bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. deskripsi ...digilib.uinsby.ac.id/893/7/bab 4.pdf · ciri...
TRANSCRIPT
79
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Setting Penelitian
Secara umum usaha tani tembakau khususnya jenis tembakau Virginia (FC)
di Kabupaten Lombok Timur dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Letak dan Luas Wilayah
Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB) dan berada paling timur di Pulau Lombok. Secara
geografis terletak pada 1160 - 1170 bujur timur dan 80 - 90 Lintang Selatan,
dengan batas wilayah:
Sebelah Barat : Kab. Lombok Utara dan Lombok Tengah.
Sebelah Timur : Selat Alas.
Sebelah Utara : Laut Jawa.
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia.
Luas wilayah kabupaten Lombok Timur adalah 2.679,88 Km2 dengan
rincian luas daratan 1.605,55 (59,91%) dan lautan seluas 1.074,33 Km2
(40,09%). Luas daratan Kabupaten Lombok Timur mencakup 33,88% dari luas
pulau Lombok atau 7,97% dari luas daratan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada tahun 2012 luas daratan Kabupaten Lombok Timur yang digunakan
sebagai lahan sawah seluas 46.354 Ha (28,87%) dan lahan kering seluas
114.201 Ha (71,13%).1 Terdiri dari 20 wilayah kecamatan yaitu kecamatan
1 Katalog BPS: 1102001.5203, Lombok Timur dalam Angka No. Publikasi: 5203.1301 Badan Pusat Statistik kabupaten Lombok Timur 2013., 3.
79
80
Sembalun, Sambelia, Pringgabaya, Suela, Wanasaba, Aikmel, Pringgasela,
Suralaga, Sukamulia, Masbagik, Sikur, Terara, Montong Gading, Selong,
Labuhan Haji, Sakra, Sakra Barat, Sakra Timur, Keruak, Jerowaru. Sedangkan
batas-batas wilayah Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada gambar 4.1.
2. Topografi
Berdasarkan topografi wilayah, Kabupaten Lombok Timur terletak pada
ketinggian 0 - 3.726 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan
hamparan dari utara ke selatan. Kemiringan lahan bervariasi mulai dari kelas
kemiringan lereng antara 0 - 2 persen sampai kelas kemiringan lereng lebih
dari 40 persen. Kemiringan lereng antara 0 - 2 persen mencakup daerah-daerah
di sepanjang pantai yang terbentang mulai dari bagian utara ke arah timur
hingga ke bagian selatan, sedangkan kemiringan lereng lebih dari 40 persen
mencakup pegunungan Rinjani yang terletak di bagian utara.2
3. Keadaan Iklim Curah Hujan dan Tanah
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang.
Pengetahuan tentang iklim dari satu wilayah sangat penting, sehingga
diperlukan penyajian atau deskripsi iklim yang tepat supaya dapat memberikan
gambaran tentang kondisi suatu wilayah dengan baik. Deskripsi iklim bukan
hanya sekedar penyajian data iklim, melainkan harus bisa menjelaskan kepada
pembaca sehingga mereka dapat memahami beberapa hal penting misalnya:3
2 Ibid., 3-4. 3 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Timur, Laporan Akhir Pendataan dan Pemetaan Sebaran Oven Tembakau Kabupaten Lombok Timur (Selong: CV Bangun Cipta, 2011), 20-22.
81
a. Alasan-alasan petani memilih jenis-jenis tanaman yang diusahakan dan
menentukan kalender tanam atau pola tanam.
b. Kejadian-kejadian yang disebabkan oleh elemen iklim yang dapat
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha tani.
c. Strategi petani dalam mengalokasikan tenaga kerja dan sumberdaya lain
yang dimilikinya.
d. Latar belakang dan alasan untuk memberikan anjuran terhadap introduksi
tanaman baru, perbaikan pola tanam, dan perbaikan pola pengelolaan
lainnya.
Iklim dicirikan oleh berbagai unsur atau elemen iklim, yang masing-
masing memiliki peran dan mempengaruhi usaha tani. Semua elemen memang
penting, namun ada elemen yang dianggap sangat penting dan ada juga elemen
yang dianggap kurang penting disuatu daerah. Ini harus dapat diungkapkan
dengan jelas, karena apa yang dianggap penting disuatu wilayah belum tentu
sama pentingnya dengan wilayah lain atau sebaliknya.
1) Suhu udara, radiasi matahari dan kelembaban udara.
Elemen-elemen iklim tersebut sangat menentukan jenis-jenis
tumbuhan dan hewan yang dapat hidup dikawasan ini. Pilihan jenis
komoditi pertanian yang dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal
pertama-tama harus didasarkan pada kondisi unsur-unsur iklim seperti suhu
udara, radiasi matahari, panjang hari dan lama penyinaran, serta mungkin
yang menjadi pertimbangan tambahan adalah tekanan udara, kelembaban
udara dan kecepatan angin. Perubahan elemen iklim tersebut di daerah ini
82
dapat dikatakan kurang penting, karena fluktuasi musiman atau tahunan
ternyata kecil sekali. Bahkan fluktuasi unsur iklim harian ternyata lebih
besar dibandingkan fluktuasi musiman, misalnya suhu udara. Faktor suhu
ini sangat penting apabila terjadi fluktuasi yang besar dalam waktu relatif
singkat,misalnya seperti yang terjadi didaerah yang beriklim dingin (Sub
Tropika). Di daerah tropika dataran rendah suhu udara relatif konstan
sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang berarti bagi pertanian.
Elemen-elemen iklim yang lain pada umumnya juga relatif konstan,
sehingga pada umumnya kurang diperhatikan. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa terdapat elemen-elemen iklim yang mudah ditaksir
(predictable), misalnya suhu udara, radiasi matahari dan kelembaban udara
relatif yang pada umumnya hampir merata sepanjang tahun. Suatu hal yang
perlu diperhatikan apakah pernah terjadi nilai-nilai ekstrim yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada tanaman. adanya kejadian yang ekstrim
walaupun cuma berlangsung singkat seringkali berpengaruh besar terhadap
pertanian.kejadian seperti angin kencang (topan, tsunami, dsb.) atau suhu
dingin datang tiba-tiba dan sebagainya perlu mendapat perhatian khusus.
Bilamana kejadian-kejadian ekstrim ini sering terjadi disuatu wilayah, maka
harus dicatat dan dilaorkan supaya dapat dipertimbangkan dalam menyusun
perencanaan dan rekomendasi.
Berdasarkan data pengamatan di Kabupten Lombok Timur yang
merupakan kawasan beriklim tropik, ternyata bahwa nilai-nilai unsur iklim
tersebut tidak terlalu berfluktuasi dari tahun ke tahun. Oleh karena itu
83
adanya data yang sangat terbatas sudah dapat dipakai untuk mencirikan
wilayah ini dengan cukup baik.
Wilayah kabupatan Lombok Timur beriklim tropis yang di pengaruhi
oleh angin dari belahan bumi utara dan belahan bumi selatan, serta
perubahan tekanan udara pada garis khatulistiwa. Suhu udara hanya
diperoleh dari dua stasiun, yaitu Dasan Lekong dan Leruak. suhu udara
terendah terjadi pada bulan Juli sampai Agustus, sedangkan suhu udara
tertnggi terjadi pada bulan Januari sampai April. Suhu udara rata-rata
Kabupaten Lombok Timur adalah 24,50C di stasiun Dasan Lekong (160
mdpl) dan 26,80C di stasiun Keruak (49 mdpl). semakin tinggi elevasi
daerah maka suhu udara semakin rendah, maka dengan asumsi untuk daerah
tropis tiap kenaikan elevasi 100 m terjadi penurun suhu udara 0,60C.
2) Curah Hujan.
Elemen iklim yang dianggap paling penting diwilayah beriklim tropis
adalah curah hujan karena sebarannya tidak merata menurut dimensi ruang
dan waktu, sehinnga sulit diprediksi. Hujan menjadi faktor penentu utama
pada usaha tani sistem tadah hujan. Namun bila ada irigasi yang cukup,
maka faktor curah hujan bisa menjadi kurang penting.
Pola curah hujan yang sangat dipengaruhi oleh pola muson menjadi
ciri utama di wilayah beriklim tropis. pada umumnya terdapat dua musim
dalam setahun yaitu musim penghujan musim kemarau. Berbeda dengan
elemen-elemen iklim lainnya, curah hujan tidak dipengaruhi oleh siklus
harian (perubahan siang dan malam), tetapi pengaruh dari siklus musiman
84
atau tahunan (muson) yang disebabkan oleh peristiwa revolusi bumi
(perputaran bumi mengelilingi matahari) adalah sangat dominan. Banyak
keputusan dalam usaha pertanian yang sangat ditentukan dan dipengaruhi
oleh faktor hujan ini, terutama pada sistem pertanian tadah hujan.
Sebagian besar curah hujan yang jatuh diatas permukaan tanah akan
mengalir sebagai aliran permukaan, kemudian masuk kedalam sungai dan
mengalir ke laut, atau masuk ke dalam badan air lain seperti waduk, danau,
check, dam, dan embung. Aliran permukaan yang berlebihan dapat
menyebabkan banjir, genangan dan kerusakan lahan pertanian. Kondisi
tanah dan vegetasi penutup yang kurang baik menyebabkan air hujan yang
meresap ke dalam tanah sangat sedikit, sehingga volume aliran permukaan
meningkat dan mengikis permukaan tanah atau menyebakan erosi.
Kelebihan air aliran permukaan tersebut dapat ditampung untuk mengairi
lahan pertanian pada musim kemarau atau pada saat-saat diperlukan.4
Didaerah beriklim tropika basah curah hujan penyebab utama
pengikisan tanah. Sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh yang begitu
berarti. Proses pengikisan tanah oleh air merupakan kombinasi dua sub
proses yaitu penghancur struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh
energi tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah dan perendaman oleh
air yang tergenang (proses dispersi) dan pemindahan (pengangkutan) butir-
butir tanah oleh percikan hujan dan penghancuran struktur tanah diikuti
4 Ibid., 23-24.
85
pengangkutan butir-butir tanah tersebut oleh air yang mengalir di
permukaan tanah.
Beberapa aspek penting dari curah hujan yang perlu diperhatikan
adalah: jumlah dan sebaran (distribusi) hujan tahunan, hujan bulanan,
dasarian dan lima harian, bahkan sampai harian tidak merata dapat
berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman.
Hujan merupakan sumber utama masukan air untuk lahan pertanian
(terutama lahan tadah hujan) dan evaporasi adalah indikator keluarnya. Oleh
karena itu neraca air dari suatu kawasan dapat dilihat secara tepat dengan
membandingkan masukan dan keluaran ini, walaupun sifatnya masih sangat
kasar. Dari neraca ini dapat diketahui apakah dalam suatu periode terjadi
surplus (pemasukan air lebih banyak) atau terjadi defisit (kebutuhan air
lebih banyak). periode surplus merupakan indikator musim penghujan
semantara periode defisit dapat dikatakan sebagai musim kemarau.
Curah hujan rata-rata bulanan memperlihatkan bahwa didaerah
Kabupaten Lombok Timur terjadi bulan-bulan kering ( 100 mm) mulai
April sampai Oktober dengan curah hujan terendah terjadi bulan Juli,
Agustus dan September. Bulan-bulan lembab (100-200 mm) terjadi pada
November, Februari, Maret.
4. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Lombok Timur tahun 2012 mencapai 1.123.488 jiwa,
jumlah tersebut mengalami peningkatan sekitar 0,6 persen jika dibandingkan
jumlah penduduk tahun 2011. Apabila dirinci menurut jenis kelamin, penduduk
86
Lombok Timur tahun 2012 terdiri dari 524.126 laki-laki dan 599.362
perempuan, dengan demikian rasio jenis kelamin penduduk Lombok Timur
sebesar 87,45 artinya terdapat 87 laki-laki setiap 100 penduduk perempuan.
Penduduk Lombok Timur tersebar di 20 Kecamatan. Tiga kecamatan
dengan jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2012 adalah kecamatan
Masbagik, kecamatan Aikmel dan kecamatan Pringgabaya, sedangkan
kecamatan dengan penduduk paling sedikit adalah kecamatan Sembalun,
Sambalia, dan kecamatan Sukamulia.5
Dilihat dari kepadatan penduduk, kecamatan dikelompokkan kedalam
tiga kategori kepadatan yaitu:
a. Tinggi ( > 2.000 jiwa per km2)
Meliputi Sakra, Masbagik, Sukamulia, Selong.
b. Sedang (1000-2000 jiwa per km2)
Meliputi Keruak, Sakra Barat, Sakra Timur, Terara, Montong Gading,
Suralaga, Labuhan haji dan Wanasaba.
c. Rendah (< 1000 jiwa per km2)
Meliputi Jerowaru, Sikur, Pringgasela, Pringgabaya, Suela, Aikmel,
Sembalun dan Sambelia.6
Masyarakat Kabupaten Lombok Timur merupakan masyarakat yang
masih menghargai budaya dan tata nilai leluhur yang dikembangkan secara
turun temurun. Hal ini tercermin dari berbagai prilaku komunal yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Susku Sasak yang ada di
5 Ibid., 79. 6 BPS, Lombok Timur dalam Angka 2013, 79-80.
87
pulau Lombok dalam kehidupan kesehariannya menganut pola kehidupan
kebersamaan dan gotong royong sehingga hampir setiap aspek yang
menyangkut kepentingan bersama dalam masyarakat Lombok Timur dapat
teratasi.
Sistem kemasyarakatan yang berkembang umumnya di Pulau Lombok
dan khususnya di Kabupaten Lombok Timur adalah sistem kebersamaan,
gotong royong, dan kekeluargaan. Sistem kekeluargaan dalam masyarakat
bersifat patrilineal mengikuti garis keturunan ayah, sehingga pengaruh orang
tua laki-laki sangat besar dalam sebuah keluarga ataupun keluarga besar
mereka. Sistem kekeluargaan dalam masyarakat Sasak bersifat tinggal dekat
yang dapat digambarkan dalam pola bermukim mereka dimana masih
ditemukan dari beberapa daerah Kabupaten Lombok Timur, kompleks
perumahan yang ditempati oleh satu kelompok besar masyarakat yang masing-
masing di antara mereka masih mempunyai hubungan kekeluargaan yang
dekat. Kondisi ini berpengaruh pula terhadap tingkat keinginan masyarakat
untuk melakukan imigrasi kedaerah lain.
Sistem kepemimpinan dalam masyarakat diwilayah Kabupaten Lombok
Timur terutama masyarakat asli Suku Sasak sangat patuh dan tunduk pada
pemuka agama terutama Tuan Guru,7 mengingat masyarakat di Kabupaten
Lombok Timur mayoritas menganut agama Islam, sehingga petuah seorang
7 Tuan Guru adalah sebutan bagi seseorang yang memiliki pengetahuan agama yang tinggi yang diberikan oleh masyarakat sebagai wujud dari pengakuan mereka terhadap kelebihan-kelebihan yang dimilikiseseorang. Pada umumnya mereka yang diberikan gelar Tuan Guru adalah orang yang pernah berhaji yang memiliki jamaah pengajian. Dalam Jamaludin, Sejarah Sosial Islam di Lombok Tahun 1740-1935 (Study Kasus Terhadap Tuan Guru) (Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2011), 142.
88
Tuan Guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dan kelancaran segala
kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Selain Tuan Guru masyarakat
Lombok Timur juga patuh dan tunduk kepada tokoh atau pemuka masyarakat
dan kepala pemerintahan. Sedangkan sistem kemasyarakatan yang berkembang
dalam tata kehidupan masyarakat Lombok Timur adalah sistem kekeluargaan
dan tata nilai, sistem kekeluargaan dan kebersamaan.
