bab iv hasil penelitian dan pembahasan adat...

41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Kelurahan Jaya dan Sejarah Terbentuknya Desa Djai (Kelurahan Jaya ) di tinjau dari dari sejarah maka pada awalnya secara kelembagaan adalah merupakan bagian dari Kerajaan Kesultanan Tidore. Berdasarkan Bobato adat Kesultanan Tidore, Daerah atau wailayah Djai (zaman Kesultanan belum ada sebutan desa) itu dipimpin oleh seorang kepala wilayah atau daerah adat yang disebut Fomanyira dan selanjutnya wilayah atau daerah adat Djai tersebut dikenal dengan sebutan Soa Fomanyira Djai. Masyarakat yang bermukim di daerah adat Fomanyira Djai merupakan penduduk asli Setempat. Sesuai dengan kelembagaan Kesultanan Tidore Fomanyira Djai adalah daerah adat dibawah Daerah Otonom Gimalaha Nyili Gam Tufkange atau dalam bahasa indonesia Gam Tufkange berarti delapan kampung atau desa. Secara kelembagaan berdasarkan bobato, struktur adat Kerajaan Kesultanan Tidore, sebutan Gimalaha atau Sangadji adalah sebuah Daerah otonom Kesultanan Tidore yang membawahi beberapa daerah adat Fomanyira. Wilayah atau daerah adat di bawah kepemimpinan Gimalaha Nyili Gamtufkange adalah sebagai berikut :

Upload: dotram

Post on 08-Apr-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Kelurahan Jaya dan Sejarah Terbentuknya

Desa Djai (Kelurahan Jaya ) di tinjau dari dari sejarah maka pada awalnya

secara kelembagaan adalah merupakan bagian dari Kerajaan Kesultanan Tidore.

Berdasarkan Bobato adat Kesultanan Tidore, Daerah atau wailayah Djai (zaman

Kesultanan belum ada sebutan desa) itu dipimpin oleh seorang kepala wilayah atau

daerah adat yang disebut Fomanyira dan selanjutnya wilayah atau daerah adat Djai

tersebut dikenal dengan sebutan Soa Fomanyira Djai. Masyarakat yang bermukim di

daerah adat Fomanyira Djai merupakan penduduk asli Setempat.

Sesuai dengan kelembagaan Kesultanan Tidore Fomanyira Djai adalah daerah

adat dibawah Daerah Otonom Gimalaha Nyili Gam Tufkange atau dalam bahasa

indonesia Gam Tufkange berarti delapan kampung atau desa. Secara kelembagaan

berdasarkan bobato, struktur adat Kerajaan Kesultanan Tidore, sebutan Gimalaha

atau Sangadji adalah sebuah Daerah otonom Kesultanan Tidore yang membawahi

beberapa daerah adat Fomanyira.

Wilayah atau daerah adat di bawah kepemimpinan Gimalaha Nyili

Gamtufkange adalah sebagai berikut :

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

1. Wilayah pusat Pemerintahan Gimelaha Nyili Gamtufkange yang dipimpin

langsung oleh Gimelaha

2. Fomanyira Tambula

3. Fomanyira Tomagoba

4. Fomanyira Tuguwaji

5. Fomanyira Goto

6. Fomanyira Failuku

7. Fomanyira Sautu

8. Fomanyira Djai

Dari daerah adat atau wilayah kepemimpinan dari Sebuah daerah adat

Fomanyira yang berada dalam stuktur kelembagaan Kesultanan Tidore, maka struktur

kelembagaan secara lengkap dari Fomanyira Djai dapat digambarkan sebagai berikut

:

Gambar 1

Struktur Kelembagaan Pemerintahan Fomanyira Djai

SIMO GAM

TOLAMO HALI Atau

TOLAMO SOA

FOMANYIRA

GOSIMO GAM HAKIM SYARA

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Keterangan :

1. Fomanyira adalah nama sebutan Kepala Daerah Adat

2. Simo Gam adalah nama sebutan Sekretaris Daerah Adat

3. Dewan Syara adalah nama sebutan Para Penghulu

4. Gosimo Gam adalah nama sebutan Dewan Adat

5. Tolamo Hali/Soa adalah nama sebutan Kepala Soa (Hali) atau Kepala Lingkungan

6. Tolamo Kici adalah nama sebutan Kepala Pemuda.

(Sumber : Arsip Sejarah Kelurahan Jaya 2001)

Menurut Abubakar Tosofu (Wawancara 9 Mei 2013) Jabatan Fomanyira

adalah jabatan seumur hidup yakni dapat diangkat kembali Fomanyira, jika

Fomanyira sebelumnya telah berhalangan tetap atau meninggal dunia. Fomanyira

Gam Djai dipilih dari tiga keturunan yang berasal dari tiga soa yang berada di

wilayah adat Fomanyira Djai yaitu Soa Djai Mayou, Soa Soakanora dan Soa

lingalamo. Apabila fomanyira yang berasal dari salah satu soa seperti soa Soakanora

meneniggal maka akan digantikan oleh soa Lingalamo dan jika fomanyira dari Linga

TOLAMO KICI

MASYARAKAT

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Lamo meninggal maka akan digantikan dari soa Djaimayou. Fomanyira Gam Djai

pada awal pembentukan hingga sekarang telah dipimpin oleh 24 Fomanyira atau telah

berusia 24 regenerasi dengan uraian masa jabatan dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 1

Daftar Uraian Masa Jabatan Fomanyira Gam Djai.

Fomanyira

ke Nama

Masa Jabatan

(Tahun) Keterangan

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Fomanyira

Ngusumalamo

Fomanyira Madero

Fomanyira

Ngusumadongo

Fomanyira Ngiri

Fomanyira Rahman

Fomanyira Kamisi

Fomanyira Salama

Fomanyira Hasan

Fomanyira Rabu

Fomanyira Tabaga

Fomanyira Solo

Fomanyira Laiman

Fomanyira Rahim

Fomanyira Karim

Fomanyira Sri

Fomanyira Diyali

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak tercatat

Tidak ada keterangan

Tidak ada keterangan

Tidak ada keterangan

Tidak ada keterangan

Tidak ada keterangan

Tidak ada keterangan

Turunan Fomanyira 4

Turunan Fomanyira 5

Turunan Fomanyira 6

Turunan Fomanyira 7

Turunan Fomanyira 8

Turunan Fomanyira 9

Turunan Fomanyira 10

Turunan Fomanyira 11

Turunan Fomanyira 12

Turunan Fomanyira 13

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

17

18

19

20

21

22

23

24

Fomanyira Misi

Fomanyira Gulaman

Fomanyira Salama

Fomanyira Abdul

Karim

Fomanyira Abdul

Gani

Fomanyira Abdul

Salam

Fomanyira Mahangiri

Fomanyira Salasa

Tidak tercatat

1902 – 1919

1919 – 1940

1940 – 1958

1958 – 1978

1978 – 1983

1983 – 2001

2001 –

sekarang

Turunan Fomanyira 14

Turunan Fomanyira 15

Turunan Fomanyira 16

Turunan Fomanyira 17

Turunan Fomanyira 19

Turunan Fomanyira 18

Turunan Fomanyira 20

Turunan Fomanyira 22

Sumber : Arsip Kelurahan Jaya Tahun 2002

Pada tahun 1956 Sistem kelembagaan adat Fomanyira Djai ini belum juga

terdegradasi karena wilayah Tidore ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Provinsi

