bab ŽŽ - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-mochamadhe... ·...
TRANSCRIPT
BAB ΙΙ
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persiapan Menghadapi Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan
membrane dari dalam janin melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi
pada system reproduksi wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum
persalinan dimulai (Bobak, Lowdermild, Jensen 2004).
2. Proses Persalinan
Proses persalinan, menurut Pillitteri, Adele (2002) terdiri dari 3
tingkatan atau 3 kala sebagai berikut yaitu : (Pillitteri, Adele, 2002)
a. Kala satu persalinan merupakan permulaan kontraksi persalinan sejati
yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri
dengan pembukaan lengkap (10 cm). Kala satu dibagi menjadi dua
fase yaitu laten dan aktif.
1) Fase laten yaitu adalah periode waktu dari awal persalinan hingga
ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif yang
umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga
pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase
aktif. Selama fase laten berlangsung bagian presentasi mengalami
penurunan sedikit hingga tidak sama sekali. Kontraksi terjadi lebih
stabil selama fase laten seiring dengan peningkatan frekuensi,
8
durasi dan intensitas dari setiap 10 menit sampai 20 menit,
berlangsung 15 detik sampai 20 detik, dengan intensitas ringan.
2) Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif
pembukaan hingga pembukaan menjadi komplet dan mencakup
fase transisi. Pembukaan umumnya dimulai dari tiga sampai empat
sentimeter (atau pada akhir fase laten) hingga 10 sentimeter.
Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama
akhir fase aktif dan selama dua persalinan.
3) Fase transisi selama terjadi, wanita mengakhiri kala satu persalinan
pada saat hampir memasuki dan sedang mempersiapkan diri untuk
kala dua persalinan. Sejumlah besar tanda dan gejala, termasuk
perubahan perilaku, telah diidentifikasi sebagai petunjuk transisi
ini. Tanda dan gejala fase transisi diantaranya adalah adanya
tekanan pada rektum, berulang kali pergi ke kamar mandi, tidak
mampu mengendalikan keinginan untuk mengejan, ketuban pecah,
penonjolan dan pendataran rektum dan perinium, bunyi dengkuran
pada saat mengeluarkan napas.
b. Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan
diakhiri dengan kelahiran bayi. Kala dua dibagi menjadi tiga fase
yaitu:
1) Fase I : periode tenang : dari dilatasi lengkap sampai desakan
untuk mengejan atau awitan usaha mengejan yang sering dan
berirama.
9
2) Fase II : mengejan aktif, dari awitan upaya mengejan yang
berirama atau desakan untuk mendorong sampai bagian presentasi
tidak lagi mundur diantara usaha mengejan.
3) Fase III : perineal, dari cronwning (mengejan) bagian presentasi
sampai kelahiran semua tubuh bayi.
c. Kala tiga persalinan dimulai dengan saat proses kelahiran bayi selesai
dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala
persalinan plasenta. Kala tiga persalinan berlangsung rata-rata antara
5-10 menit. Adapun kala tiga terbagi dalam dua fase yaitu :
1) Pelepasan plasenta adalah hasil penurunan mendadak ukuran
kavum uterus selama dan setelah kelahiran bayi, sewaktu uterus
berkontraksi mengurangi isi uterus. Pengurangan ukuran uterus
secara bersamaan berarti penurunan area pelekatan plasenta.
2) Pengeluaran plasenta adalah dimulai dengan penurunan plasenta ke
dalam segmen bawah uterus. Plasenta kemudian keluar melewati
serviks ke ruang vagina atas, dari arah plasenta keluar.
