bab vi kesimpulan, rekomendasi &...
TRANSCRIPT
175
BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI & SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan berdasarkan pertanyaan penelitian utama yakni; mengetahui
hubungan antara setting fisik dan pola aktivitas kawasan sebagai penghasil
sampah kawasan pantai Baru Pandansimo. Untuk memperjelas hubungan
antara setting fisik dan pola aktivitas terhadap sampah kawasan, maka dapat
disimpulkan dengan rincian sebagai berikut;
6.1.1. Tata Guna Lahan Sebagai Sumber Sampah Dalam kaitannya dengan sampah kawasan maka jenis peruntukan
lahan tersebut menghasilkan timbulan sampah dengan rincian sebagai
berikut;
Peruntukan Lahan Pemukiman mengahsilkan sampah komunal
rumah tangga sebanyak 144 kg/hari atau 585 liter/hari.
Peruntukan Lahan Peternakan menghasilkan sampah kotoran
ternak sebanyak 2.000 kg/hari atau 400 liter/hari.
Peuntukan Lahan Komersil & Wisata Pantai terdiri dari sampah
kuliner sebanyak 12,55 kilogram perhari atau 105 liter perhari.
6.1.2. Setting Fisik & Pola Aktivitas serta Hubungannya dengan
Sampah Kawasan. 6.1.2.1. Tata Bangunan Pemukiman dan Pola Aktivitas
Pembuangan Sampah. Peran tata bangunan pemukiman dan hubungannya dengan pola
aktivitas dan perilaku penghuni dalam membuang sampah maka
ditemukan empat pola (A,B,C & D) yang merupakan pola aktivitas
penghuni dalam pembuangan sampah pada lingkungan fisik (lahan
kosong/pekarangan) yang terbentuk dari setting fisik tata bangunan.
176
Tabel 6.1
Karakteristik Pola Perilkau Pembuangan Sampah oleh Warga pada Lingkungan Fisik Area Perkampungan.
Pola Tata Massa
Bangunan Pemukiman Pola Tata
Massa Bangunan Pola Pembuangan
sampah Jumlah
Tipe dan Titik
A
- Tata masa bangunan berada
pada bidang tanah yang tidak cukup luas.
- Orientasi Banguan menghadap jalan.
- Pola ruang yang terbentuk: pekarangan pada sisi depan bangunan.
- Sampah
dikumpulkan dan dibakar pada bagian depan pekarangan yakni pada sisi kiri/kanan pekarangan.
± 6 hunian dengan terdapat 8 titik pembuangan.
B
- Tata masa bangunan berada
pada bidang tanah yang cukup luas.
- Orientasi Banguan menghadap jalan.
- Pola ruang yang terbentuk: pekarangan cukup luas pada sisi kiri/kanan bangunan.
- Sampah
dikumpulkan dan dibakar pada pekarangan pada sisi kiri/kanan bangunan dengan tujuan mengurangi kesan visual terhadap sampah.
± 10 hunian dengan terdapat 11 titik pembuangan.
C
- Tata masa bangunan berada
pada bidang tanah yang tidak cukup luas dan terdiri dari beberapa masa bangunan (tetangga)
- Orientasi Banguan menghadap jalan.
- Pola ruang yang terbentuk: ruang bersama (halaman) diantara bangunan
- Sampah
dikumpulkan dan dibakar pada halaman antara bangunan; bersifat sharing lokasi pembuangan sampah bersama.
± 1 hunian dengan terdapat 2 titik pembuangan.
D
- Tata masa bangunan berada
pada bidang tanah yang tidak cukup luas.
- Orientasi Banguan menghadap jalan, bersinggungan langsung dengan halaman kosong disisi kiri/kanan.
- Pola ruang yang terbentuk: ruang terbuka (lahan kosong) pada sisi kiri/kanan bangunan.
- Sampah
dikumpulkan dan dibakar pada lahan kosong tersebut dan terkadang menjadi lokasi pembuangan sampah bersama.
