pajak PBB, subsidi input/output, ban-tuan pengembangan lembaga ekonomi mikro pada subak, atau mengembang-kan subak sebagai kawasan agrowisata. Pokoknya harus ada action agar petani senang bertani, petani menjadi se-jahtera, merangsang anak-anak muda untuk berkecimpung di sektor agribis-nis, sehingga mampu mengendalikan minat petani untuk tidak melakukan alih fungsi lahan sawahnya. Kemudian memberikan beasiswa pendidikan bagi anak-anak petani, biaya kesehatan gratis, memberikan keterampilan, dan memberikan pendampingan yang berkelanjutan dalam bidang ekonomi dan teknologi bagi subak.

Kiranya cukup banyak yang harus kita berikan kepada petani. Karena mereka kini sedang tersisihkan. Kalau kita tidak concern, maka petani akan “mati” secara perlahan. Kalau itu terjadi, maka Bali akan kehilangan salah satu aset dan penyangga kebu-dayaannya. Kemudian, kalau hal itu terjadi, maka Balipun perlahan-lahan akan “terkubur” ditelan hiruk pikuk pragmatisme.

*) Wayan Windia, Guru Besar pada Fak. Pertanian Unud, dan Ketua

Badan Penjaminan Mutu Unud (Ka.BPMU) dan Asessor THK Awards.

O P I N ISubak: Warisan Budaya Dunia yang Paling Rapuh

Oleh Wayan Windia *

TANYA KENAPA: KOK HARUS SERING CUCI TANGAN? Tangan adalah salah satu organ tubuh manusia sebagai pintu utama masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Tangan yang bersentuhan langsung dengan kuman atau bakteri terjadi di mana saja, contohnya penggunaan alat perkantoran seperti keyboard computer atau te l e p o n ge n g ga m . M e n c u c i tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk mencegah penyebaran penyakit.

Kegiatan mencuci tangan untuk tujuan menjadi sehat baru dikenal pada akhir abad ke 19. Sebelumnya, belum disadari bahwa mencuci tangan teryata bepengaruh besar untuk mengurangi resiko penularan. Perilaku cuci tangan dan kesadaran akan sanitasi akhirnya menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian dari penyakit menular

yang terdapat pada negara-negara kaya maju waktu itu.

Ada berbagai cara mencuci tangan, yakni mencuci tangan dengan air, dengan sabun, dan mungkin dengan tisu basah. Akan tetapi cara mencuci tangan yang dianjurkan adalah mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun.

Mencuci tangan dengan air saja, lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan

d e n g a n m e n c u c i tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sekalipun m e m b u t u h ka n wa k t u sedikit lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sudah terbukti efektif karena lemak dan kotoran yang menempel

akan terlepas saat tangan digosok. Lemak dan kotoran yang menempel pada tangan adalah tempat kuman penyakit hidup dan beranak-pinak.

Efek lain cuci tangan dengan sabun adalah, tangan menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangi-lah yang membuat mencuci tangan dengan

sabun menjadi menarik untuk dilakukan. Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas).

Fakta saat ini menunjukan masih rendahnya kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada saat penting dalam masyarakat yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, setelah menceboki bayi, sebelum menyuapi anak dan sebelum menyiapkan makanan. Hal ini membuktikan masih belum adanya kesadaran mencuci tangan guna mencegah penyebaran penyakit. Sangatlah penting mencuci tangan dengan cara yang benar karena kita berkontak dengan jutaan kuman setiap harinya.

Beberapa langkah-langkah di bawah ini dapat diterapkan untuk

Rubrik Manu WaluyaMANU = Manusia

WALUYA = Sehat, Sembuh, Selamat 2nd Floor RB. Permata Hati

Jalan Teuku Umar Barat 71XX – Denpasar.

P: 0361.3691289, 0361.486579 ext.117/118.

E: [email protected]

Cuci Tangan dan Kitag

Oleh: Regina Chrysantie Weking, SKM

Public Health Officer Manu Waluya

mencuci tangan dengan cara yang benar :1. Nyalakan keran, lebih diutamakan

untuk menggunakan air yang tidak terlalu dingin atau air hangat yang mengalir

2. Basuh tangan dengan air terlebih dahulu

3. G u n a ka n ata u t u a n g ka n sabun cuci tangan cair (lebih diutamakan daripada sabun batangan)

4. Ratakan sabun dan busanya di kedua telapak tangan

5. Gosokkan kedua tangan baik telapak maupun punggung tangan, sela jari, dan kuku selama 20 detik

6. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari

7. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci

8. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya

9. Gosokkan memutar ujung jari-

jari tangan kanan di telapak kiri dan sebaliknya

10. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan sebaliknya

11. Basuh kedua tangan sampai bersih dengan air keran

12. Gunakan handuk atau tisu untuk mengeringkan tangan

13. M ati k a n k e r a n d e n g a n menggunakan handuk atau tisu karena Anda membuka keran dengan tangan Anda yang masih kotor.