5. Keadaan Pertanian.
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Lombok Timur tidak terlepas
dari kondisi wilayah Kabupaten Lombok Timur sebagai salah satu kabupaten
agraris sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang
pertanian dan peternakan. Sektor pertanian didominasi oleh pertanian tanaman
pangan (padi, palawija, jagung, ubi-ubian), pertanian tanaman perkebunan
(tembakau, kelapa, kakao, vanili, jambu mete, cengkeh) dan pertanian tanaman
sayuran (cabe, bawang merah, bawang putih, serta beraneka jenis sayur-
sayuran lainnya). Sedangkan pada sektor peternakan didominasi oleh
peternakan sapi dan kambing.
Pola tanam untuk setiap tahunnya adalah padi untuk musim hujan dan
palawija untuk musim kemarau. Kebiasaan menanam palawija seperti jagung,
tomat, kedelai, kacang, cabe, ubi dan tembakau pada akhir-akhir ini sudah
berorientasi agribisnis sehingga tanaman tembakau mendapat perhatian dan
selalu banyak ditanam petani untuk tiap tahunnya. Mengingat animo petani
untuk menanam tembakau sangat besar khususnya tembakau virginia, maka
petani perlu dipacu dengan pengetahuan dan modal baik dari pemerintah dan
89
swasta. Budidaya tembakau juga ditunjang dengan kelembagaan mendukung
sektor pertanian dapat dikatakan cukup baik mengingat segala keperluan baik
sarana pertanian, modal dan tempat pemasaran hasil produksi berupa tembakau
krosok kering sudah tersedia.
6. Tembakau.
Pengusahaan tembakau Virginia di pulau Lombok Nusa Tenggara Barat
dirintis sejak tahun 1969 oleh PT. Faroka, tahun 1971 oleh PT. BAT Indonesia.
Tahun 1974 oleh PT. XXVII dan NV GIEB pada tahun 1974. Memperhatikan
keberhasilan rintisan usaha tembakau Virginia di Pulau Lombok tersebut, maka
secara bertahap hadir perusahaan-perusahaan lain untuk turut mengembangkan
tembakau virginia tersebut seperti hadirnya PT. Djarum pada tahun 1980, PT.
Anugrah Alam Abadi, PT. Mangli Jaya Raya, PT. Cakrawala pada tahun 1987,
PT. Tresno Bentoel pada tahun 1989, kemudian menyusul pada tahun-tahun
berikutnya oleh PT. Trisno Adi, PT. HM. Sampoerna, PT. Sadhana Arifnusa
dan pada tahun 1999 hadir lagi perusahaan baru yakni PT. Gelora Djaja dan
UD. Nyoto Permadi.
Hadirnya perusahaan-perusahaan pengelola Tembakau Virginia tersebut
mendorong minat petani untuk mengusahakan tanaman tembakau sebagai
tanaman alternatif yang cukup menarik dan menjanjikan. Para petani yang
semula sebagai petani padi dan palawija, memilih tanaman lain yang dapat
menambah pilihan dalam pola tanaman yang setelah tanam padi 1 (pertama)
yaitu tembakau sebagai pengganti tanaman padi atau palawija sebagai pola
tanam berikutnya. Sistem dan pola pengusahaan Tembakau Virginia di Pulau
90
Lombok pada awalnya berupa areal rintisan berupa demplot-demplot yang
dikelola oleh perusahaan dan areal plasma yang diusahakan oleh petani.
Perkembangan selanjutnya adalah berupa pola kemitraan usaha antara petani
dengan perusahaan pengelola yang menjadi partner dalam usaha tani
Tembakau Virginia dimaksud. Selanjutnya luas tanaman Tembakau Virginia di
Pulau Lombok seluas 27.446,96 Ha, luas areal dimaksud terkonsentrasi di
Lombok Timur 70%, Lombok Tengah 25% dan Lombok Barat 5%.
Perkembangan Tembakau Virginia di Pulau Lombok tersebut juga semakin
terprogram dan terarah sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat dalam hal
ini berupa Program Intensifikasi Tembakau Virginia (ITV) yang dilaksanakan
oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian RI dan Program
ITV hingga saat ini masih terus berlanjut dan dilaksanakan di Propinsi Nusa
Tengara Barat.
Tembakau merupakan salah satu komoditi unggulan perkebunan di
Kabupaten Lombok Timur, bahkan merupakan produk idola yang memberikan
penghasilan asli daerah yang tergolong paling besar dan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sehingga pengembangan tembakau ini mendapat
dukungan yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat petani
khususnya di Kabupaten Lombok Timur. Wilayah pengembangan tembakau
virginia meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Lombok Timur dengan
potensi pengembangan tembakau virginia seluas 27.446,96 Ha sedangkan areal
yang sudah sekitar 16.678 Ha dengan produksi mencapai 1.836,57 per musim
91
tanam.8 Adapun pengembangan potensi tembakau disetiap wilayah Kabupaten
Lombok Timur dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 :
Wilayah Pengembangan dan Potensi Tembakau Virginia Kabupaten Lombok Timur Tahun 2013
No Kecamatan Potensi (Ha)
Areal Tanam (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Kg/Ha)
Petani (KK)
Sisa potensi
(Ha) 1 Keruak 1.381,10 1.335,50 1.826,20 1.13 1.061 -
2 Jerowaru 3.115,50 2.290,00 4,621.15 1.47 1.770 -
3 Sakra 1.942,00 1.900,50 3,029.71 1,55 1.124 54,18
4 Sakra Barat 2.434,00 1.451,00 3,845,96 1,53 1.472 -
5 Sakra Timur 2.823,00 1.535,00 4,915.95 1,61 1.191 -
6 Terara 2.806,00 1.165,50 2,753,67 1,67 906 977,70
7 Montong gading 1.973,13 250,00 744,69 1,72 198 1.541,19
8 Sikur 2.626,13 1.001,00 1,626,17 1,77 771 1.650,90
9 Masbagik 857,10 74,50 143,45 1,5 59 760,70
10 Pringgasela 985,63 190,50 285,45 1,38 152 778,78
11 Sukamulia 966,13 730,70 599,66 1,90 569 546,62
12 Suralaga 0 0 - 0 0 0
13 Selong 250,00 82,50 95,31 1,83 65 143,27
14 Labuhan Haji 1.400 0 - 0 0 1.400,00
15 Pringgabaya 110,00 0 - 0 0 110,00
16 Suela 1.596,13 168,50 359,50 1,67 123 1.381,13
17 Aikmel 250,00 27,00 - 2,10 12 223,00
8 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Timur , Laporan Akhir Pendataan dan Pemetaan Sebaran Oven Tembakau Kabupaten Lombok Timur (Selong: CV Bangun Cipta, 2011), 32.
92
18 Wanasaba 739,00 47 335,93 1,97 37 370,00
19 Sembalun 0 0 - 0 0 0
20 Sambelia 678,13 0 - 0 0 678,13
JUMLAH 26.932,98 12.269,00 25.182,37 1,52 9.510 12.380,53
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Timur, 2013.
Kemudian agar usaha tani tembakau Virginia Pola Kemitraan dapat
berlangsung dengan efektif dan berkelanjutan, berbagai kebijakan dan
kesepakatan perlu dilakukan sejalan dengan perkembangan dan dinamika
agribisnis pertembakauan dan perkembangan sosial kemasyarakatan. Adapun
kebijakan yang menjadi dasar dalam penetapan harga pasar tembakau Virginia
di Pulau Lombok adalah :
a. Peraturan Pemerintah Daerah Propinsi NTB Nomor 4 Tahun 2006,
khususnya Pasal 13 yang menggariskan, penetapan harga dasar dan kelas
mutu tembakau virginia.
b. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat No. 2 Tahun 2007, khususnya
pada pasal 29 ayat 1 dan 2.
c. Kesepakatan bersama dalam pengembangan tembakau Virginia dengan
pola kemitraan (antara petani dan perusahaan sebagai pelaku utama,
lembaga penyandang dana, Pemerintah sebagai pembina/ lembaga/
instansi lainnya sebagai pendukung pola kemitraan) adapun petani teknis/
plasma dan swadaya disarankan untuk menjadi mitra perusahaan
pengelola.
93
Adapun pihak-pihak yang terkait di dalam usaha tani tembakau di Pulau
Lombok Nusa Tenggara Barat khususnya di Kabupaten Lombok Timur antara
lain adalah:
a. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten (Tk.II).
b. Pemerintah Daerah Kabupaten Cq.Bagian Ekonomi (Tk.II).
c. Dinas Koperasi dan Perdagangan Kabupaten (Tk.II).
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi dan Kabupaten Komisi B.
e. Hiswana Migas (Pertamina).
f. Lembaga Pembiayaan (Bank dan non Bank).
g. Perusahaan Pengelola Tembakau.
h. Asosiasi Petani Tembakau.
i. Masyarakat Petani Tembakau (mitra, teknis/ plasma, dan swadaya).
Adapun kebijakan pemerintah daerah dalam mengendalikan
pertembakauan antara lain:
a. Pemerintah daerah berupaya mengoptimalkan peranan dinas/ instansi
terkait dalam fungsi bimbingan, pengawasan, pengendalian dan
monitoring sesuai dengan ketentua yang diatur dalam Lembaran Daerah
Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 4 tahun 2006
yang dipertegas dengan petunjuk pelaksanaan melalui surat keputusan
Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2007 yang setiap tahun
ditinjau dan disesuaikan dengan perkembangan yang ada.
b. Mengakselerasi hubungan antara perusahaan pengelola dan petani
(binaan, teknis/ plasma, dan swadaya) sehingga iktikad kerjasama yang
94
telah disepakati berjalan dengan baik dan apabila ada hal-hal yang tidak
sesuai dengan ketentuan dapat diketahui dan diantisipasi secara dini.
c. Memfasilitasi pertemuan dalam pelaksanaan musyawarah penghitungan
biaya dan penetapan harga pasar tembakau krosok kering pada tingkat
mutu/ grade, melaksanakan pengawasan sekaligus menjadi mediator/
penengah apabila terjadi perselisihan antara petani dengan perusahaan
pengelola/ pembina.
Dalam perkembangan usaha tani tembakau di Kabupaten Lombok Timur
secara umum petani tembakau dapat dikategorikan kepada beberapa kategori
yaitu: a) petani yang menanam dan mengoven sendiri hasil tanamnya, b) petani
yang hanya menanam dan menjual daun basah di tengah sawah c) petani yang
hanya mengoven tembakau basah yang dibeli dari petani yang hanya menanam
d) petani yang hanya membeli kering dari petani pengolah biasanya praktek ini
dilakukan oleh para broker/ tengkulak.9
Selain itu dalam perkembangan usaha tani tembakau antara petani dan
perusahaan memiliki beberapa pola dalam pengusahaan tembakau Virginia
pada umumnya melakukan hubungan kerjasama usaha dengan tiga macam pola
yaitu:10
a. Pola Petani Kemitraan.
Dalam pola binaan kemitraan ini, perusahaan pengelola dalam
mengusahkan usahanya dibidang usaha tani tembakau virginia menjalin
9 Lalu Alwan Wijaya, Sekertaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Lombok Timur. Wawancara, Rarang, Jum’at 10 Januari 2014. 10 Lalu Suparlan, Ketua Solidaritas Petani Plasma Tembakau Virginia Lombok (TASNIMA). Wawancara, Kilang, Jum’at 16 Oktober 2013.
95
hubungan kemitraan dengan para petani yang bersifat saling mengikat di
antara kedua belah pihak dan dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis
(perjanjian kerjasama usaha) dengan segala hak dan kewajiban yang timbul
dari masing-masing pihak. Jalinan kerjasama atas dasar saling
membutuhkan dan menguntungkan ini dimulai sejak perencanaan,
pembenihan, penanaman, pemeliharaan tanaman, prosesing sampai pada
tahap pemasaran hasilnya.
Petani binaan perusahaan pengelola diberikan saprodi oleh perusahaan
dalam menjalankan usahanya seperti bibit, plastik penutup bibit, tali bal-
balan, pupuk, modal (pinjaman) tergantung area yang dimiliki oleh petani
binaan, mereka memiliki jatah untuk memasukkan hasil produksi mereka
berupa tembakau kerosok kering dengan batas 5 ton untuk setiap petani.
b. Pola Petani Teknis (Petani Plasma).
Dalam pola yang kedua ini, para petani yang melaksanakan kegiatan
usaha taninya menggunakan modal sendiri dalam melaksanakan usaha
taninya, mereka tidak dapat saprodi berupa pupuk dan pinjaman dana dari
perusahaan pengelola seperti petani yang bermitra dengan perusahaan, tapi
mereka memiliki hak untuk memasukkan tembakau keperusahaan
menggunakan nama salah seorang petani yang terdaftar sebagai mitra
perusahaan pengelola, dan syarat petani baru bisa memasukkan
tembakaunnya ke perusahaan pengelola harus menjadi petani binaan/ mitra,
dan petani plasma sedangkan untuk petani swadaya tidak berhak untuk
memasukkan tembakaunya ke perusahaan pengelola tanpa melalui dua jalur
96
tersebut baik mereka adalah petani swadaya atau para broker (tengkulak/
penendak).
c. Pola Petani Swadaya
Dalam pola yang ketiga ini, para petani yang melaksanakan kegiatan
usaha taninya di bidang usaha tani tembakau virginia yaitu menggunakan
modal sendiri dalam melaksanakan usaha taninya dan tidak melakukan
kerjasama dalam pengadaan atau penyediaan sarana produksi dengan
perusahaan pengelola tembakau, tetapi pada tahap atau pasca produksi yaitu
pada waktu pemasaran hasil produksi tembakau telah mendapat jaminan
pemasaran dari pengusaha yang akan menampung hasil produksinya.
Kaitannya dengan jaminan pemasaran hasil, Glover,11 menyebutnya
dengan istilah kontrak pemasaran (marketing contract), dalam kontrak ini tidak
mengharuskan pihak pengelola (inti) untuk menyediakan masukan-masukan
seperti bibit dan peralatan, atau dengan kata lain kontrak pemasaran merupakan
kesepakatan untuk membeli hasil produksi dikemudian hari. Dalam kontrak
pemasaran pada pola swadaya ini tidak dilakukan dengan kesepakatan yang
dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis, sehingga tidak ada jaminan dan
kepastian hukum dalam pelaksanaannya.
Pada sistem pemasaran hasil tembakau virginia petani tembakau menjual
langsung keperusahaan pengelola dalam bentuk krosok atau tembakau kering.
Rantai pemasaran pada pola kemitraan dapat digambarkan sebagai berikut:
11 Glover dalam Erna Ermawati Chotim, Disharmoni Inti-Plasma dalam Pola PIR (Bandung: Yayasan Akatiga, 1996), 21-22.
97
Gambar 4.2:
Rantai pemasaran petani mitra
Sedangkan sistem pemasaran hasil tembakau virginia pada petani teknis
dan swadaya ada dua cara yaitu:
a. Petani dapat menjual langsung kepihak perusahaan pengelola dengan
catatan petani teknis/ plasma dan swadaya harus bergabung dengan
petani binaan perusahaan.
Gambar 4. 3:
Rantai pemasaran petani plasma dan swadaya pola ke satu.
b. Petani dapat menjual kepada broker/ tengkulak baru keperusahaan
pengelola sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. 4:
Rantai pemasaran petani plasma dan swadaya pola ke dua.
Petani Mitra Perusahaan Pengelola Krosok
Petani Plasma dan Swadaya Perusahaan Pengelola Krosok
Petani Plasma dan Swadaya Perusahaan Pengelola Krosok
Broker/ Tengkulak Krosok Krosok
98
Dengan memperhatikan rantai pemasaran di atas jelas petani bermitra
lebih mudah pemasarannya karena langsung ke pihak perusahaan pengelola
dan dapat perhatian khusus dari pihak perusahaan pengelola karena ada ikatan
kemitraan. Lain halnya dengan petani teknis/ plasma dan petani swadaya,
walaupun dapat langsung kepihak perusahaan pengelola, tapi hanya ditentukan
oleh pihak pengelola dan nilai tawar petani teknis/ plasma dan swadaya sangat
rendah apalagi melalui perantara broker/ tengkulak sudah jelas keuntungannya
akan dinikmati oleh pihak broker/ tengkulak.
