bab iidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · web viewanatomi dan fisiologi...

82
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang berupa infiltrat atau konsolidasi pada alveoli atau jaringan interstitial (Sari, dkk, 2005). Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) (PDPI, 2003). Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru (Mansjoer, 2000). Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2005). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Pitaloka, 2008). 7

Upload: vuanh

Post on 15-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang berupa infiltrat

atau konsolidasi pada alveoli atau jaringan interstitial (Sari, dkk, 2005).

Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh

mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) (PDPI, 2003). Pneumonia

adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru (Mansjoer, 2000). Pneumonia adalah suatu radang paru yang

disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan

benda asing (Ngastiyah, 2005). Pneumonia adalah peradangan yang

mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup

bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan

paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Pitaloka, 2008).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pneumonia

adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus

respiratoris dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan

gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oeh mikroorganisme

yaitu bakteri, virus, jamur maupun parasit.

7

Page 2: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

B. Anatomi Dan Fisiologi

Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar,

menurut Rosa M. Sacharin (1996) yang meliputi :

1. Traktus Respiratorius Bagian Atas

Traktus respiratorius bagian atas terdiri dari banyak bagian dan fungsinya

yaitu :

Gambar 1.1 Traktus Respiratorius

a. Hidung

Bagian anterior dari hidung dari bagi dalam paruhan kiri dan

kanan oleh septum nasi. Setiap paruhan dibagi secara tidak lengkap

menadi empat daerah yang mengandung saluran nasal yang berjalan

kebelakang mengarah pada nasofaring. Area tepat dalam lubang

hidung dilapisi oleh kulit yang mengandung rambut yang kasar. Sisa

dari interior dilapisi oleh membrana mukosa.

8

Page 3: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Fungsi dari hidung adalah membawa udara dari dan ke paru-

paru dan menghangatkan udara saat diinspirasi. Bulu di dalam lubang

hidung dan silia yang melapisi membrana mukosa bertindak untuk

mengangkat debu dan benda asing lain dari udara.

Jika terjadi infeksi, efek lokal utama adalah iritasi dari sel

mulkus yang menyebabkan produksi mukus yang berlebihan,

pembengkakan dari membrana mukosa akibat edema lokal dan

kongesti dari pembuluh darah. Saluran hidung cenderung menjadi

terblokir oleh pembengkakan mukosa dan sekresi virus, sekret jernih,

tetapi jika terdapat invasi sekunder bakteri, sekret menjadi kekuning-

kuningan atau kehijauan akibat adanya pus (neutrofil mati dan

granulosa).

b. Sinus

Sinus paranasal melengkapi suatu sistem ruang udara yang

terletak dalam berbagai tulang pada muka. Sinus dilapisi dengan

mukosa sekretoris dan memperoleh suplai darah dan saraf dari

hidung. Infeksi dari hidung mengarah pada penuhnya pembuluh

darah, peningkatan sekresi mukus dan edema.

c. Laring

Laring terletak di depan faring dan diatas permulaan trakhea.

Terutama terdiri dari tulang rawan tiroid dan tricoid dan tujuh tulang

rawan lain yang dihubungkan secara bersama oleh membrana. Suatu

struktur tulang rawan tergantung diatas tempat masuk ke laring ini

9

Page 4: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

merupakan epiglotis yang mengawal glotis selama menelan,

mencegah makanan masuk laring dan trakhea. Inflamasi dari epiglotis

dapat menimbulkan obstruksi terhadap saluran pernafasan.

Bagian interior laring mengandung dua lipatan membrana

mukosa yang terlentang melintasi ringga dari laring dari bagian

tengah tulang rawan tiroid ke tulang rawan arytenoid. Ini merupakan

pita atau lipatan suara. Selama pernafasan biasa pita suara terletak

dalam jarak tertentu dari garis tengah dan udara respirasi melintas

secara bebas diantaranya tanpa menimbulkan keadaan vibrasi. Selama

insiprasi dalam yang dipaksaan mereka berada dalam keadaan lebih

abduksi, sementara selama berbicara atau menyanyi mereka dalam

keadaan adduksi. Perubahan ini dipengaruhi oleh otot-otot kecil. Pada

anak-anak, pita suara lebih pendek dibandingkan dengan orang

dewasa.

Laring berfungsi sebagai alat respirasi dan fonasi tetapi pada

saat yang sama ambil bagian dalam deglutisi, selama waktu mana

laring akan menutup dalam usaha mencegah makanan memasuki

traktus respiratorius makanan bagian bawah. Laring juga tertutup

selama regurgitasi makanan sehingga mencegah terjadinya aspirasi

makanan. Refleks penutupan ini tergantung pada koordinasi

neurimuskuler yang kemungkinan tidak bekerja secara penuh pada

bayi, sehingga mengarah pada spasme.

10

Page 5: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

2. Traktur respiratorius bagian bawah

Struktur yang membentuk bagian dari traktur respiratorius ini

adalah trakea, bronki dan bronkiolus serta paru-paru.

Tiga yang pertama adalah, trakea, bronki dan kronkiolus,

merupakan tuba yang mengalirkan udara kedalam dan keluar dari paru-

paru. Trakea dimulai pada batas bagian bawah dari laring dan melintas

dibelakang sternum kedalam toraks. Trakea merupakan tuba membranosa

fleksibel, kaku karena adanya cincin tidak lengkap yang berspasi secara

teratur. Tuba dilaisi oleh membana mukosa, epitelium permukaan adalah

kolumner bersilia. Segera setelah memasuki toraks trakea membagi diri

menjadi beberapa cabang yang masuk kedalam suatu substansi paru-paru.

Didalam substansi dari paru-paru bronki membagi diri menjadi

cabang yang tidak terhitung dengan ukuran yang secara progresif

berkurang hingga cabang yang mempunyai penampang yang sangat

sempit, di mana mereka di sebut sebagai bronkiolus. Tuba ini dilapisi

oleh membrana mukosa ditutupi oleh epitelium kolumner bersilia,

berlanjut dengan lapisan dari trakea. Otot polos ditemukan secara

longitudinal dalam bronki yang lebih besar dan trakea. Dalam bronki

yang lebih kecil dan bronkioles hal ini dibatasi oleh dinding posterios.

