balance scorecard sebagai alat pengukuran kinerja …
TRANSCRIPT
BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA
GEREJA X
Oleh :
Feliana Zapo
Dosen Pembimbing :
Dr. Carmel Meiden, S.E., Ak., M.Si
Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, Jakarta, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Balance scorecard merupakan kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan
memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non-keuangan, antara jangka pendek dan
jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal. Balance scorecard memiliki 4
perspektif yang akan digunakan dalam pengukuran yang terdiri dari perspektif pelanggan, perspektif
keuangan, perspektif proses bisnis dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran
balance scorecard akan disesuikan dengan pendekatan etnografi yang merupakan uraian atau
gambaran tentang bangsa-bangsa disuatu tempat dan disuatu waktu. Obyek penelitian adalah Gereja X
yang bergerak dalam bidang kerohanian. Informasi yang dicantumkan adalah fakta dan diperoleh dari
dokumentasi, wawancara mendalam, wawancara tidak formal, dan pengamatan. Penelitian ini
menggunakan alur penelitian maju bertahap yang terdapat dalam 12 langkah Spradley. Setelah
melakukan penelitian, informasi yang dihasilkan dianalisis dengan beberapa analisis yang terdiri dari
analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponen dan analisis tema budaya. Setelah melakukan
analisis ditemukan adanya penyesuaian-penyesuaian dalam 4 perspektif balance scorecard. Gereja X
menghasilkan 5 tema budaya dan 3 perspektif baru yang memiliki beberapa aspek. Gereja X dapat
dikatakan cukup berhasil dalam pencapaiannya karena aspek dari masing-masing perspektif dapat
dikatakan hampir seluruhnya memiliki hasil yang baik.
Kata kunci: Pengukuran Kinerja, Balance Scorecard, Perspektif Pelanggan, Perspektif Keuangan,
Perspektif Proses Bisnis, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
ABSTRACT
Balance scorecard is cards the score used to measure performance by taking into account the balance
between financial terms and non financial, between short and longer term and involving internal and
external factors. Balance scorecard having 4 perspective that will be used to measuring consisting
from the perspective of customers, financial perspective, perspective of business process and
perspective learning and growth. The measurement of balance scorecard will disesuikan with the
approach ethnography that is the discussion or description of the nations somewhere and in time. An
object research is a church x which are engaged in spirituality. Information it was outlined is the fact
and obtained from documentation, in-depth interviews, interview not formal, and observation. This
research using a groove research forward gradual that was found in 12 step spradley.After doing
research, the one generated analyzed by many of the analyses consisting of analysis the domain,
taxonomic analysis, an analysis of its components and analysis the theme culture. After an analysis
found the adjustment in four perspective balance scorecard. The church x produce 5 the theme culture
and 3 a new perspective that has some aspects.The church x it can be said been quite successful at
accomplishment to the of each perspective it can be said almost entirely having a good result.
Key Words: Performance measurement, Balance Scorecard, perspective of customers, financial
perspective, perspective of business process and perspective learning and growth.
PENDAHULUAN
Dewasa ini, pengukuran kinerja dalam perusahaan tanpa terkecuali organisasi-organisasi non-
profit sangatlah penting bagi manajemen untuk melakukan evaluasi terhadap performa perusahaan
dan perencanaan tujuan dimasa yang akan datang. Berbagai informasi dihimpun agar pekerjaan dapat
dikendalikan dan dipertanggung jawabkan. Hal ini dilakukan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi
dalam proses bisnis pada perusahaan. Dalam lingkungan bisnis, informasi menjadi harta yang
berharga bagi perusahaan dan menjadi alat ukur kinerja perusahaan. Informasi yang cepat dan akurat
mengenai lingkungan internal dan eksternal perusahaan akan mempengaruhi strategi dan perencanaan
perusahaan untuk masa yang akan datang. Perusahaan memandang penting memiliki informasi yang
akurat dan cepat agar memiliki strategi dan perencanaan perusahaan yang unggul sehingga dapat
bersaing dalam persaingan bisnis dewasa ini.
Kinerja perusahaan bisa didapatkan dari 2 sumber, yakni informasi keuangan (financial) dan
informasi non-keuangan (non-financial). Informasi keuangan merupakan informasi-informasi dan
data-data mengenai keuangan suatu perusahaan yang didapatkan dari penyusunan anggaran untuk
mengendalikan biaya. Sedangkan informasi non-keuangan merupakan faktor kunci untuk menetapkan
strategi yang dipilih guna melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan.
Walaupun pengukuran dalam aspek keuangan (financial) merupakan hal yang penting bagi
perusahaan, namun jika tidak disertai dengan proyeksi pada aspek non-keuangan (non-financial)
informasi yang dihasilkan menjadi kurang akurat untuk kondisi saat ini. Oleh karena itu penggunaan
sistem pengukuran kinerja baru yang menghubungkan aspek keungan dengan aspek non-keuangan
akan menghasilkan informasi yang lebih akurat, yang lebih bermanfaat bagi para penggunanya
terutama bagi manajer untuk mengukur dan mengelola semua kompetensi perusahaan untuk memicu
peningkatan kinerja, sehingga tujuan dan visi perusahaan dapat terjadi lebih terencana.
Kenyataan bahwa pengukuran kinerja perusahaan lebih akurat dan bermanfaat bila
menyeimbangkan antara aspek keuangan dan non keuangan menciptakan sebuah konsep baru yang
disebut Balance scorecard. Sejarah Balance scorecard dimulai dan diperkenalkan pada awal tahun
1990 di USA oleh David P Norton dan Robert Kaplan melalui suatu riset tentang “pengukuran kinerja
dalam organisasi masa depan”. Istilah balanced scorecard terdiri dari 2 kata yaitu balanced
(berimbang) dan scorecard (kartu skor).
Dari 2 kata “balance” dan “scorecard” maka balance scorecard dapat diartikan secara singkat
sebagai kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan
antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan
faktor internal dan eksternal. Dari hasil studi dan riset yang dilakukan disimpulkan bahwa untuk
mengukur kinerja masa depan, diperlukan pengukuran yang komprehensif yang mencakup 4
perspektif (Kaplan, 2000), yaitu: keuangan, customer/pelanggan, proses bisnis/intern, dan
pembelajaran-pertumbuhan/aktivitas.
Pada awalnya balance scorecard hanya digunakan untuk organisasi profit atau perusahaan.
Dengan adanya perkembangan balance scorecard digunakan pada gereja X. Adanya perkembangan ini
membuat peneliti ingin menerapkan balance scorecard pada gereja X. Tentu saja dengan adanya
perbedaan objek penelitian akan ada penyesuaian-penyesuain dari konsep asli balance scorecard. Pada
organisasi laba aspek keuangan merupakan tujuan akhir, sedangkan pada organisasi nirlaba kepuasaan
pelanggan merupakan tujuan akhir. Pada gereja X kepuasan pelanggan bukan satu-satunya tujuan
akhir, keimanan umat pada rumah gereja X merupakan tujuan akhir dari gereja X. Maka balance
scorecard yang akan diaplikasikan harus disesuaikan dengan karakteristik gereja X. Alasan
menggunakan balance scorecard karena balance scorecard dapat digunakan secara umum.
