bab iv hasil penelitian dan...

45
63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang merupakan jawaban dari tujuan pembelajaran yang telah dijelaskan pada Bab I, yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis dalam pembelajaran matematika antara peserta didik yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan generatif dan peserta didik yang mendapat pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional ekspositori. Terdapat dua jenis data yang diolah, yaitu data kuantitatif yang terdiri dari hasil pretes dan postes kemampuan pemahaman matematis kelas eksperimen dan kontrol, dan data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas peserta didik, observasi kinerja guru, dan angket. A. Analisis Pendahuluan Analisis pendahuluan berisi serangkaian uji statistik yakni uji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan dua rata-rata pretes dan postes. Pretes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap pemahaman mengenai bangun ruang. Soal pretes dibagikan di kelas eksperimen yang berjumlah 31 orang, dan di kelas kontrol yang berjumlah 33 orang. Soal pretes merupakan soal yang telah diujicobakan terlebih dahulu sebelumnya. Pretes dilakukan di awal sebelum pemberian perlakuan pada masing-masing kelas. Pemberian perlakuan di kelas eksperimen ialah pembelajaran dengan pendekatan generatif, sedangkan pemberian perlakuan di kelas kontrol ialah pembelajaran dengan pendekatan konvensional ekspositori. Setelah diberi perlakuan yang berbeda pada masing- masing kelas, pada akhir pertemuan pembelajaran diberikan postes. Postes digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematis peserta didik setelah adanya pembelajaran. Soal Postes adalah soal yang sama dengan soal pretes. Kedua data pretes dan postes tersebut akan diolah dan dianalisis. 1. Analisis Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada pretes kelas kontrol, nilai minimum yang didapatkan ialah 6 sedangkan nilai maksimum yang didapatkan ialah 46. Rentang untuk kelas kontrol ialah 40. Sedangkan pada kelas eksperimen, nilai maksimum yang didapatkan ialah 40

Upload: lengoc

Post on 29-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang merupakan jawaban dari

tujuan pembelajaran yang telah dijelaskan pada Bab I, yaitu untuk mengetahui

peningkatan kemampuan pemahaman matematis dalam pembelajaran matematika

antara peserta didik yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan

generatif dan peserta didik yang mendapat pembelajaran matematika dengan

pembelajaran konvensional ekspositori. Terdapat dua jenis data yang diolah, yaitu

data kuantitatif yang terdiri dari hasil pretes dan postes kemampuan pemahaman

matematis kelas eksperimen dan kontrol, dan data kualitatif yang diperoleh dari

hasil observasi aktivitas peserta didik, observasi kinerja guru, dan angket.

A. Analisis Pendahuluan

Analisis pendahuluan berisi serangkaian uji statistik yakni uji normalitas, uji

homogenitas, dan uji perbedaan dua rata-rata pretes dan postes. Pretes digunakan

untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap pemahaman mengenai

bangun ruang. Soal pretes dibagikan di kelas eksperimen yang berjumlah 31

orang, dan di kelas kontrol yang berjumlah 33 orang. Soal pretes merupakan soal

yang telah diujicobakan terlebih dahulu sebelumnya. Pretes dilakukan di awal

sebelum pemberian perlakuan pada masing-masing kelas. Pemberian perlakuan di

kelas eksperimen ialah pembelajaran dengan pendekatan generatif, sedangkan

pemberian perlakuan di kelas kontrol ialah pembelajaran dengan pendekatan

konvensional ekspositori. Setelah diberi perlakuan yang berbeda pada masing-

masing kelas, pada akhir pertemuan pembelajaran diberikan postes. Postes

digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman matematis peserta didik

setelah adanya pembelajaran. Soal Postes adalah soal yang sama dengan soal

pretes. Kedua data pretes dan postes tersebut akan diolah dan dianalisis.

1. Analisis Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Pada pretes kelas kontrol, nilai minimum yang didapatkan ialah 6 sedangkan

nilai maksimum yang didapatkan ialah 46. Rentang untuk kelas kontrol ialah 40.

Sedangkan pada kelas eksperimen, nilai maksimum yang didapatkan ialah 40

64

sedangkan nilai minimumnya ialah 5. Rentang nilai kelas eksperimen ialah 35.

sedangkan simpangan baku kelas eksperimen lebih kecil yakni sebesar 8,3.

Adapun nilai rata-rata (mean) pretes kelas eksperimen sebesar 23,26 atau

dibulatkan menjadi 23, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 16,88 atau

dibulatkan menjadi 17 Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan

pemahaman matematis peserta didik terhadap materi bangun ruang masih rendah.

Untuk lebih jelasnya, rata-rata pretes kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat

pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Rekapitulasi Data Hasil Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis

Kelas Nilai Ideal Nilai Minimum Nilai Maksimum Rata-rata Simpangan

Baku

Kontrol 100 6 46 17 10,1

Eksperimen 100 5 40 23 8,3

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa nilai rata-rata pretes kelas eksperimen

dan kontrol berbeda. Hal itu berarti kemampuan awal peserta didik di kedua kelas

juga berbeda. Kelas eksperimen memiliki rata-rata pretes lebih tinggi dibanding

kelas kontrol. Namun, perbedaan kemampuan awal tersebut belum cukup untuk

menggambarkan signifikansi perbandingan kemampuan pemahaman matematis

peserta didik di kedua kelas. Oleh karena itu, dilakukan uji perbedaan dua rata-

rata. Namun sebelum itu, dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih

dahulu. Berikut pemaparan pengolahan pengujiannya.

a. Uji Normalitas Data Nilai Pretes Antara Kelas Eksperimen dan Kontrol

Uji normalitas data pretes dilakukan dengan menggunakan rumus uji

normalitas melalui uji liliefors (Kolmogorov-Smirnov) dengan SPSS versi 16.0 for

windows. Adapun hipotesis pengujian normalitas data pretes ialah sebagai berikut.

Ho = Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 = Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria untuk menolak atau menerima H0 berdasarkan P-value yaitu dengan

α = 0,05. Jika nilai signifikansi ≥ α, maka H1 diterima, sedangkan jika nilai

signifikansi < , maka H0 ditolak. Data hasil perhitungan uji normalitas data

dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Tabel 4.2 di

halaman selanjutnya.

65

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas Data Pretes

Kemampuan Pemahaman Matematis pada Kedua Kelompok

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa hasil uji normalitas data pretes kelas

eksperimen memiliki P-value (Sig.) senilai 0,200 menggunakan uji normalitas

Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov). Dengan demikian, untuk uji normalitas kelas

eksperimen lebih besar nilainya dari α = 0,05, sehingga H1 diterima. Jadi data

pretes untuk kelas eksperimen berdistribusi normal.

Masih berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas data

pretes kelas kontrol memiliki P-value (Sig.) senilai 0,059 atau dibulatkan menjadi

0,06. Dengan demikian, untuk uji normalitas kelas kontrol lebih besar nilainya

dari α = 0,05, sehingga H1 diterima. Jadi data pretes untuk kelas kontrol

berdistribusi normal. Berikut ini adalah histogram data pretes untuk kelas

eksperimen dan kontrol.

Diagram 4.1

Histogram Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Matematis

Peserta Didik Kelas Eksperimen

Kelas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Pretest Eksperimen .093 31 .200*

Kontrol .149 33 .059

a. Lilliefors Significance Correction

66

Diagram 4.2

Histogram Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Matematis

Peserta Didik Kelas Kontrol

Berdasarkan histogram hasil uji normalitas kemampuan pemahaman

matematis kelas eksperimen pada Diagram 4.1 di atas menunjukkan bahwa

penyebaran data nilai di kelas eksperimen ialah normal. Pada kelas eksperimen,

peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 23 sebanyak 16 orang dan

peserta didik yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan 23 sebanyak 15

orang. Jumlah peserta didik yang memeroleh nilai tertinggi dan terendah tersebar

secara merata.

Adapun penyebaran data hasil pretes kelas kontrol pada Diagram 4.2 juga

tersebar secara merata. Peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 17

sebanyak 20 orang dan peserta didik yang memperoleh nilai lebih dari sama

dengan 17 sebanyak 13 orang.

b. Uji Homogenitas Data Nilai Pretes

Data hasil uji normalitas menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas

kontrol berdistribusi normal, oleh karenanya dilakukan uji homogenitas. Untuk

menganalisis homogenitas suatu data, digunakan uji Levene’s test dengan

bantuan SPSS 16,0 for windows dengan hipotesis sebagai berikut.

Ho = Data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang homogen.

67

H1 = Data data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama

atau tidak homogen

Kriteria untuk menolak atau menerima H0 berdasarkan P-value yaitu dengan

α = 0,05 jika nilai signifikansi ≥ α, maka H1 diterima, sedangkan jika nilai

signifikansi < , maka H0 ditolak. Data hasil perhitungan uji normalitas data

dengan menggunakan Uji Levene’s test dipaparkan pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3

Hasil Uji Homogenitas Data Pretes

Kemampuan Pemahaman Matematis pada Kedua Kelompok

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa hasil uji homogenitas data pretes

kedua kelas memiliki P-value (Sig.) senilai 0,389. Dengan demikian, untuk uji

homogenitas Lavene’s test kedua kelas lebih besar nilainya dari α = 0,05,

sehingga H1 diterima. Jadi data diambil dari populasi yang mempunyai varians

yang homogen.

2. Analisis Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Postes dilakukan guna mengetahui kemampuan akhir pemahaman matematis

peserta didik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Postes dilaksanakan

pada tanggal 25 April 2015 di kelas kontrol dan pada tanggal 13 Mei 2015 di

kelas eksperimen.

Pada postes kelas kontrol, nilai minimum yang didapatkan ialah 29

sedangkan nilai maksimum yang didapatkan ialah 97. Rentang untuk kelas kontrol

ialah 68. Sedangkan pada kelas eksperimen, nilai minimum yang didapatkan ialah

46 sedangkan nilai maksimumnya ialah 90. Rentang nilai kelas eksperimen ialah

44.

Simpangan baku kelas kontrol mencapai 13,4, sedangkan simpangan baku

kelas eksperimen sebesar 10,2. Adapun nilai rata-rata (mean) postes kelas

eksperimen sebesar 74, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 52. Untuk

lebih jelasnya, rata-rata kelas postes kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat

pada Tabel 4.4 pada halaman selanjutnya.

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.753 1 62 .389

68

Tabel 4.4

Rekapitulasi Data Hasil Postes Kemampuan Pemahaman Matematis

Kelas Nilai

Ideal Nilai Minimum Nilai Maksimum Rata-rata

Simpangan

Baku

Kontrol 100 29 97 52 10,1

Eksperimen 100 46 90 74 8,3

Berdasarkan Tabel 4.4, terlihat bahwa nilai rata-rata postes kelas eksperimen

dan kontrol berbeda. Hal tersebut menujukkan kemampuan akhir peserta didik

setelah diberikan perlakuan di kedua kelas juga berbeda. Kelas eksperimen

memiliki rata-rata postes yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Namun,

hal itu belum cukup untuk menggambarkan signifikansi perbandingan

kemampuan pemahaman matematis peserta didik. Oleh karena itu, dilakukan uji

perbedaan dua rata-rata. Namun sebelumnya, dilakukan uji normalitas dan

homogenitas terlebih dahulu. Berikut pemaparan pengolahan pengujiannya.

a. Uji Normalitas Data Nilai Postes Antara Kelas Eksperimen dan Kontrol

Uji normalitas data postes dilakukan dengan menggunakan rumus uji

normalitas melalui uji Liliefors (Kolmogorov-Smirnov) dengan SPSS versi 16.0

for windows. Adapun hipotesis pengujian normalitas data pretes sebagai berikut.

Ho = Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 = Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria untuk menolak atau menerima hipotesis berdasarkan P-value yaitu

dengan α = 0,05 jika nilai signifikansi ≥ α, maka H1 diterima, sedangkan jika nilai

signifikansi < , maka H0 ditolak. Data hasil uji normalitas data dengan Uji

Kolmogorov-Smirnov dipaparkan pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas Data Postes

Kemampuan Pemahaman Matematis pada Kedua Kelompok

Tests of Normality

Kelas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

Postes Eksperimen .158 31 .048

Kontrol .100 33 .200*

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

69

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa hasil uji normalitas data postes kelas

eksperimen memiliki P-value (Sig.) senilai 0,048. Dengan demikian, untuk uji

normalitas kelas eksperimen lebih kecil nilainya dari α = 0,05 sehingga H0

ditolak. Jadi data postes untuk kelas eksperimen berdistribusi tidak normal.