Seluruh panjang dari percabangan bronkial disuplai dengan serat elastik

yang kaya, bersama dengan semua jaringan lain yang disebutkan, dapat

diubah oleh karena penyakit, sehingga mempengaruhi fungsi normal

11

Page 6: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Gambar 1.2 Traktus Respiratorius Bawah

3. Paru – paru

Secara anatomi, unit dasar dari struktur paru-paru

dipertimbangkan adalah lobulus sekunder. Beratus-ratus dari lobulus ini

membentuk masing-masing paru. Setiap lobulus merupakan miniatur dari

paru-paru dengan percabangan bronkial dan suatu sirkulasi sendiri.

Setiap bronkiolus respiratorius berterminasi kedalam suatu

alveolus. Alveolus terdiri dari sel epitel tipis datar dan disinilah terjadi

pertukaran gas antara udara dan darah.

Gambar 1.3 Alveoli

12

Page 7: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Apeks dari paru-paru mencapai daerah tepat diatas clavicula dan

dasarnya bertumpu pada diaphragma. Kedua paru-paru dibagi kedalam

lobus, yang kanan dibagi tiga, yang kiri dibagi dua. Nutrisi dibawa pada

jaringan paru-paru oleh darah melalui arteri bronkial; darah kembali dari

jaringan paru-paru melalui vena bronkial.

Paru-paru juga mempunyai suatu sirkulasi paru-paru yang

berkaitan dengan mengangkut darah deoksigenasi dan oksigenasi. Paru-

paru disuplai dengan darah deoksigenasi oleh arteri pulmonalis yang

datang dari ventrikel kanan. Arteri membagi diri dan membagi diri

kembali dalam cabang yang secara progresif menjadi lebih kecil,

berpenetrasi pada setiap bagian dari paru-paru hingga akhirnya mereka

membentuk anyaman kapiler yang mengelilingi dan terletak pada dinding

dari alveoli. Dinding dari alveoli maupun kapiler sangat tipis dan

disinilah terjadi pertukaran gas pernapasan. Darah yang dioksigenasi

kembali kedalam atrium dengan empat vena pulmonalis.

Fisiologi Pernafasan Menurut Aziz Alimul Hidayat (2006) meliputi tiga

tahapan yaitu:

1. Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari

atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Dalam proses

ventilasi ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, di antaranya

adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi

13

Page 8: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian sebaliknya,

semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Hal lain yang

mempengaruhi proses ventilasi kemampuan thoraks dn paru pada alveoli

dalm melaksanakan ekspansi atau kembang kempisnya, adanya jalan

napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai

otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom,

terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga

dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat

menyebabkan konstriksi sehingga dapat menyebabkan vasokonstriksi

atau proses penyempitan, dan adanya refleks batuk dan muntah juga

dapat mempengaruhi adanya proses ventilasi, adanya peran mukus

siliaris yang sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron

dapat mengikat virus.

Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah komplians

(complience) dan recoil yaitu kemampuan paru untuk berkembang yang

dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya surfaktan yang

terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan tegangan

permukaan dan masih ada sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps dan

gangguan thoraks atau keadaan paru itu sendiri. Surfaktan diproduksi saat

terjadi peregangan sel alveoli. Surfaktan disekresi saat klien menerik

napas; sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2

atau kontraksi atau menyempitnya paru. Apabila complience baik akan

14

Page 9: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

tetapi recoil terganggu maka dapat menyebabkan depresi pusat

pernapasan.

2. Difusi Gas

Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru

dan CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, diantaranya, pertama,

luasnya permukaan paru. Kedua, tebal membran respirasi/permeabilitas

yang terdiri atas epitel alveoli dan intertisial keduanya. Ini dapat

mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.

Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini dapat

terjadi seperti O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan

O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena

pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan pCO2 dalam arteri

pulmunalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. Keempat, afinitas gas

yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas

Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan

CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan

berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam

plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO2 akan berkaitan dengan Hb

membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalm plasma (5%),

kemudian sebagian menjadi HCO3 berada pada darah (65%).

15

Page 10: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi, di antaranya curah jantung (cardiac output) yang dapat

dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. Isi sekuncup

ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk berkontraksi dan volume

cairan. Frekuensi denyut jantung dapat ditentukan oleh keadaan seperti

over load atau beban yang dimiliki pada akhir diastol. Pre load atau

jumlah cairan pda akhir diastol, natrium yang paling beperan dalam

menentukan besarnya potensial aksi, kalsium berperan dalma kekuatan

kontraksi dan relaksasi. Faktor lain dalam menentukan proses transportsi

adalah kondisi pembuluh darah, latihan/olahraga (exercise), hematokrit

(perbandingan antara sel darah dengan darah secara keseluruhan atau

HCT/PCV), Eritrosit, dan Hb.

Mekanisme pertahanan paru sangat penting dalam menjelaskan

terjadinya infeksi saluran napas. Paru mempunyai mekanisme pertahanan

untuk mencegah bakteri agar tidak masuk ke dalam paru.

Mekanisme pembersihan tersebut adalah :

1. Mekanisme pembersihan di saluran napas penghantar, meliputi :

a. Repitelisasi saluran nagas

b. Aliran lendir pada permukaan epitel

c. Bakteri alamiah atau “epithelial cell binding site analog”

d. Faktor humoral lokal (IgG dan IgA)

e. Kompetisi mikroba setempat

16

Page 11: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

f. Sistem transpor mukosilier

g. Refleks bersin dan batuk

Saluran nafas atas (nasofaring dan orofaring) merupakan

mekanisme pertahanan melalui barier anatomi dan mekanis terhadap

masuknya mikroorganisme yang patogen. Silia dan mukus

mendorong mikroorganisme keluar dengan cara dibatukkan atau

ditelan.

Bila terjadi disfungsi silia seperti pada sindrom kartagener’s,

pemakaian pipa nasogastrik dan pipa nasotrakeal yang lama dapat

menganggu aliran sekret yang telah terkontaminasi dengan bakteri

patogen. Dalam keadaan ini dapat terjadi infeksi nosokomial atau

“Hospital Acquired Pneumonia”.

2. Mekanisme pembersihan di “Respiratory exchange airway”, meliputi:

a. Cairan yang melapisi alveolar termasuk surfaktan.

b. Sistem kekebalan humoral lokal (IgG)

c. Makrofag alveolar dan mediator inflamasi

d. Penarikan netrofil

Sistem kekebalan humoral sangat berperan dalam mekanisme

pertahanan paru (saluran napas atas). IgA merupakan salah satu

bagian dari sekret hidung (10% dari total protein sekret hidung).