Berdasarkan latar belakang gereja X yang akan lebih dibahas dalam objek penelitian, dan berdasarkan
visi dan misi, struktur organisasi, kegiatan, dan sistem manajemen yang baik dari gereja X yang
meliputi cara pelaporan keuangan, umat, aktivitas gereja dan para pekerja, maka peneliti tertarik
untuk mengambil judul “BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA
PADA GEREJA X”. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk memahami bagaimana penggunaan
balance scorecard pada gereja X serta mengetahui penyesuaian perspektif yang digunakan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran Kinerja
Menurut Mulyadi (2001:353) penilaian kinerja adalah penentuan efektivitas operasional suatu
organisasi, dan bagian-bagian organisasi berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya.
Balance Scorecard
Balance scorecard menurut Rangkuti (2016:3-4) Kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja
dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non-keuangan, antara jangka pendek
dan jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal. Memiliki keunggulan untuk
memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategis, menghasilkan program menyeluruh, dan
menghasilkan rencana bisnis yang terintegrasi. Balance scorecard memiliki 4 perspektif Perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, Perspektif proses bisnis, dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan.
Perspektif Keuangan
Rangkuti (2016:101) pengukur kinerja perspektif keuangan menggunakan analisis rasio, antara lain:
1. ROI (Return on Investment) merupakan rasio rentabilitas yang digunakan untuk mengukur
kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan
neto. Semakin tinggi nilai ROI, sem akin baik kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktiva
2. Profit Margin,merupakan salah satu rasio rentabilitas yang menggambarkan laba/rugi bersih yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai margin laba berarti semakin baik, karena
perusahaan memiliki kemampuan dalam mendapatkan profit cukup tinggi.
3. Rasio Operasi merupakan perputaran operating assets dalam hubungannya dengan penjualan bersih
dan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Tingginya rasio operasi menunjukkan bahwa perusahaan
dapat memanfaatkan aktiva lancar untuk meningkatkan penjualan bersih.
Perspektif Pelanggan
Pengukuran Kinerja perspektif pelanggan dalam Rangkuti (2016:101-102) dapat menggunakan tiga
ukuran, yaitu pangsa pasar, kepuasan pelanggan dan profitabilitas pelanggan.
1. Pangsa pasar menggambarkan penguasaan segmen pasar suatu perusahaan jika dibandingkan
dengan perusahaan lain sejenis.
2. Kepuasan pelangga menggambarkan derajat kualitas pelayanan yang diberikan kepada
pelanggannya.
3. Profitabilitas pelanggan menggambarkan seberapa besar keuntungan yang berhasil dicapai
perusahaan dari pendapatan jasa yang ditawarkan kepada pelanggan
Perspektif Proses Bisnis
Menurut Kaplan dan Norton (2000) tahapan dalam proses bisnis internal meliputi:
1. Inovasi, Pada proses ini perusahan memilik 2 tahapan. Tahap pertama manajer melaksanakan
penelitian pasar untuk mengenali ukuran pasar, selera pelanggan, dan tingkat harga produk dan jasa
sasaran. Setelah mengenali pasar perusahaan menciptakan produk/jasa untuk memenuhi pasar
tersebut.
2. Operasi, Tahapan ini merupakan tahapan dimana perusahaan secara nyata memberikan solusi
kepada konsumen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Proses operasi dimulai
dengan diterimanya pesanan konsumen dan diakhiri dengan penyampaian produk atau jasa kepada
konsumen. Proses ini mengutamakan penyampaian produk atau jasa kepada konsumen secara efisien,
konsisten, dan tepat waktu.
3. Layanan purna jual, tahapan ini merupakan tahapan dimana perusahaan memberikan manfaat
tambahan kepada konsumen yang telah menggunakan produk atau jasa yang dapat berupa garansi dan
berbagai aktivitas perbaikan, penggantian produk yang rusak dan yang dikembalikan, serta proses
pembayaran, seperti administrasi kartu kredit.
Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan
Kaplan dan Norton (2000:110) mengungkapkan ada tiga kategori utama untuk perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan:
1. Kemampuan pekerja, tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih dituntut untuk dapat berfikir
kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan lingkungan untuk dapat memberikan usulan
perbaikan. Oleh sebab itu, salah satu dari pengukuran strategi perusahaan harus berkaitan spesifik
dengan kemampuan pegawai, yaitu apakah perusahaan telah melakukan peningkatan kemampuan
sumberdaya manusia yang dimiliki.
2. Kemampuan sistem informasi, dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan
seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi
sebaik-baiknya (jurnal). Jika perusahaan menginginkan pekerja bekerja efektif dalam lingkungan
kompetitif dalam dunia bisnis dewasa ini, para pekerja perlu mendapat informasi mengenai
pelanggan, proses internal, dan konsekuensi finansial keputusan perusahaan.
3. Motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan, meskipun pekerja memiliki kemampuan dalam bekerja
dan memiliki sistem informasi yang baik, tidak akan memberikan kontribusi yang maksimal jika para
pekerja tidak termotivasi bertindak untuk kepentingan terbaik perusahaan, atau jika mereka tidak
diberikan kebebasan membuat keputusan dan mengambil tindakan.
Tahap dalam merangcang balance scorecard
menurut Rangkuti (2016:93) tahap dalam merancang balance scorecard adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan misi, nilai, visi, tujuan dan strategi perusahaan 2. Menentukan perspektif 3. Merumuskan saran strategis (objectives) 4. Menentukan ukuran strategis (measure) 5. Menentukan target 6. Merumuskan inisiatif strategis 7. Implementasi balance scorecard
Gereja Sebagai organisasi non-profit
Gereja dikelompokkan sebagai organisasi non-profit dengan memberikan fasilitas tempat beribadah
yang bersih, tenang dan kudus serta memberikan pendidikan melalui khotbah tiap minggu dan
seminar-seminar rohani tanpa bertujuan untuk memperoleh laba
Etnografi
Etnografi adalah prosedur penelitian untuk menggambarkan, menganalisa, dan menafsirkan unsur-
unsur dari sebuah kelompok budaya seperti pola perilaku, kepercayaan, dan bahasa yang berkembang
dari waktu ke waktu.
