bab iv penutup a. kesimpulanrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/133/3/kesimpulan.pdfabstrak...
TRANSCRIPT
1
65
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, tingkat kesadaran
sejarah masyarakat Painan Selatan berdasarkan angket yang telah peneliti
sebar pada tanggal 17 desember 2017 yang telah diisi oleh 98 responden,
tingkat kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan adalah Baik dengan
rata-rata skor jawaban 72% sadar dengan keberadaan situs Benteng Portugis
dan 28% tidak tahu mengenai situs Benteng Portugis, untuk lebih jelasnya
berikut skor jawaban berdasarkan masing-masing indikator.
Indikator menghargai makna dan hakikat sejarah memiliki rata-rata
skor jawaban Ya sebanyak 69,9% dan rata-rata skor jawaban Tidak sebanyak
29,9%, indikator mengenal diri sendiri dan bangsanya memiliki rata-rata skor
jawaban Ya sebanyak 66,8% dan rata-rata skor jawaban Tidak 33,4%,
indikator membudayakan sejarah bagi pembinaan bangsa memilki rata-rata
skor jawaban Ya sebanyak 72,8% dan rata-rata skor jawaban Tidak 27%,
indikator menjaga peninggalan sejarah memilki rata-rata skor jawaban Ya
sebanyak 78,9% dan rata-rata skor jawaban tidak 21%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan beberapa
hal, yaitu;
1. Pemerintah
Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan agar meningkatkan
pengembangan objek wisata benteng Portugis agar mempunyai daya tarik
bagi pengunjung, seperti menetapkan pemandu wisata, sehingga
masyarakat serta pengunjung mengetahui sejarah dari keberadaan Benteng
Portugis di Pulau Cingkuak, serta masyarakat agar menjaga peninggalan
situs purbakala di Benteng Portugis di Pulau Cingkuak.
2. Pengunjung
Untuk pengunjung sendiri supaya menjaga kebersihan dari Benteng
Portugis dengan tidak membuang sampah sembarangan tapi membuang
pada tempatnya dan dari segi berpakaian supaya lebih sopan.
3. Pengelola
Untuk pengelola sendiri supaya menempatkan pemandu wisata untuk
menjelaskan sejarah Benteng Portugis kepada pengunjung supaya
pengunjung tahu mengenai keberadaan Benteng Portugis dan sejarah
Benteng Portugis
2
3
4
5
ABSTRAK
Nofriadi (13020012) “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan
Terhadap Objek Wisata Benteng Portugis Di Pulau Cingkuak Kabupaten
Pesisir Selatan” Skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI
Sumatera Barat, Padang, 2018.
Skripsi ini mengkaji tentang seberapa besar tingkat kesadaran sejarah
masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng Portugis di Pulau
Cingkuak sehingga masyarakat memahami makna dan hikmah mempelajari
sejarah, dengan cara tersebut muncul kesadaran sejarah. Masyarakat yang memilki
kesadaran sejarah akan menghargai peninggalan sejarah serta mengetahui nilai-
nilai yang terkandung didalamnya. Berdasarkan observasi yang telah peneliti
lakukan ditemukan bahwa tingkat kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan
rendah ini terlihat dari situs Benteng Portugis yang kurang begitu terawat dengan
banyaknya sampah dari bekas-bekas orang yang berjualan di sekitar Benteng
Portugis. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan seberapa besar tingkat kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng
Portugis di Pulau Cingkuak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Painan Selatan pada
tahun 2016 sebanyak 4.582 orang. Sampel yang diambil adalah 98 orang dengan
teknik pengambilan sampel menggunakan proportional stratified random
sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
dokumentasi dan kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah
presentase.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng Portugis adalah dikategorikan baik,
yang ditunjukan dari jawaban ya 72% dan jawaban tidak 28% , berarti jawaban ya
> tidak yaitu; 72% > 28%. Kesimpulan penelitian ini adalah tingkat kesadaran
sejarah masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng Portugis di Pulau Cingkuak di kategorikan baik berdasarkan rata-rata skor yang peneliti
peroleh dari angket yang telah disebarkan. Saran bagi dinas pariwisata dan dinas
kebudayaan diharapkan untuk menjaga keberadaan situs Benteng Portugis dengan
tetap memeliharanya dan merawat sebagaimana mestinya.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa diucapkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan
Selatan Terhadap Objek Wisata Benteng Portugis Di Pulau Cingkuak
Kabupaten Pesisir Selatan.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Sejarah
STKIP PGRI Sumatera Barat. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Sepenuh hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Ibu Dr. Hj. Zusmelia, M.Si, Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat, Ibu Sri
Imelwaty, M.Pd, Ph.D selaku Wakil Ketua Bidang Akademik dan
Adminitrasi Umum, Bapak Jarudin, MA, Ph.D selaku Wakil Ketua Bidang
Kemahasiswaan Alumni dan Kerjasama.
2. Bapak AKBP (Purn.) H. Hendrajoni, SH,M.H selaku Bupati Pesisir
Selatan yang telah memberikan izin penelitian, dan bapak Martodi. S.sos
selaku wali nagari Painan Selatan yang telah memberikan bantuan selama
penelitian ini berlangsung.
3. Ibu Liza Huznita, M.Pd selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan masukan terhadap skripsi peneliti, sehingga menjadi skripsi
yang utuh dan Ibu Zulfa, M.Pd, M.Hum selaku pembimbing II sekaligus
ii
orang tua kedua bagi peneliti yang membimbing dengan penuh kesabaran
dan perhatian dalam memberikan bimbingan dan arahan.
4. Ibu Ranti Nazmi, M.Pd, selaku penguji I, Ibu Meldawati, M.Pd selaku
penguji II, Bapak Juliandry Kurniawan Junaidi, M.Pd selaku penguji III,
tim penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritikan demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Pimpinan dan seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah, yang
telah memberikan bekal ilmu selama proses perkuliahan di Program Studi
Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat.
6. Pegawai perpustakaan STKIP PGRI Sumatera Barat.
7. Ayahanda Adisman (Alm) yang telah mendidik penulis dari kecil sampai
kuliah walaupun tidak sampai umurnya untuk mendampingi penulis
sampai wisuda, ini adalah hadiah dari penulis untuk ayahanda kami
tercinta yaitu berupa gelar sarjana yang merupakan cita-cita ayahanda dan
Ibunda Nurlis, yang merupakan sosok ayah sekaligus ibu dan alasan
penulis untuk melanjutkan studi penulis, penulis ucapan banyak terima
kasih yang tentunya penulis belum mampu membalas pengorbanan ayah
dan ibu yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu mendoakan yang
terbaik bagi penulis.
8. Kakak pertama penulis Febriandi yang telah bersusah payah mencari uang
untuk kuliah penulis dan kakak kedua penulis yang telah mengurangi
beban biaya hidup penulis beserta adik bungsu tercinta Nanda Mardiani
yang tetap semangat melanjutkan sekolahnya.
9. Rizo mota yang merupakan suami dari kakak perempuan penulis yang
telah mengirimi banyak uang untuk memenuhi biaya hidup penulis selama
menyelesaikan studi penulis, serta tetap menyemangati penulis untuk
melanjutkan kuliah pasca di tinggalkan ayahanda kami tercinta untuk
selama-lamanya.
10. Sikampret Mutia yang telah menyisihkan sedikit uang sakunya untuk
mentraktir penulis di warung pak uban, berkat lapek peneliti bisa wisuda.
11. Buya yang sering hibur peneliti dengan gurauannya sehingga peneliti
merasa terhibur, dan traktiran mok-moknya.
12. Itumb yang rela berbagi kertasnya untuk memprint out skripsi penulis.
13. Seluruh sahabat dan rekan-rekan seperjuangan, kawan-kawan IMAPESS
Tidak ada kata yang mampu melukiskan kebersamaan, canda tawa, dan
perselisihan, yang akan menjadi kenangan selama kita bersama sebagai
mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca serta dijadikan sebagai sumbangan
khazanah ilmu pengetahuan.
Padang, Februari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...............................................................................ii
DAFTAR ISI… .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR ISTILAH. .................................................................................. v
DAFTAR SINGKATAN… ....................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Batasan Masalah .............................................................................. 6
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 8
B. Studi Relevan................................................................................... 21
C. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 26
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 26
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 26 C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 27
D. Instrunen Penelitian .......................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 30
1. Kuisioner ................................................................................... 30
2. Observasi… ............................................................................... 32 3. Wawancara ................................................................................ 32
4. Dokumentasi .............................................................................. 32
F. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 33
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 35
A. Temuan Umum ................................................................................. 35
1. Gambaran umum daerah penelitian .............................................. 36 a). Kondisi Geografis Nagari Painan Selatan ................................ 36
b). Kondisi Demografi Nagari ...................................................... 37
c). Bentuk Topografi.................................................................... 38
2. Penduduk .................................................................................... 37
3. Pendidikan .................................................................................. 40
4. Sejarah Benteng Portugis ............................................................. 41
iii
a). Sisa tembok ............................................................................ 44
b). Sumur .................................................................................... 48
c). Prasasti ................................................................................... 49
d). Makam ................................................................................... 50
e). dermaga ................................................................................. 50
B. Temuan Khusus ................................................................................ 51 1. Data hasil penelitian .................................................................... 51
2. Pembahasan hasil penelitian......................................................... 53
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 65
A. Simpulan .......................................................................................... 65 B. Saran ................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Rekapitulasi laporan kependudukan wilayah painan selatan. .................... 3
2. Daftar kunjungan ke Pulau Cingkuak… .................................................. 5
3. Kegiatan wisata alam yang dikembangkan… ........................................ 21
4. Skala Guttman….................................................................................. 32
5. Ukuran penafsiran data menurut arikunto… .......................................... 34
6. Banyak penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Painan selatan…..39
7. Jumlah penduduk usia sekolah… .......................................................... 40
8. Tabel jawaban responden ..................................................................... 51
9. Data frekuensi indikator menghayati makna dan hakikat sejarah… ........ 53
10. Data frekuensi indikator mengenal diri dan bangsanya .......................... 56
11. Data frekuensi indikator membudayakan sejarah bagi pembinaan bangsa59
12. Data frekuensi indikator menjaga peninggalan sejarah bangsa ............. 62
iv
DAFTAR ISTILAH
1. Syaraka = Ikut serta
2. Society = Masyarakat
3. Community = Masyarakat setempat
4. Territorial = Lebih terikat oleh tempat
5. Social relationship = Hubungan social
6. Difision of labor = Pembagian kerja
7. Heterogen = Banyak macamnya
8. Spesialisasi = Keahlian
9. Snorkeling = Menyelam
10. Resort = Peristirahatan
11. Independen = Bebas
12. Insidential = Kebetulan
13. Library research = Penelitian kepustakaan
14. Field research = Penelitian lapangan
15. ± = Lebih kurang
16. Sex ratio = Perbandingan jumlah penduduk
17. Kluwih = Timbul
18. Cocus nucifera = Pisang
19. Myristica fragrans = Pala
20. Eugenia aromatic = Cengkeh
21. Rizopora mucronota = Tanaman bakau
22. Pandanus tectorius = Pandan
v
23. Pengintai = Lubang mengintip
24. Boulder = Batu alam berukuran besar
25. Talud = Tempat pertahanan
26. View = Pemandangan
DAFTAR SINGKATAN
1. UU = Undang-Undang
2. Pessel = Pesisir Selatan
3. STKIP = Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
4. Sumbar = Sumatera barat
5. PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa
6. Km = Kilometer
7. km² = Kilometer Persegi
8. cm = Centimeter
9. m = Meter
10. LKPj = Laporan Keterangan Petanggungjawaban
11. VOC = Vereenigde Oostindische Compagnie
12. Ha = Hektar
13. ºC = Celcius
14. BT = Bujur Timur
15. LS = Lintang Selatan
16. KK = Kartu Keluarga
17. SDM : Sumber Daya Manusia
18. SD = Sekolah Dasar
19. SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
20. SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
vi
21. MTS = Madrasah Tsanawiyah
22. MA = Madrasah Aliyah
23. Dispendikbud = Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1… .................................................................................. 81
2. Gambar 2… .................................................................................. 82
3. Gambar 3… .................................................................................. 82
4. Gambar 4… .................................................................................. 83
5. Gambar 5… .................................................................................. 83
6. Gambar 6… .................................................................................. 84
7. Gambar 7… .................................................................................. 84
8. Gambar 8… .................................................................................. 85
9. Gambar 9… .................................................................................. 85
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Kesadaran Sejarah… ........................................................ 67
Lampiran 2 Tabulasi Angket Kesadaran Sejarah ............................................. 71
Lampiran 3 Dokumentasi ............................................................................... 75
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu peninggalan kebudayaan yang patut mendapatkan perhatian
ekstra adalah peninggalan kebudayaan yang bersifat konkret yang disebut
dengan cagar budaya. Keberadaan cagar budaya harus benar-benar dirawat
dan dijaga karena sifatnya yang rapuh yang disebabkan oleh berbagai faktor
baik faktor manusia maupun faktor alam, memiliki usia panjang, dan tidak
bisa diperbaharui, urgensi perlindungan cagar budaya.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 pasal 105 tentang Cagar
Budaya tercantum bahwa;
“Setiap orang yang sengaja merusak cagar budaya sebagaimana
yang dimaksud pada pasal 66 ayat (1) di pidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun paling lama 15 (lima belas)
tahun atau denda paling sedikit Rp.500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp.5.000.000.000,- (lima milyar
rupiah)”
Adanya Undang-undang tersebut, keberadaan situs budaya harus
dilestarikan, bahwasanya cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa
sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting bagi
pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu
dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan,
pengembangan dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan
nasional untuk kemakmuran rakyat. Kemudian didalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2010 pengertian cagar budaya adalah warisan budaya yang
1
2
bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya,
struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat
dan atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau
kebudayaan melalui proses penetapan, cagar budaya merupakan bagian dari
kebudayaan. Selain itu, cagar budaya adalah kekayaan bangsa yang
diwariskan oleh manusia pada zaman dahulu yang dapat bermanfaat untuk
memupuk jati diri bangsa baik untuk generasi sekarang maupun generasi
yang akan datang. Dari beberapa peninggalan situs peninggalan cagar budaya
di Sumatera Barat tepatnya di wilayah Pesisir Selatan khususnya Painan salah
satu di antaranya Benteng Portugis.
Benteng Portugis menjadi salah satu warisan budaya yang ada di
Sumatera Barat tepatnya di kawasan wisata Pantai Carocok Painan Selatan
Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, benteng Portugis merupakan
warisan cagar budaya yang ada di Pesisir Selatan, selain Benteng Portugis
warisan cagar budaya juga terdapat di daerah Lunang Silaut yakni rumah
Mande Rubiah, keberadaannya menjadi salah daya tarik objek wisata ke
Pesisir Selatan.
Objek wisata Benteng Portugis di Pulau Cingkuak ramai di kunjungi
wisatawan selain itu dikawasan Benteng Portugis juga terdapat makam
Madame Van Kempen, disamping para pelajar atau mahasiswa yang
melakukan kegiatan alam seperti kemping, hiking seringkali dijadikan objek
penelitian setiap tahunnya oleh Balai Arkeologi yang melakukan penelitian.