Penderita defisiensi IgA memiliki risiko untuk terjadi infeksi saluran

17

Page 12: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

napas atas yang berulang. Bakteri yang sering mengadakan kolonisasi

pada saluran napas atas sering mengeluarkan enzim proteolitik dan

merusak IgA. Bakteri gram negatif (P aeroginosa, E.colli, Serratia

spp, Proteus spp dan K pneumoniae) mempunyai kemampuan untuk

merusak IgA.

Defisiensi dan kerusakan setiap komponen pertahanan saluran

napas atas menyebabkan kolonisasi bakteri patogen sebagai faliti

terjadinya infeksi saluran napas bawah.

3. Mekanisme pembersihan di saluran udara subglotis

Mekanisme pertahanan saluran nafas subglotis terdiri dari

anatomik, mekanik, humoral danm komponen seluler. Mekanisme

penutupan dan refleks batuk dari glotis merupakan pertahanan utama

terhadap aspirat dari orofarinmg.

Bila terjadi gangguan fungsi glotis maka hal ini berbahaya

bagi saluran napas bagian bawah yang dalam keadaan normal steril.

Tindakan pemasangan pipa nasogastrik, alat trakeostomi

memudahkan masuknya bakteri patogen secara langsung ke saluran

napas bawah. Gangguan fungsi mukosiliar dapat memudahkan

masuknya bakteri patogen ke saluran napas bawah, bahkan infeksi

akut oleh M.pneumoniae, H. influenze dan virus dapat merusak

gerakan silia.

18

Page 13: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

4. Mekanisme pembersihan di respiratory gas exchange airway”

Bronkiolus dan alveoli mempunyai mekanisme pertahanan

sebagai berikut:

a. Cairan yang melapisi alveoli

Surfaktan

Suatu Glikoprotein yang kaya lemak, terdiri dari beberapa

komponen SP-A, SP-B. SP-C, SP-D yang berfungsi

memperkuat fagositosis dan killing terhadap bakteri oleh

makrolog.

Aktiviti anti bakteri (non spesifik) : FFA, lisozim, iron

binding protein.

b. IgG (IgG1 dan IgG2 subset yang berfungsi sebagai opsonin)

c. Makrofag alveolar yang berperan sebagai mekanisme pertahanan

pertama.

d. Berfungsi untuk menarik PMN leukosit ke alveolus (ada infeksi

GNB, P.aeruginosa)

e. Mediator biologi

Kemampuan untuk menarik PMN ke saluran napas termasuk C5a,

produksi dari makrofag alveolar, sitokin, leukotrien.

19

Page 14: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Pertumbuhan paru pada masa bayi dan anak-anak dimulai

sejak masih dalam kandungan. Menurut Abraham M. Rudolph (2007)

dijelaskan bahwa :

Ketika seorang bayi lahir cukup bulan, parunya masih berada

pada stadium perkembangan paru pascalahir dikendalikan oleh faktor

yang masih belum dipahami benar. Percabangan jalan nafas sudah

lengkap sebelum lahir, pertumbuhan paru pascalahir akan

dilanjutkjan dengan meningkatkan ukuran jalan nafas dan

pertumbuhan alveolus baru.

1. Jalan Nafas

Sejumlah kartilago-berartikulasi, tiga yang tunggak dan

tiga yang berpasangan, yang terhubung oleh jaringan elastis dan

otot, menyusun kerangka laring. Otot bekerja pada pasangan

kartilago, untuk melebarkan dan menyempitkan lubang ke faring

bagian bawah. Ujung dorsal sabit kartilaginosa, yang menyokong

trakea serta bronkus, saling dihubungkan oleh otot dan jaringan

ikat.

Cincin otot dan kartilago trakea ini tidak teratur, dan dapat

berpisah atau bersatu, terutama dikarina, yang kerangkanya dapat

membrosa atau kartilaginosa. Pada bronkus berukuran sedang dan

kecil, hanya ada fragmen kartilago dan ototnya membentuk suatu

selubung longgar. Dalam bronkiolus, otot bergabung secara spiral

20

Page 15: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

dalam putaran heliks dan secara proporsional lebih tebal

dibandingkan otot dalam jalan napas yang lebih besar.

Kartilago, struktur penyokong lain, dan jaringan kelenjar

ditemukan pada semua usia, tetapi jumlah dan penyebarannya

bervariasi sesuai dengan pertumbuhan. Sel epitel bersilia

berkembang baik saat lahir, tetapi hanya ada sedikit sel goblet dan

kelenjar mukosa di dalam bronkus. Sesudah beberapa bulan

pertama, jumlah sel goblet bertambah secara cepat, jumlah dan

ukuran kelenjar mukosa bertambah dan menjadi banyak sekali

pada usia 1 tahun.

Jumlah kelenjar trakeobronkial yang banyak dan

penyebarannya yang luas bersifat unik bagi jalan napas udara dan

jarang ditemukan pada mamalia lain. Pertumbuhan pada daerah

potongan lintang dan massa jaringan pada subdivisi jalan napas

tidak seragam. Kecepatan penambahan diameter trakea dan

bronkus lebih cepat pada tahun-tahun awal dan selama pubertas,

sedangkan sesudah pertumbuhan cepat awal, diameter bronkiolus

bertambah dengan lambat. Sejak lahir sampai selesainya

pertumbuhan, berat paru dan kapasitas paru total meningkat 20

kali, sedangkan diameter jalan napas bertambah hanya dua kali

(bronkiolus) sampai tiga kali lipat (trakea).

21

Page 16: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Pada bayi baru lahir, trakea dan bronkus mempunyai

kartilago jaringan elastin, jaringan ikat atau otot yang relatif

sedikit, dan perbandingan diameter lumen terhadap ketebalan

dinding, besar. Otot di jalan nafas yang lebih kecil lebih tipis pada

masa neonatus dan meningkat sedikit pada tahun pertama,

sesudah tahun ke-4, ketebalannya bertambah sebanding dengan

pertumbuhan paru. Sejak lahir sampai usia 15 tahun, diameter

bronkiolus besar melebar dua kali lipat, ketebalan dindingnya

menebal tiga kali lipat, dan jumlah jaringan penyokongnya

bertambah empat atau lima kali. Luas permukaan jalan napas

orang dewasa adalah sekitar 2500 cm2

2. Parenkim

Parenkim meliputi bronkiolus resporatorius, duktus

elveolaris, alveoli, kapiler paru, limfatik dan jaringan penyokong

interstisialnya. Bronkiolus respiratorius yang berdiameter agak

lebih besar daripada bronkiolus terminalis, membagi duktus

alveolaris yang menjadi tempat menonjolnya sejumlah alveoli.