METODE PENELITIAN
Obyek penelitian adalah Gereja X. Penelitian dilakukan dengan mengamati data-data selama
periode 2014-2015, dan melakukan wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati beberapa
aspek yang menyangkut 4 perpsektif balance scorecard seperti arus kas masuk dan keluar, mekanisme
pelaporan laporan keuangan, visi misi gereja, kondisi umat, demografi umat, dan lain-lain. Selain
mengamati aspek-aspek yang ada pada 4 perspektif balance scorecard, penelitian ini juga melakukan
wawancara dengan Pastor kepala Gereja, dan Bendahara. Peneliti cukup banyak melakukan
wawancara tidak formal dikarenakan budaya gereja yang cukup tertutup. Wawancara tidak formal
dilakukan dengan beberapa umat, beberapa pekerja, pastor pemabantu, dan beberapa orang yang ada
dilingkungan gereja X. Lokasi gereja X adalah d bekasi barat dan penelitian ini berlangsung kurang
lebih 11 bulan.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi yang menggunakan
langkah penelitian Spradley (2006) yang menggunakan alur penelitian maju bertahap yang terdiri dari
12 langkah. Langkah-langkah tersebut terdiri dari menetapkan informan, mewawancarai informan,
membuat catatan etnografis, mengajukan pertanyaan deskriptif, melakukan analisis wawancaara,
membuat analisis domain, mengajukan pertanyaan struktural, membuat analisis taksonomik,
mengajukan pertanyaan kontras, membuat analisis komponen, menemukan tema-tema budaya, dan
menulis suatu etnografi.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Observasi Partisipatif, adalah peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari pada
kelompok yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data. Artinya peneliti terlibat secara
langsung dalam kegiatan mencari data yang diperlukan melalui pengamatan. Kelebihan observasi
partisipatif adalah mndapatkan informasi yang lebih mendalam sehingga memahami subjek dan
objek penelitian dengan tidak terpengaruh situasi atau dengan kata lain data yang didapatkan sesuai
dengan kenyataan. tetapi kekurangan yang akan terjadi adalah kecenderungan peneliti terlampau
terlibat dalam situasi itu sehingga budaya yang ditelitinya tidak mudah di periksa kebenarannya oleh
peneliti lain
2. Wawancara mendalam, adalah proses komunikasi lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung, dimana ada pihak yang membutuhkan informasi dan ada pihak yang memberikan informasi
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara merupakan alat
pembuktian terhadap keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi
langsung antara peneliti dan informan.
3. Dokumentasi, Dokumentasi adalah salah satu cara memperoleh data dengan cara menganalisis
rekaman-rekaman hasil wawancara yang dilakukan peneliti ataupun subjek lain yang membantu untuk
dokumentasi tersebut. Dokumentasi berupa hasil wawancara, foto dengan nara sumber, data program
kerja, data pekerja, data pengurus, dan data-data lain yang dapat dilihat dilampiran.
TEKNIK ANALISIS DATA
1. Reduksi Data, merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, dan transformasi data
kasar yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan yang tertulis. Reduksi data terjadi secara terus-
menerus melalui suatu penelitian kualitatif. Reduksi data ini berkaitan dengan proses berkelanjutan
setelah penelitian di lapangan, hingga laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data juga merupakan
suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memokuskan, membuang, dan menyusun data
dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.
2. Penyajian Data, merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang
telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang
disajikan harus sederhana dan jelas agar mudah dibaca.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi, merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang
diungkapkan dengan kalimat yang singkat-padat dan mudah difahami, serta dilakukan dengan cara
berulangkali melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya berkaitan
dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyesuaian Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan merupakan perspektif balance scorecard yang digunakan perusahaan bisnis
pada umunya karena sasaran utama perusahaan bisnis adalah pelanggan. Pelanggan menjadi sangat
penting dalam perusahaan bisnis dapat dikatakan pelanggan merupakan asset perusahaan karena tanpa
pelanggan perusahaan tidak akan ada. Kelangsungan suatu bisnis mutlak tergantung dari ada tidaknya
perhatian yang besar terhadap kebutuhan pelanggan. semakin banyak pelanggan dan loyal pelanggan
terhadap perusahaan, maka semakin kuat kemungkinan perusaahan sukses. Meskipun pelangga
merupakan asset namun pelanggan bukan tujuan utama perusahaan, laba yang menjadi tujuan utama
perushaan. Perusahaan dirasa butuh untuk mengukur berapa besar pelanggan telah berpengaruh
terhadap perusahaan, dan apakah visi, dan misi perusahaan menyangkut pelanggan telah tercapai.
Balance scorecard menyediakan pengukuran pelanggan dengan menggunakan perspektif pelanggan.
Tidak jauh berbeda dengan gereja, gereja juga membutuhkan pengukuran terhadap
pelanggannya yang biasa lebih dikenal dengan umat. Yang membedakan gereja dengan perusahaan
adalah tujuan utamanya. Gereja menjadikan umat sebagai tujuan utamanya terlebih dalam
pertumbuhan iman seorang umat. Umat didorong memiliki iman kepada Tuhan agar dapat bertumbuh
menjadi pribadi yang lebih baik mengikuti ajaran Yesus Kristus sebagai pemimpin utama dalam
gereja.
Melihat hal diatas peneliti dirasa perlu unutk membuat penyesuaian perspektif pelanggan
menjadi perspektif umat, karena didalam gereja umat merupakan pelanggan. Selain itu melihat
budaya yang berbeda antara gereja dengan perusahaan, maka akan ada penyesuaian dalam sudut
padang dan cara menilai dalam perspektif umat yang akan dibahas pada bab ini.
Penyesuaian Perspektif Proses Bisnis
Perspetif proses bisnis akan disesuaikan dengan perspektif aktivitas. Didalam gereja tidak ada
proses bisnis karena gereja bukanlah organisasi profit, gereja merupakan organisasi non-profit yang
memfokuskan tujuan organisasi kepada umat. Perspektif aktivitas akan menilai bagaimana aktivitas
yang telah disusun oleh setiap seksi yang ada dalam gereja X.
Perspektif aktivitas dalam gereja diterjemahkan sebagai proses yang memberi dampak
kesejahteraan umat, dan tujuan gereja. Salah satu strategi untuk membangun gereja dalam mencapai
tujuannya adalah memperhatikan pelayanan dan pelayanan dalam gereja diwujud nyatakan dalam
aktivitas yang diadakan.
Penyesuaian Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Pembelajaran dan pertumbuhan merupakan perspektif yang menyediakan infrastruktur yang
memungkinkan tujuan dalam tiga perspektif lainnya dapat dicapai. perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan juga merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga
perspektif scorecard sebelumnya.
Peneliti menyesuaikan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan perspektif pekerja.
Penilaian perspektif pekerja dapat dinilai dari kepuasan pekerja itu sendiri dan dari kondusifitas iklim
bekerja disana. Pekerja yang merasa puas dengan semua aspek pekerjaannya akan bekerja dengan hati
dan segala sesuatu yang dikerjakan dengan hati akan membuahkan hasil yang baik. Peningkatan
dalam kualitas kerja juga mungkin terjadi karena adanya kepuasan dari pekerja dan kondisi kerja yang
kondusif.
Penyesuaian Perspektif Keuangan
Sampai saat ini gereja X dalam pengukuran kinerja masih cenderung berfokus kepada segi
finansial saja dan menggolokngkan transaksi kedalam 2 pos utama yaitu pos pendapatan dan pos
pengeluaran. Pos pendapatan terdiri dari kolekte, stipendium, iura stolae, sumbungan sukarela dan
iuran.Segi keuangan berkaitan dengan angka-angka maka dari itu gereja X masih sama seperti
organisasi lainnya mengutamakn segi keuangan karena lebih mudah diukur daripada segi lainnya.
