bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 gambaran … · 2017. 11. 15. · 65 bab iv . hasil...
TRANSCRIPT
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Gugus Gajah Mada yang
berada di kelurahan Dukuh, kecamatan Sidomukti Salatiga. Gugus Gajah Mada
terdiri dari SD Negeri Dukuh 01, SD Negeri Dukuh 02, SD Negeri Dukuh 03, SD
Negeri Dukuh 04, SD Negeri Dukuh 05 dan SD Negeri Kecandran 01.
Subjek dalam penelitian ini adalah kelas V, yaitu kelas V SD Negeri
Dukuh 01 kelas A sebagai kelas eksperimen dan kelas B sebagai kelas kontrol
kedua kelas ini sebagai SD Inti kemudian SD Negeri Dukuh 05 sebagai kelas
eksperimen dan SD N Kecandran 01 sebagai kelas kontrol kedua sekolah ini
sebagai SD imbas. Penelitian pada kedua kelas ini menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada kelas eksperimen dan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kelas control dan peneliti
bertindak sebagai partisipan .
Tabel 4.1
Subjek penelitian
No Kelas/sekolah Kelompok Laki-
laki
Perempuan Jumlah
siswa
1 Kelas VA SDN Dukuh 01 Eksperimen 12 8 20
2 Kelas VB SDN Dukuh 01 Kontrol 11 9 20
3 Kelas V SDN Dukuh 05 Eksperimen 12 15 27
4 Kelas V SDN Kecandran 01 Kontrol 22 11 33
Total Total subjek penelitian 100
66
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1. Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran Menggunakan Model
Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation Sebagai Kelompok
Eksperimen
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen ini terdiri dari dua
kali pertemuan dengan masing-masing pertemuan selama 70 menit (2x35 Menit).
Pada SD Inti yaitu Kelas Va SDN Dukuh 01 Pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Jumat tanggal 13 Maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 14
Maret 2015. sedangkan pada SD Imbas yaitu SDN Dukuh 05 Pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari senin tanggal 23 Maret 2015 dan pertemuan kedua
dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2015.
a. Pertemuan Pertama
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang akan
dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar
kerja siswa, memasang LCD, alat peraga, buku pelajaran dan ruang untuk proses
belajar mengajar. Materi pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah tokoh-
tokoh penting dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.
dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
1) Pengelompokan (Grouping)
Pada tahap Grouping yaitu dimana Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Di
mana setiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa, Tiap kelompok diberi nama yaitu tim A,
B, C, D, E, dan F pembagian kelompok tersebut dilakukan setelah kegiatan ekplorasi
yaitu siwa melakukan tanya jawab bersama guru mengenai materi tokoh-tokoh
penting dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia
2) perencanaan (Planning)
Pada tahap kegiatan perencanaan (Planning) ini siswa dalam kelompok
melakukan diskusi untuk merencanakan bersama mengenai apa yang akan
67
dipelajari, bagaimana mempelajarinya, dan pembagian tugas antar sesama
anggota kelompok.
3) penyelidikan (Investigation)
Pada tahap penyelidikan (Investigation),Para siswa mengumpulkan informasi,
mengenai data tentang tokoh-tokoh yang berperan dalam mempersiapkan
kemerdekaan dan membuat kesimpulan dan Setiap anggota kelompok saling
bertukar, bediskusi, mengklasifikasi, dan mensintesis semua gagasan mengenai
materi yang mereka dapatkan..
4) Pengorganisasian (Organizing)
Pada tahap Pengorganisasian (Organizing) setiap anggota kelompok
merencanakan dan mempersiapkan apa yang akan mereka laporkan, dan
bagaimana mereka membuat pesentasinya
5) Presentasi (Presenting)
Pada tahap Presentasi (Presenting) ,Perwakilan setiap kelompok menyampaikan
hasil diskusinya. Presentasi harus dapat melibatkan peseta secara aktif
6) evaluasi (evaluating).
Pada tahap evaluasi (evaluating), Para siswa saling memberikan umpan balik
mengenai topik tersebut.
Kondisi kegiatan pembelajaran dikelas berdasarkan hasil observasi adalah 1)
siswa menyimak perunjuk dan materi yang disampaikan guru (terlaksana). 2)
Siswa melaksanakan diskusi kelompok melalui kelompok kecil (terlaksana). 3)
Masing-masing kelompok merencanakan langkah-langkah apa yang seharusnya
dikerjakan (terlaksana). 4) Setiap anggota kelompok melakukan investigasi
terhadap tugas yang mereka terima (terlaksana). 5) Setiap kelompok menyusun
laporan secara tertulis (terlaksana). 6) Siswa mempresentasikan hasil kerja
kelompok (terlaksana). 7) Siswa mengerjakan evaluasi pembelajaran
(terlaksana). 8) Siswa membahas hasil pekerjaannya (terlaksana). 9) Suasana
kelas menjadi gaduh (tidak. Karena kelas begitu aktif dan siswa berantusias
dalam kegiatan pembelajaran berlangsung).
68
b) Pertemuan kedua
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang
akan dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti pelaksanaan pembelajaran (RPP),
lembar kerja siswa, memasang LCD, alat peraga, buku pelajaran dan ruang untuk
proses belajar mengajar. Materi pembelajaran pada pertemuan kedua ini adalah
materi Sikap Menghargai Jasa Tokoh Pejuang dalam Mempersiapkan
Kemerdekaan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
1) Pengelompokan (Grouping)
Sebelum masuk dalam tahap pengelompokan , siswa di beri stimulus
mengenai pelajaran yang lalu. Baru kemudian siswa diminta guru untuk
membentuk kelompok. Dimana setiap kelompok terdiri atas 4-5 siswa, Tiap
kelompok diberi nama yaitu tim A, B, C, D, E, dan F .
2) perencanaan (Planning)
Pada tahap kegiatan perencanaan (Planning) ini siswa dalam kelompok
melakukan diskusi untuk merencanakan bersama mengenai apa yang akan
dipelajari, bagaimana mempelajarinya, dan pembagian tugas antar sesama
anggota kelompok.
3) penyelidikan (Investigation)
Pada tahap penyelidikan (Investigation),Para siswa mengumpulkan informasi,
mengenai data tentang Sikap Menghargai Jasa Tokoh Pejuang dalam
Mempersiapkan Kemerdekaan dan Setiap anggota kelompok saling bertukar,
bediskusi, mengklasifikasi, dan mensintesis semua gagasan mengenai materi
yang mereka dapatkan..
4) Pengorganisasian (Organizing)
Pada tahap Pengorganisasian (Organizing) setiap anggota kelompok
merencanakan dan mempersiapkan apa yang akan mereka laporkan, dan
bagaimana mereka membuat pesentasinya
69
5) Presentasi (Presenting)
Pada tahap Presentasi (Presenting) ,Perwakilan setiap kelompok menyampaikan
hasil diskusinya. Presentasi harus dapat melibatkan peseta secara aktif
6) evaluasi (evaluating)
Pada tahap evaluasi (evaluating), Para siswa mengerjakan tugas individu yang
diberikan oleh guru.
Berikut ini hasil pengamatan yang digunakan pada saat melaksanakan
pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
Group Investigation.
Pada kegiatan awal pembelajaran ada 5 aspek yang diamati diantaranya
adalah sebagai berikut : 1) mengkondisikan peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran , 2) melakukan apersepsi pembelajaran, 3) menjelaskan tujuan
pembelajaran, 4) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Group Investigation, 5) melakukan motivasi
pembelajaran. Semua aspek tersebut terlaksana dengan runtut.
