bait bait rindu untukmu sm.doc

2
Puisi dari @narasibulanmerah Perkara Mengirim Hujan /1/ Sambil memeluk kuyup kau bertanya kepadaku: Inikah caramu melipat jarak? - Tempias-tempias hujan yang aku kirimkan itu, semoga bisa menggugurkan resah di dadamu, membalik harapan yang pernah dirampas waktu, untuk dapat menyelesaikan cerita-cerita yang sempat tertahan di bibir kita. /2/ Malam itu, aku menulis larik-larik rahasia, dengan kata-kata di dalamnya yang nanti akan dibahasakan oleh semesta. Aku menulis menggunakan tinta yang terbuat dari benih-benih hujan, lalu kulipat sebagai sepucuk rindu. /3/ Sebelum mimpimu benar-benar dituntaskan gigil pagi dan diselesaikan sapa matahari, lewat doa-doa aku bersekongkol dengan angin, menerbangkan dan mengaraknya kepada barisan awan-awan yang semoga esok akan mejelma abu-abu langit kotamu. Menjadikannya hujan, menjatuhkan rintik-rintik yang gemericik; menterjemahkan aku yang tak selalu bisa menemanimu. /4/ Kelak, jika jarak sudah benar-benar bisa kita lipat, aku akan mengajakmu menari di bait-bait antariksa dan tak akan pernah melepas lagi genggam tanganmu. Sementara, akan aku kembalikan rasi-rasi bintang yang sengaja kucuri, yang dulu pernah menujukkan arah untuk dapat menemukanmu sekali lagi. Namun sesekali, akan kuajak kau menziarahi makam penantianku, untuk mengingatkan kita kepada alur-alur

Upload: rezki

Post on 03-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bait bait rindu untukmu SM.doc

Puisi dari @narasibulanmerah

Perkara Mengirim Hujan

/1/

Sambil memeluk kuyup kau bertanya kepadaku: Inikah caramu melipat jarak? - Tempias-tempias hujan yang aku kirimkan itu, semoga bisa menggugurkan resah di dadamu, membalik harapan yang pernah dirampas waktu, untuk dapat menyelesaikan cerita-cerita yang sempat tertahan di bibir kita.

/2/

Malam itu, aku menulis larik-larik rahasia, dengan kata-kata di dalamnya yang nanti akan dibahasakan oleh semesta. Aku menulis menggunakan tinta yang terbuat dari benih-benih hujan, lalu kulipat sebagai sepucuk rindu.

/3/

Sebelum mimpimu benar-benar dituntaskan gigil pagi dan diselesaikan sapa matahari, lewat doa-doa aku bersekongkol dengan angin, menerbangkan dan mengaraknya kepada barisan awan-awan yang semoga esok akan mejelma abu-abu langit kotamu. Menjadikannya hujan, menjatuhkan rintik-rintik yang gemericik; menterjemahkan aku yang tak selalu bisa menemanimu.

/4/

Kelak, jika jarak sudah benar-benar bisa kita lipat, aku akan mengajakmu menari di bait-bait antariksa dan tak akan pernah melepas lagi genggam tanganmu. Sementara, akan aku kembalikan rasi-rasi bintang yang sengaja kucuri, yang dulu pernah menujukkan arah untuk dapat menemukanmu sekali lagi. Namun sesekali, akan kuajak kau menziarahi makam penantianku, untuk mengingatkan kita kepada alur-alur cerita paling rahasia; lalu memanjatkan doa-doa. Di sana, aku memelukmu di bawah hujan itu, kita bernaung pada satu lengkung payung.

Solo, 16 Maret 2015 (04:18)