bab vi kesimpulan dan...
TRANSCRIPT
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan terkait lingkup pertanyaan penelitian yang
menjadi acuan dalam proses analisis dan pembahasan, berikut kesimpulan
kajian tingkat walkability pada kawasan Kampung Sosrowijayan.
6.1.1. Kondisi Walkability Kawasan Kampung Sosrowijayan
Kondisi walkability kawasan Kampung Sosrowijayan sebagian besar area
walkable dengan tingkat walkability tinggi. Dilihat dari hasil pengukuran area
Sosrowijayan Wetan memiliki tingkat walkability lebih tinggi dibandingkan
area Sosrowijayan Kulon yang hanya berada pada kisaran indeks nilai sedang.
Dalam studi kasus yang dilakukan dapat diketahui bahwa ada 2 (dua)
jenis jalur pedestrian di dalam kawasan, yaitu Jalur Pedestrian Primer dan
Sekunder. Jalur pedestrian primer adalah jalur utama atau gang utama dalam
kawasan, dimana merupakan jalur penghubung dengan jalan raya (batasan
kawasan) serta penghubung antara gang - gang utama lainnya yang langsung
menuju ke luar kawasan dengan lebar pedestrian ≥ (lebih dari atau sama
dengan) 1.5 meter dan durasi aktivitas yang tinggi. Sedangkan Jalur Pedestrian
Sekunder adalah jalur alternatif, dimana merupakan jalur pintas penghubung
antara gang utama dengan gang utama lainnya di dalam kawasan dengan lebar
pedestrian berkisar 1 – 1.5 meter dan durasi aktivitas yang tidak terlalu tinggi
(sedang).
Untuk lebih jelasnya, hasil temuan kondisi walkability kawasan
Kampung Sosrowijayan pada studi kasus diklasifikasikan berdasarkan 2 (dua)
area dengan jenis jalur pedestriannya masing-masing, yaitu:
A. Sosrowijayan Wetan
1. Jalur Pedestrian Primer dengan indeks nilai tingkat walkability tinggi
pada Jalur Pedestrian Primer 2 (JP.2), Jalur Pedestrian Primer 3 (JP.3),
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dan Jalur Pedestrian Primer 4 (JP.4). Sedangkan indeks nilai sedang pada
Jalur Pedestrian Primer 1 (JP.1).
2. Jalur Pedestiran Sekunder dengan indeks nilai walkability tinggi pada
Jalur Pedestrian Sekunder 1 (JS.1, indeks nilai tertinggi pada studi
kasus), Jalur Pedestrian Sekunder 3 (JS.3), Jalur Pedestrian Sekunder 4
(JS.4), dan Jalur Pedestrian Sekunder 6 (JS 6). Sedangkan indeks nilai
sedang pada Jalur Pedestrian Sekunder 2 (JS.2) dan Jalur Pedestrian
Sekunder 5 (JS.5).
Jalur Pedestrian Primer maupun Sekunder tidak memiliki perbedaan
signifikan pada indeks nilai hasil pengukuran. Hanya pada parameter
keterhubungan jalur pedestrian yang memiliki perbedaan nilai, dimana Jalur
Pedestrian Primer memiliki nilai lebih tinggi dikarenakan jalurnya relatif
lebih lurus dan terhubung dengan baik dibandingkan Jalur pedestrian
Sekunder.
B. Sosrowijayan Kulon
1. Jalur Pedestrian Primer dengan indeks nilai tingkat walkability sedang
pada seluruh jalur pedestrian, yaitu : Jalur Pedestrian Primer 1 (JP.1),
Jalur Pedestrian Primer 2 (JP.2, indeks nilai terendah pada studi kasus),
Jalur Pedestrian Primer 4 (JP.3), dan Jalur Pedestrian Primer 4 (JP.4).
2. Jalur Pedestiran Sekunder dengan indeks nilai walkability sedang pada
seluruh jalur, yaitu : Jalur Pedestrian Sekunder 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 (JS.1,
JS.2, JS.3, JS.4, JS.5, dan JS.6).
