badan penelitian dan pengembangan pertanian...
TRANSCRIPT
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR
2004
ISSN
LLLAAAPPPOOORRRAAANNN TTTAAAHHHUUUNNNAAANNN BBBaaalllaaaiii PPPeeennngggkkkaaajjjiiiaaannn TTTeeekkknnnooolllooogggiii PPPeeerrrtttaaannniiiaaannn JJJaaawwwaaa TTTiiimmmuuurrr
TTTaaahhhuuunnn... 222000000333
Penyunting:
Ketua : Endang Widajati
Sekretaris : Sjaiful Chanafi, S. Sos
Anggota : Dra. Iffah Irsjadina
I Wayan Marka, SH
Dra. Yulfah
Ir. Zainal Arifin, MP
Ir. Bambang Irianto
Redaksi Pelaksana :
Prayitno Surip
DEPARTEMEN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR
2004
Penerbitan buku ini dibiayai dari :
Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif Jawa Timur TA 2004
Cover Depan Serangkaian Kegiatan Dalam Rangka Peringatan Sewindu BPTP Jawa Timur
Tahun 2003.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) JawaTimur Jl. Raya Karangploso, KM. 4, PO Box 188 , Malang - 65101 Telp. : (0341) 494052; 485065 Fax. : (0341) 471255 e-mail : [email protected]
Laporan Tahunan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Tahun 2003
Penyunting :
Ketua : Endang Widajati Sekretaris : Sjaiful Chanafi, S.Sos Anggota : Dra. Iffah Irsjadina I Wayan Marka, SH Ir. Zainal Arifin, MP Ir. Bambang Irianto Redaksi Pelaksana : Prayitno Surip Diterbitkan oleh : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Jawa Timur 2004
ISSN :
i
KATA PENGANTAR
Pendekatan program Pengkajian BPTP Jawa Timur adalah berbasis
sumberdaya alam (“Farming System Zone”), sehingga program pengkajian
tersebut bersifat lintas disiplin dan lintas komoditas .Unsur keterpaduan
menjadi sangat penting. Laporan Tahunan ini disusun sebagai
pertanggungjawaban penggunaan dana, tenaga dan fasilitas pengkajian
tahun anggaran 2003 yang bersumber dari proyek rutin maupun kerjasama
Disamping termuat dalam laporan ini hasil-hasil pengkajian juga disusun
dalam berbagai makalah, prosiding dan publikasi lain.
Hasi penelitian/pengkajiann disusun berdasarkan pengelompokan
Rencana Pengkajian Tim Peneliti (IRPTP) yang ada dalam program dalam
tahun sedang berjalan, untuk memberikan gambaran yang lebih
lengkap.kepada para pengguna.
Kepada penyunting, peneliti, penyuluh dan semua pihak yang
membantu penyusunan buku ini disampaikan terima kasih dan
penghargaan. Semoga informasi dalam buku ini bermanfaat bagi semua
pihak dalam pembangunan pertanian di Jawa Timur.
Malang, Nopember 2004
Kepala Balai,
Dr. Mat Syukur
ii
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I. PENDAHULUAN 1
II. HASIL-HASILPENGKAJIAN 2
2.1. KARAKTERISASI DAN ANALISA AGROEKOLOGI UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI JAWA TIMUR
2
2.1.1. Karakterisasi dan Analisis Zona Agroekologi Sumberdaya Pertanian di Tingkat Kabupaten Berbasis Sistem Informasi Geografis
2
2.1.2. Kajian Status Hara P dan K Sebagai Dasar Penyusunan Rekomendasi Pemupukan P dan K Lahan Sawah di Jawa Timur (Areal P3T Jawa Timur)
3
2.1.3. Model Analisis Data Agroklimat untuk Menekan Resiko Kegagalan Panen
4
2.2. PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN MODEL USAHATANI TERPADU TANAMAN TERNAK DAN PADI UDANG WINDU DI LAHAN SAWAH IRIGASI
5
2.2.1. Pengkajian Pengelolaan Sistem Usahatani Terpadu Tanaman Pangan dan Ternak pada Lahan Sawah
5
2.2.2. Pengkajian Senjang Hasil Padi pada Lahan Sawah Bermasalah
6
2.2.3. Pemupukan Fosfat, Kalium dan Bahan Organik Terhadap Padi Sawah di Lumajang
7
2.2.4. Pengkajian Pengendalian Hama Secara Terpadu pada Tanaman Kedelai Berbasis Pengendalian Hayati
10
2.2.5. Pengkajian Perbandingan Beberapa Cara Pemberian Brangkasan Kedelai untuk Sapi Potong
11
2.2.6. Kajian Karakterisasi dan Potensi Wilayah Pengembangan Usahatani Terpadu Padi – Udang Windu di Sawah Irigasi
12
2.3. PENGEMBANGAN MODEL USAHATANI TERPADU TANAMAN TERNAK DI LAHAN TADAH HUJAN.
14
2.3.1. Pengkajian Model Usahatani Terpadu Crop-Fish-Livestock System (CFLS) Berbasis Konservasi Air di Lahan Sawah Tadah Hujan
14
2.3.2. Sistem Usahatani Konservasi Embung Menunjang
Produktivitas Lahan di Musim Kemarau 16
iii
2.3.3. Pengkajian Usahatani Multistrata di Kawasan Selatan Jawa Timur
17
2.3.4. Uji Adaptasi Tanaman Empon-Empon Pada Wanatani Pola Multistrata di Lahan Kering Dataran Rendah Kawasan Selatan Jawa Timur
18
2.3.5. Uji Adaptasi Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Sistem Wanatani Lahan Kering Dataran Rendah
19
2.3.6. Pengembangan Model Usahatani Konservasi Kentang dan Kobis Secara Partisipatif di Lahan Kering Dataran Tinggi
20
2.4. PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI PERIKANAN RAKYAT DENGAN MODEL DESA PANTAI DI JAWA TIMUR
21
2.4.1. Pengkajian Teknologi Usaha Budidaya Ikan dengan Sistem Keramba Jaring Apung (KJA) di Laut
21
2.4.2. Prospek Pengembangan Alat Pengering Mekanik dalam Mendukung Pengolahan Ikan Kering di Situbondo, Jawa Timur
22
2.4.3. Studi Uji Konsumen Produk Ikan Asar di Malang Jawa
Timur 23
2.5. KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI JAWA TIMUR
24
2.5.1. Pengkajian Model Pengembangan Agribisnis Mangga 24 2.5.2. Pengkajian Sistem Usahatani (SUT) Mendukung
Pengembangan Agribisnis Pisang 24
2.5.3. Kajian Pengembangan Agribisnis Kentang Dataran Medium 25 2.5.4. Kelimpahan Populasi Hama pada Kajian Teknik Produksi
Bibit Kentang 26
2.6. PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
PERTANIAN DAN PEMBERDAYAAN WANITA DALAM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PEDESAAN
27
2.6.1. Pengkajian Penumbuhan dan Pengembangan Industri
Pengolahan Pangan Pedesaan 27
2.6.2. Kajian Pengembangan Agroindustri Aneka Tepung di
Pedesaan
28
2.7. KAJIAN PERBAIKAN SISTEM PERBENIHAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KOMODITAS UNGGULAN JAWA TIMUR.
31
2.7.1. Pengkajian Sistem Perbanyakan Benih Bs dan Galur
Harapan Padi Unggulan Jawa Timur 31
2.7.2. Karakterisasi Calon Varietas Unggul Kesemek, Sawo,
Durian, dan Apokat Spesifik Lokasi Jawa Timur 31
iv
2.8. PENGKJIAN ADOPSI DAN DAMPAK TEKNOLOGI SISTEM USAHA PERTANIAN SERTA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ASLI PEDESAAN
33
2.8.1. Kajian Adopsi dan Dampak Teknologi Teknologi Unggulan
BPTP Jawa Timur
33
2.9. UJI MULTI LOKASI DAN PAKET TEKNOLOGI UNGGULAN
BALIT KOMODITAS (JARINGAN LITKAJI)
36
2.9.1. Pemuliaan Padi Secara Partisipatif 36
2.9.2. Galur Harapan Calon Varietas Unggul Padi Sawah 36 2.10. ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
PERTANIAN DI JAWA TIMUR 40
2.10.1. Indikator Pelaksanaan Pertanian di Jawa Timur 40 2.10.2. Kelayakan Harga Susu di Tingkat Peternak Tahun 2003 di
Jawa Timur 42
2.11. PENELITIAN DAN PENGKAJIAN PENGELOLAAN
TERPADU TANAMAN JERUK SEHAT DI KABUPATEN PONOROGO
43
2.11.1 Peningkatan Ketrampilan Petani dan Petugas untuk
Pengelolaan Tanaman Terpadu Jeruk 43
2.11.2. Identifikasi Permasalahan Jeruk dan Inisiasi Kelembagaan (Rural Producers Organization)
44
2.12. LITKAJI PENGEMBANGAN MODEL AGROINDUSTRI PENGOLAHAN TEPUNG KASAVA SKALA KECIL MENENGAH
45
2.12.1. Penelitian/Pengkajian Model Pengembangan Agroindustri Tepung Kasava Skala Kecil Menengah
45
2.13. DISEMINASI HASIL LITKAJI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN JARINGAN INFORMASI AGRIBISNIS DI JAWA TIMUR
47
2.13.1. Sistem Usaha Pertanian Perkotaan di Wonocolo Surabaya 47
2.13.2. Visitor Plot Jamur Tiram (Pleurotus Spp) dan Jamur Kuping (Auricularia Sp) Penambahan Lapisan Dinding dan Atap Kubung untuk Menurunkan Suhu dan Meningkatkan Kelembaban Ruang
48
2.13.3. Prospek Pengembangan Perbenihan Ikan Nila dengan Sistem Kolam Tertutup
49
v
2.13.4. Unit Komersialisasi Teknologi. 49
2.14. PENGEMBANGAN DAN PENYEBARAN INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN MELELUI KEGIATAN PERTEMUAN DAN EXPOSE
50
2.14.1. Kegiatan Sosialisasi & EksposeTeknologi Unggulan BPTP Jawa Timur 4-6 Juni 2003
51
2.14.2. Temu Informasi Teknologi Pertanian 54
2.14.3. Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian 55
2.15. TEMATIK 55
2.15.1 Uji Galur Harapan dan Observasi Hasil Persilangan Beberapa Galur Melon“ Uji Hasil Calon Varietas Unggul Melon
55
2.15.2. Pengaruh Pupuk NPK Phonska Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah
57
2.15.3. Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Temulawak, Kunyit dan Kencur di Lahan Pekarangan
57
2.15.4. Uji Preferensi Kutu Daun Aphid (Macrochypum Rosae L) (Homoptera : Aphidiodae) Pada Beberapa Varietas Mawar
58
2.15.5. Reduksi Emisi Metana pada Lahan Sawah Tadah Hujan dengan Teknologi Pengolahan Tanah, Penggunaan
Varietas Padi, dan Bahan Organik.
59
2.15.6. Kajian Pertumbuhan Varietas Apel Calon Unggulan di Lokasi Sentra Produksi
60
2.15.7. Peluang dan Kendala Pengembangan Alat Tanam Benih Langsung Pada Usahatani Padi di Lahan Sawah Tambak Kabupaten Lamongan
61
2.15.8 Kajian Dampak Penyebaran Varietas Unggul Padi Kalimas dan Bondoyudo di Kabupaten Tuban
62
2.15.9. Pengkajian Aplikasi PHT Untuk Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Petani Kopi
63
vi
III. MANAJEMEN BALAI 64
3.1. Struktur Organisasi 64
3.2. Manajemen 65
3.3. KETATA USAHAAN BALAI 66
3.3.1. KEPEGAWAIAN 66
3.3.1.1. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Golongan Kepangkatan
66
3.3.1.2. Tenaga Honorer Berdasarkan Jenjang Pendidikan 67
3.3.1.3. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Jabatan Fungsional 67
3.3.2. Rumah Tangga 68
3.3.2.1. Luas dan Pemanfaatan Lahan 68
3.3.2.2. Keadaan Bangunan dan Pemanfaatan 69
3.3.2.3. Sarana Mobilitas 70
3.3.2.4. Tambahan Peralatan Perkantoran 70
3.3.3. KEUANGAN 71
3.3.3.1. Sumberdana 71
3.3.3.2. Penetapan Anggaran 72
3.3.3.3. Pelaksanaan Anggaran 72
3.3.3.4. Realisasi Penerimaan PNBP
3.4. PELAYANAN TEKNIK 72
3.4.1. KEGIATAN INFORMASI 72
3.4.1.1. Penyebaran Informasi Hasil Penelitian/Pengkajian 73
3.4.1.2. Perpustakaan 74
3.4.1.3. Pameran/Ekspose 75
3.4.1.4. Kunjungan Tamu 76
3.4.1.5. Kursus/Latihan, Seminar di Dalam dan di Luar BPTP, Mahasiswa Praktek Kerja Lapang dan Penelitian
77
3.4.2. KEGIATAN KERJASAMA 82 3.4.3. Pengkajian Sistem Usaha Perkebunan Berbasis Kakao
Rakyat Berwawasan Agribisnis di Kabupaten Trenggalek dan Pacitan
87
3.4.4. Pengelolaan Agroekologi Pertanaman Kakao Rakyat
Terhadap Perkembangan Hama Helopeltis Spp 88
3.4.5. Peningkatan Mutu Buah Mangga Arumanis untuk Pasar
Swalayan/Toko Buah 89
vii
3.4.6. Studi Potensi Pengembangan Industri Pakan dari Bahan Baku Lokal di Kabupaten Sumba Timur
90
3.4.7. Pengembangan Sistem Integrasi Terpadu Tebu-Ternak-
Industri Pakan Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PG.Jatitujuh
91
3.4.8. Pemetaan Kesuburan Tanah Lahan Sawah Dan Sistem
Produksi Padi Di Jawa Timur 92
3.4.9. Penelitian Komunitas Ikan pada Terumbu Buatan di
Perairan Pantai Sendang Biru, Malang 93
3.4.10. Studi Tentang Ekosistem Terumbu Karang di Perairan
Pantai Desa Gelung Kabupaten Situbondo (Jawa Timur 94
3.5. SARANA 95
3.5.1. Inventarisasi Barang dan Peralatan 98
3.5.2. Usulan Pengadaan Peralatan 99
3.5.3 Usulan Pengadaan Peralatan Laboratorium, Kebun Percobaan/Bengkel
100
3.5.5 Rencana Renovasi/Pembangunan Fasilitas 100
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
1
BAB I
PENDAHULUAN
Program pengkajian BPTP Jawa Timur disusun atas dasar sumberdaya lahan
yang dominan ada di wilayah Jawa Timur. Sumberdaya lahan yang dominan tersebut
meliputi : lahan sawah irigasi, lahan kering dataran rendah dan dataran tinggi, lahan
perairan laut/pesisir serta darat dan lahan sawah tadah hujan. Disamping itu terdapat
program pengkajian yang bersifat lintas agroekologi (tematik) dan program diseminasi
informasi dan teknologi hasil pengkajian. Sistem usahatani yang dikembangkan dalam
setiap tipe sumberdaya tersebut berbasis komoditas unggulan dan bersifat lintas
komoditas atau lintas sub sektor. Sebagai konsekuensinya, pengkajian untuk
mendapatkan teknologi spesifik lokasi di masing-masing tipe lahan tersebut harus
dilakukan oleh Tim Peneliti yang bersifat lintas disiplin. Peta agroekologi wilayah Jawa
Timur yang telah disusun digunakan sebagai acuan dan dasar bagi tim peneliti untuk
melaksanakan pengkajian dan transfer teknologi kepada petani dan pengguna lainnya.
Untuk memudahkan pembaca mengikuti alur informasi yang disajikan, penyampaian
hasil pengkajian disusun sesuai dengan program tahun 2003, sesuai dengan RPTP
(Rencana Pengkajian Tim Peneliti), kegiatan dan sub kegiatan.
Pengembangan agribisnis komoditas unggulan wilayah harus berbasis pada
sumberdaya lokal yang tersedia serta didukung oleh inovasi dan teknologi yang
bersifat spesifik lokasi. Apabila hal tersebut dapat dilakukan secara ooptimal, maka
sistem dan usaha agribisnis yang dikembangkan memiliki daya saing yang tinggi dan
berkelanjutan. BPTP Jawa Timur sejak dibentuk tahun 1995 selalu berupaya
menghasilkan inovasi dan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi guna
mendukung pengembangan agribisnis di wilayah Jawa Timur
Laporan Tahunan ini menyajikan hasil-hasil pengkajian secara ringkas. Hasil
pengkajian secara utuh dan lengkap dapat dibaca pada terbitan lain berupa prosiding,
atau jurnal/bulletin yang juga diterbitkan oleh BPTP Jawa Timur. Materi lain yang
disajikan dalam Laporan Tahunan ini adalah berbagai hal yang menyangkut
manajemen Balai.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
2
BAB II
HASIL-HASIL PENGKAJIAN
2.1. KARAKTERISASI DAN ANALISA AGROEKOLOGI UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI JAWA TIMUR
2.1.1 Karakterisasi dan Analisis Zona Agroekologi Sumberdaya Pertanian di Tingkat Kabupaten Berbasis Sistem Informasi Geografis
BPTP mempunyai tugas dan fungsi untuk menyusun paket rakitan
teknologi spesifik lokasi. Informasi tentang karakter dan potensi sumberdaya
pertanian Jawa Timur perlu sebagai dasar dalam pengkajian dan penyusunan
paket teknologi. Sejak 1998 BPTP telah menyusun informasi karakter dan
potensi sumberdaya pertanian tersebut dalam bentuk peta zona agroekologi
(ZAE) yang dikemas melalui sistem informasi geografis (SIG). Sampai 2002 telah
tersusun peta ZAE untuk seluruh wilayah Jawa Timur pada skala tinjau dideliniasi
lebih lanjut untuk menentukan FSZ sebagai acuan pengkajian. Pada beberapa
kawasan (pantura dan kawasan selatan Kabupaten Lumajang) telah disusun
informasi dalam skala semi detail dan telah dilakukan analisa kesesuaian lahan di
wilayah Jawa Timur untuk + 53 komoditas pertanian. Selama ini telah terjadi
perubahan pola penggunaan lahan di wilayah Jawa Timur. Sejak 1998 660.000
ha hutan telah berubah fungsinya dan 10.661,5 lahan pertanian menjadi non
pertanian. Pangkalan data dalam format SIG disusun sebelum 1998 sehingga
perlu updating data agar tetap akurat mengikuti perkembangan perubahan
sumberdaya yang terjadi. Informasi digali dari hasil analisa citra satelit Landsat 7
ETM+ path/rows: 118/065 dan 118/066 (2 scene). Hasil pengkajian menunjukkan
bahwa citra satelit Landsat sebanyak 2 scene meliput pulau Madura, Gresik,
Lamongan, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Kediri, Tulungagung, Blitar,
Malang, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo dan Bondowoso.
Hasil updating menunjukkan zona I.ax2 di Kabupaten Bangkalan dan Sumenep
diklaskan menjadi zona IV.ax. untuk Kabupaten Bangkalan dan zona VI untuk
Kabupaten Sumenep. Di kabupaten Gresik terlihat kawasan sawah 1 x tanam.
Zona III.bx2 dihilangkan dari peta zona agroekologi karena merupakan kawasan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
3
tidak dapat dinilai untuk pengembangan pertanian (lahar/pasir). Penyebaran
tambak lebih jelas dibanding hasil pengkajian terdahulu. Kesimpulan pengkajian
adalah updating pangkalan data yang ada menggunakan citra satelit Landsat
efektif memberikan informasi tentang tentang penggunaan lahan yang lebih rinci
(lengkap).
2.1.2. Kajian Status Hara P dan K Sebagai Dasar Penyusunan Rekomendasi Pemupukan P dan K Lahan Sawah di Jawa Timur (Areal P3T Jawa Timur)
Untuk mendapatkan data status hara P dan K sebagai dasar penentuan
rekomendasi pemupukan P dan K pada padi telah dilaksanakan penelitian status
hara P dan K di sebagian areal sentra produksi padi di Kabupaten Blitar,
Bojonegoro dan Madiun pada tahun 2003, areal tersebut merupakan wilayah
yang berdekatan dengan kegiatan P3T di Jawa Timur. Penelitian menggunakan
metode survey status hara P dan K yang diekstrak dengan HCl-25%, kemudian
pada masing-masing status hara dilakukan percobaan respon pemupukan P dan
K pada padi sebagai dasar penentuan rekomendasi pemupukan. Skala peta
yang dihasilkan adalah 1:50.000, satu contoh mewakili areal seluas + 25 ha.
Sebagian besar lahan sawah di areal P3T di Jawa Timur berstatus P
tinggi dan tidak dijumpain lahan sawah dengan status P rendah. Status P sedang
banyak dijumpai di Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun seluas 487 ha (25,3
%) dan di wilayah Wlingi seluas 1593 ha (21,6%), sedang di Bojonegoro dari dua
kecamatan Balen dan Purwosari hanya seluas 240 ha. Areal dengan status P
sedang umumnya dijumpai pada areal yang berdekatan dengan lahan kering,
atau pada lahan sawah tadah hujan.
Status K rendah dan sedang banyak dijumpai di Madiun, bahkan areal
sawah dengan status K rendah hanya dijumpai di Kecamatan Wonoasri
Kabupaten Madiun, dengan luas areal sekitar 580 ha (30,1%), dan status K
sedang sekitar 60,2% (1160 ha). Di Bojonegoro dan Blitar tidak dijumpai lahan
sawah dengan status K rendah, status K sedang di Bojonegoro sekitar 1375 ha di
dua lokasi Balen dan Purwosari, di wilayah Wlingi hanya 308 ha dari areal 7350
ha yang mempunyai status K sedang..
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
4
Untuk mendapatkan hasil yang cukup tinggi pada tanah dengan status P sedang
dianjurkan memupuk sebesar 30 hingga 60 kg SP-36/ha yang mampu
menghasilkan gabah lebih dari 6,0 t/ha GKG. Dari percobaan lapang, pada lahan
dengan status P tinggi tidak perlu dilakukan pemupukan P, akan tetapi untuk
mempertahankan tingkat hasil yang tinggi masih perlu dipupuk P dengan dosis
dan saat pemberian yang perlu penelitian lebih lanjut. Pada tanah dengan status
K rendah pemberian 25 kg KCl/ha telah mampu meningkatkan hasil gabah secara
nyata, untuk menghasilkan gabah lebih dari 6,0 t/ha, pada tanah dengan status K
rendah dosis minimal adalah 50 kg KCl/ha. Untuk lahan sawah dengan status K
sedang dan tinggi, pertanaman padi tidak perlu dipupuk K, tetapi diusahakan
jerami padi dapat dikembalikan ke petakan sawah.
2.1.3. Model Analisis Data Agroklimat untuk Menekan Resiko Kegagalan Panen
Salah satu sumberdaya yang berpotensi untuk dikembangkan saat ini
adalah sumberdaya iklim. Terbatasnya pemahaman tentang iklim, analisis dan
interpretasi datanya, menjadikan sumberdaya ini seringkali luput dari perhatian.
Padahal apabila dikelola dengan baik, iklim dapat menjadi sumberdaya yang
sangat mendukung usaha pertanian, karena resiko akibat deraan iklim dapat
dihindari atau paling tidak dapat diminimasi. Kecukupan air selama masa
pertanaman menentukan potensi kehilangan hasil tanaman yang bersangkutan.
Tanaman membutuhkan air yang cukup selama masa pertumbuhannya.
Kekurangan air akan mengakibatkan reduksi transpirasi tanaman. Kondisi ini
berakibat pada penurunan hasil tanaman. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan
data iklim dan hidrologi serta meningkatkan kemampuan dalam analisis dan
interpretasi data agroklimat, maka pada tahun 2003 dilakukan pengamatan dan
database iklim serta analisis agroklimat dalam kaitannya untuk menekan
penurunan produksi. Luaran penelitian yang diharapkan adalah diperolehnya
rekomendasi penentuan masa tanam tanaman pertanian yang spesifik lokasi.
Penelitian dilakukan di Mojokerto dan Malang dengan kriteria bahwa lokasi terpilih
harus mempunyai stasiun iklim. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap,
yaitu (1) Pengelolaan Informasi dan Data Iklim, (2) Penyusunan Database
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
5
Agroklimat, (3) Penyusunan Bulletin Agroklimat. Untuk menganalisis hubungan
iklim, tanah dan tanaman dilakukan dengan metode neraca air. Metode neraca
air digunakan untuk mengetahui kecukupan air untuk tanaman tertentu pada jenis
tanah tertentu dan lokasi tertentu. Kecukupan air selama masa pertanaman
menentukan potensi kehilangan hasil tanaman yang bersangkutan. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa saat tanam suatu komoditas di lokasi Ngantang
Malang dengan Mojosari, Mojokerto berbeda baik di lahan sawah maupun lahan
tegal, hal ini disebabkan oleh karakter iklim di lokasi tersebut berbeda.
Penentuan saat tanam yang kurang tepat akan mengakibatkan reduksi hasil
produksi berkisar 1-15 % dari hasil rataan produksi aktual di Mojosari dan 1-10%
di Ngantang untuk padi; 5-24 % di Mojosari dan 3 – 15 % di Ngantang (jagung);
5-30 % di Mojosari (kedelai); 10-48 % di Ngantang (kentang); 5-35 % di
Ngantang (bawang merah), dan 10-40 % untuk cabe di Ngantang
2.2. PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN MODEL USAHATANI TERPADU TANAMAN TERNAK DAN PADI UDANG WINDU DI LAHAN SAWAH IRIGASI
2.2.1. Pengkajian Pengelolaan Sistem Usahatani Terpadu Tanaman Pangan dan Ternak pada Lahan Sawah
Kegiatan pertanian lahan sawah di Jawa Timur didominasi oleh usahatani
padi dan kedelai dengan skala sempit dan dikelola secara perorangan,
menyebabkan peningkatan produktivitasnya menurun dan beragam serta secara
ekonomiskurang efisien sehingga daya saing hasil rendah. Oleh karena itu pada
tahun 2003 dilakukan pengkajian bekerja sama dengan Pemda Lumajang dengan
tujuan (a) mendapatkan alternatif teknologi pengelolaan tanaman terpadu –
ternak sapi di lahan sawah irigasi spesifik lokasi yang efektif dan efisien; (b)
mendapatkan alternatif model kelembagaan pengelolaan terpadu tanaman
pangan ternak sapi di lahan sawah irigasi spesifik lokasi. Pengkajian
dilaksanakan di 16 kelompok tani lahan sawah sehamparan seluas 5 ha di 16
kecamatan Kabupaten Lumajang. Masing-masing kelompok tani menerapkan
teknologi pengelolaan tanaman pangan terpadu secara partisipatif dan
mengusahakan 12 sapi induk yang dikelola di kandang kelompok. Sebagai
pembanding disetiap kelompok tani dilakukan uji penerapan rakitan teknologi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
6
pengelolaan tanaman padi spesifik lokasi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa :
(1) Penerapan pengelolaan tanaman padi terpadu secara partisipatif memberikan
hasil gabah kering panen 5,86 t/ha pada MKII dan 5,83 t/ha pada MH 2003/2004,
dapat meningkatkan daya saing padi di Kabupaten Lumajang yang ditunjukkan
oleh meningkatnya produktivitas 15,7 % dan keuntungan bersih 22,3 % serta
keunggulan kompetitif 11,6 %; (2) Apabila dalam pengelolaan tanaman
menggunakan teknologi anjuran, daya saing hasilnya masih dapat ditingkatkan
dibandingkan teknologi partisipatif, karena dapat meningkatkan produktivitas
13,59 % dan keuntungan bersih 16,98 % serta keunggulan kompetitif lebih tinggi
9,1 %; (3) Penerapan Sistem Integrasi Padi - Ternak oleh kelompok tani selama
4 bulan dapat memberikan nilai tambah, karena kebutuhan pupuk organik pada
lahan sawahnya dapat dicukupi dari hasil sendiri sebesar 56%, diperoleh anak
sapi yang ditunjukkan tingkat kebuntingan mencapai 81% dan kebutuhan pakan
sapi pada MKII dapat dicukupi dari limbah tanaman sebesar 80%; (4) Model
kooperatif farming dalam pemberdayaan kelompok tani, khususnya pengadaan
sarana produksi dan pemasaran hasil belum dapat diterapkan; dan (5) Untuk
dapat menerapkan model kooperatif farming diperlukan dukungan kredit untuk
pengadaaan sarana produksi secara korporasi dan kerja sama pemasaran hasil
dengan DOLOG menggunakan kredit ketahanan pangan
2.2.2. Pengkajian Senjang Hasil Padi pada Lahan Sawah Bermasalah
Jawa Timur merupakan salah satu sentra beras di Indonesia sehingga
produktivitas lahan sawahnya harus dipertahankan. Tetapi kenyataan dilapang
produktivitas padi sawah di Jawa Timur mempunyai keragaan yang tinggi baik
antar lokasi maupun antar musim. Pada akhir-akhir ini juga munculnya suatu
gejala stagnasi pertumbuhan disertai klorosis pada pertanaman padi Musim
Kemarau I, di beberapa daerah petani setempat menyebut gejala semacam ini
dengan naman asem-aseman. Kerugian akibat gejala ini diperkirakan cukup
besar mengingat pertumbuhan tanaman sangat tertekan (kerdil) dan proses
fotosintesa terhambat sehingga menyebabkan daun mengalami klorosis, pada
daerah yang serangannya berat padi menjadi puso. Tujuan penelitian adalah
Mendapatkan teknologi usahatani padi pada lahan sawah bermasalah untuk
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
7
menanggulangi senjang hasil pada musim kemarau pertama. Penelitian
dilakukan di lahan petani yang terserang gejala asem-aseman di Kabupaten
Lumajang pada musim tanam ke dua atau MK I yaitu bulan Maret – Agustus
2003. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 7
perlakuan diulang 3 kali, dimana perlakuannya berupa penerapan beberapa
alternatif paket teknologi usahatani padi. Hasil dari pengkajian ini adalah
Pemberian pupuk ZnSO4 sebagai pupuk dasar dan disemprotkan ke daun
ternyata mampu mengurangi serangan asem-aseman. Pemberian pupuk ZnSO4
sebagai pupuk dasar dan disemprotkan ke daun ternyata mampu menghasilkan
produksi padi diatas 7 ton/ha. Penggunaan pupuk ZnSO4 sebagai pupuk dasar
dan pupuk ZA sebagai pupuk susulan sangat disarankan untuk digunakan pada
lahan yang menderita asem-aseman.2.1.2. Uji Multilokasi dan Uji Adaptasi Galur
Harapan Calon Varietas Unggul Padi
2.2.3. Pemupukan Fosfat, Kalium dan Bahan Organik Terhadap Padi Sawah di Lumajang
Untuk mengetahui respon pemupukan P, K dan bahan organik terhadap
peningkatan hasil gabah, telah dilakukan percobaan super imposed pemupukan
pada tanaman padi di beberapa lokasi yang mewakili status P dan K rendah,
sedang dan tinggi. Untuk percobaan pemupukan P dilakukan di Tempeh (status
P rendah), Tempursari dan Citrodiwangsan (status P sedang) dan di
Yosowilangun untuk status P tinggi, sedang untuk percobaan K dilaksanakan di
Citrodiwangsan (status K rendah), di Tempeh (status K sedang) dan di
Yosowilangun untuk status K yang tinggi. Dosis pupuk P dan K pada setiap
status hara adalah berbeda, sedang dosis pupuk organik adalah 10 t/ha (Tabel 1
dan 2). Varietas yang digunakan pada semua percobaan ini adalah Cibogo.
Pada tanah dengan status P rendah di Tempeh, pemupukan P
berbengaruh nyata terhadap peningkatan hasil gabah. Pengaruh P tampak nyata
baik terhadap pertumbuhan, jumlah anakan maupun terhadap hasil gabah. Rata-
rata hasil gabah yang dicapai di Tempeh adalah rendah, hal ini disebabkan pada
saat pelaksanaan percobaan mengalami kekeringan. Perlakuan kontrol (tanpa P)
hanya mampu menghasilkan gabah 1,79 t/ha, penambahan 15 kg SP-36/ha telah
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
8
mampu meningkatkan hasil secara nyata sebesar 0,43 t/ha atau setara dengan
peningkatan hasil sebesar 23%, yakni dari 1,79 t/ha tanpa P menjadi 2,22 t/ha.
Peningkatan lebih lanjut menjadi 60 kg SP-36/ha masih diikuti oleh peningkatan
hasil yang berbeda nyata dibandingkan hasil gabah yang dipupuk 15 kg SP-
36/ha, dan menghasilkan gabah paling tinggi (2,98 t/ha) atau setara dengan
peningkatan hasil sebesar 66% dibandingkan hasil gabah tanpa pupuk P (Tabel
1).
Pemberian pupuk organik mempunyai pengaruh yang beragam terhadap
peningkatan hasil, umumnya dapat meningkatkankan hasil gabah di semua lokasi
percobaan, akan tetapi peningkatannya tidak berbeda nyata secara statistik. Di
Tempeh, suatu lokasi dengan status P rendah, pemberian 10000 kg pupuk
organik/ha mampu meningkatkan hasil gabah hingga 34%, sedang di Tempursari
dan Citrodiwangsan yang mempunyai status P sedang, pemberian pupuk organik
meningkatkan hasil gabah 2,25% hingga 11,1% (Tabel 1 dan 2). Sedang pada
tanah yang cukup subur di Yosowilangun, pemberian pupuk organik hanya
mampu meningkatkan hasil gabah sebesar 5,7% dibandingkan hasil gabah tanpa
pupuk organik.
Pada tanah dengan status P sedang, pemupukan P juga berpengaruh
terhadap peningkatan hasil gabah. Di Citrodiwangsan dan Tempursari,
pemberian 15 hingga 30 kg SP-36/ha belum mampu meningkatkan hasil, baru
pada pemupukan 60 kg SP-36/ha mampu meningkatkan hasil gabah secara
nyata sebesar 17,7% di Tempursari dan sebesar 20,3% di Lumajang
(Citrodiwangsan). Peningkatan dosis lebih lanjut menjadi 120 kg SP-36/ha
ternyata tidak diikuti oleh peningkatan hasil yang berbeda dibandingkan dengan
hasil gabah yang dipupuk 60 kg SP-36/ha (Tabel 1). Pada perlakuan yang telah
dipupuk 10 t/ha pupuk organik, pemupukan P tidak berpengaruh terhadap
peningkatan hasil gabah. Hal ini disebabkan dalam pupuk organik mengandung
hara P.
Pemupukan P dibarengi pemberian pupuk organik maupun tanpa pupuk
organik pada tanah dengan status P tinggi di Yosowilangun tidak berpengaruh
terhadap peningkatan hasil. Tanpa P mampu menghasilkan gabah 8,82 t/ha,
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
9
pemberian 10 kg hingga 80 kg SP-36/ha tidak diikuti oleh peningkatan hasil yang
berbeda. Demikian pula pada perlakuan yang dibarengi dengan pemberian 10
t/ha pupuk organik, pemupukan P juga tidak berpengaruh terhadap peningkatan
hasil.
Pengaruh pemupukan K pada tanaman padi terjadi pada lokasi
percobaan dengan status K rendah, sedang pada status K sedang dan tinggi
pemupukan K tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil gabah. Di
Citrodiwangsan yang mewakili status K rendah, pemupukan 25 hingga 50 kg
KCl/ha tidak berpengaruh terhadap peningkatan hasil gabah, baru pada
pemupukan 100 kg KCl/ha mampu meningkatkan hasil gabah secara nyata
sebesar 24,1%, yakni dari 5,50 t/ha tanpa K menjadi 6,83 t/ha pada pemupukan
100 kg KCl/ha, peningkatan dosis lebih lanjut menjadi 200 kg KCl/ha tidak diikuti
oleh peningkatan hasil gabah yang berbeda nyata. Pada perlakuan pemberian
10000 kg bahan organik/ha, pemupukan K ternyata tidak berpengaruh terhadap
peningkatan hasil gabah pada tanah dengan status K rendah (Tabel 2). Pada
pemupukan 200 kg KCl/ha yang dibarengi dengan pemberian 10 t/ha bahan
organik mampu menghasilkan gabah tertinggi, yakni 7,33 t/ha, sedang tanpa
pupuk K dan tanpa bahan organik menghasilkan gabah terendah (5,50 t/ha).
Pada tanah dengan status K sedang dan tinggi, pemupukan K tidak
berpengaruh terhadap peningkatan hasil gabah. Pada tanah dengan status K
sedang di Tempeh, pemupukan K yang dibarengi dengan pemberian bahan
organik maupun tanpa bahan organik tidak meningkatkan hasil gabah secara
nyata. Tanpa pemupukan K menghasilkan gabah 3,27 t/ha, sedang rata-rata
hasil gabah yang dipupuk 20 kg hingga 160 kg KCl/ha adalah 3,44 t/ha, tidak
berbeda nyata dibanding hasil gabah tanpa pupuk K (Tabel 2). Demikian pula
pada tanah dengan status K tinggi di Yosowilangun, tanpa pupuk K menghasilkan
gabah 8,55 t/ha, sedang rata-rata hasil gabah yang dipupuk 20 kg hingga 160 kg
KCl/ha adalah 8,48 t/ha (Tabel 2).
Pada tanah dengan status P rendah, pemupukan P berpengaruh terhadap
peningkatan hasil gabah, dosis pupuk P yang dianjurkan adalah 100 kg SP-
36/ha. Pada tanah dengan status P sedang, dosis pupuk P yang dianjurkan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
10
adalah 60 kg SP-36/ha dan mampu meningkatkan hasil gabah 17 hingga 20 %.
Pada tanah dengan status P tinggi tidak respon terhadap pemupukan P. Tanah
dengan status K sedang dan tinggi, pemupukan K tidak respon pada padi. Pada
tanah dengan status K rendah, dosis pupuk K yang dianjurkan adalah 100 kg
KCl/ha dan mampu meningkatkan hasil hingga 24%. Pemberian bahan organik
pada musim pertama tidak berpengaruh terhadap peningkatan hasil gabah.
2.2.4. Pengkajian Pengendalian Hama Secara Terpadu pada Tanaman Kedelai Berbasis Pengendalian Hayati
Untuk menyelamatkan tanaman kedelai dari serangan hama penyakit
diperlukan teknologi pengelolaan yang efektif dan menguntungkan usahatani.
Percobaan dilakukan di lahan sawah dataran rendah milik petani pada MK. II
bulan Juni –Oktober 2003 di desa Yosowilangun Kabupaten Lumajang.
Menggunakan rancangan acak kelompok berpasangan dengan dua perlakuan
yaitu 1. PHT: Pemupukan berimbang rekomendasi BPTP, menggunakan mulsa
jerami, disemprot SlNPV, HaNPV, diinfestasi parasitoid Tricogramma bactre-
bactre . 2. Cara petani. Masing-masing perlakuan diulang lima kali. Pengendalian
ulat daun S. litura dengan agen hayati SlNPV pada perlakuan PHT dapat
menekan tingkat kerusakan daun sebesar 47,41% dibandingkan cara petani.
Pengendalian ulat buah H. armigera dengan agen hayati HaNPV kurang efektif.
Pengendalian ulat penggerek polong Etiella spp. dengan agen hayati T. bectrae-
bactrae dapat menekan tingkat serangan sebesar 9,94% dibandingkan cara
petani. Produksi kedelai dengan luas ubinan 2 m x 5 m pada perlakuan PHT
sebesar 2,15 kg, sedangkan cara petani hanya 1,64 kg. Berat kering brangkasan
ubinan 2 m x 5 m pada perlakuan PHT sebesar 1,18 kg dan cara petani sebesar
1,08 kg. Hasil analisa out put in put usaha tani kedelai dengan PHT
penerimaannya cukup tinggi yaitu sebesar Rp. 5.375.000,- dengan R/C dan B/C
ratio masing-masing 2.96 dan 1.97, sedangkan cara petani penerimaannya lebih
kecil yaitu sebesar Rp. 4.100.000,- dengan R/C dan B/C ratio masing-masing
3.17 dan 2.21, dengan demikian kedua cara ini semua menguntungkan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
11
2.2.5. Pengkajian Perbandingan Beberapa Cara Pemberian Brangkasan Kedelai untuk Sapi Potong
Tujuan pengkajian ini adalah untuk memperoleh cara menyajikan
brangkasan kedelai yang efektif dan efisien sebagai bagian dari ransum sapi
potong. Materi pengkajian adalah sapi PO betina dewasa dengan status
reproduksi tidak bunting dan kering sebanyak 12 ekor; terbagi secara acak
dengan pertimbangan besaran berat badan awal yang proposional kedalam 4
perlakuan dan masing – masing 3 ekor per perlakuan sebagai ulangan.
Perlakuan adalah (A/ kontrol ) : ransum basal + brangkasan kedelai tanpa
difermentasi, (B) : Perlakuan A + probiotik per oral, (C) : Ransum basal +
brangkasan kedelai fermentasi, dan (D) : Perlakuan C + probiotik per oral.
Digunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Ternak
sapi materi pengkajian ditempatkan dalam kandang kelompok bersekat secara
individu. Ransum basal berupa rumput lapangan = 13 – 15 kg/ ekor/ hari atau 45
% dari tingkat kebutuhan bahan kering ( BK) yang ditetapkan, dan dedak padi =
2,5 – 4,0 kg/ekor/hari atau 35 % dari tingkat kebutuhan BK yang ditetapkan.
Kekurangan kebutuhan BK dipenuhi dari brangkasan kedelai fermentasi atau
non-fermentasi. Pemberian probiotik per oral dicampur dengan dedak padi dan
dosisnya sesuai dengan petunjuk teknik pemberian probiotik yang digunakan (
Starbio ). Lama percobaan 10 hari prelium + 60 hari koleksi data. Data yang
diamati adalah pertambahan berat badan harian (PBBH), konsumsi ransum dan
konversi pakan ( KP ). Analisis data menggunakan analisis kovariansi dari RAL
dengan berat badan awal sapi sebagai kovarian. Hasil pengkajain menunjukkan :
adanya konsumsi probiotik per oral atau perlakuan fermentasi dapat
meningkatkan rata – rata konsumsi brangkasan kedelai secara nyata ( P < 0,05 )
dari 2,05 kg/ekor/hari menjadi 2,77 kg/ekor/hari, tetapi total konsumsinya ( dasar
BK ) masih kurang dari separo berat total BK ransum. Antara perlakuan terjadi iso
konsumsi BK, protein kasar ( PK ) maupun TDN. Rata – rata PBBH antara
perlakuan A, B, C dan D tidak saling berbeda nyata ( P > 0,05 ), secara berurutan
adalah 0,40 0,16 kg/ekor/hari; 0,57 0,18 kg/ekor/hari; 0,50 0,19 kg/ekor/hari;
dan 0,48 0,15 kg/ekor/hari. Demikian pula rata – rata KP ( dasar BK ) juga tidak
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
12
berbeda nyata ( P > 0,05 ), secara keseluruhan, adalah 0,07 0,03 kg PBBH/kg
konsumsi BK. Kesimpulannya adalah perlakuan fermentasi brangkasan kedelai
dan pemberiannya dalam ransum disertai pemberian probiotik per oral tidak
efektif atas dasar parameter prestasi PBBH dan KP manakala proposi
brangkasan kedelai dalam ransum ( dasar BK ) kurang dari separo berat total BK
ransum.
2.2.6. Kajian Karakterisasi dan Potensi Wilayah Pengembangan Usahatani Terpadu Padi – Udang Windu di Sawah Irigasi
Udang windu merupakan salah satu andalan ekspor Jawa Timur dan
permintaan pasar akan udang masih terbuka lebar khususnya Jepang dan
Amerika Serikat. Hal ini membuka peluang untuk mengembangkan budidaya
udang baik di tambak maupun di sawah tambak. Tetapi karena usahatani udang
windu secara intensif banyak kendalanya maka budidaya udang windu di sawah
tambak berupa mina padi (padi – udang windu) menjadi alternatif pengembangan
udang windu. Dari hasil penelitian, udang windu telah berhasil dibudidayakan
pada lahan sawah tambak. Sedangkan di Kabupaten Lamongan masyarakat
telah mengembangkan budidaya padi – udang windu sejak kurang lebih 1 – 2
tahun terakhir pada lahan bonorowo. Untuk dapat berkembangnya usaha
budidaya padi - udang windu ada beberapa hal yang pelu diperhatikan , selain
aklimatisasi benih udang windu ada persyaratan khusus yang berpengaruh dalam
pemeliharaan udang windu diantaranya kualitas air, tanah dan teknologi
budidayanya. Oleh karena itu untuk lebih meningkatkan keberhasilan budidaya
padi dan udang windu perlu diidentifikasi mengenai karakteristik lahan baik itu
tanah maupun kualitas air dalam budidaya padi – udang windu di Jawa Timur.
Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari karakteristik dan
potensi pengembangan udang windu.di lahan sawah irigasi. Kegiatan dimulai
dengan identifikasi melalui survey di wilayah yang telah mengusahakan udang
windu pada sawah tambak di Jawa Timur. Waktu pengkajian mulai bulan
Pebruari hingga Desember 2003. Parameter yang dikumpulkan adalah : (1).
Karakteristik kualitas air meliputi pH, salinitas, kandungan amonia dan kandungan
hidrogen sulfat (H2S). (2) Karakteristik lahan, meliputi ketinggian dari permukaan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
13
laut, jenis tanah, kandungan hara tanah dan iklim; (3) Teknologi budidaya udang
windu petani setempat. Data dianalisis secara diskriptif untuk menyusun
kesesuaian pengembangan wilayah udang windu. Dari hasil survei diketahui
umumnya sawah tambak di daerah pantura Jawa Timur digunakan untuk
budidaya ikan bandeng, tombro, mujair, tawes dan udang windu baik dipelihara
secara monokultur maupun polykultur. Pola tanam di sawah tambak adalah ikan
– ikan – padi, yaitu pada musim hujan dan musim kemarau pertama (MK I)
dipelihara ikan dan pada musim kemarau kedua (MK II) sawah tambak ditanami
padi (Gambar 1). Baru pada 4 – 5 tahun terakhir ini pada tanaman padi
ditumpangsarikan dengan udang windu yang dikenal dengan pandu (Padi –
udang windu). Pada awalnya budidaya pandu (padi-udang windu)
dikembangkan petani tambak di kabupaten Lamongan kemudian berkembang di
kabupaten Gresik, Sidoarjo, Bangkalan dan Tuban sedangkan di kabupaten lain
seperti di Jombang dan Blitar pernah dicoba budidaya pandu tetapi ternyata tidak
dapat berhasil. Karakteristik air yang berpengaruh dalam budidaya pandu adalah
ketersedian air tawar yang cukup dan terus menerus, salinitas air yang berkisar 0
-4 o/oo dengan kandungan kation Na berkisar 54 – 165 ppm, kation K berkisar 11
– 19 ppm, dan EC berkisar 0,6 – 2,00 m mhos, oksigen terlarut 4 – 8 ppm, pH
air berkisar 7 – 8,5 dan kandungan zat beracun seperti NH4 < 0,1 ppm dan H2S <
0,1 ppm. Karakteristik tanahnya adalah ketinggian tempat 2 – 10 m dpl,
kemiringan lerengnya < 1%, bulan basah 4 – 5 bulan, bulan kering 7 – 8 bulan,
tektur tanah liat dengan perbandingan liat > 65%, debu > 20% dan pasir < 5%, pH
tanah 6,8 – 7,5, bahan organiknya berkisar 2,4 – 3,5%, salinitas tanahnya 0 – 3
o/oo . Potensi sawah tambak di Jawa Timur mencapai 31.982 ha yang tersebar di
kabupaten Lamongan, Gresik, Tuban, Sidoarjo, Lumajang, Jember, dan
Banyuwangi.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
14
2.3. PENGEMBANGAN MODEL USAHATANI TERPADU TANAMAN TERNAK DI LAHAN TADAH HUJAN.
2.3.1. Pengkajian Model Usahatani Terpadu Crop-Fish-Livestock System (CFLS) Berbasis Konservasi Air di Lahan Sawah Tadah Hujan
Lahan sawah tadah hujan mempunyai keterbatasan air, sehingga
produktivitas lahannya rendah. Untuk meningkatkan produktivitas lahan
diperlukan tindakan konservasi berupa pembuatan tandon air (embung) untuk
menampung limpasan air hujan dan digunakan mengairi tanaman musim
kemarau. Pada musim hujan, embung dapat difungsikan untuk memelihara ikan
sampai menjelang musim kemarau, sebelum airnya digunakan untuk mengairi
tanaman. Pertanaman jagung banyak ditanam pada musim kemarau dengan
tujuan untuk menghasilkan biji, bahkan dijumpai tanaman jagung hanya
dipelihara sampai pertumbuhan vegetatif untuk menghasilkan limbah (tebon)
pakan ternak sapi, karena pada musim kemarau mengalami kelangkaan pakan
ternak. Pengkajian dilaksanakan pada musim kemarau dengan perlakuan (Tabel
1), sebagai berikut :
Penanaman jagung secara rapat bertujuan menghasilkan jagung
muda, jagung pipilan dan biomas pakan ternak, yaitu pada umur 65 hari
tanaman jagung diperjarang secara berselang-seling untuk menghasilkan
jagung muda dan pakan ternak (tebon) dan sisanya dibiarkan sampai tua
untuk menghasilkan biji (Tabel 2). Budidaya jagung monokultur secara
rapat diperoleh total hasil setara jagung pipilan tertinggi yaitu 12,58 t/ha
(meningkat 211% terhadap cara petani) yang berasal dari hasil jagung
muda, pakan ternak (tebon) dan biji, sedangkan budidaya jagung
monokultur cara petani yang hanya menghasilkan biji diperoleh total hasil
setara jagung pipilan sebesar 4,05 t/ha. Tersedianya pakan ternak dari
biomas jagung di musim kemarau dapat meningkatkan ketersediaan
pakan harian secara berkelanjutan dan diharapkan kotoran ternaknya
digunakan sebagai pupuk kandang. Pemeliharaan ikan nila di karamba
dalam embung selama 60 hari kurang berhasil karena sekitar 50% ikan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
15
nila banyak yang mati/hilang serta pertumbuhannya lamban, sehingga
secara ekonomi belum menguntungkan
Tabel 1. Model Usahatani Terpadu Jagung dan Kedelai Berbasis Konservasi Air pada Musim Kemarau
No. Komponen
teknologi
Usahatani
Cara Petani
Usahatani Konservasi Air Secara Terpadu
Tumpangsari Jagung
dan Kedelai
Monokultur
Jagung
Monokultur Kedelai
1. Pengelolaan
lahan
Cara petani Minimum tillage Minimum tillage Minimum tillage
2. Varietas Jagung (C7) C-7 dan Wilis C-7 Wilis
3. Pemupukan Kebiasaan Jagung : 135 kgN+36
kgP2O5 +50 kg
K2O/ha
Kedelai :
2,5kg+36kgP2
O5+50 kg
K2O/ha 10 t/ha
Pukan :
135 kg N + 36 kg
P2O5 + 50 kg
K2O/ha
Pukan : 10 t/ha
22,5 kg+36 kg P2O5 +
50 kg K2O/ha
Pukan : 10 t/ha
4. Jarak tanam Cara petani Jagung: * 200 x 10cm/ 200 x
20 cm
Kedelai : 40 x 10 cm
75 x 10 cm / 75 x
20 cm
40 x 10 cm
5. Mulsa jerami - 5 t/ha 5 t/ha 5 t/ha
5. Pengairan
(Embung)
Semampunya
secara kocor
Sesuai kebutuhan
tanaman secara kocor
Sesuai kebutuhan
tanaman secara
kocor
Sesuai kebutuhan
tanaman secara kocor
6. Pemeliharaan
tanaman
Seadanya Optimal Optimal Optimal
7. Pemeliharaan
ikan di embung
- Karamba tancap 3 m x 2
m x 2 m, populasi 750
ekor nila (50 kg)
Karamba tancap 3 m
x 2m x 2 m, populasi
750 ekor nila (50 kg)
Karamba tancap 3 m
x 2 m x 2 m, populasi
750 ekor nila (50 kg)
8. Pakan ikan - Pakan tambahan ikan (2%
dari bobot ikan)
Pakan tambahan ikan
(2% dari bobot ikan)
Pakan tamba-han
ikan (2% bobot
ikan)
9. Panen - Biji
- Limbah pakan
ternak
- Biji
- Ikan
- Jagung muda
- Limbah pakan ternak
- Biji
- Ikan
- Jagung muda
- Limbah pakan
ternak
- Biji
- Ikan
- Limbah pakan ternak
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
16
Tabel 2. Pertumbuhan serta hasil jagung (C-7) dan kedelai (Wilis) di Desa Lembor, Kec. Brondong, Kab. Lamongan, MKII 2003.
Variabel
Monokultur Tumpangsari Cara petani
Jagung/
Jg muda Kedelai
Jagung/ Jg
muda Kedelai Jagung
Tinggi tan. (cm) 107,80 27,45 97,40 31,80 61,20
Berat biomas (t/ha) :
- jagung muda
- jagung
- kedelai
24,67
21,61
-
-
-
3,01
6,25
7,29
-
-
-
2,49
-
9,67
-
Panjang jagung
muda (cm)
10,85 - 13,15 - -
Berat 100 biji kering (gr) 28 9,05 28,8 8,82 -
Berat (t/ha) :
- tongkol
- polong
3,81
-
-
3,12
1,41
-
-
2,35
-
-
Hasil (t/ha) :
- jagung muda
- biji
- total biomas
1,79
1,53
46,28
-
1,29
3,01
0,60
0,94
13,54
-
1,02
2,49
-
2,12
9,67
Total hasil setara jagung
pipilan (t/ha)
12,58 4,73 4,75 4,05
Nisbah total hasil thd
cara petani
(211%) (17%) (17%) -
Keterangan : - Harga jagung muda : Rp 1000,-/kg
- Harga jagung pipilan : Rp 1000,-/kg
- Harga kedelai biji : Rp 3200,-/kg
- Harga biomas jagung & kedelai : Rp 200,-/kg (pakan ternak)
2.3.2. Sistem Usahatani Konservasi Embung Menunjang Produktivitas Lahan di Musim Kemarau
Lahan sawah tadah hujan yang dicirikan oleh rendahnya bulan basah
merupakan sumberdaya lahan yang berpotensi setelah lahan sawah atau lahan
irigasi. Ketersediaan air yang hanya tergantung kepada curah hujan, kesuburan
tanah yang relatif rendah merupakan kendala bagi keberhasilan pengolaan usaha
taninya. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya produksi rendah karena
terjadinya kekeringan disaat tanaman sangat perlu air. Dengan sistem embung
sebagai tandon air untuk menangkap limpasan air hujan merupakan sarana air
yang multiguna bagi berbagai keperluan pertanian dan keperluan hidup petani
sehari-hari.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
17
Teknologi konservasi air embung pada musim kemarau antara lain
kebutuhan air dan cara pengairan pada beberapa komoditas belum banyak dikaji.
Pengkajian usahatani di musim kemarau dengan suplai air dari embung bertujuan
untuk meningkatkan produktivitas lahan dan menambah sumber pendapatan bagi
petani. Dengan menggunakan lokasi desa Lembor Kec. Brondong, Lamongan
dengan type agroekologi IV ay, pengkajian menggunakan 3 komoditas yang
relatif sedikit membutuhkan air yaitu kangkung darat varietas Chia Tai, jagung
hibrida C-7, dan semangka varietas Sun Flower (lurik hijau) dengan perlakuan
interval pemberian air (cara kocor) yaitu 1 hari, 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. Dan dari
hasil percobaan dengan bentuk rancangan acak kelompok yang dilakukan dari
bulan Juni-Nopember tahun 2003 menunjukkan bahwa produksi yang tinggi untuk
budidaya kangkung (5,23 t/ha) dan jagung pipilan (1,29 t/ha) membutuhkan suplai
air embung sebanyak 300 cc interval 3 hari. Produksi semangka 93,45-4,20 t/ha
dengan penyiraman 3 sampai 7 hari sekali keutamaan dan air kurang mencukupi.
Tambahan hasil biomas dari tanaman jagung sebanyak 13,18 t/ha memberikan
manfaat sebagai makanan ternak
2.3.3. Pengkajian Usahatani Multistrata di Kawasan Selatan Jawa Timur
Masalah di Kawasan Selatan Jawa Timur (KSJT) adalah rendahnya
produktivitas lahan, kelangkaan pakan hijauan ternak di musim kemarau, dan
rendahnya bahan organik tanah. Salah satu alternatif untuk mengatasinya adalah
pengembangan sistem multistrata (SMS). Dalam SMS, tanaman terbagi menjadi
3 strata yaitu strata I terdiri dari tanaman pangan, rumput dan empon-empon;
strata II berupa leguminosa pohon, dan strata III berupa buah-buahan dan kayu-
kayuan. Penataan/tata letak tanaman diatur sebagai berikut: strata I ditanam
pada bidang olah lahan, sedangkan strata II dan III ditanam pada bagian pinggir
keliling lahan sebagai tanaman pagar. Pengkajian dilaksanakan pada musim
hujan 2003 di Desa Mojorejo, Kecamatan Wates Kabupaten Blitar dengan
melibatkan 5 orang petani kooperator pada areal seluas 2 hektar. Dari hasil uji
adaptasi tanaman pangan, diketahui bahwa ketiga varietas padi gogo yang
ditanam (Jatiluhur, Slegreng dan IR-64) memiliki daya adaptasi yang cukup baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
18
dengan kondisi lahan kering dataran rendah di lokasi pengkajian. Produksi gabah
kering varietas Jatiluhur mencapai 5,5 ton/ha, Slegreng 4,5 ton/ha dan IR-64 2,5
ton/ha. Produksi jagung varietas Bisma mencapai 5,25 ton/ha, Bisi-2 6,5 ton/ha
dan Pioneer-7 sebesar 4,75 ton/ha. Jenis empon-empon yang diminati para
petani adalah kunyit putih, kencur, laos dan jahe, karena permintaan pasar cukup
tinggi. Tanaman rumput gajah, glirisidia, flemingia tingkat adaptasi dan produksi
hijauannya cukup tinggi dengan daya tumbuh rata-rata mencapai 90% dan
produksi hijauan sekitar 20 ton/ha/th. Secara keseluruhan, konstribusi terhadap
pendapatan petani diperoleh dari usahatani tanaman pangan sebesar 65%,
kemudian usaha ternak 23%, dan dari tanaman tahunan sebesar 12%.
2.3.4. Uji Adaptasi Tanaman Empon-Empon Pada Wanatani Pola Multistrata di Lahan Kering Dataran Rendah Kawasan Selatan Jawa Timur
Komoditi tumbuhan obat (agromedisin) sebagai komoditi bisnis merupakan
peluang yang sangat menjanjikan karena adanya kebutuhan masyarakat akan
produk natural medicine, health food, ataupun food suppelement yang berasal dari
tumbuhan obat meningkat. Tujuan pengkajian adalah melakukan uji adaptasi
tanaman empon-empon pada wanatani pola multistata di lahan kering untuk alih
teknologi dan meningkatkan pendapatan petani KSJT. Lokasi pengkajian di desa
Mojorejo, Kec. Wates, Blitar dan pengkajian dimulai pada musim hujan 2003/2004.
Pengkajian berbentuk adaftif dengan rancangan acak kelompok, yang menggunakan
3 petani sebagai ulangan. Jenis empon-empon yang dikaji adalah kunyit lokal,
lengkuas, kunyit putih, jahe dan kencur. Teknologi yang diuji adalah teknologi anjuran
(pupuk organik + pupuk buatan), teknologi organik (bokasi) dan teknologi petani.
Khusus untuk kunyit putih, kencur dan jahe karena petani belum pernah
membudidayakannya, maka teknik budidaya yang dikaji hanya teknologi anjuran dan
organik. Berdasar taksiran hasil dari kelima jenis empon-empon yang adaptif adalah
kunyit lokal, lengkuas, kunyit putih dan kencur. Kegagalan tanaman jahe disebabkan
terserang penyakit layu bakteri. Taksiran hasil per ha dari kelima jenis empon-empon
tertinggi pada teknologi anjuran yaitu untuk kunyit lokal 18.1 t/ha, lengkuas 18 t/ha,
kunyit putih 36,3 t/ha, jahe 2,6 t/ha dan kencur 5,9 t/ha. Pada teknologi organik hasil
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
19
mencapai 60 -70 % dari hasil teknologi anjuran. Pada teknologi petani taksiran hasil
mencapai 9,3 t/ha untuk kunyit lokal dan 13,7 t/ha untuk lengkuas.
2.3.5. Uji Adaptasi Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Sistem Wanatani Lahan Kering Dataran Rendah
Pengkajian yang bertujuan untuk mendapatkan teknologi budidaya
tanaman pangan yang dapat meningkatkan produktivitas lahan, di sistem
wanatani lahan kering dataran rendah telah dilaksanakan di Ds. Mojorejo, Kec.
Wates, Blitar, pada musim hujan 2003/2004. Pengkajian berbentuk adaftif dengan
rancangan acak kelompok, yang menggunakan 3 petani sebagai ulangan.
Teknologi budidaya tanaman pangan yang diuji adalah teknologi anjuran,
kesepakatan dan petani. Teknologi budidaya anjuran dari padi gogo, jagung,
kacang tanah dan kacang hijau mengacu rakitan teknologi budidaya dari BPTP
Jawa Timur, teknologi kesepakatan merupakan teknologi persetujuan antara
petugas dengan petani dan teknologi petani setempat merupakan teknologi
kebiasaan petani tanpa campur tangan pihak petugas. Penanaman tanaman
pangan dilaksanakan 2 kali, dengan pola tanam menyesuaikan petani setempat
yaitu padi gogo dan jagung pada musim tanam I, dilanjutkan kacang tanah dan
kacang hijau pada musim tanam II. Perbedaan komponen budidaya pada ketiga
teknologi tersebut pada varietas; cara tanam; kebutuhan benih; macam, dosis
dan cara pemberian pupuk serta pengendalian hama penyakit. Petani
menggunakan varietas IR-64 untuk padi dan hibrida (Bisi 2 dan Pioner 11) untuk
jagung, sedangkan pada teknologi anjuran menggunakan varietas Jatiluhur untuk
padi dan Bisma untuk jagung. Pada penanaman padi gogo dan jagung, petani
hanya menggunakan pupuk ZA dan pupuk kandang dengan pengendalian hama
penyakit sekedarnya. Petani menanam padi gogo dengan cara disebar dan
larikan, sehingga membutuhkan benih yang lebih banyak dibanding dengan cara
penanaman ditugal. Hasil pengkajian pada musim tanam I menunjukkan bahwa
dari ketiga varietas padi gogo yang ditanam (Jatiluhur, Slegreng dan IR-64)
memerlukan waktu berkecambah yang sama yaitu sekitar 7 hst, umur berbunga
dan panen yang berbeda. Panen paling cepat pada IR-64 dan paling lambat pada
Jatiluhur. Pada jagung hibrida waktu berkecambah 7 hst, sedangkan pada Bisma
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
20
tidak seragam yaitu 7 – 10 hst. Waktu berbunga dan panen jagung hibrida 5 hari
lebih cepat dibanding dengan Bisma. Perbedaan pertumbuhan dan hasil padi
gogo maupun jagung antar teknologi yang diuji di samping disebabkan oleh
perbedaan komponen budidaya yang digunakan juga oleh penggunaan varietas
yang berbeda. Hasil padi gogo tertinggi pada teknologi anjuran (var Jatiluhur)
dengan hasil gabah kering 2,2 kg/4m2, tetapi berhubung mempunyai keragaan
tanaman yang tinggi maka padi gogo tersebut kalau ada angin mudah rebah,
sedangkan terendah pada teknologi petani (var IR-64) dengan hasil gabah kering
1,0 kg/4m2. Hasil jagung tertinggi pada teknologi kesepakatan (var Bisi 2 dan
Pioner 11) dengan hasil biji kering 2,6 kg/4m2 dan terendah pada teknologi petani
(var Bisi 2 dan Pioner 11) dengan hasil biji kering 1,9 kg/4m2.
2.3.6 Pengembangan Model Usahatani Konservasi Kentang dan Kobis Secara Partisipatif di Lahan Kering Dataran Tinggi
Penanaman sayuran di lahan kering dataran tinggi umumnya lebih
diupayakan untuk peningkatan produksi, sehingga masalah konservasi seringkali
diabaikan, yaitu petani menanam sayuran pada guludan searah lereng .
Teknologi seperti itu menyebabkan erosi Perbaikan budidaya kentang dan kobis
dengan penanaman secara kontur, dan guludan miring 450 merupakan teknologi
yang efektif mengendalikan erosi maupun run off serta dapat meningkatkan
produktivitas lahan (M. Soleh, 2002), Namun teknologi tersebut masih perlu
dikembangkan agar lebih efektif dan efisien . Dalam rangka itu dilokasi yang
sama (Desa Argosari/1350 m, dpl, Kec. Senduro, Lumajang), pada kelerengan
33%, MH 2003, telah dilaksanakan pengkajian pengembangan model teknoogi
konservasi tersebut berupa penanaman kobis dan kentang pada (1) guludan
searah lereng tanpa strip tanaman , sebagai pembanding (2) guludan searah
lereng disertai strip tanaman pakan ternak (3) guludan searah kontur disertai strip
tanamn, (4) guludan miring 450 diertai strip tanamn, dan Pengkajian dilaksanakan
di lahan petani. Rancangan disusun secara RAK, dimana setiap perlakuan
diulang 3 kali. Diamati besarnya Erosi, hasil, respon petani. Hasil pengkajian
memperlihatkan tidak terdapat perbedaan pertumbuhan vegetatatif, maupun
serangan penyakit. Selama satu musim tanam jumlah curah hujan 867,00 mm.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
21
Pada kontrol terjadi run off sebesar 453,22 m3 dan erosi sebesar 14,02 t/ha.
Dengan gulud arah lereng disertai strip tanaman run off dapat ditekan 22,53%
dan erosi 22,60%, dengan gulud searah kontur disertai strip tanaman run off
ditekan sampai 33,89 dan erosi tertekan sampai 36,56%, sedangkan dengan
gulud miring 450 disertai strip kroping, run off dapat dikurangi sampai 25,82% dan
erosi 28,01%. Produksi kentang maupun Kobis tertinggi dicapai oleh penanaman
pada gulud miring 450 disertai strip tanaman. Dengan gulud miring 450 terjadi
kenaikan hasil sebesar 26,52 %, sedangkan pada gulud searah kontur disertai
strip tanaman terjadi peningkatan sebeesar 14,-03%. Besarnya hasil pada gulud
miring utamanya didukung oleh persentase bobot dan jumlah umbi besar yang
lebih dari yang lain. Kenaikan bobot kobis pada pola gulud miring disertai strip
tanaman mencapai 26,71%, sedangkan pada gulud kontur meningkat 16,77 %
daripada gulud arah lurus lereng. Ditinjau dari analisa ekonomi usahatani kentang
dan kobis baik pada semua model gulud layak dilakukan karena R/C rasionya
diatas satu (antara 1, 29 s/d 1,67), namun bila ditinjau dari berbagai keuntungan
lain baik materi maupun resiko erosi usahatani dengan pola gulud miring 450
disertai strip tanamn pakan ternak (rumput gajah) lebih layak dilaksanakan.
Produksi rumput gajah panen awal (t/ha) yang diperoleh masing masing dari strip
tanaman pada gulud searah lereng, searah kontur, dan miring 450 adalah 51,00
; 44,50 ; dan 28,50. Hasil sebesar itu memungkinkan petani dengan kepemilikan
lahan 1 ha untuk memelihara 2 ekor sapi perah dengan sumber pakan mengambil
dari kebun sendiri.
2.4. PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI PERIKANAN RAKYAT DENGAN MODEL DESA PANTAI DI JAWA TIMUR
2.4.1. Pengkajian Teknologi Usaha Budidaya Ikan dengan Sistem Keramba Jaring Apung (KJA) di Laut
Budidaya dengan sistem KJA sudah cukup dikenal di wilayah pengkajian
(Kab Situbondo), dan ikan yang paling banyak dibudidayakan adalah kerapu dari
berbagai jenis mulai yang paling murah sampai yang paling mahal. Berdasarkan
pengamatan terhadap teknologi budidaya yang diterapkan oleh masyarakat
setempat, terlihat masih adanya peluang perbaikan teknologi untuk meningkatkan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
22
efisiensi budiaya kerapu dengan sistem KJA antara lain adalah teknologi pakan.
Kerapu memang termasuk ikan buas yang memangsa ikan-ikan lainnya sehingga
pakan yang biasanya digunakan oleh pembudidaya kerapu sistem KJA adalah
cincangan ikan rucah segar. Namun, dari aspek nutrisi, ikan rucah saja belum
cukup sehingga diperlukan bahan tambahan lainnya untuk melengkapi kebutuhan
nutrisi kerapu agar bisa tumbuh dengan cepat dengan sintasan yang relatif tinggi.
Dalam pengkajian yang dilaksanakan pada tahun 2003 ini, kerapu diberi
pakan campuran yang terdiri dari ikan rucah (70%) dan kedele (30%). Kerapu
yang digunakan adalah kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan
ukuran 100-150 gram per-ekor dengan padat penebaran 50 ekor/m³. Pakan yang
diberikan sebanyak 7-9% dari bobot biomassa sekali sehari dan parameter yang
diamati antara lain pertumbuhan ikan, sintasan, berat total, produksi akhir, FCR
(Feed Conversion Ratio), kondisi perairan (salinitas, suhu dan pH) serta analisis
finansial/ekonomis. Pengamatan dilakukan sebulan sekali selama masa
pemeliharaan 4 bulan. Namun, karena terjadi badai yang merusak KJA,
pengamatan hanya bisa dilakukan sampai dengan bulan ke 3. Hasil pengamatan
pembesaran ikan kerapu dalam KJA ini memperlihatkan bahwa tingkat
pertumbuhan rata-rata harian (DGR) sampai bulan yang ketiga adalah 0,96% dan
rasio konversi pakan (FCR) 12,37 dengan daya kelangsungan hidup (SR)
sebesar 88,15%. Bila dibandingkan dengan teknologi modifikasi dan teknologi
nelayan, hasil yang dicapai sampai masa pemeliharaan 3 bulan ini memang
masih lebih rendah, namun, hasil analisis usaha (potensial) memperlihatkan
bahwa usaha pembesaran dengan pemberian pakan campuran ini memberikan
R/C ratio 1,50. Adopsi teknologi pengkajian oleh masyarakat diperkirakan akan
mampu menciptakan simpul-simpul agribisnis di sekitar lokasi pengkajian yang
diharapkan bisa meningkatkan perekonomian daerah.
2.4.2. Prospek Pengembangan Alat Pengering Mekanik dalam Mendukung Pengolahan Ikan Kering di Situbondo, Jawa Timur
Pengkajian pengeringan ikan asin dengan menggunakan alat pengering
mekanis dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah di daerah Situbondo
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
23
akan bermanfaat dalam mendukung perkembangan pengolahan produk ikan asin
di lokasi tersebut. Uji coba dilakukan pada saat musim penghujan berlangsung
yaitu bulan Januari – Juli 2003 di daerah Bungatan dan Kilensari yang merupakan
sentra pengolahan ikan asin didaerah Situbondo. Model yang digunakan dalam
kajian ini adalah demo langsung pengoperaian alat pengering dengan melibatkan
nelayan pengolah yang ada di lokasi tersebut. Hasil pengkajian menunjukan
bahwa alat pengering mekanis dapat mengeringkan ikan basah sebanyak 200 kg
dalam waktu 10 jam. Dari hasil diskusi dengan nelayan pengolah dapat
disimpulkan bahwa penggunaan alat pengering mekanis secara teknis sangat
dibutuhkan, namun untuk pengadaan unit alatnya masyarakat terbentur pada
masalah permodalan. Untuk mendukung dan merangsang nelayan pengolah
agar dapat dan mampu menggunakan alat pengering mekanis diperlukan adanya
pengkajian lebih lanjut dengan fokus pada desain dan prototipe. Dengan
dilakukannya kajian lebih lanjut diharapkan akan diperoleh unit pengering
mekanis yang tepat guna, yaitu murah dari segi harga sehingga nelayan mampu
dalam pengadaan alat.
2.4.3. Studi Uji Konsumen Produk Ikan Asar di Malang Jawa Timur
Studi tentang prospek penerimaan produk olahan ikan asar oleh
masyarakat di daerah Malang telah dilakukan pada bulan Juni - Nopember 2002.
Dalam studi ini digunakan bahan baku jenis tongkol (cakalang). Sebagai
perlakuan adalah jenis bahan bakar yang digunakan untuk mengasar. Adapun
bahan bakar yang digunakan adalah : 1) tempurung yang ditambah dengan
serabut kelapa, 2) limbah kayu jati dan 3) kombinasi antara limbah kayu jati
ditambah dengan tempurung dan serabut kelapa. Pengamatan hasil uji
penerimaan konsumen terhadap produk olahan menunjukkan bahwa
konsumen/responden lebih menyukai produk ikan asar yang diolah dengan
bahan tempurung kelapa dicampur serabut kelapa (perlakuan 1), yang kemudian
diikuti dengan bahan bakar limbah kayu jati (perlakuan 2). Untuk perlakuan 1 dan
perlakuan produk olahan dapat diterima masyarakat dengan kategori biasa
sampai dengan suka. Sedangkan untuk produk dengan bahan bakar tempurung
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
24
kelapa ditambah serabut yang dikombinasikan dengan limbah kayu jati kurang
diterima oleh panelis, dimana rata-rata penerimaan dengan kategori kurang suka
2.5. KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI JAWA TIMUR
2.5.1. Pengkajian Model Pengembangan Agribisnis Mangga
Salah satu masalah utama dalam pengembangan agribisnis mangga
Arumanis adalah rendahnya produksi dan mutu buah yang dihasilkan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mencari model pengembangan dalam agribisnis
atau pengelolaan kebun dan pengolahan mangga Armanis spesifik lokasi.
Pengkajian dilakukan pada 100 pohon tanaman mangga Arumanis di desa
Lowayu, kecamatan Dukun, kabupaten Gresik, dengan melibatkan 10 petani
kooperator dalam kelompok tani “Taman Tani”. Petani kooperator diminta untuk
menerapkan pengelolaan kebun dan pengolahan mangga mutu rendah. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa petani kooperator dapat meningkatkan tanaman
mangga yang berbuah dari 71 % menjadi 87 %, produksi meningkat dari 5,54
kg/pohon menjadi 9,58 kg/pohon. Namun mutu buah masih rendah, yaitu hanya
sekitar 4,31 % (buah ukuran > 400 g) yang diterima oleh eksportir. Wanita tani
dapat menerima pengolahan jeli agar dengan karagenan, karena pengolahan
yang relatif mudah, singkat dan rasa dapat diterima oleh panelis. Penjualan
dengan cara digrade dan mengolah mangga mutu rendah menjadi jeli agar
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dari Rp.3.150,-/pohon menjadi
Rp.8.010,-/pohon.
2.5.2. Pengkajian Sistem Usahatani (SUT) Mendukung Pengembangan Agribisnis Pisang
Hingga saat ini sebagian besar petani mengusahakan tanaman pisang
masih sebagai tanaman sela atau dalam skala sempit dengan bibit mutu rendah
dan teknologi budidaya sangat rendah. Pengembangan usahatani pisang dapat
dilakukan di lahan kering yang arealnya masih tersedia cukup luas. Untuk
mendukung keberhasilan pengembangan usahatani pisang tersebut, diperlukan
rakitan teknologi sistem usahatani pisang ambon kuning spesifik lokasi lahan
kering yang efisien. Untuk memperoleh rakitan tersebut dilakukan pengkajian di
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
25
desa Olehsari kecamatan Glagah kecamatan Banyuwangi pada tahun 2002
hingga 2003 menggunakan “On Farm Research” melibatkan 4 petani kooperator
sebagai ulangan. Rancangan percobaan menggunakan petak berpasangan.
Untuk menanggulangi penyakit fusarium dilakukan penelitian super imposed
dengan perlakuan agensia hayati Trichoderma Sp, Penicillium Sp dan
Gliocladium Sp. Hasil pengkajian menunjukkan : Rakitan teknologi sistim
usahatani pisang ambon kuning di lahan kering dengan menerapkan input tinggi
(bibit dari kultur jaringan dan dosis pupuk optimal) pertumbuhan pisang ambon
kuning yang ditanam pada lahan kering hingga umur 9 bulan adalah yang terbaik
dengan menerapkan teknologi input tinggi dan diikuti oleh teknologi madya.
Produksi yang dicapai dengan menggunakan input tinggi memberikan nilai
penerimaan lebih tinggi 1,163 kali (116,3 %) dibanding input madya dan cara
petani 1,38 kali (138 %) Dari hasil wawancara petani disekitar lokasi pengkajian,
pengrajin pengolahan pisang ambon kuning adalah berupa kripik pisang ambon
kuning, sedangkan kegiatan pengrajin sale pisang berada diluar lokasi
pengkajian. Kriteria bahan baku untuk kripik adalah pisang dengan tingkat
kematangan 70 % dan untuk sale pisang adalah pisang dengan tingkat
kematangan 90 %. Pemasaran kripik pisang 100 % ke Gilimanuk sedangkan
sale pisang yang paling banyak dilakukan di Bali.
Tabel 1. Analisis Ekonomi Sistem Usahatani Pisang Ambon Kuning Umur 16 Bulan Di Lahan Kering Banyuwangi. Mh 2002-2003
No U r a i a n Input tinggi
(Rp 000 /ha) Input Madya (Rp 000 /ha)
Petani (Rp 000 /ha)
1 Biaya produksi
Usahatani pisang
Usahatani tanaman sela
Total biaya
17.146,0 14.355,0 31.501,0
15.218,0 6.780,0 21.998,0
13.014,1 1.560,0
14.574,1
2 Penerimaan
Usahatani pisang
Usahatani tanaman sela Total penerimaan
65.340,0 26.750,0 92.090,0
56.160,0 10.812,0 66.972,0
41.300,0 4.260,0
45.560,0
3 Pendapatan
Usahatani pisang
Usahatani tanaman sela Total penerimaan
48.194,0 12.395,0 60.689,0
40.942,0 4.032,0 44.974,0
28.285,9 2.700,0
30.985,9
4 B/c ratio 2,64 2,88
Keterangan : *). Perbandingan tambah penerimaan terhadap tambahan biaya dari input tinggi dengan input madya
*). Perbandingan tambah penerimaan terhadap tambahan biaya dari input madya dengan cara petani
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
26
2.5.3. Kajian Pengembangan Agribisnis Kentang Dataran Medium
Pengkajian bertujuan untuk memperoleh umur panen kentang varietas
Atlantik yang ditanam di dataran medium sebagai bahan baku untuk olahan,
meningkatkan mutu dan pendapatan petani. Pengkajian dilaksanakan di lahan
petani di Sumberpucung-Malang dari bulan Januari 2003 sampai dengan
Desember 2003. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3
perlakuan dan 5 ulangan. Sebagai perlakuan adalah umur panen 60 hari setelah
tanam (HST), 70 HST dan 80 HST, sedangkan ulangannya terdiri dari 5 petani
kooperator. Parameter yang diamati, komponen agronomi (tinggi tanaman, jumlah
batang utama, produksi umbi dan jumlah umbi per tanaman), komponen pasca
panen (kadar pati, warna, tekstur, dan rasa), serta biaya dan pendapatan
usahatani. Hasil pengkajian menunjukkan : pertumbuhan tinggi tanaman
mencapai optimal umur 30 HST, umur panen 60 HST, 70 HST dan 80 HST
menghasilkan jumlah batang utama yang sama yaitu 6-7 batang. Produksi umbi
dan jumlah umbi/tanaman tidak berbeda pada umur panen 60 HST, 70 HST dan
80 HST. Untuk mencapai umur panen yang optimal sebagai bahan baku olahan
berupa kripik dengan kadar pati tinggi (33,706%) , tanaman kentang varietas
Atlantik yang ditanam di dataran medium sebaiknya dipanen umur 70 hst.
Demikian juga hasil uji organoleptik terhadap kentang atlantik dataran medium
yang dipanen umur 70 hst memberikan warna, kerenyahan dan rasa paling
disukai panelis. Nilai tambah produk yang diperoleh petani dengan mengolah
umbi kentang menjadi kripik mencapai Rp 3.375,-/kg bahan baku. Usahatani
kentang varietas Atlantik yang ditanam di dataran medium membutuhkan biaya
produksi Rp 29.843.500,-/ha dengan pendapatan Rp 38.681.500,-/ha serta
memberikan pemanfaatan modal usaha yang efisien (R/C ratio 2,30).
2.5.4. Kelimpahan Populasi Hama pada Kajian Teknik Produksi Bibit Kentang
Kentang komoditas sayuran bernilia ekonomi tinggi, harganya
stabil, dan sumber karbohidrat sebagai diversifikasi pangan. Permintaan
Jawa Timur terus meningkat setiap tahunnya. Kendala produksi adalah
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
27
rendahnya kualitas bibit yang di tanam dan gangguan hama dan penyakit.
Pengkajian di laksanakan di Dusun Penampungan, Kecamatan Senduro,
Kabupaten Lumajang, mulai Juni hingga Nopember 2003. Perlakuan yang
di coba adalah membandingkan teknologi introduksi dengan teknologi
petani. Rancangan yang di gunakan petak berpasangan, ukuran plot 12 m
x 10 diulang sebanyak 3 kali. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa
perkembangan populasi hama secara umum sejalan dengan pertumbuhan
tanaman. Pada petakan introduksi perkembangan populasi hama lebih
rendah di bandingkan dengan petakan petani. Kelimpahan populasi hama
selama satu musim tanam relative masih rendah dan umumnya masih di
bawah ambang ekonomi yang telah ada. Kelimpahan terendah (0,12)
untuk P operculella dan tertinggi (2,18) untuk aphid.
2.6. PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DAN PEMBERDAYAAN WANITA DALAM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PEDESAAN
2.6.1. Pengkajian Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pengolahan Pangan Pedesaan
Tujuan pengkajian adalah mendapatkan model penumbuhan dan
pengembangan kawasan industri rumah tangga pengolahan marning jagung
gepeng, tiwul instant/komposit serta keripik tempe di kabupaten Kediri. Tahapan
yang akan dilakukan merupakan upaya-upaya penumbuhan dan pengembangan
kawasan industri pengolahan marning jagung gepeng, tiwul instant/komposit dan
keripik tempe di kabupaten Kediri, yang meliputi pemberdayaan wanita dalam hal
mengolah marning gepeng, tiwul instant/komposit serta keripik tempe. Kegiatan
pengkajian meliputi survei pendahuluan, uji teknologi di laboratorium, aplikasi
teknologi di tingkat perajin dan analisis mutu hasil. Pengamatan yang dilakukan
meliputi proses produksi, produktivitas dan beban tenaga kerja pria/wanita serta
mutu hasil olah. Dari hasil pengkajian telah diperoleh teknologi modifikasi BPTP
pengolahan marning gepeng dan keripik tempe yang renyah dan enak. Teknologi
yang disosialisasikan dan dilatihkan kepada perajin adalah teknologi modifikasi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
28
BPTP tersebut serta teknologi pengolahan tiwul instan (komposit) hasil
pengkajian BPTP sebelumnya. Beberapa perajin wanita di lokasi pengkajian telah
dapat menerapkan teknologi yang dilatihkan dengan hasil yang memuaskan.
Teknologi modifikasi marning gepeng telah diadopsi dan dikembangkan secara
komersial oleh seorang perajin wanita di lokasi pengkajian di desa Gabru
kecamatan Gurah kabupaten Kediri dengan produksi yang semakin meningkat,
dari 25 kg krecek/hari pada bulan September 2003 menjadi 70 – 80 kg/hari pada
bulan Januari 2004. Motivasi, semangat serta ketekunan perajin sangat
diperlukan dalam menjalankan usaha marning gepeng. Hal ini disebabkan karena
banyaknya titik-titik kritis dalam beberapa tahapan pengolahan yang harus
dikuasai perajin agar hasil marning gepeng mempunyai mutu yang memuaskan.
Pembuatan tiwul instan (komposit) telah disosialisasikan dan dilatihkan kepada
perajin di desa Junggo, kec. Mojo, kab. Kediri yang penduduknya mengkonsumsi
tiwul sebagai makanan pokok. Gaplek merupakan bentuk olahan sementara
sebelum diolah menjadi tiwul. Perajin wanita telah terampil dalam membuat tiwul
instan dan komposit dengan teknologi kesepakatan yaitu dari bahan baku gaplek
dengan hasil memuaskan. Teknologi modifikasi pengolahan keripik tempe yang
renyah dari BPTP telah disosialisasikan dan dilatihkan di desa Darungan, kec.
Pare, kab. Kediri. Terdapat beberapa perajin wanita yang telah terampil dalam
memproduksi keripik tempe tersebut dan berminat untuk memasarkannya ke kota
Kediri dan kota-kota lainnya, bersama-sama dengan produk kerupuk tempe yang
telah dipasarkan di pasar setempat. Pemanfaatan dan pembinaan Kelompok
Wanita dan Koperasi yang sudah ada perlu terus dilakukan dalam rangka
pengembangan agroindustri marning gepeng, tiwul instan (komposit) serta keripik
tempe di wilayah kabupaten Kediri, terutama dalam hal perbaikan kemasan dan
perluasan pasar. Model pengembangan agroindustri di ketiga lokasi pengkajian
akan dihasilkan pada pengkajian lanjutan dengan melibatkan perajin, kelompok
perajin wanita, aparat desa, dinas terkait serta para pelaku pasar.
2.6.2. Kajian Pengembangan Agroindustri Aneka Tepung di Pedesaan
Pengembangan aneka tepung di pedesaan dan pengolahan bahan
pangan lokal non beras menjadi produk olahan dapat meningkatkan ketrampilan,
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
29
menambah pendapatan ekonomi keluarga dan meningkatkan nilai komoditas.
Pengkajian dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen BPTP Jawa Timur dan di
tiga lokasi yaitu di desa Kenongo, kecamatan Jabung, di desa Sumbermanjing
kulon, kecamatan Pagak, dan di desa Telogorejo, kecamatan Pagak, kabupaten
Malang, pada bulan Januari sampai dengan Desember 2003 dengan
menggunakan tiga kelompok tani masing-masing berjumlah 20 orang petani.
Pengkajian terdiri dari (1) teknologi perbaikan mutu tepung terdiri dari perbaikan
proses dan penambahan alat pengayak tepung. (2) inovasi dan sosialisasi terdiri
dari pembuatan produk olahan berupa kue kering dan kue basah sebanyak 13
macam, (3) studi preferensi konsumen terdiri dari mengevaluasi produk olahan
berdasarkan nilai skor dinyatakan dalam 5 (sangat suka); 4 (suka); 3 (cukup
suka); 2 (kurang suka); dan 1 (tidak suka) terhadap warna, tekstur, aroma, dan
rasa, dan (4) membuka peluang pasar yaitu memasarkan produk olahan di toko-
toko dan kios.
Pengkajian perbaikan mutu tepung menghasilkan kualitas yang lebih baik
yaitu tepung lebih putih dan halus, kadar air lebih rendah (10%), memiliki daya
simpan lebih lama (> 9 bln), hasil produk olahan lebih halus dan memiliki tampilan
menarik. Sosialisasi berupa pelatihan dan pembinaan pembuatan produk olahan
sebanyak 13 macam masakan berupa kue-kue kering dan kue basah dengan
perbandingan bahan baku antara tepung kasava, tepung terigu, tepung tapeoka
dan tepung maisena, pada ketiga kelompok wanita tani sangat antusias dan
respon yang sangat tinggi (Tabel 1 dan Tabel 2).
Tabel 1. Persentase perbandingan bahan baku kasava, terigu dan tapioka, pada produk olahan yang disosialisasikan di tiga kelompok tani, Malang, 2003
Jenis produk olahan Tepung kasava
(%) Tepung terigu
(%) Tepung tapeoka
(%)
Kue Kenari I 50 50 -
Kue Kenari II 60 40 -
Kue Kenari III 70 30 -
Kue Stik Asin I 62,5 37,5 -
Kue Stik Asin II 70 30 -
Kue Stik Asin III 80 20 -
Kue Bidaran Asin I 40 - 60
Kue Bidaran Asin II 50 - 50
Kue Bidaran Asin III 60 - 40
Kue Bolu Gulung Kukus 100 - -
Kue Tart Mini 100 - -
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
30
Tabel 2. Persentase perbandingan bahan baku kasava dan maizena, pada produk olahan yang disosialisasikan tahap ke dua, Malang, 2003
Jenis produk olahan Tepung kasava
(%) Tepung maizena
(%)
Kue Sedap Rapuh 75 25
Kue Moka 100 -
Kue Semprit Coklat 100 -
Kue Kastengel 100 -
Kue Semprit Mentega 100 -
Kue Emping 100 -
Kue Butter Kokis 100 -
Hasil analisis statistik evaluasi produk olahan dari warga setempat
sejumlah 60 panelis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara produk
yang diuji dengan nilai skor rata-rata antara 3,200 - 4,133 yang dinyatakan dalam
cukup suka dan suka (Tabel 3).
Tabel 3. Angka rata-rata uji organoleptik terhadap warna, tekstur, aroma, dan rasa pada produk olahan.
Jenis Olahan No Nilai skor rata-rata uji Organoleptik
Warna Tekstur Aroma Rasa
Kue Bidaran 1 3.83 3.70 3.63 3.73 Kue Bidaran 2 3.93 3.40 3.26 3.56 Kue Bidaran 3 3.86 3.86 3.23 3.43 Kue Stik 4 3.70 3.33 3.56 3.63 Kue Stik 5 3.86 3.40 3.50 3.53 Kue Stik 6 3.76 3.70 3.60 3.76 Kue Kenari 7 3.86 3.33 3.60 3.46 Kue Kenari 8 3.86 3.73 3.43 3.63 Kue Kenari 9 3.80 3.63 3.20 3.66 Kue Bolu Gulung Kukus 10 3.96 3.96 3.66 3.80 Kue Tart Mini 11 4.13 3.90 3.83 3.96 BNT (0.05) - - - - CV (%) 8.23 9.24 7.50 10.33 Perlakuan tn tn tn tn
Memperkenalkan produk tepung kasava dan produk olahan kepada
masyarakat pelaksanaan masih terbatas pada sosialisasi, temu lapang, mengikuti
ekspose, pameran-pameran dengan menyebarkan lieflet, folder dan buku resep
masakan. Pemasaran produk olahan bahan baku tepung kasava berupa kue-kue
kering dan kerupuk telah dipasarkan di toko-toko, show room, kios-kios dan di
terminal agribisnis SPAAT Purwodadi Pasuruan, sedangkan produk gatot dan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
31
tiwul instant sudah dipasarkan sampai di beberapa kota di Jawa Timur (Malang,
Surabaya, Tuban dan Lamongan). Hasil produk yang dipasarkan masih
diupayakan perbaikan kemasan, label dan permohonan ijin Depkes RI.
2.7. KAJIAN PERBAIKAN SISTEM PERBENIHAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KOMODITAS UNGGULAN JAWA TIMUR.
2.7.1. Pengkajian Sistem Pebanyakan Benih Bs dan Galur Harapan Padi Unggulan Jawa Timur
Untuk mendapatkan benih BS padi guna mencukupi kebutuhan benih
sumber bagi BPTP Jawa Timur dan Dinas Instansi terkait, maka dilaksanakan
pengkajian sistem perbanyakan benih BS dan galur harapan padi seluas 0,6 ha,
di kebun percobaan Malang BPTP Jawa Timur, pada musim kemarau 2003 dan
musim penghujan 2003/2004. Varietas dan galur harapan yang duji adalah (1)
Bondoyudo, (2) Kalimas, (3) Cibogo, (4) Cempo Lulut, (5) Sidomuncul, dan (6)
Slegreng. Varietas Bondoyudo, Kalimas, dan Cibogo (Bogor C-3) adalah varietas
baru hasil pelepasan varietas baru oleh Dewan Pelepas Varietas Nasional atas
usul dari BPTP Jawa Timur pada tahun 2000 dan 2003, sedangkan varietas
Cempo Lulut, Sidomuncul, dan Slegreng adalah varietas lokal hasil seleksi BPTP
Jawa Timur tahun 2000 dan 2001. Varietas lokal Cempolulut berasal dari daerah
Malang, Sidomuncul berasal dari daerah Bondowoso, dan varietas lokal Slegreng
berasal dari daerah Pacitan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa tinggi
tanaman baik pada MK maupun MP paling tinggi dicapai oleh varietas
Cempolulut, jumlah malai/rumpun pada MK paling banyak dicapai oleh varietas
Kalimas, pada MP dicapai oleh varietas Slegreng. Jumlah gabah isi/malai paling
banyak dicapai pada MK oleh varietas Kalimas, dan pada MP dicapai oleh
varietas Slegreng. Produksi benih paling tinggi baik pada MK dan MP dicapai oleh
varietas Kalimas.
2.7.2. Karakterisasi Calon Varietas Unggul Kesemek, Sawo, Durian, dan Apokat Spesifik Lokasi Jawa Timur
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis buah-
buahan tropis Indonesia adalah tidak kontinyunya suplai buah, rendahnya
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
32
kualitas buah, dan sedikitnya suplai buah berkualitas, serta tingginya harga buah-
buahan Indonesia. Hal ini akan menyebabkan rendahnya daya saing buah-
buahan Indonesia di luar negeri , bahkan di dalam negeri . Di antara
permasalahan tersebut , masalah produktivitas dan kualitas buah telah diketahui
dikendalikan oleh faktor genetik. Karenanya , pemuliaan buah-buahan tropis
perlu diutamakan pada karakter tersebut. Dukungan potensi alam dan potensi
plasma nutfah buah-buahan Indonesia sangat besar untuk pengembangan buah-
buahan tropis Indonesia menjadi komoditas unggulan. Dengan kekayaan plasma
nutfah tersebut , seharusnya Indonesia mempunyai cukup banyak varietas/klon
buah-buahan yang unggul. Salah satu kegiatan yang dapat mendukung
munculnya varietas unggul buah-buahan tropis di Jawa Timur antara lain
dengan cara mengidentifikasi dan mengkarakterisasi calon varietas unggul buah-
buahan spesifik lokasi Jawa Timur serta menentukan calon pohon induk
tunggalnya untuk pengembangan lebih lanjut dan mengajukan usulan pemutihan
varietas. Hal ini dilakukan secara bertahap pada pengkajian inventarisasi ragam
kultivar hortikultura unggulan Jawa Timur yang dilakukan mulai tahun 2002.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa durian asal Ngantang yaitu durian Depok
dan Tarum merupakan unggulan dari Ngantang-Malang yang saat ini mulai
dilakukan perbanyakan bibitnya secara klonal baik melalui sambung mini maupun
top working yang dilakukan pada tanaman dewasa. Selain itu juga dibentuk
kebun induk durian in situ dengan melibatkan petani setempat . Karakterisasi
varietas kesemek di kabupaten Malang memperoleh calon varietas unggul
kesemek varietas Junggo (Batu) yang mempunyai kualitas buah leih baik
dibandingkan kesemek varietas Tirtoyudo dan lebih disukai oleh konsumen luar
negeri seperti Singapura karena buah lebih besar dan rasa lebih renyah.
Demikian juga dengan calon varietas unggul sawo asal Pare-Kediri yang
memiliki rasa buah sangat manis, tidak terasa berpasir dan rasa buah renyah
(tidak lembek). Sedangkan di daerah Junrejo-Batu diperoleh berbagai variabilitas
apokat yang memiliki kualitas buah unggul yang perlu pengembangan lebih
lanjut.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
33
2.8. PENGKAJIAN ADOPSI DAN DAMPAK TEKNOLOGI SISTEM USAHA PERTANIAN SERTA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ASLI PEDESAAN
2.8.1. Kajian Adopsi dan Dampak Teknologi Teknologi Unggulan BPTP Jawa Timur
Kajian adopsi dan dampak teknologi unggulan BPTP Jawa Timur yang
dikaji meliputi teknologi ; (1) efisiensi penggunaan input pada sistem usahatani
padi, (2) pengelolaan tanaman terpadu pada usahatani padi, (3) padi – udang
windu (Pandu), (4) alat tabur benih langsung (Atabela) pada usahatani padi dan
(5) penyebaran varietas unggul padi (Bondoyudo dan Kalimas). Lokasi
pengkajian adopsi dan dampak teknologi ini adalah wilayah yang pernah
dilakukan kegiatan pengkajian dari teknologi unggulan tersebut, kecuali
penyebaran varietas unggul padi. Pengkajian ini menggunakan metode survei
yang dilakukan pada bulan Juli – September 2003. Kajian ini bertujuan (1)
diperolehnya informasi tingkat adopsi dan difusi teknologi unggulan BPTP Jawa
Timur dan (2) diperolehnya informasi dampak kegiatan pengkajian teknologi
unggulan terhadap jumlah petani adopter, luas areal, produktivitas dan
pendapatan usahatani. Hasil kajian adopsi dan dampak teknologi adalah sebagai
berikut ;
1. Efisiensi Penggunaan Input Pada Sistem Usahatani Padi
Teknologi anjuran yang telah diadopsi oleh petani peserta di kabupaten
tersebut sekitar 64 % (Lumajang) dan 44 % (Probolinggo). Sedangkan teknologi
anjuran yang terdifusi oleh petani non peserta mencapai 39 % (Lumajang) dan
24 % (Probolinggo). Diantara keempat komponen teknologi anjuran, yang terdiri
dari (1) penggunaan varietas unggul baru dan umur bibit yang ditanam, (2) jumlah
bibit per-rumpum dan cara tanam, (3) penggunaan bahan organik serta (4)
pemupukan rasional, ternyata penggunaan bahan organik yang paling tinggi
diadopsi oleh petani peserta di Lumajang, sedangkan di Probolinggo adalah
penggunaan varietas unggul baru. Tingkat difusi yang tertinggi di Lumajang
terdapat pada penggunaan bahan organik, sedangkan di Probolinggo adalah
jumlah bibit per-rumpun dan cara tanam. Jumlah petani adopter petani peserta
dan petani non peserta untuk kabupaten Lumajang pada musim hujan 2002/2203
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
34
cukup banyak, yaitu 3.278 orang dengan areal dampak 885 ha. Sedangkan di
Probolinggo jumlah adopternya hanya 667 orang dengan areal dampak 403 ha.
Pada musim tersebut dampak produksi padi di Lumajang cukup tinggi, yaitu
mencapai 4.428 kw GKP (Rp 531 juta) dengan dampak bersih Rp 462 juta,
sedangkan di Probolinggo 806 kw GKP (Rp 96 juta) dengan nilai dampak bersih
Rp 27 juta.
2. Pengelolaan Tanaman Terpadu Pada Usahatani Padi Sawah
Teknologi anjuran yang telah diadopsi oleh petani peserta di kabupaten
tersebut sekitar 64 % (Malang) dan 67 % (Blitar). Sedangkan teknologi anjuran yang
terdifusi oleh petani non peserta mencapai 32 % (Malang) dan 31 % (Blitar).
Diantara keempat komponen teknologi anjuran, yang terdiri dari (1) penggunaan
varietas unggul baru dan umur bibit yang ditanam, (2) jumlah bibit per-rumpum dan
cara tanam, (3) penggunaan bahan organik serta (4) pemupukan rasional, ternyata
jumlah bibit per-rumpun yang paling tinggi diadopsi oleh petani peserta di Malang,
sedangkan di Blitar adalah penggunaan bahan organik. Tingkat difusi yang tertinggi
di Malang terdapat pada penggunaan bahan organik, sedangkan di Blitar adalah
jumlah bibit per-rumpun dan cara tanam. Jumlah petani adopter petani peserta dan
petani non peserta untuk kabupaten Malang pada musim hujan 2002/2203 mencapai
230 orang dengan areal dampak 86 ha. Sedangkan di Blitar jumlah adopternya
cukup banyak yaitu mencapai 903 orang dengan areal dampak 363 ha.. Selama
musim tersebut dampak produksi padi di Malang baru mencapai 608 kw GKP (Rp 72
juta) dengan dampak bersih - Rp 41 juta, sedangkan di Blitar mencapai 1.306 kw
GKP (Rp 156 juta) dengan dampak bersih Rp 42 juta. Pengkajian PTT di Malang
dalam musim hujan 2002/2003 belum memberikan dampak secara komersial,
sebaliknya di Blitar sudah memberikan dampak komersial. 3. Padi Udang-Windu
Teknologi anjuran yang telah diadopsi oleh petani peserta di kabupaten
tersebut sekitar 31 %. Sedangkan teknologi anjuran yang terdifusi oleh petani non
peserta mencapai 14 %. Rakitan teknologi yang dianjurkan pada saat dilakukan
pengkajian Pandu, terdiri dari empat komponen, yaitu (1) pengolahan tanah dan
ukuran caren, (2) cara tanam padi dan benih udang windu, (3) pemupukan rasional
serta (4) pengendalian hama penyakit dengan pestisida nabati dan pengaturan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
35
ketinggian air. Dari keempat komponen teknologi anjuran tersebut, ternyata
pengolahan tanah dan ukuran caren yang banyak diadopsi oleh petani peserta, yaitu
masing-masing 6 %. Dari empat komponen teknologi anjuran, tingkat difusi yang
tertinggi terdapat pada 4 %. Jumlah petani adopter petani peserta dan petani non
peserta pada musim kemarau 2003 mencapai 382 orang dengan areal dampak 301
ha. Selama musim tersebut tersebut, dampak produksi padi mencapai 1.509 kw GKP
(Rp 181 juta), udang windu 120 kw (Rp 442 juta) dengan dampak bersih Rp 478
juta.
4. Alat Tabur Benih Langsung
Penggunaan Atabela di sawah tambak di kecamatan Glagah merupakan
dampak dari pengkajian SUTPA I tahun 1997/1998 yang dilakukan di kecamatan
Kedungpring, Lamongan. Teknologi Atabela ini pada tahun 1999 telah diadopsi
oleh petani sawah tambak di kecamatan tersebut sebanyak 15 orang seluas 11
ha dan pada tahun berikutnya jumlah petani adopter berserta luasnnya semakin
meningkat. Jumlah petani adopter pada musim kemarau 2003 sebanyak 551
orang dengan luas areal dampak 413 ha. Dalam musim tersebut dampak
produksi padi mencapai 5.603 kw GKP (Rp 672 juta), udang windu 64 kw (Rp
226 juta) dan bandeng 107 kw (Rp 43 juta) dengan dampak bersih Rp 941 juta.
Disamping itu juga teknologi Atabela pada musim tersebut telah berdampak pada
penghematan biaya produksi sebesar Rp 171 juta.
5. Varietas Unggul Padi Varietas Kalimas dan Bondoyudo
Pada saat ini varietas padi Kalimas dan Bodoyudo telah tersebar di
beberapa wilayah di Jawa Timur. Penyebaran yang terluas terdapat di
kabupaten Tuban, yaitu pada musim hujan 2002/2003 seluas 1.538 ha
(Kalimas) dan 1.718 ha (Bondoyudo). Kedua varietas tersebut telah
diadopsi oleh petani sebanyak 3.076 orang (Kalimas) dan 3.436 orang
(Bondoyudo). Pada musim tersebut dampak produksi padi varietas
Kalimas mencapai 11.227 kw GKP dan Bondoyudo 5.998 kw GKP dengan
dampak bersih Rp 1,3 milyard (Kalimas) dan Rp 1,8 milyard
(Bondoyudo).
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
36
2.9. UJI MULTI LOKASI DAN PAKET TEKNOLOGI UNGGULAN BALIT KOMODITAS (JARINGAN LITKAJI)
2.9.1. Pemuliaan Padi Secara Partisipatif
Selama tahun 2003, BPTP Jawa Timur melaksanakan 5 kegiatan, yakni
seleksi material pedigree di KP Mojosari sebanyak 419 galur, terpilih 1,194
rumpun, sebagian dilanjutkan dalam kegiatan seleksi observasi di Mojosari pada
tahun 2003 dan sebagian yang lain dilaksanakan di KP. Genteng dan KP.Ngale
pada tahun 2004. Selain itu pada tahun 2003 di seleksi pula material uji daya
hasil pendahuluan di KP.Ngale, KP.Mojosari, dan KP.Genteng. Kegiatan seleksi
pedigree dan observasi ini menggunakan petak tanpa ulangan 5 m x 1 m, per
galur dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm, 1 tanaman/lubang. Kegiatan pedigree
dilakukan seleksi per rumpun, sedang seleksi observasi dilakukan seleksi per
petak. Hasil seleksi observasi di KP. Mojosari pada MK-2003 di peroleh 39 galur
yang akan dlanjutkan pada uji daya hasil pendahuluan pada MT 2004. Untuk uji
daya hasil di rancang dengan acak kelompok, ulangannya sesuai dengan jumlah
galur yang di uji. Uji daya hasil pendahuluan (DHP) yang dilaksanakan di Mojosari
di peroleh 28 galur yang dilanjutkan dalam uji daya hasil lanjutan (DHL) pada MK-
2003 menghasilkan 14 galur untuk diuji multilokasi yang akan datang sedang
UDL dari Genteng (29 galur) terpilih 10 galur dan di Ngale dari 20 galur terpilih 4
galur yang akan di uji dalam uji multilokasi. Uji multilokasi selama 2 tahun (MT
2002 dan 2003), didapat 5 galur harapan yang stabil yang rencananya di lepas
tahun 2004.
2.9.2. Galur Harapan Calon Varietas Unggul Padi Sawah
Luas tanaman padi di Jawa Timur sekitar 1,7 juta ha dengan keragaan
lahan yang cukup bervariasi, antara lain lahan kering, lahan asem-aseman, lahan
tambak dan lahan-lahan endemik hama atau penyakit utama. Luas lahan semakin
berkurang karena beralih fungsi, sedang jumlah penduduk terus bertambah.
Salah satu cara untuk meningkatkan hasil adalah penggunaan varietas unggul
baru baik unggul Nasional maupun spesifik lokasi.Penggunaan varietas unggul
spesifik lokasi menguntungkan karena dapat mengurangi resiko kegagalan tanpa
melakukan tambahan biaya dan aktivitas. Uji multi lokasi merupakan kegiatan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
37
lanjut dari metode seleksi yang berasal dari persilangan sebelum dilakukan
usulan pelepasan. Sedangkan Uji adaptasi bertujuan untuk menginformasikan
dan menyebar luaskan varietas-varietas unggul baru yang telah dilepas kepada
petani agar dapat memilih sendiri varietas yang sesuai dengan seleranya. Uji
multi lokasi dilaksanakan di delapan Kabupaten yaitu : Malang, Nganjuk,
Bojonegoro, Banyuwangi, Jombang, Madiun, Magetan dan Lumajang,.
Sedangkan uji adaptasi dilakukan di Malang dan Bojonegoro. Percobaan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Galur- galur yang
diuji pada UML sebanyak tujuh galur dari hasil UDHP 2001 dan lima galur dari
UML 2002 sebagai pembanding adalah Ir 64, Membramo dan Cibogo. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa galur BP 50f adaptif dilingkungan spesifik lahan
asem-aseman lumajang dengan hasil 7,11 ton/ha kadar air 18 % dengan
pembanding membramo 5,87 t/ha kadar air 18 %. Hasil rata-rata di delapan
lokasi masing-masing berurutan dicapai galur S3382-13 A (7,81 t/ha), S4814-2A
(7,66 ton/ha), S3459-7A (7,53 ton/ha) dan BP1072-24C (7,50 ton/ha) lebih tinggi
dari pembanding Cibogo (7,00 ton/ha), Membramo (6,54 ton/ha) dan Ir 64 (6,18
ton/ha). Galur-galur S3382-13 A, S4814-2A, S3459-7A, BP1072-24C dan BP154-
18B perlu diuji lebih lanjut pada musim yang berbeda dan berpeluang untuk
dilepas. Varietas Gilirang (11,80 ton/ha kadar air 15,7%)sangat adaptif
dilingkungan spesifik Bojonegoro (11,80 ton/ha) lebih tinggi dari pembanding
cibogo (10,00 ton/ha kadar air 16%).Varietas Gilirang juga adaptif di lokasi
Malang (10,87 ton/ha kadar air 16,5 %) tidak berbeda dengan pembanding
membramo (11,30 ton/ha kadar air 16,5 %).
2.9.3. Kajian Teknik Produksi Perbenihan Kentang Dataran Tinggi
Benih kentang merupakan masalah utama dalam usahatani kentang.
Propinsi Jawa Timur mempunyai potensi penyediaan kentang untuk memenuhi
kebutuhan Nasional yang terus meningkat. Hasil pengkajian teknik perbenihan
tingkat petani di Sumber Brantas dengan modifikasi jarak tanam dan asal benih
mampu meningkatkan jumlah umbi benih dengan R/C ratio 2.66 (Korlina et al.,
2001). Pengkajian bertujuan untuk memperoleh rakitan teknologi perbenihan
kentang yang mampu meningkatkan produksi umbi benih. Keluaran yang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
38
diharapkan dari kegiatan ini adalah tersedianya rakitan teknologi perbenihan
kentang dengan kualitas dan kuantitas yang optimum dan terjangkau oleh petani.
Manfaat yang diharapkan adalah petani produsen benih dapat menyediakan
benih/ umbi kentang secara tepat waktu. Pengkajian dilaksanakan di desa
Argosari, kec. Senduro, kab. Lumajang dari Januari sampai Desember 2003.
Pengkajian terbagi atas dua kegiatan Kegiatan (1) Rakitan teknologi produksi
perbenihan kentang dataran tinggi, Rancangan yang digunakan adalah Acak
Kelompok, 3 macam rakitan teknologi A,B,C (Tabel 1), dengan 3 ulangan.
Kegiatan (2) Penelitian Super Imposed: Kajian media tumbuh untuk perbanyakan
tunas kentang secara in vitro. Kajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok,
dengan 4 macam media tumbuh sebagai perlakuan diulang 6 kali. Bahan tanam
menggunakan tunas pucuk (shoot tip) dari umbi bibit kentang varietas Granola
kembang (G3).
Pengamatan meliputi komponen vegetatif dan produksi. Data keadaan
sosial ekonomi petani setempat dikumpulkan dengan metode wawancara dan
data sekunder. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kondisi kesuburan lahan di
lokasi pengkajian berdasarkan hasil analisa tanah termasuk lahan dengan
kesuburan sedang. Luas penanaman kentang di kecamatan Senduro, kabupaten
Lumajang menempati urutan ketiga setelah bawang daun dan kubis. Persentase
tumbuh umbi benih dari ke tiga rakitan teknologi mencapai 100%. Pada umur 1
dan 1½bulan setelah tanam 2 rakitan teknologi (A dan B) menunjukkan
pertumbuhan vegetatif yang lebih baik yaitu tanaman lebih tinggi dengan kanopi
lebih lebar secara nyata dibandingkan rakitan teknologi C, namun jumlah cabang
utama tidak berbeda nyata. Kelimpahan hama relatif rendah, tetapi persentase
serangan layu bakteri pada rakitan teknologi B relatif lebih tinggi saat pertunasan.
Rakitan teknologi B mampu menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan komponen
produksi yang lebih tinggi dari rakitan teknologi A dan C. Rakitan teknologi B
menghasilkan 0,83 kg umbi /rumpun , 79.31% umbi benih dengan R/C ratio 3.15
sedangkan rakitan teknologi A menghasilkan 0.57 kg umbi /rumpun, 67.47 %
umbi benih dengan R/C ratio 1.28 dan rakitan teknologi C menghasilkan 0.37 kg
umbi /rumpun, 76.01% umbi benih dengan R/C ratio 0.78.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
39
Hasil Super Imposed menunjukkan bahwa pola pertumbuhan eksplan
kentang secara in vitro dari keempat macam media tumbuh mulai meningkat
umur 2 minggu setelah tanam dan masih terus meningkat sampai pengamatan
umur 10 minggu setelah tanam. Pertumbuhan tinggi tunas yang dihasilkan dari
media tumbuh C (MS + 1.5 mg/l GA3) lebih cepat dan mempunyai pola yang
hampir sama dengan tinggi tunas yang dihasilkan dari media tumbuh B (MS +
0.01 mg/l IAA + 1.0 mg/l BA). Sedangkan pola pertumbuhan tinggi tunas dari
media A (MS + 0.5 mg/l NAA) hampir sama dengan pola pertumbuhan tinggi
tunas dari media D (MS). Pertumbuhan dan pemanjangan tunas dari perlakuan
eksplan pada media B (MS + 0.01 mg/l IAA + 1.0 mg/l BA) dan C (MS + 1.5 mg/l
GA3) lebih baik dan memacu pertumbuhan tunas tercepat. Komposisi media C
(MS + 1.5 mg/l GA3) meningkatkan pembentukan tunas, jml. ruas yang terbentuk
45 ruas per eksplan selama 60 hari pengkulturan, sedangkan media B (MS +
0.01 mg/l IAA + 1.0 mg/l BA) juga mampu menghasilkan umbi mikro setelah dua
kali sub kultur.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
40
Tabel 1. Susunan Rakitan Teknologi Perbenihan Kentang Uraian Rak, Teknologi A Rak, Teknologi B Rak, Teknologi C
1. Varietas Granola kembang Granola kembang Granola
2. Asal Bibit G3 Asal kultur jaringan G3 Asal kultur jaringan Umbi konsumsi dibelah 2, Dicelup lar. Fungisida + . semen
Dari petani
3. Peng. Lahan Tanah diolah sedalam 20 – 40 cm dibiarkan selama 1 - -2 minggu diratakan, dibuatat garitan-garitan dengan jarak 80 cm, pada garitan diberikan pukan.
Tanah diolah sedalam 20 – 40 cm dibiarkan selama 1-2 minggu diratakan, dibuatat garitan-garitan dengan jarak 80 cm
Tanah diolah sedalam 20 – 40 cm dibuatat garitan-garitan dengan jarak 70 cm
4. Jarak tanam 80 cm x 15 cm 70 cm x 25 cm 80 cm x 25 cm
5. Pemupukan/ha Pupuk kandang : 20 ton ZA : 500 kg KCl : 200 kg SP-36 : 300 kg Dolomit : 500 kg
Bokashi : 4 t/ha ZA : 500 kg/ha NPK : 1.000 kg/ha
Pukan : 10 ton Urea : 300 kg KCl : 200 kg SP-36 : 300 kg
6. Aplikasi Pupuk
Pukan: satu kali, 1minggu sebelum tanam ZA,SP36 dan KCl: dua kali, saat tanam dan 30 hari setelah tanam
Bokashi : satu kali, 1 2 minggu sebelum tanam ZA dan NPK diberikan : dua kali, saat tanam dan 30 hari setelah tanam
Pupuk kandang diberikan 1 mgg sbl.tanam, Urea,SP36 dan KCl:dua kali, saat tanam dan 30 hari setelah tanam
7. Pengairan Dilakukan saat tanam dan setelah pemupukan dengan cara disiram (disesuaikan dengan cuaca dan kebutuhan)
Dilakukan saat tanam dan setelah pemupuk an dengancara disiram (disesuaikan dengan cuaca dan kebutuhan)
Tanpa pengairan
8. Pengendalian H/P Macam Obat
Supracide, Dithane M-45, Ridomil, Antracol, Trigard dan perang kap hama
Supracide, Dithane M-45, Ridomil, Antracol, Trigard dan perang kap hama
Supracide, Dithane M-45, Ridomil, Antracol,
9. Takaran& Aplikasi Obat
Sesuai dosis anjuran Sesuai dosis anjuran Sesuai dosis anjuran
10. Penyiangan/ pengendalian gulma
Disesuaikandengan kea- daan gulma
Disesuaikandengan kea- daan gulma
Disesuaikan dengan keadaan gulma
11. Pembumbunan/ pengguludan
2kali: 3 dan 6 mst tinggi guld.40-50cm
4 kali : saat tanam dan 2,4, 6 dan 8 mst
1 kali pembumbunan
12. Panen Tanaman dipanen setelah daun menua dan berwarna kekuningan sekitar 120 hst
Tanaman dipanen setelah daun menua dan berwarna kekuningan sekitar 100 hst
Tanaman dipanen setelah daun menua dan berwarna Kekuningan.
2.10. ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI JAWA TIMUR
2.10.1. Indikator Pelaksanaan Pertanian di Jawa Timur
Keberhasilan pembagunan sektor pertanian tidak bisa dilepaskan dari
faktor kebijakan yang mendukungnya. Dalam rangka mendukung kebijakan
pembangunan pertanian yang efektif, efisien dan berkelanjutan diperlukan suatu
indikator baku yang dapat digunakan untuk evaluasi terhadap kinerja
pembangunan yang sedang berjalan dan hasilnya dapat dipakai sebagai bahan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
41
masukan untuk langkah antisipatif bagi penentuan kebijakan pada masa
selanjutnya. Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi kinerja dan prospek
pembangunan pertanian di Jawa Timur, dimana hasilnya diharapkan dapat
dipergunakan sebagai bahan masukan untuk menyusun kebijakan pembangunan
pertanian untuk masa selanjutnya.
Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan studi pustaka melalui
penelaahan data sekunder yang diperoleh dari instansi teknis terkait. Analisis
data dilakukan secara deskriptif berdasarkan angka dan tren pertumbuhannya.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pembangunan pertanian
selama masa pemulihan ekonomi menunjukkan pertumbuhan positif
dengan tingkat pertumbuhan rendah. Beberapa indikator yang
mendukung pertumbuhan sektor pertanian antara lain : (1) Pertumbuhan
ekonomi (PDRB) positif kecil (< 5% per tahun) dan relatif stabil, (2)
Pertumbuhan penyaluran kredit positif tinggi (>10% per tahun) tetapi
persentasenya terhadap total kredit kecil, (3) Ketersediaan pangan
meningkat dengan tingkat pertumbuhan rendah, (4) Nilai tukar petani
meningkat dengan tingkat pertumbuhan rendah dan agak fluktuatif, dan (5)
Jumlah penduduk miskin mengarah pada pertumbuhan negatif dengan
tingkat pertumbuhan rendah. Pada masa mendatang, sub sektor
perkebunan dan perikanan mempunyai peluang yang besar untuk
meningkatkan kontribusinya bagi pertumbuhan sektor pertanian. Peluang
sub sektor tanaman pangan dan peternakan untuk memberikan kontribusi
yang lebih besar terhadap pertumbuhan pertanian pada tahun mendatang
relatif berat.Dalam rangka memacu pertumbuhan sektor pertanian,
disamping peningkatan produktivitas, mutu hasil dan kualitas SDM juga
diperlukan dukungan kebijakan yang menyangkut penataan dan pemetaan
lahan pertanian, pemasaran dan harga, serta investasi dan kredit.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
42
2.10.2. Kelayakan Harga Susu di Tingkat Peternak Tahun 2003 di Jawa Timur
Tujuan pengkajian ini adalah mendiskripsikan kondisi aktual harga susu
layak tingkat peternak di sentra usahaternak sapi perah di Jawa Timur, dan
merumuskan faktor yang menyebabkan harga susu layak tingkat peternak tidak
adaptif dengan harga susu segar yang berlaku di pangsa pasar utama di Jawa
Timur. Pengkajian ini adalah penelitian deskriptif di usahaternak sapi perah di
Jawa Timur pada 2 periode musim, yakni pertama pada akhir musim hujan – awal
musim kemarau ( Mei-Juni 2003 ) dan kedua pada akhir musim kemarau – awal
musim hujan ( Nopember – Desember 2003 ) yang dilaksanakan dengan cara
survai di beberapa sentra usahaternak sapi perah di Jawa Timur. Responden
yang telah digunakan pada periode I sebanyak 156 peternak sapi perah dengan
350 ekor sapi laktasi; terbagi dalam strata Altitude, Tingkat kemapanan koperasi
persusuan primer dan Skala usaha. Sedang periode II sebanyak 153 peternak
dengan 484 ekor sapi laktasi; terbagi dalam strata persentase jumlah sapi laktasi
per unit kandang. Data primer diperoleh dengan cara wawancara menggunakan
kuisioner dan observasi langsung. Hasil pengkajian menunjukkan, bahwa rata –
rata harga susu layak tingkat peternak di Jawa Timur pada periode I dan II,
secara berurutan, adalah Rp. 2.083,- Rp. 796,- / liter, dan Rp. 2.290,- Rp.
975,- / liter. Harga susu layak tingkat peternak tidak dipengaruhi secara nyata
oleh faktor altitude lokasi usaha dan skala usaha ( 1 – 10 ekor ), tetapi faktor
status kemapanan koperasi persusuan berpengaruh nyata ( P < 0,05 ). Harga
susu layak tingkat peternak pada usahaternak sapi perah berlokasi di wilayah
kerja koperasi yang sudah mapan lebih tinggi daripada di koperasi baru
berkembang. Faktor kualitas sapi dan tingkat bulan laktasi berpengaruh nyata ( P
< 0,05 ) terhadap harga susu layak per individu sapi di tingkat peternak.
Usahaternak sapi perah dengan persentase jumlah sapi laktasi lebih tinggi dari
65 % ( Optimal ) mempunyai harga susu layak tingkat peternak lebih rendah
daripada kurang dari 65 % ( Non-optimal ), yaitu Rp. 1.880,- 613,-/ liter vs Rp.
3.080,- 1.061,-/ liter. Tingginya jumlah unit usahaternak sapi perah dalam
kondisi Non-optimal menyebabkan tingginya harga susu layak tingkat peternak di
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
43
Jawa Timur. Kesimpulan pengkajian ini adalah bahwa pada tahun 2003 di Jawa
Timur harga susu layak tingkat peternak belum adaptif terhadap harga susu
segar yang berlaku di pangsa pasar utama, tetapi masih terdapat peluang untuk
menekannya hingga dapat beradaptasi dengan harga susu yang berlaku.
Implikasi kebijakan yang disarankan terutama ditekankan pada pelaksanaan
program – program yang dapat memperbaiki efisiensi tatalaksana usahaternak
sapi perah yang ada ( existing condition ) di Jawa Timur.
2.11. PENELITIAN DAN PENGKAJIAN PENGELOLAAN TERPADU TANAMAN JERUK SEHAT DI KABUPATEN PONOROGO
2.11.1. Peningkatan Ketrampilan Petani dan Petugas untuk Pengelolaan Tanaman Terpadu Jeruk
Keberhasilan budidaya jeruk antara lain ditentukan oleh pengelolaan kebun
yang terencana dengan baik. Untuk mewujudkan hal tersebut serta mendukung
program pengembangan jeruk di Indonesia harus diupayakan adanya tambahan
wawasan bagi petani dan petugas lapang dalam bentuk pelatihan yang mengikuti
konsep “Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat” /PTKJS. Pelatihan bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan petani dan petugas dalam
mengelola kebun jeruk sehat, serta meningkatkan kerjasama antar kelompok tani
pengelola kebun jeruk.