3
Benteng yang masih berdiri dengan kokoh itu berada di sebuah pulau
yang disebut Pulau Cingkuak. Pulau ini sangat kecil dengan luas sekitar 2,5
hektar yang terletak di sisi Barat kota Painan Selatan. Jarak dari dermaga ke
Pulau Cingkuak sekitar 200 meter. Selat antara Pulau Cingkuak dan
dermaga biasanya menjadi jalur kapal nelayan.
Kecamatan IV Jurai terdiri dari 16 nagari seperti: Painan, Painan
Selatan, Painan Timur, Salido, Bungo Pasang Salido, Sago, Lumpo dan
daerah-daerah disekitarnya, sedangkan yang menjadi daerah yang menjadi
objek utama penelitian yaitu di daerah Painan Selatan. Berikut daftar jumlah
penduduk yang menetap di daerah Painan Selatan adalah sebagai berikut:
Tabel 1: Rekapitulasi Laporan Kependudukan Wilayah Painan Selatan
Kecamatan IV Jurai Tahun 2013 Sampai dengan 2016
No Nagari Jumlah penduduk Tahun
1. Painan Selatan 5.160 orang 2013
2. Painan Selatan 4.170 orang 2014
3. Painan Selatan 5.641 orang 2015
4. Painan Selatan 4.582 orang 2016
Sumber data : Kantor Kecamatan IV Jurai Painan, Kabupaten Pesisir Selatan,
Salido, 28 September 2017
Berdasarkan observasi yang dilakukan disana tepatnya pada tanggal 18
November 2017 ditemukan bahwa keberadaan benteng Portugis di Pulau
Cingkuak tidak begitu terawat, hal ini terlihat dari banyaknya sampah yang
berserakan, bekas bangunan baru yang sebelumnya di manfaatkan warga
untuk berjualan kemudian ditinggal, sebagai gantinya puing-puing yang
dijadikan tempat bangunan tersebut tidak dibersihkan sama sekali, di tinggal
begitu saja disana, dan juga makam Madam Van Kempen yang berada di
sebelah kanan situs cagar budaya Benteng Portugis tidak terawat, ini terlihat
4
dari kondisi makam yang sudah retak-retak sehingga tulisan yang ada di
makam Madame Van Kempen tidak begitu terlihat, dan sudah ditutupi oleh
lumut.
Beberapa masyarakat yang sudah diwawancarai mengatakan,
keberadaan situs Benteng Portugis ini kurang begitu di rawat karena hanya
segelintir masyarakat yang mau menjaga keberadaanya, seperti Pak Iwan
misalnya, yang merupakan petugas pantai yang biasanya mengantar
pengunjung dengan perahu boatnya, menurutnya keberadaan situs cagar
budaya Benteng Portugis memberi rezki kepada keluarganya, dulunya Pak
Iwan merupakan seorang nelayan kemudian beralih profesi menjadi
pengantar pengunjung ke objek wisata Benteng Portugis di Pulau Cingkuak.
Masyarakat sekitar yang ditemui secara acak, walaupun belum secara
keseluruhan di wawancara, ditemukan masih banyak masyarakat yang tidak
secara keseluruhan mengetahui peristiwa Sejarah apa yang ada disana,
mereka hanya mengetahui kalau Pulau ini sebagai objek wisata, tempat
berfoto foto dan sebagainya, hasil tersebut diperoleh dari hasil awal observasi
yang lakukan pada hari Minggu tanggal 7 Agustus 2017.
Banyaknya jumlah kunjungan wisata ke Pesisir Selatan khususnya
Painan, menjadikan Pesisir Selatan salah satu destinasi wisata wajib bagi
setiap pengunjung, contohnya pengunjung yang ingin pergi liburan pada saat
liburan sekolah maupun akhir pekan yang menjadi primadona pengunjung
adalah pulau, jumlah daftar kunjungan dalam satu hari bisa mencapai ribuan,
5
dan mencapai puncaknya pada saat liburan sekolah, akhir pekan dan pada
saat lebaran.
Berikut ini adalah data jumlah kunjungan ke Pulau Cingkuak yang
peneliti peroleh dari Dinas Perhubungan Kabupaten Pesisir Selatan adalah
sebagai berikut:
Tabel 2 : Daftar Kunjungan Ke Pulau Cingkuak Tahun 2017
No Tahun 2017 Jumlah
Penumpang
Unit Kapal Bulan
1. Januari 2017 3.200 200 unit
2. Februari 2017 2.630 200 unit
3. Maret 2017 1.600 200 unit
4. April 2017 2.250 200 unit
5. Mei 2017 1.800 200 unit
6. Juni 2017 50.000 200 unit
7. Juli 2017 1.570 200 unit
8. Agustus 2017 2.005 200 unit
9. September 2017 2.703 200 unit
Jumlah 66.188 200 unit
Sumber : Kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Pesisir Selatan, 28
September 2017
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dan dari kenyataan
diatas timbul sebuah pertanyaan seberapa besarkah tingkat kesadaran sejarah
masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng Portugis, untuk
mengetahuinya harus dilakukan penelitian yang mendalam, yang hasilnya
akan ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Kesadaran Sejarah
Masyarakat Painan Selatan Terhadap Objek Wisata Benteng Portugis
Di Pulau Cingkuak Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan”
6
B. Batasan Masalah
Mengingat banyak dan luasnya permasalahan yang dikemukakan,
maka penelitian ini hanya mengambil satu permasalahan yaitu mengenai
kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng
Portugis di Pulau Cingkuak, pembatasan masalah ini dilakukan dengan tujuan
agar penelitian lebih terarah dan mendalam.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut;
Seberapa besar tingkat Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan
terhadap Objek Wisata Benteng Portugis di Pulau Cingkuak.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang di ambil adalah sebagai berikut: Untuk
menggambarkan seberapa besar tingkat Kesadaran Sejarah Masyarakat
Painan Selatan terhadap Objek Wisata Benteng Portugis di Pulau Cingkuak?
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat
sebagai berikut :
1. Manfaat akademik
a. Bagi penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan dan menerapkan
ilmu yang diperoleh selama kuliah di STKIP PGRI Sumatera Barat.
b. Untuk menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan bagi penulis
dan peneliti selanjutnya.
7
2. Manfaat praktis
a. Sebagai sumbangan khazanah ilmu pengetahuan.
b. Sebagai masukan bagi Dinas Pendidikan dan Pariwisata (Instansi di
bidang pendidikan)
c. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa untuk pengembangan
pengetahuan yang menyangkut masalah penelitian yang terkait.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Kesadaran Sejarah
Kesadaran sejarah merupakan kesadaran akan adanya sejarah dan
peristiwa. Kesadaran sejarah tidak lain daripada kondisi kejiwaan yang
menunjukkan tingkat penghayatan pada makna dan hakekat sejarah bagi
masa kini dan bagi masa yang akan datang. Menyadari dasar pokok bagi
berfungsinya makna sejarah dalam proses pendidikan. Hal ini masih
merupakan hal yang asing bagi siswa, kesadaran sejarah lebih banyak
dimiliki oleh kalangan seperti ilmuwan sejarah, pemerhati sejarah dan
pendidik sejarah dalam hal ini adalah guru mata pelajaran sejarah (Aman,
2011:33).
Kesadaran sejarah adalah lebih dari sekadar mengetahui fakta-fakta
sejarah. Kesadaran sejarah memang harus dimulai dengan mengetahui fakta-
fakta sejarah. Pengetahuan tentang fakta-fakta sejarah saja dan ingatan akan
adanya fakta-fakta itu saja, belum menjamin tertanamnya kesadaran sejarah.
Kesadaran sejarah lebih dari itu, diantaranya mencakup segala cipta, rasa dan
karsa yang bersemayam dalam hati nurani, selanjutnya kesadaran sejarah
meningkatkan alam pikiran ke arah pengetahuan adanya hukum-hukum
tertentu dalam perkembangan sejarah, dengan segala logika dan
konsekuensinya. Akhirnya kesadaran sejarah juga harus pandai mengisi hati
nurani bersama dengan hikmah kearifan dan kebijaksanaan yang terkandung
8
9
dalam segala perkembangan sejarah itu, dengan segala cermin dan pelajaran
untuk masa sekarang dan masa mendatang (Aman, 2011:33).
Kartodirjo (dalam Aman, 2011:34) berpendapat bahwa kesadaran
sejarah pada manusia sangat penting artinya bagi pembinaan budaya bangsa.
Kesadaran sejarah tidak hanya pada menambah pengetahuan, namun juga
menyadari bahwa perlu juga menghayati nilai-nilai budaya bangsa.
Kesadaran Sejarah memerlukan pembinaan, melalui ilmu sejarah bisa
menggunakan pikiran sehat, logika dan imajinasi. Disamping buku-buku
sejarah dan kronologi sejarah, maka diperlukan pula sumber-sumbernya.
Salah satu sumber bahan yang sangat penting adalah peninggalan sejarah.
Bertolak dari peninggalan sejarah tersebut, maka dapat digali kekuatan dari
zaman lampau untuk butuhkan membina bangsa. Peninggalan sejarah
melahirkan nilai atau kesadaran sejarah yang akan menjadi guru bangsa yang
melanjutkan budaya positif pendahulunya. Dengan demikian nilai dari
sejarah adalah bahwa sejarah telah mengajarkan tentang apa yang telah
manusia kerjakan, dan selanjutnya apa sebenarnya manusia itu (Aman,
2011:34).
Kesadaran sejarah merujuk kepada pembinaan budaya bangsa,
kesadaran sejarah bukan hanya sekedar memperluas pengetahuan, melainkan
harus diarahkan pula kepada kesadaran penghayatan nilai-nilai budaya yang
relevan dengan usaha pengembangan kebudayaan itu sendiri. Kartodirjo
(dalam Aman, 2011:34) Maka dari itu, kesadaran sejarah dapat dilihat dari
beberapa indikator-indikator yang dirumuskan mencakup; menghayati makna
10
dan hakikat sejarah bagi masa kini dan masa mendatang; mengenal diri
sendiri dan bangsanya; membudayakan sejarah bagi pembinaan budaya
bangsa; dan menjaga peninggalan sejarah bangsa (Aman, 2011:140).
Disimpulkan bahwa kesadaran sejarah merupakan kesadaran yang
diperlukan agar masyarakat dapat menemukan makna pentingnya sejarah
bangsanya bagi pengembangan kehidupannya di masa mendatang. Kesadaran
sejarah tidak lain daripada kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat
penghayatan pada makna dan hakekat sejarah bagi masa kini dan bagi masa
yang akan datang, menyadari dasar pokok bagi berfungsinya makna sejarah
dalam proses pendidikan.
2. Konsep Masyarakat
Koenjaranigrat (2009:116) Secara etimologis, pengertian masyarakat
dalam bahasa Inggris masyarakat di sebut society asal kata socius yang
berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab
“syaraka” yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Saling bergaul ini tentu
ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia
sebagai perseorangan, melainkan unsur-unsur kekuatan kaidah dalam
lingkungan sosial yang merupakan suatu kesatuan. Masyarakat adalah
sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah, saling
“berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai perasaan agar
warganya dapat saling berinteraksi. Negara modern misalnya, merupakan
kesatuan manusia dengan berbagai macam prasarana, yang memungkinkan
11
para warganya untuk berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang
tinggi.
Masyarakat atau society adalah sekumpulan manusia yang secara
relatif mandiri, hidup bersama-sama cukup lama, mendiami suatu wilayah
tertentu, memeliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar
kegiatanya dalam kelompok tersebut.
Menurut Waren (dalam Lusdio Slamet Santosa 2007 : 144).
berpendapat bahwa “ masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki
rasa kesadaran bersama, mereka berdiam (bertempat tinggal) dalam daerah
yang sama, sebagian besar atau seluruh warganya memperliahatkan adanya
adat kebiasaaan serta aktifitas yang sama pula.
Menurut Linton (dalam Atik Catur Budiati :2009: 13). Mengatakan
“masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan
bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas- batas
yang dirumuskan dengan jelas”.
Menurut Page (dalam Atik Catur Budiati : 2009 : 13). Mendefenisikan
bahwa “masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasan dan tata cara, dari
wewenang kerja sama antara berbagai kelompok dan pengolangan, dan
pengawasan tingkah laku serta kebebasan- kebebasan manusia”. Dan Gillin
(dalam Atik Catur Budiati : 2009 : 13). Berpendapat bahwa “masyarakat
adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat yang bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
12
a. Pengertian Masyarakat Setempat (Community)
Pengertian community (masyarakat setempat) atau komunitas
merupakan bagian kelompok dari masyarakat (society) dalam lingkup yang
lebih kecil, serta mereka lebih terikat oleh tempat (teritorial). Menurut
Soekanto, istilah community dapat diterjemahkan sebagai “ masyarakat
setempat”, istilah mana menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah
kota, suku atau suatu bangsa.
Apabila anggota anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar atau
kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa
kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang
utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya
mereka menjalin hubungan sosial (social relationship).
Disimpulkan bahwa masyarakat setempat (community) adalah suatu
wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial
yang tertentu. Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan
perasaan masyarakat setempat. Unsur pertama dari komunitas adalah adanya
wilayah atau lokalitas, suatu komunitas dipastikan mempunyai lokalitas atau
mempunyai tempat tinggal tertentu, meskipun suatu kelompok manusia
pengembara, namun pada suatu saat tertentu mereka menempati wilayah
tertentu.
Unsur yang kedua dari komunitas adalah perasaan saling
ketergantungan atau saling membutuhkan. Perasaan anggota masyarkat
setempat dengan anggota lainnya didasari adanya persamaan tempat tinggal.
13
Perasaan bersama anggota masyarakat setempat disebut community sentiment.
Setiap community sentiment memiliki unsur;
1). Seperasaan
2). Sepenanggungan
3). Saling memerlukan
Unsur seperasaan muncul karena anggota komunitas memposisikan
dirinya sebagai bagian dari kelompok lain yang lebih besar. Mereka
menganggap dirinya sebagai ”kami” dibandingkan dengan “saya” umpanya
“tujuan kami”, “kelompok lain”, atau “perasaan kami”. Pengertian masyarakat
(society) jelas berbeda dengan penegrtian masyarakat setempat (community)
atau komunitas. Pengertian masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas,
sedangkan pengertian masyarakat setempat lebih terbatas dan juga dibatasi
oleh area kawasannya serta jumlah warganya, jika ditinjau dari aktifitas
hubungannya, lebih erat pada masyarakat setempat daripada masyarakat dan
persatuannya lebih kuat.
b. Masyarakat Desa dan Kota
Sebuah desa sering kali ditandai dengan kehidupan yang tenang, jauh
dari hiruk pikuk keramaian penduduknya ramah tamah, saling mengenal satu
sama lain, mata pencaharian penduduknya kebanyakan sebagai petani, atau
nelayan. Orang desa mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam
antar sesama warganya, system kehidupan masyarakat biasanya berkelompok
atas dasar kekeluargaan.
14
Usia dan kekokohan sangat berperan dalam kehidupan orang desa,
golongan orang tua pada masyarakat pedesaan pada umumnya memegang
peranan penting, orang-orang akan selalu meminta nasihat-nasihat kepada
mereka, apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapai. Kesukarannya adalah
orang-orang tua mempunyai pandangan-pandangan yang didasarkan pada
tradisi-tradisi yang kuat, sehingga perubahan sulit terjadi.
