bahan ajar model2 pembelajaran bio ma
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang dilakukan di setiap satuan pendidikan harus dilaksanakan dengan
berlandaskan pada Permendiknas no. 24 tahun 2006, tentang pelaksanaan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
yang dikenal dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) diberlakukan pada
tanggal 2 Juni 2006.
Peningkatan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran telah diatur dalam
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Pasal 40 ayat (2) Tahun 2003, yang menyatakan
bahwa Pendidik dan Tenaga Kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan
yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dan dialogis. Ditambah lagi dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 19 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan dengan interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif , serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Sebagai pengemban amanat peraturan tersebut, tentu saja seorang guru sudah
seharusnya mau memotivasi diri mengembangkan kompetensi diri, memperkaya
wawasan untuk mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan metoda atau
model pembelajaran sebagai salah satu pilar pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dikembangkan pada saat ini,
memberikan keleluasaan pada guru untuk berkreasi mengembangkan pembelajaran melalui
pengembangan model-model pembelajaran sesuai kompetensi yang akan digali dari
siswanya. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran yang memotivasi siswa untuk
aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan tetapi tetap efektif, mampu menyelenggarakan
pembelajaran yang memfasilitasi siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta,
keterampilan, nilai, konsep dengan menyenangkan tetapi tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan tetap tercapai.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
dirinya sendiri dan alam sekitar.
Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar
untuk memahami konsep dan proses sains. Pendidik diharapkan dapat mengembangkan
model pembelajaran yang dapat mendukung siswa dalam memahami konsep dan proses
sains.
B. Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini membahas tentang model-model pembelajaran Biologi MA, terdiri
dari; pengertian model, strategi, pendekatan, metode dan teknik, tujuan, fungsi, dan
peranan model dan strategi dalam pembelajaran biologi, karakteristik model dan strategi
pembelajaran Biologi MA.
C. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta diklat mampu memahami
dan menerapkan model-model pembelajaran Biologi MA.
D. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian model, strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran
Biologi.
2. Menjelaskan tujuan, fungsi, dan peranan model dan strategi dalam pembelajaran
Biologi.
3. Menjelaskan masing-masing karakteristik model dan strategi pembelajaran Biologi.
4. Mengidentifikasi model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
Biologi.
5. Memperaktikkan model-model pembelajaran Biologi.
E. Manfaat Mata Diklat
Bahan ajar ini secara umum sangat bermanfaat bagi para peserta diklat untuk
menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam menerapkan model
pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik Biologi.
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN BIOLOGI
A. Pengertian Model, Strategi, Pendekatan, Metode Dan Teknik Pembelajaran Biologi
1. Pengertian Model Pembelajaran
Salah satu yang dikembangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
adalah pengembangan model pembelajaran.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu & berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan
demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata
secara sistematis.
2. Pengertian pendekatan
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke
dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera
masyarakat yang memerlukannya;
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai sasaran;
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh
sejak titik awal sampai dengan sasaran;
d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
3. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi,
metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran
yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
(1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6)
pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif
banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang
berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama.
4. Pengertian Teknik
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode
ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan
metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya
tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun
dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama
B. Tujuan, Fungsi, Dan Peranan Model Dan Strategi Dalam Pembelajaran Biologi
1. Tujuan Model dan Strategi dalam Pembelajaran Biologi
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan Pendidikan Biologi adalah: Membentuk
sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta
mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur,
objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain, Mengembangkan
pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, Mengembangkan
kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan
prinsip biologi, Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling
keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap percaya diri, Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan
karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia, Meningkatkan
kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Berdasarkan tujuan pendidikan Biologi di atas, maka penerapan model dan
strategi pembelajaran Biologi diharapkan dapat dipahami seluruh materi pelajaran yang
disampaikan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dalam standar isi.
2. Fungsi dan Peranan Model dan Strategi dalam Pembelajaran Biologi
Adapun fungsi model dan strategi pembelajaran Biologi adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran adalah proses berpikir
Penggunanaan model dan strategi pembelajaran Biologi diharapkan dapat
berfungsi sebagai proses berpikir. Belajar berpikir menekankan kepada proses
mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan
lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya
menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang
diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri
(Self Regulated).
Asumsi yang mendasari pembelajaran berpikir adalah bahwa pengetahuan itu
tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh individu itu sendiri dalam struktur
kognitif yang dimilikinya. Dalam proses pembelajaran La Costa (1985)
mengklasifikasikan mengajar berpikir menjadi tiga, yaitu teaching of thinking,
teaching for thinking, dan teaching about thinking.
b. Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal. Proses pendidikan mestinya mengembangkan setiap bagian otak. Jika
proses pembelajaran mampu mencapai otak neokortek maka tentu otak reptil dan
sistem limbik akan terkembangkan, namun demikian pembelajaran yang hanya
menyentuh otak limbik apalagi otak reptil belum tentu neokortek akan
terkembangkan. Dengan demikian, pembelajaran mestinya mengembangkan
kemmapuan-kemampuan yang berhubungan dengan fungsi neokortek, melalui
pengembangan berbahasa, memcahkan masalah dan mebangun kreasi.
c. Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat
Prinsip belajar sepanjang hayat adalah sejalan dengan empat pilar pendidikan
universal seperti yang dirumuskan UNESCO (1996), yaitu:
1) Learning to know, mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak
hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus
berorientasi kepada proses belajar.
2) Learning to do, mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekadar
mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar
untuk berbuat dengan tujuan akhir pengauasaan kompetensi yang sangat
diperlukan dalam era persaingan global. Kompetensi akan dikuasai manakala anak
diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu.
3) Learning to be, mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk
manusia yang menjadi dirinya sendiri. Dengan kata lain belajar, belajar untuk
mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang
memiliki tanggung jawab sebagai manusia.
4) Learning to live together adalah belajar untuk bekerja sama.hal ini sangat
diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global di mana
manusia baik secara individual maupun secara tak mungkin bisa hidup sendiri
atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.
C. Karakteristik model dan strategi pembelajaran Biologi
Pendidikan Biologi di Madrasah Aliyah bertujuan untuk: Membentuk sikap positif
terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka,
ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain, Mengembangkan pengalaman untuk
dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengkomunikasikan
hasil percobaan secara lisan dan tertulis, Mengembangkan kemampuan berpikir analitis,
induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi, Mengembangkan
penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri, Menerapkan konsep
dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan
kebutuhan manusia, Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga
kelestarian lingkungan yang terangkum dalam ruang lingkup meliputi aspek-aspek sebagai
berikut.
1. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup, hubungan
antarkomponen ekosistem, perubahan materi dan energi, peranan manusia dalam
keseimbangan ekosistem.
2. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan, hewan dan
manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
3. Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi,
bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
D. Identifikasi Model-model Pembelajaran Yang Sesuai Dengan Karakteristik Biologi
Berikut ini model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Biologi;
1. Model Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction )
Adalah suatu model pembelajaran yamg berpusat pada guru (teacher centered),
dengan penekanan pembelajaran deklaratif, prosedural dan keterampilan akademik
terbimbing. Guru menjadi narasumber untuk mentrasfer pengetahuan pada peserta
didik.
Dalam pembelajaran langsung ini guru menerapkan dengan mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa langkah demi
langkah. Guru mengajar dengan menerangkan atau menjelaskan pengertian, konsep
Dalam hal ini guru harus mampu menjadi seorang model.
Sintaks atau tingkah laku belajar Pembelajaran Langsung
Tahap-tahap Perilaku guru
Tahap 1Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan TPK, informasi belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
Tahap 2Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Tahap 3Membimbing pelatihan Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan
awal Tahap 4Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
Tahap 5Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari – hari
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Belajar kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif memberikan kesempatan
pada siswa untuk saling berinteraksi, dimana siswa belajar dengan kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan berbeda. Belajar belum dikatakan tuntas atau selesai bila
salah satu siswa dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan beberapa kecakapan hidup diantaranya kecakapan berkomunikasi dan
kecakapan bekerjasama. juga dapat mengembangkan kemampuan menuangkan gagasan
dan pendapat melalui diskusi-diskusi.
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Tahap-tahap Perilaku Guru
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Menyampaikan semua tujuan yang ingin
dicapai selama pembelajaran dan
memotivasi siswa belajar
Tahap 2
Menyajikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok – kelompok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagamana cara
membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
Tahap 4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Membimbing kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka
Tahap 5
Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari/meminta kelompok
presentasi hasil kerja
Tahap 6
Memberikan penghargaan Menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa jenis model pembelajaran kooperatif:
a. Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson pada tahun 1971.
