bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Deskripsi Awal
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 kota Salatiga
dengan Subyek Penelitian Siswa Kelas 4 sebanyak 15 siswa. Letak Sekolah Dasar
Negeri Pulutan 02 berada di Wilayah kecamatan Sidorejo kota Salatiga. Dilihat
dari letak geografisnya SD ini terletak di pinggiran kota Salatiga yaitu tidak jauh
dari jalan baru (JB) Salatiga, karena letaknya di pinggiran kota Salatiga yang
mudah dijangkau. Letak SD Negeri Pulutan 02 juga termasuk jauh dari kebisingan
kendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2013, dan terdiri dari
dua siklus, siklus pertama tiga pertemuan dan siklus kedua tiga pertemuan. Siklus
I membahas tentang materi Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan Berpenyebut
Sama dan yang berbeda serta Operasi Hitung Pengurangan Pecahan dan siklus II
membahas tentang materi Operasi Hitung Pecahan Desimal dan Penggunaan
Operasi Hitung Pecahan Desimal Dalam Kehidupan Sehari-hari.
Penelitian dilakukan di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 Salatiga,
yang berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 5 siswa laki-
laki pada mata pelajaran matematika dengan materinya adalah “Operasi Hitung
Pecahan”.
1.2 Kondisi Pra Siklus
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 4 Sekolah Dasar
Negeri Pulutan 02 Semester 2 Tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 15 siswa
pada pembelajaran matematika, terlihat bahwa kompetensi siswa masih rendah.
Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi matematika siswa pada mata
pelajaran Matematika yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik
memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60). Diperoleh
data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan
oleh peneliti yang terdapat dalam tabel 4.1.
39
Tabel 4.1Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pra Siklus
Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan≤ 49 - - Tidak Tuntas
50-59 8 53 Tidak Tuntas60-69 7 47 Tuntas≥ 70 - - Tuntas
Jumlah 15 100Nilai Rata-rata 59,53Nilai Tertinggi 69Nilai Terendah 50
Dilihat dari tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai pelajaran matematika materi
“Operasi Hitung Pecahan” siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 pada pra siklus
pembelajaran belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam
belajarnya (KKM=60). Diketahui pada skor nilai 50-59 frekuensinya ada 8 siswa
(53% dari jumlah keseluruhan siswa tindak tuntas), skor nilai antara 60-69
frekuensinya ada 7 siswa (47% dari jumlah keseluruhan siswa tuntas).
Jumlah keseluruhan siswa 15 dengan nilai rata-rata 59,53, nilai tertinggi 69
dan nilai terendah 50. Peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran
demi membantu meningkatkan hasil belajar Matematika materi “Operasi Hitung
Pecahan” pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga. Berdasarkan tabel
4.2 dapat digambarkan dalam gambar grafik 4.1.
39
Gambar 4.1: Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan
(Prasiklus)
Berdasarkan gambar 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi hasil belajar mata
pelajaran matematika materi “Operasi Hitung Pecahan” pada skor 50-59
frekuensinya ada 8 siswa dan skor nilai 60-69 frekuensinya ada 7 orang siswa.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) data grafik 4.1 hasil
perolehan hasil belajar/nilai siswa sebelum diberikan tindakan (pra siklus) dapat
disajikan dalam bentuk tabel 4.2.
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
No Ketuntasan BelajarJumlah Siswa
Jumlah Persentase %
1 Tuntas 7 572 Tidak Tuntas 8 43
Jumlah 15 100
Ketuntasan belajar siswa sebelum diberikan tindakan dapat diketahui pada
tabel 4.2, bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM=60) sebanyak 8 siswa atau 53%, sedangkan yang sudah mencapai
Frekuensi
Jum
lah
Sisw
a
39
Gambar 4.1: Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan
(Prasiklus)
Berdasarkan gambar 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi hasil belajar mata
pelajaran matematika materi “Operasi Hitung Pecahan” pada skor 50-59
frekuensinya ada 8 siswa dan skor nilai 60-69 frekuensinya ada 7 orang siswa.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) data grafik 4.1 hasil
perolehan hasil belajar/nilai siswa sebelum diberikan tindakan (pra siklus) dapat
disajikan dalam bentuk tabel 4.2.
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
No Ketuntasan BelajarJumlah Siswa
Jumlah Persentase %
1 Tuntas 7 572 Tidak Tuntas 8 43
Jumlah 15 100
Ketuntasan belajar siswa sebelum diberikan tindakan dapat diketahui pada
tabel 4.2, bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM=60) sebanyak 8 siswa atau 53%, sedangkan yang sudah mencapai
≤ 49 50-59 60-69
Frekuensi 7 8
39
Gambar 4.1: Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan
(Prasiklus)
Berdasarkan gambar 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi hasil belajar mata
pelajaran matematika materi “Operasi Hitung Pecahan” pada skor 50-59
frekuensinya ada 8 siswa dan skor nilai 60-69 frekuensinya ada 7 orang siswa.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) data grafik 4.1 hasil
perolehan hasil belajar/nilai siswa sebelum diberikan tindakan (pra siklus) dapat
disajikan dalam bentuk tabel 4.2.
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
No Ketuntasan BelajarJumlah Siswa
Jumlah Persentase %
1 Tuntas 7 572 Tidak Tuntas 8 43
Jumlah 15 100
Ketuntasan belajar siswa sebelum diberikan tindakan dapat diketahui pada
tabel 4.2, bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM=60) sebanyak 8 siswa atau 53%, sedangkan yang sudah mencapai
≥ 70
40
KKM sebanyak 7 orang siswa dengan persentase 47%. Ketuntasan belajar siswa
sebelum tindakan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2: Diagram Lingkaran Sebelum Tindakan
(Prasiklus)
Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar matematika sebelum
tindakan adalah 53% dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas dan hanya 47%
dari jumlah siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran Matematika materi
“Operasi Hitung Pecahan” pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga.
Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama
Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengan metode yang
konvensional (ceramah) dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang
membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas sehingga
menimbulkan kebosanan bagi siswa dan berakibat hasil belajar matematika juga
tidak optimal selain itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan
temannya sehingga tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang
diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 4.3 dengan ketuntasan hanya 47%,
peneliti merancang penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas 4
sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan
40
KKM sebanyak 7 orang siswa dengan persentase 47%. Ketuntasan belajar siswa
sebelum tindakan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2: Diagram Lingkaran Sebelum Tindakan
(Prasiklus)
Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar matematika sebelum
tindakan adalah 53% dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas dan hanya 47%
dari jumlah siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran Matematika materi
“Operasi Hitung Pecahan” pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga.
Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama
Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengan metode yang
konvensional (ceramah) dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang
membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas sehingga
menimbulkan kebosanan bagi siswa dan berakibat hasil belajar matematika juga
tidak optimal selain itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan
temannya sehingga tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang
diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 4.3 dengan ketuntasan hanya 47%,
peneliti merancang penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas 4
sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan
47%Tuntas53%
Tidaktuntas
≤ 49 50-59 60-69 ≥ 70
40
KKM sebanyak 7 orang siswa dengan persentase 47%. Ketuntasan belajar siswa
sebelum tindakan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2: Diagram Lingkaran Sebelum Tindakan
(Prasiklus)
Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar matematika sebelum
tindakan adalah 53% dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas dan hanya 47%
dari jumlah siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran Matematika materi
“Operasi Hitung Pecahan” pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga.
Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama
Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengan metode yang
konvensional (ceramah) dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang
membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas sehingga
menimbulkan kebosanan bagi siswa dan berakibat hasil belajar matematika juga
tidak optimal selain itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan
temannya sehingga tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang
diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 4.3 dengan ketuntasan hanya 47%,
peneliti merancang penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas 4
sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan
41
penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada penelitian
ini, peneliti merancang dalam dua siklus, satu siklus terdiri dari tiga kali
pertemuan.
1.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Dalam Siklus I terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut :
a. Perencanaan
Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi “Operasi
Hitung Pecahan”, peneliti bersama guru kolaborator mempelajari materi serta
mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai materi yang akan
diajarkan. Perangkat pembelajaran juga dipersiapkan lembar kerja siswa, lembar
evaluasi Siklus I, rubrik penelitian dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
serta silabus. Untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran siswa diorganisasi
menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa.
b. Tindakan dan Observasi
1) Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 2 April 2013, beberapa kegiatan
sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Pertemuan pertama ini berlangsung pada hari Selasa, 2 April 2013 pukul 07.00
WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan
pembelajaran, siswa sebelumnya sudah membentuk kelompok kelompok masing-
masing terdiri dari 3-4 siswa, kelompok dibentuk dengan bantuan guru. Siswa
dalam kelompok dibagi secara acak dan heterogen agar tidak ada yang membeda-
bedakan temannya dalam kelompok tersebut. Setiap kelompok menyiapkan meja
turnamen masing-masing. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan
salam, mengecek kehadiran siswa. Guru membuka pembelajaran dengan bertanya
kepada siswa sebagai apersepsi, guru bertanya ”benda apakah yang Bapak pegang
sekarang? (bendanya : buah apel, guru membawa tiga buah apel, satu apel utuh,
yang kedua dipotong menjadi dua bagian dan apel yang ketiga dibagi menjadi
empat bagian), lalu bertanya lagi kepada siswa, coba kalian perhatikan buah-buah
42
apel ini guru menunjukkan sebuah apel kepada para siswa, lalu bertanya”anak-
anak benda apakah ini? (hipotesis : apel), kemudian guru menunjukkan kepada
siswa lagi sebuah apel yang lain yang sudah dipotong menjadi dua dan dan sebuah
lagi yang menjadi 4 bagian, lalu bertanya kepada siswa “apa perbedaan apel yang
satu dengan apel yang kedua dan ketiga? Setelah menjelaskan kepada siswa
mengenai penjelasan dari buah-buah apel tadi, guru mengarahkan para siswa
untuk masuk dalam kegiatan belajar mengajar dan masuk pada materi pertama
yaitu “Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama”. Sebelumnya
guru menjelaskan model pembelajaran koopeartife tipe TGT.
Kegiatan Inti:
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi hitung penjumlahan pecahan
yang berpenyebut sama. Guru memberikan beberapa contoh soal tentang operasi
hitung penjumlahan pecahan yang memiliki penyebut sama dipapan tulis. Dengan
arahan guru, siswa mengerjakan contoh-contoh soal tersebut di papan tulis.
Setelah semua contoh soal dikerjakan oleh siswa dipapan tulis, guru mengarahkan
para siswa untuk masuk dalam permainan/game turnamen dalam kelompok. Guru
membentuk siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen terdiri dari 4 orang
siswa. Setiap kelompok memiliki nama-nama kelompok masing-masing (nama
kelompok dibuat berdasarkan jenis-jenis nama hewan). Setiap kelompok juga
memiliki ketua kelompoknya masing-masing. Siswa mendengarkan penjelasan
dari guru mengenai, aturan dalam permainan/game turnamen dalam kelompok.
Setelah semua kelompok terbentuk dan diberi arahan mengenai aturan
permainan/game turnamen dalam kelompok, guru memberi aba-aba agar semua
siswa dalam kelompok mempersiapkan diri masing-masing. Setiap pemain/siswa
dalam kelompok memasuki meja turnamen untuk menentukan pembaca soal dan
pemain yang pertama. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang
berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal membacakan
soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Soal dikerjakan
secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka
43
pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh
penantang searah jarum jam.
Kegiatan Akhir:
Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru
mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
2) Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 9 April 2013, beberapa kegiatan
sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00-08.45 WIB. Sebelum pembelajaran
ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran. Guru mengucapkan salam
dan guru mengulas materi pelajaran sebelumnya mengenai “Operasi Hitung
Penjumlahan Pecahan” sebagai bentuk apersepsi kepada siswa, setelah melakkan
apersepssi, guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam pembelajaran.
Sebelumnya guru menjelaskan model pembelajaran koopeartife tipe TGT.
