bab iv temuan penelitian dan hasil...
TRANSCRIPT
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN HASIL PENGEMBANGAN
4.1 Profil Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Purwosari 1 merupakan sekolah berstatus negeri yang beralamat di
Desa Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Propinsi Jawa Tengah. SDN Purwosari 1
berdiri pada tahun 1958 berada di wilayah Daerah Binaan (Dabin) 1 dengan status di Dabin
sebagai SD Imbas. SDN Purwosari 1 saat ini di pimpin oleh Ibu Sri Sukeksi ,S.Pd dengan status
akreditas Sekolah adalah Sanagat Baik (A).
Visi dan misi SDN Purwosari 1 Sayung Demak disusun dengan mempertimbangkan
keadaan sekolah, harapan pemangku kepentingan, dan tantangan dalam lingkungan strategis
pendidikan di sekolah, agar sasaran dan program pengembangan sekolah dapat tercapai lebih
rialistis dan konsisten dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan yang
efektif, efisien, akuntabel, dan demokratis
Profil SD Negeri Purwosari 1, Kec. Sayung Kab. Demak di bawah ini kami susun dengan
sistematika sebagai berikut : (1) identitas sekolah, (2) visi, misi, dan rencana strategis, (3) sarana
dan prasarana, (4) keadaan siswa, (5) keadaan guru, (6) tingkat kelulusan, (7) prestasi siswa, (8)
kondisi pekerjaan orang tua siswa.
4.1.1 Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SD Purwosari 1, Kec. Sayung Kab. Demak
Alamat Sekolah : Jln. Raya Sayung - Demak No 34
Desa : Purwosari 1
Kecamatan : Sayung
Kabupaten : Demak
Provinsi : Jawa Tengah
Status Sekolah : Negeri
Tahun berdiri : 1955 ( tgl 05 Juli 1955 )
Status tanah : Milik Desa Purwosari
Luas tanah : 2.588 M2
Luas bangunan : 644 M2
4.1.2 Visi, Misi, Tujuan dan Rencana Strategi
a. Visi
Membentuk Generasi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, Berbudi Pekerti Luhur, Cerdas, Terampil dan Berwawasan Luas.
b. Misi
• Menumbuhkan Sikap dan Perilaku yang baik sesuai Norma yang berlaku.
• Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik dalam bidang IPTEK.
• Mengembangkan Ketrampilan Peserta Didik agar siap terjun di Masyarakat.
• Menghasilkan Lulusan yang Berkualitas.
4.1.3 Tujuan
• Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa (Student Cetered Learning) antara lain CTL,
PAKEM, serta layanan bimbingan dan konsel
• Meraih kejuaraan dalam bidang Olimpiade tingkat Kabupaten.
• Memperoleh kejuaraan dalam olimpiade SAINS tingkat Kabupaten.
• Melestarikan budaya daerah melalui MULOK Bahasa Daerah dengan
indikator 85 % siswa mampu berbahasa Jawa sesuai dengan konteks.
• Menjadikan 85 % siswanya memiliki kesadaran terhadap kelestarian
lingkungan sekitar.
• Memiliki jiwa cinta tanah air yang diinternalisasikan lewat kegiatan
Paskibra dan Pramuku.
• Meraih kejuaraan dalam beberapa cabang olahraga di tingkat Kabupaten.
• Memiliki jiwa toleransi antar beragama dan melaksanakan ibadah sesuai
dengan agama yang dianut.
4.1.4 Rencana Strategi
1) Menanamkan dasar – dasar keimanan dan ketrampilan melalui kegiatan-
kegiatan :
• Pembiasaan sholat berjamaah di Mushola sekolah sepulang sekolah.
• Mengadakan kerjasama dengan lembaga keagamaan / pengajian di
lingkungan sekolah.
• Mengadakan kegiatan ekstra kurikuler, yang meliputi : BTA, Pramuka,
UKS, dan Olah Raga prestasi.
• Memberikan jam belajar tambahan secara teratur dan berkesinambungan.
• Melaksanakan program pembiasaan penerapan hidup sehat untuk
mewujudkan situasi lingkungan sekolah yang tertib, bersih,
sehat,nyaman, indah, aman dan menyenangkan.
2) Meningkatkan kemampuan guru dalam penguasaan metode dan teknik
mengajar melalui :
• Pelatihan/penataran yang diselenggarakan oleh dinas
• Rapat rutin bulanan
• Kegiatan KKG/KKKS baik tingkat Gugus maupun Kecamatan.
• Memberi kesempatan bagi guru yang ingin melanjutkan studinya.
3) Mengusahakan kesejahteraan pegawai sekolah, baik kesejahteraan finansial
maupun mental, misalnya melalui :
Usulan kenaikan pangkat / gaji tepat waktu.
4.1.5Sarana dan Prasarana
Kondisi bangunan Purwosari 1, Kec. Sayung Kab. Demak sebagian besar masih baik.
Untuk kelengkapan sarana yaitu kantin mendapat bantuan dari komite..Adapun rincian
selengkapnya sebagai berikut :
Keadaan Sarana dan Prasarana
Tabel 4.1Keadaan Gedung
Tabel 4.2Keadaan
Infrastruktur
No Nama Barang Jumlah
Kondisi Kebu tuhan
KurangB RR RB
1 Kantor SD 1 1 - - 1 -2 Ruang Belajar/Kelas 10 7 3 - 12 -3 Ruang Perpustakaan 1 1 - - 1 -4 Ruang UKS - - - - 1 15 Ruang Laborat - - - - 1 16 Ruang Pelayanan BP 1 - 1 - 1 -7 Ruang Komputer - - - - 1 18 Ruang Guru 1 1 - - 1 -9 Gudang - - - - 1 110 Toilet Karyawan 2 2 - - 2 -11 Toilet Siswa 6 2 - 4 6 -12 Mushola - - - - 1 113 Almari Kelas 12 6 6 - 12 -14 Almari Kantor 5 2 3 - 6 115 Meja Guru Kelas 12 5 7 - 12 -16 Kantin Sekolah - - - - 1 117 Toilet tamu 1 1 - - 1 -18 Kursi Guru Kelas 12 5 7 - 12 -19 Meja Belajar Siswa 324 235 89 - 350 2620 Bangku/Kursi Anak 352 298 54 - 372 20
Keterangan :B = BaikRR = Rusak RinganRB = Rusak Berat
No Nama Barang JumlahKondisi
B RR RB
1 Pagar Depan 1 1 - -
2 Pagar Samping 1 1 - -
3 Pagar Belakang - - - -
4 Tiang Bendera 1 1 - -
4.1.5Keadaan Siswa
Keadaan siswa SD Purwosari 1, Kec. Sayung Kab. Demak elatif stabil berkisar 350 – 370
tiap tahunnya. Rincian data jumlah siswa dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.3Keadaan Siswa
5 Kran air 15 9 6
6 Tempat Sampah Plastik 13 1 12 -
7 Saluran Air 1 - 1 -
8 Saluran Listrik (1.300 watt) 1 1 - -
9 Dapur 1 1 - -
10 Lain-lain - - - -
No Kelas L P Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
I.A
I.B
II.A
II.B
III.A
III.B
IV.A
IV.B
V.A
V.B
VI.A
VI.B
23
19
16
16
15
17
16
15
10
8
15
15
16
17
19
17
19
16
20
15
10
16
13
10
39
36
35
33
34
33
36
30
20
24
28
25
Tabel 4.4Keadaan Tingkat Kelulusan
No TahunPeserta Lulus
JumlahL P L P
1
2
3
4
5
2010 / 2011
2011/ 2012
2012 / 2013
2013 / 2014
2014 / 2015
20
16
22
26
33
29
15
23
26
34
20
16
22
26
33
29
15
23
26
34
49
31
45
52
64
4.1.5 Keadaan Guru
Kondisi tenaga pengajar dan tenaga kependidikan di SD NPurwosari 1, sangat
memenuhi syarat dalam pengelolaan sekolah setingkat Sekolah Dasar. Ini sudah tidak rahasia
umum lagi bahwa SD N Purwosari 1 menjadi pilihan dan tujuan para guru mutasi di wilayah
Kecamatan Sayung. Sehingga saat ini keadaan Guru dan tenaga kependidikan seperti tabel di
bawah ini .
