bab v gambaran umum auction teh jakarta colombo, dan guwahati
DESCRIPTION
Penjelasan singkat cara auction teh di IndonesiaTRANSCRIPT
V GAMBARAN UMUM AUCTION TEH JAKARTA
COLOMBO, DAN GUWAHATI
5.1. Jakarta Tea Auction
5.1.1. Sejarah Jakarta Tea Auction
Jakarta Tea Auction mulai dibentuk pada tahun 1973. Awalnya pelelangan
komoditi teh Indonesia dilakukan di Amsterdam (Belanda), lalu berpindah ke ke
Anterwerpen (Belgia), hingga terakhir diadakan di London (Inggris). Dikarenakan
kurang efektifnya kegiatan pelelangan teh di London Tea Auction pasca perang
dunia kedua, dan jarak yang terlalu jauh sehingga pengawasan terhadap
pemasaran menjadi sulit serta atas pertimbangan akan lebih baik jika komoditi teh
Indonesia dikumpulkan di sebuah wadah sebelum diekspor ke luar negeri.
Dibentuklah Jakarta Tea Auction yang diadakan di Kantor Pemasaran Bersama
(KPB) PTPN yang terletak di Jakarta. Pada tahun 2010, KPB berubah menjadi
perseroan terbatas dan mengganti namanya menjadi PT. Kharisma Pemasaran
Bersama Nusantara (PT. KPB Nusantara), melalui Akta Notaris N.M. Dipo
Nusantara Pua Upa, S.H. No. 4 tanggal 16 November 2009, yang disahkan oleh
Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No. AHU-60488.AH.01.01.
Tahun 2009 pada tanggal 11 Desember 2009.
5.1.2. Mekanisme Pelelangan Jakarta Tea Auction
Pelelangan di Jakarta Tea Auction, biasanya dilakukan pada hari Rabu
setiap minggunya. Pelelangan dimulai pada pukul sepuluh pagi hingga pukul satu
siang, atau dapat berlangsung lebih lama jika jumlah teh yang dilelang sedang
banyak. Saat ini Jakarta Tea Auction diketuai oleh Dadang Juanda, sebagai
pemimpin jalannya pelelangan di Jakarta Tea Auction. Adapun mekanisme dari
Jakarta Tea Auction, seperti yang dijelaskan oleh PT. KPB Nusantara, adalah
sebagai berikut:
1. Teh yang akan di-auction/lelang disusun dalam katalog dengan nomor urut
berupa nomor lot dan nomor chop. Teh dikemas dalam paper sack atau
karung. Chop-chop yang sudah dimasukkan ke dalam katalog dan telah
disampaikan kepada pembeli tidak dapat dibatalkan.
39
2. Tiap chop dalam katalog terdiri atas sampel/contoh yang mewakili jumlah
yang akan dijual dan diserahkan kepada pembeli beserta katalognya,
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum auction dimulai.
3. Pada hari auction, pembeli mengajukan penawarannya secara langsung dan
terbuka kepada pelaksana auction, dalam suatu persaingan yang sehat untuk
setiap chop.
4. Penawaran diajukan dalam USD Cents/Kg dengan kondisi penyerahan Free
Carrier-Container Yard origin (FCA-CY origin) pelabuhan muat. Tanggung
jawab penjual terbatas sampai penyerahan barang dalam katalog di Container
Yard (CY) pelabuhan muat sesuai yang dicantumkan didalam katalog. Karena
tanggung jawab penjual hanya sampai penyerahan di Container Yard (sesuai
incoterms), maka Terminal Handling Charge origin (THC origin) dan
Document Fee sudah termasuk di dalam Freight dan menjadi beban pembeli.
Dalam hal penyerahan barang berbeda dengan ketentuan tersebut diatas
(untuk Blending Tea dan lain-lain), akan diberlakukan ketentuan khusus
melalui kontrak atau amandemen kontrak berdasarkan kesepakatan antara
pembeli dan penjual. Pengapalan barang yang tidak menggunakan pallet tidak
diberikan penggantian biaya pallet.
5. Penawaran dilakukan secara kompetitif dengan kenaikan minimal 1(satu)
USD Cents.
6. Penawar tertinggi akan ditetapkan sebagai pemenang jika menurut pelaksana
auction harga tersebut seimbang dengan harga limit yang ditetapkan oleh tim.
