bahan proseding des 09
TRANSCRIPT
PENGARUH KOMBINASI TANAMAN CEMPAKA (Elmirillia ovalis Dandy), MAHONI (Swietenia macrophylla) DAN TANAMAN SEMUSIM
TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN DAN EROSI DI HULU DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TONDANO SULAWESI UTARA
Oleh :
Laode Asir, Harwiyaddin Kama, dan JafaruddinBalai Penelitian Kehutanan Manado
d/a : Jl. Adipura Raya Kelurahan Kima Atas Kecamatan Mapanget Kota Manado E- mail : [email protected] /[email protected]
RINGKASAN
Daerah hulu Tangkapan Air Danau Tondano adalah daerah dataran tinggi yang pada umumnya merupakan lahan pertanian yang diolah secara intensif. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk maka luas lahan garapan memberikan pengaruh terhadap kualitas maupun kuantitas hutan di daerah tersebut. Tingginya persentase lahan terbuka di daerah hulu akhir-akhir ini merupakan indikasi dari buruknya system usaha tani yang di lakukan oleh masyarakat yang berdampak langsung terhadap percepatan proses pendangkalan danau Tondano. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman yang dicobakan yaitu cempaka (Elmirillia ovalis Dandy), mahoni (Swietenia macrophylla), dipadukan dengan tanaman sayuran yaitu kembang kol (Brassica oleracea var botrytis) dan bawang daun (Allium porum B l ) terhadap limpasan dan erosi degan penerapan teknik konservasi tanah dan air guna menyediakan data dan informasi teknik RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah) untuk pengendalian erosi di DTA Danau Tondano . Alternatif teknik yang dipilih adalah teknologi yang mudah diterapkan oleh sumberdaya lokal yang ada. Teknik ini diharapkan mampu memperbaiki kondisi lahan sekaligus mampu memberikan kontribusi pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limpasan tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 703,448 m3/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman kembang kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan limpasan terendah sebesar 233,559 m3/ha. Erosi tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 0,1723 ton/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman kembang kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan erosi terendah sebesar 0,083 ton/ha.
Kata Kunci : daerah tangkapan air, erosi, konservasi tanah dan air
I. PENDAHULUAN
Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah sebagai daerah tertentu yang
1
bentuk dan sifatnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan
sungai maupun anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam
fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber
air lainya lalu kemudian mengalirkannya melalui sungai utamanya (single
outlet) menuju ke danau maupun ke laut. DTA Tondano adalah suatu
kesatuan wilayah yang meliputi Danau Tondano, dimana semua anak-anak
sungainya, serta kawasan yang terbentang dari bahagian hulu di Kecamatan
Langowan Barat dan Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa hingga
bahagian hilir Sungai Tondano yang bermuara di Kuala Jengki (Sungai Jengki),
kota Manado.
Danau Tondano dimanfaatkan untuk perikanan, pembangkit listrik dan
parIwisata. Daerah tangkapannya terdiri dari kawasan hutan, pertanian
(perkebunan, persawahan, tanaman semusim dan hortikultura), serta
pemukiman. Pemanfaatan kekayaan alam tersebut sejak bertahun-tahun
telah memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat, tidak hanya di
Kabupaten Minahasa dan Kota Manado, bahkan telah menjadi salah satu
andalan daerah Sulawesi Utara yang mendukung berputarnya roda
perekonomian, antara lain karena adanya pembangkit listrik tenaga air
(PLTA), usaha perikanan, parawisata, pemanfaatan airnya dimanfaatkan oleh
PDAM Kota Manado.
Adanya tekanan penduduk yang akhir-akhir ini makin meningkat
tehadap lahan berhutan untuk kegiatan pertanian menyebabkan kualitas dan
kuantitas hutan mengalami degradasi. Menurut Ratag (2004), tutupan hutan
di DTA Tondano saat ini tersisa tinggal < 10% yang tersebar hanya di
puncak-puncak pegunungan. Persoalan lainnya adalah distribusi air yang
tingkat fluktuatifnya terlalu tinggi antara musim kemarau dan musim
penghujan. Pada musim hujan air sungai meluap dan sebaliknya pada musim
kemarau pasokan air berkurang dan hal ini berdampak hingga ke kota
Manado. Fenomena ini terjadi karena adanya perubahan tataguna lahan
2
yang mengakibatkan perubahan ekosistem, sehingga menimbulkan kerugian
ekologi maupun ekonomi pada daerah tangkapan air maupun Danau
Tondano.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh tanaman
tahunan yaitu cempaka (Elmirillia ovalis Dandy), mahoni (Swietenia
macrophylla), yang dipadukan dengan tanaman sayuran yaitu kembang kol
(Brassica oleracea var botrytis) dan bawang daun (Allium porum Bl) terhadap
limpasan dan erosi degan penerapan teknik konservasi tanah dan air guna
menyediakan data dan informasi teknik RLKT (Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah) untuk pengendalian erosi di DTA Danau Tondano.