3. Persiapan Persalinan
Persiapan diartikan sebagai suatu program instruksi yang bertujuan
tertentu dan berstruktur (Matterson, 2001). Persiapan persalinan bertujuan
untuk menyiapkan semua kebutuhan selama kehamilan maupun proses
persalinan. Persiapan persalinan adalah segala sesuatu yang disiapkan
dalam hal menyambut kelahiran anak oleh ibu hamil. Persiapan persalinan
10
pada trimester III meliputi faktor resiko ibu dan janin, perubahan psikologi
dan fisiologi, tanda-tanda bahaya dan bagaimana meresponnya, perasaan
mengenai melahirkan dan perkembangan bayi, tanda-tanda saat hendak
melahirkan, respon terhadap kelahiran, ukuran-ukuran kenyamanan situasi
kelahiran cesar dan perawatan yang terpusat pada keluarga (Matterson,
2001).
Persiapan persalinan merupakan salah satu program pada desa
Siaga yaitu desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara
mandiri. Dalam program desa siaga dimana para bidan desa, tokoh
masyarakat, ikut aktif berperan menangani kesehatan dan membantu
persalinan kepada ibu hamil dan ibu melahirkan dan melakukan
pemeriksaan ibu (Depkes, 2004).
Persiapan persalinan mempunyai beberapa hal, menurut Bobak,
Lowdermild, Jensen (2004) ada 4 hal,yaitu :fisik, psikologis, finansial,
kultural.
a. Persiapan Fisik
Proses persalinan adalah proses yang banyak melelahkan,
untuk itu perlunya dilakukan persiapan fisik semenjak kehamilan
11
memasuki bulan ke 8 kehamilan, hal ini disebabkan persalinan bisa
terjadi kapan saja.
Persiapan fisik berkaitan dengan masalah kondisi kesehatan
ibu, dimana ibu perlu menyiapkan kondisi fisik sebelum hamil. Ibu
memahami berupa adanya perubahan fisiologi sebelum terjadi
persalinan kira-kira 2 minggu, dimana ibu akan lebih mudah bernafas
karena fundus uteri agak menurun berhubung kepala janin mulai
masuk ke dalam pintu atas pinggul (PAP), Ibu akan sering buang air
kecil (BAK) karena turunnya kepala janin ke dalam PAP yang
menekan vesika urinaria serta ibu merasakan adanya gambaran his
palsu yaitu kadang-kadang perut mengejang.
Makan makanan bergizi dan minum yang cukup banyak, serta
tetap melakukan aktivitas seperti berjalan pagi, atau kegiatan rumah
lainnya (untuk yang bekerja dipastikan sudah cuti), dan tetap istirahat
yang cukup. Hal tersebut di atas dimaksudkan bahwa dengan aktivitas,
istirahat dan gizi yang baik, energi dan tenaga untuk menghadapi
persalinan nanti diharapkan cukup baik, dan dapat membantu
prosesnya agar lancar dan cepat, ibu juga tidak anemia dan mengalami
lemas kehabisan energi, karena proses persalinan bisa berbeda-beda
waktunya pada setiap orang, ada yang lama, ada yang cepat, dan
umumnya melelahkan (Isnandi. 2009).
12
Zat gizi berperan vital dalam pertumbuhan janin. Selama
kehamilan, metabolisme energi meningkat akibat perubahan sistem
tubuh dan perkembangan janin. Oleh karena itu, kebutuhan akan
energi dan zat gizi harus ditingkatkan. Kebutuhan-kebutuhan zat gizi
tersebut harus memenuhi (Anonim, 2008) :
1). Kalori
Selama trimester kedua dan ketiga kehamilan membutuhkan 300
kalori per hari. Walaupun peningkatan ini tidak digunakan dalam
trimester pertama, bukan berarti keseimbangan nutrisi tidak
penting. Kalori tambahan ini diperlukan agar berat badan
meningkat (total 12 hingga 16 kg selama hamil). Hal ini sangat
diperlukan untuk menghasilkan berat badan bayi yang cukup saat
dilahirkan. Sebaiknya pada trimester pertama, pertambahan bobot
hanya 0, 5 kg setiap bulannya. Sedangkan pada trimester kedua, 0,
5 kg setiap minggunya. Sedangkan di trimester terakhir (bulan ke-
9), hanya boleh 0, 5 hingga 1 kg. Kalori bisa dapatkan dengan
mengkonsumsi kacang-kacangan, buah, sereal, beras merah, sayur,
kentang.