Masalah Warisan Budaya

Dunia (WBD) di Bali, saat ini

kembali menjadi isu publik. Dinas

Kebudayaan Provinsi Bali

bersama dengan tenaga

ahlinya, terus berkeliling untuk

mengadakan sosialisasi.

Khususnya guna mempersiapkan

kedatangan utusan Unesco

yang akan ke Bali bulan

September, untuk melakukan

visitasi.

Page 4: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 13

4 No. 13 25 Juli - 10 Agustus 2011Who’s Who

M E N U R U T N YA m e n j a d i seorang PR (Public Relation), ter-masuk pekerjaan yang mulia. Selain harus menguasai situasi tempat kerja, juga bertemu dengan orang-orang baru menjadi salah satu keunikan seorang PR di manapun ia bertugas.

Oleh sebab itu, wanita yang memiliki hobi berenang ini melakoni pekerjaan ini dengan senang hati dan selalu bersemangat. “Sebagai PR harus menjadi leader atau garda terdepan di Hotel, agar bisa men-citrakan hotel yang baik untuk klien kita”, ungkapnya tersenyum manis.

Danti merasa perubahan Bali untuk masa kini sangat cepat dan ekstrim, khususnya tentang nilai-nilai budaya. Selain terjadi kemerosotan, pemerintah seakan

membiarkan ini terjadi. Oleh sebab itu dengan adanya rasa atau nilai Tri Hita Karana di setiap sanubari orang Bali, semuanya akan terjaw-ab dan mampu mengatasi masalah tersebut.

“Saya rasa evaluasi semacam Tri Hita Karana Awards & Accredi-tation yang diselenggarakan oleh Yayasan THK Bali, pasti bisa men-jawab tantangan yang dihadapi Bali saat ini”, ucap Danti.

Danti yang menyukai masakan pedas ini menambahkan, Bali ha-rus bisa menjadi leading sector untuk mempertahankan budaya dan tradisinya yang memang terkenal unik itu. “Bali adalah pulau yang indah, apalagi dengan keunikan bu-daya Bali yang selalu terjaga”, tandas Danti. BTNewspaper/Krisna

Jl. Kubu Anyar Kuta Bali Telp. ( 0361) 8002000,762283 Hp. 081 338 610 963

Pesanan

Nasi Kotak

& Katering

Menerima :

Budaya Bali sebagai Aset Pariwisata

Urusan info tentang Discovery

Kartika Plaza Hotel tanpa Danti Yuliandari,

bagai makan nasi tanpa lauk. Itulah

yang tercermin dari pertemuan

dengan Danti, sapaan akrabnya

ketika berbincang di restaurant pinggir

pantai di hotel bintang lima kawasan Jl.

Kartika Plaza Kuta.

Ida Bagus Raka Subawa

“Pelaksanaan Tri Hita Karana Menjadi Tolok Ukur Kami”IDA BAGUS RAKA SUBAWA,

General Manager Kuta Paradiso Hotel Bali, yang terletak di Jl. Kartika Plaza ini mempunyai segudang pen-galaman di dunia pariwisata. Baru enam bulan menjadi GM di hotel yang terletak di jantung dan denyut perekonomian pariwisata Bali ini, memiliki beberapa terobosan.

Pak Raka, sapaan akrabnya, mengawali karier pariwisatanya di Sanur Beach Hotel pada tahun 1974, selanjutnya ia berpindah dari satu hotel ke hotel lainnya. “Saya awali dari Sanur Beach dan berakhir di Kuta Paradiso Hotel”,

ucapnya merendah. Pengala-mannya yang men-arik adalah ketika ‘menjajal’ tanah Papua, tepatnya di Biak. Di mana di sana dibuka Hotel Aerowisata, dan Pak Raka ditunjuk

untuk menjadi staff di sana. “Hampir empat tahun saya di

Papua dan saya mendapat banyak ilmu selama tinggal di sana”, ucap Pak Raka. Sepulangnya dari tanah Papua, beliau menjabat sebagai manager di Nusa Dua Beach sampai tahun 1998. Setelah beristirahat selama kurang lebih 10 bulan, barulah Pak Raka mulai aktif di Kuta Paradiso Hotel dan bertugas sebagai yang mengurusi ke-sejahteraan pegawai, yakni di Human Resorces Departement.

Menurut Pak Raka, menjadi seorang General Manager adalah tanggung jawab yang mulia untuk bisa terus memperhatikan kary-awannya, juga properti hotel itu sendiri. Tanggung jawab itu bisa dilaksanakan apabila sudah dan selalu melaksanakan Tri Hita Karana, sebagai konsep dasar untuk bekerja dan diterapkan di hati masing-masing karyawan.