Adapun untuk data postes kelas kontrol, memiliki P-value (Sig.) senilai

0,200. Dengan demikian, untuk uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov)

kelas kontrol > dari α = 0,05, sehingga H1 diterima. Jadi data postes untuk kelas

kontrol berdistribusi normal. Berikut adalah histogram data postes kelas

eksperimen dan kontrol.

Diagram 4.3

Histogram Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Pemahaman Matematis

Peserta Didik Kelas Eksperimen

Diagram 4.4

Histogram Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Pemahaman

Matematis Peserta Didik Kelas Kontrol

70

Berdasarkan histogram hasil uji normalitas kemampuan pemahaman

matematis kelas eksperimen pada Diagram 4.3 di atas menunjukkan bahwa

penyebaran data nilai postes di kelas eksperimen ialah tidak normal. Grafik kurva

lebih condong ke arah kiri. Pada kelas eksperimen, peserta didik yang

memperoleh nilai kurang dari 74 sebanyak 11 orang dan peserta didik yang

memperoleh nilai lebih dari sama dengan 74 sebanyak 22 orang. Jumlah peserta

didik yang memeroleh nilai tertinggi dan terendah tidak tersebar secara merata,

karena lebih banyak peserta didik yang memiliki nilai yang lebih dari sama

dengan 74.

Adapun penyebaran data hasil pretes kelas kontrol pada Diagram 4.4 tersebar

secara merata. Peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 52 sebanyak 18

orang dan peserta didik yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan 52

sebanyak 13 orang.

b. Uji Homogenitas Data Nilai Postes

Berdasarkan data hasil normalitas postes kelas eksperimen dan kelas kontrol

menunjukkan adanya data yang tidak normal. Karena ada data yang tidak

berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas melainkan uji

statistik perbedaan dua rata-rata non parametrik dengan uji Mann-Whitney.

3. Analisis Perbedaan Kemampuan Awal Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Analisis perbedaan kemampuan awal peserta didik dengan data pretes kelas

kontrol dan eksperimen menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Uji perbedaan

rata-rata yang dilakukan didasarkan kepada hasil pretes yang ada pada uraian di

halaman 62-63 mengenai uji normalitas dan homogenitas kelas pretes.

Hasil pretes kelas kontrol dan eksperimen sama-sama berdistribusi normal

dan homogen. Oleh karena itu, uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan adalah

uji independent sample t-test. Menguji perbedaan dua rata-rata masing-masing

kelas menggunakan SPSS 16.0 for windows dengan hipotesis sebagai berikut.

Ho = Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal peserta didik kelas eksperimen

dan peserta didik kelas kontrol.

71

H1 = Terdapat perbedaan kemampuan awal peserta didik kelas eksperimen dan

peserta didik kelas kontrol.

Kriteria untuk menolak atau menerima hipotesis berdasarkan P-value yaitu

dengan α = 0,05 jika nilai signifikansi ≥ α, maka H1 diterima, sedangkan jika nilai

signifikansi < , maka H0 ditolak. Data hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-

rata data dengan menggunakan Uji-t ialah sebagai berikut.

Tabel 4.6

Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretes

Kemampuan Pemahaman Matematis pada Kedua Kelompok

Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh hasil uji perbedaan dua rata-rata pretes

kedua kelas memiliki P-value (Sig.) senilai 0,008 yang berarti nilainya < α = 0,05,

sehingga H0 ditolak. Jadi terdapat perbedaan kemampuan awal peserta didik kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Kemampuan pemahaman matematis dalam

penelitian ini ialah pemahaman komputasional dan pemahaman fungsional.

Adapun penjabaran jenis pemahaman matematis tersebut ialah sebagai berikut.

Tabel 4.7

Hasil Pretes Tiap Indikator Kedua Kelompok

Jenis Indikator No.

Soal

Persentase Pretes Kedua

Kelas

Rata-rata Persentase Total

Rata-rata

Persentase Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

Pemah

aman

Komp

utasio

nal

Menganalisis

objek untuk

sifat-sifat

tertentu.

1 60% 58%

45%

28%

36% 2 40% 30%

3 40% 20%

7 40% 10%

Mengklasifika

si objek

berdasarkan

sifat-sifat

tertentu

4 39% 33%

25%

24%

14%

8 20% 20%

14 20% 21%

15 21% 14%

Pemah

aman

Fungsi

onal

Menghubungk

an satu konsep

dengan

konsep

lainnya.

5 30% 3%

12%

7%

10%

6 0% 0%

9 10% 17%

10 30% 20%

11 10% 2%

12 4% 3%

13 1% 2%

Levene's Test for Equality of Variances

F Sig. T Df Sig. (2-tailed)

Pretest Equal variances assumed

.753 .389 2.747 62 .008

Equal variances not assumed

2.764 60.915 .008

72

Berdasarkan Tabel 4.7, jenis pemahaman komputasional dengan indikator

menganalisis objek-objek untuk sifat-sifat tertentu memiliki persentase tertinggi

di kelas eksperimen dan kontrol. Adapun persentasenya sebesar 36% sedangkan

persentase jenis kemampuan pemahaman matematis yang paling rendah ialah

pemahaman fungsional sebesar 10%.

4. Analisis Perbedaan Kemampuan Akhir Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Analisis perbedaan kemampuan akhir peserta didik dengan data postes kelas

kontrol dan eksperimen menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Uji perbedaan

rata-rata yang dilakukan didasarkan kepada hasil postes yang ada pada uraian di

halaman 66mengenai uji normalitas kelas postes.

Hasil postes kelas kontrol ialah berdistribusi normal, sedangkan kelas

eksperimen tidak berdistribusi normal. Oleh karenanya, uji perbedaan dua rata-

ratanya menggunakan Uji-U atau Uji Mann-Whitney.

Mann Whitney atau disebut juga Uji-U digunakan untuk mencari perbedaan

dua rata-rata dengan salahsatu data yang tidak normal. Hipotesis yang digunakan

dalam uji-U adalah sebagai berikut.

Ho = Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal peserta didik kelas eksperimen

dan peserta didik kelas kontrol.

H1 = Terdapat perbedaan kemampuan awal peserta didik kelas eksperimen dan

peserta didik kelas kontrol.

Ho ditolak jika nilai sig (2-tailed) < α (taraf signifikansi). H1 diterima jika nilai

sig (2-tailed) ≥ α (taraf signifikansi). Data hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-

rata dengan menggunakan Uji Mann-Whitney dipaparkan sebagai berikut.

Tabel 4.8

Hasil Uji Mann-Whitney Data Postes

Kemampuan Pemahaman Matematis pada Kedua Kelompok

Postes

Mann-Whitney U 100.500

Wilcoxon W 661.500

Z -5.526

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: Kelas

73

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa hasil uji-U didapatkan nilai P-

value (Sig.2-tailed) = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak karena P-

value (Sig.2-tailed) kurang dari 0,05. Dengan demikian, rata-rata postes kelompok

eksperimen tidak sama dengan rata-rata postes kelompok kontrol. Dapat dikatakan

pula terdapat perbedaan kemampuan akhir berpikir pemahaman matematis peserta

didik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel pemaparan hasil

postes tiap jenis pemahaman yang digunakan dalam penelitian ialah sebagai

berikut.

Tabel 4.9

Hasil Postes Tiap Jenis Pemahaman Kedua Kelompok

Jenis Indikator No.

Soal

Persentase Postes Kedua

Kelas

Rata-rata Persentase Total

Rata-rata

Persentase Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

Pemah

aman

Komp

utasio

nal

Menganalisis

objek-objek

untuk sifat-

sifat tertentu.

1 100% 81%

95%

70%

82% 2 96% 70%

3 94% 70%

7 90% 60%

Mengklasifika

si objek-objek

berdasarkan

sifat-sifat

tertentu

4 89% 80%

79%

65%

72% 8 82% 82%

14 84% 64%

15 61% 34%

Pemah

aman

Fungsi

onal

Menghubungk

an satu konsep

dengan

konsep

lainnya.

5 100% 70%

65%

38%

52%

6 80% 10%

9 49% 40%

10 86% 60%

11 84% 51%

12 28% 16%

13 29% 22%

Berdasarkan Tabel 4.9 terdapat peningkatan persentase di seluruh jenis

pemahaman baik di kelas eksperimen dan kontrol. Pada jenis pemahaman

komputasional dengan indikator menganalisis objek-objek untuk sifat-sifat

mencapai persentase sebesar 82%, Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan

rata-rata sebesar 46% dari saat pengerjaan pretes.

Masih dari jenis pemahaman komputasional, dengan indikator

mengklasifikasi objek-objek berdasarkan sifat-sifat tertentu mencapai persentase

sebesar 72%, artinya terjadi peningkatan sebesar 49% dari saat pretes.

Adapun dari pemahaman fungsional dengan indikator menghubungkan satu

konsep dengan konsep lainnya mencapai persentase sebesar 51% di kelas

eksperimen dan kontrol, artinya terjadi peningkatan sebesar 42%. Dengan

74

demikian yang dominan peningkatannya ialah jenis pemahaman komputasional

dengan indikator mengklasifikasi objek-objek berdasarkan sifat-sifat tertentu.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan data

kuantitatif. Uji hipotesis bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang ada

pada Bab I. Adapun uji hipotesisnya adalah sebagai berikut.

a. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1

Rumusan masalah 1 yaitu mengenai adanya pengaruh pendekatan

konvensional ekspositori terhadap kemampuan pemahaman matematis di kelas

kontrol. Adapun rumusan hipotesis 1 ialah sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat perbedaan pendekatan konvensional ekspositori terhadap

peningkatan kemampuan pemahaman matematis peserta didik secara

signifikan.

H1 : Terdapat perbedaan pendekatan konvensional ekspositori terhadap

peningkatan kemampuan pemahaman matematis peserta didik secara

signifikan.

Kriteria pengujian hipotesisnya ialah H1 diterima jika nilai signifikasi nilai

signifikasi 0,05, sedangkan H0 ditolak jika nilai signifikasi 0,05. Untuk

menguji hipotesis, data nilai yang akan dibandingkan ialah nilai pretes dan postes

pada kelas kontrol yang dilakukan untuk mengetahui ada peningkatan atau tidak.

Berdasarkan uji normalitas di kelas kontrol, didapatkan data pretes dan postes

berdistribusi normal, yang dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan Tabel 4.11. Oleh

karena itu dilakukan uji-t sampel terikat atau uji paired samples test. Adapun

analisis hasil uji t-tak bebas hipotesis 1 dilakukan dengan bantuan Software SPSS

16,0 for windows yang dapat dilihat di bawah ini

Tabel 4.10

Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1

Paired Samples Test

T df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Kontrol - Pretes_Postes 12.826 65 .000

75

Dari Tabel 4.10 didapatkan bahwa P-value (Sig.2-tailed) sebesar 0,000.

Namun, dalam uji hipotesis ini hanya satu arah, karena terdapat kecenderungan

bahwa pendekatan konvesional ekspositori dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman matematis peserta didik, sehingga P-value (Sig.) 0,000 nya dibagi

dua menjadi 0,000. Oleh karena itu, P-value (Sig.1-tailed) < 0,05 yang artinya H0

ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh pendekatan konvensional

ekspositori terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis secara

signifikan.

Adapun peningkatannya terlihat dari rata-rata nilai pretes sebesar 17 dan rata-

rata nilai postes sebesar 52, sehingga diperoleh selisih 35. Dengan demikian,

hipotesis 1 diterima karena pendekatan konvensional ekspositori dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman matematis secara signifikan.

b. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2

Rumusan masalah 2 mengenai adanya pengaruh pendekatan generatif

terhadap kemampuan pemahaman matematis di kelas eksperimen. Adapun

hipotesis rumusan masalah 2 ialah sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat pengaruh pendekatan generatif terhadap peningkatan

kemampuan pemahaman matematis peserta didik secara signifikan.

H1 : Terdapat pengaruh pendekatan generatif terhadap peningkatan

kemampuan pemahaman matematis peserta didik secara signifikan.