± 5 hunian dengan terdapat 6 titik pembuangan.
177
6.1.2.2. Tata Bangunan Komersil & Pola Aktivitas Pembuangan Sampah
Pola tata massa bangunan komersil dan kaitnya dengan pola
perilaku pembuangan sampah yang dilakukan oleh pedagang kaitannya
dengan sebaran titik penimbunan dan pembakaran sampah maka
ditemukan 2 Pola utama (A & B) dimana pola ini menunjukan sebaran
titik pembuangan dan penimbunan sampah oleh perilaku pedagang
cenderung dilakukan disekitar bangunan komersil dikarenakan faktor
keterbatasan ketersediaan fasilitas tempat sampah pada warung kuliner.
Secara umum ditemukan sebayak 32 titik dengan rincian sebagai
berikut;
Tabel 6.2
Karakteristik Pola Perilkau Pembuangan Sampah pada Lingkungan Fisik Bangunan Area Wisata
Pola Tata Massa
Bangunan Pemukiman PolaTata
Massa Bangunan Pola
Pembuangan sampah
Jumlah Tipe dan Titik
A
- Tata masa bangunan
singel linear dan sejajar dengan jalan.
- Orientasi Banguan menghadap jalan.
- Pola ruang yang terbentuk: adanya ruang antara tiap bangunan komersil.
- Sampah
dikumpulkan dan dibakar pada ruang antara bangunan tersebut.
terdapat 17 titik pembuangan dan pembakaran sampah
B
- Tata masa bangunan
singel linear dan sejajar mengikuti garis pantai.
- Orientasi Banguan menghadap ke pantai.
- Pola ruang yang terbentuk: ruang luar yang luas dan beragam dan bersinggunga dengan elemen hijau (pohon cemara udang).
- Sampah
dikumpulkan dan ditimbun pada area sekitar bangunan (dominasi disekitar pohon cemara udang)
terdapat 15 titik pembuangan dan pembakaran sampah
178
6.1.2.3. Hubungan Pola Aktivitas dan Sampah Kawasan.
Dengan teknik overlay peta antara peta sebaran aktivitas
pengunjung (aktivitas pada ruang luar) dan sebaran titik pembuangan
sampah pengunjung pada area wisata ditemukan bahwa; pola aktivitas
statis (kumpul – duduk – makan) berhubungan dengan jumlah lokasi
sebaran sampah yakni sebanayak 34 titik sebaran. Sedangkan pola
aktivitas dinamis (bergerak – bermain-main, dsb) cenderung tidak
menghasilkan sebaran sampah.
6.1.2.4. Ketersediaan Fasilitas Fisik Penanganan Sampah Area Komersil
Dengan teknik overlay peta antara peta sebaran tempat sampah
area wisata dan peta titik pembuangan sampah kawasan wisata maka
diperoleh;
Titik pembuangan sampah baik yang dilakukan oleh pedagang
maupun oleh pengunjung nyatanya masih termasuk dalam
area jangkauan dari titik penempatan tempat sampah.
Penumpukan sampah disekitar area penempatan tempat
sampah dikarenakan kapasitas (volume) dalam menampung
sampah tidak mencukupi atau tempat sampah yang tersedia
telah penuh sehingga sampah ditimbun pada lokasi
disekitarnya.
6.1.3. Ruang Terbuka (Open Space) dan Pola Sebaran Sampah Kawasan
Dengan melakukan teknik overlay peta maka diperoleh kesimpulan
terhadap ruang terbuka dan sampah kawasan yakni;
Overlay peta ruang terbuka pasif pada area pemukiman dan
peta sebaran titik pembuangan sampah area pemukiman
menunjukan bahwa; ruang pasif yang berbentuk berupa
halaman/pekarangan/lahan kosong dengan nilai akitivitas dan
interaksi sosial yang rendah mengakibatkan area tersebut
179
menjadi lokasi penimbunan/pembuangan sampah dan
dilakukan oleh penghuni pada area pemukiman.