7. Kepada penawar tertinggi untuk partai yang tidak dilepas saat auction dapat
diberikan hak opsi untuk melakukan negoisasi setelah auction sampai jam
12.00 WIB hari berikutnya. Bila hak opsi telah dilalui maka kesempatan
dapat diberikan kepada pembeli lain yang berminat.
8. Partai teh yang tidak terjual dalam auction dapat ditawarkan kembali melalui
auction yang dilaksanakan pada minggu berikutnya, atau dijual secara free
sales.
Biasanya setengah jam sebelum lelang dimulai, panitia lelang bersama
dengan perwakilan dari PT. Perkebunan Nusantara akan mendiskusikan harga
price limit yang diinginkan. Price limit ditentukan berdasarkan record harga
40
terendah yang pernah dialami oleh grade dan kebun yang bersangkutan. Dalam
jalannya pelelangan, jika terdapat beberapa chop yang mengalami withdrawn,
maka akan didiskusikan kembali setelah auction apakah barang tersebut akan
dilepas atau tidak dengan harga negosiasi antara buyer dengan pihak
penyelenggara lelang. Jika masih belum terdapat kesepakatan, maka chop tersebut
akan dijual secara private sales.
5.1.3. Peserta Jakarta Tea Auction
Jakarta Tea Auction diikuti oleh beberapa peserta yang terdiri atas
beberapa perusahaan yang bergerak di bidang teh, baik industri pengolahan teh
dan tea traders. Mayoritas peserta yang terdaftar dalam Jakarta Tea Auction
merupakan perusahaan tea traders, yakni perusahaan yang bergerak sebagai
perantara pembelian teh di Jakarta Tea Auction dengan pabrik pengolahan teh di
luar negeri, sebagai contoh; Vanrees, Finlays, dan Yoosuf Akbani. Menurut
wawancara dengan Ketua Jakarta Tea Auction, Dadang Juanda, hal ini
disebabkan karena pabrik pengolahan teh luar negeri lebih mempercayai traders
dalam membeli teh untuk bahan baku perusahaannya, jika dibandingkan dengan
membuka agen di Indonesia yang memerlukan biaya lebih banyak.
Tabel 7. Daftar Anggota Jakarta Tea Auction No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan
1 PT. Unilever Tbk. 11 PT. Jakarta Tea Traders
2 Van Rees (Thee) BV 12 CV. Rajawali Cocofibre
3 L. Elink Schuurmaan (Thee) BV 13 CV. Padekersa
4 PT. Sariwangi A.E.A. 14 UD. Intraco
5 PT. Trijasa Prima Sejati 15 Yoosuf Akbani
6 PT. Agropangan Putra Mandiri 16 CV. Surya Kencana
7 PT. Pucuk Mas Tigadaun 17 S. St. Clair Teas Indonesia
8 PT. Tea Expertindo 18 Suruci Enterprises, PTE Ltd
9 PT. Pacific Agritama Comodity 19 Finlays Beverage
10 PT. Kabepe Chakra
Sumber : Data Primer PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT. KPB Nusantara) (2011)
41
Jumlah peserta lelang pada Jakarta Tea Auction juga cenderung tetap,
sejak tahun 2001, Jakarta Tea Auction hanya diikuti oleh segelintir peserta.
Sedikitnya jumlah peserta pada Jakarta Tea Auction disebabkan oleh
diperlukannya beberapa syarat pendaftaran terlebih dahulu untuk menjadi peserta
lelang, sehingga hanya anggota yang memenuhi syarat yang diajukan oleh PT.
KPB Nusantara sebagai peserta lelang yang bisa mengikuti proses pelelangan di
Jakarta Tea Auction. Adapun beberapa syarat yang diajukan oleh PT. KPB
Nusantara agar seseorang atau sebuah perusahaan dapat menjadi peserta lelang di
Jakarta Tea Auction adalah sebagai berikut:
1. Company Profile.
2. Akte Pendirian Perusahaan yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman.
3. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP).
4. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU).
5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
6. Perusahaan Kena Pajak (PKP).
7. Laporan Keuangan Perusahaan tahun terakhir dan setiap tahun diperbaharui.
8. Surat Penunjukan sebagai agen pembelian (buying agent) dari Principal di
Luar Negeri. Principal tersebut adalah Perusahaan yang telah terdaftar pada
Kedutaan Besar Republik Indonesia. (KBRI) dan memiliki referensi bank
setempat.
