bahan ajar ac
DESCRIPTION
fikriTRANSCRIPT
![Page 1: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/1.jpg)
PRODUK SSP 5
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK
Oleh
Nama : Fikri Hansah, S.Pd.
Prodi : Pendidikan Fisika
NIM : 4201016006
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU SM-3T (PPG SM-3T)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
![Page 2: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/2.jpg)
MATERI
RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK
A. Arus dan tegangan listrik bolak-balik
1. Bentuk arus dan tegangan listrik bolak-balik
Sumber arus bolak-balik adalah generator arus bolak-balik. Prinsip dasar generator arus bolak-
balik adalah sebuah kumparan berputar dengan kecepatan sudut ω yang berada di dalam medan
magnet.
Besarnya fluks magnetik yang menembus bidang kumparan adalah Φ = BA cos ωt. Jika
kumparan dengan luas A terdiri atas N lilitan, besarnya GGL induksi yang dihasilkan oleh
kumparan yang berputar dengan kecepatan sudut tetap ω adalah
𝑉 = −𝑁𝑑∅
𝑑𝑡= −𝑁
𝑑
𝑑𝑡(𝐵𝐴 cos𝜔𝑡)
𝑉 = 𝑁𝐵𝐴𝜔 sin𝜔𝑡 atau 𝑉 = 𝑉𝑚 sin𝜔𝑡
Dengan V = tegangan sesaat (V)
Vm = tegangan maksimum (V)
N = jumlah lilitan kumparan
A = luas kumparan (m2)
B = besar induksi magnetik (T)
ω = kecepatan sudut putaran kumparan (rad/s)
t = lama kumparan telah berputar (s)
Sesuai dengan hukum Ohm diperoleh
𝑖 =𝑉
𝑅=𝑉𝑚 sin𝜔𝑡
𝑅= 𝐼𝑚 sin𝜔𝑡
Dengan i = arus sesaat (A)
Im = arus maksimum (A)
ωt = sudut fase (rad)
Generator AC menghasikan tegangan dan arus listrik yang berbentuk sinusoida, seperti
ditunjukkan oleh grafik berikut:
Gambar. Generator arus bolak-balik (AC)
![Page 3: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/3.jpg)
2. Arus dan tegangan AC dinyatakan dengan fasor
Diagram fasor adalah diagram yang menyatakan suatu besaran dengan vector. Jika ditetapkan
sudut fase 0o sebagai acuan sumbu X, maka besaran sinusoidal i = Im sin ωt dan V = Vm sin ωt
dapat dinyatakan dalam diagram fasor seperti gambar berikut.
Fasor berasal dari bahasa inggris phasor (phase vector). Jadi fasor adalah suatu vector yang
berputar terhadap titik pangkalnya. Fasor suatu besaran dilukiskan sebagai suatu vector yang
besar sudut putarnya terhadap sumbu horizontal (sumbu X) sama dengan sudut fasenya. Nilai
maksimum besaran tersebut adalah panjang fasor sedangkan nilai sesaatnya adalah proyeksi fasor
pada sumbu vertical (sumbu y)
3. Nilai rata-rata dan nilai efektif
Dalam satu siklus untuk arus bolak-balik, luas bagian positif sama dengan luas bagian negatif.
Akibatnya, nilai rata-rata yang diambil untuk satu siklus adalah nol. Oleh karena itu, nilai rata-
rata siambil hanya untuk setengah siklus.