Pada kegiatan inti pembelajaran aspek yang diamati adalah sintak pembelajaran
diantaranya adalah sebagai berikut: pada tahap Grouping aspek yang diamati 1)
siswa diminta untuk membentuk kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa,
Terlaksana. Planning aspek yang diamati 2) siswa di dalan kelompok
merencanakan apa yang akan mereka pelajari, bagaimana mempelajarinya, dan
pembagian tugas antar sesama anggota kelompok, Terlaksana. Investigation aspek
yang diamati 3) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat
simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, 4) masing-
masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok,
5) siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan
pendapat. Terlaksana. Organizing aspek yang diamati 6) anggota kelompok
merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana
mempresentasikannya. Terlaksana. Presenting aspek yang diamati 7) meminta
siswa untuk mempersentasikan hasil diskusi tiap kelompok, 8) mengarahkan siswa
70
lain untuk bertanya atau menanggapi hasil kerja kelompok yang persentasi didepan
kelas semua terlakasana. Evaluating aspek yang diamati 9) melakukan refleksi,
10) memberikan soal evaluasi semua terlaksana.
Kondisi kegiatan pembelajaran dikelas berdasarkan hasil observasi adalah 1)
siswa menyimak perunjuk dan materi yang disampaikan guru (terlaksana). 2)
Siswa melaksanakan diskusi kelompok melalui kelompok kecil (terlaksana). 3)
Masing-masing kelompok merencanakan langkah-langkah apa yang seharusnya
dikerjakan (terlaksana). 4) Setiap anggota kelompok melakukan investigasi
terhadap tugas yang mereka terima (terlaksana). 5) Setiap kelompok menyusun
laporan secara tertulis (terlaksana). 6) Siswa mempresentasikan hasil kerja
kelompok (terlaksana). 7) Siswa mengerjakan evaluasi pembelajaran (terlaksana).
8) Siswa membahas hasil pekerjaannya (terlaksana). 9) Suasana kelas menjadi
gaduh (tidak. Karena kelas begitu aktif dan siswa berantusias dalam kegiatan
pembelajaran berlangsung).
4.2.2. Tingkat Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
Deskripsi hasil belajar siswa pada pelajaran IPS dengan materi Menghargai
jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia di SDN Dukuh 01(Kelas A) dan SDN Dukuh 05 sebagai kelas
eksperimen dengan menggunakan model Group Investigation pretes dan postes
dapat dilihat pada tabel dibawah ini .
Tabel 4.2 nilai min dan max SDN Dukuh 01 (Kelas A)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
pretest_eksperimen 20 53 86 72,15 6.428
postest_eksperimen 20 73 100 89,1 5.871
Valid N (listwise) 20
71
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimal pretest kelompok eksperimen
adalah 53 dan nilai tertingginya adalah 86. nilai rata-rata yang diperoleh adalah 72,15.
untuk hasil posttest kelompok eksperimen nilai minimalnya adalah 73, dan nilai
tertingginya adalah 100. Untuk nilai rata-ratanya diperoleh adalah 89,1.
Tabel 4.3 nilai min dan max SDN Dukuh 05
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
pretest_eksperimen 27 33 80 62,81 6.428
postest_eksperimen 27 53 100 77,44 5.871
Valid N (listwise) 27
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimal pretest kelompok eksperimen
adalah 33 dan nilai tertingginya adalah 80. nilai rata-rata yang diperoleh adalah 62,81.
untuk hasil posttest kelompok eksperimen nilai minimalnya adalah 53, dan nilai
tertingginya adalah 100. Untuk nilai rata-ratanya diperoleh adalah 77,44.
a. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Guna mengetahui adanya model pembelajaran Group Investigation perlu
dilakukan distribusi frekuensi perolehan hasil belajar siswa kelas eksperimen siswa
kelas V SDN Dukuh 01(Kelas A) dan SDN Dukuh 05. Melihat distribusi frekuensi
perlu dilakukan kategori. Cara untuk menentukan kategori menggunakan rumus 1+
3,3 log n. dari perhitungan ini diperoleh banyaknya kategori dari 20 (SDN Dukuh 01
kelas A) dan 27(SDN Dukuh 05) siswa kelas eksperimen adalah lima kategori.
Acuan kategori perolehan nilainya adalah sebagai berikut: kurang, hampir cukup,
cukup, baik dan sangat baik. Agar mengetahui perolehan hasil belajar siswa kelas V
SDN Dukuh 01 (Kelas A) dan SDN Dukuh 05 berada pada kategori apa perlu
dilakukan interval terlebih dahulu. Interval nilai siswa menggunakan rumus yaitu
72
skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori yang
ditetapkan (kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik). Secara visual rumus
untuk mencari interval tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Interval =
1. SDN Dukuh 01 (Kelas A)
Interval = = 9
Interval yang didapatkan adalah 9,4, maka nilai terendah atau kurang berada pada
interval 53 – 61, hampir cukup berada pada interval 62- 70, cukup berada pada
interval 71 -79, baik berada pada interval 80 – 88, sangat baik berada pada interval
89-97.
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas V SDN Dukuh 01 (Kelas A)
No Interval Kategori Hasil belajar
Pretes Postes
Frekuensi % Frekuensi %
1 53 – 61 Kurang 3 15 - -
2 62 – 70 Hampir cukup 5 25 - -
3 71 – 79 Cukup 6 30 5 25
4 80 – 88 Baik 6 30 3 15
5 89 – 97 Sangat baik - 12 60
Total 20 100 20 100
Berdasarkan pada tabel 4.4 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes pada
siswa kelas V SDN Dukuh 01 (Kelas A), siswa yang mendapat nilai pada interval 53
– 61 atau berada pada kategori kurang adalah 3 siswa dengan persentase 15%. Siswa
yang mendapat nilai pada interval 62 – 70 atau berada pada kategori hampir cukup
adalah 5 siswa dengan persentase 25%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 71 –
73
79 atau berada pada interval cukup adalah 6 siswa dengan persentase 30%. siswa
yang mendapatkan nilai pada interval 80 – 88 atau berada pada kategori baik adalah 6
siswa dengan persentase 30% dan tidak ada siswa yang mendapat nilai pada interval
89 – 97. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
pretes kelas III SDN Dukuh 01 (Kelas A), sebagian berada pada kategori cukup.
Hasil belajar postes siswa kelas V SDN Dukuh 01 (Kelas A), berdasarkan
pada tabel distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa tidak ada siswa yang
mendapatkan nilai pada interval 53 – 61 atau pada kategori kurang dan siswa yang
mendapatkan nilai pada interval 62 – 70 pada kategori hampir cukup. Sebanyak 5
siswa yang mendapat nilai pada interval 71 – 79 atau masuk pada kategori cukup
dengan persentase 25% . Siswa yang mendapat nilai pada interval 80 – 88 yang
berada pada kategori baik adalah 3 siswa dengan persentase 15%, dan siswa yang
mendapat nilai pada interval 89 – 97 adalah 12 siswa dengan persentase 60%.
Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postes pada
kelompok eksperimen masuk dalam kategori sangat baik.
2. SDN Dukuh 05
Interval = = 13
Interval yang didapatkan adalah 13, maka nilai terendah atau kurang berada pada
interval 33 – 45, hampir cukup berada pada interval 46 - 59, cukup berada pada
interval 60 -72, baik berada pada interval 73 – 85, sangat baik berada pada interval
86-98.