Kriteria pengujian hipotesis 2 ialah H1 diterima jika nilai signifikasi 0,05,

sedangkan H0 ditolak jika nilai signifikasi 0,05. Data yang digunakan untuk

menguji hipotesis 2 ialah data nilai pretes dan postes pada kelas eksperimen guna

mengetahui ada peningkatan atau tidak.

Berdasarkan uji normalitas di kelas eksperimen, didapatkan data pretes

berdistribusi normal yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 sedangkan data postes tidak

berdistribusi normal yang dapat dilihat pada Tabel 4.6, karena terdapat data yang

tidak berdistribusi normal dan data diperoleh dari sampel yang terikat, untuk itu

dilakukan uji hipotesis non-parametrik Wilcoxon. Perhitungan hipotesis 2

dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 16,0 for windows. Adapun hasil uji

hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel di halaman selanjutnya.

76

Tabel 4.11

Hasil Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2

Test Statisticsb

Pretes_Postes – Eksperimen

Z -6.847a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Dari Tabel 4.11 didapatkan bahwa P-value (Sig.2-tailed) sebesar 0,000.

Namun, dalam uji hipotesis ini hanya satu arah, karena terdapat kecenderungan

bahwa pendekatan generatif dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

matematis peserta didik, sehingga P-value (Sig.) 0,000 nya dibagi dua menjadi

0,000. Oleh karena itu, P-value (Sig.1-tailed) < 0,05 yang artinya H0 ditolak. Hal

ini berarti terdapat perbedaan pengaruh pendekatan generatif terhadap

peningkatan kemampuan pemahaman matematis secara signifikan

Adapun peningkatannya terlihat dari rata-rata nilai pretes sebesar 23 dan rata-

rata nilai postes sebesar 73, sehingga diperoleh selisih 50. Dengan demikian,

hipotesis 2 diterima karena pendekatan generatif dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman matematis secara signifikan.

c. Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3

Uji hipotesis rumusan masalah 3 dilakukan untuk mengetahui di antara

pendekatan generatif dan pendekatan konvensional yang lebih dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman matematis, karena berdasarkan uji

hipotesis 1 dan 2 diketahui bahwa kedua pendekatan tersebut dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman matematis peserta didik. Adapun rumusan hipotesisnya

ialah sebagai berikut.

H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis

antara peserta didik yang menggunakan pendekatan generatif dan

konvensional ekspositori secara signifikan.

H1 : Peningkatan kemampuan pemahaman matematis peserta didik yang

menggunakan pendekatan generatif lebih baik secara signifikan daripada

konvensional ekspositori.

77

Kriteria pengujian hipotesisnya ialah H1 diterima jika nilai signifikasi 0,05,

sedangkan H0 ditolak jika nilai signifikasi 0,05. Untuk menguji hipotesis, akan

dibandingkan nilai gain pada kelas eksperimen dan kontrol guna mengetahui

adanya perbedaan peningkatan atau tidak.

Berdasarkan hasil uji normalitas pretes di kelas eksperimen dan kontrol,

diketahui bahwa data pretes kedua kelas menunjukkan adanya perbedaan

kemampuan awal. Oleh karena itu, data yang digunakan untuk menguji hipotesis

rumusan masalah 3 ialah hasil perhitungan gain di kelas kontrol maupun kelas

eksperimen. Adapun data perhitungan gain di kelas kontrol maupun kelas

eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13 sebagai berikut.

Tabel 4.12

Hasil Perhitungan Gain di Kelas Eksperimen

Nama Skor Pretes Skor Postes Gain Interpretasi

Siswa 1 18 59 0,7 Tinggi

Siswa 2 5 49 0,6 Sedang

Siswa 3 13 54 0,7 Tinggi

Siswa 4 22 54 0,6 Sedang

Siswa 5 11 34 0,4 Sedang

Siswa 6 14 52 0,6 Sedang

Siswa 7 22 59 0,7 Tinggi

Siswa 8 16 62 0,8 Tinggi

Siswa 9 17 46 0,5 Sedang

Siswa 10 26 50 0,5 Sedang

Siswa 11 21 47 0,5 Sedang

Siswa 12 18 55 0,7 Tinggi

Siswa 13 12 60 0,7 Tinggi

Siswa 14 20 44 0,4 Sedang

Siswa 15 12 54 0,7 Tinggi

Siswa 16 29 63 0,7 Tinggi

Siswa 17 13 51 0,6 Sedang

Siswa 18 15 38 0,4 Sedang

Siswa 19 16 59 0,7 Tinggi

Siswa 20 9 47 0,6 Sedang

Siswa 21 4 56 0,7 Tinggi

Siswa 22 25 61 0,7 Tinggi

Siswa 23 15 60 0,7 Tinggi

Siswa 24 16 66 0,8 Tinggi

Siswa 25 21 44 0,4 Sedang

Siswa 26 23 58 0,5 Sedang

Siswa 27 17 59 0,8 Tinggi

Siswa 28 24 5 0,6 Sedang

Siswa 29 15 57 0,7 Tinggi

Siswa 30 25 59 0,7 Tinggi

Siswa 31 12 60 0,8 Tinggi

Jumlah 526 1622 19,5

Rata-rata 17 52 0,6

78

Tabel 4.13

Hasil Perhitungan Gain di Kelas Kontrol

Nama Skor Pretes Skor Postes Gain Interpretasi

Siswa 1 16 35 0,3 Rendah

Siswa 2 27 43 0,3 Rendah

Siswa 3 15 30 0,2 Rendah

Siswa 4 14 41 0,4 Sedang

Siswa 5 11 31 0,3 Rendah

Siswa 6 21 37 0,3 Rendah

Siswa 7 11 35 0,4 Sedang

Siswa 8 13 28 0,2 Rendah

Siswa 9 8 36 0,4 Sedang

Siswa 10 6 55 0,7 Tinggi

Siswa 11 9 44 0,5 Sedang

Siswa 12 2 40 0,5 Sedang

Siswa 13 17 44 0,5 Sedang

Siswa 14 17 34 0,3 Rendah

Siswa 15 5 35 0,4 Sedang

Siswa 16 18 42 0,4 Sedang

Siswa 17 28 33 0,1 Rendah

Siswa 18 6 27 0,3 Rendah

Siswa 19 11 33 0,4 Sedang

Siswa 20 11 22 0,2 Rendah

Siswa 21 8 13 0,2 Rendah

Siswa 22 10 37 0,4 Sedang

Siswa 23 6 43 0,5 Sedang

Siswa 24 2 46 0,7 Tinggi

Siswa 25 5 30 0,4 Sedang

Siswa 26 9 47 0,6 Sedang

Siswa 27 34 71 0,9 Tinggi

Siswa 28 12 51 0,6 Sedang

Siswa 29 15 47 0,5 Sedang

Siswa 30 7 41 0,5 Sedang

Siswa 31 19 40 0,4 Sedang

Siswa 32 5 35 0,4 Sedang

Siswa 33 10 31 0,3 Rendah

Jumlah 408 1257 13,6

Rata-rata 12 38 0,41

Sebelum dilakukan uji perbedaan rata-rata untuk menguji hipotesis rumusan

masalah 3 perlu dilakukan analisis pendahuluan dengan melakukan uji normalitas

dan homogenitas nilai gain.

1) Uji Normalitas Nilai Gain

Uji normalitas nilai gain dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov pada SPSS 16.0 for windows. Hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai

berikut ini.

H0 = Data berdistribusi normal

H1 = Data tidak berdistribusi normal

79

Kriteria uji yang digunakan adalah H1 diterima apabila P-value (sig.) ≥ α dan

H0 ditolak apabila P-value (sig.) ˂ α. Nilai α atau taraf signifikansi yang

digunakan adalah 0,05. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada SPSS 16.0 for

windows dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini.

Tabel 4.14

Hasil Uji Normalitas Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Tests of Normality

Eksperimen_Kontrol

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Gain Eksperimen .264 31 .000 .873 31 .002

Kontrol .188 33 .004 .936 33 .051

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa hasil uji normalitas data gain kelas

eksperimen dan kontrol memiliki P-value (Sig.) senilai 0,000 dan 0,004

menggunakan uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov). Dengan demikian,

untuk uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov) kelas eksperimen lebih

kecil nilainya dari α = 0,05. Begitupun dengan data uji normalitas untuk kelas

kontrol memiliki nilai lebih kecil juga dari α = 0,05. Kedua data normalitas kelas

eksperimen dan kontrol menunjukkan H0 ditolak, sehingga kedua data gain di

kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berdistribusi normal. Adapun histogram

untuk data gain kelas eksperimen dan kontrol akan disajikan pada Diagram 4.5

dan Diagram 4.6 di ba wah ini.

Diagram 4.5

Histogram Uji Normalitas Gain Kelas Eksperimen

80

Diagram 4.6

Histogram Uji Normalitas Gain Kelas Kontrol

Selanjutnya, setelah melakukan pengujian didapatkan hasil gain eksperimen

dan gain kontrol tidak berdistribusi normal. Jika kondisinya demikian, maka

dilakukan perbedaan dua rata-rata non parametrik atau Uji Mann-Whitney untuk

menguji hipotesis yang ada pada halaman 37.

2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Gain

Uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan ialah uji non parametrik Mann-

Whitney karena data nilai gain kelas kontrol dan eksperimen tidak berdistribusi

normal. Adapun hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut ini.

H0 = Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis

peserta didik dengan menggunakan pendekatan generatif dibandingkan

dengan pendekatan konvensional ekspositori.

H1 = Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis

peserta didik dengan menggunakan pendekatan generatif dibandingkan

dengan pendekatan konvensional ekspositori.

Kriteria uji hipotesis yang digunakan adalah H1 diterima apabila P-value (sig.

1-tailed) α dan H0 ditolak apabila P-value (sig. 1-tailed) α. Dengan nilai α

(taraf signifikansi) adalah 0,05. Hasil Uji Mann-Whitney dapat dilihat pada

Tabel 4.15 di halaman selanjutnya.

81

Tabel 4.15

Hasil Uji Hipotesis 3 Mann-Whitney

Test Statisticsa

Gain

Mann-Whitney U 150.000

Wilcoxon W 711.000

Z -4.933

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable:

Eksperimen_Kontrol

Dari Tabel 4.15 didapatkan bahwa nilai Sig. (dua arah) sebesar 0,000. Data

tersebut menunjukan nilai Sig lebih kecil dari 0,05. Namun, dalam uji hipotesis ini

hanya satu arah, karena terdapat kecenderungan bahwa peningkatan pemahaman

matematis peserta didik dengan pendekatan generatif lebih baik dibandingkan

dengan pendekatan konvensional eskpositori, sehingga P-value (Sig.) nya dibagi

dua menjadi 0,000. Oleh karena itu, P-value (Sig.1-tailed) kurang dari 0,05 yang

artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan peningkatan

kemampuan pemahaman matematis peserta didik pada kelas eksperimen dan

kontrol. Dengan demikian hipotesis 3 diterima.

Perbedaan peningkatan tersebut dapat diketahui dengan rata-rata gain kelas

eksperimen adalah 0,6 dan rata-rata gain di kelas kontrol adalah 0,4. Keduanya

tergolong ke dalam kategori sedang karena nilainya berada di antara 0,3 ≤ g < 0,7,

namun nilai rata-rata gain di kelas eksperimen lebih besar daripada nilai rata-rata

gain di kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan peningkatan pemahaman

matematis peserta didik di kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

2. Analisis Kualitatif

Analisis data kualitatif dilakukan untuk menjawab rumusan masalah nomor 4

yang berbunyi, “Bagaimana respon peseta didik dalam pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan generatif?”. Instrumen yang dianalisis untuk menjawab

rumusan masalah nomor 4 ialah angket.

Angket disebarkan pada tanggal 26 Mei 2015 dengan berisi 28 pertanyaan

yang masing-masing pertanyaan berisi empat buah respon. Setiap respon memiliki

skor. Adapun keempat respon tersebut ialah.

82

Tabel 4.16

Pedoman Penskoran Angket

Pernyataan Bobot

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Berikut akan dipaparkan angket yang telah diberikan di kelas eksperimen

berdasarkan indikatornya.