3
II. PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sub-Sub DAS Masarang, Daerah
Tangkapan Air Danau Tondano yang terletak di Gunung Masarang-Rurukan,
Kecamatan Tomohon Timur, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Desember 2008.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada peneltian ini adalah : Bibit tanaman
tahunan yaitu cempaka (Elmirillia ovalis Dandy) dan mahoni (Swietenia
macrophylla), tanaman semusim yaitu kembang kol (Brassica oleracea var
botrytis) dan bawang daun (Allium porum Bl)
Gambar 1. Bawang daun dan kembang kol
C. Metode
Di lokasi dataran tinggi Danau Tondano dilakukan penelitian konservasi
tanah dengan tanaman sayuran yaitu : kembang kol dan bawang daun
dengan memadukan teknik konservasi sipil teknis berupa bedengan dan
penanaman sejajar kontur. dan jenis tanaman kayu-kayuan yaitu mahoni dan
cempaka dengan jarak tanam 3 x 4 meter. Areal penelitian terbagi ke dalam
3 blok kemiringan yaitu 15 - 30 %. 30 - 45 %, dan > 45 %.%, dan > 45 %.
Pada setiap blok dibuat 3 plot penelitian untuk mengukur limpasan
permukaan dan erosi dengan ukuran plot 4 X 10 m. Rancangan plot pada
lokasi di DTA Danau Tondano.
Kemiringan Lereng 15 -30 %
4
B1P1 : Bedengan + kembang kol + bawang daun (kontrol/sesuai petani
setempat)
B1P2 : Bedengan + mulsa vertikal + kembang kol + bawang daun
B1P3 : Bedengan + mahoni + cempaka + mulsa vertikal + kembang kol +
bawang daun
Kemiringan Lereng 30 - 45 %
B2P1 : Bedengan + kembang kol + bawang daun (kontrol/sesuai
petani setempat)
B1P2 : Bedengan + mulsa vertikal + kembang kol + bawang daun
B1P3 : Bedengan + mahoni + cempaka + mulsa vertikal + kembang kol +
bawang daun
Kemiringan Lereng > 45 %
B3P1 : Bedengan + kembang kol + bawang daun (kontrol/sesuai
petani setempat)
B1P2 : Bedengan + mulsa vertikal + kembang kol + bawang daun
B1P3 : Bedengan + mahoni + cempaka + mulsa vertikal + kembang kol +
bawang daun
Rancangan pola tanam dijelaskan dalam gambar 2 berikut.:
4
5
B1P1/B2P1/B3P1 B1P2/B2P2/B3P2 B1P3/B2P3/B3P3
4 m10 m
4 m
Cempaka
Mulsa vertikal
♣♣♣♣♣♣
▓▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣♣♣
▓▓
▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣♣♣
▓▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣♣♣
▓▓
▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣♣♣♣
▓▓▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣
♣♣♣♣♣♣♣
Bedengan
4 m10 m
4 m
Saluran kosong
♣♣♣♣♣♣
▓▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣♣♣
▓▓
▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣♣♣
▓▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣♣♣
▓▓
▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
▓▓▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣
♣♣♣♣♣♣♣♣
Bedengan
4 m10 m
4 m
Mahoni
Mulsa vertikal
♣♣♣♣♣♣
▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣♣♣
▓▓
▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣♣♣
▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣♣♣
▓▓
▓▓▓▓▓▓
♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣
▓▓▓▓▓▓▓▓
♣♣♣
♣♣♣♣♣♣
3
m
Bedengan
Gambar 2. Rancangan pola tanam di DTA Tondano
D. Analisis Data
Indikator yang digunakan untuk menilai dampak dari masing-masing
perlakuan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman tahunan,
hasil/produksi tanaman, aliran permukaan/limpasan dan erosi. Data yang
dikumpulkan dalam kegiatan ini adalah data hujan, limpasan, sedimen,
pertumbuhan tanaman dan produksi.