Lebih lanjut misi dari Pak Raka

adalah banyak membenahi fasilitas hotel bintang lima ini, untuk mem-perluas akses dan memberikan yang terbaik untuk masyarakat Bali dan juga untuk pemilik dari Kuta Para-diso Hotel ini. “Fasilitas masih perlu banyak kami benahi, tetapi kami berusaha untuk meningkatkan diri dan kemampuan kami”, ucapnya.

Konsep Tri Hita Karana selalu di-laksanakan dan selalu menjadi tolok ukur dalam setiap aktifitas yang ada.

Dimana konsep inilah yang nantinya dapat memberikan dan memper-tahankan nilai-nilai budaya lokal dan bisa mempertahankan ciri khas Bali nantinya. “Konsep ini pasti akan terus kami terapkan, dan semoga tahun depan di 2012, kami bisa aktif ikut Tri Hita Karana Awards & Ac-creditation dan anggota Paguyuban Pelaku dan Pemerhati THK”, ucap-nya sambil tersenyum ramah. BTNewspaper/Krisna

Konsep Tri Hita Karana pasti akan terus kami terapkan dan semoga tahun depan kami bisa aktif ikut Tri Hita Karana Awards & Accreditation”

”-- IDA BAGUS RAKA SUBAWA --

General Manager Kuta Paradiso Hotel Bali

PT. DELTA SATRIA DEWATAJl. Imam Bonjol 226 A - DenpasarEmail : [email protected]

Page 5: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 13

5No. 13 25 Juli - 10 Agustus 2011Wisata Kuliner

RUMAH makan yang menjadi incaran para wisa-tawan di Sanur ini memiliki beragam menu khas yang disajikan dengan apik dan laik. Beberapa masakan khas Indonesia, lokal Bali, dan masakan Barat (West-ern) tersedia dan menjadi andalan menu Rumah Makan “Cafe Batu Jimbar” ini. Diantaranya soto ayam, wakublanga, ayam betutu khas Batu Jimbar, nasi campur spesial Batu Jimbar, dan salad Batu Jimbar.

Menurut Tari, selaku Man-ager Operasional di Rumah Makan ini, sejarahnya pada awal buka pertama pada 14 September 1991, rumah makan Batu Jimbar

terletak di Jl. Danau Tamblingan 152 dan sejak 2006 pindah ke Jl. Danau Tamblingan No. 75 sam-pai sekarang. “Dinamakan Batu Jimbar, karena terletak di wilayah Batu Jimbar Sanur”, ucap Tari.

Uniknya, semua bahan say-uran yang dipakai adalah organik dan tentunya sangat sehat. Sayur-

sayuran ini langsung dipetik dari perkebu-nan di wilayah Batu-riti Tabanan. Tentunya menjadikan masakan-nya sangat terasa enak dan sehat. Oleh karena diolah dengan baik, sehingga terasa kem-bali lagi kepada alam dan memberikan kesan yang baik bagi yang

mencobanya. Menurut salah seorang pen-

gunjung, yakni Bapak Gusti Dana, ayam Betutu Batu Jimbar enak dan saladnya terasa begitu segar dengan sayuran organik langsung dari kebun. “Kami menyarankan anda mencoba dulu ayam betutu-

“BARUNA BEACH SEAFOOD RESTAURANT” adalah salah satu restoran yang ada di Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali. Sebagai

pengunjung restoran ini, selain menikmati alunan live music, anda juga dapat menikmati pemandan-

gan pantai Sanur yang sangat alami. Konsep restoran ini memang ditata agar anda dapat santai, relax dan merasa nyaman. Lihat saja deretan beberapa sofa yang menya-mankan pos is i anda untuk me-nikmati suasana pantai dengan de-buran ombaknya

yang romantis. “BARUNA BEACH SEAFOOD

RESTAURANT” buka setiap hari, menyuguhkan beragam makanan khususnya yang sangat spesial yaitu “Fresh Grilled Seafood” – makanan ala Jimbaran dengan ciri khas sam-bel matah yang sangat menggoda. Aneka macam hidangan laut yang disediakan seperti ikan, udang, lobster, cumi, dll. Semuanya diracik dengan bumbu segar dari bahan-bahan alami yang sebagian besar dipetik dari kebun area hotel Inna Grand Bali Beach. Sungguh, me-nambah cita rasa makanan yang disajikan di restoran ini.

Bali Beach, Sanur, Bali. Sebagai ganyanKomeanrenydesomanpb

Sensasi Fresh Grilled SeafoodDi INNA Grand Bali Beach, Sanur

Bagi penggemar makanan lain-nya seperti burger, steak, mau-pun lamb chop juga tersedia di restoran ini, sehingga menambah keanekaragaman makanan yang disuguhkan.