Kegiatan Inti:
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi hitung penjumlahan pecahan
yang berpenyebut berbeda. Guru memberikan beberapa contoh soal tentang
operasi hitung penjumlahan pecahan yang memiliki penyebut berbeda dipapan
tulis. Dengan arahan guru, siswa mengerjakan contoh-contoh soal tersebut
dipapan tulis. Setelah semua contoh soal dikerjakan oleh siswa dipapan tulis, guru
mengarahkan para siswa untuk masuk dalam permainan/game turnamen dalam
kelompok. Guru menyuruh siswa masuk dalam kelompok turnamen yang sudah
dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru
mengenai, aturan dalam permainan/game turnamen dalam kelompok yang sedikit
berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Setelah semua tim siap, guru mulai
mempersiapkan bahan-bahan/alat dalam games turnamen. Urutan
permainan/games turnamen masih seperti pada pertemuan sebelumnya. Perbedaan
44
dalam games turnament pada pertemuan ini adalah ada yang dinamakan dengan
tim yang gugur, jadi apabila skor tim tersebut paling bawah/dasar dari kelompok-
kelompok yang lain maka akan dinyatakan gugur atau tidak bisa mengikuti
turnamen lagi.
Kegiatan Akhir:
Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru
mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
3) Pertemuan Ketiga
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 11 April 2013, beberapa kegiatan
sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Pertemuan ketiga ini berlangsung pada pukul 09.00-10.45 WIB. Sebelum
pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran. Guru
membuka pembelajaran dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan
mengabsen siswa. Sebagai bentuk apersepsi guru memperlihatkan kepada para
siswa dua potong kertas yang bertuliskan pecahan? Lalu bertanya kepada para
siswa jika kedua kertas yang bertuliskan pecahan ini dijumlahkan, berapakah
jumlahnya sekarang? Melalui pertanyaan ini guru mengarahkan para siswa untuk
masuk dalam materi pelajaran mengenai operasi hitung penjumlahan pecahan
yang berpenyebut berbeda. Sebelumnya guru menjelaskan model pembelajaran
koopeartif tipe TGT.
Kegiatan Inti:
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi hitung pengurangan pecahan
yang memiliki penyebut sama maupun yang berbeda. Guru memberikan beberapa
contoh soal tentang operasi hitung pengurangan pecahan yang memiliki penyebut
sama dan berbeda dipapan tulis. Dengan arahan guru, siswa mengerjakan contoh-
contoh soal tersebut dipapan tulis. Setelah semua contoh soal dikerjakan oleh
siswa dipapan tulis, guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam
45
permainan/game turnamen dalam kelompok. Guru memperbaharui kelompok-
kelompok siswa, dengan cara menukar setiap anggota kelompok untuk beralih ke
kelompok yang lain. Setelah semua kelompok terbentuk dan diberi arahan
mengenai aturan permainan/game turnamen dalam kelompok, guru memberi aba-
aba agar semua siswa dalam kelompok mempersiapkan diri mereka masing-
masing. Setiap siswa mempersiapkan diri masuk dalam meja turnament serta
mempersiapkan alat tulis. Guru mempersiapkan bahan dan alat dalam pelaksanaan
turnamen. Urutan permainan seperti pada pertemuan sebelumnya.
Kegiatan Akhir:
Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Selanjutnya
siswa diminta untuk mengatur tempat duduk seperti semula. Guru membagikan
lembar evaluasi Siklus I untuk dikerjakan oleh semua siswa secara individu.
c. Hasil Observasi
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran
yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam kegiatan
pembelajaran menggunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi
aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa.
Data hasil observasi guru dan observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut.
46
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kegiatan Guru Menerapkan TGT
No Aspek yang di amati Skor1 Guru mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran 42 Guru memeriksa kesiapan peserta didik 43 Guru membagi siswa dalam beberpa kelompokuntuk masuk dalam turnamen 44 Guru melakukan kegiatan apersepsi 35 Guru menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana
kegiatan3
6 Guru menjelaskan beberapa hal penting yang ada dalam materi pembelajaran 47 Guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membacakan soal
turnamen yang berhubungan dengan materi pelajaran4
8 Guru membimbing siswa dalam kelompok untuk masuk dalam gamesturnament
4
9. Guru membimbing para siswa yang kesulitan dalam games turnament 210 Guru menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat pelaksanaan games
turnament4
11 Guru membahas hasil games turnament bersama- sama siswa 412 Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif4
13 Guru memberikan reward kepada setiap kelompok yang berhasil menjawabpertanyaan pada saat games turnament
3
14 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materiyang belum jelas
2
15 Guru membimbing siswa membuat kesimpulan pembelajaran 316 Guru melakukan evaluasi pembelajaran 2
TOTAL SKOR PEROLEHAN 53
Data kinerja guru dalam menggunakan model TGT pada tabel 4.3 dihitungdengan cara sebagai berikut.
Nilai = Σ Skor yang diperolehΣ Skor maksimum X100%Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
51 – 72 = A (sangat baik)
37 – 50 = B (baik)
23 – 36 = C (cukup baik)
< 22 = D (kurang)
Berdasarkan penghitungan hasil kinerja guru pada siklus I, maka kinerja
guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berada pada
kategori sangat baik dengan perolehan skor 53.
Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
TGT, disajikan dalam tabel 4.4.