Pelatihan diselenggarakan di Balai Desa Paringan, kecamatan Jenangan,
kabupaten Ponorogo pada tanggal 14 – 17 Oktober 2003. Metode pelatihan
adalah ceramah dan praktek di lapang dengan materi: a) Dinamika Kelompok dan
Pembinaan Kelompok tani, b) Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat c)
Rencana Tindak Lanjut setelah pelatihan. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa
peserta sangat antusias dalam mengikuti latihan dan memperoleh tambahan
pengetahuan antara lain tentang dinamika kelompok dan pengelolaan kebun
jeruk sehat. Petani dan petugas lebih mampu mengidentifikasi hama dan
penyakit serta defisiensi dan keracunan hara dibandingkan sebelum diadakannya
latihan. Peserta mampu membuat rencana tindak lanjut pelatihan yang akan
dipraktekkan di lokasi masing-masing sesuai peran sertanya. Rencana tersebut
antara lain tentang peningkatan kelembagaan kelompok, sosialisasi pengelolaan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
44
terpadu kebun jeruk sehat, dan konsultan klinik jeruk bagi yang sudah dilatih
PTKJS.
2.11.2. Identifikasi Permasalahan Jeruk dan Inisiasi Kelembagaan (Rural Producers Organization)
Untuk mendukung keberhasilan sistem pengelolaan jeruk haruslah
mengacu pada Pengelolaan Terpadu Tanaman Jeruk – PTT Jeruk atau dikenal
dengan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat. Tujuan kegiatan pengkajian
adalah memformulasikan permasalahan agribisnis jeruk di kabupaten Ponorogo,
alternatif solusi permasalahan melalui peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan petani tentang usahatani jeruk serta membangun demoplot dan
klinik agribisnis. Luaran yang diharapkan adalah formulasi permasalahan riel
agribisnis jeruk di kabupaten Ponorogo, meningkatnya pengetahuan dan
ketrampilan petani tentang usahatani jeruk serta pengawalan teknologi dan
terbentuknya demoplot. Penelitian pemahaman permasalahan riel dan keadaan
secara menyeluruh situasi sistem agribisnis jeruk dilakukan melalui pendekatan
pemahaman pedesaan secara cepat (Partisipatory Rural Appraissal-PRA),
dilakukan bersama dengan Loka Penelitian Jeruk dan Tanaman Subtropis
Tlekung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pertanaman jeruk keprok
Pulung dan Siem di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2003 mencapai 1.082.045
pohon, 6,49% (70.266 pohon) telah berproduksi sebanyak 912,5 ton.
Pertanaman jeruk yang ada sebagian besar dikembangkan pada wilayah sesuai
bersyarat dengan faktor pembatas kesuburan tanah dan keterbatasan air.
Permasalahan agribisnis jeruk di Jawa Timur khususnya di daerah
pengembangan jeruk Siem di kecamatan Jenangan kabupaten Ponorogo adalah
rendahnya mutu bibit (bibit tidak berlabel) umumnya didatangkan dari daerah
Purworejo Jawa Tengah dan Tulungagung, serta sebagian dari penangkar bibit
lokal di daerah kecamatan Sooko Ponorogo. Kurangnya pengetahuan dan
ketrampilan petani tentang budidaya jeruk secara benar meliputi pengaturan
jarak tanam (terlalu rapat 2 m x 2 m, 1,5 m x 2,5 m), lubang tanam dibuat
seadanya (sedalam ukuran cangkul + 30 cm), pemupukan sebatas pada ZA
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
45
dan SP-36 dengan dosis yang cukup rendah, belum memahami jenis serangan
penyakit dan cara pengendaliannya yang efektif dari diplodia, corticium yang
dominan menyerang tanaman jeruk petani, sanitasi kebun kurang diperhatikan
ditunjukkan dengan banyaknya buah jeruk yang rontok akibat terserang kepik
hijau dan lalat buah dibiarkan begitu saja di sekitar tanaman. Hampir sebagian
besar petani tidak melakukan pemangkasan ranting-ranting tanaman jeruk. Dari
aspek pemasaran, petani mengalami kesulitan, terutama pada saat panen raya,
para tengkulak berperan dominan menentukan harga jeruk dengan cara mereka
tidak melakukan transaksi pembelian di saat harga jeruk tinggi, akibatnya petani
tidak memanen buah bahkan sering dijumpai buah jeruk over ripe di pohon.
Permasalahannya petani menjual hasil panen sendiri-sendiri tidak melalui
kelompok. Kelompok tani jeruk di daerah kecamatan Jenangan belum terbentuk.
Lembaga perkreditan di daerah ini masih belum menyentuh untuk usahatani
jeruk, umumnya kredit dimanfaatkan untuk usaha peracangan atau kredit
candak kulak.
Salah satu pemecahan permasalahan dalam agribisnis jeruk tersebut
adalah dengan pelatihan bagi para petani jeruk dan petugas penyuluh dari daerah
sekitar lokasi pengkajian, disamping itu mengikutsertakan 1 orang petugas
penyuluh dan petani dari daerah sentra produksi jeruk Siem di Jawa Timur,
meliputi Banyuwangi, Jember, Lumajang, dan Tulungagung.
2.12. LITKAJI PENGEMBANGAN MODEL AGROINDUSTRI PENGOLAHAN TEPUNG KASAVA SKALA KECIL MENENGAH
2.12.1. Penelitian/Pengkajian Model Pengembangan Agroindustri Tepung Kasava Skala Kecil Menengah
Ubikayu segar mempunyai sifat menempati ruangan yang besar, mudah
rusak karena kadar airnya tinggi, kandungan gizinya rendah. Pada saat panen
raya di beberapa daerah sentra produksi harganya sangat murah. Pada
umumnya petani melakukan penyimpanan dalam bentuk gaplek, namun karena
proses pengolahananya kadang kurang sempurna sehingga dalam waktu yang
singkat, kurang lebih tiga sampai enam bulan sudah mulai muncul hama.
Permasalahan tersebut dapat dikurangi dengan mengubah ubikayu sebar
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
46
menjadi kering dalam bentuk chip, sawut, pati/tapioka atau menjadi tepung
kasava, sebagai produk setengah jadi. Tepung kasava mempunyai sifat hemat
ruangan, tahan dalam penyimpanan dan mudah diolah menjadi aneka produk
sebagai subsittusi atau bahan baku, tergantung jenis produk olahannya.
Diversifikasi hasil olahan ubikayu diharapkan mampu memberikan nilai tambah
dan nilai gizinya sebagai bahan pangan lokal di pedesaan. Tepung kasava
merupakan produk setengah jadi yang mempunyai sifat daya simpan lebih
panjang dan luwes untuk dijadikan berbagai macam olahan.Penelitian/pengkajian
bertujuan untuk mendapatkan karakterisasi dan evaluasi tepung kasava dan
tepung lainnya, mencari model pengembangan agroindustri tepung kasava dan
produk olahannya. Penelitian/pengkajian dilakukan pada tahun 2003, di
kabupaten Tulungagung dan Magetan, masing-masing dengan melibatkan KUD
Argomulyo, Kecamatan Tanggunggunung-Tulungagung dan kelompok tani Sri
Rejeki, Desa Kraton, Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan. Masing-masing
kelompok tani melakukan kegiatan mengolah ubikayu menjadi bentuk sawut
kemudian dibuat menjadi tepung kasava dan melakukan pengolahan tepung
kasava menjadi berbagai bentuk olahan siap saji (kue basah, kue kering dan
kerupuk). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa dengan melakukan pengolahan
ubikayu menjadi tepung kasava dapat meperoleh keuntungan Rp. 36.850,- per
ton ubikayu segar di Tulungagung, sedangkan di Magetan mengalami kerugian
sebesar Rp.18.700,- karena pada saat pelaksanaan pengkajian di lokasi
Maospati belum saatnya panen raya sehingga harga bahan baku lebih tinggi
dibanding dengan pada saat panen raya, namun bila diolah menjadi bahan
olahan siap saji masih memperoleh keuntungan. Untuk lebih meningkatkan nilai
tambah tepung kasava perlu diolah lebih lanjut menjadi produk olahan siap saji
seperti kue basah, kue kering dan produk setengah jadi seperti kerupuk dan mie
instan. Di pasar beberapa daerah (Lumajang, Jember, Situbondo, Banyuwangi
dan Kediri) telah beredar tepung kasava dengan nama tepung biskuit. Secara
umum istilah tepung tersebut masyarakat masih belum banyak mengenal tepung
kasava (atau tepung biskuit), sehingga pemanfaatannya sebagai bahan olahan
juga masih belum banyak yang tahu. Informasi ini diperoleh pada saat diskusi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
47
interaktif yang dilakukan oleh BPTP Jawa Timur dengan TVRI Stasiun Surabaya,
juga pameran-pameran yang menampilkan tepung kasava dan aneka produk
olahannnya, respon masyarakat cukup banyak yang meminta informasi lebih
banyak tentang tepung kasava, pemanfaatannya, dimana dan bagaimana cara
mendapatkannya. Untuk lebih dikenal oleh masyarakat sosialisasi produk tepung
tersebut masih perlu dilakukan.
2.13. DISEMINASI HASIL LITKAJI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN JARINGAN INFORMASI AGRIBISNIS DI JAWA TIMUR.
2.13.1. Sistem Usaha Pertanian Perkotaan di Wonocolo Surabaya
Tahun 2003 di Laboratorium Diseminasi Wonocolo Surabaya
melaksanakan kegiatan Visitor Plot Sistem Usaha Pertanian Perkotaan yang
merupakan kelanjutan kegiatan tahun 2002. Kegiatan ini disesuaikan dengan
agro-ekosistem Surabaya dengan sasaran masyarakat perkotaan yang
heterogen. Materi yang ditampilkan berpedoman pada prinsip dasar pertanian
perkotaan atau Agropolitan, dengan menerapkan prinsip Agribisnis. Dengan
demikian model usaha pertanian yang dilakukan secara terpadu. Artinya selain
melaksanakan kegiatan percontohan teknologi budidaya, juga menyediakan
sarana pertanian, jasa konsultasi dan jasa pendukung lainnya. Kegiatan ini
diharapkan untuk menumbuhkan minat dan daya tarik bagi para pengunjung yang
melihatnya. Tumbuhnya minat dan daya tarik akan membangkitkan motivasi
untuk melakukan perubahan usahatani yang berwawasan agribisnis kearah yang
lebih baik. Melalui metoda ini akan menanamkan proses belajar dengan cara
melihat penampilan dari suatu obyek tertentu secara nyata. Materi kegiatan yang
dilaksanakan meliputi: 1). Kegiatan Produktif meliputi: a) pemeliharan tanaman
hias 22 jenis (indoor dan outdoor), tanaman obat 10 jenis, tanaman buah dalam
pot/polybag 19 jenis tanaman, b) membudidayakan sayuran hidroponik, c)
pembuatan taman sebagai show room tanaman hortikultura, c) pembesaran ikan
nila dan lele masing-masing 200 ekor; dan d) penyediaan saran produksi; 2)
Kegiatan pelayanan konsultasi dan kunjungan dari masyarakat petani perkotaan
disekitarnya/ mahasiswa/praktisi semuanya berjumlah 127 orang; 3) Kegiatan
Sosialisasi melalui pemasangan papan nama, spanduk, leaflet serta bekerja
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
48
sama dengan Stasiun RKIP Wonocolo; dan 4). Kegiatan Non Produktif meliputi
pemeliharaan fasilitas screen house (rumah naung) dengan ukuran 15 m x 4 m x
4 m, termasuk peralatan tanam hidroponik ebb dan flow berjumlah tiga unit.
Dalam kegiatan Visitor Plot 2003 ini, telah dilakukan kerja sama dengan floris
Eghita, Sekar Sari dan CV. Agrilistya. Dampak dari kegiatan ini adalah: 1)
semakin banyak klient hadir untuk mengkonsultasikan kegiatan usahatani, (tahun
2002, hadir 15 orang dan tahun 2003 hadir 127 orang) artinya melalui media
Visitor Plot, mampu menarik minat klient untuk hadir ke tempat tersebut; 2)
adanya kerjasama dan transaksi untuk pemasaran/memasok floris/ hortikultura,
menjadi distributor jati unggul kultur jaringan produksi PPA Agricola Biotropika.
Untuk kegiatan konsultasi pertanian, sekitar 70 % klient hadir langsung di tempat
kegiatan dan sekitar 30 % dilakukan melalui telepon.
2.13.2. Visitor Plot Jamur Tiram (Pleurotus Spp) dan Jamur Kuping (Auricularia Sp) Penambahan Lapisan Dinding dan Atap Kubung untuk Menurunkan Suhu dan Meningkatkan Kelembaban Ruang
Kegiatan visitor plot jamur tiram dan jamur kuping, difokuskan pada (1)
perbaikan kubung dengan menambah lapisan dinding dan atap menggunakan
welit untuk menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban, (2) membina
petani dalam usaha pembuatan bibit jamur tiram, (3) mencari jaringan pasar.
Visitor plot jamur tiram dan kuping dilaksanakan dengan tujuan : :(1) sebagai
tempat percontohan dengan menerapkan teknologi tepat guna, (2) sebagai media
komunikasi dan sosialisasi teknologi dengan para peminat budidaya dan
konsumen secara tepat dan benar (3) meningkatkan jumlah petani peminat dalam
budidaya jamur tiram dan jamur kuping. Visitor plot dilaksanakan mulai bulan
Agustus 2003 s/d April 2004 di Kebun Percobaan Malang dengan ketinggian
tempat 550 m dpl. Luas kubung 30 m2 dan jumlah bag log jamur yang
dibudayakan sebanyak 1.200 bag log. Setelah menambah lapisan dinding dan
atap kubung dengan welit terjadi penurunan suhu sekitar 1,5C– 2C yaitu dari
24C – 29C menjadi 22,5C – 26C dan kelembaban dari 85 – 87% menjadi
90% - 96% pada kondisi ruang kubung disiram air. Kondisi dalam kubung
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
49
demikian telah memenuhi syarat untuk pertumbuhan spora dan tubuh buah
(fruiting body). Potensi produksi optimal jamur tiram BER (Biological Efficiency
Ratio) sebesar sampai saat ini 30%, jamur kuping sebesar 49% (sudah optimal).
Pangsa pasar jamur tiram dan kuping mempunyai prospek bagus, cukup banyak
permintaan yang belum dapat dipenuhi. Konsumen lebih menyukai tiram coklat
karena lebih enak seperti daging ayam, jamur kuping konsumen bisa membeli
dalam bentuk segar maupun kering.
2.13.3. Prospek Pengembangan Perbenihan Ikan Nila dengan Sistem Kolam Tertutup
Di Jawa Timur tingkat pemanfaatan perairan umum untuk usaha budidaya
ikan air tawar masih sangat kecil (kurang dari 1%) sehingga peluang untuk
pengembangannya masih sangat potensial. Beberapa faktor pembatas yang
dewasa ini sangat mempengaruhi perkembangannya adalah ketersediaan bibit
yang masih terbatas dan teknologi budidaya yang masih belum banyak dikuasai
oleh petani ikan khususnya golongan ekonomi lemah. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut telah dilakukan kegiatan uji coba perbenihan ikan nila
dengan sistem kolam tertutup. Kegiatan ini dilakukan di kebun percobaan BPTP
Jawa Timur yang berlokasi di Malang. Selama kegiatan berlangsung telah
dihasilkan indukan unggul sebanyak 65 ekor, yang terdiri dari 47 ekor induk
betina dan 18 ekor induk jantan. Pertama kali memijah seluruh induk dapat
menghasilkan juvenil mencapai ± 8.500 ekor, sehingga satu indukan betina rata-
rata dapat menghasilkan 180 ekor. Dengan dilakukannya kegiatan ini maka dapat
diperoleh suatu teknologi dan informasi perbenihan dan budidaya ikan nila yang
sesuai dengan kondisi masyarakat yang memiliki lahan yang terbatas
2.13.4. Unit Komersialisasi Teknologi
Paradigma perubahan kebijakan Badan Litbang Pertanian yang mengarah
pada promosi, komunikasi dan komersialisasi telah ditunjukkan selama dua tahun
terakhir ini, dengan mengalokasikan dana khusus untuk menunjang kegiatan
komersialisasi.Komersialisasi yang dimaksudkan disini adalah upaya untuk
memperoleh manfaat dari suatu produk (barang, jasa, termasuk teknologi)
melalui rangkaian promosi, distribusi dan transaksi jual beli dengan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
50
memperhatikan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI ). Dari sini diharapkan
dapat diperoleh dana (Costs Recovery) yang akan digunakan untuk
pengembangan penelitian dan insentif bagi peneliti sebagai penemu. Dengan
alokasi dana yang diberikan dalam dua tahun terakhir ini, kegiatan utama tahun
pertama dimanfaatkan untuk mendukung promosi dan inventarisasi jasa layanan
Balai serta teknologi yang layak jual. Sedangkan pada tahun kedua ini, Unit
Komersialisasi Teknologi memfokuskan perhatian pada empat kegiatan utama,
yaitu : operasionalisasi jasa layanan Balai, promosi teknologi hasil litkaji,
menawarkan teknologi dan informasi teknologi untuk dikomersialkan, dan
melakukan kegiatan rintisan usaha agribisnis. Hasil yang telah dicapai sejauh ini,
antara lain : operasionalisasi jasa layanan Balai adalah melayani kunjungan tamu
ke BPTP Jawa Timur, melayani magang dan praktek kerja lapang dan kerjasama
penelitian dengan petugas dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, dan
pemanfaatan peralatan dan ruang pertemuan oleh para pengguna.Kegiatan
promosi yang telah dilakukan antara lain adalah mengikuti berbagai ekspose,
promosi televisi, radio dan surat kabar. Penawaran teknologi dan informasi
teknologi kepada mitra kerja telah dilakukan, tetapi dirasakan masih belum
intensif. Untuk kegiatan rintisan usaha agribisnis yang telah dilakukan adalah
usaha pembibitan tanaman hias dan budidaya ubi jalar.
2.14. PENGEMBANGAN DAN PENYEBARAN INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN MELELUI KEGIATAN PERTEMUAN DAN EXPOSE
2.14.1. Kegiatan Sosialisasi & EksposeTeknologi Unggulan BPTP Jawa Timur 4-6 Juni 2003
Inovasi teknologi harus terus diperbaharui, dikembangkan dan disebarluaskan
ke para pengguna. Hasil karya para peneliti dan perekayasa bidang pertanian
dalam bentuk teknologi tepat guna yang bersifat unggulan spesifik lokasi,
rekayasa sosial dan kelembagaan petani oleh BPTP Jawa Timur selama sewindu
pengabdiannya sudah cukup banyak tersedia. Pertanyaannya adalah apakah
teknologi-teknologi unggulan tersebut sudah diketahui dan dimanfaatkan oleh
para pengguna dalam kegiatan agribisnisnya. Sungguh sangat tepat dan relevan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
51
diadakannya kegiatan Sosialisasi & Expose Teknologi Unggulan ini dengan
harapan masyarakat agribisnis dan pengguna teknologi pertanian memperoleh
informasi teknologi terbaru untuk mendorong pengembangan kreativitas dan
inovasi bagi kepentingan agribisnis yang lebih menguntungkan secara
berkelanjutan.
Tujuan dari kegiatan Sosialisasi & Expose Teknologi Unggulan dalam
rangka Sewindu BPTP ini adalah :
Menyampaikan informasi kemajuan teknologi pertanian kepada
masyarakat luas di daerah.
Menyebarluaskan informasi teknologi unggulan spesifik lokasi yang telah
dihasilkan oleh BPTP, Balit Komoditas dan Lembaga Penelitian lainnya
kepada pengambil kebijakan, peneliti, perekayasa, penyuluh, petani dan
masyarakat agribisnis.
Memperoleh masukan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan
penelitian dan pengkajian BPTP mendatang.
a. Keluaran
Tersebarnya hasil penelitian/pengkajian berupa teknologi unggulan
spesifik lokasi yang siap diterapkan oleh masyarakat agribisnis.
Rekomendasi kebijakan perencanaan program penelitian dan pengkajian
mendatang.
b. Manfaat
Terjadinya arus timbal balik informasi teknologi pertanian terbaru serta
pengembangan agribisnis sehingga dapat memperkaya dan mempertajam arah
pengembangan sistem dan usaha agribisnis.
Waktu dan tempat pelaksanaan:
Hari/Tanggal : Rabu s/d Jum’at, 4-6 Juni 2003
Tempat : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
: Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
52
Materi dan acara:
Dalam pelaksanaannya kegiatan Sosialisasi & Expose Teknologi Unggulan
dikemas melalui acara-acara sebagai berikut :
Hari I ( 4 Juni 2003 ) :
a. Pembukaan Ekspose & Seminar Nasional, Peresmian Gedung Baru BPTP
Jawa Timur, Penyerahan Penghargaan Kontes Buah & Produk Olahan,
Penyerahan Benih Kapas, dan Saresehan.
b. Ekspose & Bazar
c. Seminar Nasional
d. Kontes Buah Tropis & Lomba Produk Olahan
Hari II (5 Juni 2003) :
a. Pertemuan Komisi & Tim Teknis Teknologi Pertanian Prop. Jawa Timur
dan Penandatanganan Kerjasama Pengkajian (MOU) TA.2003:
b. Pertemuan Paguyuban Peternak Sejahtera Mandiri Se-Jawa Timur:
Hari III (6 Juni 2003) : Senam Massal, Lomba Senam Poco-Poco, Penutupan
Ekspose dan Pembagian Hadiah Lomba, dan Hiburan Rakyat
a. Senam Massal oleh karyawan/keryawati BPTP Jawa Timur beserta para
peserta Ekspose dan peserta Lomba Poco-Poco di halaman depan BPTP
Jawa Timur
b. Lomba Senam Poco-Poco yang diikuti oleh 20 Tim peserta
c. Penyerahan hadiah lomba senam dan penutupan Ekspose oleh Kepala
BPTP Jawa Timur
d. Pertunjukan Kesenian “Hadrah” oleh Tim Hadrah Desa Kepuharjo,
Kec.Karangploso di halam depan BPTP Jawa Timur (malam hari)
e. Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk oleh dalang Ki Manteb
Sudarsono dengan Lakon “ Sesaji Rojo Soyo” yang dimeriahkan oleh
lawak Bagio & Kholik dari Surabaya.
Dampak Kegiatan Ekspose Teknologi Pertanian
Kegiatan ekspose teknologi pertanian yang berlangsung sejak hari Rabu,
4 Juni 2003 sampai dengan hari Jum’at, 6 Juni 2003 di BPTP Jawa Timur, diikuti
oleh Balai Penelitian, BPTP, Instansi dan Dinas terkait se-Jawa Timur,
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
53
Perguruan Tinggi, Pengusaha, serta Petani dan KTNA. Kegiatan ekspose
teknologi pertanian yang berlangsung sejak hari pertama sampai hari terakhir
cukup sukses dan meriah, terlihat dari banyaknya peserta yang mengisi stand
ekspose maupun pengunjungnya. Stand ekspose sebagian besar menampilkan
produk-produk pertanian unggulan maupun hasil olahan, disamping pupuk,
pestisida, dan lainnya yang berhubungan dengan pertanian. Selain itu, pada hari
pertama ditampilkan kontes buah tropis dan produk olahan dari berbagai wilayah
Jawa Timur, serta bazar yang berlangsung selama tiga hari. Banyak minat dalam
mengikuti kontes buah tropis dan kontes produk olahan, terlihat dari banyaknya
peserta yang berusaha menampilkan produk unggulan daerahnya masing-masing
dengan harapan menjadi pemenangnya. Kontes buah tropis diikuti 17 peserta
dari 15 kabupaten/ kotamadya, sedangkan kontes produk olahan diikuti 25
peserta dari 25 kabupaten/kotamadya.
Berdasarkan hasil jajak pendapat (komentar dan saran) selama
mengisi stand ekspose teknologi petanian, secara umum para peserta
menyatakan sangat menarik, sukses dan bahkan spektakuler, karena
didukung oleh persiapan panitia yang cukup matang, penataan stand
ekspose yang terkesan artistik, disamping pengamanan yang cukup
memadai serta banyaknya pengunjung yang antusias, mulai hari pertama
sampai hari terakhir pelaksanaan ekspose. Harapan dari pengisi stand
ekspose berdasarkan jajak pendapat adalah antara lain agar kegiatan
ekspose ini bisa diadakan setiap tahun atau bila memungkinkan kegiatan
ekspose ini diperpanjang waktunya sampai lima hari. Hal ini didasarkan
pada tingginya animo pengunjung serta terjadinya transaksi yang cukup
memuaskan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung,
sehingga produk-produk dari beberapa stand ekspose menuai keuntungan
yang cukup menggembirakan. Kegiatan ekspose teknologi pertanian ini
ternyata memberikan dampak yang cukup luas, yaitu secara tidak
langsung terjadi alih teknologi bagi masyarakat/pengguna, serta
umpanbalik dari beberapa instansi pemerintah maupun masyarakat
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
54
agribisnis di Jawa Timur kepada BPTP Jawa Timur untuk penyempurnaan
program-program pengkajian di waktu-waktu mendatang. Pihak swasta
dan instansi Dinas banyak yang ingin meniru dan belajar dari BPTP Jawa
Timur, terutama seberapa jauh persiapan yang telah dilakukan termasuk
promosi dalam mengerahkan para pengunjung, teknik penataan stand
ekspose agar terkesan artistik, serta bagaimana mengemas
kegiatan/acara agar selalu meriah sehingga dapat menarik pengunjung
sebanyak-banyaknya. Beberapa instansi pemerintah maupun swasta yang
mempunyai rencana untuk melaksanakan ekspose yang sama, telah
menghubungi BPTP Jawa Timur untuk berkonsultasi, dan bahkan
mengharapkan pihak BPTP Jawa Timur juga ikut berpartisipasi dalam
mengisi stand ekspose nantinya.
2.14.2. Temu Informasi Teknologi Pertanian
Keberhasilan transfer teknologi ke petani pengguna, salah satunya
ditentukan oleh kelancaran arus informasi teknologi pertanian, disamping
dukungan dari Dinas/Instansi serta pihak-pihak yang terkait. Untuk mengatasi
lemahnya komunikasi dan arus informasi dintaranya para peneliti penyuluh,
Dinas\Instansi dan pihak-pihak terkait lainnya, diperlukan suatu forum guna
mewadahinya. Salah satu forum yang efektif untuk mengatasinya adalah kegiatan
Temu Informasi Teknologi Pertanian dimana para peserta dapat berkomunikasii
dua arah untuk menyamakan persepsi, visi dan misi dalam mengembangkan
serta menyebarkan teknologi yang telah direkomendasikan. Dalam rangka
peringatan sewindu BPTP Jawa Timur kegiatan temu informasi teknologi
menggelar berbagai hasil-hasil pengkajian yang telah dilakukan dan
direkomendasikan untuk diterapkan. Dengan demikian upaya peningkatan
kesejahteraan petani melalui penerapan paket-paket teknologi berbagai
komoditas unggulan spesifik lokasi yang telah direkomendasikan, bukan hal yang
mustahil untuk menjadi kenyataan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
55
2.14.3. Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian
Kelancaran proses alih teknologi ke pengguna dipengaruhi oleh banyak
faktor, salah satunya terbatasnya media untuk menyampaikan teknologi baru
tersebut ke pengguna Media komunikasi yang dapat memperlancar proses alih
teknologi dan umpan balik berjalan lebih efektif dan efisien, salah satunya adalah
kegiatan adalah Temu Aplikasi Teknologi Pertanian. Melalui kegiatan tersebut,
selain teknologi baru yang ada dapat diterima langsung oleh pengguna,
permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi petani dapat dipecahkan
melalui kegiatan tersebut. Terciptanya hubungan keterkaitan Laboratorium
Diseminasi Wonocolo dengan pejabat dan penyuluh dinas lingkup pertanian dan
Dinas/Instansi terkait lainnya di daerah dalam suatu sistem yang
berkesinambungan, dapat mempercepat dan mempermudah sampainya teknologi
ke pengguna, serta diperolehnya umpan balik yang lebih efektif dan efisien.
Disamping itu BPTP Jawa Timur memperoleh bahan untuk penyempurnaan
penelitian dan pengkajian selanjutnya.
2.15. TEMATIK
2.15.1. Uji Galur Harapan dan Observasi Hasil Persilangan Beberapa Galur Melon“ Uji Hasil Calon Varietas Unggul Melon
Salah satu sarana produksi utama dalam pengembangan melonadalah
benih, dan selama ini sangat tergantung pasokan dari impor hibrida yang
harganya relatif mahal. Sementara itu perbenihan melon di Indonesia belum
tertangani. Untuk itulah maka dilakukan usaha pemurnian varietas-varietas yang
telah berkembang agar diperoleh galur-galur murni. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendapatkan varietas unggul F1 melon dengan luaran berupa karakter
unggul F 1 melon. Pemurnian galur melon yang dilakukan di Kebun Percobaan
BPTP Jawa Timur di Karangploso, Malang sampai dengan tahun 2002 telah
sampai pada keturunan ke tujuh. Masing-masing galur yang diperoleh
menunjukkan adanya perbedaan karakter, baik dalam bentuk dan ukuran buah,
keberadaan jala, warna dan kekerasan daging. Di sentra produksi, varietas
melon yang dikembangkan terutama varietas Action dengan jala halus dan rapat,
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
56
varietas lainnya adalah Glamour dan Monami yang berdaging oranye. Beberapa
galur yang menunjukkan keseragaman mempunyai karakter yang mirip dengan
karakter melon yang telah berkembang. Hasil observasi pendahuluan
persilangan beberapa galur menunjukkan adanya pewarisan dan penggabungan
sifat-sifat dari induk yang dipersilanglan. Beberapa galur terpilih adalah 7.1.2.A,
7.1.2.B, dan 7.1.3.9.
Untuk memperbaiki karakter –karakter yang diinginkan dan untuk
mengetahui lebih jauh sifat –sifat pewarisan perlu dilakukan persilangan antar
galur dan uji daya hasil pada agroekologi di sentra produksinya. Penelitian
dilakukan dengan melakukan persilangan secara bolak-balik. Uji persilangan
dilakukan di kebun BPTP Jawa Timur-Karangploso-Malang, sedangkan uji hasil
persilangan dilakukan di lahan petani di desa Dadung, kecamatan Gondang
kabupaten Nganjuk. Hasil analisis ragam DGU (Daya Gabung Umum), DGK
(Daya Gabung Khusus) dan persilangan kebalikan untuk jumlah biji bernas/buah,
berat 100 biji dan daya tumbuh tidak memperlihatkan adanya daya gabung
khusus yang berbeda nyata. Yang memperlihatkan perbedaan adalah daya
gabung umum dan kebalikannya.
Daya gabung umum ketiga parameter yang diamati, menunjukkan DGU
P2 positif untuk jumlah biji bernas, DGU P1 positif untuk daya tumbuh, sedang
DGU P3 nilainya negatif untuk ketiga parameter. Pewarisan jala pada buah
melon sangat ditentukan oleh induk jantan, dengan demikian pada program
pemuliaan untuk memenuhi melon berjala harus memiliki galur yang berjala
sempurna. Gambaran pewarisan besar buah , tampaknya sangat ditentukan oleh
besar buah induk betina. Pewarisan warna daging buah terlihat jelas bila buah
berdaging merah (oranye) disilangkan baik sebagai induk betina maupun jantan
maka keturunannya akan berdaging oranye. Pewarisan warna daging buah
tersebut belum diketahui secara pasti apakah secara dominan atau karena sifat
epistasis.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
57
2.15.2. Pengaruh Pupuk NPK Phonska Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah
Pemberian unsur hara N,P, dan K sangat diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman, oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK Phonska
terhadap pertumbuhan dan hasil cabai besar, telah dilakukan pengujian lapang di
desa Ngijo, Karangploso Malang pada bulan Juni 2003 sampai Oktober 2003.
Varietas yang digunakan adalah Hot Sun ditanam dengan jarak tanam 50 cm x
50 cm. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok 3 kali ulangan,
dengan 9 perlakuan pemupukan + kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pupuk NPK Phonska dapat memacu pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
besar. Pemupukan NPK Phonska diikuti ZA dapat meningkatkan produktivitas
cabai besar yang hasilnya setara dengan pemupukan tunggal pada dosis N,P,
dan K yang sama. Pada tanah tingkat kesuburan sedang pemberian 1.100 kg
NPK Phonska + 917 ZA kg/ha dapat memberikan produksi cabai besar secara
maksimum dan meningkatkan hasil 94,9% dari tanpa pemupukan. Apabila harga
pupuk NPK Phonska Rp. 1.700,-/kg dan harga cabai besar Rp.3.000,- /ha
keuntungan maksimum dicapai dengan pemupukan 1.050 kg NPK Phonska +
875 ZA kg/ha.
2.15.3. Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Temulawak, Kunyit dan Kencur di Lahan Pekarangan
Saat ini pemanfaatan pekarangan di Kabupaten Trenggalek masih belum
optimal. Lahan pekarangan dapat dioptimalkan pemanfaatannya sebagai
komponen penambah pendapatan keluarga dengan membudidayakan tanaman
obat yang mempunyai prospek di pasar dalam dan luar negeri. Pengkajian
bertujuan untuk mendapatkan rakitan teknologi sistem usahatani temulawak.,
kunyit dan kencur di pekarangan spesifik lokasi di Kabupaten Trenggalek yang
mampu meningkatkan produktivitas temulawak, kunyit dan kencur di pekarangan
dan mengkomunikasikan hasil litkaji tersebut kepada petani atau kelompok tani.
Dilaksanakan di desa Jombok, kecamatan Pule, kabupaten Trenggalek yang
termasuk ekoregion lahan kering dataran tinggi (III.ay), pada bulan Januari
sampai Desember 2002, penanaman dilaksanakan pada musim hujan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
58
(Desember 2002). Pengkajian terdiri dari 3 macam rakitan teknologi antara lain :
Rakitan Teknologi usahatani Anjuran, Rakitan Teknologi usahatani Partisipatif
dan Rakitan Teknologi usahatani Petani (Tabel 1). Rakitan Teknologi Anjuran
Rancangan yang digunakan adalah Acak Kelompok dengan 8 petani kooperator
sebagai ulangan/blok. Pengamatan meliputi: komponen pertumbuhan vegetatif,
generatif dan data sosial ekonomi. Analisa data secara sidik ragam dan untuk
mengetahui tingkat keuntungan dari rakitan paket teknologi yang dikaji digunakan
analisis input-output dan R/C ratio. Di samping itu, dikumpulkan pula data
keadaan sosial ekonomi petani setempat dengan metode Parsipatory Rural
Apraisal (PRA) yang meliputi sumber daya manusia, sumber daya bio-fisik dan
data sekunder lainnya. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa: persentase
tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang pada umur 1 bulan
setelah tanam dari ke tiga rakitan teknologi usahatani berbasis temulawak, kunyit
dan kencur masih memberikan hasil yang sama. Pertumbuhan vegetatif
temulawak, kunyit dan kencur pada rakitan teknologi Anjuran menunjukkan
peningkatan yang nyata dibandingkan kedua rakitan teknologi yang lain pada
umur 3 bulan. Pertumbuhan vegetatif maupun generatif kencur di desa Jombok
dengan ketinggian 720 m dpl tidak sebaik temulawak maupun kunyit. Produksi
per petak temulawak (47,46 kg), kunyit (62,25 kg) dan kencur (16,79 kg)
meningkat secara nyata pada perlakuan Rakitan teknologi Anjuran dengan R/C
ratio masing-masing 1,64 ; 2,99 dan 1,02. Respon petani di desa Jombok
kabupaten Trenggalek sangat mengharapkan adanya ikatan pasar/ konsumen
pengguna untuk memanfaatkan hasil pekarangan berupa simplisia temulawak,
kunyit dan kencur. Disamping itu proses olahan lanjutan menjadi bahan baku
obat perlu pengkajian lebih lanjut.
2.15.4. Uji Preferensi Kutu Daun Aphid (Macrochypum Rosae L) (Homoptera : Aphidiodae) Pada Beberapa Varietas Mawar
Serangan kutu daun aphid Macrochyphum rosae L pada tanaman mawar
di sentra produksi desa Karangnongko-Kecamatan Poncokusomo sudah
merugikan petani mawar karena sudah merusak kuntum bunga hingga
menimbulkan kerusakan lebih dari 15% sehingga petani mawar merasa
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
59
kehilangan hasil sekitar Rp 91.300,-setiap kali panen per hektar. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui tingkat preferensi kutu daun aphid terhadap
beberapa varietas mawar pada ekoregion dataran tinggi kering telah dilakukan
pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2002. Rancangan yang digunakan
adalah rancangan acak kelompok (RAK), perlakuan terdiri dari 9 varietas yaitu :
1. Tineke. 2. Akito. 3. Grand Gala. 4. Black Magic. 5. First Lady. 6. Kiss. 7.
Confeti. 8. Pergiwo dan 9. Pergiwati., masing-masing perlakuan diulang 3 kali.
Kriteria tingkat preferensi kutu daun aphid terhadap beberapa varietas mawar
didasarkan pada rata-rata (X) populasi kutu daun dan simpangan baku (SD).
Kemudian dimasukkan dalam kriteria preferensi menurut Chiang dan Talekar.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kutu daun aphid Macrocyphum
rosae sangat preferen terhadap varietas mawar Grand Gala dan preferen pada
varietas Confeti yaitu masing-masing dengan jumlah populasi sebanyak 157,75
ekor dan 88,75 ekor per tanaman, sedangkan varietas yang lainnya termasuk
kategori kurang preferen. Terdapat korelasi positif nyata antara tinggi tanaman
dengan jmulah populasi aphid yaitu r = 0,782 dengan persamaan penduga Y =
3,86 + 0,13 x. dan jumlah daun dengan jumlah populasi aphid yaitu r = 0,785
dengan persamaan penduga Y = 2,048 + 0,096 x
2.15.5. Reduksi Emisi Metana pada Lahan Sawah Tadah Hujan dengan Teknologi Pengolahan Tanah, Penggunaan Varietas Padi, dan Bahan Organik.
Periode oksidatif yang lebih lama pada lahan sawah tadah hujan tentunya
berperan terhadap pola emisi metana. Tingkat emisi metana secara kuantitatif
dan pola emisi metana di lahan sawah tadah hujan belum banyak diketahui.
Diperlukan teknologi pengelolaan tanah pada lahan sawah tadah hujan yang
dapat menghasilkan produksi optimal, di sisi lain dapat memitigasi emisi metana,
untuk mendukung sistem produksi padi sawah tadah hujan yang berwawasan
lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut, dilakukan penelitian di lahan
sawah tadah hujan Loka Penelitian Pencemaran Lingkungan Pertanian Jakenan,
Pati, Jawa Tengah, dimulai November 2001 sampai September 2002. Pola tanam
yang digunakan adalah pola tanam eksisting padi gogorancah - padi walik jerami.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
60
Digunakan rancangan percobaan Petak-Petak Terbagi; petak utama adalah olah
tanah minimum dan olah tanah sempurna, anak petak: varietas (Way rarem,
Limboto, IR-64), dan anak-anak petak adalah jenis bahan organik (jerami, pupuk
kandang, tanpa bahan organik). Contoh gas tiap petak percobaan diambil 2
minggu sekali pada jam 10.00 sampai 13.00 WIB, dengan menggunakan boks
fleksiglas; dianalisis dengan kromatografi gas Shimadzu GC-8A yang dilengkapi
2-FID dan integrator model C-R6A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi
metana tertinggi di lahan sawah tadah hujan akibat dari pengolahan tanah
sempurna dengan 5 t ha-1 pupuk kandang yang ditanami padi IR-64 yaitu
sebesar 246,29 kg ha-1 musim-1dengan tingkat produktivitas sebesar 4,0 ton GKG
ha-1, sedangkan emisi metana terendah pada perlakuan tanah dengan olah tanah
minimum tanpa penambahan bahan organik dan penanaman padi varietas Way
Rarem (125,20 kg ha-1musim-1)dengan produktivitas sebesar 2,68 4,0 ton GKG
ha-1. Pengolahan tanah minimum mampu mereduksi emisi metana sebesar
sebesar 14,19 % dibanding olah tanah sempurna.
2.15.6. Kajian Pertumbuhan Varietas Apel Calon Unggulan di Lokasi Sentra Produksi
Varietas apel Manalagi, Rome Beauty, Anna dan Princes Noble sudah
lama dibudidayakan petani dan mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Berdasar
kemampuan dan permintaan pasar, petani sudah biasa mengganti varietas lama
dengan varietas baru melalui cara interstam atau top working bertahap. Tujuan
pengkajian ini adalah untuk mendapatkan varietas unggul baru spesifik lokasi.
Pengkajian dilakukan pada bulan Juni 2003 s/d Pebruari 2004 di lahan kering
milik petani di daerah Pujon (± 1200 m dml), Nongkojajar (± 1000 m dml) dan
Poncokusumo (± 800 m dml), varietas yang dikaji adalah Braeburn, Imperial Gala,
Pommiers Anna, Red Fuji, Zoete Pipeling, Zoete Paradys dan Double Zoete.
Varietas Manalagi sebagai pohon interstem, disetiap lokasi menggunakan
Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Pada periode I ini masih sebatas
pertumbuhan vegetatif, hasil sementara yang didapat adalah; Varietas yang
diduga mempunyai adaptasi luas adalah Imperial Gala dan Pommiers Anna,
varietas yang adaptasinya sebatas ketinggian ± 800 m dml adalah Zoete Paradys
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
61
dan Double Zoete sedangkan tiga varietas (Braeburn Red Fuji, Zoete Pipeling )
masih belum jelas. Umur panen buah Imperial Gala, Pommiers Anna dan Double
Zoete lebih awal/genjah ± ½ - 1 bln dibanding Rome Beauty.
2.15.7. Peluang dan Kendala Pengembangan Alat Tanam Benih Langsung Pada Usahatani Padi di Lahan Sawah Tambak Kabupaten Lamongan
Penelitian ini dilakukan di wilayah lahan sawah tambak di kabupaten
Lamongan pada bulan Juli – September 2003 dengan metode survei. Penelitian
bertujuan untuk memperoleh tentang; (1) informasi sistem tanam padi di lahan
sawah tambak dan (2) informasi peluang dan kendala pengembangan alat tanam
benih langsung (atabela) pada usahatani padi di lahan sawah tambak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sistem padi di lahan sawah tambak di kabuapten
Lamongan ada dua macam yaitu (1) sistem tanam benih langsung menggunakan
alat (atabela) dan (2) sistem tanam pindah atau tapin. Usahatani padi dengan
sistem atabela lebih menghemat tenaga kerja bila dibandingkan dengan sistem
tapin, sehingga dapat menghemat biaya produksi. Keuntungan lain dari usahatani
padi sistem atabela adalah produktivitas hasil dan efisiensi usahataninya yang
diperoleh lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tapin. Usahatani padi
dengan sistem atabela di lahan sawah tambah di kabupaten Lamongan
mempunyai peluang untuk dikembangkan dan merupakan alternatif untuk
mengatasi kelangkaan serta mahalnya upah tenaga kerja. Peluang
pengembangan sistem atabela ini dapat dilihat dari beberapa faktor yang
mendukungnya, yaitu (1) air mudah diatur, (2) petakan sawah cukup lebar serta
topografi datar, (3) gulma tidak menjadi masalah, (4) tenaga kerja langka dan
mahal serta (5) tersedianya alat tanam yang nyaman sesuai dengan keinginan
petani. Kendala dalam pengembangan usahatani padi di lahan sawah tambak
dengan sistem atebala adalah (1) pengolahan tanah, (2) jika saat tanam turun
hujan, (3) kualitas benih dan (4) pengaturan air pada saat tanam. Untuk
menghindari kegagalan dalam program pengembangan usahatani padi dengan
sistem atabela di lahan sawah tambak, maka kendala tersebut harus diperhatian
serta disosialisasikan kepada petani.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
62
2.15.8. Kajian Dampak Penyebaran Varietas Unggul Padi Kalimas dan Bodoyudo di Kabupaten Tuban
Varietas unggul padi Kalimas dan Bondoyudo merupakan salah satu hasil
pengkajian BPTP Jawa Timur, yang secara resmi telah dilepas pada tahun 2000.
Kedua varietas tersebut pada saat ini telah tersebar di beberapa wilayah
kabupaten di Jawa Timur, yang terluas terdapat di kabupaten Tuban. Kajian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi dampak penyebaran varietas Kalimas dan
Bondoyudo terhadap jumlah petani adopter, luas sebaran, produktivitas dan
pendapatan usahatani padi di kabupaten Tuban. Pengkajian menggunakan
metode Rapid Rural Appraisal (RRA), dimana topik dan subtopiknya yang telah
dipersiapkan sebelumnya digunakan sebagai pedoman dalam wawancara semi
struktural terhadap responden. Disamping itu juga dilakukan pengamatan lapang
dan penggunaan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pertanian setempat.
Responden yang diwancarai, meliputi petugas lapang dan kelompok tani yang
dilakukan pada bulan Juli – September 2003. Hasil kajian menunjukkan bahwa
penyebaran kedua varietas padi tersebut di kabupaten Tuban, pada musim hujan
2002/2003 telah mencapai 1.538 ha (Kalimas) dan 1.718 ha (Bondoyudo). Kedua
varietas tersebut pada saat itu telah diadopsi oleh petani sebanyak 3.076 orang
(Kalimas) dan 3.436 orang (Bondoyudo). Dalam musim tersebut dampak
produksi fisik yang telah mencapai 11.227 kw GKP (Kalimas) dan 5.998 kw GKP
(Bondoyuddo), dengan dampak bersih senilai Rp 1,3 milyard (Kalimas) dan Rp
1,8 milyard (Bondoyudo). Permasalahan yang ada dalam penyebaran kedua
varietas tersebut adalah terbatasnya benih pada saat petani membutuhkan.
Berdasarkan hal tersebut, disarankan perlu penyediaan benih dikolasi petani
membutuhkan dalam jumlah yang mencukupi serta harga yang layak. Sedangkan
di wilayah endemi penyakit Tungro, petani belum banyak mengenalnya, padahal
kedua varietas tersebut tahan terhadap penyakit Tungro. Untuk itu perlu adanya
pengenalan kedua varietas melalui kegiatan diseminasi.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
63
2.15.9. Pengkajian Aplikasi PHT Untuk Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Petani Kopi
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas dan mutu kopi petani
adalah adanya serangan hama-penyakit. Untuk mengatasi serangan hama dan
penyakitdibutuhkan aplikasi kombinasi komponen PHT yang fefektif
mengendalikan hama-penyakit serta mudah dipahami dan diterapkan oleh petani.
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui hasil uji aplikasi komponen PHT untuk
mengendalikan jasad pengganggu utama dan dapat meningkatkan produktivitas
dan pendapatan petani kopi. Pengkajian ini dilakukan pada tanaman kopi umur 6
– 7 tahun di lahan petani di desa Kemiri (670 m dpl), kecamatan Jabung,
kabupaten Malang pada bulan Januari – Desember 2003, melalui percobaan
lapang. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, terdiri
dari 2 perlakuan kombonasi komponen PHT (PHT-1 dan PHT-2), ditambah satu
perlakuan cara petani, diulang 10 kali. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa
aplikasi perlakuan kombinasi komponen PHT yang diuji yaitu: (1) PHT-1 (kultur
teknis, interkroping dengan tagetes, aplikasi larutan bubur bordo) dan (2) PHT-2
(kultur teknis, interkroping dengan tagetes, aplikasi larutan biji mahoni), efektif
menekan serangan karat daun, menekan populasi nematoda parasit Pratylenchus
sp. dan Radopholus sp., menyebabkan keragaan tanaman yang lebih subur dan
meningkatkan produksi biji kopi basah 2,67 – 2,88 kali lebih tinggi dibandingkan
cara petani setempat. Pada saa pengkajian dilakukan, aplikasi PHT-1 maupun
PHT-2 belum dapatt meningkatkan pendapattan karena harga biji kopi rendah
(Rp.1.750,-/kg) dan lebih dikarenakan hasil biji kopi basah dalam kawasan
pertanaman kopi kurang dari 1 ton. Jika lahan kopi arabika petani dalam satu
kawasan, hasil biji kopi basah lebih dari 1 ton maka harga jual lebih inggi yaitu
Rp.2.500,-/kg. Pada kondisi demikian penerapan PHT-1 maupun PHT-2 akan
meningkatkan pendapatan masing-masing sebesar Rp.1.818.860,-/ha dan
Rp.1.332.660,-/ha dibandingkan dengan cara petani setempat. Disarankan pada
petani kopi untuk menanam jenis arabika pada kawasan yang lebih luas.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
64
BAB III MANAJEMEN BALAI
3.1. Struktur Organisasi
Dalam tahun 2001, struktur organisasi BPTP Jawa Timur menurut SK
Mentan Nomor 798/Kpts/OT.210/12/94, mengalami sedikit perubahan dengan
terbitnya SK Mentan terbaru, No.: 350/Kpts/OT.210/6/2001, Kepala Balai dalam
pelaksanaan tugasnya sehari-hari secara formal dibantu oleh dua orang pejabat
eselon empat yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Pelayanan
Teknik, serta dibantu Kelompok Penelitian dan Jabatan Fungsional lain. Namun
demikian, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dengan Surat Keputusan Kepala
Balai, Sub Bag. Tata Usaha dibantu oleh dua orang Kepala Urusan, yaitu Kepala
Urusan Kepegawaian dan Rumah Tangga, dan Kepala Urusan Keuangan dan
Rencana kerja, sedangkan Seksi Pelayanan Teknik dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh dua Sub Seksi, yaitu Sub Seksi Kerjasama dan Informasi,
serta Sub Seksi Sarana. Bagan struktur organisasi BPTP Jawa Timur, sesuai SK
Menteri Pertanian terbaru di sajikan pada diagram berikut ini.
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi BPTP
KEPALA BALAI
KASUB BAG.
TATA USAHA
KELOMPOK PENELITI & JABATAN FUNGSIONAL
LAIN
KASIE PELAYANAN
TEKNIK
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
65
3.2. Manajemen
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Kepala Balai dibantu oleh Kepala
Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi, Kepala Urusan, dan Pejabat Fungsional
dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di lingkup
masing-masing dan antar satuan organisasi di BPTP maupun dengan instansi-
instansi mitra kerja BPTP Jawa Timur.
Setiap pemimpin/kepala satuan organisasi di lingkup BPTP Jawa Timur
bertugas memimpin, mengkoordinasi, memberi bimbingan/ petunjuk pelaksanaan
tugas bawahannya dan tanggung jawab langsung kepada atasannya masing-
masing. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing kepala satuan organisasi di
BPTP berpedoman pada keputusan dan kebijaksanaan Departemen Pertanian,
Badan Litbang Pertanian dan Kepala BPTP Jawa Timur.
Untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan tercapainya sasaran Balai,
sesuai dengan ketentuan Badan Litbang Pertanian dibentuk empat kelompok
fungsional yaitu: Kelompok Fungsional Sumberdaya, Pasca Panen, Budidaya dan
Sosial Ekonomi. Masing-masing kelompok diketuai oleh seorang ketua, sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian.
Dalam perjalanan selama tahun 2003, BPTP Jawa Timur dalam menangani
kegiatan proyek dibantu oleh wakil atasan langsung sehari-hari, dalam hal ini
adalah Kepala IPPTP yang bersangkutan. Dalam menangani kegiatan yang
dibiayai oleh dana Rutin, Kepala Balai dibantu oleh Kasubag Tata Usaha.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
66
Tabel 1 Nama Pejabat Struktural, Ketua Kelompok Pengkajian dan Kepala Unit Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur.
No Nama/NIP Jabatan
PEJABAT STRUKTURAL
1. Dr. Suyamto (080 037 650)
Kepala Balai
2. Dra. Iffah Irsjadina (080 091 147)
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Ir. Heru Samekto (080 071 234)
Urusan Keuangan
Satiman (080 052 138)
Urusan Kepegawaian
3. Dra. Endang Widajati (080 110 181)
Kepala Seksi Pelayanan Teknik
Dra. Y u l f a h (080 110 227)
Urusan Informasi & Kerjasama
Iwayan Marka, SH (080 052 794)
Urusan Sarana
KETUA KELOMPOK PENGKAJIAN
1. Ir. Sukarno Roesmarkam, MS (080 056 142)
Ketua Kelji Sumberdaya
2. Dr. M. Soleh (080 040 492)
Ketua Kelji Budidaya
3. Ir. Pudji Santoso, MS (080 053 325)
Ketua Kelji Sosial Ekonomi
4. Dr. Suhardjo (080 057 047)
Ketua Kelji Pasca Panen
KEPALA UNIT KERJA LINGKUP BPTP JATIM
1. Ir. Anang Muhariyanto (080 065 970)
Kepala Lab. Diseminasi Wonocolo
2. Ir. Gatot Kustiono (080 066 907)
Kepala Kebun Mojosari
3. Martono (080 027 208)
Kepala Kebun Karangploso
Untuk mengoptimalkan sumberdaya peneliti, sumberdaya lahan dan
alam yang bervariasi dan terpencar dilakukan monitoring dan evaluasi secara
berkesinambungan dan apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan dapat
segera diluruskan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Monitoring dan
Evaluasi dilakukan pada berbagai bentuk tingkat unit kerja dengan terpola dan
dikoordinir oleh Kepala BPTP.
3.3.KETATA USAHAAN BALAI
3.3.1. Kepegawaian
3.3.1.1. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Golongan Kepangkatan
Sumberdaya manusia di seluruh unit kerja BPTP Jawa Timur per 31
Desember 2002, total berjumlah 243 orang, terdiri dari 192… orang PNS dan 51
orang tenaga honorer. Jumlah tenaga honorer yang cukup banyak merupakan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
67
masalah yang berat mengingat terbatasnya kesempatan pengangkatan.
Pegawai Negeri Sipil berdasarkan golongan di lingkup BPTP Jawa Timur
terbanyak adalah golongan III (100 orang), kemudian diikuti oleh golongan II (45
orang), golongan I (14 orang) dan golongan IV (33 orang) Tabel 75.
Tabel 2. Keragaan PNS berdasarkan Golongan dan Pendidikan
Sumber : SIMPEG-BPTP Jawa Timur - 2003
3.3.1.2. Tenaga Honorer Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Penyebaran tenaga honorer di unit kerja lingkup BPTP Jawa Timur total
53 orang, yang terdiri dari 28 lulusan SD dan SMP, dan 64 orang lulusan SLTA
(Tabel 3). Masa kerja sebagai tenaga honorer berkisar dari 1 tahun sampai
dengan 15 tahun. Dengan adanya kebijaksanaan kepegawaian “Minus Growth”
maka kesempatan untuk diangkat menjadi PNS kecil sekali.
Tabel 3. Penyebaran Tenaga Honorer menurut Tingkat Pendidikan di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2002.
No. Unit Kerja Tingkat Pendidikan
S1 SM SLTA SLTP SD TTSD Jumlah
1. BPTP Jawa Timur 6 1 14 5 4 - 30
2. IPPTP Mojosari 1 - 7 1 4 - 13
3. IPPTP Wonocolo 1 - 5 4 - - 9 Keterangan TTSD = Tidak Tamat Sekolah Dasar
3.3.1.3. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Jabatan Fungsional
Sebaran pegawai menurut jenis jabatan fungsional di unit kerja lingkup
BPTP Jawa Timur, terbanyak adalah administrasi 123 orang, kemudian diikuti
peneliti 68 orang, tenaga teknisi Non Klas sebanyak 15 orang, dan teknisi
litkayasa 87 orang (Tabel 4).
Sebaran pegawai menurut jenjang fungsional (Tabel 4), dari peneliti, 68
orang telah memiliki jenjang fungsional peneliti, sebagian besar (33 orang)
penyuluh sudah memiliki fungsional, sebanyak 87 orang teknisi mempunyai
fungsional teknisi dan 36 orang belum memiliki jenjang fungsional. Sementara
Golongan Jumlah
I 14 orang
II 41 orang
III 94 orang
IV 36 orang
Total 185 orang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
68
itu, sebaran jenjang fungsional peneliti, penyuluh teknisi litkayasa dan
pustakawan seperti terlihat pada (Tabel 5).
Tabel 4. Keragaan SDM di BPTP Jawa Timur
No Unit Kerja Peneliti Penyu
luh Litka-yasa
Pusta kawan
Administrasi Honorer
1. BPTP Jawa Timur 53 4 17 1 33 30 2. K.P. Mojosari 1 - 17 - 6 13
3. Lab. Dis. Wonocolo
1 18 - 1 33 9
Tabel 5. Jumlah pegawai menurut jabatan fungsional di lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2003.
No Jabatan Fungsional Jumlah
Peneliti 1. Ahli Peneliti Utama 2 2. Ahli Peneliti Madya 2 3. Ahli Peneliti Muda 6 4. Peneliti Madya 7 5. Peneliti Muda 7 6. Ajun Peneliti Madya 6 7. Ajun Peneliti Muda 7 8. Asisten Peneliti Madya 3 9. Asisten Peneliti Muda 4 10. Peneliti Non Klasifikasi 9
Jumlah 53
Penyuluh 1. Penyuluh Pertanian Utama 1 2. Penyuluh Pertanian Madya 11 3. Penyuluh Pertanian Muda 8 4. Penyuluh Pertanian Pratama 1 5. Penyuluh Pertanian Non Klasifikasi 1
Jumlah 22
Teknisi Litkayasa 1. Teknisi Litkayasa Penyelia 1 2. Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 2 3. Teknisi Litkayasa Pelaksana 4 4. Teknisi Litkayasa Pemula - 5. Teknisi Litkayasa Non Klas 21 Jumlah 28 Pustakawan
1. Pustakawan 1 2. Ajun Pustakawan 1
Jumlah 2
*) Data kepegawaian Per 31 Desember 2003.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
69
3.3.2. Rumah Tangga
Fasilitas BPTP Jawa Timur tersebar di 3 lokasi sesuai dengan unit kerja
yang ada.
3.3.2.1. Luas dan Pemanfaatan Lahan
BPTP Jawa Timur memiliki lahan, tersebar di 3 unit kerja lingkup BPTP
Jatim, yang luas bervariasi (Tabel 6). Lahan yang paling luas adalah di IPPTP
Mojosari seluas 30 ha, dan lahan yang paling sempit seluas 0,4 ha di IPPTP
Wonocolo.
Tabel 6. Luas dan pemanfaatan lahan pada seluruh unit kerja lingkup BPTP Jawa Timur, per 31 Desember 2003.
No Unit Kerja/IPPTP Luas lahan (ha)
Bangunan
(m2)
Empla semen (m2)
Peru mahan (m2)
Sawah (ha)
Tegal (ha)
Kolam/bak (m2)
Lapangan
(m2)
Tanaman Koleksi
(ha)
1. BPTP Jawa Timur 8 6.446 10.919 550 1 5 250/100 - 5,5 2. KP Mojosari 30 7.093,83 9980 794 25 - - - - 4. Lab. Dis. Wonocolo 0,4 1.309,75 280 974 - - - - - Keterangan: bila ada
3.3.2.2. Keadaan Bangunan dan Pemanfaatan
Luas lahan yang digunakan untuk bangunan terdiri dari ruang kerja,
ruang rapat, perpustakaan, laboratorium, rumah kasa/kaca, bengkel, gudang,
asrama/mess, ruang tamu, garasi, kandang, kantin dan mushola (Tabel 7).
Tabel 7. Luas Bangunan dan pemanfaatannya di lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2003
No Unit Kerja/IPPTP
R. Kerja (m2)
Perpus takaan (m2)
Ruang. pertemuan
(m2)
Lab (m2)
Ruang. Kaca/ kasa
Gudang (m2)
Mess (m2)
Kan dang (m2)
Gara ge
(m2)
R. Dinas (m2)
R Jabatan
(m2)
Tempat Cuci (m2)
Lain-Lain (m2)
1. BPTP Jawa Timur 1141 120 365 915 90/ 230
105 110 - 240 110 120 14 1286
2. K.P. Mojosari 110,72 12 60 - - 705,98 372 254 114 215,70 -
4. ILab. Dis. Wonocolo
460 70 450 - - 80 504 - 36 703,25 -
Keterangan pada kolom lain-lain : Ruang Kantin 60 m
2
Ruang tamu/tunggu 244 m2
Lantai jemur 420 m2
Gedung Klinik Agribisnis 60 m2
Work Shop Pasca Panen 60 m2
Bengkel 121 m2
Masjid 165 m2
MCK 156 m2
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
70
3.3.2.3. Sarana Mobilitas
Sarana mobilitas di BPTP Jawa Timur dirasakan sangat terbatas.
Kendaraan yang adapun rata-rata sudah tua sehingga biaya operasionalnya
cukup tinggi. Dengan jumlah kendaraan yang ada (Tabel 8), belum mampu
mendukung tugas pokok dan fungsi BPTP Jawa Timur yang cakupan tugasnya
sangat luas.
Tabel 8 Jumlah dan Keberadaan Kendaraan roda 2 dan roda 4 pada unit BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2003.
No. Unit Kerja Kendaraan roda 2 (unit) Kendaraan roda 4 (unit)
1. BPTP Jawa Timur 13 9 2. Lab. Dis. Wonocolo 1 2 4. KP Mojosari 1 1
3.3.2.4. Tambahan Peralatan Perkantoran
Pengadaan peralatan perkantoran terutama dari anggaran rutin, dan
Proyek pada Tahun Anggaran 2003, diutamakan untuk melengkapi Kantor
Pusat BPTP Jawa Timur (Tabel 9).
Tabel 9. Penambahan Peralatan Kantor di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2003 (Proyek PAATP)
No Nama/Jenis Barang BPTP (unit/buah)
IPPTP Mojosari (unit/buah)
IPPTP Wonocolo (unit/buah)
1 Alat Pengering 2 - -
2 Alat Penyawut 2 - -
3 Alat Pengepres 2 - -
4 Alat Penggiling 1 - -
5 Vidio Camera 1 - -
6 Computer Editing - - 1
7 Lampu Spot - - 2
8 Tripot Lampu - - 2
9 VHS Player - - 1
10 Bateray cadangan - - 1
11 Groin Moisture Tester 1 - -
12 Timbangan 5 - -
13 Kompresor 1 - -
14 Jigsaw 1 - -
15 Planer 1 - -
16 Circularsow 1 - -
17 Profil 1 - -
18 Bor duduk 1 - -
19 Tavo las 1 - -
20 Mesin Cut ott 1 - -
21 Catok/Paron 1 - -
22 Catok Pipa 1 - -
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
71
No Nama/Jenis Barang BPTP
(unit/buah) IPPTP Mojosari
(unit/buah) IPPTP Wonocolo
(unit/buah)
23 Hole Sow 1 - -
24 Gergaji 1 - -
25 Gunting Plat 1 - -
26 Tang buaya 1 - -
27 Totok 4 PC 1 - -
28 Gurinda 1 - -
29 Mata Bor 1 - -
30 Kursi lipat 83 - 23
31 Kursi direktur 25 - 25
32 PABX Extention 16 - -
33 Mic Delegate 2 - -
34 Filling cabinet 2 - 4
35 Almari bahan kimia 2 - -
36 Meja biro 2 - -
37 Meja kerja ½ biro - - 15
38 Rak buku 3 - 2
39 Almari katalok - - 1
40 Meja baca - - 2
41 Sice 2 - 1
42 Kursi tunggu - - 1
43 Rak disply koran - - 2
44 Loker - - 1
45 Meja sidang 4 - 10
46 Meja resepsionis 1 - -
47 Almari peta 1 - -
48 Kursi sidang 4 - -
49 Televisi JVC 14” - - 1
50 Smout Cheps - - 1
51 Video editing tool - - 1
52 Backwall Exhibition Complete
1 - -
3.3.3. Keuangan
3.3.3.1. Sumber Dana
Seluruh kegiatan di BPTP Jawa Timur mendapatkan yang berasal dari :
Anggaran rutin (APBN)
Anggaran proyek PAATP (APBN + Loan)
Anggaran Kerjasama dengan Pihak Ketiga
Anggaran Rutin pada tahun anggaran 2003 meliputi pembiayaan untuk
pembayaran gaji, tunjangan beras, lembur para karyawan, pengadaan
keperluan sehari-hari dan peralatan kantor, pemeliharaan dan perjalanan dinas.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
72
3.3.3.2. Penetapan Anggaran
Penetapan anggaran Rutin dan Proyek di BPTP Jawa Timur TA. 2003 di
dasarkan pada pelaksanaan tugas dan fungsi Balai, serta tugas dan fungsi
masing-masing unit kerja, demikian pula alokasi anggaran yang bersumber dari
dana lain (Tabel 10).
Tabel 10. Anggaran Berdasarkan Sumber, Jumlah dan Lokasi pada Unit Kerja di Lingkup BPTP Jawa Timur TA. 2003
No. Unit Kerja
Rutin (Rp. 000)
Proyek (Rp. 000)
Kerjasama (Rp. 000)
1. BPTP Jawa Timur 1.690.285.000 3.061.219,9
2. KP Mojosari 594.122.000 9.150
3. Lab. Dis. Wonocolo 1.028.310.000 266.648,1
JUMLAH 3.312.717.000 3.337.018
3.3.3.3. Pelaksanaan Anggaran
Realisasi anggaran TA 2003 seperti yang tersaji pada Tabel 11 .
Tabel 11. Anggaran, realisasi dan sisa anggaran di Lingkup BPTP Jawa Timur TA. 2003
Kegiatan Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Sisa (Rp.)
1. Rutin 3.312.717.000 4.170.465.529 857.748.529
2. PAATP Jatim 3.337.018.000 3.250.892.950 86.125.050
3. Kerjasama swasta 187.250.000 - -
4. APBD-I 508.600.000 - -
3.3.3.4. Realisasi Penerimaan PNBP
Tabel 12. Realisasi Penerimaan PNBP TA 2003 sesuai satuan kerja
No. Satuan Kerja Umum Fungsional
(000) Realisasi
(000)
1. BPTP Jawa Timur 75.819.167 9.646.000 85.465.167
2. Lab. Dis. Wonocolo - 49.770.000 4.977.000
3. KP Mojosari 48.480 11.809.000 11.857.480
Jumlah 75.867.647 26.432.000 102.299.647
3.4. PELAYANAN TEKNIK
3.4.1. Kegiatan Informasi
Kegiatan informasi di BPTP jawa Timur meliputi semua kegiatan yang
berkaitan dengan Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian melalui berbagai bentuk
pertemuan, pendokumentasian hasil penelitian/pengkajian. Balai, menyajikan
materi informasi dalam bentuk yang dikehendaki (laporan berkala, publikasi,
tercetak dan elektronik layanan internet), dan penyelenggaraan perpustakaan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
73
3.4.1.1. Penyebaran informasi Hasil Penelitian/Pengkajian
Penyebaran informasi dari BPTP Jawa Timur dilakukan melalui media
cetak, elektronika, dan berbagai pertemuan. Penyebar luasan informasi secara
lengkap selama satu tahun terakhir secara ringkas disajikan pada Tabel 13..
Tabel 13. Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian yang dihasilkan BPTP Jawa Timur TA 2003
Nomor Nama Publikasi Jumlah
(Judul/eksemplar)
A. Pertemuan-Pertemuan
Seminar Lokakarya Temu Informasi Temu Aptek Temu lapang Gelar Teknologi Pelatihan/magang Kunjungan Pembinaan KTNA Pertemuan Tim Teknis Teknologi Pertanian Pertemuan Komisi Teknologi Pertanian
2 - 1 3 1 - -
17 18 2 2
B. Pengembangan Informasi Teknologi a. Media Cetak.
Prosiding Seminar Hasil Litkaji Monograf Rakitan Teknologi Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Laporan Tahunan Laporan Bulanan Brosur Liptan (leaflet) Folder Publikasi lain Mass Media
1/300 1/500 1/300 1/250
12 -
4 judul/4000 3 judul/4000
3 -
b.Media Elektronik
Radio Komunikasi dan Informasi Pertanian RRI Stasiun Malang Seri Foto Seri Slide Paket Siaran TV Layanan Internet (browsing dan e-mail) VCD
6/40 kaset 6 kali
- -
1 kali setiap hari kerja
2 judul/100
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
74
Nomor Nama Publikasi Jumlah
(Judul/eksemplar)
C.Pameran/Ekspose Lokal Regional Nasional
1 1 5
D. Visitor Plot Di KP Karangploso, Malang (Perbenihan ikan) Di Wonocolo, Surabaya (Hidroponik) Di Mojosari, Mojokerto (Koleksi mangga & anggur)
1 1 1
E. Unit Komersialisasi Teknologi (UKT)
Operasionalisasi jasa layanan Balai Mendukung kegiatan promosi Balai Rintisan agribisnis Melakukan penawaran komersialisasi teknologi (produksi benih/bibit, publikasi )
V V V V
F. Layanan Perpustakaan
Foto copy Penelusuran literature Penyusunan bibliografi
V V V
Keterangan : *Liptan : - Budidaya Ikan Sistem Karamba * Folder : - Teknologi Pembuatan Complete Feed (CF)
- Cara Pembuatan Tortila Jagung - Sedap Malam Varietas Roro Anteng - Teknik Pembuatan Tiwul Instan - Budidaya Pisang
- Penanaman Kedelai di Lahan Sawah dengan
3.4.1.2. Perpustakaan
Kondisi Perpustakaan di lingkup BPTP Jawa Timur saat ini sudah relative
lebih baik, dilihat dari penambahan fasilitas dan koleksi Perpustakaan, karena
selama tiga tahun ini sudah mendapatkan alokasi dana pengadaan buku dari
Proyek PAATP, sedangkan untuk pemeliharaan dan penyelenggaraan
Perpustakaan masih mendapat dana dari Rutin, walaupun jumlahnya masih jauh
dari cukup. Penambahan pengadaan pustaka secara berkesinambungan untuk
peningkatan kualitas maupun kuantitasnya yang disesuaikan dengan tugas dan
fungsi Balai, serta peningkatan sumberdaya manusia masih sangat diperlukan
untuk menunjang kegiatan BPTP Jawa Timur. Tambahan bahan pustaka yang
diterima pada TA. 2003 oleh BPTP Jawa Timur disajikan dalam tabel berikut.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
75
Tabel 14. Jumlah tambahan bahan Pustaka pada Satuan Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur TA 2003
No Unit Kerja Buku (judul)
Majalah (judul)
Brosur/ leaflet (judul)
1. BPTP Jawa Timur
266 160 150
4. Lab. Dis. Wonocolo
183 2.790 16
5. KP. Mojosari
- - -
Sumber : Perpustakaan – BPTP Jawa Timur
Jumlah pengunjung perpustakaan sebagian besar adalah mahasiswa,
peneliti dan penyuluh. Pada umumnya, selain membaca bahan pustaka, mereka
juga memanfaatkan jasa peminjaman ataupun fotokopi. Data pengguna jasa
perpustakaan selengkapnya tertera pada Tabel 15.
Tabel 15. Jumlah pengunjung perpustakaan, fotokopi, penelusuran dan peminjaman pustaka pada Unit Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur TA 2002
No Unit Kerja
Pengunjung Penggunaan Jasa
Peneliti Mahasiswa/Siswa
Penyuluh Foto Copy
Penelu-suran
Pemin-jaman
1. BPTP Jawa Timur 176 859 59 361 - -
4. Lab. Diseminasi Wonocolo
- 791 211 326 1871 -
5. KP. Mojosari
- - - - - -
3.4.1.3. Pameran/ Ekspose
Dalam tahun 2002, cukup banyak kegiatan Pameran/Ekspose yang
diikuti oleh BPTP Jawa Timur, selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
76
Tabel .16. Kegiatan Pameran, Temu Lapang Nama Kegiatan Waktu Tempat
Pemeran :
1. Ekpose dalam Peringatan Sewindu BPTP Jawa Timur
4-6 Juni 2003 Di halaman BPTP Jawa Timur
2. Ekpose Teknologi Tepat Guna Nasional IV
4-9 September 2003 Di Lapangan Parkir Timur Stadion Delta Sidoarjo
3. Mengikuti Indonesia Agribusiness Expo
Oktober 2003 Gedung WTC Sorabaya
4. Mengikuti Pekan Promosi Agribisnis Pembangunan Kabupaten Tulungagung
14-20 Juli 2003 Stadion Kabupaten Tulungagung
5. Ekpose Teknologi Spesifik Lokasi 14-17 Juli 2003 Pusat Agribisnis Suropadan Jawa Tengah
6. Gelar Teknologi Pangan Berbasis Buah-Buahan, dalam rangka Peringatan Hari Pangan Sedunia
20 Oktober 2003 Halaman Kantor BKP Surabaya
7. Mengikuti Indonesia Tropical Fruit Festival
4-7 Desember 2003 Di Halaman Hotel Sahid Kuta Denpasar Bali
Temu Lapang :
1. Pengembangan Model Usahatani Konservasi Secara Partisipatif di Lahan Kering Dataran Tinggi
2003 Desa Argosari Lumajang
3.4.1.4. Kunjungan Tamu
Selama tahun Anggaran 2003 BPTP Jawa Timur (kantor pusat)
menerima kunjungan sebanyak 23 kali dengan peserta sejumlah 1332 orang
terdiri dari: Rombongan instansi pemerintah, Perguruan Tinggi, Pendidikan
Menengah, Pengusaha/swasta, Kelompok Tani/kontak Tani.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
77
Tabel 17. Daftar Kunjungan ke BPTP Jawa Timur 2003 No Tanggal Instansi/Universitas/Sekolah Materi
1. 8 Januari 2003 SMP Negeri 5 Malang Pertanian dan Peternakan
2. 10 januari 2003 TK. Anak Saleh Malang Pengenalan Tanaman
3. 20 januari 2003 Kelompok Tani Ds. Selopuro, Blitar
Budidaya Tanaman Pangan
4. 29 Januari 2003 SPP Kediri Budidaya jamur dan Hortikultura
5. 18 Februari 2003 Faperta Universitas Tulungagung
Hortikultura
6. 26 Februari 2003 Smpk Santa Agnes Surabaya Kegiatan BPTP Jawa Timur
7. 25 Februari 2003 Ponpes Raudatul Muslimin Penggemukan Ternak
8. 6 Maret 2003 MTSn. Surya Buana Malang Hortikultura
9. 12 Juni 2003 UPN Veteran Jawa Timur Hortikultura dan Tanaman Pangan
10. 5 Agustus 2003 Peserta SL Agribisnis kabupaten Lamongan
Agribisnis jagung, kedelai dan hortikultura
11. 20 agustus 2003 Petugas lapangan Diperta Kabupaten Jombang
Budidaya padi dan jagung
12. 20 Agustus 2003 Petani Desa Sukodono, Dampit malang
Budidaya Salak Pondoh
13. 25 Agustus 2003 Kelompok Tani Sidomaju Ds. Balongtani, Jabon Sidoarjo
Budidaya padi dan sayuran
14. 12 September 2003 Himadat Faperta Universitas Brawijaya
Kegiatan Litkaji BPTP Jawa Timur
15. 15 Oktober 2003 BPP Pare, Kediri Budidaya padi dan hortikultura
16. 15 Oktober 2003 Kelompok Tani, Mojosari Mojokerto
Budidaya padi
17. 17 Desember 2003 SMPK Santa Agnes Surabaya Kegiatan BPTP Jawa Timur
3.4.1.5.Kursus/Latihan, Seminar di dalam dan luar BPTP, Mahasiswa Praktek Kerja Lapang dan Penelitian
Kursus dan seminar yang diikuti oleh karyawan-karyawati lingkup BPTP
Jawa Timur serta makalah yang disajikan (Tabel 18 dan 19).
Tabel 18. Kursus/Latihan yang diikuti oleh staf BPTP Jawa Timur No. Nama Waktu Tempat Judul Unit Kerja
1. Ir. Kasmiyati 3-7 Nopember 2003
Wisata Agro Inkarla Cibodas
Pelatihan Manajemen Wisata Agro tahun 2003
BPTP Jatim
2. Ir. Baswarsiati, MS 10-16 Nopember 2003
Cipanas, Cianjur
Pelatihan Pemuliaan Berorientasi HAKI
BPTP Jatim
3. Ir. Zainal Arifin, MP 11-16 Agustus 2003
Balai Diklat Ketindan Lawang
Diklat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
BPTP Jatim
4. Ir. Al. Gamal Pratomo 11-16 Agustus 2003
Balai Diklat Ketindan Lawang
Diklat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
BPTP Jatim
5. Jumadi Bogor Pelatihan Akutansi Perencanaan dan Manajemen
BPTP Jatim
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
78
6. Kasiyanto Bogor Pelatihan Akuntansi
Perencanaan dan Manajemen
BPTP Jatim
7. Slamet Riyanto Jakarta Workshop Sistem Informasi Manajemen Fasilitas
BPTP Jatim
8. Rohmad Budiono Jakarta Diklat Fungsional Peneliti
BPTP Jatim
9. Dra. Iffah Irsjadina 5-7 Agust. 2003
Surabaya Managemen Jabatan Fungsional Rumpun ilmu Hayat
BPTP Jatim
10. Samsu Aminullah 21 Juli-9 Agustus 2003
BLPP Ungaran Kursus Bendaharawan Khusus
BPTP Jatim
11. Dr. Ir. Much. Soleh, MS 29 Juni 2 Juli 2003
Balitpa Sukamandi
Apresiasi Teknis Program Litkaji Pola CLS di Lahan Karing
BPTP Jatim
12. Djoko Siswanto 14-15 Maret 2003
Jakarta Workshop Editing Vidio
BPTP Jatim
13. Nonot Widarsa 8-17 Desember 2003
Yogyakarta Pelatihan Manajemen Database Fasilitas bagi Petugas Pengelola Barang Tingkat UPB
BPTP Jatim
14. Ir. Fatkhul Arifin Balai Diklat Ketindan Lawang
Diklat Developing Profesional Personality
BPTP Jatim
15. Rika Asnita, SP 17-18 Juli 2003
BPTP Jawa Barat
Pengolahan dan Analisis Data Survei
BPTP Jatim
16. Ir. Luki Rosmahani, MS 28 April – 9 Mei 2003
Wageningen University Netherlands
Pedidikan non Gelar BPTP Jatim
17. Ir. Moh. Ismail Wahab 10-11 Desember 2003
Bogor Lokakarya Pengelolaan Plasma Nutfah Pertanian
BPTP Jatim
18. Ir Herman Subagio, MS 10-11 Desember 2003
Bogor Lokakarya Pengelolaan Plasma Nutfah Pertanian
BPTP Jatim
19. Dr. Ir. Q Dadang Ernawanto
12-16 Desember 2003
Jakarta Pelaksanaan Program Reentry Pasca Penugasan Belajar Bdan Litbang Pertanian
BPTP Jatim
20. Ir. Harwanto Jakarta Pelatihan Pemberdayaan Peneliti Teknisi Pengolahan Hasil Kakao
BPTP Jatim
21. Yuwoko Jakarta Pelatihan Pemberdayaan Peneliti Teknisi Pengolahan Hasil Kakao
BPTP Jatim
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
79
22. Kuswardoyo 3-18 Juni 2003
BLPP Batu Pelatihan SAP dan SIMKEU
BPTP Jatim
23. Ir. Wigati Istuti 3-4 Pebruari 2003
Badan Litbangtan
Pelatihan PTT BPTP Jatim
24. Ir. Agus Suryadi 3-4 Pebruari 2003
Badan Litbangtan
Pelatihan PTT BPTP Jatim
25. Ir. Suhardi Badan Litbangtan
Apresiasi Akreditasi BPTP Jatim
26. Ir. Lulus Sunaryo Badan Litbangtan
Apresiasi Akreditasi BPTP Jatim
27. Lukani 22 Okt.-6 Nop. 2003
Badan Litbangtan
Managemen Sumberdaya Manusia Profesional
BPTP Jatim
28. Ir. Moh. Saeri 13-26 Okt. 2003
Ciawi Bogor Pelatihan Penulisan Karya Tulis Teknisi Litkayasa
BPTP Jatim
29. Ir. Endah Retnaningtyas 9-14 Sept. 2003
Batu Traning Agribisnis Tahap I
BPTP Jatim
30. Dra. Endang Widayati 15-23 Des. 2003
VEDC Malang Traning Agribisnis Skala Kecil
BPTP Jatim
31. Ir. Gatot Kustiono 15-23 Des. 2003
Balatkop Malang
Traning Agribisnis BPTP Jatim
32. Ir. Agus Suryadi 15-23 Des. 2003
Balatkop Malang
Traning Agribisnis BPTP Jatim
33. Ir. Paulina Evi RP, MP 15-23 Des. 2003
Balatkop Malang
Traning Agribisnis BPTP Jatim
34. Rohmad Budiono 29 Mei 2003
Batu Pelatihan Sekolah Lapang
BPTP Jatim
35. Ir. Harwanto 26-31 Mei 2003
Lolit Jeruk Batu Training of Trainess Pengelola Tanaman Terpadu Tanaman Jeruk
BPTP Jatim
36. Ir. Titiek Purbiati 26-31 Mei 2003
Lolit Jeruk Batu Training of Trainess Pengelola Tanaman Terpadu Tanaman Jeruk
BPTP Jatim
37. Ir. Heri Sutanto 26-31 Mei 2003
Lolit Jeruk Batu Training of Trainess Pengelola Tanaman Terpadu Tanaman Jeruk
BPTP Jatim
38. Yoyok Hardi M 26-31 Mei 2003
Lolit Jeruk Batu Training of Trainess Pengelola Tanaman Terpadu Tanaman Jeruk
BPTP Jatim
39 Dr. Suyamto 28 Juli-6 Okt. 2003
Jakarta Diklatpin TK II BPTP Jatim
40. Slamet Riyadi 10-13 Juni 2003
Cipayung Pelatihan Pengelola Managerial Penerimaan Negara
BPTP Jatim
41. Ir. Wigati Istuti Training Workshop on Rice Teknology Trafert Sistem in Asia
BPTP Jatim
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
80
42. Ir. Luki Rosmahani, MS 13-17 Okt. 2003
Badan Litbangtan
Latihan Ketrampilan PHT-PR
BPTP Jatim
43. Ir Diding Rachmawati 13-17 Okt. 2003
Badan Litbangtan
Latihan Ketrampilan PHT-PR
BPTP Jatim
44. Sjaiful Chanafi, S Sos 23-24 Sept. 2003
Bali Pemasyarakatan Standarisasi Pedoman Perpustakaan
BPTP Jatim
45. C.N Yuliarti 23-24 Sept. 2003
Bali Pemasyarakatan Standarisasi Pedoman Perpustakaan
BPTP Jatim
47. Hendiva Winar, SE 15-18 Juli 2003
BPTP Lembang Workshop pemanfaatan TI dan SI
BPTP Jatim
48. Indriana R.D, SP 15-18 Juli 2003
BPTP Lembang Workshop pemanfaatan TI dan SI
BPTP Jatim
49. Ir. Suwono, MP 1-12 Maret 2003
Philipina Developing BPTP Jatim
50. Ir. LY Krisnadi 1-12 Maret 2003
Philipina Developing BPTP Jatim
Tabel 19. Seminar BPTP Jawa Timur No. Topik Pembawa Waktu Unit Kerja
1. Seminar Nasional AFTA 2003
Peneliti BPTP Jawa Timur
2003 Lingkup BPTP Jawa Timur
2. Seminar Intern Hasil Litkaji 2002
Peneliti BPTP Jawa Timur
2003 Lingkup BPTP Jawa Timur
3. Seminar Nasional Sewindu BPTP Jawa Timur
2003 Lingkup BPTP Jawa Timur
Tabel 20. Makalah yang dibuat dan disampaikan oleh staf pada berbagai pertemuan
Nama Judul Makalah Acara
Dr. Suyamto Inventarisasi hasil litkaji teknologi produksi buah-buahan Prpinsi Jawa Timur
Pertemuan koordinasi keterpaduan sentra produksi buah-buahan wilayah barat(Sumatera dan Jawa). Padang 23-26 Juni 2003
Ir. Pudji Santoso, MS Kajian adopsi paket teknologi SUP kedelai di Jawa Timur
Publikasi JPPTP, PSE volume 6 No. 1 , Januari 2003
Ir. Sri Yuniastuti 1. Pengenalan dan eknologi pembibitan tanaman empon-empon
2. Teknologi sambung dini dan top working pohon buah-buahan
3. Teknologi budidaya dan pencegahan kerontokan buah mangga
1. Pelatihan di BDATPO, Ketindan Lawang
2. Temu aplikasi teknologi pertanian, Trenggalek 21 Juli 2003
3. Temu aplikasi teknologi pertanian, Nganjuk 29 Juli 2003
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
81
Ir. Roesmiyanto 1. Agroekologi tanaman kedelai
2. Perbanyakan benuh kedelai bermutu
1. Pelatihan pemandu lapangan Agribisnis tanaman pangan, Bedali 7-13 April 2003
2. sda
Dr. Suhardjo 1. Lokakarya Pengolahan Pangan, BKP Propinsi Jatim, Surabaya 27-28 Mei 2003
2. Pelatihan diLamongan
Ir. Suhardi Pasca panen dan pengolahan hasil tanaman tomat
Pelatihan PPL Diperta Kabupaten Jombang, Gudo 26 Juni 2003
Ir. Ruly Hardianto 1. Analisa profil dan prospek pengembangan peternakan di Kab. Tuban
2. Rakitan teknologi pakan lengkap
3. Pengelolaan DAS untuk pengembangan agribisnis terpadu tanaman, ternak dan industri pakan
1.Tuban
2. Blitar
3. Jasa Tirta Malang
Dr. M. Soleh 1. Budidaya kentang hubungannya dengan konservasi tanah di lahan kering dataran tinggi
2. Teknologi penanaman kubis di kawasan rawan erosi lahan kering dataran tinggi
1. Aptek Diperta Kabupaten Probolinggo
2. sda
Tabel 21. Judul makalah yang diterbitkan dalam publikasi di luar BPTP Jawa Timur
Nama Judul Makalah Acara
Ir. Titiek Purbiati Pergiwo Pergiwati, dua varietas unggul bunga mawar potong
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian vol. 25 No. 2, tahun 2003
Ir. Tri Sudaryono, MS Teknologi budidaya salak spesifik lokasi lahan kering
Temu usaha pengembangan usahatani terpadu hortikultura, ternak di lahan kering, Prigen Pasuruan 23 Juni 2003
Dra. Wahyunindyawati,
MP
Tingkat adopsi teknologi usahatani padi lahan sawah di Jatim
Publikasi JPPTP PSE vol 6 No. 2, Januari 2003
Tabel 22. Mahasiswa Penelitian/Praktek Kerja Lapang (PKL) No. Nama Mahasiswa Judul Penelitian/Pkl Pembimbing
1. Puji Astutik dkk SMK-BM Ardjuna 02.
Keuangan (PSG) Ir. Heru Samekto
2. Kristina Ardina D III Kesekretariatan Unibraw
Disiplin Kerja Pegawai di BPTP Jatim (PKL)
Dra. Iffah Irsyadina
3. Indri Faperta Unibraw
Kultur jaringan (PKL) Ir. PER. Prahardini. MP
4. Abdul Gofar dkk. Hama Penyakit Tanaman Budidaya tanaman Hortikultura (PSG)
Ir. Sarwono Ir. Heri Sutanto
5. Fekum Ariesbowo Nuraini Faperta Unibraw
Pengkajian sistem perbanyakan benih BS dan galur harapan kedelai (PKL)
Ir. Chamdi Ismail
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
82
6. Dimas Agung Baruno
Astrid Yuniar Dita Arsyanti
GIS (PKL) Ir. D.P. Saraswati
7. Dwiaji Jamal A. Ratih Nirmala Sari Ridlo Patyodi
Pengkajian sistem perbanyakan benih BS dan galur harapan padi (PKL)
Drs. Bambang Tegopati
8. Ajeng Puspaningrum Faperta Unibraw
Pemuliaan Melon *PKL) Drs. M. Sugioyarto, MP
9. Martina Ariyanti Uji multilokasi galur harapan padi (PKL) Ir. Bambang Pikukuh
10. Yulia Hafida Uji multilokasi galur harapan jagung (PKL) Ir. Bambang Pikukuh
11. Yuyun Bintariwati Faperta Unibraw
Uji ketahanan 11 galur harapan padi terhadap penyakit bercak coklat (PKL)
Ir. Sarwono
12. Siti Nur Khomsatun Faperta Unibraw
Seleksi ketahanan 12 varietas padi terhadap hawar daun bakteri (PKL)
Ir. Sarwono
13. Jun Hariyanto dkk SMK Tekung Lumajang
Pembibitan tanaman hias (PKL) Ir. Sarwono Ir. Heri Sutanto
14. Rusi Trisnawati dkk. SMK Kosgoro 4 Karangploso 4
Keuangan (PSG) Ir. Heru Samekto
15. Trudo Dwi Rendra dkk Faperta Unibraw
Komunikasi dan Penyuluhan (PKL) Dra. Endang Widajati Dra. Yulfah
16. Fathkiyatul dkk. School of Business
Komputer (OJT) Dra. Yulfah
17. Kristian Dony Briyan Cahya Putra Fapetta UMM
Produk olahan tepung Casava dan produk lain (PKL)
Dr. Suhardjo
18. M. Masruri B, dkk/ FMIPA Unisma
Pengkajian sistem perbanyakan benih BS kedelai
Ir. Chamdi Ismail
19. Dwi Estuning Hidayah Yunika Sariana Dewi Faperta UWIGA
Pengaruh komposisi media tumbuh pada pembibitan cabai (PKL)
Ir. Endang PK, MS
20. Yudha Hutomo dkk. FMIPA UN Surabaya
Pengkajian dan pengembangan model usahatani terpadu padi-udang windu di lahan sawah irigasi (PKL)
Ir. Anang Muhariyanto
21. Citra Okta S DIII Faperta Unibraw
Kultur jaringan (Magang Tugas Akhir) Ir. PER Prahardini, MP
22. Indah Kusuma Nurhadi DIII Faperta Unibraw
Uji adaptasi Sedap Malam (magang tugas akhir)
Sri Zunaini Saadah, SP
23. Ilham Nur Ardhi W. Faperta Unibraw
Heterosis Sifat hasil pada p[ersilangan tiga galur tanaman melon (skripsi)
Drs. M. Sugiyarto, MP
24. Nur Cholistyani Basuki Univ. Neger Surabaya
Respon morfologi anatomi dan fisiologi kedelai terhadap cekaman air (skripsi)
Ir. Lulus Sunaryo, MP
25. Rika Yohanawati UPN Veteran Surabaya
Pengaruh penambahan ZPT, NAA dan BAP dalam medium differensiasi thd pertumbuhan planlet Anggrek Dendrobium sp. (skripsi)
Ir. PER. Prahardini, MP
26. Sri Astutining P, Pareta Unibraw
Penggunaan berbagai macam ZPT untuk mempercepat pembungaan dan meningkatkan hasil bunga sedap malam varietas Roro Anteng (skripsi)
Ir. PER Prahardini, MP
3.4.2. Kegiatan Kerjasama dengan Pihak Ketiga
Kegiatan kerjasama penelitian/pengkajian BPTP Jatim dengan Pihak
Ketiga selama setahun terakhir sebagian besar adalah kegiatan pengujian pupuk
alternatif dan pestisida. Kerjasama penelitian/pengkajian dengan Pemerintah
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
83
Daerah, antara lain dengan Pemerintah Propinsi, melalui Dinas-dinas teknis yang
ada dan juga dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Secara ringkas dibawah ini disajikan berbagai kegiatan kerjasama dengan
pihak swasta, pemerintah daerah Propinsi maupun Kabupaten beserta hasilnya.
Tabel 23. Rekapitulasi kegiatan kerjasama dengan Swasta Tahun 2003
No Judul Kegiatan Kerjasama Sumber dana Pihak yang
terkait dalam kegiatan
Hasil Pengujian
01. Pengujian pupuk Grand-16,
pada bawang merah
PT. Tanido Subur
Prima,Surabaya
Dr.F. Kasijadi Pemberian pupuk majemuk
Tanigro dosis 900 kg/ha + pupuk
Gardena dosis 3,8 l/ha dan Tanimic
3,8 l/ha yang disemprotkan 4 kali
memberikan hasil umbi kering
bawang merah tertinggi dan paling
menguntungkan
02. Pengujian pupuk Grand-16
pada timun
sda Ir.Al. Gamal
Pratomo
Pemberian pupuk Grand 16 500
kg/ha ditambah penyemprotan 1
ml/l pupuk daun Tanivit sesuai
aturan mampu berproduksi cukup
tinggi dan dapat disarankan
sebagai alternatif pemupukan
tanaman timun.
03. Pengujian pupuk Grand-16
pada tomat
sda Ir. Luki
Rosmahani, MS
Pemberian pupuk majemuk
Tanigro 16-16-16 dosis 350 kg/ha,
pupuk mikro spesial Fitonik doasis
4,2 t/ha dan pupuk daun Tanivit
dosis 4,2 t/ha yang disemprotkan 4
kali selama pertumbuhan tanaman
tomat dapat disarankan untuk
digunakan petani.
04. Pengujian pupuk ZK-Plus
terhadap tanaman padi
PT, Molindo Raya
Industrial
Ir. Mardjuki Pemupukan 100 kg ZK-Plus/ha
dibarengi dengan 100 kg SP-36/ha,
rata-rata mampu meningkatkan
hasil gabah secara nyata sebesar
15,9 % dibandingkan tanpa ZK-
Plus.
05. Pengujian pupuk ZK-plus
terhadap tanaman bawang
merah
sda Dr.F. Kasijadi Pada tanah tingkat kesuburan
tanah sedang, pemberian 300 kg
Urea + 300 kg ZA + 200 kg SP-36
+ 400 kg ZK-Plus/ha menghasilkan
umbi kering bawang merah
tertinggi, tetapi hasilnya tidak
berbeda dengan pemupukan 200
kg Urea+500 kg ZA+200 kg SP-
36+225 kg KCl/ha. Pupuk ZK-Plus
dapat digunakan sebagai salah
satu alternatif sumber hara kalium
dan sulfur bagi tanaman bawang
merah.
06. Pengujian pupuk ZK-Plus
terhadap tanaman kentang
sda Ir.Al. Gamal
Pratomo
Pemupukan kentang dengan dosis
1300 kg ZA + 280 kg SP-36 + 150--
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
84
300 kg ZK-Plus/ha dapat
digunakan sebagai alternatif
pemupukan pada tanaman
kentang
07. Pengujian pupuk ZK-Plus
terhadap tanaman kubis
sda Drs.M.Sugiyarto,
MP
Pemberian pupuk ZK-Plus dosis 200 kg/ha ditambah 180 kg urea + 75 kg ZA + 350 kg SP-36 memberikan produksi cukup tinggi, sehingga dapat disarankan sebagai pupuk alternatif.
08. Pengujian pupuk ZK-Plus
terhadap tanaman cabe
merah
sda Ir.Endang PK, MS Pemupukan cabe merah dengan
dosis 200 kg Urea + 400 kg ZA +
350 kg SP-36 + 500 kg ZK-Plus/ha
menghasilkan produksi 16,52 t/ha.
09. Pengujian pupuk NPK
Pelangi dan Urea Granul
pada padi dan jagung
PT. Pupuk Kaltim
Tbk
Dr. Suyamto Untuk tanaman padi di Blitar dosis pupuk Urea granul yang optimal adalah 200 kg/ha diberikan dua kali. Dosis NPK Blending yang optimal adalah 400 kg/ha diberikan dua kali ditambah 25 kg/ha Urea granul. Untuk padi di Jombang, dosis Urea granul yang optimal mencapai 350 kg/ha diberikan dua kali, sementara untuk NPK Blending sebesar 400 kg/ha satu kali pemberian ditambah 150 kg Urea granul/ha. Untuk tanaman jagung, dosis NPK Blending optimal di Tuban sebesar 400 kg/ha diberikan dua kali ditambah 25 kg Urea Granul. Tanaman jagung di Mojokerto dosis NPK Blending optimal mencapai 400 kg/ha ditambah 100 kg Urea granul/ha.
10. Pengujian PPC Ultra Grow
terhadap tanaman Melon
CV. surya Agung Drs. M. Sugiyarto,
MP
Pupuk Cair Ultra Grow 1 cc/l
diberikan setelah umur 28 hari +
NPK anjuran berpengaruh pada
pertumbuhan panjang/ tinggi
tanaman, luas dan berat daun.
11. Pengujian PPC Permata
terhadap tanaman kacang
tanah
CV. surya Agung Ir. Suwono, MP Pemberian PPC Permata 2,0 ml/l
air atau setar dg 1200 ml/ha
dibarengi pemupukan 50 kg Urea +
75 kg SP-36 + 50 kg KCl/ha
mampu menghasilkan kacang
tanah paling tinggi (2,57t/ha) dan
berpengaruh nyata dibandingkan
kontrol (tanpa NPK dan tanpa PPC
Permata)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
85
12. Pengujian PPC Multihara
pada tanaman padi
CV. Surya Inti
Sejati, Banyuwangi
Ir. Zainal Arifin, MP Penambahan pupuk organik cair
Multihara sebanyak 4 cc/l dapat
menghemat separuh kebutuhan
pupuk anorganik (Urea 150
kg/ha+SP-36 37.5 kg/ha+KCl 37.5
kg/ha) di lokasi Pasirian, di
Sumbersuko diperlukan pupuk
anorganik sesuai rekomendasi dan
penambahan 1 cc/l Multihara dapat
menaikkan 11 % gabah.
13. Pengujian pupuk Phonska
terhadap pertumbuhan
tanaman bawang merah
PT. Petrokimia
Gresik
Dr. QD.
Ernawanto
Dosis optimal pupuk Phonska
sebesar 850 kg/ha mampu
meningkatkan produksi bawang
merah sebesar 5,09 %
dibandingkan dengan penggunaan
pupuk sesuai rekomendasi (500 kg
ZA+ 200 kg Urea + 250 SP-36 +
150 kg KCl) / ha
14. Pengujian pupuk Phonska
terhadap pertumbuhan
tanaman kentang
sda Ir. Al. gamal
Pratomo
Pemberian pupuk Phonska 480
kg/ha + 720 kg ZA /ha dapat
disarankan sebagai alternatif
pemupukan kentang
15. Pengujian pupuk Phonska
terhadap pertumbuhan
tanaman cabe merah
sda Ir. Endang Pratiwi
Kusumainderawati
, MS
Pada tanah tingkat kesuburan
sedang pemberian 1100 kg NPK
Phonska + 917 kg ZA/ha dapat
memberikan produksi cabai besar
secara naksimum dan
meningkatkan hasil 94,9% dari
tanpa pupuk. Apabila harga pupuk
NPK Phonska Rp. 1700,- /ka dan
harga cabai besar Rp. 3000,-/ka,
keuntungan maksimum dicapai
dengan pemupukan 1050 kg NPK
Phonska + 875 kg ZA/ha.
16. Pengujian efikasi zat
pengendali tunas Fair 85 dan
fair FST-7 terhadap
pertumbuhan tunas samping
tanaman tembakau Virginia
PT. Forum Bintang
Perkasa
Dr. Ir. Gatot
Kartono, MS
Zat pengendali tunas yang dapat
digunakan yaitu FST-7 dg
konsentrasi 6-8%, Fair 85 dg
konsentrasi 6% serta Hylan 715 EC
dg konsentrasi 4% dapat
digunakan untuk pengendalian
tunas ketiak tanaman tembakau
Virginia
17. Pengujian pupuk Ostindo
pada padi
PT. Anugerah
Mustika Ostindo
Dr. M. Soleh Penyelesaian laporan
18. Pengujian pupuk Ostindo
pada mangga
PT. Anugerah
Mustika Ostindo
Dr. M. Soleh Penyelesaian laporan
19. Pengujian pupuk Amonium
Sulfat terhadap padi, jagung
dan bawang merah
PT. Cheil Samsung
Indonesia
Dr. M. Soleh Penyelesaian laporan
20. Pengujian formula pupuk
Cornalet pada tanaman
jagung
PT. Saraswanti
Anugerah Makmur
Ir. Suwono, MP Masih berjalan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
86
Tabel 24. Kerjasama dengan Instansi Pemerintah Kabupaten dan Kota se
Jawa Timur. No Judul Kegiatan Penyandang Dana Nomor/Tanggal Kontrak Jangka Waktu
01 Pengkajian peningkatan kualitas bunga sedap malam dan buah mangga di Kabupaten Pasuruan
Badan Pengembangan Sumberdaya Daerah Kabupaten Pasuruan
074/III.I/424.085/2003 April – Desember 2003
02 Pengkajian pengembangan model usahatani terpadu tanaman pangan-ternak di lahan sawah irigasi
Dinas Pertanian Tanaman kabupaten Lumajang
LB.310.0302.5.5. Maret-Desember 2003
03. Pengkajian peningkatan produksi hortikultura ramah lingkungan, kebun bibit desa dan pengembangan kebun campur kawasan Panderman
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu
520/266/422.105/2003 Mei-Desember 2003
04. Perbanyakan bibit duku varietas lokal Pranggahan Kulon Kabupaten Tuban
Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian Kabupaten Tuban
April-Desember 2003
05. Analisis kualitas susu dari Jawa Timur
Balai Penelitian Veteriner
1000/RC.220/B2.5.2/ 2003
Januari-Desember 2003
06 Pemetaan kesuburan tanah lahan sawah di Kabupaten Blitar untuk penyusunan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi
Balitbangda Kabupaten Blitar
545/127/A/Balitbangda/APBN/ 2003
April-Desember 2003
07. Penyusunan studi pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan baku pakan ternak complete feed
Bappeda kabupaten Tuban
602.1/469/414.101/ 2003
Mei-September 2003
08. Pengembangan Model Agroindustri Pengolahan Tepung Cassava skala kecil
Diperta Kab. Tulungagung dan Kab. Magetan
- Juni – Desember 2003
09. Pewilayahan Zona Agroekologi Kab. Lumajang
Diperta Kab. Lumajang
- Desember 2003
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
87
2.4.2.1. Pengkajian Sistem Usaha Perkebunan Berbasis Kakao Rakyat Berwawasan Agribisnis di Kabupaten Trenggalek dan Pacitan
Usaha tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) akhir-akhir ini sangat
diminati petani karena harganya semakin membaik. Tingkat produktivitas
usahatani kakao yang dilaksanakan petani relatif masih rendah dan masih dapat
ditingkatkan melalui rekayasa teknologi. Demikian pula dengan tingkat
pendapatannya masih dapat ditingkatkan melalui rekayasa sosial, ekonomi dan
rekayasa nilai tambah. Pengkajian sistem usaha perkebunan Berbasis Kakao
Rakyat Berwawasan Agribisnis dilaksanakan pada lahan petani di dua wilayah
KIMBUN yaitu di desa Kendalrejo, Durenan, Trenggalek pada kelompok tani
Randu Agung dan desa Wonoanti, Tulakan, Pacitan pada kelompok tani Gemah
Ripah III dengan total luas pengkajian 12 ha (masing-masing kabupaten 6 ha).
Beberapa cakupan kegiatan yang dilaksanakan meliputi : identifikasi potensi dan
permasalahan pengembangan usahatani kakao rakyat; pengembangan teknologi
budidaya kakao rakyat, uji coba beberapa komponen teknologi yang mendukung
upaya peningkatan nilai tambah usaha tani kakao rakyat dan peningkatan kualitas
SDM petani kakao. Dari hasil analisis SWOT berdasarkan potensi dan
permasalahan yang ada maka strategi yang diambilkan untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi, pendapatan dan keberlanjutan usahatani kakao rakyat
dan pelaksanaan usahatani secara terpadu. Hasil pengkajian menunjukkan
bahwa dengan perbaikan dan pengembangan teknologi pemangkasan naungan,
produksi dan pemangkasan pemeliharaan serta pemupukan sesuai dosis anjuran
(analisis tanah) dan PHT (utamanya sanitasi kebun) dapat meningkatkan jumlah
biaya yang dihasilkan sebanyak 17,5% (Pacitan) dan 13,7% (Trenggalek).
Pengolahan biji kakao melalui fermentasi di Pacitan sudah cukup baik sesuai
permintaan mitra usaha / pasar. Sedangkan untuk Trenggalek walaupun pembeli
tidak mempersoalkan biji kakao di fermentasi / tidak namun untuk meningkatkan
nilai tambah ke pembeli / pasar tertentu maka perlu difermentasi secara benar /
baik (fermentasi selama 4 hari). Upaya meningkatkan nilai tambah usahatani
kakao dapat pula dilakukan melalui usahatani kakao yaitu dengan
mengintensifkan cabang usaha lain yang dikuasai petani yaitu usaha ternak
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
88
ruminansia (sapi dan atau kambing) serta usahatani tanaman naungan (kelapa).
Di bidang pemasaran hasil perlu ditingkatkan posisi tanam petani baik terhadap
mitra usaha / pasar maupun dengan para pedagang kakao yang beroperasi di
lokasi pengkajian. Dalam pengembangan pasar dihadapkan pada permasalahan
kuantitas dan kontinyuitas produksi biji kakao. Peningkatan kualitas SDM
dilakukan baik secara formal maupun informal. Secara formal melalui pertemuan-
pertemuan pembinaan petani (6 kali pertemuan) serta pertemuan aplikasi
teknologi dan temu lapang masing-masing sebanyak 1 kali pertemuan, non formal
dilakukan pada saat-saat kunjungan ke kebun atau ke rumah petani. Materi
pembinaan berupa alih teknologi usahatani kakao baik teknologi pra produksi,
produksi pasca panen maupun pembinaan / bimbingan pemasaran Materi
diberikan baik secara teori maupun praktek.
3.4.2.2. Pengelolaan Agroekologi Pertanaman Kakao Rakyat Terhadap Perkembangan Hama Helopeltis Spp
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang saat ini
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sebagian besar tanaman kakao di Jawa Timur
adalah merupakan tanaman perkebunan rakyat. Salah satu kendala yang
menyebabkan rendahnya produksi kakao antara lain adalah kurangnya
pengelolaan agroekosistem kebun, sehingga memungkinkan terjadinya serangan
hama dan penyakit. Untuk menanggulangi hal ini telah dilakukan suatu
pengkajian pada pertanaman kakao rakyat. Pengkajian dilaksanakan di Desa
Sumberingin, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek. Luas lahan adalah
0,5 ha yang terdiri dari 350 pohon kakao umur 7 tahun. Perlakuan yang dicoba
adalah penerapan pengelolaan agroekosistem kebun (teknologi introduksi) dan
teknologi petani setempat sebagai pembanding. Hasil pengkajian menunjukkan
bahwa pengelolaan agroekosistem kebun dapat menurunkan intensitas serangan
kepik penghisap buah kakao : Helopeltis spp. menjadi sebesar 1,4 – 9,35 %.
Sedangkan pada lahan yang dikelola dengan cara petani setempat, intensitas
serangan mencapai 14,95%. Informasi lain yang didapatkan adalah tingkat
preferensi serangan hama Helopeltis spp. pada buah kakao berwarna hijau
dengan permukaan buah licin lebih tinggi (45 %) dibandingkan buah kakao
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
89
berwarna merah dengan permukaan kulit buah tidak licin (19,3 %). Pemahaman
petani tentang pengelolaan agroekosistem kebun kakao meningkat setelah
diadakan pengkajian di lokasi petani setempat.
3.4.2.3. Peningkatan Mutu Buah Mangga Arumanis untuk Pasar Swalayan/Toko Buah
Tujuan penelitian adalah mendapatkan paket teknologi penanganan pasca
panen buah mangga Arumanis yang menghasilkan buah berkulit mulus, ukuran
dan bentuknya seragam serta tingkat ketuaannya optimal, sehingga dapat
diterima oleh pasar swalayan atau toko buah. Penelitian dilakukan di kebun
percobaan Kraton, Pasuruan sejak bulan April sampai Desember 2003.
Perlakuan yang diberikan terhadap buah mangga Arumanis adalah 1) Kontrol
(buah dipanen dan diperlakukan seperti cara petani/pedagang setempat), 2) Petik
sarung tangan (buah dipanen dan diperlakukan secara khusus meliputi a)
penggunaan sarung tangan bagi petugas yang melakukan penanganan, b) petik
pilih pada tingkat ketuaan optimal (umur + 85 hari dari buah sebesar kedelai) dan
dilakukan antara jam 10.00 sampai 16.00, c) mengikutsertakan tangkai yang
panjang (+ 10 cm) pada buah yang dipetik, d) melakukan seleksi, grading dan
pemotongan tangkai di atas ruas absisi dan e) mengemas buah dengan
menggunakan liner, dan 3) Buah di kerodong, petik sarung tangan ( buah di
panen dan diperlakukan secara khusus meliputi a) pengkerodongan buah di
lapang b) penggunaan sarung tangan bagi petugas yang melakukan penanganan
c) petik pilih pada tingkat ketuaan optimal (umur + 85 hari dari buah sebesar
kedelai) dan dilakukan antara jam 10.00 sampai 16.00, d) mengikutsertakan
tangkai yang panjang (+ 10 cm) pada buah yang dipetik, e) melakukan seleksi,
grading dan pemotongan tangkai di atas ruas absisi dan f) mengemas buah
dengan menggunakan liner. Sebanyak 10 tanaman mangga Arumanis yang
berumur 7-10 tahun dan berkeragaan pendek dipilih dan diamati saatnya
berbunga. Saat buah sebesar biji kedelai buah diberi tanda dan saat berumur + 3
minggu 1/3 populasi buah diberi kerodong kertas semen untuk perlakuan
pengkerodongan buah. Sisa buah yang ada digunakan untuk 2 perlakuan lainnya.
Buah dipanen pada tingkat ketuaan optimal kemudian diperlakukan, dikemas dan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
90
dibawa ke lokasi pemasaran. Pengamatan dilakukan terhadap kualitas buah (fisik
dan kimia) setelah panen, saat matang optimal dan saat mulai over ripe,
kemulusan kulit buah (ada tidaknya bedak buah, kerusakan karena serangan
hama/penyakit) serta preferensi konsumen. Sebagai pembanding dilakukan juga
perlakuan yang sama terhadap mangga Malgova dalam jumlah yang kecil (20
buah, dalam 1 tanaman). Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan
analisis perbandingan dan diuraikan secara deskriptif. Hasilnya menunjukkan
bahwa buah yang dikerodong mempunyai warna kulit yang lebih muda dari pada
yang tidak dikerodong dan sampai buah mencapai matang optimal, buah
mempunyai sifat kimiawi, rasa dan flavor yang normal. Konsumen yang familiar
dengan buah mangga lebih menyukai mangga yang tidak dikerodong dari pada
yang dikerodong, karena warna kulit buah yang dikerodong lebih muda. Untuk
konsumen awam yang tidak familiar dengan buah mangga, pilihan buah terutama
didasarkan pada ukuran buah yang besar (berat > 350 - < 500 gr), seragam,
bersih dengan ketuaan yang cukup. Paket teknologi penanganan pasca panen
buah mangga Arumanis untuk kebun dengan perawatan intensif dan tingkat
serangan hama/penyakit rendah serta buah ditujukan untuk pasar menengah ke
atas/pasar swalayan adalah buah tidak dikerodong, dipetik dengan tangan
menggunakan sarung tangan, tangkai buah dipetik datas ruas absisi pada tingkat
ketuaan optimal, panen dilakukan pada jam 10.00 – 16.00, buah diseleksi,
digrading dan dikemas menggunakan liner. Untuk pertanaman mangga Arumanis
di lokasi dengan tingkat serangan hama/penyakit tinggi atau kebun yang tidak
dirawat intensif dan buahnya ditujukan untuk pasar yang sama, paket teknologi
penanganan pasca panen yang dianjurkan sama, tetapi buah perlu dikerodong
sejak berumur + 3 minggu.
3.4.2.4. Studi Potensi Pengembangan Industri Pakan dari Bahan Baku Lokal di Kabupaten Sumba Timur
Kabupaten Sumba Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur diperkirakan
memiliki potensi bahan baku sumber serat mencapai 1.136.565 ton/tahun,
sumber energi sebesar 2.555.430 ton/tahun, sumber protein sebesar 24.023
ton/tahun, dan sumber mineral sebesar 630 ton/tahun. Bahan sumber serat,
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
91
seperti jerami padi, jerami kedelai, jerami jagung dihasilkan hampir di seluruh
wilayah kecamatan, sedangkan limbah agroindustri umumnya dihasilkan oleh
daerah sekitar kota Waingapu. Jenis-jenis pakan yang potensial untuk
dikembangkan berdasarkan ketersediaan bahan baku dan potensi pasarnya
adalah konsentrat, complete feed dan sumber serat. Estimasi kebutuhan pakan
atas dasar populasi ternak ruminansia diperkirakan untuk konsentrat + 10.850
ton/tahun, complete feed + 88.560 ton/tahun dan sumber serat + 29.150
ton/tahun. Untuk mengatasi kekurangan nutrisi pakan, masih diperlukan
suplementasi berupa penambahan bahan-bahan berkualitas tinggi untuk
melengkapi kekurangan nutrisi limbah pertanian. Aplikasi teknologi pembuatan
pakan lengkap atau complete feed merupakan salah satu alternatif yang dapat
dipilih dalam mendukung penyediaan pakan sepanjang tahun. Komponen bahan
baku yang masih perlu didatangkan dari luar daerah antara lain sumber protein,
lemak dan vitamin. Program jangka panjang untuk mendukung peningkatan
potensi bahan baku lokal serta jaminan keberlanjutan proses produksi pakan,
maka diperlukan upaya pengembangan tanaman strategis seperti ubikayu dan
jagung secara luas di wilayah Kabupaten Sumba Timur. Secara bertahap perlu
pula dikembangkan investasi di bidang agroindustri pengolahan ubikayu dan
jagung untuk menghasilkan produk tepung sebagai produk utama, dan limbahnya
digunakan untuk mendukung produksi pakan.
3.4.2.5. Pengembangan Sistem Integrasi Terpadu Tebu-Ternak-Industri Pakan Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PG.Jatitujuh
Pengembangan sistem integrasi terpadu tebu-ternak-industri pakan telah
memberikan dampak positif terhadap tumbuh dan berkembangnya kegiatan
agribisnis ternak domba di masyarakat sekitar kawasan kebun tebu PG.Jatitujuh.
Model beternak sistem kering dengan menggunakan pakan lengkap (complete
feed) menjadi alternatif pengembangan agribisnis ternak domba oleh para
peternak binaan. Untuk mengkoordinasikan dan mengakomodasikan kebutuhan
para peternak serta pelaku agribisnis berbasis teknologi complete feed, maka
perlu dibentuk kelembagaan peternak. Guna meningkatkan optimasi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
92
pemanfaatan limbah daun tebu, limbah pertanian dan limbah agroindustri gula
untuk produksi complete feed, diperlukan mobilisasi dan manajemen limbah,
serta pengadaan alat dan mesin pengolahan yang tepat guna, murah dan
terjangkau untuk skala kelompok tani di pedesaan.
3.4.2.6. Pemetaan Kesuburan Tanah Lahan Sawah Dan Sistem Produksi Padi Di Jawa Timur
Produksi padi sawah saat ini menunjukkan penurunan pada setiap musim
tanam. Peningkatan produksi dapat dicapai apabila takaran pemberian pupuk
selalu ditingkatkan. Dengan kondisi seperti ini maka petani menggunakan pupuk
berlebihan dan selalu ditingkatkan untuk mencapai produksi yang sama dibanding
musim tanam sebelumnya. Hal ini berarti efisiensi pupuk yang diberikan menjadi
sangat rendah. Pemupukan tidak didasarkan atas tingkat kesuburan tanah, hal
ini disebabkan oleh belum adanya peta kesuburan tanah sawah. Kenyataan di
lapangan petani menggunakan pupuk N (Urea + ZA) cenderung berlebihan
hingga lebih 700 kg/ha.
Kegiatan ini bertujuan mengetahui tingkat kesuburan tanah lahan sawah
(hara BO, P, K, SO4, dan Zn) dan sistem produksi padi yang diterapkan petani.
Memetakan (secara eksploratif) tingkat kesuburan tanah lahan sawah pada skala
1:100.000. Menyediakan informasi dasar guna menyusun acuan pemupukan
spesifik lokasi untuk padi sawah atas dasar tingkat kesuburan tanah/status hara
dalam tanah.
Contoh tanah diambil dari lapangan secara komposit pada luasan 350
hektar satu contoh. Selanjutnya dianalisis di Laboratorium untuk menentukan
status haranya. Teknologi Sistem Usahatani Padi diperoleh dengan cara
wawancara dengan petani di lokasi di mana contoh tanah diambil.
Dari enam Kabupaten yang diambil contoh tanahnya, baru empat
Kabupaten yang telah selesai dianalisis dan ditentukan status kesuburannya yaitu
Kabupaten Bojonegoro, Magetan, Tulungagung, dan Blitar. Kandungan bahan
organik di empat Kabupaten mempunyai status sangat rendah hingga sedang.
Dari total luas sawah yang diambil contohnya, 67.550 hektar (58,3%) berstus
sangat rendah; 47.25 hektar (40,8%) rendah dan seluas 1.050 hektar (0,9%)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
93
mempunyai status sedang. Hara Fosfat, seluas 700 hektar (0,6%) berstatus
rendah; status sedang seluas 11.550 hektar (10,0%); tinggi seluas 31.500 hektar
(27,2%); dan seluas 72.100 (62,2%) mempunyai status sangat tinggi. Kalium,
seluas 4.200 (3,6%) mempunyai status sangat rendah; 92.400 hektar (79,8%)
rendah; 15.400 hektar (13.3%) berstatus sedang dan seluas 3.150 hektar (2,7%)
tinggi serta 700 hektar (0,6%) mempunyai status sangat tinggi. Hara Sulfat,
sangat rendah seluas 42.350 hektar (36,6%); rendah 55.650 hektar (48,0%);
sedang 14.700 hektar (12,7%); tinggi seluas 1.400 hektar (1,2%) dan seluas
1.750hektar (1,5%) mempunyai status sangat tinggi. Hara seng seluas 49.350
hektar (42,6%) berstatus sangat rendah; 47.600 hektar (41,1%) rendah dan
seluas 18.900 hektar (16,3%) mempunyai status sedang. Teknologi Usahatani
Padi dan tingkat produktivitas padi di enam Kabupaten sangat beragam sehingga
perlu dilakukan identifikasi secara khusus untuk penerapan teknologi yang
bersifat spesifik lokasi.
3.4.2.7. Penelitian Komunitas Ikan pada Terumbu Buatan di Perairan Pantai Sendang Biru, Malang
Perairan Sendang Biru merupakan salah satu base penangkapan ikan di
daerah Malang. Perkembangan sektor perikanan di daerah ini sangat pesat,
sehingga berdampak terhadap struktur dan kondisi terumbu karang yang ada.
Dengan terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang mengakibatkan hasil
tangkapan khususnya ikan karang di daerah ini semakin menurun. Untuk
mempertahankan dan memulihkan kembali kondisi terumbu karang yang ada
maka pada bulan Juli 2002 telah dipasang terumbu Buatan dari bahan beton
semen sebanyak 2 unit pada kedalaman 5 meter dan 10 meter. Pemantauan
komunitas ikan pada terumbu buatan tersebut dilakukan pada bulan Nopember
2003. Metode yang digunakan adalah sensul visual dengan alat bantu scuba
diving. Dari hasil sensul visual secara keseluruhan diketahui bahwa pada
terumbu karang alam ditemukan 33 jenis ikan dari 13 famili dan pada terumbu
buatan ditemukan 21 jenis dari 10 famili. Dilihat dari pola sebarannya, dapat
diketahui bahwa sebagian besar dari ikan yang terdata sangat tertarik terhadap
terumbu buatan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
94
3.4.2.8. Studi Tentang Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Pantai Desa Gelung Kabupaten Situbondo (Jawa Timur)
Perairan desa Gelung merupakan salah satu base penangkapan ikan di
daerah Situbondo. Terdapat berbagai tipe dan jenis terumbu karang dengan
keaneka-ragaman biotanya yang tinggi. Perkembangan sektor perikanan di
daerah ini sangat dinamis bahkan dapat dikatakan sangat pesat, sehingga sangat
mengkhawatikan keberadaan struktur dan kondisi terumbu karang yang ada.