Tabel 4.5Keadaan Guru
Jumlah 195 178 373
NoNama /
NIPJabatan
Gol /
RuangIjasah
Meng
ajar
Kelas
1 Sri Sukekesi, S.Pd
1961227 198405 2 001
KS IV / a S-1
2004
I.A -
I.B
2 SUTIMIN,S.Pd
19660704 199203 1 014
Guru
Kelas
IV / a S-1
2003
VI.A
3 Nur Munifah, S.Pd SD
19710326 199903 2 003
Guru
Kelas
III / d S-1
2008
VI.B
4 Sri Hati, S.Pd SD
19700714 199903 2 006
Guru
Kelas
III / d S-1
2010
IV.A
5 Sri Hartatik, S.Pd, M.Si
19680810 200312 2 001
Guru
Kelas
III / b S-2
2012
V.B
6. Sri Murniati, S.Pd
19700412 200312 2 006
Guru
Kelas
III / a S-1
2010
IV.B
7 NanikChoirijah,S.Pd SD
19760606201001 2 023
Guru
kelas
III / a S-1
2012
III.B
8 Abdul Jalil, S.Pd
19790604 201001 1 017
Guru
Kelas
II/C D.II
2003
V.A
9 Dwi Mihartati
-
Guru
Kelas
- S-1
2013
I.B
10 Nunuk Nur
Setiyanti,S.Pd
-
Guru
Kelas
- S-1
2013
III.A
11 Indri Oktaviani,S.Pd SD
-
Guru
Kelas
- S-1
2013
II.B
12 Muana Woro, S.Pd SD
-
Guru
Kelas
- S-1
2012
I.A
13 Adnan Widodo, S.Pd
19640910 198508 1 001
Guru
Penjas
IV / a S-1
2004
II-VI
A+B
14 Zaenuddin ,S.Ag
19560617 198304 1 002
Guru
PAI
IV / a S-1
2001
I-IV
A+B
15 Zuhri Hamid ,S.Pd I
19590215 198304 1 001
Guru
PAI
IV / a S-1
2010
V-VI
A+B
16 Nur Anisah
-
Kep.
Perpus
- D.II
2012
-
4.1.5 Prestasi Sekolah
Sebenarnya untuk Prestasi sekolah tidak begitu mengecewakan jika dibandingkan
dengan Sekolah –Sekolah lain khususnya di wilayah Kecaatan Sayung, namun demikian kalau
kita runtut jauh ke belakang sekitar 4 – 5 tahun sangat mengalami penurunan, sehingga peneliti
sangat tertarik untuk membuat program Sekolah yang nantinya diharapkan bisa memulihkan
prestasi sekolah melalui “ team work “ para guru yang dikembangkan dalam penelitian ini.
Di sini saya sajikan prestasi yang diperoleh para Siswa melalui berbagai event lomba
yang secara resmi diadakan secara rotin oleh Dinas Pendidikan pada setiap tahunnya.
Tabel 4.6Prestasi Sekolah
4.1.6 Kondisi
Pekerjaan Orang
Tua
Untuk
memberikan
penelitian yang
mendalam tentang
pembelajaran yng
berlangsung di SD
NPurwosari 1,
maka perlu
disajikan pula
keadaan dan
kondisi orang tua. Secara keseluruhan sebagai berikut:
Tabel 4.7
Kondisi Orang Tua
17 Risqina Aulia
-
Guru
Bhs Igrs
- S-1
2014
IV-VI
18 Darwanto
-
Penjaga
SD
- SLTA
1998
-
NO TAHUN KEGIATAN TINGKAT PERING
KAT
1 Th 2015 Lomba LK TIKI Putri Kecamatan 1
2 Th 2015 LombaMaca Pat Islam Kecamatan 2
3 Th 2015 Lomba LK TIKI Putra Kabupaten 2
4 Th 2015 Lomba Cipta Puisi Kabupaten 2
5 Th 2015 LombaMaca Pat. Putri Kecamatan 1
6 Th 2015 Lomba Cerita Isalmi Kecamatan 1
7 Th 2016 LombNyanyi Tunggal Kecamatan 1
8 Th 2016 Lomba Cipta Puisi Kecamatan 1
9 Th 2016 Lomba Kriya Anyam Kecamatan 1
10 Th 2016 L. Mapsi Kewirausaha Kecamatan 1
No Pekerjaan Jumlah Presentase Keterangan
4.2 Proses dan
Hasil
Penelitian
Pengembangan
Menurut Sugiyono (2014), langkah-langkah penelitian R & D terdiri dari 10 langkah
sebagai berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi
desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian, (9)
Revisi produk, dan (10) Produksi masal. Pada penelitian ini hanya dibatasi sampai 7 langkah
yaitu: ) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5)
Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk.
4.2.1 Tahap Potensi Masalah
SDN Purwosari memiliki 16 tenaga pengajar yang terdiri 1 kepala sekolah, 8 guru kelas
Pegawai Negeri Sipil (PNS), 1 guru kelas Calon PNS, 4 guru kelas honorer, 1 Bahasa Inggris, 1
Olahraga dan 2 Pendidikan Agama Islam. 1 orang petugas perpustakaan dan 1
orang untuk penjaga sekolah. Jadi jumlah keseluruhan tenaga pendidik ada 18 guru, dengan
kualifikasi pendidikan S2 berjumlah 1 orang, S1 PGSD berjumlah 8 orang, D2 ada 2 orang dan
1 orang berpendidikan SMA.sebagai penjaga sekolah yang telah memiliki sertifikat pendidik ada
11 dan guru yang termasuk dalam guru K2 ada 2.
Bangunan sekolah terbagi menjadi tiga lokasi yakni menghadap barat dan menghadap
timur maupun ke selatan dengan halaman sekolah yang kurang luas. Gedung sekolah yang
dimiliki SDN Purwosari 1 terdiri dari 12 ruang kelas yang semua kelas paralel, 1 ruang gabungan
untuk ruang kantor guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, 1gedung perpustakaan, 1
gabungan ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan ruang ibadah. Jumlah siswa 372, dengan
perincian; laki-laki 186 siswa, sedangkan perempuan 186 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3 berikut.
Penelitian awal dilakukan dengan wawancara yang dilaksanakan dengan teknik purposive
terhadap 3 orang narasumber yakni Kepala Sekolah (KS), guru kelas 4 dan guru kelas 5 (guru
kelas tinggi) yang dilakukan di SDN Purwosari 1 Sayung Demak. Wawancara dengan
narasumber Kepala Sekolah (inisial SK) dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2016; wawancara
dengan narasumber guru kelas 6 (inisial NM) dilakukan pada tanggal 8 Maret 2016; dan
wawancara dengan narasumber guru kelas 5 (inisial SH) dilaksanakan pada tanggal 12 Maret
2016. Data yang tidak ditemukan melalui wawancara, ditemukan dan dilengkapi melalui data
1 PNS 19 3,8%2 TNI / POLRI 9 1,5%3 PEDAGANG 108 22,7%4 TANI 84 18,9%5 BURUH 152 53%
JUMLAH 372 100%
hasil studi literatur pustaka, studi teoritik dan studi teoritik dilakukan dengan mengkaji literatur,
pustaka, regulasi selingkung dan regulasi legal formal.
Masalah manajemen masih belum tertata
Manajemen pembelajaran merupakan proses mengelola yang meliputi kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang
berkaitan dengan proses membelajarkan siswa dengan mengikutsertakan berbagai faktor di
dalamnya guna mencapai tujuan. Dalam mengelola pembelajaran, guru sebagai manajer
melaksanakan berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran,
mengorganisasikan pembelajaran, mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Model manajemen pembelajaran dalam mempersiapkan anak untuk menghadapi ujian
dan lomba – lomba yang selama ini dilaksanakan di SDN Purwosari 1 belum mampu
memberikan hasil yang memuaskan bahkan dibandingkan empat lima tahun yang lalu malah
cenderung menurun . Sistem perencanaan yang kurang baik menjadikan pengorganisasian
kurang padu, sehingga pelaksanaan tidak konsisten meskipun pengarahan dan pengawasan sudah
dilaksanakan secara kontinyu dampaknya tujuan pembelajaran belum tercapai secara efektif dan
efisien.