47
Tabel 4.4
Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus 1
No Aspek yang diamatiHasil
Jumlahsiswa Persentase
1 Siswa menempati tempat duduk masing-masing 13 85%2 Kesiapan siswa menerima pembelajaran 13 85%3 Siswa mampu menjawab apersepsi 13 85%4 Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan
kompetensi/tujuan yang akan dicapai13 85%
5 Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materipembelajaran
13 85%
6 Aktif bertanya saat proses pelajaran materi 13 85%7 Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar 13 85%8 Siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
benar13 85%
9 Siswa mengikuti pelajaran dengan santai dan tidak adatekanan
13 85%
10 Siswa menanggapi hasil jawaban temannya 15 100%11 Adanya interaksi positif antara siswa dengan metode
pembelajaran yang digunakan guru15 100%
12 Siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan lembarkerja secara berkelompok
15 100%
13 Siswa melakukan diskusi saat menyelesaikan lembar kerjakelompok
15 100%
14 Siswa merasa senang pada saat pembelajaran berlangsung 10 70%
15 Siswa mampu berinteraksi saat games turnament disajikan 13 85%16 Siswa merasa terbimbing 10 70%
17Siswa mampu menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru
15 100%
18 Siswa secara aktif membuat rangkuman 13 85%
Berdasarkan hasil pengamatan siswa pada aktivitas guru dan siswa dalam
proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan
signifikan meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang begitu aktif pada saat
mengikuti kegiatan turnamen di dalam kelas dan dalam kegiatan turnamen belum
sepenuhnya dibimbing oleh guru sehingga ada beberapa siswa yang binggung
akan berbuat apa. Proses pembelajaran ada peruabahan, siswa sudah aktif
mengikuti, ada kerjasama, tanggung jawab dan ketekunan antar siswa dalam
kelompok.
48
1.3.1 Hasil Analisis Data Siklus I
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan model TGT yang
terdiri dari 3 pertemuan pada siklus I dan diperoleh hasil belajar pada akhir siklus
I pada pertemuan ke-3 seperti pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I
Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan≤ 49 - - -
50-59 3 20% Tidak Tuntas60-69 4 27% Tuntas≥ 70 8 53% Tuntas
Jumlah 15 100Nilai Rata-rata 73,06Nilai Tertinggi 85Nilai Terendah 55
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model TGT ada
peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada pra siklus, untuk
skor nilai 50-59 terdapat 3 siswa dengan persentase 20%, skor nilai 60-69 terdapat
4 siswa dengan persentase 27%, skor nilai ≥ 70 terdapat 8 siswa dengan
persentase 53%. Jadi dilihat dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 60 maka
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa dan siswa yang belum tuntas
sebanyak 3 siswa dari jumlah keseluruhan 15 siswa dengan rata-rata 73,06 nilai
tertinggi 85 dan nilai terendah 55.
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.5 dapat dilihat pada data
distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.3 berikut.
49
Gambar 4.3: Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I
Dapat diketahui dari gambar diagram 4.3 , ketuntasan belajar siswa dari
siklus I adalah 3 siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=60). Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 12
siswa. Persentase belajar siswa dapat dilihat pada diagram lingkaran 4.4 berikut.
Gambar 4.4: Diagram Lingkaran Hasil Belajar Matematika Siswa
Siklus I
Frekuensi
0123456789
Jum
lah
Sisw
a
49
Gambar 4.3: Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I
Dapat diketahui dari gambar diagram 4.3 , ketuntasan belajar siswa dari
siklus I adalah 3 siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=60). Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 12
siswa. Persentase belajar siswa dapat dilihat pada diagram lingkaran 4.4 berikut.
Gambar 4.4: Diagram Lingkaran Hasil Belajar Matematika Siswa
Siklus I
≤ 49 50-59 60-69 ≥ 70
Frekuensi 3 4
20% Tidaktuntas
27%Tuntas
53% Tuntas
≤ 49 50-59 60-69 ≥ 70
49
Gambar 4.3: Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I
Dapat diketahui dari gambar diagram 4.3 , ketuntasan belajar siswa dari
siklus I adalah 3 siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=60). Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 12
siswa. Persentase belajar siswa dapat dilihat pada diagram lingkaran 4.4 berikut.
Gambar 4.4: Diagram Lingkaran Hasil Belajar Matematika Siswa
Siklus I
≥ 70
8
20% Tidaktuntas
50
Berdasarkan pada gambar 4.4 dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa yang belum
tuntas atau di bawah KKM=60 sebanyak 3 siswa dengan persentase 20%,
sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa 80%. Untuk lebih meningkatkan
dan memaksimalkan hasil belajar siswa agar hasil belajar siswa di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=60) maka diperlukan siklus II sebagai penguat bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran TGT dapat digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas 4 SD Negeri Pulutan 02
Salatiga.
1.3.2 Refleksi Siklus I
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran, peneliti melakukan diskusi
dengan observer dan guru kelas 4 yang telah melakukan pengamatan selama
proses pembelajaran dari awal sampai akhir dan juga telah mencatat semua
temuan dalam perbaikan pembelajaran siklus I, selanjutnya digunakan untuk
menyusun perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Untuk melihat seberapa hasil pembelajaran menggunakan model
pembelajaran TGT, maka diperlukan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa
dengan Ketuntasan Belajar Minimal (KKM=60), maka diperoleh dari seluruh
jumlah siswa yang berjumlah 15 siswa dalam belajarnya sebanyak 12 siswa yang
tuntas dengan mendapat nilai ≥60 dan 3 siswa tidak tuntas dengan mendapat nilai
di bawah KKM. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu
ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa peneliti memberikan patokan 100%
dari jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya meningkat dengan mencapai nilai
di atas KKM berdasarkan hasil evaluasi siswa.
Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah
meningkat, semula 53% menjadi 80% dengan jumlah keseluruhan siswa dengan
nilai maksimal 85 dan minimal 55, rata-rata semula 59,53 menjadi 73,06.
Selanjutnya, sebagai pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada siklus II
dengan menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT dan
51
meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02
Salatiga.
Diketahui dari hasil pengamatan dari observer pada siklus I maka secara
keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I
sebagai berikut:
Hambatan:
Penggunaan model pembelajaran TGT dalam penerapannya masih banyak
kekurangan yang terjadi. Pada saat siswa bermain dalam turnamen, ada beberapa
siswa yang tidak atau kurang membantu temannya dalam pengerjaan soal
turnamen, beberapa siswa asyik berbicara sendiri diluar konteks turnamen.