74
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas V SDN Dukuh 05
No Interval Kategori Hasil belajar
Pretes Postes
Frekuensi % Frekuensi %
1 33 – 45 Kurang 1 3,7 - -
2 46 – 59 Hampir cukup 7 26 2 7,4
3 60 – 72 Cukup 12 44,4 4 14,8
4 73 – 85 Baik 7 26 15 55,6
5 85 – 98 Sangat baik - 6 22,2
Total 27 100 27 100
Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes pada
siswa kelas V SDN Dukuh 05 siswa yang mendapat nilai pada interval 33 – 45 atau
berada pada kategori kurang adalah 1 siswa dengan persentase 3,7%. Siswa yang
mendapat nilai pada interval 46 – 59 atau berada pada kategori hampir cukup adalah
7 siswa dengan persentase 26%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 60 – 72 atau
berada pada interval cukup adalah 12 siswa dengan persentase 44,4%. siswa yang
mendapatkan nilai pada interval 73 – 85 atau berada pada kategori baik adalah 7
siswa dengan persentase 26% dan tidak ada siswa yang mendapat nilai pada interval
85 – 98. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
pretes kelas III SDN Dukuh 05 sebagian berada pada kategori cukup.
Hasil belajar postes siswa kelas V SDN Dukuh 05, berdasarkan pada tabel
distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai
pada interval 33 – 45 atau pada kategori kurang. Sebanyak 2 siswa yang mendapat
nilai pada interval 46 – 59 atau masuk pada kategori hampir cukup dengan persentase
7,4% . Siswa yang mendapat nilai pada interval 60 – 72 yang berada pada kategori
cukup adalah 4 siswa dengan persentase 14,8%, siswa yang mendapat nilai pada
interval 73 – 85 adalah 15 siswa dengan persentase 55,6% dan siswa yang mendapat
nilai pada interval 85 – 98 adalah 6 siswa dengan persentase 22,2%. Berdasarkan
75
hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postes pada kelompok
eksperimen masuk dalam kategori baik
b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Dukuh 01 (Kelas A) dan SDN
Dukuh 05
Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik pretes
maupun postes. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk melihat
perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah diberikan
perlakuan dengan pembelajaran model Group Investigation. Adapun rata-rata
maupun perubahan peningkatannya, disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.6
Rata-rata hasil belajar dan perubahan rata-rata hasil belajar siswa kelas
V SDN Dukuh 01 (Kelas A)
Rata-Rata Hasil Belajar Perubahan
Pretes Postes
72,15 89,1 16,95
Dari tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil bealajar pretes adalah 72,15,
kemudian rata-rata hasil belajar postes yaitu 89,1. Itu berarti, setelah diberikan
pembelajaran dengan model Group Investigation siswa kelas V SDN Dukuh 01
(Kelas A), terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 16,95.
76
Gambar 4.1
Grafik Nilai Pretes Dan Postes Kelompok Eksperimen
Tabel 4.7
Rata-rata hasil belajar dan perubahan rata-rata hasil belajar siswa kelas
V SDN Dukuh 05
Rata-Rata Hasil Belajar Perubahan
Pretes Postes
62,81 77,44 14,63
Dari tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil bealajar pretes adalah 62,81,
kemudian rata-rata hasil belajar postes yaitu 77,44. Itu berarti, setelah diberikan
pembelajaran dengan model Group Investigation siswa kelas V SDN Dukuh 05,
terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 14,63.
77
Gambar 4.2
Grafik Nilai Pretes Dan Postes Kelompok Eksperimen
4.3. Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran Menggunakan Model
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Sebagai Kelas Kontrol
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol ini terdiri dari dua kali
pertemuan dengan masing-masing pertemuan selama 70 menit (2x35 Menit). Pada
SD Inti yaitu Kelas VB SDN Dukuh 01 Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Jumat tanggal 13 Maret 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 14
Maret 2015. sedangkan pada SD Imbas yaitu SDN Kecandran 01 Pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari rabu tanggal 25 Maret 2015 dan pertemuan kedua
dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2015.
a. Pertemuan Pertama
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan dalam pembelajran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat
peraga, buku pelajaran, lemabar kerja siswa, dan ruangan untuk proses belajar
mengajar. Materi pelajaran pada pertemuan ini adalah tokoh-tokoh penting dalam
78
peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.Dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:
1) Membaca
Pada tahap kegiatan membaca, siswa memperoleh topik-topik permasalahan yaitu
mengenai Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia untuk dibaca oleh siswa, sehingga
siswa mendapatkan informasi dari topik tersebut.
2) Diskusi kelompok
Pada tahap diskusi kelompok siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan
yang sama bertemu dalam satu kelompok (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
topik permasalahan tersebut. (sebelumnya siswa sudah membentuk kelompok
(kelompok asal) terlebih dahulu sebelum akhirnya mereka dipecah dan
membentuk kelompok baru (kelompok ahli)).
3) Laporan Kelompok.
Pada tahap ini kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan
hasil diskusinya pada anggota kelompoknya masing-masing(kelompok asal)
4) Kuis
Pada tahap ini siswa memperoleh kuis individu /perorangan yang mencangkup
semua topik permasalahan
5) Perhitungan Skor Kelompok
Pada tahap ini Guru melakukan perhitungan skor, dan membagikan hadiah kepada
kelompok yang mendapat skor tertinggi.
Kondisi kegiatan pembelajaran dikelas berdasarkan hasil observasi adalah 1)
siswa menyimak petunjuk dan materi yang disampaikan guru (terlaksana). 2)
Siswa melaksanakan diskusi kelompok melalui kelompok kecil (terlaksana). 3)
Masing-masing kelompok mengirim satu orang wakil mereka untuk membahas
topik (terlaksana). 4) Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang
diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut (terlaksana). 5)
Kelompok ahli kembali ke kelompok asal kemudian menjelaskan materi kepada
79
rekan kelompoknya (terlaksana). 6) Setiap kelompok menyusun laporan secara
tertulis (terlaksana). 7) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok (terlaksana).
8) Siswa mengerjakan evaluasi pembelajaran (terlaksana). 9) Siswa membahas
hasil pekerjaannya (terlaksana). 10) Suasana kelas menjadi gaduh (tidak. Karena
kelas begitu aktif dan siswa berantusias dalam kegiatan pembelajaran
berlangsung).
b) Pertemuan Kedua
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan dalam pembelajran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat
peraga, buku pelajaran, lembar kerja siswa, dan ruangan untuk proses belajar
mengajar. Materi pelajaran pada pertemuan ini adalah Sikap Menghargai Jasa Tokoh
Pejuang dalam Mempersiapkan Kemerdekaan . Dengan langkah-langkah pembelajran
sebagai berikut:
1) Membaca
Pada tahap kegiatan membaca, siswa memperoleh topik-topik permasalahan yaitu
mengenai sikap menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam
mempersiapkan kemerdekaan untuk dibaca oleh siswa, sehingga siswa
mendapatkan informasi dari topik tersebut.
2) Diskusi kelompok
Pada tahap diskusi kelompok siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan
yang sama bertemu dalam satu kelompok (kelompok ahli) untuk mendiskusikan
topik permasalahan tersebut. (sebelumnya siswa sudah membentuk kelompok
(kelompok asal) terlebih dahulu sebelum akhirnya mereka dipecah dan
membentuk kelompok baru (kelompok ahli)).
3) Laporan Kelompok.
Pada tahap ini kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan
hasil diskusinya pada anggota kelompoknya masing-masing(kelompok asal)
4) Kuis
80
Pada tahap ini siswa memperoleh kuis individu /perorangan yang mencangkup
semua topik permasalahan
5) Perhitungan Skor Kelompok.
Pada tahap ini Guru melakukan perhitungan skor, dan membagikan hadiah kepada
kelompok yang mendapat skor tertinggi.
Berikut ini hasil pengamatan yang digunakan pada saat melaksanakan
pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw.