Hasil tangkapan khususnya ikan karang di daerah ini semakin menurun dan ini
sangat erat kaitannya dengan kondisi terumbu karang yang ada. Dari fenomena
yang ada teridentifikasi bahwa telah terjadi kerusakan terumbu karang yang
cukup serius, namun belum diketahui sampai sejauh mana tingkat kerusakan
tersebut. Untuk mengetahui kondisi terumbu karang di perairan desa Gelung
telah dilakukan observasi secara sensus visual. Pengamatan dilakukan pada 6
(enam) titik stasiun terpilih secara random sampling dengan menggunakan
metode transek garis sepanjang 100 meter untuk setiap titik stasiun. Dalam
sensul visual kriteria dari kondisi terumbu karang yang diamati meliputi penutupan
dan jenis karang hidup. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tutupan karang
dari seluruh stasiun pengamatan hampir semuanya berada pada kondisi rusak
berat (tutupan < 25 %), kecuali pada stasiun 4 dengan kedalaman 6 meter kondisi
karangnya adalah sedang (tutupan > 25 %). Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa terumbu karang di perairan desa Gelung telah
mengalami degradasi yang cukup berat dan perlu dengan segera diupayakan
rehabilitasi. Dianjurkan dalam melakukan rehabilitasi terumbu karang
menggunakan metode yang mengarah pada pembinaan masyarakat sekitar,
sehingga pengelolaan terumbu karang dapat berlangsung sesuai dengan
komonitas yang ada.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
95
3.5. SARANA
3.5.1. Daftar Inventaris Peralatan Laboratorium, Bengkel dan Kebun Percobaan (per 31 Desember 2003)
Laboratorium/Kebun Percobaan Jenis Barang Kondisi
1. Bioteknologi 1. Shaker (besar) Baik 2. Shaker reciproc (2 buah) Rusak 3. Autoclave Baik 4. Laminar Air Flow (2) Rusak 5. Timbangan Sartorius (2 buah) Rusak 6. Microscope Rusak 7. Magnetic Stirrer Baik 8. pH Meter Rusak 9. Water distilator Rusak 10. Almari es (2 buah) Rusak 11. Kompor gas Baik 12. Growth chamber Baik 13. DNA sequizer Baik 2. Agronomi 1. Kulkas 1 pintu Baik 2. Oven Rusak 3. Exikator Ø 25 cm Rusak 4. Triple Balance 5. Timbangan 10 kg Tidak ada 6. Timbangan 50 kg Rusak 7. Kompor gas Rusak 8. Timbangan digital 9. Pengukur kadar air 10. Glass ware
Petridish Gelas ukur
kurang kurang
11. Alat Pemotong (pisau, gunting) 12. Termometer Max-min 13. Meja berlapis alumunium ada Mortar 3. Tanah 1. AAS Baik 2. Spectrophotometer Baik 3. Destilator Baik 4. Touch Mixer Baik 5. Magnetic Stirrer Baik 6. Hot plate Baik 7. Analitical Balance Baik 8. Horizontal Shaker Baik 9. Lemari Asam Baik 10. Ph Meter Baik 11. Grinder Baik 12. Oven Baik 13. Block Digester Baik 14. Hot Plate with strirer 15. Hot Plate 16. Soil Hydrometer
17. Fum Hood
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
96
4. Pengolahan Data &
Analisa data
1. Personal Computer Set Baik 2. Plotter DesignJet HP Baik 3. Sofware Word Processor Baik 4. Sofware Spread Sheet Baik 5. Sofware Data Base Relational Baik 6. Sofware Image Processing Baik 7. Sofware Statistik Baik
8. Sofware Geographyc Information System (GIS) 5.Diseminasi Wonocolo 1. Alat Pemancar Rusak 2. Brandkas (Lemari besi) Baik 3. Computer Rusak 4. Faximili Baik 5. Filling Cabinet Baik 6. Kipas Angin Rusak 7. Lemari es Baik 8. Mesin ketik Rusak 9. Mesin Stensil Rusak 10. Tustel Kamera Baik 11. Pesawat Telepon Baik 12. Water Pump Baik 6. Teknologi Hasil 1. Analitical balance (Metter AE-160) Rusak 2. Analitical balance (Ohause) Rusak 3. Autoclave Baik 4. Autoclave Baik 5. Centrifuge Baik 6. Drier Baik 7. Furnace (hotspot) Sedang 8. Haemocytometer (Attago N-2) Baik 9. Hand refractometer (Attago N-2) Baik 10. Hotplate Baik 11. Mikroskop Baik 12. Moisture tester Baik 13. Oven Baik 14. Penetrometer (Efferi) Baik 15. Penetrometer (Sur) Baik 16. Penggoreng abon Baik 17. Penutup kaleng Baik 18. Perajang bawang Baik 19. Presser (minyak) Baik 20. Slingpsycrometer Baik 21. Spectrophotometer Baik 22. Spinner Baik 23. Timbangan (Ohause, kasar) Baik 24. Timbangan (Krups, kasar) Rusak 25. Top loading (Ohause-400) Rusak 26. Vacuum frying Baik 27. Viscosimeter Rusak 28. AC Split 1 1/2 PK Daikin Baik 29. Laboratory mill Baik 30. Almari Arsip Baik 31. Filling Kabinet Baik 7. Pemuliaan/Benih 1. Growth chamber 2. Oven Kurang baik 3. Kulkas Baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
97
8. Hama/Parasitologi 1. Mikroskop binokuler Baik
2. Mikroskop monokuler Baik
3. Centrifuge Rusak
4. Oven Baik
5. Auto clave Baik
6. Water bath Baik
7. Laminar Air Flow Baik
9. Bengkel/Pergudangan
1. Gerinda listrik stasioner TNW Baik
2. Sander Melabo Baik
3. Gerinda/Gerinda tangan Melabo Baik
4. Bor tangan (mekanik) Baik
5. Bor listrik (hand bor) Baik
6. Sirkel listrik Baik
7. Alat pembengkok pipa/besi Baik
8. Toll kit Pertukangan Baik
9. Klem/penjepit Baik
10. Kompresor listrik Baik
11. Alat test accu Baik
12. Meja kerja Baik
14. Bangku kerja Baik
15. Pemotong besi Baik
16. Mesin Las listrik Baik
17. Gerinder Baik
18. Gunting plat Baik
19. Tang jemput Baik
20. Pahat kayu Baik
21. Mata bor Baik
22. Califen Baik
23. Gergaji siku Baik
24. Skrap kayu Baik
25. Profil kayu Baik
26. Jig saw Baik
27. Mesin bor duduk Baik
28. Meteran 5 m Baik
29. Siku-siku Baik
30. Sengkang gergaji besi Baik
31. Gergaji kayu Baik
32. Mata bor/plong Baik
33. Kompresor Baik
34. Jigsow Baik
35. Planer Baik
36. Circularsow Baik
37. Profil Baik
38. Bor duduk Baik
39. Tavo las Baik
40. Mesin Cut ott Baik
41. Catok/Paron Baik
42. Catok Pipa Baik
43. Hole Sow Baik
44. Gergaji Baik
45. Gunting Plat Baik
46. Tang buaya Baik
47. Totok 4 PC Baik
48. Gurinda Baik
49. Mata Bor Baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
98
10. KP. Malang
1. Genset/Dinamo Sedang
2. Mesin bajak traktor Baik
3. Mesin pompa air pengairan Sedang
4. Mesin bajak traktor Sedang
5. Tresher (mesin perontok) Sedang
3.5.2. Usulan Pengadaan Peralatan 31 Desember 2003 Laboratorium/Kebun
Percobaan/Pelayanan Teknik Jenis Barang Jumlah
Pasca Panen 1. Alat Pengering 2 unit 2. Alat Penyawut 2 unit 3. Alat Pengepras 2 unit 4. Alat Penggiling 1 unit 5. Timbangan 6 unit Lab.Tanah 1. Grain Moisture Tester 1 unit 2. Almari bahan kimia 2 unit 3. Rak buku 1 unit Lab Diseminasi Wonocolo 1. Computer Editing I unit 2. Lampu Spot I buah 3. Tripot Lampu 1 buah 4. VHS Player 1 unit 5. Bateray cadangan 1 unit 6. Kursi lipat 23 buah 7. Kursi direktur 15 buah 8. Filling cabinet 4 buah 9. Meja kerja ½ biro 15 buah 10. Rak buku 2 unit 11. Almari katalog 1 unit 12. Meja baca 2 buah 13. Sice 1 unit 14. Televisi JVC 14” 1 unit 15. Smout Cheps 1 unit 16. Video editing tool 1 unit Pelayanan Teknik Backwall Exhibition Complete 1 unit Ruang Seminar I 1. Kursi lipat 83 unit 2. Meja sidang 4 unit 3. Kursi sidang 8 buah Ruang Seminar II 1. Kursi direktur 25 unit 2. Meja sidang 2 unit
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
99
3.5.3. Usulan Pengadaan Laboratorium/Kebun Percobaan/Bengkel/
Tahun anggaran 2003 No Jenis Barang Jumlah Spesifikasi Keterangan
Lab. Tanah :
1. Sentrifuse 1 unit Pengembangan 2. Lampu katoda : Pb Cd, As, Hg 1 unit Pengembangan 3. Water bath 1 unit Pengembangan 4. Destilling unit 1 unit Pengembangan 5. Timbangan listrik 2 desimal 1 unit Pengembangan 6. Kulkas besar 2 unit Pengembangan 7. AC 2 unit Pengembangan 8. Vacum Cleaner 1 unit Pengembangan 9. Dehumedifier 1 unit Pengembangan 10. Komputer 1 unit Pengembangan Lab.Pemuliaan/Benih : 1. Ruang pendingin 2 unit Pengembangan 2. Kulkas 1 unit Pengembangan 3. Glass ware 1 unit Pengembangan 4. ph meter 1 unit Pengembangan Lab. Agronomi : 1. Oven 1 unit Penggantian 2. Perangas air 1 unit Pengembangan 3. Dandang (panci ) stainless 1 unit Pengembangan 4. Alat timbang 10 kg 1 unit Pengembangan 5. Alat timbang Triple Balance 1 unit Penggantian 6. Alat timbang digital 1 unit Pengembangan 7. Pengukur kadar air 1 unit Pengembangan 8. Glass ware (petridish)
Gelas ukur 100 bh
Pengembangan
9. Termometer max-min 5 bh Pengembangan 10. Mortar 5 bh Penggantian 11. Kompor gas 2 bh 12. Alat pemotong (gunting pisau) 5 bh Penggantian Lab. Bioteknologi : 1. Timbangan analitik 1 bh Pengembangan 2. Destilator 1 bh Pengembangan 3. AC 1 bh Pengembangan 4. Kompor gas LPG 1 bh Pengembangan 5. Tabung gas LPG 1 bh Pengembangan 6. Refrigerator 1 bh Pengembangan 7. Rak penyiapan 1 bh Pengembangan 8. Beaker glass 2 unit Pengembangan 9. Mikroskop 1 unit Pengembangan 10. Auto clave 2 bh Pengembangan 11. Komputer 1 unit Pengembangan Lab. Teknologi Hasil : 1. Saxhlet 1 unit Pengembangan
2. Heat magnetic stirrer 1 unit Pengembangan
3. Top loading 1 unit Pengembangan
4. Blower stainless steel 1 unit Pengembangan
5. Colour chart 1 unit Pengembangan 6. Vacum evaporator 1 unit Pengembangan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2003
100
7. Digital pH meter 1 unit Pengembangan 8. Destilator unit 1 unit Pengembangan 9. Glass ware 1 unit Pengembangan Lab. Analisis Pengolahan Data : 1. Komputer/Desktop 1 unit Baru 2. Lap Top 1 unit Baru
Lab. Hama Parasitologi : 1. Timbangan listrik 1 unit Pengembangan 2. Auto clave 1 unit Pengembangan 3. Centrifuge 1 unit Pengganti yang
rusak 4. Camera digital 1 unit Pengembangan 5. Camera mikroskop 1 unit Pengembangan 6. Handycam 1 unit Pengembangan
Lab. Diseminasi : 1. Slaid Proyektor 2 unit Pengembangan 2. Pemancar Radio 1 unit Pengembangan 3. Internet 2 bh Pengembangan 4. Layar monitor 2 bh Pengembangan
3.5.4. Rencana Renovasi/Pembangunan Fasilitas
No Jenis Bangunan Luas Keterangan
1. Laboratorium Hama Penyakit 120 m2 Rutin 2. Laboratorium Agronomi 120 m2 Rutin 3. Screen House (rumah kasa) 3 unit 230 m2 Rutin 4. Ruang teknisi screen house 20 m2 Rutin
KASIE. PELAYANA
N TEKNIK
LLLAAAPPPOOORRRAAANNN TTTAAAHHHUUUNNNAAANNN BBBaaalllaaaiii PPPeeennngggkkkaaajjjiiiaaannn TTTeeekkknnnooolllooogggiii PPPeeerrrtttaaannniiiaaannn JJJaaawwwaaa TTTiiimmmuuurrr
TTTaaahhhuuunnn... 222000000444
Penyunting :
Ketua : Endang Widajati
Sekretaris : Sjaiful Chanafi, S. Sos
Anggota : Dra. Iffah Irsjadina
: Ir. Roesmiyanto, MS
I Wayan Marka, SH
Ir. Zainal Arifin, MP
Ir. Bambang Irianto
Redaksi Pelaksana :
Prayitno Surip
DEPARTEMEN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR
2005
Penerbitan buku ini dibiayai dari : Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif Jawa Timur TA 2005 Cover Depan : Panen Raya oleh Bupati Nganjuk dalam rangka Pengkajian Optimasi Sumberdaya Pertanian
SecaraTerpadu Menunjang Agribisnis Padi di Lahan Sawah, dan sapi hasil penggemukan pada kegiatan tersebut tahun 2004.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) JawaTimur Jl. Raya Karangploso, KM. 4, PO Box 188 , Malang - 65101 Telp. : (0341) 494052; 485065 Fax. : (0341) 471255 e-mail : [email protected]
Laporan Tahunan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Tahun 2004
Penyunting Ketua : Dra. Endang Widajati Sekretaris : Sjaiful Chanafi, S.Sos Anggota : Dra. Iffah Irsjadina : Ir. Roesmiyanto I Wayan Marka, SH Ir. Zainal Arifin, MP Ir. Bambang Irianto, MSc Redaksi Pelaksana : Prayitno Surip Diterbitkan oleh : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur 2005 ISSN : 1693-8410
i
KATA PENGANTAR
Sebagai bagian dari pertanggung jawaban institusi sebagai unit pelaksana
teknis yang memperoleh pendanaan yang bersumber dari APBN dan Kerjasama
dengan Pihak Ketiga untuk operasional kegiatannya dalam tahun 2004. Laporan
tahunan ini disusun secara ringkas
Untuk memudahkan, laporan ini disusun berdasarkan pengelompokan
kegiatan per RPTP (Rencana Pengkajian Tim Peneliti) yang ada dalam Pedoman
Operasional Proyek PAATP, dan dari pengelola Manajemen Balai, yang secara
garis besar dikelompokkan dalam Subag Tata Usaha dan Seksi Peleyanan Teknik.
Kepada Tim Penyunting yang membantu penyusunan buku ini
disampaikan terima kasih dan penghargaan. Mudah-mudahan informasi yang ada
dalam laporan ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
Malang, Agustus 2005 Kepala Balai, Dr. Mat Syukur NIP. 080 062 286
i
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I. PENDAHULUAN 1
II. HASIL KEGIATAN PROYEK PAATP T.A. 2004 1
2.1. Penyusunan Rencana Teknis 2
2.1.1. Penyusunan Rencana Kerja 2
2.1.2. Sistem Informasi Manajemen 3
2.1.3. Kegiatan Komisi Pengkajian 4
2.1.4. Pelatihan dan Ketrampilan Tenaga Kerja 5
2.1.5. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN 7
2.1.5.1. Peningkatan Sumberdaya Manusia 7
2.2. PENELITIAN/PENGKAJIAN SHARING DENGAN PUBLIK 8
2.2.1. Pengkajian dan Pengembangan Agribisnis Tanaman Ternak Spesifik lokasi
8
2.2.1.1. Pengkajian Optimalisasi Sumberdaya Pertanian Berbasis Padi Secara Terpadu Menunjang Agribisnis Padi Sawah
8
2.2.1.2. Pengkajian Model Pengembangan Agribisnis Pisang Spesifik Lokasi
10
2.2.1.3. Pengkajian Model Pengembangan Agribisnis Jeruk Spesifik lokasi
11
2.2.1.4. Pengkajian Efisiensi Pengelolaan Varietas Jagung Lokal Sumenep
14
2.2.1.5. Pengkajian Efisiensi Pengelolaan Hara untuk Meningkatkan Hasil Jagung
14
2.2.1.6. Pendampingan Program Daerah 16
2.3. PENELITIAN/PENGKAJIAN NON SHARING 17
2.3.1. Karakterisasi dan Analisis Sumberdaya Lahan Mendukung Peningkatan dan Stabilitas Produksi Pertanian di Jawa Timur
17
2.3.1.1. Pengkajian Status Hara Tanah Sebagai Dasar Peyusunan Rekomendasi Pemupukan Lahan Sawah Tingkat Kabupaten
17
2.3.1.2. Pengkajian Efisiensi Pengelolaan SUT Lahan Sawah Guna Mengatasi Senjang Produksi pada Lokasi Spesifik
18
2.3.1.3. Analisis Data Iklim dalam Kaitannyadengan Waktu Tanam untuk Menekan Resiko Panen
21
ii
2.3.1.4. Inventarisasi Sumberdaya Hayati dan Perbaikan Sistem Perbenihan Tanaman Pangan dan HortikulturaUnggulan Jawa Timur
22
2.3.1.5. Perbanyakan Benih BS dan Galur Harapan Tanaman Pangan dan Melon.
22
2.3.1.6. Inventarisasi Ragam Kultivar dan Model Pengelolaan Kebun Induk Hortikultura Unggulan Jawa Timur.
23
2.3.1.7. Pemuliaan Padi Secara Partisipatif 24
2.3.1.8. Pengelolaan Padi lokal 25
2.4. PENGKAJIAN MODEL USAHATANI TERPADU TANAMAN TERNAK DAN IKAN DI LAHAN TADAH HUJAN
27
2.4.1. Pengkajian Model Usahatani Terpadu Crop-Livestock System (CFLS) di lahan Sawah Tadah Hujan (LSTH)
27
2.4.2. Pengkajian dan Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Pola Multi Strata LKDR di Kawasan Selatan Jatim (KSJT)
30
2.4.3. Pengembangan Model Usahatani Konservasi Pola Strip Cropping Tanaman Kentang Secara Partisipatif di Lahan Kering Dataran Tinggi
31
2.4.4. PENGEMBANGAN SISTEM USAHA PERIKANAN RAKYAT DENGAN MODEL DESA PANTAI DI JAWA TIMUR
32
2.4.5. Pengembangan Sistem Usaha Perikanan Rakyat dengan Model Desa Pantai Berbasis Budidaya Laut
32
2.5. KAJIAN AGRIBISNIS KOMODITI UNGGULAN JAWA TIMUR 34
2.5.1. Kajian Pengembangan Agribisnis Perbenihan Padi Varietas Unggul Tipe Baru
34
2.5.2. Kajian Pengembangan Agribisnis Mangga Podang Urang 36
2.5.3. Kajian Pengembangan Usahatani Udang Windu pada Lahan Perairan air Tawar
39
2.5.4. Kajian Pengembangan Agribisnis Tepung Kasava 41
2.5.5. Kajian Pengembangan Agroindustri Pedesaan dan Perberdayaan Wanita
43
2.5.6. Kajian Pengembangan Agribisnis Perbenihan Kentang 44
2.6. PENGKAJIAN ADOPSI DAN DAMPAK TEKNOLOGI SUP SERTA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ASLI PEDESAAN DI JAWA TIMUR
48
2.6.1. Kajian Adopsi dan Dampak Pengembangan Teknologi Unggulan BPTP Jawa Timur
48
iii
2.6.2. Pengembangan Teknologi Asli Pedesaan Jawa Timur 50
2.7. PENGKAJIAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI JAWA TIMUR
51
2.7.1 Pengkajian Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Wilayah Jawa Timur
51
2.7.2. Kajian Indikator Pembangunan Pertanian di Jawa Timur 55
2.8. PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI 58
2.8.1 Pembuatan/Pencetakan Monograf, Buletin, Laporan Tahunan, Prosiding, Koran Sinar Tani
58
2.9. DISEMINASI HASIL LITKAJI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN JARINGAN INFORMASI AGRIBISNIS DI JAWA TIMUR
58
2.9.1 Pengembangan dan Penyebaran Media Informasi Teknologi Pertanian (Media Cetak Terproyeksi, Elektronik) (include : Survey efektivitas Penyebaran Media Informasi)
58
2.9.2. Komunikasi dan Sosialisasi Teknologi Rekomendasi Hasil Litkaji se Jawa Timur Melalui TV/VCD
60
2.10. SOSIALISASI TEKNOLOGI UNGGULAN MELALUI VISITOR PLOT 61
2.10.1. Visitor Plot Wonocolo 61
2.10.2. Visitor Plot Mojosari 64
2.10.3. Visitor Jamur Malang 65
2.10.4. Visitor Plot Ikan Nila Malang 67
2.10.5. Unit Komersialisasi Teknologi Pertanian (UKT) 68
2.10.6. Pengembangan Jaringan Informasi Teknologi dan Agribisnis 69
2.10.7. Klinik Agribisnis 69
2.11. PENGEMBANGAN DAN PENYEBARAN INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI KEGIATAN PERTEMUAN DAN EKPOSE
70
2.11.1. Temu Informasi Teknologi 70
2.11.2. Temu Aplikasi Paket Teknologi (Road Show) 72
2.11.3. Sosialisasi dan Ekpose Teknologi Unggulan 72
2.11.4. Temu Karya “Penas” Menado 74
2.11.5. Study Banding 75
2.12. MONITORING DAN EVALUASI (MONEV) 76
III. MANAJEMEN BALAI 79
3.1. Struktur Organisasi 79
3.2.. Manajemen 80
3.3. KETATA USAHAAN BALAI 81
iv
3.3.1. Kepegawaian 81
3.3.1.1. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Kepangkatan 81
3.3.1.2. Tenaga Honorer Berdasarkan Jenjang Pendidikan 82
3.3.1.3. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Jabatan Fungsional 82
3.3.2. Rumah Tangga 84
3.3.2.1. Luas dan Pemanfaatan Lahan 84
3.3.2.2. Keadaan Bangunan dan Pemanfaatan 84
3.3.2.3. Sarana Mobilitas 85
3.3.2.4. Tambahan Peralatan Perkantoran 85
3.3.3. Keuangan 86
3.3.3.1. Sumber Dana 86
3.3.3.2. Penetapan Anggaran 87
3.3.3.3. Pelaksanaan Anggaran 87
3.4. PELAYANAN TEKNIK 87
3.4.1 Kegiatan Informasi 87
3.4.1.1. Penyebaran Informasi Hasil Penelitian/Pengkajian 88
3.4.1.2. Perpustakaan 89
3.4.1.3. Pameran/Ekpose 90
3.4.1.4. Kunjungan Tamu 91
3.4.1.5. Kursus/Latihan, Seminar di dalam dan di luar BPTP, Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan dan Penelitian
92
3.4.2. Kegiatan Kerjasama Pihak Ketiga 97
3.5. SARANA 102
3.5.1. Daftar Inventaris Peralatan Laboratorium, Bengkel dan Kebun Percobaan
102
3.5.2. Usulan Pengadaan Peralatan yang Belum Terealisir 105
3.5.3. Rencana Renovasi/Pembangunan Fasilitas 106
3.5.4. Renovasi/Pembangunan Fasilitas 106
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
1
BAB I
PENDAHULUAN
Program pengkajian BPTP Jawa Timur disusun atas dasar sumberdaya lahan
yang dominan ada di wilayah Jawa Timur. Sumberdaya lahan yang dominan tersebut
meliputi : lahan sawah irigasi, lahan kering dataran rendah dan dataran tinggi, lahan
perairan laut/pesisir serta darat dan lahan sawah tadah hujan. Disamping itu terdapat
program pengkajian yang bersifat lintas agroekologi (tematik) dan program diseminasi
informasi dan teknologi hasil pengkajian. Sistem usahatani yang dikembangkan dalam
setiap tipe sumberdaya tersebut berbasis komoditas unggulan dan bersifat lintas
komoditas atau lintas sub sektor. Sebagai konsekuensinya, pengkajian untuk
mendapatkan teknologi spesifik lokasi di masing-masing tipe lahan tersebut harus
dilakukan oleh Tim Peneliti yang bersifat lintas disiplin. Peta agroekologi wilayah Jawa
Timur yang telah disusun digunakan sebagai acuan dan dasar bagi tim peneliti untuk
melaksanakan pengkajian dan transfer teknologi kepada petani dan pengguna lainnya.
Untuk memudahkan pembaca mengikuti alur informasi yang disajikan, penyampaian
hasil pengkajian disusun sesuai dengan program tahun 2004, sesuai dengan RPTP
(Rencana Pengkajian Tim Peneliti), kegiatan dan sub kegiatan.
Pengembangan agribisnis komoditas unggulan wilayah harus berbasis pada
sumberdaya lokal yang tersedia serta didukung oleh inovasi dan teknologi yang
bersifat spesifik lokasi. Apabila hal tersebut dapat dilakukan secara ooptimal, maka
sistem dan usaha agribisnis yang dikembangkan memiliki daya saing yang tinggi dan
berkelanjutan. BPTP Jawa Timur sejak dibentuk tahun 1995 selalu berupaya
menghasilkan inovasi dan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi guna
mendukung pengembangan agribisnis di wilayah Jawa Timur
Laporan Tahunan ini menyajikan hasil-hasil pengkajian secara ringkas. Hasil
pengkajian secara utuh dan lengkap dapat dibaca pada terbitan lain berupa prosiding,
atau jurnal/bulletin yang juga diterbitkan oleh BPTP Jawa Timur. Materi lain yang
disajikan dalam Laporan Tahunan ini adalah berbagai hal yang menyangkut
manajemen Balai.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
2
BAB II. HASIL KEGIATAN PROYEK PAATP TA 2004
2.1. Penyusunan Rencana Teknis
2.1.1. Penyusunan Rencana Kerja
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dibentuk melalui SK Mentan
No:798/kpts/ ot.210/12/94 tanggal 13 Desember 1994 dan berlaku efektif tanggal
1 April 1995. Sesuai SK tersebut, Tugas pokok dan fungsi BPTP adalah: (1).
Melakukan penelitian komoditas spesifik lokasi. (2). Melakukan pengujian dan
perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. (3). Menyampaikan paket
teknologi hasil pengujian dan perakitan sebagai bahan materi peyuluhan
pertanian. (4). Menyampaikan umpan balik permasalahan kepada Balai Penelitian
Komoditas untuk menyusun program penelitian yang lebih mendasar. (6).
Melayani kegiatan pengkajian teknologi pertanian dan menyelenggarakan urusan
tata usaha balai .
Pembentukan BPTP Jawa Timur merupakan langkah yang tepat dalam
rangka desentralisasi penelitian dan pengembangan untuk mendukung
pelaksanaan otonomi daerah. Pada awal Triwulan II tahun 2004 , didahului
dengan pembuatan Renstra Program Penelitian dan Pengkajian BPTP Jawa
Timur 2005 – 2009, dihasilkannya Program Litkaji multi years berbasis pada
komoditas Unggulan Wilayah Jawa Timur yang berbasis Farming System Zone di
Jawa Timur. Selanjutnya dibuat matrik usulan RPTP dan Proposal Litkaji 2005
.Dalam perjalanan penyusunan Usulan Litkaji 2005, terjadi beberapa kali
perubahan baik RPTP yang telah disepakati pada awal 2004 maupun Matrik
Usulan Litkaji 2005. Semula berdasar acuan program yang dikembangkan oleh
PSE dan Tim Assistensi ada progam utama yaitu: Program Inventarisasi dan
Pengembangan Sumberdaya Pertanian, Program Pengkajian Teknologi Inovatif
Spesifik Lokasi, Program Kajian Agribisnis Unggulan Daerah, Program
Pengkajian Tematik, Program Sintesis Teknologi dan Analisis Kebijakan, Program
Informasi , Komunikasi dan Diseminasi Hasil Pengkajian. Tetapi dengan adanya
reorganisasi di Badan Litbang maka matrik 2005 yang disusun berdasar acuan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
3
Renstra badan Litbang 2005 -2009 yaitu Program Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya pertanian, Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi tinggi
dan Strategis komoditas, Program Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
dan Nilai Tambah Pertanian, Program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi
Inovasi Pertanian, Program Pengembangan Kelembagaan dan Komonikasi Hasil
Litbang, Program utama penelitian dan pengembangan pertanian periode 2005-
2009 merupakan penajaman prioritas, perluasan cakupan dan kelanjutan dari
program utama periode 1999-2004. berdasar petunjuk kapus PSE program
penelitian/pengkajian dan pengembangan BPTP adalah:Inventarisasi
pengelolaan dan pengembangan sumberdaya pertanian spesifik lokasi;
Pengkajian teknologi inovatif spesifik lokasi dan agribisnis unggulan
daerah.Pengkajian komunikasi, diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi
pertanian spesifik lokasi. Pengembangan model agribisnis berbasis inovasi
pertanian; Penelitian dan pengkajian berbasis kemitraan dan keperluan
pembangunan pertanian spesifik lokasi berdasar permintaan; Analisis dan
sintesis kebijakan pembangunan pertanian daerah; Pengembangan kapasitas
kelembagaan litbang pertanian ; Pengembangan sumberdaya informasi,
komunikasi, diseminasi dan penjaringan umpan balik IPTEK. Perencanaan Litkaji
BPTP Jawa Timur 2005 terdiri dari 8 program/Subprogram, 11 RPTP dengan
jumlah kegiatan 39 kegiatan litkaji. Untuk memantapkan rencana kerja perlu ada
panduan jadwal dan yang jelas dari PSE atau Badan Litbang sejak awal
anggaran sehingga pelaksanaan perncanaan litkaji agar tidak banyak mengalami
perubahan dan target dan sasaran pernecanaan bisa tercapai.
2.1.2. Sistem Informasi Managemen
1. Pelatihan Pengelolaan Keuangan Negara dengan Sistem Akuntansi
Pemerintah (SAPP), pada tanggal 23 s/d 27 Maret 2004 oleh Direktorat
Jenderal Anggaran di Jakarta. Pelatihan ini dalam rangka mengaplikasikan
Pengelolaan Keuangan Negara sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor : 337/KMK/012/2003 tentang Sistem Akuntansi dan laporan keuangan
keuangan pemerintah, serta menerapkan dan melaksanakan UU No.1 tahun
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
4
2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No. 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara. Pelatihan diikuti oleh 1 orang dari keuangan proyek.
2. Mengikuti Workshop Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAI & SAAT) Unit
Akuntansi Eselon I Badan Litbang Pertanian, dalam rangka Penyusunan
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca Semester I tahun anggaran
2004. Kegiatan tersebut diikuti oleh2 orang yaitu dari Rutin dan
Perlengkapan, dilaksanakan pada tanggal 24 s/d 29 Mei 2004 di Ciawi Bogor.
3. Pelatihan SIM SAAT lingkup UPB/PUPB BPTP Jatim yang dilaksanakan
tanggal 21 s/d 22 Juli 2004 di BPTP Jatim, dan diikuti oleh staf dari
Laboratorium Desiminasi Wonocolo dan Kp. Mojosari. Adapun maksud
diadakannya perlatihan tersebut agar dalam pelaporan SIM SAAT BPTP
Jatim dapat merangkum Laporan Aset Tetap tingkat Pembantu Unit Pemakai
Barang PUPB.
4. Melaksanakan Evaluasi dan Koordinasi dari kegiatan pelatihan SIM SAAT di
Lab.Desiminasi Wonocolo dan Kp. Mojosari.
1. Koordinasi dan Pelatihan SAAT & SAI Lingkup UAW Departemen
Pertanian Jawa Timur di Balittas Malang pada tanggal 15 s/d 16
September 2004, dengan menghadirkan pembicara dari Kantor Akuntansi
Regional (KAR). Dari kegiatan tersebut telah dicapai kesepakatan tentang
pelaksanaan pelaporan SAI dan SAAT, dan di masing-masing UPT harus
ditunjuk penanggung jawab untuk pelaksanaan SAI dan SAAT.
2. Melaksanakan evaluasi dan koordinasi tentang pelaksanaan pelaporan
SAI dengan Kantor Akuntansi Regional (KAR) di Surabaya.
3. Konsultasi dan Koordinasi tentang pelaksanaan program SIMOTO dan
SIMPEG dengan Unit Akuntansi Eselon (UAE).
2.1.3. Kegiatan Komisi Pengkajian
Kegiatan Pertemuan Tim Teknis dan Komisi Pengkajian Teknologi
Pertanian Propinsi Jawa Timur merupakan agenda rutin yang dilaksanakan
minimal dua kali dalam setahun. Pertemuan Tim Teknis Teknologi Pertanian
Jawa Timur dilaksanakan pada tanggal 24 September 2004, untuk membahas
10 (sepuluh) usulan rekomendasi Rakitan Teknologi TA 2004, antara lain Model
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
5
Analisis Agroklimat untuk menekan resiko panen, Rakitan teknologi kentang
dengan pemanfaatan modelling, Teknologi Budidaya Tanaman Rimpang,
Budidaya tanaman kakao, Diversifikasi di kebun kopi dalam rangka menunjang
keberlanjutan usaha kopi, Budidaya tembakau Madura rendah nikotin,
Pengendalian kontaminasi aflatoksin pada produk olahan kacang tanah, Model
Usahatani Konservasi berbasis Kentang di dataran tinggi, Budidaya padi lokal,
Pembibitan kobis bebas OPT. Sedangkan Pertemuan Komisi Teknologi Pertanian
Jawa Timur dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2004. di Surabaya,
membahas lebih lanjut usulan rekomendasi yang telah dibahas oleh Tim Teknis
Teknologi Pertanian Jawa Timur. Hasilnya kesepuluh usulan rekomendasi
rakitan teknologi pertanian tersebut disetujui oleh Komisi Teknologi dengan
beberapa catatan perbaikan makalah. Disamping itu, disampaikan juga
Sosialisasi Program Pengkajian BPTP Jawa Timur TA 2005.
2.1.4. Pelatihan dan Ketrampilan Tenaga Kerja
Pelatihan merupakan suatu proses pemberdayaan tenaga kerja untuk
menggali potensi yang dipunyai setiap individu tenaga kerja yang selanjutnya
dapat menyumbangkan potensinya kepada lembaga induknya, lembaga terkait,
mitra kerja dan masyarakat petani.. Peningkatan kemampuan intelektual yang
meliputi penguasaan, penerapan, pengembangan pengetahuan dan teknologi
serta ketrampilan diharapkan dapat meningkatkan kualitas kerja masing-masing
individu. Perencanaan pelatihan dan peningkatan ketrampilan sumberdaya
manusia lingkup Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur dalam upaya
mengembangkan sumberdaya manusia untuk menghadapi, memenuhi dan
mengantisipasi perkembangan, kebutuhan teknologi dan permasalahan yang
muncul di tingkat lapang. Pelatihan yang dilaksanakan pada tahun anggaran
2004 adalah :
Pelatihan Analisa Tanah.
Pelatihan Pembibitan dan Budidaya Jamur Tiram dan Kuping.
Pelatihan Design Grafis.
Mengikuti Pelatihan Managemen Laboratorium Tanah
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
6
Mengikuti Pelatihan Prosedur Standart Mutu (IS0)
Pelatihan Pengembangan Kapasitas Sumberdaya Manusia BPTP Jawa Timur
Dalam Rangka Pembekalan Melakukan Pembinaan dan Pembimbingan
Kepada Petani Sebagai Sasaran Program Pengkajian. Asal fasilitator, jumlah
peserta, tempat dan waktu/lama masing–masing pelatihan sebagai berikut :
No Pelatihan Asal fasilitator Jumlah Peserta
(org) Tempat
Waktu/ lama
1. Analisa Tanah BPTP Jatim 4 Laboratorium tanah BPTP Jatim
19 hari
2. Pembibitan dan budidaya jamur tiram dan kuping
BPTP Jatim
Petani Binaan
11 Laboratorium agronomi
Ruang Workshop Di BPTP Jatim
8 hari
3. Design Grafis Balitkabi, Malang
15 BPTP Jatim 4 hari
4. Managemen Laboratorium Tanah
Puslitannak, Bogor
1 Puslitannak, Bogor 7 hari
5. Prosedur IS0 Depperindag 1 Deperindag, Bandung 5 hari
6. Pengembangan Kapasitas SDM BPTP Jatim Dalam Rangka Pembekalan Melakukan Pembinaan dan Pembimbingan Kepada Petani Sebagai Sasaran Program Pengkajian
LSM Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita
75 BPTP Jatim 1 hari
Peserta terdiri dari tenaga fungsional ( peneliti, penyuluh dan teknisi) dan
tenaga struktural pelayanan teknis lingkup Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Timur. Metode penyampaian materi pada pelatihan yang masuk pada
katagori teknis analis laboratorium langsung aplikatif yang diselingi diskusi (
praktikum 80% dan teori/diskusi 20%) untuk point pelatihan 1, 2 dan 3.
Keikutsertaan penanggung jawab laboratorium tanah pada pelatihan point 4 dan
5 merupakan salah satu upaya untuk menambah kemampuan managerial
laboratorium dalam menghadapi akreditasi laboratorium tanah Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Timur. Pelatihan point 6, yang bekerjasama dengan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) metode penyampaian materi secara
kombinasi beberapa metode yaitu klasikal, diskusi, dan eduitement (education
entertainment). Sharing pengalaman dengan pihak LSM sangat diperlukan,
karena LSM mempunyai begitu banyak pengalaman dalam melakukan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
7
pembinaan dan pembimbingan petani di lapang terutama dalam hal persiapan
sosial, pengembangan dan pemantapan partisipasi masyarakat pedesaan
terhadap pembangunan pertanian. Dampak hasill diharapkan dari kegiatan
pelatihan dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja adalah agar Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian sebagai lembaga yang mantap dapat
mengoptimalkan individu sumberdaya manusia sesuai bidang keahliannya serta
meningkanya individu dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam melayani
pengguna dan menghadapi daya saing yang semakin terbuka.
2.1.5. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
2.1.5.1. Peningkatan Sumberdaya Manusia
Perkembangan ilmu dan teknologi khususnya dibidang penelitian dan
pengkajian pertanian semakin hari semakin pesat. Sesuai dengan mandat Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian maka perkembangan ilmu dan teknologi tersebut
harus dikaji, diperkenalkan dan ditularkan kepada pengguna, baik kepada
penyuluh, petugas dinas, kepada petani yang bersangkutan maupun kepada
peneliti yang lain. Untuk kegiatan ini diperlukan peningkatan kualitas sumber
daya manusia (tenaga kerja) agar dapat mencerna, memilih, menerima ,
menyerap perkembangan ilmu dan teknologi yang ada. Pada tahun 2004, di
BPTP Jawa Timur pada kegiatan Pengembangan Kelembagaan, Sub Kegiatan
Peningkatan Sumberdaya Manusia mendapatkan anggaran sebesar Rp.
15.000.000. (Lima belas juta rupiah).
Dana ini telah digunakan untuk kegiatan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia antar lain berupa mengikut sertakan pada kegiatan
pelatihan, seminar, sosialisasi dan apresiasi. Kegiatan ini bertujuan agar kualitas
sumberdaya meningkat sehingga dapat meningkatkan kegitan penelitian dan
pengkajian maupun kegiatan administarasi untuk kelancaran pelaksanaan
kegiatan penelitian dan pengkajian yang lebih sempurna. Pada tahun anggaran
2004 , melalui Proyek PAATP telah dilaksanakan peningkatan sumberdaya
manusia terhadap 51 orang staf BPTP Jawa Timur, yang terdiri dari 10 paket
kegiatan pelatihan/kursus/sosialisasi/apresiasi.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
8
2.2. PENELITIAN/PENGKAJIAN SHARING DENGAN PUBLIK
2.2.1. Pengkajian dan Pengembangan Agribisnis Tanaman – Ternak Spesifik Lokasi
2.2.1.2. Pengkajian Optimalisasi Sumberdaya Pertanian Berbasis Padi Secara Terpadu Menunjang Agribisnis Padi Sawah
Jawa timur dikenal sebagai daerah penghasil padi nasional, yang sebagaian
besar diproduksi di lahan sawah. Beberapa tahun terakhir peningkatan
produktivitas, efisiensi usaha dan daya saing hasilnya menurun. Hal ini antara lain
disebabkan menurunnya kesuburannya tanah dan skala usahanya semakin
sempit yang disertai peningkatan biaya produksi. Oleh karena itu pada tahun
2004 dilakukan pengkajian dengan tujuan (a) mendapatkan alternatif teknologi
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi – ternak sapi di lahan sawah spesifik
lokasi yang efektif dan efisien; dan (b) meningkatkan partisipasi aktif petani dan
penyuluh pada kelompok tani dalam mengembangkan sistim dan usaha agribisnis
padi spesifik lokasi
Pengkajian bersifat “on farm research” pada hamparan minimal seluas 25
ha yang didukung oleh 40 ekor sapi di setiap kelompok tani. Model agribisnis
dibangun melalui usahatani kooperatif (Cooperative Farming). Disetiap kelompok
tani, anggota menerapkan teknologi PTT padi-ternak sapi secara partisipatif.
Sebagai pembanding dilakukan uji penerapan PTT spesifik lokasi dan teknologi
petani pada musim yang sama. Pengkajian dilaksanakan di kelompok tani Margo
Mulyo desa Bulu Kecamatan Brebek Kabupaten Nganjuk dan Kelompok tani
Cipto Kecamatan Cluring Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa peluang pengembangan usaha
agribisnis di Kabupaten Nganjuk adalah padi dengan pola tanam pad-padi-padi
yang didukung sapi potong induk dengan pakan utama jerami, hasil pupuk
organik dan anak sapi. Anggota kelompok tani yang berperan aktif dalam
penentuan paket teknologi PTT secara partisipatif sebanyak 78 %, sedangkan
yang telah menerapkan teknologi PTT tersebut pada MK II 2004 adalah 70 %.
Hasil penerapan PTT padi dapat meningkatkan produktivitas sebesar 19,2 %
(1,26 t GKP/ha, keuntungan bersih 20 % dan keunggulan kompetitif 11,5%
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
9
dibandingkan teknologi petani). Anggota kelompok tani yang memiliki sapi induk
sebanyak 60 %, semuanya telah membuat pupuk organik dari kotoran sapi dan
digunakan pada lahan sawahnya sebanyak 1 t/ha/musim. Selain itu sekitar 50%
anggota telah memanfaatkan pematang sawah dengan tanaman jagung sebagai
tambahan pakan sapi dan perbaikan sistim perkawinan.
Peluang pengembangan usaha agribisnis di Kabupaten Banyuwangi adalah
Padi dan Kedelai dengan pola tanam padi-padi- kedelai/padi-padi-padi yang
didukung usaha penggemukan sapi potong dengan pakan utama berbahan baku
local, untuk menghasilkan pupuk organic dan peningkatan bobot sapi. . Anggota
kelompok tani yang berperan aktif dalam penentuan paket teknologi PTT secara
partisipatif sebanyak 58 %, sedangkan yang telah menerapkan teknologi PTT
tersebut pada MK II 2004 adalah 54 %. Hasil penerapan PTT padi dapat
meningkatkan produktivitas sebesar 12,2 % (0,7 t GKP/ha, keuntungan bersih 15
% dan keunggulan kompetitif 9,5%. Anggota kelompok tani yang memiliki sapi
semuanya telah memanfaatkan kotoran sapi untuk dibuat pupuk organik dan
diusahakan secara komesial. Umumnya peternak di dalam menyusun ransum
penggemukan sapi masih kurang efisien, apabila peternak bersedia menerapkan
ransum yang disusun BPTP Jawa Timur hasil perbaikan ransum kebiasaan
peternak dengan substitusi jerami padi, konsentrat, tetes dan minyak ikan, akan
dapat meningkatkan sekitar 10 % pertambahan bobot badan harian dan
meningkatkan keuntungan sekitar 30 % per ekor per 3 bulan.
Apabila kelompok tani akan mengembangkan varietas unggul tipe baru
Fatmawati, sebaiknya menanam dengan populasi 400.000/ha, karena dapat
meningkatkan hasil gabah sebesar 19,7% di Nganjuk dan 15,5% di Banyuwangi
dibandingkan populasi 250.000/ha.
Untuk menerapkan sistim dan usaha agribisnis berbasis padi melalui
usahatani kooperatif diperlukan penguatan kelembagaan tani secara terus-
menerus dan pada masa mendatang penerapan pengadaan sarana produksi dan
pemasaran secara korporasi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
10
2.2.1.3. Pengkajian Model Pengembangan Agribisnis Pisang Spesifik Lokasi
Jawa Timur dikenal sebagai salah satu daerah penghasil pisang nasional,
sebagian besar diproduksi di lahan kering. Produktivitas dan daya saing pisang
tersebut masih rendah, karena antara lain bibit yang ditanam kualitasnya kurang
baik, varietas beragam, berkembangnya penyakit layu fusarium dan layu bakteri,
teknologi budidaya masih rendah serta kurangnya pengetahuan petani tentang
teknik panen dan pasca panen. Oleh karena itu pada tahun 2004 dilakukan
pengkajian dengan tujuan (a) mendapatkan alternatif teknologi pengelolaan
tanaman secara terpadu (PTT) pisang spesifik lokasi yang efektif dan efisien; dan
(b) meningkatkan partisipatif petani dan penyuluh pada kelompok tani dalam
mengembangkan sistim dalam usaha agribisnis spesifik lokasi.
Pengkajian bersifat on farm research dalam kawasan 10 ha disetiap
kelompok tani, terdiri dua kelompok tani yaitu kelompok tani Rejo Agung Desa
Kandang Tepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang yang
mengembangkan pisang Agung Semeru dan Pisang Mas kirana, sedangkan di
Kabupaten Banyuwangi pada kelompok tani Diman Saniman Desa Glagah
Kecamatan Glagah yang mengembangkan pisang Kepok dan Ambon kuning.
Model agribisnis dibangun melalui usahatani kooperatif (Cooperative Farming).
Disetiap kelompok tani petani menerapkan teknologi PTT pisang secara
partisipatif pada tanaman yang ada maupun tanaman baru. Selain itu
dikembangkan teknologi olahan berbahan baku pisang spesifik lokasi. Sebagai
pembanding dilakukan uji penerapan PTT spesifik lokasi dan teknologi petani.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa peluang pengembangan usaha
agribisnis di Kabupaten Lumajang adalah usaha pembibitan pisang secara klonal
melalui bit, buah pisang dan olahan dalam bentuk tepung, sale dan dodol.
Partisipatif petani anggota kelompok tani dalam penentuan usaha dan penetapan
teknologi PTT sekitar 70% sedangkan yang menerapkan PTT sebesar 50 %.
Hasil penerapan PTT dapat meningkatkan produktivitas buah pisang 20 % (1,25-
2 kg/tandan), keuntungan bersih 10% dan keunggulan kompetitif 10%
dibandingkan teknologi petani. Dalam penerapan teknologi pembibitan melalui bit
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
11
pada awal pelaksanaan tingkat keberhasilannya 20 % dan pada tahap berikutnya
meningkat menjadi 80%. Anggota kelompok tani yang respon terhadap
pembuatan olahan berbahan baku pisang Agung Semeru dan Mas Kirana sangat
tinggi. Dari hasil pelatihan olahan hampir semua anggota mengikuti dan berminat
mengembangkan olahan tepung dan dodol dari pisang Agung Semeru dan Mas
Kirana serta sale pisang Mas Kirana. Hasil penelitian super imposed olehan
tepung dan sale pisang menunjukkan bahwa kualitas tepung pisang akan
berkualitas baik bila dilakukan secara blancing dengan rendemen 55,88% untuk
pisang Agung Semeru dan 19,4% untuk pisang Mas Kirana apabila pisang Mas
Kirana dioleh menjadi sale memberikan rendemen sekitar 35,5%.
Peluang pengembangan agribisnis di kabupaten Banyuwangi adalah
usaha pisang Kepok dan pisang Ambon Kuning serta olahan tepung pisang
Kepok dan sale pisang Ambon Kuning. Partisipatif petani anggota kelompok tani
dalam penentuan usaha dan penetapan teknologi PTT sekitar 65% sedangkan
yang menerapkan PTT sebesar 30 %. Hasil penerapan PTT dapat meningkatkan
produktivitas buah pisang 15 % (1-2 kg/tandan), keuntungan bersih 10% dan
keunggulan kompetitif 10% dibandingkan teknologi petani.
Untuk menerapkan sistim dan usaha agribisnis berbasis pisang melalui
usahatani kooperatif diperlukan penguatan kelembagaan tani secara terus-
menerus dan pada masa mendatang penerapan pengadaan sarana produksi dan
pemasaran secara korporasi
2.2.1.4. Pengkajian Model Pengembangan Agribisnis Jeruk Spesifik Lokasi
Program pengembangan jeruk di Indonesia telah menghasilkan bibit
jeruk bebas penyakit, tetapi bukan berarti tahan terhadap penyakit. Keberhasilan
dan keberlanjutan hasil dari program pengembangan jeruk saat ini sangat
ditentukan oleh bagaimana mempertahankan pertanaman jeruk bebas penyakit
agar tidak terinfeksi oleh penyakit selama ditanam dilapang. Dukungan semua
komponen dalam sistem usahatani jeruk dari hulu sampai hilir yang tangguh
sangat diperlukan untuk tercapainya agribisnis jeruk secara berkelanjutan.
Dukungan teknologi dalam sistem budidaya jeruk mengacu pada “Pengelolaan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
12
Terpadu Kebun Jeruk Sehat” PTKJS terdiri dari beberapa komponen teknologi
yaitu penggunaan bibit bebas penyakit, pengendalian vektor tular penyakit, dan
pemeliharaan yang optimal, serta keterpaduan penerapan teknologi. Penerapan
PTKJS secara utuh dan benar menuntut kebersamaan dan keserempakan
petani dalam menerapkan komponen-komponen teknologi. Tujuan jangka
pendek kegiatan adalah, memformulasikan permasalahan riel di lapang sistem
perjerukan di Kabupaten Ponorogo, meningkatkan pengetahuan petani jeruk
khususnya dan pengawalan teknologi serta membangun demplot.. Penelitian
dan Pengkajian PTT Jeruk dilakukan di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Permasalahan utama pada agribisnis jeruk di Ponorogo adalah rendahnya
mutu bibit, serangan penyakit terutama CPVD, diplodia, hama kepik hijau dan
lalat buah. Permasalahan di pemasaran hasil jeruk terjadi pada saat panen raya
pasti terjadi penurunan harga. Masalah lain adalah kurangnya informasi teknologi,
permodalan, serta lemahnya kelembagaan pendukung. Pertanaman jeruk di
kabupaten Ponorogo umumnya diusahakan pada lahan-lahan yang kurang subur
dan miskin akan bahan organik. Perbaikan pengelolaan kebun perlu ditingkatkan
agar petani lebih bergairah dalam berusahatani jeruk.
Pemangkasan pada lokasi demplot dilakukan untuk menunjukkan
pentingnya pemangkasan pada tanaman jeruk, apalagi pada pertanaman yang
sangat rapat. Pangkas yang dilakukan adalah pangkas pemeliharaan dan
penjarangan tanaman yang terkena penyakit dan pada tanaman yang tidak
mungkin dapat dipertahankan. Dengan pemangkasan perawatan tanaman
menjadi lebih mudah, tanaman menjadi lebih sehat.
Pengendalian penyakit utama difokuskan pada penyakit busuk batang
dikendalikan melalui penyaputan dengan fungisida bubur California. Hasilnya
adalah sangat memuaskan, karena penyakit yang sangat ditakutkan petani dan
sebelumnya belum diketahui ternyata dapat diatasi. Teknologi sederhana tersebut
sangat cepat diadopsi oleh petani, karena mudah membuatnya dan murah
harganya.
Sosialisasi pemulihan kesuburan lahan melalui pemasukan bahan organik
perlu digalakkan aplikasinya. Bahan organik yang berasal dari ternak ruminansia
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
13
diwilayah pengkajian sangat sulit karena sedikitnya populasi ternak, dengan
demikian perlu digalakkan pengembangan ternak melalui integrasi ternak dan
tanaman. Sistem ayng mulai dikembangkan adalah dengan penekanan bahwa
bagi yang menanam jeruk diharapkan memelihara ternak kambing, dengan pakan
berasal dari rumput yang ditanam sebagai pagar maupun pada pematang.
Variasi kaulitas produk diarahkan melalui penerapan pemupukan
berimbang dengan pupuk makro maupun mikro dan pemberian pupuk organik.
Perbaikan produk untuk masa mendatang akan dilakukan melalui penggunaan
bibit bebas penyakit dan perbaikan varietas menggunakan keprok Pulung yang
mempunyai nilai kompetitif dipasar swalayan. Perbaikan waktu panen
menggunakan zat pengatur tumbuh untuk memperbesar buah apitan akan
dilakukan pada tahun 2005 pada tanaman dilahan irigasi, sebab pengaturan
pembungaan sangat sulit dilakukan pada lahan dengan air tergantung musim
hujan.
Peningkatan pengetahuan sumber daya manusi, khususnya untuk
pengetahuan budidaya jeruk dengan melakukan informasi teknologi kepada
penyuluh dan petani perwakilan, dilakuakn pada 6 BPP. Pelaksanaan transfer
teknologi tidak terbatas pada teknologi budidaya jeruk, tetapi juga terhadap sektor
lain seperti tanaman panili, Dilem dan yang lain direncanakan dan dilakukan
bersama dengan Dinas Pertabian Kabupaten Ponorogo.
Penguatan kelompok diawali dengan studi banding ke sentra produksi
jeruk di Jember dan Malang, dan hasilnya sangat menggebirakan. Dampaknya
adalah petani lebih yakin bahwa usahatani jeruk masih sangat prospektif, dan
direncanakan pengembangan dengan menggunakan bibit bebas penyakit.
Sarana pendukung berupa pengadaan saprodi belum dapat diusahakan melalui
kegiatan kelompok, dan sedang mengarah kesana.
Perbaikan pemasaran masih terbatas pada pengenalan ke swalayan dan
yang diterima adalah jeruk keprok Pulungh, Asosiasi jeuk telah terbentuk tetapi
pergerakannya sangat lambat karena belum ada titik temu antara semua fihak.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
14
2.2.1.5. Pengkajian Efisiensi Pengelolaan Varietas Jagung Lokal Sumenep
Selama tahun anggaran 2004, pengelolaan varietas jagung lokal
Sumenep telah melaksanakan kegiatan uji kelayakan budidayanya, meliputi uji
jarak tanam dan varietas. Dari 3 varietas yang telah dimurnikan (Manding, Guluk-
guluk dan Talango) masing-masing memberikan hasil 2,1 t/ha; 3,5 t/ha dan 2,7
t/ha dengan jarak tanam 60 cm x 25 cm, 2 tanaman/lubang. Sedang dosis
pupuknya 300 kg urea + 100 kg SP-36 dan 50 kg Kcl per hektar. Pengujiaan
sedang dilanjutkan pada MH 2004/2005 (tanam akhir Desember 2004) di lokasi
asal ketiga varietas tersebut, diharapkan dapat dipanen akhir Februari dan
dilanjutkan dengan pemutihan dan sosialisasi.
Tabel 1. Beberapa Sifat Agronomi Tanaman Jagung Sumenep MK.2004
Sifat2 Agronomi Manding Guluk-guluk Talango
Tinggi tanaman (cm) 80 - 100 125 - 170 150 - 200 Umur tanaman (hari) 70 - 80 75 - 85 75 - 85 Diameter tongkol (cm) 4 - 5 6 – 7 6 - 7 Panjang tongkol (cm) 6 – 8 10 - 12 11 - 13 Bobot 1.000 butir (gr) 36 - 40 38 - 45 39 - 45 Hasil (t/ha) 2 - 2,5 2,2 – 3,9 2,5 – 3,2
2.2.1.6. Pengkajian Efisiensi Pengelolaan Hara untuk Meningkatkan Hasil Jagung
Anjuran pemupukan secara lengkap berupa NPK di beberapa tempat
mengalami hambatan secara sosial ekonomi, bila yang dianjurkan berupa pupuk
N, P dan K secara parsial, sebagian besar petani tidak mau repot melakukan
pemupukan lebih dari dua jenis, pada sisi lain tanah tersebut membutuhkan lebih
dari 2 jenis hara (misalnya N, P, K). Menurut PPI (2002) untuk menghasilkan 1
ton pipilan kering jagung hibrida dibutuhkan 15,6 kg N; 2,9 kg P; 3,8 kg K; 0,4 kg
Ca; 0,9 kg Mg dan 1,3 kg S. PT. Saraswanti Anugerah Makmur Sidoarjo
merupakan salah produsen pupuk majemuk lengkap tablet yang mengandung
unsur hara makro dan beberapa unsur hara mikro secara seimbang. Pupuk
tersebut berbentuk tablet, dan dilengkapi “Slow Release Agent” yang dapat
menyediakan unsur hara secara bertahap, sehingga pemberian pupuk dapat
dilakukan hanya sekali selama proses produksi tanaman.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
15
Untuk mendapatkan formula pupuk NPK dan sekaligus rekomendasi
pemupukan pada jagung telah dilaksanakan serangkaian penelitian pemupukan
pada tahun 2004. Kegiatan penelitian dilaksanakan di tiga lokasi yang
mempunyai tingkat kesuburan yang berbeda, yakni di Kediri mewakili tanah
ringan (Regosol), di Nganjuk untuk tanah berat (Vertisol) dan di Tuban mewakili
tahan kurang subur (Mediteran merah). Penelitian terdiri dari 2 seri percobaan.
Percobaan I berupa penyusunan formula pupuk NPK, terdapat 5 formula awal (N-
P2O5-K2O-MgO-CaO-S-Mikro), yaitu formula A= 16-12-12-1-3-3-1; B= 18-10-12-1-
3-3-1 ; C= 20-10-10-1-3-3-1; D= 22-8-10-1-3-3-1 dan E= 24-8-8-1-3-3-1.
Percobaan I bertujuan untuk memilih formula dari 5 formula yang dicoba. Hasil
percobaan diketahui bahwa pemberian pupuk NPK saja satu kali selapa proses
pertumbuhan ternyata tidak cukup dan harus ditambah pupuk N susulan (100 kg
urea/ha). Pupuk NPK dengan formula B dan D mampu memberikan hasil yang
lebih tinggi dan konsisten di tiga lokasi percobaan (Kediri, Nganjuk dan Tuban)
dibandingkan dengan formula yang lain. Agar diperoleh hasil yang cukup tinggi,
pemberian NPK formula B dan D pada tanaman jagung masih harus ditambah
dengan pupuk N susulan.
Percobaan II dilaksanakan pada areal yang sama dengan skala yang lebih
luas, masing-masing formula yang terpilih dicoba pada tanaman jagung seluas
0,25 ha, dengan dosis 3 tablet/tanaman atau 187,5 kg/ha + 100 kg urea/ha,
kemudian dibandingkan dengan hasil jagung pola pemupukan petani (450 kg
urea + 125 kg SP-36 + 100 kg KCl/ha). Hasil percobaan menunjukkan bahwa
pemberian 3 tablt/tanaman pupuk NPK formula B + 100 kg urea/ha seagai pupuk
susulan memberikan hasil paling tinggi dibandingkan pemberian NPK formula D
maupun dengan hasil jagung pada praktek pemupukan petani. Pada tanah
Regosol, pemberian pupuk NPK formula B + 100 kg urea/ha mampu
meningkatkan hasil jagung sebesar 28,1 % dibandingkan dengan hasil jagung
petani yang dipupuk 450 kg urea + 125 kg SP-36 + 100 kg KCl/ha, yakni dari
10,58 t/ha glondong basah pada pemupukan petani menjadi 13,56 t/ha. Sedang
di tanah berat Vertisol di Nganjuk, dengan perlakuan pemupukan yang sama,
peningkatan hasil jagung yang diperoleh ternyata lebih rendah dibandingkan di
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
16
tanah ringan Kediri. Pada tanah yang relatif kurang suburdi Tuban, pemberian
NPK formula B + 100 kg urea/ha mampu meningkatkan hasil sebesar 46,5% dan
pemberian pupuk NPK formula D + 100 kg urea/ha meningkatkan hasil jagung
sebesar 30,2% dibandingkan dengan hasil jagung yang dipupuk dosis petani
(450 kg urea + 125 kg SP-36 + 100 kg KCl/ha). Dengan demikian pupuk NPK
formula B mempunyai pengaruh yang baik terhadap peningkatan hasil jagung
pada semua kondisi jenis tanah, pemberiannya pada tanaman jagung masih
harus ditambah dengan pupuk urea sebagai pupuk susulan. Saat ini pupuk NPK
formula B dan D ini sedang dicoba lagi pada beberapa petani untuk pertanaman
jagung di lahan kering di Tuban.
2.2.1.7. Pendampingan Program Daerah
Jawa Timur dikenal sebagai salah satu daerah penghasil utama produksi
pangan nasional. Namun saat ini di beberapa lokasi sentra produksi padi
mengalami penurunan produktivitas lahan yang disertai dengan merosotnya
kualitas hasil. Untuk tetap meningkatkan pendapatan rumah tangga petani perlu
efisiensi input produksi dan introduksi usahatani ternak untuk mensubstitusi
bahan organik. Pengkajian ini bersifat survai yang menggali peluang adanya
kegiatan-kgiatan penelitian – pengkajian untuk dapat didanai dari sumber APBD
atau bersifat sharing bersama BPTP Jawa Timur. Kegiatan dilakukan pada
daerah-daerah (kabupaten) yang berpeluang serta respon terhadap
pengembangan teknologi di sektor pertanian, antara lain; Blitar, Lumajang,
Sumenep, Nganjuk, Banyuwangi, Bojonegoro dan Tuban. Hasil kajian yang
diperoleh dari kegiatan ini yakni: (1) bahwa teknologi yang teradopsi oleh
petani/pengguna di lapang pada umumnya bukan merupakan paket utuh
rekomendasi teknologi, namun lebih banyak yang parsial bagian dari paket
teknologi sesuai dengan kemampuan petani (modal, keterampilan petani, dan
lengkapnya informasi), (2) terjalinnya kerjasama yang bersifat sharing
pendanaan untuk beberapa kegiatan yang diharapkan mampu mendukung
pembangunan pertanian di masing-masing wilayah. Pada sisi lain, kerjasama
yang telah terbangun dan tertuang dalam kesanggupan pendanaan tersebut
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
17
antara lain; Kab. Lumajang, Kab. Nganjuk dan Kab. Sumenep (38% atau tiga dari
tujuh Pemkab yang diharapkan)
2.3.PENELITIAN/PENGKAJIAN NON SHARING 2.3.1. Karakterisasi dan Analisis Sumberdaya Lahan Mendukung
Peningkatan dan Stabilitas Produksi Pertanian di Jawa Timur
2.3.1.1. Pengkajian Status Hara Tanah Sebagai Dasar Penyusunan Rekomendasi Pemupukan Lahan Sawah Tingkat Kabupaten
Untuk mendapatkan data status hara P dan K sebagai dasar penentuan
rekomendasi pemupukan P dan K pada padi telah dilaksanakan penelitian status
hara P dan K di sebagian areal sentra produksi padi di Kabupaten Situbondo,
Jember dan Malang pada tahun 2004, areal tersebut merupakan wilayah yang
berdekatan dengan kegiatan PMI di Jawa Timur. Penelitian menggunakan
metode survey status hara P dan K yang diekstrak dengan HCl-25%, kemudian
pada masing-masing status hara dilakukan percobaan respon pemupukan P dan
K pada padi sebagai dasar penentuan rekomendasi pemupukan. Skala peta
yang dihasilkan adalah 1:50.000, satu contoh mewakili areal seluas + 25 ha.
Sebagian besar lahan sawah di areal PMI di Jawa Timur berstatus P tinggi
dan tidak dijumpain lahan sawah dengan status P rendah. Status P sedang
banyak dijumpai di Situbondo seluas 487 ha (25,3 %) dan di wilayah Jember
seluas 725,0 ha (21,6%) dari total areal yang dipetakan, sedang di Malang dari
tiga kecamatan Kepanjen, Kromengan dan Sumberpucung tidak dijumpai lahan
sawah yang mempunyai status P rendah dan atau sedang. Areal dengan status
P sedang umumnya dijumpai pada areal yang berdekatan dengan lahan kering,
atau pada lahan sawah tadah hujan.
Lahan sawah dengan status K rendah dan sedang banyak dijumpai di
Situbondo dan Jember, lahan sawah dengan status K rendah paling banyak
dijumpai di Situbondo, yakni seluas 850,0 ha atau 25,3% dari luas areal yang
dipetakan dan di Jember seluas 180 ha (8,3%). Sekitar 79,5% total areal yang
dipetakan di Situbondo dan seluas 1160,0 ha (78,2%) di Jember berstatus K
sedang. Di Malang tidak dijumpai lahan sawah dengan status K rendah, status K
sedang ataupun rendah. Status K rendah yang banyak dijumpai di Situbondo dan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
18
Jember disebabkan petani tidak memberi pupuk K (KCl) pada padi, karena
daerah tersebut merupakan sentra produksi tembakau, penggunaan pupuk KCl
dapat menurunkan kualitas tembakau yang dihasilkan.
Untuk mendapatkan hasil yang cukup tinggi pada tanah dengan status P
sedang dianjurkan memupuk sebesar 30 hingga 60 kg SP-36/ha yang mampu
menghasilkan gabah lebih dari 6,0 t/ha GKG. Dari percobaan lapang, pada lahan
dengan status P tinggi tidak perlu dilakukan pemupukan P, akan tetapi untuk
mempertahankan tingkat hasil yang tinggi masih perlu dipupuk P dengan dosis
dan saat pemberian yang perlu penelitian lebih lanjut. Pada tanah dengan status
K rendah pemberian 25 kg KCl/ha telah mampu meningkatkan hasil gabah secara
nyata, untuk menghasilkan gabah lebih dari 6,0 t/ha, pada tanah dengan status K
rendah dosis minimal adalah 50 kg KCl/ha. Untuk lahan sawah dengan status K
sedang dan tinggi, pertanaman padi tidak perlu dipupuk K, tetapi diusahakan
jerami padi dapat dikembalikan ke petakan sawah.
2.3.1.2. Pengkajian Efisiensi Pengelolaan SUT Lahan Sawah Guna Mengatasi Senjang Produksi Pada Lokasi Spesifik
Lahan sawah mempunyai keunggulan dapat mempertahankan
produktivitas lahan lebih baik dibanding lahan kering. Namun dengan adanya
intensitas pertanaman yang berlebihan tingkat produktivitas lahan sawah dapat
mengalami penurunan. Pergiliran tanaman pada lahan sawah berlangsung
sangat ketat dan sisa-sisa tanaman sebagai sumber bahan organik tidak sempat
dikembalikan ke petakan sawah. Akibatnya kandungan bahan organik tanah
semakin lama semakin menurun. Oleh sebab itu pada daerah semacam ini
terdapat pengurasan unsur hara secara cepat. Untuk mengatasi masalah ini
diterapkan kebijaksanaan pemupukan berimbang yaitu pemberian pupuk yang
didasarkan atas ketersediaan unsur hara dalam tanah dan disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman. Dalam perkembangannya pemupukan berimbang
diterapkan secara umum sehingga tingkat efisiensi pemupukan menjadi rendah.
Pemberian N dan P berlebihan menyebabkan tanaman padi akan mengalami
kekurangan unsur mikro Zn, sebab Zn terikat dalam garam seng Amonium Fosfat
yang tidak tersedia bagi tanaman.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
19
Dewasa ini telah muncul pula suatu gejala stagnasi pertumbuhan disertai
klorosis pada pertanaman padi MK I di beberapa daerah, petani setempat
menyebut gejala semacam ini dengan nama asem-aseman. Gejala ini hanya
muncul pada MK I sedangkan pada MH maupun MK II pertanaman padi tidak
mengalami gejala ini. Pemberian pupuk urea pada pertanaman semacam ini
akan memperparah gejala serangan. Tanah-tanah demikian termasuk tanah
yang sakit atau tanah lapar karena pada tanah tersebut telah terjadi ketidak
seimbangan unsur hara dan rendahnya bahan organik di dalam tanah sehingga
dalam kondisi tertentu dapat menimbulkan zat-zat yang bersifat racun bagi
tanaman hal ini menyebabkan senjang produksi pada daerah yang sakit
dibanding lahan sawah yang normal.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji faktor pembatas pertumbuhan
padi pada lahan sawah bermasalah (lahan sawah sakit), Mengkaji kelayakan
rakitan teknologi sistem usahatani pada lahan sawah guna mengatasi senjang
produksi pada lahan sawah bermasalah (lahan sawah sakit), Mengkaji
kesesuaian varietas /galur padi pada lahan sawah bermasalah (lahan sawah
sakit).
Untuk mengetahui faktor pembatas pertumbuhan padi pada lahan yang
bermasalah sebelum pengkajian terlebih dahulu dilakukan inventarisasi dan
identifikasi penyebab dari gejala lahan sawah sakit dibeberapa lokasi di Jawa
Timur yang terserang baik berdasarkan pengamatan di lapang maupun analisa
unsur hara dari sampel tanah yang diambil. Kemudian dilakukan pengkajian yang
berupa penerapan beberapa alternatif paket teknologi usahatani yang dilakukan
bekerjasama dengan petani dan aparat terkait. di Desa Krai Kecamatan
Yusowilangun Kabupaten Lumajang. Dalam areal pengkajian terdapat
pengkajian khusus (Super imposed trial) yang berupa uji varietas/galur yang
toleran terhadap lahan-lahan yang terjangkit gejala asem-aseman yang
diharapkan dapat
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
20
Rakitan Teknologinya
Komponen Teknologi
Rakitan
I II III IV
Varietas Membramo Membramo Membramo Membramo
Cara Tanam Petani Petani Petani Petani
Pemupukan
Urea
ZA
SP-36
KCl
ZnSO4
100 kg 200 kg 50 kg 50 kg 10 kg
100 kg 200 kg 50 kg 50 kg -
- 300 kg 50 kg 50 kg -
- 300 kg 50 kg 50 kg 10 kg
Pengendalian Hama dan Penyakit
Intensif Intensif Intensif Intensif
Dari hasil inventarisasi dan identifikasi di lapang penyebab lahan sawah
menderita stagnasi pertumbuhan dan kekuningan (sawah sakit) ternyata
sebagian besar terjadi pada lahan sawah yang drainasenya buruk dan selalu
tergenang. Daerah yang terserang terlihat spot-spot tidak merupakan satu
hamparan yang luas. Hasil analisa tanahnya ternyata kandungan hara makro ( N,
P dan K) relatip rendah hingga sedang demikian juga dengan bahan organik dan
unsur hara mikro seperti Zn dan SO4, sedangkan kandungan Fe tinggi dan pH
tanahnya relatif netral yaitu 6,8. Gejala serangan asem-aseman muncul pada
umur 15 hari setelah tanam, pada umur 35 hari setelah tanam serangannya
semakin hebat, tetapi pada daerah yang serangannya tidak terlalu parah tanaman
dapat recavory setelah umur 45 hari setelah tanam walaupun tidak terlihat
normal.
Hasil pengkajian di Lumajang terlihat bahwa dengan pemupukan 100 kg
urea + 200 kg ZA + 50 kg Sp-36 + 50 kg KCl/ha memberikan produksi tertinggi
yaitu rata-rata 8,73 ton/ha GKP, hal ini menunjukkan pada lahan sawah yang
sakitnya tidak terlalu parah dengan pemupukan ZA pada pemupukan pertama
sudah dapat meningkatkan produktivitas lahan sawah tersebut. Sedangkan dari
uji varietas ternyata varietas Membramo memberikan produksi tertinggi yaitu 7,75
ton/ha GKP diikuti varietas Sunggal 7,43 ton/ha GKP dan Cimelati 6,73 ton/ha
GKP.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
21
2.3.1.3. Analisis Data Iklim Dalam Kaitannya Dengan Waktu Tanam Untuk Menekan Resiko Panen
Salah satu sumberdaya yang berpotensi untuk dikembangkan saat ini
adalah sumberdaya iklim. Terbatasnya pemahaman tentang iklim, analisis dan
interpretasi datanya, menjadikan sumberdaya ini seringkali kurang
diperhatiankan. Padahal apabila dikelola dengan baik, iklim dapat menjadi
sumberdaya yang sangat mendukung usaha pertanian, karena resiko akibat
deraan iklim dapat dihindari atau paling tidak dapat diminimasi. Kecukupan air
selama masa pertanaman menentukan potensi kehilangan hasil tanaman yang
bersangkutan. Tanaman membutuhkan air yang cukup selama masa
pertumbuhannya. Kekurangan air akan mengakibatkan reduksi transpirasi
tanaman. Kondisi ini berakibat pada penurunan hasil tanaman. Untuk
mengoptimalkan pemanfaatan data iklim dan hidrologi serta meningkatkan
kemampuan dalam analisis dan interpretasi data agroklimat, maka pada tahun
2004 dilakukan pengamatan dan database iklim serta analisis agroklimat dalam
kaitannya untuk menekan penurunan produksi. Luaran penelitian yang
diharapkan adalah diperolehnya rekomendasi penentuan masa tanam tanaman
pertanian yang spesifik lokasi. Penelitian dilakukan di Kediri dan Probolinggo
dengan kriteria bahwa lokasi terpilih harus mempunyai stasiun iklim. Penelitian
dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu (1) Pengelolaan Informasi dan Data
Iklim, (2) Penyusunan Database Agroklimat, (3) Penyusunan Bulletin Agroklimat.
Untuk menganalisis hubungan iklim, tanah dan tanaman dilakukan dengan
metode neraca air. Metode neraca air digunakan untuk mengetahui kecukupan
air untuk tanaman tertentu pada jenis tanah tertentu dan lokasi tertentu.
Kecukupan air selama masa pertanaman menentukan potensi kehilangan hasil
tanaman yang bersangkutan. Tanaman membutuhkan air yang cukup selama
masa pertumbuhannya. Kekurangan air akan mengakibatkan reduksi transpirasi
tanaman dan kondisi ini berakibat pada penurunan hasil tanaman. Input air
tanaman berasal dari curah hujan, sedangkan air yang tersimpan pada zona
perakaran digunakan oleh tanaman untuk transpirasi, dan sebagian hilang
melalui evaporasi.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
22
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa saat tanam suatu komoditas di
lokasi Kediri dengan Probolinggo berbeda baik di lahan sawah maupun lahan
tegal, hal ini disebabkan oleh karakter iklim di lokasi tersebut berbeda.
Penentuan saat tanam yang kurang tepat akan mengakibatkan reduksi hasil
produksi berkisar 1-10 % dari hasil rataan produksi aktual di Kediri dan
Probolinggo untuk padi; 5-15 % di Kediri dan 3 – 15 % di Probolinggo (jagung);
10-30 % di Probolinggo (bawang merah), dan 5-25 % untuk cabe di Kediri.
2.4. INVENTARISASI SUMBERDAYA HAYATI DAN PERBAIKAN SISTEM PERBENIHAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR
2.4.1. Perbanyakan Benih BS dan Galur Harapan Tanaman Pangan dan Melon
Melon (Cucumis melo L) merupakan salah satu komoditas buah yang
digemari oleh mesyarakat karena mempunyai keunggulan dalam rasanya yang
manis, teksur daging buah lembut dengan warna berbeda dan mempunyai aroma
yang khas. Bagi petani, melon merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi
tetapi juga beresiko tinggi dalam kegagalan panen, sehingga tidak jarang terdapat
buah melon dengan kualitas rendah. Semua benih melon berasal dari import dan
untuk meningkatkan mutu buah serta mengurangi benih import dilakukan
persilangan secara bolak-balik.
Uji persilangan dilakukan di kebun BPTP Jawa Timur, sedang uji hasil
persilangan dilakukan di lahan Petani di Duwet, Kediri ditata dalam rancangan
acak kelompok. Hasil analisis ragam DGU, DGK dan persilangan kebalikan
untuk jumlah biji bernas/buah, berat 100 biji dan daya tumbuh tidak
memperlihatkan adanya daya gabung khusus yang berbeda nyata, yang
memperlihatkan perbedaan adalah daya gabung umum dan kebalikannya. Daya
gabung umum ketiga parameter yang diamati, menunnjukan DGU P2 positif untuk
jumlah biji bernas, DGU P1 positif untuk daya tumbuh, sedang DGU P3 nilainya
negatif untuk ketiga parameter. Pewarisan jala pada buah melon sangat
ditentukan oleh induk jantan, dengan demikian pada program pemuliaan untuk
memenuhi melon berjala harus memiliki galur yang berjaring sempurna.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
23
Gambaran pewarisan besar buah, tampaknya sangat ditentukan oleh besar buah
induk betina. Pewarisan warna daging buah terlihat jelas, buah berdaging oranye
bila disilangkan sebagai induk betina maupun jantan maka keturunannya akan
berdaging oranye. Pewarisan warna daging buah tersebut belum diketahui secara
pasti apakah secara dominan atau karena sifat epistasis. Daya adaptasi masing-
masing persilangan cukup baik dan dapat bersaing dengan varietas lain yang
telah dikembangkan oleh petani.
Kajian peningkatan kualitas buah melalui pemupukan menunjukkan
bahwa pemupukan sangat mempengaruhi kualitas buah, walaupun dosis pupuk
sama tetapi dari asal pupuk berbeda hasilnya berbeda. Pemupukan dengan N
dari ZA kualitas buahnya lebih baik dibanding dengan pupuk N dari Urea. Buah
dari pemupukan dengan ZA dagingnya lebih padat, rongga tengahnya lebih
sempit dan kulit buah yang berwarna hijau lebih tipis, warna daging lebih menarik.
2.4.2. Inventarisasi Ragam Kultivar dan Model Pengelolaan Kebun Induk Hortikultura Unggulan Jawa Timur.
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor andalan yang diharapkan
mampu berperan serta dalam era perdagangan bebas saat ini . Hal ini karena
komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran dan tanaman hias
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan potensi ekspor yang masih dapat
dimanfaatkan secara optimal. Untuk meningkatkan produksi hortikultura maka
Pemerintah Propinsi Jawa Timur menumbuh kembangkan agribisnis hortikultura
melalui pemantapan sentra agribisnis hortikultura dan berupaya untuk melepas
varietas lokal spesifik dari berbagai komoditas hortikultura , mengadakan
adaptasi maupun observasi untuk persiapan pelepasan varietas. Potensi alam
dan potensi plasma nutfah hortikultura Jawa Timur sangat besar untuk
pengembangan hortikultura termasuk buah-buahan tropis agar menjadi
komoditas unggulan. Namun hingga saat ini potensi plasma nutfah berupa
keanekaragaman varietas unggul hortikultura Jawa Timur belum digali dan
dimanfaatkan secara optimal. Sehingga banyak muncul permasalahan terutama
masalah produktivitas dan kualitas.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
24
Masalah produktivitas dan kualitas selain disebabkan faktor teknis juga
banyak dikendalikan oleh faktor genetik Salah satu kegiatan yang dapat
mendukung munculnya varietas unggul hortikultura termasuk buah-buahan tropis
di Jawa Timur antara lain dengan cara mengidentifikasi dan mengkarakterisasi
calon varietas unggul hortikultura serta menentukan calon pohon induk
tunggalnya untuk pengembangan lebih lanjut dan mengajukan usulan pemutihan
varietas. Hasil karakterisasi tahun 2004 telah memperoleh calon varietas unggul
kesemek Junggo (Batu) yang mempunyai kualitas buah lebih baik dibandingkan
kesemek varietas Tirtoyudo dan lebih disukai oleh konsumen luar negeri seperti
Singapura karena buah lebih besar dan rasa lebih renyah dan lebih manis serta
warna oranye mengkilap. Selain itu juga memperoleh 2 calon varietas unggul
durian dari kabupaten Kediri. Dua calon varietas unggul durian berasal dari hasil
seleksi 30 genotipe durian peserta kontes buah durian di Kabupaten Kediri tahun
2003. Varietas durian yang diunggulkan yaitu GAPU I dan GAPU II dari
Gadungan-Puncu, Kediri. Keunggulan kedua varietas tersebut yaitu memiliki
rasa sangat manis, warna daging buah kuning, ukuran buah sedang, sedikit
beralkohol , serta biji tidak bernas (biji kempes) untuk GAPU II.
Varietas hortikultura yang telah diusulkan pemutihannya pada Tim Penilai
dan Pelepas Varietas Hortikultura pada bulan Desember 2004 yaitu kesemek
Junggo , durian GAPU I dan GAPU II dari Kediri, pisang mas Kirana dari
Lumajang serta melati Ratoh Ebuh dari Bangkalan . Selain mengkarakterisasi
dan mengajukan usulan pemutihan varietas hortikultura maka varietas unggul
yang telah dilepas perlu dikonservasikan secara ex situ di kebun BPTP Jawa
Timur. Konservasi ex situ berupa varietas unggul dari buah-buahan serta
tanaman hias antara lain srikaya Langsar, belimbing Karangsari, mangga
Podang Urang, pisang Agung Semeru, pamelo Magetan, langsat Singosari, duku
Prunggahan, melati Bangkalan, sedap malam Roro Anteng dan mawar Pergiwa-
Pergiwati.
2.4.3. Pemuliaan Padi Secara Partisipati
Selama musim tanam 2004, pemuliaan padi secara partisipatif melakukan
kegiatan : 1) Observasi, dilaksanakan di KP. Mojosari, KP. Genteng dan KP.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
25
Ngale. Dari 380 galur yang di uji di Mojosari terpilih 30 galur yang akan
dilanjutkan pada uji daya hasil pendahuluan. Sedang kegiatan di KP. Genteng,
baru dipanen datanya masih diolah. Sedang di KP. Ngale masih dalam
pertanaman. 2). Kegiatan uji daya hasil pendahuluan dilaksanakan di Mojosari
dari 34 galur yang diuji 11 galur terpilih untuk di uji lebih lanjut. Uji daya hasil
lanjutan di Genteng dari 30 galur yang diuji terpilih 11 galur yang akan di
lanjutkan dalam uji daya hasil lebih lanjut. 3). Uji multi lokasi tahun 2004,
rencananya dilaksanakan di 8 kabupaten, lima lokasi (Bojonegoro, Lamongan,
Nganjuk, Lumajang dan Banyuwangi) yang telah selesai dilaksanakan. Dari 13
galur yang diuji terdapat 2 galur (BP.165, obs-112 dan BP 154, DHL-19B)
memberikan harapan untuk dapat dilepas namun jumlah lokasi dan musim yang
merupakan persyaratan pelepasan belum terpenuhi. Untuk itu pada MT.2005
nanti perlu dilakukan pengujian ulang.. 4). Uji adaptasi varietas unggul baru,
dilaksanakan di Malang. Kegiatan ini selain untuk mengetahui kecocokan varietas
unggul baru tersebut di Malang juga di maksudkan untuk memperkenalkan dan
mempromosikan kepada petani. Dari 11 varietas unggul baru (VUB). 4 VUB
memiliki daya hasil diatas 7,0 t/ha. GKG, keempat VUB tersebut adalah Cimelati,
Sunggal, Cibogo dan Code.
Catatan : kegiatan pemuliaan partisipatif ini merupakan kegiatan Balit Komoditas,
sehingga tahun 2005 ini BPTP tidak menyediakan dana khusus untuk
kegiatan ini.
2.4.4. Pengelolaan Padi Lokal
Sebelum revolusi hijau dijalankan, sistem pertanian mendekati system
alami, yaitu bersifat daur ulang sisa panen tanpa input senyawa organik, dan
jenis padi yang ditanam adalah varietas lokal. Sistem pertanian saat itu belum
ada upaya pengendalian hama/penyakit/gulma dengan menggunakan bahan
kimia sehingga boleh dikatakan menerapkan system pertanian berkelanjutan
dengan masukan luar rendah. Budidaya padi varietas unggul lokal
menguntungkan, apabila dikelola dengan baik maka produksinya tinggi, rasa nasi
enak pulen, relatif tahan hama penyakit, batang lebih kokoh, biomassa lebih
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
26
banyak, harga jual beras lebih mahal, sehingga berpengaruh positif terhadap
pendapatan petani. Dengan demikian padi varietas lokal layak untuk
dikembangkan pada wilayah spesifik lokasi. Tujuan dilakukan pengkajian padi
lokal : Untuk kepentingan pemuliaan padi masa depan, membantu pelestarian
plasma nutfah secara insitu, diperoleh informasi padi varietas lokal yang memiliki
sifat unggul, kemungkinan dapat dilepas padi varietas unggul lokal yang
mempunyai potensi daya hasil tinggi dan diperolehnya benih padi lokal hasil
peremajaan sebagai bahan koleksi.
Pengkajian dilakukan di desa Bocek, Kec.Karangploso, Kab. Malang, bulan
Juni 2004 s/d bulan April 2005. Rancangan yang digunakan adalah petak
terpisah, umur tanaman padi sebagai perlakuan utama, dan varietas sebagai
anak petak dengan dua kali ulangan. Jumlah varietas padi lokal yang diuji
sebanyak 29 varietas terdiri dari 16 padi varietas umur dalam, dan 13 varietas
umur genjah/sedang. Sebagai pembanding dalam pengujian digunakan IR-64
dan Fatmawati.. Komponen teknologi yang diterapkan :
No. Komponen teknologi
Padi lokal umur dalam Padi lokal umur genjah/sedang
1. Kebutuhan benih per ha
60 kg padi gagangan 30 kg
2. Umur bibit/bibit per lubang
25 hari/2-3 bibit 18 hari/2-3 bibit
3. Jarak tanam 20 cm x 20 cm 20 cm x 20 cm
4. Dosis pupuk per ha Urea: 200 kg, SP-36: kg 75, KCl:50 kg dan Pupuk organik: 2,5 ton
Urea: 200 kg, SP-36: kg 75, KCl:50 kg dan Pupuk organik: 2,5 ton
5. Aplikasi pupuk Pupuk organik diberikan sesudah pengolahan tanah pertama
Urea diberikan 2 kali
Pupuk I pada umur 7-10 HST (hari setelah tanam): separuh dosis Urea + seluruh dosis SP-36 dan KCl
Sisa pupuk Urea diberikan pada umur 45 HST
Pupuk organik diberikan sesudah pengolahan tanah pertama
Urea diberikan 3 kali
Pupuk I pada umur 7-10 HST: sepertiga dosis Urea + seluruh dosis SP-36 dan KCl
Pupuk Urea II umur 45 HST
Pupuk Urea II umur 60 HST
Padi varietas lokal umur dalam pada pelaksanaan pengujian lebih tahan
terhadap kekeringan, dan kekeringan terjadi pada bulan Juli – Oktober 2005 di
lokasi pengkajian, untuk padi umur genjah/ sedang karena tidak tahan kekeringan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
27
dilakukan tanam ulang pada bulan Desember 2004. Dari sejumlah 16 padi
varietas lokal umur dalam terdapat 12 varietas yang tahan terhadap serangan
hama burung dikarenakan mempunyai posisi daun bendera tegak, yaitu Kaprit,
Tambak Urang, Ketan Sri, Ketan Lumbu, Siem Lumajang, Siem Lawang, Siem
Dau, Mendok, Mentik Ponorogo, Genjah Arum,Talar Menyan. Sedangkan untuk
padi lokal umur genjah/dalam belum dapat memberikan informasi keunggulan
yang dipunyai masing-masing varietas, karena tanaman masih berumur 30 HST
(hari setelah tanam). Dari hasil pengujian padi lokal tahun 2004, untuk padi lokal
umur dalam yang layak dilakukan penelitian pengembangan di wilayah sentra
produksi adalah varietas yang mempunyai daun bendera tegak, berpotensi
produksi tinggi 5-6 ton GKG, tahan hama burung , seperti : siem Lumajang,
(Pronojiwo, Lumajang), Kuntul Nlayang dan Mendok (kedua dari Celake,
Mojokerto) dan Mentik Ponorogo. Keunggulan yang lain yang dimiliki padi lokal
umur dalam adalah harga beras non organic di wilayah sentra produksi dari
petani Rp.3.500,- - Rp.4.000,- per kg.
Penelitian pengembangan ini diarahkan kepada budidaya padi secara semi
organik. Dengan pertimbangan bahwa di wilayah sentra produksi padi lokal umur
dalam dengan ciri padi bergagang malai lebih panjang dan perontokannya sulit,
teknologi pasca panen telah dikuasai petani setempat dan peralatan prosesing
gabah sudah tersedia di lapang. Dampak prakiraan yang diharapkan dengan
pengelolaan padi lokal didapatkan varietas unggul yang dapat berkembang dan
tetap eksisting pada wilayah-wilayah sentra produksi di Jawa Timur.
2.5. PENGKAJIAN MODEL USAHATANI TERPADU TANAMAN – TERNAK DAN IKAN DI LAHAN TADAH HUJAN
2.5.1. Pengkajian Model Usahatani terpadu Crop Fish-Livestock System (CFLS) di Lahan Sawah Tadah Hujan (LSTH
Pengelolaan lahan sawah tadah hujan perlu melibatkan berbagai
komponen yang merupakan sumber pendapatan rumah tangga. Pengelolaan
lahan sawah tadah hujan perlu dilakukan secara terpadu dengan melibatkan aset
usahatani keluarga yaitu tanaman, ternak dan ikan secara sinergis. Keterkaitan
antara tanaman dan ternak (sapi) secara sinergis dalam siklus mutualisme, yaitu
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
28
limbah tanaman (jerami) dapat digunakan sebagai pakan ternak yang potensial,
sedangkan kotoran ternak dapat dikembalikan ke lahan sebagai pupuk organik.
Ketersediaan air selama pertumbuhan tanaman sangat mempengaruhi
produktivitas lahan dan keragaman komoditas yang diusahakan, sehingga
diperlukan teknologi konservasi air dengan embung untuk mengairi tanaman di
musim kemarau dan dapat difungsikan memelihara ikan terutama pada musim
hujan.
Pengkajian dilaksanakan di sawah tadah hujan Kabupaten Nganjuk dan
Kabupaten Lamongan. Pengelolaan usahatani jagung di musim kemarau dengan
memanfaatkan embung sebagai suplesi air pengairan selama pertumbuhannya,
sedangkan pada musim hujan dengan padi gogorancah yang penanamannya lebih
awal sehingga waktu panen lebih cepat dan penanaman berikutnya lebih terjamin
berdasarkan peluang curah hujan. Penanaman jagung secara rapat bertujuan
menghasilkan jagung sayur, jagung pipilan dan biomas pakan ternak. Pengkajian
yang dilaksanakan di Kabupaten Nganjuk pada musim kemarau yaitu budidaya
jagung varietas Bisma dengan jarak tanam rapat diperoleh peningkatan total hasil
setara jagung yang lebih baik berasal dari jagung sayur, limbah tanaman (tebon)
pakan ternak dan biji, sehingga keuntungan mencapai Rp. 3.942.600,- dengan B/C
ratio 1,10 dibanding cara petani yang menggunakan jagung lokal. Pengkajian yang
sama dilaksanakan di Kabupaten Lamongan dengan pertanaman jagung jarak
tanam rapat diperoleh peningkatan total hasil setara jagung yang lebih baik berasal
dari jagung sayur, limbah tanaman (tebon) pakan ternak dan biji, sehingga
keuntungan mencapai Rp. 3.996.600,- dengan B/C ratio 1,23 dibanding cara petani
yang menggunakan jagung hibrida turunan (benih asalan) (Tabel 1).
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
29
Tabel 1. Analisis usahatani terpadu jagung di lahan sawah tadah hujan di Kab. Nganjuk dan Kab. Lamongan
Kegiatan
Pola Perbaikan Pola Petani
Jagung Sayur/Jagung (75cmx10cm/75cmx20 cm)
Jagung (75 cm x 20 cm)
Jagung (75 cm x 20 cm)
fisik nilai (Rp/ha)
fisik nilai (Rp/ha)
fisik nilai (Rp/ha)
..……………………… (x Rp.000) …………………………
Kab. Nganjuk
Biaya produksi 3.590 3.370 1.618
Hasil (kg/ha) :
- jagung sayur 2.416 1.208 - - - -
- jagung pipilan 4.362 5.234,4 5.453 6.543,6 2.127 2.552,4
- bobot biomas 8.142 814,2 - - - -
- ikan (kg/1000 ek) 27,6 276 27,6 276 - -
Total nilai hasil 7.532,6 6.819,6 2.552,4
Keuntungan 3.942,6 3.449,6 934,4
B/C ratio 1,10 1,02 0,58
Kab. Lamongan
Biaya produksi 3.260 3.020 2.183,5
Hasil (kg/ha) :
- jagung sayur 1.790 895 - - - -
- jagung pipilan 4.817 5.780,4 5.666 6.799,2 3.650 4.380
- bobot biomas 5.812 581,2 - - - -
Keuntungan 3.996,6 3.779,2 2.196,5
B/C ratio 1,23 1,25 1.01
Pengkajian tanaman padi secara gogorancah pada musim hujan masih
berjalan dan umur tanaman sekitar 60 hari dari tanam benih secara langsung.
Penelitian super imposed untuk mengetahui teknik tanam jagung dan cara tanam
sisipan jagung dalam satu kesatuan pola tanam dimaksudkan untuk mempercepat
waktu tanam dan panen dengan hasil cukup baik Hasil jagung pipilan kering
meningkat secara nyata bila menggunakan pupuk organik dengan perbedaan hasil
1.333kg/ha-1.398 kg/ha dibandingkan bila menggunakan pupuk anorganik yang
hanya mencapai 3.842 kg/ha. Penerapan teknik tanam pindah jagung pada umur
10 hari menunjukkan peningkatan hasil jagung pipilan kering secara nyata (5.700
kg/ha) dibandingkan teknik tanam langsung dengan biji dengan perbedaan hasil
jagung sekitar 1.243 kg/ha-1.393 kg/ha.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
30
2.5.2. Pengkajian dan Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Pola Multistrata LKDR di Kawasan Selatan Jatim (KSJT)
Konsep usahatani multistrata adalah optimalisasi lahan untuk produksi bahan
pangan, pakan, papan dan pendapatan keluarga petani dari kegiatan usahatani
tanaman-ternak. Integrasi tanaman-ternak pola multistrata yang dilaksanakan di
kawasan selatan Jawa Timur merupakan bentuk pengembangan wanatani
(agroforestry) yang terintegrasi dengan usaha ternak pada lahan budidaya
masyarakat. Komponen utama multistrata terdiri dari tanaman pangan, rumput
dan empon-empon sebagai tanaman strata I; leguminosa pohon sebagai strata II;
dan tanaman tahunan (buah-buahan, perkebunan, tanaman hutan) sebagai strata
III. Pemeliharaan ternak dilakukan di pekarangan rumah dengan sumber pakan
utama berupa hijauan ditambah pakan lengkap (complete feed) dari hasil
prosesing limbah pertanian dan limbah agroindustri.
Penataan tanaman dalam pola multistrata diatur sebagai berikut: strata I
ditanam pada bidang olah inti, sedangkan strata II dan III ditanam pada sekeliling
batas lahan. Komposisi antara tanaman strata I, II dan III bersifat fleksibel
disesuaikan dengan kondisi lahan dan kondisi sosial ekonomi petani.
Aspek konservasi tanah dan air sangat diperhatikan dalam konsep multistrata
melalui pengaturan bentuk teras, proporsi antara tanaman semusim dan tahunan,
pengelolaan aliran permukaan, penggunaan mulsa dan pengembalian bahan
organik ke tanah. Potensi dan manfaat tanaman empon-empon dan leguminosa
pohon dilahan kering cukup banyak, diantaranya sebagai tanaman untuk obat-
obatan, jamu, rehabilitasi lahan, tanaman konservasi, dan tanaman pakan ternak.
Pada musim tanam I, hasil padi gogo tertinggi dicapai pada keragaan
teknologi anjuran pada varietas Jatiluhur dengan hasil 5,5 ton/ha gabah kering
dan hasil jagung tertinggi dicapai pada teknologi kesepakatan pada varietas Bisi 2
dan Pioner 11 masing-masing dengan hasil 6,5 ton/ha biji kering.
Pada musim tanam II, berupa tanaman kacang tanah dengan tingkat hasil
rata-rata 3 ton/ha polong kering. Berdasarkan taksiran hasil dari kelima jenis
tanaman empon-empon, maka jenis-jenis yang adaptif di lokasi pengkajian
adalah kunyit lokal, lengkuas, kunyit putih dan kencur.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
31
Pada semua jenis empon-empon, hasil yang tertinggi dicapai pada teknologi
budidaya anjuran berupa perlakuan pupuk organik + pupuk kimia; sedangkan
keragaan hasil pada teknologi organik hanya mencapai 60-70 % dari hasil
perlakuan campuran pupuk organik + pupuk kimia. Kegagalan panen tanaman
jahe disebabkan tanaman terserang penyakit layu bakteri. Oleh karena itu
budidaya tanaman jahe di lokasi pengkajian tidak direkomendasikan.
2.5.3. Pengembangan Model Usahatani Konservasi Pola Strip Cropping Tanaman Kentang Secara Partisipatif di Lahan Kering Dataran Tinggi
Penanaman kentang di kawasan lahan kering dataran tinggi berlereng
pada umumnya mengabaikan masalah konservasi lahan berupa penanaman
kentang pada guludan searah lereng sebagai penyebab degradasi lahan serta
erosi yang besar. Perbaikan budidaya tanaman kentang dengan penanaman
pada guludan miring 450 disertai strip cropping tanaman pakan ternak merupakan
teknologi yang murah dan sangat efektif mengendalikan erosi (30%) maupun run
off serta dapat meningkatkan produktivitas lahan (28%). Tetapi teknologi itu
masih perlu dikembangkan dalam upaya melibatkan lebih banyak petani agar
teknologi yang sederhana namun bermanfaat besar tersebut dapat tersosialisasi
dengan baik dan teraplikasi dengan benar terutama oleh petani sendiri.
Pengembangan di dukuh krajan desa Argosari (2000 m dpl), kec. Senduro,
Lumajang, tahun kegiatan 2004, dengan aplikasi teknologi pada musim
penghujan. Secara fisik dusun krajan cukup relevan sebagai pusat
pengambangan teknologi konservasi ini. Tingkat kesuburan tanah cukup rendah
yang terlihat dari hasil analisa tanah. Di dusun krajan telah terbentuk kelompok
tani dengan nama Kelompok tani “Argo Mulyo”, dengan seorang ketua, seorang
sekretaris, dan seorang bendahara. Kelompok tani ini berupa paguyuban yang
beberapa aktifitas agribisnisnya masih perlu dikembangkan. Cukup respon
terhadap masukan teknologi. Dengan berbagai persyaratan pengkajian telah
disepakati 15 kooperator yang siap terlibat dalam aktifitas awal pengembangan
teknologi konservasi. Dalam 15 kooperator tersebut terlibat beberapa tokoh
petani termasuk ketua kelompok, kepala desa dan beberapa petani maju sebagai
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
32
pelopor dalam pengembangan teknologi. Dalam aplikasi teknologi konservasi
anjuran (dengan beberapa bantuan seperti bibit,pupuk, pestisida, dan upah
kerja), petani kooperator juga melaksanakan teknologi konservasi dengan biaya
sendiri. Disisi lain petani kooperator juga melaksanakan penanaman dengan
teknologi mereka sendiri (sebagai pembanding). Disamping teknologi konservasi
yang diterapkan oleh petani, juga dilakukan “Super Imposed” berupa kajian
efektivitas penggunaan beberapa pestisida nabati terhadap serangan hama dan
penyakit kentang, yang dilaksanakan di lahan petani, dengan hasil tampaknya
pestisida nabati yang diterapkan belum mampu menekan serangan hama dan
penyakit kentang secara optimal dibandingkan dengan kontrol (rekomendasi
pestisida oleh BPTP). Selain itu juga dilakukan uji beberapa varietas kentang
yaitu: Granula A, Damour, dan Atlantik. Dari pertumbuhan tampak bahwa Damour
dan Granula A menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dari Atlantik.
Secara umum pertumbuhan tanaman kentang baik yang ditanam di
lokasi pengembangan teknologi konservasi maupun di uji varietas cukup baik.
Hanya pada uji pestisida nabati tampak bahwa penggunaan pestisida nabati
memperlihatkan pertumbuhan kentang kurang optimal. Pengembangan
teknologi konservasi dengan peneman kentang pada guludan miring 450 disertai
strip cropping tanaman pakan ternak berpeluang dikembangkan lebih jauh. Hal
ini tampak dari respon petani kooperator, maupun petani yang lain. Dewasa ini
sedang dilakukan terapi untuk membangkitkan semangat kebersamaan anggota
kelompok tani untuk membangun kelompok yang kuat dengan melibatkan
secara aktif KCD, PPL, Kepala Desa, Ketuan maupun pengurus.
2.6. PENGEMBANGAN SISTEM USAHA PERIKANAN RAKYAT DENGAN MODEL DESA PANTAI DI JAWA TIMURT
2.6.1. Pengembangan Sistem Usaha Perikanan Rakyat Dengan Model Desa Pantai Berbais Budidaya Laut
Usaha perikanan rakyat merupakan bagian terbesar dari bentuk usaha
perikanan Indonesia sehingga sudah seharusnya pembangunan perikanan
difokuskan pada pengembangan perikanan rakyat. Salah satu cara yang telah
ditempuh adalah melalui pengembangan konsep desa pantai sebagai pusat
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
33
kegiatan berbagai jenis usaha perikanan yang saling mendukung, terkait satu
sama lain, berorientasi agribisnis dan berwawasan lingkungan. Untuk itu,
berbagai kegiatan pengkajian yang meliputi introduksi dan pengembangan
teknologi perikanan mulai dari penangkapan, budidaya, pasca panen dan
pengelolaan sumberdaya perikanan telah dilakukan di wilayah timur daerah
pesisir utara Jawa Timur khususnya di Kabupaten Situbondo. Kegiatan yang
dilaksanakan antara lain pemasangan terumbu karang buatan, penangkapan ikan
dengan pancing rawai dan bubu, budidaya ikan dengan sistem keramba jaring
apung (KJA), dan penanganan dan pengolahan ikan untuk meningkatkan nilai
tambah produk perikanan (2002); budidaya ikan kerapu (Epinephelus spp.)
dengan sistem KJA dalam bentuk pengkajian SUT dan penanganan/pengolahan
ikan serta diseminasi hasil pengkajian sistem usaha perikanan untuk
mempercepat alih teknologi kepada pengguna (2003).
Berdasarkan umpan balik yang diperoleh di lokasi pengkajian, maka
kegiatan tahun 2004 ini adalah budidya kerapu tikus (Cromileptes altivelis)
terutama pada aspek pengelolaannya karena pembudidaya yang umumnya
nelayan kecil butuh pengembalian modal atau penerimaan usaha yang relatif
singkat yaitu dengan membagi tahapan pemeliharaan yang bisa sampai satu
tahun menjadi beberapa tahapan dengan periode pemeliharaan yang relatif
singkat yaitu pembesaran benih ukuran 200 g/ekor (150 hari) dan pendederan
benih (juwana) hasil panti pijah yang berukuran awal 3 cm/ekor (90 hari).
Pengkajian dilakukan secara kooperatif dengan petani/nelayan (kelompok tani)
yang bergerak di bidang usaha budidaya laut (KJA) yang dikoordinasikan dengan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Situbondo.
Hasil survei keragaan perikanan di wilayah pengkajian menunjukkan
bahwa wilayah tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sentra
budidaya laut dengan sistem KJA yang bisa dipadukan dengan pariwisata.
Dalam waktu 5 bulan, ikan kerapu tikus dengan ukuran awal rata-rata 200
gram per ekor bisa mencapai ukuran rata-rata 413 gram per ekor. Walaupun
dengan tingkat pertumbuhan harian yang masih rendah (0,53%), tingkat
kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan cukup tinggi, yaitu 99,5%.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
34
Diduga, rendahnya tingkat pertumbuhan harian tersebut karena kondisi
pemeliharaan yang belum optimal. Walaupun demikian, hasil analisis finansial
memperlihatkan bahwa usaha ini masih cukup layak secara ekonomis untuk
dikembangkan (R/C ratio 1,98).
Pendederan juwana ikan kerapu tikus dengan ukuran awal rata-rata 3 cm
per ekor masih belum memperlihatkan hasil yang memuaskan dengan tingkat
pertumbuhan harian rata-rata 0,51% dan tingkat kelangsungan hidup 16%.
Kondisi pemeliharaan yang tidak optimal diduga merupakan penyebab rendahnya
efisiensi pendederan selain faktor kanibalisme yang biasa terjadi pada ikan-ikan
kerapu yang masih kecil (kurang dari 8 cm). Namun, bila kondisi
pemeliharaannya baik, maka usaha ini berpotensi untuk menghasilkan
pendapatan bagi pembudidaya setiap 3 bulan sekali dengan R/C ratio yang
cukup tinggi (2,25).
Permasalahan yang penting adalah pemasaran terutama untuk hasil
pendederan karena lingkungan pembudidaya setempat masih belum terbiasa
dengan benih asal KJA sehingga diperlukan sosialisasi yang intensif.
Prakiraan dampak dari pengkajian ini antara lain : 1) pengembalian modal
atau penerimaan usaha budidaya yang relatif cepat diharapkan bisa menarik
minat pembudidaya tradisional untuk mengikuti pola budidaya yang
diintroduksikan sehingga bisa menciptakan bentuk usaha budidaya dengan
sistem pengelolaan yang lebih efisien, 2) usaha budidaya laut dengan sistem KJA
bisa dikembangkan sebagai basis pengembangan perikanan desa pantai yang
bila dikombinasikan dengan potensi sumberdaya wisata yang ada diharapkan
menghasilkan sinergi positif yang bermanfaat bagi masyarakat setempat dan 3)
berkembangnya usaha perikanan berbasis KJA diharapkan bisa menciptakan
simpul-simpul agribisnis/akuabisnis di wilayah setempat.
2.7. KAJIAN AGRIBISNIS KOMODITI UNGGULAN JAWA TIMUR
2.7.1. Kajian Pengembangan Agribisnis Perbenihan Padi Varietas Unggul Tipe Baru
Propinsi Jawa Timur dikenal sebagai salah satu daerah penghasil padi
nasional kontribusinya mencapai 20% produksi padi nasional dengan luas tanam
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
35
mencapai 1.62 % juta ha/ tahun, rata-rata produktivitasnya hanya sekitar 5.6
t/ha (GKG) atau setara dengan 6.44 t/ha (GKP).
Permintaan terhadap benih padi bermutu tidak pernah terpenuhi karena
ketersediaan benih padi bersertifikat secara nasional lebih kurang hanya 35 %
dari kebutuhan benih padi. Karenanya, peluang untuk benih bersertifikat/ benih
padi berlabel masih tinggi, dan perlu didorong dan disosialisaikan untuk
menghasilkan dan menggunakan benih yang berkualitas baik. Dari sisi agribisnis
peluang produsen untuk peluang agroindustri perbenihan padi masih terbuka
lebar untuk memenuhi permintaan pasar.
Agribisnis perbenihan padi VUTB adalah merupakan program utama
untuk meningkatkan produktivitas padi di Jawa .Karena propinsi dikarenakan
Jawa Timur adalah salah satu sentra penghasil padi di Indonesia.
Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk meningkatkan usaha tani
perbenihan padi dalam suatu proses produksi padi secara keseluruhan, juga
sekaligus dapat meningkatkan pendapatan yang diterima penangkar benih padi.
Serta mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan usaha agribisnis
perbenihan padi dan membuka peluang usaha perbenihan di pedesaan.
Pengkajian dilakukan di Malang dan Mojokerto pada pada Musim Tanam MK II,
selama bulan Maret sampai dengan Desember Tahun 2004. Menggunakan
Lahan sawah petani.
Hasil Kajian Pengembangan Agribisnis Perbenihan Padi Varietas Unggul
Tipe Baru yang dilakukan di desa Sumberjati, Mojoanyar, Mojokerto, untuk
analisis usahatani perbenihan padi varietas unggul tipe baru Fatmawati biaya
untuk tenaga kerja per ha-nya sebesar Rp. 49.7574,-, untuk saprodi (pupuk dan
obat pengendali hama) per ha perlu biaya Rp. 847.9787,-.. Perkiraan hasil yang
diperoleh per ha 8.274 Kg dan perkiraan hasil keseluruhan dengan luas
pengkajian 4 ha 33,08 ton.
Rata-rata hasil ubinan (ton/ha) untuk pelaksanaan super impose trial uji
adaptasi padi varietas unggul baru di desa Sumberjati, Mojoanyar, Mojokerto,
untuk varietas padi Fatmawati ± 6,5 ton; Gilirang ± 5 ton ; Cigelis ± 7,1 ton;
Cimelati ± 9 ton; Cisantana ± 7,9 ton; Cibogo ± 7 ton; Sunggal ± 9,6 ton; Conde ±
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
36
8,3 ton dan sebagai pembanding adalah varietas padi Ir 64 dengan hasil ubinan
adalah ± 7,8 ton .
Hasil Kajian Pengembangan Agribisnis Perbenihan Padi Varietas Unggul
Tipe Baru yang dilakukan di desa Tegalsari, Kepanjen, Malang, untuk analisis
usahatani perbenihan padi varietas unggul tipe baru Fatmawati biaya untuk
tenaga kerja per ha-nya sebesar Rp. 69.000,-, untuk saprodi (pupuk dan obat
pengendali hama) per ha perlu biaya Rp. 950,000-.. Perkiraan hasil yang
diperoleh per ha 8.680 Ton dan perkiraan hasil keseluruhan dengan luas
pengkajian 4 ha 34,72 ton.
Rata-rata hasil ubinan (ton/ha) untuk pelaksanaan super impose trial uji
adaptasi padi varietas unggul baru di desa Tegalsari, Kepanjen, Malang untuk
varietas padi Fatmawati ± 11,25 ton; Gilirang ± 10,15 ton ; Cigelis ± 11,15 ton;
Cimelati ± 10.35 ton; Cisantana ± 11.55 ton; Cibogo ± 11,4 ton; Sunggal ± 11,15
ton; Conde ± 11.15 ton dan sebagai pembanding adalah varietas padi Ir 64
dengan hasil ubinan adalah ± 10 ton .
Rata-rata hasil terbaik untuk super impose trial uji Populasi dan
pemupukan terhadap hasil dan mutu padi varietas unggul baru Fatmawati untuk
dengan dosis pemupukan 400 ton urea + 100 ton SP-36 + 150 ton KCl + 15 ton
ZnSO4 tiap hektar dan menggunakan booster ”Score”, dengan kerapatan
populasi 400.000 rumpun /ha , jarak tanam 30 cm (20 x 10) cm ; hasil ubinan
adalah ± 7,93 ton.
Telah terbentuk kelompok tani perbenihan padi di desa Sumberjati,
Mojoanyar Mojokerto dengan nama Sumber Rejeki, sedang di desa Tegalsari,
Kepanjen, Malang adalah pecahan kelompok tani yang lama Sumber rejeki dan
diberi nama Baru Muncul Sumber rejeki yang khusus menangani perbenihan padi
VUTB Fatmawati, masih diperlukan bimbingan dan pendampingan lebih lanjut
agar tumbuh berkembang menjadi kelompok agribisnis benih padi yang mandiri.
2.7.2. Kajian Pengembangan Agribisnis Mangga Podang Urang
Mangga Podang Urang merupakan komoditas unggulan Kabupaten
Kediri, yang pada tagun 2003 telah dilepas oleh Menteri Pertabian. Mangga ini
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
37
mempunyai warna dan bentuk yang menarik, rasa dan aroma khas serta ukuran
yang tidak terlalu besar (200-250 g/buah), sehingga punya peluang pasar
nasional dan ekspor yang tinggi. Namun pengelolalan komoditas ini belum baik,
sehingga produksi dan mutu masih belum optimal.
Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan alternatif
pengelolaan tanaman mangga Podang Urang yang efektif dan efisen serta
menumbuhkembangkan kegiatan agribisnis mangga Podang Urang melalui
penguatan kelembagaan kelompok tani.
Adapun pelaksanaan penglajian meliputi (1) penentuan hamparan dan
kelompok tani, (2) PRA untuk menentukan strategi agribisnis, (3) Percontohan
pemeliharaan tanaman dan (4) melakukan “super imposed” dengan “top working”
di 2 lokasi yang berbeda dan asal batang atas (mangga Podang Urang) yang
berbeda pula. Kegiatan “super imposed” ini sangat berguna untuk strategi
penegmbangan mangga Podang Urang ke depan. Selain itu ada kegiatan temu
usaha, yang mempertemukan antara petani, pedagang dan pengusaha/pemasok
buah-buahan (CV. Mawan Segar Abadi) untuk pasar swalayan di Bali, Semarang,
Jakarta dan Makasar Lokasi pengkajian adalah di Dukuh Sumberbendo, desa
Tiron, kecamatan Banyakan, kabupaten Kediri/
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa di dukuh Sumberbendo, yang
merupakan salah satu sentra mangga Podang Urang sudah memiliki kelompok
tani dan koperasi dengan nama kelompok tani dan koperasi “Budidaya”. Namun
kelompok ini bersifat umum, belum ada secara khusus yang membidangi
masalah tanaman mangga, padahal di dukuh ini ada sekitar 80-90 ha tanaman
mangga.
Pada pengkajian ini diambil 20 petani dengan jumlah tanaman 2.095
pohon (21 ha) sebagai petani kooperator atau sebagai embrio sub kelompok tani
“Budidaya” bidang tanaman mangga. Setiap petani memiliki tanaman mangga
30-180 pohon dengan perinscian 75 % mangga Podang Urang (umur tanaman
40-100 tahun) dan 25 % mangga Arumanis/Gadung (umur sekitar 8-10 tahun).
Tanaman mangga Podang Urang mempunyai keragaan yang tinggi besar,
karena berasal dari biji.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
38
Kontribusi pendapatan dari mangga terhadap pendapatan keluarga adalah
sebesar 7,95 %. Petani mangga di dukuh ini sebagian juga berprofesi sebagai
pedagang mangga, sehingga kalau diperhitungkan dari pendapatan tanaman
mangga sendiri dan dari berdagang mangga menjadi sebesar 51,37 % dari
seluruh pendapatan. Dukuh ini berjarak sekitar 6 km dari pusat pasar mangga
yang ada di Banyakan. Sedanglan pendapatan lain adalah dari pertukangan,
buruh, hasil dari sawah, tegal dan hasil pekarangan.
Di kelompok tani ini pada tahun 2004 mendapat bantuan alat panen dari
Diperta Propinsi Jatim sebanyak 500 buah dan pelatihan pengolahan bokasi dari
suatu LSM. Selain itu ada bantuan untuk mempromossikan produk olahan dari
BIPP.
Hasil introduksi pengolahan mangga Podang Urang menjadi jeli agar,
dodol dan permen menunjukkan bahwa dari 10 wanita tani yang dibina
menyatakan bahwa produk itu mempunyai rasa cukup disukai (skor 3,0-3,6).
Sedangkan teknologi yang dikenalkan cukup mudah dan mempunyai keinginan
untuk mengembangkan. Namun dalam temu usaha, peserta hanya
menginginkan produk dodol dan permen yang mempunyai prospek untuk
dikembanagkan.
Pada pengkajian ini juga telah dilakukan kerjasama dengan CV Mawan
Segar Abadi untuk memasarkan mangga Podang Urang segar ke Bali. Mangga
yang telah terkirim sebanyak 400 kg dengan menggunakan kemasan karton
berkapasitas 10 kg. Dpketahui bahwa untuk pasar swalayan di Bali menghendaki
buah yang masih sedikit hijau atau masih keras dan bersih, umur sekitar 111 hari
dengan kadar PTT 8 % dan asam 0,9 %. Buah yang mulus hanya sekitar 24 %,
sedang yang cacat karena kotor, kena getah, atau lecet sekitar 48 %. Sedang
ukuran dapat klas A (4 buah/kg) atau B (6 buah/kg).
Hasil pengamatan pada 150 pohon yang dilakukan pemupukan oleh
petani sebanyak urea 0,35 kg, SP-36 sebanyak 0,30 kg, KCl 0,10 kg dan pupuk
kandang 4kg per pohon dapat meningkatkan produksi dari 67 kg menjadi 74
kg/pohon.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
39
Untuk penguatan kelompok tani, dilakukan pertemuan setiap minimal 1
bulan sekali. Pada sub kelompok ini melakukan jual jasa penyemprotan dengan
“power sprayer” dan meminjamkan saprodi dan kunyit dengan sistem
pembayaran setelah panen. Saat ini telah ada modal 1 “power sprayer” dan
uang Rp.363.250,-.
Hasil pengamatan penyambungan “top working” diketahui bahwa
sambungan jadi sebesar 81 % dan jumlah tunas 1-3 buah serta ketinggian sekitar
25,8-44,4 cm.
2.7.3. Kajian Pengembangan Usahatani Udang Windu pada Lahan Perairan Air Tawar
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur selaku
penghasil dan penyedia teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, pada tahun
2004 mengadakan kegiatan pengembangan agribisnis padi-udang windu.
Pengkajian ini mempunyai nilai strategis kedepan karena selain udang windu
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bersama padi, ternyata sesuai
dengan beberapa pustaka yang ada menyebutkan bahwa budidaya udang windu
di air tawar umumnya terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Vibriosis. Hal ini peluang yang baik dan merupakan alternatif bagi penentu
kebijakan untuk mencari solusi mengatasi merosotnya produksi udang terutama
dari tambak-tambak payau. Selain itu dengan berkembangnya usahatani padi-
udang windu diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani padi yang
sampai saat belum sesuai dengan harapan.
Pengembangan Agribisnis Padi Udang Windu tujuannya adalah untuk
mengetahui dan mempelajari pengelolaan usahatani padi udang windu di sawah
tambak mendapatkan efisiensi dan meningkatkan pendapatan petani serta
menumbuhkan simpul-simpul agribisnis di pedesaan. Kegiatan pengkajian
dilakukan di Desa Sugih Waras, Kecamatan Deket, Kabupaten Lamongan pada
MT.3 2004. Luas areal pengkajian mencakup 15,9 ha, yang melibatkan 17 orang
anggota kelompoktani. Dari hasil keragaan fisik yang ada, maka rata-rata
produksi padi petani peserta (teknologi kesepakatan) yaitu cara tanam padi
teratur (larikan) 20 x 20 cm 7 ton/ha, dan petani non peserta (teknologi petani)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
40
yaitu cara tanam padi tidak beraturan 5,8 ton/ha GKP. Produksi udang windu
petani peserta (teknologi kesepakatan) dengan padat penebaran 2.500 ekor/ha
10,3 kg, 5.000 ekor/ha 17,5 kg, 7.500 ekor/ha 26,1 kg dan 10.000 ekor/ha 35,5
kg. Petani non peserta (teknologi petani) dengan padat penebaran 2.500 ekor/ha
5,1 kg dan padat penebaran 5.000 ekor/ha 10,2 kg. Sedangkan keragaan fisik
pada petak pengujian/super impose (teknologi anjuran) menunjukkan keunggulan
dibandingkan dengan teknologi kesepakatan maupun teknologi petani. Produksi
padi pada petak pengujian dengan cara tanam jajar legowo (40x20 cm) x 10 cm
7,9 ton/ha/GKP dan produksi udang dengan padat penebaran 15.000 ekor/ha
112,5 kg dengan rata-rata berat udang 40-50 ekor/kg. Dilihat dari aspek produksi
udang, dengan semakin meningkatnya padat penebaran per ha, ada
kecenderungan hasil udang yang didapatkan meningkat. Dari hasil analisis
usahatani menunjukkan bahwa tingkat penerimaan dan pendapatan paling tinggi
dicapai pada teknologi anjuran/super impose (R/C 2,73), kemudian teknologi
kesepakatan (R/C 2,66) dan terendah teknologi petani (R/C 2,25). Sedangkan
tambahan manfaat, teknologi kesepakatan dapat memberikan tambahan satuan
manfaat lebih tinggi dibandingkan teknologi yang lain yaitu B/C 7,85.
Usahatani terpadu padi udang windu teknologi anjuran secara ekonomis
cukup layak (feasible) karena dapat menekan biaya produksi (agro input) dan
meningkatkan produksi (output) padi/udang dan pendapatan petani dengan
adanya diversifikasi komoditi atau komoditi ganda yaitu padi dan udang. Karena
layak secara ekonomis, pengembangan agribisnis padi udang windu diharapkan
dapat mempengaruhi petani untuk menilai dan akhirnya menerapkan teknologi
anjuran.
Kesimpulan yang didapat, yaitu : 1) Paket teknologi petani dengan cara
tanam tidak beraturan, rata-rata produksi padi lebih rendah dan dapat
ditingkatkan melalui perbaikan cara tanam padi sistem jajar legowo atau cara
tanam beraturan (larikan), 2) Kekurangan tenaga terampil cara tanam padi jajar
legowo atau cara tanam padi beraturan (larikan) dapat dieliminir dengan alat
bantu tanam yang dapat dibuat dengan mudah oleh petani yaitu “legane” atau jika
lahan memungkinkan dapat digunakan alat tanam benih langsung (Atabela), 3)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
41
Rata-rata petani belum menggunakan pupuk KCl karena alasan pengalaman
(belum penting) dan hasil pada petak pengujian ataupun teknologi kesepakatan
dimana disitu diaplikasikan pupuk KCl ternyata terbukti dapat meningkatkan
tampilan fisik tanaman dan produksi padi, 4) Varietas padi yang ditanam sebagian
besar IR-64, sehingga untuk mensosialisasikan varietas padi baru (VUTB), perlu
adanya pengenalan atau pengujian di lapangan oleh PPL agar petani mengetahui
dan yakin akan varietas baru yang dikenalkan, 5) Meskipun luas lahan berkurang
untuk pembuatan saluran keliling (caren) sebagai tempat untuk hidup udang
ternyata tidak mempengaruhi atau mengurangi produksi padi yang dihasilkan,
karena adanya perbaikan cara tanam padi, 6) Rata-rata benih udang yang ditebar
petani, jumlah (populasi) masih kurang dan untuk meningkatkan produksi perlu
adanya peningkatan jumlah (populasi) benih yang ditebar, karena pada petak
pengujian (super impose) maupun teknologi kesepatan dapat disimpulkan bahwa
ada kecenderungan peningkatan produksi sejalan dengan meningkatnya jumlah
benih udang yang ditebar, 7) Untuk menekan angka kematian (mortalitas) udang,
petani perlu memperbaiki cara aklimatisasi, waktu menebar, cara transportasi dan
ukuran benih udang sesuai dengan anjuran, 8) Agar petani mendapatkan harga
yang layak pada saat penjualan udang, petani perlu orientasi pasar untuk
mengetahui informasi harga yang ada pada saat itu, 9)
Kelembagaan/kelompoktani masih lemah, sehingga petani sebagai pelaku
agribisnis belum sesuai harapan, untuk itu masih perlu pembinaan lanjutan
(berkesinambungan), 10) Lemahnya kelembagaan tani, petani masih secara
individual terutama dalam pembelian sarana produksi, sehingga sering
menimbulkan inefisiensi.
2.7.4. Kajian Pengembangan Agribisnis Tepung Kasava
Diversifikasi hasil olahan ubikayu diharapkan mampu memberikan nilai
tambah dan nilai gizinya sebagai bahan pangan lokal di pedesaan. Tepung
merupakan bentuk hasil olahan setengah jadi yang lebih cocok untuk
mengawetkan umbi-umbian sumber karbohidrat, dengan beberapa keuntungan
antara lain memperpanjang masa jual, menghemat ruang simpan, mempermudah
transportasi dan meningkatkan nilai guna. Tepung kasava dengan sebutan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
42
tepung biskuit, sudah mulai dikenal masyarakat meskipun dalam jumlah terbatas,
karena memang belum banyak yang mengetahui kegunaannya dan yang
memproduksinya baru beberapa tempat. Pengembangan tepung kasava
diharapkan akan dapat meningkatkan nilai ekonomi, sosial dan kegunaannya.
Keragaman bentuk produk olahan dari tepung kasava diharapkan akan dapat
memberikan peningkatan nilai 0tambah dan akan menumbuhkan agroindustri di
pedesaan di daerah sentra produksi. Pengkajian bertujuan untuk menumbuhkan
kawasan agroindustri tepung kasava beserta produk olahannya dan
mendapatkan altenatif teknologi pengolahan tepung kasava yang efektif dan
efisien. Pengkajian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Desember
2004, di lokasi kecamatan Pagak - kabupaten Malang, kecamatan
Tanggunggunung - kabupaten Tulungagung dan kecamatan Maospati - Magetan.