Luas daerah di bawah kurva i = Im sin 2πft sama
dengan luas daerah di bawah garis lurus i = Ir
𝐼𝑟 ×𝑇
2= 𝐼𝑚 sin 2𝜋𝑓𝑡 𝑑𝑡 = 𝐼𝑚
𝑇2
0
sin2𝜋
𝑇𝑡 𝑑𝑡
𝑇2
0
𝐼𝑟 ×𝑇
2= 𝐼𝑚 −
1
2𝜋𝑇
cos2𝜋
𝑇𝑡 𝑇
2
0
𝐼𝑟 ×𝑇
2= 𝐼𝑚 −
𝑇
2𝜋cos𝜋 +
𝑇
2𝜋cos 0
𝐼𝑟 ×𝑇
2= 𝐼𝑚 ×
𝑇
𝜋
𝐼𝑟 =2𝐼𝑚𝜋
0 2T T
t
-Vm
Vm
V
Gambar. Grafik tegangan bolak-balik
0 2T T
t
-im
im
i
Gambar. Grafik arus bolak-balik
Gambar. Diagram fasor arus bolak-balik
0 ωt
X (0o)
i Im
Gambar. Diagram fasor tegangan bolak-balik
0 ωt
X (0o)
V Vm
Gambar. Nilai rata-rata arus bolak-balik
0 𝑇
2
t
i = Im sin 2πft
i
Ir
![Page 4: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/4.jpg)
Dengan Ir adalah arus rata-rata (A) dan Im adalah arus maksimum (A)
Karena luas daerah di bawah kurva untuk grafik arus terhadap waktu sama dengan
jumlah muatan listrik yang mengalir, maka dapat dinyatakan bahwa nilai rata-rata arus bolak-
balik yang nilainya setara dengan kuat arus searah untuk memindahkan sejumlah muatan listrik
yang sama dalam waktu yang sama.
Dengan penalaran yang sama dengan penurunan rumus untuk arus rata-rata, untuk
tegangan rata-rata diperoleh hubungan berikut
𝑉𝑟 =2𝑉𝑚𝜋
Dengan Vr adalah tegangan rata-rata (V) dan Vm adalah tegangan maksimum (V)
Dalam perhitungan daya disipasi pada resistor untuk arus bolak-balik digunakan
hubungan P = i2R. Di sini, arus yang digunakan bukan merupakan nilai rata-rata dari i, melainkan
niai rata-rata dari i2 yang merupakan nilai efektif, ditulis ief
2 atau irms
2 (rms = root mean square).
Luas daerah di bawah kurva i2 sama dengan luas daerah di bawah garis lurus ief
2 sehingga
𝑖𝑒𝑓2 × 𝑇 = 𝐼𝑚
2
𝑇
0
𝑠𝑖𝑛2𝜔𝑡 𝑑𝑡 = 𝐼𝑚2
1
2(1 − cos 2𝜔𝑡)𝑑𝑡
𝑇
0
𝑖𝑒𝑓2 × 𝑇 = 𝐼𝑚
2 1
2
𝑇
0
𝑑𝑡 − 1
2cos 2𝜔𝑡 𝑑𝑡
𝑇
0
𝑖𝑒𝑓2 × 𝑇 = 𝐼𝑚
2 1
2𝑡 𝑇0−
1
2 ×
1
2𝜔sin 2ωt
𝑇0
𝑖𝑒𝑓2 × 𝑇 =
1
2 𝐼𝑚
2 𝑇 − 0 −1
2𝜔[sin 2 ×
2𝜋
𝑇× 𝑇 − sin 0
𝑖𝑒𝑓2 × 𝑇 =
1
2 𝐼𝑚
2 × 𝑇
𝑖𝑒𝑓 =𝐼𝑚
2 atau 𝐼𝑚 = 2 𝑖𝑒𝑓
Dengan penalaran yang sama, hubungan tegangan efektif dan tegangan maksimum dapat
ditulis sebagai berikut.
𝑉𝑒𝑓 =𝑉𝑚
2 atau 𝑉𝑚 = 2 𝑉𝑒𝑓
Gambar. Grafik arus i = Im sin ωt
0 T
t
-Im
Im
i
Gambar. Grafik i2 terhadap t
i2
0 T
t
ief 2
Im2
![Page 5: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/5.jpg)
Secara fisik dapat dinyatakan bahwa nilai efektif dari arus dan tegangan bolak-balik
adalah kuat arus dan tegangan bolak-balik yang setara dengan arus dan tegangan searah untuk
menghasilkan jumlah kalor yang sama ketika melalui suatu resistor dalam waktu yang sama.