Penyelesaian :
Untuk mengatasi hambatan tersebut guru sudah menyiapkan beberapa cara
penyelesaiannya di siklus II. Bagi siswa yang suka berbicara sendiri sehingga
mengganggu kegiatan turnamen dalam kelas akan diberikan teguran dan dengan
mengurangkan poin siswa tersebut. Setiap ketua kelompok mencatat juga teman
kelompoknya yang sering berbicara dan tidak mau membantu pada saat kegiatan
turnamen.
1.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Dalam siklus II terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
a) Perencanaan
Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi “Operasi
Hitung Pecahan”, peneliti bersama guru kolaborator mempelajari materi serta
mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai materi yang akan
diajarkan. Perangkat pembelajaran juga dipersiapkan lembar kerja siswa, lembar
evaluasi Siklus II, lembar observasi guru dan siswa, rubrik penelitian dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta silabus. Untuk memperlancar pelaksanaan
pembelajaran siswa diorganisasi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa.
52
b) Tindakan dan Observasi
1) Pertemuan Pertama
Tindakan pertama pada hari Selasa, 16 April 2013 pukul 07.00-08.45 WIB,
beberapa kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Kegiatan dimulai dengan guru mengucap salam dan mengecek kehadiran siswa,
mengecek apakah ruang kelas telah tertata rapi untuk memulai pembelajaran.
Guru menggali pemahaman awal siswa dengan mengulang pembelajaran
sebelumnya mengenai operasi hitung pecahan sebagai apersepsi. Setelah
mengajukan apersepsi, guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang
akan dipelajari, yaitu “operasi hitung pecahan desimal”. Guru sebelumnya telah
menginformasikan bahwa pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model
pembelajaran TGT.
Kegiatan Inti:
Kegiatan inti meliputi, siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
operasi hitung pecahan desimal. Setelah itu siswa dengan arahan guru
mengerjakan contoh-sontoh soal dipapan tulis mengenai mengubah pecahan
desimal ke bentuk pecahan biasa dan sebaliknya serta penjumlahan pecahan
desimal. Guru menginformasikan kepada siswa mengenai sampai sejauh mana
pemahaman siswa tentang pecahan desimal yang baru dijelaskan oleh guru.
Kemudian guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam games turnamen.
Setiap siswa masuk dalam kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk pada
pertemuan sebelumnya. Setiap kelompok bersiap-siap masuk dalam games
turnamen, setiap ketua kelompok menginformasikan agar anggota kelompoknya
menyiapkan alat belajarnya masing-masing. Kemudian guru menginformasikan
bahwa games turnamen telah dimulai dan akan mencatat setiap skor yang didapat
setiap kelompok pada saat turnamen.
Kegiatan Akhir:
Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
53
tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru
mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
2) Pertemuan Kedua
Tindakan pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 18 April
2013, beberapa kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Pertemuan ini berlangsung dari pukul 09.00-10.45 WIB. Sebelum pembelajaran
dimulai, dibuka dengan memberi salam, berdoa setelah itu guru mengecek
kehadiran siswa. Sebagai bentuk apersepsi, guru menagajak para siswa untuk
menyanyikan lagu “balonku”. Melalui lagu tersebut, guru menginformasikan
kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari yaitu “operasi hitung
pengurangan pecahan desimal”.
Kegiatan Inti:
Kegitan inti meliputi, siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi
hitung pengurangan pecahan desimal. Dengan arahan dan bantuan guru para siswa
mencoba mengerjakan contoh soal dipapan tulis yang telah disediakan oleh guru
sebelumnya. Setelah itu guru menginformasikan siswa untuk masuk dalam
kelompok games turnamen. Soal-soal games turnamen berkisar tentang operasi
hitung pecahan desimal. Guru mengecek kesiapan setiap kelompok untuk
mengikuti games turnamen. Setelah semua kelompok siap mengikuti games
turnamen, guru memulai games turnamen. Selama turnamen setiap kelompok
mengecek skor masing-masing dan diakhir turnamen setiap perolehan skor
kelompok diserahkan kepada guru.
Kegiatan akhir:
Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru
mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.
3) Pertemuan Ketiga
Tindakan dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 April 2013 pukul 09.00-10.45
WIB, beberapa kegiatan dari pertemuan ketiga ini sebagai berikut:
54
Kegiatan Awal:
Sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru terlebih dahulu memberi salam,
mengecek kehadiran siswa dan mengecek kesiapan siswa mengikuti pembelajaran
meliputi tempat duduk dan alat tulis siswa. Pembelajaran dimulai dengan guru
mengajak siswa masuk dalam apersepsi dengan mengulang sedikit pembelajaran
yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Melalui apersepsi
tersebut, guru mengarahkan siswa untuk masuk dalam materi tentang operasi
hitung pecahan campuran. Guru menginformasikan kepada siswa bahwa
pembelajaran akan menggunakan model TGT.
Kegiatan Inti:
Kegiatan inti meliputi, siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi
hitung pecahan campuran dan dilanjutkan untuk menguji kemampuan awal siswa
mengenai materi, guru menginformasikan para siswa untuk mengerjakan contoh-
contoh soal yang telah disediakan oleh guru. Setelah dirasa paham, guru
menginformasikan kepada siswa untuk masuk dalam kelompok tim games
turnamen yang telah dibentuk sebelumnya. Siswa mempersiapkan diri untuk
masuk dalam turnamen. Guru memberi aba-aba bahwa turnamen sudah siap
dimulai, setiap kelompok siap untuk mengerjakan soal-soal turnamen yang telah
dibuat. Siswa dengan arahan guru mengecek jumlah skor yang diperoleh selama
turnamen berlangsung.
Kegiatan Akhir:
Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru sedikit
mengingatkan tentang materi tentangoperasi hitung pecahan biasa dan pecahan
desimal, selanjutnya siswa mengatur tempat duduk seperti semula untuk disiapkan
mengerjakan evaluasi. Guru membagikan lembar evaluasi Siklus II untuk
dikerjakan oleh semua siswa secara individu.