Pada kegiatan awal pembelajaran ada 5 aspek yang diamati diantaranya
adalah sebagai berikut : 1)mengkondisikan peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran , 2) melakukan apersepsi pembelajaran, 3) menjelaskan tujuan
pembelajaran, 4)menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Jigsaw, 5) melakukan motivasi pembelajaran. Semua aspek
tersebut terlaksana dengan runtut.
Pada kegiatan inti pembelajaran aspek yang diamati adalah sintak
pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: pada tahap Membaca aspek
yang diamati 1) memberikan suatu topik permasalahan pada peserta didik. 2)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang
belum dimengerti tentang permasalahan semuanya terlaksana. Tahap Diskusi
Kelompok aspek yang diamati 3) dalam satu kelompok setiap anggota medapat
materi/ topik yang berbeda (kelompok asal), 4) siswa yang mendapat topik
permasalahan yang sama berkumpul dalam satu kelompok ahli untuk membahas
materi yang mereka dapat semua terlaksana. tahap Laporan kelompok aspek yang
diamati 5) Guru menugaskan semua kelompok ahli untuk memahami dan dapat
menyampaikan informasi tentang hasil wacana / tugas yang telah dipahami dalam
kelompok awal,6) kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk
menjelaskan hasil diskusinya pada anggota kelompoknya masing-masing, 7)
membimbing siswa untuk menyusun hasil diskusi, 8) meminta siswa untuk
mempersentasikan hasil diskusi tiap kelompok, 9) mengarahkan siswa lain untuk
bertanya atau menanggapi hasil kerja kelompok yang persentasi didepan kelas
81
semua kegiatan ini terlaksana. Tahap Kuis aspek yang diamati 10) membantu
menganalisa hasil diskusi tiap kelompok, 12) Guru memberikan soal evaluasi
kepada siswa semua kegiatan ini terlaksana. Tahap Perhitungan Skor Kelompok
Pada kegiatan penutup aspek yang diamati 1) melakukan refleksi, 2) Guru bersama
murit melakukan perhitungan skor dalam penyampaian hasil diskusi didepan kelas,
dan kelompok yang mendapat skor tertinggi berhak mendapat hadiah semua
kegiatan ini terlaksana.
Kondisi kegiatan pembelajaran dikelas berdasarkan hasil observasi adalah 1)
siswa menyimak petunjuk dan materi yang disampaikan guru (terlaksana). 2)
Siswa melaksanakan diskusi kelompok melalui kelompok kecil (terlaksana). 3)
Masing-masing kelompok mengirim satu orang wakil mereka untuk membahas
topik (terlaksana). 4) Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang
diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut (terlaksana). 5)
Kelompok ahli kembali ke kelompok asal kemudian menjelaskan materi kepada
rekan kelompoknya (terlaksana). 6) Setiap kelompok menyusun laporan secara
tertulis (terlaksana). 7) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok (terlaksana).
8) Siswa mengerjakan evaluasi pembelajaran (terlaksana). 9) Siswa membahas
hasil pekerjaannya (terlaksana). 10) Suasana kelas menjadi gaduh (tidak. Karena
kelas begitu aktif dan siswa berantusias dalam kegiatan pembelajaran
berlangsung).
4.3.2. Tingkat Hasil Belajar Kelompok Kontrol
Deskripsi hasil belajar siswa pada pelajaran IPS dengan materi Menghargai
jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
di SDN Dukuh 01(Kelas B) dan SDN Kecandran 01 sebagai kelas kontrol dengan
menggunakan model Jigsaw pretes dan postes dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
82
Tabel 4.8 nilai min dan max SDN Dukuh 01 (Kelas B)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
pretest_kontrol 20 48 86 70,7 8.507
postest_kontrol 20 53 100 82,7 5.777
Valid N
(listwise) 20
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimal pretest kelompok kontrol adalah
48 dan nilai tertingginya adalah 86. Dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 70,7.
Sedangkan untuk hasil posttest kelompok kontrol nilai minimalnya adalah 53 dan
nilai tertingginya adalah 100. Untuk nilai rata-ratanya diperoleh adalah 82,7.
Tabel 4.9 nilai min dan max SDN Kecandran 01
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
pretest_kontrol 33 33 93 68,24 8.507
postest_kontrol 33 33 100 77,48 5.777
Valid N
(listwise) 33
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimal pretest kelompok kontrol adalah
33 dan nilai tertingginya adalah 93. Dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah
68,24. Sedangkan untuk hasil posttest kelompok kontrol nilai minimalnya adalah 33
dan nilai tertingginya adalah 100. Untuk nilai rata-ratanya diperoleh adalah 77,48.
a. Distribusi frekuensi hasil belajar
Untuk mengetahui adanya model pembelajaran Jigsaw perlu dilakukan
distribusi frekuensi perolehan hasil belajar siswa kelas kontrol siswa kelas V SDN
83
Dukuh 01 (Kelas B) dan SDN Kecandran 01. Untuk melihat distribusi frekuensi perlu
dilakukan kategori. Untuk menentukan kategori menggunakan rumus 1+ 3,3 log n.
Dari perhitungan ini diperoleh banyaknya kategori dari 20 siswa dari SDN Dukuh 01
(kelas B) dan 33 siswa dari SDN Kecandran 01 sebagai kelas kontrol adalah lima
kategori. Acuan kategori perolehan nilainya adalah sebagai berikut: kurang, hampir
cukup, cukup, baik dan sangat baik. Agar mengetahui perolehan hasil belajar siswa
kelas V SDN Dukuh 01 (Kelas B) dan SDN Kecandran 01 berada pada kategori apa
perlu dilakukan interval terlebih dahulu. Interval nilai siswa menggunakan rumus
yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori yang
ditetapkan (kurang, hamper cukup, cukup, baik dan sangat baik). Sebagai berikut
Interval =
1. SDN Dukuh 01 (Kelas B)
Interval = = 10
Interval yang didapatkan adalah 10, maka nilai terendah atau kurang berada pada
interval 48 – 57, hampir cukup berada pada interval 58- 67, cukup berada pada
interval 68 -77, baik berada pada interval 78 – 87, sangat baik berada pada interval
88-97.
84
Tabel 4.10
Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas V SDN Dukuh 01 (Kelas B)
No Interval Kategori Hasil belajar
Pretes Postes
Frekuensi % Frekuensi %
1 48 - 57 Kurang 1 5 1 5
2 58 – 67 Hampir cukup 9 45 - -
3 68 – 77 Cukup 4 20 6 30
4 78 – 87 Baik 6 30 6 30
5 88 – 97 Sangat baik - 7 35
Total 20 100 20 100
Berdasarkan pada tabel 4.10 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretest pada
siswa kelas V SDN Dukuh 01 (Kelas B) , siswa yang mendapat nilai pada interval 48
– 57 atau berada pada kategori kurang adalah 1 siswa dengan persentase 5 %. Siswa
yang mendapat nilai pada interval 58 – 67 atau berada pada kategori hampir cukup
adalah 9 siswa dengan persentase 45 %. Siswa yang mendapat nilai pada interval 68 –
77 atau berada pada interval cukup adalah 4 siswa dengan persentase 20 %. siswa
yang mendapatkan nilai pada interval 78 – 87 atau berada pada level baik adalah 6
siswa dengan persentase 30%. Dan tidak ada siswa yang mendapat nilai pada interval
88 – 97. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
pretes kelas V SDN Dukuh 01 (Kelas B), sebagian berada pada kategori baik.