Struktur ini, yang mendapat nutrisi dari sirkulasi artero

pulmonalis, tampaknya tidak mendapat suplai saraf, tetapi otot

polos di dinding bronkiolus respiratorius dan di sekitar muara

elveoli bereaksi terhadap stimulasi yang diberikan secara lokal.

22

Page 17: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Sel kuboid bersilia dan tidak bersilia melapisi bronkiolus

resporatorius. Epitel ini berlanjut dengan sel pipih tidak bersilia

yang melapisi duktus alveolaris dan alveolus. Nukleus sel yang

melapisi alveolus terletak dalam cekungan pada dinding kapiler

dan saling berjauhan, menempati hanya sekitar sepersepuluh

permukaan alveolus, sitoplasmanya yang tipis menutupi sisa

permukaan. Tidak ada sel mukosa pada bronkiolus respiratorius.

Meskipun demikian, endapan yang menyerupai mukus, yang

berlanjut dengan lapisan aselular yang menutupi sitoplasma sel

alveolus menutupi epitel bronkiolus resporatorius.

Elemen pendukung percabangan bronkiolus berlanjut

dengan kerangka alveolus. Putaran heliks otot polos berlanjut dari

bronkiolus terminal ke sekeliling bronkiolus respiratorius. Masa

otot berkurang secara bertahap seiring dengan mendekatnya ujung

duktus alveolaris yang buntu dan sisa untaian otot polos berakhir

dengan pembentukan cincin di sekeliling mulut alveolus. Jaringan

interstisal longgar antara bronkiolus respiratorius berisi banyak

pembuluh limfe kecil dan percabangan kecil arteri serta vena

pulmonalis. Jaringan elastin, kolagen dan retikular juga berjalan

melalui sela interstisial di antara struktur paremkim dan

cenderung berlokalisasi pada mulut alveolus. Serabut kolagen

membentuk berkas bergelombang ketika paru berada dalam

volume kecil, tetapi tertarik lurus ketika paru mengembang dan

23

Page 18: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

membatasi volume beberapa jauh paru dapat dikembangkan.

Pengembangan paru meregangkan serat elastin dan retikular, pada

akhir inspirasi, serabut ini kembali pada panjang aslinya, sehingga

membantu ekspirasi.

Pada bayi baru lahir, terdapat banyak sekali jaringan

interstisal. Jaringan ini terutama tersusun atas air, pembuluh darah

dan jaringan ikat longgar. Elastin dan kolagen ditemukan dalam

jumlah yang secara proporsional lebih kecil dibandingkan pada

paru orang dewasa, oleh karena itu. Khusus pada paru bayi

prematur, interstisium tidak menyatu secara kuat dan dengan

mudah diperlebar oleh cairan atau udara. Jumlah dan ukuran serat

elastis dalam paru bayi baru lahir mempunyai kualitas pewarnaan

yang berbeda dari jaringan elastis matur, sehingga mungkin ada

perbedaan kualitatif dan kuantitatif. Sifat pewarnaan jaringan

elastis pada usia 1 tahun serupa dengan pada orang dewasa.

Paru tumbuh dengan menambah ukuran dan jumlah

elveolusnya. Dunhill menghitung bahwa ada 24 juta alveolus

pada saat lahir, 250 juta pada usia 4 tahun, dan 296 juta pada

orang dewasa. Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan paru

terutama dapat disebabkan oleh generasi alveolus dalam dekade

pertama kehidupan. Pada masa kanak-kanak, pertumbuhan

mungkin merupakan akibat penambahan ukuran unit karena

diameter alveolus terus bertambah sampai masa dewasa.

24

Page 19: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Pertumbuhan paru tidak berjalan liniear terhadap usia, tetapi dari

masa bayi sampai masa dewasa, ukuran paru sebanding dengan

tinggi badan. Ukuran relatif volume dan kapasitas paru primer

sama dengan semua usia, volume residu adalah sekitar 25%,

kapasitas residu fungsional sekitar 40% dan volume tidal selama

respirasi normal sekitar 8% kapasitas paru total.

C. Tumbuh Kembang Anak

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta

jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh

sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan

berat (Depkes RI, 2005).

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebih komplek dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan

bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Depkes RI, 2005).

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan normal yang

merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut menurut DepKes RI

( 2005) antara lain:

1. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

a. Ras /etnik atau bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak

memiliki faktor herediter ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya.

25

Page 20: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

b. Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,

pendek, gemuk atau kurus.

c. Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun

pertama kehidupan dan masa remaja.

d. Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat

daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,

pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

e. Genetik

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi

anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik

yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.

f. Kelainan kromosom

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan

pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.

2. Faktor luar (eksternal)

a. Faktor Prenatal

1. Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan

mempengaruhi pertumbuhan janin.

26

Page 21: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

2. Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyubabkan kelainan

kongenital seperti clup foot.

3. Toksin / zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid dapat

menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.

4. Endokrin

Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,

hiperplasia adrenal.

5. Radiasi

Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan

pada janin seperti mikrosefall, spina bifida, retardasi mental dan

deformitas anggota gerak, kelainan kongenitial mata, kelainan

jantung.

6. Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH

(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat

menyebabkan kelainan pada janin, katarak, bisu tuli, mikrosefall,

retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.

7. Kelainan Imunologi

Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah

antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap

sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam

27

Page 22: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang

selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubninemia dan Kern icterus

yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

8. Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta

menyebabkan pertumbuhan terganggu.

9. Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan

mental pada ibu hamil dan lain-lain.

b. Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat

menyebabkan kerusakan jaringan otak,

c. Faktor pasca salin

1) Gizi

2) Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

3) Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengna kekurangan makanan,

kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan

menghambat pertumbuhan anak.

28

Page 23: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

4) Lingkungan Pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat

mempengaruhi tumbuh kembang anak.

5) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam

keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,

keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

6) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang

terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi

hormon pertumbuhan.

29

Page 24: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Ringkasan Kemajuan Perkembanga mulai lahir sampai umur 5 tahun

Umur Motorik/sensorik Sosial Bahasa Motorik kasar

Lahir- 1 bulan Reflek-reflek primitif, dapat

menghisap, menggenggam,

memberikan respon terhadap

suara-suara mengejutkan

1-3 bulan Menegakkan kepala sebentar,

mengadakan gerakan-gerakan

merangkak jika tengkurap

Memberikan respon senyum

3-4bulan Mengangkat kepala dari

posisi tengkurap dalam waktu

yang singkat, memalingkan

kepala ke arah suara

Tersenyum Bersuara jika diajak

bicara

Mulai mengamati tangan

sendiri, mampu untuk

memegang kerincingan

30

30

Page 25: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

5-9 bulan Berguling dari sisi ke sisi

ketika terlentang,

memalingkan kepala pada

orang yang berbicara

Memperlihatkan

kegembiraan dengan

berlagak dan tersipu-tersipu

Bervokalisasi-suara-

suara bergumam, seperti

suara “ da” “ ma”

Memulai memindahkan

bendadari satu tangan ke

tangan lainnya, mampu

memanipulasi benda-benda

9-10 bulan Duduk dari posisi berbaring;

berpindahy; merangkak

Menolak dan mengenal

orang asing, meniru,

berteriak untuk menarik

perhatian

Mengoceh dan

bervokalisasi,

mengatakan kata-kata

seperti da-da mam-mam

Memungut benda diantara

jari-jari dan ibu jari tangan

1 tahun Merangkak denagn

baikmenarik badan sendiri

untuk berdiri

Menurut perintah sederhana,

meniru orang dewasa,

memperlihatkan berbagai

emosi

Mengucapkan kata-kata

tunggal

Memegang gelas untuk

minum

31

31

Page 26: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

1 ½ tahun Berjalan tanpa di topang,

menaiki tangga atau peralatan

rumah tangga

Ingin bermain dengan anak-

anak lain, meminta minum,

mengenal gambar binatang,

mengenal beberapa bagian

tubuhnya

Telah menggunakn 20

kata yang bisa

dimengerti

Mencoret-coret, membalik-

balik halamn, bermain

dengan balok-balok

2 tahun Mampu berlari, memanjat,

menaiki tangga, membuka

pintu

Mulai bermain denagn anak-

anak lain

Mulai menggunakan 2

atau 3 kata secar

bersama

berpakaian sendiri, tidak

mampu mengikat

kancingmulai

3 tahun Berlari bebas, melompat,

mengendarai sepeda roda tiga

M,engetahui nama dan jenis

kelaminnya sendiri, bermain

secara konstruktif dan

inisiatif

Berbicara dengan

kalimat pendek

menggumenggambar

lingkaran, menggambar yang

dikenal

32

32

Page 27: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

4-5 tahun Mengetahui banyak huruf-

huruf dari alfabet,

mengetahui lagu anak-anak

Bernyanyi berdendang

( Sacharin, 1996)

33 33

Page 28: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

D. Etiologi

Menurut Mansjoer (2000) dan Pitaloka (2008) penyebab dari

pneumonia adalah:

1. Virus

a. Influensa;

b. Para influenza;

c. Rinovirus;

d. Adenovirus;

2. Bakteri

a. Pneumococci

b. Streptococci

c. Staphylococci

d. H. Influenzae

e. Klebsiella

f. Basillius tuberkulosa

g. Diplosoccus pneumonia

3. Microplasma

a. Aspergillus

b. Koksidiodomikosis

c. Histoplasmosis

d. Blastomikosis

e. Fikomiseses

34

Page 29: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

4. Menghirup benda asing

a. Cairan amnion

b. Bahan makanan

c. Seng Stearat

d. Debu

e. Hidrokarbon

f. Zat-zat lipid

g. Asap rokok

5. Sindrom Loeffler

6. Terapi obat-obatan

7. Hipersensitivitas

Dan faktor yang beresiko untuk terjadinya pneumonia yaitu :

1. Penderita yang sakit berat di rumah sakit

2. penderita yang mengalami supresi sistem imun

3. keadaan malnutrisi

4. Kontaminasi peralatan rumah sakit

E. Klasifikasi Pneumonia

Menurut Perhimpunan Dokter paru Indonesia (2003) pneumonia

dapat diklasifikasikan berdasarkan klinis, penyebab dan predileksi infeksi.

a. Berdasar klinis dan epidemiologis

Berdasarkan klinis dn epidemologis, pneumonia terdiri dari :

1. Pneumonia komuniti (community aquired pneumonia)

35

Page 30: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

2. Pneumonia nosokomial (hospital aquired pneumonia / sosicomial

pneumonia)

3. Pneumonia aspirasi

4. Pneumonia pada penderita immunocompromised

b. Berdasar bakteri penyebab

Bedasar bakteri penyebab, pneumonia terdiri atas :

1. Pneumonia bakterial / tipikal

2. Pneumonia atipikal disebabkan mycoplasma, legionella dan

chlamydia

3. Pneumonia virus

4. Pneumonia jamur

c. Berdasar Predileksi Infeksi

Berdasar Predileksi Infeksi pneumonia terdiri atas :

1. Pneumonia Lobaris

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan

sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus.

2. Bronchopneumonia

Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat

disebabkan oleh bakteri maupun virus.

3. Pneumonia Interstitialis

36

Page 31: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Gambar 1.4 Pneumonia

F. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik yang muncul menurut Mansjoer (2000) dan

Pitaloka (2008) yaitu :

1. Demam (390C – 400C) dan menggigil

2. Kejang

3. Gelisah

4. Sesak nafas (dispneu)

5. Sianosis

6. Pernapasan cuping hidung

7. Muntah

8. Diare

9. Batuk kering kamudian produktif

10. Sulit makan

37

Page 32: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

11. krekels

12. Rewel

13. Retraksi dinding dada

14. Nafas cuping hidung

15. Tachipneu

G. Patofisiologi

Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas

menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi

dan penyeraban kuman.

Gambar 1.5 Proses Masuknya Kuman

38

Page 33: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya

sebukan sel PMNs (polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan

kuman dialveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah.

Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa

deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit

PMNs di alveoli dan proses fogositosis yang cepat dilanjutkan stadium

resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag dialveoli, degenerasi sel

dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya kuman dan debris (Mansjoer,

2000).

Gambar 1.6 Konsolidasi

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi, suatu

reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan

menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta

karbondioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil juga berimigrasi

39

Page 34: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

kedalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara.

Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena sekresi, edema

mukosa dan bronkospasme menyebabkan oklusi parsial bronkhi atau alveoli

dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena

yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan

keluar ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak

teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial (smeltzer,

2002).

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien pneumonia meliputi :

1. Penatalaksanaan Medis

Menurut Ngastiyah (2005) pengobatan diberikan berdasarkan etiologi

dan uji resistensi, akan tetapi, karena hal itu perlu waktu, dan pasien

perlu therapi secepatnya maka biasanya diberikan :

a. Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50 –

70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai

spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai

bebas demam 4 – 5 hari.

b. Pemberian oksigen dan cairan intravena biasanya diperlukan

campuran glukosa 5% dan NACL 0,9% dalam perbandingan 3 : 1

ditambah larutan KCL 10 meq/500 ml / botol infus.

40

Page 35: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asrdosis metabolik

akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi

sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.

2. Penatalaksanan Keperawatan

Penatalaksanan keperawatan dalam hal ini yang dilakukan adalah :

a. Menjaga kelancaran pernapasan

Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis karena

adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus atau

paru. Agar klien dapat bernapas secara lancar, lendir tersebut harus

dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan

memberikan O2 2 l/menit secara rumat.

Pada anak yang agak besar dapat dilakukan :

1. Berikan sikap berbaring setengah duduk

2. Longgarkan pakaian yag menyekat seperti ikat pinggang, kaos

baju yang agak sempit.

3. Ajarkan bila ia batuk, lendirnya dikeluarkan dan katakan kalau

lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak napasnya tidak akan segera

hilang.

4. Beritahukan pada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada

yang sakit, boleh duduk/miring ke bagian dada yang lain.

41

Page 36: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Pada bayi dapat dilakukan :

1. Baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan

ganjal dibawah bahunya.

2. Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita / celana yang ada

karetnya.

3. Isaplah lendir dan berikan O2 rumat sampai 2 l/menit. Pengisapan

lendir harus sering yaitu pada saat terlihat lendir di dalam mulut,

pada waktu akan memberikan minum, mengubah sikap baring /

tindakan lain.

4. Perhatikan dengan cermat pemberian infus, perhatikan apakah

infus lancar.

b. Kebutuhan Istirahat

Klien Pneumonia adalah klien payah, suhu tubuhnya tinggi, sering

hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan

klien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara

tepat, usahakan keadaan tenang dan nyamn agar psien dapat istirahat

sebaik-baiknya.

c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan

makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari

dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi.

Untuk mencegah dehidrasi dan kekukrangan kalori dipasang infus

42

Page 37: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

dengan cairan glukosa 5% dan NACL 0,9% dalm perbandingan 311

ditambahkan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.

Pada bayi yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia

boleh menetek selain memperoleh infus beritahukan ibunya agar pada

waktu bayi menetek puting susunya harus sering-sering dikeluarkan

untuk memberikan kesempatan bayi bernafas.

d. Mengontrol Suhu Tubuh

Pasien Pneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia.

Untuk ini maka harus dikontrol suhu tiap jam. Dan dilakukan

kompres serta obat-obatan satu jam setelah dikompres dicek kembali

apakah suhu telah turun.

I. Komplikasi

Komplikasi yang timbul dari pneumonia menurut Ngastiyah ( 2005)

yaitu :

1. Empiema

2. Otitis Media Akut

3. Atelektasi

4. Emfisema

5. Meningitis

43

Page 38: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Sedangkan menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003

kompliksi pneumonia adalah :

1. Efusi Pleura

2. Empiema

3. Abses Paru

4. Pneumothoraks

5. Gagal napas

6. Sepsis

J. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam menegakkan diagnosis

pneumonia menurut Aziz Alimul Hidayat ( 2000) adalah :

a. Pemeriksaan Darah

Pada pemeriksaan biasanya menunjukkan leukositosis dengna

predominan PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan

prognosis buruk dapat ditemukan anemia sedang atau ringan. Terdapat

peningkatan LED

b. Pemeriksaan Radiologis

Pada pemeriksaan radiologis ini memberi gambaran bervariasi yaitu :

1. Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia

2. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris

3. Gambaran bronkhopneumonia difus atau infiltrat inserstitialis pada

pneumonia stafilokok.

c. Pemeriksaan Sputum

44

Page 39: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Gambar 1.7 Perbedaan Alveolus Normal dan Pneumonia

K. Pengkajian Fokus

Hal-hal yang perlu di kaji pada pasien pneumonia menurut Nursalam (2005)

dan Marylin Doengoes ( 2000) yaitu :

1. Riwayat penyakit sekarang

Yang perlu dikaji yaitu :

a. Keluhan yang dirasakan klien

b. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kelurahan yang dirasakan

c. Perubahan yang didapatkan setelah dilakukan usaha.

2. Riwayat penyakit dahulu

Yang perlu dikaji yaitu :

a. Riwayat ibu menderita influensa selama hamil

b. Riwayat terjadi aspirasi mekonium

45

Page 40: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

c. Pernah menderita ISPA

d. Pernah dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama.

e. Pernah terjadi aspirasi ASI

f. Sistem imun anak yang mengalami penurunan

g. Sebutkan sakit apapun yang pernah dialami

3. Riwayat penyakit keluarga

a. Ada anggota keluarga yang sakit ISPA

b. Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia

c. Riwayat sakit dri anggota keluarga

4. Demografi

a. Usia : Lebih sering terjadi pada bayi usia kurang dari 3 tahun

b. Lingkungan : Pada lingkungan yang sering berkontaminasi dengan

polusi udara.

5. Pola pengkajian gordon

Hal-hal yang perlu dikaji :

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.

Yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan dari debu, bagaimana

cara menyusui bayi (menyendawakan atau tidak), bagaimana nutrisi

anak,

b. Pola nutrisi dan metabolik

Biasanya muncul mual, muntah bahkan mungkin tidak nafsu makan

(nafsu makan menurun), pada awal-awal biasanya ada peningkatan

suhu yang mendadak.