2). Protein
Protein sangat diperlukan untuk membangun, memperbaiki, dan
mengganti jaringan tubuh. Ibu hamil memerlukan tambahan nutrisi
13
ini agar pertumbuhan janin optimal. Protein bisa dapatkan dengan
mengkonsumsi tahu, tempe, daging, ayam, ikan, susu, dan telur.
3). Kalsium
Penelitian menunjukkan bahwa janin memerlukan 13 mg kalsium
dari darah ibu. Janin memerlukan kalsium untuk pertumbuhan
tulang dan giginya. Jika jumlah kalsium yang didapatkan kurang,
maka akan diambil dari tulang. Akibatnya dapat mengalami
pelunakan tulang (osteomalasia). Kalsium bisa didapatkan dengan
mengkonsumsi produk susu, tahu, brokoli, kacang-kacangan.
4). Zat besi
Kekurangan zat besi akan mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan janin menjadi terhambat. Kekurangan zat besi dapat
meningkatkan resiko cacat (mortalitas) pada ibu dan janin. Karena
kebutuhan zat besi sulit dipenuhi dari diet pola makan, maka
terkadang pemakaian suplemen disarankan. Zat besi bisa
didapatkan dengan mengkonsumsi bayam, daging merah, hati,
ikan, unggas, kerang, telur, kedelai.
5). Asam folat (vitamin B)
Asam folat yang dikonsumsi sejak masa pembuahan dan awal
kehamilan mampu mencegah cacat lahir pada otak dan tulang
belakang. Penelitian menunjukkan resiko kelainan tulang belakang
(spina bifida) dan kelainan ronggga otak (anensefali) menurun
14
hingga 50%. Sangat disarankan untuk mendapatkan 400 mg asam
folat per hari. Asam folat bisa didapatkan dengan mengkonsumsi
jus jeruk bayam, oatmeal, brokoli, stoberi, dan roti.
6). Cairan
Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air
ketubah. Minum setidaknya 8 hingga 10 gelas setiap harinya.
Mengurangi asupan cairan tidak akan mengurangi bengkak yang
dialami. Namun dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal.
Konsumsi cairan yang terbaik adalah air putih, selain itu juga dapat
mengkonsumsi sup, jus, dan teh.
7). Garam
Garam dapat membantu mengatur air dalam darah. Kebutuhan
tubuh akan garam sedikit, sekitar 2000 hingga 8000 mg per hari.
Beberapa ibu yang terkena darah tinggi atau preeklamsia bahkan
tidak memerlukan tambahan akan konsumsi garam.
Selain hal di atas ibu perlu memahami gambaran jelas dan
sistemis tentang jalannya persalinan, mengetahui teknik mengedan dan
bernafas yang baik, harus menjaga kebersihan badan dan kesesuaian
pakaian. Persiapan fisik berupa kebersihan badan menjelang persalinan
karena bermanfaat jika dengan mandi dan membersihkan badan akan
mengurangi kemungkinan adanya kuman yang masuk selama
persalinan dan dapat mengurangi terjadinya infeksi sesudah
15
melahirkan. Ibu akan merasa nyaman selama menjalani proses
persalinan.
Persiapan fisik lain yang perlu diperhatikan adalah dengan
melakukan olah raga misalnya senam hamil, karena seorang
perempuan memerlukan fisik yang fit untuk melahirkan. Kondisi fit ini
ada hubungannya juga dengan ada atau tidaknya penyakit berat yang
diidap oleh calon ibu. Jika ditemukan riwayat darah tinggi atau asma
berat, misalnya, berarti tidak bisa dilakukan persalinan normal.
sehingga sejak awal kehamilan, sudah harus direncanakan kelahiran
dengan operasi (Iskandar, 2007).
