bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Awal
Berdasarkan pengamatan awal sebelum dilakukan tindakan diketahui
bahwa pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas V SDN Kutowinangun 12
lebih bergantung pada bahan ajar cetak dan metode ceramah. Sehingga siswa
cenderung pasif dan hanya menyalin apa yang sudah ditulis guru di papan tulis.
Siswa kelas V di SD tersebut mengatakan bahwa mereka jarang melakukan
percobaan-percobaan IPA.
Kondisi ini mempunyai pengaruh negatif dalam hasil belajar siswa.
Berikut ini adalah data hasil belajar IPA pada pra Siklus yang diambil dari data
hasil ulangan akhir semester I :
Tabel 4.1
Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal (Pra Siklus)
No Ketuntasan (KKM : 65) Frekuensi Persentase
1 Tuntas 20 58%
2 Tidak Tuntas 14 42%
Jumlah 34 100%
Nilai rata-rata 67.1
Untuk lebih jelasnya, perbandingan persentase jumlah siswa kelas V yang
tuntas dan tidak tuntas dalam pembelajaran IPA pada Pra Siklus dapat dilihat pada
diagram di bawah ini :
34
Gambar 4.1
Diagram Persentase Tingkat Ketuntasan Siswa pada Pra Siklus
Dari tabel dan diagram di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah dari
jumlah keseluruhan siswa tidak tuntas dalam pembelajaran IPA. Dari 34 siswa
hanya 20 siswa atau 58% dari jumlah keseluruhan siswa yang tuntas dari KKM
(65). Sisanya sebanyak14 siswa atau 42% dari jumlah keseluruhan siswa tidak
tuntas KKM (65). Untuk itu peneliti melakukan tindakan upaya peningkatan hasil
belajar IPA dan memperbaiki sikap siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Quantum Tipe VAK.
4.2 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kutowinangun 12 Salatiga. Subyek
dari penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kutowinangun 12 yang terdiri dari
34 siswa dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan dari bulan
Januari akhir sampai pertengahan bulan Maret 2014. Ada dua Siklus dalam
penelitian ini yang tiap Siklusnya terdiri dari tiga kali pertemuan dengan rincian
dua kali pertemuan untuk pembahasan materi dan satu kali pertemuan untuk tes
evaluasi. Dalam tiap Siklusnya, ada empat tahap penelitian yakni perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
4.2.1 Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan Siklus I dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 Februari 2014, pertemuan
58%
42%
Hasil Belajar Pra Siklus
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
35
kedua pada hari Kamis tanggal 27 Februari 2014, dan pertemuan ketiga pada hari
Selasa tanggal 4 Maret 2014. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2
jam pelajaran ( 2x35 menit) dengan kompetensi dasar menjelaskan pesawat
sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah.
a. Perencanaan
Hasil refleksi dari kondisi Pra Siklus merupakan acuan untuk
merencanakan tindakan yang akan dilakukan di Siklus I. Dalam tahap
perencanaan ini peneliti:
a) Menetapkan standar kompetensi yaitu “Memahami hubungan
antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya..”
b) Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan SK dan KD yaitu
tentang “Pesawat Sederhana.”
c) Membuat Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan model
pembelajaran Quantum Tipe VAK (Visual Auditori Kinestetik).
d) Mempersiapkan sumber, bahan, dan media yang dibutuhkan.
e) Menyusun kisi-kisi soal untuk Siklus I.
f) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).
g) Membuat soal untuk evaluasi akhir Siklus I.
h) Membuat pedoman observasi sistematik bagi keterampilan peneliti
dan siswa selama pelaksanaan Siklus.
b. Proses Pelaksanaan Pembelajaran
1) Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 25 Februari 2014
dan fokus pada pengertian pesawat sederhana dan tuas atau pengungkit.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
a) Kegiatan Awal
Sebelum memulai pelajaran guru memastikan seluruh siswa
sudah berada di kelas dan duduk di bangku masing-masing.
Kemudian guru memimpin doa sebelum memulai pelajaran.
36
Sebelum memasuki materi pesawat sederhana, guru mengingatkan
tentang materi yang mereka pelajari sebelumnya tentang magnet.
Untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, guru bertanya
“Bagaimanakah cara memindahkan buku di meja ini? Bagaimana
jika kita ingin memindahkan barang yang jauh lebih berat ? apa
alat yang kita gunakan ?”. Kegiatan awal diakhiri dengan
penyampaian tujuan dan indikator pembelajaran pada hari itu.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti diawali dengan siswa menyebutkan alat-alat
di sekitar mereka yang dapat meringankan pekerjaan. Kemudian
siswa membaca materi tentang pesawat sederhana dan salah satu
jenisnya yaitu tuas / pengungkit. Setelah itu guru memberikan
penjelasan singkat tentang materi tersebut. Kegiatan ini merupakan
representasi dari kegiatan Auditori.
Kegiatan selanjutnya, guru menjelaskan tentang tugas
kelompok yang harus siswa lakukan. Kemudian siswa duduk
berkelompok dan melakukan percobaan tentang pengungkit.
Mereka harus menggolongkan alat-alat menjadi tuas / pengungkit
golongan pertama, kedua, dan ketiga kemudian menuliskan hasil
percobaan pada lembar hasil pengamatan. Kegiatan ini merupakan
representasi dari kegiatan visual dan kinestetik yaitu melihat dan
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan materi secara
langsung.
c) Kegiatan Penutup
Siswa dan guru menyimpulkan inti pelajaran di pertemuan
pertama dan melakukan refleksi tentang pelajaran yang dilakukan.
Kesulitan apa saja yang mereka temui, apa yang mereka sukai dari
pelajaran hari itu, dan apa yang ingin mereka lakukan pada
pembelajaran selanjutnya. Setelah itu siswa membereskan
peralatan-peralatan percobaan dan pergi beristirahat.
37
2) Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 27 Februari
2014 dan fokus pada jenis-jenis pesawat sederhana yaitu bidang
miring, katrol, dan roda berporos. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan meliputi:
a) Kegiatan Awal
Sebelum memulai pelajaran guru memastikan seluruh siswa
sudah berada di kelas dan duduk di bangku masing-masing.
Kemudian guru memimpin doa sebelum memulai pelajaran.
Setelah itu, guru mengingatkan siswa tentang materi yang mereka
pelajari sebelumnya. Kegiatan awal pada pertemuan kedua diakhiri
dengan penyampaian tujuan dan indikator pembelajaran pada hari
itu.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, siswa membaca materi tentang jenis-
jenis pesawat sederhana kemudian berdiskusi dengan teman
sebangku tentang contoh-contoh alat yang ada di sekitar mereka
yang menggunakan prinsip bidang miring, katrol, dan roda
berporos (auditori).
Kemudian, siswa duduk berkelompok dan melakukan
kegiatan pengklasifikasian alat-alat di sekitar mereka berdasarkan
jenisnya yaitu bidang miring, katrol, dan roda berporos. Mereka
harus mengamati alat-alat tersebut, kemudian memotong gambar
alat yang telah disediakan dan menempelkannya pada kolom-
kolom yang sesuai (visual dan kinestetik). Setelah itu, siswa secara
bergantian maju dan menempelkan gambar alat-alat di sekitar
mereka sesuai dengan jenisnya di papan tulis.
c) Penutup
Siswa dan guru menyimpulkan inti pelajaran di pertemuan
pertama dan melakukan refleksi tentang pelajaran yang dilakukan.
Kesulitan apa saja yang mereka temui, apa yang mereka sukai dari
38
pelajaran hari itu, dan apa yang ingin mereka lakukan pada
pembelajaran selanjutnya. Setelah itu siswa membereskan
peralatan-peralatan percobaan. Sebelum siswa beristirahat, guru
menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan
diadakan evaluasi untuk materi pesawat sederhana. Untuk itu siswa
diminta untuk belajar dan mengulang kembali apa yang telah
mereka pelajari di materi tersebut.
