bahan ceramah teknik penyusunan laporan penelitian ilmiah versi word 97-2003

23

Click here to load reader

Upload: tommy

Post on 02-Aug-2015

179 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

SISTEMATIKA DAN TEKNIK PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN ILMIAH (KUANTITATIF)

(Contoh untuk Penulisan Skripsi)*

Oleh: Dadang Sugiana**

PENGANTARDalam upaya memahami konsep penelitian dan metode penelitian, pada

dasarnya kita dapat memposisikannya kedalam dua fungsi: sebagai perangkat ilmu (tool of science) dan sebagai kegiatan ilmiah. Sebagai perangkat ilmu, penelitian dan metode penelitian merupakan bagian tak terpisahkan dari proses ilmu dalam upaya mengembangkan dirinya sehingga mampu mencapai tujuan ilmu yang bersangkutan. Dengan kata lain, metode penelitian memiliki fungsi pengembangan ilmu; ilmu hanya bisa berkembang dan maju apabila perangkat metode penelitian yang ada di dalamnya berfungsi, dimana secara dikotomis indikator ilmu yang berkembang/maju terdiri dari dua hal, yakni lahirnya teori-teori (baru) dan terujinya teori-teori yang sudah dimilikinya. Pendekatan penelitian ilmiah yang biasa digunakan untuk mencapai tujuan yang pertama (lahirnya teori) adalah pendekatan kualitatif, sedangkan untuk mencapai tujuan kedua (terujinya teori) adalah pendekatan kuantitatif. Atas dasar itulah secara sederhana orang dapat mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari atau membangun teori (theoretical generating), sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang tujuan akhirnya adalah menguji teori (theoretical testing).

Sementara itu apabila memposisikan penelitian sebagai kegiatan ilmiah, kita dapat mengartikannya sebagai upaya yang sistematis, logis, dan metodologis yang bertujuan untuk mengungkapkan realitas atau fenomena tertentu dalam rangka mencari kebenaran ilmiah. Pada tataran ini, perbedaan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif bisa kita jelaskan melalui perbedaannya dari aspek asumsi-asumsi paradigmatis, baik asumsi ontologis (yang mempertanyakan hakekat realititas), asumsi epistimologis (yang mempertanyakan hubungan peneliti dengan yang diteliti), asumsi aksiologis (yang mempertanyakan peran nilai/value), asumsi retoris (yang mempertanyakan bahasa penelitian), dan asumsi metodologis (yang mempertanyakan proses penelitian).

Dalam kesempatan ini kita hanya akan mendiskusikan apa, mengapa, dan bagaimana penelitian kuantitatif seharusnya dilakukan. Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, penelitian (kuantitatif) dapat kita artikan sebagai upaya yang sistematis, logis, dan metodologia yang bertujuan untuk mengidentifikasikan (eksploratif), mendeskripsikan (deskriptif), menjelaskan (eksplanatif), dan meramalkan (prediktif) realitas atau fernomena dengan cara memandang fenomena tersebut sebagai sekumpulan variabel atau hubungan antarvariabel dalam rangka mencari kebenaran ilmiah. Bagaimana fenomena itu kita ungkapkan, dan bagaimana fenomena itu kita pandang akan berimplikasi pada metode penelitian apa yang harus kita gunakan. Metode penelitian dalam hal ini kita artikan sebagai

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 1

Page 2: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

seperangkat cara (prosedur) yang digunakan dalam melakukan kegiatan penelitian. Sebuah metode pada dasarnya merupakan himpunan dari teknik-teknik. Oleh karena itu, dalam membahas metode penelitian, maka niscaya kita pun akan membicarakan teknik-teknik penelitian, seperti teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik sampiling, teknik penyusunan instrumen penelitian, teknik menguji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik penulisan laporan penelitian, dan lain-lain.

Namun demikian, pada kesempatan ini kita hanya akan membatasi diri pada bahasan mengenai sistematika dan teknik penulisan laporan penelitian saja, yang secara spesifik akan dikaitkan dengan kepentingan untuk penulisan skripsi.

SISTEMATIKAN DAN SUBSTANSI PENULISAN SKRIPSI PENELITIAN KUANTITATIFPenulisan Skripsi (yang didasarkan pada proses dan hasil penelitian

kuantitatif) lazimnya dibagi ke dalam lima bab, yakni: Bab I Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustaka, Bab III Gambaran Objek Penelitian (ada juga yang berisi Metode dan Objek Penelitian), Bab IV Analisis Data dan Hasil Penelitian, dan Bab V Kesimpulan dan Saran. Apa saja isi dari setiap bab dan bagaimana teknik penulisannya, dipaparkan di bawah ini.

A.MENULIS BAB IBab I disebut juga sebagai Bab Pendahuluan yang isinya berupa uraian

dan penjelasan mengenai latar belakang permasalahan yang diteliti, rumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka berpikir, metode atau prosedur penelitian, dan jadwal pelaksanaan penelitian. Isi Bab I merupakan pedoman utama bagi peneliti baik dalam melakukan kegiatan di lapangan (mencari data) maupun dalam mengolah dan menganalisis data, serta dalam menuliskan laporan penelitiannya. Oleh karena itu, dalam menulis Bab I peneliti benar-benar harus cermat dan akurat, sehingga isi Bab-bab selanjutnya benar-benar merupakan rangkaian sistematis yang saling berkaitan, yang semuanya merujuk pada Bab I.