Senam hamil ini hanya bisa dilakukan ketika kandungan
berusia 22-36 minggu. Namun, yang perlu diperhatikan, tidak semua
kondisi ibu hamil dapat melakukan treatment ini, sehingga disarankan
melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter pendamping
kandungan. Ada dua tipe kondisi wanita yang tidak bisa melakukan
senam hamil, yaitu yang bersifat relatif (riwayat kebidanan jelek, janin
kembar, menderita diabetes, letak bayi sungsang). Sementara yang
bersifat mutlak tidak boleh dilakukan senam hamil adalah (menderita
penyakit jantung, hipertensi, resiko kalahiran prematur).
Latihan senam ini harus dihentikan jika terjadi keluhan nyeri di bagian
dada, nyeri kepala, dan nyeri persendian, kontraksi rahim yang sering,
keluar cairan, denyut jantung meningkat > 140/menit, kesulitan untuk
16
berjalan, dan mual, serta muntah yang menetap.
Senam hamil dibagi menjadi empat tahap berdasarkan usia kandungan.
Tahap pertama (usia kehamilan 22-25 minggu), tahap kedua (usia
kehamilan 26-30 minggu), tahap ketiga (31-35 minggu) dan tahap
keempat (36-melahirkan) (Indarti, 2008). Berikut adalah gerakan-
gerakan untuk senam hamil :
a) Ambil posisi berdiri di atas matras, kedua tangan di samping
badan. Kemudian angkat kedua tangan ke atas kepala sambil
menarik nafas dari hidung. Kemudian buang nafas lewat mulut
sambil menurunkan kedua tangan.
b) Ambil posisi duduk di atas matras, kedua kaki diluruskan. Berat
badan bertumpu pada kedua tangan. Kemudian sambil tarik napas
dorong dan tarik telapak kaki secara bergantian.
c) Masih tetap dalam posisi yang sama, gerakkan kedua telapak kaki
secara bersamaan, ke arah depan dan belakang secara bergantian
disertai dengan tarik dan buang nafas.
d) Tetap dalam posisi yang sama, buka kaki selebar paha, kemudian
tarik telapak kaki ke arah luar secara bersamaan, kemudian tarik ke
dalam secara bersama pula.
e) Ambil posisi duduk sila, kemudian putar kepala, empat hitungan
pertama tarik nafas dan empat hitungan kemudian buang nafas.
f) Lalu ambil posisi berbaring, letakkan kedua tangan di samping
tubuh, posisi kedua kaki di tekuk, lalu tarik napas sambil
17
mengangkat kaki hingga membentuk sudut 90 derajat, lalu
embuskan napas sambil mengembalikan posisi kaki seperti semula.
g) Tetap dalam posisi duduk dan kaki tertekuk, kemudian sambil
menarik napas, angkat pantat, tahan beberapa lama, kemudian
embuskan napas sambil menurunkan pantat.
h) Setelah itu, ambil posisi telentang, lalu tegangkan seluruh otot
tubuh, genggam tangan, tarik telapak kaki hingga lurus, pejamkan
mata, katupkan otot dubur, kemudian relakskan otot-otot tersebut
denga cara membuka telapak tangan dan mata, dan telapak kaki
kondisi normal, ulangi secara bergantian.
i) Untuk relaksasi, ambil posisi berbaring miring ke kiri, kaki kanan
di depan, lalu tangan kiri di belakang dan tangan kanan berada di
depan muka (seperti posisi orang berbaring). Buat tubuh serileks
mungkin.
Persiapan fisik yang lain adalah rutinitas dalam memeriksakan
kehamilan ke petugas kesehatan. Setiap trimester masa kehamilan
memiliki proses tersendiri. Karena itu, penting bagi ibu hamil
mengetahui pertanyaan apa saja yang tepat diajukan setiap kali
berkonsultasi ke dokter berkaitan dengan kondisi kehamilannya.
