bab v analisis a. perbedaan kaifiyat sembahyang hajat ... · hajat dan doa-doa saja. setelah...
TRANSCRIPT
67
BAB V
ANALISIS
A. Perbedaan Kaifiyat Sembahyang Hajat dalam 3 Teks
Teks yang diteliti oleh peneliti dijelaskan dalam deskripsi merupakan teks
yang tidak berjudul hanya menerangkan bahwa teks ini membahas masalah salat
hajat dan doa-doa saja. Setelah dilakukan pembacaan ditemukan pada bagian awal
teks disebutkan bawha teks ini bab Kaifiyat Sembahyang Hajat.
“Bab ini kaifiyah sembahyang hajat apabila dapat seorang suatu
kesukaran yang tiada dapat dihilangkan akan dia. Seperti papa atau
hutang kelu kesah sebab di sakit manusia akan dia atau ada hajat yang
lain daripadanya” (Kaifiyat Sembahyang Hajat:21)
Berdasarkan aturan dalam pemberian judul, teks ini di beri judul Kaifiyat
Sembahyang Hajat seperti yang terdapat pada bagian awal teks.
Kaifiyat merupakan bahasa Arab yang artinya tata cara yang baik. Kaifiyat
merupakan bentuk lain dari kata Kaifiyah yang artinya keadaan menurut sifatnya;
2 sifat (tabiat) yang asli yang memiliki bentuk jamak Kaifiyat as-shalah yaitu tata
cara menjalankan salat (Kamus Pengetahuan Islam Lengkap, 2014).
Di teks tertulis kafiyat yang mengalangi kesalah penyalinan yang
dilakukan oleh penyalin. Kata tersebut dianggap sebagai suatu kesalahan
penulisan yang dilakukan oleh penyalin karena kata kafiyat itu dalam bahasa Arab
tidak ditemukan. Jika kita kaitkan dengan isi teks, arti yang tepat adalah Kaifiyat.
tertulis kafiyat
68
Sembahyang adalah (1) salat; (2) permohonan (doa) kepada Tuhan (KBBI,
2008:1259), sedangkan arti kata sembahyang menurut Kamus Bahasa Melayu
Nusantara adalah (1) perbuatan menyembah Allah (salat), (2) (bagi orang bukan
Islam) permohonan kepada Tuhan, doa.
Penyalinan kata sembahyang yang terdapat dalam teks Kaifiyat
Sembahyang Hajat dari halaman awal hingga akhir tetap sama. Tidak ditemukan
kesalahan penyalinan dalam penulisan kata Sembahyang.
tertulis sembahyang
Arti Hajat adalah (1) maksud; keinginan; kehendak; (2) kebutuhan atau
keperluan; (3) selamatan; (4) kotoran (KBBI, 2008: 473). Sedangkan arti kata
hajat menurut Kamus Bahasa Melayu Nusantara adalah (1) keinginan, kehendak,
maksud, niat, tujuan; (2) keperluan, sesuatu yang diperlukan.
tertulis hajat
Pengertian di atas dapat diartikan bahwa arti kata Kaifiyat adalah tata cara,
sembahyang adalah permohonan (doa), jika orang Islam melakukannya dengan
salat; sedangkan arti dari hajat adalah keinginan. Jadi, Kaifiat Sembahyang Hajat
adalah tata cara untuk memohon keinginan agar terkabul, dalam teks ini tata cara
yang dilakukan adalah tata cara mengerjakan salat hajat.
B. Perbedaan Tata cara Pelaksanaan Salat Sunah Hajat dalam 3 Teks
Tata cara yang dilakukan dalam melaksanakan salat sunah Hajat tidaklah
berbeda dengan pelaksanaan salat wajib ataupun salat sunah lain yaitu diawali
69
dengan niat kemudian takbiratul ikhram hingga salam, yang membedakan
hanyalah niat yang dibaca serta doa yang dibaca setelah salam.
Teks Kaifiyat Sembahyang Hajat yang diteliti oleh peneliti terdapat tiga
variasi teks yang memiliki tema yang sama yaitu mengenai tata cara salat Hajat.
Ketiga variasi tersebut merupakan bagian dari teks Kaifiyat Sembahayang Hajat
yang mengalami proses penyalinan vertikal dan horisontal sehingga menjadikan
teks Kaifiyat Sembahayang Hajat sebagai teks yang komplek dan tidak dapat
dianggap sebagai naskah jamak.