6
1. Data hujan, limpasan dan sedimen
Data hujan diukur dengan menggunakan Alat Takar Hujan Sederhana
(ATHUS). Data dari ATHUS merupakan data harian yang diukur setiap hari
pada jam tujuh pagi untuk kejadian hujan satu hari sebelumnya yang
dicatat sebagai hujan harian. Limpasan dan erosi diukur dengan metode
plot uji coba menggunakan kolektor erosi.
2. Tanah
Pengambilan sampel terganggu (komposit) dan dilakukan pada titik
tertentu yang dianggap mewakili. Selanjutnya sampel tanah tersebut
dianalisis di laboratorium untuk mengetahui sifat kimia tanah. (pH,
kandungan hara makro N, P, K dan C-organik)
3. Limpasan dan Erosi
Sampel air yang diambil pada kolektor pada tiap kejadian kemudian
dianalisis di laboratorium. Data limpasan diperoleh melalui pengukuran
volume air yang ada dalam kolektor. Sedangkan data sedimen diperoleh
dari hasil analisis laboratorium sampel air yang berasal dari kolektor
melalui metode penguapan (Evaporation Method). Untuk menentukan
konsentrasi sedimen, terlebih dahulu dihitung berat sedimen pada botol
sampel.
Adapun formula dalam perhitungan analisis sedimen sebagai
berikut :
C = 1000/V X (b - a) X 1000 (mg/l)
Keterangan :
C = Konsentrasi sampel erosi (mg/l)
V = Volume sampel erosi (ml)
b = berat cawan berisi sampel erosi (gr)
a = berat cawan kosong (gr)
7
Erosi aktual dari plot dihitung dengan rumus :
A = (V1.C1) + a (V2.C2)
Keterangan :
A = Erosi (ton/ha)
V = Volume aliran (m3/ha)
C = Konsentrasi erosi (mg/l)
a = jumlah lubang pada kolektor
1 - 2 = nomor drum
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Curah hujan
Hasil pengamatan curah hujan berupa jumlah hari hujan bulanan,
besarnya curah hujan bulanan dan curah hujan harian rata-rata yang terjadi
selama tahun 2008 berdasarkan data dari alat penangkar curah hujan yang
di pasang di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Hari hujan, Curah hujan bulanan dan curah hujan harian rata-rata di lokasi Rurukan, Danau Tondano
BulanHari Hujan
(hari)Curah Hujan
(mm)Curah Hujan Harian
Rata-Rata (mm)
Januari 11 140 11.091 Februari 14 137 11.45Maret 8 152 6.889April 11 145 10.111Mei 9 124 5.333Juni 8 116 6.7Juli 7 143 6.5Agustus 8 93 3.5September 4 58 3Oktober 9 163 11.467November 17 154 8.5789Desember 9 157 6.7778Total 118 1582 7.616475
Sumber : Hasil analisis data , 2008
8
Besarnya curah hujan bulanan yang terjadi sangat bervariasi, tertinggi
pada bulan Oktober sebesar 163 mm/bulan dengan hari hujan sebanyak 17
hari dan terendah pada bulan September sebesar 58 mm/bulan dengan hari
hujan 4 hari. Pola sebaran hujan bulanan tahun 2008 terdapat 10 bulan
basah (curah hujan bulanan > 100 mm) dan 1 bulan lembab (curah hujan 60
-100 mm) dan 1 bulan kering (curah hujan bulanan < 60 mm).
2. Limpasan dan erosi
Berdasarkan analisis data, besarnya limpasan yang terukur selama
penelitian pada masing-masing plot penelitian pada setiap kemiringan lereng
dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:
PerlakuanCH(mm)
B I B II B IIILimp.Pe
m (m3/ha)
Erosi(ton/ha)
Limp.Perm
(m3/ha)
Erosi(ton/ha)
Limp.Perm(m3/ha)
Erosi(ton/ha)
P 1 1582 273,871 0,1067 703,448 0,1224 532.42285 0,1723
P 2 1582 251,715 0,1144 234,79 0,1483 486.19133 0,1272
P 3 1582 255,100 0,1173 233,559 0,0837 424.87024 0,1694
Tabel 2. Limpasan permukaan dan erosi pada masing-masing plot penelitian pada setiap kemiringan lereng .