Pembelajaran jigsaw pada mulanya digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan ataupun berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam
beberapa mata pelajaran seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
matematika, agama, dan bahasa. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini cocok untuk
semua kelas dan tingkatan.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi
lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif, dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang
secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw diartikan sebagai pembagian materi, sumber atau tugas, sehingga tugas
kelompok tidak akan dikerjakan oleh satu atau sebagian kecil anggota kelompok,
tetapi masing-masing anggota kelompok punya bagian penting dan dibutuhkan oleh
seluruh anggota kelompok. Dengan demikian, tujuan utama dari penerapan metode
jigsaw adalah membuat masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab atas
tugas atau bagian khusus yang harus dibagikan kepada teman-teman kelompoknya.
Jigsaw juga efektif dilakukan untuk menekankan keterpaduan dan tanggungjawab
siswa (Doolitle, 2008 dalam Hesti, 2008).
Aronson (2006) mengemukakan, selain efektif untuk penguasaan konsep, yang
paling penting dari metode jigsaw ini adalah dapat mendorong keterampilan
mendengarkan, mengelola waktu dan berempati dengan memberi masing-masing
anggota kelompok bagian penting bagi tujuan bersama dalam aktivitas pembelajaran.
Anggota kelompok harus mampu bekerjasama untuk menyelesaikan dan
mengerjakan tugas dan tujuan bersama.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, 2008). Teknik
mengajar jigsaw bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan
siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
angota kelompok asal. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang
sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali
pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain
tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Jigsaw di desain selain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa secara
mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu)
terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran siswa diberi kuis
secara individu yang mencakup topik materi yang telah di bahas. Kunci tipe jigsaw
ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan
informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan
baik.Terdapat dua jenis jigsaw ,yaitu jigsaw II dan jigsaw orisinil. Jigsaw II dapat
digunakan apabila materi yang akan dipelajari adalah yang berbentuk narasi tertulis.
Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur,
sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang lainnya yang tujuan
pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan.
Pengajaran “bahan baku” untuk jigsaw II biasanya harus berupa sebuah bab, cerita,
biografi, materi-materi narasi atau deskripsi serupa (Slavin, 2010). Metode jigsaw
Aronson yang orisinil, mirip dengan jigsaw II dalam sebagian besar aspeknya, tetapi
juga mempunyai beberapa perbedaan penting. Dalam jigsaw orisinil, para siswa
membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya.
Bagian yang paling sulit dari jigsaw orisinil adalah bahwa tiap bagian harus ditulis,
supaya dapat dipahami oleh siswa. Ciri jigsaw orisinil adalah bahan bacaan ditulis
ulang oleh guru, sehingga mudah dipahami oleh siswa, ketergantungan antar anggota
sangat erat dan kuat (setiap siswa hanya membaca satu bagian materi), ditunjuknya
pimpinan kelompok (pimpinan kelompok sebagai penghubung antar kelompok dan
guru, serta mengatur diskusi kelompok), dan tidak terdapat kuis yang memberikan
sumbangsih nilai pada kelompok. Kelebihan dari jigsaw II adalah bahwa semua
siswa membaca semua materi, yang akan membuat konsep-konsep yang telah
disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami.
Ada tiga model metode jigsaw yang dapat diterapkan menurut Doolittle (2002
dalam Hesti (2008), yaitu:
1. Within Group Jigsaw
Pada model ini, masing-masing anggota kelompok bertanggungjawab untuk
mempelajari satu bagian persoalan yang harus dipecahkan kelompok tersebut.
Setelah mempelajarinya, masing-masing harus mengajarkan kepada anggota
kelompok lainnya. Ini juga berlaku pada kelompok yang lain.
2. Expert Group Jigsaw
Jika pada within group jigsaw masing-masing anggota kelompok mempelajari
sendiri bagian persoalan yang diberikan padanya, maka pada model expert group ini
anggota kelompok dari semua kelompok yang mendapat bagian persoalan yang sama
berkumpul menjadi ”kelompok ahli” untuk bersama-sama mempelajari dan
memecahkan persoalan tersebut. Setelah selesai mempelajarinya, masing-masing
kembali ke kelompok asalnya dan mengajarkan apa yang telah mereka pelajari pada
”kelompok ahli” tadi.
3. Whole Group Jigsaw
Berbeda dengan expert group, pada whole group ini kelompok yang pertama
kali terbentuk sudah langsung menjadi ”kelompok ahli” yang masing-masing
mempelajari persoalan yang berbeda dengan kelompok lainnya. Setelah itu masing-
masing kelompok mengajarkan bagian persoalannya kepada kelompok lain melalui
diskusi atau presentasi.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut Aronson (2006)
adalah sebagai berikut :
a. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok
terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut
kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah
bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas
mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan
materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut
kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa
mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana
bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw. Misal suatu kelas dengan
jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan
pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan
terdapat 5 kelompok ahli yang masing-masing beranggotakan 8 siswa dan 8
kelompok asal yang masing-masing terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok
ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau
dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada
pada kelompok ahli maupun kelompok asal
b. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu
kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru
dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
c. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke
skor kuis berikutnya.
e. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.
f. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka
perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Menurut Lie (2008), teknik mengajar jigsaw sebagai berikut:
a. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian
b. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai
topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar dapat
menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai
topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata
siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.
c. Siswa dibagi dalam kelompok berempat.
d. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang
kedua menerima bahan yang kedua. Demikian seterusnya.
e. Kemudian, siswa diminta membaca/mengerjakan bagian mereka masing-masing.
f. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan
masing-masing. Dalam kegiatan ini, siswa dapat saling melengkapi dan berinteraksi
antara satu dengan yang lainnya.
g. Kegiatan ini dapat diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran
hari itu. Diskusi dapat dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
Gambar 1. Jigsaw (Lie, 2010)
Gambar 2. Jigsaw (Lie, 2010)
Menurut Slavin (2010), untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian
lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut:
1. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk
mendapatkan informasi.
2. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk
mendiskusikan topik tersebut.
3. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada
kelompoknya.
4. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.
5. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan
kelompok.
Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan
individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan pada
skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan
skor terakhir. Slavin (2010) memberikan petunjuk perhitungan skor kelompok
sebagaimana terlihat dalam Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Konversi Skor Perkembangan
Skor Kuis IndividuSkor
perkembangan
1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
2. 10 poin sampai 1 poin di bawah skor awal
3. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal
5. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor
awal)
5
10
20
30
30
Untuk menentukan tingkat penghargaan yang diberikan untuk prestasi
kelompok, menurut Slavin (2010) dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3. Tim Penghargaan Kelompok
Rata-rata kelompok Penghargaan
15 poin TIM BAIK
20 poin
25 poin TIM SANGAT BAIK
TIM SUPER
Berikut merupakan langkah-langkah metode jigsaw orisinil dengan
memodifikasi dari jigsaw II:
1. Menuliskan unit-unit yang menampilkan informasi unik mengenai subjek tetapi
dibuat supaya tetap masuk akal. Bisa juga dengan memotong bagian teks dan
menambahkan informasi yang diperlukan, atau dengan menuliskan materi yang
benar-benar baru.
2. Membagi siswa ke dalam tim yang beranggotakan lima sampai enam orang dan
membuat lima topik untuk tiap unit.
3. Menunjuk satu orang pemimpin tim, dan menekankan latihan pembentukan tim
sebelum dan selama menggunakan teknik tersebut.
4. Menggunakan kuis-kuis dan tidak menggunakan skor tim, skor kemajuan, atau
lembar berita. Cukup memberikan nilai individual kepada siswa.