Hasil belajar postes siswa kelas V SDN Dukuh 01 (Kelas B), berdasarkan
pada tabel distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai
pada interval 48 – 57 atau pada kategori kurang adalah 1 siswa dengan persentase
1%. Dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 58 – 67 pada kategori
hampir cukup. Sebanyak 6 siswa yang mendapat nilai pada interval 68 - 77 atau
masuk pada kategori cukup dengan persentase 30% . Siswa yang mendapat nilai
pada interval 78 – 87 yang berada pada kategori baik adalah 6 siswa dengan
persentase 30%, dan siswa yang mendapat nilai pada interval 88 – 97 adalah 7 siswa
85
dengan persentase 35%. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa
hasil belajar postes pada kelompok kontrol masuk dalam kategori sangat baik.
2. SDN Kecandran 01
Interval = = 13
Interval yang didapatkan adalah 10, maka nilai terendah atau kurang berada pada
interval 33 – 45, hampir cukup berada pada interval 46 - 58, cukup berada pada
interval 59 -71, baik berada pada interval 72 – 84, sangat baik berada pada interval
85-97.
Tabel 4.11
Distribusi frekuensi hasil belajar siswa kelas V SDN Kecandran 01
No Interval Kategori Hasil belajar
Pretes Postes
Frekuensi % Frekuensi %
1 33 – 45 Kurang 1 3,03 1 3,03
2 46 – 58 Hampir cukup 4 12,12 3 9,09
3 59 – 71 Cukup 13 39,4 6 18,18
4 72 – 84 Baik 10 30,30 10 30,30
5 85 – 97 Sangat baik 5 15,15 13 39,4
Total 33 100 33 100
Berdasarkan pada tabel 4.11 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretest pada
siswa kelas V SDN Kecandran 01 , siswa yang mendapat nilai pada interval 33 – 45
atau berada pada kategori kurang adalah 1 siswa dengan persentase 3,03 %. Siswa
yang mendapat nilai pada interval 46 – 58 atau berada pada kategori hampir cukup
adalah 4 siswa dengan persentase 12,12 %. Siswa yang mendapat nilai pada interval
59 – 71 atau berada pada interval cukup adalah 13 siswa dengan persentase 39,4 %.
siswa yang mendapatkan nilai pada interval 72 – 84 atau berada pada level baik
adalah 10 siswa dengan persentase 30,30%. Dan siswa yang mendapat nilai pada
86
interval 85 – 97 atau berada pada kategori sangat baik ada 5 siswa. Dari hasil
distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas V SDN
Kecandran 01 sebagian berada pada kategori cukup.
Hasil belajar postes siswa kelas V SDN Kecandran 01, berdasarkan pada tabel
distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai pada
interval 33 – 45 atau pada kategori kurang adalah 1 siswa dengan persentase 3,03%.
siswa yang mendapatkan nilai pada interval 46 – 58 pada kategori hampir cukup
adalah 3 siswa dengan persentase 9,09%. Sebanyak 6 siswa yang mendapat nilai pada
interval 59 - 71 atau masuk pada kategori cukup dengan persentase 18,18% . Siswa
yang mendapat nilai pada interval 72 – 84 yang berada pada kategori baik adalah 10
siswa dengan persentase 30,30%, dan siswa yang mendapat nilai pada interval 85 –
97 adalah 13 siswa dengan persentase 39,4%. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat
disimpukan bahwa hasil belajar postes pada kelompok kontrol masuk dalam kategori
sangat baik.
b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Dukuh 01(Kelas B) dan SDN
Kecandran 01.
Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik pretest
maupun posttest. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk melihat
perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah diberikan
perlakuan dengan pembelajaran model Jigsaw . Adapun rata-rata maupun perubahan
peningkatannya, disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.12
Rata-Rata Hasil Belajar Dan Perubahan Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
Kelas V SDN Dukuh 01 (Kelas B)
Rata-Rata Hasil Belajar Perubahan
Pretes Posttest
70,7 82,7 12
87
Dari tabel 4.12 diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil bealajar pretes adalah
70,7 kemudian rata-rata hasil belajar postes yaitu 82,7. Itu berarti, setelah diberikan
pembelajaran dengan model Jigsaw siswa kelas V SDN Dukuh 01 (Kelas B), terjadi
kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 12.
Gambar 4.3
Grafik Nilai Pretes Dan Postes Kelompok Kontrol
Tabel 4.13
Rata-Rata Hasil Belajar Dan Perubahan Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
Kelas V SDN Kecandran 01
Rata-Rata Hasil Belajar Perubahan
Pretes Posttest
62,84 77,48 14,64
88
Dari tabel 4.13 diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil bealajar pretes adalah
62,84 kemudian rata-rata hasil belajar postes yaitu 77,48. Itu berarti, setelah
diberikan pembelajaran dengan model Jigsaw siswa kelas V SDN Kecandran 01,
terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 14,64.
Gambar 4.14
Grafik Nilai Pretes Dan Postes Kelompok Kontrol
4.4 Diskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
Dan Kelompok Kontrol.
Berdasarkan uraian diatas perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
menggunakan model yang berbeda yaitu Group Investigation pada kelas eksperimen
dan Jigsaw pada kelas kontrol. Meskipun sintak kedua model tersebut hampir sama
tetapi pada kenyataannya untuk hasil belajar siswa lebih meningkat yang
menggunakan model Group Investigation dibanding dengan Jigsaw. Tetapi untuk
89
hasil belajar secara keseluruhan kedua model ini rata-rata sudah melebihi KKM yang
ditentukan dari sekolah. Untuk hasil perbedaan pada kedua kelompok ini dapat dilihat
pada tabel 4.14 berikut ini
Tabel 4.14
Komparasi Hasil Pengukuran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan
Kelompok Kontrol
Tahap
pengukuran
Rerata skor ( mean)
Kelompok
Eksperimen Kontrol
Keterangan
selisih skor
Awal 67,48 66,77 0,71
Akhir 83,37 80,09 3,28
Gain skor 15,89 13,32 2,57
Dari tabel diatas dapat dilihat tahap awal pada kelas eksperimen nilai rata-rata
yang diperoleh siswa adalah 67,48 dan nilai akhir 83,37 dengan keuntungan yang
diperoleh adalah 15,89. Sedangkan pada kelas kontrol nilai awal yang diperoleh
adalah 66,77 dan nilai akhir 80,09 dengan keuntungannya adalah 13,32. Untuk selisih
secara keseluruh antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dari tahap awal
mendapat 0,71 sedangkan pada tahap akhir 3,28 dengan nilai keuntungannya 2,57.
4.5 Hasil Uji Perbedaan Keaktifan Model Group Investigation dan Jigsaw
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menghitung rata-rata
masing-masing kelompok kelas, kemudian diuji perbedaannya menggunakan uji t
yang dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 16. Uji t dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana perbedaan hasil belajar dengan menggunakan model Group
Investigation pada kelas eksperimen dan Jigsaw pada kelas kontrol. Sebelum uji t
terlebih dahulu sudah dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
90
Seperti yang telah diuraikan di bab III penggunaan teknik statistik uji t dalam
penelitian ini berdasarkan pada kebutuhan dalam melakukan komparasi terhadap dua
kelompok penelitian. Menurut Sugiyono dalam Priyatno (2010:32), uji ini digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok yang tidak
berhubungan. Sebelum dilakukan uji t test (Independent Samples T Test) sebelumnya
dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levena,s Test), artinya
jika varian sama, maka uji t menggunakan Equal Variances Assumed (diasumsikan
varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal Variances Not Assumed
(Duwi Priyatno, 2010: 35).