Bagi ibu yang baru pertama kali hamil, umumnya baru bisa
merasakan gerakan janin di sekitar usia kehamilan 18 minggu. Bagi
yang sudah pernah hamil, akan terasa lebih awal, misalnya usia 16
minggu. Gerakan janin pada awalnya hanya berupa getaran kecil. Ibu
18
hamil trimester 1 dan 2 dianjurkan dapat memeriksakan kehamilannya
setiap satu bulan sekali, dan untuk trimester 3 dianjurkan untuk
memeriksakan kehamilannya 2 minggu sekali (Sjafriani, 2007).
b. Persiapan psikologis
Persiapan pada ibu primigravida umumnya belum mempunyai
bayangan mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir
kehamilannya saat persalinan terjadi. Salah satu yang harus
dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu hindari kepanikan dan
ketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui saat-
saat persalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungan
dari orang-orang terdekat, perhatian dan kasih sayang tentu akan
membantu memberikan semangat untuk ibu yang akan melahirkan.
Keluarga baik dari orang tua maupun suami merupakan bagian
terdekat bagi calon ibu yang dapat memberikan pertimbangan serta
bantuan sehingga bagi ibu yang akan melahirkan merupakan motivasi
tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam menghadapi
persalinan (Sjafriani, 2007).
Dalam mengatasi perasaan takut dalam persalinan, ibu dapat
mengatasinya dengan meminta keluarga atau suami untuk memberikan
sentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa persalinan dapat
berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk memberikan
19
dorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu/ keluarga serta
memberikan bimbingan untuk berdo’a sesuai agama dan keyakinan.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh para ibu primigravida ini
adalah dengan cara mencari pengetahuan seluas-luasnya tentang
masalah kehamilan dan persalinan dengan membaca buku atau hal-hal
lain yang berkaitan dengan masalah kehamilan serta konsultasi kepada
petugas kesehatan.
Perasaan cemas pada ibu hamil bisa berdampak pada janin,
untuk itu perlu adanya stimulus dari untuk menentramkan hati ibu. Hal
yang dapat dilakukan adalah dengan cara mendengarkan musik. Musik
telah dipakai sebagai media pengobatan sejak tahun 550 Sebelum
Masehi, dan dikembangkan Pithagoras dari Yunani. Konsep musik ini
diterapkan bersama oleh pakar musik Peter Huebner dan komposer-
komposer musik klasik Jerman, dalam bentuk musik terapi-medis-
resonansi atau istilah asingnya Medical Resonance Therapy Music,
disingkat MRT-M. Daya pengobatan MRT-M ini membawa dampak
positif pada ibu hamil, baik yang sehat maupun dengan gangguan.
Penurunan angka kelahiran prematur merupakan salah satu pengaruh
efek pengobatan musik tersebut (Umi, 2009).
c. Persiapan finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan merupakan
suatu kebutuhan yang mutlak harus disiapkan, dimana persiapan
20
finansial atau yang berkaitan dengan penghasilan atau keuangan yang
dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung
sampai persalinan. Kondisi ekonomi berkaitan dengan kemampuan ibu
untuk menyiapkan biaya persalinan, menyiapkan popok bayi dan
perlengkapan lainnya, persalinan memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Untuk itu sebaiknya Ibu sudah menganggarkan biaya untuk persalinan.
Biaya bisa Ibu atau keluarga anggarkan disesuaikan dengan tarif
persalinan di tempat di mana rencana persalinan akan berlangsung.