Overlay peta ruang terbuka aktif area wisata dan peta sebaran
titik pembuangan sampah area wisata (oleh pengunjung dan
pedagang) menunjukan bahwa; tingginya aktivitas wisata yang
berlangsung pada ruang terbuka aktif lokasi wisata maka
aktivitas tersebut cenderung menghasilkan sebaran sampah
disekitar area wisata.
6.1.4. Jaringan Jalan dan Sumber Limbah Udara Kawasan Dalam kaitannya dengan permasalahan limbah khususnya limbah
udara (gas buangan kendaraan) maka aktivitas kendaraan bermotor
menghasilkan gas buangan sebesar 1.805 gram/km (masih dibawah
ambang batas yakni 2.400 gram/km) namun kondisi ini akan terus
meningkat setiap tahun dikarenakan kenaikan jumlah pengunjung yang
konstan akan beriringan dengan peningkatan jumlah pemakaian
kendaraan untuk mengakses kawasan.
6.1.5. Tata Vegetasi dan Sampah Daun Cemara Udang Analisis terhadap tata hijau kawasan maka elemen hijau yang
ditinjau berupa Ruang Terbuka Hijau (Persawahan dan Perkebunan),
serta tata hijau berbentuk liniear maupun berkelompok. Dalam kaitannya
dengan sampah kawasan maka tata vegetasi yang dianalisis berupa tata
vegetasi pohon Cemara Udang yang menghasilkan jumlah timbulan
sampah organik dedaunan sebanyak 264 liter/hari dan ditemuia
disepanjang lokasi pantai.
6.1.6. Signage dan Perilaku Pembunagan Sampah Dalam kaitannya dengan sampah kawasan maka fungsi signage
sebagai statutory yakni memberikan informasi atau himbauan terhadap
perilaku pembuangan sampah pada tempatnya masih mengalami
permasalahan diantaranya berupa faktor kekurangan jumlah signage,
180
kondisi fisik signage serta bentuk desain dari signage yang kurang
mencolok atau menarik secara fisual.
Secara umum maka hubungan antara setting fisik kawasan dan
pola aktivitas dapat disimpulkan secara sederhana pada matriks
hubungan berikut ini;
Gambar. 6.1. Matriks Hubungan Setting Fisik, Pola Aktivitas
dan Jenis Sampah Kawasan.
181
6.2. Rekomendasi 6.2.1. Rekomendasi Umum Rekomendasi yang diberikan adalah guna menjawab pertanyaan
penelitian (2) Seperti apa arahan penataan Master Plan kawasan pantai Baru
Pandansimo berkonsep Zero Waste (nir-limbah). Adapun rekomendasi umum
yang diusulkan adalah mempertimbangkan hasil temuan penelitian yakni
dengan melihat konteks permasalahan dan potensi kawasan sehingga
dihasilkan rekomendasi yang lebih tepat.
Secara umum maka ditemukan dasar-dasar pertimbangan yang akan
diguanakan sebagai acuan dalam memberikan usulan berupa arahan desain
atau guidelines sebagai berikut;
1) Menguatkan keberadaan elemen-elemen fisik pembentuk kawasan
pantai Baru Pandansimo dengan pertimbangan pengolahan potensi
dan permasalahan sampah kawasan.
2) Merancang arahan desain tentang pengolahan sampah dan limbah
dengan konsep zero waste.
3) Merencanakan penyediaan fasilitas fisik pelayanan dan pengolahan
sampah.
6.2.2. Rekomendasi Khusus (Guidelines) Rekomendasi khusus adalah berupa arahan-arahan spesifik terhadap
arahan setting fisik dan aktivitas kawasan, arahan fasilitas fisik penanganan
sampah dan arahan pengolahan dan pengangkutan sampah yang
kesemuanya berkaitan dengan konsep zero waste kawasan. Berikut adalah
rincian dari arahan penataan kawasan;
6.2.2.1. Arahan Setting Fisik Kawasan.
Tabel 6.3.