Adapun langkah-langkah dari Within Group Jigsaw adalah sebagai berikut:
1. materi dibagi ke dalam 3-5 bagian
2. dibentuk kelompok yang terdiri atas 3-5 siswa (jumlah siswa yang terbagi ke dalam
kelompok harus sama dengan jumlah pembagian materi)
3. masing-masing siswa yang tergabung dalam kelompok memiliki tanggungjawab atas
satu bagian materi yang harus dipelajari
4. setelah semua siswa mempelajari bagian materi mereka masing-masing, setiap siswa
mengajarkan bagian mereka kepada kelompok mereka
5. semua siswa diuji kemampuan materinya secara individu
Berikut merupakan langkah-langkah dari Expert Group Jigsaw:
1. Materi dibagi ke dalam 3-5 bagian
2. Dibentuk “Home Group”/grup asal yang terdiri atas 3-5 siswa (jumlah siswa pada grup
asal harus sama dengan jumlah pembagian materi)
3. Masing-masing siswa pada grup asal diberi tanggungjawab satu materi untuk
dipelajari
4. Setelah semua siswa mempelajari bagian mereka, dibentuklah “expert group”/grup
ahli. Semua siswa yang mempelajari materi 1 atau semua siswa yang mempelajari
materi 2 dari masing-masing grup dikumpulkan ke dalam satu grup baru yang disebut
grup ahli. Begitu seterusnya sehingga terbentuk kelompok ahli untuk setiap materi.
5. Grup ahli mendiskusikan materi mereka dan menyepakati pengertian dan poin-poin
penting dari materi tersebut
6. Siswa-siswa pada kelompok ahli kembali ke kelompok mereka masing-masing (grup
asal) dan mengajarkan materi mereka kepada kelompok mereka
7. Semua siswa diuji secara individu
Gambar 3. Within Group Jigsaw, Doolittle, 2002 (dalam Hesti, 2008)
Langkah-langkah dari Whole Group Jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Materi dibagi ke dalam 3-5 bagian
2. Dibentuk beberapa kelompok. Jumlah kelompok harus sama dengan jumlah
pembagian materi
3. Masing-masing kelompok memiliki tanggungjawab atas satu materi yang harus
dipelajari
4. Setelah semua kelompok mempelajari bagian mereka, kelompok-kelompok tersebut
bergiliran mengajarkan bagian materi mereka kepada kelompok lain
5. Setiap siswa diuji secara individu
Ada beberapa cara lain dalam menggunakan jigsaw dengan memberikan
beberapa modifikasi dalam implementasinya, seperti berikut ini (Slavin, 2010):
Gambar 4. Expert Group Jigsaw, Doolittle, 2002 (dalam Hesti, 2008)
Gambar 5. Whole Group Jigsaw, Doolittle, 2002 (dalam Hesti, 2010)
1. Menyuruh siswa mencari informasi melalui kepustakaan untuk topik yang akan
mereka diskusikan.
2. Setelah para ahli menyampaikan laporan, mintalah siswa menuliskan esai atau
memberikan laporan lisan daripada memberikan kuis.
3. Memberi tiap tim topik yang unik untuk dipelajari bersama dan memberikan masing-
masing anggota tim sebuah subtopik. Kemudian, tim mempersiapkan dan membuat
presentasi lisan di depan kelas.
b. STAD (Student Teams Achievement Divisions)
STAD (students teams achievement divisions) dikembangkan oleh Robert
Slavin dan kawan-kawan. STAD dipandang sebagai tipe pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana dari model pembelajaran kooperatif. STAD sangat cocok
untuk mengajarkan konsep pada bidang studi yang telah terdefiniskan dengan jelas,
misalnya matematika, geografi, kemampuan peta, dan konsep-konsep ilmu
pengetahuan ilmiah (Slavin, 2008).
Tujuan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa agar dapat saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang
diajarkan oleh guru. Para siswa harus saling mendukung teman satu timnya untuk
bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar itu suatu hal
penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa bekerjasama dengan teman satu
timnya, menilai kekuatan dan kelemahan untuk saling membantu agar berhasil dalam
kuis.
Slavin (2008) menyatakan bahwa dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim
belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda tingkat kemampuan, jenis
kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, kemudian
siswa bekerja dalam timnya. Selanjutnya, untuk memastikan bahwa semua anggota
tim telah menguasai pelajaran, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi yang
telah diajarkan secara sendiri-sendiri dan tidak diperbolehkan untuk saling
membantu. Tanggung jawab individual akan memotivasi siswa melakukan hal
terbaik bagi timnya. Skor kuis para siswa akan dibandingkan dengan rata-rata
pencapaian mereka sebelumnya (skor awal), dan masing-masing tim akan diberikan
skor/poin berdasarkan tingkat kemajuan yang dicapai siswa dibandingkan skor/poin
yang dicapai sebelumnya. Skor tim didasarkan pada kemajuan yang di buat
anggotanya, hal ini memberikan kesempatan sukses yang sama untuk semua siswa.
Tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau
penghargaan.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai lima tahapan atau
langkah-langkah, yaitu:
1. Tahap penyajian materi
Penyajian materi dilakukan oleh guru, dimulai dari kegiatan pembukaan,
penyampaian konsep esensial, pengembangan materi, serta petunjuk pelaksanaan.
Penyampaian materi bisa menggunakan pengajaran langsung, atau ceramah-
diskusi yang dilakukan oleh guru. Dapat juga melalui presentasi audio-visual atau
kegiatan penemuan kelompok (Nur, 2005).
Pada kegiatan ini siswa bekerja untuk menemukan informasi atau
mempelajari konsep-konsep. Penyajian materi pada STAD berbeda dari
pengajaran biasa, yaitu materi yang disajikan harus secara jelas dan fokus pada
unit STAD tersebut. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka harus
sungguh-sungguh memperhatikan untuk dapat mengerjakan kuis dengan baik,
yang nantinya akan menentukan skor timnya.
2. Tahap kegiatan kelompok/tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi utama tim
adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, untuk
mempersiapkan anggotanya untuk dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Pada kegiatan tim, setiap tim bertugas menguasai materi pembel-ajaran,
dan membantu anggota tim lainnya untuk menguasai materi/konsep pelajaran.
Siswa diberi lembar kerja dan lembar jawaban yang dipakai untuk mengerjakan
tugas kelompok. Diskusi kelompok yang berhasil ditandai dengan tingginya
interaksi perbincangan ilmiah antar siswa dalam satu kelompok untuk
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai
alternatif pemikiran. Sebelum memulai kerja tim, perlu dibahas peraturan-
peraturan tim sebagai berikut.
Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa anggotanya telah
mempelajari materi yang diberikan oleh guru.
Tidak ada yang boleh berhenti berdiskusi sampai semua anggota kelompok telah
menguasai materi.
Siswa yang belum paham tentang materi, disarankan minta bantuan pada semua
anggota timnya, sebelum bertanya kepada guru.
Teman satu tim boleh saling berbicara satu sama lain dengan suara pelan dan
tidak mengganggu kelompok lain.
Kerja tim merupakan ciri terpenting dalam STAD. Pada kegiatan ini
ditekankan kepada semua anggota tim agar melakukan yang terbaik untuk timnya,
dan pada tim sendiri agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya.
Slavin (2008) menyatakan bahwa derajat keyakinan siswa pada kesuksesan
akademik tergantung pada usaha yang dilakukan. STAD meningkatkan perasaan
para siswa bahwa hasil yang mereka keluarkan tergantung pada kinerja, dan
bukan karena keberuntungan. Hal ini yang mendorong siswa untuk melakukan
yang terbaik untuk dirinya sendiri dan juga untuk timnya.
3. Tahap tes individu/kuis
Pada tahap kuis, guru membagi soal tes dan memberi cukup waktu bagi
siswa untuk menyelesaikannya. Pada kegiatan tes/kuis ini, siswa tidak
diperbolehkan bekerjasama atau saling membantu antar anggota timnya. Siswa
berusaha menunjukkan hasil yang diperoleh secara individu, hal ini menjamin
agar siswa secara individual bertanggung jawab untuk memahami materi/konsep
yang telah dipelajari.
Setelah kegiatan tes selesai, hasil pekerjaan tiap siswa dikumpulkan untuk
diperiksa guru. Apabila waktu cukup tersedia, hasil pekerjaan siswa bisa langsung
diperiksa bersama dengan saling menukar lembar jawaban siswa dalam tim
dengan tim lainnya, selanjutnya dihitung skor kemajuan siswa dan skor tim.
4. Tahap perhitungan skor (skor kemajuan individual)
Setelah dilakukan tes, dan jawaban siswa diperiksa, kemudian ditentukan
nilai peningkatan siswa dan skor tim. Gagasan di balik skor kemajuan individual
adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang dapat dicapai
apabila mereka bekerja lebih giat, dan memberikan kinerja yang lebih baik dari
pada sebelumnya. Tiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata
kinerja siswa sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama atau dapat
menggunakan hasil nilai terakhir siswa pada tahun sebelumnya. Siswa selanjutnya
akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor
kuis mereka dibandingkan dengan skor awal siswa (Slavin, 2008).