Sebuah kota sering ditandai dengan kehidupan yang ramai, wilayahnya
yang luas, banyak penduduknya, hubungan yang tidak erat satu sama lain, dan
mata pencaharian penduduknya yang bermacam-macam.
Menurut Soekanto,(dalam koenjaraningrat 2009 : 118)
“Masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda, khususnya
perhatian terhadap kebutuhan hidup, di desa yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok, dan fungsi-fungsi lainnya di
abaikan. Lain pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan
pokok, pandangan masyarakat sekitarnya sangat mereka perhatikan”
Pembagian kerja (difision of labor) pada masyarakat kota sudah
terspelialisasi, begitu juga jenis profesi pekerjaan sudah banyak macamnya
(Heterogen) dari sudut keahlian (spesialisasi), seseorang mendalami
pekerjaan pada satu jenis keahlian yang semakin spesifik. Antara satu jenis
pekerjaan sangat erat kaitannya, ada saling ketergantungan di antara mereka.
3. Objek Wisata Benteng Portugis
Menurut koreksi PBB tahun 2008, Indonesia merupakan negara
berpantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada,
Rusia, dengan panjang garis pantainya 95.181 kilometer. Dua pertiga dari
luas wilayah Indonesia adalah lautan dengan 17.504 pulau. Oleh karena itu
15
tidak mengherankan jika Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang
kaya dengan wisata baharinya dan banyak dikunjungi oleh wisatawan
mancanegara. Diantara wisata-wisata bahari yang menarik untuk dikunjungi
wisatawan adalah pantai.
Salah satu pantai yang memiliki keunikan dan keindahan tersendiri
ada di Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten
Pesisir Selatan adalah salah satu dari 19 Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Barat, dengan luas wilayah 5.749,89 kilometer persegi.
Wilayahnya terletak di bagian selatan Provinsi Sumatera Barat, memanjang
dari utara ke selatan dengan panjang garis pantai 234 kilometer.
Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah utara berbatasan dengan Kota
Padang, sebelah timur dengan Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi, sebelah
selatan dengan Provinsi Bengkulu dan sebelah barat dengan Samudera
Indonesia. Ibukota Kabupaten Pesisir Selatan adalah Kota Painan yang
mempunyai jarak kurang lebih 75 kilometer dari Kota Padang. Topografi
kotanya seperti kue mangkuk, kotanya berada di sekeliling bukit-bukit hijau
dan di sebelah baratnya terbentang lautan samudera yang jernih.
Kawasan Kabupaten Pesisir Selatan terdapat sebuah objek wisata
pantai yang sangat indah yakni objek wisata Pantai Carocok. Pantai ini
memiliki pasir putih serta air jernih, memiliki tepi pantai yang landai,
sehingga bisa untuk berenang bagi anak-anak dan orang dewasa. Pantai ini
berhadapan dengan dua buah pulau yaitu Pulau Kereta dan Pulau
16
Cingkuak dan di antara Pantai Carocok dengan Pulau Kereta terdapat
jembatan yang menghubungkan antara keduanya.
Pulau Cingkuak merupakan saksi sejarah kolonial di Kabupaten
Pesisir Selatan, yang pada masa itu merupakan pusat perekonomian dan
pelabuhan pantai barat Sumatera. Pada objek wisata Pulau Cingkuak yang
mempunyai luas 4,5 hektar ini, terdapat sebuah Benteng Portugis dan
Prasasti Madame Van Kempen. Pulau Cingkuak ramai dikunjungi wisatawan
di samping para pelajar yang melakukan kegiatan alam seperti camping,
hiking. Balai Arkeologi yang berkedudukan di Medan biasanya juga
mengadakan penelitian setiap tahunnya. Selain indah, Pantai Carocok juga
sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti toilet umum, musholla dan
lokasi parkir yang cukup memadai, warung-warung makan, penjual
makanan kecil dan penjual aksesoris.
Objek wisata Pantai Carocok Painan ini selain dapat memberikan
hiburan dan kepuasan bagi pengunjungnya juga dapat meningkatkan
pendapatan daerah dari retribusi objek wisatanya. Oleh karena Pantai
Carocok Painan merupakan sebuah aset yang bisa meningkatkan
pendapatan daerah Kabupaten Pesisir Selatan, maka pemerintah perlu
mengoptimalkan penggunaan maupun pemanfaatan aset daerah ini melalui
manajemen aset yang baik.
17
a. Pengembangan Wisata Bahari
Pembangunan pariwisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun
1990 tentang Kepariwisataan yang dikutip oleh Musanef (1995:44), pada Bab
III Pasal 6 poin (a) disebutkan sebagai berikut;
“Pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan
memperhatikan (a) kemampuan untuk mendorong peningkatan pengembangan kehidupan ekonomi dan social budaya, (b) Nilai-
nilai agama, adat istiadat serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat, (c) Kelestarian mutu lingkungan hidup, (d)
Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri”.
Soemarjan (dalam Spillane 1987:133) menyatakan pengembangan
pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara
menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat,
baik dari segi ekonomi, sosial dan cultural. Perencanaan tersebut harus
mengintegrasikan pengembangan pariwisata kedalam suatu program
pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu Negara.
Wisata bahari adalah seluruh kegiatan yang dilakukan untuk
menciptakan kesenangan, tantangan, pengalaman baru, kesehatan yang hanya
dapat dilakukan didaerah perairan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna
bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan
suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan, tetapi wisatawan dapat
berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan
sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir,
sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan
wilayah pesisir di masa kini dan di masa yang akan datang.
18
Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara
langsung maupun tidak langsung, kegiatan langsung di antaranya, berperahu,
berenang dan memancing. Kegiatan tidak langsung seperti olah raga pantai,
piknik, menikmati atmosfer laut (Nurisyah : 1998).
Konsep wisata bahari didasarkan pada view, keunikan alam,
karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya, dan karakeristik masyarakat
sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Wheat
(1994) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk yang
sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. Steele (1993)
mengambarkan kegiatan ekosistem bahari sebagai proses ekonomi yang
memasarkan ekosistem yang menarik dan langka.
Berdasarkan hal itu Gunn dalam Yoeti (1996:52) menetapkan sasaran
pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata sebagai berikut;
Pertama, mempersiapkan eksebilitas, fasilitas dan daya tarik wisata
sedemikian rupa, sehingga apabila wisatawan berkunjung ke daerah tempat
wisata merasa puas, senang, sesuai dengan harapannya, Kedua, supaya
perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok industri pariwisata
memperoleh hasil keuntungan yang berimbang atau proporsional dengan
volume kunjungan wisatawan ke daerah itu. Ketiga, pengembangan yang
dilakukan hendaknya sekaligus dapat memberikan perlindungan terhadap
kerusakan lingkungan, pencemaran dan seni budaya.
Menurut Undang-undang No.9 Tahun 2009, menyebutkan bahwa
pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
19
perusahaan objek wisata dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait
di bidang tersebut (Pasal 1 ayat (4) UU No.10/2009). Adapun wisata adalah
kegiatan perjalanan atau sebagian dan kegiatan tersebut yang dilakukan secara
sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata
(Djafar : 2015:42).
Menurut pandangan Kodhyat, ( dalam Djafar 1994 : 21), pariwisata
adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara,
dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan
atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan hidup dalam dimensi
sosial budaya, alam dan ilmu.
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan dan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Pariwisata
digolongkan ke dalam;
“Pertama, usaha jasa pariwisata yang terdiri dari (1) jasa biro
perjalanan wisata; (2) jasa agen perjalanan wisata; (3) jasa
pramuwisata; (4) jas konvensi, perjalanan intensif dan pameran;
(5) jasa impresariat; (6) jasa konsultan pariwisata; dan (7) jasa
informasi pariwisata. Kedua, pengusahaan objek dan daya tarik wisata yang dikelompokan dalam; (1) pengusahaan objek wisata
dan daya tarik wisata alam; (2) pengusahaan daya tarik objek
wisata budaya; (3) pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat
khusus. Ketiga, usaha sarana dan prasarana pariwisata yang terdiri
dari; (1) penyediaan akomodasi; (2) penyediaan makan dan
minum; (3) penyediaan angkutan wisata; (4) penyediaan sarana
wisata tirta; (5) kawasan wisata”.
20
b. Konsep Wisata Pesisir
Pariwisata pesisir termasuk pengembangan seperti akomodasi, restoran,
industri makanan, penginapan dan infrastruktur pendukung pembangunan
pesisir (misalnya bisnis ritel, marina, dan aktifitas pemasok ) termasuk
kegiatan pariwisata seperti rekreasi berperahu, pantai dan laut berbasis
ekowisata, kapal pesiar, berenang, rekreasi memancing, snorkeling dan
menyelam, selanjutnya konsep pariwisata pesisir berkelanjutan adalah
pariwisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan maupun daerah tujuan
wisata masa kini, sekaligus melindungi dan mendorong kesempatan serupa di
masa yang akan datang. Perkembangan pariwisata telah mampu memberikan
keuntungan sosial, ekonomi dan ekologi/lingkungan pada berbagai wilayah
pesisir. Kecendrungan wisatawan untuk menikmati wisata di wilayah pesisir
telah mendorong pertumbuhan wilayah tersebut, mengakibatkan pula semakin
banyaknya masyarakat terlibat dalam kegiatan pariwisata seperti peningkatan
fasilitas dan aksebilitas (Zia : 2006).
Pariwisata alam adalah seluruh bentuk pariwisata yang secara
lanngsung tergantung pada sumber daya alam yang ada dan yang belum
dikembangkan, termasuk pemandangan, topografi, perairan tumbuhan dan
hewan liar. Lingkungan peraiaran yang dapat di pergunakan untuk wisata
alam yang terdiri dari wisata pantai dan wisata bahari sangat beraneka ragam,
biasanya terbentuk oleh proses alam dan buatan (Yulianda, 2007) seperti yang
tersaji dalam tabel berikut.
21
Tabel 3: Kegiatan Wisata Alam Yang Dapat Dikembangkan
Wisata Pantai Wisata Bahari
Rekreasi pantai Rekreasi pantai laut
Panorama Resort/peristirahatan
Resort/ peristirahatan Wisata selam (diving), wisata snorkeling
Berenang, berjemur Selancar, jet ski, banana boat, perahu kaca, kapal selam
Olahraga pantai (Voli pantai, jalan pantai, lempar cakram)
Wisata ekosistem laut, wisata nelayan, wisata pulau
Berperahu Pendidikan, wisata mincing
Memancing
Sumber: Yulianda (2007:45)
B. Studi Relevan
Penelitian ini menggunakan studi relevan yang berkaitan dengan judul
peneliti, Diantaranya adalah Skripsi Winda Nur Hasana (2011) Mahasiswa
Sejarah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera
Barat dengan judul penelitian ”Perkembangan Objek Wisata Bukit Langkisau
di Kenagarian Painan Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan 1995-
2010” dengan hasil penelitian berkembangnya objek wisata di Bukit
Langkisau pada tahun 1995 sampai 2010 dibawah pemerintahan Darizal
Basir, menjadikan Kenagarian Painan lebih dikenal oleh masyarakat luas
bahkan sampai keluar negeri.
Skripsi Vandrio Alasca (2012) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul
penelitian ”Pengaruh Objek Wisata Jembatan Akar Terhadap Perubahan
Sosial Ekonomi Masyarakat Puluik-Puluik Kecamatan Bayang Utara
Kabupaten Pesisir Selatan” dengan hasil penelitian perkembangan objek
wisata jembatan akar berpengaruh terhadap perubahan sosial ekonomi
22
masyarakat Puluik-Puluik. Masyarakat Puluik-Puluik mendapatkan
keuntungan dengan adanya objek wisata jembatan akar, yang dari awalnya
hanya berprofesi sebagai petani, selanjutnya bisa menjadi pedagang yang
dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.
Skripsi Mega Novita Putri (2011) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul
penelitian “Pelestarian Rumah Gadang Sebagai Potensi Pariwisata Budaya
di Perkampungan Adat Jorong Padang Ranah Kecamatan Sijunjung
Kabupaten Sijunjung” dengan hasil penelitian rumah gadang memang
berpotensi menunjang pengembangan pariwisata di Kabupaten Sijunjung dari
pelestarian rumah gadang memang belum ada upaya yang dilakukan secara
fisik, baru dalam bentuk program, program tersebut baru akan digerakkan
tahun 2012.
Skripsi Ismi Andriyani (2012) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul
penelitian “Perkembangan Wisata Bahari Di Kepulauan Sikakap Kabupaten
Mentawai : Studi Perubahan Sosial–Ekonomi (2003-2009)” dengan hasil
penelitian memperlihatkan bahwa wisata bahari yang dikembangkan di
Kepulauan Sikakap memberikan dampak positif terhadap perkembangan
sosial-ekonomi masyarakat di daerah Kepulauan Sikakap.
Dari beberapa penelitian di atas ternyata belum ada yang mengkaji
tentang kesadaran sejarah masyarakat sekitar objek wisata benteng Portugis
di Pulau Cingkuak Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, objek
23
utama penelitian ini yaitu masyarakat sekitar objek wisata benteng Portugis,
sedangkan skripsi diatas membahas masalah ,sosial ekonomi, dampak objek
wisata sejarah, serta peranan objek wisata sejarah.
C. Kerangka Pemikiran
Salah satu peninggalan kebudayaan yang patut mendapatkan perhatian
ekstra adalah peninggalan kebudayaan yang bersifat konkret yang disebut
dengan cagar budaya. Keberadaan cagar budaya harus benar-benar dirawat
dan dijaga karena sifatnya yang rapuh yang disebabkan oleh berbagai faktor
baik faktor manusia maupun faktor alam, memiliki usia panjang, dan tidak
bisa diperbaharui, urgensi perlindungan cagar budaya.
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 pasal 105 tentang
Cagar Budaya tercantum bahwa;
“Setiap orang yang sengaja merusak cagar budaya sebagaimana
yang dimaksud pada pasal 66 ayat (1) di pidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun paling lama 15 (lima belas)
tahun atau denda paling sedikit Rp.500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp.5.000.000.000,- (lima milyar
rupiah)”
Adanya Undang-undang tersebut, keberadaan situs budaya harus
dilestarikan, bahwasanya cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa
sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting bagi
pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu
dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan,
pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan
nasional untuk kemakmuran rakyat.
24
Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum
dikembangkan secara maksimal, termasuk pariwisata. Pembangunan bidang
wisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, karena sektor
pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan dibidang ekonomi
Daerah sumatera barat terletak di daerah pesisir selatan terdapat objek wisata
yang bernama Pulau Cingkuak, dengan luas 4,5 hektar berhadapan dengan
Pulau Batu Kereta, terletak di kawasan pantai corocok painan selatan. Pulau
ini merupakan saksi bisu terhadap peninggalan sejarah kolonial, yang pada
masa itu merupakan pusat perekonomian dan Pelabuhan Pantai Barat
Sumatera.