9. Surat jaminan yang menyatakan bahwa teh yang dibeli pasti akan dibayar
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari dan dikapalkan selambat-lambatnya
45 (empat puluh lima) hari setelah tanggal kontrak.
10. Jaminan dalan bentuk Bank Garasi atau Bank Deposit senilai minimal US$.
10.000.
5.1.4. Grade Teh Hitam & Destinasi Ekspor Jakarta Tea Auction
Mayoritas teh yang dilelang di Jakarta Tea Auction merupakan teh yang
diproduksi oleh PT. Perkebunan Nusantara. Dikarenakan fungsi awal dari PT.
KPB Nusantara, adalah sebagai pemasar dari produk yang dihasilkan oleh PT.
Perkebunan Nusantara. Hingga saat ini di Jakarta Tea Auction, perkebunan rakyat
42
dan perkebunan swasta belum memiliki peran dalam pelelangan, sehingga belum
semua teh yang dihasilkan di Indonesa dilelang di Jakarta Tea Auction.
Tabel 8. Jumlah Teh yang Dilelang di Jakarta Tea Auction Menurut Jenis Teh
Tahun 2008-2010 (dalam kilogram)
Jenis Teh Tahun
2007 2008 2009 2010
Ortodoks
BOPI 253.320 557.880 432.200 213.320
BOP 2.917.360 2.774.040 1.495.000 2.286.460
BOPF 4.070.080 2.494.660 1.614.300 3.264.920
PFANN 7.462.420 5.613.640 3.849.540 5.874.580
DUST 5.198.200 4.526.980 3.335.160 4.106.360
BT 2.965.320 2.804.920 1.677.560 3.030.760
BP 1.224.820 1.375.300 914.100 1.084.940
PFANN II 2.411.840 2.647.000 2.025.100 2.744.380
DUST II 1.885.620 1.947.300 1.441.620 2.114.840
BT II 1.481.720 1.792.700 1.270.400 2.366.880
BP II 529.700 773.420 575.300 523.800
DUST III 1.125.300 1.364.220 827.800 1.477.660
DDUST IV - - - 70.000
FANN III - - - 340.440
Total Othodox 31.525.700 28.672.060 19.458.080 29.499.340
CTC
BP1 963.000 785.980 563.520 773.360
PF1 1.593.340 1.705.760 1.291.710 1.552.260
PD 1.275.820 1.321.600 1.163.430 1.479.580
FANN 2.563.120 2.220.780 2.166.340 2.532.480
D1 1.308.760 1.342.640 1.206.000 1.434.220
D2 1.045.980 995.620 1.044.720 1.070.860
D3 20.800 18.200 - 15.600
PWD - - - -
MB - - - -
Total CTC 8.770.820 8.390.580 7.435.720 8.858.360
Total Lelang 40.296.520 37.062.640 26.893.800 38.357.700
Keterangan : - ) data tidak tersedia
Sumber : Data Primer PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT. KPB Nusantara) (2011)
(diolah)
43
Jenis teh yang dilelang di Jakarta Tea Auction mayoritas merupakan teh
hitam Ortodoks dan CTC (Crush, Tearing, dan Curling), dengan proporsi jumlah
teh hitam ortodoks yang dilelang tiga kali lebih banyak jika dibandingkan dengan
teh hitam jenis CTC (Tabel 8). Jumlah volume lelang teh ortodoks di Jakarta Tea
Auction pada tahun 2010 berjumlah 29.499.340 kg, sedangkan volume lelang
CTC hanya sekitar 8.858.360 kg. Hal ini disebabkan mayoritas pabrik pengolahan
teh milik PT. Perkebunan Nusantara merupakan pabrik pengolahan teh ortodoks.
Pada tabel 8, grade Dust mutu I menempati urutan kedua dari jenis grade yang
dilelang terbanyak sesudah Fanning.
Teh yang sudah dilelang akan dikirm ke pelabuhan untuk dikirimkan ke
gudang milik tea traders sebelum dikirimkan ke luar negeri, atau ada juga yang
langsung dikirimkan ke luar negeri. Mayoritas teh hasil pelelangan teh di Jakarta
Tea Auction diekspor ke Rusia, yakni berjumlah 8.282.100 kg pada tahun 2010.
Jumlah ini merupakan jumlah yang cukup banyak jika dibandingkan negara-
negara lain. Hal ini disebabkan fokus dari pasar ekspor teh Indonesia difokuskan
kepada Rusia.