Dari rantai pemasaran di atas jelas petani yang bermitra sangat
diuntungkan oleh pola kemitraan dari pada petani yang menggunakan pola
petani teknis/ plasma dan petani swadaya. selain sistem pemasaran yang
menentukan tinggi rendahnya harga tembakau yang tidak kalah pentingnya
adalah mutu dari tembakau itu sendiri. Berkaitan dengan mutu ditunjukkan
oleh grade yang menggambarkan ciri-ciri fisik kualitas krosok kering tembakau
tersebut mulai dari kulaitas yang terbaik sampai yang terjelek meliputi tingkat
keseragaman dan toleransi kerusakan, warna juga merupakan faktor dalam
penilaian mutu tembakau tersebut. Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Lombok Timur yang diwakili oleh Ir. Muhrim, KABID bina usaha
perkebunan12 dan Ir. Pathullah Said, seksi P2HP (Pemasaran Pengolahan Hasil
Perkebunan)13 menyatakan bahwa tembakau diklasifikasikan menjadi 3 sesuai
dengan posisi daun:
12 Muhrim, KABID Bina Usaha Perkebunan Kabupaten Lombok Timur. Selong, Wawancara, 04 Januari 2014. 13 Pathullah Said, Seksi P2HP (Pemasaran Pengolahan Hasil Perkebunan) Kabupaten Lombok Timur, Wawancara, Selong, 05 Januari 2014.
99
1) Daun bawah/ daun tanah.
2) Daun tengah.
3) Daun atas.
Sedangkan kelas atau grade tembakau jika dilihat dari warnanya
memiliki tiga kelas yaitu:
1) Lemon (L), kuning agak pucat.
2) Orange (O), kuning atau keemasan.
3) Makogami (R), orange gelap atau agak cokelat cerah.
Sedangkan grade yang diklasifikasikan sesuai dengan warna dan tingkat
keseragaman dan kebersihan dari pada tembakau krosok kering oleh
perusahaan pengelola ada yang mengklasifikasikan dari 11 grade sampai 77
macam grade tergantung dari setiap perusahaan yang merupakan hasil
musyawarah harga untuk musim tanam tahun 2013. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel.
Tabel 4.2:
Data Hasil Musyawarah Harga Perusahaan Pengelola Tembakau PT Djarum
dan UD Jawara Musim Tanam Tahun 2013
NO
PERUSAHAAN PT DJARUM UD JAWARA
GRADE HARGA GRADE HARGA 1 T3F 23.000 A1O+ 34.500 2 T4KF 21.000 A1L+ 33.500 3 T5KF 15.000 A1O 33.000 4 B2F 32.500 A1L 32.000 5 B3F 32.000 A2O 31.000 6 B4KF 27.000 A2L 30.000 7 B5KF 15.000 A3O 28.000 8 B4FR 29.000 A3L 27.000 9 B5FR 17.000 A4 25.000
100
10 B4KM 17.000 B1O+ 31.000 11 B5LP 12.500 B1L+ 30.000 12 B3L 30.500 B1O 29.000 13 B4KL 27.000 B1L 28.000 14 M2F 35.000 B2O 27.000 15 M3F 34.000 B2L 26.000 16 M4F 31.500 B3O 24.000 17 M4KF 31.000 B3L 22.000 18 M2L 34.250 B4O 19.000 19 M3L 33.250 B4L 17.500 20 M4L 30.500 B5 15.500 21 M4KL 30.000 C1OS 27.500 22 M4KM 18.000 C1LS 26.500 23 M5LP 12.500 C1O+ 26.000 24 C2F 33.250 C1L+ 25.000 25 C3F 32.500 C1O 24.000 26 C4F 29.000 C1L 23.000 27 C5F 24.000 C2O 22.000 28 C2L 32.500 C2L 21.000 29 C3L 30.750 C3O 20.000 30 C4L 28.500 C3L 19.000 31 C5L 23.000 C4 18.000 32 C4KL 27.500 D1 17.000 33 C4KM 18.000 D2 15.500 34 C5KM 15.000 D3 13.500 35 C4LP 12.500 D4 11.500 36 C5LP 12.500 D5 10.000 37 X3L 26.000 ND 5.000 38 X4L 24.000 39 X5L 18.000 40 PS1 12.000
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lombok Timur 2013.
Tabel 4.3:
Data Hasil Musyawarah Harga Perusahaan Pengelola Tembakau PT ELI,
UD Maju Jaya dan CV Trisno Adi Musim Tanam 2013.
NO
PERUSAHAAN PT ELI UD MAJU JAYA
GRADE HARGA GRADE HARGA 1 CF2M 17.500 AO 34.000 2 CF1M 16.000 A+ 32.000
101
3 AF3 15.000 A- 30.000 4 AF2M 30.250 B+ 28.000 5 AF2 34.000 B- 26.000 6 AF1 31.500 C+ 20.000 7 AF1M 29.750 C- 19.000 8 AF 26.500 D+ 16.000 9 AFM 23.000 D- 10.000 10 AFW 14.500 E+ 8.000 11 BFKL 14.500 E- 5.000 12 BFKF 10.500 13 MF2M 29.750 CV TRISNO ADI 14 MF2 32.000 GRADE HARGA 15 MF1 31.500 TA 36.000 16 MF1M 28.750 AO 34.000 17 MFM 23.000 SP 32.000 18 E3 13.000 AA 30.000 19 E2M 26.750 A 28.000 20 E2 30.000 BB 25.000 21 E1 28.000 B 22.000 22 E1M 24.750 C+ 19.000 23 E 22.000 C 16.000 24 X3 12.000 X1 13.000 25 X2M 22.000 X2 10.000 26 X2 24.750 X3 7.000 27 X1 24.000 28 XM 21.000 29 NZ 4.500 30 NX 7.500
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lombok Timur 2013.
Tabel 4.4:
Data Hasil Musyawarah Harga Perusahaan Pengelola Tembakau PT Shadana Arif
Nusa dan Rinjani Maju Bersama Musim Tanam 2013.
NO
PERUSAHAAN PT SHADAN ARIF
NUSA RINJANI MAJU
BERSAMA GRADE HARGA GRADE HARGA GRADE HARGA
1 X1F 23.500 X2OF 27.000 C6 10.000 2 X1O 23.000 X2O 25.000 B2OF 37.000 3 X1L 23.000 X2LF 26.000 B2O 35.000 4 X2F 20.000 X2L 24.000 B2LF 36.000 5 X2LF 20.000 X3OF 23.000 B2L 34.000
102
6 X3O 18.000 X3O 21.000 B3OF 33.000 7 X3L 18.000 X3LF 22.000 B3O 31.000 8 XR 9.000 X3L 20.000 B3LF 32.500 9 NDX 7.500 X4 15.000 B3L 30.000 10 NX 3.000 X5 12.000 B3V 18.000 11 C1F 31.000 X6 8.000 B3Q 15.000 12 C1O 31.000 NDX 4.000 B3OJ 27.000 13 C1L 31.000 T3OF 27.000 B3LJ 26.000 14 C2F 28.500 T3O 25.000 B4OF 27.000 15 C2O 28.500 T3LF 26.000 B4O 25.000 16 C2L 28.500 T3L 24.000 B4LF 26.000 17 C3O 26.500 T4OF 21.000 B4L 24.000 18 C3L 26.500 T4O 19.000 B4V 8.000 19 C4O 18.500 T4LF 20.000 B4Q 15.000 20 C4L 18.500 T4L 18.000 B4OJ 22.000 21 CR 9.500 T5 15.000 B4LJ 21.000 22 M1F 31.500 T5R 12.000 B5O 20.000 23 M1LF 31.500 T5RJ 10.000 B5L 17.000 24 M2F 29.500 T3OJ 18.000 B5R 14.000 25 M2LF 29.500 T3LJ 17.000 B5RJ 12.000 26 B1F 32.500 T4OJ 14.000 B6 11.000 27 B1O 31.000 T4LJ 13.000 M2OF 36.000 28 B1L 31.000 C2OF 35.000 M2O 33.500 29 B2F 29.500 C2O 33.000 M2LF 35.000 30 B2O 27.500 C2LF 34.000 M2L 32.500 31 B2L 27.500 C2L 32.000 M3OF 32.000 32 B3O 26.000 C3OF 31.000 M3O 30.000 33 B3L 26.000 C3O 29.000 M3LF 31.000 34 B4O 17.000 C3LF 30.000 M3L 29.000 35 BR 9.000 C3L 28.000 36 T2O 19.000 C3V 17.000 37 T2L 19.000 C4OF 25.000 38 T3O 16.500 C4O 21.000 39 T3L 16.500 C4LF 24.000 40 T4O 13.500 C4L 20.000 41 NDT 6.500 C4V 7.000 42 NT 4.000 C5 14.000
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lombok Timur 2013.
103
Tabel 4.5:
Data Hasil Musyawarah Harga Perusahaan Pengelola Tembakau UD Nyoto
Permadi Musim Tanam 2013.
No
PERUSAHAAN UD NYOTO PERMADI
GRADE HARGA GRADE HARGA GRADE HARGA 1 B1OS 35.000 C3L 28.000 T6 9.000 2 B1O 34.000 C4O 26.000 T7 8.000 3 B1L 33.000 C4L 25.500 TT 6.000 4 B2O 32.500 C5O 23.500 ZA 7.000 5 B2L 31.500 C5L 23.000 ZAB 6.000 6 B3O 31.000 C3V 16.000 ZBC 4.000 7 B3L 30.500 C5V 14.000 T2L 20.000 8 B4O 28.500 C4K 17.000 T3L 16.000 9 B4L 27.500 C5K 14.000 T4L 13.000 10 B5O 24.000 C4H 16.000 X3 16.000 11 B5L 23.000 L1O 27.000 X4 15.000 12 B5V 16.000 L1 26.000 X5 14.000 13 B5R 17.000 L2 25.000 X6 13.000 14 B5M 18.000 L3 23.500 PS1 11.000 15 B4K 16.000 L4 21.500 PS2 8.000 16 B5K 14.000 L5 19.000 PLS 6.500 17 C1OS 33.500 L6 18.000 PLO 5.500 18 C1O 32.500 L7 16.000 PL 4.500 19 C1L 31.500 T2O 23.000 PO 3.500 20 C2O 31.000 T3 20.000 P 3.000 21 C2L 30.000 T4 16.000 X 2.500 22 C3O 29.000 T5 11.000
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lombok Timur 2013.
Tabel 4.6:
Data Hasil Musyawarah Harga Perusahaan Pengelola Tembakau UD
Supianto Musim Tanam 2013.
NO UD SUPIANTO
GRADE HARGA GRADE HARGA GRADE HARGA 1 T2OF 14.000 M2OF 31.000 X1OF 23.000 2 T2LF 13.000 M2LF 30.000 X1LF 22.000 3 T2L 11.000 M2L 29.000 X1LF 21.000 4 B1OF 33.000 M3OF 26.500 X2OF 19.000 5 B1LF 32.000/31.000 M3LF 25.500 X2LF 18.000
104
6 B2OF 29.000 M3L 24.500 X2L 17.000 7 B2LF 28.000 C1OF 33.000 8 B2L 27.000 C1LF 32.000 9 B3OF 25.000 C1L 31.000 10 B3LF 24.000 C2OF 29.000 11 B3L 23.000 C2LF 28.000 12 B4OF 18.000 C2L 27.000 13 B4LF 17.000 C3OF 25.000 14 B4LF 16.000 C3LF 24.000 15 B5OF 14.000 C3L 23.000 16 B5LF 13.000 C4OF 17.500 17 B5L 11.000 C4LF 16.500 18 M1OF 34.000 C4L 15.500 19 M1LF 33.000 C4R 12.000 20 M1L 32.000 C5L 7.500
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lombok Timur 2013.
Tabel 4.7:
Data Hasil Musyawarah Harga Perusahaan Pengelola Tembakau PT AOI
Musim Tanam 2013.
PT AOI NO GRADE HARGA GRADE HARGA 1 XO1 25.500 MF2 32.800 2 XO2 24.000 MF3 31.000 3 XO3 22.000 MO1 32.000 4 XL1 22.000 MO2 30.000 5 XL2 18.000 MO3 34.500 6 XL3 17.000 BO1 33.000 7 XR2 15.000 BO2 32.000 8 XR3 13.000 BO3 32.000 9 XR4 12.000 BL1 30.500 10 XV1 11.000 BL2 26.000 11 XV2 4.500 BO3J 18.000 12 XND 5.000 BO4J 20.000 13 XN 3.000 BL3J 25.000 14 CO1 32.000 BL4J 18.000 15 CO2 31.000 BR3 20.500 16 CO3 28.000 BR4 18.000 17 CL1 30.000 BK3 15.000 18 CL2 25.000 BK4 14.000 19 CL3 19.000 BV1 8.000
105
20 CO3J 20.000 BV2 5.000 21 CO4J 13.500 BND 6.000 22 CL3J 19.000 TO1 28.000 23 CL4J 14.500 TO2 25.000 24 CR2 20.000 TO3 20.000 25 CR3 16.000 TL3J 12.000 26 CR4 13.500 TL4J 10.000 27 CK3 12.000 TK3 6.000 28 CK4 10.000 TND 3.000 29 CV1 11.000 30 CV2 5.000 31 CND 6.000 32 MF1 33.250
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lombok Timur 2013.
B. Penetapan Harga Pasar Tembakau di Kabupaten Lombok Timur.
Dalam hal penentuan harga pasar tembakau di Kabupaten Lombok Timur
peneliti mengamati dan menyimpulkan bahwa dalam penetapan harga pasar
tembakau menggunakan prinsip-prinsip penetapan harga yang dikemukakan oleh
Zeithalm dan Bitner adalah sebagai berikut.
1. Penetapan Harga Berdasarkan Biaya (cost based pricing).
Perkiraan biaya, (analisis biaya usaha tani oleh perusahaan), Yaitu
perkiraan biaya yang dikeluarkan oleh petani pada saat melakukan
pekerjaannya hingga menciptakan sebuah produk tembakau virginia krosok
kering yang sudah siap untuk dipasarkan. Melalui petugas lapangan/ PL
perusahaaan memperoleh informasi biaya usaha tani tersebut. Petani pun
memiliki acuan analisis biaya usaha tani yang mereka susun sendiri dan
bertemu pada kesimpulan yang disepakati sebagai analisis biaya usaha tani
yang disetujui bersama.
106
Berbagai jenis biaya harus dipertimbangkan dalam menetapkan harga,
termasuk didalamnya adalah biaya langsung dan tidak langsung, biaya tetap
dan biaya variabel, serta biaya-biaya lainnya.
Oleh sebab itu sebelum ditetapkannya harga tembakau terlebih dahulu
diadakan musyawarah harga dengan memperhitungkan di dalamnya biaya tetap
dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani selama proses menciptakan
tembakau krosok kering sampai selesai/ final.
a. Biaya pada analisis usaha tani baik dari petani mitra perusahaan, petani
plasma dan petani swadaya dikelompokkan menjadi dua kelompok
yaitu:14
1) Biaya Tetap.
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah walaupun jumlah
produksinya berubah atau tidak terpengaruh oleh besar kecilnya
produksi. Dari hasil penelitian menunjukkan besarnya biaya tetap yang
dikeluarkan oleh petani responden adalah sebagai berikut:
a) Sewa Tanah
Sewa tanah adalah salah satu pengeluaran petani untuk
memperoleh lahan sebagai media atau tempat berusaha tani, besar
kecilnya nilai sewa tanah tergantung dari harga kesepakatan pada
umumnya sangat ditentukan oleh faktor letak, kesuburan tanah, dan
tersedianya irigasi yang cukup.
14 Muslim, Analisis Pendapatan Petani Tembakau Virginia Melalui Pola Kemitraan. Balai Penyuluhan Perikanan dan Kehutanan (BP3K) kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012, 25-32.
107
Tabel 4.8:
Besarnya Biaya Sewa Tanah dalam Satuan Hektar Petani Tembakau
Virginia Petani Mitra, Plasma dan Swadaya.