Pelaporan yang disampaikan ke umat masih dalam tahap pelaporan keuangan saja, untuk pelaporan
aktivitas masih terbatas dalan lingkup kepengurusan saja.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pengukuran melalui segi keuangan belum dapat
dilakukan karena adanya keterbatasan pengambilan data yang dilakukan peneliti, dan menurut isu
yang beredar dalam mengatur segi keuangan masih banyak hal yang ditoleransikan oleh berbagai
pihak termasuk romo kepala di gereja X
Perspektif Umat
Umat pada mulanya memiliki posisi yang terdesak dalam gereja, meskipun umat merupakan
kaum mayoritas dalam gereja karena didominasi oleh kaum rohaniwan. Hal ini menyebabkan gereja
menjadi terlalu hierarkis namun dari waktu ke waktu istilah umat Allah dalam perjanjian lama
dimunculkan dan dihidukan kembali melalui konsili vatikan 2. Dengan paham gereja sebagai umat
Allah, diakui kembali kesamaan martabat dan peranan semua anggota gereja tetapi memiliki fungsi
yang berbeda. Umat menurut perjanjian lama pada hakekatnya adalah orang-orang yang dipilih Tuhan
sendiri dan memiliki tugas-tugas dari Tuhan juga seperti tertulis
Tetapi Aku akan hadir ditengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi
umatKu. (imamat 26:12)
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus,Umat kepunyaan Allah
sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil
kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib (1 Petrus2:9)
Perspektif umat berfokus pada kebutuhan umat terlebih kebutuhan rohani umat dan sudah
menjadi tugas perutusan gereja untuk memenuhi kebutuhan umat. Seperti pelanggan pada organisasi
profit, umat merupakan aset bernilai yang dimiliki oleh gereja sebab pada hakekatnya umat
merupakan unsur utama pembentuk gereja dan dapat dikatakan bahwa umat adalah gereja itu sendiri.
Umat tidak hanya sekedar diartikan sebagai orang yang datang ke gereja mengikuti misa,
berdoa dan pulang. Umat lebih dari sekedar itu karena dengan adanya umat gereja memiliki identitas
dan budaya. Oleh karena itu gereja berkewajiban memberikan pelayanan kerohanian yang terbaik
untuk setiap umatnya. Dalam memenuhi kebutuhan rohani umat, gereja membutuhkan pelayan-
pelayan rohani yang bersedia bekerja demi nama Tuhan dan tidak diberikan upah. Terkadang gereja
dihadapkan dengan suatu kondisi seperti yang dituliskan pada kitab Matius 9:37 “Maka kataNya
kepada murid-muridnya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit” Melihat kondisi ini,
sangatlah tepat untuk melakukan penilaian terhadap perspektif umat agar secara nyata gereja dapat
memberikan hal terbaik dan umat puas akan gereja. Umat gereja X terdiri dari balita (0-5 tahun),
anak-anak (6-12 tahun), remaja awal (13-17 tahun), remaja (18-22 tahun), dewasa awal (23-35 tahun),
dewasa (36-59 tahun), dan lansia ( >60 tahun) yang tinggal di Bekasi dan hingga saat ini umat yang
terdaftar ada 6624. Dari perspektif umat, peneliti memiliki beberapa aspek yang akan peneliti
gunakan, terdiri dari aspek kepuasaan umat, aspek kesetiaan umat, aspek pertumbuhan iman umat dan
aspek pertanggung jawaban gereja.
Aspek pertama, aspek kepuasaan umat terhadap layanan gereja. Untuk menilai kepuasan
umat peneliti melakukan observasi pada waktu peneliti mengikuti kegiatan kategorial dan melakukan
wawancara tidak langsung (berbincang-bincang) sekitar 13 umat yang mewakili beberapa tingkatan
usia yang ada dalam gereja terdiri dari remaja, dewasa awal, dan dewasa serta mewakili gender laki-
laki dan perempuan.
Hasil dari observasi dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap umat gereja X
menunjukan bahwa bahwa umat gereja X cukup puas dengan layanan yang diberikan oleh gereja X.
Tidak hanya mengenai kerohanian, melainkan juga dalam aspek kehidupan sehari-hari dari umat,
pastur dan pekerja-pekerja dalam gereja X sangat memperhatikan umat dan mereka tidak hanya
melayani umat melalui perayaan iman atau misa namun juga mengunjungi umat melalui berkunjung
ke lingkungan, memberikan umat waktu kapan saja untuk menerima sakramen dan sangat membuka
diri untuk umat yang memiliki keperluan untuk berkonsultasi diluar hari sabtu minggu atau pada saat
misa. Dengan kondisi seperti ini, menunjukan bahwa tingkat kepuasan umat terhadap gereja sangat
tinggi karena dari hasil wawancara tidak langsung yang peneliti lakukan, tidak ada umat yang
menyatakan kecewa terhadap pelayanan gereja sehingga tidak ada komplain apapun mengenai
pelayanan gereja.
Aspek kedua, kesetiaan umat terhadap gereja. Untuk menilai kesetiaan umat terhadap
gereja peneliti menilai dari sense of belonging umat terhadap gereja yang pada akhirnya akan
membuat mereka setia terhadap gereja X. Peneliti mengamati data yang dimiliki oleh gereja mengenai
peningkatan umat ditahun 2014- 2015.
Setelah melakukan pengamatan terhadap data-data yang ada, Peneliti juga melakukan
wawancara tidak langsung pada beberapa umat yang aktif kegiatan dan menanyakan lama umat
tersebut aktif dalam gereja. Hasil yang peneliti dapat dari pengamatan data menunjukan bahwa ada
peningkatan umat dari tahun 2014 ke tahun 2015. Pada tahun 2015 total umat dalam gereja X sebesar
6.908 umat.
Tabel 4.11 pertambahan dan pengurangan umat gerja X
2014
Umat gereja X diawal tahun 6.657 orang
pertambaha
n
Orang yang dibaptis 230 orang
Diterima resmi dari gereja kristen
lain (tanpa lewat baptis)
23 orang
Umat yang
pindah ke dalam
paroki
*dari paroki
lain dalam keuskupan
ini
69 orang
*dari
keuskupan lain
-
penguranga
n
Umat yang meninggal dunia 71 orang
Umat yang
pindah keluar gereja
*ke paroki
lain dalam keuskupan
ini
-
*ke
keuskupan lain
-
Umat yang pindah agama ke non
katolik
-
Tabel diatas memberikan bukti kesetian umat gereja X terhadap gereja. Ditahun 2014 tidak
ada umat yang berpindah gereja. Pengurangan umat hanya disebabkan oleh kematian yang tidak dapat
dihindarkan oleh setiap manusia. Untuk lebih membuktikan, peneliti melakukan wawancara tidak
langsung dengan romo A. Menurut romo A perpindahan umat di gereja X yang berpindah ke gereja
kristen lain sangatlah jarang, hal tersebut tidak terjadi rutin setiap tahunnya dan hal tersebut tidak
terjadi di tahun 2014. Kalau hal tersebut terjadi, hanya 8 sampai 10 orang yang berpindah ke gereja
kristen lain kurang lebih 1 atau 2 keluarga. Perpindahan yang cukup sering terjadi adalah perpindahan
umat dari gereja katolik satu dengan gereja katolik lainnya. Perpindahan tersebut tidak menjadi
persoalan gereja X karena setiap gereja katolik dimanapun masih didalam satu naungan yang sama.