1. Niat
Saat mengerjakan salat, niat salat disyaratkan untuk menyebutkan salat
yang akan dikerjakannya di dalam hati, baik salat wajib (Zuhur, Asar, Jumat),
salat witir, salat sunah maupun salat yang lainnya dan untuk membedakan yang
satu dengan yang lainnya. Adapun niat salat hajat yang ditulis dalam teks ini.
a. Teks A
“Inilah lafadz niatnya usholli sunnatan hajati arba’ata raka’atin
lillahi tāla allahu akbar. Kusembahyangkan sunat hajat empat
rekaat karena Allah ta’ala…” (Kaifiyat Sembahyang Hajat:21)
Niat yang terdapat pada teks A ini terbaca dalam bahasa Arab dan diikuti
dengan terjemahannya dalam bahasa Melayu
b. Teks B
Pada teks B awalan teks langsung menyebutkan tentang sembahyang hajat
dan kemudian membaca niat melaksanakan salat sunah hajat.
“Inilah sembahyang hajat itu ushalli sunnata alhajati arba’a
raka’atin mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala Allahu akbar…” (Kaifiyat
Sembahyang Hajat:28)
70
Dari kutipan diatas diketahui bahwa teks B langsung menjelaskan tentang
sembahyang hajat yang diawali dengan niat yang artinya “Aku berniat salat sunah
hajat empat rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala Allah maha besar”.
Dijelaskan dalam teks B ini sembahyang hajat ini dilakukan dengan menghadap
ke kiblat seperti yang diucapkan dalam niat.
c. Teks C
Pada teks C ini sebelum melaksanakan salat hajat yang dilakukan pertama
adalah dengan bersuci terlebih dahulu. Dalam teks ini dijelaskan dengan mandi
dan memakai kain yang suci atau bersih. Setelah itu melaksanakan salat hajat
dengan membaca niat.
“Demikian takbirnya ushalli sunnatal hajati ‘arba’a raka’atan
mustaqbilal qiblati ‘ada’an lillahi ta’ala allahu akbar/ ushalli lillahi
ta’ala ‘arba’ rekaati solawat qada’ul hajati misaraj halit
taqilahAllahu akbar” (Kaifiyat Sembahayang Hajat:29)
Dari kutipan di atas tidak hanya ada satu bacaan niat, tetapi juga ada dua
bacaan niat melaksanakan salat hajat. Kedua bacaan niat dalam teks C ini dibaca
saat melakukan takbir.
1) Ushalli sunnatal hajatin arba’a raka’atan mustaqbilal qiblati ‘ada`an
lillahi ta`ala allahuakbar
Artinya:
“Aku berniat salat sunah hajat empat rakaat karena Allah Taala Allah
maha besar.”
2) Ushalli lillahi ta`ala `arba` rekaatan solawat qada`a`l-hajati
mutawajihanalai Taqilah Allahu akbar
Artinya:
71
“Aku berniat empat rakaat salat untuk meminta hajat menghadap kiblat
karena Allah Taala.”
Berdasarkan ketiga bagian tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiganya
memiliki perbedaan dalam penyalinan pembacaan niat. Pada teks A disebutkan
pembacaan dengan bahasa Arab yang kemudian disertai dengan terjemahan. Pada
teks B hanya menyebutkan niat dalam bahasa Arab saja. Sedangkan, pada teks C
disebutkan pembacaan niat dalam dua versi dan dalam ketiga versi ini sama-sama
melaksanakan salat hajat sebanyak empat rakaat. Pembacaan niat dalam
mengerjakan salat hajat dalam ilmu fikih juga dilakukan. Akan tetapi, hanya
menyebutkan dua rakaat saja dalam setiap membaca niat. Meskipun begitu salat
hajat dapat dikerjakan dari dua hingga duabelas rakaat dan dapat membaca niat
dalam versi manapun seperti dalam teks Kaifiyat Sembahyang Hajat.
2. Rakaat Pertama
a. Teks A
Bacaan yang dibaca pada rakaat pertama pada teks A ini adalah Qs.