Tabel 9. Volume dan Negara Tujuan Ekspor Teh Indonesia Tahun 2007-2010
(dalam kilogram)
Negara Tujuan
Tahun
2007 2008 2009 2010
Rusia 7.769.440 11.400.555 9.884.800 8.282.100
Malaysia 5.397.440 4.877.740 4.187.100 4.830.160
Pakistan 4.919.720 5.784.127 4.771.225 3.858.180
Inggris 8.608.220 4.731.380 5.049.100 3.480.920
Jerman 2.989.200 4.019.640 3.308.063 2.861.880
AS 3.365.140 3.131.600 2.668.340 2.458.400
Belanda 2.158.950 3.319.700 2.699.758 2.083.760
U.E.A 1.204.490 3.084.140 3.442.280 1.601.788
India 2.063.760 2.547.320 2.236.640 1.106.104
Mesir 742.880 969.720 755.260 590.700
Polandia 290.180 291.040 146.160 548.900
Lainnya 3.309.770 3.169.544 2.424.120 3.138.600
Total Ekspor 42.819.190 47.326.506 41.572.846 34.841.492
Sumber: Data Primer PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT. KPB Nusantara) (2011)
(diolah)
44
Berdasarkan hasil penelitian dari PPTK (Pusat Penelitian Teh dan Kina),
Rusia memiliki tren permintaan teh hitam curah yang meningkat pada awal 2002.
Selain permintaan yang meningkat jenis grade yang diminta oleh pasar Rusia
(yakni leafy dan broken grade) dan persyaratan jenisnya sesuai dengan standar teh
Indonesia (medium dan low gown tea). Sehingga untuk jangka waktu tahun 2003 -
2010, Indonesia menjadikan Rusia sebagai salah satu target pasarnya.
Selain Rusia, Indonesia juga mengekspor teh dengan grade, broken dan small
grade (grade Dust termasuk ke dalam small grades) ke negara-negara seperti
Malaysia, Pakistan, Inggris, Jerman, AS, dan Belanda. Dikarenakan preferensi
jenis teh yang diminta sesuai dengan jenis teh yang ditanam di Indonesia (medium
dan low gown), dengan standar mutu yang sedan, sehingga dengan mudah
Indonesia dapat memasuki pasar di Eropa Timur dan Amerika Serikat.
5.2. Teh di Sri Lanka dan Colombo Tea Auction
Sri Lanka merupakan salah satu negara penghasil teh terbesar di dunia,
dimana untuk nomor satu dipegang oleh Cina, hal ini dapat dilihat pada tahun
2010, yang mana produksi teh Sri Lanka mencapai 331.426.287 kg dengan luasan
area tanam mencapai 221.969 Ha Tanaman teh mulai ditanam di Sri Lanka
menggantikan tanaman kopi pada periode 1880-an. Hal ini dilakukan untuk
menghadapi permintaan terhadap teh dunia yang meningkat setiap tahunnya.
Hingga saat ini tanaman teh terus berkembang di Sri Lanka, menjadi salah satu
komoditi unggulan dalam bidang pertanian.
Jenis teh yang ditanam di Sri Lanka mayoritas antara lain; high gown,
medium gown, dan low gown tea. Mayoritas teh yang diproduksi di Sri Lanka
merupakan teh ortodoks dengan jumlah produksi pada tahun 2010 sebesar
309.703.394 kg, jika dibandingkan dengan CTC sebesar, 18.385.666 kg. Metode
pengolahan teh CTC sendiri baru dilakukan di Sri Lanka pada tahun 1983.
Colombo Tea Auction dibuka pada tahun 1883 oleh Ceylon Chamber of
Commerce, sebagai salah satu pusat perdagangan teh yang produksi Sri Lanka.
Awalnya fokus Colombo Tea Auction pada tahun 1947 adalah Colombo Tea
Auction menjadi salah satu pusat pelelangan teh pusat di dunia, karena London
45
Tea Auction dialihkan menuju Colombo dan Kolkata. Hingga pada akhirnya
London Tea Auction tutup pada tahun 1998 dan Colombo Tea Auction
berkembang menjadi salah satu auction teh kedua terbesar di dunia, dimana
urutan pertama dipegang oleh Mombasa Tea Auction (Kenya)
Tabel 10. Produksi Teh Sri Lanka Tahun 2006-2010 (dalam kilogram)
Tahun Jenis Teh
Ortodoks CTC
2006 288.000.000 19.000.000
2007 285.000.000 16.000.000
2008 298.949.958 16.532.846
2009 272.986.931 13.628.518
2010 309.730.394 18.385.666
Sumber : International Tea Committee (2009)
Sri Lanka Tea Board (2009,2010, & 2011) (diolah)
Hingga saat ini, Colombo Tea Auction menjadi salah satu auction tertua
yang masih berjalan di dunia. Beberapa jenis grade teh yang dilelang di Colombo
Tea Auction yakni; BOP (Broken Orange Pekoe), BOPF (Broken Orange Pekoe
Fanning),OP (Orange Pekoe), BP (Broken Pekoe), dan Dust. Dalam pelelangan
biasanya grade teh dikategorikan kembali berdasarkan daerah tanam dan jenis
tehnya.