Setelah melakukan wawancara kepada romo A peneliti juga mewawancarai beberapa umat
yang cukup aktif didalam gereja, hasil yang peneliti dapat adalah semua umat yang peneliti
wawancarai menyatakan bahwa mereka telah bergereja lebih dari 10 tahun dan bahkan ada yang dari
lahir sudah bergereja di gereja X. Dengan hasil yang telah dijabarkan diatas, peneliti mengambil
kesimpulan bahwa ada sense of belonging umat terhadap gereja dan kesetiaan umat terhadap gereja
terbilang cukup tinggi.
Aspek ketiga, pertumbuhan iman umat. Seperti yang dijabarkan pada sub-bab analisis,
bahwa pertumbuhan iman umat dapat dilihat dari tingkat kehadiran umat dalam misa setiap minggu,
misa lingkungan dan kegiatan gereja lainnya. Untuk menilai aspek ini peneliti mewawancarai romo
ASM dan melihat langsung di gereja X. Dalam wawancara peneliti dan romo ASM peneliti mendapat
suatu fakta bahwa kehadiran umat dalam misa setiap minggu tidak dihitung dan dicatat secara rinci.
Gereja hanya menghitung dari kapasitas ruangan misa yang dimiliki gereja X. Menurut romo ASM
umat yang hadir kurang lebih 4000, kapasitas ruang misa gereja kurang lebih 1200 orang, dan setiap
minggu diadakan 4 kali misa. kalau dihitung secara kasar ada 3/4 umat dari total umat ditahun 2015
yang mengikuti misa mingguan. Hasil tersebut cukup baik karena umat yang mengikuti misa lebih
dari setengah total umat yang terdaftar.
Untuk umat yang hadir dalam misa lingkungan sangat bervariasi jumlah umat yang datang
setiap lingkungannya. Tidak dapat diperkirakan. Sedangkan untuk kehadiran dalam kegiatan gereja
lainnya, umat gereja X sangat antusias tercermin dari rantai kegiatan dalam rangka merayakan HUT
gereja X ke 25. Peneliti yang juga turut serta dalam beberapa acara dalam rangka HUT gereja menilai
bahwa umat yang hadir cukup banyak. Tidak dihitung berapa yang datang namun yang peneliti lihat
adalah hampir seluruh lingkungan gereja penuh dengan umat. Melihat hasil penelitian tersebut dapat
mencerminkan adanya pertumbuhan iman umat didalam gereja sehingga kahidaran umat dalam misa
mingguan serta kegiatan gereja lainnya cukup tinggi.
Pertumbuhan iman umat memiliki damapak yang cukup besar bagi gereja. Umat yang
imannya bertumbuh akan membawa pengaruh bagi dirinya sendiri, lingkungan sekitar tidak terkecuali
gereja X. Dengan iman umat yang bertumbuh kegiatan-kegiatan gereja X juga akan semakin
bervariasi sesuai dengan visi misi dan 5 pilar gereja, karena setiap kegiatan yang dirancang oleh
gereja X merupakan rancangan-rancangan umat yang juga menjadi pengurus gereja X.
Aspek keempat, aspek pertanggung jawaban gereja mengenai pelaporan keuangan dan
pertanggung jawaban mengenai pelaksanaan setiap program yang ada di gereja X. Umat
merupakan salah satu pemilik gereja, maka pihak gereja berkewajiban memberikan pertanggung
jawaban atas pengelolaan uang yang disetorkan oleh umat meskipun umat telah menaruh kepercayaan
penuh dalam hal ini sebab gereja merupakan lembaga kerohanian yang non profit sehingga cukup
jauh dari unsur kecurangan dan gereja juga berkewajiban untuk memberikan laporan pertanggung
jawaban atas setiap program yang dilaksanakan. Dalam keuangan, gereja melakukan pertanggung
jawaban dengan membuat laporan keuangan setiap bulan yang akan dirapatkan oleh dewan paroki
harian, setelah itu akan diumumkan di setiap misa minggu terakhir di akhir misa pada saat
pengumuman. Umat di beritahukan jumalah pemasukan dan pengeluaran bulan itu.
Sejauh ini, tidak ada komplain dari umat mengenai laporan keuangan yang dilaporakan
dengan cara yang telah dijabarkan diatas karena umat telah menaruh kepercayaan penuh kepada
gereja. Untuk pengelolaan keuangan gereja X sendiri dipegang oleh bendahara gereja. Melihat proses
mengenai pertanggung jawaban gereja terhadap umat peneliti menyimpulkan bahwa gereja sudah
cukup baik dalam memberikan pertanggung jawaban karena umat sama sekali tidak ada yang
komplain atas laporan yang diberikan gereja.
Selain dari keempat aspek yang telah dijabarkan diatas, untuk menilai perspektif umat peneliti
mengamati data yang ada berupa kegiatan, sasaran prioritas dan target.
Tabel 4.12 Tabel Pengamatan perspektif umat
Sasaran Prioritas Target hasil
Mengajak semua
anggota untuk lebih
meningkatkan pendalaman
imannya
90% Anggota
kategorial
93% anggota
kategorial yang hadir
Meningkatkan
komunikasi dan kerjasama
diantara anggota serta
pendalaman iman
80% Anggota
kategorial
93% anggota
kategorial yang hadir
Mendorong
tumbuhnya kesadaran
anggota dan umat akan
pentingnya pelayanan /
kepekaan terhadap
masyarakat dan lingkungan
90% Anggota
kategorial
93% anggota
kategorial yang hadir
Meningkatkan dan
mengembangkan pemahaman
pewarta kitab suci dan umat
akan kitab suci
110 orang 110 orang yang
hadir perwakilan dari
seluruh lingkungan
Pelayanan umat yang
baik
Tidak adanya
keluhan pelayanan
sekretariat
Tidak ada keluhan
dari umat atas pelayanan
sekretariat
Mengembangkan
iman umat yang mendalam
mengenai lingkungan hidup
Semua wilayah Semua wilayah
turut serta
Tabel pengamatan diatas merupakan beberapa kegitan gereja yang dapat mengukur perspektif
umat. Dari hasil diatas menunjukan bahwa kinerja gereja X bila diukur dengan perspektif umat baik,
karena target dari setiap sasaran prioritas dapat tercapai dengan baik.
Perspektif Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan umat Kristiani merupakan perkejaan yang dilakukan dalam lingkup
kerohanian. Makna pekerjaan menurut Alkitab seperti tertulis pada kitab Yohanes 6:27-29
“ Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan
bertahan hidup yang kekal, yang kan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan
oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya. Lalu kata mereka kepadaNya: “apakah yang harus kami
perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka:
“ inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia, yang telah
diutus Allah.”
Perspektif aktivitas dapat diukur dari peningkatan kualitas berupa inovasi dan upaya
peningkatan layanan terhadap umat atas aktivitas yang diadakan gereja. Hal ini menunjukan bahwa
aktifitas yang dilakukan dalam gereja merupakan salah satu aspek paling penting yang merupakan
perwujudan visi dan misi gereja karena tanpa aktivitas gereja yang tepat maka tujuan, visi dan misi
gereja tidak akan tersampaikan dengan tepat kepada sasaran yang tepat. Dalam melakukan penilaian
atas perspektif ini, peneliti mengadakan observasi terhadap segala upaya peningkatan kualitas dan
pelayanan yang dilakukan untuk itu ada 4 aspek yang teliti yaitu: Inovasi aktivitas, peningkatan
pelayanan terhadap aktivitas yang ada, relevansi aktivitas dengan visi misi gereja, dan relevansi
aktivitas dengan 5 pilar gereja yang telah ditetapkan.