Rekomndasi Arahan Penataan Kawasan Pantai Baru Pandansimo.
Elemen Arahan Arahan Tata Guna Lahan Tata Guna lahan diarahkan dan disesuaikan dengan peruntukan lahan.
Arahan Konsep peruntukan lahan secara umum yakni terdiri dari konsep kawasan wisata diantaranya wisata pedesaan (eco village), wisata edukasi
182
(techno-park) dan wisata bahari (waterfront area).
Tata Bangunan Arahan Tata Bangunan Pemukiman; - Penataan bangunan pemukiman dengan mempertahankan
karakteristik area pedesaan. - Pertumbuhan bangunan diarahkan dengan konsep rumah tumbuh
(horizontal). - Tata massa bangunan diorientasikan pada ruang terbuka bersama
(comunnal space) sehingga membentuk inercore dimana kurang lebih 7 -10 hunian atau setiap cluster memiliki 1 ruang bersama.
- Setiap bangunan disediakan tempat sampah individu untuk mewadahi sampah rumah tangga (minimal 2 jenis tempat sampah – organik & anorganik)
- Setiap radius 50 – 100 meter disediakan bak sampah komunal. Arahan Tata Bangunan Komersil.
- Penataan bangunan komersil disesuaikan dengan fungsi kawasan wisata.
- Jarak penataan bangunan komersil ≤ garis sepadan pantai yakni antara 80 – 100 meter dari garis pantai.
- Setiap bangunan komersil disediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah kuliner (minimal 2 jenis tempat sampah – organik & anorganik)
- Setiap radius 50 meter disediakan tempat sampah khusus area wisata (terdiri dari 3 jenis wadah sampah; plastik-organik-kertas).
Jaringan Jalan Mengintegrasikan jaringan jalan dengan menghubungkan jaringan jalan
yang terputus serta memperkuat ending point jalan dengan elemen pelengkap.
Arahan Penataan konsep zero caron dengan pengadaan sistem car free zone diantara; - Penyediaan kantong-kantong parkir kendaraan (bus, mobil, sepeda
motor) yang disesuaikan dengan radius kenyamanan pejalan kaki yakni 400 meter.
- Penataan sirkulasi jalur sepeda (bike routes) sebagai satu-satunya moda transportasi didalam kawasan dengan sistem rental. Lokasi peminjaman sepeda berada sedekat mungkin dengan lokasi parkir kendaraan bermotor (interchanges moda).
- Lajur sepeda mengikuti lajur jalan dengan penandaan jalur yang jelas (penandaan dengan elemen warna)
- Lokasi parkir sepeda disediakan disetiap lokasi wisata atau tempat-tempat yang menjadi generator aktivitas.
Jalur Pedestrian Arahan penataan jalur pedestrian disediakan pada jalur akses utama dalam kawasan dengan rincian; - Lebar jalur pedestrian 2 meter. - Berada pada sisi kiri dan kanan jalan. - Setipa penghubung antara jalur pedestrian yang memotong jalan
kendaraan dilengkapi dengan jalur penghubung (lebar 4 mmeter)
183
- Jalur pedestrian diarahkan menuju lokasi wisata atau menuju generator aktivitas kawasan.
- Setiap jarak 50 – 100 meter disediak tempat sampah khusus pedestrian (minimal 2 jenis wadah – organik & anorganik)
- Dilengkapi dengan elemen pelengkap seperti signage, bangku, lampu dan lainnya)
Ruang Terbuka Arahan penataan ruang terbuka dikhususkan pada fungsi ekologis dan sosial.
Penataan ruang terbuka pada area pemukiman sebagai communal open space. Setiap segmen area pemukiman minimal 1 communal open space.