4. Alat ukur arus dan tegangan bolak-balik
Jika arus bolak-balik diukur dengan amperemeter DC,
jarum amperemeter akan bergoyang ke kanan dank e kiri sesuai
dengan perubahan arusnya. Oleh karena frekuensi bergoyangnya
terlalu cepat, jarum amperemeter tidak dapat mengikutinya
sehingga jarum amperemeter akan menunjukkan angka nol. Untuk
itu, kuat arus dan tegangan bolak-balik menggunakan amperemeter
AC atau voltmeter AC. Alat tersebut menunjukkan nilai efektif
atau nilai rms (root mean square) dari arus dan tegangan. Ada
kalanya suatu alat ukur merupakan gabungan dari pengukur
besaran seperti kuat arus, tegangan dan hambatan. Alat ukur ini
dikenal dengan nama AVO-meter, singkatan dari ampere, volt dan
ohm-meter. Nama lainnya adalah multimeter atau multitester
Nilai sesaat dan nilai maksimum arus dan tegangan
bolak-balik tidak dapat ditentukan secara langsung dengan
menggunakan amperemeter dan voltmeter. Untuk mengukur
nilai sesaat dan nilai maksimum dapat digunakan osiloskop.
Osiloskop adalah alat yang langsung menampilkan bentuk grafik
arus atau tegangan terhadap arus. Sumbu vertical menunjukkan
nilai tegangan atau arus yang dihasilkan oleh sumber bolak-balik
dan sumbu horizontalnya menunjukkan waktu. Dari sumbu
vertical dapat ditentukan nilai maksimum tegangan atau arus
listriknya dan dari sumbu horizontal dapat ditentukan frekuensi
atau periode sumber bolak-baliknya.
B. Rangkaian Arus Listrik Bolak-Balik
1. Rangkaian AC untuk resistor murni (Rangkaian Resistif)
Sesuai dengan hukum Ohm, beda tegangan antara
ujung-ujung resistor murni R adalah
VAB = V = iR = R (Im sin ωt)
V = RIm sin ωt
Jika Vm = RIm, maka
V = Vm sin ωt
Jika ditetapkan sudut fase ωt sebagai acuan sumbu X, maka diagram fasor untuk arus
i dan tegangan V dari rangkaian resistif seperti ditunjukkan gambar berikut.
Gambar. Multimeter Digital
Gambar. Osiloskop
A
R
B
i = Im sin ωt
Gambar. Rangkaian Resistif
![Page 6: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/6.jpg)
Berdasarkan diagram fasor di samping
tampak bahwa pada rangkaian resistif tidak ada beda
fase antara arus dan tegangan. Dengan kata lain, arus
dan tegangan pada rangkaian resistif adalah sefase
dengan panjang anak panah menyatakan Im dan Vm
sedangkan proyeksinya pada sumbu vertical
menyatakan i dan V sesaat
Jika kita melukis grafik kuat arus i = Im sin ωt dan tegangan V=Vm sin ωt dari
rangkaian resistif murni pada satu sumbu, maka akan diperoleh grafik seperti berikut.
Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa titik awal grafik gelombang arus i dan
tegangan V adalah sama, ketika tegangan bertambah besar, arusnya pun bertambah besar dan
mencapai maksimum pada saat bersamaan, maka dapat dikatakan bahwa arus dan tegangan
adalah sefase.