4.5.1 Uji Prasyarat
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes evaluasi setelah pembelajaran
(posttest), dianalisislah perbedaan hasil belajar dua kelompok penelitian. Namun,
sebelum melakukan uji beda terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yang dimaksud
uji prasyarat yakni uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi
data. Pada uji normalitas ini digunakan non parametric. Uji ini dilakukan dengan
melihat signifikansi pada Kolmogrov-Smirnov. Dengan asumsi, data berdistribusi
normal jika nilai memiliki probabilitas (P) lebih besar dari 0,05. Perhitungan uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan SPSS 16. Berikut yaitu hasil uji
normalitas hasil belajar postes.
91
Tabel 4.15
Hasil Uji Normalitas Data Postes
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
eksperimen Kontrol
N 27 33
Normal Parametersa Mean 79.2593 80.0909
Std. Deviation 11.19956 1.31823E1
Most Extreme Differences Absolute .177 .109
Positive .177 .099
Negative -.177 -.109
Kolmogorov-Smirnov Z .921 .626
Asymp. Sig. (2-tailed) .364 .828
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan uji normalitas tersebut diketahui bahwa nilai probabilitas
Asymp.Sig.(2-Tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov pada kelompok eksperimenan
0,364 dan pada kelompok kontrol nilai probabilitas Asymp.Sig.(2-Tailed) pada uji
Kolmogorov-Smirnov 0,828. Probabilitas signifikansi Kolmogorov-Smirnov kedua
kelompok menunjukkan lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data
berdsitribusi dengan normal.
Sedangkan pengujian homogenitas digunakan untuk mengetahui tidaknya
sama dua kelompok penelitian. kriteria pengujian ini yakni jika nilai signifikansi
lebih dari 0,05 maka data dikatakan bahwa kedua kelompok penelitian ini sama
92
berikut hasil uji homogenitas soal posttest terhadap dua kelompok penelitian dengan
menggunakan Test Of Homogeneity Of Variance.
Tabel 4.16
Uji homogenitas hasil postes
Test of Homogeneity of Variances
eksperimen
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.499 5 19 .773
Dari uji homogenitas tersebut nilai signifikansi 0,773. Maka dapat dikatakan
bahwa dua kelompok penelitian ini sama atau homogen. Hal ini ditunjukkan pada
nilai probabilitas yang lebih besar dari nilai alpha (α ) 0.05. Sebagai uji prasyarat
untuk melakukan uji beda, data hasil posttest pada dua kelompok penelitian ini
normal dan homogen. Jadi kesimpulannya karena uji prasyarat terpenuhi maka dapat
dilakukan penelitian
93
Tabel 4.17
Analisis Uji postes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Independent Samples Test
nilai posttest
Equal
variances
assumed
Equal
variances
not
assumed
Levene's
Test for
Equality of
Variances
F 1.557
Sig. .217
t-test for
Equality of
Means
T -.260 -.264
Df 58 57.902
Sig. (2-tailed) .796 .793
Mean Difference -.83165 -.83165
Std. Error Difference 3.20040 3.14824
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower -7.23794 -7.13376
Upper 5.57465 5.47046
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa F hitung LevenesTest 1,557 dengan
signifikansi 0,217 ˃ 0,05. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa dari kedua populasi
memiliki varians data yang homogen. Dari tabel diatas data post-test pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki data yang sama atau homogen maka dari itu
hasil perhitungan yang digunakan adalah hasil pada asumsi Equal Variances Assumed.
Dapat terlihat dari tabel di atas pada kolom Equal Variances Assumed, nilai t -260
dengan signifikansi 0,796 ˂ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
94
perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan perbedaan rata-rata sebesar 2,17975.
4.6 Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini adalah dengan membandingkan hasil belajar
siswa kelas V SDN Dukuh 01 (kelas A) dan SDN Dukuh 05 yang diajarkan dengan
model Group Investigation dan siswa kelas V SDN Dukuh 01 (Kelas B) dan SDN
Kecandran 01 yang diajarkan dengan model Jigsaw, untuk melihat perbedaan hasil
belajar pada kedua kelompok ini. Untuk melakukan uji hipotesis, digunakan
Independent Sampel Test, untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh penggunaan
model pembelajaran Group Investigation dan Jigsaw dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
Berdasarka hasil analisis pada tabel uji-t nilai t -260 dengan signifikansi 0,796
terlihat bahwa signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 0,02 ˂ 0,05, sehingga H0 diterima
dan H1 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa Tidak ada perbedaan yang signifikan
hasil belajar IPS siswa kelas V SD gugus Gajah Mada yang menggunakan model
group investigation dengan siswa yang menggunakan model jigsaw
4.7 Pembahasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Dukuh 01 (Kelas A) dan SDN Dukuh 05
sebagai kelas eksperimen dengan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
model Group Investigation berjalan lancar sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan di SDN Dukuh 01
(Kelas B) dan SDN Kecandran 01 sebagai kelompok kontrol yang melaksanakan
pembelajarannya dengan menggunakan model Jigsaw. Disini guru pada kedua
kelompok penelitian sudah melaksanakan sintak pembelajaran dengan runtut. Seperti
yang tercantum pada bab 1 yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas V Gugus
Gajah Mada menggunakan model pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Group Investigation (GI) dan Jigsaw?
95
Hasil analisis persyaratan kedua kelompok adalah homogen karena nilai sig
adalah 0,773 > 0,05, maka didapat kesimpulan bahawa kedua varian tersebut (kelas
eksperimen dan kelas kontrol) homogen, sehingga kelompok tersebut dapat dilakukan
untuk penelitian. dari uji normalitas untuk pretes kelompok eksperimen nilai dari
Asyimp.sig (2tailed)adalah 0,364 > 0,05, maka diambil kesimpulan nilai pretes
kelompok eksperimen berdistribusi normal. Untuk pretes kelompok kontrol nilai dari
Asymp.sig (2tailed) adalah 0,828 > 0,05, maka diambil kesimpulan nilai pretes
kelompok kontrol berdistribusi normal, sehingga data dari kedua kelompok tersebut
berdistribusi normal.
Analisis deskriptif dari skor hasil belajar siswa setelah pembelajaran
diketahuilah bahwa nilai yang diperoleh dari kelompok eksperimen yaitu yang
pertama di SDN Dukuh 01 (Kelas A) sebagai SD Inti nilai tertingginya 100 dan nilai
terendahnya 73, dengan rata-rata skor hasil belajar 89,1. Dari 20 siswa yang semula
hanya 30% tuntas KKM setelah diberikan tindakan semuanya tuntas KKM mata
pelajaran IPS dengan persentase 100%. Dan di SDN Dukuh 05 sebagai SD Imbas
nilai tertingginya 100 dan nilai terendahnya 53, dengan rata-rata skor hasil belajar
77,4. Dari 27 siswa yang ada terdapat 21 siswa yang tuntas KKM mata pelajaran IPS
kelas V dengan persentase 77,8% dan 6 siswa tidak tuntas KKM dengan persentase
22,2%. Sedangkan nilai yang diperoleh dari kelompok kontrol yaitu yang pertama di
SDN Dukuh 01 (Kelas B) sebagai SD Inti nilai tertingginya 100 dan nilai
terendahnya 53, dengan rata-rata skor hasil belajar 82,7. Dari 20 siswa terdapat 19
siswa yang tuntas KKM mata pelajaran IPS kelas V dengan persentase 95% dan 1
siswa tidak tuntas KKM dengan persentase 5%. Dan di SDN Kecandran 01 sebagai
SD Imbas nilai tertingginya 100 dan nilai terendahnya 33, dengan rata-rata skor hasil
belajar 77,48. Dari 33 siswa yang ada terdapat 23 siswa yang tuntas KKM mata
pelajaran IPS kelas V dengan persentase 69,7% dan 10 siswa tidak tuntas KKM
dengan persentase 30,3%
Analisis berikutnya yaitu melakukan uji beda pada skor hasil belajar kedua
kelompok penelitian. Uji beda ini dilakukan dengan Independent Sample T Test pada
96
SPSS 16. Uji beda dilakukan dengan melihat probabilitas sig.(2tailed) menunjukkan
koefesien 0,796. Probabilitas ini lebih besar dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa
tidak ada perbedaan antara dua kelompok penelitian. setelah melakukan uji beda,
dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan kriteria
signifikan. probabilitas sig (2tailed) dari uji beda menunjukkan lebih dari 0,05. Maka
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar
IPS siswa kelas V SD gugus Gajah Mada yang menggunakan model group
investigation dengan siswa yang menggunakan model jigsaw.