Bagaimana menulis Latar Belakang Masalah?Uraian dalam Latar Belakang Masalah (LBM) pada prinsipnya berupa

penjelasan dan penegasan tentang duduk persoalan yang diteliti dan pentingnya penelitian yang dilakukan, yang berpatokan pada kecenderungan teoretis dan kecenderungan realistis mengenai fenomena yang diteliti. Dengan demikian, dalam menyusun LBM ini peneliti perlu mengemukakan secara ringkas kecendererungan-kecenderungan teoretis apa saja yang dan kecenderungan-kecenderungan realistis apa saja yang relevan dengan fenomena atau topik penelitiannya.

Dalam menguraikan kecenderungan teoretis, peneliti merujuk pada teori tertentu yang relevan dengan fenomena yang diteliti, sedangkan dalam menguraikan kecenderungan realistis peneliti merujuk pada fakta dan data awal

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 2

Page 3: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

hasil temuan (data sekunder) yang juga berkaitan dengan fenomena yang ditelitinya. Kedua kecenderungan tersebut perlu dipaparkan serta diindentifikasikan kesenjangannya (gap) agar peneliti dengan mantap dapat merumuskan permasalahan yang ditelitinya. Sebuah masalah dalam penelitian ilmiah harus dipandang sebagai kesenjangan (gap) antara aspek-aspek idealistik (teori) dengan aspek-aspek realistik (fakta atau data sekunder).

Ketidakjelasan permasalahan yang diteliti seringkali disebabkan karena dalam menguraikan LBM-nya peneliti semata-mata hanya berlandaskan pada pertimbangan realitasnya saja tanpa mempertimbangkan aspek-aspek teoretiknya, atau sebaliknya hanya berlandaskan pada asumsi teoretik saja.

Uraian dalam LBM biasanya dilakukan dalam bentuk deduksi, yakni dimulai dengan uraian-uraian yang bersifat umum (berangkat dari asumsi-asum teoretis) dan diakhiri dengan uraian yang bersifat khusus, yakni uraian yang berkaitan langsung dengan fenomena atau masalah yang diteliti. Dalam menggambarkan kondisi objektif (aspek realistik), peneliti dapat menggunakan formulasi seperti dalam bidang jurnalisme: What (apa yang sedang terjadi), Who (siapa yang terkait di dalamnya), When (kapan masalah itu terjadi), Where (di mana maslah itu muncul secara spesifik), Why (mengapa fenomena tersebut bisa muncul), dan How (bagaimana kaitannya dengan fenomena yang lain).

Penggambaran tentang “apa yang diteliti atau dijelaskan”, dalam penelitian komunikasi (secara kuantitatif), tentu berkaitan dengan fenomena komunikasi, yakni segala gejala yang berkaitan dengan segala aktivitas manusia sebagai mahluk sosial dalam mengekspresikan ungkapan hatinya ketika berinteraksi dan berrelasi sosial dengan manusia-manusia lainnya, baik secara verbal maupun nonverbal, baik secara langsung maupun melalui media. Setiap gejala komunikasi atau gejala sosial itu dinyatakan dalam bentuk variabel-variabel. Variabel merupakan konsep yang memiliki variasi nilai, yang berlandaskan pada asumsi teoretis dari teori a pripori tertentu. Jadi, dalam menetapkan variabel-variabel penelitian, selain berpedoman pada realitas (fenomena) yang ada, juga harus mengacu pada teori tertentu yang dianggap relevan untuk digunakan sebagai landasan dalam mengungkapkan fenomena yang bersangkutan.

Variabel-variabel yang akan diteliti, secara eksplisit harus tercermin di dalam rumusan masalah, identifikasi masalah, dan tujuan penelitian yang akan diformulasikan setelah uraian LBM. Oleh karena itu, agar variabel-variabel yang tercantum dalam ketiga subbab itu tidak terkesan ujug-ujug dan mengada-ada, maka sinyalemennya harus sudah ada pada LBM. Misalnya, kita akan mengungkapkan fenomena: “Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa tentang materi perkuliahan tertentu serta faktor-faktor apa yang berkaitan dengan fenomena itu?”. Maka yang pertama-tama harus kita jelaskan adalah bahwa tingkat pemahaman mahasiswa tentang materi perkuliahan merupakan salah satu efek dari proses belajar dan pembelajaran. Lalu, proses belajar dan pembelajaran kita tegaskan sebagai salah satu wujud proses komunikasi (komunikasi instruksional). Selanjutnya kita perlu menelusuri teori apa yang relevan untuk mengungkapkan fenomena efektivitas peroses belajar (komunikasi

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 3

Page 4: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

instruksional) itu. Misalnya, kita temukakan teori kredibilitas komunikator yang salah satu asumsi teoretisnya (proposisinya) adalah “bahwa perubahan sikap dan perilaku khalayak sasaran komunikasi dipengaruhi oleh kredibilitas komunikatornya”. Dengan demikian, variabel utama dalam penelitian itu adalah Kredibilitas Dosen (Varaiebl X) dan Tingkat Pemahaman Mahasiswa Terhadap Materi Perkuliahan (Variabel Y). Dengan masih merujuk pada teori kredibilitas, kredibilitas komunikator misalnya diartikan sebagai seperangkat penilaian komunikan pada keahlian (expertness), sifat-sifat dapat dipercaya (trustworthiness), dan daya tarik (attractiveness) yang dimiliki komunikator, sedangkan perilaku khalayak diartikan sebagai tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan yang disampaikan dosen di ruang kuliah.