Setiap ruang terbuka dilengkapi dengan fasilitas pewadahan sampah berupa tempat sampah (minimal 2 jenis wadah).
Tata Vegetasi Arahan penataan tata vegetasi dengan pengadaan jalur vegetasi sebagai green corridor pada setiap jalan utama.
Jenis vegetasi disesuaikan dengan fungsi tanaman yakni sebagai pengarah, peneduh, climate control, dan liannya.
Jalur vegetasi selalu dihubungkan dengan ruang terbuka hijau seperti pekarangan, perkebunan dan lainnya).
Sigange Jenis dan fungsi signage; sebagai pengarah, penujuk, informasi dan sebagainya. terutama untuk signage dengan fungsi himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Kondisi fisik; tidak mudah rusak. Jumlah signage dan lokasi penempatan disesuaikan dengan kebutuhan
kawasan. Desain signage; mencolok secara fisual, menarik dan jelas dan mudah
dibaca.
6.2.2.2. Arahan Penerapan Prinsip 3R Arahan kegiatan pengolahan sampah dengan prinsip 3R dikategorikan
kedalam area perumahan, fasilitas umum dan area komersil antara lain
sebagai berikut; Tabel 6.4.
Arahan Pengerjaan 3R pada Area Wisata Pantai Baru Pandansimo
Penanganan 3R Contoh Cara Pengerjaan
Reduce
Penghuni dan Pengunjung membiasakan bawa tas belanja dari rumah Pengunjung diharuskan meminjam tas/kantong daur ulang yang telah
disediakan oleh pengelola wisata dan akan dikembalikan pada saat telah seselai berwista.
Kantong/tas yang dipinjamkan dikembalikan dengan sampah didalamnya, sehingga dapat ditukarkan untuk membayar parkir kendaraan.
Pengunjung diharuskan membawa botol minum isi ulang.
184
Pedagang diharuskan menggunakan bahan daur ulang dari kertas, plastik, dan lain sebagainya yang dapat digunakan untuk keperluan jasa komersil.
Menggunakan daun pisang sebagai bahan pembungkus makanan. Menyajikan makanan/minuman dengan piring/gelas.
Reuse
Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkkan untuk produk lain, seperti pakan ternak
Penggunaan Kemasan Plastik Untuk Polibag seperti kantong plastik dapat digunakan sebagai pengganti pot untuk tanaman/ penghijauan pada area pemukiman Pandansimo.
Kaleng bekas untuk pot bunga; gelas air mineral untuk tempat pembibitan tanaman.
Recycle
Menjual produk-produk hasil daur ulang sampah dari area pemukiman dan area wisata (seperti kertas, plastik, dll) sebagai hasil kerajinan tangan sekaligus sebagai souvenir khas pandansimo.
Berilah insentif kepada pengunjung pandansimo yang membeli barang hasil daur ulang sampah.
Pengolahan sampah organik (sisa makanan kuliner) sebagai pupuk kompos maupun sebagai pelet ikan.
Membuat tempat sampah komunal dari bahan bekas seperti drum bekas, ban bekas yang diolah dengan nilai estetis.
Gabus styrofoam menjadi bataco dan pot bunga
6.2.2.3. Arahan Pewadahan Sampah Arahan berupa pewadahan tempat sampah maka diklasifikasikan sesuai
dengan sumber sampah. Secara umum penggunaan elemen warna untuk
membedakan ketiga jenis tempat sampah yaitu:
Warna hijau untuk sampah organik
Warna kuning untuk sampah anorganik
Warna merah untuk sampah berbahaya/B3
Tabel 6.5.
Arahan Penwadahan Sampah Pada Kawasan Berdasarkan Sumber Sampah.
Sumber sampah Jenis pewadahan Daerah perumahan Kantong plastik/kertas, volume sesuai yang tersedia di
Pasaran Bak sampah permanen, ukuran bervariasi, biasanya dari
Daerah perumahan pasangan Bin plastik/tong, volume 40-60 Iiter, dengan tutup.