No Perhektar Besar sewa tanah (Rp)
1 Pertani mitra 8.000.000
2 Petani plasma & swadaya 8.000.000
Sumber: Data Primer Diolah.
b) Iuran Air/ Irigasi
Iuran air ini merupakan pengeluaran yang harus dikeluarkan
oleh petani pemakai air, biasanya ditentukan oleh lembaga masyarakat
desa (LMD) dalam musyawarah di desa.
Tabel 4.9:
Biaya Iuran Air Petani Tembakau Virginia Selama Musim Tanam dalam
Satu Hektar.
No Perhektar Iuran air (Rp)
1 Petani mitra 200.000
2 Petani plasma & swadaya 200.000
Sumber: Data Primer Diolah.
c) Penyusutan Alat Pertanian
Penyusutan alat yaitu nilai manfaat alat pertanian tahan lama
terhadap produksi yang diukur dengan cara menghitung selisih antara
108
nilai baru dengan nilai sisa pada tahun tertentu dibagi dengan rumus
ekonomi dari alat yang bersangkutan yang dinyatakan dengan rupiah.
Tabel 4.10:
Biaya Penyusutan Alat-Alat Pertanian Yang Digunakan oleh Petani Selama
Pengolahan Tembakau.
No Perhektar Biaya penyusutan alat pertanian (Rp)
1 Petani mitra 289.726
2 Petani plasma & swadaya 270.231
Sumber: Data Primer Diolah.
d) Sewa Oven
Peran oven dalam usaha tani tembakau virginia sangat
menentukan kualitas dari pada hasil produksi, sehingga anjuran dari
pihakpengelola petani tembakau harus siap oven sebelum menanam
tembakau. Kesiapan yang dimaksud berupa berapa besarnya oven
akan menentukan berapa jumlah areal tembakau yang akan ditanam.
Tabel 4.11:
Biaya Sewa Oven Masing-Masing Petani per Hektar.
No Perhektar Sewa oven permusim (Rp)
1 Petani mitra 2.500.000
2 Petani plasma & swadaya 2.500.000
Sumber: Data Primer Diolah.
109
2) Biaya Tidak Tetap.
Biaya ini juga disebut biaya operasi, petani tembakau selalu
mengeluarkan biaya sepanjang waktu produksi. Biaya ini selalu berubah
tergantung pada besar kecilnya produksi, yang termasuk biaya ini adalah:
a) Biaya Saprodi
Biaya sarana produksi merupakan sejumlah biaya yang
dikeluarkan oleh petani untuk pembelian pupuk, insektisida, plastik
dan bahan bakar.
Tabel 4.12:
Rata-Rata Biaya Sarana Produksi Yang Dikeluarkan Petani.
N
o
Perhektar
Jenis sarana produksi
Jumlah
Bibit (Rp)
Pupuk (Rp)
Pestisida (Rp)
Batu bara (Rp)
1 Petani mitra 401.369 6.171.060 777.123 12.041.095 19.390.647
2 Petani plasma & swadaya
303.757
4.732.658
572.253
9.615.606
15.224.274
Sumber: Data Primer Diolah.
b) Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja merupakan sejumlah biaya yang
dikeluarkan oleh petani untuk mengerjakan kegiatan produksi,
khususnya untuk kegiatan produksi pada tanaman tembakau
virginia. Adapun kegiatannya adalah: pemeliharaan bibit,
pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman, pemupukan,
penyemprotan panen dan pasca panen. Setelah proses pemetikan di
110
sawah kemudian proses penggelantangan, kemudian pengovenan
setelah tembakau kering proses yang harus dilalui diantaranya
sortir, dan pengebalan.
Pada umumnya tenaga kerja yang digunakan dalam usaha
tani tembakau yaitu tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita,
upahnya dihitung dalam satu hari kerja. Adapun banyaknya upah
antara lain untuk tenaga kerja laki-laki Rp 50.000 untuk satu hari
kerja dan Rp 30.000 untuk tenaga kerja wanita.
Tabel 4.13:
Biaya Tenaga Kerja Yang Dikeluarkan.
No
Perhektar
Jenis pekerjaan
jumlah Pembibitan
(Rp) Pengolahan
tanah (Rp)
Tanam & pemelihraan
(Rp)
Panen & pasca panen
(Rp)
1 Petani mitra
802.739 2.508.561 1.404.793 5.017.122 9.733.215
2 Petani plasma & swadaya
595.375
1.991.907
1.085.548
4.796.531
8.469.361
Sumber: Data Primer Diolah.
c) Bunga Modal
Bunga modal merupakan hasil jasa dari biaya yang
dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi. Adapun besarnya
dihitung berdasarkan berapa besar yang berlaku, yaitu 18% per
tahun 9% dalam waktu usaha tani tembakau.
111
Tabel 4. 14:
Biaya Bunga Bank Yang Dikeluarkan Oleh Petani.
No Perhektar Bunga bank (Rp)
1 Petani mitra 3.610.223
2 Petani plasma & swadaya 3.113.219
Sumber: Data Primer Diolah.
d) Total Biaya
Total biaya adalah jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani
selama proses pengolahan tembakau sampai kepada tembakau yang
siap untuk dipasarkan.
Tabel 4.15:
Total Biaya Yang Dikeluarkan Oleh Petani.
No
Perhektar
Biaya Jumlah
Tetap Variabel
1 Petani mitra 10.998.726 32.734.092 43.723.818
2 Petani plasma & swadaya
10.970.231 26.807.149 37.777.380
Sumber: Data Primer Diolah.
Penentuan harga pasar tembakau dengan proses musyawarah merupakan
proses awal dalam menetapkan harga, pada dasarnya tembakau ditentukan oleh
kualitas atau mutu dari pada tembakau itu sendiri, dan harga tembakau bersifat
bisa berubah setiap saat, tidak terikat dengan hasil musyawarah yang sudah
112
ditetapkan. Harga yang ditawarkan oleh perusahaan lain pun ikut
dipertimbangkan sebelum menetapkan harga pasar tembakau karena akan
berpengaruh pada banyaknya produksi yang bisa diserap oleh perusahaan.
2. Penetapan Harga Berdasarkan Persaingan (competition based pricing)
Harga-harga yang ditawarkan oleh para pesaing akan mempengaruhi
tingkat permintaan barang yang ditawarkan sehingga harga pesaing harus turut
dipertimbangkan dalam proses penetapan harga. Hal ini menyangkut
penguasaan pasar tembakau oleh perusahaan
Penetapan harga berdasarkan persaingan antar perusahaan menjadi
sesuatu yang perlu diperhitungkan oleh perusahaan sebelum menetapkan harga
dasar pembelian tembakau, penetapan harga berdasarkan persaingan menjadi
kebijakan mutlak dari perusahaan itu sendiri, ada pun pemerintah, masyarakat
petani atau asosiasi pengawas pertembakauan tidak bisa melakukan intervensi
terhadap penetapan harga berdasarkan persaingan, karena menyangkut interen
perusahaan.
3. Penetapan Harga Berdasarkan Permintaan (demand based pricing)
Menentukan tingkat permintaan, dalam hal ini perusahaan pengelola
menentukan jumlah permintaan tembakau yang akan dibelinya, supaya tidak
terjadi over produksi. Petani tembakau virginia disarankan untuk menjadi
petani mitra perusahaan untuk mempermudah perusahaan pengelola
mengetahui banyaknya areal penanaman tembakau dan mempermudah
perusahaan untuk menentukan jumlah produksi petani yang akan diterimanya,
karena jika terjadi over produksi akan menyebabkan banyak tembakau para
113
petani yang tidak terbeli yang akan berdampak kerugian bagi pihak petani.
Dalam hal ini kuota permintaan perusahaan terhadap produksi tembakau petani
bisa dilihat pada tabel.
Tabel 4.16:
Kuota Permintaan Tembakau Perusahaan Mitra Tembakau Virginia Musim
Tanam 2013
No
Nama Perusahaan
Araeal (Ha)
Petani (KK)
OVEN (Unit)
Produksi (Ton)
Target Pembelian
(Ton)
1 PT. ELI 3.436,00 817 1.718 6.872,00 6.872,00 2 PT. AOI 1.586,00 561 845 3.177,00 3.177,00 3 PT. SHADANA 1.518,00 582 787 3.036,00 3.036,00 4 PT. DJARUM 1.278,30 453 744 2.556,69 2.556,69 5 UD. JAWARA 202,00 72 101 404,00 404,00 6 UD. ISWANTO 103,00 62 78 206,00 206,00 7 UD. SUMBER REZEKI 82,00 28 41 164,00 164,00 8 CV. TRISNO ADI 580,00 237 290 1.610,00 1.610,00 9 CV. RMB 120,00 60 60 240,00 240,00 10 UD. NYOTO PERMADI 125,00 56 63 250,00 250,00 11 PT. IDS 433,82 260 267 781,00 781,00 12 UD. KELUARGA SAKTI 40,00 20 20 80,00 80,00 13 CV. STEVI 37,00 28 20 100,00 100,00 14 UD. CAKRAWALA 167,00 105 117 334,00 334,00 15 UD. SUPIANTO 106,00 25 71 284,00 300,00 16 UD. SML 158,40 83 126 316,80 500,00 17 PR. SUKUN 67,00 36 46 148,50 148,50 18 UD. MAJU JAYA 35 15 18 70,00 70,00 19 UD. SJL 150,00 65 72 300,00 0
TOTAL JUMLAH 10.224,52 3.565 5.484 20.480,59 20.499,79
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Timur 2013.
Adapun tujuan-tujuan dari penetapan harga pasar tembakau adalah:
1) Sebagai acuan dasar pembelian tembakau di Kabupaten Lombok Timur.
114
2) Peningkatan taraf hidup petani tembakau virginia di Kabupaten Lombok
Timur.
3) Menciptakan kestabilan harga tembakau virginia di Kabupaten Lombok
Timur.
Inti dari pada tujuan itu adalah mencapai suatu kebaikan bagi semua
golongan bukan pada perusahaan pengelola saja tetapi untuk pemerintah dan
masyarakat petani tembakau yang ada di Kabupaten Lombok Timur. Allah
SWT mengingatkan dalam Al-Qur’an:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.15
Penentuan harga tembakau yang dibeli oleh perusahaan melalui
mekanisme musyawarah harga untuk pembelian tembakau menetapkan harga
dasar sebagai acuan untuk pembelian produksi tembakau para petani, walaupun
harga dasar pembelian tembakau sudah ditetapkan dalam musyawarah harga
dengan mempertimbangkan analisis biaya produksi dari berbagai pihak dan hal
itu disepakati, tetapi pada hakikatnya harga pasar tembakau ditentukan dengan
kulitas atau mutu tembakau itu sendiri sedangkan jika ditinjau dari kualitas 15 Al-Qur’an, 28: 77.
115
atau mutu penerapan harga tersebut bersifat bisa berubah kapan saja (fluktuatif)
oleh sebab itu harga pasar tembakau selalu berubah dengan beberapa
pertimbangan dari pihak pembeli dalam hal ini perusahaan pengelola seperti:
posisi daun, warna dan kelas daun, tingkat kelembaban daun krosok kering,
panjang daun, pegangan, dll. Oleh sebab itu setiap tahun harga pasar tembakau
selalu berubah walaupun sudah ada kesepakatan harga dasar pembelian
tembakau dalam musyawarah harga yang telah dilakukan. Posisi dari pada
hasil musyawarah harga yang sudah dilakukan adalah sebagai standarisasi
pembelian tembakau bisa berkurang dan bisa lebih tinggi.
Tabel 4.17:
Kriteria Penilaian Kualitas Tembakau
No Keterangan Baik Sedang Kurang 1 Warna 2 Panjang daun 3 Pegangan/ body 4 Tingkat kekeringan 5 Kebersihan 6 Campuran 7 Aroma 8 Posisi daun 9 Petikan 10 Lebar daun
Sumber: Data Primer diolah
Keterangan:
a. Warna, dikatakan baik jika warnanya kuning (lemon, orin, dll)
sedang dengan warna kuning kehijauan, merah bata dll, kurang
dengan warna coklat dan hitam. Perlu untuk diketahui bahwa
116
kecerahan dari pada warna ini memiliki 3 tingkatan yaitu: cerah,
pucat dan kusam.
b. Panjang daun, tanda sehatnya tembakau dilihat dari kesuburannya
yang menghasilkan daun yang panjang dan lebar dikatakan baik
jika daun mencapai panjang 75-100 cm bahkan lebih, dikatakan
sedang, panjang daun mencapai 50-70 cm dan dikatakan kurang,
panjang daun mencapai 40 cm bahkan kurang.
c. Pegangan/ body, dinilai baik elastis, sedang kurang elastis, kurang
tidak elastis.
d. Tingkat kekeringan, dinilai baik tembakaunya kering, sedang
lembab, kurang basah dengan kadar air yang luamayan.
e. Kebersihan, dinilai baik tidak ada campuran dari plastik dan bahan
material lain, sedang ada campuran plastik dan material walau
sedikit, kurang campuran material dan plastik yang lumayan.
f. Campuran, dinilai baik terdiri dari satu jenis, tidak ada campuran
dari jenis lain kalupun ada hanya 5%, sedang ada campuran dari
jenis lain sekitar 10%, kurang ada campuran dari lain jenis lain
mencapi 10% bahkan lebih.
g. Aroma, dinilai baik apabila (harum aromatis), sedang (harum agak
aromatis), kurang (tidak harum dan aromatis).
h. Posisi daun, dinilai dari daun atas, daun tengah, dan daun bawah.
i. Petikan, dinilai dari petikan daun muda, sedang, tua dan terlalu tua.
117
j. Lebar daun, dinilai dari lebar daun yang berukuran lebar, sedang
dan sempit.
Petani, memproduksi tembakau sesuai dengan permintaan perusahaan
tempat mereka bermitra, oleh sebab itu petani mendapatkan saprodi berupa
bibit yang sesuai dengan standar perusahaan, pupuk, obat-obatan dan lain-lain,
kemudian mendapatkan bimbingan dari petugas lapangan (PL) perusahaan
pengelola, agar mereka bekerja sesuai dengan aturan perusahaan yang sudah
ditetapkan, supaya mendapatkan hasil tembakau yang diinginkan oleh
perusahaan dengan kualitas yang bagus.
Pertanian dalam arti yang luas perlu terus dikembangkan agar semakin
maju, efisien dan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi serta keanekaragaman hasil pertanian, baik melalui usaha
diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi serta rehabilitasi pertanian dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semuanya untuk dapat
memenuhi kebutuhan pangan, gizi serta kebutuhan bahan baku industri.
Di sisi yang lain, usaha pertanian yang dilaksanakan didorong
perkembangannya sehingga mampu memanfaatkan peluang pasar dalam dan
luar negeri, serta dapat memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja.
Semua itu diarahkan untuk memperbaiki taraf hidup petani dan masyarakat
pada umumnya. Dengan demikian maka keikut sertaan petani dalam
pembangunan pertanian melalui koperasi ataupun melalui kelompok tani terus
didorong dan dibina. Hal itu sebagai usaha dalam meningkatkan kegiatan dan
membantu pengembangan usaha pertanian rakyat termasuk hasil produksinya.
118
Dari paparan tersebut, sebenarnya pembangunan pada sektor pertanian
bertujuan untuk :
a. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani.
b. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha.
c. Mengisi dan memperluas pasar.
d. Meningkatkan dan menganekaragamkan hasil, meningkatkan mutu dan
derajat pengolahan produksi.
e. Menunjang pembangunan wilayah.
Dengan demikian apabila kita cermati tujuan dari pembangunan sektor
pertanian mengandung tujuan pula yaitu untuk memerangi kemiskinan serta
mengembangkan potensi dinamik petani dan kelompok miskin di pedesaan.