Dengan demikian, permasalahan yang kita teliti jelas dasar dan ruang lingkupnya, yakni di sekitar tingkat pemahaman mahasiswa dikaitkan dengan kredibilitas dosen ketika mengajar di ruang kuliah, dan ketika masalah tersebut dijabarkan ke dalam identifikasi masalah maka unsur-unsur kredibilitas yang akan tercermin di dalam identifikasi masalah (keahlian, sifat dapat dipercaya atau kejujuran, dan daya tarik dosen) jelas asal-usulnya.

Selain karena jelas landasan teorinya, kelayakan permasalahan atau topik yang diteliti (secara akademik), juga ditentukan oleh penting-tidaknya penelitian yang bersangkutan dilakukan (the significance of the research) dilihat dari aspek praktis. Penelitian yang kita lakukan, selain penting atau layak secara akademik juga harus dapat memberikan kontribusi nyata secara operasional atau atau secara praktis (tataran implementasi). Oleh karena itu, dalam LBM peneliti juga harus menegaskan kedua kepentingan itu secara jelas dan lugas, yang secara spesifik nantinya akan dieksplisitkan di dalam rumusan kegunaan penelitian.

Bagaimana Merumuskan Masalah Penelitian?Rumusan Masalah adalah penegasan dari adanya kesenjangan antara

aspek-aspek teoretis dan aspek-aspek realistis tentang fenomena yang diteliti, yang sebelumnya telah diuraikan pada LBM. Rumusan Masalah dalam penelitian ilmiah biasanya diformulasikan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Bagaimana kita membuat rumusan masalah, inilah contohnya:Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan: “Apakah ada hubungan yang signifikan antara kredibilitas dosen dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan?” atau “Bagaimana Kredibilitas dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dan bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahannya?”

Bagaimana Menyusun Identifikasi Masalah?Identifikasi Masalah adalah penjabaran lebih lanjut dari rumusan masalah

atau rincian variabel yang terkandung dalam rumusan masalah, di mana rincian variabel tersebut sinyalemennya sudah diungkapkan pada LBM. Contoh identifikasi masalah (untuk penelitian korelasional):

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 4

Page 5: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka permasalahan yang diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut:1. Apakah ada hubungan yang sigfnifikan antara keahlian dosen dalam proses

belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kejujuran dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara daya tarik dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan?

ATAU (untuk penelitian deskriptif) 1. Bagaimana keahlian dosen dalam proses belajar dan pembelajaran? 2. Bagaimana kejujuran dosen dalam proses belajar dan pembelajaran? 3. Bagaimana daya tarik dosen dalam proses belajar dan pembelajaran? 4. Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan?

Bagaimana Menulis Rumusan Tujuan Penelitian?Tujuan Penelitian adalah hasil yang ingin diperoleh dari kegiatan

penelitian. Hasil apa yang harus ditegaskan, sepenuhnya mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam Rumusan Masalah dan/atau Identifikasi Masalah. Dengan demikian, rumusan tujuan penelitian merupakan bentuk jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah dan identifikasi masalah. Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan bukan pertanyaan. Contohnya sebagai berikut (untuk penelitian korelasional):

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat signifikansi mengenai:1. Hubungan antara keahlian dosen dalam proses belajar dan pembelajaran

dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan.2. Hubungan antara keterpercayaan dosen pembelajaran dengan tingkat

pemahaman mahsiswa pada materi perkuliahan.3. Hubungan antara daya tarik dosen dalam proses belajar dan pembelajaran

dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan.

ATAU (untuk penelitian deskriptif)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai:1. Keahlian, kejujuran, dan daya tarik dosen dalam proses belajar dan

pembelajaran di ruang kuliah.2. Tingkat pemahaman masiswa pada materi perkuliahan yang disampaikan

dosen di ruang kuliah.

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 5

Page 6: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

Rumusan tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam menentukan arauh penelitiannya dan akan sangat berimplikasi pada langkah-langkah selanjutnya. Misalnya, dalam menentukan metode atau prosedur penelitian, penentuan lokasi penelitian, bentuk pelaporan, distribusi laporan, dan lain-lain.

Bagaimana Menulis Kegunaan Penelitian?Kegunaan penelitian adalah penegasan tentang harapan peneliti bahwa

hasil yang diperoleh penelitiannya dapat memberikan manfaat atau kegunaan nyata baik secara akademik (kegunaan teoretis) maupun secara operasional (kegunaan praktis). Contoh rumusan kegunaan penelitian dapat dilihat di bawah ini:

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharpkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:1. Kegunaan TeoretisDapat memperkaya khasanah kajian ilmiah di bidang komunikasi instruksional, khususnya yang berkaitan dengan kredibilitas dosen dalam hubungannya dengan efektivitas proses belajar dan pembelajaran di ruang kuliah.

