bahan kuliah ptu bab i
TRANSCRIPT
PERKEMBANGAN PERUNGGASANDI INDONESIA
SEBERAPA besar komoditi peternakan memberikan kontribusinya terhadap kebutuhan pangan dan gizi rakyat Indonesia ?
Secara umum bahwa konsumsi protein hewani masyarakat kita masih rendah : kontribusi produk peternakan terutama hasil unggas terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
Data terakhir thn 2009 (Poultry Indonesia, 2009):- Konsumsi telur per kapita satu butir/minggu- Daging ayam dua potong/minggu- Susu setengah gelas/minggu- Ikan 25 kg/tahun.
Jenis ternak yang sampai saat ini menjadi andalan sebagai sumber daging umumnya berasal dari ternak unggas dan sapi potong
Keduanya menyumbangkan kontribusi yang sangat dominan dalam penyediaan daging secara nasional karena kedua jenis ternak ini berskala industri
Guna lebih jelasnya sumbangsih produksi daging berbagai jenis ternak dapat dilihat pada Gambar 1.
Present status of livestock production…Present status of livestock production…
Horse0%
Pigmeat9%
Sheep6%
Beef24%
Poultry61%
Meat consumption by species, 2005
Present status of livestock production…Present status of livestock production…
0
100
200
300
400
500
600
1970 1973 1976 1979 1982 1985 1988 1991 1994 1997 2000
Prod
uctio
n (1
000
tons
)
Beef Small Rum. Native Chicken Broiler Pig
Meat Production in Indonesia by Type of Animal
DATA PRODUKSI NASIONAL PRODUK PETERNAKAN(000 Ton)
Komoditi 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2008
Daging 1,445,170.00
1,560,600.00
1,769,844.00
1,872,566.00
2,020,356.00
1,817,027.00
2,062,860.00
2,092,960.00
Daging Ayam Buras 265.21 275.14 288.34 298.51 296.42 301.42 341.25 301
Daging Ayam Ras Pedaging 515 536.95 751.9 771.1 846.09 779.1 861.26 921.5
Daging Ayam Ras Petelur 23.74 88.3 42.77 48.1 48.4 45.19 57.63 59.3
Daging Babi 162.4 160.15 164.49 177.09 194.67 173.69 195.99 244.7
Daging Domba 33.41 44.77 68.7 80.6 66.1 47.3 75.18 62.5
Daging Itik 13.79 23.12 21.8 21.24 22.21 21.35 24.53 43
Daging Kambing 44.89 48.7 58.2 63.9 57.13 50.6 65.01 68
Daging Kerbau 45.85 43.65 42.3 40.64 40.24 38.1 43.89 44.1
Daging Kuda 0.93 1.09 1.06 1.59 1.56 1.59 2.27 2.5
Daging Sapi 339.94 338.69 330.29 369.71 447.57 358.7 395.84 346.4
Susu 495.65 479.95 493.4 553.4 549.9 535.96 616.55 574.4
Telur 783.3 850.3 945.8 973.6 1,107.41 1,051.50 1,204.42 1,390.40
Telur Ayam Buras 139.02 154.95 161.7 177 172.1 175.43 193.95 180.6
Telur Ayam Petelur 502.98 537.79 614.4 611.5 762 681.15 816.83 991
Sumber : Deptan 2009
DATA POPULASI PETERNAKAN(000 Ekor)
Sumber : Deptan 2009
Komoditi 2000 2001 2002 2003 2004
Ayam Buras 262,630.89 287,343.62 286,689.45 317,420.09 290,802.77
Ayam Ras Pedaging
524,272.86 917,707.23 864,246.14 920,851.12 1,075,884.78
Ayam Ras Petelur
66,927.83 85,047.76 98,490.57 106,941.86 116,473.96
Babi 5,866,837.00 6,344,747.00 6,267,373.00 6,756,476.00 7,376,448.00
Domba 7,294,269.00 8,133,467.00 8,306,928.00 9,859,667.00 10,391,849.00
Itik 29,904.71 48,119.92 34,275.34 34,093.31 36,931.10
Kambing 12,456,402.00 13,276,215.00 13,182,064.00 14,873,516.00 15,805,902.00
Kerbau 2,287,212.00 2,455,331.00 2,428,191.00 2,246,017.00 2,191,636.00
Kuda 430,423.00 452,861.00 405,446.00 411,916.00 411,464.00
Sapi Perah 368,490.00 368,470.00 373,970.00 377,772.00 407,767.00
Sapi Potong 11,191,676.00 11,395,688.00 10,679,504.00 11,365,873.00 11,869,158.00
Berbicara industri perunggasan ayam ras, sering mengalami fluktuasi disebabkan input utama masih tergantung kepada bahan impor, seperti tepung ikan (50%), jagung (50–60%) dan bungkil kacang kedelai (100%)
Organisasi perunggasan banyak bermunculan. Begitupula peraturan2 pemerintah telah diterbitkan untuk mengatur tata tertib usaha
Selain ayam ras, ternyata ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan peternakan di Indonesia, sekaligus sebagai basis ekonomi petani dipedesaan untuk mencapai pertanian maju.