46

Page 41: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

c. Pola aktivitas dan latihan

Biasanya lemah, ada dyspnea, dan penurunan toleransi terhadap

aktivitas.

d. Pola istirahat dan tidur

Biasanya istirahat tidur berkurang, bisa terjadi karena batuk.

e. Pola eliminasi

Jika kuman masuk sampai system pencernaan akan berakibat

peningkatan motilitas usus sehingga tidak jarang kalau muncul diare

f. Pola Neurosensori

Bisa muncul nyeri dada subternal jika diawali influenza, kadang

muncul nyeri kepala, nyeri dada substernal akan terasa jika batuk.

g. Pola mekanisme koping

Biasanya anak rewel dan menangis karena merasa tidak nyaman.

h. Pola konsep diri

Pada anak-anak kurang bisa dikaji.

i. Pola hubungan

Anak akan merasa nyaman jika berada didekat orange tua

j. Pola reproduksi

Pada bayi dan anak belum terjadi pematangan reproduksi.

k. Pola kepercayaan

Keyakinan dalam agama

47

Page 42: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

6. Pemeriksaan fisik

Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul

yaitu :

a. Keadaan Umum : Bisa terlihat kelelahan maupun sesak

b. Kesadaran : Bisa sampai somnosent

Tanda-tanda vital :

a) TD bisa normal atau hipotensi

b) nadi meningkat

c) suhu meningkat

d) RR trachipnea

c. Kepala : Tidak ada kelainan

d. Mata : Konjungtiva bisa anemis

e. Hidung : Jika sesak akan terlihat nafas cuping hidung

f. Paru :

Inspeksi : Pengembangan paru berat, tidak simetris jika

hanya satu sisi paru, ada penggunaan otot

bantu nafas dan retraksi.

Palpasi : Pengembangan paru tidak sama pada area

konsolidasi, SF bisa meningkatjika terjadi

konsolidasi pada kedua sisi.

Perkusi : bunyi redup pada area konsolidasi.

Auskultasi : bunyi nafas berkurang, bisa terdengar krakels

& RBH.

48

Page 43: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

g. Jantung :

Jika tidak ada kelainan pada jantung, pemeriksaan jantung tidak ada

kelemahan.

h. Ekstremitas

Pada ekstremitas bisa terlihat sianosis, turgor kurang jika dehidrasi.

49

Page 44: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

L. Pathway

Hipertermia

Kuman >> di Bronkus

Akumulasi sekret >> di Bronkus

Obstruksi jalannafas oleh sekret

Bersihan jalan tidak efektif

Proses peradangan di Bronkus

Adanya eksudasi

Peningkatan suhu tubuh

Mukus di Bronkus

Bau mulut tidak sedap, perasaan tidak enak

di tenggorokan

Anoreksia

Intake tidak adekuat

Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Evaporasi >>

Kehilangan cairanlewat kulit

Kuman terbawa di saluran pencernaan

Infeksi saluran pencernaan

flora normal dalam usus

Peristaltik usus

Resiko tinggi kekurangan volume

cairan

Diare

Kehilangan cairan dan elektrolit

Output >>

Kuman terbawa di saluran pencernaan

Suhu

Metabolisme

Evaporasi >>

Kehilangan cairan lewat kulit

Pelepasan histamine, brodikmin, prostglandin

Dilatasi pembuluh darah

Eksudat plasma masuk alveoli

Gangguan difusi dalam kapiler dan

alveoli

Gangguan pertukaran gas

Infeksi saluran pernapasan bawah

Suplai O2

Hipoksia

Metabolisme anaerob

Akumulasi asam laktat

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Edema alveoli

Tekanan dinding paru

Compliace paru

Gangguan pola nafas

Terbentuknya fibrin / jaringan ikat

Jaringan paru digantikan jaringan ikat

Sumber:Hidayat, 2006; Ngasstiyah, 2005.Doenges, 2000; PDPI, 2003.Price, 2006.

Penderita sakit berat yang dirawat di RS

Penderita yang mengalami supresi sistem imun

Nutrisi yang kurang

Pertahanan tubuh

Mudah terpapar bakteri, virus, jamur, parasit

Masuk saluran nafas

Lolos dari pertahan paru

Menginfeksi area bronkus dan parenkim

paru

Bakteri, virus, jamur, parasit, benda asing

Proplet

Kontaminasi peralatan

Pneumonia

50

50

Page 45: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

M. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran

pernafasan akibat peningkatan mukus yang berlebih.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang

menurun.

3. Gangguang pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler oleh adanya edema alveoli.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum.

5. Ansietas berhubungan dengan kesulitan bernafas, lingkungan yang baru

di rumah sakit.

6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan berlebihan terhadap evaporasi yang berlebih.

7. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat sekunder terhadap anoreksia, peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

(Hidayat, 2006 dan Doengoes, 2000)

N. Perencanaan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran

pernafasan akibat peningkatan mukus yang berlebih.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan bersihan jalan nafas

efektif.

51

Page 46: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Kriteria Hasil :

a) Tidak ada dyspnea

b) Perkusi paru sonor

c) Tidak ada penggunaan otot bantu nafas

d) Tidak ada batuk produktif

e) Tidak ada retraksi dinding dada.

Intervensi :

a. Auskultas area paru, catat area penurunan / tidak ada aliran udara dan

bunyi nafas lain.

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi

dengan cairan. Bunyi nafas bronkhial (normal pada

bronkhus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi.

Krekels terdengar pada inspirasi.

b. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

Rasional : Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak

simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan

dinding dada/ atau cairan paru.

c. Atur posisi setengah fowler pada anak besar dan ekstensi kepala pada

bayi.

Rasional : Posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam

dan lebih kuat.

d. Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspetoran, bronkodilator,

analgetik

52

Page 47: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan

mobilisasi sekret. Analgetik diberikan untuk

memperbaiki batuk dengan menurunkan

ketidaknyamanan tetapi harus digunakan hati-hati.

e. Berikan cairan tambahan IV atau oksigen

Rasional : Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan

(termasuk tak tampak) dan memobilisasikan sekret.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang

menurun.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas kembali

efektif.