Penanaman temabakau di Kabupaten Lombok Timur menggunkan pola
kemitraan yang dipandang belum mampu untuk menyelesaikan permasalahan
harga pasar tembakau dalam musyawarah harga yang dilaksanakan oleh
beberapa elemen seperti pemerintah, pengusaha, perwakilan dari petani dan
dari lembaga-lembaga kemasyarakatan pengawas pertembakauan yang
hasilnya masih belum bisa memberikan kepuasan pada tingkat masyarakat atau
petani.
Sebelum dilaksanakannya musyawarah harga terlebih dahulu dilakukan
analisis usaha tani oleh kedua belah pihak yaitu antara perusahaan dan petani
tembakau menganalisis biaya produksi yang akan dikeluarkan selama proses
menciptakan tembakau yang siap untuk dipasarkan (krosok kering). Analisis
biaya produksi ini dikalangan petani sangat berfariasi karena sesuai dengan
119
kondisi tempat dan lingkungan masing-masing petani oleh sebab itu petani
tembakau di Lombok Timur berdasarkan lokasi atau tempat penanaman
tembakau dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Dayan Kawat (kelompok
petani bagian utara) dan Lauk Kawat (kelompok petani bagian selatan) dengan
batas jalan raya yang menjadi tolak ukur pengelompokan.16
Dalam hal ini Ibnu Taimi >yah sudah menegaskan bahwa untuk
menentukan harga perlu dilakukan musyawarah harga. Ia menekankan
pengetahuan tentang pasar dan barang dagangan serta transaksi penjualan dan
pembelian berdasarkan persetujuan bersama dan persetujuan itu memerlukan
pengetahuan dan saling pengertian.17 Dalam hubungannya dengan masalah ini,
Ibnu Taimi >yah menjelaskan sebuah metode yang diajukan pendahulunya, Ibnu
Habib. Menurutnya: “imam (kepala pemerintah), harus menyelenggarakan
musyawarah dengan para tokoh perwakilan dari pasar (wujuh ahl al-su>q). Yang
lain-lain juga diterima hadir dalam musyawarah itu, karena mereka harus ikut
diperiksa keterangannya. Setelah melakukan perundingan dan penyelidikan
tentang pelaksanaan jual beli, pemerintah harus secarapersuasif menawarkan
ketetapan harga yang didukung oleh para peserta musyawarah, juga penduduk
semuanya. Jadi keseluruhannya harus bersepakat tentang hal itu. Harga itu
tidak boleh ditetapkan tanpa persetujuan dan izin mereka.18 Jadi, proses
penetapan harga tembakau di Kabupaten Lombok Timur telah melaksanakan
16 H.Lalu Sukardi, Wawancara, Desa Kilang, 10 Januari 2014. 17 Islahi, Konsep Ekonomi., 117. 18 Ibid., 121.
120
kebijakan harga yang disarankan oleh pemikir Islam klasik Ibnu Taimi>yah dan
para pendahulunya.
Lalu Alimudin (37), Sedangkan analisis usaha tani yang dikeluarkan oleh
perusahaan juga berbeda karena mereka berpatokan dengan hasil laporan yang
diberikan oleh petugas lapangan (PL) sesuai dengan tempat mereka bertugas
dan membimbing petani binaan mereka, baik di bagian utara dan bagian
selatan. Dari laporan-laporan itu kemudian perusahaan mengolah data temunan
di lapangan oleh para petugas lapangan mereka (PL) kemudian
membandingkan analisis biaya produksi dari setiap kelompok dan mengambil
kesimpulan yang netral di antara kedua kelompok tersebut atau lebih
cenderung mengambil rata-rata dari analisis usaha tani. Dari pengambilan
keputusan perusahaan yang mengambil rata-rata dari analisis usaha tani untuk
menentukan harga pasar tembakau seringkali kelompok petani yang
menggunakan analisis usaha tani yang lebih tinggi merasa dirugikan.19
Insentif ekonomi adalah bagaimana mengubah sinyal pasar ke dalam
suatu cara sehingga para pelaku ekonomi mau menanggung biaya sosial dalam
setiap aktivitasnya. Instrumen yang biasa digunakan adalah subsidi, pajak
input, standarisasi, lisensi, dan sebagianya.20
Untuk menilai kebijakan pemerintah, harus dilihat dampak dari kebijakan
tersebut. Setiap kebijakan pemerintah mempunyai pangaruh terhadap alokasi
faktor produksi serta macam barang yang dihasilkan oleh suatu perekonomian,
disamping terhadap distribusi barang dan jasa yang dihasilkan oleh 19 L. Alimudin, Ketua kelompok tani Temusik Kiri II Desa Kilang. Wawancara, Kilang, 11 Januari 2014. 20 Karwan A. Salikin, Sistem Pertanian Berkelanjutan (Yogyakarta: Penerbit Kansius, 2003), 84.
121
perekonomian baik antara penerima manfaat pada saat ini dan yang akan
datang. Kriteria yang dipakai untuk menilai kebijakan pemerintah di antaranya
adalah: keadilan, efisiensi, kebapakan, maupun kebebasan perorangan.21
C. Kendala Dan Solusi Untuk Mengatasi Masalah Penerapan Harga Pasar
Tembakau di Kabupaten Lombok Timur.
Kabupaten Lombok Timur yang menjadi lokasi penelitian menunjukkan
bahwa harapan petani antara lain adalah: keberhasilan panen, kestabilan harga dan
kelancaran input produksi. Asumsi dari ketiga keadaan tersebut adalah menafikan
kerugian dan untuk mendapatkan keuntungan. Berbagai macam kendala dihadapi
petani dalam rangka mewujudkan harapan mereka. Kendala-kendala tersebut yang
pada akhirnya dapat menjadi penyebab kerugian mereka dalam usaha tembakau
mereka.
Salah satu tindakan yang seharusnya bisa dilakukan oleh petani untuk
menstabilkan harga adalah dengan adanya informasi sempurna (perfect
information) dari petani antar wilayah. Maka yang perlu mereka bangun adalah
modal sosial dalam jaringan yang lebih luas, yaitu modal sosial petani yang tidak
dibatasi oleh wilayah teritorial. Modal sosial yang terbangun dengan baik akan
memunculkan suatu gagasan atau pikiran yang cenderung sama antar petani dan
sama-sama memiliki keinginan untuk memajukan kesejahteraan petani dan
melahirkan tindakan bersama-sama untuk membebaskan diri dari kemiskinan
21 Ibid., 334.
122
yang membelenggu petani dengan cara pembangunan interaksi sosial yang
diilhami dari masing-masing individu petani.22
Secara garis besarnya sistem ekonomi (sistem pengaturan kegiatan
ekonomi) dapat dibedakan kepada tiga bentuk: ekonomi pasar, ekonomi campuran
dan ekonomi perencanaan pusat. Ekonomi pasar adalah ekonomi yang
kegiatannya dikendalikan sepenuhnya oleh interaksi antar pembeli dan penjual di
pasar. Ekonomi campuran adalah sistem ekonomi pasar yang disertai campur
tangan pemerintah. Sedangkan sistem ekonomi perencanaan pusat adalah sistem
ekonomi yang kegiatannya diatur sepenuhnya oleh pemerintah.23
Kemajuan yang telah dicapai berbagai perekonomian, terutama
perekonomian negara-negara maju, membuktikan bahwa (i) pada umumnya
mekanisme pasar adalah sistem yang cukup efisien di dalam mengalokasikan
faktor-faktor produksi dan mengembangkan perekonomian, tetapi (ii) dalam
keadaan tertentu ia menimbulkan beberapa akibat buruk sehingga diperlukan
campur tangan pemerintah untuk memperbaikinnya.24
Peraturan Pemerintah Daerah Propinsi NTB Nomor 4 Tahun 2006,
khususnya Pasal 13 yang menggariskan, penetapan harga dasar dan kelas mutu
tembakau virginia dilakukan secara musyawarah antara badan usaha dengan
petani mitranya dengan difasilitasi oleh Tim Pembina dan Pengendali berdasarkan
biaya produksi dan kualitas produksi. Apabila musyawarah tidak mencapai
mufakat, maka penetapan harga biaya produksi dan mutu diputuskan oleh Tim 22 Muslim, PPL, Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP3K Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur, Wawancara, Paok Motong, 11 Oktober 2013. 23 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi III (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 31. 24 Ibid., 43.
123
Pembina dan Pengendali. agar semua petani tembakau yang ada di Lombok
melakukan usaha taninya menggunkan pola kemitraan agar jumlah produksi dapat
ditampung oleh perusahaan pengelola, hal ini juga untuk menghindari over
produksi yang akan mengakibatkan konflik antara perusahaan pengelola dan para
petani.25
Mengingat keterbatasan pembelian oleh perusahaan pengelola dan untuk
menghindari terjadinya over produksi dalam musim tanam tahun 2013 yang
nantinya akan mengganggu keseimbangan permintaan dan penawaran (suplay and
demand), maka dilakukan sosialisasi penyelenggaraan intensifikasi tembakau
virginia terutama di wilayah-wilayah sentra pengembangan oleh petani plasma
dan petani swadaya.26
Sudah menjadi rahasia umum jika perusahaan pengelola menghendaki
tersedianya produksi tembakau yang baik, banyak tanpa ada material tertentu yang
menjadi campurannya dan dengan harga yang murah, tetapi dilain pihak petani
tembakau juga menginginkan hasil produksi yang baik dan banyak dengan harga
yang tinggi, pada tujuan dasarnya adalah untuk memperoleh keuntungan. Kedua
persepsi ini bertolak belakang dan membutuhkan pihak ketiga yang menjadi
penengah dalam hal ini, oleh sebab itu dibutuhakan peranan pemerintah .Tatkala
terjadi distorsi pasar ataupun mekanisme pasar tidak bekerja sesuai dengan
fungsinya maka dibutuhkanlah peranan pemerintah untuk mengarahkan
permintaan, penawaran dan pasar pada titik keseimbangan (equilibrium).
25 Framadi Anugerah Kartika, Kepala Dinas Energi Sumberdaya Mineral Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Timur, Wawancara. Selong, 06 Januari 2014. 26 Muhammad Tauhid, Kepala Seksi Kemetrologian dan Perlindungan Konsumen, Wawancara, Desa Rumbuk, 07 Januari 2014.
124
Bagi petani, ketidak mampuan mereka untuk lepas dari kemiskinan
disebabkan oleh rendahnya nilai tukar (term of trade) yang diterima. Nilai tukar
petani yang merupakan perbandingan antara pendapatan dan biaya yang
dikeluarkan petani untuk menghasilkan satu macam produk pertanian, belum
dapat memberikan kesempatan pada petani untuk mendapatkan surplus. Padahal
surplus ini penting untuk melakukan investasi dan akumulasi modal bagi
peningkatan teknik pertanian. Rendahnya nilai tukar yang diterima petani
disebabkan oleh kurang berfungsinya kelembagaan yang ada di masyarakat,
terutama kelembagaan yang dapat berperan dalam menaikkan kekuatan tawar-
menawar (bargaining power) petani terhadap pedagang perantara.27
Menurut bapak Tomi mengeluhkan hasil produksi tembakaunya dari segi
porsentase (berat dan kualitas) yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti cuaca
yang tidak bersahabat, karena curah hujan untuk tahun ini lebih tinggi, unsur hara
dalam tanah yang sudah berkurang yang menyebabkan kualitas tembakau
menurun.28 Terlalu banyak biaya buruh dan biaya yang lain-lain dalam proses
pengolahan tembakau, penyebab turunnya pendapatan tembakau.29 Degredasi
lahan yang ditanami selama berpuluh-puluh tahun perlu dikonservasi, karena
tanaman tembakau adalah jenis tanaman keras yang menyerap unsur hara dalam
tanah sehingga unsur hara tanah di pulau lombok khususnya di Kabupaten
27 Cornelis Rintuh dan Miar, Kelembagaan Ekonomi Rakyat, Edisi. 1 (Yogyakarta: BPEF-Yogyakarta, 2005), 60. 28 Bapak Tomi, petani mitra Shadana Arif Nusa yang sudah 5 tahun pengalaman menanam tembakau, Wawancara, tanggal 09 Oktober 2013. Dan dengan H. Syarifuddin, wawancara, Kota raja. 13 Januari 2014. 29 Amak Dani, Wawancara, Desa Jantuk, petani binaan PT. BAT. pada tanggal 13 Oktober 2013
125
Lombok Timur yang terkuras akan menjadi subur kembali.30 penurunan
pendapatan juga dialami oleh pak Muhammad Kasim karena tidak sesuai analisis
usaha tani dengan harga tembakau yang yang dibeli oleh perusahaan, untuk
pengovenan juga menggunkan bahan bakar kayu tidak bisa mempertahankan suhu
panas pada oven sehingga suhu tidak stabil yang berdampak pada kualitas daun
tembakau baik dari segi warna dan berat.31
Berdasarkan uraian umum tentang pengusahaan tembakau virginia di
Kabupaten Lombok Timur tersebut di atas, maka secara rinci kendala dan solusi
untuk mengatasi masalah penerapan harga pasar tembakau virginia di Kabupaten
Lombok Timur dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Kendala penerapan harga pasar tembakau di Kabupaten Lombok Timur antara
lain adalah:
a. Modal kerja untuk usaha tani tembakau cukup besar dan sulit untuk dapat
dipenuhi oleh petani. Keperluan modal untuk usaha tani tembakau
diperkirakan Rp.43.000.000 bahkan lebih, dimana modal tersebut diperoleh
sebagian dari perusahaan pengelola (bagi petani binaan), sedangkan untuk
petani plasma dan swadaya kadang-kadang memperoleh dana dari Bank
Pemerintah dan Swasta melalui kredit komersial dan sebagian lainnya
diperoleh dari sumber yang tidak jelas (Rentenir, Bank Gelap, dsb).32
b. Dari pengamatan peneliti terjadi kerisis kejujuran yang dilakukan oleh
kedua belah pihak baik dari perusahaan dan para petani (petani mitra, 30 Lalu Hatman, ketua APTI (Asosiai Petani Tembakau Indonesia) Lombok Timur, Wawancara, di kediaman beliau Desa Sukadana, pada tanggal 12 Oktober 2013. 31 Muhammad Kasim Wawancara, 09 Januari 2014. Dan dengan Marzuki, wawancara, ketua kelompok tani Beriuk Tinjal 09 Januari 2014. 32 Lalu Hanjayadi, Wawancara. Sukadana, Kamis, 12 Oktober 2013.
126
plasma, dan swadaya) dan tidak semua dari perusahaan dan petani tidak
mematuhi perda.
1) Perusahaan pengelola (mitra petani)
a) Tidak semua perusahaan melaksanakan tugasnya untuk membina
petani binaannya.
b) Sebagian perusahaan tidak transparan dalam memberikan daftar
grade/ daftar harga pembelian tembakau kepada para petani.
c) Perusahaan juga kadang-kadang memilih orang untuk memberikan
grade.
d) Adanya isu-isu kelebihan produksi tanaman tembakau virginia
lombok yang diduga sebagai siasat untuk menjatuhkan harga.
2) Petani (mitra, teknis/ plasma dan swadaya)
a) Petani tidak konsisten dengan perusahaan tempat dia bermitra.
b) Untuk mendapatkan kualitas tembakau yang terbaik sangat rendah.
c) Pemahaman tentang grade dan kesepakatan harga tembakau yang
sering menimbulkan perbedaan pendapat bahkan menimbulkan
kesalah fahaman.
c. Broker (tengkulak/ penendak).
Tengkulak/ penendak yang semakin menjamur dimana-mana, Salah
satu penyebab rusaknya tatanan harga pasar tembakau yang ada di
Kabupaten Lombok Timur adalah dengan ulah yang dilakukan oleh para
tengkulak/ penendak ini, dengan beberapa alasan seperti:
127
1) Mereka memanfaatkan keterbatasan informasi tentang harga pasar
tembakau.
2) Praktek mencampur tembakau.
