bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4 -...
TRANSCRIPT
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Awal
Berdasarkan observasi hasil belajar kelas 4 SD Negeri 2 Wonocoyo
sebelum dilaksanakan penelitian pada awal semester II Tahun pelajaran
2014/2015, banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika, mereka merasa
kesulitan dalam pembelajaran matematika terutama pada mengerjaan soal.
Hal tersebut berdampak pada perolehan nilai ulangan harian siswa.
Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran
yang dilakukan oleh peneliti yang terdapat dalam tabel 4.1
Tabel 4.1
Nilai Tes Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Pra Siklus
Siswa kelas 4 SD Negeri 2 Wonocoyo
Tahun Pelajaran 2014/2015
Nilai jumlah siswa Persentase
≥ 70 13 54,16%
< 70 11 45,83%
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 20
Berdasarkan tabel 4.1 pembelajaran belum efektif dengan banyaknya
siswa yang belum tuntas dalam belajar. KKM yang ditetapkan sebesar 70.
Siswa yang sudah tuntas atau di atas KKM ada 13 siswa dengan presentase
54,16%, sedangkan yang belum tuntas atau masih dibawah KKM sebanyak
11 siswa dengan presentase 45,83%. Peneliti merasa perlu mengadakan
tindakan pembelajaran untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa.
Khususnya siswa kelas 4 SD Negeri 2 Wonocoyo pada mata pelajaran
matematika.
32
Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam gambar 4.1.
Gambar 4.1 Diagram Lingkaran Hasil Belajar Sebelum Diadakan
Tindakan
4.2 Deskripsi Hasil Siklus I
4.2.1 Perencanaan Tindakan
Peneliti mengajukan izin kepada kepala sekolah untuk melakukan
implementasi siklus 1. Setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah, peneliti
berkonsultasi kepada guru kelas 4 untuk menanyakan kondisi kelas ketika
pembelajaran berlangsung. Peneliti merancang siklus 1 yang terdiri dari 2
pertemuan, setiap pertemuan berlangsung selama 70 menit (dua jam
pelajaran). Persiapan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus 1 adalah;
1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa
2) Menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan
3) Mempersiapakan alat peraga berupa roti berbentuk lingkaran untuk
pembelajaran penjumlahan pecahan
4) Membuat kelompok berdasarkan nilai prasilkus 1 kelompok terdiri dari
4 siswa dengan kemampuan tinggi,sedang,rendah.
5) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dimulai dari
menentukan SK dan KD menentukan Indikator membuat perencana
kegiatan belajar mengajar.
6) Membuat lembar observasi siswa untuk melihat bagaimana kondisi
pembelajaran di kelas.
54%
46%
Presentase Nilai Pra Siklus
≥ 70
< 70
33
7) Membuat lembar kerja siswa dan tes evaluasi untuk melihat hasil yang
telah dilakukan.
8) Konsultasi kepada dosen pembimbing dan guru kelas.
9) Merevisi RPP yang sudah di konsultasikan.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukan sesuai dengan rencana yang sudah disiapkan
sebelum melakukan tindakan pembelajaran siklus 1. Pada kegiatan
pendahuluan guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
mengatur suasana kelas dan menanyakan keadaan siswa. Dalam kegiatan
apersepsi guru melakukan demonstrasi dengan memotong sebuah roti
menjadi 4 bagian yang sama besar. Kemudian guru melakukan tanya
jawab kepada siswa apabila roti yang sudah dipotong tersebut dibagikan
kepada 4 anak, maka setiap anak mendapatkan berapa bagian.
Kegiatan inti pada pertemuan 1, diawal kegiatan guru menjelaskan
mengenai penjumlahan pecahan dengan menggunakan alat peraga. Setelah
itu, guru memberikan contoh soal penjumlahan pecahan berpenyebut
sama. Guru membagi kelompok berdasarkan nilai ulangan harian. Setiap
kelompok terdiri dari 4 siswa dan dalam pembentukan kelompok tersebut
dilakukan berdasarkan heterogenitas. Hal tersebut sesuai NHT tujuannya
agar setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik dan tidak ada
kelompok yang terlalu dominan,rasa harga diri menjadi lebih
tinggi,memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi
lebih besar, perilaku menggangu menjadi lebih kecil, konflik antara
pribadi berkurang, pemahaman yang lebih medalam, meningkatkan
kebaikan budi,kepekaan dan toleransi, hasil belajar lebih tinggi.