Tabel 1. Pedoman Pemberian Skor Peningkatan Individu
NILAI TES POIN KEMAJUAN
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10 - 1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor
awal
20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari
skor awal)
30
Sumber : Slavin, 2008
Tujuan dari pemberian skor awal dan poin kemajuan adalah untuk
memungkinkan semua siswa memberikan nilai maksimum pada timnya masing-
masing, berdasarkan hasil prestasi/kinerja pencapaian siswa sebelumnya. Siswa
memahami bahwa cukup adil untuk membandingkan masing-masing siswa
dengan tingkat prestasi sebelumnya, karena siswa memiliki tingkat kemampuan
dan pengalaman yang tidak sama. Sebelum menentukan poin kemajuan,
diperlukan satu salinan nilai tes, yaitu nilai tes awal yang akan dibandingkan
dengan nilai yang dicapai dalam kuis untuk menentukan poin kemajuan.
Nilai tim ditentukan dengan mencatat nilai peningkatan dari masing-masing
anggota tim pada lembar ringkasan tim. Nilai tim diperoleh dengan membagi nilai
total peningkatan tim dengan jumlah anggota tim yang hadir.
5. Tahap penghargaan tim (rekognisi tim)
Tiga tingkat penghargaan diberikan untuk tim, yang didasarkan pada nilai
rata-rata tim sebagai berikut.
Tabel 2. Kriteria dan Penghargaan terhadap Nilai Rata-rata Tim
KRITERIA PENGHARGAAN
Tim dengan rata-rata skor tim 15 Good Team
Tim dengan rata-rata skor tim 20 Great Team
Tim dengan rata-rata skor tim 25 Super Team
Sumber : Saptono, 2004
Atau dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3. Kriteria dan Penghargaan terhadap Nilai Rata-rata Tim
KRITERIA (RATA-RATA TIM) PENGHARGAAN
15 Tim Baik
16 Tim Sangat Baik
17 Tim Super
Sumber : Slavin, 2008
Untuk memberikan penghargaan tim, guru dapat membuat sertifikat
penghargaan sesuai dengan tingkatan pencapaian siswa yang telah dibuat.
Penghargaan juga bisa diberikan dalam bentuk hadiah (reward), atau yang paling
sederhana memberikan penghargaan secara verbal. Penghargaan yang diberikan guru
berfungsi untuk memotivasi siswa dalam bekerja dan belajar, agar prestasi dan
kinerjanya semakin meningkat.
c. TGT (Team Group Tournament)
TGT atau Teams Games Tournament ditemukan pertama kali oleh David De
Vries dan Keith Edwards pada tahun 1972 dan dikembangkan oleh Robert Slavin.
Johnson dan Johnson (1975) pada bukunya “Learning Together and Alone” juga
mengemukakan pembelajaran yang dikenal dengan Intergroup Competition yang
sebetulnya jika dikaji langkah-langkah dan aturannya sebetulnya persis sama dengan
TGT.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah
tahapan untuk mendukung pelaksanaannya yaitu berupa sintak model pembelajaran
TGT: Presentasi Kelas, Kelompok belajar (Kelompok Belajar), Game/Turnamen
Akademik, Penghargaan terhadap Kelompok dan Pergeseran atau Bumping.
1. Presentasi Kelas
Pada kegiatan ini guru memperkenalkan materi pelajaran yang akan
dibahas, dengan pembelajaran langsung, diskusi, atau dapat menggunakan
cara yang lainnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam presentasi kelas ini berbeda
dengan presentasi kelas biasa, karena presentasi kelas pada pembelajaran
kooperatif tipe TGT yang disampaikan hanya menyangkut pokok-pokok
materi dan penjelasan tentang teknik pembelajaran yang akan digunakan.
Dengan demikian siswa harus memperhatikkan secara cermat selama
presentasi kelas berlangsung. Siswa harus menyadari bahwa kecermatannya
sangat menunjang untuk mempelajari materi yang disampaikan oleh guru,
sehingga dapat mendukung keberhasilan belajar selanjutnya dan pada akhirnya
dapat membantu usaha mengumpulkan nilai untuk kelompok mereka.
1) Persiapan Pembelajaran
Pada pembelajaran kooperat i f t ipe TGT, penyusunan mater i
pelajarannya dibuat sedemikian rupa dengan maksud agar dapat
disajikan dalam: presentasi kelas, belajar kelompok dan turnamen akademik.
Bentuk persiapan tersebut dapat dikemas dalam satu perangkat pembelajaran yang
terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Bahan Pembelajaran, dan
Lembar Kerja Siswa (yang akan dipelajari siswa dalam belajar kelompok),
Perlengkapan Turnamen (yang akan digunakan dalam turnamen akademik)
dan Tes Hasil Belajar yang akan diujikan setelah pembelajaran selesai (post-
test).
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Perangkat Pembelajaran yang diperlukan :
a) Lembar transparan atau yang lainnya, untuk memuat : Tujuan Pembelajaran
dan Materi Pembelajaran.
b) Bahan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa.
Kegiatan utama pada tahap ini adalah mempresentasikan di
dalam kelas, dengan memberikan pembelajaran langsung dan diskusi. Presentasi
pelajaran dibuka dengan menampilkan sesuatu yang dapat menarik perhatian
siswa. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa ingin
tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari dan secara singkat mengulangi
keterampilan atau materi pelajaran yang merupakan prasyarat. Setelah itu guru
menyajikan materi pokok dengan memberikan contoh-contoh menampilkan secara
visual atau dengan memanipulasi data contoh. Untuk mengevaluasi pemahaman
siswa dengan jalan memberikan pertanyaan atau soal kepada siswa secara
acak dan melanjutkan pada konsep berikutnya dengan segera setelah
siswa dapat menangkap ide utamanya. Pada langkah ini sebaiknya guru tidak
memberi pertanyaan kepada siswa yang penyelesaiannya memerlukan
waktu yang terlalu panjang.
2. Belajar Kelompok (Kelompok Belajar)
Sebuah kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, adalah
kelompok belajar yang terdir i dari empat sampai enam siswa
dengan kemampuan akademik yang berbeda. Anggota kelompok mewakili
strata yang ada, dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin atau ras dan
suku. Fungsi utama dari sebuah kelompok adalah untuk memberi kepastian bahwa
semua anggota kelompok telah belajar, yang lebih khusus lagi bahwa fungsi
sebuah kelompok adalah untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat
mempelajari bahan pembelajaran dan LKS serta dapat mengerjakan latihan soal
dengan baik. Setelah presentasi kelas kegiatan kelompok pada umumnya adalah
berdiskusi antar anggota, sal ing membandingkan jawaban atas tugas
yang diberikan, memeriksa dan mengoreksi pekerjaan sesama anggota satu
kelompok.
Kelompok merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Penekanannya terletak pada anggota kelompok, yaitu untuk
melakukan sesuatu yang terbaik bagi kelompoknya dan dalam
memberikan dukungan untuk meningkatkan kemampuan akademik anggotanya
selama belajar. Kelompok memberikan perhatian dan penghargaan
yang sama terhadap setiap anggotanya hingga setiap anggota merasa dihargai.
1) Penempatan Siswa Dalam Kelompok (Kelompok Belajar)
Berikut ini cara-cara untuk menentukan anggota kelompok, diantaranya:
a) Menentukan Peringkat Siswa
Untuk menentukan anggota suatu kelompok belajar diperlukan
informasi tentang peringkat siswa. Menentukan peringkat siswa dalam suatu
kelas yai tu dengan ja lan mencar i informasi tentang skor
kemampuan awal siswa. Skor awal siswa ini dapat diperoleh dari
skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya, atau nilai raport siswa. S i swa
d iu ru tkan dengan ca r a menyusun pe r i ngka t da r i yang
berkemampuan akademik tinggi sampai dengan siswa yang mempunyai
kemampuan akademik rendah. Apabila guru mengalami kesulitan untuk
menyusun peringkat siswa dengan tepat, maka guru dapat
menggunakan informasi lainnya mengenai siswa yang akan ditetapkan
peringkatnya asalkan informasi tersebut dapat menggambarkan kedudukan
siswa di dalam suatu kelas.
b) Menentukan Jumlah Kelompok
Setiap kelompok yang akan dibentuk, mempunyai anggota terdiri
dari empat sampai enam orang siswa. Sebagai pedoman yang dapat
d igunakan untuk menentukan jumlah ke lompok ya i tu dengan
memperhatikan banyak anggota setiap kelompok dan jumlah siswa yang
ada dalam kelas tersebut.
c) Penyusunan Anggota-Kelompok
Dalam menyusun anggota kelompok ditentukan atas dasar
susunan peringkat siswa yang telah dibuat. Diusahakan agar setiap kelompok
beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan akademik
tinggi, sedang dan rendah. Dengan demikian antara kelompok
yang satu dengan kelompok yang lain mempunyai rata-rata kemampuan yang
seimbang. Penyebaran kondisi siswa pada setiap kelompok juga harus
memperhatikan jenis kelamin dan kinerja siswa. Dengan demikian
keseimbangan di antara kelompok dapat dicapai.
