bab v kesimpulan - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/c0509030_bab5.pdf ·...

13
BAB V KESIMPULAN Pada bagian kesimpulan ini ada beberapa catatan penting yang harus dipertegas kembali, yakni kehidupan sosial, ekonomi, dan kebudayaan yaitu modernisasai kebudayaan Barat di Magelang awal abad XX, kemudian perkembangan fashion (mode) dengan berbagai jenis pakaian yang dipengaruhi oleh budaya Barat serta pengaruh gaya hidup Barat terhadap minat para kaum Elite di Magelang dalam berbusana. Pakaian merupakan salah satu tanda penampilan luar yang paling jelas dan memiliki nilai untuk para pemakaianya. Sebelum pengaruh Barat masuk pakaian masyarakat di Magelang hanya terdiri dari kain jarik, kebaya, stagen, selendang dan rambut hanya disanggul biasa. Sedangkan laki-laki hanya memakai baju dodot dan kain sarung. Bagi para Priyayi mereka telah mengadopsi pakaian gaya Barat dengan celana panjang, jas, dan telah memakai sepatu. Gaya Barat yang pertama kali ditiru di Hindia Belanda ini berupa pantalon, jas, topi eropa dan aksesoris lainnya. Setelah masuknya budaya Barat di Hindia Belanda dan dengan munculnya pendidikan Barat yang diakibatkan oleh Politik Etis, pengaruh Eropa dalam berbagai bentuk sangat terlihat jelas, tak terkecuali dalam bentuk mode berbusana. Priyayi sebagai kaum yang intensitas berhubungan langsung dengan orang barat lebih besar daripada penduduk pribumi lainnya, mereka menjadi yang pertama terpengaruh oleh pakaian model Barat. Hal tersebut tercermin dalam pakaian harian, pakaian sekolah, dan pakaian resmi yang mereka kenakan. Bentuk yang

Upload: dinhque

Post on 28-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BAB V

KESIMPULAN

Pada bagian kesimpulan ini ada beberapa catatan penting yang harus

dipertegas kembali, yakni kehidupan sosial, ekonomi, dan kebudayaan yaitu

modernisasai kebudayaan Barat di Magelang awal abad XX, kemudian

perkembangan fashion (mode) dengan berbagai jenis pakaian yang dipengaruhi

oleh budaya Barat serta pengaruh gaya hidup Barat terhadap minat para kaum

Elite di Magelang dalam berbusana.

Pakaian merupakan salah satu tanda penampilan luar yang paling jelas dan

memiliki nilai untuk para pemakaianya. Sebelum pengaruh Barat masuk pakaian

masyarakat di Magelang hanya terdiri dari kain jarik, kebaya, stagen, selendang

dan rambut hanya disanggul biasa. Sedangkan laki-laki hanya memakai baju

dodot dan kain sarung. Bagi para Priyayi mereka telah mengadopsi pakaian gaya

Barat dengan celana panjang, jas, dan telah memakai sepatu. Gaya Barat yang

pertama kali ditiru di Hindia Belanda ini berupa pantalon, jas, topi eropa dan

aksesoris lainnya.

Setelah masuknya budaya Barat di Hindia Belanda dan dengan munculnya

pendidikan Barat yang diakibatkan oleh Politik Etis, pengaruh Eropa dalam

berbagai bentuk sangat terlihat jelas, tak terkecuali dalam bentuk mode berbusana.

Priyayi sebagai kaum yang intensitas berhubungan langsung dengan orang barat

lebih besar daripada penduduk pribumi lainnya, mereka menjadi yang pertama

terpengaruh oleh pakaian model Barat. Hal tersebut tercermin dalam pakaian

harian, pakaian sekolah, dan pakaian resmi yang mereka kenakan. Bentuk yang

paling jelas adalah dipakainya rok dan blouse bagi para perempuan, dan celana

panjang dan jas yang disertai dasi bagi laki-laki.

Kuatnya arus modernisasi membuat pengaruh yang kuat terhadap gaya

hidup masyarakatnya. Upaya gaya berpakaian Eropa juga sejalan dengan gaya

hidup Eropa. Dengan banyaknya orang Eropa yang ada di Magelang membuat

menjamurnya tempat-tempat yang sengaja dibangun untuk mereka. Tempat-

tempat tersebut antara lain berupa Societeit, kamar bola, bioskop, dan tempat

berdansa bagi tuan dan nyonya Belanda, minum-minuman keras, berjudi dan

aktivitas gaya hidup Barat lainnya. Hal tersebut mengakibatkan pandangan

pribumi untuk ikut melakukannya dan menjadi trendsetter bagi mereka. Akhirnya

berbagai macam gaya hidup orang Barat hedonisme memunculkan pengaruh luas

dalam berbagai hal kehidupan termasuk dalam hal berbusana kaum Elite di

Magelang awal abad XX.

DAFTAR PUSTAKA

Dokumen

Besluit 20 Januari 1905 No. 22

Besluit 3 Januari 1927 No. 25

Daftar Orang-orang Terkenal di Jawa. Koleksi Arsip Nasional RI.

Foto-foto Koleksi www.kitlv.nl

Staatsblad van Nederlandsch Indie 1919 nomor 150 pasal 2.

Staatsblad 1906 nomor 125

Buku

Bedjo Riyanto. 2000. Iklan Surat Kabar dan Perubahan Masyarakat di Jawa

Masa Kolonial (1870-1915). Yogyakarta: Tarawang.

Burger, D.H. 1983 Perubahan – Perubahan Struktur dalam Masyarakat Jawa.

Jakarta: Bharata.