Pada kegiatan perencanaan pembelajaran, pendidik belum mampu menentukan tujuan
pembelajaran dengan baik melalui pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yakni
tujuan yang ingin dicapai setelah terjadinya proses-kegiatan pembelajaran. Padahal pembelajaran
merupakan suatu proses yang terdiri dari aspek, yaitu apa yang dilakukan peserta didik dan apa
yang dilakukan pendidik, sehingga untuk mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas
dan maksimal, maka dibutuhkan adanya perencanaan yang baik.
Pada kegiatan pengorganisasian pembelajaran, pendidik belum mampu mengumpulkan
dan menyatukan berbagai macam sumber daya dalam proses pembelajaran. Pendidik masih
menggunakan model pengajaran berbasis teacher centered bukan student centered. Pendidik
juga belum mau menggunakan media belajar dalam upaya mengembangkan ilmu
pengetahuannya. Sehingga kemampuan mensinergikan antara berbagai sumberdaya yang ada
dengan tujuan yang akan dicapai belum terwujud.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini tidak terlepas dari proses perencanaan, karena
perencanaan pembelajaran dalam proses penentuan tujuan pembelajaran pada RPP belum
sempurna maka pelaksanaan pembelajaran tidak bisa berjalan dengan konsisten.
Meskipun pada kegiatan mengarahkan (mengendalikan) pembelajaran, pendidik telah
mampu mengendalikan pembelajaran melalui pengawasan secara kontinyu tetapi karena
perangkat pembelajaran yang telah awal di buat belum menentukan tujuan yang benar maka
pembelajaran belum tercapai secara maksimal..
4.2 Paparan Data
Kebijakan Sekolah dalam Peningkatan Kualitas Belajar dan Prestasi SD Negeri
Purwosari 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak
Peningkatan kualitas Pembelajaran dan lulusan merupakan salah satu indikator
tercapainya tujuan dari pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas lulusan dan Pembelajaran,
diperlukan kerjasama antarpersonel sekolah dan didukung dengan kertesediaan sumber daya
manusia serta fasilitas pembelajaran yang memadai. Demikian halnya yang dilakukan SD Negeri
Purwosari 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang secara berkala melaksanakan program
peningkatan kualitas lulusan dan Pembelajaran. Terkait dengan kebijakan sekolah dalam
peningkatan kualitas lulusandan hasil kejuaraan dalam lomba, Sri Sukeksi kepala SD Negeri
Purwosari1 mengungkapkan:
“Salah satu indikator kualitas sekolah terlihat dari kualitas lulusandan hasil kejuaraan
dalam mengikuti lomba. Kualitas lulusan pada umumnya hanya dilihat dari nilai hasil Ujian.
Nilai yang relatif tinggi umumnya dimaknai bahwa kualitas lulusannya baik begitu pula semakin
banyak memboyong piala kejuaraan . SD Negeri Purwosari 1 menilai kualitas lulusan bukan
hanya pada nilai akademik yang diperoleh rapi juga pada aspek lain, yaitu keterampilan, budi
pekerti, semangat relegius, dan jiwa nasionalisme atau karakter bangsa. Hal itu sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional maupun visi misi sekolah yang disepakati bersama segenap
stakeholder. Untuk mencapai tujuan di atas, segenap guru dilibatkan secara aktif dan berjenjang.
Kita sadari bahwa kualitas lulusan maupun hasil lomba tidak hanya ditentukan oleh guru kelas
VI dan kelas V saja, tapi ditentukan dan diwarnai oleh jenjang kelas di bawahnya. Hal itu karena
kemampuan dan kepribadian siswa dipengaruhi oleh proses pendidikan yang diikuti mulai kelas I
sampai kelas VI”.
Berdasarkan keterangan di atas diketahui bahwa peningkatan kualitas lulusan maupun
hasil lomba bukan hanya pada nilai akademik yang diperoleh tapi juga pada aspek lain, yaitu
keterampilan, budi pekerti, semangat relegius, dan jiwa nasionalisme atau karakter bangsa sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional maupun visi misi sekolah yang disepakati bersama segenap
stakeholder. Untuk mencapai tujuan tersebut, segenap guru dilibatkan secara aktif dan berjenjang
kualitas karena lulusan tidak hanya ditentukan oleh guru kelas VI dan kualitas hasil lomba tidak
hanya ditentukan oleh guru kelas V saja, tetapi ditentukan dan diwarnai oleh jenjang kelas di
bawahnya.
Faktor lain yang sangat signifikan dalam peningkatan kualitas lulusan adalah kebijakan
yang diambil oleh sekolah. Kebijakan yang diambil tentunya melalui sebuah proses sehingga
nantinya diambil sebuah kesepakatan bersama dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan SD
Negeri Purwosari 1. Hal tersebut diungkapkan oleh Sri Sukeksi kepala sekolah yang
menyatakan:
“Proses penetapan kebijakan sekolah dimulai pada saat sekolah menentukan visi, misi,
dan tujuan sekolah. Penentuan visi, misi, dan tujuan sekolah dirumuskan bersama oleh kepala
sekolah, dewan guru, komite sekolah, dan pengawas TK/SD. Perumusan ini didahului oleh
analisis SWOT secara bersama-sama sehingga diperoleh gambaran tentang profil sekolah yang
nyata (terlampir). Dari visi, misi, dan tujuan inilah tergambar profil lulusan yang diharapkan.
Harapan ini disosialisasikan kepada seluruh wali murid untuk mendapat dukungan dan
pemahaman bersama. Hal ini penting karena peran orang tua sangat strategis dalam mendukung
program-progran sekolah”.
Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan pernyataan Nur Munifah guru kelas VI yang mengatakan:
Proses penetapan kebijakan di sekolah kami antara lain adalah:
a. Kepala sekolah menjelaskan visi, misi, dan tujuan sekolah.
b. Guru menetapkan kontrak belajar di kelasnya masing-masing dan
dikoordinasikan dengan kepala sekolah dan komite sekolah.
c. Guru melaksanakan kegiatan secara tertib dan terprogram sesuai kontrak
belajar.
d. Setiap semester guru melaporkan kemajuan belajar kepada kepala sekolah dan
orang tua untuk ditindaklanjuti.
e. Setiap masalah kendala belajar siswa dilaporkan dan dicari pemecahannya
bersama orang tua.
f. Kualitas pembelajaran di setiap kelas akan meningkatkan mutu Pembelajaran
dan mutu lulusan, hal itu karena 12 kelas di SD merupakan satu rangkaian
utuh.
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa proses pengambilan kebijakan
peningkatan kualitas sekolah diawali dengan penentuan visi, misi, tujuan, dan program sekolah
yang dirumuskan secara bersama-sama sesuai dengan hasil analisis SWOT yang dilakukan
sebelumnya. Hasil tersebut kemudian disosialisasikan kepada orang tua. Hal tersebut
menunjukkan bahwa secara tidak langsung orang tua siswa terlibat dalam proses pengambilan
kebijakan dalam peningkatan kualitas lulusan.
Informasi tersebut diperkuat dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis
tentang proses pengambilan kebijakan peningkatan kualitas lulusan. Dapat dideskripsikan bahwa
pada awal tahun pelajaran, diadakan rapat yang dihadiri oleh seluruh wali murid dan komite
sekolah. Pada kesempatan ini, kepala sekolah menyampaikan program dan kebijakan sekolah
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. Setelah itu, setiap guru diberi kesempatan untuk
berkomunikasi dengan wali murid sesuai kelas masing-masing. Guru menyampaikan secara
tertulis materi apa saja yang akan dipelajarai, buku yang digunakan, keterampilan apa saja yang
harus dikuasai, sikap sikap apa saja yang harus dikembangkan sesuai kelas masing-masing. Hal
ini dikenal dengan “kontrak belajar Guru – Orang Tua.