3) Pertemuan Ketiga
Tindakan ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 4 Maret 2014 dan
fokus pada tes evaluasi Siklus I tentang pesawat sederhana. Jumlah soal
yang digunakan adalah 10 soal pilihan ganda yang valid dan reliabel
dari 20 soal yang telah dibuat. Serta 5 soal essay. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan meliputi:
a) Kegiatan Awal
Sebelum tes dimulai guru memastikan semua siswa telah
memasuki ruang kelas dan menempati tempat duduk masing-
masing. Kemudian guru membagikan soal evaluasi dan
menyampaikan peraturan selama tes evaluasi berlangsung.
b) Kegiatan Inti
Karena pembelajaran hanya fokus pada tes evaluasi sintaks
model pembelajaran Quantum Tipe VAK tidak nampak dalam
proses belajar mengajar di pertemuan ketiga. Di kegiatan inti siswa
mengerjakan soal ulangan selama 40 menit.
c) Penutup
Kegiatan diakhiri dengan kegiatan mengoreksi hasil tes
siswa yang dilakukan oleh siswa dan guru. Mereka menukarkan
pekerjaan mereka dengan teman sebangkunya dan mengoreksi
bersama-sama. Kemudian siswa mengumpulkan lembar tes dan
pergi beristirahat.
39
Berikut ini adalah hasil belajar IPA kelas V pada Siklus I.
Ketuntasan hasil belajar IPA pada Siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPA kelas V pada Siklus I
No Ketuntasan (KKM : 65) Frekuensi Persentase
1 Tuntas 22 65%
2 Tidak Tuntas 12 35%
Jumlah 34 100%
Nilai rata-rata 74.6
Dari data tabel 4.4 di atas dapat diketahui dari jumlah 34
siswa kelas V, yang tuntas dalam belajar dengan mendapat nilai di
atas KKM (65) sebanyak 22 siswa, sedangkan sisanya sebanyak 12
siswa masih belum tuntas.
Sedangkan perbandingan hasil belajar IPA pada pra Siklus
dan Siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Tabel Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
pada Pra Siklus dan Siklus I
Pra Siklus Siklus I
Tuntas 20 22
Tidak Tuntas 14 12
Persentase Ketuntasan 58% 65%
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa. Meskipun tingkat ketuntasan siswa
belum mencapai 85%, tingkat ketuntasan siswa mengalami sedikit
peningkatan yakni sebesar 7%, dari 58% menjadi 65%.
Untuk data yang lebih lengkap tentang peningkatan hasil
belajar siswa dari tahap pra Siklus ke Siklus I berikut disajikan
diagram peningkatan hasil belajar IPA pada Siklus I dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum Tipe VAK.
40
Gambar 4.2
Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus dan Siklus
I
c. Pengamatan Hasil Tindakan
Dalam tahap ini peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran yang
dilakukan siswa dan guru.
a) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.
Seperti pengelolaan waktu yang kurang efisien. Sehingga tidak ada
waktu bagi siswa untuk melaporkan hasil percobaan di depan kelas.
Selain itu, siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan. Namun
pada saat siswa melakukan percobaan, banyak siswa yang berteriak
memanggil guru untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini dikarenakan
instruksi yang diberikan guru sebelum percobaan dilakukan kurang
jelas.
Berdasarkan perhitungan lembar observasi yang telah diisii oleh
observer diperoleh data aktivitas siswa sebagai berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
TUNTAS TIDAK TUNTAS PERSENTASEKETUNTASAN
20
14
58%
22
12
65%
PRA SIKLUS
SIKLUS 1
41
Tabel 4.4
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama
Siklus I
Aktivitas Skor Skor
Maks Persentase Kualifikasi
Tingkat Keberhasilan
aktivitas dalam
pembelajaran
Siswa 41 52 78,8% Baik (B) Berhasil
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa
adalah 41 dari skor maksimal 52. Jika dinyatakan dalam bentuk persen
adalah 78,8%. Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah ditentukan,
aktivitas siswa masuk dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram di bawah ini :
Gambar 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus I
b) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, siswa melakukan percobaan dengan tertib.
Ketika ingin bertanya, mereka mengacungkan tangan dan menunggu
guru untuk datang membantu.