Sumber : Hasil Analisis Data, 2008
Keterangan:
P1 : Bedengan + kembang kol + bawang daun(kontrol/sesuai petani
setempat)
P2 : Bedengan + mulsa vertikal + kembang kol + bawang daun
P3 : Bedengan + mahoni + cempaka + mulsa vertikal + kembang +
bawang daun
B I : Kemiringan lereng 22 % sebagai wakil kemiringan lereng 15 -
30 %
B II : Kemiringan lereng 33 % sebagai wakil kemiringan lereng 30 -
9
45 %
B III : Kemiringan lereng 46 % sebagai wakil kemiringan lereng > 45
%
Seperti pada penelitian tahun 2007 kegiatan tahun 2008, masih
dilakukan penanaman beberapa jenis tanaman semusim sebagai tumpang
sari yaitu bunga kol dan bawang daun. Berdasarkan Tabel 2 rata-rata
limpasan pada masing-masing perlakuan yang dicobakan (P1, P2 dan P3)
tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan
yaitu 703,448 m3/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah
bedengan yang di kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman bunga
kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan limpasan terendah
sebesar 233,559 m3/ha.
Dalam bentuk grafik besarnya limpasan pada setiap perlakuan yang
dicobakan pada masing-masing kemiringan lereng selama penelitian di lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini :
Gambar 3. Grafik limpasan permukaan pada masing-masing perlakuan
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan II dan III menghasilkan
limpasan permukaan lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan I. Hal ini
berarti bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan hasil yang baik dalam
10
menekan limpasan permukaan (run off) dalam meningkatkan kapasitas
infiltrasi tanah. Hal ini karena adanya aplikasi mulsa dan perkembangan dari
akar tanaman tahunan yang ditanam di lokasi uji coba, sehingga jumlah
curah hujan yang turun lebih banyak menjadi air infiltrasi. Sedangkan
perlakuan PI menghasilkan limpasan permukaan yang lebih besar karena
jumlah air hujan yang jatuh lebih banyak yang mengalir sebagai aliran
permukaan (surface flow).
Dari hasil analisis diketahui bahwa, rata-rata erosi pada masing-
masing perlakuan yang dicobakan (PI PII dan PIII) tertinggi terjadi pada
perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 0,1723 ton/ha.
Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di kombinasi
mulsa vertikal dan penanaman tanaman bunga kol, bawang daun, cempaka
dan mahoni menghasilkan erosi terendah sebesar 0,083 ton/ha.
Dalam bentuk diagram besarnya erosi pada setiap perlakuan yang
dicobakan pada masing-masing kemiringan lereng selama penelitian di lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini :
Gambar 4. Grafik besarnya erosi pada masing-masing perlakuan
11
3. Uji Kesesuaian Tanaman Tahunan
Hasil pengukuran tanaman menunjukkan bahwa jenis mahoni pada
umur pengamatan 4 tahun, mencapai tinggi rata-rata 7,95 m dengan
diameter rata-rata 6.08 cm, sedangkan untuk jenis cempaka mencapai tinggi
rata-rata 9,35 m dan pertambahan diameternya mencapai 5,57 cm, dengan
demikian maka pertumbuhan tinggi rata-rata pertahun untuk jenis mahoni
sebesar 0,66 m/th dengan diameter 0.51 cm/th dan untuk jenis cempaka
pertumbuhan tinggi rata-rata pertahunnya sebesar 0.78 m/th dengan
diameter 0,46 cm/th. Pertambahan tinggi dan diameter tanaman mahoni dan
cempaka dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Rata-rata tinggi dan diameter tanaman uji coba
N0 Jenis Tanaman
Desember 2005
Desember2006
Desember2007
Desember2008
D (mm)
T (cm)
D (mm) T (cm) D (mm)
T (cm)
D (mm)
T (cm)
1 Mahoni 10.11 46.11 31.67 102.11 56.67 214 60.8 795.33
2 Cempaka
10.17 46.61 28 94.11 45.55 210.67 55.7 935.67
Hasil analisis data primer, 2008
Dalam bentuk grafik rata-rata pertumbuhan tanaman cempaka dan mahoni
di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
12
Gambar 5. Rata-rata pertumbuhan cempaka dan mahoni di lokasi penelitian Rurukan, DTA Danau Tondano;
Secara umum dilihat dari rata-rata tingkat pertumbuhan mahoni
maupun cempaka di lokasi penelitian mengalami beberapa hambatan antara
lain hama penyakit dan system perakaran yang terganggu akibat
pengolahan tanah yang intensif. Sistem pengolahan tanah di lokasi
13
penelitian (tanaman sayuran), dimana masyarakat petani pada umumnya
memindahkan bedeng sebagai bidang olah setiap kali musim tanam,
menyebabkan tanaman tahunan yang berada dalam areal tersebut menjadi
terganggu. Dengan demikian untuk jenis tanaman tahunan tidak cocok
untuk dikembangkan pada lokasi kebun-kebun masyarakat yang diolah
intensif.