Irian Barat. Pada masa pemerintahan ini Presiden Soekarno mengangkat Sultan

Zainal Abidin Syah selaku Raja atau Sultan Kerajaan Tidore sebagai Gubernur

Pertama Irian Barat pada tahun 1956-1961 sehingga sistem kelembagaan Kesultanan

Tidore masih dipakai dan berjalan sebagaimana bobato adat Kesultanan Tidore.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Setelah Papua masuk sebagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

pusat pemerintahan Irian Barat di Soasio Tidore dikembalikan dan Wilayah Kerajaan

Tidore diberi Status ibu kota dari Daerah Administratif Halmahera Tengah, maka

seluruh Perangkat pemerintahan daerah yang berada di lingkungan Kesultanan Tidore

mulai dibentuk. Sejak itulah daerah Adat Fomanyira Djai yang dipimpin oleh

seorang Fomanyira dirubah statusnya menjadi Desa Djai yang dipimpin oleh seorang

Kepala Desa. Setelah terjadi perubahan status tersebut, maka desa Djai secara

kelembagaan adat tidak lagi berfungsi secara formal melainkan sebagai kelembagaan

adat yang dapat berperan sesuai dengan kegiatan kebudayaan daerah, selain itu dalam

hal melaksanakan kegiatan yang terkait dengan adat istiadat di lingkungan Kelurahan

Jaya maka Fomanyira harus berkoordinasi dan meminta persetujuan dengan pihak

pemerintah desa .

Desa Djai merubah statusnya dari nama desa menjadi kelurahan Pada Tahun

1982 atas usul dari Pemerintah Daerah Administratif Kabupaten Halmahera Tengah

Kepada Pemerintah Provinsi Maluku. Atas usul tersebut kemudian Desa Djai dirubah

statusnya dari nama desa menjadi Kelurahan yang dipimpin oleh seorang Kepala

Kelurahan dan nama Djai diubah menjadi Jaya.

1.1.2. Keadaan Geografis

Geografis adalah salah satu aspek yang penting dalam mengetahui keadaan

suatu daerah. Faktor tersebut sangat penting untuk mengetahui unsur-unsur lain bagi

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Untuk itu Secara geografis Kelurahan Jaya

Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulaun merupakan salah satu kelurahan yang

berada di Propinsi Maluku Utara. Kelurahan jaya memiliki batasan-batasan wilayah

yaitu sebagai berikut:

• SebelahUtara berbatasan dengan Kelurahan Fobaharu

• Sebelah selatan berbatasan dengan Hutan Lindung Kie Matubu

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Gubu Kusuma

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kalaodi

Kelurahan Jaya terletak pada ketinggian 400 meter dari permukaan laut

dengan luas wilayah 488 ha dan luas pemukiman sekitar 10 ha. Dengan demikian

maka kelurahan Jaya merupakan daerah yang berada di daratan yang tinggi atau

pegunungan, terletak pada pegunungan dan memiliki wilayah yang cukup luas dan

strategis maka daerah ini sangat cocok untuk daerah pemukiman penduduk dan

pertanian, baik pertanian tanaman pangan maupun perkebunan.

1.1.3. Keadaan Penduduk

Masyarakat yang mendiami di kelurahan Jaya pada umumnya merupakan

masyarakat asli Tidore dan sebagian berasal dari daerah lain yang tinggal dan

menetap di daerah itu. Penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang

perkembangan dan pembangunan suatu daerah karena penduduk yang memiliki

kualitas yang baik akan menjadi modal penting bagi pembagunan daerah maupun

negara.penduduk akan menjadi sumberdaya manusia yang sangat menentukan

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

keberhasilan pembangunan jika memiliki kualitas yang baik. Tanpa peran penduduk

pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan serta kemasyarakatan tidak akan

bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan karena penduduk adalah subjek dan objek

dari aktifitas segala bidang.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian di kelurahan Jaya,

Jumlah penduduk Kelurahan Jaya sejumlah 721 jiwa dengan tingkat penyebaran

penduduk berdasarkan jenis kelamin dan penyebaran tingkatan pendidikan sebagai

berikut :

Tabel 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Jaya Kecamatan

Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan.

No.

Skala Umur

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

1

2

3

4

5

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

26

18

33

33

26

22

32

32

37

26

48

50

65

69

52

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

25-19

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

70-74

75 Tahun ke atas

33

26

29

23

22

35

13

8

8

6

8

27

36

36

28

22

26

12

17

7

11

7

59

62

65

51

44

59

25

25

15

17

15

Total 721

(Sumber: Data Profil kelurahan Jaya 2012)

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam masyarakat,

dalam arti sebuah sikap pandangan serta pola pikir tradisional dan sulit meenerima

hal-hal yang bersifat baru. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

keberhasilan pembangunan. Faktornya sangat bergantung pada sumber daya

manusianya yang mempunyai keahlian serta diikuti fasilitas yang mendukung.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini,

pembangunan suatu daerah atau wilayah itu sangatlah penting. Hal ini bergantung

pada kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki daerah tersebut. Untuk

mengetahui jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan, berikut ini adalah

gambaran tabel penyebaran penduduk yang berada di Kelurahan Jaya menurut tingkat

pendidikan :

Tabel 3

Penyebaran Tingkat Pendidikan Penduduk

Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan

Tingkat Tamat Pendidikan

Penduduk

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki Perempuan

Usia belum masuk sekolah 26 24 50

TK 8 13 21

SD sederajat 98 96 194

SLTP sederajat 106 148 254

SLTA sederajat 52 62 114

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Diploma (D1, D2 dan D3) 15 21 36

Sarjana 25 14 39

Tidak sekolah 6 7 13

Total 721

Sumber : Data Profil Kelurahan Jaya Tahun 2012

1.1.4. Keadaan Iklim

Iklim yang berkembang di daerah Kota Tidore Kepulauan khususnya di

Kelurahan Jaya tidak terlepas dari iklim yang berkembang di daerah sekitarnya di

Propinsi Maluku Utara, yaitu iklim tropis dan iklim musim. Oleh karena itu iklim di

daerah Kota Tidore Kepulauan sangat dipengaruhi oleh dua variasi antara tiap bagian

wilayah iklim di Maluku Utara. Secara umum iklim pada daerah ini dipengaruhi oleh

empat musim yaitu utara atau barat selatan, timur dan dua musim peralihan. Kota

Tidore Kepulauan dipengaruhi oleh musim utara pada bulan April dan Maret,

pancaroba pada bulan April, musim selatan pada bulan April-September yang disebut

angin timur dan pancaroba pada bulan September.

Curah hujan rata-rata pada derah ini adalah 462.21 mm/tahun, dengan jumlah

hujan 82 hari/tahun. Musim hujan biasanya tejadi pada bulan Desember-Mei dengan

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

curah hujan tinggi dan di bulan Mei dan curah hujan rendah. Pada bulan Oktober, di

daerah sekitaran Propinsi Maluku Utara ini juga memiliki 2 musim yang sangat

dipengaeruhi hembusan angin yaitu hembusan angin utara dan selatan. Kecepatan

arah angiin yang berkembeng menunjukan arah dominan pada bulan Januari-April

serta bulan November-Desember, pada bulan Mei –Oktober angin akan bergerak ke

selatan. Sedangkan Arah angin barat laut terjadi pada bulan Maret-Mei yang disebut

sebagai musim barat, Juni dan Agustus adalah musim peralihan dan September-

November arah angin akan bergerak menuju arah tenggara.