2. Rangkaian AC untuk induktor murni (Rangkaian induktif)
Bila arus bolak-balik I melalui inductor dengan
induktansi L, maka ujung-ujung inductor akan timbul
suatu ggl induksi, yang dinyatakan oleh
𝑉𝐴𝐵 = 𝐿𝑑𝑖
𝑑𝑡
Dengan memasukkan nilai i = Im sin ωt maka diperoleh
𝑉𝐴𝐵 = 𝐿𝑑
𝑑𝑡(𝐼𝑚 sin𝜔𝑡) = 𝜔𝐿𝐼𝑚 cos𝜔𝑡
Karena cos ωt = sin (ωt + 90o), maka
V = ωLIm sin (ωt + 90o)
Jika Vm = ωLIm maka persamaan di atas menjadi
V = Vm sin (ωt + 90o) sebab V mendahului i sebesar 90
o
Dapat dituliskan juga sebagai
i = Im sin (ωt - 90o) sebab i terlambat terhadap V sebesar 90
o
0 ωt
X (ωt)
V Vm
Im i
Gambar. Diagram fasor arus i dan
tegangan V
Gambar. Grafik kuat arus i dan tegangan V pada rangkaian resistif murni
ωt 0 π 𝜋
2
Im
Vm
2π 3𝜋
2
5𝜋
2
3π
i = Im sin ωt
V = Vm sin ωt
A L
B
i = Im sin ωt
Gambar. Rangkaian Induktif
![Page 7: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/7.jpg)
Dari diagram fasor di samping, tampak
bahwa rangkaian induktif murni terdapat beda fase
antara arus i dan tegangan V yaitu sebesar 90o. Di
sini fase tegangan V mendahului fase arus i sebesar
90o atau arus terlambat terhadap tegangan sebesar
90o.
Pada rangkaian AC untuk Induktor murni, yang menghambat arus listrik disebut
reaktansi induktif (XL). Satuan XL adalah ohm (Ω) mirip dengan hambatan listrik R, reaktansi
induktif didefinisikan sebagai hasil bagi antara tegangan pada ujung-ujung inductor dan kuat
arus yang melalui inductor.
𝑋𝐿 =𝑉𝑒𝑓
𝐼𝑒𝑓=𝑉𝑚𝐼𝑚
Dengan mensubtitusikan Vm = ωLIm maka diperoleh
𝑋𝐿 =𝜔𝐿𝐼𝑚𝐼𝑚
𝑋𝐿 = 𝜔𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿
3. Rangkaian AC untuk kapasitor murni (Rangkaian Kapasitif)
Muatan listrik q yang dapat disimpan oleh sebuah
kapasitor dengan kapasitas C adalah
q = CV
Jika kedua ruas didiferensialkan terhadap waktu,
maka akan diperoleh
𝑑𝑞
𝑑𝑡=𝑑(𝐶𝑉)
𝑑𝑡= 𝐶
𝑑𝑉
𝑑𝑡
Karena 𝑖 =𝑑𝑞
𝑑𝑡 maka persamaan tersebut menjadi
𝑖 = 𝐶𝑑𝑉
𝑑𝑡→ 𝑑𝑉 =
1
𝐶𝑖 𝑑𝑡
Gambar. Diagram fasor arus i dan
tegangan V
i 0 X (ωt)
V
i = Im sin ωt
V = Vm sin ωt
Gambar. Grafik kuat arus i dan tegangan V pada rangkaian induktif murni
ωt 0 π 𝜋
2
Im
Vm
2π 3𝜋
2
5𝜋
2
3π
Gambar. Rangkaian kapasitor
A C
B
i = Im sin ωt
![Page 8: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/8.jpg)
Dengan mengintegrakan kedua ruas persamaan di atas, maka akan diperoleh
𝑑𝑉 =1
𝐶 𝐼𝑚 sin𝜔𝑡 𝑑𝑡
𝑉 =1
𝐶 −𝐼𝑚𝜔
cos𝜔𝑡 = −𝐼𝑚𝜔𝐶
cos𝜔𝑡
Karena - cos ωt = sin (ωt - 90o), maka
𝑉 =𝐼𝑚𝜔𝐶
sin(𝜔𝑡 − 90°)
Jika 𝑉𝑚 =𝐼𝑚
𝜔𝐶 maka persamaan di atas menjadi
V = Vm sin (ωt - 90o) sebab V terlambat terhadap i sebesar 90
o
Dapat dituliskan juga sebagai
i = Im sin (ωt + 90o) sebab i mendahului V sebesar 90
o
Dari diagram fasor di samping, tampak
bahwa rangkaian kapasitif murni terdapat beda fase
antara arus i dan tegangan V yaitu sebesar 90o. Di
sini fase tegangan V terlambat terhadap fase arus i
sebesar 90o atau arus mendahului terhadap tegangan
sebesar 90o.