Pasar Bin/tong sampah, volume 50–60 Iiter Bin plastik, volume 120-140 Iiter dengan tutup dan
memakai roda.
185
Gerobak sampah, volume 1,0 m3. Kontainer dari Armroll kapasitas 6–10 m3. Bak sampah.
Bangunan Komersil Kantong plastik, volume bervariasi. Pertokoan - Bin plastik/tong, volume 50-60 Iiter. Bin plastik, volume 120-140 liter dgn roda.
Tempat umum, jalan dan taman
Bin plastik/tong volume 50-60 Iiter, yang dipasang secara permanen.
Bin plastik, volume 120 - 140 It dengan roda. (Sumber: Draft 2 NSPM -Teknik Lingkungan ITB -Agustus 2006 Pengelolaan Sampah 3R)
6.2.2.4. Arahan Pengolahan Sampah dan Limbah Kawasan dengan Konsep Zero Waste.
Arahan pengolahan sampah dan limbah kawasan adalah dengan tujuan
untuk menolah sampah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis
sekaligus sebagai upaya menekan jumlah timbulan sampah kawasan. Adapun
arahan pengolahan dapat dilihat pada bagan di bawah ini;
Gambar. 6.2.
Bagan Alur Pengolahan Sampah dan limbah Kawasan Pantai Baru Pandansimo
186
6.2.2.5. Arahan Pengangkutan dan Pengolahan Sampah
Arahan pengangkutan sampah diperlukan alat pengumpulan dan
pengangkutan sebagai berikut :
1) Strategi pengangkutan sampah berdasarkan jenis sampah;
Penjadwalan waktu pengumpulan, dimana sampah mudah
membusuk hendaknya diangkut paling lama 2 hari sekali, sedang
sampah non-hayati (anorganik) diangkut dengan frekuensi
seminggu sekali.
Sampah Plastik; sampah diangkut dari setiap tempat sampah di
setiap sumber sampah yang kemudian dikumpulkan dan dipilah
pada rumah pilah sampah. pemilahan dilakukan untuk memilah
sampah plastik yang dapat dijual langsung ataupun sampah
plastik yang harus diolah menjadi produk.
Sampah Daun Cemara Udang; Penyapuan sampah daun
cemara dilakukan oleh petugas kebersihan yang kemudian
diangkut dan dikumpulkan pada rumah komposting yang mana
akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos.
Sampah Kuliner; Sampah kuliner berupa sisa makan pada
tempat sampah diangkut dari setiap warung kuliner kemudian
dikumpulkan pada rumah komposting juga yang berfungsi
sebagai wadah untuk mengeringkan jenis sampah ini untuk
pembuatan pakan ikan.
Sampah Kotoran Ternak; Jenis sampah ini cukup dekat dengan
lokasi rumah komposting sehingga alurnya adalah sampah
diangkut untuk bahan baku pembuatan biogas dan pupuk
kompos.
2) Alat pengumpul sampah dapat dilaksanakn dengan berbagai cara
diantaranya;
Alat pengumpul tradisional, seperti gerobak dan beca
sampah.
Alat pengumpul bermotor, seperti motor sampah.
197
6.3. Saran
Dalam memperkuat dan mengembangkan hasil penelitian ini ke depan
jika diteliti dengan topik yang sama, maka dapat disarankan dengan
penambahan beberapa aspek, yaitu:
1. Studi tentang pengolahan sampah yang lebih mendalam hal
menejemen pengolahan sampah yang lebih baik sehingga
mengarah pada implementasi pengolahan sampah kawasan yang
berciri khas kawasan tepi pantai.
2. Kajian mengenai penataan kawasan dengan menambahkan unsur
keterhubungan lain selain setting fisik dan pola aktivtas sehingga
didapatkan keterhubungan permasalahan sampah yang lebih
mendalam.