1.1.5. Kondisi Agama dan Sosial Budaya

a. Agama

Kehidupan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh agama dimana agama

merupakan salah satu pembangunan manusia dari segi mental dan spiritual didasari

dengan agama yang di anut. Agama menjadi pedoman hidup bagi manusia untuk

mengatur pelaksanaan hidupnya sehingga dengan ketaatan pada Agama secara

langsung telah mengajarkan manusia untuk patuh dan taat dalam menjalankan aturan.

Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4

Jumlah Penduduk Menurut Agama Kelurahan Jaya

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan Tahun 2012

No. Agama Jumlah

1 Islam 721

2. Kristen -

3. Hindu -

4. Budha -

Total 721

Sumber data :Profil Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara 2012

Kelurahan Jaya memiliki masyarakat yang mayoritasnya adalah masyarakat

yang beragama islam. Meskipun begitu, penduduknya masih mempercayai pada hal-

hal gaib, roh-roh halus, jin dan berbagai hal mistik lainnya. Hal ini menunjukan

bahwa sistem kepercayaan pada masyarakat kelurahan Jaya adalah system

kepercayaan yang beragam, dimana meyakini ajaran agama islam yang bercampur

dengan kepercayaan asli atau animise dan dinamisme.

b. Sosial Budaya

Dalam tiap masyarakat, baik yang kompleks maupun yang sederhana, ada

sejumlah nilai budaya satu dengan yang lain berkaitan hingga merupakan satu

sistem. Sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan yang

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

memberi motivasi kuat terhadap arah kehidupan masyarakatnya. (Koentjaranigrat

2009: 153-154).

Rasid L. A. Karim (Wawancara 11 mei 2013) Masyarakat yang berada di

Kelurahan Jaya merupakan masyarakat yang memiliki pola pikir dan cara pandang

yang telah diwariskan secara turun temurun, pandangan pada adat dan kebiasaan yang

sudah ada sebagaimana masyarakat tradisional lainnya. Sistem kepercayaan

masyarakat terhadap hal-hal mistik banyak diwujudkan dalam upacara-upacara adat

dengan mempersembahkan sesajen merupakan budaya yang tak asing lagi dan sering

dilakukan pada oleh masyarakat di Kelurahan Jaya.

Pengaruh awal ajaran animisme telah menyimpan sebuah kebiasaan yang

sampai sekarang masih dipegang teguh oleh masyarakat kelurahan Jaya. Hal ini

tercermin dalam kebiasaan masyarakat yang membakar kemenyan dan menyiapkan

sesajen yang sering dilakukan dalam pelaksanaan upacara-upacara seperti pada

prosesi Ritual Upacara adat Legu Dou Gam Djai.

Masyarakat Kelurahan Jaya memiliki budaya yang pada dasarnya sama

seperti kebudayan masyarakat yang berada di Kota Tidore Kepulauan dan pada

umumnya di Maluku Utara. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang historis yang

panjang dan berpengaruh terhadap adat istiadat yang pada dasarnya mempunyai

budaya yang sama yang sering dikenal dengan budaya Moloku Kie Raha.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Menurut Jainab Said dalam Skripsinya Dinamika Tradisi Legu Gam dalam

prespektif masyarakat Tidore menjelaskan bahwa “Masuknya agama Islam di Maluku

juga turut mempengaruhi budaya serta adat istiadat yang berada di daerah ini terlihat

dari satu semboyan yang sama yang sering kita dengar dengan suatu bahasa kiasan

(Adat bersendikan agama dan agama bersendikan kitabullah)”.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Dasar Pelaksanaan Upacara Adat Legu Dou Gam Djai

Manusia hidup dari tradisi, demikian juga ritual adat yang diwujudkan dalam

berbagai upacara adat yang tidak hanya sebuah proses mengenang atas apa yang telah

diwariskan oleh nenek moyang namun selalu menjadi rajutan makna persaudaraan,

ungkapan simbolis hubungan antara manusia dengan sesama, manusia dengan wujud

tertinggi, dan alam sekitarnya.

Sebagaimana masyarakat kelurahan Jaya yang pada umumnya masih memiliki

pekerjaan sebagai petani. Hidup masyarakat sangat tergantung dengan alam yang

selalu disyukuri bila mendapatkan hasil pertanian yang baik. Masyarakat kelurahan

Jaya ini Memiliki sebuah tradisi Upacara Adat yang dilakukan paska panen besar.

Upacara adat tersebut adalah Upaacara Adat Legu dou Gam Djai, pelaksanaan

upacara adat Legu Dou di wilayah adat Fomanyira Djai (Kelurahan Jaya sekarang)

adalah keputusan yang diambil berdasarkan kesepakatan secara ritual antara semua

komponen kelembagaan adat ditingkat Fomanyira Djai, Gimalaha Nyili

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Gamtufkange dan pengakuan pihak Kerajaan Kesultanan Tidore yang kemudian

dituangkan dalam bobato adat Kerajaan Kesultanan Tidore. Upacara adat Legu Dou

yang dilaksanakan ditingkat Fomanyira Djai lebih bermakna pada upacara dalam

mensyukuri hasil panen. Upacara adat dalam mengsyukuri hasil panen tersebut juga

terbagi atas tiga bentuk acara yaitu upacara adat Ngam Piga Range, Upacara adat

Ngam Piga Sio dan Upacara adat Ngam Raja Range yang lebih dikenal dengan

Upacara adat Legu Dou Gam Djai. (Wawancara Kader Usman 8 Mei 2012)

Secara etimologi Legu Dou Gam Djai berasal dari bahasa Tidore yaitu dari

kata “Legu” yang artinya Upacara atau Pesta dan “Dou” artinya daerah atau areal

lahan pertanian, sedangkan “Gam” artinya kampung atau desa dan “Djai”

merupakan nama desa. Prosesi pelakasanaan upacara adat Legu Dou Gam Djai ini

sangat bergantung kepada Fomanyira selaku pemangku adat tertinggi di tingkat

wilayah adat Gam Djai.

Menurut Senen A. Karim (Wawancara 8 Mei 2013) bahwa Tingkatan

pelaksanaan upacara adat paska panen atau peerayaan syukuran yang dilaksanakan di

wilayah adat Fomanyira Djai ini juga sangat bergantung kepada hasil panennya dan

Dorora Nyira, Fomanyira memilki hak veto tunggal yang dikenal dengan istilah “

Dorora Nyira” yang artinya niat Fomanyira atau permohonan doa oleh Fomanyira

secara pribadi melalui sebuah proses ritual pada saat persiapan pembukaan lahan baru

pada musim tanam. Prosesi ritual yang dimaksud adalah prosesi ritual “Tofo Belo

Gura Hong” yang lebih memberikan makna atas permohonan kepada Tuhan Yang

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Maha Kuasa agar dijauhkan dari segala musibah dan bencana pada prosesi

pembukaan lahan baru nanti dan semoga dimurahkan segala rezki pada saat musim

tanam atas tanaman yang diinginkan. Ritual ini juga dapat diartikan sebagai

pengungkapan nazar atau janji dari seorang Fomanyira yaitu jika pada musim

bercocok tanam nanti benar-benar berhasil dan dilimpahkan rezki oleh Allah SWT

dengan memberikan hasil panen yang baik dan banyak, maka pada prosesi panen

nanti akan dilakukan perayaan syukuran dengan melaksanakan upacara adat.