2. Kegunaan PraktisDapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di perguruan tinggi dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar dan pembelajarannya guna lebih meningkatkan efektivitas proses belajar dan pembelajaraan, terutama dalam mengembangkan kemampuan dan fungsi para dosen dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

Rumusan kegunaan penelitian, dalam batas-batas tertentu, dapat digunakan untuk menilai kelayakan penelitian (the significance of the research) yang dilakukan, baik dari aspek teroretis (akademis) maupun dari aspek praktis (operasional).

Bagaimana Menulis Kerangka Berpikir?Kerangka Berpikir atau Kerangka Pemikiran dalam sebuah penelitian

kuantitatif, sangat menentukan kejelasan dan validitas proses penelitian secara keseluruhan. Melalui uraian dalam kerangka berpikir, peneliti dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-variabel apa saja yang diteliti dan dari teori apa variabel-variabel itu diturunkan, serta mengapa variabel-variabel itu saja yang diteliti. Uraian dalam kerangka berpikir harus mampu menjelaskan dan menegaskan secara komprehensif asal-usul variabel yang diteliti, yang sinyalemennya telah dikemukakan pada LBM, sehingga variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah dan identifikasi masalah semakin jelas asal-usulnya.

Dengan demikian, uraian atau paparan yang harus dilakukan dalam kerangka berpikir adalah perpaduan antara asumsi-asumsi teoretis dan asumsi-

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 6

Page 7: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

asumsi logika dalam menjelaskan atau memunculkan variabel-variabel yang diteliti serta bagaimana kaitan di antara variabel-variabel tersebut, ketika dihadapkan pada kepentingan untuk mengungkapkan fenomena atau masalah yang diteliti. Di dalam menulis kerangka berpikir, ada tiga kerangka yang perlu dijelaskan, yakni: kerangka teoretis, kerangka konseptual, dan kerangka operasional. Kerangka teoretis adalah uraian yang menegaskan tentang teori apa yang dijadikan landasan serta asumsi-asumsi teoretis yang mana dari teori tersebut yang akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti. Kerangka konseptual merupakan uraian yang menjelaskan konsep-konsep apa saja yang terkandung di dalam asumsi teoretis yang akan digunakan untuk mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung di dalam fenomena yang akan diteliti dan bagaimana hubungan di antara konsep-konsep tersebut. Kerangka operasional adalah penjelasan tentang variabel-variabel apa saja yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi dan bagaimana hubungan di antara variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja yang dijadikan indikator untuk mengukur variabel-variabel yang bersangkutan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka dalam menyusun kerangka berpikir kita harus memulainya dengan menegaskan teori apa yang dijadikan landasan dan akan diuji atau digambarkan dalam penelitian kita. Lalu dilanjutkan dengan penegasan tentang asumsi teoretis (theorem) apa yang akan diambil dari teori tersebut sehingga konsep-konsep dan variabel-variabel yang diteliti menjadi jelas. Hal inilah yang sering diistilahkan dengan sebutan logical construct. Selanjutnya, kita menjelaskan bagaimana cara mengoperasionalisasikan konsep atau variabel-variabel tersebut sehingga siap untuk diukur. Proses penetapan teori serta penurunannya ke dalam bentuk konsep dan variabel sebaiknya juga dilengkapi denga bagan kerangka penelitian.

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 7

Page 8: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

Contoh Gambar Kerangka Penelitian (untuk penelitian korelasional):

Catatan: untuk sebuah penelitian deskriptif, istilah variabel X dan variabel Y tidak lazim digunakan, sebab pada dasarnya

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 8

FENOMENA YANG DITELITI

Kredibilitas Dosen dan Tingkat Pemahaman Mahasiswa pada Materi

TEORI YANG DIGUNAKAN

Teori Kredibilitas Komunikator

ASUMSI TEORETIS:

Efektivitas komunikasi ditentukan kredibilitas komunikakator yang di dalamnya meliputi penilaian komunikan pada keahlian, kejujuran, dan daya tarik yang dimiliki oleh

RUMUSAN MASALAH:

Apakah ada hubungan yang signifikan antara kredibilitas dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen di ruang kuliah?

VARIABEL Y

TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA PADA MATERI KULIAH

VARIABEL X; KREDIBILITAS DOSEN

X1: Keahlian Dosen

X2: Kejujuran Dosen

X3: Daya Tarik Dosen

Page 9: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

penelitian deskriptif itu bertujuan untuk menggambarkan fenomena/realitas yang diteliti melalui penggambaran variabel demi variabel, satu demi satu, dan tidak berushan menghubungkan di antara keduanya. Penelitian deskriptif memandang fenomena sebagai sekumpulan variabel bukan sebagai hubungan antarvariabel.

Walaupun dalam kerangka berpikir itu harus terkandung kerangka teoretis, kerangka konseptual, dan kerangka operasional, tetapi cara penguraian atau cara pemaparannya tidak perlu kaku dibuat per subbab masing-masing. Hal yang penting adalah bahwa isi pemaparan kerangka berpikir merupakan alur logika berpikir kita mulai dari penegasan teori serta asumsinya hingga munculnya konsep dan variabel-variabel yang diteliti.