4. Analisis Tanah
Secara umum tanah di lokasi penelitian mempunyai karakter fisika
yang cukup baik, ditandai dengan kedalaman solum tanah > 120 cm,
indikasi ini mencirikan sebagai lahan pertanian. Adapun rata-rata kedalamam
efektif hingga ± 110 cm, tekstur tanahnya halus dengan struktur tanah
gembur sampai granuler halus, konsistensinya dalam keadaan lembab
gembur, porositas tanahnya tinggi, permebilitas sedang dan erodibilitas
sedang.
Berdasarkan karakter fisika tanah tersebut di lokasi penelitian
memungkinkan tidak mudah tererosi karena memiliki porositas yang tinggi
sehingga air hujan yang jatuh dipermukaan tanah akan lebih mudah
terinfiltrasi ke dalam tanah dan mengurangi limpasan. Karakter fisika tanah
di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4. Karakter fisika tanah di lokasi penelitian
No. Karakter Fisika Nilai Harkat *)
1. Tekstur Liat berdebu Halus
2. Struktur Granular halus Halus
3. Porositas (%) 61,5 Tinggi
4. Permeabilitas (cm/jam) 5,8 Sedang
5. Erodibilitas 0,21 Sedang
Ket : *) = Berdasarkan kriteria tanah yang dikeluarkan PPT Bogor, 1983.
14
Hasil analisis kimia tanah di laboratorium menunjukkan bahwa secara
umum unsur yang terkait dengan tingkat kesuburan tanah di lokasi
penelitian masih rata-rata rendah hingga sedang (Table 5) :
15
Tabel 5. Hasil analisis laboratorium sifat kimia tanah di lokasi
penelitian
No Sifat TanahB 1 B 2 B 3
Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 pH (H2O) 6 Agak Masam 6.5 Agak Masam 7 Agak Masam
2 N – Total (%) 0.19 Sangat Rendah
0.09 Sangat rendah
0.13 Sangat Ren-dah
3 P2O5 Tersedia (ppm)
2.003
Sangat Rendah
1.035 Sangat Rendah
3.065 Sangat Ren-dah
4 KTK (me/100 gr) 22.18
Sedang 20.51 Sedang 22.56 Sedang
5 C –Organik (%) 1.84 Rendah 1.56 Rendah 1.63 Rendah6 Ca (me/100 gr) 3.44 Rendah 4.70 Rendah 6.80 Sedang7 Mg (me/100 gr) 2.75 Tinggi 2.89 Tinggi 3.48 Tinggi8 Na (me/100 gr) 0.32 Rendah 0.32 Rendah 0.32 Rendah9 K (me/100 gr) 0.32 Sedang 0.35 Sedang 0.4 Sedang
10 Tekstur Lempung Berliat Lempung BerliatSumber : Hasil analisis laboratorium, 2008
*) Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983)
Tabel 5 menunjukkan dari kandungan semua unsur penting seperti N
dan P masih sangat rendah, K sedang dan C-organik rendah rendah. pH
tanah di lokasi penelitian juga bervariasi dari 6,4 - 7. Pada umunya
perubahan pH tanah 6 – 7,5 mempunyai pengaruh langsung yang sangat
kecil baik pada akar tanaman atau mikroorganisme (Smith and Doran, 2000
dalam Winarso, 2005). Variasi nilai pH dilokasi penelitian juga merupakan
variasi nilai pH optimum untuk sebagian besar mikroorganisme tanah yaitu
antara 5 - 8 (Winarso, 2005).