Ayam Ras Mulai dipelihara dan dikenal di Indonesia tahun 1950. Dalamsejarah perkembangannya dibagi berbagai tahapan, sbb : 1. Periode tahun 1950 – 1961 (Tahap Perintisan) Import bibit anak ayam ras (DOC) komersial. September 1961, Pameran perunggasan di Istora Senayan
Jakarta oleh GAPUSSI.
2. Periode tahun 1961 – 1971 (Tahap Landasan) Dimulai menyusun dan menguji konsep pengembangan unggas
melalui Bimas. Konsep ini, mulai diperkenalkan akhir tahun 1971. Beberapa kejadian pada periode ini adalah sbb :
Kontes dan pameran Unggas Nasional yang diadakan dihalaman samping Istana Merdeka Jakarta, pada bulan Mei 1971.
3. Periode tahun 1971 – 1981 (Tahap Pertumbuhan) Pada periode ini berbagai industri perunggasan telah tumbuh
dengan pesatnya, investasi pada industri hulu, industri hilir maupun pada usaha produksi budidaya.
4. Periode tahun 1981 – 1987 (Tahap Konsolidasi) Lahir kebijaksanaan pemerintah 1981 : Keppres No. 50/1981
(restrukturisasi usaha peternakan ayam dan stabilisasi). Tujuan Keppres ini, yaitu untuk meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan peternak kecil/usaha keluarga.
Untuk memantapkan sasaran stabilisasi pada tahun 1984 ditetapkan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) perunggasan.
dikukuhkan SK Menteri Pertanian No. 330/342/Kpts/5/84 Dikeluarkan kebijaksanaan baru berupa Keppres No.22 tahun 1990
tentang pembinaan usaha ternak ayam ras. Dilengkapi dengan SK Menteri No. 362/Kpts/T.N.120/5/1990,
tentang tatacara perizinan usaha peternakan KINAK
GRAFIK POPULASI dan PRODUKSI BROILERTAHUN 1996-2005
100200300400500600700800900
1000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1996 - 2005
Juta
eko
r
PopulasiProduksi
GRAFIK POPULASI LAYER, PRODUKSI DAN KONSUMSI TELUR Tahun 1996 - 2003
3080
130180230280330380430480530580630680
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1996 - 2005 Populasi Layer (juta ekor)
Produksi Telur (ribu ton)
Konsumsi Telur (ribu ton)
Perkembangan Populasi Ayam Ras
Pada tahap perintisan hingga tahap landasan (1971), galur yang diimport adalah dalam bentuk DOC final stock (FS).
Mengikuti perkembangan perunggasan di Indonesia maka pada tahap pertumbuhan, yang diimport adalah DOC Parent Stock (PS) penghasil FS.
Pada masa akhir tahap pertumbuhan (1980) maka bibit yang di import adalah Grand Parent Stock (GPS), penghasil PS.
Hal inilah yang mendorong para investor menjadikan usaha ternak ungggas sebagai industri.
Peranan Organisasi Perunggasan1. GPPU (Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas) tahun 19702. GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan ternak) tahun 19713. PPUI (Perhimpunan Perunggasan Indonesia) tahun 19704. HIPPI (Himpunan Pengusaha Putera Indonesia
Bidang Perunggasan) tahun 19805. GAPUSSI (Gabungan Peternak/Pengemar Unggas Seluruh Indonesia)
tahun 1961. 6. APAPSI (Asosiasi Peternak Ayam Petelur Seluruh Indonesia)
tahun 19817. ASBIMTI (Asosiasi Bahan Baku Impor Makanan Ternak Indonesia)
19818. KWPI (Kelompok Wanita Peternak Indonesia) tahun 19849. HIPPSI (Himpunan Peternak Ayam Petelur Seluruh Indonesia)
tahun 1984 10. HIPPER (Himpunan inti PIR Perunggasan ) tahun 1985.