“Sembari langsung menikmati pantai Sanur, menjadikan lokasi resto ini sangat strategis. Dengan konsep restoran yang hangat, san-tai, dan diolah oleh juru masak kami yang handal, serta suguhan

music Jazz, kami yakin restoran ini beda dan menjadi satu-satunya di Bali, khususnya di Sanur area”, kata Bapak Sugeng Pramono, General Manager Inna Grand Bali Beach.

Penampilan l ive music di restoran yang spesial tentunya menambah opsi bagi pengunjung dan pencinta Fresh Grilled Seafood untuk datang ke “BARUNA BEACH SEAFOOD RESTAURANT”. BT-Newspaper/PR

Restaurant “Cafe Batu Jimbar”Restaurant “Cafe Batu Jimbar”Ayam Betutu Khas Batu Jimbar dan Salad Bahan Organik yang Menggugah Selera

nya, karena soal rasa, tiada duanya di Sanur”, ungkap Pak Gusti sambil tertawa dan mengangkat jempol-nya. Ada baiknya jika ingin mencicipi Ayam Betutu Batu Jimbar, langsung saja menuju Jl. Danau Tamblingan no. 75 Sanur di Restaurant “Cafe Batu Jimbar”. BTNewspaper/Photo by : Krisna

SosialisasiPHRI BPC Den-

pasar baru-baru ini menggelar program sosialisasi keanggota-an dan peranan PHRI di sektor restauran, Inna Grand Bali Beach, Sanur. Acara itu dihad-iri juga oleh Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, SE, MSi.

Dalam kesempatan itu Walikota berpesan agar PHRI dapat melaku-kan klasifikasi atau re-klasifikasi, sehingga wisatawan yang berkunjung mendapat pelayanan sesuai kelasnya sebagai upaya mendorong dan me-majukan pariwisata Bali yang berwa-wasan budaya.

Pemaparan program keanggota-an PHRI BPC Denpasar diberikan oleh

Ketua PHRI BPC Denpasar, Ida Bagus Sidharta Putra, MBA, yang dilanjutkan dengan informasi mengenai Perijinan Usaha Akomodasi oleh Kepala Dinas Perijinan Kota Denpasar, AA. Gede Rai Suryawan, sedangkan Sosialisasi UU No. 10 tahun 2009 tentang kepari-wisataan dan Rekomendasi Klasifika-si/Re-klasifikasi Hotel Berbintang dis-ampaikan oleh Ketua PHRI BPD Bali, Perry Markus. BTNewspaper/PR

Page 6: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 13

6 No. 13 25 Juli - 10 Agustus 2011 Pesona Nusantara

Kota Yogyakarta selain memiliki predikat sebagai kota pendidikan juga sebagai city of tolerance. Kedua predikat ini saling berhubungan satu sama lain dalam membentuk multi-kulturalisme Yogyakarta.

Selain kota pendidikan, Yog-yakarta memiliki pengalaman mul-tikultural yang panjang dan teruji, terutama dalam kontak dengan budaya lain yang datang bersama dengan para pelajar dan mahasiswa dari berbagai pelosok nusantara untuk belajar Yogyakarta. Warga Yo-gyakarta memandang predikat city of tolerance yang disandang mem-punyai kontribusi terhadap berbagai prestasi yang diraih kota ini.

Toleransi berarti ada harmoni, ada saling pengertian, dan kesedi-aan untuk saling menerima, saling mengakui dan mau bekerjasama. Karena itu toleransi dalam konteks ini mengandung makna yang lebih luas melampaui pengertian toler-ansi antarsuku/etnis, agama dan kebudayaan.

Oleh karenanya, sebagai salah satu universitas favorit di Yogyakarta yang mana mahasiswanya berasal dari berbagai daerah, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) untuk pertama kalinya mengadakan Ziarah dan Dialog Multikultural di beberapa tempat ibadah yang ada di Yogya-karta, mulai dari Gereja, Vihara, Pura dan Masjid.

Menurut Ch. Suryanti, penang-gung jawab kegiatan Ziarah dan Dia-log Multikultural UAJY mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mem-perkenalkan kepada mahasiswa bahwa semangat multikulturalisme itu sangatlah penting untuk dikem-bangkan dan diaplikasikan meng-ingat Yogyakarta adalah kota yang

bertoleransi atau dengan kata lain Yogyakarta city of tolerance. “Per-bedaan itu sebenarnya sangatlah indah, jangan karena perbedaan kita saling memusuhi satu sama lain,” ungkapnya tersenyum.

Kegiatan yang diikuti oleh 44 mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta perwakilan dari masing-masing komunitas beragama ini ber-langsung dengan tertib dan penuh dengan rasa persahabatan yang kuat. Walaupun mereka berbeda, namun setelah mereka saling men-

genal berbagai tempat ibadah yang ada di Yogyakarta, mereka bisa lebih memahami dan mendalami agama, adat istiadat, dan kebudayaan satu dengan yang lainnya.