2) Pelaksanaan Belajar Kelompok
Perangkat pembelajaran yang diperlukan yaitu: Bahan Pembelajaran
dan Lembar Kerja Siswa. Kegiatan utama pada tahap ini adalah siswa
mempelajari bahan pembelajaran sesuai dengan materi yang sedang
dipelajari dan mengerjakan LKS secara berkelompok. Selama belajar
kelompok siswa selalu berada dalam kelompoknya, tugas anggota
kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu
teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut.
Perlu ditekankan pada siswa bahwa ada aturan dasar dalam belajar
kelompok agar tujuan dari belajar kelompok dapat tercapai dengan
baik maka siswa harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
Siswa tetap berada dalam kelompok
Siswa mengajukan pertanyaan pada kelompoknya sebelum pada guru.
Siswa memberikan umpan balik terhadap ide teman satu kelompok.
Kegiatan serta aturan-aturan lain yang dianggap penting dan perlu
diperhatikan oleh siswa adalah Siswa mengatur bangku dan duduk sesuai
kelompoknya,Siswa diberi waktu untuk memilih nama kelompok
masing-masing.
Setiap siswa mengerjakan tugas mengisi LKS secara individu setelah
itu mereka mencocokkan jawabannya dengan teman satu kelompoknya.
Apabila ada teman satu kelompok yang tidak/belum menemukan
jawabannya maka teman yang la in waj ib memberi penjelasan.
Siswa menghentikan belajarnya jika semua anggota kelompoknya telah
memahami materi yang sedang dipelajari, atau telah menjawab semua
soal yang ditugaskan atau waktu yang disediakan untuk mempelajari
materi yang ditugaskan telah habis.
Ketika semua siswa sedang belajar bersama kelompoknya,
sebaiknya guru berkeliling dalam kelas memperhatikan cara kerja
mereka, memberikan bimbingan belajar jika memang diperlukan.
3. Turnamen Akademik
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, turnamen akademik haruslah
didesain sedemikian rupa dengan tujuan untuk menguji pengetahuan yang telah
dicapai setiap siswa. Soal turnamen ini biasanya disusun dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Pada
setiap pelaksanaan turnamen akademik, setiap meja turnamen dapat dilakukan
oleh tiga atau empat orang siswa yang mempunyai kemampuan
akademik yang setara, dan setiap siswa mewakili kelompoknya masing-masing.
Perlengkapan yang harus disiapkan untuk turnamen ini adalah berupa
lembar soal dengan jawabannya yang telah diberi nomor dan dilengkapi dengan
setumpuk kartu benomor untuk pengundian soal/pertanyaan
turnamen. Siswa yang memperoleh giliran pertama mengambil satu kartu
bernomor, lalu membaca pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yang terambil
kemudian siswa tersebut harus berusaha menjawab pertanyaan yang ada.
Apabila siswa tersebut tidak bisa menjawab boleh menyatakan lewat dan
kesempatan menjawab diber ikan pada s i swa yang mendapat
g i l i ran berikutnya. Apabila siswa yang mendapat giliran pertama tadi berusaha
menjawab dan siswa yang mempunyai kesempatan menantang
pertama (giliran kedua) mempunyai jawaban yang "berbeda", maka siswa
giliran kedua boleh "menantang", jika siswa tersebut tidak menantang maka
kesempatan menantang dapat diberikan kepada siswa yang mendapat giliran
berikutnya.
S iswa yang dapat menjawab per tanyaan dengan benar , maka
dapat menyimpan kartu bernomor tadi sebagai bukti bahwa siswa tersebut
dapat menjawab soal yang diberikan dengan benar. Pada akhir turnamen
dilakukan penghitungan kartu yang telah dikumpulkan siswa untuk menentukan
skor siswa dalam turnamen, penghitungan skor tersebut dilakukan sesuai dengan
aturan pemberian skor dalam pembelajaran kooperatif TGT.
Turnamen akademik dalam pembelaiaran kooperatif TGT terjadi pada saat
berlangsungnya permainan ini. Biasanya turnamen diselenggarakan pada setiap
akhir minggu atau setelah guru memberikan presentasi kelas dan semua siswa
dan kelompoknya telah berlatih dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). Setiap
siswa yang mempunyai kemampuan akademik setara dan mewakili kelompok
yang berbeda bersaing untuk mendapatkan nilai maksimal dan
berusaha untuk menyumbangkan bagi kelompoknya.
KELOMPOK A
KELOMPOK B KELOMPOK C
Gambar 1. Penempatan siswa dalam kelompok meja turnamen
Untuk menggambarkan hubungan antara kelompok-kelompok yang
anggotanya heterogen dan meja-meja turnamen dengan anggota
yang homogen seperti yang terlihat dalam illustrasi pada Gambar 1.
Gambar tersebut menunjukkan bagaimana menempatkan siswa pada
setiap kelompok dalam suatu turnamen atas dasar rangking kemampuan awal
siswa. Meja turnamen-1 adalah meja tempat berkompetisi siswa dengan
kemampuan awal tertinggi dalam kelompok, sebagai meja turnamen maka
meja ini adalah meja turnamen yang mempunyai tingkatan paling tinggi dalam
permainan ini. Meja turnamen-1 lebih t inggi t ingkatannya apabila
A1 A2 A3 A4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
Meja Turnamen 1
A1, B1, C1
C1 C2 C3 C4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
B1 B2 B3 B4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
Meja Turnamen 4
A4, B4, C4
Meja Turnamen 3
A3, B3, C3
Meja Turnamen 2
A2, B2, C2
dibandingkan dengan meja turnamen-2, begitu pula meja turnamen-2
tingkatannya lebih tinggi bila dibandingkan dengan meja
turnamen-3. Meja turnamen-4 adalah meja turnamen yang mempunyai
tingkatan paling rendah diantara semua meja turnamen tadi.
Setelah turnamen selesai selanjutnya dilakukan penghitungan skor dimana
guru melakukan pengaturan kembali posisi siswa untuk turnamen berikutnya.
Siswa pemenang (memperoleh skor tertinggi) pada setiap meja turnamen
posisinya dinaikkan atau digeser satu tingkat ke meja turnamen yang
mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari meja semula, sedangkan siswa yang
memperoleh skor terendah posisinya diturunkan satu tingkat pada meja
turnamen yang mempunyai tingkatan lebih rendah dari meja semula.
Siswa yang mempunyai skor paling tinggi pada meja turnamen
yang tingkatannya tertinggi, pos i s inya t idak dapa t d igeser l ag i .
Seper t i ha lnya pada s i swa yang mempunyai skor tertinggi tadi, maka
siswa yang mempunyai skor terendah pada meja dengan tingkatan terendah
posisinya tidak dapat digeser lagi. Perubahan posisi ini di lakukan terus
menerus pada set iap turnamen dilaksanakan, hingga pada akhirnya posisi
siswa berada pada meja yang sesuai dengan kinerja mereka.
a) Penetapan Siswa pada Meja Turnamen
Satu meja turnamen terdapat tiga atau empat siswa yang bertanding atau
berkompetisi dengan kemampuan yang seimbang. Berkemampuan seimbang di
sini dimaksudkan agar turnamen dapat berjalan sesuai dengan tujuan dari
pembelajaran ini.