Jalur Pedestrian Primer maupun Sekunder tidak memiliki perbedaan
signifikan pada indeks nilai hasil pengukuran. Hanya pada parameter
ketersediaan jalur pedestrian yang memiliki perbedaan nilai, dimana Jalur
Pedestrian Sekunder memiliki nilai lebih tinggi dikarenakan kondisi fisik
jalurnya lebih baik dibandingkan Jalur Pedestrian Primer.
Dalam arahan desain, tiap jalur yang memilki indeks sedang (terlebih
yang sudah mendekati indeks nilai rendah) serta aspek - aspek dari tiap
parameter yang masih kurang baik akan menjadi prioritas.
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6.1.2. Komponen - Komponen yang Berkonstribusi pada Tingkat Walkability di
Kawasan Kampung Sosrowijayan
A. Sosrowijayan Wetan
Karakteristik utama dari area Sosrowijayan Wetan sebagai area dengan
tingkat walkability yang tinggi adalah memiliki tingkat Shaped dan Connected
yang tinggi, dimana karakteristik jalur pedestrian yang terdefinisi dengan baik
(kondisi fisik jalur dan pelingkupnya), jalur relatif lurus dan sebagian besar
accessible bagi pejalan kaki normal maupun berkebutuhan khusus (difable)
tanpa mengalami gangguan yang membahayakan baik dari PKL, penghalang
permanen maupun temporer dan pengguna jalur lainnya. Diikuti dengan
karakteristik lainnya seperti : ketersediaan penerangan yang memadai, tidak
banyak konflik dengan moda lain, ketersediaan teduhan, ketersediaan signage
dan amenities, serta kemenarikan aktivitas dan pembentuk ruang.
Untuk lebih jauh mengetahui kontribusi tiap komponen dalam
membentuk walkability di area Sosrowijayan Wetan, berikut akan dijabarkan
kesimpulan hasil pengukuran tingkat walkability berdasarkan komponen dan
parameter yang digunakan.
1. Shaped
Ketersediaan Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian baik dan dapat dikatakan layak di sebagian area, baik dari
elemen floor (material penutup jalur dan saluran drainasi) maupun elemen
walls (pelingkup ruang).
2. Connected
Keterhubungan Jalur Pedestrian
Keterhubungan dan kejelasan cenderung tinggi karena jalur pedestrian yang
ada relatif lurus, sehingga tidak membingungkan bagi pejalan kaki dalam
mencapai tujuan.
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3. Comfortable
Ketersediaan Teduhan
Ketersediaan vegetasi peneduh cenderung minim, kebanyakan hanya
bantuan dari tritisan bangunan sekitar sehingga kurang efektif di saat hujan.
Dimensi Jalur dan Aksesibilitas
Aksesibiltas jalur pedestrian yang ada meliputi kondisi material penutup dan
lebar efektif, cukup baik di sebagian besar area. Namun belum ditemukan
elemen aksesibilitas khusus bagi kaum difable.
Ketersediaan Signage dan Amenities
Signage dan amenities cukup memadai, namun untuk signage yang
menginformasikan dan mengarahkan pejalan kaki ke tujuan mereka
cenderung kurang serta amenities yang ada cenderung rusak, karena hanya
disediakan sendiri oleh warga sekitar.
4. Safety
Konflik dengan Moda Lain
Sebagian besar jalur pedestrian yang ada, konflik dengan pengguna jalur
lainnya, keberadaan parkir motor, gerobak PKL, dan bangku temporer
maupun permanen masih minim.
5. Security
Ketersediaan Penerangan Jalur
Ketersediaan penerangan cukup, karena termasuk area dengan durasi
aktivitas yang tinggi, penerangan terhadap penjaminan rasa amanpun
semakin efektif apalagi ditambah penerangan dari bangunan sekitar jalur.
Durasi Aktivitas
Durasi aktivitas cukup tinggi karena merupakan area kampung wisata
dengan ragam fungsi komersial dan mixed use sehingga hampir setiap waktu
ada aktivitas.