55
c) Hasil Observasi
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran
yang telah dilaksanakan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan pada
saat guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas maka menggunakan lembar observasi yang diambil dari
lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Data hasil
observasi guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6
Hasil Observasi Kinerja Guru Menerapkan TGT
No Aspek yang di amati Skor1 Guru mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran 42 Guru memeriksa kesiapan peserta didik 33 Guru membagi siswa dalam beberpa kelompokuntuk masuk dalam turnamen 44 Guru melakukan kegiatan apersepsi 35 Guru menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana
kegiatan4
6 Guru menjelaskan beberapa hal penting yang ada dalam materi pembelajaran 47 Guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membacakan soal
turnamen yang berhubungan dengan materi pelajaran4
8 Guru membimbing siswa dalam kelompok untuk masuk dalam gamesturnament
4
9. Guru membimbing para siswa yang kesulitan dalam games turnament 410 Guru menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat pelaksanaan games
turnament4
11 Guru membahas hasil games turnament bersama- sama siswa 412 Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif3
13 Guru memberikan reward kepada setiap kelompok yang berhasil menjawabpertanyaan pada saat games turnament
4
14 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materiyang belum jelas
4
15 Guru membimbing siswa membuat kesimpulan pembelajaran 316 Guru melakukan evaluasi pembelajaran 4
TOTAL SKOR PEROLEHAN 60
Data kinerja guru dalam menggunakan model TGT pada tabel 4.6 dihitung
dengan cara sebagai berikut:
Nilai = Σ Skor yang diperolehΣ Skor maksimum X100%
56
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
51 – 72 = A (sangat baik)
37 – 50 = B (baik)
23 – 36 = C (cukup baik)
< 22 = D (kurang)
Berdasarkan penghitungan hasil kinerja guru pada siklus II, maka kinerja
guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berada pada
kategori sangat baik dengan perolehan skor 60.
Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
TGT, disajikan dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus 1
No Aspek yang diamatiHasil
Jumlahsiswa Persentase
1 Siswa menempati tempat duduk masing-masing 15 100%2 Kesiapan siswa menerima pembelajaran 15 100%3 Siswa mampu menjawab apersepsi 15 100%4 Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan
kompetensi/tujuan yang akan dicapai14 97%
5 Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materipembelajaran
15 100%
6 Aktif bertanya saat proses pelajaran materi 14 97%7 Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar 15 100%8 Siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
benar15 100%
9 Siswa mengikuti pelajaran dengan santai dan tidak adatekanan
15 100%
10 Siswa menanggapi hasil jawaban temannya 15 100%11 Adanya interaksi positif antara siswa dengan metode
pembelajaran yang digunakan guru15 100%
12 Siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan lembarkerja secara berkelompok
15 100%
13 Siswa melakukan diskusi saat menyelesaikan lembar kerjakelompok
15 100%
14 Siswa merasa senang pada saat pembelajaran berlangsung 15 100%
15 Siswa mampu berinteraksi saat games turnament disajikan 15 100%16 Siswa merasa terbimbing 15 100%
17Siswa mampu menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru
15 100%
18 Siswa secara aktif membuat rangkuman 14 97%
57
Dapat dilihat pada tabel 4.7 tentang aktivitas siswa mengikuti pembelajaran
menggunakan model pembelajaran TGT pada siklus II, dapat diketahui bahwa
penggunan model TGT telah dapat membuat siswa aktif dan antusias mengikuti
pembelajaran terlihat bahwa hampir keseluruhan item soal telah hampir mencapai
100% hanya ada beberapa item yang belum terpenuhi tingkat kinerjanya yaitu
item nomor 7, 6 dan 18 dikarenakan masih ada beberapa siswa yang masih asyik
berbicara sendiri selama kegiatan turnamen, masih ada beberapa siswa yang
kurang antusias dalam bertanya dan masih ada siswa yang kesulitan dalam
kegiatan merangkum isi pembelajaran.
1.4.1 Hasil Analisis Data Siklus II
Analisis penelitian setelah pembelajaran berlangsung menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus
II dan diperoleh hasil belajar pada akhir siklus II pada pertemuan ke-3 seperti
pada tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II
Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan≤ 49 0 0 -
50-59 0 0 -60-69 3 20% Tuntas≥ 70 12 80% Tuntas
Jumlah 15 100Nilai Rata-rata 82,67Nilai Tertinggi 100Nilai Terendah 63
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT ada peningkatan signifikan jika dibandingkan
dengan hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I, untuk skor nilai 50-59
terdapat 0 siswa dengan persentase 0%, skor nilai 60-69 terdapat 3 siswa dengan
persentase 20% dan dengan skor nilai ≥70 terdapat 13 siswa dengan persentase
80%. Jadi dilihat dari nilai KKM yaitu 60, maka jumlah siswa yang tuntas
58
sebanyak 15 siswa dari jumlah keseluruhan 15 siswa dengan rata-rata nilai 82,67,
nilai tertinggi 100 dan terendah 63.
Untuk lebih jelasnya data hasil belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dilihat
pada data distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.5 berikut ini.
Gambar 4.5: Grafik Perolehan Nilai Siklus II
Ketuntasan belajar siswa melalui perolehan hasil belajar siswa siklus II
dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM = 60 sebanyak 0
siswa (tidak ada), sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak
15 siswa (semua sdah tuntas). Persentase hasil belajar siswa dapat dilihat pada
gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.6: Diagram Lingkaran Persentase Hasil Belajar
Matematika Siswa Siklus II
Frekuensi
0
2
4
6
8
10
12
14
Jum
lah
sisw
a
58
sebanyak 15 siswa dari jumlah keseluruhan 15 siswa dengan rata-rata nilai 82,67,
nilai tertinggi 100 dan terendah 63.
Untuk lebih jelasnya data hasil belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dilihat
pada data distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.5 berikut ini.
Gambar 4.5: Grafik Perolehan Nilai Siklus II
Ketuntasan belajar siswa melalui perolehan hasil belajar siswa siklus II
dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM = 60 sebanyak 0
siswa (tidak ada), sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak
15 siswa (semua sdah tuntas). Persentase hasil belajar siswa dapat dilihat pada
gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.6: Diagram Lingkaran Persentase Hasil Belajar
Matematika Siswa Siklus II
≤ 49 50-59 60-69 ≥ 70
Frekuensi 3 12
20%Tuntas
80%Tuntas
≤ 49 50-59 60-69 ≥ 70
58
sebanyak 15 siswa dari jumlah keseluruhan 15 siswa dengan rata-rata nilai 82,67,
nilai tertinggi 100 dan terendah 63.