Pembagian kelompok, guru memberikan kartu soal untuk dikerjakan
oleh setiap kelompok. Setiap kelompok mendapatkan 8 kartu soal dan
setiap anak mengerjakan 2 kartu soal. Ketika semua kelompok sedang
mengerjakan soal tersebut, guru mengawasi dan membimbing kegiatan
diskusi. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan, guru memangil
kepala bernomor (Heads Numberd). Nomor yang ditunjuk guru
34
menuliskan jawaban soal di papan tulis sebagai perwakilan dari
kelompoknya.
Guru membahas apa yang sudah dikerjakan siswa di papan tulis.
Sebelum membahas guru bertanya pada siswa apakah ada jawaban yang
berbeda dengan jawaban di papan tulis. Jika ada guru meminta siswa
menulis jawabannya di papan tulis. Kemudian guru menjelaskan dari
kedua jawaban siswa tersebut. Setelah semua soal selesai dibahas, guru
memberikan skor pada kelompok yang berani merespon jawaban
temannya. Kelompok yang lain memberikan argumentasi jawaban yang
berbeda dengan kelompok yang sedang menulis di papan tulis dengan cara
menjelaskan kepada semua kelompok lalu menuliskan di papan tulis
kemudian di bahas bersama
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan cara
menjumlahkan pecahan berpenyebut sama. Sebelum guru menutup
pelajaran siswa diberi pekerjaan rumah (PR).
Kemudian dipertemuan 2, siswa masih duduk bersama kelompok
yang kemarin guru membahas penjumlahan pecahan dengan berpenyebut
tidak sama. Dipertemuan 2 ini materi yang diberikan tidak lagi soal
pecahan biasa tetapi soal pecahan yang berbentuk soal cerita. Misalnya
Abid mempunyai seutas tali yang panjangnya
meter. Marbun juga
mempunyai seutas tali dengan panjang
meter. Jika kedua tali tersebut
disambung, berapakah panjangnya?
Kegiatan awal pada pertemuan 2, guru membahas tugas yang
diberikan pada pertemuan sebelumnya. Guru menuliskan contoh soal
cerita di papan tulis dan meminta siswa untuk mengerjakan soal tersebut.
Kemudian guru membahas jawaban dari siswa.
Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok sesuai dengan
kesepakatan awal pertama. Setelah semua siswa bergabung dengan
kelompok masing-masing, guru memberikan kartu soal untuk dikerjakan
oleh setiap kelompok. Setiap kelompok mendapatkan 8 kartu soal dan
35
setiap anak mengerjakan 2 kartu soal. Ketika semua kelompok sedang
mengerjakan soal tersebut, guru mengawasi dan membimbing kegiatan
diskusi. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan, guru memangil
kepala bernomor (Heads Numberd). Nomor yang ditunjuk guru
menuliskan jawaban soal di papan tulis sebagai perwakilan dari
kelompoknya.
Guru membahas apa yang sudah dikerjakan siswa di papan tulis.
Sebelum membahas guru bertanya pada siswa apa ada jawaban yang
berbeda dengan jawaban di papan tulis. Jika ada guru meminta siswa
menulis jawabannya di papan tulis. Kemudian guru menjelaskan dari
kedua jawaban siswa tersebut. Setelah semua soal selesai dibahas, guru
memberikan skor pada kelompok yang berani menyanggah jawaban
temannya.
Guru meminta siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.
Untuk mengetahui hasil pembelajar kemudian guru memberikan soal
evaluasi yang dikerjakan secara individu.
4.2.3 Hasil Pelaksanaan Siklus 1
Penelitian terhadap siklus 1 dilakukan selama proses kegiatan
berlangsung. Observer, guru kelas 4 SD Negeri 2 Wonocoyo Kecamatan
Wonoboyo Kabupaten Temanggung.
Hasil pengamatan kelas diperoleh gambaran sebagai berikut:
1. Kerja sama memecahkan soal dalam diskusi kelompok belum
menunjukkan sebagaimana layaknya kelompok, masih belum berani
bertanya kepada teman kelompok.
2. Siswa belum mampu menjawab pertanyaan berdasarkan kartu soal
diskusi, karena siswa yang belum bisa menjawab belum berani untuk
bertanya kepada siswa yang sudah bisa menjawab.
3. Keberanian siswa dalam menanggapi jawaban temannya kurang, siswa
cenderung diam.