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Tidak Berhasil
Sangat Baik
(SB)
Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)
85-100% 65-84% 55-64% 0-54%
78.80%
42
Berdasarkan perhitungan lembar observasi yang telah diisii oleh
observer diperoleh data keterampilan guru/peneliti dan aktivitas siswa
sebagai berikut:
Tabel 4. 5
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus
I
Aktivitas Skor Skor
Maks Persentase Kualifikasi
Tingkat Keberhasilan
Aktivitas dalam
Pembelajaran
Siswa 47 52 90,4% Sangat Baik
(SB) Berhasil
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa
adalah 47 dari skor maksimal 52, jika dinyatakan dalam bentuk persen
adalah 90,4%. Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah ditentukan,
aktivitas siswa masuk dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan
bahwa aktivitas siswa dapat dikatakan berhasil. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Gambar 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus I
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%
100.00%
Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Tidak Berhasil
Sangat Baik
(SB)
Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)
85-100% 65-84% 55-64% 0-54%
90.40%
43
d. Refleksi dan Tindak Lanjut
Pada pertemuan pertama, guru kurang jelas dalam memberikan instruksi.
Namun pada pertemuan kedua, instruksi yang diberikan jauh lebih baik. Siswa
sangat antusias dalam melakukan percobaan. Namun, sebaiknya peralatan
untuk percobaan dibagikan setelah guru menyelesaikan instruksinya. Karena
siswa cenderung bermain dengan peralatan untuk percobaan. Sehingga apabila
peralatan dibagikan sebelum guru menyelesaikan instruksinya, siswa tidak
akan mendengarkan instruksi guru dengan seksama. Sehingga mereka tidak
paham apa yang harus mereka lakukan pada saat percobaan dan kelas menjadi
ribut. Refleksi ini akan digunakan sebagai acuan dalam perbaikan pelaksanaan
Siklus II.
4.2.2 Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan Siklus II dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Maret 2014, pertemuan kedua
pada hari Selasa tanggal 11 Maret 2014, dan pertemuan ketiga pada hari Kamis
tanggal 13 Maret 2014. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam
pelajaran ( 2x35 menit) dengan kompetensi dasar mendeskripsikan sifat- sifat
cahaya.
a. Perencanaan
Hasil refleksi dari kondisi Siklus I merupakan acuan untuk merencanakan
tindakan yang akan dilakukan di Siklus II. Dalam tahap perencanaan ini peneliti:
a) Menetapkan standar kompetensi yaitu “Menerapkan sifat-sifat
cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya / model.”
b) Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan SK dan KD yaitu
tentang “Cahaya.”
c) Membuat Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan model
pembelajaran Quantum Tipe VAK (Visual Auditori Kinestetik).
d) Mempersiapkan sumber, bahan, dan media yang dibutuhkan.
44
e) Menyusun kisi-kisi soal untuk Siklus II.
f) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).
g) Membuat soal untuk evaluasi akhir Siklus II.
h) Membuat pedoman observasi sistematik bagi keterampilan peneliti
dan siswa selama pelaksanaan Siklus II.
b. Proses Pelaksanaan Pembelajaran
a) Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 6 Maret 2014 dan
fokus pada sumbersumber cahaya dan sifat-sifat cahaya yakni cahaya dapat
merambat lurus dan menembus benda bening. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan meliputi:
d) Kegiatan Awal
Sebelum memulai pelajaran guru memastikan seluruh siswa sudah
berada di kelas dan duduk di bangku masing-masing. Kemudian guru
memimpin doa sebelum memulai pelajaran. Sebelum memasuki materi
cahaya, guru mengingatkan tentang materi yang mereka pelajari
sebelumnya tentang pesawat sederhana. Untuk mengetahui pengetahuan
awal siswa, guru bertanya “Kenapa kita bisa melihat benda-benda di
sekitar kita?” “Bayangkan kalau ini malam hari dan tidak ada lampu yang
menyinari kelas ini, apakah kita bisa melihat benda di sekeliling kita?”.
Kegiatan awal diakhiri dengan penyampaian tujuan dan indikator
pembelajaran pada hari itu.
e) Kegiatan Inti
Kegiatan inti diawali dengan siswa menyebutkan sumber-sumber
cahaya yang ada di muka bumi ini. Kemudian siswa membaca materi
tentang cahaya dan sifat-sifatnya. Setelah itu guru memberikan
penjelasan singkat tentang materi tersebut. Kegiatan ini merupakan
representasi dari kegiatan Auditori.