3) Tengkulak/ penendak yang membeli tembakau dari petani binaan
perusahaan, petani plasma, dan petani swadaya, biasanya menggunakan
metode hutang.33
Setelah memaparkan permasalahan umum yang terjadi tentang
pertembakauan dalam pengembangannya diwilayah Pulau Lombok khususnya
di Kabupaten Lombok Timur, Secara khusus untuk memberdayakan para
petani tembakau binaan, teknis (petani plasma) dan swadaya yang diluar pola
kemitraan. Solusi untuk memecahkan permasalahan-permasalahan di atas
adalah:
a. Penyediaan modal untuk pembiayaan usaha tani tembakau Virginia.
b. Hendaknya ada keterpaduan dan ketegasan pemerintah dan badan-badan
pengawas/ asosiasi pertembakauan dan menghilangkan adanya penjual
perantara (broker/ tengkulak/ penendak).
D. Pembahasan Hasil Penelitian.
1. Penetapan Harga Pasar Pembakau di Kabupaten Lombok Timur.
Setelah dilakukan penelitian atas dasar permasalahan yang
dikemukakan dalam penentuaan harga pasar tembakau di Kabupaten Lombok
Timur yang ditentukan dengan musyawarah harga kemudian ditentukan oleh
33Lalu Hanjayadi Kepala Desa Sukadana petani mitra binaan perusahaan ELI (Eksport Leave Indonesia). Wawancara, Sukadana, 12 Oktober 2013.
128
kualitas atau mutu tembakau itu sendiri, maka pembeli dalam hal ini
perusahaan harus jujur dan terbuka dalam menentukan kualitas atau mutu
tembakau para petani. Sesuai dengan pengamatan yang peneliti lakukan maka
dalam hal penentuan harga pasar tembakau di Kabupaten Lombok Timur
menggunakan prinsip-prinsip penetapan harga adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Harga Berdasarkan Biaya
Penetapan harga berdasarkan penghitungan biaya yang dikeluarkan
oleh petani mencakup biaya tetap dan biaya variabel seperti yang sudah
peneliti sebutkan di atas, setiap petani memiliki analisis biaya usaha tani
yang mereka tentukan dengan jumlah pengeluaran riil mereka selama dalam
peroses memproduksi/ menciptakan tembakau krosok kering yang siap
untuk dipasarkan.
Dalam hal menganalisis biaya usaha tani tidak hanya dilakukan oleh
petani tetapi, perusahaan mitra petani juga melakukan analisis biaya usaha
tani, perusahaan memperoleh informasi tentang biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh petani dari awal sampai akhir sampai menciptakan
tembakau yang siap untuk dipasarkan dari petugas lapangan (PL) sesuai
dengan informasi yang diperoleh dari petani yang mereka bina, dari sinilah
proses penentuan harga dilakukan, setelah menghitung biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh petani, kemudian ditentuka pula kira-kira keuntungan yang
akan diperoleh oleh petani dalam perhektar tanaman tembakau, hal ini
dilakukan dalam musyawarah harga yang yang dihadiri oleh elemen
pemerintahan, asosiasi pengawas pertembakauan, perusahaan mitra dan
129
perwakilan dari petani tembakau yang merupakan mitra dari perusahaan
tentunya disepakati oleh semua elemen tadi yang membentuk harga dasar
bagi pembelian tembakau virginia oleh perusahaan.
b. Penetapan Harga Berdasarkan Persaingan
Sesuai dengan pengamatan yang peneliti lakukan dan hasil wawan
cara, penetapan harga berdasarkan persaingan antar perusahaan juga
menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk menetapkan harga pada
musyawarah harga, perusahaan yang ada di Kabupaten Lombok Timur
mencapai 19 perusahaan dimana perusahaan-perusahaan ini bersaing untuk
memenuhi kebutuhan kuota permintaan dari perusahaan pusat yang sudah
dianggarkan, mereka bersaing dengan menggunakan harga penawaran
tertinggi pembelian tembakau, bagi perusahaan yang berani menawarkan
harga tertinggi maka perusahaan itulah yang akan menguasai pasar
tembakau, oleh sebab itu banyak perusahaan yang menyembunyikan garade
tembakau mereka untuk menghindari persaingan harga antara perusahaan,
tapi hal ini tidak lah sesuai dengan PERDA dan PERGUB yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam
hal ini Gubernur NTB dan tidak sesuai dengan syarat sah jual beli dimana
syarat sah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu syarat umum dan syarat
khusus. Syarat umum adalah syarat yang harus ada pada setiap jenis jual
beli agar jual beli tersebut dianggap sah menurut syara’. Secara global akad
jual beli harus terhindar dari enam macam ‘aib yaitu:34
34 H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat (Jakarta: Amzah, 2013), 190.
130
1) Ketidak jelasan (jahalah)
2) Pemaksaan (al-Ikrah)
3) Pembatasan dengan waktu (at-tauqit)
4) Penipuan (gharar)
5) Kemudaratan (dharar)
6) Syarat-syarat yang merusak.
Sedangkan syarat-syarat khusus yang berlaku untuk beberapa jenis
jula beli adalah sebagai berikut:35
1) Benda harus diterima.
2) Mengetahui harga pertama apabila jual belinya berbentuk murabahah,
tauli>yah, wadhi’ah, atau isyrak.
3) Saling menerima (taqabudh) penukaran, sebelum berpisah, apabila
jual belinya jual beli sharf (uang).
4) Dipenuhinya syarat-syarat salam, apabila jual belinya jual beli salam
(pesanan).
5) Harus sama dalam penukaran, apabila barangnya barang ribawi.
6) Harus diterima dalam utang piutang yang ada dalam perjanjian, seperti
muslam fi>h dan modal salam, dan menjual sesuatu dengan utang
kepada selain penjual.
c. Penetapan Harga Berdasarkan Permintaan.
Perusahaan-perusahaan pengelola tembakau yang ada di Kabupaten
Lombok Timur merupakan perusahaan-perusahaan cabang yang membeli
35 Ibid., 193.
131
dan menampung tembakau untuk perusahaan induk yang berada di daerah
lain bahkan berada di luar negeri yang berfungsi untuk menyiapkan bahan
baku yang akan dijadikan bahan jadi (rokok kretek, rokok putih, cerutu, dll.)
yang siap untuk dipasarkan oleh perusahaan-perusahaan rokok baik yang
ada di dalam negeri maupun yang ada di luar negeri.
Penetapan harga berdasarkan permintaan perusahaan sepenuhnya
merupakan kewenangan dari perusahaan itu sendiri, tergantung dari
kebutuhannya terhadap tembakau yang diminta oleh perusahaan induk yang
membutuhkan tembakau untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Mereka
tidak akan mungkin membeli tembakau melebihi dari kuota yang telah
ditetapkan, hal inilah yang belum dipahami oleh sebagian besar petani yang
ada di Kabupaten Lombok Timur bahkan di Lombok secara keseluruhan,
oleh sebab itu pemerintah dan pihak perusahaan selalu menghimbau kepada
para petani untuk menjadi mitra perusahaan dalam usahanya menanam
tembakau virginia, supaya tidak terjadi over produksi oleh para petani dan
tembakau hasil produksi para petani bisa ditampung dan dibeli dengan layak
oleh perusahaan, jika terjadi over produksi maka sesuai dengan hukum
ekonomi jika terdapat banyak barang yang beredar di pasar maka akan
terjadi penurunan harga secara drastis dan berlaku secara umum tidak
memandang bahwa dia adalah petani mitra, teknis/ plasma dan petani
swadaya, sesuai dengan keterangan ketua APTI Lombok Timur Lalu
132
Hatman36 mengatakan bahwa: petani teknis/ plasma dan petani swadaya
sengaja dipelihara untuk menciptakan suasana pasar seperti ini.
d. Penetapan Harga Berdasarkan Musyawarah
Menganalisis harga yang ditetapkan dan produk yang ditawarkan
pesaing, pemilihan metode penetapan harga, adapun metode penetapan
harga oleh perusahaan menggunakan metode musyawarah harga yang
dilakukan oleh perwakilan dari pemerintah daerah yaitu Dinas Kehutanan
dan Perkebunan (DISBUN), Dinas Energi Sumberdaya Mineral
Perindustrian dan Perdagangan (ESDM), perusahaan pengelola, perwakilan
dari petani tembakau dan organisasi-organisasi pengawas pertembakauan
(TASNIMA, APTI). Mereka berkumpul bermusyawarah untuk menentukan
harga pasar tembakau sesuai dengan hal-hal yang telah peneliti sebutkan di
atas, hingga mencapai kata sepakat. Harga-harga para pesaing akan
mempengaruhi tingkat permintaan barang yang ditawarkan sehingga harga
pesaing harus turut dipertimbangkan dalam proses penetapan harga.
Setelah melakukan proses musyawarah harga dengan
mempertimbangkan analisis biaya usaha tani, maka penetapan harga pasar
tembakau ditentukan dengan harga yang disepakati bersama. Penguasaan
pasar oleh perusahaan pengelola tembakau dengan memperhitungkan
keberadaan perusahaan lain yang menjadi pesaing dengan berkompetisi
melalui harga, perusahaan yang mampu menawarkan harga yang tinggi akan
menguasai pasar tembakau virginia dan begitu pula sebaliknya.
36 Lalu Hatman, wawancara, Sukadana 13 Januari 2014.
133
e. Penetapan Harga Berdasarkan Penentuan Kualitas Tembakau Sesuai
Dengan Kriteria yang Sudah Ditentukan.
Sedangkan penetapan harga yang terakhir berdasarkan kualitas adalah
hak penuh perusahaan untuk menentukan kualitas tembakau sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh setiap gudang/ perusahaan, perlu untuk di
ketahui bahwa setiap perusahaan memiliki kriteria tentang penilaian
tembakau berbeda-beda walaupun memiliki kelas asal yang sama sesuai
dengan kriteria yang diberikan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang
mengklasifikasikan menjadi tiga kelompok daun yaitu:37 a) Daun atas, b)
Daun tengah dan c) Daun bawah/ daun tanah. Tetapi, setiap perusahaan
mengklasifikasikan grade tembakau sesuai dengan klsifikasi grade yang
telah ditentukan sendiri oleh setiap perusahaan, jadi tidak ada keseragaman
antar perusahaan dalam hal penentuan grade sebagai acuan dasar pembelian
tembakau, hal ini terjadi karena kebutuhan tembakau setiap perusahaan
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dari bahan baku dasar pembuatan
rokok, sebagai contoh, pembuatan cerutu dengan pembuatan rokok keretek
menggunakan bahan baku tembakau dengan kriteria yang berbeda, karena
akan berpengaruh dengan rasa khas dari setiap bahan dasar yang digunkan.
Keterlibatan pemerintah daerah terhadap penentuan harga pasar
tembakau hanya sebatas memfasilitasi dan menjadi penengah pertemuan antara
perusahaan pengelola dan para petani tembakau (petani binaan, petani plasma
dan petani swadaya). Penentuan harga tembakau yang dibeli oleh perusahaan
37 Musim, Wawancara, Selong, 4 Januari 2014.
134
pengelola melalui mekanisme musyawarah harga untuk pembelian tembakau
menetapkan harga dasar sebagai acuan untuk pembelian produksi tembakau
para petani, walaupun harga dasar pembelian tembakau sudah ditetapkan dalam
musyawarah harga dengan mempertimbangkan analisis biaya produksi dari
berbagai pihak, tetapi penetapan tersebut bersifat bisa berubah kapan saja
(fluktuatif) oleh sebab itu harga pasar tembakau selalu berubah dengan
beberapa pertimbangan dari pihak pembeli dalam hal ini pengusaha seperti:
posisi daun, warna dan kelas daun, tingkat kelembaban daun krosok kering,
panjang daun, dll. Seperti yang sudah peneliti jelaskan di atas, Oleh sebab itu
setiap tahun harga pasar tembakau selalu berubah walaupun sudah ada
kesepakatan harga dasar pembelian tembakau dalam musyawarah harga yang
telah dilakukan. Hal ini lah yang menjadi permasalahan dikalangan petani, apa
gunanya melakukan musyawarah harga jika harga ditentukan dengan mutu atau
kualitas tembakau itu sendiri maka, dengan sendirinya hasil dari musyawarah
harga tidak dapat dilaksanakan.
Sesuai dengan hasil temuan peneliti dilapangan melalui proses observasi
dan wawancara, peneliti menyimpulkan penetapan harga pasar tembakau yang
ada di Kabupaten Lombok Timur merupakan penetapan harga yang
menggunakan gabungan beberapa macam metode penetapan harga yang
kemudian metode-metode itu digabungkan dalam musyawarah atau rapat harga
untuk menentukan harga pasar tembakau virginia Kabupaten Lombok Timur
sesuai dengan kesepakatan bersama setelah mempertimbangkan beberapa hal
seperti yang telah peneliti sebutkan sebelumnya.
135
Dalam kasus seperti ini pemikir ekonomi Islam Ibnu Taimi>yah memang
sudah menyarankan dalam kebijakan penetapan harga untuk dilakukan
musyawarah sebelum dilakukan pemberlakuan harga terhadap suatu produk.
Posisi dari hasil musyawarah harga yang dilakukan oleh perusahaan pengelola,
perwakilan dari petani, badan-badan pengawas pertembakauan seperti:
Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), TASNIMA (Solidaritas Petani
Plasma Tembakau Virginia Lombok), kemudian pemerintah Kabupaten
Lombok Timur yang diwakili oleh DISBUN (Dinas Kehutanan dan
Perkebunan) dan Dinas Energi Sumber Daya Mineral Perindustrian dan
Perdagangan (ESDM), dimana hasil dari pada musyawarah tersebut sebagai
laporan perusahaan pengelola kepada pemerintah bahwa telah melaksanakan
musyawarah harga dan sebagai acuan dasar pembelian tembakau petani yang
ada di Kabupaten Lombok Timur.
Sedangkan keterlibatan pemerintah Kabupaten Lombok Timur dalam
penetapan harga pasar tembakau diimplementasi melalui kebijakan Pemerintah
Daerah Nusa Tenggara Barat lewat PERDA No. 04 tahun 2006 tentang usaha
budidaya dan kemitraan tembakau Virginia Lombok, pada Pasal 13 ayat 1, 2,
dan 3 menegaskan Gubernur berwenang mengatur program usaha budidaya
perkebunan tembakau virginia di daerah.
Lembaran Daerah Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
Nomor 4 Tahun 2006
Tentang
136
Usaha Budidaya dan Kemitraan Perkebunan Tembakau Virginia di Nusa Tenggara Barat
Pasal 13
1. Penetapan harga dasar dan kelas mutu tembakau virginia dilakukan
secara musyawarah antara badan usaha dengan pekebun mitranya dengan
difasilitasi oleh tim pembina dan tim pengendali berdasarkan biaya
produksi dan kualitas produksi.
2. Harga dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditetapkan atas dasar
biaya produksi, standar mutu dan keuntugan,
3. Dalam hal musyawarah tidak mencapai mufakat, maka penetapan harga
biaya produksi dan mutu diputuskan oleh tim pembina dan tim
pengendali.38
Hal ini juga ditegaskan dalam peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat
No. 2 tahun 2007 yang merupakan penjelasan dari perda No. 4 tahun 2006
khususnya pada pasal 29 ayat 1 dan 2 menyatakan:
Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat
Nomor 2 Tahun 2007
Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan daerah Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Usaha Budidaya dan Kemitraan Perkebunan Tembakau Virginia di
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Pasal 29
38 Lembaran Daerah Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat No.4 Tahun 2006 Tentang: Usaha Budidaya dan Kemitraan Perkebunan Tembakau Virginia di Nusa Tenggara Barat, 6.
137
1. Penetapan harga produksi dilakukan secara musyawarah dan ditetapkan
berdasarkan:
a. Estimasi biaya produksi dan target produktivitas yang telah
disosialisasikan kepada semua pekebun pada awal musim tanam.
b. Kesepakatan antara pelaku usaha dengan memperhatikan biaya produksi
dan keuntungan yang wajar.
c. Harga yang disepakati adalah harga dasar dari masing-masing grade/
mutu yang ditentukan secara transparan dan bertanggung jawab serta
apabila terjadi perubahan harga dari badan usaha dapat diadakan
musyawarah kembali.