Pada objek wisata Pulau Cingkuak dapat dilihat Benteng Portugis dan
Prasasti Madam Van Kempen. Pulau cingkuak ramai dikunjungi wisatawaan
disamping para pelajar/mahasiswa yang melakukan kegiatan alam seperti
kemping, hiking seringkali dijadikan objek penelitian setiap tahunnya oleh
Balai Arkeologi yang berkedudukan di Medan. Benteng yang masih berdiri
dengan kokoh itu berada di sebuah pulau yang disebut Cingkuak. Pulau ini
sangat kecil dengan luas sekitar 2,5 hektare yang terletak di sisi Barat kota
Painan Selatan. Jarak dari Pulau Sumatera ke Pulau Cingkuak sekitar 200
meter saja. Selat antara Pulau Cingkuk dan Pulau Sumatera biasanya
menjadi jalur kapal nelayan.
Tingkat kesadaran Sejarah masyarakat Painan Selatan sekitar objek
wisata dipulau Cingkuak masih dikatakan rendah, ini terlihat dari observasi
yang telah dilakukan, dikatakan rendah karena pada objek yang akan di teliti,
25
BAB III
ditemukan bahwa masyarakat masih mengiraukan atau mengacuhkan
keberadaan Benteng Portugis di pulau Cingkuak, di Benteng Portugis peneliti
temukan bahwa keberadaan benteng yang tidak terawat, sampah yang
berserakan dari sisa pala yang mereka ambil, situs makam Madame Van
Kempen yang sudah tidak begitu terawat seperti retak-retak, dan bekas-bekas
orang yang dulunya yang memanfaatkan tempat tersebut untuk berjualan.
Selain itu ditandai dengan kurangnya mengetahui sejarah apa yang ada
dibalik pulau Cingkuak, mereka hanya mengetahui kalau Pulau Cingkuak
hanya sebatas objek wisata, tempat berfoto foto dan sebagainya.
Kerangka Pemikiran
Sumber: Aman ( 2011:140 )
Membudayakan
Sejarah
Kesadaran Sejarah
Menjaga Peninggalan
Sejarah
Mengenal Diri Sendiri
Dan Bangsanya
Menghayati Makna
Dan Hakekat Sejarah
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tentang kesadaran sejarah masyarakat sekitar objek wisata
Benteng Portugis di Pulau Cingkuak Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir
Selatan, penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif Kuantitatif,
sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 8) yaitu :
“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan”.
Menurut Sugiyono (2012: 13) penelitian deskriptif yaitu, penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel
atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan
dengan variabel yang lain.
Berdasarkan teori tersebut, jenis penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif, merupakan data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian
dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan. Penelitian
deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
dan keterangan-keterangan mengenai kesadaran sejarah masyarakat sekitar
objek wisata benteng Portugis di pulau Cingkuak kabupaten Pesisir Selatan.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2017 di Nagari Painan
Selatan Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan
26
27
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Jadi yang
dimaksud populasi adalah individu yang memiliki sifat yang sama walaupun
presentase kesamaan itu sedikit, atau dengan kata lain seluruh individu yang
akan dijadikan sebagai obyek penelitian (Arikunto 2013: 173.
Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2013: 117).
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah masyarakat Painan Selatan yang
berada sekitar objek wisata pulau Cingkuak yaitu sebanyak 4.582.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2010:81) sampel merupakan bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Arikunto
(2010: 174) sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam
penelitian ini adalah penduduk di sekitar objek wisata pulau cingkuak.
Untuk menentukan jumlah sampel, maka penulis menggunakan rumus
yang dikemukan kembali oleh Burhan Bungin ( 2011: 115)
n N
N .d 2 1
Keterangan : n = Jumlah sampel
N = jumlah populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan (10%)
28
= 98 responden
Jadi jumlah sampel sebesar 98 responden. Setelah sampel diketahui,
maka langkah selanjutnya adalah menentukan teknik pengambilan sampel
dari populasi. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah
metode pengambilan sampel dengan teknik sampling insidential, teknik
sampling insidential sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidential bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012:85).
D. Instrumen Penelitian
Indikator kesadaran sejarah dapat membantu dalam pengukuran
tingkat kesadaran masyarakat. Indikator atau unsur-unsur yang terkandung
dalam kesadaran sejarah ada empat.
Pertama, menghayati makna dan hakekat sejarah. Disekitar objek
wisata Pulau Cingkuak, masyarakat kurang mengetahui makna yang terdapat
pada Benteng Portugis.
4.582 𝑛 =
46,82
4.582 𝑛 =
(4.582). (0,01) + 1
4.582 𝑛 =
4.582.0,12 + 1
29
Kedua, mengenal diri sendiri dan bangsanya. Ketika seseorang mulai
mengabaikan masa lalu, pada saat itulah akan mulai kehilangan jejak yang
akan digunakan untuk merekonstruksi jati dirinya (Mustapa, 2015).
Ketiga, membudayakan sejarah bagi pembinaan budaya bangsa. Pada
konteks ini masyarakat dan pengunjung membutuhkan informasi tentang
masa lalu yang jujur, transparan, dan disampaikan dengan kearifan.
Keempat, menjaga peninggalan sejarah bangsa. Banyak peninggalan
sejarah bangsa Indonesia yang seharusnya dilestarikan. Salah satu contoh
Benteng Portugis yang berada di Pulau Cingkuak, upaya menjaga dan
melestarikan peninggalan sejarah bangsa berupa peninggalan Sejarah seperti
Benteng Portugis para Instansi Pemerintahan dapat menempatkan para
pemandu wisata Sejarah di Pulau Cingkuak, dengan adanya pemandu wisata
Sejarah, masyarakat beserta pengunjung bisa mengetahui Sejarah dari Pulau
Cingkuak dan Benteng Portugis, mereka bisa belajar sambil berwisata.
Berdasarkan keempat indikator kesadaran sejarah tersebut tampak
bahwa masih banyak masyarakat yang kurang memiliki kesadaran sejarah.
Kondisi yang demikian juga mengakibatkan kesadaran sejarah yang dimiliki
masyarakat cenderung rendah. Ketika masyarakat kurang memiliki kesadaran
sejarah, maka tidak akan peduli dengan apapun yang berhubungan dengan
sejarah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2002:197) yang dimaksud dengan teknik
pengumpulan data adalah “cara yang digunakan oleh peneliti dalam
30
pengumpulan data penelitiannya”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
dikatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data yang di perlukan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini memerlukan data dan berbagai informasi yang
dapat diuji keabsahannya untuk itu dibutuhkan teknik pengumpulan data agar
dapat membantu pencapaian hasil penelitian yang baik. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder
atau bahan yang bersifat teoritis dan relevan melalui buku-buku, majalah,
internet, dan media lainnya.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan yang bertujun untuk memperoleh data secara
langsung baik dari instansi pemerintahan maupun responden yang menjadi
objek penelitian Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini yaitu:
a. Kuisioner
Pengertian metode angket atau kuesioner menurut Arikunto (2010:
200) “Angket atau kuesioner adalah pernyataan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadi atau hal-hal yang ia ketahui”. Dalam penelitian ini kuisioner
merupakan alat utama untuk memperoleh data dari variabel penelitian.
Kuisioner ini digunakan untuk memperoleh data tentang kesadaran sejarah
31
masyarakat sekitar objek wisata benteng Portugis di Pulau Cingkuak
kecamatan IV Jurai kabupaten Pesisir Selatan. Sesuai dengan yang tertulis
dalam buku Sugiyono (2012:97), jenis angket yang peneliti gunakan adalah
rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyaataan diikuti oleh kolom-
kolom seperti iya atau tidak, setuju atau tidak setuju.
Pengukuran skor untuk pernyataan-pernyataan yang di ajukan
dilakukan dengan menggunakan skala Guttman. Skala Guttman yaitu skala
pengukuran yang di dapat dengan jawaban yang tegas, yaitu ”ya-tidak”;
“benar-salah”; “pernah-tidak pernah” dan lain-lain. Data yang diperoleh
dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Jika kalau
pada skala likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai
“sangat tidak setuju “, maka pada skala Guttman hanya ada dua interval yaitu
“setuju atau “tidak setuju”. Penelitian dengan menggunakan skala Guttman
dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban tegas terhadap sesuatu
permasalahan yang ditanyakan.
Skala Guttman merupakan metode untuk mengukur tingkat Kesadaran
Sejarah Masyarakat sekitar objek Wisata Benteng Portugis dipulau Cingkuak
kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan (Sugiyono, 2012; 96). Skala
Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat
dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu atau
terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi 1 dan tidak setuju diberi
skor 0.
32
Tabel 5 : Skala Guttman
Interval Nilai
Ya 1
Tidak 0
Sumber : Arikunto (2010:283)
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diteliti (Mantra, 2004:62) dari berbagai metode
observasi yang digunakan dalam penelitian ini peneliti mengungkap
observasi langsung artinya, observasi yang dilakukan dengan mengamati
langsung sekitar objek penelitian, dalam hal ini peneliti terjun langsung ke
lapangan yaitunya pergi langsung ke Benteng Portugis.
c. Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh kegiatan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka di antara penanya
atau si pewawancara dengan dengan si penjawab atau responden dengan
diutamakan dengan alat yang dinamakan panduan (Sugiono, 2008:194).
Wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara
tidak terstruktur yaitu; wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang digunakan adalah hanyalah garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono,2008:197).
Dalam hal ini peneliti mewawancarai masyarakat Painan Selatan langsung
mengenai keberadaan situs cagar budaya Benteng Portugis
d. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006: 206) “Dokumentasi adalah mencari dan
mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku,
33
surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya.” Dalam
penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang
tidak diperoleh sebelumnya, yaitu dengan mencatat atau menyalin bahan-
bahan berupa gambaran umum, jumlah penduduk data pengunjung serta data
lain yang berhubungan dengan masalah penelitian ini. Dalam hal ini untuk
menguatkan penelitian maka diperlukan dokumentasi untuk keabsahan
penelitian.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data, untuk
menganalisis dua jenis data kuantitatif dan kualitatif maka digunakan analisis
data campuran kuantitatif-kualitatif maksudnya analisis data kuantiatif
dijadikan sebagai metode utama sedangkan analisis data kualitatif
menjelaskan lebih dalam tentang data kuantitatif.
Analisis data Kuantitatif pada penelitian ini digunakan untuk
menghitung jumlah ceklis yang terdapat pada lembar observasi dan
menggunakan persentase untuk menghitung item kesadaran sejarah berbasis
pendekatan ilmiah dalam lembar observasi. Sedangkan analisis data kualitatif
digunakan untuk melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data
kuantitatif yaitu dengan menguraikan kata-kata dalam kalimat secara
sistematis. Data yang diperoleh peyusun bersifat kuantitatif dengan skala
Guttman sehingga perlu diolah untuk proses menarik kesimpulan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik hitung analisis
deskriptif untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam pengukuran dan
34
tidak mnggunakan statistik inferensial karena tidak ada hipotesis dalam
penelitian ini. Adapun teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah presentase. Presentase untuk setiap kemungkinan jawaban diperoleh
dari membagi frekuensi yang diperoleh dengan jumlah sampel, kemudian
dikalikan 100%, adapun rumusnya sebagai berikut:
𝑓 𝑝 =
𝑛 𝑥 100%
Keterangan: 𝑃 = 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒
𝑓 = Frekuensi dari setiap jawaban yang dipilih
𝑛 = Jumlah responden
100% = Konstanta
Penghitungan deskriptif persentase ini mempunyai langkah langkah
sebagai berikut:
a. Mengkoreksi jawaban kuesioner dari responden
b. Menghitung frekuensi jawaban responden
c. Jumlah responden keseluruhan adalah 98 orang
d. Masukkan ke dalam rumus.
Selanjutnya presentase diperoleh diterjemahkan didalam kategori
sebagai berikut:
Tabel 6 : Ukuran Penafsiran data menurut Arikunto Kategori
Presentase
No Persentase Kategori
1 81% - 100% Sangat Baik
2 61% - 80% Baik
3 41% - 60% Cukup Baik
4 21% - 40% Kurang Baik
5 0 – 20% Tidak baik
Sumber : Arikunto ( 2010:54)
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Umum
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kenagarian Painan Selatan secara yuridis formal dibentuk dengan
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
peraturan daerah Sumatera Barat nomor 09 tahun 2000 tentang pokok pokok
pemerintahan nagari. Wilayah administrasi kenagarian Painan Selatan terdiri
dari 3 kampung, yaitu kampung Sungai Nipah, Kampung Painan Selatan, dan
Kampung Cerocok, dan untuk meningkatkan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat serta adanya usulan-usulan atau saran-saran dari beberapa tokoh
masyarakat maka wali nagari Painan Selatan memiliki keinginan untuk
melakukan pemekaran di dua kampung menjadi tiga kampung yang
direncanakan diberi nama kampung (Koto Laporan keterangan
pertanggungjawaban (LKPj) 2015:3).
Sebelah Utara kenagarian Painan berbatasan dengan kenagarian Salido
(Ibukota kecamatan IV Jurai). Daerah yang memiliki kandungan emas.
Masyarakatnya rata-rata hidup dengan hasil pendulangan emas. Abad ke 17,
ketika VOC berkuasa tambang emas Salido digali secara profesional, karena
berbagai sebab beberapa tahun kemudian terhenti untuk selanjutnya di buka
kembali, dalam rangka penggalian tambang-tambang emas ini tahun 1911
Verbeek seorang insinyur pertambangan Belanda mempelopori terbentuknya
Salido Mijnbouw Maatschappij yang kemudian diganti namanya menjadi
35
36
Kinandan Sumatera Mijnbouw. Sebelah selatan Kenagarian Painan Selatan
dibatasi oleh kenagarian IV Koto Hilir yang termasuk dalam kecamatan
Batang Kapas. Samudera Indonesia merupakan batas barat kenagarian
Painan. Tak berapa jauh dari daratan menuju laut lepas terdapat dua buah
pulau, dalam buku Rusli Amran masing-masing disebutkan sebagai Pulau
Cingkuak kecil dan Pulau Cingkuak besar, dipulau ini terdapat reruntuhan
sebuah benteng. Cerita rakyat menyebutkan sebagai peninggalan Portugis
sementara sumber tertulis yang berbeda mengklaim sebagai benteng
peninggalan Belanda. Benteng ini digunakan untuk mengontrol perdagangan
Belanda di wilayah Sumatera. Sedangkan sebelah timur berbatasan dengan
bukit barisan dan kenagarian Koto Mudik Kecamatan Batang Kapas, daerah
ini dikenal dengan penghasil kapas (Amran 1984 : 228) .
Kelurahan Painan Selatan dan Kelurahan Sungai Nipah terletak di
daerah Pantai sehingga daerah ini digolongkan menjadi desa pantai.
Sementara kelurahan Painan Timur jauh dari pantai. Nelayan pada umumnya
berdomisili di kelurahan Painan Selatan dan kelurahan Sungai Nipah,
walaupun diantaranya masih ada yang menetap di Kelurahan Painan Timur
dan Kelurahan Painan Utara.
a. Kondisi Geografis Nagari Painan Selatan
Kenagarian Painan Selatan mempunyai Luas ±700 ha dengan
ketinggian 5 km diatas permukaan laut, suhu rata-rata 20-30 ºC, dengan
batas-batas wilayah Sebelah utara berbatasan dengan kenagarian Painan
Induk kecamatan IV Jurai, sebelah selatan berbatasan dengan Kenagarian IV
37
Koto Hilir kecamatan Batang Kapas, sebelah barat berbatasan dengan
Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Kenagarian Painan
Timur dan pebukitan/Rimbo Nagari kecamatan IV Jurai.