Kegiatan selanjutnya, guru menjelaskan tentang tugas kelompok
yang harus siswa lakukan. Kemudian siswa duduk berkelompok dan
melakukan percobaan tentang sifat cahaya yang dapat merambat lurus
45
dan menembus benda bening. Kegiatan ini merupakan representasi dari
kegiatan visual dan kinestetik yaitu melihat dan melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan materi secara langsung.
f) Kegiatan Penutup
Siswa dan guru menyimpulkan inti pelajaran di pertemuan pertama
dan melakukan refleksi tentang pelajaran yang dilakukan. Kesulitan apa
saja yang mereka temui, apa yang mereka sukai dari pelajaran hari itu,
dan apa yang ingin mereka lakukan pada pembelajaran selanjutnya.
Setelah itu siswa mengumpulkan hasil percobaan mereka kemudian
membereskan peralatan-peralatan percobaan dan pergi beristirahat.
b) Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 11 Maret 2014 dan
fokus pada sifat-sifat cahaya yakni cahaya dapat dipantulkan dan dibiaskan.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
g) Kegiatan Awal
Sebelum memulai pelajaran guru memastikan seluruh siswa sudah
berada di kelas dan duduk di bangku masing-masing. Kemudian guru
memimpin doa sebelum memulai pelajaran. Setelah itu, guru
mengingatkan siswa tentang materi yang mereka pelajari sebelumnya
tentang sumber cahaya dan sifat cahaya yaitu dapat merambat lurus dan
dapat menembus benda bening. Kegiatan awal pada pertemuan kedua
diakhiri dengan penyampaian tujuan dan indikator pembelajaran pada
hari itu.
h) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, siswa membaca materi tentang sifat-sifat cahaya
yakni cahaya dapat dipantulkan dan dibiaskan. Kemudian, siswa duduk
berkelompok dan melakukan kegiatan percobaan cahaya dapat
dipantulkan dan dibiaskan serta percobaan tentang bayangan yang
dihasilkan oleh cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung(visual
46
dan kinestetik). Setelah itu siswa melaporkan hasil percobaan mereka di
depan kelas.
i) Kegiatan Penutup
Siswa dan guru menyimpulkan inti pelajaran di pertemuan pertama
dan melakukan refleksi tentang pelajaran yang dilakukan. Kesulitan apa
saja yang mereka temui, apa yang mereka sukai dari pelajaran hari itu,
dan apa yang ingin mereka lakukan pada pembelajaran selanjutnya.
Setelah itu siswa mengumpulkan hasil percobaan mereka kemudian
membereskan peralatan-peralatan percobaan dan pergi beristirahat.
c) Pertemuan Ketiga
Tindakan ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 13 Maret 2014
dan fokus pada tes evaluasi Siklus II tentang cahaya. Jumlah soal yang
digunakan adalah 10 soal pilihan ganda yang valid dan reliabel dari 30 soal
yang telah dibuat. Serta 4 soal essay. Adapun kegiatan yang dilaksanakan
meliputi:
j) Kegiatan Awal
Sebelum tes dimulai guru memastikan semua siswa telah
memasuki ruang kelas dan menempati tempat duduk masing-masing.
Kemudian guru membagikan soal evaluasi dan menyampaikan peraturan
selama tes evaluasi berlangsung.
k) Kegiatan Inti
Karena pembelajaran hanya fokus pada tes evaluasi sintaks model
pembelajaran Quantum Tipe VAK tidak nampak dalam proses belajar
mengajar di pertemuan ketiga. Di kegiatan inti siswa mengerjakan soal
ulangan selama 40 menit.
l) Kegiatan Penutup
Kegiatan diakhiri dengan kegiatan mengoreksi hasil tes siswa yang
dilakukan oleh siswa dan guru. Mereka menukarkan pekerjaan mereka
dengan teman sebangkunya dan mengoreksi bersama-sama. Kemudian
siswa mengumpulkan lembar tes dan pergi beristirahat
47
Berikut ini adalah hasil belajar IPA kelas V pada Siklus II.