2. Menyatakan penetapan harga sebagaiman dimaksud pada ayat 1 difasilitasi
oleh tim pembina dan pengendali.39
Tapi dalam PERDA dan PERGUB ini tidak dijelaskan secara logis
karakteristik mutu atau kualitas tembakau yang dijadikan patokan untuk
menentukan harga tembakau dalam tataniaga pertembakauan, sehingga dengan
demikian harga tembakau tidak ditentukan berapa nominal harga per kilo gram
dan per mutu dari pada tembakau. Pemerintah hanya mengharuskan pembeli
untuk berlaku jujur dan terbuka dalam menentukan kualitas atau mutu
tembakau yang akan dibeli. Hal ini akan membuka peluang yang besar untuk
terjadinya tindakan ke tidak jujuran dalam pembelian tembakau.
39 Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat No. 2 Tahun 2007 Tentang: Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2006 Tentang Usaha Budidaya dan Kemitraan Perkebunan Tembakau Virginia di Provinsi Nusa Tenggara Barat., 2.
138
Namun dengan tidak adanya ketentuan yang jelas mengenai penentuan
harga tembakau oleh pemerintah Kabupaten Lombok Timur dan perda Provinsi
Nusa Tenggara Barat sebagai acuan maka, pelaku pasar yang memiliki kendali
dalam menentukan karakteristik mutu atau kualitas tembakau sebagai patokan
harga nominal tembakau adalah perusahaan pengelola/ pembeli tembakau
seperti yang dijelaskan di atas. Pelaku ini menentukan harga tembakau sesuai
dengan standar mutu perusahaan mereka sendiri dan itupun berlaku pada setiap
perusahaan oleh sebab itu grade pada setiap perusahaan berbeda-beda,
sedangkan pedagang dalam hal ini petani yang seharusnya dijadikan subyek
penentu harga tapi diposisikan sebagai obyek dalam tataniaga tembakau.
Peraturan Daerah (PERDA) yang sekarang ini diberlakukan untuk terus
mengawal usaha pengembangan tanaman perkebunan tembakau Virginia sudah
dianggap tidak relevan lagi, dikarenakan semakin kompleksnya permasalahan
dalam pengusahaan tanaman tembakau virginia, perda seperti yang telah
peneliti paparkan diatas perlu direvisi dan dikaji ulang karena itu akan
menentukan keberlangsungan usaha tani tembakau Virginia, apabila payung
hukum dari pada pengusahaan tembakau Virginia ini sudah usang dan tidak
mampu menyesuaikan dengan kecepatan perkembangan masalah yang terjadi,
maka itu merupakan suatu ancaman kedepan bagi usah budidaya tanaman
tembakau Virginia, padahal sektor pertanian yang memberikan kontribusi yang
sangat berarti bagi pendapatan asli daerah (PAD) khususnya di Kabupaten
Lombok Timur, sudah seyogyanya pemerintah mengayomi hak-hak petani
tembakau yang merupakan mata pencaharian pokok mereka dan menanam
139
tembakau merupakan tumpuan harapan untuk memperoleh kehidupan yang
lebih layak.40
Memang benar dalam penentuan harga tembakau untuk menentukan
harga pasar tembakau di Kabupaten Lombok Timur dilakukan musyawarah
harga terlebih dahulu dengan mempertimbangkan analisis biaya usaha tani
yang dikeluarkan oleh petani dibandingkan dengan analisis biaya usaha tani
yang dilakukan oleh perusahaan pengelola melaui petugas/ pembina lapangan
(PL), tetapi disini perusahaan cenderung mengambil keputusan rata-rata dalam
menentukan analisis biya usaha tani dari para petani, sehingga yang biasanya
dirugikan dalam hal ini adalah petani dengan analisis biaya usaha tani yang
lebih tinggi yaitu petani yang berada dibagian utara (dayan kawat), tapi jika
ditinjau dari sisi penetapan harga tembakau sesuai dengan kualitas atau mutu
dari pada tembakau itu sendiri maka penentuan harga pasar tembakau
dilakukan secara sepihak oleh perusahaan pengelola, Dari sini kita sudah bisa
untuk memprediksikan posisi petani masih belum diuntungkan dengan sistem
ini, walaupun sudah melakukan musyawarah harga untuk menetapkan harga
pasar tembakau dengan mempertimbangkan analisis biaya usaha tani dan
dengan kata sepakat, tapi musyawarah harga itu seolah-olah tidak berperan
samasekali setelah dihadapkan dengan penetapan harga dengan mutu atau
kualitas tembakau itu sendiri, oleh sebab itu harga pasar tembakau setiap saat
selalu berubah (fluktuatif) sesuai dengan posisi daun, warna daun, pegangan,
panjang, aroma, seperti yang sudah dijelaskan di atas. apalagi dengan pola
40 Lalu Hatman, Ketua APTI (Asosiasi Petani Tembakau Indonesia) Lombok Timur, Wawancara, Sukadana, 13 Januari 2014.
140
pemikiran petani Lombok Timur secara umum yang menghendaki keuntungan
dari usahanya masing-masing mereka mencari perusahaan yang berani
menawarkan harga yang lebih tinggi, mereka tidak perduli walaupun harus
menjual ke perusahaan pengelola lain yang bukan mitranya dari pada harus
menanggung kerugian, hal ini pun akan membawa dampak bagi kelangsungan
kerjasama kemitraan antra petani dan perusahaan pengelola.
Ibnu Khaldun menekankan bahwa kenaikan penawaran atau penurunan
permintaan menyebabkan kenaikan harga, demikian sebaliknya. Ia sangat
percaya bahwa akibat dari rendahnya harga yang terjadi sangat drastis akan
merugikan pengerajin dan pedagang dan mendorong mereka keluar dari pasar,
sedangkan akibat dari tingginya harga yang naik secara drastis sangat
menyusahkan konsumen. Harga damai dalam kasus seperti ini tentunya
diharapkan oleh kedua belah pihak, karena ia tidak saja memungkinkan para
pedagang mendapatkan tingkat pengembalian yang ditolerir oleh pasar dan
juga mampu menciptakan kegairahan pasar dengan meningkatkan penjualan
untuk memperoleh keuntngan dan kemakmuran tersebut. Sayangnya, harga
yang rendah dibutuhkan karena memberikan kelapangan bagi kaum miskin
yang menjadi mayoritas dalam sebuah populasi.41
41 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), 211-212.
141
2. Kendala dan solusi untuk mengatasi masalah dalam penerapan harga
tembakau di Kabupaten Lombok Timur.
Adapun kendala dan solusi untuk mengatasi penerapan harga pasar
tembakau di Kabunpaten Lombok Timur seperti yang sudah peneliti uraikan di
atas bahwa dalam pelaksanaan penerapan harga pasar tembakau memiliki
banyak kendala, diantaranya:
a. Modal kerja untuk usaha tani tembakau cukup besar dan sulit untuk dapat
dipenuhi oleh petani.
Keperluan modal untuk usaha tani tembakau diperkirakan
Rp.43.000.000 bahkan lebih, dimana modal tersebut diperoleh sebagian
dari perusahaan pengelola (bagi petani binaan), sedangkan untuk petani
plasma dan swadaya kadang-kadang memperoleh dana dari Bank
Pemerintah dan Swasta melalui kredit komersial dan sebagian lainnya
diperoleh dari sumber yang tidak jelas (Rentenir, Bank Gelap, dsb).42 Hal
ini sangat berpengaruh dengan harga pasar yang diterapkan oleh perusahaan
sebagai acuan dasar pembelian hasil produksi petani yang berupa tembakau
krosok kering, jika perusahaan membeli hasil produksi petani dengan harga
yang relatif rendah maka akan menghasilkan kerugian bagi pihak petani,
oleh sebab itu yang pertama kali dibahas dalam musyawarah harga adalah
biaya keseluruhan dalam pengolahan untuk menciptakan tembakau krosok
kering yang siap dipasarkan.
42Lalu Hanjayadi, Wawancara. Sukadana, Kamis, 12 Oktober 2013.
142
Hal ini memang sudah dipertimbangkan, tapi tatkala hasil produksi
para petani dihadapkan dengan mutu atau kualitas tembakau itu sendiri tidak
sedikit petani yang mengeluhkan hasil produksinya karena banyaknya
kendala di lapangan sperti:
1) Curah hujan yang tinggi, pada musim tanam tahun 2013 terjadi curah
hujan yang cukup tinggi yang berdampak pada hasil produksi petani
berupa tembakau mentah yang masih basah yang kurang sehat (lekes/
menguning sebelum masanya), karena tanaman tembakau cocok
ditanam pada daerah dengan cuaca kering. Hal ini akan menurunkan
kualitas tembakau yang akan berpengaruh pada harga tembakau itu
sendiri.
2) Bahan bakar yang mencukupi dan mampu mempertahankan suhu
oven sesuai ketentuan pengovenan, setelah pencabutan subsidi minyak
tanah oleh pemerintah, petani tembakau yang ada di Lombok
direkomendasikan untuk menggunakan bahan bakar batu bara, kayu
turi, cangkang kemiri, cangkang sawit. Tapi, semua bahan bakar
pengganti minyak tanah masih berdampak kurang memuaskan pada
hasil produksi tembakau, karena sedikit saja suhunya turun pada saat
pengovenan maka akan menghasilkan kualitas tembakau yang kurang
baik oleh sebab itu tembakau membutuhkan perawatan secara intensif
dan ekstra hati-hati.
Semua kendala di atas sangat mempengaruhi hasil produksi petani
tembakau jika ditinjau dari kualitas tembakau, oleh sebab itu tembakau bisa
143
menghasilkan hasil yang baik jika diolah dengan prosedur yang intensif,
modal yang cukup untuk pembiayaan, sebagai contoh: dari segi pembiayaan
tatkala modal untuk membiayaai tembakau sangat terbatas maka petani
menggunakan alternatif in put tekhnologi rendah, tatkala penerapannya
semua yang menjadi standar pengolahan tembakau dikurangi, pupuk yang
seharusnya menggunakan produk seperti KNO3 terpaksa diganti dengan
UREA padahal untuk tanaman tembakau tidak cocok menggunakan urea,
hal ini berpengaruh terhadap hasil produksi petani berupa daun tembakau
yang bagus di lapangan tetapi tatkala dioven akan menghasilkan tembakau
yang sangat jauh dari standar (tembakau berdaun keropos, berwarna hitam
pekat dan tidak memiliki berat), jika proses pemupukan sudah salah maka
seterusnya akan salah. Begitu juga yang akan terjadi dalam proses
penyemaian, pengairan, pengovenan, penyortiran, pengebalan dan
penjualan. Bahwa menggunakan in put tekhnologi yang rendah dan tidak
sesuai dengan prosedur maka akan menciptakan kerugian bagi setiap
pengusaha tembakau yang tidak siap mengusahakan tembakau dari segala
aspek.
b. Dari pengamatan peneliti terjadi kerisis kejujuran yang dilakukan oleh
kedua belah pihak baik dari perusahaan dan para petani (petani mitra,
plasma, dan swadaya) dan tidak semua dari perusahaan dan petani tidak
mematuhi perda.
144
1) Perusahaan pengelola (mitra petani)
a) Tidak semua perusahaan melaksanakan tugasnya untuk membina
petani binaannya, tapi pada saat panen tiba mereka melakukan
pembelian baik dari petani mita dari perusahaan itu sendiri dan petani
yang bukan mitrannya. Maka, dari sisi ini perusahaan pengelola sudah
melanggar ketentuan PERDA No. 4 Tahun 2006.
b) Sebagian perusahaan tidak transparan dalam memberikan daftar
grade/ daftar harga pembelian tembakau kepada para petani, bahkan
yang lebih mengherankan petugas lapangan (PL) dari perusahaan itu
sendiri tidak tahu harga setiap grade tatkala ditanya oleh petani
binaannya. Tindakan ini untuk mengantisipasi terjadinya persaingan
harga antara perusahaan supaya petani binaannya dan petani yang
cenderung untuk memasukkan hasil produksinya tidak berpindah
kepada perusahaan pengelola yang lain. Dalam artian perusahaan yang
satu menyembunyikan grade harga tembakau yang menjadi acuan
pembelian tembakau, petani baru bisa mengetahui kelas grade
tembakaunya setelah memasukkannya pada perusahaan untuk
ditentukan gradenya dan setiap grade sesuai dengan harga yang sudah
ditentukan, tujuan disembunyikannya harga ini adalah untuk
mengantisipasi perusahaan lain untuk menaikkan harga beli sehingga
para petani tidak berpindah kepada gudang/ perusahaan yang
145
menaikkan harga yang lebih tinggi,43 walaupun itu adalah petani
binaan dari gudang itu sendiri tidak segan untuk pindah menjual
tembakaunya kegudang lain yang menawarkan harga yang lebih
tinggi, apalagi petani plasma/ swadaya yang tidak memiliki
keterikatan samasekali dengan gudang/ perusahaan pembeli tembakau
ruang gerak mereka lebih luas, karena mereka tidak mau mengambil
resiko kerugian pada hasil akhir dengan harga rendah yang ditawarkan
oleh perusahaan mitra mereka.44 Terjadi juga permainan grade oleh
perusahaan, karena memang yang menetapkan harga sesuai dengan
grade adalah perusahaan, gradernya45 juga adalah orang perusahaan
juga, jadi dalam menetapkan harga tembakau sesuai dengan keinginan
perusahaan dan dari petani sendiri kurang hubungan kedekatan dengan
perusahaan.46
c) Perusahaan juga kadang-kadang memberikan grade yang bagus
kepada orang-orang yang dia kenal dan memberikan grade yang
kurang bagus bagi orang yang tidak dia sukai ataupun tidak dia kenal
(hal ini sudah menjdi rahasia umum), karena yang memberikan grade
adalah pihak perusahaan sendiri dari teknisi yang diberi kewenangan
43 Lalu Wawan/ Mamiq Awan, Wawancara, Perwakilan dari Gudang PT. BAT pada tanggal 09 Oktober 2013. 44 Lalu Hanjayadi (Kepala Desa Sukadana) Wawancara, sebagai seorang petani mitra binaan perusahaan ELI (EKSPORT LEAVE INDONESIA) Sukadana, kamis, 12 Oktober 2013. 45 Grader adalah seseorang yang memiliki keahlian tentang kriteria tembakau, orang ini ditunjuk oleh perusahaan sebagai penentu klasifikasi grade tembakau yang akan dibeli oleh perusahaan. 46 Husain, Wawancara, Kondak Lepak, Sakra Timur, 06 Januari 2014.
146
oleh perusahaan pengelola, mereka memanfaatkan kedekatan denagn
petugas perusahaan (grader).47
d) Adanya isu-isu kelebihan produksi tanaman tembakau virginia
lombok yang diduga sebagai siasat untuk menjatuhkan harga. isu-isu
semacam ini sengaja disebarkan oleh oknum yang sengaja mencari
kesempatan untuk menjatuhkan harga.
Allah SWT berfiraman:
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.48
Lebih jauh lagi Ibnu Taimiyah mengkritik adanya kolusi antara
pembeli dan penjual. Ia menyokong homogenitas dan standarisasi produk
dan melarang pemalsuan produk serta penipuan pengemasan produk untuk
dijual.49
Sejauh ini dari penelitian yang peneliti lakukan dan ketahui dari
perakteknya dari beberapa tahun sebelumnya pembelian tembakau yang
47 Husain, Wawancara, Kondak Lepak, Sakra Timur, 06 Januari 2014. 48 Al-Qur’an, 9: 34. 49 Ismail Nawawi, Ekonomi mikro Dalam Perspektif Islam (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya, 2010), 165.
147
dilakuakan oleh perusahaan pengelola sebagai perwakilan dari pabrik rokok
itu berada di luar harga yang wajar dengan adanya kemerosotan harga yang
melonjak yang dilakukan oleh perwakilan perusahaan pengelola pembeli
tembakau sehingga pada umumnya masyarakat petani tembakau di
Kabupaten Lombok Timur merugi dengan sisa hasil usaha tersebut, bahkan
banyak yang tidak mencukupi modal yang dikeluarkan dalam pengelolaan
tanaman tembakau tersebut.