Ghafir ayat 44. Setelah membaca Qs. Ghafir ayat 44 kemudian dilanjutkan
untuk membaca Al-Ikhlas, Ayat Kursi dan Al-Qadr sebanyak tiga kali
dimasing-masing rakaat.
“…dibaca pada rakaat yang pertama kemudian daripada wa
ufawwidu// amrī ilallāhi innallāha basīrun bil`ibādi {dan tersebut
dalam hadits dibaca kemudian daripada memaca ayat yang empat
ditambah memaca qul huwallah huahad tiga kali dan ayat kursi
tiga kali dan inna anzalnahu fii lailatul qadr sepuluh pada tiap-tiap
rekaat dibaca yang demikian itu} tiga kali…” (Kaifiyah Sembahayang
Hajat:22)
Dijelaskan dalam teks A bahwa pada rakaat pertama dengan membaca
potongan ayat Qs.Ghafir:44 “wa ufawwidu amrī ilallāhi innallāha basīrun
72
bil`ibādi” yang artinya “Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan
kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya” dan dibaca
sebanyak tiga kali. Dalam hadis setelah itu membaca Al-Ikhlas, Ayat Kursi
dan Al-Qard sebanyak tiga kali. Disebutkan pula bacaan surat-surat itu juga
dibaca pada rakaat selanjutnya pula.
b. Teks B
Teks B ini memiliki tata cara yang sama dengan tata cara salat hajat pada
Teks A hanya saja yang membedakan adalah bacaan surat yang dibaca.
Diawali dengan membaca Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas satu kali, Al-Falak
satu kali, An-Nas satu kali dan setelah itu membaca Qs-Ghafir ayat 44.
“Inilah sembahyang hajat itu ushalli sunnata alhajati arba’a
raka’atin mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala Allahu akbar. Setelah itu
memaca akan fatihah dan ayat dan ayat kursi yaitu Allahu lailaha
i-illa huwa hayyu qoyyumu la ta’khu dzuhu sinatu walanaum
lahu mafi samawati wama fiardhi man dzalladi yas fa’indahu ila
bi idnih ya lamumaa baina aidihim wamaa khalfahum wa laa
yuhituuna bi syaiin min ilmihi ilaa bimasyaa wa si’a
kursiyyussamawati wal ardhi walaa yaudhuhu hifdhuhumaa wa
huwa l-aliyyul adzimi. Dan memaca qulhu Allahu i-ahad sekali
dan qul a’u dzubirobi/ i-ilfolaq dan qul a’udzubirobinnas sekali”
(Kaifiyat Sembahyang Hajat: 28).
“Setelah itu memaca wa ufawwidlu amrī ilallāhi innallaha bashīrun
bil `ibadi”(Kaifiyat Sembahyang Hajat: 28).
Jika pada teks A rakaat pertama membaca Qs. Ghafir:44 terlebih dahulu
kemudian membaca Al-Ikhlas, Ayat Kursi dan lain-lain. Sedangkan pada teks
B ini sebelum membaca Qs.Ghafir:44 diawali dengan membaca Al-Fatihah
yang menurut tata cara dalam salat juga membaca Al-Fatihah, setelah itu
dilanjutkan dengan membaca Ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-Falak, An-Nas
kemudian setelah itu baru membaca Qs.Ghafir ayat 44.
73
c. Teks C
Rakaat pertama dalam teks C, tata cara yang dilakukan sama dengan teks
A dan teks B yang membedakan hanyalah bacaan surat yang dibaca saja. Jika
teks A langsung membaca Qs. Ghafir:44 kemudian membaca Ayat Kursi, Al-
Ikhlas dan lain-lain. Teks B yang diawali dengan bacaan Fatihah, Ayat Kursi,
Al-Ikhlas dan lain-lain. Sedangkan, pada bagian teks C ini bacaan yang dibaca
adalah Fatihah dan juga Qs. Ghafir:44.
“Maka dibaca pada rekaat yang pertama kemudian daripada
fatihah wa ufawwidlu amrī ilallāhi innallāha bashīrun bil `ibād”
(Kaifiyat Sembahyang Hajat:29)
Berdasarkan ketiga variasi teks tersebut dapat disimpulkan bahwa tata
cara pelaksanaan salat hajat pada rakaat pertama ini memiliki perbedaan.