Tabel 3. Contoh Penetapan Siswa dalam Kelompok dan pada Meja Turnamen
(16 siswa, 4 kelompok, 4 siswa pada meja turnamen)
NONAMA SISWA
(dlm rangking)KELOMPOK
MEJA SISWA PADA TURNAMEN KE
1 2 3 4 5 6 7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
rendah
Rendah
Biru
Biru
Biru
Biru
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Merah
Merah
Merah
Merah
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Setiap siswa adalah sebagai wakil dari kelompok yang berbeda. Untuk
menetapkan b a n y a k a n g g o t a s e t i a p m e j a t u r n a m e n s e b a i k n y a
memperhatikan banyaknya kelompok yang terbentuk. Apabila banyak
kelompok merupakan kelipatan dari banyak anggota kelompok, maka
penempatan siswa pada meja turnamen akan menjadi lebih mudah.
Barangkali yang perlu diperhatikan adalah bahwa nomor-nomor yang
menunjukkan tingkatan meja turnamen hanya ada pada catatan guru,
sehingga siswa tidak tahu secara tepat bagaimana penempatan meja
turnamen tersebut dilakukan dan dimeja tingkatan berapa mereka
bertanding. Nomor meja turnamen dapat diganti dengan nama huruf atau nama
sesuatu benda, misalnya diberi nama "warna" : meja merah, biru, hijau dan
sebagainya atau diberi nama "bunga" misalnya : melati, mawar, kemuning atau
yang lainnya.
b) Pelaksanaan Turnamen Akademik
Untuk melaksanakan turnamen akademik, perangkat turnamen
yang diperlukan yaitu :
Lembar pertanyaan/ soal
Lembar kunci/ jawaban
Lembar pencatatan skor
Satu set kartu bernomor
Kegiatan utama dalam pelaksanaan turnamen akademik ini adalah
kompetisi pada meja turnamen. Setiap meja turnamen diikuti oleh tiga sampai
empat siswa yang bertanding dengan kemampuan seimbang. Pada awal
turnamen (tanpa sepengetahuan siswa) ditetapkan meja turnamen bagi setiap
siswa, dengan demikian siswa tidak tahu meja turnamen mana yang
mempunyai tingkatan tertinggi dan meja turnamen mana yang mempunyai
tingkatan terendah. Turnamen dapat dilaksanakan setelah semua siap, seluruh
peserta telah duduk pada meja turnamen dan dipastikan telah memperoleh
kelengkapan untuk turnamen. Putaran pada satu meja turnamen dengan tiga
orang peserta adalah seperti yang tertulis pada bagan perputaran di bawah ini.
Pemain Pertama
1. Mengambil satu kartu dari tumpukan kartu yang telah dikocok dan mencari soal yang sesuai.
2. Membaca soal turnamen.3. Mencoba menjawab soal turnamen.
1. Ikut mencoba menjawab soal.2. Menantang bila mempunyai
jawaban berbeda dengan pemain pertama.
3. Lewat
1. Ikut mencoba menjawab soal.2. Menantang bila mempunyai jawaban yang
berbeda denngan pemain pertama atau pemain kedua.
3. Mengambil dan membaca jawaban soal turnamen yang sesuai dan menentukan pemenangnya.
Pemain kedua Pemain ketiga
Gambar 2. Perputaran pemain dalam turnamen akademik
Aturan permainan seperti digambarkan pada Gambar 2 di atas dan
penjelasannya dan gambar tadi adalah sebagai berikut: setelah kartu bernomor
dikocok, pemain per tama mengambil soal yang sesuai dengan
nomor kartu yang diambil dan selanjutnya membaca dengan suara keras
(tujuannya adalah agar terdengar oleh kedua pemain lainnya yang berada dalam
satu meja) dan pemain pertama tadi harus mencoba untuk menjawab,
jika jawaban pemain pertama ini salah tidak dikenakan hukuman. Perlu
ditambahkan bahwa apabila isi dari pertanyaan dalam turnamen ini berupa soal-
soal maka semua pemain harus mencoba untuk mengerjakan soal tersebut,
sehingga mereka slap untuk menantang apabi la ada kesempatan.
Sete lah pemain per tama memberikan jawabannya, maka pemain
kedua berhak untuk menantang (apabila mempunyai jawaban yang berbeda
dari pemain yang pertama) atau kalau tidak menantang boleh menyatakan
lewat. Apabila pemain kedua menyatakan lewat maka sekarang yang
mempunyai kesempatan untuk menantang adalah pemain ketiga, ini pun kalau
siswa mempunyai jawaban berbeda dari pemain pertama dan kedua. Apabila
semua pemain telah menjawab, menantang atau menyatakan lewat maka
sekarang pemain ketiga mencocokkan kunci jawabannya, dan
membacanya dengan suara keras agar terdengar oleh kedua pemain lainnya.
Pemain yang menjawab benar berhak untuk menyimpan kartu bernomor
tadi, jika pemain penantang (pemain kedua dan ketiga) memberikan jawaban
yang salah, maka mereka mendapatkan hukuman dengan mengembalikan kartu
yang diperoleh pada putaran sebelumnya. Apabila dari ketiga pemain tersebut
tidak ada yang menjawab benar maka kartu bernomor tadi dikembalikan pada
tempat semula.
Putaran berikutnya para pemain berganti giliran (berputar searah jarum
jam), sekarang yang mendapat giliran pertama adalah pemain kedua dan pemain
giliran kedua adalah pemain ketiga dan seterusnya. Seperti pada putaran pertama
tadi yang berhak untuk membacakan pertanyaan adalah pemain yang mendapat
giliran pertama, dan sebagai pembaca kunci jawaban adalah pemain terakhir,
sedangkan sebagai penantang pertama dan seterusnya adalah pemain
berikutnya yang be rada pada pos i s i t empa t duduk yang
berlawanan dengan arah putaran jarum jam.
Permainan terus berlanjut hingga waktu turnamen berakhir atau
kartu bernomor telah habis. Pada akhir turnamen seluruh pemain
menghitung jumlah perolehan kartu dan mencatat skor yang didapat pada lembar
pencatatan.
Semua siswa dalam meja turnamen yang berbeda, bermain pada saat yang
sama, sementara itu guru mengawasi dengan berjalan dari sa tu meja
turnamen ke meja turnamen yang la in . Hal in i untuk meyakinkan
bahwa semua siswa telah berturnamen dengan benar serta mengecek kebenaran
soal atau jawabannya. Berikut ini akan diberikan contoh tabel menurut Slavin
(1995) sebagai patokan untuk menentukan skor yang dimenangkan siswa pada
setiap tumamen yang diselenggarakan.
Tabel 4. Game score sheet
Tabel : …………….. Round : ………………….
PLAYER TEAM GAME 1
GAME 2
GAME 3
DAY’S TOTAL
TOURNAMENT
POINTS
M Giants 5 7 - 12 20
R Geniuses 14 10 - 24 60
D B. Bombs
11 12 - 23 40
Misalkan dalam suatu turnamen, sebuah meja turnamen berisi tiga siswa
yang dalam kompetisinya tidak memperoleh skor seri, maka siswa yang
paling banyak mengumpulkan kartu mendapatkan skor 60, siswa yang
berada pada posisisi kedua memperoleh skor 40 dan yang ketiga mendapatkan
skor 20 seperti yang tercantum di atas. Pedoman selanjutnya menurut Slavin
(1995) adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Calculating tournament points (for a four-player game)
PLAYERNO
TIES
TIES FOR TOP
TIE FOR MIDDLE
TIE FOR LOW
3-WAY TIE FOR
TOP
3-WAY TIE FOR
LOW
4-WAY TIE
TIE FOR LOW & HIGHT
Top scorer
60 50 60 60 50 60 40 50
High mid. Scorer
40 50 40 40 50 30 40 50
Low mid. 30 30 40 30 50 30 40 30
Scorer
Low scorer
20 20 20 30 20 30 40 30
Tabel 6. Calculating tournament points (for a three-player game)
Player No tiles Tie for Top scorer Tie for Low scorer 3- Way Tie
Top scorer 60 50 60 40
Middle scorer 40 50 30 40
Low scorer 20 20 30 40
Tabel 7. Calculating tournament points (for a three-player game)
PLAYER NO TIES TIED
Top scorer 60 40
Low scorer 20 40
4. Penghargaan Kelompok
Pada set iap akhir turnamen di lakukan penghi tungan skor , ini
dimaksudkan untuk menentukan kelompok mana yang memperoleh
nilai tertinggi. Untuk kelompok yang memperoleh nilai rata-rata mencapai
kriteria tertentu maka diberikan penghargaan berupa sertifikat atau bisa
juga yang lainnya. Berikut ini diberikan contoh lembar rangkuman pencatatan
skor yang sudah diisi menurut Slavin (1995) seperti yang tertera sebagai berikut
ini :
Tabel 8. Team summary sheet
Team Name : GENIUSES
TEAM MEMBERS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
I 60 20 20 40
R 40 40 20 60
V 50 20 40 60
D 60 60 20 40
TOTAL TEAM SCORE
210 140 160 200
TEAM AVERAGE
52.5 35 25 50
TEAM AWARD
Super Team
Good Team
Bagi kelompok yang memperoleh skor tertentu dapat diberikan
predikat misalnya : Good Team, Great Team dan kelompok yang
memperoleh skor tertinggi diberikan predikat Super Team. Pemberian
penghargaan ini dimaksudkan untuk memberikan rangsangan bagi siswa untuk
lebih giat dalam belajar, agar pada turnamen berikutnya dapat memperoleh nilai
yang baik hingga dapat menyumbang skor bagi kelompokya.