Hasil uji beda dan hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
antara kedua kelompok penelitian terhadap hasil postes, sejalan dengan adanya
perbedaan rata-rata antara kedua kelompok penelitian,dimana rata-rata kelompok
eksperimen yaitu 82,2722 dan rata-rata kelompok kontrol yaitu 80,09245 yang hanya
berselisih 2,17975. Maka uji beda yang dilakukan semakin memperkuat hasil
penelitian ini yang menyatakan memang tidak ada perbedaan yang signifikan antara
dua kelompok penelitian terhadap hasil belajar.
Walaupun dari hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus Gajah Mada menggunakan
model Group Investigation dengan siswa yang menggunakan model Jigsaw, namun
perlu diketahui bahwa setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan kedua model
tersebut, mengalami peningkatan hasil belajar siswa IPS yaitu tahap awal pada kelas
eksperimen nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 67,48 dan nilai akhir 83,37
dengan keuntungan yang diperoleh adalah 15,89. Sedangkan pada kelas kontrol nilai
awal yang diperoleh adalah 66,77 dan nilai akhir 80,09 dengan keuntungannya adalah
13,32. Untuk selisih secara keseluruh antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dari tahap awal mendapat 0,71 sedangkan pada tahap akhir 3,28 dengan nilai
keuntungannya 2,57. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini hanya sesuai
untuk tingkat sampel saja tapi tidak untuk tingkat Gugus.
peningkatan hasil belajar tersebut tidak lepas dari pelaksanaan pada proses
pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigation, seiring dengan
97
pendapat Suyatno, 2009: 56 yang menyatakan Metode GI merupakan pembelajaran
kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan
inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok, dan kemudian
mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas. Metode ini paling komplek dan
paling sulit diterapkan dibandingkan metode kooperatif yang lain. Sedangkan
langkah-langkah pembelajarannya (2008 : 218) menyatakan dalam model
pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI) guru membagi kelas
menjadi kelompok kelompok dengan anggota 5 sampai 6 siswa heterogen dengan
mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa
memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan
dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan
yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran
pemikiran para siswa.
Keunggulan Model Group Investigation memanglah suatu rancangan mengenai
pola pembelajaran aktif melalui investigasi kelompok yang terorganisir dengan baik.
metode ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu a) Meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri kompleks, Kegiatan belajar berfokus
pada siswa sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik.
b)Meningkatkan keterampilan sosial dimana siswa dilatih untuk bekerja sama dengan
siswa lain. c)Meningkatkan pengembangan softskills (kritis, komunikasi, kreatif) dan
group process skill (managemen kelompok). d)Menggunakan berbagai sumber baik
yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. e)Mengembangkan pemahaman
siswa melalui berbagai kegiatan Mampu menumbuhkan sikap saling menghargai,
saling menguntungkan, memperkuat ikatan sosial, tumbuh sikap untuk lebih
mengenal kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab dan merasa berguna untuk
orang lain. f)Dapat mengembangkan kemampuan professional guru dalam
mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif. Selain kelebihan Model Group
Investigation juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu: a)Memerlukan norma dan
struktur kelas yang lebih rumit. b)Pendekatan ini mengutamakan keterlibatan
98
pertukaran pemikiran para siswa kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai
secara sistematis, sehingga tujuan tidak akan tercapai pada siswa yang tidak turut
aktif. c)Memerlukan waktu belajar relatif lebih lama. d)Memerlukan waktu untuk
penyesuaian sehingga suasana kelas menjadi mudah ribut. e)Tidak semua mata
pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini. f)Menuntut kesiapan guru untuk
menyiapkan materi atau topik investigasi secara keseluruhan. Sehingga akan sulit
terlaksana bagi guru yang kurang kesiapannya.
Penelitian ini relevan penelitian yang dilakukan oleh Tya Anisa Devi (2011)
dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Pemahaman Gaya Magnet Pada
Pembelajaran IPA Bagi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Wanaraja Wanayasa
Banjarnegara Tahun Ajaran 2010/2011 . Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah
siswa kelas V SDN 2 Wanaraja Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2010 / 2011
terdiri dari 23 siswa terdiri dari 7 laki-laki dan 16 perempuan. Peningkatan ini dapat
dilihat dari hasil tes gaya magnet siswa yang menunjukkan adanya peningkatan yaitu
pada pra tindakan nilai rata-rata kelas 64,89 dengan ketuntasan klasikal 34,78%. Pada
siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 67,32 dan ketuntasan klasikal
meningkat menjadi 56,52%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi
70,08 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 91,30%.
Keberhasilan hasil belajar siswa yang menggunakan model Group
Investigation juga tergambarkan pada kerangka pikir. Setiap langkah yang diberikan
guru itu berdampak postif bagi siswa diantaranya pemberian Grouping dampaknya
bagi siswa adalah membangun adanya interaksi antar siswa agar dapat
mengembangkan dan membantu siswa untuk berkomunikasi dalam hal positif,
Planning dampaknya bagi siswa, siswa belajar untuk membuat rencana artinya
mereka memikirkan segala sesuatunya sebelum bertindak agar semua berjalan sesuai
yang dikehendaki, Investigation pada tahap ini siswa belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Organizing
dampaknya bagi siswa,siswa belajar untuk membuat kesimpulan setelah menemukan
99
suatu jawaban atas masalah yang ada. Presenting dampaknya bagi siswa disini siswa
akan belajar untuk berbicara didepan orang banyak(teman satu kelas) hal ini dapat
melatih mental siswa itu sendiri. Langkah yang terakhir adalah Evaluating
dampaknya bagi siswa adalah siswa dapat menuangkan apa yang mereka ingat secara
logika berupa latihan soal untuk mengukur seberapa tingkat pemahaman siswa atas
pelajaran hari itu. Langkah-langkah inilah yang membuat siswa terlibat langsung dan
aktif dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen dengan
menggunakan model Group Investigation terlihat beberapa aktivitas siswa yang
menunjukkan bahwa model Group Investigation memberikan pengaruh yang positif
terhadap perilaku siswa. Aktifitas yang dimaksud antara lain:
a. Seluruh siswa SDN Dukuh 01(kelas A) dan SDN Dukuh 05 mengikuti
pembelajaran dengan aktif dan berantusias dalam melakukan pembelajaran dengan
memanfaatkan model Group Investigation dalam pembelajaran, sehingga sebagian
besar siswa dapat memahami materi yang sedang dipelajari dan mengalami
peningkatan hasil belajar serta nilainya mencapai KKM.
b. Konsep yang ada dalam materi lebih konkret karena dengan bantuan model Group
Investigation, siswa dapat secara mandiri menemukan hal-hal baru yang
berhubungan dengan materi sehingga siswa lebih mudah memahami konsep yang
telah disampaikan.
c. Hampir seluruh siswa kelas V SDN Dukuh 01(kelas A) dan SDN Dukuh 05
mengerjakan aktivitas pembelajaran dengan baik, hal ini dibuktikan dengan
mereka mampu menjawab pertanyaan yang ada di Lembar Kegiatan Siswa yang
diberikan guru tanpa banyak bertanya.
d. Seluruh siswa mampu mengerjakan soal postes dengan percaya diri dan tenang,
terlihat bahwa siswa tidak melihat jawaban teman sebangkunya.