Adapun juga praktek yang peneliti ketahui setelah melakukan
pengamatan beberapa lama dari tahun-tahun sebelumnya adalah dengan
berbagai macam variasi, adakalanya perusahaan pengelola membuka
gudangnya sesegera mungkin, dimana para petani belum panen atau
kebanyakan belum mencapai masa panen dengan membuka penawaran
harga tembakau dengan harga tinggi namun pada masa pertengahan atau
pada akhirnya saat para petani kebanyakan mencapai masa panen harga pun
mulai turun dengan beberapa alasan yang diantaranya adalah pihak
perusahaan pengelola terlalu banyak menyimpan tembakau.
Selain itu juga adakalanya perusahaan pengelola mengulur-ulur waktu
membuka gudangnya dengan alasan yang sama masih banyak tembakau
yang tersimpan, sehingga akibat dari semua itu adalah para petani terpaksa
menjual tembakau walaupun dengan harga yang murah dikarenakan mereka
tidak sanggup untuk menyimpan sedemikian lama karena selain mereka
membutuhkan biaya untuk kehidupan sehari-hari, biaya untuk pengolahan
tembakau, petani juga tidak memiliki tempat yang cukup untuk menyimpan
148
tembakaunya kemudian kualitas dari pada tembakau akan berubah karena
lamanya tersimpan baik dari segi warna akan berubah dan kelembaban pun
akan bertambah yang berdampak pada penurunan harga. Terlebih pada saat
musim panen 2013 curah hujan juga tinggi, yang bisa mempengaruhi
kualitas daun tembakau yang tentu sekali akan mempengaruhi hasil
produksi para petani tembakau.
Praktek-praktek semacam ini yang harus di antisipasi, strategi yang
mereka gunakan adalah strategi untuk menjatuhkan harga, prinsip ekonomi
Kolonial Belanda ternyata masih diterpakan di negeri ini yaitu:
“mengeluarkan biaya yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan
yang sebesar-besarnya”. Dulu negeri kita dijajah dengan pemerintahan
Belanda secara fisik sekarang pun kita masih dijajah dengan sistem ekonomi
yang diterapkannya, oleh sebab itu keterlibatan pemerintah untuk membuat
suatu aturan yang mengayomi kepentingan masyarakat banyak khususnya
para petani tembakau direalisakan dengan mengeluarkan kebijakan yang
jelas dan tegas terhadap pelanggaran aturan yang telah ditentukan.
2) Petani (mitra, teknis/ plasma dan swadaya)
a) Petani tidak konsisten dengan perusahaan tempat dia bermitra kecuali
petani yang setia, walaupun tidak semuanya, tetapi sebagian besar
melakukan hal ini. Karena mereka mencari perusahaan yang
menawarkan harga yang lebih tinggi dengan harapan mereka tidak
dirugikan. sedangakan petani teknis/ plasma dan swadaya bebas mau
149
memasukkan hasil produksinya kemanapun mereka suka yang
menawarkan harga yang lebih tinggi.
b) Untuk mendapatkan kualitas tembakau yang terbaik memiliki
kesempatan yang relatif kecil yaitu dari pengovenan 4 sampai 5, jadi
kesempatan untuk memperoleh harga tertinggi (top grade) yang
ditawarka oleh perusahaan sangat rendah, oleh sebab itu alternatif
yang biasa digunakan oleh petani dengan mencampurnya dengan daun
tembakau yang dioven sebelumnya, bahkan dicampur dengan daun
tembakau yang setelahnya. Karena memang produktifitas tembaku
beberapa tahun ini mulai menurun dikarenakan banyak faktor kendala
seperti cuaca, irigasi, unsur hara dalam tanah dan sistem pemupukan
yang tidak mengikuti prosedur dan minmnya pengetahuan tentang
sistem pengovenan tembakau yang benar, serta ditunjang dengan
tekhnologi.
c) Pemahaman tentang grade dan kesepakatan harga tembakau yang
sering menimbulkan perbedaan pendapat bahkan menimbulkan
kesalah fahaman.
d. Broker (tengkulak/ penendak).
Sifat kekeluargaan dan gotong royong yang memang tertanam dalam hati
masyarakat Kabupaten Lombok Timur memang masih dipegang teguh, tetapi
justru sikap ini disalah gunakan oleh oknum-oknum tengkulak yang ingin
memperoleh keuntungan dari usaha pertanian tembakau. Mereka membeli
150
tembakau dari petani dengan harga yang tentunya relatif lebih murah dari harga
yang ada di pasaran.
Tengkulak/ penendak yang semakin menjamur dimana-mana, Salah satu
penyebab rusaknya tatanan harga pasar tembakau yang ada di Kabupaten
Lombok Timur adalah dengan ulah yang dilakukan oleh para tengkulak/
penendak ini, dengan beberapa alasan seperti:
1) Mereka memanfaatkan keterbatasan informasi tentang harga pasar
tembakau dari petani untuk memperoleh keuntungan dari pembelian
tembakau yang dibeli dari petani mitra perusahaan ataupun dari petani
plasma dan petani swadaya, seperti yang sudah peneliti jelaskan di atas
bahwa tidak semua perusahaan mencantumkan harag grade tembakau.
2) Tembakau yang mereka beli dari petani baik yang sudah dalam bentuk
bal-balan (tembakau yang sudah siap dipasarkan) dibongkar ulang
kemudian ditata kembali seperti yang diinginkan oleh mereka, dan yang
belum di sortir (grade), kemudian dicampur antara kelas satu (1) dengan
kelas di bawahnya sehingga menghasilkan tembakau yang lebih baik
dengan cara memasukkan kelas tembakau yang kelas tiga atau empat
kepada kelas satu dengan menyisipkannya di tengah-tengah sortiran
menggunakan porsentase 10-30% : 70%. Walaupun perbandingannya
memang sedikit tapi mereka berhitung dengan pertimbangan skala
kuantitas maka akan menghasilkan keuntungan yang banyak pula. Apa
yang mereka lakukan ini juga akan berpengaruh kepada cara pandang
151
perusahaan kepada setiap petani yang menjual hasil produksinya kepada
mereka, walaupun petani itu adalah mitra perusahaan sendiri.
3) Tengkulak/ penendak yang membeli tembakau dari petani binaan
perusahaan, petani plasma, dan petani swadaya, biasanya menggunakan
metode hutang yang dibayarkan separuh dari harga total tembakau
petani, sisanya akan dibayarkan setelah mereka menjual tembakau petani
ke gudang/ perusahaan. Hal inilah yang sering menjadi konflik antara
petani tembakau dan para tengkulak/ penendak, karena tatkala para
tengkulak/ penendak mengalami kerugian mereka menahan sisa hutang
yang harus mereka bayarkan kepada pemilik barang, padahal pemilik
barang hanya mengetahui barangnya harus dibayar dengan full dan
kontan, tidak perduli tengkulak/ penendak itu untung atau rugi.50
Walaupun tidak keseluruhannya tengkulak/ penendak melakukan hal-hal
di atas tapi mayoritas para tengkulak/ penendak melakukan praktek seperti ini,
bahkan tidak sedikit petani binaan perusahaan, petani plasma, dan petani
swadaya mengikuti praktek para tengkulak/ penendak, dan ini berpengaruh
terhadap penilaian perusahaan terhadap setiap petani tembakau yang ternyata
berdampak sangat buruk, tatkala seorang petani tembakau diketahui melakukan
kecurangan maka grader secara langsung menjatuhkan harga tembakau dengan
tipe garade rendah yang tentu sekali dengan harga yang murah, yang dengan
50 Lalu Hanjayadi Kepala Desa Sukadana petani mitra binaan perusahaan ELI (Eksport Leave Indonesia). Wawancara, Sukadana, 12 Oktober 2013.
152
ini diharapkan dapat memberikan efek jera bagi petani untuk tidak berlaku
curang.51
Pada hal kita sudah mengetahui ada enam prinsip yang harus
diaplikasikan dalam ekonomi Islam, yaitu :
a. Rizqi adalah karunia Allah SWT.
b. Hukum asal perniagaan adalah halal.
c. Sebab-sebab diharamkannya suatu perniagaan.
d. Arti keuntungan dalam syari’at Islam.
e. Asas suka sama suka.
f. Jujur dan transparan.52
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an al Karim:
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang merugikan.53
dan dalam firmannya yang lain Allah SWT berfirman:
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.54
Setelah memaparkan permasalahan umum yang terjadi tentang
pertembakauan dalam pengembangannya diwilayah Pulau Lombok khususnya
51 Wawancara dengan Lalu Sukran, perwakilan dari perusahaan pengelola SADHANA ARIF NUSA, Sukadana, 06 Oktober 2013. 52 Anonim. Modul Dasar Ekonomi Islam, Kelompok Studi Ekonomi Islam, (Semarang: Rohis FE Undip, 2001), 21 53 Al-Qur’an, 26: 181. 54 Ibid., 26: 183.
153
di Kabupaten Lombok Timur, Secara khusus untuk memberdayakan para
petani tembakau binaan, teknis (petani plasma) dan swadaya yang diluar pola
kemitraan. Solusi untuk memecahkan permasalahan-permasalahan di atas
adalah:
a. Penyediaan modal untuk pembiayaan usaha tani tembakau Virginia.
Kebanyakan dari petani tembakau untuk pembiyaan dalam pengolahan
tembakau tidak mampu mencukupi kebutuhan standar, khususnya untuk biaya
pembelian sarana produksi (pupuk dan pestisida), biaya pengolahan tanah,
biaya tenaga kerja dan pembelian bahan bakar pengomprongan karena
terbatasnya pembiayaan. Maka, petani mitra, plasma/ teknis, dan swadaya
dalam menerapkan paket teknologi cenderung menggunakan input rendah dan
sangat berpengaruh pada hasil produksi.
Kaitannya dalam hal penyediaan modal, penerapan paket teknologi
rendah disebabkan dengan penyediaan modal yang terbatas memiliki efek yang
sangat fatal bagi hasil produksi tembakau petani yang mereka tidak sadari,
tatkala hasil produksi tembakau tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh
mereka, kebanyakan petani cenderung menyalahkan cuaca dan yang lebih
memperihatinkan mereka selalu mengatakan bahwa ini memang nasib
seseorang yang sudah ditentukan oleh Allah SWT padahal ini memang jelas-
jelas kesalahan yang mereka buat sendiri, sesungguhnya Allah SWT telah
membuat segala sesuatu itu dilengkapi dengan sistem tatkala kita bekerja
sesuai dengan sistem maka kita akan memperoleh hasil yang sesuai dengan apa
yang telah digariskan dalam sistem, tapi apabila kita sudah berusaha sekuat
154
tenaga dan mencurahkan segala potensi yang ada, tapi hasilnya begitu-begitu
juga maka barulah kita berpasrah diri kepada Allah SWT bukannya pasrah
sebelum berbuat. Allah SWT dalam firmannya menegaskan yang artinya:
“Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai dia merubah nasibnya sendiri”
Terhadap petani mitra mungkin tidak dipermasalahkan tentang modal
usaha karena perusahaan pengelola sudah menyiapkan sebagian modal dan
saprodi untuk menjalankan usahanya, tetapi bagi petani yang tidak bermitra
mereka kesulitan untuk mencari modal untuk menjalankan usahanya oleh
sebab itu dituntut keterlibatan pemerintah daeran untuk menyiapkan
permodalan dan bantuan operasional untuk para petani diluar pola kemitraan.
b. Hendaknya ada keterpaduan dan ketegasan pemerintah dan badan-badan
pengawas pertembakauan.
Keterpaduan dari pemerintah dan badan-badan pengawas pertembakauan
sangat perlu untuk lebih meningkatkan pengawasannya terhadap
penyimpangan yang dilakukan oleh setiap perusahaan pengelola dan
merekomendasikan untuk saling menguntungkan, saling menghargai, saling
bertanggung jawab, saling memperkuat dan saling ketergantungan dengan
pekebun, terutama kejujuran dan ketransparanan dari pelaku usaha padahal
sudah jelas ditegaskan oleh pemerintah dalam PERDA Provinsi Nusa Tenggara
Barat kemudian diperjelas dengan PERGUB dimana terdapat pasal yang
khusus membahas tentang ini.
Keterpaduan dan ketegasan dari pemerintah daerah dalam bertindak baik
dari dinas kehutanan dan perkebunan, kepolisian, dan dinas ESDM
155
perindustrian dan perkebunan dalam memberikan bimbingan, mengawasi
pelaksanaan dan memberikan sangsi yang tegas terhadap pelanggaran perda
sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.55 Kesadaran untuk menjalankan
hukum bagi setiap pelaku pasar perlu untuk ditingkatkan dan senantiasa
diawasi dalam menjalankan usaha tembakau, karena bisnis ini merupakan
ladang emas bagi orang-orang yang memahami mata rantai pemasaran dan
memanfaatkan keterbatasan informasi para petani tentang harga tembakau.
Petani teknis/ plasma, dan swadaya harus menjadi petani mitra perusahaan, jika
hal itu tidak bisa untuk diterapkan maka petani teknis/ plasma, dan swadaya
harus bergabung dengan petani mitra dan mendaftarkan jumlah lahan yang
ditanami untuk menghindari terjadinya over produksi. Serta penghapusan
penjual perantara/ broker/ tengkulak untuk mengurangi terlalu banyaknya
rantai pemasaran yang dapat menyebabkan kerugian bagi pihak produsen/
petani.
Kaitannya dalam hal ini regulasi harga oleh pemerintah sangat
dibutuhkan karena menyangkut kepentingan umum, tidak bisa usaha ini
diserahkan begitu saja kepada pasar (bisnis to bisnis) karena yang akan
tertindas adalah kaum yang lemah yaitu petani tembakau, untuk menghindari
terjadinya permainan harga yang dilakukan oleh perusahaan dengan berdalih
grade dan aturan perusahaan, pemerintah juga tidak boleh terlalu menekan
karena akan membuat investor enggan untuk menanamkan modal dan mencari
peluang yang lain. Tapi disini pemerintah perlu untuk menegaskan dan
55 Muhrim, KABID Bina Usaha Perkebunan Kabupaten Lombok Timur, Wawancara, Selong, 4 Januari 2014.
156
memperjelas kriteria tembakau sesuai kualitas yang menjadi acuan dasar
pembelian tembakau dalam PERDA yang menjadi payung hukum usaha ini
untuk menghindari pelanggaran dan ketidak adilan dari oknum yang
memanfaatkan situasi.
c. Menghilangkan adanya penjual perantara (broker/ tengkulak/ penendak).
Menghilangkan penjul perantra dengan cara menyarankan kepada petani
teknis/ plasma, dan swadaya harus menjadi petani mitra perusahaan, jika hal itu
tidak bisa untuk diterapkan maka petani teknis/ plasma, dan swadaya harus
bergabung dengan petani mitra dan mendaftarkan jumlah lahan yang ditanami
untuk menghindari terjadinya over produksi. Serta penghapusan penjual
perantara/ broker/ tengkulak untuk mengurangi terlalu banyaknya rantai
pemasaran yang dapat menyebabkan kerugian bagi pihak produsen/ petani.
Jadi kita bisa menangkap dari penjelasan di atas bahwa pengusahaan
tembakau di Kabupaten Lombok Timur masih kurang memperhatikan aspek
moralitas dan spiritualitas yang sudah digariskan oleh prinsip-prinsip dasar
ekonomi Islam, dan hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja berjalan karena
akan diwarisi oleh generasi yang akan datang, oleh sebab itu pemerintah
dengan otoritasnya harus merubahnya dengan segenap kemampuan. Dengan
demikian segala macam bentuk distorsi pasar yang terjadi saat ini di tengah-
tengah masyarakat tidak akan terjadi jika peran pemerintah daerah lebih ketat
dan tegas.