Peranan Organisasi Perunggasan Dalam perkembangannya, asosiasi tsb mengalami
penyederhanaan dengan mengikuti pola agribisnis : - Segmen sarana produksi (GPPU, GPMT, ASBIMTI
dan ASOHI), menjadi tiga asosiasi yang terlibat yaitu GPPU, GPMT dan ASOHI
- Segmen budidaya yang semua terlibat PPUI, HIPPI, APAPSI, KWPI, HIPPER dan HIPPSI bergabung dalam satu asosiasi (PPUI)
- Segmen pasca produksi ada satu (PINSAR Unggas).
Struktur Industri
Perunggasan di Indonesia
Peranan Organisasi Perunggasan
Komponen dalam Industri Ayam Broiler
Komponen utama– Hulu (ayam bibit GPS dan PS)– Budidaya (ayam potong FS)– Hilir (RPA/TPA)
Komponen penunjang– Pakan– Obat Hewan– Industri pengolahan daging
HULU
GPS
PS
FS
Male line Female line
1
40
135
Ayam bibit
Ayam potong
Hirarkhi ayam pedaging
Yang dicatat
jumlahnya
HULU
ON FARM
Propinsi Jumlah Kabupaten
Jawa Barat 8 Bogor (1), Cianjur (2), Purwakarta (1), Sukabumi (1), Sumedang (1), Subang (2).
Jawa Timur 1 Malang
SEBARAN PERUSAHAAN AYAM BIBIT GPS DI INDONESIA
Sumber: Dirbit 2007
Pulau Jml Propinsi KabupatenJawa 38 Jabar (21); Banten (4);
Jateng (3); DIY (1); Jatim (9)
Sukabumi, Purwakarta, Subang, Parung, Cianjur, Bogor, Bekasi, Serang, Tangerang, Salatiga, Tegal, Gunung Kidul, Jombang, Pasuruan, Malang, Lamongan
Bali 2 Bali Negara (1); Tabanan (1)
Kalimantan 12 Kalbar (4); Kalsel (5); Kaltim (3)
Singkawang (2); Pontianak (1); Kapuas (1); Tanah Laut (2); Banjarbaru (3); Samarinda (2); Balikppn (1)
Sulawesi 7 Sulut (4); Sulsel (3) Minahasa (4); Maros (3)
Sumatera 15 Sumut (8); Riau (3); Sumsel (2); Lampung (2)
Medan (8); Kampar (1); Cikijang (1); Batam (1); Muara Enim (2); Tanggamus (1); Lampung Selatan (1)
SEBARAN PERUSAHAAN AYAM BIBIT PS DI INDONESIA
Sumber: Dirbit 2007
Pulau Jml Propinsi KabupatenJawa 38 Jabar (21); Banten (4);
Jateng (3); DIY (1); Jatim (9)
Sukabumi, Purwakarta, Subang, Parung, Cianjur, Bogor, Bekasi, Serang, Tangerang, Salatiga, Tegal, Gunung Kidul, Jombang, Pasuruan, Malang, Lamongan
Bali 2 Bali Negara (1); Tabanan (1)
Kalimantan 12 Kalbar (4); Kalsel (5); Kaltim (3)
Singkawang (2); Pontianak (1); Kapuas (1); Tanah Laut (2); Banjarbaru (3); Samarinda (2); Balikppn (1)
Sulawesi 7 Sulut (4); Sulsel (3) Minahasa (4); Maros (3)
Sumatera 15 Sumut (8); Riau (3); Sumsel (2); Lampung (2)
Medan (8); Kampar (1); Cikijang (1); Batam (1); Muara Enim (2); Tanggamus (1); Lampung Selatan (1)
SEBARAN PERUSAHAAN AYAM BIBIT PS DI INDONESIA
Sumber: Dirbit 2007
Jumlah DOC GPS dan PS yang diimpor tahun 2002-2006
Tahun DOC GPS (D line)
DOC PS (female)
2002 302.157 544.2582003 319.311 855.4102004 349.539 313.2692005 311.769 293.8672006 386.164 351.240
Jumlah 1.668.940 2.358.044Rata-rata per tahun
333.788 471.608Sumber: Direktorat Perbibitan 2007.