Untuk lebih jelasnya data hasil belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dilihat
pada data distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.5 berikut ini.
Gambar 4.5: Grafik Perolehan Nilai Siklus II
Ketuntasan belajar siswa melalui perolehan hasil belajar siswa siklus II
dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM = 60 sebanyak 0
siswa (tidak ada), sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak
15 siswa (semua sdah tuntas). Persentase hasil belajar siswa dapat dilihat pada
gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.6: Diagram Lingkaran Persentase Hasil Belajar
Matematika Siswa Siklus II
≥ 70
12
20%Tuntas
59
Berdasarkan pada gambar 4.6, dapat diketahui bahwa kegiatan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa yang
belum tuntas atau di bawah nilai KKM = 60 sebanyak 0 siswa (tidak ada) dengan
persentase 0% sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya dan sudah
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 15 siswa dengan
persentase 100% yang berarti indikator kinerja penelitian pada siklus II telah
tercapai dengan baik.
1.4.2 Refleksi Siklus II
Setelah selesai pembelajaran pada siklus II maka dilaksanakan evaluasi
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hasil
evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar minimal (KKM =60)
sebanyak 15 siswa dari keseluruhan siswa kelas 4 berjmlah 15 siswa, jadi dapat
dikatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM dan
keseluruhan siswa mendapat ketuntasan belajar. Berdasarkan indikator kinerja
yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa peneliti
memberikan patokan 100% dari jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya
meningkat dengan mencapai nilai ≥60 dan 100% dari jumlah keseluruhan siswa
telah mencapai nilai di atas KKM.
Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah
meningkat, yang semula 80% pada siklus I meningkat menjadi 100% dengan
keseluruhan siswa dengan nilai maksimal 100 dan minimal 63, rata-rata semula
73,06 menjadi 82,67. Dengan demikian berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa
pada siklus II telah mencapai indikator kinerja dan mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus I.
Pada saat observer melakukan pengamatan pada siklus I, dalam penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT masih ada kekurangan yang terjadi, saat
siswa melakukan turnamen masih ada siswa yang berbicara sendiri diluar konteks
turnamen dan guru belum maksimal membimbing semua siswa dalam proses
turnamen, terbukti dengan masih ada beberapa siswa yang asyik berbicara sendiri
maupun mengganggu teman disebelahnya selama turnamen berlangsung.
60
Pada siklus II ini telah dilakukan perbaikan yaitu saat siswa melaksanakan
turnamen, guru membimbing dan mengingatkan sebelum turnamen berlangsung
agar siswa fokus mengikuti turnamen, dan bila tidak skor timnya akan dikurangi
dan untuk kelompok tim yang berhasil memperoleh skor tertinggi serta kelompok
yang paling kompak selama turnamen berlangsung akan mendapatkan hadiah dari
guru. Hal tersebut dilakukan sebagai tambahan agar siswa lebih bersemangat
mengikuti turnamen.
1.5 Rekapitulasi Nilai Siswa Sebelum Tindakan (Pra Siklus), Siklus I dan
Siklus II
Berikut ini dapat dilihat tabel hasil belajar siswa sebelum tindakan
(prasiklus), siklus I dan siklus II serta rekapitulasi pengelompokan nilai dalam
tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Nilai Prasiklus, Siklus I, Siklus II
NoKetuntasan
Belajar
Pra Siklus Siklus I Siklus II
JumlahSiswa
Persen(%)
JumlahSiswa
Persen(%)
JumlahSiswa
Persen(%)
1 Tuntas 7 47 12 80 15 1002 Tidak Tuntas 8 53 3 20 0 0
Jumlah 15 100 15 100 15 100
Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan hasil belajar siswa pada tabel 4.9
dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang masuk dalam Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=60) dalam mata pelajaran matematika terbukti untuk
klasifikasi Tuntas, sebelum diadakan tindakan (pra siklus) yang tuntas hanya 7
siswa sedangkan setelah siklus I jumlah siswa yang tuntas sudah menjadi 13 siswa
dan mengalami peningkatan lagi pada siklus II menjadi 15 siswa yang tuntas. Hal
ini membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pada klasifikasi Tidak Tuntas,
sebelum diadakan tindakan (pra siklus) terdapat 8 siswa yang belum tuntas setelah
61
siklus I hanya 3 siswa yang belum tuntas dan pada siklus II untuk kategori yang
belum tuntas terdapat 0 siswa, dalam artian seluruh siswa tuntas. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.7: Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II
Pada Tabel 4.9 dan diagram linier 4.7 menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
1.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil observasi sebelum tindakan (pra siklus) yang dilakukan di kelas 4 SD
Negeri Pulutan 02 Salatiga ditemukan bahwa hasil belajar matematika siswa
masih rendah, hal ini disebabkan pemahaman siswa mengenai materi “Operasi
Hitung Pecahan” belum secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Proses
pembelajaran sebelum tindakan (pra siklus) menunjukkan siswa masih pasif
selama pembelajaran, yang aktif hanya guru. Siswa lebih cenderung
mendengarkan ceramah dari guru sehingga pembelajaran terkesan membosankan.
Siswa masih bekerja secara individual, tidak nampak selama pembelajaran
kreatifitas siswa dan siswa tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan sosial
(bekerja sama) dalam sebuah kelompok kecil. Siswa terlihat jenuh karena proses
Tuntas
Tidak Tuntas
Jum
lah
Sisw
a
61
siklus I hanya 3 siswa yang belum tuntas dan pada siklus II untuk kategori yang
belum tuntas terdapat 0 siswa, dalam artian seluruh siswa tuntas. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.7: Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II
Pada Tabel 4.9 dan diagram linier 4.7 menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
1.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil observasi sebelum tindakan (pra siklus) yang dilakukan di kelas 4 SD
Negeri Pulutan 02 Salatiga ditemukan bahwa hasil belajar matematika siswa
masih rendah, hal ini disebabkan pemahaman siswa mengenai materi “Operasi
Hitung Pecahan” belum secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Proses
pembelajaran sebelum tindakan (pra siklus) menunjukkan siswa masih pasif
selama pembelajaran, yang aktif hanya guru. Siswa lebih cenderung
mendengarkan ceramah dari guru sehingga pembelajaran terkesan membosankan.