Tabel 4.17

Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 1

Indikator: Menunjukkan keberanian dalam bertanya, mengemukakan jawaban

atau pendapat

No. Pernyataan Jenis Respon

SS S TS STS

1. Jika ada materi yang belum dipahami, saya

akan bertanya kepada guru atau teman

sampai saya dapat memahami materi

tersebut.

+ 12 16 1 2

39% 52% 3% 6%

2. Saya berani tampil di depan teman-teman

untuk menjelaskan pendapat saya.

+ 11 17 3 0

35% 55% 10% 0%

3. Saya tidak percaya diri tampail di depan

teman-teman untuk menjelaskan pendapat

saya.

- 1 5 20 5

3% 16% 64% 16%

4. Saya memilih untuk diam saja ketika saya

tidak memahami konsep materi yang

diberikan.

- 0 4 22 5

0% 13% 71% 16%

Berdasarkan Tabel 4.17 di atas dapat diketahui bahwa pada pernyataan nomor

1, peserta didik yang memilih jawaban SS sebanyak 39%, memilih jawaban S

sebanyak 52%, memilih jawaban TS sebanyak 3%, dan yang memilih jawaban

STS sebanyak 6%. Pilihan S yang berarti setuju merupakan yang paling banyak

dipilih, artinya sebagian besar peserta didik di kelas eksperimen tidak malu untuk

bertanya apabila merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas.

Pada pernyataan nomor 2, peserta didik yang memilih jawaban SS sebanyak

35%, memilih jawaban S sebanyak 55%, memilih jawaban TS sebanyak 10%, dan

memilih jawaban STS sebanyak 0%. Hasil tersebut menunjukkan adanya respon

positif terhadap pembelajaran matematika yang diberikan guru

Pada pernyataan nomor 3 didapatkan persentase jawaban yakni SS sebesar

3%, S sebesar 16%, TS sebesar 64%, dan STS sebesar 16%. Artinya memang

83

pada saat pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan

generatif dapat membuat peserta didik untuk lebih berani dalam mengungkapkan

ide baik ide jawaban maupun ide untuk bertanya.

Pada pernyataan nomor 4 jawaban didominasi oleh pilihan TS sebesar 71%,

disusul jawaban STS sebesar 16%, artinya ketika peserta didik merasakan

kesulitan untuk memahami materi, mereka tidak akan malu atau takut untuk

bertanya baik itu pada guru maupun pada teman satu kelompoknya.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum, di kelas eksperimen

peserta didik memiliki respon positif dan minat yang tinggi terhadap pelajaran

matematika. Kondisi tersebut menunjang peningkatan kemampuan pemahaman

matematis.

Selanjutnya, indikator ketiga memiliki jumlah pernyataan sebanyak empat

buah, yang terdiri dari dua pernyataan positif dan dua pernyataan negatif.

Pemaparan indikator angket kedua ialah sebagai berikut.

Tabel 4.18

Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 2

Indikator: Menunjukkan kesukaan terhadap tantangan soal yang diberikan

No Pernyataan Jenis Respon

SS S TS STS

5. Saya merasa tertantang untuk

menemukan sendiri konsep materi

yang sedang dipelajari.

+ 7 14 7 3

22% 45% 23% 10%

6. Saya senang mencari cara lain dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan.

+ 10 19 1 1

32% 61% 3% 3%

7. Saya merasa jenuh dengan soal-soal

matematika yang diberikan.

- 0 3 18 10

0% 10% 58% 32%

8. Saya tidak tertarik dengan soal-soal

matematika yang diberikan.

- 1 1 18 11

3% 3% 58% 35%

Berdasarkan Tabel 4.18 di atas mengenai indikator menunjukkan kesukaan

terhadap tantangan soal yang diberikan, terlihat pernyataan nomor 5 yang memilih

jawaban SS sebanyak 22%, jawaban S sebanyak 45%, jawaban TS sebanyak 23%,

dan jawaban STS sebanyak 10%. Pilihan jawaban terbanyak untuk pernyataan

nomor 5 ialah jawaban setuju, yang artinya sebagian besar peserta didik di kelas

eksperimen merasa tertantang dengan adanya tantangan soal matematika yang

diberikan kepada mereka.

84

Pada pernyataan nomor 6, yang memilih jawaban SS sebanyak 32%, jawaban

S sebanyak 61%, jawaban TS sebanyak 3%, dan jawaban STS juga sebanyak 3%.

Pilihan jawaban terbanyak untuk penyataan nomor 6 ialah jawaban setuju, yang

artinya sebagian besar peserta didik merasa penasaran untuk mencari cara lain

dalam menemukan jawaban dari soal yang guru berikan. Respon peserta didik

positif terhadap tantangan soal yang diberikan oleh guru.

Pada pernyataan nomor 7, yang memilih jawaban SS sebanyak 0%, jawaban

S sebanyak 10%, jawaban TS sebanyak 58%, dan jawaban STS sebanyak 32%.

Pilihan jawaban terbanyak untuk pernyataan negatif nomor 7 ialah jawaban tidak

setuju, yang artinya pada saat pembelajaran matematika dengan menggunakan

pendekatan generatif, peserta didik tidak merasakan adanya kebosanan, dan

respon jawaban kedua ialah jawaban sangat tidak setuju, yang mendukung pula

keterangan bahwa memang peserta didik tidak merasa bosan pada saat

pembelajaran.

Pada pernyataan nomor 8, yang memilih jawaban SS sebanyak 3%, jawaban

S sebanyak 3%, jawaban TS sebanyak 58%, dan jawaban STS sebanyak 35%.

Pilihan respon terbanyak untuk pernyataan negatif nomor 8 ialah jawaban tidak

setuju, yang artinya sebagian besar peserta didik tidak setuju dengan pernyataan

ketidak tertarikan terhadap soal-soal matematika yang diberikan. Pilihan jawaban

terbanyak kedua pun ada pada pilihan sangat tidak setuju, sedangkan hanya 35%

dari masing-masing jawaban setuju dan sangat setuju bahwa peserta didik tidak

merasa tertarik terhadap soal-soal yang berikan.

Dengan demikian respon pernyataan untuk indikator menunjukkan kesukaan

terhadap tantangan soal yang diberikan menunjukkan respon yang positif, sebab

sebagian besar peserta didik merasa antusias untuk mencari cara lain dalam

menyelesaikan soal yang diberikan, itu berarti peserta didik merasa tertarik

terhadap soal-soal matematika. Selain itu, sebagaian peserta didik juga tidak

merasa bosan pada saat pembelajaran matematika dengan menggunakan

pendekatan generatif.

Selanjutnya, indikator ketiga memiliki jumlah pernyataan sebanyak empat

buah, yang terdiri dari dua pernyataan positif dan dua pernyataan negatif.

85

Pemaparan hasil rekapitulasi angket indikator ketiga dipaparkan pada Tabel 4.19

di bawah ini.

Tabel 4.19

Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 3

Indikator: Menunjukkan kesukaan terhadap aktivitas diskusi pada pendekatan

generatif

No Pernyataan Jenis Respon

SS S TS STS

9. Saya menjadi bersemangat ketika

berdiskusi dengan teman-teman satu

kelompok menyelesaikan tantangan dari

guru.

+ 23 5 3 0

74% 16% 10% 0%

10. Saya senang mendengar pendapat dan

jawaban yang diajukan teman saya.

+ 9 16 5 1

29% 52% 16% 3%

11. Bagi saya, pembelajaran matematika tetap

memusingkan meskipun dilakukan secara

berkelompok.

- 4 2 15 10

13% 6% 48% 32%

12. Saya lebih suka secara mandiri daripada

berkelompok.

- 3 9 17 2

10% 29% 55% 6%

Pada pernyataan nomor 9 yang merupakan pernyataan respon positif,

didapatkan hasil persentase untuk jawaban SS sebanyak 74%, jawaban S

sebanyak 16%, jawaban TS sebanyak 10%, dan jawaban STS sebanyak 0%. Hal

tersebut menunjukkan sebagian besar peserta didik menjadi lebih bersemangat

ketika pada saat pembelajaran diterapkan sistem kelompok untuk berdiskusi

mencari jawaban, karena dengan berdiskusi soal-soal yang mereka belum pahami

dapat ditanyakan dengan teman, dan adanya interaksi antar teman itulah yang

menjadikan pembelajaran tidak membosankan.

Pada pernyataan nomor 10 yang merupakan pernyataan respon positif,

didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebanyak 29%, jawaban S sebanyak

52%, jawaban TS sebanyak 16%, dan jawaban STS sebanyak 3%. Hal itu

menunjukkan respon karena sebagian besar peserta didik memilih setuju untuk

penyataan bahwa mereka senang mendengar pendapat yang dikemukakan oleh

teman, artinya mereka mau mendengarkan dan mengerti bahwa dalam diskusi itu

perlu menghargai pendapat dari anggota diskusi lainnya.

Pada pernyataan nomor 11 yang merupakan penyataan respon negatif,

didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebesar 13%, jawaban S sebesar 6%,

86

jawaban TS sebesar 48%, dan jawaban STS sebesar 32%. Artinya sebagian besar

peserta didik menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa pembelajaran

matematika tetap memusingkan meskipun dilakukan secara berkelompok. Dengan

belajar berkelompok, mereka menjadi saling membantu untuk dapat memahami

soal yang diberikan karena di akhir pengerjaan LKS, guru menugaskan mereka

untuk maju mempresentasikan hasil diskusi mereka.

Pada pernyataan nomor 12 yang merupakan pernyataan respon negatif

didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebesar 10%, jawaban S sebesar 29%,

jawaban TS sebesar 55%, dan jawaban STS sebesar 6%. Sebagian besar peserta

didik menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa lebih menyukai belajar

secara mandiri daripada berkelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa respon pernyataan

untuk indikator ketiga yakni menunjukkan kesukaan terhadap aktivitas diskusi

pada pendekatan generatif memiliki respon yang positif, sebab sebagian besar

peserta didik merasa senang dan lebih memahami materi ajar dengan cara

berdiskusi. Selain itu, ketika berdiskusi, mereka saling memberikan dorongan bagi

sesama anggota kelompoknya untuk memberikan jawaban atau aktif bertanya

terbukti dengan respon pernyataan nomor 10 yang menyatakan bahwa peserta

didik merasa senang saat mendengar teman menyatakan pendapatnya. Mereka

juga lebih menyatakan lebih menyukai belajar berkelompok daripada mandiri,

meskipun masih ada juga sebesar 10% yang menyatakan lebih menyukai belajar

mandiri daripada berkelompok. Namun, untuk pernyataan nomor 11 yakni “Bagi

saya, pembelajaran matematika tetap memusingkan meskipun dilakukan secara

berkelompok” tidak memiliki respon yang positif, karena peserta didik masih

merasakan bahwa matematika itu pelajaran yang memusingkan. Hal itu

dikarenakan memang pada saat pembelajaran, peserta didik banyak diberikan

tantangan soal yang bervariasi mengenai bangun ruang, dan meskipun mereka

berkelompok, mereka juga masih membutuhkan bimbingan guru untuk

menyelesaikan soal LKS.

Indikator selanjutnya ialah indikator pernyataan yang terdiri dari tiga

pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif. Pemaparan hasil rekapitulasinya

dapat dilihat pada Tabel 4.20 pada halaman selanjutnya.

87

Tabel 4.20

Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 4

Indikator: Menunjukkan sikap kooperatif terhadap teman

No Pernyataan Jenis Respon

SS S TS STS

13.

Saya senang membantu teman sekelompok

untuk berani menjelaskan di depan teman-

teman lainnya.

+ 16 14 1 0

52% 45% 3% 0%

14. Saya senang jika saya atau teman

sekelompok saya menjelaskan hasil diskusi

di depan teman-teman lainnya.

+ 14 15 2 0

45% 48% 6% 0%

15. Saya dan teman sekelompok saya

menyelesaikan tantangan dari guru tepat

waktu.

+ 16 9 6 0

52% 29% 19% 0%

16. Saya bosan ketika berdiskusi dengan

teman sekelompok.

- 2 1 19 9

6% 3% 61% 29%

18. Saya tidak suka pusing memikirkan

jawaban, ketika ada teman kelompok saya

yang bisa mengerjakannya.