Untuk mendapatkan teknologi pengolahan tepung kasava yang lebih efektif
dan efisien, dilakukan kegiatan super imposed, dengan beberapa cara
pengolahan tepung kasava, yaitu teknologi anjuran; teknologi anjuran tanpa
dipres; pengolahan gaplek dengan ubikayu yang telah dikupas dicuci, dibelah,
dikeringkan, ditepungkan; gaplek dari petani dicuci, dikeringkan kemudian
ditepungkan; dan penepungan gaplek petani. Pengolahan tepung dilakukan pada
saat panen raya ubikayu dan harga sekitar Rp. 150,- per kilogram untuk Malang
dan Rp. 150,- sampai Rp. 200,- per kiligram untuk Tulungagung. Secara fisik
tepung kasava dengan beberapa cara pembuatan, tepung dengan teknologi
anjuran memiliki warna yang paling putih. Tepung yang diperoleh, pada saat satu
minggu dan tiga bulan penyimpanan, diolah menjadi bentuk kerupuk dengan
campuran tepung jagung, tapioka dan tanpa campuran, kue basah dan kering.
Pada tepung yang disimpan satu minggu, semua kerupuk memberikan hasil yang
perbedaannya tidak berarti dilihat dari warna, aroma, tekstur dan rasa. Tepung
dengan tanpa pres, dan berasal dari gaplek (dicuci dan tanpa dicuci) yang telah
disimpan tiga bulan untuk pembuatan kerupuk, dengan campuran tepung jagung
atau tapioka menunjukkan warna kerupuk yang agak coklat sampai coklat tua,
tekstur keras, aroma apek bahkan ada rasa pahitnya, sehingga tidak menarik dan
tidak disukai. Untuk kue, tepung disimpan satu minggu dengan teknologi anjuran
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
43
lebih disukai daripada yang berasal dari teknologi lainnya dilihat dari warna,
aroma dan rasa, sedangkan yang disimpan tiga bulan aroma apek sangat
menonjol. Harga tepung dengan teknologi anjuran Rp. 1300,-/kg, teknologi
anjuran tanpa pres Rp. 1.200,-/kg, ubikayu dikupas, dicuci, dibelah, dikeringkan
kemudian ditepungkan Rp. 900,- gaplek petani dicuci, dikeringkan kemudian
ditepungkan Rp. 900,-/kg dan gaplek petani, dtepungkan Rp. 650,-/kg. Tepung
juga dititipkan kepada pedagang tepung dan perajin kerupuk untuk diproses
menjadi kerupuk kemudian dijualoleh perajin, sebagian kerupuk dianalisis
mutunya di laboratorium. Pada tepung yang satu minggu disimpan, semua tepung
dengan beberapa cara pembuatan mau menerimanya, tetapi tepung yang telah
disimpan tiga bulan, hanya tepung yang diproses dengan teknologi anjuran yang
diterima oleh pedagang, karena yang lain sudah berbau apek dan warnanya
sudah agak keabu-abuan/kehitaman.
2.7.5. Kajian Pengembangan Agroindustri Pedesaan dan Pemberdayaan Wanita
Industri pengolahan pangan skala rumah tangga yang banyak terdapat di
pedesaan berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja wanita dan
konstribusinya terhadap pendapatan keluarga. Berbagai industri pengolahan
pangan skala rumah tangga yang banyak terdapat di Jawa Timur sebagian besar
pekerjanya adalah wanita. Pemberdayaan tenaga wanita melalui peumbuhan dan
pembinaan kelompok akan dapat menghasilkan tenaga wanita terampil,
berwawasan luas dan mandiri. Kediri selain sebagai produsen utama tanaman
pangan ubikayu dan jagung juga dikenal sebagai produsen hasil olahan. Tiwul
instan dan kerupuk jagung mempunyai prospek untuk dikembangkan di wilayah
sentra produksi ubikayu dan jagung. Teknologi pengolahan tortila telah diadopsi
di kecamatan Binangun, kabupaten Blitar, namun perbaikan mutu dan rintisan
pasar yang sudah ada perlu ditingkatkan.
Tujuan pengkajian ini adalah untuk menumbuh-kembangkan kawasan
industri rumah tangga tortila jagung di Kabupaten Blitar serta kerupuk jagung dan
tiwul instan komposit di Kabupaten Kediri. Kegiatan pengkajian meliputi suvai
pendahuluan, uji teknologi di laboratorium, aplikasi teknologi di tingkat perajin
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
44
wanita dan analisis mutu hasil. Pengamatan yang dilakukan meliputi proses
produksi, produktivitas dan beban tenaga kerja pria/wanita serta mutu hasil olah.
Beberapa kelompok perajin wanita di lokasi pengkajian telah dapat menerapkan
teknologi yang dilatihkan dengan hasil yang memuaskan. Teknologi pengolahan
kerupuk jagung, tiwul instan manis rasa durian dan nangka serta tortila jagung
telah diadopsi oleh kelompok perajin wanita setempat dan produknya sudah
dirintis pemasarannya disekitar lokasi. Pembuatan tiwul instan komposit manis
rasa durian dan nangka di desa Jugo, kecamatan Mojo, kabupaten Kediri telah
disosialisasikan, pada umumnya para perajin wanita telah terampil dalam
membuat tiwul manis rasa durian dan nangka dengan hasil memuaskan. Usaha
pengolahan kerupuk jagung di Pare, Kediri telah berkembang menjadi usaha
komersial dengan keuntungan Rp. 1.568.800,-/keluarga/tahun. Teknologi
pengolahan tortila jagung telah diadopsi oleh kelompok tani di desa Birowo,
kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar sudah dipasarkan di lokasi sekitar Malang
dan Surabaya dengan keuntungan Rp. 591.200,-/kelompok/tahun. Perluasan
pasar perlu terus diupayakan untuk meningkatkan permintaan konsumen,
sehingga industri-industri rumah tangga ini akan berkembang dengan cepat.
2.7.6. Kajian Pengembangan Agribisnis Perbenihan Kentang
Kebutuhan kentang untuk diversifikasi makanan masyarakat terus
meningkat, dengan rata-rata peningkatan sebesar 3,6% – 5% per tahun sejak
tahun 1988 – 2010. Kentang sangat memungkinkan digunakan dalam
diversifikasi makanan antara lain sebagai pengganti beras, bahan sayur (sup),
memenuhi permintaan konsumen makanan siap saji dan sebagai makanan ringan
(keripik/ chip). Propinsi Jawa Timur mempunyai potensi penyediaan kentang
untuk memenuhi kebutuhan Nasional yang semakin meningkat. Berdasarkan
penyebaran luas tanam dan luas panen kentang dataran tinggi di Jawa Timur
tersebar di 15 Kabupaten, dengan kisaran luas tanam antara 3 ha – 2.570 ha
dan kisaran luas panen antara 1 ha – 2.103 ha dengan produktivitas rata-rata
9,902 t/ha dan kabupaten Lumajang mempunyai luas tanam kentang sekitar 56
– 100 ha dengan produktivitas 11,30 t/ha (Dinas Pertanian Jawa Timur, 2000).
Bibit kentang merupakan masalah utama dalam usahatani kentang, pemenuhan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
45
kebutuhan benih bermutu bagi petani masih belum tercukupi. Pengkajian
bertujuan untuk meningkatkan jumlah benih kentang berkualitas di tingkat petani
penangkar benih, meningkatkan partisipasi petani dan penyuluh dalam kelompok
tani perbenihan kentang dan meningkatkan pendapatan petani penangkar benih.
Pengkajian ini merupakan pengkajian lanjutan telah memasuki tahun ke dua
dilaksanakan di desa Gedok, kec. Senduro, kab. Lumajang dilaksanakan mulai
bulan Januari sampai Desember 2004. Pengkajian menggunakan Rancangan
Acak Kelompok, dengan 3 macam rakitan teknologi yaitu Rakitan Teknologi
Partisipatif, Rakitan Teknologi Anjuran I dan Rakitan Teknologi Anjuran II (seperti
pada Tabel I) dengan 6 petani kooperator sebagai ulangan. Pengamatan meliputi
komponen vegetatif dan produksi. Data keadaan sosial ekonomi petani setempat
dikumpulkan dengan metode wawancara dan data sekunder. Dari hasil
pengamatan lokasi pengkajian diketahui bahwa ketinggian tempat sesuai untuk
lokasi perbenihan kentang dengan luasan penanaman kentang di kecamatan
Senduro, kabupaten Lumajang menempati urutan ke tiga setelah bawang daun
dan kubis. Produktivitas kentang yang biasa diperoleh petani berkisar antara 9 –
11 t/ ha. Sumber benih kentang yang digunakan petani berasal dari hasil
pertanamannya sendiri dari generasi ke generasi. Pendapatan yang biasa
diperoleh petani antara Rp. 6.350.000 - Rp. 19.000.000.
Hasil kajian menunjukkan bahwa persentase tumbuh umbi bibit dari ke
tiga rakitan teknologi mencapai 100%. Pertumbuhan vegetatif sampai dengan
umur 2 bulan setelah tanam rakitan teknologi partisipatif menunjukkan
perbedaan yang nyata pada semua parameter pengamatan, kecuali jumlah
cabang utama tidak berbeda nyata dengan rakitan teknologi Anjuran II. Hama
pertanaman pembibitan kentang dijumpai 4 macam yaitu aphid, kutu putih, P
operculella, dan L. huidobrensis dengan kelimpahan populasi rendah dan tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata antar ke –tiga rakitan teknologi yang dikaji.
Produksi umbi tertinggi dihasilkan Rakitan Teknologi Anjuran II (15,79 kg/ 4,5
m2 yang setara dengan 35 t/ha), dan diikuti Rakitan Teknologi Partisipatif dan
Rakitan Teknologi Anjuran I (masing-masing 11,44 kg/ 4,5 m2 setara dengan
25,42 t/ha dan 9,39 kg/ 4,5 m2 yang setara dengan 20,88 t/ha. Persentase umbi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
46
benih yang diperoleh antara rakitan teknologi Partisipatif sama dengan Rakitan
Teknologi Anjuran II yang berkisar antara 68 – 80 %. Pencapaian R/C ratio yang
didapat masing-masing rakitan teknologi Anjuran II sebesar 5,88; diikuti rakitan
teknologi Partisipatif sebesar 4,17 dan rakitan teknologi Anjuran I sebesar 2,78.
Hasil pengamatan pasca panen ( 2 bulan setelah penyimpanan) menunjukkan
bahwa benih kentang tidak mengalami kerusakan baik oleh hama maupun busuk
umbi, kerusakan yang dijumpai adalah kerusakan mekanis akibat pemanenan
sekitar 0,05% – 0,1%. Kelompok tani perbenihan kentang telah berhasil dibentuk
dengan nama Kelompok tani Perbenihan kentang “Putera Tengger”, pemenuhan
ketersediaan benih dasar (Go) merupakan kendala untuk tumbuh dan
berkembangnya kelompok tani perbenihan kentang, juga pemenuhan akan
kebutuhan saprodi dan permodalan. Prakiraan dampak dari hasil pengkajian ini
adalah meningkatnya permintaan benih kultur jaringan dari petani di sekitar lokasi
pengkajian yang bukan petani kooperator. Sarana dan prasarana untuk
memajukan perbenihan kentang mendapat perhatian dan bantuan dari Dinas
Pertanian Propinsi Jawa Timur maupun Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang
dengan penyediaan benih dasar kentang secara kultur jaringan dan
pembangunan infrastruktur. Untuk itu penelitian ini masih perlu dilanjutkan
sehingga kelompok tani perbenihan kentang dapat lebih maju serta tumbuh dan
berkembang secara mandiri.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
47
Tabel 1. Susunan Rakitan Teknologi Perbenihan Kentang
Uraian Rak. Tek. petani/ partisipatif
Rak. Tek. Anjuran 1 Rak. Tek. Anjuran 2
1. Varietas Granola Lembang Atlantik Granola kembang
2. Asal Bibit G3 – kultur jaringan G3, hasil seleksi G3, hasil seleksi
3. Jarak tanam 80 x 20 cm 70 cm x 25 cm 80 cm x 25 cm
4. Pengolahan Lahan Tanah diolah 2 kali sedalam 20 cm
Tanah diolah sedalam 20 – 40 cm dibiarkan selama 1 1 - 2 minggu diratakan, dibuatat garitan-garitan dengan jarak 80
cm
5. Pemupukan/ha Pupuk kandang : 10 t/ha Urea : 300 kg/ha SP 36 : 300 kg/ha KCl : 100 kg/ha
Bokashi : 4 t/ha ZA : 500 kg/ha
NPK : 1.000 kg/ha
6. Aplikasi Pupuk
Diberikan dua kali: saat tanam dan umur 1 bulan stl tanam
Bokashi : satu kali, 1 2 minggu sebelum tanam ZA dan NPK diberikan: dua kali,
saat tanam dan 30 hari setelah tanam
7. Pengairan Tanpa pengairan Tanpa pengairan
8. Pengendalian H/P Macam Insektisida
Proficur, Pylaram, Agriston, Dursban, Furadan, Corzet, Agrep
Proficur, Pylaram, Agriston, Dursban, Furadan, Corzet, Agrep
9.Takaran& Aplikasi
Sesuai dosis anjuran Sesuai dosis anjuran
10.Penyiangan/ pengendalian gulma
Empat kali Disesuaikan dengan keadaan gulma
11.Pembumbunan/ pengguludan
Dua kali 4 kali : saat tanam dan 2,4, 6 dan 8 mst
12. Panen Setelah daun menua Tanaman dipanen setelah daun menua dan berwarna kekuningan sekitar 100 hst
Pengkajian bertujuan untuk untuk mewujudkan adanya kelompok tani
yang mampu menghasilkan dan menyediakan benih kentang yang nantinya dapat
meningkatkan pendapatan petani dan menjadikan Lumajang sebagai salah satu
wilayah pengembangan kentang. Dilaksanakan di dususn Gedog, desa Argosari,
kecamatan Senduro, kabupaten Lumajang yang termasuk ekoregion dataran
tinggi lahan kering, pada bulan Januari sampai Desember 2004. Pengkajian ini
merupakan kegiatan lanjutan (tahun II) di kab. Lumajang Pengkajian terbagi atas
3 Rakitan Teknologi antara lain : Rakitan Teknologi Partisipatif, Rakitan Teknologi
Anjuran I dan Rakitan Teknologi Anjuran II. Rancangan yang digunakan adalah
Acak Kelompok dengan 5 ulangan dengan petani kooperator sebagai
ulangan/blok. Pengamatan meliputi data agronomis, data pasca panen dan data
sosial ekonomi. Analisa data secara sidik ragam dan untuk mengetahui tingkat
keuntungan dari rakitan paket teknologi yang dikaji digunakan analisis input-
output, B/C ratio dan R/C ratio. Di samping itu, dikumpulkan pula data keadaan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
48
sosial ekonomi petani setempat dengan metode Parsipatory Rural Apraisal (PRA)
yang meliputi sumber daya manusia, sumber daya bio-fisik dan data sekunder
lainnya. Kelompok tani perbenihan kentang telah terbentuk dengan nama
kelompok tani Putra Tengger yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara,
Seksi Pemasaran dan Seksi Saprodi. Pelaksanaan pengkajian sampai dengan
bulan Agustus 2004 ini tanaman memasuki pertumbuhan vegetatif bulan ke 2.
Persentase tumbuh bibit/ benih dari ke tiga rakitan teknologi mencapai 100%.
Hasil pengamatan vegetatif pada umur 1 dan 2 bulan setelah tanam
menunjukkan pertumbuhan vegetatif ketiga rakitan teknologi berbeda secara
nyata.. Ditemukan 4 macam hama yaitu: aphid, kutu putih, P operculella, dan L.
huidobrensis dengan kelimpahan populasi rendah dan tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata antar ke –tiga rakitan teknologi yang dikaji Pemeliharaan
dan pengamatan tanaman masih dilaksanakan sampai akhir Desember 2004.
2.8. PENGKAJIAN ADOPSI DAN DAMPAK TEKNOLOGI SUP SERTA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ASLI PEDESAAN DI JAWA TIMUR
2.8.1. Kajian Adopsi dan Dampak Pengembangan Teknologi Unggulan BPTP Jawa Timur
Adopsi teknologi merupakan proses penerapan teknologi yang bersifat
dinamis serta dapat merubah perilaku petani. Teknologi akan diadopsi oleh
petani, jika teknologi tersebut menguntungkan serta dapat meningkatkan nilai
tambah terhadap sumberdaya yang terbatas. Adopsi teknologi ini akan
berdampak positif terhadap peningkatan produktivitas dan pendapatan petani.
Kajian adopsi dan dampak teknologi peningkatan produktivitas padi terpadu dan
tortilla jagung dilakukan di kabupaten Blitar dan Bojonegoro, Sedangkan tanam
padi jajar legowo dilakukan di kabupaten Sumenep. Pengkajian ini menggunakan
metode survei yang dilakukan pada bulan Juli – September 2004. Kajian ini
bertujuan (1) diperolehnya informasi tingkat adopsi teknologi peningkatan
produktivitas padi, tortila dan padi jajar legowo (2) diperolehnya informasi dampak
dari teknologi terhadap peningkatan produktivitas padi, tortila dan tanam padi jajar
legowo serta pendapatan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
49
Hasil kajian adopsi dan dampak teknologi adalah sebagai berikut ;
1. Teknologi peningkatan produktivitas padi terpadu
Teknologi anjuran pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah yang
telah diadopsi oleh petani peserta adalah 57,1 % (Blitar) dan 31,1 %
(Bojonegoro). Diantara keempat komponen teknologi PTT yang dianjurkan, yang
terdiri dari (1) penggunaan varietas unggul baru dan umur bibit yang ditanam, (2)
jumlah bibit per-rumpum dan cara tanam, (3) penggunaan bahan organik serta (4)
pemupukan rasional, ternyata penggunaan varietas unggul dan umur bibit
ditanam yang paling tinggi diadopsi oleh petani, baik di Blitar maupun di
Bojonegoro. Adopsi teknologi PTT padi telah berdampak terhadap peningkatan
produktivitas sebesar 11 % (Blitar) dan 7 % (Bojonegoro) serta pendapatan
usahatani padi sebesar 36 % (Blitar) dan 25 % (Bojonegoro). Sedangkan
teknologi sistem integrasi padi ternak (SIPT) yang telah diadopsi petani/peternak
adalah 30,9 % (Blitar) dan 25,7 % (Bojonegoro). Diantara keempat komponen
teknologi anjuran, yang terdiri dari (1) sistem kandang, (2) pemberian pakan, (3)
sistem perkawinan dan (4) pembuatan kompos, ternyata sistem perkawinan
dengan inseminasi buatan (IB) yang paling tinggi diadopsi oleh petani/peternak,
baik di Blitar maupun di Bojonegoro. Adopsi teknologi SIPT ini berdampak
terhadap peningkatan jumlah populasi ternak sapi, tetapi belum berdampak
terhadap pendapatan petani/peternak.
2. Teknologi tortila jagung
Teknologi tortila jagung di Blitar telah diadopsi oleh satu kelompok
pengkrajin dan belum berdampak terhadap peningkatan pendapatan pengrajin.
Sedangkan di Bojonegoro teknologi tersebut telah diadopsi oleh dua kelompok
pengkrajin dan telah berdampak nyata terhadap peningkatan pendapatan
pengkrajin, yaitu sebesar Rp 109.juta (selama tahun 2004 oleh 2 pengkrajin).
3. Teknologi tanam padi Jajar legowo
Teknologi tanam padi jajar legowo dilahan sawah di kabupaten Sumenep
tahun 2000 telah diadopsi oleh petani seluas 1.000 ha dengan jumlah adopter
sebanyak 1.250 orang. Luas areal tanam dan jumlah petani adopter pada tahun
berikutnya meningkat cukup pesat. Pada tahun 2003 luas areal tanam padi jajar
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
50
legowo telah mencapai 3.120 ha dengan jumlah petani adopter sebanyak 3.900
orang. Adopsi teknologi tanam padi jajar legowo di kabupaten tersebut pada
musim hujan 2003/2004 telah berdampak terhadap peningkatan produktivitas 15
% dan pendapatan sebesar 23 %.
2.8.2. Pengembangan Teknologi Asli Pedesaan Jawa Timur
Pengkajian pengendalian hama kumbang (Scarabaeidae, Melolonthinae)
telah dilakukan di Dusun Kampungarum, Desa Darungan, Kecamatan Tekung,
Lumajang pada lahan petani yang ditanami jeruk, mulai bulan Agustus sampai
akhir bulan Nopember 2004. Hama tersebut selama ini telah menyerang
pertanaman petani, yaitu dengan cara Lundinya (larva kumbang) yang berada di
tanah merusak perakaran tanaman. Selama ini telah diketahui pertanaman yang
dirusak meliputi : ubi kayu, jagung, nanas, kentang, tebu, karet, kopi dan sayuran.
Di Dusun Kampungarum hama tersebut telah endemis, terutama pada akhir-akhir
ini sejalan dengan makin intensifnya petani menggunakan pupuk organik. Cara
pengendalian dengan bahan kimia (penyemprotan tanah dan penggunaan
insektisida granuler) telah dilakukan petani, tetapi tidak berhasil. Upaya
mematikan Lundi yang ada di tanah dengan di “leb” (penggenangan), tidak dapat
dilakukan karena tanahnya berpasir. Dalam pengkajian ini telah dicoba beberapa
komponen pengendalian ham yang kompatibel, yaitu penggunaan perangkap
lampu petromak, perangkap gerusan cabai rawit dan perangkap serasah yang
telah diberi insektisida nabati. Untuk menekan secara drastis populasi Lundi yang
ada di tanah, maka tanah diantara pertanaman jeruk dibrujul dan Lundi yang
kelihatan dipungut dan dimusnahkan. Dari hasil kajian ini, maka telah didapatkan
komponen pengendalian hama kumbang yang cukup efektif, yaitu : (1) Brujul dan
pemusnahan Lundi, (2) Perangkap lampu petromak dan (3) perangkap
serasah/insektisida nabati. Biaya pengendalian dalam satu musim tanam per ha
sebesar Rp. 1.210.000,- lebih murah jika dibandingkan dengan penggunaan
pestisida butiran yang mencapai Rp. 1.890.000,- (hasil tidak efektif). Beberapa
langkah yang harus ditempuh oleh petani sebagai upaya pengendalian jangka
panjang sebagai berikut : (a) Pencarian dukungan dari institusi yang berwenag
untuk mensosialisasikan konsep PHT dengan melakukan kajian di lapangan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
51
Pengkajian yang dilakukan BPTP merupakan kajian awal yang harus
ditindaklanjuti dengan kajian dan sosialisasi oleh institusi setempat, (b) pelatihan
tentang PHT pada petani yang menyangkut cara hidup hama dan cara
pengendalian terpadu secara massal dan (c) Sosialisasi cara-cara budidaya
tanaman yang memenuhi syarat keamanan lingkungan (penggunaan bahan
organik yang proposional dan memenuhi syarat kematangan).
2.9. PENGKAJIAN ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH JAWA TIMUR
2.9.1. Pengkajian Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Wilayah Jawa Timur
Era otonomi daerah yang telah berjalan beberapa tahun ini menuntut
pemerintah daerah Jawa Timur untuk lebih aktif berperan dalam menggali potensi
sumberdaya yang ada di wilayahnya, dan mengidentifikasi sumber-sumber
pertumbuhan baru untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah.
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan propinsi ini. Karena itu
sektor ini perlu diberikan perhatian yang sungguh-sungguh mengingat sektor
pertanian menjadi tumpuhan harapan penghidupan sebagian besar penduduk,
yang umumnya tinggal di pedesaan.
Kinerja pembangunan pertanian selama lebih dari tiga dasawarsa cukup
menggembirakan, utamanya dalam meningkatkan produksi dan produktivitas
pertanian. Namun sisi lain yang juga ditampilkan oleh hasil pembangunan
pertanian selama ini adalah bahwa kelembagaan ekonomi (pertanian) lokal
banyak yang mengalami kelumpuhan akibat kooptasi birokrasi yang berlebihan.
Padahal selama ini kelembagaan lokal berkembang baik di masyarakat dan
berperan dalam pemerataan pendapatan, termasuk didalamnya adalah
kelembagaan pembiayaan pertanian. Lemahnya kelembagaan pembiayaan
pertanian ini membawa konsekuensi pada semakin terbatasnya sumber-sumber
pembiayaan yang dapat diakses oleh petani.
Kooptasi birokrasi yang berlebihan telah memunculkan kondisi asimetris
informasi antara sebagian besar masyarakat (petani kecil secara umum) dengan
kelompok lainnya. Asimetris informasi ini membawa implikasi yang sangat luas
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
52
pada akses yang rendah pelaku usaha di sektor pertanian terhadap sumberdaya
modal, teknologi, peningkatan kemampuan (human capital), informasi pasar, dan
lain sebagainya.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa akses pelaku usaha di sektor
pertanian masih sangat rendah. Akses pelaku usaha pertanian yang rendah pada
sumber pembiayaan memerlukan kreasi lembaga pembiayaan yang tepat bagi
sektor ini.
Sisi lain yang dapat diamati adalah bahwa selama lebih dari tiga
dasawarsa lebih, pemerintah telah banyak mengintroduksikan skim pembiayaan
pertanian. Namun efektivitas dan keberlanjutannya serta peranan dalam
mendorong pengembangan pertanian masih rendah. Selain itu masih banyak
ditemui di lapangan bahwa akses sebagian pelaku usaha pertanian terhadap
modal masih sangat rendah. Rendahnya akses tersebut disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya adalah keterbatasan pelaku usaha untuk menyediakan
agunan (kolateral) fisik kepada sumber pembiayaan (lender)., biaya transaksi
pinjaman yang dirasakan cukup besar.
Skim pembiayaan yang diintroduksi pemerintah, misalnya Kredit
Ketahanan Pangan (KKP) telah mengalami berbagai perubahan, yang pada
intinya juga akan menuju pada praktek-praktek perbankan konvensional dalam
memberikan pelayanan pada sektor pertanian. Perubahan-perubahan tersebut
menyangkut instrumen seleksi (screening) terhadap calon peminjam, persyaratan
administrasi, mekanisme penyaluran, dan lain-lain. Untuk itu sangat perlu untuk
mengkaji sejauhmana eksistensi dan keberlanjutan kelembagaan pembiayaan
usaha pertanian tersebut.
Dengan pemahaman kritis terhadap akses pelaku usaha pertanian,
mekanisme penyaluran, biaya transaksi, kekuatan dan kelemahan skim-skim
pembiayaan yang diakses petani diharapkan dapat dirumuskan skim pembiayaan
yang sesuai dan relevan dalam upaya untuk memperoleh jalan pemecahan untuk
rekayasa kelembagaan pembiayaan dalam mendorong pengembangan usaha
pertanian di pedesaan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
53
Tujuan analisis kebijakan pembangunan pertanian di Jawa Timur adalah
untuk mengidentifikasi permasalahan kelembagaan, utamanya kelembagaan
pembiayaan pertanian dan merumuskan alternatif kebijakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengumpulan data
dan informasi yang terkait dengan topik kajian tersebut. Data dianalisis dengan
menggunakan tabel tunggal dan silang dan dianalisis secara deskriptif. Data
primer dikumpulkan terhadap 101 petani di empat kabupaten, yaitu Probolinggo,
Magetan, Gresik dan Bojonegoro.
Dalam hal permodalan, secara umum dapat dikemukakan bahwa 65%
petani menggunakan modal yang berasal dari modal sendiri. Sementara itu hanya
13% petani yang menggunakan modal seluruhnya berasal dari modal pinjaman.
Selain itu juga terdapat 22% petani yang modalnya berasal dari gabungan antara
modal sendiri dan modal pinjaman. Lebih dari 80% petani di kabupaten
Probolinggo menggunakan modal dari sumber modal sendiri. Sementara itu
petani di kabupaten Bojonegoro yang mengandalkan modal sendiri adalah 42%.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa akses petani pada sumber modal dari
luar kurang dari 15%. Hal ini sejalan dengan nasional yang menunjukkan bahwa
alokasi kredit untuk sektor pertanian tidak lebih dari 10%.
Namun apabila dilihat secara lebih detail tampak bahwa akses petani di
Jawa Timur pada sumber modal tersebut umumnya adalah sumber modal
informal, yaitu dari kerabat dekat/tatangga, kelompok tani dan toko/kios. Hanya
5% petani yang akses pada sumber permodalan dari lembaga formal. Bahkan di
kabupaten Gresik, Bojonegoro dan dan Probolinggo hampir-hampir petani tidak
akses pada sumber permodalan dari lembaga formal. Hal ini secara tidak
langsung menunjukkan bahwa akses petani pada sumber permodalan formal
masih sangat rendah.
Kisaran pinjaman yang diperoleh dari sumber permodalan adalah berkisar
antara Rp 200.000,- hingga Rp 5 juta, dengan bungga pinjaman berkisar antara
0% hingga 2.5% per bulan. Bunga pinjaman 0% umumnya dikenakan oleh
sumber permodalan yang berasal dari kerabat dekat/famili. Sifat menolong masih
sangat kental dalam transaksi pinjaman dari sumber ini. Sementara itu bunga
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
54
pinjaman sebesar 1.5% hingga 2.5% per bulan dikenakan oleh sumber
permodalan yang berasal dari lembaga formal, misalnya bank BRI-Unit atau
koperasi. Untuk sumber-sumber permodalan dari sumber pembiayaan formal
tersebut sudah mengikuti mekanisme dan harga pasar.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa petani di empat kabupaten yang
diamati menunjukkan bahwa petani tidak merasa sulit untuk akses pada sumber
permodalan (informal). Hanya saja untuk akses pada sumber permodalan formal
memang masih terkendala agunan.
Rendahnya akses pada sumber permodalan formal ini menuntut adanya
kreasi lembaga pembiayaan alternatif yang dapat memudahkan petani akses
pada permodalan dengan persyaratan yang sesuai dengan karakteristik sebagian
besar petani.
Berdasarkan kondisi nyata akses pelaku usaha pertanian terhadap
sumber pembiayaan formal, inkompatibilitas praktek-praktek lembaga
pembiayaan formal (perbankan) dengan kemampuan sumberdaya pelaku usaha
pertanian, maka introduksi model pelayanan pembiayaan konvensional yang
dimodifikasi (modified-conventional fianancial servive model) akan lebih sesuai
dan merupakan pilihan logis dan reasonable bagi petani.
Dalam model tersebut kelembagaan koperasi pertanian dan lembaga
keuangan mikro (LKM) lainnya dipertimbangkan sebagai pilihan kelembagaan
pembiayaan bagi petani. Pola ini tentu saja memerlukan beberapa persyaratan
dasar. SDM pengelola yang berkualitas dan sumberdana yang cukup adalah dua
syarat dasar yang harus dipenuhi oleh kelembagaan sumber pembiayaan
koperasi pertanian dan LKM. Tanpa itu tampaknya agak sulit untuk menghasilkan
suatu kelembagaan pembiayaan yang kuat dan reasonable bagi petani.
Pengembangan kelembagaan pembiayaan bagi sektor pertanian
sebagaimana dikemukakan di atas, secara umum dapat ditempuh melalui
integrasi sektor pembiayaan perbankan dengan kelembagaan non-perbankan
skala mikro melalui aliansi strategis dengan cara membentuk pooling fund bagi
lembaga pembiayaan non-perbankan tersebut, yaitu koperasi pertanian dan LKM
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
55
lainnya. Hal ini ditempuh untuk mensinergikan kekuatan dan sekaligus
mengurangi kelemahan dari kedua bentuk lembaga pembiayaan tersebut.
Untuk menjembatani kemampuan sumberdaya petani yang memang
masih terbatas, dan sekaligus mengurangi biaya transaksi yang tinggi bagi LKM
dan koperasi pertanian, maka pembukaan outlet atau unit pelayanan
LKM/Koperasi Pertanian yang berlokasi dekat dengan pelaku usaha pertanian
adalah pilihan strategis dan ekonomis. Fungsi outlet ini adalah sebagai principal
agent bagi LKM/Koperasi Pertanian, yang tidak hanya bertugas menseleksi
(screening) petani yang layak kredit, tetapi juga dapat berfungsi sebagai alat
kontrol dalam penggunaan pinjaman. Mekanisme ini diharapkan dapat
meningkatkan akses petani pada sumber pembiayaan dengan tetap
memberlakukan praktek-praktek pembiayaan yang mengacu pada aspek kehati-
hatian (prudent). Kelompok tani dapat berfungsi sebagai outlet tersebut.
2.9.2. Kajian Indikator Pembangunan Pertanian Jawa Timur.
Komoditas padi, jagung dan kedele merupakan komoditas pangan
strategis yang dapat mempengaruhi kestabilan ketahanan pangan nasional.
Beras menjadi salah satu indikator penentu harga (khususnya upah tenaga kerja)
dan kemiskinan di Indonesia. Sementara itu jagung, meskipun tingkat
konsumsinya kecil tetapi banyak dibutuhkan untuk bahan baku makanan ternak.
Sedangkan kedele menjadi sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat pedesaan baik dalam bentuk olahan maupun konsumsi langsung.
Mengingat peran strategis komoditas padi, jagung dan kedele ini maka sudah
selayaknya jika ketiga komoditas tersebut mendapat perhatian yang lebih besar
dalam proses pembangunan pertanian dan pengembangan tanaman pangan
khususnya dalam rangka peningkatan ketahanan pangan nasional dan rumah
tangga. Sebagai langkah antisipasi terhadap berbagai permasalahan yang
kemungkinan akan muncul dalam kegiatan pembangunan yang akan datang,
BPTP Jawa Timur pada tahun 2004 melakukan kajian indikator pembangunan
pertanian yang difokuskan pada bidang pangan. Kajian dilakukan menggunakan
data primer dan sekunder. Pembahasan dilaksanakan dengan membagi wilayah
Jawa Timur berdasarkan 4 koridor yaitu : (1) Koridor Utara-Selatan yang meliputi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
56
Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, Pasuruan, Malang dan Blitar, (2) Koridor
Barat Daya meliputi Jombang, Madiun, Magetan, Ponorogo, Pacitan, Kediri,
Nganjuk, Tulungagung, dan Trenggalek, (3) Koridor Timur meliputi Probolinggo,
Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Jember dan Banyuwangi, (4) Koridor Utara
meliputi Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Ngawi, Bangkalan, Sampang,
Pamekasan dan Sumenep. Berdasarkan data dan informasi yang berhasil
dikumpulkan, didapatkan beberapa hasil sebagai berikut : (1) Hampir di semua
wilayah, luas panen padi, jagung dan kedele mengalami penurunan. (2) Produksi
padi di beberapa sentra produksi juga mengalami penurunan meskipun
produktivitas per satuan meningkat. Hanya komoditas jagung yang meningkat
produksinya di sebagian besar wilayah, sedangkan kedele justru mengalami hal
yang sebaliknya. (3) Konsumsi beras dan jagung menunjukkan tren yang
menurun, sedangkan konsumsi kedele mengalami peningkatan.
Trend dan anomali produksi padi masing-masing menunjukkan pola
perkembangan produksi yang berbeda. Koridor Utara-Selatan, perkembangan
produksinya berfluktuatif, tetapi 2 tahun terkahir terjadi peningkatan produksi.
Trend produksi wilayah koridor Utara-Selatan tumbuh sebesar 0.69%/tahun.
Anomali produksi negatif dan positif pada koridor Utara-Selatan cukup nyata
perbedaannya. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah koridor Utara-Selatan relatif
rentan terhadap perubahan lingkungan, terutama perubahan iklim. Trend produksi
koridor barat daya menurun dengan tingkat penurunan produksi -0.31% per tahun
dengan anomali produksi yang relatif stabil sepanjang musim tanam padi dari
tahun 1998-2003, sedangkan anomali produksi pada koridor yang lain bervariasi
sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi, sehingga supplai produksinya
per tahun bervariasi terutama koridor Timur dan Utara-Selatan. Koridor yang
relatif tetap/stabil sepanjang tahun dalam menyuplai produksi beras di Jawa
Timur adalah koridor Barat Daya. Koridor Timur menunjukkan trend
perkembangan produksi negatif yang cukup tajam. Trend penurunan produksi
koridor Timur sebesar -0.21%/tahun. Sementara itu rata-rata perkembangan
produksi koridor Utara sebesar 0.14%/tahun. Trend produksi yang menurun di
koridor Timur dan rata-rata pertumbuhan produksi di koridor Utara yang relatif
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
57
rendah tersebut perlu mendapat perhatian serius karena karena kedua koridor
tersebut memberikan kontribusi produksi padi Jawa Timur masing-masing
sebesar 28% dan 26% (Total kontribusi 54%). Hal ini penting mengingat Jawa
Timur menjadi kontributor utama produksi beras nasional.
Hasil perhitungan penyediaan dan konsumsi pangan (beras, jagung dan
kedelai), memperlihatkan bahwa hanya di wilayah (koridor) utara-selatan yang
mengalami defisit beras sementara 3 koridor lainnya mengalami surplus,
sedangkan untuk jagung semua koridor mengalami surplus produksi. Sementara
itu produksi kedele yang terus menurun tidak mampu mengimbangi kebutuhan
konsumsinya sehingga mengakibatkan terjadinya defisit kedele. Koridor Utara-
Selatan merupakakan wilayah defisit kedelai yang paling besar karena selama 5
tahun terakhir produksi wilayah ini selalu di bawah tingkat konsumsinya. Satu-
satunya wilayah yang pertumbuhan produksinya melebihi tingkat konsumsi
adalah koridor Utara yang menjadi wilayah sentra bagi produksi kedelai di Jawa
Timur. Koridor Barat Daya dan Timur yang sebelumnya merupakan wilayah
surplus kedelai selama 2 tahun terakhir juga mengalami defisit.
Pada tingkat mikro petani, kompetisi pengusahaan padi dengan tanaman
palawija terjadi pada MK I dan MK II. Di koridor Utara Selatan, komoditi kacang
tanah lebih menguntungkan dibandingkan padi dan jagung jika diusahakan pada
MK II. Besaran R/C rasio kacang tanah 1,45 sedangkan padi dan jagung masing-
masing 0,9 dan 0,77. Petani di wilayah ini sebagian ada juga yang memfungsikan
sawahnya menjadi tambak pada MH. Pola tanam yang menguntungkan untuk
koridor Utara-Selatan ini adalah Padi-Padi-Kacang Tanah. Di koridor Barat Daya,
tanaman padi lebih menguntungkan diusahakan pada MH dibanding jagung.
Sementara itu jagung lebih menguntungkan ditanam pada MK I dan MK II
dibanding padi pada MK I dan kacang tanah pada MK II. Jagung diusahakan
karena ternak mulai banyak diusahakan petani, juga tanaman jeruk yang mulai
menggeser pertanaman padi dan palawija di lahan sawah (kasus Magetan). Di
koridor Barat Daya pola tanam Padi-Padi-Jagung lebih baik diusahakan petani
jika air cukup. Di koridor Timur, persaingan padi dengan jagung terjadi pada MK I
dan MK II, namun padi secara ekonomis lebih unggul dengan tingkat R/C rasio
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
58
yang lebih tinggi. Pada MK I, R/C rasio padi 1.61 sedangkan jagung 1.46
sementara itu pada MK II R/C rasio padi sebesar 1.51 sedangkan jagung 1.36.
Padi yang ditanam pada MK I dan MK II memang lebih menguntungkan daripada
jagung tetapi jika menanam padi tiga kali kecukupan air dapat menjadi kendala,
disamping itu juga mungkin bisa memicu serangan OPT. Mengingat keterbatasan
yang ada maka pola tanam di Koridor Timur sebaiknya diarahkan pada pola Padi-
Jagung-Padi atau Padi-Padi-Jagung. Di koridor Utara, persaingan tanaman terjadi
pada MK II antara jagung dan kedelai, tetapi kedua tanaman ini sebenarnya tidak
menguntungkan karena tingkat R/C rasio kedelai hanya sebesar 0.98 sedangkan
jagung sebesar 0.53. Pada MH dan MK I di koridor Utara, petani pada umumnya
menanam tanaman padi. Di koridor Utara, pola tanam Padi-Padi-Kedelai/Jagung
tetap dapat dipertahankan, tetapi perbaikan teknologi usahatani perlu dilakukan
untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
2.10. PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI
2.10.1. Pembuatan/pencetakan Monograf, Buletin, Laporan Tahunan, Prosiding, Koran Sinartani
Dalam tahun anggaran 2004, telah direalisasikan pencetakan beberapa publikasi
antara lain :
- Prosiding Seminar Prospek Sektor Pertanian di era AFTA 2003
- Bulletin Teknologi dan Informasi Pertanian No. 07, 2004
- Buku Petunjuk Teknis Rakitan Teknologi Pertanian TA 2003-2004
- Laporan Tahunan TA 2003
- Langganan Tabloid Sinar Tani
2.11. DISEMINASI HASIL LITKAJI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN JARINGAN INFORMASI AGRIBISNIS DI JAWA TIMUR.
2.11.1. Pengembangan Dan Penyebaran Media Informasi Teknologi Pertanian (Media Cetak Terproyeksi, Elektronik)
Informasi yang tersedia pada umumnya berasal dari suatu perakitan
teknologi yang dilakukan melalui pengujian. Walaupun perakitan teknologi telah
tersedia, tetapi belum semua hasil perakitan dapat dinikmati oleh para pengguna
karena terbatasnya media yang ada. Kesempatan pengguna menikmati hasil-
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
59
hasil perakitan tersebut masih sangat terbatas. Adanya kegiatan ini diharapkan
para pengguna dapat mengadopsi hasil-hasil rakitan teknologi.
Kegiatan pengembangan dan penyebaran media informasi teknologi
pertanian bertujuan untuk menyebarkan hasil rakitan teknologi dari lembaga
penelitian guna mendukung proses peningkatan teknologi serta kelancaran
pemasaran hasil dari para petani dan keluarganya. Dengan adanya materi
penyuluhan pertanian yang mantap serta tepat guna dapat meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan petani.
Hasil penelitian atau pengkajian pada dasarnya adalah materi informasi
teknologi yang dapat digunakan sebagai materi penyuluhan. Selama ini kegiatan
tersebut telah dilakukan melalui media cetak dan elektronika yang bersifat
massal. Efek dari media massa dapat melibatkan aspek kognitif (pengetahuan
dan kesadaran), afektif (sikap) dan konaktif (perilaku untuk melakukan sesuatu).
Masing-masing efek tersebut dapat berdiri sendiri, saling tergantung atau
berurutan, tergantung dari latar belakang dan motivasi sasaran penyuluhan
(pengguna).
Dalam pembuatan materi penyuluhan, maka kegiatan awal yang dilakukan
adalah inventarisasi komponen teknologi hasil (penelitian) pengkajian yang telah
ada. Setelah perakitan teknologi dilakukan (menjadi paket teknologi), maka
dilakukan pengujian di lahan petani melalui kegiatan sistem usaha pertanian.
Selanjutnya paket teknologi yang telah diterapkan di lapangan tersebut,
dievaluasi dan disempurnakan sehingga menjadi materi penyuluhan.
Produk yang dihasilkan berupa (1) penerbitan liptan sebanyak 2 judul (a
4.000 lembar), yaitu teknologi pengolahan sale pisang skala industri rumah
tangga; pembuatan tepung ubi jalar, (2) penerbitan folder sebanyak 5 judul (a
4.000 expl), yaitu budidaya gurami dalam karamba jaring apung; teknologi
budidaya pepaya, pengendalian hama terpadu pada tanaman kedelai; teknologi
tanaman sela antara mangga dengan tanaman palawija di lahan kering; teknologi
budidaya ayam buras produksi telur tetas, (3) rekaman siaran radio sebanyak 8
judul (a 45 kaset) yaitu : pembuatan permen dan jenang dari susu berkualitas
rendah; pengendalian hama terpadu pada tanaman kedelai; teknologi budidaya
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
60
pepaya; teknologi pengolahan sale pisang; budidaya ayam buras untuk
menghasilkan telur tetas; teknologi usahatani mangga dengan tanaman sela
palawija di lahan kering’ teknologi pembuatan tepung ubi jalar dan
pengolahannya; budidaya gurami dalam karamba jaring apung.
Produk media cetak telah disebarkan kepada penyuluh dan kontak tani
melalui Dinas/instansi yang menjadi tepat penyuluh pertanian di 38
kabupaten/kota se Jawa Timur produk media elektronika telah disebarkan kepada
RRI dan RKPD seluruh Jawa Timur untuk disiarkan melalui stasiun radio masing-
masing. Secara phisik kegiatan telah selesai 100% dan produksinya telah
diterima dengan baik oleh pengguna.
2.11.2. Komunikasi dan Sosialisasi Teknologi Rekomendasi Hasil Litkaji Se Jawa Timur Melalui TV/VCD.)
Kegiatan penyebar luasan informasi IPTEK pertanian atau yang umum
disebut sebagai sosialisasi hasil litkaji dilakukan melallui berbagai metode
penyuluhan. Setiap metode yang diterapkan selalu mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Oleh karenanya setiap pemilihan atau penentuan metode yang
hendak disampaikan sebaiknya efektif, sehingga dapat tersosialisasi di
masyarakat tani dengan baik. Penggunaan audio visual untuk sosialisasi
merupakan media yang mudah dimengerti karena bergambar, bersuara, bahkan
terdapat unsur cerita atau cara kerja yang sistematik, sehingga menarik pemirsa,
misalnya penggunaan VCD (Video Compact Disc) dan melalui siaran TVRI
Stasiun Surabaya.
Tujuan yang akan dicapai dari kegiatan ini adalah mengembangkan
motivasi petani agar terjadi perubahan perilaku usaha agribisnis yang lebih
menguntungkan, mensosialisasikan rakitan paket teknologi pertanian dan
mempercepat proses alih teknologi pertanian yang telah direkomendasikan.
Adapun luaran yang akan dicapai adalah termotivasinya petani untuk
melaksanakan usahatani dengan teknologi rekomendasi, dan tersosialisasikan
rakitan teknologi pertanian yang telah direkomendasi.
Materi untuk kegiatan komunikasi dan sosialisasi teknologi hasil litkaji
melalui media TV sebanyak 1 (satu) paket dan 1 (satu) paket VCD dalam bentuk
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
61
film semi dokumenter dengan durasi 30 menit dan diperbanyak 99 (sembilan
puluh sembilan ) keping yang akan disebarkan ke 9 (sembilan) kabupaten di
Jawa Timur. Metode yang dilakukan sebelum pembuatan VCD adalah konsultasi
judul, penjajagan lokasi, pembuatan skenario, latihan peran, pengambilan
gambar, editing, mixing, pembuatan master dan penggandaan. Demikian juga
untuk materi TV diawali dengan pembuatan skenario, pengambilan gambar,
prosesing dan selanjutnya disiarkan melalui TVRI Stasiun Surabaya.
Pembuatan film semi dokumenter dalam bentuk VCD telah dilaksanakan
dengan judul “Hari Esok Lebih Ceria Bersama Pandu”, yang berdurasi 30 menit
dengan l;okasi syuting di desa Sugih Waras, Kecamatan Deket Kabupaten
Lamongan. VCD ini telah digandakan sebanyak 99 (sembilan puluh sembilan)
keping dan disebarkan ke 9 (sembilan) kabupaten di Jawa Timur , khususnya
kabupaten yang berada di pesisir pantai, yaitu Kabupaten Lamongan, Gresik,
Sidoarjo, Tuban, Bangkalan, Pasuruan, Situbondo, Banyuwangi dan Kabupaten
Jember. Sedangkan acara TVRI digunakan untuk acara “launching” Klinik
Agribisnis BPTP Jawa Timur di Malang dengan durasi 30 menit dan telah
disiarkan TVRI stasiun Surabaya pada tanggal 6 Oktober 2004.
Dampak secara langsung di lapangan dari kegiatan ini pada dasarnya sulit
diukur, akan tetapi penggunaan VCD sebagai alat bantu penyuluhan lebih
disenangi karena lebih menarik perhatian, mudah dimengerti/diingat dan dapat
diputar ulang.
2.11.3. SOSIALISASI TEKNOLOGI UNGGULAN MELALUI VISITOR PLOT.
2.11.3.1. Visitor Plot Wonocolo
Keberhasilan pembangunan pertanian, salah satunya ditentukan oleh
keberhasilan penyuluh pertanian merubah perilaku petani dan pengguna
teknologi lainnya.(perubahan pengetahuan, ketrampilan, pola pikir dan sikap
untuk kecenderungan berbuat positif). Kegiatan penelitian dan pengkajian (litkaji)
yang dilaksanakan BPTP Jawa Timur dapat dikatakan berhasil, bila hasil-hasil
litkaji dimanfaatkan oleh petani dan pengguna teknologi pertanian lainnya.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
62
Sejak tahun 1969 sampai saat ini telah banyak dikembangkan berbagai
metode penyuluhan sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas ushaa tani,
pendapatan dan kesejahteraan hidup petani beserta keluarganya, a.l, melalui
pertemuan, media massa (cetak dan elektronik) dan melalui kegiatan
demonstrasi lapangan (visitor plot). Kegiatan visitor plot ini dilaksanakan sebagai
sarana untuk mempercepat adopsi teknologi baru yang sedang dan akan
dikembangkan, kepada petani dan pengguna lainnya.
Pada tahun 2004, Labdis Wonocolo melaksanakan kegiatan visitor plot usahatani
perkotaan yang merupakan kelanjutan dari kegiatan visitor plot tahun 2003. Jenis
kegiatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan agro-ekosistem di Surabaya
dengan sasaran masyarakat perkotaan yang heterogen. Materi yang ditampilkan
disesuaikan dengan kebutuhan masayrakat dengan prinsip dasar pertanian
perkotaan atau agropolitan yang berwawasan agribisnis. Atas dasar tersebut
maka bentuk usaha pertanian yang dilakukan disamping menyajikan percontohan
tekonologi budidaya, juga menyediakan sarana produksi pertanian, jasa
konsultasi dan informasi serta jasa pendukung lainnya. Kegiatan tersebut
diharapkan dapat memberikan daya tarik dan menumbuhkan minat serta motivasi
untuk mencoba/melaksanakan dilahannya. Dengan cara ini akan ada proses
pembelajaran dengan cara melihat obyek percontohan secara nyata. Obyek
percontohan yang disajikan dalam visitor plot ini antara lain (1) penerapan
teknologi budidaya tanaman hortikultura, tanaman hias dan taanaman obat-
obatan serta tanaman unggul lainnya yang ditanam dalam lahan tanah yang
sempit dan tabulampot, (2) menyediakan sarana produksi pertanian (bibit, benih,
pupuk, dan obat-obatan), (3) pengelolaan show room bibit tanaman buah-buahan,
tanaman hias dan bibit tanaman unggul lainnya yang banyak diminati
masayarakat, (4) memberikan pelayanan konsultasi/informasi dan jasa pelayanan
lainnya yang diperlukan oleh pengunjung.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut, dilaksanakan
kerjasama dengan beberapa pengusaha yang bergerak dibidang pertanian antara
lain dengan PT. Trubus Agrisarana Surabaya, Kios Agribisnis Mojosari dan
penakar aneka bibit buah-buahan di Pasuruan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
63
Secara garis besar, hasil pelaksanaan kegiatan visitor plot di Wonocolo
antara lain sebagai berikut;
1. Telah tersedia obyek percontohan penerapan teknologi budidaya tanaman
hias, buah-buahan, obat-obatan dan tanaman unggul lainnya, pada lahan
yang sempit di perkotaan, yang disajikan baik secara penanaman
langsung dalam lahan/tanah maupun penanaman dalam pot (tabulampot).
2. Visitor plot di Wonocolo Surabaya cukup menarik perhatian dan minat
masyarakat dari berbagai lapisan masyarakat karena teknologi dan
komoditas yang disajikan dalam visitor plot sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan masyarakat perkotaan pada khususnya dan masyarakat luas
pada umumnya, disamping pelayanan dan lokasi yang mudah dijangkau
masyarakat luas.
3. Tergugahnya minat/keinginan petani dan masyarakat luas untuk
memahami dan mencoba teknologi yang dicanangkan dalam visitor plot
untuk kemudian diterapkan dilahan lokasi masing-masing, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya masyarakat luas (206 orang yang terdiri dari petani,
pengusaha/pedagang, siswa/mahasiswa, pegawai/karyawan, buruh, dll)
yang berkunjung untuk berkonsultasi/minta informasi dan bahkan ada
yang langsung bertransaksi terhadap teknologi/komoditas yang diinginkan
masing-masing pengunjung.
4. Teknologi tabulampot sangat diminati oleh sebagian pengunjung, karena
teknologi tabulampot mempunyai banyak kelebihan dari cara penanaman
langsung di lahan tanah, antara lain : tidak memakan tempat yang luas,
mudah dipindah-pindah sesuai keinginan, mudah perawatan dan
pengamatan, mempunyai keindahan/estetika yang tinggi, dll.
Dampak yang dapat dilihat dan dirasakan dari kegiatan ini adalah ;
(1) kelestarian lingkungan kantor dapat terjaga dan terpelihara dengan baik
sehingga kesejukan, keindahan dan keasrian kantor dapat dinikmati dan
dijaga dengan baik .
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
64
(2) Keberadaan Labdis Wonocolo, BPTP Jawa Timur, lebih dikenal
masyarakat perkotaan pada khususnya dan masyarakat luas pada
umumnya.
(3) Teknologi hasil-hasil pengkajian\penelitian BPTP Jawa Timur lebih cepat
dikenal dan sampai kepada masyarakat pengguna, khususnya
masyarakat di perkotaan.
2.11.3.2. Visitor Plot Mojosari
Dalam kegiatan budidaya tanaman, benihmenjadi salah satu faktor utama
yang menjadi penentu keberhasilan. Peningkatan produksi pertanian pun banyak
ditunjang oleh peran benih bermutu. Menurut FAO peningkatan campurab
varietas lain dan kemerosotan produksi pertania sekitar 2,6 % tiap generasi
pertanaman adalah akibat dari penggunaan benih yang kurang terkontrol
mutunya.
Meski program perbenihan nasional telah berjalan sekitar 30 tahun, tetapi
ketersediaan benih bersertifikat belum mencukupi kebutuhan potensialnya.
Ketersediaan benih bersertifikat secara nasional untuk padi baru sekitar 35 %,
jagung 10 %, kedelai < 5 %, dan benih sayur sayur-sayuran serta buah-buahan <
1 %.
Salah satu faktor masih rendahnya masih rendahnya tingkat ketersediaan
benih bermutu ( bersertifikat) adalah tingkat kesadaran masyarakat, dalam hal ini
petani, untuk menggunakan benih yang berkualitas tinggi masih sangat kurang.
Pada umumnya, petani menyisihkan sebagian hasil panennya untuk dijadikan
benih pada musim tanam berikutnya. Benih ini tentu saja tidak terjamin mutunya.
Penggunaan benih bermutupun akan mengurangi resiko kegagalan
budidaya karena benih bermutu akan mampu tumbuh baik pada kondisi lahan
kurang menguntungkan, bebas dari serangan hama dan penyakit terbawa benih
(seed bom disease). Dengan demikian, hasil panendapat sesuai dengan harapan.
Tersedianya benih bermutu dalam waktu dan jumlah yang tepat serta
harga terjangkau menjadi salah satu faktor pendukung bagi upaya
pengembangan perbenihan. Oleh karena itu perkembangan industri benih
maupun pembinaan penangkar benih perlu mendapatkan dukungan berbagai
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
65
pihak untuk tercapainya penyediaan benih bermutu yang memadai secara
nasional.
TUJUAN : Untuk optimalisasi fungsi Kebun Percobaan Mojosari sebagai tempat
kegiatan Visitor Plot Perbenihan padi varietas baru.
LUARAN : Terlaksananya program diseminasi perbenihan dan pengenalan
varietas baru yang diharapkan sebagai sumber benih bagi penangkar
benih dan petani dengan mutu yang baik dengan harga terjangkau.
2.11.3.3. Visitor Plot Jamur Malang
Kegiatan visitor plot jamur tiram dan jamur kuping, difokuskan pada (1)
pembuatan kubung baru untuk pengembangan jamur tiram dan kuping serta
perbaikan kubung dengan menambah lapisan atap menggunakan welit untuk
menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban, (2) membina petani dalam
usaha pembuatan bibit jamur tiram, (3) mencari jaringan pasar. Visitor plot jamur
tiram dan kuping dilaksanakan dengan tujuan : :(1) sebagai tempat percontohan
dengan menerapkan teknologi tepat guna, (2) sebagai media komunikasi dan
sosialisasi teknologi dengan para peminat budidaya dan konsumen secara tepat
dan benar (3) meningkatkan jumlah petani peminat dalam budidaya jamur tiram
dan jamur kuping. Visitor plot dilaksanakan mulai bulan Maret 2004 s/d Pebruari
2005 di Kebun Percobaan Malang dengan ketinggian tempat 550 m dpl. Luas
kubung 30 m2 dan jumlah bag log jamur yang dibudayakan sebanyak 1.200 bag
log. Pengembangan visitor plot jamur tiram dan kuping dilakukan dengan
mendirikan kubung baru yang berlokasi di kebun percobaan BPTP Jawa Timur di
Malang. Ukuran kubung 3,6 m2 ( 4 m x 8 m ) dengan dinding terbuat dari sesek
dan atap terbuat dari genting.
Pada bulan Maret 2004 di budidayakan jamur tiram sejumlah 600 baglog.
Panen pertama dilakukan pada tanggal 27 Mei 2004, sedangkan panen akhir
pada tanggal 21 agustus 2004. Jumlah bag log yang berproduksi 570 bag log
sedangkan yang rusak 30 bag log (5%). Dari hasil perhitungan Nilai BER pada
pada jamur tiram rendah yaitu 25%, rendahnya BER jamur tiram disebabkan
suhu dalam kubung pada siang hari mencapai 28-29 0 C dan kelembaban
mencapai 75-80%, kenaikan suhu ini sebagai akibat dari kerusakan atap kubung
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
66
pada tingkat yang cukup berat sehingga sinar matahari bisa menembus ruang
kubung akibatnya suhu meningkat. Upaya penyiraman tidak dapat meningkatkan
kelembaban di dalam ruang kubung dan menurunkan suhu. Rusaknya atap
kubung disebabkan oleh hama burung yang mengakibatkan produksivitas jamur
per log menurun.
Pada bulan Agustus dilakukan perbaikan atap kubung dengan menanbah
welit yang rusak dan baik bagian bawah maupun bagian atas welit dilapisi plastik.
Setelah perbaikan atap kubung selesai, pada bulan ini juga dimasukkan 600 bag
log jamur tiram. Panen awal pada tanggal 24 Oktober 2004, sedangkan panen
akhir diperkirakan pada akhir bulan Pebruari 2005. Jumlah bag log yang
berproduksi 561 bag log, sedangkan yang rusak 39 bag log (6,5%). Keadaan
sampai dengan bulan Januari 2005, Nilai BER beru mencapai 15%. Rendahnya
niali BER ini disebabkan pada waktu penumbuhan body (growing) suhu udara di
dalam kubung pada waktu jam 09.00 pagi mencapai 27oC dan pada jam 11.00
mencapai 30oC, upaya penyiraman tidak dapat menurunkan suhu dan
meningkatkan kelembaban. Sedangkan syarat penunbuhan body (growing) suhu
optimum antara 22 – 25oC. Pembuatan kubung baru dengan luas 36 m2 yang
terdiri dari dinding terbuat dari sesek dan atap terbuat dari genting dilakukan pada
bulan September 2004. ). Potensi produksi optimal jamur tiram BER (Biological
Efficiency Ratio) sebesar sampai saat ini 30%, jamur kuping sebesar 49% (sudah
optimal).
Pangsa pasar jamur tiram dan kuping mempunyai prospek bagus, cukup
banyak permintaan yang belum dapat dipenuhi. Konsumen lebih menyukai tiram
coklat karena lebih enak seperti daging ayam, jamur kuping konsumen bisa
membeli dalam bentuk segar maupun kering. Pemasaran jamur dilakukan pada
pasar lokal sekitar kota Malang karena harga lebih bagus yaitu Rp.8000,- per kilo.
Pemasaran jamur tiram dan kuping diperlukan adanya mitra kerja, informasi
sesama petani dan pedagang. Prakiraan dampak hasil kegiatan visitor plot jamur
adalah menciptakan lapakang kerja, sebagai usaha sampingan dapat menambah
pendapatan keluarga dan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
67
2.11.3.4. Visitor Plot Ikan Nila Malang
Di Jawa Timur tingkat pemanfaatan perairan umum untuk usaha budidaya
ikan air tawar masih sangat kecil (kurang dari 1%) sehingga peluang untuk
pengembangannya masih sangat potensial. Beberapa faktor pembatas yang
dewasa ini sangat mempengaruhi perkembangannya adalah harga pakan yang
tinggi dipasaran, ketersediaan bibit yang masih terbatas dan teknologi budidaya
yang masih belum banyak dikuasai oleh petani ikan khususnya petani golongan
ekonomi lemah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah dilakukan
kegiatan visitor plot perbenihan ikan nila. Kegiatan ini dilakukan di BPTP Jawa
Timur yang berlokasi di Malang. Kegiatan berlangsung sejak tahun 2003 dan
dilanjutkan pada tahun 2004. Pada kegiatan tahun pertama (tahun 2003) selain
dibuat sarana budidaya ikan (kolam perbenihan dan kolam pembesaran) telah
dihasilkan indukan unggul sebanyak 65 ekor, yang terdiri dari 47 ekor induk
betina dan 18 ekor induk jantan. Untuk tahun 2004 kegiatan difokuskan pada
perbaikan sistem perkolaman (perbaikan kolam dan saluran irigasi) juga
dilakukan pemijahan untuk mendapatkan benih ikan nila yang berkualitas dan
dapat dijadikan bakalam indukan. Kegiatan perbaikan kolam meliputi peninggian
kolam pendederan dan pembuatan pematang kolam dengan menggunakan
sesek bambu. Untuk menjaga agar pematang tidak longsor pada saat musim
penghujan maka dibagian dipinggir pematang ditanami dengan tanaman ararkis
dan empon-empon berupa tanaman lengkuas. Selain kolam juga dilakukan
pembuatan saluran irigasi untuk mengalihkan limpahan air pada saat hujan
berlangsung, sehingga kondisi air kolam tidak terjadi perobahan baik pada saat
musim hujan maupun musim kemarau. Panjang saluran irigasi yang dibuat
mencapai 40 meter yang terdiri 10 meter saluran permanen dan 30 meter semi
permanen.
Untuk kegiatan perbenihan dilakukan dengan memijahkan induk yang
telah ada dari hasil tahun sebelumnya. Dari hasil pemijahan diperoleh benih siap
tebar hasil seleksi dengan ukuran 5 – 7 Cm sebanyak 4.000 ekor. Untuk
mengetahui kualitas benih yang ada maka dilakukan pembesaran dengan
membandingkan benih dari hasil perbenihan petani yang ada di daerah Kediri.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
68
Dalam kegiatan pembesaran ini dilakukan pada kolam tanah dengan padat
penebaran 100 ekor/m3. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari
dengan konversi pakan 2,5 % dari berat masa ikan. Jenis pakan yang digunakan
adalah pakan komersial yang tersedia di pasaran dengan kandungan protein
antara 23 – 28 %. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa benih yang dihasilkan
dari indukan percobaan tahun sebelumnya mempunyai kualitas lebih bagus
dibandingkan benih dari petani ikan di Kediri. Hal ni dapat dilihat dari hasil
pengukuran ikan pada umur 3 bulan, dimana ukuran ikan dari benih sendiri
mencapai berat antara 80 gram s/d 160 gram, sedangkan hasil petani berat yang
dicapai antara 30gram s/d 100 gram. Sampai dengan bulan Desember ikan
belum dilakukan pemanenan, karena dari kegiatan pembesaran ini diharapkan
akan diperoleh bakalan indukan yang berkualitas.
2.11.4. Unit Komersialisasi Teknologi Pertanian (UKT)
Sesuai dengan Panduan Badan Litbang Pertanian di akhir tahun 2004 ini,
UKT mempunyai fungsi mempromosikan lebih lanjut teknologi yang berpotensi
komersial, membangun kerjasama dengan mitra, melaksanakan proses
pendaftaran HAKI, memberikan pelayanan informasi dan pemasaran teknologi
dan jasa penelitian yang berpeluang komersial, melakukan pengkajian perilaku
pasar dan konsumen, menampung umpan balik dan memberikan respon atas
teknologi yang telah dikomersialkan, melakukan proses alih teknologi, antara lain
dalam bentuk magang, dan melaksanakan tata usaha dan rumah tangga UKT.
Hasil yang telah dicapai sejauh ini, antara lain : jasa layanan Balai adalah
melayani kunjungan tamu ke BPTP Jawa Timur, melayani magang dan praktek
kerja lapang dan kerjasama penelitian dengan petugas dan mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi, dan jasa analisa pupuk di lab Tanah. Dukungan
terhadap kegiatan promosi yang telah dilakukan antara lain adalah mengikuti
berbagai ekspose, pengisian acara di radio dan liputan media cetak . Sedangkan
kegiatan rintisan usaha agribisnis yang telah dilakukan adalah usaha pembibitan
tanaman hias dan penyediaan benih padi (SS) seluas 1 ha di KP Mojosari.
Kegiatan kerjasama berorientasi HAKI yang sedang berjalan saat ini adalah
Pengujian pupuk Cornalet untuk jagung, kerjasama dengan PT Saraswanti,
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
69
Sidoarjo dan inventarisasi kegiatan lain yang dapat diproses patennya, seperti
produksi benih hibrida melon dan teknologi olahan sayuran kering.
2.11.5. Pengembangan Jaringan Informasi Teknologi dan Agribisnis
Dalam komunikasi modern, informasi merupakan input yang memegang
peranan yang paling penting. Di bidang pertanian, informasi yang ada sangat
diperlukan oleh peneliti, penyuluh, petani dan pengusaha yang bergerak di
bidang pertanian. Telah dilakukan berbagai upaya untuk menyediakan informasi
yang mendukung pengembangan jaringan agribisnis, yaitu dengan
mengumpulkan data dari berbagai sumber informasi. Data yang ada meliputi
alamat eksportir yang yaitu kailan segar, kentang, wortel, kubis, jamur, keripik
nangka, pisang dan olahan, manggis, melon, semangka, apokat, mangga, cabe
Jawa, benih jagung, kacang tanah, kacang kedelai dan biji kopi. Data yang ada
diolah dalam bentuk deskriptif, untuk memudahkan pemahaman.
2.11.6. Klinik Agribisnis
Hasil-hasil penelitian/ pengkajian beberapa komoditas telah banyak
tersedia baik tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan maupun
peternakan tetapi belum seluruh hasil kajian tersebut dapat ditransfer dan
diadopsi oleh petani pengguna teknologi karena masih harus diproses untuk
kemudian direkomendasikan menjadi suatu rakitan paket teknologi pertanian.
Upaya-upaya untuk mempercepat deseminasi informasi teknologi dari sumber
teknolgi kepada para pengguna adalah penggunaan berbagai macam media
saluran informasi dan teknik komunikasi. Salah satu metode komunikasi dengan
pendekatan secara perorangan adalah Klinik Agribisnis dan BPTP Jawa Timur
telah membangun Klinik Agribisnis di 2 (dua) lokasi yakni di Laboratorim
Diseminasi Wonocolo – Surabaya dan BPTP Jawa Timur di Karangploso-Malang
Klinik Agribisnis akan melibatkan petani, kontak tani, peneliti, penyuluh,
dan pelaku pembangunan petanian lainnya yang berasal dari wilayah sentra
produksi pertanian dengan pertimbangan agar teknologi yang disajikan di Klinik
Agribisnis akan dapat diadopsi dan dikembangkan oleh petani dan semua pihak
yang terkait dengan kegiatan pertanian.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
70
Kegiatan diseminasi Klinik Agribisnis mencakup 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan konsultasi dan layanan.
Kegiatan konsultasi dimaksudkan untuk membantu memecahkan
permasalahan yang dihadapi petani sehingga dapat diperoleh jalan keluar sesuai
yang diharapkan. Kegiatan konsultasi meliputi (a).konsultasi teknologi, (b)
konsultasi ekonomi dan (c) konsultasi rekayasa sosial
Sedangkan kegiatan layanan bersifat mejembatani kepentingan petani dalam
bidang bisnis yang mencakup (a) layanan terhadap kebutuhan saprodi, (b)
layanan kredit dan (c) memberi layanan informasi teknologi.untuk menampung
aspirasi dan permasalahan petani dan membantu memecahkan permalahan
yang dihadapi petani dalam bentuk konsultasi dan layanan. Dari
permasalahan yang disampaikan petani akan dicatat dan didaftar serta akan
dipilah-pilah kedalam kelompok konsultasi atau kelompok layanan dan pada
laporan akhir akan direkap, berapa persen kasus-kasus pada kelompok
konsultasi dari petani dapat dibantu peneyelesainnya yang meliputi kasus
ekonomi, kasus sosial dan kasus teknologi dan juga pada kelompok layanan
berapa persen layanan yang dapat diberikan pada petani yang meliputi
layanan saprodi, layanan kredit dan layanan informsi teknologi.
Didalam ruang Klinik Agribisnis disajikan berbagai peragaan foto/ gambar
dan contoh –contoh hasil olahan pertanian serta sarana produksi pertanian.
Klinik Agribisnis yang ada di Malang cukup bagus dan berkembang
namun yang ada di Wonocolo tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan
karena masih dalam taraf perkenalan kepada masyarakat pengguna, sehingga
belum ada pengguna yang mengunjungi Klinik Agribisnis di Wonocolo.
2.12. PENGEMBANGAN DAN PENYEBARAN INFORMASI TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI KEGIATAN PERTEMUAN DAN EKSPOSE
2.12.1. Temu Informasi Teknologi
Adalah salah satu metode komunikasi dua arah yang cukup efektif guna
mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dan pengkajian kepada para
pengguna/petani, tujuannya untuk membangun komunikasi antara pihak
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
71
penghasil teknologi, pengguna teknologi dan pihak-pihak lain yang terkait dengan
aplikasi teknologi.
Kegiatan Temu Informasi Teknologi Pertanian pada tahun 2004 ini
dilaksanakan di Balai Teknologi Pertanian Bedali – Lawang dengan peserta
sebanyak 55 orang yang mewakili unsur petani maju dan petugas teknis lingkup
pertanian se Jawa Timur. Kegiatan yang berlangsung selama 2 (dua) hari dari
tanggal 7 s/d 8 september 2004 membahas 10 teknologi rekomendasi, antara lain
Varietas unggul tipe baru Fatmawati
1. Teknologi Jajar Legowo pada sawah tambak
2. Teknologi Complete feed
3. Teknologi usahatani pisang Ambon Kuning di lahan kering
4. Peluang dan tantangan pengembangan mangga podang urang di Jawa
Timur
5. Penyakit burik salah satu kendala pengembangan jeruk di Jawa Timur
6. Kakao sebagai komoditas alternatif
7. Meningkatkan pendapatan dan mutu kopi Robusta rakyat melalui
diversiskasi tanaman
8. Rakitan teknologi usahatani kentang di dataran medium
9. Meningkatkan produksi bawang merah dengan varietas anjuran
Metode yang digunakan adalah ceramah, peragaan/ demonstrasi, diskusi
kelompok dan diskusi pleno. Diskusi kelompok guna membahas permasalahan
dibidang Saprodi , Teknologi dan Pemasaran
Petani mengharap adanya kecukupann Saprodi yang berkualitas dan
terjangkau pada saat diperlukan, adanya teknologi yang sederhana dan mudah
aplikasinya, tetapi mampu menekan input dan memperbesar output. Dibidang
pemasaran petani berharap pemerintah daerah dapat memberikan iklim yang
kondusif bagi pengusaha agar mau menampung atau mengolah hasil
panenannya.
Sebagai dampak dari kegiatan ini diharapkan akan adanya tambahan
wawasan bagi peserta, dapat menyebarkan kepetani disekelilingnya dan dapat
mengaplikasiannya dengan baik dilapang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
72
2.12.2. Temu Aplikasi Paket Teknologi (Road Show).
Sosialisasi hasil-hasil litkaji yang dihasilkan oleh BPTP Jawa Timur pada
prinsipnya harus disebarkan kepada pengguna, baik itu petani, penyuluh ataupun
para penentu kebijaksanaan pertanian di tingkat lapangan. Terbatasnya forum
untuk sosialisasi hasil litkaji tersebut merupakan kendala yang harus dipecahkan.
Pertemuan aplikasi paket teknologi pertanian pada dasarnya merupakan
forum untuk mempertemukan penghasil teknologi dengan pengguna. Salah satu
tujuan diadakan kegiatan tersebut adalah untuk mempercepat transfer alih
teknologi dan mengkomunikasikan secara utuh hasil-hasil litkaji kepada
pengguna. Oleh karena itu materi dalam pertemuan tersebut harus disesuaikan
dengan spesifik lokasi dimana pertemuan tersebut akan diadakan.
Dalam tahun 2004 ini pertemuan aplikasi paket teknologi pertanian telah
dilaksanakan di 4 kabupaten dengan peserta penyuluh pertanian, petani dan
kontak tani, serta pejabat dan dinas terkait. Kabupaten tersebut adalah Kediri,
Jember, Magetan dan Sumenep. Materi hasil litkaji yang telah disampaikan untuk
14 Kabupaten tersebut adalah (1) Teknik peningkatan produksi dan mutu buah
mangga, (2) Budidaya tanaman melati, (3) Pemanfaatan insektisida botani, (4)
Pemupukan berimbang pada tanaman padi, (5) Teknologi pengelolaan durian dan
apokat (6) Pengendalian lalat buah, (7) Strategi dan manajemen teknologi pakan
(8) Teknologi pengolahan tepung umbi-umbian dan (9) Standarisasi mutu produk
pertanian. Sedangkan materi yang disampaikan oleh penyuluh adalah (1)
Participatory Rural Appraisal, (2) Analisa SWOT dan (3) Mengenal klinik
konsultasi agribisnis di BPP Pare Kediri. Khusus pertemuan di Kabupaten Kediri
disampaikan materi mengenal lebih dekat TIK-TOK (perkawinan antar itik dan
entog) yang disampaikan oleh UPT Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur di
Kediri.
2.12.3. Sosialisasi dan Expose Teknologi Unggulan
Tolok ukur keberhasilan penelitian dan pengkajian adalah apabila
teknologi hasil pengkajian tersebut telah dimanfaatkan (diadopsi) oleh petani dan
masyarakat lainnya di sekitar wilayah kerja litkaji (Tim Asistensi, 2003). Sebab itu
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
73
diperlukan upaya menginformasikan, mensosialisasikan dan mengkomunikasikan
hasil-hasil litkaji tersebut melalui berbagai metode diseminasi yang tepat dan
efisien agar dimanfaatkan oleh petani dan masyarakat sekitarnya.
Pada tahun 2004, salah satu strategi diseminasi yang dilakukan untuk
mensosialisasikan hasil-hasil litkaji 2003 dan informasi-informasi terkini BPTP
adalah melalui kegiatan Sosialisasi dan Ekspose Teknologi Pertanian. Kegiatan
ini diimplementasikan dalam bentuk kegiatan Ekspose atau Pameran pada event-
event penting, serta Seminar Nasional maupun Regional/Intern lingkup BPTP
Jawa Timur..
Agenda kegiatan yang telah diikuti pada tahun 2004 diantaranya kegiatan:
Pekan Padi Nasional di Sukamandi, Pekan Agro Inovasi pada Tiga Dasa Warsa
(30 tahun) Badan Litbang Pertanian di Bogor, dan Seminar Nasional maupun
Interen lingkup BPTP. Disamping itu berkontribusi pada Seminar Nasional
Pengelolaan Padi Ternak di Bali dan persiapan PENAS di Minahasa Sulawesi
Utara.
Dari kegiatan tersebut, mampu mensosialisasikan dan mempromosikan
hasil litkaji serta menyampaikan informasi terkini BPTP Jatim ke khalayak
sejumlah 5.000 orang. Pada acara 30 tahun Badan Litbang, Kepala BPTP telah
melakukan pers realease dengan media Metro Bogor dan Radar Bogor. Pada
Seminar Nasional dan Ekspose Kelembagaan dan Agribisnis, pers realease
dilakukan dengan media Surya dan Jawa Pos. Seiring dengan pelaksanaan
tersebut, RKIP membantu menyiarkan hasil litkaji melalui pemancar Radio
Mobile-nya pada acara HUT 30 tahun Badan Litbang Pertanian dan Seminar
Nasional “ Kelembagaan Tani dan Agribisnis”.
Dengan demikian dapat diyakini, para pengambil kebijakan, petugas
lapangan, masyarakat tani dan umum memperoleh gambaran lebih utuh dan
lengkap tentang inovasi teknologi pertanian yang aktual. Selain itu diharapkan
adanya umpan balik serta terjadinya jalinan kerjasama diantara berbagai pihak
untuk mengembangkan hasil-hasil litkaji di sektor pertanian. Dampak sementara
dari kegiatan Sosialisasi dan Ekspose Teknologi Pertanian 2004 adalah adanya
pengembangan jalinan kerjasama antara pemerintah daerah maupun dengan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
74
pihak swasta. Banyak masyarakat menanyakan keberadaan bibit belimbing
Karang Sari, Srikaya Langsar dan kesemek Junggo untuk dikembangkan di
daerahnya. Adanya permintaan magang dan latihan tentang olahan hasil dan
teknologi terapan lainnya yang dihasilkan oleh BPTP Jatim, dari berbagai pihak
(praktisi pertanian dan institusi pemerintah). BPTP Jawa Timur semakin dikenal
masyarakat tani sebagai produsen teknologi pertanian dan secara nasional,
dikenal sebagai BPTP yang selalu menampilkan inovasi terdepan.
2.12.4. Temu Karya “Penas” Menado
Masyarakat Sulawesi Utara dalam meyambut kedatangan kontingen
Penas XI sangat antusias karena keramahan dan kepedulian masyarakat
maupun individu sehingga kenyamanan dan keamanan sangat terasa selam
penas XI.
Jumlah kontingen Jawa Timur sekitar 300 orang dengan POSKO di Desa
Kunilow, Tomohon Barat jarak antara POSKO pemondokan sampai ke tempat
kegiatan, yaitu di stasion Maesa Tondano sekitar 13 Km.
Tujuan umum kegiatan penas adalah meningkatkan motivasi dan
kegairahan petani nelayan dan masyarakat pelaku agribisnis dalam
pembangunan sistem usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan
desentralisasi.
Informasi yang kami tangkap kegiatan penas XI dihadiri lebih kurang 16
ribu peserta yang berasal dari seluruh Propinsi di Indonesia. Acara penas XI yang
disusun panitia cukup padat antara lain Rembug paripurna, temu wicara dengan
presiden, pembentukan asosiasi produsen padi nasional, pelantikan masyarakat
agribisnis jagung, Mukernas Ikamaja, studi banding, widya wisata, unjuk tangkas,
peragaan seni dan olah raka keakraban, temu teknologi, temu karya, temu
ASEAN dan Jepang dan pameran BPTP Jawa Timur mengikuti beberapa acara
yaitu : temu teknologi, temu karya, temu asean dan jepang serta pameran.
Temu Teknologi, dilaksanakan di Balai Kelurahan Koya sekitar 4 Km dari stadion
Maesa Tondano. Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari setiap propinsi.
Sesi pertama Kepala Pusat Sosial Ekonomi Pertanian (Dr. Pancar Simatupang)
menyampaikan materi yang terkait dengan tugas dan fungsi BPTP serta
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
75
pentingnya BPTP bagi masyarakat regional dalam perakitan teknologi yang
bersifat spesifik lokasi.
Temu karya, dilaksanakan di Balai Desa Tataran yang diikuti oleh petani binaan
BPTP Jawa Timur. Dalam pengkajian BPTP sebagai peletak base teknologi dan
pasca pengkajian petani melakukan temuan komponen teknologi dan
pengembangannya :
1. Agribisnis tanaman melon yang disampaikan oleh KTNA Kabupaten
Ponorogo, Ir. Sudarsi (eks magang di Jepang) sebagai juara harapan
2. Pengembangan agribisnis tortila jagung disampaikan oleh KTNA
Kabupaten Bojonegoro (Tri Untari, SPd)
Pertemuan petani antar Negara Asean dan Jepang (Asean Farmer Meeting)
Pertemuan antar negara asean dan jepang yang tergabung IKAMAJA
(Ikatan Alumni Magang Jepang) yang dilaksanakan di Lokon Boutique Resort,
Desa Kakasen, Tomohon. Pertemuan dihadiri berbagai negara asean antara lain
2 delegasi Thailand, 3 delegasi dari Vietnam, 5 delegasi dari Malaysia, 2 delegasi
dari Jepang, 4 delegasi dari Brunei Darussalam dan 5 delegasi dari Indonesia
yang diwakili oleh ketua umun KTNA Nasional (bapak Winarno Tahir).
Pameran, peran BPTP Jawa Timur dalam seksi pameran sebagai penyedia
display teknologi hasil kajian informatif dan komunikatif yaitu komoditas
hortikultura buah-buahan unggulan serta pemetaan kesuburan tanah pada lahan
sawah serta folder, brosur dan poster.
2.12.5. Study Banding
Studi banding merupakan salah satu metode penyuluhan yang efektif
untuk memotivasi petani, dengan memberi kesempatan untuk melihat/belajar
suatu usaha pertanian maju yang dikelola dengan mengadopsi teknologi inovasi.
Petani yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 44 orang dari unsur petani/kontak
tani yang berasal dari wilayah kabupaten jombang, lamongan, surabaya, malang,
bojonegoro dan pasuruan.
Tujuannya agar petani/peserta secara langsung (on farm) dapat belajar
cara-cara menerapkan teknologi litkaji, menumbuhkan pemahaman dan apresiasi
terhadap teknologi inovasi dibandingkan cara-vcara tradisional.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
76
Pelaksanaan studi banding pada tanggal 27-29 Juli 2004 yaitu pada
usahatani sayuran dilahan pasir dan usahatani terpadu padi-ikan-itik di lahan
sawah irigasi. Kedua usahatani tersebut masing-masing berada di desa gading
sari, kecamatan sanden, kabupaten bantul dan desa kepurun kecamatan
manisrenggo kabupaten klaten.
Metode yang dilakukan dalam penyampaian informasi teknologi melalui
ceramah dan dilanjutkan kunjungan lapang (usahatani). Selama peninjauan
lapangan peserta didampingi oleh petani pengelola dan peneliti/penyuluh. Selesai
peninjauan dilanjutkan dengan diskusi dan konsultasi agar peserta dapat
menggali sebanyak-banyaknya informasi dari pihak pengelola objek kunjungan.
Agar peserta tidak lupa dengan apa yang telah disampaikan pelaksana studi
banding telah melengkapinya dengan ringkasan teknis teknologi dimaksud yang
sebelumnya sudah dipersiapkan setelah melakukan survei lokasi.
Dampak dari pelaksanaan studi banding oleh peserta adalah beragam
namun secara umum sangat menyukai mengikuti kegiatan studi banding sebagai
media sosialisasi informasi teknologi litkaji, dan dirasakan lebih mudah untuk
memahami teknik pengadopsian teknologi dalam usahatani, karena melihat
secara langsung, bertanya, berdiskusi dan melakukan konsultasi.
Peserta pada umumnya termotivasi untuk menerapkan teknologi
khususnya usahatani padi-ikan-itik di lahan sawah irigasi. Namun pada teknologi
usahatani sayuran di lahan pasir kendala terutama pada penyediaan air dan
sarana pendukung lainnya yang memerlukan dukungan dana cukup besar.
2.13. MONITORING DAN EVALUASI (MONEV)
Monitoring dan evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk membandingkan
antara keragaan perencanaan suatu pengkajian/penelitian dengan pelaksanaan
di lapanagan serta luaran yang diperoleh. Monev meruapakan salah satu alat
managemen penelitian yang penting dari suatu lembaga penelitian, hasil monev
diharapkan dapat memfasilitasi keterbukaan dan penyediaan informasi penting
yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan untuk memperbaiki program
Litkaji dan diseminasi di BPTP disamping itu dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja Litkaji dan diseminasi BPTP untuk perencanaan yang akan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
77
datang. Tujuan pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi adalah untuk
melakukan perbaikan-perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas
pelaksanaan penelitian/pengkajian dan desiminasi hasil penelitian/pengkajian
BPTP Jawa Timur. Disamping itu kegiatan monev diperlukan untuk mempertajam
dan meningkatkan kualitas perencanaan litkaji dan diseminasi pada tahun
berikutnya. Secara rinci kegiatan monitoring dan evaluasi bertujuan untuk : (1)
mengetahui tingkat kesesuaian pelaksanaan kegiatan litkaji di BPTP Jawa Timur
dengan ROPP, (2) mengetahui tingkat konsistensi antara perencanaan litkaji
dengan pelaksanaan di lapangan, terutama mengenai tujuan, luaran, manfaat
dan prakiraan dampak di lapangan.
Kegiatan monitoring dan evaluasi Litkaji dan Diseminasi di BPTP Jatim
dilakukan dalam 2 tahap yaitu monev awal dan monev akhir. Kegiatan ini
meliputi : (a) penelusuran dokumen yang ada (Proposal, ROPP), (b) kunjungan
lapang, dan (c) pertemuan dengan peneliti/penyuluh penanggung jawab kegiatan
litkaji atau diseminasi untuk membahas hasil sementara monev sekaligus
menghimpun masukan dan saran konstruktif untuk perbaikan pelaksanaan litkaji
atau diseminasi. Monitoring dan evaluasi Litkaji dan diseminasi dilaksanakan
oleh suatu Tim yang terdiri dari Kepala BPTP Jatim selaku penanggung jawab
Monev dan beberapa peneliti dan penyuluh senior meliputi Koordinator
Penelitian, Koordinator Program, Koordinator Kerjasama, dan para ketua Kelji
(kelompok pengkaji). Metode monitoring dan evaluasi dilakukan melalui diskusi
dengan penangungjawab kegiatan penelitian/pengkajian, penelaahan dokumen
(ROPP), serta melakukan kunjungan ke lapang untuk menggali dan memperoleh
informasi permasalahan yang dihadapi pada pelaksanaan monitoring dan
evaluasi di lokasi dengan mewancarai para kelompok tani atau petani yang
terlibat penelitian/pengkajian tersebut; disamping itu membantu memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Tim Monev melakukan monitoring dan evaluasi
pada semua kegiatan penelitian/pengkajian tahun 2004. Dalam pelaksanaan
monev, untuk menilai pelaksanaan penelitian/pengkajian telah disusun
seperangkat indikator untuk penilaian.
Hasil pelaksanaan kegiatan monev dapat dilaporlkan sebagai berikut : pada
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
78
Tahun Anggaran 2004, BPTP Jawa Timur melaksanakan 39 judul kegiatan
penelitian/pengkajian dan diseminasi yang bersumber dana dari APBN (PAATP).
Kegiatan tersebut terdiri dari 27 kegiatan penelitian/pengkajian dan 12 kegiatan
diseminasi. Pada prinsip dari keseluruhan kegiatan tersebut pelaksanaan di
lapang maupun laboratorium telah selesai kecuali 6 kegiatan Litkaji diperkirakan
panen pada awal bulan Maret 2005; hal ini disebabkan karena kegiatan
litkaji tersebut sebagian penanaman dilakukan pada musim penghujan
(Desember-Januari 2004) sesuai dengan pola tanam setahun yang umum
dilakukan di lokasi pengkajian. Kegiatan-kegiatan Litkaji tersebut meliputi
(1) Pengkajian Optimalisasi Sumberdaya Pertanian Berbasis Padi Secara
Terpadu Menunjang Agribisnis Padi Sawah (PPTP / A / 1 / PAATP / 2004) ,
(2) Pengkajian model pengembangan agribisnis pisang spesifik lokasi
(PPTP / A / 2 / PAATP / 2004), (3) Pengkajian model usahatani terpadu
tanaman-ternak dan ikan di lahan tadah hujan (PPTP/ B / C / 1 / PAATP
2004), (4) Pengkajian dan pengembangan model pengelolaan tanaman
terpadu pola multistrata LKDR di kawasan selatan Jatim (KSJT) (PPTP/ B /
C / 2 / PAATP 2004), (5) Pengembangan Model Usahatani Konservasi Pola
Strip Cropping tanaman kentang secara Partisipatif di Lahan Kering Dataran
Tinggi (PPTP / B / C / 3 / PAATP / 2004),. Kedua kegitan ini,. Rataan hasil
Skor penilaian kegiatan-kegiatan tersebut adalah 3,00 artinya bahwa kegiatan-
kegiatan litkaji dan diseminasi tersebut berkategori sedang/cukup dalam
pelaksanaannya.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
79
BAB III MANAJEMEN BALAI
3.1. Struktur Organisasi
Dalam tahun 2001, struktur organisasi BPTP Jawa Timur menurut SK
Mentan Nomor 798/Kpts/OT.210/12/94, mengalami sedikit perubahan dengan
terbitnya SK Mentan terbaru, No.: 350/Kpts/OT.210/6/2001, Kepala Balai dalam
pelaksanaan tugasnya sehari-hari secara formal dibantu oleh dua orang pejabat
eselon empat yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Pelayanan
Teknik, serta dibantu Kelompok Penelitian dan Jabatan Fungsional lain. Namun
demikian, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dengan Surat Keputusan Kepala
Balai, Sub Bag. Tata Usaha dibantu oleh dua orang Kepala Urusan, yaitu Kepala
Urusan Kepegawaian dan Rumah Tangga, dan Kepala Urusan Keuangan dan
Rencana kerja, sedangkan Seksi Pelayanan Teknik dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh dua Sub Seksi, yaitu Sub Seksi Kerjasama dan Informasi,
serta Sub Seksi Sarana. Bagan struktur organisasi BPTP Jawa Timur, sesuai SK
Menteri Pertanian terbaru di sajikan pada diagram berikut ini.
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi BPTP
KEPALA BALAI
KASUB BAG.
TATA USAHA
KELOMPOK PENELITI & JABATAN FUNGSIONAL
LAIN
KASIE PELAYANAN
TEKNIK
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
80
3.2. Manajemen
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Kepala Balai dibantu oleh Kepala
Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi, Kepala Urusan, dan Pejabat Fungsional
dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di lingkup
masing-masing dan antar satuan organisasi di BPTP maupun dengan instansi-
instansi mitra kerja BPTP Jawa Timur.
Setiap pemimpin/kepala satuan organisasi di lingkup BPTP Jawa Timur
bertugas memimpin, mengkoordinasi, memberi bimbingan/ petunjuk pelaksanaan
tugas bawahannya dan tanggung jawab langsung kepada atasannya masing-
masing. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing kepala satuan organisasi di
BPTP berpedoman pada keputusan dan kebijaksanaan Departemen Pertanian,
Badan Litbang Pertanian dan Kepala BPTP Jawa Timur.
Untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan tercapainya sasaran Balai,
sesuai dengan ketentuan Badan Litbang Pertanian dibentuk empat kelompok
fungsional yaitu: Kelompok Fungsional Sumberdaya, Pasca Panen, Budidaya dan
Sosial Ekonomi. Masing-masing kelompok diketuai oleh seorang ketua, sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian.
Dalam perjalanan selama tahun 2004, BPTP Jawa Timur dalam menangani
kegiatan proyek dibantu oleh wakil atasan langsung sehari-hari, dalam hal ini
adalah Kepala IPPTP yang bersangkutan. Dalam menangani kegiatan yang
dibiayai oleh dana Rutin, Kepala Balai dibantu oleh Kasubag Tata Usaha.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
81
Tabel 1 Nama Pejabat Struktural, Ketua Kelompok Pengkajian dan Kepala Unit Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur.
No Nama/NIP Jabatan
PEJABAT STRUKTURAL
1. Dr. Mat Syukur, MS (080 062 286)
Kepala Balai
2. Dra. Iffah Irsjadina (080 091 147)
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Ir. Heru Samekto (080 071 234)
Urusan Keuangan
Satiman (080 052 138)
Urusan Kepegawaian
3. Dra. Endang Widajati (080 110 181)
Kepala Seksi Pelayanan Teknik
Dra. Y u l f a h (080 110 227)
Urusan Informasi & Kerjasama
Iwayan Marka, SH (080 052 794)
Urusan Sarana
KETUA KELOMPOK PENGKAJIAN
1. Ir. Sukarno Roesmarkam, MS (080 056 142)
Ketua Kelji Sumberdaya
2. Dr. M. Soleh (080 040 492)
Ketua Kelji Budidaya
3. Ir. Pudji Santoso, MS (080 053 325)
Ketua Kelji Sosial Ekonomi
4. Dr. Suhardjo (080 057 047)
Ketua Kelji Pasca Panen
KEPALA UNIT KERJA LINGKUP BPTP JATIM
1. Ir. Anang Muhariyanto (080 065 970)
Kepala Lab. Diseminasi Wonocolo
2. Ir. Gatot Kustiono (080 066 907)
Kepala Kebun Mojosari
3. Martono (080 027 208)
Kepala Kebun Karangploso
Untuk mengoptimalkan sumberdaya peneliti, sumberdaya lahan dan
alam yang bervariasi dan terpencar dilakukan monitoring dan evaluasi secara
berkesinambungan dan apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan dapat
segera diluruskan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Monitoring dan
Evaluasi dilakukan pada berbagai bentuk tingkat unit kerja dengan terpola dan
dikoordinir oleh Kepala BPTP.
3.3.KETATA USAHAAN BALAI
3.3.1. Kepegawaian
3.3.1.1. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Golongan Kepangkatan
Sumberdaya manusia di seluruh unit kerja BPTP Jawa Timur per 31
Desember 2003, total berjumlah 186 orang, terdiri dari 186 orang PNS dan 51
orang tenaga honorer. Jumlah tenaga honorer yang cukup banyak merupakan
masalah yang berat mengingat terbatasnya kesempatan pengangkatan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
82
Pegawai Negeri Sipil berdasarkan golongan di lingkup BPTP Jawa Timur
terbanyak adalah golongan III (98 orang), kemudian diikuti oleh golongan II (37
orang), golongan I (14 orang) dan golongan IV (37 orang) Tabel 75.
Tabel 2. Keragaan PNS berdasarkan Golongan dan Pendidikan
Sumber : SIMPEG-BPTP Jawa Timur - 2004
3.3.1.2. Tenaga Honorer Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Penyebaran tenaga honorer di unit kerja lingkup BPTP Jawa Timur total
51 orang, yang terdiri dari 18 lulusan SD dan SMP, dan 25 orang lulusan SLTA
(Tabel 3). Masa kerja sebagai tenaga honorer berkisar dari 1 tahun sampai
dengan 17 tahun. Dengan adanya kebijaksanaan kepegawaian “Minus Growth”
maka kesempatan untuk diangkat menjadi PNS kecil sekali.
Tabel 3. Penyebaran Tenaga Honorer menurut Tingkat Pendidikan di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2004.
No. Unit Kerja Tingkat Pendidikan
S1 SM SLTA SLTP SD TTSD Jumlah
1. BPTP Jawa Timur 5 1 14 5 4 - 29
2. IPPTP Mojosari 1 - 7 1 4 - 13
3. IPPTP Wonocolo 1 - 4 4 - - 9 Keterangan TTSD = Tidak Tamat Sekolah Dasar
3.3.1.3. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Jabatan Fungsional
Sebaran pegawai menurut jenis jabatan fungsional di unit kerja lingkup
BPTP Jawa Timur, terbanyak adalah administrasi 69 orang, kemudian diikuti
peneliti 46 orang, tenaga teknisi Non Klas sebanyak 15 orang, dan teknisi
litkayasa 17 orang (Tabel 4).
Sebaran pegawai menurut jenjang fungsional (Tabel 4), dari peneliti, 54
orang telah memiliki jenjang fungsional peneliti, sebagian besar (21 orang)
penyuluh sudah memiliki fungsional, sebanyak 17 orang teknisi mempunyai
fungsional teknisi dan 8 orang belum memiliki jenjang fungsional. Sementara
Golongan Jumlah
I 14 orang
II 37 orang
III 98 orang
IV 37 orang
Total 186 orang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
83
itu, sebaran jenjang fungsional peneliti, penyuluh teknisi litkayasa dan
pustakawan seperti terlihat pada (Tabel 5).
Tabel 4. Keragaan SDM di BPTP Jawa Timur
No Unit Kerja Peneliti Penyu
luh Litka-yasa
Pusta kawan
Administrasi Honorer
1. BPTP Jawa Timur 52 4 17 1 30 29 2. K.P. Mojosari 1 - - - 6 13
3. Lab. Dis. Wonocolo
1 17 - 1 33 9
Tabel 5. Jumlah pegawai menurut jabatan fungsional di lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2003.
No Jabatan Fungsional Jumlah
Peneliti 1. Ahli Peneliti Utama 2 2. Ahli Peneliti Madya 3 3. Ahli Peneliti Muda 6 4. Peneliti Madya 7 5. Peneliti Muda 7 6. Ajun Peneliti Madya 8 7. Ajun Peneliti Muda 6 8. Asisten Peneliti Madya 3 9. Asisten Peneliti Muda 6 10. Peneliti Non Klasifikasi 6
Jumlah 53
Penyuluh 1. Penyuluh Pertanian Utama 1 2. Penyuluh Pertanian Madya 11 3. Penyuluh Pertanian Muda 8 4. Penyuluh Pertanian Pratama 1 5. Penyuluh Pertanian Non Klasifikasi 1
Jumlah 22
Teknisi Litkayasa 1. Teknisi Litkayasa Penyelia 1 2. Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 2 3. Teknisi Litkayasa Pelaksana 4 4. Teknisi Litkayasa Pemula - 5. Teknisi Litkayasa Non Klas 21 Jumlah 28 Pustakawan
1. Pustakawan 1 2. Ajun Pustakawan 1
Jumlah 2
*) Data kepegawaian Per 31 Desember 2004.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
84
3.3.2. Rumah Tangga
Fasilitas BPTP Jawa Timur tersebar di 3 lokasi sesuai dengan unit kerja
yang ada.
3.3.2.1. Luas dan Pemanfaatan Lahan
BPTP Jawa Timur memiliki lahan, tersebar di 3 unit kerja lingkup BPTP
Jatim, yang luas bervariasi (Tabel 6). Lahan yang paling luas adalah di IPPTP
Mojosari seluas 30 ha, dan lahan yang paling sempit seluas 0,4 ha di IPPTP
Wonocolo.
Tabel 6. Luas dan pemanfaatan lahan pada seluruh unit kerja lingkup BPTP Jawa Timur, per 31 Desember 2004.
No Unit Kerja/IPPTP Luas lahan (ha)
Bangunan
(m2)
Empla semen (m2)
Peru mahan (m2)
Sawah (ha)
Tegal (ha)
Kolam/bak (m2)
Lapangan
(m2)
Tanaman Koleksi
(ha)
1. BPTP Jawa Timur 8 6.446 10.919 550 1 5 250/100 - 5,5 2. KP Mojosari 30 7.093,83 9980 794 25 - - - - 4. Lab. Dis. Wonocolo 0,4 1.309,75 280 974 - - - - - Keterangan: bila ada
3.3.2.2. Keadaan Bangunan dan Pemanfaatan
Luas lahan yang digunakan untuk bangunan terdiri dari ruang kerja,
ruang rapat, perpustakaan, laboratorium, rumah kasa/kaca, bengkel, gudang,
asrama/mess, ruang tamu, garasi, kandang, kantin dan mushola (Tabel 7).
Tabel 7. Luas Bangunan dan pemanfaatannya di lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2004
No Unit Kerja/IPPTP
R. Kerja (m2)
Perpus takaan (m2)
Ruang. pertemuan
(m2)
Lab (m2)
RuangKaca/ kasa
Gudang (m2)
Mess (m2)
Kandang (m2)
Garage (m2)
R. Dinas (m2)
R Jabatan
(m2)
TempatCucit mobil
(m2)
Lain-Lain (m2)
1. BPTP Jawa Timur 1141 120 365 915 90/ 230
105 110 - 240 110 120 14 1292
2. K.P. Mojosari 110,72 12 60 - - 705,98 372 254 114 215,70 -
4. ILab. Dis. Wonocolo
460 70 450 - - 80 504 - 36 703,25 -
Keterangan pada kolom lain-lain : Ruang Kantin 60 m
2
Ruang tamu/tunggu 244 m2
Lantai jemur 420 m2
Gedung Klinik Agribisnis 60 m2
Work Shop Pasca Panen 60 m2
Bengkel 121 m2
Masjid 165 m2
MCK 162 m2
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
85
3.3.2.3. Sarana Mobilitas
Sarana mobilitas di BPTP Jawa Timur dirasakan sangat terbatas.
Kendaraan yang adapun rata-rata sudah tua sehingga biaya operasionalnya
cukup tinggi. Dengan jumlah kendaraan yang ada (Tabel 8), belum mampu
mendukung tugas pokok dan fungsi BPTP Jawa Timur yang cakupan tugasnya
sangat luas.
Tabel 8 Jumlah dan Keberadaan Kendaraan roda 2 dan roda 4 pada unit BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2004.
No. Unit Kerja Kendaraan roda 2 (unit) Kendaraan roda 4 (unit)
1. BPTP Jawa Timur 13 9 2. Lab. Dis. Wonocolo 1 2 4. KP Mojosari 1 1
3.3.2.4. Tambahan Peralatan Perkantoran
Pengadaan peralatan perkantoran terutama dari anggaran rutin, dan
Proyek pada Tahun Anggaran 2004, diutamakan untuk melengkapi Kantor
Pusat BPTP Jawa Timur (Tabel 9).dan (Tabel 9 a).
Tabel 9. Penambahan Peralatan Kantor di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2004 (Proyek PAATP)
No Nama/Jenis Barang BPTP
(unit/buah) IPPTP Mojosari
(unit/buah) IPPTP Wonocolo
(unit/buah)
1 Note book Toshiba P IV 2.8 GHz 1 unit - - 2 PC. Computer, Monotor GTC 17 1 unit - - 3 Printer HP Laser Jet 1010 1 unit - - 4 USB Flash Dish 128 MB 2 unit - - 5 Modem 1 unit - - 6 Printer Canon 1255-XNU 1 unit - - 7 Lemari Pakaian 4 buah - - 8 Tempat tidur 4 buah - - 9 Meja makan+4 kursi 1 stel - -
10 Meja sidang kayu jati 8 buah - - 11 Tabung+kompor gas 1 stel - - 12 Kursi tamu kayu bursak 1 stel - - 13 Rak besi siku 1 buah - - 14 Lemari etalase 3 buah - - 15 Rak etalase 3 buah - - 16 Rak dinding besi 2 buah - - 17 Rak dinding kayu 1 buah - - 18 Meja kasir 1 buah - -
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
86
Tabel 9 a. Penambahan Peralatan Kantor di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2004 (Anggaran Rutin)
No Nama/Jenis Barang BPTP
(unit/buah)
IPPTP Mojosari
(unit/buah)
IPPTP Wonocolo (unit/buah)
1. Tasio Meter Onemed CE 0123 1 unit - - 2. Lemari Es Sharp 1 unit - - 3. Mesin Pompa Air Interdap Jet DP 255 A 1 unit - - 4. Printer Dubble Jet S 200 S PX I unit - - 5. Mesin babat Tanaka SUM 328 1 unit - - 6. Meja Ketik Brother/besi 1 buah - - 7. Stavolt+Roll cable Matsunaga 500 N 1 buah - - 8. Gorden Tebal L. 200 cm, T. 220 cm 2 buah - - 9. Gorden Tebal L. 100 cm, T. 220 cm 2 buah - - 10. Gorden Tebal L. 240 cm, T. 50 cm 2 buah - - 11. Rel Gorden Alumunium 200 cm 2 ljr - - 12. Rel Gorden Alumunium 100 cm 2 ljr - - 13. Rel Gorden Alumunium 240 cm 2 buah - - 14. Vitrase L. 295 cm, T. 220 cm 1 buah - - 15. Vitrase L. 385 cm, T. 220 cm 4 buah - - 16. Vitrase L. 200 cm, T. 220 cm 2 buah - - 17. Rel Gorden Alumunium 385 cm 1 ljr - - 18. Rel Gorden Alumunium 295 cm 4 ljr - - 19. Rel gorden Alumunium 200 cm 2 ljr - - 20. Papan Data Formika 2 buah - - 21. Kompor gas+tabung Rinai 1 buah - - 22. Sprei No. 1 1 buah - - 23. Taplak meja makan 5 buah - - 24. Sprei No. 2 1 buah - - 25. Sprei No 1 1 buah - - 26. Rak Piring Vertable 1 buah - - 27. Karpet 230 x 340 1 lbr - -
3.3.3. Keuangan
3.3.3.1. Sumber Dana
Seluruh kegiatan di BPTP Jawa Timur mendapatkan yang berasal dari :
Anggaran rutin (APBN)
Anggaran proyek PAATP (APBN + Loan)
Anggaran Kerjasama dengan Pihak Ketiga
Anggaran Rutin pada tahun anggaran 2004 meliputi pembiayaan untuk
pembayaran gaji, tunjangan beras, lembur para karyawan, pengadaan
keperluan sehari-hari dan peralatan kantor, pemeliharaan dan perjalanan dinas.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
87
3.3.3.2. Penetapan Anggaran
Penetapan anggaran Rutin dan Proyek di BPTP Jawa Timur TA. 2004 di
dasarkan pada pelaksanaan tugas dan fungsi Balai, serta tugas dan fungsi
masing-masing unit kerja, demikian pula alokasi anggaran yang bersumber dari
dana lain (Tabel 10).
Tabel 10. Anggaran Berdasarkan Sumber, Jumlah dan Lokasi pada Unit Kerja di Lingkup BPTP Jawa Timur TA. 2004
No. Unit Kerja
Rutin (Rp. 000)
Proyek (Rp. 000)
Kerjasama (Rp. 000)
1. BPTP Jawa Timur 2.674.615 2.226.240.000 -
2. KP Mojosari 606.150 12.000.000 -
3. Lab. Dis. Wonocolo 1.084.190 406.000.000 -
JUMLAH 4.364.955 2.644.240.000 -
3.3.3.3. Pelaksanaan Anggaran
Realisasi anggaran TA 2004 seperti yang tersaji pada Tabel 11 .
Tabel 11. Anggaran, realisasi dan sisa anggaran di Lingkup BPTP Jawa Timur TA. 2004
No. Uraian Jumlah
Anggaran/ Target
Realisasi s/d Desember 2004
Sisa Ket.
(Rp.) % (Rp.) %
1 Angg. Rutin (DIK)
- Belanja Pegawai 3,951,334,000 3,995,538,165 101.12 (44,204,165) (1.12)
- Belanja Non Pegawai 480,087,000 427,043,910 88.95 53,043,090 11.05
2 DIK Suplemen 46,100,000 15,354,585 33.31 30,745,415 66.69
3 Angg. Pemb. (DIP)
-RM 1,775,000,000 1,757,368,675 99.01 17,631,325 0.99
-RK 869,240,000 853,938,685 98.24 15,301,315 1.76
4 PNBP 73,652,000 104,613,345 142.04 (30,961,345) (42.04)
Jumlah 7,195,413,000 7,153,857,365 99.42 41,555,635 0.58
3.4. PELAYANAN TEKNIK
3.4.1. Kegiatan Informasi
Kegiatan informasi di BPTP jawa Timur meliputi semua kegiatan yang
berkaitan dengan Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian melalui berbagai bentuk
pertemuan, pendokumentasian hasil penelitian/pengkajian. Balai, menyajikan
materi informasi dalam bentuk yang dikehendaki (laporan berkala, publikasi,
tercetak dan elektronik layanan internet), dan penyelenggaraan perpustakaan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
88
4.4.1.1. Penyebaran informasi Hasil Penelitian/Pengkajian
Kegiatan informasi di BPTP jawa Timur meliputi semua kegiatan yang
berkaitan dengan Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian melalui berbagai bentuk
pertemuan, pendokumentasian hasil penelitian/pengkajian. Balai, menyajikan
materi informasi dalam bentuk yang dikehendaki (laporan, publikasi, layanan
internet), dan penyelenggaraan perpustakaan.
Tabel 12. Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian yang dihasilkan BPTP Jawa Timur TA 2004
Nomor Nama Publikasi Jumlah
(Judul/eksemplar)
1. Pertemuan-Pertemuan
Seminar Lokakarya Temu Informasi Temu Aptek Temu lapang Gelar Teknologi Pelatihan/magang Kunjungan Pembinaan KTNA
Pertemuan Tim Teknis Teknologi Pertanian Pertemuan Komisi Teknologi Pertanian
1
1 1 - - - - 17 - 2 2
2. Pengembangan Informasi Teknologi a. Media Cetak.
Prosiding Seminar Hasil Litkaji Monograf Rakitan Teknologi Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Laporan Tahunan Laporan Bulanan Brosur Liptan (leaflet) Folder Publikasi lain Mass Media
1/300 1/250 1/300 1/250 12 -
3 4
10 -
b.Media Elektronik
Radio Komunikasi dan Informasi Pertanian RRI Stasiun Malang Seri Foto Seri Slide Paket Siaran TV Website BPTP Jatim
Setiap hari tentatif
- -
1 kali 2 – 4 kali/tahun
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
89
Kegiatan Uraian Frekuensi
C.Pameran/Ekspose Lokal Regional Nasional
4 2 5
D. Visitor Plot Di KP Karangploso, Malang Di Wonocolo, Surabaya Di Mojosari, Mojokerto
2 unit 1 unit 1 unit
E. Unit Komersialisasi Teknologi (UKT)
Operasionalisasi jasa layanan Balai Mendukung kegiatan promosi Balai Rintisan agribisnis (produksi benih/bibit, publikasi ) Inisiasi Kerjasama berorientasi HAKI
5 5 2 1
F. Layanan Perpustakaan
Foto copy Penelusuran literature Penyusunan bibliografi
240 - -
Keterangan : *Liptan : - Budidaya Ikan Sistem Karamba * Folder : - Teknologi Pembuatan Complete Feed (CF)
- Cara Pembuatan Tortila Jagung - Sedap Malam Varietas Roro Anteng - Teknik Pembuatan Tiwul Instan - Budidaya Pisang
- Penanaman Kedelai di Lahan Sawah
3.4.1.2. Perpustakaan
Kondisi Perpustakaan di lingkup BPTP Jawa Timur saat ini sudah relative
lebih baik, dilihat dari penambahan fasilitas dan koleksi Perpustakaan, karena
selama tiga tahun ini sudah mendapatkan alokasi dana pengadaan buku dari
Proyek PAATP, sedangkan untuk pemeliharaan dan penyelenggaraan
Perpustakaan masih mendapat dana dari Rutin, walaupun jumlahnya masih jauh
dari cukup. Penambahan pengadaan pustaka secara berkesinambungan untuk
peningkatan kualitas maupun kuantitasnya yang disesuaikan dengan tugas dan
fungsi Balai, serta peningkatan sumberdaya manusia masih sangat diperlukan
untuk menunjang kegiatan BPTP Jawa Timur. Tambahan bahan pustaka yang
diterima pada TA. 2004 oleh BPTP Jawa Timur disajikan dalam tabel berikut.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
90
Tabel 13. Jumlah tambahan bahan Pustaka pada Satuan Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur TA 2004
No Unit Kerja Buku (judul)
Majalah (judul)
Brosur/ leaflet (judul)
1. BPTP Jawa Timur
193 219 44
4. Lab. Dis. Wonocolo
5. KP. Mojosari
Sumber : Perpustakaan – BPTP Jawa Timur
Jumlah pengunjung perpustakaan sebagian besar adalah mahasiswa,
peneliti dan penyuluh. Pada umumnya, selain membaca bahan pustaka, mereka
juga memanfaatkan jasa peminjaman ataupun fotokopi. Data pengguna jasa
perpustakaan selengkapnya tertera pada Tabel 14.
Tabel 14. Jumlah pengunjung perpustakaan, fotokopi, penelusuran dan peminjaman pustaka pada Unit Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur TA 2004
No Unit Kerja
Pengunjung Penggunaan Jasa
Peneliti Mahasiswa/Siswa
Penyuluh Foto Copy
Penelu-suran
Pemin-jaman
1. BPTP Jawa Timur 154 571 109 240 - -
4. Lab. Diseminasi Wonocolo
- - - - - -
5. KP. Mojosari
- - - - - -
3.4.1.3. Pameran/ Ekspose
Dalam tahun 2004, cukup banyak kegiatan Pameran/Ekspose yang
diikuti oleh BPTP Jawa Timur, selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
91
Tabel .15. Kegiatan Pameran, Temu Lapang Nama Kegiatan Waktu Tempat
Pemeran :
1. Ekpose Hasil-Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur T.A. 2003
8 – 9 September 2004 Halaman BPTP Jawa Timur
2. Pameran Pembangunan Kota Malang 22 – 25 Agustus 2004 Stadion Luar Gajahyana Malang
3. Pekan Promosi Kabupaten Malang 29 Agustus – 4 September 2004
Stadion Kecamatan Tumpang, Malang
4. Indonesia Agribusiness Expo 2004 10 – 13 September 2004 Gedung WTC Surabaya
5. Gelar Teknologi Olahan Pangan Berbasis Buah-Buahan
5 Oktober 2004 Halaman Kantor Gubernur Jawa Timur
6 Pekan Padi Nasional 19-23 Juli 2004 Sukamandi
7. Pekan Agro Inovasi pada Tiga Dasa Warsa (30 tahun) Badan Litbang Pertanian
3-8 Agustus 2004 Bogor
8. PENAS Menado
9. PII 1-7 Agustus 2004 Surabaya
Temu Lapang :
3.4.1.4. Kunjungan Tamu
Selama tahun Anggaran 2004 BPTP Jawa Timur (kantor pusat)
menerima kunjungan sebanyak 15 kali dengan peserta sejumlah 700 orang
terdiri dari: Kunjungan instansi pemerintah, Perguruan Tinggi, Pendidikan
Menengah, Pengusaha/swasta, Kelompok Tani/kontak Tani.
Tabel 16. Daftar Kunjungan ke BPTP Jawa Timur 2004 No Tanggal Instansi/Universitas/Sekolah Materi
1 8 Januari 2004 Fakultas pertanian Universitas Ponorogo
Pertanian dan Peternakan
2 14 Januari 2004 Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Diseminasi
3 20 januari 2004 TK. Anak Saleh Malang Pengenalan Tanaman
4 8 Februari 2004 SMA Cerme Gresik Budidaya Hortikultura
5 10 Februari 2004 MA Bahaudin Sidoarjo Hortikultura
6 8 Maret 2004 SMA 1 Papar Kediri Kegiatan BPTP Jawa Timur
7 2 April 2004 Taman Pendidikan Al-Quran Baitul makmur Karangploso Malang
Kegiatan BPTP jawa Timur
8 21 April 2004 Kelompok Tani Kabupaten Blitar
Budidaya padi
9 10 Juni 2004 SMP Sabilillah Malang Kegiatan BPTP Jawa Timur
10 29Juni 2004 Universitas Tunas Pembangunan Surakarta
Hortikultura dan Tanaman Pangan
11 22 Juli 2004 Kelompok Tani Sumber Pucung Malang
Agribisnis jagung, kedelai dan hortikultura
12 1 Oktober 2004 BPTP Jogjakarta
Olahan Buah dan Ubi
13 11 Oktober 2004 Peserta Pel;atihan Olahan Pangan BDATPO Ketindan
Olahan Pangan
14 12 Oktober 2004 Universitas Darul Ulum Lamongan
Budidaya padi dan sayuran
15 29 Nopember 2004 SMA PGRI 1 Jombang Kegiatan Litkaji BPTP Jawa Timur
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
92
3.4.1.5.Kursus/Latihan, Seminar di dalam dan luar BPTP, Mahasiswa Praktek Kerja Lapang dan Penelitian
Kursus dan seminar yang diikuti oleh karyawan-karyawati lingkup BPTP
Jawa Timur serta makalah yang disajikan (Tabel 17 dan 18).
Tabel 17. Kursus/Latihan yang diikuti oleh staf BPTP Jawa Timur No. Nama Waktu Tempat Judul Unit Kerja
1. Rohmad Bidono, Sp
080 107 686
08 Des 2004 s/d 28 Des 2004
Wisata Agro Inkarla Cibodas
Diklat Fungsional Peneliti
BPTP Jatim
2. Ir. Handoko, Msc
080 126 821
08 Des 2004 s/d 28 Des 2004
Cipanas, Cianjur
Diklat Fungsional Peneliti
BPTP Jatim
3. Ir. FATKHUL ARIFIN, Msi
080 117 429
08 Des 2004 s/d 28 Des 2004
Balai Diklat Ketindan Lawang
Diklat Fungsional Peneliti
BPTP Jatim
4. Dr. Ir. Q DANAG E
080 79 003
14 Desember 2004
Balai Diklat Ketindan Lawang
Lokarkarya Desain Kerjasama lab
BPTP Jatim
5. Sjaiful Chanafi, S Sos
080 055 072
22 Juni 2004
Bogor Pembinaan Pengembangan Pustakawan
BPTP Jatim
6. C Novirita Yuliarti
Tenaga Honorer
22 Juni 2004
ITS Surabaya Pembinaan Pengembangan Pustakawan
BPTP Jatim
7. Kuswardoyo
080 071 236
27 Jun s/d 27 Jun 2004
Ciawi- Bogor S A P BPTP Jatim
8. Ir. SUWONO, MP
080 079 030
31 Mar s/d 03 April 2004
Balitpa Sukamandi
Pelatihan VUTB dan PTT
BPTP Jatim
9. Ir. Bambang Pikukuh
080 118 617
29 April 2004 Badan Litbang Pertanian
Badan litbang Pertanian
Pelatihan Apresiasi Kepres 80/2003 Pengadaan barang dan jasa
BPTP Jatim
10. B O N I M I N 080 109 552
29 April 2004 Badan Litbang Pertanian
Badan litbang Pertanian
Pelatihan Apresiasi Kepres 80/2003 Pengadaan barang dan jasa
BPTP Jatim
11. Nonot Widarsa 080 127 930
12 Mei s/d 15 Mei 2004 Badan litbang Pertanian
BLPP Ciawi Apresiasi Kepres No. 80 / 2003
BPTP Jatim
12. Suliyanto 080 097 746
26 Mei s/d 28 Mei 2004
Bogor Pel Penerapan Pemupukan berimbang dan Pengenalan Soil Test Kit
BPTP Jatim
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
93
No. Nama Waktu Tempat Judul Unit Kerja
13. Benny Fajar Utama, Se 080 129 835
24 Mei s/d 29 Mei 2004 Badan Litbang pertanian
Cipanas Bogor Pelatihan SAI dan SAAT
BPTP Jatim
14. Nonot Widarsa 080 127 930
24 Mei s/d 29 Mei 2004 Badan Litbang pertanian
Cipanas Bogor Pelatihan SAI dan SAAT
BPTP Jatim
15. Sunardi, Sp Tenaga Honorer
24 Mei s/d 29 Mei 2004 Badan Litbang Pertanian
Lolit Jeruk Tlekung
Pelatihan Pengelolahan Agroklinik Jeruk
BPTP Jatim
16. Rohmad Budiono, Sp 080 107 686
27 mei 2004 P3GI
P3GI Pasuruan Pelatihan Fasilitator Temu Lapang dan Pelatihan Petani
BPTP Jatim
17. Benny Fajar Utama, Se 080 129 835
08 Juni s/d 11 Juni 2004 Badan litbang Pertanian
Denpasar-Bali Sosialisasi Pembuatan Laporan Keuangan & Neraca Departemen2004
BPTP Jatim
18. Sjaiful Chanafi, S Sos 080 055 072
26 Agt s/d 27 Agt 2004 BPTP jatim
Lab Dis Wonocolo
Pel Pemasyarakatan Pedoman& Apresiasi Teknis Perpustakaan
BPTP Jatim
19. C Novirita Yuliarti Tenaga Honorer
26 Agt s/d 27 Agt 2004 BPTP jatim
Lab Dis Wonocolo
Pel Pemasyarakatan Pedoman& Apresiasi Teknis Perpustakaan
BPTP Jatim
20. Ir. M Ismail Wahab, Msi 080 104 376
4 Agt s/d 5 Agt 2004 Badan litbang
PSE Bogor Koordinasi Teknis Pengumpulan Data
BPTP Jatim
21. Ir. Anang Muhariyanto 080 065 970
5 Agustus 2004 Badan Litbangtan
Bogor Sarasehan Penyuluh BPTP Jatim
22. Ir. Tini Siniati, Msi 080 084 894
5 Agustus 2004 Badan Litbangtan
Bogor Sarasehan Penyuluh BPTP Jatim
23. Abdul Rosid 080 083 858
30 Agt s/d 2 Sep 2004
Bogor Ujian Dinas golongan II
BPTP Jatim
24. Parman 080 104 955
30 Agt s/d 2 Sep 2004
Bogor Ujian Dinas golongan II
BPTP Jatim
25. Nasikan 080 101 413
30 Agt s/d 2 Sep 2004
Bogor Ujian Dinas golongan II
BPTP Jatim
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
94
No. Nama Waktu Tempat Judul Unit Kerja
26. Siti HartinI 080 104 966
30 Agt s/d 2 Sep 2004
Bogor Ujian Dinas golongan II
BPTP Jatim
27. Ir. Luki Rosmahani, MS 080 057 189
5 Sep s/d 16 Sep 2004
Mardi Malaysia Training IPM Training for Smallhoder Estate Crops
BPTP Jatim
28. Slamet Riyanto 080 084 328
15 Sep s/d 16 Sep 2004 Badan litbang
Balittas Malang Pelatihan SAAT BPTP Jatim
29. Kuswardoyo 080 0710236
15 Sep s/d 16 Sep 2004 Badan litbang
Balittas Malang Pelatihan SAAT BPTP Jatim
30. Benny Fajar Utama, Se 080 129 835
15 Sep s/d 16 Sep 2004 Badan litbang
Balittas Malang Pelatihan SAAT BPTP Jatim
31. Ir. Tini Siniati, Msi 080 084 894
28 Sep s/d 30 Sep 2004
Bogor Apresiasi Penulisan Ilmiah Populer
BPTP Jatim
32. Ir. Baswarsiati, MS 080 067 504
6 Okt s/d 8 Okt 2004
Jakarta Pembahasan & Sosialisasi GAP dan SPO
BPTP Jatim
33. Ir. Bambang Pikukuh 080 118 617
24 Nov s/d 15 Des 2004 LAN
Bogor Pelatihan Bendahara Pengeluaran
BPTP Jatim
34. Ir. Bambang Siswanto 080 071 838
24 Nov s/d 15 Des 2004 LAN
Bogor Pelatihan Bendahara Pengeluaran
BPTP Jatim
35. Ir. Agus Suryadi 080 076 705
24 Nov s/d 15 Des 2004 LAN
Bogor Pelatihan Bendahara Pengeluaran
BPTP Jatim
36. Ir. Kasmiyati, Msi 080 109 085
29 Nov s/d 8 Des 2004 Puslitbang Gizi
Bogor Pelatihan analisis Finansial dan Ekonomi Pengembangan Usaha Tani
BPTP Jatim
37. Dra. Iffah Irsjadina 080 091 147
07 Des s/d 10 Des 2003 Badanlitbangtan
Cipanas Lokakarya Manajerial Pengelola PNBP
BPTP Jatim
Tabel. 18. Pelatihan yang diadakan oleh BPTP Jawa Timur
No. Judul Pelatih Waktu dan Tenpat Jumlah Peserta
1.