Agar peneliti benar-benar dapat menyusun kerangka berpikir secara ilmiah (memadukan antara asumsi teoretis dan asumsi logika dalam memunculkan variabel) dengan benar, maka peneliti harus intens dan ekstens menelurusi literatur-literarur yang relevan serta melakukan kajian terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, sehingga uraian yang dibuatnya tidak semata-mata berdasarkan pada pertimbangan logika (tidak sekadar ngecap). Untuk itu, dalam menjelaskan kerangka teoretisnya, peneliti mesti merujuk pada literatur atau referensi serta laporan-laporan penelitian terdahulu.

Bagaimana Merumuskan Hipotesis Penelitian?

Begitu selesai menyusun kerangka berpikir (kerangka pemikiran), langkah berikutnya yang harus dilakukan peneliti adalah merumuskan hipotesis (terutama jika penelitiannya dirancang sebagai sebuah penelitian eksplanatif; untuk penelitian deskriptif tidak perlu ada hipotesis). Hipotesis adalah dugaan sementara yang bersifat tentatif yang diambil dari hasil penelaahan terhadap asumsi-asumsi teoretis ketika menyusun kerangka pemikiran.

Hipotesis dalam penelitian terbagi ke dalam dua jenis: Hipotesis Teoretis atau Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Penelitian atau Hipotesis Kerja (Hi). Hipotesis Nol dirumuskan dalam kalimat negatif : “Tidak ada hubungan yang signifikan antara kredibilitas dosen dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi kuliah”, sedangkan Hipotesis Kerja dirumuskan dalam kalimat positif: “Ada hubungan yang signifikan antara kredibilitas dosen dengan tingkat pemahaman mahsiswa pada materi kuliah”. Selanjutnya, hipoteis kerja (Hi) perlu dijabarkan ke dalam sub-subhipotesis sesuai dengan banyaknya identifikasi masalah penelitian atau banyaknya subvariabel yang akan dihubungkan satu sama lain. Misalnya, hipotesis kerja (Hi) di atas dijabarkan kedalam subhipotesis sebagai berikut:

H1: Ada hubungan yang signifikan antara keahlian dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahsiswa pada materi kuliah yang disampaikan dosen di kruang kuliah.

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 9

Page 10: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

H2: Ada hubungan yang signifikan antara kejujuran dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahsiswa pada materi perkuliahan yang disampaikan dosen di ruang kuliah.

H3: Ada hubungan yang signifikan antara daya tarik dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan yang disa,paikan dosen di ruang kuliah.

Bagaimana Menyusun Operasionalisasi Variabel?

Variabel-variabel yang akan diteliti, yang tercermin di dalam identifikasi masalah, bagan kerangka penelitian, atau dalam rumusan hipotesis, selanjutnya harus dioperasionalisasikan agar variabel-variabel tersebut dapat diukur dengan tepat sehingga aspek validitas dan reliabilitas pengukurannya terjamin. Mengoperasionalisasikan variabel berarti memberikan penjelasan secara operasional bagaimana variabel-variabel itu didefinisikan (diberikan batasan), indikator-indikator apa yang digunakan untuk mengukurnya, tingkat atau skala pengukuran apa yang digunakan, dan bagaimana cara pengukurannya. Oleh karena itu, dalam mengoperasionalisasikan variabel maka langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan secara operasional seluruh variabel yang akan diteliti atau diukur. Definisi operasional adalah batasan pengertian tentang variabel yang diteliti yang di dalamnya sudah mencerminkan indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur variabel yang bersangkutan. Definisi operasional berbeda dengan definisi konseptual. Definisi konseptual adalah batasan pengertian tentang konsep yang masih bersifat abstraks yang biasanya merujuk pada definisi yang ada pada buku-buku teks. Namun demikian, sebaik-baiknya definisi operasional adalah definisi yang merujuk atau berlandaskan pada definisi konseptual. Contoh definisi konseptual: “Kredibilitas Komunikator adalah seperangkat penilaian komunikan terhadap sifat-sifat yang dimiliki oleh komunikator, menyangkut keahlian, kejujuran, dan daya tarik”. Sedangkan contoh definisi operasional adalah: “ Keahlian dosen dalam mengajar adalah penilaian mahasiswa tentang kemampuan dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan, menjawab pertanyaan mahasiswa, memberikan contoh-contoh konkret, dan penguasaan dosen terhadap materi perkuliahan yang disampaikannya.

2. Menginventarisasi dan mendefinisikan indikator-indikator. Inventarisasi indikator yang akan digunakan untuk mengukur variabel dapat ditelusuri dari definisi operasional yang sudah dibuat. Sebagai contoh, untuk menginventarisasi indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur keahlian dosen dalam proses belajar dan pembelajaran, kita dapat menemukan indikator: kemampuan dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan, kemampuan dosen dalam menjawab pertanyaan mahasiswa, kemampuan dosen dalam memberikan contoh konkret, dan pemahaman

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 10

Page 11: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

dosen mengenai materi perkuliahan yang disampaikannya. Jika indikator-indikator itu masih memungkinkan menyebabkan penafsiran yang berbeda-beda, maka indikator tersebut perlu juga untuk didefenisikan lebih lanjut.

3. Menentukan tingkat atau skala pengukuran yang akan digunakan, apakah digunakan skala nominal, ordinal, interval, atau rasio. Penentuan skala pengukuran ini penting dilakukan terutama jika penelitian kita dirancang sebagai sebuah penelitian eksplanatif (misalnya penelitian korelasional), sebab akan menentukan uji statistik inferensial yang mana yang sesuai untuk digunakan dalam menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.