- 4 7 12 7

13% 22% 39% 22%

19. Hanya saya yang boleh menjelaskan

jawaban di depan teman-teman lainnya.

- 3 3 23 2

10% 10% 74% 6%

Pada pernyataan nomor 13 yang merupakan pernyataan respon positif,

didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebanyak 52%, jawaban S sebanyak

45%, jawaban TS sebanyak 3%, dan jawaban STS sebanyak 0%. Hal tersebut

menunjukkan sebagian besar peserta didik sudah mampu bersikap kooperatif yang

ditunjukkan respon mereka yang sebagian besar sangat setuju untuk membantu

teman sekelompok maju menjelaskan jawaban di depan teman lainnya, sedangkan

hanya 3,7% yang memilih tidak setuju yang berarti hanya beberapa peserta didik

yang sulit bekerjasama dalam kelompok.

Pada pernyataan nomor 14 yang merupakan pernyataan respon positif,

didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebanyak 45%, jawaban S sebanyak

48%, jawaban TS sebanyak 6%, dan jawaban STS sebesar 0%. Sama halnya

dengan pernyataan nomor 13, peserta didik sudah mampu bersikap kooperatif,

meskipun pada awal pertemuan cukup sulit untuk membentuk kelompok belajar di

kelas.

Pada pernyataan nomor 15 yang merupakan pernyataan respon positif,

didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebanyak 52%, jawaban S sebanyak

29%, jawaban TS sebesar 19%, dan jawaban STS sebesar 0%. Pilihan terbanyak

88

jatuh pada penyataan sangat setuju. Hal itu dikarenakan meskipun pembelajaran

dilakukan berkelompok dan peserta didik diberi kesempatan untuk berdiskusi

namun karena cukup banyak soal yang bervariasi mengakibatkan mereka sulit

untuk tepat waktu menyelesaikan tugas.

Pada pernyataan nomor 16 yang merupakan respon negatif, didapatkan hasil

yang memilih jawaban SS sebesar 6%, jawaban S sebesar 3%, jawaban TS

sebesar 61%, dan jawaban gt2STS sebesar 29%. Pilihan terbanyak jatuh kepada

pilihan tidak setuju. Pernyataan tidak setuju tersebut menunjukkan bahwa

sebagian peserta didik tidak merasa bosan ketika sedang berdiskusi, mereka justru

senang belajar dalam kelompok-kelompok kecil.

Pada pernyataan nomor 18 yang merupakan respon negatif, didapatkan hasil

yang memilih jawaban SS sebesar 13%, jawaban S sebesar 22%, jawaban TS

39%, dan jawaban STS sebesar 22%. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar

peserta didik memilih tidak setuju untuk pernyataan nomor 18. Artinya pada saat

berdiskusi, semua anggota kelompok memang turut andil dalam penyelesaian soal

dari guru, keikutsertaan peserta didik dalam berpikir menyelesaikan pertanyaan

juga dinilai oleh guru pada lembar observasi peserta didik.

Pada pernyataan nomor 19 yang merupakan respon negatif, didapatkan hasil

yang memilih jawaban SS sebesar 10%, jawaban S sebesar 10% , jawaban TS

sebesar 74%, dan jawaban STS sebesar 6%. Banyaknya pilihan tidak setuju

dikarenakan dalam pembelajaran, guru mengharuskan setiap peserta didik untuk

maju menjelaskan hasil diskusi mereka, paling tidak membantu bila ada anggota

kelompoknya yang kesulitan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa respon pernyataan

untuk indikator keempat yakni menunjukkan sikap kooperatif terhadap teman

sekelompok memiliki respon yang positif, sebab sebagian besar peserta didik

telah menunjukkan sikap kooperatif selama melakukan diskusi di kelas dalam

pembelajaran matematika. Beberapa aktivitas kooperatif tersebut di antaranya

senang membantu teman satu kelompoknya yang belum paham mengenai konsep

materi yang sedang diajarkan, semua peserta didik ikut berpikir dalam

penyelesaian soal dari guru, dan sebagainya. Aktivitas berdiskusi mereka juga

telah diobservasi dalam lembar aktivitas peserta didik.

89

Indikator selanjutnya ialah indikator dengan jumlah pernyataan sebanyak

empat buah, yang terdiri dari dua pernyataan positif dan dua pernyataan negatif.

Pemaparan hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada Tabel 4.21 di bawah ini.

Tabel 4.21

Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 5

Indikator: Menunjukkan semangat mengungkapkan ide saat guru sedang

melakukan pengaitan materi

No Pernyataan Jenis Respon

SS S TS STS

17. Saya semangat menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan guru.

+ 18 9 4 0

58% 29% 13% 0%

20. Saya malas menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan guru.

- 1 2 14 14

3% 6% 45% 45%

21. Saya lebih suka materi dijelaskan

langsung oleh guru.

- 12 13 6 0

39% 42% 19% 0%

27. Saya senang ketika harus menemukan

sendiri konsep materi yang sedang

dipelajari.

+ 12 18 1 0

39% 58% 3% 0%

Pada pernyataan nomor 17 yang merupakan pernyataan respon positif,

didapatkan hasil yang memilih jawaban SS sebanyak 58%, jawaban S sebanyak

29%, jawaban TS sebanyak 13%, dan jawaban STS sebanyak 0%. Pilihan respon

sangat setuju yang paling banyak dipilih. Hal tersebut menunjukkan pada saat

pembelajaran, sebagian besar peserta didik semangat dalam mengungkapkan ide

mereka saat guru bertanya dan pilihan kedua yang paling banyak dipilih juga ialah

jawaban setuju yang berarti pada saat pembelajaran peserta didik memang

semangat untuk aktif merespon.

Pada pernyataan nomor 20 yang merupakan respon negatif, diperoleh hasil

bahwa yang memilih jawaban SS sebesar 3%, jawaban S sebesar 6%, jawaban TS

dan jawaban STS sama nilainya yaitu sebesar 45%. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar dari mereka senang untuk aktif merespon pertanyaan-pertanyaan

dari guru, sebab pada waktu guru memberikan pertanyaan, guru juga memberikan

sebuah media kepada masing-masing peserta didik untuk menganalisisnya.

Pada pernyataan nomor 21 yang merupakan respon negatif didapatkan hasil

bahwa yang memilih jawaban SS sebesar 39%, jawaban S sebesar 42%, jawaban

TS sebesar 19%, dan jawaban STS sebesar 0%. Ternyata meskipun respon-respon

peserta didik terhadap pembelajaran generatif pada indikator sebelumnya adalah

positif, namun peserta didik masih lebih setuju jika materi pelajaran diberikan

90

langsung oleh guru, hal itu dapat dilihat dengan pernyataan nomor 11 yang ada

pada Tabel 4.16 mengenai kesukaan terhadap aktivitas diskusi. Pada pernyataan

nomor 11 tersebut, peserta didik lebih banyak memilih setuju bahwa pembelajaran

matematika masih memusingkan meskipun dilakukan secara berkelompok.

Pada pernyataan nomor 27 yang merupakan respon positif didapatkan hasil

bahwa yang memilih jawaban SS sebesar 39%, jawaban S sebesar 58%, jawaban

TS sebesar 3%, dan jawaban STS sebesar 0%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

peserta didik ternyata senang ketika mereka dapat menemukan sendiri konsep

materi yang sedang dipelajari.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa respon pernyataan

untuk indikator kelima memiliki respon yang positif, sebab dari hasil pengisian

angket pada indikator kelima menunjukkan sebagian besar peserta didik merasa

semangat ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan guru dan merasa senang ketika

mereka dapat menemukan konsep materi yang akan dipelajari bersama dengan

teman sekelompoknya. Walaupun pada pengisian angket nomor 21 yang berisi

pernyataan “Saya lebih suka materi dijelaskan langsung oleh guru” mempunyai

jawaban respon setuju yang dominan. Indikator selanjutnya dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4.22

Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 6

Indikator: Menunjukkan pemahaman terhadap materi pembelajaran

No Pernyataan Jenis Respon

SS S TS STS

23. Pemberian tantangan soal dan

diskusi kelompok dalam

pembelajaran membuat saya lebih

memahami materi pelajaran.

+ 14 14 2 1

45% 45% 6% 3%

24. Saya sangat paham mengenai

hubungan antara materi yang

terdahulu dengan materi yang

sedang dipelajari.

+ 20 8 3 0

64% 26% 10% 0%

25. Saya tidak dapat menyelesaikan

soal-soal tantangan yang diberikan

guru.

- 1 0 17 13

3% 0% 56% 41%

26. Pembelajaran hari ini membuat

saya pusing

- 1 6 15 9

3% 19% 48% 29%

91

Pernyataan nomor 23, didominasi oleh jawaban SS dan S yang artinya

peserta didik sangat setuju jika adnaya tantangan soal dan pembagian diskusi

kelompok ini dapat lebih membantu mereka memahami konsep materi yang

sedang dipelajari, sedangkan pilihan TS dan STS hanya 6% dan 3%.

Pernyataan nomor 24 memiliki hasil persentase yaitu jawaban SS sebesar

64%, jawaban S sebesar 26%, jawaban TS sebesar 10%, dan jawaban STS sebesar

0%. Persentase tersebut mengartikan bahwa setelah diberikan perlakuan, peserta

didik menjadi sangat memahami hubungan antara konsep materi yang terdahulu

dengan konsep materi yang sedang atau akan mereka dipelajari, oleh karena itu

respon peserta didik pada pernyataan nomor 24 ini didominasi oleh jawaban

sangat setuju.

Pernyataan nomor 25 memiliki hasil persentase yaitu jawaban SS sebesar 3%,

jawaban S sebesar 0%, jawaban TS sebesar 56%, dan jawaban STS sebesar 41%.

Jawaban pernyataan nomor 25 didominasi oleh jawaban peserta didik yang tidak

setuju dengan pernyataan “Saya tidak dapat menyelesaikan soal-soal tantangan

yang diberikan guru”.

Pernyataan nomor 27 memiliki hasil persentase yaitu jawaban SS sebesar 3%,

jawaban S sebesar 19%, jawaban TS sebesar 48%, dan jawaban STS sebesar 29%.

Persentase tersebut menunjukkan bahwa jawaban untuk pernyataan angket nomor

27 lebih dominan pada pilihan jawaban tidak setuju. Artinya, meskipun dalam

pembelajaran peserta didik belum terbiasa dengan pendekatan pembelajaran yang

mengharuskan mereka mengkonstruksi pengetahuan sendiri namun respon peserta

didik pada soal nomor 27 lebih dominan pada jawaban tidak setuju dengan

pernyataan “Pembelajaran hari ini membuat saya pusing”.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa respon pernyataan

untuk indikator keenam yakni menunjukkan pemahaman terhadap materi

pembelajaran memiliki respon yang positif, sebab dengan pembelajaran yang

menekankan kepada student centered, peserta didik dapat lebih memahami konsep

materi yang sedang dipelajari.

Indikator selanjutnya ialah indikator dengan jumlah pernyataan sebanyak dua

buah, yang terdiri dari satu pernyataan positif dan satu pernyataan negatif.

Pemaparan hasil rekapitulasinya dapat dilihat pada halaman selanjutnya.

92

Tabel 4.23

Rekapitulasi Hasil Angket Indikator 7

Indikator: Menunjukkan kesukaan terhadap suasana pembelajaran di kelas

No Pernyataan Jeni

s

Respon

SS S TS STS

22. Pembelajaran hari ini membuat

saya pusing.

+ 3 4 19 5

10% 13% 61% 16%

28. Pembelajaran hari ini sangat

menyenangkan.

- 17 10 4 0

55% 32% 13% 0%

Pada pernyataan nomor 22, didapatkan hasil bahwa jawaban SS sebesar 10%,

jawaban S sebesar 13%, jawaban TS sebesar 61%, dan jawaban STS sebesar 16%.

Jawaban untuk pernyataan ini lebih dominan pada jawaban tidak setuju, artinya

mereka cukup senang dengan pembelajaran matematika walaupun terdapat

banyak tantangan soal. Hal ini sejalan dengan pernyataan nomor 28 dengan

persentase jawaban SS sebesar 55%, jawaban S sebesar 32%, jawaban TS sebesar

13%, dan jawaban STS sebesar 0%, yang artinya peserta didik memilih sangat

setuju bahwa pembelajaran pada saat dilakukan penelitian sangat menyenangkan.