Ketuntasan hasil belajar IPA pada Siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.6
Ketuntasan Hasil Belajar IPA kelas V pada Siklus II
No Ketuntasan (KKM : 65) Frekuensi Persentase
1 Tuntas 29 85%
2 Tidak Tuntas 5 15%
Jumlah 34 100%
Nilai rata-rata 81.3
Dari data tabel 4.6 di atas dapat diketahui dari jumlah 34 siswa
kelas V, yang tuntas dalam belajar dengan mendapat nilai di atas KKM
(65) sebanyak 29 siswa, sedangkan sisanya sebanyak 5 siswa masih
belum tuntas. Hal ini menunjukkan peningkatan hasil belajar yang cukup
signifikan dari Siklus I ke Siklus II. Peningkatan hasil belajar tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.7
Peningkatan Hasil Belajar IPA Kelas V pada Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Tuntas 22 29
Tidak Tuntas 12 5
Persentase Ketuntasan 65% 85%
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa sebesar 15% yakni dari 65% menjadi
85%. Hal ini menunjukkan bahwa selalu terjadi peningkatan dari Pra
Siklus, Siklus I dan Siklus II. Berikut ini adalah tabel peningkatan hasil
belajar siswa di tiap Siklusnya :
48
Tabel 4.8
Peningkatan Hasil Belajar IPA Kelas V pada Pra Siklus, Siklus I,
dan Siklus II
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tuntas 20 22 29
Tidak Tuntas 14 12 5
Persentase Ketuntasan 58% 65% 85%
Untuk data yang lebih lengkap tentang peningkatan hasil belajar
siswa dari tahap Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II berikut disajikan
diagram peningkatan hasil belajar IPA pada Pra Siklus, Siklus I, dan
Siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Tipe
VAK:
Gambar 4.5
Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V pada Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Tuntas Tidak Tuntas Persentase
Ketuntasan
2014
58%
22
12
65%
29
5
85%
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
49
c. Pengamatan Hasil Tindakan
Dalam tahap ini peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran yang
dilakukan siswa dan guru.
a) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama manajemen waktu yang dilakukan kurang baik
karena semua siswa diminta untuk melihat api dari lubang kecil saat guru
memberikan contoh dalam percobaan. Hal ini cukup menyita waktu dalam
pembelajaran. Namun, disamping itu semua kegiatan dapat berjalan dengan
lancar. Siswa terlihat sangat antusias dalam melakukan percobaan yang telah
disiapkan guru.
Berdasarkan perhitungan lembar observasi yang telah diisii oleh observer
diperoleh data keterampilan guru/peneliti dan aktivitas siswa sebagai berikut:
Tabel 4.9
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama
Siklus II
Aktivitas Skor Skor
Maks Persentase Kualifikasi
Tingkat Keberhasilan
aktivitas dalam
pembelajaran
Siswa 34 52 65,38% Baik (B) Berhasil
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa adalah
34 dari skor maksimal 52, jika dinyatakan dalam bentuk persen adalah 65,38%.
Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah ditentukan, aktivitas siswa masuk
dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dapat
dikatakan berhasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah
ini :
50
Gambar 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Pertama Siklus II
b) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua guru dapat menggunakan waktu secara efisien.
Semua kegiatan berlangsung sesuai dengan waktu yang ditentukan dan selesai
tepat waktu. Selain itu siswa mulai menunjukkan keaktifan dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Berdasarkan perhitungan lembar observasi yang telah diisii oleh observer
diperoleh data keterampilan guru/peneliti dan aktivitas siswa sebagai berikut:
Tabel 4.10
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus
II
Aktivitas Skor Skor
Maks Persentase Kualifikasi
Tingkat Keberhasilan
aktivitas dalam
pembelajaran
Siswa 40 52 76,92% Baik (B) Berhasil
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor aktivitas siswa adalah
40 dari skor maksimal 52, jika dinyatakan dalam bentuk persen adalah 76,92%.
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Tidak Berhasil
Sangat Baik
(SB)
Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)
85-100% 65-84% 55-64% 0-54%
65.38%
51
Jika dirujuk pada kualifikasi yang telah ditentukan, aktivitas siswa masuk
dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dapat
dikatakan berhasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah
ini :
Gambar 4.7
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Kedua Siklus II
c) Refleksi dan Tindak Lanjut
Dari data hasil belajar dan lembar observasi yang ada, dapat dilihat bahwa
model pembelajaran Quantum Tipe VAK dapat meningkatkan hasil belajar
IPA serta memperbaiki sikap siswa yang terlihat dari keantusiasan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Dari pengalaman Siklus I, metode diskusi dan
eksperimen / percobaan tetap digunakan dalam Siklus II karena dapat berjalan
dengan baik.