Secara umum Nagari Painan Selatan beriklim Tropis, dengan
temperatur 21-30 ºC, curah hujan di Kenagarian Painan Selatan 2.000-3.000
Mm/tahun. Letak kenagarian Painan dari utara sampai selatan berjarak ±12
km, secara geografis nagari Painan Selatan berada pada posisi 100º 32’-100º
47’ BT dan 1º 09,70’- 1º 22,70’LS.
b. Kondisi Demografi Nagari
Penduduk Kenagarian Painan Selatan pada tahun 2016 tercatat
berjumlah = 4.582 jiwa, berdasarkan data tersebut jumlah penduduk laki-laki
di painan selatan berjumlah 2.244 jiwa, jumlah penduduk perempuan yang
mendiami wilayah Painan Selatan berjumlah 2.338 jiwa dengan jumlah
kepala keluarga sebanyak 1.055 KK (kartu keluarga).
c. Bentuk Topografi
Bentuk wilayah Nagari Painan Selatan beragam yaitu datar, perbukitan
dan mempunyai aliran sungai, pantai/laut, dan pulau-pulau yang tidak
berjauhan dari dataran.
B. Penduduk
Kenagarian Painan Selatan masih bagian dari wilayah IV Jurai
Kabupaten Pesisir selatan yang penduduknya tinggal di daerah pesisir pantai ,
dengan lahan sebagian besar dimanfaatkan masyarakat untuk membuka lahan
38
untuk berjaulan seperti warung serta menjual pernak pernik yang berciri khas
dari Pesisir Selatan atau lebih tepatnya berasal dari Nagari Painan Selatan.
Penduduk asli Painan Selatan sebagaimana diyakini dan dipercayai
oleh masyarakat nagari Painan Selatan Diyakini oleh masyarakat Nagari
Painan Selatan berasal dari Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan
seperti Muaro labuah, Muaro Panah, Supayang, Sungai Pago, karena secara
teritorial antara Kabupaten Pesisir Selatan dengan Kabupaten Solok dan
Solok Selatan merupakan daerah yang berdekatan hanya dibatasi oleh
perbukitan yaitu: Bukit barisan.
Jumlah penduduk di Kecamatan IV Jurai Tahun 2016 tercatat sekitar
46.105 jiwa, terdiri dari 22.826 jiwa Laki-laki dan 23.280 jiwa Perempuan
serta 10.615 kepala rumah tangga. Dengan kepadatan penduduk sekitar 37.38
jiwa per km². Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kenagarian Salido
dengan kepadatan 842.95 jiwa per km², sedangkan yang terendah terdapat di
kenagarian Balai Sinayan Lumpo 69.30 per km².
Dilihat jumlah penduduk per Nagari, maka yang terbanyak adalah
penduduk Nagari Salido yaitu tercatat 7.536 jiwa, dan yang terkecil adalah
penduduk Nagari Balai Sinayan Lumpo yaitu : hanya 620 jiwa.
Perkembangan sex ratio yaitu perbandingan jumlah penduduk Laki-laki
dibandingkan dengan Perempuan dikalikan seratus ternyata sex ratio pada
tahun 2016 menjadi 98.00. Angka ini menunnjukan bahwa terdapat lebih
banyak jenis kelamin Perempuan daripada jenis kelamin Laki-laki, dimana
setiap 100 orang Perempuan terdapat sekitar 98 orang Laki-laki.
39
Tabel 7 : Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis
Kelamin Dan Jenis Kelamin Di Nagari Painan Selatan
Kelompok umur Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
0-4 tahun 236 224 460
5-9 tahun 201 203 404
10-14 tahun 211 242 453
15-19 tahun 191 267 458
20-24 tahun 187 198 385
25-29 tahun 191 176 367
30-34 tahun 176 174 350
35- 39 tahun 189 188 377
40-44 tahun 149 162 311
45-49 tahun 134 108 242
50-54 tahun 127 128 255
55-59 tahun 85 100 185
60-64 tahun 77 71 148
65-69 tahun 48 38 86
70-74 tahun 23 39 62
75 + 19 30 49
Jumlah 2.244 2.338 4.582
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan
Dependency ratio juga dapat disebut dengan angka ketergantungan
atau beban ketergantungan (dependency ratio) adalah angka yang
menunjukkan besarnya penduduk golongan umur produktif yang dapat
menghasilkan barang dan jasa ekonomi bagi golongan umur muda dan umur
tua (golongan umur tidak produktif). Mereka yang digolongkan dalam
kelompok umur bekerja adalah berumur 15 tahun ke atas sampai dengan
umur 64 tahun. Sedangkan yang berumur 14 tahun ke bawah dan umur 65
tahun keatas digolongkan dalam usia beban ketergantungan. Dependency
ratio nagari painan selatan tahun 2016 adalah 49%, jadi dalam 100 orang usia
produktif sekitar 49 orang usia tidak produktif.
40
c. Pendidikan
Pada era modernisasi dan globalisasi sekarang ini, faktor pendidikan
memegang peranan penting untuk menghasilkan manusia yang berkualitas
agar bisa berkompetensi dengan bangsa lainnya di berbagai bidang. Untuk
itu penduduk perlu dibekali dengan modal pendidikan yang memadai,
sehingga menghasilkan kualitas SDM yang dapat diandalkan dan diharapkan
nantinya mampu mempercepat proses laju pembangunan, khususnya daerah
Kecamatan IV Jurai.
Salah satu faktor utama dalam peningkatan pendidikan penduduk
adalah tersedianya pengelola dan sarana pendidikan yang memadai. Dengan
tersedianya kedua faktor tersebuut, diharapkan program pemerintah tentang
wajib belajar akan dapat di realisasikan. Bila diperhatikan dari sarana
pendidikan yang ada tahun 2016 ini, taman kanak-kanak tercatat 13 unit,
Sekolah Dasar 33 unit, SLTP 7 unit dan SLTA 3 unit dan SMK 2 unit dan 1
perguruan tinggi. Sedangkan sekolah di bawah Departemen Agama tercatat
MI 2 unit dan MTS 3 unit dan Madrasah Aliyah 2 unit serta Perguruan
Tinggi 1 unit. Berikut adalah data jumlah penduduk usia sekolah 7 – 19
tahun Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.
Tabel 8 : Jumlah Penduduk Usia Sekolah Kecamatan IV Jurai
No Jenjang pendidikan Kelompok umur
Jumlah
1 Sekolah Dasar 7 - 12 5.568
2 Sekolah Menengah Pertama 13 – 15 2,802
3 Sekolah Menengah Atas 16 – 18 3,100
Sumber : BPS Kabupaten Pesisir Selatan
41
d. Sejarah Benteng Portugis
Benteng Portugis menjadi salah satu warisan budaya yang ada di
Sumatera Barat tepatnya di kawasan wisata Pantai Carocok Painan Selatan
Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, selain Benteng Portugis
warisan cagar budaya yang ada di Pesisir Selatan juga terdapat di daerah
Lunang Silaut yakni rumah Mande Rubiah, keberadaannya menjadi salah
daya tarik objek wisata ke Pesisir Selatan.
Sejak dahulu Pesisir Barat Sumatera telah menjadi tempat yang penuh
pergolakan alam lingkungannya yang menghasilkan komoditas barang
dagangan utama saat itu telah menjadikannya sebuah kawasan yang banyak
dituju. Geografis yang cukup strategis sebagai salah satu jalur perdagangan
Internasional pada zamannya menyebabkan lokasi-lokasi tertentu di
sepanjang pesisir itu menjadi ajang perebutan kekuasaan. Melalui berbagai
sumber diketahui bahwa sejak abad ke 14 pada masa kerajaan Minangkabau,
pihak kerajaan Aceh telah memilki pengaruh atas tempat-tempat seperti Tiku,
Pariaman, Inderapura.
Hegemoni Aceh atas wilayah di sepanjang pantai barat Sumatera yang
dikenal sebagai penghasil rempah-rempah itu berlangsung selama awal abad
ke 17, selanjutnya para pedagang Eropa masuk pula ke daerah tersebut,
kelompok pedagang Belanda yang bergabung dalam VOC masuk Padang
setelah terlebih dahulu menjadikan Pulau Cingkuak di daerah Painan sebagai
pangkalannya (Kartodirjo : 2017 : 135).
42
Perjanjian Painan yang ditanda tangani pada tahun 1663 mengawali
pendirian loji-loji Belanda di Padang, Pariaman, dan Tiku, Indragiri, Siak,
Painan dan Bengkulu Adanya perlawanan oleh penguasa tempatan telah
menyebabkan pihak Belanda meninggalkan Padang dan memanfaatkan
kembali Pulau Cingkuak untuk kemudian kembali ke Padang pada tahun
1667 (Loeb 2013 :116).
Selain lada, komoditas lain adalah emas, kapur barus, dan kapas.
Kerajaan Inderapura dikenal sebagai penghasil emas, kerajaan Painan atau
Salido merupakan penghasil kapas, Padang sejak kuno menjadi pusat
perdagangan, VOC mendirikan loji-loji disana 1665. Kemudian terdapat Tiku
sebagai penghasil lada setiap tahunnya antara 600 sampai 800 bahar.
Pariaman selama satu abad menjadi pelabuhan yang sangat ramai, banyak
pengekspor belerang dan tawas, kemudian mundur setelah pedagang Aceh
meninggalkannya. Koto Tangah adalah pusat gerakan menentang Aceh, barus
adalah penghasil kapur barus (Kartodirjo: 2017:136). Sebaliknya kedatangan
bangsa Portugis tidak disukai oleh Sinaro Sutan, penguasa Bandar Sepuluh
atau Batang Kapas yang berada di bagian sebelah selatan Salido, yang
dikenal pula sebagai Sutan Painan. Bentuk ketidaksenangannya itu
dinyatakan dengan menganggu aktivitas dagang bangsa Portugis melalui
perampokan terhadap perahu-perahu Portugis.
Perlawanan oleh pihak penguasa Painan menyebabkan bangsa Portugis
memilih cara terbaik untuk menghindari kerugian dengan memanfaatkan
43
Pulau Cingkuak sebagai basis kegiatannya, pangkalan pertahanan sekaligus
gudang barang.
Perjalanan sejarah di kawasan ini yang dipenuhi dengan berbagai
bentuk okupasi dalam kehidupan keseharian masyarakatnya tentu
meninggalkan sisa benda budaya yang dihasilkan, walaupun kajian atasnya
amat menarik untuk dilakukan, namun kenyataanya penelitian Arkeologi
Nasional maupun maupun Balai Arkeologi Medan. Adapun kegiatan yang
pernah dilaksanakan adalah pendataan terhadap beberapa benda vagar
budaya, seperti Benteng Portugis di Pulau Cingkuak, Mesjid Al Imam Koto
Baru di Kambang, Rumah gadang Mande Rubiah dan Kompleks makam
Bundo Kanduang di Lunang, serta makam-makam Raja Inderapura di
Inderapura. Kegiatan yang berkaitan dengan upaya perlindungan dan
pelestarian benda sisa budaya itu dilaksanakan oleh Suaka Peninggalan
Sejarah dan Purbakala Batusangkar (Dispendikbud Kabupaten Pesisir
Selatan).
Sumber lain menyebutkan bahwa selanjutnya Pulau Cingkuak
dimanfaatkan oleh Belanda sejak tahun 1663, mengikut pada kesepakatan
yang tertera dalam Traktat Painan. Pemanfaatan berlangsung hingga
Pelabuhan Padang dibangun kelak. Pulau cingkuak begitu lama dimanfaatkan
sebagai pangkalan, justru pada daerah yang geografis Pulau Cingkuak
memang sangat strategis, disamping karena terletak di pintu ditembus musuh
dan sebaliknya mudah diawasi dan dipertahankan.
Rincian sisa peninggalannya adalah sebagai berikut.
44
a. Sisa Tembok
Sekilas dapat diduga bahwa penyebutan benteng terhadap situs ini
lebih didasari oleh keberadaan sisa tembok di beberapa bagian pada dataran
disebelah utara pulau. Sisa tembok dimaksud dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yakni tembok berupa struktur/susunan batu alam yang hanya ditumpuk
serta tembok yang merupakan susunan batu bercampur bata yang di spesi.
Tebalnya masing-masing tembok itulah yang tampaknya diindikasikan
sebagai sarana untuk memperkuat atau mempertahankan kedudukan dalam
menangkis serangan yang dating. Keterangan setempat menyebutkan pula
bahwa dahulu masih dijumpai beberapa buah meriam disitus Benteng
Portugis, sejak tahhun 1970-an, benda-benda tersebut tidak ada lagi disana.
Bagian pertama dari sisa Benteng berada di bagian timur laut Pulau,
berupa tembok campuran bata dan batu berspesi yang membentang utara-
selatan sepanjang 37,5 meter dengan sebuah ambang pintu sebesar 2,9 meter
(pada jarak 9,5 meter dari ujung selatan tembok tersebut, dan selanjutnya
disebut (gerbang I) Tebal tembok itu adalah 0,9 meter dengan tinggi sekitar
3,6 meter. Pada jarak 7,3 meter dari ujung utara tembok itu membentang
tembok lain ke arah barat sepanjang 6,5 meter termasuk ambang pintu
sebesar 1,5 meter (selanjutnya disebut gerbang II). Seluruh bagian tembok itu
telah di pugar oleh suaka Peninggalan Sejarah dan Provinsi Sumatera Barat
dan Riau (Dispendikbud Kabupaten Pesisir Selatan).
Permukaan tanah di bagian barat (dalam) tembok itu lebih tinggi
sekitar 35 cm bila dibandingkan dengan permukaan tanah di bagian timur
45
(luar) tembok batu yang pada beberapa bagiannya menggunakan bata
bersepsi ini dilengkapi dengan semacam lubang pengintai berbentuk setengah
lingkaran pada bagian bawah tembok di kedua sisi Gerbang I. Panjang lubang
itu 75 cm dengan tinggi 65 cm, berbeda dengan Gerbang II dibagian tembok
yang membentang utara-selatan itu di lengkapi dengan elemen hiasan berupa
pelipit sehingga jelas memunculkan keberadaanya sebagai sebuah gerbang.
Struktur bangunan yang berada dibagian utara pulau, berjarak sekitar
35 meter di sebelah barat Gerbang I adalah Gerbang II yang merupakan pintu
masuk ke areal lain di pulau ini yang menyimpan komponen lain dari
Benteng Portugis atau Benteng Pulau Cingkuak, menarik untuk diketahui,
bagian ini berada pada lereng timur bukit yang memanjang di bagian barat
pulau tersebut, permukaan tanahnya lebih tinggi di bandinngkan dengan
permukaan tanah dari struktur bangunan di sebelah timurnya (Dispendikbud
Kabupaten Pesisir Selatan).