Setelah masyarakat memetik hasil panennya, maka Fomanyira sebagai

pemangku adat atau pemimpin tertinggi di wilayah adat Fomanyira Djai akan

manggil seluruh komponen adat yang berada dalam wilayah Fomanyira Djai untuk

berkumpul untuk membicarakan masalah pengaturan pelaksanaan upacara apa yang

akan dilakukan nanti dengan melihat hasil panen yang di dapat dan menentukan

kapan waktu pelaksanaannya. Prosesi memilih atau menentukan jenis upacara adat ini

selain merupakan bagian dari Dorora Nyira, pada prosesi ini umumnya disesuaikan

dengan kondisi hasil panen sebagai berikut :

1. Jika pada prosesi panen hasil dikenai gagal panen atau tidak memberikan

keuntungan yang cukup, maka pelaksanaan upacara adat yang dipilih adalah

Upacara adat Ngam Piga Range (makanan tiga piring). Upacara adat ini

dikategorikan tingkatan upacara paling bawah artinya hanya dirayakan secara

sederhana dengan masing-masing Hali atau Soa menyajikan ritual sesuai Bobato

Gosimo namun mempunyai makna yang sama yaitu melakukan syukuran.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

2. Jika pada prosesi panen hasil hasil nanti menghasilkan panen yang melimpah,

maka jenis upacara adat yang dipilih adalah upacara adat Ngam Piga Sio

(makanan Sembilan piring) atau upacara adat Ngam Raja Range (makanan tiga

raja) yang dikenal Upacara adat Legu Dou Gam Djai. Upacara adat Ngam Piga

Sio merupakan jenis upacara yang tingkatan upacaranya dikategorikan tingkat

menengah artinya dirayakan tidak terlalu sederhana dan tidak terlalu mewah atau

jenis Upacara Biasa, Sedangkan Upacara adat Legu Dou Gam Djai dapat

dilaksanakan, jika benar-benar hasil panen cukup melimpah dan upacara ini

melibatkan semua komponen masyarakat baik yang berdomisili di daerah bobato

Gam Djai (Kelurahan Jaya) maupun anak cucu diluar daerah atau disebut sebagai

perayaan akbar atau perayaan besar.

4.2.2. Prosesi Pelaksanaan Upacara Adat Legu Dou Gam Djai

Prosesi pelaksanaan upacara adat Legu Dou gam Djai yang merupakan

upacara syukuran yang dilakukan masyarakat kelurahan Jaya paska panen besar.

Pelaksanaan upacara adat Legu Dou Gam Djai sebagai upacara syukuran ini

merupakan upacara adat yang dilakukan secara turun temurun. sejak Fomanyira

pertama sampai dengan sekarang prosesi upacara adat Legu Dou selalu dilakukan

namun pada kepemimpinan Fomanyira pertama sampai dengan Fomanyira ke-10 atau

Fomanyira Tabaga upacara adat ini masih pusatkan di lahan pertanian, dimana pada

lahan pertanian akan dibagun rumah-rumah adat untuk dilakukan prosesi upacara

Legu Dou ini.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Pada masa kepemimpinan Fomanyira Solo (Fomanyira Djai yang ke-11)

prosesi Upacara Adat Legu Dou ini kemudian dipindahkan dan tidak lagi dilakukan

dilokasi areal lahan pertanian, melainkan dipindahkan dan dipusatkan di pemukiman

desa dengan rumah adat mulai dibangun secara permanen. (Wawancara Salasa Saha

15 mei 2013 )

Prosesi upacara adat legu dou gam Djai ini memiliki tata cara dan tahapan-

tahapan ritual yang harus dilakukan. Ritual-ritual tersebut di antaranya sebagai

berikut :

a. Ritual Tagi Domong Malofo dan ritual Sogoko Sibua.

Proses ritual Tagi Domong Malofo adalah prosesi ritual menjiarahi kuburan

moyang, Prosesi ini merupakan tahapan permulaan ritual dari prosesi Upacara Adat

Legu Dou. Prosesi ini bermakna mengambil bagian pertama dari hasil panen dari

masyarakat yang berada di lingkungan fomanyira Djai untuk dijadikan sebagai

sesajen untuk atau dikenal dengan istilah “Hoi Mayou fo gahi Sou” . hasi panen yang

telah dikumpulkan akan dipakai dalam prosesi menjiarahi kuburan nanti. Prosesi ini

harus dilakukan pada awal hari atau hari senin pagi. Setiap areal kebun milik petani

yang berada dalam lingkungan Fomanyira Djai yang siap dipanen diharuskan

membuka sedikit hasil panennya untuk di jadikan sesajen, bila hasil pertanian yang

dibudidayakan adalah tanaman jagung, maka setiap lahan kebun biasanya diambil

kurang lebih lima batang pohon jagung dan masing-masing petani akan

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

membawakannya kerumah adat untuk prosesi ritual. (Wawancara Rasid L.A. Karim

11 Mei 2013)

Prosesi awal Ritual Tagi domong malofo ini dilakukan oleh Fomanyira yang

didampingi oleh Simo Gam, Seluruh Gosimo Gam dan Kaum Syara dirumah adat

dengan membaca doa-doa di depan pintu rumah adat. Hasil panen seperti jagung

yang telah dikumpulkan akan dipilih beberapa pohon lagi untuk prosesi ritual

selanjutnya dengan cara jagung tersebut diserahkan oleh Fomanyira Gam Djai ke

Simo Gam untuk membawanya pada prosesi jiarah ke kuburan nanti. Setelah prosesi

ritual awal dilakukan dirumah adat, Fomanyira kemudian mengutus Simo Gam untuk

menunjuk dua orang Gosimo Gam dan beberapa orang untuk mendampingi gosimo

gam berangkat menuju ke- dua bukit yang dimana pada bukit itu terdapat kuburan

moyang.

Dua buah bukit yang dimaksud tersebut adalah bukit Frang dan bukit

Ngolendongo, di kedua bukit ini terdapat kuburan tua (disebut Jere oleh orang

Tidore) yang diyakini memiliki kekuatan gaib, Jagung yang dijadikan sebagai sesajen

kemudian dibawa dan ditaruh pada kuburan tersebut untuk dilakukan sebuah proses

ritual dengan membakar kemenyan disertai dengan pembacaan doa-doa oleh Gosimo

Gam. setelah selesai melakukan ritual kemudian kembali dan melapor ke Fomanyira.

Pelaksanaan ritual Tagi Domong Malofo tersebut dilakukan bersamaan hari

dengan prosesi ritual Sigoko Sibua. Prosesi ini dilakukan juga pada Pada pagi dini

hari dimana Simo Gam bersama Fomanyira melakukan ritual dirumah adat

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

bersamaan dengan ritual Tagi Domong Malofo. Disaat Gosimo Gam dan beberapa

orang yang ditunjuk keluar dari rumah adat menuju dua buah bukit untuk melakukan

Ritual Tagi Domong Malofo, maka disaat itu pula keluar Simo Gam (Sekretaris

Fomanyira) menuju hutan bambu untuk mecari bambu yang akan dipakai sebagai

permulaaan ritual Sigoko Sibua , Kata Sigoko didefenisikan sebagai membangun dan

Sibua adalah rumah sehingga Sigoko Sabua diartikan sebagai membangun rumah.