Data hasil belajar yang diperoleh dari hasil evaluasi Pra Siklus, Siklus I,
dan Siklus II menunjukkan suatu peningkatan. Pada Pra Siklus persentase
ketuntasan hanya 58%. Sedikit peningkatan terjadi pada Siklus I yakni menjadi
65%. Pada Siklus II terjadi peningkatan sebesar 15% yakni dari 65% menjadi
85%. Persentase ketuntasan ini lebih besar dari indikator keberhasilan yang
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
Berhasil Berhasil Tidak Berhasil Tidak Berhasil
Sangat Baik
(SB)
Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)
85-100% 65-84% 55-64% 0-54%
76.92%
52
ditetapkan oleh peneliti yakni sebesar 80% sehingga penelitian ini dapat
dihentikan pada Siklus II.
4.3 Pembahasan
Metode pembelajaran konvensional seperti metode ceramah dan mencatat
masih menjadi metode yang selalu digunakan guru SDN Kutowinangun 12
Salatiga dalam proses pembelajaran. Hal ini membuat siswa kurang aktif saat
mengikuti proses pembelajaran. Pada akhirnya, hal ini berdampak pada rendahnya
hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA serta kurangnya antusiasme
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu
inovasi dalam pembelajaran salah satunya adalah dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum Tipe VAK (Visual Auditori Kinestetik).
Model pembelajaran Quantum Tipe VAK adalah model pembelajaran
yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki
siswa (Nurhasanah, 2010). VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) merupakan tiga
modalitas yang dimiliki oleh setiap manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian
dikenal sebagai gaya belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana
seseorang dapat menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi
(Deporter, 1999). Dengan menerapkan model pembelajaran ini, semua siswa akan
mengalami proses pembelajaran yang bermakna karena sesuai dengan modalitas
yang mereka miliki serta proses pembelajaran menjadi lebih aktif bagi siswa.
Tujuan utama penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran IPA dan memperbaiki sikap siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 12
Salatiga semester II tahun ajaran 2013/2014. Sehubungan dengan penelitian ini,
telah ada penelitian-penelitian lain yang menggunakan model pembelajaran
Quantum Tipe VAK. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Ni Putu Emilia
Pebriani, I Made Tegeh, dan Ketut Pudjawan yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Quantum tipe VAK Berbantuan Media Magic Box terhadap Hasil
Belajar IPA Kelas V SD. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Banyubening
Kecamatan Buleleng tahun ajaran 2012/2013. Selain itu, Retno Kartikasari juga
melakukan penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Pembelajaran IPA kelas
V melalui penerapan model VAK di SDN Merjosari 1 Malang. Penelitian ini
53
dilakukan pada tahun 2011. Dari kedua penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
model pembelajaran Quantum tipe VAK memberikan pengaruh positif pada
peningkatan nilai IPA kelas V di SD tersebut.
Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, dapat diketahui bahwa penerapan
model pembelajaran Quantum Tipe VAK juga memberikan hasil positif pada
siswa SDN Kutowinangun 12 Salatiga. Hal ini terbukti dari peningkatan hasil
belajar dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II. Pada Pra Siklus hanya 20 siswa
yang mencapai KKM (65) atau sekitar 58% dari jumlah keseluruhan 34 siswa.
Setelah Siklus I dilaksanakan, 22 siswa atau 65% dari keseluruhan siswa
mencapai KKM (65). Pada akhir Siklus II, 29 siswa atau 85% siswa mencapai
KKM (65). Hal ini juga menunjukkan keberhasilan dari PTK ini karena indikator
kesuksesan dari PTK ini adalah minimal 80% dari jumlah siswa tuntas KKM (65).
Selain itu, penerapan model pembelajaran ini juga berpengaruh positif pada
sikap siswa. Hal ini terlihat dari data hasil lembar observasi aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran Siklus I dan Siklus II yang termasuk dalam kategori Berhasil
menurut Aqib (2010).