BUDIDAYA/ON FARM
FEEDMILL
POULTRY SHOP/KUD PEMODAL
GPS
PS
FS
PS
FS FS FS FS
FS
PETERNAK INTI
PETERNAK PLASMA
PETERNAK MANDIRI
POLA USAHA BUDIDAYA/ON-FARM AYAM BROILER FS
KEMITRAAN INTI-PLASMA
1 2 3
4 5
: sarana produksi dibeli dari berbagai sumber: sarana produksi dari perusahaan inti
GPS
PS PS
TIPOLOGI USAHA BUDIDAYA FS Kemitraan inti-plasma
– Tipe 1: Inti memiliki usaha FM, GPS, dan PS– Tipe 2: Inti memiliki usaha FM dan PS– Tipe 3: Inti memiliki usaha FM – Tipe 4: Inti juga pengusaha Poultry Shop/KUD– Tipe 5: Inti adalah seorang pemodal Adapun plasma memiliki lahan, kandang, dan tenaga kerja
Mandiri – Memiliki lahan, kandang, dan tenaga kerja; serta
memenuhi kebutuhan pakan, bibit, dan lain-lain dari berbagai sumber.
Perkiraan jumlah DOC FS berdasarkan jumlah GPS dan PS
tahun 2002-2006.Tahun DOC FS DOC/
minggu2002 886.419.200
17.046.5002003 1.027.497.800
19.759.6002004 992.075.900
19.078.4002005 1.274.659.600
24.512.7002006 1.194.924.400
22.979.300Jumlah 5.375.576.900 103.376.50
0Rata-rata per tahun
1.075.115.380 20.675.300
Sumber: Hasil olhan Dir. Perbibitan 2007
HILIR
Mata rantai di sektor hilirKemitraan Mandiri
RPA
TPA
Pangkalan
Agen
Supermarket, Pasar becek
Warung/ RM kecil,Pedg Kaki Lima
Industri pengolah daging
Resto, Hotel, RM, Catering,dll
BiasaTidak biasa
PAKAN
FEEDMILL
SULSEL 293rb
JATENG 6422rb
JATIM 172.337rb
SUMUT 9737rb
BANTEN101.730rb
DKI JKT 4236rb
JABAR 8832rb
LAMPUNG 4233rb
FEEDMILL DAN PRODUKSI RIIL (TON/TAHUN) DI INDONESIA
Jumlah feedmill = 60Jumlah persh = 41
Ada di 5 propinsi = 1Ada di 4 propinsi = 2Ada di 3 propinsi = 3Ada di 2 propinsi = 3Ada di 1 propinsi = 32
Sumber: Subdit Pakan 2007
Kapasitas terpasang =10.520.000 ton
Produksi = 42.7% - 68.6%
Sebaran Lokasi FeedmillPulau Jml Propinsi Kabupaten
Jawa 45 Jabar (8); Banten (10); Jateng (6); DKI Jakarta (4); Jatim (17)
Cirebon (1), Bogor (4), Bekasi (3), Serang (6), Tangerang (2), Balaraja (2), Jakarta Timur (3), Jakarta Utara (1), Semarang (5), Sragen (1), Sidoarjo (5), Surabaya (9), Pasuruan (2), Gersik (1)
Bali - - -
Kalimantan - - -
Sulawesi 2 Sulawesi Selatan Makassar (2)
Sumatera 13 Sumut (9); Lampung (4) Medan (8); Tanjung Morawa (1); Lampung (4)
OBAT HEWAN
USAHAOBAT HEWAN
1766
DISTRIBUTOR230
IMPORTIR52
PRODUSEN41
IMPORTIR DISTRIBUTOR
170
PENGECER1166
PRODUSENDISTRIBUTOR
40
Jenis/produk obat hewan:Sediaan biologik 840Sediaan farmasetik 2115Sediaan premix 655Lainnya 149
TOTAL = 3759
PMT59
Statistik Peternakan 2003
ASOHI 2005
RAGAM USAHA OBAT HEWAN/FARMASI VETERINER
IJIN PRINSIP8
RPA/TPA
Bibit Grand Parent Stock
Bibit Parent Stock
Final Stock
DAGING AYAM MURAH ASUH
Produk olahan daging ayam
hulu
on farm
hilir
Pabrik pakan(feedmill)
Pabrik/importirobat hewan
K o n s u m e n a k h i r
Unit pengolahan
STRUKTUR INDUSTRI AYAM PEDAGING
Poultry shopDistributor
Asosiasi
GAPPI; GPPU, GOPAN, GPMT, ASOHI, NAMPA, YLKI
Instansi pemerintah (teknis)
Ditjennak, Badan Karantina,
Ditjen P2HP, Dinas di Prop/
Kab/kota; Ditjen Sarana-
Prasarana;
Ayam Buras