Siswa masih bekerja secara individual, tidak nampak selama pembelajaran
kreatifitas siswa dan siswa tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan sosial
(bekerja sama) dalam sebuah kelompok kecil. Siswa terlihat jenuh karena proses
02468
10121416
Prasiklus Siklus I Siklus IITuntas 7 12 15
Tidak Tuntas 8 3 0
61
siklus I hanya 3 siswa yang belum tuntas dan pada siklus II untuk kategori yang
belum tuntas terdapat 0 siswa, dalam artian seluruh siswa tuntas. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.7: Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II
Pada Tabel 4.9 dan diagram linier 4.7 menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
1.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil observasi sebelum tindakan (pra siklus) yang dilakukan di kelas 4 SD
Negeri Pulutan 02 Salatiga ditemukan bahwa hasil belajar matematika siswa
masih rendah, hal ini disebabkan pemahaman siswa mengenai materi “Operasi
Hitung Pecahan” belum secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Proses
pembelajaran sebelum tindakan (pra siklus) menunjukkan siswa masih pasif
selama pembelajaran, yang aktif hanya guru. Siswa lebih cenderung
mendengarkan ceramah dari guru sehingga pembelajaran terkesan membosankan.
Siswa masih bekerja secara individual, tidak nampak selama pembelajaran
kreatifitas siswa dan siswa tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan sosial
(bekerja sama) dalam sebuah kelompok kecil. Siswa terlihat jenuh karena proses
Siklus II15
0
62
pembelajaran seakan monoton dari guru saja sehingga hasil belajar siswa rata-rata
masih rendah, khusus pada materi “Operasi Hitung Pecahan” hasil belajar siswa
dalam rata-rata sebelum tindakan adalah 59,53. Siswa yang mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM=60) hanya 7 siswa atau 47%, sedangkan siswa yang
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyal 8 siswa atau 53%. Nilai
tertinggi yang berhasil didapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 69
sedangkan nilai terendah adalah 50.
Adanya perbandingan yang cukup merata di kelas 4 SD Negeri Pulutan 02
Salatiga antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa yang sudah
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sudah dapat menerima materi yang
disajikan oleh guru walaupun hanya dengan metode ceramah saja, karena ke-7
siswa ini memamg mempunyai daya tangkap materi pembelajaran yang lebih baik
dibandingkan teman-teman yang lain walaupun guru menyampaikan materi
dengan menggunakan metode ceramah saja. Sebaliknya 8 siswa yang lain belum
bisa menerima materi pembelajaran yang disajikan oleh guru menggunakan
metode ceramah karena 8 siswa dalam hal penguasaan materi pembelajaran masih
rendah jika guru hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga diperlukan
tindakan sesuai yaitu bagaimana guru harus menekankan aktifitas siswa di kelas
agar tidak hanya mengandalkan metode konvensional (ceramah) yang sedikit
membosankan dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak sekolah dasar
yang masih dalam tahap operasional konkrit (7-11 th). Siswa akan lebih dapat
menguasai materi jika dihadapkan pada suatu yang konkrit dan pembelajaran yang
menyenangkan agar siswa dapat mendapatkan pengalaman belajar yang berarti
serta siswa dapat terlibat aktif selama kegaiatan belajar mengajar berlangsung.
Menurut Slavin (2005: 59) model pembelajaran kooperatif tipe TGT
merupakan model pembelajaran yang mengutamakan aktivitas siswa dalam
sebuah turnamen. Siswa dirancang dapat bersaing dalam kelompok untuk
memperoleh skor nilai yang terbaik. Model pembelajaran ini juga mendorong
siswa untuk meningkatkan kerja sama dalam tim dan adanya semangat kerja sama
yang tumbuh dari model pembelajaran tersebut memungkinkan siswa memahami
materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru.
63
Menurut Sasmito (2005: 27) pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat
mudah diterapkan, karena dalam pelaksanaannya tidak memerlukan fasilitas
pendukung yang harus tersedia seperti peralatan khusus. Selain mudah
diterapkannya dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh siswa
untuk memperoleh konsep yang diinginkan. Misalnya, kegiatan tutor sebaya
terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen yaitu setelah masing-masing anggota
kelompok menjawab pertanyaan, untuk selanjutnya saling mengajukan pertanyaan
dan saling belajar bersama.
Pendapat yang dikemukakan oleh kedua ahli di atas juga selaras dengan apa
yang peneliti terapkan pada saat melaksanakan tindakan di kelas 4 SD Negeri
Pulutan 02 Salatiga menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa
tidak lagi terlihat pasif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, siswa
terlibat aktif, bekerja dalam kelompoknya untuk mengerjakan soal-soal turnamen
yang diberikan oleh guru. Sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi hasil
belajar matematika siswa. Peningkatan hasil belajar matematika didapatkan dari
hasil perolehan nilai siswa di siklus I dan siklus II.
1) Siklus I
Siklus I dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 12 siswa
atau 80% dan 3 atau 20% siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM.
Nilai rata-rata siswa adalah 73,06 sedangkan nilai tertinggi adalah 85 dan
nilai terendah adalah 55.
2) Siklus II
Siklus II dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 15 siswa atau
100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah atau sama
dengan nilai KKM yang ditetapkan sekolah. Nilai rata-rata adalah 82,67
sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 63.
Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus I dan siklus II
didapatkan bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang
64
lebih menekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga
pada akhirnya siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran matematika
tentang operasi hitung pecahan, yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar
Matematika siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga semester 2 tahun ajaran
2012/2013.