Pemegang otoritas tertinggi pada Colombo Tea Auction saat ini dipegang
oleh Sri Lanka Tea Board yang dibentuk pada tahun 1976, tugas utama dari Sri
Lanka Tea Board adalah mengatur jalannya kegiatan perindustrian teh di Sri
Lanka. Hingga saat ini Colombo Tea Auction diikuti oleh hampir 200 perusahaan,
yang terdiri atas perusahaan pengolahan teh dan eksportir.
Melalui Tabel 11, dapat dilihat bahwa setiap tahunnya Sri Lanka mampu
mengekspor teh rata-rata sekitar 290.000.000 kg/tahunnya dengan jumlah yang
dijual pada pelelangan rata-rata sekitar 265.000.000 kg/tahunnya, hampir 75
persen dari teh yang diekspor merupakan hasil dari pelelangan. Hal ini membuat
Colombo Tea Auction menjadi tempat pelelangan teh terbesar kedua di dunia
setelah Mombasa Tea Auction.
46
Tabel 11. Presentase Auction Terhadap Ekspor Teh di Sri Lanka Tahun 2006-
2009 (dalam kilogram)
Tahun
Jumlah
Ekspor Auction Persentase
auction terhadap ekspor
2006 311.402.000 265.911.000 85,39 %
2007 290.794.000 241.998.000 83,22 %
2008 293.538.000 264.865.000 90,23 %
2009 289.652.286 283.208.272 97.77 %
Sumber : International Tea Committee (2009) dan Forbes Tea Portal (2009 dan 2010) (diolah)
Teh yang dijual di pelelangan akan diekspor kepada negara pembelinya,
mayoritas teh Sri Lanka diekspor ke Rusia dan negara-negara timur tengah. Hal
ini disebabkan oleh masyarakat Rusia dan negara timur tengah yang menyukai teh
broken grade BOP (Broken Orange Pekoe) dan BOPF (Broken Orange Pekoe
Fanning) dengan mutu tinggi, yang mayoritas dijual pada Colombo Tea Auction,
biasanya teh tidak hanya diekspor dalam bentuk curah (bulk), namun juga dapat
diekspor melalui kemasan (pack) dan kantung (bag).
Tabel 12. Volume dan Negara Tujuan Ekspor Teh Sri Lanka Tahun 2006-2009
(dalam metrik ton)
Negara Tujuan
Tahun
2006 2007 2008 2009
Federasi Rusia 58.041 47.561 43.896 45.581
UEA 43.743 43.566 44.945 30.931
Syria 30.573 27.288 26.114 29.207
Iran 27.838 31.716 31.027 28.606
Turki 13.344 14.459 15.858 15.751
Jordania 9.473 5.865 14.290 13.293
Jepang 10.894 10.243 10.189 9.500
Iraq 12.066 8.970 11.597 9.037
Ukraina 7.835 6.821 7.240 8.764
Saudi Arabia 7.292 8.436 7.218 4.716
Sumber : International Tea Committee (2009) dan Forbes Tea Portal (2009), (diolah)
Mayoritas grade teh yang diproduksi di Sri Lanka adalah grade BOP
(Broken Orange Pekoe) dan BOPF (Broken Orange Pekoe Fanning), yang
47
diminati oleh pasar Rusia dan Timur Tengah, untuk masalah mutu tidak menjadi
masalah karena Sri Lanka teh di Sri Lanka dikenal dengan teh yang memiliki
mutu baik, disebabkan oleh elevasi penanamannya. Untuk small grades proporsi
ekspornya lebih kecil. hal ini disebabkan small grades tea (seperti Dust) lebih
banyak dikonsumsi domestik di Sri Lanka.