4. Menentukan cara atau mekanisme pengukuran variabel, yakni menentukan cara pemberian bobot skor pada setiap alternatif jawaban responden, dan juga menentukan alat atau instrumen apa yang akan digunakan serta bagaimana cara penggunaannya. Misalnya, kita akan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner atau angket, dan kita harus menjelaskan mengapa instrumen itu yang dipilih dan bagaimana cara penggunaannya.

Bagaimana Menetapkan Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen?

Apabila instrumen penelitaian, misalnya, kuesioner atau angket, yang kita gunakan disusun sendiri dan belum terbukti validitas dan reliablitasnya, maka instrumen itu harus diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Validitas instrumen menyangkut tingkat ketepatan alat ukur itu untuk digunakan mengukur apa yang akan kita ukur. Sedangkan reliabilitas instrumen menyangkut tingkat ketetapan hasil pengukuran yang diperoleh jika instrumen tersebut digunakan beruiang-ulang pada waktu dan tempat yang berbeda.

Banyak pilihan untuk menetukan validitas instrumen penelitian, misalnya validitas konstruk, validitas isi, validitas prediktif, validitas eksternal, dan lain-lain. Begitupula mekanisme uji reliabilitas instrumen (Silakan baca buku-buku metode penelitian kuantitatif yang ada di lemari buku Anda!). Untuk memastikan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen, perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan uji statistik inferensial yang didasarkan pada tingkat/skala pengukuran yang digunakan. Uji coba instrumen (untuk menentukan validitas dan reliabilitas) ditempuh dengan cara mengujicobakannya pada sejumlah orang, misalnya 10 orang, yang dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan responden (sampel) penelitian kita. Uji coba tidak dilakukan pada orang-orang yang kita jadikan sampel atau responden penelitian kita.

Bagaimana Menyusun Metode atau Prosedur Penelitian?

Prosedur atau metode penelitian adalah cara-cara yang ditempuh atau digunakan dalam melakukan kegiatan penelitian. Untuk menentukan prosedur

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 11

Page 12: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

penelitian apa dan bagaimana mengimplementasikannya, kita dapat berpedoman pada identifikasi masalah dan tujuan penelitian yang sebelumnya sudah dirumuskan.

Hal-hal yang perlu ditegaskan dalam uraian metode atau prosedur penelitian meliputi: desain atau rancangan dan metode penelitian, jenis data dan sumber data yang digunakan, teknik pengumpulan data yang digunakan, teknik analisis data yang digunakan, dan populasi penelitian serta teknik sampling yang digunakan, dan (mungkin juga) jadwal dan lokasi penelitian.

Contoh uraian prosedur penelitian (secara ringkas):

Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian survei yang bersifat eksplanatori atau eksplanatif dengan menggunakan metode korelasional. Pengunaan desain dan metode tersebut didasarkan pada tujuan penelitian, yakni ingin menemukan tingkat signifikansi antara kredibilitas dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan. Untuk mengukur variabel-variabel yang diteliti, digunakan dua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Data Primer bersumber langsung dari responden penelitian dan pihak-pihak yang relevan, sedangkan data sekunder bersumber pada dokumentasi serta referensi-referensi yang relevan. Untuk memperoleh data primer digunakan teknik pengumpulan data berupa penyebaran kuesioner kepada seluruh responden, wawancara tak berstruktur dengan pihak-pihak terkait, dan observasi nonpartisipatori dalam kegiatan yang menjadi objek penelitian. Untuk menentukan responden sebagai sumber utama data primer, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fikom Unpad yang secara resmi terdaftar pada semester genap tahun 2007/2008, sedangkan untuk menentukan sampel penelitian (responden) digunakan teknik sampling random sederhana (simple random sampling technique). Berdasarkan data pada Sub Bagian Pendidikan Fikom Unpad, jumlah mahasiswa yang terdaftar resmi pada semester genap 2007/2008 sebanyak 7.824 orang. Dengan demikian, ukuran populasi penelitian(N populasi) ini adalah 7.824 orang. Penentuan ukuran sampel (n sampel) digunakan perhitungan dengan rumus Taro Yamane. Selanjutnya data yang berhasil dijaring melalui instrumen penelitian akan dianalisis baik dengan menggunakan analisis statistik deskriptif (untuk menggambarkan variabel demi variabel) maupun dengan menggunakan statistik inferensial (untuk menguji hipotesis). Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus uji Korelasi Rank Spearman (Spearman’s Rank Order Correlation). Penentuan uji ini didasarkan pada skala pengukuran yang digunakan, yakni skala ordinal. Adapun kriteria pengujian hipotesisnya adalah: Tolak Ho jika rs hasil perhitungan sama dengan rs pada Tabel Harga Kritis untuk rs pada derajat kebebasan df = n dan taraf signifikansi α = 0,01 untuk tes dua arah. Dalam beberapa hal akan juga digunakan kriteria: Tolak Ho jika nilai t hasil perhitungan sama dengan atau lebih besar daripada nilai t pada Tabel Harhga-harga Kritis untuk t pada df = n -2 dan taraf signifikansi α = 0,01 untuk tes dua arah.