Berdasarkan kesepakatan ini, guru melaksanakan pembelajaran dan proses pendidikan
lainnya sedangkan orang tua melakukan pengawasan. Selama proses berlangsung, orang tua
dapat melakukan konsultasi perihal perkembangan belajar anaknya serta hambatan dan kemajuan
yang dicapai. Pada setiap akhir semester guru memberikan laporan hasil belajar yang dicapai.
Laporan ini selain berupa nilai- nilai hasil belajar juga laporan perihal keterampilan dan sikap
apa yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai.
Melalui kebijakan ini guru tidak hanya bertanggung jawab kepada kepala sekolah, tapi
juga kepada orang tua. Selain itu orang tua juga terlibat aktif dalam pembelajaran. Selama ini
orang tua hanya dilibatkan dalam proses penggalian dana dan sumbangan. Kini, mereka juga
harus terlibat dalam proses kemajuan belajar putranya karena pendidikan tanggung jawab
bersama.
Dalam proses pengambilan kebijakan peningkatan kualitaspembelajaran dan kualitas
lulusan, kontribusi masing-masing pihak yang terlibat sangat berpengaruh terhadap hasil atau
kebijakan yang ditetapkan. Dalam hal ini Nur Munifah guru kelas VI mengatakan:
“Peran kepala sekolah dalam pengambilan kebijakan peningkatan kualitas pembelajaran
dan lulusan antara lain a) Kepala sekolah bersifat demokratis dalam mengambil kebijakan
sekolah dengan melibatkan guru dan komite sekolah; b) Kepala sekolah memberi kebebasan
berkreasi dan berinovasi bagi guru dalam mengembangkan pembelajaran dengan berpedoman
pada kontrak belajar, karakteristik siswa, kondisi sosial budaya, dan panduan isi KTSP; Kepala
sekolah menunjukkan semangat belajar tinggi dengan memberikan kebebasan seluas - luasnya
untuk para guru melanjutkan studi S-2, hal ini memotivasi guru untuk mengembangkan diri”.
Pendapat tersebut diperkuat dengan pernyataan Sri Sukeksi kepala SD Negeri Purwosari
1 yang menuturkan:
“Kepala sekolah sebagai leader dan manager memegang peran penting dalam penentuan
kebijakan sekolah. Hal itu karena kepala sekolah merupakan pengambil keputusan dan pihak
pertama yang mempertanggungjawabkan suatu kebijakan. Karena itu menurut saya, setidaknya
ada tiga jenis keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh kepala sekolah, yaitu : (1)
keterampilan teknis, yakni keterampilan yang berhubungan dengan pengetahuan, metode, dan
teknik-teknik tertentu dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu; (2) keterampilan manusiawi
yakni keterampilan yang menunjukkan kemampuan seorang manajer di dalam bekerja dengan
orang lain secara efektif dan efisien; (3) keterampilan konseptual yakni keterampilan yang
berkenaan dengan cara kepala sekolah memandang sekolah, keterkaitan sekolah dengan struktur
di atasnya dan dengan pranata-pranata kemasyarakatan, serta program kerja sekolah secara
keseluruhan”.
Lebih lanjut beliau menyatakan:
“Saya senantiasa berusaha untuk mencapai ketiga hal tersebut, namun seberapa jauh saya
telah mencapainya, orang lain tentu yang lebih tahu. Saya juga berusaha untuk menjadi kepala
sekolah yang baik, terutama dalam mengambil keputusan. Pengalaman bekerja sebagai guru
dengan berbagai tipe kepala sekolah membuat saya dapat mengambil pelajaran tentang pola
kepemimpinan yang baik. Pengalaman bekerjasama dengan guru dan karyawan di SD Negeri
Purwosari 1 juga bahan berharga dalam mengambil keputusan. Namun, sekali lagi, saya tidak
bisa menilai diri saya sendiri, tapi satu hal yang pasti, saya akan selalu belajar dari setiap
pengalaman”.
Berdasarkan keterangan di atas diketahui bahwa peran kepala sekolah dalam penentuan
kebijakan antara lain adalah kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan memiliki tiga
keterampilan sebagai seorang leader, yaitu keterampilan teknis, keterampilan manusiawi, dan
keterampilan konseptual.
Komite Sekolah merupakan mitra utama bagi sekolah dalam upaya meningkatkan
kualitas sekolah. Setiap kebijakan sekolah selalu dirumuskan, dipertimbangkan, atau setidaknya
dikonsultasikan dengan komite sekolah. Hal itu karena mereka adalah representasi dari wali
murid dan warga masyarakat. Dengan adanya komite sekolah maka kebijakan sekolah akan
mendapat dukungan dan pemahaman oleh segenap wali murid dan masyarakat. Terkait dengan
peran komite sekolah, Sri Sukeksi kepala SD Negeri Purwosari 1 mengungkapkan bahwa:
“Setidaknya ada 4 peran komite sekolah, yaitu: (1) Pemberi pertimbangan (advisory
agency) dalam penentuan kebijakan pendidikan; (2) Pendukung (supporting agency) baik
finansial, fikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; (3) Pengontrol (controlling
agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan; dan (4)
Penengah (mediating agency) antara pemerintah dengan masyarakat”.
Keterangan tersebut diperkuat dengan dokumen yang diperoleh penulis berupa struktur
organisasi komite sekolah. Dari analisis dokument yang dilakukan diketahui bahwa susunan
komite SD Negeri Purwosari 1 terdiri dari 9 orang dengan rincian 1 orang ketua, 1 orang
sekretaris, 1 orang bendahara, dan 6 orang kepala bidang. Mereka terdiri dari unsur guru, tokoh
agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan perangkat desa. Mereka bekerja untuk periode
waktu 4 tahun sesuai SK Kepala Sekolah dan bekerja dengan berpedoman pada AD/ART.
Lebih lanjut dalam wawancaranya, Sri Sukeksi kepala sekolah menegaskan bahwa:
“Pada umumnya, komite hanya dilibatkan dalam proses penentuan kebijakan sekolah
berkaitan dengan pemungutan dana dari wali murid atau pembangunan sarana fisik sekolah. Di
SDN Purwosari1, komite sekolah juga dilibatkan dalam hal terkait peningkatan kualitas lulusan.
Pelaksanaannya dengan menerima dan menyalurkan masukan dari wali murid terkait
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dimaklumi karena umumnya orang tua
enggan berkonsultasi langsung dengan guru, tapi lebih suka melalui mediasi komite sekolah.
Pada akhir tahun pelajaran, komite juga memberi tanggapan dan evaluasi atas kualitas lulusan
berdasarkan standar yang telah disepakati bersama. Masukan ini dijadikan kritik membangun
untuk meningkatkan kinerja pada tahun pelajaran selanjutnya”.
Paparan data di atas menunjukkan bahwa komite sekolah berperan aktif dalam
kebijakan peningkatan kualitas lulusan dengan melaksanakan 4 perannya dengan baik. Komite
tidak hanya terlibat dalam pengambilan kebijakan tetapi juga dalam usaha peningkatan kualitas
lulusan yang diimplementasikan dalam bentuk menerima dan menyalurkan masukan dari wali
murid terkait pembelajaran dan hasil belajar siswa dan memberi tanggapan dan evaluasi atas
kualitas lulusan berdasarkan standar yang telah disepakati bersama pada akhir tahun pelajaran.
Orang tua dan sekolah memiliki tanggung jawab yang sama dalam meningkatkan
kualitas lulusan suatu sekolah. Hal itu karena sebagian besar waktu anak berada di rumah. Peran
orang tua secara konkret adalah mempelajari kontrak belajar siswa kemudian mengawasi atau
membantu agar kontrak itu dapat dicapai anak. Selain itu orang tua juga diharapkan
menyediakan fasilitas belajar yang dibutuhkan anak sehingga mereka dapat berkembang optimal.
Peran secara khusus dalam pengambilan kebijakan telah terwakili oleh komite sekolah.