Pelatihan Disain Grafis
Ir. A. Winarno 12-15 Agustus 2004
BPTP Jawa Timur
20 orang
2.
Pelatihan Penyegaran Capacity Building
Ir. Nina Hendrawati
Ir. Nila Wardani
30 Desember 2004
BPTP Jawa Timur
70 orang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
95
Tabel 19. Seminar BPTP Jawa Timur No. Topik Pembawa Waktu Unit Kerja
1. Seminar Hasil Litkaji BPTP Jawa Timur 2003
Peneliti BPTP Jawa Timur
2003 Lingkup BPTP Jawa Timur
2. Seminar Nasional dan Ekspose Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Agribisnis
Peneliti BPTP Jawa Timur
2003 Lingkup BPTP Jawa Timur
Tabel 20. Makalah yang dibuat dan disampaikan oleh staf pada berbagai pertemuan
Nama Judul Makalah Acara
Dr. Gatot Kartono Strategi teknologi PTT Padi di Jatim Gelar Agribisnis Tanaman Pangan, 24 Nopember 2004 di Ketindan Lawang
Dr. Suhardjo Pengembangan pengolahan hasil berbasis jagung
Temu Usaha produk olahan jagung dan casava di Tulungagung
Ir. Suhardi 1. Berbagai produk olahan berbahab baku tepung casava
2. Olahan jagung
3. Teknologi pengolahan tepung casava
1. Magang Diperta Kota Blitar di BPTP jatim, 20-21 Januari 2004
2. Temu Teknis kaji Terap BPTP di KUKP kabupaten bangkalan 5 Mei 2004
3. Pelatihan TOT Pengolahan tepung Casava di Ketindan, 14 Juli 2004
Ir. Luki Rosmahani, MS 1. Penggunaan biji mahoni untuk menekan serangan penyakit karat daun di lahan petabi kopi
2. Penggunaan tanaman tagetes untuk mengendalikan nematoda parasit kopi di lahan petani kopi
3. Penggunaan perekat perata pada aplikasi Beauveria bassiana untuk menekan serangan hama PBKo
1. Diseminasi Teknologi PHT Kopi di Lawang, 17-19 Mei 2004
2. sda 3. sda
Ir. Yuniarti, MS Pemanfaatan buah-buahan untuk manisan
Magang Diperta Kota Blitar di BPTP Jatim, 20-21 januari 2004
Ir. Zainal Arifin, MP Sistem Pertanian Organik Magang Diperta Kota Blitar di BPTP jatim, 20-21 januari 2004
Ir. DP. Saraswati Budidaya Melati Temu Teknis Kaji Terap BPTP Jatim di KUKP Kabupaten Bangkalan, 6 Mei 2004
Dr. M. Soleh Beberapa hasil penelitian dan pengkajian komoditas Hortikultura
Pertemuan Teknis Diperta Propinsi Jatim di BTP Lawang, 16 Desember 2004
Ir. PER Prahardini, MP Manajemen Pisang Sehat
Ono Sutrisno, SP Budidaya kacang tanah Temu Teknis Kaji Terap BPTP Jatim di KUKP Kabupaten Bangkalan, 6 Mei 2004
Robiin Teknologi Benih Pelatihan Teknis Fungsional Petugas BPSB di Lawang, 8 Agustus 2004
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
96
Tabel 21 Judul makalah yang diterbitkan dalam publikasi di luar BPTP Jawa Timur
Publikasi Judul Makalah Acara
Buletin Tani, Dinas
Pertanian Propinsi Jawa
Timur
1. Pemupukan padi rasional di lahan sawah berbasis status hara.
2. Teknologi pengolahan tepung sukun secara sederhana dan pemanfaatannya.
3. Teknologi pengolahan tepung casava dan berbagai produk olahannya.
4. Teknologi asli pedesaan.
5. Pengenalan varietas unggul srikaya Langsar.
6. Pengenalan varietas unggul pisang Agung Semeru.
Tabel 22. Mahasiswa Penelitian/Praktek Kerja Lapang (PKL) No. Nama Mahasiswa Judul Penelitian/Pkl Pembimbing
1. Citra dkk D III Pertanian Unibraw
Kultur jaringan (Tugas Akhir)
Ir. PER Prahardini, MP
2. Indah Kusuma Nurhadi D3 Pertanian Unibraw
Uji adaptasi sedap malam di KP. Malang (tugas akhir)
Sri Zunaini Saadah, SP
3. Ramos Ronal A dkk UPN Veteran Surabaya.
Budidaya tanaman sayuran (PKL) Ir. Heri Susanto
4. Andi Sasmita dkk STT STIKMA Malang
Komputer (PKL) Sjaiful Chanafi, S. Sos
5. Wenny Ikasari Sendang Pradani D3 Bahasa Inggris Unibraw
Translation used by the Researchers (Tugas Akhir)
Dra. Endang Widajati
6. Andian Wahyudi dkk Faperta Unibraw
Evaluasi Pengkajian Adopsi dan dampak teknologi unggulan BPTP Jawa Timur (PKL)
Ir. Pudji Santoso, MS
7. Sofa dkk Magistra Utama malang
Komputer (PKL) Dra. Yulfah
8. Aris Damayanti dkk SMK Ardjuna 02
Keuangan (PSG) Ir. Heru Samekto
9. Wiwik Sri S Faperta Unbraw
Pengelolaan plasma nutfah belimbing (*PKL) Ono Sutrisno, SP
10. Arum Tyas M. Faperta Unibraw
Pengelolaan plasma nutfah mangga (PKL) Rochmad Budiono, SP
11. Hendry Gunarso Usama Faperta Unibraw
Pengelolaan padi lokal (PKL) Ir. Wigati Istuti
12. Azis R. Faperta Unibraw
Budidaya Cabe Merah (magang) Ir. Endang PK, MS
13. Zainur Hasan dkk SMK Tekung Lumajang
Pembibitan tanaman (PKL) Sri Zunaini Saadah, SP
14. Kusmiati dkk. SMK Kosgoro 4 Karangploso 4
Keuangan (PSG) Ir. Heru Samekto
15. M. Haris Faperta Unibraw
Pengaruh pemberian fosfat alam dan SP-36 terhadap ketersediaan P dan produksi padi pada inceptisol (skripsi)
Ir. Suwono, MP
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
97
No
. Nama Mahasiswa Judul Penelitian/Pkl Pembimbing
16. A. Yusron FMIPA Univ. Jember
Analisa Tanah (PKL) Ir. Lulus Sunaryo, MP
17. Lyli Kusuma Dewi Faperta Unibraw
Interaksi genotipe dan lingkungan tiga galur melon pada dua lokasi yang berbeda (skripsi)
Drs. M. Sugiyarto. MP
18. Nanang Amirudin Univ. Muhammadiyah malang
Pembuatan Dodol Durian (skripsi) Ir. Yuniarti, MS
19. Nunik Indah Faperta Unibraw
Parameter genetik hasil dan komponen hasil melon (skripsi)
Drs. M. Sugiyarto, MP
20. Margawati Faperta Unibraw
Korelasi komponen hasil dan hasil melon (skripsi)
Drs. M. Sugiyarto, MP
21. Kristian Dony Univ. Muhammadiyah malang
Pengaruh varietas singkong dan penambahan tepung (kedelai dan tempe) terhadap tepung singkong dan aplikasinya pada roti cake (skripsi)
Ir. Suhardi
22. Weny Rejeki N. Nur Wakhid FTP unibraw
Model analisis data agroklimat untuk menekan resiko panen (skripsi)
Dr. QD. Ernawanto
23. Nila sari Faperta Unibraw
Uji daya hasil lanjutan tanaman padi (skripsi) Ir. Sukarno Roesmarkam. MS
3.3.4.2. Kegiatan Kerjasama dengan Pihak Ketiga
Kegiatan kerjasama penelitian/pengkajian BPTP Jatim dengan Pihak
Ketiga selama setahun terakhir sebagian besar adalah kegiatan pengujian pupuk
alternatif dan pestisida. Kerjasama penelitian/pengkajian dengan Pemerintah
Daerah, antara lain dengan Pemerintah Propinsi, melalui Dinas-dinas teknis yang
ada dan juga dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Secara ringkas dibawah ini disajikan berbagai kegiatan kerjasama dengan
pihak swasta, pemerintah daerah Propinsi maupun Kabupaten beserta hasilnya.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
98
Tabel 23. Rekapitulasi kegiatan kerjasama dengan Swasta Tahun 2004
No Judul Kegiatan Kerjasama Sumber dana Pihak yang
terkait dalam kegiatan
Hasil Pengujian
01. Pengujian pupuk Amonium Sulfat terhadap padi, jagung dan bawang merah
PT. Cheil Samsung Indonesia
Dr. M. Soleh Penggunaan kombinasi pupuk ZETA dan Urea dianjurkan sebesar 200 kg Urea + 500,5 kg ZETA + (P+K) + 10 ton pukan dan bila digunakan ZETA secara mandiri diperlukan dosis sebesar kg Urea + 932,5 kg ZETA (P+K) + 10 ton pukan.Penggunaan secara mandiri memberikan hasil 22,54% dibandingkan dengan perlakuan petani Pada tanaman jagung : Penggunaan kombinasi pupuk ZETA dan Urea dianjurkan sebesar 250 kg Urea + 10 kg ZETA + (P+K) + 5 ton pukan dan bila digunakan ZETA secara mandiri diperlukan dosis sebesar kg Urea + 670 kg ZETA + (P+K) + 5 ton pukan meningkatkan produksi tongkol kering sebesar 9,66% atau memberikan hasil pipilan kering sebesar 7,72% Tanaman padi : Penggunaan kombinasi pupuk ZETA dan Urea dianjurkan sebesar 250 kg Urea + 10 kg ZETA + (P+K) + 5 ton pukan dan bila digunakan ZETA secara mandiri diperlukan dosis sebesar kg Urea + 670 kg ZETA + (P+K) 5 ton pukan. Memberikan produksi gabah kering panen sebesar 9,66% dan memberikan hasil gabah kering giling sebesar 7%
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
99
No Judul Kegiatan Kerjasama Sumber dana Pihak yang
terkait dalam kegiatan
Hasil Pengujian
02. Pengujian pupuk cair Super Green terhadap tanaman kubis
PT. Petrosida Gresik
Dr. QD. Ernawanto
Pemberian pupuk cair Super Green terhadap tanaman kubis dengan dosis 4 ml/l dengan volume semprot 500 l/ha yang diaplikasikan 6 kali dapat disaran sebagai pupuk pelengkap pada pemupukan 50% dari dosis rekomendasi.
03. Pengujian pupuk cair Super green terhadap tanaman kentang
Sda Ir. Al. Gamal Pratomo
Kombinasi pemupukan 50% dosis anjuran pupuk an organik ditambah 2 cc/l pupuk cair Super Green dapat disarankan sebgai alternatif pemupukan kentang.
04. Pengujian pupuk cair Super Green terhadap tanaman cabe merah
Sda Ir. Endang PK, MS Produksi tertingi sebesar 18,169 t/ha diperoleh dari pemupukan Super Green dengan konsentrasi 6 ml/l air (8 kali penyemprotan pada umur 20 hst – 90 hst dengan interval 10 hari) ditambah pupuk NPK dosis anjuran (200 kg Urea + 500 kg ZA + 250 SP-36 + 150 kg KCl/ha)
05. Pengujian pupuk Phosphat Alam Kasep terhadap tanaman padi
CV. Bunga Tani Lamongan
Ir. Suwono, MP Pemberian 200 kg/ha pupuk kasep mampu memberskan tambahan pendapatan hasil sebesar Rp. 806.800.-/ha atau setara dengan kenaikan pendapatan sebesar 10,2%.
06. Pengujian PPC Ureum terhadap tanaman kedelai
sda Ir. Ismail Wahab Pemberian PPC Ureum 6 ml/l air tanpa pupuk Urea dapat meningkatkan produksi tanaman kedelai dari 0,96 t/ha menjadi 1,39/ha. Pemberian pupuk Ureum 6l/l dengan 50 kg Urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl/ha dapat meningkatkan produksi sebesar 28,4%
07. Pengujian PPC Seprint terhadap tanaman kedelai
sda Ir. Ismail Wahab Pemberian pupuk Sprint 6 ml/l air pada perlakuan Urea 0,25 dan 50 kg/ha +50 kg SP-36+ 10 kg KCl/ha dapat meningkatkan produksi berturut-turut sebesar 41,6%, 5,4% dan 8,5% pendapatan. Tingkat kesuburan rendah pemberian PPC Sprint dapat meningkatkan produksi kedelai sebesar 32,5%
08. Pengujian PPC Dosdet terhadap tanaman cabe merah
sda Ir. Endang PK, MS Penyusunan Laporan
09. Pengujian formula pupuk Cornalet pada tanaman jagung
PT. Saraswanti Anugerah Makmur
Ir. Suwono, MP Penyusunan Laporan
10. Pengujian pupuk NPK Kebomas terhadap tanaman kentang
PT. Petrokimia Gresik
Ir. Al. Gamal Pratomo
Pemeliharaan tanaman, pemupukan ke 1
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
100
No Judul Kegiatan Kerjasama Sumber dana Pihak yang
terkait dalam kegiatan
Hasil Pengujian
11. Pengujian pupuk NPK Kebomas terhadap tanaman cabe merah
sda Ir. Endang PK, MS Panen
12. Pengujian pupuk NPK Kebomas terhadap tanaman bawang merah
sda Dr. QD. Ernawanto
Panen
13. Uji efektifitas pupuk Urea, ZA. TSP, SP-35, DAP dan KCl pada tanaman padi
PT. Petrokimia Gresik
Ir. Suwono, MP Tanam
14. Uji efektifitas pupuk urea, ZA,TSP,SP-36,DAP dan KCl pada tanaman jagung
sda Ir. Suwono, MP Tanam
15. Uji efektifitas pupuk urea, ZA,TSP.SP-36,DAP dan KCl pada tanaman bawang merah
sda Dr. QD. Ernawanto
Masih berjalan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
101
Tabel 24. Kerjasama dengan Instansi Pemerintah Kabupaten dan Kota se
Jawa Timur.
No Judul Kegiatan Penyandang
Dana Nomor/Tanggal Kontrak Jangka Waktu
01 Pengkajian tentang agrowisata terpadu di Kabupaten Pasuruan
Badan Pengembangan Sumberdaya Daerah Kabupaten Pasuruan
074/271/424.085/2004 Februari – Desember 2004
02 Pengkajian pembibitan kentang secara kultur jaringan di Kabupaten Pasuruan
Sda sda Sda
03. Pengkajian mendukung pengembangan lingkungan Agribisnis di Kota Batu dengan kegiatan 1. Studi banding ke
Bandung dan Bogor 2. Perbaikan
penanganan pasca panen sayuran
3. Rekayasa teknologi pertanian di lahan pekarangan
4. Penentuan pohon induk komoditas unggulan kota Batu
Dinas Pertanian Kota Batu
04. Pemetaan kesuburan tanah lahan sawah untuk penyusunan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi di Kabupaten Nganjuk
Dinas pertanian Tanaman pangan dan Perkebunan Kabupaten Nganjuk
074/548/411.411/2004 Agustus-Desember 2004
05. Pengkajian penyediaan bibit mendukubg pelepasan varietas pisang Agung Semeru dan Pisang Mas secara kultur jaringan dan bit
Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang
602.1/308.1/427.31/2004 April – Desember 2004
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
102
3.5. SARANA
3.5.1. Daftar Inventaris Peralatan Laboratorium, Bengkel dan Kebun Percobaan (per 31 Desember 2004)
No. Jenis Barang Jumlah Barang
Tahun Pengadaan
Kondisi
I. Lab Tanah (170 m2) 1. AAS 1 unit 2002 Baik 2. Spectrphotometer 1 unit 2002 Baik 3. Distilator 1unit 2002 Baik 4. Touch Mixer 1 bh 2002 Baik 5. Magnetic Stirrer 1 bh 2002 Baik 6. Hot plate 1 bh 2002 Baik 7. Analitical Balance 1 bh 2002 Baik 8. Horizontal Shaker 1 unit 2002 Baik 9. Lemari Asam 1 bh 2002 Baik 10. Ph Meter 1 bh 2002 Baik 11. Grinder 1 bh 2002 Baik 12. Oven 1 bh 2002 Baik 13. Block Digester 1 bh 2002 Baik 14. Air compresor GGA 1 bh 2002 Baik 15. Distilator 1 bh 2002 Baik 16. Soil Hydrometer 1 bh 2002 Baik 17. Fume Hood 1 bh 2002 Baik 18. Hot Plate Stirer 1 bh 2002 Baik
II Lab. Pemuliaan Benih (170 m2)
1. Growth chamber 1 unit 1991 Kurang baik 2. Oven 1 unit 2002 Baik 3. Kulkas 1 unit 2001 Baik 4. Germinator 1 unit 2001 Baik 5. AC 1 unit 2001 Baik 6. Cool storage 1 unit 2003 Baik
III Lab. Agronomi (120 m2) 1. Kulkas 1 pintu 1 bh 1995 Baik 2. Oven 1 bh 1980 Ada kerusakan 3. Exikator Ø 25 cm 2 bh 1980 Baik Lab. Bioteknologi (135 m
2)
1. Laminar Air Flow 2 unit 1998 Baik 2. Refrigerator 1 bh 1987 Baik 3. Magnetic stirer 1 bh 1987 Baik 4. Timbangan 1 bh 1987 Baik 5. Autoclaf 1 bh 1987 Baik 6. Kompor gas 1 bh 2000 Baik 7. Glaswere 2 set 2001 Baik 8. AC 2 bh 2001 Baik 9. Rak Kultur 4 bh 1989 Baik
10. Timer 1 bh 2000 Baik 11. Shaker reciprocal 1unit 2001 Baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
103
No. Jenis Barang Jumlah Barang
Tahun Pengadaan
Kondisi
V. Lab. Teknologi Hasil/Pasca Panen (155 m
2)
1 Analitical Balance 1 bh 1987 Baik
2 Hand Refractometer 2 bh 1987 Baik
3 Oven 1 bh 1987 Baik
4. Dryer 1 bh 2000 Baik
5. Autoclave 2 bh 1987 Baik
6. pH meter 1 bh 1987 Kurang baik
7. Distilator unit 1 bh 1987 Kurang baik
8. Muffle 1 bh 1987 Baik
9. Pengemas vakum 1 bh 2000 Baik
10. Vakum trying 1 bh 1999 Baik
11. Perajang bawang 1 bh 2001 Baik
12. Penutup kaleng 1 bh 1985 Baik
13. Spectrophotometer 1 bh 1987 Baik
14. Viscosi meter 1 bh 1987 Baik
15. Penetrometer 2 bh 1987 Baik
16. Penggiling daging 1 bh 2000 Baik
17 Hotspot furance 1 bh 2001 Baik
18 Kjeldol destilation 1 bh 2001 Baik 19 Mikroskop 1 bh 2001 Baik 20 Moisture ditermination 1 bh 2001 Baik 21 Penetrometer 1 bh 2001 Baik 22. Grain Moisture Tester 1 unit 2004 Baik 23. Timbangan 5 bh 2004 Baik 24. Alat Pengering 2 unit 2004 Baik 25. Alat Penyawut 2 unit 2004 Baik 26. Alat Pengepres 2 unit 2004 Baik 27. Alat Penggiling 1 unit 2004 Baik
VI. Lab. Analisis Pengolahan. Data (45 m
2)
1. Komputer /Dekstop 1 unit 2000 Baik 2. Plotter (Disign jet HP) 1 unit 2001 Baik VII Lab.Hama & Parasitologi (120 m
2)
1 Mikroskop binokuler 3 unit 1976 Baik 2 Mikroskop monokuler 1 unit 1993 Baik 3 Centrifuge 1 bh 1980 Rusak 4. Oven 2 bh 1988 Baik 5. Auto clave 1 bh Baik 6. Water bath 1 bh 1995 Baik VIII. Lab. Diseminasi ( 1012 m
2)
1. Move unit 1 unit 2001 Baik 2. Komputer 2 unit 2000/2001 Sedang 3. Digital Camera 1 unit 2001 Baik 4. LCD (Infocus) 1 unit 1995 Baik 5. Pemancar Radio FM/SW 1 unit 1987 Baik 6 Sheiringe gastight 1 bh 2001 Baik 7 Timbangan ohause 1 bh 2001 Baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
104
No. Jenis Barang Jumlah Barang
Tahun Pengadaan
Kondisi
8. Vidio Camera 1 unit 2003 Baik 9. Computer Editing 1 unit 2003 Baik 10. Lampu Spot 1000 W 1 unit 2003 Baik 11. Lampu Spot 1000 W vidio light 1 unit 2003 Baik 12. Trimpot lampu “Manferoto” 2 unit 2003 Baik 13. VHS Player JVC Prof SR 30 E 1 unit 2003 Baik 14. Batery cadangan “Panasonik” 1 unit 2003 Baik IX. Bengkel/Pergudangan 1. Gerinda listrik stasioner TNW 1 unit 2002 Baik 2. Sander Melabo 1 unit 2002 Baik 3. Gerinda/Gerinda tangan Melabo 1 unit 2002 Baik 4. Bor tangan (mekanik) 1 unit 2002 Baik 5. Bor listrik (hand bor) 1 unit 2002 Baik 6. Sirkel listrik 1 unit 2002 Baik 7. Alat pembengkok pipa/besi 1 unit 2002 Baik 8. Toll kit Pertukangan 1 unit 2002 Baik 9. Klem/penjepit 1 unit 2002 Baik 10. Kompresor listrik 1 unit 2002 Baik 11. Alat test accu 1 unit 2002 Baik 12. Meja kerja 1 unit 2002 Baik 13. Bangku kerja 1 unit 2002 Baik 14. Pemotong besi 1 unit 2002 Baik 15. Mesin Las listrik 1 unit 2002 Baik 16. Gerinder 1 unit 2002 Baik 17. Gunting plat 1 unit 2002 Baik 18. Tang jemput 1 unit 2002 Baik 19. Pahat kayu 1 unit 2002 Baik 20. Mata bor 1 unit 2002 Baik 21. Califen 1 unit 2002 Baik 22. Gergaji siku 1 unit 2002 Baik 23. Skap kayu 1 unit 2002 Baik 24. Profil kayu 1 unit 2002 Baik 25. Jig saw 1 unit 2002 Baik 26. Mesin bor duduk 1 unit 2002 Baik 27. Meteran 5 m 1 unit 2002 Baik 28. Siku-siku 1 unit 2002 Baik 29. Sengkang gergaji besi 1 unit 2002 Baik 30. Gergaji kayu 1 unit 2002 Baik 31. Mata bor/plong 1 unit 2002 Baik X. KP. Mojosari (300.0000 m
2)
1. Printer hard disk 2 unit 2000 Baik 2. Layar monitor 1 unit 2000 Baik 3. Faximile 1 unit 2001 Baik 4. Telepon & intercom 1 unit 1976 Baik 5. Komputer 2 unit 1999 Baik 6. Sapi 5 ekor 1980 Baik/sehat 7. Mobil Jeep Hard Top 1 unit 1981 Baik 8. Traeler 1 unit 1998 Baik 9. Lori dorong 4 unit 2000 2 Baik/2 rusak 10. Klimatologi 1 unit 1995 Baik 11. Digital Grain Moisture meter 1 bh 2002 Baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
105
No. Jenis Barang Jumlah Barang
Tahun Pengadaan
Kondisi
12. Pompa air sumur bor 2 unit 1991/1992 Baik 13. Small Bundle Traserr 1 unit 2001 Baik 14. Moisture tester 2 bh 2002 Baik 15. Mesin Diesel 2 unit 1999 Baik 16. Traktor 2 unit 1982 Baik 17. Mini Traktor 1 unit 1986 Baik 18. Corn sheller 1 unit 1986 Baik 19. Timbangan 2 bh 1997 Baik XI. KP. Malang (60 000 m
2)
1. Mesin Pompa air 1 unit 2001 Baik 2. Mesin Tresher 1 unit 2001 Baik 3. Hand Tractor 2 unit 2001 Baik 4. Mesin Babat Rumput 2 unit 2001, 2004 Baik 5. Genset/Dinamo 1 unit 2001 Baik
3.5.2. Usulan Pengadaan Peralatan yang belum terealisir per 31 Desember 2004
Laboratorium/Kebun Percobaan/Pelayanan Teknik
Jenis Barang Jumlah
I. Lab Analisa Pengolahan Data 1. Lap Top 1 unit II. Lab . Hama Parasitologi 1. Timbangan listrik 1 unit 2. Auto Clave 1 unit 3. Centrifuge 1 unit 4. Camera Digital 1 unit 5. Camera Mikroskop 1 unit 6. Handycam, 1 unit
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2004
106
3.5.3. Rencana Renovasi/Pembangunan Fasilitas
No Jenis Bangunan Luas Keterangan
1. Screen House (rumah kasa) 3 unit 120 m2 Rutin 2. Ruang teknisi screen house 20 m2 Rutin 3. Lab. Bioteknologi 135 m2 Rutin
3.5.4. Renovasi/Pembangunan Fasilitas
No Jenis Bangunan Luas/Unit Keterangan
1. Penambahan MCK Satpam 6 m2 Rutin 2. Pemeliharaan ruang perpustakaan
(penggantian kuda-kuda) 120 m2 Rutin
3. Perbaikan eternit/plafon 90 m2 Rutin 4. Pengecatan dinding kantor 1603 m2 Rutin 5. Pembuatan pintu pagar besi (6 x 1,5
m) 9 m2 Rutin
6. Pembuatan sumur bor 1 unit Rutin 7. Pemeliharaan Lab. Agronomi 120 m2 Rutin 8. Pemeliharaan Lab. Hama Penyakit 120 m2 Rutin
LLLAAAPPPOOORRRAAANNN TTTAAAHHHUUUNNNAAANNN BBBaaalllaaaiii PPPeeennngggkkkaaajjjiiiaaannn TTTeeekkknnnooolllooogggiii PPPeeerrrtttaaannniiiaaannn JJJaaawwwaaa TTTiiimmmuuurrr
TTTaaahhhuuunnn 222000000555
Penyunting :
Ketua : Endang Widajati
Sekretaris : Sjaiful Chanafi, S. Sos
Anggota : Dra. Iffah Irsjadina
: Khusnul Makin, SP
I Wayan Marka, SH
Ir. Sri Yuniastuti
Ir. Zainal Arifin, MP
Redaksi Pelaksana :
Prayitno Surip
DEPARTEMEN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR
2006
Penerbitan buku ini dibiayai dari : DIPA BPTP JAWA TIMUR TA. 2006 Cover Depan : Panan raya dalam rangka Pengkajian Padi Ternak Sapi di Banyuwangi, salah satu kegiatan Prima
Tani di Lumajang, Perbenihan Kentang dan Binaan BPTP dalam kegiatan Industri Rumah Tangga di Bojonegoro
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) JawaTimur Jl. Raya Karangploso, KM. 4, PO Box 188 , Malang - 65101 Telp. : (0341) 494052; 485065 Fax. : (0341) 471255 e-mail : [email protected]
[email protected] Website : www.bptp-jatim-deptan.go.id
Laporan Tahunan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Tahun 2005
Penyunting Ketua : Dra. Endang Widajati Sekretaris : Sjaiful Chanafi, S.Sos Anggota : Dra. Iffah Irsjadina I Wayan Marka, SH Ir. Sri Yuniastuti Ir. Zainal Arifin, MP Redaksi Pelaksana : Prayitno Surip Diterbitkan oleh : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur 2006 ISSN : 1693-8410
i
KATA PENGANTAR
Sebagai bagian dari pertanggung jawaban institusi sebagai unit pelaksana
teknis yang memperoleh pendanaan yang bersumber dari APBN dan Kerjasama
dengan Pihak Ketiga untuk operasional kegiatannya dalam tahun 2006, laporan
tahunan ini disusun secara ringkas.
Untuk memudahkan, laporan ini disusun berdasarkan pengelompokan
kegiatan per RPTP (Rencana Pengkajian Tim Pengkaji) tentang Pedoman
Operasional DIPA BPTP Jawa Timur Tahun Anggaran 2006 dan dari pengelola
Manajemen Balai, yang secara garis besar dikelompokkan dalam Subag Tata
Usaha dan Seksi Pelayanan Teknik.
Kepada Tim Penyunting yang membantu penyusunan buku ini
disampaikan terima kasih dan penghargaan. Mudah-mudahan informasi yang ada
dalam laporan ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
Malang, Mei 2007 Kepala Balai, Dr. Sudarmadi Purnomo NIP. 080 040 697
i
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I. PENDAHULUAN 1
II. MANAJEMEN BALAI 2
2.1. Struktur Organisasi 2
2.2. Manajemen 3
2.3. KETATA USAHAAN BALAI 5
2.3.1. Kepegawaian 5
2.3.1.1. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Kepangkatan 5
2.3.1.2. Tenaga Honorer Berdasarkan Jenjang Pendidikan 5
2.3.1.3. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Jabatan Fungsional 6
2.3.2. Rumah Tangga 6
2.3.2.1. Luas dan Pemanfaatan Lahan 7
2.3.2.2. Keadaan Bangunan dan Pemanfaatan 7
2.3.2.3. Sarana Mobilitas 7
2.3.2.4. Tambahan Peralatan Perkantoran 8
2.3.3. Keuangan 8
2.4. PELAYANAN TEKNIK 15
2.4.1 Kegiatan Informasi 15
2.4.1.1. Penyebaran Informasi Hasil Penelitian/Pengkajian 16
2.4.1.2. Perpustakaan 17
2.4.1.3. Pameran/Ekpose 18
2.4.1.4. Kunjungan Tamu 18
2.4.1.5. Kursus/Latihan, Seminar di dalam dan di luar BPTP, Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan dan Penelitian
20
2.4.1.6. Kegiatan Kerjasama Pihak Ketiga 29
2.5. SARANA 32
2.5.1. Daftar Inventaris Peralatan Laboratorium, Bengkel dan Kebun Percobaan
32
2.5.2. Usulan Pengadaan Peralatan yang Belum Terealisir 35
2.5.3. Rencana Renovasi/Pembangunan Fasilitas 35
2.5.4. Renovasi/Pembangunan Fasilitas 35
ii
III. HASIL-HASIL KEGIATAN PROYEK PAATP T.A. 2005 36
3.1 Pendidikan dan Pelatihan Teknis 36
3.2. PENYUSUNAN PROGRAM DAN RENCANA KERJA/TEKNIS/ PROGRAM
37
3.2.1 Penyusunan Rencana Teknis 37
3.2.2. Sistem Informasi Menejemen (SIM) 38
3.2.3. Kegiatan Komisi Pengkajian 39
3.2.4. Project Complition Report (PCR) 39
3.3. Evaluasi Kegiatan 41
3.4. Pengembangan Kelembagaan 41
3.5. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
42
3.5.1. Karakterisasi dan Analisis Sumberdaya Pertanian 42
3.5.1.1. Pemanfaatan Model Simulasi untuk Strategi Budidaya Tanaman Pangan pada Berbagai Kejadian Iklim
42
3.5.1.2 Pemetaan Status Hara P dan K Lahan Kering di Kabupaten Sumenep
43
3.6. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
44
3.6.1. Optimalisasi Pengelolaan Usahatani Terpadu Berbasis Komoditas Unggulan Daerah
44
3.6.1.1 Pengkajian Pengelolaan Padi Varietas Lokal dan Unggulan Daerah
44
3.6.1.2 Pengkajian Pengelolaan Jagung Lokal Madura 45
3.6.1.3. Pengkajian Adaptasi Calon Varietas Hibrida Melon 46
3.6.1.4. Pengkajian Karakterisasi & Pengelolaan Varietas Lokal Hortikultura Unggulan Jatim
47
3.7. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
48
3.7.1. Optimalisasi Usahatani Terpadu Berbasis Teknologi Inovatif 48
3.7.1.1. Kajian Usahatani Berbasis Tembakau Madura Rendah Nikotin
48
iii
3.7.1.2. Kajian Model Usahatani Pembibitan Sapi Potong Rakyat: Aspek Pemberdayaan Kelembagaan/ Kelompok Peternak
50
3.7.1.3. Pengkajian Konservasi Lahan Melalui Multistrata di Lahan Kering Dataran Rendah
50
3.7.1.4. Kajian Pengembangan Usaha Pertanian Konservasi Model Strip Cropping Tanaman Kentang - Pakan Ternak Di LKDT
52
3.7.1.5 Kajian Agroindustri Pedesaan 53
3.8. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
54
3.8.1. Pengkajian Model Agribisnis Berbasis Tanaman Buah Tropis
54
3.8.1.1. Kajian Pengembangan Agribisnis Mangga Podang Urang 54
3.8.1.2. Pengkajian Model Agribisnis Berbasis Jeruk Keprok dan Pulung Spesifik Lokasi
55
3.8.1.3. Pengkajian Model Agribisnis Berbasis Pisang Spesifik Lokasi
56
3.9. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
58
3.9.1. Kajian Pengembangan Agroindustri Perbenihan Tanaman Semusim
58
3.9.1.1. Kajian Pengembangan Agribisnis Perbenihan Padi VUB 58
3.9.1.2. Kajian Pengembangan Agribisnis Perbenihan Kentang 59
3.10. PROGRAM TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERTANIAN TERPADU
60
3.10.1. Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMATANI)
60
3.10.1.1. Kajian Rancang Bangun Agribisnis Berbasis Introduksi Teknologi di Lahan Kering Dataran Tinggi (LKDT)
60
3.10.1.2. Kajian Rancang Bangun Agribisnis Berbasis Renovasi Teknologi di Lahan Sawah Intensif (LSI)
61
3.10.1.3. Pengkajian dan Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Agro Mendukung Pengembangan Agroindustri Pedesaan di Jatim
63
iv
3.11. PROGRAM TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERTANIAN TERPADU
64
3.11.1. Pengkajian Model Agribisnis Terpadu Berbasis Tanaman Pangan Unggulan
64
3.11.1.1. Pengkajian Model Agribisnis Terpadu Berbasis - Padi Ternak Sapi di Lahan Sawah Irigasi
64
3.11.1.2. Pengkajian Model Agribisnis Terpadu Tanaman Pangan - Ternak Sapi di Lahan Sawah Tadah Hujan
65
3.11.1.3. Pengkajian dan Pengembangan Model Usahatani Terpadu Padi - Udang Windu di Lahan Sawah Tambak di JawaTimur Bagian Timur
66
3.12. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
67
3.12.1. Analisis Dampak Pengembangan Teknologi 67
3.12.1.1. Analisis Dampak Pengkajian Pengembangan Teknologi Usahatani Terpadu Tanaman Pangan-Ternak di Lahan Sawah Irigasi di Jawa Timu
67
3.13. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN
68
3.13.1. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Jatim 68
3.13.1.1. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Jawa Timur
68
3.14. PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA INFORMASI IPTEK, DISEMINASI DAN JARINGAN UMPAN BALIK
70
3.14.1. Percepatan Proses Transfer, Adopsi dan Difusi Teknologi Hasil Litkaji Di Jatim
70
3.14.1.1. Sosialisasi Teknologi Unggulan Melalui Visitor Plot 70
3.14.1.2. Visitor display 71
3.14.1.3. Pertemuan APTEK dan Temu Informasi Teknologi Pertanian di Jawa Timur
71
3.14.1.4. Temu Bisnis 72
3.14.1.5. Pengembangan Klinik Agribisnis 74
3.14.1.6. Kajian Pengembangan Metodologi Diseminasi 75
3.14.1.7. Study Banding dan Magang 76
3.14.1.8. Unit Komersialisasi Teknologi Pertanian (UKT) 77
v
3.15. PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA INFORMASI IPTEK, DISEMINASI DAN JARINGAN UMPAN BALIK
78
3.15.1. Sosialisasi Informasi Hasil Litkaji Dengan Pendekatan Massal
78
3.15.1.1. Sosialisasi Informasi Teknologi Hasil Litkaji melalui Media Elektronik: Jarnet, TV/VCD, Operasional RKIP, Pengembangan Pelayanan Perpustakaan dengan CD/ISIS
78
3.15.1.2. Sosialisai Informasi Teknologi Hasil Litkaji melalui Media Cetak: (brosur, leaflet, poster, media masa lainnya)
78
3.15.1.3. Ekspose, Sosialisasi dan Promosi Teknologi Hasil Litkaji
79
3.15.1.4. Kajian Efektivitas Sistem Diseminasi dan PenyuLuhan dalam Proses Transfer dan Adopsi Teknologi
80
3.15.1.5. Karakterisasi Sosial Budaya Masyarakat tani dalam Alih Teknologi Pertanian
81
3.15.1.6. Pengkajian Proses Komunikasi, Diseminasi dan Umpan Balik Teknologi BPTP
82
3.15.1.7. Koordinasi Regional 83
3.15.1.8. Workshop Akreditasi Laboratorium 84
3.15.1.9. Kegiatan pencetakan Prosiding, Laporan Tahunan, Monograf, Buletin dan Sinartani
84
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
1
BAB I
PENDAHULUAN
Program pengkajian BPTP Jawa Timur disusun atas dasar sumberdaya lahan
yang dominan ada di wilayah Jawa Timur. Sumberdaya lahan yang dominan tersebut
meliputi : lahan sawah irigasi, lahan kering dataran rendah dan dataran tinggi, lahan
perairan laut/pesisir serta darat dan lahan sawah tadah hujan. Disamping itu terdapat
program pengkajian yang bersifat lintas agroekologi (tematik) dan program diseminasi
informasi dan teknologi hasil pengkajian. Sistem usahatani yang dikembangkan dalam
setiap tipe sumberdaya tersebut berbasis komoditas unggulan dan bersifat lintas
komoditas atau lintas sub sektor. Sebagai konsekuensinya, pengkajian untuk
mendapatkan teknologi spesifik lokasi di masing-masing tipe lahan tersebut harus
dilakukan oleh Tim Peneliti yang bersifat lintas disiplin. Peta agroekologi wilayah Jawa
Timur yang telah disusun digunakan sebagai acuan dan dasar bagi tim peneliti untuk
melaksanakan pengkajian dan transfer teknologi kepada petani dan pengguna lainnya.
Untuk memudahkan pembaca mengikuti alur informasi yang disajikan, penyampaian
hasil pengkajian disusun sesuai dengan program tahun 2004, sesuai dengan RPTP
(Rencana Pengkajian Tim Peneliti), kegiatan dan sub kegiatan.
Pengembangan agribisnis komoditas unggulan wilayah harus berbasis pada
sumberdaya lokal yang tersedia serta didukung oleh inovasi dan teknologi yang
bersifat spesifik lokasi. Apabila hal tersebut dapat dilakukan secara ooptimal, maka
sistem dan usaha agribisnis yang dikembangkan memiliki daya saing yang tinggi dan
berkelanjutan. BPTP Jawa Timur sejak dibentuk tahun 1995 selalu berupaya
menghasilkan inovasi dan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi guna
mendukung pengembangan agribisnis di wilayah Jawa Timur
Laporan Tahunan ini menyajikan hasil-hasil pengkajian secara ringkas. Hasil
pengkajian secara utuh dan lengkap dapat dibaca pada terbitan lain berupa prosiding,
atau jurnal/bulletin yang juga diterbitkan oleh BPTP Jawa Timur. Materi lain yang
disajikan dalam Laporan Tahunan ini adalah berbagai hal yang menyangkut
manajemen Balai.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
2
BAB II MANAJEMEN BALAI
2.1. Struktur Organisasi
Dalam tahun 2001, struktur organisasi BPTP Jawa Timur menurut SK
Mentan Nomor 798/Kpts/OT.210/12/94, mengalami sedikit perubahan dengan
terbitnya SK Mentan terbaru, No.: 350/Kpts/OT.210/6/2001, Kepala Balai dalam
pelaksanaan tugasnya sehari-hari secara formal dibantu oleh dua orang pejabat
eselon empat yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Pelayanan
Teknik, serta dibantu Kelompok Penelitian dan Jabatan Fungsional lain. Namun
demikian, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dengan Surat Keputusan Kepala
Balai, Sub Bag. Tata Usaha dibantu oleh dua orang Kepala Urusan, yaitu Kepala
Urusan Kepegawaian dan Rumah Tangga, dan Kepala Urusan Keuangan dan
Rencana kerja, sedangkan Seksi Pelayanan Teknik dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh dua Sub Seksi, yaitu Sub Seksi Kerjasama dan Informasi,
serta Sub Seksi Sarana. Bagan struktur organisasi BPTP Jawa Timur, sesuai SK
Menteri Pertanian terbaru di sajikan pada diagram berikut ini.
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi BPTP
KEPALA BALAI
KASUB BAG.
TATA USAHA
KELOMPOK PENELITI & JABATAN FUNGSIONAL
LAIN
KASIE PELAYANAN
TEKNIK
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
3
2.2. Manajemen
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Kepala Balai dibantu oleh Kepala
Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi, Kepala Urusan, dan Pejabat Fungsional
dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di lingkup
masing-masing dan antar satuan organisasi di BPTP maupun dengan instansi-
instansi mitra kerja BPTP Jawa Timur.
Setiap pemimpin/kepala satuan organisasi di lingkup BPTP Jawa Timur
bertugas memimpin, mengkoordinasi, memberi bimbingan/ petunjuk pelaksanaan
tugas bawahannya dan tanggung jawab langsung kepada atasannya masing-
masing. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing kepala satuan organisasi di
BPTP berpedoman pada keputusan dan kebijaksanaan Departemen Pertanian,
Badan Litbang Pertanian dan Kepala BPTP Jawa Timur.
Untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan tercapainya sasaran Balai,
sesuai dengan ketentuan Badan Litbang Pertanian dibentuk empat kelompok
fungsional yaitu: Kelompok Fungsional Sumberdaya, Pasca Panen, Budidaya dan
Sosial Ekonomi. Masing-masing kelompok diketuai oleh seorang ketua, sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian.
Dalam perjalanan selama tahun 2004, BPTP Jawa Timur dalam menangani
kegiatan proyek dibantu oleh wakil atasan langsung sehari-hari, dalam hal ini
adalah Kepala IPPTP yang bersangkutan. Dalam menangani kegiatan yang
dibiayai oleh dana Rutin, Kepala Balai dibantu oleh Kasubag Tata Usaha.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
4
Tabel 1 Nama Pejabat Struktural, Ketua Kelompok Pengkajian dan Kepala Unit Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur.
No Nama/NIP Jabatan
PEJABAT STRUKTURAL
1. Dr. Sudarmadi Purnomo (080 040 697)
Kepala Balai
2. Dra. Iffah Irsjadina (080 091 147)
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
3. Ir. Luki Rosmahani (080 057 189)
Pejabat Pembuat Komitmen I
4. Ir. Bambang Pikukuh (080 118 617)
Pejabat Pembuat Komitmen II
Satiman (080 052 138)
Urusan Kepegawaian
5. Dra. Endang Widajati (080 110 181)
Kepala Seksi Pelayanan Teknik
Sjaiful Chanafi S Sos (080 052 794)
Perpustakaan
KETUA KELOMPOK PENGKAJIAN
1. Ir. Sukarno Roesmarkam, MS (080 056 142)
Ketua Kelji Sumberdaya
2. Dr. M. Soleh (080 040 492)
Ketua Kelji Budidaya
3. Ir. Pudji Santoso, MS (080 053 325)
Ketua Kelji Sosial Ekonomi dan Kebijakan
4. Dr. Suhardjo (080 057 047)
Ketua Kelji Mekanisasi dan Teknologi Pasca Panen
KEPALA UNIT KERJA LINGKUP BPTP JATIM
1. Ir. Anang Muhariyanto (080 065 970)
Kepala Lab. Diseminasi Wonocolo
2. Ir. Gatot Kustiono (080 066 907)
Kepala Kebun Mojosari
3. Martono (080 027 208)
Kepala Kebun Malang
Untuk mengoptimalkan sumberdaya peneliti, sumberdaya lahan dan
alam yang bervariasi dan terpencar dilakukan monitoring dan evaluasi secara
berkesinambungan dan apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan dapat
segera diluruskan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Monitoring dan
Evaluasi dilakukan pada berbagai bentuk tingkat unit kerja dengan terpola dan
dikoordinir oleh Kepala BPTP.
2.3.KETATA USAHAAN BALAI
2.3.1. Kepegawaian
2.3.1.1. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Golongan Kepangkatan
Sumberdaya manusia di seluruh unit kerja BPTP Jawa Timur per 31
Desember 2005, total berjumlah 234 orang, terdiri dari 183 orang PNS dan 51
orang tenaga honorer. Jumlah tenaga honorer yang cukup banyak merupakan
masalah yang berat mengingat terbatasnya kesempatan pengangkatan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
5
Pegawai Negeri Sipil berdasarkan golongan di lingkup BPTP Jawa Timur
terbanyak adalah golongan III (99 orang), kemudian diikuti oleh golongan II (37
orang), golongan I (11 orang) dan golongan IV (36 orang) Tabel 75.
Tabel 2. Keragaan PNS berdasarkan Golongan dan Pendidikan
Sumber : SIMPEG-BPTP Jawa Timur - 2005
2.3.1.2. Tenaga Honorer Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Penyebaran tenaga honorer di unit kerja lingkup BPTP Jawa Timur total
51 orang, yang terdiri dari 18 lulusan SD dan SMP, dan 25 orang lulusan SLTA
(Tabel 3). Masa kerja sebagai tenaga honorer berkisar dari 1 tahun sampai
dengan 17 tahun. Dengan adanya kebijaksanaan kepegawaian “Minus Growth”
maka kesempatan untuk diangkat menjadi PNS kecil sekali.
Tabel 3. Penyebaran Tenaga Honorer menurut Tingkat Pendidikan di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2004.
No. Unit Kerja Tingkat Pendidikan
S1 SM SLTA SLTP SD TTSD Jumlah
1. BPTP Jawa Timur 6 1 16 3 3 - 29
2. IPPTP Mojosari 3 5 1 4 - - 13
3. IPPTP Wonocolo 1 - 5 3 - - 9 Keterangan TTSD = Tidak Tamat Sekolah Dasar
2.3.1.3. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Jabatan Fungsional
Sebaran pegawai menurut jenis jabatan fungsional di unit kerja lingkup
BPTP Jawa Timur, terbanyak adalah administrasi 67 orang, kemudian diikuti
peneliti 57 orang, peneliti non klas 8 orang, tenaga teknisi Non Klas sebanyak
13 orang, dan teknisi litkayasa 37 orang (Tabel 4).
Sebaran pegawai menurut jenjang fungsional (Tabel 4), dari peneliti, 54
orang telah memiliki jenjang fungsional peneliti, sebagian besar (21 orang)
penyuluh sudah memiliki fungsional, sebanyak 17 orang teknisi mempunyai
fungsional teknisi dan 8 orang belum memiliki jenjang fungsional. Sementara
Golongan Jumlah
I 11 orang
II 37 orang
III 99 orang
IV 36 orang
Total 183 orang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
6
itu, sebaran jenjang fungsional peneliti, penyuluh teknisi litkayasa dan
pustakawan seperti terlihat pada (Tabel 5).
Tabel 4. Keragaan SDM di BPTP Jawa Timur
No Unit Kerja Peneliti Penyu
luh Litkayasa
Pusta kawan
Administrasi Honorer
1. BPTP Jawa Timur 55 3 23 1 32 29 2. K.P. Mojosari 1 - 14 - 7 9
3. Lab. Dis. Wonocolo
1 17 - 1 29 13
Tabel 5. Jumlah pegawai menurut jabatan fungsional di lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2005.
No Jabatan Fungsional Jumlah
Peneliti 1. Ahli Peneliti Utama 3 2. Ahli Peneliti Madya 4 3. Ahli Peneliti Muda 7 4. Peneliti Madya 5 5. Peneliti Muda 6 6. Ajun Peneliti Madya 10 7. Ajun Peneliti Muda 4 8. Asisten Peneliti Madya 3 9. Asisten Peneliti Muda 5 10. Peneliti Non Klasifikasi 8
Jumlah 55
Penyuluh 1. Penyuluh Pertanian Utama - 2. Penyuluh Pertanian Madya 10 3. Penyuluh Pertanian Muda 8 4. Penyuluh Pertanian Pratama 1 5. Penyuluh Pertanian Non Klasifikasi 1
Jumlah 20
Teknisi Litkayasa 1. Teknisi Litkayasa Penyelia 2 2. Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 4 3. Teknisi Litkayasa Pelaksana 5 4. Teknisi Litkayasa Pemula - 5. Teknisi Litkayasa Non Klas 27 Jumlah 38 Pustakawan
1. Pustakawan 2 2. Ajun Pustakawan -
Jumlah 2
*) Data kepegawaian Per 31 Desember 2005.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
7
2.3.2. Rumah Tangga
Fasilitas BPTP Jawa Timur tersebar di 3 lokasi sesuai dengan unit kerja
yang ada.
2.3.2.1. Luas dan Pemanfaatan Lahan
BPTP Jawa Timur memiliki lahan, tersebar di 3 unit kerja lingkup BPTP
Jatim, yang luas bervariasi (Tabel 6). Lahan yang paling luas adalah di IPPTP
Mojosari seluas 30 ha, dan lahan yang paling sempit seluas 0,4 ha di IPPTP
Wonocolo.
Tabel 6. Luas dan pemanfaatan lahan pada seluruh unit kerja lingkup BPTP Jawa Timur, per 31 Desember 2005.
No Unit Kerja/IPPTP Luas lahan (ha)
Bangunan
(m2)
Empla semen (m2)
Peru mahan (m2)
Sawah (ha)
Tegal (ha)
Kolam/bak (m2)
Lapangan
(m2)
Tanaman Koleksi
(ha)
1. BPTP Jawa Timur 8 6.446 10.919 550 0,5 5,5 250/100 - 5,5 2. KP Mojosari 30 7.093,83 9980 794 25 - - - - 4. Lab. Dis. Wonocolo 0,4 1.309,75 280 974 - - - - -
2.3.2.2. Keadaan Bangunan dan Pemanfaatan
Luas lahan yang digunakan untuk bangunan terdiri dari ruang kerja,
ruang rapat, perpustakaan, laboratorium, rumah kasa/kaca, bengkel, gudang,
asrama/mess, ruang tamu, garasi, kandang, kantin dan mushola (Tabel 7).
Tabel 7. Luas Bangunan dan pemanfaatannya di lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2005
No Unit
Kerja/IPPTP R. Kerja
(m2)
Perpus takaan (m
2)
Ruang. pertemuan
(m2)
Lab (m
2)
RuangKaca/ kasa
Gudang (m
2)
Mess (m
2)
Kandang (m
2)
Garage (m
2)
R. Dinas (m
2)
R Jabatan
(m2)
TempatCucit mobil (m
2)
Lain-Lain (m
2)
1. BPTP Jawa Timur 1141 120 365 915 90/ 230
105 110 - 240 - 120 14 1316
2. K.P. Mojosari 110,72 12 60 - - 705,98 372 254 114 215,70 -
4. ILab. Dis. Wonocolo
460 70 450 - - 80 504 - 36 703,25 -
Keterangan pada kolom lain-lain : Ruang Kantin 60 m
2
Ruang tamu/tunggu 244 m2
Lantai jemur 420 m2
Gedung Klinik Agribisnis 60 m2
Work Shop Pasca Panen 60 m2
Bengkel 121 m2
Masjid 165 m2
MCK 162 m2
Ruang Satpam (Ruang Jaga) 24 m2
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
8
2.3.2.3. Sarana Mobilitas
Sarana mobilitas di BPTP Jawa Timur dirasakan sangat terbatas.
Kendaraan yang adapun rata-rata sudah tua sehingga biaya operasionalnya
cukup tinggi. Dengan jumlah kendaraan yang ada (Tabel 8), belum mampu
mendukung tugas pokok dan fungsi BPTP Jawa Timur yang cakupan tugasnya
sangat luas.
Tabel 8 Jumlah dan Keberadaan Kendaraan roda 2 dan roda 4 pada unit BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2005.
No. Unit Kerja Kendaraan roda 2 (unit) Kendaraan roda 4 (unit)
1. BPTP Jawa Timur 14 9 2. Lab. Dis. Wonocolo 2 4 4. KP Mojosari 1 1
2.3.2.4. Tambahan Peralatan Perkantoran
Pengadaan peralatan perkantoran terutama dari anggaran rutin, dan
Proyek pada Tahun Anggaran 2005, diutamakan untuk melengkapi Kantor
Pusat BPTP Jawa Timur (Tabel 9).dan (Tabel 9 a).
Tabel 9. Penambahan Peralatan Kantor di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2005 (Proyek PAATP)
No Nama/Jenis Barang BPTP
(unit/buah) IPPTP Mojosari
(unit/buah) IPPTP Wonocolo
(unit/buah)
1 Note book Toshiba 1 unit - - 2 Computer 43 unit - - 3 Printer HP Laser Jet 1010 1 unit - - 4 Cash Box 1 unit - - 5 Tempat tidur Periksa 1 buah - - 6 Rak besi siku 2 buah 7 Pompa air 1 unit - - 8 Papan Muvitex 1 buah - -
Tabel 9 a. Penambahan Peralatan Kantor di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2005 (Anggaran Rutin)
No Nama/Jenis Barang BPTP
(unit/buah)
IPPTP Mojosari
(unit/buah)
IPPTP Wonocolo (unit/buah)
1. Kerata dorong 1 unit - - 2. Tangga Alumunium 1 unit - -
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
9
2.3.3. Keuangan
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR
Kode : 018.09.05.13.567364, Tahun Anggaran : 2005 Semester II
Laporan keuangan tahunan ini kami sajikan secara lengkap sebagai salah
satu wujud transparansi dan akuntabilitas, sebagaimana diamanatkan dalam tata
kelola yang baik (good governance). Sedangkan tujuan Catatan Atas Laporan
Keuangan adalah menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos Laporan
Keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai.
I. PENDAHULUAN
I.1. DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 59/PMK.03/2005
Tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
I.2. PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan ini mencakup seluruh transaksi keuangan yang
dikelola oleh Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur yang
berasal dari dana APBN dan Loan ADB 1526 INO sebesar Rp. 14.939.988.000,-
dengan rician sbb :
1. Kegiatan : Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian (5052) pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jatim) :
- Rupiah Murni ( RM ) Rp. 5.537.185.000,- - Rekening Khusus (RK) Rp. 849.279.750,- - Rupiah Murni Pendamping (RMP) Rp. 1.810.175.250,- - Pendapatan Non Pajak (PNP) Rp. 53.348.000,- - Rp. 8.249.988.000,-
2. Kegiatan : Penelitian dan Pengembagan Teknologi Tinggi dan Strategi
Komoditas (5030) pada Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia Pasuruan
(P3GI – Pasuruan) :
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
10
- Rupiah Murni ( RM ) Rp. 5.089.700.000,-
- Rekening Khusus (RK) Rp. 389.995.000,-
- Rupiah Murni Pendamping (RMP) Rp. 1.210.305.000,-
- Rp. 6.690.000.000,-
Rp. 14.939.988.000,-
Kegiatan : Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian
(5052) dilaksanakan oleh 1.) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur 2)
Laboratorium Diseminasi Wonocolo dan 3) Kebun Percobaan Mojosari,
sedangkan Kegiatan : Penelitian dan Pengembagan Teknologi Tinggi dan
Strategi Komoditas (5030) dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia Pasuruan (P3GI – Pasuruan) yang tertuang dalam DIPA Satker : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Tahun Anggaran 2005. Laporan
Keuangan Satker : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ini terdiri
dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan,
yang disusun oleh satuan kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
dengan menggunakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). SAI terdiri dari Sistem
Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN)
Data Sumber berupa Surat Perintah Membayar (SPM) dan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D) pada Laporan keuangan ini telah di Rekonsiliasi dengan
Bendahara Umum Negara dalam hal ini adalah Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) Malang (032)
II. KEBIJAKSANAAN AKUNTANSI
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan ini yaitu basis
kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan sedangkan
penyusunan Neraca menggunakan basis akrual untuk pengakuan aset,
hutang/kewajiban dan ekuitas dana.
II.1. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara (KUN) yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun bersangkutan yang menjadi
hak pemerintah dan tidak perlu dibayarkan kembali oleh pemerintah.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
11
Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN),.
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya. (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran)
II.2. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran Kas Umum Negara (KUN) yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja diakui
pada saat terjadi pengeluaran kas dari Kas Umum Negara (KUN). Khusus
pengeluaran melalui bendahara pengakuan, belanja terjadi pada saat
pertanggung jawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
III. RINGKASAN LAPORAN
Selama periode/tahun anggaran 2005, Satker : Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Timur menerima anggaran pengeluaran sebesar Rp.
14.939.988.000,- yang digunakan untuk membiayai kegiatan Satker : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, yang terdiri dari anggaran satuan
kerja sebesar Rp 14.939.988.000,- dana dekonsentarsi sebesar Rp. 0,- dan
dana pembantuan sebesar Rp. 0,- dari anggaran tersebut, terealisasi sebesar
Rp. 11.602.191.864,- atau 77,66 % dari total anggaran dengan perincian sebagai
berikut :
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
12
Kegiatan : Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian (5052) pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jatim) :
Rupiah Murni ( RM ) Rp. 5.192.196.758,-
Rekening Khusus (RK) Rp. 525.666.950,-
Rupiah Murni Pendamping (RMP) Rp. 1.558.551.315,-
Pendapatan Non Pajak (PNP) Rp. 14.899.500,-
Sub Jumlah (5052) Rp. 7.291.314.523,- (88,38%)
Kegiatan : Penelitian dan Pengembagan Teknologi Tinggi dan Strategi Komoditas (5030) pada Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia Pasuruan (P3GI – Pasuruan) :
Rupiah Murni ( RM ) Rp. 3.373.986.900,-
Rekening Khusus (RK) Rp. 223.759.253,-
Rupiah Murni Pendamping (RMP) Rp. 713.131.188,-
Sub Jumlah 5030 Rp 4.310.877.341,- (64,44%)
- Realisasi Satuan Kerja Rp 11.602.191.864,- (77,66%)
- Realisasi Dana Dekonsenrtrasi Rp 0,- ( 0 )
- Realisasi Dana Tugas Pembantuan Rp 0,- ( 0 )
Estimasi pendapatan yang dialokasikan pada Satker Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Timur untuk tahun anggran 2005 sebesar Rp.
57.500.000,- Realisasi pendapatan pada tahun anggaran 2005 sebesar Rp.
51.727.176,- yang berasal dari pendapatan PNBP dan hibah sebagai berikut :
No. U r a i a n Kode MAP Jumlah (Rp.)
1. Pendapatan Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan.
423111 12.807.500,-
2. Pendapatan Penjualan Dokumen Lelang 423117 5.000.000,-
3. Pendapatan Sewa, Rumah Dinas/Rumah Negeri. 423131 834.080,-
4. Pendapatan Sewa Gedung, Bangunan dan Gudang 423132 6.182.000,-
5. Pendapatan Jasa Tenaga, Pekerjaan, Informasi Teknologi 423146 15.292.625,-
6. Penerimaan Kembali Bel. Peg. Pusat TAYL 423421 11.610.971,-
7. Hibah - 0,-
Jumlah 51.727.176,-
Posisi keuangan (Neraca) pada Satker Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Timur adalah sebesar Rp. 24.694.954.832,- kewajiban sebesar
Rp. 0,- dan ekuitas dana sebesar Rp. 24.694.954.832,-
Jumlah aset sebesar Rp. 24.694.954.832,- terdiri dari :
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
13
Aset Lancar sebesar Rp. 0,- Aset Tetap sebesar Rp. 24.463.287.832,- Aset Lainnya sebesar Rp. 231.677.000,- Jumlah Kewajiban sebesar Rp. 0,- Total Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp. 24.694.954.832,-
IV. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Pendapatan :
Pendapatan terdiri dari penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara
Bukan Pajak
o Penerimaan pajak selama periode ini adalah sebesar Rp. …………..
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga memberikan kontribusi bagi
pendapatan negara.
o Realisasi PNBP pada tahun anggaran 2005 sebesar Rp. 51.727.176,-atau
89,96.% dari anggarannya.
o Tidak tercapainya sasaran PNBP pada periode ini antara lain disebabkan :
Realisasi pada jenis pendapatan penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan
dan Perkebunan pada periode ini tidak sesuai dengan target pada
anggarannya.
Selain pendapatan pajak dan PNBP, juga terdapat pendapaatn yang
berasal dari hibah, dengan realisasi sebesar Rp. 0,- dimana sebesar Rp. 0,-
terjadi pada periode sebelumnya dan sisanya sebesar Rp. 0,- pada periode
berjalan. Karena kedua jenis pengembalian pendapatan ini bersifat normal dan
berulang (recurring), maka dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada
periode terjadinya pengembalian.
Belanja :
Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-
kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL).
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
14
Belanja meliputi (i) belanja pegawai (ii) belanja barang dan jasa dan (iii) belanja
modal.
- Realisasi belanja pegawai Rp. 5.462.783.769,- atau (36,56 %)dari pagu - Realisasi belanja barang dan jasa Rp. 5.933.241.695,- atau (39,71 %) dari pagu - Realisasi belanja modal Rp. 206.166.400,- atau (1,38 %) dari pagu
Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada
periode ini sebesar Rp. 0,- dan dibukukan sebagai kontra pos belanja pada
periode yang sama. Sedangkan pengembalian belanja dari periode terdahulu
sebesar Rp. 504,-. dibukukan sebagai pendapatan lain-lain
V. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo kas di Bendahara Pengeluaran pada Satker Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Timur per 31 Desember 2005 sebesar Rp. 0,-
merupakan saldo kas pada Bendahara Pengeluaran.
Jumlah diatas merupakan saldo kas/bank dari penerimaan uang persediaan
yang belum dipertanggung jawabkan secara definitif kepada Kas Negara pada
tanggal Neraca
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
15
Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo kas di Bendahara Penerimaan pada Satker Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Timur per 31 Desember 2005 sebesar Rp. 0,-
merupakan saldo kas pada Bendahara Penerimaan.
Kas di Bendahara Penerimaan adalah penerimaan Pendapatan Negara Bukan
Pajak (PNBP) yang belum disetor ke Kas Negara pada tanggal Neraca.
Piutang
Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang,
barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal
neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari 12
bulan. Piutang dicatat dengan nilai nominal dan diakui pada saat timbulnya hak
atas piutang tersebut.
Terdapat piutang tuntutan ganti rugi (TGR) atas tunjangan fungsional per 31
Desember 2005 ebesar Rp. 8.994.800,-
Persediaan
Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau
perlengkapan (supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan maksud
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Terdapat persediaan pada tanggal 31 Desemmber 2005 sebesar Rp.
0,- (hasil inventarisasi)
Aset Tetap
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum.
Nilai aset tetap per 31 Desember 2005 sebesar Rp. 24.463.287.832,-, dengan
perincian sebagai berikut :
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
16
- Tanah Rp. 642.400.000,- - Peralatan dan Mesin Rp. 20.380.173.492,
- - Gedung dan Bangunan Rp. 3.362.158.840,- - Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp. 46.295.500,- - Konstruksi dalam Pengerjaan Rp. 0,- - Aset Tetap Lainnya Rp. 32.260.000,-
Penambahan aset tetap berasal dari pembelian, pembagunan, transfer
dari unit lain dan hibah. Pengurangan aset tetap berasal dari : penghapusan aset
tetap dan transfer ke unit lain.
Aset Lainnya
Aset lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset
lancar, investasi permanen dan aset tetap pada tanggal neraca. Aset Lainnya
terdiri dari atas :
- Tagihan Penjualan Angsuran Rp. 0,- - Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Rp. 8.994.800,-
Tagihan Penjualan Angsuran merupakan posisi tagihan penjualan
angsuran kepada pihak ketiga pada tanggal neraca yang akan dilunasi dalam
beberapa kali pembayaran.
Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) merupakan posisi tagihan instansi
yang bersangkutan pada tanggal neraca yang terdiri atas tagihan TGR dan
tagihan Tuntutan Perbendaharaan yang akan dilunasi dalam beberapa kali
pembayaran.
Uang Muka dari KUN
Uang muka dari KUN adalah uang persediaan yang belum dipergunakan
dan/atau yang belum dapat dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran
definitif.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
17
Pendapatan yang Ditangguhkan
Merupakan Pendapatan Negara Bukan Pajak yang sudah dipungut tetapi
belum disetor ke kas negara pada tanggal pelaporan
Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara nilai aset lancar dengan kewajiban lancar/jangka
pendek yang terdiri atas :
- Cadangan Piutang Rp 0,- - Cadangan Persediaan Rp 0,-
Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam aset
tetap dan aset lainnya Per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp. 0,-
VI. INFORMASI TAMBAHAN
Pada tanggal 2 Januari 2006 telah disetor Uang muka dari Kas Umum
Negara (KUN) yang tidak dapat dipertanggung jawabkan sebesar Rp
207.202.036,- (RM/RMP) dan Rp. 224.772,- (RK/PHLN) ke Kas Negara yang
merupakan sisa saldo Kas di Bendahara Pengeluaran Tahun Anggaran 2005
2.4. PELAYANAN TEKNIK
2.4.1. Kegiatan Informasi
Kegiatan informasi di BPTP jawa Timur meliputi semua kegiatan yang
berkaitan dengan Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian melalui berbagai bentuk
pertemuan, pendokumentasian hasil penelitian/pengkajian. Balai, menyajikan
materi informasi dalam bentuk yang dikehendaki (laporan berkala, publikasi,
tercetak dan elektronik layanan internet), dan penyelenggaraan perpustakaan
2.4.1.1. Penyebaran informasi Hasil Penelitian/Pengkajian
Kegiatan informasi di BPTP jawa Timur meliputi semua kegiatan yang
berkaitan dengan Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian melalui berbagai bentuk
pertemuan, pendokumentasian hasil penelitian/pengkajian. Balai, menyajikan
materi informasi dalam bentuk yang dikehendaki (laporan, publikasi, layanan
internet), dan penyelenggaraan perpustakaan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
18
Tabel 12. Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian yang dihasilkan BPTP Jawa Timur TA 2005
Nomor Nama Publikasi Jumlah (Judul/
eksemplar) Keterangan
1. Pertemuan-Pertemuan
Seminar Lokakarya Temu Informasi Temu Aptek Temu lapang Pelatihan/magang Kunjungan Pertemuan Tim Teknis Teknologi Pertanian Pertemuan Komisi Teknologi Pertanian
2 kali 1 kali 1 kali 3 kali
- 3 kali
-
1 kali 1 kali
Intern danNasional Regional Meeting BPTP Dosen UM, Dosen Unitri, petugas dari Distan PTT
2. Pengembangan Informasi Teknologi
a. Media Cetak.
Prosiding Seminari Juknis Rakitan Teknologi Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Laporan Tahunan Laporan Bulanan Brosur Liptan (leaflet) Folder
**)
Publikasi lain Mass Media
200 eks
1000 eks *)
200 eks 200 eks
4/12 -
6/4000 5/4000
- 2
Semnas Inovasi Teknologi & Kelembagaan Olahan Tepung Sukun Olahan Tepung Kasava Kacang tanah di lahan kapur
b.Media Elektronik Radio Komunikasi dan Informasi Pertanian RRI Stasiun Malang Paket Siaran TV Website BPTP Jatim
Setiap hari 8 kali 1kali 2 kali
updating data
c.Pameran/Ekspose Lokal Regional Nasional
3 kali 1 kali 4 kali
d. Visitor Plot KP Karangploso, Malang Wonocolo, Surabaya Mojosari, Mojokerto
1 unit 1 unit 1 unit
e. Unit Komersialisasi Teknologi (UKT)
Operasionalisasi jasa layanan Balai Mendukung kegiatan promosi Balai Rintisan agribisnis (produksi benih/bibit, publikasi ) Inisiasi Kerjasama berorientasi HAKI
5 lab
2 keg 1 keg
f. Layanan Perpustakaan
Foto copy Penelusuran literature Penyusunan bibliografi
216 579
-
Keterangan : *) Dicetak oleh Biro Perekonomian Pemprop Jawa Timur
**) Usahatani Kentang Model Konservasi
Budidaya Jamur Tiram
Pemeliharaan Tanaman Rimpang
Pengelolaan Padi Lokal
Penangnan Pasca Panen Pisang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
19
3.4.1.2. Perpustakaan
Kondisi Perpustakaan di lingkup BPTP Jawa Timur saat ini sudah relative
lebih baik, dilihat dari penambahan fasilitas dan koleksi Perpustakaan, karena
selama tiga tahun ini sudah mendapatkan alokasi dana pengadaan buku dari
Proyek PAATP, sedangkan untuk pemeliharaan dan penyelenggaraan
Perpustakaan masih mendapat dana dari Rutin, walaupun jumlahnya masih jauh
dari cukup. Penambahan pengadaan pustaka secara berkesinambungan untuk
peningkatan kualitas maupun kuantitasnya yang disesuaikan dengan tugas dan
fungsi Balai, serta peningkatan sumberdaya manusia masih sangat diperlukan
untuk menunjang kegiatan BPTP Jawa Timur. Tambahan bahan pustaka yang
diterima pada TA. 2005 oleh BPTP Jawa Timur disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 13. Jumlah tambahan bahan Pustaka pada Satuan Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur TA 2005
No Unit Kerja Buku (judul)
Majalah (judul)
Brosur/ leaflet (judul)
1. BPTP Jawa Timur
110 113 49
4. Lab. Dis. Wonocolo
180 43 23
5. KP. Mojosari
Sumber : Perpustakaan – BPTP Jawa Timur
Jumlah pengunjung perpustakaan sebagian besar adalah peneliti,
mahasiswa dan penyuluh. Pada umumnya, selain membaca bahan pustaka,
mereka juga memanfaatkan jasa peminjaman ataupun fotokopi. Data pengguna
jasa perpustakaan selengkapnya tertera pada Tabel 14.
Tabel 14. Jumlah pengunjung perpustakaan, fotokopi, penelusuran dan peminjaman pustaka pada Unit Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur TA 2005
No Unit Kerja
Pengunjung Penggunaan Jasa
Peneliti Mahasiswa/Umum
Penyuluh Foto Copy
Penelu-suran
Pemin-jaman
1. BPTP Jawa Timur 357 468 100 127 457 108
4. Lab. Diseminasi Wonocolo
- 389 217 89 302 -
5. KP. Mojosari
- - - - - -
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
20
3.4.1.3. Pameran/ Ekspose
Dalam tahun 2005, cukup banyak kegiatan Pameran/Ekspose yang
diikuti oleh BPTP Jawa Timur, selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel .15. Kegiatan Pameran, Temu Lapang Waktu Nama Kegiatan Tempat
Pemeran :
28-6 Februari 2005 1. Ekpose HUT Purwodadi (Nasional) Kebun Raya Purwodadi Pasuruan
19-22 Mei 2005 2. Agro-Food Expo (Nasional) Jakarta
5-8 Juni 2005 3. Sosialisasi & Expose Munas KTNA & Hari Krida Pertanian (Nasional)
Surabaya
13 Desember 2005 4. Seminar Nasional & Ekspo BPTP Jatim (Nasional)
BPTP Jawa Timur Malang
12-14 September 2005 5. Pekan Padi Nasional (Inovasi Teknologi Padi) pada International Rice Conference 2005 (Internasional)
Tabanan Bali
6. Gelar Agribisnis III
21-24 Juli 2005 7. Agribusiness Expo (Nasional) WTC Surabaya
18 Nopember 2005 8. Hari Pangan Sedunia XXV (Regional) Surabaya
28-31 Juli 2005 9. Horticultura Expo (Techno Ekspo Horticultura (Nasional)
Lolit Jaruk Tlekung-Batu
28-29 Mei 2005 10. Sosialisasi dan Ekspose Hasil Litkaji 3 Kabupaten
Hotel Utami Surabaya
19-22 September 2005 11. Pameran Produk-Gelar Agrinisnis di BBDATPO
Ketindan- Lawang, Malang
Temu Lapang :
3.4.1.4. Kunjungan Tamu
Selama tahun Anggaran 2005 BPTP Jawa Timur (kantor pusat)
menerima kunjungan sebanyak 31kali dengan peserta sejumlah 816 orang terdiri
dari: Kunjungan instansi pemerintah, Perguruan Tinggi, Pendidikan Menengah,
Pengusaha/swasta, Kelompok Tani/kontak Tani.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
21
Tabel 16. Daftar Kunjungan ke BPTP Jawa Timur 2005
No Tanggal Instansi/Universitas/Sekolah/
Perorangan Materi
1 17-1-2005 SMU Blega Bangkalan Pemuliaan Tanaman
2 19-1-2005 SD Sabilillah Malang Tugas BPTP
3 17-2-2005 SMU Cerme Gresik Perbenihan
4 21-2-2005 IPP Kabupaten Gresik Diseminasi BPTP Jawa Timur
5 22-2-2005 SMU Santa Agnes Surabaya Hasil Penelitian dan Pengkajian BPTP Jatim
6 23-2-2005 KTNA Desa Sukosari Kab. Tuban Peternakan dan Pakan Ternak
7 17-2-2005 Universtas Brawijaya Malang Hasil Penelitian dan Pengkajian BPTP Jatim
8 12-4-2005 KIPPK Kabupaten Madiun Bahan-bahan informasi penyuluhan
9 13-4-2005 Diperta Kabupaten Situbondo Informasi kegiatan penyuluhan
10 13-4-2005 Balai Besar Ketindan Peta sebaran tanaman obat dan rempah Kerja sama tentang enzym pada padi
11 14-4-2005 Kelompok Tani Rukun Makmur Budidaya padi dan pasca panen padi
12 Hendra Teja W. Konfermasi pupuk mikro
13 Mochamad Sawal Jeruk Keprok Siam
14 Dinas Kehutanan Komoditas Vanili, Lida Buaya, Jahe Merah
15 Dinas Perkebunan Komoditas Kopi, Kakao, Mahkota Dewa dan empon-empon
16. 3-5-2005 MAPPKNU Malang Kimia tanah
17. 11-5-2005 Universitas Brawijaya Malang Proses Pelepasan Varietas
18. 12-5-2005 KIPP Kabupaten Tuban Pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Tuban
19. 28-5-2005 BPTU Sapi Potong Sumatra Barat Sistem Produksi sapi potong dan strategi pemberian pakan ternak
20. 26-5-2005 Biro Kerjasama Setda Jatim Sosialisasi Kerjasama dengan Has Den Bosch
21. 1-6-2005 Faperta Unibraw Malang Informasi Proyek Penelitian
22. 6 6-6-2005 SMU Mayar Gresik Kunjungan Studi Lapang
23. 18-9-2005 BPTU Sapi Potong Sumatra Barat Kunjungan Studi Banding
24. 21-7-2005 SMK Negeri 02 Batu-Malang Profil BPTP Jawa Timur Hasil Litkajji Hortikultura Hasil Litkaji Teknologi Hasil Panen
25. 25 7-2005 BBDAPTO Ketindan Malang Konfermasi Kegiatan Magang MC Padi-Jagung
Literatur MC Padi-Jagung Orientasi Pengolahan Hasil
26. 28-7-2005 Faperta UNMER Ponorogo Profil BPTP Jawa Timur Kultur Jaringan
27. 4-8-2005 Kelompok Tani Kecamatan Karanggeneng Lamongan
Profil BPTP Jawa Timur Informasi hama penyakit semangka,
kerontokan pada mangga dan bibit pisang
28. 9-9-2005 Petugas UPDT BBI Distan Prop. NTB
Produksi benih sumber tanaman pangan dan hortikultura
29. 30-9-2005 Kelompok Tani Kab. Sumenep Rakitan Teknologi unggulan bawang merah, mawar, padi, jagung, mangga dan salak.
30. 15-12-2005
Mahasiswa Jurusan Sosek Progstu Komunikasi dan Penyuluhan
Metodologi Penelitian Sosek
31. 30-12-2005
Mahasiswa Faperta Uwika Surabaya
Pengenalan Agro Ekology Zone (AEZ) Pembuatan bahan presentasi ilmiah dengan
power point
3.4.1.5.Kursus/Latihan, Seminar di dalam dan luar BPTP, Mahasiswa Praktek Kerja Lapang dan Penelitian
Kursus dan seminar yang diikuti oleh karyawan-karyawati lingkup BPTP
Jawa Timur serta makalah yang disajikan (Tabel 17 dan 18).
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
22
Tabel 17. Kursus/Latihan yang diikuti oleh staf BPTP Jawa Timur
No. Jenis pelatihan yang
diikuti
Jumlah orang
yang ikut ( orang )
Lama pelatihan / pendidikan ( hari/
minggu /bulan/tahun)
Sumber biaya pelatihan/
pendidikan (tugas belajar)
Tempat pelatihan/
pendidikan
1 Orientasi CPNS Badan Litbang Pertanian
2 orang 4 hari ( 2 s/d 5 Agt 2005 )
DIPA BPTP Jawa Timur
PMPSDMP Ciawi
2. Pra Jabatan Gol III 2 orang 2 minggu ( 02 s/d 20 Agt 2005 )
DIPA BPTP Jawa Timur
PMPSDMP Ciawi
3 Orientasi CPNS Badan Litbang Pertanian
1 orang 3 hari ( 2 s/d 5 Agt 2005 )
DIPA BPTP Jawa Timur
PMPSDMP Ciawi
4 Pra Jabatan Gol III 1 orang 2 minggu ( 14 s/d 27 Agt 2005 )
DIPA BPTP Jawa Timur
PMPSDMP Ciawi
5 Workshop Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAKPA/SAKPB)
3 orang 4 hari ( 13 s/d 16 Agt 2005)
Badan Litbang Pertanian
Badan Litbang
6. Forem Penyuluh Pertanian
2 orang 3 hari ( 13 s/d 15 Jun 2005
BBDAP&THT Batu
BBDAP&THT Batu
7. Pelatihan Otomatis Perpustakaan ( Pelatihan Winisis)
1 orang 4 hari ( 4 s/d 8 Jul 2005 )
PMPSDMP Ciawi
PMPSDMP Ciawi
8. Pelatihan Petugas Pendaftar Varietas Tanaman
1 orang 3 hari ( 5 s/d 7 Jul 2005
BBDA& H Balai Besar Diklat Agribisnis & Hortikultura
9 Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian ijasah Th 2005
2 orang 2 hari (7 s/d 7 Jul 2005 )
DIPA BPTP Jawa Timur
Ketindan Lawang
10 Pelatihan Manajemen Sarana & Prasarana Penelitian
2 orang 6 hari (18 s/d 23 Jul 2005)
DIPA BPTP Jawa Timur
Dep Biologi FMIPA IPB
11 Pengembangan Sistem WEB/ LAN UPT
1 orang 5 hari (1 s/d 5 Agt 2005)
DIPA BPTP Jawa Timur
Badan litbang
12 Pelatihan Bahasa Inggris
1 orang 2 minggu ( 29 Jul s/d 11 Agt 2005 )
Badan Litbang pertanian
Badan Litbang pertanian
13. Training Development of Agricultural Research International System (AIT)
1 orang 1 bulan ( 15 Agt s/d 16 Sep 2005 )
CRIAS Thailand
14 TOT Pengelolahan Tanaman Terapadu Bawang Merah
2 orang 1 minggu ( 20 s/d 29 Agt 2005)
BPTS Lembang Bandung
Balai Penelitian Tanaman Sayur Lembang Bandung
15 Diklat dasar Bagi Pustakawan
1 orang 1 minggu ( 29 Agt s/d 7 Sept 2005 )
PMPSDMP Ciawi
PMPSDMP Ciawi
16. Diklat Pengembangan Metodologi Penyuluh Pertanian
2 orang 10 hari ( 10 s/d 19 Okt 2005 )
PMPSDMP Ciawi
PMPSDMP Ciawi
17 TOT Tanaman Hias 2 orang 5 hari ( 12 s/d 16 Sept 2005)
Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung
Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung
18 Pelatihan Pengolahan Objek Wisata Agro
1 orang 4 hari ( 19 s/d 22 Sept 2005)
Deptan Kebun Wisata Pasir Mukti Bogor
19 Pelatihan Sistem MONEV
1 orang 3 hari ( 13 sw/d 15 Sept 2005)
Deptan Hotel Puncak Raya Cisarua Bogor
20 Workshop Peningkatan Kemampuan & Ketrampilan Perekayasaan Alsintan
1 orang 6 hari ( 12 s/d 17 Sept 2005 )
Litbang Wonocolo – Surabaya
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
23
No. Jenis pelatihan yang
diikuti
Jumlah orang
yang ikut ( orang )
Lama pelatihan / pendidikan ( hari/
minggu /bulan/tahun)
Sumber biaya pelatihan/
pendidikan (tugas belajar)
Tempat pelatihan/
pendidikan
21 Pelatihan Motivasi Berprestasi
1 orang 6 hari ( 26 Sept s/d 1 okt 2005)
Litbang Pertanian PMPSDMP Ciawi
22 Pelatihan Editing dan Pengolahan Publikasi
2 orang 10 hari ( 16 s/d Nop 2005 )
Litbang Pertanian Pusat Penelitian Pengembangan Gizi
23 Apresiasi Peningkatan Konpentensi Perekayasaan bagi pejabat fungsional
1 orang 5 hari (21 s/d 25 Nop 2005 )
Litbang Pertanian Kantor BBP Serpong
24 Pelatihan Analisa Finansial & Ekonomi Bagi Pengembangan Sistem Usahatani Agribisnis Gel II
1 orang 8 hari ( 28 Nop s/d 6 Des 2005)
Puslitbang Gizi Puslitbang Gizi
25 Pelatihan Sistem Manajemen Iso 9001 dalam pr5oduksi benih
1 orang 5 hari (21 s/d 25 Nop 2005)
Balitsa Bandung Balitsa Bandung
26. Workshop Aplikasi Software SIM Program Penelitian Release 2002 yang disempurnakan
1 orang 3 hari (25 s/d 27 Nov 2005)
Dana SIM Cisarua
27 Updating data Simpeg dan sosialisasi Simpeg versi Windows
1 orang 3 hari ( 24 s/d 26 Nov 2005)
Badan Litbang Pertanian
Bali
28 Perlatihan Manajement Komunikasi dan Kerjasama
1 orang 6 hari ( 20 s/d 26 Nov 2005 )
Badan litbang Pertanian
PMPSDMP Ciawi
29 Workshop Dan Pelatihan Sitem Manajement Mutu Perbenihan Tanaman Hortikultura
1 orang 5 hari ( 2 s/d 6 Des 2005 )
Badan Litbang Pertanian
BPTS Lembang Bandung
30 Apresiasi Manajement Terpadu bagi pejabat fungsional lingkup Deptan dengan pendekatan outbound manajemen Training(OMT)
5 orang 3 hari ( 6 s/d 8 Des 2005 )
Badan Litbang Pertanian
Bogor
31 Pelatihan Bendahara Pengeluaran
1 orang 3 minggu ( 19 Desember 2005 s/d 6 Januari 2006
Badan Litbang Pertanian
Jakarta
32 Pelatihan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama 2005
1 orang 3 minggu (1 s/d 22 Des 2005 )
Badan Litbang Pertanian
Jakarta
33 Workshop Sistem Akuntansi Pemerintahan ( SAKPA/ SAKPB )
3 orang 5 hari ( 4 s/d 8 Des 2005 )
Badan Litbang Pertanian
Yogjakarta
34 Koordinasi Teknis Pengumpulan data
1 orang 2 hari (4 s/d 5 Agt 2005 )
Puslitbangtan Bogor
35 Work Shop on APEC Agricultural Training Transfer & Technology
1 orang 3 hari (28 Nop-1 Des. 2005)
Hotel Salak Bogor
36 RUA Masyarakat Standarisasi & ekspose berbagai layanan
1 orang 1 hari (24 Nop. 2005)
Jakarta
37. Workshop Jejaring Kerja antar Instansi
1 orang 1 hari (19 Des. 2005)
BBDAPTO Ketindan Lawang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
24
Tabel 18. Pelatihan penyuluh daerah oleh staf penyuluh BPTP Jawa Timur No. Tanggal Kab./Kota Pelatih Materi
1. 4-8-2005 Kab. Malang BPP Ngantang
Ir. Hendri. A Ir. Eka Yogawati Ir. Kasmiyati
1. Penguatan Kelembagaan Kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis.
2. Sistem Penyuluhan Pertanian dan Perubahan Sosial Masyarakat Tani melalui Adapsi dan Pengembangan Diseminasi Teknologi
Potensi Pengolahan Limbah Pertanian dan Upaya Penanganan Sumberdaya Alam (Agroekologi)
Sistem Pertanian Terpadu (Integratate Farming System)
2. 15-8-2005 BPP Tumpang Ir. Wigati Istuti Ir. Endah R.
1. Penguatan Kelembagaan Kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis.
2. Sistem Penyuluhan Pertanian dan Perubahan Sosial Masyarakat Tani melalui Adapsi dan Pengembangan Diseminasi Teknolog
Sistem Pertanian Terpadu (Integratate Farming System)
3. 23-8-2005 BPP Dampit Ir. Nugroho P. Ir.Hendri Ir. Eka Yogawati Ir. Tini . S
Penguatan Kelembagaan Kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis.
Sistem Penyuluhan Pertanian dan Perubahan Sosial Masyarakat Tani melalui Adapsi dan Pengembangan Diseminasi Teknolog Potensi Pengolahan Limbah Pertanian dan Upaya Penanganan Sumberdaya Alam (Agroekologi) Sistem Pertanian Terpadu (Integratate Farming System)
4. 29-8-2005 BPP Kepanjen Ir. Hendri Ir. Kasmiyati Ir. Tini S.
1. Penguatan Kelembagaan Kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis.
2. Sistem Penyuluhan Pertanian dan
Perubahan Sosial Masyarakat Tani melalui Adapsi dan Pengembangan Diseminasi Teknologi
Potensi Pengolahan Limbah Pertanian dan Upaya Penanganan Sumberdaya Alam (Agroekologi)
Sistem Pertanian Terpadu (Integratate Farming System)
5. 31-8-2005 BPP Singosari Ir. Endah R. Ir. Hendri
Sistem Pertanian Terpadu (Integratate Farming System) Penguatan Kelembagaan Kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
25
No. Tanggal Kab./Kota Pelatih Materi
6. 5-9-2005 Kab. Malang BBDATPO Lawang
Ir. Kasmiyati Penetapan Teknologi Pertanian Berorientasi Agribisnis Melalui Penyuluhan.
7. 21-7-2005 Balekambang Ir. Kasmiyati Ir. Endah
Pengutan Kelembagaan Petani Hama dan Penyakit Pisang
8. 21-6-2005 28-6-2005 6-7-2005 12-7-2005
Kota Batu Ir. Baswarsiati Ir. Zainal Arifin Ir. Wigati Istuti
Rembug Tani Temu Usaha Komoditas Temu Koordinasi Agrpolitan Posko Kawasan agropolitan
9. 10-10-2005 Kab. Nganjuk Kujonmanis
Ir. Edy Pembuatan Pupuk Organik
10. 24-11-2005 Kayumanis Ir.Nasimun Padi Jajar Legowo
11. Kab. Ngawi Tambakurmo Padas Widodaren Ngrambe
Ir. Gedhe N. Ir. Bambang S. Ir. Eka Yogawati Ir. Nasimun
Budidaya Wijen Pengendalian Hama Tkus Budidaya Itik Potong Input Rendah dan Padi Organik
12. 11-10-2005 Tambakurmo Padas Widodaren Ngrambe
Ir. Bambang S. Ir. Tini S. Ir. Yuli Ir. Nurbanah
Budidaya Nilam Intensikasi Pekarangan Penyusunan Ransum Pakan Ikan Budidaya Jamur
13. 14-10-2005 Kab. Kediri Kota Kediri
Ir. Tini S.
Perbaikan Usaha Anggur Kuning
14. 29-10-2005 Pare Ir. Anna Ir. Endah R. Ir. Kasmiyati Ir. Eka Yogawati Ir. Eni Ir. Nugroho P.
Pengendalian Flu Burung Pasca Panen Cabe/Tomat Pemanfaatan Limbah Ternak Pengukuran pH tanah Pestisida Nabati
15. 6-12-2005 Mojoroto Ir. Endah R. Usahatani Pekarangan
16. 14-12-2005 Kota Kediri/BIPP Ir. Anna Ir. Kasmiyati Ir. Bambang S. Ir. Nugroho
Pengendalian Flu Burung Pengolahan Nanas, Pepaya, Mangga Pengolahan Ubikayu Pestisida Nabati
17. 15-10-2005 Kab. Pacitan Bandar Pringkuku
Ir. Bambang S. Ir. Tini S.
Perbanyakan pisang sistem bonggol Aloevera
18. 5-12-2005 Kota Pacitan Ir. Nurbanah Agribisnis Anggrek
19. Ngadiboyo Ir. Tini S. Perbanyakan Aglaunema
20. 12-12-2005 Tulangan Arjosari
Ir. Endah R.
Semangka tanpa biji Teknik Pengawetan buah
21. 16-11-2005 Kab. Trenggalek Karangan
Ir. Ana Ir. Hendri Ir. Ghede
Budidaya Lebah Budidaya Kambing PE Pengendalian Hama Wegung
22. 14-11-2005 Kab. Gresik Kota Gresik
Ir. Yoga Ir. Nugroho P. Ir. Nurbanah
Pengembangan ayam buras dan petelor Pertanian Organik Pengembangan tanaman obat
23. 21-11-2005 Kota Gresik Ir. Edi Ir. Bambang S. Ir. Fatkul
Agribisnis dan budidaya padi Agribisnis dan budidaya mangga Agribisnis dan budidaya jagung
24. 28-11-2005 Kota Gresik Ir. Edi Ir. Tini S.
Rekomendasi Pupuk Cara mengambil sample tanah
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
26
No. Tanggal Kab./Kota Pelatih Materi
25. 4-8-2005 Kab.Bojonegoro BPP Plesungan Kec. Kapas
Ir. Nugroho P. Ir. Titiek Purbiati Dr. Suharjo Bonimin
Hama dan penyakit pisang Perbanyakan salak Pasca panen dan pengolagan pisang Pasca panen dan pengolahan salak
26. 11-8-2005 Kab. Bojonegoro BPP Plesungan Kec. Kapas
Ir. Tini S. Ir. Edi P. Ir. Kasmiyati
Budidaya padi pengembilan sampel tanah Pembuatan Rekomendasi Pemupukan Penggunaan bahan-bahan/pupuk organik
27. 25-8-2005 BPP Plesungan Kec. Kapas
Ir. Edi P. Ir. Gunawan E. Ir. Sarwono
Penentuan rekomendasi pemupukan jagung dan kedelai Pengolahan tanah penanaman sistem pengairan jagung dan kedelai Pengendalian hama penyakit jagung dan kedelai
28. 7-9-2005 BPP Plesungan Kec. Kapas
Dr. Suhardjo Bonimin Ir. Suhardi
Pasca panen dan pengolahan ubi kayu Pasca panen ubi jalar Pasca panen garut
29. 8-9-2005 BPP Plesungan Kec. Kapas
Ir. Eli korlina Ir. Lulus S.
Budidaya bawang merah/Penanganan Benih dan diskripsi varietas Rekomendasi pemupukan keutuhan bahan organik dan mulsa Penentuan saat panen, pemanenen, pengeringan dan penyimpanan
30. BPP Plesungan Kec. Kapas
Ir.Yuniarti, MS Ir. Suhardi Ir. Siti Nurbanah
Pasca panen/penglolahan jagung Pasca panen/pengolahan kedelai Pengolahan dan packing bawang merah goreng
31. 29-9-2005 BPP Plesungan Kec. Kapas
Ir. Hendri Ir. Eka Yoga W. Kosusiana
Pembuatan pakan non hijauan (CLS) penggemukan ternak besar Penggemukan ternak kambing Penyakit ternak besar dan kambing
32. 22-11-2005 Kab. Madiun Kota Madiun (KIPPK)
Ir. Bambang S. Ir. Kasmiyati Ir Endah Ir. Suhardi
Budidaya Wijen Pengolahan hasil buah mangga Pengolahan jagung Pengolahan kedelai
33. 24-11-2005 Kab. Ponorogo Sambit Balang Jenangan
Ir. Yuda Ir. Hendri Ir.Bambang S.
Usahatani itik kering Usahatani kambing PE Budidaya Kakao
34. 11-8-2005 Kab. Blitar KIPP Kab Blitar BPP Talun
Ir. Ali Yusron Ir. Darminto
Pemanfaatan limbah pertanian perkebunan dan agroindustri untuk pembuatan pakan ternak Pengendalian dan pemberantasan Flu burung pada unggas
35. 25-8-2005 KIPP Kab Blitar BPP Talun
Ir. Suwono Ir. Endang PK.
Rekomendasi pemupukan padi spesifik lokasi/pemupukan rasional padi di lahan sawah berbasis status hara Rakitan teknologi budidaya cabai merah di lahan sawah
36. 17-11-2005 KIPP Kab Blitar BPP Sumberejo Talun
Ir. Gedhe
Usahatani berbasis agribisnis
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
27
No. Tanggal Kab./Kota Pelatih Materi
37. 24-11-2005 KIPP Kab Blitar BPP Sumberejo Talun
Ir. Kasmiyati Rekomendasi penggunaan pupuk
38. 1-12-2005 KIPP Kab Blitar BPP Sumberejo Talun
Ir. Anang M. Rakitan teknologi budidaya air tawar
39. 22-12-2005 KIPP Kab Blitar BPP Sumberejo Talun
Ir. Nugroho P. Teknologi asli pedesaan
40. 22-12-2005 Kab. Banyuwangi Kota Banyuwangi
Ir. Hendri Ir. Tini S.
Intregetet farming system Usahatani kentang, manggis
41. 7-12-2005 Kota Banyuwangi Ir. Bambang S. Ir. Edi
Usahatani berbasis agribisnis Pupuk Organik
42. 14-12-2005 Kota Banyuwangi Nasimun Integrasi (IFS) ternak sapi pupuk organik
43. 6-9-2005 Kab. Tulungagung KIPPPH Kab. Tulungagung
Ir. Kususiana
Pencegahan dan penanggulangan Flu Burung
44. 13-9-2005 KIPPPH Kab. Tulungagung
Ir. Eka Yogawati Rakitan Teknologi budidaya sapi potong
45. 20-9-2005 KIPPPH Kab. Tulungagung
Ir. Bambang S. Rakitan teknologi budidaya pisang kultivar Ambon Kuning
46. 27-9-2005 KIPPPH Kab. Tulungagung
Ir. Edi Purnomo Rekomendasi pengunaan pupuk organik
47. 4-10-2005 KIPPPH Kab. Tulungagung
Ir. Ali Yusron Teknik pemberian pakan daun leguminosa untuk meningkatkan reproduktivitas sapi potong induk
48. 11-10-2005 KIPPPH Kab. Tulungagung
Ir. Hendri Budidaya penggemukan domba/kambing
49. 18-10-2005 KIPPPH Kab. Tulungagung
Ir. Gunawan E. Pengenalan tanaman padi terpadu di lahan sawah
50. 25-10-2005 KIPPPH Kab. Tulungagung
Ir. Ruli Hardianto Teknologi pakan lengkap (Complit Feed)
51. 1-11-2005 KIPPPH Kab. Tulungagung.
Ir. Tini S. Pemupukan rasional di lahan sawah berbasis status hara
52. 8-11-2005 KIPPPH Kab. Tulungagung.
Ir. Nugroho P. Teknologi asli pedesaan
53. 15-11-2005 KIPPPH Kab. Tulungagung
Ir. Anang M. Rakitan teknologi budidaya air tawar
54. 22-11-2005 KIPPPH Kab. Tulungagung
Ir. Kasmiyati Pertanian organik
55. 29-11-2005 KIPPPH Kab. Tulungagung
Ir. Hendri Usahatani berbasis agribisnis
56. 14-9-2005 Kab. Mojokerto Kantor Dinas Pertanian dan KP Mojokerto
Ir. Zainal A. Agribisnis padi Agribisnis jagung
57. 21-9-2005 Kantor Dinas Pertanian dan KP Mojokerto
Ir. Zainal A. Pupuk organik
58. 28-9-2005 Kantor Dinas Pertanian dan KP Mojokerto
Drs. Martinus S. Ir. Zainal A.
Agribisnis Blewah/Garbis Agribisnis umbi-umbian
59. 23-11-2005 Kantor Dinas Pertanian dan KP Mojokerto
Dr. Q. Dadang E. Agribisnis salak Agribisnis pisang
60. 30-11-2005 Kantor Dinas Pertanian dan KP Mojokerto
Ir. Roemiyanto Dr. Q. Dadang E. Drs. Martinus S.
Agribisnis kedelai Agribisnis Toga Agribisnis bawang merah Agribisnis cabai merah
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
28
Tabel. 18. Pelatihan yang dilayani oleh BPTP Jawa Timur
No. Judul Pelatih Waktu dan Tenpat Jumlah Peserta
1.
Penjab Lab.Kultur Jaringan dan staf
BPTP Jatim
2.
Akreditasi Lab. BPTP Jatim
7 Juni 2005
3. Magang Klimatologi Tanaman
Dr. Q. Dadang E.
Ali Sutopo, SSi
21-22 Desember 2005
Tabel 19. Seminar BPTP Jawa Timur No. Waktu Topik Pembawa Unit Kerja
1. 28-30 Mei 2005 Seminar Intern Hasil Litkaji BPTP Jatim T.A 2004
BPTP Jatim
2. Seminar Intern Pembahasan Usulan Rakitan Teknologi 2005
BPTP Jatim
3. 13 Desember 2005 Seminar Nasional & Ekspose Inovasi Teknologi dalam Akselerasi Pengembangan Agroindustri Pedesaan
BPTP Jatim
4. 21-22 Desember 2005 Sosialisasi Hasil Pelatihan Work Shop, Magang Terkait dengan masalah networking, Pengelolaan Database dan Pemanfaatan Internet
Tim Teknik Internet
BPTP Jatim
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
29
Tabel 20. Makalah yang dibuat dan disampaikan oleh staf pada berbagai pertemuan
Nama Judul Makalah Acara
Dr. Suhardjo Standarisasi Mutu ProdukPertanian Aplikasi Teknologi di Sumenep (4 Januari 2005)
Dr. Suhardjo Ir. Sri Yunastuti
Top Working pada durian Diklat Teknologi Pengembangan Pertanian bagi PPL di lingkup Distan Kab. Jember (2 Januari 2005)
Ir. Suhardi Penanganan Pasca Panen Belimbing Karangsari
Apresiasi Penerapan SPO bagi petugas dan petani di beberapa sentra produksi belimbing di Blitar (6-8 Mei 2005)
Ir. Harwanto Teknologi Pengembangan Belimbing di Jawa Timur
Apresiasi Penerapan SPO bagi petugas dan petani di beberapa sentra produksi belimbing di Blitar (6-8 Mei 2005)
Ir. Eli korlina Ir. Sarwono
Uji Ketahanan Beberapa Galur Kacang Panjang Erysiphi Polygoni DC
Seminar BPTP Jateng di Ungaran (12 Juli 2005)
Dr.F. Kasijadi Dra. Wahyunindyawati
Teknologi Budidaya Pisang Apresiasi Sistem Jaminan Mutu Pisang di Lumajang (12-14 Juli 2005)
Ir. Suhardi Manajemen Mutu Pisang Apresiasi Sistem Jaminan Mutu Pisang di Lumajang (12-14 Juli 2005)
Dr.Suharjo Penanganan Pasca Panen Buah Mangga Arumanis
Aptek Situbondo (1 Agustus 2005)
Ir. Pudji Santoso, MS Ir. Yuniarti, MS
The Assessment on the Agribusinessof Ambon Kuning banana in Banyuwangi, East Java
ISHS Supply Chain Man Conf. di Chiang Mai Thailand (19-23 Mei 2005)
Ir. Bambang Irianto SCM Assessment to improve the performance of contract farming between an MNC and small holder
Ir. Yuniarti, MS Ris on preparation of Dodol Durian to increase added value of durian and cow milk in Pasuruan.
9 th ASSEAN Food Conference in Jakarta (8-10 Agust 2005)
Ir. Yuniarti, MS Effect of riparing stage and sulfite concentn by simple vaccum
9 th ASSEAN Food Conference in Jakarta (8-10 Agust 2005)
Ir. Sri Yuniastuti, MP Teknologi Peningkatan Produksi Mangga di luar musim
APTEK Bagi PPL di Distan Kabupaten Situbondo (1 Agustus 2005)
Dr. Suharjo Bonimin
Teknologi Pasca Panen Buah Salak Pemberdayaan PPL di Bojonegoro (4 Agustus 2005)
Dr. Suharjo Bonimin
Teknologi Pasca Panen Buah Salak Pemberdayaan PPL di Bojonegoro (4 Agustus 2005)
Ir. Endang PK, MS Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah di Lahan Sawah
Pelatihan PPL di Kabupaten Blitar (5 Agustus 2005)
Ir. Roesmiyanto Hasil Kajian Pengembangan Agribisnis Padi Fatmawati
Jurnal Pengembangan Pertanian Pusat Sosial Ekonomi Pertanian (PSE) (9 Desember 2005)
Ir. Endang PK, MS Pengembangan Usahatani Cabai Merah di Lahan Sawah Berwawasan Agribisnis
Diklat PPL Kabupaten Mojokerto (14-September 2005)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
30
Tabel 21 Judul makalah yang diterbitkan dalam publikasi di luar BPTP Jawa Timur
Publikasi Judul Makalah Acara
Tabel 22. Mahasiswa Penelitian/Praktek Kerja Lapang (PKL) No. Nama Mahasiswa Judul Penelitian/Pkl Pembimbing
1. 1. Saiful Rizal 2. Nur Soleh 3. Rochmad Purnawan (SMK Purwosari Pasuruan)
Kultur Jaringan Ir. P E R. Prahardini
4. 1. Puji Lestari 2. Nurul Istiqomah (Faperta UGM)
Kultur Jaringan Ir. P E R. Prahardini
5. 1. Fitriatul Amaliah 2. Mei Munah 3. Yuyun 4. Isye (Unmuh Malang)
Pengaruh pestisida nabati terhadap penyakit D. Mildew pada kacang panjang varietas Hijau Super.
Ir. Sarwono
6. 1. Andy Lukman 2. Suparno (D3 Pertanian Unibraw Malang)
Budidaya Jamur Ir. Wigati Istuti
7. Sazli Purnomo (Unmuh Malang)
Sosial Ekonomi Pertanian Ir. Ismail Wahab
6. Erita (Unidha Malang) Sosial Ekonomi Pertanian Ir. Ismail Wahab
7. 1. Anggaraeni Putri 2. Emi Yuliana 3. Suci Rahmawati 4. Vita Yuliana 5. Agistina Nur 6. Yuniari 7. Puji Astutik (SMK Kosgoro 4 Malang)
Prakerin Staf Keuangan, Klinik Agribisnis, Koperasi Horti
8. Yeni Andriani (Jurusan Budidaya Pertanian Unibraw Malang)
Pengaruh pemberian Zeng Sulfat (Zn SO47H2O)
Ir. Suwono, MP
9. Achmad Haris (Faperta Unibraw Malang)
Pemupukan Fosfat dan SP-36 pada padi di lahan sawah
Ir. Suwono, MP
10. Yeni Eka Kristanti (Budidaya Pertanian Unibraw Malang)
Pengaruh macam pupuk anorganik dan dosis pupuk Urea terhadap pertumbuhandan hasil jagung pada sistem tanpa olah tanah (TOT)
11. Naney Dwi Nugraini (Budidaya Pertanian Unibraw Malang)
Interaksi Genotipe x lingkungan beberapa galur padi di dua lokasi
Ir. Sukarno R., MS
12. 1. Fifi Maulidiyah 2. Ike Safitri 3. Khoirun Nisak 4. Khoiriyah 5. Dina Maisaroh 6. Dwi Ibdah Listyorini (SMK BM Arjuno Malang)
Prakenin Staf Keuangan
13. Yuni Wulan Lestari (UGM) Perbanyakan anggrek secara vegetatif Ir. P E R. Prahardini
14. Ana Rahmawati (UGM) Perbanyakan Krisan dengan kultur jaringan Ir. P E R. Prahardini
15. Rangga Yusnita Ukhwatul Muanisak (Fak. MIPA Unibraw Malang)
Analisis unsur-unsur dan bahan organik di dalam tanah (P, K, SO4, Zn, Ca)
Ir. Lulus Sunaryo, MP
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
31
No.
Nama Mahasiswa Judul Penelitian/Pkl Pembimbing
16. 1. Naomi Andriana 2. Nuryati Ningsih 3. Endah Suryaningrum (Faperta Unibraw Malang)
Laboratorium ZAE Laboratorium ZAE Pembibitan tanaman buah
Ir. Dyah Prita S. Ir. Dyah Prita S. Zunaini saadah, SP
17. 1. Ninik Anita Rohmah 2. Ratih Fanda (Faperta UMM Malang)
Laboratorium Pasca Panen Ir. Suhardi
18. Adinda Teguh P (Faperta UMM Malang)
Pengaruh aplikasi janis tepung pada dua varietas jagung terhadap mutu tortila
Ir. Yuniarti,MS
19. Budi Santoso, MP (Univ. Tribuana Tungga Dewi Malang)
Magang Pasca Panen Ir. Suhardi dkk
20. 1. Yuni Eka Kristanti 2. Nurul 3. Elyn 4. Ike (Faperta Unibraw Malang)
TOT Jagung Pupuk hijau pada padi Pupuk hijau pada padi Pupuk Hijau pada padi
Martono
3.3.4.2. Kegiatan Kerjasama dengan Pihak Ketiga
Kegiatan kerjasama penelitian/pengkajian BPTP Jatim dengan Pihak
Ketiga selama setahun terakhir sebagian besar adalah kegiatan pengujian pupuk
alternatif dan pestisida. Kerjasama penelitian/pengkajian dengan Pemerintah
Daerah, antara lain dengan Pemerintah Propinsi, melalui Dinas-dinas teknis yang
ada dan juga dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Secara ringkas dibawah ini disajikan berbagai kegiatan kerjasama dengan
pihak swasta, pemerintah daerah Propinsi maupun Kabupaten beserta hasilnya.
Tabel 23. Rekapitulasi kegiatan kerjasama dengan Swasta Tahun 2005
No Judul Kegiatan Kerjasama Sumber dana Pihak yang terkait dalam kegiatan
01. Pengujian pupuk Ostindo pada tanaman padi
PT. Anugerah Mustika Ostindo
Dr.M. Soleh
02. Pengujian pupuk Amina-G pada tanaman padi
PT. Ajinex International Ir. Suwono,MP
03. Pengujian pupuk Ostindo terhadap tanaman mangga
PT. Anugerah Mustika Ostindo
Dr. M. Soleh
04. Pengujian pupuk Grand-16, pada bawang merah
PT. Tanindo Subur Prima, Surabaya
Dr.F. Kasijadi
05. Pengujian pupuk Amonium Sulfat terhadap padi, jagung dan bawang merah
PT. Cheil Samsung Indonesia
Dr. M. Soleh
06. Pengujian formula pupuk Cornalet pada jagung
PT. Saraswanti Anugerah Makmur
Ir. Suwono, MP
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
32
No Judul Kegiatan Kerjasama Sumber dana Pihak yang terkait
dalam kegiatan
07. Pengujian pupuk Lima Daun Subur terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah
PT. Panca Agric Nusa
Ir. Suwono, MP
08. Uji efektivitas soil activator Agro 0617 thd padi dan jagung
Bruce Mall SDN, BND
Ir. Lulus Sunaryo, MP
09. Penggunaan pupuk NPK bebas Chlor dan pupuk Super Phosphat pada tanaman padi sawah
PT Petrokimia, Gresik Dr. Q. Dadang E.
10. Uji Agro Humate pada bawang merah, melon dan cabe
PT Agrosari Mandiri, Surabaya
Dr. Q. Dadang
11. Pengujian PPC Viagro pada padi sawah Visi Agro Sejati,
Malang
Ir. Ismail Wahab, MSi
12. Pengujian PPC Seint pada kedelai dan Raphtane pada kacang hijau
CV Bunga Tani, Lamongan
Ir. Gatot Kustiono
13. Pengujian efektifitas pupuk NK Majemuk Cap CHALLON pada tan. Padi
AP2KMI Ir. Endang PK, MS
14. Pengujian efektifitas pupuk NK Majemuk Cap KALON pada tan. Padi
AP2KMI Ir. Endang PK, MS
15. Pengujian efektifitas pupuk NPK Majemuk Cap KALON
AP2KMI Suliyanto, SP
16
Pengujian efektifitas pupuk Phosphate Alam Cap BUAYA pada padi sawah
AP2KMI Dr. Much. Soleh
17 Pengujian efektifitas pupuk Phosphate Alam Cap TURRIMA pada padi)
AP2KMI Ir. Suwono, MP
18 Pengujian efektifitas pupuk NK Majemuk Cap JEMPOL pada tan padi
AP2KMI Ir. DP Saraswati
19 Pengujian efektifitas pupuk Majemuk Cap CLOTRAN pada tan padi
AP2KMI Ir. DP Saraswati
20 Pengujian efektifitas pupuk Phosphate Alam Cap KUPU BUNGA pada tan padi
AP2KMI Dr. Much. Soleh
21 Pengujian efektifitas pupuk Phosphate Alam Cap BINTANG PADI pada tan. Padi
AP2KMI Ir. Suwono, MP
22 Pengaruh pupuk Phosphate Alam “Tiga Manggis terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah
AP2KMI Ir. Suwono, MP
23 Pengaruh pupuk NPK “Tiga Manggis” terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah
AP2KMI Suliyanto, SP
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
33
No Judul Kegiatan Kerjasama Sumber dana Pihak yang terkait
dalam kegiatan
24 Pengaruh pupuk Majemuk NK “Berlian” terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah
PT Agro Unggul, Blora
Ono Sutrisno, SP
25 Pengaruh pupuk Phosphate alam cap Sapi Mas pada padi
PT Forum Bintang Perkasa
Ir. Suwono, MP
26 Pengujian pupuk daun Multi Mikro terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah
PT Forum Bintang Perkasa
Ir. Endang PK
27 Pengujian pupuk daun Polar Super Green dan Super Red terhadap pertumbuhan dan hasil padi
PT Tanindo Subur Prima, Jakarta
Ir. Al. Budijono
28 Pengaruh pupuk Grand S-15 pada jagung PT Petrosida, Gresik
Ir. Al. Budijono
29 Pengaruh pupuk NPK TIARA terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah
PT Petrosida, Gresik ir. Gamal P
Tabel 24. Kerjasama dengan Instansi Pemerintah Kabupaten dan Kota se
Jawa Timur.
No Judul Kegiatan Penyandang
Dana Nomor/Tanggal Kontrak Jangka Waktu
01 Agrowisata terpadu di Kab. Pasuruan
Pemkab. Pasuruan
02 Pembibitan kentang secara kultur jaringan
Pemkab. Pasuruan
03. Mendukung pengembangan kawasan agropolitan di kota Batu
Pemkot Batu
04. Penyediaan bibit mendukung pelepasan varietas Agung Semeru dan pisang mas secara kultur jaringan
Pemkab. Lumajang melalui Dinas Pertanian Kab. Lumajang
05. Pengadaan bahan kimia dan peralatan laboratorium kultur jaringan Dinas Pertanian Kab. Lumajang
Pemkab. Lumajang melalui Dinas Pertanian Kab. Lumajang
06 Pemetaan kesuburan lahan sawah di Kab. Nganjuk
Pemkab. Lumajang melalui Dinas Pertanian Kab. Lumajang
07 Kajian usaha agribisnis komoditi kakao rakyat di Kabupaten Trenggalek
Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur
08 Dukungan APBD Propinsi untuk kegiatan Diseminasi di Labdis Wonocolo
Biro Perekonomian Propinsi Jawa Timur
09 Inventarisasi dan karakterisasi sumberdaya lahan di Kab. Sumenep
-
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
34
3.5. SARANA
3.5.1. Daftar Inventaris Peralatan Laboratorium, Bengkel dan Kebun Percobaan (per 31 Desember 2005)
No. Jenis Barang Jumlah Barang
Tahun Pengadaan
Kondisi
I. Lab Tanah (170 m2) 1. AAS 1 unit 2002 Baik 2. Spectrphotometer 1 unit 2002 Baik 3. Distilator 1unit 2002 Baik 4. Touch Mixer 1 bh 2002 Baik 5. Magnetic Stirrer 1 bh 2002 Baik 6. Hot plate 1 bh 2002 Baik 7. Analitical Balance/Digital 3 bh 2002/2005 Baik 8. Horizontal Shaker 1 unit 2002 Baik 9. Lemari Asam 1 bh 2002 Baik 10. Ph Meter 1 bh 2002 Baik 11. Grinder 1 bh 2002 Baik 12. Oven 1 bh 2002 Baik 13. Block Digester 1 bh 2002 Baik 14. Air compresor GGA 1 bh 2002 Baik 15. Distilator 1 bh 2002 Baik 16. Soil Hydrometer 1 bh 2002 Baik 17. Fume Hood 1 bh 2002 Baik 18. Hot Plate Stirer 1 bh 2002 Baik 19. Centrifuge 1 bh 2005 Baik 20. Destiling 1 unit 2005 Baik 21. AC 2 unit 2005 Baik 22. Almari pendingin larutan kimia 1 unit 2005 Baik
II Lab. Pemuliaan Benih (170 m2) 1. Growth chamber 1 unit 1991 Kurang baik 2. Oven 1 unit 2002 Baik 3. Kulkas 1 unit 2001 Baik 4. Germinator 1 unit 2001 Baik 5. AC 1 unit 2001 Baik 6. Cool storage 1 unit 2003 Baik
III Lab. Agronomi (120 m2) 1. Kulkas 1 pintu 1 bh 1995 Baik 2. Oven 1 bh 1980 Ada kerusakan 3. Exikator Ø 25 cm 2 bh 1980 Baik
Lab. Bioteknologi (135 m2)
1. Laminar Air Flow 3 unit 1998/2005 Baik 2. Refrigerator 1 bh 1987 Baik 3. Magnetic stirer 1 bh 1987 Baik 4. Timbangan 1 bh 1987 Baik 5. Autoclaf 3 bh 1987/2005 Baik 6. Kompor gas 1 bh 2000 Baik 7. Glaswere 2 set 2001 Baik 8. AC 2 bh 2001 Baik 9. Rak Kultur/rak kaca 7 bh 1989/2005 Baik
10. Timer 1 bh 2000 Baik 11. Shaker reciprocal 1unit 2001 Baik 12. Komputer 1 unit 2005 Baik 13. Mikroskop 1 unit 2005 Baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
35
No. Jenis Barang Jumlah Barang
Tahun Pengadaan
Kondisi
V. Lab. Teknologi Hasil/Pasca Panen (155 m
2)
1 Analitical Balance 1 bh 1987 Baik
2 Hand Refractometer 2 bh 1987 Baik
3 Oven 1 bh 1987 Baik
4. Dryer 1 bh 2000 Baik
5. Autoclave 2 bh 1987 Baik
6. pH meter 1 bh 1987 Kurang baik
7. Distilator unit 1 bh 1987 Kurang baik
8. Muffle 1 bh 1987 Baik
9. Pengemas vakum 1 bh 2000 Baik
10. Vakum trying 1 bh 1999 Baik
11. Perajang bawang 1 bh 2001 Baik
12. Penutup kaleng 1 bh 1985 Baik
13. Spectrophotometer 1 bh 1987 Baik
14. Viscosi meter 1 bh 1987 Baik
15. Penetrometer 2 bh 1987 Baik
16. Penggiling daging 1 bh 2000 Baik
17 Hotspot furance 1 bh 2001 Baik
18 Kjeldol destilation 1 bh 2001 Baik 19 Mikroskop 1 bh 2001 Baik 20 Moisture ditermination 1 bh 2001 Baik 21 Penetrometer 1 bh 2001 Baik 22. Grain Moisture Tester 1 unit 2004 Baik 23. Timbangan 5 bh 2004 Baik 24. Alat Pengering 2 unit 2004 Baik 25. Alat Penyawut 2 unit 2004 Baik 26. Alat Pengepres 2 unit 2004 Baik 27. Alat Penggiling 1 unit 2004 Baik
VI. Lab. Analisis Pengolahan. Data (45 m
2)
1. Komputer /Dekstop 1 unit 2000 Baik 2. Plotter (Disign jet HP) 1 unit 2001 Baik VII Lab.Hama & Parasitologi (120 m
2)
1 Mikroskop binokuler 3 unit 1976 Baik 2 Mikroskop monokuler 1 unit 1993 Baik 3 Centrifuge 1 bh 1980 Rusak 4. Oven 2 bh 1988 Baik 5. Auto clave 1 bh Baik 6. Water bath 1 bh 1995 Baik VIII. Lab. Diseminasi ( 1012 m
2)
1. Move unit 1 unit 2001 Baik 2. Komputer 2 unit 2000/2001 Sedang 3. Digital Camera 1 unit 2001 Baik 4. LCD (Infocus) 1 unit 1995 Baik 5. Pemancar Radio FM/SW 1 unit 1987 Baik 6 Sheiringe gastight 1 bh 2001 Baik 7 Timbangan ohause 1 bh 2001 Baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
36
No. Jenis Barang Jumlah Barang
Tahun Pengadaan
Kondisi
8. Vidio Camera 1 unit 2003 Baik 9. Computer Editing 1 unit 2003 Baik 10. Lampu Spot 1000 W 1 unit 2003 Baik 11. Lampu Spot 1000 W vidio light 1 unit 2003 Baik 12. Trimpot lampu “Manferoto” 2 unit 2003 Baik 13. VHS Player JVC Prof SR 30 E 1 unit 2003 Baik 14. Batery cadangan “Panasonik” 1 unit 2003 Baik IX. Bengkel/Pergudangan 1. Gerinda listrik stasioner TNW 1 unit 2002 Baik 2. Sander Melabo 1 unit 2002 Baik 3. Gerinda/Gerinda tangan Melabo 1 unit 2002 Baik 4. Bor tangan (mekanik) 1 unit 2002 Baik 5. Bor listrik (hand bor) 1 unit 2002 Baik 6. Sirkel listrik 1 unit 2002 Baik 7. Alat pembengkok pipa/besi 1 unit 2002 Baik 8. Toll kit Pertukangan 1 unit 2002 Baik 9. Klem/penjepit 1 unit 2002 Baik 10. Kompresor listrik 1 unit 2002 Baik 11. Alat test accu 1 unit 2002 Baik 12. Meja kerja 1 unit 2002 Baik 13. Bangku kerja 1 unit 2002 Baik 14. Pemotong besi 1 unit 2002 Baik 15. Mesin Las listrik 1 unit 2002 Baik 16. Gerinder 1 unit 2002 Baik 17. Gunting plat 1 unit 2002 Baik 18. Tang jemput 1 unit 2002 Baik 19. Pahat kayu 1 unit 2002 Baik 20. Mata bor 1 unit 2002 Baik 21. Califen 1 unit 2002 Baik 22. Gergaji siku 1 unit 2002 Baik 23. Skap kayu 1 unit 2002 Baik 24. Profil kayu 1 unit 2002 Baik 25. Jig saw 1 unit 2002 Baik 26. Mesin bor duduk 1 unit 2002 Baik 27. Meteran 5 m 1 unit 2002 Baik 28. Siku-siku 1 unit 2002 Baik 29. Sengkang gergaji besi 1 unit 2002 Baik 30. Gergaji kayu 1 unit 2002 Baik 31. Mata bor/plong 1 unit 2002 Baik X. KP. Mojosari (300.0000 m
2)
1. Printer hard disk 2 unit 2000/2005 Baik 2. Layar monitor 1 unit 2000 Baik 3. Faximile 1 unit 2001 Baik 4. Telepon & intercom 1 unit 1976 Baik 5. Komputer 2 unit 1999 Baik 6. Sapi 5 ekor 1980 Baik/sehat 7. Mobil Jeep Hard Top 1 unit 1981 Baik 8. Traeler 1 unit 1998 Baik 9. Lori dorong 4 unit 2000 2 Baik/2 rusak 10. Klimatologi 1 unit 1995 Baik 11. Digital Grain Moisture meter 1 bh 2002 Baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
37
No. Jenis Barang Jumlah Barang
Tahun Pengadaan
Kondisi
12. Pompa air sumur bor 2 unit 1991/1992 Baik 13. Small Bundle Traserr 1 unit 2001 Baik 14. Moisture tester 2 bh 2002 Baik 15. Mesin Diesel 2 unit 1999 Baik 16. Traktor 2 unit 1982 Baik 17. Mini Traktor 1 unit 1986 Baik 18. Corn sheller 1 unit 1986 Baik
19. Timbangan 2 bh 1997 Baik XI Klinik Agribisnis Freeser 2 unit 2005 Baik XII. KP. Malang (60 000 m
2)
1. Mesin Pompa air 1 unit 2001 Baik 2. Mesin Tresher 1 unit 2001 Baik 3. Hand Tractor 2 unit 2001 Baik 4. Mesin Babat Rumput 2 unit 2001/2004 Baik 5. Genset/Dinamo 1 unit 2001 Baik
3.5.2. Usulan Pengadaan Peralatan yang belum terealisir per 31 Desember 2005
Laboratorium/Kebun Percobaan/Pelayanan Teknik
Jenis Barang Jumlah
I. Lab Analisa Pengolahan Data 1. Lap Top 1 unit II. Lab . Hama Parasitologi 1. Timbangan listrik 1 unit 2. Auto Clave 1 unit 3. Centrifuge 1 unit 4. Camera Digital 1 unit 5. Camera Mikroskop 1 unit 6. Handycam, 1 unit
3.5.3. Rencana Renovasi/Pembangunan Fasilitas
No Jenis Bangunan Luas Keterangan
1. Screen House (rumah kasa) 3 unit 120 m2 2. Ruang teknisi screen house 20 m2
1.5.4. Renovasi/Pembangunan Fasilitas
No Jenis Bangunan Luas/Unit Keterangan
1. Pembuatan/perbaikan sumur bor 1 unit
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
38
BAB III. HASIL KEGIATAN PROYEK PAATAP TA 2005
3.1. Pendidikan dan Pelatihan Teknis
Pelatihan merupakan suatu proses pemberdayaan tenaga kerja untuk
menggali dan mengembangkan potensi yang dipunyai setiap individu, yang
selanjutnya dapat menyumbangkan potensinya kepada lembaga induknya,
lembaga terkait, mitra kerja dan masyarakat petani. Peningkatan kemampuan
intelektual yang meliputi penguasaan, penerapan, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan diharapkan dapat meningkatkan
kualitas kerja masing-masing individu. Perencanaan pelatihan mengupayakan
peningkatan ketrampilan sumberdaya manusia lingkup Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Timur untuk menghadapi, memenuhi, mengantisipasi
perkembangan/kebutuhan teknologi dan permasalahan yang muncul di tingkat
lapang. Pelatihan yang dilaksanakan pada tahun anggaran 2005 meliputi : 1).