36
4. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat/menjelaskan
jawaban yang benar kurang.
Hal ini disebabkan dari faktor yang rendah kemampuannya dalam
menguasai materi pelajaran. Monitoring yang dilaksanakan kepada siswa
melalui pengamatan dengan item pernyataan yang disusun diperoleh
gambaran bahwa diadakan pembelajaran dengan model Numbered Heads
Together siswa merasa terbantu dalam berfikir untuk menyelesaikan soal-
soal.
Melihat permasalahan siswa yang belum berani bertanya kelompok
sehingga siswa belum mampu dalam mengerjakan soal metematika maka
dengan kelebihan NHT ( Numbered Heads Together ) siswa mempunyai
keberanian bertanya kepada kelompok. Kelebihan NHT( Numbered Heads
Together ) yang lebih menekankan pada aktivitas siswa dalam kelompok
dengan melakukan diskusi, kerja sama, saling membantu dan semua
anggota kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama.
Yang pada akhirnya akan membuat siswa mampu dalam menjawab
pertanyaan.
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah pengamatan hasil
belajar berupa data kuantitatif yang diperoleh dari nilai hasil tes formatif
siswa pada akhir siklus 1. Pengamatan terhadap hasil belajar ini dilakukan
sendiri oleh peneliti,
Berdasarkan penelitian terhadap hasil belajar berupa ulangan siswa
diperoleh data nilai siswa. Selanjutnya hasil ulangan/tes tersebut dianalisa
dalam bentuk tabel berikut:
37
Tabel 4.2
Nilai Tes Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Siklus I
Siswa kelas 4 SD Negeri 2 Wonocoyo
Tahun Pelajaran 2014/2015
Nilai Jumlah Siswa Persentase
≥ 70 17 70,83%
< 70 7 29,16%
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 25
Dari analisis nilai tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang sudah
tuntas dengan nilai murni di atas KKM ada 17 siswa dan yang belum
tuntas atau masih dibawah KKM ada 7 siswa. Dengan nilai tertinggi 90
dan nilai terendah 25.
Dari analisa hasil tes pada tabel di atas dapat dibuat diagram
lingkaran seperti berikut.
Gambar 4.1 Diagram Lingkaran ketuntasan Hasil Belajar Siklus 1
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk
diagram lingkaran terlihat jelas perbandingan bahwa pada diagram di atas
menunjukkan bahwa jumlah siswa yang sudah tuntas belajar sebesar
71%
29%
Presentase Nilai Siklus 1
≥ 70
< 70
38
70,83%. Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebesar 29,16%.
Berdasarkan gambar 4.1 dievaluasi langkah-langkah yang telah
diprogramkan dan dilaksanakan pada siklus 1, belum mampu mencapai
tujuan yang diharapkan oleh peneliti, maka peneliti perlu mengadakan
revisi-revisi mengenai langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian
terutama menentukan perbaikan dalam mengoptimalkan metode yang
dipakai, sehingga ditemukan variasi yang tepat untuk mencapai tujuan.
Kemudian peneliti melanjutkan pada program siklus 2 yang direncanakan
dengan berbagai revisi yaitu peneliti membimbing jalannya diskusi dalam
masing-masing kelompok.
4.2.4 Evaluasi dan Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran tindakan siklus 1 segala
kekurangan yang terjadi akan diperbaiki dalam siklus 2. Perbaikan itu
antara lain:
1) Pada tahap persiapan guru akan mengidentifikasi kebutuhan belajar
siswa sebelum melakasanakan pembelajaran matematika dalam
model Numbered Heads Together.
2) Pada kegiatan inti pembelajaran guru akan membimbing siswa
berdiskusi setiap kelompok.
3) Guru membatasi waktu diskusi kelompok, supaya waktu untuk
evaluasi tidak terlalu sedikit.
4) Guru memberi motivasi kepada siswa, agar siswa lebih aktif ketika
menjawab pertanyaan guru dan melakukan diskusi kelompok.
4.3 Deskripsi Hasil Siklus 2
4.3.1 Perencanaan Tindakan
Seperti halnya siklus 1, siklus 2 juga terdiri dari 2 pertemuan, setiap
pertemuan berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran). Persiapan
yang dilakukan oleh peneliti pada siklus 2 adalah:
1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa
39
2) Menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan
3) Mempersiapkan alat peraga untuk pembelajaran penjumlahan pecahan
4) Membuat kelompok berdasarkan nilai ulangan harian
5) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
6) Membuat lembar observasi siswa untuk melihat bagaimana kondisi
pembelajaran di kelas.