Berdasarkan pemaparan hasil angket di atas dari indikator 1-7 kemudian

didapatkan hasil rata-rata persentase sebesar 59% yang memiliki respon positif

terhadap pembelajaran dengan pendekatan generatif.

C. Pembahasan

1. Kemampuan Pemahaman Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol

Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang dilakukan secara kuantitatif,

didapatkan hasil bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan generatif

pada materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman matematis peserta didik. Peningkatan tersebut diperoleh

dari hasil pengolahan pretes dan postes kelas eksperimen yang dilakukan melalui

uji non-parametrik Wilcoxon dengan bantuan SPSS 16,0 for windows.

Hasil uji non-parametrik Wilcoxon yang dilakukan didapatkan P-value (Sig.1-

tailed) < 0,05 yang artinya H0 ditolak, sehingga terdapat pengaruh pendekatan

generatif terhadap peningkatan kemampuan pemahaman matematis secara

93

signifikan. Adapun peningkatannya terlihat dari rata-rata nilai pretes sebesar 23

dan rata-rata nilai postes sebesar 73, sehingga diperoleh selisih 50.

Pendekatan generatif ialah salahsatu pendekatan yang berpusat kepada

peserta didik yang mementingkan adanya kebermaknaan belajar dengan cara

pengkonstruksian materi pelajaran secara mandiri oleh peserta didik. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Ausubel (dalam Suwangsih & Tiurlina, 2010) yang

mengemukakan pentingnya belajar menemukan daripada belajar menerima.

Belajar menemukan akan membuat pembelajaran menjadi bermakna karena

konsep materi yang dipelajari ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh peserta

didik. Begitu pula dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan generatif,

peserta didik dibimbing untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang akan

dipelajari dengan mengaitkan konsep antar materi. Respon peserta didik terhadap

pengkonstruksian materi pembelajaran secara mandiri pun sangat bagus, yaitu

mencapai 38% untuk jawaban sangat setuju dan 58% untuk jawaban setuju.

Adanya pengkonstruksian materi pelajaran dalam pendekatan generatif

merupakan salahsatu kelebihan yang dimiliki dalam pendekatan ini karena dengan

pengkonstruksian tersebut menjadikannya pembelajaran yang efektif. Hal ini

sejalan dengan pendapat Eugen dan Kauchak (dalam Yulianus, 2013) bahwa

pembelajaran akan efektif jika peserta didik secara aktif dilibatkan dalam

pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan). Sejalan dengan itu,

menurut Bruner (dalam Amelia, 2010, hlm. 36) „Dalam teori konstruksi cara

berpikir terbaik bagi seorang anak untuk belajar konsep dan prinsip adalah dengan

mengkonstruksikan konsep dan prinsip itu‟.

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan generatif dalam penelitian

ini disesuaikan dengan Teori Van Hiele. Hal tersebut karena materi pembelajaran

yang diajarkan ialah geometri bangun ruang, dan Teori Van Hiele ialah teori

belajar yang menguraikan tahapan perkembangan mental peserta didik dalam

mempelajari geometri.

Adapun menurut Van Hiele (dalam Pitajeng, 2006), terdapat lima tahapan

belajar peserta didik dalam mempelajari geometri, yaitu tahap pengenalan, tahap

analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi, dan tahap akurasi. Tahapan-tahapan

tersebut digunakan dalam pembelajaran. Namun, tahap akurasi tidak ada dalam

94

pembelajaran karena cukup sulit bagi peserta didik untuk mempelajari pentingnya

ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.

Deskripsi tahap-tahap belajar teori Van Hiele yang ada dalam langkah-

langkah pembelajaran generatif penelitian dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 2.24

Langkah Pendekatan Generatif yang Mengacu pada Teori Van Hiele

Tahapan

Van Hiele

Deskripsi Pembelajaran Tahapan

Generatif

Deskripsi Pembelajaran

Tahap

Pengenalan

Tahap ini ketika peserta didik

mengenal bentuk-bentuk

bangun ruang

Tahap

Orientasi

Peserta didik diingatkan kembali

mengenai bentuk bangun ruang,

kemudian guru menunjukkan

bentuk bangun kubus dan balok.

Tahap

Analisis

Tahap ini ketika peserta didik

menganalisis sifat-sifat yang

ada dalam bangun kubus dan

balok melalui sebuah media

Tahap

Pengungka

pan Ide

Melalui media berbentuk kubus

dan balok, peserta didik

menganalisis sifat-sifat bangun

ruang dengan mengaitkannya

dengan konsep bangun datar

sebagai bangun pembentuk

bangun ruang.

Tahap

Tantangan

dan

Restrukturi

sasi

Pada tahap ini, peserta didik

masih ditugaskan untuk

menganalisis sifat-sifat bangun

ruang untuk menyelesaikan

tantangan.

Tahap

Pengurutan

Pada tahap ini peserta didik

telah dapat mengklasifikasi

dan penggeneralisasian

melalui sifat-sifat, sudah

mengenal bentuk-bentuk

geometri, memahami sifat-

sifatnya, dan juga sudah

mampu untuk mengurutkan

bentuk-bentuk geometri yang

satu sama lain saling

berhubungan.

Tahap

Penerapan

Peserta didik diberikan LKS yang

berisi beragam soal yang dapat

melatih tahap pengurutan.

Tahap

Deduksi

Dalam tahap ini peserta didik

sudah dapat menarik

kesimpulan secara deduktif. Ia

telah mengerti unsur tak

terdefinisi memiliki peranan

yang penting di samping unsur

yang terdefinisikan

Tahap

Generalisa

si

Pada akhir pembelajaran, peserta

didik dibimbing untuk

menyimpulkan bahwa bangun

ruang terbentuk dari bangun datar

dan memiliki sifat-sifat yang

terdiri dari rusuk berupa garis, sisi

berupa bidang datar, dan titik

sudut.

Adanya media pembelajaran dalam penelitian ini digunakan karena

pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental peserta

didik. Tingkat perkembangan mental peserta didik menurut Teori Belajar Jean

Piaget masuk ke dalam tahap operasional konkret dan menurut Teori Belajar

Bruner, peserta didik masuk ke dalam tahap enaktif. Kedua teori ini berpendapat

95

bahwa usia peserta didik dalam pembelajaran masih memerlukan benda-benda

konkret untuk menunjuang pencapaian pemahaman matematis. Merujuk dari

kedua pendapat di atas, Maulana (2011, hlm. 73) mengatakan “Selama tahap ini

(tahap operasional konkret) anak mengembangkan konsep dengan menggunakan

benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai pentingnya benda konkret untuk

peserta didik usia SD, melandasi pembelajaran dalam pendekatan ini dengan

menggunakan media konkret yakni bentukan kubus dan balok satuan yang terbuat

dari kertas karton. Media tersebut diberikan kepada masing-masing peserta didik

yang digunakan untuk pembelajaran menganalisis sifat-sifat yang ada pada kubus

dan balok. Meskipun pembelajaran dilakukan dengan berkelompok, namun pada

waktu menganalisis sifat-sifat kubus dan balok dilakukan secara mandiri dengan

bimbingan guru.

Pembelajaran konvensional ekspositori juga dapat meningkatkan pemahaman

peserta didik secara signifikan. Peningkatan pemahaman tersebut diketahui

berdasarkan hasil pengolahan data pretes dan postes kelas kontrol yang dilakukan

melalui uji t-tak bebas atau uji paired samples correlations dengan bantuan

Software SPSS 16,0 for windows dan didapatkan hasil bahwa P-value (Sig.) 1-

tailed kurang dari 0,05 yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti

terdapat pengaruh pendekatan konvensional ekspositori terhadap peningkatan

kemampuan pemahaman matematis secara signifikan. Peningkatannya terlihat

dari rata-rata nilai pretes sebesar 17 dan rata-rata nilai postes sebesar 52, sehingga

diperoleh selisih 35.

Peningkatan pemahaman peserta didik terjadi karena pembelajaran yang

dilakukan di kelas kontrol dilakukan dengan maksimal sehingga peserta didik

dapat mencapai kemampuan pemahaman matematis yang diharapkan pada materi

bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya. Pemberian perlakuan yang

maksimal di kelas kontrol dapat terlihat dari pemberian latihan-latihan soal yang

beragam yang mengajak peserta didik melatih kemampuan pemahaman

matematis. Pemberian media pada kelas eksperimen juga diberikan di kelas

kontrol.

96

Kedua pembelajaran matematika yang diterapkan di kelas kontrol dan

eksperimen sesuai dengan karakteristik pembelajaran matematika menurut

Suwangsih dan Tiurlina (2006) yakni, menggunakan metode spiral, secara

bertahap, menggunakan metode induktif, menganut kebenaran konsistensi, dan

bermakna. Materi geometri bangun ruang yang diajarkan di kedua kelas dikaitkan

dengan geometri bidang datar serta dibantu dengan media pembelajaran, hal ini

sejalan dengan karakteristik pembelajaran dengan metode spiral dan dilakukan

secara bertahap. Pada saat pembelajaran, guru bertanya jawab mengenai sifat-sifat

kubus dan balok, barulah menunjukkan benda-benda yang berbentuk kubus dan

balok sehingga peserta didik dapat mengelompokkan bangun kubus dan balok, hal

tersebut sejalan dengan karakteristik pembelajaran matematika secara induktif.

Adanya pengaitan antara konsep geometri bangun ruang dengan bangun datar

dalam pembelajaran menjadikannya pembelajaran bermakna

Hasil yang diperoleh di kedua kelas menunjukkan bahwa baik pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan generatif maupun pendekatan konvensional

ekspositori dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis peserta didik

pada materi bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya. Hal ini dapat dilihat

dari nilai rata-rata N-gain pada kedua kelompok. Rata-rata nilai N-gain untuk

kelompok eksperimen adalah 0,6, sedangkan rata-rata nilai N-gain untuk

kelompok kontrol sebesar 0,4. Keduanya masuk kategori sedang. Setelah nilai N-

gain didapat kemudian dianalisis dengan uji statistik, dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman antara kelas eksperimen

dengan kelas kontrol.

Pada penelitian ini, kemampuan awal peserta didik sudah berbeda. Namun

keduanya masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata pretes kelas

eksperimen dan kontrol sebesar 23 dan 17. Rendahnya rata-rata yang diperoleh

dari masing-masing kelas tersebut terjadi karena soal pretes yang diberikan

kepada mereka memerlukan pemahaman lebih untuk dapat menyelesaikannya.

Materi yang ada dalam soal pretes ialah bangun ruang sederhana dan jaring-

jaringnya. Materi bangun ruang sebelumnya sudah ada di kelas 1 dan kemudian

diulang sampai kelas 3, sebenarnya pemahaman mereka akan sifat-sifat bangun

ruang telah sebelumnya didapatkan, namun karena selama ini pembelajaran yang

97

mereka dapat kurang melatih kemampuan pemahaman matematis, mereka

menjadi lupa dan tidak dapat menjawab soal-soal pretes. Selain itu pula, soal

pretes yang diberikan mengukur kemampuan pemahaman matematis yang

merupakan salahsatu kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Berdasarkan analisis data pretes, jenis kemampuan pemahaman matematis

yang dominan yaitu jenis pemahaman komputasional dengan indikator

menganalisis objek-objek untuk sifat-sifat tertentu yang mencapai rata-rata

persentase sebesar 36% dengan persentase kelas eksperimen mencapai 45% dan

kelas kontrol mencapai 28%.

Jenis pemahaman komputasional dengan indikator mengklasifikasi objek-

objek berdasarkan sifat-sifat tertentu mencapai rata-rata persentase 14% dengan

persentase kelas eksperimen mencapai 25% dan kelas kontrol mencapai 24%,

sedangkan untuk jenis pemahaman fungsional baru mencapai 10% dengan

persentase kelas eksperimen mencapai 12% dan kelas kontrol mencapai 7%.

Setelah data hasil pretes diolah, untuk meningkatkan kedua jenis pemahaman

tersebut, maka dilakukan penelitian dengan tiga kali pertemuan pembelajaran

pada masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen

dilakukan pembelajaran dengan pendekatan generatif, sedangkan di kelas kontrol

dilakukan pembelajaran dengan pendekatan konvensional ekspositori.