Membangun rumah yang dimaksud adalah sebuah rumah kecil yang dibangun

didepan rumah adat yang akan difungsikan sebagai rumah sesajen yang nantinya akan

dipakai dalam prosesi ritual puncak nanti. Rumah ini akan dihiasi dan dijadikan

sebagai tempat menaruh berbagai hasil panen berupa buah-buahan dan aneka jenis

makanan yang sudah dimasak sebagai sesajen.

Menghadapi persiapan pelaksanaan ritual Sigoko Sibuah, sebelumnya telah

dibebankan kepada para petani atau masyarakat yang dikenal dengan istilah “ Dati “

dalam bentuk menyiapkan segala perangkat kebutuhan terkait prosesi ritual Sigoko

Sibuah. Disaat hari pelaksanaan Simo Gam pada pagi dini hari melakukan prosesi

ritual yang dimulai dari rumah adat kemudian keluar menuju ke-hutan mengambil

bambu untuk melakukan prosesi ritual potong bambu sebagi pertanda dimulainya

prosesi ritual sigoko sibua. Disaat tersebut seluruh masyarakat diminta bersama-sama

berperan aktif untuk saling membantu dalam membangun rumah adat ini secara cepat

agar rumah adat tersebut dapat terselesaikan dalam jangka waktu yang telah

ditentukan yaitu satu hari. \

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Pada prosesi Upacara adat legu dou gam Djai masyarakat yang berada dalam

lingkungan wilayah fomanyira Djai semuanya ikut serta dan berperan aktif. Dimana

para kaum pria melakukan tugasnya sementara para wanita membantu dengan

mempersiapkan dalam hal logistik. Ini menandakan bahwa masyarakat yang berada di

kelurahan Jaya masih mempunyai nilai gotong royong yang masih tinggi dan baik.

Setelah menjalani kedua prosesi ritual dan rumah adat yang dibuat

terselesaikan maka para masyarakat dipersilahkan beristirahat dan melakukan

persiapan-persiapan lain untuk ritual selanjutnya pada malam harinya yaitu prosesi

ritual lama-lama.

b. Ritual Lama-lama

Menurut Salasa Saha (Wawancara 15 mei 2013) Ritual Lama-Lama

merupakan bagian dari tata cara upacara adat Legu Dou Gam Djai. Lama-lama

adalah ungkapan berbagai syair dengan menggunakan bahasa Tidore asli atau lebih

dikenal dengan istilah bahasa Tidore tempo dulu yang isinya menceritakan kembali

tentang sejarah perjuangan, ungkapan syukur kepada Allah SWT dan pesan-pesan

dari para leluhur yang melambangkan makna kehidupan sosial yang dicontohkan

oleh para moyang atau leluhur yang disebut dengan nama “ Gosimo se papa se tete”

kepada khalayak generasi baru. Prosesi ini dilakukan secara kelompok dengan jumlah

personil ± 30 orang dan di iringi dengan bunyi pukulan dari alat musik trdisional

yaitu Tifa dan Saragi (Gong).

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Personil yang terkumpul sebanyak 30 orang adalah merupakan representasi

perwakilan dari tiga Soa atau Hali yang terdiri dari Hali Jaimoayou, Hali Lingalamo,

Hali Soakonora. Setelah telah terpilih, maka Fomanyira mengangkat salah satu orang

sebagai komandan atau ketua dengan syarat orang tersebut harus menguasai

pelaksanaan ritual lama-lama secara syariat dan hakikat.. Adapun ungkapan atau

syair-syair yang digunakan dalam ritual lama-lama yaitu sebagai berikut:

� LAMA-LAMA

Dodara Manyinga Filonga....

Ngolo Yo Kololi Ino....

Ngolo Dai Te Parade....

Raja Makore....

Mago Gosa Mou-Mou...

Lo Lobi Se Kamo...

.GORU

Maitara To Dodara....

Kie Tidore Mangofa....

Ngolo Madoba Guraci....

Sio Intan Permata....

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Toro Isa Uci Isa...

Sio Kona Jai-Jai...

Hira Buku Ee La Sigo Liho...

Mi Lami Gomongo Lama Guraci...

Hama Mulo Ngona ee....

Hama Mulo Ngori ee....

Mai Sai Alo Bata Woo Malenge-Lenge.....

Nyili Woo Ma Roa-Roa Siwo Toro Wo Sala Toma Nyili.....

Ma Ito Siwo Selo Idara Siwo I Jo, Ngaju Ee.......

� DIBO-DIBO

Jou Raja Toma Ngolo.....

Jou Raja Toma Kie.....

Tona So Dodona Mi Karama....

Yaru Si Nyo Nyaru Barakati......

Tona Si Do Dona Tifa.....

Yaru Si Nyo Nyaru Lama....

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Tona Si Do Dona Pita.....

Yaru So Nyi Nyaru Mesa......

Tona Si Yolenge Tubu Rao.....

Si Yo Rika Jaga Rao..

Hate Bulo Ma Dubo Ka Lenge-Lenge....

Yo Lenge Ma Siyo Lenge Tubu Rao...

Tusa Jora Ma Malako Ka Janga-Janga...

Nguti Hunya Ma Ma’bi Kawale-Wale......

Bai Kole Mi Migo Igu Si Magosi.....

Bai Lete Mi Mi Borari Si Marado....

� SI BOLO WOKA

Marua Woka Ee Woka Woka Se Katala Ma Ngofa Suku...

Marua Soro Ee Soro Ia Yo Jangi Luri.....

Marua Saya Ee Saya Ngasi Kasi Bura Ma Rako Nyelo....

Marua Lasa Ee Lasa Fosi Dia Sari-Sari Tailule Tia Lasa....

Marua Ngare Ee Ngare Wo Mote Majonga Horu Wo Yau....

Marua Ma Jojiko Jiko Solo To Solo Ua.....

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Marua hate ee hate lola bunga jangi toma dowong....

Marua namo ee namo luri ma dodera semjojuhu....

� LO LESA

Mali Gotu Toma Ngolbanga……..ooo Aci.....

Ngato Uli Ma Barakati………….ooo Lama....

Barakati Papa Se Tete…………..ooo Moi....

Ri Suba Sanga Isa………………ooo Leo-Leo....

Fo Seba Isa Majou …………….ooo Kati....

Lolobi Hate Lolamo…………….ooo Masi Dalu....

Fo Sari Ma Alo-Alo……………..ooo Fo Malule...

� LE-LE

Toma Banga Si Tosupu ......

Rai Pai Oka Majimo........

Konanga To Mina Daka......

No Ino Madero Kanena .....

Hoda Mi Bilang Sala.....

Lahi Ma’af Dofu-Dofu......

(Sumber : Arsip Sejarah Kelurahan Jaya 2001)

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Prosesi ritual lama-lama ini diyakini memiliki nilai yang sangat sakral

sehingga prosesi ritual ini hanya dapat dilakukan pada perayaan upacara adat legu

dou. Prosesi ritual lama-lama pada prinsipnya sama dengan prosesi ritual Daradia

pada Upacara Adal Legu Gam, namun hanya memilki perbedaan istilah yang

menunjukan tingkatan pelaksanaan upacara. Ritual Daradia hanya dapat dilakukan

pada saat upacara Legu Gam yang dipusatkan pada Kadaton Kesultanan Tidore.