Kriteria Hasil :

a) RR = 20-30 x/menit

b) Tidak ada dyspnea

c) Tidak ada retraksi dinding dada

d) Pengembangan paru maksimal

Intervensi :

a. Aturlah posisi dengan memungkinkan ekspansi paru maksimum

dengan semi fowler atau kepala agak tinggi kurang lebih 30 derajat.

Rasional : Posisi semi fowler akan meningkatkan ekspansi paru.

b. Kaji pernafasan, irama, kedalaman atau gunakan oksimetri nadi untuk

memantau saturasi oksigen.

53

Page 48: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Rasional : Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak

simetris sering terjadi karena ketidaknyaman gerakan

dinding dada.

c. Berikan bantal atau sokongan agar jalan nafas memungkinkan tetap

terbuka.

Rasional : Sokongan bantal akan membantu membuka jalan napas.

d. Ajarkan teknik relaksasi pada anak yang sudah memahami, sudah

bisa atau mengerti.

Rasional : Relaksasi akan membantu menurunkan kecemasan

sehingga kebutuhan O2 tidak meningkat.

e. Kolaborasi pemberian O2 sesuai kebutuhan

Rasional : Pemberian O2 akan membantu memenuhi kebutuhan O2

tubuh.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler akibat edema alveoli.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pertukaran gas

maksimal.

Kriteria Hasil :

a) Klien tidak dispnea

b) Tidak ada warna kebiruan

c) N = 80-100 x / menit

d) PO2 normal pada GDA.

e) PCO2 normal

54

Page 49: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.

Rasional : Manifestasi distres pernafasan tergantung pada indikasi

derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya

fianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral.

Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi atau respon

tubuh terhadap demam/ menggigil. Namun sianosis daun

telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut

menunjukkan hipoksemia sistemik.

c. Pertahankan istirahat tidur dorong menggunakan teknik relaksasi dan

aktivitas senggang.

Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/

konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.

d. Kolaborasi pemberian therapi O2 dengan benar

Rasional : Tujuan therapi oksigen adalah mempertahankan PaO2

diatas 60 mmHg.

e. Awasi GDA

Rasional : Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi

paru.

55

Page 50: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan O2, kelemahan umum.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien toleran

terhadap aktivitas.

Kriteria Hasil :

a) Klien tidak tampak kelemahan

b) Dyspnea berkurang

c) Tidak ada dyspnea saat aktivitas

d) Tidak ada sianosis setelah aktivitas

e) Dapat beraktivitas optimal

Intervensi :

a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat lapoan dispnea.

Peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan tanda vital selama

dan setelah aktivitas.

Rasional : Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi.

b. Bantu anak dalam melakukan aktivitas yang sesuai dan berikan

aktivitas yang menyenangkan sesuai dengan kemampuan dan minat

anak.

Rasional : Menurunkan kebutuhan O2

c. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase

akut sesuai indikasi.

56

Page 51: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Rasional : Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,

meningkatkan istirahat.

d. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk

menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi

untuk penyembuhan.

e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen.

5. Ansietas berhubungan dengan kesulitan bernafas, lingkungan yang baru

di rumah sakit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas berkurang.

Kriteria Hasil :

a) Klien menyatakan cemas berkurang.

b) Tidak ada ekspresi ketakutan

Intervensi :

a. Jelaskan prosedur atau tindakan yang akan dilakukan serta ciptakan

hubungan dengan anak dan orang tua.

Rasional : Penjelasan setiap prosedur memberikan pemahaman

pada orang tua dan hubungan yang baik akan

menumbuhkan kepercayaan.

57

Page 52: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

b. Berikan kenyamanan pada lingkungan anak seperti digendong atau

mengayun membelai dan memberikan musik.

Rasional : Anak akan merasa dilindungi.

c. Libatkan orang tua dalam memberikan perawatan sehingga anak

merasakan ketenangan.

Rasional : Orang terdekat dari anak adalah orang tua sehingga

melibatkan orang tua akan membantu mempermudah

proses keperawatan.

d. Jangat berbuat yang menimbulkan anak menjadi cemas.

e. Beri obat yang memperbaiki ventilasi seperti bronkhoclatos sesuai

program.

6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan berlebihan terhadap evaporasi yang berlebih.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi

kekurangan volume cairan.

Kriteria Hasil :

a) Membran mukosa lembab

b) Turgor kulit baik

c) Pengisian kapiler cepat

d) Tanda vital stabil

e) Balance cairan stabil

58

Page 53: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Intervensi :

a. Kaji perubahan tanda vital

Rasional : Peningkatan suhu / memanjangnya demam,

meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan

melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan

peningkatan tachicardia menunjukkan kekurangan cairan

sistemik.

b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah)

Rasional : Indikator langsung keadekuatan volume cairan,

meskipun membran mukosa mulut mungkin kering

karena nafas mulut dan oksigen tambahan.

c. Pantau masukan dan haluaran, cacat warna, karakter urine. Hitung

keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tak tampak. Ukur

BB sesuai indikasi.

Rasional : Memberikan informasi tentang keadekuatan volume

cairan dan kebutuhan penggantian.

d. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

Misal : antiseptik, antiemetik

Rasional : Berguna menurunkan kehilangan cairan.

e. Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai keperluan

Rasional : Pada adanya penurunan masukan / banyak kehilangan,

penggunaan parenteral dapat memperbaiki / mencegah

kekurangan.

59

Page 54: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

7. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat. Sekunder terhadap anoreksia, peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi nutrisi

kurang dari kebutuhan.

Kriteria hasil :

a) Tidak ada mual ataupun muntah

b) BB stabil

c) Nafsu makan meningkat

d) IMT Stabil

Intervensi :

a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya sputum

banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.

Rasional : Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin.

Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan

pasien dan dapat menurunkan mual

c. Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan

Rasional : Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan

pengobatan ini

d. Berikan makan posri kecil dan sering termasuk makanan kering dan

atau makanan yang menarik

60

Page 55: BAB IIdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/23/jtptunimus-gdl-s1... · Web viewAnatomi Dan Fisiologi Secara anatomi sistem pernafasan dibagi dalam 3 bagian besar, menurut Rosa M. Sacharin

Rasional : Tindakan ini meningkatkan masukan meskipun nafsu

makan mungkin lambat untuk kembali.

e. Evaluasi status nutrisi umum, ukur BB

Rasional : Adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat

menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap

infeksi dan / lambatnya respons therapi.

61