Bimbingan Belajar Mengahadapi Ujian CPNS, 2). Try Out, 3). Lembaga
Keuangan Mikro, dan 4). Networking dan internet. Peserta terdiri dari tenaga
fungsional ( peneliti, penyuluh dan teknisi) dan tenaga struktural pelayanan
teknis. Metode penyampaian materi secara klasikal, eduitement (education
entertainment) diskusi dan praktikum (tugas-tugas). Pelatihan bimbingan belajar
menghadapi ujian CPNS merupakan pelatihan penyegaran peserta dalam
menghadapi ujian. Jenis pelatihan masuk katagori teknis dan aplikatif, beban
praktikum 70% dan teori/diskusi 30% yaitu pelatihan Networking – internet.
Dampak hasill diharapkan dari kegiatan pelatihan tenaga kerja adalah agar Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jatim sebagai lembaga yang mantap dapat
mengoptimalkan individu sumberdaya manusia sesuai bidang keahliannya serta
meningkatnya individu dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam melayani
pengguna dan menghadapi daya saing yang semakin terbuka.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
39
3.2. PENYUSUNAN PROGRAM DAN RENCANA KERJA/TEKNIS/ PROGRAM
3.2.1. Penyusunan Rencana Teknis
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dibentuk melalui SK Mentan
No:798/kpts/ ot.210/12/94 tanggal 13 Desember 1994 dan berlaku efektif tanggal
1 April 1995. Sesuai SK tersebut, Tugas pokok dan fungsi BPTP adalah: (1).
Melakukan penelitian komoditas spesifik lokasi. (2). Melakukan pengujian dan
perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. (3). Menyampaikan paket
teknologi hasil pengujian dan perakitan sebagai bahan materi peyuluhan
pertanian. (4). Menyampaikan umpan balik permasalahan kepada Balai Penelitian
Komoditas untuk menyusun program penelitian yang lebih mendasar. (6).
Melayani kegiatan pengkajian teknologi pertanian dan menyelenggarakan urusan
tata usaha balai . Pembentukan BPTP Jawa Timur merupakan langkah yang
tepat dalam rangka desentralisasi penelitian dan pengembangan untuk
mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Pada awal Triwulan II tahun 2005 ,
didahului dengan pembuatan Nesting Program Penelitian dan Pengkajian BPTP
Jawa Timur 2005 – 2009, Selanjutnya dibuat matrik usulan RPTP dan Proposal
Litkaji 2006 .Dalam perjalanan penyusunan Usulan Litkaji 2006, terjadi beberapa
kali perubahan baik RPTP yang telah disepakati pada awal 2005 maupun Matrik
Usulan Litkaji 2006. Matrik 2006 disusun berdasar acuan Renstra badan Litbang
2005 -2009 yaitu Program Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya pertanian,
Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi tinggi dan Strategis
komoditas, Program Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Nilai
Tambah Pertanian, Program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi
Pertanian, Program Pengembangan Kelembagaan dan Komonikasi Hasil Litbang,
Program utama penelitian dan pengembangan pertanian periode 2005-2009
merupakan penajaman prioritas, perluasan cakupan dan kelanjutan dari program
utama periode 1999-2004. berdasar petunjuk kapus PSE program
penelitian/pengkajian dan pengembangan BPTP adalah:Inventarisasi
pengelolaan dan pengembangan sumberdaya pertanian spesifik lokasi;
Pengkajian teknologi inovatif spesifik lokasi dan agribisnis unggulan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
40
daerah.Pengkajian komunikasi, diseminasi dan penjaringan umpan balik teknologi
pertanian spesifik lokasi. Pengembangan model agribisnis berbasis inovasi
pertanian; Penelitian dan pengkajian berbasis kemitraan dan keperluan
pembangunan pertanian spesifik lokasi berdasar permintaan; Analisis dan
sintesis kebijakan pembangunan pertanian daerah; Pengembangan kapasitas
kelembagaan litbang pertanian ; Pengembangan sumberdaya informasi,
komunikasi, diseminasi dan penjaringan umpan balik IPTEK. Perencanaan Litkaji
BPTP Jawa Timur 2006 terdiri dari 8 program/Subprogram, 9 RPTP dengan
jumlah kegiatan 40 kegiatan litkaji dan 1 Rencana Kerja Peningkatan kapasitas
kelembagaan BPTP Jatim. Untuk memantapkan rencana kerja perlu ada panduan
jadwal dan yang jelas dari BB Pengkajian atau Badan Litbang sejak awal
anggaran sehingga pelaksanaan perncanaan litkaji agar tidak banyak mengalami
perubahan dan target dan sasaran pernecanaan bisa tercapai.
3.2.2. Sistem Informasi Menejemen (SIM)
Selama tahun 2005 untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan SIM,
di lingkup BPTP Jatim terus mengadakan berbagai pembenahan dalam bentuk
peningkatan mutu para pelaksana dan peningkatan sarana pendukung.
Beberapa pelatihan yang telah diikuti oleh Pelaksana Kegiatan S\IM adalah
workshop dan pelaksanaan SAI, SAAT, SAP. Di dalam hal pelaksanaan
kegiatan SIM, untuk mendapatkan data yang “up to date” selalu dilakukan
peremajaan data (up dating) bagi masing-masing SIM, walaupun beberapa
SIM masih ada masalah pada program/perangkat lunaknya. Sedangkan untuk
peningkatan sarana pendukung telah disiapkan fasilitas Local Area Net Work
(LAN).
3.2.3. Kegiatan Komisi Pengkajian
Kegiatan Pertemuan Tim Teknis dan Komisi Pengkajian Teknologi
Pertanian Propinsi Jawa Timur merupakan agenda rutin yang dilaksanakan
minimal dua kali dalam setahun. Pertemuan Tim Teknis Teknologi Pertanian
Jawa Timur dilaksanakan pada tanggal 7 September 2005, membahas 10
(sepuluh) usulan rekomendasi Rakitan Teknologi TA 2005, antara lain Strategi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
41
Desiminasi Hasil penelitian dan Pengkajian BPTP Jawa Timur, Pengenalan
Varietas Baru Kedelai dan Budidayanya, Teknologi Budidaya dan Pasca Panen
Tanaman Wijen, Pengelolaan Tanaman Tebu Terpadu, Pengenalan Varietas
Melati, Pengenalan Varietas Pisang Mas, Rakitan Penyusunan Rekomendasi
Pemupukan Lahan Sawah Tingkat Kabupaten dengan Dasar Status Hara Tanah
(judul tahun 2004), Rakitan Teknologi Sistem Usahatani Padi Sawah guna
Mengatasi Senjang Hasil (judul tahun 2004), Rakitan Sistem Usahatani Terpadu
Padi- Ternak Sapi di Lahan Sawah Irigasi. (judul tahun 2004), dan Teknologi
Pengendalian Flu Burung pada Peternakan Ayam. Sedangkan Pertemuan
Komisi Teknologi Pertanian Jawa Timur dilaksanakan pada tanggal 1 Desember
2005, membahas lebih lanjut usulan rekomendasi yang telah dibahas oleh Tim
Teknis Teknologi Pertanian Jawa Timur. Hasilnya kesepuluh usulan rekomendasi
rakitan teknologi pertanian tersebut disetujui oleh Komisi Teknologi dengan
beberapa catatan perbaikan makalah. Disamping itu, disampaikan juga
Sosialisasi Program Pengkajian BPTP Jawa Timur TA 2006.
3.2.4. Project Complition Report (PCR) (file belum masuk)
3.3. Evaluasi Kegiatan
Monitoring dan evaluasi (Monev) merupakan suatu alat managemen
pengkajian yang cukup penting dari suatu kegiatan pengkajian, dimana hasil
evaluasinya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan guna
perbaikan program pengkajian, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja
BPTP dimasa mendatang. Kegiatan Monev ini diarahkan untuk mencari dan
menganalisis suatu fakta yang ada pada setiap tahapan kegiatan pengkajian.
Dengan demikian kegiatan monev ini dirasakan perlu dilakukan untuk BPTP Jawa
Timur. Hal ini mengingat tugas dan fungsi BPTP dalam pembangunan pertanian
daerah. Jumlah kegiatan pengkajian yang dilaksanakan oleh BPTP Jawa Timur
pada tahun anggaran 2005 adalah sebanyak 38 kegiatan penelitian/pengkajian
yang kesemuanya didanai oleh APBN. Kegiatan-kegiatan pengkajian tersebut
dikelompokkan menjadi 11 proposal (RPTP). Hasil kegiatan Monev tahap I (desk
study), menunjukkan bahwa semua ROPP (38 kegiatan) telah mengacu pada
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
42
panduan pelaksanaan penelitian /pengkajian. Sedangkan hasil Monev di
lapangan yang dilakukan pada tahap II dan III menunjukkan enam belas kegiatan
keterlibatan tim dalam kegiatan pengkajian belum optimal, tiga kegiatan perlu
segera merevisi ROPP/RDHP. Umumnya keterlibatan petugas lapang (PPL),
Dinas terkait dalam proses pelaksanaan pengkajian juga masih kurang, sehingga
perlu ditingkatkan keterlibatannya.
3.4. Pengembangan Kelembagaan
Perkembangan ilmu dan teknologi khususnya dibidang penelitian dan
pengkajian pertanian semakin hari semakin pesat. Sesuai dengan mandat Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian maka perkembangan ilmu dan teknologi tersebut
harus dikaji, diperkenalkan dan ditularkan kepada pengguna, baik kepada
penyuluh, petugas dinas, kepada petani yang bersangkutan maupun kepada
peneliti yang lain. Untuk kegiatan ini diperlukan peningkatan kualitas sumber daya
manusia (tenaga kerjanya) agar dapat mencerna, memilih, menerima , menyerap
perkembangan ilmu dan teknologi yang ada, membuat rencana kegiatan,
melaksanakan kegiatan dan memperoleh hasil kegiatan yang dapat di gunakan
oleh stake holder. Pada tahun 2005, di BPTP Jawa Timur pada kegiatan
Pengembangan Kelembagaan, mendapatkan anggaran sebesar Rp.
23.850.000,- (Dua puluh tiga juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah).
Dana ini telah digunakan untuk kegiatan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia antar lain berupa mengikut sertakan pada kegiatan
pelatihan,pertemuan teknis, sosialisasi dan apresiasi. Kegiatan ini bertujuan
agar kualitas sumberdaya meningkat sehingga dapat meningkatkan kegitan
penelitian dan pengkajian maupun kegiatan administarasi untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengkajian yang lebih sempurna. Pada
tahun anggaran 2005 ini, telah dilaksanakan peningkatan sumberdaya
manusia terhadap 48 orang staf BPTP Jawa Timur, yang terdiri dari 13 paket
kegiatan pelatihan/pertemuan teknis/sosialisasi/apresiasi.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
43
3.5. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI
SPESIFIK LOKASI
3.5.1. Karakterisasi dan Analisis Sumberdaya Pertanian
3.5.1.1. Pemanfaatan Model Simulasi untuk Strategi Budidaya Tanaman
Pangan pada Berbagai Kejadian Iklim
Keberhasilan perencanaan pembangunan pertanian dan program
penghijauan suatu daerah kering tergantung pada pemanfaatan air yang berasal
dari curah hujan dalam selang waktu yang tepat sehingga kebutuhan air oleh
tanaman pada saat memerlukan air yang cukup tidak kekurangan, sehingga
pertumbuhan tanaman akan berkembang dengan baik dan akhirnya akan
memberikan produksi cukup baik. Metode untuk memanfaatkan air yang berasal
dari curah hujan cukup banyak, sehingga pemanfaatannya dapat direncanakan
dengan efektif, salah satunya adalah melalui pendekatan keseimbangan air, yaitu
air yang masuk ke dalam tanah (curah hujan untuk daerah kering) dan air yang
hilang melalui evaporasi dan transpirasi secara tidak langsung (Manik, 1990).
Pendekatan dengan cara tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
simulasi pada Software WARM (Water and Agroclimat Resources Management)
yang telah dikembangkan oleh Balai Penelitian Klimatologi dan Hidrologi
(Balitklimat) Bogor yang berfungsi untuk menentukan waktu tanam terbaik
(produksi/evaluasi) pada suatu lahan tertentu.
Kegiatan Litkaji ini bertujuan untuk menyusun karakteristik iklim (database
agroklimat) sebagai dasar penentuan saat tanam yang tepat di kabupaten
Sumenep, membagi kelompok curah hujan Kabupaten Sumenep, dan
menentukan waktu tanam optimal di masing-masing kelompok curah hujan pada
berbagai kejadian iklim.
Hasil Litkaji menunjukan bahwa Daerah yang paling baik untuk dijadikan
sebagai sentra (pusat) budidaya tanaman pangan baik pada berbagai kejadian
iklim (normal, el-nino, dan la-nina) adalah kelompok curah hujan II (kecamatan
Rubaru, Dasuk, Gapura, Manding, Kebonagung, Kota Sumenep, Ganding,
Parsanga, Kalianget, dan Lenteng), kelompok curah hujan V (kecamatan
Pasongsongan dan Batu Putih), dan kelompok curah hujan VI (kecamatan
Parenduen/Pragaan, Saronggi, Dungkek, Batang-batang dan Bluto); sedangkan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
44
yang kurang baik dijadikan sebagai sentra (pusat) budidaya tanaman pangan
adalah kelompok curah hujan I (kecamatan Ambunten), kelompok curah hujan III
(kecamatan Dam Jepun), dan kelompok curah hujan IV (kecamatan Guluk-guluk).
Waktu tanam terpanjang pada iklim normal terdapat pada kelompok curah hujan
II yaitu Nopember (II) – Januari (III), untuk iklim el-nino terdapat pada kelompok
curah hujan II dan VI yaitu Desember (I) – Januari (III) dan untuk iklim la-nina
terdapat pada kelompok curah hujan II yaitu Oktober (I) – April (III). Waktu tanam
terpendek pada iklim normal terdapat pada kelompok curah hujan III yaitu
Desember (III), untuk iklim el-nino terdapat pada kelompok curah hujan I yaitu
Desember (I) – Januari (I) dan untuk iklim la-nina terdapat pada kelompok curah
hujan IV yaitu Nopember (III) – Januari (III).
3.5.1.2. Pemetaan Status Hara P dan K Lahan Kering di Kabupaten Sumenep
Untuk mendapatkan data status hara P dan K sebagai dasar penentuan
rekomendasi pemupukan P dan K pada lahan kering telah dilaksanakan
penelitian status hara P dan K di sebagian wilayah Kabupaten Sumenep pada
tahun 2005. Penelitian menggunakan metode survey status hara P dan K yang
diekstrak HCl-25%. Peta yang dihasilkan skala 1:50.000. Sebagian besar lahan
kering di Sumenep bagian barat yang meliputi Kecamatan Guluk-guluk, Pragaan
dan Ganding mempunyai status P rendah dan sedang, hanya 7,0% yang
mempunyai status P tinggi (> 40 mg P2O5/100 g). Status P rendah di Kecamatan
Guluk-guluk seluas 975 ha, status sedang 1225,0 ha dan status tinggi 125,0 ha.
Di Kecamatan Pragaan status P-rendah seluas 1570,0 ha (59,8%), status P
sedang 955.0 ha dan status P tinggi sekitar 100,0 ha (3,8%). Sebaran status P
rendah, sedang dan tinggi di Kecamatan Ganding relatif seimbang. Dari areal
seluas 6950 ha, 5630,0 ha (81,0%) mempunyai status K rendah, sekitar 18,3 %
mempunyai status K sedang dan hanya 0,7% yang mempunyai status K-tinggi.
Lahan kering dengan status K tinggi hanya dijumpai di Kecamatan Pragaan
seluas 50 ha yang berada di Prenduan dan Pragaan laok, hampir seluruh areal
lahan kering yang dipetakan mempunyai status K yang rendah hingga sedang
(99,3%). Umumnya areal yang mempunyai status P dan K rendah mempunyai
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
45
bentuk lahan berlereng hingga bergelombang dengan lapisan olah sangat
dangkal. Untuk memanfaatkan data yang telah tersedia, sebaiknya dilakukan
percobaan lapang untuk mengetahui respon pemupukan pada tanah dengan
status P dan K rendah, sedang dan tinggi.
3.6. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
3.6.1. Optimalisasi Pengelolaan Usahatani Terpadu Berbasis Komoditas Unggulan Daerah
3.6.1.1. Pengkajian Pengelolaan Padi Varietas Lokal Dan Unggulan Daerah
Budidaya padi varietas unggul lokal menguntungkan, apabila dikelola
dengan baik maka produksinya tinggi, rasa nasi enak pulen, relatif tahan hama
penyakit, batang lebih kokoh, biomassa lebih banyak, harga jual beras lebih
mahal, sehingga berpengaruh positif terhadap pendapatan petani. Dengan
demikian padi varietas lokal layak untuk dikembangkan pada wilayah spesifik
lokasi. Tujuan dilakukan pengkajian : 1) Mengevaluasi padi varietas lokal umur
dalam terpilih untuk dapat dikembangkan kearah budidaya padi dengan
penggunaan organik di daerah sentra, 2) Mengamati adaptasi varietas Slegreng
tahan kekeringan dan naungan, 3) Eksplorasi, inventarisasi dan koleksi varietas
lokal padi Jawa Timur dan 4) Rejuvenasi varietas lokal padi Jawa timur.
Pengkajian dilakukan di desa Pandansari, Ngantang, Kab. Malang, Eksplorasi
dilakukan di 6 Kabupaten (Malang, Bojonegoro, Trenggalek, Pacitan, Magetan
dan Ponorogo) dan rejuvenasi di KP Malang, kajian dilakukan pada bulan
Agustus 2005 s/d Pebruari 2006. Pengkajian di lakukan dengan metode on farm
research. Luas areal padi lokal di lokasi pengkajian di desa Pandansari dan
sekitarnya 60 ha – 70 ha, luas areal kajian 1,3 ha dengan varietas Gropak dan
Gundel dengan pembanding Krueng Aceh. Produksi padi lokal 9 ton/ha GgKP
dan Krueng Aceh 5,5 ton/ha GKP. Pendapatan usahatani padi lokal Rp.
9.8400.000,- dan Krueng Aceh Rp. 6.346.000,- per hektar, R/C ratio padi lokal
3,62 dan Krueng Aceh 3,11. Jumlah varietas padi lokal yang berhasil dieksplorasi
dan dikoleksi pada tahun 2005 sebanyak 12 varietas menambah koleksi tahun
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
46
2004 sebanyak 29 varietas dengan demikian jumlah keseluruhan koleksi padi
lokal 41 varietas. Areal varietas Slegreng 16.717 ha, hampir 86, 80 % berada di
wilayah Kabupaten Pacitan dan sisanya di Kabupaten Trenggalek dan Magetan.
Rejuvenasi dilakukan pada 41 varietas. Budidaya padi lokal jenis bulu umur
dalam lebih menguntungkan dibanding menanam padi unggul karena input
produksi seperti benih petani bisa membuat sendiri dengan cara melakukan
seleksi pada setiap musim di lapang, dosis penggunaan pupuk lebih rendah dari
dosis rekomendasi, harga gabah kering panen tidak berbeda nyata dengan
harga gabah padi unggul. Padi lokal umur sangat genjah umur 94 – 100 hari yaitu
varietas Sodok, Philip dan beras merah dapat diadaptasikan dan selanjutnya
dikembangkan di lahan kering yang mempunyai pola tanam ketat. Pasar padi
lokal sangat terbuka dan tidak mengalami kesulitan dalam pemasaran hasil.
Saran Dampak prakiraan : didapatkan varietas lokal padi yang dapat berkembang
dan tetap eksisting pada wilayah sentra produksi, dilepasnya varietas Slegreng,
bertambahnya koleksi padi lokal BPTP Jawa Timur dan pelestarian plasma nutfah
padi lokal
3.6.1.2. Pengkajian Pengelolaan Jagung Lokal Madura
Hasil seleksi memperoleh Md 2-11, TL 2-132 dan GL 2-28 dengan
peningkatan hasil masing-masing 30%, 25% dan 1% atau dengan daya hasil
masing-masing 2,24 t/ha, 3,24 t/ha dan 4,09 t/ha. Dari hasil tersebut petani
memperoleh keuntungan masing-masing Rp. 2.237.500,- atau dengan B/C ratio
1,99 untuk varietas Manding, Rp. 2.627.500,- atau B/C ratio 2,34 untuk Talango
dan Rp. 5.012.500,- atau B/C ratio 4,46 untuk Guluk-Guluk. Walaupun ketiga
varietas tersebut memiliki daya hasil yang berbeda tetapi penanaman varietas
tidak berubah untuk daerah masing-masing, karena ketiganya memiliki adaptasi
yang sangat spesifik. Hasil temu lapang menunjukkan bahwa petani sangat
respon terhadap ketiga varietas yang telah dimurnikan tersebut dan memohon
segera diputihkan agar petani mendapatkan benih bermutu (berlabel).
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
47
3.6.1.3. Pengkajian Adaptasi Calon Varietas Hibrida Melon
Jawa Timur merupakan pemasok utama buah melon (Cucumis melo)
mencapai 2174900 kg pada Tahun 2001, tetapi semua kebutuhan benih berasal
dari benih import Upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
perbenihan melon dilakukan melalui penggaluran, persilangan dan adaptasi di
sentra produksi Pada Tahun 2005 dilakukan kajian untuk mengetahui daya
adaptasi calon varietas melon, dan telah diperoleh 3 calon varietas terseleksi
yaitu M1 dari galur 211W disilang dengan 1141W; M2 dari 211W disilang dengan
151P dan M3 dari galur 8101WL disilang dengan galur 8101 EL dilakukan di
Kebun BPTP Jawa Timur Uji adaptasi dilakukan di lahan petani Pare, Kediri
untuk mengetahui daya hasil, ditata dalam rancangan acak kelompok, dengan
varietas Action sebagai kontrol Keragaan karakter pertumbuhan yang terdiri dari
tinggi tanaman dan jumlah daun antar calon varietas tidak berbeda dengan
varietas Action sebagai kontrol, demikian pula untuk karakter umur berbunga,
umur panen, dan ukuran buah Perbedaan karakter persentase buah bisa
dimakan diperlihatkan oleh valon varietas M3 lebih sedikit dari varietaas Action,
dan tipe menyimpang cukup tinggi mencapai 762% Kadar gula buah calon
varietas tidak berbeda dengan varietas Action dan mencapai diatas 12 Brix yang
berarti bahwa karakter dimaksud telah mencapai standart panen Berdasar
karakter yang diamati hampir sama dengan varietas pembanding menunjukkan
bahwa calon-calon varietas dapat diterima dipasar karena petani produsen,
pedagang mau menerima serta penjual benih setuju dengan hasil
berupapenampilan buah yang
3.6.1.4. Pengkajian Karakterisasi & Pengelolaan Varietas Lokal Hortikultura Unggulan Jatim
Dukungan potensi alam dan potensi plasma nutfah buah-buahan Jawa Timur
sangat besar untuk pengembangan buah-buahan tropis menjadi komoditas
unggulan. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis buah-
buahan tropis Indonesia adalah tidak kontinyunya suplai buah, rendahnya
kualitas buah, dan sedikitnya suplai buah berkualitas, serta tingginya harga buah-
buahan Indonesia. Di antara permasalahan tersebut , masalah produktivitas dan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
48
kualitas buah telah diketahui dikendalikan oleh faktor genetik Salah satu kegiatan
yang dapat mendukung munculnya varietas unggul buah-buahan tropis di
Indonesia antara lain identifikasi calon varietas unggul tanaman hortikultura
unggulan spesifik lokasi seperti Jawa Timur. Sehingga diperoleh varietas
ungulan hortikultura spesifik Jawa Timur. Pengkajian dilaksanakan di wilayah
lahan kering dataran rendah di Jawa Timur yaitu di Malang, Kediri, Jombang
dan Nganjuk. Waktu pelaksanaan mulai bulan Pebruari hingga Desember 2005.
Hasil pengkajian yang merupakan lanjutan tahun sebelumnya terkarakterisasi
beberapa calon varietas unggul sawo asal Pare-Kediri yang unggul dalam hal
rasa yaitu lebih manis, tidak terasa berpasir dan rasa lebih renyah serta tidak
lembek. Juga telah terpilih calon pohon induk tunggal untuk sawo Pare-Kediri.
Pengembangan sawo untuk sampai pada pelepasan varietas belum didukung
sepenuhnya oleh Pemda setempat. Di daerah Junrejo-Batu diperoleh 5 calon
varietas harapan apokat yang perlu didukung untuk penentuan varietas unggul
dan pengembangannya oleh Pemda setempat. Hasil karakterisasi jambu bol
Gondang Manis dari Jombang telah diperoleh pohon induk tunggal dan
pelepasan varietas dilakukan bersama dengan instansi terkait. Pengembangan
dan penyediaan bibit hasil sambung jambu bol Gondang Manis telah dilakukan
dengan bimbingan teknologi BPTP Jawa Timur. Karakterisasi duku Cepoko asal
Nganjuk menunjukkan bahwa duku Cepoko memiliki kualitas sebanding dengan
duku Palembang namun tidak dapat menyaingi duku Prunggahan dari Tuban.
Oleh karena itu untuk pengusulan menjadi varietas unggul tidak dilakukan karena
tidak dapat bersaing dengan varietas unggul duku Prunggahan. Sedangkan
pengelolaan kebun induk hortikultura di BPTP Jawa Timur untuk beberapa
tanaman buah seperti belimbing Karangsari dan srikaya Langsar sudah berbuah
dan Pamelo sudah mulai berbunga. Untuk tanaman hias yaitu sedap malam
Roro Anteng, melati Rato Ebuh dan mawar Pergiwa Pergiwati telah berbunga
sebanyak 3 periode pembungaan walaupun kondisi bunga tidak optimal bila
dibandingkan agroekologi yang sesuai.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
49
3.7. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
3.7.1. Optimalisasi Usahatani Terpadu Berbasis Teknologi Inovatif
3.7.1.1. Kajian Usahatani Berbasis Tembakau Madura Rendah Nikotin
Kegiatan Penelitian dan Pengkajian TA 2005 ini merupakan kolaborasi
antara BPTP Jawa Timur dengan Balittas Malang, bagi BPTP Jatim Litkaji ini
merupakan awal pelaksanaan pengkajian untuk komoditas tembakau. Pemilihan
komoditas tembakau rendah nikotin varietas Prancak N-1 didasarkan atas
terbitknya PP 38/2000 dan PP19/2003 antara lain menetapkan pembatasan kadar
nikotin dan tar (dalam asap) maksimum 1,5 dan 20 mg per batang rokok. Untuk
itu Departemen Pertanian, khususnya Badan Ltbang Pertanian melalui unit kerja
Balittas Malang telah mengantisipasinya, Tembakau Madura Prancak-95
disilangkan dengan beberapa varietas tembakau Oriental (Turki) yang berkadar
nikotin < 1 %. Hasil persilangan diseleksi untuk mendapatkan galur yang
berkadar nikotin lebih rendah dari Prancak-95 dengan bentuk morfologi mirip
Prancak-95 dan mewarisi sifat ketahanan terhadap penyakit lanas (Phytophthora
nicotianae) dari Prancak-95. Dari 10 galur yang diuji multilokasi terpilih galur 93/2
dan 90/1 yang kemudian dilepas pada bulan Mei 2004 sebagai Prancak N-1 dan
Prancak N-2. Dilanjutkan dengan sosialisasinya ke petani tembakau, dan pabriik
rokok serta Pemerintah kabupaten Sumenep.
Kegiatan Litkaji ini bertujuan untuk mempercepat adopsi varietas
tembakau Madura rendah nikotin, Prancak N-1 serta mengoptimalkan pola tanam
eksisting melalui introduksi varietas unggul lokal Potre Koneng hasil seleksi Tim
BPTP Jawa Timur. Pengkajian melibatkan 10 kelompok tani kooperator pada
kawasan seluas 50 ha di kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep.
Untuk memudahkan koordinasi dan sinkronikasi pelaksanaan kegiatan
usahatani di wilayah pengkajian, terutama dalam hal penentuan saat penanaman,
penyaluran sarana produksi serta penentuan saat panen, maka dibentuklah
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dari 10 kelompok tani binaan.
Hasil Litkaji menunjukan bahwa persemaian bibit tembakau dengan
kondisi pertumbuhannnya sangat baik, hal ini ditunjukkan pada saat transplanting
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
50
(awal bulan Mei 2005) persentase pertumbuhannya kurang lebih 99 %. Hasil
Produktivitas tembakau petani kooperator berkisar 510-552 kg rajangan kering
/ha dengan rataan 531 kg rajangan kering /ha dengan hasil tertinggi di
agroekosistem sawah. Kadar nikotin berkisar 2,24 – 2,64 % rataan 2,41 %
dengan kadar nikotin tertinggi di agroekosistem sawah dan terendah di gunung.
Tingginya kadar nikotin tersebut disebabkan daun-daun tembakau yang dipanen
adalah daun-daun bagian atas, sedangkan daun-daun bagian bawah sampai
tengah mengering (krosok) akibat turunnya hujan selama masa pertumbuhan
tembakau dan berakibat pula menurunnya mutu tembakau, pada akhirnya
penerimaan petani dari usahatani tembakau ini merugi kecuali di lahan sawah.
Dari 3 varietas jagung lokal (Guluk-Guluk, Manding, dan Talango) yang
diintroduksikan ke petani, varietas Guluk-Guluk (Potre Koneng) yang diterima
petani karena produktivitasnya lebih tinggi. Dari hasil pengkajian, produktivitas
jagung lokal Potre Koneng di agroekosistem sawah 3,04 t/ha, tegal 2,71 t/ha, dan
gunung 1,98 t/ha, dengan pendapatan yang diperoleh petani berturut turut
sebesar Rp.1.269.000,-, Rp. 906.000,-, dan Rp. 103.000,-. Rendahnya
pendapatan di lokasi agroekosistem tegal dan gunung dikarenakan tanaman
mengalami cekaman air, sehingga produktivitasnya relatif lebih rendah
dibandingkan di sawah.
3.7.1.2. Kajian Model Usahatani Pembibitan Sapi Potong Rakyat: Aspek Pemberdayaan Kelembagaan/ Kelompok Peternak
Pengkajian ini bertujuan untuk memperoleh cara efektif menginisiasi
pembentukan Kelompok Tani Ternak ( KTT ) atas dasar partisipatif di kawasan
usaha pembibitan sapi potong rakyat di Jawa Timur. Lokasi pengkajian di Dusun
Kalianjok Desa Bulu Kecamatan Brebek Nganjuk. Pengkajian bersifat on-farm
assessment dengan langkah awal melakukan penjaringan sapi – sapi potong
induk berkategori sapi induk pilihan ( SIP ), yakni tinggi badan > 135 cm beserta
petani peternaknya sebagai petani peternak kooperator. Para petani peternak
kooperator diberi stimulasi peningkatan pemahaman tentang kesamaan
kepentingan, prospek dan potensi daya dukung lokal untuk usaha pembibitan
sapi potong dengan menggunakan metode participatory rural approach ( PRA ).
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
51
Analisis kondisi sebelum dan sesudah stimulasi dilakukan terhadap parameter
pemahaman manfaat keberadaan KTT dan motivasi untuk membentuknya,
aktivitas seleksi secara patisipatif, dan sistem kawin sapi induk. Hasil pengkajian
menunjukkan, bahwa dalam kalangan petani peternak pemelihara SIP yang
distimulir dengan perlakuan seperti pada pengkajian ini mempunyai respon positif
tentang pemahamannya terhadap manfaat keberadaan KTT dan motivasi untuk
membentuknya serta pelaksanaan seleksi sapi induk secara patisipatif . Ketiga
faktor tersebut ternyata dapat menyebabkan terbentuknya KTT. Sedangkan
sistem kawin sapi tidak mengalami perubahan positif, karena masih adanya faktor
lain yang lebih dominan menentukan. Kesimpulan adalah mestimulasi para petani
peternak pemelihara SIP untuk meningkatkan pemahaman tentang kesamaan
kepentingan, prospek dan potensi daya dukung lokal dengan metoda PRA
merupakan cara efektif untuk membentuk KTT secara patisipatif.
3.7.1.3. Pengkajian Konservasi Lahan Melalui Multistrata di Lahan Kering Dataran Rendah
Masalah di lahan kering Kawasan Selatan Jawa Timur adalah rendahnya
produktivitas lahan, tingginya erosi tanah, kelangkaan pakan ternak di musim
kemarau dan rendahnya bahan organik tanah. Salah satu alternatif untuk
mengatasinya adalah pengembangan sistem multistrata. Konsep usahatani
konservasi pola multistrata adalah optimalisasi lahan untuk produksi bahan
pangan, pakan, papan dan pendapatan keluarga petani dari kegiatan
usahataninya. Pengkajian dilaksanakan di Desa Mojorejo Kecamatan Wates
Kabupaten Blitar melibatkan 5 orang petani kooperator pada lahan seluas 2
hektar. Pola multistrata merupakan bentuk pengembangan wanatani
(agroforestry) yang terintegrasi antara tanaman strata I (tanaman semusim,
empon-empon, rumput), tanaman strata II (legume pohon), dan strata III
(tanaman tahunan). Usaha penggemukan domba di pekarangan rumah dengan
sumber pakan utama berupa hijauan ditambah pakan lengkap (complete feed).
Tanaman strata I ditanam pada bidang olah inti, sedangkan strata II dan III
ditanam pada sekeliling batas lahan sebagai tanaman pagar (hedgerow). Aspek
konservasi tanah dan air sangat diperhatikan dalam konsep multistrata melalui
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
52
pengaturan bentuk teras, proporsi antara tanaman semusim dan tahunan,
pengelolaan aliran permukaan, penggunaan mulsa dan pengembalian bahan
organik ke tanah. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pada rakitan teknologi
petani tingkat produksi padi gogo 2,2 ton/ha dan jagung 4,4 ton/ha; dengan
teknologi introduksi padi gogo 4,1-5,4 ton/ha dan jagung 5,2-6,1 ton/ha. Produksi
tanaman empon-empon pada teknologi petani adalah kunyit 9,2-27,4 ton/ha,
lengkuas 13,5 ton/ha, jahe 1,6 ton/ha, kencur 4,2 ton/ha; pada teknologi
introduksi kunyit 12,6-36,2 ton/ha, lengkuas 14,4-18,1 ton/ha, jahe 1,7-2,8 ton/ha
dan kencur 4,6-5,8 ton/ha. Pertambahan berat badan domba harian mencapai
180 gr/ekor dengan perolehan pendapatan bersih dari usaha penggemukan skala
5 ekor selama 4 bulan sebesar Rp.584.500,-. Tambahan produksi hijauan pakan
dari tanaman rumput, legum semak dan legum pohon setahun mencapai 4,53 ton
BK masing-masing 2,25 ton BK pada musim hujan, 1,08 ton BK pada musim
peralihan dan 1,20 ton BK pada musim kemarau. Daya tampung ternak
berdasarkan produksi hijauan tersebut adalah sebesar 3 ST/ha pada musim
hujan, 2,4 ST/ha pada musim peralihan dan 2 ST/ha pada musim kemarau. Nilai
pendapatan bersih yang diperoleh dari usahatani multistrata dengan tiga rakitan
teknologi masing-masing adalah dari teknologi petani (existing) sebesar
Rp.988.100,-/ha/tahun dengan B/C ratio 0.33; dari teknologi kesepakatan
sebesar Rp. 1.483.600,- dengan B/C ratio 0.39, dan dari teknologi anjuran
sebesar Rp.2.562.800 dengan B/C ratio 0.58. Beberapa komponen teknologi
yang diadopsi petani adalah varietas unggul, teknologi kompos, jamu ternak,
complete feed, jarak tanam, dosis pemupukan dan tanaman pakan.
3.7.1.4. Kajian Pengembangan Usaha Pertanian Konservasi Model Strip Cropping Tanaman Kentang - Pakan Ternak Di LKDT
Penanaman kentang di kawasan lahan kering dataran tinggi berlereng
seringkali mengabaikan prinsip prinsip konservasi lahan berupa penanaman
kentang pada guludan searah lereng. Perbaikan budidaya tanaman kentang
dengan penaman pada guludan miring 450 disertai strip cropping tanaman
kentang - pakan ternak merupakan teknologi yang murah, mudah dan sangat
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
53
efektif mengendalikan erosi maupun run off serta dapat meningkatkan
produktivitas lahan. Dalam upaya pengembangannya telah dilibatkan petani
kooperator lebih banyak agar teknologi dapat tersosialisasi , teraplikasi dengan
dan didukung oleh kelompok tani yang kuat. Pengembangan berpusat di desa
krajan desa Argosari (2000 m dpl), kec. Senduro, Lumajang. T.A. 2005 dengan
melibatkan kelompok tani \argotani di dukuh tersebut.
Kelompok tani cukup respon utamanya dalam menyusun teknologi
kesepakatan dengan berbagai perjanjian bersama dan mampu menepati janji
sampai pengkajian selesai. Kelompok tani dapat menerima beberapa aktifitas
yang diberikan ( administrasi kelompok, inisiasi keuangan/ simpan pinjam,
inisiasi agroinsudtri dll), meskipun masih perlu ditingkatkan. Dari pengkajian
diperoleh bahwa teknologi partisipatif (kesepakatan) dengan mempergunakan
varietas Granola Australia, pemupukan sebesar (200 kg Urea + 300 kg ZA + 200
kg SP36 + 200 kg KCl) per ha, dan pupuk bokasi 5 t/ha, ditanam pada guludan
miring 450 disertai strip tanaman setaria dengan jarak 5 m setiap panjang lereng
ternyata memberikan hasil lebih tinggi 25.58% daripada teknologi petani. Produk
yang tinggi tersebut didukung oleh lebih banyaknya umbi besar yang mencapai
69,47%. Dan R/C rasio sebesar 1,85. Penggunaan teknologi petani mencapai
R/C rasio 1,30. Sehingga teknologi partisipatif ternyata lebih efektif dan efisien
untuk usahatani kentang di lahan kering dataran tinggi Senduro, Lumajang.
Model kelompok tani yang tepat bagi petani tampaknya model pertanian
kooperatif mempunyai peluang untuk dikembangkan mengingat lokasi yang
cukup terpencil sehingga mereka butuh kerjasama yang erat untuk masuk
kesistem agribis yang tepat. Informasi yang disampaikan pada kelompok cukup
efektif namun masih diperlukan pengembangan informasi seperti adanya
demoplot, pelatihan dll. Dengan demikian tindakan konservasi vegetatif ini dapat
memberi keuntungan yaitu hasil dan pendapatan usahatani kentang meningkat,
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah serta dapat digunakan
sebagai sumber pakan ternak yang potensial, dan bila mungkin
mengembangkan usahatani integrasi tanaman dan ternak untuk optimalisasi
pemanfaatan lahan dan limbah biomas.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
54
3.7.1.5. Kajian Agroindustri Pedesaan
Tujuan pengkajian ini adalah untuk menumbuh-kembangkan industri
rumah tangga kerupuk jagung dan tiwul manis di kabupaten Kediri serta tortila
jagung di kabupaten Blitar. Kegiatan pengkajian meliputi survei pendahuluan, uji
teknologi di laboratorium, aplikasi teknologi di tingkat perajin wanita, analisis mutu
hasil dan pengembangan pasar. Pengamatan yang dilakukan meliputi proses
produksi, produktivitas dan beban tenaga kerja wanita, mutu hasil olah dan
serapan pasar. Beberapa kelompok perajin wanita di lokasi pengkajian telah
dapat menerapkan teknologi yang dilatihkan dengan hasil yang memuaskan.
Teknologi pengolahan kerupuk jagung, tiwul manis serta tortila jagung telah
diadopsi oleh kelompok perajin wanita setempat dan produknya sudah
dipasarkan di sekitar lokasi produksi serta kota-kota besar lainnya di Jawa Timur.
Pendapatan yang diperoleh perajin per tahun dari usaha kerupuk jagung, tiwul
manis dan tortila jagung besarnya berturut-turut adalah Rp. 3.144.000,-, Rp.
3.116.800,- dan Rp. 2.419.200,-. Perluasan pasar perlu terus diupayakan untuk
meningkatkan permintaan konsumen, sehingga industri-industri rumah tangga ini
akan berkembang dengan cepat.
3.8. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
3.8.1. Pengkajian Model Agribisnis Berbasis Tanaman Buah Tropis
3.8.1.1. Kajian Pengembangan Agribisnis Mangga Podang Urang
Mangga Podang Urang merupakan komoditas unggulan Kabupaten
Kediri, Propinsi Jawa Timur, yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian Indonesia
pada tahun 2003. Buah mangga ini mempunyai keunggulan dalam warna kulit,
ukuran, aroma dan rasanya, yang disukai oleh konsumen, sehingga mempunyai
peluang untuk pasar Nasional maupun Intenasional. Namun produksi dan mutu
buah mangga Podang Urang masih rendah, karena petani belum menerapkan
pengelolalan kebun secara baik. Tujuan pengkajian ini adalah untuk
meningkatkan partisipasi petani pada kegiatan agribisnis dan memperoleh paket
usahatani terpadu berbasis mangga Podang Urang.. Lokasi pengkajian adalah di
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
55
desa Tiron, kecamatan Banyakan, kabupaten Kediri. Metode pengkajian adalah
“farmers partisipative research” dengan melibatkan peneliti, penyuluh lapang,
petani dan instansi terkait. Cakupan kegiatan meliputi PRA lokasi baru,
pembinaan budidaya, pembibitan dan pengolahan serta super imposed tentang
pengaruh posisi dan pembungkusan buah di pohon terhadap mutu buah. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa partisipatif petani di Sumberbendo terhadap
kegiatan pembibitan cukup baik (70 %) dengan hasil sambungan jadi 50 % dan
partisipatif petani di Kaligayam kurang baik (45 %) dengan tingkat keberhasilan
penyambungan sangat rendah (6,25 %). Tanaman sela padi gogo dan jagung
memberikan pendapatan petani (Rp.2.735,000,-/ha) lebih tinggi bila
menggunakan tanaman sela ketela pohon dan kunyit (Rp.1.223.000,-/ha).
Pengolahan dodol dan permen berbahan baku mangga Podang Urang dapat
meningkatkan pendapatan petani masing-masing sebesar Rp.90.125,-/10 kg
mangga dan Rp.18.875,-/10 kg mangga, serta dapat membuka peluang
pekerjaan di desa. Sedangkan posisi dan pembungkusan buah memberikan
pengaruh yang nyata terhadap mutu buah.
3.8.1.2. Pengkajian Model Agribisnis Berbasis Jeruk Keprok dan Pulung Spesifik Lokasi
Keberhasilan pengembangan jeruk di Ponorogo ditentukan oleh
bagaimana mempertahankan pertanaman jeruk bebas penyakit agar tidak
terinfeksi penyakit, dan bagaimana memperbaiki kondisi jeruk eksisting (dari bibit
belum bebas penyakit) agar tidak menjadi sumber penyakit. Dukungan semua
komponen dalam sistem usahatani jeruk dari hulu sampai hilir diperlukan untuk
tercapainya agribisnis jeruk secara berkelanjutan. Budidaya jeruk harus mengacu
pada “Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat” (PTKJS) terdiri dari 4 komponen
yaitu 1). penggunaan bibit bebas penyakit, 2). pengendalian vektor tular penyakit,
3). pemeliharaan yang optimal, dan 4) keterpaduan penerapan teknologi. Tujuan
PTKJS jangka pendek adalah mengatasi permasalahan riel di lapang,
meningkatkan pengetahuan petani jeruk khususnya dan pengawal PTT Jeruk,
membangun demplot, dan meningkatkan partisipasi kelompok dalam sistem
agribisnis jeruk. Penelitian dan pengkajian PTT jeruk dilakukan mulai tahun 2003
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
56
di Desa Paringan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo.
Masalah utama agribisnis jeruk di Ponorogo mulai tahun 2003 sampai
2005 adalah beredarnya bibit mutu rendah, serangan penyakit CVPD, diplodia,
busuk pangkal, hama kepik hijau, dan lalat buah. Informasi teknologi budidaya
jeruk sangat kurang, permodalan lemah, kelembagaan pendukung belum
menunjang, dan terjadinya penurunan harga pada saat panen raya. Pengelolaan
kebun jeruk eksisting di luar pengkajian perlu secara terus menerus dilakukan
sentuhan inovasi teknologi agar tanaman tumbuh sehat.
Pengendalian penyakit difokuskan pada penyakit busuk batang dan
pengendalian hama kutu sisik melalui penyaputan dan penyemprotan bubur
California. Teknologi ini mudah dan murah sehingga cepat diadopsi. Sosialisasi
pemulihan kesuburan lahan melalui pemasukan bahan organik terus dilakukan,
karena bahan organik yang berasal dari ternak besar (ruminansia) di wilayah
pengkajian sangat sulit selalu dipromosikan sistem integrasi jeruk-ternak ke Dinas
dan petani. Hasilnya dinas merencanakan pendanaan untuk integrasi ternak-jeruk
pada tahun 2006.
Perbaikan kualitas produk jeruk dilakukan melalui penerapan pemupukan
rasional tetapi belum dapat dilakukan secara tepat oleh anggota kelompok karena
keterbatasan modal. Pengendalian penyakit utama jeruk pada penyakit Diplodia
dan Embun jelaga diatasi dengan bubur california, dan pangkasan cabang
kering, sedang pengendalian hama utama aphidn dan kepik penghisap buah
dengan insektisida curacron. Perbaikan kualitas produk dilakukan melalui
demplot penanaman bibit bebas penyakit pada awal tahun 2005, serta
pengembangan keprok Pulung yang mempunyai nilai kompetitif. Pengaturan
waktu panen diwilayah berpengairan teknis (Kecamatan Pulung) telah dilakukan
petani dengan pengaturan pengairan.
Sosialisasi dan pendampingan teknologi PTKJS pada 7 kelompok tani
jeruk bersama kegitan SLPHT jeruk yang dilakukan oleh Dinas Pertanian
Kabupaten Ponorogo. Perbaikan pemasaran melalui berpartisipasi pada lomba
jeruk keprok non siem (juara harapan), ekspo di Hari Krida Pertanian Propinsi,
dan temu bisnis. Keberhasilan TOT bagi petani yang dilakukan oleh Lolit Jeruk
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
57
dan tanaman Sub Tropis dengan pendampingan di lapang telah mengantarkan
satu pendamping teknologi menjadi pemuda pelopor tingkat Propinsi dalam
bidang pengembangan teknologi pertanian. Strategi ini perlu ditumbuh
kembangkan.
3.8.1.3. Pengkajian Model Agribisnis Berbasis Pisang Spesifik Lokasi
Jawa Timur dikenal sebagai salah satu daerah penghasil pisang nasional,
sebagian besar diproduksi di lahan kering. Produktivitas dan daya saing pisang
tersebut masih rendah, karena antara lain bibit yang ditanam kualitasnya kurang
baik, varietas beragam, teknologi budidaya masih rendah serta kurangnya
pengetahuan petani tentang teknik panen dan pasca panen. Oleh karena itu
pada tahun 2005 dilakukan pengkajian dengan tujuan (a) mendapatkan alternatif
teknologi pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT) pisang spesifik lokasi yang
efektif dan efisien; dan (b) Mendapatkan alternatif paket teknologi pengolahan
buah pisang spesifik lokasi yang efisien dan diminati konsumen. Pengkajian
bersifat on farm research dalam kawasan 10 ha disetiap kelompok tani, terdiri
tiga kelompok tani yaitu kelompok tani Rejo Agung dan Raja Mas Desa Kandang
Tepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang yang mengembangkan pisang
Agung Semeru dan Pisang Mas kirana, sedangkan di Kabupaten Banyuwangi
pada kelompok tani Diman Saniman Desa Glagah Kecamatan Glagah yang
mengembangkan pisang Kepok dan Ambon kuning. Model agribisnis dibangun
melalui usahatani kooperatif (Cooperative Farming). Disetiap kelompok tani
petani menerapkan teknologi PTT pisang secara partisipatif pada tanaman yang
ada maupun tanaman baru. Selain itu dikembangkan teknologi olahan berbahan
baku pisang spesifik lokasi. Sebagai pembanding dilakukan uji penerapan PTT
spesifik lokasi dan teknologi petani. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa
peluang pengembangan usaha agribisnis di Kabupaten Lumajang adalah usaha
pembibitan pisang secara klonal melalui bit, buah pisang dan olahan dalam
bentuk tepung, sale dan dodol. Partisipatif petani anggota kelompok tani dalam
penentuan usaha dan penetapan teknologi PTT sekitar 70% sedangkan yang
menerapkan PTT sebesar 50%. Hasil penerapan PTT dapat meningkatkan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
58
produktivitas buah pisang 20% (1,25-2 kg/tandan), keuntungan bersih 10% dan
keunggulan kompetitif 10% dibandingkan teknologi petani. Dalam penerapan
teknologi pembibitan melalui bit pada awal pelaksanaan tingkat keberhasilannya
20% dan pada tahap berikutnya meningkat menjadi 80%. Anggota kelompok tani
yang respon terhadap pembuatan olahan berbahan baku pisang Agung Semeru
dan Mas Kirana sangat tinggi. Dari hasil pelatihan olahan hampir semua anggota
mengikuti dan berminat mengembangkan olahan tepung dan dodol dari pisang
Agung Semeru dan Mas Kirana serta sale pisang Mas Kirana. Hasil uji olahan
tepung pisang Mas Kirana menunjukkan bahwa kualitas tepung pisang yang
dilakukan dengan blancing rendemen tepungnya lebih baik dibanding tanpa
blancing. Produksi pisang Agung Semeru dan Mas Kirana diperoleh 27,5 ton dan
17,5 ton dengan pendapatan Rp 18.306.000,- dan Rp 6.466.000,- serta R/C ratio
1,69 dan 1,25. Peluang pengembangan agribisnis di kabupaten Banyuwangi
adalah usaha pisang Kepok dan pisang Ambon Kuning serta olahan tepung
pisang Kepok dan sale pisang Ambon Kuning. Partisipatif petani anggota
kelompok tani dalam penentuan usaha dan penetapan teknologi PTT sekitar 50%
sedangkan yang menerapkan PTT sebesar 30 %. Hasil penerapan PTT dapat
meningkatkan produktivitas buah pisang 15% (1-2 kg/tandan), keuntungan bersih
10% dan keunggulan kompetitif 10% dibandingkan teknologi petani. Produksi
pisang Ambon Kuning dan Kepok secara rekomendasi diperoleh 29,5 ton dengan
pendapatan Rp 30.651.000,- serta R/C ratio 1,6
3.9. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
3.9.1. Kajian Pengembangan Agroindustri Perbenihan Tanaman Semusim
3.9.1.1. Kajian Pengembangan Agribisnis Perbenihan Padi VUB
Kajian Pengembangan Agribisnis Perbenihan Padi Varietas Unggul Baru
(VUB) di Jawa Timur. Propinsi Jawa Timur dikenal sebagai salah satu daerah
penghasil padi nasional memberikan kontribusi 20% produksi padi nasional
dengan luas tanam mencapai 1.62 juta ha/tahun dan rata-rata produktivitasnya
hanya sekitar 5.6 t/ha (GKG) atau setara 6.44 t/ha (GKP). Permintaan benih padi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
59
bermutu tidak pernah terpenuhi karena ketersediaan benih padi bersertifikat
secara nasional hanya ± 35% dari kebutuhan benih padi. Karenanya, peluang
untuk benih padi bersertifikat/berlabel sehingga masih tinggi, dan perlu didorong
dan disosialisasikan untuk menghasilkan dan menggunakan benih yang
berkualitas baik. Dari sisi agribisnis peluang produsen untuk peningkatan
agroindustri perbenihan padi masih terbuka lebar untuk memenuhi permintaan
pasar. Agribisnis perbenihan padi VUB adalah merupakan program utama untuk
meningkatkan produktivitas padi di Jawa Timur. Tujuan pengkajian ini adalah
untuk mengembangkan usaha perbenihan padi, sekaligus meningkatkan
pendapatan penangkar benih padi, serta mendorong tumbuh dan berkembangnya
kegiatan usaha agribisnis perbenihan padi di pedesaan. Pengkajian dilakukan di
lahan sawah petani desa Sumberjati, Mojoanyar dan Centong Gondang , di
Mojokerto seluas ± 8 ha (masing- masing ± 4 ha/lokasi), pada musim tanam MK
II, selama bulan April sampai dengan November tahun 2005. Hasil Kajian
menunjukkan bahwa analisis usahatani perbenihan padi VUB Cibogo dan
Ciherang di desa Sumberjati memperoleh pendapatan per ha Rp.12.588.800,-
dan VUB Cibogo dan Memberamo di desa Centong, memperoleh pendapatan
Rp. 17.531.250,-/ha . Di desa Centong, agribisnis perbenihan padi VUB yang
dilakukan kelompoktani menunjukkan memberikan keuntungan lebih tinggi
(R/Cratio 3,04), bila dibandingkan dengan agribisnis perbenihan padi VUB di desa
Sumberjati, Mojoanyar (R/C ratio 2,33). Rata-rata hasil ubinan (2m x 5m) untuk
super impose trial uji adaptasi padi VUB untuk Fatmawati =8,25 kg ; Batang
Gadis = 9.2 kg ; Cigelis = 8,03 kg ; Cimelati = 9,5 kg; Cisantana =7,9 kg ;
Cibogo= 8,25 kg ; Sunggal = 9,6 kg ; Conde = 9,4 kg dan sebagai pembanding IR
64 = 6 kg. Telah terbentuk kelompok tani perbenihan padi Sumber Rejeki di desa
Sumberjati, Mojoanyar, sedangkan di desa Centong, Gondang, kelompok tani
lama Sumber Makmur yang dulunya tidak aktif sekarang menjadi lebih aktif.
Khusus untuk menangani perbenihan padi VUB, masih diperlukan bimbingan dan
pendampingan lebih lanjut agar tumbuh berkembang menjadi kelompok agribisnis
benih padi yang mandiri.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
60
3.9.1.2. Kajian Pengembangan Agribisnis Perbenihan Kentang
Pengkajian bertujuan untuk mengkomunikasikan dan alih teknologi hasil
litkaji ke kelompok tani perbenihan kentang, menguatkan kelembagaan kelompok
tani perbenihan kentang dan meningkatkan kualitas dan kuantitas benih kentang
di kelompok tani. Pengkajian dilaksanakan di dususn Gedog, desa Argosari,
kecamatan Senduro, kabupaten Lumajang yang termasuk ekoregion dataran
tinggi lahan kering, pada bulan Januari sampai Desember 2005 Pengamatan
meliputi data agronomis, data pasca panen dan data sosial ekonomi. Analisa data
secara sidik ragam dan untuk mengetahui tingkat keuntungan dari rakitan paket
teknologi yang dikaji digunakan analisis input-output, R/C ratio. Di samping itu,
dikumpulkan pula data keadaan sosial ekonomi petani setempat dengan metode
wawancara dan pengumpulan data sekunder yang meliputi sumber daya manusia
dan sumber daya bio-fisik. Penguatan kelembagaan terwujud dengan
terbentuknya Kelompok tani perbenihan kentang Putra Tengger yang telah
memperoleh sertifikat dari BPSBTPH Propinsi Jawa Timur. Pertumbuhan
kelompok tani perlu dukungan berupa: pendampingan pembinnan, ketersediaaan
benih dasar kentang secara kontinyu dan ketersediaan modal. Hama dan
penyakit di pertanaman pembibitan kentang masih sangat rendah Rakitan
Teknologi Partisipatif I menghasilkan persentase umbi bibit 80,45% dari bobot
umbi 7,05 kg per gulud dengan R/C ratio 2,38, Rakitan Teknologi Partisipatif II
menghasilkan persentase umbi bibit 86,94% dari bobot umbi 5,12 kg per gulud
dengan R/C ratio 2,34, sedangkan Rakitan Teknologi Petani menghasilkan
persentase umbi bibit 24,72% dari bobot umbi 5,17 kg per gulud dengan R/C ratio
0,89
3.10. PROGRAM TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERTANIAN TERPADU
3.10.1. Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMATANI)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
61
3.10.1.1. Kajian Rancang Bangun Agribisnis Berbasis Introduksi Teknologi Di Lahan Kering Dataran Tinggi (LKDT).
Prima Tani merupakan program rintisan dan akselerasi pemasyarakatan
inovasi teknologi pertanian untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan inovasi
hasil Litbang kepada masyarakat dalam bentuk laboratorium agribisnis di lokasi
yang mudah di lihat dan dikenal masyarakat petani. Prinsip dasar yang
digunakan adalah merancang model laboratorium agribisnis di lapangan,
mengimplementasikan bersama-sama institusi teknis, dan memasyarakatkannya
pada stakeholder di daerah. Selanjutnya model ini dapat dimasalkan oleh
institusi dan pemerintah daerah. Program Prima Tani akan di laksanakan selama
lima tahun mulai tahun 2005 hingga 2009 oleh BPTP Jawa Timur. Lokasi
Program Prima Tani introduksi dilaksanakan pada kawasan lahan kering dataran
tinggi (LKDT) di Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten
Lumajang. Pada tahun pertama yaitu 2005 telah dilakukan beberapa kegiatan
antara lain: PRA, baseline survei, introduksi inseminasi buatan (IB) pada
kambing, introduksi entres unggul untuk tata tanam kebun kopi sehat, introduksi
bibit pisang dengan sistem bit (belahan bonggol), introduksi inisiasi kebun bibit
panili bebas penyakit, introduksi bibit manggis, analisis kandungan nematoda
parasit di akar dan tanah pada tanaman kopi, survei pemetakan status hara
tanah, survei hidrologi, dan diseminasi kegiatan Prima Tani melalui media
elektronik (TVRI). Hasil yang di peroleh dari beberapa kegiatan yang telah
dilaksanakan adalah sebagai berikut: (1). Penggalian potensi dan masalah
dengan metode PRA terungkap bahwa ada tiga permasalahan-permasalahan
yang dikemukakan oleh masyarakat yang segera di tindaklanjuti yaitu
permasalahan kopi, pisang, dan kambing, (2). Survei pendasaran (baseline
survei) dengan mengambil 40 sampel responden di dalam kawasan Prima Tani
dan 20 sampel responden ada di luar kawasan Prima Tani, (3). Perbaikan
kualitas kambing PE dengan metode IB berbahan baku semen sexing betina
sebanyak 97 ekor induk dengan tingkat keberhasilan bunting 95 ekor (97, 94%),
(4). Perbaikan bahan tanam unggul pada empat lokasi (petani) seluas 1 ha
dengan metode sambung untuk tiga jenis klon (BP 42, BP 534, dan BP 939)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
62
dengan tingkat keberhasilan (hidup) 79,5 – 90,63 %, (5). Introduksi pembuatan
bibit pisang agung semeru dengan metode bit sebanyak 1000 bibit, (6).
Introduksi bibit panili bebas penyakit untuk inisiasi kebun bibit tersebar di lima
petani sejumlah 750 bibit, (7). Introduksi bibit manggis sebanyak 1100 bibit terdiri
atas`tiga jenis yaitu asal biji, akar ganda, dan sambung yang terdistribusi pada
sembilan kelompok tani, (8). Kandungan nematoda parasit pada akar dan
tanaman kopi populasinya sangat tinggi yaitu 380 – 2770 ekor per 10 g akar, (9).
Status hara pada kawasan Prima Tani, (10). Status kandungan air tanah di
kawasan Prima Tani, (11). Diseminasi inovasi teknologi telah di tayangkan
melalui media elektronik (TVRI) dengan durasi 20 menit pada tanggal 25 Januari
2006.
3.10.1.2. Kajian Rancang Bangun Agribisnis Berbasis Renovasi Teknologi Di Lahan Sawah Intensif (LSI)
Kajian Rancang Bangun Agribisnis Berbasis Renovasi Teknologi di Lahan
Sawah Intensif (LSI) ini merupakan kegiatan tahun pertama dari implemtentasi
Prima Tani model lanjutan (renovasi) yang dilaksanakan oleh BPTP Jawa Timur
dalam kurun waktu lima tahun mulai tahun 2005 sampai dengan 2009. Kegitan ini
dilaksanakan di Desa Sidodadi, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro
dengan tujuan jangka panjang untuk meningkatkan pendapatan petani melalui
percepatan pemasyarakatan dan adopsi teknologi. Pada tahun 2005, kegitan ini
mempunyai tujuan jangka pendek untuk (1) melakukan sosialisai Prima Tani pada
tingkat propinsi dan kabupaten, (2) menggali potensi sumberdaya wilayah, (3)
mengidentifikasi kebutuhan inovasi teknologi dan peluang inovasi teknologi, (4)
mengidentifikasi karakteristik ekonomi masyarakat petani, (5) menentukan Disain
Laboratorium Agribisnis yang akan diimplementasikan di lokasi dan (6)
melaksanakan implementasi program secara terbatas. Metodologi yang
dipergunakan dalam kegiatan ini meliputi: (a) presentasi dan pembagian handout
untuk sosialisasi Prima Tani, (b) PRA digunakan untuk menggali potensi
sumberdaya wilayah, kebutuhan inovasi teknologi dan peluang inovasi terknologi,
(c) diskusi untuk mencapai kesepakatan (partisipatif) digunakan untuk menyusun
dan menentukan Disain Laboratorium Agribisnis dan (d) survei pendasaran
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
63
(baseline survey) untuk mengidentifikasi karakteristik ekonomi petani pada awal
implementasi program serta (e) pertemuan kelompok untuk implementasi
program. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa meskipun diperlukan sosialisasi
yang lebih efektif untuk tingkat propinsi, namun sosialisasi Prima Tani pada
tingkat kabupaten sudah cukup efektif. Sementara itu berdasarkan hasil PRA
telah berhasil ditetapkan dan disepakati Disain Laboratorium Agribisnis yang akan
dilaksanakan. Dalam disain tersebut, komoditas utama yang akan dikembangkan
terdiri atas padi, kedelai dan sapi potong dengan komoditas penunjang berupa
pisang dan mangga. Pengembangan komoditas ini berbasis pada inovasi
teknologi ditunjang oleh inovasi kelembagaan yang mantap. Berdasarkan analisis
ekonomi (R/C rasio) dari usahatani komoditas utama (padi dan kedelai), yang
dilakukan berdasarkan data baseline survey menunjukkan bahwa tingkat
pendapatan rata-rata petani di Desa Sidodadi sebesar Rp. 6.055.131,35 dengan
tingkat keuntungan Rp. 3.816.133,36. per tahun. Tingkat pendapatan inilah yang
menjadi target implementasi Prima Tani untuk ditingkatkan secara bertahap.
3.101.3. Pengkajian dan Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Agro Mendukung Pengembangan Agroindustri Pedesaan di Jatim
Kajian Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Agro merupakan salahsatu
komponen dalam Primatani di Propinsi Jawa Timur yang dimaksudkan untuk
mendukung komponen-komponen kegiatan lainnya yaitu Introduksi di Lumajang
dan Renovasi (Lanjutan) di Bojonegoro. Oleh karena itu, dalam kajian LKM Agro
ini selain dilakukan dalam kerangka LKM juga sangat tergantung pada
perkembangan kegiatan-kegiatan komponen lainnya di lokasi masing-masing.
Pada tahun pertama (2005), kegiatan ini bertujuan untuk: 1) mengkaji akses,
persepsi dan kebutuhan petani terhadap skim-skim pembiayaan, 2) menganalisis
mekanisme delivery dan aturan main skim-skim pembiayaan, 3) merumuskan
skim pembiayaan yang reasonable bagi petani, dan 4) melakukan kaji-tindak
(implementasi) skim pembiayaan mikro bagi petani. Melalui PRA yang dilakukan
secara simultan dengan Tim Introduksi dan Renovasi telah diperoleh gambaran
tentang profil desa berikut kelembagaan petani dan masyarakat pedesaan pada
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
64
umumnya yang memiliki skim-skim pembiayaan atau kredit baik yang bersifat on
farm maupun off farm. Hasil kajian memperlihatkan bahwa kelembagaan petani
dan masyarakat pedesaan di lokasi Primatani Renovasi (Bojonegoro) secara
umum lebih tertata dan aktif dibandingkan yang ada di lokasi Primatani Introduksi
(Lumajang). Hal ini diduga berkaitan dengan intensitas implementasi program-
program pembangunan (pemerintah) yang ada sebelumnya. Berdasarkan kondisi
kelembagaan yang ada dan persepsi masyarakat serta aspirasinya tentang skim
pembiayaan yang diharapkan dan studi banding yang telah dilakukan, maka
dibuat rancangan model LKM yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan
mayarakat/petani dan kemampuannya dalam mengelola skim kredit yang
ditawarkan yaitu dengan pendekatan Grameen Bank yang lebih mengarah
kepada kegiatan off farm. Selain itu, untuk menampung aspirasi masyarakat
yang membutuhkan bantuan pembiayaan usahatani, maka skim khusus untuk
usahatani juga akan dikembangkan sesuai kebutuhan di masing-masing lokasi
Primatani.
3.11. PROGRAM TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERTANIAN TERPADU
3.11.1. Pengkajian Model Agribisnis Terpadu Berbasis Tanaman Pangan Unggulan
3.11.1.1. Pengkajian Model Agribisnis Terpadu Berbasis - Padi Ternak Sapi di Lahan Sawah Irigasi
Jawa Timur dikenal sebagai daerah penghasil padi nasional, yang
sebagaian besar diproduksi di lahan sawah. Beberapa tahun terakhir peningkatan
produktivitas, efisiensi usaha dan daya saing hasilnya menurun. Hal ini antara lain
disebabkan menurunnya kesuburannya tanah dan skala usahanya semakin
sempit yang disertai peningkatan biaya produksi. Oleh karena itu pada tahun
2005 dilakukan pengkajian dengan tujuan (a) mendapatkan alternatif teknologi
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi dan kedelai di lahan sawah spesifik
lokasi yang efektif dan efisien; (b) mendapatkan paket SIPT tanaman ternak sapi
berbasis pakan lokal yang efisien dan (c) meningkatkan partisipasi aktif petani
dan penyuluh pada kelompok tani dalam mengembangkan sistim dan usaha
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
65
agribisnis padi spesifik lokasi. Pengkajian bersifat “on farm research” pada
hamparan minimal seluas 50 ha yang didukung oleh 40 ekor sapi di setiap
kelompok tani. Model agribisnis dibangun melalui usahatani kooperatif
(Cooperative Farming). Disetiap kelompok tani, anggota menerapkan teknologi
PTT padi-ternak sapi secara partisipatif. Sebagai pembanding dilakukan uji
penerapan PTT spesifik lokasi dan teknologi petani pada musim yang sama.
Pengkajian dilaksanakan di kelompok tani Subur Makmur dan Mekarsari desa
Bulu Kecamatan Brebek Kabupaten Nganjuk dan Kelompok tani Cipto, Mulyo dan
Tulodo Desa Cluring Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa (1) Anggota kelompok tani di Nganjuk yang
berperan aktif dalam penentuan paket teknologi PTT secara partisipatif sebanyak
75 %, sedangkan yang telah menerapkan teknologi PTT tersebut pada MK I 2005
adalah 70 %. Hasil penerapan PTT padi dapat meningkatkan produktivitas
sebesar 21,8 % (1,20 t GKP/Ha), keuntungan 28,5 % dan keunggulan kompetitif
6% Penerapan teknologi PTT secara partisipatif pada MK II-2005 meningkat
menjadi 81,5%. Penerapan PTT partisipatif dapat meningkatkan produktivitas
17,6% (1,13 t GKP/ha), keuntungan 23,4% dan keunggulan kompetitif 7%. (2)
Anggota kelompok tani di Banyuwangi yang berperan aktif dalam penentuan
paket teknologi PTT secara partisipatif sebanyak 65 %, sedangkan yang telah
menerapkan teknologi PTT tersebut pada MK I 2005 adalah 54 %. Hasil
penerapan PTT padi dapat meningkatkan produktivitas sebesar 15,1% (0,8 t
GKP/Ha), keuntungan 20,9% dan keunggulan kompetitif 9,6% Penerapan PTT
kedelai secara partisipatif pada MK II-2005 sebesar 65%. Penerapan PTT kedelai
partisipatif dapat meningkatkan produktivitas 16,1% (1,95 kw/ha), keuntungan
11,9% dan keunggulan kompetitif 5,8%. Apabila petani bersedia menerapkan
PTT anjuran, produktivitasnya masih mampu meningkat 13,9%,
keuntungan17,5% dan keuntungan kompetitif 8,4%. (3) Anggota kelompok tani
yang memiliki sapi semuanya telah memanfaatkan kotoran sapi untuk dibuat
pupuk organik dan diusahakan secara komersial. Anggota kelompok tani yang
besedia menerapkan ransum yang disusun BPTP Jawa Timur hasil perbaikan
ransum kebiasaan peternak dengan substitusi jerami padi, konsentrat, tetes dan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
66
minyak ikan baru 40 % akan meningkatkan sekitar 10%, pertambahan bobot
badan harian dan meningkatkan sekitar 30 % per ekor selama 3 bulan. Untuk
menerapkan sistim dan usaha agribisnis berbasis padi melalui usahatani
kooperatif diperlukan penguatan kelembagaan tani secara terus-menerus dan
pada masa mendatang penerapan pengadaan sarana produksi dan pemasaran
secara korporasi.
3.11.1.2. Pengkajian Model Agribisnis Terpadu Tanaman Pangan Ternak Sapi Di Lahan Sawah Tadah Hujan
Pengelolaan tanaman dalam satu kesatuan pola tanam meliputi
penggunaan varietas unggul berumur genjah serta perbaikan teknik budidaya
tanaman di lahan sawah tadah hujan berdasarkan peluang curah hujan. Dalam
usahatani keluarga perlu melibatkan pengelolaan secara terpadu antara tanaman
dan ternak secara sinergis, yaitu limbah tanaman (jerami) digunakan sebagai
pakan ternak, sedangkan kotoran ternak dapat dikembalikan ke lahan sebagai
pupuk organik. Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah tadah hujan Desa
Tempuran, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk pada Th. 2005/2006 dengan
luas pengkajian 20 hektar. Pola tanam petani adalah jagung (lokal)-padi
transpanting (IR 64)-jagung (lokal) dan padi transplanting (Ciherang)-jagung
(Bisma), sedangkan pola tanam perbaikan adalah padi gora (Ciherang)-jagung
(Bisma)-jagung (Bisma) dan padi gora (Ciherang)-jagung sayur/jagung (Bisma)-
jagung sayur/jagung (Bisma). Hasil pengkajian menunjukkan, pada pola
usahatani petani, padi varietas Ciherang diperoleh peningkatan hasil 355 kg/ha
GKP dibanding varietas IR-64. Pada pola usahatani perbaikan, usahatani padi
gogorancah diperoleh peningkatan hasil 5.887 kg/ha dengan perbedaan 105
kg/ha GKP dibanding padi transplanting, disamping waktu panennya lebih awal
25 hari. Penggunaan jagung varietas Bisma dapat meningkatkan hasil pipilan
kering sebesar 115% dibanding jagung varietas lokal. Usahatani jagung dengan
jarak tanam rapat yang bertujuan menghasilkan jagung sayur, jagung pipilan dan
biomas pakan ternak diperoleh keuntungan sebesar Rp. 4.714.100,- dengan B/C
ratio 1,78 (MK1), sedangkan usahatani jagung secara rapat pada MK2 diperoleh
keuntungan Rp. 4.289.200,- dengan B/C ratio 1,60. Perbaikan pakan dengan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
67
menggunakan biomas jagung ditambah dedak diperoleh peningkatan bobot sapi
20% per bulannya dibandingkan bila hanya menggunakan rumput alami saja,
sedangkan kotorannya dapat dibuat bokashi dan dikembalikan ke lahan sebagai
pupuk organik.
3.11.1.3. Pengkajian dan Pengembangan Model Usahatani Terpadu Padi - Udang Windu di Lahan Sawah Tambak di JawaTimur Bagian Timur
BPTP Jawa Timur telah melaksanakan pengkajian tumpangsari padi –
udang windu di dua daerah yang terletak di kawasan pantai Utara yaitu
Kabupaten Lamongan dan Sidoarjo dengan hasil yang cukup baik. Untuk lebih
memantapkan dan mengembangkan paket teknologi tumpang-sari padi – udang
windu telah pula dilakukan pengkajian pada daerah yang diperkirakan ada intrusi
air laut. Pengkajian ini juga merupakan upaya optimalisasi lahan dalam rangka
diversifikasi usaha tani, serta meningkatkan produktivitas lahan untuk
meningkatkan pendapatan petani lahan sawah.
Tujuannya adalah mengetahui dan mempelajari pengelolaan usahatani
padi-udang windu di lahan sawah Tambak di Jawa Timur Bagian Timur.
Pengkajian dilaksanakan di desa Watukebo Kecamatan Rogojampi Kabupaten
Banyuwangi. Hasil Pengkajian menunjukkan bahwa karakteristik lokasi
pengkajian sudah sesuai hanya kandungan pasir pada lokasi pengkajian cukup
tinggi yaitu 42%. Pada MK I produktivitas padi pada sawah tambak yang
menggunakan cara tanam jajar legowo menghasilkan lebih dari 7 ton/ha
sedangkan untuk produksi udang belum dapat dihasilkan karena banyak yang
mati pada proses pengangkutan benur dari Gresik ke Banyuwangi. Untuk MK II
produksi padi meningkat dimana dengan cara petani sudah mencapai 7 ton/ha
dan 7,9 ton/ha untuk cara tanam jajar legowo. Untuk pertumbuhan udang
awalnya cukup baik tetapi akibat terkena banjir dan dipanen awal dengan masa
pemeliharaan 2 bulan dihasilkan udang seberat 5 kg/ha dengan penebaran
10000 ekor/ha.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
68
3.12. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
3.12.1. Analisis Dampak Pengembangan Teknologi
3.12.1.1. Analisis Dampak Pengkajian Pengembangan Teknologi Usahatani Terpadu Tanaman Pangan-Ternak di Lahan Sawah Irigasi di Jawa Timu
Analisis dampak pengkajian pengembangan teknologi uasahatani terpadu
tanaman pangan-ternak di lahan irigasi dilakukan di kabupaten Lumajang dengan
menggunakan metode survai pada bulan September – Nopember 2005. Kajian ini
bertujuan (1) diperolehnya tingkat adopsi teknologi usahatani terpadu tanaman
pangan-ternak sapi, (2) diperolehnya faktor-faktor yang mempengaruhi petani
mengadopsi teknologi pengelolaan tanaman terpadu padi di lahan sawah irigasi,
dan (3) diperolehnya dampak teknologi usahatani terpadu tanaman pangan -
ternak terhadap peningkatan produktivitas tanaman pangan dan pendapatan
petani. Hasil kajian menunjukkan bahwa rakitan teknologi pengelolaan tanaman
terpadu (PTT) padi pada MK I 2005 cukup banyak diadopsi oleh petani di lokasi
pengkajian. Diantara keempat komponen teknologi anjuran PTT padi sawah,
ternyata penggunaan varietas unggul baru dan umur bibit yang ditanam yang
paling banyak diadopsi oleh petani. Faktor-faktor yang mempengaruhi petani
mengadopsi teknologi varietas unggul baru, untuk umur bibit yang ditanam,
jumlah bibit per-rumpun dan pemupukan rasional adalah biaya produksi dan
pendapatan usahatani padi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi cara
tanam jajar legowo dan penggunaan bahan organik, disamping biaya produksi
dan pendapatan usahatani padi juga pendidikan formal petani. Adopsi teknologi
tersebut telah berdampak positip terhadap peningkatan produktivitas dan
pendapatan usahatani padi. Disamping itu juga adopsi teknologi PTT padi sawah
telah berdampak secara komersial yang cukup tinggi. Pada MK I 2005 pengkajian
model usahatani terpadu padi-ternak sapi yang telah dilakukan di tujuh lokasi di
kabupaten Lumajang telah berdampak terhadap produksi fisik padi sebesar 5.177
kw GKP atau senilai Rp 673 juta dengan dampak komersial sebesar Rp 158 juta.
Teknologi system integrasi padi ternak sapi (SIPT) yang banyak diadopsi oleh
petani adalah perkawinan dengan IB dan pembuatan kompos dengan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
69
decomposer. Adopsi teknologi tersebut telah berdampak positip terhadap
pertambahan populasi ternak sapi serta memberikan tambahan pendapatan dari
penjualan pedet.
3.13. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN
3.13.1. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Jatim
3.13.1.1. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Jawa Timur
Pemberdayaan kelompok tani dan peningkatan kualitas SDM
(pengetahuan dan ketrampilan) petani sangat diperlukan dalam rangka
peningkatan daya saing produk pertanian menghadapi era pasar bebas. Hal ini
didasari pemikiran bahwa penggguna (stake holder) utama berbagai inovasi
teknologi pertanian adalah petani atau kelompok tani. Oleh karena itu kelompok
tani sebagai kelembagaan produksi primer perlu mendapat perhatian dan
penataan serius agar berbagai inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing
produk hasil usahatani dapat diadopsi petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi permasalahan kelembagaan produksi (kelompok tani) dalam
mendukung pembangunan pertanian di Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan
dengan menggunakan metode survey terhadap 4 kelompok tani di Kabupaten
Blitar dan Tulungagung. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan
menggunakan tabulasi silang. Hasil penelitian memperlihatkan beberapa hal
sebagai berikut : Kelompok tani pada umumnya dibentuk berdasarkan
kepentingan teknis untuk memudahkan pengkoordinasian apabila ada kegiatan
atau program pemerintah, sehingga lebih bersifat ”programme oriented”, dan
kurang menjamin kemandirian kelompok dan keberlanjutan kelompok. Partisipasi
dan kekompakan anggota kelompok dalam kegiatan kelompok masih relatif
rendah, terutama kelompok yang sudah lama terbentuk ada kecenderungan
makin kurang aktif. Tingkat kehadiran anggota dalam pertemuan kelompok hanya
mencapai 50% dan pengelolaan kegiatan produktif anggota kelompok bersifat
individu. Kelompok sebagai forum kegiatan bersama belum mampu menjadi
wadah pemersatu kegiatan anggota dan pengikat kebutuhan kebutuhan anggota
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
70
secara bersama, sehingga kegiatan produktif individu lebih menonjol. Kegiatan
produktif (usaha jasa layanan dan produk) kelompok yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan usaha anggota kurang mendapatkan dukungan anggota
karena kurangnya insentif yang menarik bagi anggota. Kegiatan atau usaha
produktif anggota kelompok dihadapkan pada masalah kesulitan permodalan,
ketidakstabilan harga dan jalur pemasaran yang terbatas. Harga telur yang
merosot tajam dan harga sarana produksi yang makin meningkat menjadikan
usaha produksi telur tidak menguntungkan. Usaha produksi tanaman pangan
dengan tingkat efiesiensi yang masih relatif rendah tidak mampu membiayai
usaha dengan tingkat bunga komersial. Upaya pengembangan kapasitas
kelembagaan kelompok tani perlu diarahkan pada peningkatan kesadaran
tentang pentingnya kebersamaan anggota dalam mendukung kegiatan kelompok.
Penguatan kegiatan produktif kelompok perlu didukung dengan “channneling”
pemasaran (kemitraan) dan akses permodalan yang terjangkau petani.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
71
3.14. PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA INFORMASI IPTEK, DISEMINASI DAN JARINGAN UMPAN BALIK
3.14.1. Percepatan Proses Transfer, Adopsi dan Difusi Teknologi Hasil Litkaji Di Jatim
3.14.1.1. Sosialisasi Teknologi Unggulan Melalui Visitor Plot
Tahun 2005 di Laboratorium Diseminasi Wonocolo Surabaya
melaksanakan kegiatan Visitor Plot sistem usaha pertanian perkotaan yang
merupakan kelanjutan kegiatan tahun 2004. Kegiatan disesuaikan dengan agro
ekosistem Surabaya dengan sasaran masyarakat perkotaan yang heterogen.
Materi yang ditampilkan berpedoman pada prinsip dasar pertanian perkotaan
atau Agropolitan, dengan menerapkan prinsip agribisnis. Dengan demikian
model usaha pertanian yang dilakukan secara terpadu. Artinya selain
melaksanakan kegiatan percontohan teknologi budidaya juga menyediakan
sarana pertanian, jasa konsultasi dan jasa pend3ukung lainnya, Kegiatan ini
diharapkan untuk menumbuhkan minat dan daya tarik bag para pengunjung
yang melihatnya, Tumbuhnya minat dan daya tarik akan membangkitkan
motivasi untuk melakukan perubahan usahatani yang berwawasan agribisnis ke
arah yang lebih baik. Melalui metode ini akan menanam kan proses belajar
dengan cara melihat penampilan dari suatu obyek tertentu secara nyata. Materi
kegiatan yang dilaksanakan meliputi 1) Kegiatan produktif : a. Pemeliharaan
tanaman hias, jenis (indoor dan autdoor, tanaman obat (Toga), tanaman buah
dalam pot / polybag . b. membudidayakan sayuran hidrophonik, c. Pembibitan
jamur tiram dan jamur kuping 2) Kegiatan pelayanan konsultasi dan kunjungan
dari masyarakat petani perkotaan disekitarnya/mahasiswa dan praktisi semuanya
berjumlah 725 orang. 3) Kegiatan sosialisasi visitor plot melalui stasiun RPW
(Radio Pertanian Wonocolo) Surabaya 4)Kegiatan Non produktif meliputi
pemeliharaan fasilitas screen house (rumah naung) dengan ukuran 15
mx4mx4m, termasuk peralatan hidrophonik ebb dan flow berjumlah 3 buah, rak
besi tiga buah dan rak kayu tiga buah. Dampak dari kegiatan ini adalah 1)
semakin banyak klien untuk mengkonsultasikan usahataninya, 2) keberadaan
Labdis Wonocolo, BPTP Jawa Timur, lebih dikenal masyarakat perkotaan pada
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
72
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Untuk kegiatan konsultasi
pertanian sebanyak 70 % klien hadir langsung di tempat kegiatan dan selebihnya
30 % dilakukan melalui telepon.
3.14.1.2. Visitor display
Diseminasi dan sosialisasi informasi teknologi litkaji merupakan langkah
terdepan yang berhubungan langsung dengan pengguna teknologi melalui
berbagai metode yang dilakukan agar supaya informasi teknologi tersebut dapat
diterima dan diadopsikan. Upaya sosialisasi hasil-hasil litkaji dalam
pelaksanaannya antara lain menggunakan metode visitor display yaitu
penyajian informasi litkaji dalam bentuk foto, gambar dan narasi yang dikemas
kedalam sebuah panel, disajikan secara menarik dan mudah dipahami bagi
setiap pengunjung ruang pamer (show room). Kegiatan visitor display T.A. 2005
telah menyediakan 12 unit panel display yang memuat informasi litkaji bidang
hortikultura, kesehatan hewan, perikanan dan perkebunan.. Panel tersebut
juga dapat digunakan untuk mendukung kegiatan temu informasi, temu aptek,
ekpose teknologi, klinik agribisnis dan kegiatan sosialisasi lainnya. Dalam
pengerjaannya, dibuat dengan sistem knock down untuk memudahkan dalam
pengemasan dan transportasi.
3.14.1.3. Pertemuan APTEK dan Temu Informasi Teknologi Pertanian di Jawa Timur
Hasil-hasil penelitian/pengkajian yang dilakukan BPTP Jawa Timur belum
seluruhnya dimanfaatkan oleh pengguna, yaitu penyuluh pertanian, petani dan
pihak-pihak lain yang terkait dengan bidang pertanian. Melalui forum pertemuan
yang berupa Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian ini diharapkan dapat
menjadi tempat untuk menyampaikan hasil-hasil penelitian/pengkajian secara
langsung kepada pengguna, sedangkan melalui Temu Informasi Teknologi
Pertanian dapat diperoleh umpan balik yang dapat dipakai untuk penyempurnaan
perencanaan litkaji . Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian telah
dilaksanakan di Kabupaten Situbondo dan Ngawi dengan peserta yang terdiri dari
Penyuluh Pertanian Lapangan, Kontak Tani dan Petugas Dinas Pertanian.
Penyajian dilakukan dengan metode ceramah yang dilanjutkan dengan tanya
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
73
jawab. Penyaji materi berasal dari peneliti dan penyuluh BPTP Jawa Timur
dengan judul materi di Kabupaten Situbondo : Teknologi Peningkatan Produksi
Mangga di Luar Musim, Penanganan Pasca Panen Buah Mangga Arumanis,
Pengelolaan Usahatani Padi dalam Kegiatan Pertanian Terpadu di Jawa Timur,
Sistem Produksi Sapi Potong Berbasis Usahatani Terpadu Tanaman Padi –
Ternak. Di Kabupaten Ngawi judul materinya : Usahatani Padi Secara Organik,
Budidaya Melon (Cucumis melo), Agribisnis Penggemukan Sapi Potong dan
Prospek Sistem Diseminasi Teknologi dan Penyuluhan Pertanian di Masa
Mendatang.
Untuk Temu Informasi Teknologi Pertanian yang telah dilaksanakan di
Kabupaten Lumajang memfokuskan pada upaya penjaringan umpan balik
terhadap hasil-hasil litkaji dan permasalahan yang dihadapi daerah serta
kebutuhan teknologinya. Selain itu juga disajikan tentang program litkaji BPTP
Jawa Timur tahun 2006 guna penyempurnaan perencanaan program litkaji yang
akan datang.
3.14.1.4. Temu Bisnis
Temu Bisnis merupakan kegiatan yang dapat memepertemukan petani
dengan pelaku agribisnis lainnya. Pelaku agribisnis adalah mitra petani di bidang
pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan, baik itu
pengusaha penghasil saprodi, pemodal maupun pedagang lainnya. Dengan
demikian, diharapkan akan terjadinya suatu transaksi antara petani dengan
pelaku agribisnis. Adanya transakasi tersebut pemasaran produk petani akan
lebih mudah dan petani tidak akan kesulitan dalam menemukan pasar bagi
produknya
Kegiatan Temu Bisnis mempertemukan dan melibatkan petani,
pengusaha, pelaku agribisnis ,peneliti /penyuluh, Pemda dan instansi terkait
lainnya.untuk :
a. Mendiskusikan harga produk pertanian yang layak bagi produsen dan
konsumen
b. Mendiskusikan jenis dan mutu produk pertanian yang diperdagangkan
c. Rumusan hasil
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
74
d. Promosi/pameran produk yang ditawarkan
Pada tahun anggaran 2005, Temu Bisnis dilaksaakan di Kabupaten lumajang
dengan materi pokok ””Temu Bisnsis selama satu hari, Rabu tanggal 13 juli 2005
dan bertempat di pendopo kecamatan Kota Lumajang (Jl. A. Yani 9 Lumajang)
Komponen peserta Temu Bisnis 2005 dihadiri dari beberapa unsur
peserta sebanyak 105 orang, sebagai berikut :
1. Unsur Peserta dari Produsen Komoditi Pertanian:
a. Asosiasi petani
b. Kelompok tani usaha agribis
c. Pengurus KTNA Kabupaten Lumajang
d. Pengurus KTNA Kecamatan
2. Unsur Peserta dari Calon Mitra yang bergerak dalam pemasaran komoditas
pertanian:
a. Perusahaan Swasta : PT Sewu Segar Nusantara yang menampung
komoditas pertanian
b. Perusahaan Swasta : PT Sekar Inti Pratama : yang menawarkan sarana
pertanian berupa pembungkus pisang saat berbunga, dsb
c. Pengusaha Super Market sekitar kabupaten Lumajang
d. BULOG
3. Unsur Pejabat Pemerintah Kabupaten Lumajang :
a. Kepala Dinas Pertanian
b. Kepala Dinas Koperindag
c. Pimpinan Perbankan di Kabupaten Lumajang (BRI, Bank Jatim, BNI 46,
Bank Pasar)
d. Unsur peserta dari PPL,PHP dan Mantri Tani se Kabupaten Lumajang
4. Unsur Badan Litbang Pertanian
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian-Jawa Timur
Dengan berkumpulnya para pelaku agribisnis dan aparat terkait
diharapkan akan terjadi suatu transaksi antara petani dengan pelaku agribisnis.
Adanya transakasi tersebut pemasaran produk petani akan lebih mudah dan
petani tidak akan kesulitan dalam menemukan pasar bagi produknya
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
75
Metode penyampaian dengan cara diskusi yang melibatkan petani,
pengusaha, pelaku agribisnis ,peneliti /penyuluh, Pemda dan instansi terkait
lainnya.untuk :
a. Mendiskusikan harga produk pertanian yang layak bagi produsen dan konsumen
b. Mendiskusikan jenis dan mutu produk pertanian yang diperdagangkan
c. Rumusan hasil
d. Promosi/ publikasi/ pameran produk yang ditawarkan
Sebagai penunjang kegiatan ditayangkan juga foto/ gambar, pameran dan alat
peraga lainnya. Dari hasil Temu Bisnis dapat disimpulkan bahwa antara petani
sebagai produsen dan pengusaha sebagai penyalur hasil-hasil pertanian dapat
disepakati mutu yang dikehendaki pasar saat ini dan harga yang layak bagi kedua
belah pihak, meskipun dalam kegiatan ini belum terjadi transaksi secara nyata.
3.14.1.5. Pengembangan Klinik Agribisnis
Hasil-hasil penelitian/pengkajian beberapa komoditas telah banyak tersedia
baik tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan maupun peternakan,
tetapi belum seluruh hasil kajian tersebut dapat ditransfer dan diadopsi oleh petani
pengguna teknologi karena masih harus diproses untuk kemudian direkomendasikan
menjadi suatu rakitan paket teknologi pertanian. Melalui Klinik Agribisnis merupakan
salah satu media komunikasi untuk menyampaikan rakitan paket teknologi dari hasil
pengkajian BPTP Jawa Timur yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan
petani/pengguna teknologi dalam rangka alih teknologi. Kegiatan diseminasi ini secara
fisik telah selesai 100% dengan lokasi kegiatan sementara ada di Surabaya dan
Malang.
Uraian kegiatan sebagai berikut :
(1). Sebagai sumber informasi dan jasa konsultasi. Sumber informasi yang telah
tersampaikan berupa media cetak yaitu prosiding terdiri dari 7 judul, kumpulan
rakitan teknologi lebih dari 50 judul, brosur 20 judul, leaflet 50 judul, poster 15
judul. Semuanya dimanfaatkan oleh pengguna dari berbagai kalangan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
76
(2) Fasilitas produk: Klinik Agribisnis BPTP Jawa Timur memfasilitasi produk
hasil binaan BPTP Jawa Timur di tingkat petani, meliputi produk unggulan
dalam bentuk segar maupun olahan yang dihasilkan petani Jawa Timur.
(3). Jasa layanan: Klinik Agribisnis BPTP Jawa Timur telah melayani pengguna
lebih dari 1000 orang, baik berupa rombongan maupun perseorangan.
Kegiatan klinik agribisnis mempunyai dampak secara langsung dan tidak
langsung. Kegiatan jasa layanan dampaknya terlihat secara langsung, yaitu
adanya respon dari pengguna, sedangkan sumber informasi dan jasa
konsultasi dengan media cetak dan elektronika dirasakan secara tidak
langsung. Kegiatan ini memerlukan waktu bagi penggunaannya untuk
menerapkan hasil rakitan teknologi tersebut.
3.14.1.6. Kajian Pengembangan Metodologi Diseminasi
Adanya pelaksanaan otonomi darah telah membawa perubahan di segala
bidang, termasuk dalam pembangunan pertanian, khususnya dalam pelaksanaan
penyuluhan pertanian. Terkait dengan keadaan tersebut, telah dilakukan
Pengkajian Pengembangan Metode Penyuluhan Pertanian di kabuapten
Bojonegoro, Madiun, Sumenep dan Banyuwangi, serta dinas lingkup pertanian di
tingkat propinsi Jawa Timur. Tujuan daripada kegiatan ini adalah (1) untuk
mengetahui metode penyuluhan pertanian di kabupaten lokasi pengkajian, dan
(2) menggali permasalahan sekaligus mencari upaya pemecahan yang ada
kaitannya dengan kegiatan penyuluhan pertanian. Pengkajian dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang dibagikan ke dinas-dinas yang menangani
kegiatan penyuluhan pertanian, baik di tingkat propinsi maupun di tingkat
kabupaten. Kuesioner berisi pertanyaan tentang jenis dan jumlah media, dan
bahan penyusunan materi untuk media yang bersangkutan. Hasil pengkajian
menunjukkan, bahwa di tingkat propinsi, media cetak (folder dan brosur) masih
dianggap sebagai metode penyuluhan yang efektif dan efisien, kemudian media
pertemuan sebagai alternatif selanjutnya dalam menyampaikan informasi
teknologi peranian. Sedangkan metode penyuluhan pertanian di tingkat
kabupaten lokasi pengkajian menunjukkan hasil yang sangat bervariasi. Di
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
77
kabupaten Madiun, misalnya, metode penyuluhan pertanian dilakukan dengan
menggunakan media cetak, media pertemuan dan studi banding. Di kabupaten
Sumenep media pertemuan sering dipergunakan., diikuti oleh media cetak dan
siaran radio. Sedangkan di kabupaten Bojonegoro dan kabupaten Banyuwangi,
media pertemuan masih dianggap efektif untuk dipergunakan sebagai metode
penyuluhan pertanian.
3.14.1.7. Study Banding dan Magang
Dalam kegiatan penyuluhan pertanian telah dikembangkan berbagai
metode penyuluhan, dengan maksud untuk dapat memotivasi petani dan
pengguna teknologi lainnya untuk mau merubah prilakunya (pengetahuan,
keterampilan, pola pikir dan sikap kecendrungan untuk bersikap positip) agar
mereka mau dan mampu mencoba sesuatu yang baru baik secara individu,
berkelompok maupun massal.
Salah satu metode yang tidak kalah pentingnya dalam upaya mensosialisasikan
dan menyebarkan teknologi hasil litkaji adalah studi banding dan magang yang
merupakan media informasi yang cukup efektif dalam memotivasi dan
menimbulkan minat petani untuk mencobanya.
Kegiatan studi banding adalah meru[pakan suatu perjalanan bersama oleh
petani/ kelompok tani untuk melihat secara langsung dilapangan cara melakukan/
menerapkan teknologi baru/ hasil litkaji yang lebih baik dan telah berhasil
dilaksanakan oleh petani maju dalam keadaan yang sesungguhnya/ nyata di
suatu tenpat. Sedangkan kegiatan magang adalah suatu proses belajar mengajar
antar sesama petani, pengerajin atau orang-orang yang bergerak dalam bidang
usaha lainnya dalam bentuk praktek nyata dilahan/ tempat usahanya.
Kegiatan studi banding dan magang tahun 2005, dilaksanakan di dusun
Sumber Brantas dan dusun Junggo Desa Tulungrejo dan Desa Sidomulyo
Kabupaten kota Batu. Peserta studi banding dan magang berasal dari anggota
kelompok “Argotani” Desa Arjosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Jumlah peserta studi banding 30 orang dan jumlah peserta magang 7 orang.
Materi studi banding, adalah teknologi budidaya kentang, apel, wortel dan
teknologi pembuatan kripik kentang. Materi magang adalah pasca panen kentan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
78
(pembuatan kripik kentang). Kegiatan magang dilaksanakan ditempat/ pengusaha
kripik kentang, Ibu Hj. Kasiyati Khotob, Desa Sidomulyo, Kabupaten Kota Batu.
Pelaksanaan studi banding dan magang berjalan lancar atas kerjasama
yang baik dari peserta dan semua pihak yang mendukung dan berperan serta
dalam kegiatan studi banding dan magang.
3.14.1.8. Unit Komersialisasi Teknologi Pertanian (UKT)
Optimalisasi pemanfaatan asset institusi dalam bentuk tenaga dan
fasilitas, sarana prasarana yang dimiliki dan teknologi yang dihasilkan,
diharapkan mampu menjadi alternatif sumber dana bagi kegiatan operasional
Balai. Berkaitan dengan hal tersebut, tahun ini merupakan tahun keempat untuk
kegiatan Unit Komersialisasi Teknologi (UKT), yang diharapkan mampu
memfasilitasi target tersebut.
Dengan alokasi dana yang ada, dalam tahun keempat ini, Unit
Komersialisasi Teknologi memfokuskan perhatian pada empat kegiatan utama,
yaitu : operasionalisasi jasa layanan Balai, dukungan promosi teknologi hasil
litkaji, melakukan kegiatan penyediaan benih padi dan bibit tanaman hias, dan
inisiasi kerjasama berorientasi HAKI, khususnya pengembangan pupuk Cornalet
oleh Pihak Ketiga.
Hasil yang telah dicapai sejauh ini, antara lain : jasa layanan Balai adalah
melayani kunjungan tamu ke BPTP Jawa Timur, melayani magang dan praktek
kerja lapang dan kerjasama penelitian dengan petugas dan mahasiswa dari
berbagai perguruan tinggi, dan jasa analisa pupuk di lab Tanah dan analisa
kandungan gizi di Lab. Pasca Panen. Dukungan terhadap kegiatan promosi yang
telah dilakukan antara lain adalah pengisian acara di radio dan liputan media
cetak . Sedangkan kegiatan rintisan usaha agribisnis yang telah dilakukan adalah
usaha pembibitan tanaman Hortikultura (buah-buahan dan tanaman hias) dan
penyediaan benih padi (FS) seluas 1 ha di KP Mojosari. Kegiatan kerjasama
berorientasi HAKI yang sedang berjalan saat ini adalah penjajagan
pengembangan pupuk Cornalet oleh PT Saraswanti .
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
79
3.15. PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA INFORMASI IPTEK, DISEMINASI DAN JARINGAN UMPAN BALIK
3.15.1. Sosialisasi Informasi Hasil Litkaji Dengan Pendekatan Massal
3.15.1.1. Sosialisasi Informasi Teknologi Hasil Litkaji melalui Media Elektronik: Jarnet, TV/VCD, Operasional RKIP, Pengembangan Pelayanan Perpustakaan dengan CD/ISIS
Dalam era globalisasi peran media masa sangat besar bagi kehidupan
manusia. Sebagai lembaga penghasil rakitan di bidang pertanian, BPTP Jawa
Timur mempunyai kewajiban untuk melakukan diseminasi hasil litkaji. Sosialisasi
hasil litkaji dapat dilakukan melalui berbagai media, antara lain media elektronika.
Dalam tahun 2005 ini telah dilakukan sosialisasi hasil litkaji melalui jaringan
internet berupa up date terhadap data yang sudah ada dan entry data baru.
Kegiatan perpustakaan berupa entry data dalam CDS/ISIS. Sosialisasi hasil litkaji
melalui VCD berupa pembuatan Profil BPTP dan “Lalat Buah” dengan durasi 30
menit. Untuk CD “Lalat Buah” telah digandakan menjadi 99 keping, sedangkan
sosialisasi melalui siaran radio (Radio Pertanian wonocolo) dilakukan dalam
upaya menyebarkan hasil litkaji. Sosialisasi Prima Tani dilakukan melalui TVRI
Surabaya dalam acara “Kabar Dari Desa” dengan durasi 15 menit dan telah
didokumentasi.
3.15.1.2. Sosialisai Informasi Teknologi Hasil Litkaji melalui Media Cetak: (brosur, leaflet, poster, media masa lainnya)
Keberhasilan kegiatan penyuluhan pertanian tidak hanya bergantung
pada kemampuan penyuluh ataupun kemampuan sasaran dalam menerima
informasi, tetapi juga ditentukan oleh kelancaran arus informasi dari sumber
kepada pemakai jasa (petani).
Informasi yang tersedia pada umumnya berasal dari suatu perakitan
teknologi yang dilakukan melalui pengujian. Walaupun perakitan teknologi telah
tersedia, tetapi belum semua hasil perakitan tersebut dinikmati oleh para
pengguna, karena terbatasnya media yang ada. Kesempatan pengguna
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
80
menikmati hasil-hasil perakitan tersebut masih sangat terbatas. Dengan adanya
media cetak, informasi teknologi diharapkan para pengguna dapat mengadopsi
hasil-hasil rakitan teknologi
3.15.1.3. Ekspose, Sosialisasi dan Promosi Teknologi Hasil Litkaji
Sosialisasi, Ekspose dan Promosi hasil litkaji adalah salah satu alternatif
kegiatan yang dipilih untuk menjawab permasalahan yang dihadapi BPTP dalam
penerapan rakitan teknologi rekomendasi ke khalayak (petani, praktisi, peneliti,
penyuluh, dan pengambil kebijakan). Kegiatan ini dimanifestasi dalam seminar
dan pameran/ekspose yang digelar pada event tertentu. Target sasaran
penerima pesan/informasi adalah masyarakat luas tanpa membedakan segmen
lapisan masyarakat tertentu baik umur, jenis kelamin, maupun pendidikan.
Metode yang digunakan merancang bangun kegiatan Sosialisasi, Ekspose dan
Promosi adalah ketepatan memilih materi/isi pesan, kemudian didesain dengan
menerapkan konsep kreatif, imajinatif, dapat menstimulsi emosi, logika dan
argumentasi logis serta memberikan contoh desain isi pesan. Prosedur kerja
yang dilakukan untuk mendesain tersebut adalah mengkoordinasikan materi
kepada peneliti, penyuluh dan instansi terkait. Pada tahun 2005 telah
disosialisasikan dan dipromosikan hasil litkaji kepada khalayak seperti:
stakeholder, user, beneficiaries dan masyarakat umum melalui ekspose 10 kali
yang diselenggarakan di Surabaya, Jakarta, Tabanan Bali, Batu, dan Ketindan
Malang, dengan rincian: 6 event nasional, 3 event regional dan 1 event
internasional. Waktu yang tercatat untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut
adalah 35 hari. Selain itu, hasil litkaji teknologi telah disosialisasikan dan
dipromosikan melalui seminar regional dan nasional masing-masing satu kali di
Malang. Waktu penyelenggaraan seminar regional adalah 6 hari dan seminar
nasional satu hari, sehingga dua kegiatan ini membutuhkan waktu 7 hari. Dari
kegiatan seminar dan ekspose didapat sekitar 5.325 orang khalayak telah
mendapatkan informasi dan dapat memahami hasil inovasi teknologi pertanian
spesifik lokasi yang dihasilkan BPTP Jawa Timur. Khalayak cukup antusias
terhadap ekspose/ pameran inovasi teknologi pertanian yang digelar BPTP dan
Badan Litbang pada umumnya. Hal ini terbukti adanya kenaikan target jumlah
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
81
pengunjung dari 4.400 orang menjadi 5.325 orang atau terdapat kenaikan jumlah
pengunjung sekitar 21%. Oleh sebab itu kegiatan tersebut hendaknya
ditingkatkan menjadi 12 kali dalam setahun untuk melayani permintaan pameran
Nasional maupun Regional. Dampak dari kegiatan ini adalah banyaknya
permintaan magang dan pelatihan, tawaran kerjasama untuk pengembangan
hasil litkaji, serta. adanya permintaan bibit dan benih dari khalayak yang ingin
mencoba mengembangakan.
3.15.1.4. Kajian Efektivitas Sistem Diseminasi dan PenyuLuhan dalam Proses Transfer dan Adopsi Teknologi
Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pola diseminasi hasil
penelitian/pengkajian yang efektif dan efisien. Dalam tahun anggaran 2005,
pengkajian dilaksanakan di empat kabupaten yaitu Sumenep, Madiun,
Banyuwangi dan Bojonegoro. Sesuai dengan hasil eksplorasi di daerah, maka
konstelasi sistem penyuluhan di masing-masing kabupaten tidak sama, dan
kegiatan diseminasi BPTP Jawa Timur belum terintegrasi dengan sistem
penyuluhan yang ada, dan belum efisien. Dari empat kabupaten, maka dapat
disimpulkan bahwa efisiensi dan efektivitas terbaik kegiatan diseminasi BPTP
Jawa Timur dapat dilakukan di kabupaten Banyuwangi, kemudian Madiun dan
untuk kabupaten Sumenep dan Bojonegoro kegiatan diseminasi tidak dapat
dilakukan secara efektif dan efisien karena faktor kelembagaan yang ada. Begitu
juga jumlah materi informasi yang diproduksi BPTP Jawa Timur masih jauh dari
cukup.
3.15.1.5. Karakterisasi Sosial Budaya Masyarakat tani dalam Alih Teknologi Pertanian
Pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani, serta terwujudnya pertanian yang maju,
efisien dan tangguh dalam arti mampu bersaing dalam suasana pasar bebas.
Pada dasarnya pembangunan mengandung pengertian perubahan yang menuju
perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat
(memperbaiki kualitas hidup). Aspek sosial budaya terutama yang terpaut pada
sistem-nilai yang mempengaruhi sikap mental dan pola tingkah laku manusia dan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
82
masyarakat memainkan peranan penting dalam proses pembangunan. Sosial
budaya diartikan sebagai bagian dari berbagai segi kehidupan manusia atau
masyarakat. Salah satunya adalah peranan atau pengaruhnya dalam
pembentukan sikap mental dan pola tingkah laku manusia atau masyarakat.
Sikap mental dan pola tingkah laku ini memainkan peranan yang penting dalam
proses pembangunan dirinya.
Propinsi Jawa Timur masyarakat taninya memiliki keragaman budaya,
diantaranya yang paling menonjol adalah suku jawa, suku madura dan suku
pendalungan (campuran jawa dan madura) juga suku mataraman dan suku
osing. Sistem budaya dari setiap kebudayaan merupakan hal yang paling
tinggi nilainya dalam hidup manusia dan yang ada dalam tiap kebudayaan di
dunia. Sistem nilai budaya berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi bagi
segala tindakan manusia dalam hidupnya.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui/memahami karakteristik sosial
budaya masyarakat petani yang meliputi faktor pendidikan, komunikasi, empati,
orientasi ke masa depan, budaya gotong royong dan sikap dalam percepatan
proses adopsi dan alih teknologi pertanian di Jawa Timur.
Penelitian ini dilaksanakan di 4 kabupaten, yaitu: Kabupaten Sumenep
mewakili suku madura; Kabupaten Bojonegoro mewakili suku jawa; Kabupaten
Madiun mewakili suku mataraman dan Kabupaten Banyuwangi mewakili suku
osing.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey,dengan menggunakan sampling purposive, teknik pengumpulan data
melalui wawancara dengan menggunakan koesioner. Data dianalisis dengan
metode deskriptif, sedangkan pengujian korlasi dengan menggunakan Korelasi
Product Moment dari pearson.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa karakteristik sosial budaya
masyarakat petani yang terkait tingkat pendidikan dan sistem nilai yaitu: tingkat
empati, orientasi ke masa depan, sikapnya pada inovasi dan budaya gotong
royong cukup tinggi untuk keempat suku. Akan tetapi karakter yang terkait
dengan tingkat komunikasi dikategorikan rendah sehingga berpengaruh sangat
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
83
nyata terhadap tingkat adopsi inovasi petani yang pada umumnya relatif rendah.
Hasil uji statistik juga menunjukkan ada hubungan positif antara karakteristik
sosial budaya petani dengan sikap dan tingkat adopsi.
Dengan diketahuinya karakteristik sosial budaya masyarakat petani suku
jawa, madura, osing dan suku mataraman diharapkan proses adopsi dan difusi
teknologi pertanian dapat dipercepat.
3.15.1.6. Pengkajian Proses Komunikasi, Diseminasi dan Umpan Balik Teknologi BPTP
Pengkajian ini dilakukan dalam rangka untuk memperoleh gambaran
mengenai pola umpan balik yang dilakukan oleh lembaga/institusi dan pengguna
informasi teknologi BPTP Jatim. Dengan gambaran tersebut akan dapat
dipetakan jaringan dan aliran informasi umpan balik dari Petani atau Penyuluh
sampai ke institusi di kabupaten dan provinsi. Informasi pola umpan balik tersebut
sangat berguna bagi BPTP dalam rangka untuk menjaring informasi yang akan
digunakan sebagai masukan dalam perencanaan pengkajian, monitoring
pengkajian yang sedang berjalan dan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan
BPTP. Informasi tersebut juga akan sangat berharga bagi BPTP Jawa Timur dan
instansi lain dalam rangka mengadakan kerjasama penyuluhan, pengkajian dan
pendistribusian bahan informasi teknologi.
3.15.1.7. Koordinasi Regional
Dalam rangka upaya meningkatkan kinerja suatu institusi lingkup litbang
pertanian secara umum maka secara periodik perlu dilakukan koordinasi dan
sosialisasi program. Salah satu bentuk sosialisasi khususnya untuk BPTP yakni
dikemas dalam Lokakarya Regional berdasarkan wilayah yang baru pertama kali
dilakukan. Tujuan di adakan lokakarya regional BPTP adalah untuk sosialisasi
dan sinkronisasi program Badan Litbang pertanian. Lokakarya Regional BPTP
wilayah tiga meliputi Jawa, Bali, Nusa Tenggara dilaksanakan selama dua hari di
Hotel Royal Orchid Garden Jl Indragiri 4, Batu Malang pada hari Selasa, 31 Mei
dan Rabu, 1 Juni 2005. Peserta lokakarya berasal dari sembilan BPTP antara
lain Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2005
84
Setiap BPTP di wakili oleh lima orang terdiri atas; Kepala BPTP, Kordinator
Program, Penanggung Jawab RDHP, Kepala Sub. Bag. Tata Usaha, dan satu
orang staf yang menangani SDM dan fasilitas. Topik bahasan utama dalam
lokakarya regional ada dua yaitu Program dan Pengkajian, Managemen dan
SDM. Hasil lokakarya regional BPTP wilayah tiga diperoleh delapan rumusan
pokok antara lain sebagai berikut: 1). Peningkatan kinerja BPTP dalam rangka
mendukung pemantapan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis dan
peningkatan kesejahteraan petani, 2) Pedoman penyusunan renstra BPTP 2005
– 2009, 3) Reposisi BPTP kepada idealisme pendiriannya, 4) Operasionalisasi
matriks program pengakjian mendukung program Departemen Pertanian, 5)
Model perhitungan Critical Mass (Teori dan Empiris), 6) Pedoman penyusunan
pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP), 7) Penyusunan
RDHP terpadu, 8). Kebun percobaan (KP): kondisi dan pemanfaatan secara
optimal.
3.15.1.8. Workshop Akreditasi Laboratorium (File belum masuk)
3.15.1.9. Kegiatan pencetakan Prosiding, Laporan Tahunan, Monograf, Buletin dan Sinartani (File belum masuk)
LLLAAAPPPOOORRRAAANNN TTTAAAHHHUUUNNNAAANNN BBBaaalllaaaiii PPPeeennngggkkkaaajjjiiiaaannn TTTeeekkknnnooolllooogggiii PPPeeerrrtttaaannniiiaaannn JJJaaawwwaaa TTTiiimmmuuurrr
TTTaaahhhuuunnn 222000000666
Penyunting :
Ketua : Endang Widajati
Sekretaris : Sjaiful Chanafi, S. Sos
Anggota : Dra. Iffah Irsjadina
: Khusnul Makin, SP
I Wayan Marka, SH
Ir. Sri Yuniastuti
Ir. Zainal Arifin, MP
Redaksi Pelaksana :
Prayitno Surip
DEPARTEMEN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR
2007
Penerbitan buku ini dibiayai dari : DIPA BPTP JAWA TIMUR TA. 2007 Cover Depan : Peresmian Gandok Prima Tani Kabupaten oleh Kepala Badan Litbang Pertanian, pertemuan Bupati
Bojonegoro dengan Kepala BPTP Jawa Timur, pisang Mas Kirana yang siap dipasarkan dan kegiatan UPBS di Kabupaten Bojonegoro
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) JawaTimur Jl. Raya Karangploso, KM. 4, PO Box 188 , Malang - 65101 Telp. : (0341) 494052; 485065 Fax. : (0341) 471255 e-mail : [email protected]
[email protected] Website : www.bptp-jatim-deptan.go.id
Laporan Tahunan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Tahun 2006
Penyunting Ketua : Dra. Endang Widajati Sekretaris : Sjaiful Chanafi, S.Sos Anggota : Dra. Iffah Irsjadina I Wayan Marka, SH Ir. Sri Yuniastuti Ir. Zainal Arifin, MP Redaksi Pelaksana : Prayitno Surip Diterbitkan oleh : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur 2006 ISSN : 1693-8410
i
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I. PENDAHULUAN 1
II. MANAJEMEN BALAI 2
2.1. Struktur Organisasi 2
2.2. Manajemen 3
2.3. KETATA USAHAAN BALAI 5
2.3.1. Kepegawaian 5
2.3.1.1. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Kepangkatan 5
2.3.1.2. Tenaga Honorer Berdasarkan Jenjang Pendidikan 5
2.3.1.3. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Jabatan Fungsional 6
2.3.2. Rumah Tangga 6
2.3.2.1. Luas dan Pemanfaatan Lahan 7
2.3.2.2. Keadaan Bangunan dan Pemanfaatan 7
2.3.2.3. Sarana Mobilitas 7
2.3.2.4. Tambahan Peralatan Perkantoran 8
2.3.3. Keuangan 8
2.4. PELAYANAN TEKNIK 15
2.4.1 Kegiatan Informasi 15
2.4.1.1. Penyebaran Informasi Hasil Penelitian/Pengkajian 16
2.4.1.2. Perpustakaan 17
2.4.1.3. Pameran/Ekpose 18
2.4.1.4. Kunjungan Tamu 18
2.4.1.5. Kursus/Latihan, Seminar di dalam dan di luar BPTP, Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan dan Penelitian
20
2.4.1.6. Kegiatan Kerjasama Pihak Ketiga 29
2.5. SARANA 32
2.5.1. Daftar Inventaris Peralatan Laboratorium, Bengkel dan Kebun Percobaan
32
2.5.2. Usulan Pengadaan Peralatan yang Belum Terealisir 35
2.5.3. Renovasi/Pembangunan Fasilitas 35
ii
III. HASIL-HASIL KEGIATAN YANG DIBIAYAI DIPA 2006
3.1 PROGRAM TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERTANIAN TERPADU
3.1.1. TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERTANIAN TERPADU
3.1.1.1. Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI)
3.1.1.1.1. Pengkajian Prima Tani Berbasis Introduksi Teknologi pada Agroekosistem LKDT
3.1.1.1.2. Pengkajian Prima Tani Berbasis Introduksi Teknologi pada Agroekosistem Lahan Sawah Intensif (LSI)
3.1.1.1.3. Pengkajian Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Mendukung Pengembangan Agrouindustri Pedesaan di Jawa Timur
3.1.1.1.4. Perbanyakan Benih Sebar Tanaman Pangan
3.1.1.1.5. Perbanyakan Benih BS dan FS Tanaman Pangan dan Hortikultura Unggulan
3.2. PROGRAM KETAHANAN PANGAN
3.2.1. PENGKAJIAN KEBIJAKAN DIFUSI TEKNOLOGI
3.2.1.1. Pengkajian Komunikasi, Diseminasi dan Penjaringan Umpan Balik
3.2.1.1.1 Pengkaian Efektifitas Sistem Diseminasi dan Penyuluhan Proses Transfer dan Adopsi Teknologi
3.2.1.1.2. Pengkajian Metode Penyuluhan dan Diseminasi Teknologi Spesifik Wilayah
3.2.1.1.3. Pengkajian Penguatan Kelembagaan Petani dan Agribisnis untuk Mempercepat Adopsi Inovasi Litkaji yang sedang Berjalan
3.3. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN KEMITRAAN USAHA
3.3.1. PENGKAJIAN MODEL KEMITRAAN PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI KOMODITAS UNGGULAN
3.3.1.1. Pengkajian Efektifitas Sistem Diseminasi dan Penyuluhan dalam Proses Transfer dan Adopsi teknologi
3.3.1.1.1. Perbaikan Penanganan Pasca Panen Sayuran di Sentra Produksi Batu
3.3.1.1.2. Pengkajian dan Pengembangan Kawasan Hortikultura Mendukung Agrowisata Air Terjun Roro Kuning Kabupaten Nganjuk
iii
3.3.1.1.3. Pengkajian Agribisnis Kentang Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Penangkar Benih Kentang Putra Tengger di Kabupaten Lumajang
3.3.1.1.4 Pengelolaan Budidaya Kapas Berbasis Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Kabupaten Lamongan
3.3.1.1.5. Pengkajian Karakterisasi Keanekaragaman Bentol di Kabupaten Sampang. (belum masuk)
3.4. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN
3.4.1. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian dan Dampak Pengkajian PBTP Jawa Timur
3.4.1.1. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Jawa Timur
3.4.1.2. Analisis Dampak Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Jawa Timur
3.4.1.3. Analisis Indikator Pembangunan Pertanian di Jawa Timur
3.5. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN LITBANG PERTANIAN
3.5.1. Pengembangan Profesionalisme dan Akuntabelitas BPTP Jawa Timur
3.5.1.1. Penyusunan Rencana Kerja
3.5.1.2. Sistem Informasi Managemen
3.5.1.3. Monev dan Lakip (Belum masuk)
3.5.1.4. Komisi Pengkajian
3.5.1.5. Pelatihan dan Ketrampilan Tenaga Kerja (Belum masuk)
3.5.1.6. Pengembangan Perpustakaan BPTP Jawa Timur dengan CD/ISIS (Belum masuk)
3.5.1.7. Unit Komersialisasi Teknologi (UKT) (Belum masuk)
3.5.1.8. Pembinaan Kegiatan Ilmiah (Belum masuk)
3.5.1.9. Lokakarya Perencanaan Materi Penyuluhan,Pembuatan dan Sosialisasi SOP
3.5.1.10. Pertemuan Koordinasi Regional
3.6. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA INFORMASI IPTEK, DISEMINASI DAN JARINGAN UMPAN BALIK
3.6.1. Percepatan Proses Transfer, Adopsi dan Difusi Teknologi Hasil Litkaji di BPTP Jawa Timur
3.6.1.1. Temu Informasi Teknologi Pertanian dan Penjaringan Umpan Balik
iv
3.6.1.2. Pertemuan APTEK
3.6.1.3. Mimbar Sarasehan
3.6.1.4. Temu Tugas (Road Show)
3.6.1.5. Sosialisasi Teknologi Unggulan Melalui Visitor Plot
3.6.1.6. Visitor Display (Belum Masuk)
3.6.1.7. Temu Bisnis
3.6.1.8. Pengembangan Klinik Agribisnis
3.6.1.9. Sosialisasi Informasi Teknologi Hasil Litkaji Melalui Media Elektronik : Jaringan Internet, TV/VCD, Operasional Radio Komunikasi Informasi Pertanian (RKIP)
3.6.1.10. Sosialisasi Informasi Teknologi Hasil Litkaji Melalui Media Cetak (Brosur, Leaflet, Poster, Prosiding, Laptah, Buletin, Monograf, dan Media Masa Lainnya)
3.6.1.11. Penyusunan Rakitan Hasil Pengkajian Sebagai Materi Penyuluhan dan Sosialisasi Hasil Litkaji di BPTP Jawa Timur
3.6.1.12. Ekpose, Sosialisasi, dan Promosi Teknologi Hasil Litkaji
3.6.1.13 Pembinaan dan Revitalisasi Penyuluh di Jawa Timur
3.7. PENGKAJIAN DAN DISEMINASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
3.7.1 Inventarisasi dan Optimasi Sumberdaya Pertanian
3.7.1.1. Pemanfaatan Model Simulasi untuk Strategi Budidaya dan Pola Tanam Tanaman Pangan pada Berbagai Kejadian Iklim
3.7.1.1.2. Pemetaan Status Produktivitas Padi Sawah pada Berbagai Agroekosistem (Belum masuk)
3.7.1.1.3. Karakterisasi Sosial Budaya Masysrakat dalam Difusi/Alih Teknologi Pertanian
3.7.1.1.4. Analisis Agroecological Zone (AEZ) Kawasan Selatan Jawa Timur
3.8. PENGKAJIAN SUT KOMODITAS UNGGULAN MADURA BERBASIS TEKNOLOGI INOVATIF
3.8.1. Pengkajian Sistem Usaha Berbasis Tembakau Madura Rendah Nikotin
3.8.2. Pengkajian Sistem Usaha Perbenihan Jagung Lokal Madura
3.8.3. Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Tanaman Pangan Ternak
3.8.4. Pengkajian Pengembangan Agroindustri Tanaman Pangan di Pedesaan
v
3.9. PENGKAJIAN MODEL AGRIBISNIS BERBASIS PADI TERNAK SAPI DI LAHAN SAWAH
3.9.1. Pengkajian Model Agribisnis Berbasis Padi Ternak Sapi di Lahan Sawah Irigasi
3.10. PENGKAJIAN MODEL AGRIBISNIS BERBASIS HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN UNGGULAN JAWA TIMUR
3.10.1. Pengkajian Berbasis Mangga Podang Urang
3.10.2. Pengkajian Model Agribisnis Berbasis Kentang
3.10.3. Pengkajian Model Agribisnis Berbasis Kakao di Kawasan Selatan Jawa (KSJT)
3.10.4. Pengkajian Model Berbasis Jeruk Keprok Siam
3.10.5. Pengkajian Model Agribisnis Pisang Spesifik Lokasi
3.10.6. Pengkajian Model Agribisnis Anggur dan Mangga (belum masuk)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
1
BAB I
PENDAHULUAN
Program pengkajian BPTP Jawa Timur disusun atas dasar sumberdaya lahan
yang dominan ada di wilayah Jawa Timur. Sumberdaya lahan yang dominan tersebut
meliputi : lahan sawah irigasi, lahan kering dataran rendah dan dataran tinggi, lahan
perairan laut/pesisir serta darat dan lahan sawah tadah hujan. Disamping itu terdapat
program pengkajian yang bersifat lintas agroekologi (tematik) dan program diseminasi
informasi dan teknologi hasil pengkajian. Sistem usahatani yang dikembangkan
dalam setiap tipe sumberdaya tersebut berbasis komoditas unggulan dan bersifat
lintas komoditas atau lintas sub sektor. Sebagai konsekuensinya, pengkajian untuk
mendapatkan teknologi spesifik lokasi di masing-masing tipe lahan tersebut harus
dilakukan oleh Tim Peneliti yang bersifat lintas disiplin. Peta agroekologi wilayah Jawa
Timur yang telah disusun digunakan sebagai acuan dan dasar bagi tim peneliti untuk
melaksanakan pengkajian dan transfer teknologi kepada petani dan pengguna
lainnya. Untuk memudahkan pembaca mengikuti alur informasi yang disajikan,
penyampaian hasil pengkajian disusun sesuai dengan program tahun 2004, sesuai
dengan RPTP (Rencana Pengkajian Tim Peneliti), kegiatan dan sub kegiatan.