Perbedaan tingkatan inilah sehingga sering pula orang menyebut Upacara Adat Legu

Dou merupakan miniatur dari Pelaksanaan Upacara Adat Legu Gam.

c. Ritual Tabe Uku

Menurut Salasa Saha (Wawancara 15 mei 2013) Ritual Tabe Uku adalah

merupakan acara puncak dari pelaksanaan upacara adat Legu Dou. Pada prosesi

tersebut ritualnya laksanakan pada pagi selasa dini hari. pelaksanaan ritual ini di

tandai dengan dibunyikannya tifa sebagai tanda dimulainya acara atau dikenal dengan

Kage sibua dan diiringi dengan tarian soya-soya.

Tarian Soya-soya adalah tarian perang yang berasal Maluku Utara. Tarian

Soya-soya dilakukan dengan dilandasi dengan gerakan dan seni perang. Ritual tarian

soya-soya sering dilakukan pada upacara-upacara adat. Tarian soya-soya untuk

pelaksanaan upacara adat Legu Dou sangatlah berbeda dengan tarian soya-soya pada

umumnya. Gerakannya berbeda dan personilnya telah ditentukan.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Personil pada Tarian Soya-Soya pada umumnya jumlahnya tak terbatas,

namun harus dengan jumlah ganjil. Maksudnya para penari yang jumlahnya genap

sebagai pasukan perang dan penari yang satu orang itu sebagai komandan pasukan

atau kapita perang. Para penari juga membawa perisai atau Salawaku di tangan kiri

dan tangan kanan memegang ngana-ngana. Ngana-Ngana adalah seruas bambu yang

diberi hiasan daun palam berwarna merah, kuning dan hijau, kemudian disampingnya

dipasang kerincingan, sehingga bila digoyang akan berbunyi.

Menurut Ahmad M. Saleh (wawancara 9 mei 2013) Personil dalam tarian

soya-soya pada pelaksanaan ritual Upacara adat Legu Dou hanya terdiri dari 7 orang.

Pengambilan personilnya juga dikhususkan, dimana yang bisa diambil hanyalah dari

turunan pihak 3 raja (raja range) dan Soa Tomayou selaku Bobato Kornono

Kesultanan Tidore dengan perincian perwakilan sebagai berikut :

1. Soa Djai Mayou 2 orang

2. Soa Lingalamo 2 orang

3. Soa Soakonora 2 orang

4. Soa Tomayou 1 orang

Semua personil adalah para pemuda yang dipilih sesuai kemampuan dalam

menari tarian soya-soya. Ketujuh personil yang dipilih dari ke empat soa tersebut

akan dikarantina di satu rumah yang telah dipilih, di tempat itu para personil dilatih

sampai betul-betul menguasai tarian soya-soya. Selama di karantina dan melakukan

latihan, mereka dipimpin oleh salah seorang Gosimo Gam yang telah secara ritual

menguasai nilai ritual pelaksanaan tarian soya-soya. Menjelang hari pelaksanaan

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Upacara adat Legu Dou Gam Djai, para personil melakukan ritual awal dengan

menari didepan Gosimo Gam pada siang menjelang sore. Selama karantina setiap

Soa atau lingkungan menunjukan salah seorang pemudi untuk mendampingi para

personil tarian dalam pelayanan makanan dan pakaian kepada pemuda perwakilan

soanya.

Pada dasarnya tarian Soya-soya yang di tampilkan pada prosesi upacara adat

Legu Dou Gam Djai gerakan tariannya berbeda dengan tarian soya-soya yang biasa di

tampilkan di upacara adat yang berada di wilayah kesultanan Tidore, sehingga tarian

soya-soya ini hanya dapat tampil pada pelaksanaan Upacara adat Legu Dou. Tarian

soya-soya ini juga cukup memiliki nilai sakral atau diyakini memilki nilai mistik atau

hikayat sehingga sangat dipantangkan untuk di tampilkan diluar pelaksanaan Upacara

Adat Legu Dou, konon jika dipentaskan diluar pelaksanaan upacara legu dou,

diyakini oleh masyarakat akan menyalahi bobato dan mengakibat mendapat bala atau

bahaya dalam bentuk ditimpa bencana.

Begitu setelah selesai pelaksanaan ritual kage sabua semua masyarakat

kemudian beramai-ramai mengikuti prosesi Fatom Ngam Sibua atau mengatur

sesajen brupa hasil buah-buahan dan makanan lain yang telah disediakan kemudian

ditaruh di tempatnya di sibua kecil yang telah di buat. Prosesi tersebut melibatkan

seluruh komponen masyarakat berada dalam lingkungan wilayah Fomanyira Djai

dengan turut serta membantu menyajikan berbagai macam makanan sebagai sesajen

pada sibua (Rumah adat mini) yang dibangun didepan rumah adat

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Fomanyira.masyarakat yang mengikuti upacara adat juga diharuskan memakai

pakaian adat dan tidak boleh memakai pakaian lain.

Setelah sejajen diatur maka para penari soya-soya melakukan tariaan untuk

menjemput Fomanyira keluar dari Rumah Adat menuju ke sibua untuk melakukan

ritual selanjutnya. Dengan baju kebesarannya, Fomanyira melakukan prosesi ritual

tabe uku dengan mengucapkan mantra atau kata-kata bebeto di rumah sibua kecil

(Rumah adat mini) dan diikuti oleh seluruh masyarakat, seteleh pembacaan bobeto

maka acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa keselamatan dari imam

Togubu. Imam togubu merupakan perwakilan imam dari pihak kerajaan kesultanan

Tidore.

Dalam pelaksanaan ritual tabe uku ini juga disaksikan oleh Sultan Tidore dan

Imam Tomayou sebagai perwakilan Bobato Kornono Nyili Gam Tufkange. Begitu

selesai Fomanyira melalukan prosesi ritual tabe uku dan pembacaan doa maka

dilanjutkan dengan penjemputan ngam Raja range (makanan tiga raja) oleh penari

soya-soya. Makanan tiga raja merupakan sesajen dari nasi yang telah dihiasi agar

telihat indah, representasi dari tiga makanan ini adalah tiga soa yang berada di

wilayah adat fomanyira Djai yaitu Soa Konora, Soa Djai Mayou dan Soa Lingalamo.

Ketiga makanan atau Sesajen yang telah dihiasi ini kemudian dibawa ke

rumah adat atau tempat pelaksanaan upacara. Setelah ketiga makanan ini terkumpul

fomanyira kemudian melakukan ritual akhir yaitu ritual pembacaan mantra-mantra

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

atau doa-doa pada sesajen ini sebagai ungkapan rasa syukur dari Fomanyira yang

mewakili seluruhan masyarakat yang berada di wilayah adat Fomanyira Djai. Setelah

selesai pembacaan doa-doa maka pelaksanaan upacara adat Legu Dou ini pun

dinyatakan berakhir. dengan berakhirnya upacara adat Legu Dou gam Djai maka

sesajen yang telah dipakai dalam prosesi ritual-ritual di dalam rumah adat mini dan

ketiga makanan dari tiga soa tersebut bagikan ke seluruh tamu dan masyarakat

dengan keyakinan bahwa makanan tersebut dapat membawa berkah atau kemurahan

rizki bagi yang memakannya.