Pada rangkaian AC untuk kapasitor murni yang berfungsi menghambat arus listrik
disebut reaktansi kapasitif (XC). Satuan XC adalah ohm (Ω) mirip dengan hambatan listrik R,
reaktansi induktif didefinisikan sebagai hasil bagi antara tegangan pada ujung-ujung kapasitor
dan kuat arus yang melalui kapasitor.
𝑋𝐿 =𝑉𝑒𝑓
𝐼𝑒𝑓=𝑉𝑚𝐼𝑚
Dengan mensubtitusikan 𝑉𝑚 =𝐼𝑚
𝜔𝐶 maka diperoleh
Gambar. Diagram fasor arus i dan
tegangan V
i 0 X (ωt)
V
i = Im sin ωt
V = Vm sin ωt
Gambar. Grafik kuat arus i dan tegangan V pada rangkaian kapasitif murni
ωt 0 π 𝜋
2
Im
Vm
2π 3𝜋
2
5𝜋
2
3π
![Page 9: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/9.jpg)
𝑋𝐶 =1
𝜔𝐶=
1
2𝜋𝑓𝐶
4. Rangkaian seri RLC
Hubungan VR, VL, VC dan V pada rangkaian seri RLC
Untuk menentukan hubungan VR, VL dan VC digunakan diagram fasor, karena ketiga
elemen berhubungan seri, arus yang mengalir melalui semua elemen sama besar yaitu i = Im
sin ωt. Dengan kata lain, arus bolak-balik di semua titik pada rangkaian seri RLC memiliki
nilai maksimum dan fase yang sama. Tetapi tegangan pada masing-masing elemen akan
memiliki nilai dan fase yang berbeda. Tegangan pada resistor VR sefase dengan arus i,
tegangan pada inductor VL mendahului arus π/2 atau 90o dan tegangan pada kapasitor VC
tertinggal dari arus π/2 atau 90o. Dengan demikian, dapat ditulis
VR = ImR sin ωt = VmR sin ωt
VL = ImXL sin (ωt + 90o) = VmL sin (ωt + 90
o)
VC = ImXC sin (ωt - 90o) = VmC sin (ωt - 90
o)
Jika dipilih sudut ωt pada sumbu X, maka diagram fasor untuk arus i, tegangan VR, VL dan VC
Sesuai hukum Kirchoff, tegangan antara ujung-ujung rangkaian seri RLC yaitu V adalah
jumlah fasor antara VR, VL dan VC. penjumlahan fasor tersebut menghasilkan besar tegangan
total yaitu
𝑉 = 𝑉𝑅2 + 𝑉𝐿 − 𝑉𝐶
2
Beda sudut fase antara kuat arus dengan tegangan adalah θ yang memenuhi hubungan
tan𝜃 =𝑉𝐿 − 𝑉𝐶𝑉𝑅
R L C
VR
i = Im sin ωt
VL VC
V Gambar. Rangkaian seri RLC
Gambar. Diagram fasor arus i dan tegangan V pada
rangkaian RLC
i 0 X (ωt)
VR
VL
VC
VL -VC
VC
V
θ
![Page 10: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/10.jpg)
Impedansi rangkaian seri RLC
Efek hambatan total yang diakibatkan R, XL dan XC dalam rangkaian arus bolak-balik disebut
impedansi (symbol Z). Sesuai dengan hukum Ohm, dengan V= iZ, VR = iR, VL = iXL dan VC =
iXC sehingga diperoleh hubungan impedansi yaitu
𝑉 = 𝑉𝑅2 + 𝑉𝐿 − 𝑉𝐶
2
𝑖𝑍 = (𝑖𝑅)2 + 𝑖𝑋𝐿 − 𝑖𝑋𝐶 2
𝑍 = (𝑅)2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 2
Beda sudut fase antara kuat arus dengan tegangan adalah θ yang memenuhi hubungan
tan𝜃 =𝑉𝐿 − 𝑉𝐶𝑉𝑅
=𝑖𝑋𝐿 − 𝑖𝑋𝐶
𝑖𝑅
tan𝜃 =𝑋𝐿 − 𝑋𝐶𝑅
Sehingga dapat dibuat diagram fasor untuk impedansi
Sifat rangkaian
Berdasarkan selisih nilai reaktansi induktif XL dengan reaktansi kapasitif XC dikenal 3 jenis
sifat rangkaian.