Selanjutnya, setelah dilakukan penelitian kedua kelas diberikan lembar postes

pada pembelajaran terakhir untuk mengetahui peningkatan kemampuan

pemahaman matematisnya.

Berdasarkan analisis data hasil postes, pada jenis pemahaman komputasional

dengan indikator menganalisis objek-objek untuk sifat-sifat mencapai rata-rata

persentase sebesar 82%, artinya terjadi peningkatan rata-rata di kedua kelas

sebesar 46% dari saat pretes. Adapun rata-rata persentase di kelas eksperimen dan

kontrolnya sebesar 95% dan 70%.

Indikator mengklasifikasi objek-objek berdasarkan sifat-sifat tertentu

mencapai rata-rata persentase sebesar 72%, artinya terjadi peningkatan sebesar

58% dari saat pretes. Adapun rata-rata persentase di kelas eksperimen dan

kontrolnya sebesar 79% dan 65%.

98

Adapun dari pemahaman fungsional dengan indikator menghubungkan satu

konsep dengan konsep lainnya mencapai rata-rata persentase sebesar 51% di kelas

eksperimen dan kontrol, artinya terjadi peningkatan rata-rata persentase sebesar

41% dari saat pretes dengan rata-rata persentase di kelas eksperimen dan

kontrolnya ialah 65% dan 38%.

Peningkatan pemahaman matematis peserta didik pada kelas eksperimen dan

kontrol mengalami perbedaan disebabkan adanya perlakuan yang berbeda. Di

dalam perlakuan yang dilakukan oleh guru terdapat faktor-faktor yang

memperngaruhi hasil peningkatan pemahaman matematis peserta didik. Faktor-

faktor yang mempengaruhi di antaranya ialah pemberian perlakuan yang berbeda

dan bimbingan yang diberikan saat pembelajaran.

2. Respon Peserta Didik terhadap Pembelajaran yang menggunakan

Pendekatan Generatif

Selain berdasarkan pengolahan dan analisis data secara kuantitatif, dilihat

juga hasil dari pengolahan data secara kualitatif yang berkaitan dengan respon

peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan tahapan pendekatan

generatif yang didapatkan dari pengisian angket. Secara keseluruhan respon

peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan generatif

adalah positif dengan hasil rata-rata persentase sebesar 59%. Peserta didik merasa

senang karena proses pembelajaran yang dilakukan dapat menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif.

Suasana yang menyenangkan tersebut terjadi karena adanya pengelompokkan

pada saat pengerjaan LKS. Selain itu, adanya media yang diberikan kepada setiap

orangnya menjadikan peserta didik dapat mencapai kemampuan pemahaman

matematis pada bangun ruang sederhana dan jaring-jaringnya. Respon positif

tersebut menunjukkan adanya aktivitas positif peserta didik yang memiliki andil

dalam peningkatan pemahaman terhadap materi bangun ruang sederhana dan

jaring-jaringnya.

Berdasarkan hasil analisis angket, diperoleh hasil persentase yang paling

tinggi untuk pernyataan Sangat Setuju (SS) dan Setuju (S) ialah penyataan nomor

9 pada indikator 3. Pernyataannya yakni “Saya menjadi bersemangat ketika

berdiskusi dengan teman-teman satu kelompok menyelesaikan tantangan dari

99

guru”. Adapun persentase SS untuk pernyataan ini ialah 74% dan S untuk

penyataan ini ialah 16%. Besarnya hasil persentase pada pernyataan nomor 9,

membuktikan bahwa pendapat menurut Slavin (Yulianus, 2013) yakni dalam

proses pembelajaran peserta didik akan lebih mudah dalam memahami konsep-

konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikannya bersama dengan

teman-temannya. Ketika peserta didik dalam kelompoknya dapat saling

membantu untuk mencapai pemahaman, maka dapat menimbulkan perasaan

semangat selama proses diskusi berlangsung.

Selain itu, perolehan persentase terbesar lainnya ialah pada penyataan nomor

6 yakni “Saya senang mencari cara lain dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan”. Adapun persentase SS untuk pernyataan ini ialah 32% dan persentase

S nya sebesar 61%. Semangat untuk mencari cara lain dalam menyelesaikan tugas

merupakan salahsatu semangat peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan.

Hasil yang sama besarnya juga ada dalam respon penyataan nomor 16 pada Tabel

4.18 yakni untuk pernyataan “Saya semangat menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan guru”, persentase yang diperoleh sebesar 58% untuk respon “SS”.

Respon positif selajutnya ialah pada penyataan nomor 27 yang berbunyi “Saya

senang ketika harus menemukan sendiri konsep materi yang sedang dipelajari”

dengan peroleh persentase sebesar 58% untuk respon “S”. Perolehan Respon-

respon positif tersebut sejalan dengan pendapat Imam (dalam Dika, 2013)

mengenai kelebihan pembelajaran generatif antara lain (1) memberikan peluang

kepada peserta didik untuk belajar secara kooperatif, (2) merangsang rasa ingin

tahu peserta didik, (3) meningkatkan keterampilan proses, (4) meningkatkan

aktivitas belajar peserta didik, di antaranya dengan bertukar pikiran dengan

peserta didik lainnya, menjawab pertanyaan dari guru melalui tahap

pengungkapan ide, berani tampil untuk mempresentasikan hasil pengerjaannya

bersama dengan teman sekelompok.

Ciri khas dari pendekatan generatif yaitu adanya tahap pengungkapan ide dan

tahap tantangan dan restrukturisasi juga mendapatkan respon positif dari peserta

didik. Hal itu diperoleh dari respon angket pada pernyataan nomor 23 dan 24

yaitu “Saya sangat paham mengenai hubungan antara materi yang terdahulu

dengan materi yang sedang dipelajari” dan “Pemberian tantangan soal dan diskusi

100

kelompok dalam pembelajaran membuat saya lebih memahami materi pelajaran”.

Masing-masing mendapatkan persentase jawaban “SS” sebesar 45% dan 64%.

Sikap kooperatif yang ditunjukkan oleh peserta didik juga tercermin dari

respon yang didapatkan pada angket dengan pernyataan nomor 13 yakni “Saya

senang membantu teman sekelompok untuk berani menjelaskan di depan teman-

teman lainnya” dengan persentase jawaban “SS” sebesar 52%.

Dari penjabaran di atas mengenai hasil angket diketahui bahwa pendekatan

generatif dan pembelajaran matematika memiliki sebagian besar respon positif.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pendekatan generatif yang digunakan dalam

pembelajaran matematika dapat diterima oleh peserta didik. Jadi, pendekatan

generatif dapat dijadikan salahsatu alternatif pendekatan yang dapat diterapkan

dalam pembelajaran matematika.

3. Deskripsi Pembelajaran di Kelas Kontrol dan di Kelas Eksperimen

Keberhasilan suatu pembelajaran salahsatunya ditentukan melalui kinerja

guru dalam hal perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi. Kinerja guru

dalam penelitian ini dinilai melalui format observasi yang dilakukan pada saat

pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen maupun kontrol. Setelah

melakukan penelitian di kelas eksperimen dan kontrol didapatkan hasil persentase

di bawah ini.

Tabel 4.25

Persentase Hasil Observasi Kinerja Guru

Kelompok Presentase pertemuan ke-

Rata-rata Interpretasi 1 2 3

Eksperimen 83% 88% 90% 87% Baik Sekali

Kontrol 88% 88% 90% 89% Baik Sekali

Tabel 4.28 menunjukkan bahwa rata-rata persentase kinerja guru kelas

eksperimen lebih kecil daripada kinerja guru kelas kontrol. Hal ini terjadi karena

karakteristik peserta didik kelas eksperimen yang lebih sulit terkontrol daripada

kelas kontrol. Selain itu, dalam keseharian biasanya guru di sekolah kelas

eksperimen selalu menggunakan pendekatan konvensional alhasil pada saat

mengajar penelitian dengan menggunakan pendekatan student centered, guru

sedikit kewalahan dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan. Faktor

lingkungan juga mempengaruhi, karena kelas eksperimen yang guru gunakan

101

merupakan kelas IV yang masuk pada siang hari, dan antara satu kelas dengan

kelas lainnya sangat dekat, maka keributan kelas di sebelah pun akan sangat

terdengar di kelas eksperimen yang guru ajar. Namun pada dasarnya baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol, sama-sama antusias dengan pembelajaran. Hal

itu terlihat pada saat guru melakukan tahap orientasi di kelas eksperimen dan

tahap penyajian materi di kelas kontrol, peserta didik di kedua kelas antusias

untuk mengungkapan ide mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan guru seputar

pembelajaran.

Pada kedua kelas tersebut, terjadi peningkatan kemampuan pemahaman

matematis peserta didik. Kondisi tersebut terjadi karena persentase kinerja guru

pada kedua kelas sudah menunjukkan kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan

bahwa kinerja guru dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan peserta

didiknya dalam belajar.

Setelah, kinerja guru dihitung dan diolah. Aktivitas peserta didik selama

pembelajaran berlangsung juga diamati oleh observer. Observasi aktivitas peserta

didik digunakan untuk mengetahui respon yang muncul secara spontan pada saat

pembelajaran di kelas eksperimen dan kontrol. Adapun aspek yang diamati pada

format observasi peserta didik ialah aspek motivasi, partisipasi dan kerjasama.

Rekapitulasi hasil observasi aktivitas peserta didik selama pembelajaran

berlangsung dari pembelajaran pertama hingga pembelajaran ketiga ialah sebagai

berikut.

Tabel 4.26

Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik

Kelompok Persentase pertemuan ke-

Rata-rata Interpretasi 1 2 3

Eksperimen 57% 76% 87% 73% Tinggi

Kontrol 62% 75% 80% 72% Tinggi

Berdasarkan Tabel 4.13, aktivitas peserta didik di kelas eksperimen dan

kontrol pada pertemuan pertama dinilai sudah cukup baik. Pada pertemuan kedua

dan ketiga semakin meningkat baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Adanya peningkatan terjadi karena beberapa faktor, di antaranya pada pertemuan

pertama peserta didik masih belum dekat dengan guru, peserta didik berada pada

tahap pengenalan akan langkah-langkah pembelajaran yang tidak seperti biasanya,

102

masih tidak terbiasa juga untuk belajar berkelompok. Pada saat pembagian

kelompok pun baik di kelas kontrol maupun eksperimen, peserta didik masih ada

yang bekerja sendiri dan bahkan tidak mau duduk berkelompok. Namun, pada

pertemuan-pertemuan selanjutnya, baik di kelas eksperimen maupun kontrol

mulai terbiasa untuk melakukan kerjasama dalam kelompok. Bahkan pada kelas

eksperimen, ketika guru meminta peserta didik untuk duduk berkelompok, mereka

langsung membentuk kelompok yang sudah dibagi pada pembelajaran

sebelumnya. Peserta didik juga sudah mulai terbiasa dengan langkah

pembelajaran yang berbeda. Pada hari ketiga, peningkatan aktivitas peserta didik

semakin meningkat di kedua kelas.

a. Deskripsi Pembelajaran di Kelas Kontrol

Sama seperti pembelajaran di kelas eksperimen, pembelajaran di kelas

kontrol dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pembelajaran pertama

dilaksanakan pada tanggal 23 April 2015 mengenai sifat-sifat bangun kubus dan

balok. Namun sebelum pembelajaran hari pertama, guru terlebih dahulu sudah

menugaskan peserta didik untuk membawa kardus yang mereka punya di rumah.

Kardus tersebut akan digunakan sebagai media untuk pembelajaran balok.

Pada pertemuan pertama, kegiatan diawali dengan guru mengondisikan

peserta didik untuk siap belajar, mengadakan apersepsi dengan melakukan tanya

jawab mengenai perbedaan bangun datar dengan bangun ruang. Setelah itu, guru

menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan inti dimulai dengan guru membagikan masing-masing peserta didik

sebuah kubus satuan, kemudian guru menjelaskan sifat-sifat kubus dan balok yang

akan dipelajari yaitu sisi, rusuk, dan titik sudut. Selanjutnya, bersama-sama

dengan peserta didik menghitung jumlah sisi, rusuk, dan titik sudut.