Perbedaan antar ketiganya antara lain rakaat pertama tidak ada bacaan Fatihah
sedangkan pada teks B dan C diawali dengan membaca Fatihah. Pada teks A
dan B membaca surat-surat pendek dan ayat kursi meskipun urutan dari
bacaannya berbeda. Pada teks C tidak membaca surat-surat pendek maupun
ayat kursi. Setelah Fatihah dilanjutkan dengan membaca Qs. Ghafir:44.
Bacaan surat yang dibaca sama-sama membaca Qs. Ghafir:44. Berdasarkan
ilmu fikih tata cara pelaksanaan salah hajat sama dengan salat yang lain,
bacannya juga sama yaitu diawali dengan membaca Fatihah yang dilanjutkan
dengan surat pendek. Itu merupakan syarat sah mengerjakan salat.
3. Rakaat Kedua
a. Teks A
74
Pada rakaat yang kedua, surat yang dibaca adalah potongan Qs. Asy-Syuro
ayat 53 sebanyak tiga kali.
“Dibaca pada rakaat yang kedua alā ilallāhi tashīrul umūr tiga
kali…” (Kaifiyat Sembahayang Hajat:22)
Artinya.
“(Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada
dilangit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-
lah kembali semua urusan.”
b. Teks B
Bacaan surat yang dibaca pada rakaat yang kedua ini sama dengan yang
dibaca pada rakaat yang pertama, yaitu Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-
Falak dan An-Nas. Akan tetapi, bacaan surat yang dibaca pada rakaat kedua
tidak seperti bacaan surat pada rakaat pertama yaitu Qs. Ghafir:44 dan juga
bukan surat yang dibaca pada bagian A rakaat kedua yaitu Qs. Asy-Syuro:53.
Bacaan surat yang dibaca pada rakaat yang kedua ini adalah Qs. Ash-Shaff
ayat 13.
“Dan memaca pada rekaat yang kedua seperti yang dibaca pada
rekaat yang pertama juwa. Tetapi pada akhirnya memaca nashrun
minallāhi wa fathun qarīb wa basyyiril mu`minīn…” (Kaifiyat
Sembahyang Hajat:28)
c. Teks C
75
Rakaat kedua dalam teks C, tata cara yang dilakukan sama dengan teks A
dan B yang membedakan hanyalah bacaan surat yang dibaca saja. Jika bagian
A langsung membaca Qs. Ash-Syuro: 53 kemudian membaca Ayat Kursi, Al-
Ikhlas dan lain-lain. Teks B yang diawali dengan bacaan Fatihah, Ayat Kursi,
Al-Ikhlas dan lain-lain dilanjutkan membaca Qs. Ash-Shaff:13. Sedangkan,
pada teks C ini bacaan yang dibaca adalah Fatihah dan juga Qs. Ash-Syuro:53
dan tidak diikuti dengan bacaan surat pendek yang lainnya.
“Maka dibaca pada rekaat yang pertama kemudian daripada
fatihahwa ufawwidlu amrī ilallāhi innallāha bashīrun bil `ibād.
Dan pada rekaat yang kedua laillallah // kemudian daripada
fatihahalā ilallāhi tashīrul umūr…” (Kaifiyat Sembahyang Hajat:
29-30)
Berdasarkan ketiga variasi teks tersebut dapat disimpulkan bahwa tata
cara pelaksanaan salat hajat pada rakaat kedua ini memiliki perbedaan.
Perbedaan antar ketiganya antara lain rakaat pertama tidak ada bacaan Fatihah
sedangkan pada teks B dan C diawali dengan membaca Fatihah. Pada teks A
dan B membaca surat-surat pendek dan ayat kursi sama seperti rakaat pertama.
Pada teks C tidak membaca surat-surat pendek maupun ayat kursi. Setelah
Fatihah dilanjutkan dengan membaca Qs. Asy-Syura:53. Akan tetapi, bacaan
surat yang dibaca pada teks B berbeda dengan teks A maupun C. teks B tidak
membaca Qs. Asy-Syura:53 melainkan membaca Qs. Ash-Shaf:13.
Berdasarkan ilmu fikih tata cara pelaksanaan salah hajat sama dengan salat
yang lain, bacannya juga sama yaitu diawali dengan membaca Fatihah yang
dilanjutkan dengan surat pendek.