GerejaTempat ibadah yang pertama

mereka kunjungi adalah Wisma Sang Penebus. Wisma ini meru-pakan salah satu wisma bagi umat katolik yang ada di Yogyakarta, di mana mempunyai tujuan mem-bina calon-calon iman Congregatio Sanctissimi Redemptoris (CSsR) atau Serikat Sang Penebus Mahakudus. Wisma ini didirikan tahun 1978 yang mana pusatnya terletak di Sumba.

Menurut Romo Andreas, wisma ini terbuka untuk umum bagi siapa saja yang ingin lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. “Siapa saja boleh berkunjung ke wisma kami, asalkan mereka mempunyai tujuan serta niat untuk berbuat baik,” ungkapnya tegas.

Romo Andreas lebih jauh mengatakan, perbedaan agama, suku, ras dan budaya itu bukanlah masalah, tapi bagaimana kita bisa mengaplikasikan itu semua untuk menjadikan kehidupan ini menjadi lebih baik sehingga tercipta keruku-nan antar umat beragama.

Selanjutnya perjalanan dilan-jutkan ke Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gejayan. Awal pembentukan GKI Gejayan merupakan bagian dari persekutuan wilayah GKI Ngu-pasan (Wilayah 16, 17, 18) sebulan sekali, meliputi daerah Jogja bagian utara-timur. Kemudian sekitar tahun 1990-an mulai dirintis rencana pembangu-nan gedung gereja di daerah gejayan den-gan izin pendirian

gedung gereja tertanggal 26 April 1991. Pada tanggal 22 Mei 2001 secara resmi GKI Gejayan memiliki pendeta tetap melalui acara penah-bisan Pdt. Paulus Lie (Paulus Cahya Purnama).

GKI Gejayan sendiri adalah gereja dengan jemaat yang mul-tietnis. Dengan demikian liturgi ibadah menjadi sarana penting dan diperlukan kreativitas untuk membangun persekutuan dalam keragaman budaya.

Menurut Ketua Tim penerima

tamu, Esaol Agustriawan, men-gatakan bahwa pihaknya sangat terbuka dalam menjalin relasi den-gan masyarakat luar, tak hanya di kalangan gereja dan umat yang beragama Kristen saja. “Banyak kegiatan-kegiatan sosial yang telah kami adakan, yang mana melibatkan seluruh pihak yang berasal dari ber-bagai macam agama, suku, ras dan budaya”, katanya.

Adapun kegiatan-kegiatan so-sial yang pernah diselenggarakan antara lain ada pentas seni lintas iman, pengobatan gratis bagi ma-syarakat yang tidak mampu, pela-tihan wirausaha mandiri, dan lain sebagainya. Seluruh kegiatan itu merupakan bentuk kepedulian ter-hadap sesama di tengah indahnya keberagaman.

ViharaPuas mendalami bagaimana

seluk - beluk agama Kristen dan Katolik, perjalanan dilanjutkan menuju Vihara Buddha Praba. Vihara yang terletak di Jalan Brigjen Katamso ini dibangun 15 Agustus 1990. Mulanya, Vihara atau yang lebih dikenal dengan nama kelenteng ini bernama Hok Tik Bio yaitu tempat kebaktian bagi Hok Tik Sin yang oleh umat Budha dipercaya sebagai Dewa Bumi.

Di Vihara ini juga terdapat altar pemujaan bagi umat Budha dan Konghucu. Pada era Orde Baru, nama bangunan ini diganti dengan Vihara Buddha Prabha. Karena pada waktu itu hanya terdapat lima agama resmi di Indonesia, maka di Vihara ini lebih menonjolkan unsur Budha.

Menurut Banthe Sasana Bodhi selaku pembina Sangha Agung wilayah VI, ajaran Budha menyatakan bahwa kita bersama-

sama memperbaiki diri dengan cara meningkatkan kualitas pribadi demi tercapainya tujuan hidup yang luhur serta kedamaian yang sejati.

Di Vihara Buddha Prabha ini, kita akan disuguhi beragam keinda-han yang terukir indah di dinding bangunannya. Selain itu, suasana yang damai dan tenang juga bisa kita rasakan ketika berada di altar pemujaan bagi Buddha Gautama, Dhyani Bodhisatva Avalokitesvara, Prajnaparamita, dan Maitreya yang tepat berada di ruang tengah.

Vihara ini juga aktif di dalam bersosialisasi dengan lingkungan sosial, seperti halnya ibadah rutin setiap minggu, pembinaan sekolah minggu, mengunjungi panti asuhan dan panti jompo, dan juga men-gadopsi anak-anak yatim piatu.

PuraPura Jagatnata Banguntapan Yogya-karta merupakan tujuan keempat setelah Vihara. Pura Jagatnata Banguntapan memiliki kekhasan tersendiri, seperti halnya pada ba-gian tengah dibangun tempat yang ada atapnya, yang mana bertujuan agar para umat Hindu yang semba-hyang bisa terlindungi dari sengatan matahari dan hujan.