Penampilan gerbang III jauh lebih raya dan dua gerbang lain
sebelumnya, gerbang ini merupakan susunan bata berspesi, jenis bata yang
digunakan adalah bata yang bewarna putih kecoklatan dan merah. Warna
putih banyak digunakan pada bagian kaki sampai badang gerbang, sedangkan
bata merah digunakan pada bagian kaki, kepala dan bagian lain pelipit,
gerbang setinggi 345 cm yang bagian puncaknya berupa undakan persegi
panjang persegi panjang ini memilki ambang melengkung setinggi 275 cm.
Pada bagian akhir lengkungan itu, dikedua sisi dalam pintu masuk ke dalam
46
bagian lahan yang mengandung reruntuhan bangunan yang dibatasi oleh
tembok keliling dan talud/dinding penahan panah.
Pada sisi selatan Gerbang III adalah tembok sepanjang 23,5 meter
yang membentang barat-timur.tembok ini merupakan susunan campuran batu
dan bata bersepsi. Pada bagian ujung barat tembok ini membentang talud
setinggi antara 2,5 hingga 3,3 meter sepanjang 30 meter kearah utara Talud
tersebut berupa susunan/tumpukan batu alam berukuran besar (boulder) yang
berbelok kearah timur sepanjang 18 meter untuknya kembali membentang
kea rah utara sepanjang 15 meter.
Ketinggian pada bagian ini tidak kurang dari 2,7 meter. Secara
keseluruhan talud dan tembok yang berawal pada Gerbang III itu lebih
berperan sebagai sarana untuk memperoleh lahan yang rata permukaanya
namun berada di tempat yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya, khususnya
bila dibandingkan dengan daerah di sebelah utara dan timurnya, lahan yang
relatif rata permukaanya itu membentuk denah dari dua empat persegi
panjang yang digabungkan, denah empat persegi panjang pertama yang
berada di sebelah selatan berukuran 30 m x 23,5 m dan denah empat persegi
panjang kedua yang berada di sebelah utara berukuran 15 m x 12,5 m
(Dispendikbud Kabupaten Pesisir Selatan).
Pada bagian lahan yang berbenah empat persegi panjang di bagian
utara terdapat dua lapis talud lagi. Masing-masing talud itu lebih rendah
daripada talud utama namun berada pada bagian permukaan tanah yang lebih
tinggi. Adanya talud-talud rendah itu membentuk semacam punden berundak
47
yang keseluruhannya menjadikan bagian lahan itu lebih tinggi daripada lahan
empat persegi panjang yang lebih luas disebelah selatannya, dari denah
selatan ke denah utara itu terdapat anak tangga yang dipahatkan langsung
pada batuan dasar (karang) pembentuk gunungan itu.
Talud yang disebutkan pertama, sekilas terlihat dari arah pantai barat
dan utara Pulau cingkuak sangat mengesankan sebagai sebuah tembok tinggi
yang tebal. Hal ini yang tentunya menyebabkan orang cenderung
memandangnya sebagai sebuah benteng , mungkin ada benarnya bahwa
tempat tersebut pernah berfungsi sebagai tempat pertahanan, namun dalam
perkembangan selanjutnya ada perubahan fungsi, dari areal dimana gerbang
III berada, orang dapat melayangkan penglihatan dan menikmati
pemandangan ke sekelilingnya, dahulu tempat ini berfungsi sebagai tempat
pengintaian/pengamatan atas gerak-gerik pendatang yang dianggap
membahayakan, orang memanfaatkannya sebagai lokasi untuk melihat-lihat
dan menikmati pemandangan.
Pada ruang antara sisa bangunan di bagian barat dan timur dari dataran
di utara pulau ini dijumpai banyak puing-puing bangunan, selain yang berupa
sisa struktur tembok juga bekas lantai. Selain itu, sekitar 10 meter di sebelah
timur gerbang III dijumpai lubang bekas penggalian batu karang. Melihat
dinding lubang penggalian itu, tampaknya pengambilan batu dilakukan
dengan penggergajian/pemahatn sehingga menghasilkan dinding tambang
yang tegak lurus.
48
b. Sumur
Di Pulau Cingkuak terdapat dua buah sumur, sumur pertama terdapat
di bagian tengah pulau ini, berada sekitar 30 meter di sebelah selatan
Gerbang III. Diameter lubang itu empat meter, dari dinding sumur sebagian
masih utuh diketahui bahwa (dari atas kebawah) hingga kedalaman 40 cm
dinding itu berupa lapisan campuran batu bata, gerabah dan kerikil,
selanjutnya sedalam 35 cm berupa lapisan tanah dengan tekstur kasar, dan
kemudian 25 cm dibawahnya lagi berupa lapisan batu besar,selanjutnya
adalah tanah biasa yang merupakan material pokok pembentuk lokasi itu, saat
ini bekas sumur itu digunakan sebagai tempat pembuangan sampah
(Dispendikbud Kabupaten Pesisir Selatan).
Sumur kedua terdapat di bagian tepi pantai timur, ukurannya jauh lebih
kecil daripada sumur pertama. Bibir sumur yang berdenah persegi, berukuran
90 cm x 90 cm dan berketinggian sekitar 40 cm dari permukaan tanah dibuat
dari bata yang di semen, sumur tersebut tampat mengecil hingga kedalaman
sekitar 80 cm. pada bagian ini dindingnya berupa pot bunga segi empat yang
diletakkan terbalik, selebihnya hingga kedalaman sekitar 120 cm kembali
dinding sumur itu membesar (kurang lebih berukuran 50 cm x 50 cm).
selanjunya dinding sumur adalah tanah pasir hingga kedalman sekitar 2
meter, sumur ini berair payau sepanjang tahun, dan oleh penghuni pulau
maupun nelayan yang mendarat di sana hanya digunakan untuk mencuci dan
tidak untuk diminum.
49
c. Prasasti
Sebuah prasasti terdapat sekitar 25 meter di selatan Gerbang III, prasasti
berbahasa Prancis dengan menggunakan huruf latin itu dituliskan pada
sebingkai marmer empat persegi panjang berukuran panjang 167 cm, lebar
sekitar 3 cm, bingkai marmer itu ditempatkan pada semacam jirat yang
membujur utara-selatan. Tinggi bagian utara jirat itu adalah 53 cm sedangkan
bagian selatannya hanya setinggi 35 cm, oleh suaka peninggalan sejarah dan
purbakala provinsi sumatera barat dan riau, prasasti tersebut dinaungi cungkub
sederhana berpagar terai besi.
Keempat tepi bidang permukaan prasasti marmer itu dibingkai dengan
garis lurus yang pada keempat sudutnya dihiasi dengan bentuk tembereng,
pada bagian atas bidang prasati itu terdapat gambar berbentuk bulat lonjong
dengan ukuran timur-barat (panjang) 21,5 cm dan utara-selatan (lebar) 26,5
cm. jarak lambing ke tulisan dibawahnya adalah 5,5 cm. tulisan hamper
memenuhi permukaan bidang perukuran panjang 109 cm dan lebar 68 cm
(Dispendikbud Kabupaten Pesisir Selatan).
Patut dicatat bahwa kondisi marmer berinkrinkripsi itu tidak utuh lagi,
akibat tertimpa pohon kelapa, prasasti marmer itu pecah menjadi beberapa
bagian. Belahan memanjang atas bawah tampak nyata sehingga memutuskan
beberapa huruf, begitupun dengan pecahan-pecahan yang lebih kecil terutama
di bagian kanan prasati, upaya menyatukannya kembali telah dilakukan
dengan menggunakan semen pada beberapa bagian prasasti tersebut.
50
d. Makam
Pada jarak sekitar 25 meter di sebelah seltan prasati, atau 20 meter
disebelah barat daya sumur, terdapat sebuah makam yang tidak diketahui
siapa orangnya yang bagian ujung baratnya menempel masuk ke lereng bukit.
Panjang keseluruhan peninggalan yang masih tampak adalah 171 cm dengan
lebar 70 cm. Peninggalan ini terbuat dari bata berspesi dan berlepa, yang
bagian tengahnya berbentuk setengah lingkaran sepanjang 140 cm. Pada
bagian ujung timur laut struktur-yang dipercaya sebagai jirat-tersebut terdapat
nisan dengan bentuk persegi di bagian bawah dan membuat di bagian atas
nisan yang telah di pugar dengan bahan bata berspesi dan berlepa ini
berukuran panjang 53 cm, lebar 53 dan tinggi 48 cm (Dispendikbud
Kabupaten Pesisir Selatan).
e. Dermaga
Pada bagian ujung timur pulau ini tercatat sisa dermaga (anggar),
tumpukan/sususnan batu-batu berukuran besar (sekitar 70 cm x 50 cm) yang
menjadi fondasi bangunan itu masih terlihat jelas dan membentuk denah
empat persegi panjang yang membujur barat-timur. Pada ujung bagian
timurnya, batu-batu fondasi itu membentuk denah empat persegi panjang pula
tetapi membujur utara-selatan. Ukuran bagian dermaga yang pertama
berdenah empat persegi panjang – yakni bagian yang menempel langsung ke
daratan adalah 27,5 m x 6 m. bagian kedua, yang juga berdenah empat persegi
panjang berukuran 10 x 9 meter, jadi panjang keseluruhan dermaga itu adalah
36,5 meter (Dispendikbud Kabupaten Pesisir Selatan).
51
B. Temuan Khusus
1. Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian diperoleh melalui angket yang penulis sebar pada
masyarakat Painan Selatan pada bulan Desember 2017. Angket disebar pada
98 responden, angket terdiri dari satu variabel, penulis melakukan pengolahan
data secara manual, maka pada bagian ini disajikan data masing-masing
variabel berdasarkan data yang diperoleh dilapangan. Variabel kesadaran
sejarah memiliki kisi-kisi intrumen penelitian yang terdiri dari empat indikator
dan penulis menyajikan masing-masing indikator tersebut dalam tabel seperti
dibawah ini.
Tabel 9: Tabel Jawaban Responden
No
Pernyataan Alternatif Jawaban
N Persentase
(%) Ya Tidak Ya Tidak
Menghayati Makna Dan Hakikat Sejarah (No. Butir 1-5)
1 Apakah saudara tahu tentang sejarah Benteng
Portugis. 50 48 98 51 48,9
2 Apa saudara pernah ke Benteng Portugis. 88 10 98 89,7 10,2
3 Saudara mengetahui Benteng Portugis apa di ceritakan oleh orang tua saudara
59 39 98 60,2 39,7
4 Apakah saudara akan lebih memahami sejarah
Benteng Portugis setelah melihat langsung
bentengnya
68 30 98 69,3 30,6
5 Saudara merasakan banyak manfaat jika mempelajari sejarah Benteng Portugis, seperti
lebih mengenal Sejarah daerahnya.
78 20 98 79,5 20,4
Mengenal Diri Sendiri Dan Bangsanya (No. Butir 6-10)
6 Dengan mempelajari Sejarah lokal akan
menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya. 75 23 98 76,5 23,4
7 Merasa kecewa terhadap pemerintah karena kurang adanya kepedulian terhadap benda-
benda peninggalan Sejarah
56 42 98 57,1 44,8
52
8 Setujukah saudara jika di benteng ada pemandu wisata yang menceritakan sejarah
Benteng Portugis.
82 16 98 83,6 16,3
9 Apakah saat ini benteng Portugis sudah di
manfaaatkan dengan baik.
33 65 98 33,6 66,3
10 Apakah bagi anda penting memahami Sejarah Benteng Portugis
82 16 98 83,6 16,3
Membudayakan Sejarah Bagi Pembinaan Bangsa (No.Butir 11-15)
11 Kita tidak boleh melupakan Sejarah Benteng Portugis
77 21 98 78,5 21,4
12 Benteng Portugis merupakan warisan budaya
bangsa Indonesia.
79 19 98 80,6 19,3
13 Sejarah harus diajarkan sejak dini kepada
anak-anak bangsa.
90 8 98 91,8 8,1
14 Apakah saudara tahu nilai-nilai budaya yang ada di objek wisata benteng Portugis di pulau
Cingkuak
50 48 98 51 48,9
15 Apabila ada acara – acara yang bernuansa sejarah di Benteng Portugis, saya ikut
berpartisipasi.
61 37 98 62,2 37,7
Menjaga Peninggalan Sejarah Bangsa (No.Butir 16-20)
16 Benteng Portugis merupakan peninggalan yang harus kita jaga bersama.
87 11 98 88,7 11,2
17 Peninggalan Sejarah cukup dilestarikan oleh Dinas Kebudayaan.
44 54 98 44,8 55,1
18 Ketika saya menemukan benda-benda
bersejarah saya akan memberikan kepada
Dinas Kebudayaan
78 20 98 79,5 20,4
19 Saya menyesal mencoret dan merusak benda benda bersejarah.
88 10 98 89,7 10,2
20 Peninggalan sejarah dapat dijadikan referensi kesejarahan.
90 8 98 91,8 8,1
Rata-rata 70,8 27,5 72 28
Sumber : Olahan Data Pribadi
Berdasarkan tabel diatas, diketahui variabel kesadaran sejarah memiliki
kisi-kisi intrumen penelitian yang terdiri dari empat indikator dan penulis
menyajikan masing-masing indikator tersebut seperti dibawah ini:
53
a. Mengahayati Makna Dan Hakikat Sejarah
Menghayati makna dan hakikat sejarah yaitu mengkaji sejauh mana
masyarakat Painan Selatan mengetahui kejadian yang terjadi dimasa lampau
dan makna yang terkandung di Benteng Portugis, untuk mengkaji hal tersebut
peneliti mengukurnya dengan menyebarkan angket di daerah Painan Selatan.
Indikator menghayati makna dan hakikat sejarah terdiri dari lima item,
penulis melakukan pengolahan data secara manual. Untuk lebih jelasnya
seperti tabel di bawah ini.
Tabel 10: Data Frekuensi Indikator Menghayati Makna dan Hakikat Sejarah
No Pernyataan Alternatif
Jawaban
N
Persentase
(%)
Ya Tidak Ya Tidak
Menghayati Makna Dan Hakikat Sejarah (No. Butir 1-5)
1 Apakah saudara tahu tentang sejarah
Benteng Portugis. 50 48 98 51 48,9
2 Apa saudara pernah ke Benteng Portugis. 88 10 98 89,7 10,2
3 Saudara mengetahui Benteng Portugis apa di ceritakan oleh orang tua saudara
59 39 98 60,2 39,7
4 Apakah saudara akan lebih memahami
sejarah Benteng Portugis setelah melihat
langsung bentengnya
68 30 98 69,3 30,6
5 Saudara merasakan banyak manfaat jika mempelajari sejarah Benteng Portugis,
seperti lebih mengenal Sejarah daerahnya.
78 20 98 79,5 20,4
Rata-rata skor 68,6 7,4 69,9 29,9
Sumber : Olahan Data Pibadi
Dari indikator yang penulis gunakan terdapat dari menghayati makna
dan hakikat sejarah ada 5 item poin , dari tabel diatas diketahui makna dan
hakikat sejarah tersebut disini penulis memberikan pertanyaan kepada yang
mengisi kuisioner apakah responden mengetahui sejarah Benteng Portugis
,dari item satu ternyata dari 98 responden yg penulis tanyakan, penulis
54
melihat bahwa 51% responden mengetahui sejarah Benteng Portugis,
kemudian 48,9% tidak mengetahui, artinya disini yaitu separuh dari
responden mengetahui sejarah Benteng Portugis.