4. Rakaat Ketiga
a. Teks A
76
Pada rakaat ketiga membaca potongan QS. Ash-Shaff ayat 13. Akan
tetapi, tidak dijelaskan berapa banyak QS. Ash-Shaff harus dibaca.
“Dan dibaca pada rekaat yang ketiga kemudian daripadanya
nashrun minallāhi wa fathun qarīb wa basyyiril mu`minīn.”
(Kaifiyat Sembahyang Hajat:22)
Artinya.
“Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu)
pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya).
Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
beriman.”
b. Teks B
Pada teks B tidak ada penjelasan mengenai bacaan pada rakaat yang
ketiga.
c. Teks C
Rakaat ketiga dalam teks C, tata cara yang dilakukan sama dengan teks A
dan B yang membedakan hanyalah bacaan surat yang dibaca saja. Jika teks A
langsung Qs. Ash-Shaff:13 kemudian membaca Ayat Kursi, Al-Ikhlas dan lain-
lain. Pada teks B tidak dijelaskan ayat yang dibaca. Pada teks C bacaan yang
dibaca adalah Fatihah dan juga Qs. Ash-Shaff:13 dan tidak dilanjutkan dengan
membaca ayat-ayat yang lainnya.
“Dan pada rekaat yang kedua laillallah // kemudian daripada
fatihahalā ilallāhi tashīrul umūr. Dan pada rekaat yang ketiga
kemudiannya pada fatihah nashrun minallāhi wa fathun qorīb
wa basyyiril mu`minīn…”(Kaifiyat Sembahayang Hajat:30)
77
Berdasarkan ketiga variasi teks tersebut dapat disimpulkan bahwa tata
cara pelaksanaan salat hajat pada rakaat ketiga ini memiliki perbedaan.
Perbedaan antar ketiganya antara lain rakaat ketiga tetap tidak ada bacaan
Fatihah sedangkan pada teks C diawali dengan membaca Fatihah dan tidak
membaca surat-surat pendek maupun ayat kursi. Pada teks A dan C bacaan
surat yang dibaca sama-sama membaca Qs. Ash-Shaf:13. Sedangkan pada
bagian B tidak ditemukan penyalinan mengenai bacaan yang dibaca pada
rakaat ketiga. Berdasarkan ilmu fikih tata cara pelaksanaan salah hajat sama
dengan salat yang lain, bacannya juga sama yaitu diawali dengan membaca
Fatihah yang dilanjutkan dengan surat pendek.
5. Rakaat keempat
a. Teks A
Pada rakaat yang keempat ini membaca QS. Al-Fath ayat 1. Seperti pada
rakaat ketiga, tidak dijelaskan berapa banyak QS. Al-Fath harus dibaca saat
mengerjakan salat hajat.
“Dan dibaca pada saat rekaat yang keempat kemudian
daripadanya innāfatahnā laka fatha mubīnā apabila sudah
memberi salam.” (Kaifiyat Sembahyang Hajat:22)
Artinya “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan
yang nyata.”
b. Teks B
78
Teks B ini menjelaskan bacaan yang dibaca pada rakaat yang keempat.
Pada rakaat keempat bacaan yang dibaca adalah Qs. Al-Fath ayat 1. Bacaan
sebelumnya sama seperti bacaan yang dibaca pada rakaat yang pertaama dan
kedua, yaitu Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-Falak, dan juga An-Nas.
Setelah itu baru membaca QS. Al-Fath ayat 1.
“Dan memaca pada rekaat yang keempat seperti yang dibaca
pada rekaat yang pertama juwa. Tetapi pada akhirnya memaca
innāfatahnā laka fathan mubīnā.” (Kaifiyat Sembahyang Hajat:
28)
c. Teks C
Rakaat keempat dalam teks C tata cara yang dilakukan sama dengan teks
A dan B yang membedakan hanyalah bacaan surat yang dibaca saja. Jika teks
A langsung Qs. Al-Fath:1 kemudian membaca Ayat Kursi, Al-Ikhlas dan lain-
lain. Teks B yang diawali dengan bacaan Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas dan
lain-lain kemudian dilajutkan dengan membaca Qs. Al-Fath:1. Sedangkan,
pada teks C ini bacaan yang dibaca adalah Fatihah dan juga Qs. Al-Fath:1 dan
tidak dilanjutkan dengan membaca bacaan ayat lainnya.