Pengembangan agribisnis komoditas unggulan wilayah harus berbasis pada
sumberdaya lokal yang tersedia serta didukung oleh inovasi dan teknologi yang
bersifat spesifik lokasi. Apabila hal tersebut dapat dilakukan secara ooptimal, maka
sistem dan usaha agribisnis yang dikembangkan memiliki daya saing yang tinggi dan
berkelanjutan. BPTP Jawa Timur sejak dibentuk tahun 1995 selalu berupaya
menghasilkan inovasi dan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi guna
mendukung pengembangan agribisnis di wilayah Jawa Timur
Laporan Tahunan ini menyajikan berbagai hal yang menyangkut manajemen
Balai dan hasil-hasil pengkajian yang dilaksanakan setahun terakhir secara ringkas.
Hasil pengkajian secara utuh dan lengkap dapat dibaca pada terbitan lain berupa
prosiding, buletin, petunjuk teknis yang juga diterbitkan oleh BPTP Jawa Timur.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
2
BAB II MANAJEMEN BALAI
2.1. Struktur Organisasi
Dalam tahun 2001, struktur organisasi BPTP Jawa Timur menurut SK
Mentan Nomor 798/Kpts/OT.210/12/94, mengalami sedikit perubahan dengan
terbitnya SK Mentan terbaru, No.: 350/Kpts/OT.210/6/2001, Kepala Balai dalam
pelaksanaan tugasnya sehari-hari secara formal dibantu oleh dua orang pejabat
eselon empat yaitu Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi
Pelayanan Teknik, serta dibantu Kelompok Penelitian dan Jabatan Fungsional
lain. Namun demikian, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dengan Surat
Keputusan Kepala Balai, Sub Bagian Tata Usaha dibantu oleh tiga orang
Penanggung Jawab, yaitu Penanggung Jawab Kepegawaian, Rumah Tangga,
dan Keuangan & Rencana Kerja, sedangkan Seksi Pelayanan Teknik dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh tiga orang Penanggung Jawab, yaitu
Penanggung Jawab Informasi dan Kerjasama, Perpustakaan dan Sarana
Penelitian. Organisasi BPTP Jawa Timur, sesuai SK Menteri Pertanian terbaru di
sajikan pada diagram berikut ini.
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi BPTP Jawa Timur
KEPALA BALAI
KASUB BAG.
TATA USAHA
KELOMPOK PENELITI DAN
JABATAN FUNGSIONAL LAIN
KASIE KERJA SAMA
DAN INFORMASI
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
3
2.2. Manajemen
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Kepala Balai dibantu oleh Kepala
Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi, dan Pejabat Fungsional dengan
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di lingkup masing-
masing dan antar satuan organisasi dengan instansi mitra kerja BPTP Jawa
Timur.
Setiap pemimpin/kepala satuan organisasi di lingkup BPTP Jawa Timur
bertugas memimpin, mengkoordinasi, memberi bimbingan/ petunjuk pelaksanaan
tugas bawahannya dan tanggung jawab langsung kepada atasannya masing-
masing. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing kepala satuan organisasi
di BPTP berpedoman pada keputusan dan kebijaksanaan Departemen Pertanian,
Badan Litbang Pertanian dan Kepala BPTP Jawa Timur.
Untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan tercapainya sasaran Balai,
sesuai dengan ketentuan Badan Litbang Pertanian dibentuk empat kelompok
fungsional yaitu: Kelompok Fungsional Sumberdaya, Pasca Panen, Budidaya dan
Sosial Ekonomi. Masing-masing kelompok diketuai oleh seorang ketua, sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian.
Beberapa hal penting yang tercatat dalam pelaksanaan manajemen Balai
dalam tahun 2005, antara lain adalah :
1. Mulai diberlakukan sistem penganggaran yang baru, dengan menggabungkan
anggaran eks Rutin dan Proyek melalui DIPA - BPTP Jawa Timur TA 2005,
dalam menangani kegiatan operasional Balai dibantu oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK). Dalam menangani kegiatan yang dibiayai oleh dana Rutin,
Kepala Balai dibantu oleh Kasubag Tata Usaha. Sedangkan untuk urusan
yang terkait dengan penanganan masalah informasi, kerjasama dan
penyediaan sarana pengkajian, Kepala Balai dibantu oleh Kasie Pelayanan
Teknik.
2. Terhitung sejak Desember 2005, Jabatan Kepala Balai diserah terimakan dari
Dr. Mat Syukur, kepada pejabat baru Dr. Sudarmadi Purnomo, mantan Kepala
Bidang Program Puslitbang Hortikultura, sedangkan Dr. Mat Syukur
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
4
menduduki jabatan baru sebagai Kepala Bidang Program di Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian di Bogor.
3. Sejak Desember 2005, BPTP tidak lagi menginduk ke Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi Pertanian di Bogor, tetapi berada dibawah Badan Litbang Pertanian.
4. Terhitung sejak TA 2005, alokasi dana penelitian untuk Pusat Penelitian Gula
Indonesia dititipkan dalam DIPA BPTP Jawa Timur, termasuk kegiatan
perencanaan dan monitoring dan evaluasi terhadap jalannya kegiatan
penelitian.
Tabel 1. Nama Pejabat Struktural, Ketua Kelompok Pengkajian dan Kepala Unit Kerja Lingkup BPTP Jawa Timur.
No Nama/NIP Jabatan
PEJABAT STRUKTURAL
1. Dr. Sudarmadi Purnomo (080 040 697)
Kepala Balai
2. Dra. Iffah Irsjadina (080 091 147)
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
3.
Penanggung Jawab Keuangan dan RK.
4. Satiman (080 052.138)
Penanggung Jawab Kepegawaian
5. Supangat (080)
Penanggung Jawab Perlengkapan
6. Dra. Endang Widajati (080 110 181)
Kepala Seksi Kerja Sama dan Informasi
7. Sjaiful Chanafi S Sos (080 052 794)
Penanggung Jawab Perpustakaan
8.
Penanggung Jawab Informasi & Kerjasama
9.
Penanggung Jawab Sarana Penelitian)
KETUA KELOMPOK PENGKAJIAN
1. Ir. Sukarno Roesmarkam, MS (080 056 142)
Ketua Kelji Sumberdaya
2. Dr. M. Soleh (080 040 492)
Ketua Kelji Budidaya
3. Ir. Pudji Santoso, MS (080 053 325)
Ketua Kelji Sosial Ekonomi dan Kebijakan
4. Dr. Suhardjo (080 057 047)
Ketua Kelji Mekanisasi dan Teknologi Pasca Panen
KEPALA UNIT KERJA LINGKUP BPTP JATIM
1. Ir. Anang Muhariyanto (080 065 970)
Kepala Lab. Diseminasi Wonocolo
2. Ir. Gatot Kustiono (080 066 907)
Kepala Kebun Mojosari
3. Sri Zunaini Sa‟adah (080)
Kepala Kebun Karangplosog
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
5
Untuk mengoptimalkan sumberdaya peneliti, sumberdaya lahan dan
alam yang bervariasi dan terpencar dilakukan monitoring dan evaluasi secara
berkesinambungan dan apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan dapat
segera diluruskan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Monitoring
dan Evaluasi dilakukan pada berbagai bentuk tingkat unit kerja dengan terpola
dan dikoordinir oleh Kepala BPTP.
2.3.KETATA USAHAAN BALAI
2.3.1. Kepegawaian
2.3.1.1. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Golongan Kepangkatan
Sumberdaya manusia di seluruh unit kerja BPTP Jawa Timur per 31
Desember 2006, total berjumlah 225 orang, terdiri dari 197 orang PNS dan 28
orang tenaga honorer. Jumlah tenaga honorer yang cukup banyak merupakan
masalah yang berat mengingat terbatasnya kesempatan pengangkatan. PNS
berdasarkan golongan di lingkup BPTP Jawa Timur terbanyak adalah golongan
III (102 orang), golongan II (44 orang), golongan IV (37 orang) dan golongan I
(14 orang) (Tabel 75).
Tabel 2. Keragaan PNS berdasarkan Golongan dan Pendidikan
Sumber : SIMPEG-BPTP Jawa Timur – 2006
2.3.1.2. Tenaga Honorer Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Penyebaran tenaga honorer lingkup BPTP Jawa Timur total 28 orang,
terdiri dari 7 orang lulusan SD dan SMP, 17 orang SLTA, dan 4 orang S1
(Tabel 3). Masa kerja sebagai tenaga honorer berkisar dari 5 tahun sampai
dengan 18 tahun. Dengan adanya kebijaksanaan kepegawaian “Minus Growth”
maka kesempatan untuk diangkat menjadi PNS kecil sekali.
Golongan Jumlah
I 14
II 44
III 102
IV 37
Total 197
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
6
Tabel 3. Penyebaran Tenaga Honorer menurut Tingkat Pendidikan di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2006.
No. Unit Kerja Tingkat Pendidikan
S1 SLTA SLTP SD Jumlah
1. BPTP Jawa Timur 3 11 1 2 17
2. Kebun Percobaan. Mojosari 1 4 - 1 6
3. Lab. DisWonocolo - 2 3 - 5
Total 4 17 4 3 28
2.3.1.3. Sumberdaya Manusia Berdasarkan Jabatan Fungsional
Sebaran pegawai menurut jabatan fungsional lingkup BPTP Jawa
Timur, adalah administrasi 83 orang, kemudian diikuti peneliti 59 orang, teknisi
litkayasa 33 orang, penyuluh 20 orang, dan Pustakawan 2 orang (Tabel 4).
Sebaran jenjang fungsional peneliti, penyuluh teknisi litkayasa dan
pustakawan seperti terlihat pada (Tabel 5).
Tabel 4. Keragaan SDM di BPTP Jawa Timur
No Unit Kerja Peneliti Penyu
Luh Litkayasa
Pusta kawan
Administrasi Honorer
1. BPTP Jawa Timur 57 3 22 1 44 17
2. K.P. Mojosari 1 - 11 - 10 6
3. Lab. Dis. Wonocolo 1 17 - 1 29 5
Total 59 20 33 2 83 28
Tabel 5. Jumlah pegawai menurut jabatan fungsional di lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2006.
No Jabatan Fungsional Jumlah
Peneliti 1. Ahli Peneliti Utama 4 2. Ahli Peneliti Madya 7 3. Ahli Peneliti Muda 4 4. Peneliti Madya 6 5. Peneliti Muda 5 6. Ajun Peneliti Madya 9 7. Ajun Peneliti Muda 7 8. Asisten Peneliti Madya 3 9. Asisten Peneliti Muda 5 10. Peneliti Non Klasifikasi 9
Jumlah 59
Penyuluh 1. Penyuluh Pertanian Madya 11 2. Penyuluh Pertanian Muda 7 3. Penyuluh Pertanian Pratama 1 4. Penyuluh Pertanian Non Klasifikasi 1
Jumlah 20
Teknisi Litkayasa 1. Teknisi Litkayasa Penyelia 2 2. Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 3 3. Teknisi Litkayasa Pelaksana 5 4. Teknisi Litkayasa Non Klas 23 Jumlah 33 Pustakawan
1. Pustakawan Madya 1 Pustakawan Pratama 1
Jumlah 2
*) Data kepegawaian Per 31 Desember 2006.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
7
2.3.2. Rumah Tangga
Fasilitas yang dimiliki oleh BPTP Jawa Timur tersebar di 3 lokasi sesuai
dengan unit kerja yang ada, di kantor pusat di Karangploso, Labdis Wonocolo
dan KP. Mojosari.
2.3.2.1. Luas dan Pemanfaatan Lahan
BPTP Jawa Timur memiliki lahan, tersebar di 3 unit kerja: yang luas
bervariasi (Tabel 6). Lahan yang paling luas adalah di KP. Mojosari seluas 30
ha, dan lahan yang paling sempit seluas 0,4 ha di Laboratorium Diseminasi
Wonocolo.
Tabel 6. Luas dan pemanfaatan lahan pada seluruh unit kerja lingkup BPTP Jawa Timur, per 31 Desember 2006.
No Unit Kerja/IPPTP Luas lahan (ha)
Bangunan
(m2)
Empla semen (m2)
Peru mahan (m2)
Sawah (ha)
Tegal (ha)
Kolam/bak (m2)
Lapangan
(m2)
Tanaman Koleksi
(ha)
1. BPTP Jawa Timur 8 6.446,0 10.919 550 0,5 5,5 250/100 - 5,5 2. KP Mojosari 30 7.093,8 9980 794 25 - - - - 4. Lab. Dis. Wonocolo 0,4 1.309,7 280 974 - - - - - Total 38,4 14.849,5 21.179 2.318 25,5 5,5 250/100 - 5,5
2.3.2.2. Keadaan Bangunan dan Pemanfaatan
Luas lahan yang digunakan untuk bangunan terdiri dari ruang kerja,
ruang rapat, perpustakaan, laboratorium, rumah kasa/kaca, bengkel, gudang,
asrama/mess, ruang tamu, garasi, kandang, kantin dan mushola (Tabel 7).
Tabel 7. Luas Bangunan dan pemanfaatannya di lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2006
No Unit
Kerja/IPPTP R. Kerja
(m2)
Perpus takaan (m
2)
Ruang. pertemuan
(m2)
Lab (m
2)
RuangKaca/ kasa
Gudang (m
2)
Mess (m
2)
Kandang (m
2)
Garage (m
2)
R. Dinas (m
2)
R Jabatan
(m2)
TempatCucit mobil (m
2)
Lain-Lain (m
2)
1. BPTP Jawa Timur 1141 120 365 915 90/ 230
105 110 - 240 - 120 14 1316
2. K.P. Mojosari 110,72 12 60 - - 705,98 372 254 114 215,70 -
4. ILab. Dis. Wonocolo
460 70 450 - - 80 504 - 36 703,25 -
Keterangan pada kolom lain-lain : Ruang Kantin 60 m
2 - Ruang tamu/tunggu 244 m
2
Lantai jemur 420 m2 -
Gedung Klinik Agribisnis 60 m2
Work Shop Pasca Panen 60 m2 -
Bengkel 121 m2
Masjid 165 m2 -
MCK 162 m2
Ruang Satpam (Ruang Jaga) 24 m2
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
8
2.3.2.3. Sarana Mobilitas
Sarana mobilitas di BPTP Jawa Timur dirasakan sangat terbatas.
Kendaraan yang adapun rata-rata sudah tua sehingga biaya operasionalnya
cukup tinggi. Dengan jumlah kendaraan yang ada (Tabel 8), belum mampu
mendukung tugas pokok dan fungsi BPTP Jawa Timur yang cakupan tugasnya
sangat luas.
Tabel 8. Jumlah dan Keberadaan Kendaraan roda 2 dan roda 4 pada unit BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2006.
No. Unit Kerja Kendaraan roda 2 (unit)
Kendaraan roda 4 (unit)
1. BPTP Jawa Timur 14 11 2. Lab. Dis. Wonocolo 2 4 4. KP Mojosari 1 1
Total 17 16
2.3.2.4. Tambahan Peralatan Perkantoran
Pengadaan peralatan perkantoran terutama dari anggaran rutin, dan
Proyek, diutamakan untuk melengkapi Kantor Pusat BPTP Jawa Timur (Tabel
9).dan (Tabel 9 a).
Tabel 9. Penambahan Peralatan Kantor di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2006
No Nama/Jenis Barang BPTP
(unit/buah)
IPPTP Mojosari
(unit/buah)
IPPTP Wonocolo (unit/buah)
1. Antenna Drid 2,4 db 2 unit - - 2. Radio 2 unit - - 3. Pig Tail 2 unit - - 4. Box Outdoor 2 unit - - 5. Switch/Hub 16 Port 1 unit - - 6. Konektor RJ 45 1 unit 7. Network Tool 1 unit - - 8. Kabel UTP Cat 5 4 unit - - 9. Tower Triangle 32 meter 1 unit 10. PC Server 2 unit 11. LCD Proyektor 1 unit 1 unit 12. Personal Computer 5 unit 13. Note Book 2 unit 14. Mixer (Audio Equipment ) 1 unit 1 unit 15. Speaker Aktive 2 unit 16. Stand (Standar) 2 unit 17. Kabel snake Proel 24 Channel 1 roll 18. Kabel Micropone 2 roll
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
9
Lanjutan
No Nama/Jenis Barang BPTP
(unit/buah)
IPPTP Mojosari
(unit/buah)
IPPTP Wonocolo (unit/buah)
19. Speaker Pasif Vetron 2 unit 20. Micropone 2 unit 21. Mixer 1 unit 22. Chlorofil Meter 1 unit 23. Mesin babat rumput 1 unit 24. Hand Traktor 1 unit 25. Peralatan Prosessing Benih 1 unit 26. Mesin babat rumput 1 unit 27. AC 3 unit 28. Printer dop matrik 1 unit 29. Screen Projektor/OHP/Layar 1 unit 30. Mesin Foto Copy 1 unit 31. Printer Laser Jet 3 unit 32. Printer Desk Jet + Copier 1 unit 33. Brankas 2 unit 34. Neon Box 1 unit 35. Mesin Diesel 2 unit
36. Mesin Pompa 2 unit 37. Integrated Telepone System 6 unit 38. Like Walkie-Talkie 1 unit 39. Lemari Buku 2 buah 40. Timbangan duduk 1 unit 41. Meja kerja ½ biro 4 buah 42. Motor Diesel 1 unit 43. Almari Arsip 2 buah 44. Etalase 1 buah 45. Meja kerja 3 buah 46. Alat Penggiling Daging 1 unit 47. Almari Arsip 1 buah 48. Digital Camera 2 unit 49. Handy Cam 1 unit
Tabel 9 a. Penambahan Peralatan Kantor di Lingkup BPTP Jawa Timur per 31 Desember 2006 (Anggaran Rutin)
No Nama/Jenis Barang BPTP
(unit/buah)
IPPTP Mojosari
(unit/buah)
IPPTP Wonocolo (unit/buah)
1. - - 2 - -
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
10
2.3.3. Keuangan
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan semester II tahun 2006 ini kami sajikan secara lengkap
sebagai salah satu wujud transparansi dan akuntabilitas, sebagaimana
diamanatkan dalam tata kelola yang baik (good governance). Sedangkan tujuan
Catatan atas Laporan Keuangan adalah menyajikan informasi tentang
penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam rangka pengungkapan yang
memadai.
I. PENDAHULUAN
A. DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 59/PMK.03/2005
Tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 13/PMK.06/2005
tentang Bagan Perkiraan Standar
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : PER-24/PB/2006
tanggal 31 Mei 2006 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga..
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
11
B. PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan ini mencakup seluruh transaksi keuangan
yang dikelola oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
yang berasal dari dana APBN sebesar Rp. 19.179.508.000,-
Laporan Keuangan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atan
Laporan Keuangan. Penyusunan Laporan Keuangan menggunakan
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang terdiri dari Sistem Akuntansi
Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN)
Dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran telah dilakukan
rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara setian
bulannya.
Penyusunan data neraca untuk aset tetap telah menggunakan data yang
berasal dari Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN)
II. KEBIJAKSANAAN AKUNTANSI
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah ini yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan
basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
A. PENDAPATAN
Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara (KUN)
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayarkan kembali oleh
pemerintah. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada Kas Umum
Negara (KUN),. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto,
yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah
nettonya. (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran)
B. BELANJA
Belanja adalah semua pengeluaran Kas Umum Negara (KUN)
yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
12
pemerintah. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari Kas Umum
Negara (KUN). Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran,
pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggung jawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
C. ASET
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki
oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi/sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak termasuk sumber
daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut dan kandungan
pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak
kepemilikan berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi,
Aset Tetap, dan Aset Lainnya.
Pengukuran/penilaian Aset :
Persediaan :
Persediaan disajikan sebesar :
o Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan
persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada
perolehan persediaan. Potpngan harga, rabat, dan lainnya yang serupa
mengurangi biaya perolehan . Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya
perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.
o Biaya Standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Biaya standar
persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang
diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel yang dialokasikan secara
sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi persediaan.
o Nilai Wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
13
Tanah :
Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga
pemebelian dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran,
penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap
pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah
yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk
dimusnahkan.
Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/harga taksiran
pada saat perolehan.
Gedung dan Bangunan :
Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian
Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran
pada saat perolehan.
Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara
swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan
biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan,
perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang
terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya perolehan
meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan,
serta jasa konsultan.
Peralatan dan Mesin:
Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran
yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut
sampai siap pakai. Biaya perolehan atas peralatan dan mesin yang berasal
dari pembelian meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
instalasi, berta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
14
Biaya perolehan peralatan dan mesin yang diperoleh melalui kontrak
meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan
dan jasa konsultan.
Biaya perolehan peralatan dan mesin yang dibangun dengan cara swakelola
meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak
langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan,
tenaga listrik, sewa peralatan dan semua biaya lainnya yang terjadi
berkenaan dengan pembangunan Peralatan dan Mesin tersebut
Jalan, Irigasi, dan Jaringan:
Biaya perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan menggambarkab seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh Jalan, Irigasi dan Jaringan sampai siap
pakai. Biaya ini meliputibiaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-
biaya lain yang dikeluarkan sampai Jalan, Irigasi dan Jaringan tersebut siap
pakai.
Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh melalui
kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa
konsultan, biaya pengosongan, dan pembongkaran bangunan lama
Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang dibangun secara
swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari
meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan
dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran
bangunan lama
Aset Tetap Lainnya:
Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai. Biaya
perolehan Aset Tetap Lainnya yang diperoleh melalui kontrak meliputi
pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, serta biaya
perizinan.
Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diadakan melalui swakelola
meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari bahan baku,
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
15
tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya
perizinan, jasa konsultan.
Konstruksi Dalam Pengerjaan:
Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehahn konstruksi yang dikerjakan secara swakelola meliputi :
o Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi yang
mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia; biaya bahan,
pemindahan sarana dan peralatan; serta biaya rancangan dan bantuan
teknis yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi.
o Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat
dialokasikan ke konstruksi tersbut mencakup biaya asuransi; biaya
rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan
dengan konstruksi tertentu; dan biaya-biaya lainnya yang dapat
diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang bersangkutan seperti
biaya inspeksi.
Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan melalui kontrak konstruksi
meliputi:
o Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan
tingkat penyelesaian pekerjaan.
o Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehuubungan
dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.
D. KEWAJIBAN
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu. Kewajiban
pada satuan kerja dalam lingkup Kementerian Negara/Lembaga hanya
berupa kewajiban kepada KPPN berupa keterlambatan penyampaian sisa
uang persediaan dan kepada BUN/KPPN berupa pendapatan yang
ditangguhkan.
E. EKUITAS DANA
Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara
asset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan menjada Ekuitas
Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
16
III. RINGKASAN LAPORAN
A. ANGGARAN DAN ESTIMASI PENDAPATAN
Selama periode 1 Januari s/d 31 Desember 2006, tahun anggaran
2006, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur menerima
anggaran pengeluaran sebesar Rp. 19.179.508.000,- yang digunakan untuk
membiayai kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur di
Malang dan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia di Pasuruan.
Estimasi pendapatan yang dialokasikan pada Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Timur untuk tahun anggaran 2006 :
No. Keterangan Jumlah (Rp.)
1. Estimasi Penerimaan Perpajakan 0,-
2. Estimasi PNBP 61.180.000,-
3. Estimasi Hibah 0,-
Jumlah 61.180.000,-
B. REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA
Dari anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp. 17.099.335.251,- atau 89,15 %
dari total anggaran.
Realisasi pendapatan pada tahun anggaran 2006 sebesar Rp. 703.846.023,- yang berasal dari :
No. Keterangan Jumlah (Rp.)
1. Penerimaan Perpajakan 643.748.134,-
2. PNBP 60.097.889,-
3. Hibah 0,-
Jumlah 703.846.023,-
C. NERACA
Posisi keuangan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur pada
tanggal 31 Desember 2006 adalah sebagai berikut: Aset sebesar Rp.
25.488.600.498,-; Kewajiban sebesar Rp. 0,-; dan Ekuitas Dana sebesar Rp.
25.488.600.498,-
Jumlah Aset sebesar Rp. 25.488.600.498,- terdiri dari :
No. Keterangan Jumlah (Rp.)
1. Aset Lancar 0,-
2. Aset Tetap 25.210.073.498,-
3. Aset tetap Lainnya 278.527.000,-
Jumlah 25.488.600.498,-
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
17
Jumlah Ekuitas Dana sebesar Rp. 25.488.600.498,- terdiri dari :
No. Keterangan Jumlah (Rp.)
1. Ekuitas Dana Lancar 0,-
2. Ekuitas Dana Investasi 25.488.600.498,-
Jumlah 25.488.600.498,-
IV. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
A. PENDAPATAN
A.1. Realisasi Pendapatan
Pendapatan terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara
bukan pajak meliputi :
Penerimaan Perpajakan :
No. Keterangan Jumlah (Rp.) % + /-
1. Periode 1 Jan s/d 31 Des 2006 643.748.134,- +
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga memberikan kontribusi bagi
pendapatan negara. Realisasi PNBP sebagai berikut:
No. Keterangan Jumlah (Rp.) % + /-
1. Periode 1 Jan s/d 31 Des 2006 60.097.889 98,23 -
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga berasal dari pengembalian
belanja atas belanja yang terjadi pada tahun anggaran yang lalu dan dibukunan
sebagai pendapatan lain-lain sebagai berikut :
No. Keterangan Jumlah (Rp.)
1. Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang diderita oleh Negara (Masuk TP/TGR) Bendahara
0,-
2. Pendapatan Anggaran Lain-lain 266.775.527,-
Jumlah 266.775.527,-
Pendapatan Anggaran Lain-lain ini berasal dari kerjasama antara BPTP Jatim dan
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut :
o Dana kerjasama tersebut tertuang dalam DIPA Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jatm Tahun Anggaran 2006
o Pembayaran dilakukan melalui mekanisme Pembayaran Langsung namun
pada pembayaran terakhir (Termin Akhir) dana yang telah dicairkan dengan
pembayaran langsung tersebut tidak bisa dipergunakan semuanya dan sisa
sebesar Rp. 266.775.527,-
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
18
A.2. Hambatan dan Kendala
Musim kemarau yang panjang pada tahun 2006 menyebabkan hasil
kebun/pertanian belum bisa memberikan kontribusi sesuai rencana terhadap
PNBP
Selain itu hasil samping kegiatan penelitian/pengkajian juga belum bisa
memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara bukan pajak.
B. BELANJA
B.1. Realisasi Belanja
Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan
dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga. Belanja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
meliputi belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Perincian Anggaran
dan Realisasi Belanja dapat dilihat dari tabel-tabel berikut ini
Tabel 1. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Sumber Dana
Uraian Anggaran Semula Anggaran Setelah
Revisi Realisasi Belanja %
1 2 3 4 5
Rupiah Murni 19.118.328.000,- 19.118.328.000,- 17.336.441.509,- 90,68
PNBP 61.180.000,- 61.180.000,- 29.700.000,- 48,55
Jumlah 19.179.508.000,- 19.179.508.000,- 17.366.141.509,- 90,55
Tabel 2. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja Kode Jenis
Belanja Uraian Jenis Belanja
Anggaran Setelah Revisi
Realisasi Belanja %
1 2 3 4 5
51 Belanja Pegawai 6.073.318.000,- 5.389.735.355,- 88,74
52 Belanja Barang 12.249.090.000,- 10.907.132.230,- 89,04
53 Belanja Modal 857.100.000,- 802.467.666,- 93,63
Jumlah 19.179.508.000,- 17.099.335.251,- 89.15
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
19
Tabel 4. Rincian Realisasi Belanja Modal
Kode Mak Uraian Jenis Belanja Anggaran
Setelah Revisi Realisasi Belanja %
1 2 3 4 5
531111 BM Tanah 0,- 0,- 0
532111 BM Peralatan & Mesin 696.020.000,- 674.220.000,- 96,87
533111 BM Gedung & Bangunan 84.900.000,- 83.947.666,- 98,88
534111 BM Jalan dan Jembatan 0,- 0,- 0
534112 BM Irigasi 30.400.000,- 29.700.000,- 97,70
534112 BM Jaringan 0,- 0,- 0
535111 BM Fisik Lainnya 45.780.000,- 14.600.000,- 31,89
Jumlah 857.100.000,- 802.467.666,- 93,63
Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) atas belanja yang terjadi
pada tahun anggaran berjalan sebesar Rp. 266.806.258,- dibukukan sebagai
kontra pos belanja pada periode pelaporan.
Sedangkan pengembalian belanja atas belanja yang terjadi pada tahun
anggaran yang lalu sebesar Rp. 504,- dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.
Tabel 5. Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja
Kode Jenis Belanja
Uraian Jenis Belanja Realisasi
Pengembalian Belanja
1 2 3
51 Belanja Pegawai 39.281,-
52 Belanja Barang 266.766.977,-
53 Belanja Modal 0,-
Jumlah 266.806.258,-
B.2. Hambatan dan Kendala
Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) atas belanja yang
terjadi pada tahun anggaran berjalan dikarenakan MAP (511519) sebesar Rp.
39.281,-
Sedangkan Pengembalian Belanja selanjutnya adalah pengembalian jasa
lainnya atas Kerjasama Antar Instansi Pemerintah/Swasta/Lembaga Terkait
dimana kerjasama tersebut dilakukan antara Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)
Pasuruan yang tertuang dalam Naskah Kerjasama dan sistem pembayarannya
dilakukan dengan termin, dimana pada akhir tahun anggaran terdapat sisa yang
belum dipergunakan sebesar Rp. 266.766.977,-
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
20
V. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
A. KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN
Tidak terdapat saldo kas di Bendahara Pengeluaran Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Timur per tanggal 31 Desember 2006
B. KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN
Tidak terdapat saldo kas di Bendahara Penerimaan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Timur per tanggal 31 Desember 2006.
Kas di Bendahara Penerimaan adalah penerimaan Pendapatan Negara Bukan
Pajak (PNBP) yang belum disetor ke Kas Negara pada tanggal neraca Terdiri
dari :
Tabel 6. Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja No. Kode MAP Uraian Jumlah (Rp.)
1 2 3 4
1 511519 Pengembalian belanja pembulatan gaji PNS 39.281,-
2 522219 Pengembalian Belanja Jasa Lainnnya 266.766.977,-
Jumlah 266.806.258,-
C. PIUTANG
Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang,
barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal
neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari 12
bulan setelah tanggal neraca.uang
C.1 Piutang Pajak
Piutang Pajak sebesar Rp. 0,- merupakan tagihan pajak yang telah
mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan
pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam waktu tidak lebih
dari satu tahun. Piutang tersebut terdiri dari :
Tabel 7. Rincian Piutang Pajak No. Kode Perkiraan Piutang Uraian Piutang Jumlah (Rp.)
1 2 3 4
0,-
Jumlah 0,-
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
21
C.2 Piutang PNBP
Piutang Bukan Pajak sebesar Rp. 0,- merupakan piutang penerimaan
negara bukan pajak, yaitu semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang,
barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal
neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jagka waktu tidak lebih dari satu
tahun. Piutang tersebut terdiri dari :
Tabel 8. Rincian Piutang PNBP
No. Kode Perkiraan Piutang Uraian Piutang Jumlah (Rp.)
1 2 3 4
0,-
Jumlah 0,-
C.3 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Jumlah Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) sebesar Rp.
0,- merupakan saldo TPA yang akan jatuh tempo dalam tahun anggaran 2007
yang berasal dari penjualan <uraikan jenis penjualan angsuran>.
C.4 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi
Jumlah Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) sebesar Rp. .
4.703.400,- merupakan saldo TGR yang akan jatuh tempo dalam tahun
anggaran 2007 (1 tahun setelah tahun neraca).
C.5 Piutang Bukan Pajak Lainnya
Piutang lain-lain sebesar Rp. 0,- merupakan piutang yang tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori piutang sebagaimana telah
dijelaskan diatas yang diharapkan diterima pada tahun 2007 (1 tahun setelah
tahun neraca).
D. PERSEDIAAN
Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau
perlengkapan (supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan maksud
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang
dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
22
Terdapat persediaan pada tanggal 31 Desember 2006 sebesar Rp. 0,-
yang diperoleh dari hasil inventarisasi, yang terdiri dari :
uraian jenis persediaan sesuai dengan klasifikasi pada bagan perkiraan standar
dan nilai rupiah masing-masing
E. ASET TETAP
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum. Nilai aset per tanggal 31 Desember 2006 sebesar Rp.
25.488.600.498,- dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 9. Daftar Aset Tetap
Nama Aset Tetap Saldo Awal Mutasi
Saldo Akhir Tambah Kurang
1 2 3 4 5
Tanah 642.400.000,- 0,- 0,- 642.400.000,-
Peralatan dan Mesin 20.380.173.492,- 670.238.000,- 0,- 21.050.411.492,-
Gedung dan Bangunan 3.362.158.840,- 79.107.666,- 0,- 3.441.266.506,-
Jalan, Irigasi dan Jaringan 46.295.500,- 29.700.000,- 0,- 75.995.500,-
Aset Tetap Lainnya 263.927.000,- 14.600.000,- 0,- 278.527.000,-
Jumlah 24.694.954.832,- 793.645.666,- 0,- 25.488.600.498,-
Mutasi tambah aset tetap terdiri dari : o Pembelian Rp. 793.645.666,-
o Penyelesaian pembangunan Rp. 0,-
o Transfer dari unit lain Rp. 0,-
o Hibah (masuk) Rp. 0,-
o dst. Rp. 0,-
Jumlah Rp. 793.645.666,-
Mutasi kurang aset tetap terdiri dari :
o Pembelian Rp. 0,-
o Penyelesaian pembangunan Rp. 0,-
o Transfer dari unit lain Rp. 0,-
o Hibah (keluar) Rp. 0,-
o dst. Rp. 0,-
Jumlah Rp. 0,-
Pada periode 1 Januari s/d 31 Desember 2006 tahun anggaran 2006, realisasi
belanja untuk pengadaan aset tetap melalui pembangunan yang belum selesai
pengerjaannya pada 31 Desember 2006 adalah sebesar Rp. 0,- Konstruksi
dalam pengerjaan tersebut terdiri dari :
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
23
o Tanah Rp. 0,- o Peralatan dan Mesin Rp. 0,- o Gedung dan Bangunan Rp. 0,- o Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp. 0,- o Aset Tetap Lainnya Rp. 0,-
F. ASET LAINNYA
Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset
lancar, investasi permanen dan aset tetap pada tanggal neraca. Aset Lainnya
terdiri atas : Tagihan Tuntutan Ganti Rugi Rp 4.703.400,- <nilai TGR yang jatuh
temponya lebih dari 12
G. UANG MUKA DARI KPPN
Uang muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun kas di
Bendahara Pengeluaran. Nilai rupiah pada akun ini merepresenrasikan uang
persediaan yang belum dipergunakan dan/atau yang belum dipertanggung
jawabkan sebagai pengeluaran difinitif.
H. PENDAPATAN YANG DITANGGUHKAN
Pendapatan yang ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari akun
Kas di Bendahara Penerimaan. Nilai rupiah pada akun ini mempresentasikan
pendapatan negara bukan pajak yang sudah dipungut tetapi belum disetorkan
ke Kas Negara pada tanggal pelaporan.
I. EKUITAS DANA LANCAR
Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara nilai aset lancar dengan kewajiban lancar/jangka
pendek, yang terdiri dari atas:
o Cadangan Piutang Rp. 0,- o Cadangan Persediaan Rp. 0,-
(Cadangan Piutang merupakan akun penyeimbang dari akun Piutang,
sedangkan Cadangan Persediaan adalah akun penyeimbang dari akun
Persediaan)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
24
J. EKUITAS DANA INVESTASI
Ekuitas Dana Investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam aset tetap
dan aset lainnya. Ekuitas dana Investasi pada tanggal 31 Desember 2006,
terdiri atas :
o Diinvestasikan dalam aset tetap Rp. 25.488.600.498,- o Diinvestasikan dalam aset lainnya Rp. 25.488.600.498,-
(Diinvestasikan dalam Aset Tetap merupakan akun penyeimbang dari akun Aset
Tetap, sedangkan Diinvestasikan dalam Aset Lainnya adalah akun penyeimbang
dari akun Aset Tetap Lainnya)
VI. INFORMASI TAMBAHAN DAN PENGUNGKAPAN LAINNYA
Pengerjaan buku persediaan belum dapat dilaksanakan karena batasan
opname barang-barang persediaan harus dilakukan hingga user(pemakai)
sementara opname barang-barang persediaan tersebut diperoleh dari
petugas/pengurus gudang pada tanggal neraca.
CATATAN RINGKAS BARANG MILIK NEGARA SATUAN KERJA : BALAI PENGKAIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
JAWA TIMUR
I. RINGKASAN LAPORAN BARANG
1. TANAH (131111)
a. Tanah (1.01)
Saldo Tanah pada Kementerian Negara/Lembaga/Eselon
I/Satuan Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur per 31
Desember 2006. sebesar Rp 642.400.000,- Jumlah tersebut terdiri dari :
saldo awal 80.300 m2 Rp. 642.400.000,- mutasi tambah 0 m2 Rp. 0,- mutasi kurang 0 m2 Rp. 0,-
Mutasi tambah tanah tersebut meliputi: Pembelian Rp. 0,- Transfer masuk Rp. 0,- Hibah masuk Rp. 0,- Rampasan/sitaan Rp. 0,- Penyelesaian Pembangunan Rp. 0,- Reklasifikasi Masuk Rp. 0,- Pembatalan Penghapusan Rp. 0,- Pengembangan Nilai Rp. 0,- Koreksi Nilai/Kuantitas Rp. 0,-
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
25
Mutasi kurang tanah tersebut meliputi: Penghapusan Rp. 0,- Transfer keluar Rp. 0,- Hibah keluar Rp. 0,- Pengurangan Rp. 0,- Reklasifikasi keluar Rp. 0,- Koreksi nilai/kuantitas Rp. 0,- Koreksi pencatatan Rp. 0,-
Dari jumlah di atas dalam proses ruislag/sengketa 0 m2/Rp. 0,-
Dari jumlah di atas yang dihentikan penggunaannya karena rusak
berat/hilang tetapi belum dihapuskan adalah 0 m2/Rp. 0,-
2. PERALATAN DAN MESIN (131311)
a. Alat Besar (2.01)
Saldo BMN berupa Alat Besar pada Kementerian Negara/
Lembaga/ Eselon I/ Satuan Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Timur per 31 Desember 2006 sebesar Rp. 142.546.000,- Jumlah
tersebut terdiri dari :
saldo awal 12 unit Rp. 63.786.000,- mutasi tambah 4 unit Rp. 78.760.000,- mutasi kurang 0 unit Rp. 0,-
Mutasi tambah Alat Besar tersebut meliputi Intrakomptabel Ekstrakomptabel : Pembelian Rp. 78.760.000,- Rp. 0,- Transfer masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Hibah masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Rampasan/sitaan Rp. 0,- Rp. 0,- Penyelesaian Pembangunan Rp. 0,- Rp. 0,- Reklasifikasi Masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Pembatalan Penghapusan Rp. 0,- Rp. 0,- Pengembangan Nilai Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi Nilai/Kuantitas Rp. 0,- Rp. 0,-
Mutasi kurang Alat Besar tersebut meliputi Intrakomptabel Ekstrakomptabel : Penghapusan Rp. 0,- Rp. 0,- Transfer keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Hibah keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Pengurangan Rp. 0,- Rp. 0,- Reklasifikasi keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi nilai/kuantitas Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi pencatatan Rp. 0,- Rp. 0,-
Dari jumlah di atas yang dihentikan penggunaannya karena rusak
berat/hilang tetapi belum dihapuskan adalah 0 unit/Rp. 0,-
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
26
b. Alat Angkutan (2.02)
Saldo Alat Angkutan pada Kementerian Negara/Lembaga/Eselon
I/Satuan Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur per 31
Desember 2006 sebesar Rp. 695.800.280,- Jumlah tersebut terdiri dari :
saldo awal 28 unit Rp. 456.300.280,- mutasi tambah 2 unit Rp. 239.500.000,- mutasi kurang 0 unit Rp. 0,-
Mutasi tambah Alat Angkut tersebut meliputi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian Rp. 239.500.000,- Rp. 0,- Transfer masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Hibah masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Rampasan/sitaan Rp. 0,- Rp. 0,- Penyelesaian Pembangunan Rp. 0,- Rp. 0,- Reklasifikasi Masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Pembatalan Penghapusan Rp. 0,- Rp. 0,- Pengembangan Nilai Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi Nilai/Kuantitas Rp. 0,- Rp. 0,-
Mutasi kurang Alat Angkut tersebut meliputi Intrakomptabel Ekstrakomptabel : Penghapusan Rp. 0,- Rp. 0,- Transfer keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Hibah keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Pengurangan Rp. 0,- Rp. 0,- Reklasifikasi keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi nilai/kuantitas Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi pencatatan Rp. 0,- Rp. 0,-
3. GEDUNG DAN BANGUNAN (131511)
Saldo Gedung dan Bangunan pada Kementerian
Negara/Lembaga/Eselon I/ Satuan Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Timur per 31 Desember 2006 sebesar Rp. 3.441.266.500,- Jumlah
tersebut terdiri dari :
Saldo awal 26 unit Rp 3.362.158.840,- Mutasi tambah 3 unit Rp. 79.107.666,- Mutasi kurang 0 unit Rp. 0,-
Mutasi tambah Gedung dan Bangunan tersebut meliputi Intrakomptabel
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
27
Ekstrakomptabel : Pembelian Rp. 77.611.380,- Rp. 0,- Transfer masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Hibah masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Rampasan/sitaan Rp. 0,- Rp. 0,- Penyelesaian Pembangunan Rp. 0,- Rp. 0,- Reklasifikasi Masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Pembatalan Penghapusan Rp. 0,- Rp. 0,- Pengembangan Nilai Rp. 1.496.286,- Rp. 0,- Koreksi Nilai/Kuantitas Rp. 0,- Rp. 0,-
Mutasi kurang Gedung dan Bangunan tersebut meliputi Intrakomptabel
Ekstrakomptabel
Penghapusan Rp. 0,- Rp. 0,- Transfer keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Hibah keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Pengurangan Rp. 0,- Rp. 0,- Reklasifikasi keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi nilai/kuantitas Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi pencatatan Rp. 0,- Rp. 0,-
4. JALAN, IRIGASI, DAN JARINGAN (131711)
Saldo Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada Kementerian
Negara/Lembaga/Eselon I/Satuan Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Timur per 31 Desember 2006 sebesar Rp. 75.995.500,- Jumlah tersebut
terdiri dari :
saldo awal 3.000 m2, dan 1 unit Rp 46.295.500,- mutasi tambah 1 unit Rp.29.700.000,- mutasi kurang 0 m2 dan 0 unit Rp. 0,-
Mutasi tambah Jalan, Irigasi, dan Jaringan tersebut meliputi Intrakomptabel
Ekstrakomptabel
Pembelian Rp. 29.700.000,- Rp. 0,- Transfer masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Hibah masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Rampasan/sitaan Rp. 0,- Rp. 0,- Penyelesaian Pembangunan Rp. 0,- Rp. 0,- Reklasifikasi Masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Pembatalan Penghapusan Rp. 0,- Rp. 0,- Pengembangan Nilai Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi Nilai/Kuantitas Rp. 0,- Rp. 0,-
Mutasi kurang Jalan, Irigasi, dan Jaringan tersebut meliputi:
Intrakomptabel Ekstrakomptabel
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
28
Penghapusan Rp. 0,- Rp. 0,- Transfer keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Hibah keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Pengurangan Rp. 0,- Rp. 0,- Reklasifikasi keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi nilai/kuantitas Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi pencatatan Rp. 0,- Rp. 0,-
5. ASET TETAP LAINNYA (131911)
Saldo Aset Tetap Lainnya pada Kementerian Negara/Lembaga/Eselon
I/Satuan Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur per 31
Desember 2006 sebesar Rp. 278.527.000,- Jumlah tersebut terdiri dari
Saldo awal 6.310 buah Rp. 263.927.000,- Mutasi tambah 73 buah Rp. 14.600.000,- Mutasi kurang 0 buah Rp. 0,-
Mutasi tambah Aset Tetap Lainnya tersebut meliputi Intrakomptabel
Ekstrakomptabel
Pembelian Rp. 14.600.000,- Rp. 0,- Transfer masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Hibah masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Rampasan/sitaan Rp. 0,- Rp. 0,- Penyelesaian Pembangunan Rp. 0,- Rp. 0,- Reklasifikasi Masuk Rp. 0,- Rp. 0,- Pembatalan Penghapusan Rp. 0,- Rp. 0,- Pengembangan Nilai Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi Nilai/Kuantitas Rp. 0,- Rp. 0,-
Mutasi kurang Aset Tetap Lainnya tersebut meliputi Intrakomptabel
Ekstrakomptabel
Penghapusan Rp. 0,- Rp. 0,- Transfer keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Hibah keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Pengurangan Rp. 0,- Rp. 0,- Reklasifikasi keluar Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi nilai/kuantitas Rp. 0,- Rp. 0,- Koreksi pencatatan Rp. 0,- Rp. 0,-
6. ASET BERSEJARAH
Kementerian Negara/Lembaga/Eselon I/Satuan Kerja menguasai aset
bersejarah sebanyak 0 unit
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
29
II. INFORMASI TAMBAHAN
1. BMN BADAN LAYANAN UMUM
Total BMN yang yang dikelola BLU senilai Rp.0,- dengan rincian
sebagai berikut :
Saldo awal
mutasi tambah
mutasi kurang
saldo
Tanah 0,- 0,- 0,- 0,- Peralatan dan Mesin 0,- 0,- 0,- 0,-
Gedung dan Bangunan 0,- 0,- 0,- 0,-
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 0,- 0,- 0,- 0,-
Aset Tetap Lainnya 0,- 0,- 0,- 0,-
2. KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN (132111)
Disamping aset tetap yang tertuang dalam Laporan BMN pada
tanggal 31 Desember 2006 Kementerian Negara/Lembaga/Eselon I/Satuan
Kerja : Balai Penkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur juga menguasai
sejumlah aset tetap berbentuk Konstruksi Dalam Pengerjaan senilai Rp. 0,-
dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Tanah 0,- Peralatan dan Mesin 0,- Gedung dan Bangunan 0,- Jalan, Irigasi, dan Jaringan 0,- Aset Tetap Lainnya 0,-
3. PERSEDIAAN
Saldo persediaan pada tanggal 31 Desember 2006 adalah Rp. 0,-
yang terdiri dari:............ (disampaikan jenis persediaan yang masih tersisa
dan kondisi dari persediaan tersebut).
4. INFORMASI LAINNYA
a. BMN yang diperoleh dari dana dekonsentrasi dan dana tugas
pembantuan yang belum diserahkan dengan rincian sebagai berikut :
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
30
Saldo awal
Mutasi Tambah
Mutasi Kurang
Saldo
Tanah 0,- 0,- 0,- 0,-
Peralatan dan Mesin 0,- 0,- 0,- 0,-
Gedung dan Bangunan 0,- 0,- 0,- 0,-
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 0,- 0,- 0,- 0,-
Aset Tetap Lainnya 0,- 0,- 0,- 0,-
Mutasi kurang dari BMN tersebut di atas antara lain disebabkan oleh
penyerahan kepada Pemerintah Daerah.
Dari total BMN tersebut di atas termasuk BMN yang diperoleh dari
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan yang belum diserahkan dengan
rincian sebagai berikut:
Saldo awal
Mutasi Tambah
Mutasi Kurang
Saldo
Tanah 0,- 0,- 0,- 0,-
Peralatan dan Mesin 0,- 0,- 0,- 0,-
Gedung dan Bangunan 0,- 0,- 0,- 0,-
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 0,- 0,- 0,- 0,-
Aset Tetap Lainnya 0,- 0,- 0,- 0,-
Mutasi kurang dari BMN tersebut di atas antara lain disebabkan oleh
penyerahan kepada Kementeritan Negara/Lembaga Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian sebagai pelaksana BA
b. Informasi lainnya terkait dengan BMN yang perlu diungkapkan :
Lampirkan cetakan Laporan Barang Semester/Tahunan yang berasal
dari proses penginputan data BMN melalui Aplikasi SABMN
2.4. KERJA SAMA DAN INFORMASI
2.4.1. Kegiatan Informasi
Sesuai dengan uraian tugas Seksi Kerjasama dan Informasi, yang mencakup
urusan informasi, kerjasama dan sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan
pengkajian, kegiatan yang dilaporkan disini terkait dengan uraian tugas. Kegiatan
informasi di BPTP Jawa Timur meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan
Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian melalui berbagai bentuk pertemuan,
pendokumentasian hasil penelitian/pengkajian. Balai, menyajikan materi informasi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
31
dalam bentuk yang dikehendaki (laporan berkala, publikasi tercetak dan elektronik,
layanan internet), dan penyelenggaraan perpustakaan. Sesuai dengan uraian tugas
Seksi Kerja sama dan Informasi yang mencakup urusan informasi, Kerja sama dan
sarana yang di perlukan dalam pelaksanaan pengkajian
2.4.1.1. Penyebaran informasi Hasil Penelitian/Pengkajian
Kegiatan informasi di BPTP jawa Timur meliputi semua kegiatan yang
berkaitan dengan Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian yang dilaksanakan melalui
berbagai bentuk pertemuan, pendokumentasian hasil penelitian/pengkajian. Balai,
menyajikan materi informasi dalam berbagai media (media cetak, elektronik,
penyelenggaraan ekspose, kegiatan visitor plot dan penyelenggaraan perpustakaan).
Tabel 12. Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian yang dihasilkan BPTP Jawa Timur TA 2006
Nomor Nama Publikasi Jumlah/kali
(Judul/ eksemplar)
Keterangan
1. Pertemuan-Pertemuan
Seminar Lokakarya Temu Informasi Temu Aptek Temu lapang Pelatihan/magang Kunjungan Pertemuan Tim Teknis Teknologi Pertanian Pertemuan Komisi Teknologi Pertanian
2 1 2 4 2 1 1
2. Pengembangan Informasi Teknologi
a. Media Cetak.
Prosiding Seminar Juknis Rakitan Teknologi*) Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Laporan Tahunan Laporan Bulanan Brosur Liptan (leaflet) Folder Publikasi lain Mass Media
1/300
1/500*)
1/300 1/200 12/2
3/500
b.Media Elektronik Radio Komunikasi dan Informasi Pertanian RRI Stasiun Malang Paket Siaran TV Website BPTP Jatim
4 1 2
*) Dicetak Biro Perekonomian Propinsi Jawa Timur
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
32
c.Pameran/Ekspose Lokal
Regional Nasional
d. Visitor Plot KP Karangploso, Malang Wonocolo, Surabaya Mojosari, Mojokerto
1 1
e. Unit Komersialisasi Teknologi (UKT)
Operasionalisasi jasa layanan Balai Mendukung kegiatan promosi Balai Rintisan agribisnis (produksi benih/bibit, publikasi ) Inisiasi Kerjasama berorientasi HAKI
f. Layanan Perpustakaan
Foto copy Penelusuran literature Penyusunan bibliografi
Keterangan : *) Dicetak oleh Biro Perekonomian Pemprop Jawa Timur
2.4.1.2. Perpustakaan
Perkembangan Perpustakaan BPTP Jawa Timur saat ini sudah relative
lebih baik, dibandingkan kegiatan tahun yang lalu.. Secara bertahap
penambahan fasilitas dan koleksi perpustakaan telah dilaksanakan, guna
peningkatan kualitas maupun kuantitas informasi terkini untuk mendukung hasil-
hasil pengkajian dan perakitan teknologi yang berkualitas, sesuai dengan tugas
dan fungsi Balai.
Pada tahun 2006 perpustakaan melaksanakan pembuatan database
hasil-hasil penelitian dan pengkajian lingkup Badan Litbang Pertanian, dengan
hasil sebagai berikut:
No Komooditas Jumlah Artikel Keterangan 1 Tanaman Pangan 5.672 judul
2 Tanaman Hortikultura 927 judul
3 Tanaman Perkebunan 239 judul
4 Peternakan 2.633 judul
5 Perikanan 506 judul
6 Lain-lain: Flu Burung 638 judul Full text
Total 10.615 judul
Perpustakaan BPTP Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2007. ditunjuk
sebagai salah satu Perpustakaan Model di UPT lingkup Departemen Pertanian.
Sasaran pembangunan Perpustakaan Model adalah terwujutnya perpustakaan
digital di unit-unit kerja lingkup Departemen Pertanian, yaitu perpustakaan yang
pengelolaan dan pelayanannya dilakukan dengan memanfaatkan teknologi
informasi. Juga dirancang dalam rangka mempercepat pemanfaatan bersama
informasi yang dimiliki oleh masing-masing perpustakaan (resource sharing).
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
33
Tabel 13. Jumlah Tambahan Bahan Pustaka pada satuan kerja LingkupBPTP Jawa Timur 2006
No Unit Kerja Buku Majalah Brosur/Leaflet
Judul Expl Judul Expl Judul Expl
1 BPTP Jawa Timur 396 411 118 359 70 85
2 Lab. Dis. Wonocolo
3 KP Mojosari
Jumlah Sumber: Perpustakaan BPTP Jawa Timur
Jumlah Pengunjung dan Pengguna Jasa Perpustakaan sebagai besar
adalah para peneliti, mahasiswa, penyuluh dan pelajar dari beberapa kota di
Jawa Timur. Pada umumnya, selain membaca bahan pustaka, mereka juga
memanfaatkan jasa peminjaman ataupun fotokopi. Data pengguna jasa
perpustakaan selengkapmya tertera pada Tabel 14.
Tabel 14. Pemakai Jasa Perpustakaan pada satuan kerja Lingkup BPTP Jatim, 2006
N Unit Kerja Pengunjung Penggunaan Jasa Perpustakaan
Peneliti Mahasiswa Penyuluh Fotokopi Penelusuran Peminjaman
1 BPTP Jatim 419 278 93 331 432 139
2 Lab.Dis. Wonocolo
3 KP Mojosari
Total 419 278 93 331 432 139
Sumber: Perpustakaan BPTP Jatim
2.4.1.3. Pengelolaan Website BPTP Jawa Timur
Terhitung sejak September 2006 website BPTP Jawa Timur menggunakan
fasilitas server di Badan Litbang Pertanian dengan space + 50 MB dengan
alamat : http : //jatim.litbang.deptan.go.id.
Pemanfaatan website BPTP Jawa Timur oleh pengguna dapat di lihat pada
Tabel di bawah ini.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
34
Tabel 15. Pengguna Website jatim.litbang.deptan.go.id tahun 2006 Month Unique visitor Number of visits Pages Hits
January 158 5 5 166
February 232 3 2 133
March 341 179 121 7123
April 301 653 49 26190
May 283 374 156 20191
June 251 416 190 23610
July 196 226 90 12664
August 176 334 176 16864
September 239 488 318 20070
October 348 477 1209 3430
Nopember 1305 2456 7657 15447
December 1601 3451 7408 21521
Total 5431 9062 17381 167409
2.4.1.3. Pameran/ Ekspose
Dalam tahun 2006, cukup banyak kegiatan Pameran/Ekspose yang
diikuti oleh BPTP Jawa Timur, selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel .15. Kegiatan Pameran/Ekspose yang diikuti dalam tahun 2006 Waktu Nama Kegiatan
Tempat
15-18 Mei Ekspo: Agricultural Enginering Event (Pameran Mesin dan Alat Pertanian)
Unibraw Malang
18-21 Mei Agricultural and Food Expo Semanggi Expo, Jakarta
8-11 Juni Ekspo agribisnis komoditi unggulan dalam rangka FORKON Nasional 2006
Poncokusumo, Malang
13-15 Juli Ekspo Agribisnis Komoditi unggulan Daerah
Ponorogo
18-22 Juli Gelar Promosi Agribisnis VII, mensukseskan Revitalisasi Pertanian
Tulung Agung
20-23 Juli Indonesia Agribussiness Expo WTC, Surabaya
2-4 Agustus Mini Ekspo, Interen Meeting BPTP se Indonesia Timur
Batu
10-11 September Ekspo UPT Litbang Pertanian Jatim mendukung Primatani
Lumajang
10-11 Nopember Seminar Nasional Agribisnis Mangga Probolinggo
10-11 Nopember Ekspo Agribisnis Mangga Probolinggo
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
35
2.4.1.4. Kunjungan Tamu
Selama tahun 2006 BPTP Jawa Timur (kantor pusat) menerima
kunjungan sebanyak 10 kali dengan peserta sejumlah ......... orang terdiri dari:
Kunjungan instansi pemerintah, Perguruan Tinggi, Pendidikan Menengah,
Pengusaha/swasta, Kelompok Tani/kontak Tani.
Tabel 16. Daftar Kunjungan ke BPTP Jawa Timur 2006
No Tanggal Instansi/Universitas/Sekolah/
Perorangan Materi
1 30-1-2006 SMU PGRI I Jombang Profil BPTP Jatim
Kultur Jaringan
Budidaya Jamujr
2 18-2-2006 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Teknologi Perbenihan
AEZ
3 11-5-2006 Siswa MAN Pacet, Mojokerto Profil BPTP Jatim
Hasil Litkaji Unggulan
4 1-6-2006 Faperta UPN Veteran Jakarta Agribisnis Jeruk
Agribisnis Tomat
Agribisnis Bunga Potong Mawar
Pengolahan Tortila
Pengolahan Kripik Buah-buahan
5 3-6-2006 SMU Nageri 2 Trenggalek Profil BPTP Jatim
Kultur Jaringan
6 28-6-2006 Siswa MAN 7 Jombang Profil BPTP Jatim
Hasil Litkaji Unggulan
7 8-8-2006 Forum Komunikasi Guru Biologi SMP Lamongan
Profil BPTP Jatim
Penerapan Teknik Kultur Jaringan Tanaman
Pembibitan Tanaman
8 30-10-2006 Kontak Tani Kabupaten Jombang Profil BPTP Jatim
Hasil Kajian Terkait dengan SRI
Penggunaan Pupuk Organik & Anorganik
Perubahan Jarak Tanam Jajar Legowo < 40x40 cm atau 30x30 cm
Penggunaan bibit < 10 hari dan lebih sedikit
Sistem Efisiensi Pengairan untuk Peningkatan Produksi Padi
9 15-12-2006 SMU Kristen Santo Albertus Malang
Profil BPTP Jatim
Hasil Litkaji Unggulan
10 30-12-2006 Mahasiswa Faperta UWIKA Surabaya
Pengenalan AEZ
Pembuatan Bahan Presentasi Ilmiah dengan Power Point
2.4.1.5.Kursus/Latihan, Seminar di dalam dan luar BPTP, Mahasiswa Praktek Kerja Lapang dan Penelitian
Kursus dan seminar yang diikuti oleh karyawan-karyawati lingkup BPTP
Jawa Timur serta makalah yang disajikan (Tabel 17 dan 18).
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
36
Tabel 17. Kursus/Latihan yang diikuti oleh staf BPTP Jawa Timur
No. Jenis pelatihan yang
diikuti Jumlah orang yang ikut
(orang)
Lama pelatihan / pendidikan (hari/
minggu/ bulan/tahun)
Sumber biaya pelatihan/
pendidikan (tugas belajar)
Tempat pelatihan/ pendidikan
1 Penyusunan laporan
keuangan TA. 2006
Dra. Iffah Irsjadina
Kuswardoyo Supangat Hendiva Winar, SE
5 ( lima ) hari
10 s/d 14 Januari 2006
Badan Litbang
Pertanian
PMPSDM Ciawi
Bogor
2. Cassava Produktion Prosesing Animal Feeding and Participatory Research
Ir. Endah Retnaningtyas 9 ( sembilan ) hari 28 Januari s/d 5 Pebruari 2006
CIAT, FCRI Bangkok Thailand
Timor Timur
3 Wanita Penyuluh Promosi Sayuran Indigenous peningkatan Gizi
Ir. Eli Korlina E, MSi 3 ( tiga ) hari 17 s/d 19 April 2006
Puslitbanghort BPTP DKI Jakarta
4 Apresiasi SAI Dra. Iffah Irsjadina Kuswardoyo Supangat Hendiva Winar SE
4 ( empat ) hari 16 s/d 19 Mei 2006
Badan Litbang Pertanian
BLPP Wonocatur Yogyakarta
5 Sosialisasi penggunaan Program Aplikasi Database Plasma Nutfah Pertanina
Ir. Paulina Evi RP, MP Robi‟in
4 ( empat ) hari 16 s/d 19 Mei 2006
Komisi Nasional Plasma Nutfah
BB Biogen Bogor
6. Diklat Dasar Pustakawan
Drs. Bambang Pamudji 30 ( tigapuluh ) hari 1 s/d 30 Mei 2006
PMPSDMP Ciawi Bogor
PMPSDMP Ciawi Bogor
7. Updating Data SIM Program Sof ware release 2005
Ir. Purwanto, MSi 3 ( tiga ) hari 09 s/d 11 Juni 2006
Badan Litbang Pertanian
Wisma LPP Demangan Yogyakarta
8. Sertifikasi keahlian Barang/jasa
Ir. Luki Rosmahani Ir, Sarwono Ir. Bambang Pikukuh Ir. Suhardi Ir. Emy Srhastuti
3 ( tiga ) dari 10 s/d 12 Mei 2006
Hotel Yani Denpasar Bali
Badan Litbang Pertanian
9 Apresiasi SIMPEG Lingkup BBPPTP
Slamet Riadi, BSc Naimah Muchtar Rochimin
4 ( empat ) hari 4 s/d 7 Juli 2006
BBPPTP Bogor Lab Dis Wonocolo Surabaya
10 Forum Penyuluh Pertanian
Gunawan, SP Ajun Prayitno, A.Md
3 ( tiga ) hari 13 s/d 15 Juni 2006
Badan Litbang Pertanian
STPP Malang
11 Upadating Data SIM Program Software Release 2005
Ir. Purtwanto, MSi 3 ( tiga ) hari 26 s/d 28 Juni 2006
Badan Litbang Pertanian
Hotel Yani Denpasar Bali
12 Lokakarya Perlindungan HKI
Rohmad Budiono, SP 2 ( dua ) hari 24 s/d 25 Juli 2006
Badan Litbang Pertanian
Badan Litbang Pertanian
13. Pemahaman Aplikasi Tata Kelola
Pemerintahan
Dra. Endang Widajati 6 ( enam ) hari 10 s/d 15 Juli
2006
Badan Litbang Pertanian
PMPSDMP Komplek Bumi
Ciawi Bogor
14 Teknis Budidaya Jarak
Pagar
Subandi 3 ( tiga ) hari
20 s/d 22 Juli 2006
Puslitbang
Perkebunan
Badan Litbang
Pertanian
15 Petunjuk Administrasi Kepegawaian Deptan th 2006
Dra. Iffah Irsjadina 3 ( tiga ) hari 22 s/d 24 Agustus 2006
Badan Litbang Pertanian
Hotel Yani Denpasar Bali
16. Petugas Pendaftar Varietas Tanaman
Robi‟in 3 ( tiga ) hari 5 s/d 7 Juli 2006
BB Diklat Agribisnis dan Hortikultura Lembang Bandung
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
37
17 Asia Pacific
Symposium On Quality Management Foods in supply Chains (APS 2006)
Ir. Bambang Irianto, MSc
4 ( empat ) hari 7 s/ 10 Agustus 2006
Asia Pasific Symposium (APS 2006 )
Bangkok Thailand
18 Asia Pacific
Symposium On Quality Management Foods in supply Chains (APS 2006)
Ir. Yuniati, MS 7 ( tujuh ) hari
7 s/ 13 Agustus 2006
Asia Pasific
Symposium (APS 2006)
Bangkok Thailand
19 TOT Budidaya tanaman anggrek Krisan dan Mawar
Sri Zunaini Sa‟adah, SP
5 (lima ) hari 4 s/d 8 September 2006
Balit Tanaman Hias Segunung
Puslitbanghort
20 Fasilitasi Pemberdayaan Kelompok Tani Sayuran Umbi
Ir. Baswarsiati, MS Ir. Bambang Pikukuh
3 ( tiga ) hari 19 s/d 21 September 2006
Dirjen Hortikultura Deptan RI
Hotel “Deddy Jaya” Brebes
21 Pelatihan Fungsional Tk I angkatan 28
Raika Asnita, SP 080 133 047
21 (duapuluh satu) hari 23 Jul s/d 12 Agt 2006
LIPI Bogor Badan Litbang dan BPTP Jatim
22 Sistem MONEV Deptan
Khusnul Makhin, SP
3 ( tiga ) hari 2 s/d 4 Agustus 2006
Badan Litbang Pertanian
Hotel Sahid Yogyakarta
23 Apresiasi Pelayanan Prima bagi Pejabat Struktural
Dra. Iffah Irsjadina 6 ( enam ) hari 11 s/d 16 September 2006
PMPSDMP Ciawi PMPSDMP Ciawi
24. Apresiasi SPO Jeruk Besar ( Pamelo )
Ir. Heru Samekto 10 Agustus 2006 Diperta Propinsi Jawa Timur
Diperta Propinsi Jawa Timur
25 Fasilitasi Pemberdayaan Kel Tani Sayuran Umbi
Ir. Baswarsiati, MS Ir. Bambang Pikukuh
3 ( tiga ) hari 19 s/d 21 September 2006
Badan Litbang Pertanian
Hotel Deddy Jaya Brebes
24 Basis Experimenta Design And Data Analysis
Ir. Dyah Prita S 5 ( lima ) hari 13 s/d 17 Nopember 2006
Puslitbangtan Bogor Puslitbangtan Bogor
27 Peningkatan Kualitas penyuluh dalam percepatan alih teknologi Pertanian
Ir. Nasimun Ir. Ita Yustina, SP
7 ( tujuh ) hari 10 s/d 16 Desember 2006
Badan Litbang Pertanian
Cipayung Bogor
28 Manajemen Kebun Percobaan
Sri Zunaini Sa‟adah, SP
8 ( delapan ) hari 4 s/d 14 Desember 2006
Badan Litbang Pertanian
Aula Balittro Bogor
29 Pra Jabatan Gol. II Ardiansyah, A.Md Ajun Prayitno, A.Md
10 ( sepuluh ) hari 07 s/d 16 Desember 2006
BPTP Jawa Timur BPTP Propinssi Jawa Timur Malang
30 Pelatihan Penyegaran
Program Litbang Pertanian (reentry)
Dr. Tri Sudaryono 4 ( empat )
11 s/d 15 Desember 2006
Badan Litbang
Pertanian
PMSDMP Ciawi Bogor
31 Pembahasan SPO Budidaya bawang merah
Ir. Baswarsiati, MS 2 ( dua ) hari 22 s/d 23 Mei 2006
Direktur Tan Sayuran Dirjen Hort Deptan
Hotel Istana Madiun
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
38
Tabel 19. Seminar BPTP Jawa Timur No. Waktu Topik
Tempat
1. 4-5 Nopember 2006 Seminar Intern Hasil-Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur
2. 10-11 Nopember 2006 Seminar Nasional Agribisnis Mangga Gedung Islamic Centre, Kraksaan,
Probolinggo
Tabel 20. Makalah yang dibuat dan disampaikan oleh staf pada berbagai pertemuan
Nama Judul Makalah Acara Waktu Tempat
Dr Suhardjo Pembuatan Tepung Maizina
Diklat Agribisnis Jaggung Berbasis Pengendalian Hama Terpadu
BDATPO Lawang
Dr. Q. Dadang Ernawanto Ir. Ismail Wahab, MSi
Diseminasi Program dan Hasil penelitian Bidang Pertanian di Jawa Timur
Rapat Koordinasi Litbang Propinsi Jawa Timur
16-17 Mei 2006
Suhardjo
Penanganan Pasca Panen Ubi Kayu dan Jagung
Pengembangan Sistem Jaminan Mutu Produk Segar dan Olahan Ubi Kayu dan Jagung
16 Mei 2006 BTP Bedali
Ir. Baswarsiati, MS
Budidaya Tanaman saturan dan Biofarmaka
Magang Teknik Budidaya Bawang Merah
6 Juni 2006 Hotel Istana Nganjuk)
Ir. Baswarsiati, MS
Rakitan Teknologi Budidaya Bawang Merah dan Cabe
5 Juni 2006 BPP Balanggebang, Nganjuk
P.E.R. Prahardini
Penerapan GAP 6 Juni 2006 BBDATPO, Lawang
Dr. Suhardjo Penanganan Pasca Panen Padi dan pengolahan Hasil Hasil Gabah, Beras
15 Agustus 2006
Diperta Prop. Jatim.
Dr. Suhardjo Penerapan Teknologi Panen dan Pasca Panen dalam Peningkatan Mutu Anggur
Apresiasi pengembangan Agribisnis Anggur
22-26 Agustus 2006
Hotel Bromo View Probolinggo
Drs. Martinus Sugiyarto, MP Ir. Pudji Santoso, MS
Hasil Kajian Inovasi Teknologi Terhadap Pamelo di Magetan
Apresiasi SPO Jeruk Besar (Pamelo)
Handoko
Pengelolaan Tanaman Terpadu Mendukung Prima Tani
29 Oktober 2006
BBDATPO Lawang
Ir. Suwono, MP Pertemuan Revitalisasi Petani dan Pembekalan teknis bagi Penyuluh Pertanian
Ir. Suwono, MP Koordinasi Antisipasi Bencana Alam
Ir. Sri Harwanti Sosialisasi Peningkatan Ketahanan Pangan
Dr. Ir. F. Kasijadi, MS
Apresiasi Penanganan Segar Buah, meningkatkan produksi mutu pisang
Dra. Wahyunindyawati, MP Ir. Paulina Evi RP, MP
Apresiasi Penanganan Segar Buah, meningkatkan produksi mutu pisang
Ir. Titiek Purbiati Ir. Suwono, MP
Participatory Irrigation Sactor Project (PISP)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
39
Tabel 21 Judul makalah yang diterbitkan dalam publikasi di luar BPTP Jawa Timur
Pemakalah Judul Makalah Jenis Publikasi
Noeriwan Budi S, SP Teknik Tanak Jagung Setelah Tembakau di Kabupaten Sumenep
Buletin Teknik Pertanian Diperta Jatim
Robi‟in, AMd Pengaruh Bahan Kemasan dan Periode Simpan terhadap Kadar Air Benih Jagung, dalam Ruang Simpan terbuka
Buletin Teknik Pertanian Pustaka, Bogor.
Ir. Al. Gamal Pratomo Respon Pertumbuhan dan produksi Padi pada Berbagai Kombinasi Dosis Urea dan NPK Tiara
Prosiding BPTP Yogyakarta
Ir. Al. Gamal Pratomo Respon Pertumbuhan dan Produksi Kentang pada Pemberian Pupuk NPK Kebomas
Prosiding BPTP Yogyakarta
Ir. Harwanti dan Thohir
Zubaidi, APi
Keragaan Biota Karang pada Terumbu Buatan di Perairan Pantai Sambi Situbondo
Majalah Ilmiah Agritek - IPM
Ir. Al. Budijono Tingkat Serangan Hama Penyakit pada Beberapa Varietas Kedelai yang Diadaptasikan di Lahan Petani di Desa Cluring Kabupaten Banyuwangi
Jurnal IPM
Ir. Al. Budijono Potensi Hama Penyakit pada Adaptasi Beberapa Kultivar Anggur Unggulan di Ekoregional Lahan Sawah Tadah Hujan KP. Mojosari, Mojokerto
Jurnal Agrivet UPN Yogyakarta.
Tabel 22. Mahasiswa Penelitian/Praktek Kerja Lapang (PKL)
No. Nama Mahasiswa Judul Penelitian/
Pkl Pembimbing
Asal Sekolah/Universitas
1. 1. Heronimus Tenga Pembuatan Tepung Ubi Jalar dan Pemanfaatannya
Ir. Suhardi Universitas Tribhuana, Malang
2. Yuvensius Sigha Pembuatan Tepung Ubi Jalar dan Pemanfaatannya
Ir. Suhardi Universitas Tribhuana, Malang
3. Dewi Santika Abu Bakar Pembuatan Tepung Ubi Jalar dan Pemanfaatannya
Ir. Suhardi Universitas Tribhuana, Malang
4. Margaretha Matilderei Pembuatan Tepung Ubi Jalar dan Pemanfaatannya
Ir. Suhardi Universitas Tribhuana, Malang
5. Magdalena Tai Pembuatan Tepung Ubi Jalar dan Pemanfaatannya
Ir. Suhardi Universitas Tribhuana, Malang
6. Nuri Endah B. Penggunaan Rumah Kaca Sri Zunaini Saadah, SP
Unibraw Malang
7. Miftachul Hadasiwi Statistika Dr. Sudarmadi Purnomo
IPB
8. Tri Susilowati Statistika Dr. Sudarmadi Purnomo
IPB
9. Abdul Majid M. Sobin Aidatun Nafsiah Sri Wahyuni
Budidaya Tanaman Sri Zunaini Saadah, SP
SMKN Purwosari
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
40
10. Endahwati
Siti Latifah Yuliani Shinta Harumiati Vera Lita P. Wiwik Indawati
Koperasi, Klinik Agribisnis dan Perpustakaan
SMK Arjuno Malang
11. Endah Suryaningrum Persilangan Salak Dr. Trisudaryono Unibraw Malang
12. Syukron H. Adhelia Sri Puranika Astrid Ledynisa
Magang di Lab. Hama Penyakit
Ir. Eli Korlina, MS Unibraw Malang
13. Intihaini Hidayati Magang di Perpustakaan Sjaiful Chanafi, S. Sos Universitas Gajayana Malang
14. Siska Prayadani Potensi Hicladin sp dan Media Dedak dan Kayu untuk Penyakit Layu
Ir. Eli Korlina, MS Unibraw Malang
15. Riski Vidarti PKL Hama penyakit Ir. Eli Korlina, MS Unibraw Malang
16. Sukirno PKL Pasca Panen Ir. Suhardi Universitas Negeri Malang
17. Rika Rapita Hendiyanti
Olahan Tortila Jagung, Dodol Pisang dan Sale
Dr. Suhardjo STTP Malang
18. Lailatul Mukaromah Khumrotul Anis Nurina K.
PKL di Lab. Kultur Jaringan Ir. P.E.R. Prahardini Universitas Negeri Surabaya
19. Binti Nurohima Listiani
Efisiansi Lahan dalam Budidaya Anggur Karakterisasi Belimbing Tuban
Dr. Tri Sudaryono Ir. Baswarsiati, MS
ITS Surabaya
20. Rujan Kustanto Rosalin Safitri Wahdianto Wahyudiana Yuli Puspitasari
PKL di KP. Mojosari Ir. Gatot Kustiono Unibraw Malang
21. Mahful Shidiq Cahya Yulianto Andre Oktavian
PKL di Lab Pasca Panen Ir. Suhardi SMK Negeri 2 Batu
22. Nurul Marfuah S.A. Maulana Yohanes Hariyono Farahdita D.M.
PKL di Lab Hama Penyakit Ir. Eli Korlina, MS Universitas Negeri Malang
23. Nanik Yuhaiyah PKL di Lab Kultur Jaringan Ir. P. E. R. Prah Universitas Islam Malang
24. Mukhanarot Najrudin Siti Mufidatul Khoiroh Atik Rosyoda Astri Tofa
PKL di Lokasi Kajian di Senduro, Lumajang
Ir. Suhardi Universitas Jember
25. Andrari Esti Palupi Catur Wulansari Ida Ratna Dian Puspitasari Wiwik Fatmawati
PKL Koperasi Horti, Klinik Agribisnis dan Perpustakaan
SMK Kosgoro Karangploso
26. Ninik Anita Rahma PKL di Lab. Pasca Panen Ir. Suhardi Universitas Muhammadiyah Malang
27. Pujiati Nur Halimah Sholikha
PKL di Screen House dan Lab. Kultur Jaringan
Ir. P.E.R. Prahardini SMK Negeri 1 Malang
28. Abigail Jahana Kase Aris Munandar Lisbeth Patisuna Vivi Haidy P. Mariana
PKL di Lab. Pasca Panen Ir. Suhardi STTP Malang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
41
2.4.1.6. Kegiatan Kerjasama dengan Pihak Ketiga
Kegiatan kerjasama penelitian/pengkajian BPTP Jatim dengan Pihak
Ketiga selama setahun terakhir sebagian besar adalah kegiatan pengujian pupuk
alternatif dan pestisida. Kerjasama penelitian/pengkajian dengan Pemerintah
Daerah, antara lain dengan Pemerintah Propinsi, melalui Dinas-dinas teknis
yang ada dan juga dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Secara ringkas dibawah ini disajikan berbagai kegiatan kerjasama
dengan pihak swasta, pemerintah daerah Propinsi maupun Kabupaten beserta
hasilnya.
Tabel 23. Rekapitulasi kegiatan kerjasama dengan Swasta Tahun 2006
No Judul Kegiatan Kerjasama Sumber dana Pihak yang
terkait dalam kegiatan
01. Uji efektivitas pupuk Kieserite Bee Brand terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah
CV Kertopaten Trading Coy
02. Uji Lapang Pupuk K dan NK Majemuk cap Challon
CV Andi Jaya Industri
03. Uji Lapang PPC Seint pada tanaman kedelai dan Raphtane pada tanaman kacang hijau
CV Bunga Tani, Lamongan
04. Pengaruh Penggunaan Pupuk Daun “Wuxal Zinc” Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Padi
PT. Forum Bintang Perkasa
05. Uji Lapang AGRO HUMATE pada bawang merah, melon dan cabe
PT Agrosari Mandiri, Surabaya
06. Uji Lapang pupuk Phosphate Alam cap SAPI MAS terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi
PT Bangun Unggul Jaya, Blora, Jawa Tengah
07. Uji Lapang pupuk Grand S-15 pada tanaman jagung
PT Bruce Mall SDN, BND
08. Uji Lapang pupuk NPK TIARA terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah
PT Petrosida, Gresik
09. Pengaruh Pupuk “Kalina” Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah
PT. Polowijo Gosari
10. Uji Lapang pupuk Grand S-15 pada tanaman jagung
PT Tanindo Subur Prima, Surabaya
11. Uji Lapang PPC Viagro pada tanaman padi sawah
Visi Agro Sejati, Malang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
42
Tabel 24. Kerjasama dengan Instansi Pemerintah Kabupaten
dan Kota se Jawa Timur.
No Judul Kegiatan Penyandang Dana Penanggung Jawab
Kegiatan 01 Dialog Interaktif Dalam
Tajuk Acara Realitas di RRI Stasiun Malang
BPTP Jawa Timur
02 Model Pengembangan Sistem Integrasi Sawah – Sapi
Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo
03. Pemetaan Kesuburan Tanah Lahan Sawah Untuk Penyusunan Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi Di Kabupaten Nganjuk
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Nganjuk
04. Inventarisasi Dan Karakterisasi Sumberdaya Lahan di Kabupaten Sumenep
Dinas Pertanian Kabupaten Sumenep
2.5. SARANA
Untuk menunjang kegiatan pengkajian, dalam tahun anggaran 2006 telah
dilakukan pengadaan berbagai peralatan lapang sebagai berikut :
2.5.1. Daftar Inventaris Peralatan Laboratorium, Bengkel dan Kebun Percobaan (per 31 Desember 2006)
No. Jenis Barang Jumlah Barang
Tahun Pengadaan
Kondisi
I. Lab Tanah (170 m2) 1. AAS 1 unit 2002 Baik 2. Spectrphotometer 1 unit 2002 Baik 3. Distilator 1unit 2002 Baik 4. Touch Mixer 1 bh 2002 Baik 5. Magnetic Stirrer 1 bh 2002 Baik 6. Hot plate 1 bh 2002 Baik 7. Analitical Balance/Digital 3 bh 2002/2005 Baik 8. Horizontal Shaker 1 unit 2002 Baik 9. Lemari Asam 1 bh 2002 Baik 10. Ph Meter 1 bh 2002 Baik 11. Grinder 1 bh 2002 Baik 12. Oven 1 bh 2002 Baik 13. Block Digester 1 bh 2002 Baik 14. Air compresor GGA 1 bh 2002 Baik 15. Distilator 1 bh 2002 Baik 16. Soil Hydrometer 1 bh 2002 Baik 17. Fume Hood 1 bh 2002 Baik 18. Hot Plate Stirer 1 bh 2002 Baik 19. Centrifuge 1 bh 2005 Baik 20. Destiling 1 unit 2005 Baik 21. AC 2 unit 2005 Baik 22. Almari pendingin larutan kimia 1 unit 2005 Baik 23. Adjustable pipette „‟Soccorex‟‟ 1 unit 2006 Baik 24. Micropipette tip light blue „‟Kartel” 1 pack 2006 Baik 25. Macropipette “Soccorex” 1 pack 2006 Baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
43
26. Volumetric Flash “Pyrex” dan tutup 50 bh 2006 Baik 27. Accu Jet,Brand 1 unit 2006 Baik 28. Pompa Sumersible 1 unit 2006 Baik 29. Botol Reagent 20 bh 2006 Baik 30. Botol kocok Regent PE 125 bh 2006 Baik 31. Botol Regent PE 50 bh 2006 Baik 32. Tabung Reaksi 24 2006 Baik 33. Rak Tabung Reaksi 6 2006 Baik
II Lab. Pemuliaan Benih (170 m2) 1. Growth chamber 1 unit 1991 Kurang baik 2. Oven 1 unit 2002 Baik 3. Kulkas 1 unit 2001 Baik 4. Germinator 1 unit 2001 Baik 5. AC 1 unit 2001 Baik 6. Cool storage 1 unit 2003 Baik 7. Top Laoding (Metter Toledo) 1 unit 2006 Baik 8. Pengukur Kadar Air Benih,Portable 1 unit 2006 Baik
III Lab. Agronomi (120 m2) 1. Kulkas 1 pintu 1 bh 1995 Baik 2. Oven 1 bh 1980 Ada kerusakan 3. Exikator Ø 25 cm 2 bh 1980 Baik
Lab. Bioteknologi (135 m2) 1. Laminar Air Flow 3 unit 1998/2005 Baik 2. Refrigerator 1 bh 1987 Baik 3. Magnetic stirrer 1 bh 1987 Baik 4. Timbangan 1 bh 1987 Baik Timbangan digital 1 bh 2006 Baik
5. Autoclaf 3 bh 1987/2005 Baik 6. Kompor gas 1 bh 2000 Baik 7. Glaswere 2 set 2001 Baik 8. AC 3 bh 2001/2006 Baik 9. Rak Kultur/rak kaca 7 bh 1989/2005 Baik
10. Timer 1 bh 2000 Baik 11. Shaker reciprocal 1unit 2001 Baik 12. Komputer 1 unit 2005 Baik 13. Mikroskop 1 unit 2005 Baik 14. Kompor Gas LPG 1 unit 2006 Baik 15 Tabung LPG 1 unit 2006 Baik
V. Lab. Teknologi Hasil/Pasca Panen (155 m2)
1 Analitical Balance 1 bh 1987 Baik 2 Hand Refractometer 2 bh 1987 Baik 3 Oven 1 bh 1987 Baik 4. Dryer 1 bh 2000 Baik 5. Autoclave 2 bh 1987 Baik 6. pH meter 1 bh 1987 Kurang baik 7. Distilator unit 1 bh 1987 Kurang baik 8. Muffle 1 bh 1987 Baik 9. Pengemas vakum 1 bh 2000 Baik 10. Vakum trying 1 bh 1999 Baik 11. Perajang bawang 1 bh 2001 Baik 12. Penutup kaleng 1 bh 1985 Baik 13. Spectrophotometer 1 bh 1987 Baik 14. Viscosi meter 1 bh 1987 Baik 15. Penetrometer 2 bh 1987 Baik 16. Penggiling daging 1 bh 2000 Baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
44
17 Hotspot furnace 1 bh 2001 Baik 18 Kjeldol destilation 1 bh 2001 Baik 19 Mikroskop 1 bh 2001 Baik 20 Moisture determination 1 bh 2001 Baik 21 Penetrometer 1 bh 2001 Baik 22. Grain Moisture Tester 1 unit 2004 Baik 23. Timbangan 5 bh 2004 Baik 24. Alat Pengering 2 unit 2004 Baik 25. Alat Penyawut 2 unit 2004 Baik 26. Alat Pengepres 2 unit 2004 Baik 27. Alat Penggiling 1 unit 2004 Baik VI. Lab. Analisis Pengolahan. Data (45
m2)
1. Komputer /Dekstop 1 unit 2000 Baik 2. Plotter (Disign jet HP) 1 unit 2001 Baik VII Lab.Hama & Parasitologi (120 m2) 1 Mikroskop binokuler 3 unit 1976 Baik 2 Mikroskop monokuler 1 unit 1993 Baik 3 Centrifuge 1 bh 1980 Rusak 4. Oven 2 bh 1988 Baik 5. Auto clave 1 bh Baik 6. Water bath 1 bh 1995 Baik VIII. Lab. Diseminasi ( 1012 m2)
1. Move unit 1 unit 2001 Baik 2. Komputer 2 unit 2000/2001 Sedang 3. Digital Camera 1 unit 2001 Baik 4. LCD (Infocus) 1 unit 1995 Baik 5. Pemancar Radio FM/SW 1 unit 1987 Baik 6 Sheiringe gastight 1 bh 2001 Baik 7 Timbangan ohause 1 bh 2001 Baik 8. Kabel Micropone 2 roll 2006 Baik 9. Speaker Pasif Vetron 2 unit 2006 Baik 10. Vidio Camera 1 unit 2003 Baik 11. Computer Editing 1 unit 2003 Baik 12. Lampu Spot 1000 W 1 unit 2003 Baik 13. Lampu Spot 1000 W vidio light 1 unit 2003 Baik 14. Trimpot lampu “Manferoto” 2 unit 2003 Baik 15. VHS Player JVC Prof SR 30 E 1 unit 2003 Baik 16. Batery cadangan “Panasonik” 1 unit 2003 Baik IX. Bengkel/Pergudangan 1. Gerinda listrik stasioner TNW 1 unit 2002 Baik 2. Sander Melabo 1 unit 2002 Baik 3. Gerinda/Gerinda tangan Melabo 1 unit 2002 Baik 4. Bor tangan (mekanik) 1 unit 2002 Baik 5. Bor listrik (hand bor) 1 unit 2002 Baik 6. Sirkel listrik 1 unit 2002 Baik 7. Alat pembengkok pipa/besi 1 unit 2002 Baik 8. Toll kit Pertukangan 1 unit 2002 Baik 9. Klem/penjepit 1 unit 2002 Baik 10. Kompresor listrik 1 unit 2002 Baik 11. Alat test accu 1 unit 2002 Baik 12. Meja kerja 1 unit 2002 Baik 13. Bangku kerja 1 unit 2002 Baik 14. Pemotong besi 1 unit 2002 Baik 15. Mesin Las listrik 1 unit 2002 Baik 16. Gerinder 1 unit 2002 Baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
45
17. Gunting plat 1 unit 2002 Baik 18. Tang jemput 1 unit 2002 Baik 19. Pahat kayu 1 unit 2002 Baik 20. Mata bor 1 unit 2002 Baik 21. Califen 1 unit 2002 Baik 22. Gergaji siku 1 unit 2002 Baik 23. Skap kayu 1 unit 2002 Baik 24. Profil kayu 1 unit 2002 Baik 25. Jig saw 1 unit 2002 Baik 26. Mesin bor duduk 1 unit 2002 Baik 27. Meteran 5 m 1 unit 2002 Baik 28. Siku-siku 1 unit 2002 Baik 29. Sengkang gergaji besi 1 unit 2002 Baik 30. Gergaji kayu 1 unit 2002 Baik 31. Mata bor/plong 1 unit 2002 Baik X. KP. Mojosari (300.0000 m2) 1. Printer hard disk 2 unit 2000/2005 Baik 2. Layar monitor 1 unit 2000 Baik 3. Faximile 1 unit 2001 Baik 4. Telepon & intercom 1 unit 1976 Baik 5. Komputer 2 unit 1999 Baik 6. Sapi 5 ekor 1980 Baik/sehat 7. Mobil Jeep Hard Top 1 unit 1981 Baik 8. Traeler 1 unit 1998 Baik 9. Lori dorong 4 unit 2000 2 Baik/2 rusak 10. Klimatologi 1 unit 1995 Baik 11. Digital Grain Moisture meter 1 bh 2002 Baik 12. Mesin Diesel 2 unit 2006 Baik 13. Mesin Pompa 2 unit 2006 Baik 14. Sumur bor pantek 2 lubang 2006 Baik 15. Pompa air sumur bor 2 unit 1991/1992 Baik 16. Small Bundle Traserr 1 unit 2001 Baik 17. Moisture tester 2 bh 2002 Baik 18. Mesin Diesel 2 unit 1999 Baik 19. Traktor 2 unit 1982 Baik 20. Mini Traktor 1 unit 1986 Baik 21. Corn sheller 1 unit 1986 Baik
22. Timbangan 2 bh 1997 Baik XI Klinik Agribisnis Freeser 2 unit 2005 Baik XII. KP. Malang (60 000 m2) 1. Mesin Pompa air 1 unit 2001 Baik 2. Mesin Tresher 1 unit 2001 Baik 3. Hand Tractor 3 unit 2001/2006 Baik 4. Mesin Babat Rumput 3 unit 2001/2004/
2006 Baik
5. Genset/Dinamo 1 unit 2001 Baik Peralatan Prosessing Benih 1 unit 2006 Baik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
46
2.5.2. Pengadaan Peralatan yang belum terealisir per 31 Desember 2006
Laboratorium/Kebun Percobaan/Pelayanan Teknik
Jenis Barang Jumlah
2.5.3. Renovasi/Pembangunan Fasilitas Tahun 2006
No Jenis Bangunan Luas/unit Keterangan 1. Penambahan bangunan ruang supir 24 m
2
2. Penambahan bangunan ruang Klinik Agribisnis
24 m2
3. Pemeliharaan Gedung Mess dan Guest House Tahun : 2006
4. Pembuatan Saluran Irigasi (Pipanisasi)
1 paket Pipa 2 dim, 355 m
5. Sumur bor pantek 2 lubang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
47
BAB III. HASIL KEGIATAN BALAI DAN PENGKAJIAN
YANG DIBIAYAI DIPA – BPTP JAWA TIMUR TA 2006
3.1. PROGRAM TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERTANIAN TERPADU
3.1.1. TEKNOLOGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERTANIAN TERPADU
3.1.1.1. Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI)
3.1.1.1.1. Pengkajian Prima Tani Berbasis Introduksi Teknologi pada Agroekosistem LKDT
Prima Tani merupakan program rintisan dan akselerasi pemasyarakatan
inovasi teknologi pertanian untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan
inovasi hasil Litbang kepada masyarakat dalam bentuk laboratorium agribisnis di
lokasi yang mudah di lihat dan dikenal masyarakat petani. Prinsip dasar yang
digunakan adalah merancang model laboratorium agribisnis di lapangan,
mengimplementasikan bersama-sama institusi teknis, dan memasyarakatkannya
pada stakeholder di daerah. Selanjutnya model ini dapat dimasalkan oleh
institusi dan pemerintah daerah. Program Prima Tani akan di laksanakan selama
lima tahun mulai tahun 2005 hingga 2009 oleh BPTP Jawa Timur. Lokasi
Program Prima Tani introduksi dilaksanakan pada kawasan lahan kering dataran
tinggi (LKDT) di Dusun Plambang, Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe,
Kabupaten Lumajang. Pada tahun kedua (2006) telah dilakukan beberapa
kegiatan antara lain: Introduksi inseminasi buatan (IB) pada kambing untuk 97
ekor dengan tingkat keberhasilan 12,37%, introduksi penjantan unggul sebanyak
6 ekor, show window kandang contoh untuk pejantan satu unit, tempat kawin
satu unit, pembuatan kompos sebanyak 15 ton, pembuatan jamu ternak
sebanyak 300 liter. Introduksi tiga klon unggul sebanyak 1000 entres untuk tata
tanam kebun kopi sehat, pelatihan pemangkasan produksi pada tanaman kopi,
prosesing olah basah kopi sebanyak 500 kg, analisis kandungan nematoda
parasit di akar dan tanah pada tanaman kopi. Introduksi bibit pisang agung
semeru dan mas kirana sebanyak 1000 bibit, pembuatan bibit pisang berkualitas
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
48
dengan metode bit (belahan bonggol) dan mati meristem sebanyak 5500 bibit,
introduksi pembrongsongan calon buah pisang untuk meningkatkan mutu buah
sebanyak 500 tanaman, pelatihan pengolahan dengan bahan baku pisang,
pembuatan show window pengelolaan kebun pisang sehat seluas 1 ha.
Introduksi bibit manggis sebanyak 1500 bibit, pelatihan pembuatan pesemaian
bibit manggis, pengedalian getah kuning dengan pemupukan dan pengairan.
Penguatan kelembagaan kelompok tani dengan pelatihan dan kursus-kursus,
permodalan, pemasaran. Diseminasi teknologi melalui penyuluhan, pelatihan,
hiburan, pembuatan media cetak dan elektronik. Klinik Agribisnis Prima Tani
membangun gandok dan mengisi kelengkapan sarara dan prasarana.
Membangun jejaring pasar dengan memasukkan pihak swasta (PT. Sewu Segar
dan Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) DPD Jatim, dan
PUSKUD Kopi) untuk melakukan kemitraan usaha dengan Gapoktan Prima Tani.
Kunjungan kerja kepala Badan Litbang Pertanian dalam rangka peninjauan
kegiatan di lokasi Prima Tani Lumajang pada tanggal 11 September 2006.
Khusus Agribisnis Pisang Mas Kirana Wilayah Prima Tani mampu memasok ke
PT. Sewu Segar Nusantara sebanyak 1,5 ton setiap minggu. Uang masuk di
wilayah Prima Tani dalam kurun waktu 7 bulan (September 06 s/d Maret‟07)
sekitar 60 juta atau terjual 30 ton pisang mas kirana. Tingkat pendapatan petani
meningkat 67,56% dari agribisnis pisang Mas Kirana. Diperkirakan sampai
dengan bulan Agustus 2007 jumlah anak kambing yang dihasilkan dari IB dan
kawin alami dengan pejantan unggul sebanyak + 200 ekor. Mulai terinisiasi
agribisnis susu kambing dan produk olahan khususnya kripik pisang agung
semeru. Pendampingan kelembagaan dan teknologi terus tetap dilaksanakan
3.1.1.1.2. Pengkajian Prima Tani Berbasis Introduksi Teknologi pada Agroekosistem Lahan Sawah Intensif (LSI)
Program PRIMA TANI di lahan sawah intensif desa Sidodadi kecamatan
Sukosewu kabupaten Bojonegoro telah dimulai sejak tahun 2005, diawali
dengan pembuatan cetak biru. Isi pokok dari cetak biru adalah gambaran secara
menyeluruh lokasi setempat yang menyangkut sumber daya alam, sumber daya
manusia dan teknologi pertanian serta kelembagaan yang mendukung kegiatan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
49
perekonomian masyarakat. Permasalahan dan peluang pengatasinya
berdasarkan inovasi teknologi dan kelembagaan diterapkan mulai tahun 2006.
Implementasi program akan berhasil bila didukung oleh berbagai fihak yang
berkepentingan baik dari pemerintah pusat dan daerah beserta instansi yang
terkait, pengusaha swasta dan pemeran utama yaitu petani. Oleh karena itu
sosialisasi dan koordinasi memegang peranan penting dalam implementasi
program ini sehingga terwujud Sistem usaha intensifikasi dan deversifikasi serta
agribisnis industrial pedesaan (SUID-AIP).
Gejala tumbuhnya SUID-AIP mulai tampak, tercermin dari kegiatan yang
dilakukan oleh petani sudah mengarah pada efisiensi, peluang pasar dan jalinan
proses produksi serta pemasaran yang didukung dengan adanya kelembagaan.
Usaha efisiensi usaha tani dimulai dari sector hulu sampai sector hilir,
menyangkut penyediaan sarana produksi yang berupa pupuk organik,
perbenihan dan pembibitan, pembuatan konsentrat makanan ternak, pemupukan
rasional, PHT, cara panen dan pengolahan hasil. Disamping itu usaha
pemasaran hasil olahan, konsentrat makanan ternak, penjualan benih padi dan
bokasi juga sudah mulai dirintis. Beberapa sektor usaha yang telah mampu
meningkatkan pendapatan petani dan buruh tani serta kelembagaan yang sudah
operasional didiskusikan pada bab-bab berikutnya.
3.1.1.1.3. Pengkajian Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Mendukung Pengembangan Agrouindustri Pedesaan di Jawa Timur.
Kajian Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Prima Tani merupakan salah
satu komponen dalam Prima Tani di Propinsi Jawa Timur yang dimaksudkan
untuk mendukung komponen-komponen kegiatan lainnya yaitu Introduksi di
Lumajang dan Lanjutan di Bojonegoro. Oleh karena itu, kajian LKM ini selain
dalam kerangka kegiatan LKM sendiri juga sangat tergantung pada
perkembangan kegiatan-kegiatan komponen lainnya di lokasi masing-masing.
Berdasarkan kondisi kelembagaan yang ada dan persepsi masyarakat serta
aspirasinya tentang skim pembiayaan yang diharapkan dan studi banding yang
telah dilakukan, maka telah dibuat rancangan model LKM yang diharapkan
sesuai dengan kebutuhan mayarakat/petani dan kemampuannya dalam
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
50
mengelola skim kredit yang ditawarkan yaitu dengan pendekatan Grameen Bank
yang mengarah kepada kegiatan on farm dan off farm. Sampai dengan
Desember 2006, di masing-masing lokasi telah terbentuk satu unit LKM Prima
Tani dengan keragaan seperti berikut. LKM Prima Tani Lumajang terdiri dari 6
RP (Rembug Pusat) dengan total anggota 135 orang (27 KK), sedangkan LKM
Prima Tani Bojonegoro terdiri dari 7 RP dengan total anggota 160 orang (32 KK).
Dalam kurun waktu 10 bulan, masing-masing LKM memperlihatkan kinerja yang
cukup baik terutama dalam hal perkembangan anggota dan kecepatan
pengembalian pinjaman (kolektabilitas) yang rata-rata di atas 100% (masing-
masing 105% di Lumajang dan 111% di Bojonegoro). Jumlah dana yang telah
disalurkan untuk kedua LKM Prima Tani adalah Rp.149.250.000,- (masing-
masing Rp.65.800.000,- di Lumajang dan Rp. 83.450.000,- di Bojonegoro).
Selain bantuan pembiayaan, LKM Prima Tani yang berkoordinasi dengan
masing-masing komponen kegiatan Prima Tani di Lumajang dan Bojonegoro,
juga memberikan bimbingan dan bantuan teknis/teknologi yang dibutuhkan oleh
anggota baik berupa kegiatan budidaya maupun pasca panen hasil pertanian.
3.1.1.1.4. Perbanyakan Benih Sebar Tanaman Pangan
Program pembangunan pertanian propinsi Jawa Timur yaitu
1.Ketahanan Pangan; 2. Pengembangan Agribisnis dan 3. Pembangunan
Masyarakat Pertanian. Fokus Ketahanan Pangan al. pengembangan.
perbenihan tanaman pangan dan. peningkatan produk-tivitas padi dan
palawija.Untuk mendukung dan peningkatan produktivitas tanaman pangan, di
Jawa Timur perlu usaha perbenihan varietas unggul baru (vub) tanaman
pangan, karena kebutuhan benih padi, jagung dan kedelai yang berlabel
untuk padi ± 35 %, jagung ±10 % dan kedelai < 5 % dari kebutuhan benih
Nasional
Program perbenihan menitikberatkan pada penggunaan benih yang tepat
dalam usaha tani yang ditunjukkan pada labelnya. Sistem perbanyakan benih
dilakukan berjenjang dan dikelompokkan dalam kelas-kelas tingkat standar
usaha taninya dan diatur melalui prosedur sertifikasi benih yang dibagi-bagi
dalam empat kelas.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
51
Unit Produksi Benih Sebar (UPBSb) bertujuan memproduksi dan
mendistribusi benih sebar vub tanaman pangan spesifik lokasi untuk padi,
jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Membentuk dan
mengoptimalkan UPBSb di BPTP Jawa Timur. Serta menumbuhkan dan
membentuk kegiatan usaha perbenihan tanaman pangan kelompok tani mitra
UPBSb BPTP Jawa Timur di pedesaan
Kegiatan UPBSb perbenihan meliputi kegiatan usaha tani benih;
pembentukan organisasi UPBSb di BPTP Jawa Timur; pengembangan benih
sebar tanaman pangan vub di Kebun Percobaan BPTP Jawa Timur dan Petani
Mitra kerja BPTP, serta pembinaan dan penguatan Kelompok tani benih
tanaman pangan mitra BPTP termasuk kelengkapan kelembagaannya.
Lokasi Kegiatan di KP Mojosari dan kemitraan dengan kelompoktani di
Gondang dan Mojoanyar, Mojokerto, Luas areal + 12 Ha ; Waktunya pada
musim tanam MK I, T.A. 2006 antara April – November 2006. Materi UPBSb
adalah Benih klas FS VUB untuk padi (Ir 64, Ciherang, Cibogo), Jagung
(Bisma), dan klas BS untuk kedelai (Anjasmoro, Argomulyo, Kaba dan
Panderman) , Kacang tanah (Tuban, Jerapah dan Kancil) serta Kacang Hijau
varietas Sriti dan Walet. Pelaksanaan UPBSb BPTP Jawa Timur meliputi usaha
tani, pembentukan organisasi Unit Produksi Benih Sebar (UPBSb) di BPTP Jawa
Timur yang profesional. Mempersiapkan pengadaan benih vub tanaman pangan
di lingkup Badan Litbang dan Diperta Provinsi Jatim, dilanjutkan pelaksanaan
produksi perbenihan VUB Tanaman Pangan di lapang. Pelaksanaan di lapang;
menggunakan lahan milik KP Mojosari dan lahan milik petani kooperator.
Penerapan teknologi budidaya adalah kesepakatan bersama. Untuk panen dan
sertifikasi mengikuti prosedur sertifikasi.
Dari kegiatan UPBSb T A 2006 disimpulkan bahwa Usahatani Benih
UPBSb VUB T A 2006 tanaman pangan, padi, jagung, kedelai , kacang tanah
dan kacang hijau disimpulkan telah mendapatkan keuntungan sbb untuk
penerimaan mencapai Rp99.686.650, pengeluarannya sebesar Rp. 94.902.990,
sehingga diperoleh keuntungan Rp. 4.783.660, dengan B/C = 1,05
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
52
Tim pelaksana kegiatan UPBSb tanaman pangan di BPTP Jawa Timur,
telah dibentuk suatu susunan organisasi yang masing-masing anggota diberi
tugas dan kewenangan yang lebih spesifik agar tujuan dari kegiatan ini bisa
tercapai secara maksimal. Pelaksanaan kegiatan pengembangan benih sebar
tanaman pangan dan uji produksi VUB di KP Mojosari dan petani mitra BPTP
Jawa Timur sampai dengan Akhir T.A. 2006 terlaksana dengan baik. Dari
kelima komoditi tanaman pangan yang diusahakan untuk kegiatan perbenihan
(padi, kedelai, jagung, kacang tanah dan kacang hijau), penanaman terealisasi
semua.
Pembinaan petani mitra BPTP Jawa Timur dalam teknologi produksi
benih padi di desa Sumberjati, kec Mojoanyar dan desa Centong, kec Gondang,
Mojokerto meliputi pengenalan VUB, sistem tanam, seleksi tanaman di lapang,
prosesing, pengemasan dan penyimpanan di gudang berjalan lancar.
Prakiraan dampak hasil kegiatan antara lain memproduksi dan
mendistribusi benih sebar varietas unggul baru (vub) tanaman pangan spesifik
lokasi. akan berkembang di Penangkar-penangkar benih di Jawa Timur usaha
taniamanya varietas unggul baru yang dihasilkan Badan Litbang yaitu Padi,
Jagung, Kedelai, Kacang Tanah dan Kacang Hijau .
Dengan terbentuknya dan terorganisirnya UPBSb di BPTP Jatim akan
meningkatkan usaha tani perbenihan tanaman pangan dan membuka peluang
usaha perbenihan di kebun percobaan milik BPTP.Mendorong tumbuh dan
berkembangnya usaha perbenihan padi, dan palawija serta tumbuh-
berkembangnya kegiatan usaha perbenihan tanaman pangan di Kelompoktani
mitra UPBSb.
3.1.1.1.5. Perbanyakan Benih BS dan FS Tanaman Pangan dan Hortikultura Unggulan
Untuk mendukung sekaligus peningkatan produktivitas tanaman pangan
di Jawa Timur diperlukan usaha perbenihan varietas unggul baru tanaman
pangan utamanya padi Varietas Unggul Baru. Benih padi bersertifikat baru
mencapai sekitar 35 %, Jagung 10 % dan, kedelai kurang dari 5 % dari
kebutuhan Nasional. Tujuan untuk memperoleh benih sumber tanaman pangan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
53
varietas unggul baru dan hortikultura hasil pelepasan dan pemutihan BPTP
Jatim serta untuk memenuhi kebutuhan benih lokasi primatani. Cakupan
Kegiatan meliputi penanaman benih sumber tanaman pangan dan perbanyakan
koleksi plasma nutfah yang telah dilepas dan diputihkan BPTP. Kegiatan
penanaman benih sumber tanaman pangan utamanya padi komersial yaitu
Ciherang, Cibogo, Sarinah, Pe-pe, Mekongga, Situbagendit dan varietas yang
telah dilepas BPTP yaitu Bondoyudo dan Kalimas. Perbanyakkan koleksi
tanaman hortikultura hasil pelepasan dan pemutihan BPTP Jatim yaitu
perbanyakan bawang merah Bauji dan Batu Ijo, tanaman hias melati Ratu Eboh,
mawar Pergiwo dan Pergiwati. Lokasi dan Waktu Pengkajian, Lokasi di KP
Karangploso, Malang dan KP Mojosari dan lokasi Primatani Bojonegoro, Waktu
Musim tanam MK I dan MK II, T.A. 2006 antara April – November 2006. Hasil
perbanyakan benih sumber telah lulus sertifikasi terdiri Klas Benih BS: Kalimas
(50 kg) dan Bondoyudo (50 kg). Klas benih FS: Cibogo (4.310 kg), Pe-pe
(1.235 kg), Ciherang (3.335 kg), Sarinah (500 kg). Klas Benih SS: Mekongga
(1.000 kg), Sarinah (1.390 kg), Ciherang (3.500 kg). Tanaman Hortikultura
bawang merah Bauji (212 kg), bawang merah Batu Ijo (148,5 kg), Melati Ratu
Eboh ( 1.000 bibit) dan mawar Pergiwo Pergiwati (4.000 polibag).
3.2. PROGRAM KETAHANAN PANGAN
3.2.1. PENGKAJIAN KEBIJAKAN DIFUSI TEKNOLOGI
3.2.1.1. Pengkajian Komunikasi, Diseminasi dan Penjaringan Umpan Balik
3.2.1.1.1. Pengkaian Efektifitas Sistem Diseminasi dan Penyuluhan Proses Transfer dan Adopsi Teknologi
Pengkajian Efektifitas Sistem Diseminasi dan Penyuluhan Dalam Proses
Transfer dan Adopsi Teknologi dilaksanakan di 5 Kabupaten yaitu Jember,
Situbondo, Bondowoso, Lumajang dan Probolinggo. Tujuan jangka panjang
kegiatan ini adalah untuk menentukan sistem penyuluhan sehingga informasi,
komunikasi, diseminasi dan penjaringan umpan balik dapat dilakukan secara
efektif. Sedangkan luaran yang diharapkan adalah tersusunnya pola sistem
penyuluhan, metoda penjaringan umpan balik dan rumusan sistem diseminasi.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
54
Sesuai hasil pengkajian, maka dapat disimpulkan bahwa institusi lingkup
pertanian di Kabupaten Jember ada 3 yaitu Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Ketahanan Pangan. Dinas Kehutanan dan Perkebunan, serta Dinas
Peternakan dan Perikanan. Kabupaten Situbondo ada 2 yaitu Dinas Pertanian,
Perkebunan dan Kehutanan, serta Dinas Peternakan. Kabupaten Lumajang ada
1 yaitu Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan. Kabupaten Bondowoso
ada 3 yaitu Dinas Pertanian, Dinas Peternakan serta Dinas Perkebunan.
Kabupaten Probolinggo ada 2 yaitu Dinas Pertanian, Kehutanan dan
Perkebunan serta Dinas Peternakan dan Perikanan. Satminkal tenaga penyuluh
sebagian besar berada di Dinas Pertanian tepatnya berada di bawah Koordinator
Jabatan Fungsional (KJF). Metoda penyuluhan yang dilakukan dinas meliputi
latihan dan kunjungan (LAKU), LAKU yang disempurnakan, klinik agribisnis,
pelatihan petani, sekolah lapang dan pertemuan. Sebagian besar petani
memanfaatkan perpustakaan BPP dan UPTD sebagai sumber informasi, dan
media yang ada di perpustakaan sebagian besar berasal dari BPTP Jawa Timur.
Media penyuluhan yang digemari petani adalah percontohan, kaji terap,
pertemuan tatap muka di lapangan, sekolah lapang, VCD dan TV. Penyebaran
media informasi dari BPTP masih menganut pola konvensional, jangkauan
distribusi secara massal hanya dapat mencapai kabupaten/kota dan sebagai
saluran media yang digunakan dan meneruskan ke pengguna yaitu dinas
otonomi atau KIPP/BIPP. Dengan demikian diseminasi media informasi teknologi
BPTP dapat dikatakan kurang efektif. Penggunaan saluran media yang lain
seperti LSM, kios/pedagang dan sebagainya masih memerlukan pertimbangan
yang mendalam yaitu tentang struktur organisasi, keberlanjutan professi,
kesesuaian materi dengan kepentingan saluran, kemampuan jangkauan,
kontinyuitas pekerjaan saluran dan tanggung jawab moral. Sampai saat ini
penyuluh dan KCD masih cukup efektif sebagai saluran media, namun polanya
perlu disempurnakan. Umpan balik dari pengguna dan stake holder secara
spontan sulit didapatkan, sehingga untuk mendapatkan umpan balik BPTP
harus pro aktif dan ada inisiatif sebagai sumber informasi. Sebagai rujukan
petani yang terpenting dan utama petani adalah penyuluh, kontaktani, BPP dan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
55
dinas kabupaten, sedangkan rujukan bagi penyuluh yang terpenting dan utama
adalah BPTP, Balit komoditas dan institusi lainnya. Dari hasil kajian juga
diketahui bahwa petani dan penyuluh masih mengharap dan menghendaki
adanya pertemuan petani maupun pertemuan ilmiah sebagai media umpan balik
yang paling efektif.
3.2.1.1.2. Pengkajian Metode Penyuluhan dan Diseminasi Teknologi Spesifik Wilayah.
Untuk lebih mempercepat proses transfer, difusi dan adopsi teknologi
yang telah dihasilkan dari pengkajian/penelitian diperlukan adanya sistem
diseminasi yang terintegrasi dengan sistem penyuluhan di daerah serta
penerapan metode penyuluhan yang spsifik wilayah, sehingga transfer, difusi
dan adopsi teknologi tersebut dapat berjalan efektif dan efisien.
Pengkajian penerapan metode penyuluhan dan diseminasi teknologi
spesifik wilayah yang dilaksanakan di Kabupaten Sumenep dan Lumajang ini
merupakan action research yang mempunyai tujuan jangka pendek adalah (a)
merumuskan metode penyuluhan/pendekatan kelompok dan diseminasi
teknologi yang lebih spesifik wilayah, (b) pemecahan masalah petani, dan (c)
penguatan/penumbuhan kelompoktani. Hasil yang telah dicapai dari pengkajian
ini adalah adopsi teknologi agribisnis jagung hibrida seluas 2 ha (budidaya dan
pemasaran) dengan metode pendekatan personal untuk lokasi Kecamatan
Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep. Sedangkan untuk Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang, hasil yang telah dicapai adalah adopsi teknologi usahatani
kentang dengan model konservasi di lahan kering dataran tinggi dengan pola
penguatan permodalan kelompok dan metode pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan kelompok.
3.2.1.1.2. Pengkajian Penguatan Kelembagaan Petani dan Agribisnis untuk Mempercepat Adopsi Inovasi Litkaji yang sedang Berjalan.
Penyebaran rekomendasi teknologi hasil pengkajian BPTP kepada
pengguna telah banyak dilakukan melalui berbagai kegiatan, yaitu penyebaran
media cetak, elektronika, pertemuan dan ekspose. Teknologi tersebut, telah
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
56
banyak diadopsi bahkan dimodifikasi oleh para petani dan mempunyai peran
yang cukup strategis dalam pengembangan agribisnis di masyarakat. Dari hasil
pengkajian yang telah dilakukan oleh Pangarsa dkk (2004 dan 2005), diketahui
bahwa penyebaran teknologi sejak memasuki era otonomi daerah memerlukan
penyempurnaan.
Menurut Assifi dan French (tanpa tahun), adopsi inovasi akan efektif jika
ditransfer melalui dua saluran, yaitu saluran organisasi (organisasi penyuluhan)
dan saluran media (Skema 1). Disamping itu, inovasi yang akan disosialisasikan
secara nyata harus dapat mengatasi permasalahan di lapangan. Kurang
diadopsinya inovasi di lapangan saat ini disebabkan antara lain : (1) Inovasi
secara nyata kurang relevan untuk memecahkan masalah petani, (2) Organisasi
dan sistem penyuluhan di lapangan tidak berjalan, khususnya dari Nasional ke
Provinsi ke Kabupaten, (3) Program pembangunan pertanian tiap kabupaten
berbeda (tidak berlaku sistem paket). Selain itu, kluster agribisnis yang dapat
mempengaruhi kelembagaan petani kurang mendukung adopsi inovasi (Skema
2) (Fagi, 2005).
Kurang sesuainya teknologi yang dihasilkan antara lain adalah karena
lemahnya komunikasi umpan balik dari pengguna dan stake holder ke BPTP.
Tanpa komunikasi umpan balik, informasi mengalir dalam satu arah, tanpa ada
jaminan untuk mengetahui apakah komunikasi telah terjadi (Gonzales, 1988).
Lemahnya komunikasi umpan balik tersebut, dapat menyebabkan kurang
optimalnya perencanaan pengkajian yang disusun tiap tahun.
Dengan melakukan kaji tindak ini, maka akan dikembangkan pola
komunikasi dua arah antara BPTP sebagai institusi sumber informasi dan
pengguna/stake holder secara partisipatif. Selain itu, organisasi/kelembagaan
penyuluhan, kelembagaan petani, sistem penyuluhan di lokasi kajian akan
diperkuat dan kelemahan kluster agribisnis akan diperbaiki, sehingga adopsi
teknologi dapat dipercepat.
Tujuan umum yang akan dicapai dari kegiatan pengkajian ini adalah
memperkuat kelembagaan petani dengan mempercepat adopsi teknologi litkaji
BPTP yang sedang berjalan. Tujuan khusus yang akan dicapai adalah : (1)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
57
Menumbuhkan embrio atau memperkuat kelembagaan tani di lokasi kajian,
sehingga lebih siap menerima inovasi, (2) Memperbaiki kelemahan kluster
agribisnis (khususnya permodalan dan pemasaran) yang berhubungan dengan
kelembagaan petani, dan (3) Memperkuat kelembagaan penyuluhan di lokasi
kajian dengan memperbaiki pola kerja.
Luaran umum yang diharapkan dari kegiatan pengkajian ini adalah
dipercepatnya adopsi teknologi litkaji BPTP yang sedang berjalan. Luaran
khusus yang akan dicapai adalah : (1) Tumbuhnya embrio atau diperkuatnya
kelembagaan tani di lokasi kajian sebanyak 1 kelompok, (2) Kluster agribisnis
(permodalan dan pemasaran) dapat diakses oleh kelompoktani dan (3) Kinerja
kelembagaan penyuluhan di lokasi kajian lebih baik (khususnya pola kerja
penyuluhan disempurnakan).
3.3. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN KEMITRAAN USAHA
3.3.1. PENGKAJIAN MODEL KEMITRAAN PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI KOMODITAS UNGGULAN
3.3.1.1. Pengkajian Efektifitas Sistem Diseminasi dan Penyuluhan dalam Proses Transfer dan Adopsi teknologi
3.3.1.1.1. Perbaikan Penanganan Pasca Panen Sayuran di Sentra Produksi Batu
Tujuan pengkajian adalah 1) Memperbaiki cara penanganan pasca
panen sayuran hasil KLM, 2) Memperluas pemasaran sayuran petani yang
tergabung dalam KLM, dan 3) Merintis usahatani sayuran organik. Lokasi
pengkajian di Desa Giripurno, Bumiaji, Batu. Tahapan pengkajian adalah 1)
Survei pendahuluan (observasi cara penanganan sayuran oleh KLM,
besarnya kerusakan/losses, peluang perluasan pasar), 2) Penentuan
perbaikan penanganan pasca panen sayuran, 3) Pelatihan (metode
perbaikan penanganan pasca panen, pengelolaan sayuran organik,
pembuatan bokashi) dan 4) Rintisan kemitraan dengan fihak ke 3 dalam
rangka perluasan pasar. KLM adalah Kelompok Petani Lancar Makmur,
beranggata 120 orang petani dan 10 petani/pedagang, lahan garapan
terletak di desa Giripurno, Pesanggrahan dan Pujon seluas + 20 Ha. Dua
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
58
kali seminggu KLM memasok sayuran eksotika ke pasar sayur Keputran,
Surabaya. Pelatihan kepada KLM dilakukan untuk memberi wawasan
tentang 1) Cara penanganan pasca panen yang benar (untuk suplai ke
pasar induk dan super market), 2) Budidaya sayuran organik serta
pembuatan pupuk bokashi. Tujuan pelatihan adalah 1) Mengurangi losses
dan 2) Memperluas pasar. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa untuk
pengiriman ke Surabaya, losses sayuran saat sortasi 9% (ditanggung KLM),
losses akibat transportasi dan pengemasan dari Batu ke Surabaya 25%
(ditanggung suplier Surabaya). Untuk pengiriman sayuran ke Blitar (untuk
letus rajangan Mc. D) losses sayuran saat sortasi 10% (ditanggung KLM),
losses akibat transportasi dan pengemasan dari Batu ke Blitar sebesar 35 -
40% (ditanggung Mc. D). Kerusakan terbesar terjadi saat transportasi dari
lokasi produsen ke tujuan pemasaran. Aplikasi perbaikan penanganan
sayuran untuk transportasi ke Surabaya menghadapi kendala turunnya
efisiensi pengiriman ke tujuan pasar. Perluasan pasar meliputi rintisan
usahatani sayuran organik dengan memasok sayuran organik ke dua
komunitas sayuran organik di Jawa Timur, suplai letus dan tomat untuk Mc.
D melalui UD Jatinom Indah di Blitar serta UD Wiguna Makmur di Denpasar,
Bali.
3.3.1.1.2. Pengkajian dan Pengembangan Kawasan Hortikultura Mendukung Agrowisata Air Terjun Roro Kuning Kabupaten Nganjuk
Pemerintah Kabupaten Nganjuk bekerjasama dengan BPTP Jawa Timur
pada tahun 2005 mengembangkan hortikultura di kawasan air terjun Roro
Kuning untuk mendukung agrowisata. Prasarana dan sarana fisik untuk
mendukung agrowisata telah dibangun seperti green house, sarana tempat
bermain anak serta pendukung wisata air terjun. Komoditas hortikultura
khususnya buah-buahan sudah banyak ditanam oleh masyarakat di kawasan
tersebut, namun sayangnya varietas yang ditanam masih asal-asalan serta
belum ada sentuhan teknologi budidaya. Sehingga produksi dan kualitas masih
jauh dari harapan dan belum ada produk unggulan yang dapat menarik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
59
wisatawan. Oleh karena itu diperlukan masukkan varietas unggul hortikultura
dan perbaikan teknologi budidaya dengan dukungan /kawalan teknologi dari
BPTP Jawa Timur.
Adapun tujuan dari pengkajian ini untuk mengenalkan beberapa komoditas
unggulan hortikultura serta mensosialisasikan budidaya tanaman sayuran.
Pengkajian dilaksanakan bulan Januari hingga Desember 2006 di kawasan Air
Terjun Roro Kuning, Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kab. Nganjuk.
Metodologi pengkajian diawali dengan karakterisasi dan inventarisasi sumber
daya, penentuan komoditas yang akan dikembangkan (kesepakatan dengan
petani), penentuan teknologi kesepakatan dan pelaksanaan kegiatan lapang.
Kawasan Air Terjun Roro Kuning dan desa Bajulan termasuk dalam sub
agroekosistem LKDRIB, elevasi 500-700 m dpl, curah hujan 2400 mm/th.
Kawasan tersebut sesuai untuk komoditi hortikultura seperti apokat dan durian,
sayur dan tanaman hias. Dari komoditas kesepakatan yang diinginkan petani
terpilih apokat dan durian, sayuran (kubis, sawi, bawang daun, kacang panjang
dan buncis) serta tanaman hias (mawar potong, aglaonema, anthurium).
Sedangkan teknologi budidaya yang diterapkan pada tanaman sayuran
menggunakan teknologi anjuran dan memperkenalkan pengendalian OPT
menggunakan pestisida nabati (mimba).
Pengenalan budidaya sayuran direspon dengan baik oleh petani
kooperator (5 petani) maupun diluar petani kooperator terutama kubis, buncis
dan bawang daun karena mereka baru mengenal budidaya sayuran tersebut.