Dari hasil temuan pada saat pembelajaran di SDN Dukuh 01(kelas A) dan
SDN Dukuh 05 sebagai kelas eksperimen mengindikasikan bahwa model Group
Investigation digunakan dalam menyampaiikan materi pelajaran IPS dengan pokok
100
bahasan Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan
dan mempertahankan kemerdekaan indonesia memiliki pengaruh positif terhadap
pembelajaran karena dalam proses pembelajaran mereka melakukan proses penemuan
yang berhubungan dengan materi secara mandiri. Dan hal itu ternyata berpengaruh
pada hasil belajar siswa sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal.
Dalam penerapan Jigsaw, Menurut Elliot Aronson dalam Arends (2008: 13)
mengemukakan bahwa Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang didesain
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri
dan pembelajaran orang lain. Langkah-langkahnya yaitu siswa dibagi berkelompok
dengan anggota kelompok 5 atau 6 orang dan heterogen. Materi pelajaran diberikan
kepada siswa dalam bentuk teks yang sudah dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab.
Setiap anggota kelompok membaca sub-bab yang telah ditugaskan dan bertanggung
jawab untuk mempelajari bagian yang telah diberikan kepadanya. Setiap anggota
kelompok diberi tugas untuk menjadi seorang pakar dalam beberapa aspek yang
bersumber dari bahan bacaan tersebut. Dari masing-masing pakar berusaha
mendiskusikan bahan bacaan tersebut kemudian mengajarkan kepada anggota
kelompoknya. Satu-satunya cara siswa dapat belajar sub-bab lain selain dari subbab
yang mereka pelajari adalah dengan mendengarkan secara sungguh-sungguh
terhadap penjelasan teman satu kelompok mereka. Keberhasilan kelompok diyakini
bergantung pada adanya saling ketergantungan anggota kelompok dan pembagian
tugas. Setelah selesai pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai kuis secara
individu tentang materi pelajaran. meski alur kedua model ini berbeda namun prinsip
kedua model ini sama yaitu ketergantungan antar anggota dalam kelompok dan
kerjasama antar anggota kelompok yang solid karena jika kedua hal tersebut benar-
benar dilakukan keberhasilan dalam proses pembelajaran akan berjalan sukses.
Keberhasilan peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan model Jigsaw
sesuai dengan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh model Jigsaw, Wardani
(2002:87) menguraikan beberapa kelebihan model pembelajaran tipe Jigsaw, yaitu:
a)Dari segi efektivitas, secara umum pada model cooperatif learning tipe jigsaw lebih
101
aktif dan saling memberikan pendapat (sharing ideas). Karena suasana belajar lebih
kondusif, baru dan adanya penghargaan yang diberikan kelompok, maka setiap
kelompok berkompetensi aktif untuk mencapai prestasi yang baik. b)Siswa lebih
berkesempatan untuk berinteraksi sosial dengan temannya. c)Siswa lebih aktif dan
kreatif, serta siswa lebih mempunyai tanggung jawab individual. Selain kelebihan
model Jigsaw juga mempunyai beberapa kelemahan seperti yang dikemukakan oleh
Roy Killen, 1996, adalah : a) Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’,
pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi
dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain. b) Apabila siswa
tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman.
c) Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa
dalam kelas tersebut. d) Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang
sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik, Aplikasi metode ini pada
kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Efi, 2007
dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang
diajar melalui pendekatan cooperatif learning teknik jigsaw dan teknik STAD.
Sebuah eksperimen di MTs AL-Marwah teluknaga tangerang menyimpulkan:
a)Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajarkan
dengan pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik Jigsaw
dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
teknik STAD dalam pelajaran biologi dengan nilai thitung > t tabel yaitu 2,09 > 2,00.
b)Perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan pendekatan
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik Jigsaw dapat terlihat dari
jumlah gain yang diperoleh yaitu 103,5 dengan meannya 3,14 lebih baik daripada
jumlah gain kelompok yang diajarkan dengan pendekatan Cooperative Learning
teknik STAD yaitu 88,5 dengan meannya 2,68.
102
Keberhasilan hasil belajar siswa juga terjadi dengan menggunakan model
Jigsaw juga tergambarkan pada kerangka pikir. Setiap langkah yang diberikan guru
itu berdampak postif bagi siswa diantaranya pemberian Membaca dampaknya bagi
siswa adalah siswa belajar menemukan masalah sendiri lewat bacaan yang diberikan
oleh guru, Diskusi kelompok dampaknya bagi siswa, siswa belajar untuk berinteraksi
dengan teman satu kelompoknya untuk mengemukakan pendapat , Laporan kelompok
pada tahap ini siswa belajar secara aktif untuk berani menjelaskan hal /sesuatu yang
positif kepada teman satu kelompoknya secara tidak langsung dapat melatih mental
siswa itu sendiri. Kuis dampaknya bagi siswa, siswa dapat menuangkan apa yang
mereka ingat secara logika berupa latihan soal untuk mengukur seberapa tingkat
pemahaman siswa atas pelajaran hari itu. Perhitungan skor/ pemberian hadiah
dampaknya bagi siswa, siswa dapat lebih bermotivasi untuk lebih giat belajar dan
belajar untuk bermain sportif.Langkah-langkah inilah yang membuat siswa terlibat
langsung dan aktif dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol dengan
menggunakan model Jigsaw terlihat beberapa aktivitas siswa yang menunjukkan
bahwa model Jigsaw memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku siswa.
Aktifitas yang dimaksud antara lain:
a. Seluruh siswa SDN Dukuh 01(kelas B) dan SDN Kecandran 01 mengikuti
pembelajaran dengan aktif dan berantusias dalam melakukan pembelajaran dengan
memanfaatkan model Jigsaw dalam pembelajaran, sehingga sebagian besar siswa
dapat memahami materi yang sedang dipelajari dan mengalami peningkatan hasil
belajar serta nilainya mencapai KKM.
b. Konsep yang ada dalam materi lebih konkret karena dengan bantuan model
Jigsaw, siswa dapat secara mandiri menemukan hal-hal baru yang berhubungan
dengan materi sehingga siswa lebih mudah memahami konsep yang telah
disampaikan.
c. Hampir seluruh siswa kelas V SDN Dukuh 01(kelas B) dan SDN Kecandran 01
mengerjakan aktivitas pembelajaran dengan baik, hal ini dibuktikan dengan
103
mereka mampu menjawab pertanyaan yang ada di Lembar Kegiatan Siswa yang
diberikan guru tanpa banyak bertanya.
d. Seluruh siswa mampu mengerjakan soal postes dengan percaya diri dan tenang,
terlihat bahwa siswa tidak melihat jawaban teman sebangkunya.
Dari hasil temuan pada saat pembelajaran di SDN Dukuh 01(kelas B) dan
SDN Kecandran 01 sebagai kelas kontrol mengindikasikan bahwa model Jigsaw
digunakan dalam menyampaiikan materi pelajaran IPS dengan pokok bahasan
Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan indonesia memiliki pengaruh positif terhadap
pembelajaran karena dalam proses pembelajaran mereka melakukan proses
penemuan yang berhubungan dengan materi secara mandiri. Dan hal itu ternyata
berpengaruh pada hasil belajar siswa sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai
secara maksimal.