a) Pelaksanaan Penghargaan Kelompok
Perangkat yang perlu disiapkan untuk melaksanakan penghargaan
kelompok : Hasil pencatatan skor, Lembar rangkuman skor, Sertifikat atau
yang lainnya pada tahap ini kegiatannya dilakukan oleh guru, yaitu untuk
menghitung skor yang diperoleh kelompok serta membagikan sertifikat
sesuai dengan predikat yang diberikan. Kriteria penghargaannya adalah sebagai
berikut
Tabel 9. Kriteria Penghargaan Kelompok
NILAI PENGHARGAAN
Nilai ≥ 50 Super Team
45 ≤ Nilai < 50 Great team
40 ≤ Nilai < 45 Good Team
5. Bumping (pergeseran)
Setelah turnamen pertama dilaksanakan, selanjutnya dilakukan
pergeseran posisi (bumping) untuk setiap siswa pada meja turnamen.
Bumping ini selalu dilakukan setiap selesai dilaksanakannya turnamen
akademik, untuk mengatur posisi siswa pada meja turnamen dalam kompetisi
berikutnya. Pergeseran posisi tersebut dilakukan berdasarkan skor yang diperoleh
siswa pada turnamen yang telah dilaksanakan (skor siswa ditulis pada
lembar pencatatan skor).
Pada intinya dilakukannya bumping ini adalah untuk menggeser
(menempatkan) siswa yang memenangkan turnamen ke meja turnamen
dengan tingkatan yang lebih tinggi sedangkan siswa yang kalah digeser
pada meja turnamen yang mempunyai tingkatan lebih rendah dari meja
turnamen semula. Untuk lebih jelasnya cara untuk melakukan pergeseran pemain,
dapat dilihat seperti Gambar 3 berikut ini :
Meja-1
Tertinggi
Skor terendah Pemenang
Meja 2
Skor terendah Pemenang
Meja 3
Skor terendah Pemenang
Meja 4
Skor terendah Pemenang
Gambar 3. Bumping
Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut :
a) Bagi siswa yang skornya tertinggi posisinya bergeser naik (kemeja tumamen
dengan tingkatan lebih tinggi ), sedangkan yang skornya terkecil) digeser turun
(ke meja turnamen dengan tingkatan lebih rendah).
b) Bagi siswa yang memperoleh skor sedang (middle scorer) tetap berada pada meja
turnamen semula.
c) Apabila terdapat dua siswa yang mempunyai skor sama maka untuk menentukan
pemenangnya, dilakukan dengan cara diundi.
d) Bumping ini dilakukan sebelum turnamen selanjutnya dimulai, sehingga para
pemain yang bertanding telah diatur sedemikian rupa sesuai dengan perolehan skor
pada turnamen sebelumnya.
d. Group Investigation
Menurut Sharan (1989 dalam Zingaro, 2008) di dalam Group Investigation
siswa membentuk kelompok-kelompok untuk merencanakan dan melaksanakan
penyelidikan, dan mensintesis temuan ke dalam presentasi kelompok di kelas. Peran
umum guru adalah untuk membuat siswa sadar sumber daya yang dapat membantu
saat melakukan penyelidikan. Group Investigation mencakup empat komponen
penting ("empat I"): investigasi, interaksi, interpretasi dan motivasi intrinsik.
Investigasi mengacu pada fakta bahwa kelompok-kelompok fokus pada proses
bertanya tentang topik yang dipilih. Interaksi merupakan ciri dari semua metode
pembelajaran kooperatif, yang diperlukan bagi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide
dan saling membantu belajar. Interpretasi terjadi ketika kelompok mensintesis dan
menguraikan temuan dari setiap anggota dalam rangka meningkatkan pemahaman
dan kejelasan ide. Akhirnya, motivasi intrinsik menyala pada siswa dengan
memberikan mereka otonomi dalam proses investigasi.
Keempat komponen penting Group Investigation tersebut digabungkan dalam
enam tahap. Sharan (1984 dalam Arends, 2008) mendeskripisikan enam langkah
dalam Group Investigation: 1) Pemilihan topik . Siswa memilih sub-sub topik
tertentu dalam bidang permasalahan umum tertentu, yang biasanya diterangkan oleh
guru. Siswa kemudian diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil
berorientasi tugas yang beranggota dua sampai enam orang. Komposisi heterogen
baik secara akademis dan etnis; 2) Cooperative Learning. Siwa dan guru
merencanakan prosedur, tugas, dan tujuan belajar tertentu yang sesuai dengan sub-
sub topik yang yang dipilih dalam langkah 1; 3) Implementasi. Siswa melaksanakan
rencana yang diformulasikan dalam langkah 2. Pembelajaran mestinya melibatkan
beragam kegiatan dan keterampilan dan seharusnya mengarahkan siswa ke berabagai
macam sumber di dalam maupun di luar sekolah. Guru mengikuti dari dekat
perkembangan masing-masing kelompok dan menawarkan bantuan bila dibutuhkan;
4) Analisis dan sintesis. Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang
diperoleh selama langkah 3 dan merencanakan bagaimana informasi itu dapat
dirangkum dengan menarik untuk dipertontonkan atau dipresentasikan kepada teman-
teman sekelas; 5) Presentasi produk akhir. Beberapa atau semua kelompok di kelas
memberikan presentasi menarik tentang topik-topik yang dipelajari untuk membuat
satu sama lain saling terlibat dalam pekerjaan temannya dan mencapai perspektif
yang lebih luas tentang sebuah topik. Presentasi kelompok dikordinasikan oleh guru;
6) Evaluasi. Dalam kasus-kasus yang kelompoknya menindaklanjuti aspek-aspek
yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi kontribusi masing-
masing kelompok ke hasil pekerjaan kelas secara keseluruhan. Evaluasi dapat
memasukkan asesmen individual atau kelompok, atau kedua-duanya.
Menurut Slavin (2008 :218), dalam group investigation, siswa bekerja melalui
enam tahap. Tahap-tahapan terdiri dari 1) Mengidentifikasi Topik dan Mengatur
Murid ke dalam Kelompok; 2) Merencanakan Tugas yang akan Dipelajari; 3)
Melaksanakan Investigasi; 4) Menyiapkan Laporan Akhir; 5) Mempresentasikan
Laporan akhir; 6) Evaluasi. Sedangkan Sharan (2009: 149) menyebutkan model
Group Investigation terdiri dari enam tahap sebagai berikut: 1) Kelas menentukan
subtema dan menyusunnya dalam kelompok penelitian; 2) Kelompok merencanakan
penelitian mereka; 3) Kelompok melakukan penelitian; 4) kelompok merencanakan
presentasi; 5) Kelompok melakukan presentasi; 6) Guru dan siswa mengevaluasi
proyek mereka.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disederhanakan bahwa dalam Group
Investigation terdiri dari eanam langkah/tahapan, para siswa dibebaskan membentuk
kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini
kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajarai oleh seluruh kelas,
membagi topic-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang
diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap kelompok lali
mempresentasikan atau menampilkan penemuan mereka di hadapan seluruh kelas
(Slavin, 2008 : 24 -25).
1) Komponen Group Investigation
Karakter unik dari Group Investigation terletak pada integrasi empat elemen
dasar yaitu penyelidian, interaksi, interpretasi, dan motivasi intrinsik (lihat gambar
1). Semua elemen dasar tersebut terjadi secara simultan, tetapi unsur keempat,
motivasi intrinsik memiliki status agak berbeda dengan tiga elemen lainnya, bisa
dilihat sebagai akibat dari tiga lainnya. Setiap elemen dasar tersebut diperluas untuk
mengamati kontribusi mereka terhadap model pembelajaran kooperatif, meskipun
pada prakteknya empat elemen dasar tersebut tidak muncul secara terpisah-pisah
atau dalam bentuk potong-potongan (Sharan, 2009 : 144).