“Dan pada rekaat yang ketiga kemudiannya pada fatihah nashrun
minallāhi wa fathun qorīb wa basyyiril mu`minīn. Dan pada rekaat
yang keempat kemudian daripada fatihah innā fatahnā laka
fathan mubīnā.” (Kaifiyat Sembahyang Hajat:I30)
Berdasarkan ketiga variasi teks tersebut dapat disimpulkan bahwa tata
cara pelaksanaan salat hajat pada rakaat keempat ini memiliki perbedaan.
Perbedaan antar ketiganya antara lain rakaat keempat ini teks A tidak ada
bacaan Fatihah sedangkan pada teks B dan C diawali dengan membaca
79
Fatihah. Bacaan surat yang dibaca pada rakaat keempat ini pada teks A, B dan
C sama yaitu membaca Qs. Al-Fath:1. Berdasarkan ilmu fikih tata cara
pelaksanaan salah hajat sama dengan salat yang lain, bacannya juga sama
yaitu diawali dengan membaca Fatihah yang dilanjutkan dengan surat pendek.
6. Salam dan salawat
a. Teks A
Teks A menjelaskan salat hajat dikerjakan sebanyak empat rakaat dengan
satu salam. Seperti yang telah diuraikan pada awal teks, setelah selesai
mengerjakan empat rakaat kemudian salam.
“Dan dibaca pada saat rekaat yang keempat kemudian daripadanya
innāfatahnā laka fatha mubīnā apabila sudah memberi salam.
Maka memaca ghufronaka rabbana wa ilaikal mashīr seratus kali
dan salawat seratus kali dan yaa lathif seratus kali.” (Kaifiyat
Sembahyang Hajat:22)
Seusai mengerjakan salat hajat yang diakhiri dengan salam kemudian
dalam teks A membaca zikir sebanyak seratus kali dan juga salawat seratus
kali.
“Maka memaca ghufronaka rabbana wa ilaikal mashīr seratus
kali dan solawat seratus kali dan yaa lathif seratus kali.”
(Kaifiyat Sembahyang Hajat:22)
b. Teks B
Setelah selesai mengerjakan salat hajat setelah itu salam lalu sujud. Dalam
sujudnya tidak lupa membaca salawat dan zikir sebanyak seratus kali.
“Setelah itu sudah memberi salam maka sujud ia maka memaca
dalam sujudnya itu ghufronaka rabbana wa ilaikal mashiir
80
seratus kali dan salawat seratus kali dan ya latif seratus kali.
Setelah itu di pohonkan kepada Allah ta’ala barang yang
dikehendakinya. Setelah itu mengucap robbana taqabbal minna
innaka anta ssami’u// ‘ul ‘alimu seratus kali dan memaca ya mujib
seratus kali dan solawat pula seratus kali. Supaya diterimanya akan
doanya dan memaca lakhaula i-walaquata i-ilabillahi-al’ali i-
ala’dthim i-al’ali i-ala’dthim wallahu ‘alam bishowab tamat.”
(Kaifiyat Sembahyang Hajat:28-29)
c. Teks C
Setelah selesai itu salam dan dilanjutkan dengan membaca zikir
ghufronaka robbana wa ilaika i-mashir. Dilanjutkan dengan sujud. Selama
sujud yang pertama meminta ampun kepada Allah Swt. yang kedua
mengucapkan hajat (keinginan) yang dikehendakinya. Setelah selesai dalam
sujudnya dilanjukan dengan membaca doa kepada Allah dan mengucap zikir
sebanyak seratus kali.
“Sudah memberi salam maka dibaca seratus kali ghufronaka
robbana wa ilaika i-mashir. Maka sujud ia dipinta barang yang
kehendaknya. Dalam sujudnya yang pertama minta ampun kepada
Allah ta’ala daripada segala dosanya. Setelah itu maka dipinta
barang kehendaknya. Maka bangkit ia daripada sujud lalu
diangkatkan tangan keduanya. Maka dipinta doa kepada Allah
ta’ala dan lagi pula dibaca astagfirulloh al`adhim wa atubu ilaih
dalam sujud seratus kali niscaya dikabulkan Allah ta’ala doanya
dan dipintanya itu wa Allahu i-a’lam. Tama.” (Kaifiyat
Sembahyang Hajat:30)
Berdasarkan ketiga variasi tesebut dapat disimpulkan bahwa setelah
salam dilanjutkan dengan membaca salawat sebanyak 100x. Dalam ilmu fikih
sebelum membaca salawat dianjurkan untuk membaca istighfar terlebih
dahulu sebanyak 100x kemudian dilanjutkan dengan membaca salawat.