Pura yang mulai dirintis pada tahun 1975 oleh pemeluk Hindu Dharma ini merupakan salah satu tempat yang ramai dikunjungi jika

ada persembahyangan, terutama dari kalangan mahasiswa Hindu yang sedang kuliah di Yogyakarta.

Agung Suryahadi, pengurus Pura itu mengatakan, umat Hindu tak bisa lepas dari konsep Tri Hita Karana, yakni Parahyangan (hubungan har-monis antara manusia dengan Tu-han), Pawongan (hubungan harmo-nis antara manusia dengan manusia), dan Palemahan (hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan). “Kebersamaan yang kuat dilandasi dengan konsep Tri Hita Karana yang adiluhung merupakan kunci untuk menyatukan keberagaman menjadi satu kesatuan yang kuat”, ungkapnya tersenyum.

Kegiatan-kegiatan yang telah dan rutin dilakukan terkait dengan konsep Tri Hita Karana antara lain

melaksanakan upacara melasti di pantai Parangkusumo, merayakan hari Raya Nyepi, merayakan hari raya Galungan dan Kuningan, gotong royong membersihkan lingkungan, mengadakan Dharma Wacana, Sarasehan, dan seb-againya.

Pondok Pesantren Nurul Ummahat

Dan, kunjungan terakhir adalah Pondok Pesantren Nurul Ummahat. Pondok Pesantren yang didirikan dan diasuh oleh KH. Abdul Muhaimin ini merupak-an salah satu pondok pesantren yang terkenal di Yogyakarta.

Terletak di kelurahan Preng-gan, Kecamatan Kota Gede, Yogyakarta, pondok pesantren ini dikhususkan hanya untuk perempuan. Para santri umumnya

mahasiswi yang tengah kuliah di Yogyakarta.

Sejak tahun 1990-an, KH Mu-haimin membuka pintu pondok pesantren asuhannya bagi semua pemeluk agama yang ingin menge-tahui kehidupan masyarakat Islam di Indonesia. Dalam buku tamu pondok pesantren yang berada di tengah perkampungan itu tercatat banyak pemeluk agama lain, sep-erti pemuka agama Buddha, Katolik, Kristen, dan Hindu, dari dalam dan luar negeri. “Persahabatan meru-pakan kunci dialog antariman,” tegasnya. BTNewspaper/Titah

Ziarah dan Dialog Multikultural UAJY Yogyakarta

Dari Mahasiswa, Wujudkan Yogyakarta “City of Tolerance”

g gy y g g p

y

y

Y

Page 7: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 13

7No. 13 25 Juli - 10 Agustus 2011Belanja

DI BALI cukup banyak sentra-sentra kerajinan emas dan perak. Hampir setiap ka-bupaten di Bali memiliki sentra kerajinan emas dan perak. Na-mun bagi kalangan wisatawan,

nama desa Celuk di Kecamatan Sukawati, Gianyar sudah dikenal. Biasanya per-jalanan ke sentra pengrajin Celuk ini dikaitkan dengan program “Kintamani Tour” yang meliputi perjalanan wisata : 1). Menyaksikan tarian Barong Dance; 2). Desa Celuk; 3). Desa Mas atau Batuan; 4). Desa Tegallalang; 5). Kintamani (Da-nau Batur); 6). Pura Tirta Empul (Spring Water Temple) dan 7). Pura Goa Gajah (elephant Cave Temple).

Lokasi desa Celuk sangat strategis, sekitar 10 km ke arah timur laut dari Denpasar. Hasil kerajinan emas dan

perak yang dihasilkan di desa Celuk me-miliki kualitas yang bermutu tinggi serta mampu memproduksi dalam kuantitas yang besar.

Hampir semua keluarga di desa Celuk terampil dan seni dalam mengem-bangkan kreasi desain dan variasi terkait dengan kerajinan emas dan perak yang hasil produksinya telah memasuki pasar lokal, nasional dan international. Bera-gam jenis kreasi dan variasi perhiasan, baik sebagai cendramata maupun ko-moditi ekspor diproduksi di desa ini seperti cincin, gelang, kalung, anting-anting, giwang, bross dan berbagai jenis perhiasan lainnya.

Sebagai desa obyek wisata, Celuk dapat dikunjungi setiap hari untuk meli-hat dari dekat para seniman yang sedang berkreasi membuat perhiasan emas dan perak yang bermutu tinggi. Di sini kita juga bisa membeli langsung perhiasan-perhiasan di etalase yang dipajang di workshop para seniman.

Memasuki wilayah desa Celuk, ke arah Kintamani dari Denpasar, di kanan kiri jalan banyak berjejer art shop. Ham-pir seluruhnya memajang dan menjual kerajinan perak.