Pada item dua pada makna dan hakikat sejarah penulis menanyakan
tentang apakah responden pernah ke Benteng Portugis ternyata dari 98
responden, 89,7% pernah ke Benteng Portugis dan 10,2% menyatakan tidak
pernah ke Benteng Portugis di Pulau Cingkuak ini artinya pada item dua
responden mengetahui tentang Benteng Portugis.
Pada item tiga pada indikator menghayati makna dan hakikat sejarah
penulis menanyakan tentang apakah responden mengetahui Benteng Portugis
dari cerita orang tua, ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan,
penulis melihat bahwa, 60,2% responden mengetahui sejarah Benteng
Portugis dari cerita orang tua mereka dan 39,7% menyatakan tidak dari orang
tua mereka, artinya pada item tiga responden lebih banyak mengetahui
sejarah Benteng Portugis dari orang tua.
Item empat penulis menanyakan tentang apakah responden akan lebih
memahami sejarah Benteng Portugis setelah melihat langsung bentengnya,
ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan penulis melihat bahwa,
69,3% responden lebih memahami sejarah Benteng Portugis setelah melihat
langsung bentengnya dan 30,6% tidak harus langsung melihat bentengnya,
artinya pada item empat responden lebih memahami sejarah Benteng Portugis
setelaah langsung melihat bentengnya.
55
Pada item lima penulis menanyakan tentang responden merasakan
banyak manfaat jika mempelajari sejarah Benteng Portugis, seperti lebih
mengenal sejarah daerahnya, ternyata dari 98 responden yang penulis
tanyakan, penulis melihat bahwa 79,5% responden lebih merasakan banyak
manfaat mempelajari sejarah benteng portugis dan 20,4% responden tidak
merasakan banyak manfaat mempelajari Benteng Portugis, artinya pada item
lima responden merasakan banyak manfaat setelah mempelajari Benteng
Portugis.
Dapat disimpulkan bahwa untuk poin A yaitu menghayati makna dan
hakikat sejarah responden lebih banyak memilih jawaban “ya” daripada
pilihan jawaban “tidak” adalah pada item nomor dua yaitu mengenai
responden pernah ke Benteng Portugis, dengan presentase 89,7%, sementara
yang terendah pada item satu yaitu mengenai responden tahu tentang sejarah
Benteng Portugis dengan presentase 51%.
b. Mengenal Diri Sendiri Dan Bangsanya
Mengenal diri sendiri dan bangsanya artinya disini yaitu apakah
masyarakat Painan Selatan tahu mengenai Benteng Portugis dan seberapa
besar tingkat kesadaran masyarakat Painan Selatan mengenai Benteng
Portugis di Pulau Cingkuak. Untuk lebih jelasnya pada indikator kedua ini
peneliti memberikan 5 pertanyaan kepada responden.
Indikator mengenal diri sendiri dan bangsanya terdiri dari lima item,
penulis melakukan pengolahan data secara manual, untuk lebih jelasnya
seperti tabel di bawah ini.
56
Tabel 11: Data Frekuensi Indikator Mengenal Diri Sendiri Dan Bangsanya
No
Pernyataan Alternatif Jawaban
N Persentase
(%) Ya Tidak Ya Tidak
Mengenal Diri Sendiri Dan Bangsanya (No. Butir 6-10)
1 Dengan mempelajari Sejarah lokal akan
menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya. 75 23 98 76,5 23,4
2 Merasa kecewa terhadap pemerintah karena
kurang adanya kepedulian terhadap benda- benda peninggalan Sejarah
56 42 98 57,1 44,8
3 Setujukah saudara jika di benteng ada pemandu wisata yang menceritakan sejarah
Benteng Portugis.
82 16 98 83,6 16,3
4 Apakah saat ini benteng Portugis sudah di
manfaaatkan dengan baik.
33 65 98 33,6 66,3
5 Apakah bagi anda penting memahami Sejarah Benteng Portugis
82 16 98 83,6 16,3
Rata-rata skor 65,6 33,4 66,8 33,4
Sumber : Olahan Data Pribadi
Dari tabel di atas diketahui Indikator mengenal diri sendiri dan
bangsanya terdiri dari lima item, data diperoleh dari 98 responden, disini
penulis memberikan pertanyaan kepada yang mengisi kuisioner apakah
resopnden mempelajari sejarah lokal akan menumbuhkan rasa cinta terhadap
daerahnya, dari item enam ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan,
penulis melihat bahwa 76,5% responden menjawab iya, dengan mempelajari
sejarah lokal akan menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya, kemudian
23,4% responden menjawab dengan mempelajari sejarah lokal akan
menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya dengan menjawab tidak artinya,
pada item enam lebih dari separuh responden setuju dengan mempelajari
sejarah lokal menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya.
57
Pada item tujuh penulis menanyakan apakah responden merasa kecewa
terhadap pemerintah karena kurang adanya kepedulian terhadap benda-benda
peninggalan sejarah, ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan,
penulis melihat bahwa 57,1% responden merasa kecewa terhadap pemerintah
karena kurang adanya kepedulian terhadap benda-benda peninggalan sejarah
dan 44,8% responden tidak merasa kecewa terhadap pemerintah karena
kurangnya kepedulian terhadap benda-benda peninggalan sejarah, artinya
pada item tujuh lebih dari separuh responden kecewa terhadap pemerintah.
Pada item delapan penulis menanyakan setujukah responden jika di
benteng portugis ada pemandu wisata yang menceritakan sejarah benteng
portugis, ternyata dari dari 98 responden yang penulis tanyakan, penulis
melihat bahwa 83,6% responden setuju jika di Benteng Portugis ada pemandu
wisata yang menceritakan sejarah benteng portugis dan 16,3% responden
tidak setuju jika di Benteng Portugis ada pemandu wisata yang menceritakan
sejarah benteng tersebut, artinya pada item delapan lebih dari separuh
responden setuju jika di Benteng Portugis ada pemandu wisatanya.
Pada item sembilan penulis menanyakan kepada responden apakah
saat ini Benteng Portugis sudah di manfaatkan dengan baik, ternyata dari 98
responden yang penulis tanyakan, penulis melihat bahwa 33,6% responden
menjawab kalau Benteng Portugis sudah dimanfaatkan dengan baik dan
66,3% responden menjawab kalau benteng portugis tidak dimanfaatkan
dengan baik, artinya pada item sembilan hampir separuh responden
menyatakan kalau Benteng Portugis tidak dimanfaatkan dengan baik.
58
Pada item sepuluh penulis menanyakan kepada responden apakah
penting memahami sejarah Benteng Portugis ternyata dari 98 responden yang
penulis tanyakan, penulis melihat bahwa 83,6% responden menjawab kalau
penting memahami sejarah Benteng Portugis dan 16,3% responden menjawab
kalau tidak penting memahami Benteng Portugis, artinya pada item sepuluh
lebih dari separuh responden menjawab kalau sangat penting memahami
sejarah benteng portugis.
Dapat disimpulkan bahwa untuk poin B yaitu mengenal diri sendiri
dan bangsanya responden lebih banyak memilih jawaban “ya” daripada
pilihan jawaban “tidak” adalah pada item nomor delapan dan item nomor
sepuluh yaitu mengenai setujukah responden jika di benteng portugis ada
pemandu wisata yang menceritakan sejarah benteng portugis dan pada item
sepuluh mengenai pentingkah bagi responden memahami sejarah benteng
portugis, dari kedua item tersebut diketahui dengan presentase yang sama
yaitu 83,6%, sementara yang terendah pada item sembilan yaitu mengenai
apakah Benteng Portugis sudah dimanfaatkan dengan baik, dengan presentase
33,6%.
c. Membudayakan Sejarah Bagi Pembinaan Bangsa
Membudayakan sejarah bagi pembinaan bangsa maksudnya yaitu
apakah masyarakat Painan Selatan mengetahu nilai-nilai kebudayaan yang
ada pada Benteng Portugis. Indikator membudayakan sejarah bagi pembinaan
bangsa terdiri dari lima item, penulis melakukan pengolahan data secara
manual, untuk lebih jelasnya seperti tabel di bawah ini.
59
Tabel 12: Data Frekuensi Indikator Membudayakan Sejarah Bagi Pembinaan
Bangsa
No
Pernyataan Alternatif Jawaban
N Persentase
(%)
Ya Tidak Ya Tidak
Membudayakan Sejarah Bagi Pembinaan Bangsa (No.Butir 11-15)
1 Kita tidak boleh melupakan Sejarah Benteng
Portugis
77
21
98
78,5
21,4
2 Benteng Portugis merupakan warisan budaya
bangsa Indonesia. 79 19 98 80,6 19,3
3 Sejarah harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak bangsa.
90
8
98
91,8
8,1
4 Apakah saudara tahu nilai-nilai budaya yang ada di objek wisata benteng Portugis di pulau
Cingkuak
50
48
98
51
48,9
5 Apabila ada acara – acara yang bernuansa
sejarah di Benteng Portugis, saya ikut
berpartisipasi.
61 37 98 62,2 37,7
Rata-rata skor 71,4 26,6 72,8 27
Sumber : Olahan Data Pribadi
Dari tabel di atas diketahui Indikator menghayati makna dan hakikat
sejarah terdiri dari lima item, data diperoleh dari 98 responden. Dari indikator
yang penulis gunakan, penulis memberikan pertanyaan kepada yang mengisi
kuisioner apakah kita tidak boleh melupakan sejarah Benteng Portugis, dari
item sebelas ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan, penulis
melihat bahwa 78,5% responden menjawab kita tidak boleh melupakan
sejarah benteng portugis, kemudian 21,4% responden menjawab pertanyaan
kita tidak boleh melupakan sejarah Benteng Portugis dengan jawaban tidak,
artinya pada item sebelas lebih dari separuh responden menyatakan tidak
boleh melupakan sejarah benteng portugis.
60
Pada item dua belas penulis menanyakan kepada responden apakah
Benteng Portugis merupakan warisan budaya Indonesia ternyata dari 98
responden yang penulis tanyakan, penulis melihat bahwa 80,6% responden
menjawab kalau Benteng Portugis merupakan warisan budaya bangsa
Indonesia dan 19,3% responden menjawab kalau Benteng Portugis bukan
merupakan warisan budaya Indonesia, artinya pada item dua belas lebih atau
hampir keseluruhan responden setuju kalau Benteng Portugis merupakan
warisan budaya Indonesia.
Pada item tiga belas penulis menanyakan kepada responden mengenai
sejarah harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak bangsa, ternyata dari 98
responden yang penulis tanyakan, penulis melihat bahwa 91,8% responden
setuju kalau sejarah harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak bangsa, dan
8,1% responden menjawab tidak perlu sejarah diajarkan sejak dini kepada
anak-anak bangsa, artinya pada item tiga belas hampir seluruh responden
setuju kalau sejarah harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak bangsa.
Pada item empat belas penulis menanyakan apakah responden tahu nilai-nilai
budaya yang ada pada objek wisata Benteng Portugis di Pulau Cingkuak,
ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan, penulis melihat 51%
responden mengetahui nilai-nilai budaya yang ada pada objek wisata Benteng
Portugis di Pulau Cingkuak, dan 48,9% menjawab tidak mengetahui nilai-
nilai budaya yang ada pada objek wisata Benteng Portugis di Pulau
Cingkuak, artinya pada item empat belas separuh dari responden mengetahui
61
nilai-nilai budaya yang ada pada objek wisata benteng portugis di pulau
cingkuak.
Pada item lima belas penulis menanyakan apabila ada acara-acara
bernuansa sejarah di Benteng Portugis, responden akan ikut berpartisipasi,
ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan, penulis melihat 62,2%
responden akan ikut berpartisipasi apabila ada acara yang bernuansa sejarah
di Benteng Portugis, dan 37,7% responden tidak ikut berpartisipasi apabila
ada acara bernuansa sejarah di Pulau Cingkuak, artinya pada item lima belas,
lebih dari separuh responden akan ikut berpastisipasi apabila ada acara
bernuansa sejarah di Pulau Cingkuak.
Dapat disimpulkan bahwa untuk poin C yaitu membudayakan sejarah
bagi pembinaan bangsa, responden lebih banyak memilih jawaban “ya”
daripada pilihan jawaban “tidak” adalah pada item nomor tiga belas yaitu
mengenai sejarah harus di ajarkan sejak dini kepada anak-anak bangsa,
dengan presentase 91,8%, sementara yang terendah pada item empat belas
yaitu mengenai apakah responden mengetahui nilai-nilai budaya yang ada di
objek wisata Benteng Portugis, dengan presentase 51%.
d. Menjaga Peninggalan Sejarah Bangsa
Menjaga peninggalan sejarah bangsa maksudnya yaitu bagaiman cara
masyarakat painan selatan menjaga keberadaan benteng portugis di pulau
cingkuak. Indikator menjaga peninggalan sejarah bangsa terdiri dari lima
item, penulis melakukan pengolahan data secara manual, untuk lebih jelasnya
seperti tabel di bawah ini.
62
Tabel 13: Data Frekuensi Indikator Menjaga Peninggalan Sejarah Bangsa
No
Pernyataan Alternatif Jawaban
N Persentase
(%)
Ya Tidak Ya Tidak
Menjaga Peninggalan Sejarah Bangsa (No.Butir 16-20)
1 Benteng Portugis merupakan peninggalan yang harus kita jaga bersama.
87
11
98
88,7
11,2
2 Peninggalan Sejarah cukup dilestarikan oleh
Dinas Kebudayaan.
44
54
98
44,8
55,1
3 Ketika saya menemukan benda-benda bersejarah saya akan memberikan kepada
Dinas Kebudayaan
78
20
98
79,5
20,4
4 Saya menyesal mencoret dan merusak benda benda bersejarah.
88 10 98 89,7 10,2
5 Peninggalan sejarah dapat dijadikan referensi
kesejarahan.
90 8 98 91,8 8,1
Rata-rata skor 77,4 20,6 78,9 21
Sumber : Olahan Data Pribadi
Dari tabel di atas diketahui Indikator menjaga peninggalan sejarah
bangsa terdiri dari lima item, data diperoleh dari 98 responden. Disini penulis
memberikan pertanyaan kepada yang mengisi kuisioner apakah Benteng
Portugis merupakan peninggalan kita bersama, dari item enam belas ternyata
dari 98 responden yang penulis tanyakan penulis melihat bahwa 88,7%
responden menjawab bahwa Benteng Portugis merupakan peninggalan yang
harus kita jaga bersama kemudian, 11,2% responden menjawab pertanyaan
bahwa Benteng Portugis tidak harus kita jaga bersama, artinya pada item
enam belas hampir keseluruhan responden setuju kalau benteng portugis
harus kita jaga bersama.
Pada item tujuh belas penulis menanyakan apakah peninggalan sejarah
cukup dilestarikan oleh dinas kebudayaan ternyata dari 98 responden yang
penulis tanyakan, penulis melihat 44,8% responden setuju jika peninggalan
sejarah hanya dilestarikan oleh dinas kebudayaan kemudian 55,1% responden
63
menjawab tidak setuju kalau peninggalan sejarah hanya dilestarikan oleh
dinas kebudayaan, artinya pada item tujuh belas lebih dari separuh responden
tidak setuju kalau peninggalan sejarah hanya dilestarikan oleh dinas
kebudayaan.