4.2.3. Makna Upacara Adat Legu Dou Gam Djai

Upacara adat Legu dou gam Djai pada dasarnya merupakan suatu upacara

yang dilakukan paska melakukan panen besar. Pelaksanaan Upacara Legu Dou Gam

Djai mempunyai makna sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT atas

nikmat dan rizkinya dengan memberikan hasil panen yang melimpah dan

memberikan kenyamanan dan ketentraman dalam hidup. Selain sebagai ungkapan

rasa syukur untuk menjaga dan melestarikan tradisi turun temurun dari para leluhur,

ditinjau dari adat-istiadat, maka masyarakat kelurahan Jaya termasuk masyarakat

yang taat kepada aturan adat. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan Upacara Adat

Legu Dou yang selalu dilaksanakan sejak Moyangnya terdahulu sampai sekarang

masih di jalankan dan masih di pertahankan. Upacara ini juga bermakna sebagai

Sarana Mempererat Tali Persaudaraan dan kekeluargaan antara Masyarakat di

kelurahan Jaya dan terdapat nilai gotong royaong yang sangat tinggi dari masyarakat.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Menurut Senen A. Kaarim (wawancara 11 mei 2013 ) bahwa Tidak semua

orang mengetahui tentang makna Upacara Adat Legu dou sesungguhnya, maknanya

hanya ada di hati orang-orang yang percaya akan hal-hal yang ghaib dan Pada intinya

Upacara Adat Legu Dou ini adalah upacara syukuran terhadap Apa yang diberikan

oleh Allah S.W.T paska panen yang melimpah. adapun makna makna lain yang

terkandung dalam tahapan-tahapan prosesi ritual yang terdapat dalam upacara adat

legu dou di antaranya sebagai berikut:

1. Ritual tagi domong malofo

Prosesi Ritual tagi domong malofo mempunyai makna simbolik sebagai

ungkapan rasa terimakasih kepada moyang terdahulu dengan menjiarahi kuburan

moyang. Pada prosesi ini terlihat dari cara menjiarahi dengan membawa hasil

panen seperti jagung yang telah dipanen sebagai sesajen. Syukuran ini di

implementasikan dalam bentuk membaca doa di kuburan dengan membakar

kemenyan. Hal ini menunjukan bahwa prosesi upacara adat Legu Dou

merupakan penghubung antara masyarak sekarang dengan moyang terdahulu.

2. Ritual Lama-lama

Ritual lama-lama pada upacara adat legu dou mempunyai makna menceritakan

kembali sejarah perjuangan para leluhur dalam membangun Desa Djai, hal ini di

tunjukan dalam bentuk lirik-lirik yang terkandung dalam lagu yang di pakai

dalam ritual lama-lama yang menceritakan perjuangan yang telah di lakukan

dalam prosesi ritual lama-lama dalam,selain itu juga lama-lama juga dapat di

maknai sebagai ungkapan syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

raahmat dalam bentuk pesan-pesan dari para leluhur yang melambangkan makna

kehidupan sosial yang dicontohkan oleh para moyang atau leluhur yang disebut

dengan nama “ Gosimo se papa se tete” kepada khalayak generasi baru.

3. Ritual tabe uku

Ritual tabe uku bermakna sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT atas

berkat dan limpahan rizki yang melimpah, serta meminta keselamatan dan di

jauhkan dari segala hal yang buruk. Makna simbolik yang sangat menonjol di

sini adalah sesajen yang di sediakan, dimana sesajen menunjukan rasa

terimakasih atas hasil panen dari masyarakat yang berada di lingkungan

Fomanyira Djai yang telah dikumpulkan. Penggunaan hasil panen ssebagai sesaji

ini adalah sebuah harapan untuk mendapatkan petunjuk dan rahmat dari Allah

S.W.T. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat yang berada di Desa Djai

mensyukuri nikmat yang telah diberikah oleh Allah S.W.T dalam bentuk hasil

panen yang melimpah

.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pelaksanaan Upacara Adat legu Dou Gam Djai

Masyarakat kelurahan Jaya mempunyai kebudayaan dan kesenian yang

berdasarkan adat istiadat daerah, sehingga dalam pelaksanaannya terdapat upacara-

upacara adat resmi menurut adat istiadat setempat. Upacara adat legu dou gam Djai

merupakan salah satu upacara adat yang dalam pelaksanaannya berdasarkan

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

kebudayaan daerah tergolong dalam upacara adat resmi yang terdapat di kelurahan

Jaya.

Terkait dengan pelaksanaan upacara adat Legu Dou Gam Djai dengan

adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini. Masyarakat

yang berada di daerah adat fomanyira Djai ini masih menganggap bahwa tradisi legu

dou gam Djai ini merupakan milik masyarakat yang berada di daerah gam Djai. Oleh

sebab itu kesadaran untuk memiliki dan melaksanakan upacara adat Legu Dou Gam

Djai dari masyarakat yang hidup di Zaman sekarang beranggapan bahwa perlu

dilaksanakan dan dilestarikan karena upacara adat Legu Dou Gam Djai merupakan

salah satu adat yang diwariskan secara turun temurun.

Pelaksanaan upacara adat Legu Dou Gam Djai merupakan upacara syukuran

hasil panen dari masyarakat yang berada di kelurahan Jaya yang secara adat yang

termasuk dalam wilayah adat soa fomanyira Djai kepada Allah S.W.T atas berkat

rahmat dan hidayatnya yang memberikan hasil panen yang melimpah. Upacara

syukuran yang berada di wilayah kelurahan Jaya ini pada dasarnya sangat bergantung

pada niat atau nazar dari Fomanyira atau yang dikenal dengan Dorora Nyira serta

hasil panen yang di dapat setelah panen, dimana hasil panen masyarakat sangat

menentukan tingkat-tingkat pelaksanaan upacara adat.

Jika pada prosesi panen hasil dikenai gagal panen atau tidak memberikan

keuntungan yang cukup, maka pelaksanaan upacara adat yang dipilih adalah Upacara

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

adat Ngam Piga Range (makanan tiga piring). Upacara adat ini dikategorikan

tingkatan upacara paling bawah artinya hanya dirayakan secara sederhana dengan

masing-masing Hali atau Soa menyajikan ritual sesuai Bobato Gosimo namun

mempunyai makna yang sama yaitu melakukan syukuran.

Sedangkan bila pada prosesi panen hasil hasil nanti menghasilkan panen

yang melimpah, maka jenis upacara adat yang dipilih adalah upacara adat Ngam Piga

Sio (makanan Sembilan piring) atau upacara adat Ngam Raja Range (makanan tiga

raja) yang dikenal Upacara adat Legu Dou Gam Djai.

Upacara adat Ngam Piga Sio merupakan jenis upacara yang tingkatan

upacaranya dikategorikan tingkat menengah artinya dirayakan tidak terlalu sederhana

dan tidak terlalu mewah atau jenis Upacara Biasa, Sedangkan Upacara adat Legu

Dou Gam Djai dapat dilaksanakan, jika benar-benar hasil panen cukup melimpah dan

upacara ini melibatkan semua komponen masyarakat baik yang berdomisili di daerah

bobato Gam Djai (Kelurahan Jaya) maupun anak cucu diluar daerah atau disebut

sebagai perayaan akbar atau perayaan besar.