Guru menggambarkan bentuk kubus dan balok di papan tulis dan menuliskan

secara detail materi yang sedang dipelajari, kemudian peserta didik ditugaskan

untuk mengisi latihan soal. Guru membolehkan peserta didik bekerjasama dengan

teman sebangku mereka.

Selama pengerjaan LKS, guru berkeliling untuk memantau dan membimbing

apabila ada peserta didik yang mengalami kesulitan. Pengerjaan LKS tidak begitu

berjalan lancar, karena ada peserta didik yang tidak mau bekerjasama, ada pula

103

yang ternyata tidak memiliki teman yang mau satu kelompok dengannya, ada

yang malas-malasan, namun ada pula yang patuh mengerjakan.

Selanjutnya, guru membahas latihan soal tersebut. Meskipun jawaban-

jawaban peserta didik tidak ada yang seluruhnya benar, namun mereka sudah

mengetahui letak rusuk, sisi, dan titik sudut beserta jumlahnya yang terdapat pada

kubus dan balok. Pada kegiatan akhir, guru membimbing peserta didik untuk

menyimpulkan pembelajaran dan meminta peserta didik untuk membawa kembali

media kubus satuan yang akan dipakai pada pembelajaran kedua.

Pada tanggal 24 April 2015, dilakukan pembelajaran kedua di kelas kontrol

mengenai jaring-jaring kubus. Pertemuan pertama, kegiatan dimulai dengan guru

mengondisikan peserta didik untuk siap belajar, mengadakan apersepsi dengan

melakukan tanya jawab kembali mengenai sifat-sifat bangun kubus dan bertanya

bangun datar pembentuk kubus. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

Pada kegiatan inti, peserta didik diminta untuk mengeluarkan media kubus

satuan yang pertemuan sebelumnya sudah guru berikan. Guru membimbing

peserta didik untuk memberikan nama pada masing-masing titik sudut pada media

kubus. Setelahnya, guru memfokuskan peserta didik untuk memperhatikan guru

yang akan mendemonstrasikan cara memotong kubus. Pemberian nama pada titik-

titik sudut di kubus beserta dengan memotong kubus menjadi jaring-jaring,

bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam pengisian latihan soal yang

akan diberikan oleh guru.

Guru memastikan seluruh peserta didik mengerti dengan penjelasan materi.

Setelahnya, masing-masing peserta didik dibagikan latihan soal. Peserta didik

dapat bekerjasama dengan teman sebangku mereka.

Selama pengerjaan latihan soal, guru memantau dengan cara berkeliling. Ada

peserta didik yang tetap tidak mau membantu temannya yang tidak bisa. Ada pula

peserta didik yang dapat langsung mengerti maksud soal yang ada di latihan yang

tergolong sulit, tapi tak sedikit pula yang tidak mengerti maksud dari salahsatu

soal yang ada di lembar latihan.

Setelah waktu pengerjaan soal selesai, maka guru membahas jawaban latihan

soal tersebut. Pada kegiatan akhir, guru membimbing peserta didik untuk

104

menyimpulkan pembelajaran dan meminta peserta didik untuk membawa kardus

balok yang pada saat pembelajaran pertama dibawa untuk dibawa kembali pada

pembelajaran ketiga.

Pada tanggal 25 April 2015, dilaksanakan pembelajaran ketiga di kelas

kontrol dengan materi jaring-jaring balok. Sama dengan pembelajaran

sebelumnya, kegiatan dimulai dengan guru mengondisikan peserta didik untuk

siap belajar, mengadakan apersepsi dengan melakukan tanya jawab kembali

mengenai sifat-sifat bangun balok dan bertanya bangun datar pembentuk balok.

Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti, peserta didik diminta untuk mengeluarkan media balok

satuan yang pertemuan sebelumnya sudah guru tugaskan. Sama hal nya dengan

pertemuan sebelumnya, guru membimbing peserta didik untuk memberikan nama

pada masing-masing titik sudut pada media balok. Setelahnya, guru memfokuskan

peserta didik untuk memperhatikan guru yang akan mendemonstrasikan cara

memotong balok. Pada pembelajaran ketiga ini, peserta didik sudah banyak yang

tidak kebingungan dalam penamaan dan pemotongan balok.

Guru memastikan seluruh peserta didik mengerti dengan penjelasan materi.

Setelahnya, masing-masing peserta didik dibagikan latihan soal. Peserta didik

dapat bekerjasama dengan teman sebangku mereka. Selama pengerjaan latihan

soal, guru berkeliling untuk membimbing peserta didik yang mengalami kesulitan.

Peserta didik yang tadinya tidak mau pun, pada pembelajaran ketiga sudah mau

bekerjasama karena pada materi balok, materinya cukup sulit. Setelah waktu

pengerjaan soal selesai, maka guru membahas jawaban latihan soal tersebut. Pada

kegiatan akhir, guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan

pembelajaran.

b. Deskripsi Pembelajaran di Kelas Eksperimen

Pembelajaran di kelas eksperimen dilaksanakan pertama kali pada tanggal 11

Mei 2015. Pada pertemuan pertama, materi yang diajarkan yaitu sifat-sifat bangun

kubus dan balok. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengkondisikan

peserta didik agar siap belajar. Selanjutnya guru melakukan apersepsi melalui

tanya jawab mengenai perbedaan kardus mie dengan lantai keramik. Barulah

kemudian, guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

105

Pada kegiatan inti, peserta didik diperlihatkan slide powerpoint untuk

memasuki tahap pengungkapan ide. Fungsi dari slide powerpoint ialah untuk

menampilkan benda yang berbentuk persegi dan benda yang memiliki sebuah

ruangan. Gambar-gambar tersebut digunakan guru untuk merangsang peserta

didik agar mereka dapat berpikir perbedaan antara bangun datar dengan bangun

ruang, kemudian guru membagikan kubus dan balok satuan kepada masing-

masing peserta didik, lalu setelahnya guru dan peserta didik melakukan tanya

jawab mengenai sifat-sifat bangun kubus dan balok dengan mengaitkan konsep

materi bangun ruang dengan sifat-sifat bangun datar penyusunnya. Hal tersebut,

bertujuan agar peserta didik lah yang mengkonstruksi pengetahuannya mengenai

sifat-sifat bangun ruang melalui penayangan slide powerpoint dan media kubus

serta balok yang telah diberikan.

Pada saat menjelaskan mengenai sisi, guru mengatakan bahwa sisi merupakan

batas suatu bangun, sehingga begitu guru bertanya letak sisi suatu persegi, mereka

menunjuk sisi dari persegi itu ialah garis yang membentuk persegi. Begitu pula

saat guru bertanya letak sisi bangun kubus, mereka tetap menjawab bahwa sisi

kubus ialah garis yang membentuk kubus. Namun ada tiga peserta didik yang

sampai maju untuk menunjuk bahwa sisi atau batas yang membentuk bangun

kubus ialah bangun datar pembentuknya dan bukanlah garis.

Selanjutnya, guru membagi peserta didik dalam 6 kelompok dengan masing-

masing anggota kelompok berjumlah 5 orang. Masing-masing kelompok

dibagikan LKS yang di dalamnya berisi sebuah tantangan. Selama peserta didik

mengerjakan LKS, guru berkeliling memantau peserta didik dengan sesekali

memberikan pertanyaan pancingan.

Selama diskusi berlangsung, tidak semua peserta didik mau bekerjasama

dengan kelompoknya. Jawaban-jawaban peserta didik bervariasi, ketika diberikan

pertanyaan mengenai panjang rusuk yang sama di balok, ada peserta didik yang

mengukur satu persatu rusuk tersebut dan menuliskan jawaban mereka lengkap

beserta ukurannya. Ada pula yang langsung dapat menebak panjang rusuk yang

sama. Begitu pengerjaan LKS selesai, tiap kelompok maju untuk menyajikan

jawaban LKS mereka.

106

Guru juga mengomentari jawaban-jawaban peserta didik yang telah

dikemukakan sehingga peserta didik dapat mengetahui letak kekeliruan mereka.

Pada kegiatan akhir, peserta didik dibimbing untuk menyimpulkan materi dan

hasil diskusi yang telah dilaksanakan.

Pada tanggal 12 Mei 2015, dilaksanakan pembelajaran kedua di kelas

eksperimen mengenai jaring-jaring kubus. Kegiatan awal pada pembelajaran

kedua ini hampir sama dengan pembelajaran pertama yaitu mengkondisikan

peserta didik, memberikan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Apersepsi yang dilakukan guru ialah melakukan tanya jawab kembali dengan

peserta didik mengenai sifat-sifat kubus yang telah dipelajari pada pertemuan

sebelumnya. Hal ini agar peserta didik tidak lupa. Selain itu, peserta didik juga

diberikan pertanyaan “bagaimanakah susunan persegi yang membentuk kubus jika

sisi-sisi bangun kubus dibuka?”. Baru setelahnya, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

Kegiatan inti dimulai dengan meminta peserta didik berkumpul lagi bersama

dengan kelompoknya yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Guru

juga meminta peserta didik untuk mengeluarkan media kubus yang sudah

diberikan juga pada mereka di pertemuan sebelumnya. Tiap kelompok dibagikan

LKS yang berisi tantangan.

Tantangan yang diberikan pada pembelajaran kedua ialah masing-masing

kelompok harus mendapatkan 4 bentuk jaring-jaring kubus yang berbeda. Akan

tetapi, sebelum peserta didik ditugaskan untuk membuka kubus satuan tersebut,

terlebih dahulu mereka diminta untuk memperkirakan susunan persegi yang akan

terbentuk ketika kubus dibuka. Barulah setelahnya, guru mendemonstrasikan cara

memotong kubus untuk mendapatkan jaring-jaringnya.

Temuan yang menarik pada pembelajaran kedua ialah pada saat tiap anggota

kelompok ada yang memotong dengan cara yang sama dan mendapatkan jaring-

jaring kubus dengan susunan persegi yang sama, mereka akan langsung

mengatakan bahwa mereka tidak dapat menemukan 4 bentuk jaring-jaring

berbeda. Menanggapi hal tersebut, guru memberikan pertanyaan pancingan.

Ketika sudah selesai mengerjakan LKS, masing-masing kelompok maju

untuk menyajikan jawaban LKS mereka. Pada akhir pembelajaran, guru

107

membimbing peserta didik untuk menyimpulkan pembelajaran dan memberikan

pekerjaan rumah (PR) untuk mereka.

Tanggal 13 Mei 2015, dilakukan pembelajaran ketiga di kelas eksperimen

mengenai jaring-jaring balok. Kegiatan awal pada pembelajaran ketiga ini hampir

sama dengan pembelajaran kedua yaitu mengkondisikan peserta didik,

memberikan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Namun sebelum

pelaksanaan apersepsi, terlebih dahulu membahas PR yang sudah diberikan pada

pertemuan sebelumnya. Barulah setelahnya, guru melakukan apersepsi dan

menyampaikan tujuan pembelajaran.

Kegiatan inti dimulai dengan meminta peserta didik berkumpul lagi bersama

dengan kelompoknya yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Guru

juga meminta peserta didik untuk mengeluarkan media balok yang sudah mereka

bawa di pertemuan sebelumnya. Tiap kelompok dibagikan LKS yang berisi

tantangan.

Sama halnya dengan pertemuan kedua, tantangan yang diberikan pada

pembelajaran ketiga ialah masing-masing kelompok harus mendapatkan 4 bentuk

jaring-jaring balok yang berbeda. Akan tetapi, sebelum peserta didik ditugaskan

untuk membuka balok satuan tersebut, terlebih dahulu mereka diminta untuk

memperkirakan susunan persegipanjang dan atau persegi yang akan terbentuk

ketika balok dibuka.

Pada pembelajaran ketiga ini, peserta didik sudah mengerti cara

memperkirakan bentuk jaring-jaring balok. Mereka juga sudah mengetahui untuk

mendapatkan bentuk jaring-jaring balok lainnya bisa dengan memutar potongan

jaring-jaring balok. Jadi mereka tidak begitu banyak bertanya. Ketika sudah

selesai mengerjakan LKS, masing-masing kelompok maju untuk menyajikan

jawaban LKS mereka. Pada akhir pembelajaran, guru membimbing peserta didik

untuk menyimpulkan pembelajaran.