Tanaman kobis terserang hama ulat daun kubis (Plutella xylostella L) dengan
luas serangan rata-rata 35 %. Tanaman berumur 85 hari, telah terbentuk krop
padat dan berisi, ukuran variasi kecil hingga besar dengan berat antara 0,50-
0,75 kg/krop dan produksi 6 t/ha. Bawang daun pertumbuhan bagus -subur,
tetapi jumlah anakan relatif sedikit (4-5). Buncis dapat tumbuh baik dan
berproduksi rata-rata 0,90 t/ha. Sawi daging pertumbuhan dan produksi bagus
demikian juga dengan kacang panjang. Produk sayuran yang dihasilkan oleh
petani telah ditampung oleh pedagang untuk dijajakan di pasar terdekat. Untuk
tanaman hias masih perlu dilakukan bimbingan teknologi lebih sering pada
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
60
petani agar diperoleh hasil yang lebih bagus seperti penggunaan media yang
gembur, perawatan tanaman sebelum dan setelah berbunga. Sedangkan
pengenalan varietas unggul apokat (Hijau Panjang) dilakukan dengan membuat
demoplot pada satu hamparan sebanyak 75 tanaman. Dari hasil kajian ini dapat
disimpulkan bahwa pengembangan hortikultura direspon oleh masyarakat dan
perlu dilakukan bimbingan teknologi sehingga produk hortikultura yang
dihasilkan berkualitas dan dapat bersaing di pasar.
3.3.1.1.3. Pengkajian Agribisnis Kentang Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Penangkar Benih Kentang Putra Tengger di Kabupaten Lumajang.
Pengkajian bertujuan untuk mensosialisasikan teknologi perbenihan
kentang menguatkan kelompok tani perbenihan kentang yang handal,
menyediaan benih kentang bermutu di tingkat petani kentang Jawa Timur,
khususnya di kab. Lumajang. Pengkajian dilaksanakan di dusun Gedog, desa
Argosari, kecamatan Senduro, kabupaten Lumajang yang termasuk ekoregion
dataran tinggi lahan kering, pada bulan Januari sampai Desember 2006.
Pengkajian terdiri dari beberapa tahapan pelaksanaan kegiatan yang berupa:
penguatan kelembagaan kelompok tani, pembelajaran dalam penguasaan
teknologi perbenihan kentang, promosi dan pemasaran hasil. Penguatan
kelembagaan dengan memperbaiki dan mengaktifkan struktur organisasi
kelompok berdasarkan tugas dan fungsinya yaitu: Ketua, Sekretaris, Bendahara,
seksi Saprodi dan seksi Pemasaran. Penguasaan teknologi dilakukan dengan
melakukan pengkajian secara partisipatif oleh 8 anggota kelompok tani dan
melakukan kunjungan lapang/ studi banding. Selama pengkajian anggota
kelompok Tani didampingi oleh peneliti, penyuluh dan petugas dari BPSBTPH
Propinsi Jawa Timur. Dari hasil pertanaman terlihat bahwa pertumbuhan
vegetatif tanaman antar anggota kelompok relatif sama dan telah mampu
menghasilkan umbi benih bermutu/ bersertifikat. Penguatan modal kelompok
diperoleh secara swadana dengan mengaktifkan usaha yang ditangani kelompok,
iuran anggota dan pemotongan 10% dari hasil panen untuk kas kelompok.
Promosi hasil panen dilakukan oleh anggota kelompok secara dari orang per
orang, dan melalui Klinik Agribisnis BPTP Jawa Timur. Pemasaran hasil panen
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
61
didominasi oleh petani di sekitar lokasi pengkajian dan pemasaran benih juga
menjangkau lokasi Bajawa Nusa Tenggara Timur sebanyak 500 kg.
Keberlanjutan kelompok tani penangkar benih kentang untuk menhgasilkan benih
sebar (G4) didukung oleh Diperta Propinsi Jawa Timur dalam penyediaan benih
penjenis (G0) dan Pemda kabupaten Lumajang dalam penyediaan benih dasar 2
(G2) dan benih pokok (G3).
3.3.1.1.4. Pengelolaan Budidaya Kapas Berbasis Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Kabupaten Lamongan.
Tanaman kapas pada umumnya dikembangkan pada lahan kering tadah
hujan, dengan tingkat produktivitas kapas berbiji tergolong masih rendah
berkisar 387 – 680 kg/ha. Tingkat produktivitas tersebut di atas masih dapat di
tingkatkan lagi sampai dua kali lipatnya yaitu dengan cara meningkatkan
pengetahuan petani dalam berbudidaya kapas dan mengembangkan pada
lahan-lahan potensial yang berpola tanam padi dan palawija. Selama ini kendala
pengembangan tanaman kapas yang di hadapi petani adalah tingginya serangan
hama. Hama utama yang paling merugikan petani dalam usahatani kapas
adalah Helicoverpa armigera. Proporsi pembiayaan untuk pengendalian hama
dapat mencapai 65% dari total pembaiayaan. Salah satu strategi yang dapat di
terapkan dan mudah untuk menekan biaya input adalah menerapkan PHT yang
efektif dan efisien serta ramah lingkungan. Teknologi PHT yang efektif dan
efisien adalah memanfaatkan peran komponen biotik (musuh alami) dan abiotik
secara optimal di lapangan yang dibarengi dengan aplikasi insektisida botani
secara selektif. Tujuan pengakjian Pengelolaan Tanaman Kapas + Kedelai
Berbasis PHT adalah Penerapan PHT pada usahatani berbasis kapas + kedelai
dan menganalisis kelayakan efektivitas dan efisiensi teknologi PHT pada
usahatani berbasis kapas + kedelai. Adapun hasil pengajian yang diperoleh
adalah sebagai berikut: Penerapan PHT pada usahatani berbasis kapas +
kedelai: Berpengaruh terhadap perkembangbiakan hama dan dapat menekan
tingkat serangan pada komponen produksi, dapat menekan kelimpahan populasi
hama dan dapat meningkatkan peran musuh alami sebagai komponen
pengendali alami di lapangan, dapat mengurangi kehilangan hasil yang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
62
disebakan oleh serangan hama, usahatani kapas + kedelai masih layak untuk
dikembangkan. Sedangkan kegiatan Super imposed varietas kedelai: Varietas
introduksi dan varietas petani tidak bepengaruh terhadap variabel komponen
produksi dan serangan hama, polong isi dan polong hampa varietas petani
nilainya masih lebih baik dibandingkan dengan varietas introduksi, varietas Wilis
2000 memberikan hasil paling tinggi (lebih dari 1300 kg) dibandingkan dengan
varietas yang lain, preferensi petani terhadap varietas introduksi mengarah pada
varietas Wilis 2000. Perkiraan dampak dari hasil pengkajian adalah penerapan
PHT pada usahatani kapas + kedelai secara bertahap mulai di pahami dan di
implementasikan di tingkat kelompok tani. Hal ini berawal dari kepanikan petani
dalam mengatasi serangan hama yang tidak pernah berhasil terutama pada
saat-saat terjadi ledakan hama. Sedangkan varietas Wilis 2000 akan
berkembang secara baik dan meluas karena terkait dengan preferensi petani
dan tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas yang
lain.
3.4. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN
3.4.1. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian dan Dampak Pengkajian PBTP Jawa Timur
3.4.1.1. Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Jawa Timur
Kegiatan “Analisis dan Penanggulangan Masalah Pembangunan
Pertanian di Jawa Timur” dilaksanakan tiap tahun sejak tahun 1999/2000.
Kegiatan itu lebih bersifat fleksibel dan responsive terhadap permasalahan
usahatani dan pembangunan pertanian di Jawa Timur. Dalam pelaksanaannya,
Tim Analisis Kebijakan menentukan ISU/permasalahan yang muncul di
lapangan, untuk kemudian mengumpulkan data yang relevan untuk dianalisis
dan diinterpretasi. Hasil analisis berupa alternatif saran penanggulangan
masalah tersebut. Selama tahun 2006 dilakukan beberapa analisis meliputi :
1. Analisis penyebab kelangkaan pupuk bersubsidi untuk peningkatan produksi
tanaman pangan di Jawa Timur. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya kelangkaan pupuk adalah : (1) Secara keseluruhan alokasi pupuk
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
63
untuk wilayah Jawa Timur memang kurang atau tidak sesuai dengan usulan
luas lahan tanaman pangan yang ada, (2) Aplikasi dosis pupuk terutama
pupuk Urea di tingkat petani yang lebih tinggi daripada anjuran dan alokasi
dari Deptan, dimana dosis anjuran pupuk Urea sebesar 250 kg/ha sedangkan
petani memakai pupuk Urea sebesar 400-500 kg/ha, (3) Di beberapa daerah
petani tidak membuat usulan pupuk melalui RDKK dan membeli secara
bebas sehingga ada peluang sebagian pupuk bersubsidi didistribusikan ke
areal tanaman perkebunan. Sementara itu Di Kabupaten lain justru sebagian
alokasi pupuk tidak sesuai dengan kebutuhan di wilayah itu sehingga ada
jenis pupuk yang kurang dan pupuk lain berlebih, (4) Distribusi pupuk secara
umum juga belum tepat waktu atau masih terjadi keterlambatan dalam
penyaluran pupuk. Meskipun ada berbagai keterlambatan distribusi dan
kelangkaan pupuk terutama Urea bersubsidi namun produksi padi secara
keseluruhan tidak mengalami penurunan karena petani memenuhi
kekurangan pupuk dengan membeli pupuk yang tidak bersubsidi. Akibatnya
pendapatan petani menurun karena biaya pupuk yang meningkat. Dalam
rangka mengatasi masalah kelangkaan pupuk, perlu dilakukan beberapa hal
berikut : 1). Melaksanakan sistem pengawasan secara kolektif antar instansi
terkait yang telah terbentuk dari tingka pusat sampai tingkat daerah. 2).
Pengembangan pemupukan rasional (berimbang) spesifik lokasi, 3).
Pengembangan pupuk majemuk NPK dalam rangka mengurangi
ketergantungan terhadap pupuk tunggal terutama Urea, 4). Pengembangan
pupuk organik dalam rangka menyikapi menurunnya mutu lahan akibat
penggunaan pupuk anorganik secara intensif dan berlebihan, 5) Penerapan
teknologi pengelolaan tanaman padi secara terpadu (PTT Padi) yang sesuai
untuk Jawa Timur. Disarankan model PTT Padi dapat diterapkan pada
program PMI (Peningkatan Mutu Intensifikasi) di setiap Kabupaten di Jawa
Timur.
2. Sebagian besar petani menggunakan benih tidak bersertifikat yang berasal
dari hasil membeli di kios, pedagang dan petani lain. Produksi benih kedelai
masih relatif kecil dibandingkan luas pertanaman kedelai yang ada, tetapi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
64
akses petani yang terbatas mengakibatkan peluang pasar benih kedelai
cukup berat. Berbagai jenis varietas unggul yang dihasilkan oleh balai
komoditas cukup sesuai untuk kebutuhan industri pangan baik untuk industri
olahan tempe, tahu dan kecap, sehingga berpeluang untuk menggantikan
kedelai impor karena ukuran biji dan kandungan protein yang setara.
Beberapa masalah yang dihadapi dalam upaya pengembangan kedelai di
tingkat petani adalah : (1) Harga produksi yang rendah sehingga kurang
menarik minat petani untuk membudidayakan kedelai, (2) Secara ekonomi
usahatani kedelai kalah bersaing dengan usahatani tanaman pangan lain
seperti padi dan jagung, (3) Senjang hasil yang masih cukup tinggi antara
produktivitas di tingkat lapang (petani) dengan potensi produktivitas dari
varietas unggul yang bersangkutan, (4) industri perbenihan kurang
berkembang karena kurang terbukanya peluang pasar, dalam arti petani
kurang akses terhadap benih berkualitas karena harga benih yang dirasa
masih cukup mahal sehingga petani memenuhi kebutuhan benih dengan
memanfaatkan hasil dari pertanaman sebelumnya atau membeli ke
pedagang atau pasar dengan harga yang lebih murah daripada benih
bersertifikat. Beberapa hal yang dapat disarankan dalam rangka
pengembangan usahatani kedelai adalah : 1) Kebutuhan benih kedelai pada
MK I merupakan titik yang krusial dalam sistem Jabalsim karena benih yang
dipakai merupakan hasil pertanaman dari lahan tegal yang umumnya
kualitasnya kurang bagus dibandingkan hasil kedelai di lahan sawah. Untuk
itu perlu terus diupayakan kegiatan peningkatan pengetahuan petani tentang
cara penyimpanan benih yang baik terutama untuk mempersiapkan
pertanaman MK I, 2) Peningkatan efisiensi penangkaran untuk produksi
benih kedelai agar dapat agar harga benih dapat dijangkau oleh kemampuan
finansial petani, kuncinya adalah tingkat produktivitas kedelai yang tinggi, 3)
Subsidi harga benih dapat menjadi alternatif kebijakan dalam meningkatkan
motivasi petani untuk menggunakan benih kedelai bermutu (bersertifkat).
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
65
3.4.1.2. Analisis Dampak Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Jawa Timur
Anailisis dampak hasil pengkajian pengolahan tepung kasava dilakukan
di Kabupaten Tulungagung dan Magetan, manisan kulit jeruk Pamelo di Magetan
dan marning gepeng di Kediri. Pengkajian ini menggunakan metode survei yang
dilakukan pada bulan Mei–Agustus 2006. Pengkajian bertujuan (1) diperolehnya
adopsi teknologi pengolahan tepung kasava, manisan kulit jeruk Pamelo dan
marning gepeng dan (2) diperolehnya dampak pengkajian pengolahan tepung
kasava, marning gepeng dan manisan kulit Pamelo terhadap volume usaha,
jaringan pasar dan pendapatan pelaku agoindustri pedesaan.hasil pengkajian
BPTP Jawa Timur. Hasil yang diperoleh dari pengkajiannya adalah sebagai
berikut ;
1. Adopsi dan Dampak Teknologi Pengolahan Tepung Kasava
Pengkajian pengolahan tepung kasava yang dilakukan oleh BPTP
Jawa Timur di Tulungagung dan Magetan tahun 2002 belum dapat
mengalihkan teknologi pengolahan tepung kasava kepada pengrajin, sehingga
proses adopsi teknologi tersebut tidak berjalan setelah pengkajian dilaksanakan.
Beberapa faktor yang menyebabkan teknologi tersebut tidak diadopsi adalah (1)
harga jual tepung kasava terlalu tinggi, (2) kualitas produk masih rendah, (3)
belum memasyarakatnya tepung kasava dan (4) terbatasnya peluang pasar.
2. Adopsi dan Dampak Teknologi Pengolahan Kulit Jeruk Pamelo
Pengkajian pengolahan manisan kulit jeruk Pamelo yang telah dilakukan
oleh BPTP Jawa Timur di Magetan tahun 2001, telah dapat mengalihkan
teknologi pengolahan manisan kulit jeruk Pamelo dari peneliti kepada pengrajin.
Pengkajian tersebut melibatkan Asosiasi Pamelo Magetan (APM). Teknologi
pengolahan manisan kulit jeruk Pamelo telah diadopsi APM. Pada saat ini
jaringan pasarnya tidak hanya di Magetan saja, tetapi juga di kota Madiun,
Ngawi dan Surabaya. Dengan diadopsi teknologi pengolahan manisan kulit jeruk
Pamelo tersebut telah berdampak terhadap pendapatan APM serta memberikan
nilai komersial yang cukup tinggi. Pendapatan APM selama tahun 2006
merupakan nilai dampak dari pengkajian yaitu sebesar Rp 75,7 juta dengan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
66
dampak komersial sebesar Rp 50,2 juta. Dampak pengkajian pengolahan
manisan kulit jeruk Pamelo yang lain adalah (1) termanfaatkannya kulit jeruk
Pamelo sebanyak 100 ton/tahun atau senilai Rp 200.000.000,-/tahun, (2)
terserapnya tenaga kerja wanita sebanyak 5 tenaga kerja wanita atau senilai
Rp 75.000,- per-hari, (3) digunakan sebagai tempat magang bagi pelajar dan
mahasiswa PKL dan (4) manisan kulit jeruk Pamelo digunakan sebagai salah
satu komoditas unggulan Pemkab. Magetan.
3. Adopsi dan Dampak Teknologi Pengolahan Marning Gepeng
Pengkajian pengolahan marning gepeng yang telah dilakukan oleh BPTP
Jawa Timur di Kediri tahun 2002, telah dapat mengalihkan teknologi pengolahan
marning gepeng dari peneliti kepada pengrajin. Pengkajian tersebut melibatkan
kelompok tani “Mitra Jaya” Desa Gabru, Kecamatan Gurah dengan cara
pengenalan dan pelatihan pembuatan marning gepeng. Teknologi pengolahan
marning gepeng telah diadopsi kelompok tani tersebut. Pada saat ini jaringan
pasarnya tidak hanya di Kediri saja, tetapi juga di kota Surabaya, Malang,
Madiun dan Solo. Dengan diadopsi teknologi pengolahan marning gepeng
tersebut telah berdampak terhadap pendapatan pengkrajin serta memberikan
nilai komersial yang cukup tinggi. Pendapatan pengkrajin selama tahun 2006 ini
merupakan nilai dampak dari pengkajian yaitu sebesar Rp 219,1 juta dengan
dampak komersial sebesar Rp 188,1 juta. Dampak pengkajian pengolahan
marning gepeng yang lain adalah (1) terserapnya tenaga kerja wanita sebanyak
8 tenaga kerja pria atau senilai Rp 140.000,-/hari dan (2) digunakan sebagai
tempat magang bagi pelajar dan mahasiswa PKL.
3.4.1.3. Analisis Indikator Pembangunan Pertanian di Jawa Timur
Indikator merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan sebagai
pedoman untuk evaluasi kinerja pembangunan pertanian agar pembangunan
pertanian yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Analisis indikator pembangunan pertanian ini difokuskan pada indikator
pendapatan sektoral (PDRB) dan pendapatan serta kesempatan kerja rumah
tangga pertanian yang menjadi sasaran akhir pembangunan pertanian.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
67
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survey. Data yang telah
terkumpul baik data primer maupun data sekunder dianalisis dan diinterpretasi
secara deskriptif dengan menggunakan tabulasi. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa secara umum, program pembangunan pertanian di Jawa
Timur telah mendorong kepada peningkatan pendapatan sektor pertanian.
Sektor pertanian mengalami pertumbuhan meskipun relatif kecil akan tetapi
kontribusinya terhadap PDRB Jawa Timur semakin menurun karena peningkatan
di sektor lain yang lebih tinggi. Peningkatan pendapatan sektoral ini juga telah
mendorong terjadinya peningkatan pendapatan rumah tangga petani namun
demikian peningkatan ini belum mampu mendorong pada peningkatan daya beli
akibat laju inflasi yang tinggi. Pada tingkat rumah tangga petani, alokasi waktu
kerja setahun bagi anggota keluarga petani juga masih relatif kecil dan masih
banyak waktu luang yang memungkinkan untuk dilakukannya aktifitas ekonomi
produktif untuk mendukung peningkatan pendapatan rumah tangga petani.
Tampak adanya pengaruh (dampak) lintas sektoral dalam pembangunan
pertanian di Jawa Timur. Oleh karena itu perencanaan pembangunan lintas
sektor menjadi bagian penting yang harus dipertimbangkan agar dampak
pembangunan menjadi terpetakan dengan jelas dan salah satu sektor tidak
menjadi korban (subyek yang kurang mendapat manfaat) dari program
pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan. Integrasi program
pembangunan pertanian dengan program lain lintas sektoral dapat dilaksanakan
melalui upaya diversifikasi (penganekaragaman) kegiatan ekonomi rumah
tangga petani karena sumber pendapatan rumah tangga petani yang bervariasi
dan waktu luang yang cukup bagi anggota rumah tangga petani untuk
melakukan aktifitas ekonomi yang dapat mendukung peningkatan pendapatan
rumah tangga.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
68
3.5. PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN LITBANG PERTANIAN
3.5.1. Pengembangan Profesionalisme dan Akuntabelitas BPTP Jawa Timur
3.5.1.1. Penyusunan Rencana Kerja
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dibentuk melalui SK Mentan
No:798/kpts/ ot.210/12/94 tanggal 13 Desember 1994 dan berlaku efektif tanggal
1 April 1995. Sesuai SK tersebut, Tugas pokok dan fungsi BPTP adalah: (1).
Melakukan penelitian komoditas spesifik lokasi. (2). Melakukan pengujian dan
perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. (3). Menyampaikan
paket teknologi hasil pengujian dan perakitan sebagai bahan materi peyuluhan
pertanian. (4). Menyampaikan umpan balik permasalahan kepada Balai
Penelitian Komoditas untuk menyusun program penelitian yang lebih mendasar.
(6). Melayani kegiatan pengkajian teknologi pertanian dan menyelenggarakan
urusan tata usaha balai . Pembentukan BPTP Jawa Timur merupakan langkah
yang tepat dalam rangka desentralisasi penelitian dan pengembangan untuk
mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Perencanaan Litkaji BPTP Jawa
Timur masih perlu dilengkapi dan disempurnakan dengan membuat program
unggulan wilayah di tingkat Balai yang merupakan penjabaran dan implementasi
tugas dan fungsi BPTP selaku ujung tombak Badan Litbang di Jawa Timur ,
membuat Program Pengkajian berdasar pemecahan masalah dalam satu
kawasan farming system Zone yang sama dan menjabarkannya dalam suatu
program usulan di tingkat peneliti (RPTP) . Untuk memantapkan rencana kerja
perlu ada panduan jadwal dan yang jelas dari BB Pengkajian atau Badan Litbang
sejak awal anggaran sehingga pelaksanaan perncanaan litkaji agar tidak banyak
mengalami perubahan dan target dan sasaran perencanaan bisa tercapai.
3.5.1.2. Sistem Informasi Managemen
Kegiatan SIM (Sistem Informasi Manajemen) di BPTP Jawa Timur pada
tahun 2006 ini pada umumnya telah berjalan dengan baik dan lancar dalam
rangka memenuhi kewajibannya sebagai penyusun/pembuat laporan berkala
yang difasilitasi oleh Program SIM (Sistem Informasi Manajemen) diantaranya
adalah pelaporan dari Sub Sistem Informasi Program (SIMPROG), Sub Sistem
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
69
Informasi Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV), Sub Sistem Informasi Pegawai
(SIMPEG) dan Sub Sistem Informasi Perkantoran (SIMOTO) yang merupakan
program aplikasi yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Pertanian dan Sub
Sistem Informasi Keuangan (SAKPA) dan Sub Sistem Informasi Fasilitas
(SAKPB) yang merupakan program aplikasi yang dikeluarkan oleh Departemen
keuangan.
Dalam rangka peningkatan mutu pelaksanaan kegiatan SIM, masing-
masing petugas/pelaksana SIM di lingkup BPTP Jawa Timur telah mengikuti
berbagai pelatihan/Workshop yang diselenggarakan oleh BBP2TP Bogor atau
Badan Litbang Pertanian Jakarta. Untuk mendapatkan data yang “up to date”
selalu dilakukan peremajaan data (up dating) bagi masing-masing SIM,
walaupun beberapa SIM masih ada masalah pada program/perangkat
lunaknya.
Pada akhirnya dengan adanya SIM, layanan yang diberikan oleh unit
kerja diharapkan menjadi lebih cepat, akurat dan efisien.
3.5.1.3. Monev dan Lakip (Belum masuk)
3.5.1.4. Komisi Pengkajian
Kegiatan Pertemuan Tim Teknis dan Komisi Pengkajian Teknologi
Pertanian Propinsi Jawa Timur merupakan agenda rutin yang dilaksanakan
minimal sekali dalam setahun. Pertemuan tersebut dilaksanakan pada tanggal
20-21 Nopember 2006, membahas 13 (tiga belas) usulan rekomendasi Rakitan
Teknologi TA 2006, antara lain Rakitan Teknologi Perbenihan Kedelai, Rakitan
Teknologi Perbenihan Kentang, Rakitan Teknologi Perbenihan Sapi Potong,
Pengembangan Sistem dan Teknik Produksi Benih Sumber Padi Berbasis
Sistem Manajemen Mutu, Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL): Suatu
Usaha Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Padi Sawah, Penerapan Agribisnis
Berbasis Pisang spesifik Lokasi Pisang Mas dan Agung, Teknologi Usahatani
Ubijalar, Paket Teknologi Pengelolaan Tembakau Madura Rendah Nikotin,
Teknologi Pengendalian Nematoda Pratylenchus coffeae untuk Penyempurnaan
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) Kopi, Teknologi Pengolahan Produk Primer
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
70
Kopi, Model Sistem Usahatani Integrasi Berbasis Padi- Ternak Sapi di Lahan
Sawah Irigasi, Model Multistrata Lahan Kering Dataran Rendah, Sistem
Penyebaran Informasi Teknologi dan Jaringan Umpan Balik. Hasilnya
ketigabelas usulan rekomendasi rakitan teknologi pertanian tersebut disetujui
oleh Komisi Teknologi dengan beberapa catatan perbaikan makalah. Disamping
itu, disampaikan juga Sosialisasi Program Pengkajian BPTP Jawa Timur TA
2007.
3.5.1.5. Pelatihan dan Ketrampilan Tenaga Kerja (Belum masuk)
3.5.1.6. Pengembangan Perpustakaan BPTP Jawa Timur dengan CD/ISIS (Belum masuk)
3.5.1.7. Unit Komersialisasi Teknologi (UKT) (Belum masuk)
3.5.1.8. Pembinaan Kegiatan Ilmiah (Belum masuk)
3.5.1.9. Lokakarya Perencanaan Materi Penyuluhan,Pembuatan dan Sosialisasi SOP
Kecepatan terjadinya transfer/alih teknologi dan difusi teknologi tidak saja
dipengaruhi oleh tingkat kesesuaiaan bentuk/jenis media yang diproduksi.
Sistem distribusi atau penyaluran media diseminasi mempunyai pengaruh yang
nyata, apabila kurang tepat menempatkannya. Dalam penyaluram media
diseminasi perlu strategi untuk mencari suatu wadah yang dapat digunakan
sebagai agent marketing services media diseminasi. Untuk setiap jenis media
diseminasi akan mempunyai agent marketing services yang berbeda dan
disesuaikan dengan tingklat sasaran yang hendak dicapai, dan salah satunya
adalah mengadakan acara workshop kepenyuluhan pertanian ini. Workshop
diadakan selama 2 hari dimulai Kamis 2 November 2006 sampai dengan Jum‟at
3 November 2006. Workshop penyuluhan dihadiri oleh 120 orang peserta yang
terdiri atas wakil penyuluh (2 orang) dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur
yaitu 76 orang, peneliti dan penyuluh BPTP Jatim, Kepala Dinas Pertanian
Propinsi Jawa Timur, dan Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. Materi bahan penyuluhan yang dibahas dalam pertemuan
tersebut berjumlah 95 teknologi. Semua bahan materi penyuluhan yang
dipersiapkan oleh BPTP Jatim dalam bentuk brosur. Materi disampaikan kepada
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
71
peserta dalam bentuk hard copy dan soft copy (CD materi). Sebagian besar
materi penyuluhan masih harus dipertajam dengan peragaan, praktek, dan
kunjungan lapang. Penyiapan teknologi dalam peningkatan produksi yang
menyangkut teknik budidaya masih sangat dominan dibandingkan dengan
teknologi yang lain. Pengetahuan asli petani (indegenius knowledge) masih perlu
terus dieksplor, dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai acuan (starting point)
rakitan teknologi spesifik. Workshop materi penyuluhan dan penyebaran hasil
litkaji BPTP Jatim dilaksanakan selama 2 (dua) hari 2-3 November 2006 di BPTP
Jatim Jawa Timur dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Diperoleh 4 (empat)
pokok rumusan dari materi yang dibahas selama workshop yang bekaitan
dengan topik, bentuk, metode percepatan adopsi dan subtansi isi materi
penyuluhan yang dibahas.
3.5.1.10. Pertemuan Koordinasi Regional
Dalam implementasi penciptaan inovasi pertanian spesifik lokasi, selain
dilakukan dengan mengembangkan jaringan penelitian dan pengkajian (Litkaji)
antara BPTP dan Puslitbang/Puslit/Balai Besar/Balit yang lebih intensif, juga
perlu dilakukan penajaman pada metoda pengkajian dan diseminasi. Kerja sama
penelitian/pengkajian dengan pihak ketiga juga menjadi sangat penting dalam
pengkayaan khasanah IPTEK dan pendayagunaan hasil teknologi yang telah
dihasilkan. Untuk itu kegiatan lokkarya menjadi suatu hal penting untuk dilakukan
sebagai langkah strategis penyusunan Pedoman Umum Pengkajian dan
Diseminasi yang terkoordinasi Lokakarya Regional BPTP wilayah tiga meliputi
Jawa, Bali, Nusa Tenggara yaitu BPTP Jatim, BPTP Jateng, BPTP Jabar, BPTP
Banten, BPTP DIY, BPTP NTB, BPTP NTT, BPTP Bali. Lokakarya dilaksanakan
selama 3 hari (2-4 Agustus 2006) di Hotel Kusuma Agrowisata Jl Abdul Gani
Atas, Batu. Setiap BPTP di wakili oleh 3 (tiga) orang terdiri atas; Kepala BPTP,
Kordinator Program, dan Kepala Sub. Bag. Tata Usaha. Lokakarya Regional
BPTP wilayah tiga meliputi Jawa, Bali, Nusa Tenggara yaitu BPTP Jatim, BPTP
Jateng, BPTP Jabar, BPTP Banten, BPTP DIY, BPTP NTB, BPTP NTT, BPTP
Bali. Lokakarya dilaksanakan selama 3 hari (2-4 Agustus 2006) di Hotel
Kusuma Agrowisata Jl Abdul Gani Atas, Batu. Setiap BPTP di wakili oleh 3 (tiga)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
72
orang terdiri atas; Kepala BPTP, Kordinator Program, dan Kepala Sub. Bag. Tata
Usaha. Agenda pertemuan koordinasi mencakup hal-hal sebagai berikut: 1.
Pembinaan Sumberdaya Manusia, 2. Pedoman Umum Pengkajian dan
Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian, 3. Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama
Pengkajian Badan Litbang Pertanian, 4. Pendayagunaan Hasil Pengkajian
Teknologi Pertanian, 5. Manajemen Sumberdaya Manusia dan Ketatausahaan.
Lokakarya regrional BPTP wilayah tiga yang di laksanakan selama 3 (tiga) hari di
BPTP Jatim Jawa Timur dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Diperoleh 5
(lima) pokok rumusan dari topik : 1) Pedoman Umum Pengkajian dan Diseminasi
Inovasi Teknologi Pertanian, 2) Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama Pengkajian
Badan Litbang Pertanian, 3) Organisasi dan Kelembagaan Internal, 4)
Manajemen Padu-Padan (Kinerja Peneliti-Penyuluh-Kelompok Tani), dan 5)
Sosialisasi Penilaian Fungsional Penyuluh.
3.6. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA INFORMASI IPTEK, DISEMINASI DAN JARINGAN UMPAN BALIK
3.6.1. Percepatan Proses Transfer, Adopsi dan Difusi Teknologi Hasil Litkaji di BPTP Jawa Timur
3.6.1.1. Temu Informasi Teknologi Pertanian dan Penjaringan Umpan Balik
Hasil-hasil penelitian dan pengkajian yang dilakukan BPTP Jawa Timur
belum seluruhnya dimanfaatkan oleh pengguna, yaitu penyuluh pertanian, petani
dan pihak-pihak lain yang terkait dengan bidang pertanian. Melalui forum
pertemuan yang berupa Informasi Teknologi Pertanian dan Penjaringan Umpan
balik ini diharapkan dapat menjadi tempat mensosialisasikan rencana pengkajian
2006 dan 2007 dan hasil litkaji BPTP unggulan, juga mendapatkan umpan balik
dari stake holder. Temu Informasi Teknologi Pertanian dan Penjaringan Umpan
Balik dilakukan 3 kali, yaitu dimulai akhir Agustus 2006 di Kabupaten Lumajang,
bulan September 2006 di Kabupaten Sampang dan Kabupaten Blitar.
Berdasarkan hasil pelaksanaan Temu Informasi Teknologi di Kabupaten
Sampang, Blitar dan Lumajang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
73
1. Temu Informasi Teknologi telah dapat dilaksanakan di Kabupaten Sampang,
Blitar dan Lumajang dengan baik yang dihadiri oleh 10 kabupaten di Jawa
Timur.
2. Umpan balik yang diperoleh dari hasil pertemuan meliputi permasalahan
yang dihadapi daerah berkaitan dengan komoditas kedelai untuk Sampang,
komoditas jagung komposit untuk kabupaten Blitar sera komoditas kopi dan
pisang untuk kabupaten Lumajang.
Pengguna cukup antusias, memberikan umpan baliknya terhadap hasil-hasil
litkaji BPTP Jawa Timur karena terkait dengan kebutuhan mereka akan teknologi
untuk dapat membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Selain memfokuskan pada upaya penjaringan umpan balik terhadap
hasil-hasil litkaji dan permasalahan yang dihadapi daerah serta kebutuhan
teknologinya, juga disajikan tentang program litkaji BPTP Jawa Timur tahun
2007 guna penyempurnaan perencanaan program litkaji yang akan datang.
3.6.1.2. Pertemuan APTEK
Penelitian dan pengembangan teknologi pertanian pada prinsipnya
diarahkan untuk menghasilkan teknologi pertanian dalam upaya memecahkan
masalah-masalah petani dan pengguna lainnya. Sampai saat ini hasil-hasil
penelitian/pengkajian berbagai komoditas pertanian telah banyak tersedia baik
dibidang tanaman pangan, hortikultura. Perkebunan, perikanan maupun
peternakan (Syam, 1989), Tetapi belum seluruh hasil penelitian dan pengkajian
tersebut ditransfer dan diadopsi oleh petani pengguna teknologi, karena masih
diproses untuk kemudian direkomendasikan dan bentuk rakitan paket peknologi
pertanian. Pemanfaatan rakitan teknologi pertanian dalam usaha tani terbukti
dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani (Sukatendel, 1989).
Walaupun demikian tidak semua teknologi yang tersedia dapat diterapkan
secara utuh oleh petani, karena lambannya transfer dan adopsi teknologi
(Anonimous, 1996).
Upaya perbaikan hasil yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan petani, dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi pengelolaan
usaha tani secara baik dan benar, mulai dari penggunaan benih dengan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
74
keunggulan genetis dan adaptif dan cara pengelolaannya. Perbaikan hasil
melalui penggunaan benih unggul (VUB dan VUTB) merupakan cara yang bijak
karena disamping murah dan mudah diadopsi, sehingga berdampak nyata dan
penyebarannya cepat dan luas. Pengelolaan tanaman melalui pendekatan PTT
akan memberikan hasil yang signifikan bagi penggunaan VUB dan VUTB ini.
Tujuan Kegiatan Memperkenalkan varietas unggul baru (VUB dan VUTB
tanaman padi, jagung, dan kedelai) melalui demplot, mendapatkan umpan balik
dari petani, penyuluh lapang, dan dinas pertanian pangan terhadap varietas
unggul baru yang dikenalkan dan memperkenalkan pengelolaan tanaman
khususnya tanaman pangan jagung, kedelai, dan padi secara benar dan efisien
melalui pendekatan PTT.
Sedangkan Keluaran yang diharapkan diterimanya varietas unggul baru
(VUB dan VUTB tanaman padi, jagung dan kedelai) oleh pengguna (petani,
penyuluh dan diperta), didapatkannya informasi umpan balik dari petani,
penyuluh lapang ataupun dinas pertanian tanaman pangan terhadap pengenalan
varietas unggul baru tersebut dan dilaksanakannya cara pengelolaan tanaman
secara baik dan efisien.
3.6.1.3. Mimbar Sarasehan
Mimbar sarasehan adalah suatu pertemuan/forum konsultasi antara
petani / Kontak tani dengan pemerintah dan pihak terkait lainnya, dalam rangka
memecahkan/merencanakan suatu kegiatan dan mencapai kesepakatan dalam
penyelenggaraan kegiatan pembangunan di daerah. Mimbar sarasehan
direncanakan dan diselenggarakan oleh petani/kontak tani dart dihadiri oleh
wakil-wakil KTNA dari semua tingkatan, aparat pemerintah dan instansi terkait
lintas sektoral, pemda, perbankan, pihak swasta dart kelembagaan pendukung
pengembangan agribisnis
Mimbar sarasehan tahap I tahun 2006, telah dilaksanakan tanggal 1
Juni 2006 di Surabaya, di hadiri oleh 70 orang peserta yang terdiri dari, unsur
petani/KTNA Propinsi Jawa Timur 45 orang, unsur pemerintah (Dinas Instansi
lingkup pertanian Propinsi Jawa Timur 23 orang, dan unsur lembaga pendukung
pengembangan agribisnis 2 orang. Semua peserta berperan serta aktif dalam
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
75
forum diskusi perumusan kesepakatan masalah dan solusi pemecahan serta
perumusan kesepakatan usulan topik-topik penelitian/pengkajian dan kebijakan
pemerintah tentang upaya pencegahan penularan virus flu burung clan masalah
perbenihan khususnya benih padi, jagung dan kedelai di Jawa Timur.
Tujuan dilaksanakannya mimbar saraseahan adalah; (1)
Membahas/mendiskusikan kebijakan pemerintah dalam mengatasi penyakit flu
burung dan perbenihan (padi, jagimng dan kedelai), (2) Merumuskan bersama
pemecahan masalah flu burung dan perbenihan (padi, jagung dan kedelai), (3)
Mendapatkan umpan balik dari KTNA Jawa Timur terhadap pemecahan masalah
flu burung dan perbenihan (padijagung dan kedelai), (4) Evaluasi kegiatan KTNA
tahun 2006 clan penyusunan rencana kerja KTNA tahun 2007.
Adapun luaran yang diharapkan dapat dicapai dari hasil mimbar
sarasehan antara lain; (1) Teridentifikasinya kebijakan pemerintah dalam
mengatasi flu burung dan perbenihan Padi, jagung dan kedelai), (2)
terumuskannya secara partisipatif pemecahan masalah flu burung dan
perbenihan (padi, jagung dan kedelai) di Jawa Timur, (3) Informasi unpan balik
terhadap pemecahan masalah flu burung dan perbenihan (padi, jagung dan
kedelai) di Jawa Timur, dan (4) tersusunnya rencana. kerja KTNA propinsi Jawa
Timur tahun 2007.
Atas partisipasi dan peran serta aktif peserta dapat dirumuskan hasil
sebagai berikut :
1) Kesepakatan rumusan masalah dan solusi masalah tentang pencegahan
penularan virus flu burung clan masalah perbenihan khususnya padi, jagung
dan kedelai di Jawa Timur.
2) Kesepakatan usulan topik-topik penelitian/pengkajian dan kebijakan
pemerintah tentang pencegahan penularan virus flu burung dan perbenihan
di Jawa Timur.
3) Kelompok tani bersepakat menerima komoditi anggur sebagai komoditi yang
akan dikembangkan di Probolinggo.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
76
4) Dalam mengembangkan komoditi anggur kelompok tani akan dibina oleh
Dinas Pertanian Kota Probolinggo, Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur,
BPTP Jawa Timur dan Dinas/Instansi terkait lainnya.
3.6.1.4. Temu Tugas (Road Show)
Hasil-hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh BPTP Jawa Timur tidak
akan ada artinya apabila tidak didiseminasikan kepada pengguna. Diperlukan
adanya forum untuk menyampaikan hasil-hasil pengkajian dan memperoleh
umpan balik tentang hasil-hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh BPTP
Jawa Timur. Telah dilakukan pertemuan di Kabupaten Gresik, Ponorogo,
Bojonegoro dan kabupaten Jember, dalam upaya menyampaikan hasil-hasil
litkaji yang telah dilakukan oleh BPTP Jawa Timur. Materi pertemuan adalah (1)
Rencana Pengkajian BPTP Jawa Timur Tahun 2006-2007, (2) Program
Pembangunan Pertanian Tahun 2007 dari dinas yang terkait dengan
pembangunan pertanian dari daerah Bakorwil se Jawa Timur. Di masing-
masing lokasi pertemuan tersebut dihadiri oleh dinas yang terkait dengan
pembangunan pertanian di masing-masing kabupaten. Dari hasil pertemuan
diperoleh permasalahan yang dihadadpi masing-masing kabupaten dalam
pembangunan pertanian, dan juga harapan dinas terhadap Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Timur. Di kabupaten Gresik (Bakorwil IV Madura) dan
di kabupaten Jember (Bakorwil III Malang) pertemuan tersebut dihadiri oleh
wakil-wakil dari Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta, yang
mempunyai fakultas ataupun jurusan di bidang pertanian. Dari pertemuan
tersebut disepakati, bahwa hasil pengkajian BPTP Jawa Timur dapat
diterapkan di kabupaten/kota tetapi disesuaikan dengan spesifik lokasi. Untuk
lebih memantapkan dalam penerapan pengkajian akan dilakukan pertemuan
lanjutan di masing-masing kabupaten/kota yang berada di masing-masing
Bakorwil, dengan tempat yang akan disepakati kemudian. Pertemuan ini dirasa
sangat penting, karena pada saat Road Show dilaksanakan, kesempatan untuk
mengadakan dialog secara lengkap sangat terbatas, oleh karena itu ddisepakati
untuk mengadakan pertemuan lanjutan.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
77
3.6.1.5. Sosialisasi Teknologi Unggulan Melalui Visitor Plot
Visitor plot merupakan suatu bentuk percontohan yang ditampilkan
secara permanen atau semi permanen di lokasi kebun percobaan atau lahan
petani yang melakukan pengkajian atau disekitar institusi penelitian.
Penampilannya berupa penerapan teknologi yang spesifik lokasi untuk
pengembangan komoditas tertentu yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi.
Tujuan kegiatan visitor plot adalah untuk membuat percontohan dan
sosialisasi penerapan teknologi inovatif (budidaya sayuran organik, budidaya
mangga dan anggur serta budidaya tanaman hias) di lahan terbatas.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan di BPTP Jatim di Malang, Laboratorium
Diseminasi di Surabaya dan di Kebun Percobaan Mojosari. Visitor plot di
Malang, kegiatannya yaitu penerapan teknologi budidaya beberapa varietas
tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomis, sedangkan di Surabaya yaitu
mengembangkan teknologi model pertanian perkotaan (budidaya beberapa
tanaman sayuran di dalam screen house), dan di Mojokerto kegiatan yang
dilakukan adalah perawatan tanaman mangga dan anggur, dimana kedua
tanaman ini penanamannya telah dilakukan pada tahun 2005.
Visitor plot sebagai salah satu kegiatan diseminasi ternyata mendapatkan
respon yang cukup baik dari masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan jumlah
kunjungan di masing-masing tempat yaitu Malang 85 orang, Surabaya 69 orang
dan Mojosari 80 orang. Para pengunjung disamping melihat percontohan di
lapangan juga mengadakan konsultasi terhadap komoditi yang ada di petak
percontohan terutama yang terkait dengan teknologi budidaya, ketersediaan
benih/bibit, peluang pasar dan sebagainya.
Selama pelaksanaannya kegiatan tersebut telah disosialisasikan dan
diinformasikan melalui stasiun RPW (Radio Pertanian Wonocolo) Surabaya dan
jasa dekorasi panggung serta pameran.
3.6.1.6. Visitor Display (Belum Masuk)
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
78
3.6.1.7. Temu Bisnis
Temu Bisnis merupakan kegiatan yang dapat mempertemukan petani
dengan pelaku agribisnis lainnya. Pelaku agribisnis adalah mitra petani di bidang
pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan, baik itu
pengusaha penghasil saprodi, pemodal maupun pedagang lainnya (Anonimous,
1994). Dengan demikian diharapkan akan terjadi suatu transaksi antara petani
dengan pelaku agribisnis. Adanya transaksi tersebut pemasaran produk petani
akan lebih mudah dan petani tidak akan kesulitan dalam menemukan pasar bagi
produksinya.
Kegiatan Temu Bisnis mempertemukan dan melibatkan petani,
pengusaha, pelaku agribisnis, peneliti/penyuluh, Pemda dan instansi terkait
lainnya untuk : Mendiskusikan harga produk pertanian yang layak bagi produsen
dan konsumuen; Mendiskusikan jenis dan mutu produk pertanian yang
diperdagangkan, promosi/pameran produk yang ditawarkan.
Pada tahun anggaran 2006 Temu Bisnis dilaksanakan di 2 (dua)
kabupaten, yaitu Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo, dengan
materi pokok di bidang hortikultura.
Pelaksanaan Temu Bisnis di Kabupaten Lumajang pada tanggal 11
September 2006, selama 1 hari, tepatnya di Balai Desa Pasrujambe, Kecamatan
Pasrujambe, Kabupaten Lumajang. Sedangkan Temu Bisnis di Kabupaten
Probolinggo dilaksanakan pada tanggal 11 Nopember 2006 selama 1 hari yang
bertempat di Islamic Center Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo.
Komponen peserta Temu Bisnis 2006 dihadiri dari beberapa unsur peserta
sebanyak 100 orang, seperti dari produsen komoditas pertanian, Calon mitra yang
bergerak dalam pemasaran komoditas pertanian, Dinas-dinas lingkup pertanian,
Badan litbang pertanian, Bank.
Dengan berkumpulnya para pelaku agribisnis dan aparat terkait, diharapkan
akan terjadi suatu transaksi antara petani dengan pelaku agribisnis. Adanya
transaksi tersebut pemasaran produk dari petani akan lebih mudah dan petani tidak
akan kesulitan dalam menemukan pasar bagi produknya.
Diawali dengan sambutan dari Kepala Dinas Pertanian, maka pelaksanaan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
79
Temu Bisnis merupakan pertemuan yang dapat memotivasi para petani untuk
berusaha meningkatkan produknya semaksimal mungkin, sehingga mencapai apa
yang diinginkan. Selain itu Temu Bisnis sangat menguntungkan antara lain :
- Sebagai wahana memperkenalkan antara produksi unggulan di daerah.
- Sebagai ajang promosi hasil-hasil pertemuan kepada mitra dagang.
- Sebagai arena penjualan langsung hasil-hasil komoditas pertanian beserta
olahannya dari petani, kelompok tani dan UKM kepada konsumen.
- Membuka cakrawala bagi pelaku usaha pertanian baik petani maupun kelompok
tani untuk memproduksi sesuai permintaan pasar.
- Mengidentifikasikan aneka jenis produk unggulan yang mempunyai nilai datang
tinggi.
Sebagai penunjang kegiatan, ditayangkan juga foto/gambar, pameran dan
alat peraga lainnya. Dari hasil Temu Bisnis dapat disimpulkan bahwa, antara petani
sebagai produsen dan pengusaha sebagai penyalur hasil-hasil pertanian dapat
disepakati mutu yang dikehendaki pasar saat ini dan harga yang layak bagi kedua
belah pihak, meskipun dalam kegiatan ini belum terjadi transaksi secara nyata.
3.6.1.8. Pengembangan Klinik Agribisnis
Untuk mewujudkan visi Departemen Pertanian yakni “Terwujudnya
pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai
tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan
petani” dan guna mendukung kebijakan Presiden Republik Indonesia yang telah
menetapkan langkah-langkah antara lain : (1) Peningkatan kesejahteraan petani,
nelayan dan petani hutan, (2) Peningkatan daya saing produk pertanian,
perikanan dan kehutanan, dan (3) menjaga kelestarian Sumber Daya Pertanian,
perikanan, dan kehutanan dalam revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan
kehutanan (RPPK) (Anonimus, 2005), BPTP Jatim telah menyusun rencana dan
strategi diseminasi yang ditujukan untuk meningkatkan pemanfaatan dan
penerapan inovasi teknologi yang dihasilkan. Salah satu upaya yang
dilaksanakan adalah menyediakan fasilitas tempat konsultasi yang disebut
dengan klinik agribisnis.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
80
Menurut Murdikanto dan Sutarni (1989), agar suatu pesan dapat sampai
ke sasaran diperlukan komunikasi yang baik antara pemberi pesan dan
penerima pesan, untuk itu diperlukan suatu metode komunikasi yang efektif bagi
kedua belah pihak. Hal ini juga ditegaskan oleh Sukatendel (989) bahwa
kegiatan komunikasi dua arah cukup efektif untuk menyampaikan pesan,
khususnya untuk mengambil solusi masalah-masalah agribisnis.
Pembangunan bidang pertanian sangat memerlukan informasi hasil-hasil
penelitian dan pengkajian teknologi pertanian, namun demikian hasil Litkaji tidak
selalu tersedia sesuai dengan keperluan (Anonimus, 2001). Dikatakan bahwa
salah satu penyebarannya adalah hasil penelitian masih dalam bentuk
komponen teknologi yang masih harus disesuaikan dengan agroekosistem
setempat dan belum dalam bentuk paket teknologi spesifik lokasi, dan umpan
balik tentang pemanfaatan hasil penelitian sebelumnya sering tidak sampai
kepada para peneliti sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan paket
teknologi yang dimaksud.
Informasi pertanian yang didesiminasikan tidak hanya yang dihasilkan
oleh lingkup Badan Litbang Pertanian, tetapi juga dari sumber-sumber teknologi
lainnya yang sudah siap untuk didiseminasikan dan dibutuhkan
petani/stakeholder di wilayah kerja BPTP Jawa Timur. Kegiatan diseminasi
dapat dibedakan menjadi : (1) Peragaan teknologi, (2) komunikasi tatap muka,
dan (3) pengembangan informasi (Anonimus, 2003).
Klinik Agribisnis adalah suatu metode diseminasi/alih teknologi pertanian
hasil Litkaji yang merupakan wadah untuk menampung dan memecahkan
masalah yang dihadapi petani/pelaku agribisnis lainnya dalam mengelola usaha
agribisnisnya. Metode ini bertujuan untuk memfasilitasi solusi masalah agribisnis
petani secara bertahap dan cepat, klinik agribisnis juga merupakan wadah
penyaluran inovasi yang dapat menterjemahkan nilai-nilai ilmiah penelitian
kedalam teknologi sederhana yang dapat diserap bahkan dikembangkan petani.
Diharapkan dengan keberadaan klinik agribisnis sebagai salah satu metode
diseminasi, dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para petani/pelaku agribisnis,
sehingga permasalahan-permasalahan di lapang khususnya tentang penerapan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
81
teknologi rekomendasi dapat diminimalisir dan peningkatan pendapatan para
petani/pelaku agribisnis dapat dimaksimalkan.
3.6.1.9. Sosialisasi Informasi Teknologi Hasil Litkaji Melalui Media Elektronik : Jaringan Internet, TV/VCD, Operasional Radio Komunikasi Informasi Pertanian (RKIP)
Informasi yang tersedia pada umumnya berasal dari suatu perakitan
teknologi yang dilakukan melalui pengujian. Walaupun perakitan teknologi telah
tersedia, tetapi belum semua hasil perakitan dapat dinikmati oleh para pengguna
karena terbatasnya media yang ada. Kesempatan pengguna menikmati hasil-
hasil perakitan tersebut masih sangat terbatas. Adanya kegiatan sosialisasi
Informasi Teknologi Hasil Litkaji melalui media elektronik diharapkan para
pengguna dapat mengadopsi hasil rakitan teknologi.
Kegiatan ini bertujuan untuk mempublikasikan dan menginformasikan
teknologi rekomendasi hasil litkaji guna mendukung proses peningkatan
teknologi serta kelancaran pemasaran hasil dari para petani dan keluarganya.
Dengan adanya materi penyuluhan pertanian yang mantap serta tepat guna
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.
Hasil penelitian atau pengkajian pada dasarnya adalah materi informasi
teknologi yang dapat digunakan sebagai materi penyuluhan. Selama ini kegiatan
telah dilakukan melalui media elektronik yang bersifat massal.
Efek dari media massa dapat melibatkan aspek kognitif (pengetahuan dan
kesadaran), apektif (sikap) dan konatif (perilaku untuk melakukan sesuatu).
Masing-masing efek tersebut dapat berdiri sendiri, saling tergantung atau
berurutan, tergantung dari latar belakang dan motivasi sasaran penyuluhan
(pengguna).
Dalam pembuatan materi penyuluhan, maka kegiatan awal yang dilakukan
adalah inventarisasi komponen teknologi hasil (penelitian), maka dilakukan
pengujian di lahan petani melalui kegiatan sistem usaha pertanian. Selanjutnya
paket teknologi yang telah diterapkan di lapangan tersebut, dievaluasi dan
disempurnakan sehingga menjadi materi penyuluhan.
Kegiatan sosialisasi melalui media elektronik menghasilkan produk berupa
(1) siaran radio dan jaringan internet setiap hari, (2) siaran lokal Radio
Pertranian Wonocolo 5 kali di kabupaten Banyuwangi, Trenggalek, Ponorogo,
Lumajang dan Probolinggo, (3) Pembuatan VCD dengan judul teknologi
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
82
pembuatan pupuk organic dan biji-biji yang menjanjikan masing-masing judul
diproduksi 90 keping dan disebarkan ke Dinas lingkup pertanian yang menjadi
home base penyuluh pertanian (4) Siaran TV melalui stasiun TVRI Surabaya
dengan topik Prima Tani, (5) Pembuatan CD dengan AEZ Kabupaten Blitar.
Secara phisik kegiatan telah selesai 100% dan produksinya telah diterima
dan digunakan dengan baik oleh pengguna.
3.6.1.10. Sosialisasi Informasi Teknologi Hasil Litkaji Melalui Media Cetak (Brosur, Leaflet, Poster, Prosiding, Laptah, Buletin, Monograf, dan Media Masa Lainnya)
Adopsi sebuah inovasi baru akan berjalan secara baik atau tidak, dengan
kuantitas pemakai yang besar atau tidak sangat tergantung dari peran media
massa di dalam menyebarkan pesan-pesannya. Sehingga media cetak seperti
brosur atau poster dapat dimanfaatkan sebagai sarana kegiatan penyebar-
luasan IPTEK pertanian atau sarana sosialisasi hasil litkaji. Pada TA. 2006 telah
menyelesaikan 1 buah buku Dasa Warsa BPTP, 4 (empat) judul brosur, yaitu: 1.
Deskripsi Varietas Unggul Padi; 2. Tanam Padi Cara Jajar Legowo 2:1 di Lahan
Sawah; 3. Pengelolaan Terpadu Padi Lahan Sawah; 4. Profil Laboratorium
Agribisnis Lahan Kering Dataran Tinggi kabupaten Lumajang dan 4 (empat) judul
poster, yaitu : 1. Hama Lalat Buah Mangga; 2. Aliran Panen dan Produksi
Mangga Indonesia 2003; 3. Pengelolaan Terpadu Tanaman mangga; 4.
Penanganan Buah Mangga Podang Urang. Sebelum pembuatan brosur maupun
poster dilakukan koordinasi dengan peneliti, komisi teknologi dan pencarian
materi di beberapa kabupaten .
Untuk menyempurnakan hasil media cetak di waktu mendatang, telah
dilakukan evaluasi (post test) dengan menggunakan kuesioner pada brosur dan
poster di 4 (empat) kabupaten, yaitu kabupaten Bondowoso, Kabupaten
Tulungagung, Kabupaten Tuban dan kabupaten Sumenep dengan jumlah
responden tiap judul brosur atau poster antara 50-75 orang. Data primer yang
diperoleh diolah dengan tabulasi sederhana dan selanjutnya dipersentase. Dari
hasil tabulasi dapat disimpulkan bahwa media cetak yang perlu perbaikan adalah
poster, sedangkan volume brosur dan poster masih kurang.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
83
Dampak secara langsung di lapang dari kegiatan Sosialisasi Informasi
Teknologi Hasil Litkaji Melalui Media Cetak pada dasarnya sulit diukur, akan
tetapi dari hasil post test lebih dari 50% penyuluh menyatakan bahwa materi
informasi dalam brosur bisa digunakan sebagai acuan untuk penyuluhan.
3.6.1.11. Penyusunan Rakitan Hasil Pengkajian Sebagai Materi Penyuluhan dan Sosialisasi Hasil Litkaji di BPTP Jawa Timur
Kegiatan Penyusunan Rakitan Hasil Pengkajian sebagai materi
penyuluhan dan Sosialisasi hasil Litkaji merupakan bagian dari kegiatan
penyuluhan yaitu penyiapan paket teknologi hasil litkaji untuk bahan/materi
penyuluhan.
Materi dasar penyuluhan merupakan dasar informasi teknologi dan
inovasi yang dengan mudah dapat dimengerti oleh orang awam maupun
kalangan akademisi. Selanjutnya materi dasar penyuluhan ini digunakan sebagai
bahan materi penyuluhan.
Tujuan kegiatan ini yaitu :
- Menginventarisasi hasil litkaji, mendokumentasikan dalam data base dan
mensosialisasikan hasil litkaji BPTP Jawa Timur dalam bentuk materi dasar
penyuluhan.
- Melengkapi klinik agribisnis sebagai alat bantu konsultasi.
- Mendukung informasi teknologi Website.
Bahan untuk penyusunan materi dasar penyuluhan adalah hasil
penelitian dan pengkajian BPTP Jawa Timur yang telah direkomendasi mulai
tahun 2001-2005 dan beberapa rakitek tahun 2000 sebanyak 51 rekitek.
Setelah disusun menjadi materi dasar penyuluhan dan dilakukan
penggabungan untuk komoditas yang sama, sehingga menjadi 46 judul yang
terdiri dari :
1. Komoditas Perkebunan : 7 judul
2. Komoditas Peternakan : 9 judul
3. Komoditas Hortikultura : 18 judul
4. Komoditas Pangan : 12 judul
5. Umum : 2 judul
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
84
3.6.1.12. Ekpose, Sosialisasi, dan Promosi Teknologi Hasil Litkaji
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian sebagai suatu institusi industri ilmu
pe-ngetahuan dan informasi (knowledge and information industry) pertanian
spasifik lokasi. Komunikasi, informasi dan diseminasi merupakan landasan
penting agar rakitan teknologi (produk utama BPTP) tersosialisasikan dengan
baik dan sampai ke petani dan pengguna lainnya, selanjutnya diterapkan (Tim
Asistensi, 2003 dan Zaini, 2005)
Untuk itu perlu strategi menginformasikan, mensosialisasikan dan
mengkomunikasi kan hasil-hasil litkaji ke petani pengguna melalui berbagai
metode diseminasi yang tepat dan efisien. Expose atau pameran merupakan
metode untuk mempercepat tersosialisasinya rakitan teknologi produk BPTP, ke
petani dan pengguna lainnya. Melalui kegiatan ini dapat menggapai sasaran
(client/audience) dalam jumlah besar tanpa membedakan segmen masyarakat
tertentu yaitu dari petani, praktisi, akademisi sampai pejabat/aparat penentu
kebijakan. Target pesan yang disampaikan kepada sasaran, hanya sebatas
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, karena pesan yang disampaikan
lebih bersifat mensosialisasikan dan mempromosi suatu produk yang dihasilkan
BPTP Jawa Timur.
Tahun 2006, agenda kegiatan Ekspose, Sosialisasi dan Promosi
Teknologi Hasil Litkaji telah melaksanakan 9 kali kegiatan ekspose (ditargetkan 8
kali) dan 2 kali seminar di tingkat regional maupun nasional. Kegiatan itu
diantaranya Seminar Interen hasil Litkaji 2005 di Malang dan Seminar Nasional
Agribisnis Mangga di Proboinggo. Kegiatan pameran dan ekspose meliputi:
Engenering Event Expo di Unibraw, Agricultural and Food Expo di Jakarta,
Ekspo Produk Unggulan Agribisnis pada ForKon Nasional P4S di Poncokusumo
Malang, Pekan Agribisnis Produk Unggulan Daerah di Ponorogo dan Tulung
Agung, dan Indonesia Agribussines Expose di Surabaya, Mini Ekspo pada
Regional Meeting BPTP se Indonesia Timur, Ekspo UPT Badan Litbang
Mendukung Prima Tani Lumajang, dan Ekspose Agribisnis Mangga di
Probolinggo.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
85
Ditinjau dari kualifikasi event Nasional dan Regional, telah terlaksana 5
kali (45,5 %) kegiatan event Nasional dan 6 kali (54,5 %) event regional. Bila
dibandingkan tahun 2005, telah dilakukan 7 kali (58 %) tampil event Nasional, 4
kali (38 %) tampil event Regional dan satu kali (8 %) tampil pada event
Internatina Rice Conference. Kenyataan ini menggambarkan BPTP Jawa Timur
melaksanakan kegiatan promosi teknologi lebih berorientasi ke daerah
kabupaten. Keadaan ini dapat diterima karena hasil litkaji BPTP Jawa Timur
adalah spesifik dari dan untuk propinsi Jawa Timur sehingga penyebarannya
harus diutamakan untuk wilayah Jawa Timur.
Jumlah Sasaran audiensi/pengunjung yang diperoleh melalui kegiatan ini
adalah sebanyak 4.475 orang. Jumlah kunjungan atau audiensi yang hadir ini
melebih dari yang ditargetkan 4.000 orang. Jadi terdapat kelebihan target
pengunjung 475 orang atau sekitar 11,88 %. Selanjutnya audiensi tersebut
diharapkan tergugah kesadarannya untuk menerima pembaharuan teknologi
inovatif dan kompetitif spesifik lokasi serta membangun brain image masyarakat
bahwa BPTP sebagai sumber rujukan teknologi inovatif dan kompetitif spesifik
lokasi. Untuk perbaikan pelayanan BPTP Jatim kepada stakeholder, maka
frekuensi pameran dan ekspose hendaknya ditingkatkan menjadi 12 kali dalam
setahun untuk melayani permintaan pameran dan ekspose tingkat Nasional
maupun Regional.
Dampak dari kegiatan Sosialisasi, Ekspose dan Promosi Teknologi
adalah banyaknya permintaan magang dan pelatihan serta tawaran kerjasama
untuk pengembangan hasil litkaji. Selain itu, adanya permintaan bibit dan benih
dari khalayak yang ingin mencoba mengembangakan. Namun permintaan bibit
dan benih ini belum dapat terpenuhi dalam jumlah yang cukup di saat dibutuhkan
pengunjung.
3.6.1.13. Pembinaan dan Revitalisasi Penyuluh di Jawa Timur
Di era otonomisasi seperti sekarang ini dengan segala perubahannya,
aktifitas penyuluhan dan transformasi teknologi belum sesuai dengan harapan,
karena institusi penyuluhan yang selama ini dapat digunakan sebagai saluran
teknologi tidak semuanya berfungsi dan kelembagaan petani di wilayah
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
86
umumnya banyak yang tidak aktif. Keadaan tersebut diperparah lagi dengan
penyusutan jumlah penyuluh pertanian sebesar 40%, umurnya sebagian besar
antara 40-50 tahun, dan latihan keterampilan dan peningkatan pengetahuan
penyuluh sejak lama telah berhenti. Sesuai dengan keadaan tersebut, maka pada
tahun anggaran 2006 di BPTP ada kegiatan yang Pembinaan dan Revitalisasi
Penyuluhan di Jawa Timur. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BPTP sebagai
penghasil teknologi tepat guna spesifik lokasi maka kegiatan ini diarahkan untuk
meningkatkan pemahaman dan mempercepat adopsi teknologi hasil litkaji BPTP
oleh petani dan penyuluh serta meningkatkan kemampuan penyuluh dan petani
melalui pertemuan rutin di daerah. Dengan demikian maka akan terjadi peningkatan
pengetahuan, keterampilan serta transfer dan adopsi teknologi oleh stake holder
dan pengguna.
Kegiatan Pembinaan dan Revitalissi Penyuluhan Pertanian di Jawa Timur,
dilaksanakan di 4 kabupaten yaitu Probolinggo, Lumajang, Ponorogo dan Sumenep.
Tujuan kegiatan ini adalah (1) meningkatkan pemahaman dan mempercepat adopsi
teknologi rekomendasi hasil litkaji BPTP (usahatani anggur, kambing PE dan wijen)
oleh petani dan penyuluh, (2) meningkatkan kemampuan SDM melalui pertemuan
rutin antara peneliti, penyuluh dan petani. Hasil pelaksanaan kegiatan di daerah
yaitu dengan dilakukan pembinaan petani dan penyuluh secara berkesinambungan
melalui pertemuan kelompok. Materi pertemuan meliputi aspek teknis (teknologi
budidaya anggur, teknologi beternak kambing PE, teknologi budidaya tumpangsari
wijen-jagung, teknologi pembuatan pupuk bokashi) dan aspek sosial (administrasi
dan pembukuan yang harus dipunyai kelompok tani). Di samping penjelasan secara
teoritis yang disampaikan melalui pertemuan kelompok, juga dilakukan praktek
pembuktian lapang (pembuatan demplot) yang dilaksanakan di lahan petani yaitu
budidaya anggur di kabupaten Probolinggo, beternak kambing PE di kabupaten
Lumajang dan tumpangsari wijen dan jagung di kabupaten Sumenep. Semua
kegiatan pembinaan dalam rangka revitalisasi penyuluhan ini telah dilakukan
dengan baik dan diharapkan di tahun mendatang kegiatan pembinaan masih ada,
karena dianggap petani dan penyuluh sangat penting terutama dalam rangka
proses transfer dan adopsi teknologi.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
87
3.7. PENGKAJIAN DAN DISEMINASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
3.7.1. Inventarisasi dan Optimasi Sumberdaya Pertanian
3.7.1.1. Pemanfaatan Model Simulasi untuk Strategi Budidaya dan Pola Tanam Tanaman Pangan pada Berbagai Kejadian Iklim
Keberhasilan perencanaan pembangunan pertanian dan program
penghijauan suatu daerah kering tergantung pada pemanfaatan air yang berasal
dari curah hujan dalam selang waktu yang tepat sehingga kebutuhan air oleh
tanaman pada saat memerlukan air yang cukup tidak kekurangan, sehingga
pertumbuhan tanaman akan berkembang dengan baik dan akhirnya akan
memberikan produksi cukup baik. Metode untuk memanfaatkan air yang berasal
dari curah hujan cukup banyak, sehingga pemanfaatannya dapat direncanakan
dengan efektif, salah satunya adalah melalui pendekatan keseimbangan air,
yaitu air yang masuk ke dalam tanah (curah hujan untuk daerah kering) dan air
yang hilang melalui evaporasi dan transpirasi secara tidak langsung (Manik,
1990). Pendekatan dengan cara tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
simulasi pada Software WARM (Water and Agroclimat Resources Management)
yang telah dikembangkan oleh Balai Penelitian Klimatologi dan Hidrologi
(Balitklimat) Bogor yang berfungsi untuk menentukan waktu tanam terbaik
(produksi/evaluasi) pada suatu lahan tertentu.
Kegiatan Litkaji ini bertujuan untuk menyusun karakteristik iklim
(database agroklimat) sebagai dasar penentuan saat tanam yang tepat di
kabupaten Pacitan, membagi kelompok curah hujan Kabupaten Pacitan, dan
menentukan waktu tanam optimal di masing-masing kelompok curah hujan pada
berbagai kejadian iklim.
Hasil Litkaji menunjukan bahwa kondisi iklim (suhu udara, curah hujan,
radiasi matahari, dan evapotranspirasi) di Kabupaten Pacitan berbeda pada
setiap periode, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam penentuan waktu
tanam optimal tanaman pangan. Kabupaten Pacitan terbagi menjadi 3 (tiga)
kelompok curah hujan, dimana masing-masing kelompok curah hujan mewakili
beberapa kecamatan di Kabupaten Pacitan. Kelompok curah hujan I (Kebon
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
88
Agung) memiliki jumlah curah hujan terbesar pada bulan Desember sedangkan
untuk kelompok curah hujan II (Punung) jumlah curah hujan terbesar terjadi pada
bulan Pebruari. Pada kelompok curah hujan III (Pacitan, Arjosari, Kerti,
Pringkuku, Donorojo, Ngadirojo, Tulakan, Sudimoro, Tegalombo, Tahunan,
Nawangan), puncak hujannya terjadi pada bulan Januari dengan nilai 347 mm.
Bila terjadi kondisi iklim ekstrim (El-Nina dan La-Nina) perlu ada penyesuaian
waktu dan pola tanam.
3.7.1.2. Pemetaan Status Produktivitas Padi Sawah pada Berbagai Agroekosistem (Belum masuk)
3.7.1.3. Karakterisasi Sosial Budaya Masysrakat dalam Difusi/Alih Teknologi Pertanian
Proses adopsi menyangkut proses pengambilan keputusan, dimana
faktor Ekonomi, Sosial, Budaya, Personal dan Situasional (lingkungan) sangat
berpengaruh.
4 aspek yang harus diperhatikan dalam pembangunan pertanian:1).
Pemanfaatan sumber daya alam tanpa merusak lingkungan 2). Pemanfaatan
teknologi yang selalu berubah 3). Pemanfaatan kelembagaan yang saling
menguntungkan 4).Pemanfaatan sosial budaya.
Masyarakat petani di Jawa Timur secara realitas merupakan komunitas di
pedesaan dengan berbagai etnis (madura, jawa, osing, mataraman dan
pendalungan) yang telah mengalami perubahan: ada petani maju dan ada
petani yang masih tradisional. Perubahan dapat dilihat pada perubahan cara
berproduksi berupa penggunaan teknologi di bidang usahatani. Tujuan
pengkajian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sosial budaya masyarakat
petani pada agroekologi lahan sawah intensif dan lahan kering dataran rendah
dalam mempercepat proses adopsi dan alih teknologi. Propinsi Jawa Timur
memiliki keanekaragaman budaya dari berbagai Etnis (Jawa, Madura, Osing,
dan Mataraman). Hasil pengkajian tahun 2005 menunjukkan bahwa karakteristik
etnis jawa (Pendidikan, Komunikasi, Empati, Orientasi ke masa depan, dan
sikap) lebih tinggi dibandingkan etnis lain sehingga tingkat adopsinya juga tinggi,
diikuti etnis mataraman, osing dan yang terendah etnis Madura. karakter yang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
89
dominan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat adopsi adalah faktor
komunikasi (pendidikan non formal) disamping faktor pendidikan formal, dimana
faktor ini akan mempengaruhi sistem nilai budaya (sikap/mental, daya empati
dan orientasi). Keanekaragaman Agroekologi Zone yang dimiliki Jatim
merupakan potensi pembangunan pertanian di Jatim. Jawa Timur tahun 1993
memiliki jumlah rumah tangga pertanian sebanyak 4.246.000. Sedangkan jumlah
kelompok tani sampai tahun 2002 adalah 33.015 kelompok. Kalau asumsi
jumlah anggota setiap kelompok yang ideal antara 30 - 50 orang, maka petani
yang mendapat pembinaan (penerapan teknologi pertanian) baru berjumlah
antara 990.450–1.650.750 rumah tangga petani atau antara 23,3% - 38,9%.
Luas Lahan Sawah di Jatim Mencapai 1.151.820 HA dan Luas Lahan Kering
3.381.170 ha (Pekarangan, Tegal, Ladang dan Hutan) dengan Penghasil Utama
Tanaman Pangan dan pada umumnya Produktivitas masih rendah. Metode
yang digunakan dalam pengkajian ini adalah survey dengan teknik
menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam dengan responden dan
informan kunci. Ukuran sampel dengan menggunakan rumus, Sampel sebanyak
80 responden diambil dari 16 kecamatan dan 2 kabupaten.
Lokasi pengkjian adalah kabupaten Pacitan yang mempunyai
agroekosistem LKDR dan kabupaten Jombang yang memiliki agroekosistem LSI.
Data diolah dengan cara diskriptif dan uji Korelasi Produck momend. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa Karakteristik sosial budaya petani pada
agroekologi lahan sawah intensif tingkat adopsinya lebih tinggi dibandingkan
agroekologi LKDR. Karakteristik sosial budaya yang sangat berpengaruh
terhadap tingkat adopsi adalah tingkat komunikasi dan pendidikan non formal
disamping tingkat pendidikan dan Sikap petani. Tingkat komunikasi yang paling
dominan pengaruhnya adalah keterlibatan petani dalam Organisasi
(kelembagaan, terpaan mass media dan komunikasi interpersonal baik dengan
penyuluh maupun non penyuluh disamping derajat kosmopolitannya. Vasilitas
usahatani dan vasilitas komunikasi juga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
tingkat komunikasi.
di pasaran.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
90
3.7.1.4. Analisis Agroecological Zone (AEZ) Kawasan Selatan Jawa Timur
Propinsi Jawa Timur telah mencanangkan pembangunan Kawasan
Selatan Jawa Timur untuk memacu pembangunan hingga terdapat kesetaraan
antara kawasan utara dan selatan. Untuk alasan tersebut, pemerintah propinsi
Jawa Timur membangun jalan lintas selatan memanjang dari arah timur ke
barat, yang akan menjadi urat nadi perekonomian. Pacitan adalah salah satu
Kabupaten di kawasan selatan yang paling miskin dan terisolir. Selama ini
belum banyak pengkajian dilakukan di Pacitan. Berdasarkan pertimbangan
tersebut maka BPTP Jawa Timur melakukan kegiatan analisis zona
agroekologi secara detail kawasan selatan kabupaten pacitan dengan tujuan
menggali informasi karakter dan potensi kawasan sehingga dapat ditelusuri
alternatif komoditas yang sesuai untuk dikembangkan di kawasan tersebut.
Metode pelaksanaan adalah survey lapangan. Prosedur pelaksanaannya
adalah dengan menyusun basis data sumberdaya lahan menggunakan metode
zona agroekologi. Basis data tersebut digunakan untuk penentuan kelas
kesesuaian lahan. Prinsip penghitungan adalah dengan memadukan antara
syarat tumbuh tanaman dengan kondisi biofisik yang ada. Proses
perhitungannya menggunakan software ALES (Automated Land Evaluation
System). Hasil survey menunjukkan bahwa lebih dari 50 % areal pengkajian
dari total luas hasil analisis spasial seluas 82.115 ha adalah kawasan dengan
lereng > 40 %. Kawasan dataran hanya seluas 1.067 ha (1,3 %). Penilaian
kesesuaian tanaman mlinjo, kopi robusta, kakao, pisang, kelapa dan jati luas
lahan yang sesuai lebih dari 10 % total areal (> 8.211,5 ha). Lahan yang
sesuai untuk tanaman pangan meliputi padi sawah, padi gogo, jagung, kedelai,
kacang hijau, mangga dan jeruk kurang dari 10 % total areal. Jati dan kelapa
merupakan tanaman yang sangat luas lahan yang sesuai untuk
pengembangannya, secara berturut-turut 67 % dan 16 %. Pembatas utama
pada hampair semua tanaman adalah retensi unsur hara, lereng dan kondisi
perakaran.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
91
3.8. PENGKAJIAN SUT KOMODITAS UNGGULAN MADURA BERBASIS TEKNOLOGI INOVATIF
3.8.1.Pengkajian Sistem Usaha Berbasis Tembakau Madura Rendah Nikotin
Kegiatan Pengkajian TA 2006 merupakan pelaksanaan pengkajian tahun
kedua, kolaborasi BPTP Jawa Timur dengan Balittas Malang. Pemilihan
komoditas tembakau rendah nikotin varietas Prancak N-2 didasarkan atas
terbitnya PP 38/2000 dan PP19/2003 antara lain menetapkan pembatasan kadar
nikotin dan tar maksimum 1,5 dan 20 mg per batang rokok. Untuk itu
Departemen Pertanian, khususnya Badan Ltbang Pertanian melalui unit kerja
Balittas Malang telah mengantisipasinya, dengan menyilangkan tembakau
Madura Prancak-95 dengan beberapa varietas tembakau Oriental (Turki) yang
berkadar nikotin < 1 %. Selanjutnya hasil persilangan tersebut diseleksi untuk
mendapatkan galur yang berkadar nikotin lebih rendah dengan morfologi mirip
Prancak-95 dan mewarisi sifat ketahanan terhadap penyakit lanas (Phytophthora
nicotianae). Dari 10 galur yang diuji multilokasi terpilih galur 90/1 yang kemudian
dilepas pada bulan Mei 2004 sebagai Prancak N-2. Dilanjutkan dengan
sosialisasinya ke petani tembakau, dan pabrik rokok serta Pemerintah
kabupaten Sumenep.
Kegiatan Litkaji bertujuan (a) meningkatkan pengembangan areal tanam
tembakau Madura rendah nikotin varietas Prancak N-2, (b) meningkatkan
produktivitas dan mutu tembakau Madura rendah nikotin varietas Prancak N-2,
serta (c) menguatkan kelembagaan kelompok tani. Pengkajian melibatkan 10
kelompok tani kooperator pada kawasan seluas 50 ha yang tersebar pada 7
desa di kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep.
Untuk memudahkan koordinasi dan sinkronikasi pelaksanaan kegiatan
usahatani di wilayah pengkajian, terutama dalam hal penentuan saat
penanaman, penyaluran sarana produksi serta penentuan saat panen, maka
dibentuklah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dari 10 kelompok tani binaan.
Hasil Litkaji menunjukan bahwa persemaian bibit tembakau
pertumbuhannya sangat baik, hal ini ditunjukkan pada saat transplanting (awal
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
92
bulan Mei) persentase kematiannya sekitar 1 %. Hasil Produktivitas tembakau
petani di agroekosistem Sawah 643 kg rajangan kering /ha, 593 kg rajangan
kering /ha di Tegal, dan 584 kg rajangan kering /ha di Gunung, berturut turut nilai
keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 4.335.000 (B/C ratio 1,44), Rp.
6.200.000 (B/C ratio 1,63), dan Rp 7.709.000 (B/C ratio 1,79).
Saat kini tanaman tembakau Madura rendah nikotin varietas Prancak N-2
tidak hanya berkembang di 7 desa lokasi pengkajian, namun di luar desa desa
tersebut di kecamatan Guluk Guluk, bahkan telah berkembang ke kecamatan
lain yaitu kecamatan Ganding dan Lenteng, Sumenep serta kecamatan Pakong
Pamekasan. Berdasarkan data distribusi penjualan bibit tembakau Prancak N-2
dari kelompok binaan (Bibit yang terjual sejumlah 4.000.000 bibit setara dengan
130 ha areal tanaman tembakau).
Setiap kelompok tani dari 10 kelompok tani binaan mengadakan
pertemuan rutin 2 minggu sekali, tempat pertemuan di musholah atau secara
bergilir di rumah anggota kelompok.
3.8.2. Pengkajian Sistem Usaha Perbenihan Jagung Lokal Madura
Pengkajian Sistem Usaha Perbenihan Jagung Madura yang dilaksanakan
di Sumenep dan KP Mojosaritahun 2006 diharapkan dapat membentuk
penangkar benih, menyediakan benih bermutu secara berkesinambungan dan
pengembangan tiga varietas jagung lokal Madura (Md2-11, TL2-132, dan GL2-28)
yang telah dimurnikan. Sampai saat ini telah ditanam 3,0 ha di Sumenep dan 3,0
di KP Mojosari. Kondisi pertanaman di Sumenep kurang baik dan ada yang
gagal karena kekeringan, ganguan hama lalat bibit, dan kurang pemeliharaan,
sehingga hasilnya rendah. Sedang pertanaman di KP Mojosari cukup bagus.
Md2-11 yang ditanam tanggal 3 Juli 2006 saat ini menjelang panen. Yang lain
ditanam akhir Juli – pertengahan Agustus. Areal yang lain di Sumenep
diperkirakan selesai tanam awal September.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
93
3.8.3. Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Tanaman Pangan Ternak
Ekoregion di wilayah pengkajian Kecamatan Guluk-guluk meliputi sawah,
tegalan dan gunong (tegalan toposekuen tinggi), dengan tanaman semusim
dominan adalah tembakau, jagung, padi, kedelai dan kacang hijau. Tujuan
penelitian ini dalah mendapatkan paket teknologi usahatani terpadu tanaman
pangan-ternak untuk meningkatkan hasil secara berkelanjutan. Lokasi
pengkajian terletak di Kecamatan Guluk-guluk meliputi 10 kelompok tani
(Attaqwa, Sumber Makmur, Putri Talita, Subur Makmur, Sama Makmur, Raya
Makmur, Cahaya Tani, Tani Mulya, Al Mustaqbal, dan Harapan Makmur
dengan melakukan pembinaan kelompok tani, sedangkan luas areal pengkajian
untuk tanaman pangan sekitar 10 hektar.
Wilayah pengkajian di Kecamatan Guluk-guluk mempunyai iklim D3 dengan
tingkat kesuburan tanah rendah. Hasil padi tertinggi diperoleh dari varietas
Ciherang jarak tanam 20 cm x 20 cm (7,59 t/ha GKG), diikuti varietas Cibogo jajar
legowo 40 cm x (20 cm x 10 cm) (7,03 t/ha GKG) dan varietas Cibogo jarak tanam
20 cm x 20 cm (6,77 t/ha GKG), sedangkan varietas IR 64 jarak tanam 20 cm x 20
cm sebesar 6,54 t/ha GKG. Penanaman padi di lahan gunong lebih rendah sekitar
0,4-1,21 t/ha dibanding yang ditanam di lahan sawah. Penanaman padi di lahan
sawah tadah hujan menggunakan varietas Cibogo cara petani dengan dosis pupuk
urea 500 kg/ha dan SP-36 150 kg/ha dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm diperoleh
hasil yang lebih rendah yaitu 6,77 t/ha GKP dan B/C ratio 1,66, sedangkan pola
perbaikan dengan dosis pupuk Urea 300 kg/ha, SP 36 100 kg/ha dan pupuk
kandang 1.000 kg/ha dengan jarak tanam jajar legowo diperoleh hasil 7,03 t/ha
GKP dan B/C ratio1,86.
Hasil biji kedelai varietas Panderman 0,31 t/ha dan Kaba 0,21 t/ha.
Rendahnya hasil biji kedelai disebabkan banyaknya polong hampa, namun hasil
biji kedelai varietas Wilis 2000 mencapai 1,19 t/ha, sedangkan varietas lokal hanya
mencapai 1,16 t/ha. Penanaman kedelai varietas lokal cara petani dengan jarak
tanam 25 cm x 40 cm diperoleh hasil 800 kg/ha biji ose dan B/C ratio 0,79,
sedangkan penggunan kedelai varietas Wilis 2000 (pola perbaikan) dengan jarak
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
94
tanam 10 cm x 40 cm diperoleh hasil 1.400 kg/ha biji ose dan B/C rato 1,23.
Introduksi kacang hijau varietas Kutilang diperoleh hasil biji 0,75 t/ha dan Perkutut
0,72 t/ha. Rendahnya hasil biji tersebut karena daya adaptasinya cukup rendah.
Hasil jagung Surya (komposit) jarak tanam 75 x 20 cm diperoleh hasil 4,7
t/ha pipilan, sedangkan jagung lokal pemurnian (potre koneng) umur 75 hari
dengan jarak tanam 60 x 20 cm diperoleh hasil 1,9 t/ha pipilan dan jagung lokal
petani 1,7 t/ha pipilan. Hasil analisis usahatani jagung menggunakan varietas
lokal (pola petani) diperoleh hasil 1,5 t.ha pipilan dan B/C ratio 0,19, sedangkan
jagung lokal varietas Potre Koneng 2,3 t/ha pipilan dan B/C ratio 1,06.
Pemangkasan daun jagung dibawah tongkol diperoleh biomas terendah, namun
hasil pipilan jagung lebih tinggi, yaitu masing-masing varietas Surya (komposit)
dengan biomas segar 2,9 t/ha dan hasil 4,3 t/ha pipilan, jagung lokal (Potre
Koneng) dengan biomas segar 1,9 t/ha dan hasil 2,4 t/ha pipilan, dan jagung
lokal (petani) dengan biomas segar 1,3 t/ha dan hasil 1,97 t/ha pipilan.
Sekitar 66 % responden petani peternak berpendidikan paling tinggi
SLTP. Rata-rata pemilikan ternak sapi (skala usaha) hanya 1,46 0,79 Unit
Ternak (UT) atau sekitar 1 – 2 ekor sapi dewasa per petani peternak.
Persentase jumlah pedet hanya 24% dari total populasi atau sekitar 44% dari
jumlah induk. Status pemilikan ternak sapi 67% milik sendiri dan 33% gaduhan.
Rata-rata jarak beranak 16,6 5,2 bulan. Sapi dewasa sekitar 44% digunakan
sebagai ternak kerja membajak lahan. Fungsi lain sebagai tabungan/persediaan
uang (modal) dan sebagian besar (63%) untuk usahatani tembakau.
Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan sapi sekitar 64% dan 100%
memanfaatkan jerami jagung (tebon). Belum adanya kesinergisan antara
kelompok tani maupun kelembagaan permodalan dalam sistem usahatani
terpadu tanaman pangan – ternak sapi. Sebagian besar petani responden telah
mengenal teknologi bio-decomposer (teknologi EM-4) dalam pembuatan kompos
kotoran sapi, tetapi petani peternak jarang menerapkan teknologi tersebut
karena keterbatasan modal, membutuhkan waktu untuk membolak-balik dalam
proses pembuatannya dan sulit memperoleh probiotik tersebut di wilayahnya.
Pada pengkajian ini petani diperkenalkan bio-decomposer Superdegra yang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
95
mempunyai kelebihan tidak mengharuskan pembolak-balikan bahan kompos
selama proses pembuatannya sehingga petani sangat tertarik.
Komposisi pakan mempengaruhi terhadap kenaikan bobot sapi dan
kotorannya. Komposisi daun jagung (50%) : klobot kering (25%) : rumput alami
(25%) diperoleh kenaikan bobot sapi 4,2 kg/bulan dan bobot kotoran basah 12
kg/ha, sedangkan pemberian pakan dengan komposisi rumput alami+gajah
(80%) : daun jagung (20%) diperoleh kenaikan bobot sapi sebesar 2,0 kg/bulan
dan bobot kotoran basah 10 kg/hari. Demikian halnya kebutuhan pakan
dipengaruhi oleh umur sapi dengan interval pemberian lebih banyak yaitu sapi
umur 3 tahun dengan pemberian pakan 10 kg dalam interval harian 3-4 kali
diperoleh bobot kotoran kering 8,46 kg/hari.
3.8.4. Pengkajian Pengembangan Agroindustri Tanaman Pangan di Pedesaan
Tujuan pengkajian adalah menginisiasi 7 kelompok wanita tani dalam
kegiatan pengolahan pangan di kecamatan Guluk Guluk, kabupaten Sumenep.
Pengkajian dilakukan di kecamatan Guluk-Guluk, kabupaten Sumenep pada
bulan Januari sampai dengan Desember 2006 dengan tahapan penelitian 1)
Survey pendahuluan, 2) Uji teknologi skala lab. 3) Sosialisasi teknologi
(Pelatihan), 4) Aplikasi teknologi oleh KWT, 5) Evaluasi hasil olah dan perbaikan
mutu. Pengamatan yang dilakukan meliputi jenis bahan baku, jenis dan mutu
hasil olah yang sudah ada, mutu dan rendemen hasil olah yang dilatihkan,
penerimaan konsumen, peluang pasar dan analisis ekonomi. Data yang
dihasilkan diolah secara deskriptif/statistik. Tujuh kelompok Wanita Tani (KWT)
binaan di kecamatan Guluk-Guluk adalah KWT Demang Mekar (desa Guluk-
Guluk), KWT Usaha Jaya (desa Payudan Dundang), KWT Sumber Usaha (desa
Purdapur), KWT Sedap Malam (desa Payudan Nangger), KWT Kasih Ibu (desa
Bragung), KWT Masa Depan (desa Penanggungan) dan KWT Bakeong (desa
Bakeong). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa KWT-KWT tersebut telah
memproduksi berbagai makanan olahan dengan berbagai variasi mutu.
Perbaikan untuk meningkatkan mutu hasil makanan olahan tersebut telah
dilakukan, yaitu pada produk tempe, keripik bayam, kacang goreng dan keripik
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
96
pisang. Permasalahan utama yang dihadapi oleh KWT adalah: perlunya
diversifikasi hasil olah, perbaikan mutu hasil olah yang telah ada, perbaikan
kemasan, rintisan dan pengembangan pasar serta tambahan modal usaha.
Introduksi teknologi pengolahan makanan hasil uji laboratorium telah dilakukan
kepada KWT, yaitu teknologi pengolahan suwar suwir, dodol tape dan kue ulat
sutera serta tortila jagung yang merupakan rakitan teknologi BPTP. KWT
Purdapur, KWT Payudan Dungdang, KWT Payudan Nangger dan KWT Guluk-
Guluk telah dapat mengadopsi teknologi pengolahan yang dilatihkan dengan
mutu produk yang baik. Produk hasil adopsi teknologi BPTP yang telah
dipasarkan adalah suwar suwir, dodol tape dan kue ulat sutera. Keuntungan
yang diperoleh dari usaha industri pengolahan suwar suwir per 2 kg tape
sebagai bahan baku adalah Rp. 16.000,-, dari usaha dodol tape per kg tape
sebagai bahan baku adalah Rp. 13.750,- dan dari usaha kue ulat sutera sebesar
Rp. 13.800,- per 500 gr tepung ketan sebagai bahan baku. Pada acara Gelar
Produk Olahan di kantor kecamatan Guluk-Guluk, disepakati bahwa Dinas
Pertanian akan membantu pengeluaran ijin Din. Kes. dan pengadaan beberapa
alat penunjang produksi, Disperindag akan membantu promosi melalui pameran
dan lomba di tingkat Propinsi maupun Nasional, Dinas Koperasi siap membantu
pinjaman modal dan Dinas Kesehatan juga membantu pengeluaran ijin Din. Kes.
3.9. PENGKAJIAN MODEL AGRIBISNIS BERBASIS PADI TERNAK SAPI DI LAHAN SAWAH
3.9.1. Pengkajian Model Agribisnis Berbasis Padi Ternak Sapi di Lahan Sawah Irigasi
Jawa Timur dikenal sebagai daerah penghasil padi nasional, yang
sebagaian besar diproduksi di lahan sawah. Beberapa tahun terakhir
peningkatan produktivitas, efisiensi usaha dan daya saing hasilnya menurun. Hal
ini antara lain disebabkan menurunnya kesuburannya tanah dan skala usahanya
semakin sempit yang disertai peningkatan biaya produksi. Oleh karena itu pada
tahun 2006 dilakukan pengkajian dengan tujuan (a) memacu meningkatkan
partisipasi petani pada kelompok tani agar terbentuk agribisnis terpadu berbasis
padi-ternak sapi; (b) memacu meningkatkan efisiensi usaha dari sub system
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
97
produksi dan pengadaan saprodi dalam agribisnis berbasis padi-ternak sapi; dan
(c) meningkatkan usaha sapi dalam menunjang sistim agribisnis berbasis padi-
ternak sapi. Pengkajian bersifat “on farmer partisipative research” pada
hamparan minimal seluas 75 ha yang didukung oleh 40 ekor sapi di setiap
kelompok tani. Model agribisnis dibangun melalui usahatani kooperatif
(Cooperative Farming). Disetiap kelompok tani, anggota menerapkan teknologi
PTT padi-ternak sapi secara partisipatif. Sebagai pembanding dilakukan uji
penerapan PTT spesifik lokasi dan teknologi petani pada musim yang sama.
Pengkajian dilaksanakan di 3 kelompok tani desa Bulu Kecamatan Brebek
Kabupaten Nganjuk dan 4 Kelompok tani Desa Cluring Kecamatan Cluring
Kabupaten Banyuwangi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa (1) Anggota
kelompok tani di Nganjuk yang berperan aktif dalam penentuan paket teknologi
PTT secara partisipatif sebanyak 75 %, sedangkan yang telah menerapkan
teknologi PTT tersebut pada MK I 2006 adalah 70 %. Hasil penerapan PTT padi
dapat meningkatkan produktivitas sebesar 17 % (0,90 t GKP/Ha), keuntungan
23 % dan keunggulan kompetitif 10%. Penerapan teknologi PTT padi secara
partisipatif pada MK II-2006 dapat meningkatkan produktivitas 20% (1,1 t
GKP/ha), keuntungan 29% dan keunggulan kompetitif 12%. (2) Anggota
kelompok tani di Banyuwangi yang berperan aktif dalam penentuan paket
teknologi PTT secara partisipatif sebanyak 65 %, sedangkan yang telah
menerapkan teknologi PTT tersebut pada MK I 2006 adalah 60 %. Hasil
penerapan PTT padi dapat meningkatkan produktivitas sebesar 23% (1,25 t
GKP/Ha), keuntungan 33% dan keunggulan kompetitif 11%. Penerapan PTT
kedelai secara partisipatif pada MK II-2006 sebesar 65%. Penerapan PTT
kedelai partisipatif dapat meningkatkan produktivitas 16% (1,95 kw/ha),
keuntungan 12% dan keunggulan kompetitif 6%. Apabila petani bersedia
menerapkan PTT anjuran, produktivitasnya masih mampu meningkat 14%,
keuntungan 18% dan keunggulan kompetitif 8%. (3) Anggota kelompok tani di
Nganjuk yang memiliki sapi induk telah memanfaatkan jerami sebagai pakan
sapi dan kotoran sapi sebagai pupuk organik untuk lahan sawahnya sendiri.
Anggota kelompok tani yang telah menerapkan ransom suplementasi pilihan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
98
dapat mempercepat periode bunting 4 bulan dan efisiensi biaya pakan 2,4% dari
pola petani; (4) Anggota kelompok tani di Banyuwangi yang memiliki sapi semua
telah memanfaatkan jerami sebagai pakan sapi dan kotoran sapi untuk pupuk
organik. Anggota kelompok tani yang telah menerapkan ransom yang disusun
BPTP Jawa Timur hasil perbaikan ransom kebiasaan peternak sebanyak 40%.
Ransom ini dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian 10% dan
meningkatkan keuntungan sekitar 30% per ekor selama 3 bulan.
3.10. PENGKAJIAN MODEL AGRIBISNIS BERBASIS HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN UNGGULAN JAWA TIMUR
3.10.1. Pengkajian Berbasis Mangga Podang Urang
Tanaman mangga Podang di Kabupaten Kediri sebanyak 534.126 pohon
dan yang telah berproduksi sekitar 260.000 pohon. Mangga Podang ini
merupakan komoditas unggulan Kabupaten Kediri, karena mempunyai warna
dan bentuk yang menarik, rasa dan aroma khas serta ukuran yang tidak terlalu
besar, sehingga punya peluang pasar nasional dan ekspor yang tinggi. Mangga
Podang ini banyak ditanam di bukit-bukit atau pegunungan dengan umur yang
sudah di atas 30 tahun, sehingga disebut dengan mangga Podang Gunung,
yang pada tahun 2003 telah dilepas oleh Menteri Pertanian dengan nama
mangga Podang Urang. Pohon induk mangga ini ada 10 pohon yang terletak di
dukuh Sumberbendo, desa Tiron, kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.
Tanaman mangga berasal dari biji, kebanyakan sudah tua (umur > 50
tahun), tinggi dan kekar, sehingga dalam pemanenan mengalami kesulitan.
Pemanenan dilakukan pada umumnya pada saat buah matang pohon (warna
kulit kuning-merah, PTT 10 %, asam 0,71 %), sehingga banyak yang rusak
karena memar, lewat matang dan kena getah. Buah klas A (> 200 gram/buah)
yang mulus (bersih, tidak kena getah) dan berwarna kuning-merah hanya
sebanyak 11,31 %. Untuk pemasaran telah dianjurkan penggunaan kemasan
karton berventilasi dengan kapasitas 10 kg/kemasan.
Tujuan pengkajian adalah (1) membentuk embrio agroindustri berbasis
mangga Podang Urang dan tanaman sela, (2) membentuk embrio usaha
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
99
pembibitan mangga Podang Urang.dan (3) mengembangkan tanaman mangga
Podang Urang dari bibit asal sambung pucuk (bukan bibit asal biji).
Pengkajian ini dilakukan dengan pendekatan metoda “Farmer
Partisipation Research”,. yaitu petani mangga Podang Urang berpartisipasi
aktif dengan melibatkan peneliti, penyuluh, pengguna dan instansi terlait. Petani
mangga Podang Urang yang dilibatkan dalam pengkajian (petani kooperator)
adalah sekitar 20 anggota di dusun Sumberbendo dan 20 anggota di dusun
Kaligayam dalam satu kelompok tani di masing-masing dusun.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa hasil penyambungan bibit jadi
dengan batang bawah mangga Podang dan batang atas mangga Podang Urang
oleh petani Sumberbendo jadi sebesar 73 %. Sekitar 800-900 bibit xudah
ditransplanting dan sekitar 300-400 bibit telah ditanam oleh petani. Sekitar 50
bibit terjual di ekspose mangga dengan harga Rp.5.000,-/batang.
Hasil tanaman sela untuk yang tidak ternaungi lebih besar dibanding
yang ternaumgi, yaitu pada padi varietas ”Membramo” sebesar 4,2 t/ha dan 2,2
t/ha, jagung 4,5 t/ha dan 2,1 t/ha, kunyit umur 1 tahun 18,2 t/ha dan 10,4 t/ha,
kunyit umur 2 tahun 27,0 t/ha dan 42,2 t/ha.
Produk olahan mangga yang telah dikembangkan di desa ini adalah
mangga kering (dried mango) di kelompok tani ”Sumber Mulyo” dan kripik
mangga untuk di kelompok tani ”Budidaya”. Kelompok ”Sumber Mulyo”
mengembangkan usaha ”dried mango” bekeriasama dengan REI dengan biaya
produksi sekitar Rp30.760,-/kg.
Khusus untuk pengembangan mangga kering, pada tahun 2006 ini
merupakan tahun pertama dari 4-5 tahun yang direncanakan bekerjasama
dengan REI (Resource Exchange International). Pada tahun pertama ini selain
(5 hari/ minggu selama 2,5 bulan) buah mangga petani terserap sekitar 600
kg/hari, juga dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 28 orang Wanita tani yang
biasanya bil;a menjadi buruh tani hanya mendapat Rp12.500,-/hari, dengan ikut
dalam pengolahan mangga ini menjadi meningkat Rp.20.000,-/hari.
Kelompok ”Budidaya” mengembangkan usaha tortila dengan keuntungan
Rp.21.880,- per 15 kg jagung dan mengembangkan kripik mangga.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
100
Pengembangan agroindustri kripik mangga masih belum berjalan dengan baik,
walaupun wanita tani sudah terampil, terbukti mutu kripik yang dihasilkan dapat
diterima sewaktu mengikuti ekspose mangga di Probolinggo
3.10.2. Pengkajian Model Agribisnis Berbasis Kentang
Lahan kering dataran tinggi senduro, lumajang khususnya desa Argosari
(2000 m dpl) memiliki potensi yang besar untuk pengembangan agribisnis
kentang karena kondisi iklim dan tanah mendukung pertumbuhan tanaman ini.
Disamping itu petani sudah berpengalaman menanam kentang. Namun begitu
petani belum merasakan hasil optimal dari usahataninya, karena mereka
sebagai manager lemah dalam permodalan termasuk kemampuan penyediaan
saprodi pada waktu yang tepat baik kualitas maupun kuantitasnya. Disisi lain
karena hasil kentang hanya dipasarkan dalam bentuk umbi segar nilai
tawarnya lemah. Disamping itu kelompok tani yang ada belum sepenuhnya
mampu mendukung kegiatan usahatani mereka. Dalam upaya pengembangan
agribisnis kentang di wailayah Argosari ini telah tersedia rakitan teknologi
budidaya kentang spesifik lokasi dari BPTP Jawa Timur berupa teknologi
dengan penaman kentang pada guludan miring 450 disertai alley cropping
tanaman rumput setaria. Teknologi ini merupakan teknologi yang murah,
mudah dilaksanakan dan sangat efektif mengendalikan erosi (28%) serta dapat
meningkatkan produksi sampai 20%. Juga tersedia model pengembangan
kelompok tani yang efektif dan efidsien.
Dalam upaya pengembangan agribisnis kentang dikawasan Argosari
dilibatkan kelompok tani Argotani sebagai sasaran pokok. Pengkajian ini
bertujuan untuk mengembangkan teknologi budidaya kentang tang efektif dan
efisien dikawasan pengembangan disertai penguatan kelompok tani
mendukung agribisnis kentang. Pengembangan berpusat di desa Argosari
(2000 m dpl), kec. Senduro, Lumajang. T.A. 2006.
Dari penerapan teknologi kesepakatan diperoleh bahwa teknologi
partisipatif berupa penggunaan varietas Granola Lembang, dengan
pemupukan sebesar (200 kg Urea + 300 kg ZA + 200 kg SP36 + 200 kg KCl)
per ha, dan pupuk bokasi 5 t/ha, ditanam pada guludan miring 450 disertai
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
101
tanaman setaria sebagai alley croppingnya dengan jarak 5 m setiap panjang
lereng ternyata memberikan hasil 15.28% lebih tinggi daripada teknologi petani.
Produk yang tinggi tersebut didukung oleh lebih banyaknya umbi besar yang
mencapai 69,47%. R/C rasio sebesar 1,65. Sedangkan penggunaan teknologi
petani mencapai R/C rasio 1,30. Sehingga teknologi partisipatif cukup efektif
dan efisien untuk usahatani kentang di lahan kering dataran tinggi desa
Argosari Senduro, Lumajang.
Perkembangan kelompok tani :
1. Kelompok tani Argotani pada tahun 2005 memiliki anggota sebanyak 15
anggota dan tahun 2006 mencapai 29 orang yang aktif menjadi kooperator
pada aplikasi teknologi konservasi penanaman kentang model alley
cropping.
2. Dalam pengembangan organisasi kelompok untuk mendukung agribisnis
kentang beberapa hal telah dilakukan seperti
a. Pengembangan administrasi berupa buku absensi, buku untuk mencatat
hasil hasil rapat maupun kesepakatan yang diperoleh. buku keuangan
untuk pencatatan modal maupun simpan pinjam.
b. Pengembangan organisasi berupa pembentukan segmen simpan pinjam
yang sampai th 2006 terkumpul dana/modal sebesar 24 juta rupiah.
Inisiasi kelompok pembuatan keripik kentang. Inisiasi. Segmen
pemasaran yang dimulai dengan melibatkan pedagang pengumpul lokal,
pedagang keripik kentang dari kota batu, dan pedagang kentang dari P.
Bali yang semua akan dikoordinasi oleh kelompok. Tahun 2007
ditargetkan kelompok tani Argotani telah menjadi koperasi (berbadan
hokum)
c. Dibidang SDM telah dilakukan studi banding ke daerah Batu dalam
rangka peningkatan pengetahuan mereka dalam usahatani kentang, dan
pembuatan keripik kentang. Pelatihan budidaya pembuatan bibit kentang.
Kursus pengelolaan budidaya kentang. Kursus dan pelatihan
pengelolaan koperasi. Pelatihan pembuatan keripik kentang.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
102
Model kelompok tani “pertanian kooperatif” mempunyai peluang
untuk dikembangkan untuk mendukung agribisnis. Kegiatan
pengembangan agribisnis kentang di Argosari yang melibatkan
kelompok tani Argotani tidak saja ditangani oleh BPTP/ Lab Dis
Wonocolo saja namun juga fihak Dinas Pertanian Lumajang aktif dalam
pembinaan ini seperti kegiatan pelatihan pengelolaan bibit kentang,
mendukung peralatan pembuatan keripik kentang, kursus pengelolaan
budidaya kentang, dan kursus perkoperasian.
Diharapkan perkembangan agribisnis kentang di Argosari dapat
terlaksana mengingat segmen segmen pendukung agribisnis dikawasan
ini telah terbentuk mulai dari hulu (seperti bibit oleh kelompok tani Putra
Tengger dan Dinas) sampai hilir didukung olh kelompok tani yang cukup
kuat (terutama semangat para anggota) meski beberapa segmen masih
perlu ditingkatkan peranannya dalam mendukung kegiatan agribisnis
kentang.
3.10.3. Pengkajian Model Agribisnis Berbasis Kakao di Kawasan Selatan Jawa (KSJT)
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan utama di Indonesia,
mempunyai prospek dan peluang pengembangan yang baik karena disamping
dapat meningkatkan pendapatan petani, devisa negara juga dapat menyerap
tenaga kerja cukup tinggi. Luas tanaman kakao nasional saat ini sekitar 777.000
ha yang sebagian besar yaitu 670.000 ha merupakan perkebunan rakyat.
Produktivitas kakao rakyat dan mutu biji kakao yang dihasilkan di Indonesia juga
masih rendah. Luas areal tanaman kakao rakyat di Jawa Timur ada 7.674 ha
yang sekitar 60 % nya berada di Kawasan Selatan Jawa Timur (KSJT). Kakao
mempunyai peluang yang besar dalam meningkatkan pendapatan petani karena
permintaan pasar yang cukup besar. Beberapa masalah yang menyebabkan
rendahnya produktivitas dan kualitas kakao antara lain adalah skala usaha relatif
sempit, modal terbatas, penguasaan teknologi terbatas, pemasaran terbatas,
tingkat pendidikan yang rendah, belum adanya usaha untuk meningkatkan nilai
tambah lewat pengembangan agroindustri pedesaan serta lemahnya
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
103
kelembagaan kelompok tani.
Trenggalek merupakan salah satu sentra perkebunan kakao rakyat di
Jawa Timur yang berada dalam Kawasan Selatan Jawa Timur. Di kabupaten
Trenggalek produksi kakao mempunyai prospek yang baik karena pada tahun
2004 Kab. Trenggalek mengadakan penanaman tanaman baru sebanyak
200.000 bibit dan direncanakan terus bertambah setiap tahunnya. Data tahun
2003 menunjukkan bahwa produktivitas tanaman kakao yang telah
menghasilkan di Kabupaten Trenggalek adalah 584 kg/ha/th Produktivitas ini
jauh lebih rendah dari rata-rata produksi tanaman kakao yang dikelola secara
optimal dapat menghasilkan sekitar 1.396 kg/ha/th. Rendahnya produktivitas
kakao petani antara lain di sebabkan petani belum sepenuhnya menggunakan
teknologi maju dalam budidaya kakao.
Pengkajian dilaksanakan pada kelompok tani kakao di Dusun Gading,
Desa Suruh, Kec. Suruh, Kab. Trenggalek, meliputi lebih kurang 25 ha yang
akan dikerjakan secara bertahap sampai dengan 3 tahun (dimulai pada tahun
2006, berakhir tahun 2009). Pemilihan lokasi tersebut didasarkan karena daerah
tersebut merupakan salah satu sentra produksi kakao rakyat di Kabupaten
Trenggalek. Kegiatan pengkajian adalah :(a) Identifikasi potensi dan
permasalahan pengelolan perkebunan kakao rakyat ; (b)Pembinaan
kelembagaan petani (c) Penerapan perbaikan teknologi budidaya kakao yang
mendukung upaya peningkatan nilai tambah usahatani kakao; ( d) Peningkatan
kualitas sumberdaya manusia (SDM) petani kakao. Penerapan perbaikan
teknologi budidaya dan Pengelolaan Hama Terpadu ( PHT Kakao) dilakukan di 6
lahan petani kakao. Petani kakao beserta keluarganya berparsipasi aktif dalam
melakukan pekerjaan di kebunnya sendiri dengan bimbingan peneliti, penyluluh
dan tenaga dinas terkait.
Pengumpulan data pada kegiatan identifikasi potensi dan permasalahan
pengelolaan kakao rakyat menggunakan survai RRA. Hasil penerapan perbaikan
budidaya kakao di lakukan melalui pengamatan sebelum dan sesudah
penerapan perlakuan budidaya terhadap serangan hama dan penyakit yang ada,
hasil panen kakao, dan peningkatan kuaitas sumberdaya manusia petani kakao
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
104
di lakukan dengan mencatat kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan kakao
pada saat sebelum apresiasi teknologi dan sesudah adanya apresiasi teknologi
dan penerapan perbaikan budidaya kakao, untuk tahun 2006 diutamakan pada
petani kooperator.
Hasil identifikasi pada petani dan lahan kakaonya menunjukkan bahwa
tanaman kakao tumbuh baik, kondisi naungan cukup karena pertanaman kakao
milik petani tidak ada yang monokultur. Semua tanaman kakao merupakan
tanaman polykultur, sehingga tanaman diluar tanaman kakao dapat berguna
sebagai tanaman naungan.Sebagian besar tanaman kakao sudah dipangkas
sehingga tinggi tanaman tidak lebih dari 4 m. Pangkasan produksi kurang
dilakukan. Jenis tanaman lain atau sebagai naungan bervariasi antara lain:
kelapa, cengkeh, melinjo, petai dan tanaman buah-buahan (apukat, nangka,
kueni, pisang) . Kondisi lahan berlereng sehingga pada umumnya drainase
tanaman cukup baik. Penanaman tanaman kakao sudah melingkari lereng.
Bulan kering berkisar 4 bulan. Buah kakao dapat dipanen sepanjang tahun
dengan interval 5 – 20 hari. Dua masa panen raya yaitu sekitar bulan Oktober
dan bulan Juni Pada bulan2 kering ini air sulit didapat dan hanya ada beberapa
sumber air yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Pemeliharaan tanaman dan pemberian input produksi untuk tanaman kakaonya
minim, kalaupun ada hanya berupa pupuk kandang kambing hasil dari ternak
yang dipelihara sendiri, yang diberikan 2 tahun sekali dengan jalan diserakkan di
bawah pohon kakao. Ada petani yang memberi pupuk urea, NPK (Phonska)
dengan dosis yang umumnya lebih rendah dari anjran untuk tanaman kakao.
Aplikasi pestisida seperti :arivo, kadang-kadang dilakukan. Buah hasil panen
dipecah di lapang, biji basah di masukkan keranjang bambu dibawa kerumah.
Sampai dirumah, biji di peram /di fermentasi sederhana dengan menggunakan
keranjang bambu dan ditutup daun pisang, kemudian biji dicuci dan dikering
anginkan dengan alas talam bambu. Bentuk produksi yang dipasarkan pada
umumnya adalah biji kering angin yang sudah difermentasi. Harga biji kakao
kering per kg berkisar Rp.7.500,- sampai Rp. 9.000,- tergantung kualitas biji,
harga ini cukup bagus dan tetap bertahan sejak tahun 2003. Biji hasil buah yang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
105
terserang hama PBK sering dihargai rendah (Rp. 5.000,-) bahkan tidak laku. Biji
kakao dapat dijual ke pabrik pengumpul biji kakao, atau dijual pada pengumpul
yang datang berkeliling kerumah-rumah penduduk. Perbedaan harga antara
pengumpul keliling dengan harga di pabrik adalah Rp.500,-/kg, yang
pembayarannya dilakukan secara tunai. Permintaan pasar akan biji kakao masih
tinggi, seberapapun hasil petani diterima pedagang. Penyuluhan tentang
perbaikan pemeliharaan kakao hampir tidak pernah di lakukan. Pembinaan dari
pemerintah daerah setempat lebih memenuhi penyediaan bibit kakao untuk
perluasan tanaman kakao. Sesuai permintaan petani, pada tahun 2006 untuk
Dusun Gading desa Suruh mendapat bantuan 60.000 biji, benih kakao beserta
polybagnya. Petani diminta untuk membuat pembibitan sendiri dan menanam di
lahannya sebagai tanaman sulaman maupun untuk perluasan areal pertanaman
dengan biaya masing-masing. Kelompok tani pernah diberntuk 7 tahun yang lalu,
bersamaan dengan rencana penanaman kakao yang pertama. Kegiatan
pertemuan sempat berjalan dua tahun, selanjutnya tidak ada kegiatan lagi. Jika
diperlukan pertemuan misalnya untuk pembagian bibit kakao maka yang
berperan adalah pamong desa dalam hal ini ketua Rukun Tetangga dan kepala
dusun atau kepala desa setempat. Tetapi bekas ketua kelompok lama secara
indivudu, masih mengadakan pertemuan berkala satu bulan sekali dengan
petani kakao dari kecamatan lain, dengan kegiatan arisan dan membicarakan
perkembangan pasar kakao.
Pada pelaksanaan kegiatan pengkajian, saat pertemuan, selain
pembinaan kelompok (penguatan kelembagaan), ditawarkan berbagai kegiatan
perbaikan budidaya kakao. Hasil kesepakatan, ternyata diperlukan berbagai
kegiatan perbaikan budidaya kakao: mulai pengenalan keragaan tanaman kakao
yang optimal; potensi produksi; pemangkasan tanaman kakao; pengenalan
pupuk organik, pembuatan dan cara aplikasinya dilapang; kegunaan, dosis dan
cara aplikasi pupuk anorganik; pengenalan dan pengendalian hama dan
penyakit kakao.
Hasil pertemuan dengan petani kakao, di Dusun Gading, telah di
hidupkan kembali satu kelompok tani perkebunan dengan nama Tunggal Jaya.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
106
Untuk kegiatan perkebunan, telah dipilih satu orang ketua, satu orang bendahara
dan dua orang sekretaris. Pada saat awal pembentukan tercatat 123 orang,
namun sampai akhir Desember jumlah anggota yang aktif 49 orang, pertemuan
di lakukan satu bulan sekali pada hari Minggu wage, di rumah ketua kelompok
perkebunan. Kegiatan baru berkisar pertemuan silaturahmi dan membicarakan
perkembangan pemeliharan kakao. Namun petani kakao cukup antusias
menerima pembinaan kelompok.
Pembinaann kelembagaan untuk bapak-bapak dilakukan malam hari dan
atau siang hari. Khusus untuk apresiasi teknologi dan praktek lapangnya
dilakukan pada siang hari. Atas permintaan petani , dilakukan juga pembinaan
untuk peningkatan pemahaman perlunya berkelompok dan apresiasi teknologi
serta praktek lapangnya bagi ibu-ibu yang dilakukan siang hari karena, untuk
pemeliharaan buah kakao, panen dan prosesing biji kakao lebih banyak di
lakukan oleh ibu-ibu petani. Pada saat pelaksanaan kegiatan, masalah utama
yang dirasakan sangat menurunkan produksi dan pendapatan petani adalah
adanya hama yang dominan yaitu hama PBK. Serangan hama PBK ini
menyebabkan kerusakan pada buah dan biji kakao. Tingkat kerusakan pada
buah kakao dapat mencapai 95,5 %. Tingkat serangan pada buah ini dapat
menyebabkan penurunan hasil biji kakao sampai sebesar 63,4 % (8,09 kg biji
kakao) atau setara dengan kehilangan pendapatan sebesar Rp.60.375,-/panen.
Penerapan pengendalian dapat menekan serangan PBK pada buah sebesar 100
%. Telah di jelaskan bahwa penanggulangan hama harus dilakukan secara
menyeluruh dalam satu kawasan dan berkesinambungan agar penekanan
serangan dapat berhasil nyata. Peningkatan ini nampaknya akan dapat dicapai
jika pemeliharaan tanaman terus dilakukan secara optimal. Peningkatan kualitas
sumberdaya sudah terjadi dan meningkat terlihat dari kesadaran petani tentang
perlunya berkelompok dengan tetap mengadakan pertemuan kelompok dan
menerapkan perbaikan teknologi produksi, terutama setelah pengendalian hama
PBK dapat mengurangi kerusakan buah sampai 100 %, sehingga petani dapat
memanen kakao dan dapat menerima hasil penjualan biji kakao kembali.
Penerapan perbaikan teknologi budidaya tanaman kakao spesifik lokasi, yang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
107
sebelumnya tidak dilakukan setelah apresiasi, sudah mulai dilakukan namun
belum sepenuhnya dilakukan terutama untuk pangkas produksi , pangkas
pemeliharaan, pemberian pupuk sesuai dosis. Adopsi diperkirakan baru
mencapai sekitar 80 % . Hasil pengamatan produksi kakao petani saat ini baru
mencapai 580,33 kg/ha/th, atau masih 59% di bawah potensi produksi optimal
(1.396 kh/ha/th). Peningkatan ini nampaknya akan dapat dicapai jika
pemeliharaan tanaman dengan menerapkan semua teknologi anjuran terus
dilakukan secara optimal.
Pemeliharaan tanaman kakao yang baik perlu terus disosialisasikan
untuk meningkatkan potensi produksi agar dapat mencapai kebutuhan pasar,
yang akhirnya akan menjadi bagian dari jaringan agribisnis. Penyuluhan
pengenalan tanaman karakter kakao dan pemeliharaannya perlu terus dilakukan,
terutama setelah penerapan pengendalian hama berhasil mengurangi tingkat
serangan hama PBK dan petani dapat memeperoleh hasil panen yang baik.
Demikian juga untuk pembinaan kelembagaan petani agar timbul rasa
kebersamaan menanggulangi kelemahan berorganisasi dan berproduksi.
Pencapaian luaran pada tahun pertama (2006) adalah: terbentuknya satu
primordia kelompok tani agribisnis kakao, adopsi perbaikan teknologi budidaya
tanaman kakao spesifik lokasi baru di lakukan sekitar 80 % dari teknologi yang
dianjurkan .
3.10.4. Pengkajian Model Berbasis Jeruk Keprok Siam
Keberhasilan pengembangan jeruk di Ponorogo ditentukan dengan
mempertahankan pertanaman baru jeruk bebas penyakit agar tidak terinfeksi
penyakit, dan memperbaiki kondisi jeruk berasal dari bibit belum bebas penyakit
agar tidak menjadi sumber penyakit. Pengelolaan mengacu pada “Pengelolaan
Terpadu Kebun Jeruk Sehat” (PTKJS) terdiri dari 4 komponen yaitu 1).
penggunaan bibit bebas penyakit, 2). pengendalian vektor tular penyakit, 3).
pemeliharaan yang optimal, dan 4) keterpaduan penerapan teknologi. Tujuan
PTKJS jangka pendek adalah mengatasi permasalahan riel di lapang,
meningkatkan pengetahuan petani dan pengawal teknologi, membangun
demplot, dan meningkatkan partisipasi kelompok dalam sistem agribisnis jeruk.
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
108
Cakupan kegiatan adalah sektor hulu adalah diseminasi PTKJS;
perbaikan proses produksi meliputi perbaikan sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan pendampingan; perbaikan kualitas buah; serta perbaikan
kelembagaan.
Masalah utama sampai dengan tahun 2006 adalah beredarnya bibit mutu
rendah, serangan penyakit CVPD, diplodia, busuk pangkal, hama kepik hijau,
dan lalat buah. Informasi teknologi kurang, permodalan lemah, kelembagaan
pendukung belum menunjang, dan terjadinya penurunan harga pada saat panen
raya.
Pengendalian penyakit difokuskan pada penyakit busuk batang, hama
kutu sisik melalui penyaputan dan penyemprotan bubur California, karena
merupakan teknologi yang mudah dan murah sehingga cepat diadopsi.
Pengendalian penyakit utama jeruk pada penyakit Diplodia dan Embun jelaga
diatasi dengan bubur california, dan pangkasan cabang kering, sedang
pengendalian hama utama Aphid dan kepik penghisap buah dengan insektisida
curacron.
Pemulihan kesuburan lahan dilakukan dengan prmberian bahan organik,
karena bahan organik dari ternak besar (ruminansia) di wilayah pengkajian
sangat sulit dilakukan dengan program integrasi jeruk-ternak dan terrealisasi
pada Desember 2006 dengan 24 kambing PE untuk Kelompok Sari Bumi dan
Gemah Ripah. Perbaikan kualitas jeruk melalui penerapan pemupukan rasional
belum dapat dilakukan secara tepat oleh anggota kelompok karena keterbatasan
modal. Perbaikan tanaman dengan bibit bebas penyakit (Dem Plot) keprok Siem
dan Pulung dimulai awal tahun 2005 dan pada umur 1.5 tahun (bulan Juli 2006)
telah mulai berbuah, sedang untuk jeruk Keprok Pulung belum berbunga.
Keserempakan penerapan teknologi data terlaksana dalam kelompok
yang sudah baik, memiliki organisasi yang baik, terdapat usaha kelompok atau
kelompok usaha dan ada komando dari ketua atau panutan dalam kelompok.
Pengaktifan kelompok dapat dengan rangsangan berupa bantuan bergulir atau
pinjaman, dan untuk keberlanjutannya perlu pembinaan kelompok secara
berkelanjutan sampai mandiri. Pengaturan waktu panen diwilayah berpengairan
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
109
teknis (Kecamatan Pulung) telah dilakukan petani dengan pengaturan pengairan.
Sosialisasi dan pendampingan teknologi PTKJS pada 7 kelompok tani jeruk
bersama kegitan SLPHT jeruk yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten
Ponorogo bersama dengan BPTP Jawa Timur.
Promosi pasar dengan berpartisipasi pada lomba, berpartisipasi pada
ekspo di Hari Krida Pertanian Propinsi dan temu bisnis dan promosi melalui
media masa dapat menarik pembeli. Masalahnya adalah untuk tingkat supliyer
dengan ketentuan kualitas tertentu misalnya rasa harus manis dan kuantitas
tertentu misalnya 0.5 atau 1 ton per minggu selama 4 bulan, sehingga
memerlukan pertanaman dengan luasan yang cukup.
3.10.5. Pengkajian Model Agribisnis Pisang Spesifik Lokasi
Pisang sebagai komoditas buah-buahan unggulan Nasional, prioritas
program pengembangannya melalui penumbuhan sentra yang dilaksanakan
melalui pendekatan sistim agribisnis. Dalam pengembangan agribisnis, sangat
diperlukan adanya keterkaitan yang erat antara subsistem agribisnis, yaitu
subsistem sarana dan prasarana, subsistem produksi, subsistem industri
pengolahan dan subsistem pemasaran. Permasalahan dalam pengembangan
pisang adalah produktivitas dan kualitas buah yang diusahakan masih rendah.
Oleh karena itu tujuan pengkajian adalah untuk : (a) Meningkatkan produktivitas
dan hasil melalui penerapan teknologi; (b) menentukan kombinasi output
optimum; (c) mengetahui nilai tambah berbagai macam olahan pisang Mas
Kirana dan Informasi yang diperoleh berguna untuk mengembangkan
agroindustri pisang Mas kirana yang melibatkan pemasok bahan baku, pengolah
dan pemasaran output agroindustri. Penelitian dilakukan dua kelompok tani Rejo
Agung dan Raja Mas di desa Kandangtepus, kecamatan Senduro, kabupaten
Lumajang dengan metode farmer partisipative research. Hasil pengkajian
menunjukkan bahwa (a) hasil penerapan teknologi pengelolaan pisang secara
terpadu dapat meningkatkan produktivitas buah pisang 20% (1,25-2 kg/tandan),
keuntungan bersih 10% dan keunggulan kompetitif 10% dibandingkan teknologi
petani. (b) kombinasi optimum pada macam olahan pisang Mas Kirana adalah
225 pak dodol, 112 pak sale dan 31 bungkus tape; (c) nilai tambah yang
Laporan Tahunan BPTP Jawa Timur 2006
110
diciptakan dari setiap kg pisang Mas Kirana bervariasi yaitu sekitar Rp 700,-
sampai Rp 3.000,- per kg pisang Mas Kirana atau nilai tambah agroindustri
berkisar 20-42,86% dari nilai produksi yang dihasilkan per kg pisang Mas Kirana,
kecuali tepung yang menurunkan nilai tambah sebesar Rp 50,- atau 6,25%,
Hasil pameran olahan pisang yang diminati konsumen adalah sale dan dodol.
Telah ada kemitraan pemasaran buah segar dengan PT Sewu Segar Jakarta,
tetapi untuk pemasaran hasil olahan masih perlu promosi.
3.10.6. Pengkajian Model Agribisnis Anggur dan Mangga (belum masuk)