Selain itu, orang tua juga diharapkan memberikan saran dan masukan bagi kemajuan
sekolah. Saran dapat disampaikan langsung kepada kepala sekolah, guru, komite sekolah, atau
melalui kotak saran yang tersedia di sekolah. Ini penting karena kemajuan sekolah, khususnya
dalam pembelajaran ditentukan oleh kerjasama yang harmonis antara sekolah, orang tua, dan
masyarakat.
Personel lain yang memberikan kontribusi baik dalam penentuan kebijakan peningkatan
kualitas lulusan adalah guru. Nur Munifah guru kelas VI menuturkan:
“Peran guru dalam penentuan kebijakan peningkatan kualitas Pembelajaran dan lulusan
antara lain adalah a) ikut serta dalam membahas kebijakan tentang peningkatan kualitas lulusan
dengan memberikan usulan kepada kepala sekolah; b) guru melakukan sosialisasi kebijakan
sekolah kepada siswa dan orang tua untuk dipedomani dan diupayakan pencapainnya; c) guru
melaksanakan pembelajaran dan pembinaan kepada siswa sesuai program yang memperhatikan
keseimbangan kognitif, afektif, dan psikomotor”.
Dari keterangan di atas diketahui bahwa peran guru dalam kebijakan peningkatan
kualitas lulusan adalah terlibat dalam pengambilan kebijakan, melakukan sosialisasi, dan
melaksanakan pembelajaran serta pembinaan kepada siswa.
Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan observasi yang dilakukan oleh penulis.
Dapat dideskripsikan bahwa guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
kurikulum KTSP yang telah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekolah dan kebutuhan
peserta didik. Guru melaksanakan pembelajaran dengan penuh tanggung jawab tanpa harus
beranggapan peserta didik masih berada pada tingkat terendah sekalipun. Dalam pembelajaran,
guru menggunakan model dan metode pembelajaran yang bervarisi sesuai dengan materi dan
tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran.
Untuk mengatahui sejauh mana kemampuan guru dalam melaksanakan tanggung
jawabnya dalam kegiatan belajar mengajar, kepala sekolah melakukan pembinaan dan
pengawasan. Hal tersebut diperkuat dengan dokumen yang diperoleh peneliti berupa pelaksanaan
supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah. Informasi ini semakin diperkuat
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sri Sukeksi kepala SD Negeri Purwosari 1 berikut
ini.
“Praktiknya, kepala sekolah melakukan pembinaan dan pengawasan untuk memastikan
bahwa materi pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sekolah disajikan secara lengkap dan
benar. Hal ini penting karena kegagalan pembelajaran pada suatu jenjang kelas akan berpengaruh
pada kelas berikutnya. Kelas I sampai VI merupakan mata rantai yang saling berhubungan.
Dalam proses pembelajaran maupun di luar jam pelajaran segenap warga sekolah melakukan
pembinaan agar siswa selalu berperilaku baik, sopan, bersih, tertib, dan taat beribadah. Intinya,
bahwa kebijakan peningkatan kualitas lulusan dilakukan secara sinergis dan paralel oleh semua
guru dan di semua jenjang kelas. Penekanannya bukan hanya pada aspek kognitif, tapi juga
aspek afektif dan aspek psikomotorik secara simultan. Hal itu dicapai melalui pembinaan,
pengawasan, dan keteladanan”.
Keterangan di atas menunjukkan bahwa salah satu faktor penting dalam kebijakan
peningkatan kualitas lulusan di SD Negeri Purwosari 1 adalah peningkatan kualitas guru karena
guru merupakan tokoh sentral dalam kegiatan belajar mengajar. kebijakan peningkatan kualitas
pembelajaran dan lulusan dilakukan secara sinergis dan paralel oleh semua guru dan di semua
jenjang kelas. Penekanannya bukan hanya pada aspek kognitif, tapi juga aspek afektif dan aspek
psikomotorik secara simultan. Hal itu dicapai melalui pembinaan, pengawasan, dan keteladanan.
Peningkatan kualitas guru tidak hanya dilakukan melalui kegiatan pengawasan tetapi
juga pembinaan yang dilakukan melalui berbagai kegiatan pengembangan profesionalisme guru.
Berdasarkan observasi, dapat diketahui bahwa setiap hari Sabtu, semua guru mengikuti KKG di
gugus sekolah. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Nur Munifah guru kelas VI yang
menyatakan:
“Upaya yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru antara
lain adalah:
a. Setiap guru harus meningkatkan kemampuannya dengan cara individu, diskusi
dengan teman sejawat, maupun melalui kegiatan KKG.
b. Kepala sekolah senantiasa mengevaluasi kompetensi setiap guru melalui
supervisi terprogram.
c. Kepala sekolah memberi penghargaan bagi guru atau karyawan yang kinerjanya
baik melalui promosi dan kesempatan mengembangkan diri”.
Hal senada diungkapkan oleh Sri Sukekesi kepala sekolah yang mengungkapkan:
“Kualitas pembelajaran dan hasil belajar di Sekolah Dasar sangat ditentukan oleh
kemampuan profesional guru. Karena itu, meningkatkan kemampuan guru merupakan langkah
utama dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan kemampuan guru dilakukan melalui
kegiatan saling membantu antar guru, berbagi pengalaman, menyediakan bahan bacaan, aktivitas
dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG), dan mengikuti kegiatan seminar/diklat profesi”.
Lebih lanjut beliau menyatakan:
“Selain itu guru wajib memahami kompetensi yang harus dimiliki seorang guru
profesional. Mulai dari kompetensi profesional, paedagogik, sosial, dan kepribadian (terlampir).
Selanjutnya secara berkala, guru diajak melakukan refleksi diri tentang kompetensi apa yang
telah dimiliki dan kompetensi mana yang masih harus dipelajari. Faktor lain yang cukup penting
dari upaya peningkatan kompetensi dan profesionalisme adalah masalah kesejahteraan. Di sini
sekolah bersama komite berusaha meningkatkan kesejahteraan melalui pemberian honor,
promosi, pengadaan fasilitas pembelajaran, dan berbagai insentif lainnya”.
Keterangan dari informan di atas dan hasil observasi menunjukkan bahwa upaya yang
dilakukan dalam peningkatan kualitas profesionalisme guru adalah melalui kegiatan pengawasan
dan pembinaan melalui kegiatan KKG dan kegiatan pengembangan seperti seminar dan
pelatihan. Aspek lain yang diperhatikan sekolah untuk meningkatkan kualitas adalah
kesejahteraan guru yang ditingkatkan melalui pemberian honor, promosi, pengadaan fasilitas
pembelajaran, dan berbagai insentif lainnya.
Sri Sukeksi kepala sekolah menuturkan bahwa:
“Pengawasan atau supervisi dilaksanakan dalam suasana kemitraan terhadap guru kelas
atau guru mata pelajaran. Bentuknya ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Bersifat
langsung dilaksanakan dua kali dalam satu bulan. Satu kali untuk supervisi administrasi dan satu
kali untuk supervisi pembelajaran dengan format tersedia ( terlampir)”.
Supervisi administrasi untuk menjamin bahwa proses pembelajaran telah didukung oleh
perencanaan, analisis, evaluasi, dan dokumentasi yang memadai. Supervisi pembelajaran
dilakukan dengan mengikuti/melihat action guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hasil kedua
evaluasi ini dijadikan dasar untuk memperbaiki kualitas pembelajaran berikutnya.
Suasana kemitraan dalam supervisi perlu dijaga agar guru tidak merasa diawasi atau
dicurigai. Saya berusaha menyadarkan bahwa supervisi bukan untuk mencari kesalahan, tapi
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran sesuai tuntutan profesionalisme sebagai guru. Dengan
kesadaran ini, maka kehadiran saya di kelas dipandang sebagai “mitra” bukan sebagai “polisi”.
Selain itu, di sekolah juga diadakan kotak aduan. Orang tua atau masyarakat boleh
menyampaikan kritik dan masukan bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran maupun
kemajuan sekolah secara umum. Kritik dan aduan dari masyarakat dibahas bersama dalam rapat
dewan guru serta ditindaklanjuti secara proporsional.