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa parameter penunjang
tingkat kesuburan atau karakter kimia tanah masih perlu penambahan
(input) untuk meningkatkan kualitas kesuburan tanah. Salah satu cara yang
telah dilaksanakan yaitu dengan pemberian mulsa ke dalam tanah untuk
meningkatkan bahan organik tanah. Keuntungannya adalah bahwa mulsa
selain untuk meningkatkan bahan organik tanah, mulsa juga telah banyak
16
dibuktikan dapat menyebabkan perubahan sifat fisik tanah ke arah yang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, mulsa juga dapat menurunkan
penguapan dan memperkecil fluktuasi temperatur tanah (Utomo dan
Guritno, 1985). Penambahan mulsa sebagai bahan organic tanah sangat
membantu pembentukan dan pemantapan struktur tanah. Di samping itu
untuk meningkatkan ketahanan tanah terhadap daya erosi, juga sangat
membantu pertumbuhan akar tanaman serta aktifitas fisiologis akar
tanaman.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan mulsa vertikal
pada sistem pertanian lahan kering di DTA Tondano yaitu : mengurangi erosi
pada dinding dan dasar saluran, hasil penelitian menunjukkan bahwa mulsa
vertikal dalam satu kali musim tanam mampu mengurangi erosi sebesar
47,49% (BPPTPDAS IBT, 2004). meningkatkan resapan air hujan (infilrasi),
Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam satu kali musim tanam mampu
mengurangi aliran permukaan sebesar 65,9% (BPPTPDAS IBT, 2004).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan :
Hasil analisis menunjukkan bahwa limpasan permukaan yang tertinggi
pada masing-masing perlakuan yang dicobakan adalah pada perlakuan
teknik konservasi tanah berupa bedengan yaitu 703,448 m3/ha.
Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang di
kombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman kembang kol (Brassica
oleracea var. botrytis) dan bawang daun (Allium porum Bl), cempaka
(Elmirillia ovalis Dandy) dan mahoni (Swietenia macrophylla)
menghasilkan limpasan terendah sebesar 233,559 m3/ha. Erosi yang
tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan
yaitu 0,1723 ton/ha. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah
17
bedengan yang dikombinasi mulsa vertikal dan penanaman tanaman
kembang kol, bawang daun, cempaka dan mahoni menghasilkan erosi
terendah yaitu sebesar 0,083 ton/ha. Tanaman mahoni usia 4 tahun telah
mencapai tinggi rata-rata 7.95 m dengan diameter 6.08 cm, sedangkan
cempaka mencapai tinggi rata-rata 9,35 m dan pertambahan diameternya
5,57 cm. Dengan demikian pertumbuhan tinggi rata-rata pertahun
mahoni sebesar 0,66 m/th dengan diameter 0.51 cm/th dan untuk jenis
cempaka pertumbuhan tinggi rata-rata pertahunnya sebesar 0.78 m/th
dengan diameter 0,46 cm/th. Hasil analisis laboratorium tanah diketahui
bahwa karakter kimia tanah masih perlu penambahan (input) untuk
meningkatkan kualitas kesuburan tanah, dengan demikian masih terus
diusahakan penambahan unsur-unsur yang dapat meningkatkan tingkat
kesuburan tanah.
B. Saran:
Pengamatan perlu terus dilakukan sampai tanaman tahunan berumur 5
tahun, untuk itu perlu upaya pemeliharaan intensif termasuk
pengendalian hama dan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Direktorat Bina Hutan Kemasyarakatan. 2003. Pedoman Umum Pengembangan Social Forestry. Direktorat Bina Hutan Kemasyarakatan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan perhutanan Spsial. Departemen Kehutanan. Jakarta.
Hadinugroho, H.Y.S., Asir.LD., Ekowati, E., Salim., A.G., Narendra, B.H., Iskandar., Junaedi, E., Multikaningsih, E., Mairi., K., Tayeb, A.K., Bahri, A., Sumung, U., Tabba, S., Syahidan. 2003. Teknologi Rehabilitasi Lahan Terdegradasi Tahun 2003. Laporan Hasil Penelitian. Tidak dipublikasikan.
Hadinugroho, H.Y.S., Salim., A.G., Junaedi, E., Multikaningsih, E., Tayeb, A.K.,
18
Bahri, A., Sumung, U., Tabba, S., Syahidan. 2004. Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi Tahun 2004. Laporan Hasil Penelitian. Tidak dipublikasikan.