7. Zikir, sujud dan mengucap hajat
a. Teks A
81
Setelah itu dilanjutkan dengan sujud dengan tetap mengucap salawat
dalam sujudnya.
“Kemudian sujud ia dengan menghadap hanya kepada Allah ta’ala
dan merendahkan diri serta khusyu’ dan hudlur. Maka megucap
salawat pula dalam sujudnya sekedar kuwasa dan megucap
istighfar sekedar kuwasa.” (Kaifiyat Sembahayang Hajat:22)
Pada kutipan dijelaskan bahwa dalam sujudnya haruslah khusyu` dan tetap
membaca salawat dalam sujudnya. Selain itu juga membaca istighfar sebanyak-
banyaknya.
Setelah itu barulah memohonkan hajat (keinginan) yang dia kehendaki.
Akan tetapi, tidak lupa pula dalam memohon tetap membaca solawat dan juga
zikir, berharap Allah Swt. Mengabulkan hajat (keinginan)nya.
“Maka memohonkan barang suatu hajat yang dikehendakinya
setelah itu maka mengucap solawat pula dan mengucap yā mujib
dan mengucap robana taqabal minna innaka anta samiul alim
niscaya dipenuhkan Allah ta’ala hajatnya insha Allah ta’ala tama.”
(Kaifiyat Sembahyang Hajat:22)
Dari kutipan diatas, bagian A ini diakhiri dengan megucap hajat (keinginan)
dan juga salawat serta zikir kepada Allah Swt.
b. Teks B
Zikir yang dibaca adalah ghufronaka rabbana wa ilaikal mashiir. Bacaan
zikir itu dibaca sebanyak seratus kali. Setelah itu membaca salawat sebanyak
seratus kali dan yā latif sebanyak seratus kali.
“Setelah itu sudah memberi salam maka sujud ia maka memaca
dalam sujudnya itu ghufronaka rabbana wa ilaikal mashiir
seratus kali dan solawat seratus kali dan ya latif seratus kali.
Setelah itu di pohonkan kepada Allah ta’ala barang yang
dikehendakinya. Setelah itu mengucap robbana taqabbal minna
innaka anta ssami’u// ‘ul ‘alimu seratus kali dan memaca ya mujib
seratus kali dan solawat pula seratus kali. Supaya diterimanya akan
82
doanya/ dan memaca lakhaula i-walaquata i-ilabillahi-al’ali i-
ala’dthim- i-al’ali i-ala’dthim wallahu ‘alambishowab tamat.”
(Kaifiyat Sembahyang Hajat:28-29)
Setelah itu memohonkan keinginan yang dikehendaki dan setelah itu
membaca robbana taqabbal minna innaka anta ssami’u// ‘ul ‘alimu, ya mujib
seratus kali dan salawat seratus kali. Agar keinginannya diterima maka
membaca lakhaula i-walaquata i-ilabillahi-al’ali i-ala’dthim- i-al’ali i-
ala’dthim wallahu ‘alambishowab.
c. Teks C
Setelah selesai itu salam dan dilanjutkan dengan membaca zikir
ghufronaka robbana wa ilaika i-mashir. Dilanjutkan dengan sujud. Selama
sujud yang pertama meminta ampun keapada Allah Swt. yang kedua
mengucapkan hajat (keinginan) yang dikehendakinya. Setelah selesai dalam
sujudnya dilanjukan dengan membaca doa kepada Allah dan mengucap zikir
sebanyak seratus kali.