Kerajinan perak dipajang di rak-rak kaca tembus pandang. Di beberapa art shop, rak kaca itu sengaja dipamerkan, sehingga, meskipun hanya lewat, turis dapat melihat barang-barang kerajinan dari perak tersebut. Maka, tidak sedikit turis yang kemudian singgah. Hanya melihat-lihat atau bahkan membeli ban-yak kerajinan perak itu.

Selain anting, cincin, gelang, kalung, liontin, dan bros, disana juga ada pera-latan makan beberapa diantaranya adalah sendok, garpu, piring, bokor (yang kadang-kadang dipakai untuk tempat banten ketika sembahyang bagi umat Hindu), cangkir, gelas, dan semacamnya.

Kalau Anda tertarik, tidak usah canggung untuk masuk dan melihat-lihat barang. Sebab dengan senang hati, pen-jaga art shop akan mempersilakan kita masuk dan melihat-lihat kerajinan yang mereka pajang.

Penjaga art shop itu biasanya ber-pakaian adat ringan, namun ada juga yang berpakaian baju masing-masing art shop. Rak-rak itu dipajang memben-tuk huruf U mengikuti bentuk ruangan. Pajangannya berlapis-lapis. Maksudnya, dari yang paling luar kemudian ada rak lagi di bagian lebih dalam. Antara lapis satu dengan lapis lain ada jarak sekitar 0,5 meter yang memungkinkan pengunjung untuk bergerak leluasa.

Selain itu juga ada rak yang letaknya persis dekat dinding. Umumnya rak yang menempel ini untuk kerajinan yang berfungsi sebagai pajangan misalnya kipas dan keris itu tadi. Di antara rak-rak yang dekat dinding ruangan ini juga ada beberapa lemari untuk tempat kerajinan seperti cincin dan liontin. Setiap rak menggunakan kaca bening sebagai dind-ing. Sehingga pengunjung yang datang bisa melihat kerajinan itu dari sisi depan, belakang, maupun kanan kiri. Atau kalau kita ingin melihat lebih detail, karyawan yang menemani akan mengambilnya untuk kita. Kita bisa bertanya kalau ada hal yang kurang jelas. Di setiap kerajinan itu selalu terdapat harga yang ditulis di kertas yang menempel pada benda terse-but. Biasanya harga dalam dollar (US). Tapi untuk turis lokal, harganya tentu saja dalam rupiah.

Barang-barang kerajinan disusun berdasarkan kategori apakah itu per-hiasan, perlengkapan makan, atau pajan-gan. Di dalam rak perhiasan, cincin akan dipajang bersama atau berdampingan dengan anting, bros, gelang, liontin, cemiti, rantai, dan semacamnya. Gelas akan dipajang dekat dengan teko, pir-ing, tatanan meja, sendok, dan garpu. Sedangkan kipas, miniatur sepeda motor, rumah gadang, kunci raksasa, becak, dan pajangan lain akan bersebelahan.

Selesai melihat-lihat, rasanya kurang

afdhol kalau kita tidak membeli kerajinan tersebut sekalian. Harga kerajinan itu bergantung jenisnya. Benda paling murah adalah liontin seharga sekitar Rp 35.000. Sedangkan paling mahal bisa sekitar Rp 12 juta yaitu miniatur kapal layar.

Sehari-hari, kerajinan paling laris adalah perhiasan yang harganya tak sam-pai Rp 1 juta seperti liontin dan cincin. Harga tiap jenis perhiasan juga tergan-tung modelnya. Setiap perhiasan paling tidak punya 40 model. Jadi, meskipun sama-sama anting, bentuknya ada yang kecil ada juga yang memanjang atau melingkar. Harga setiap jenis berbeda.

Harga di kertas itu ternyata bisa berbeda kalau kita pan-dai menawar. Melalui tawar-menawar, biasanya pembeli bisa mendapatkan barang dengan harga separuh dari harga di ker-tas. Menariknya, kalau Anda be-lanja kerajinan perak di tempat ini, Anda juga bisa melihat-lihat proses pembuatan kerajinan tersebut.

Secara umum ada dua proses pembuatan yaitu secara tradisional dan secara modern. Tapi ada juga yang menggabungkan keduanya. Semua proses itu dilakukan sebagian maupun seluruhnya di toko yang menjual kerajinan.

Celuk mulai dikenal sebagai daerah produksi kerajinan perak sejak 1976. Pada saat itu, booming pariwisata mulai terasa di Bali. Turis mancanegara pun berdatangan ke Bali. Salah satu tempat yang menjadi objek wisata top saat itu adalah “Kintamani Tour”.

Turis yang akan ke Kintamani pasti melewati desa Celuk. Sebab ketika itu satu-satunya jalan yang menghubungkan Denpasar dan Kintamani harus lewat Celuk. Sekarang, kalau kita lewat jalan By-Pass Prof.Ida Bagus Mantra, kalau salah melihat petunjuk Desa Celuk, kita bisa bablas sampai di ujung timur Bali (Padangbai), sehingga desa Celuk ter-

lewatkan. Oleh sebab itu, hati-hati saat melewati Tapal Batas Denpasar-Gianyar untuk konsentrasi pada arah Celuk.