Pada prosesi upacara adat Legu Dou Gam Djai terdapat beberapa tahapan-

tahapan ritual yaitu (1) dimulai dari ritual tagi domong malofo yang dilakukan pada

hari pertama. Ritual ini merupakan ritual menjiarahi kuburan para leluhur di dua bukit

yang berada di kelurahan Jaya dengan mebawa sesajen dan membakar kemenyan

disertai dengan membacakan doa-doa. (2) ritual lama-lama, ritual ini merupakan

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

ritual menghibur fomanyira dengan cara menyanyikan sayir-syair yang isinya

menceritakan tentang pesan-pesan para leluhur yang di iringi dengan alat musik

tradisional yaitu tifa dan seragi atau gong. (3) ritual tabe uku atau ritual puncak dari

upacara adat legu dou gam Djai. Pada ritual ini dilakukan pembakaran kemenyan

dengan pembacaan bobeto atau sumpah dari fomanyira sebagai perwujudan dari rasa

syukur kepada Allah S.W.T dan pembacaan doa dihadapan masyarakat kelurahan

Jaya dan tamu-tamu kehormatan dari kesultanan tidore.

Dalam ritual-ritual tersebut juga ditampilkan kesenian-kesenian daerah

seperti tarian soya-soya. Setelah pelaksanaan ritual tabe uku maka prosesi akhir

adalah menjemput makanan tiga raja atau ngam raja range sebagai sesajen inti dari

pelaksanaan upacara adat Legu Dou oleh penari soya-soya untuk dibawa ke rumah

adat atau tempat pelaksanaan upacara untuk dilakukan pembacaan mantra dan doa-

doa sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah S.W.T dan para leluhur yang telah

memberikan hasil panen yang melimpah. Dengan berakhirnya seluruh rangkaian

prosesi ritual pada ipacara adat legu Dou gam Djai maka makanan yang menjadi

sesajen ini kemudian dibagikan dengan kepercayaan mendapatkan berkah dan rizki

bila memakannya.

4.3.2 Makna Upacara Adat Legu Dou Gam Djai

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Masyarakat yang berada di kelurahan Jaya pada umumnya menyadari betapa

pentingnya dimensi religius dalam Upacara adat. Karena itu pada Prosesi Upacara

adat Legu Dou Gam Djai, mereka selalu mengundang kehadiran dari leluhur serta

memohon restu padanya, dengan membawa persembahan, melakukan ritual dengan

membaca doa-doa atau meletakan sesajaen pada tempat khusus. Karena pada pada

reluhurlah mereka dipertemukan nilai tertinggi dari kehidupan dan dasar eksistensi

atau keberadaannya.

Pelaksanaan upacara legu dou gam Djai pada dasarnya mempunyai makna

sebagai ungkapan syukur dari masyarakat kelurahan Jaya kepada Allah S.W.T atas

berkat dan rahmatnya yang telah memberikan hasil panen yang melimpah. adapun

makna makna lain yang terkandung dalam tahapan-tahapan prosesi ritual yang

terdapat dalam upacara adat legu dou di antaranya, pertama:makna dari ritual tagi

domong malofo dan sigoko sibua. Prosesi Ritual tagi domong malofo mempunyai

makna simbolik sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada moyang terdahulu dengan

menjiarahi kuburan moyang. Pada prosesi ini terlihat dari cara menjiarahi dengan

membawa hasil panen seperti jagung yang telah dipanen sebagai sesajen. Syukuran

ini di implementasikan dalam bentuk membaca doa di kuburan dengan membakar

kemenyan. Hal ini menunjukan bahwa prosesi upacara adat Legu Dou merupakan

penghubung antara masyarak sekarang dengan moyang terdahulu.

Kedua, makna dari Ritual lama-lama pada upacara adat legu dou mempunyai

makna menceritakan kembali sejarah perjuangan para leluhur dalam membangun

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Desa Djai, hal ini di tunjukan dalam bentuk lirik-lirik yang terkandung dalam lagu

yang di pakai dalam ritual lama-lama yang menceritakan perjuangan yang telah di

lakukan dalam prosesi ritual lama-lama dalam,selain itu juga lama-lama juga dapat di

maknai sebagai ungkapan syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan raahmat

dalam bentuk pesan-pesan dari para leluhur yang melambangkan makna kehidupan

sosial yang dicontohkan oleh para moyang atau leluhur yang disebut dengan nama “

Gosimo se papa se tete” kepada khalayak generasi baru.

Ketiga. Makna dari Ritual tabe uku. Ritual tabe uku bermakna sebagai

ungkapan syukur kepada Allah SWT atas berkat dan limpahan rizki yang melimpah,

serta meminta keselamatan dan di jauhkan dari segala hal yang buruk. Makna

simbolik yang sangat menonjol di sini adalah sesajen yang di sediakan, dimana

sesajen menunjukan rasa terimakasih atas hasil panen dari masyarakat yang berada di

lingkungan Fomanyira Djai yang telah dikumpulkan.

Penggunaan hasil panen sebagai sesaji ini adalah sebuah harapan untuk

mendapatkan petunjuk dan rahmat dari Allah S.W.T. Hal ini menunjukan bahwa

masyarakat yang berada di Desa Djai mensyukuri nikmat yang telah diberikah oleh

Allah S.W.T dalam bentuk hasil panen yang melimpah. Sedangan ngam raja range

atau tiga makanan raja merupakan makna dari tiga soa yang berada di kelurahan Jaya

yaitu Soa Djai mayou, Soa kanora dan Soa Linga Lamo

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Pelaksanaan Upacara adat Legu Dou Gam Djai ini dilakukan dengan

menghimpun seluruh keluarga besar dan semua anggota masyarakat yang berada di

kelurahan Jaya yang merupakan simbol dari persaudaraan antara sesama manusia.

Semua berpartisi dalam setiap kegiatan ritual-ritual yang terdapat pada saat prosesi

Upacara berlangsung.kegiatan yang tak ternilai harganya ketika semua anggota

masyarakatmenunjukan solidaritas kebersamaan terhadap sesama dengan cara mereka

masing-masing.

Ditinjau dari aspek sosial, ternyata upacara adat Legu Dou Gam Djai

mempunyai dampak yang sangat besar dalam berkehidupan masyarakat.dimana pada

akhir acara kemudian sesajen dibagikan kepada seluruh warga masyarakat dan para

tamu yang hadir pada prosesi upacara adat mempunyai nilai dan makna dimana

dengan adanya upacara adat Legu Dou Gam Djai ini seluruh masyarakat yang dan

tamu yang ada merasa terhimpun dan merasakannya sendiri indahnya hidup dalam

kebersamaan yang memang sudah ;lama dilakukan oleh para nenek moyang terdahulu

agar tetap dipertahankan..

Dalam dunia pendidikan suatu upacara adat tertentu sangatlah penting dimana

nilai dan makna dari upacara adat tertentu dalam bidang pendidikan akan mendidik

manusia menjadi lebih baik dan menjadi tempat belajar bagi yang membutuhkannya.

Makna dan nilai pendidikan yang terdapat pada upacara adat legu dou gam djai

sangatlah nyata dan berdampak sangat luas. Apa yang dilakukan pada prosesin ritual

akan contoh moral pada orang yang hidup di masa sekarang atau yang akan datang.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN adat …eprints.ung.ac.id/3366/9/2013-2-87201-231408043-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... adalah

Misalnya seperti nilai kebersamaan dalam upacara adat ini akan menjadi pelajaran

berharga bagi generasi baru untuk mengikuti dan menjalankannya. Setiap hal baik

yang dilaksanakan pada upacara adat legu dou ini akan selalu mengingatkat pada

generasi baru dimanapun mereka berada.