Orientasi Streetwall
Sebagian besar atau 75% orientasi bangunan menghadap dan dekat dengan
jalur pedestrian. Sebagian kecil atau 25% membelakangi jalur pedestrian,
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
namun dengan jarak setback bangunan masih tergolong dekat. Dimana 25%
tersebut adalah area-area yang dekat dengan jalan raya.
6. Interesting
Kemenarikan Aktivitas dan Pembentuk Ruang
Memiliki kemenarikan aktivitas dan pembentuk ruang yang tinggi karena
merupakan area kampung wisata yang dipenuhi aktivitas wisatawan (lokal
dan luar) dan juga terkait dengan variasi tata guna lahan komersial dan
mixed usenya.
B. Sosrowijayan Kulon
Karakteristik utama dari area Sosrowijayan Kulon sebagai area
dengan tingkat walkability yang rendah adalah memiliki tingkat Comfortable
dan Interesting yang rendah, dimana karakteristik jalur pedestriannya kondisi
jalur pedestrian sebagian besar dalam keadaan buruk dan sulit untuk diakses
(rusak, kurang lebar, beda level, banyak saluran drainasi yang terbuka, banyak
‘polisi tidur’ dan halangan lainnya) serta ketersediaan Signage dan Amenities
yang kurang memadai. Diikuti dengan karakteristik lainnya seperti : sering
terjadi konflik sebagian besar area karena jalur bertambah sempit dengan
keberadaan motor yang terparkir, gerobak PKL, dan bangku temporer maupun
permanen. Semua faktor inilah yang membuat area ini kurang menarik dan
terkesan kumuh.
Untuk lebih jauh mengetahui kontribusi tiap komponen dalam
membentuk walkability di area Sosrowijayan Kulon, berikut akan dijabarkan
kesimpulan hasil pengukuran tingkat walkability berdasarkan komponen dan
parameter yang digunakan.
1. Shaped
Ketersediaan Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian kurang baik dan dapat dikatakan kurang layak di sebagian
besar area, baik dari elemen floor (material penutup jalur banyak yang rusak
serta saluran drainasi banyak yang tidak tertutup dan kurang terawat)
maupun elemen walls (pelingkup ruang yang kotor).
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2. Connected
Keterhubungan Jalur Pedestrian
Sebagian area tidak terdefinisi (keterhubungan dan kejelasan yang kurang),
dimana banyak belokan pada jalur pedestrian sehingga membingungkan
bagi pejalan kaki dalam mencapai tujuan.
3. Comfortable
Ketersediaan Teduhan
Ketersediaan vegetasi peneduh cenderung minim, memang banyak aplikasi
arcade (gang beratap) namun kurang tingkat sensitivitas desain karena
dibuat seadanya oleh warga sekitar. Selain itu, efektifitas keterlindungan
vegetasi, arcade, dan awning lebih efektif pada hari yang cerah, namun
kurang efektif di saat hujan.
Dimensi Jalur dan Aksesibilitas
Aksesibiltas jalur pedestrian di sebagian besar area meliputi kondisi material
penutup, lebar efektif, dan kesediaan elemen aksesibilitas cenderung rendah
dalam tingkat sensitivitas desain dan standar. Selain itu, belum ditemukan
elemen aksesibilitas khusus bagi kaum difable.
Ketersediaan Signage dan Amenities
Signage dan amenities kurang memadai, terutama signage yang
menginformasikan dan mengarahkan pejalan kaki ke tujuan mereka dan
amenities yang ada cenderung rusak, karena hanya disediakan sendiri oleh
warga sekitar.
4. Safety
Konflik dengan Moda Lain
Sebagian besar jalur pedestrian yang ada terjadi konflik dengan pengguna
jalur lainnya, keberadaan parkir motor, gerobak PKL, dan bangku temporer
maupun permanen.
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5. Security
Ketersediaan Penerangan Jalur
Penerangan cenderung rendah dalam tingkat sensitivitas desain dan standar.
Ditambah kondisi penerangan kebanyakan tidak terlalu terang atau
lampunya dalam keadaan redup dan ada beberapa yang dalam keadaan
padam.