Dijks, Kees Van. 1997. Sarung Jubah dan Celana, Penampilan ssebagai Sarana

Pembedaan dan Diskriminasi, dalam Henk Schulte Nordholt (ed),

Outward Appearances Dressing State and Society in Indonesia. Leiden:

KITLV Press,

Djoko Soekiman. 2000. Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat

Pedukungnya di Jawa (Abad XVII-Medio Abad XX). Yogyakarta: Yayasan

Bentang Budaya.

Darsiti Soeratman. 1989. Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1839.

Yogyakarta: Taman Siswa.

Franz Magnis Soseno. 1984. Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafah Tentang

Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia

Geertz, Clifford. 1987. Abangan, Santri, dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa.

Jakarta: PT Midas Surya Grafindo.

Hellwig, Tineke. 2007. Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda. Jakarta: Obor.

Henk Schulte Nordholt (ed.). 2005. Outward Appearances: Trend, Identitas,

Kepentingan. Yogyakarta: LKiS.

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Kuntowijoyo. 2004. Raja, Priyayi, dan Kawula. Jogyakarta: Ombak.

Marco Krtodikromo. 2000. Student Hijo. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Marie S. Condronegoro. 1995. Busana Adat Kraton Yogyakarta 1877-1937,

Makna dan Fungsinya dalam berbagai Upacara. Jakarta: PT. Gramedia.

M.Nursam & Sri Margana. 2010. Kota-kota di Jawa (Identitas, Gaya Hidup, dan

Permasalahan Sosial). Yogyakarta: Ombak.

Djoko Soekiman. 2000. Kebudayaan Indis. Jakarta: Bentang

Reid, Anthony. 1992. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680. Jilid 1:

Tanah di Bawah Angin. Jakarta: YOI.

Sartono Kartodirdjo. 1987. Perkembangan Peradaban Priyayi. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Sartono Kartodirdjo. dkk. 1977. Sejarah Nasional Indonesia 1. Jakarta: Balai

Pustaka.

Sartono Kartodirdjo. 1969. “Struktur Sosial Dari Masyarakat Tradisional dan

Kolonial” dalam Lembaran Sejarah No. IV. Yogyakarta: Seksi Penelitian

Sejarah Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM.

Soekimin Adiwiratmoko, Magelang Kota Harapan, Magelang, tanpa penerbit,

tanpa tahun.

----------------------------Magelang Indah Dulu dan Sekarang, Magelang, tanpa

penerbit, tanpa tahun.

Suhartono. 1991. Apanage dan Bekel : Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta

1830-1920. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sukarto K Atmodjo, MM. Menelusuri Sejarah Kota Magelang Berdasarkan Data

Prasasti Kuno. Makalah disampaikan dalam seminar dalam rangka

menelusuri Nama dan Hari Jadi Kodya Magelang. Universitas Tidar

Magelang. 17 Juni 1988.

Sumartono. 1988. Sekilas Menelusuri Sejarah Magelang. Magelang: Kantor

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Van Niel, Robert. 1984. Munculnya Elit Modern Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.

Weldhuisen, Harmen C. 1999. Batik Belanda 1840-1940, Pengaruh

Belanda pada Batik dari Jawa, Sejarah dan Kisah disekitarnya. Jakarta: aa

Favorit Press.

W.F. Wertheim. 1999. Masyarakat Indonesia dalam Transisi: Studi Perubahan

Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Skripsi dan Tesis

Arik Andriyani. 2007. “Pengaruh Budaya Eropa Terhadap Perkembangan Fashion

(Mode) di Surakarta Tahun 1900-1942.” Skripsi. Surakarta: Jurusan Ilmu

Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

Dwi ratna Nurhajirini. 2003. “Perkembangan Gaya Pakaian Perempuan Jawa Di

Kota Yogyakarta Pada Awal Sampai Pertengahan Abad XX”. Tesis S-2.

Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM.

Endah Wahyu Wibawati. 2002. “Sejarah Tata Ruang Kota Magelang 1906-1942

(Magelang Sebagai Kota Militer Belanda)”. Skripsi. Surakarta: Jurusan

Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

Soedarmono. 1987. “Munculnya Kelompok Pengusaha Batik Di Laweyan Pada

Awal Abad XX”. Tesis S-2. Yogyakarta: Fakultas Pasca Sarjana UGM.

Majalah dan Surat Kabar

Darma Konda, 29 Maret 1906. Koleksi Perpustakaan Nasional RI.

Kedaulatan Rakyat 13 Oktober 1997. Nostalgia Museum Sepur Ambarawa,

Java Review, 13 Januari 1933. Koleksi Arsip Monumen Pers.

Java Review, 11 Juni 1930

LAMPIRAN

Lampiran 1

Foto 1 dan 2

Masyarakat Magelang menyaksikan upacara peringatan 30 tahun

Ratu Wilhelmina pada tahun 1928

(sumber: www.kitlv.nl)

Foto 3

Personel upacara peringatan 30 tahun kekuasaan Ratu Wilhelmina tahun 1928

(sumber: www.kitlv.nl)

Foto 4

Raden Toemenggoeng Danoeningrat, Bupati Magelang 1870

(sumber: www.kitlv.nl)

Foto 5

Raden Ajoe Toemenggoeng Danoeningrat bersama putranya tahun 1871

(sumber: www.kitlv.nl)

Foto 6

Raden Mas Alwoe, Putra dari Bupati Magelang, tahun 1871

(sumber: www.kitlv.nl)

Foto 7

Bupati Magelang, Raden Toemenggoeng Danoekoesoemo 1860

(sumber: www.kitlv.nl)

Lampiran 2

Iklan bedak dingin tahun 1933

Sumber: Java Review 13 Januari 1933