Aspek pertama inovasi aktivitas. Untuk menilai aspek ini peneliti lebih banyak mengamati
dan mendengar isu-isu yang sedang beredar. Dalam melakukan inovasi aktivitas gereja X
mengadakan survei atau terjun langsung ke umat dengan melakukan pendekatan melalui pengadaan
misa lingkungan berkala para pengurus gereja terutama kedua romo secara bergantian mengadakan
misa di setiap lingkungan dan dilanjutkan dengan tanya jawab serta santap malam atau dengan ibadah
lingkungan yang dapat dipimpin oleh seorang ketua lingkungan, setelah itu umat dapat melakukan
tanya jawab dengan ketua lingkungan, kemudia ketua lingkungan akan membawa pesan-pesan dari
umat kepada dewan paroki beserta para romo.
sejauh ini, dari hasil pengamatan yang dilakukakn terhadap umat, didapati bahwa tahun ini
sesuai arahan dasar gereja katolik 2016-2018 gereja X memiliki kebutuhan baru yaitu gereja X perlu
menjadi fasilitator agar menjadikan umat tidak hanya membangun persaudaraan sejati tetapi
menjadikan umat sebagai umat yang merdeka dalam segala hal dengan mengamalkan Pancasila serta
menyelami lebih lagi mengenai kerahiman Ilahi. Inovasi yang dilakukan antara lain membagikan
rosario merah putih serta berkumpul bersama mendoakan setiap unsur dari negara Republik Indonesia
melalui doa rosario, mengajak umat untuk berziarah 9 goa maria untuk menyelami kerahiman Ilahi
serta mendapatkan indulgensi (penghapusan dosa) penuh, dan mengadakan seminar mengenai
kerahiman Ilahi yang memerdekakan.
Dengan melihat hal diatas yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa gereja X sudah
cukup berhasil dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan baru dalam rangka inovasi dan
melakukan upaya untuk pemenuhannya dengan mengadakan aktivitas baru yang diperlukan dalam
perwujudan visi, misi, dan tujuan.
Aspek kedua, peningkatan pelayanan terhadap aktivitas yang ada. Untuk menilai aspek
ini peneliti melakukan pengamatan mendalam. Dalam melakukan peningkatan pelayanan terhadap
aktivitas yang ada, pihak gereja membangun poliklinik untuk menambahkan pelayanan kesehatan
untuk umat serta sebuah gedung yang disebut graha gereja X untuk para umat yang ingin
melaksanakan sakramen pernikahan. Pada tahun ini juga gereja membangun sebuah ruangan yang
disebut ruang Sakramen Maha Kudus yang berfungsi untuk para umat berdoa dengan lebih khusuk
dihadapan Maha Kudus yaitu Tubuh Kristus yang dilambangkan dengan sebuah Hosti besar,
meskipun ruang tersebut sampai saat ini belum jadi namun proses pembangunan sangatlah cepat sejak
batu pertama diletakan pada saat perayaan 25 tahun gereja X. Gereja X juga meningkatkan pelayanan
konseling serta penerimaan sakramen tobat dan perminyakan disaat-saat yang darurat dan umat dapat
datang langsung ke gereja atau konfirmasi dahulu apabila ingin datang ke gereja.
Aspek ketiga, Relevansi aktivitas dengan visi misi gereja. Untuk melakukan penilian aspek
ini, peneliti mengamati data-data yang ada. Peneliti mengamati data aktivitas gereja pada tahun 2015
yang dibagi berdasarkan 19 seksi yang ada dalam gereja X. Selain aktivitas 19 seksi, peneliti
menemukan beberapa aktivitas yang ditangani oleh bagian kategorial, namun peneliti tidak dapat
melakukan penilaian terhadap bagian kategorial karena aktivitas didalamnya tidak rutin dan tidak
terjadwalkan.
Visi misi yang dimiliki gereja X menyadarkan setiap umat bahwa mereka diutus dan
dipanggil untuk menciptakan persaudaraan sejati baik didalam gereja maupun diluar gereja. Hasil
yang peneliti dapat dalam mengamati setiap aktivitas yang ada sebagai berikut
Tabel 4.13 hasil pengamatan peneliti
Seksi Jumlah Jumlah kegiatan yang
membangun persaudaraan sejati
Liturgi 10 2
Panggilan 6 2
Katekese 7 2
KKS (Kerasulan
Kitab Suci)
10 1
KOMSOS
(Komunikasi Sosial)
4 -
Pendidikan 8 2
Kerasulan Keluarga 8 1
HAAK ( Hubungan
Antar Agama dan
kerpercayaan)
4 2
PEMIKAT
(Pertemuan Mitra Kategorial)
6 2
Prodiakon 7 3
Lingkungan Hidup 9 -
Dewan Paroki Harian 23 -
Keamanan 6 2
RT Paroki 21 3
PSE (pelayanan
sosial dan ekonomi)
6 -
Kesehatan 3 1
St. Yusuf 4 -
ASAK (Ayo Sekolah
Ayo Kuliah)
6 -
Kepemudaan 11 8
Total 15
9
30
Presentase aktivitas yang membangun persaudaraan sejati dari seluruh total aktivitas:
30 ÷ 159 × 100% = 18,86% ≈ 19% Dari hasil pengamatan peneliti hanya ada 19% aktivitas dari seluruh seksi yang
membangun persaudaraan sejati didalam maupun diluar gereja. Dapat dikatakan hasil yang ada
kurang baik bila dilihat dari aspek relevansi aktivitas dengan visi misi gereja. Namun keberhasilan
perspektif aktivitas tidak hanya dari aspek ini saja. aspek relevansi aktivitas dengan visi misi gereja
merupakan suatu hal yang penting, akan tetapi dalam budaya gereja X aktivitas lebih diarahkan sesuai
dengan pilar gereja yang telah ditetapkan oleh induk gereja X yaitu Keuskupan Agung Jakarta.
Aspek keempat, Relevansi aktivitas dengan 5 pilar Gereja. Untuk aspek ini peneliti
melakukan pengamatan secara langsung kegiatan-kegiatan gereja X. 5 pilar gereja menjadi dasar
setiap seksi dalam membuat aktivitas maka dari itu setiap seksi memiliki aktivitas yang berunsur dari
5 pilar gerja diakonia, koinonia, martiria, kerygma, liturgia. Dalam sati aktivitas dapat memiliki 2 atau
lebih unsur 5 pilar gereja. Selain itu pada tahun ini gereja X menjalankan serangkaian kegiatan untuk
merayakan HUT ke 25, rangkaian kegiatan tersebut memberikan bukti nyata bahwa aktivitas gereja X
merupakan perwujudan 5 pilar gereja serta visi misi gereja X sendiri.