Gambar 1. Empat Elemen Dasar group investigation (Sharan & Sharan 1992 : 18).
Empat komponen-komponen penting pendekatan group investigation adalah
penyelidikan, interaksi, interpretasi dan motivasi intrinsik. (Bandingkan Gambar 1)
Mereka saling terkait dan bersamaan saat ini.
1. Investigasi mengacu pada organisasi dan prosedur untuk mengarahkan
pelaksanaan kelas pembelajaran sebagai sebuah proses kolaboratif bangunan
pengetahuan. Ini adalah komponen yang paling umum di Grup Investigasi.
Investigasi memungkinkan tiga komponen lainnya untuk mengambil tempat.
2. Interaksi menggambarkan dimensi sosial dari proses pembelajaran. Interaksi
antara siswa memberikan kontribusi untuk kemampuan mereka untuk
menafsirkan dan membuat informasi yang berarti. Interaksi antara rekan-rekan
sangat penting dalam mempromosikan verbalisasi dan diskusi.
3. Interpretasi terjadi baik di tingkat sosial dan tingkat kognitif individu.
pemahaman Individu 'dari topik yang diteliti ditingkatkan oleh interpretasi
informasi mereka. Siswa mengubah informasi menjadi pengetahuan melalui
interpretasi informasi.
4. motivasi intrinsik merujuk pada keterlibatan emosional siswa. Tujuannya adalah
untuk memiliki siswa menjadi pribadi yang tertarik dalam penyelidikan. (Sharan
1992, 18-19) motivasi intrinsik dapat dilihat sebagai akibat dari tiga lainnya.
Investigasi yang efektif dan interaksi dalam kelompok tergantung pada sejauh
mana siswa telah menguasai keterampilan sosial dan akademis. Keterampilan sosial
memainkan peran penting dalam pembelajaran kolaboratif yang sukses dan karena itu
mereka sangat baik dilatih melalui pembelajaran kooperatif. Guru harus
mengevaluasi kebutuhan kelompok dengan member bantuan dalam menjaga interaksi
yang efektif di antara anggotanya. Guru dibutuhkan untuk membimbing dan
mendukung siswa mereka sepanjang proses untuk mengembangkan studi mereka dan
keterampilan sosial dan proses pembelajaran. Untuk menyimpulkan peran guru
berubah dari satu-satunya sumber pengetahuan untuk tutor, membimbing dan
manajer pembelajaran (Sharan & Sharan 1992; 1994). Group investigation
merupakan metode pedagogis di antara peserta didik dan guru di kelas. Dialog
tentang objek pembelajaran sangat penting dalam membangun makna dari konten.
Group investigation merupakan hal tentang penciptaan pengetahuan dan peningkatan
pembelajaran praktek dalam kelompok sosial. Group investigation merupakan salah
satu model yang mungkin pengorganisasian pembelajaran kolaboratif dilakukan
secara terbuka dan fleksibel dengan multi-media pembelajaran lingkungan.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Instruction)
Pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya merupakan pembelajaran yang
mengarahkan siswa pada pemecahan masalah. Guru berperan memfasilitasi dengan
mengajukan permasalahan dan memotivasi siswa untuk melakukan penyelidikan
dan penemuan inkuiri.
Model Pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan oleh Bruner yang
berorientasi pada pandangan psikologi kognitif. Pembelajaran ini sangat efektif
untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan membantu siswa
menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya dengan prinsip-prinsip
inquiri. Model pembelajaran ini sangat sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran
contektual teaching learning (CTL).
Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual. Pembelajaran berbasis masalah memotivasi siswa untuk
mengembangkan berpikir tingkat tinggi untuk mencari solusi pemecahan masalah
yang terjadi pada lingkungan terdekat siswa.
Sintaks (Tingkah Laku Mengajar) Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap-tahap Perilaku guru
Tahap 1
Orientasi siswa kepada masalah Menjelaskan tujuan, logistik yang dibutuhkan
Memotivasi siswa terlibat aktif pemecahan masalah yang dipilih
Tahap 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman
Tahap 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja
Model-model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar
dan indikator harus disesuaikan sesuai dengan karakteristik Biologi. Kompetensi
dasar yang bersifat menjelasakan pengertiaan dan procedural dapat mengembangkan
model pembelajaran langsung, Kompetensi dasar yang menuntut penyelesaian
masalah maka guru dapat mengembangkan model pembelajaran berbasis masalah dan
Dan guru juga dapat mengembangkan pembelajaran kooperatif dengan menerapkan
beragam model diskusi.
Sebagai contoh identifikasi model-model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik Biologi.
Kelas X, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Model pembelajaran
1. Memahami hakikat Biologi sebagai ilmu
1.1 Mengidentifikasi ruang lingkup Biologi
1.2 Mendeskripsikan objek dan permasalahan biologi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan (molekul, sel, jaringan, organ, individu, populasi, ekosistem, dan bioma)
2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup
2.1 Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi, dan peran virus dalam kehidupan
2.2 Mendeskripsikan ciri-ciri Archaeobacteria dan Eubacteria dan peranannya bagi kehidupan
2.3 Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista, dan peranannya bagi kehidupan
2.4 Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur serta peranannya bagi kehidupan
Kelas X, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Model pembelajaran
3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati
3.1 Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem, melalui kegiatan pengamatan
3.2 Mengkomunikasikan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam
3.3 Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi
3.4 Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan peranannya bagi kehidupan
4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan
4.2 Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan
4.3 Menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah
4.4 Membuat produk daur ulang limbah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu & berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan
yang tertata secara sistematis.
2. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
3. Metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi;
(5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9)
simposium, dan sebagainya.
4. Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
5. Tujuan Model dan Strategi dalam Pembelajaran BIOLOGI, diharapkan dapat
dipahami seluruh materi pelajaran yang disampaikan sesuai dengan kompetensi
yang diharapkan dalam standar isi.
6. Fungsi dan Peranan Model dan Strategi dalam Pembelajaran BIOLOGI
a. Pembelajaran adalah proses berpikir
b. Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak
c. Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat
7. Karakteristik model dan strategi pembelajaran BIOLOGI
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan
keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia
dengan alam sekitarnya.
8. Identifikasi Model-model Pembelajaran Yang Sesuai Dengan Karakteristik
BIOLOGI Model-model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
kompetensi dasar dan indikator harus disesuaikan dengan sesuai dengan
karakteristik BIOLOGI, diantaranya:
a. Model Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction )b. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)c. Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Instruction)
B. Saran
1. Dalam penerapan model-model pembelajaran BIOLOGI , sebaiknya guru harus
secara bijak dalam menentukan dan memilih materi yang cocok, dihubungkan
dengan kondisi siswa dan kondisi sekolah pada umumnya.
2. Guru harus bisa menerapkan konsep-konsep belajar mandiri dari setiap model dan
metode pembelajaran yang dipakai. Hal ini akan menjadikan siswa mampu
mengembangkan dan membangun pengetahuannya sendiri tanpa harus selalu
bergantung pada guru.
3. Guru harus senantiasa mampu membangkitkan motivasi belajar siswa baik di
sekolah ataupun di luar sekolah. Hal ini akan sangat berarti dalam proses
pengembangan kecenderungan dan kecerdasan masing-masing siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006
Badan Litbang dan Diklat Depag, Kurikulum dan Silabus Diklat Bagi Guru, Jakarta: Pusdiklat, 2006
Bobby DePorter dkk, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2005
Dadang Garnida, Model Pembelajaran Contextual Learning, Bandung: Bina Mitra Madrasah Aliyah, 2006
Dadang Garnida, Model Pembelajaran Cooperatif Learning, Bandung: Bina Mitra Madrasah Aliyah, 2006
Ika Berdiati.2010. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis PAKEM, Bandung: Sega Arsy
Hisyam Zaini, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Mandiri
Jalaluddin Rumi, Kearifan Cinta, Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2001
Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontesktual
M. Saekhan Muchith, Kelompok, Kunci Sukses KBK, Makalah Tidak Diterbitkan, 2006
Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara, Bandung: Kaifa, 2003
Lampiran
Instrumen Identifikasi pengembangan model-model pembelajaran BIOLOGI SD
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Model-model Pembelajaran
1.