Observasi selanjutnya penulis laksanakan terkait dengan ketersediaan sarana dan
prasarana pembelajaran yang ada di SD Negeri Purwosari 1. Dapat dideskripsikan bahwa
sekolah memiliki bangunan yang dalam kondisi bagus dan didukung dengan fasilitas
pembelajaran lain yang memadai serta alata peraga yang relatif lengkap. Terkait dengan upaya
sekolah dalam meningkatakn kualitas sarana prasarana sekolah, Sri Sukeksi kepala sekolah yang
menyatakan:
“Kualitas pembelajaran dan hasil belajar di Sekolah Dasar juga dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana dan prasarana belajar. Sarana dan prasarana (sarpras) belajar di SD Negeri
Purwosari 1 relatif telah memadai. Sarpras tersebut ada yang merupakan bantuan pemerintah dan
ada pula yang merupakan swadaya sekolah. Pada tahun 2014 SD Negeri Purwosari 1 telah
mendapat bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) sehingga gedung sekolah dalam kondisi bagus
dan alat belajar/ alat peraga juga relatif lengkap. Pada tahun 2013 SD Negeri Purwosari 1 juga
mendapat bantuan 1 unit perpustakaan dengan sarana pendukungnya”.
Pendapat senada diungkapkan oleh Nur Munifah guru kelas VI yang menyatakan:
“Yang dilakukan dalam pengelolaan sarana prasarana sekolah ialah bahwa a) sekolah
berusaha melengkapi sarana prasarana (sarpras) yang diperlukan guna menunjang pembelajaran
yang berkualitas; b) Sarpras tersebut ada yang dibiayai oleh dana pemerintah (DAK atau BOS)
dan ada pula yang, melalui swadaya wali murid (sumbangan/iuran); c) Sarana belajar bukan
hanya sebagai media menyampaikan informasi, tapi penting untuk merangsang siswa berpikir
aktif dalam menemukan sendiri ilmu pengetahuan yang dipelajari”.
Berdasarkan infromasi di atas diketahui bahwa pada tahun 2015 SD Negeri Purwosari 1
mendapatkan bantuan dana sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki pagar depan dan
meningkatkan kualitas sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Lebih lanjut Sri Sukeksi
kepala sekolah menyatakan:
“Sarpras yang dibutuhkan untuk peningkatan mutu tapi belum tersedia diupayakan oleh
sekolah melalui dana BOS maupun iuran dari wali murid. Masalah sarpras bukan hanya masalah
pengadaan tapi juga pemanfaatan, perawatan, dan pengadministrasian. Untuk itu di SD Negeri
Purwosari 1 ada petugas khusus yang mengelola perpustakaan maupun pengelola sarana belajar
lainnya. Data sarpras yang dimiliki SD Negeri Purwosari 1 dicatat dan dilaporkan setiap tahun
dalam bentuk laporan inventaris barang”.
Martono salah seorang anggota komite sekolah mengungkapkan:
“Jika ada sarana yang dibutuhkan dan tidak disediakan oleh pemerintah, maka komite
mengadakan rapat dengan orang tua murid atau perwakilannya untuk membahas pengadaannya”.
Untuk meningkatkan kualitas sarana prasarana dalam menunjang kebijakan peningkatan
kualitas lulusan, tidak hanta berhubungan dengan pengadaan tapi juga pemanfaatan, perawatan,
dan pengadministrasian. Untuk itu di SD Negeri Purwosari 1 ada petugas khusus yang mengelola
perpustakaan maupun pengelola sarana belajar lainnya. Dengan demikian diharapkan sarana
parasarana yang ada dapat dikelola dengan baik sehingga dapat digunakan dengan optimal dalam
upaya meningkatkan kualitas lulusan.
4.3 Pembuatan Perencanaan Pembelajaran Khusus dalam Peningkatan Kualitas
Prestasi di SD Negeri Purwosari 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak
Faktor lain yang tidak kalah penting dalam peningkatan kualitas lulusan adalah
pembelajaran. Untuk itu, guru dan personel lain yang terlibat dalam pembelajaran melakukan
perencanaan pembelajaran khusus untuk siswa. Sulastri guru kelas VI menyatakan:
“Perencanaan pembelajaran khusus dalam peningkatan kualitas lulusan antara lain adalah
a) Silabus dan RPP disusun bersama dalam kegiatan KKG di gugus; b) Silabus dan RPP yang
ada disisipi materi pembinaan nasionalisme, budi pekerti, dan penguatan nilai-nilai keagamaan;
c) Silabus dan RPP disusun dan diarahkan untuk mencapai tujuan penguasaan materi serta
pembinaan kepribadian/budi pekerti”.
Perencanaan Pembelajaran pada dasarnya terdiri dari Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas
mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus
dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam
satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan
dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Sri Sukeksi , kepala sekolah menuturkan:
“Ada kekhususan dari Silabus dan RPP yang digunakan di SDN Purwosari 1, yaitu
adanya muatan Pembinaan Nasionalisme dan Karakter Bangsa yang dimasukkan secara khusus
dalam silabus dan RPP (terlampir). Jadi, melalui cara ini nilai-nilai nasionalisme diasupkan atau
disisipkan dalam mata pelajaran yang sesuai. Diharapkan nilai-nilai dan jiwa nasionalisme
tertanam secara alamiah, wajar, disukai, dan tidak terkesan sebagai indoktrinasi. Nilai-nilai
nasionalisme yang diintegrasikan dalam mata pelajaran merupakan nilai dasar yang dapat
disesuaikan sifat dan jenis mata pelajaran yang diikuti.
Bedasarkan hasil wawancara dan dokumen yang diperoleh penulis diketahui bahwa
kekhususan dari Silabus dan RPP yang digunakan di SD Negeri Purwosari 1, yaitu adanya
muatan Pembinaan Nasionalisme dan Karakter Bangsa yang dimasukkan secara khusus dalam
silabus dan RPP. Diharapkan nilai-nilai dan jiwa nasionalisme tertanam secara alamiah, wajar,
disukai, dan tidak terkesan sebagai indoktrinasi.
Dalam perencanaan tersebut, beberapa faktor penting dalam pembelajaran menjadi
perhatian guru, yaitu materi dan penggunaan metode pembelajaran. Berhubungan dengan materi
pembelajaran dalam peningkatan kualitas pembelajaran dan lulusan, Sri Hati Selaku Guru kelas
V dan Nur Munifah Selaku guru kelas VI menyatakan:
“Salah satu karakteristik materi pembelajaran dalam peningkatan kualitas lulusan adalah
bahwa materi pelajaran mengacu pada standar isi yang dijabarkan dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), dan guru memperkaya materi dengan memasukkan nilai-nilai
nasionalisme dan budi pekerti dalam setiap pembelajaran di kelas maupun di luar kelas”.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang diungkapkan oleh Sri Sukeksi kepala
sekolah berikut ini.
“Lulusan yang diharapkan dari SD Negeri Purwosari 1 adalah lulusan yang memiliki
keunggulan di bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk itu materi dipilih dengan
mempertimbangkan tujuan tersebut. Pelaksanaannya, materi pelajaran yang umumnya bersifat
kognitif dikombinasikan dengan nilai-nilai nasionalisme yang umumnya bersifat afektif.
Sedangkan aspek psikomotorik dikembangkan melalui kegiatan pembiasaan di dalam maupun di
luar jam sekolah. Ketiga ranah tersebut menjadi acuan bagi guru dalam memilih materi. Materi
pembelajaran yang memuat aspek kognitif dan afektif dipadukan oleh guru dalam proses
pembuatan Rencana Pembelajaran. Prinsipnya, merupakan perpaduan antara materi pelajaran
dengan nilai-nilai nasionalisme. Sedangkan pembinaan secara praktik dilakukan melalui kegiatan
terprogram”.