Selain anggaran biaya persalinan perlu juga menentukan
tempat kelahiran sesuai kemampuan kita, misalnya rumah bersalin atau
di rumah dengan mendatangkan bidan. Perencanaan yang adekuat
meliputi penentuan tempat yang tepat dengan pertimbangan dalam
memilih tempat bersalin dengan mempertimbangkan jarak tempat
bersalin dengan rumah, kualitas pelayanannya, ketersediaan tenaga
penolong, fasilitas yang dimiliki, kemampuan pembiayaan dimana
setiap klinik/rumah sakit memiliki ketentuan tarif yang beragam.
d. Persiapan kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, tradisi dan
tingkat hidup yang kurang baik terhadap kehamilan, dan berusaha
mencegah akibat itu. Persiapan yang berhubungan dengan kebiasaan
yang tidak baik sebelum kehamilan untuk dihindari selama kehamilan
terjadi. Faktor budaya sangat penting dimana terdapat tradisi untuk
21
membawa plasenta ke rumah, cara berperilaku yang benar selama
kehamilan dengan menjaga sikap dan perilaku.
B. Primigravida Trimester III
a. Pengertian
Pada Trimester ke tiga ini perut ibu sudah membesar, maka para
calon ibu sudah akan mempersiapkan untuk kehadiran si bayi baru dalam
keluarga. Pada tahap ini dimungkinkan muncul berbagai perasaan
emosional yang berbeda-beda. Kegembiraan untuk bertemu bayi baru atau
mungkin ada kekuatiran dengan kesehatan bayi. Pada saat ini calon ibu
akan mulai berfikir tentang persalinan, dengan tambahan perubahan emosi,
tubuh secara fisik juga mengalami perubahan pada trimester akhir ini.
Perubahan-perubahan tersebut meliputi sakit punggung karena beban berat
tubuh, payudara, konstipasi, pernapasan, sering kencing, masalah tidur,
varises, kontraksi perut, bengkak, kram kaki dan cairan vagina. Sehingga
pada masa ini perlu persiapan yang sangat matang dari para calon ibu
(Suririnah, 2004).
Pada tahap trimester III terjadi lebih mengarah kepada keselamatan
dirinya dan bayinya, dimana muncul rasa takut terhadap nyeri, mutilasi
dan kekhawatiran tentang perilakunya dan kemungkinan ia kehilangan
kendali diri selama persalinan, ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin
yang mengganggu istirahat ibu, peningkatan ukuran abdomen serta posisi
yang nyaman sulit didapat (Bobak. Lowdermilk, Jensen, 2004).
22
b. Primigravida
Primigravida yaitu ibu yang hamil untuk pertama kalinya. Masa
kehamilan adalah masa dari adanya pembuahan (konsepsi) sampai
lahirnya seorang bayi. Kehamilan yang normal berlangsung selama 280
hari atau 40 minggu atau 10 bulan, dengan catatan 1 bulan terdiri dari 4
minggu (Saidun, 2001).
Kalangan medis menghitung masa kehamilan sejak menstruasi
terakhir, bukan sejak terjadinya pembuahan, sebab yang bisa diketahui
pasti adalah hari haid terakhir. Kehamilan terjadi bila pada masa ovulasi
diadakan persetubuhan sehingga sel telur dan sel mani (sperma) bertemu.
Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stress,
tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi
perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar (Bobak,
Lowdermild, Jensen, 2004).
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi persiapan persalinan
Menurut Matterson (2001), persiapan persalinan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya, yaitu: Umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan.
1. Umur
Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator
dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu
pada setiap pengalamannya. Usia yang cukup dalam mengawali atau
memasuki masa perkawinan dan kehamilan akan membantu seseorang
23
dalam kematangan dalam menghadapi persoalan atau masalah, dalam hal
ini menghadapi kehamilan dan perubahan selama hamil. Demikian
sebaliknya dengan usia kurang dari 16 tahun maka kemungkinan
kematangan pikiran dan perilaku juga kurang terlebih menghadapi
perubahan dan adaptasi selama kehamilan.
Karakteristik pada ibu hamil berdasarkan usia sangat berpengaruh
terhadap perhatian dalam proses persalinan, dimana semakin muda umur
ibu maka semakin kurang perhatian serta pengalaman yang dimiliki ibu
hamil karena ketidaksiapan ibu dalam menerima sebuah kehamilan, selain
itu usia yang masih muda sistim reproduksi yang belum matang, sehingga
akan berisiko terjadi gangguan selama kehamilan. Hal ini akan berdampak
pada persiapan persalinan yang minim dan dapat berdampak buruk selama
proses persalinan berlangsung (Dedeh, 2004).