7) Membuat lembar kerja siswa dan tes evaluasi untuk melihat hasil yang
telah dilakukan.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah disiapkan
sebelum melakukan tindakan pembelajaran siklus 2. Kegiatan
pendahuluan diawali dengan guru mengucapkan salam untuk memulai
pembelajaran. Guru mengatur suasana kelas agar siswa siap melakukan
kegiatan belajar mengajar. Kemudian guru melakukan tindakan apersepsi.
Dipertemuan 1 pada awal kegiatan guru melakukan tanya jawab
tentang materi yang lalu. Kemudian guru menunjukkan sebuah alat peraga
pengurangan pecahan berpenyebut sama. Guru menjelaskan pengurangan
pecahan berpenyebut sama dengan alat peraga tersebut.
Kemudian guru membentuk kelompok sesuai dengan nilai hasil tes
siklus 1. Sesuai dengan model NHT maka setiap kelompok terdiri dari 4
siswa dan dalam pembentukan kelompok tersebut dilakukan berdasarkan
heterogenitas.
Guru memberikan kartu soal untuk dikerjakan oleh setiap kelompok.
Setiap kelompok mendapatkan 8 kartu soal dan setiap anak mengerjakan 2
kartu soal. Ketika semua kelompok sedang mengerjakan soal tersebut,
guru mengawasi dan membimbing kegiatan diskusi. Setelah semua
kelompok selesai mengerjakan, guru memangil kepala bernomor (Heads
Numberd). Nomor yang ditunjuk oleh guru bertugas menuliskan jawaban
soal di papan tulis sebagai perwakilan dari kelompoknya. Kemudian siswa
menjelaskan cara mengerjakan soal tersebut. Kelompok lain mengajukan
40
pertanyaan atau sanggahan jawaban soal yang dijelaskan kelompok yang
di depan siswa bersama guru menyimpulkan cara penjumlahan pecahan
berpenyebut sama.
Guru membahas apa yang sudah dikerjakan siswa di papan tulis.
Guru memberikan skor pada kelompok yang berani menyangga jawaban
temannya. Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan cara
menjumlahkan pecahan berpenyebut sama. Sebelum guru menutup
pelajaran siswa diberi pekerjaan rumah (PR).
Kemudian dipertemuan 2, guru membahas pengurangan pecahan
berpenyebut tidak sama. Dipertemuan 2 ini materi yang diberikan tidak
lagi soal pecahan biasa tetapi soal pecahan yang berbentuk soal cerita.
Kegiatan awal pada pertemuan 2, guru membahas tugas yang
diberikan pada pertemuan sebelumnya. Guru menuliskan contoh soal
cerita di papan tulis dan meminta siswa untuk mengerjakan soal tersebut.
Kemudian guru membahas jawaban dari siswa.
Guru menyuruh siswa untuk membentuk kelompok sesuai dengan
kelompok yang sudah ditentukan pada pertemuan pertama. Setelah semua
siswa bergabung dengan kelompok masing-masing, guru memberikan
kartu soal untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Setiap kelompok
mendapatkan 8 kartu soal dan setiap anak mengerjakan 2 kartu soal.
Ketika semua kelompok sedang mengerjakan soal tersebut, guru
mengawasi dan membimbing kegiatan diskusi. Setelah semua kelompok
selesai mengerjakan, guru memangil kepala bernomor (Heads Numberd).
Nomor yang ditunjuk oleh guru bertugas menuliskan jawaban soal di
papan tulis sebagai perwakilan dari kelompoknya.
Guru membahas apa yang sudah dikerjakan siswa di papan tulis.
Setelah semua soal selesai dibahas, guru memberikan skor pada kelompok
yang berani menyanggah jawaban temannya.
Guru menyuruh siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.
Kemudian guru memberikan soal evaluasi yang dikerjakan secara
individu.
41
Sekilas gambaran proses pembelajaran pada siklus 2, guru tidak lagi
mendominasi dengan metode ceramah. Siswa secara aktif bekerja sama
dalam kelompok. Siswa tampak aktif dan senang dalam pembelajaran.
Suasana pembelajaran menjadi lebih menyenagkan.