Durasi Aktivitas
Durasi aktivitas cukup rendah, dimana tidak di setiap ada aktivitas lebih
banyak di malam hari dikarenakan fungsi - fungsi bangunan sebagian besar
berupa bangunan fungsi mixed use yang mulai beroperasi pada malam hari.
Orientasi Streetwall
Sebagian (50%) orientasi bangunan menghadap dan dekat dengan jalur
pedestrian. Sebagian (50%) lagi membelakangi jalur pedestrian, namun
dengan jarak setback bangunan masih tergolong dekat, dimana area tersebut
adalah area-area yang dekat dengan jalan raya.
6. Interesting
Kemenarikan Aktivitas dan Pembentuk Ruang
Aktivitas dan pembentuk ruang belum cukup menarik di sebagian besar
area, kondisi bangunan sekitar jalur serta lingkungannya yang cenderung
kotor dan kurang tertata, sehingga menjadi kurang menarik bahkan terkesan
kumuh.
6.2. Rekomendasi
Setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitan mengenai
kondisi dan komponen-komponen yang berkonstribusi pada tingkat walkability
kawasan Kampung Sosrowijayan, maka diputuskan bahwa fokus rekomendasi
pada strategi dalam peningkatan walkability kawasan Kampung Sosrowijayan
adalah tiap parameter – parameter dari tiap komponen yang berkonstribusi
didorong agar mencapai nilai yang maksimal. Berikut penjabaran arahan
rekomendasinya :
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Tabel 6. 1. Rekomendasi Peningkatan Walkability Kawasan Kampung Sosrowijayan
KOMPONEN PARAMETER REKOMENDASI
SOSROWIJAYAN WETAN SOSROWIJAYAN KULON
Shaped Ketersediaan
Jalur
Memperjelas keberadaan floor (material penutup jalur) dan batas - batas walls (pelingkup ruang) dengan pembedaan material penutup jalur dan pembedaan ketinggian antara jalur dan area bangunan.
Meningkatkan kualitas desain jalur pedestrian terutama pada area-area jalur yang rusak.
Memperjelas keberadaan floor (material penutup jalur) dan batas - batas walls (pelingkup ruang) dengan pembedaan material penutup jalur dan pembedaan ketinggian antara jalur dan area bangunan.
Connected Keterhubungan Jalur
Memperjelas keterhubungan jalur pedestrian dengan penambahan signage penunjuk arah.
Comfortable
Ketersediaan Teduhan
Mengoptimalkan keterlindungan pada jalur pedestrian dengan aplikasi teduhan kanopi dan vegetasi pada area kosong di tepian jalur.
Dimensi Jalur & Aksesibilitas
Meningkatkan kualitas jalur pedestrian, dengan lebar jalur 1.5 m untuk jalur primer dan 1 m untuk jalur sekunder, menghilangkan penghalang yang mengurangi lebar pedestrian dan memperbaiki material penutup pedestrian.
Pemasangan elemen aksesibilitas berupa guidingblock pada jalur-jalur pedestrian utama (primer).
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Signage & Amenities
Perlu pengaturan signage yang kurang tertata peletakannya (membuat contoh arahan desain signage yang lebih efektif dan tidak memakan banyak ruang)
Peletakan signage informasi dan petunjuk arah pada area publik, persimpangan dan ujung jalur-jalur pedestrian utama (primer).
Perlu pengaturan amenities yang kurang tertata dan melengkapi jalur dengan amenites yang sesuai standar desain dan jarak (lampu jalan, tempat parkir sepeda, tempat sampah, bangku, dan signage penanda fungsi bangunan)
Safety Konflik dengan
Moda Lain
Menghilangkan penghalang berupa gerobak PKL dan bangku - bangku permanen maupun temporer yang memakan jalur pedestrian.
Perlu arahan khusus bagi pengguna jalur (*), yakni :
1. Bagi yang memiliki motor diharapkan menyediakan lahan parkir sendiri pada area bangunannya.
2. Membagi zona waktu bagi pejalan kaki dan pengendara motor. Dimana pengendara motor hanya bisa lewat pada pukul 00.00-08.00 pada hari Senin – Jumat dan pukul 00.00-06.00 pada hari Sabtu – Minggu.