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan tentang persiapan menghadapi
persalinan yang mereka peroleh (Kodyat, 1999). Dari kepentingan
keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap
adanya persalinan yang bermasalah atau terjadi insiden selama proses
persalinan terjadi dan keluarga dapat segera mengambil tindakan
secepatnya. Tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya
seseorang menyerap dan memakai pengetahuan (Notoatmodjo, 2003),
24
demikian halnya dengan persiapan menghadapi persalinan yang mereka
peroleh.
3. Pekerjaan
Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan
sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan
sebagai timbulnya suatu masalah pada persiapan menghadapi persalinan,
dimana kondisi kerja yang menonjol sebagai faktor yang mempengaruhi
persiapan menghadapi persalinan karena tersitanya waktu. Pada ibu-ibu
yang bekerja di luar rumah sudah membuat persiapan menghadapi
persalinan meski persiapan yang dimiliki terkadang belum sesuai
(DepKes, 2002).
4. Pendapatan (Ekonomi)
Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi kesiapan
keluarga dalam mempersiapakan semua kebutuhan selama kehamilan dan
persiapan persalinan. Pendapatan berpengaruh pada daya beli seseorang
untuk membeli sesuatu. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang
paling menentukan kuantitas maupun kualitas persiapan selama kehamilan
antara lain menyiapkan biaya persalinan, menyiapkan barang-barang yang
dibutuhkan menjelang persalinan serta menjaga asupan makan selama
kehamilan. Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan
yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin. begitupun dalam
25
mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan
pendapatan keluarga.
5. Dukungan Suami
Dukungan suami merupakan dorongan terhadap ibu baik secara
moral maupun material, dimana dukungan suami sangat mempengaruhi
ibu dalam menghadapi persalinan, adapun dukungan suami perhatian,
dimana perhatian yang diberikan sangat membantu ibu menghadapi
persalinan dan memberikan rasa nyaman dan percaya diri dalam
menghadapi masalah selama menghadapi persalinan. Informasi, dimana
suami yang selalu mendukung akan memberikan informasi tentang
persiapan persalinan, baik informasi yang didapat dari TV maupun
majalah dan koran. Secara finansial, suami akan menyediakan dana atau
uang untuk keperluan biaya persalinan nantinya. Secara emosional,
dimana suami mengingatkan atau memberikan saran pada ibu untuk selalu
perhatian dan menjaga kondisi janin (Friedman, 1998)
Dukungan suami dalam menghadapi kehamilan maupun persalinan
sangatlah berarti, dimana suami dapat menumbuhkan rasa percaya diri
pada istri, sehingga mentalnya cukup kuat dalam menghadapi proses
persalinan. Membantu istri dalam menyiapkan semua kebutuhan bayi,
memperhatikan secara detail kebutuhan istri dan menumbuhkan rasa
percaya diri serta rasa aman. Selain itu suami dapat bekerjasama dengan
anggota keluarga dan teman terdekat memberikan dukungan yang positif
(Narulita, 2006).
26
6. Dukungan keluarga dan teman
Dukungan yang diberikan oleh keluarga maupun teman merupakan
salah satu dukungan yang dibutuhkan oleh ibu yang akan melahirkan,
dimana ibu saat melahirkan membutuhkan bantuan untuk menyediakan
perawatan selama kehamilan maupun menunggu proses persalinan terjadi
(Matterson, 2001).
7. Dukungan tenaga kesehatan
Selama masa kehamilan dan persalinan terjadi, ibu primigravida
trimester III mendapat dukungan dari tenaga kesehatan salah satunya
adalah bidan, diman ibu primigravida trimester III diberi arahan, dan
kebutuhan apa saja selama kehamilan dan persalinan nantinya misalnya
cara merawat payudara, cara menyusui serta memantau status kesehatan
ibu primigravida trimester III (Matterson, 2001).