1. Rangkaian bersifat induktif (XL > XC)
Beda sudut fase antara kuat arus dengan tegangan bernilai positif (tan θ > 0) dan arus
tertinggal dari tegangan sebesar θ yaitu 0 ≤ θ ≤𝜋
2
2. Rangkaian bersifat kapasitif (XL < XC)
Beda sudut fase antara kuat arus dengan tegangan bernilai negatif (tan θ < 0) dan arus
mendahului tegangan sebesar θ yaitu 0 ≤ 𝜃 ≤𝜋
2
3. Rangkaian bersifat induktif (XL = XC)
Arus sefase dengan tegangan dan disebut juga rangkaian dalam keadaan resonansi.
Frekuensi sumber yang mengakibatkan terjadi resonansi disebut frekuensi resonansi,
dapat ditentukan sebagai berikut
𝑋𝐿 = 𝑋𝐶
𝜔𝐿 =1
𝜔𝐶
𝜔2 =1
𝐿𝐶
Z
θ
Gambar. Diagram fasor impedansi
0
R
XL
XC
XL -XC
VC
![Page 11: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/11.jpg)
𝑓 =1
2𝜋
1
𝐿𝐶
Ketika frekuensi sumber arus bolak-balik sama dengan frekuensi resonansi, berlaku:
Impedansi rangkaian mencapai minimum
𝑍 = (𝑅)2 + 0 = 𝑅
Kuat arus rangkaian mencapai nilai maksimum
𝑖 =𝑉
𝑅2 + 0=𝑉
𝑅
Daya disipasi rangkaian mencapai maksimum yaitu P = i2R
Penerapan prinsip resonansi pada rangkaian RLC
Prinsip resonansi ini merupakan dasar pembuatan rangkaian osilator dan rangkaian penala.
1. Rangkaian osilator
Untuk mengangkut getaran listrik suara frekuensi audio (di
bawah 20 kHz) diperlukan getaran listrik frekuensi radio (di
atas 20 kHz). Ini dilakukan agar suara dapat dipancarkan ke
tempat yang jauh. Rangkaian yang menghasilkan getaran
listrik frekuensi radio adalah rangkaian osilator.
2. Rangkaian penala
Rangkaian penala berfungsi untuk memilih satu gelombang
radio yang diinginkan dari beberapa gelombang radio yang
mendekat pada antena penerima radio. Rangkaian penala
terdiri dari sebuah kumparan dengan induktansi L dan
sebuah kapasitor variable dengan kapasitansi C yang
dirangkai paralel.