Ada beberapa hal yang bisa dijadikan acuan kalau berburu kerajinan perak di Celuk. Pertama, sebaiknya Anda datang dengan guide atau paling tidak dengan teman yang bisa berbahasa Bali. Sebab dengan demikian, komunikasi antara kita dengan penjual akan lebih terbuka. Ini akan memudahkan pada proses penawaran.

Kedua, kita tak usah sungkan untuk melihat satu per satu barang yang akan

dicari sebelum memutuskan membeli barang yang mana. Sebab, setiap produk minimal punya 40 model. Jadi, harus sabar mencari barang yang pas untuk dibeli.

Ketiga, jangan terlalu cerewet apa-lagi kalau sampai tidak jadi membeli. Sebab, menurut beberapa penjual, mereka paling tidak suka dengan turis yang terlalu banyak omong tapi tidak jadi membeli barang.

Keempat, kalau menawar, tawarlah harga hingga separuh dari harga yang di-berikan oleh pedagang. Kalau beruntung, Anda bisa mendapatkan barang itu den-gan separuh harga. Juga sebaiknya pakai rupiah saja bukan dollar biar lebih murah. Kelima, Anda tinggal datang ke Celuk dan boronglah sebanyak-banyaknya. BTNewpaper/Int

Belanja Kerajinan Emas dan Perak di Bali

Page 8: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 13

8 No. 13 25 Juli - 10 Agustus 2011 Seni & Budaya

Jl. Raya Sangeh, abiansemal, Badung - BaliPhone ; (0361) 7422740

Objek WisataBukit Sari Sangeh

BALI DISTRIBUTOR: PT. DELTA SATRIA DEWATAJl. Imam Bonjol 226 A - Denpasar

Email : [email protected].

PERHELATAN kesenian tahunan terbe-sar di Bali usai sudah. Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-33 yang sebulan penuh diadakan ini, dari 10 Juni - 9 Juli 2011 ditutup oleh Guber-nur Bali Made Mangku Pastika di Panggung Terbuka Ardha Candra Art Center Denpasar, Sabtu (9 Juli). Sebagai ajang pembinaan seni, baik itu seni daerah maupun kontemporer, PKB memiliki peranan penting di hati tiap seniman yang ada di Bali khususnya, dan di Indonesia.

Pada sambutannya, Gubernur Bali menga-wali dengan beberapa candaan dan kritik yang menggelitik, khusus-nya panitia pelaksana PKB. Namun, ia tetap mengingatkan bahwa PKB merupakan suatu acara seni yang dicintai semua orang.

Oleh sebab itu, lanjut Gubernur, mari kita jaga bersama dan terus saling evaluasi setiap tahunnya. Orang nomor satu di Bali ini mengajak para seni-man untuk senantiasa mengembangkan diri, dan tidak kehilangan kreativitasnya dalam berkarya.

“PKB ini merupakan milik masyarakat Bali dan Internasional, oleh sebab itu mari dijaga sebagai pondasi untuk ketahanan budaya

Bali”, ungkap Gubernur. Strategi juga perlu ditingkatkan untuk

menjauhkan kesan PKB seperti monoton dan harus memiliki pemahaman dan pendidikan, sehingga membuka cakrawala dan nilai pan-dang masyarakat.

Diplomasi terhadap kelangsungan bu-daya juga penting, untuk menjaga Bali atau negara-negara di dunia, dan nilai-nilai seni budaya Bali tetap lestari. Dengan tidak menghilangkan nilai-nilai budaya dan kultur unggulan.

Acara Penutupan PKB juga dihadiri Wakil Gubernur Bali, Puspayoga dan unsur muspida serta para seniman peserta PKB ke-33.

Pada kesempatan itu diserahkan ber-bagai hadiah untuk pemenang lomba yang diselenggarakan serangkaian dengan acara PKB ke-33. Dilanjutkan dengan pagelaran fragmentari yang bercerita tentang kepahla-wanan Sri Rama, yang mengorbankan diri un-tuk negeri Ayodya dan ‘atma’nya diperebut-kan oleh Dewa Brahma dan Dewa Yamadipati.

Ke depan, menurut seniman yang dapat diwawancarai oleh Bali Travel Newspaper, agar pemerintah dapat memperhatikan seni-man untuk kelangsungan dan meningkatkan kreativitas kesenian Bali. “Kami dari seniman, berharap agar pemerintah membantu kami dan diperhatikan untuk kelangsungan hidup kami”, ucap Wayan Tablo seniman sastra wirama. BTNewspaper/Krisna

Penutupan PKB ke-33Penutupan PKB ke-33

GwcamnPmPas

lanjut Gubernur, mari