D. Tingkat Pengetahuan (Knowledge)
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia yakni melalui indra penglihatan,
penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan mencakup ingatan yang dipelajari dan
disimpan dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta, kaidah, dan prinsip
serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan
27
akan digali pada saat yang dibutuhkan melalui bentuk mengingat atau
mengenal kembali (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkat pengetahuan
Notoatmodjo (2003), yang mengutip dari Bloom (1978) tingkat
pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall). Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain mampu menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
terhadap obyek yang telah dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata sebelumnya.
28
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilain terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan kriteria yang
sudah ada.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2003), yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih
mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula
untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
memberikan pengetahuan yang jelas.
29
c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,
karena informasi-informasi baru akan di saring kira-kira sesuai dengan
kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur
semakin banyak (bertambah tua).
e. Sosial Ekonomi
Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan
dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang di
miliki harus dipergunakan semaksimal mungkin. begitupun dalam
mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan
dengan pendapatan keluarga
4. Cara mencari pengetahuan
Ada berbagai macam cara untuk mencari atau memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu :
a. Cara tradisional
Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai
orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya
metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis
(Notoatmodjo, 2003).
30
b. Cara coba-salah (Trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila
menghadapi persoalan untuk masalah, upaya pemecahannya dilakukan
dengan cara coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang
dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah.
Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan
terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara
memecahkan masalah (Notoatmodjo, 2003).
c. Kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan
tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya
diwariskan turun temurun dari generasi berikutnya. Dimana
pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
d. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Perlu diperhatikan
bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang
31
untuk menarik kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan
logis (Notoatmodjo, 2003).
e. Melalui jalan pikir
Sejalan dengan perkembangan kebudayaaan umat manusia, cara
berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi dan deduksi
(Notoatmodjo, 2003).
f. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian,
dimana cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung
terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil
pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan
akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2003).
5. Cara pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang bertujuan untuk mengetahui atau menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan yang akan ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang akan
kita ketahui, dalam hal ini tentang persiapan menghadapi persalinan.
32
E. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori : Sumber : Sarwono (2007), Notoatmodjo (2003), Matterson (2001)
F. Kerangka Konsep
Variabel Independent (bebas) Variabel Dependent (terikat)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Persiapan menghadapi persalinan
Karakteristik Ibu Primigravida Trimester III 1. Umur 2 Pendidikan 3 Pekerjaan 4 Pendapatan
Persiapan menghadapi persalinan
Tingkat Pengetahuan
Persiapan Persalinan
a. Persiapan Fisik
b. Persiapan psikologis
c. Persiapan Finansial
d. Persiapan Kultural Pengetahuan
Karakteristik Ibu Primigravida Trimester III 1. Umur 2 Pendidikan 3 Pekerjaan 4 Pendapatan
Dukungan keluarga dan teman
Dukungan Suami
Dukungan tenaga kesehatan
33
G. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas
(independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Variabel
bebas (karakteristik ibu dan pengetahuan) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel terikat (persiapan menghadapi persalinan), sedangkan yang menjadi
variabel terikat adalah variabel yang terpengaruh varibel bebas.
H. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan umur ibu primigravida trimester III dengan persiapan
menghadapi persalinan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kembang
Kabupaten Jepara.
2. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu primigravida trimester III dengan
persiapan menghadapi persalinan di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kembang Kabupaten Jepara.
3. Ada hubungan pekerjaan ibu primigravida trimester III dengan persiapan
menghadapi persalinan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kembang
Kabupaten Jepara.
4. Ada hubungan tingkat pendapatan ibu primigravida trimester III dengan
persiapan menghadapi persalinan di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kembang Kabupaten Jepara.
5. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu primigravida trimester III dengan
persiapan menghadapi persalinan di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kembang Kabupaten Jepara.