Z
θ
Gambar. Diagram fasor XL > XC
R
XL
XC
XL -XC > 0
VC
Z
θ
Gambar. Diagram fasor XL < XC
R
XL
XC
XL -XC < 0
VC Gambar. Diagram fasor XL = XC
R = Z
XL
XC
Gambar. Rangkaian Penala
L
C
Gambar. Rangkaian Osilator
L C
![Page 12: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/12.jpg)
C. Daya Pada Rangkaian Arus Listrik Bolak-Balik
Jika sebuah inductor di aliri arus listrik bolak-balik, pada inductor akan timbul medan
magnetik. Untuk menimbulkan medan magnetik dibutuhkan energi yang kemudian akan tersimpan di
dalam medan magnetik. Jika arus listriknya dihentikan, medan magnetiknya akan hilang. Bersamaan
dengan itu, energi yang tersimpan di dalam medan magnetik pun akan berubah kembali menjadi
energi listrik dalam bentuk arus listrik. Oleh karena inductor di aliri arus bolak-balik, akan terjadi
perubahan energi listrik ke medan magnetik dan sebaliknya dari medan magnetik ke medan listrik.
Peristiwa yang sama dapat terjadi pada kapasitor. Ketika kapasitor dihubungkan dengan
tegangan listrik, di dalam kapasitor timbul medan listrik. Untuk menimbulkan medan listrik ini
dibutuhkan energi yang berasal dari tegangan listrik. Jika tegangan listriknya diputuskan, medan
listrik di dalam kapasitor juga akan menghilang dan energi yang tersimpan di dalamnya akan kembali
ke rangkaian dalam bentuk arus sesaat. Oleh karena kapasitor dihubungkan dengan tegangan bolak-
balik akan terjadi peristiwa perubahan energi secara periodic.
Jadi inductor murni dan kapasitor murni yang ada dalam rangkaian arus bolak-balik tidak
menghabiskan energi listrik karena yang sebenarnya terjadi adalah perubahan secara berulang energi
listrik dari rangkaian ke medan magnet atau medan listrik. Peristiwa semacam ini tidak akan terjadi,
jika arus listrik melalui hambatan murni R. Di dalam resistor terjadi perubahan energi listrik menjadi
kalor dan tidak dapat diubah kembali menjadi arus listrik. Energi per satuan waktu yang diubah
menjadi kalor disebut daya.
Jika pada rangkaian hanya terdapat R, daya yang digunakan oleh R memenuhi persamaan
P = Ief2R
Adapun pada rangkaian RLC seri, daya yang digunakan ditentukan oleh persamaan
𝑃 = 𝐼𝑒𝑓2𝑍 = 𝐼𝑒𝑓
2 (𝑅)2 + 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 2
Ternyata daya ini tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi merupakan daya semu. Daya yang
sesungguhnya yang digunakan pada seluruh rangkaian RLC nilainya tetap seperti pada rangkaian
yang hanya mengandung R. jadi pada rangkaian RLC perubahan energi hanya terjadi pada R saja
sehingga daya yang dihasilkan pada rangkaian menjadi
P = Ief2R= IefVR
Daya semu selalu memiliki nilai yang lebih besar daripada daya sesungguhnya. Perbandingan
antara daya yang sesungguhnya dan daya semu disebutfaktor daya.
𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑑𝑎𝑦𝑎 =𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑦𝑎
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑢=𝐼𝑒𝑓
2𝑅
𝐼𝑒𝑓2𝑍
=𝑅
𝑍
Jika dibuat diagram fasornya, diperoleh
cos𝜑 =𝑅
𝑍
Jadi dalam perhitungan daya, yang dihitung hanyalah daya sesungguhnya. Perumusannya menjadi
sebagai berikut
𝑃 = 𝐼𝑒𝑓2𝑍 cos𝜑
Z
φ
Gambar. Diagram fasor segitiga
impedansi
R
![Page 13: Bahan Ajar AC](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081723/577c79651a28abe054928cab/html5/thumbnails/13.jpg)
Oleh karena 𝑍 =𝑉𝑒𝑓
𝐼𝑒𝑓 maka besarnya daya yang digunakan oleh rangkaian adalah
𝑃 = 𝑉𝑒𝑓 𝐼𝑒𝑓 cos𝜑