“Sudah memberi salam maka dibaca seratus kali ghufronaka
robbana wa ilaika i-mashir. Maka sujud ia dipinta barang yang
kehendaknya. Dalam sujudnya yang pertama minta ampun kepada
Allah ta’ala daripada segala dosanya. Setelah itu maka dipinta
barang kehendaknya. Maka bangkit ia daripada sujud lalu
diangkatkan tangan keduanya. Maka dipinta doa kepada Allah
ta’ala dan lagi pula dibaca astagfirulloh al`adhim wa atubu ilaih
dalam sujud seratus kali niscaya dikabulkan Allah ta’ala doanya
dan dipintanya itu wa Allahu i-a’lam. Tama.” (Kaifiyat
Sembahyang Hajat:30)
Berdasarkan ketiga variasi tersebut sama-sama setelah salam berzikir
kemudian mengucapkan hajat (keinginan) yang dia kehendaki. Akan tetapi
ada beberapa bagian yang mengatakan mengucap hajat dalam keadaan
83
bersujud. Sedangkan dalam ilmu fikih dijelaskan pengucapan hajat
dilakukan dengan duduk yang khusyuk dan setelah itu membaca doa. Akan
tetapi dari ketiga variasi tersebut tidak ada penjelasan setelah mengucap
hajat harus membaca doa.
C. Perbedaan Waktu Pelaksanaan Salat Sunah Hajat dalam 3 Teks
Waktu pelasanaan salat hajat dapat dikerjakan pada saat siang atau malam
hari, namun yang lebih utama bila dikerjakan pada malam hari yaitu pada
sepertiga malam yang terakhir atau setelah melakukan salat wajib (Imam Bashori
Assayuthi, 1998:101). Akan tetapi, teks Kaifiyat Sembahyang Hajat ini ketiganya
menerangkan waktu yang berbeda, yaitu:
1. Teks A. Menjelaskan bahwa salat hajat lebih baik jika dikerjakan pada
malam jumat waktu magrib (setelah malam). Salat hajat itu sendiri
dinamai sembahyang kun fayakun dan dikerjakan sebanyak empat
rakaat dengan satu salam.
“Maka sembahyanglah empat rekaat dengan satu salam dan
dinamai akan sembahyang kun fayakun. Dan yang terafdol
di sembahyangkan pada malam jumat waktu magrib apabila
lalulah saat malam.”(Kaifiyat Sembahayang Hajat: 21)
2. Teks B. Teks B ini tidak menerangkan waktu yang baik serta banyak
rakaat yang harus dikerjakan saat melaksanakan salat hajat. Hanya saja
dalam teks dua ini langsung menerangkan tata cara melakukan salat
hajat dan surat-surat yang dibaca pada tiap rakaat.
3. Teks C. Menjelaskan bahawa salat hajat yang dikerjakan oleh segala
ulama (orang) dinamai sembahayang kun fayakun. Sembahyang ini
84
dikerjakan pada malam jumat setelah magrib. Akan tetapi, sebelum
mengerjakan sembahyang (salat) hajat ini dalam teks ini menerangkan
bahwa diperintahkan untuk mandi dan memakai kain yang bersih
terlebih dahulu. Teks ini juga menerangkan bahwa sembahyang hajat
ini dilakukan apabila seseorang yang sedang mengalami masalah baik
kesenangan atau kesukaran atau hal lainnya.
“…Demikian perinya pertama mandi ia dan memakai kain
yang suci ... Maka ia sembahyang empat rekaat satu salam.
Pada malam Jumat apabila lalulah waktu magrib qadar
setengah jam pada malam itu maka sembahyanglah ia…”
(Kaifiyat Sembahyang Hajat: 29)
Ketiga variasi teks yang terdapat pada bagian pengantar bacaan dapat
dibedakan bahwa pada teks A menjelaskan tentang waktu dan jumlah rakaat
serta tujuan dari salat hajat itu. Sama seperti teks A, pada teks C juga
menerangkan waktu, jumlah rakaat serta tujuan dari mengerjakan salat hajat
tersebut. Akan tetapi, sebelumnya diterangkan untuk mandi dan memakai kain
terlebih dahulu. Sedangkan untuk teks B tidak dijelaskan mengenai waktu,
jumlah dan tujuan melakukan salat hajat tersebut.
Berdasarkan ilmu fikih waktu yang baik untuk mengerjakan salat hajat
adalah pada malam hari dan jumlah rakaatnya dari dua hingga duabelas rakaat.
Berbeda pada teks C yang mengharuskan mandi dan memakain kain suci, pada
ilmu fikih tidak menerangkan itu hanya saja sebelum mengerjakan salat
terlebih dahulu untuk bersuci yaitu dengan berwudu.