Dari keterangan informan di atas dan hasil analisis dokumen yang dilakukan oleh
penulis diketahui bahwa materi pembelajaran memuat aspek kognitif dan afektif dipadukan oleh
guru dalam proses pembuatan Rencana Pembelajaran. Prinsipnya, merupakan perpaduan antara
materi pelajaran dengan nilai-nilai nasionalisme dan budi pekerti dalam setiap pembelajaran di
kelas maupun di luar kelas.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, dapat dideksripsikan bahwa dalam
kegiatan pembelajaran peningkatan kualitas lulusan, guru menggunakan metode pembelajaran
yang bervariasi. Mulai dari ceramah bervariasi, diskusi, dan tanya jawab. Salah satu model
pembelajaran yang digunakan adalah dengan model cooperative learning. Dengan digunakannya
model dan metode pembelajaran yang variatif, diharapkan siswa tidak akan jenuh untuk
mengikuti pelajaran, tetapi menjadi lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar serta lebih
mudah memahami materi yang diberikan.
Berhubungan dengan metode pembelajaran dalam peningkatan kualitas pembelajaran
dan lulusan, Sri Sukeksi kepala sekolah mengungkapkan:
“Metode mengajar dapat kita bedakan dalam dua jenis, yaitu:
a. Metode yang bersifat ekpositorik di mana guru mengolah secara tuntas
pesan/materi sebelum disampaikan di kelas sehingga peserta didik tinggal
menerima saja.
b. Metode yang bersifat heuristik, di mana peserta didik mengolah sendiri
pesan/ materi dengan pengarahan dari guru.
Dalam pembelajaran guru diminta untuk lebih menekankan pada penggunaan metode
yang bersifat heuristik. Tujuannya agar siswa dapat “belajar bagaimana belajar”. Maksudnya,
siswa diharapkan memperoleh pengetahuan melalui usahanya sendiri, merasakan terlibat
langsung dalam proses perolehan suatu ilmu pengetahuan. Mereka tidak hanya sekedar
menerima, tapi mereka secara aktif terlibat dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Berdasarkan
ketentuan ini, guru bebas berkreasi memilih metode yang dianggap sesuai dengan sifat materi
dan tujuan pelajaran”.
Sementara itu, Nur Munifah guru kelas VI menyatakan:
“Dalam penggunaan metode pembelajaran peningkatan kualitas lulusan, ada tiga hal penting
yang harus diperhatikan:
a. Guru bebas menggunakan metode sesuai karakteristik materi pelajaran,
kemampuan guru, alokasi waktu, dan sarana belajar yang tersedia.
b. Guru perlu menekankan pada pemakaian metode yang mampu mengaktifkan
siswa dalam pembelajaran.
c. Guru perlu menggunakan metode secara bervariasi untuk melayani beragamnya
tipe belajar siswa di kelas.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, selain perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, sekolah juga telah mempersiapkan program berupa perencanaan pembelajaran
dalam menghadapi UN. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan diimplementasikan dalam
kegiatan pembelajaran tambahan di luar pembelajaran efektif. Sri Sukeksi kepala sekolah
mengungkapkan:
“Untuk memperlancar jalannya pembelajaran dalam peningkatan kualitas lulusan, kami
beserta guru telah menentukan jadwal pelaksanaan pembelajaran di luar jam efektif untuk siswa
kelas VI dalam menghadapi UN. Dalam satu minggu, siswa diwajibkan untuk mengikuti
tambahan pelajaran selama tiga hari yaitu hari Senin sampai dengan hari Rabu mulai pukul 13.00
sampai dengan pukul 15.00 WIB. Jam tambahan tidak dilakukan full 1 minggu agar siswa dapat
beristirahat dan dapat fokus pada pembelajaran lainnya. Untuk materi yang berupa soal-soal
latihan berasal dari sekolah, soal-soal UN tahun lalu, soal-soal dari gugus sekolah, soal-soal
tryout tingkat kecamatan dan soal-soal tryout tingkat kabupaten”.
Keterangan di atas menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran lain yang dilakukan
adalah adanya program kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di luar jam pembelajaran
efektif untuk kelas VI dalam menghadapi UN. Dengan program tersebut diharapkan dapat
membantu siswa untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi UN.
Sri Sukeksi kepala sekolah menyatakan:
“Penyusunan Silabus dan RPP pada dasarnya merupakan tangung jawab guru secara
mandiri. Namun agar waktu dan konsentrasi guru lebih terfokus pada pelaksanaan pembelajaran
dan pembinaan kemampuan siswa, maka penyusunan silabus dan RPP dilakukan dalam kegiatan
Kelompok Kerja Guru (KKG) yang diadakan di gugus setiap hari Sabtu. Dengan Silabus dan
RPP guru kelas sejenis dalam lingkungan gugus dapat saling bekerjasama menciptakan
pembelajaran bermutu. Mereka juga bisa bersama-sama memecahkan kendala pembelajaran
yang terjadi”.
Berdasarkan observasi, dapat dideskripsikan bahwa pembinaan secara praktik dilakukan
melalui kegiatan terprogram. Kegiatan terprogram yaitu kegiatan sekolah yang dilaksanakan
secara terencana dan dilaksanakan dengan waktu yang sudah ditentukan. Misalnya upacara
bendera, peringatan hari besar nasional, peringatan hari besar agama, pentas seni, jumat bersih
dan jumat beramal, pengumpulan dan penyaluran zakat fitrah, halal bi halal, karya wisata,
pramuka, olah raga, kesenian (seni tari, seni drama), dan kegiatan sekolah lainnya.
Kegiatan terprogram dilaksanakan dalam lingkup yang lebih khusus sebagai berikut:
4.3.1 Di Kelas, yaitu melalui proses belajar setiap mata pelajaran yang dirancang
sebelumnya. Setiap kegiatan mengembangkan aspek kognitif,afektif dan
psikomotor. Kegiatan ini untuk mengembangkan nilai-nilai tertentu seperti
kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta
tanah air dan gemar membaca.
4.3.2 Di Sekolah, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seluruh peserta didik, guru,
kepala sekolah,dan tenaga kependidikan di sekolah tersebut. Kegiatan ini
direncanakan awal tahun. Misalnya lomba vocal grup/koor antarkelas yang
bertemakan cinta tanah air, pagelaran seni budaya bertemakan cinta tanah air,
lomba olah raga antarkelas, pameran karya siswa, lomba pidato/baca puisi
antarkelas bertemakan perjuangan.
Produk Yang Dibuat ( Program yang dirancang )
. Dari hasil temuan - temuan peneliti terkait pelaksaknaan pembelajaran di SD N
Purwosari satu, dibuat Produk ( Program ) sekolah guna menunjang pelaksanaan pembelajaran
yang lebih efektif,efisien dan tepat guna. Hal ini dimaksutkan untuk lebih meningkatkan kualitas
pembelajaran guna menunjang mutu pembelajaran dan lulusan yanag lebih memadai sesuai
dengan harapan dan keinginan semua pihak. Produk atau program sekolah yang telah disepakati
semua pihak dibentuk Team Work Teacher dari komponen gurun yang ada. Karena kemampuan,
karakteristik dan skil guru mempunyai kelebihan yang berbeda - beda maka dibentuk “Team
Work Teacher” yang dirancang sesuai karakreistik, skil dan intelektual para guru. Guna
pengembangan kemajuan pendidikan untuk meningkatakan mutu pembelajran dibuat SK Kepala
sekolah
4.6.1 Draf Sikap Dasar Bagi Siswa
Terkait dengan sikap dasar yang dirancang melalui kegiatan rutinitas siswa akan
membawa anak lebih tertib, disiplin dan terarah sesuai harapan para guru.Guna pengotimalan
pelaksanaan kegiatan rutinitas ini dibuat tabel yang harus diisi oleh semua siswa secara teratur ,
yang akan dimintakan tanda tangan baik guru maupun orang tua di rumah. Harapannya anak
menjalankan intrusi ini dengan penuh tanggung jawab dan anak akan patuh sesuai perintah dan
belomba untuk mencari yang terbaik dan terbanyak dibanding dengan teman lainnya. Ini
mengajak anak berkompetisi secara sehat dan positif. Kompetisi antar anak yang positif tentunya
membawa dampak yang siknifikan dalam perkembangan anak ke depan yang lebih bermartabat.