(*) Sudah ada signage peringatan bagi pengendara motor namun hanya untuk mematikan mesin tetapi belum memenuhi standar, sehingga perlu arahan khusus
Security Keberadaan Penerangan
Perlu penataan dan pengadaan penerangan yang sesuai standar desain (terletak setiap 10
Perlu penataan dan pengadaan penerangan yang sesuai standar terutama pengaplikasian
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Jalur meter dengan tinggi maksimal 4 meter, dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan durabilitas tinggi seperti metal & beton cetak)(*). (*) Sudah memadai tetapi belum sesuai standar desain
lampu jalan yang lebih terang, guna mencegah kerawanan terhadap tindak kriminal.
Durasi Aktivitas
(Berhubungan dengan ketersediaan penerangan dan kemenarikan pembentuk ruang, sehingga bila keduanya sudah ditingkatkan bisa meningkatkan aktivitas pada jalur)
Orientasi Streetwall
(Tidak menjadi masalah, sebagian besar bangunan berdekatan dengan jalur hanya perlu elemen pembenda antara area jalur dan area bangunan)
Interesting
Kemenarikan Aktivitas dan Pembentuk
Ruang
Menghilangkan penghalang - penghalang yang mengotori jalur (bangku permanen yang dibuat warga)
Menghilangkan penghalang - penghalang yang mengotori jalur (bangku permanen, barang-barang dan sampah rumah tangga)
Penataan dinding kosong bangunan yang menjadi pelingkup jalur dengan dengan tanaman-tanaman hias maupun kreasi mural, dimana selain meningkatkan kemenarikan juga merupakan suatu hal yang positif untuk anak-anak muda Sosrowijayan menyalurkan hobi mereka.
Sumber : Analisis Pribadi, Maret 2016
Untuk lebih jelas, di halaman berikut akan dipaparkan ilustrasi arahan desain sesuai rekomendasi :
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6.3. Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh serta arahan rekomendasi sebelumnya,
berikut ini beberapa saran yang dapat ditunjukan kepada beberapa pihak yang
terkait dengan peningkatan walkability di kawasan Sosrowijayan :
A. Bagi Pemerintah daerah :
1. Perlu ditindak lanjuti tentang aksesibiltas jalur pedestrian termasuk
terhadap kaum difable (penderita cacat).
2. Perlu ditindak lanjuti terhadap Peraturan mengenai ijin pembangunan
bangunan komersial baru untuk menyediakan fasilitas parkir pada
masing-masing bangunan.
3. Adanya koordinasi dengan warga, pemilik bangunan terhadap
pemanfaatan setback bangunan sebagai area semi publik menjadi publik
untuk penataan PKL agar tidak lagi memanfaatkan jalur pedestrian.
B. Bagi Arsitek :
1. Dalam perencanaan jalur pedestrian harus memperhatikan kebutuhan
manusia sebagai pengguna.
2. Mempertimbangkan penambahan elemen - elemen fisik berdasarkan
skala manusia sehingga memberi kenyamanan dan keamanan pada jalur
pedestrian.
3. Bagi pengembangan bangunan baik bangunan perumahan, pendidikan,
fasilitas umum, maupun komersial agar mengoptimalkan vegetasi yang
berfungsi sebagai peneduh pada jalur pedestrian.
C. Bagi Peneliti :
Dengan adanya penelitian tingkat walkability berbasis penilaian kondisi
fisik ruang terbangun berupa jalur pedestrian ini, diharapkan dapat
menjadi penggerak dalam penelitian lanjutan mengenai penilaian tingkat
walkability berdasarkan presepsi pengguna jalur pedestrian dilihat dari
hubungannya dengan keberadaan kawasan tarikan dan bangkitan serta
pengaruh aspek orientation dan destination.
KAJIAN TINGKAT WALKABILITY PADA KAWASAN KAMPUNG STUDI KASUS: KAWASANSOSROWIJAYAN, YOGYAKARTAVICTOR JANIS THIMOTYUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/