Junaidi, E., dan Bahri, A. 2006. Penggunaan Mulsa Vertikal dalam Konservasi Tanah Dan Air Di Daerah Tangkapan Danau Tondano. Seri Teknologi Konservasi Tanah dan Air. BPPTPDAS IBT. Makassar.
Kartasapoetra, G., Kartasapoetra, A.G., Sutedjo, M.M, 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta.
Ratag Semuel. 2004. Tinjauan Perkembangan Forum Komunikasi Pengelolaan DAS Tondano. Makalah Seminar Hasil Penelitian Pengelolaan Daerah Tangkapan Danau Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Manado (tidak diterbitkan).
Rismunandar. 1984. Tanah dan Seluk Beluknya. Sinar Baru. Bandung
Seta, A.K. 1991. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta
Suripin. 2001. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta
Utomo, W.H. 1994. Konservasi Tanah Di Indonesia. Suatu Rekaman dan Analisa. Rajawali. Jakarta.
Utomo, W.H. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. IKIP Malang.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah. Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media. Jakarta
19
Lampiran : 1
(Foto : Kama 2008)
(Foto : Kama 2008)
20
Plot Penelitian di DTA
Tondano (Foto
Tegakan Mahoni dan Cempaka di lokasi
penelitian DTA. Tondano
(Foto : Kama 2008)
(Foto : Kama 2008)
21
Saluran Pembuangan Airdi lokasi penelitian DTA.
Tondano
Penangkar Curah Hujandi lokasi penelitian DTA. Tondano
Tanaman mahoni dan cempaka umur 4 bulan
Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian di DTA Tondano
22
708550
708550
708600
708600
147800 147800
147850 147850
LOKASI YANG DIPETAKAN
PETA LOKASI :
KEMIRINGAN LEREANG > 25 %
KEMIRINGAN LERANG12 - 25 %
PLOT PENELITIAN I
KETERANGAN :
SUMBER :1. PETA RUPA BUMI2. PENGUKURAN LANGSUNG3. SURVEY LAPANGAN
SKALA 1 : 500
U
PETA LOKASI PENELITIAN IIPENGEMBANGAN MODEL-MODEL RLKT
DENGAN PENDEKATAN SOCIAL FORESTRY DI DTA TONDANO
PETA LOKASI PENELITIAN IIPENGEMBANGAN MODEL-MODEL RLKT
DENGAN PENDEKATAN SOCIAL FORESTRYDI DTA TONDANO
U
SKALA 1 : 750
KETERANGAN :
KEMIRINGAN LERENG < 25 %
KEMIRINGAN LERENG > 45 %
KEMIRINGAN LERENG 25 - 45 %
BANGUNAN TERJUNAN
PLOT PENELITIAN 2
PLOT PENELITIAN 3
PETA SITUASI :
SUMBER PETA :1. PETA RUPA BUMI2. PENGUKURAN LANGSUNG3. HASIL SURVEY
LOKASI YANG DIPETAKAN
708450
708450
708500
708500
708550
708550
147350 147350
147400 147400
147450 147450
JalanSungai
Lokasi Penelitian
Legenda :
HutanPerkebunanSawahLadangPemukiman
PETA LOKASI PENELITIANSUB DAS RURUKAN DAS TONDANO
PROPINSI SULAWESI UTARAU
Skala 1 : 40.000
Sumber peta :- Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000 Tahun 1991- Hasil Survei Lapang
Areal yang dipetakan
Peta Situasi :
708000
708000
711000
711000
714000
714000
1470
00
147000
1500
00
150000
Data Penulis : “Laode Asir”, lahir di Makassar pada tanggal 6 Juli 1958,
Lulus S1 Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia,
Tahun 2005 – 2007 mengambil Program Magister di Bidang
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Universitas Hasanuddin.
Sejak tahun 1978 s/d 1994 bekerja di Balai Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah. Tahun 1995 s/d 2006 bekerja
di Balai Teknologi Pengelolaan DAS IBT di Makassar. Tahun
2006 s/d sekarang bekerja di Balai Penelitian Kehutanan
Manado sebagai Peneliti Muda bidang Konservasi Tanah
dan Hidrologi pada Kelti Pelestarian Sumberdaya Hutan.
23