Pada item delapan belas penulis menanyakan kepada responden ketika
menemukan benda-benda bersejarah responden akan memberikan kepada
dinas kebudayaan ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan 79,5%
responden menjawab kalau responden menemukan benda-benda berserajarah
responden akan memberikan kepada dinas kebudayaan kemudian, 20,4%
responden jika menemukan benda-benda bersejarah responden tidak akan
memberikan kepada dinas kebudayaan, artinya pada item delapan belas lebih
dari separuh responden jika menemukan benda-benda bersejarah, responden
akan memberikannya kepada Dinas Kebudayaan.
Pada item sembilan belas penulis menanyakan kepada responden kalau
seandainya responden menyesal apabila merusak dan mencoret benda-benda
bersejarah ternyata dari 98 responden yang penulis tanyakan 89,7%
responden merasa menyesal apabila responden merusak dan mencoret benda-
benda bersejarah kemudian, 10,2% responden merasa tidak menyesal apabila
merusak dan mencoret benda-benda bersejarah, artinya pada item sembilan
belas hampir keseluruhan responden merasa menyesal apabila mencoret
benda-benda bersejarah.
Pada item dua puluh penulis menanyakan kepada responden kalau
peninggalan sejarah dapat dijadikan referensi kesejarahan ternyata dari 98
64
responden yang penulis tanyakan 91,8% responden setuju jika peninggalan
sejarah dijadikan referensi kesejarahan kemudian, 8,1% responden
menyatakan kalau peninggalan sejarah tidak dapat dijadikan refernsi
kesejarahan, artinya pada item dua puluh hamir keseluruhan responden setuju
kalau peninggalan sejarah dapat dijadikan referensi kesejarahan.
Dapat disimpulkan bahwa untuk poin D yaitu menjaga peninggalan
sejarah responden lebih banyak memilih jawaban “ya” daripada pilihan
jawaban “tidak” adalah pada item nomor dua puluh yaitu mengenai sejarah
dapat dijadikan referensi kesejarahan, dengan presentase 91,8%, sementara
yang terendah pada item tujuh belas yaitu mengenai peninggalan sejarah
cukup dilestarikan oleh Dinas Kebudayaan, dengan presentase 51%.
Berdasarkan penjelasan deskriptif tabel diatas jika dijumlah presentase
dari tabel keempat indikator kesadaran diketahui jawaban ya 72% dan
jawaban tidak 28%, berarti jawaban ya>tidak yaitu 72% > 28%. Tingkat
kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan terhadap objek wisata Benteng
Portugis di Pulau Cingkuak dikategorikan Baik.
65
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, tingkat kesadaran
sejarah masyarakat Painan Selatan berdasarkan angket yang telah peneliti
sebar pada tanggal 17 desember 2017 yang telah diisi oleh 98 responden,
tingkat kesadaran sejarah masyarakat Painan Selatan adalah Baik dengan
rata-rata skor jawaban 72% sadar dengan keberadaan situs Benteng Portugis
dan 28% tidak tahu mengenai situs Benteng Portugis, untuk lebih jelasnya
berikut skor jawaban berdasarkan masing-masing indikator.
Indikator menghargai makna dan hakikat sejarah memiliki rata-rata
skor jawaban Ya sebanyak 69,9% dan rata-rata skor jawaban Tidak sebanyak
29,9%, indikator mengenal diri sendiri dan bangsanya memiliki rata-rata skor
jawaban Ya sebanyak 66,8% dan rata-rata skor jawaban Tidak 33,4%,
indikator membudayakan sejarah bagi pembinaan bangsa memilki rata-rata
skor jawaban Ya sebanyak 72,8% dan rata-rata skor jawaban Tidak 27%,
indikator menjaga peninggalan sejarah memilki rata-rata skor jawaban Ya
sebanyak 78,9% dan rata-rata skor jawaban tidak 21%.
65
66
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan beberapa
hal, yaitu;
1. Pemerintah
Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan agar meningkatkan
pengembangan objek wisata benteng Portugis agar mempunyai daya tarik
bagi pengunjung, seperti menetapkan pemandu wisata, sehingga
masyarakat serta pengunjung mengetahui sejarah dari keberadaan Benteng
Portugis di Pulau Cingkuak, serta masyarakat agar menjaga peninggalan
situs purbakala di Benteng Portugis di Pulau Cingkuak.
2. Pengunjung
Untuk pengunjung sendiri supaya menjaga kebersihan dari Benteng
Portugis dengan tidak membuang sampah sembarangan tapi membuang
pada tempatnya dan dari segi berpakaian supaya lebih sopan.
3. Pengelola
Untuk pengelola sendiri supaya menempatkan pemandu wisata untuk
menjelaskan sejarah Benteng Portugis kepada pengunjung supaya
pengunjung tahu mengenai keberadaan Benteng Portugis dan sejarah
Benteng Portugis
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Aman. (2011). Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Arikunto. (2013). Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ali Akbar. (2011). Objek Wisata Alam Didermaga Singkarak Kabupaten
Solok. Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri
Padang (UNP).
Bakarudin, (2009). Perkembangan dan Permasalahan Kepariwisataan
Padang: UNP Press
Burhan Bungin (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi,
Dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Dwialdo, (2009). Analisa Pengembangan Objek Wisata Mandeh Tarusan
Kabupaten Pesisir Selatan. Laporan Penelitian Jurusan. Falkultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang (UNP).
Edwin M.Loeb, (2013). Sumatera Sejarah dan Masyarakatnya Yogyakarta:
Ombak.
Mulyadi, (2009). Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sartono kartodirjo (2017). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium Yogyakarta: Ombak.
Suaib Djafar, (2015). Evaluasi Kebijakan Pariwisata. Yogyakarta: Ombak.
Koentjaraningrat, (2009). Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Rusli Amran (1984), Sumatera Barat Plakat Panjang Jakarta: Sinar Harapan
Sugiono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta, CV.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010. Cagar Budaya
B. Skripsi
Skripsi Winda Nur Hasana (2011) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul
penelitian ”Perkembangan Objek Wisata Bukit Langkisau di
Kenagarian Painan Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan 1995-2010”.
Skripsi Vandrio Alasca (2012) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul
penelitian ”Pengaruh Objek Wisata Jembatan Akar Terhadap
Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Puluik-Puluik Kecamatan
Bayang Utara Kabupaten Pesisir Selatan”.
Skripsi Mega Novita Putri (2011) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul
penelitian “Pelestarian Rumah Gadang Sebagai Potensi Pariwisata
Budaya di Perkampungan Adat Jorong Padang Ranah Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung”.
Skripsi Ismi Andriyani (2012) Mahasiswa Sejarah Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Sumatera Barat dengan judul
penelitian “Perkembangan Wisata Bahari Di Kepulauan Sikakap
Kabupaten Mentawai : Studi Perubahan Sosial–Ekonomi (2003-
2009)”
C. Jurnal
Nami Yulandari, Yeni Erita, Erna Juita, Daya Tarik Objek Wisata Benteng Portugis Di Pulau Cingkuak Nagari Painan Selatan
Kecamatan Iv Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, STKIP PGRI
Sumatera Barat jurnal Spasial Prodi Geografi
Agustin, Sri Ulva Sentosa, Hasdi Aimon, Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Permintaan Wisatawan Domestik Terhadap Objek
Wisata Bahari Pulau Cingkuak Kabupaten Pesisir-Selatan, jurnal
kajian ekonomi, Juli, Vol III, No 5, 2014
67
LAMPIRAN 1
ANGKET PERNYATAAN KESADARAN SEJARAH MASYARAKAT
PAINAN SELATAN TERHADAP KEBERADAAN BENTENG PORTUGIS
DI PULAU CINGKUAK KABUPATEN PESISIR SELATAN
Assalamualikum. Wr. Wb.
Terlebih dahulu peneliti mendoakan semoga saudara/saudari semua
berada dalam keadaan sehat wal’afiat dan selalu sukses dalam menjalankan
aktifitas sehari-hari. Pada kesempatan ini, peneliti memohon bantuan dari
saudara/saudari semua untuk mengisi angket ini dalam rangka penyelesaian
skripsi yang berjudul “Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan Terhadap
Keberadaan Objek Wisata Benteng Portugis Di Pulau Cingkuak Kabupaten
Pesisir Selatan”.
Angket ini tidak akan mengintimidasi saudara/saudari. Oleh karena
itu peneliti sangat mengharapkan agar saudara/saudari memberikan jawaban yang
sejujurnya, dan jawaban yang diberikan di jamin kerahasiannya. Kesungguhan
dan kejujuran saudara/saudari dalam mengisi angket ini merupakan sumbangan
yang besar bagi dunia pendidikan dan pariwisata kabupaten pesisir selatan
khususnya. Atas partisipasi dan bantuan saudara/saudari, penenliti ucapkan terima
kasih.
Wassalam
NOFRIADI
68
Nama :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Usia :
Daerah Asal : Petunjuk Pengisian
Jawablah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan cara member check list ( √ )
pada salah satu jawaban yang sesuai dengan kenyataan anda pada lembar jawaban
yang telah tersedia.
Contoh:
Sejarah adalah ilmu yang membahas masa lalu.
Iy a Tidak
√
Atau
Iya Tidak
√
Jika anda telah selesai mengerjakan, periksa kembali pekerjaan anda. Jika ada
kesalahan pada jawaban anda, maka anda boleh mengoreksi dengan cara memberi
tanda garis dua ( ≠ ) pada jawaban yang anda batalkan, kemudian pilih jawaban
yang sesuai keadaan yang sebenarnya.
Contoh:
Sejarah adalah ilmu yang membahas masa lalu.
Ya Tidak
69
≠ √
Angket Kesadaran Sejarah
No Pernyataan Alternatif Jawaban
Ya Tidak
1 Saya tahu tentang sejarah Benteng Portugis.
2 Saya pernah ke Benteng Portugis.
3 Saya mengetahui Benteng Portugis ceritakan
oleh orang tua saudara
4 Saya akan lebih memahami sejarah Benteng
Portugis setelah melihat langsung bentengnya
5 Saya merasakan banyak manfaat jika
mempelajari sejarah Benteng Portugis, seperti
lebih mengenal Sejarah daerahnya.
6 Dengan mempelajari Sejarah lokal akan menumbuhkan rasa cinta terhadap daerahnya.
7 Merasa kecewa terhadap pemerintah karena
kurang adanya kepedulian terhadap benda- benda peninggalan Sejarah
8 Saya setuju saudara jika di benteng ada
pemandu wisata yang menceritakan sejarah Benteng Portugis.
9 Saat ini benteng Portugis sudah di
manfaaatkan dengan baik.
10 Bagi saya penting memahami Sejarah Benteng Portugis
11 Kita tidak boleh melupakan Sejarah Benteng Portugis
12 Benteng Portugis merupakan warisan budaya bangsa Indonesia.
13 Sejarah harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak bangsa.
14 saya tahu nilai-nilai budaya yang ada di objek wisata benteng Portugis di pulau Cingkuak
15 Apabila ada acara – acara yang bernuansa
sejarah di Benteng Portugis, saya ikut
berpartisipasi.
16 Benteng Portugis merupakan peninggalan
yang harus kita jaga bersama.
17 Peninggalan Sejarah cukup dilestarikan oleh Dinas Kebudayaan.
18 Ketika saya menemukan benda-benda bersejarah saya akan memberikan kepada
70
Dinas Kebudayaan
19 Saya menyesal mencoret dan merusak benda benda bersejarah.
20 Peninggalan sejarah dapat dijadikan referensi
kesejarahan.
71
LAMPIRAN 2
Lampiran Tabulasi Angket Kesadaran Sejarah Masyarakat Painan Selatan
No Item _1
Item _2
Item _3
Item _4
Item _5
Item _6
Item _7
Item _8
Item _9
Item _10
Item _11
Item _12
Item _13
Item _14
item _15
Item _16
Item _17
Item _18
Item _19
Item _20
ya
tidak
1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 13 7
2 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 14 6
3 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 7
4 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 15 5
5 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 4
6 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16 4
7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 1
8 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16 4
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0
10 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 3
11 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 12 8
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0
13 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 5
14 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 17 3
15 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 15 5
16 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 17 3
17 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 13 7
18 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 14 6
19 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 3
20 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 14 6
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0
22 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 15 5
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0
72
25 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 14 6
26 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 2
27 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 3
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 18 2
29 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 15 5
30 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 14 6
31 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 14 6
32 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 14 6
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0
34 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 9 11
35 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 5
36 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 3
37 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 15 5
38 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 3
39 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 16 4
40 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 2
41 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 5
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0
43 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 4
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 1
45 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 3
46 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 11 9
47 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 8 12
48 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 12 8
49 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 11 9
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0
51 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 11 9
52 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 15 5
53 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 15 5
73
54 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14 6
55 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 2
56 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 15 5
57 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 12 8
58 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 3
59 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 7
60 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 13 7
61 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 15 5
62 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 15 5
63 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 14 6
64 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 13 7
65 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 3
66 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 3
67 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 15 5
68 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 3
69 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 4
70 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 15 5
71 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 18 2
72 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 2
73 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 5
74 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 15 5
75 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14 6
76 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 15 5
77 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 14 6
78 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 14 6
79 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 14 6
80 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 5
81 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 11 9
82 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 13 7
74
83 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 9 11
84 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 15 5
85 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 12 8
86 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 4
87 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16 4
88 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 9 11
89 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 9 11
90 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 9 11
91 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 9 11
92 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 8 12
93 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 7 13
94 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 8 12
95 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 7 13
96 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 5 15
97 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 6 14
98 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 9 11
ya 50 88 59 68 78 75 56 82 33 82 77 79 90 50 61 87 44 78 88 90
tidak 48 10 39 30 20 28 42 16 65 16 21 19 8 48 37 11 54 20 10 8
75
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1 : Plang Situs Cagar Budaya Benteng Portugis
18 november 2017 (Sumber : Dokumentasi Nofriadi)
76
Gambar 2 : Pemberitahuan Larangan Yang Ada Di Benteng Portugis 18
November 2017 (Sumber : Dokumentasi Nofriadi)
Gambar 3 : Foto Peneliti Di Depan Gerbang Benteng Portugis 18
November 2017 (Sumber : Dokumentasi Nofriadi)
77
Gambar 4 : Foto Tampak Depan Benteng Portugis 18 November 2017
(Sumber :Dokumentasi Nofriadi)
Gambar 5 : Foto Peneliti Di Depan Pintu Gerbang Benteng Portugis 18
November 2017 (Dokumentasi Nofriadi)
78
Gambar 6 : Foto Benteng Portugis Penampakan Dari Dalam 18
November 2017 (Sumber : Dokumentasi Nofriadi)
Gambar 7 : Foto Peneliti Di Makam Van Kempene 18 November 2017
(Sumber : Dokumentasi Nofriadi)
79
Gambar 8 : Foto Peneliti Menjelaskan Cara Pengisian Angket Kepada
Responden tanggal 8 desember 2017
(Sumber : Dokumentasi Nofriadi)
Gambar 9 : Foto Responden Mengisi Angket tanggal 8 desember 2017
(Sumber : Dokumentasi Nofriadi)
80
81
82
83
84
85
86
87