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 12

Page 13: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

Dalam tataran konkret, uraian prosedur atau metode penelitian hendaknya disusun per subpokok bahasan masing-masing item, secara jelas dan komprehensif. Jadi, perlu ada sub bahasan tentang: desain dan metode penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, populasi dan teknik sampling, teknik analisis data, dan lain-lain.

B. MENULIS BAB II

Bab II biasanya diberi judul TINJAUAN PUSTAKA atau TINJAUAN TEORETIS, yang isinya memaparkan aspek-aspek teoretis tentang fenomena atau masalah yang diteliti. Kekeliruan yang seringkali dilakukan oleh peneliti dalam menulis Bab II ini adalah bahwa peneliti sering terjebak untuk menguraikan segala hal ikhwal yang berasal dari referensi tanpa memperhatikan relevansinya. Ada anggapan bahwa semakin banyak kutipan yang ditampilkan semakin baik isi Bab II, semakin tebal halamannya semakin keren. Hal ini jelas KELIRU!!!. Isi Bab II bukan merupakan book report atau book review atau pamer kutipan, tetapi harus merupakan pemaparan yang lebih menegaskan kerangka pemikiran peneliti dalam memunculkan variabel-variabel yang ditelitinya serta konteks penelitiannya. Oleh karena itu, isi pemaparan Bab II selayaknya dimulai dengan pemaparan tentang teori yang dijadikan landasan dalam penelitian secara lebih komprehensif daripada apa yang sudah dipaparkan dalam kerangka pemikiran.Seluruh uraian pada Bab II harus lebih bersifat teoretis dengan tanpa atau sedikit sekali memasukkan unsur logika peneliti.

Dengan demikian, sumber rujukan pokok dalam menulis Bab II adalah referensi atau literatur . Referensi atau literatur yang digunakan bisa berupa buku-buku teks, laporan penelitian terdahulu, situs internet, tulisan pada jurnal ilmiah, artikel di media massa, dan dokumentasi tertulis lainnya.

Sebagai contoh, isi pemaparan pada Bab II dapat disusun sebagai berikut:

2.1 Konsep Dasar Kredibilitas Komunikator

2.2 Asumsi-asumsi Teoretis dalam Teori Kredibilitas

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Belajar dan Pembelajaran

2.4 Proses Belajar dan Pembelajaran Sebagai Kegiatan Komunikasi Instruksional

2.5 Peran dan Fungsi Pengajar dalam Mewujudkan Efektivitas Belajar Mengajar

dan seterusnya.

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 13

Page 14: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

C. MENULIS BAB III

Dalam penelitian kuantitatif, isi Bab III pada umumnya berisi uraian mengenai objek penelitian, sehingga diberi judul Gambaran Umum tentang Objek Penelitian (misalnya, Gambaran Umum Proses Belajar dan Pembelajaran di Fikom Unpad). Subpokok bahasannya, dapat dimulai dengan menguraikan sejarah keberadaan objek yang diteliti, karakteristik umum dan karakteristik khusus objek yang diteliti, sarana dan prasarana, aspek sumber daya manusia, dan lain-lain.

Namun demikian, isi Bab III ada kalanya bukan sekadar memaparkan gambaran umum objek yang diteliti tetapi juga memaparkan metode penelitian. Jika ini yang dipilih, maka uraian metode penelitian yang sudah diuraikan pada Bab I harus dijelaskan pada Bab III, dengan lebih menekankan pada aspek implementatisinya secara nyata dalam proses penelitian kita. Awas, jangan sampai terjebak pada tindakan sekadar untuk memindahkan teori metodologi dari buku-buku ke dalam uraian metode dalam penelitian kita. Pemaparan metode pada Bab III ini benar-benar harus berupa penjelasan tentang langkah-langkah konkret yang kita lakukan dalam melaksanakan kegiatan penelitian kita.

MENULIS BAB IV

Uraian pada Bab IV biasanya berisi deskripsi dan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh. Pendeskripsian yang dilakukan menyangkut data hasil penelitian, baik data mengenai responden maupun data mengenai hasil pengukuran variabel-variabel yang diteliti.

Penggambaran data karakteristik responden perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang bagaimana keadaan responden penelitian kita, yang boleh jadi diperlukan untuk mengelaborasi data hasil pengukuran variabel-variabel yang diteliti jika sekiranya terdapat data yang memerlukan penjelasan dan penafsiran lebih lanjut. Sementara itu pendeskripsian data hasil pengukuran variabel (data penelitian) diperlukan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang variabel-variabel yang diteliti, satu demi satu, sehingga dapat dilakukan analisis dan interpretasi secara parsial sebagai bahan utama untuk nanti membuat analisis data secara menyeluruh dan menyimpulkan hasil penelitian.

Setelah dilakukan deskripsi data, khususnya untuk penelitian eksplanatif yang mengharuskan adanya pengujian hipotesis, analisis data dan pembahasan hasil penelitian perlu dilakukan dengan menggunakan analisis statistik inferensial. Di sini dipaparkan bagaimana proses dan hasil pengujian statistik inferensial itu, apakah terjadi penolakan hipotesis atau sebaliknya.

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 14

Page 15: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

Bagaimana cara melakukan analisis deskriptif?