Tabel 4.14 kegiatan HUT ke 25 gereja X
Kegiatan
Pelantikan panitia & launching logo Liturgia
Penyerahan pohon ke kelurahan Koinonia & visi misi
Pesta pembukaan -
Penanaman pohon palem Visi misi
Seminar Kerygma & martiria
Pemberian makanan tambahan di
posyandu RW 08
Visi misi
Jalan sehat, aerobic, dan bazaar Visi misi & koinonia
Lomba paduan suara & vocal group
OMK
Visi misi
Khitanan massal Diakonia & visi misi
Seminar keluarga misa kreasi SMP
strada BW
Visi misi, liturgia, & koinonia
Misa Kreasi Wacana Bhakti Liturgia
Nonton Bareng Visi misi & koinonia
misa inkulturasi Liturgia
Pertandingan Olahraga Visi misi
Dengan hasil diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam aspek ini gereja X cukup
baik. Setiap aktivitas yang dilakukan sesuai dengan 5 pilar gereja yang telah ditetapkan oleh
Keuskupan Agung Jakarta sebagai induk dari gerja X.
Dengan penjelasan diatas, dapat dinilai bahwa upaya gereja X dalam melakukan peningkatan
pelayanan terhadap segala aktivitas untuk umat sudah maksimal sehingga dapat memberikan
pelayanan-pelayanan yang maksimal dalam bidang kerohanian serta pelayanan kesehatan. Sehingga
dengan kata lain gereja X meningkatkan pelayanan pada segi kerohanian dan jasmani para umatnya.
Setiap aktivitas dalam gereja X diadakan dengan tujuan yang jelas karena semuanya memperhatikan
kebutuhan umat dan dilakukan sebagai upaya-upaya menjalankan visi misi gereja serta 5 pilar gereja.
Selain dari keempat aspek yang telah dijabarkan diatas, untuk menilai perspektif aktivitas
peneliti mengamati data yang ada berupa kegiatan, sasaran prioritas dan target.
Tabel 4.15 Tabel Pengamatan Perspektif Aktivitas
Sasaran
prioritas
Target Hasil
Tersedianya
Pelayanan liturgi
Terlaksanan
ya perayaan ekaristi
terlaksana
bagi umat dengan romo tamu
Membina
relasi , toleransi,
peduli,berbelarasa
dengan lingkungan
masyarakat non
katolik
4 kali dalam
setahun
6 kali dalam
tahun 2015
meningkatka
n kemampuan dalam
mewartakan iman
60 orang 82 orang
Memperbaiki
dan menyediakan
sarana dan prasarana
10 buah
tempat sampah dan
perbaikan air
mancur
10 tempat
sampah dan air
mancur telah
diperbaiki
Tabel pengamatan diatas merupakan beberapa kegitan gereja yang dapat mengukur perspektif
aktivitas. Dari hasil diatas menunjukan bahwa kinerja gereja X bila diukur dengan perspektif umat
baik, karena target dari setiap sasaran prioritas dapat tercapai dengan baik.
Perspektif Pekerja
Pekerja dalam gereja sangat berbeda dengan pekerja (karyawan) pada perusahaan atau
organisasi bisnis. Pekerja dalam gereja lebih diartikan sebagai pelayan Tuhan sehingga ketika bekerja
harus dengan motivasi melayani Tuhan sepenuh hati tanpa mengharapkan upah dari manusia sebab
yang mereka layani adalah Tuhan. Dalam perkembangannya, pekerja juga menjadi salah satu yang
menjadi peranan penting untuk pencapaian fungsi gereja sebagai organisasi yang memberikan
pelayanan kerohanian kepada masyarakat.
Perspektif pekerja adalah hal yang perlu diperhatikan dalam gereja meskipun jumlah pekerja
di gereja X belum cukup memadai dibandingkan jumlah umat di gereja X. Untuk menilai perspektif
pekerja ini peneliti membagi menjadi 2 aspek yang terdiri dari aspek kepuasan pekerja dan aspek
penciptaan iklim kerja yang kondusif. Dengan pekerja yang kompeten dan memiliki loyalitas maka
kualitas pelayanan berupa aktivitas terhadap umat dapat dipertahankan dan ditingkatkan dengan
berjalannya waktu serta dengan adanya upaya penciptaan iklim kerja yang kondusif dapat
memberikan rasa nyaman ketika para pekerja memberikan kontribusinya.
Aspek pertama, kepuasan pekerja.Untuk melakukan penelitian ini, peneliti melakukakn
observasi terhadap data pekerja yang ada di gereja X. Berdasarkan data yang diperoleh, didapat
informasi mengenai jumlah pekerja yang ada di gereja X sampai saat ini adalah 17 orang yang terdiri
dari 1 orang kasir, 2 orang koster,2 orang RT pastoran, 1 orang umum, 6 orang satpam, 2 orang
tukang kebun, 2 orang kerbersihan, dan 1 orang sekretariat. Upaya gereja X dalam meningkatkan
kualitas dan kesejahteraan pekerja gereja dengan memberikan pelatihan atau seminar yang bersifat
kerohanian (dapat dilihat dalam lampiran) dan memberikan waktu kepada para pekerja untuk
berkonsultasi mengenai masalah atau kesulitan dalam melakukan pekerjaan di gereja X serta
berdiskusi untuk penyelesaiannya.
Selain itu, setelah melakukan observasi lebih lanjut didapat informasi bahwa setiap pekerja di
gereja X mengerjakan suatu hal dengan budaya saling tolong menolong sesuai apa yang mampu
dikerjakan. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara tidak langsung kepada 2 pekerja, dari hasil
wawancara tersebut peneliti mendapatkan informasi bahwa untuk meningkatkan kualitas para pekerja
yang berada jauh dari lingkungan gereja X berkesempatan tinggal di gereja dan menurut mereka pasra
pastur di gereja X juga sangat ramah dan tidak pernah mengganggap para pekerja seperti bawahannya
sehingga hubungan antara pastur selaku yang memiliki tanggung jawab terbesar digereja dengan para
pekerja selayaknya seorang teman/sahabat, meskipun seorang pastur namun para pastur di gereja X
tidak segan-segan membantu pekerjanya. “budaya kerja disini enak, tolong menolong. Beda pendapat
sih pernah tapi gak sampe berantem ni tetap akur” kata pak AB. Kalimat ini peneliti dapatkan dari
wawancara tidak langsung, dan kalimat ini membuktikan bahwa para pekerja cukup puas dengan
bekerja di gereja ini.
Melihat pekerja yang dimiliki gereja X tidak terlalu banyak, tidak terlalu sulit bagi pihak
gereja untuk memantau kualitas kerja dan kesejahteraan mereka. Selama masa pengamatan
berlangsung, peneliti mengambil kesimpulan bahwa para pekerja merasa cukup puas dengan perhatian
dan kepedulian yang telah diberikan piahk gereja kepada mereka, oleh sebab itu para pekerja
termotivasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan dapat berpartisipasi dalam memajukan
gereja x.
Sedangkan untuk aspek kedua, penciptaan iklim kerja yang kondusif, pihak gereja sudah
berupaya cukup maksimal mungkin karena gereja X merupakan organisasi dibidang pelayanan yang
memiliki dasar kerohanian sehinga selalu diupayakan suatu penciptaan iklim kerja yang kondusif.
Penciptaan iklim kerja yang kondusif berupa penciptaan rasa nyaman, tenang, dan kepedulian antar
tiap individu dari para pekerja yang bekerja di gereja X.