4.3.3 Hasil Pelaksanaan Siklus 2
Penelitian terhadap siklus 2 dilakukan selama proses kegiatan
berlangsung. Observer, guru kelas 4 SD Negeri 2 Wonocoyo Kecamatan
Wonoboyo Kabupaten Temanggung, mengikuti keseluruhan proses
tindakan yang dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri 2 Wonocoyo Kecamatan
Wonoboyo Kabupaten Temanggung.
Hasil pengamatan kelas diperoleh gambaran sebagai berikut:
1. Kerja sama memecahkan soal dalam diskusi kelompok sudah baik.
2. Siswa yang sudah bisa menjawab pertanyaan berdasarkan kartu soal
diskusi, membantu teman kelompoknya yang belum bisa mengerjakan.
3. Keberanian siswa dalam menanggapi jawaban temannya sudah baik.
4. Siswa sudah berani mengemukakan pendapat/menjelaskan jawaban
yang benar.
5. Siswa yang kurang paham meminta bantuan teman untuk menjelaskan
kembali cara pengerjaan kartu soal diskusi.
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah pengamatan hasil
belajar berupa data kuantitatif yang diperoleh dari nilai hasil tes formatif
siswa pada akhir siklus 2. Pengamatan terhadap hasil belajar ini dilakukan
sendiri oleh peneliti.
Berdasarkan penelitian terhadap hasil belajar berupa ulangan siswa
diperoleh data nilai siswa. Selanjutnya hasil ulangan/tes tersebut dianalisa
dalam bentuk tabel berikut:
42
Tabel 4.3
Nilai Tes Hasil Belajar Mata Pelajaran matematika Siklus 2
Siswa kelas 4 SD Negeri 2 Wonocoyo
Tahun Pelajaran 2014/2015
Nilai jumlah siswa Persentase
≥ 70 21 87,5%
< 70 3 12,5%
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 40
Dari analisis nilai tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang sudah
tuntas dengan nilai murni di atas KKM ada 21 siswa dan yang belum
tuntas atau dibawah KKM ada 3 siswa. Dengan nilai tertinggi 100 dan
terendah 40.
Dari analisis nilai tes pada tabel di atas dapat di buat diagram
lingkaran seperti berikut ini.
Gambar 4.1 Diagram Lingkaran ketuntasan Hasil Belajar Siklus 2
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk diagram
terlihat jelas perbandingan bahwa pada diagram di atas menunjukkan
bahwa jumlah siswa yang sudah tuntas belajar sebesar 87,5%. Sedangkan
siswa yang belum tuntas belajar sebesar 12,5%. Siswa yang belum tuntas
melaksanakan remidi. Dari 3 yang melaksanakan remidi di temukan hanya
88%
13%
Presentase Nilai Siklus 2
≥ 70
< 70
43
1 siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar dari 65 menjadi 70, 2
siswa lainnya tidak mengalami peningkatan hasil belajar.
4.3.4 Evaluasi dan Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran tindakan siklus 1 segala
kekurangan yang terjadi sudah diperbaiki dalam siklus 2 perbaikan itu
antara lain:
1) Pada tahap persiapan guru mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa
sebelum melaksanakan pembelajaran matematika dalam
pemanfaatan kartu angka.
2) Pada kegiatan inti pembelajaran guru membimbing siswa berdiskusi
setiap kelompok.
3) Guru membatasi waktu diskusi kelompok, supaya waktu untuk
evaluasi tidak terlalu sedikit.
4) Guru memberi motivasi kepada siswa, agar siswa lebih aktif ketika
menjawab pertanyaan guru dan melakukan diskusi kelompok.
4.4 Hasil Tindakan
Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui telah terjadi keberhasilan
dalam menggunakan model Nubered Heads Together pada mata pelajaran di
kelas 4 SD Negeri 2 Wonocoyo Kecamatan Wonoboyo Kabupaten
Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Keberhasilan tersebut
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
44
Tabel 4.4
Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Pra siklus, Siklus 1, dan Siklus 2
Kelas 4 Semester II SD Negeri 2 Wonocoyo
Tahun Pelajaran 2014 / 2015
Nilai FREKUENSI PRESENTASE
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
≥ 70 13 17 21 54,16% 70,83% 87,5%
< 70 11 7 3 45,83% 29,16% 12,5%
Dari tabel nilai tes hasil belajar pada tabel 4.4 dapat dilihat adanya
peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran matematika
terbukti untuk klasifikasi tuntas, pada tindakan 1 ada 17 siswa yang tuntas,
siklus 2 ada 21 siswa yang tuntas. Pada klasifikasi tidak tuntas, pada siklus 1
ada 7 siswa, pada siklus 2 ada 3 siswa. Ini membuktikan bahwa pembelajaran
menggunakan model Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil
belajar siswa walaupun belum 100% tuntas semua. Hal ini dapat dilihat pada
diagram 4.4 dan grafik 4.5.