5.3. Teh di India dan Guwahati Tea Auction
India mulai memproduksi teh pada tahun 1883, industri teh di India mulai
berkembang sejak jaman pendudukan Inggris. Hingga kini India telah
berkembang menjadi salah satu negara penghasil teh terbesar di dunia. Pada tahun
2008, India memproduksi sebesar 980.818 ton. India menjadikan teh sebagai salah
satu sektor andalannya di bidang pertanian, sama seperti Sri Lanka dan Kenya.
Dalam produksinya India memproduksi mayoritas teh berjenis CTC
(Crush, Tearing, and Curling) dan sedikit ortodoks. Disebabkan mayoritas negara
di India memproduksi tehnya dengan metode CTC (Crush, Tearing, and Curling).
Perbandingan produksi teh di India dapat dilihat melalui tabel 13.
Tabel 13. Produksi Teh India Tahun 2004-2008 (dalam kilogram)
Tahun Jenis Teh
Ortodoks CTC
2006 72.000.000 815.000.000
2007 87.000.000 849.000.000
2008 78.000.000 893.000.000
2009 84.000.000 850.000.000
2010 92.000.000 878.000.000
Sumber : International Tea Committee (2009)
Guwahati Tea Auction dilaksanakan pertama kali pada 25 September 1970
oleh Guwahati Tea Auction Committee. Guwahati Tea Auction dibentuk karena
provinsi Assam menyumbang sekitar 55 persen dari total produksi teh India dan
80 persen dari total teh yang diekspor oleh India6. Namun kontribusi perkebunan
teh pada sektor ekonomi regional sangatlah kecil, sehingga diputuskan untuk
6 [GTAC] Guwahati Tea Auction Centre. 2008. History of GTAC.
http://www.assamteaxchange.com/aboutgtac/history.asp [ 21 September 2011]
48
menumbuhkan perekonomian provinsi Assam dibuatlah sebuah auction baru yang
diberi nama Guwahati Tea Auction.
Tabel 14. Volume Teh yang Dilelang di Guwahati Tea Auction Tahun 2008-2010
(dalam kilogram)
Negara Tahun
2008 2009 2010
Januari – Maret 20.509.952 23.075.661 25.908.728
April – Juni 26.549.726 24.234.743 23.252.766
Juni – September 46.109.305 45.683.269 34.578.823
Oktober – Desember 42.572.681 42.398.317 37.631.819
Sumber : Guwahati Tea Auction Centre (2011)
Saat ini Guwahati Tea Auction merupakan auction terbesar ketiga di dunia
setelah Colombo dan Mombasa. Pada tahun 2008, jumlah peserta dari Guwahati
Tea Auction ada sekitar 665 penjual, 247 pembeli terdaftar, 9 broker and 34
gudang7. Beberapa negara tujuan ekspor teh yang berasal dari India dapat dilihat
pada tabel 15.
Tabel 15. Volume dan Negara Tujuan Ekspor India Tahun 2005-2007
(dalam metrik ton)
Negara Tujuan 2005 2006 2007
CIS 48.130 49.100 53.496
Uni Emirat Arab 26.540 21.882 24.551
Inggris 21.220 23.132 17.856
Iran 6.620 8.667 13.139
Afganistan 3.060 7.411 8.264
Amerika Serikat 7.345 6.893 7.968
Jerman 4.794 4.309 5.682
Pakistan 11.000 14.732 5.477
Mesir 370 2.751 5.144
Australia 4.904 4.451 4.864
Sumber : International Tea Committee (ITC) (2009)
7 Hazarika K. 2008. Tea Auction Market; with a special reference to Guwahati Auction Centre.
www.nits.ac.in/department/Humanities%20new/new_hum/ social_scanner/9.doc. [03 Juli
2011]
49
Pasar yang menjadi tujuan pemasaran pada auction di India (termasuk
Guwahati Tea Auction) tidak hanya pasar ekspor tetapi juga pasar domestik.
Dikarenakan selain India merupakan negara pengekpor teh di dunia, India juga
termasuk salah satu negara pengkonsumsi teh terbesar di dunia. Negera
pengekspor utama dari India adalah CIS, Uni Emirat Arab, dan Inggris. Untuk
grade Dust mayoritas digunakan untuk konsumsi lokal di India8.
8 Suprihatini R et al.. 2004. Peta Selera Pasar Teh Dunia. Jurnal Manajemen dan Agribisnis
Vol.1. No.2. Oktober 2004: 103-112.