Selain dari kedu aspek yang telah dijabarkan diatas, untuk menilai perspektif pekerja peneliti
mengamati data yang ada berupa kegiatan, sasaran prioritas dan target.
Tabel 4.16 Tabel Pengamatan Perspektif Pekerja
Sasaran
prioritas
Target Hasil
Meningkatny
a petugas liturgi
40 orang 55 orang
Menambah
jumlah seksi
pendidikan
12 orang 12 orang
meningkatka
n dan mendalami
iman kritiani seerta
menjalin keakraban
semua anggota
keluarga katekese
60 orang 82 orang
Melakukan
pendekatan
kekeluargaan, agar
karyawan kompak
dalam bekerja
Tingkat
kehadiran 90% dan
evaluasi kinerja per
tiap bulan
Tignkat
kehadiran para
pekerja sampai 90%
dan evaluasi tetap
diadakn tiap bulan
dalam rapat pleno
Tabel pengamatan diatas merupakan beberapa kegitan gereja yang dapat mengukur perspektif pekerja.
Dari hasil diatas menunjukan bahwa kinerja gereja X bila diukur dengan perspektif umat baik, karena
target dari setiap sasaran prioritas dapat tercapai dengan baik.
Melihat penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam perspektif pekerja gereja X sudah
cukup maksimal dapat dilihat dari berbagai upaya yang dilakukan dalam usaha meningkatkan kualitas
dari para pekerja sesuai dengan kapasitas mereka. Gereja X juga cukup peduli dengan para pekerja
sehingga para pekerja merasa puas dan dapat memaksimalkan kinerja mereka dengan adanya
pelatihan atau seminar yang diadakan khusus para pekerja. Hal tersebut membuat para pekerja
menghasilkan sesuatu yang lebih baik untuk memberikan yang terbaik bagi gereja X.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisi yang dilakukan pada Bab IV, kesimpulan yang dapat ditarik sebagai berikut:
1. Untuk melakukan pengukuran kinerja menggunakan balance scorecard terhadap gereja yang pada
dasarnya merupakan organisasi non profit, diperlukan penyesuaian atas keempat perspektif balance
scorecard yang pada umunya digunakan untuk organisasi-organisasi profit.
2. Penggunaan perspektif keuangan pada balance scorecard terasa tidak optimal dilakukan dengan
budaya gereja X, karena adanya keterbatasan peneliti dalam menyediakan data keuangan.
3. Dilakukan penyesuaian terhadap perspektif pelanggan menjadi perspektif umat.. Perspektif umat
dinilai dari 4 aspek yang terdiri dari kepuasan umat, kesetiaan umat, pertumbuhan iman umat dan
pertanggung jawaban gereja. Kinerja dalam perspektif umat sudah baik.
4. Dilakukan penyesuaian terhadap perspektif proses bisnis menjadi perspektif aktivitas, karena
dengan kata lain proses bisnis didalam sebuah gereja disebut aktivitas. Dalam menilai perspektif
aktivitas peneliti mengelompokan menjadi 4 aspek yang terdiri dari aspek inovasi aktivitas,
peningkatan pelayanan terhadap aktivitas yang ada, relevansi aktivitas dengan visi misi gereja, dan
relevansi aktivitas dengan 5 pilar gereja. Kinerja dalam perspektif aktivitas sudah berjalan dengan
baik.
5. Dilakukan penyesuaian terhadap perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menjadi perspektif
pekerja, karena didalam gereja ada 2 subjek yang dapat diukur dalam perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran yaitu umat dan pekerja, sedangkan umat sudah ada pada perspektif umat maka peneliti
melakukan penyesuaiasan menjadi perspektif pekerja. 2 aspek dalam menilai perspektif pekerja yaitu:
aspek kepuasan pekerja dan penciptaan iklim kerja yang kondusif. Kinerja dalam perspektif pekerja
sudah baik, terbukti dengan banyaknya aktivitas yang semakin beragam serta tidak adanya komplain
dari umat.
6. Tema-tema budaya yang muncul adalah:
• Pertumbuhan iman umat menyebabkan tingginya jumlah umat dalam perayaan misa lingkup gereja,
lingkungan dan wilayah.
• Cara mengukur pertumbuhan iman umat dengan menghitung jumlah umat yang hadir dalam
perayaan iman.
• Pertumbuhan iman umat menyebabkan umat ingin semakin serupa dengan Tuhan dan menjadi
pribadi lebih baik untuk lingkungan sekitarnya.
• Pelaporan keuangan gereja harus melalui pemeriksaan oleh beberapa pengurus gereja yang akan
dilaporkan ke Keuskupan Agung Jakarta.
• Gereja tidak akan menyerah untuk terus membawa umat mendekati 5 pilar gereja dalam kondisi
apapun.
SARAN
Saran yang diberikan peneliti berkenaan dengan penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian mendatang diharapkan dapat meningkatkan jumlah informan, tidak hanya 2 orang
informan. Tetapi bisa 2 orang informan atau lebih.
2. Penelitian mendatang diharapkan meningkatkan intensitas dalam melakukan wawancara formal.
3. Penelitian mendatang diharapkan mampu menambah maupun memodifikasi pertanyaan agar
semakin relevan dengan perkembangan zaman.
4. Gereja X diharapkan untuk terus berkembang dan berinovasi dalam perspektif umat, aktivitas dan
pekerja, agar visi dan misi dapat terus tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Cresswell, Jhon W (2012). Eduactional Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative
and Qualitative Research, Edisi 4,Ney Jersey: Person Education, Inc
Gaspersz, Vincent (2013), All-in-one 150 Key Performance Indicators and Balanced
Scorecard, Malcom Baldrige, Lean Six Sigma Supply Chain Management, Edisi 1, Bogor: Tri-Al-
Bros Publishing
Gozali, Dodi M 2005, COMMUNICATION MEASUREMENT, Konsep dan Aplikasi Pengukuran
Kinerja Public Relations, Rema Karyanti S ‘(ed)’, Edisi Pertama, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media
Kaplan, Robert S., David P. Norton 2000, Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi,
diterjemahkan oleh Peter R. Yosi Palsa, Jakarta: Erlangga
Mulyadi 2001a, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: Sistem Pelipatgandaan Kinerja
Perusahaa, Edisi Ke-2, Jakarta: Salemba Empat
Nawawi, Ismail 2013, BUDAYA ORGANISASI KEPEMIMPINAN DAN KINERJA Proses
Terbentuk, Tumbuh Kembang, Dinamika, dan Kinerja Organisasi, Edisi Pertama, Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group
Rangkuti, Freddy 2016, SWOT BALANCED SCORECARD Teknik Menyusun Strategi Korporat
yang Efektif plus Cara Mengelola Kinerja dan Risiko, Edisi ke-6, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Spradley, James P 2006, METODE ETNOGRAFI, Edisi 2, Yogyakarta: Tiara Wacana
https://www.academia.edu/9000018/Pengelompokan_Etnografi_Menjadi_Tiga_Jenis_Menurut_Hedd
y_Shri_ahimsa_putra
https://www.academia.edu/12016690/Model_Akuntabilitas_Organisasi_Non_Profit_pada_Masjid