Gambar 4.4. Diagram Batang Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Pra siklus, Siklus
1, dan Siklus 2
0
5
10
15
20
25
sebelumtindakan
siklus 1 siklus 2
13
17
21
11
7
3
jum
lah
sis
wa
tuntas
tidak tuntas
45
Gambar 4.4. Grafik Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Pra siklus, Siklus 1, dan
Siklus 2
Pada tabel 4.4 dan grafik 4.5 menunjukkam pembelajaran dengan model
Numbered Heads Together dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas
dalam belajar walaupun belum 100%.
4.5 Pembahasan
Pembahasan yang diperoleh pada penelitian ini adalah:
Pada pembelajaran menggunakan model Numbered Heads Together
tidak semua siswa dapat berkonsentrasi dengan baik, ada keuntungan dan
kerugiannya:
1. Kelebihan
1) Setiap siswa menjadi siap semua.
2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, siswa
yang sudah bisa mengerjakan kartu soal membantu teman
kelompoknya yang belum bisa menjawab kartu soal.
4) Adanya kesempatan melakukan restasi oval artinya dalam bersiklus
setiap anggota kelompok dapat menggunakan atau menjelaskan
pendapatnya dengan bahasa sendiri.
0
5
10
15
20
25
sebelumtindakan
siklus 1 siklus 2
jum
lah
sis
wa
tuntas
tidak tuntas
46
2. Kelemahan
1) Nomor yang sudah dipanggil ada kemungkinan akan dipanggil
kembali.
2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
3) Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk yang sulit diatur
ketika kegiatan kelompok.
4) Dalam berdiskusi, kelompok yang sudah selesai mengerjakan kartu
soal siswa mengobrol sendiri.
Hasil observasi siswa menunjukkan aktivitas belajar siswa yang
ditunjukkan pada lampiran. Pada kegiatan diskusi kelompok, siswa masih
menyelesaikan kartu soal sendiri belum kelihatan kerja sama kelompoknya.
Kemudian diperbaiki pada siklus 2 keaktifan belajar sudah menunjukkan
keaktifannya menyelesaikan kartu soal dengan teman kelompoknya.
Pelaksanaan hasil tes akhir siklus 2 siswa sudah tuntas belajar walaupun
belum 100%. Keberhasilan tindakan kelas dengan model Numbered Heads
Together terlihat bahwa ketuntasan belajar pada kelas 4 untuk materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan mencapai 87%. Dari ke-3 anak yang
belum tuntas, memang anak tersebut lemah dalam semua mata pelajaran.
Tindakan yang dilakukan peneliti untuk membantu anak itu memberikan jam
tambahan setelah pulang sekolah. Peneliti memberikan penjelasan tentang
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan serta memberikan soal-soal
untuk dikerjakan.
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan Numbered Heads Together dapat
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika khususnya materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Adapun proses perbaikan itu sudah
dapat dilihat sebagai berikut:
1) Guru sudah mengidentifikasi kebutuhan siswa pada tahap persiapan
sehingga guru sudah mengerti kebutuhan siswa dalam pembelajaran
dengan model Numbered Heads Together.
47
2) Guru sudah membantu dan membimbing siswa ketika sedang melakukan
diskusi kelompok sehingga siswa tidak canggung untuk memberitahu
temannya yang belum bisa.
3) Guru membatasi waktu diskusi kelompok, agar waktu untuk evaluasi tidak
terlalu sedikit. Supaya siswa dapat berkonsentrasi dengan tenang dan dapat
mengerjakan dengan benar.
4) Guru memberi motivasi kepada siswa, agar siswa lebih aktif ketika
menjawab pertanyaan guru dan melakukan diskusi kelompok.
Proses perbaikan yang dilakukan itu membuat siswa lebih semangat pada
siklus 2, sehingga pelajaran matematika tidak lagi dianggap menakutkan,
melainkan menyenangkan.