Adanya pemantapan dan pelaksnaan sikap dasar yang dibangun dan dikembangan
oleh masing - masing guru, utamanya di SD Negeri Purwosari 1 Kecamatan Sayung Kabupaten
Demak, membawa dampak kemajuan terkait dengan pembelajaran yang dilakukan guru. Dan
pada akhirnya akan mengangkat prestasi dan mutu kelulusan anak - anak SD Negeri Purwosari 1.
Tabel 4.10SIKAP DASAR ANAK KELAS LIMA
NO INDIKATOR TGLPENGUJI PARAF
ORTU KETNAMA TTD
1 Menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar
2 Memasarkan hasil karaya seni
3 Memberikan tanggapan tulisan
4.6.2
Rancangan
Metode
mengajar “
Stop & Stop “
B
anyak metode
mengajar yang
sudah terbiasa
dilaksanakan
oleh banyak
guru. Sehingga
guru sangat
dituntut akan
kreatifitasnya
untuk menciptakan dan merancang metode yang lain dari pada yang lain yang tentunya sangat
menarik bagi anak didik.
Ahmadi (2010:61) dalam bukunya menuliskan tujuh dosa guru dalam mengajar yaitu :
1. Mengambil jalan pintas dalam mengajar
2. Menunggu peserta didik berprilaku negatif baru ditegur
3. Memberikan pemaksaan saat membina peserta didik
4. Mengabaikan keunikan peserta didik saat mengajar
5. Merasa paling pandai sehingga malas belajar
6. Tidak adil ( diskriminatif )
7. Memaksa hak peserta didik.
Sebenarnya banyak jalan membuat kelas bernuansa demokratis dan menyenangkan,
kuncinya adalah tidak membuat kelas ini menakutkan bagi anak terutama kelas yang banyak
di media masa4 Mampu membuat
slogan atau motto5 Mampu menghafal
teks UUD ‘456 Membuat karya
yang bernilai ekonomis
7 Trampil memainkan salah satu alat musik
8 Memiliki kebiasaan hidup sehat
9 Bersedia memberi sumbangan
10 Bersedia berkunjung ke Panti sosial
11 Mambu membuat pameran sederhana
12 Membuat kerajianan batik Nusantara
masalah, akan tetapi membuat strategi elegan yang membuat anak didik tidak merasa takut dan
bosan di kelas.
Di sisni kami membuat strategi cara produk metode mengajar yang diberi nama “
Stop & Stop “ Sebenarnya metode ini cukup sederhana dan tanpa menggunakan alat khusus.
Urutannya adalah :
1. Guru mengatakan Stop, maka peserta didik berhenti pada saat itu
juga. Apapun alasannya, tanpa aktifitas.
2. Guru Mengatakan Stop & Stop secara tiba - tiba, anak harus menaruh
tangan di atas meja ,tangan kiri di atas tangan kanan.
3. Guru mengataka RILEKS ,situasi harus berubah anak bebas beraktifitas
sesuai yang diinginkannya.
4. Guru Mengatakan MUTE, kelas boleh bergerak apa sajasal tidak ada suara ,
boleh berkomunikasi tetapi tidak boleh bersuara, namun bisa berkomunikasi
secara tertulis
5. Disaat guru mengatakan RILEKS,situasi kembali normal.
Guru bisa mengolaborasi tata urutannya sesuai situasi dan kondisi kelas. Disaat
anak sudah memahami situasi yang dikehendaki guru ,maka seterusnya guru mengajarkanmateri
pokok yang disiapkan situasi kelas akan terkendali dan tenang. Dalam hal ini tidak menutup
kemungkinan anak akan melanggar aturan yang dimainkan. Kalau terjadi seperti ini maka guru
wajib memberi sangsi atau hukuman yang mendidik.
Tabel 4.11
IDENTIFIKASI METODE STOP AND STOP
Pelaksanaan methode stop and stop yang telah dicobakan kepada anak - anak, langkah pertama membentuk team guru sesuai dengan berfariasi,
selain disesuaikan
dengan karakter anak
dan kondisi kelas,
sehingga
praktik di lapangan
atau di kelas lebih mengena. Utamanya penerapan ini dilakukan atau dicobakan bagi anak - anak
:
1. Anak yang akan dipersiapkan untuk menghadapi lomba- lomba yang diadakan oleh dinas
terkait. Yang diselenggarakan secara rutinitas pada setiap tahunnya.
2. Anak kelas VI yang akan menghadapi ujian,baik ujian sekolah mupun ujian Nasional.
Dari pelaksanaan penelitian di atas untuk ke depannya akan dilanjutkan untuk
melangkah ke kels - kelas berikutnya. Dan pada akhirnya nantinya akan dilaksanakan pada
semua kelas di SD Negeri Purwosari 1 Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
Selanjutnya kepala sekolah membuat surat keputusan terkait pelaksanaan program
terkait.
Kepala Sekolah Menetapkan
1 Nama Metode Stop And Stop
2 Sasaran Semua tingkatan
3 Waktu Tidak ada batasan waktu
4 Alat dan bahan Tidakmemerlukan alat dan bahan
5 Jumlah Peserta Tidak ada batasan hanya sesuai dengan
kelas yang banyak peserta didik
6 Tujuan Metode - melatih konsentrasi anak
- melatih anak seportif
- melatih anak disiplin
- menjadikan anak aktif dan atraktif
7 Tips Guru dituntut tegas menggunakan
methode ini sebab tidak menutup
kemungkinan anak melanggar dan
ketawa.
Pertama :Pembagian tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar dan tugas-tugas
lain dalam tahun pelajaran 2015/2016 seperti dalam lampiran keputusan ini.
Kedua :Menugaskan guru dalam surat lampiran untuk melaksanakan tugas Kegiatan
pembimbingan siswa.
Ketiga :segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan keputusan ini dibebankan pada
anggaran yang sesuai.
Keempat :Apabila ada kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan kembali
sebagai mana mestinya.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkannya.
Diitetapkan di PurwosariPada tanggal ................
Kepala Sekolah
SRI SUKEKSI, S.Pd
Nip. 19611227 198405 2 001
Tembusan :1. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Demak2. Kepala Dep dan Kebudayaan Kec.Sayung.3. Pengawas TK/SD wilaya Dabin 14. Arsip
Lanjutan Surat Pembagian Tugas darim kepala Sekolah
Tabel 4.13
PEMBAGIAN TUGAS DALAM MEMBIMBING SISWA
TAHUN PELAJARAN : 2015 / 2016
TUGAS DALAM BIMBINGAN SISWA
No N ama Jabatan Tugas Yang Diampu
Ditetapkan di Purwosari
Pada tanggal ................
Kepala Sekolah
SRI SUKEKSI, S.Pd
Nip. 19611227 198405 2 001
1 Sutimin Widaryanto,S.Pd
Guru Kelas. VI
LCC,SSJ, Les Ujian,Pekan Seni, Pramuka Siswa Berprestasi dll
2. Dwi Mihartati ,S.Pd SD
Guru Kelas.V
LCC,Sinopsis, Les Ujian,Mapel Mtk, Pramuka, Siswa Berprestasi dll
3. Nur Munifah, S.Pd SD
Guru Kelas I A
LCC,Perpustakaan, Les Ujian,Mapel IPA, Pramuka, Siswa Berprestasi dll
4 Sri Hati, S.Pd SD Guru Kelas IV
Bhs. Ind, Kreatifitas, Siswa prestasi, Pramuka, Sinopsis dll
5 Sri Murniati,S.Pd SD
Guru Kelas I B
LCC,Sinopsis, Les Ujian , Bhs. Jawa ,Pramuka Kreatifitas dll
6 Zuhri Hamid, S.Pd.I
Guru PAI Mapsi, Tilawah, Tartil , Kaligrafi, Pramuka
7 Adnan Widodo, S,Pd
Guru Penjas
Popda, SKJ, TUS, Dokter Kecil, Pramuka