Analisis deskriptif dilakukan pada data hasil pengolahan statistik deskriptif, yang biasanya dipresentasikan pada tabel-tabel distribusi frekuensi, baik tabel tunggal maupun tabel silang.Tabel tunggal adalah tabel yang berisi data hasil pengukuran satu variabel, sedangkan tabel silang adalah tabel yang berisi data hasil pengukuran dua variabel atau lebih.

Selanjutnya, data yang dipresentasikan dalam tabel-tabel distribusi frekuensi perlu dideskripsikan secara naratif (dengan catatan: tidak harus berupa pengulangan dari isi tabel), yakni memaparkan secara sistematik bagaimana hasil pengukuran variabel-varlabel yang diteliti. Lalu dilakukan analisis, yakni mengupas atau mengkritisi data dengan menggunakan konsep-konsep atau asumsi teoretis yang sudah diungkapkan pada Bab II (Tinjauan Pustaka). Apa yang tercantum pada Bab II adalah aspek idealitas (teoretis), sedangkan data yang dihasilkan adalah aspek realitas dari fenomena yang diteliti. Dengan demikian, menganalisis data berarti membandingkan secara kritis data hasil temuan dengan asumsi-asum teoretis. Selanjutnya, berikan interpretasi atas data yang dianilisis tersebut, sehingga peneliti memperoleh kesimpulan secara parsial. Analisis deskriptif dilakukan terhadap setiap variabel, satu demi satu secara sistematis.

Bagaimana cara melakukan analisis statistik inferensial?

Analisis statistik inferensial, sebagaimana telah diungkapkan di bagian terdahulu, adalah pemaparan, pengupasan, dan penafsiran data sehubungan dengan pengujian hipotesis. Data hasil pengujian hipotesis melalui uji statistik inferensial perlu dipaparkan dan dianalisis apa maknanya, lalu bahas dengan asumsi-asumsi teoretis yang sudah ada pada Bab II. Hasil pemaknaan itulah yang harus dijadikan bahan utama dalam pembahasan dan penyimpulan.

Bagaimana Menetapkan Pokok Bahasan?

Sistematika bahasan pada Bab IV seyogyanya disusun berdasarkan urutan dalam menjawab identifikasi masalah atau tujuan penelitian. Oleh karena itu, jika penelitian kita mengandung tiga tujuan penelitian, maka isi pokok bahasan pada Bab IV setidak-tidaknya mengandung tiga pokok bahasan tersebut, yang boleh jadi sebelumnya diawali dengan pokok bahasan mengenai karakteristik responden penelitian.

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 15

Page 16: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

D. MENULIS BAB V

Bab V biasanya berisi kesimpulan dan saran penelitian. Berapa banyak kesimpulan penelitian yang harus dibuat? Apa saja yang harus disimpulkan? Berapa banyak saran yang harus diajukan? Apa saja yang harus disarankan? Hal-hal itu seringkali menjadi pertanyaan klasik peneliti ketika akan mulai menulis Bab V.

Banyaknya kesimpulan dan apa yang harus dibuat tergantung pada jumlah dan isi tujuan penelitian, sedangkan isi kesimpulannya tergantung pada hasil penelitian dan pembahasan yang ada pada Bab IV. Sedangkan saran penelitian, aspeknya harus merujuk pada rumusan kegunaan penelitian yang sudah diungkapkan pada Bab I dan isinya tergantung pada isi kesimpulan penelitian. JIka kesimpulan dan saran penelitian itu disusun seperti yang dikemukakan di atas, maka tidak ada alasan bagi orang lain untuk menuduh bahwa kesimpulan penelitian kita mengada-ngada, atau saran yang kita ajukan adalah saran sok tahu. Oke, selamat bekerja!

BUKU RUJUKAN

Black, James A. Dan Dean J. Champion, 1992, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, Bandung: P.T. Eresco.

Berger, Arthur Asa, 2000, Media And Communication Research Method: An Introduction to Qualitative and Quantitative Approaches, Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publication, Inc.

Bulaeng, Andi, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, 2004, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Colderon, J.F., dan Expectation C. Gonzales, 1993, Methods of Research and Thesis Writing, Mandaluyong City: National Book Store Inc.

Cohran, William C., 1959, Sampling Techniques, New York: John Willey & Sons.

Holsti, Ole R., 1969, Content Analisys for the Social and Humanities, California: Addison-Wesley Publishing Company.

Kerlinger, Fred N., 1973, Foundation of Behavioral Research, New York: Holt Rinehart and Winston Inc.

Kriyantono, Rachmat, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Menia Group.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Rajawali Press, Jakarta.

Rakhmat Jalaluddin, 1991, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remadja Rosdakarya.

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 16

Page 17: Bahan Ceramah Teknik Penyusunan Laporan Penelitian Ilmiah Versi Word 97-2003

Dadang Sugiana/Sistematika dan Substansi Penulisan Skripsi (Kuantitatif)

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survai, (Edisi Revisi), Jakarta: LP3ES.

Somekh, Bridget & Cathy Lewin, 2005, Research Methods In The Social Sciences, London: Sage Publications.

Jatinangor, 01 November 2010

Dadang SugianaNIP. 196107131990011001

* Disampaikan pada Seminar Sehari Dosen Jurusan Humas Fikom Unpad, 1 November 2010**Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 17